JNM <*> Beam Me Up, Father ! & Renungan Paskah
From: "MANGUCUP" <[EMAIL PROTECTED]> Beam Me Up, Father ! Pada tanggal 28 April 2007 sisa abu kremasi dari James Doohan pemeran dari Scotty Start Trek akan di luncurkan keruang angkasa melalui pesawat ruang angkasa SpaceLoft XL. Hal ini tidak akan bisa terjadi dengan Tuhan Yesus, karena Ia telah bangkit dan naik ke sorga lagi. Perlu Anda ketahui, bahwa kalimat dibawah inilah yang terakhir kalinya diucapkan oleh Tuhan Yesus sebelumnya Ia naik ke sorga. „Beam Me Up, Father ! – There’s no intelligent life down here ! Maklum manusia pada saat tersebut Go-Block bin Dungu semua, sehingga mereka tidak mengerti misi kedatangan-Nya Tuhan Yesus ! Apabila Tuhan Yesus bisa naik ke surga, sambil berdoa: “Beam me Up, Father !” kenapa mang Ucup tidak bisa melakukan hal yang sama? Kapan yah mang Ucup juga bisa diangkat naik ke surga, sama seperti Scotty eh maksud saya seperti Tuhan Yesus? Orang mengharap boleh kan! Terkabul tidak nya sih nanti; itu urusan nomor 17, yang penting mengharap dahulu. Mang Ucup mengharap bisa naik kesurga seperti Tuhan Yesus, jadi diangkat begitu saja, seperti di film Star Trek. Ini kali di Beam, tetapi bukannya kembali ke kapal induk melainkan ke sorga secara bleng w….ush ngilang pulang mudik ke kampuang ! Anda jangan ngawur mang Ucup, mana mungkin kita orang hidup bisa diangkat naik ke sorga seperti di film Star Trek, masalahnya anda harus mati dahulu, setelah itu baru mang Ucup bisa naik surga! Apakah benar demikian? Tidak! Ada satu doktrin penting dari agama Kristen yang menyatakan bahwa nanti pada akhir zaman semua orang kudus akan di “beam” alias diangkat ke surga “tanpa harus mati terlebih dahulu”! Bahkan karena doktrin ini merupakan suatu yang bersifat mujijat sehingga banyak orang Kristen sendiri tidak mengetahuinya bahkan tidak yakin bahwa hal ini bisa terjadi. Doktrin ini lebih dikenal dengan perkataan “Rapture” dalam bahasa Inggris, sedangkan perkataan rapture nya sendiri tidak ada di dalam Alkitab bahasa Inggris, sebab perkataan rapture ini berasal dari bahasa Latin “rapere” yang berarti “akan diangkat”. Seorang penterjemah Alkitab yang bernama Jerome menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Latin ia menggunakan perkataan “rapere = akan diangkat” yang tercantum di dalam ayat dibawah ini 1 Tesalonika 4:16-17 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Tuhan berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Jadi di dalam ayat tsb di atas dengan jelas dicantumkan bahwa “kita yang hidup” pun “AKAN DIANGKAT” – baca di BEAM; bersama-sama menyongsong Tuhan di angkasa. Wah betapa hebatnya kalau mang Ucup bisa turut diangkat terbang melayang untuk menyongsong Tuhan di angkasa, mirip Gatotgaca begitu! Anda jangan jual kecap di milis mang Ucup, mana mungkin orang bisa naik surga dengan tubuh seutuhnya, orang yang naik ke surga itu hanya jiwa nya bukan badan jasmaniahnya. Apakah benar demikian? Kita lihat buktinya saja orang yang berpengalaman pernah naik ke surga adalah Tuhan Yesus. Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, yang naik ke surga itu bukan arwah-Nya, melainkan dengan tubuh jasmaniah-Nya seutuhnya. Ini bisa saya buktikan berdasarkan fakta. Kalau arwahnya yang naik ke surga, tentu Tuhan Yesus tidak akan bangkit kembali, jasad-Nya masih akan tetap berada di dalam gua kuburan. Disamping itu sudah dibuktikan dimana murid2nya bisa menjamah tubuh Tuhan Yesus, seperti juga menjamah tubuh anda dan saya (Lukas 24:38-40), bahkan Ia juga membuktikan bahwa yang bangkit itu bukannya roh gentayangan, melainkan benar2 tubuh nyata yang masih bisa menyantap ikan goreng! (Lukas 24:41-42) Jadi akan tiba saatnya dimana semua pengikut-Nya nanti akan diangkat naik kesurga tanpa harus mati terlebih dahulu. Oleh sebab itulah jangan kaget, apabila pada suatu saat mang Ucup tidak menposting artikel lagi ke milis ini, bukannya berarti mang Ucup sudah koit, melainkan karena sudah diangkat (di-beam) terlebih dahulu naik surga. Ini bukannya menyombongkan diri, hanya sekedar mengharap boleh kan! Walaupun demikian sebelumnya kita di-beam atau diangkat untuk menyongsong Tuhan Yesus ke surga tubuh kita akan dirubah terlebih dahulu menjadi tubuh yang “bagus, guaanteng” dan kudus. Saya tekankan perkataan bagus disini, sebab tubuh mang Ucup sekarang sudah jelek, seperti juga angkot bokbrok: gembrot, peot dan botakmaupun sakit-sakitan. Oleh sebab itulah sebelumnya saya dibeam (diangkat) akan dirubah menjadi bagus dan gu..anteng terlebih dahulu seperti George Clooney. Masalahnya malu atuh ooo...oi; kalau harus bertemu dengan Tuhan dalam tubuh yang sekarang ini. Ketemu istri aza ingin gua…anteng kelihatannya apalagi mau bertemu dengan Tuhan, enggak salah kan punya pikiran demikian! Tubuh ma
JNM <*> Dukacita dan sukacita sejati; Ini Aku, Utuslah Aku & Hidup yg berfokus...
From: Eksposisi Roma Refleksi Jumat Agung 2007 DUKACITA DAN SUKACITA SEJATI oleh : Denny Teguh Sutandio Nats : Yohanes 18:20 "Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira ; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita." Yohanes 18:16-33 merupakan ayat di mana Tuhan Yesus sedang membicarakan saat kematian-Nya yang semakin mendekat setelah Ia mengajar tentang Roh Kudus yang akan diutus. Ketika Tuhan Yesus mengatakan bahwa tinggal sesaat lagi mereka dan Dia akan bertemu, maka para murid menjadi gusar dan bingung tentang makna pernyataan- Nya. Kemudian, Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa mereka yang tidak akan melihat-Nya lagi akan menangis dan meratap, tetapi sebaliknya dunia akan bergembira. Apa arti perkataan-Nya ini ? Pada waktu itu, kalau kita sedang berada di posisi para murid-Nya, kita pun tentu akan bingung. Tetapi puji Tuhan, melalui Alkitab yang sudah sempurna diwahyukan, kita mendapatkan pengertian bahwa ayat ini sedang menunjukkan pada kematian Kristus. Para murid akan menangis dan meratap berarti mereka akan menangisi "kepergian" Yesus untuk disalib. Ketika kita sedang ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi misalnya orangtua atau pasangan kita entah karena kecelakaan dan meninggal atau ditinggal ke luar kota/negeri, kita pun akan menangis. Tetapi apa bedanya dengan para murid yang berdukacita ? Ayat 21 pada bagian ini membandingkan kedukacitaan para murid dengan ilustrasi seorang perempuan yang berdukacita (atau bisa diartikan menderita) pada saat ia melahirkan, tetapi setelah anaknya lahir, ia tidak akan menderita tetapi bergembira. Demikianlah gambaran Kristus bagi para murid-Nya yang sementara berdukacita karena Kristus akan disalib dan "meninggalkan" mereka. Salib Kristus menggambarkan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu, bagi umat pilihan Tuhan, itu merupakan suatu anugerah yang harus direnungkan dan diresponi dengan sungguh-sungguh. Artinya, ketika kita berada pada suatu momen menjelang Jumat Agung, tidak seharusnya kita berhura-hura, tetapi diam merenungkan pengorbanan Kristus menuju Via Dolorosa. Kedua, bagi umat yang sudah ditetapkan untuk binasa, salib Kristus merupakan tertawaan/hinaan (lihat kembali Yohanes 18:20a dengan perkataan, "dunia akan bergembira."). John Gill dalam tafsirannya langsung menunjuk "dunia" kepada orang-orang Yahudi dan para ahli Taurat yang tidak percaya. Mengapa mereka yang menolak Kristus menjadi bergembira ? Karena mereka berpikir bahwa Kristus itu merugikan mereka. Bagi orang-orang Yahudi dan para ahli Taurat yang tidak mau percaya, bukankah Kristus selalu "merugikan" mereka karena telah mengobrak-abrik kemunafikan mereka? "Wajar" saja, kalau Kristus dimusuhi. Dan ini juga merupakan refleksi bagi kita. Ketika kita berdosa dan Tuhan membukakan realita keberdosaan kita, apakah kita bersikap sombong seperti orang-orang Yahudi dan para ahli Taurat yang tidak percaya yang akhirnya menyalibkan Kristus ataukah kita memiliki kerendahan hati seperti para murid-Nya ? Selanjutnya, dukacita yang dialami oleh para murid-Nya karena "ditinggalkan" oleh Kristus yang disalib ternyata tidak berlarut-larut, karena dukacita itu sebenarnya sementara dan dukacita itu "akan berubah menjadi sukacita." Pada saat Kristus disalib, para murid menjadi berdukacita, sedangkan dunia bergembira, tetapi ketika mereka mengerti makna pengorbanan-Nya dan realita kebangkitan-Nya serta kenaikan-Nya, maka para murid tidak lagi berdukacita tetapi bersukacita, sedangkan dunia yang tadinya bergembira akan menjadi bersusah hati, mengapa ? Karena dunia menggambar kan umat yang telah ditetapkan untuk binasa) yang dahulu mengolok-olok Kristus, sekarang menjadi hidup yang tidak berpengharapan disebabkan oleh kesalahan mereka sendiri yang menolak Kristus. Di sini, kita belajar mengenai pengertian dukacita dan sukacita sejati. Dukacita dan sukacita sejati bukan tergantung pada hal-hal fenomenal, tetapi pada esensi. Di dalam refleksi kita ini, kita menjumpai bahwa dukacita dan sukacita sejati berpusat kepada Kristus. Ketika orang percaya di dalam Kristus dan menerima-Nya sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat (karena Roh Kudus telah melahirbarukannya), maka pasti dirinya menemukan sukacita sejati dan mampu menempatkan dukacita dan sukacita secara benar. Mereka menangisi apa yang Tuhan tangisi dan bersukacita akan apa yang Tuhan senangi. Misalnya, ketika melihat dosa, umat pilihan-Nya yang percaya pasti ikut bersedih, sebaliknya ketika ada seorang yang baru diinjili mau bertobat dan percaya kepada Kristus, umat pilihan-Nya ini akan bersukacita karena Tuhan bersukacita. Itu yang disebut oleh Pdt. Dr. Stephen Tong sebagai menyangkal diri, yaitu menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Sebaliknya, umat yang sudah ditetapkan untuk binasa yang sengaja menolak Kristus tidak akan pernah mengerti arti sesungguhnya dukacita dan sukacita.
JNM <*> daily devotional
From: [EMAIL PROTECTED] daily devotional Morning ... Hebrews 13:13 Let us go forth therefore unto Him without the camp. Jesus, bearing His cross, went forth to suffer without the gate. The Christian's reason for leaving the camp of the world's sin and religion is not because he loves to be singular, but because Jesus did so; and the disciple must follow his Master. Christ was "not of the world:" His life and His testimony were a constant protest against conformity with the world. Never was such overflowing affection for men as you find in Him; but still He was separate from sinners. In like manner Christ's people must "go forth unto Him." They must take their position "without the camp," as witness-bearers for the truth. They must be prepared to tread the straight and narrow path. They must have bold, unflinching, lion-like hearts, loving Christ first, and His truth next, and Christ and His truth beyond all the world. Jesus would have His people "go forth without the camp" for their own sanctification. You cannot grow in grace to any high degree while you are conformed to the world. The life of separation may be a path of sorrow, but it is the highway of safety; and though the separated life may cost you many pangs, and make every day a battle, yet it is a happy life after all. No joy can excel that of the soldier of Christ: Jesus reveals Himself so graciously, and gives such sweet refreshment, that the warrior feels more calm and peace in his daily strife than others in their hours of rest. The highway of holiness is the highway of communion. It is thus we shall hope to win the crown if we are enabled by divine grace faithfully to follow Christ "without the camp." The crown of glory will follow the cross of separation. A moment's shame will be well recompensed by eternal honour; a little while of witness-bearing will seem nothing when we are "for ever with the Lord." Luke 16:16-17 (16) The law and the prophets were until John: since that time the kingdom of God is preached, and every man presseth into it. (17) And it is easier for heaven and earth to pass, than one tittle of the law to fail. It is helpful to realize that at its establishment on earth the Kingdom of God will be ruling over unconverted people who have just passed through the most horrific period of tribulation in the history of mankind. These people will need guidance from absolutely trustworthy standards. No nation, not even the Kingdom of God, can govern human beings without laws. There must be standards of conduct for citizens to follow, or chaos and anarchy will result as each person does what seems right in his own eyes ( Judges 21:25). But "God is not the author of confusion but of peace" ( I Corinthians 14:33). His Kingdom will be peaceful and orderly because people will be led to submit themselves voluntarily to His rule of law-His commandments. Unfortunately, many believe that the commandments are done away, having been replaced by love. This can easily lead a person to believe the opposite of what is true regarding the commandments. People have a strong tendency to think of them in terms of restrictive bondage, whereas love is perceived as liberating. The apostle John says, however, that the commandments of God are love and not grievous ( I John 5:3). What does Jesus teach? In Matthew 22:36, He was asked, "Teacher, which is the great commandment in the law?" His reply is instructive: Jesus said to him, "'You shall love the LORD your God with all your heart, with all your soul, and with all your mind.' This is the first and great commandment. And the second is like it: 'You shall love your neighbor as yourself.' On these two commandments hang all the Law and the prophets." ( Matthew 22:37-40) Notice that both of the two Great Commandments encompass love. The first four of the Ten Commandments show man how to love God, and the second group of six shows man how to love fellow man. The commandments remove love from being merely an emotion and reveal how to apply love practically. As one commentator stated, "Love is what you do." It was Jesus, as God of the Old Testament, who gave to ancient Israel God's laws in their codified form from Mount Sinai. When He became a man, what did He teach in reference to these very commandments? » "If you love Me, keep My commandments." ( John 14:15) » "He who has My commandments and keeps them, it is he who loves Me. And he who loves Me will be loved by My Father, and I will love him and manifest Myself to him." ( John 14:21) » "If anyone loves Me, he will keep My word; and My Father will love him, and we will come to him and make Our home with him. He who does not love Me does not keep My words; and the word which you hear is not Mine but the Father's who sent Me." ( John 14:23-24) The apostle James calls the Ten Commandments "the royal law," meaning it came from a King and is worthy of His Kingdom ( James 2:8-12). God has never done awa
JNM <*> Mahalnya Kematian Yesus di Kayu Salib & REFLEKSI MAKNA PASKAH
From: Dewi Kriswanti Mahalnya Kematian Yesus Di Kayu Salib Seorang bapak setengah baya bekerja pada sebuah perusahaan kereta api, dan tugas bapak ini mudah saja. Beliau hanya bertugas menarik sebuah tuas yang mengerakkan roda roda raksasa yang saling berhubungan untuk mengangkat jembatan yang merintangi jalan kereta api itu, sehingga kereta api tersebut dapat lewat dengan selamat. tentu saja jika jembatan tersebut tidak diangkat...maka kereta api itu akan mengalami kecelakaan yang sangat hebat). Bapak ini mempunyai seorang anak satu satunya yang sangat dikasihi dengan segenap jiwanya. Suatu hari, anak bapak ini mengunjungi bapaknya dan bapaknya membiarkan anaknya melihat lihat tempat kerjanya. Sewaktu anak ini menghampiri roda roda raksasa tersebut, tiba tiba sang anak terpeleset dan jatuh diantara roda roda raksasa tersebut. Malang baginya.. kaki anak kecil tersebut terjepit dengan eratnya diantara gerigi roda-roda raksasa tersebut. Demi melihat kaki anaknya terjepit diantara roda-roda raksasa tersebut, sang bapak dengan serta merta berusaha menolong melepaskan kaki anak tersayangnya tersebut dari jepitan gerigi roda tersebut Setelah berusaha sekian lama, sang bapak ini masih belum bisa melepaskan kaki anaknya tersebut. Sesaat kemudian, sang anak mulai menangis karena ketakutan. Tiba tiba dari kejauhan terdengarlah secara samar-samar suara peluit kereta api tersebut dari kejauhan memberi tanda agar jembatan itu harus segera diangkat. Sesaat kemudian hati bapak ini menjadi sangat sedih dan ketakutan... Di dalam kecemasannya dia masih berusaha melepaskan kaki anaknya... tapi masih tidak ada hasilnyaTidak lama kemudian suara peluit kereta api tersebut terdengar semakin jelas dan dekat. Hati bapak ini seketika menjadi hancur... bapak ini mulai menangis dengan sedihnya. Di dalam hati bapak ini muncul suatu keraguan... haruskah dia mengorbankan anak satu satunya demi menyelamatkan kereta api itu yang penumpangnya tak ada satupun yang dia kenal? Namun jika dia memilih untuk menyelamatkan anaknya...maka berapa jiwa yang akan melayang dengan sia sia hanya gara gara satu orang saja Sesaat kemudian... bapak ini perlahan lahan mencium kening anaknya dengan penuh kasih sayang dan dengan hati yang sangat hancur... lalu bapak ini mulai berdiri dan menuju ke tuas pengangkat jembatan tersebut... dengan air mata yang membasahi sampai ke bajunya... sang bapak ini melihat sekali lagi pada anak satu satunya itu... Sesaat kemudian bapak ini menarik tuasnya dan jatuh lemas dan menangis sejadi-jadinya tanpa berani melihat proses kematian anaknya yang sangat tragis yang tidak pernah dibayangkan olehnya demi menyelamatkan orang-orang yang ada didalam kereta api itu, yang sama sekali tidak mengetahui, bahwa saat itu juga mereka telah bebas dari kematian yang kekal Saudaraku yang terkasih... jika kita renungkan kembali kisah diatas... Bukankah cerita diatas telah terjadi 2000 tahun yang lalu... dimana Yesus telah disalib hanya untuk menebus dosa kita...? Siapakah kita ini sehingga kita memperoleh keselamatan itu...? Sesungguhnya kita ini tidak lebih dari sampah yang tidak ada harganya... Tetapi kasih Yesus begitu besar... Sehingga Dia rela mati diatas kayu salib hanya untuk menebus dosa kita... (injil Yohanes 3:16). Saya mau katakan pada saudara...Bahwa hanya Yesus sajalah yang rela mengorbankan nyawanya bagi kita. Tak ada kasih yang demikian besar seperti yang dilakukan Yesus demi menyelamatkan kita. Kematian Yesus itu tidak dapat dinilai dengan apapun yang ada didunia ini... terlalu mahal dan sangat mahal untuk sebuah jiwa seperti saya dan saudara... Tapi, saya juga mau katakan sesuatu pada saudara...Kematian Yesus 2000 tahun yang lalu bukan hanya untuk menebus dosa orang yang hidup pada jaman itu saja... Tetapi darah-Nya yang tercurah 2000 tahun yang lalu masih mampu dan Dia sanggup menyelamatkan kita. Percayalah kepada Yesus...Sebab hanya melalui Dialah kita dapat diselamatkan. Dan bagi kita yang sudah percaya pada Yesus... Janganlah kita menjual kematian Yesus dengan hal hal yang bersifat duniawi... Terlalu mahal harga sebuah nyawa itu, sobat. Teman temanku yang terkasih didalam Yesus Kristus... Kami tidak mau teman-teman hanya membaca kisah di atas ini lalu di delete tanpa di forward kepada teman-teman kalian yang lain... Sediakanlah waktu bagi Tuhan untuk bersaksi tentang pengorbananNya ini kepada teman temanmu yang belum mengenal Yesus secara pribadi. Jika Tuhan yang menciptakan langit dan bumi ini selalu menyediakan waktu-Nya bagi mengawasi teman-teman sekalian, kenapa teman-teman tidak membalas kebaikan-Nya dengan mengirimkan email ini kepada orang orang yang masih menanti uluran tangan kita? Sekaranglah waktunya... Jangan ditunda lagi... Sebab hari esok kan terlambat... ! Selamat bersaksi dan menerima keselamatan yang dari Tuhan... Tuhan Beserta Kita... THE POEM I knelt to pray but not for long, I had too much to do. I had to hurry and get to work For bills
JNM <*> daily devotional
From: [EMAIL PROTECTED] daily devotional Morning ... Luke 23:31 If they do these things in a green tree, what shall be done in the dry? Among other interpretations of this suggestive question, the following is full of teaching: "If the innocent substitute for sinners, suffer thus, what will be done when the sinner himself-the dry tree-shall fall into the hands of an angry God?" When God saw Jesus in the sinner's place, He did not spare Him; and when He finds the unregenerate without Christ, He will not spare them. O sinner, Jesus was led away by His enemies: so shall you be dragged away by fiends to the place appointed for you. Jesus was deserted of God; and if He, who was only imputedly a sinner, was deserted, how much more shall you be? "Eloi, Eloi, lama sabachthani?" what an awful shriek! But what shall be your cry when you shall say, "O God! O God! why hast Thou forsaken me?" and the answer shall come back, "Because ye have set at nought all My counsel, and would none of My reproof: I also will laugh at your calamity; I will mock when your fear cometh." If God spared not His own Son, how much less will He spare you! What whips of burning wire will be yours when conscience shall smite you with all its terrors. Ye richest, ye merriest, ye most self-righteous sinners-who would stand in your place when God shall say, "Awake, O sword, against the man that rejected Me; smite him, and let him feel the smart for ever"? Jesus was spit upon: sinner, what shame will be yours! We cannot sum up in one word all the mass of sorrows which met upon the head of Jesus who died for us, therefore it is impossible for us to tell you what streams, what oceans of grief must roll over your spirit if you die as you now are. You may die so, you may die now. By the agonies of Christ, by His wounds and by His blood, do not bring upon yourselves the wrath to come! Trust in the Son of God, and you shall never die. Mark 1:15 (15) And saying, The time is fulfilled, and the kingdom of God is at hand: repent ye, and believe the gospel. Luke 16:16-17 (16) The law and the prophets were until John: since that time the kingdom of God is preached, and every man presseth into it. (17) And it is easier for heaven and earth to pass, than one tittle of the law to fail. Is there any doubt in our minds that we are within striking range of the return of Jesus Christ? the gospel of Jesus Christ has been preached for almost two thousand years, and prophecies made by Him and others regarding His return are being fulfilled. The crisis at the close is almost upon us. Mankind's only hope is revealed in the gospel, yet we find great ignorance regarding what His good news is. The complete secularization of the Western, "Christian" world is almost accomplished, and doctrinal confusion abounds. It seems as though the vast number of professing Christians believe that all one must do is believe in the name of Jesus Christ to be saved. This is most certainly required, but Jesus Himself says in Mark 1:15 that one must believe in the gospel in order to be saved. That is quite a bit different than merely believing in Jesus. While it is definitely true that Jesus died for our sins, the true gospel provides a great deal more instruction regarding Christianity and its purpose than solely Jesus' part in our salvation. It reveals that a Christian must play an active part in the spiritual creation that God is working in and through men. One of the more effective deceptions Satan has palmed off on mankind is that all God is attempting to do is to "save" people. Most Christians somehow fail to think of God and His Son, Jesus Christ, as actively involved in doing something more with those who are converted. Consider this process, which most people believe: At some time in his life, the "saved" one had perceived the need to be forgiven of his sins. He then asked God to forgive him, and from that point on, because of Christ's blood, he was "saved." Is this true? Though this illustration has been simplified a great deal, it is nevertheless close to the prevalent belief. We will add a biblical fact to that scenario. Almost all Bible commentators hold that the Israelite's experience of walking through the wilderness following Israel's release from bondage to Egypt is a type of a Christian's walk following his conversion. Walking is typical of laboring or working to reach an objective. Did the Israelites arrive in the Promised Land—a type of the Kingdom of God—immediately upon release from their bondage? No! They had ahead of them a forty-year journey filled with trials. As they journeyed, God worked with them and supplied their needs, preparing them for their inheritance. Release from Egypt only began another aspect of God's work with them. To reach their objective, a great deal
JNM <*> UANG; Surat untuk Bapa di Sorga & CHIP IN ME
From: <[EMAIL PROTECTED]> UANG "Pokoknya saya mau beli berlian, seperti yang dipakai Ibu Andre pake kemarin di arisan", dengan suara meninggi Lastri menjelaskan keinginannya pada suaminya. Tak kalah ngotot Rahmat pun membalas,"Saya juga sudah lama bermimpi punya mobil !, sudah bosan naik kendaraan umum kalau mau pergi mengajar, berdesak-desakan dengan penumpang lainnya, harus bangun lebih awal ! nah, kalau Mas punya kendaraan sendiri bisa bangun agak telat dari biasanya, dan lagi pula kalau sedang libur bisa ngantar kamu kepasar kan ?" Lastri sama sekali tidak bergeming dengan keputusannya, dia tetap ngotot uang hasil undian tabungan sebanyak 50 juta, dipakai untuk membeli Berlian, begitu juga dengan Rahmat tetap bertahan dengan cita-citanya. Sepanjang tujuh tahun membina rumah tangga, kehidupan mereka menjadi panutan bagi orang lain, tak hanya dikeluarga tapi juga tetangga disekitar mereka. Kalaupun ada riak-riak kecil, semua itu hanya bumbu penyedap yang membuat mereka semakin mengerti pasangan masing-masing dan memperkokoh rumah tangga mereka. Rahmat, seorang guru SMP negri si salah satu sekolah Favorite di Jakarta, beliau sangat sederhana, dia tidak gengsi pergi kerja naik angkot, dimana terkadang satu angkutan umum dengan muridnya, bahkan begitu dekatnya dengan anak murid yang dia asuh tak jarang pulang mengajar Rahmat diantar anak muridnya. Sosok Lastri, ibu rumah tangga yang sabar dan lemah lembut. Selama ini tak pernah sekalipun terdengar gerutuan dari bibirnya, minta dibelikan barang-barang yang mahal, dia tidak pernah bersungut-sungut karena suaminya hanya mampu memberikan hidup yang sederhana sepanjang pernikahan mereka. Tapi semua berubah ! ketika didepan mata ada uang sejumlah Rp 50.000.000, pasangan ini mulai Egois, mulai mersa paling benar, masing-masing mempertahankan keinginannya yang dianggap lebih penting. ++ Lukas 12 12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Banyak MANUSIA 'tidak siap' kita diberkati Tuhan dengan melimpah ! ! ! + Waktu masih punya TV 14 ", suami istri masih bisa akur nonton tv bersama-sama, ketawa bersama, tapi waktu punya TV LCD 32", yang ada justru pertengkaran, tidak ada yang mau mengalah acara apa yang ingin ditonton bersama. + Waktu belum punya kendaraan, suami istri masih rajin pergi ibadah, walau hujan batu sekalipun, pasangan istri/suami ini berkata,"sayang, kita kan ada payung, mari kita kegereja" ! Melihat kesetiaan mereka, akhirnya Tuhan memberkati luar bisa, dikasi mobil dan tiba mau berangkat kegereja hujan pun turun dengan deras maka pasangan suami/istri bilang,"sayang sekali mobil ini dipakai ke gereja, entar kotor soalnya baru kemarin sore dicuci". +Waktu pendapatan 2.000.000/bulan sang suami, setia setengah mati sama istri, "engkaulah segala-galanya bagiku", pergi kekantor membawa bekal masakah istri, kopi buatan istri tercinta tidak ada tandingannya, tidak pernah pulang larut malam, tapi waktu Tuhan kasih berkat melalui kenaikan gaji dan akhirnya mendapatkan 4.000.000/bulan, sang suami mulai malas makan masakan istri, mulai ngak betah minum kopi buatan istri, lebih senang nongkrong di cafe. Amsal 3:9a Muliakanlah TUHAN dengan hartamu ... jangan sampai kecintaan kita pada materi, membuat kita kehilangan orang yang kita cintai dan mencintai kita, ... apalagi kalau sampai kehilangan Kekasih jiwa kita, yaitu Yesus Kristus. Have a nice week end, God bless you en me. Gbu, SariHati Indah Tarigan === From: <[EMAIL PROTECTED]> Surat untuk Bapa di Sorga by, Sari Tarigan Yesus, Engkau kekasih jiwaku, Engkau Tuhan yang tarlalu baik, Engkau Bapa yang sangat setia dan berbelas kasih dan bagiku Engkau tidak hanya Tuhan tapi sahabat yang luar biasa. Ketika aku terkenang akan kebaikan dan campur tanganMu dalam hidupku, aku tak mampu menahan air mataku, tanpa terasa air mataku menetes di pipiku, betapa dasyat dan ajaib perbuatannmu sepanjang hidupku, terkadang aku tersenyum dan tertawa, saat melihat cara Tuhan menjawab doa, dengan cara yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya.Dan karena itulah aku bertekat memberikan hidupku padaMu, memberi yang terbaik padaMu. Bapa yang ku cinta, hanya Engkau yang paling mengerti kesesakan yang aku derita saat ini, Engkau yang paling mengerti betapa lemahnya kondisiku saat ini, dan betapa takutnya aku membayangkan masa depanku yang tinggal menghitung hari. Sebagai orang muda yang punya banyak cita-cita, dan semangat baru, aku tak mampu menerima kenyataan ini, aku sempat kecewa padaMu, bertahun-tahun aku melayani Engkau, belajar menjadi pelaku Firman, tapi kenapa semua ini harus aku alami. Tuhan, Dokter bilang, aku mengidap penyakit
JNM <*> daily devotional
From: [EMAIL PROTECTED] daily devotional Morning ... John 19:16 They took Jesus, and led Him away. He had been all night in agony, He had spent the early morning at the hall of Caiaphas, He had been hurried from Caiaphas to Pilate, from Pilate to Herod, and from Herod back again to Pilate; He had, therefore, but little strength left, and yet neither refreshment nor rest were permitted Him. They were eager for His blood, and therefore led Him out to die, loaded with the cross. O dolorous procession! Well may Salem's daughters weep. My soul, do thou weep also. What learn we here as we see our blessed Lord led forth? Do we not perceive that truth which was set forth in shadow by the scapegoat? Did not the high-priest bring the scapegoat, and put both his hands upon its head, confessing the sins of the people, that thus those sins might be laid upon the goat, and cease from the people? Then the goat was led away by a fit man into the wilderness, and it carried away the sins of the people, so that if they were sought for they could not be found. Now we see Jesus brought before the priests and rulers, who pronounce Him guilty; God Himself imputes our sins to Him, "the Lord hath laid on Him the iniquity of us all;" "He was made sin for us;" and, as the substitute for our guilt, bearing our sin upon His shoulders, represented by the cross; we see the great Scapegoat led away by the appointed officers of justice. Beloved, can you feel assured that He carried your sin? As you look at the cross upon His shoulders, does it represent your sin? There is one way by which you can tell whether He carried your sin or not. Have you laid your hand upon His head, confessed your sin, and trusted in Him? Then your sin lies not on you; it has all been transferred by blessed imputation to Christ, and He bears it on His shoulder as a load heavier than the cross. Let not the picture vanish till you have rejoiced in your own deliverance, and adored the loving Redeemer upon whom your iniquities were laid. Romans 12:3-8 (3) For I say, through the grace given unto me, to every man that is among you, not to think of himself more highly than he ought to think; but to think soberly, according as God hath dealt to every man the measure of faith. (4) For as we have many members in one body, and all members have not the same office: (5) So we, being many, are one body in Christ, and every one members one of another. (6) Having then gifts differing according to the grace that is given to us, whether prophecy, let us prophesy according to the proportion of faith; (7) Or ministry, let us wait on our ministering: or he that teacheth, on teaching; (8) Or he that exhorteth, on exhortation: he that giveth, let him do it with simplicity; he that ruleth, with diligence; he that sheweth mercy, with cheerfulness. These six verses are all tied together by humility—that one should not think of himself more highly than he ought. God has put us each in the body as it pleases Him, so we should not think that we, as, say, the toe are better than the knee because the toe cannot do the knee's job. God thinks of the toe just as highly as He does of the knee, but if He has put us as a toe, why not in faith do the job of a toe because that is what God wants us to be? If He had wanted us to be a knee, He would have put you in the body as a knee, but He made us to be a toe, so be happy as a toe! Do a toe's work in faith! Paul tells us to think soberly, logically, seriously, that as God has dealt to each a measure of faith, that we in faith can consider our place in the church and deal with it. So, whatever we are to do, do it! Do it with all the gifts and skills that God has given—but do not try to do another's job. It is his job to do diligently, not ours. God put us in the body to do a specific job, our job not his, otherwise He would have given us his job! If we have been given the job to exhort, then we should exhort. If it is our job to minister and serve others, serve—but do not take another's job to prophesy. Paul is saying, "In lowliness of mind, be content where you are, because obviously God has put you there for a reason. If you do the job that God has given to you, you are fulfilling His will." The church, then, can be united because the members are not competing over each other's responsibilities. Richard T. Ritenbaugh From Psalm 133 . = From: [EMAIL PROTECTED] daily devotional Morning ... Matthew 27:14 He answered him to never a word. He had never been slow of speech when He could bless the sons of men, but He would not say a single word for Himself. "Never man spake like this Man," and never man was silent like Him. Was this singular silence the index of His perfect self-sacrifice? Did it show that He would no