[ac-i] Resensi Novel Najib Mahfudz (Karnak Cafe) di Jawa Pos
nbsp; nbsp; nbsp; nbsp; Wajah Baru Anak-Anak Revolusi Oleh Damhuri Muhammad (Cerpenis, editor fiksi, tinggal di Jakarta) nbsp; Sumber: Jawa Pos, Minggu, 15 Juni 2008 Kairo, 30 Agustus 2006, lelaki ringkih 95 tahun mengembuskan napas penghabisan. Mesir berkabung, dan para penggemar novel di seluruh dunia berduka atas wafatnya Naguib Mahfouz, pemenang Nobel Sastra 1988 itu. Sepanjang riwayat kepengarangannya, ia sudah menulis tidak kurang dari 40 novel dan ratusan cerita pendek. Penulis The Cairo Trilogy (Bayn Qasrayn,1956, Qasr al Shawq, 1957 dan As Sukkariyya, 1957) itu tak luput dari kontroversi. Pada 1994, seseorang menghunuskan belati di lehernya tatkala ia sedang dalam perjalanan menuju pertemuan mingguan dengan rekan-rekan sesama pengarang di sebuah kafe di Kairo. Naguib Mahfouz luka parah, saraf tangan kanannya terganggu. Serangan itu sebentuk harga yang mesti dibayar Naguib Mahfouz lantaran novelnya Aulad Haratyna (1962) yang dituding sesat. Ceritanya berkisar di Kairo masa silam dengan tokoh utama, Gabalawi. Banyak yang menganggap tokoh ayah dalam novel yang semula dimuat bersambung di harian Al Ahram itu sebagai alegori bahwa Tuhan lebih sayang pada Adham (Nabi Adam) dibanding pada Gabal (Musa), Rifa'a (Isa Almasih) dan Qasim (Muhammad SAW). Karena itu, Naguib Mahfouz dituding atheis. Seorang ulama garis keras Mesir mengeluarkan pernyataan: jika Naguib Mahfouz tidak menulis Awlad Haratyna, barangkali Salman Rushdie tidak akan menulis The Satanic Verses yang menggemparkan itu. Tidak sukar menemukan novel-novel Naguib Mahfouz dalam edisi Indonesia. Misalnya Awal dan Akhir (2001), Lorong Midaq (1996), Pengemis (1997), Tragedi di Puncak Bukit (2000), dan lain-lain. Novel berjudul Karnak Cafe (2008) ini merupakan karya Naguib Mahfouz paling anyar dalam edisi terjemahan Indonesia. Edisi Arabnya (Al Karnak) terbit pertama kali di Kairo, 1974. Sementara edisi Inggrisnya terbit pada 2007 untuk mengenang satu tahun kematian Naguib Mahfouz. Dalam sebuah sesi wawancara, sebagaimana dicatat Nadine Gordimer (1995), Naguib Mahfouz pernah ditanya perihal tema apa yang paling dekat di hati Anda? Novelis itu menjawab, ''Kebebasan. Ya, kekebasan dari penjajahan, dari kepemimpinan absolut raja-raja, dan kebebasan dalam konteks masyarakat dan keluarga. Dalam Trilogi saya, misalnya, setelah revolusi membawa kebebasan politik, keluarga Abdul Jawad menuntut kebebasan yang lebih dari dirinya.'' Tapi, berbeda dengan novel-novel Naguib Mahfouz sebelumnya, Karnak Cafe justru menggambarkan pandangan pesimistik terhadap isu kebebasan dan demokrasi yang menyeruak pasca-revolusi 1952. Trauma kekalahan Mesir dari Israel pada perang Juni 1967 menjadi mainstream novel ini. Kafe Karnak sebagai poros dari keseluruhan kisah buku ini bukan kafe biasa, tapi sebuah wadah tempat berkumpulnya ''anak-anak revolusi'' yang kecewa akibat perang enam hari yang membawa Mesir terpuruk pada fase kemunduran, jauh sebelum revolusi 1952 (terbebasnya Mesir dari absolutisme kerajaan) terjadi. Di dunia Arab, malapetaka Juni 1967 itu biasa disebut dengan al naksa (kemerosotan). Periode kekalutan ini bermula dari pengunduran diri Presiden Gamal Abdul Nasser, figur utama yang tak tergoyahkan. Tak lama berselang, pada 1970 ia meninggal dalam sebuah serangan setelah berpidato di hadapan para pemimpin Arab yang tengah berkumpul di Kairo. Penggantinya Anwar Sadat, wakil presiden waktu itu. Banyak darah tertumpah di bawah jembatan Mesir sejak Sadat dikukuhkan menjadi presiden. Para ekstrimis agama, politisi, dan intelektual kiri dibersihkan. Para penyetia Revolusi 1952 seperti Hilmi Hamada, Ismail Syeikh, dan Zaenab Diyab, tokoh-tokoh imajiner dalam Karnak Cafe tidak lagi bisa menghirup udara kebebasan. Hilmi Hamada, pengunjung setia kafe itu berkali-kali dipenjara, dituduh sebagai pengkhianat revolusi hanya karena gagasan politiknya berhaluan sosialisme. Lelaki tambatan hati Qurunfula (mantan artis kondang Mesir, pemilik Kafe Karnak) itu akhirnya mati di penjara, tanpa kejelasan di mana jenazahnya dimakamkan. Zaenab, aktivis muda, mengalami pencabulan di salah satu ruang interogasi. Ia ditangkap karena punya hubungan khusus dengan Ismail Syeikh yang dituduh sebagai antek Ikhwanul Muslimin, gerakan bawah tanah yang hendak diberangus oleh pemerintahan Sadat. Qurunfula, daya pikat Kafe Karnak itu sangat terpukul oleh kematian Hilmi Hamada. Namun kesepiannya sedikit terobati oleh kembalinya Ismail dan Zaenab hingga keriuhan senda gurau masih tetap berdengung di Kafe Karnak. Tapi, Ismail ternyata bukan lagi lelaki yang teguh pendirian seperti dulu, bukan pengikut setia revolusi lagi. Ia bebas setelah menerima tawaran untuk menjadi mata-mata guna membekuk para
[ac-i] Press release pentas tari: Odissi Dance dari India, Solo
Press release pentas tari: AN EVENING OF ODISSI DANCE BY ARUNA MOHANTY GROUP FROM INDIA Jawaharlal Nehru Indian Cultural Center Embassy of India Jakarta bekerja sama dengan Mataya artsheritage mementaskan ODISSI Dance dari India pada 19 Juni 2008, pk. 19.30 wib Teater Arena Taman Budaya Surakarta Jl. Ir. Sutami No.57 Solo Worksop 20 Juni 2008, pk. 09.00 12.00 wib Dusun Manahan Jl. Menteri Supeno 20 Solo Enam karya tari yang dipentaskan: Dewi Stutee: (Meditation to the Divine Mother) Madhurastaka Ardha Narishwar Konarks Shree Krushnaya Tubhyam Namaha Kanchi Abhijan Tentang Tari Odissi Odissi, tari klasik India yang berkembang sebagai ekspresi kebaktian spiritual, suatu bentuk tarian yang anggun kepada Sang Pencipta. Kesenian ini masih dipertahankan di tempat-tempat suci di Orissa. Banyak kaum perempuan menari yang dikenal sebagai Maharis, mereka terikat dengan tempat-tempat suci untuk mengadakan ritual pagi dan malam kepada dewa-dewa. Tradisi tari ini dipelihara secara turun- temurun dari generasi ke generasi berkat ketekunan penari-penari kuil. Tari Odissi ini cukup istimewa dan berbeda dari jenis tari-tari lainnya, karena keanggunan dan pesonanya. Karakteristik tari Odissi adalah pada defleksi (lekukan) pinggul, sikap berdiri seperti Chauka dan Tibhanga (triple bend), desain lengkung pada gerakan tangan, gerakan tubuh berputar yang mengalir, juga penuh pose sikap seperti patung yang disebut bhangis. Tentang Aruna Mohanty Ia adalah murid utama Guru Shri Gangdhar Pradhan dan juga menjabat sekretaris Orissa Dance Academy. Gaya tari Odissi telah membawa Aruna di garda depan dunia tari. Oleh karena itu ia banyak memperoleh penghargaan dari Gurunya karena keahlian dan kemampuan teknik tarinya, koreografi dan kreativitasnya, pertunjukannya yang luar biasa di event internasional. Ia salah satu penari terbaik Odissi, khususnya ia melampaui bentuk tari ekspresional yang disebut 'Abhinaya'. Keahlian dan kemampuannya di berbagai bidang membuatnya memperoleh banyak pernghargaan dan award baik di tingkat nasional maupun internasional. Penghargaan terbaru yang diterimanya adalah Ntritya-Nirupama dari Asian-American Society. Telah pentas keliling di Kanada, Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa, juga di Kenedy Centre USA dan memperoleh visiting faculty di California University. Kini ia anggota penasehat the Central Sangeet Natak Academy, New Delhi. Contact: Heru Prasetya 081667808 Email: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
[ac-i] Fresh Italian box-office films!! June 18-24, 2008 @kineforum
Kineforum welcomes fresh Italian box-office films! The Italian Film Festival is called Italian Cinema and Young People, Today. Six fresh films will take us to experience the lives of Italian youth. This program is a collaboration of kineforum Jakarta Arts Council, Istituto Italiano diCultura and the Embassy of the Italian Republic. For film synopsis please visit: (Bahasa Indonesia) http://kineforum.wordpress.com/2008/06/03/jadwal- sinopsis-kineforum-bulan-juni-2008/#more-420 (English) http://kineforum.wordpress.com/english-version/ -- Lihat jadwal bulanan dan program pemutaran kineforum di blog: http://kineforum.wordpress.com/ For kineforum monthly schedule and programs please visit our blog: http://kineforum.wordpress.com/ Dapatkan jadwal program pemutaran dan kabar dari kineforum dari mailing list kami, email ke: [EMAIL PROTECTED] Kineforum Studio 1 Studio 21 TIM, Jl Cikini Raya 73, Jakarta Pusat 10330. Tel. 021-3162780 (Anita) email: [EMAIL PROTECTED] website: www.dkj.or.id --- Screening schedule: Wednesday, 18 June 2008 2.15pm LEZIONI DI CIOCCOLATO - Claudio Cupellini, 2007 5.30pm MIO FRATELLO E' FIGLIO UNICO - Daniele Luchetti, 2006 7.30pm LEZIONI DI VOLO - Francesca Archibugi, 2007 Thursday, 19 June 2008 2.15pm LEZIONI DI VOLO - Francesca Archibugi, 2007 5.30pm MIO FRATELLO E' FIGLIO UNICO - Daniele Luchetti, 2006 7.30pm LEZIONI DI CIOCCOLATO - Claudio Cupellini, 2007 Friday, 20 June 2008 2.15pm RICORDATI DI ME - Gabriele Muccino, 2003 5.30pm LEZIONI DI VOLO - Francesca Archibugi, 2007 7.30pm MIO FRATELLO E' FIGLIO UNICO - Daniele Luchetti, 2006 Saturday, 21 June 2008 2.15pm L'ULTIMO BACIO - Gabriele Muccino, 2000 5.30pm L'UOMO PERFETTO - Luca Lucini, 2005 7.30pm LEZIONI DI CIOCCOLATO - Claudio Cupellini, 2007 Sunday, 22 June 2008 2.15pm LEZIONI DI VOLO - Francesca Archibugi, 2007 5.30pm LEZIONI DI CIOCCOLATO - Claudio Cupellini, 2007 7.30pm L'UOMO PERFETTO - Luca Lucini, 2005 Monday, 23 June 2008 2.15pm L'ULTIMO BACIO - Gabriele Muccino, 2000 5.30pm RICORDATI DI ME - Gabriele Muccino, 2003 7.30pm L'UOMO PERFETTO - Luca Lucini, 2005 Tuesday, 24 June 2008 2.15pm MIO FRATELLO E' FIGLIO UNICO - Daniele Luchetti, 2006 5.30pm L'ULTIMO BACIO - Gabriele Muccino, 2000 7.30pm RICORDATI DI ME - Gabriele Muccino, 2003
[ac-i] Keputusan pemenang PENGHARGAAN SASTERA HSKU 2007
UTUSAN MALAYSIAnbsp;nbsp;nbsp; -SASTERA ARKIB : 15/06/2008 Keputusan pemenang PENGHARGAAN HSKU 2007 Hadiah Sastera Kumpulan Utusan – ExxonMobil 2007 (HSKU 2007) kini telah memasuki usia 23 tahun. Sejak diwujudkan 23 tahun lalu, HSKU telah melahirkan banyak penulis baru yang berbakat hingga akhirnya menjadi sasterawan yang mewarnai lanskap kesusasteraan tanah air. HSKU menjadi platform paling berkesan untuk penulis baru mencipta nama dan penulis tersohor melontarkan cabaran kepada yang baru. Kini acara HSKU tercatat dalam kalendar kesusasteraan kerana diadakan saban tahun, tidak terlangkau walaupun sekali. Acara penyampaian hadiah HSKU 2007 tahun ini akan diadakan pada Jumaat ini di Crowne Plaza Mutiara Kuala Lumpur pukul 8 malam. Tetamu kenamaan HSKU 2007 ialah Menteri Kewangan II, Tan Sri Nor Mohamad Yakcop yang akan melancarkan antologi karya-karya pemenang kali ini. Secara sepintas lalu, HSKU 2007 dikuasai oleh penulis generasi baru yang pernah memenangi HSKU sebelum ini. Penulis-penulis ini kelihatan konsisten dan produktif serta memperlihatkan pendekatan dan pemikiran yang baru dalam karya- karya mereka. Berikut ialah senarai penuh pemenang HSKU 2007. KATEGORI NOVEL REMAJA Hadiah pertama (RM7,000)Khazanah Warisnya Kalbu-Sri Rahayu Mohd Yusop Hadiah kedua (RM4,500)Sayap-sayap Cendekia-Nisah Haron Hadiah ketiga (RM3,000)Baromkeh: Matamu di Mataku-Ummi Hani Abu Hassan KATEGORI CERPEN REMAJA 3 Hadiah Utama (RM2,500) Banglo Kolonial di Lot 152-Khairunnasriah Abdul Salam-Mingguan Malaysia 2 Disember 2007 Cerita Sagita dan Sagupa-Saifullizan Yahaya-Mingguan Malaysia 28 Oktober 2007 Rumah Nurul Iman- Ghafirah Idris-Utusan Melayu Mingguan 28 Mei 2007 6 Hadiah Penghargaan – (RM800 setiap satu) Dunia di Pergelangan Tanganku-Dr. Ilias @ Illias Zaidi- Mingguan Malaysia 28 Ogos 2007 Kalendar Baru Abang-Siti Aminah Mat (Tie Camar)-Mingguan Malaysia 15 April 2007 Mamaku Menteri-Salina Ibrahim -Utusan Melayu Mingguan 22 Januari 2007 Selamat Kembali Nurul Merdeka-Khairunnasriah Abdul Salam-Mingguan Malaysia 19 Ogos 2007 Tiga Catatan di Tiga Perhentian-Lim Swee Tin-Mingguan Malaysia 2 September 2007 Wira Mandala Hijau-Khairul Hafiz Abdul Rahman(Serunai Faqir)-Mingguan Malaysia 2 Julai 2007 KATEGORI CERPEN 3 Hadiah Utama (RM3,000) Dari Suatu Tikungan Lorong-Zainal Palit (Zaen Kasturi)-Mingguan Malaysia 4 Februari 2007 Moluska-Syed Mohd Zakir Syed Othman (S.M. Zakir)-Mingguan Malaysia 29 Julai 2007 Warna-Faizati Mohd Ali-Mingguan Malaysia 4 November 2007 6 Hadiah Penghargaan – (RM800 setiap satu) Cerita Sebuah Lembah-Muhammad Lutfi Ishak- Mingguan Malaysia 16 Disember 2007 Ini Chow Kit Road, Sudilah Mampir-Mohamed Ghozali Hj. Abdul Rashid (Malim Ghozali PK)-Mingguan Malaysia 23 Disember 2007 Jihad Sang Hamba-Khairul Hafiz Abdul Rahman(Serunai Faqir)-Utusan Melayu Mingguan 26 Mac 2007 Laut Tetap Bergelora-Zaharah Nawawi -Mingguan Malaysia 11 November 2007 Nilai Cinta Kita-Azizi Haji Abdullah-Mingguan Malaysia 9 September 2007 Putik Qunaitara-Ummi Hani Abu Hassan-Mingguan Malaysia 10 Jun 2007 KATEGORI PUISI 3 Hadiah Utama (RM 1,000 setiap satu) Denyut Murba-Zainal Palit (Zaen Kasturi)-Mingguan Malaysia 28 Oktober 2007 Menggeledah Nurani-Ahmad Fadhlil Mohamad Pakarul-Razy (Fahd Razy) -Mingguan Malaysia 14 Oktober 2007 Suriku, di Sejadah Ini Kita Sujud-Muhamad Ikram Abdullah-Mingguan Malaysia 27 Mei 2007 6 Hadiah Penghargaan (RM500-setiap satu) Bumi Tersohor Kerana Kau Tanah Selatan-Wahyu Budiwa Rendra A.Wahid (WB Rendra)-Mingguan Malaysia 20 Mei 2007 Doa Maal Hijrah di Kaki Maghrib-Shamsudin Othman-Mingguan Malaysia 25 Februari 2007 Ingatan Kepada Kawan xx-Zainal Palit (Zaen Kasturi)-Mingguan Malaysia 11 November 2007 Lidah Anakku Berbelang-Belang-Zainal Abidin Suhaili (Abizai) -Mingguan Malaysia 19 Ogos 2007 Luka Pujangga Bangsa-Roslizan Yaacob (Marjan S)-Mingguan Malaysia 18 November 2007 Sajak Anum Kepada Jebat-Siti Raihani Mohamed Saaid-Mingguan Malaysia 13 Mei 2007 KATEGORI KAJIAN amp; RENCANA SASTERA Kajian Sastera (RM2,000) Tiada Pemenang Rencana Sastera (RM1,000) Ke Mana Hala Tuju Sastera Melayu?-Dr. Mohd Zariat Abdul Rani-Pemikir-Oktober – Disember 2007 NOVEL REMAJA -BAHASA INGGERIS Hadiah pertama (RM7,000) Peace Child-Seliong ak Wau Hadiah kedua (RM4,500) Magic Eyes-Teoh Choon Ean Hadiah ketiga (RM3,000) Dahlia-Sherifah Binti Baharudin nbsp;= nbsp; Gempuran penulis wanita di HSKU 2007 Oleh AZMAN ISMAIL KHAIRUNNASRIAH ABDUL SALAM nbsp; Sastera Malaysia. Ia tumbuh dalam persekitaran masyarakat yang mencintai damai, keharmonian dan rasa integrasi yang menebal. Sastera dibangunkan menjadi sebuah tujuan yang tidak lain merupakan ruang katarsis diri manusianya. Oleh itu, sastera menyediakan ruang yang sangat besar untuk mewujudkan wacana tentang apa jua aspek. Boleh sahaja tentang kemanusiaan, gender, ekonomi, politik dan sebagainya. Begitu dengan para penulisnya. Sesiapa sahaja boleh berkarya,
[ac-i] jurnal sairara: kepada saudara taufiq ismail [14]
Jurnal Sairara: Kepada Saudara Taufiq Ismail 14. HETZE Saya ingatkan hadirin bahwa ideologi ini telah menceburkan bangsa dalam dua perang saudara yang berdarah-darah. Ideologi ini ternyata lancung keujian, gagal total di seluruh dunia tak terbukti mampu memecahkan masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya tiga perempat abad lamanya. Selama 74 tahun (1917-1991) Marxisme-Leninisme terbukti buas-ganas-barbar-haus darah, dan membantai 120 juta manusia di 76 negara (Courtois: 2000). Ini kalimat-kalimat Saudara Taufiq Ismail pada alinea kelima dalam respons bagian pertamanya dengan data yang beliau pinjam dari Courtois sebagai senjata pemungkas, yang di Perancis sudah dijawab dengan buku tidak kalah tebalnya, seperti yang berulang kali pula kusitat. Baik! Sekarang aku ingin memasuki masalah ideologi yang mampu dan tidak lancung keujian yang sudah diketengahkah oleh Saudara Taufiq Ismail sebagai argumen. Karena Saudara Taufiq sudah memasuki masalah ini, maka aku tanyakan kepada Saudara Taufiq Ismail, ideologi apakah yang beliau anggap sebagai yang mampu dan tidak lancung keujian? Akan sangat baik dan menggembirakan jika Saudara Taufiq Ismail bisa menyebutkan satu negara saja, di mana ideologi yang mampu dan tidak lancung keujian itu telah diterapkan? Jika Saudara Taufiq Ismail tidak menunjukkan satu contoh saja maka kukira Saudara Taufiq Ismail dengan argumen ini hanya memperlihatkan hetze anti Marxisme yang di negeri-negeri Barat dipelajari tanpa emosi sebagai salah satu aliran pemikiran berpengaruh. Dengan kalimat ini aku ingin mengatakan agar kita tidak perlu terlalu apriori terhadap apa saja, sesuai dengan hasrat mencari dan mencari, bertanya dan bertanya tentang pantai keempat seperti yang dikatakan oleh Chairil Anwar,sesuai dengan perangai Ahasveros yang dikutuk-sumpahi Eros. Mungkinkah hetze, yang hakekatnya tidak sesuai dengan pluralisme, tidak sesuai dengan prinsip bhinneka tunggal ika, bertolak belakang dengan pandangan toleran dan dialektis biar bunga mekar bersama, seribu aliran bersaing suara, bisa dijadikan dasar untuk menggalang rekonsiliasi apalagi untuk mewujudkan perdamaian total? Dilihat dari segi pandangan cogito ergo sum, jika mau dijadikan acuan, maka hetze akan menyangkal eksistensi diri siapa pun sebagai manusia. Di analisa terakhir agaknya hetze adalah sikap, yang entah sadar atau tidak sadar, menempatkan dirinya sebagai pengganti Tuhan. Hetze tentu saja bertentangan dengan rangkaian nilai republiken dan keindonesiaan, serta sulit mendapatkan dasar pembenarannya dari segi epistemologi. Ataukah pandangan dan pemahamanku keliru? Tolong Saudara Taufiq Ismail koreksi , jika aku keliru. Saudara Taufiq Ismail mengatakan bahwa ideologi ini telah menceburkan bangsa dalam dua perang saudara. Katakanlah bahwa perang saudara itu memang ada di negeri kita. Tapi apakah perang, termasuk perang saudara penyebabnya adalah pertama-tama karena alasan ideologi? Tidak adakah alasan kepentingan ekonomi dan politik yang melatarbelakangi tercetusnya suatu perang? Aku masih bisa lebih rinci lagi mengenai hal ini dengan mengambil banyak contoh dan yang paling dekat padaku adalah kasus kota kecil Kasongan yang sekarang menjadi ibukota kabupaten Katingan pada zaman agresi Belanda. Waktu aku berada di kancah Perang Viêt Nam melawan agresi Amerika Serikat, jenderal-jenderal Viêt Nam Utara atau pun dari Front Pembebasan Viêt Nam Selatan mengatakan kepadaku bahwa kemenangan perang tidak ditentukan oleh kecanggihan senjata, tapi lebih banyak dipastikan oleh kebenaran dan keadilan, politik dan situasi politik. Bahwa ideologi bukan penyebab perang, aku pun bisa mengambil apa yang berlangsung di Tanah Dayak saat kolonialisme Belanda menyiapkan agresi penaklukannya terhadap Tanah Dayak. Untuk menyiapkan agresi kolonialnya , pihak Belanda menyebut budaya Dayak sebagai ragi usang dan Dajakers adalah lambang dari segala keburukan serta kejahatan. Menghadapi agresi kebudayaan ini, orang Dayak berhimpun dan melawannya dari bastion budaya Kaharingan. Masakre terhadap orang Amerindien dan pendudukan daerah-daerah orang Amerindien pada tahun 1492 , menyusul kedatangan Colombus pun, agaknya tidak bermula dari perbedaan ideologi. Di Katingan, daerah kelahiranku, orang Dayak Kaharingan, Islam atau Kristen, bisa hidup berdampingan secara sangat rukun. Makam mereka pun ada di satu tempat yang sama. Keadaan yang bagiku memperlihatkan bahwa perbedaan pandangan, ideologi dan agama tidak seniscayanya membuat orang bermusuhan. Kapan dan di mana sih, orang berpandangan seragam? Orba yang disokong mati-matian oleh Saudara Taufiq Ismail pun tidak bisa dan tidak berhasil memusnahkan keragaman Indonesia melalui konsep Pancasilanya. Dalam hal ini, aku sungguh-sungguh dan lagi-lagi memerlukan penjelasan dari Saudara Taufiq Ismail tentang jalan pikirannya. Argumen Saudara Taufiq Ismail yang
[ac-i] [DKJ] Undangan Diskusi dan Pembacaan Puisi: CHAIRIL DAN KOTA, 26 - 28 Juni 2008
Dewan Kesenian Jakarta mengundang Anda untuk hadir dalam acara : Chairil dan Kota Diskusi Kamis, 26 Juni 2008 “Chairil Anwar dan sajak-sajaknya serta kaitannya dengan Kota Jakarta” Pembicara: Goenawan Mohamad Arif Bagus Prasetyo Marco Kusumawijaya Moderator: Nirwan Ahmad Arsuka Jumat, 27 Juni 2008 “Chairil Anwar sebagai sumber inspirasi kalangan non-sastra” Pembicara: Rizal Mallarangeng Robertus Robet Ihsan Ali-Fauzi Moderator: Nirwan Ahmad Arsuka Tempat: Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki Pukul 14.00—17.00 WIB Pembacaan puisi Penampil: Rendra(dalam konfirmasi) Putu Wijaya Niniek L. Karim Iman Soleh Andi Mallarangeng Anies Baswedan Tempat: Teater Studio Taman Ismail Marzuki Pukul 19.30 WIB—selesai * Terbuka untuk umum, tanpa dipungut biaya. Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi: Endru Aditya, telp. (021) 3193 7639/3162780 / hp +62.817.652.6450 Besar harapan kami agar Bapak/Ibu dapat hadir dalam acara ini. Terima kasih. Klik www.dkj.or.id untuk melihat agenda kegiatan Dewan Kesenian Jakarta.
[ac-i] [opini] Masih 'Maha'-kah Mahasiswa?
Masih ‘Maha’-kah Mahasiswa? Oleh: Roy Thaniago Saya ingat sepuluh tahu lalu ketika masih kencur. Ketika masih berseragam merah putih dan ketakutan melihat keramaian. Saya tidak tahu menahu. Hanya sebuah kata yang jadi akrab di kuping setelah itu: reformasi. Kata koran-koran, kakak-kakak mahasiswalah yang melahirkannya. BAYANGAN saya ketika itu, sungguh seru punya titel mahasiswa. Kalau ditanya orang dari mana, tinggal jawab, dari kampus. Kalau di bis uang untuk ongkos kurang, tinggal bilang, mahasiswa, Bang. Kalau diledek karena cuma bisa makan nasi plus mie instan, bisa jawab jahil, namanya juga mahasiswa. Buat saya yang masih kencur ketika itu, menjadi mahasiswa identik dengan kebebasan. Merdeka. Tidak harus pakai baju seragam. Tidak harus ikut upacara tiap senin. Rambut boleh gondrong. Merokok pun tak ada yang jewer. Pokoknya hanya diri sendiri yang berhak menentukan sikap. Perlahan saya mengagumi dan memimpikan untuk menjadi mahasiswa. Saat itu, saya sudah dianggap dewasa oleh orang-orang. Saat itu, orang tidak boleh mengomeli saya sembarangan lagi. Saat itu, saya bangga memakai status baru, dari siswa menjadi mahasiswa. Ternyata bukan Tuhan saja yang bisa maha, manusia juga. Sekarang, ketika sudah memakai predikat mahasiswa, saya jadi bertanya kembali, masih ‘maha’-kah mahasiswa? Mahasiswakah saya? Apakah ‘maha’ – yang berarti sangat, ter-, paling, tak dapat dijangkau – masih pantas disematkan pada pemuda-pemudi 20-an tahun yang akrab dengan frasa penelitian, tokoh intelektual, demo, tapi juga dugem, tawuran, dan narkoba ini? Cukup Maha-kah? Sebelum aksi-aksi demo beberapa waktu belakangan ini, saya berpikir dengan skeptis terhadap mahasiswa. Saya berpikir, udara reformasi yang sudah berusia 10 tahun ini hanya dimaknai mahasiswa dengan anteng saja. Saya takut melihat mahasiswa sudah merasa mapan pada alam baru di era Indonesia pasca Orde Baru ini. Mahasiswa hanya menggumuli harinya dengan pesta, games, otomotif, asmara, cari duit, main-main, hingga tenggelam dalam belajar dan buta akan keadaan sosial. Pikir saya, mahasiswa sebagai angkatan muda penerus bangsa hanyalah pion-pion yang dijalankan sistem yang sudah dirancang penyelenggara negara dan pemilik modal. Mahasiswa tak lebih dari tukang-tukang yang tengah mendapatkan pelatihan demi persiapan menghadapi dunia kerja sistematis yang mapan dan membosankan. Mahasiswa bak kumpulan anak penyu yang tengah ditangkarkan untuk siap dibebaskan di pantai lepas yang ganas. Mahasiswa hanya dicetak untuk siap bertahan hidup, bukan mengolah hidup, terlebih menentukan hidup. Tidak juga menentukan hidup sendiri, apalagi kehidupan bangsanya. Namun, pikiran skeptis di atas menjadi keliru ketika menyaksikan mahasiswa bergiat dalam forum-forum diskusi yang membahas masalah bangsa dan mulai turun-turun ke jalan secara intuitif (saya yakin ini desakan hati nurani). Mahasiswa tidak lagi berbisik-bisik untuk menyuarakan penderitaan rakyat, tapi berteriak lantang. Tapi ke-maha-an mahasiswa menjadi cacat ketika mereka bersuara demi diri sendiri, demi kepentingan kelompok, demi segelintir elit politik yang menyetir. Gelar itu menjadi cacat ketika mahasiswa bertindak demi melayani emosi tak terkendali mereka, memuaskan naluri hewaniah manusia yang buas. Peran Mahasiswa “Hanya angkatan muda yang bisa menjawab”, begitu orasi Pramoedya Ananta Toer ketika ditanya bagaimana membuat bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Almarhum Pram amat menyadari bahwa angkatan muda punya peran yang sangat sentral terhadap kehidupan suatu bangsa. Angkatan muda punya potensi untuk membenahi benang kusut bangsa, bukan malah membuatnya bertambah kusut. Beberapa waktu belakangan ini, banyak teman-teman mahasiswa yang ‘terpanggil’ untuk turun ke jalan demi memperlihatkan sikap penolakan akan kenaikan harga BBM. Mereka yang dengan niat luhur, menunaikan kegiatan ini seperti ibadah. Maka tak heran mereka rela mengorbankan waktunya demi menyuarakan kesakitan rakyat kecil. Pada tahap ini, tindakan mahasiswa sudah tepat. Mahasiswa hadir untuk merefleksikan keadaan rakyat yang semakin sulit dan terjepit. Mahasiwa dengan kemerdekaannya berani menyuarakan apa yang selama ini dibuat bisu. Memang itulah peran mahasiswa, untuk menjadi pengingat, untuk menjadi gerakan korektif terhadap pemerintah yang mulai main mata dengan ratu bohong. Tapi ketika aksi mahasiswa hanya menambah kusut situasi, sudah selayaknya mahasiswa memeriksa diri, apakah kendali mereka terhadap oknum-oknum cukup kuat? Banyak oknum mahasiswa yang menjadikan momen ini sebagai ajang untuk bebas dari rutinitas kuliah, ajang untuk melampiaskan emosi, ajang untuk unjuk diri, ajang untuk menunjukkan, gue mahasiswa loh! Sudahkah mahasiswa melengkapi kelompok dengan perhitungan matang ketika melakukan aksi demo sehingga tidak perlu melakukan kekerasan, merusak fasilitas umum, atau membuat kemacetan yang malah merugikan masyarakat luas karena menghambat laju ekonomi rakyat yang tengah mereka perjuangkan? Apakah
[ac-i] Dari Desain Grafis menuju Distro via Branding
Talkshow dengan 2 wirausaha muda berlatar belakang grafis: - Mendiola B. Wiryawan, founder FDGI, Principal Mendioladesign, dosen Binus dan penulis Kamus Branding pertama di Indonesia. - Dendi Darman, founder principal distro terkemuka di Bandung: 347/unkl yang baru meluncurkan buku perjalanan 10 tahun 347. Ikuti obrolan santai dan kesempatan mendapat doorprize buku mereka secara gratis. Waktu: Sabtu, 5 Juli 2008, pukul 14.00-17.00 Tempat: Emax Store, Kemang Arcade lantai 2, Jl. Kemang Raya no. 20A Informasi selengkapnya di: DGIhttp://desaingrafisindonesia.wordpress.com/2008/06/17/fdgifriends17-dari-desain-grafis-menuju-distro-via-branding/ . -- *Desain Grafis Indonesia* http://www.desaingrafisindonesia.co.cc/ (http://http://tr_1210038663645/ www.desaingrafisindonesia.co.cc) - Creating deeper understandings between Indonesian Graphic Designers *Forum DGI*http://www.facebook.com/pages/Desain-Grafis-Indonesia/35708065690( http://www.facebook.com/pages/Desain-Grafis-Indonesia/35708065690) - Fostering understanding among Indonesian graphic designers and those interested in graphic design. *The Indonesia Museum of Graphic Design*http://www.museumdesaingrafisindonesia.co.cc/ (http:// http://tr_1210038663649/www.museumdesaingrafisindonesia.co.cc) - Timeline for Indonesian Graphic Design History *Indonesian Green Design* http://www.indonesiangreendesign.co.cc/ (http://http://tr_1210038663651/ www.indonesiangreendesign.co.cc) - Sharing sustainability to Indonesian Design Community Vote for *World Silent Day*, here: World Silent Day.http://worldsilentday.org/blog/ Sign up for *Earth Hour* http://www.earthhour.org/user/eBlb and join the movement.