Re: [Keuangan] OOT: Resep menjadi diktator (was: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-15 Terurut Topik arianro pantun daud
Tidak juga. Saya bisa berpikir sendiri.

Daerah yang belum maju itu seperti apa sih? Sudah bung definisikan belum?

Saya disini mencoba melihat apa yang menarik sampai bung siap
untuk bertempur. Kalau cuma topik "masturbasi" begini saya tidak tertarik.


On 4/16/09, nazar  wrote:
Hm, bung
Anda terbawa arus pemikiran bung poltak. Sudah saya batasi tadi penomena
pemilu di DAERAH YANG BELUM MAJU.

Hm, begini saja. Agar topik oot ini tidak mengganggu yang lain, PM saya saja
lewat Japri. Jadi lebih leluasa tanya jawabnya.

--- In 
AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com,
arianro pantun daud  wrote:
>
> Jadi ingin tahu sebenarnya posisi bung nazar ada dimana supaya saya bisa
> lebih memahami penomena bung nazar ini. Kiranya pertanyaan sederhana
dibawah
> ini dapat dijawab:
>
>
>
> 1. apakah p'nazar adalah caleg?
> 2. kalau 1 jawabannya adalah ya, apakah p'nazar caleg jadi?
> 3. kalau 2 jawabannya adalah ya, apakah partai p'nazar lolos et?
> 4. kalau 1 jawabannya adalah tidak, apakah p'nazar terafiliasi dengan
> satu atau lebih caleg?
> 5. kalau 1 jawabannya adalah tidak, apakah p'nazar terafiliasi dengan
> satu atau lebih partai?
>
> Kalau semua pertanyaan jawabannya tidak, mungkin ada baiknya kalau bung
> nazar mulai mendekatkan diri dengan banwaslu atau mulai membuat
> analisis independent tentu dengan research method yang benar. Kalau hasil
> analisisnya menyimpulkan bahwa hasil pemilu sekarang tidak valid maka bung
> nazar dapat mengajukan class action kepada pemerintah dan kpu. Informasi
169
> tps di 4 kecamatan sepertinya kurang valid apalagi kalau hanya di satu
> provinsi saja.
>
>
>
> Saya yakin milis keuangan tidak serta merta mengharamkan issue politik
> apalagi sekarang memang sedang masanya tetapi tentu dalam batasan-batasan
> tertentu. Kalau bung nazar mau membahasnya lebih jauh, saya rasa milis
> keuangan bukanlah tempat yang pas.
>
>
> On 4/16/09, nazar  wrote:
>
> Hm, saya suka orang yang seperti bung ini. Pintar membuat syarat2x
diktator.
> Itu kan pendapat ANDA SENDIRI.
>
>
>
> Hmm,
>
> Bung, lihat saja di tps2x. Dan saya punya informasi di 4 kecamatan, 169
tps.
> Ada sekitar 42000 mata pilih. INGAT! titik awal pembicaraan saya adalah
> penomena pemilu di daerah yang belum maju. Mau buktinya? Cek saja di
> KPUDnya. Hebat sekali anda menilai saya pembohong. Terlihat jelas betapa
> angkuhnya dan tidak santunnya anda. Anda kan berada di jalur pemikiran.
> Tetapi tidak melihat sendiri kebawah. Saran saya, Jangan hanya
mengandalkan
> otak bung, tapi gunakan juga MATA dan TELINGA dalam menganalisa.
>
>
>
> Ah kau ini.., maunya bertempur terus. Ku tempur pula nanti kau. :-)


[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] OOT: Resep menjadi diktator (was: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-15 Terurut Topik nazar
Hm, bung
Anda terbawa arus pemikiran bung poltak. Sudah saya batasi tadi penomena pemilu 
di DAERAH YANG BELUM MAJU.

Hm, begini saja. Agar topik oot ini tidak mengganggu yang lain, PM saya saja 
lewat Japri. Jadi lebih leluasa tanya jawabnya.


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, arianro pantun daud 
 wrote:
>
> Jadi ingin tahu sebenarnya posisi bung nazar ada dimana supaya saya bisa
> lebih memahami penomena bung nazar ini. Kiranya pertanyaan sederhana dibawah
> ini dapat dijawab:
> 
> 
> 
>1. apakah p'nazar adalah caleg?
>2. kalau 1 jawabannya adalah ya, apakah p'nazar caleg jadi?
>3. kalau 2 jawabannya adalah ya, apakah partai p'nazar lolos et?
>4. kalau 1 jawabannya adalah tidak, apakah p'nazar terafiliasi dengan
>satu atau lebih caleg?
>5. kalau 1 jawabannya adalah tidak, apakah p'nazar terafiliasi dengan
>satu atau lebih partai?
> 
> Kalau semua pertanyaan jawabannya tidak, mungkin ada baiknya kalau bung
> nazar mulai mendekatkan diri dengan banwaslu atau mulai membuat
> analisis independent tentu dengan research method yang benar. Kalau hasil
> analisisnya menyimpulkan bahwa hasil pemilu sekarang tidak valid maka bung
> nazar dapat mengajukan class action kepada pemerintah dan kpu. Informasi 169
> tps di 4 kecamatan sepertinya kurang valid apalagi kalau hanya di satu
> provinsi saja.
> 
> 
> 
> Saya yakin milis keuangan tidak serta merta mengharamkan issue politik
> apalagi sekarang memang sedang masanya tetapi tentu dalam batasan-batasan
> tertentu. Kalau bung nazar mau membahasnya lebih jauh, saya rasa milis
> keuangan bukanlah tempat yang pas.
> 
> 
> On 4/16/09, nazar  wrote:
> 
> Hm, saya suka orang yang seperti bung ini. Pintar membuat syarat2x diktator.
> Itu kan pendapat ANDA SENDIRI.
> 
> 
> 
> Hmm,
> 
> Bung, lihat saja di tps2x. Dan saya punya informasi di 4 kecamatan, 169 tps.
> Ada sekitar 42000 mata pilih. INGAT! titik awal pembicaraan saya adalah
> penomena pemilu di daerah yang belum maju. Mau buktinya? Cek saja di
> KPUDnya. Hebat sekali anda menilai saya pembohong. Terlihat jelas betapa
> angkuhnya dan tidak santunnya anda. Anda kan berada di jalur pemikiran.
> Tetapi tidak melihat sendiri kebawah. Saran saya, Jangan hanya mengandalkan
> otak bung, tapi gunakan juga MATA dan TELINGA dalam menganalisa.
> 
> 
> 
> Ah kau ini.., maunya bertempur terus. Ku tempur pula nanti kau. :-)
> 
> 
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
> wrote:
> 
> >
> 
> > Bung Nazar,
> 
> >
> 
> > 1. Kita sekarang bicara epistemologi atas hal yg anda sebutkan. DARI
> 
> > MANA anda tahu segitu banyaknya orang salah contreng? Apa JUTAAN orang
> 
> > datang ke rumah anda dan bilang: "Pak Nazar, saya salah contreng nih,
> 
> > karena saya bego..." Apa iya begitu? Bila tidak, berarti anda
> 
> > pembohong karena anda tidak berbicara fakta.
> 
> >
> 
> > 2. Apa iya sekian juta rakyat segitu pedulinya dengan calon anggota
> 
> > legislatif? Saya rasa tidak. Besar kemungkinan kualitas anggota
>



Re: [Keuangan] OOT: Resep menjadi diktator (was: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-15 Terurut Topik arianro pantun daud
Jadi ingin tahu sebenarnya posisi bung nazar ada dimana supaya saya bisa
lebih memahami penomena bung nazar ini. Kiranya pertanyaan sederhana dibawah
ini dapat dijawab:



   1. apakah p’nazar adalah caleg?
   2. kalau 1 jawabannya adalah ya, apakah p’nazar caleg jadi?
   3. kalau 2 jawabannya adalah ya, apakah partai p’nazar lolos et?
   4. kalau 1 jawabannya adalah tidak, apakah p’nazar terafiliasi dengan
   satu atau lebih caleg?
   5. kalau 1 jawabannya adalah tidak, apakah p’nazar terafiliasi dengan
   satu atau lebih partai?

Kalau semua pertanyaan jawabannya tidak, mungkin ada baiknya kalau bung
nazar mulai mendekatkan diri dengan banwaslu atau mulai membuat
analisis independent tentu dengan research method yang benar. Kalau hasil
analisisnya menyimpulkan bahwa hasil pemilu sekarang tidak valid maka bung
nazar dapat mengajukan class action kepada pemerintah dan kpu. Informasi 169
tps di 4 kecamatan sepertinya kurang valid apalagi kalau hanya di satu
provinsi saja.



Saya yakin milis keuangan tidak serta merta mengharamkan issue politik
apalagi sekarang memang sedang masanya tetapi tentu dalam batasan-batasan
tertentu. Kalau bung nazar mau membahasnya lebih jauh, saya rasa milis
keuangan bukanlah tempat yang pas.


On 4/16/09, nazar  wrote:

Hm, saya suka orang yang seperti bung ini. Pintar membuat syarat2x diktator.
Itu kan pendapat ANDA SENDIRI.



Hmm,

Bung, lihat saja di tps2x. Dan saya punya informasi di 4 kecamatan, 169 tps.
Ada sekitar 42000 mata pilih. INGAT! titik awal pembicaraan saya adalah
penomena pemilu di daerah yang belum maju. Mau buktinya? Cek saja di
KPUDnya. Hebat sekali anda menilai saya pembohong. Terlihat jelas betapa
angkuhnya dan tidak santunnya anda. Anda kan berada di jalur pemikiran.
Tetapi tidak melihat sendiri kebawah. Saran saya, Jangan hanya mengandalkan
otak bung, tapi gunakan juga MATA dan TELINGA dalam menganalisa.



Ah kau ini.., maunya bertempur terus. Ku tempur pula nanti kau. :-)



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
wrote:

>

> Bung Nazar,

>

> 1. Kita sekarang bicara epistemologi atas hal yg anda sebutkan. DARI

> MANA anda tahu segitu banyaknya orang salah contreng? Apa JUTAAN orang

> datang ke rumah anda dan bilang: "Pak Nazar, saya salah contreng nih,

> karena saya bego..." Apa iya begitu? Bila tidak, berarti anda

> pembohong karena anda tidak berbicara fakta.

>

> 2. Apa iya sekian juta rakyat segitu pedulinya dengan calon anggota

> legislatif? Saya rasa tidak. Besar kemungkinan kualitas anggota

> legislatif berikutnya tidak akan jauh2 dari yang sekarang. Yang ribut

> kan partai politik karena bisnis utama mereka adalah jadi calo/makelar

> bagi orang2 yg kebelet ingin jadi anggota parlemen. Saya rasa

> kebanyakan orang lebih peduli pada siapa yang akan jadi presiden

> ketimbang siapa yg akan jadi anggota parlemen. Mereka lebih realistis,

> itu sebabnya kita tidak bisa menyebut mereka bodoh.

> (Jadi siapa yg sebenarnya bodoh?)

>

>

> NB: Ini bukan soal dikte mendikte, saya menyebut anda berbakat jadi

> diktator semata2 karena anda memenuhi sejumlah syarat. Saya tidak

> memenuhi syarat karena saya sedari awal tidak berani menyebut jutaan
> orang yg independen sebagai orang bodoh.


[Non-text portions of this message have been removed]





=
Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games 
atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. 
http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
=
Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. 
Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas.
=
Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
-
Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting 
sebelumnyaYahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com 
mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[Keuangan] OOT: Resep menjadi diktator (was: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-15 Terurut Topik nazar
Hm, saya suka orang yang seperti bung ini. Pintar membuat syarat2x diktator. 
Itu kan pendapat ANDA SENDIRI. 

Hmm,
Bung, lihat saja di tps2x. Dan saya punya informasi di 4 kecamatan, 169 tps. 
Ada sekitar 42000 mata pilih. INGAT! titik awal pembicaraan saya adalah 
penomena pemilu di daerah yang belum maju. Mau buktinya? Cek saja di KPUDnya. 
Hebat sekali anda menilai saya pembohong. Terlihat jelas betapa angkuhnya dan 
tidak santunnya anda. Anda kan berada di jalur pemikiran. Tetapi tidak melihat 
sendiri kebawah. Saran saya, Jangan hanya mengandalkan otak bung, tapi gunakan 
juga MATA dan TELINGA dalam menganalisa.

Ah kau ini.., maunya bertempur terus. Ku tempur pula nanti kau. :-)


 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
 wrote:
>
> Bung Nazar,
> 
> 1. Kita sekarang bicara epistemologi atas hal  yg anda sebutkan. DARI
> MANA anda tahu segitu banyaknya orang salah contreng? Apa JUTAAN orang
> datang ke rumah anda dan bilang: "Pak Nazar, saya salah contreng nih,
> karena saya bego..." Apa iya begitu?  Bila tidak, berarti anda
> pembohong karena anda tidak berbicara fakta.
> 
> 2. Apa iya sekian juta rakyat segitu pedulinya dengan calon anggota
> legislatif? Saya rasa tidak. Besar kemungkinan kualitas anggota
> legislatif berikutnya tidak akan jauh2 dari yang sekarang. Yang ribut
> kan partai politik karena bisnis utama mereka adalah jadi calo/makelar
> bagi orang2 yg kebelet ingin jadi anggota parlemen. Saya rasa
> kebanyakan orang lebih peduli pada siapa yang akan jadi presiden
> ketimbang siapa yg akan jadi anggota parlemen. Mereka lebih realistis,
> itu sebabnya kita tidak bisa menyebut mereka bodoh.
> (Jadi siapa yg sebenarnya bodoh?)
> 
> 
> NB: Ini bukan soal dikte mendikte, saya menyebut anda berbakat jadi
> diktator semata2 karena anda memenuhi sejumlah syarat. Saya tidak
> memenuhi syarat karena saya sedari awal tidak berani menyebut jutaan
> orang yg independen sebagai orang bodoh.
> 
> 
> 
> On 4/15/09, nazar  wrote:
> > Bung, banget aja nggak sok tau, apa lagi saya. Sebenarnya bukankah anda yang
> > terlebih dahulu menilai saya berbakat menjadi diktator? Bukankah anda yg
> > terlebih dahulu mendikte saya? Jangana dibolak balik bung. Konsistenlah
> > dengan pendapat anda. Baca kembali replay anda terdahulu.
> >
> > Bung, nabi memang buta huruf. Tapi mayoritas manusia biasa tidak sama dengan
> > nabi.
> >
> > Anda sebaiknya turun kelapangan. Ada 25% - 50% surat suara yang salah
> > contreng. Itu berarti masih banyak yang tidak mengerti dengan sistim pemilu.
> > Dan itu juga menjadi indikator ketidak pedulian masyarakat tentang pemilu
> > dan kepemimpinan di negeri ini.
> >
> > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero
> >  wrote:
> >>
> >> At 11:19 AM 4/13/2009, you wrote:
> >>
> >>
> >> >Hm, anda berpikiran sama rata. Teori2x itu dibuat berdasarkan
> >> >rerata. Dan ia tergantung kepada populasi yang diambil. Populasi di
> >> >daerah a tidak sama di daerah b. Karena itulah muncul istilah keaneka
> >> > ragaman.
> >>
> >>
> >> Saudara Nazar,
> >> Maaf,  anda kok sok tau banget tentang pikiran saya dan cara saya
> >> berpikir.
> >> Bahkan seseorang ternyata tidak perlu sampai buta huruf untuk bisa
> >> dianggap bodoh oleh anda.
> >>
> >>
> >>
> >> >Saya diktator? Itu kan penilaian anda. Toh jika diperbolehkan, saja
> >> >juga bisa mengatakan anda sungguh amat sangat diktator. Tentunya
> >> >anda akan mencak2x, marah2x, tidak terima dsb.. :-).
> >>
> >>
> >> Syarat utama untuk menjadi diktator adalah: menganggap kebanyakan
> >> orang itu lemah, bodoh, tidak berdaya.  Dan itu sebabnya mengapa
> >> harus ada yang "menyelamatkan" mereka.  Yaitu mereka yang merasa diri
> >> jenius, punya visi, punya "panggilan" dan mampu.
> >>
> >> Selanjutnya sang calon diktator perlu "musuh bersama" - yang biasanya
> >> adalah kaum minoritas.  Bisa orang kaya, bisa orang pintar (contoh
> >> Revolusi Komunis Cina dan Revolusi Russia), bisa orang Yahudi (contoh
> >> Nazi Jerman), bisa orang Komunis (Revolusi Suharto), bisa kaum
> >> bangsawan (contoh Revolusi Perancis dan Revolusi Iran) - pokoknya
> >> minoritas yang bisa ditindas - supaya terasa ada kekuatan riil.
> >>
> >> Dan selanjutnya setelah diktator tadi berhasil "mengenyahkan" musuh
> >> bersama - maka siapapun selanjutnya bisa dicap sebagai musuh - supaya
> >> bisa disingkirkan.  Lihat contoh apa yang dilakukan Stalin dan
> >> Mao.  Dan kekuasaan mutlak pun menjadi langgeng.
> >>
> >> Melihat pendapat anda soal sedemikian banyaknya orang Indonesia yang
> >> teramat bodoh (menurut ukuran anda ditinjau dari angka buta huruf) -
> >> dan betapa "visioner"-nya anda -- plus sikap anda terhadap minoritas




[Keuangan] OOT: Resep menjadi diktator (was: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-15 Terurut Topik nazar
Bung, banget aja nggak sok tau, apa lagi saya. Sebenarnya bukankah anda yang 
terlebih dahulu menilai saya berbakat menjadi diktator? Bukankah anda yg 
terlebih dahulu mendikte saya? Jangana dibolak balik bung. Konsistenlah dengan 
pendapat anda. Baca kembali replay anda terdahulu. 

Bung, nabi memang buta huruf. Tapi mayoritas manusia biasa tidak sama dengan 
nabi.

Anda sebaiknya turun kelapangan. Ada 25% - 50% surat suara yang salah contreng. 
Itu berarti masih banyak yang tidak mengerti dengan sistim pemilu. Dan itu juga 
menjadi indikator ketidak pedulian masyarakat tentang pemilu dan kepemimpinan 
di negeri ini.

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero  
wrote:
>
> At 11:19 AM 4/13/2009, you wrote:
> 
> 
> >Hm, anda berpikiran sama rata. Teori2x itu dibuat berdasarkan 
> >rerata. Dan ia tergantung kepada populasi yang diambil. Populasi di 
> >daerah a tidak sama di daerah b. Karena itulah muncul istilah keaneka 
> >ragaman.
> 
> 
> Saudara Nazar,
> Maaf,  anda kok sok tau banget tentang pikiran saya dan cara saya berpikir.
> Bahkan seseorang ternyata tidak perlu sampai buta huruf untuk bisa 
> dianggap bodoh oleh anda.
> 
> 
> 
> >Saya diktator? Itu kan penilaian anda. Toh jika diperbolehkan, saja 
> >juga bisa mengatakan anda sungguh amat sangat diktator. Tentunya 
> >anda akan mencak2x, marah2x, tidak terima dsb.. :-).
> 
> 
> Syarat utama untuk menjadi diktator adalah: menganggap kebanyakan 
> orang itu lemah, bodoh, tidak berdaya.  Dan itu sebabnya mengapa 
> harus ada yang "menyelamatkan" mereka.  Yaitu mereka yang merasa diri 
> jenius, punya visi, punya "panggilan" dan mampu.
> 
> Selanjutnya sang calon diktator perlu "musuh bersama" - yang biasanya 
> adalah kaum minoritas.  Bisa orang kaya, bisa orang pintar (contoh 
> Revolusi Komunis Cina dan Revolusi Russia), bisa orang Yahudi (contoh 
> Nazi Jerman), bisa orang Komunis (Revolusi Suharto), bisa kaum 
> bangsawan (contoh Revolusi Perancis dan Revolusi Iran) - pokoknya 
> minoritas yang bisa ditindas - supaya terasa ada kekuatan riil.
> 
> Dan selanjutnya setelah diktator tadi berhasil "mengenyahkan" musuh 
> bersama - maka siapapun selanjutnya bisa dicap sebagai musuh - supaya 
> bisa disingkirkan.  Lihat contoh apa yang dilakukan Stalin dan 
> Mao.  Dan kekuasaan mutlak pun menjadi langgeng.
> 
> Melihat pendapat anda soal sedemikian banyaknya orang Indonesia yang 
> teramat bodoh (menurut ukuran anda ditinjau dari angka buta huruf) - 
> dan betapa "visioner"-nya anda -- plus sikap anda terhadap minoritas 
> Cina sebagaimana tercermin pada posting-posting anda terdahulu -- 
> maka besar kemungkinan anda cukup berbakat untuk jadi diktator.  Cuma 
> perlu dipupuk dan dikembangkan saja.  Selamat..!!
> 
> Kalau saya sih sepertinya nggak punya bakat.  Kenapa?  Pertama, 
> karena saya percaya bahwa buta huruf sekalipun tidak berarti cacad 
> dalam menganalisa sesuatu itu masuk akal atau tidak.  Faktanya, ada 
> orang yang mampu membaca tapi irrasional.  Dan sebagaimana kita tahu, 
> bahkan nabi pun ada yang buta huruf, tapi jelas tidak menghalangi 
> ke-nabiannya.
> 
> Kedua, saya percaya bahwa masyarakat yang independen tahu apa yang 
> terbaik bagi dirinya masing-masing, dan tahu persis bagaimana caranya 
> agar bisa hidup lebih baik.  Saya tidak "sok tahu" tentang apa yang 
> mereka tahu dan putuskan, karena saya merasa MUSTAHIL tahu segala hal.
> 
> Atas dua hal tadi, maka saya sepertinya tidak berbakat jadi 
> diktator.   Untuk jadi diktator - saya serahkan saja pada "ahli"-nya...
> 
> 
> 
> 
> >Sedikit saran saya, cobalah anda turun kebawah, lihat dan dengarlah 
> >fakta yang ada. Panorama itu indah jika dipandang dari jauh, dan 
> >akan terlihat dengan jelas jika dipandang pada jarak yang dekat. 
> >Semakin jauh jarak pandang anda semakin jauh pula dari kenyataan yang ada.
> 
> 
> Anda mau bicara fakta?  Anda turun ke bawah?  Beneran nih?
> 
> Coba anda hitung baik-baik. Pelan-pelan.  Berapa banyak fakta yang 
> anda kumpulkan?  Berapa banyak orang yang sudah anda tanyai secara 
> langsung.  Andaikan sejak hari Pemilu lalu anda menanyai SATU ORANG 
> PER MENIT - maka sampai dengan saat ini anda baru menanyai kira-kira 
> 8500 orang.  Bandingkan angka itu jumlah penduduk Indonesia Nggak 
> ada apa-apanya.
> 
> Dan saya yakin anda tidak melakukan itu.  Paling banter anda cuma 
> tanya orang sekeliling anda.  Paling top 100 orang.  Dan anda 
> mengambil kesimpulan hanya dengan 100 orang itu (yang anda pilih sesuka anda).
> 
> Dan anda mengatakan itu fakta??  Omong kosong.
> Anda cuma melakukan sampling yang sangat kasar...  dan anda 
> mengatakan bahwa itu adalah seluruh realita.  Anda penipu.
> 
> Hmm... satu lagi modal untuk menjadi diktator.
>




[Keuangan] OOT: Resep menjadi diktator (was: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 11:19 AM 4/13/2009, you wrote:


>Hm, anda berpikiran sama rata. Teori2x itu dibuat berdasarkan 
>rerata. Dan ia tergantung kepada populasi yang diambil. Populasi di 
>daerah a tidak sama di daerah b. Karena itulah muncul istilah keaneka ragaman.


Saudara Nazar,
Maaf,  anda kok sok tau banget tentang pikiran saya dan cara saya berpikir.
Bahkan seseorang ternyata tidak perlu sampai buta huruf untuk bisa 
dianggap bodoh oleh anda.



>Saya diktator? Itu kan penilaian anda. Toh jika diperbolehkan, saja 
>juga bisa mengatakan anda sungguh amat sangat diktator. Tentunya 
>anda akan mencak2x, marah2x, tidak terima dsb.. :-).


Syarat utama untuk menjadi diktator adalah: menganggap kebanyakan 
orang itu lemah, bodoh, tidak berdaya.  Dan itu sebabnya mengapa 
harus ada yang "menyelamatkan" mereka.  Yaitu mereka yang merasa diri 
jenius, punya visi, punya "panggilan" dan mampu.

Selanjutnya sang calon diktator perlu "musuh bersama" - yang biasanya 
adalah kaum minoritas.  Bisa orang kaya, bisa orang pintar (contoh 
Revolusi Komunis Cina dan Revolusi Russia), bisa orang Yahudi (contoh 
Nazi Jerman), bisa orang Komunis (Revolusi Suharto), bisa kaum 
bangsawan (contoh Revolusi Perancis dan Revolusi Iran) - pokoknya 
minoritas yang bisa ditindas - supaya terasa ada kekuatan riil.

Dan selanjutnya setelah diktator tadi berhasil "mengenyahkan" musuh 
bersama - maka siapapun selanjutnya bisa dicap sebagai musuh - supaya 
bisa disingkirkan.  Lihat contoh apa yang dilakukan Stalin dan 
Mao.  Dan kekuasaan mutlak pun menjadi langgeng.

Melihat pendapat anda soal sedemikian banyaknya orang Indonesia yang 
teramat bodoh (menurut ukuran anda ditinjau dari angka buta huruf) - 
dan betapa "visioner"-nya anda -- plus sikap anda terhadap minoritas 
Cina sebagaimana tercermin pada posting-posting anda terdahulu -- 
maka besar kemungkinan anda cukup berbakat untuk jadi diktator.  Cuma 
perlu dipupuk dan dikembangkan saja.  Selamat..!!

Kalau saya sih sepertinya nggak punya bakat.  Kenapa?  Pertama, 
karena saya percaya bahwa buta huruf sekalipun tidak berarti cacad 
dalam menganalisa sesuatu itu masuk akal atau tidak.  Faktanya, ada 
orang yang mampu membaca tapi irrasional.  Dan sebagaimana kita tahu, 
bahkan nabi pun ada yang buta huruf, tapi jelas tidak menghalangi ke-nabiannya.

Kedua, saya percaya bahwa masyarakat yang independen tahu apa yang 
terbaik bagi dirinya masing-masing, dan tahu persis bagaimana caranya 
agar bisa hidup lebih baik.  Saya tidak "sok tahu" tentang apa yang 
mereka tahu dan putuskan, karena saya merasa MUSTAHIL tahu segala hal.

Atas dua hal tadi, maka saya sepertinya tidak berbakat jadi 
diktator.   Untuk jadi diktator - saya serahkan saja pada "ahli"-nya...




>Sedikit saran saya, cobalah anda turun kebawah, lihat dan dengarlah 
>fakta yang ada. Panorama itu indah jika dipandang dari jauh, dan 
>akan terlihat dengan jelas jika dipandang pada jarak yang dekat. 
>Semakin jauh jarak pandang anda semakin jauh pula dari kenyataan yang ada.


Anda mau bicara fakta?  Anda turun ke bawah?  Beneran nih?

Coba anda hitung baik-baik. Pelan-pelan.  Berapa banyak fakta yang 
anda kumpulkan?  Berapa banyak orang yang sudah anda tanyai secara 
langsung.  Andaikan sejak hari Pemilu lalu anda menanyai SATU ORANG 
PER MENIT - maka sampai dengan saat ini anda baru menanyai kira-kira 
8500 orang.  Bandingkan angka itu jumlah penduduk Indonesia Nggak 
ada apa-apanya.

Dan saya yakin anda tidak melakukan itu.  Paling banter anda cuma 
tanya orang sekeliling anda.  Paling top 100 orang.  Dan anda 
mengambil kesimpulan hanya dengan 100 orang itu (yang anda pilih sesuka anda).

Dan anda mengatakan itu fakta??  Omong kosong.
Anda cuma melakukan sampling yang sangat kasar...  dan anda 
mengatakan bahwa itu adalah seluruh realita.  Anda penipu.

Hmm... satu lagi modal untuk menjadi diktator.