JNM <*> Beam Me Up, Father ! & Renungan Paskah

2007-04-10 Terurut Topik pttwr
From: "MANGUCUP" <[EMAIL PROTECTED]>

Beam Me Up, Father !

 
Pada tanggal 28 April 2007 sisa abu kremasi dari James Doohan pemeran dari
Scotty Start Trek akan di luncurkan keruang angkasa melalui pesawat ruang
angkasa SpaceLoft XL. Hal ini tidak akan bisa  terjadi dengan Tuhan Yesus,
karena Ia telah bangkit dan naik ke sorga lagi. Perlu Anda ketahui, bahwa
kalimat dibawah inilah yang terakhir kalinya diucapkan oleh Tuhan Yesus
sebelumnya Ia naik ke sorga. 

„Beam Me Up, Father ! – There’s no intelligent life down here ! 

Maklum manusia pada saat tersebut Go-Block bin Dungu semua, sehingga mereka
tidak mengerti misi kedatangan-Nya Tuhan Yesus !

Apabila Tuhan Yesus bisa naik ke surga, sambil berdoa: “Beam me Up, Father
!” kenapa mang Ucup tidak bisa melakukan hal yang sama? Kapan yah mang Ucup
juga bisa diangkat naik ke surga, sama seperti Scotty eh maksud saya seperti
Tuhan Yesus? Orang mengharap boleh kan! Terkabul tidak nya sih nanti; itu
urusan nomor 17, yang penting mengharap dahulu.

Mang Ucup mengharap bisa naik kesurga seperti Tuhan Yesus, jadi diangkat begitu 
saja, seperti di film Star Trek. Ini kali di Beam, tetapi bukannya kembali ke 
kapal induk melainkan ke sorga secara bleng w….ush ngilang pulang mudik ke 
kampuang !

Anda jangan ngawur mang Ucup, mana mungkin kita orang hidup bisa diangkat
naik ke sorga seperti di film Star Trek, masalahnya anda harus mati dahulu,
setelah itu baru mang Ucup bisa naik surga! Apakah benar demikian? Tidak!

Ada satu doktrin penting dari agama Kristen yang menyatakan bahwa nanti pada
akhir zaman semua orang kudus akan di “beam” alias diangkat ke surga “tanpa
harus mati terlebih dahulu”! Bahkan karena doktrin ini merupakan suatu yang
bersifat mujijat sehingga banyak orang Kristen sendiri tidak mengetahuinya
bahkan tidak yakin bahwa hal ini bisa terjadi.

Doktrin ini lebih dikenal dengan perkataan “Rapture” dalam bahasa Inggris,
sedangkan perkataan rapture nya sendiri tidak ada di dalam Alkitab bahasa
Inggris, sebab perkataan rapture ini berasal dari bahasa Latin “rapere” yang
berarti “akan diangkat”. Seorang penterjemah Alkitab yang bernama Jerome
menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Latin ia menggunakan perkataan
“rapere = akan diangkat” yang tercantum di dalam ayat dibawah ini 

1 Tesalonika 4:16-17 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu
penghulu malaikat berseru dan sangkakala Tuhan berbunyi, maka Tuhan sendiri
akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu
bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat
bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa.
Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.

Jadi di dalam ayat tsb di atas dengan jelas dicantumkan bahwa “kita yang
hidup” pun “AKAN DIANGKAT” – baca di BEAM; bersama-sama menyongsong Tuhan di
angkasa. Wah betapa hebatnya kalau mang Ucup bisa turut diangkat terbang
melayang untuk menyongsong Tuhan di angkasa, mirip Gatotgaca begitu! 

Anda jangan jual kecap di milis mang Ucup, mana mungkin orang bisa naik
surga dengan tubuh seutuhnya, orang yang naik ke surga itu hanya jiwa nya
bukan badan jasmaniahnya. Apakah benar demikian? Kita lihat buktinya saja
orang yang berpengalaman pernah naik ke surga adalah Tuhan Yesus. Ketika
Tuhan Yesus naik ke surga, yang naik ke surga itu bukan arwah-Nya, melainkan
dengan tubuh jasmaniah-Nya seutuhnya. 

Ini bisa saya buktikan berdasarkan fakta. Kalau arwahnya yang naik ke surga, 
tentu Tuhan Yesus tidak akan bangkit kembali, jasad-Nya masih akan tetap berada 
di dalam gua kuburan. Disamping itu sudah dibuktikan dimana murid2nya bisa 
menjamah tubuh Tuhan Yesus, seperti juga menjamah tubuh anda dan saya (Lukas 
24:38-40), bahkan Ia juga membuktikan bahwa yang bangkit itu bukannya roh 
gentayangan, melainkan benar2 tubuh nyata yang masih bisa menyantap ikan 
goreng! (Lukas 24:41-42)

Jadi akan tiba saatnya dimana semua pengikut-Nya nanti akan diangkat naik
kesurga tanpa harus mati terlebih dahulu. Oleh sebab itulah jangan kaget,
apabila pada suatu saat mang Ucup tidak menposting artikel lagi ke milis
ini, bukannya berarti mang Ucup sudah koit, melainkan karena sudah diangkat
(di-beam) terlebih dahulu naik surga. Ini bukannya menyombongkan diri,
hanya sekedar mengharap boleh kan! 

Walaupun demikian sebelumnya kita di-beam atau diangkat untuk menyongsong
Tuhan Yesus ke surga tubuh kita akan dirubah terlebih dahulu menjadi tubuh
yang “bagus, guaanteng” dan kudus. 

Saya tekankan perkataan bagus disini, sebab tubuh mang Ucup sekarang sudah
jelek, seperti juga angkot bokbrok: gembrot, peot dan botakmaupun
sakit-sakitan.  Oleh sebab itulah sebelumnya saya dibeam (diangkat) akan
dirubah menjadi bagus dan gu..anteng terlebih dahulu seperti George Clooney.
Masalahnya malu atuh ooo...oi; kalau harus bertemu dengan Tuhan dalam tubuh
yang sekarang ini. Ketemu istri aza ingin gua…anteng kelihatannya apalagi
mau bertemu dengan Tuhan, enggak salah kan punya pikiran demikian! 

Tubuh ma

JNM <*> Dukacita dan sukacita sejati; Ini Aku, Utuslah Aku & Hidup yg berfokus...

2007-04-10 Terurut Topik pttwr
From: Eksposisi Roma 

Refleksi Jumat Agung 2007

DUKACITA DAN SUKACITA SEJATI
oleh : Denny Teguh Sutandio

Nats : Yohanes 18:20
"Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi 
dunia akan bergembira ; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah 
menjadi sukacita."

Yohanes 18:16-33 merupakan ayat di mana Tuhan Yesus sedang membicarakan saat 
kematian-Nya yang semakin mendekat setelah Ia mengajar tentang Roh Kudus yang 
akan diutus. Ketika Tuhan Yesus mengatakan bahwa tinggal sesaat lagi mereka dan 
Dia akan bertemu, maka para murid menjadi gusar dan bingung tentang makna 
pernyataan-
Nya. Kemudian, Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa mereka yang tidak akan 
melihat-Nya lagi akan menangis dan meratap, tetapi sebaliknya dunia akan 
bergembira. Apa arti perkataan-Nya ini ? Pada waktu itu, kalau kita sedang 
berada di posisi para murid-Nya, kita pun tentu akan bingung. Tetapi puji 
Tuhan, melalui Alkitab yang sudah sempurna diwahyukan, kita mendapatkan 
pengertian bahwa ayat ini sedang menunjukkan pada kematian Kristus. Para murid 
akan menangis dan meratap berarti mereka akan menangisi "kepergian" Yesus untuk 
disalib. Ketika kita sedang ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi misalnya 
orangtua atau pasangan kita entah karena kecelakaan dan meninggal atau 
ditinggal ke luar kota/negeri, kita pun akan 
menangis. Tetapi apa bedanya dengan para murid yang berdukacita ? 
Ayat 21 pada bagian ini membandingkan kedukacitaan para murid dengan ilustrasi 
seorang perempuan yang berdukacita (atau bisa diartikan menderita) pada saat ia 
melahirkan, tetapi setelah anaknya lahir, ia tidak akan menderita tetapi 
bergembira. Demikianlah gambaran Kristus bagi para murid-Nya yang sementara 
berdukacita karena Kristus akan disalib dan "meninggalkan" mereka.

Salib Kristus menggambarkan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain, 
yaitu, bagi umat pilihan Tuhan, itu merupakan suatu anugerah yang harus 
direnungkan dan diresponi dengan sungguh-sungguh. 
Artinya, ketika kita berada pada suatu momen menjelang Jumat Agung, tidak 
seharusnya kita berhura-hura, tetapi diam merenungkan pengorbanan Kristus 
menuju Via Dolorosa. Kedua, bagi umat yang sudah ditetapkan untuk binasa, salib 
Kristus merupakan tertawaan/hinaan (lihat kembali Yohanes 18:20a dengan 
perkataan, "dunia akan bergembira."). John Gill dalam tafsirannya langsung 
menunjuk "dunia" kepada orang-orang Yahudi dan para ahli Taurat yang tidak 
percaya. 
Mengapa mereka yang menolak Kristus menjadi bergembira ? Karena mereka berpikir 
bahwa Kristus itu merugikan mereka. Bagi orang-orang Yahudi dan para ahli 
Taurat yang tidak mau percaya, bukankah Kristus selalu "merugikan" mereka 
karena telah mengobrak-abrik kemunafikan mereka? "Wajar" saja, kalau Kristus 
dimusuhi. Dan ini juga merupakan refleksi bagi kita. Ketika kita berdosa dan 
Tuhan membukakan realita 
keberdosaan kita, apakah kita bersikap sombong seperti orang-orang Yahudi dan 
para ahli Taurat yang tidak percaya yang akhirnya menyalibkan Kristus ataukah 
kita memiliki kerendahan hati seperti para murid-Nya ? 

Selanjutnya, dukacita yang dialami oleh para murid-Nya karena "ditinggalkan" 
oleh Kristus yang disalib ternyata tidak berlarut-larut, karena dukacita itu 
sebenarnya sementara dan dukacita itu "akan berubah menjadi sukacita." Pada 
saat Kristus disalib, para murid menjadi berdukacita, sedangkan dunia 
bergembira, tetapi ketika mereka mengerti makna pengorbanan-Nya dan realita 
kebangkitan-Nya serta kenaikan-Nya, maka para murid tidak lagi berdukacita 
tetapi bersukacita, sedangkan dunia yang tadinya bergembira akan menjadi 
bersusah hati, mengapa ? Karena dunia menggambar kan umat yang telah ditetapkan 
untuk binasa) yang dahulu mengolok-olok Kristus, sekarang menjadi hidup yang 
tidak berpengharapan disebabkan oleh kesalahan mereka sendiri yang menolak 
Kristus. Di sini, kita belajar mengenai pengertian dukacita dan 
sukacita sejati. Dukacita dan sukacita sejati bukan tergantung pada hal-hal 
fenomenal, tetapi pada esensi. Di dalam refleksi kita ini, kita menjumpai bahwa 
dukacita dan sukacita sejati berpusat kepada Kristus. Ketika orang percaya di 
dalam Kristus dan menerima-Nya sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat 
(karena Roh Kudus telah 
melahirbarukannya), maka pasti dirinya menemukan sukacita sejati dan mampu 
menempatkan dukacita dan sukacita secara benar. Mereka menangisi apa yang Tuhan 
tangisi dan bersukacita akan apa yang Tuhan senangi. Misalnya, ketika melihat 
dosa, umat pilihan-Nya yang percaya pasti ikut bersedih, sebaliknya ketika ada 
seorang yang baru diinjili mau bertobat dan percaya kepada Kristus, umat 
pilihan-Nya ini akan bersukacita karena Tuhan bersukacita. Itu yang disebut 
oleh Pdt. Dr. Stephen Tong sebagai menyangkal diri, yaitu menyesuaikan kehendak 
kita dengan kehendak Tuhan. Sebaliknya, umat yang sudah ditetapkan untuk binasa 
yang sengaja menolak Kristus tidak akan pernah mengerti arti sesungguhnya 
dukacita dan sukacita.

JNM <*> daily devotional

2007-04-10 Terurut Topik pttwr
From: [EMAIL PROTECTED] 

daily devotional

Morning ... 
Hebrews 13:13
Let us go forth therefore unto Him without the camp. 

Jesus, bearing His cross, went forth to suffer without the gate. The 
Christian's reason for leaving the camp of the world's sin and religion is not 
because he loves to be singular, but because Jesus did so; and the disciple 
must follow his Master. Christ was "not of the world:" His life and His 
testimony were a constant protest against conformity with the world. Never was 
such overflowing affection for men as you find in Him; but still He was 
separate from sinners. In like manner Christ's people must "go forth unto Him." 
They must take their position "without the camp," as witness-bearers for the 
truth. They must be prepared to tread the straight and narrow path. They must 
have bold, unflinching, lion-like hearts, loving Christ first, and His truth 
next, and Christ and His truth beyond all the world. Jesus would have His 
people "go forth without the camp" for their own sanctification. You cannot 
grow in grace to any high degree while you are conformed to the world. The life 
of separation may be a path of sorrow, but it is the highway of safety; and 
though the separated life may cost you many pangs, and make every day a battle, 
yet it is a happy life after all. No joy can excel that of the soldier of 
Christ: Jesus reveals Himself so graciously, and gives such sweet refreshment, 
that the warrior feels more calm and peace in his daily strife than others in 
their hours of rest. The highway of holiness is the highway of communion. It is 
thus we shall hope to win the crown if we are enabled by divine grace 
faithfully to follow Christ "without the camp." The crown of glory will follow 
the cross of separation. A moment's shame will be well recompensed by eternal 
honour; a little while of witness-bearing will seem nothing when we are "for 
ever with the Lord."

Luke 16:16-17
(16) The law and the prophets were until John: since that time the kingdom of 
God is preached, and every man presseth into it. (17) And it is easier for 
heaven and earth to pass, than one tittle of the law to fail. 

It is helpful to realize that at its establishment on earth the Kingdom of God 
will be ruling over unconverted people who have just passed through the most 
horrific period of tribulation in the history of mankind. These people will 
need guidance from absolutely trustworthy standards.
No nation, not even the Kingdom of God, can govern human beings without laws. 
There must be standards of conduct for citizens to follow, or chaos and anarchy 
will result as each person does what seems right in his own eyes ( Judges 
21:25). But "God is not the author of confusion but of peace" ( I Corinthians 
14:33). His Kingdom will be peaceful and orderly because people will be led to 
submit themselves voluntarily to His rule of law-His commandments.
Unfortunately, many believe that the commandments are done away, having been 
replaced by love. This can easily lead a person to believe the opposite of what 
is true regarding the commandments. People have a strong tendency to think of 
them in terms of restrictive bondage, whereas love is perceived as liberating. 
The apostle John says, however, that the commandments of God are love and not 
grievous ( I John 5:3).
What does Jesus teach? In Matthew 22:36, He was asked, "Teacher, which is the 
great commandment in the law?" His reply is instructive:
Jesus said to him, "'You shall love the LORD your God with all your heart, with 
all your soul, and with all your mind.' This is the first and great 
commandment. And the second is like it: 'You shall love your neighbor as 
yourself.' On these two commandments hang all the Law and the prophets." ( 
Matthew 22:37-40)
Notice that both of the two Great Commandments encompass love. The first four 
of the Ten Commandments show man how to love God, and the second group of six 
shows man how to love fellow man. The commandments remove love from being 
merely an emotion and reveal how to apply love practically. As one commentator 
stated, "Love is what you do."
It was Jesus, as God of the Old Testament, who gave to ancient Israel God's 
laws in their codified form from Mount Sinai. When He became a man, what did He 
teach in reference to these very commandments?
» "If you love Me, keep My commandments." ( John 14:15)
» "He who has My commandments and keeps them, it is he who loves Me. And he who 
loves Me will be loved by My Father, and I will love him and manifest Myself to 
him." ( John 14:21)
» "If anyone loves Me, he will keep My word; and My Father will love him, and 
we will come to him and make Our home with him. He who does not love Me does 
not keep My words; and the word which you hear is not Mine but the Father's who 
sent Me." ( John 14:23-24)
The apostle James calls the Ten Commandments "the royal law," meaning it came 
from a King and is worthy of His Kingdom ( James 2:8-12).
God has never done awa

JNM <*> Mahalnya Kematian Yesus di Kayu Salib & REFLEKSI MAKNA PASKAH

2007-04-10 Terurut Topik pttwr
From: Dewi Kriswanti 

Mahalnya Kematian Yesus Di Kayu Salib

Seorang bapak setengah baya bekerja pada sebuah perusahaan kereta api, dan 
tugas bapak ini mudah saja.
Beliau hanya bertugas menarik sebuah tuas yang mengerakkan roda roda raksasa 
yang saling berhubungan untuk mengangkat jembatan yang merintangi jalan kereta 
api itu, sehingga kereta api tersebut dapat lewat dengan selamat. tentu saja 
jika jembatan tersebut tidak diangkat...maka kereta api itu akan mengalami 
kecelakaan yang sangat hebat). 
Bapak ini mempunyai seorang anak satu satunya yang sangat dikasihi dengan 
segenap jiwanya. Suatu hari, anak bapak ini mengunjungi bapaknya dan bapaknya 
membiarkan anaknya melihat lihat tempat kerjanya.
Sewaktu anak ini menghampiri roda roda raksasa tersebut, tiba tiba sang anak 
terpeleset dan jatuh diantara roda roda raksasa tersebut. Malang baginya.. kaki 
anak kecil tersebut terjepit dengan eratnya diantara gerigi roda-roda raksasa 
tersebut.
Demi melihat kaki anaknya terjepit diantara roda-roda raksasa tersebut, sang 
bapak dengan serta merta berusaha menolong melepaskan kaki anak tersayangnya 
tersebut dari jepitan gerigi roda tersebut
Setelah berusaha sekian lama, sang bapak ini masih belum bisa melepaskan kaki 
anaknya tersebut. Sesaat kemudian, sang anak mulai menangis karena ketakutan. 
Tiba tiba dari kejauhan terdengarlah secara samar-samar suara peluit kereta api 
tersebut dari kejauhan memberi tanda agar jembatan itu harus segera diangkat. 
Sesaat kemudian hati bapak ini menjadi sangat sedih dan ketakutan... Di dalam 
kecemasannya dia masih berusaha melepaskan kaki anaknya... tapi masih tidak ada 
hasilnyaTidak lama kemudian suara peluit kereta api tersebut terdengar 
semakin jelas dan dekat. 
Hati bapak ini seketika menjadi hancur... bapak ini mulai menangis dengan 
sedihnya. Di dalam hati bapak ini muncul suatu keraguan... haruskah dia 
mengorbankan anak satu
satunya demi menyelamatkan kereta api itu yang penumpangnya tak ada satupun 
yang dia kenal?
Namun jika dia memilih untuk menyelamatkan anaknya...maka berapa jiwa yang akan 
melayang dengan sia sia hanya gara gara satu orang saja Sesaat 
kemudian... bapak ini perlahan lahan mencium kening anaknya dengan penuh kasih 
sayang dan dengan
hati yang sangat hancur... lalu bapak ini mulai berdiri dan menuju ke tuas 
pengangkat jembatan tersebut... dengan air mata yang membasahi sampai ke 
bajunya... sang bapak ini melihat sekali lagi pada anak satu satunya itu... 
Sesaat kemudian bapak ini menarik tuasnya dan jatuh lemas dan menangis 
sejadi-jadinya tanpa berani melihat proses kematian anaknya yang sangat tragis 
yang tidak pernah
dibayangkan olehnya demi menyelamatkan orang-orang yang ada didalam kereta api 
itu, yang sama sekali tidak mengetahui, bahwa saat itu juga mereka telah bebas 
dari kematian yang kekal
Saudaraku yang terkasih... jika kita renungkan kembali kisah diatas... Bukankah 
cerita diatas telah terjadi 2000 tahun yang lalu... dimana Yesus telah disalib 
hanya untuk menebus dosa kita...?
Siapakah kita ini sehingga kita memperoleh keselamatan itu...?
Sesungguhnya kita ini tidak lebih dari sampah yang tidak ada harganya...
Tetapi kasih Yesus begitu besar... Sehingga Dia rela mati diatas kayu salib 
hanya untuk
menebus dosa kita... (injil Yohanes 3:16).
Saya mau katakan pada saudara...Bahwa hanya Yesus sajalah yang rela mengorbankan
nyawanya bagi kita. Tak ada kasih yang demikian besar seperti yang dilakukan 
Yesus demi menyelamatkan kita.
Kematian Yesus itu tidak dapat dinilai dengan apapun yang ada didunia ini... 
terlalu mahal dan sangat mahal untuk sebuah jiwa seperti saya dan saudara...
Tapi, saya juga mau katakan sesuatu pada saudara...Kematian Yesus 2000 tahun 
yang lalu bukan hanya untuk menebus dosa orang yang hidup pada jaman itu saja...
Tetapi darah-Nya yang tercurah 2000 tahun yang lalu masih mampu dan Dia sanggup 
menyelamatkan kita.
Percayalah kepada Yesus...Sebab hanya melalui Dialah kita dapat diselamatkan.
Dan bagi kita yang sudah percaya pada Yesus...
Janganlah kita menjual kematian Yesus dengan hal hal yang bersifat duniawi...
Terlalu mahal harga sebuah nyawa itu, sobat.
Teman temanku yang terkasih didalam Yesus Kristus...
Kami tidak mau teman-teman hanya membaca kisah di atas
ini lalu di delete tanpa di forward kepada teman-teman
kalian yang lain... Sediakanlah waktu bagi Tuhan
untuk bersaksi tentang pengorbananNya ini kepada teman
temanmu yang belum mengenal Yesus secara pribadi.
Jika Tuhan yang menciptakan langit dan bumi ini selalu
menyediakan waktu-Nya bagi mengawasi teman-teman
sekalian, kenapa teman-teman tidak membalas
kebaikan-Nya dengan mengirimkan email ini kepada orang
orang yang masih menanti uluran tangan kita?
Sekaranglah waktunya...
Jangan ditunda lagi...
Sebab hari esok kan terlambat... !
Selamat bersaksi dan menerima keselamatan yang dari
Tuhan...
Tuhan Beserta Kita...

THE POEM
I knelt to pray but not for long,
I had too much to do.
I had to hurry and get to work
For bills 

JNM <*> daily devotional

2007-04-10 Terurut Topik pttwr
From: [EMAIL PROTECTED] 

daily devotional


Morning ... 

Luke 23:31
If they do these things in a green tree, what shall be done in the dry? 


  Among other interpretations of this suggestive question, the following is 
full of teaching: "If the innocent substitute for sinners, suffer thus, what 
will be done when the sinner himself-the dry tree-shall fall into the hands of 
an angry God?" When God saw Jesus in the sinner's place, He did not spare Him; 
and when He finds the unregenerate without Christ, He will not spare them. O 
sinner, Jesus was led away by His enemies: so shall you be dragged away by 
fiends to the place appointed for you. Jesus was deserted of God; and if He, 
who was only imputedly a sinner, was deserted, how much more shall you be? 
"Eloi, Eloi, lama sabachthani?" what an awful shriek! But what shall be your 
cry when you shall say, "O God! O God! why hast Thou forsaken me?" and the 
answer shall come back, "Because ye have set at nought all My counsel, and 
would none of My reproof: I also will laugh at your calamity; I will mock when 
your fear cometh." If God spared not His own Son, how much less will He spare 
you! What whips of burning wire will be yours when conscience shall smite you 
with all its terrors. Ye richest, ye merriest, ye most self-righteous 
sinners-who would stand in your place when God shall say, "Awake, O sword, 
against the man that rejected Me; smite him, and let him feel the smart for 
ever"? Jesus was spit upon: sinner, what shame will be yours! We cannot sum up 
in one word all the mass of sorrows which met upon the head of Jesus who died 
for us, therefore it is impossible for us to tell you what streams, what oceans 
of grief must roll over your spirit if you die as you now are. You may die so, 
you may die now. By the agonies of Christ, by His wounds and by His blood, do 
not bring upon yourselves the wrath to come! Trust in the Son of God, and you 
shall never die.


   Mark 1:15 
   (15) And saying, The time is fulfilled, and the kingdom of God is at 
hand: repent ye, and believe the gospel. 
   
   
   Luke 16:16-17 
   (16) The law and the prophets were until John: since that time the 
kingdom of God is preached, and every man presseth into it. (17) And it is 
easier for heaven and earth to pass, than one tittle of the law to fail. 
   
   
   
Is there any doubt in our minds that we are within striking range of 
the return of Jesus Christ? the gospel of Jesus Christ has been preached for 
almost two thousand years, and prophecies made by Him and others regarding His 
return are being fulfilled. The crisis at the close is almost upon us. 
Mankind's only hope is revealed in the gospel, yet we find great ignorance 
regarding what His good news is.

The complete secularization of the Western, "Christian" world is almost 
accomplished, and doctrinal confusion abounds. It seems as though the vast 
number of professing Christians believe that all one must do is believe in the 
name of Jesus Christ to be saved. This is most certainly required, but Jesus 
Himself says in Mark 1:15 that one must believe in the gospel in order to be 
saved.

That is quite a bit different than merely believing in Jesus. While it 
is definitely true that Jesus died for our sins, the true gospel provides a 
great deal more instruction regarding Christianity and its purpose than solely 
Jesus' part in our salvation. It reveals that a Christian must play an active 
part in the spiritual creation that God is working in and through men.

One of the more effective deceptions Satan has palmed off on mankind is 
that all God is attempting to do is to "save" people. Most Christians somehow 
fail to think of God and His Son, Jesus Christ, as actively involved in doing 
something more with those who are converted.

Consider this process, which most people believe: At some time in his 
life, the "saved" one had perceived the need to be forgiven of his sins. He 
then asked God to forgive him, and from that point on, because of Christ's 
blood, he was "saved." Is this true? Though this illustration has been 
simplified a great deal, it is nevertheless close to the prevalent belief.

We will add a biblical fact to that scenario. Almost all Bible 
commentators hold that the Israelite's experience of walking through the 
wilderness following Israel's release from bondage to Egypt is a type of a 
Christian's walk following his conversion. Walking is typical of laboring or 
working to reach an objective.

Did the Israelites arrive in the Promised Land—a type of the Kingdom of 
God—immediately upon release from their bondage? No! They had ahead of them a 
forty-year journey filled with trials. As they journeyed, God worked with them 
and supplied their needs, preparing them for their inheritance. Release from 
Egypt only began another aspect of God's work with them. To reach their 
objective, a great deal

JNM <*> UANG; Surat untuk Bapa di Sorga & CHIP IN ME

2007-04-10 Terurut Topik pttwr
From: <[EMAIL PROTECTED]>

UANG

"Pokoknya saya mau beli berlian, seperti yang dipakai Ibu Andre pake kemarin  
di arisan", dengan suara meninggi  Lastri  menjelaskan keinginannya pada 
suaminya.

Tak kalah ngotot Rahmat  pun membalas,"Saya juga sudah lama bermimpi punya  
mobil !, sudah bosan naik kendaraan umum kalau mau pergi mengajar, 
berdesak-desakan dengan penumpang lainnya, harus bangun lebih awal ! nah, kalau 
Mas  punya kendaraan sendiri bisa bangun agak telat dari biasanya, dan lagi 
pula kalau sedang libur bisa ngantar kamu  kepasar kan ?"

Lastri sama sekali tidak bergeming dengan keputusannya, dia tetap ngotot
uang hasil undian tabungan sebanyak  50 juta, dipakai untuk membeli
Berlian, begitu juga dengan Rahmat tetap bertahan dengan cita-citanya.

Sepanjang  tujuh tahun membina  rumah tangga,  kehidupan mereka menjadi
panutan bagi  orang lain, tak hanya dikeluarga tapi juga  tetangga disekitar 
mereka. Kalaupun ada  riak-riak kecil, semua itu hanya bumbu penyedap  yang 
membuat mereka semakin mengerti  pasangan masing-masing dan memperkokoh rumah 
tangga mereka.

Rahmat, seorang guru  SMP negri  si salah satu sekolah Favorite di Jakarta,
beliau  sangat sederhana,  dia tidak gengsi  pergi  kerja naik angkot, dimana 
terkadang  satu angkutan umum dengan muridnya, bahkan  begitu dekatnya dengan 
anak murid yang dia asuh tak jarang pulang  mengajar Rahmat  diantar anak 
muridnya.

Sosok Lastri, ibu rumah tangga  yang sabar dan lemah lembut. Selama ini tak
pernah sekalipun terdengar  gerutuan  dari bibirnya,  minta dibelikan 
barang-barang yang mahal, dia tidak pernah bersungut-sungut karena suaminya 
hanya mampu memberikan hidup yang sederhana sepanjang pernikahan mereka.

Tapi semua berubah !  ketika didepan mata ada uang sejumlah Rp 50.000.000,
pasangan ini mulai Egois, mulai mersa paling benar, masing-masing 
mempertahankan  keinginannya yang dianggap lebih penting.

++
Lukas  12
12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap
segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya 
tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."

Banyak MANUSIA   'tidak siap'  kita  diberkati  Tuhan dengan melimpah ! ! !

+ Waktu masih punya TV 14 ", suami istri masih bisa akur nonton tv 
bersama-sama, ketawa bersama, tapi waktu punya TV LCD 32", yang ada  justru 
pertengkaran, tidak ada  yang mau mengalah acara  apa yang  ingin ditonton 
bersama.

+ Waktu belum punya kendaraan, suami istri masih rajin pergi ibadah, walau 
hujan batu sekalipun, pasangan istri/suami  ini berkata,"sayang,  kita kan ada 
payung, mari kita kegereja" ! Melihat kesetiaan mereka, akhirnya  Tuhan 
memberkati luar bisa, dikasi  mobil  dan tiba mau berangkat  kegereja hujan pun 
turun dengan  deras maka  pasangan suami/istri bilang,"sayang sekali  mobil ini 
dipakai ke gereja, entar kotor  soalnya baru kemarin sore dicuci".

+Waktu  pendapatan 2.000.000/bulan  sang suami, setia setengah mati sama istri, 
"engkaulah segala-galanya bagiku", pergi kekantor membawa bekal masakah istri, 
kopi buatan istri tercinta tidak ada tandingannya, tidak pernah pulang larut 
malam,  tapi waktu Tuhan kasih berkat melalui kenaikan gaji dan akhirnya 
mendapatkan  4.000.000/bulan, sang suami mulai malas makan masakan istri, mulai 
ngak betah minum kopi buatan istri, lebih senang nongkrong di cafe.

Amsal  3:9a  Muliakanlah TUHAN dengan hartamu

... jangan sampai kecintaan kita 
pada materi, membuat kita kehilangan orang  yang kita cintai dan mencintai 
kita, ... apalagi kalau sampai kehilangan Kekasih  jiwa kita, yaitu 
Yesus Kristus.

Have a nice  week end,  God  bless  you en me.
Gbu,
SariHati   Indah  Tarigan
===
From: <[EMAIL PROTECTED]>

Surat  untuk  Bapa di Sorga
by, Sari Tarigan

Yesus,
Engkau kekasih jiwaku, Engkau Tuhan yang tarlalu baik, Engkau Bapa yang sangat  
setia dan berbelas kasih dan bagiku Engkau tidak hanya Tuhan tapi sahabat  yang 
 luar biasa.

Ketika aku terkenang akan kebaikan dan campur tanganMu dalam hidupku, aku tak 
mampu menahan air mataku, tanpa terasa air mataku menetes di pipiku, betapa 
dasyat dan ajaib perbuatannmu sepanjang hidupku, terkadang aku tersenyum dan 
tertawa, saat melihat cara Tuhan menjawab doa, dengan cara yang tidak pernah 
aku pikirkan sebelumnya.Dan karena itulah aku bertekat memberikan hidupku 
padaMu, memberi yang terbaik padaMu.

Bapa yang ku cinta,
hanya Engkau yang paling mengerti kesesakan yang  aku derita saat  ini,
Engkau yang paling mengerti betapa lemahnya  kondisiku saat ini, dan betapa
takutnya aku membayangkan masa depanku yang tinggal menghitung hari.
Sebagai orang muda yang punya banyak cita-cita, dan semangat baru, aku tak 
mampu menerima kenyataan ini, aku sempat kecewa padaMu, bertahun-tahun aku 
melayani Engkau, belajar menjadi pelaku Firman, tapi kenapa semua  ini harus 
aku alami.

Tuhan,
Dokter bilang, aku mengidap penyakit 

JNM <*> daily devotional

2007-04-10 Terurut Topik pttwr
From: [EMAIL PROTECTED] 

daily devotional


Morning ... 

John 19:16
They took Jesus, and led Him away. 


  He had been all night in agony, He had spent the early morning at the hall of 
Caiaphas, He had been hurried from Caiaphas to Pilate, from Pilate to Herod, 
and from Herod back again to Pilate; He had, therefore, but little strength 
left, and yet neither refreshment nor rest were permitted Him. They were eager 
for His blood, and therefore led Him out to die, loaded with the cross. O 
dolorous procession! Well may Salem's daughters weep. My soul, do thou weep 
also. What learn we here as we see our blessed Lord led forth? Do we not 
perceive that truth which was set forth in shadow by the scapegoat? Did not the 
high-priest bring the scapegoat, and put both his hands upon its head, 
confessing the sins of the people, that thus those sins might be laid upon the 
goat, and cease from the people? Then the goat was led away by a fit man into 
the wilderness, and it carried away the sins of the people, so that if they 
were sought for they could not be found. Now we see Jesus brought before the 
priests and rulers, who pronounce Him guilty; God Himself imputes our sins to 
Him, "the Lord hath laid on Him the iniquity of us all;" "He was made sin for 
us;" and, as the substitute for our guilt, bearing our sin upon His shoulders, 
represented by the cross; we see the great Scapegoat led away by the appointed 
officers of justice. Beloved, can you feel assured that He carried your sin? As 
you look at the cross upon His shoulders, does it represent your sin? There is 
one way by which you can tell whether He carried your sin or not. Have you laid 
your hand upon His head, confessed your sin, and trusted in Him? Then your sin 
lies not on you; it has all been transferred by blessed imputation to Christ, 
and He bears it on His shoulder as a load heavier than the cross. Let not the 
picture vanish till you have rejoiced in your own deliverance, and adored the 
loving Redeemer upon whom your iniquities were laid.

   
   Romans 12:3-8 
   (3) For I say, through the grace given unto me, to every man that is 
among you, not to think of himself more highly than he ought to think; but to 
think soberly, according as God hath dealt to every man the measure of faith. 
(4) For as we have many members in one body, and all members have not the same 
office: (5) So we, being many, are one body in Christ, and every one members 
one of another. (6) Having then gifts differing according to the grace that is 
given to us, whether prophecy, let us prophesy according to the proportion of 
faith; (7) Or ministry, let us wait on our ministering: or he that teacheth, on 
teaching; (8) Or he that exhorteth, on exhortation: he that giveth, let him do 
it with simplicity; he that ruleth, with diligence; he that sheweth mercy, with 
cheerfulness. 
   
   
   
These six verses are all tied together by humility—that one should not 
think of himself more highly than he ought. God has put us each in the body as 
it pleases Him, so we should not think that we, as, say, the toe are better 
than the knee because the toe cannot do the knee's job. God thinks of the toe 
just as highly as He does of the knee, but if He has put us as a toe, why not 
in faith do the job of a toe because that is what God wants us to be? If He had 
wanted us to be a knee, He would have put you in the body as a knee, but He 
made us to be a toe, so be happy as a toe! Do a toe's work in faith!

Paul tells us to think soberly, logically, seriously, that as God has 
dealt to each a measure of faith, that we in faith can consider our place in 
the church and deal with it. So, whatever we are to do, do it! Do it with all 
the gifts and skills that God has given—but do not try to do another's job. It 
is his job to do diligently, not ours. God put us in the body to do a specific 
job, our job not his, otherwise He would have given us his job!

If we have been given the job to exhort, then we should exhort. If it 
is our job to minister and serve others, serve—but do not take another's job to 
prophesy. Paul is saying, "In lowliness of mind, be content where you are, 
because obviously God has put you there for a reason. If you do the job that 
God has given to you, you are fulfilling His will." The church, then, can be 
united because the members are not competing over each other's responsibilities.
   
Richard T. Ritenbaugh 
From   Psalm 133 
   

.
 =
From: [EMAIL PROTECTED] 

daily devotional



Morning ... 

Matthew 27:14
He answered him to never a word. 


  He had never been slow of speech when He could bless the sons of men, but He 
would not say a single word for Himself. "Never man spake like this Man," and 
never man was silent like Him. Was this singular silence the index of His 
perfect self-sacrifice? Did it show that He would no