RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya
Ibu Maimun, saya turut berduka cita atas kepergian adek, semoga ibu sekeluarga mendapat kekuatan lahir bathin. Dan mudah-mudahan pihak RS. MMC dapat memperbaiki pelayanannya atas kejadian ini. Salam, Mama Fauzan -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Friday, March 23, 2001 9:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya Sungguh saya merasa teriris melihat kesedihan Ibu Maimun yang harus melihat bagaimana anaknya berjuang melawan maut sementara tindakan medis dokter dan perawat RS.MMC begitu lambannya. Akal sehat saya mungkin tidak akan saya pakai kalau saya ada di sebelah anak ibu, mungkin satu dua tonjokkan barangkali bisa membangunkan kesadaran dari dokter dan perawat di sana. Saya kadang juga sedih denger ada RS yang sangat mengutamakan uang daripada nyawa. Di Bandung saya denger ada salah satu RS yang minta uang muka dulu apabila mau dirawat ,kaya penginapan saja. Apa RS.MMC ini juga karna faktor uang juga ya yang menyebabkan dokter dan perawat merasa ogah-ogahan dalam menangani pasien. Atau memang (maaf) tolol saja mereka. Memang kalau dikembalikan lagi semuanya karna Takdir, tapi tindakan dokter dan perawat yang begitu lamban itu patut amat sangat sangat disayangkan. Maaf Pak Ruddy , "Rudy Sutadi, MD" [EMAIL PROTECTED](salah seorang dokter yang jadi member di milis ini) bisa ndak anda melaporkan peristiwa seperti yang di alami ibu Maimun itu ke IDI. Paling tidak pelayanan RS MMC terhadap seorang pasien bisa berubah From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya say
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya
Saya ingin menyampaikan duka cita saya sedalam2nya untuk musibah yg dialami oleh Ibu Maimun. Semoga Ibu Maimun dan keluarga diberi penghiburan dan kekuatan oleh Nya. Di bawah ini ada kisah lain yang perlu juga kita simak untuk menjadi pelajaran buat kita semua agar lebih berhati-hati. Kisah ini dialami oleh salah seorang teman saya dan mohon maaf apabila ada kata2 yg kurang sopan karena mungkin teman saya ini emosi sekali waktu menceritakannya. Saya membagikan cerita ini agar kita sebagai ibu harus lebih peka terhadap anak kita sehingga kesalahan diagnosa tidak terjadi. Sekalipun seseorang itu bergelar dokter, beliau juga manusia biasa sama seperti kita yang bisa salah/keliru. Lan, aku percaya kalau RS itu begitu. Baru-baru ini aku juga mengalami peristiwa yang hampir sama dengan kejadian seperti itu walaupun nggak terlalu fatal. Kejadiannya + 2 bulan yang lalu, anakku Doreen panas badannya hampir 40 (superscript: o)C. Biarpun badannya panas begitu tapi dia menggigil kedinginan. Terus aku selimutin dia dengan selimut tebal dengan harapan supaya dia agak hangat, eh malahan muka dan terutama bibirnya jadi biru kehitaman tapi untungnya nggak sampai step. Karena waktu itu hari Minggu akhirnya aku dan suami memutuskan untuk membawa Doreen ke RS Siloam Gleneagles karena selain dekat dengan rumahku, aku pikir RS itukan RS International karena ada kerja sama dengan RS yang sama dengan yang ada di S'Pore. Sampai di sana kemudian anakku langsung di infus dan dokter jaganya bilang kalau anakku harus opname saat itu juga. Coba bayangin gimana kasihannya melihat dia kecil-kecil sudah ditusuk-tusuk dengan jarum. Tapi demi kebaikkannya akhirnya aku tega-tegain diri, kalau boleh memilih sih rasanya pinginnya aku bisa menggantiin dia, karena aku nggak tega dia meraung-raung karena ditusuk jarum infus. Dan waktu itu nggak ada satupun DSA yang datang. Sampai besoknya sekitar jam 11 siang baru nongol DSAnya. Terus dia memeriksa anakku sambil membaca status anakku, kemudian aku tanyain ke dokter itu, sebenarnya anakku kenapa kok sampai hitam semua wajahnya dan panasnya juga nggak turun-turun juga. Terus dokter itu bilang kalau anakku sudah positif kena tiphus, aku jadi setengah kaget mana mungkin anakku yang belum bisa makan apa-apa bisa kena tiphus, sesudah bilang begitu kemudian dokternya pergi. Karena aku penasaran terus, akhirnya aku bilang ke susternya supaya anakku dicek sekali lagi darahnya apa bener dia tiphus atau bukan. Rupanya susternya menyampaikan keinginanku ke dokter yang menangani anakku itu, dan ternyata benar ternyata dia salah diagnosa, sebenarnya anakku cuma kena radang tenggorokan. Coba dodol enggak itu dokter, aku sempat marah-marah dan ngomelin dokter itu. Aku bilang kok ceroboh sekali bisa salah mendiagnosa pasien, masih bagus anakku belum sempat diberi obat untuk penyakit yang sebenernya nggak diderita anakku. Kamu tahu nggak Lan, ternyata dia membaca diagnosa pasien yang sekamar dengan anakku. Coba geblekkan dokter kayak gitu itu. Akhirnya aku ngotot untuk membawa anakku pulang besoknya, kalau cuma sekedar radang tenggorokan aja aku yakin nggak harus sampai di opname dan di infus segala. Akibat kejadian itu sampai sekarang kalau anakku mau vaksin dia sudah kayak orang ketakutan mungkin masih trauma ditusukin jarum yang lumayan gedenya. Di Jakarta ini sering kali terjadi kejadian-kejadian seperti itu, ini hanya sebagian saja yang kita tahu, aku yakin pasti banyak kejadian-kejadian lain yang nggak pernah diexpos. == Demikian kisah nyata yg dialami oleh teman saya tsb. Semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi ibu/bp yg mempunyai balita. Salam balita, Lana kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya
Sungguh saya merasa teriris melihat kesedihan Ibu Maimun yang harus melihat bagaimana anaknya berjuang melawan maut sementara tindakan medis dokter dan perawat RS.MMC begitu lambannya. Akal sehat saya mungkin tidak akan saya pakai kalau saya ada di sebelah anak ibu, mungkin satu dua tonjokkan barangkali bisa membangunkan kesadaran dari dokter dan perawat di sana. Saya kadang juga sedih denger ada RS yang sangat mengutamakan uang daripada nyawa. Di Bandung saya denger ada salah satu RS yang minta uang muka dulu apabila mau dirawat ,kaya penginapan saja. Apa RS.MMC ini juga karna faktor uang juga ya yang menyebabkan dokter dan perawat merasa ogah-ogahan dalam menangani pasien. Atau memang (maaf) tolol saja mereka. Memang kalau dikembalikan lagi semuanya karna Takdir, tapi tindakan dokter dan perawat yang begitu lamban itu patut amat sangat sangat disayangkan. Maaf Pak Ruddy , "Rudy Sutadi, MD" [EMAIL PROTECTED](salah seorang dokter yang jadi member di milis ini) bisa ndak anda melaporkan peristiwa seperti yang di alami ibu Maimun itu ke IDI. Paling tidak pelayanan RS MMC terhadap seorang pasien bisa berubah From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya
Hello netters, Saya turut berbela sungkawa dengan musibah yang Ibu Maimun dapatkan, dan saya hanya bisa ucapkan "Sesungguhnya Semuanya adalah milik Allah dan semuanya akan kembali kepada Allah ...". Saya salut dengan ketegaran dan ketabahan serta ketakwaan Ibu Maimun sekeluarga dan mudah-mudahan Allah akan lebih memberikan ganjaran dan pahala atas musibah dan semua keutamaan itu. Saya sungguh sedih dan menangis didepan PC saya walaupun saya berada di Kantor, Saya tidak bisa membayangkan jika semua terjadi pada saya dan saat ini saya mempunyai bayi berusia 3 bulan oleh karena itu saya sangat berbela sungkawa dan memohon kepada Allah agar kejadian ini dapat kita ambil hikmahnya terutama buat Praktisi-praktisi hukum ataupun kesehatan dalam menyikapi dan menindaklanjuti kasus ini terutama sekali buat RS. MMC agar secara responsif menanggapi dan bertanggung jawab atas kasus ini. Dan secara pribadi saya mendukung jika RS. MMC serta seluruh petugas yang bertugas saat itu terutama para Dokter nya diajukan untuk di gugat ke Pengadilan dan di laporkan ke IDI, YLKI agar kasus ini tidak terjadi lagi. Atau bisa juga Ibu Maimun kirimkan email ibu ke berbagai media, baik surat kabar cetak atau online maupun radio-radio sehingga hal ini bisa menjadi hikmah buat semua orang dan menjadi pelajaran buat RS-RS di Indonesia, agar mereka sadar bahwa keselamatan dan kesehatan adalah yang paling utama dibandingkan dengan DUIT . Friday, March 23, 2001, 9:47:43 PM, you wrote: biac Sungguh saya merasa teriris melihat kesedihan Ibu Maimun yang harus melihat biac bagaimana anaknya berjuang melawan maut sementara tindakan medis dokter dan perawat biac RS.MMC begitu lambannya. biac Akal sehat saya mungkin tidak akan saya pakai kalau saya ada di sebelah anak ibu, biac mungkin satu dua tonjokkan barangkali bisa membangunkan kesadaran dari dokter dan biac perawat di sana. biac Saya kadang juga sedih denger ada RS yang sangat mengutamakan uang daripada nyawa. biac Di Bandung saya denger ada salah satu RS yang minta uang muka dulu apabila mau biac dirawat ,kaya penginapan saja. biac Apa RS.MMC ini juga karna faktor uang juga ya yang menyebabkan dokter dan perawat biac merasa ogah-ogahan dalam menangani pasien. Atau memang (maaf) tolol saja mereka. biac Memang kalau dikembalikan lagi semuanya karna Takdir, tapi tindakan dokter dan biac perawat yang begitu lamban itu patut amat sangat sangat disayangkan. biac Maaf Pak Ruddy , "Rudy Sutadi, MD" [EMAIL PROTECTED](salah seorang dokter yang biac jadi member di milis ini) bisa ndak anda melaporkan peristiwa seperti yang di alami biac ibu Maimun itu ke IDI. Paling tidak pelayanan RS MMC terhadap seorang pasien bisa biac berubah -- Best regards, C.mailto:[EMAIL PROTECTED] kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya
Saya juga ikut berbela sungkawa dengan musibah yang Ibu Maimun alami. Beberapa tahun yang lalu, saya pernah berobat ke MMC (spesialis THT) dengan pertimbangan lokasinya dekat kantor. Waktu itu dokternya belum datang walaupun sudah lewat jam yang ditentukan. Begitu dokter datang, saya yang berada di urutan pertama ternyata tidak dipanggil padahal berada di sekitar ruang tunggu yang sangat dekat sehingga saya pasti tahu kalau nama saya dipanggil. Saya tidak tahu bagaimana caranya tapi orang lain sudah masuk di ruang dokter tsb. Saya complain ke susternya tapi tanpa penjelasan dan minta maaf, dia meminta saya menunggu lagi. Tentu saja saya menolak hal itu dan saya bermaksud complain ke management-nya. Saya tidak berhasil menemui manager-nya dan saya tidak ingat kenapa (kalau tidak salah dikatakan tidak ada di tempat). Jadi saya ingin tulis complain saja, tapi ternyata kotak saran-nya tidak ada kuncinya. Pada saat itu yang bisa saya lakukan hanya segera meninggalkan RS tsb dan berjanji tidak akan datang lagi untuk saya dan keluarga saya. Saya juga mendengar banyak complain yang jauh lebih serius seperti yang dialami Ibu Maimun mengenai RS ini. Saya ambil kesimpulan bahwa kesalahan ada di pihak Management. Salah satu indikator yang sangat jelas adalah tidak adanya jalur komunikasi (yang terjamin aman) antara pasien (customer) dengan Management. "C. Wahyono" wrote: Hello netters, Saya turut berbela sungkawa dengan musibah yang Ibu Maimun dapatkan, dan saya hanya bisa ucapkan "Sesungguhnya Semuanya adalah milik Allah dan semuanya akan kembali kepada Allah ...". Saya salut dengan ketegaran dan ketabahan serta ketakwaan Ibu Maimun sekeluarga dan mudah-mudahan Allah akan lebih memberikan ganjaran dan pahala atas musibah dan semua keutamaan itu. Saya sungguh sedih dan menangis didepan PC saya walaupun saya berada di Kantor, Saya tidak bisa membayangkan jika semua terjadi pada saya dan saat ini saya mempunyai bayi berusia 3 bulan oleh karena itu saya sangat berbela sungkawa dan memohon kepada Allah agar kejadian ini dapat kita ambil hikmahnya terutama buat Praktisi-praktisi hukum ataupun kesehatan dalam menyikapi dan menindaklanjuti kasus ini terutama sekali buat RS. MMC agar secara responsif menanggapi dan bertanggung jawab atas kasus ini. Dan secara pribadi saya mendukung jika RS. MMC serta seluruh petugas yang bertugas saat itu terutama para Dokter nya diajukan untuk di gugat ke Pengadilan dan di laporkan ke IDI, YLKI agar kasus ini tidak terjadi lagi. Atau bisa juga Ibu Maimun kirimkan email ibu ke berbagai media, baik surat kabar cetak atau online maupun radio-radio sehingga hal ini bisa menjadi hikmah buat semua orang dan menjadi pelajaran buat RS-RS di Indonesia, agar mereka sadar bahwa keselamatan dan kesehatan adalah yang paling utama dibandingkan dengan DUIT . kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]