Uda Das, alah kalua baliak cerpen maso SMA. Tantu jo nuansa roman
perjuangan nan sabana mamukau pambaco. Selamat

On 2/8/11, andi ko <andi.ko...@gmail.com> wrote:
> Wah mantap
>
> Genre kito kini "Roman Pertempuran".
>
> Salam
>
> andiko
>
> Pada 8 Februari 2011 11:40, Dasriel Noeha <dasrielno...@yahoo.com> menulis:
>
>> Di ansue ciek lai, panukuak kaba nan tibo, kok untuang jadi curito,
>> pambarito ka generasi mudo, dulu inyiaknyo alah sato, parang sudaro di
>> Tanah
>> Bundo,
>>
>> Wassalam,
>>
>> Dasriel,
>>
>> SELAMAT TINGGAL, ISAH
>>
>> Air Tawar terletak kira-kira 7 kilometer dari Padang arah jalan ke
>> Bukittinggi.
>>
>> Disini terletak dua kampus perguruan tinggi yaitu Institut Keguruan dan
>> Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang, dan Universitas Andalas (Unand).
>> Kedua kampus ini berdampingan ibarat saudara kembar.
>>
>> IKIP mendidik mahasiswanya menjadi guru, sedangkan Unand mendidik
>> mahasiswa
>> menjadi sarjana beberapa ilmu terapan seperti Ilmu dan Teknologi
>> Pertanian,
>> Ilmu dan Teknologi Peternakan, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam.
>>
>> Sedangkan untuk sarjana Hukum terletak di Muaro, Kedokteran di Pondok dan
>> Jati, serta Ekonomi juga di Jati.
>>
>> Pada tahun 1957, saat akan meletus peristiwan PRRI, mahasiswa IKIP dan
>> Unand sedang asyik-asyiknya kuliah.
>> Namun, semuanya berubah setelah adanya pengumuman di Sungai Dareh atas
>> berdirinya PRRI.
>> Ahmad Husein menghimbau partisipasi generasi Sumatera Barat untuk ikut
>> andil mempertahankan martabat daerah yang sedang diinjak-injak oleh
>> pemerintah pusat.
>>
>> Dalam pidatonya di lapangan sepak bola di depan Fakultas Peternakan, pada
>> bulan January 1958, apa apel mahasiswa Unand, Husein berpidato berapi-rapi
>> akan perlunya Sumbar bangkit untuk memajukan daerah termasuk Unand dan
>> IKIP,
>> yang dikatakan sedang dianak tirikan oleh Pusat dibanding dengan UI,
>> Gajahmada di Jawa.
>> Makanya kita harus berani melawan pusat untuk menuntut hak kita, demikian
>> Husein membakar semangat mahasiswa waktu itu.
>>
>> Makanya setelah 15 February, dilakukan pendaftaran besar-besaran tentara
>> pelajar yang diikuti oleh ratusan mahasiswa Unand dan IKIP serta ada juga
>> pelajar STM dan SMA di beberapa kota di Sumbar, ramai diikuti oleh mereka.
>>
>> Terbentuklah beberapa kompi pelajar, yang dilatih secara kilat bagaimana
>> cara menggunakan senjata dan bertempur.
>> Sebenarnya waktu latihan yang pendek itu hanya lebih banyak pada kegiatan
>> baris berbaris dan pidato untuk membangkitkan semangat bertempur, belumlah
>> cukup untuk menguasai ilmu perang dan kemiliteran secara benar.
>>
>> *
>> Anisah, gadis kelahiran Solok, ikut mendaftar jadi anggota palang merah.
>> Waktu itu Anisah masih kuliah di IKPI jurusan Bahasa Indonesia.
>>
>> Kemaren ia pulang kampung.
>> Ayah Anisah, Mak Kari yang jadi guru sekolah rakyat di Solok juga ikut
>> PRRI. Kari diajak oleh mamak rumahnya kopral Salim yang telah jadi tentara
>> dan anak buah Pak Husien.
>> Waktu Anisah mengatakan dan minta ijin ajahnya mau ikut palang merah di
>> Padang, ayahnya menyetujuinya.
>> Hanya ibunya yang keberatan. Maklumlah Anisah adalah putri satu-satunya.
>> Adiknya masih duduk di SMA Solok dan itu laki-laki.
>>
>> Tapi Anisah mengatakan, bahwa tugas palang merah adalah hanya di rumah
>> sakit dan tidak ikut perang, ibunya akhirnya mengalah.
>>
>> Anisah mempunyai pomle seorang mahasiswa fakultas Peternakan Unand bernama
>> Rustam. Rustam anaknya ganteng. Rambut ikal lebat dan dagunya kekar dengan
>> sedikit brewok. Maklumlah ia anak seoarng nelayan dari Naras dan juga
>> pesilat tangguh.
>>
>> Mereka saling mencintai satu sama lain.
>>
>> Sebelum Anisah meminta ijin ayahnya untuk masuk palang merah, ia telah
>> mendiskusikan hal itu dengan Rustam kekasihnya.
>>
>> *
>> Pantai Padang sore itu kembali ramai oleh pasangan anak muda yang
>> menikmati
>> deburan ombak pantai.
>> Deburan ombak itu membawa alunan suara cinta yang merasuk kedalam sukma
>> para pasangan remaja yang menikmatinya dengan duduk di loneng tembok
>> pantai,
>> dikerimbunan pepohonan yang tumbuh di pantai itu.
>>
>> Para nelayan juga sibuk mempersiapkan perahu mereka untuk melaut.
>> Setiap sore sebuah perahu nelayan yang dimuati dengan bekal untuk
>> perjalanan semalam dan sebuah lampu sitarongkeng dinaiki oleh tiga orang
>> nelayan.
>> Setelah didorong ketengah air, lalau mereka mendayung sekitar satu jam
>> ketengah untuk memancing ikan ambu-ambu dan ikan pinang-pinang yang pada
>> musimnya banyak di laut.
>>
>> Sore itu pulang kuliah di Pantau Padang di Muaro.
>> Sepasang muda mudi sedang asyik duduk makan rujak di kedai di pinggir
>> pantai Padang yang terkenal itu.
>> Ada banyak kedai rujak dan limun yang dibangun oleh para isteri nelayan di
>> pantai itu.
>>
>> Rustam dan Anisah, seperti pasangan lainnya sedang memandang indah deburan
>> ombak pantai Padang yang seakan nyanyian asmara yang mengalun indah.
>>
>> Rustam mengajak Anisah turun ke air.
>> Sambil berjalan memainkan ombak di kaki dan bergandengan tangan dua muda
>> mudi yang dimabuk asmara itu berjalan gontai.
>>
>> ”Sah, saya telah mendaftar menjadi tentara kemaren”, kata Rustam memecah
>> kesunyian mereka.
>>
>> Suara Rustam terdengar seperti getaran petir di telinga Anisah. Suara itu
>> diselingi oleh gempuran ombak pantai yang berdebur dengan suara gemuruh.
>> Suara ombak pantai Padang memang spesifik. Sering dijadikan madah buat
>> lagu
>> asmara.
>>
>> ”Uda, sudah mendaftar kemaren”, Anisah mengulang dengan pertanyaan.
>>
>> ”Ya Sah, saya dan enam orang teman mendaftar di Dodik Simpang Haru. Minggu
>> depan kami akan menjalani latihan di Padang Besi Indarung. Ada banyak juga
>> mahasiswa Unand yang mendaftar. Juga banyak temanmu dari IKIP yang ikut”,
>> kata Rustam.
>>
>> Anisah hanya terdiam. Sambil mempererat genggamannya di tangan Rustam, ia
>> berhenti melangkah.
>> Sekarang di pipinya yang bak pauh dilayang, mengalir dua butir air bening.
>> Ia tahu apa artinya mendaftar jadi tentara pelajar. Minggu lalu sewaktu
>> Letkol Husein berpidato di lapangan sepakbola didepan kampus IKIP, ia
>> mendengar bahwa sekarang perjuangan suci mengadapi pernag dengan tentara
>> pusat seakan menjadi panggilan bagi para mahasiswa.
>> Perang, ya perang, berulang Husien mengatakan kata-kata itu dalam
>> pidatonya.
>>
>> Perang berarti menggunakan senjata untuk saling bunuh.
>> Akankah nantinya Rustam ikut terbunuh?
>> Itu yang ada dibenak Anisah sekarang.
>>
>> ”Anisah, kenapa kenapa Isah menagis”, tanya Rustam.
>>
>> ”Saya tidak mau kehilangan uda Rustam”, kata Anisah pelan.
>>
>> ”Saya tidak akan terbunuh sayang. Dan lagi soal mati hidup, kan ada di
>> tangan Tuhan. Isah tidak usah ragu melepas uda”, kata Rustam membujuk.
>>
>> ”Da, perang ini tidak tahu kapan usainya. Yang jelas pasti tentara pusat
>> akan segera kemari. Uda akan bertempur. Dan uda akan jadi korban..
>>
>> Air mata Anisah semakin deras. Rustam mengambil ujung selendang Anisah. Ia
>> mengusap pipi lembut kekasihnya. Basah selendang itu kini.
>>
>> ”Kalau begitu, Anisah minta ijin uda untuk daftar jadi palang merah.
>> Kemaren Putri mengajak Anisah untuk mendaftar”, kata Anisah.
>>
>> ”Jangan sayang, kamu tinggal di kampus sajalah. Kasihan kuliahmu kan
>> tinggal tiga semester lagi.
>>
>> ”Uda, aku juga mau turut menyumbangkan tenagaku untuk daerah kita. Toh
>> sudah pasti kuliah akan tutup selama pergolakan”, kata Anisah.
>>
>> Mereka kembali ke pondok jualan.
>> Rujak yang tadi mereka pesan telah hampir habis.
>> Rustam memanggil Etek Ami penjual rujak. Dan ia membayar dua piring rujak
>> yang mereka pesan.
>>
>> ”Kamu pasti tidak akan diijinkan oleh ayahmu. Sudah minta ijin belum”,
>> tanya Rustam.
>>
>> ”Belum da, besok rencananya Isah mau pulang. Putri juga pulang. Sekalian
>> siap-siap untuk latihan di Rumah Sakit tentara Simpang Haru.
>>
>> ”Ya, kalau memang ayahmu mengijinkan, baiklah mari kita sama-sama
>> berjuang.
>> Kalau umur kita sama panjang, dan jodoh kita direstui Tuhan, kita akan
>> tetap
>> ketemu”, kata Rustam sambil merangkul bahu Anisah.
>> ”Yang jelas saya tidak mau kehilangan kamu dewiku”, kata Rustam.
>>
>> Hari semakin petang. Sebentar lagi maghrib akan datang. Rembang petang
>> matahari mau turun di ujung kaki langit di lepas laut sana memang indah.
>> Warna langit yang kuning kemasan bercampur kemerahan perlahan turun ke
>> kaki
>> langit.
>>
>> Mereka beranjak pergi. Naik oplet kearah Air Tawar.
>> Dua sejoli itu duduk terdiam di atas oplet tua jeep Wilis yang
>> rumah-rumahnya terbuat dari kayu.
>> Sebentar lagi mereka akan berpisah. Dipisahkan oleh pergolakan daerah yang
>> mereka akan turut ambil bagian di dalamnya.
>>
>> *
>> Hari baru jam sembilan di Air Tawar.
>> Hanya beberapa mahsiswa IKIP yang terlihat pergi kuliah pada pagi itu.
>> Unand telah dua minggu libur. Karena beberapa dosen ada yang ikut latihan
>> di Padang Besi.
>> Yang tidak mendaftar jadi tentara memilih pulang kampung.
>>
>> ”Assalamualaikum”.
>>
>> ”Wa alaikum salam, eh uda Rustam”.
>>
>> Rustam muncul pagi itu di tempat kos Anisah di Air Tawar.
>>
>> Anisah sudah memakai pakaian putih-putih. Ia bersiap akan menuju Simpang
>> Haru rumah sakit tentara temapt ia kini mulai bertugas jadi perawat yang
>> disebut anggota palang merah.
>>
>> ”Sudah mau berangkat Sah”, tanya Rustam.
>>
>> ”Ya da, saya barusan mau menyetop oplet ke Simpang Haru”, kata Anisah.
>>
>> Rustam datang dengan pakaian tentaranya. Sebuah senjata LE tersandang
>> dibahunya.
>>
>> ”Uda kelihatan gagah dengan seragam ini”, kata Anisah.
>>
>> ”Isah juga makin cantik dengan pakaian palang merah”, balas Rustam.
>>
>> ”Sah, keadaan semakin genting. Tadi malam kami di berikan briefing oleh
>> komandan di asrama Simpang Haru. Semua pasukan disiagakan. Kita sedang
>> siaga
>> satu menghadapi peperangan. Aku diperintahkan bersama kompi B bertugas di
>> sekitar lapangan Tabing. Dan kompi A bertugas di sepanjang pantai Ulak
>> Karang.
>> Menurut berita intelijen, akan ada pendaratan pasukan APRI hari ini.
>> Sah, keadaan seirus sekarang.
>> Kalau terjadi sesuatu pada kita, saya mohon kerelaan Isah”.
>>
>> Rustam mengeluarkansebuah bungkusan dari kantong celananya. Ia berikan
>> kepada Anisah.
>>
>> ”Sah, ini sebuah cincin yang saya beli di toko emas di Padang kemaren.
>> Isah
>> simpanlah cicncin itu. Cincin itu bertuliskan nama kita. Ia menjadi saksi
>> cinta kita berdua”.
>>
>> ”Uda, kita harus segera bicara dengan ayah saya. Juga kita harus ketemu
>> mak
>> dan abak uda. Kita bicarakan ke pada mereka. Mari kita langsung
>> bertunangan
>> saja.
>> Ibu saya pernah menanyakannya kemaren sewaktu minta ijin menjadi palang
>> merah”, kata Anisah.
>>
>> ”Sebenarnya memang baiknya begitu Sah. Tapi sekarang waktunya kelihatannya
>> tidak mungkin lagi. Pakailah cicncin itu. Anggaplah kita sudah berikatan”.
>>
>> Anisah membuka kotak beledru biru itu. Sebuah cincin emas seberat 8 gram
>> berkilauan. Di bagian dalam bertuliskan ”Anisah-Rustam”.
>> Rustam memasukkan cincin itu ke jari Anisah.
>> Cincin polos berbentuk ring itu pas benar di jari manis Anisah.
>>
>> Tiba-tiba terdengar sayup-sayup dengungan pesawat terbang. Makin lama deru
>> mesinnya makin keras.
>> Rustam melihat kelangit arah ke Gunung Padang. Dari sana di balik awan
>> kelihatan iringan pesawat terbang.
>>
>> ”Isah, cepat sembunyi. Mereka telah datang. Aku harus segera gabung dengan
>> pasukanku”.
>>
>> ”Jaga diri uda”.
>>
>> ”Assalamualaikum”.
>>
>> *
>>
>> Rustam terus berlari ke arah mudik. Larinya cepat menuju ke lapangan udara
>> Tabing bergabung dengan pasukannya.
>>
>> Ada lima pesawat terbang berputar-putar disepanjang pantai antara Ulak
>> Krang dengan Tabing.
>> Kelihatan dengan jelas dari perut pesawat keluar pasukan payung terjun
>> dari
>> udara.
>> Paling banyak diterjunkan di sekitar lapangan udara Tabing.
>> Segera saja terjadi pertempuran di sana.
>>
>> Rupanya itu adalah pasukan payung tiruan. Ternyata yang diterjunkan yang
>> pertama itu adalah boneka kayu yang didandani mirip tentara yang berbaju
>> loreng.
>> Pasukan PRRI yang kebanyakan anggotanya adalah mahasiswa dan pelajar itu
>> tertipu. Mereka menembaki boneka kayu itu.
>> Peluru banyak yang mereka habiskan percuma.
>> Komandan kompi becarut bungkang.
>>
>> ”APRI kalera, dikicuhnya awak”.
>>
>> Segera ia kembali mengumpulkan pasukan untuk konsolidasi.
>>
>> Lima pesawat yang pertama kedengaran menjauh. Tetapi segera diganti dengan
>> kedatangan tiga pesawat pembom dan dua pesawat penerjunan pasukan.
>> Kembali pasukan payung terjun di seputar bandara.
>> Kali ini lapangan udara Tabing dihujani oleh bom dari pesawat.
>>
>> Pasukan loreng yang terjun kali ini benar pasukan dari APRI.
>> Kembali terjadi tembakan seru. Pertempuran kembali pecah. Pasukan APRI
>> yang
>> terlatih perang dari kesatuan lintas udara Brawijaya dan Siliwangi
>> berhadapan dengan pasukan PRRI yang terdiri dari mahasiswa dan pelajar
>> yang
>> masih hijau dengan suasana pertempuran.
>> Sungguh tidak seimbang keadaan perang siang itu. PRRI segera menjadi
>> sasaran empuk pasukan APRI.
>>
>> Hanya lima belas menit lapangan udara tabing dikuasai oleh pasukan
>> pemerintah pusat.
>>
>> Para pasukan kompi B dan kompi A banyak yang menjadi korban. Yang luka dan
>> masih hidup segera di tawan. Mereka dikumpulkan di hanggar lapangan udara.
>>
>> *
>>
>>
>> Sejak mendengar bunyi pesawat pagi itu, dan setelah Rustam lari kearah
>> Tabing, Anisah kembali masuk ke kamarnya.
>> Ia mengambil tas palang merah. Ia tidak jadi ke rumah sakit di Simpang
>> Haru.
>>
>> Anisah menyetop oplet menuju ke Tabing.
>> Setelah turun dari oplet, Anisah berlari kearah lapangan terbang.
>> Pertempuran terjadi di sana.
>>
>> Banyak korban berjatuhan di pihak PRRI. Tentara yang masih muda-muda itu
>> meringis dan meregang nyawa tersambar peluru.
>> Anisah segera menolong para korban peretmpuran itu. Baju putihnya kini
>> sudah terpercik oleh darah para korban.
>>
>> Di ujung landasan, dibawah pohon ketapang, seseorang menyeret badannya
>> yang
>> telah berlumuran darah.
>>
>> ”Tolong”, panggil orang itu.
>>
>> Anisah segera berlari kearah orang itu.
>> Disampingnya empat mayat telah tercabik pecahan bom.
>>
>> ”Uda”, Anisah terpekik manakala melihat yang terluka berat itu adalah
>> Rustam kekasihnya.
>>
>> ”Sah”, kata Rustam parau. Dari mulutnya keluar darah. Punggungnya robek
>> kena pecahan bom.
>>
>> Anisah segera membuka tas palang merahnya. Perbannya sudah habis terpakai
>> untuk membalut luka para korban.
>> Sambil menangis ia membuka baju Rustam. Air matanya makin deras melihat
>> dada bidang kekasihnya berlumuran darah.
>> Dua botol obat merah yang masih tersisa ia tuangkan ke luka Rustam. Rustam
>> terluka parah. Ia kebatkan baju Rustam ke punggungnya yang ternganga.
>> Darah
>> terus mengalir.
>>
>> Kaki kirinya juga patah dan terlihat tulang keringnya. Anisah membuka
>> bajunya. Ia tidak peduli walau hanya tinggal kutang saja. Kulit putihnya
>> belepotan darah Rustam. Kaki itu ia balut dengan robekan bajunya.
>>
>> ”Sah, jaga dirimu. Aku sudah tidak tahan lagi. Mataku mulai kabur Sah”,
>> kata Rustam tertahan-tahan.
>> Rustam kehilangan banyak darah. Itu membuatnya lemah dan hampir pingsan.
>>
>> ”Uda luka parah, jangan banyak bicara dulu”, kata Anisah sambil menangis.
>> Anisah memeluk tubuh kekasihnya.
>> Jemarinya ia sisirkan ke rambut ikal Rustam.
>> Rustam tersenyum kepada kekasihnya.
>>
>>
>> Kabut mesiu masih tebal di seputar lapangan terbang. Tembakan masih
>> terdengar sayup-sayup di pantai. Rupanya ada pertempuran juga di sana.
>> Pasukan katak angkatan laut mendarat di pantai Tabing.
>> Mereka segera mengadakan pembersihan dan memburu para PRRI yang ada di
>> pantai.
>>
>> ”Sah, aku cinta padamu. Selamat ting...gal..Sah”.
>>
>> Sambil tersenyum di bibirnya akhirnya Rustam menutup matanya.
>> Anisah meraung sambil tetap memeluk Rustam.
>>
>> ”Udaaaa”.
>>
>> Tragedi itu telah terjadi. Dua kekasih itu telah terpisahkan oleh maut.
>> Maut itu sungguh cepat datangnya. Pagi jam sembilan tadi mereka masih
>> saling
>> tersenyum menyatakan cinta mereka. Mereka masih saling mencium cincin
>> pemberian Rustam.
>> Kini salah satu telah tiada.
>>
>> Perang memang kejam. Perang hanya menyisakan duka dan nestapa. Cinta dua
>> anak manusia, Anisah dan Rustam terenggut siang itu.
>>
>> Rustam telah pergi. Ia menjadi korban pertempuran di lapangan udara Tabing
>> antara PRRI dengan APRI.
>>
>> Anisah memandang tubuh Rustam yang telah kaku. Ia menggemgam tangan
>> kekasihnya itu. Tangannya yang di jari manisnya lekat sebuah cincin yang
>> diberikan Rustam tadi pagi, berlumuran darah Rustam sendiri.
>>
>> Rustam pergi selamanya membawa cinta mereka berdua.
>>
>>
>>
>>
>> --
>> .
>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
>> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/~<http://groups.google.com/group/RantauNet/%7E>
>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>> ===========================================================
>> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
>> - DILARANG:
>>  1. E-mail besar dari 200KB;
>>  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
>>  3. One Liner.
>> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
>> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>> mengganti subjeknya.
>> ===========================================================
>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>>
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
>   1. E-mail besar dari 200KB;
>   2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke