Ni Dewi

Saya berani bicara seperti ini karena memang itu fakta dan realita politik dan 
demokrasi kita ini sebagai contoh nyata adalah

Saat ini akan dilaksanakan pertarungan pilkada di ranah kita untuk level 
pimpinan melalui jalur politik yaitu Gubernur, Bupati dan Wali Kota, saya 
bilang ini adalah sebuah  PERTARUNGAN dengan hasil dua saja Kalah dan Menang

Kalau ada wacana pilkada berdunsanak lalu ada istilah siap kalah,siap menang 
itu hanya sekedar yahhh basa basi doang, sekedar melihatkan kepada masyarakat 
banyak bahwa pertarungan mereka berjalan dengan baik, tenang sesuai kaidah2 
aturan dan etika berdemokrasi yang baik tapi sesungguhnya fakta dan kondisi 
dilapangan mereka memang bertarung habis2an dengan memanfaatkan uang, jaringan 
kekuasaan dan kroni (jaringan trah politik yang dibangun oleh pemimpin yang 
sedang duduk)


Teman saya dari SD sampai SMA dan sudah seperti saudara kandung dulunya menjadi 
anggota dewan sebuah propinsi sekarang dia mencoba maju menjadi Cawabup di 
sebuah Kabupaten di Sumbar, (tentunya dia putra daerah dari Kabuoaten tsb)

Kawan saya ini menyadari ini sebuah pertarungan yang menghabis uang banyak dan 
mencoba berada dalam jaringan kekuasaan agar dia bisa lolos jadi cawabup oleh 
partai yang mengusungnya

Mulai minta doa restu (saya pikir anda pasti tahu apa itu "doa restu" yang saya 
maksud jika ada pesta perkawinan biasa tertulis "mohon doa restu" kalau jaman 
saya remaja dulu uang seribu begitu bernilai maka dipelesetkan stiker pesta ini 
dengan "mohon dua ribu " :-)

Setelah mohon dua ribu ehh salah mohon doa restu ke petinggi partai di Jakarta 
lalu propinsi sampai kabupaten, ini akan menguras uang dikantong, tidak sampai 
disitu teman saya dengan pasangannya serta tim sukses tentu mencari dana dan 
penggalangan sponsor dari pihak2 swasta yang sekiranya nanti investasi 
pengusaha ini tentu akan ada sesuatu "hope" nantinya kalau menang, kalau salah 
ya sudah mereka menyadari ini adalah pertarungan

Pertarungan seperti permainan matador di spanyol, kalau nggak sang matador 
tersungkur maka bentengnya hanya dua kemungkinan itu yang terjadi artinya kalau 
kalah jangan berharap ada pengembalian uang dan yang menang akan memberikan 
jabatan lain pada yang kalah atau masuk dalamn lingkungan kekuasaannya

Nah "sampai kapan kami bersabar" ya anak-anak muda yang brilian. 
Potensial,cerdas, intelektual dan idealis memang tidak bisa apa2 dinegeri ini 
untuk memimpin melalui jalur politik jika hanya mengandal kekuatan otak dan 
pemikirannya yang cerdas saja, seperti saya bilang sama andiko "yo harus 
bagayuik bana ka batang dan dahan nan tagok sahabih-habih pacik, jaan bagayuik 
ka dahan nan lamah dan rapuh di pohon yang sama itu akan mampacapek jatuah 
tajarambok katanah dan itu sakik bana raso e"

Saya hanya melihat seorang Budiman Sujatmiko ketika dengan semangat 
idealismenya menginginkan sebuah perubahan demokrasi yang sehat lalu membuat 
partai ahaa apa yang dapat sama dia, menjadi pemimpin nggak dia dilevel manapun 
dinegeri ini yang diraih dimelalui jalur poitik (partai)

Lalu ketika Budiman bergabung dengan PDI-P maka disinilah tempatnya uang, 
jaringan kekuasaa, trah politik berada hasilnya

Ehem..Budiman sungguh sosok yang berwajah ganteng, bersih dipadu dengan kaca 
mata yang melekat diwajahnya dan sangat klik serta  elegan penampilannya dengan 
batik duduk sebagai anggota Dewan dan menjadi bagian orang penting di PDI-P

Inilah yang saya lihat anak muda seperti Budiman "terpaksa" harus bergayit dan 
bergantung sekokoh2nya ke sebuah partai yang mumpuni dan Megawati sebagai 
pusaran kekuasaan tanpa harus mencoba melakukan intrik2 menggoyang mega jadi 
ketua

Tidak seperti IJP yang mengusung Yudi, sungguh tanpa perlawanan melawan "orang 
sakti" seperti abu rizal bakri dan surya paloh, tapi paling tidak IJP disini 
hanya ingin melihatkan semangat perubahan agar anak muda diberikan "space" 
untuk memimpin negeri ini walau itu sangat jauh dari harapan

Begitulah menurut saya iklim politik dan demokrasi di negeri kita, saya suka ke 
desa-desa dan pelosok ditingat inilah bisa melihat lebih luas bagaimana 
masyarakat banyak mengapresiasi politik dan demokrasi secara rill dan itu 
mereka memang masih kagum terutama tokoh2 tua yang banyak uang, jaringan 
kekuasaan yang dibangun serta trah politik bukan kagum pada sosok anak muda di 
negeri ini yang cerdas dan intelektual yang banyak menulis di media cetak 
elektronik, menulis buku, debat dan talk show di TV itu hanya di kagumi oleh 
orang2 kota terpelajar dan mempunyai akses ke multi media tersebut, contohnya 
seperti members RN ini banyak yang kagum dan memuji IJP

Satu lagi indikator yang menarik terpilihnya Obama menjadi presiden Amerika 
yang nota bene negara adi daya yang bisa mengatur negara lain, tidak sedikitpun 
menginspirasi masyaraat indonesia agar memilih pemiminnya yang muda 
cerdas,pintar, intelektual yang menginkan perubahan demokjrasi di negeri ini 
kearah yang lebih baik

Terima kasih telah berbagi pendapat

Wass-Jepe
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke