Tapi adolo nan indak Islaminyo, yaitu seks bebas, minum arak dlsb. Cubo baco 
curito dibaruah ko.

Tanya

Assalamualikum Wr Wb,

Pak Ustadz yang saya hormati, langsung saja ya Pak. Saya tinggal di Japan, dan 
saya melihat di sini bahwa judi, minuman keras dan free sex sudah menjadi 
barang 
yang umum dan bukan sebuah kriminal (asal tidak mengganggu ketertiban umum 
versi 
Undang-Undang Japan).
Yang jadi pertanyaan adalah, sering semasa saya di Indonesia, ustadz-ustadz 
saya 
mengatakan bahwa Judi, minuman keras dan sex bebas akan merusak sebuah 
masyarakat.judi membuat orang jadi malas bekerja, minuman keras akan menjadikan 
masyarakat kacau dan lain-lain.
Namun yang saya lihat di Japan ini kok tidak seperti yang dikatakan 
ustadz-ustadz saya di Indonesia ya Pak?
Di sini, yang judi ya judi, tapi kerja ya kerja, kerja keras malahan, dan tidak 
malas-malasan. Tapi tetap jujur, amanah, tepat waktu, tanggung jawab sama 
kerjaan, profesional deh sikapnya. Tidak suka ngeles kayak di Indonesia, kalau 
kerjaannya nggak beres.
Padahal kalau saya tidak salah, di Quran sudah jelas-jelas dilarang hal-hal itu 
karena agar masyarakat jadi baik.
Saya jadi berpikir, sebenarnya apa sih yang bikin masyaraat jadi baik? Agama 
atau tegaknya aturan? Di Japan ini yang jelas-jelas orang tidak mengenal Tuhan, 
tapi karena aturan dan sangsi yang tegas, orang jadi tunduk..
Di sini nggak kenal namanya zakat, tapi pajak dan itu sangat ditaati, nggak 
kenal yang namanya kerja adalah ibadah. Tapi kerjanya lebih bagus dari kita. 
Lebih punya spirit, tidak kenal yang namanya dalil-dalil agar jujur, tapi 
mereka 
jujur.
Sementara di Indonesia dan negara-negara Arab sana yang tempat turunnya para 
Nabi yang agama dipandang suatu hak mutlak untuk dimiliki dan dijalankan. Tapi 
pelaksanaannya jauh lebih tidak berperikemanusiaan. Astagfirullah
Tolong ya Pak Ustadz.saya lagi mencari pencerahan.
Terima kasih atas jawabannya
Wasalam,
Nurman

Jawaban

Assalamu ‘alaikum warhmatullahi wabarakatuh,
Barangkali yang sedang anda rasakan ini sama dengan yang dirasakan oleh ulama 
Mesir di masa lalu. Beliau adalah seorang Muhammad Abduh.
Beliau sempat pergi dan melihat-lihat Eropa, meski pun beliau berasal dari 
Mesir. Di Eropa beliau cukup terkesima melihat kehidupan yang teratur, 
birokrasi 
yang profesional, kebersihan yang terpelihara di mana-mana, penghargaan 
terhadap 
waktu dan seterusnya.
Semua sangat kontradiktif dengan yang beliau dapati di negerinya sendiri, 
Mesir. 
Di sana kehidupan sangat tidak teratur, birokrasi sangat lambat bagai kura-kura 
jalan di tempat, kebersihan dan keindahan kurang mendapat perhatian, orang 
banyak buang waktu sia-sia dengan nongkrong di warung kopi.
Sehingga muncullah ungkapan beliau yang sangat terkenal itu. Di Eropa kita 
melihat Islam tapi tidak melihat kaum muslimin. Dan di Mesir kita melihat umat 
Islam tapi tidak melihat Islam.
Jadi memang ada benarnya apa yang sekarang ini terlintas di benak anda. Mungkin 
di Jepang ada Islam tapi minim umat Islam. Islam yang dimaksud adalah 
kebersihan, ketertiban, keprofesionalan, efisiennya birokrasi, kemajuan 
teknologi dan seterusnya.
Sedangkan di Indonesia, umat Islam jumlahnya ada 200 juta, tapi penerapan 
ajaran 
Islam dalam bentuk keberishan, keindahan, kerapihan, profesionalisme dan 
seterusnya, mungkin masih belum ada apa-apanya dibandingkan yang sudah berjalan 
di Jepang.
Implementasi Syariah Islam di Negeri Islam
Harus kita akui bahwa nyaris di semua negeri Islam, syariat Islam yang sudah 
dijalankan masih terlalu sedikit. Jangan dulu bicara hukum potong tangan, 
qishash, merajam pezina, atau mencambuk peminum khamar, bahkan sekedar shalat 5 
waktu sekalipun, rasanya kok masih sedikit yang melakukannya.
Bukankah kendaraan di jalan raya masih tetap berseliweran saat khatib sudah 
naik 
mimbar Jumat? Apakah mereka yang di dalam mobil itu tidak pada shalat Jumat?
Bukankah jalan-jalan di kota Jakarta justru sangat padat pada jam-jam shalat 
Maghrib? Lalu kapan mereka melakukan shalat Maghrib? Di dalam mobil dan bus? 
Rasanya tidak mungkin.
Bukankah pusat perbelanjaan seperti mal dan sejenisnya, juga semakin padat 
justru pada jam shalat Maghrib? Lalu di mana mereka melakukan shalat maghrib? 
Di 
mushalla mal yang ukurannya 2 x 1 meter persis selebar kuburan?
Nah kalau anda bilang bahwa di Indonesia seharusnya lebih aman karena tidak ada 
orang mabuk, rasanya kurang tepat. Sebab jumlah peminum minuman keras di 
Indonesia mungkin malah jauh lebih banyak dari pada di Jepang.
Jumlah orang yang berzina di negeri kita mungkin juga lebih banyak dari Jepang. 
Termasuk jumlah orang yang nyolong, merampok, makan uang rakyat, termasuk 
menipu 
rakyat dan menjual aset negara, jumlahnya tidak pernah berkurang.
Dan ingat, negeri kita ini masih termasuk negeri yang tertinggi dalam prestasi 
korupsinya. Sebab dilakukan secara berjamaah mulai dari struktur pemerintahan 
terendah sampai yang tertinggi. Anda bisa bayangkan, kalau seorang Menteri 
Agama 
yang harusnya mengurus kebajikan dan amal shaleh, selesai jadi menteri malah 
masuk penjara untuk urusan yang sangat memalukan: korupsi.
Jadi jangan dulu berharap terlalu besar kepada Indonesia dalam masalah hasil 
penerapan Islam, walau pun secara kebetulan penduduknya mengaku beragama Islam. 
Sebab Islam yang mereka maksud ternyata tidak lebih dari sekedar formalitas, 
adapun urusan implementasi, rasanya masih banyak yang belum dilaksanakan 
sepenuhnya. Baik secara individu apalagi komunitas.
Jepang dan Negara Maju
Tapi sebaliknya, anda pun jangan berbangga dulu dengan kemajuan yang ada di 
negara Jepang, Eropa, Amerika dan lainnya.
Sekilas mereka memang kelihatan lebih maju, kaya, modern, profesional dan serba 
otomatis. Sehingga kita jadi seperti orang kampung masuk kota yang norak dan 
ndeso.
Namun anda harus akui bahwa kehidupan moral mereka pun jauh lebih bejat dari 
binatang. Bayangkan, zina mereka lakukan sudah bukan lagi dengan lawan jenis 
tetapi dengan sesama jenis. Bahkan dilegalkan menjadi keluarga, di mana ayah 
dan 
ibunya sama-sama laki-laki, ih jijay!
Apa itu yang kita bilang kemajuan? Nanti dulu
Penyakit kelamin semacam spilis, gonorhae bahkan HIV di negeri maju ang kita 
banggakan itu ternyata bukan hanya melanda para PSK saja, tetapi sudah menjadi 
penyakit semua orang termasuk anak-anak. Kita tidak bisa bayangkan kalau murid 
SD sudah terjangkit penyakit kelamin.
Orang tua anda selama masih hidup di Indonesia, insya Allah masih akan kita 
ajak 
tinggal di rumah kita, di rumah salah satu anak beliau. Sementara di negeri 
maju 
yang kita banggakan itu, orang tua bila dianggap sudah tidak berguna lagi, maka 
tempatnya cuma satu: panti jompo.
Dan anda kalau terus-terusan tinggal di jepang, setelah pensiun dan tidak 
berguna lagi dalam beberapa tahun lagi, siap-siap dijebloskan ke panti jompo.
Dan sebagai bagian dari warga negara maju, anda harus ikhlas kalau malam ini 
isteri anda harus tidur dengan atasannya, besok malam dengan bawahannya, 
besoknya lagi tidur dengan sopir perusahaan, besoknya lagi ditiduri oleh 
pengantar Pizza. Sebab anda pun harus melakukannya juga dengan bawahan anda, 
atau dengan isteri tetangga, atau dengan rekan bisnis.
Seks bebas yang mengakibatkan penyakit kelamin sudah dianggap biasa, bahkan 
merupakan keharusan. Kita sebagai rakyat Indonesia yang masih normal, rasanya 
bulu roma ikut bangun mendengarnya.
Jadi kalau ditimbang-timbang, sebenarnya kemajuan Eropa, Amerika, Jepang dan 
negeri maju lainnya, tidak terlalu mempesona juga. Apalagi di sana kita tidak 
bisa makan gado-gado lontong, cuma makan roti dan keju yang tanpa rasa itu. 
Biar 
bagaimana pun, sop kaki sapi Tenabang tetap lebih nikmat rasanya.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warhmatullahi wabarakatuh,

Posted in Ustadz Menjawab - Fiqh Kontemporer by Adwan on the Mei 6th, 2008
Sumber : Era Muslim 
http://islam.dagdigdug.com/jepang-lebih-islami-dari-indonesia/

Dedi N - 49"In Islam has a peaceful and happiness"
Asal: Kotogadih, Sunua, Kurai Taji, Pariaman.






________________________________
From: Anzori <anz...@yahoo.com>
To: rantaunet@googlegroups.com
Sent: Mon, March 14, 2011 12:36:48 PM
Subject: Re: [R@ntau-Net] Kecilnya Korban Tsunami di Jepang, Karena mereka 
hidup 
"Islami"


Urang Japang indak punyo sifat maleh jo pancaliah, makonyo utaknyo maju2, tapi 
syukur Japang kalah di PD 2, kalau indak, awak ala dijajah Japang sampai kini

 Zorion_Anas 
*55yo
http://minangmaimbau.blogspot.com
http://zorionanas.blogspot.com
anz...@yahoo.com, zori...@gmail.com, zor...@bismillah.com 
Cel./HP No. :081384611336, 085811646566
Country code +62




________________________________
From: Dedi Nofersi <dxnof...@yahoo.com>
To: rantaunet@googlegroups.com
Sent: Mon, March 14, 2011 12:15:38 PM
Subject: [R@ntau-Net] Kecilnya Korban Tsunami di Jepang, Karena mereka hidup 
"Islami"


Budaya hidup "Islami" orang Jepang:

        1. Terkenal dengan budaya malu dan kejujuran.
        2. Terkenal dengan sikap disiplin.
        3. Terkenal dengan budaya membaca dan belajar.
        4. Terkenal dengan budaya kerja dan inovasi.
        5. dll.
Sayangnya hanya satu, belum ngucapkan dua kalimat syahadat. 
Dedi N - 49"In Islam has a peaceful and happiness"
Asal:  Kotogadih, Sunua, Kurai Taji, Pariaman.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib 
mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. E-mail besar dari 200KB;
2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/


-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib 
mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. E-mail besar dari 200KB;
2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



      

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke