2010/8/6 Eri Bagindo Rajo <siano...@yahoo.com>

> Pak Aufa yang terhormat dan sanak kasadonyo
>

Pak Erinos  dan kasanak sadonyo

>
> Pasar tidak peduli itu politik atau teori.
> Pelaku pasar adalah manusia pencari rente ekonomi
>

Intermezzo : Statement pasti akan di protes banyak oleh para behavioral
economist. Banyak realitas menunjukkan bahwa pelaku pasar tidak selamanya
pencari rente ekonomi. Ada faktor fakto selain mencari rente yang
mempengaruhi prilaku pelaku pasar, contohnya psikologis, empati, moral,
agama, etc. Paham ini udah cukup dipakai dikalangan akademisi. Bahkan dua
pentolan behavioral economist dapat nobel ekonomi sebagai pengakuan terhadap
validitas/eksistensi dari cabang ilmu ekonomi ini :-).  .


> Kalau ada kesempatan menaikkan harga maka pemilik barang akan menaikkan
> HARGA,
>  tak perlu ada PUSH faktor atau PULL faktor  harga akan naik jika ada
> kesempatan.
>  Pemerintah could not do anything about it.
>

Kalo memang pemerintah tidak bisa mempengaruhi harga, apa gunanya instrument
BI untuk mempegaruhi uang beredar,yang berimplikasi ke inflasi? Jelas jelas,
by law, salah satu tujuan BI adalah price stability. Kalo emang ndak ada
gunanya (karena dia udah gagal menjalankan fungsinya by default logika
diaats ini) bubarin ajah tuh BI :-). Lalu apa efek inflationary/deflationary
dari kebijakan fiskal gimana?


> Itulah perlunya membahas KEBIJAKAN itu bukan hanya dari;  TEORI, PENDAPAT
> AHLI, CONTOH negeri lain.
>
Tapi selami juga KHARAKTERISTIK negara kita dengan sistem perekonomian yang
> tersentralisasi pada COPRPORATE MANUFACTURE & FINANCIAL CAPITALIST, serta
> adanya IMPERFECT DISTRIBUTION OF WEALTH and ECONOMIC RESOURCES, and LOW
> LEVEL of GOVERNMENT POWER on ECONOMIC ACTIVITIES
>

Kalo bukan pendapat ahli, pendapat sapa dunk yang didengar? Pendapat semua
orang? Pendapat pelaku pasar? Gimana mau dengar pendapat pelaku pasar kalo
kebijakannya sediri belum jalan.

Lalu soal teori, Bagaimana orang bisa bilang bahwa A bisa menjadi B tanpa
ada teori? Dasarnya apa?   Masak dasarnya karena A jadi B karena feeling dia
kayak gituh. Gimana mau bikin kebijakan ekonomi kalo dasarnya dalah feeling
:-).

Sehubungan dengan pengalaman negara lain, saya sepakat bahwa masing masing
negara punya karakter masing masing yang unik. Tapi dengan belajar dari
negara lain, kita bisa belajar banyak soal apa yang terjadi ketika kebijakan
itu terjadi.  Kalo A terjadi, implikasi nya apa? Apa yang dilakukan oleh
mereka, dan hasilnya gimana?. Ini kemudian bisa dijadikan gambaran lebih
lanjut soal implikasi lebih lanjut dari sebuah kebijakan. Menurut saya, ini
hal yang tidak terpisahkan dalam pengajian kebijakan.




> Pada negara yang memiliki ciri 2 diatas, perlu hati hati dalam menyalin,
> meniru, menyontek KEBIJAKAN EKONOMI yang diambil negera LAIN.
>
> Kebijakan ekonomi tidak bisa dibahas hanya sebatas TEORI, STATISTIK dan
> PENDAPAT AHLI...
> please GO BEYOND,
> Karena KEBIJAKAN EKONOMI nggak ada laboratorium nya.... nggak bisa
> ditest...seperti mengetest ZAT KIMIA. OBAT, KONSTRUKSI BANGUNAN dll.
>

Karena tidak ada lab buat ekonomi, teori, empiris dari negara lain, dan
pendapat para ahli sangat penting. Kalo ndak pake argumentasi yang lebih
akademis, dasar buat pengambilan kebijakan apa pak? Masak cuma pakai rasio
atau limited observasi (yang mungkin terbatas) bahwa jika A maka B. Hasilnya
akan B. Kalo gini mah, akan ada 1000 kebijakan oleh 1000 orang karena toh
belum tentu observasi atau rasio orang semua sama.

(Sebenarnya sekarang di ekonomi sudah mulai berkembang social/natural
experiment pake berbagai metode, seperti  treatment evaluation. Metode ini
sering dipakai oleh WB dan para akademisi untuk ngelihat secara terbatas
efek dari sebuah kebijakan. Walaupun tidak memberikan hasil pasti
sebagaimana lab kimia atau fisika, sekurang kurangnya itu udah dapat
dijadikan titik awal buat dikaji lebih lanjut) .


> Demikian
>
> Demikian juga tanggapan saya pak. Mohon maaf kalo ada salah kata :-)

> Erinos M Tanjung (52),Jakarta
>

Aufa (30)

>
>  .
> Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di
> tempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~<http://groups.google.com/group/RantauNet/%7E>
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. E-mail besar dari 200KB;
> 2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi;
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
> - Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting
> - Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an
> keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.
>

-- 
.
Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan 
mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke