[ac-i] Bungalow Ubud
12.Bungalow Ubud. Di sini selain kamboja, ada lain bunga dilumat pengembara Entah dicatat dewa, ditonton bidadari mereka asyik meluluhkan diri. Bali menggelar dua pintu serupa gang tembus ke sorga dan neraka. Ubud, 15 Oct. 20054 12. Ubud bungalow here, as well as frangipani, are other flowers trodden into the ground by visitors i don't know if they're noted by the gods, watched by angels they enjoy crushing themselves. bali proffers two matching doors pathways to heaven and to hell. Ubud 15 Okt 2004 Translated by Vern Cork 13. Di angkasa Kusimpan setangkai bunga dari Ubud, walau semalam sorang sobat berkomentar, "You are always not at home." Dalam senyumku, aku berbisik "aku memang sedang mencari rumah sampai ke sudut-sudut dunia, karena belum menemukan rumah karena belum mempunyai rumah" Di angkasa di atas pulau Bali menuju Jakarta, rumah yang dicari-cari matahari menembus jendela, buih riap pantai awan, berlapis-lapis kesenyapan khayali Tapi memang di sinilah aku berumah Kurogoh dari saku kembang kamboja yang kubawa dari Ubud, sudah layu tanpa jiwa Bali - Jakarta, 18 Okt 2004. 13. In space i keep a flower from ubud yet last night a friend commented "you are always not at home." smiling, i whisper "actually i am seeking a place to live anywhere on earth as i have never yet found a place as i have never yet owned a place in the sky above bali heading for jakarta, seeking a home the sun shines through the window, clouds, in layers of imaginary silence but this is where i have a house i pull from my pocket the frangipani i brought from ubud, it's already limp, soul-less Bali-Jakarta 18 Oct. 2004 translated by Vern Cork Meniti Titik Benua
Re: [ac-i] Press release: Festival Batik Nusantara
sayang baru hari ini saya ketahui. Terima kasih untuk informasinya. Bambang Hidayat. Bambang Hidayat Pasir Muncang,Dago Atas PPR-ITB G17 Bandung 40135 Jawa Barat,Indonesia Tilp./fax: 62-22-250 3375 e-mail : [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] --- On Sat, 11/22/08, infomataya <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: infomataya <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [ac-i] Press release: Festival Batik Nusantara To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Date: Saturday, November 22, 2008, 2:03 PM Press release: Festival Batik Nusantara 23 November 2008 nusantaraku, batikku Latar depan Luasnya kepulauan nusantara dan begitu beragamnya suku dan tradisi di Indonesia, melahirkan banyak sumber mata air tradisi. Salah satunya adalah batik.. Batik bukan hanya selembar kain, warna dan bentuk. Dibalik itu tersirat potret tradisi dan budayanya, serta nilai filosofi kehidupan masyarakat pendukungnya. Batik Sidoarjo, Tuban, Lasem, Madura, Solo, Jogjakarta, Pekalongan, Cirebon dan sebagainya mempunyai karakter dan ekspresi kreativitas yang berbeda. Dari sinilah lahir suatu kekayaan kreativitas local genius nusantara, suatu identitas keindonesiaan. Pada Festival Batik Nusantara 2008 ini akan diadakan workshop membatik, fashion show batik, dan lomba mewarnai motif batik, yang berinspirasikan motif-motif batik nusantara. Motif-motif batik nusantara menjadi sumber inspirasi kreativitas, yang bertujuan untuk lebih mencintai budaya lokalnya dan menguatkan identitas keindonesiaan dalam ranah interaksi global. Memahami nusantara lewat batik adalah usaha meletakkan rasa cinta budaya lokal terhadap generai penerus negeri ini. Tujuan Mengenal keindonesiaan via ragam motif batik nusantara. Membangun rasa bangga dan rasa memiliki terhadap, bahwa batik benar-benar sumber mata air tradisi bangsa Indonesia. Waktu & Tempat 23 November 2008, Balaikota Surakarta Agenda 23 November 2008 Workshop membatik untuk anak-anak. Lomba Mewarnai Motif Batik Tk. Anak-anak pk. 08.00 – 14.00 wib, venue: Balaikota Pemkot Surakarta peserta: anak-anak tigkat sekolah dasar. Lomba Fashion Show untuk anak-anak pk. 09.00 – 12.00 wib, venue: Pasar Gede Solo peserta: anak-anak tingkat sekolah dasar. Fashion show batik Pergelaran Musik Etnik pk. 19.00 – 22.00 wib, venue: Balaikota Pemkot Surakarta Pameran dan Apresiasi Batik Pemutaran Film Dokumenter Penyelenggara: Departemen Kebudayaan & Pariwisata RI bekerjasama dengan Mataya arts&heritage Contact: Heru Prasetya 0816675 808
Re: [ac-i] Re: [mediacare] Re: Soal Larangan syuting Film Lastri - Eros Djarot
Dengan itu kita semua belajar bukan?. Salam,Bambang Hidayat. Bambang Hidayat Pasir Muncang,Dago Atas PPR-ITB G17 Bandung 40135 Jawa Barat,Indonesia Tilp./fax: 62-22-250 3375 e-mail : [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] --- On Sat, 11/22/08, Miranda <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Miranda <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [ac-i] Re: [mediacare] Re: Soal Larangan syuting Film Lastri - Eros Djarot To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Date: Saturday, November 22, 2008, 11:03 PM :) maaf Mbak Ratna, pertanyaan Bung Hoesein jadi nyasar ke anda.. Padahal maksudnya mengacu pada terma yang saya gunakan. Bung Hoesein, yang saya maksud dengan fobia komunis yang kronis di sini adalah perasaan ketakutan berlebih terhadap paham komunisme dan, menggunakan istilah orde baru, 'antek-anteknya'. Kronis, karena ketakutan semacam ini sudah diidap oleh masyarakat kita hampir sepanjang rezim orde baru. Bahkan masih mengakar, ketika orde reformasi sudah berjalan selama satu dekade, di mana masyarakat sudah diberi kesempatan untuk banyak belajar bahwa setiap paham punya sisi gelap dan terangnya masing-masing. Satu dekade, bagi saya, bukan waktu yang pendek bagi kita untuk mengkaji ulang cara pandang kita terhadap paham komunisme, khususnya di Indonesia. Sudah banyak sekali media yang mencoba meluruskan fakta sejarah. Sayangnya, keterbukaan akses terhadap media-media pembelajaran tersebut memang masih sangat terbatas. terima kasih, Miranda. On 11/21/08, hoesein <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: Bu Ratna, kalau boleh bertanya, apa yang anda maksudkan dengan fobia komunis yang kronis ? Terima kasih --- Pada Kam, 20/11/08, Miranda menulis: Dari: Miranda Topik: Re: [ac-i] Re: [mediacare] Re: Soal Larangan syuting Film Lastri - Eros Djarot Kepada: artculture-indonesi [EMAIL PROTECTED] com Tanggal: Kamis, 20 November, 2008, 9:37 AM Kalau saya juga boleh menginterpretasi, saya rasa Bung Ging Ginanjar sedang melontarkan sinisme perkara bagaimana segelintir masyarakat kita masih juga mengidap fobia komunis yang kronis. salam, Miranda. -- Miranda mirandaharlan@ gmail.com +62 819 317 897 82 +62 274 929 5512 "Everybody lies -- every day; every hour; awake; asleep; in his dreams; in his joy; in his mourning." [Mark Twain] http://12miranda. multiply. com
Re: [ac-i] Re: [mediacare] Re: Soal Larangan syuting Film Lastri - Eros Djarot
:) maaf Mbak Ratna, pertanyaan Bung Hoesein jadi nyasar ke anda. Padahal maksudnya mengacu pada terma yang saya gunakan. Bung Hoesein, yang saya maksud dengan fobia komunis yang kronis di sini adalah perasaan ketakutan berlebih terhadap paham komunisme dan, menggunakan istilah orde baru, 'antek-anteknya'. Kronis, karena ketakutan semacam ini sudah diidap oleh masyarakat kita hampir sepanjang rezim orde baru. Bahkan masih mengakar, ketika orde reformasi sudah berjalan selama satu dekade, di mana masyarakat sudah diberi kesempatan untuk banyak belajar bahwa setiap paham punya sisi gelap dan terangnya masing-masing. Satu dekade, bagi saya, bukan waktu yang pendek bagi kita untuk mengkaji ulang cara pandang kita terhadap paham komunisme, khususnya di Indonesia. Sudah banyak sekali media yang mencoba meluruskan fakta sejarah. Sayangnya, keterbukaan akses terhadap media-media pembelajaran tersebut memang masih sangat terbatas. terima kasih, Miranda. On 11/21/08, hoesein <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bu Ratna, kalau boleh bertanya, apa yang anda maksudkan dengan fobia > komunis yang kronis ? Terima kasih > > --- Pada *Kam, 20/11/08, Miranda <[EMAIL PROTECTED]>* menulis: > > Dari: Miranda <[EMAIL PROTECTED]> > Topik: Re: [ac-i] Re: [mediacare] Re: Soal Larangan syuting Film Lastri - > Eros Djarot > Kepada: artculture-indonesia@yahoogroups.com > Tanggal: Kamis, 20 November, 2008, 9:37 AM > > Kalau saya juga boleh menginterpretasi, saya rasa Bung Ging Ginanjar > sedang melontarkan sinisme perkara bagaimana segelintir masyarakat kita > masih juga mengidap fobia komunis yang kronis. > > salam, > Miranda. > > -- Miranda [EMAIL PROTECTED] +62 819 317 897 82 +62 274 929 5512 "Everybody lies -- every day; every hour; awake; asleep; in his dreams; in his joy; in his mourning." [Mark Twain] http://12miranda.multiply.com
[ac-i] Festival Panji Internasional
Radar Mojokerto [ Jum'at, 21 November 2008 ] Kolaborasi Budaya Tutup Festival Panji Dihadiri Seniman Dunia dan Kota-Kota di Indonesia MOJOKERTO - Penampilan teatrikal kolaborasi para seniman dari berbagai kota menandai penutupan Festival Budaya Panji Internasional ke-2 yang digelar di Petirtaan Jolotundo Trawas kemarin. Para seniman ini mengkritik melalui sosok Panji yang diidentikkan dengan kondisi seorang pemimpin saat ini. Beberapa orang tampak membingkai wajahnya dengan topeng. Uniknya, semua topeng tersebut tidak satupun yang menggambarkan wajah lengkap. Misalnya, ada topeng yang tidak memiliki mulut, hidung atau mata secara sempurna. ''Kita menyebutnya ini Teatrikal Panji Remeng,'' ujar Hari Lentho. Disebut remeng yang dalam bahasa Jawanya berarti samar karena wajah para pemain teater ini masih samar. Tidak jelas pancaindra yang menjadi pemanis wajah mereka. Sengaja dibuat remeng sebagai bentuk kritik sosial terhadap para pemimpin bangsa Indonesia yang masih samar keberpihakannya. ''Mereka remeng-remeng matanya, karena tidak tahu penglihatannya apakah untuk kepentingan rakyat ataukah tidak. Demikian juga panca indra yang lain,'' katanya menjelaskan. Dalam aksi tersebut, sosok Panji juga mendapatkan godaan dari para perempuan. Dan Panji ini dengan mudah tergoda. Panji dalam aksi kemarin digambarkan sebagai sosok yang rapuh, muda dirayu dan gampang sakit. Dipilihnya tema kritik untuk para pemimpin ini, kata Hari Lentho, karena sosok Panji sendiri berasal dari bangsawan. Raden Panji dianggap sebagai titisan Dewa Wisnu, sedang Dewi Sekartaji sebagai titisan dari Dewi Sri. Di Jawa dan Bali Dewi Sri dihormati sebagai Dewi Padi dan kesuburan sawah. Banyak ritual dilakukan sebagai bentuk penghormatan bagi Dewi Sri yang erat dengan cerita tentang Candrakirana. Penyatuan Panji dan Sekartaji, sebagai bentuk penyatuan pria dan wanita yang menghasilkan kesuburan atau keturunan, dijadikan simbol kesuburan padi. Cerita Panji-seseorang pemimpin yang gagah, bijak, sederhana, mengasihi sesama, dan baik budi; menyampaikan teknik pertanian organik yang selaras dengan alam serta nilai penghargaan terhadap lingkungan. Maka, kesenian budaya Panji adalah cara yang tepat untuk menambahkan pengetahuan dan pemahaman karena mengandung banyak muatan pendidikan lingkungan hidup. Sebelum puncak acara teatrikal ini, para seniman dari Pulau Dewata Bali juga menggelar ritualnya di Candi Jolotundo ini. Dengan dipimpin seorang pedada, ritual ini berjalan lancar sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas berkahnya selama ini. Puncak acara ini juga dihadiri warga dunia lainnya. Seperti dari dari Jepang, Jerman, Prancis, Australia dan lainnya. Sedangkan, seniman dari dalam negeri antara lain dari Sunda, Jawa Tengah, Malang dan Jakarta. Salah satu mahasiswa dari Jepang, Jasmin yang menyaksikan atraksi ini mengaku kagum dengan kekayaan budaya di negeri ini. ''Ini kolaborasi budaya yang sungguh bagus,'' ujar perempuan cantik ini dalam Bahasa Indonesia yang terbata-bata. (in/yr) Apindo Protes Bupati Mengunjungi Wana Wisata Watublorok di Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto Gudang Karet Terbakar, Rugi Rp 300 Juta Awak Bus PI Mogok, Nyaris Bentrok Semua D-2 Berpeluang Daftar Masih Ditemukan Jentik Nyamuk Serukan Mogok Masal Dinilai Sekadar Tebar Pesona Timsel Telusuri Identitas Ganda Saat Awak Bus Puspa Indah dan Armada Angkot Bersitegang Isi Bensin, Mobil Terbakar Pengumuman Ditunda, Pelamar Nggrundel Pertanyakan Kelanjutan PKH
[ac-i] Press release: Festival Batik Nusantara
Press release: Festival Batik Nusantara 23 November 2008 nusantaraku, batikku Latar depan Luasnya kepulauan nusantara dan begitu beragamnya suku dan tradisi di Indonesia, melahirkan banyak sumber mata air tradisi. Salah satunya adalah batik. Batik bukan hanya selembar kain, warna dan bentuk. Dibalik itu tersirat potret tradisi dan budayanya, serta nilai filosofi kehidupan masyarakat pendukungnya. Batik Sidoarjo, Tuban, Lasem, Madura, Solo, Jogjakarta, Pekalongan, Cirebon dan sebagainya mempunyai karakter dan ekspresi kreativitas yang berbeda. Dari sinilah lahir suatu kekayaan kreativitas local genius nusantara, suatu identitas keindonesiaan. Pada Festival Batik Nusantara 2008 ini akan diadakan workshop membatik, fashion show batik, dan lomba mewarnai motif batik, yang berinspirasikan motif-motif batik nusantara. Motif-motif batik nusantara menjadi sumber inspirasi kreativitas, yang bertujuan untuk lebih mencintai budaya lokalnya dan menguatkan identitas keindonesiaan dalam ranah interaksi global. Memahami nusantara lewat batik adalah usaha meletakkan rasa cinta budaya lokal terhadap generai penerus negeri ini. Tujuan 1. Mengenal keindonesiaan via ragam motif batik nusantara. 2. Membangun rasa bangga dan rasa memiliki terhadap, bahwa batik benar-benar sumber mata air tradisi bangsa Indonesia. Waktu & Tempat 23 November 2008, Balaikota Surakarta Agenda 23 November 2008 Workshop membatik untuk anak-anak. Lomba Mewarnai Motif Batik Tk. Anak-anak pk. 08.00 14.00 wib, venue: Balaikota Pemkot Surakarta peserta: anak-anak tigkat sekolah dasar. Lomba Fashion Show untuk anak-anak pk. 09.00 12.00 wib, venue: Pasar Gede Solo peserta: anak-anak tingkat sekolah dasar. Fashion show batik Pergelaran Musik Etnik pk. 19.00 22.00 wib, venue: Balaikota Pemkot Surakarta Pameran dan Apresiasi Batik Pemutaran Film Dokumenter Penyelenggara: Departemen Kebudayaan & Pariwisata RI bekerjasama dengan Mataya arts&heritage Contact: Heru Prasetya 0816675 808