[Keuangan] Re: Surat dari rektor Universiti Malaysia kepada para mahasiswa/i (isu lingkung
Ya teranga aja ngga boleh, gimana mau bawa lah... kalo mahasiswa mau bawa kereta (kereta api) berarti tuh mahasiswa kudu ngebangun rel (railway) kereta dulu, mungkin menurut rektor hal itu ngerepotin. Hahahahahaha. Terus larangan motosikil (mata kaki - bahasa jawa). Aneh gimana mahasiswa bisa ke kampus kalo mata kakinya ngga boleh dibawa. :) :) Just kidding...
Balasan: [Keuangan] Re: Surat dari rektor Universiti Malaysia kepada para mahasiswa/i (isu lingkung
maksud dari kereta itu ialah mobil, sedangkan motosikil yaitu motor, bagiku peraturan itu sangat bagus, krn dapat mengurangi pemakaian BBM dinegaranya. jeff_andra [EMAIL PROTECTED] wrote: Ya teranga aja ngga boleh, gimana mau bawa lah... kalo mahasiswa mau bawa kereta (kereta api) berarti tuh mahasiswa kudu ngebangun rel (railway) kereta dulu, mungkin menurut rektor hal itu ngerepotin. Hahahahahaha. Terus larangan motosikil (mata kaki - bahasa jawa). Aneh gimana mahasiswa bisa ke kampus kalo mata kakinya ngga boleh dibawa. :) :) Just kidding... - Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] mohon bantuannya
kawan-kawan saya mau bikin riset kecil2an tentang managerial ownwership (insider ownership) nih, tapi saya masih bingung mengenai posisi komisaris yang punya kepemilikan saham. Apakah komisaris itu termasuk insider, kalo perasaan saya sih, bukan ya, karena dia tidak ikut me-manage perusahaan (posisinya diluar management). Tapi masalahnya kan dia ikut ngontrol perusahaan kan ya? Selain itu banyak jurnal2 penelitian serupa memasukkan jajaran komisaris sebagai pihak insider. Bagaimana menurut rekans mengenai hal ini? Apakah jajaran komisaris perlu saya kategorikan pihak insider atau tidak??? Selain itu mengenai pajak tangguhan, sebenarnya pajak tangguhan itu substansinya bagaimana ya? Mohon bantuan dan sarannya ya... Thanks a lot
RE: [Keuangan] mohon bantuannya
Dear Andra, Beberapa waktu yang lalu masalah pajak tangguhan sudah dibahas di milis AKI, posting terakhir tertanggal 1 April 2008. Coba lihat di sini : http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/msearch?query=pajak+tangguhancharset=windows-1252 Mengenai substansinya, ya ini pendekatan akuntansi aja untuk mengakui adanya kewajiban atau manfaat di masa yang akan datang atas adanya perbedaan waktu dari koreksi fiskal akibat perbedaan metode antara akuntansi komersil dengan akuntansi pajak. Untuk masalah insider2an saya no comment, gak ngerti soale Semoga membantu. Salam Ryan *ngantuk sore2 From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of jeff_andra kawan-kawan saya mau bikin riset kecil2an tentang managerial ownwership (insider ownership) nih, tapi saya masih bingung mengenai posisi komisaris yang punya kepemilikan saham. Apakah komisaris itu termasuk insider, kalo perasaan saya sih, bukan ya, karena dia tidak ikut me-manage perusahaan (posisinya diluar management). Tapi masalahnya kan dia ikut ngontrol perusahaan kan ya? Selain itu banyak jurnal2 penelitian serupa memasukkan jajaran komisaris sebagai pihak insider. Bagaimana menurut rekans mengenai hal ini? Apakah jajaran komisaris perlu saya kategorikan pihak insider atau tidak??? Selain itu mengenai pajak tangguhan, sebenarnya pajak tangguhan itu substansinya bagaimana ya? Mohon bantuan dan sarannya ya... Thanks a lot [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Re: FW: Investing in Indonesia
Saya pikir kedua hal itu saling bersangkutan. Sebab itu sistem ini tidak bisa diatasi sepotong2. Tetapi bisa di by pas, contohnya dulu waktu kantor pajak dirumahkan dan dilakukan oursourcing liwat SGS. Tindakan ini sangat drastis, bukan saja karena oursourcing monopoli pajak yang merupakan masalah inti sistem kenegaraan. Ada informasi waktu itu ada pungli extra untuk membiayai salah satu badan intel. Saya kira2 yang ditunggu masyarakat adalah keputusan2 drastis untuk merampingkan sistem birokrasi kita, sehingga belenggu2 yang menyebabkan kelumpuhan2 ekonomi putus satu2. Salam Hok An Amitz Sekali schrieb: --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote: Kawan2 Netter, dibawah ada gambaran perkembanan sektor riil Indoensia. Sebab sektor ini penting untuk perkembanagn tempat kerja sesungguhnya masalah sektor ini perlu lebih dipikirkan. Salam Hok An http://www.thejakartapost.com/news/2008/06/11/investing-indonesia-a-case-ironing-out-ironies.html Friday, June 13, 2008 3:28 PM Investing in Indonesia: A case of ironing out the ironies Harry Su , Analyst | Wed, 06/11/2008 10:37 AM | Business This would include making headway in areas where corruption is deeply-rooted and establishing a clear roadmap for structural reforms to achieve higher GDP growth rates and to lower unemployment. On one hand, there is an issue of blatant corruption where one get something (s)he isn't supposed to get within reasonable local common sense. On the other hand, there is an issue of grease-ing where one get something faster than average. I notice that the fights against corruption seems to focus on blatant corruption which is relatively easier to prove. But I believe those kind of corruption is less damaging than the intentional slowing down of permit processing (to encourage grease money), since the accumulation of these small effects is very large. This effect can be seen in current situation of Tanjung Priok's custom office. After KPK's raid, they create delay in permit processing, creating new upward pressure of prices in Jakarta..
Re: [Keuangan] Statistik
Untuk menghitung inflasi maka di hitung berdasarkan apa saja kebutuhan penduduk mulai dari kebutuhan dasar seperti urusan perut dan sampai kebutuhan akan tempat tinggal, pendidikan, kenderaan dan kemampuan untuk menikmati keindahan dunia dengan berwisata dll. Bila kita masih menghitung inflasi berdasarkan beras maksudnya penghasilan penduduk Indonesia Setengah atau bahkan lebih hanya untuk makan, Nah kalau kita menganggab Indonesia ini sudah maju selama ini setelah 60 tahuan merdeka seharusnya komponen penghasilan itu hanya lima sampai 10 persen untuk makanan dan selebihnya untuk kehidupan yang lebih layak sesuai dengan kecanggihan zaman sekarang. Terima kasih Tertanda Idealisman PT - Original Message From: Tigor Siagian [EMAIL PROTECTED] To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Sent: Monday, June 16, 2008 10:13:26 AM Subject: Re: [Keuangan] Statistik Saya kok ga mudeng dengan relasi ini: Itu juga bisa dilakukan terhadap apa saja termasuk soal Inflasi yang walaupun sudah lama merdeka tetapi masih diukur dengan beras. Apa maksudnya kalau sudah merdeka maka penduduk dapat diasumsikan tidak makan beras lagi dan komponen beras dalam perhitungan inflasi dapat dihilangkan? Atau beras itu bagian dari sisa2 imperialisme, karenanya demi analisa inflasi saya agak nasionalis maka komponen beras dihilangkan dari perhitungan inflasi karena kita merupakan bangsa yang besar, merdeka dan anti penjajahan? Kalau demikian, diganti aja kali judulnya bukan Berbohong dengan Statistik tapi jadi Berbohong kepada diri sendiri... 2008/6/12 Idealisman Tambunan idealismant@ yahoo.com: Bagi teman-teman yang ingin menguji kebenaran data-data bisa membaca buku : Berbohong dengan Statistik karangan: Darrel Huff. Kita bisa membuat statistik sesuai dengan keinginan pemesan. Bila pemesan menginginkan laporan peningkatan GDP bisa saja dengan menyembunyikan fakta bahwa peningkatan GDP itu hanyalah peningkatan pendapatan segelintir orang. Itu juga bisa dilakukan terhadap apa saja termasuk soal Inflasi yang walaupun sudah lama merdeka tetapi masih diukur dengan beras. Benar-benar gila, yang penting kelihatan inflasinya gak gila. Tertanda Idealisman PT [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Statistik
At 07:10 AM 6/18/2008, you wrote: Untuk menghitung inflasi maka di hitung berdasarkan apa saja kebutuhan penduduk mulai dari kebutuhan dasar seperti urusan perut dan sampai kebutuhan akan tempat tinggal, pendidikan, kenderaan dan kemampuan untuk menikmati keindahan dunia dengan berwisata dll. Bila kita masih menghitung inflasi berdasarkan beras maksudnya penghasilan penduduk Indonesia Setengah atau bahkan lebih hanya untuk makan, Kalau memang kenyataannya seperti itu - lantas bagaimana? Bahwa setengah kebutuhan rakyat Indonesia sehari-hari MEMANG masih terkait dengan makanan. Kita yang saat ini termasuk melek Internet (walau belum tentu melek berpikir) - adalah bagian dari golongan minoritas penduduk Indonesia. Ada puluhan juta orang Indonesia yang bahkan belum pernah naik pesawat terbang. Ada sekitar seratus juta yang pendidikannya di bawah SMA. Ada 13% rumah tangga yang belum terjangkau listrik PLN. Dan bahkan ada sekitar 40% rumah tangga yang tidak punya fasilitas toilet sendiri. Nah kalau kita menganggab Indonesia ini sudah maju selama ini setelah 60 tahuan merdeka seharusnya komponen penghasilan itu hanya lima sampai 10 persen untuk makanan dan selebihnya untuk kehidupan yang lebih layak sesuai dengan kecanggihan zaman sekarang. Terima kasih Sebenarnya anda itu menganggap Indonesia sudah maju atau belum? Kalau belum - bagian yang mana? Kalau sudah - bagian yang mana? Sebenarnya anda sendiri menganggap metode penghitungan statistik oleh BPS sudah tepat atau belum?
Re: [Keuangan] Statistik
At 10:03 AM 6/18/2008, you wrote: Terkadang kita lupa bahwa Indonesia itu luas bener. Gak cuman dari Ciputat sampai Jababeka. Namun dari Sabang sampai Merauke. Dinamika ekonomi di Jawa khususnya Jakarta sangat berbeda dengan daerah lain di luar Jawa. Betul. Dan memang kompleksitas ini tergolong unik. PDB seluruh Jawa misalnya - sudah mencakup 58% PDB seluruh Indonesia. DKI Jakarta misalnya, dengan wilayah sekecil itu - punya PDB hampir 17%-nya Indonesia. Dan bila kita bandingkan dengan angka Internasional - maka kita akan menemukan bahwa PDB Propinsi DKI Jakarta lebih besar daripada PDB Brunei Darussalam dan Luxemburg digabung jadi satu. (Itu kalau menggunakan harga pasar. Kalau menggunakan metode penghitungan PPP (Purchasing Power Parity) - maka kita menemukan bahwa PDB Propinsi DKI Jakarta ukurannya di atas PDB negara Kuwait - dan cuma sedikit di bawah negara Uni Emirat Arab). Dengan realita seperti itu - maka distribusi PDB Indonesia memang positively skewed. Secara statistik Long Tail di sebelah kanan. DKI Jakarta adalah outlier dan bukti kesenjangan sosio ekonomi. Terlebih bila berhadapan dengan fakta bahwa PDB per kapita DKI Jakarta besarnya adalah LIMA KALI LIPAT PDB per kapita rata-rata Indonesia. Tetapi apakah mungkin menghilangkan DKI Jakarta? Tentu saja tidak. Karena DKI Jakarta dan penduduknya punya aspek kualitas - selain kuantitas.
Re: [Keuangan] Statistik
Sebulan yang lalu saya berkunjung ke Sinabang, dan nginep di losmen Barokah. Saya banyak berbincang dengan pemilik losmen ini yang salah satu putranya kena kangker otak dan di operasi di Malaysia. Menurut beliau, kalau mau kerja sedikit saja didaerah itu enak benar. Makanan nggak usah dirisaukan selalu ada. Uang sebagian besar bisa ditabung karena jarang dibelanjakan untuk hal-hal yang nggak betul-betul diperlukan. Untuk berobat di malaysia yang menghabiskan sekitar 400 jutaan juga nggak masalah :-). Bangun losmen yang saat gempa terbakar habis hampir 2 M juga sudah lunas :-) Ketika saya jalan ke Kampung Aie masih di Simelue, pak Lie pemilik warung disitu (makaqn TGK Diujung) bilang :'Kenapa orang Jakarta ribut harga minyak naik, disini harga BBM Rp. 20.000 seliter ekonomi masih jalan kok pak Salam RM --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: At 10:03 AM 6/18/2008, you wrote: Terkadang kita lupa bahwa Indonesia itu luas bener. Gak cuman dari Ciputat sampai Jababeka. Namun dari Sabang sampai Merauke. Dinamika ekonomi di Jawa khususnya Jakarta sangat berbeda dengan daerah lain di luar Jawa. Betul. Dan memang kompleksitas ini tergolong unik. PDB seluruh Jawa misalnya - sudah mencakup 58% PDB seluruh Indonesia. DKI Jakarta misalnya, dengan wilayah sekecil itu - punya PDB hampir 17%-nya Indonesia. Dan bila kita bandingkan dengan angka Internasional - maka kita akan menemukan bahwa PDB Propinsi DKI Jakarta lebih besar daripada PDB Brunei Darussalam dan Luxemburg digabung jadi satu. (Itu kalau menggunakan harga pasar. Kalau menggunakan metode penghitungan PPP (Purchasing Power Parity) - maka kita menemukan bahwa PDB Propinsi DKI Jakarta ukurannya di atas PDB negara Kuwait - dan cuma sedikit di bawah negara Uni Emirat Arab). Dengan realita seperti itu - maka distribusi PDB Indonesia memang positively skewed. Secara statistik Long Tail di sebelah kanan. DKI Jakarta adalah outlier dan bukti kesenjangan sosio ekonomi. Terlebih bila berhadapan dengan fakta bahwa PDB per kapita DKI Jakarta besarnya adalah LIMA KALI LIPAT PDB per kapita rata- rata Indonesia. Tetapi apakah mungkin menghilangkan DKI Jakarta? Tentu saja tidak. Karena DKI Jakarta dan penduduknya punya aspek kualitas - selain kuantitas.
Re: [Keuangan] Statistik
At 11:26 AM 6/18/2008, you wrote: Sebulan yang lalu saya berkunjung ke Sinabang, dan nginep di losmen Barokah. Saya banyak berbincang dengan pemilik losmen ini yang salah satu putranya kena kangker otak dan di operasi di Malaysia. Menurut beliau, kalau mau kerja sedikit saja didaerah itu enak benar. Makanan nggak usah dirisaukan selalu ada. Uang sebagian besar bisa ditabung karena jarang dibelanjakan untuk hal-hal yang nggak betul-betul diperlukan. Untuk berobat di malaysia yang menghabiskan sekitar 400 jutaan juga nggak masalah :-). Bangun losmen yang saat gempa terbakar habis hampir 2 M juga sudah lunas :-) Ini juga satu sisi lain lagi mengenai realita ekonomi di Indonesia -- yaitu bahwa underground economy di daerah ukurannya sangat besar - sehingga sangat sering luput dari penghitungan. Di beberapa daerah di Indonesia - banyak sektor ekonomi yang bisa berputar dan berjalan karena statusnya sebagai underground economy. Penyelundupan misalnya, adalah sektor penggerak ekonomi yang signifikan di beberapa propinsi di Sumatera dan Kalimantan.
Re: [Keuangan] Statistik
Rasanya kurang adil kalau kita langsung beri cap underground economy apalagi dengan embel-embel penyelundupan. Kemampuan Medan mengekspor Lobster, teri medan, kopi, sayur mayur tentu bukan produk Medan. Itu adalah produk hinterlands dari Medan. Salam RM --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: At 11:26 AM 6/18/2008, you wrote: Sebulan yang lalu saya berkunjung ke Sinabang, dan nginep di losmen Barokah. Saya banyak berbincang dengan pemilik losmen ini yang salah satu putranya kena kangker otak dan di operasi di Malaysia. Menurut beliau, kalau mau kerja sedikit saja didaerah itu enak benar. Makanan nggak usah dirisaukan selalu ada. Uang sebagian besar bisa ditabung karena jarang dibelanjakan untuk hal-hal yang nggak betul-betul diperlukan. Untuk berobat di malaysia yang menghabiskan sekitar 400 jutaan juga nggak masalah :-). Bangun losmen yang saat gempa terbakar habis hampir 2 M juga sudah lunas :-) Ini juga satu sisi lain lagi mengenai realita ekonomi di Indonesia - - yaitu bahwa underground economy di daerah ukurannya sangat besar - sehingga sangat sering luput dari penghitungan. Di beberapa daerah di Indonesia - banyak sektor ekonomi yang bisa berputar dan berjalan karena statusnya sebagai underground economy. Penyelundupan misalnya, adalah sektor penggerak ekonomi yang signifikan di beberapa propinsi di Sumatera dan Kalimantan.