Indonesia Bertanggung Jawab

1999-04-18 Thread Andrew G Pattiwael

Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,
dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan
menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan
penuh dari Indonesia.

Indonesia (khususnya ABRI) sepertinya memang ingin mengadu domba dua
kelompok ini. Dari kelompok yang menjadi minoritas, Pro Integrasi telah
dilatih, dibayayai dan persenjatai untuk menjadi kelompok yang melakukan
teror, kekerasan, dan intimidasi thd kelompok masyarakat lainnya
(terutama kelompok pro-kemerdekaan).

Apakah saya melihat kecongkakan Indonesia yang pada akhirnya juga tidak
bisa mempertahankan Timor-Timur, lebih baik untuk sekalian
membumi-hanguskan dan meluluh lantakan daerah ini.
Tanpa ada tindakan dari pemerintahan Habibie untuk menghentikan tindakan
kekerasan yang memang sengaja diciptakan oleh kita, malah aparat
keamanan dalam hal ini ABRI, justru melindungi para kelompok Pro
Integrasi yang justru baru berbuat onar terhadap niat baik
pro-kemerdekaan.

Dalam hal ini, bukan perlindungan thd minoritas kelompok pro integrasi,
"kesetiaan" terhadap Republik Indonesia. Prioritas dari posting ini
adalah "Apakah ada perlindungan terhadap civil liberties atau hak-hak
untuk hidup damai" sebelum diadakan referendum.

Tindakan Pemerintah dan Aparat Keamanan sudah seperti sejarah yang
diulang terus menerus. Dengan sengaja mengadu domba kelompok yang pro-RI
dengan kelompok yang mengancam "kepentingan" Indonesia sehingga
menimbulkan suatu momok ketakutan yang mendalam bagi para rakyat
Timor-Timur sehingga pada hari referendum nanti, tentunya setelah
ditakut-takuti oleh para pro-integrasi (Kelompok ini lebih cocok disebut
preman-preman Dilli yang pro Indonesia) akan tetap memutuskan bergabung
dengan "Republik Kesatuan Indonesia" (in sarcastic way)
Lihat saja kejadian saat penentuan PEPERA di Irian Jaya dan tentunya
kejadian setelah Invasi Indonesia di Timor-Timur. Selalu kita "mengadu domba"
kelompok yang pro Indonesia ( tentunya telah dipersenjatai lengkap )
dengan kelompok yang anti-Indonesia.

Rekan-rekan, posting ini bukan menyangkut integritas kita terhadap
Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai seorang warga negara, sudah tentunya
saya ingin melihat kesatuan dan keutuhan kita sebagai "Satu Keluarga".
Tapi dalam hal ini, "Cara untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan"
yang telah ditempuh oleh Pemerintah dan ABRI adalah cara yang salah dan
tidak dapat diterima oleh pencerminan niat baik kita dan menghormati
"Hak-hak Rakyat Timor-Timur" dan nilai-nilai yang menjunjung kehidupan
berperikemanusiaan dan berperikeadilan.

Jikalau memang Pemerintahan Habibie dan Angkatan Bersenjata/ Polri,
beritikad untuk menyelesaikan masalah Timor-Timur dengan cara damai dan
tetap menjaga harga diri Bangsa Indonesia,
Pemerintah dan Aparat harus melempaskan diri dari  persekutuan dengan
kelompok yang pro integrasi, tidak mendanai ataupun mempersenjatai
kelompok ini yang sekarang telah terbukti malah "justify their fears on the
other people's suffering" ( Tentunya masih ingat dengan Zionisme Bangsa
Yahudi yang menjajah dan menderitai Rakyat Palestina sebagai dalih bahwa
mereka telah menderita dibawah kekejaman Nazi Jerman ? semoga bangsa
indonesia tidak melupakan itu)

Cabut dukungan apapun thd kelompok pro-integrasi, buat kesepakatan
dengan kelompok CNRT untuk tidak membalas dendam dan tentunya pegang
pernyataan Xanana bahwa Pro-Kemerdekaan ingin menyelesaikan masalah ini
dengan damai. Adakan perundingan untuk penurunan senjata, penandatangan
untuk tidak mengangkat senjata tapi melainkan menyelesaikan
permasalahan di meja perundingan.

Semoga kita dapat menyelesaikan permasalahan ini dengan akal sehat, penuh
kedewasaan, dan bertanggung-jawab. Premanisme dan militanisme dengan
dalih apapun tidak dapat diterima oleh nilai-nilai kemanusian. Apapun
alasan untuk melindungi para kelompok integrationis dengan meng-approve
apasaja tindakan mereka, jelas sudah melanggar itikad baik kita sebagai
bangsa yang "Beradab".

Ingat, dalam pernyataan proklamasi kita, kita memproklamirkan Republik
ini atas dasar penderitaan yang telah kita alami selama beratus-ratus
tahun dibawah penjajahan kolonialisme. Jangan sampai kita sendiri yang
membuat Proklamasi dan dasar-dasar yang telah melahirkan dan menjaga
kelestarian negara ini "menjadi basi" dan tidak relevan.




Andrew Pattiwael



- Buntut Apel Pro-integrasi,

12 Orang Tewas

Dili, Pembaruan

Sekitar 10.000 masyarakat prointegrasi melakukan apel besar
di halaman Kantor Gubernur di Dili, Sabtu (7/4), untuk
mengukuhkan kelompok komando prointegrasi, namun setelah
pawai itu mereka membakar dan merusak rumah-rumah para
tokoh pro-kemerdekaan.

Dalam insiden itu, sedikitnya 12 orang tewas, dan rumah-rumah yang
diserang hancur berantakan. Kota Dili, pada Minggu siang masih
mencekam dan bagaikan kota mati.

Apel akbar ini untuk mengukuhkan Komando Prointegrasi Kota Dili
bernama Aitarak, pimpinan Eurico Gut

Re: Indonesia Bertanggung Jawab

1999-04-18 Thread Hadeer
Kalau saya jadi Presiden BJH...Saya akan angkut orang - orang Timtim dan orang - orang di Timtim yang masih pengen ikut Indonesia.Yang nggak kepengen ikut Indonesia silahkan tinggal di Timtim dan memerdekaan diri... toch Portugis (baca : biang masalah semua ini) juga sudah dari dulu kepengen ambil lagi Timtim...dan rakyat Timtim yang selalu mencari masalah dengan Indonesia saya pikir koq ya besar kepala sekali selalu minta perhatian dan perlakuan lebih dibanding rakyat indonesia yang lain."dikasih hati minta jantung"Baru 12 yang meninggal sudah pada ribut   bandingkan dengan Aceh, Ambon, Tanjung Priok, Lampung, Banyuwangi...Hadeer--> From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>> To: [EMAIL PROTECTED]> Subject: Indonesia Bertanggung Jawab> Date: 19 April 1999 3:48> > Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,> dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan> menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan> penuh dari Indonesia.> > Indonesia (khususnya ABRI) sepertinya memang ingin mengadu domba dua> kelompok ini. Dari kelompok yang menjadi minoritas, Pro Integrasi telah> dilatih, dibayayai dan persenjatai untuk menjadi kelompok yang melakukan> teror, kekerasan, dan intimidasi thd kelompok masyarakat lainnya> (terutama kelompok pro-kemerdekaan).> > Apakah saya melihat kecongkakan Indonesia yang pada akhirnya juga tidak> bisa mempertahankan Timor-Timur, lebih baik untuk sekalian> membumi-hanguskan dan meluluh lantakan daerah ini.> Tanpa ada tindakan dari pemerintahan Habibie untuk menghentikan tindakan> kekerasan yang memang sengaja diciptakan oleh kita, malah aparat> keamanan dalam hal ini ABRI, justru melindungi para kelompok Pro> Integrasi yang justru baru berbuat onar terhadap niat baik> pro-kemerdekaan.> > Dalam hal ini, bukan perlindungan thd minoritas kelompok pro integrasi,> "kesetiaan" terhadap Republik Indonesia. Prioritas dari posting ini> adalah "Apakah ada perlindungan terhadap civil liberties atau hak-hak> untuk hidup damai" sebelum diadakan referendum.> > Tindakan Pemerintah dan Aparat Keamanan sudah seperti sejarah yang> diulang terus menerus. Dengan sengaja mengadu domba kelompok yang pro-RI> dengan kelompok yang mengancam "kepentingan" Indonesia sehingga> menimbulkan suatu momok ketakutan yang mendalam bagi para rakyat> Timor-Timur sehingga pada hari referendum nanti, tentunya setelah> ditakut-takuti oleh para pro-integrasi (Kelompok ini lebih cocok disebut> preman-preman Dilli yang pro Indonesia) akan tetap memutuskan bergabung> dengan "Republik Kesatuan Indonesia" (in sarcastic way)> Lihat saja kejadian saat penentuan PEPERA di Irian Jaya dan tentunya> kejadian setelah Invasi Indonesia di Timor-Timur. Selalu kita "mengadu domba"> kelompok yang pro Indonesia ( tentunya telah dipersenjatai lengkap )> dengan kelompok yang anti-Indonesia.> > Rekan-rekan, posting ini bukan menyangkut integritas kita terhadap> Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai seorang warga negara, sudah tentunya> saya ingin melihat kesatuan dan keutuhan kita sebagai "Satu Keluarga".> Tapi dalam hal ini, "Cara untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan"> yang telah ditempuh oleh Pemerintah dan ABRI adalah cara yang salah dan> tidak dapat diterima oleh pencerminan niat baik kita dan menghormati> "Hak-hak Rakyat Timor-Timur" dan nilai-nilai yang menjunjung kehidupan> berperikemanusiaan dan berperikeadilan.> > Jikalau memang Pemerintahan Habibie dan Angkatan Bersenjata/ Polri,> beritikad untuk menyelesaikan masalah Timor-Timur dengan cara damai dan> tetap menjaga harga diri Bangsa Indonesia,> Pemerintah dan Aparat harus melempaskan diri dari  persekutuan dengan> kelompok yang pro integrasi, tidak mendanai ataupun mempersenjatai> kelompok ini yang sekarang telah terbukti malah "justify their fears on the> other people's suffering" ( Tentunya masih ingat dengan Zionisme Bangsa> Yahudi yang menjajah dan menderitai Rakyat Palestina sebagai dalih bahwa> mereka telah menderita dibawah kekejaman Nazi Jerman ? semoga bangsa> indonesia tidak melupakan itu)> > Cabut dukungan apapun thd kelompok pro-integrasi, buat kesepakatan> dengan kelompok CNRT untuk tidak membalas dendam dan tentunya pegang> pernyataan Xanana bahwa Pro-Kemerdekaan ingin menyelesaikan masalah ini> dengan damai. Adakan perundingan untuk penurunan senjata, penandatangan> untuk tidak mengangkat senjata tapi melainkan menyelesaikan> permasalahan di meja perundingan.> > Semoga kita dapat menyelesaikan permasalahan ini dengan akal sehat, penuh> kedewasaan, dan bertanggung-jawab. Premanisme dan militanisme dengan> dalih apapun tidak dapat diterima oleh nilai-nil

Re: Indonesia Bertanggung Jawab

1999-04-18 Thread FNU Brawijaya

Andrew G Pattiwael wrote:

> Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,
> dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan
> menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan
> penuh dari Indonesia.

Memang akibatnya seperti mengadu domba. Tapi kebijakan ini persis
seperti AS yang mengirimkan senjata diam-diam ke Afganistan. Atau ke Kurdi
di Irak. Itu yang di bawah tangan. Yang di atas tangan ya lihat sendiri Vietnam
Selatan, Korsel. Apakah maksudnya mengadu domba? Kayaknya kok kita
terlalu tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan.

> Indonesia (khususnya ABRI) sepertinya memang ingin mengadu domba dua
> kelompok ini. Dari kelompok yang menjadi minoritas, Pro Integrasi telah
> dilatih, dibayayai dan persenjatai untuk menjadi kelompok yang melakukan
> teror, kekerasan, dan intimidasi thd kelompok masyarakat lainnya
> (terutama kelompok pro-kemerdekaan).

Dari dulu saya endak setuju kalau dibilang pro-in dari kelompok minoritas.
Kita nggak pernah tahu seberapa jumlah sebenarnya karena banyak
yang berdiam diri, opini disimpan di dalam hati. Sebelum lebih jauh
menyebutkan mereka dari kelompok minoritas, coba dikasih "alasan-alasan"-
nya. Ndak usah "bukti" karena saya juga maklum kita ndak punya.

> Apakah saya melihat kecongkakan Indonesia yang pada akhirnya juga tidak
> bisa mempertahankan Timor-Timur, lebih baik untuk sekalian
> membumi-hanguskan dan meluluh lantakan daerah ini.
> Tanpa ada tindakan dari pemerintahan Habibie untuk menghentikan tindakan
> kekerasan yang memang sengaja diciptakan oleh kita, malah aparat
> keamanan dalam hal ini ABRI, justru melindungi para kelompok Pro
> Integrasi yang justru baru berbuat onar terhadap niat baik
> pro-kemerdekaan.

Lho niat baik pro kemerdekaan itu apa sih? Kan mereka sudah mendahului
keputusan masyarakat Timtim. Rakyat banyak belum mutusin kok kelompok ini
sudah bikin aba-aba sendiri. Masak ini yang disebut niat baik? Wah, kepriben
mas? Lha sudah ada 2 opsi kok masih menyatakan perang. Tindakan gini ini
masih anda dukung argumene opo tho? Mbok ya tunggu gimana keputusan
rakyat banyak dong. Kalau tiba-tiba ada aba-aba perang dari satu pihak,
jelas kelompok yang merasa berlawanan prinsip juga akan mengangkat
senjata. Masak menyediakan leher mereka buat digorok. Weleh...weleh

> Dalam hal ini, bukan perlindungan thd minoritas kelompok pro integrasi,
> "kesetiaan" terhadap Republik Indonesia. Prioritas dari posting ini
> adalah "Apakah ada perlindungan terhadap civil liberties atau hak-hak
> untuk hidup damai" sebelum diadakan referendum.

Sekali lagi, istilah minoritas perlu ditinjau lagi. Lha yang pro-kemerdekaan
jumlahe berapa sih? Kan minoritas juga. Jangan-jangan jumlahnya lebih
sedikit dari yg pro-integrasi. Kita ndak tahu sebelum ada pemungutan suara.
Ngapain menyatakan perang? Xanana ini sudah tahu kalau bakal kalah,
dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa mayoritas Timtim pengen
tetap integrasi. Makanya lalu bikin gara-gara. Kalau saya sendiri sih, bila
rakyat Timtim mayoritas pengen pisah malah seneng aja. Bikin capek aja.
Padahal cuman baca berita kok ya capek juga.

> Tindakan Pemerintah dan Aparat Keamanan sudah seperti sejarah yang
> diulang terus menerus. Dengan sengaja mengadu domba kelompok yang pro-RI
> dengan kelompok yang mengancam "kepentingan" Indonesia sehingga
> menimbulkan suatu momok ketakutan yang mendalam bagi para rakyat
> Timor-Timur sehingga pada hari referendum nanti, tentunya setelah
> ditakut-takuti oleh para pro-integrasi (Kelompok ini lebih cocok disebut
> preman-preman Dilli yang pro Indonesia) akan tetap memutuskan bergabung
> dengan "Republik Kesatuan Indonesia" (in sarcastic way)
> Lihat saja kejadian saat penentuan PEPERA di Irian Jaya dan tentunya
> kejadian setelah Invasi Indonesia di Timor-Timur. Selalu kita "mengadu domba"
> kelompok yang pro Indonesia ( tentunya telah dipersenjatai lengkap )
> dengan kelompok yang anti-Indonesia.

Yang berhak menuliskan siapa yang preman dan yg bukan adalah pemenang.
Batas antara ekstrimis dan pejuang sangat tipis. Kita ada di luar sistem,
sehingga sulit untuk menilai. Waktu Israel belum lahir, mereka melakukan
penyabotan, pembunuhan, persis yang dilakukan oleh bangsa palestina
sekarang. Nah, sekarang mereka dan kelompok barat menyebutnya
kelompok ekstrimis. Dulu Iggris juga menyebut pejuang yahudi sebagai
ekstrimis. Nah, siapa yg preman dan siapa yg pejuang jadi nisbi kan?

> Rekan-rekan, posting ini bukan menyangkut integritas kita terhadap
> Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai seorang warga negara, sudah tentunya
> saya ingin melihat kesatuan dan keutuhan kita sebagai "Satu Keluarga".
> Tapi dalam hal ini, "Cara untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan"
> yang telah ditempuh oleh Pemerintah dan ABRI adalah cara yang salah dan
> tidak dapat diterima oleh pencerminan niat baik kita dan menghormati
> "Hak-hak Rakyat Timor-Timur" dan nilai-nilai yang menjunjung kehidupan
> berperikemanusiaan dan berperikeadilan.

Re: Indonesia Bertanggung Jawab

1999-04-18 Thread Andrew G Pattiwael

Saya rasa ini bukan masalah "Hanya 12" yang meninggal, tetapi ini
masalah siapa yang memulai, siapa yang memanas-manasi dan siapa yang menaruh api
dalam sekam.
Kalau kita bisa jujur sedikit saja, mungkin kita bisa berpikir
sebenarnya siapa yang salah dan siapa yang harus "back off" dari
permasalahan ini.
Kita, pihak Indonesia sudah mengeluarkan sebuah statement, yang
menggaris-bawahi bahwa kita "Committed" to solve the East Timor
Problem, by any means: Pemberian Kemerdekaan Apabila East Timorese
dalam referendum nanti menyatakan "Pisah" dari Republik Indonesia.
By Any Means, saya maksud kita berjanji akan menyelesaikan
permasalahan ini secara damai, walaupun akhirnya kita harus merelakan
untuk melepas Timor/ Kehilangan Muka. Sebenarnya ini bukan suatu
"kemaluan yang harus diterima oleh Bangsa Indonesia" tapi seharusnya
dapat kita tunjukan sebagai kebesaran bangsa kita yang dibilang selalu
ramah-tamah itu.
Dan memang, sebagai pertanggung jawaban kita thd golongan elite
Timor-Timur yang selama ini kita bina untuk menjadi minority who ruled
East Timor, harus kita pikirkan keselamatan dan masa depannya.
Contoh Belanda, setelah dibubarkannya Republik Indonesia Serikat,
mengijinkan warga Indonesia, Indo, yang masih menyatakan kesetiaan
kepada the Netherlands Crown untuk tinggal di Belanda. Ini hanya suatu
bentuk tanggung-jawab sebagai bekas "penjajah".
Karena itu saya setuju dengan jawaban Bapak Presiden, yang
menyatakan bahwa Indonesia tidak ingin lebih lama lagi ingin diberati
masalah Timor-Timur. Either You Except the Full Autonomy Status (Plus) or you can
declare your Independence. Kita sudah menyatakan batas-batas dimana
Indonesia berpijak. There is limitation...and we would not go beyond
there.
Permasalahan bukan hanya dari 12 orang saja yang meninggal, yang
harus kita cari adalah the preventive measure untuk menyelesaikan
problems without any cause such as death. Seharusnya kita dapat mencegah
pertumpah darahan, bukannya malah memancing-mancing agar terjadi tumpah
darah.




Andrew Pattiwael



On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote:

>
> Kalau saya jadi Presiden BJH...
>
> Saya akan angkut orang - orang Timtim dan orang - orang di Timtim yang
> masih pengen ikut Indonesia.
>
> Yang nggak kepengen ikut Indonesia silahkan tinggal di Timtim dan
> memerdekaan diri... toch Portugis (baca : biang masalah semua ini) juga
> sudah dari dulu kepengen ambil lagi Timtim...dan rakyat Timtim yang selalu
> mencari masalah dengan Indonesia saya pikir koq ya besar kepala sekali
> selalu minta perhatian dan perlakuan lebih dibanding rakyat indonesia yang
> lain."dikasih hati minta jantung"
>
> Baru 12 yang meninggal sudah pada ribut   bandingkan dengan Aceh,
> Ambon, Tanjung Priok, Lampung, Banyuwangi...
>
> Hadeer
>
> --
> > From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: [EMAIL PROTECTED]
> > Subject: Indonesia Bertanggung Jawab
> > Date: 19 April 1999 3:48
> >
> > Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,
> > dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan
> > menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan
> > penuh dari Indonesia.
> >
> > Indonesia (khususnya ABRI) sepertinya memang ingin mengadu domba dua
> > kelompok ini. Dari kelompok yang menjadi minoritas, Pro Integrasi telah
> > dilatih, dibayayai dan persenjatai untuk menjadi kelompok yang melakukan
> > teror, kekerasan, dan intimidasi thd kelompok masyarakat lainnya
> > (terutama kelompok pro-kemerdekaan).
> >
> > Apakah saya melihat kecongkakan Indonesia yang pada akhirnya juga tidak
> > bisa mempertahankan Timor-Timur, lebih baik untuk sekalian
> > membumi-hanguskan dan meluluh lantakan daerah ini.
> > Tanpa ada tindakan dari pemerintahan Habibie untuk menghentikan tindakan
> > kekerasan yang memang sengaja diciptakan oleh kita, malah aparat
> > keamanan dalam hal ini ABRI, justru melindungi para kelompok Pro
> > Integrasi yang justru baru berbuat onar terhadap niat baik
> > pro-kemerdekaan.
> >
> > Dalam hal ini, bukan perlindungan thd minoritas kelompok pro integrasi,
> > "kesetiaan" terhadap Republik Indonesia. Prioritas dari posting ini
> > adalah "Apakah ada perlindungan terhadap civil liberties atau hak-hak
> > untuk hidup damai" sebelum diadakan referendum.
> >
> > Tindakan Pemerintah dan Aparat Keamanan sudah seperti sejarah yang
> > diulang terus menerus. Dengan sengaja mengadu domba kelompok yang pro-RI
> > dengan kelompok yang mengancam "kepentingan" Indonesia sehingga
> > menimbulkan suatu momok ketakutan yang mendalam bagi para rakyat
&

Re: Indonesia Bertanggung Jawab

1999-04-18 Thread Frarev Sitorus

On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote:
Sebenarnya tugas TNI dan Kepolisian itu menjaga keamanan negara dan
masyarakat dan warga negara, bukan mendukung sebelah pihak atau golongan.
Kalau yang mau gabung Indonesia/pro-integrasi bukan dengan menarik mereka
dari tanah nenek moyangnya. Jelas, itu bukan pendapat yang logis dan yang
tahu apa itu masyarakat. Xanana jelas mau menyelesaikan masalah Timtim
dengan damai, bukan dengan melegalkan masyarakat bersenjatakan.
Kalau Timtim dibiarkan merdeka...akibatnya daerah lain yang sakit hati
selama Orba akan minta merdeka juga karena daerah itu kaya sehingga mampu
berdiri sendiri, yang akibatnya terhadap kedaulatan bangsa ini yang akan
datang sangaat bahaya.Justru Aceh dan Irian  sangat berpotensi seperti
Timtim, apakah mau seperti ini berlarut - larut..? Riel dong...
> Kalau saya jadi Presiden BJH...
>
> Saya akan angkut orang - orang Timtim dan orang - orang di Timtim yang
> masih pengen ikut Indonesia.
>
> Yang nggak kepengen ikut Indonesia silahkan tinggal di Timtim dan
> memerdekaan diri... toch Portugis (baca : biang masalah semua ini) juga
> sudah dari dulu kepengen ambil lagi Timtim...dan rakyat Timtim yang selalu
> mencari masalah dengan Indonesia saya pikir koq ya besar kepala sekali
> selalu minta perhatian dan perlakuan lebih dibanding rakyat indonesia yang
> lain."dikasih hati minta jantung"
>
> Baru 12 yang meninggal sudah pada ribut   bandingkan dengan Aceh,
> Ambon, Tanjung Priok, Lampung, Banyuwangi...
>
> Hadeer
>
> --
> > From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: [EMAIL PROTECTED]
> > Subject: Indonesia Bertanggung Jawab
> > Date: 19 April 1999 3:48
> >
> > Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,
> > dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan
> > menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan
> > penuh dari Indonesia.
> >
> > Indonesia (khususnya ABRI) sepertinya memang ingin mengadu domba dua
> > kelompok ini. Dari kelompok yang menjadi minoritas, Pro Integrasi telah
> > dilatih, dibayayai dan persenjatai untuk menjadi kelompok yang melakukan
> > teror, kekerasan, dan intimidasi thd kelompok masyarakat lainnya
> > (terutama kelompok pro-kemerdekaan).
> >
> > Apakah saya melihat kecongkakan Indonesia yang pada akhirnya juga tidak
> > bisa mempertahankan Timor-Timur, lebih baik untuk sekalian
> > membumi-hanguskan dan meluluh lantakan daerah ini.
> > Tanpa ada tindakan dari pemerintahan Habibie untuk menghentikan tindakan
> > kekerasan yang memang sengaja diciptakan oleh kita, malah aparat
> > keamanan dalam hal ini ABRI, justru melindungi para kelompok Pro
> > Integrasi yang justru baru berbuat onar terhadap niat baik
> > pro-kemerdekaan.
> >
> > Dalam hal ini, bukan perlindungan thd minoritas kelompok pro integrasi,
> > "kesetiaan" terhadap Republik Indonesia. Prioritas dari posting ini
> > adalah "Apakah ada perlindungan terhadap civil liberties atau hak-hak
> > untuk hidup damai" sebelum diadakan referendum.
> >
> > Tindakan Pemerintah dan Aparat Keamanan sudah seperti sejarah yang
> > diulang terus menerus. Dengan sengaja mengadu domba kelompok yang pro-RI
> > dengan kelompok yang mengancam "kepentingan" Indonesia sehingga
> > menimbulkan suatu momok ketakutan yang mendalam bagi para rakyat
> > Timor-Timur sehingga pada hari referendum nanti, tentunya setelah
> > ditakut-takuti oleh para pro-integrasi (Kelompok ini lebih cocok disebut
> > preman-preman Dilli yang pro Indonesia) akan tetap memutuskan bergabung
> > dengan "Republik Kesatuan Indonesia" (in sarcastic way)
> > Lihat saja kejadian saat penentuan PEPERA di Irian Jaya dan tentunya
> > kejadian setelah Invasi Indonesia di Timor-Timur. Selalu kita "mengadu
> domba"
> > kelompok yang pro Indonesia ( tentunya telah dipersenjatai lengkap )
> > dengan kelompok yang anti-Indonesia.
> >
> > Rekan-rekan, posting ini bukan menyangkut integritas kita terhadap
> > Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai seorang warga negara, sudah tentunya
> > saya ingin melihat kesatuan dan keutuhan kita sebagai "Satu Keluarga".
> > Tapi dalam hal ini, "Cara untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan"
> > yang telah ditempuh oleh Pemerintah dan ABRI adalah cara yang salah dan
> > tidak dapat diterima oleh pencerminan niat baik kita dan menghormati
> > "Hak-hak Rakyat Timor-Timur" dan nilai-nilai yang menjunjung kehidupan
> > berperikemanusiaan dan berperikeadilan.
> >
> > Jikalau memang Pemerintahan Habibie dan Angkatan Bersenjata/ Polri,
> > b

Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Thread Andrew G Pattiwael

Bung,

Membela diri itu boleh, tetapi ya jangan dengan dalih membela diri lantas
minta dipersenjatai lalu gebukin orang lain selagi masih punya
peluru...ini namanya keblinger atuh mas...Aparat seharusnya dapat
melindungi golongan yang merasa ditekan donk..bukannya aparat justru
melatih kung fu lalu ngasih senjata M-16. Tugas aparat donk harus
melindungi para warga negara kita ini (selama timor belum merdeka, mereka
masih tetap adalah warga negara yang harus dilindungi oleh negara/aparat
keamanan)

Kita tidak usah mempermasalah soal jumlah atau berapa jumlah atau berapa
percent, yang pasti kita tahu Jika para kelompok pro integrasi ini
mayoritas, sudah tentu Timor tidak akan menuntut Referendum. Yang pasti
Habibie tidak akan memberikan status otonomi karena Timor adalah
Indonesia juga, dan diperlakukan sama oleh pemerintah.

Kita ndak tahu sebelum ada pemungutan suara.
> Ngapain menyatakan perang? Xanana ini sudah tahu kalau bakal kalah,
> dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa mayoritas Timtim pengen
> tetap integrasi.

lah bung brawi sendiri juga buat assumption, tau dari mana kalau Xanana
tau dia bakalan kalah? tidak ada yang tahu kanReferendum saja belum
dimulai kok sudah bisa main nebak kalau xanana kalah.

Intinya bukan ini yang saya maksudkan,
inti yang saya inginkan adalah memberikan ketenangan dan kedamaian
sebelum referendum, dan ini adalah tugas dari pemerintah dan aparat.
Saya hanya mengecam tindakan aparat yang melatih dan mempersenjatai
komando-komando pro integrasi yang akhirnya malah "juga" berbuat keonaran.

Saya jelaskan lagi, Referendum belum kita mulai, memang belum ada hasil
yang diputuskan untuk masa depan timor-timur. Dan saya mengakui memang
telah ada semacam intimidasi-intimidasi dari golongan pro kemedekaan,
namun sejauh pengetahuan saya, kelompok pro kemerdekaan kan belum sampai
memulai kirab-kirab seperti "penunjukan kekuatan bersenjata" atau sampai
membunuh kelompok pengungsi yang tidak bersenjata (bahkan di gereja lagi)

Saya rasa tindakan kelompok pro integrasi ini sudah keterlaluan, kalau
memang merasa diintimidasi ya diselesaikan donk dalam kerangka hukum,
bukannya malah juga membalas dengan mengintimidasi gerakan
pro-kemerdekaan. Seperti kata bung lagi, tunggu dulu keputusan dari
referendum ini. Ya itu benar.
Lho aba-aba perang saja kita kan masih kabur, apakah benar si xanana itu
mengeluarkan aba-aba perang, sedang sanggahan dari xanana saja kan
katanya untuk membela diri dan kalau memang dikeluarkan itukan setelah
adanya tindakan intimidasi dan pembunuhan yang memang sengaja diterokan
kepada golongan pro kemerdekaan oleh para integrationist ini kan.

ya sudahlah sekarang jangan ada apa-apa sebelum referendum, jangan kita
juga yang ikut-ikutan panas-panasin keadaan disana. Tunggu saja, dan
kalau ada tindakan intimidasi dari golongan pro-kemerdekaan thd para
integrasionis ini, kita selesaikan secara hukum. Tuntut pelakunya dan
hukum sesuai dengan hukum yang berlaku.

bukannya kita seperti tidak peduli dengan nasib para pendukung integrasi,
tapi kita lindungilah ( tugas aparat) mereka. Lindungi kan bukan berarti
memberikan senjata dan melatih mereka seperti pasukan komando.

sekali lagi bung, isi posting ini hanya ingin meminta pihak indonesia
bersikap netral sebelum referendum diadakan. Ngga usalah kita
mempersenjatai kelompok satu yang pada akhirnya malah menciptakan
kekacauan pada masa-masa ini. Biarkanlah rakyat Timor sendiri yang
menilai baik buruknya itikad bangsa indonesia selama menduduki Timor.
Let the Timorese be the judge.

memang CNRT bukan dapat dikatakan sebagai wakil rakyat Timor, tetapi yang
sekarang ini gebak-gebukan kan antara Pro dan Anti kan...selain itu
Indonesia juga secara tidak langsung sudah mengakui bahwa Xanana Gusmao
yang sekarang sedang dipenjarakan itu sebagai salah satu penjembatan dari
proses perdamaian di timor. Kalau kita ngga mengganggap CNRT itu sebagai
salah satu wakil, buat apa kita kita sampai mau berdialog dengan mereka?
sudah aja seperti kambing congek, kalau memang Xanana Gusmao tidak
mewakili mereka atau si Ramos Horta juga. Kita sendiri juga sepertinya
sudah mengkultuskan Xanana Gusmao, dengan kata lain kita mengakui kalau
xanana adalah kunci dari pintu duka nestapa yang selama ini kita alami
dalam hubungan Timor Timur dan Indonesia.

masih ada terusan dibawah.

 On Sun, 18 Apr 1999, FNU Brawijaya wrote:

> Andrew G Pattiwael wrote:
>
> > Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,
> > dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan
> > menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan
> > penuh dari Indonesia.
>
> Memang akibatnya seperti mengadu domba. Tapi kebijakan ini persis
> seperti AS yang mengirimkan senjata diam-diam ke Afganistan. Atau ke Kurdi
> di Irak. Itu yang di bawah tangan. Yang di atas tangan ya lihat sendiri Vietnam
> Selatan, Korsel. Apakah maksudnya mengadu domba? Kayaknya kok kita
> terlalu tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan.
>
> > 

Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Thread Hadeer
Begini aja dech biar gampang ...daripada referendum ... cape' dan lamabelum tentu semua pihak puasDaripada diadakan gencatan senjata..tapi tetap saja ada senjata selundupan entah darimana di keduabelah pihak, dan daripada dipersenjatai malah menimbulkan korban "tidak terkendali" di kedua belah pihak...bagaimana kalau saya usul :Masing - masing pihak mempersiapkan 100 orang terkuat, terlihat, terpandai dalam berperang. Kemudian masing - masing pihak akan diberi senjata HANYA pedang dan tameng. Dikumpulkan di sebuah lapangan terbuka. Disisi lapangan di siapkan Dokter-dokter terlatih untuk merawat luka.Peraturan pertempuran : HANYA melukai dan TIDAK BOLEH membunuh Yang menang akan diberikan hak-hak kemerdekaan OR integrasi sepenuhnya kepada mereka, dan yang kalah akan dilindungi hak-haknya dan diperlakukan adil oleh yang menang.Setuju ??? Terkesan agak jahattapi kalau dilihat lebih jauh sebenarnya ini adalah cara yang adil, beradab dan dapat diterima oleh semua pihak.Yang menang PASTI adalah yang mempunyai KEYAKINAN yang kuat dihati mereka masing-masingakan terlihat siapa yang sebenarnya pengecut. !!!Kalau cara ini diterimauntuk pro kemerdekaan  yang ditaruh dibarisan paling depan adalah XANANA :-) Kita lihat sajaberani nggak dia berperang untuk pro integrasi yang ditaruh paling depan .. (siapa ya ???)Hadeer--> From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>> To: [EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)> Date: 19 April 1999 9:31> 


Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Thread FNU Brawijaya

Andrew G Pattiwael wrote:

> Bung,
>
> Membela diri itu boleh, tetapi ya jangan dengan dalih membela diri lantas
> minta dipersenjatai lalu gebukin orang lain selagi masih punya
> peluru...ini namanya keblinger atuh mas...Aparat seharusnya dapat
> melindungi golongan yang merasa ditekan donk..bukannya aparat justru
> melatih kung fu lalu ngasih senjata M-16. Tugas aparat donk harus
> melindungi para warga negara kita ini (selama timor belum merdeka, mereka
> masih tetap adalah warga negara yang harus dilindungi oleh negara/aparat
> keamanan)
>
> Kita tidak usah mempermasalah soal jumlah atau berapa jumlah atau berapa
> percent, yang pasti kita tahu Jika para kelompok pro integrasi ini
> mayoritas, sudah tentu Timor tidak akan menuntut Referendum. Yang pasti
> Habibie tidak akan memberikan status otonomi karena Timor adalah
> Indonesia juga, dan diperlakukan sama oleh pemerintah.

Lha ini asumsi lagi, sebetulnya yang minta referendum itu siapa? Falintil dan
CNRT atau rakyat Timtim? Kok bikin asumsi CNRT = rakyat Timtim?


> Kita ndak tahu sebelum ada pemungutan suara.
> > Ngapain menyatakan perang? Xanana ini sudah tahu kalau bakal kalah,
> > dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa mayoritas Timtim pengen
> > tetap integrasi.
>
> lah bung brawi sendiri juga buat assumption, tau dari mana kalau Xanana
> tau dia bakalan kalah? tidak ada yang tahu kanReferendum saja belum
> dimulai kok sudah bisa main nebak kalau xanana kalah.
>
> Intinya bukan ini yang saya maksudkan,
> inti yang saya inginkan adalah memberikan ketenangan dan kedamaian
> sebelum referendum, dan ini adalah tugas dari pemerintah dan aparat.
> Saya hanya mengecam tindakan aparat yang melatih dan mempersenjatai
> komando-komando pro integrasi yang akhirnya malah "juga" berbuat keonaran.

Eh, yg part itu kan tebakan ane. Bukan asumsi. Tapi kalau dilihat dari urutan
waktu kok memang gitu. Makanya, silakan time-frame kejadiannya dirunut lagi dong
Siapa yang mulai mengintimidasi? Siapa yg mulai membentuk pemerintahan
bayangan?

> Saya jelaskan lagi, Referendum belum kita mulai, memang belum ada hasil
> yang diputuskan untuk masa depan timor-timur. Dan saya mengakui memang
> telah ada semacam intimidasi-intimidasi dari golongan pro kemedekaan,
> namun sejauh pengetahuan saya, kelompok pro kemerdekaan kan belum sampai
> memulai kirab-kirab seperti "penunjukan kekuatan bersenjata" atau sampai
> membunuh kelompok pengungsi yang tidak bersenjata (bahkan di gereja lagi)

Lha ya itu kembali lagi ke urutan kejadian lagi. Peristiwa ini kan dimulai dari
usaha intimidasi dan pemukulan oleh kelompok pro-kemerdekaan pada
beberapa penduduk dan simpatisan pro-integrasi. Jadi jangan dihilangkan
fakta yang ini. Setelah itu baru situasi berkembang, lalu setelah jumlahnya
lebih banyak baru ganti memburu. Jadi, ini adalah sebab-akibat. Lha kalau belum
tahu ya dicari tahu sejauh mana mereka mengintimidasi anggota masyarakat yg
tidak sepaham. Kirab-kirab kan sebagai jawaban atas pernyataan perang
si Xanana. Nah, silakan dilihat lagi urutan kejadiannya.

> Saya rasa tindakan kelompok pro integrasi ini sudah keterlaluan, kalau
> memang merasa diintimidasi ya diselesaikan donk dalam kerangka hukum,
> bukannya malah juga membalas dengan mengintimidasi gerakan
> pro-kemerdekaan. Seperti kata bung lagi, tunggu dulu keputusan dari
> referendum ini. Ya itu benar.

Weleh-weleh. Ini sangat ideal. Dalam praktek mustahil dilakukan. Mau diselesaikan
secara hukum gimana? Lha wong yg di ujung meja bawa bedil kok mau diajak
ke pengadilan. Sudah di-dor dulu mas.

> Lho aba-aba perang saja kita kan masih kabur, apakah benar si xanana itu
> mengeluarkan aba-aba perang, sedang sanggahan dari xanana saja kan
> katanya untuk membela diri dan kalau memang dikeluarkan itukan setelah
> adanya tindakan intimidasi dan pembunuhan yang memang sengaja diterokan
> kepada golongan pro kemerdekaan oleh para integrationist ini kan.

Lho, anda jadi balik-balik urutan kejadian.

> ya sudahlah sekarang jangan ada apa-apa sebelum referendum, jangan kita
> juga yang ikut-ikutan panas-panasin keadaan disana. Tunggu saja, dan
> kalau ada tindakan intimidasi dari golongan pro-kemerdekaan thd para
> integrasionis ini, kita selesaikan secara hukum. Tuntut pelakunya dan
> hukum sesuai dengan hukum yang berlaku.

Weleh, kalau mau nuntut satu orang masih mungkin. Lebih dari sepuluh
orang ya lama. Kalau dituntut secara organisasi entar dijawab ulah oknum.
Dalam teori ya mudah, di lapangan ya susah.

> bukannya kita seperti tidak peduli dengan nasib para pendukung integrasi,
> tapi kita lindungilah ( tugas aparat) mereka. Lindungi kan bukan berarti
> memberikan senjata dan melatih mereka seperti pasukan komando.

Lho kepriben. Kan ABRI mau ditarik. Lha lalu Falintil yg mampu menyergap
pasukan ABRI mau dihadapkan dengan kelompok pro-integrasi bersenjata
ketapel? Kalau sampai terjadi demikian, berarti ABRI menghukum mati
kelompok pro-integrasi.

> sekali lagi bung, isi posting ini hanya ingin meminta pihak indone

Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Thread Andrew G Pattiwael

Tidak pernah ada kata puas dari referendum, pemilu, voting.
Tetapi setidaknya menunjukan suatu keberadaban, bahwa setiap manusia itu
diberikan hak untuk memilih.
Solusi anda memang terkesan sangat tidak manusiawi, seperti pada masa era
gladiator di Roma, yang dimana manusia sudah seperti binatang, diadu dan
siapa yang menang boleh mengambil nyawa lawannya yang kalah.
Bung, jaman ini sudah bukannya jaman "jungle warrior" lagi, seperti kata
teman saya yang melihat kebringasan di sambas lewat hasil foto di
asianweek, "kampungan sekali sih...". saya ngga tau maksud dia berbicara
kampung itu, walau saat mendengar pertama kali saya juga agak tersinggung
karena saya juga dari kampung. Mungkin kata yang lebih tepat lagi
"primitif sekali"
Perang jaman sekarang saja sudah bukan lagi menggunakan kekuatan fisik,
melainkan kekuatan otak. Lihat Amerika, apa berani dia mengirimkan
pasukannya, paling berani juga dia kirim rudal-rudal patriotnya untuk
menghantam musuh. Mungkin perang abad 21 akan mengambil tempat di
internet, dimana penggunaan fisik diminimalkan sekecil mungkin.
Karena itu juga sekarang sedang banyak digalakan penggunaan robot, untuk
menggantikan peran manusia yang begitu rentan terhadap situasi-situasi
yang berhubungan dengan hal-hal yang kritis.
Apagunanya DPR/MPR, parlemen, konggres dan sebagainya dimana para
wakil-wakil rakyat "berjuang" bukan dengan fisik melainkan dengan pikiran
dan perkataan. Buat apa kita kembali lagi ke jaman-jaman bahela yang
memang membutuhkan kekuatan fisik yang dinamis untuk survive di alam yang
penuh dengan persaingan dan mara bahaya.

Saya setuju kalau pemenangnya adalah yang mempunyai keyakinan dan
kepercayaan yang luar biasa.

Sangat disayangkan bagi kita-kita semua yang melihat bahwa hanya fisik
yang bisa menyelesaikan segala persoalan. Buat apa yang DiAtas memberikan
akal budi (otak) kalau tidak digunakan untuk menghindari segala bentuk
kekerasan yang pada akhirnya juga tidak membawa penyelesaian selain
menciptakan dendam kesumat yang berkepanjangan.

Dari solusi anda yang katanya mengumpulkan 100 orang untuk ditarungkan
disuatu arena, saya memperkirakan akan muncul 1000 orang lagi yang merasa
tidak puas dengan hasil yang dicapai oleh ke-100 orang itu, dan
kemungkinan akan muncul lagi 1,000,000 orang lagi yang juga tidak puas
dengan hasil pendahulunya...begitu seterusnya. Akhirnya yang terjadi
adalah pembunuhan massal yang menurut saya sangat sia-sia.








Andrew Pattiwael

On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote:

>
> Begini aja dech biar gampang ...daripada referendum ... cape' dan
> lamabelum tentu semua pihak puas
>
> Daripada diadakan gencatan senjata..tapi tetap saja ada senjata selundupan
> entah darimana di keduabelah pihak, dan daripada dipersenjatai malah
> menimbulkan korban "tidak terkendali" di kedua belah pihak...bagaimana
> kalau saya usul :
>
> Masing - masing pihak mempersiapkan 100 orang terkuat, terlihat, terpandai
> dalam berperang. Kemudian masing - masing pihak akan diberi senjata HANYA
> pedang dan tameng. Dikumpulkan di sebuah lapangan terbuka. Disisi lapangan
> di siapkan Dokter-dokter terlatih untuk merawat luka.
>
> Peraturan pertempuran : HANYA melukai dan TIDAK BOLEH membunuh 
>
> Yang menang akan diberikan hak-hak kemerdekaan OR integrasi sepenuhnya
> kepada mereka, dan yang kalah akan dilindungi hak-haknya dan diperlakukan
> adil oleh yang menang.
>
> Setuju ???
>
> Terkesan agak jahattapi kalau dilihat lebih jauh sebenarnya ini adalah
> cara yang adil, beradab dan dapat diterima oleh semua pihak.
>
> Yang menang PASTI adalah yang mempunyai KEYAKINAN yang kuat dihati mereka
> masing-masingakan terlihat siapa yang sebenarnya pengecut. !!!
>
> Kalau cara ini diterimauntuk pro kemerdekaan  yang ditaruh
> dibarisan paling depan adalah XANANA :-) Kita lihat sajaberani
> nggak dia berperang untuk pro integrasi yang ditaruh paling depan
> ..... (siapa ya ???)
>
>
> Hadeer
>
>
> --
> > From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: [EMAIL PROTECTED]
> > Subject: Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)
> > Date: 19 April 1999 9:31
> >
>



Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Thread Hadeer
Namanya juga usulboleh dongKalau punya usul yang lebih membumi, lebih cepat penyelesaiannya, lebih tidak ada korban, lebih murah, lebih puas semua pihak...Monggotapi objective ya ! Jangan Presiden RI aja yang disalahin, jangan ABRI saja yang disalahin :-) Kasihan kan .Sekali - kali salahin juga dong kedua "pemenang" Nobel PERDAMAIAN dari Timtim dan Portugal, salahin juga dong institusi Nobel, salahin juga si robin hood XANANA, salahin juga Portugal...Ngomong - ngomong kita berdua masih orang Indonesia kan ??? :-)Hadeer===Andrew nulis : Akhirnya yang terjadi> adalah pembunuhan massal yang menurut saya sangat sia-sia.===Hadeer nulis :> >> > Peraturan pertempuran : HANYA melukai dan TIDAK BOLEH membunuh > >===


Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Thread Andrew G Pattiwael

iya donk  mas

hanya itu mas...seperti yang bung brawi bilang, ngomong memang bisa, tapi
praktek itu memang susah...

susah ya membuat semua pihak bahagia...

ya untuk main salah-salahanharus obejektif donk mas...
salah ya salah...bener ya bener
tapi memang untuk portugal, kesalahan ini akan terus tertulis di sejarah
mereka.

yang jelas, si xanana hood harus dihukum apabila dia membunuh, merusak,
dll. Ini mungkin juga bisa berlaku untuk pemenang nobel Uskup Belo,
walaupun dia adalah orang gereja.

untuk uskup belo, saya terkadang melihat beliau seperti kurang
berarah...sebentar aligining ke arah pemerintah...sebentar lagi ke arah
anti. Sebaiknya gereja tidak terlalu berpihak kepada siapapun. tapi ini
adalah pandangan pribadi saya sendiri.

kenapa bung tanya saya masih orang indonesia?
ktp, passport masih mencantumkan kewarganegaraan indonesia.




andrew pattiwael

On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote:

>
> Namanya juga usulboleh dong
>
> Kalau punya usul yang lebih membumi, lebih cepat penyelesaiannya, lebih
> tidak ada korban, lebih murah, lebih puas semua pihak...
>
> Monggotapi objective ya !
>
> Jangan Presiden RI aja yang disalahin, jangan ABRI saja yang disalahin
> :-) Kasihan kan .
>
> Sekali - kali salahin juga dong kedua "pemenang" Nobel PERDAMAIAN dari
> Timtim dan Portugal, salahin juga dong institusi Nobel, salahin juga si
> robin hood XANANA, salahin juga Portugal...
>
> Ngomong - ngomong kita berdua masih orang Indonesia kan ??? :-)
>
> Hadeer
>
> ===
> Andrew nulis :
>
>  Akhirnya yang terjadi
> > adalah pembunuhan massal yang menurut saya sangat sia-sia.
>
> ===
> Hadeer nulis :
>
> > >
> > > Peraturan pertempuran : HANYA melukai dan TIDAK BOLEH membunuh 
> > >
> ===
>



Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Thread Frarev Sitorus

Saya tuhu ini pasti canda...tapi primitif sekali.
:-)

On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote:

>
> Begini aja dech biar gampang ...daripada referendum ... cape' dan
> lamabelum tentu semua pihak puas
>
> Daripada diadakan gencatan senjata..tapi tetap saja ada senjata selundupan
> entah darimana di keduabelah pihak, dan daripada dipersenjatai malah
> menimbulkan korban "tidak terkendali" di kedua belah pihak...bagaimana
> kalau saya usul :
>
> Masing - masing pihak mempersiapkan 100 orang terkuat, terlihat, terpandai
> dalam berperang. Kemudian masing - masing pihak akan diberi senjata HANYA
> pedang dan tameng. Dikumpulkan di sebuah lapangan terbuka. Disisi lapangan
> di siapkan Dokter-dokter terlatih untuk merawat luka.
>
> Peraturan pertempuran : HANYA melukai dan TIDAK BOLEH membunuh 
>
> Yang menang akan diberikan hak-hak kemerdekaan OR integrasi sepenuhnya
> kepada mereka, dan yang kalah akan dilindungi hak-haknya dan diperlakukan
> adil oleh yang menang.
>
> Setuju ???
>
> Terkesan agak jahattapi kalau dilihat lebih jauh sebenarnya ini adalah
> cara yang adil, beradab dan dapat diterima oleh semua pihak.
>
> Yang menang PASTI adalah yang mempunyai KEYAKINAN yang kuat dihati mereka
> masing-masingakan terlihat siapa yang sebenarnya pengecut. !!!
>
> Kalau cara ini diterimauntuk pro kemerdekaan  yang ditaruh
> dibarisan paling depan adalah XANANA :-) Kita lihat sajaberani
> nggak dia berperang untuk pro integrasi yang ditaruh paling depan
> . (siapa ya ???)
>
>
> Hadeer
>
>
> --
> > From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: [EMAIL PROTECTED]
> > Subject: Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)
> > Date: 19 April 1999 9:31
> >
>



Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Thread Frarev Sitorus

Kalau pemerintah "mengadakan" suasana seperti ini di Timtim maka
pemerintah belum melaksanakan apa yang diminta rakyat INA itu
DEMOKRATISASI sebenarnya. Belum referendum sudah digagalkan dengan
legalitas mempersenjatai..??

On Sun, 18 Apr 1999, Andrew G Pattiwael wrote:

> Bung,
>
> Membela diri itu boleh, tetapi ya jangan dengan dalih membela diri lantas
> minta dipersenjatai lalu gebukin orang lain selagi masih punya
> peluru...ini namanya keblinger atuh mas...Aparat seharusnya dapat
> melindungi golongan yang merasa ditekan donk..bukannya aparat justru
> melatih kung fu lalu ngasih senjata M-16. Tugas aparat donk harus
> melindungi para warga negara kita ini (selama timor belum merdeka, mereka
> masih tetap adalah warga negara yang harus dilindungi oleh negara/aparat
> keamanan)
>
> Kita tidak usah mempermasalah soal jumlah atau berapa jumlah atau berapa
> percent, yang pasti kita tahu Jika para kelompok pro integrasi ini
> mayoritas, sudah tentu Timor tidak akan menuntut Referendum. Yang pasti
> Habibie tidak akan memberikan status otonomi karena Timor adalah
> Indonesia juga, dan diperlakukan sama oleh pemerintah.
>
> Kita ndak tahu sebelum ada pemungutan suara.
> > Ngapain menyatakan perang? Xanana ini sudah tahu kalau bakal kalah,
> > dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa mayoritas Timtim pengen
> > tetap integrasi.
>
> lah bung brawi sendiri juga buat assumption, tau dari mana kalau Xanana
> tau dia bakalan kalah? tidak ada yang tahu kanReferendum saja belum
> dimulai kok sudah bisa main nebak kalau xanana kalah.
>
> Intinya bukan ini yang saya maksudkan,
> inti yang saya inginkan adalah memberikan ketenangan dan kedamaian
> sebelum referendum, dan ini adalah tugas dari pemerintah dan aparat.
> Saya hanya mengecam tindakan aparat yang melatih dan mempersenjatai
> komando-komando pro integrasi yang akhirnya malah "juga" berbuat keonaran.
>
> Saya jelaskan lagi, Referendum belum kita mulai, memang belum ada hasil
> yang diputuskan untuk masa depan timor-timur. Dan saya mengakui memang
> telah ada semacam intimidasi-intimidasi dari golongan pro kemedekaan,
> namun sejauh pengetahuan saya, kelompok pro kemerdekaan kan belum sampai
> memulai kirab-kirab seperti "penunjukan kekuatan bersenjata" atau sampai
> membunuh kelompok pengungsi yang tidak bersenjata (bahkan di gereja lagi)
>
> Saya rasa tindakan kelompok pro integrasi ini sudah keterlaluan, kalau
> memang merasa diintimidasi ya diselesaikan donk dalam kerangka hukum,
> bukannya malah juga membalas dengan mengintimidasi gerakan
> pro-kemerdekaan. Seperti kata bung lagi, tunggu dulu keputusan dari
> referendum ini. Ya itu benar.
> Lho aba-aba perang saja kita kan masih kabur, apakah benar si xanana itu
> mengeluarkan aba-aba perang, sedang sanggahan dari xanana saja kan
> katanya untuk membela diri dan kalau memang dikeluarkan itukan setelah
> adanya tindakan intimidasi dan pembunuhan yang memang sengaja diterokan
> kepada golongan pro kemerdekaan oleh para integrationist ini kan.
>
> ya sudahlah sekarang jangan ada apa-apa sebelum referendum, jangan kita
> juga yang ikut-ikutan panas-panasin keadaan disana. Tunggu saja, dan
> kalau ada tindakan intimidasi dari golongan pro-kemerdekaan thd para
> integrasionis ini, kita selesaikan secara hukum. Tuntut pelakunya dan
> hukum sesuai dengan hukum yang berlaku.
>
> bukannya kita seperti tidak peduli dengan nasib para pendukung integrasi,
> tapi kita lindungilah ( tugas aparat) mereka. Lindungi kan bukan berarti
> memberikan senjata dan melatih mereka seperti pasukan komando.
>
> sekali lagi bung, isi posting ini hanya ingin meminta pihak indonesia
> bersikap netral sebelum referendum diadakan. Ngga usalah kita
> mempersenjatai kelompok satu yang pada akhirnya malah menciptakan
> kekacauan pada masa-masa ini. Biarkanlah rakyat Timor sendiri yang
> menilai baik buruknya itikad bangsa indonesia selama menduduki Timor.
> Let the Timorese be the judge.
>
> memang CNRT bukan dapat dikatakan sebagai wakil rakyat Timor, tetapi yang
> sekarang ini gebak-gebukan kan antara Pro dan Anti kan...selain itu
> Indonesia juga secara tidak langsung sudah mengakui bahwa Xanana Gusmao
> yang sekarang sedang dipenjarakan itu sebagai salah satu penjembatan dari
> proses perdamaian di timor. Kalau kita ngga mengganggap CNRT itu sebagai
> salah satu wakil, buat apa kita kita sampai mau berdialog dengan mereka?
> sudah aja seperti kambing congek, kalau memang Xanana Gusmao tidak
> mewakili mereka atau si Ramos Horta juga. Kita sendiri juga sepertinya
> sudah mengkultuskan Xanana Gusmao, dengan kata lain kita mengakui kalau
> xanana adalah kunci dari pintu duka nestapa yang selama ini kita alami
> dalam hubungan Timor Timur dan Indonesia.
>
> masih ada terusan dibawah.
>
>  On Sun, 18 Apr 1999, FNU Brawijaya wrote:
>
> > Andrew G Pattiwael wrote:
> >
> > > Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,
> > > dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan
> > > menjadi korban

Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-19 Thread Hadeer
Rambut saya lurus dan hitam seperti dalam iklan Sunsilk :-)Hadeer===Ian wrote :> Kalau cara ini diterimauntuk pro kemerdekaan  yang ditaruh> dibarisan paling depan adalah XANANA :-) Kita lihat sajaberani> nggak dia berperang untuk pro integrasi yang ditaruh paling depan> . (siapa ya ???)>deleted..bagaimana kalau anda ?;)Ian===


Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-19 Thread Ian



On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote:
deleted..
> Kalau cara ini diterimauntuk pro kemerdekaan  yang ditaruh
> dibarisan paling depan adalah XANANA :-) Kita lihat sajaberani
> nggak dia berperang untuk pro integrasi yang ditaruh paling depan
> . (siapa ya ???)
>
deleted..

bagaimana kalau anda ?

;)
Ian