Nakan Anggun ijin ambo sharing carito yang sangat hebatko yo. Slm Darwin Chalidi, Tangsel
On 6/24/11, anggun gunawan <anggun_guna...@yahoo.com> wrote: > mamak sjamsir sjarif nan ambo hormati.. tarimo kasi atas apresiasi mamak > untuk artikel ambo.. nan dek ambo hanyo sekedar menceritakan apo nan ambo > alami.. siapo tahu bisa jadi inspirasi buek kito basamo.. tantu bapak2, > ibuk2 dan dunsanak di palanta ko punyo cerita yang lebih hebat dari nan ambo > caritokan.. tantu semakin indah kalau kita bisa babagi carito..:) he2..:) > > --- On Fri, 6/24/11, sjamsir_sjarif <hamboc...@yahoo.com> wrote: > > From: sjamsir_sjarif <hamboc...@yahoo.com> > Subject: Re: [R@ntau-Net] Mengenang Ruyati > To: rantaunet@googlegroups.com > Date: Friday, June 24, 2011, 8:37 AM > > Angku Anggun Gunawan, > > Artikel bagus, sebaiknya masuk ke media masa di luar Lapau ini. Ataukah > parnah dikirim untuk diterbitkan? Kalau belum, saya anjaurkan > setidak-tidaknya di surat kabar di sana seperti Suara Merdeka supaya publik > tahu isi pesan ini. > > Kunjungan anda ke rumah Pak Zurkowi mengingatkan saya dengan kunjungan ke > rumah mantan diplomat ulung Birma (Myanmar) di Yanggon akhir tahun 2003. > Suasana mencengkam di negara itu dimana banyak orang tidak dapat bersuara. > Saya diajak putra beliau yang saya kenal dalam konperensi Sejarah dan Seni > di Yangoon waktuu itu. Putra baliau itu adalah seorang professor Sejarah di > salah satu Universitas di Yangoon. Saya merasa dekat dengan yang malahan mau > mengajakn saya mengunjungi orang tuanya. Di sana baru tahu ayahnya seorang > besar mantan duta keliling di masa sebelum penguasa-penguasa kontemporer > waktu itu. Rumahnya dan cara hidupnya sangat sederhana dan penuh memorabilia > di masa karir indah di masa jayanya. > > Sayang komunikasi saya dengan teman-teman kenalan waktu konperensi itu > terputus begitu saja, email tidak ada ada yang sampai terbalas oleh mereka. > > Salam, > --MakaNgah > Sjamsir Sjarif > DiTapi Riak nan Badabua > June 24, 2011 > --- In rantau...@yahoogroups.com, anggun gunawan <anggun_gunawan@...> wrote: >> >> Assalamu'alaikum Mamak dan Bundo Kanduang sarato dunsanak kasadonyo.. >> Manumpang ambo ciek mangirimkan artikel di milis ko..:) >> >> >> MENGENANG RUYATI JIKA DUBESNYA PAK ZARKOWI >> >> Tak ada satpam yang berdiri di depan >> pagar. Hanya seorang pembantu wanita berumuran 30-an tahun yang >> membukakan gerbang pintu. Aku mulai melangkahkan kaki menuju teras rumah >> sambil menatap taman kecil yang ditanami pohon perdu bewarna hijau. >> Rumah itu tidak terlalu istimewa. Seperti rumah biasa dengan arsitektur >> biasa pula. Akupun dipersilahkan masuk oleh seorang bapak tua, yang tak >> lain adalah tuan rumah yang hendak kutemui. Kembali mataku menerawang >> menatap seisi ruangan. Tetap tak ada yang istimewa, kecuali sebuah >> lemari besar yang berisi deretan buku. Selain itu, hanya ada sebuah TV >> flat sekitar 21 inch dan sebuah monitor komputer. >> >> Setelah sedikit basa-basi, bapak tua itu >> mulai bercerita banyak hal. Tentang kisah hidup yang masih kuat dalam >> memorinya. Dengan antusias beliau menguraikan sekuel-sekuel lama yang >> coba kutangkap dengan sedikit pengetahuanku tentang sejarah. >> >> Beliau adalah Drs. Zarkowi Soejoeti, >> Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Saudi Arabia tahun 1997-1999. >> Akupun tak menduga bisa bertemu dengan bapak tua yang kaya pengalaman >> ini dalam 2 kali sore, tadi dan kemarin. Kedatanganku ke rumah beliau >> semula hanya untuk mengambil berkas kata sambutan untuk buku "Krisis >> Timur Tengah" yang ditulis oleh Mamak Zulharbi Salim (mantan Wartawan >> Antara di Timur Tengah yang kukenal pertama kali lewat milis Rantaunet). >> Namanya juga anak muda yang dimintai tolong, akupun menurut saja atas >> permintaan Mamak Zulharbi. Tapi aku tak menyangka, ternyata "tugas" di >> tengah kesibukanku di CRCS UGM ini memberikan pengalaman berharga >> bagiku. >> >> Ketika saat ini banyak orang ribut-ribut >> tentang hukuman pancung terhadap Ruyati, TKW Indonesia di Saudi Arabia >> yang dituduh membunuh majikannya, secara tidak sengaja aku bertemu >> dengan Pak Zarkowi. Kalau kita mau sedikit mencari informasi di >> internet, sebenarnya kasus TKW yang dihukum mati di Saudi bukanlah >> perkara baru. Di titik inilah aku merasa pertemuan dengan Pak Zarkowi >> begitu bermakna, karena beliau adalah Duta Besar yang berhasil >> membebaskan 4 TKI dari jeratan hukum qishas di Saudi Arabia. >> >> >> Di tahun 1997 itu, saat gejolak dalam >> negeri akibat krisis ekonomi, Pak Zarkowi diamanahi untuk menjadi Duta >> Besar di Saudi Arabia. Baru saja sampai di negeri tempat kiblat kaum >> muslimin itu, beliau sudah dihadapkan dengan 2 perkara pelik: TKI Ilegal >> yang terlantar dan jeratan hukuman pancung 2 TKI. >> >> "Ada 18.027 TKI ilegal yang kita >> kumpulkan di KBRI Jedah. Penuh sesak, hingga meluber ke jalan. Saya >> kemudian minta izin kepada pemerintah Saudi untuk mengosongkan jalan di >> sekitar KBRI yang dipenuhi puluhan ribu manusia. Sayapun meminjam >> Madinatul Haj >> (tempat penginapan jama'ah haji), agar keramaian itu bisa teratasi. >> Abdul Latief (Menteri Tenaga Kerja kala itu) saya kontak untuk >> menyiapkan dana kepulangan. Edi Sudrajat yang diutus untuk melihat >> situasi di Saudi, merasa iba dengan nasib TKI yang terlantar itu, >> kemudian menitipkan uang $10.000. Tapi tetap tidak cukup, hatta untuk >> memberikan makan sehari. Suasana semakin keruh, ketika para >> preman-preman lokal menakut-nakuti TKI. Mereka meminta uang keamanan." >> >> Untunglah suasana pelik itu tak >> berlangsung lama. Hanya dalam waktu sebulan, 18.027 orang TKI yang >> terlunta-lunta di Saudi Arabia bisa dipulangkan ke tanah air. Bagaimana >> caranya? >> >> "Lewat Menteri Luar Negeri, saya meminta >> kepada Pak Harto (Presiden Soeharto) untuk mengirimkan armada. Awalnya >> meminta kapal laut, tapi pemerintah mengirimkan Hercules hanya mampu >> mengangkut 300 orang sekali terbang. Jalan lainpun ditempuh. Saya >> hubungi maskapai penerbangan internasional yang punya rute ke Indonesia. >> Dengan ancaman, `Kalau tidak mau mengangkut TKI, maka jangan harap bisa >> mendarat di Cengkareng.' Soal uang urusan belakangan. Yang penting >> semua TKI bisa dipulangkan." >> >> Begitu pula dengan perjuangan beliau >> membebaskan 4 TKI dari jeratan hukuman mati. Saudi memang dikenal >> sebagai negara penganut Mazhab Hambali, salah satu mazhab hukum populer >> dalam Islam yang agak literal dalam memahami Al Qur'an. Kalau mencuri, >> dihukum potong tangan. Kalau membunuh, dihukum qishas alias nyawa >> dibayar nyawa. Kesaklekan hukum Saudi itulah yang dijadikan alasan utama >> oleh pejabat negara atas perkara yang menimpa Ruyati. Tapi bukanlah >> diplomat namanya, kalau tak pandai berdiplomasi. >> >> "Kita sudah sama-sama tahu bahwa Saudi >> menerapkan hukum potong tangan dan pancung. Tapi sebenarnya ada celah >> yang bisa digunakan. Ketika mendengar berita putusan pancung terhadap >> Nasiroh, seorang TKW yang dituduh membunuh majikannya, kamipun segera >> bergerilya. Laki-laki Arab biasanya menikahi lebih dari satu perempuan. >> Akhirnya, bertemulah kami dengan istri ketiga dari laki-laki terbunuh >> itu. Setelah bercerita panjang lebar, sang istri sekaligus ahli waris >> korban mau memaafkan, sehingga hukuman qishas dibatalkan, diganti dengan >> denda." >> >> "Tak ada yang sulit, jika mau berusaha. >> Tak ada masalah yang pelik, kalau ada usaha menyelesaikannya." Kata-kata >> Pak Zarkowi menyentakkanku akan perbedaan bak langit dan bumi >> menyaksikan respon yang diambil oleh pemimpin negeri ini dalam menyikapi >> kasus Ruyati. Mencecar, dan mengutuk di media, tapi tetap saja sekedar >> pepesan kosong, omongan melompong tanpa aksi nyata. >> >> Jika Pak Zarkowi bisa menyelesaikan kasus >> TKI yang dihukum pancung dan memulangkan TKI yang terlantar di luar >> negeri, kenapa Dubes saat ini tidak bisa? Aku tak tahu jawaban pastinya. >> Namun yang jelas memang ada perbedaan semangat antara orang dulu dengan >> orang sekarang. >> >> "Saya ini turut berjuang dalam perang >> kemerdekaan, Mas. Umur 14 tahun saya sudah memanggul senjata. Kakak saya >> mati ditembak Belanda. Saya tahu benar perihnya meraih kemerdekaan. >> Sementara mereka yang menjabat saat ini, hanya menikmati saja." Ungkapan >> Pak Zarkowi ini membuat mataku semakin terang, tentang dua tipelogi >> pejabat: ada orang yang menjabat karena pengabdian untuk bangsa, dan ada >> juga yang berkuasa hanya demi meraup keuntungan materi dan gengsi. >> Orang yang berjuang untuk rakyat, pasti memikirkan rakyat. Jangankan >> korupsi, meminta balasan imbalan atas prestasipun mereka tak mau. Tapi >> yang bertahta karena gila dunia, hanya manis di mulut tapi tak ada >> tindakan nyata. Boro-boro memikirkan nasib rakyat, malah mereka >> bernyanyi riang ketika korupsi merajalela. >> >> "Saya sebenarnya mau bersuara. Tapi nanti dibilang terjangkit senior >> syndrom." Begitu kata Pak Zarkowi mengakhiri pembicaraan kami terkait TKI. >> >> Dalam perjalanan pulang ke asrama, akupun >> tercenung lama. Seringkali kita mengeluh tentang krisis keteladanan. >> Tapi jarang sekali kita mau membuka mata tentang keberadaan para sesepuh >> yang bermandikan pengalaman hidup. Kita hanya menganggap mereka sebagai >> orang tua ringkuk yang merepotkan dan tinggal menunggu hari kematian. >> Kita lupa bahwa mereka sangat ingin bercerita tentang kisah hidup yang >> bisa menjadi pegangan masih anak-anak muda rapuh seperti kita. Kita >> sering mengabaikan mereka dan merasa mampu membangun masa depan dengan >> kemampuan diri sendiri. Hingga kitapun menjadi generasi sombong, >> kemudian tak tahu lagi apa arti sebuah perjuangan. >> >> Orang tua jujur dan hebat seperti Pak >> Zarkowi sebenarya banyak di sekeliling kita. Tapi, memang kita adalah >> bangsa yang pelupa. Sakit historia amnesia yang begitu akut. Tidak hanya >> para pejabat, tetapi juga anak-anak muda yang diharapkan menjadi >> pelanjut masa depan negeri ini. >> >> Orang tua seperti Pak Zarkowi sangat >> ingin memberikan kita nasehat hidup. Tapi memang kita terlalu sibuk >> dengan dunia baru yang begitu mengasyikan tapi nihil akan makna. Sudah >> saatnya anak-anak muda seperti kita menjadi mulai mendekatkan diri >> dengan orang-orang tua yang masih peduli dengan nasib negeri ini. Agar >> kita tidak mengulangi kesalahan yang sama, sebagaimana yang diperbuat >> oleh generasi yang sedang berkuasa saat ini. >> >> Terima kasih Pak Zarkowi… >> >> Anggun Gunawan26 tahun - Male SingleWeb Admin Center for Religious and >> Cultural Studies >> Universitas Gadjah Madahttp://grelovejogja.wordpress.com > > > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet > http://groups.google.com/group/RantauNet/~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: > - DILARANG: > 1. E-mail besar dari 200KB; > 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; > 3. One Liner. > - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: > http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 > - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet > http://groups.google.com/group/RantauNet/~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: > - DILARANG: > 1. E-mail besar dari 200KB; > 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; > 3. One Liner. > - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: > http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 > - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/