[bali] Re: konferensi iklim dan bakar batu bara
MessagePak Nengah Sudja dan saudara semuanya ysh, Kalau kita membandingkan energi listrik dari batu bara dengan biodiesel/biogas/biobriket, tentu tidak sebanding. Membandingkan bensin dengan lpg saja, tentu ada kelebihan dan kekurangannya, baik dari sisi kemudahan, kandungan energinya, serta unjuk kerja engine. Biogas masih kalah dengan lpg, apalagi kalau dibandingkan dengan bensin. Nah, kalau itung - itungannya semua ke arah itu, maka renewable energy menjadi lebih mahal dan tidak ekonomis. Rasa pesimis akan muncul dan tidak ada niatan orang - orang untuk mengerjakan energi tersebut. Rasa optimis muncul melihat banyaknya PLN menggunakan tenaga diesel. Indonesia Power di Pesanggaran, Denpasar masih menggunakan tenaga diesel dan bahan bakar solar dalam jumlah ratusan ribu liter per harinya. Sedemikian juga dengan di Pemaron. Kalau PLN di Nusa Penida perlu 8000 liter per hari. Sedangkan PLTU tidak bisa dibangun di sembarang tempat. Di Bali, PLTU hanya berpotensi dibangun di kabupaten Klungkung. Kalau di Buleleng sebenarnya potensi itu ada, namun PLN harus membuat jaringan yang baru untuk mensuplai beban ke Bali Selatan. Cuaca yang jelek menyebabkan pasokan batubara terhambat sehingga mengganggu pembangkitan energi listrik. Buntutnya, Direktur pembangkitan PLN terpaksa melepaskan jabatan. Harga biodiesel tergantung pada bagaimana mekanisme kita di hulu dan nilai kalor yang dihasilkan. Nah, kalau pembangkit listrik dikelilingi oleh sumber bahan bakarnya, maka tidak akan ada kendala dalam suplai bahan bakar. Nilai kalor biodiesel bisa lebih tinggi daripada solar (tergantung bahan baku). Kalau yang dari palm oil, jelas lebih rendah dibandingkan solar, namun biodiesel dari jatropha, kemiri terlebih dari camplung, nilai kalornya lebih tinggi dari solar. Hasilnya, sfc engine menjadi 0,26 liter per kWh. Ada penghematan bahan bakar, terlebih kalau putaran dinaikkan, maka sfc menjadi 0,24 liter per kWh. Nilai tambah dari renewable energy adalah sebagai berikut: 1. marginal area bisa diubah menjadi lahan produktif 2. penghasilan petani penggarap ataupun pemilik lahan xx juta rupiah per tahun 3. lahan yang semula kurus, secara bertahap menjadi lebih subur 4. meningkatnya daya dukung dan daya serap tanah dan daur hidrologi 5. selain biodiesel, wilayah ini juga menghasilkan biogas dan biobriket (yang nilai kalornya lebih tinggi dari batu bara) dan lainnya, seperti pakan ternak, pupuk organik, dan hasil samping lainnya 6. meningkatnya skill petani 7. transfer teknologi 8. penurunan emisi kabon, dll. Nah, kalau semua di atas bisa dipertahankan, maka lambat laun akan: 9. wilayah yang semula tidak ada aliran listriknya, secara bertahap bisa menghasilkan energi listrik (akan diuji coba oleh mbak Viebeke dan IAA nya) 10. sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan bisa dibangun di sana, dll. Sekali lagi, ini perlu dukungan semua pihak. Nah, kira - kira berapa nilai rupiah dari item 1 sampai 8 dan 9 sampai 10 di atas? Lalu berapa nilai rupiah CSR sebuah pertambangan batu bara? Berapa nilai kerusakan alam (baik daratan, daur hidrologi dan udara) yang diakibatkan oleh penambangan tersebut? Tolong, ada yang bisa menghitung dengan tepat? Salam, Wijaya. faint_grain1.jpg
[bali] Re: 'JAS MERAH' Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah
Suastiastu, JAS MERAH... sayapun setuju dengan ungkapan Bung Karno ini... ungkapan JAS MERAH ini pula yang selalu saya tebarkan ke kawan2 beberapa bulan belakangan termasuk JAS MERAH dengan MAJAPAHIT... rahajeng, ngurah beni setiawan pi = 3.14 love just like 'pi'...it's natural, irrational and very important - Original Message From: Ketut Astawa [EMAIL PROTECTED] To: BALI bali@lp3b.or.id Sent: Monday, January 14, 2008 12:21:57 AM Subject: [bali] 'JAS MERAH' Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah Dear rekan2 sekalian, Saya hanya berbagi pendapat pagi ini, saya pikir apa yg dikatakan BungKarno 'jangan sekali-kali meninggalkan sejarah ' sangat penting bagi seluruh anak bangsa dalam menjalankan segala kewajibannya di dunia ini (khususnya Indonesia). Begitu pula saat Bapak Suharto yg tengah sakit saat ini, semoga Tuhan Yang maha Kasih mengampuni kesalahan yg pernah dia lalukan dan semoga Bangsa Indonesia bisa lebih arif dalam memandang sejarah yg Panjang dan Besar Bangsa tercinta Indonesia. Link koran nasional dibawah menggambarkan penderitaan seorang pendiri bangsa (Bung Karno) saat sakit hingga menjelang maut menjemputnya. http://www.jawapos. com/index. php?act=detail id=9846 http://www.balipost .co.id/BaliPostc etak/2008/ 1/13/n2.html Alangkah Hina dan berdosanya Bangsa ini bila warganya lupa sejarah dan larut dalam dendam yang tiada henti. Selamat Jalan Bung Karno semoga Ke-ABADIAN menyertaimu, dan juga Semoga Tuhan memberi segala kemudahan untuk Pak Harto. salam k astawa -- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators : Berlangganan : Henti Langgan : Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping
[bali] Re: Beasiswa di buleleng- bikin naskah film
Yth. P Gde Wisnaya, Mau menulis naskah film? Mohon dijinkan menyampaikan pikiran berikut. Ingat Rumus : E= mc2 Einstein, dimana E= energi, m=massa dan c= kecepatan cahaya? Di manajemen rumus terkenal ini dipelesetkan atau ditumpangi , jadi E= mc3, dimana: E= exellence; m= motive ; c=competence; c= courage; c= culture. Katanya untuk mencapai keunggulan (E) perlu motivasi (m) yang jelas; keterampilan/ kemampuan(competence), perlu keberanian (courage) dan budaya ( culture). Untuk penulisan naskah juga perlu persyaratan diatas kalau mau Excellence. Pertama motif-nya harus jelas sesuai tujuan, makna, pesan yang ingin disoroti angle-angle-nya, seperti suatu gugatan akan masalah kemanusian, keadilan, kejujuran, kemiskinan, pengorbanan, kesetiaan, cinta. Punya keterampilan untuk menulis tema dan alur cerita untuk mencapai klimaks ( uh, enak kan?!) dengan gaya permainan kata-kata sarat liris dan metafora, khususnya untuk pembuatan film. Punya keberanian untuk menulis, menemukakan tema yang kontroversial, gugat tradisi buruk, praktek ( politik) busuk. Punya latar belakang budaya yang intens, mapan meneruskan pelestarian lingkungan hidup. Kalau dibaca naskah atau novel yang bagus persyaratan E= mc3 itu begitu terasakan, hingga kita tak mau berhenti membacanya. Pernah baca E Hemingway, The Old and The Sea; 49 short stories-nya? Atau Gulagnya, Solzhenitsyn? Atau dari Pramoedya Ananta Toer? Saya baru mulai baca The God of Small Things-nya Arundhati Roy, sungguh asjik. Singkat kata perlu profesionalisme. Maksudnya mau bikin film berdasarkan tema Bali, ya? Mengapa tidak dipilih berdasarkan dari novel yang sudah ada, misalnya dari Vicki Baum: Liebe und Tod in Bali ? Di coba ditulis naskahnya dulu sebelum dibuat filmnya ? Tapi pembuatan film Liebe und Tod in Bali merupakan karya film besar lho Pak, dengan latar belakang kehidupan, budaya petani Bali yang sederhana, miskin, tahjulnya, penyakit lepra sebagai kutukan dewata, perempuannya masih berbuka dada, laki-laki mekancut dan puputan Badung. Sekaligus bisa jadi promosi turis yang laris di luar negeri visit indonesia ! Pilih penulis naskah, sutradara dan terus bikin film-nya,...bisa meledak. Atau mau menulis film pendek dipilih dari tema yang P Gde inginkan pembelaan atas ketidakadilan adat (pengasingan anak kembar laki-perempuan dari kawasan desa) atau perkawinan antar kasta/ warna atau nyentana. Bisa dipilih dulu dari naskah yang sudah ada. Apa mampu, sanggup?. Bukan bidang saya. Cuma bisa beri wacana. Ini bukan mau mematikan idee buat film bertema Bali, lho. Silahkan terus kalau ada yang punya keterampilan. Idee bagus. SALAM. Nengah Sudja. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Pan Bima Sent: Saturday, January 12, 2008 8:47 PM To: bali@lp3b.or.id Subject: [bali] Re: Beasiswa di buleleng Pak Wira, Saya sangat menunggu kolaborasi ini, karena hati kecil saya membisikkan bahwa kolaborasi Pak Wira, Mbak Vieb, Popo dan kawan-kawan lain akan menghasilkan sebuah karya yang baik. Barangkali Pak Artika bisa ikut juga dalam pemilihan tema, dan penulisan ? Sementara , sebelum naskah di filmkan, rasanya akan pas kalau Pak Sudja membacanya terlebih dahulu. Semoga terwujud ya. salam wisnaya On 1/9/08, wiranegara igp [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Wis, Terima kasih atas support-nya...saya ingin sekali suatu saat berkolaborasi dengan mbak Vieb, Popo dan teman2 lain di Bali berkarya dengan media yang saya tekuni saat ini. Salam, Wiwie Wiranegara On 1/6/08, Pan Bima [EMAIL PROTECTED] wrote: Mbak Vieb dan Pak Wira, Tuhan memang adil, diantara sekian banyak badman di Indonesia, rupanya masih banyak orang baik yang terus berjuang untuk berkarya dibidangnya masing-masing mengabdi demi kemanusiaan. Selamat Berkarya ditahun 2008. regards wisnaya On 1/5/08, wiranegara igp [EMAIL PROTECTED] wrote: Teman2 milis yang baik, Saya mohon doa restunya, kalau Ida Sang Hyang Widhi merestui saya akan meluncurkan film saya berjudul TUMBUH DALAM BADAI. Pemutaran perdana film ini akan disertai diskusi, dilaksanakan di Goethe Hause Jakarta tanggal 24 Januari 2008 jam 19.00. Bagi teman2 yang kebetulan berada di Jakarta pada saat itu bila berkenan saya persilakan datang. Bulan ini saya harus menyelesaikan dua film dokumenter, yang satu adalah TUMBUH DALAM BADAI dan yang kedua adalah MPR DARI MASA KE MASA, sekali lagi mohon doanya agar saya bisa mempersembahkan karya terbaik saya bagi nusa dan bangsa. Salam, IGP Wiranegara -- Gde Wisnaya Wisna Jl.Dewi Sartika Utara 32A Singaraja-Bali website : www.lp3b.com -- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators: mailto: [EMAIL PROTECTED] Berlangganan : mailto: [EMAIL PROTECTED] Henti Langgan : mailto: [EMAIL PROTECTED] -- Gde Wisnaya Wisna Jl.Dewi
[bali] konferensi iklim dan bakar batu bara
Pak Suja, Wijaya, Mbak Silvia, dan semeton semuanya... Dalam tingkat kebijaksanaan Nasional sekarang ini memang PLN sedang gencar-gencar meningkatkan produksi listrik dari pembangkit batubara, karena memang sampai sekarang itu yang paling murah yang tersedia berlimpah di Indonesia.. (baca berita dibawah) Namun khusus untuk Bali seperti yang disampaikan Wijaya, Pak Suja dan Mbak Silvia, memang perlu kebijaksanaan khusus agar dibangun alternative bukan dari batubara tapi dari sumber yang ramah lingkungan... Walaupun mungkin cost-nya akan lebih mahal... Pembangkit listrik tenaga air (di Buleleng ada puluhan air terjun yang potensial)... Atau Cable Listrik Jawa-Bali... Atau mulai sekarang kita menghemat listrik.. Misalnya di bungalow-nya Mbak Silvia, daripada menggunakan bola-lampu listrik coba buat lampu dari minyak kelapa.. Selain ramah lingkungan, minyak kelapa bisa diperoleh dari penduduk local, atau bisa juga pakai minyak bekas dipakai menggoreng (lengis yinyihan : bhs Bali) daripada dibuang..Lampu minyak kelapa kesannya akan eksotis..saya yakin para tamu/wisatawan juga suka Suksme GNA --- Source: Petromindo.Com State-owned electricity company PLN will sign today engineering, procurement and construction (EPC) contracts for four coal-fired power plants (PLTU) to be built in outside Java. Yogo Pratomo, the head of PLN's team for the crash program to build 10,000 megawatt power plants, said in Jakarta on Sunday that the contracts for the four power projects which have a combined capacity of 168 megawatt (MW) were worth about US$1 million per megawatt. The four power projects are PLTU Kalimantan Tengah (2x60 MW) in Central Kalimantan which will be built by a consortium comprising of PT Mega Power Mandri and two Chinese companies Shandong Electric Power Construction and China National Heavy Machinery; PLTU MW Tanjung Balai Karimun (2x7 MW) in Riau islands, PLTU Kendari in Southeast Sulawesi (2x10 MW),and PLTU Ende-Flores (2x7 MW) in East Nusa Tenggara, which will be built by a consortium of Shandong Electric Power Construction and PT Rekadaya Elektrika. We hope the four power plants can begin commercial operation within the next 24 months or at the end of 2010, he said, adding that with the signing of the four power projects, the construction of all the power plants was expected to be on schedule. PLN earlier signed EPC contracts for five similar projects to be built outside Java. They include the PLTU Lampung (2 x 100 MW), PLTU North Sumatra (2 x 100 MW), PLTU North Sulawesi (2 x 25 MW); PLTU Gorontalo (2 x 25 MW) and PLTU West Nusa Tenggara (2 x 25 MW). The EPC contracts for 16 other coal-fired power plants to be built outside Java would be signed in February and March, he added. Yogo said all the power projects to be built outside Java would cost US$3 billion. PLN will invite local and foreign banks to provide the financing. (*) image001.jpg