RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya

2001-03-26 Terurut Topik Nyemas Sri Anita

Ibu Maimun, saya turut berduka cita atas kepergian adek, semoga ibu
sekeluarga mendapat kekuatan lahir  bathin. Dan mudah-mudahan pihak RS. MMC
dapat memperbaiki pelayanannya atas kejadian ini.

Salam, 

Mama Fauzan

 -Original Message-
 From: [EMAIL PROTECTED]
 [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Sent: Friday, March 23, 2001 9:48 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita
 menyikapinya
 
 Sungguh saya merasa teriris melihat kesedihan Ibu Maimun yang harus
 melihat
 bagaimana anaknya berjuang melawan maut sementara  tindakan medis dokter
 dan perawat
 RS.MMC begitu lambannya.
 Akal sehat saya mungkin tidak akan saya pakai kalau saya ada di sebelah
 anak ibu,
 mungkin satu dua tonjokkan barangkali bisa membangunkan kesadaran dari
 dokter dan
 perawat di sana.
 Saya kadang juga sedih denger ada RS yang sangat mengutamakan uang
 daripada nyawa.
 Di Bandung saya denger ada salah satu RS yang minta uang muka dulu apabila
 mau
 dirawat ,kaya penginapan saja.
 Apa RS.MMC ini juga karna faktor uang juga ya yang menyebabkan dokter dan
 perawat
 merasa ogah-ogahan dalam menangani pasien. Atau memang (maaf) tolol saja
 mereka.
 Memang kalau dikembalikan lagi semuanya karna Takdir, tapi tindakan dokter
 dan
 perawat yang begitu lamban itu patut amat sangat sangat disayangkan.
 Maaf Pak Ruddy , "Rudy Sutadi, MD" [EMAIL PROTECTED](salah seorang
 dokter yang
 jadi member di milis ini) bisa ndak anda melaporkan peristiwa seperti yang
 di alami
 ibu Maimun itu ke IDI. Paling tidak pelayanan RS MMC terhadap seorang
 pasien bisa
 berubah
 
 
From:   maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
   
Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan
   berbagi pengalaman kepada
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua
   Sitti Fadilla Dwi Bachri
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah
   SWT. Saya akan mencoba
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat
   diambil pelajaran buat
kita semua walaupun masih terasa berat dan
   menyesakkan dada saya tapi akan
   
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan
   selama itu telah dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr.
   Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah
   kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu
   kemudian adek kembali batuk 
   
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm
   terlihat sesak), tgl 8
Maret
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali,
   dari sana dianjurkan unt
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret
   tepatnya jam 3.00 pagi dia
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya
   sdh biru saya segera
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter
   jaga menganjurkan unt
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada
   (alat bantu oksigen),
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra
   Jatinegara, disana dia lgs
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang
   alat oksigen. Dokter
disana menganjurkan unt dirawat inap disana.
   Mengingat jaminan kantor
suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb
   saya bawa ke RS. MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong
   sampai-sampai kita teriak
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya
   muncul, tapi tidak
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya
   muncul. Dokternya pun tidak
melakukan pertolongan pertama hanya periksa 
   mengomentari kalau bayi itu
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya
   yg mutusin unt dirawat
inap
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya
   lgs tanya kalau dirawat
inap
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti
   pemasangan oksigen atau yg
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga
   di kamar yg lebih tau
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga
   UGD). Si dr tanya
mau
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal
   satupun DSA disana jadi kami
   
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb
   merekomendasikan nama DSA dr. Semi
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30
   pagi, anak saya diperiksa
sama
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt
   dibantu dgn oksigen melihat
   
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya
   dipasanglah alat bantu oksigen

dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan
adek bisa tidur
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi
   DSAnya dr. Semi Asti
datang
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si
   adek, dan dia lgs kasih
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus,
   diterapi, diambil drh 
difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA
   tsb periksa sampai
kurang
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai
   akhirnya saya tanya ke
 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya

2001-03-23 Terurut Topik lgunarso


Saya ingin menyampaikan duka cita saya sedalam2nya untuk musibah yg dialami
oleh Ibu Maimun.  Semoga Ibu Maimun dan keluarga diberi penghiburan dan
kekuatan oleh Nya.

Di bawah ini ada kisah lain yang perlu juga kita simak untuk menjadi
pelajaran buat kita semua agar lebih berhati-hati.  Kisah ini dialami oleh
salah seorang teman saya dan mohon maaf apabila ada kata2 yg kurang sopan
karena mungkin teman saya ini emosi sekali waktu menceritakannya.  Saya
membagikan cerita ini agar kita sebagai ibu harus lebih peka terhadap anak
kita sehingga kesalahan diagnosa tidak terjadi.  Sekalipun seseorang itu
bergelar dokter, beliau juga manusia biasa sama seperti kita yang bisa
salah/keliru.

Lan, aku percaya kalau RS itu begitu.  Baru-baru ini aku juga mengalami
peristiwa yang hampir sama dengan kejadian seperti itu walaupun nggak
terlalu fatal.

Kejadiannya + 2 bulan yang lalu, anakku Doreen panas badannya hampir 40
(superscript: o)C. Biarpun badannya panas begitu tapi dia menggigil
kedinginan.  Terus aku selimutin dia dengan selimut tebal dengan harapan
supaya dia agak hangat, eh malahan muka dan terutama bibirnya jadi biru
kehitaman tapi untungnya nggak sampai step.  Karena waktu itu hari Minggu
akhirnya aku dan suami memutuskan untuk membawa Doreen ke RS Siloam
Gleneagles karena selain dekat dengan rumahku, aku pikir RS itukan RS
International karena ada kerja sama dengan RS yang sama dengan yang ada di
S'Pore.

Sampai di sana kemudian anakku langsung di infus dan dokter jaganya bilang
kalau anakku harus opname saat itu juga.  Coba bayangin gimana kasihannya
melihat dia kecil-kecil sudah ditusuk-tusuk dengan jarum.  Tapi demi
kebaikkannya akhirnya aku tega-tegain diri, kalau boleh memilih sih rasanya
pinginnya aku bisa menggantiin dia, karena aku nggak tega dia meraung-raung
karena ditusuk jarum infus.  Dan waktu itu nggak ada satupun DSA yang
datang.  Sampai besoknya sekitar jam 11 siang baru nongol DSAnya.

Terus dia memeriksa anakku sambil membaca status anakku, kemudian aku
tanyain ke dokter itu, sebenarnya anakku kenapa kok sampai hitam semua
wajahnya  dan panasnya juga nggak turun-turun juga.  Terus dokter itu
bilang kalau anakku sudah positif kena tiphus, aku jadi setengah kaget mana
mungkin anakku yang belum bisa makan apa-apa bisa kena tiphus, sesudah
bilang begitu kemudian dokternya pergi.  Karena aku penasaran terus,
akhirnya aku bilang ke susternya supaya anakku dicek sekali lagi darahnya
apa bener dia tiphus atau bukan.  Rupanya susternya menyampaikan
keinginanku  ke dokter yang menangani anakku itu, dan ternyata benar
ternyata dia salah diagnosa, sebenarnya anakku cuma kena radang
tenggorokan.  Coba dodol enggak itu dokter, aku sempat marah-marah dan
ngomelin dokter itu.  Aku bilang kok ceroboh sekali bisa salah mendiagnosa
pasien, masih bagus anakku belum sempat diberi obat untuk penyakit yang
sebenernya nggak diderita anakku.  Kamu tahu nggak Lan, ternyata dia
membaca diagnosa pasien yang sekamar dengan anakku.  Coba geblekkan dokter
kayak gitu itu.  Akhirnya aku ngotot untuk membawa anakku pulang besoknya,
kalau cuma sekedar radang tenggorokan aja aku yakin nggak harus sampai di
opname dan di infus segala.  Akibat kejadian itu sampai sekarang kalau
anakku mau vaksin dia sudah kayak orang ketakutan mungkin masih trauma
ditusukin jarum yang lumayan gedenya.  Di Jakarta ini sering kali terjadi
kejadian-kejadian seperti itu, ini hanya sebagian saja yang kita tahu, aku
yakin pasti banyak kejadian-kejadian lain yang nggak pernah diexpos.

==
Demikian kisah nyata yg dialami oleh teman saya tsb.  Semoga bermanfaat
bagi kita semua khususnya bagi ibu/bp yg mempunyai balita.

Salam balita,
Lana





 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya

2001-03-22 Terurut Topik C. Wahyono

Hello netters,

Saya turut berbela sungkawa dengan musibah yang Ibu Maimun dapatkan,
dan saya hanya bisa ucapkan "Sesungguhnya Semuanya adalah milik Allah
dan semuanya akan kembali kepada Allah ...".

Saya salut dengan ketegaran dan ketabahan serta ketakwaan Ibu Maimun
sekeluarga dan mudah-mudahan Allah akan lebih memberikan ganjaran dan
pahala atas musibah dan semua keutamaan itu.

Saya sungguh sedih dan menangis didepan PC saya walaupun saya berada
di Kantor, Saya tidak bisa membayangkan jika semua terjadi pada saya
dan saat ini saya mempunyai bayi berusia 3 bulan oleh karena itu saya
sangat berbela sungkawa dan memohon kepada Allah agar kejadian ini
dapat kita ambil hikmahnya terutama buat Praktisi-praktisi hukum
ataupun kesehatan dalam menyikapi dan menindaklanjuti kasus ini
terutama sekali buat RS. MMC agar secara responsif menanggapi dan
bertanggung jawab atas kasus ini.

Dan secara pribadi saya mendukung jika RS. MMC serta seluruh petugas
yang bertugas saat itu terutama para Dokter nya diajukan untuk di
gugat ke Pengadilan dan di laporkan ke IDI, YLKI agar kasus ini tidak
terjadi lagi.

Atau bisa juga Ibu Maimun kirimkan email ibu ke berbagai media, baik
surat kabar cetak atau online maupun radio-radio sehingga hal ini bisa
menjadi hikmah buat semua orang dan menjadi pelajaran buat RS-RS di
Indonesia, agar mereka sadar bahwa keselamatan dan kesehatan adalah
yang paling utama dibandingkan dengan DUIT .


Friday, March 23, 2001, 9:47:43 PM, you wrote:

biac Sungguh saya merasa teriris melihat kesedihan Ibu Maimun yang harus melihat
biac bagaimana anaknya berjuang melawan maut sementara  tindakan medis dokter dan 
perawat
biac RS.MMC begitu lambannya.
biac Akal sehat saya mungkin tidak akan saya pakai kalau saya ada di sebelah anak ibu,
biac mungkin satu dua tonjokkan barangkali bisa membangunkan kesadaran dari dokter dan
biac perawat di sana.
biac Saya kadang juga sedih denger ada RS yang sangat mengutamakan uang daripada 
nyawa.
biac Di Bandung saya denger ada salah satu RS yang minta uang muka dulu apabila mau
biac dirawat ,kaya penginapan saja.
biac Apa RS.MMC ini juga karna faktor uang juga ya yang menyebabkan dokter dan perawat
biac merasa ogah-ogahan dalam menangani pasien. Atau memang (maaf) tolol saja mereka.
biac Memang kalau dikembalikan lagi semuanya karna Takdir, tapi tindakan dokter dan
biac perawat yang begitu lamban itu patut amat sangat sangat disayangkan.
biac Maaf Pak Ruddy , "Rudy Sutadi, MD" [EMAIL PROTECTED](salah seorang dokter yang
biac jadi member di milis ini) bisa ndak anda melaporkan peristiwa seperti yang di 
alami
biac ibu Maimun itu ke IDI. Paling tidak pelayanan RS MMC terhadap seorang pasien bisa
biac berubah


-- 
Best regards,
 C.mailto:[EMAIL PROTECTED]



 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya

2001-03-22 Terurut Topik Edy Subrata

Saya juga ikut berbela sungkawa dengan musibah yang Ibu Maimun alami.
Beberapa tahun yang lalu, saya pernah berobat ke MMC (spesialis THT) dengan 
pertimbangan
lokasinya dekat kantor.
Waktu itu dokternya belum datang walaupun sudah lewat jam yang ditentukan. Begitu 
dokter
datang, saya yang berada di urutan pertama ternyata tidak dipanggil padahal berada di 
sekitar
ruang tunggu yang sangat dekat sehingga saya pasti tahu kalau nama saya dipanggil. 
Saya tidak
tahu bagaimana caranya tapi orang lain sudah masuk di ruang dokter tsb. Saya complain 
ke
susternya tapi tanpa penjelasan dan minta maaf, dia meminta saya menunggu lagi. Tentu 
saja
saya menolak hal itu dan saya bermaksud complain ke management-nya.
Saya tidak berhasil menemui manager-nya dan saya tidak ingat kenapa (kalau tidak salah
dikatakan tidak ada di tempat). Jadi saya ingin tulis complain saja, tapi ternyata 
kotak
saran-nya tidak ada kuncinya.
Pada saat itu yang bisa saya lakukan hanya segera meninggalkan RS tsb dan berjanji 
tidak akan
datang lagi untuk saya dan keluarga saya. Saya juga mendengar banyak complain yang 
jauh lebih
serius seperti yang dialami Ibu Maimun mengenai RS ini.
Saya ambil kesimpulan bahwa kesalahan ada di pihak Management. Salah satu indikator 
yang
sangat jelas adalah tidak adanya jalur komunikasi (yang terjamin aman) antara pasien
(customer) dengan Management.

"C. Wahyono" wrote:

 Hello netters,

 Saya turut berbela sungkawa dengan musibah yang Ibu Maimun dapatkan,
 dan saya hanya bisa ucapkan "Sesungguhnya Semuanya adalah milik Allah
 dan semuanya akan kembali kepada Allah ...".

 Saya salut dengan ketegaran dan ketabahan serta ketakwaan Ibu Maimun
 sekeluarga dan mudah-mudahan Allah akan lebih memberikan ganjaran dan
 pahala atas musibah dan semua keutamaan itu.

 Saya sungguh sedih dan menangis didepan PC saya walaupun saya berada
 di Kantor, Saya tidak bisa membayangkan jika semua terjadi pada saya
 dan saat ini saya mempunyai bayi berusia 3 bulan oleh karena itu saya
 sangat berbela sungkawa dan memohon kepada Allah agar kejadian ini
 dapat kita ambil hikmahnya terutama buat Praktisi-praktisi hukum
 ataupun kesehatan dalam menyikapi dan menindaklanjuti kasus ini
 terutama sekali buat RS. MMC agar secara responsif menanggapi dan
 bertanggung jawab atas kasus ini.

 Dan secara pribadi saya mendukung jika RS. MMC serta seluruh petugas
 yang bertugas saat itu terutama para Dokter nya diajukan untuk di
 gugat ke Pengadilan dan di laporkan ke IDI, YLKI agar kasus ini tidak
 terjadi lagi.

 Atau bisa juga Ibu Maimun kirimkan email ibu ke berbagai media, baik
 surat kabar cetak atau online maupun radio-radio sehingga hal ini bisa
 menjadi hikmah buat semua orang dan menjadi pelajaran buat RS-RS di
 Indonesia, agar mereka sadar bahwa keselamatan dan kesehatan adalah
 yang paling utama dibandingkan dengan DUIT .



 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]