Bung, banget aja nggak sok tau, apa lagi saya. Sebenarnya bukankah anda yang 
terlebih dahulu menilai saya berbakat menjadi diktator? Bukankah anda yg 
terlebih dahulu mendikte saya? Jangana dibolak balik bung. Konsistenlah dengan 
pendapat anda. Baca kembali replay anda terdahulu. 

Bung, nabi memang buta huruf. Tapi mayoritas manusia biasa tidak sama dengan 
nabi.

Anda sebaiknya turun kelapangan. Ada 25% - 50% surat suara yang salah contreng. 
Itu berarti masih banyak yang tidak mengerti dengan sistim pemilu. Dan itu juga 
menjadi indikator ketidak pedulian masyarakat tentang pemilu dan kepemimpinan 
di negeri ini.

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero <hotrad...@...> 
wrote:
>
> At 11:19 AM 4/13/2009, you wrote:
> 
> 
> >Hm, anda berpikiran sama rata. Teori2x itu dibuat berdasarkan 
> >rerata. Dan ia tergantung kepada populasi yang diambil. Populasi di 
> >daerah a tidak sama di daerah b. Karena itulah muncul istilah keaneka 
> >ragaman.
> 
> 
> Saudara Nazar,
> Maaf,  anda kok sok tau banget tentang pikiran saya dan cara saya berpikir.
> Bahkan seseorang ternyata tidak perlu sampai buta huruf untuk bisa 
> dianggap bodoh oleh anda.
> 
> 
> 
> >Saya diktator? Itu kan penilaian anda. Toh jika diperbolehkan, saja 
> >juga bisa mengatakan anda sungguh amat sangat diktator. Tentunya 
> >anda akan mencak2x, marah2x, tidak terima dsb.. :-).
> 
> 
> Syarat utama untuk menjadi diktator adalah: menganggap kebanyakan 
> orang itu lemah, bodoh, tidak berdaya.  Dan itu sebabnya mengapa 
> harus ada yang "menyelamatkan" mereka.  Yaitu mereka yang merasa diri 
> jenius, punya visi, punya "panggilan" dan mampu.
> 
> Selanjutnya sang calon diktator perlu "musuh bersama" - yang biasanya 
> adalah kaum minoritas.  Bisa orang kaya, bisa orang pintar (contoh 
> Revolusi Komunis Cina dan Revolusi Russia), bisa orang Yahudi (contoh 
> Nazi Jerman), bisa orang Komunis (Revolusi Suharto), bisa kaum 
> bangsawan (contoh Revolusi Perancis dan Revolusi Iran) - pokoknya 
> minoritas yang bisa ditindas - supaya terasa ada kekuatan riil.
> 
> Dan selanjutnya setelah diktator tadi berhasil "mengenyahkan" musuh 
> bersama - maka siapapun selanjutnya bisa dicap sebagai musuh - supaya 
> bisa disingkirkan.  Lihat contoh apa yang dilakukan Stalin dan 
> Mao.  Dan kekuasaan mutlak pun menjadi langgeng.
> 
> Melihat pendapat anda soal sedemikian banyaknya orang Indonesia yang 
> teramat bodoh (menurut ukuran anda ditinjau dari angka buta huruf) - 
> dan betapa "visioner"-nya anda -- plus sikap anda terhadap minoritas 
> Cina sebagaimana tercermin pada posting-posting anda terdahulu -- 
> maka besar kemungkinan anda cukup berbakat untuk jadi diktator.  Cuma 
> perlu dipupuk dan dikembangkan saja.  Selamat..!!
> 
> Kalau saya sih sepertinya nggak punya bakat.  Kenapa?  Pertama, 
> karena saya percaya bahwa buta huruf sekalipun tidak berarti cacad 
> dalam menganalisa sesuatu itu masuk akal atau tidak.  Faktanya, ada 
> orang yang mampu membaca tapi irrasional.  Dan sebagaimana kita tahu, 
> bahkan nabi pun ada yang buta huruf, tapi jelas tidak menghalangi 
> ke-nabiannya.
> 
> Kedua, saya percaya bahwa masyarakat yang independen tahu apa yang 
> terbaik bagi dirinya masing-masing, dan tahu persis bagaimana caranya 
> agar bisa hidup lebih baik.  Saya tidak "sok tahu" tentang apa yang 
> mereka tahu dan putuskan, karena saya merasa MUSTAHIL tahu segala hal.
> 
> Atas dua hal tadi, maka saya sepertinya tidak berbakat jadi 
> diktator.   Untuk jadi diktator - saya serahkan saja pada "ahli"-nya...
> 
> 
> 
> 
> >Sedikit saran saya, cobalah anda turun kebawah, lihat dan dengarlah 
> >fakta yang ada. Panorama itu indah jika dipandang dari jauh, dan 
> >akan terlihat dengan jelas jika dipandang pada jarak yang dekat. 
> >Semakin jauh jarak pandang anda semakin jauh pula dari kenyataan yang ada.
> 
> 
> Anda mau bicara fakta?  Anda turun ke bawah?  Beneran nih?
> 
> Coba anda hitung baik-baik. Pelan-pelan.  Berapa banyak fakta yang 
> anda kumpulkan?  Berapa banyak orang yang sudah anda tanyai secara 
> langsung.  Andaikan sejak hari Pemilu lalu anda menanyai SATU ORANG 
> PER MENIT - maka sampai dengan saat ini anda baru menanyai kira-kira 
> 8500 orang.  Bandingkan angka itu jumlah penduduk Indonesia.... Nggak 
> ada apa-apanya.
> 
> Dan saya yakin anda tidak melakukan itu.  Paling banter anda cuma 
> tanya orang sekeliling anda.  Paling top 100 orang.  Dan anda 
> mengambil kesimpulan hanya dengan 100 orang itu (yang anda pilih sesuka anda).
> 
> Dan anda mengatakan itu fakta??  Omong kosong.
> Anda cuma melakukan sampling yang sangat kasar...  dan anda 
> mengatakan bahwa itu adalah seluruh realita.  Anda penipu.
> 
> Hmm... satu lagi modal untuk menjadi diktator.
>


Kirim email ke