http://regional.kompas.com/read/2010/09/03/05333035/Diplomasi.Lemah.akibat.Abaikan.Sejarah-4

Diplomasi Lemah akibat Abaikan Sejarah
Laporan wartawan KOMPAS Ingki Rinaldi
Jumat, 3 September 2010 | 05:33 WIB

akmal-nasir.blogspot.com

PADANG, KOMPAS.com — Kelemahan diplomasi Pemerintah Indonesia dalam
penyelesaian soal dengan Malaysia disesalkan sejumlah kalangan di Sumatera
Barat.

Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Markas Besar TNI Cilangkap,
Jakarta, dianggap sebagai contoh kelemahan yang paling mendasar dalam
memahami sejarah bangsa.

Itu terutama pemahaman terhadap sejarah dan budaya Minangkabau yang terkait
sangat erat dengan sejarah terbentuknya Malaysia.

Menurut Kepala Seksi Pemeliharaan, Perawatan, Penyajian Museum Adityawarman,
Riza Mutia, sejarah Malaysia sebagai bangsa diawali dengan didirikannya
Kerajaan Negeri Sembilan yang mulanya diperintah utusan dari Kerajaan
Pagaruyung di Tanah Minangkabau.

Negeri Sembilan yang jadi muasal Malaysia itu sejak sekitar abad ke-15 sudah
didiami penduduk Minangkabau dengan kekuasaan masih berada di bawah
Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor.

Setelah dua kesultanan itu melemah, penduduk Minangkabau kemudian meminta
pihak Kerajaan Pagaruyung mengirimkan utusannya guna memerintah di Negeri
Sembilan.

Riza menambahkan, sepanjang kekuasaan yang dijalankan dari Kerajaan
Pagaruyung itu, setiap penguasa di Negeri Sembilan pasti dinobatkan terlebih
dahulu di Kerajaan Pagaruyung, Minangkabau, sebelum memerintah di Negeri
Sembilan.

Riza juga mengatakan, selama ini banyak warga Malaysia yang mengumpulkan
naskah-naskah kuno Minangkabau dari sejumlah wilayah di Sumatera Barat untuk
kepentingan yang tidak bisa diketahui.

Sedangkan menurut budayawan Sumbar, Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto (Mak
Katik), Kamis (2/9/2010) di Padang,  kegagalan diplomasi Indonesia
disebabkan pemahaman sejarah bangsa yang nyaris tidak ada.

Ia menyatakan, ketergantungan bangsa Malaysia pada tanah Minangkabau itu
terus berlanjut hingga masa-masa selanjutnya.

Menurut dia, sejarah keterkaitan hubungan antarbangsa inilah yang saat ini
tidak lagi dipahami diplomat dan Pemerintah Indonesia untuk digunakan
sebagai penguat posisi tawar dalam hubungan bilateral.

Namun, Mak Katik menyadari, tuntutan untuk menyelesaikan persoalan tersebut
dengan pengerahan kekuatan militer yang berujung perang adalah hal yang
belum diperlukan


-- 
Z Chaniago - Palai Rinuak

Alam Minangkabau semakin memukau oleh kemilau Danau Maninjau  .

Sayangi Danau Maninjau -

-- 
.
Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan 
mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.
  • ... Z Chaniago
    • ... zubir . amin
    • ... Harman
      • ... Muhammad Hanif
      • ... Ryan Firdaus
        • ... asfarinal, asfarinal, asfarinal, asfarinal nanang, nanang, nanang, nanang
          • ... Zulidamel B.
            • ... zubir . amin

Kirim email ke