[ac-i] Re: [media-jabar] Wisata Masa Silam di Manglayang

2008-11-23 Terurut Topik mediacare

  - Original Message - 
  From: Abdul Rohim 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Sunday, November 23, 2008 1:46 AM
  Subject: [media-jabar] Wisata Masa Silam di Manglayang


Wisata Masa Silam di Manglayang
Wahana untuk bermain dan mengenal budaya Sunda. Tak kalah asyik 
dibanding permainan modern di mal.
Tak, tek, tok, dung, dung / Tok, tok, dung, dung…. Suara lodang 
ditimpali pukulan kendang memecah kesunyian sore itu. Lupakan soal lagu, tak 
usah peduli soal irama, pokoknya main, dan ramai. Pemukul lodang, alat musik 
yang terbuat dari bambu, juga pemain kendang, boleh cengengesan sambil 
mempertontonkan giginya. Tak usah takut salah, yang penting happy. 
Kok, main musik tanpa aturan? Itulah asyiknya main di Kampung Seni dan 
Wisata Manglayang, Bandung. Jika alat musik lodang tak sedang dimainkan oleh 
awak grup yang sebenarnya, pengunjung boleh menabuh sepuasnya. Anak-anak boleh 
memilih ruas bambu mana yang akan dipukul, begitu juga orang tuanya. Kalau 
capek, tak usah khawatir, banyak saung yang bisa dipakai beristirahat. 
Menyelonjorkan kaki, menikmati semilir angin. 
Kampung Seni dan Wisata Manglayang berada di kawasan Bukit Manglayang, 
tepatnya di Kampung Ciborelang, Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten 
Bandung. Keberadaan area seluas hampir dua hektare ini diawaki sepasang sarjana 
seni, yakni Kawi dan Ria Dewi Fajaria. Hasil ide pasangan suami-istri ini mulai 
diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan pada akhir 
Agustus 2007. Butuh waktu dua tahun untuk menyiapkannya, kata Kawi, 49 tahun, 
kepada Tempo. Dulu kawasan ini kebun terpencil. 
Selain lodang, ada beragam permainan lain yang disediakan di kampung 
wisata ini. Misalnya permainan naik egrang, yakni berjalan sambil naik potongan 
bambu dengan pijakan kaki berketinggian sekitar setengah meter di atas tanah. 
Terlihat sederhana, tapi mesti berhati-hati. Saat satu kaki melangkah, kaki 
satunya lagi harus menahan keseimbangan supaya tidak jatuh. 
Permainan bedil-bedilan lain lagi. Untuk memainkan permainan zaman 
baheula ini, pengunjung mesti menyiapkan kertas basah sebagai peluru. Kertas 
basah diremas-remas hingga bulat, lalu dimasukkan ke potongan bambu kecil, 
terus disodok ke dalam. Jika peluru pertama sudah ada di ujung bambu, siapkan 
peluru kedua dari bahan yang sama, lalu disodok lagi. Tekanan udara di dalam 
bambu akibat sodokan peluru kedua akan membuat peluru pertama lepas ke udara. 
Dor! Lawan yang tubuhnya terkena peluru boleh berpura-pura terguling sambil 
menahan sakit, atau berpura-pura mati. 
Bagi anak-anak yang mau main gasing kayu atau bermain karet gelang, 
permainan ini juga tersedia. Saling patok gasing atau melompati tali karet 
laiknya bermain loncat tinggi tak kalah asyiknya. Ingin memegang dan memainkan 
wayang golek, ayo aja. Si Cepot, salah satu tokoh kesohor wayang ini, pasti tak 
akan marah. 
Nurdin, 38 tahun, salah seorang pengunjung, merasa senang membawa 
putrinya, Humaira, 7 tahun, ke Kampung Seni Manglayang. Di sini anak saya bisa 
mencoba beragam permainan tradisional yang makin sulit ditemukan, katanya. 
Maklum, anak-anak sekarang lebih betah bermain PlayStation, Nintendo, atau 
bermain di kawasan permainan modern, seperti TimeZone, yang banyak bertebaran 
di mal besar. 
Memainkan alat musik tradisional, juga permainan tradisional, hanya 
salah satu bagian dari sajian Kampung Seni dan Wisata Manglayang. Di sini 
pengunjung berkesempatan mengenal budaya Sunda, termasuk rumah adat dan 
kelengkapannya. Di area yang ditanami beragam pohon, seperti tangkil, lengkeng, 
bambu tali, asam, dan peuteuy, itu terpacak tegak sejumlah rumah panggung 
dengan dinding bambu dan beratap rumbia. Untuk melongok nama dan isi rumah, 
pengunjung tinggal menelusuri jalan setapak dengan undak-undakan yang tertata 
rapi. 
Saung Kamonesan, sekadar contoh, dibangun dua tingkat. Di dalamnya 
tersimpan benda-benda menarik, seperti topeng dan wayang golek. Sedangkan di 
Saung Wreti tersimpan perabot rumah tangga, seperti gentong, kentongan, dan 
caping. Bagi mereka yang ingin melihat tempat penyimpanan padi, datangi saja 
leuit alias lumbung padi. Jika hendak mengetahui seperti apa bentuk lesung kayu 
yang biasa dipakai menumbuk padi menjadi beras, pengunjung bisa menengok Saung 
Lisung. 
Mengobrol sembari menikmati pemandangan hamparan padi di sawah bisa 
dilakukan di Saung Binangkit, semacam teras bagi rumah kebanyakan. Jika azan 
berkumandang dan pengunjung ingin salat, tak usah repot-repot, datang saja ke 
bangunan tajug (musala). Di sela-sela saung dan beragam pepohonan, pemilik 
kampung seni juga membangun sejumlah kolam ikan. Juga ada tempat duduk dari 
tembok batu tanpa diplester sehingga terlihat artistik, lengkap dengan meja 
bundar dari bahan serupa. 
Selanjutnya, jika penasaran ingin tahu seperti apa bangunan khusus 
untuk memelihara manuk alias burung dan domba lengkap dengan rak 

[ac-i] Fw: Undangan Diskusi Fotografi SEMBILAN WALI SITI JENAR Karya Seno Gumira Ajidarma

2008-11-23 Terurut Topik wimo bayang


--- On Sun, 11/23/08, Wok The Rock [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Wok The Rock [EMAIL PROTECTED]
Subject: Undangan Diskusi Fotografi SEMBILAN WALI  SITI JENAR Karya Seno 
Gumira Ajidarma
To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Sunday, November 23, 2008, 12:13 AM






  

[ac-i] dari sebuah sudut.

2008-11-23 Terurut Topik putu oka sukanta
Dari sebuah sudut.
Sebuah produk termasuk produk seni, ketika ia sudah dilepas ke pasar maka pasar 
/ konsumen berhak untuk menilainya, sesuai dengan kriteria yang diembannya: 
produk itu bisa dimasukkan ke comberan jika dianggap racun, bisa disimpan kalau 
diperhitungkan pada suatu waktu diperlukan, bisa dimaki, dipuja dan lain 
sebagainya sesuai dengan hak konsumen. Pendapat tsb akan dihormati selama tidak 
mengkaitkan dengan masalah pribadi penciptanya yang tidak ada kaitannya dengan 
apa yang sedang dibahasnya. Adalah dua hal yang berbeda, membahas tulisan, dan 
membahas perihal lain yang tidak ada urusannya dengan tulisan tsb.Ini pendapat 
saya, yang orang boleh setuju dan boleh tidak setuju.

Saya membacanya, saya merenungkannya, pendapat siapa saja, orang yang 
bersimpati atau tidak bersimpati, sesuai dengan hak saya untuk menolak atau 
menerimanya. Keterbatasan setiap individu dalam menyelami, dan memahami karya 
seni atau produk lainnya, adalah manusiawi dan tidak ada yang mutlak dalam 
kehidupan ini.Kebenaran itu sendiri berpihak dan relatif subyektif.
Oleh karena itu mari kita terus bekerja, mari kita mencoba mengurangi 
keterbatasan yang manusiawi itu.

Selamat bekerja keras Bung.
salam 
putu oka


  - Original Message - 
  From: [EMAIL PROTECTED] 
  To: Putu Oka Sukanta 
  Sent: Sunday, November 23, 2008 1:35 PM
  Subject: Dokument Komentar AA (Kopie)





Re: [ac-i] Re: [mediacare] Re: Soal Larangan syuting Film Lastri - Eros Djarot

2008-11-23 Terurut Topik triwibowos
Orang yang masih fobia terhadap komunisme adalah orang yang sudah 
terkontaminasi oleh paham Orde Baru yang berhasil memanipulasi sejarah 
Indonesia. 

Orang yang anti sama komunis itu sebetulnya tau nggak sich sejarah komunis di 
Indonesia?

Organisasi Komunis di Indonesia itu lahir dari organisasi agama yakni Syarikat 
Islam. Pendirinya aja Semaun, Darsono, Alimin, dan Tan Malaka-nama aslinya Dato 
Ibrahim, seorang Ustadzah tersohor dari Tanah Minang-yang kemudian para 
intelektual muda muslim tersebut merasa gelisah atas prilaku kolonial Belanda 
yang sudah keterlaluan dalam menindas masyarakat Indonesia saat itu. 

Kemudian para intelektual muda itu mendirikan organisasi komunis untuk melawan 
imperialis Belanda sampai para kompeni itu pulang kampung alias ngibrit ke 
tanah mereka.

Jadi, Wahai orang-orang munafik, janganlah engkau menebar kebencian terhadap 
segelintir orang atau kelompok tertentu tanpa ada alasan dan fakta yang jelas. 
Sebab, Allah tidak menghendaki orang yang berhati busuk!  

Ingat! Musuh kita sekarang ini adalah Kapitalisme Global yang mensengsarakan 
hidup kita hingga anak cucu kita. Karena mereka telah merampas warisan kita 
yang telah diberikan oleh Ibu Pertiwi, seperti lapangan minyak di Cepu sudah 
disikat Exxon, Tambang emas di Papu sudah dikuras Freeport, tambang minyak di 
Kalimantan sudah disedot sampai habis oleh Total, dan masih banyak lagi Bung.

Maka, kita sebagai anak bangsa harus bangkit melawan imperialis baru yakni 
sistem yang kaptalistik.

Salam,

Bowo
Sent from my BlackBerry� smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: bambang hidayat [EMAIL PROTECTED]

Date: Sat, 22 Nov 2008 15:34:20 
To: artculture-indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [ac-i] Re: [mediacare] Re: Soal Larangan syuting Film Lastri - 
Eros Djarot


Dengan itu kita semua belajar bukan?.
Salam,Bambang Hidayat.

Bambang Hidayat

Pasir Muncang,Dago Atas

PPR-ITB G17

Bandung 40135

Jawa Barat,Indonesia

Tilp./fax: 62-22-250 3375

e-mail   : [EMAIL PROTECTED]

   [EMAIL PROTECTED]

--- On Sat, 11/22/08, Miranda [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Miranda [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [ac-i] Re: [mediacare] Re: Soal Larangan syuting Film Lastri - 
Eros Djarot
To: artculture-indonesia@yahoogroups.com
Date: Saturday, November 22, 2008, 11:03 PM











:) maaf Mbak Ratna, pertanyaan Bung Hoesein jadi nyasar ke anda.. 
Padahal maksudnya mengacu pada terma yang saya gunakan. 

Bung Hoesein, yang saya maksud dengan fobia komunis yang kronis di sini adalah 
perasaan ketakutan berlebih terhadap paham komunisme dan, menggunakan istilah 
orde baru, 'antek-anteknya'. Kronis, karena ketakutan semacam ini sudah diidap 
oleh masyarakat kita hampir sepanjang rezim orde baru. Bahkan masih mengakar, 
ketika orde reformasi sudah berjalan selama satu dekade, di mana masyarakat 
sudah diberi kesempatan untuk banyak belajar bahwa setiap paham punya sisi 
gelap dan terangnya masing-masing. Satu dekade, bagi saya, bukan waktu yang 
pendek bagi kita untuk mengkaji ulang cara pandang kita terhadap paham 
komunisme, khususnya di Indonesia. 


Sudah banyak sekali media yang mencoba meluruskan fakta sejarah. Sayangnya, 
keterbukaan akses terhadap media-media pembelajaran tersebut memang masih 
sangat terbatas.

terima kasih,
Miranda.

On 11/21/08, hoesein [EMAIL PROTECTED] com wrote:


















Bu Ratna, kalau boleh bertanya, apa yang anda maksudkan dengan fobia komunis 
yang kronis ? Terima kasih

--- Pada Kam, 20/11/08, Miranda mirandaharlan@ gmail.com menulis:


Dari: Miranda mirandaharlan@ gmail.com

Topik: Re: [ac-i] Re: [mediacare] Re: Soal Larangan syuting Film Lastri - Eros 
Djarot
Kepada: artculture-indonesi [EMAIL PROTECTED] com

Tanggal: Kamis, 20 November, 2008, 9:37 AM




Kalau saya juga boleh menginterpretasi, saya rasa Bung Ging Ginanjar sedang 
melontarkan sinisme perkara bagaimana segelintir masyarakat kita masih juga 
mengidap fobia komunis yang kronis.

salam,

Miranda.


-- 
Miranda
mirandaharlan@ gmail.com

+62 819 317 897 82
+62 274 929 5512

Everybody lies -- every day; every hour; awake; asleep; in his dreams; in his 
joy; in his mourning. [Mark Twain]

http://12miranda. multiply. com

  




 

















  


[ac-i] Geometri tertawa - menghormati ilmu

2008-11-23 Terurut Topik Hudan Hidayat

Geometri Tertawa

Geometri Euklides bertemu dengan kepastian Descartes: “setiap dua titik dapat 
ditarik sebuah garis lurus”, sejajar dengan “aku berpikir maka aku ada”.
 
Kita bisa memasuki permainan pikiran ini dengan pernyataan lain: “setiap 
pikiran yang dituliskan akan menghasilkan aksara atau dunia tanda”. 

Itulah hipotesis yang tak perlu berepot membawanya ke dunia laborat: kita bisa 
mengerjakannya sendiri dan saat ini: mengambil pena dan meletakkan dua titik 
secara berjauhan, lalu menghubungkan kedua titik itu dengan satu garis lurus. 
Saat kita melakukan itu pun pernyataan Descartes sudah dan sedang berlangsung: 
adanya diri kita yang sedang membuat sebuah garis lurus. Begitu juga saat kita 
melontarkan pikiran itu ke dalam dunia tulisan.  

Tapi, apakah itu dunia kepastian, sebagaimana ilmu mengangankan untuk dirinya? 
Tidak. Itu tetap dalam tingkatan “hipotesa” karena belum terjadi. 
Berulang-ulangnya ketiga rangkaian pernyataan itu bukanlah sebuah kepastian, 
sesuatu yang pasti terjadi, yang kepastiannya memiliki tingkat keharusan yang 
abadi. Karena ketiganya adalah kepastian di tingkat nalar logis, bukanlah 
kepastian di tingkat kejadian yang akan dan pasti terjadi. 

Sebab gampang sekali kehidupan mematahkan kepastian seperti itu: cukup dengan 
kematian, atau hilangnya nalar logis dalam diri seseorang. Apakah Descartes 
saat tidur bisa berkata: aku berpikir, maka aku ada? Bukankah dirinya sedang 
tidur yang berarti kesadaran pikirannya ikut tertidur – seperti benda yang 
dalam keadaan istrirahat dalam kalimat pertama hukum Newton yang pertama? 
Dengan cara yang sama kita bisa menghilangkan kata “kepastian” yang hendak 
dilekatkan kepada kedua pernyataan lainnya.

Maka kepastian adalah sesuatu ilusi, kehendak imperatif pada pikiran: 
menjangkau fenomena benda dan makna, sebagai sesuatu yang bernilai stabil dan 
tetap. 

Bahasa matematika tak tergoyahkan, kata orang. Tapi lihatlah kita telah 
mematahkannya ke dalam ruang dan rentang definisi arti kepastian di tingkat 
logika, dengan kepastian di tingkat kejadiannya. Dunia selalu adalah dunia yang 
menyisakan sebuah ruang, ruang yang mungkin. Dengan kata “mungkin”, di situlah 
sang mahluk menjadi berendah hati atas dunia ini.
Katakanlah “insya allah”, jangan kau katakan pasti terjadi. Sebab ilmu, atau 
sains, betapapun digdayanya, adalah mustahil menebak apa kepastian yang akan 
terjadi besok. Baik pada tingkat semesta maupun dalam dunia manusia. Selalu, 
yang abadi itu adalah sebuah kemungkinan.

Kedigdayaan dunia mekanika Descartes dan Newton selama ratusan tahun, akhirnya 
berguguran ketika fisika baru menemukan sesuatu yang aneh dalam fenomena dunia 
atom atau subatom. Betapa di sana partikel-partikel atom menunjukkan wajah yang 
tak pastinya. Sifat yang paradoks yang telah membuat klaim fisika Newton tidak 
bisa dioperasikan lagi. 

Selintas teringat kehendak dalam angan Kredo Puisi Tardji saat menyimak dunia 
atom fisika abad 20: betapa atom berloncatan tak tentu arah sebagaimana dunia 
puisi Tardji yang tak hendak tunduk dengan irama puisi dari sebuah tradisi 
puisi (setidaknya tradisi puisi di Indonesia). Bahwa atom pembentuk bahan dasar 
dunia itu, karena sifatnya yang berlainan dengan sifat yang dilihat oleh 
Newton, telah membawa implikasi yang tak terpermanai akan kenyataan dunia. 

Kini kita jadi tahu bahwa, misalnya, ruang dan waktu yang absolut dalam 
paradigma Newton, patah oleh ruang dan waktu yang relatif dalam paradigma 
Einstein. 

Orang bisa berkata itulah watak kebenaran ilmu dan watak kemenyingkapnya 
fenomena dunia: bahwa alam membukakan dirinya selapis-selapis, sedang manusia 
setahap demi setahap memperbarui metode ilmiahnya. Tapi bagaimana dengan fakta 
perdebatan legendaris antara Einstein dan Bohr – dua orang yang relatif 
memiliki paradigma yang sama dan peralatan metode yang sama dalam dunia fisika 
baru itu? – metode ilmiah. 

Mengapa Einstein sampai akhir hidupnya tidak menyetujui implikasi dari 
kenyataan fisika kuantum?

Sayup-sayup terbaca karena Einstein tetap percaya kepada dunia eksternal yang 
menguasi dunia benda-benda, sedangkan fisika kuantum menolak, atau 
memperlihatkan sebuah gejala di mana sebab dan akibat tidak harus berlaku dan 
tidak harus terjadi di dunia atom. Dunia di mana dalam fisika atom 
partikel-partikel yang tak tunduk pada hukum tapi mengacak-ngacak hukum. Yang 
karena itu Heisenberg menyebutkannya sebagai prinsip ketidakpastian. 

Capra mengutip Einstein, betapa fisika baru itu telah membuat dirinya 
terguncang. 

“Semua usaha saya untuk menyelesaikan landasan teori fisika dengan pengetahuan 
(jenis baru) ini telah gagal sama sekali. Rasanya seolah-olah tanah tempat kita 
berpijak telah diambil dari bawah, tanpa ada landasan kuat lainnya yang dapat 
dijadikan sebagai tempat untuk mendirikan bangunan”.

Apa yang hendak kita katakan kepada klaim ilmu yang mendeklarasikan, atau 
sering dinyatakan, sebagai dunia yang stabil? Di mana beroperasi dunia 
matematika dengan bahasanya yang 

[ac-i] Warta Komunitas Kreatif Bali #10

2008-11-23 Terurut Topik Ayip

Sahabat kreatif,
Komunitas Kreatif Bali menggelar acara Bali Creative Power mulai 29 
November 2008 di Sanur Paradise Plaza. Banyak acara menarik yang 
merepresentasikan aktifitas insan kreatif di Bali dari berbagai bidang 
kreatif. Simak agendanya di Warta Komunitas Kreatif #10 ini


*BALI CREARIVE POWER. MERAYAKAN KREATIFITAS YANG MENCERAHKAN 
http://komunitaskreatifbali.wordpress.com/2008/11/23/bali-crearive-power-merayakan-kreatifitas-yang-mencerahkan/*
Komunitas Ktreatif Bali mengawali agenda publiknya dengan 
menyelenggarakan Bali Creative Power yang akan menampilkan beberapa 
agenda acara kreatif bagi berbagai kalangan. Kegiatan ini dimaksud untuk 
menjadi penanda dimulainya sebuah semangat baru perjuangan kolektif 
insan kreatif di Bali dalam menyambut era ekonomi kreatif yang berasis 
human capital.


*BALI BLOGGER COMMUNITY MERAIH THE MOST PROMISING BLOGGER COMMUNITY IN 
2008?* 
http://komunitaskreatifbali.wordpress.com/2008/11/22/bali-blogger-community-meraih-%e2%80%9cthe-most-promosing-blogger-community-in-2008%e2%80%b3/
Sejumlah blogger dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura 
ikut hadir dalam ajang kopi darat akbar Pesta Blogger 2008 di Gedung 
BPPT, Thamrin, Jakarta, Sabtu (22/11). Selain mengangkat tema Blogger 
For Society, diluncurkan juga Bloggership yaitu penghargaan/beasiswa 
untuk menulis isu-isu mengenai potensi yang bisa dikembangkan Indonesia 
meliputi transformasi pendidikan, ketersediaan pekerjaan dan kesempatan, 
serta inovasi lokal.


*INDONESIA MEMPERLUAS EKONOMI KREATIF* 
http://komunitaskreatifbali.wordpress.com/2008/11/19/indonesia-memperluas-ekonomi-kreatif/
Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Indonesia sedang 
mengembangkan ekonomi kreatifnya sebagai sektor yang mempunyai potensi 
untuk meningkatkan pendapatan negara.


Ia berkata Indonesia memiliki potensi yang besar dan keunggulan pada 
sektor dan perluasannya dan menghimbau agar meningkatkan perdagangan 
dengan negara-negara asing.


Komunitas Kreatif Bali adalah kelompok masyarakat dan insan kreatif yang 
menaruh perhatian terhadap pengembangan industri kreatif di Bali sebagai 
penggerak ekonomi kreatif Bali. Didirikan sebagai forum sosial yang 
diharapkan dapat menjadi wadah bagi terciptanya budaya kreatif, 
munculnya talenta kreatif baru, mendorong inovasi dan tumbuhnya semangat 
kewirausahaan. Ayo bergabung. Kirimkan tulisan Anda tentang : 1). Acara 
dan proyek Kreatif 2). Kiprah, karya dan profil insan kreatif atau 
komunitas kreatif 3). Opini dan artikel tentang komunitas kreatif 
kirimkan melalui email ke [EMAIL PROTECTED]






[ac-i] Suprijadi Tomodihardjo dari TITIAN

2008-11-23 Terurut Topik putu oka sukanta
FIR DAN SIS
Soeprijadi Tomodihardjo
 

SEJAK September lalu pada acara Hari Raya Idulfitri sebenarnya telah terdengar 
omongan dari mulut ke mulut tentang diri Sisbandi. Fir agak khawatir sesuatu 
telah terjadi pada diri lelaki itu, namun selama ini belum sempat dia 
menengoknya di rumahnya. Dan tiba-tiba Sis muncul kembali di kedai langganannya 
tanpa diduga. Begitu Fir mendekat ke tempat duduknya, Sis menatapnya hanya 
sekejap lalu berpaling ke samping, kanan dan kiri ganti-berganti. Apatis. Raut 
layu wajah yang sayu. Tak ada tanda-tanda Sis mengenalnya. Dingin yang 
mencengangkan. 

Perlu apa Sis? Ada soal apa? tanya Fir.

Soal... entah, soal saya... mau entah.   

Fir geleng kepala menatapnya. Itu bukan jawaban dan pasti bukan  kelakar, sebab 
Sis mengucap dengan bibir gemetar, senyum terkulum tanpa ceria. Namun Fir coba 
bertanya apakah dia masih mengenalnya, dan Sis tampak ngah-ngoh seperti orang 
bodoh. Tidak. Dia tidak bodoh. Setidaknya pernah tamat SMA sebelum 1965 meski 
kemudian patah kuliah jurusan Sinologi di UI.  Kini agaknya ada yang onstel 
pada jaringan syaraf otaknya. Tersendat-sendat. Seperti gerigi arloji yang 
lepas dari asnya. Fir baru percaya omongan orang, dia bukan saja jadi pelupa 
tapi sudah benar-benar demens: d-é-m-è-n-s! Sungguh keterlaluan, pikir Fir.  
Seusianya tentu belum waktu lelaki itu mengidap gangguan ingatan. 

Semula Fir tak melihatnya sedang makan, sebab pada jam itu para pelanggan 
berkerumun menanti luang kursi. Kebanyakan mereka adalah pegawai rendah 
perkantoran di seputar Wiener Platz yang sedang istirahat setengah jam saja 
buat makan siang. Gudzel si pemilik kedai, buru-buru memanggil Fir di kassa 
ketika Sis bengong tak ada uang di kantong setelah melahap kebab1). Fir 
percaya, dia tak akan menyelonong tanpa bayar sesudah perutnya kenyang. Dia 
bilang pada Gudzel, lelaki itu cuma lupa koceknya saat meninggalkan rumah. 
Sebagai kawan tentu saja Fir menanggungnya. Gudzel percaya karena dia 
sahabatnya. 

Fir menggandengnya keluar. Di pinggir tempat parkir dia berpura tanya siapa 
namanya. Fir merasa nelangsa ketika mendengar jawabnya. Bahkan nama sendiri Sis 
lupa. Tak ada senyum melingkar pada wajahnya. Wajah kosong seorang lelaki yang 
kehilangan kemudi diri. 

Fir sendiri sering lupa nama orang, bahkan nama besar semisal almarhum mantan 
presiden Prancis sebelum Chaque Chirac pada petak-petak segi-empat sebuah 
halaman teka-teki silang. Tetapi Sisbandi tak ubahnya dengan Firman, dua-duanya 
pseudonym, tempat mereka  mengubur indikasi diri berupa segumpal stigma: 
Gestapu-PKI. Seperti Pater Wisanggeni yang menjelma Saman dalam roman Ayu 
Utami. Seorang pater yang terlibat gerakan perlawanan petani karet ketika kebun 
mereka ditebang pemodal multi-nasional yang mengubahnya jadi perkebunan kelapa 
sawit. Sis tentu bukan jenis Saman yang melarikan diri hingga Singapura, New 
York, Manhattan, sebagai buron preman bayaran. Dia cuma dongkolan mahid2) yang 
kabur-kanginan menyusul Fir sampai di Westfalia Utara di mana mereka meminta 
suaka. 

Fir mulai sadar dan khawatir akan simtoma serupa di masa depan dirinya. Sebab 
dia dan Sis hampir sebaya, juga kian pelupa dan sama-sama orang buangan. 
Perihal membina keluarga hanya dalam satu hal saja mereka berbeda: Fir adalah 
Firman yang sempat menikah sedangkan Sis tetap jejaka tua. 

Setelah pertemuan singkat di kedai itu Fir mengantar Sis pulang karena lelaki 
itu tak tahu lagi di mana rumahnya. 

Malam itu Fir coba menelepon Sis. Didengarnya suara hampa seorang kawan lama 
yang tak tahu lagi siapa dirinya,

Halo. Siapa situ?

Ya Sis, aku Firman, suami Rukmi. Kamu Sisbandi bukan? 

Siapa Firman? Siapa...

Ah, masak lupa? Bukankah aku yang mengantarmu pulang tadi siang?

Emm mm. Siapa? Pulang ke mana?

Lupa pasti bukan bakatnya. Namun trauma, keterasingan dan kekosongan dalam 
hidupnya di luar Tanahair selama puluhan tahun, telah menguras tandas telaga 
bawah sadarnya, tetes demi tetes. 

Kamu siapa? ulang Sis.

Aku Kala Srenggi! Ingat bukan? Kala Srenggi! cetus Fir jengkel.

Hus! dengus istri Fir. Orang sakit kok digodain. Kasihan dong!

Bolpen dan kertas siap ya? lanjutnya.  Oke, tulis yang benar: kosong dua dua 
kosong tiga - lima tiga satu kosong lima. Aku ulangi ya, 
kosong...dua...dua...kosong...tiga- lima...tiga...satu...kosong...lima. Jadi, 
tinggal ngebel saja. Kalau kau mau, silakan nginap, kami tak keberatan asal 
seadanya. Fajar bisa menjemputmu kapan saja.

Fajar? Siapa Fajar? 

Kian jengkel Fir meladeninya: Tulis ya, Fajar itu anakku!  Masak lupa? Waktu 
kecil kau suka meniumangnya... 

Bermenit-menit Fir menunggu. Telepon genggam hampir dibungkam ketika 
didengarnya lagi suara Sisbandi,

Halo. Siapa situ?

Ya, ini aku lagi Sis, bapaknya Fajar! Kok masih tanya!

Fajar? Siapa Fajar?

Sudahlah Sis, selamat tidur. Lain kali aku menelepon lagi. 

Fir tak sabar lagi lalu membungkam telepon genggamnya. Ganti istrinya 
menegurnya, Enggak bisa terus begitu! Mesti mendapat perawatan dokter. 
Sebaiknya 

[ac-i] Melintas sepintas

2008-11-23 Terurut Topik putu oka sukanta
1.Melintas sepintas.

 

dari bui ke hawaii

tak bisa diukur langkah kaki

masih tersisa rasa perih dera ekor pari

dikejar bawah sadar dalam mimpi

 

bukit-bukit hawaii

disemangati terang lampu malam hari

aroma kamboja bunga hawaii

disambut getar suaraku bergema

menantang pilihan manusia

 

hawaii tak pernah terbayangkan dari bui

nafas kita

menyatu berembus melaju

membongkar sekat manusia - hawaii.

 

Lincoln House, Sept 2000

 

 

Brief Crossing
 

From jail to Hawaii

the footsteps are imeasurable

slashes from the sting-ray's tail yet lurk

in dreams my subconscious flushes out

 

the hill of hawaii

alive in the lamplit night

the  scent of Hawaii'fringipani

my voice reverberates among them

to challenge the choice of men

 

Hawaii-in jail I never once imagined you

our breaths-

now as one-blow forward

to pull down the walls men build.

 

Lincoln House, Sept.2000

Translated by Sylvia Tiwon.


[ac-i] KATHARSIS 5

2008-11-23 Terurut Topik alvin hadiwono
Cinta Besar tidak mengandung ikatan... 
 
katharsis holydiary[15102005(6)]
http://katharsis-holydiary.blogspot.com


  National service in Indonesia?

[ac-i] VCD Lagu Anak-anak - Aku Cinta Indonesia

2008-11-23 Terurut Topik abd Rahman



http://geraibuku.multiply.com/photos/album/83



VCD Kartun Pendidikan Anak. 





“Aku Cinta Indonesia (ayo menyanyi lagu nasional) bersama diva”,

akan mengenalkan lagu wajib nasional indonesia kepada putra

putri anda. Di setiap klip lagu dilengkapi dengan teks lagu

yang akan memudahkan anak anak untuk bernyanyi bersama.



Lagu- lagu wajib nasional yang akan

dikenalkan Diva dan Pupus antara lain :



* Indonesia Raya

* Halo Halo Bandung

* Dari Sabang Sampai Merauke

* Hari Merdeka

* Satu Nusa Satu Bangsa

* Garuda Pancasila 





* Berkibarlah Benderaku

* Maju Tak Gentar

* Bangun Pemudi Pemuda

* Bendera Merah Putih 





Harga Rp 25.000

Belum termasuk ongkos kirim 

Barang baru

Pesan di email : [EMAIL PROTECTED] atau sms ke [021] 3099 8655







www.geraibuku.com 




  

[ac-i] Empat Buku Tari Irawati

2008-11-23 Terurut Topik Anwar Holid
Empat Buku Tari Irawati
---Anwar Holid


Salah satu keuntungan paling langka menjadi editor ialah ia berkesempatan 
mendapat manfaat dari teks yang disianginya. Ia bisa berjumpa dengan khazanah 
ilmu yang kadang-kadang awalnya begitu asing dan terasa jauh, sampai akhirnya 
dekat dan akrab, karena mendapat ilmu itu langsung dari ahlinya. Boleh jadi 
itulah kesempatan istimewa editor dibandingkan profesi lain: ia berkesempatan 
menelisik berbagai khazanah ilmu sambil mengurus teks tersebut agar lebih hidup 
dan mempesona. 

Ranah baru yang saya gumuli baru-baru ini ialah tari klasik Sunda, karena saya 
menyunting naskah biografi seorang tokoh tari Sunda, Irawati Durban Ardjo. Dari 
mana mengukur bahwa dia benar-benar seorang tokoh? Keseriusan, konsistensi, 
loyalitas pengabdian, kiprah, sumbangsih, termasuk reputasi, merupakan alasan 
kuat yang membuat sejumlah orang sepakat menyatakan bahwa beliau memang tokoh 
tari Sunda. Lebih istimewa lagi, Irawati telah menulis empat buku tentang 
dasar-dasar gerakan, sejarah, perkembangan, dan bunga rampai jenis tari di Jawa 
Barat.

Kira-kira pada paro terakhir 2007, seorang teman memberi tahu bahwa Irawati 
butuh editor untuk naskah biografinya yang ditulis oleh Ahda Imran dan Miftahul 
Malik---waktu itu penulisannya belum selesai. Teman saya ingin juga jadi editor 
naskah itu, tapi kesibukan dan jarak membuat dia menawari agar saya mengambil 
peluang tersebut. Melamarlah saya, dan akhirnya diterima. Sejak itu 
perlahan-lahan saya mengetahui reputasi beliau, bukan hanya sebagai penari, 
melainkan juga pegiat tari Sunda yang lengkap. Di kalangan pecinta seni, 
Irawati terkemuka lantaran menjadi penari Istana Negara sejak 1959 (zaman 
Presiden Soekarno) hingga terakhir tampil pada 2006 saat Presiden Amerika 
Serikat George Bush, Jr. berkunjung ke Indonesia, dijamu di Istana Bogor, meski 
kehadirannya ditentang besar-besaran oleh sebagian kalangan. 

Ketika kelas 1 SD, suatu hari Ira memperhatikan kakaknya yang diajari menari 
oleh kakak ipar untuk persiapan pesta kenaikan kelas. Setelah sebentar 
memperhatikan, segera ia mampu menirukan gerakan mereka. Bakat tari itu diasah 
dan ditumbuhkan di BKI (Badan Kesenian Indonesia). Meski mula-mula dilarang 
ibunya karena waktu itu citra perempuan penari Sunda ialah ronggeng penghibur 
para menak, kemampuan dan kegigihan Ira mendapat perhatian dan dukungan yang 
begitu besar dari dua guru utamanya, yaitu Tb. Oemay Martakusuma, Rd. Tjetje 
Somantri. 

Disiplin BKI mengantarkannya berkali-kali menjadi duta kesenian Indonesia sejak 
remaja, memperkenalkan tari dan kesenian Indonesia. Sejak itu Ira tahu bahwa 
dirinya menyatu dengan tari Sunda, meski dia pun banyak menguasai tari jenis 
lain. Kenyataannya, biar memiliki sejumlah kemampuan dan ketertarikan, misalnya 
sebagai desainer interior dan melukis---ia sarjana dari Jurusan Seni Rupa 
ITB---Ira kembali lagi dan lagi ke tari Sunda, seni yang sejak kecil 
membesarkannya, memungkinkan ia meraih banyak pengalaman berharga. Seiring 
kedewasaan, Ira pun terlibat dalam segala urusan tari. Selain menari, dia 
menjadi pelatih, memproduksi, mendirikan sanggar, merancang kostum, sampai 
mencari sponsor pertunjukan. 

Sebagai ahli tari, ia meneliti dan mendokumentasi khazanah literaturnya yang 
langka. Muaranya ialah ketika ia menjadi pengajar di Kori, hingga lembaga ini 
kini menjadi STSI, sampai ia pensiun.

Menulis buku tari Sunda awalnya pun demi pengabdian dan keperluan pengajaran. 
Selama menyusun dan mengumpulkan data, betapa nelangsa ia mendapati fakta bahwa 
dokumentasi tentang riwayat guru-gurunya, BKI dan Rinenggasari (lembaga yang 
paling awal membentuk etos dirinya sebagai penari), dan yang paling vital 
catatan koreografi, tak tersisa satu pun di bekas sekretariat. Semua arsip 
lenyap. Terpaksa Ira menuliskan lagi, melacaknya baik dari ingatannya dan para 
senior. Yang paling sulit ialah mencatat lagi tari kurang populer yang jarang 
dipentaskan. Ingatan dan penafsiran Ira memainkan peran penting untuk 
merekonstruksi kembali. 

Tangan Ira tak hanya meliuk di antara selendang dan bergerak sesuai musik. 
Tangan itu pun cekatan menghasilkan buku. Telah empat buku ia lahirkan, yaitu 
Tari Sunda 1880-1990, Melacak Jejak Tb. Oemay Martakusuma dan Rd. Tjetje 
Somantri (1998, rev. 2007); Buku Kawit, Teknik Gerak dan Tari Dasar Sunda, 
dilengkapi VCD dan kaset tari (2004); Tari Sunda 1940-1965, Rd. Tjetje Somantri 
dan Kiprah BKI (2008); dan Album Semarak Tari di Tatar Sunda (2008). 

Buku terakhirnya, berisi khazanah tari Jawa Barat, penuh ilustrasi dan warna, 
dirancang kronologik dari awal abad ke-20 hingga tahun 2000-an. Ira sedang 
mengupayakan buku itu terbit sesuai gagasan dan visinya. Karena berwarna dan 
penuh detail desain grafis, ongkos produksinya jelas mahal. Saya sedang 
mencari sponsor untuk buku ini. Kalau tidak ya diterbitkan sendiri, tegasnya. 
Sebuah penerbit besar pernah ia dekati, tapi gagal, karena menurut Ira opsinya 
terlalu berat, yaitu ia harus menanggung 

[ac-i] jurnal toddopuli: kongres reims partai sosialis perancis

2008-11-23 Terurut Topik sangumang kusni

JURNAL TODDOPULI:
 
 
KONGRES REIMS PARTAI SOSIALIS PERANCIS
- Tanda Dari Krisis Konsepsional?
 
 
 
Partai Sosialis Perancis [PSP], sebelum Perang Dunia II seperti halnya dengan 
semua partai kiri sejens, tadinya bernama Partai Sosial Demokrat Perancis, 
Waktu itu belum ada Partai Komunis Perancis [PKP] . Setelah kongres PSDP di 
Marseille yang membicarakan sikap terhadaap gerakan kemerdekaan nasional,  
Kongres terbelah dua: yang  menyokong gerakan pembebasan nasional dan yang 
tidak menyokongnya. Yang menyokong,kemudian menjadi PKP, sedangkan yang tidak 
menyokong menjadi PSP. Organ resmi PSDP pada waktu itu yang dipimpin oleh Jean 
Jaures bernaa L'Humanité dan sekaang menjadi organ PKP.
 
 
Setelah PD II, PSP dan PKP merupakan partai-partai berpengaruh di Perancis, 
terutama karena jasa jaa mereka dalam melawan pendudukan Nazi Herman. Hanya 
kemudian PKP makin melemah, terutama setelah runtuhnya Tembok Berlin. Sedangkan 
PSP tetap merupakan salah satu partai terbesar,berpengaruh dan terpenting dari 
golongan kiri, seimbang dengan partai terbesar kanan seperti RPR sekarang 
menjelma menjadi UMP dan menjadi partai berkuasa. UMP atau PSP serta 
partai-partai kiri lainnya silih berganti berkuasa. Partao-partai kiri dan 
kanan menguasai pemerintahansecara silih berganti karena memang kekuatan 
antara  kiri dan kanan boleh dikatakan 50:50 persen. Apabila partai-partai 
ini terpecah-belah, maka mereka akan mengalami kekalahan dalam pemilu,  Di 
faktor lain, berkuasa tidaknya partai kiri dan kanan, juga ditentukan oleh 
pilihan politik dan akibat pilihan politik mereka. Rakyat Perancis menghukum 
partai-partai ini melalui pemilu dan unjuk rasa. Menurut
 angka Majalah Science Sociale,Paris,  jika dipukul rata , maka di Perancis 
terjadi unjuk rasa saban hari. Kontrol masyarakat yang terorganisasi terhadap 
janji pemilu sangat ketat.  Sampai-sampai Harian Katolik yang berusia sudaha  
lebih dari 100 tahun,  La Croix,  mengatakan bahwa  di negeri ini terdapat tiga 
kekuatan utama  yaitu pemerintah, pengusaha dan rakyat yang teroganisasi yang 
disebut dengan istilah partner sosial. Organisasi para majikan,sebagai 
organisasi dari para pengusaha dan majikan,  yang sekarang,  juga sudah 
menyadari akan hal ini, sehingga dengan tujuan agar masyarakat terkelola baik, 
ketua organisasi para majikan/pengusaha yang sekarang sangat mempertimbangkan 
unsur patner sosial ini. Tanpa menyertakan patner sosial dalam masalah 
pengambilan keputusan di berbagai bidang, maka  tidak akan ada ketenangan 
dalam masyaraka. Produksi bisa mandeg dan negeri akan mengalami kerugian sangat 
besar di berbagai bidang. Bisakah
 dibayangkan bahwa pernah bahwa Paris pernah dikepung dan lumpuh karena 
kepungan para petani yang unjuk rasa, pernah macet karena mogok para sopir 
kendaraan berat yng memblokade tol-tol di sekitar Paris, sehingga tentara harus 
turun tangan untuk membuka blokade tersebut? Contoh ini kukemukakan untuk 
memperlihatkan pengaruh dan peran kontrol masyarakat yang terorganisasi 
terhadap penyelenggara negara dan partai-partai politik. Dan benarkah kontrol 
masyarakat begini merupakan suatu tingkat demokrasi yang telah dicapai dan 
dikhayati? Tingkat kesadaran  politik akan hak dan wajib, sebagai hasil dari 
suatu proses panjang semenjak anak-anak masuk sekolah? Kalau penglihatan saya 
benar, maka masalah kesadaran politik, berjalan sehat tidaknya demokrasi, 
kontrol sosial, erat kaitannya dengan masalah pendidikan. Warganegara tidak 
menjadi alat jinak [docile tool] menyelenggara negara, tetapi adalah 
warganegara yang berpikir. Karena itu hak mengungkapkanan diri
 disadari sebagai hak warga negara yang tidak bisa diusik-usik. 
 
 
Barangkali keadaan ini pula yang menyebabkan bahwa  baik pada partai kiri atau 
pun kanan, tanpa kecuali,  selalu terdapat kelompok-kelompok pendapat. Di PSP 
misalnya, sebagai satu partai terdapat tujuh kelompok pendapat dan grup atau 
aliran yang disebut sebagai tujuh gajah.  Dalam Kongres Epinay, di bawah 
François Mitterrand, tujuh gajah berhasil disatukan dan kemudian pada buan 
Mei 1981, PSP bersama-sama partai-martai kiri lainnya berhasil memenangani 
pemeilihan umum presidensial dan parlemen..Tapi dalam kongres Rennes, tujuh 
gajah ini tidak berhasil mendapatkan kesepakatan sehingga Kongres berakhir 
tanpa menghasilkan sebuah resolusi apa pun. Kemudian Lionel Jospin datang 
menyatukan mereka dan berhasil memenangi pemilihan umum untuk Parlemen sehingga 
Lionel Jospin ditunjuk oleh Presiden Jacques Chirac menjadi Perdana Meenteri. 
Pemerintah kohabitasi pun lahir. Kohabitasi antara partai-partai kiri dan 
kanan. Presiden berada di tangan
 partai-partai kanan, sedangkan pemerintahan dipegang oleh partai-artai kiri, 
dengan PSP sebagai partai intinya. Kohabitasi terjadi karena baik partai kiri 
atau pun kanan pada waktu itu berpegang kokoh pada 
ketentuan-ketentuanKonstitusi dan tidak ada yang mengusulkan perobahannya. Di 
negeri ini, agaknya apa yang disebut hukum ,disadari benar arti 

[ac-i] FITRAJAYA NUSANANTA PROFIL ARTIS

2008-11-23 Terurut Topik fitra_de_gong jaya
Jakarta 24 November 2008

Dear Gallery Owner

My Spirit sampaikan salam seni rupa untuk semua kalangan di tanah air
tercinta kita ini.Perkenalan yg saya introduksikan pada Gallery Owner
adalah terhadap art work yang saya ciptakan baik didalam dan di luar
negeri.Silahkan anda check attachment.Anda sebagai
pengelola,pemelihara,pengarah,penjual hasil art work di dalam negeri
ini,yakinkan saya bahwa akan ada suatu respon yang akan di kemukakan
terhadap art work saya.Tak peduli apakah negativ atau positiv
respon,karena cemooh dan pujian itu hal yang biasa buat saya dari
perjalanan karier saya di mancanegara tentang hal ini.Karena
bagaimanapun,tidak ada alasan penghambatan terhadap penciptaan art
work saya dengan issue-issue apapun.Saya berkarya dengan bebas,tanpa
terikat sedikitpun dengan sekeliling seniman yang biasanya sangat
sibuk mengikuti pendahulunya yang katanya sudah atau mulai populer.
Dari berita singkat di email ini,saya sampaikan Real My Destination
Of Art Of Fitrajaya Nusananta,Free Product Art Work from My Own
Experince.Di lembaran ini,saya menantang para Gallery Owner,baik dalam
profesionalnya sebagai pengelola kasenian negeri ini,penjual
karya-karya seniman yang berkwalitas,untuk bekerja sama dengan
saya.Baik itu dalam bentuk exibhition,work shop,join operation,future
planing,art management,curatorisation, etc.
Untuk sebagai bahan referensi anda,dapat search profile saya di
fitraart.comand di beberapa media seni rupa di dalam dan luar
negeri.
Terima kasih sebelumnya atas perhatian dan keluangan waktu nya.saya
dengan senang hati menanti respon anda.

Best Regards


Fitrajaya Nusananta
Carano Bussiness Management
Mob:081317923028
Fax:0217210137
Office:0217892265
Jl.Benda Bawah No 18 A.Kemang
Jakarta Selatan 12560
Indonesia