Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI)
yep. saya juga setuju. saya punya temen kantor yg suaminya ga bekerja. udah cari kerjaan tapi ga dapet2. sebelumnya sempet kerja tapi kena pengurangan. udah gitu dia punya baby yg masih umur bulanan. akhirnya 3 bulan setelah melahirkan temen saya kembali bekerja, menghidupi anak dan suaminya. so yg ngurus babynya itu suami, ganti popok, mandiin, pokoknya semuanya deh klo istrinya kerja dia yg ngurus, kecuali malam temenku yg gantian ngurus si baby. selain bekerja, teman kantorku ini punya sambilan bikin kue2 dan jualan produk salah satu MLM. dia bagian marketing, suaminya yg ngambilin/ beli barang ke distributor. mereka saling kerja sama aja, si istri ga pernah ngeluh, suami jg senang2 aja ngurus anak. malah temenku cerita, suaminya ini telaten banget, lebih jago suaminya daripada dia dalam hal ngurus anak. sampai saat ini dia jg masih berusaha cari2 kerjaan buat suaminya. aku suka sedih klo denger ceritanya, mangkanya klo temenku nawarin produknya, aku ga tega nolaknya. pasti aku beli, walaupun ga banyak. aku salut sama temenku ini, benar2 wanita yg mandiri. di saat suaminya jobless dia masih bisa move on. -Dewi- Thursday, April 22, 2004, 2:43:34 PM, you wrote: RN BRAVO pak Hande Ataizi RN - Original Message - RN From: Hande Ataizi [EMAIL PROTECTED] RN To: [EMAIL PROTECTED] RN Sent: Thursday, April 22, 2004 2:26 PM RN Subject: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) Ada opini dua Bapak yang kebetulan ikut kebuka dalam cek random mail saya, yang cukup menggelitik dan membuat saya tertarik untuk komentar. Jujur saja saya sedikit kaget membacanya, karena semula saya berpikir bahwa bapak-bapak yang ikut milis BA adalah mereka yang cukup terbuka pikirannnya, sehingga mau sharing urusan balita yang biasanya dianggap urusan ibu-ibu. Ada dua istilah yang mirip (sering dipertukarkan) tapi sangat jauh maknanya, yaitu jenis kelamin dan gender. Jenis kelamin adalah perbedaan peran perempuan dan laki-laki yang merupakan pemberian Tuhan dan tidak bisa dipertukarkan. Misalnya, perempuan mempunyai alat reproduksi sehingga mampu hamil, melahirkan dan menyusui, sedangkan pria tidak. Istilah kedua adalah gender, yaitu perbedaan peran laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial yang sama sekali bukan takdir, bukan fitrah dan bukan kodrat, sehingga sudah tentu dapat dan terbukti bisa dipertukarkan. Misalnya sejak zaman batu perempuan diberi peran mengasuh anak dan laki-laki mencari nafkah. Pertukaran peran ini bisa dan memang sudah terbukti banyak terjadi. Oleh karena itu saya sama sekali tidak setuju dengan Pak Eddy yang mengatakan bahwa fitrah perempuan adalah berperan di wilayah domestik (Rumah tangga). Istilah menyalahi takdir, kodrat atau fitrah sebetulnya merupakan contoh dari contradictio interminis, sebuah istilah yang mengandung kontradiksi. Takdir Tuhan tidak akan pernah mampu dilanggar. Jika bisa dilanggar, berarti bukan takdir. Menurut saya, sebuah keluarga adalah tanggung-jawab bersama, termasuk di dalamnya tugas-tugas domestik, mencari nafkah dan mendidik anak. Pembagian peran dibutuhkan untuk efektifitas kerja tanpa mengurangi tanggung-jawab bersama tadi. Oleh karena itu, kegagalan-kegagalan dalam menjalankan tanggung jawab berkeluarga tidak bisa ditimpakan pada salah satu pihak. Mislanya kegagalan mendidik anak tidak bisa ditimpakan pada ibu semata. Anak tidak hanya mengharapkan kehadiran ibu, tetapi juga Bapak. Terimakasih. Mohon maaf jika kepanjangan. Hande Ataizi Kelanaputra, Eddy S. [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah bener tuh Mas Aang...Saya setuju, jangan2 Ibu Kartini malah dieksploitisir untuk disepahamkan dengan kegiatan yang bukan fitrahnya seorang wanita... Kasihan kan Ibu Kartini.. apalagi para Moms sekarang yang kadung mengikuti kesalah-kaprahan arti emansipasi. Keluarga... terutama anak-anak akan menjadi korban langsung kurangnya perhatian dan pendidikan dari seorang Ibu. Seorang Bapak memang sejak zaman batu bertugas mencari makan dan Ibunya akan menunggu kepulangan sang Bapak sambil menjaga sang Anak.. Setidaknya seorang Ibu harus selalu siap memantau anak-anaknya kapan pun dibutuhkan. Mungkin bisa dilihat dari kondisi anak-anak zaman sekarang.. silahkan kita nilai sendiri, tentunya di samping pengaruh masuknya budaya-budaya yang nggak bener. Tapi andai seorang Ibu selalu siap memberikan bimbingan di rumah bagi anak-anaknya.. mungkin pengaruh itu bisa terbendung.. Itu opini saya. Wassalam, Abihnya Fira.. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, April 21, 2004 3:04 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [balita-anda] OOT - HAPPY BIRTHDAY BUAT IBU KITA KARTINI - PAHLAWANEMANSIPASI KAUM WANITA Munculnya pemimpin wanita sudah ada sejak jaman Majapahit (atau lebih awal lagi ...) --- Ratu Tribuana Tungga Dewi. Itu jauh banget sebelum Ibu Kartini kok! Kalau ngikutin Ibu Kartini wanita itu
Re: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI)
wah aku terharu bacanya... pasti temennya mbak bukan orang batak , kan ? kalo orang batak, pasti mertua perempuan temen mab pasti ngga setuju kalo anaknya (sang suami) di rumah ngurusin anak ...he..he... i wish your friend good luck on her journey of living -ria- - Original Message - From: Dewi [EMAIL PROTECTED] To: Ria Natalie [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 22, 2004 3:17 PM Subject: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) yep. saya juga setuju. saya punya temen kantor yg suaminya ga bekerja. udah cari kerjaan tapi ga dapet2. sebelumnya sempet kerja tapi kena pengurangan. udah gitu dia punya baby yg masih umur bulanan. akhirnya 3 bulan setelah melahirkan temen saya kembali bekerja, menghidupi anak dan suaminya. so yg ngurus babynya itu suami, ganti popok, mandiin, pokoknya semuanya deh klo istrinya kerja dia yg ngurus, kecuali malam temenku yg gantian ngurus si baby. selain bekerja, teman kantorku ini punya sambilan bikin kue2 dan jualan produk salah satu MLM. dia bagian marketing, suaminya yg ngambilin/ beli barang ke distributor. mereka saling kerja sama aja, si istri ga pernah ngeluh, suami jg senang2 aja ngurus anak. malah temenku cerita, suaminya ini telaten banget, lebih jago suaminya daripada dia dalam hal ngurus anak. sampai saat ini dia jg masih berusaha cari2 kerjaan buat suaminya. aku suka sedih klo denger ceritanya, mangkanya klo temenku nawarin produknya, aku ga tega nolaknya. pasti aku beli, walaupun ga banyak. aku salut sama temenku ini, benar2 wanita yg mandiri. di saat suaminya jobless dia masih bisa move on. -Dewi- Thursday, April 22, 2004, 2:43:34 PM, you wrote: RN BRAVO pak Hande Ataizi RN - Original Message - RN From: Hande Ataizi [EMAIL PROTECTED] RN To: [EMAIL PROTECTED] RN Sent: Thursday, April 22, 2004 2:26 PM RN Subject: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) Ada opini dua Bapak yang kebetulan ikut kebuka dalam cek random mail saya, yang cukup menggelitik dan membuat saya tertarik untuk komentar. Jujur saja saya sedikit kaget membacanya, karena semula saya berpikir bahwa bapak-bapak yang ikut milis BA adalah mereka yang cukup terbuka pikirannnya, sehingga mau sharing urusan balita yang biasanya dianggap urusan ibu-ibu. Ada dua istilah yang mirip (sering dipertukarkan) tapi sangat jauh maknanya, yaitu jenis kelamin dan gender. Jenis kelamin adalah perbedaan peran perempuan dan laki-laki yang merupakan pemberian Tuhan dan tidak bisa dipertukarkan. Misalnya, perempuan mempunyai alat reproduksi sehingga mampu hamil, melahirkan dan menyusui, sedangkan pria tidak. Istilah kedua adalah gender, yaitu perbedaan peran laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial yang sama sekali bukan takdir, bukan fitrah dan bukan kodrat, sehingga sudah tentu dapat dan terbukti bisa dipertukarkan. Misalnya sejak zaman batu perempuan diberi peran mengasuh anak dan laki-laki mencari nafkah. Pertukaran peran ini bisa dan memang sudah terbukti banyak terjadi. Oleh karena itu saya sama sekali tidak setuju dengan Pak Eddy yang mengatakan bahwa fitrah perempuan adalah berperan di wilayah domestik (Rumah tangga). Istilah menyalahi takdir, kodrat atau fitrah sebetulnya merupakan contoh dari contradictio interminis, sebuah istilah yang mengandung kontradiksi. Takdir Tuhan tidak akan pernah mampu dilanggar. Jika bisa dilanggar, berarti bukan takdir. Menurut saya, sebuah keluarga adalah tanggung-jawab bersama, termasuk di dalamnya tugas-tugas domestik, mencari nafkah dan mendidik anak. Pembagian peran dibutuhkan untuk efektifitas kerja tanpa mengurangi tanggung-jawab bersama tadi. Oleh karena itu, kegagalan-kegagalan dalam menjalankan tanggung jawab berkeluarga tidak bisa ditimpakan pada salah satu pihak. Mislanya kegagalan mendidik anak tidak bisa ditimpakan pada ibu semata. Anak tidak hanya mengharapkan kehadiran ibu, tetapi juga Bapak. Terimakasih. Mohon maaf jika kepanjangan. Hande Ataizi Kelanaputra, Eddy S. [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah bener tuh Mas Aang...Saya setuju, jangan2 Ibu Kartini malah dieksploitisir untuk disepahamkan dengan kegiatan yang bukan fitrahnya seorang wanita... Kasihan kan Ibu Kartini.. apalagi para Moms sekarang yang kadung mengikuti kesalah-kaprahan arti emansipasi. Keluarga... terutama anak-anak akan menjadi korban langsung kurangnya perhatian dan pendidikan dari seorang Ibu. Seorang Bapak memang sejak zaman batu bertugas mencari makan dan Ibunya akan menunggu kepulangan sang Bapak sambil menjaga sang Anak.. Setidaknya seorang Ibu harus selalu siap memantau anak-anaknya kapan pun dibutuhkan. Mungkin bisa dilihat dari kondisi anak-anak zaman sekarang.. silahkan kita nilai sendiri, tentunya di samping pengaruh masuknya budaya-budaya yang nggak bener. Tapi andai seorang Ibu selalu siap memberikan bimbingan di rumah bagi anak-anaknya
Re: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI)
yup.!! jaman sekarang banyak kok wanita yang bisa bantu suami. malah bisa dibilang., wanita itu bagaikan embun di pagi hari buat suami., ciellee., aDe.S [EMAIL PROTECTED] Mid Plaza 2 Bldg, 7th Flr - Original Message - From: Ria Natalie [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 22, 2004 3:23 PM Subject: Re: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) wah aku terharu bacanya... pasti temennya mbak bukan orang batak , kan ? kalo orang batak, pasti mertua perempuan temen mab pasti ngga setuju kalo anaknya (sang suami) di rumah ngurusin anak ...he..he... i wish your friend good luck on her journey of living -ria- - Original Message - From: Dewi [EMAIL PROTECTED] To: Ria Natalie [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 22, 2004 3:17 PM Subject: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) yep. saya juga setuju. saya punya temen kantor yg suaminya ga bekerja. udah cari kerjaan tapi ga dapet2. sebelumnya sempet kerja tapi kena pengurangan. udah gitu dia punya baby yg masih umur bulanan. akhirnya 3 bulan setelah melahirkan temen saya kembali bekerja, menghidupi anak dan suaminya. so yg ngurus babynya itu suami, ganti popok, mandiin, pokoknya semuanya deh klo istrinya kerja dia yg ngurus, kecuali malam temenku yg gantian ngurus si baby. selain bekerja, teman kantorku ini punya sambilan bikin kue2 dan jualan produk salah satu MLM. dia bagian marketing, suaminya yg ngambilin/ beli barang ke distributor. mereka saling kerja sama aja, si istri ga pernah ngeluh, suami jg senang2 aja ngurus anak. malah temenku cerita, suaminya ini telaten banget, lebih jago suaminya daripada dia dalam hal ngurus anak. sampai saat ini dia jg masih berusaha cari2 kerjaan buat suaminya. aku suka sedih klo denger ceritanya, mangkanya klo temenku nawarin produknya, aku ga tega nolaknya. pasti aku beli, walaupun ga banyak. aku salut sama temenku ini, benar2 wanita yg mandiri. di saat suaminya jobless dia masih bisa move on. -Dewi- Thursday, April 22, 2004, 2:43:34 PM, you wrote: RN BRAVO pak Hande Ataizi RN - Original Message - RN From: Hande Ataizi [EMAIL PROTECTED] RN To: [EMAIL PROTECTED] RN Sent: Thursday, April 22, 2004 2:26 PM RN Subject: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) Ada opini dua Bapak yang kebetulan ikut kebuka dalam cek random mail saya, yang cukup menggelitik dan membuat saya tertarik untuk komentar. Jujur saja saya sedikit kaget membacanya, karena semula saya berpikir bahwa bapak-bapak yang ikut milis BA adalah mereka yang cukup terbuka pikirannnya, sehingga mau sharing urusan balita yang biasanya dianggap urusan ibu-ibu. Ada dua istilah yang mirip (sering dipertukarkan) tapi sangat jauh maknanya, yaitu jenis kelamin dan gender. Jenis kelamin adalah perbedaan peran perempuan dan laki-laki yang merupakan pemberian Tuhan dan tidak bisa dipertukarkan. Misalnya, perempuan mempunyai alat reproduksi sehingga mampu hamil, melahirkan dan menyusui, sedangkan pria tidak. Istilah kedua adalah gender, yaitu perbedaan peran laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial yang sama sekali bukan takdir, bukan fitrah dan bukan kodrat, sehingga sudah tentu dapat dan terbukti bisa dipertukarkan. Misalnya sejak zaman batu perempuan diberi peran mengasuh anak dan laki-laki mencari nafkah. Pertukaran peran ini bisa dan memang sudah terbukti banyak terjadi. Oleh karena itu saya sama sekali tidak setuju dengan Pak Eddy yang mengatakan bahwa fitrah perempuan adalah berperan di wilayah domestik (Rumah tangga). Istilah menyalahi takdir, kodrat atau fitrah sebetulnya merupakan contoh dari contradictio interminis, sebuah istilah yang mengandung kontradiksi. Takdir Tuhan tidak akan pernah mampu dilanggar. Jika bisa dilanggar, berarti bukan takdir. Menurut saya, sebuah keluarga adalah tanggung-jawab bersama, termasuk di dalamnya tugas-tugas domestik, mencari nafkah dan mendidik anak. Pembagian peran dibutuhkan untuk efektifitas kerja tanpa mengurangi tanggung-jawab bersama tadi. Oleh karena itu, kegagalan-kegagalan dalam menjalankan tanggung jawab berkeluarga tidak bisa ditimpakan pada salah satu pihak. Mislanya kegagalan mendidik anak tidak bisa ditimpakan pada ibu semata. Anak tidak hanya mengharapkan kehadiran ibu, tetapi juga Bapak. Terimakasih. Mohon maaf jika kepanjangan. Hande Ataizi Kelanaputra, Eddy S. [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah bener tuh Mas Aang...Saya setuju, jangan2 Ibu Kartini malah dieksploitisir untuk disepahamkan dengan kegiatan yang bukan fitrahnya seorang wanita... Kasihan kan Ibu Kartini.. apalagi para Moms sekarang yang kadung mengikuti kesalah-kaprahan arti emansipasi. Keluarga... terutama anak-anak akan menjadi korban langsung kurangnya perhatian dan pendidikan dari
Re: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI)
Mbak Ria, Saya Batak lho...saya juga pernah ngalamin hal yg samatoh yg namanya jobless itu kan masalah nasional mbak... Kita sih sama2 kerja, tapi kemudian dia jobless +/- 1 thn, dia juga yg ngurusin anak, mertua so far gak ada masalah..he..he...mungkin tergantung orgnya lho mbak bgmn menghadapi suatu masalah. Btwyg mau masukin saya untuk pasangan mertua-menantu harmonis versi Surf...boleh tuh..he...he.. ---Original Message--- From: [EMAIL PROTECTED] Date: 22 April 2004 15:24:41 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) wah aku terharu bacanya... pasti temennya mbak bukan orang batak , kan ? kalo orang batak, pasti mertua perempuan temen mab pasti ngga setuju kalo anaknya (sang suami) di rumah ngurusin anak ...he..he... i wish your friend good luck on her journey of living -ria- - Original Message - From: "Dewi" [EMAIL PROTECTED] To: "Ria Natalie" [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 22, 2004 3:17 PM Subject: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) yep. saya juga setuju. saya punya temen kantor yg suaminya ga bekerja. udah cari kerjaan tapi ga dapet2. sebelumnya sempet kerja tapi kena pengurangan. udah gitu dia punya baby yg masih umur bulanan. akhirnya 3 bulan setelah melahirkan temen saya kembali bekerja, menghidupi anak dan suaminya. so yg ngurus babynya itu suami, ganti popok, mandiin, pokoknya semuanya deh klo istrinya kerja dia yg ngurus, kecuali malam temenku yg gantian ngurus si baby. selain bekerja, teman kantorku ini punya sambilan bikin kue2 dan jualan produk salah satu MLM. dia bagian marketing, suaminya yg ngambilin/ beli barang ke distributor. mereka saling kerja sama aja, si istri ga pernah ngeluh, suami jg senang2 aja ngurus anak. malah temenku cerita, suaminya ini telaten banget, lebih jago suaminya daripada dia dalam hal ngurus anak. sampai saat ini dia jg masih berusaha cari2 kerjaan buat suaminya. aku suka sedih klo denger ceritanya, mangkanya klo temenku nawarin produknya, aku ga tega nolaknya. pasti aku beli, walaupun ga banyak. aku salut sama temenku ini, benar2 wanita yg mandiri. di saat suaminya jobless dia masih bisa move on. -Dewi- Thursday, April 22, 2004, 2:43:34 PM, you wrote: RN BRAVO pak "Hande Ataizi" RN - Original Message - RN From: "Hande Ataizi" [EMAIL PROTECTED] RN To: [EMAIL PROTECTED] RN Sent: Thursday, April 22, 2004 2:26 PM RN Subject: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) Ada opini dua Bapak yang kebetulan ikut kebuka dalam cek random mail saya, yang cukup menggelitik dan membuat saya tertarik untuk komentar. Jujur saja saya sedikit kaget membacanya, karena semula saya berpikir bahwa bapak-bapak yang ikut milis BA adalah mereka yang cukup terbuka pikirannnya, sehingga mau sharing urusan balita yang biasanya dianggap urusan ibu-ibu. Ada dua istilah yang mirip (sering dipertukarkan) tapi sangat jauh maknanya, yaitu jenis kelamin dan gender. Jenis kelamin adalah perbedaan peran perempuan dan laki-laki yang merupakan pemberian Tuhan dan tidak bisa dipertukarkan. Misalnya, perempuan mempunyai alat reproduksi sehingga mampu hamil, melahirkan dan menyusui, sedangkan pria tidak. Istilah kedua adalah gender, yaitu perbedaan peran laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial yang sama sekali bukan takdir, bukan fitrah dan bukan kodrat, sehingga sudah tentu dapat dan terbukti bisa dipertukarkan. Misalnya sejak zaman batu perempuan diberi peran mengasuh anak dan laki-laki mencari nafkah. Pertukaran peran ini bisa dan memang sudah terbukti banyak terjadi. Oleh karena itu saya sama sekali tidak setuju dengan Pak Eddy yang mengatakan bahwa fitrah perempuan adalah berperan di wilayah domestik (Rumah tangga). Istilah menyalahi takdir, kodrat atau fitrah sebetulnya merupakan contoh dari contradictio interminis, sebuah istilah yang mengandung kontradiksi. Takdir Tuhan tidak akan pernah mampu dilangg
RE: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI)
Wah...masalah mertua, Ada enggak ya kiat-kiat dari para Bapaks yang bisa di share dengan saya untuk menghadapi mertua perempuan? -Original Message- From: fenty [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 22, 2004 3:42 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) Mbak Ria, Saya Batak lho...saya juga pernah ngalamin hal yg samatoh yg namanya jobless itu kan masalah nasional mbak... Kita sih sama2 kerja, tapi kemudian dia jobless +/- 1 thn, dia juga yg ngurusin anak, mertua so far gak ada masalah..he..he...mungkin tergantung orgnya lho mbak bgmn menghadapi suatu masalah. Btwyg mau masukin saya untuk pasangan mertua-menantu harmonis versi Surf...boleh tuh..he...he.. ---Original Message--- From: [EMAIL PROTECTED] Date: 22 April 2004 15:24:41 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) wah aku terharu bacanya... pasti temennya mbak bukan orang batak , kan ? kalo orang batak, pasti mertua perempuan temen mab pasti ngga setuju kalo anaknya (sang suami) di rumah ngurusin anak ...he..he... i wish your friend good luck on her journey of living -ria- - Original Message - From: Dewi [EMAIL PROTECTED] To: Ria Natalie [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 22, 2004 3:17 PM Subject: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) yep. saya juga setuju. saya punya temen kantor yg suaminya ga bekerja. udah cari kerjaan tapi ga dapet2. sebelumnya sempet kerja tapi kena pengurangan. udah gitu dia punya baby yg masih umur bulanan. akhirnya 3 bulan setelah melahirkan temen saya kembali bekerja, menghidupi anak dan suaminya. so yg ngurus babynya itu suami, ganti popok, mandiin, pokoknya semuanya deh klo istrinya kerja dia yg ngurus, kecuali malam temenku yg gantian ngurus si baby. selain bekerja, teman kantorku ini punya sambilan bikin kue2 dan jualan produk salah satu MLM. dia bagian marketing, suaminya yg ngambilin/ beli barang ke distributor. mereka saling kerja sama aja, si istri ga pernah ngeluh, suami jg senang2 aja ngurus anak. malah temenku cerita, suaminya ini telaten banget, lebih jago suaminya daripada dia dalam hal ngurus anak. sampai saat ini dia jg masih berusaha cari2 kerjaan buat suaminya. aku suka sedih klo denger ceritanya, mangkanya klo temenku nawarin produknya, aku ga tega nolaknya. pasti aku beli, walaupun ga banyak. aku salut sama temenku ini, benar2 wanita yg mandiri. di saat suaminya jobless dia masih bisa move on. -Dewi- Thursday, April 22, 2004, 2:43:34 PM, you wrote: RN BRAVO pak Hande Ataizi RN - Original Message - RN From: Hande Ataizi [EMAIL PROTECTED] RN To: [EMAIL PROTECTED] RN Sent: Thursday, April 22, 2004 2:26 PM RN Subject: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) Ada opini dua Bapak yang kebetulan ikut kebuka dalam cek random mail saya, yang cukup menggelitik dan membuat saya tertarik untuk komentar. Jujur saja saya sedikit kaget membacanya, karena semula saya berpikir bahwa bapak-bapak yang ikut milis BA adalah mereka yang cukup terbuka pikirannnya, sehingga mau sharing urusan balita yang biasanya dianggap urusan ibu-ibu. Ada dua istilah yang mirip (sering dipertukarkan) tapi sangat jauh maknanya, yaitu jenis kelamin dan gender. Jenis kelamin adalah perbedaan peran perempuan dan laki-laki yang merupakan pemberian Tuhan dan tidak bisa dipertukarkan. Misalnya, perempuan mempunyai alat reproduksi sehingga mampu hamil, melahirkan dan menyusui, sedangkan pria tidak. Istilah kedua adalah gender, yaitu perbedaan peran laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial yang sama sekali bukan takdir, bukan fitrah dan bukan kodrat, sehingga sudah tentu dapat dan terbukti bisa dipertukarkan. Misalnya sejak zaman batu perempuan diberi peran mengasuh anak dan laki-laki mencari nafkah. Pertukaran peran ini bisa dan memang sudah terbukti banyak terjadi. Oleh karena itu saya sama sekali tidak setuju dengan Pak Eddy yang mengatakan bahwa fitrah perempuan adalah berperan di wilayah domestik (Rumah tangga). Istilah menyalahi takdir, kodrat atau fitrah sebetulnya merupakan contoh dari contradictio interminis, sebuah istilah yang mengandung kontradiksi. Takdir Tuhan tidak akan pernah mampu dilanggar. Jika bisa dilanggar, berarti bukan takdir. Menurut saya, sebuah keluarga adalah tanggung-jawab bersama, termasuk di dalamnya tugas-tugas domestik, mencari nafkah dan mendidik anak. Pembagian peran dibutuhkan untuk efektifitas kerja tanpa mengurangi tanggung-jawab bersama tadi. Oleh karena itu, kegagalan-kegagalan dalam menjalankan tanggung jawab berkeluarga tidak bisa ditimpakan pada salah satu pihak. Mislanya kegagalan mendidik anak tidak bisa ditimpakan pada ibu semata. Anak tidak hanya mengharapkan kehadiran ibu, tetapi juga Bapak
RE: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI)
Ya saya salut juga dengan keluarga satu ini. Saya pikir di jaman sulit sekarang ini ada banyak yang senasib dengan mereka. -Original Message- From: Dewi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 22, 2004 3:18 PM To: Ria Natalie Subject: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) yep. saya juga setuju. saya punya temen kantor yg suaminya ga bekerja. udah cari kerjaan tapi ga dapet2. sebelumnya sempet kerja tapi kena pengurangan. udah gitu dia punya baby yg masih umur bulanan. akhirnya 3 bulan setelah melahirkan temen saya kembali bekerja, menghidupi anak dan suaminya. so yg ngurus babynya itu suami, ganti popok, mandiin, pokoknya semuanya deh klo istrinya kerja dia yg ngurus, kecuali malam temenku yg gantian ngurus si baby. selain bekerja, teman kantorku ini punya sambilan bikin kue2 dan jualan produk salah satu MLM. dia bagian marketing, suaminya yg ngambilin/ beli barang ke distributor. mereka saling kerja sama aja, si istri ga pernah ngeluh, suami jg senang2 aja ngurus anak. malah temenku cerita, suaminya ini telaten banget, lebih jago suaminya daripada dia dalam hal ngurus anak. sampai saat ini dia jg masih berusaha cari2 kerjaan buat suaminya. aku suka sedih klo denger ceritanya, mangkanya klo temenku nawarin produknya, aku ga tega nolaknya. pasti aku beli, walaupun ga banyak. aku salut sama temenku ini, benar2 wanita yg mandiri. di saat suaminya jobless dia masih bisa move on. -Dewi- Thursday, April 22, 2004, 2:43:34 PM, you wrote: RN BRAVO pak Hande Ataizi RN - Original Message - RN From: Hande Ataizi [EMAIL PROTECTED] RN To: [EMAIL PROTECTED] RN Sent: Thursday, April 22, 2004 2:26 PM RN Subject: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) Ada opini dua Bapak yang kebetulan ikut kebuka dalam cek random mail saya, yang cukup menggelitik dan membuat saya tertarik untuk komentar. Jujur saja saya sedikit kaget membacanya, karena semula saya berpikir bahwa bapak-bapak yang ikut milis BA adalah mereka yang cukup terbuka pikirannnya, sehingga mau sharing urusan balita yang biasanya dianggap urusan ibu-ibu. Ada dua istilah yang mirip (sering dipertukarkan) tapi sangat jauh maknanya, yaitu jenis kelamin dan gender. Jenis kelamin adalah perbedaan peran perempuan dan laki-laki yang merupakan pemberian Tuhan dan tidak bisa dipertukarkan. Misalnya, perempuan mempunyai alat reproduksi sehingga mampu hamil, melahirkan dan menyusui, sedangkan pria tidak. Istilah kedua adalah gender, yaitu perbedaan peran laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial yang sama sekali bukan takdir, bukan fitrah dan bukan kodrat, sehingga sudah tentu dapat dan terbukti bisa dipertukarkan. Misalnya sejak zaman batu perempuan diberi peran mengasuh anak dan laki-laki mencari nafkah. Pertukaran peran ini bisa dan memang sudah terbukti banyak terjadi. Oleh karena itu saya sama sekali tidak setuju dengan Pak Eddy yang mengatakan bahwa fitrah perempuan adalah berperan di wilayah domestik (Rumah tangga). Istilah menyalahi takdir, kodrat atau fitrah sebetulnya merupakan contoh dari contradictio interminis, sebuah istilah yang mengandung kontradiksi. Takdir Tuhan tidak akan pernah mampu dilanggar. Jika bisa dilanggar, berarti bukan takdir. Menurut saya, sebuah keluarga adalah tanggung-jawab bersama, termasuk di dalamnya tugas-tugas domestik, mencari nafkah dan mendidik anak. Pembagian peran dibutuhkan untuk efektifitas kerja tanpa mengurangi tanggung-jawab bersama tadi. Oleh karena itu, kegagalan-kegagalan dalam menjalankan tanggung jawab berkeluarga tidak bisa ditimpakan pada salah satu pihak. Mislanya kegagalan mendidik anak tidak bisa ditimpakan pada ibu semata. Anak tidak hanya mengharapkan kehadiran ibu, tetapi juga Bapak. Terimakasih. Mohon maaf jika kepanjangan. Hande Ataizi Kelanaputra, Eddy S. [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah bener tuh Mas Aang...Saya setuju, jangan2 Ibu Kartini malah dieksploitisir untuk disepahamkan dengan kegiatan yang bukan fitrahnya seorang wanita... Kasihan kan Ibu Kartini.. apalagi para Moms sekarang yang kadung mengikuti kesalah-kaprahan arti emansipasi. Keluarga... terutama anak-anak akan menjadi korban langsung kurangnya perhatian dan pendidikan dari seorang Ibu. Seorang Bapak memang sejak zaman batu bertugas mencari makan dan Ibunya akan menunggu kepulangan sang Bapak sambil menjaga sang Anak.. Setidaknya seorang Ibu harus selalu siap memantau anak-anaknya kapan pun dibutuhkan. Mungkin bisa dilihat dari kondisi anak-anak zaman sekarang.. silahkan kita nilai sendiri, tentunya di samping pengaruh masuknya budaya-budaya yang nggak bener. Tapi andai seorang Ibu selalu siap memberikan bimbingan di rumah bagi anak-anaknya.. mungkin pengaruh itu bisa terbendung.. Itu opini saya. Wassalam, Abihnya Fira.. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, April 21, 2004 3:04 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [balita
RE: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI)
Jadi pingin ikutan sharing nih. Aku malah ngalamin sendiri suamiku jobless mulai dari 1 bln stlh kawinan sampai putriku lahir dan umur 3 bln. Sempet sedih, kesel, malu, pokoknya campur aduk deh. Cuma kalau perasaannya diikutin ya gak ada untungnya kan, akhirnya belajar sabar dan tegar juga sih. Yang pasti aku harus tambah rajin kerja kalau gak dari mana sekian banyak kebutuhan aku tutupi... Alhamdulillah, akhirnya suamiku udah gak jobless lagi dan kayaknya dia seneng banget sama kerjaannya sekarang. Yang pasti sih dari pengalaman itu aku belajar banget untuk nerima keadaan, dan sangat menghargai apa yang kita punya. Sory ya kalau kurang menarik ceritanya. -Original Message- From: bundadiva [SMTP:[EMAIL PROTECTED] Sent: 22 April 2004 16:10 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) hehehe... mbak fenty lucu juga nih ntar deh aku daftarin yaa mau sharing jg, temenku jg ada yg senasib sama temennya mbak dewi.. tapi waktu suaminya jobless dia baru hamil sampai anaknya lahir 9 bln kemudian baru suaminya dapet kerjaan. yah.. lumayan jg sih perjuangannya selama 9 bln itu.. kebayang kan... namanya lagi hamil kan pengennya dimanja, diurus, diajak seneng2 mana lagi capek2nya, pengen ini-pengen itu eh.. ini malah mikirin biaya hidup, biaya dokter, rs, dll. tapi Alhamdulillah dia cukup rosa juga (tegar maksutnya) dan semua berjalan baik sampe anaknya lahir. aku banyak mengambil pelajaran dari dia kalo kita sebagai perempuan juga harus bisa mendukung suami dan berusaha membantu keadaan ekonomi keluarga semampu kita...ceilee.. oh iya, masalah mertua, menurut temenku itu nggak ada yg tauk tuh kalo selama 9 bln itu suaminya jobless nggak tauk ya gimana caranya. -Original Message- From: fenty [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, April 22, 2004 3:54 PM Subject: Re: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) Mbak Ria, Saya Batak lho...saya juga pernah ngalamin hal yg samatoh yg namanya jobless itu kan masalah nasional mbak... Kita sih sama2 kerja, tapi kemudian dia jobless +/- 1 thn, dia juga yg ngurusin anak, mertua so far gak ada masalah..he..he...mungkin tergantung orgnya lho mbak bgmn menghadapi suatu masalah. Btwyg mau masukin saya untuk pasangan mertua-menantu harmonis versi Surf...boleh tuh..he...he.. ---Original Message--- From: [EMAIL PROTECTED] Date: 22 April 2004 15:24:41 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) wah aku terharu bacanya... pasti temennya mbak bukan orang batak , kan ? kalo orang batak, pasti mertua perempuan temen mab pasti ngga setuju kalo anaknya (sang suami) di rumah ngurusin anak ...he..he... i wish your friend good luck on her journey of living -ria- - Original Message - From: Dewi [EMAIL PROTECTED] To: Ria Natalie [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 22, 2004 3:17 PM Subject: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) yep. saya juga setuju. saya punya temen kantor yg suaminya ga bekerja. udah cari kerjaan tapi ga dapet2. sebelumnya sempet kerja tapi kena pengurangan. udah gitu dia punya baby yg masih umur bulanan. akhirnya 3 bulan setelah melahirkan temen saya kembali bekerja, menghidupi anak dan suaminya. so yg ngurus babynya itu suami, ganti popok, mandiin, pokoknya semuanya deh klo istrinya kerja dia yg ngurus, kecuali malam temenku yg gantian ngurus si baby. selain bekerja, teman kantorku ini punya sambilan bikin kue2 dan jualan produk salah satu MLM. dia bagian marketing, suaminya yg ngambilin/ beli barang ke distributor. mereka saling kerja sama aja, si istri ga pernah ngeluh, suami jg senang2 aja ngurus anak. malah temenku cerita, suaminya ini telaten banget, lebih jago suaminya daripada dia dalam hal ngurus anak. sampai saat ini dia jg masih berusaha cari2 kerjaan buat suaminya. aku suka sedih klo denger ceritanya, mangkanya klo temenku nawarin produknya, aku ga tega nolaknya. pasti aku beli, walaupun ga banyak. aku salut sama temenku ini, benar2 wanita yg mandiri. di saat suaminya jobless dia masih bisa move on. -Dewi
RE: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI)
Menarik kok Mbak. Suami Istri kan Team work. Mesti kompak. Dan Mbak udah ber team work dengan baik :) -Original Message- From: tika [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 22, 2004 4:37 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) Jadi pingin ikutan sharing nih. Aku malah ngalamin sendiri suamiku jobless mulai dari 1 bln stlh kawinan sampai putriku lahir dan umur 3 bln. Sempet sedih, kesel, malu, pokoknya campur aduk deh. Cuma kalau perasaannya diikutin ya gak ada untungnya kan, akhirnya belajar sabar dan tegar juga sih. Yang pasti aku harus tambah rajin kerja kalau gak dari mana sekian banyak kebutuhan aku tutupi... Alhamdulillah, akhirnya suamiku udah gak jobless lagi dan kayaknya dia seneng banget sama kerjaannya sekarang. Yang pasti sih dari pengalaman itu aku belajar banget untuk nerima keadaan, dan sangat menghargai apa yang kita punya. Sory ya kalau kurang menarik ceritanya. -Original Message- From: bundadiva [SMTP:[EMAIL PROTECTED] Sent: 22 April 2004 16:10 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) hehehe... mbak fenty lucu juga nih ntar deh aku daftarin yaa mau sharing jg, temenku jg ada yg senasib sama temennya mbak dewi.. tapi waktu suaminya jobless dia baru hamil sampai anaknya lahir 9 bln kemudian baru suaminya dapet kerjaan. yah.. lumayan jg sih perjuangannya selama 9 bln itu.. kebayang kan... namanya lagi hamil kan pengennya dimanja, diurus, diajak seneng2 mana lagi capek2nya, pengen ini-pengen itu eh.. ini malah mikirin biaya hidup, biaya dokter, rs, dll. tapi Alhamdulillah dia cukup rosa juga (tegar maksutnya) dan semua berjalan baik sampe anaknya lahir. aku banyak mengambil pelajaran dari dia kalo kita sebagai perempuan juga harus bisa mendukung suami dan berusaha membantu keadaan ekonomi keluarga semampu kita...ceilee.. oh iya, masalah mertua, menurut temenku itu nggak ada yg tauk tuh kalo selama 9 bln itu suaminya jobless nggak tauk ya gimana caranya. -Original Message- From: fenty [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, April 22, 2004 3:54 PM Subject: Re: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) Mbak Ria, Saya Batak lho...saya juga pernah ngalamin hal yg samatoh yg namanya jobless itu kan masalah nasional mbak... Kita sih sama2 kerja, tapi kemudian dia jobless +/- 1 thn, dia juga yg ngurusin anak, mertua so far gak ada masalah..he..he...mungkin tergantung orgnya lho mbak bgmn menghadapi suatu masalah. Btwyg mau masukin saya untuk pasangan mertua-menantu harmonis versi Surf...boleh tuh..he...he.. ---Original Message--- From: [EMAIL PROTECTED] Date: 22 April 2004 15:24:41 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) wah aku terharu bacanya... pasti temennya mbak bukan orang batak , kan ? kalo orang batak, pasti mertua perempuan temen mab pasti ngga setuju kalo anaknya (sang suami) di rumah ngurusin anak ...he..he... i wish your friend good luck on her journey of living -ria- - Original Message - From: Dewi [EMAIL PROTECTED] To: Ria Natalie [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 22, 2004 3:17 PM Subject: Re[2]: [balita-anda] OOT: Bias Gender (was KARTINI) yep. saya juga setuju. saya punya temen kantor yg suaminya ga bekerja. udah cari kerjaan tapi ga dapet2. sebelumnya sempet kerja tapi kena pengurangan. udah gitu dia punya baby yg masih umur bulanan. akhirnya 3 bulan setelah melahirkan temen saya kembali bekerja, menghidupi anak dan suaminya. so yg ngurus babynya itu suami, ganti popok, mandiin, pokoknya semuanya deh klo istrinya kerja dia yg ngurus, kecuali malam temenku yg gantian ngurus si baby. selain bekerja, teman kantorku ini punya sambilan bikin kue2 dan jualan produk salah satu MLM. dia bagian marketing, suaminya yg ngambilin/ beli barang ke distributor. mereka saling kerja sama aja, si istri ga pernah ngeluh, suami jg senang2 aja ngurus anak. malah temenku cerita, suaminya ini telaten banget, lebih jago suaminya daripada dia dalam hal ngurus anak. sampai saat ini dia jg masih berusaha cari2 kerjaan buat suaminya. aku suka sedih klo denger ceritanya, mangkanya klo temenku