[bali] Re: konferensi iklim dan bakar batu bara

2008-01-13 Terurut Topik WIJAYA KUSUMA
MessagePak Nengah Sudja dan saudara semuanya ysh,

Kalau kita membandingkan energi listrik dari batu bara dengan 
biodiesel/biogas/biobriket, tentu tidak sebanding.

Membandingkan bensin dengan lpg saja, tentu ada kelebihan dan kekurangannya, 
baik dari sisi kemudahan, kandungan energinya, serta unjuk kerja engine. Biogas 
masih kalah dengan lpg, apalagi kalau dibandingkan dengan bensin. 
Nah, kalau itung - itungannya semua ke arah itu, maka renewable energy menjadi 
lebih mahal dan tidak ekonomis.
Rasa pesimis akan muncul dan tidak ada niatan orang - orang untuk mengerjakan 
energi tersebut.

Rasa optimis muncul melihat banyaknya PLN menggunakan tenaga diesel. Indonesia 
Power di Pesanggaran, Denpasar  masih menggunakan tenaga diesel dan bahan bakar 
solar dalam jumlah ratusan ribu liter per harinya. Sedemikian juga dengan di 
Pemaron. Kalau PLN di Nusa Penida perlu 8000 liter per hari. Sedangkan PLTU 
tidak bisa dibangun di sembarang tempat. Di Bali, PLTU hanya berpotensi 
dibangun di kabupaten Klungkung. Kalau di Buleleng sebenarnya potensi itu ada, 
namun PLN harus membuat jaringan yang baru untuk mensuplai beban ke Bali 
Selatan. Cuaca yang jelek menyebabkan pasokan batubara terhambat sehingga 
mengganggu pembangkitan energi listrik. Buntutnya, Direktur pembangkitan PLN 
terpaksa melepaskan jabatan. 

Harga biodiesel tergantung pada bagaimana mekanisme kita di hulu dan nilai 
kalor yang dihasilkan. Nah, kalau pembangkit listrik
dikelilingi oleh sumber bahan bakarnya, maka tidak akan ada kendala dalam 
suplai bahan bakar. Nilai kalor biodiesel bisa lebih tinggi 
daripada solar (tergantung bahan baku). Kalau yang dari palm oil, jelas lebih 
rendah dibandingkan solar, namun biodiesel dari jatropha, kemiri terlebih dari 
camplung, nilai kalornya lebih tinggi dari solar. Hasilnya, sfc engine menjadi 
0,26 liter per kWh. 
Ada penghematan bahan bakar, terlebih kalau putaran dinaikkan, maka sfc menjadi 
0,24 liter per kWh.

Nilai tambah dari renewable energy adalah sebagai berikut:
1. marginal area bisa diubah menjadi lahan produktif 
2. penghasilan petani penggarap ataupun pemilik lahan xx juta rupiah per tahun
3. lahan yang semula kurus, secara bertahap menjadi lebih subur
4. meningkatnya daya dukung dan daya serap tanah dan daur hidrologi
5. selain biodiesel, wilayah ini juga menghasilkan biogas dan biobriket (yang 
nilai kalornya lebih tinggi dari batu bara)
   dan lainnya, seperti pakan ternak, pupuk organik, dan hasil samping lainnya
6. meningkatnya skill petani
7. transfer teknologi 
8. penurunan emisi kabon, dll.

Nah, kalau semua di atas bisa dipertahankan, maka lambat laun akan:
9. wilayah yang semula tidak ada aliran listriknya, secara bertahap bisa 
menghasilkan energi listrik
   (akan diuji coba oleh mbak Viebeke dan IAA nya)
10. sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan bisa dibangun di sana, dll. 

Sekali lagi, ini perlu dukungan semua pihak.

Nah, kira - kira berapa nilai rupiah dari item 1 sampai 8 dan 9 sampai 10 di 
atas? 
Lalu berapa nilai rupiah CSR sebuah pertambangan batu bara? 
Berapa nilai kerusakan alam (baik daratan, daur hidrologi dan udara) yang 
diakibatkan oleh penambangan tersebut?

Tolong, ada yang bisa menghitung dengan tepat?

Salam,

Wijaya.

faint_grain1.jpg

[bali] Re: 'JAS MERAH' Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah

2008-01-13 Terurut Topik ngurah beni setiawan
Suastiastu,

JAS MERAH...
sayapun setuju dengan ungkapan Bung Karno ini...
ungkapan JAS MERAH ini pula yang selalu saya tebarkan ke kawan2 beberapa bulan 
belakangan

termasuk JAS MERAH dengan MAJAPAHIT...
 
rahajeng,
ngurah beni setiawan
 
pi = 3.14 
love just like 'pi'...it's natural, irrational and very important 



- Original Message 
From: Ketut Astawa [EMAIL PROTECTED]
To: BALI bali@lp3b.or.id
Sent: Monday, January 14, 2008 12:21:57 AM
Subject: [bali] 'JAS MERAH' Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah


Dear rekan2 sekalian,

Saya hanya berbagi pendapat pagi ini, 

saya pikir apa yg dikatakan BungKarno 'jangan sekali-kali meninggalkan sejarah 
' sangat penting bagi seluruh anak bangsa dalam menjalankan segala kewajibannya 
di dunia ini (khususnya Indonesia). 

Begitu pula saat Bapak Suharto yg tengah sakit saat ini, semoga Tuhan Yang maha 
Kasih mengampuni kesalahan yg pernah dia lalukan dan semoga Bangsa Indonesia 
bisa lebih arif dalam memandang sejarah yg Panjang dan Besar Bangsa tercinta 
Indonesia.

Link koran nasional dibawah menggambarkan penderitaan seorang pendiri bangsa 
(Bung Karno) saat sakit hingga menjelang maut menjemputnya.

http://www.jawapos. com/index. php?act=detail id=9846

http://www.balipost .co.id/BaliPostc etak/2008/ 1/13/n2.html

Alangkah Hina dan berdosanya Bangsa ini bila warganya lupa sejarah dan larut 
dalam dendam yang tiada henti. 

Selamat Jalan Bung Karno semoga Ke-ABADIAN menyertaimu, dan juga Semoga Tuhan 
memberi segala kemudahan untuk Pak Harto.

salam
k astawa


-- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id 
Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators : Berlangganan : Henti Langgan :


  

Looking for last minute shopping deals?  
Find them fast with Yahoo! Search.  
http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping

[bali] Re: Beasiswa di buleleng- bikin naskah film

2008-01-13 Terurut Topik Nengah Sudja

Yth. P Gde Wisnaya, 

Mau menulis naskah film?
Mohon dijinkan menyampaikan pikiran berikut.
Ingat Rumus : E= mc2   Einstein, dimana E= energi, m=massa dan c=
kecepatan cahaya?

Di manajemen rumus terkenal ini dipelesetkan atau ditumpangi , jadi E=
mc3, dimana: 
  E= exellence; m= motive ; c=competence; c= courage; c= culture.
Katanya untuk mencapai keunggulan (E) perlu motivasi (m) yang jelas;
keterampilan/ kemampuan(competence),
perlu keberanian (courage) dan budaya ( culture).  

Untuk penulisan naskah juga  perlu persyaratan diatas kalau mau
Excellence.
Pertama motif-nya harus jelas sesuai tujuan, makna, pesan yang ingin
disoroti  angle-angle-nya, seperti suatu  gugatan 
   akan masalah kemanusian, keadilan, kejujuran, kemiskinan,
pengorbanan, kesetiaan, cinta.
Punya keterampilan untuk menulis tema dan alur cerita untuk mencapai
klimaks ( uh, enak kan?!) dengan gaya 
 permainan kata-kata sarat liris dan metafora, khususnya untuk pembuatan
film.
Punya keberanian untuk menulis, menemukakan tema yang kontroversial,
gugat tradisi buruk, praktek ( politik)  busuk.
Punya latar belakang budaya yang intens, mapan meneruskan  pelestarian
lingkungan hidup.

Kalau dibaca naskah atau novel yang bagus persyaratan E= mc3 itu begitu
terasakan, hingga kita tak mau berhenti membacanya. Pernah baca E
Hemingway, The Old and The Sea; 49 short stories-nya? Atau Gulagnya,
Solzhenitsyn?
Atau  dari Pramoedya Ananta Toer? Saya baru mulai baca The God of Small
Things-nya Arundhati Roy, sungguh asjik.
 
Singkat kata perlu profesionalisme.

Maksudnya mau bikin film berdasarkan tema Bali, ya?
Mengapa  tidak dipilih berdasarkan dari  novel yang sudah ada, misalnya
dari Vicki Baum: Liebe und Tod in Bali ? 
Di coba  ditulis naskahnya dulu  sebelum dibuat filmnya ? 
Tapi pembuatan film Liebe und Tod in Bali merupakan karya film besar lho
Pak,  dengan  latar belakang kehidupan,
budaya petani Bali yang sederhana, miskin,   tahjulnya, penyakit lepra
sebagai kutukan dewata, perempuannya masih
berbuka dada, laki-laki mekancut  dan puputan Badung. Sekaligus bisa
jadi promosi turis yang laris  di luar negeri
 visit indonesia !
Pilih penulis naskah, sutradara dan terus bikin film-nya,...bisa
meledak.

Atau mau menulis film pendek dipilih dari tema yang P Gde inginkan
pembelaan atas  ketidakadilan  adat
(pengasingan anak kembar laki-perempuan dari kawasan desa) atau
perkawinan antar kasta/ warna atau
nyentana. Bisa dipilih dulu dari naskah yang sudah ada. 

Apa  mampu, sanggup?. Bukan bidang saya. Cuma bisa beri wacana. 
Ini bukan mau mematikan idee buat film bertema Bali, lho.
Silahkan terus kalau ada yang punya keterampilan. Idee bagus.

SALAM.
Nengah Sudja.


-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
Of Pan Bima
Sent: Saturday, January 12, 2008 8:47 PM
To: bali@lp3b.or.id
Subject: [bali] Re: Beasiswa di buleleng


Pak Wira,

Saya sangat menunggu kolaborasi ini, karena hati kecil saya
membisikkan bahwa kolaborasi Pak Wira, Mbak Vieb, Popo dan kawan-kawan
lain akan menghasilkan sebuah karya yang baik. Barangkali Pak Artika
bisa ikut juga dalam pemilihan tema, dan penulisan ?
Sementara , sebelum naskah di filmkan, rasanya akan pas kalau Pak
Sudja membacanya terlebih dahulu.

Semoga terwujud ya.

salam
wisnaya

On 1/9/08, wiranegara igp [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Pak Wis,

 Terima kasih atas support-nya...saya ingin sekali suatu saat
berkolaborasi
 dengan mbak Vieb, Popo dan teman2 lain di Bali berkarya dengan media
yang
 saya tekuni saat ini.

 Salam,
 Wiwie Wiranegara


 On 1/6/08, Pan Bima [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Mbak Vieb dan Pak Wira,
 
  Tuhan memang adil, diantara sekian banyak badman di Indonesia,
  rupanya masih banyak orang baik yang terus berjuang untuk berkarya
  dibidangnya masing-masing mengabdi demi kemanusiaan.
 
  Selamat Berkarya ditahun 2008.
 
  regards
  wisnaya
 
  On 1/5/08, wiranegara igp [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Teman2 milis yang baik,
  
   Saya mohon doa restunya, kalau Ida Sang Hyang Widhi merestui saya
akan
   meluncurkan film saya berjudul TUMBUH DALAM BADAI.
   Pemutaran perdana film ini akan disertai diskusi, dilaksanakan di
Goethe
   Hause Jakarta tanggal 24 Januari 2008 jam 19.00.
   Bagi teman2 yang kebetulan berada di Jakarta pada saat itu bila
berkenan
   saya persilakan datang.
   Bulan ini saya harus menyelesaikan dua film dokumenter, yang satu
adalah
   TUMBUH DALAM BADAI dan yang kedua adalah MPR DARI MASA KE MASA,
sekali
  lagi
   mohon doanya agar saya bisa mempersembahkan karya terbaik saya
bagi nusa
  dan
   bangsa.
  
   Salam,
   IGP Wiranegara
  
 
 
  --
  Gde Wisnaya Wisna
  Jl.Dewi Sartika Utara 32A
  Singaraja-Bali
  website : www.lp3b.com
 
  --
  Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.
 
  Publikasi : http://www.lp3b.or.id
  Arsip : http://bali.lp3b.or.id
  Moderators: mailto: [EMAIL PROTECTED]
  Berlangganan  : mailto: [EMAIL PROTECTED]
  Henti Langgan : mailto: [EMAIL PROTECTED]
 



-- 
Gde Wisnaya Wisna
Jl.Dewi 

[bali] konferensi iklim dan bakar batu bara

2008-01-13 Terurut Topik Ambara, Gede Ngurah (KPC)
 

Pak Suja, Wijaya, Mbak Silvia, dan semeton semuanya...

 

Dalam tingkat kebijaksanaan Nasional sekarang ini memang PLN sedang
gencar-gencar meningkatkan produksi listrik dari pembangkit batubara,
karena memang sampai sekarang itu yang paling murah yang tersedia
berlimpah di Indonesia.. (baca berita dibawah)

 

Namun khusus untuk Bali seperti yang disampaikan Wijaya, Pak Suja dan
Mbak Silvia, memang perlu kebijaksanaan khusus agar dibangun alternative
bukan dari batubara tapi dari sumber yang ramah lingkungan...

Walaupun mungkin cost-nya akan lebih mahal...

Pembangkit listrik tenaga air (di Buleleng ada puluhan air terjun yang
potensial)...

Atau Cable Listrik Jawa-Bali...

Atau mulai sekarang kita menghemat listrik..

Misalnya di bungalow-nya Mbak Silvia, daripada menggunakan bola-lampu
listrik coba buat lampu dari minyak kelapa..

Selain ramah lingkungan, minyak kelapa bisa diperoleh dari penduduk
local, atau bisa juga pakai minyak bekas dipakai menggoreng (lengis
yinyihan : bhs Bali) daripada dibuang..Lampu minyak kelapa kesannya akan
eksotis..saya yakin para tamu/wisatawan juga suka

 

Suksme

GNA 

 

 

---

Source: Petromindo.Com

  State-owned electricity company PLN will sign today
engineering, procurement and construction (EPC) contracts for four
coal-fired power plants (PLTU) to be built in outside Java. 

  Yogo Pratomo, the head of PLN's team for the crash program to
build 10,000 megawatt power plants, said in Jakarta on Sunday that the
contracts for the four power projects which have a combined capacity of
168 megawatt (MW) were worth about US$1 million per megawatt. 

  The four power projects are PLTU Kalimantan Tengah (2x60 MW)
in Central Kalimantan which will be built by a consortium comprising of
PT Mega Power Mandri and two Chinese companies Shandong Electric Power
Construction and China National Heavy Machinery; PLTU MW Tanjung Balai
Karimun (2x7 MW) in Riau islands, PLTU Kendari in Southeast Sulawesi
(2x10 MW),and PLTU Ende-Flores (2x7 MW) in East Nusa Tenggara, which
will be built by a consortium of Shandong Electric Power Construction
and PT Rekadaya Elektrika. 

  We hope the four power plants can begin commercial operation
within the next 24 months or at the end of 2010, he said, adding that
with the signing of the four power projects, the construction of all the
power plants was expected to be on schedule. 

  PLN earlier signed EPC contracts for five similar projects to
be built outside Java. They include the PLTU Lampung (2 x 100 MW), PLTU
North Sumatra (2 x 100 MW), PLTU North Sulawesi (2 x 25 MW); PLTU
Gorontalo (2 x 25 MW) and PLTU West Nusa Tenggara (2 x 25 MW). 

  The EPC contracts for 16 other coal-fired power plants to be
built outside Java would be signed in February and March, he added. 

  Yogo said all the power projects to be built outside Java
would cost US$3 billion. PLN will invite local and foreign banks to
provide the financing. (*) 



 

image001.jpg