RE: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG

2003-06-16 Terurut Topik ingga gloriana
Makasih Mbak Rina,Umi Farhan  Zaafa, Mbak Hernawan.

Regards,
Ingga
--- hernawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 di bawah sendiri ada artikel yg dicopy pastekan 
 pemenang lomba karya tulis dr
 www.alhikmah.com
 
 semoga bermanfaat ..
 
 On Sun, 15 Jun 2003, Rina Sofiany wrote:
 
  Mbak Ingga, sebetulnya saya juga punya obsesi yg
 sama, sudah selesai ambil
  master kok hanya jadi ibu rumah tangga, apalagi
 saya sempat mengenyam
  dunia kerja yg sesuai dengan bidang keilmuan saya.
 Ditambah lagi rasa
  berhutang kepada negara (maklum..subsidi
 pendidikan saat itu banyak
  Mbak Ingga juga bis ajadi mama plus, bukan an
 ordinary mama. Dengan
  pengetahuan dan wawasan yg mbak miliki, Insya
 Allah semanya bisa berguna
  untuk mendidik buah hati.
  
 ==
  
  Mbak, saya jadi sedih nih.. Gimana ya.. saya baru
  lulus S2, dalam angan2 saya tentu saja ingin
  mengamalkan ilmu yg saya peroleh dg kerja keras
 ini.
  Tapi kalo inget anakku Elle yg baru 5 1/2 bln,
 jadi
  bimbang juga. Apalagi setelah membaca surat ini.
 =
 
 MENGEJAR KEBAHAGIAAN HAKIKI*
 Penulis:DIANA MARDIAHAYATI ([EMAIL PROTECTED])
 Tanggal:7.05.2003
 
 Alhikmah.com -Kamu serius mau berhenti kerja?
 Suamimu sudah kaya ya?
 
 Degg! Kaget, heran, sedih, terhenyak, semua
 perasaanku bercampur baur. Tak
 menyangka ucapan kasar itu muncul dari mulut kolega
 kerjaku, mbak X (sebut
 saja demikian) yang selama ini boleh dikata
 merupakan dosen yang khusus
 kubantu dalam penanganan tes massal di kampusku.
 Kata tak santun dari
 mulut seseorang yang berpendidikan tinggi, kaum
 terpelajar!
 
 Dengan muka ungu menahan amarah yang coba kupendam,
 kutelusuri wajah
 ayunya. Sama sekali tak bergeming dari rautnya yang
 tegang. Kami sama-sama
 membara. Sedetik berlalu, kutinggalkan ia.
 'Time-out'sekaligus menurunkan
 ketegangan emosi yang memenuhi dada masing-masing.
 
 Hari ini seolah memang bukan hari indahku. Bagaimana
 tidak, tiba-tiba saja
 segala problema yang selama ini berusaha sekuat
 tenaga aku pendam,
 termuntahkan, dan ditambah dengan ucapan spontanku
 untuk mengundurkan diri
 dari pekerjaanku sebagai dosen fakultas psikologi.
 Aku lelah, lelah mental
 terutama. Ibarat aku menetap di dalam rumah tanpa
 jendela dan cahaya,
 pemberontakanku mencapai titik klimaks. Aku ingin
 bebas dari situasi
 ini. Bebas, BEBAS! Biarlah orang bicara apa saja,
 asalkan aku bebas
 
 
 
 ***
 
 Menjadi dosen adalah pilihan karirku, cita-citaku.
 Mungkin karena aku
 dibesarkan dalam keluarga guru, dan budaya membaca
 demikian kental dan
 mengasyikkan. Dedikasi tinggi dari bapak dan ibu
 terhadap pekerjaannya,
 begitu memukau pesona. Bahwa ilmu yang diajarkan
 insya Allah takkan
 berhenti di satu terminal, namun akan terus mengalir
 dan mengalir beserta
 pahalanya. Jadilah aku menggapai asaku, memenuhi
 harapan orang tuaku,
 sekaligus menobatkan predikat psikolog di bahuku.
 
 Semula segalanya berjalan baik-baik saja. Menikah,
 dan kemudian lahirlah
 putri sulungku, Kuni. Kami pindah ke daerah
 Cimanggis, dengan memboyong
 serta Yu Ri'ah. Masalah mulai muncul ketika ia
 ternyata tidak kembali lagi
 dari kampungnya setelah lebaran usai. Aku tak
 kunjung mendapatkan
 penggantinya yang memadai. Jujur saja, mungkin
 standar dan tuntutan
 terhadap calon khadimat terlalu tinggi dan ideal.
 Bagaimana tidak, dia
 haruslah seorang yang sabar dan ngemong terhadap
 anakku. Terus-terang,
 agaknya ini dipicu oleh pengalaman mengamati
 anak-anak tetangga baruku di
 perumahan itu yang kebanyakan nakal dan diasuh oleh
 pembantu, sementara
 sang ibu bekerja seharian penuh di kantor. Tentu
 sulit mencari khadimat
 yang sempurna sesuai gambaranku kala itu. Beberapa
 kali aku mendapat
 khadimat baru, hanya bertahan sebentar, dengan
 beraneka ragam kendala dan
 hambatan.
 
 Begitulah, akhirnya aku tidak punya pilihan lain
 kecuali selalu membawa
 anakku ke kampus. Kuni yang saat itu baru berusia
 satu tahun selama hampir
 setahun lamanya kubawa-bawa selama aku mengajar. Ia
 ikut ke kelas, ikut
 membaca di perpustakaan bagian, atau bahkan ikut
 rapat rutin seminggu
 sekali setiap hari Kamis. Yang sering terjadi adalah
 ia kelelahan menanti
 mamanya bekerja, hingga kadang-kadang tertidur di
 bilik shalat. Sementara
 aku terpaksa tidak dapat lagi ikut terlibat dalam
 kegiatan pelatihan siswa
 SMU/STM yang rutin diadakan Bagianku. Kucoba menutup
 telinga atas komentar
 teman-teman dosenku, namun lama-kelamaan aku
 menyadari bahwa itu sangatlah
 tidak adil buat mereka. Perlahan-lahan keadaan ini
 membuka celah mata
 hatiku. Meresahkanku, mengusik hati nuraniku. Ya
 Rabb, apa yang sebenarnya
 kucari selama ini? Mencari materi alias uang
 sebanyak-banyaknya? Mempertahankan gengsi karena
 berhasil menjadi dosen di
 kampus negeri yang ternama seantero Indonesia dalam
 usia muda? Setimpalkah
 semua itu dengan pengorbanan anakku yang masih
 belia? Bukankah seharusnya
 terbalik, akulah yang semestinya berkorban untuknya,
 unuk kehidupannya,
 demi kebahagiannnya? Bukankah itu esensi terindah
 dari 

RE: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG

2003-06-16 Terurut Topik Zulfitri, Fauziah
Mbak...Koq suratnya terpotong yaaa?...
Lagi serius nih bacanya... soalnya saya sekarang sedang perss
mengalamai hal yang sama...
Ihiks...puyeng deeeh

 -Original Message-
From:   ingga gloriana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent:   Monday, June 16, 2003 1:04 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:RE: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG

Makasih Mbak Rina,Umi Farhan  Zaafa, Mbak Hernawan.

Regards,
Ingga
--- hernawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 di bawah sendiri ada artikel yg dicopy pastekan 
 pemenang lomba karya tulis dr
 www.alhikmah.com
 
 semoga bermanfaat ..
 
 On Sun, 15 Jun 2003, Rina Sofiany wrote:
 
  Mbak Ingga, sebetulnya saya juga punya obsesi yg
 sama, sudah selesai ambil
  master kok hanya jadi ibu rumah tangga, apalagi
 saya sempat mengenyam
  dunia kerja yg sesuai dengan bidang keilmuan saya.
 Ditambah lagi rasa
  berhutang kepada negara (maklum..subsidi
 pendidikan saat itu banyak
  Mbak Ingga juga bis ajadi mama plus, bukan an
 ordinary mama. Dengan
  pengetahuan dan wawasan yg mbak miliki, Insya
 Allah semanya bisa berguna
  untuk mendidik buah hati.
  
 ==
  
  Mbak, saya jadi sedih nih.. Gimana ya.. saya baru
  lulus S2, dalam angan2 saya tentu saja ingin
  mengamalkan ilmu yg saya peroleh dg kerja keras
 ini.
  Tapi kalo inget anakku Elle yg baru 5 1/2 bln,
 jadi
  bimbang juga. Apalagi setelah membaca surat ini.
 =
 
 MENGEJAR KEBAHAGIAAN HAKIKI*
 Penulis:DIANA MARDIAHAYATI ([EMAIL PROTECTED])
 Tanggal:7.05.2003
 
 Alhikmah.com -Kamu serius mau berhenti kerja?
 Suamimu sudah kaya ya?
 
 Degg! Kaget, heran, sedih, terhenyak, semua
 perasaanku bercampur baur. Tak
 menyangka ucapan kasar itu muncul dari mulut kolega
 kerjaku, mbak X (sebut
 saja demikian) yang selama ini boleh dikata
 merupakan dosen yang khusus
 kubantu dalam penanganan tes massal di kampusku.
 Kata tak santun dari
 mulut seseorang yang berpendidikan tinggi, kaum
 terpelajar!
 
 Dengan muka ungu menahan amarah yang coba kupendam,
 kutelusuri wajah
 ayunya. Sama sekali tak bergeming dari rautnya yang
 tegang. Kami sama-sama
 membara. Sedetik berlalu, kutinggalkan ia.
 'Time-out'sekaligus menurunkan
 ketegangan emosi yang memenuhi dada masing-masing.
 
 Hari ini seolah memang bukan hari indahku. Bagaimana
 tidak, tiba-tiba saja
 segala problema yang selama ini berusaha sekuat
 tenaga aku pendam,
 termuntahkan, dan ditambah dengan ucapan spontanku
 untuk mengundurkan diri
 dari pekerjaanku sebagai dosen fakultas psikologi.
 Aku lelah, lelah mental
 terutama. Ibarat aku menetap di dalam rumah tanpa
 jendela dan cahaya,
 pemberontakanku mencapai titik klimaks. Aku ingin
 bebas dari situasi
 ini. Bebas, BEBAS! Biarlah orang bicara apa saja,
 asalkan aku bebas
 
 
 
 ***
 
 Menjadi dosen adalah pilihan karirku, cita-citaku.
 Mungkin karena aku
 dibesarkan dalam keluarga guru, dan budaya membaca
 demikian kental dan
 mengasyikkan. Dedikasi tinggi dari bapak dan ibu
 terhadap pekerjaannya,
 begitu memukau pesona. Bahwa ilmu yang diajarkan
 insya Allah takkan
 berhenti di satu terminal, namun akan terus mengalir
 dan mengalir beserta
 pahalanya. Jadilah aku menggapai asaku, memenuhi
 harapan orang tuaku,
 sekaligus menobatkan predikat psikolog di bahuku.
 
 Semula segalanya berjalan baik-baik saja. Menikah,
 dan kemudian lahirlah
 putri sulungku, Kuni. Kami pindah ke daerah
 Cimanggis, dengan memboyong
 serta Yu Ri'ah. Masalah mulai muncul ketika ia
 ternyata tidak kembali lagi
 dari kampungnya setelah lebaran usai. Aku tak
 kunjung mendapatkan
 penggantinya yang memadai. Jujur saja, mungkin
 standar dan tuntutan
 terhadap calon khadimat terlalu tinggi dan ideal.
 Bagaimana tidak, dia
 haruslah seorang yang sabar dan ngemong terhadap
 anakku. Terus-terang,
 agaknya ini dipicu oleh pengalaman mengamati
 anak-anak tetangga baruku di
 perumahan itu yang kebanyakan nakal dan diasuh oleh
 pembantu, sementara
 sang ibu bekerja seharian penuh di kantor. Tentu
 sulit mencari khadimat
 yang sempurna sesuai gambaranku kala itu. Beberapa
 kali aku mendapat
 khadimat baru, hanya bertahan sebentar, dengan
 beraneka ragam kendala dan
 hambatan.
 
 Begitulah, akhirnya aku tidak punya pilihan lain
 kecuali selalu membawa
 anakku ke kampus. Kuni yang saat itu baru berusia
 satu tahun selama hampir
 setahun lamanya kubawa-bawa selama aku mengajar. Ia
 ikut ke kelas, ikut
 membaca di perpustakaan bagian, atau bahkan ikut
 rapat rutin seminggu
 sekali setiap hari Kamis. Yang sering terjadi adalah
 ia kelelahan menanti
 mamanya bekerja, hingga kadang-kadang tertidur di
 bilik shalat. Sementara
 aku terpaksa tidak dapat lagi ikut terlibat dalam
 kegiatan pelatihan siswa
 SMU/STM yang rutin diadakan Bagianku. Kucoba menutup
 telinga atas komentar
 teman-teman dosenku, namun lama-kelamaan aku
 menyadari bahwa itu sangatlah
 tidak adil buat mereka. Perlahan-lahan keadaan ini
 membuka celah mata
 hatiku. Meresahkanku, mengusik hati nuraniku. Ya
 Rabb, apa yang sebenarnya
 kucari selama ini? Mencari materi alias

RE: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG

2003-06-15 Terurut Topik hernawan

di bawah sendiri ada artikel yg dicopy pastekan 
pemenang lomba karya tulis dr
www.alhikmah.com

semoga bermanfaat ..

On Sun, 15 Jun 2003, Rina Sofiany wrote:

 Mbak Ingga, sebetulnya saya juga punya obsesi yg sama, sudah selesai ambil
 master kok hanya jadi ibu rumah tangga, apalagi saya sempat mengenyam
 dunia kerja yg sesuai dengan bidang keilmuan saya. Ditambah lagi rasa
 berhutang kepada negara (maklum..subsidi pendidikan saat itu banyak
 Mbak Ingga juga bis ajadi mama plus, bukan an ordinary mama. Dengan
 pengetahuan dan wawasan yg mbak miliki, Insya Allah semanya bisa berguna
 untuk mendidik buah hati.
 
==
 
 Mbak, saya jadi sedih nih.. Gimana ya.. saya baru
 lulus S2, dalam angan2 saya tentu saja ingin
 mengamalkan ilmu yg saya peroleh dg kerja keras ini.
 Tapi kalo inget anakku Elle yg baru 5 1/2 bln, jadi
 bimbang juga. Apalagi setelah membaca surat ini.
=

MENGEJAR KEBAHAGIAAN HAKIKI*
Penulis:DIANA MARDIAHAYATI ([EMAIL PROTECTED])
Tanggal:7.05.2003

Alhikmah.com -Kamu serius mau berhenti kerja? Suamimu sudah kaya ya?

Degg! Kaget, heran, sedih, terhenyak, semua perasaanku bercampur baur. Tak
menyangka ucapan kasar itu muncul dari mulut kolega kerjaku, mbak X (sebut
saja demikian) yang selama ini boleh dikata merupakan dosen yang khusus
kubantu dalam penanganan tes massal di kampusku. Kata tak santun dari
mulut seseorang yang berpendidikan tinggi, kaum terpelajar!

Dengan muka ungu menahan amarah yang coba kupendam, kutelusuri wajah
ayunya. Sama sekali tak bergeming dari rautnya yang tegang. Kami sama-sama
membara. Sedetik berlalu, kutinggalkan ia. 'Time-out'sekaligus menurunkan
ketegangan emosi yang memenuhi dada masing-masing.

Hari ini seolah memang bukan hari indahku. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja
segala problema yang selama ini berusaha sekuat tenaga aku pendam,
termuntahkan, dan ditambah dengan ucapan spontanku untuk mengundurkan diri
dari pekerjaanku sebagai dosen fakultas psikologi. Aku lelah, lelah mental
terutama. Ibarat aku menetap di dalam rumah tanpa jendela dan cahaya,
pemberontakanku mencapai titik klimaks. Aku ingin bebas dari situasi
ini. Bebas, BEBAS! Biarlah orang bicara apa saja, asalkan aku bebas



***

Menjadi dosen adalah pilihan karirku, cita-citaku. Mungkin karena aku
dibesarkan dalam keluarga guru, dan budaya membaca demikian kental dan
mengasyikkan. Dedikasi tinggi dari bapak dan ibu terhadap pekerjaannya,
begitu memukau pesona. Bahwa ilmu yang diajarkan insya Allah takkan
berhenti di satu terminal, namun akan terus mengalir dan mengalir beserta
pahalanya. Jadilah aku menggapai asaku, memenuhi harapan orang tuaku,
sekaligus menobatkan predikat psikolog di bahuku.

Semula segalanya berjalan baik-baik saja. Menikah, dan kemudian lahirlah
putri sulungku, Kuni. Kami pindah ke daerah Cimanggis, dengan memboyong
serta Yu Ri'ah. Masalah mulai muncul ketika ia ternyata tidak kembali lagi
dari kampungnya setelah lebaran usai. Aku tak kunjung mendapatkan
penggantinya yang memadai. Jujur saja, mungkin standar dan tuntutan
terhadap calon khadimat terlalu tinggi dan ideal. Bagaimana tidak, dia
haruslah seorang yang sabar dan ngemong terhadap anakku. Terus-terang,
agaknya ini dipicu oleh pengalaman mengamati anak-anak tetangga baruku di
perumahan itu yang kebanyakan nakal dan diasuh oleh pembantu, sementara
sang ibu bekerja seharian penuh di kantor. Tentu sulit mencari khadimat
yang sempurna sesuai gambaranku kala itu. Beberapa kali aku mendapat
khadimat baru, hanya bertahan sebentar, dengan beraneka ragam kendala dan
hambatan.

Begitulah, akhirnya aku tidak punya pilihan lain kecuali selalu membawa
anakku ke kampus. Kuni yang saat itu baru berusia satu tahun selama hampir
setahun lamanya kubawa-bawa selama aku mengajar. Ia ikut ke kelas, ikut
membaca di perpustakaan bagian, atau bahkan ikut rapat rutin seminggu
sekali setiap hari Kamis. Yang sering terjadi adalah ia kelelahan menanti
mamanya bekerja, hingga kadang-kadang tertidur di bilik shalat. Sementara
aku terpaksa tidak dapat lagi ikut terlibat dalam kegiatan pelatihan siswa
SMU/STM yang rutin diadakan Bagianku. Kucoba menutup telinga atas komentar
teman-teman dosenku, namun lama-kelamaan aku menyadari bahwa itu sangatlah
tidak adil buat mereka. Perlahan-lahan keadaan ini membuka celah mata
hatiku. Meresahkanku, mengusik hati nuraniku. Ya Rabb, apa yang sebenarnya
kucari selama ini? Mencari materi alias uang
sebanyak-banyaknya? Mempertahankan gengsi karena berhasil menjadi dosen di
kampus negeri yang ternama seantero Indonesia dalam usia muda? Setimpalkah
semua itu dengan pengorbanan anakku yang masih belia? Bukankah seharusnya
terbalik, akulah yang semestinya berkorban untuknya, unuk kehidupannya,
demi kebahagiannnya? Bukankah itu esensi terindah dari seorang ibu? Bukan,
atau iya? Bagaimana dengan sabda Rasulullah SAW bahwa surga di bawah
telapak kaki ibu? Namun telapak kaki ibu yang bagaimana? Rasanya aku bukn
kategori ibu demikian. Astaghfirullah, astaghfirullah

Sejuta pertanyaan bertalu-talu, 

RE: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG

2003-06-14 Terurut Topik Rina Sofiany
Mbak Ingga, sebetulnya saya juga punya obsesi yg sama, sudah selesai ambil
master kok hanya jadi ibu rumah tangga, apalagi saya sempat mengenyam
dunia kerja yg sesuai dengan bidang keilmuan saya. Ditambah lagi rasa
berhutang kepada negara (maklum..subsidi pendidikan saat itu banyak
sekali, lha wong saya bayar kuliah hanya 60.000 per-semester, untuk s1
sementara masternya beasiswa ADI alias ayah dan ibu :-))

Rasa enggan itu datang saat Nadya-ku masih baru lahir, kemudian semakin
sayang untuk ditinggalkan hingga sekarang.
Sudah ada rekan yg mulai menawarkan diri mencarikan kerja (mungkin mereka
kasihan dengan saya yg hanya ibu rumah tangga0, tetapi kalau saya rasa
suami saya sudah cukup mencukupi segala kebutuhan saya dan keluarga, saya
mau mencari apalagi di dunia luar ? Komunikasi ? Saya masih bisa berhubungan
dengan teman-teman baik via hp maupun e-mail dan kadang-kadang kopi darat.
Kuper ? Dengan ikut milis seperti ini saya jadi tahu dunia luar. Mengamalkan
ilmu ? Ya...sedikit-sedikit kalau membalas e-mail saya berusaha
mengingat-ingat kembali ilmu yg sudah pernah sayadapatkan (misalnya ttg
sterilisasi, atau ttg life scince, dll) Gaptek ? Kebetulan suami saya
bergerak di bidang Teknologi Informasi jadi saya merasa selalu ter-update
dengan info yg bermanfaat bagi saya. Semua tools yg ada saya gunakan untuk
mengoptimalkan posisi saya sebagai ibu rumah tangga. Misalnya komputer ini,
saya bisa menyimpan info ttg bayi dan balita, menyimpan kenangan dan
perkembangan buah hati saya, saya bisa menyimpan file-file yg saya yakin
kelak saya butuhkan, saya bisa meng-organisasi semua buku-buku saya sehingga
sekarang saya mulai bisa membangun perpusatakaan rumah saya.

Mbak Ingga juga bis ajadi mama plus, bukan an ordinary mama. Dengan
pengetahuan dan wawasan yg mbak miliki, Insya Allah semanya bisa berguna
untuk mendidik buah hati.

Percayalah mbak Ingga, keputusan yg anda buat tidak salah.

Rina Rinso - bundanya Nadya


-Original Message-
From: ingga gloriana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 15 Juni 2003 8:02
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG


Mbak, saya jadi sedih nih.. Gimana ya.. saya baru
lulus S2, dalam angan2 saya tentu saja ingin
mengamalkan ilmu yg saya peroleh dg kerja keras ini.
Tapi kalo inget anakku Elle yg baru 5 1/2 bln, jadi
bimbang juga. Apalagi setelah membaca surat ini.

Elle's Mommy



-
 Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/
 Info balita, http://www.balita-anda.com
 Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



Re: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG

2003-06-14 Terurut Topik ingga gloriana
Mbak, saya jadi sedih nih.. Gimana ya.. saya baru
lulus S2, dalam angan2 saya tentu saja ingin
mengamalkan ilmu yg saya peroleh dg kerja keras ini.
Tapi kalo inget anakku Elle yg baru 5 1/2 bln, jadi
bimbang juga. Apalagi setelah membaca surat ini.

Elle's Mommy

 ---Original Message---
  
 From: [EMAIL PROTECTED]
 Date: Thu 12 June 2003 07:40:57 PM
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
  
 Dari millist tetangga. Semoga bermanfaat.
 SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
 (surat ini pernah lho aku kirim ke papa, tapi
 katanya suruh bikin 
 lagi dan kasi aja ke mama)
 
 Mamaku sayang, aku mau cerita sama mama. Tapi
 ceritanya pake surat 
 ya. Kan, mama sibuk, capek, pulang udah malem. Kalo
 aku banyak 
 ngomong nanti mama marah kayak kemarin itu, aku
 jadinya takut dan 
 nangis. Kalo pake surat kan mama bisa sambil tiduran
 bacanya. Kalo 
 ngga sempet baca malem ini bisa disimpen sampe
 besok, pokoknya bisa 
 dibaca kapan aja deh. Boleh juga suratnya dibawa ke
 kantor.
 
 Ma, boleh ngga aku minta ganti mbak? Mbak Jum
 sekarang suka galak, 
 Ma. Kalo aku ngga mau makan, piringnya dibanting di
 depan aku. Kalo 
 siang aku disuruh tidur melulu, ngga boleh main,
 padahal mbak 
 kerjanya cuman nonton TV aja. Bukannya dulu kata
 mama mbak itu 
 gunanya buat nemenin aku main? Trus aku pernah liat
 mbak lagi 
 ngobrol sama tukang roti di teras depan. Padahal
 kata mama kan ngga 
 boleh ada tukang-tukang yang masuk rumah kan? Kalo
 aku bilang gitu 
 sama mbak, mbak marah banget dan katanya kalo
 diaduin sama mama dia 
 mau berhenti kerja. Kalo dia berhenti berarti nanti
 mama repot ya? 
 Nanti mama ngga bisa kerja ya? Nanti ngga ada yang
 jagain aku di 
 rumah ya? Kalo gitu susah ya, ma Mbak ngga
 diganti ngga apa-apa 
 tapi mama bilangin dong jangan galak sama aku.
 
 Ma,bisa ngga hari Kamis sore mama nganter aku ke
 lomba nari Bali? 
 Pak Husin sih selalu nganterin, tapi kan dia cowok,
 ma. Ntar yang 
 dandanin aku siapa? Mbak Jum ngga ngerti dandan.
 Ntar aku kayak 
 lenong. Kalo mama kan kalo dandan cantik.
 Temen-temen aku yang 
 nganterin juga mamanya. Waktu lomba gambar minggu
 lalu Pak Husin 
 yang nganter; tiap hari udah Pak Husin juga yang
 nganter. Bosen, ma. 
 
 Lagian aku pingin ngasi liat sama temen-temenku kalo
 mamaku itu 
 cantik banget, aku kan bangga, ma. Temen-temen tuh
 ngga pernah liat 
 mama. Pernah sih liat, tapi itu tahun lalu pas aku
 baru masuk SD, 
 kan mereka jadinya udah lupa tampangnya mama. 
 
 Ma, kapan sih aku boleh punya adik? Bosen ma, tiap
 hari cuman 
 ngeliat Mbak Jum ama Pak Husin melulu. Mending pada
 cakep. Kalo 
 punya adik, ntar aku pasti sayang deh. Tapi Mama
 kan ngga mau jadi 
 gemuk ya? Mama masih diet ketat ya? Soalnya kalo
 hamil jadi gemuk 
 ya? Kayak mamanya Si Caca temen aku, minta ampun
 gemuknya. Tapi mama 
 Caca tetap cantik, lho ma, meskipun gemuk. Lagian
 mama Caca asyik, 
 selalu bisa nemenin Caca ke lomba dan kadang ikut
 jemput ke sekolah. 
 Padahal mereka naik angkot lho, ma. Kadang suka
 diajak barengan sama 
 Pak Husin, mereka ngga mau. Jadinya gimana, ma?
 boleh ngga punya 
 adik? Boleh dong, ma.. biar aku ada temen. Tapi
 terserah mama deh, 
 ngga maksa kok. 
 
 Ma, hadiah ulang tahun mulai tahun ini ngga usah
 dibeliin deh. 
 Uangnya mama tabungin aja. Trus aku ngga usah
 dibeliin baju sama 
 mainan mahal lagi deh. Uangnya mama tabung aja. Kalo
 uang mama udah 
 banyak, kan mama ngga usah kerja lagi. Nah, itu baru
 sip namanya. 
 Lagian mainanku udah banyak dan lebih asyik main
 sama mama kali ya... 
 
 Udah dulu ya, ma. Udah ngantuk. 
 
 I love you ( hi..hi..hi... papa kan suka bilang gitu
 sama mama ya... aku 
 tanya bu guru katanya artinya aku cinta padamu,
 berarti aku juga 
 boleh I love you sama mama, ya)


__
Do you Yahoo!?
SBC Yahoo! DSL - Now only $29.95 per month!
http://sbc.yahoo.com

-
 Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/
 Info balita, http://www.balita-anda.com
 Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



Re: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG

2003-06-13 Terurut Topik Renni Afendi






Benar-benar membuat saya menangis... karena ketakutan saya kelak anak saya, Arya ( 1 tahun ) juga akan mengirimkan surat bernada seperti ini kepada saya. 
Saat ini saya harus bekerja dan keadaannya persis seperti apa yang disebutkan, walaupun sebenarnya saya sangat ingin tidak harus setiap hari berada di luar rumah untuk mencari nafkah ( misalkan punya usaha sendiri )
Tapi sayangnya, keadaan saya sebagai single parent ( karena perceraian yang tidak saya inginkan) mengharuskan saya mengambil jalan yang mengorbankan kepentingan Arya, walaupun tujuan saya bekerja juga untuk kesejahteraan Arya.

Parents, mohon saran dan pendapat rekan-2 bagaimana saya harus mengatasi ketakutan saya bila kelak Arya merasa jauh dari saya.

Terima kasih.

Renni

---Original Message---


From: [EMAIL PROTECTED]
Date: Thu 12 June 2003 07:40:57 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
Dari millist tetangga. Semoga bermanfaat.SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG(surat ini pernah lho aku kirim ke papa, tapi katanya suruh bikin lagi dan kasi aja ke mama)Mamaku sayang, aku mau cerita sama mama. Tapi ceritanya pake surat ya. Kan, mama sibuk, capek, pulang udah malem. Kalo aku banyak ngomong nanti mama marah kayak kemarin itu, aku jadinya takut dan nangis. Kalo pake surat kan mama bisa sambil tiduran bacanya. Kalo ngga sempet baca malem ini bisa disimpen sampe besok, pokoknya bisa dibaca kapan aja deh. Boleh juga suratnya dibawa ke kantor.Ma, boleh ngga aku minta ganti mbak? Mbak Jum sekarang suka galak, Ma. Kalo aku ngga mau makan, piringnya dibanting di depan aku. Kalo siang aku disuruh tidur melulu, ngga boleh main, padahal mbak kerjanya cuman nonton TV aja. Bukannya dulu kata mama mbak itu gunanya buat nemenin aku main? Trus aku pernah liat mbak lagi ngobrol sama tukang roti di teras depan. Padahal kata mama kan ngga boleh ada tukang-tukang yang masuk rumah kan? Kalo aku bilang gitu sama mbak, mbak marah banget dan katanya kalo diaduin sama mama dia mau berhenti kerja. Kalo dia berhenti berarti nanti mama repot ya? Nanti mama ngga bisa kerja ya? Nanti ngga ada yang jagain aku di rumah ya? Kalo gitu susah ya, ma Mbak ngga diganti ngga apa-apa tapi mama bilangin dong jangan galak sama aku.Ma,bisa ngga hari Kamis sore mama nganter aku ke lomba nari Bali? Pak Husin sih selalu nganterin, tapi kan dia cowok, ma. Ntar yang dandanin aku siapa? Mbak Jum ngga ngerti dandan. Ntar aku kayak lenong. Kalo mama kan kalo dandan cantik. Temen-temen aku yang nganterin juga mamanya. Waktu lomba gambar minggu lalu Pak Husin yang nganter; tiap hari udah Pak Husin juga yang nganter. Bosen, ma. Lagian aku pingin ngasi liat sama temen-temenku kalo mamaku itu cantik banget, aku kan bangga, ma. Temen-temen tuh ngga pernah liat mama. Pernah sih liat, tapi itu tahun lalu pas aku baru masuk SD, kan mereka jadinya udah lupa tampangnya mama. Ma, kapan sih aku boleh punya adik? Bosen ma, tiap hari cuman ngeliat Mbak Jum ama Pak Husin melulu. Mending pada cakep. Kalo punya adik, ntar aku pasti sayang deh. Tapi Mama kan ngga mau jadi gemuk ya? Mama masih diet ketat ya? Soalnya kalo hamil jadi gemuk ya? Kayak mamanya Si Caca temen aku, minta ampun gemuknya. Tapi mama Caca tetap cantik, lho ma, meskipun gemuk. Lagian mama Caca asyik, selalu bisa nemenin Caca ke lomba dan kadang ikut jemput ke sekolah. Padahal mereka naik angkot lho, ma. Kadang suka diajak barengan sama Pak Husin, mereka ngga mau. Jadinya gimana, ma? boleh ngga punya adik? Boleh dong, ma.. biar aku ada temen. Tapi terserah mama deh, ngga maksa kok. Ma, hadiah ulang tahun mulai tahun ini ngga usah dibeliin deh. Uangnya mama tabungin aja. Trus aku ngga usah dibeliin baju sama mainan mahal lagi deh. Uangnya mama tabung aja. Kalo uang mama udah banyak, kan mama ngga usah kerja lagi. Nah, itu baru sip namanya. Lagian mainanku udah banyak dan lebih asyik main sama mama kali ya... Udah dulu ya, ma. Udah ngantuk. I love you ( hi..hi..hi... papa kan suka bilang gitu sama mama ya... aku tanya bu guru katanya artinya aku cinta padamu, berarti aku juga boleh I love you sama mama, ya)







 IncrediMail - Email has finally evolved - Click Here

Re: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG

2003-06-13 Terurut Topik Renni Afendi






Surat ini benar-benar membuat saya menangis... karena ketakutan kelak anak saya, Arya ( 1 tahun ) juga akan mengirimkan surat bernada seperti ini kepada saya. 
Saat ini saya harus bekerja dan keadaannya persis seperti apa yang disebutkan, walaupun sebenarnya saya sangat ingin tidak harus setiap hari berada di luar rumah untuk mencari nafkah ( misalkan punya usaha sendiri )
Tapi sayangnya, keadaan saya sebagai single parent ( karena perceraian yang tidak saya inginkan) mengharuskan saya mengambil jalan yang mengorbankan kepentingan Arya, walaupun tujuan saya bekerja juga untuk kesejahteraan Arya.

Parents, mohon saran bagaimana saya harus mengatasipermasalahan inikarena sayatidak inginkelak Arya merasa jauh dari saya.

Terima kasih.

Renni

---Original Message---


From: [EMAIL PROTECTED]
Date: Thu 12 June 2003 07:40:57 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
Dari millist tetangga. Semoga bermanfaat.SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG(surat ini pernah lho aku kirim ke papa, tapi katanya suruh bikin lagi dan kasi aja ke mama)Mamaku sayang, aku mau cerita sama mama. Tapi ceritanya pake surat ya. Kan, mama sibuk, capek, pulang udah malem. Kalo aku banyak ngomong nanti mama marah kayak kemarin itu, aku jadinya takut dan nangis. Kalo pake surat kan mama bisa sambil tiduran bacanya. Kalo ngga sempet baca malem ini bisa disimpen sampe besok, pokoknya bisa dibaca kapan aja deh. Boleh juga suratnya dibawa ke kantor.Ma, boleh ngga aku minta ganti mbak? Mbak Jum sekarang suka galak, Ma. Kalo aku ngga mau makan, piringnya dibanting di depan aku. Kalo siang aku disuruh tidur melulu, ngga boleh main, padahal mbak kerjanya cuman nonton TV aja. Bukannya dulu kata mama mbak itu gunanya buat nemenin aku main? Trus aku pernah liat mbak lagi ngobrol sama tukang roti di teras depan. Padahal kata mama kan ngga boleh ada tukang-tukang yang masuk rumah kan? Kalo aku bilang gitu sama mbak, mbak marah banget dan katanya kalo diaduin sama mama dia mau berhenti kerja. Kalo dia berhenti berarti nanti mama repot ya? Nanti mama ngga bisa kerja ya? Nanti ngga ada yang jagain aku di rumah ya? Kalo gitu susah ya, ma Mbak ngga diganti ngga apa-apa tapi mama bilangin dong jangan galak sama aku.Ma,bisa ngga hari Kamis sore mama nganter aku ke lomba nari Bali? Pak Husin sih selalu nganterin, tapi kan dia cowok, ma. Ntar yang dandanin aku siapa? Mbak Jum ngga ngerti dandan. Ntar aku kayak lenong. Kalo mama kan kalo dandan cantik. Temen-temen aku yang nganterin juga mamanya. Waktu lomba gambar minggu lalu Pak Husin yang nganter; tiap hari udah Pak Husin juga yang nganter. Bosen, ma. Lagian aku pingin ngasi liat sama temen-temenku kalo mamaku itu cantik banget, aku kan bangga, ma. Temen-temen tuh ngga pernah liat mama. Pernah sih liat, tapi itu tahun lalu pas aku baru masuk SD, kan mereka jadinya udah lupa tampangnya mama. Ma, kapan sih aku boleh punya adik? Bosen ma, tiap hari cuman ngeliat Mbak Jum ama Pak Husin melulu. Mending pada cakep. Kalo punya adik, ntar aku pasti sayang deh. Tapi Mama kan ngga mau jadi gemuk ya? Mama masih diet ketat ya? Soalnya kalo hamil jadi gemuk ya? Kayak mamanya Si Caca temen aku, minta ampun gemuknya. Tapi mama Caca tetap cantik, lho ma, meskipun gemuk. Lagian mama Caca asyik, selalu bisa nemenin Caca ke lomba dan kadang ikut jemput ke sekolah. Padahal mereka naik angkot lho, ma. Kadang suka diajak barengan sama Pak Husin, mereka ngga mau. Jadinya gimana, ma? boleh ngga punya adik? Boleh dong, ma.. biar aku ada temen. Tapi terserah mama deh, ngga maksa kok. Ma, hadiah ulang tahun mulai tahun ini ngga usah dibeliin deh. Uangnya mama tabungin aja. Trus aku ngga usah dibeliin baju sama mainan mahal lagi deh. Uangnya mama tabung aja. Kalo uang mama udah banyak, kan mama ngga usah kerja lagi. Nah, itu baru sip namanya. Lagian mainanku udah banyak dan lebih asyik main sama mama kali ya... Udah dulu ya, ma. Udah ngantuk. I love you ( hi..hi..hi... papa kan suka bilang gitu sama mama ya... aku tanya bu guru katanya artinya aku cinta padamu, berarti aku juga boleh I love you sama mama, ya)







 IncrediMail - Email has finally evolved - Click Here

Re: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG

2003-06-13 Terurut Topik Shofyuni Nur Martiningsih
Subhanallah seandainya kita bener-2 memahami arti kehadiran si kecil yang dulunya 
senantiasa kita nantikan (kecuali bila terpaksa krn sesuatu terjadi) tentu kita tidak 
akan menyia-nyiakannya sebagai karunia  amanah Allah SWT. Jangan hanya menganggap dia 
sebagai sosok yg gak ngerti apa-apa. Dia jg seorang manusia yg punya perasaan dan hati 
nurani. Serta dapat merasakan kesedihan maupun kesenangan.  Kasih sayang yg ikhlas 
seta penuh perhatian kelak akan menjadikannya tumbuh sebagai anak yg cerdas  riang. 
Alhamdulillah saya dapat berpikir positif  yakin akan tujuan Allah SWT saat saya 
belum  keterima sekolah lagi yang pd akhirnya nanti harus berpisah dgn keluarga. Si 
kecilku Farhan (1, 8) dan Zaafa (3 bln) masih sanga-sangat membutuhkan bimbingan dan 
kasih sayang dari umi  abinya. 
Tapi saya juga tidak menyalahkan bagi ibu-2 yg bekerja, asalkan niat diperbaiki aja. 
Apa iya tujuan kita kerja untuk mencari nafkah atau tambahan hidup? Atau hanya karena 
keengganan kita tuk merawat si kecil, atau kita ingin bebas? 
Bila sang suami sudah mencukupi dalam hal kebutuhan (iya sieh manusia khan gak ada yg 
pernah puas...) serahkanlah sepenuhnya pada suami. Insya Allah membawa berkah. Tapi 
bila memang kita dibutuhkan menanggung keluarga, yakinkanlah yg mengurus si kecil 
adalah orang yg terbaik  dpt memberikan kasih sayang yg tulus yg tidak didapatnya 
dari orang tuanya.
Saya sangat tersentuh membaca surat tsb, gimana dewasanya si kecil padahal betapa 
egosnya kita.

Wassalam

Umi Farhan  Zaafa

  - Original Message - 
  From: Renni Afendi 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Saturday, June 14, 2003 10:23 AM
  Subject: Re: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG


Benar-benar membuat saya menangis... karena ketakutan saya kelak anak saya, 
Arya ( 1 tahun ) juga akan mengirimkan surat bernada seperti ini kepada saya. 
Saat ini saya harus bekerja dan keadaannya persis seperti apa yang disebutkan, 
walaupun sebenarnya saya sangat ingin tidak harus setiap hari berada di luar rumah 
untuk mencari nafkah ( misalkan punya usaha sendiri )
Tapi sayangnya, keadaan saya sebagai single parent ( karena perceraian yang 
tidak saya inginkan ) mengharuskan saya mengambil jalan yang mengorbankan kepentingan 
Arya, walaupun tujuan saya bekerja juga untuk kesejahteraan Arya.

Parents, mohon saran dan pendapat rekan-2 bagaimana saya harus mengatasi 
ketakutan saya bila kelak Arya merasa jauh dari saya.

Terima kasih.

Renni

---Original Message---

From: [EMAIL PROTECTED]
Date: Thu 12 June 2003 07:40:57 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG

Dari millist tetangga. Semoga bermanfaat.
SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
(surat ini pernah lho aku kirim ke papa, tapi katanya suruh bikin 
lagi dan kasi aja ke mama)

Mamaku sayang, aku mau cerita sama mama. Tapi ceritanya pake surat 
ya. Kan, mama sibuk, capek, pulang udah malem. Kalo aku banyak 
ngomong nanti mama marah kayak kemarin itu, aku jadinya takut dan 
nangis. Kalo pake surat kan mama bisa sambil tiduran bacanya. Kalo 
ngga sempet baca malem ini bisa disimpen sampe besok, pokoknya bisa 
dibaca kapan aja deh. Boleh juga suratnya dibawa ke kantor.

Ma, boleh ngga aku minta ganti mbak? Mbak Jum sekarang suka galak, 
Ma. Kalo aku ngga mau makan, piringnya dibanting di depan aku. Kalo 
siang aku disuruh tidur melulu, ngga boleh main, padahal mbak 
kerjanya cuman nonton TV aja. Bukannya dulu kata mama mbak itu 
gunanya buat nemenin aku main? Trus aku pernah liat mbak lagi 
ngobrol sama tukang roti di teras depan. Padahal kata mama kan ngga 
boleh ada tukang-tukang yang masuk rumah kan? Kalo aku bilang gitu 
sama mbak, mbak marah banget dan katanya kalo diaduin sama mama dia 
mau berhenti kerja. Kalo dia berhenti berarti nanti mama repot ya? 
Nanti mama ngga bisa kerja ya? Nanti ngga ada yang jagain aku di 
rumah ya? Kalo gitu susah ya, ma Mbak ngga diganti ngga apa-apa 
tapi mama bilangin dong jangan galak sama aku.

Ma,bisa ngga hari Kamis sore mama nganter aku ke lomba nari Bali? 
Pak Husin sih selalu nganterin, tapi kan dia cowok, ma. Ntar yang 
dandanin aku siapa? Mbak Jum ngga ngerti dandan. Ntar aku kayak 
lenong. Kalo mama kan kalo dandan cantik. Temen-temen aku yang 
nganterin juga mamanya. Waktu lomba gambar minggu lalu Pak Husin 
yang nganter; tiap hari udah Pak Husin juga yang nganter. Bosen, ma. 

Lagian aku pingin ngasi liat sama temen-temenku kalo mamaku itu 
cantik banget, aku kan bangga, ma. Temen-temen tuh ngga pernah liat 
mama. Pernah sih liat, tapi itu tahun lalu pas aku baru masuk SD, 
kan mereka jadinya udah lupa tampangnya mama. 

Ma, kapan sih aku boleh punya adik

[balita-anda] SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG

2003-06-12 Terurut Topik Chandra B
Dari millist tetangga. Semoga bermanfaat.
  SURAT UNTUK MAMAKU SAYANG
  (surat ini pernah lho aku kirim ke papa, tapi katanya suruh bikin 
  lagi dan kasi aja ke mama)

  Mamaku sayang, aku mau cerita sama mama. Tapi ceritanya pake surat 
  ya. Kan, mama sibuk, capek, pulang udah malem. Kalo aku banyak 
  ngomong nanti mama marah kayak kemarin itu, aku jadinya takut dan 
  nangis. Kalo pake surat kan mama bisa sambil tiduran bacanya.  Kalo 
  ngga sempet baca malem ini bisa disimpen sampe besok, pokoknya bisa 
  dibaca kapan aja deh. Boleh juga suratnya dibawa ke kantor.

  Ma, boleh ngga aku minta ganti mbak? Mbak Jum sekarang suka galak, 
  Ma. Kalo aku ngga mau makan, piringnya dibanting di depan aku. Kalo 
  siang aku disuruh tidur melulu, ngga boleh main, padahal mbak 
  kerjanya cuman nonton TV aja. Bukannya dulu kata mama mbak itu 
  gunanya buat nemenin aku main? Trus aku pernah liat mbak lagi 
  ngobrol sama tukang roti di teras depan. Padahal kata mama kan ngga 
  boleh ada tukang-tukang yang masuk rumah kan? Kalo aku bilang gitu 
  sama mbak, mbak marah banget dan katanya kalo diaduin sama mama dia 
  mau berhenti kerja. Kalo dia berhenti berarti nanti mama repot ya? 
  Nanti mama ngga bisa kerja ya? Nanti ngga ada yang jagain aku di 
  rumah ya? Kalo gitu susah ya, ma  Mbak ngga diganti ngga apa-apa 
  tapi mama bilangin dong jangan galak sama aku.

  Ma,bisa ngga hari Kamis sore mama nganter aku ke lomba nari Bali? 
  Pak Husin sih selalu nganterin, tapi kan dia cowok, ma. Ntar yang 
  dandanin aku siapa? Mbak Jum ngga ngerti dandan. Ntar aku kayak 
  lenong. Kalo mama kan kalo dandan cantik. Temen-temen aku yang 
  nganterin juga mamanya. Waktu lomba gambar minggu lalu Pak Husin 
  yang nganter; tiap hari udah Pak Husin juga yang nganter. Bosen, ma. 

  Lagian aku pingin ngasi liat sama temen-temenku kalo mamaku itu 
  cantik banget, aku kan bangga, ma. Temen-temen tuh ngga pernah liat 
  mama. Pernah sih liat, tapi itu tahun lalu pas aku baru masuk SD, 
  kan mereka jadinya udah lupa tampangnya mama. 

  Ma, kapan sih aku boleh punya adik? Bosen ma, tiap hari cuman 
  ngeliat Mbak Jum ama Pak Husin melulu. Mending pada cakep. Kalo 
  punya adik, ntar aku pasti sayang deh. Tapi Mama kan ngga mau jadi 
  gemuk ya? Mama masih diet ketat ya? Soalnya kalo hamil jadi gemuk 
  ya? Kayak mamanya Si Caca temen aku, minta ampun gemuknya. Tapi mama 
  Caca tetap cantik, lho ma, meskipun gemuk. Lagian mama Caca asyik, 
  selalu bisa nemenin Caca ke lomba dan kadang ikut jemput ke sekolah. 
  Padahal mereka naik angkot lho, ma. Kadang suka diajak barengan sama 
  Pak Husin, mereka ngga mau.  Jadinya gimana, ma? boleh ngga punya 
  adik? Boleh dong, ma.. biar aku ada temen. Tapi terserah mama deh, 
  ngga maksa kok. 

  Ma, hadiah ulang tahun mulai  tahun ini ngga usah dibeliin deh. 
  Uangnya mama tabungin aja. Trus aku ngga usah dibeliin baju sama 
  mainan mahal lagi deh. Uangnya mama tabung aja. Kalo uang mama udah 
  banyak, kan mama ngga usah kerja lagi. Nah, itu baru sip namanya. 
  Lagian mainanku udah banyak dan lebih asyik main sama mama kali ya... 

  Udah dulu ya, ma. Udah ngantuk. 

  I love you ( hi..hi..hi... papa kan suka bilang gitu sama mama ya... aku 
  tanya bu guru katanya artinya aku cinta padamu, berarti aku juga 
  boleh I love you sama mama, ya)