[ac-i] Re: [media-jabar] Wisata Masa Silam di Manglayang
- Original Message - From: Abdul Rohim To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, November 23, 2008 1:46 AM Subject: [media-jabar] Wisata Masa Silam di Manglayang Wisata Masa Silam di Manglayang Wahana untuk bermain dan mengenal budaya Sunda. Tak kalah asyik dibanding permainan modern di mal. Tak, tek, tok, dung, dung / Tok, tok, dung, dung…. Suara lodang ditimpali pukulan kendang memecah kesunyian sore itu. Lupakan soal lagu, tak usah peduli soal irama, pokoknya main, dan ramai. Pemukul lodang, alat musik yang terbuat dari bambu, juga pemain kendang, boleh cengengesan sambil mempertontonkan giginya. Tak usah takut salah, yang penting happy. Kok, main musik tanpa aturan? Itulah asyiknya main di Kampung Seni dan Wisata Manglayang, Bandung. Jika alat musik lodang tak sedang dimainkan oleh awak grup yang sebenarnya, pengunjung boleh menabuh sepuasnya. Anak-anak boleh memilih ruas bambu mana yang akan dipukul, begitu juga orang tuanya. Kalau capek, tak usah khawatir, banyak saung yang bisa dipakai beristirahat. Menyelonjorkan kaki, menikmati semilir angin. Kampung Seni dan Wisata Manglayang berada di kawasan Bukit Manglayang, tepatnya di Kampung Ciborelang, Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Keberadaan area seluas hampir dua hektare ini diawaki sepasang sarjana seni, yakni Kawi dan Ria Dewi Fajaria. Hasil ide pasangan suami-istri ini mulai diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan pada akhir Agustus 2007. Butuh waktu dua tahun untuk menyiapkannya, kata Kawi, 49 tahun, kepada Tempo. Dulu kawasan ini kebun terpencil. Selain lodang, ada beragam permainan lain yang disediakan di kampung wisata ini. Misalnya permainan naik egrang, yakni berjalan sambil naik potongan bambu dengan pijakan kaki berketinggian sekitar setengah meter di atas tanah. Terlihat sederhana, tapi mesti berhati-hati. Saat satu kaki melangkah, kaki satunya lagi harus menahan keseimbangan supaya tidak jatuh. Permainan bedil-bedilan lain lagi. Untuk memainkan permainan zaman baheula ini, pengunjung mesti menyiapkan kertas basah sebagai peluru. Kertas basah diremas-remas hingga bulat, lalu dimasukkan ke potongan bambu kecil, terus disodok ke dalam. Jika peluru pertama sudah ada di ujung bambu, siapkan peluru kedua dari bahan yang sama, lalu disodok lagi. Tekanan udara di dalam bambu akibat sodokan peluru kedua akan membuat peluru pertama lepas ke udara. Dor! Lawan yang tubuhnya terkena peluru boleh berpura-pura terguling sambil menahan sakit, atau berpura-pura mati. Bagi anak-anak yang mau main gasing kayu atau bermain karet gelang, permainan ini juga tersedia. Saling patok gasing atau melompati tali karet laiknya bermain loncat tinggi tak kalah asyiknya. Ingin memegang dan memainkan wayang golek, ayo aja. Si Cepot, salah satu tokoh kesohor wayang ini, pasti tak akan marah. Nurdin, 38 tahun, salah seorang pengunjung, merasa senang membawa putrinya, Humaira, 7 tahun, ke Kampung Seni Manglayang. Di sini anak saya bisa mencoba beragam permainan tradisional yang makin sulit ditemukan, katanya. Maklum, anak-anak sekarang lebih betah bermain PlayStation, Nintendo, atau bermain di kawasan permainan modern, seperti TimeZone, yang banyak bertebaran di mal besar. Memainkan alat musik tradisional, juga permainan tradisional, hanya salah satu bagian dari sajian Kampung Seni dan Wisata Manglayang. Di sini pengunjung berkesempatan mengenal budaya Sunda, termasuk rumah adat dan kelengkapannya. Di area yang ditanami beragam pohon, seperti tangkil, lengkeng, bambu tali, asam, dan peuteuy, itu terpacak tegak sejumlah rumah panggung dengan dinding bambu dan beratap rumbia. Untuk melongok nama dan isi rumah, pengunjung tinggal menelusuri jalan setapak dengan undak-undakan yang tertata rapi. Saung Kamonesan, sekadar contoh, dibangun dua tingkat. Di dalamnya tersimpan benda-benda menarik, seperti topeng dan wayang golek. Sedangkan di Saung Wreti tersimpan perabot rumah tangga, seperti gentong, kentongan, dan caping. Bagi mereka yang ingin melihat tempat penyimpanan padi, datangi saja leuit alias lumbung padi. Jika hendak mengetahui seperti apa bentuk lesung kayu yang biasa dipakai menumbuk padi menjadi beras, pengunjung bisa menengok Saung Lisung. Mengobrol sembari menikmati pemandangan hamparan padi di sawah bisa dilakukan di Saung Binangkit, semacam teras bagi rumah kebanyakan. Jika azan berkumandang dan pengunjung ingin salat, tak usah repot-repot, datang saja ke bangunan tajug (musala). Di sela-sela saung dan beragam pepohonan, pemilik kampung seni juga membangun sejumlah kolam ikan. Juga ada tempat duduk dari tembok batu tanpa diplester sehingga terlihat artistik, lengkap dengan meja bundar dari bahan serupa. Selanjutnya, jika penasaran ingin tahu seperti apa bangunan khusus untuk memelihara manuk alias burung dan domba lengkap dengan rak
[ac-i] Fw: Undangan Diskusi Fotografi SEMBILAN WALI SITI JENAR Karya Seno Gumira Ajidarma
--- On Sun, 11/23/08, Wok The Rock [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Wok The Rock [EMAIL PROTECTED] Subject: Undangan Diskusi Fotografi SEMBILAN WALI SITI JENAR Karya Seno Gumira Ajidarma To: [EMAIL PROTECTED] Date: Sunday, November 23, 2008, 12:13 AM
[ac-i] dari sebuah sudut.
Dari sebuah sudut. Sebuah produk termasuk produk seni, ketika ia sudah dilepas ke pasar maka pasar / konsumen berhak untuk menilainya, sesuai dengan kriteria yang diembannya: produk itu bisa dimasukkan ke comberan jika dianggap racun, bisa disimpan kalau diperhitungkan pada suatu waktu diperlukan, bisa dimaki, dipuja dan lain sebagainya sesuai dengan hak konsumen. Pendapat tsb akan dihormati selama tidak mengkaitkan dengan masalah pribadi penciptanya yang tidak ada kaitannya dengan apa yang sedang dibahasnya. Adalah dua hal yang berbeda, membahas tulisan, dan membahas perihal lain yang tidak ada urusannya dengan tulisan tsb.Ini pendapat saya, yang orang boleh setuju dan boleh tidak setuju. Saya membacanya, saya merenungkannya, pendapat siapa saja, orang yang bersimpati atau tidak bersimpati, sesuai dengan hak saya untuk menolak atau menerimanya. Keterbatasan setiap individu dalam menyelami, dan memahami karya seni atau produk lainnya, adalah manusiawi dan tidak ada yang mutlak dalam kehidupan ini.Kebenaran itu sendiri berpihak dan relatif subyektif. Oleh karena itu mari kita terus bekerja, mari kita mencoba mengurangi keterbatasan yang manusiawi itu. Selamat bekerja keras Bung. salam putu oka - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: Putu Oka Sukanta Sent: Sunday, November 23, 2008 1:35 PM Subject: Dokument Komentar AA (Kopie)
Re: [ac-i] Re: [mediacare] Re: Soal Larangan syuting Film Lastri - Eros Djarot
Orang yang masih fobia terhadap komunisme adalah orang yang sudah terkontaminasi oleh paham Orde Baru yang berhasil memanipulasi sejarah Indonesia. Orang yang anti sama komunis itu sebetulnya tau nggak sich sejarah komunis di Indonesia? Organisasi Komunis di Indonesia itu lahir dari organisasi agama yakni Syarikat Islam. Pendirinya aja Semaun, Darsono, Alimin, dan Tan Malaka-nama aslinya Dato Ibrahim, seorang Ustadzah tersohor dari Tanah Minang-yang kemudian para intelektual muda muslim tersebut merasa gelisah atas prilaku kolonial Belanda yang sudah keterlaluan dalam menindas masyarakat Indonesia saat itu. Kemudian para intelektual muda itu mendirikan organisasi komunis untuk melawan imperialis Belanda sampai para kompeni itu pulang kampung alias ngibrit ke tanah mereka. Jadi, Wahai orang-orang munafik, janganlah engkau menebar kebencian terhadap segelintir orang atau kelompok tertentu tanpa ada alasan dan fakta yang jelas. Sebab, Allah tidak menghendaki orang yang berhati busuk! Ingat! Musuh kita sekarang ini adalah Kapitalisme Global yang mensengsarakan hidup kita hingga anak cucu kita. Karena mereka telah merampas warisan kita yang telah diberikan oleh Ibu Pertiwi, seperti lapangan minyak di Cepu sudah disikat Exxon, Tambang emas di Papu sudah dikuras Freeport, tambang minyak di Kalimantan sudah disedot sampai habis oleh Total, dan masih banyak lagi Bung. Maka, kita sebagai anak bangsa harus bangkit melawan imperialis baru yakni sistem yang kaptalistik. Salam, Bowo Sent from my BlackBerry� smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: bambang hidayat [EMAIL PROTECTED] Date: Sat, 22 Nov 2008 15:34:20 To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [ac-i] Re: [mediacare] Re: Soal Larangan syuting Film Lastri - Eros Djarot Dengan itu kita semua belajar bukan?. Salam,Bambang Hidayat. Bambang Hidayat Pasir Muncang,Dago Atas PPR-ITB G17 Bandung 40135 Jawa Barat,Indonesia Tilp./fax: 62-22-250 3375 e-mail : [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] --- On Sat, 11/22/08, Miranda [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Miranda [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [ac-i] Re: [mediacare] Re: Soal Larangan syuting Film Lastri - Eros Djarot To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Date: Saturday, November 22, 2008, 11:03 PM :) maaf Mbak Ratna, pertanyaan Bung Hoesein jadi nyasar ke anda.. Padahal maksudnya mengacu pada terma yang saya gunakan. Bung Hoesein, yang saya maksud dengan fobia komunis yang kronis di sini adalah perasaan ketakutan berlebih terhadap paham komunisme dan, menggunakan istilah orde baru, 'antek-anteknya'. Kronis, karena ketakutan semacam ini sudah diidap oleh masyarakat kita hampir sepanjang rezim orde baru. Bahkan masih mengakar, ketika orde reformasi sudah berjalan selama satu dekade, di mana masyarakat sudah diberi kesempatan untuk banyak belajar bahwa setiap paham punya sisi gelap dan terangnya masing-masing. Satu dekade, bagi saya, bukan waktu yang pendek bagi kita untuk mengkaji ulang cara pandang kita terhadap paham komunisme, khususnya di Indonesia. Sudah banyak sekali media yang mencoba meluruskan fakta sejarah. Sayangnya, keterbukaan akses terhadap media-media pembelajaran tersebut memang masih sangat terbatas. terima kasih, Miranda. On 11/21/08, hoesein [EMAIL PROTECTED] com wrote: Bu Ratna, kalau boleh bertanya, apa yang anda maksudkan dengan fobia komunis yang kronis ? Terima kasih --- Pada Kam, 20/11/08, Miranda mirandaharlan@ gmail.com menulis: Dari: Miranda mirandaharlan@ gmail.com Topik: Re: [ac-i] Re: [mediacare] Re: Soal Larangan syuting Film Lastri - Eros Djarot Kepada: artculture-indonesi [EMAIL PROTECTED] com Tanggal: Kamis, 20 November, 2008, 9:37 AM Kalau saya juga boleh menginterpretasi, saya rasa Bung Ging Ginanjar sedang melontarkan sinisme perkara bagaimana segelintir masyarakat kita masih juga mengidap fobia komunis yang kronis. salam, Miranda. -- Miranda mirandaharlan@ gmail.com +62 819 317 897 82 +62 274 929 5512 Everybody lies -- every day; every hour; awake; asleep; in his dreams; in his joy; in his mourning. [Mark Twain] http://12miranda. multiply. com
[ac-i] Geometri tertawa - menghormati ilmu
Geometri Tertawa Geometri Euklides bertemu dengan kepastian Descartes: “setiap dua titik dapat ditarik sebuah garis lurus”, sejajar dengan “aku berpikir maka aku ada”. Kita bisa memasuki permainan pikiran ini dengan pernyataan lain: “setiap pikiran yang dituliskan akan menghasilkan aksara atau dunia tanda”. Itulah hipotesis yang tak perlu berepot membawanya ke dunia laborat: kita bisa mengerjakannya sendiri dan saat ini: mengambil pena dan meletakkan dua titik secara berjauhan, lalu menghubungkan kedua titik itu dengan satu garis lurus. Saat kita melakukan itu pun pernyataan Descartes sudah dan sedang berlangsung: adanya diri kita yang sedang membuat sebuah garis lurus. Begitu juga saat kita melontarkan pikiran itu ke dalam dunia tulisan. Tapi, apakah itu dunia kepastian, sebagaimana ilmu mengangankan untuk dirinya? Tidak. Itu tetap dalam tingkatan “hipotesa” karena belum terjadi. Berulang-ulangnya ketiga rangkaian pernyataan itu bukanlah sebuah kepastian, sesuatu yang pasti terjadi, yang kepastiannya memiliki tingkat keharusan yang abadi. Karena ketiganya adalah kepastian di tingkat nalar logis, bukanlah kepastian di tingkat kejadian yang akan dan pasti terjadi. Sebab gampang sekali kehidupan mematahkan kepastian seperti itu: cukup dengan kematian, atau hilangnya nalar logis dalam diri seseorang. Apakah Descartes saat tidur bisa berkata: aku berpikir, maka aku ada? Bukankah dirinya sedang tidur yang berarti kesadaran pikirannya ikut tertidur – seperti benda yang dalam keadaan istrirahat dalam kalimat pertama hukum Newton yang pertama? Dengan cara yang sama kita bisa menghilangkan kata “kepastian” yang hendak dilekatkan kepada kedua pernyataan lainnya. Maka kepastian adalah sesuatu ilusi, kehendak imperatif pada pikiran: menjangkau fenomena benda dan makna, sebagai sesuatu yang bernilai stabil dan tetap. Bahasa matematika tak tergoyahkan, kata orang. Tapi lihatlah kita telah mematahkannya ke dalam ruang dan rentang definisi arti kepastian di tingkat logika, dengan kepastian di tingkat kejadiannya. Dunia selalu adalah dunia yang menyisakan sebuah ruang, ruang yang mungkin. Dengan kata “mungkin”, di situlah sang mahluk menjadi berendah hati atas dunia ini. Katakanlah “insya allah”, jangan kau katakan pasti terjadi. Sebab ilmu, atau sains, betapapun digdayanya, adalah mustahil menebak apa kepastian yang akan terjadi besok. Baik pada tingkat semesta maupun dalam dunia manusia. Selalu, yang abadi itu adalah sebuah kemungkinan. Kedigdayaan dunia mekanika Descartes dan Newton selama ratusan tahun, akhirnya berguguran ketika fisika baru menemukan sesuatu yang aneh dalam fenomena dunia atom atau subatom. Betapa di sana partikel-partikel atom menunjukkan wajah yang tak pastinya. Sifat yang paradoks yang telah membuat klaim fisika Newton tidak bisa dioperasikan lagi. Selintas teringat kehendak dalam angan Kredo Puisi Tardji saat menyimak dunia atom fisika abad 20: betapa atom berloncatan tak tentu arah sebagaimana dunia puisi Tardji yang tak hendak tunduk dengan irama puisi dari sebuah tradisi puisi (setidaknya tradisi puisi di Indonesia). Bahwa atom pembentuk bahan dasar dunia itu, karena sifatnya yang berlainan dengan sifat yang dilihat oleh Newton, telah membawa implikasi yang tak terpermanai akan kenyataan dunia. Kini kita jadi tahu bahwa, misalnya, ruang dan waktu yang absolut dalam paradigma Newton, patah oleh ruang dan waktu yang relatif dalam paradigma Einstein. Orang bisa berkata itulah watak kebenaran ilmu dan watak kemenyingkapnya fenomena dunia: bahwa alam membukakan dirinya selapis-selapis, sedang manusia setahap demi setahap memperbarui metode ilmiahnya. Tapi bagaimana dengan fakta perdebatan legendaris antara Einstein dan Bohr – dua orang yang relatif memiliki paradigma yang sama dan peralatan metode yang sama dalam dunia fisika baru itu? – metode ilmiah. Mengapa Einstein sampai akhir hidupnya tidak menyetujui implikasi dari kenyataan fisika kuantum? Sayup-sayup terbaca karena Einstein tetap percaya kepada dunia eksternal yang menguasi dunia benda-benda, sedangkan fisika kuantum menolak, atau memperlihatkan sebuah gejala di mana sebab dan akibat tidak harus berlaku dan tidak harus terjadi di dunia atom. Dunia di mana dalam fisika atom partikel-partikel yang tak tunduk pada hukum tapi mengacak-ngacak hukum. Yang karena itu Heisenberg menyebutkannya sebagai prinsip ketidakpastian. Capra mengutip Einstein, betapa fisika baru itu telah membuat dirinya terguncang. “Semua usaha saya untuk menyelesaikan landasan teori fisika dengan pengetahuan (jenis baru) ini telah gagal sama sekali. Rasanya seolah-olah tanah tempat kita berpijak telah diambil dari bawah, tanpa ada landasan kuat lainnya yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk mendirikan bangunan”. Apa yang hendak kita katakan kepada klaim ilmu yang mendeklarasikan, atau sering dinyatakan, sebagai dunia yang stabil? Di mana beroperasi dunia matematika dengan bahasanya yang
[ac-i] Warta Komunitas Kreatif Bali #10
Sahabat kreatif, Komunitas Kreatif Bali menggelar acara Bali Creative Power mulai 29 November 2008 di Sanur Paradise Plaza. Banyak acara menarik yang merepresentasikan aktifitas insan kreatif di Bali dari berbagai bidang kreatif. Simak agendanya di Warta Komunitas Kreatif #10 ini *BALI CREARIVE POWER. MERAYAKAN KREATIFITAS YANG MENCERAHKAN http://komunitaskreatifbali.wordpress.com/2008/11/23/bali-crearive-power-merayakan-kreatifitas-yang-mencerahkan/* Komunitas Ktreatif Bali mengawali agenda publiknya dengan menyelenggarakan Bali Creative Power yang akan menampilkan beberapa agenda acara kreatif bagi berbagai kalangan. Kegiatan ini dimaksud untuk menjadi penanda dimulainya sebuah semangat baru perjuangan kolektif insan kreatif di Bali dalam menyambut era ekonomi kreatif yang berasis human capital. *BALI BLOGGER COMMUNITY MERAIH THE MOST PROMISING BLOGGER COMMUNITY IN 2008?* http://komunitaskreatifbali.wordpress.com/2008/11/22/bali-blogger-community-meraih-%e2%80%9cthe-most-promosing-blogger-community-in-2008%e2%80%b3/ Sejumlah blogger dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura ikut hadir dalam ajang kopi darat akbar Pesta Blogger 2008 di Gedung BPPT, Thamrin, Jakarta, Sabtu (22/11). Selain mengangkat tema Blogger For Society, diluncurkan juga Bloggership yaitu penghargaan/beasiswa untuk menulis isu-isu mengenai potensi yang bisa dikembangkan Indonesia meliputi transformasi pendidikan, ketersediaan pekerjaan dan kesempatan, serta inovasi lokal. *INDONESIA MEMPERLUAS EKONOMI KREATIF* http://komunitaskreatifbali.wordpress.com/2008/11/19/indonesia-memperluas-ekonomi-kreatif/ Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Indonesia sedang mengembangkan ekonomi kreatifnya sebagai sektor yang mempunyai potensi untuk meningkatkan pendapatan negara. Ia berkata Indonesia memiliki potensi yang besar dan keunggulan pada sektor dan perluasannya dan menghimbau agar meningkatkan perdagangan dengan negara-negara asing. Komunitas Kreatif Bali adalah kelompok masyarakat dan insan kreatif yang menaruh perhatian terhadap pengembangan industri kreatif di Bali sebagai penggerak ekonomi kreatif Bali. Didirikan sebagai forum sosial yang diharapkan dapat menjadi wadah bagi terciptanya budaya kreatif, munculnya talenta kreatif baru, mendorong inovasi dan tumbuhnya semangat kewirausahaan. Ayo bergabung. Kirimkan tulisan Anda tentang : 1). Acara dan proyek Kreatif 2). Kiprah, karya dan profil insan kreatif atau komunitas kreatif 3). Opini dan artikel tentang komunitas kreatif kirimkan melalui email ke [EMAIL PROTECTED]
[ac-i] Suprijadi Tomodihardjo dari TITIAN
FIR DAN SIS Soeprijadi Tomodihardjo SEJAK September lalu pada acara Hari Raya Idulfitri sebenarnya telah terdengar omongan dari mulut ke mulut tentang diri Sisbandi. Fir agak khawatir sesuatu telah terjadi pada diri lelaki itu, namun selama ini belum sempat dia menengoknya di rumahnya. Dan tiba-tiba Sis muncul kembali di kedai langganannya tanpa diduga. Begitu Fir mendekat ke tempat duduknya, Sis menatapnya hanya sekejap lalu berpaling ke samping, kanan dan kiri ganti-berganti. Apatis. Raut layu wajah yang sayu. Tak ada tanda-tanda Sis mengenalnya. Dingin yang mencengangkan. Perlu apa Sis? Ada soal apa? tanya Fir. Soal... entah, soal saya... mau entah. Fir geleng kepala menatapnya. Itu bukan jawaban dan pasti bukan kelakar, sebab Sis mengucap dengan bibir gemetar, senyum terkulum tanpa ceria. Namun Fir coba bertanya apakah dia masih mengenalnya, dan Sis tampak ngah-ngoh seperti orang bodoh. Tidak. Dia tidak bodoh. Setidaknya pernah tamat SMA sebelum 1965 meski kemudian patah kuliah jurusan Sinologi di UI. Kini agaknya ada yang onstel pada jaringan syaraf otaknya. Tersendat-sendat. Seperti gerigi arloji yang lepas dari asnya. Fir baru percaya omongan orang, dia bukan saja jadi pelupa tapi sudah benar-benar demens: d-é-m-è-n-s! Sungguh keterlaluan, pikir Fir. Seusianya tentu belum waktu lelaki itu mengidap gangguan ingatan. Semula Fir tak melihatnya sedang makan, sebab pada jam itu para pelanggan berkerumun menanti luang kursi. Kebanyakan mereka adalah pegawai rendah perkantoran di seputar Wiener Platz yang sedang istirahat setengah jam saja buat makan siang. Gudzel si pemilik kedai, buru-buru memanggil Fir di kassa ketika Sis bengong tak ada uang di kantong setelah melahap kebab1). Fir percaya, dia tak akan menyelonong tanpa bayar sesudah perutnya kenyang. Dia bilang pada Gudzel, lelaki itu cuma lupa koceknya saat meninggalkan rumah. Sebagai kawan tentu saja Fir menanggungnya. Gudzel percaya karena dia sahabatnya. Fir menggandengnya keluar. Di pinggir tempat parkir dia berpura tanya siapa namanya. Fir merasa nelangsa ketika mendengar jawabnya. Bahkan nama sendiri Sis lupa. Tak ada senyum melingkar pada wajahnya. Wajah kosong seorang lelaki yang kehilangan kemudi diri. Fir sendiri sering lupa nama orang, bahkan nama besar semisal almarhum mantan presiden Prancis sebelum Chaque Chirac pada petak-petak segi-empat sebuah halaman teka-teki silang. Tetapi Sisbandi tak ubahnya dengan Firman, dua-duanya pseudonym, tempat mereka mengubur indikasi diri berupa segumpal stigma: Gestapu-PKI. Seperti Pater Wisanggeni yang menjelma Saman dalam roman Ayu Utami. Seorang pater yang terlibat gerakan perlawanan petani karet ketika kebun mereka ditebang pemodal multi-nasional yang mengubahnya jadi perkebunan kelapa sawit. Sis tentu bukan jenis Saman yang melarikan diri hingga Singapura, New York, Manhattan, sebagai buron preman bayaran. Dia cuma dongkolan mahid2) yang kabur-kanginan menyusul Fir sampai di Westfalia Utara di mana mereka meminta suaka. Fir mulai sadar dan khawatir akan simtoma serupa di masa depan dirinya. Sebab dia dan Sis hampir sebaya, juga kian pelupa dan sama-sama orang buangan. Perihal membina keluarga hanya dalam satu hal saja mereka berbeda: Fir adalah Firman yang sempat menikah sedangkan Sis tetap jejaka tua. Setelah pertemuan singkat di kedai itu Fir mengantar Sis pulang karena lelaki itu tak tahu lagi di mana rumahnya. Malam itu Fir coba menelepon Sis. Didengarnya suara hampa seorang kawan lama yang tak tahu lagi siapa dirinya, Halo. Siapa situ? Ya Sis, aku Firman, suami Rukmi. Kamu Sisbandi bukan? Siapa Firman? Siapa... Ah, masak lupa? Bukankah aku yang mengantarmu pulang tadi siang? Emm mm. Siapa? Pulang ke mana? Lupa pasti bukan bakatnya. Namun trauma, keterasingan dan kekosongan dalam hidupnya di luar Tanahair selama puluhan tahun, telah menguras tandas telaga bawah sadarnya, tetes demi tetes. Kamu siapa? ulang Sis. Aku Kala Srenggi! Ingat bukan? Kala Srenggi! cetus Fir jengkel. Hus! dengus istri Fir. Orang sakit kok digodain. Kasihan dong! Bolpen dan kertas siap ya? lanjutnya. Oke, tulis yang benar: kosong dua dua kosong tiga - lima tiga satu kosong lima. Aku ulangi ya, kosong...dua...dua...kosong...tiga- lima...tiga...satu...kosong...lima. Jadi, tinggal ngebel saja. Kalau kau mau, silakan nginap, kami tak keberatan asal seadanya. Fajar bisa menjemputmu kapan saja. Fajar? Siapa Fajar? Kian jengkel Fir meladeninya: Tulis ya, Fajar itu anakku! Masak lupa? Waktu kecil kau suka meniumangnya... Bermenit-menit Fir menunggu. Telepon genggam hampir dibungkam ketika didengarnya lagi suara Sisbandi, Halo. Siapa situ? Ya, ini aku lagi Sis, bapaknya Fajar! Kok masih tanya! Fajar? Siapa Fajar? Sudahlah Sis, selamat tidur. Lain kali aku menelepon lagi. Fir tak sabar lagi lalu membungkam telepon genggamnya. Ganti istrinya menegurnya, Enggak bisa terus begitu! Mesti mendapat perawatan dokter. Sebaiknya
[ac-i] Melintas sepintas
1.Melintas sepintas. dari bui ke hawaii tak bisa diukur langkah kaki masih tersisa rasa perih dera ekor pari dikejar bawah sadar dalam mimpi bukit-bukit hawaii disemangati terang lampu malam hari aroma kamboja bunga hawaii disambut getar suaraku bergema menantang pilihan manusia hawaii tak pernah terbayangkan dari bui nafas kita menyatu berembus melaju membongkar sekat manusia - hawaii. Lincoln House, Sept 2000 Brief Crossing From jail to Hawaii the footsteps are imeasurable slashes from the sting-ray's tail yet lurk in dreams my subconscious flushes out the hill of hawaii alive in the lamplit night the scent of Hawaii'fringipani my voice reverberates among them to challenge the choice of men Hawaii-in jail I never once imagined you our breaths- now as one-blow forward to pull down the walls men build. Lincoln House, Sept.2000 Translated by Sylvia Tiwon.
[ac-i] KATHARSIS 5
Cinta Besar tidak mengandung ikatan... katharsis holydiary[15102005(6)] http://katharsis-holydiary.blogspot.com National service in Indonesia?
[ac-i] VCD Lagu Anak-anak - Aku Cinta Indonesia
http://geraibuku.multiply.com/photos/album/83 VCD Kartun Pendidikan Anak. “Aku Cinta Indonesia (ayo menyanyi lagu nasional) bersama diva”, akan mengenalkan lagu wajib nasional indonesia kepada putra putri anda. Di setiap klip lagu dilengkapi dengan teks lagu yang akan memudahkan anak anak untuk bernyanyi bersama. Lagu- lagu wajib nasional yang akan dikenalkan Diva dan Pupus antara lain : * Indonesia Raya * Halo Halo Bandung * Dari Sabang Sampai Merauke * Hari Merdeka * Satu Nusa Satu Bangsa * Garuda Pancasila * Berkibarlah Benderaku * Maju Tak Gentar * Bangun Pemudi Pemuda * Bendera Merah Putih Harga Rp 25.000 Belum termasuk ongkos kirim Barang baru Pesan di email : [EMAIL PROTECTED] atau sms ke [021] 3099 8655 www.geraibuku.com
[ac-i] Empat Buku Tari Irawati
Empat Buku Tari Irawati ---Anwar Holid Salah satu keuntungan paling langka menjadi editor ialah ia berkesempatan mendapat manfaat dari teks yang disianginya. Ia bisa berjumpa dengan khazanah ilmu yang kadang-kadang awalnya begitu asing dan terasa jauh, sampai akhirnya dekat dan akrab, karena mendapat ilmu itu langsung dari ahlinya. Boleh jadi itulah kesempatan istimewa editor dibandingkan profesi lain: ia berkesempatan menelisik berbagai khazanah ilmu sambil mengurus teks tersebut agar lebih hidup dan mempesona. Ranah baru yang saya gumuli baru-baru ini ialah tari klasik Sunda, karena saya menyunting naskah biografi seorang tokoh tari Sunda, Irawati Durban Ardjo. Dari mana mengukur bahwa dia benar-benar seorang tokoh? Keseriusan, konsistensi, loyalitas pengabdian, kiprah, sumbangsih, termasuk reputasi, merupakan alasan kuat yang membuat sejumlah orang sepakat menyatakan bahwa beliau memang tokoh tari Sunda. Lebih istimewa lagi, Irawati telah menulis empat buku tentang dasar-dasar gerakan, sejarah, perkembangan, dan bunga rampai jenis tari di Jawa Barat. Kira-kira pada paro terakhir 2007, seorang teman memberi tahu bahwa Irawati butuh editor untuk naskah biografinya yang ditulis oleh Ahda Imran dan Miftahul Malik---waktu itu penulisannya belum selesai. Teman saya ingin juga jadi editor naskah itu, tapi kesibukan dan jarak membuat dia menawari agar saya mengambil peluang tersebut. Melamarlah saya, dan akhirnya diterima. Sejak itu perlahan-lahan saya mengetahui reputasi beliau, bukan hanya sebagai penari, melainkan juga pegiat tari Sunda yang lengkap. Di kalangan pecinta seni, Irawati terkemuka lantaran menjadi penari Istana Negara sejak 1959 (zaman Presiden Soekarno) hingga terakhir tampil pada 2006 saat Presiden Amerika Serikat George Bush, Jr. berkunjung ke Indonesia, dijamu di Istana Bogor, meski kehadirannya ditentang besar-besaran oleh sebagian kalangan. Ketika kelas 1 SD, suatu hari Ira memperhatikan kakaknya yang diajari menari oleh kakak ipar untuk persiapan pesta kenaikan kelas. Setelah sebentar memperhatikan, segera ia mampu menirukan gerakan mereka. Bakat tari itu diasah dan ditumbuhkan di BKI (Badan Kesenian Indonesia). Meski mula-mula dilarang ibunya karena waktu itu citra perempuan penari Sunda ialah ronggeng penghibur para menak, kemampuan dan kegigihan Ira mendapat perhatian dan dukungan yang begitu besar dari dua guru utamanya, yaitu Tb. Oemay Martakusuma, Rd. Tjetje Somantri. Disiplin BKI mengantarkannya berkali-kali menjadi duta kesenian Indonesia sejak remaja, memperkenalkan tari dan kesenian Indonesia. Sejak itu Ira tahu bahwa dirinya menyatu dengan tari Sunda, meski dia pun banyak menguasai tari jenis lain. Kenyataannya, biar memiliki sejumlah kemampuan dan ketertarikan, misalnya sebagai desainer interior dan melukis---ia sarjana dari Jurusan Seni Rupa ITB---Ira kembali lagi dan lagi ke tari Sunda, seni yang sejak kecil membesarkannya, memungkinkan ia meraih banyak pengalaman berharga. Seiring kedewasaan, Ira pun terlibat dalam segala urusan tari. Selain menari, dia menjadi pelatih, memproduksi, mendirikan sanggar, merancang kostum, sampai mencari sponsor pertunjukan. Sebagai ahli tari, ia meneliti dan mendokumentasi khazanah literaturnya yang langka. Muaranya ialah ketika ia menjadi pengajar di Kori, hingga lembaga ini kini menjadi STSI, sampai ia pensiun. Menulis buku tari Sunda awalnya pun demi pengabdian dan keperluan pengajaran. Selama menyusun dan mengumpulkan data, betapa nelangsa ia mendapati fakta bahwa dokumentasi tentang riwayat guru-gurunya, BKI dan Rinenggasari (lembaga yang paling awal membentuk etos dirinya sebagai penari), dan yang paling vital catatan koreografi, tak tersisa satu pun di bekas sekretariat. Semua arsip lenyap. Terpaksa Ira menuliskan lagi, melacaknya baik dari ingatannya dan para senior. Yang paling sulit ialah mencatat lagi tari kurang populer yang jarang dipentaskan. Ingatan dan penafsiran Ira memainkan peran penting untuk merekonstruksi kembali. Tangan Ira tak hanya meliuk di antara selendang dan bergerak sesuai musik. Tangan itu pun cekatan menghasilkan buku. Telah empat buku ia lahirkan, yaitu Tari Sunda 1880-1990, Melacak Jejak Tb. Oemay Martakusuma dan Rd. Tjetje Somantri (1998, rev. 2007); Buku Kawit, Teknik Gerak dan Tari Dasar Sunda, dilengkapi VCD dan kaset tari (2004); Tari Sunda 1940-1965, Rd. Tjetje Somantri dan Kiprah BKI (2008); dan Album Semarak Tari di Tatar Sunda (2008). Buku terakhirnya, berisi khazanah tari Jawa Barat, penuh ilustrasi dan warna, dirancang kronologik dari awal abad ke-20 hingga tahun 2000-an. Ira sedang mengupayakan buku itu terbit sesuai gagasan dan visinya. Karena berwarna dan penuh detail desain grafis, ongkos produksinya jelas mahal. Saya sedang mencari sponsor untuk buku ini. Kalau tidak ya diterbitkan sendiri, tegasnya. Sebuah penerbit besar pernah ia dekati, tapi gagal, karena menurut Ira opsinya terlalu berat, yaitu ia harus menanggung
[ac-i] jurnal toddopuli: kongres reims partai sosialis perancis
JURNAL TODDOPULI: KONGRES REIMS PARTAI SOSIALIS PERANCIS - Tanda Dari Krisis Konsepsional? Partai Sosialis Perancis [PSP], sebelum Perang Dunia II seperti halnya dengan semua partai kiri sejens, tadinya bernama Partai Sosial Demokrat Perancis, Waktu itu belum ada Partai Komunis Perancis [PKP] . Setelah kongres PSDP di Marseille yang membicarakan sikap terhadaap gerakan kemerdekaan nasional, Kongres terbelah dua: yang menyokong gerakan pembebasan nasional dan yang tidak menyokongnya. Yang menyokong,kemudian menjadi PKP, sedangkan yang tidak menyokong menjadi PSP. Organ resmi PSDP pada waktu itu yang dipimpin oleh Jean Jaures bernaa L'Humanité dan sekaang menjadi organ PKP. Setelah PD II, PSP dan PKP merupakan partai-partai berpengaruh di Perancis, terutama karena jasa jaa mereka dalam melawan pendudukan Nazi Herman. Hanya kemudian PKP makin melemah, terutama setelah runtuhnya Tembok Berlin. Sedangkan PSP tetap merupakan salah satu partai terbesar,berpengaruh dan terpenting dari golongan kiri, seimbang dengan partai terbesar kanan seperti RPR sekarang menjelma menjadi UMP dan menjadi partai berkuasa. UMP atau PSP serta partai-partai kiri lainnya silih berganti berkuasa. Partao-partai kiri dan kanan menguasai pemerintahansecara silih berganti karena memang kekuatan antara kiri dan kanan boleh dikatakan 50:50 persen. Apabila partai-partai ini terpecah-belah, maka mereka akan mengalami kekalahan dalam pemilu, Di faktor lain, berkuasa tidaknya partai kiri dan kanan, juga ditentukan oleh pilihan politik dan akibat pilihan politik mereka. Rakyat Perancis menghukum partai-partai ini melalui pemilu dan unjuk rasa. Menurut angka Majalah Science Sociale,Paris, jika dipukul rata , maka di Perancis terjadi unjuk rasa saban hari. Kontrol masyarakat yang terorganisasi terhadap janji pemilu sangat ketat. Sampai-sampai Harian Katolik yang berusia sudaha lebih dari 100 tahun, La Croix, mengatakan bahwa di negeri ini terdapat tiga kekuatan utama yaitu pemerintah, pengusaha dan rakyat yang teroganisasi yang disebut dengan istilah partner sosial. Organisasi para majikan,sebagai organisasi dari para pengusaha dan majikan, yang sekarang, juga sudah menyadari akan hal ini, sehingga dengan tujuan agar masyarakat terkelola baik, ketua organisasi para majikan/pengusaha yang sekarang sangat mempertimbangkan unsur patner sosial ini. Tanpa menyertakan patner sosial dalam masalah pengambilan keputusan di berbagai bidang, maka tidak akan ada ketenangan dalam masyaraka. Produksi bisa mandeg dan negeri akan mengalami kerugian sangat besar di berbagai bidang. Bisakah dibayangkan bahwa pernah bahwa Paris pernah dikepung dan lumpuh karena kepungan para petani yang unjuk rasa, pernah macet karena mogok para sopir kendaraan berat yng memblokade tol-tol di sekitar Paris, sehingga tentara harus turun tangan untuk membuka blokade tersebut? Contoh ini kukemukakan untuk memperlihatkan pengaruh dan peran kontrol masyarakat yang terorganisasi terhadap penyelenggara negara dan partai-partai politik. Dan benarkah kontrol masyarakat begini merupakan suatu tingkat demokrasi yang telah dicapai dan dikhayati? Tingkat kesadaran politik akan hak dan wajib, sebagai hasil dari suatu proses panjang semenjak anak-anak masuk sekolah? Kalau penglihatan saya benar, maka masalah kesadaran politik, berjalan sehat tidaknya demokrasi, kontrol sosial, erat kaitannya dengan masalah pendidikan. Warganegara tidak menjadi alat jinak [docile tool] menyelenggara negara, tetapi adalah warganegara yang berpikir. Karena itu hak mengungkapkanan diri disadari sebagai hak warga negara yang tidak bisa diusik-usik. Barangkali keadaan ini pula yang menyebabkan bahwa baik pada partai kiri atau pun kanan, tanpa kecuali, selalu terdapat kelompok-kelompok pendapat. Di PSP misalnya, sebagai satu partai terdapat tujuh kelompok pendapat dan grup atau aliran yang disebut sebagai tujuh gajah. Dalam Kongres Epinay, di bawah François Mitterrand, tujuh gajah berhasil disatukan dan kemudian pada buan Mei 1981, PSP bersama-sama partai-martai kiri lainnya berhasil memenangani pemeilihan umum presidensial dan parlemen..Tapi dalam kongres Rennes, tujuh gajah ini tidak berhasil mendapatkan kesepakatan sehingga Kongres berakhir tanpa menghasilkan sebuah resolusi apa pun. Kemudian Lionel Jospin datang menyatukan mereka dan berhasil memenangi pemilihan umum untuk Parlemen sehingga Lionel Jospin ditunjuk oleh Presiden Jacques Chirac menjadi Perdana Meenteri. Pemerintah kohabitasi pun lahir. Kohabitasi antara partai-partai kiri dan kanan. Presiden berada di tangan partai-partai kanan, sedangkan pemerintahan dipegang oleh partai-artai kiri, dengan PSP sebagai partai intinya. Kohabitasi terjadi karena baik partai kiri atau pun kanan pada waktu itu berpegang kokoh pada ketentuan-ketentuanKonstitusi dan tidak ada yang mengusulkan perobahannya. Di negeri ini, agaknya apa yang disebut hukum ,disadari benar arti
[ac-i] FITRAJAYA NUSANANTA PROFIL ARTIS
Jakarta 24 November 2008 Dear Gallery Owner My Spirit sampaikan salam seni rupa untuk semua kalangan di tanah air tercinta kita ini.Perkenalan yg saya introduksikan pada Gallery Owner adalah terhadap art work yang saya ciptakan baik didalam dan di luar negeri.Silahkan anda check attachment.Anda sebagai pengelola,pemelihara,pengarah,penjual hasil art work di dalam negeri ini,yakinkan saya bahwa akan ada suatu respon yang akan di kemukakan terhadap art work saya.Tak peduli apakah negativ atau positiv respon,karena cemooh dan pujian itu hal yang biasa buat saya dari perjalanan karier saya di mancanegara tentang hal ini.Karena bagaimanapun,tidak ada alasan penghambatan terhadap penciptaan art work saya dengan issue-issue apapun.Saya berkarya dengan bebas,tanpa terikat sedikitpun dengan sekeliling seniman yang biasanya sangat sibuk mengikuti pendahulunya yang katanya sudah atau mulai populer. Dari berita singkat di email ini,saya sampaikan Real My Destination Of Art Of Fitrajaya Nusananta,Free Product Art Work from My Own Experince.Di lembaran ini,saya menantang para Gallery Owner,baik dalam profesionalnya sebagai pengelola kasenian negeri ini,penjual karya-karya seniman yang berkwalitas,untuk bekerja sama dengan saya.Baik itu dalam bentuk exibhition,work shop,join operation,future planing,art management,curatorisation, etc. Untuk sebagai bahan referensi anda,dapat search profile saya di fitraart.comand di beberapa media seni rupa di dalam dan luar negeri. Terima kasih sebelumnya atas perhatian dan keluangan waktu nya.saya dengan senang hati menanti respon anda. Best Regards Fitrajaya Nusananta Carano Bussiness Management Mob:081317923028 Fax:0217210137 Office:0217892265 Jl.Benda Bawah No 18 A.Kemang Jakarta Selatan 12560 Indonesia