Balasan: RE: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Masalah penentuan awal Ramadlan dan awal Syawal memang sangat rentan perbedaan pendapat. Kenyataan sejak dulu hingga sekarang dan dimana-mana selalu begitu. Hanya saja kadang-kadang perbedaan tidak terlalu parah, dan hanya oleh segolongan kecil saja dari muslimin; tapi kadang parah dan sangat menonjol karena perbedaan terjadi diantara sebagian besar muslimin. Menurut saya menghadapi masalah seperti ini, yang diperlukan adalah saling menghormati pendapat orang lain yang berbeda, demi menjaga persatuan umat Islam. Selain itu, daripada berpanjang lebar membahas masalah-masalah seperti ini, menurut saya yang bodoh dan masih mencari ilmu ini, sebaiknya waktu dan pikiran yang ada digunakan untuk membahas dan mempelajari masalah-masalah lain yang lebih penting. Wal 'fu minkum. Wassalamualaikum warahmatullah. Surono [EMAIL PROTECTED] menulis: kayaknya antum baca dengan cermat dan pahami deh ana juga nggak mencari menang atau kalah dan untuk masalah penentuan 1 syawal pemerintah dan ormas2 islam mempunyai dalil yg kuat kalau menurut ana Berkata Ibnu Abbas ra ketika dikabari oleh Kariib hasil ru'yat penduduk syam dan awal puasa mereka : Kami melihat hilal pada malam sabtu, maka kami akan terus berpuasa sampai kami melihatnya atau kami sempurnakan bilangan sesuai dengan firman Allah SWT Hendakladan kamu cukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu . (QS Albaqoroh 185) Ibnu Abbas berhujjah dengan sabda Nabi Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berhari rayalah karena melihat hilal dan ini yang dapat dijadikan hujjah yang kuat dan sebagian anggota majlis Hai'ah Kibaar Al'Ulama di kerajaan saudi Arabia mengambil pendapat tersebut. hal ini adalah untk menggabungkan dalil2 yang ada. wallahu waliyyut taufiq Quoting Ibnu Djunaid [EMAIL PROTECTED]: Assalamu'alaikum ya akhi fillah Afwan ana cuman bertanya saja sama saudara-saudaraku, kepatuhan kita terhadap pemimpin apakah secara totalitas (sepenuhnya), walaupun harus melanggar hak-hak Allah dan sunnah-sunah Rasul-Nya ? terus bagaimana dengan firman Allah سبØshy;اÙÙ ÙتعاÙÙ surah Al Ahzab 66-68 ? ÙÙÙÙ٠٠تÙÙÙÙÙÙب٠ÙÙجÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙÙÙار٠ÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙا ÙÙÙÙتÙÙÙا Ø£ÙØ·ÙعÙÙÙا اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØ·ÙعÙÙÙا اÙرÙÙسÙÙÙا (٦٦)ÙÙÙÙاÙÙÙا رÙبÙÙÙÙا Ø¥ÙÙÙÙا Ø£ÙØ·ÙعÙÙÙا سÙادÙتÙÙÙا ÙÙÙÙبÙرÙاءÙÙÙا ÙÙØ£ÙضÙÙÙÙÙÙÙا اÙسÙÙبÙÙÙا (٦٧)رÙبÙÙÙÙا آتÙÙÙ٠٠ضÙعÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙعÙØ°Ùاب٠ÙÙاÙÙعÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙعÙÙÙا ÙÙبÙÙرÙا (٦٨ Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: Alangkah baiknya, andaikata Kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata;:Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar Kami, lalu mereka menyesatkan Kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan Kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar. (Al Ahzab : 66-68) Afwan sebelumnya, saya bertanya ini tidak untuk mencari perdebatan, tapi saya hanya sedang mencari Ilmu, dan mencari kebenaran. Rasulullah صÙ٠اÙÙ٠عÙÙÙ ÙسÙÙ sendiri dalam penentuan awal Ramadhan dan 1 syawal, pernah hanya berpatokan kepada satu orang saja, walaupun hanya seorang Arab badui, yang penting dia Islam dan bersyahadat. Jadi ya ..Akhi Fillah, tolong masalah ini tidak diperlebar dan deperuncing, apalagi hanya sekedar untuk mencari menang - kalah, pada intinya siapa yang mau 1 syawal karena sudah ada yang melihat hilal silahkan, siapa yang 1 syawal ikut pemerintah silahkan, karena keduanya mempunyai dasar dan dalil yang cukup bisa dipertanggung-jawabkan. Asal kita jangan sampai mengikuti sesuati tanpa dalil dan tanpa ilmu, justru ini yang berbahaya. Ibnu Djunaid -Original Message- From: assunnah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of y4s1n y4s1n Sent: Friday, October 27, 2006 11:20 AM To: assunnah@yahoogroups.com Subject: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat (disadur dari Syarh Riyadh ash-Shalihin oleh Syekh Ibn Utsaimin Syekh al-Albani) Ketika mengomentari judul bab ini, Syekh Ibn Utsaimin berkata : Ketika manusia tidak lagi menghormati ulama dan masing2 mengklaim, Aku juga ulama, aku cendekiawan, aku intelektual muda islam, pengetahuanku dalam begai lautan tak bertepi, maka sesungguhnya tiada lagi yang dapat disebut ulama. Semua orang akan berpendapat dan berfatwa sekehendaknya, sehingga syariat pun menjadi hancur berantakan disebabkan ulah orang2 bodoh tersebut. Begitu juga halnya dengan para pemimpin. Jika anda mengatakan kepada seseorang, misalnya, Pemimpin kita memerintahkan ini itu, lalu orang itu berkata, Kita tidak
RE: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat
Assalamu'alaikum warokhmatullohi wabarokatuh akhi fillah. Adapun dalam tulisan antum dalam sebuah pertanyaan yang mengangkat QS 33/66-68 tentang apakah kita harus totalitas (Sepenuhnya) !? Subhanalloh. Tidak Akhi. Sedikit ana nukil penjelasan tentang ke-ta'at-an kepada pemerintah dari tulisan Al-Ustadz Muhammad Arifin Badri (dari artikel sepercik dari fikih dakwah salafiyyah) beliau menukil ayat : âHai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kalian ⦠â (QS An Nisaâ 59) Para pembaca, yang semoga senantiasa dirahmati Alloh, pada ayat ini Alloh memerintahkan kita semua untuk taat kepada Alloh, yaitu dengan mengikuti kitab-Nya, dan menaati Rasulullah shalallahu âalaihi wa sallam dengan mengikuti sunnahnya, serta menaati para pemimpin (ulul âamri) di antara kita, baik ulul âamri dari kalangan ulama atau umara (penguasa). Ini adalah kewajiban kita semua untuk senantiasa taat kepada Alloh, Rosululloh dan para pemimpin di antara kita. Akan tetapi walau demikian, pada ayat ini Alloh taâala mengulang perintah untuk taat, yaitu kata âtaatilahâ (Ati'uu) sebanyak dua kali, yaitu taat kepada Alloh dan taat kepada Rosululloh sholallahu âalaihi wa sallam, akan tetapi ketika menyebutkan ulul âamri, Alloh tidak mengulang kata taatilah (Ati'uu). Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa kewajiban taat kepada Alloh dan Rasul-Nya bersifat mutlak karena sebagai konsekuensi pengakuan dan keimanan kita kepada Alloh dan Rasul-Nya adalah senantiasa taat dan untuk tidak beramal selain dengan syariat yang Alloh dan Rasul-Nya ajarkan. Sedangkan ketaatan kepada ulul âamri tidak bersifat mutlak, akan tetapi ketaatan kepada mereka hanya wajib atas kita sebatas dalam hal yang maâruf atau selama tidak melanggar dengan kewajiban taâat kepada Alloh dan Rasul-Nya. Pemahaman semacam ini dengan tegas telah disabdakan oleh Rasulullah shalallahu âalaihi wa sallam dalam sabdanya: âDari sahabat Ibnu Umar rodhiallohu âanhu dari Nabi shalallahu âalaihi wa sallam, âWajib atas setiap orang muslim untuk mendengar dan menaati, baik dalam hal yang ia suka atau yang ia benci, kecuali kalau ia diperintahkan dengan kemaksiatan, maka tidak boleh mendengar dan menaatiâ. (HR Bukhori dan Muslim) Hal ini atau prinsip ini bukan hanya berlaku dalam hubungan interaksi antara rakyat dan pemerintah dan ulama akan tetapi berlaku dalam segala urusan, sampai-sampai dalam hubungan antara anak dan orang tuanya prinsip ini tetap berlaku dan wajib diindahkan oleh setiap muslim. Perhatikanlah firman Alloh berikut ini: âDan jika keduanya (Ayah dan ibu) memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu patuhi keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baikâ¦.â (QS Luqman: 15) Dan masih banyak lagi dalil serta keterangan ulama Ahlusunnah tentang prinsip ketaatan kepada sesama manusia, baik pemerintah, atau orang tua, atau atasan dalam sebuah organisasi, atau perusahaan atau lainnya, yang semuanya menguatkan apa yang saya utarakan ini, yaitu ketaatan kepada sesama manusia hanya boleh dilakukan selama tidak melanggar syariat Alloh. Bukan hanya tidak boleh menaati, akan tetapi umat islam berkewajiban mengingkari berbagai kemaksiatan tersebut, masing-masing sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya, dan sesuai dengan manhaj atau metode yang diajarkan oleh Rasulullah dalam mengingkari kemungkaran (berdakwah). âBarang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaknya ia mengubahnya dengan tangannya (kekuatannya), jika tidak bisa, maka dengan lisannya dan bila tidak bisa maka dengan hatinyaâ. (HR Muslim)[Ana potong sampai disini] kemudian dalam tulisan antum : ...walaupun harus melanggar hak-hak Allah dan sunnah-sunah Rasul-Nya ? Insya Allah sudah terangkum dalam penjelasannya diatas. Justru yang menjadi titik permasalahannya adalah (dan ini sering menjadikan kita[Ummat/tholib] berpolemik tanpa ilmu) adalah dalam pernyataan berkenaan dengan pemerintah yang begitu berani dari kita (Insya Allah bagi yang mengatakannya sudah memiliki 'ilmu) dalam kalimat/perkataan :..melanggar hak-hak Allah [memerintahkan kita berbuat maksiat].. karena ucapan/tulisan ini hanya pantas dimunculkan oleh 'ulama. Saat kita meyakini bahwa keputusan pemerintah sudah melanggar hak-hak Allah. Maka kita diminta sejumlah bukti syar'i untuk itu. Jika tidak! Bukankah kita berarti sudah melanggar sejumlah hadits tentang kewajiban ta'atnya kita pada pemimpin. semisal : Dari Anas radliyallahu 'anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : âMendengar dan taatlah kalian walaupun yang memimpin kalian adalah bekas budak dari Habasyah yang kepalanya seperti kismis, selama dia menegakkan Kitabullah di antara kalian.â (HR. Bukhari dalam Shahih-nya) Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : âBarangsiapa yang mentaati aku maka dia telah mentaati
RE: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat
kayaknya antum baca dengan cermat dan pahami deh ana juga nggak mencari menang atau kalah dan untuk masalah penentuan 1 syawal pemerintah dan ormas2 islam mempunyai dalil yg kuat kalau menurut ana Berkata Ibnu Abbas ra ketika dikabari oleh Kariib hasil ru'yat penduduk syam dan awal puasa mereka : Kami melihat hilal pada malam sabtu, maka kami akan terus berpuasa sampai kami melihatnya atau kami sempurnakan bilangan sesuai dengan firman Allah SWT Hendakladan kamu cukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu . (QS Albaqoroh 185) Ibnu Abbas berhujjah dengan sabda Nabi Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berhari rayalah karena melihat hilal dan ini yang dapat dijadikan hujjah yang kuat dan sebagian anggota majlis Hai'ah Kibaar Al'Ulama di kerajaan saudi Arabia mengambil pendapat tersebut. hal ini adalah untk menggabungkan dalil2 yang ada. wallahu waliyyut taufiq Quoting Ibnu Djunaid [EMAIL PROTECTED]: Assalamu'alaikum ya akhi fillah Afwan ana cuman bertanya saja sama saudara-saudaraku, kepatuhan kita terhadap pemimpin apakah secara totalitas (sepenuhnya), walaupun harus melanggar hak-hak Allah dan sunnah-sunah Rasul-Nya ? terus bagaimana dengan firman Allah سبØاÙÙ ÙتعاÙÙ surah Al Ahzab 66-68 ? ÙÙÙÙ٠٠تÙÙÙÙÙÙب٠ÙÙجÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙÙÙار٠ÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙا ÙÙÙÙتÙÙÙا Ø£ÙØ·ÙعÙÙÙا اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØ·ÙعÙÙÙا اÙرÙÙسÙÙÙا (٦٦)ÙÙÙÙاÙÙÙا رÙبÙÙÙÙا Ø¥ÙÙÙÙا Ø£ÙØ·ÙعÙÙÙا سÙادÙتÙÙÙا ÙÙÙÙبÙرÙاءÙÙÙا ÙÙØ£ÙضÙÙÙÙÙÙÙا اÙسÙÙبÙÙÙا (٦٧)رÙبÙÙÙÙا آتÙÙÙ٠٠ضÙعÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙعÙØ°Ùاب٠ÙÙاÙÙعÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙعÙÙÙا ÙÙبÙÙرÙا (٦٨ Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: Alangkah baiknya, andaikata Kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata;:Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar Kami, lalu mereka menyesatkan Kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan Kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar. (Al Ahzab : 66-68) Afwan sebelumnya, saya bertanya ini tidak untuk mencari perdebatan, tapi saya hanya sedang mencari Ilmu, dan mencari kebenaran. Rasulullah صÙ٠اÙÙ٠عÙÙÙ ÙسÙÙ sendiri dalam penentuan awal Ramadhan dan 1 syawal, pernah hanya berpatokan kepada satu orang saja, walaupun hanya seorang Arab badui, yang penting dia Islam dan bersyahadat. Jadi ya ..Akhi Fillah, tolong masalah ini tidak diperlebar dan deperuncing, apalagi hanya sekedar untuk mencari menang - kalah, pada intinya siapa yang mau 1 syawal karena sudah ada yang melihat hilal silahkan, siapa yang 1 syawal ikut pemerintah silahkan, karena keduanya mempunyai dasar dan dalil yang cukup bisa dipertanggung-jawabkan. Asal kita jangan sampai mengikuti sesuati tanpa dalil dan tanpa ilmu, justru ini yang berbahaya. Ibnu Djunaid -Original Message- From: assunnah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of y4s1n y4s1n Sent: Friday, October 27, 2006 11:20 AM To: assunnah@yahoogroups.com Subject: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat (disadur dari Syarh Riyadh ash-Shalihin oleh Syekh Ibn Utsaimin Syekh al-Albani) Ketika mengomentari judul bab ini, Syekh Ibn Utsaimin berkata : Ketika manusia tidak lagi menghormati ulama dan masing2 mengklaim, Aku juga ulama, aku cendekiawan, aku intelektual muda islam, pengetahuanku dalam begai lautan tak bertepi, maka sesungguhnya tiada lagi yang dapat disebut ulama. Semua orang akan berpendapat dan berfatwa sekehendaknya, sehingga syariat pun menjadi hancur berantakan disebabkan ulah orang2 bodoh tersebut. Begitu juga halnya dengan para pemimpin. Jika anda mengatakan kepada seseorang, misalnya, Pemimpin kita memerintahkan ini itu, lalu orang itu berkata, Kita tidak perlu patuh kepadanya, karena dia tidak melaksanakan ini, mengabaikan kewajiban itu. Saya katakan: Jika pemimpin kita mengabaikan banyak kewajibannya, maka dia sendiri yang menanggung dosanya, tapi kita tetap wajib patuh dan taat kepadanya, bahkan sekalipun dia biasa meminum khamar dan maksiat lainnya. Selama kita tidak melihat kekafiran yang nyata pada dirinya yang dapat kita jadikan bukti di hadapan Allah SWT, maka kita wajib patuh kepadanya, sekalipun dia fasik, keji, dan zalim. Nabi saw bersabda : Patuh dan taatlah, meskipun punggungmu dipukul dan hartamu diambil. (HR Muslim) Shahih Muslim beliau mengajarkan kepada sahabat2 beliau bagaimana bersikap kepada pemimpin, Patuh dan taatlah. Sebab, kalian wajib menunaikan apa yang dibebankan kepada kalian, dan mereka wajib menunaikan apa yang dibebankan kepada mereka. (HR Muslim) Tak mungkin kita menginginkan para pemimpin kita
Re: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat
On 10/28/06, Ibnu Djunaid [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum ya akhi fillah Wa 'alaykumus salaam warahmatullah, Rasulullah صلى الله عليه وسلم sendiri dalam penentuan awal Ramadhan dan 1 syawal, pernah hanya berpatokan kepada satu orang saja, walaupun hanya seorang Arab badui, yang penting dia Islam dan bersyahadat. Rasulullah adalah pemimpin pada waktu itu sehingga beliau yang menentukan diterima tidaknya persaksian orang tersebut. Sehingga tidak ada pertentangan dengan pendapat mengikuti pemerintah dalam masalah penentuan awal bulan. Allahu Ta'ala a'lam. -- Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim (l. 1400 H/1980 M) Website anda: http://www.assunnah.or.id http://www.almanhaj.or.id Website audio: http://assunnah.mine.nu Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED] Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/assunnah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
RE: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat
Assalamu'alaikum ya akhi fillah Afwan ana cuman bertanya saja sama saudara-saudaraku, kepatuhan kita terhadap pemimpin apakah secara totalitas (sepenuhnya), walaupun harus melanggar hak-hak Allah dan sunnah-sunah Rasul-Nya ? terus bagaimana dengan firman Allah سبحانه وتعالى surah Al Ahzab 66-68 ? يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولا (٦٦)وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلا (٦٧)رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا (٦٨ Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: Alangkah baiknya, andaikata Kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata;:Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar Kami, lalu mereka menyesatkan Kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan Kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar. (Al Ahzab : 66-68) Afwan sebelumnya, saya bertanya ini tidak untuk mencari perdebatan, tapi saya hanya sedang mencari Ilmu, dan mencari kebenaran. Rasulullah صلى الله عليه وسلم sendiri dalam penentuan awal Ramadhan dan 1 syawal, pernah hanya berpatokan kepada satu orang saja, walaupun hanya seorang Arab badui, yang penting dia Islam dan bersyahadat. Jadi ya ..Akhi Fillah, tolong masalah ini tidak diperlebar dan deperuncing, apalagi hanya sekedar untuk mencari menang - kalah, pada intinya siapa yang mau 1 syawal karena sudah ada yang melihat hilal silahkan, siapa yang 1 syawal ikut pemerintah silahkan, karena keduanya mempunyai dasar dan dalil yang cukup bisa dipertanggung-jawabkan. Asal kita jangan sampai mengikuti sesuati tanpa dalil dan tanpa ilmu, justru ini yang berbahaya. Ibnu Djunaid -Original Message- From: assunnah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of y4s1n y4s1n Sent: Friday, October 27, 2006 11:20 AM To: assunnah@yahoogroups.com Subject: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat (disadur dari Syarh Riyadh ash-Shalihin oleh Syekh Ibn Utsaimin Syekh al-Albani) Ketika mengomentari judul bab ini, Syekh Ibn Utsaimin berkata : Ketika manusia tidak lagi menghormati ulama dan masing2 mengklaim, Aku juga ulama, aku cendekiawan, aku intelektual muda islam, pengetahuanku dalam begai lautan tak bertepi, maka sesungguhnya tiada lagi yang dapat disebut ulama. Semua orang akan berpendapat dan berfatwa sekehendaknya, sehingga syariat pun menjadi hancur berantakan disebabkan ulah orang2 bodoh tersebut. Begitu juga halnya dengan para pemimpin. Jika anda mengatakan kepada seseorang, misalnya, Pemimpin kita memerintahkan ini itu, lalu orang itu berkata, Kita tidak perlu patuh kepadanya, karena dia tidak melaksanakan ini, mengabaikan kewajiban itu. Saya katakan: Jika pemimpin kita mengabaikan banyak kewajibannya, maka dia sendiri yang menanggung dosanya, tapi kita tetap wajib patuh dan taat kepadanya, bahkan sekalipun dia biasa meminum khamar dan maksiat lainnya. Selama kita tidak melihat kekafiran yang nyata pada dirinya yang dapat kita jadikan bukti di hadapan Allah SWT, maka kita wajib patuh kepadanya, sekalipun dia fasik, keji, dan zalim. Nabi saw bersabda : Patuh dan taatlah, meskipun punggungmu dipukul dan hartamu diambil. (HR Muslim) Shahih Muslim beliau mengajarkan kepada sahabat2 beliau bagaimana bersikap kepada pemimpin, Patuh dan taatlah. Sebab, kalian wajib menunaikan apa yang dibebankan kepada kalian, dan mereka wajib menunaikan apa yang dibebankan kepada mereka. (HR Muslim) Tak mungkin kita menginginkan para pemimpin kita sama dengan Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Sebab, kita pun harus menjadi sama dengan rakyat pada masa itu. Kita harus menjadi sahabat atau seperti sahabat Nabi saw terlebih dulu, barulah pemimpin kita akan menjadi seperti para khalifah itu. Adapun dalam kondisi rakyat saat ini, dimana sebagian besar mengabaikan kewajiban dan melanggar keharaman, maka jangan berharap Allah SWT akan memberikan kita pemimpin seperti Khulafa ar-Rasyidin, Tapi, kita wajib patuh dan taat kepada pemimpin kita. Jika mereka melakukan kekurangan disana sini, maka dosanya akan ditanggung mereka sendiri. Kita dan mereka memiliki tugas masing2 dan wajib menunaikan tugasnya masing2. Jika ulama tak lagi dihormati, maka agama kita akan binasa. Jika pemimpin tak lagi dihormati, maka dunia kita akan binasa. Semoga Allah SWT melindungi dan membimbing kita (disadur dari Syarh Riyadh ash-Shalihin oleh Syekh Ibn Utsaimin Syekh al-Albani) Website anda: http://www.assunnah.or.id http://www.almanhaj.or.id Website audio: http://assunnah.mine.nu Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED] Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/assunnah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional
[assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat
Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat (disadur dari Syarh Riyadh ash-Shalihin oleh Syekh Ibn Utsaimin Syekh al-Albani) Ketika mengomentari judul bab ini, Syekh Ibn Utsaimin berkata : Ketika manusia tidak lagi menghormati ulama dan masing2 mengklaim, Aku juga ulama, aku cendekiawan, aku intelektual muda islam, pengetahuanku dalam begai lautan tak bertepi, maka sesungguhnya tiada lagi yang dapat disebut ulama. Semua orang akan berpendapat dan berfatwa sekehendaknya, sehingga syariat pun menjadi hancur berantakan disebabkan ulah orang2 bodoh tersebut. Begitu juga halnya dengan para pemimpin. Jika anda mengatakan kepada seseorang, misalnya, Pemimpin kita memerintahkan ini itu, lalu orang itu berkata, Kita tidak perlu patuh kepadanya, karena dia tidak melaksanakan ini, mengabaikan kewajiban itu. Saya katakan: Jika pemimpin kita mengabaikan banyak kewajibannya, maka dia sendiri yang menanggung dosanya, tapi kita tetap wajib patuh dan taat kepadanya, bahkan sekalipun dia biasa meminum khamar dan maksiat lainnya. Selama kita tidak melihat kekafiran yang nyata pada dirinya yang dapat kita jadikan bukti di hadapan Allah SWT, maka kita wajib patuh kepadanya, sekalipun dia fasik, keji, dan zalim. Nabi saw bersabda : Patuh dan taatlah, meskipun punggungmu dipukul dan hartamu diambil. (HR Muslim) Shahih Muslim beliau mengajarkan kepada sahabat2 beliau bagaimana bersikap kepada pemimpin, Patuh dan taatlah. Sebab, kalian wajib menunaikan apa yang dibebankan kepada kalian, dan mereka wajib menunaikan apa yang dibebankan kepada mereka. (HR Muslim) Tak mungkin kita menginginkan para pemimpin kita sama dengan Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Sebab, kita pun harus menjadi sama dengan rakyat pada masa itu. Kita harus menjadi sahabat atau seperti sahabat Nabi saw terlebih dulu, barulah pemimpin kita akan menjadi seperti para khalifah itu. Adapun dalam kondisi rakyat saat ini, dimana sebagian besar mengabaikan kewajiban dan melanggar keharaman, maka jangan berharap Allah SWT akan memberikan kita pemimpin seperti Khulafa ar-Rasyidin, Tapi, kita wajib patuh dan taat kepada pemimpin kita. Jika mereka melakukan kekurangan disana sini, maka dosanya akan ditanggung mereka sendiri. Kita dan mereka memiliki tugas masing2 dan wajib menunaikan tugasnya masing2. Jika ulama tak lagi dihormati, maka agama kita akan binasa. Jika pemimpin tak lagi dihormati, maka dunia kita akan binasa. Semoga Allah SWT melindungi dan membimbing kita (disadur dari Syarh Riyadh ash-Shalihin oleh Syekh Ibn Utsaimin Syekh al-Albani) - Stay in the know. Pulse on the new Yahoo.com. Check it out. Website anda: http://www.assunnah.or.id http://www.almanhaj.or.id Website audio: http://assunnah.mine.nu Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED] Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/assunnah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/