Balasan: RE: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat

2006-10-29 Terurut Topik Surono Supriyanto
Assalamualaikum  warahmatullahi wabarakatuh
Masalah penentuan awal Ramadlan dan awal Syawal memang sangat rentan perbedaan 
pendapat. Kenyataan sejak dulu hingga sekarang dan dimana-mana selalu begitu. 
Hanya saja kadang-kadang perbedaan tidak terlalu parah, dan hanya oleh 
segolongan kecil saja dari muslimin; tapi kadang parah dan sangat menonjol 
karena perbedaan terjadi diantara sebagian besar muslimin.
Menurut saya menghadapi masalah seperti ini, yang diperlukan adalah saling 
menghormati pendapat orang lain yang berbeda, demi menjaga persatuan umat Islam.
Selain itu, daripada berpanjang lebar membahas masalah-masalah seperti ini, 
menurut saya yang bodoh dan masih mencari ilmu ini, sebaiknya waktu dan pikiran 
yang ada digunakan untuk membahas dan mempelajari masalah-masalah lain yang 
lebih penting.
Wal 'fu minkum.
Wassalamualaikum warahmatullah.

Surono


[EMAIL PROTECTED] menulis:
kayaknya antum baca dengan cermat dan pahami deh ana juga nggak mencari menang 
atau kalah dan untuk masalah penentuan 1 syawal pemerintah dan ormas2 islam 
mempunyai dalil yg kuat kalau menurut ana
Berkata Ibnu Abbas ra ketika dikabari oleh Kariib hasil ru'yat penduduk syam 
dan awal puasa mereka : Kami melihat hilal pada malam sabtu, maka kami akan 
terus berpuasa sampai kami melihatnya atau kami sempurnakan bilangan sesuai 
dengan firman Allah SWT Hendakladan kamu cukupkan bilangannya dan mengagungkan 
Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu . (QS Albaqoroh 185)
Ibnu Abbas berhujjah dengan sabda Nabi Berpuasalah kamu karena melihat hilal 
dan berhari rayalah karena melihat hilal dan ini yang dapat dijadikan 
hujjah yang kuat dan sebagian anggota majlis Hai'ah Kibaar Al'Ulama di kerajaan 
saudi Arabia mengambil pendapat tersebut. hal ini adalah untk menggabungkan 
dalil2 yang ada. wallahu waliyyut taufiq


Quoting Ibnu Djunaid [EMAIL PROTECTED]:

 Assalamu'alaikum ya akhi fillah
 Afwan ana cuman bertanya saja sama saudara-saudaraku, kepatuhan kita terhadap
 pemimpin apakah secara totalitas (sepenuhnya), walaupun harus melanggar
 hak-hak Allah dan sunnah-sunah Rasul-Nya ? terus bagaimana dengan firman
 Allah سبØshy;انه وتعالى surah Al Ahzab 66-68 ?

 يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي
 النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا
 أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولا
 (٦٦)وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا
 سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا
 السَّبِيلا (٦٧)رَبَّنَا آتِهِمْ
 ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ
 لَعْنًا كَبِيرًا (٦٨
 Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata:
 Alangkah baiknya, andaikata Kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada
 Rasul.
 Dan mereka berkata;:Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah mentaati
 pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar Kami, lalu mereka menyesatkan Kami
 dari jalan (yang benar).
 Ya Tuhan Kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah
 mereka dengan kutukan yang besar. (Al Ahzab : 66-68)

 Afwan sebelumnya, saya bertanya ini tidak untuk mencari perdebatan, tapi saya
 hanya sedang mencari Ilmu, dan mencari kebenaran.

 Rasulullah صلى الله عليه وسلم sendiri dalam penentuan awal
 Ramadhan dan 1 syawal, pernah hanya berpatokan kepada satu orang saja,
 walaupun hanya seorang Arab badui, yang penting dia Islam dan bersyahadat.

 Jadi ya ..Akhi Fillah, tolong masalah ini tidak diperlebar dan deperuncing,
 apalagi hanya sekedar untuk mencari menang - kalah, pada intinya siapa yang
 mau 1 syawal karena sudah ada yang melihat hilal silahkan, siapa yang 1
 syawal ikut pemerintah silahkan, karena keduanya mempunyai dasar dan dalil
 yang cukup bisa dipertanggung-jawabkan. Asal kita jangan sampai mengikuti
 sesuati tanpa dalil dan tanpa ilmu, justru ini yang berbahaya.

 Ibnu Djunaid



 -Original Message-
 From: assunnah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of
 y4s1n y4s1n
 Sent: Friday, October 27, 2006 11:20 AM
 To: assunnah@yahoogroups.com
 Subject: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat

 Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat
 (disadur dari Syarh Riyadh ash-Shalihin oleh Syekh Ibn Utsaimin  Syekh
 al-Albani)

 Ketika mengomentari judul bab ini, Syekh Ibn Utsaimin berkata :
 Ketika manusia tidak lagi menghormati ulama dan masing2 mengklaim, Aku juga
 ulama, aku cendekiawan, aku intelektual muda islam, pengetahuanku dalam begai
 lautan tak bertepi, maka sesungguhnya tiada lagi yang dapat disebut ulama.
 Semua orang akan berpendapat dan berfatwa sekehendaknya, sehingga syariat pun
 menjadi hancur berantakan disebabkan ulah orang2 bodoh tersebut.
 Begitu juga halnya dengan para pemimpin. Jika anda mengatakan kepada
 seseorang, misalnya, Pemimpin kita memerintahkan ini itu, lalu orang itu
 berkata, Kita tidak

RE: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat

2006-10-29 Terurut Topik Abu hilmy
Assalamu'alaikum warokhmatullohi wabarokatuh

akhi fillah. Adapun dalam tulisan antum dalam sebuah
pertanyaan yang mengangkat QS 33/66-68
tentang apakah kita harus totalitas (Sepenuhnya) !?
Subhanalloh.
Tidak Akhi. Sedikit ana nukil penjelasan tentang
ke-ta'at-an kepada pemerintah dari tulisan Al-Ustadz
Muhammad Arifin Badri (dari artikel sepercik dari
fikih dakwah salafiyyah) beliau menukil ayat :

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kalian
… “ (QS An Nisa’  59)

Para pembaca, yang semoga senantiasa dirahmati Alloh,
pada ayat ini Alloh memerintahkan kita semua untuk
taat kepada Alloh, yaitu dengan mengikuti kitab-Nya,
dan menaati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
dengan mengikuti sunnahnya, serta menaati para
pemimpin (ulul ‘amri) di antara kita, baik ulul
‘amri dari kalangan ulama atau umara (penguasa). Ini
adalah kewajiban kita semua untuk senantiasa taat
kepada Alloh, Rosululloh dan para pemimpin di antara
kita. Akan tetapi walau demikian, pada ayat ini Alloh
ta’ala mengulang perintah untuk taat, yaitu kata
“taatilah” (Ati'uu) sebanyak dua kali, yaitu taat
kepada Alloh dan taat kepada Rosululloh sholallahu
‘alaihi wa sallam, akan tetapi ketika menyebutkan
ulul ‘amri, Alloh tidak mengulang kata taatilah
(Ati'uu). Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa
kewajiban taat kepada Alloh dan Rasul-Nya bersifat
mutlak karena sebagai konsekuensi pengakuan dan
keimanan kita kepada Alloh dan Rasul-Nya adalah
senantiasa taat dan untuk tidak beramal selain dengan
syariat yang Alloh dan Rasul-Nya ajarkan. Sedangkan
ketaatan kepada ulul ‘amri tidak bersifat mutlak,
akan tetapi ketaatan kepada mereka hanya wajib atas
kita sebatas dalam hal yang ma’ruf atau selama tidak
melanggar dengan kewajiban ta’at kepada Alloh dan
Rasul-Nya.

Pemahaman semacam ini dengan tegas telah disabdakan
oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam
sabdanya:

“Dari sahabat Ibnu Umar rodhiallohu ‘anhu dari
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Wajib atas
setiap orang muslim untuk mendengar dan menaati, baik
dalam hal yang ia suka atau yang ia benci, kecuali
kalau ia diperintahkan dengan kemaksiatan, maka tidak
boleh mendengar dan menaati”. (HR Bukhori dan
Muslim)

Hal ini atau prinsip ini bukan hanya berlaku dalam
hubungan interaksi antara rakyat dan pemerintah dan
ulama akan tetapi berlaku dalam segala urusan,
sampai-sampai dalam hubungan antara anak dan orang
tuanya prinsip ini tetap berlaku dan wajib diindahkan
oleh setiap muslim. Perhatikanlah firman Alloh berikut
ini:

“Dan jika keduanya (Ayah dan ibu) memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu patuhi
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik….” (QS Luqman: 15)

Dan masih banyak lagi dalil serta keterangan ulama
Ahlusunnah tentang prinsip ketaatan kepada sesama
manusia, baik pemerintah, atau orang tua, atau atasan
dalam sebuah organisasi, atau perusahaan atau lainnya,
yang semuanya menguatkan apa yang saya utarakan ini,
yaitu ketaatan kepada sesama manusia hanya boleh
dilakukan selama tidak melanggar syariat Alloh.

Bukan hanya tidak boleh menaati, akan tetapi umat
islam berkewajiban mengingkari berbagai kemaksiatan
tersebut, masing-masing sesuai dengan kapasitas dan
kemampuannya, dan sesuai dengan manhaj atau metode
yang diajarkan oleh Rasulullah dalam mengingkari
kemungkaran (berdakwah).

“Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran,
maka hendaknya ia mengubahnya dengan tangannya
(kekuatannya), jika tidak bisa, maka dengan lisannya
dan bila tidak bisa maka dengan hatinya”. (HR
Muslim)[Ana potong sampai disini]

kemudian dalam tulisan antum :

 ...walaupun harus melanggar hak-hak Allah dan
 sunnah-sunah Rasul-Nya ? 

Insya Allah sudah terangkum dalam penjelasannya
diatas. Justru yang menjadi titik permasalahannya
adalah (dan ini sering menjadikan kita[Ummat/tholib]
berpolemik tanpa ilmu) adalah dalam pernyataan
berkenaan dengan pemerintah yang begitu berani dari
kita (Insya Allah bagi yang mengatakannya sudah
memiliki 'ilmu) dalam kalimat/perkataan :..melanggar
hak-hak Allah [memerintahkan kita berbuat maksiat]..
karena ucapan/tulisan ini hanya pantas dimunculkan
oleh 'ulama.

Saat kita meyakini bahwa keputusan pemerintah sudah
melanggar hak-hak Allah. Maka kita diminta sejumlah
bukti syar'i untuk itu. Jika tidak! Bukankah kita
berarti sudah melanggar sejumlah hadits tentang
kewajiban ta'atnya kita pada pemimpin. semisal :

Dari Anas radliyallahu 'anhu berkata, berkata
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
“Mendengar dan taatlah kalian walaupun yang memimpin
kalian adalah bekas budak dari Habasyah yang kepalanya
seperti kismis, selama dia menegakkan Kitabullah di
antara kalian.” (HR. Bukhari dalam Shahih-nya)

Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata, berkata
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
“Barangsiapa yang mentaati aku maka dia telah
mentaati 

RE: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat

2006-10-28 Terurut Topik yasin
kayaknya antum baca dengan cermat dan pahami deh ana juga nggak mencari menang 
atau kalah dan untuk masalah penentuan 1 syawal pemerintah dan ormas2 islam 
mempunyai dalil yg kuat kalau menurut ana
Berkata Ibnu Abbas ra ketika dikabari oleh Kariib hasil ru'yat penduduk syam 
dan awal puasa mereka : Kami melihat hilal pada malam sabtu, maka kami akan 
terus berpuasa sampai kami melihatnya atau kami sempurnakan bilangan sesuai 
dengan firman Allah SWT Hendakladan kamu cukupkan bilangannya dan mengagungkan 
Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu . (QS Albaqoroh 185)
Ibnu Abbas berhujjah dengan sabda Nabi Berpuasalah kamu karena melihat hilal 
dan berhari rayalah karena melihat hilal dan ini yang dapat dijadikan 
hujjah yang kuat dan sebagian anggota majlis Hai'ah Kibaar Al'Ulama di kerajaan 
saudi Arabia mengambil pendapat tersebut. hal ini adalah untk menggabungkan 
dalil2 yang ada. wallahu waliyyut taufiq


Quoting Ibnu Djunaid [EMAIL PROTECTED]:

 Assalamu'alaikum ya akhi fillah
 Afwan ana cuman bertanya saja sama saudara-saudaraku, kepatuhan kita terhadap
 pemimpin apakah secara totalitas (sepenuhnya), walaupun harus melanggar
 hak-hak Allah dan sunnah-sunah Rasul-Nya ?  terus bagaimana dengan firman
 Allah سبحانه وتعالى surah Al Ahzab 66-68 ?

 يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي
 النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا
 أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولا
 (٦٦)وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا
 سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا
 السَّبِيلا (٦٧)رَبَّنَا آتِهِمْ
 ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ
 لَعْنًا كَبِيرًا (٦٨
 Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata:
 Alangkah baiknya, andaikata Kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada
 Rasul.
 Dan mereka berkata;:Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah mentaati
 pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar Kami, lalu mereka menyesatkan Kami
 dari jalan (yang benar).
 Ya Tuhan Kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah
 mereka dengan kutukan yang besar. (Al Ahzab : 66-68)

 Afwan sebelumnya, saya bertanya ini tidak untuk mencari perdebatan, tapi saya
 hanya sedang mencari Ilmu, dan mencari kebenaran.

 Rasulullah صلى الله عليه وسلم sendiri dalam penentuan awal
 Ramadhan dan 1 syawal, pernah hanya berpatokan kepada satu orang saja,
 walaupun hanya seorang Arab badui, yang penting dia Islam dan bersyahadat.

 Jadi ya ..Akhi Fillah, tolong masalah ini tidak diperlebar dan deperuncing,
 apalagi hanya sekedar untuk mencari menang - kalah, pada intinya siapa yang
 mau 1 syawal karena sudah ada yang melihat hilal silahkan, siapa yang 1
 syawal ikut pemerintah silahkan, karena keduanya mempunyai dasar dan dalil
 yang cukup bisa dipertanggung-jawabkan. Asal kita jangan sampai mengikuti
 sesuati tanpa dalil dan tanpa ilmu, justru ini yang berbahaya.

 Ibnu Djunaid



 -Original Message-
 From: assunnah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of
 y4s1n y4s1n
 Sent: Friday, October 27, 2006 11:20 AM
 To: assunnah@yahoogroups.com
 Subject: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat

 Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat
 (disadur dari Syarh Riyadh ash-Shalihin oleh Syekh Ibn Utsaimin  Syekh
 al-Albani)

 Ketika mengomentari judul bab ini, Syekh Ibn Utsaimin berkata :
 Ketika manusia tidak lagi menghormati ulama dan masing2 mengklaim, Aku juga
 ulama, aku cendekiawan, aku intelektual muda islam, pengetahuanku dalam begai
 lautan tak bertepi, maka sesungguhnya tiada lagi yang dapat disebut ulama.
 Semua orang akan berpendapat dan berfatwa sekehendaknya, sehingga syariat pun
 menjadi hancur berantakan disebabkan ulah orang2 bodoh tersebut.
 Begitu juga halnya dengan para pemimpin. Jika anda mengatakan kepada
 seseorang, misalnya, Pemimpin kita memerintahkan ini itu, lalu orang itu
 berkata, Kita tidak perlu patuh kepadanya, karena dia tidak melaksanakan
 ini, mengabaikan kewajiban itu.
 Saya katakan: Jika pemimpin kita mengabaikan banyak kewajibannya, maka dia
 sendiri yang menanggung dosanya, tapi kita tetap wajib patuh dan taat
 kepadanya, bahkan sekalipun dia biasa meminum khamar dan maksiat lainnya.
 Selama kita tidak melihat kekafiran yang nyata pada dirinya yang dapat kita
 jadikan bukti di hadapan Allah SWT, maka kita wajib patuh kepadanya,
 sekalipun dia fasik, keji, dan zalim.
 Nabi saw bersabda : Patuh dan taatlah, meskipun punggungmu dipukul dan
 hartamu diambil. (HR Muslim) Shahih Muslim
 beliau mengajarkan kepada sahabat2 beliau bagaimana bersikap kepada
 pemimpin, Patuh dan taatlah. Sebab, kalian wajib menunaikan apa yang
 dibebankan kepada kalian, dan mereka wajib menunaikan apa yang dibebankan
 kepada mereka. (HR Muslim)
 Tak mungkin kita menginginkan para pemimpin kita

Re: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat

2006-10-28 Terurut Topik Ahmad Ridha
On 10/28/06, Ibnu Djunaid [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Assalamu'alaikum ya akhi fillah


Wa 'alaykumus salaam warahmatullah,

 Rasulullah صلى الله عليه وسلم sendiri dalam penentuan awal Ramadhan dan 1 
 syawal,
 pernah hanya berpatokan kepada satu orang saja, walaupun hanya seorang Arab 
 badui,
 yang penting dia Islam dan bersyahadat.


Rasulullah adalah pemimpin pada waktu itu sehingga beliau yang
menentukan diterima tidaknya persaksian orang tersebut. Sehingga tidak
ada pertentangan dengan pendapat mengikuti pemerintah dalam masalah
penentuan awal bulan.

Allahu Ta'ala a'lam.

--
Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)


Website anda: http://www.assunnah.or.id  http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


RE: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat

2006-10-27 Terurut Topik Ibnu Djunaid
Assalamu'alaikum ya akhi fillah
Afwan ana cuman bertanya saja sama saudara-saudaraku, kepatuhan kita terhadap 
pemimpin apakah secara totalitas (sepenuhnya), walaupun harus melanggar hak-hak 
Allah dan sunnah-sunah Rasul-Nya ?  terus bagaimana dengan firman Allah سبحانه 
وتعالى surah Al Ahzab 66-68 ?

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا 
اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولا (٦٦)وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا 
سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلا (٦٧)رَبَّنَا آتِهِمْ 
ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا (٦٨
Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: 
Alangkah baiknya, andaikata Kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada 
Rasul.
Dan mereka berkata;:Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah mentaati 
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar Kami, lalu mereka menyesatkan Kami dari 
jalan (yang benar).
Ya Tuhan Kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah 
mereka dengan kutukan yang besar. (Al Ahzab : 66-68)

Afwan sebelumnya, saya bertanya ini tidak untuk mencari perdebatan, tapi saya 
hanya sedang mencari Ilmu, dan mencari kebenaran.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم sendiri dalam penentuan awal Ramadhan dan 1 
syawal, pernah hanya berpatokan kepada satu orang saja, walaupun hanya seorang 
Arab badui, yang penting dia Islam dan bersyahadat.

Jadi ya ..Akhi Fillah, tolong masalah ini tidak diperlebar dan deperuncing, 
apalagi hanya sekedar untuk mencari menang - kalah, pada intinya siapa yang mau 
1 syawal karena sudah ada yang melihat hilal silahkan, siapa yang 1 syawal ikut 
pemerintah silahkan, karena keduanya mempunyai dasar dan dalil yang cukup bisa 
dipertanggung-jawabkan. Asal kita jangan sampai mengikuti sesuati tanpa dalil 
dan tanpa ilmu, justru ini yang berbahaya.

Ibnu Djunaid



-Original Message-
From: assunnah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of y4s1n 
y4s1n
Sent: Friday, October 27, 2006 11:20 AM
To: assunnah@yahoogroups.com
Subject: [assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat

Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat
(disadur dari Syarh Riyadh ash-Shalihin oleh Syekh Ibn Utsaimin  Syekh 
al-Albani)

Ketika mengomentari judul bab ini, Syekh Ibn Utsaimin berkata :
Ketika manusia tidak lagi menghormati ulama dan masing2 mengklaim, Aku juga 
ulama, aku cendekiawan, aku intelektual muda islam, pengetahuanku dalam begai 
lautan tak bertepi, maka sesungguhnya tiada lagi yang dapat disebut ulama. 
Semua orang akan berpendapat dan berfatwa sekehendaknya, sehingga syariat pun 
menjadi hancur berantakan disebabkan ulah orang2 bodoh tersebut.
Begitu juga halnya dengan para pemimpin. Jika anda mengatakan kepada seseorang, 
misalnya, Pemimpin kita memerintahkan ini itu, lalu orang itu berkata, Kita 
tidak perlu patuh kepadanya, karena dia tidak melaksanakan ini, mengabaikan 
kewajiban itu.
Saya katakan: Jika pemimpin kita mengabaikan banyak kewajibannya, maka dia 
sendiri yang menanggung dosanya, tapi kita tetap wajib patuh dan taat 
kepadanya, bahkan sekalipun dia biasa meminum khamar dan maksiat lainnya. 
Selama kita tidak melihat kekafiran yang nyata pada dirinya yang dapat kita 
jadikan bukti di hadapan Allah SWT, maka kita wajib patuh kepadanya, sekalipun 
dia fasik, keji, dan zalim.
Nabi saw bersabda : Patuh dan taatlah, meskipun punggungmu dipukul dan hartamu 
diambil. (HR Muslim) Shahih Muslim
beliau mengajarkan kepada sahabat2 beliau bagaimana bersikap kepada pemimpin, 
Patuh dan taatlah. Sebab, kalian wajib menunaikan apa yang dibebankan kepada 
kalian, dan mereka wajib menunaikan apa yang dibebankan kepada mereka. (HR 
Muslim)
Tak mungkin kita menginginkan para pemimpin kita sama dengan Abu Bakar, Umar, 
Utsman dan Ali. Sebab, kita pun harus menjadi sama dengan rakyat pada masa itu. 
Kita harus menjadi sahabat atau seperti sahabat Nabi saw terlebih dulu, barulah 
pemimpin kita akan menjadi seperti para khalifah itu.
Adapun dalam kondisi rakyat saat ini, dimana sebagian besar mengabaikan 
kewajiban dan melanggar keharaman, maka jangan berharap Allah SWT akan 
memberikan kita pemimpin seperti Khulafa ar-Rasyidin, Tapi, kita wajib patuh 
dan taat kepada pemimpin kita. Jika mereka melakukan kekurangan disana sini, 
maka dosanya akan ditanggung mereka sendiri. Kita dan mereka memiliki tugas 
masing2 dan wajib menunaikan tugasnya masing2.
Jika ulama tak lagi dihormati, maka agama kita akan binasa. Jika pemimpin tak 
lagi dihormati, maka dunia kita akan binasa. Semoga Allah SWT melindungi dan 
membimbing kita (disadur dari Syarh Riyadh ash-Shalihin oleh Syekh Ibn Utsaimin 
 Syekh al-Albani)



Website anda: http://www.assunnah.or.id  http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

[assunnah] Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat

2006-10-26 Terurut Topik y4s1n y4s1n
Jaga Kesatuan Suara Meski Tak Satu Pendapat
(disadur dari Syarh Riyadh ash-Shalihin oleh Syekh Ibn Utsaimin  Syekh 
al-Albani)

Ketika mengomentari judul bab ini, Syekh Ibn Utsaimin berkata :
Ketika manusia tidak lagi menghormati ulama dan masing2 mengklaim, Aku juga 
ulama, aku cendekiawan, aku intelektual muda islam, pengetahuanku dalam begai 
lautan tak bertepi, maka sesungguhnya tiada lagi yang dapat disebut ulama. 
Semua orang akan berpendapat dan berfatwa sekehendaknya, sehingga syariat pun 
menjadi hancur berantakan disebabkan ulah orang2 bodoh tersebut.
Begitu juga halnya dengan para pemimpin. Jika anda mengatakan kepada seseorang, 
misalnya, Pemimpin kita memerintahkan ini itu, lalu orang itu berkata, Kita 
tidak perlu patuh kepadanya, karena dia tidak melaksanakan ini, mengabaikan 
kewajiban itu.
Saya katakan: Jika pemimpin kita mengabaikan banyak kewajibannya, maka dia 
sendiri yang menanggung dosanya, tapi kita tetap wajib patuh dan taat 
kepadanya, bahkan sekalipun dia biasa meminum khamar dan maksiat lainnya. 
Selama kita tidak melihat kekafiran yang nyata pada dirinya yang dapat kita 
jadikan bukti di hadapan Allah SWT, maka kita wajib patuh kepadanya, sekalipun 
dia fasik, keji, dan zalim.
Nabi saw bersabda : Patuh dan taatlah, meskipun punggungmu dipukul dan hartamu 
diambil. (HR Muslim) Shahih Muslim
beliau mengajarkan kepada sahabat2 beliau bagaimana bersikap kepada pemimpin, 
Patuh dan taatlah. Sebab, kalian wajib menunaikan apa yang dibebankan kepada 
kalian, dan mereka wajib menunaikan apa yang dibebankan kepada mereka. (HR 
Muslim)
Tak mungkin kita menginginkan para pemimpin kita sama dengan Abu Bakar, Umar, 
Utsman dan Ali. Sebab, kita pun harus menjadi sama dengan rakyat pada masa itu. 
Kita harus menjadi sahabat atau seperti sahabat Nabi saw terlebih dulu, barulah 
pemimpin kita akan menjadi seperti para khalifah itu.
Adapun dalam kondisi rakyat saat ini, dimana sebagian besar mengabaikan 
kewajiban dan melanggar keharaman, maka jangan berharap Allah SWT akan 
memberikan kita pemimpin seperti Khulafa ar-Rasyidin, Tapi, kita wajib patuh 
dan taat kepada pemimpin kita. Jika mereka melakukan kekurangan disana sini, 
maka dosanya akan ditanggung mereka sendiri. Kita dan mereka memiliki tugas 
masing2 dan wajib menunaikan tugasnya masing2.
Jika ulama tak lagi dihormati, maka agama kita akan binasa. Jika pemimpin tak 
lagi dihormati, maka dunia kita akan binasa. Semoga Allah SWT melindungi dan 
membimbing kita (disadur dari Syarh Riyadh ash-Shalihin oleh Syekh Ibn Utsaimin 
 Syekh al-Albani)


-
Stay in the know. Pulse on the new Yahoo.com.  Check it out.



Website anda: http://www.assunnah.or.id  http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/