RE: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
Makasih Mbak Rina,Umi Farhan Zaafa, Mbak Hernawan. Regards, Ingga --- hernawan [EMAIL PROTECTED] wrote: di bawah sendiri ada artikel yg dicopy pastekan pemenang lomba karya tulis dr www.alhikmah.com semoga bermanfaat .. On Sun, 15 Jun 2003, Rina Sofiany wrote: Mbak Ingga, sebetulnya saya juga punya obsesi yg sama, sudah selesai ambil master kok hanya jadi ibu rumah tangga, apalagi saya sempat mengenyam dunia kerja yg sesuai dengan bidang keilmuan saya. Ditambah lagi rasa berhutang kepada negara (maklum..subsidi pendidikan saat itu banyak Mbak Ingga juga bis ajadi mama plus, bukan an ordinary mama. Dengan pengetahuan dan wawasan yg mbak miliki, Insya Allah semanya bisa berguna untuk mendidik buah hati. == Mbak, saya jadi sedih nih.. Gimana ya.. saya baru lulus S2, dalam angan2 saya tentu saja ingin mengamalkan ilmu yg saya peroleh dg kerja keras ini. Tapi kalo inget anakku Elle yg baru 5 1/2 bln, jadi bimbang juga. Apalagi setelah membaca surat ini. = MENGEJAR KEBAHAGIAAN HAKIKI* Penulis:DIANA MARDIAHAYATI ([EMAIL PROTECTED]) Tanggal:7.05.2003 Alhikmah.com -Kamu serius mau berhenti kerja? Suamimu sudah kaya ya? Degg! Kaget, heran, sedih, terhenyak, semua perasaanku bercampur baur. Tak menyangka ucapan kasar itu muncul dari mulut kolega kerjaku, mbak X (sebut saja demikian) yang selama ini boleh dikata merupakan dosen yang khusus kubantu dalam penanganan tes massal di kampusku. Kata tak santun dari mulut seseorang yang berpendidikan tinggi, kaum terpelajar! Dengan muka ungu menahan amarah yang coba kupendam, kutelusuri wajah ayunya. Sama sekali tak bergeming dari rautnya yang tegang. Kami sama-sama membara. Sedetik berlalu, kutinggalkan ia. 'Time-out'sekaligus menurunkan ketegangan emosi yang memenuhi dada masing-masing. Hari ini seolah memang bukan hari indahku. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja segala problema yang selama ini berusaha sekuat tenaga aku pendam, termuntahkan, dan ditambah dengan ucapan spontanku untuk mengundurkan diri dari pekerjaanku sebagai dosen fakultas psikologi. Aku lelah, lelah mental terutama. Ibarat aku menetap di dalam rumah tanpa jendela dan cahaya, pemberontakanku mencapai titik klimaks. Aku ingin bebas dari situasi ini. Bebas, BEBAS! Biarlah orang bicara apa saja, asalkan aku bebas *** Menjadi dosen adalah pilihan karirku, cita-citaku. Mungkin karena aku dibesarkan dalam keluarga guru, dan budaya membaca demikian kental dan mengasyikkan. Dedikasi tinggi dari bapak dan ibu terhadap pekerjaannya, begitu memukau pesona. Bahwa ilmu yang diajarkan insya Allah takkan berhenti di satu terminal, namun akan terus mengalir dan mengalir beserta pahalanya. Jadilah aku menggapai asaku, memenuhi harapan orang tuaku, sekaligus menobatkan predikat psikolog di bahuku. Semula segalanya berjalan baik-baik saja. Menikah, dan kemudian lahirlah putri sulungku, Kuni. Kami pindah ke daerah Cimanggis, dengan memboyong serta Yu Ri'ah. Masalah mulai muncul ketika ia ternyata tidak kembali lagi dari kampungnya setelah lebaran usai. Aku tak kunjung mendapatkan penggantinya yang memadai. Jujur saja, mungkin standar dan tuntutan terhadap calon khadimat terlalu tinggi dan ideal. Bagaimana tidak, dia haruslah seorang yang sabar dan ngemong terhadap anakku. Terus-terang, agaknya ini dipicu oleh pengalaman mengamati anak-anak tetangga baruku di perumahan itu yang kebanyakan nakal dan diasuh oleh pembantu, sementara sang ibu bekerja seharian penuh di kantor. Tentu sulit mencari khadimat yang sempurna sesuai gambaranku kala itu. Beberapa kali aku mendapat khadimat baru, hanya bertahan sebentar, dengan beraneka ragam kendala dan hambatan. Begitulah, akhirnya aku tidak punya pilihan lain kecuali selalu membawa anakku ke kampus. Kuni yang saat itu baru berusia satu tahun selama hampir setahun lamanya kubawa-bawa selama aku mengajar. Ia ikut ke kelas, ikut membaca di perpustakaan bagian, atau bahkan ikut rapat rutin seminggu sekali setiap hari Kamis. Yang sering terjadi adalah ia kelelahan menanti mamanya bekerja, hingga kadang-kadang tertidur di bilik shalat. Sementara aku terpaksa tidak dapat lagi ikut terlibat dalam kegiatan pelatihan siswa SMU/STM yang rutin diadakan Bagianku. Kucoba menutup telinga atas komentar teman-teman dosenku, namun lama-kelamaan aku menyadari bahwa itu sangatlah tidak adil buat mereka. Perlahan-lahan keadaan ini membuka celah mata hatiku. Meresahkanku, mengusik hati nuraniku. Ya Rabb, apa yang sebenarnya kucari selama ini? Mencari materi alias uang sebanyak-banyaknya? Mempertahankan gengsi karena berhasil menjadi dosen di kampus negeri yang ternama seantero Indonesia dalam usia muda? Setimpalkah semua itu dengan pengorbanan anakku yang masih belia? Bukankah seharusnya terbalik, akulah yang semestinya berkorban untuknya, unuk kehidupannya, demi kebahagiannnya? Bukankah itu esensi terindah dari
RE: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
Mbak...Koq suratnya terpotong yaaa?... Lagi serius nih bacanya... soalnya saya sekarang sedang perss mengalamai hal yang sama... Ihiks...puyeng deeeh -Original Message- From: ingga gloriana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, June 16, 2003 1:04 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:RE: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG Makasih Mbak Rina,Umi Farhan Zaafa, Mbak Hernawan. Regards, Ingga --- hernawan [EMAIL PROTECTED] wrote: di bawah sendiri ada artikel yg dicopy pastekan pemenang lomba karya tulis dr www.alhikmah.com semoga bermanfaat .. On Sun, 15 Jun 2003, Rina Sofiany wrote: Mbak Ingga, sebetulnya saya juga punya obsesi yg sama, sudah selesai ambil master kok hanya jadi ibu rumah tangga, apalagi saya sempat mengenyam dunia kerja yg sesuai dengan bidang keilmuan saya. Ditambah lagi rasa berhutang kepada negara (maklum..subsidi pendidikan saat itu banyak Mbak Ingga juga bis ajadi mama plus, bukan an ordinary mama. Dengan pengetahuan dan wawasan yg mbak miliki, Insya Allah semanya bisa berguna untuk mendidik buah hati. == Mbak, saya jadi sedih nih.. Gimana ya.. saya baru lulus S2, dalam angan2 saya tentu saja ingin mengamalkan ilmu yg saya peroleh dg kerja keras ini. Tapi kalo inget anakku Elle yg baru 5 1/2 bln, jadi bimbang juga. Apalagi setelah membaca surat ini. = MENGEJAR KEBAHAGIAAN HAKIKI* Penulis:DIANA MARDIAHAYATI ([EMAIL PROTECTED]) Tanggal:7.05.2003 Alhikmah.com -Kamu serius mau berhenti kerja? Suamimu sudah kaya ya? Degg! Kaget, heran, sedih, terhenyak, semua perasaanku bercampur baur. Tak menyangka ucapan kasar itu muncul dari mulut kolega kerjaku, mbak X (sebut saja demikian) yang selama ini boleh dikata merupakan dosen yang khusus kubantu dalam penanganan tes massal di kampusku. Kata tak santun dari mulut seseorang yang berpendidikan tinggi, kaum terpelajar! Dengan muka ungu menahan amarah yang coba kupendam, kutelusuri wajah ayunya. Sama sekali tak bergeming dari rautnya yang tegang. Kami sama-sama membara. Sedetik berlalu, kutinggalkan ia. 'Time-out'sekaligus menurunkan ketegangan emosi yang memenuhi dada masing-masing. Hari ini seolah memang bukan hari indahku. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja segala problema yang selama ini berusaha sekuat tenaga aku pendam, termuntahkan, dan ditambah dengan ucapan spontanku untuk mengundurkan diri dari pekerjaanku sebagai dosen fakultas psikologi. Aku lelah, lelah mental terutama. Ibarat aku menetap di dalam rumah tanpa jendela dan cahaya, pemberontakanku mencapai titik klimaks. Aku ingin bebas dari situasi ini. Bebas, BEBAS! Biarlah orang bicara apa saja, asalkan aku bebas *** Menjadi dosen adalah pilihan karirku, cita-citaku. Mungkin karena aku dibesarkan dalam keluarga guru, dan budaya membaca demikian kental dan mengasyikkan. Dedikasi tinggi dari bapak dan ibu terhadap pekerjaannya, begitu memukau pesona. Bahwa ilmu yang diajarkan insya Allah takkan berhenti di satu terminal, namun akan terus mengalir dan mengalir beserta pahalanya. Jadilah aku menggapai asaku, memenuhi harapan orang tuaku, sekaligus menobatkan predikat psikolog di bahuku. Semula segalanya berjalan baik-baik saja. Menikah, dan kemudian lahirlah putri sulungku, Kuni. Kami pindah ke daerah Cimanggis, dengan memboyong serta Yu Ri'ah. Masalah mulai muncul ketika ia ternyata tidak kembali lagi dari kampungnya setelah lebaran usai. Aku tak kunjung mendapatkan penggantinya yang memadai. Jujur saja, mungkin standar dan tuntutan terhadap calon khadimat terlalu tinggi dan ideal. Bagaimana tidak, dia haruslah seorang yang sabar dan ngemong terhadap anakku. Terus-terang, agaknya ini dipicu oleh pengalaman mengamati anak-anak tetangga baruku di perumahan itu yang kebanyakan nakal dan diasuh oleh pembantu, sementara sang ibu bekerja seharian penuh di kantor. Tentu sulit mencari khadimat yang sempurna sesuai gambaranku kala itu. Beberapa kali aku mendapat khadimat baru, hanya bertahan sebentar, dengan beraneka ragam kendala dan hambatan. Begitulah, akhirnya aku tidak punya pilihan lain kecuali selalu membawa anakku ke kampus. Kuni yang saat itu baru berusia satu tahun selama hampir setahun lamanya kubawa-bawa selama aku mengajar. Ia ikut ke kelas, ikut membaca di perpustakaan bagian, atau bahkan ikut rapat rutin seminggu sekali setiap hari Kamis. Yang sering terjadi adalah ia kelelahan menanti mamanya bekerja, hingga kadang-kadang tertidur di bilik shalat. Sementara aku terpaksa tidak dapat lagi ikut terlibat dalam kegiatan pelatihan siswa SMU/STM yang rutin diadakan Bagianku. Kucoba menutup telinga atas komentar teman-teman dosenku, namun lama-kelamaan aku menyadari bahwa itu sangatlah tidak adil buat mereka. Perlahan-lahan keadaan ini membuka celah mata hatiku. Meresahkanku, mengusik hati nuraniku. Ya Rabb, apa yang sebenarnya kucari selama ini? Mencari materi alias
RE: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
di bawah sendiri ada artikel yg dicopy pastekan pemenang lomba karya tulis dr www.alhikmah.com semoga bermanfaat .. On Sun, 15 Jun 2003, Rina Sofiany wrote: Mbak Ingga, sebetulnya saya juga punya obsesi yg sama, sudah selesai ambil master kok hanya jadi ibu rumah tangga, apalagi saya sempat mengenyam dunia kerja yg sesuai dengan bidang keilmuan saya. Ditambah lagi rasa berhutang kepada negara (maklum..subsidi pendidikan saat itu banyak Mbak Ingga juga bis ajadi mama plus, bukan an ordinary mama. Dengan pengetahuan dan wawasan yg mbak miliki, Insya Allah semanya bisa berguna untuk mendidik buah hati. == Mbak, saya jadi sedih nih.. Gimana ya.. saya baru lulus S2, dalam angan2 saya tentu saja ingin mengamalkan ilmu yg saya peroleh dg kerja keras ini. Tapi kalo inget anakku Elle yg baru 5 1/2 bln, jadi bimbang juga. Apalagi setelah membaca surat ini. = MENGEJAR KEBAHAGIAAN HAKIKI* Penulis:DIANA MARDIAHAYATI ([EMAIL PROTECTED]) Tanggal:7.05.2003 Alhikmah.com -Kamu serius mau berhenti kerja? Suamimu sudah kaya ya? Degg! Kaget, heran, sedih, terhenyak, semua perasaanku bercampur baur. Tak menyangka ucapan kasar itu muncul dari mulut kolega kerjaku, mbak X (sebut saja demikian) yang selama ini boleh dikata merupakan dosen yang khusus kubantu dalam penanganan tes massal di kampusku. Kata tak santun dari mulut seseorang yang berpendidikan tinggi, kaum terpelajar! Dengan muka ungu menahan amarah yang coba kupendam, kutelusuri wajah ayunya. Sama sekali tak bergeming dari rautnya yang tegang. Kami sama-sama membara. Sedetik berlalu, kutinggalkan ia. 'Time-out'sekaligus menurunkan ketegangan emosi yang memenuhi dada masing-masing. Hari ini seolah memang bukan hari indahku. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja segala problema yang selama ini berusaha sekuat tenaga aku pendam, termuntahkan, dan ditambah dengan ucapan spontanku untuk mengundurkan diri dari pekerjaanku sebagai dosen fakultas psikologi. Aku lelah, lelah mental terutama. Ibarat aku menetap di dalam rumah tanpa jendela dan cahaya, pemberontakanku mencapai titik klimaks. Aku ingin bebas dari situasi ini. Bebas, BEBAS! Biarlah orang bicara apa saja, asalkan aku bebas *** Menjadi dosen adalah pilihan karirku, cita-citaku. Mungkin karena aku dibesarkan dalam keluarga guru, dan budaya membaca demikian kental dan mengasyikkan. Dedikasi tinggi dari bapak dan ibu terhadap pekerjaannya, begitu memukau pesona. Bahwa ilmu yang diajarkan insya Allah takkan berhenti di satu terminal, namun akan terus mengalir dan mengalir beserta pahalanya. Jadilah aku menggapai asaku, memenuhi harapan orang tuaku, sekaligus menobatkan predikat psikolog di bahuku. Semula segalanya berjalan baik-baik saja. Menikah, dan kemudian lahirlah putri sulungku, Kuni. Kami pindah ke daerah Cimanggis, dengan memboyong serta Yu Ri'ah. Masalah mulai muncul ketika ia ternyata tidak kembali lagi dari kampungnya setelah lebaran usai. Aku tak kunjung mendapatkan penggantinya yang memadai. Jujur saja, mungkin standar dan tuntutan terhadap calon khadimat terlalu tinggi dan ideal. Bagaimana tidak, dia haruslah seorang yang sabar dan ngemong terhadap anakku. Terus-terang, agaknya ini dipicu oleh pengalaman mengamati anak-anak tetangga baruku di perumahan itu yang kebanyakan nakal dan diasuh oleh pembantu, sementara sang ibu bekerja seharian penuh di kantor. Tentu sulit mencari khadimat yang sempurna sesuai gambaranku kala itu. Beberapa kali aku mendapat khadimat baru, hanya bertahan sebentar, dengan beraneka ragam kendala dan hambatan. Begitulah, akhirnya aku tidak punya pilihan lain kecuali selalu membawa anakku ke kampus. Kuni yang saat itu baru berusia satu tahun selama hampir setahun lamanya kubawa-bawa selama aku mengajar. Ia ikut ke kelas, ikut membaca di perpustakaan bagian, atau bahkan ikut rapat rutin seminggu sekali setiap hari Kamis. Yang sering terjadi adalah ia kelelahan menanti mamanya bekerja, hingga kadang-kadang tertidur di bilik shalat. Sementara aku terpaksa tidak dapat lagi ikut terlibat dalam kegiatan pelatihan siswa SMU/STM yang rutin diadakan Bagianku. Kucoba menutup telinga atas komentar teman-teman dosenku, namun lama-kelamaan aku menyadari bahwa itu sangatlah tidak adil buat mereka. Perlahan-lahan keadaan ini membuka celah mata hatiku. Meresahkanku, mengusik hati nuraniku. Ya Rabb, apa yang sebenarnya kucari selama ini? Mencari materi alias uang sebanyak-banyaknya? Mempertahankan gengsi karena berhasil menjadi dosen di kampus negeri yang ternama seantero Indonesia dalam usia muda? Setimpalkah semua itu dengan pengorbanan anakku yang masih belia? Bukankah seharusnya terbalik, akulah yang semestinya berkorban untuknya, unuk kehidupannya, demi kebahagiannnya? Bukankah itu esensi terindah dari seorang ibu? Bukan, atau iya? Bagaimana dengan sabda Rasulullah SAW bahwa surga di bawah telapak kaki ibu? Namun telapak kaki ibu yang bagaimana? Rasanya aku bukn kategori ibu demikian. Astaghfirullah, astaghfirullah Sejuta pertanyaan bertalu-talu,
RE: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
Mbak Ingga, sebetulnya saya juga punya obsesi yg sama, sudah selesai ambil master kok hanya jadi ibu rumah tangga, apalagi saya sempat mengenyam dunia kerja yg sesuai dengan bidang keilmuan saya. Ditambah lagi rasa berhutang kepada negara (maklum..subsidi pendidikan saat itu banyak sekali, lha wong saya bayar kuliah hanya 60.000 per-semester, untuk s1 sementara masternya beasiswa ADI alias ayah dan ibu :-)) Rasa enggan itu datang saat Nadya-ku masih baru lahir, kemudian semakin sayang untuk ditinggalkan hingga sekarang. Sudah ada rekan yg mulai menawarkan diri mencarikan kerja (mungkin mereka kasihan dengan saya yg hanya ibu rumah tangga0, tetapi kalau saya rasa suami saya sudah cukup mencukupi segala kebutuhan saya dan keluarga, saya mau mencari apalagi di dunia luar ? Komunikasi ? Saya masih bisa berhubungan dengan teman-teman baik via hp maupun e-mail dan kadang-kadang kopi darat. Kuper ? Dengan ikut milis seperti ini saya jadi tahu dunia luar. Mengamalkan ilmu ? Ya...sedikit-sedikit kalau membalas e-mail saya berusaha mengingat-ingat kembali ilmu yg sudah pernah sayadapatkan (misalnya ttg sterilisasi, atau ttg life scince, dll) Gaptek ? Kebetulan suami saya bergerak di bidang Teknologi Informasi jadi saya merasa selalu ter-update dengan info yg bermanfaat bagi saya. Semua tools yg ada saya gunakan untuk mengoptimalkan posisi saya sebagai ibu rumah tangga. Misalnya komputer ini, saya bisa menyimpan info ttg bayi dan balita, menyimpan kenangan dan perkembangan buah hati saya, saya bisa menyimpan file-file yg saya yakin kelak saya butuhkan, saya bisa meng-organisasi semua buku-buku saya sehingga sekarang saya mulai bisa membangun perpusatakaan rumah saya. Mbak Ingga juga bis ajadi mama plus, bukan an ordinary mama. Dengan pengetahuan dan wawasan yg mbak miliki, Insya Allah semanya bisa berguna untuk mendidik buah hati. Percayalah mbak Ingga, keputusan yg anda buat tidak salah. Rina Rinso - bundanya Nadya -Original Message- From: ingga gloriana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 15 Juni 2003 8:02 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG Mbak, saya jadi sedih nih.. Gimana ya.. saya baru lulus S2, dalam angan2 saya tentu saja ingin mengamalkan ilmu yg saya peroleh dg kerja keras ini. Tapi kalo inget anakku Elle yg baru 5 1/2 bln, jadi bimbang juga. Apalagi setelah membaca surat ini. Elle's Mommy - Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ Info balita, http://www.balita-anda.com Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
Mbak, saya jadi sedih nih.. Gimana ya.. saya baru lulus S2, dalam angan2 saya tentu saja ingin mengamalkan ilmu yg saya peroleh dg kerja keras ini. Tapi kalo inget anakku Elle yg baru 5 1/2 bln, jadi bimbang juga. Apalagi setelah membaca surat ini. Elle's Mommy ---Original Message--- From: [EMAIL PROTECTED] Date: Thu 12 June 2003 07:40:57 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG Dari millist tetangga. Semoga bermanfaat. SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG (surat ini pernah lho aku kirim ke papa, tapi katanya suruh bikin lagi dan kasi aja ke mama) Mamaku sayang, aku mau cerita sama mama. Tapi ceritanya pake surat ya. Kan, mama sibuk, capek, pulang udah malem. Kalo aku banyak ngomong nanti mama marah kayak kemarin itu, aku jadinya takut dan nangis. Kalo pake surat kan mama bisa sambil tiduran bacanya. Kalo ngga sempet baca malem ini bisa disimpen sampe besok, pokoknya bisa dibaca kapan aja deh. Boleh juga suratnya dibawa ke kantor. Ma, boleh ngga aku minta ganti mbak? Mbak Jum sekarang suka galak, Ma. Kalo aku ngga mau makan, piringnya dibanting di depan aku. Kalo siang aku disuruh tidur melulu, ngga boleh main, padahal mbak kerjanya cuman nonton TV aja. Bukannya dulu kata mama mbak itu gunanya buat nemenin aku main? Trus aku pernah liat mbak lagi ngobrol sama tukang roti di teras depan. Padahal kata mama kan ngga boleh ada tukang-tukang yang masuk rumah kan? Kalo aku bilang gitu sama mbak, mbak marah banget dan katanya kalo diaduin sama mama dia mau berhenti kerja. Kalo dia berhenti berarti nanti mama repot ya? Nanti mama ngga bisa kerja ya? Nanti ngga ada yang jagain aku di rumah ya? Kalo gitu susah ya, ma Mbak ngga diganti ngga apa-apa tapi mama bilangin dong jangan galak sama aku. Ma,bisa ngga hari Kamis sore mama nganter aku ke lomba nari Bali? Pak Husin sih selalu nganterin, tapi kan dia cowok, ma. Ntar yang dandanin aku siapa? Mbak Jum ngga ngerti dandan. Ntar aku kayak lenong. Kalo mama kan kalo dandan cantik. Temen-temen aku yang nganterin juga mamanya. Waktu lomba gambar minggu lalu Pak Husin yang nganter; tiap hari udah Pak Husin juga yang nganter. Bosen, ma. Lagian aku pingin ngasi liat sama temen-temenku kalo mamaku itu cantik banget, aku kan bangga, ma. Temen-temen tuh ngga pernah liat mama. Pernah sih liat, tapi itu tahun lalu pas aku baru masuk SD, kan mereka jadinya udah lupa tampangnya mama. Ma, kapan sih aku boleh punya adik? Bosen ma, tiap hari cuman ngeliat Mbak Jum ama Pak Husin melulu. Mending pada cakep. Kalo punya adik, ntar aku pasti sayang deh. Tapi Mama kan ngga mau jadi gemuk ya? Mama masih diet ketat ya? Soalnya kalo hamil jadi gemuk ya? Kayak mamanya Si Caca temen aku, minta ampun gemuknya. Tapi mama Caca tetap cantik, lho ma, meskipun gemuk. Lagian mama Caca asyik, selalu bisa nemenin Caca ke lomba dan kadang ikut jemput ke sekolah. Padahal mereka naik angkot lho, ma. Kadang suka diajak barengan sama Pak Husin, mereka ngga mau. Jadinya gimana, ma? boleh ngga punya adik? Boleh dong, ma.. biar aku ada temen. Tapi terserah mama deh, ngga maksa kok. Ma, hadiah ulang tahun mulai tahun ini ngga usah dibeliin deh. Uangnya mama tabungin aja. Trus aku ngga usah dibeliin baju sama mainan mahal lagi deh. Uangnya mama tabung aja. Kalo uang mama udah banyak, kan mama ngga usah kerja lagi. Nah, itu baru sip namanya. Lagian mainanku udah banyak dan lebih asyik main sama mama kali ya... Udah dulu ya, ma. Udah ngantuk. I love you ( hi..hi..hi... papa kan suka bilang gitu sama mama ya... aku tanya bu guru katanya artinya aku cinta padamu, berarti aku juga boleh I love you sama mama, ya) __ Do you Yahoo!? SBC Yahoo! DSL - Now only $29.95 per month! http://sbc.yahoo.com - Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ Info balita, http://www.balita-anda.com Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
Benar-benar membuat saya menangis... karena ketakutan saya kelak anak saya, Arya ( 1 tahun ) juga akan mengirimkan surat bernada seperti ini kepada saya. Saat ini saya harus bekerja dan keadaannya persis seperti apa yang disebutkan, walaupun sebenarnya saya sangat ingin tidak harus setiap hari berada di luar rumah untuk mencari nafkah ( misalkan punya usaha sendiri ) Tapi sayangnya, keadaan saya sebagai single parent ( karena perceraian yang tidak saya inginkan) mengharuskan saya mengambil jalan yang mengorbankan kepentingan Arya, walaupun tujuan saya bekerja juga untuk kesejahteraan Arya. Parents, mohon saran dan pendapat rekan-2 bagaimana saya harus mengatasi ketakutan saya bila kelak Arya merasa jauh dari saya. Terima kasih. Renni ---Original Message--- From: [EMAIL PROTECTED] Date: Thu 12 June 2003 07:40:57 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG Dari millist tetangga. Semoga bermanfaat.SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG(surat ini pernah lho aku kirim ke papa, tapi katanya suruh bikin lagi dan kasi aja ke mama)Mamaku sayang, aku mau cerita sama mama. Tapi ceritanya pake surat ya. Kan, mama sibuk, capek, pulang udah malem. Kalo aku banyak ngomong nanti mama marah kayak kemarin itu, aku jadinya takut dan nangis. Kalo pake surat kan mama bisa sambil tiduran bacanya. Kalo ngga sempet baca malem ini bisa disimpen sampe besok, pokoknya bisa dibaca kapan aja deh. Boleh juga suratnya dibawa ke kantor.Ma, boleh ngga aku minta ganti mbak? Mbak Jum sekarang suka galak, Ma. Kalo aku ngga mau makan, piringnya dibanting di depan aku. Kalo siang aku disuruh tidur melulu, ngga boleh main, padahal mbak kerjanya cuman nonton TV aja. Bukannya dulu kata mama mbak itu gunanya buat nemenin aku main? Trus aku pernah liat mbak lagi ngobrol sama tukang roti di teras depan. Padahal kata mama kan ngga boleh ada tukang-tukang yang masuk rumah kan? Kalo aku bilang gitu sama mbak, mbak marah banget dan katanya kalo diaduin sama mama dia mau berhenti kerja. Kalo dia berhenti berarti nanti mama repot ya? Nanti mama ngga bisa kerja ya? Nanti ngga ada yang jagain aku di rumah ya? Kalo gitu susah ya, ma Mbak ngga diganti ngga apa-apa tapi mama bilangin dong jangan galak sama aku.Ma,bisa ngga hari Kamis sore mama nganter aku ke lomba nari Bali? Pak Husin sih selalu nganterin, tapi kan dia cowok, ma. Ntar yang dandanin aku siapa? Mbak Jum ngga ngerti dandan. Ntar aku kayak lenong. Kalo mama kan kalo dandan cantik. Temen-temen aku yang nganterin juga mamanya. Waktu lomba gambar minggu lalu Pak Husin yang nganter; tiap hari udah Pak Husin juga yang nganter. Bosen, ma. Lagian aku pingin ngasi liat sama temen-temenku kalo mamaku itu cantik banget, aku kan bangga, ma. Temen-temen tuh ngga pernah liat mama. Pernah sih liat, tapi itu tahun lalu pas aku baru masuk SD, kan mereka jadinya udah lupa tampangnya mama. Ma, kapan sih aku boleh punya adik? Bosen ma, tiap hari cuman ngeliat Mbak Jum ama Pak Husin melulu. Mending pada cakep. Kalo punya adik, ntar aku pasti sayang deh. Tapi Mama kan ngga mau jadi gemuk ya? Mama masih diet ketat ya? Soalnya kalo hamil jadi gemuk ya? Kayak mamanya Si Caca temen aku, minta ampun gemuknya. Tapi mama Caca tetap cantik, lho ma, meskipun gemuk. Lagian mama Caca asyik, selalu bisa nemenin Caca ke lomba dan kadang ikut jemput ke sekolah. Padahal mereka naik angkot lho, ma. Kadang suka diajak barengan sama Pak Husin, mereka ngga mau. Jadinya gimana, ma? boleh ngga punya adik? Boleh dong, ma.. biar aku ada temen. Tapi terserah mama deh, ngga maksa kok. Ma, hadiah ulang tahun mulai tahun ini ngga usah dibeliin deh. Uangnya mama tabungin aja. Trus aku ngga usah dibeliin baju sama mainan mahal lagi deh. Uangnya mama tabung aja. Kalo uang mama udah banyak, kan mama ngga usah kerja lagi. Nah, itu baru sip namanya. Lagian mainanku udah banyak dan lebih asyik main sama mama kali ya... Udah dulu ya, ma. Udah ngantuk. I love you ( hi..hi..hi... papa kan suka bilang gitu sama mama ya... aku tanya bu guru katanya artinya aku cinta padamu, berarti aku juga boleh I love you sama mama, ya) IncrediMail - Email has finally evolved - Click Here
Re: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
Surat ini benar-benar membuat saya menangis... karena ketakutan kelak anak saya, Arya ( 1 tahun ) juga akan mengirimkan surat bernada seperti ini kepada saya. Saat ini saya harus bekerja dan keadaannya persis seperti apa yang disebutkan, walaupun sebenarnya saya sangat ingin tidak harus setiap hari berada di luar rumah untuk mencari nafkah ( misalkan punya usaha sendiri ) Tapi sayangnya, keadaan saya sebagai single parent ( karena perceraian yang tidak saya inginkan) mengharuskan saya mengambil jalan yang mengorbankan kepentingan Arya, walaupun tujuan saya bekerja juga untuk kesejahteraan Arya. Parents, mohon saran bagaimana saya harus mengatasipermasalahan inikarena sayatidak inginkelak Arya merasa jauh dari saya. Terima kasih. Renni ---Original Message--- From: [EMAIL PROTECTED] Date: Thu 12 June 2003 07:40:57 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG Dari millist tetangga. Semoga bermanfaat.SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG(surat ini pernah lho aku kirim ke papa, tapi katanya suruh bikin lagi dan kasi aja ke mama)Mamaku sayang, aku mau cerita sama mama. Tapi ceritanya pake surat ya. Kan, mama sibuk, capek, pulang udah malem. Kalo aku banyak ngomong nanti mama marah kayak kemarin itu, aku jadinya takut dan nangis. Kalo pake surat kan mama bisa sambil tiduran bacanya. Kalo ngga sempet baca malem ini bisa disimpen sampe besok, pokoknya bisa dibaca kapan aja deh. Boleh juga suratnya dibawa ke kantor.Ma, boleh ngga aku minta ganti mbak? Mbak Jum sekarang suka galak, Ma. Kalo aku ngga mau makan, piringnya dibanting di depan aku. Kalo siang aku disuruh tidur melulu, ngga boleh main, padahal mbak kerjanya cuman nonton TV aja. Bukannya dulu kata mama mbak itu gunanya buat nemenin aku main? Trus aku pernah liat mbak lagi ngobrol sama tukang roti di teras depan. Padahal kata mama kan ngga boleh ada tukang-tukang yang masuk rumah kan? Kalo aku bilang gitu sama mbak, mbak marah banget dan katanya kalo diaduin sama mama dia mau berhenti kerja. Kalo dia berhenti berarti nanti mama repot ya? Nanti mama ngga bisa kerja ya? Nanti ngga ada yang jagain aku di rumah ya? Kalo gitu susah ya, ma Mbak ngga diganti ngga apa-apa tapi mama bilangin dong jangan galak sama aku.Ma,bisa ngga hari Kamis sore mama nganter aku ke lomba nari Bali? Pak Husin sih selalu nganterin, tapi kan dia cowok, ma. Ntar yang dandanin aku siapa? Mbak Jum ngga ngerti dandan. Ntar aku kayak lenong. Kalo mama kan kalo dandan cantik. Temen-temen aku yang nganterin juga mamanya. Waktu lomba gambar minggu lalu Pak Husin yang nganter; tiap hari udah Pak Husin juga yang nganter. Bosen, ma. Lagian aku pingin ngasi liat sama temen-temenku kalo mamaku itu cantik banget, aku kan bangga, ma. Temen-temen tuh ngga pernah liat mama. Pernah sih liat, tapi itu tahun lalu pas aku baru masuk SD, kan mereka jadinya udah lupa tampangnya mama. Ma, kapan sih aku boleh punya adik? Bosen ma, tiap hari cuman ngeliat Mbak Jum ama Pak Husin melulu. Mending pada cakep. Kalo punya adik, ntar aku pasti sayang deh. Tapi Mama kan ngga mau jadi gemuk ya? Mama masih diet ketat ya? Soalnya kalo hamil jadi gemuk ya? Kayak mamanya Si Caca temen aku, minta ampun gemuknya. Tapi mama Caca tetap cantik, lho ma, meskipun gemuk. Lagian mama Caca asyik, selalu bisa nemenin Caca ke lomba dan kadang ikut jemput ke sekolah. Padahal mereka naik angkot lho, ma. Kadang suka diajak barengan sama Pak Husin, mereka ngga mau. Jadinya gimana, ma? boleh ngga punya adik? Boleh dong, ma.. biar aku ada temen. Tapi terserah mama deh, ngga maksa kok. Ma, hadiah ulang tahun mulai tahun ini ngga usah dibeliin deh. Uangnya mama tabungin aja. Trus aku ngga usah dibeliin baju sama mainan mahal lagi deh. Uangnya mama tabung aja. Kalo uang mama udah banyak, kan mama ngga usah kerja lagi. Nah, itu baru sip namanya. Lagian mainanku udah banyak dan lebih asyik main sama mama kali ya... Udah dulu ya, ma. Udah ngantuk. I love you ( hi..hi..hi... papa kan suka bilang gitu sama mama ya... aku tanya bu guru katanya artinya aku cinta padamu, berarti aku juga boleh I love you sama mama, ya) IncrediMail - Email has finally evolved - Click Here
Re: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
Subhanallah seandainya kita bener-2 memahami arti kehadiran si kecil yang dulunya senantiasa kita nantikan (kecuali bila terpaksa krn sesuatu terjadi) tentu kita tidak akan menyia-nyiakannya sebagai karunia amanah Allah SWT. Jangan hanya menganggap dia sebagai sosok yg gak ngerti apa-apa. Dia jg seorang manusia yg punya perasaan dan hati nurani. Serta dapat merasakan kesedihan maupun kesenangan. Kasih sayang yg ikhlas seta penuh perhatian kelak akan menjadikannya tumbuh sebagai anak yg cerdas riang. Alhamdulillah saya dapat berpikir positif yakin akan tujuan Allah SWT saat saya belum keterima sekolah lagi yang pd akhirnya nanti harus berpisah dgn keluarga. Si kecilku Farhan (1, 8) dan Zaafa (3 bln) masih sanga-sangat membutuhkan bimbingan dan kasih sayang dari umi abinya. Tapi saya juga tidak menyalahkan bagi ibu-2 yg bekerja, asalkan niat diperbaiki aja. Apa iya tujuan kita kerja untuk mencari nafkah atau tambahan hidup? Atau hanya karena keengganan kita tuk merawat si kecil, atau kita ingin bebas? Bila sang suami sudah mencukupi dalam hal kebutuhan (iya sieh manusia khan gak ada yg pernah puas...) serahkanlah sepenuhnya pada suami. Insya Allah membawa berkah. Tapi bila memang kita dibutuhkan menanggung keluarga, yakinkanlah yg mengurus si kecil adalah orang yg terbaik dpt memberikan kasih sayang yg tulus yg tidak didapatnya dari orang tuanya. Saya sangat tersentuh membaca surat tsb, gimana dewasanya si kecil padahal betapa egosnya kita. Wassalam Umi Farhan Zaafa - Original Message - From: Renni Afendi To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, June 14, 2003 10:23 AM Subject: Re: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG Benar-benar membuat saya menangis... karena ketakutan saya kelak anak saya, Arya ( 1 tahun ) juga akan mengirimkan surat bernada seperti ini kepada saya. Saat ini saya harus bekerja dan keadaannya persis seperti apa yang disebutkan, walaupun sebenarnya saya sangat ingin tidak harus setiap hari berada di luar rumah untuk mencari nafkah ( misalkan punya usaha sendiri ) Tapi sayangnya, keadaan saya sebagai single parent ( karena perceraian yang tidak saya inginkan ) mengharuskan saya mengambil jalan yang mengorbankan kepentingan Arya, walaupun tujuan saya bekerja juga untuk kesejahteraan Arya. Parents, mohon saran dan pendapat rekan-2 bagaimana saya harus mengatasi ketakutan saya bila kelak Arya merasa jauh dari saya. Terima kasih. Renni ---Original Message--- From: [EMAIL PROTECTED] Date: Thu 12 June 2003 07:40:57 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG Dari millist tetangga. Semoga bermanfaat. SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG (surat ini pernah lho aku kirim ke papa, tapi katanya suruh bikin lagi dan kasi aja ke mama) Mamaku sayang, aku mau cerita sama mama. Tapi ceritanya pake surat ya. Kan, mama sibuk, capek, pulang udah malem. Kalo aku banyak ngomong nanti mama marah kayak kemarin itu, aku jadinya takut dan nangis. Kalo pake surat kan mama bisa sambil tiduran bacanya. Kalo ngga sempet baca malem ini bisa disimpen sampe besok, pokoknya bisa dibaca kapan aja deh. Boleh juga suratnya dibawa ke kantor. Ma, boleh ngga aku minta ganti mbak? Mbak Jum sekarang suka galak, Ma. Kalo aku ngga mau makan, piringnya dibanting di depan aku. Kalo siang aku disuruh tidur melulu, ngga boleh main, padahal mbak kerjanya cuman nonton TV aja. Bukannya dulu kata mama mbak itu gunanya buat nemenin aku main? Trus aku pernah liat mbak lagi ngobrol sama tukang roti di teras depan. Padahal kata mama kan ngga boleh ada tukang-tukang yang masuk rumah kan? Kalo aku bilang gitu sama mbak, mbak marah banget dan katanya kalo diaduin sama mama dia mau berhenti kerja. Kalo dia berhenti berarti nanti mama repot ya? Nanti mama ngga bisa kerja ya? Nanti ngga ada yang jagain aku di rumah ya? Kalo gitu susah ya, ma Mbak ngga diganti ngga apa-apa tapi mama bilangin dong jangan galak sama aku. Ma,bisa ngga hari Kamis sore mama nganter aku ke lomba nari Bali? Pak Husin sih selalu nganterin, tapi kan dia cowok, ma. Ntar yang dandanin aku siapa? Mbak Jum ngga ngerti dandan. Ntar aku kayak lenong. Kalo mama kan kalo dandan cantik. Temen-temen aku yang nganterin juga mamanya. Waktu lomba gambar minggu lalu Pak Husin yang nganter; tiap hari udah Pak Husin juga yang nganter. Bosen, ma. Lagian aku pingin ngasi liat sama temen-temenku kalo mamaku itu cantik banget, aku kan bangga, ma. Temen-temen tuh ngga pernah liat mama. Pernah sih liat, tapi itu tahun lalu pas aku baru masuk SD, kan mereka jadinya udah lupa tampangnya mama. Ma, kapan sih aku boleh punya adik
[balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
Dari millist tetangga. Semoga bermanfaat. SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG (surat ini pernah lho aku kirim ke papa, tapi katanya suruh bikin lagi dan kasi aja ke mama) Mamaku sayang, aku mau cerita sama mama. Tapi ceritanya pake surat ya. Kan, mama sibuk, capek, pulang udah malem. Kalo aku banyak ngomong nanti mama marah kayak kemarin itu, aku jadinya takut dan nangis. Kalo pake surat kan mama bisa sambil tiduran bacanya. Kalo ngga sempet baca malem ini bisa disimpen sampe besok, pokoknya bisa dibaca kapan aja deh. Boleh juga suratnya dibawa ke kantor. Ma, boleh ngga aku minta ganti mbak? Mbak Jum sekarang suka galak, Ma. Kalo aku ngga mau makan, piringnya dibanting di depan aku. Kalo siang aku disuruh tidur melulu, ngga boleh main, padahal mbak kerjanya cuman nonton TV aja. Bukannya dulu kata mama mbak itu gunanya buat nemenin aku main? Trus aku pernah liat mbak lagi ngobrol sama tukang roti di teras depan. Padahal kata mama kan ngga boleh ada tukang-tukang yang masuk rumah kan? Kalo aku bilang gitu sama mbak, mbak marah banget dan katanya kalo diaduin sama mama dia mau berhenti kerja. Kalo dia berhenti berarti nanti mama repot ya? Nanti mama ngga bisa kerja ya? Nanti ngga ada yang jagain aku di rumah ya? Kalo gitu susah ya, ma Mbak ngga diganti ngga apa-apa tapi mama bilangin dong jangan galak sama aku. Ma,bisa ngga hari Kamis sore mama nganter aku ke lomba nari Bali? Pak Husin sih selalu nganterin, tapi kan dia cowok, ma. Ntar yang dandanin aku siapa? Mbak Jum ngga ngerti dandan. Ntar aku kayak lenong. Kalo mama kan kalo dandan cantik. Temen-temen aku yang nganterin juga mamanya. Waktu lomba gambar minggu lalu Pak Husin yang nganter; tiap hari udah Pak Husin juga yang nganter. Bosen, ma. Lagian aku pingin ngasi liat sama temen-temenku kalo mamaku itu cantik banget, aku kan bangga, ma. Temen-temen tuh ngga pernah liat mama. Pernah sih liat, tapi itu tahun lalu pas aku baru masuk SD, kan mereka jadinya udah lupa tampangnya mama. Ma, kapan sih aku boleh punya adik? Bosen ma, tiap hari cuman ngeliat Mbak Jum ama Pak Husin melulu. Mending pada cakep. Kalo punya adik, ntar aku pasti sayang deh. Tapi Mama kan ngga mau jadi gemuk ya? Mama masih diet ketat ya? Soalnya kalo hamil jadi gemuk ya? Kayak mamanya Si Caca temen aku, minta ampun gemuknya. Tapi mama Caca tetap cantik, lho ma, meskipun gemuk. Lagian mama Caca asyik, selalu bisa nemenin Caca ke lomba dan kadang ikut jemput ke sekolah. Padahal mereka naik angkot lho, ma. Kadang suka diajak barengan sama Pak Husin, mereka ngga mau. Jadinya gimana, ma? boleh ngga punya adik? Boleh dong, ma.. biar aku ada temen. Tapi terserah mama deh, ngga maksa kok. Ma, hadiah ulang tahun mulai tahun ini ngga usah dibeliin deh. Uangnya mama tabungin aja. Trus aku ngga usah dibeliin baju sama mainan mahal lagi deh. Uangnya mama tabung aja. Kalo uang mama udah banyak, kan mama ngga usah kerja lagi. Nah, itu baru sip namanya. Lagian mainanku udah banyak dan lebih asyik main sama mama kali ya... Udah dulu ya, ma. Udah ngantuk. I love you ( hi..hi..hi... papa kan suka bilang gitu sama mama ya... aku tanya bu guru katanya artinya aku cinta padamu, berarti aku juga boleh I love you sama mama, ya)