Re: [assunnah] Re: Tanya Psikologi (mohon klarifikasi)

2006-08-12 Terurut Topik Abu Abdurrohman
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokaatuh

Alhamdulillah, Asyhaduallailaahailallahu wahdahulaasyarikalahu, wa asyhadu
anna muhammadan 'abduhu wa rasuluh. Allahumma sholi 'ala muhammadin wa 'ala
'alihi wa ashabihi wa man tabi'uhum bi ishan illaa yaumiddin.

Seorang ulama pernah mengatakan, "Orang yang berilmu itu adalah orang yang
bisa memilih antara dua hal yang ada mudharatnya, dan ia tahu mana yang
lebih baik dari keduanya."

Sebenarnya tidak ada yang lebih baik selain kembali kepada Al Qur'an dan
Sunnah karena itulah apapun masalahnya, apapun penyakitnya sebenarnya sudah
ada di dalam keduanya. Kita sebagai manusia Islam harus mematuhinya dan
menjadikannya obat dalam segala penyakit yang dihinggapi oleh manusia.

Alloh adalah sebaik-baik penolong dan Alloh adalah sebaik-baik pemberi
petunjuk. Tidak ada yang lebih baik petunjuk itu selain petunjuk Alloh dan
rasul-Nya. Dan tidak ada jalan yang lebih baik selain dari jalan Alloh dan
Rasul-Nya.

Mengenai ilmu psikologi, sebenarnya ada 2 yang perlu diperhatikan. Yaitu:
1. Psikologi yang menggunakan filsafat sebagai dasar ilmunya.
2. Psikologi yang menggunakan Al Qur'an dan As Sunnah sebagai dasar ilmunya.

Alhamdulillah, sudah banyak para ulama yang mengembangkan psikologi yang
nomor 2 ini. Para ulama terdahulu sudah menulis berbagai buku yang sampai
sekarang ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Ana sering kali membaca buku yang ditulis oleh Ibnu Al Qayyim Al Jauziyah
rohimulloh, karena tidak ada ulama sebelum dan setelah beliau yang pandai
dalam masalah hati. Beliau menulis berbagai buku dengan keahlian sastra,
keahlian pengobatan, keahlian ushul fiqih, keahlian hadits, dan tafsir. Dan
beliau adalah satu-satunya ulama yang benar-benar luar biasa dibidangnya.
Dan banyak sebutan-sebutan baik oleh para ulama sesudahnya.

Lalu apakah yang harus dilakukan oleh seorang muslim dengan psikologi? Yang
pasti tugas utama seorang muslim adalah belajar dien ini dengan benar.
Dengan begitu seorang muslim akan tahu mana yang benar dan mana yang salah.
Karena pada dasarnya hati manusia itu lemah, karena hatinya lemah itulah
maka harus diperkuat dengan cara menambahkan ilmu diennya, karena
satu-satunya yang bisa menyelamatkan seseorang baik di dunia maupun di
akhirat adalah ilmu dien.

Sehingga nantinya apabila dia memperoleh ilmu baru maka dia akan tahu ilmu
ini ada filsafatnya atau tidak. Karena itulah dasarnya selalu ada. Toh para
ulama juga sudah berkali-kali menjelaskan tentang jalan yang benar.
Menasehati kita semuanya dengan buku-buku mereka.

Jadi menurut ana, ilmu psikologi yang tidak perlu disingkirkan dan gantilah
dengan ilmu dien. Karena ilmu dien ini mencakup segalanya. Mencakup dari
manusia itu lahir sampai mati. Dari anda bangun tidur sampai anda tidur
lagi. Dan cukuplah obat manusia itu Al Qur'an dan Sunnah. Bukankah itu yang
lebih buat orang-orang yang bersedih? Bukankah itu lebih baik buat
orang-orang yang sedang dalam kesulitan? Keduanya adalah petunjuk, maka dari
itu selamatlah orang-orang yang berpegang dengan keduanya dan celakalah
orang-orang yang melepaskan keduanya dan keluar dari apa yang telah
ditunjukkan.

Ilmu psikolog itu membahas tentang perilaku manusia, tentang psikis manusia,
tentang emosi mereka, tentang jiwa mereka, tentang intelektual, tentang
spiritual. Nah ilmu manakah yang sudah mewakili itu semua. Jawabnya adalah
ilmu dien. Ilmu dien mempelajari tentang perilaku manusia yang benar,
mempelajari juga tentang psikis manusia yang benar, tentang emosi manusia
secara benar, mempelajari tentang kejiwaan manusia secara benar, mempelajari
tentang intelektual manusia secara benar, mempelajari juga tentang
spiritual. Dan cukuplah ilmu dien sebagai pengganti dari ilmu psikologis.

Yang dicapai di dalam ilmu psikologis bukankah seorang manusia yang sehat
dalam hal spiritualnya, sehingga tubuhnya pun ikut sehat. Mental itu tak
akan bisa diobati dengan obat-obat biasa yang biasa dijual di apotik atau
rumah sakit, tetapi mental itu diobati dengan belajar dien. Dengan memahami
ayat-ayat Alloh dan memahami hadits-hadits rasululloh shallallohu'alaihi wa
sallam.

Maka dari itu dalam hal kejiwaan ilmu dien itu diatas segalanya.
Wallahu'alam bishawab.

Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokaatuh


On 8/8/06, DhanyArifianto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Saya tertarik dengan perkataan antum (Abu Maryam) yang mengutip
> perkataan Ustadz Yazid (semoga Allah Ta'ala menjaga
> beliau):'(psikologi adalah) ilmu dusta ya akhi.'
> Apakah tidak ada penjelasannya lebih lanjut ?
> Kalau sepotong2 seperti itu bisa "misleading" (kalau pakai kata
> "menyesatkan" bisa berkonotasi lain; maksud saya tidak ada kaitan
> dengan makna "sesat" karena akidah yang salah). Seolah-olah semua
> bagian dari ilmu psikologi adalah ilmu dusta.
>
> Ilustrasinya begini, ilmu psikologi yang akrab dengan keseharian kita.
> Kalau berdiri diatas rel kereta api, di kejauhan seolah-olah rel
> tersebut bersatu. Padahal nyatanya tidak.
> Fenomenon yang lain lagi misalnya fatamor

[assunnah] Re: Tanya Psikologi (mohon klarifikasi)

2006-08-11 Terurut Topik sahlan16
Assalamualaykum warohmatulloh wabarokatuh,

ana ingin menambahkan beberapa hal yang perlu klarifikasi.

pertama, sepengetahuan ana dulu para ulama salaf juga melarang
mempelajari ilmu kimia dengan alasan pada saat itu, kimia identik
dengan  membuat tiruan barang yang sudah ada, seperti bagaimana
membuat tiruan emas, kelihatannya seperti emas padahal bahan campuran.
ana pernah mengklarifikasi tentang hal ini ke ustadz abu ihsan, bahwa
pada saat ini ilmu sangat luas sekali kegunaannya mulai dari dunia
pengobatan, makanan, material dan lain sebagainya. setelah dijelaskan
hal tersebut, beliau tidak melarang mempelajari ilmu kimia.
bagaimana dengan ilmu psikologi?

kedua, ada dari saudara ana yang menjadi seorang psikolog. dari yang
saya dengar dan perhatikan memang ilmu psikologi ini dibangun dari
ilmu filsafat, sehingga banyak dari penuntut ilmu psikologi ini yang
terjebak pada pemikiran filsafat dan ujungnya atheis. mengenai
perlunya penyelarasan antara mempelajari ilmu psikologi dan ilmu
agama, tentunya akan sangat sulit, karena mempelajari sesuatu yang
sangat bertentangan.

mengenai bagaimana dengan psikolog islam, saat ini ada usaha dari para
psikolog muslim untuk mengarah ke arah sana.

wassalamualaykum warohmatulloh wabarokatuh

abu hizam


--- In assunnah@yahoogroups.com, Firdaus 212 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Assalamu'alaykum Warahmatullohi Wabaraakatuh

Shalawat dan salam bagi rasululloh
Segala puji bagi Alloh SWT

Seputar polemik masalah ilmu psikologi
dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada Ustadz Yazid Abdul Qadir
Jawaz dan ikhwah sekalian
seyogyanya kita menyikapinya dengan lebih mendetil.
kalo masalah ilmu yang notabene diajarkan di kampus kampus...
Mana sih yang mendasarkan pada Al Qur'an dan As sunnah ?
termasuk di dalamnya hukum, ekonomi, manajemen, biologi, fisika,
kimia, dan termasuk juga psikologi.
Dan di dalam masing masing ranting ilmu tersebut akan banyak
diajarkan berbagai mata kuliah. Nah tentu saja mata kuliah tersebut
ada yang bertentangan dengan nilai nilai islam, ada yang biasa saja,
ada juga yang bermanfaat.
yang kita perlukan disini adalah pembekalan masing masing pribadi
agar dapat memahami mana yang boleh dan mana yang tidak, dan membekali
diri dengan ilmu yang cukup untuk mengarungi hidup dan kehidupan ini,
(hal ini tentunya bisa di dapatkan lewat belajar agama dengan
pemahaman yang benar dan manhaj yang lurus).
Seyogyanya ada keseimbangan antar kuliah umum dengan belajar islam.
Bila memang kata kata ini salah mohon diluruskan.
Karena ana tidak yakin bila ustadz mengharamkan menuntut ilmu umum.
Namun memang yang adalah wajib untuk menuntut ilmu agama. Tapi hal ini
jangan di jadikan pembenaran untuk tidak menuntut/ belajar ilmu umum
atau menyalahkan mereka yang belajar ilmu umum.
> Saudaraku masalah hukum jelas banyak yang bertentangan namun
bagaimana bila kita semua tak mengenal hukum, bagaimana bila kita
melakukan kontrak untuk eksplorasi sumber daya alam ?
> Demikian juga dengan ilmu ilmu lain termasuk psikologi.
> Mohon maaf bila ada kesalahan, semoga manhaj ini dapat di mengerti
keberadaannya oleh khalayak, semoga manhaj ini dapat dimengerti oleh
masyarakat luas, semoga manhaj ini berjaya kembali sehingga membawa
banyak kemaslahatan bagi umat.
> Sekali lagi mohon maaf dan kepada pengelola milis Mohon dengan
hormat masalah ini tidak diperpanjang di milis, mungkin dari kita bisa
langsung tanya ke ustadz atau ke situs situs yang kita percaya.
>
> ABU RAYHAN





Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[assunnah] Re: Tanya Psikologi (mohon klarifikasi)

2006-08-09 Terurut Topik Abu Ghazi
Assalamu'alaikum warhamtullahi wabarakatuh

Al-Hamdu Lillah, Nasta'inuhu wa Nastaghfiruh, Wa Na'udzu Billahi Min
Syururi Anfusina Man Yahdihillahu Falaa Mudhilla Lahu Wa Man Yudhlil
Falaa Haadiya Lahu. Asyhadu An-Laa ilaaha illallahu wa Asyhadu Anna
Muhammadan Rasulullahi, Amma Ba'du.

Semoga Allah memudahkan kita menelusuri jalan yang terang ini dan
semoga Dia memelihara kita dari syubhat-syubhat yang menyambar.

Beberapa waktu yg lalu ana memang langsung bertemu dgn Ustad Yazid
Semoga Allah menjaganya, setelah kajian malam di Studio Hang FM Batam.
Waktu itu pertanyaan ana seputar penggunaan obat penenang bagi
pengidap penyakit jiwa.
Dan ana mempetkenalkan diri ana sebagai seorang psikolog.
Pada saat itu ana langsung disindir dengan keras oleh Ustad dengan
mengatakan bahwa ilmu Psikologi itu berasal dari Yahudi. Dan ustad
melanjutkan bahwa sebaik²nya pengobatan jiwa adalah dengan menggunakan
Al Qur'an. Pada saat itu ada beberapa saksi ikhwan kita dalam ruangan
itu. Ana mengatakan apa yg dikatakan Ustad adalah benar kemudian
beliau melanjutkan bahwa pengobatan jiwa tidak boleh tergantung dengan
apapun termasuk obat kecuali dalam kondisi "darurat".
Kalau ana cerna pernyataan Ustad Yazid memang shahih dan beliau
berkata berdasarkan keilmuan dan tidak ada yg salah dengan pernyataan
beliau.

Di lain waktu ana bertemu dengan Ustad Hakim bin Amir Abdat (Semoga
Allah menjaga Beliau), beliau tidak mempersoalkan ilmu Psikologi dan
beliau diam tentang ilmu Psikologi. Bahkan pada waktu itu ana sempat
bertukar pikiran dgn beliau tentang masalah kejiwaan. Dan memang
beliau banyak menganjurkan ana utk membaca buku² masalah hati/
Taskiyatun Nafs  dari Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah dan
semisalnya.

Ketika ana ketemu degan Ustad Abu Haidar (Semoga Allah menjaganya)
dari Bandung ketika beliau mengisi kajian di dekat tempat tinggal ana.
Permasalahan yg sama pernah ana ajukan kepada beliau. Beliau sama
sekali tidak terlihat menyindir dengan keras apalagi mentahdzir ilmu.
Psikologi.

Yg lebih lagi ketika ana ketemu dgn Ustad Armen Halim Naro (Semoga
Allah menjaga beliau), beliau justeru memuji ilmu Psikologi ini,
terutama ketika dikaitkan dengan kemampuan kita menghubungkan dengan
hukum² Allah. Dan pada saat itu ana sempat berinteraktif bersama di
radio berbarengan dengan beliau.

Nah itulah beberapa pendapat ulama kibar Indonesia yg ana temui
mengenai ilmu psikologi.
Pada dasarnya semua ilmu itu sudah termaktub di dalam Al Qur'an apakah
itu ilmu astronomi, ilmu kesehatan, ilmu kejiwaan dll.
Jadi kembalikan semuanya kepada Al Qur'an dan Assunnah, begitu
kelihatan bertentangan silahkan antum tinggalkan.

Tidaklah ada kebaikan di dunia atau di akhirat, melainkan telah
diajarkan dalam agama Islam, dan tidaklah ada kejelekan melainkan,
Islam telah memperingatkan umat manusia darinya, Allah berfirman:
ونزلنا عليك 
الكتاب 
تبيانا لكل 
شيء وهدى 
ورحمة وبشرى 
للمسلمين
Artinya:
"Dan telah Kami turunkan kepadamu Al Kitab ( Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri". (QS An Nahl: 89).

Bila Nabi shollallahu'alaihiwasallam telah mengajarkan kepada umatnya
tata cara buang air kecil dan besar, mustahil bila beliau
shollallahu'alaihiwasallam tidak mengajarkan kepada umatnya tata cara
berdakwah, penegakan syariat Islam di bumi, dan terlebih lebih tata
cara beribadah kepada Allah. Sehingga tidak ada alasan bagi siapa pun
untuk merekayasa suatu metode atau amalan dalam beribadah kepada Allah
ta'ala.

Hanya kepada Allah kami berlindung dan mohon petunjuk.
Wallahul musta'an.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi
Abu Ghazi


--- In assunnah@yahoogroups.com, lulu aliudin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bismillah. Walhamdulillah. Wa la haula wa la quwwata Illa biLlah.
Amma Ba'du
>
> Sebelumnya ana mohon ma'af jika tulisan ana berkonotasi memotong
motong perkataan Al Ustadz Al Fadhil Yazid Jawwas semoga Alloh
menjaganya. Jika ada penjelasan lain yang lebih faqih dari Ustadzuna
Al Fadhil Yazid Jawwas yang bertentangan dengan apa yang ana tulis di
milis ini maka pendapat ana mengikuti pendapat yang sesuai dengan Al
Qur-an dan As Sunnah dengan pemahaman salafus sholih. Benarkah
pernyataan tersebut ucapan ustadz Yazid? (Ketika ana menulis risalah
ini hari rabu 9 agustus 2006 pukul 20.29 ana minta klarifikasi dari
teman ana tersebut via sms dan sampai selesainya tulisan ini belum ada
jawaban)
>
> Masalah lain yang berkaitan dengan "pencerahan jiwa" korban gempa
misalnya yang ditangani oleh psikolog serta permasalahan lainnya yang
menjadi garapan psikolog yang berhubungan dengan kejiwaan, maka ana
bertanya" Apakah Ulama Robbani dengan berbekal Kalamulloh dan Hadits
nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang mengetahui jalan keluar
permasalahan tersebut ataukah para psikolog yang setahu ana banyak
mengambil rujukan dari literatur barat yang dapat memecahkan masalah
mereka?" Jika para psikolog tersebut dibina ketika mereka kuliah
dengan ilmu-ilmu al qur-an dan as sunnah de

[assunnah] Re: Tanya Psikologi (mohon klarifikasi)

2006-08-09 Terurut Topik Nurul Ainah
> nb:
> Ana tidak sedang membahas hukumnya Ilmu Psikologi (Umum)
> ana hanya sharing sesuatu hal (yg ana kira) dari psikologi
> yg bertentangan dgn Sunnah
> Namun
> karena Al Qur'an dan Sunnah pun mengatur masalah hati dan jiwa manusia
> maka akan lebih baik jika kita mengupas "Psikologi Islam" yg diatur
> dalam Qur'an dan Sunnah.
> Sedangkan kebanyakan di Universitas2 sekarang
> sepertinya (Wallahu'alam) adalah psikologi dari Barat


Assalamualaykum warohmatulloh wabarokatuh

mengenai "Psikologi islam", sekarang sedang diperbincangkan oleh para
psikolog itu sendiri, namun, sepengetahuan saya, sampai saat ini
mereka masih memakai pola penyelarasan ilmu psikologi barat dengan
islam, seperti apabila psikologi barat memakai landasan filsafat
barat, maka psikologi islam dari "filsafat islam". padahal islam itu
sendiri tidak mengenal istilah filsafat. bahkan, para ulama telah
sepakat melarang mempelajari ilmu filsafat. oleh sebab itu, perlunya
tasfiyah terlebih dahulu sebelum melangkah pada "psikologi islam".

wassalamualaykum warohmatulloh wabarokatuh

ummu hizam





Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[assunnah] Re: Tanya Psikologi (mohon klarifikasi)

2006-08-09 Terurut Topik zico hasan bin nasri
Assalamu'alaikum
Ikutan komen yah, setuju dengan Mas Rizki, psikologi yg banyak
membahas jiwa manusia memang banyak masuk dalam topik-topik Islam.
Setidaknya ngga sedikit yang menulis bahasan tentang jiwa manusia
dari kalangan penulis Islam klasik maupun kontemporer.
Kalo yang membahas ulama', tentu akan banyak bersentuhan dengan sisi
sumber rujukan, yaitu Al Qur'an dan Sunnah. Sedangkan kalo yg nulis
filosof, maka landasan filosofilah yg dijadikan "pisau" untuk
membedah ilmu kejiwaan manusia ini. Maka dari sisi kita yang
berusaha menyelaraskan sesuatu dengan sumber ilahi, sebagian
kesimpulan2 yg dibangun oleh filosof memang banyak ngga sesuai
dengan tuntunan nabi.
Tapi, kayaknya bahasan psikologi kontemporer yang makin berkembang
sekarang tidak diimbangi dengan setidaknya perkembangan bahasan oleh
pemikir Islam belakangan dalam menyikapi hal yang sama.
Manfaatnya ilmu psiko ini juga banyak lho, makanya perusahaan banyak
butuh contohnya topik-topik psikologi karyawan, masyarakat,
keluarga, dan lain-lain.
Psikologi juga dipakai untuk menguji calon pekerja untuk menguji
kapabilitasnya, baik dengan metode wawancara maupun tes IQ.
Tentu wajar jika masalah penerimaan pegawai ini diserahkan pada ahli
psikologi, ga mungkin khan terima pegawai tanpa seleksi bibit, bobot
dan bebet.
Jika di ilmu psikologi menyimpang, maka sepertinya hal ini perlu
dirinci, toh banyak ulama yg juga membahas tentang kejiwaan, misal
Ibnul Qayyim. Kita tidak mengingkari, konsep-konsep psiko seperti
banyak diungkap pakar psiko Sigmund Freud cs banyak yg ga sesuai dg
konsep ilahi.
Tapi kalo digeneralisir, bisa2 IQ test jadi bid'ah lagi.



--- In assunnah@yahoogroups.com, "Rizki Mulyawan"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Assalaamu 'alaykum,
>
> Terima kasih kepada Akh Dhany Arifianto atas tanggapannya.
Nampaknya
> AkhDhany berkecimpung di bidang
> neuroscience, sehingga insyaa-allah mempunyai wawasan yang baik
tentang
> psikologi.
>
> Syubchat artinya rancu, atau in English disebut fuzzy, yakni suatu
hal yang
> sulit dinilai benar atau salahnya secara eksak (qath'i).
>
> Psikologi membahas tentang jiwa manusia, suatu hal yang juga
menjadi topik
> sentral dalam Islam. Dengan demikian, psikologi banyak
bersinggungan dengan
> al-Qur'an dan Sunnah, dan memerlukan keterlibatan para 'ulamaa.
>
> Ketika ana membaca buku2 psikologi, ana merasakan sebagian dari
argumen2nya
> benar (bersesuaian dengan Islam), namun ada juga yang salah
(menyelisihi
> Islam). Namun, ana bukanlah seorang 'aalim, sehingga ana tidak
mengetahui
> dalil2 yang eksak ketika menyatakan argumen2 tersebut benar atau
salah.
> Inilah yang ana maksud dengan syubhat itu. Ini mirip dengan ketika
kita
> membaca karya2 ulama dan pemikir2 Islam yang tidak kita tsiqahi.
>
> Usulan solusinya, sebagai thaalib yang masih hijau dan belum paham
benar
> tentang al Haqq, kita hanya boleh membaca karya2 psikologi yang
telah di-
> syarah oleh para 'ulamaa yang tsiqah. Hal ini untuk mencegah resiko
> pencemaran akidah dan pandangan hidup kita.
>
> Jazakallaahu khayran,
> Was salaamu 'alaykum,
> Rizki Mulyawan




Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[assunnah] Re: Tanya Psikologi (mohon klarifikasi)

2006-08-08 Terurut Topik DhanyArifianto
Saya tertarik dengan perkataan antum (Abu Maryam) yang mengutip
perkataan Ustadz Yazid (semoga Allah Ta'ala menjaga
beliau):'(psikologi adalah) ilmu dusta ya akhi.'
Apakah tidak ada penjelasannya lebih lanjut ?
Kalau sepotong2 seperti itu bisa "misleading" (kalau pakai kata
"menyesatkan" bisa berkonotasi lain; maksud saya tidak ada kaitan
dengan makna "sesat" karena akidah yang salah). Seolah-olah semua
bagian dari ilmu psikologi adalah ilmu dusta.

Ilustrasinya begini, ilmu psikologi yang akrab dengan keseharian kita.
Kalau berdiri diatas rel kereta api, di kejauhan seolah-olah rel
tersebut bersatu. Padahal nyatanya tidak. 
Fenomenon yang lain lagi misalnya fatamorgana.
Atau panca-indra yang lain, seperti telinga; seringkali keliru
seolah-olah mendengar suaranya A ternyata B. 
Kaitannya dengan cara kerja otak menginterpretasikan informasi yang
masuk dari indera.

Mungkin yang dimaksud "syubhat" oleh akh Rizki Mulyawan, bagian mana
dari psikologi ?

Mohon klarifikasinya disertai landasan dalil yang jelas agar terhindar
dari katanya fulan dari katanya fulan.

Dhany Arifianto
1973M; Auditory Neuroscience, Lancaster UK. 

--- In assunnah@yahoogroups.com, lulu aliudin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Wallohu a'lam. seorang teman saya seorang psikolog bercerita kepada
saya: ketika saya bertemu dengan ustadz yazid jawwas dan
memperkenalkan diri kepada beliau dan mengatakan bahwa saya adalah
psikolog, al ustadz yazid langsung berkomentar '(psikologi adalah)
ilmu dusta ya akhi.'
> Sebenarnya kita bisa menilai dari materi pelajaran psikologi yang
dibangun dari ilmu filsafat (kalam) yang jelas jelas diharomkan oleh
dinul islam. Adapun rujukan kita ketika menghadapi masalah adalah
ulama bukan psikolog.
> 
> Al Faqir Abu Maryam
> 
> 
> Rizki Mulyawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Assalaamu 'alaykum wa rachmatullaahi wa barakaatuh,
> Ayyuhal Ikwah,
> 
> Izinkanlah saya untuk bertanya: bagaimana fatwa para 'ulamaa salafi
tentang Psikologi?
> 
> Sesungguhnya, hatinurani saya merasakan banyak syubhat ketika
membaca ulasan2 psikologi, tapi tentu saja hati tidak dapat dijadikan
dalil. Maka saya mengharapkan penjelasan dari ikhwah sekalian.
> 
> Jazakallaahu khayran,
> Wassalaam
> Rizki Mulyawan




Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/