Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-15 Terurut Topik arianro pantun daud
Mas, mbok ya sebelum dikirim tulisannya diuji dahulu.

Pertama:
Coba kalau "Dalai Lama" kita ganti dengan "orang gila" (bukan bermaksud
mengejek Dalai Lama):
++ BUKAN. Kalau anda tanya pada orang gila pasti dia gak bilang begitu

Kedua:
++ Kalau menurut Agama, tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah
kepada-NYA
Bekerja adalah suatu ibadah. Kalau begitu besok Bapak menghadap boss Bapak
meminta agar mulai sekarang gaji saya jangan dinaikkan lagi karena saya
sudah mendapat upah berupa pahala yang akan saya terima bayarannya di surga.

Penjelasan:
1. Dalai Lama tidak dapat dijadikan contoh karena beliau bukanlah contoh
yang umum.
2. Dalam tatanan agama banyak hal yang tidak dapat dijadikan contoh karena
sifatnya yang esklusif terhadap tiap-tiap orang.

Akhir kata:
No offense

Rgds,
Arianro
==

On 5/15/08, Ardhi DJ <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>Sudah kita ketahui bersama kalau tujuan
>didirikannya KORPORASI (corporation) adalah meraih keuntungan
>sebesar-besar2nya

Bukankah itu juga peri laku tiap orang?
Bukankah anda juga begitu?

++ BUKAN. Kalau anda tanya pada Dalai lama pasti dia gak bilang begitu
++ Kalau menurut Agama, tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah
kepada-NYA

>Sedangkan tujuan orang bekerja adalah mendapat penghasilan dan fasilitas
dll sebesar2nya

Tidakkah itu juga sama dengan definisi keuntungan sebesar-besarnya? Setiap
pegawai berusaha untuk bekerja seringan-ringannya dengan bayaran
sebesar-besarnya.

Bila memang korporasi dan pegawai motifnya sama -- kenapa harus bicara
standar moral yang berbeda?

++ Saya ngga ngomongin standar moral kok, lihat saja di paragraf selanjutnya
++ justru karena masing2 pihak memandang pihak lain sebagai objek cari
untung
++ maka perlu adanya wasit yang membuat pertarungan menjadi lebih adil

salam,
ardhi

>Sedangkan tujuan orang bekerja adalah mendapat penghasilan dan fasilitas
dll sebesar2nya

Tidakkah itu juga sama dengan definisi keuntungan sebesar-besarnya? Setiap
pegawai berusaha untuk bekerja seringan-ringannya dengan bayaran
sebesar-besarnya.

Bila memang korporasi dan pegawai motifnya sama -- kenapa harus bicara
standar moral yang berbeda?

++ Saya ngga ngomongin standar moral kok, lihat saja di paragraf selanjutnya
++ justru karena masing2 pihak memandang pihak lain sebagai objek cari
untung
++ maka perlu adanya wasit yang membuat pertarungan menjadi lebih adil

salam,
ardhi


[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-15 Terurut Topik Ardhi DJ
My comment below...

-Original Message-
From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Poltak
Hotradero
Sent: 14 Mei 2008 18:03
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: RE: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

At 05:41 PM 5/14/2008, you wrote:

>Sudah kita ketahui bersama kalau tujuan
>didirikannya KORPORASI (corporation) adalah meraih keuntungan
>sebesar-besar2nya

Bukankah itu juga peri laku tiap orang?
Bukankah anda juga begitu?

++ BUKAN. Kalau anda tanya pada Dalai lama pasti dia gak bilang begitu
++ Kalau menurut Agama, tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah
kepada-NYA

>Sedangkan tujuan orang bekerja adalah mendapat penghasilan dan
fasilitas
>dll sebesar2nya

Tidakkah itu juga sama dengan definisi keuntungan sebesar-besarnya?
Setiap pegawai berusaha untuk bekerja seringan-ringannya dengan 
bayaran sebesar-besarnya.

Bila memang korporasi dan pegawai motifnya sama -- kenapa harus bicara
standar moral yang berbeda?

++ Saya ngga ngomongin standar moral kok, lihat saja di paragraf
selanjutnya
++ justru karena masing2 pihak memandang pihak lain sebagai objek cari
untung
++ maka perlu adanya wasit yang membuat pertarungan menjadi lebih adil

salam,
ardhi




Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Amitz Sekali
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> At 04:50 PM 5/14/2008, you wrote:
> 
> > >
> > > Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka
Tuhannya
> > > adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak
> >peduli agama,
> > > tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen.
> >
> >Saya serius membaca tulisan Bapak rasanya seperti membaca buku PMP,
> >banyak tuntutan moral dan statement2 tapi minim penjelasan..
> 
> 
> Touche!
> 
> Beberapa orang memang nggak bisa menahan diri untuk menggurui orang 
> lain soal moral...
> Seolah berbicara itu sama dengan berbuat.

Banyak orang memang tidak pernah berusaha memahami dilema dalam
pengambilan keputusan di lapangan, akibatnya tidak bisa membayangkan
kalau keputusan yang menyangkut orang banyak pasti akan selalu punya
sisi "immoral"nya.



RE: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 05:41 PM 5/14/2008, you wrote:

>Sudah kita ketahui bersama kalau tujuan
>didirikannya KORPORASI (corporation) adalah meraih keuntungan
>sebesar-besar2nya

Bukankah itu juga peri laku tiap orang?
Bukankah anda juga begitu?


>Sedangkan tujuan orang bekerja adalah mendapat penghasilan dan fasilitas
>dll sebesar2nya

Tidakkah itu juga sama dengan definisi keuntungan sebesar-besarnya?
Setiap pegawai berusaha untuk bekerja seringan-ringannya dengan 
bayaran sebesar-besarnya.

Bila memang korporasi dan pegawai motifnya sama -- kenapa harus 
bicara standar moral yang berbeda?



RE: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Ardhi DJ
Udah lah gak usah panjang-panjang

Sudah kita ketahui bersama kalau tujuan 
didirikannya KORPORASI (corporation) adalah meraih keuntungan
sebesar-besar2nya

Sedangkan tujuan orang bekerja adalah mendapat penghasilan dan fasilitas
dll sebesar2nya

Dari 2 tujuan ini jelas2 bertolak belakang, jadi yg paling mungkin
dicapai adalah
"Kesepakatan Bersama" antara PEKERJA dan PENGUSAHA

kalau seandainya Pekerja itu adalah orang yang potensial
tentu pengusaha juga tidak ingin kehilangan pekerja seperti itu
dan perusahaan bisa saja akhirnya mengikat pekerja bersangkutan 
dengan status karyawan tetap + beragam fasilitas yg bisa diberikan
perusahaan

sedangkan kalau Pekerja itu tidak berkualitas, maka sudah bekerja saja
sudah untung
meski itu dengan bayaran uang harian

Yang harus melindungi Pekerja atau rakyat pada umumnya ya negara
Baik itu melalui program jaminan sosial atau program lainnya
Jadi jangan dicampur adukkan antara tugas negara dengan tugas pengusaha

ardhi


-Original Message-
From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Amitz
Sekali
Sent: 14 Mei 2008 16:50
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Contradictionary
Antithesis" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
..deleted

> Anyway, percayalah bahwa hubungan kerja model outsourcing itu cuma
> manifestasi dari keserakahan pemilik modal utk keuntungan
> setinggi-tingginya, yang akan mengorbankan semua pekerja. Perasaan
sering
> sekali ada artikelnya di The Economist atau bahkan Business Week,
bahwa di
> negara maju tingkat persentase karyawan kontrak meningkat, dan bidang
> lapangan kerja makin sempit (karena banyak jenis pekerjaan yang sudah
> diekspor ke India dan Cina) yang cenderung juga menyebabkan tingkat
> unemployment lokal juga jadi naik. Dari sisi masyarakat, jelas ada
porsi

Bukankah itu berarti amat menguntungkan negara2 yang standar gajinya
rendah seperti Indonesia?

> pendapatan pekerja yang hilang dan kabur ke negara lain, menyebabkan
tingkat
> konsumsi tidak tumbuh dengan seharusnya. Dari sisi negara, ada porsi
pajak
> pendapatan yang hilang ke negara lain. Semua2nya akan bermuara dan
berimbas
> pada pertumbuhan ekonomi dan neraca dagang.

Seperti yang saya sebut di atas, kalaupun negara yang mencari karyawan
outsource itu merugi (which is arguably not), kan untung besar bagi
negara yang penduduknya dijadikan pegawai outsourcing. Indonesia tidak
perlu tergantung dari lapangan kerja lokal untuk mengurangi
pengangguran. Kan enak!?

> Karyawan kontrak lebih enak? Buat yg mikir jangka pendek dari
renumerasi
> bulanan, iya, itupun kalau memang gaji bulanannya lebih besar dari
yang
> karyawan tetap. Tapi mayoritas manusia kan inginnya berkeluarga.
Setahu saya
> sih, jarang ada yg sudah berkeluarga namun tetap tidak ingin punya
masa
> depan yang pasti. Ngomongin karir di perusahaan outsource... sebaik
apapun
> skill anda... anda tidak akan pernah pergi jauh2 dari tempat anda
mulai
> Jangankan karir, pas kontrak abis saja masih khawatir kontrak akan
> diteruskan atau tidak. Posisi karyawan kontrak sangat-sangat lemah,
jauh
> lebih lemah dari karyawan tetap.

Kita sekarang sudah masuk ranah budaya. Ada yang suka kepastian
meskipun karirnya ya begitu2 aja, ada yang bisa mentoleransi
ketidakpastian asal dihargai sesuai prestasi. Kalau Bapak mau kerja di
perusahaan yang memberikan kepastian pensiun selama-lamanya atau
pesangon super besar, ya siap2 gajinya di..sesuaikan untuk membiayai
itu semua.

Seperti yang sudah saya ulang berkali-kali di posting2 sebelumnya,
aturan perundang-undangan yang sekarang membebani pengusaha, TANPA
KEUNTUNGANNYA BISA DIRASAKAN PEKERJA. Masih mending kalau pengusaha
terbeban tapi keuntungannya bisa langsung dirasakan pengusaha. Tapi
ini tidak bisa dirasakan pekerja, kecuali dia keluar atau di-PHK.. 

Saya kuatir sekarang ini dengan potensi inflasi dan krisis Indonesia
dalam waktu dekat ini. Di satu sisi ingin gaji dinaikkan, tapi di sisi
lain sadar kalau resiko finansial kenaikan gaji itu terlalu besar..
Sungguh Indonesia perlu reformasi aturan ketenagakerjaan.

> Jadi, konsep outsourcing selalu punya imbas negatif, terutama utk
karyawan
> outsource. Namun konsep ini juga punya efek negatif terhadap
karyawan tetap,
> masyarakat, dan negara.
>
> Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya
> adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak
peduli agama,
> tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen.

Saya serius membaca tulisan Bapak rasanya seperti membaca buku PMP,
banyak tuntutan moral dan statement2 tapi minim penjelasan..

> 
> Yg terburuk dari semua outsourcing, adalah outsourcing di Indonesia.
> 
> BR,
> 
> -=ContraDictionary=-
> 
Salam,


---

Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 04:50 PM 5/14/2008, you wrote:

> >
> > Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya
> > adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak
>peduli agama,
> > tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen.
>
>Saya serius membaca tulisan Bapak rasanya seperti membaca buku PMP,
>banyak tuntutan moral dan statement2 tapi minim penjelasan..


Touche!

Beberapa orang memang nggak bisa menahan diri untuk menggurui orang 
lain soal moral...
Seolah berbicara itu sama dengan berbuat. 



Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Amitz Sekali
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Contradictionary
Antithesis" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
..deleted

> Anyway, percayalah bahwa hubungan kerja model outsourcing itu cuma
> manifestasi dari keserakahan pemilik modal utk keuntungan
> setinggi-tingginya, yang akan mengorbankan semua pekerja. Perasaan
sering
> sekali ada artikelnya di The Economist atau bahkan Business Week,
bahwa di
> negara maju tingkat persentase karyawan kontrak meningkat, dan bidang
> lapangan kerja makin sempit (karena banyak jenis pekerjaan yang sudah
> diekspor ke India dan Cina) yang cenderung juga menyebabkan tingkat
> unemployment lokal juga jadi naik. Dari sisi masyarakat, jelas ada porsi

Bukankah itu berarti amat menguntungkan negara2 yang standar gajinya
rendah seperti Indonesia?

> pendapatan pekerja yang hilang dan kabur ke negara lain, menyebabkan
tingkat
> konsumsi tidak tumbuh dengan seharusnya. Dari sisi negara, ada porsi
pajak
> pendapatan yang hilang ke negara lain. Semua2nya akan bermuara dan
berimbas
> pada pertumbuhan ekonomi dan neraca dagang.

Seperti yang saya sebut di atas, kalaupun negara yang mencari karyawan
outsource itu merugi (which is arguably not), kan untung besar bagi
negara yang penduduknya dijadikan pegawai outsourcing. Indonesia tidak
perlu tergantung dari lapangan kerja lokal untuk mengurangi
pengangguran. Kan enak!?

> Karyawan kontrak lebih enak? Buat yg mikir jangka pendek dari renumerasi
> bulanan, iya, itupun kalau memang gaji bulanannya lebih besar dari yang
> karyawan tetap. Tapi mayoritas manusia kan inginnya berkeluarga.
Setahu saya
> sih, jarang ada yg sudah berkeluarga namun tetap tidak ingin punya masa
> depan yang pasti. Ngomongin karir di perusahaan outsource... sebaik
apapun
> skill anda... anda tidak akan pernah pergi jauh2 dari tempat anda
mulai
> Jangankan karir, pas kontrak abis saja masih khawatir kontrak akan
> diteruskan atau tidak. Posisi karyawan kontrak sangat-sangat lemah, jauh
> lebih lemah dari karyawan tetap.

Kita sekarang sudah masuk ranah budaya. Ada yang suka kepastian
meskipun karirnya ya begitu2 aja, ada yang bisa mentoleransi
ketidakpastian asal dihargai sesuai prestasi. Kalau Bapak mau kerja di
perusahaan yang memberikan kepastian pensiun selama-lamanya atau
pesangon super besar, ya siap2 gajinya di..sesuaikan untuk membiayai
itu semua.

Seperti yang sudah saya ulang berkali-kali di posting2 sebelumnya,
aturan perundang-undangan yang sekarang membebani pengusaha, TANPA
KEUNTUNGANNYA BISA DIRASAKAN PEKERJA. Masih mending kalau pengusaha
terbeban tapi keuntungannya bisa langsung dirasakan pengusaha. Tapi
ini tidak bisa dirasakan pekerja, kecuali dia keluar atau di-PHK.. 

Saya kuatir sekarang ini dengan potensi inflasi dan krisis Indonesia
dalam waktu dekat ini. Di satu sisi ingin gaji dinaikkan, tapi di sisi
lain sadar kalau resiko finansial kenaikan gaji itu terlalu besar..
Sungguh Indonesia perlu reformasi aturan ketenagakerjaan.

> Jadi, konsep outsourcing selalu punya imbas negatif, terutama utk
karyawan
> outsource. Namun konsep ini juga punya efek negatif terhadap
karyawan tetap,
> masyarakat, dan negara.
>
> Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya
> adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak
peduli agama,
> tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen.

Saya serius membaca tulisan Bapak rasanya seperti membaca buku PMP,
banyak tuntutan moral dan statement2 tapi minim penjelasan..

> 
> Yg terburuk dari semua outsourcing, adalah outsourcing di Indonesia.
> 
> BR,
> 
> -=ContraDictionary=-
> 
Salam,



Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 02:15 PM 5/14/2008, you wrote:

>Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar labor
>union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan nih.


Sektor jasa.

Asumsi dasar labor union adalah membuat manusia sebagai bagian dari 
proses manufaktur.
Ini berarti yang dibeli adalah waktu dan tenaga.  Kalau anda baca 
bukunya Marx akan sangat jelas hal itu disebut oleh Marx sebagai 
bagian dari konsep kapital.

Sementara di sektor jasa -- yang dibeli dari seorang pekerja adalah 
daya analitis, kreativitas, keahlian (skill) yang lebih condong pada 
kualitas ketimbang kuantitas kerja.

Itu sebabnya labor union menjadi lebih sulit diimplementasikan pada 
sektor jasa -- karena di sektor jasa komponen skill manusia jauh 
lebih berharga dan lebih berpengaruh ketimbang komponen fixed asset 
sebagaimana yang ada pada dunia manufaktur.

Coba lihat sektor mana yang paling tinggi muatan komponen jasa 
manusianya ketimbang fixed assetnya - yaitu perbankan dan pasar 
modal.  Apa anda ketemu labor union yang efektif di situ?




Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Hok An
Seorang teman pengusaha mengeluh bahwa UU perburuhan kita keterlaluan,
sebab pegawai yang berbuat kesalahan besar hampir tidak mungkin dipecat.
Sebab itu mungkin terjadi kebiasaan yang Anda utarakan dibawah.

Salam

Hok An

Nugroho Dewanto schrieb:

>
> tak perlu jauh-jauh di luar negeri, disinipun jumlah anggota
> serikat buruh makin menyusut karena kena phk atau putus
> kontrak. sila dicek ke organisasi serikat buruh. semoga
> mereka mau jujur.
>
> undang-undang perburuhan yang terlalu membela buruh
> dalam kenyataannya merugikan buruh sendiri dan
> pengusaha.
>
> banyak pengusaha memilih mengakali undang-undang itu
> dengan cara melakukan kontrak dan outsourcing ketimbang
> mengangkat karyawan tetap karena berisiko diikat
> undang-undang perburuhan.
>
> akibatnya buruh frustasi karena tak kunjung diangkat
> menjadi karyawan tetap dan merasa tak memiliki masa depan.
> pengusaha juga rugi karena tiap kali harus melatih lagi
> karyawan baru. karyawan lama yang sudah pandai terpaksa
> diputus kontrak sesuai ketentuan undang-undang. padahal
> pengusaha sudah menghabiskan waktu dan uang untuk
> melatih mereka.
>
> belakangan antar pengusaha dan buruh sudah sering melakukan
> diskusi. hasilnya mereka menyepakati lebih mengedepankan
> penyelesaian bipartit bila terjadi perselisihan. pemerintah
> sebagai pihak ketiga mendukung kesepakatan itu.
>
> At 02:15 PM 5/14/2008 +0700, you wrote:
>
> >Terimakasih atas masukan datanya, Bang.
> >
> >Kalau begitu artinya tren serikat buruhnya di negara maju sudah mulai
>
> >menurun. Namun kalau dibandingkan dengan disini, masih jauh lebih
> kuat
> >disana. Begitu mungkin kesimpulannya.
> >
> >Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar
> labor
> >union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan
> nih.
> >
> >2008/5/14 Poltak Hotradero
> ><[EMAIL PROTECTED]>:
> >
> > > At 05:20 PM 5/13/2008, you wrote:
> > >
> > > >Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat
> pekerjanya.
> > > >Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika
> yang
> > > lebih
> > > >liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga
> sekuat yang
> > > di
> > > >Eropa.
> > >
> > > Solid bagaimana? Makin kencang ngomongnya? Atau makin banyak
> anggotanya?
> > >
> > > Kalau memang definisi solid adalah keanggotaan yang meningkat --
> maka
> > > faktanya tidak begitu.
> > >
> > > Keanggotaan serikat pekerja di berbagai negara selama 40 tahun
> > > terakhir ini turun terus.
> > > Perancis yang tahun 1968 pemogokan buruhnya berhasil menggulingkan
>
> > > Presiden De Gaulle - saat ini anggota Labor Union-nya cuma sekitar
>
> > > 12% -- masih lebih rendah daripada Amerika yang sekitar 22%. Dan
> > > kita tahu bahwa puncaknya gerakan Labor Union di Amerika terjadi
> > > tahun 1960-an ketika keanggotaanya sekitar 40%.
> > >
> > > Padahal jelas antara tahun 1960 sampai sekarang jumlah angkatan
> kerja
> > > sudah meningkat sangat tajam. Ini berarti keanggotaan Labor Union
> > > amblas dari dua sisi - secara persentase terhadap pekerja dan
> angka
> > > nominalnya.
> > >
> > > Mengapa Labor Union menurun? Karena ekonomi bergerak dari sektor
> > > industri ke sektor jasa. Sektor jasa lebih terdiversifikasi dan
> > > fleksibel, sehingga asumsi dasar labor union banyak yang tidak
> lagi
> > > relevan.
> > >
> > >
> > >
> >
> >[Non-text portions of this message have been removed]
> >
> >
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> 




Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Nugroho Dewanto

tak perlu jauh-jauh di luar negeri, disinipun jumlah anggota
serikat buruh makin menyusut karena kena phk atau putus
kontrak. sila dicek ke organisasi serikat buruh. semoga
mereka mau jujur.

undang-undang perburuhan yang terlalu membela buruh
dalam kenyataannya merugikan buruh sendiri dan
pengusaha.

banyak pengusaha memilih mengakali undang-undang itu
dengan cara melakukan kontrak dan outsourcing ketimbang
mengangkat karyawan tetap karena berisiko diikat
undang-undang perburuhan.

akibatnya buruh frustasi karena tak kunjung diangkat
menjadi karyawan tetap dan merasa tak memiliki masa depan.
pengusaha juga rugi karena tiap kali harus melatih lagi
karyawan baru. karyawan lama yang sudah pandai terpaksa
diputus kontrak sesuai ketentuan undang-undang. padahal
pengusaha sudah menghabiskan waktu dan uang untuk
melatih mereka.

belakangan antar pengusaha dan buruh sudah sering melakukan
diskusi. hasilnya mereka menyepakati lebih mengedepankan
penyelesaian bipartit bila terjadi perselisihan. pemerintah
sebagai pihak ketiga mendukung kesepakatan itu.




At 02:15 PM 5/14/2008 +0700, you wrote:

>Terimakasih atas masukan datanya, Bang.
>
>Kalau begitu artinya tren serikat buruhnya di negara maju sudah mulai
>menurun. Namun kalau dibandingkan dengan disini, masih jauh lebih kuat
>disana. Begitu mungkin kesimpulannya.
>
>Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar labor
>union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan nih.
>
>2008/5/14 Poltak Hotradero 
><[EMAIL PROTECTED]>:
>
> > At 05:20 PM 5/13/2008, you wrote:
> >
> > >Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya.
> > >Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang
> > lebih
> > >liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang
> > di
> > >Eropa.
> >
> > Solid bagaimana? Makin kencang ngomongnya? Atau makin banyak anggotanya?
> >
> > Kalau memang definisi solid adalah keanggotaan yang meningkat -- maka
> > faktanya tidak begitu.
> >
> > Keanggotaan serikat pekerja di berbagai negara selama 40 tahun
> > terakhir ini turun terus.
> > Perancis yang tahun 1968 pemogokan buruhnya berhasil menggulingkan
> > Presiden De Gaulle - saat ini anggota Labor Union-nya cuma sekitar
> > 12% -- masih lebih rendah daripada Amerika yang sekitar 22%. Dan
> > kita tahu bahwa puncaknya gerakan Labor Union di Amerika terjadi
> > tahun 1960-an ketika keanggotaanya sekitar 40%.
> >
> > Padahal jelas antara tahun 1960 sampai sekarang jumlah angkatan kerja
> > sudah meningkat sangat tajam. Ini berarti keanggotaan Labor Union
> > amblas dari dua sisi - secara persentase terhadap pekerja dan angka
> > nominalnya.
> >
> > Mengapa Labor Union menurun? Karena ekonomi bergerak dari sektor
> > industri ke sektor jasa. Sektor jasa lebih terdiversifikasi dan
> > fleksibel, sehingga asumsi dasar labor union banyak yang tidak lagi
> > relevan.
> >
> >
> >
>
>[Non-text portions of this message have been removed]
>
>


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Contradictionary Antithesis
Terimakasih atas masukan datanya, Bang.

Kalau begitu artinya tren serikat buruhnya di negara maju sudah mulai
menurun. Namun kalau dibandingkan dengan disini, masih jauh lebih kuat
disana. Begitu mungkin kesimpulannya.

Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar labor
union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan nih.

2008/5/14 Poltak Hotradero <[EMAIL PROTECTED]>:

>   At 05:20 PM 5/13/2008, you wrote:
>
> >Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya.
> >Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang
> lebih
> >liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang
> di
> >Eropa.
>
> Solid bagaimana? Makin kencang ngomongnya? Atau makin banyak anggotanya?
>
> Kalau memang definisi solid adalah keanggotaan yang meningkat -- maka
> faktanya tidak begitu.
>
> Keanggotaan serikat pekerja di berbagai negara selama 40 tahun
> terakhir ini turun terus.
> Perancis yang tahun 1968 pemogokan buruhnya berhasil menggulingkan
> Presiden De Gaulle - saat ini anggota Labor Union-nya cuma sekitar
> 12% -- masih lebih rendah daripada Amerika yang sekitar 22%. Dan
> kita tahu bahwa puncaknya gerakan Labor Union di Amerika terjadi
> tahun 1960-an ketika keanggotaanya sekitar 40%.
>
> Padahal jelas antara tahun 1960 sampai sekarang jumlah angkatan kerja
> sudah meningkat sangat tajam. Ini berarti keanggotaan Labor Union
> amblas dari dua sisi - secara persentase terhadap pekerja dan angka
> nominalnya.
>
> Mengapa Labor Union menurun? Karena ekonomi bergerak dari sektor
> industri ke sektor jasa. Sektor jasa lebih terdiversifikasi dan
> fleksibel, sehingga asumsi dasar labor union banyak yang tidak lagi
> relevan.
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Contradictionary Antithesis
Uhm.. kalo ngomong korelasi antar parameter terlalu jauh.. apalagi saya
tidak punya datanya... dan model econometricnya akan rumit. Apalagi kalau
dibandingkan dengan Indonesia, yang serikat buruhnya tidak kuat, tapi
unemployment-nya tinggi.

Anyway, percayalah bahwa hubungan kerja model outsourcing itu cuma
manifestasi dari keserakahan pemilik modal utk keuntungan
setinggi-tingginya, yang akan mengorbankan semua pekerja. Perasaan sering
sekali ada artikelnya di The Economist atau bahkan Business Week, bahwa di
negara maju tingkat persentase karyawan kontrak meningkat, dan bidang
lapangan kerja makin sempit (karena banyak jenis pekerjaan yang sudah
diekspor ke India dan Cina) yang cenderung juga menyebabkan tingkat
unemployment lokal juga jadi naik. Dari sisi masyarakat, jelas ada porsi
pendapatan pekerja yang hilang dan kabur ke negara lain, menyebabkan tingkat
konsumsi tidak tumbuh dengan seharusnya. Dari sisi negara, ada porsi pajak
pendapatan yang hilang ke negara lain. Semua2nya akan bermuara dan berimbas
pada pertumbuhan ekonomi dan neraca dagang.

Karyawan kontrak lebih enak? Buat yg mikir jangka pendek dari renumerasi
bulanan, iya, itupun kalau memang gaji bulanannya lebih besar dari yang
karyawan tetap. Tapi mayoritas manusia kan inginnya berkeluarga. Setahu saya
sih, jarang ada yg sudah berkeluarga namun tetap tidak ingin punya masa
depan yang pasti. Ngomongin karir di perusahaan outsource... sebaik apapun
skill anda... anda tidak akan pernah pergi jauh2 dari tempat anda mulai
Jangankan karir, pas kontrak abis saja masih khawatir kontrak akan
diteruskan atau tidak. Posisi karyawan kontrak sangat-sangat lemah, jauh
lebih lemah dari karyawan tetap.

Jadi, konsep outsourcing selalu punya imbas negatif, terutama utk karyawan
outsource. Namun konsep ini juga punya efek negatif terhadap karyawan tetap,
masyarakat, dan negara.

Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya
adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak peduli agama,
tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen.

Yg terburuk dari semua outsourcing, adalah outsourcing di Indonesia.

BR,

-=ContraDictionary=-


2008/5/14 Glenn Hassan <[EMAIL PROTECTED]>:

>   Bung contra,
>
> kalo liat perancis sama jerman yang anda bilang serikat buruhnya kuat,
> ternyata tingkat unemploymentnya kok tinggi yah? perancis 8% german
> 9%.
>
> kalo liat juga tingkat unemployment yang tinggi di amerika, ternyata
> kebanyakan di daerah2 yang serikat buruhnya kuat, contoh Michigan 7%.
> kenapa yah? saya gak bilang kalo ada causal relationship.. tapi
> kepikiran juga.. kok bisa begitu?
>
> saya gak familiar dengan keadaan outsourcing di indonesia, tapi kalo
> di us sini kebanyakan kerjaan di outsource ke india atau china.. atau
> juga indonesia kalau nanti tenaga kerja kita bisa bersaing.
>
> india dan china sejak ikutan outsourcing jadi makmur.. kok anda malah
> protest? bukannya bagus kalo perusahaan nge outsource?
> apa sekarang di indonesia lagi ada trend perusahaan ngeoutsource ke
> negara lain? kalo ke negara kita sendiri khan kita juga yang untung?
>
> kalo anda duduk enak2, ikutan serikat buruh, dan ada orang lain yang
> lebih giat kerjanya dan mau mengerjakan pekerjaan anda untuk gaji
> lebih dikit (dari perusahaan outsourcing) terus masalahnya dimana?
> khan ga ada yang maksa dia untuk kerja lebih keras dari anda dengan
> gaji yang lebih dikit. mungkin anda harus kerja di perusahaan
> outsourcing kali..
>
> di sini kalo yang dibilang "contract/temp worker" yang dibayar perjam
> malah kalo diitung gajinya lebih gede dari perkerja tetap.. saya kerja
> kalo di itung perjamnya mungkin malah gajinya lebih kecil..
>
> kalo soal kepastian karier khan tergantung anda sendiri.. kalo anda
> punya skill yang berharga yah ga usah takut. mustinya anda yang
> menjual skill anda ke penawar tertinggi.. kalo anda gak punya skill
> yang berharga yah mustinya sih anda usaha cari skill yang berharga.
> jamannya menggantungkan diri ke perusahaan sudah lewat..
>
> 2008/5/13 Contradictionary Antithesis <[EMAIL 
> PROTECTED]
> >:
>
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Pertama... hidup penuh resiko. Pekerja ada resiko, pengusaha juga ada
> > resiko. Harus ada kompromi dong, ga boleh juga pengusaha maunya resiko
> > serendah mungkin terus. Memangnya jadi pekerja tetap ga ada resiko?
> Pasti
> > ada kan yg jadi pekerja tetap di milis ini, malah mungkin mayoritas,
> doba
> > dipikir2 lagi sebelum berkesimpulan bahwa resiko sebagai pekerja tetap
> > tidak
> > ada.
> >
> > Sebelum mencela pekerja yang protes soal outsourcing, coba dulu rasakan
> > jadi
> > pekerja outsource. Rasakan pahit dan pedihnya hidup tanpa kepastian masa
> > depan dan kepastian karir. Kalau belum ngerasain bagaimana mau komentar?
> >
> > Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya.
> > Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang
> > lebih
> > liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga

Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-13 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 05:20 PM 5/13/2008, you wrote:

>Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya.
>Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang lebih
>liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang di
>Eropa.

Solid bagaimana?  Makin kencang ngomongnya?  Atau makin banyak anggotanya?

Kalau memang definisi solid adalah keanggotaan yang meningkat -- maka 
faktanya tidak begitu.

Keanggotaan serikat pekerja di berbagai negara selama 40 tahun 
terakhir ini turun terus.
Perancis yang tahun 1968 pemogokan buruhnya berhasil menggulingkan 
Presiden De Gaulle - saat ini anggota Labor Union-nya cuma sekitar 
12% -- masih lebih rendah daripada Amerika yang sekitar 22%.  Dan 
kita tahu bahwa puncaknya gerakan Labor Union di Amerika terjadi 
tahun 1960-an ketika keanggotaanya sekitar 40%.

Padahal jelas antara tahun 1960 sampai sekarang jumlah angkatan kerja 
sudah meningkat sangat tajam.  Ini berarti keanggotaan Labor Union 
amblas dari dua sisi - secara persentase terhadap pekerja dan angka nominalnya.

Mengapa Labor Union menurun?  Karena ekonomi bergerak dari sektor 
industri ke sektor jasa.  Sektor jasa lebih terdiversifikasi dan 
fleksibel, sehingga asumsi dasar labor union banyak yang tidak lagi relevan.




Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-13 Terurut Topik Glenn Hassan
Bung contra,

kalo liat perancis sama jerman yang anda bilang serikat buruhnya kuat,
ternyata tingkat unemploymentnya kok tinggi yah? perancis 8% german
9%.

kalo liat juga tingkat unemployment yang tinggi di amerika, ternyata
kebanyakan di daerah2 yang serikat buruhnya kuat, contoh Michigan 7%.
kenapa yah? saya gak bilang kalo ada causal relationship.. tapi
kepikiran juga.. kok bisa begitu?

saya gak familiar dengan keadaan outsourcing di indonesia, tapi kalo
di us sini kebanyakan kerjaan di outsource ke india atau china.. atau
juga indonesia kalau nanti tenaga kerja kita bisa bersaing.

india dan china sejak ikutan outsourcing jadi makmur.. kok anda malah
protest? bukannya bagus kalo perusahaan nge outsource?
apa sekarang di indonesia lagi ada trend perusahaan ngeoutsource ke
negara lain? kalo ke negara kita sendiri khan kita juga yang untung?

kalo anda duduk enak2, ikutan serikat buruh, dan ada orang lain yang
lebih giat kerjanya dan mau mengerjakan pekerjaan anda untuk gaji
lebih dikit (dari perusahaan outsourcing) terus masalahnya dimana?
khan ga ada yang maksa dia untuk kerja lebih keras dari anda dengan
gaji yang lebih dikit. mungkin anda harus kerja di perusahaan
outsourcing kali..

di sini kalo yang dibilang "contract/temp worker" yang dibayar perjam
malah kalo diitung gajinya lebih gede dari perkerja tetap.. saya kerja
kalo di itung perjamnya mungkin malah gajinya lebih kecil..

kalo soal kepastian karier khan tergantung anda sendiri.. kalo anda
punya skill yang berharga yah ga usah takut. mustinya anda yang
menjual skill anda ke penawar tertinggi.. kalo anda gak punya skill
yang berharga yah mustinya sih anda usaha cari skill yang berharga.
jamannya menggantungkan diri ke perusahaan sudah lewat..








2008/5/13 Contradictionary Antithesis <[EMAIL PROTECTED]>:
>
>
>
>
>
>
> Pertama... hidup penuh resiko. Pekerja ada resiko, pengusaha juga ada
>  resiko. Harus ada kompromi dong, ga boleh juga pengusaha maunya resiko
>  serendah mungkin terus. Memangnya jadi pekerja tetap ga ada resiko? Pasti
>  ada kan yg jadi pekerja tetap di milis ini, malah mungkin mayoritas, doba
>  dipikir2 lagi sebelum berkesimpulan bahwa resiko sebagai pekerja tetap
> tidak
>  ada.
>
>  Sebelum mencela pekerja yang protes soal outsourcing, coba dulu rasakan
> jadi
>  pekerja outsource. Rasakan pahit dan pedihnya hidup tanpa kepastian masa
>  depan dan kepastian karir. Kalau belum ngerasain bagaimana mau komentar?
>
>  Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya.
>  Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang
> lebih
>  liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang
> di
>  Eropa. Justru disini ini serikat buruhnya masih punya penyakit
>  eksistensialisme. Eksistensi organisasi kurang diakui, tapi membernya
>  berebut eksistensi diri diakui, makanya ga solid. Karena banyak pemainnya.
>
>  Tapi ada atau tidak ada pemain, sangat wajar kalau mereka menentang
>  outsourcing. Karena memang tidak fair dan sangat sepihak. Sudah gitu
>  kalaupun boleh (seperti tertuang di UU 13) aturannya sebetulnya cukup
> jelas,
>  semua diluar core business boleh di-outsource, tapi nyatanya banyak
>  pelanggaran. Kalaupun core-business mau di-outsource, maka perintah kerja
>  dikeluarkan ke perusahaan outsource-nya, tidak direct/langsung ke
>  karyawannya. Dan karyawan perusahaan outsource ini bukan berkantor dan
> duduk
>  sebelahan dengan karyawan tetap di perusahaan tersebut. Dan hal ini yang
>  paling banyak dilanggar, terutama oleh banyak perusahaan PMA.
>
>  BR,
>
>  -=ContraDictionary=-
>
>  2008/5/8 Glenn Hassan <[EMAIL PROTECTED]>:
>
>
>  > Bung Agung,
>  >
>  > Kalo menurut anda menjadi pengusaha itu enak, kenapa anda gak jadi
>  > pengusaha
>  > saja? kan enak tuh?
>  >
>  >
>  > On 5/5/08, Agung Darmawan
> <[EMAIL PROTECTED]>
>
>  > wrote:
>  > >
>  > > itu sih resiko pengusaha, jangan mau enaknya aja donk kalau jadi
>  > > pengusaha
>  > > tuh!.
>  > >
>  > > 2008/5/6 Amitz Sekali <[EMAIL PROTECTED]
>   > 40yahoo.com>>:
>
>
>  >
>  > >
>  > > > Kalau saya melihatnya lebih...kelam lagi. Saya melihat kalau gerakan
>  > > > pekerja (labor movement?) di Indonesia lebih cenderung _pro-pekerja_,
>  > > > BUKAN _pro-rakyat_, BUKAN juga _pro-pengangguran_.
>  > > >
>  > > > Tuntutan pesangon dan kebebasan untuk berdemonstrasi tanpa dipecat
>  > > > menyebabkan pengusaha lebih takut untuk merekrut pekerja baru saat
>  > > > sedang terjadi ekspansi usaha. Akhirnya kan yang dirugikan adalah
>  > > > rakyat yang masih belum dapat pekerjaan, yang diuntungkan adalah yang
>  > > > sudah bekerja.
>  > > >
>  > > > Dengan outsourcing, pengusaha bisa menambah kapasitas usaha tanpa
>  > > > dibebani oleh resiko pesangon saat permintaan menurun. Membatasi
>  > > > outsourcing sama dengan membuat penambahan kapasitas menjadi lebih
>  > > > beresiko. Pengusaha bisa jadi akhirnya memutuskan untuk tidak
>  > > > mempekerjakan orang baru daripada dibebani tuntutan pesangon.

RE: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-13 Terurut Topik Ardhi DJ
Ya gitu deh, sebenarnya peraturan yang ada di Indonesia sudah memihak
pekerja
Namun sayangnya di Indonesia hukum bisa dibeli atau dipelintir

Mestinya:
Hukum dibuat seimbang (adil buat pekerja & pengusaha)
Dan Hukum ditegakkan dengan benar

Selama kondisinya belum memungkinkan, apalagi ditambah 
jumlah pengangguran yang semakin meningkat, daya beli menurun,
akhirnya pekerja berada dalam posisi tawar yang lemah dibandingkan
pengusaha

-ardhi-

-Original Message-
From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of
Contradictionary Antithesis
Sent: 13 Mei 2008 17:21
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

Pertama... hidup penuh resiko. Pekerja ada resiko, pengusaha juga ada
resiko. Harus ada kompromi dong, ga boleh juga pengusaha maunya resiko
serendah mungkin terus. Memangnya jadi pekerja tetap ga ada resiko?
Pasti
ada kan yg jadi pekerja tetap di milis ini, malah mungkin mayoritas,
doba
dipikir2 lagi sebelum berkesimpulan bahwa resiko sebagai pekerja tetap
tidak
ada.

Sebelum mencela pekerja yang protes soal outsourcing, coba dulu rasakan
jadi
pekerja outsource. Rasakan pahit dan pedihnya hidup tanpa kepastian masa
depan dan kepastian karir. Kalau belum ngerasain bagaimana mau komentar?

Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya.
Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang
lebih
liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat
yang di
Eropa. Justru disini ini serikat buruhnya masih punya penyakit
eksistensialisme. Eksistensi organisasi kurang diakui, tapi membernya
berebut eksistensi diri diakui, makanya ga solid. Karena banyak
pemainnya.

Tapi ada atau tidak ada pemain, sangat wajar kalau mereka menentang
outsourcing. Karena memang tidak fair dan sangat sepihak. Sudah gitu
kalaupun boleh (seperti tertuang di UU 13) aturannya sebetulnya cukup
jelas,
semua diluar core business boleh di-outsource, tapi nyatanya banyak
pelanggaran. Kalaupun core-business mau di-outsource, maka perintah
kerja
dikeluarkan ke perusahaan outsource-nya, tidak direct/langsung ke
karyawannya. Dan karyawan perusahaan outsource ini bukan berkantor dan
duduk
sebelahan dengan karyawan tetap di perusahaan tersebut. Dan hal ini yang
paling banyak dilanggar, terutama oleh banyak perusahaan PMA.


BR,

-=ContraDictionary=-





Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-13 Terurut Topik Contradictionary Antithesis
Pertama... hidup penuh resiko. Pekerja ada resiko, pengusaha juga ada
resiko. Harus ada kompromi dong, ga boleh juga pengusaha maunya resiko
serendah mungkin terus. Memangnya jadi pekerja tetap ga ada resiko? Pasti
ada kan yg jadi pekerja tetap di milis ini, malah mungkin mayoritas, doba
dipikir2 lagi sebelum berkesimpulan bahwa resiko sebagai pekerja tetap tidak
ada.

Sebelum mencela pekerja yang protes soal outsourcing, coba dulu rasakan jadi
pekerja outsource. Rasakan pahit dan pedihnya hidup tanpa kepastian masa
depan dan kepastian karir. Kalau belum ngerasain bagaimana mau komentar?

Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya.
Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang lebih
liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang di
Eropa. Justru disini ini serikat buruhnya masih punya penyakit
eksistensialisme. Eksistensi organisasi kurang diakui, tapi membernya
berebut eksistensi diri diakui, makanya ga solid. Karena banyak pemainnya.

Tapi ada atau tidak ada pemain, sangat wajar kalau mereka menentang
outsourcing. Karena memang tidak fair dan sangat sepihak. Sudah gitu
kalaupun boleh (seperti tertuang di UU 13) aturannya sebetulnya cukup jelas,
semua diluar core business boleh di-outsource, tapi nyatanya banyak
pelanggaran. Kalaupun core-business mau di-outsource, maka perintah kerja
dikeluarkan ke perusahaan outsource-nya, tidak direct/langsung ke
karyawannya. Dan karyawan perusahaan outsource ini bukan berkantor dan duduk
sebelahan dengan karyawan tetap di perusahaan tersebut. Dan hal ini yang
paling banyak dilanggar, terutama oleh banyak perusahaan PMA.


BR,

-=ContraDictionary=-

2008/5/8 Glenn Hassan <[EMAIL PROTECTED]>:

>   Bung Agung,
>
> Kalo menurut anda menjadi pengusaha itu enak, kenapa anda gak jadi
> pengusaha
> saja? kan enak tuh?
>
>
> On 5/5/08, Agung Darmawan <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> >
> > itu sih resiko pengusaha, jangan mau enaknya aja donk kalau jadi
> > pengusaha
> > tuh!.
> >
> > 2008/5/6 Amitz Sekali <[EMAIL PROTECTED]  40yahoo.com>>:
>
> >
> > > Kalau saya melihatnya lebih...kelam lagi. Saya melihat kalau gerakan
> > > pekerja (labor movement?) di Indonesia lebih cenderung _pro-pekerja_,
> > > BUKAN _pro-rakyat_, BUKAN juga _pro-pengangguran_.
> > >
> > > Tuntutan pesangon dan kebebasan untuk berdemonstrasi tanpa dipecat
> > > menyebabkan pengusaha lebih takut untuk merekrut pekerja baru saat
> > > sedang terjadi ekspansi usaha. Akhirnya kan yang dirugikan adalah
> > > rakyat yang masih belum dapat pekerjaan, yang diuntungkan adalah yang
> > > sudah bekerja.
> > >
> > > Dengan outsourcing, pengusaha bisa menambah kapasitas usaha tanpa
> > > dibebani oleh resiko pesangon saat permintaan menurun. Membatasi
> > > outsourcing sama dengan membuat penambahan kapasitas menjadi lebih
> > > beresiko. Pengusaha bisa jadi akhirnya memutuskan untuk tidak
> > > mempekerjakan orang baru daripada dibebani tuntutan pesangon.
> > >
> > > Dengan aturan pesangon sekarang, pengusaha mana coba yang tidak dengan
> > > sengaja menekan gaji serendah mungkin? Meskipun mungkin sebenarnya
> > > pengusaha tahu kalau tingkat gaji sekarang tidak layak, tapi kenaikan
> > > gaji itu akan melipatgandakan resiko pesangon.
> > >
> > > Resiko itu akhirnya merugikan pekerja juga. Gaji yang diterima pekerja
> > > pasti lebih tinggi daripada kalau aturan pesangon tidak seganas
> > > sekarang. Gaji yang sekarang ini terpaksa lebih rendah untuk
> > > mengantisipasi tuntutan pesangon.
> > >
> > > Ironisnya, nilai total pendapatan yang diterima pekerja dengan aturan
> > > pesangon yang ganas sekarang ini, baru bisa sama dengan nilai total
> > > pendapatan saat aturan pesangon lebih wajar, jika pesangon itu benar2
> > > didapatkan oleh pekerja. Akhirnya pekerja jadi punya insentif untuk
> > > mendapatkan pesangon agar nilai total pendapatan yang dia terima
> > > menjadi "adil".
> > >
> > > Insentif untuk mendapatkan pesangon itu menyebabkan pekerja lebih suka
> > > dipecat, yang akhirnya mengakibatkan goncangan terhadap kapasitas
> > > produksi, yang akibatnya akan merembet ke mana-mana. Antisipasi akan
> > > pesangon ini menyebabkan keuangan menjadi bermasalah, apalagi kalau
> > > perusahaan sedang mengalami kesulitan.
> > >
> > > Kalau gerakan pekerja itu sungguh-sungguh pro-rakyat, yang
> > > diperjuangkan adalah fleksibilitas bekerja seperti tuntutan untuk
> > > flexi-time, bukan pesangon.
> > >
> > > Anyway, untuk bisa hidup sama layaknya dengan Rp.970.000 1-2 tahun,
> > > tahun ini mungkin perlu 1,3jt-1,5jt. Kenaikan yang 50% ini jauh lebih
> > > tinggi dibandingkan tahun-tahun lalu. Berapa coba kenaikan nilai
> > > pesangon yang harus diantisipasi..
> > >
> > >
> > >
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
> >
> >
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-11 Terurut Topik Glenn Hassan
Bung Agung,

Kalo menurut anda menjadi pengusaha itu enak, kenapa anda gak jadi pengusaha
saja? kan enak tuh?


On 5/5/08, Agung Darmawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   itu sih resiko pengusaha, jangan mau enaknya aja donk kalau jadi
> pengusaha
> tuh!.
>
> 2008/5/6 Amitz Sekali <[EMAIL PROTECTED] >:
>
> > Kalau saya melihatnya lebih...kelam lagi. Saya melihat kalau gerakan
> > pekerja (labor movement?) di Indonesia lebih cenderung _pro-pekerja_,
> > BUKAN _pro-rakyat_, BUKAN juga _pro-pengangguran_.
> >
> > Tuntutan pesangon dan kebebasan untuk berdemonstrasi tanpa dipecat
> > menyebabkan pengusaha lebih takut untuk merekrut pekerja baru saat
> > sedang terjadi ekspansi usaha. Akhirnya kan yang dirugikan adalah
> > rakyat yang masih belum dapat pekerjaan, yang diuntungkan adalah yang
> > sudah bekerja.
> >
> > Dengan outsourcing, pengusaha bisa menambah kapasitas usaha tanpa
> > dibebani oleh resiko pesangon saat permintaan menurun. Membatasi
> > outsourcing sama dengan membuat penambahan kapasitas menjadi lebih
> > beresiko. Pengusaha bisa jadi akhirnya memutuskan untuk tidak
> > mempekerjakan orang baru daripada dibebani tuntutan pesangon.
> >
> > Dengan aturan pesangon sekarang, pengusaha mana coba yang tidak dengan
> > sengaja menekan gaji serendah mungkin? Meskipun mungkin sebenarnya
> > pengusaha tahu kalau tingkat gaji sekarang tidak layak, tapi kenaikan
> > gaji itu akan melipatgandakan resiko pesangon.
> >
> > Resiko itu akhirnya merugikan pekerja juga. Gaji yang diterima pekerja
> > pasti lebih tinggi daripada kalau aturan pesangon tidak seganas
> > sekarang. Gaji yang sekarang ini terpaksa lebih rendah untuk
> > mengantisipasi tuntutan pesangon.
> >
> > Ironisnya, nilai total pendapatan yang diterima pekerja dengan aturan
> > pesangon yang ganas sekarang ini, baru bisa sama dengan nilai total
> > pendapatan saat aturan pesangon lebih wajar, jika pesangon itu benar2
> > didapatkan oleh pekerja. Akhirnya pekerja jadi punya insentif untuk
> > mendapatkan pesangon agar nilai total pendapatan yang dia terima
> > menjadi "adil".
> >
> > Insentif untuk mendapatkan pesangon itu menyebabkan pekerja lebih suka
> > dipecat, yang akhirnya mengakibatkan goncangan terhadap kapasitas
> > produksi, yang akibatnya akan merembet ke mana-mana. Antisipasi akan
> > pesangon ini menyebabkan keuangan menjadi bermasalah, apalagi kalau
> > perusahaan sedang mengalami kesulitan.
> >
> > Kalau gerakan pekerja itu sungguh-sungguh pro-rakyat, yang
> > diperjuangkan adalah fleksibilitas bekerja seperti tuntutan untuk
> > flexi-time, bukan pesangon.
> >
> > Anyway, untuk bisa hidup sama layaknya dengan Rp.970.000 1-2 tahun,
> > tahun ini mungkin perlu 1,3jt-1,5jt. Kenaikan yang 50% ini jauh lebih
> > tinggi dibandingkan tahun-tahun lalu. Berapa coba kenaikan nilai
> > pesangon yang harus diantisipasi..
> >
> >
> >
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> 
>


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-05 Terurut Topik Agung Darmawan
itu sih resiko pengusaha, jangan mau enaknya aja donk kalau jadi pengusaha
tuh!.


2008/5/6 Amitz Sekali <[EMAIL PROTECTED]>:

>   Kalau saya melihatnya lebih...kelam lagi. Saya melihat kalau gerakan
> pekerja (labor movement?) di Indonesia lebih cenderung _pro-pekerja_,
> BUKAN _pro-rakyat_, BUKAN juga _pro-pengangguran_.
>
> Tuntutan pesangon dan kebebasan untuk berdemonstrasi tanpa dipecat
> menyebabkan pengusaha lebih takut untuk merekrut pekerja baru saat
> sedang terjadi ekspansi usaha. Akhirnya kan yang dirugikan adalah
> rakyat yang masih belum dapat pekerjaan, yang diuntungkan adalah yang
> sudah bekerja.
>
> Dengan outsourcing, pengusaha bisa menambah kapasitas usaha tanpa
> dibebani oleh resiko pesangon saat permintaan menurun. Membatasi
> outsourcing sama dengan membuat penambahan kapasitas menjadi lebih
> beresiko. Pengusaha bisa jadi akhirnya memutuskan untuk tidak
> mempekerjakan orang baru daripada dibebani tuntutan pesangon.
>
> Dengan aturan pesangon sekarang, pengusaha mana coba yang tidak dengan
> sengaja menekan gaji serendah mungkin? Meskipun mungkin sebenarnya
> pengusaha tahu kalau tingkat gaji sekarang tidak layak, tapi kenaikan
> gaji itu akan melipatgandakan resiko pesangon.
>
> Resiko itu akhirnya merugikan pekerja juga. Gaji yang diterima pekerja
> pasti lebih tinggi daripada kalau aturan pesangon tidak seganas
> sekarang. Gaji yang sekarang ini terpaksa lebih rendah untuk
> mengantisipasi tuntutan pesangon.
>
> Ironisnya, nilai total pendapatan yang diterima pekerja dengan aturan
> pesangon yang ganas sekarang ini, baru bisa sama dengan nilai total
> pendapatan saat aturan pesangon lebih wajar, jika pesangon itu benar2
> didapatkan oleh pekerja. Akhirnya pekerja jadi punya insentif untuk
> mendapatkan pesangon agar nilai total pendapatan yang dia terima
> menjadi "adil".
>
> Insentif untuk mendapatkan pesangon itu menyebabkan pekerja lebih suka
> dipecat, yang akhirnya mengakibatkan goncangan terhadap kapasitas
> produksi, yang akibatnya akan merembet ke mana-mana. Antisipasi akan
> pesangon ini menyebabkan keuangan menjadi bermasalah, apalagi kalau
> perusahaan sedang mengalami kesulitan.
>
> Kalau gerakan pekerja itu sungguh-sungguh pro-rakyat, yang
> diperjuangkan adalah fleksibilitas bekerja seperti tuntutan untuk
> flexi-time, bukan pesangon.
>
> Anyway, untuk bisa hidup sama layaknya dengan Rp.970.000 1-2 tahun,
> tahun ini mungkin perlu 1,3jt-1,5jt. Kenaikan yang 50% ini jauh lebih
> tinggi dibandingkan tahun-tahun lalu. Berapa coba kenaikan nilai
> pesangon yang harus diantisipasi..
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-05 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 12:15 PM 5/6/2008, you wrote:


>kalo melihatnya dari menara gading memang iya.
>tapi coba sekali waktu turun ke kantong2 buruh
>menjalani hidupnya. teriakan nurani tak kuasa
>mengeluarkan kata2. memang ada yg mengeksploitasi
>perjuangan buruh, tapi siapa lagi yang bisa dijadikan
>sandaran ?

Justru anda yang tinggal di menara gading -- ketika merasa bahwa 
serikat buruh memperjuangkan ekonomi secara umum.

Adalah FAKTA bahwa di banyak belahan dunia semakin makmur suatu 
negara justru semakin berkurang keanggotaan serikat buruhnya...

You're either part of a solution or part of the problem.

Korelasi negatif antara kemakmuran dan keanggotaan serikat buruh - 
rasanya cukup membuktikan bahwa serikat buruh bukan solusi atas 
ekonomi nasional dan kepentingan umum.

Lalu apa lagi kalau bukan masalah...?




Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-05 Terurut Topik EKO KERTAJAYA

kalo melihatnya dari menara gading memang iya.
tapi coba sekali waktu turun ke kantong2 buruh
menjalani hidupnya. teriakan nurani tak kuasa
mengeluarkan kata2. memang ada yg mengeksploitasi
perjuangan buruh, tapi siapa lagi yang bisa dijadikan
sandaran ?

---Original Message---

From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Tuesday, May 06, 2008 11:09:12
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

At 12:21 AM 5/6/2008, you wrote:

>Kalau saya melihatnya lebih...kelam lagi. Saya melihat kalau gerakan
>pekerja (labor movement?) di Indonesia lebih cenderung _pro-pekerja_,
>BUKAN _pro-rakyat_, BUKAN juga _pro-pengangguran_.

Ya iyalah.
Serikat buruh kan hidupnya dari iuran pekerja yang menjadi anggota.
Jadi wajar saja kalau mereka secara esensi bersikap tidak peduli soal 
rakyat ataupun pengangguran.
Mereka cuma peduli pada anggotanya sendiri dan iuran yang sudah dibayar.

Sukur-sukur kalau bisa diteruskan jadi politisi profesional...



 
Messages in this topic (11) Reply (via web post) | Start a new topic 
Messages | Links | Database | Polls | Calendar 
=
Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games 
atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. 
http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
=
Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. 
Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas.
=
Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
-
Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting 
sebelumnya 
 
Change settings via the Web (Yahoo! ID required) 
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to 
Traditional 
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe Recent Activity
  a..  4New Members
  b..  1New Links
Visit Your Group 
Need traffic?
http://us.ard.yahoo.com/SIG=13ob14b6e/M=493064.12016308.12445700.8674578/D=groups/S=1705043695:NC/Y=YAHOO/EXP=1210054278/L=/B=tZszDkLaX.8-/J=1210047078942489/A=3848644/R=0/SIG=131l83flq/*http://searchmarketing.yahoo.com/arp/srcINCREDI_LINK_PLACEHOLDER_8161
 



PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK. DISCLAIMER:

This email and any files transmitted with it are confidential and
intended solely for the use of the individual or entity to whom they
are addressed. If you have received this email in error please notify
the system manager. This message contains confidential information
and is intended only for the individual named. If you are not the
named addressee you should not disseminate, distribute or copy this
e-mail. Please notify the sender immediately by e-mail if you have
received this e-mail by mistake and delete this e-mail from your
system. If you are not the intended recipient you are notified that
disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on
the contents of this information is strictly prohibited.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-05 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 12:21 AM 5/6/2008, you wrote:

>Kalau saya melihatnya lebih...kelam lagi. Saya melihat kalau gerakan
>pekerja (labor movement?) di Indonesia lebih cenderung _pro-pekerja_,
>BUKAN _pro-rakyat_, BUKAN juga _pro-pengangguran_.


Ya iyalah.
Serikat buruh kan hidupnya dari iuran pekerja yang menjadi anggota.
Jadi wajar saja kalau mereka secara esensi bersikap tidak peduli soal 
rakyat ataupun pengangguran.
Mereka cuma peduli pada anggotanya sendiri dan iuran yang sudah dibayar.

Sukur-sukur kalau bisa diteruskan jadi politisi profesional...