Angku Anggun Gunawan,

Artikel bagus, sebaiknya masuk ke media masa di luar Lapau ini. Ataukah parnah 
dikirim untuk diterbitkan? Kalau belum, saya anjaurkan setidak-tidaknya di 
surat kabar di sana seperti Suara Merdeka supaya publik tahu isi pesan ini.

Kunjungan anda ke rumah Pak Zurkowi mengingatkan saya dengan kunjungan ke rumah 
mantan diplomat ulung Birma (Myanmar) di Yanggon akhir tahun 2003. Suasana 
mencengkam di negara itu dimana banyak orang tidak dapat bersuara. Saya diajak 
putra beliau yang saya kenal dalam konperensi Sejarah dan Seni di Yangoon 
waktuu itu. Putra baliau itu adalah seorang professor Sejarah di salah satu 
Universitas di Yangoon. Saya merasa dekat dengan yang malahan mau mengajakn 
saya mengunjungi orang tuanya. Di sana baru tahu ayahnya seorang besar mantan 
duta keliling di masa sebelum penguasa-penguasa kontemporer waktu itu. Rumahnya 
dan cara hidupnya sangat sederhana dan penuh memorabilia di masa karir indah di 
masa jayanya. 

Sayang komunikasi saya dengan teman-teman kenalan waktu konperensi itu terputus 
begitu saja, email tidak ada ada yang sampai terbalas oleh mereka.

Salam,
--MakaNgah
Sjamsir Sjarif
DiTapi Riak nan Badabua
June 24, 2011
--- In rantau...@yahoogroups.com, anggun gunawan <anggun_gunawan@...> wrote:
>
> Assalamu'alaikum Mamak dan Bundo Kanduang sarato dunsanak kasadonyo.. 
> Manumpang ambo ciek mangirimkan artikel di milis ko..:)
>  
> 
> MENGENANG RUYATI JIKA DUBESNYA PAK ZARKOWI
> 
> Tak ada satpam yang berdiri di depan 
> pagar. Hanya seorang pembantu wanita  berumuran 30-an tahun yang 
> membukakan gerbang pintu. Aku mulai melangkahkan kaki menuju teras rumah
>  sambil menatap taman kecil yang ditanami pohon perdu bewarna hijau. 
> Rumah itu tidak terlalu istimewa. Seperti rumah biasa dengan arsitektur 
> biasa pula. Akupun dipersilahkan masuk oleh seorang bapak tua, yang tak 
> lain adalah tuan rumah yang hendak kutemui. Kembali mataku menerawang 
> menatap seisi ruangan. Tetap tak ada yang istimewa, kecuali sebuah 
> lemari besar yang berisi deretan buku. Selain itu, hanya ada sebuah TV 
> flat sekitar 21 inch dan sebuah monitor komputer.
> 
> Setelah sedikit basa-basi, bapak tua itu 
> mulai bercerita banyak hal. Tentang kisah hidup yang masih kuat dalam 
> memorinya. Dengan antusias beliau menguraikan sekuel-sekuel lama yang 
> coba kutangkap dengan sedikit pengetahuanku tentang sejarah.
> 
> Beliau adalah Drs. Zarkowi Soejoeti,
>  Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Saudi Arabia tahun 1997-1999. 
> Akupun tak menduga bisa bertemu dengan bapak tua yang kaya pengalaman 
> ini dalam 2 kali sore, tadi dan kemarin. Kedatanganku ke rumah beliau 
> semula hanya untuk mengambil berkas kata sambutan untuk buku "Krisis 
> Timur Tengah" yang ditulis oleh Mamak Zulharbi Salim (mantan Wartawan 
> Antara di Timur Tengah yang kukenal pertama kali lewat milis Rantaunet).
>  Namanya juga anak muda yang dimintai tolong, akupun menurut saja atas 
> permintaan Mamak Zulharbi. Tapi aku tak menyangka, ternyata "tugas" di 
> tengah kesibukanku di CRCS UGM ini memberikan pengalaman berharga 
> bagiku.
> 
> Ketika saat ini banyak orang ribut-ribut 
> tentang hukuman pancung terhadap Ruyati, TKW Indonesia di Saudi Arabia 
> yang dituduh membunuh majikannya, secara tidak sengaja aku bertemu 
> dengan Pak Zarkowi. Kalau kita mau sedikit mencari informasi di 
> internet, sebenarnya kasus TKW yang dihukum mati di Saudi bukanlah 
> perkara baru. Di titik inilah aku merasa pertemuan dengan Pak Zarkowi 
> begitu bermakna, karena beliau adalah Duta Besar yang berhasil 
> membebaskan 4 TKI dari jeratan hukum qishas di Saudi Arabia.
> 
> 
> Di tahun 1997 itu, saat gejolak dalam 
> negeri akibat krisis ekonomi, Pak Zarkowi diamanahi untuk menjadi Duta 
> Besar di Saudi Arabia. Baru saja sampai di negeri tempat kiblat kaum 
> muslimin itu, beliau sudah dihadapkan dengan 2 perkara pelik: TKI Ilegal
>  yang terlantar dan jeratan hukuman pancung 2 TKI.
> 
> "Ada 18.027 TKI ilegal yang kita 
> kumpulkan di KBRI Jedah. Penuh sesak, hingga meluber ke jalan. Saya 
> kemudian minta izin kepada pemerintah Saudi untuk mengosongkan jalan di 
> sekitar KBRI yang dipenuhi puluhan ribu manusia. Sayapun meminjam Madinatul 
> Haj
>  (tempat penginapan jama'ah haji), agar keramaian itu bisa teratasi. 
> Abdul Latief (Menteri Tenaga Kerja kala itu) saya kontak untuk 
> menyiapkan dana kepulangan. Edi Sudrajat yang diutus untuk melihat 
> situasi di Saudi, merasa iba dengan nasib TKI yang terlantar itu, 
> kemudian menitipkan uang $10.000. Tapi tetap tidak cukup, hatta untuk 
> memberikan makan sehari. Suasana semakin keruh, ketika para 
> preman-preman lokal menakut-nakuti TKI. Mereka meminta uang keamanan."
> 
> Untunglah suasana pelik itu tak 
> berlangsung lama. Hanya dalam waktu sebulan, 18.027 orang TKI yang 
> terlunta-lunta di Saudi Arabia bisa dipulangkan ke tanah air. Bagaimana 
> caranya?
> 
> "Lewat Menteri Luar Negeri, saya meminta 
> kepada Pak Harto (Presiden Soeharto) untuk mengirimkan armada. Awalnya 
> meminta kapal laut, tapi pemerintah mengirimkan Hercules hanya mampu 
> mengangkut 300 orang sekali terbang. Jalan lainpun ditempuh. Saya 
> hubungi maskapai penerbangan internasional yang punya rute ke Indonesia.
>  Dengan ancaman, `Kalau tidak mau mengangkut TKI, maka jangan harap bisa
>  mendarat di Cengkareng.' Soal uang urusan belakangan. Yang penting 
> semua TKI bisa dipulangkan."
> 
> Begitu pula dengan perjuangan beliau 
> membebaskan 4 TKI dari jeratan hukuman mati. Saudi memang dikenal 
> sebagai negara penganut Mazhab Hambali, salah satu mazhab hukum populer 
> dalam Islam yang agak literal dalam memahami Al Qur'an. Kalau mencuri, 
> dihukum potong tangan. Kalau membunuh, dihukum qishas alias nyawa 
> dibayar nyawa. Kesaklekan hukum Saudi itulah yang dijadikan alasan utama
>  oleh pejabat negara atas perkara yang menimpa Ruyati. Tapi bukanlah 
> diplomat namanya, kalau tak pandai berdiplomasi.
> 
> "Kita sudah sama-sama tahu bahwa Saudi 
> menerapkan hukum potong tangan dan pancung. Tapi sebenarnya ada celah 
> yang bisa digunakan. Ketika mendengar berita putusan pancung terhadap 
> Nasiroh, seorang TKW yang dituduh membunuh majikannya, kamipun segera 
> bergerilya. Laki-laki Arab biasanya menikahi lebih dari satu perempuan. 
> Akhirnya, bertemulah kami dengan istri ketiga dari laki-laki terbunuh 
> itu. Setelah bercerita panjang lebar, sang istri sekaligus ahli waris 
> korban mau memaafkan, sehingga hukuman qishas dibatalkan, diganti dengan
>  denda."
> 
> "Tak ada yang sulit, jika mau berusaha. 
> Tak ada masalah yang pelik, kalau ada usaha menyelesaikannya." Kata-kata
>  Pak Zarkowi menyentakkanku akan perbedaan bak langit dan bumi 
> menyaksikan respon yang diambil oleh pemimpin negeri ini dalam menyikapi
>  kasus Ruyati. Mencecar, dan mengutuk di media, tapi tetap saja sekedar 
> pepesan kosong, omongan melompong tanpa aksi nyata.
> 
> Jika Pak Zarkowi bisa menyelesaikan kasus
>  TKI yang dihukum pancung dan memulangkan TKI yang terlantar di luar 
> negeri, kenapa Dubes saat ini tidak bisa? Aku tak tahu jawaban pastinya.
>  Namun yang jelas memang ada perbedaan semangat antara orang dulu dengan
>  orang sekarang.
> 
> "Saya ini turut berjuang dalam perang 
> kemerdekaan, Mas. Umur 14 tahun saya sudah memanggul senjata. Kakak saya
>  mati ditembak Belanda. Saya tahu benar perihnya meraih kemerdekaan. 
> Sementara mereka yang menjabat saat ini, hanya menikmati saja." Ungkapan
>  Pak Zarkowi ini membuat mataku semakin terang, tentang dua tipelogi 
> pejabat: ada orang yang menjabat karena pengabdian untuk bangsa, dan ada
>  juga yang berkuasa hanya demi meraup keuntungan materi dan gengsi. 
> Orang yang berjuang untuk rakyat, pasti memikirkan rakyat. Jangankan 
> korupsi, meminta balasan imbalan atas prestasipun mereka tak mau. Tapi 
> yang bertahta karena gila dunia, hanya manis di mulut tapi tak ada 
> tindakan nyata. Boro-boro memikirkan nasib rakyat, malah mereka 
> bernyanyi riang ketika korupsi merajalela.
> 
> "Saya sebenarnya mau bersuara. Tapi nanti dibilang terjangkit senior 
> syndrom." Begitu kata Pak Zarkowi mengakhiri pembicaraan kami terkait TKI.
> 
> Dalam perjalanan pulang ke asrama, akupun
>  tercenung lama. Seringkali kita mengeluh tentang krisis keteladanan. 
> Tapi jarang sekali kita mau membuka mata tentang keberadaan para sesepuh
>  yang bermandikan pengalaman hidup. Kita hanya menganggap mereka sebagai
>  orang tua ringkuk yang merepotkan dan tinggal menunggu hari kematian. 
> Kita lupa bahwa mereka sangat ingin bercerita tentang kisah hidup yang 
> bisa menjadi pegangan masih anak-anak muda rapuh seperti kita. Kita 
> sering mengabaikan mereka dan merasa mampu membangun masa depan dengan 
> kemampuan diri sendiri. Hingga kitapun menjadi generasi sombong, 
> kemudian tak tahu lagi apa arti sebuah perjuangan.
> 
> Orang tua jujur dan hebat seperti Pak 
> Zarkowi sebenarya banyak di sekeliling kita. Tapi, memang kita adalah 
> bangsa yang pelupa. Sakit historia amnesia yang begitu akut. Tidak hanya
>  para pejabat, tetapi juga anak-anak muda yang diharapkan menjadi 
> pelanjut masa depan negeri ini.
> 
> Orang tua seperti Pak Zarkowi sangat 
> ingin memberikan kita nasehat hidup. Tapi memang kita terlalu sibuk 
> dengan dunia baru yang begitu mengasyikan tapi nihil akan makna. Sudah 
> saatnya anak-anak muda seperti kita menjadi mulai mendekatkan diri 
> dengan orang-orang tua yang masih peduli dengan nasib negeri ini. Agar 
> kita tidak mengulangi kesalahan yang sama, sebagaimana yang diperbuat 
> oleh generasi yang sedang berkuasa saat ini.
> 
> Terima kasih Pak Zarkowi…
> 
> Anggun Gunawan26 tahun - Male SingleWeb Admin Center for Religious and 
> Cultural Studies 
> Universitas Gadjah Madahttp://grelovejogja.wordpress.com



-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke