[iagi-net-l] Sulawesi dulunya adalah tujuh pulau terpisah?
Dear IAGI Netters, Terlampir berita dari suratkabar Kompas Sabtu yang lalu... Hal yang menarik dalam berita ini adalah pernyataan : ` penelitian ini membuktikan bahwa Sulawesi dulunya adalah tujuh pulau terpisah. . Ditemukannya hubungan erat antara .Semenanjung Sulawesi Selatan dan Tenggara, merupakan hal yang kontroversial karena dapat mengubah pandangan evolusi geologi dan biogeografi Sulawesi.` Ini mengingatkan kita dengan Alfred Wegener (1915) yang menggunakan kesamaan fauna untuk memperkuat teori `Continental Drift` atau teori pengapungan benuanya... Apakah pernyataan ini selaras dengan konsep pembentukan Sulawesi secara geologi? Mohon pencerahan... Salam, Fajar (1148) Untuk yang merayakan...Selamat Idul Fitri 1426H, Mohon maaf lahir batin... == Diberikan kepada Peneliti Katak dan Kimia Bahan Alam Jakarta, Kompas - Meneliti dan mengoleksi katak sejak 1972 Semasa kuliah di Departemen Biologi ITB hingga menjadi guru besar di almamaternya, Prof Dr Djoko Tjahjono Iskandar (55) berhasil menemukan beragam spesies baru amfibi ini dari berbagai wilayah Indonesia. Dengan fokus utama penelitian pada Limnonectes (katak batu) doktor bidang genetika molekul dari Universite des Sciences et Techniques du Languedoc Montpellier Perancis ini membuktikan bahwa Sulawesi dulunya adalah tujuh pulau terpisah. Kelompok katak batu merupakan yang paling sulit ditemukan di Asia Tenggara. Tetapi, sangat menarik dari segi genetika klasik atau kromosom, biogeografi, dan molekuler,Eujarnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa kebanyakan jenis katak di Sulawesi berkerabat sangat erat dengan Filipina bukan dengan Kalimantan, Maluku atau Nusa Tenggara, seperti yang diduga selama ini. Ditemukannya hubungan erat antara katak Semenanjung Sulawesi Selatan dan Tenggara, merupakan hal yang kontroversial karena dapat mengubah pandangan evolusi geologi dan biogeografi Sulawesi. Koleksi kataknya dari Sulawesi lebih dari 20 jenis berukuran 15-200 mm dengan berat 800 gram. Di Sulawesi ia menemukan katak berukuran 40 mm berwarna coklat suram, satu-satunya katak di dunia yang melahirkan kecebong. Katak ini merupakan hasil evolusi alam Sulawesi Utara yang sangat kering. Di Papua ia menemukan katak berukuran 9,5 mm sebagai salah satu katak terkecil di dunia. Ia juga mengenalkan metode evaluasi kesehatan lingkungan lewat keragaman amfibi. Djoko terpilih menerima Habibie Award 2005 atas prestasi dan konsistensinya. Karyanya mengenai katak yang menjaga telur dan kecebong menjadi karya ilmiah terbaik tahun 2000 dan mendapat Kennedy Award 2001. Djoko yang juga Wakil Dekan I Pascasarjana ITB telah menulis lebih dari 50 karya ilmiah tingkat Internasional. Habibie Award juga diberikan kepada Prof Sjamsul Arifin Achmad PhD (71), Guru Besar Luar Biasa bidang kimia organik bahan alam di ITB. Selama 35 tahun berkiprah di bidang keilmuan itu, lebih dari 80 spesies tumbuhan tropika bernilai ekonomi tinggi ditelitinya. Ia berhasil menemukan ratusan senyawa kimia metabolit sekunder. Nama Indonesia Banyak di antara senyawa kimia baru itu dinamai yang berkonotasi Indonesia, seperti indonesiol, andalasin, artoindonesianin, dan diptoindonesin. Sebagian besar senyawa kimia ini memperlihatkan aktivitas biologi, seperti antitumor, antimalaria, antijamur, dan antibakteri. Semua merupakan temuan orisinal yang dipublikasikan pada lebih dari 300 artikel ilmiah dalam jurnal internasional. Sjamsul tahun 1989 dan 1994 terpilih sebagai nominator kandidat pemenang Nobel Kimia atas penunjukan Royal Swedish Academy of Sciences. Penghargaan lainnya adalah Blue Planet Prize dari Asahi Glass Foundation, dan Japan Prize dari Science ang Technology Foundation of Japan. Ia tercatat sebagai perintis dan ketua Jalinan Nasional Kimia Bahan Alam di Indonesia yang melibatkan 19 kelompok penelitian di lembaga penelitian dan perguruan tinggi di Indonesia. Ia juga merintis berdirinya Himpunan Kimia Bahan Alam Indonesia, yang kini telah beranggota lebih dari 500 orang. Di ITB, ia pernah menjadi Ketua Jurusan Kimia dan Pembantu Dekan bidang akademik Fakultas Kimia dan Biologi ITB. (YUN) http://www.kompas.com/kompas-cetak/0511/05/humaniora/2180207.htm - Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.
Re: [iagi-net-l] Sulawesi dulunya adalah tujuh pulau terpisah?
Pak Fajar, Tidak disebutkan di artikel yang dikutip ketujuh pulau asal Sulawesi itu. Katakanlah : 1. South Arm of Sulawesi (Semenanjung Sulawesi Selatan disebut penulisnya), 2. Southeast Arm (Semenanjung Sulawesi Tenggara), 3. East Arm, 4. Northern Arm, 5. Buton-Muna, 6. Kep. Banggai (Peleng), dan 7. Pulau Taliabu. Memang, ketujuh wilayah ini sekarang membentuk Pulau Sulawesi dan sekitarnya. Tetapi, tidak berarti bahwa ketujuh pulau ini berasal dari tujuh proses penggabungan. Benar bahwa Sulawesi dibentuk oleh proses subduksi, benturan, obduksi, dan akresi. Dalam geologi, Sulawesi biasanya dibagi atas beberapa provinsi tektonik (megatectonic province) sesuai dengan pembentukannya. Northern Arm yang terbentuk oleh late Paleogene-Neogene subduction related volcanic arc rocks yang berhubungan dengan subduksi Molluca Sea Plate ke barat atau Sulawesi Sea ke selatan. East dan Southeast Arms tersusun oleh kompleks metamorf dan ofiolit berumur Mesozoik dan lebih muda yang terobduksi pada Neogen. South Arm disusun oleh jalur magmatik dan volkanik Neogen dan yang lebih muda yang terbentuk di atas Mesozoic basement tepi tenggara Sundaland. Kemudian, ada dua provinsi tektonik mikro-benua yang membentur di timur Sulawesi, masing2 kompleks Buton-Tukang Besi di tenggara Southeast Arm dan kompleks Banggai-Sula di timur East Arm. Melalui proses tektoniknya, kelihatannya South Arm adalah bagian tepi tenggara Sundaland yang terpisah dari Kalimantan oleh ekstensi Selat Makassar. Pemisahan terjadi setelah bagian ini merupakan pinggir lempeng aktif (oleh subduksi di Bantimala) Lalu, ada subduksi ke barat dari kerak samudra timur Lengan ini (Teluk Bone sekarang) yang membentuk magmatisme Sulawesi Selatan. Subduksi ini sekaligus menciptakan backarc spreading di Makassar Strait. North Arm adalah murni hasil magmatisme dan volkanisme island arc oleh subduction Molluca Sea Plate ke barat. Volcanic arc Lengan Selatan dan Utara ini membentuk satu jalur yang semula cembung ke arah timur (teori plate tectonics mengharuskan island arc selalu cembung ke arah subduksi karena subduksi terjadi di atas globe). Di timur Lengan Selatan dan Utara ini ada jalur pasangan yang didominasi metamorphic subduction, ofiolit dan melange, yang juga sama2 cembung ke timur, inilah nantinya jadi Lengan Tenggara dan Timur. Maka, terdapat dua jalur volcanic arc dan melange yang sama-sama cembung ke timur. Ini semua terjadi pra-Neogen. Di Neogen, terjadilah benturan mikro-benua2 yang lepas dari tepi utara Kepala Burung atau tepi utara Australia dibawa oleh sistem Sesar Sorong. Buton-Tukang Besi micro-continent membentur pertama kali, kemudian diikuti Banggai-Sula. Benturan ini sangat kuat, sehingga menghentikan ekstensi Selat Makassar dan yang terpenting adalah membalikkan polaritas (arah) jalur Sulawesi island arcs yang mencembung ke timur menjadi mencekung ke timur seperti bentuknya sekarang (K-shaped). Perubahan besar polaritas jalur ini menyebabkan banyak tektonik ekstruksi (escape tectonics) bekerja, persis seperti saat India membentur Eurasia. Maka, terjadilah sesar2 besar yang melintang Pulau Sulawesi seperti Palu-Koro Fault, Matano Fault, Lawanopo Fault, Hamilton Fault, dan ekstensi Teluk Bone akibat rotasi Lengan Tenggara yang bergerak melawan arah jarum jam. Maka, kalau disimpulkan, Sulawesi dibentuk oleh tiga asal tectonic province : (1) South-North Arm, (2) SE-East Arm, dan (4) mikro-kontinen Buton-Tukang Besi dan Banggai-Sula melalui empat proses tektonik. Akan halnya biogeografi wilayah ini (Wallace area), saya pernah publikasikan di Berita IAGI yang lalu. Endemisitas (kekhasan) fauna di wilayah ini tinggi sebab Sulawesi terpisah dari dua sumber fauna yang besar. Teori biogeografi pulau mengharuskannya demikian. Diversitas fauna akan berjalan naik secara logaritmik (bukan linier) bila (1) pulau semakin luas, (2) jarak dari daratan besar semakin dekat. Kita lihat, keduanya tak terjadi di Sulawesi, sehingga endemisitas pulau ini tinggi. Saya pikir varietas katak di Lengan Tenggara dan Sulawesi Selatan tidak serta merta menggambarkan evolusi geologi kedua wilayah ini sebab thesis yang dipakai Wegener tak bisa langsung diterapkan di dua wilayah yang sekarang bertetangga itu. Wegener memakainya untuk fauna di Amerika Selatan, India, dan Antarktika yang dulu sama2 membentuk Gondwanaland dan sekarang saling jauh terpisah oleh lautan, bukan wilayah bertetangga. salam, awang Fajar Lubis [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear IAGI Netters, Terlampir berita dari suratkabar Kompas Sabtu yang lalu... Hal yang menarik dalam berita ini adalah pernyataan : ` penelitian ini membuktikan bahwa Sulawesi dulunya adalah tujuh pulau terpisah. . Ditemukannya hubungan erat antara .Semenanjung Sulawesi Selatan dan Tenggara, merupakan hal yang kontroversial karena dapat mengubah pandangan evolusi geologi dan biogeografi Sulawesi.` Ini mengingatkan kita dengan Alfred Wegener (1915) yang
[iagi-net-l] Sardono tentang Pram
Saya masih menyimpan tanggapan seniman Sardono W.Kusumo tentang maraknya pembakaran buku di republik ini, ucapannya dikutip dibawah (dalam Detik.com 10 Mei 2001 ): Sedangkan untuk buku-buku karya sastra, menurut Sardono, tidak gampang menilai mana buku yang bermuatan komunis atau tidak. Hal tersebut karena karya sastra mengandung multi-interpretasi dan paradok-paradok yang dalam pemahamannya tergantung dari referensi pikir setiap pembaca. Kita tidak bisa berpikir secara hitam putih untuk sebuah karya sastra. Misalnya, apakah setiap karya Pramoedya (Ananta Toer) bermuatan faham komunis. Nilai-nilai luhur kemanusiaan serta paradoks nilai dan pemikiran banyak terkandung dalam karya-karya Pram, tandas budayawan yang juga koreografer handal tersebut. Karya-karya besar Pram adalah karya yang mengandung muatan humanisme dan paradoks nilai tersebut, bukan karya-karya yang berbau slogan, kata Sardono. Jadi, menurutnya, sangat tidak demokratis kalau menghakimi secara hitam putih untuk sebuah karya seni.(tis) Saya kira, setiap tulisan selalu mempunyai sisi subjectif penulisnya, dan para pembaca bebas menarik makna yang hendak diminatinya. Kalau dunia ini hanya berisi tulisan (yang notabene adalah pengejawantahan pikiran penulisnya) yang serupa, alangkah monoton nya hidup kita. Perbedaan pandangan adalah anugerah yang selayaknya dirayakan. bat -Original Message- From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id, [EMAIL PROTECTED] Date: Sun, 30 Oct 2005 17:49:10 -0800 (PST) Subject: [iagi-net-l] Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (Pramoedya Toer, Oktober 2005) Di usianya yang ke-80 tahun, Pramoedya Ananta Toer - penulis Indonesia terkenal, yang sepanjang hidupnya punya pengalaman getir tidur di penjara2 atau daerah2 pembuangan Indonesia - masih menghasilkan buku. Karena dia menekuni sejarah, yang ditulisnya kali ini tak jauh dari keahliannya itu. Kali ini, bukunya tipis, 147 halaman (Pramoedya juga penulis roman/novel sejarah paling tebal Arus Balik yang tebalnya 700 halaman lebih), berjudul Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. Buku ini baru saja terbit, Oktober 2005, oleh Lentera Dipantara, Utan Kayu, Jakarta Timur. Pramoedya menguraikan sejarah kota-kota dan daerah-daerah yang dilalui Jalan Daendels itu yang terbentang 1000 km di sepanjang Pulau Jawa dari ujung barat di Anyer sampai ujung timur di Panarukan. Kalau Pramoedya pernah singgah di kota itu, maka diceritakan pula kisah ketika ia mengembara di wilayah itu - setengah autobiografi. Yang dilihat Pramoedya dalam pembuatan jalan itu (tepatnya pelebaran dan pembatuan jalan yang sudah ada) adalah genocide - pembunuhan massal karena ribuan rakyat tewas akibat kerja paksa perintah tangan besi Herman Willem Daendels, juga korupsi kaum kolonial dan pribumi. Menggunakan referensi cukup berbobot dan wawancara yang cukup akurat membuat buku kecil ini punya makna cukup besar. Paling tidak membuat kita tahu peristiwa2 sejarah kota2 besar di Jawa dan peristiwa2 di balik pembuatan jalan itu yang tak kita dapatkan dari buku2 pelajaran sejarah. Mengapa Pramoedya kuat menulis ? Untuk bertahan dari vandalisasi penjara. Penjara tak membuatnya berhenti sejengkal pun untuk menulis. Menulis adalah tugas nasional, katanya. Maka, 40 buku pun sudah ditulisnya, diterjemahkan ke dalam lebih dari 30 bahasa asing. Sampai kini, ia adalah satu-satunya wakil Indonesia yang namanya berkali-kali masuk dalam daftar Kandidat Pemenang Nobel Sastra. Bahasanya lugas dan tak jarang keras, mungkin dilatarbelakangi nynyirnya penjara. Inilah kata-kata mutiara di bukunya yang terbaru ini, Indonesia adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak bagi bangsa-bangsa lain Yang mau mudik Lebaran via pantura Jawa sampai Panarukan sana, mungkin buku ini bisa sedikit membagi pengetahuan sejarahnya he..he.. salam, awang - Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.
[iagi-net-l] Selamat Hari Raya Idul Fitri
Kepada rekan-rekan yang merayakannya kami dengan segala kerendahan hati mengucapkan: SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1426 H. MOHON MAAF LAHIR BATHIN Yustinus Suyatno Yuwono (Yatno) Geologi-ITB - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas
Sekedar nambahi mbak, Dept GL-ITB menawarkan kita kok unt ikut seminar itu termasuk unt membeli bukunya, dan kita membeli kok. Jadinya ada 4 dosen yg mau dibiayai departemen ke seminar itu, termasuk pak Bandono. Mungkin beliau lupa nyontreng pilihan unt beli buku, atau tdk tahu kalau ada di antara rombongan departemen yang beli buku juga untuk perpustakaan GL-ITB, he..he..he... Memang sih dana departemen terbatas unt pengadaan buku/jurnal, jadi monggo lho kalau mau melanggankan jurnal/buletin, amalannya insya-Allah termasuk amalan membagi ilmu yag bermanfaat..., dunia akherat lhoo Nuhun. bpriadi/pempem Pak Eddy, Terimakasih sudah membuka wawasan saya. Maaf kalau menyinggung perasaan Anda. Mungkin saya salah tangkap tetapi dari email Pak Bandono yang saya baca, kesannya apa tidak ada budget untuk buku dari kampus? Lepas dari UAC, bukankan perguruan tinggi musti punya budget paling tidak 2 text booklah per tahun, untuk koleksi di perpustakaan? Maaf ya, mungkin pertanyaan ini polos, soalnya saya ndak tahu. Kalau memang tidak ada budget buku baru untuk jurusan per tahun, wah, kasihan sekali ya. Artinya dunia pendidikan di Indonesia memang tidak termasuk dalam prioritas utama. Ya mirislah, Pak, namanya juga orang punya perasaan. Sedih campur kaget (campur lapar) aja gitu. Kalau UAC-IPA sudah pasti mengirimkan buku2 sumbangan dan lain2 untuk universitas2 karena sadar dengan keterbatasan perguruan2 tinggi. Tetapi dari email2 yang saya baca sebagaian follow upnya email Pak Bandono, sepertinya PT kok sulit sekali keluar uang untuk sebuah buku. Kalau dosen punya library sendiri itu sudah biasa, Pak, dan dipinjamkan ke mahasiswa sampai dedel duel dicopy. Dosen saya di Amerika juga begitu kok dulu. Dan percayalah, halal kok, kalau atas nama pencerdasan. Seperti kata Mas Noor, kalau butuh buku, sila kontak UAC-IPA. Dan juga saya ingat dulu Mas Bambang Istadi dan Pak Fadjar sempat juga bagi2 buku2 waktu mereka di Houston untuk universitas2 di sini. Mungkin ada buku2 yang penting dan esensial untuk dimiliki jurusan2, bisa diusahakan dari jalur ini. salam damai, Parvita H. Siregar Geologist-ENI Indonesia Atrium Mulia 3A floor Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B10-11 Jakarta 12910 Indonesia Tel: (62-21) 3000-3200, 5296-2200 Fax: (62-21) 3000-3230 mailto:[EMAIL PROTECTED] Eddy Subroto [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id b.ac.id cc: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Coalbed methan : Buku IMCD 10/27/2005 09:02 AM Please respond to iagi-net Mbak Vita, Saya tidak tahu, dari berita yang mana Anda sampai miris. Sepengetahuan saya, email masalah minta buku ini bermula (memang) dari kolega saya yang di ITB. Dia usul agar ada sumbangan buku IMCD ke PT (perguruan tinggi, bukan ITB saja maksudnya). Gayung ini disambut beberapa netters baik yang bukan dari ITB maupun yang alumni ITB. Saya rasa ini sesuatu yang wajar, karena IPA selalu menyumbangkan prosidingsnya ke PT di Indonesia yang tergabung dalam IPA-UAC. Jadi mbok ya jangan lalu mengatakan bahwa untuk beli buku satu saja kita minta-minta! Untuk bahan pengetahuan Anda, bahwa sebagian besar dosen (saya rasa tidak di ITB saja) pasti menyubsidi pemerintah! Kami harus membeli buku atau melanggani jurnal sendiri agar tidak terlalu ketinggalan zaman. Hanya saja tentunya tidak dapat terlalu banyak. Saya punya koleksi jurnal Organic Geochemistry, yang saya langgani sejak tahun 1995, demikian pula beberapa buku teks geokimia sampai dengan tahun 2005 juga ada. Sudah pasti buku ini sangat terbuka bagi mahasiswa jika mau meminjam bahkan sering mereka memfotokopinya. Karena saya pernah mengurusi HaKI (Hak Kekayaan Intelektual), maka saya tidak berani mengatakan hal itu halal tetapi karena saya yakin bahwa tujuan memfotokopi adalah untuk pencerdasan anak bangsa dan bukan buat tujuan komersial, maka saya jalankan saja. Ini adalah subsidi kami terhadap pemerintah, karena seharusnya buku dan jurnal itu disediakan oleh pemerintah seperti di negara maju. Mas Herman Darman, ketika masih menjadi mahasiswa, pernah pinjam buku koleksi saya dan mengusulkan/minta izin saya untuk membuatkan master beberapa buku (atas biaya dia) agar buku aslinya tidak cepat rusak, seperti diceritakan Pak Ukat. Semoga hal ini membuka wawasan Anda agar tidak terlalu miris. Wasalam, EAS Bacanya kok miris ya. Kesannya jurusan geologi ITB ndak punya budget untuk buku. Buat beli buku satu aja musti minta2. Mudah2an aja murid2nya kreatif ngutak ngatik website di warnet, atau kaya2, jadi bisa beli buku sendiri. Terus terang miris campur kesel, almamaterku kok ya kasihan banget. Maaf ya bapak2 dan ibu2 dosen, kalau nyinggung perasaan. Tapi kalau sebuah institusi tidak bisa beli
[iagi-net-l] Online subscribtion sponsor -- Buku untuk Universitas
Wellcome to digital era ! Saya rasa hampir semua temen-temen yg pernah mengenyam pendidikan di LN banyak mendapat kesempatan untuk akses mencari, membaca, bahkan mendownload (tapi tidak menyebarkan :) untuk online magazine, journal, library, termasuk organisasi profesi SEG, AAPG, SEPM dll. Juga bagi mereka yg bekerja di perusahaan yg memiliki fasilitas akses ke penerbit-penerbit ini, tentunya mencari bukan hal yg sulit. Nah tentunya sangat tahu manfaat serta kemudahannya dalam pencarian, karena indexingnya sudah bukan seperti katalog perpus jaman baheula, kan ? Kalau mencari tinggal search. Nah untuk menjebatani hal ini saya yakin IPA dan mungkin juga IAGI/HAGI dapat juga memberikan sponsor pembiayaan subscribtion ini, atau mungkin mencarikan sponsor perusahaan yg dapat membiayai langganannya. Setahuku hampir semua univ di Indonesia sudah memiliki fasilitas maya untuk akses broadband internet, sehingga kendala akses ke webserver bukan menjadi masalah. Namun pembiayaan ini yg mungkin akan sangat membebani. Kalau dibandingkan dengan berlangganan journal dalam bentuk cetakan (printed) saya rasa akan ketinggalan lagi nantinya. Nah gimana Parvita dan IPA UAC seksi publikasi (mbak Caroline Malla di Total)? Mungkin anda berdua mampu membantu univ2 ini utk berlangganan journal elektronik ini. Paling engga untuk di satu library mereka. Salam RDP don't sort but search - the new way of finding in the digital era - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] Sardono tentang Pram
Setuju dengan Batara, perbedaan (pendapat, faham, suku, agama, dll.) adalah anugerah yang harus disyukuri. Perbedaan pendapat menjalankan pikiran. Bila semua sudah sepakat, maka tak ada tantangan-tantangan dan perdebatan-perdebatan lagi yang harus dicari kebenarannya. Dalam dunia ilmu, kesepakatan akan menjadi Senjakala Ilmu Pengetahuan alias The End of Science (mengutip judul buku John Horbin yang baru saja diterjemahkan oleh Teraju). Keseragaman pikiran mematikan, perbedaan pikiranlah yang menghidupkan suasana. Hidup kemerdekaan berpikir ! salam, awang (buku harus dilawan dengan buku, bukan dengan api, maka pembakaran buku adalah penyangkalan dan penghinaan terhadap inteligensia !) Batara Sakti Simanjuntak [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya masih menyimpan tanggapan seniman Sardono W.Kusumo tentang maraknya pembakaran buku di republik ini, ucapannya dikutip dibawah (dalam Detik.com 10 Mei 2001 ): Sedangkan untuk buku-buku karya sastra, menurut Sardono, tidak gampang menilai mana buku yang bermuatan komunis atau tidak. Hal tersebut karena karya sastra mengandung multi-interpretasi dan paradok-paradok yang dalam pemahamannya tergantung dari referensi pikir setiap pembaca. Kita tidak bisa berpikir secara hitam putih untuk sebuah karya sastra. Misalnya, apakah setiap karya Pramoedya (Ananta Toer) bermuatan faham komunis. Nilai-nilai luhur kemanusiaan serta paradoks nilai dan pemikiran banyak terkandung dalam karya-karya Pram, tandas budayawan yang juga koreografer handal tersebut. Karya-karya besar Pram adalah karya yang mengandung muatan humanisme dan paradoks nilai tersebut, bukan karya-karya yang berbau slogan, kata Sardono. Jadi, menurutnya, sangat tidak demokratis kalau menghakimi secara hitam putih untuk sebuah karya seni.(tis) Saya kira, setiap tulisan selalu mempunyai sisi subjectif penulisnya, dan para pembaca bebas menarik makna yang hendak diminatinya. Kalau dunia ini hanya berisi tulisan (yang notabene adalah pengejawantahan pikiran penulisnya) yang serupa, alangkah monoton nya hidup kita. Perbedaan pandangan adalah anugerah yang selayaknya dirayakan. bat - Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.
Re: [iagi-net-l] Online subscribtion sponsor -- Buku untuk Universitas
AAPG Explorer bulan Nopember (? kalo gak salah ingat) mengiklankan biaya akses ke produk digital AAPG dengan biaya US$12,500 (per tahun???). Ini kalau dikalikan Rp 10.000,00 jadi sama dengan Rp 125.000.000.. Apa sanggup? (Maap nih saya pesimis duluan, soalnya kita kan paling pelit kalo disuruh keluar duit, kalau ide sih semua pasti bilang ayuk ayuk ayuk ayuk deh...ide bagus, tapi duitnya susah... Maunya langganan tidak cuma 1 jurnal kan? Terus masak cuma 1 universitas yang kecipratan? Minarwan On 11/10/05, Putrohari, Rovicky [EMAIL PROTECTED] wrote: Wellcome to digital era ! Saya rasa hampir semua temen-temen yg pernah mengenyam pendidikan di LN banyak mendapat kesempatan untuk akses mencari, membaca, bahkan mendownload (tapi tidak menyebarkan :) untuk online magazine, journal, library, termasuk organisasi profesi SEG, AAPG, SEPM dll. Juga bagi mereka yg bekerja di perusahaan yg memiliki fasilitas akses ke penerbit-penerbit ini, tentunya mencari bukan hal yg sulit. Nah tentunya sangat tahu manfaat serta kemudahannya dalam pencarian, karena indexingnya sudah bukan seperti katalog perpus jaman baheula, kan ? Kalau mencari tinggal search. Nah untuk menjebatani hal ini saya yakin IPA dan mungkin juga IAGI/HAGI dapat juga memberikan sponsor pembiayaan subscribtion ini, atau mungkin mencarikan sponsor perusahaan yg dapat membiayai langganannya. Setahuku hampir semua univ di Indonesia sudah memiliki fasilitas maya untuk akses broadband internet, sehingga kendala akses ke webserver bukan menjadi masalah. Namun pembiayaan ini yg mungkin akan sangat membebani. Kalau dibandingkan dengan berlangganan journal dalam bentuk cetakan (printed) saya rasa akan ketinggalan lagi nantinya. Nah gimana Parvita dan IPA UAC seksi publikasi (mbak Caroline Malla di Total)? Mungkin anda berdua mampu membantu univ2 ini utk berlangganan journal elektronik ini. Paling engga untuk di satu library mereka. Salam RDP don't sort but search - the new way of finding in the digital era - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] Online subscribtion sponsor -- Buku untuk Universitas
kalau misalnya kita download paper dari kantor , terus kita burn ke cd dan kita kirim ke universitas boleh enggak ya...? nanti tinggal universitasnya siapin hardisk dan sorting sendiri paper yang datang berdasarkan kriterianya. kayaknya Mas Vicky pasti punya bercd-cd papertinggal ganti ongkos cd dan kirimnya saja Gimana Mas Vicky ..yang udah biasa jadi volunter...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+ | | Minarwan | | | [EMAIL PROTECTED]| | | m | | || | | 10/11/2005 03:00 | | | PM | | | Please respond to| | | iagi-net | | || |-+ | | | | To: iagi-net@iagi.or.id | | cc: | | Subject: Re: [iagi-net-l] Online subscribtion sponsor -- Buku untuk Universitas| | AAPG Explorer bulan Nopember (? kalo gak salah ingat) mengiklankan biaya akses ke produk digital AAPG dengan biaya US$12,500 (per tahun???). Ini kalau dikalikan Rp 10.000,00 jadi sama dengan Rp 125.000.000.. Apa sanggup? (Maap nih saya pesimis duluan, soalnya kita kan paling pelit kalo disuruh keluar duit, kalau ide sih semua pasti bilang ayuk ayuk ayuk ayuk deh...ide bagus, tapi duitnya susah... Maunya langganan tidak cuma 1 jurnal kan? Terus masak cuma 1 universitas yang kecipratan? Minarwan On 11/10/05, Putrohari, Rovicky [EMAIL PROTECTED] wrote: Wellcome to digital era ! Saya rasa hampir semua temen-temen yg pernah mengenyam pendidikan di LN banyak mendapat kesempatan untuk akses mencari, membaca, bahkan mendownload (tapi tidak menyebarkan :) untuk online magazine, journal, library, termasuk organisasi profesi SEG, AAPG, SEPM dll. Juga bagi mereka yg bekerja di perusahaan yg memiliki fasilitas akses ke penerbit-penerbit ini, tentunya mencari bukan hal yg sulit. Nah tentunya sangat tahu manfaat serta kemudahannya dalam pencarian, karena indexingnya sudah bukan seperti katalog perpus jaman baheula, kan ? Kalau mencari tinggal search. Nah untuk menjebatani hal ini saya yakin IPA dan mungkin juga IAGI/HAGI dapat juga memberikan sponsor pembiayaan subscribtion ini, atau mungkin mencarikan sponsor perusahaan yg dapat membiayai langganannya. Setahuku hampir semua univ di Indonesia sudah memiliki fasilitas maya untuk akses broadband internet, sehingga kendala akses ke webserver bukan menjadi masalah. Namun pembiayaan ini yg mungkin akan sangat membebani. Kalau dibandingkan dengan berlangganan journal dalam bentuk cetakan (printed) saya rasa akan ketinggalan lagi nantinya. Nah gimana Parvita dan IPA UAC seksi publikasi (mbak Caroline Malla di Total)? Mungkin anda berdua mampu membantu univ2 ini utk berlangganan journal elektronik ini. Paling engga untuk di satu library mereka. Salam RDP don't sort but search - the new way of finding in the digital era - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com) -http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system.