[budaya_tionghua] [ASM 8] Sun Go Kong dan Hanoman

2005-09-16 Terurut Topik Rinto Jiang






Ini topik setahun lalu,
saya ulang kembali menjadi salah satu topik rubrik ASM supaya anggota
baru dapat mengetahui.

Tanya:

Sun Go Kong dan Hanoman adalah sama2 digambarkan dalam wujud kera.
Apakah ada benang merah di antaranya?

Jawab:

Menjawab pertanyaan satu teman di sini, saya akan
berusaha menyajikan informasi dari sudut budaya sastra. Bila ada teman
yang dapat menambah dari aspek agama atau kepercayaan dipersilahkan
sekali. Mohon koreksinya bila ada yang salah pada rangkuman saya di
bawah.

Sun Go Kong adalah salah satu tokoh utama dalam salah satu novel klasik
Tiongkok "Shi You Ji" "Perjalanan ke Barat" karya Wu Cheng-en pada masa
Dinasti Ming yang kemudian populer selama berabad2 lamanya baik di
dalam maupun di luar Tiongkok. Dalam novelnya itu, Wu terlihat lebih
menekankan tokoh Sun Go Kong daripada tokoh sejarah asli Pendeta Xuan
Zang (Tang San-zhang/Tong Sam-Cong) dapat dilihat dari penokohan
Pendeta Tong sebagai seorang yang baik hati namun lemah dan pengecut.
Padahal dalam
sejarah aslinya, Pendeta Tong mengadakan ekspedisi sendirian yang dapat
membuktikan ketegarannya. Walaupun di tengah jalan ia bertemu dengan
seorang teman bernama Shih Pan Tuo, namun temannya itu kemudian
melarikan diri
ketika mereka menemui kesulitan. Kesulitan yang dimaksud adalah
perampokan oleh bandit2 di tengah jalan. Saya di suatu kesempatan
menyimak tayangan tentang Pendeta Tong di channel Discovery. Oleh
Discovery, Pendeta Tong difilmkan sedang dikejar2 oleh para bandit
berparas Asia Tengah sebelum akhirnya sampai ke India dalam
satu penggal cerita.

Riwayat Sun Go Kong dalam novel secara sekilas adalah tinggi badan 1.33
meter, pada
umur 320 tahun ia menuju Gunung Hua Guo, menjadi dewa dengan gelar "Qi
Tian Da Sheng" pada umur 357 tahun. 180 tahun kemudian, karena suka
membangkang, ia dihukum ditimpa di bawah Gunung Wuzhi selama 500
tahun. Setelah itu, ia berguru kepada Pendeta Tong dan menjalankan
perintah untuk mengawal Pendeta Tong mengambil kitab suci ke India. Ia
dikisahkan adalah perwujudan dari sebuah kera batu.

Dalam perkembangannya, karena Sun Go Kong terkenal akan kesaktiannya,
muncul opini bahwa Wu mengambil tokoh Sun Go Kong muncul dari
inspirasinya atas cerita Ramayana dari India yang mana juga ada
mengisahkan tokoh kera sakti Hanoman. Di dalam kalangan sastrawan
Tiongkok sendiri juga terdapat pendapat yang mendukung opini ini, namun
mayoritas menolak teori ini. Juga ada yang berpendapat bahwa Wu
mendapat inspirasi dari Hanoman, namun Sun Go Kong kemudian digambarkan
tanpa ada kaitan sama sekali denan Hanoman India.

Lu Xun (1881~1936) adalah Bapak Sastra Modern Tiongkok yang terkenal.
Ia berpendapat bahwa Sun Go Kong adalah karya Wu yang mengambil
inspirasi dari cerita karya Lee Gong-zuo yang hidup di zaman Dinasti
Tang. Dalam novelnya berjudul "Gu Yue Du Jing", ia menceritakan tentang
siluman sakti bergelar Huai Wo Shuei Shen yang akhirnya juga berhasil
ditaklukkan oleh kekuatan Buddha. Setelahnya ia berganti nama menjadi
Wu Zi Qi. Lu Xun berpendapat bahwa Wu Cheng-en mengambil tokoh Sun Go
Kong atas modifikasi Wu Zi Qi. Lalu, sastrawan lain juga berpendapat
bahwa tokoh Sun Go Kong adalah asli Tiongkok karena ada seorang pendeta
yang juga terkenal di masa Dinasti Tang bergelar Wu Kong (Go Kong =
Hokkian), nama asli Che Chao-feng.

Namun Hu Shi, sastrawan lain berpendapat bahwa Wu mengambil inspirasi
dari Hanoman yang dikisahkan dalam cerita Ramayana. Karena ia
berspekulasi bahwa tidak mungkin cerita Ramayana yang terkenal itu
tidak sampai di Tiongkok. Jadi pasti ada pengaruh Hanoman pada karya Wu
Cheng-en tadi. Ada pula sastrawan lain Ji Xian-lin yang berpendapat
bahwa Sun Go Kong adalah Hanoman yang dimodifikasi menjadi Sun Go Kong
tanpa ada kaitan sama sekali dengan Hanoman-nya sendiri kecuali sama2
merupakan kera sakti. Namun kera sakti Sun Go Kong jelas adalah
perpaduan antara kepercayaan, cerita rakyat dan kreasi daripada
penulisnya sendiri, Wu Cheng-en.

Akhirnya giliran saya mengemukakan pendapat pribadi. Menurut saya,
walaupun Ramayana adalah cerita lebih awal daripada Shi You Ji, namun
mengatakan Sun Go Kong adalah sama dengan Hanoman adalah suatu pendapat
yang tidak seluruhnya benar. Kepopuleran Ramayana yang merupakan
legenda agama Hindu di Tiongkok juga tidak terbukti karena agama Hindu
tidak pernah menyebar ke Tiongkok seperti halnya di Indonesia. Sun Go
Kong juga bukan ciptaan dari Wu sebenarnya, karena di masa sebelumnya,
Dinasti Song Selatan, telah ada dikisahkan Sun Go Kong dalam buku "Da
Tang San Zang Qu Jing Shi Hua". Bila tetap harus mengatakan Sun adalah
Hanoman, maka darimana pula munculnya tokoh Zhu Ba Jie (Ti Pat Khai) ?
Wu adalah seorang sastrawan dan seorang sastrawan selalu berkarya
berdasarkan ilham yang muncul waktu itu.

Ada orang yang menyatakan bahwa Sun Go Kong
adalah tokoh nyata yang pernah hidup di dunia dengan ditemukannya makam
Sun Go Kong.

Makam dengan nama Sun Go Kong memang ditemukan di Kabupaten Shunchang,
Provinsi Fujian, diperkirakan berasal dari 

[budaya_tionghua] OOT: KISAH SERBA-SERBI ( Ibu Saya - bagian satu )

2005-09-16 Terurut Topik Sobron Aidit
Sobron Aidit :



K I S A H  S E R B A-S E R B I
   ( Ibu Saya - bagian satu )


Ibu saya seandainya masih hidup - gampang menghitung umurnya. Sebab beliau 
lahir pada tahun 1900. Jadi kini seandainya beliau masih hidup - sama dengan 
umur Tahun Masehinya = 105 tahun. Tetapi ibu saya meninggalnya pada tahun 
1968 - jadi beliau berusia 68 tahun.

Ibu saya betul-betul tokoh wanita desa atau wanita kampung zaman lama. 
Beliau butahuruf - tidak pernah bersekolah. Tetapi pergaulannya samasekali 
tidak kampungan. Ketika ayah saya masih menjadi anggota DPR dan kami tinggal 
di Jakarta di Kepu Selatan - ayah sering membawa ibu ke Istana Negara. Dan 
Ibu walaupun butahuruf tetapi jauh dari rasa rendah-diri - 
minderwaardigheidscomplex. Dia biasa-biasa saja. Tetap menyugi. Sugi itu 
adalah tembakau yang diisap di pinggir atau ujung bibir. Barangkali sebagai 
pengganti rokok bagi wanita. Wanita zaman dulu - zaman Ibu saya - rata-rata 
menyugi. Besar sugi itu rata-rata seperti ujung-jempol-jari-tangan. Kalau 
yang besar, sampai sebesar buah jengkol - atau bahkan seperti bola pingpong 
yang kecilan dikit.

Karena tembakaunya diisap-isap - maka warna mulut - bibir dan tangan akan 
menjadi merah - merah sekali. Ketika acara mau ke Istana Negara - ayah 
selalu menasehatkan agar ibu tidak menyugi atau sementara ke dan berada di 
Istana - tidak menyugi. Rupanya saran dan nasehat ayah ini dengan keras 
dibantah ibu. Kalau mau mengajak aku ke sana -  melarang aku menyugi - 
karena ini sama dengan merokok bagi lelaki, maka baiklah kau saja sendirian 
- dan aku lebih baik di rumah saja...dan menyugi, demikian kata ibu. Dan 
ayah rupanya kalah, apalagi dengan argumentasi ibu. Yang katanya menyugi itu 
sama dengan merokok bagi lelaki!

Dan ayah kalah - ibu diajak ayah ke Istana Negara - dengan bebas buat menygi 
kapan saja dan di mana saja. Tetapi ayah tetap punya pesan yang keras 
terhadap ibu.  Jangan lupa, jangan sampai sembarangan meletakkan bekas 
sugimu itu!, demikian kata ayah. Dan ibu tidak menanggapinya. Sebenarnya 
mengapa hal-hal demikian dipesankan ayah - karena ada alasannya. Bukan hanya 
ibu saja yang ternyata menyugi di Istana Negara itu. Sebab bekas sugi 
beberapa orang yang entah siapa - selalu ada-ada saja yang tergeletak di 
pinggir kursi atau di bawah kursi atau diletakkan dalam asbak di beberapa 
meja di ruangan penonton di Istana. Biasanya ayah akan selalu mengajak ibu 
ke Istana - pabila acaranya tidak sangat resmi. Misalnya ada tontonan Wayak 
Golek - acara ansambel Nyanyi Tari dan pertunjukan buat Istana. Pabila 
Presiden menerima wakil negara - dutabesar baru - ayah biasanya tidak akan 
mengajak ibu - dan lagi kalau hanya acara begituan - ibu juga tidak mau 
ikut. Ibu akan ikut pabila acaranya ada yang akan dilihat - ditonton. Lain 
dengan saya - kalau acaranya Wayang Golek semalam suntuk - saya minta ikut 
bersama ayah dan ibu - sebab tengah malam biasanya ada makanan enak! Ada 
nasi goreng - bayangkan nasi-goreng made in Istana rek! Ada penganan 
tradisional - serabi - kue putu - bajigur - kacangrebus dan banyak lagi. 
Bagi saya sih bukan tontonan Wayang Golek atau Wayang Wong-nya itu - tapi 
perkara hidangannya itu lho!

Nah, perkara ini ibu tidak berpikiran seperti saya. Yang saya banggakan pada 
diri ibu saya - beliau sedikitpun tak ada rasa rendah diri di depan begitu 
banyak orang-orang terpelajar dan pada wangi dengan bau-bauan dan kilatan 
perhiasan di bagian tubuh dan badannya para bunda yang cantik-cantik dan  
hebat-hebat itu. Ibu sebagai wanita kampungan - yang butahuruf - tidak 
sekolahan - tetap sama keberadaannya dengan para ibu-ibu pembesar lainnya. 
Dan saya juga bangga juga pada ayah saya - beliau tidak merasa malu mengajak 
ibu buat datang ke Istana Negara walaupun istrinya adalah orang kampung - 
wanita desa - dan nggak sekolahan lagi! Kalkau saya ingat-ingat - kedua 
orangtua saya ini - ada kebanggaan saya - hebat mereka berdua ini. Yang 
menjadi masalah bukannya hal-hal besar dan prinsipil - tetapi bagaimana 
seandainya tidak membawa peralatan sugi - tembakau - yang selalu menjadi 
kebiasaan ibu. Dan ibu tetap dengan pendiriannya yang teguh. Kalau mau 
mengajak aku ke Istana - sekali-kali jangan melarang aku menyugi! Tuh 
laranglah kaummu yang enak-enak merokok itu - kira-kira begitulah kalau ibu 
mau marah! Dan aku diam-diam mengacungkan jempol kepada ibu yang berani 
menentang ayah dalam perkara sugi ini! Dan ayah kalau telak!

---

Paris,-   16 September 05,-






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : 

[budaya_tionghua] [ASM 10] Rubrik ASM: Sebuah kilas balik

2005-09-16 Terurut Topik Rinto Jiang






Rubrik "Apa Siapa Mengapa" disingkat ASM yang mulai dibuka pada tanggal
22 Juli 2005 lalu telah sampai pada tulisan ke-10. Saya rencanakan 10
artikel sekali akan diadakan kilas balik 9 artikel ASM sebelumnya.
ASM-8 dan ASM-9 saya ajukan hari ini karena selama 2 minggu ke depan
saya akan absen dari forum karena sesuatu dan lain hal. Kerjaan
moderasi akan dilaksanakan anggota tim moderator lainnya yang berpiket.

Pertama, ASM rencananya saya ajukan ke forum seminggu sekali, namun
dikarenakan kesibukan sehingga saya sendiri tidak berani mensyaratkan
pra-kondisi ini. Bila ada waktu dan bahan tentunya ASM akan muncul
lebih sering. Namun bila waktu sibuk dan ketradaan bahan, maka
frekuensi ASM akan jarang. Mohon maklumnya dari anggota-anggota
penyimak semua.

ASM-1 sampai ASM-9 adalah sebagai berikut:

ASM-1 Kuncir (Taucang) 
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/13512
Mengenai sejarah berkuncir di kalangan lelaki Tionghoa, ditulis sebagai
jawaban atas pertanyaan salah satu anggota. 
(Sejarah)

ASM-2 Apakah benar Kwan Kong bermuka merah?
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/13657
Mengenai pertanyaan mengapa Kwan Kong selalu digambarkan bermuka merah
padam. Ilham pribadi setelah melihat iklan minuman di TV tentang Kwan
Kong, Liu Bei dan Zhang Fei. 
(Tokoh)

ASM-3 Tradisi bakar2an dalam kebudayaan Tionghoa
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/13911
Ritual bakar2an yang sering dilakukan namun tidak dimengerti maknanya.
(Adat tradisi)

ASM-4 Istilah Konghu
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14037
Mengenai pertanyaan mengapa orang Kanton di Indonesia disebut sebagai
orang Konghu.
(Etnisitas Tionghoa)

ASM-5 Tentang Triad
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14105
Triad, hubungannya dengan Sun Yat-sen, Chiang Kai-shek dan perkembangan
mutakhir Triad. Menjawab pertanyaan seorang anggota yang heran Chiang
Kai-shek pernah menjadi anggota Triad.
(Sejarah)

ASM-6 Lun Gwee: Bulan kabisat dalam kalender Imlek
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14268
Sudah sering dibahas, namun masih banyak yang belum mengetahui adanya
bulan kabisat di dalam kalender Tionghoa.
(Adat tradisi)

ASM-7 Tentang vampire Tiongkok
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14477
Vampire Tiongkok, diilhami oleh tulisan Julie tentang mayat yang
digiring untuk berjalan sendiri ke makamnya. Juga ada penjelasan
mengenai vampire di film2 HK.
(Serba-serbi)

ASM-8 Sun Go Kong dan Hanoman
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14533
Benang merah persamaan Sun Go Kong dan Hanoman. Apakah karakter Sun Go
Kong Tionghoa diilhami dari karakter Hanoman India?
(Tokoh)

ASM-9 Asal mula kata China
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14534
Kata China sering disinyalir berasal dari kata Chin dari Dinasti Qin,
namun sebenarnya tidak demikian halnya. Darimanakah asal mula kata
China itu?
(Sejarah)

Komposisi dari 9 artikel ini adalah 3 artikel berkaitan dengan sejarah,
2 artikel tentang adat tradisi, 2 artikel berkaitan dengan karakter
tokoh Tionghoa, 1 artikel etnisitas Tionghoa. Dari 9 artikel juga, cuma
2 artikel yang tidak ada hubungan secara langsung dengan ke-Tionghoa-an
di Indonesia. Mudah2an ASM tetap akan dapat saya lanjutkan dengan
dukungan anggota sekalian dan dengan ini dapat memperkaya khazanah
Forum Budaya Tionghua sebagai forum guna revitalisasi kebudayaan
Tionghoa sebagai bagian integral dari kebudayaan nasional Indonesia.


Rinto Jiang






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  










[budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik ChanCT
Bung Asahan yang budiman,

Penegasan bung untuk mempertahankan penggunaan istilah Pribumi cukup 
menarik, kita harus membuang segala pengertian kotor yang telah menodai istilah 
Pribumi itu. Kata bung: Kita bersihkan kata pribumi dari  semua noda dan 
kotoran yang diberikan oleh penguasa dan diktator bangsa di masa lalu. Semua 
kita adalah pribumi-pribumi dari segala macam ras dan suku, sama derajat dan 
semua kita adalah bangsa Indonesia yang mencintai keadilan dan melawan semua 
bentuk diskriminasi politik, ekonomi, kebudayaan maupun ras.

Setuju! Saya juga sangat setuju dengan pengertian bung itu. Tapi, pernahkah 
bung pikirkan bagaimana cara menghilangkan noda dan begitu kotornya, jahatnya 
pengertian yang selama ini melekat keras pada istilah Pribumi itu? Bukankah 
salah satu cara yang dekat, adalah menghentikan penggunaan istilah Pribumi 
dan Non-Pribumi itu, yang jelas selama ini digunakan untuk mengkotak-kotak 
warga negara Indonesia ini menjadi, Pribumi dan Non-Pribumi untuk 
sekelompok yang etnis Tionghoa. 

Mungkinkah tercapai seperti yang bung artikan, bahwa semua kita adalah 
pribumi-pribumi dari segala macam ras dan suku? Tentu saja sulit, ya. Karena 
setelah kita gunakan sebutan istilah pribumi pada sekelompok warga, akan ada 
sekelompok lain yang harus disebut non-pribumi. Kalau kita sebut sekelompok 
warga dengan sebutan orang Indonesia asli, tentu ada sekelompok lain yang harus 
disebut menjadi non-asli. Lalu, kita harus memberi definisi siapa saja yang 
bisa dikategorikan Pribumi dan Asli-Indonesia dan yang lain menjadi 
Non-Pribumi dan Non-asli.

Kalau kita semua mengakui, secara biologis penghuni di Nusantara ini adalah 
pendapatang dari daeerah Yunnan itu, jadi hanyalah berbeda waktu, sekelompok 
datang lebih dahulu dan yang lain lebih belakang, maka sebenarnya kita semua, 
sudah tidak lagi berhak menyandang Pribumi atau Asli-Indonesia, yang masih 
berhak disebut Pribumi hanyalah orang-orang Nusatenggara dan Irian-Papua yang 
berkulit kehitam-hitaman dan berambut kriting itu. Ini kalau kita melihat dari 
sudut biologis. Bukankah begitu?

Lalu, untuk mengikuti sebagaimana pengertian Pribumi yang bung ajukan 
itu, dimana semua kita adalah sama-sama pribumi, mungkin hanya bisa dibenarkan 
kalau melihatnya dari segi hukum. Maaf, saya awam akan HUKUM, tapi kira-kira 
bisa diajukan dalam pengertian begini: Berdasarkan ketentuan Undang-undang No.3 
tahun 1946, yang menetapkan asas ius-soli, jadi setiap orang yang lahir di 
Indonesia sebagai orang Indonesia. Maka, secara hukum bisa dikatakan 
orang-orang yang lahir di Indonesia sejak diundangkannya pada tahun 1946 itulah 
orang-orang Indonesia asli, yang Pribumi. Tentu, dengan tidak mempedulikan 
seorang itu dari ras apa, suku apa dan etnis apa, asal dia lahir di Indonesia, 
maka bisa dikategorikan Pribumi, yang asli-Indonesia. Dan, ... ini hanya 
digunakan untuk membedakan orang-orang pendatang, yang tidak lahir di 
Indonesia, entah orang Belanda, orang Tionghoa, atau orang Arab dll. yang 
menjadi warganegara Indonesia setelah melepas warganegara asal. Jadi, 
orang-orang yang tidak lahir di Indonesia, kemudian menjadi Indonesia dengan 
naturalisasi inilah yang bisa disebut sebagai non-pribumi, non-asli Indonesia. 

Tapi sungguh, kenyataan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat di 
Indonesia selama ini tidak demikian adanya. Pribumi dan Non-Pribumi adalah 
sebutan yang dipakai untuk mengkotak-kotak kelompok yang ada didalam 
masyarakat, jelasnya untuk menyudutkan kelompok yang etnis Tionghoa itu. 
Menghadapi kenyataan begini, apa tidak lebih baik kita sambut instruksi 
Presiden itu, agar dihentikan penggunaan istilah Pribumi yang jelas merusak 
persatuan bangsa ini? Apa kiranya yang mau dan bisa dicapai dengan 
mempertahankan sebutan Pribumi dan Non-Pribumi itu?

Saya pun setuju, melawan diskriminasi rasial tidaklah berarti meniadakan 
segala perbedaan yang ada pada setiap ras, setiap suku dan setiap etnis. 
Apalagi hanya ditujukan untuk meniadakan identitas etnis tertentu. Berpegang 
teguh pada semboyan Bhineka Tungal Ika, dimana kita bersatu-teguh dengan segala 
perbedaan yang ada, ya beda ras, ya beda suku, ya beda etnis, ya beda agama, ya 
beda ideologi. Sayang seribu sayang, sekalipun sudah lebih 60 tahun semboyan 
Bhineka Tunggal Ika diserukan dan berkumandang di Nusantara ini, tapi belum 
juga terwujud dalam kenyataan hidup yang sesunguhnya. Itulah tugas berat 
generasi muda untuk lebih keras berjuang mempercepat gerak-langkah melanjutkan 
cita-cita pejuang kemerdekaan yang belum selesai itu. 

Salam,
ChanCT


  - Original Message - 
  From: BISAI 
  To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA 
  Sent: Friday, September 16, 2005 6:15 AM
  Subject: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan 
Non Pribumi?


  Saudara Andri Halim yang saya hormati,
  Komentar anda saya baca kata perkata, kalimat perkalimat. Saya merasakan
  kejernihan pikiran anda, langsung menangkap masaalah 

[budaya_tionghua] OOT: Sulitnya Berbisnis di Indonesia

2005-09-16 Terurut Topik Harry Adinegara



Ada dua atau mungkin lebih pendapat soal apa yang di-beberkan dalam tulisan dibawah ini , yakni ber-business di Indonesia termasuk yang diwarnai dan pastiwarna per-korup-an melekat lengket.
Pendapat pertama yalah yang terurai dalam pendapat/sikap dibawah ini. Apakah penulis seorang pencemong Indonesia? Apa2 di cemong mengkaitkan bahwa ber-kiprah di Indonesia itu selalu harus dibarengi oleh rasa yang tidak sedap sebagai faktor yang harus sama2 ditelan untuk mewujutkan hasil.
Pendapat yang kedua yang ber-nada nasionalis dan ber-basis moral yakni kita harus mulai dari diri kita untuk memperbaiki keadaan amburadul a.l. dalam ber-business di Indonesia. Misale,ini contoh: kalau mau ngurus misale SIM jangan main short cut, alias nyuap. Jalani prosedurnya. Kalau kena tilang dijalanan, tantang itu pak pul untuk membawa kita ke pengadilan. Jangan diajak damai pak pul ini!
Jadi layaknya, apakah benar kalau kita harus punya sikap: berani melawan arus yakni jangan mau me-nyuap pejabat atau pegawai yang punya wewenang! Celakanya bagaimana tuh pak pul yang kerja dilapngan kalau diperhitungkan gajihnya yang tidak memadai, buat hidup 2 minggu saja mungkin tidak cukup.
Celaka duabelasnya yalah pemegang atau dunia business itu tidak punya banyak waktu. Time is money! Misale kita ketangkap pak pul lantas kita diajukan ke pengadilan belum tentu kita dapat solusi yang memadai. Misale atas suatu pelanggaran hukumnya kena denda Rp 15 ribu. Kita datang ke pengadilan tapi harus tunggu 1/2 hari. Belum lagi misale kita kena kemplangan lebih dari Rp 15 ribu karena misale hakimnya tahu ada loop-holenya untuk mem-persulit allias memeras pelanggar...wah bisa ber-abe urusannya. Mau nerusin "jalan lurus" mesti nyewa pengacara. Wah achirnya pengacara sama hakim kongkalikongmemeras kita. Achirnya kita.ketiban apa yang dinamakan ...double whammy!
Dalam alinea terachir dianjurkan untuk meniru cara ala S'pore yakni membuang pejabat yang korup. Walah walah ,..lah berapa pejabat yang harus kita tendang keluarsegedubraktahu2 kita hidup di-alam yang ngak ada pejabatnya, karena semua pejabat ya +/- semuanya korup. Kan negara lebih ungovernable alias semua orang bisa bertindak free for all! Sysah gimana nih ya?.
Cara "mencemong" melulu , albeit ada alasan yang kredibel, mau jadi nasionalis sejati emoh menyuap karena ini merusak keadaan ,ya achirulkalam dua2nya tidak mempan menghadapi negara yang segedubrak malingnya! Simple as that!
Harry Adinegara

Sulitnya Berbisnis di IndonesiaADA prinsip yang tidak beradab, tetapi dengan bangganya diterapkan di negeri ini, yaitu jika bisa dipersulit, mengapa dipermudah?Akibatnya, yang lurus dibuat bengkok. Yang sederhana dibikin ruwet. Yang seharusnya selesai sehari, menjadi seminggu, sebulan, bahkan setahun. Sengaja diulur-ulur, sehingga membuka peluang untuk sogok, suap, dan pelicin.Dengan prinsip itu, tidak ada urusan yang prosedurnya sederhana, pelayanannya cepat, ongkosnya murah, dan hasilnya memuaskan. Kalau mau hasil yang cepat dan memuaskan, satu-satunya jalan melalui pintu belakang. Urusan itu dijadikan transaksi di bawah meja, yang berarti harus membayar lebih mahal lagi.Dengan cara mempersulit itulah para birokrat mengeruk rezeki. Pungutan liar itu dilakukan sangat telanjang, terang-terangan, tanpa tedheng aling-aling. Bahkan, di banyak
 instansi, praktik kotor itu tidak lagi dianggap sebagai penyimpangan dan aib. Uang haram itu justru dinilai sebagai 'uang terima kasih', yang dianggap wajar diminta dan diterima karena telah memberi pelayanan. Semakin cepat dan memuaskan pelayanan yang diberikan, semakin pantas pula mendapatkan 'uang terima kasih' yang semakin besar.Karena itu, sama sekali tidak mengejutkan, hasil survei yang menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat bawah dalam kemudahan berbisnis. Dari 155 negara yang disurvei International Finance Corporation dan Bank Dunia, Indonesia menempati urutan ke-115. Posisi itu tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand yang menempati daftar 30 negara teratas.Sebagai gambaran, untuk mengurus lisensi bisnis di Indonesia diperlukan 570 hari dan 34 prosedur, Malaysia butuh 300 hari dan 31 prosedur, sedangkan Singapura hanya 69 hari dengan 23 prosedur. Selisih yang luar biasa, yaitu urusan di
 Malaysia sembilan bulan lebih cepat. Membandingkannya dengan Singapura lebih memalukan lagi, karena di sana lebih cepat 16 bulan!Lebih celaka lagi, selain mengurus lisensi bisnis lebih lama, perusahaan di Indonesia membayar pajak dari keuntungan kotor lebih mahal jika dibandingkan dengan perusahaan di Malaysia dan Thailand.Jelas sekali negeri ini tidak probisnis. Masalahnya terang benderang. Solusinya pun sebenarnya gamblang. Yaitu, pangkas prosedur yang berbelit-belit, tiru saja Singapura, serta buang aparat yang mempersulit urusan yang mudah dari jajaran birokrasi.Gamblang, tetapi memerlukan keberanian ekstra dari yang berkuasa.[Non-text portions of this message have been 

[budaya_tionghua] Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata China)

2005-09-16 Terurut Topik Rinto Jiang






KT menulis:

Apakah ada hubungan penyebutan orang Han antara bangsa Korea dengan

bangsa Tiongkok jaman dahulu? 

Thanks,
Karang Terjal


Skalaras menulis:

Oh, "Han" nya Korea karakternya berbeda dengan "Han" nya Tiongkok.

selain menyebut dirinya orang Han, mengacu pada Dinasti Han, orang
tionghoa
juga menyebut dirinya orang Tang, bumi tiongkok pun disebut Tang Shan (
gunung Tang ), mengacu pada Dinasti Tang.

ZFy


Rinto Jiang:

Bangsa Korea erat kaitannya dengan bangsa Han (Tiongkok), hubungan di
mereka sudah ada sejak 3000 tahun lalu. Korea dalam beberapa masa
adalah negara protektorat Tiongkok. Di masa Dinasti Qing, Korea malah
termasuk dalam wilayah Tiongkok. Sampai pada tahun 1895 sewaktu Qing
kalah perang dari Jepang, Qing terpaksa menarik tentaranya dari Korea
dan Jepang masuk menduduki Korea. Qing kemudian terpaksa mengakui
kedaulatan Korea dan menyerahkannya menjadi protektorat Jepang. Tahun
1910, Jepang memaksa Korea menandatangani aneksasi Korea ke dalam
Jepang. Resmilah Korea menjadi wilayah Jepang.

Korea sejak lama sama seperti Jepang menggunakan karakter kanji (Hanzi)
sebagai bahasa tulisan mereka. Pada abad ke-14, Kaisar Korea baru
memperkenalkan Hangul sebagai bentuk tulisan Korea yang sekarang kita
kenal, namun tata cara dan pelafalannya mengandung banyak lafal dan
kosa kata dari Bahasa Han Kuno Baru, yang lebih kurang sezaman dengan
dialek Hokkian.

Pakaian tradisional Korea sekarang juga adalah peninggalan dari zaman
Ming.

Mengenai sebutan Han untuk Korea sekarang seperti kata Zhou-xiong
adalah tidak sama karakternya dengan sebutan Han kepada orang Tionghoa.
Hanguo ini juga baru muncul sebutannya sejak tahun 1890-an, sebelumnya
Korea disebut sebagai Chaoxian di zaman dulu, lalu pada zaman Tang
disebut sebagai Gaoli. Gaoli inilah yang menjadi cikal bakal kata Korea
sekarang, karena lafal Gaoli dalam bahasa Korea adalah Koryu.

Orang Tiongkok di sebelah utara (beifang ren) menyebut diri mereka
sebagai orang Han, sedangkan orang Tiongkok selatan menyebut dirinya
sebagai orang Tang. Karena leluhur orang Tionghoa di Indonesia
mayoritas berasal dari Tiongkok selatan, maka sebutan Tangren
(Tenglang) lebih populer di Indonesia. Perbedaan ini dikarenakan pada
zaman Qin dan Han, walau daerah selatan Tiongkok telah menjadi wilayah
Tiongkok, namun mereka masih dianggap bangsa barbar oleh orang Han di
utara. Sampai pada zaman Tang, di mana banyak sekali orang Han yang
bermigrasi ke selatan dan berasimilasi dengan suku asli setempat, juga
karena Dinasti Tang membawa Tiongkok ke zaman keemasannya, sehingga
orang Han di selatan menyebut diri mereka sebagai orang Tang.

Orang Tiongkok di utara dan selatan juga punya beberapa perbedaan
mendasar. Orang Han di utara pintar berpolitik, lebih tegap
perawakannya, makan gandum, berdialek utara (mandarin), pintar berkuda
(kavaleri) sedangkan orang Tang di selatan pintar berdagang, lebih
kecil perawakannya, makan nasi, berdialek macam2 (Hokkian, Kanton,
Hakka, Wu), jago perang di atas air. Secara genetik, orang utara juga
lebih dekat ke Asia Tengah sedangkan orang selatan lebih dekat ke Asia
Tenggara.


Rinto Jiang






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  










[budaya_tionghua] Mandarin (Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata China))

2005-09-16 Terurut Topik Rinto Jiang






Eddy menulis:

kalau kata 'mandarin' itu dari mana asalnya ?

terus istilah sua koi (san kee) datang dari mana asalnya?



Rinto Jiang:

Asal kata mandarin pernah saya tuliskan di sini, saya juga lupa kapan.

Mandarin sebenarnya adalah sebutan buat pejabat kekaisaran Dinasti Qing
di zaman dulu. Karena Dinasti Qing didirikan oleh suku Manchu, maka
pejabat kekaisaran disebut sebagai man-da-ren (orang besar Man). Bahasa
resmi pemerintahan Dinasti Qing pada waktu itu adalah dialek Utara yang
kita kenal sebagai bahasa Han sekarang ini, maka otomatis bahasa yang
digunakan antar pejabat tersebut kemudian disebut sebagai bahasa
Mandaren. Lidah orang barat kemudian melafalkannya menjadi mandarin.

Beberapa kosa-kata Tionghoa juga mempengaruhi bahasa Inggris, seperti
istilah "coolie" yang berarti buruh kasar. Itu diserap langsung dari
"kuli" (baca: khulik) yang dalam bahasa mandarin adalah pekerja kasar.

Soa koi apa? Ayam gunung? Ayam kampung?


Rinto Jiang






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  










Re: [budaya_tionghua] Mandarin (Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata China))

2005-09-16 Terurut Topik Eddy Tlessh
thanks, Rinto hia

oh..it's oke mungkin sua koi istilah lokal khusus untuk daerah sekitar 
khuntien, ayam gunung, untuk orang madura.
hanya pengen tahu aja datang dari mana... :)

kata khuntien juga datang dari mana ya, apa pelafalan dari kata pontianak 
(yg bahasa melayunya untuk kuntilanak)? bisa minta penulisan khuntien, dan 
kalau diartikan secara huruf jadi artinya apa ya ?
trs asal kata si cui untuk surabaya datang dari mana ?





On 9/16/05, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Eddy menulis:
 
 kalau kata 'mandarin' itu dari mana asalnya ?
 
 terus istilah sua koi (san kee) datang dari mana asalnya? 
 
 
 Rinto Jiang:
 
 Asal kata mandarin pernah saya tuliskan di sini, saya juga lupa kapan.
 
 Mandarin sebenarnya adalah sebutan buat pejabat kekaisaran Dinasti Qing di 
 zaman dulu. Karena Dinasti Qing didirikan oleh suku Manchu, maka pejabat 
 kekaisaran disebut sebagai man-da-ren (orang besar Man). Bahasa resmi 
 pemerintahan Dinasti Qing pada waktu itu adalah dialek Utara yang kita kenal 
 sebagai bahasa Han sekarang ini, maka otomatis bahasa yang digunakan antar 
 pejabat tersebut kemudian disebut sebagai bahasa Mandaren. Lidah orang barat 
 kemudian melafalkannya menjadi mandarin.
 
 Beberapa kosa-kata Tionghoa juga mempengaruhi bahasa Inggris, seperti 
 istilah coolie yang berarti buruh kasar. Itu diserap langsung dari kuli 
 (baca: khulik) yang dalam bahasa mandarin adalah pekerja kasar.
 
 Soa koi apa? Ayam gunung? Ayam kampung?
 
 
 Rinto Jiang




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [budaya_tionghua] [ASM 10] Rubrik ASM: Sebuah kilas balik

2005-09-16 Terurut Topik hong yenyen




Dear Moderator,

Saya anggota baru, baru join kira-kira satu setengah bulan yang lalu. Kebetulan pada saat saya join, waktu itu lagi terjadi diskusi yang pelik dan 'panas', saya kaget benar karena suasananya sangat panas dan menyinggung masalah diskriminasi. Wah, waktu itu saya hampir sudah mau unsubcribe karena tidak tahan membacanya, ha ha...
tapi tidak tahu kenapa hati nurani ini bilang, 
"Yen, bersabarlah... coba jalani dulu beberapa waktu lagi baru ambil keputusan..."

Sekarang, saya mulai menyadari banyak sekali info dan pengetahuan yang bisa peroleh, apalagiada tambahanrubrik ASM. Sekarang malah bersyukur waktu itu tidak langsung unsubcribe, he he Banyakinsight berharga yang bisasaya peroleh, tapi yang sangat berharga bagi saya adalah demokrasisasi dalam mengemukakan pendapat dan tanggapan dari 'beberapa' anggota milis termasuk moderator yang tenang dan toleran.

Thanks.


Salam semangat terus,
YennyRinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote:
Rubrik "Apa Siapa Mengapa" disingkat ASM yang mulai dibuka pada tanggal 22 Juli 2005 lalu telah sampai pada tulisan ke-10. Saya rencanakan 10 artikel sekali akan diadakan kilas balik 9 artikel ASM sebelumnya. ASM-8 dan ASM-9 saya ajukan hari ini karena selama 2 minggu ke depan saya akan absen dari forum karena sesuatu dan lain hal. Kerjaan moderasi akan dilaksanakan anggota tim moderator lainnya yang berpiket.Pertama, ASM rencananya saya ajukan ke forum seminggu sekali, namun dikarenakan kesibukan sehingga saya sendiri tidak berani mensyaratkan pra-kondisi ini. Bila ada waktu dan bahan tentunya ASM akan muncul lebih sering. Namun bila waktu sibuk dan ketradaan bahan, maka frekuensi ASM akan jarang. Mohon maklumnya dari anggota-anggota penyimak semua.ASM-1 sampai ASM-9 adalah sebagai berikut:ASM-1 Kuncir (Taucang) http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/13512Mengenai sejarah berkuncir di kalangan lelaki Tionghoa, ditulis sebagai jawaban atas pertanyaan salah satu anggota. (Sejarah)ASM-2 Apakah benar Kwan Kong bermuka merah?http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/13657Mengenai pertanyaan mengapa Kwan Kong selalu digambarkan bermuka merah padam. Ilham pribadi setelah melihat iklan minuman di TV tentang Kwan Kong, Liu Bei dan Zhang Fei. (Tokoh)ASM-3 Tradisi bakar2an dalam kebudayaan Tionghoahttp://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/13911Ritual bakar2an yang sering dilakukan namun tidak dimengerti maknanya.(Adat
 tradisi)ASM-4 Istilah Konghuhttp://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14037Mengenai pertanyaan mengapa orang Kanton di Indonesia disebut sebagai orang Konghu.(Etnisitas Tionghoa)ASM-5 Tentang Triadhttp://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14105Triad, hubungannya dengan Sun Yat-sen, Chiang Kai-shek dan perkembangan mutakhir Triad. Menjawab pertanyaan seorang anggota yang heran Chiang Kai-shek pernah menjadi anggota Triad.(Sejarah)ASM-6 Lun Gwee: Bulan kabisat dalam kalender Imlekhttp://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14268Sudah sering dibahas, namun masih banyak yang belum mengetahui adanya
 bulan kabisat di dalam kalender Tionghoa.(Adat tradisi)ASM-7 Tentang vampire Tiongkokhttp://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14477Vampire Tiongkok, diilhami oleh tulisan Julie tentang mayat yang digiring untuk berjalan sendiri ke makamnya. Juga ada penjelasan mengenai vampire di film2 HK.(Serba-serbi)ASM-8 Sun Go Kong dan Hanomanhttp://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14533Benang merah persamaan Sun Go Kong dan Hanoman. Apakah karakter Sun Go Kong Tionghoa diilhami dari karakter Hanoman India?(Tokoh)ASM-9 Asal mula kata Chinahttp://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14534Kata China
 sering disinyalir berasal dari kata Chin dari Dinasti Qin, namun sebenarnya tidak demikian halnya. Darimanakah asal mula kata China itu?(Sejarah)Komposisi dari 9 artikel ini adalah 3 artikel berkaitan dengan sejarah, 2 artikel tentang adat tradisi, 2 artikel berkaitan dengan karakter tokoh Tionghoa, 1 artikel etnisitas Tionghoa. Dari 9 artikel juga, cuma 2 artikel yang tidak ada hubungan secara langsung dengan ke-Tionghoa-an di Indonesia. Mudah2an ASM tetap akan dapat saya lanjutkan dengan dukungan anggota sekalian dan dengan ini dapat memperkaya khazanah Forum Budaya Tionghua sebagai forum guna revitalisasi kebudayaan Tionghoa sebagai bagian integral dari kebudayaan nasional Indonesia.Rinto Jiang__Do You Yahoo!?Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  

   

Re: [budaya_tionghua] Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata China)

2005-09-16 Terurut Topik Eddy Tlessh



ada yg lupa...

kenapa orang2 pionir yang berasal tiongkok dikenal sebagai teng sua nang ( teng sua lang )?
apakah memang ada gunung Tang di sana, hubungannya dengan dinasti Tang apa?

terus istilah long man kadang2 muncul penerbit buku inggris, apakah
itu berkorelasi dengan teng nang ? (dulu waktu SD, kukira itu :) )

terus di jogja, temanku ngaku orang hok cia, itu suku apa lagi?

sorry banyak bertanya, soalnya terus terang kita angkatan muda banyak
hal yang tidak kita ketahui, dan tidak tahu kepada siapa mesti
ditanyakan...

btw ada yang tahu ungkapan streotype nya suku2 itu, just want to know,
setahuku tio ciu - hao lian(sok berani), khek - kam siap (pelit),
yang lainnya apa ya ?

Eddy
On 9/16/05, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote:



  
  




KT menulis:

Apakah ada hubungan penyebutan orang Han antara bangsa Korea dengan

bangsa Tiongkok jaman dahulu? 

Thanks,
Karang Terjal


Skalaras menulis:

Oh, Han nya Korea karakternya berbeda dengan Han nya Tiongkok.

selain menyebut dirinya orang Han, mengacu pada Dinasti Han, orang
tionghoa
juga menyebut dirinya orang Tang, bumi tiongkok pun disebut Tang Shan (
gunung Tang ), mengacu pada Dinasti Tang.

ZFy


Rinto Jiang:

Bangsa Korea erat kaitannya dengan bangsa Han (Tiongkok), hubungan di
mereka sudah ada sejak 3000 tahun lalu. Korea dalam beberapa masa
adalah negara protektorat Tiongkok. Di masa Dinasti Qing, Korea malah
termasuk dalam wilayah Tiongkok. Sampai pada tahun 1895 sewaktu Qing
kalah perang dari Jepang, Qing terpaksa menarik tentaranya dari Korea
dan Jepang masuk menduduki Korea. Qing kemudian terpaksa mengakui
kedaulatan Korea dan menyerahkannya menjadi protektorat Jepang. Tahun
1910, Jepang memaksa Korea menandatangani aneksasi Korea ke dalam
Jepang. Resmilah Korea menjadi wilayah Jepang.

Korea sejak lama sama seperti Jepang menggunakan karakter kanji (Hanzi)
sebagai bahasa tulisan mereka. Pada abad ke-14, Kaisar Korea baru
memperkenalkan Hangul sebagai bentuk tulisan Korea yang sekarang kita
kenal, namun tata cara dan pelafalannya mengandung banyak lafal dan
kosa kata dari Bahasa Han Kuno Baru, yang lebih kurang sezaman dengan
dialek Hokkian.

Pakaian tradisional Korea sekarang juga adalah peninggalan dari zaman
Ming.

Mengenai sebutan Han untuk Korea sekarang seperti kata Zhou-xiong
adalah tidak sama karakternya dengan sebutan Han kepada orang Tionghoa.
Hanguo ini juga baru muncul sebutannya sejak tahun 1890-an, sebelumnya
Korea disebut sebagai Chaoxian di zaman dulu, lalu pada zaman Tang
disebut sebagai Gaoli. Gaoli inilah yang menjadi cikal bakal kata Korea
sekarang, karena lafal Gaoli dalam bahasa Korea adalah Koryu.

Orang Tiongkok di sebelah utara (beifang ren) menyebut diri mereka
sebagai orang Han, sedangkan orang Tiongkok selatan menyebut dirinya
sebagai orang Tang. Karena leluhur orang Tionghoa di Indonesia
mayoritas berasal dari Tiongkok selatan, maka sebutan Tangren
(Tenglang) lebih populer di Indonesia. Perbedaan ini dikarenakan pada
zaman Qin dan Han, walau daerah selatan Tiongkok telah menjadi wilayah
Tiongkok, namun mereka masih dianggap bangsa barbar oleh orang Han di
utara. Sampai pada zaman Tang, di mana banyak sekali orang Han yang
bermigrasi ke selatan dan berasimilasi dengan suku asli setempat, juga
karena Dinasti Tang membawa Tiongkok ke zaman keemasannya, sehingga
orang Han di selatan menyebut diri mereka sebagai orang Tang.

Orang Tiongkok di utara dan selatan juga punya beberapa perbedaan
mendasar. Orang Han di utara pintar berpolitik, lebih tegap
perawakannya, makan gandum, berdialek utara (mandarin), pintar berkuda
(kavaleri) sedangkan orang Tang di selatan pintar berdagang, lebih
kecil perawakannya, makan nasi, berdialek macam2 (Hokkian, Kanton,
Hakka, Wu), jago perang di atas air. Secara genetik, orang utara juga
lebih dekat ke Asia Tengah sedangkan orang selatan lebih dekat ke Asia
Tenggara.


Rinto Jiang






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  


Indonesia
  
  

Culture
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group budaya_tionghua on the web.

  To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.




  









-- Best Regards,Eddy






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  

[budaya_tionghua] Sun Go Kong dan Hanoman

2005-09-16 Terurut Topik ANDREAS MIHARDJA




My opinion dibawah -- AndreasTanya:Sun Go Kong dan Hanoman adalah sama2 digambarkan dalam wujud kera. Apakah ada benang merah di antaranya?Jawab:Menjawab pertanyaan satu teman di sini, saya akan berusaha menyajikan informasi dari sudut budaya sastra. Bila ada teman yang dapat menambah dari aspek agama atau kepercayaan dipersilahkan sekali. Mohon koreksinya bila ada yang salah pada rangkuman saya di bawah.Sun Go Kong adalah salah satu tokoh utama dalam salah satu novel klasik Tiongkok "Shi You Ji" "Perjalanan ke Barat" karya Wu Cheng-en pada masa Dinasti Ming yang kemudian populer selama berabad2 lamanya baik di dalam maupun di luar Tiongkok. Dalam novelnya itu, Wu terlihat lebih menekankan tokoh Sun Go Kong daripada tokoh sejarah asli Pendeta Xuan Zang (Tang San-zhang/Tong Sam-Cong) dapat dilihat dari penokohan Pendeta Tong sebagai seorang yang baik hati namun lemah dan
 pengecut. Padahal dalam sejarah aslinya, Pendeta Tong mengadakan ekspedisi sendirian yang dapat membuktikan ketegarannya. Walaupun di tengah jalan ia bertemu dengan seorang teman bernama Shih Pan Tuo, namun temannya itu kemudian melarikan diri ketika mereka menemui kesulitan. Kesulitan yang dimaksud adalah perampokan oleh bandit2 di tengah jalan. Saya di suatu kesempatan menyimak tayangan tentang Pendeta Tong di channel Discovery. Oleh Discovery, Pendeta Tong difilmkan sedang dikejar2 oleh para bandit berparas Asia Tengah sebelum akhirnya sampai ke India dalam satu penggal cerita.Riwayat Sun Go Kong dalam novel secara sekilas adalah tinggi badan 1.33 meter, pada umur 320 tahun ia menuju Gunung Hua Guo, menjadi dewa dengan gelar "Qi Tian Da Sheng" pada umur 357 tahun. 180 tahun kemudian, karena suka membangkang, ia dihukum ditimpa di bawah Gunung Wuzhi selama 500 tahun. Setelah itu, ia berguru kepada Pendeta Tong dan menjalankan perintah untuk mengawal Pendeta Tong mengambil
 kitab suci ke India. Ia dikisahkan adalah perwujudan dari sebuah kera batu.Dalam perkembangannya, karena Sun Go Kong terkenal akan kesaktiannya, muncul opini bahwa Wu mengambil tokoh Sun Go Kong muncul dari inspirasinya atas cerita Ramayana dari India yang mana juga ada mengisahkan tokoh kera sakti Hanoman. Di dalam kalangan sastrawan Tiongkok sendiri juga terdapat pendapat yang mendukung opini ini, namun mayoritas menolak teori ini. Juga ada yang berpendapat bahwa Wu mendapat inspirasi dari Hanoman, namun Sun Go Kong kemudian digambarkan tanpa ada kaitan sama sekali denan Hanoman India.Lu Xun (1881~1936) adalah Bapak Sastra Modern Tiongkok yang terkenal. Ia berpendapat bahwa Sun Go Kong adalah karya Wu yang mengambil inspirasi dari cerita karya Lee Gong-zuo yang hidup di zaman Dinasti Tang. Dalam novelnya berjudul "Gu Yue Du Jing", ia menceritakan tentang siluman sakti bergelar Huai Wo Shuei Shen yang akhirnya juga berhasil ditaklukkan oleh kekuatan Buddha.
 Setelahnya ia berganti nama menjadi Wu Zi Qi. Lu Xun berpendapat bahwa Wu Cheng-en mengambil tokoh Sun Go Kong atas modifikasi Wu Zi Qi. Lalu, sastrawan lain juga berpendapat bahwa tokoh Sun Go Kong adalah asli Tiongkok karena ada seorang pendeta yang juga terkenal di masa Dinasti Tang bergelar Wu Kong (Go Kong = Hokkian), nama asli Che Chao-feng.Namun Hu Shi, sastrawan lain berpendapat bahwa Wu mengambil inspirasi dari Hanoman yang dikisahkan dalam cerita Ramayana. Karena ia berspekulasi bahwa tidak mungkin cerita Ramayana yang terkenal itu tidak sampai di Tiongkok. Jadi pasti ada pengaruh Hanoman pada karya Wu Cheng-en tadi. Ada pula sastrawan lain Ji Xian-lin yang berpendapat bahwa Sun Go Kong adalah Hanoman yang dimodifikasi menjadi Sun Go Kong tanpa ada kaitan sama sekali dengan Hanoman-nya sendiri kecuali sama2 merupakan kera sakti. Namun kera sakti Sun Go Kong jelas adalah perpaduan antara kepercayaan, cerita rakyat dan kreasi daripada penulisnya sendiri, Wu
 Cheng-en.Akhirnya giliran saya mengemukakan pendapat pribadi. Menurut saya, walaupun Ramayana adalah cerita lebih awal daripada Shi You Ji, namun mengatakan Sun Go Kong adalah sama dengan Hanoman adalah suatu pendapat yang tidak seluruhnya benar. Kepopuleran Ramayana yang merupakan legenda agama Hindu di Tiongkok juga tidak terbukti karena agama Hindu tidak pernah menyebar ke Tiongkok seperti halnya di Indonesia. Sun Go Kong juga bukan ciptaan dari Wu sebenarnya, karena di masa sebelumnya, Dinasti Song Selatan, telah ada dikisahkan Sun Go Kong dalam buku "Da Tang San Zang Qu Jing Shi Hua". Bila tetap harus mengatakan Sun adalah Hanoman, maka darimana pula munculnya tokoh Zhu Ba Jie (Ti Pat Khai) ? Wu adalah seorang sastrawan dan seorang sastrawan selalu berkarya berdasarkan ilham yang muncul waktu itu.Ada orang yang menyatakan bahwa Sun Go Kong adalah tokoh nyata yang pernah hidup di dunia dengan ditemukannya makam Sun Go Kong.Makam
 dengan nama Sun Go Kong memang ditemukan di Kabupaten Shunchang, Provinsi Fujian, diperkirakan berasal dari zaman Ming, sesuai dengan masa ditulisnya novel Perjalanan ke Barat. Namun kera sakti dipastikan hanya sebuah 

[budaya_tionghua] Tengsua (Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata China))

2005-09-16 Terurut Topik Rinto Jiang






Eddy menulis:

kenapa orang2 pionir yang berasal tiongkok dikenal sebagai teng sua
nang ( teng sua lang )?
apakah memang ada gunung Tang di sana, hubungannya dengan dinasti Tang
apa?

terus istilah "long man" kadang2 muncul penerbit buku inggris, apakah
itu berkorelasi dengan teng nang ? (dulu waktu SD, kukira itu :) )

terus di jogja, temanku ngaku orang hok cia, itu suku apa lagi?



Rinto Jiang:

Bukan orang pionir, tetapi semua orang Tionghoa pantas disebut
teng-sua-nang (teng-sua-lang). Tenglang (Tangren) itu artinya orang
Tang, Tengsua (Tangshan) itu artinya daratan Tang. Sua (Shan) terkadang
tidak dapat diartikan secara harfiah sebagai gunung. Tangshan muncul
sebagai sebutan daratan Tiongkok berpasangan dengan sebutan Nanyang
yang digunakan untuk menyebut Asia Tenggara. Nanyang arti harfiahnya
Samudera Selatan, namun tentu tak dapat diartikan harfiah sebagai
samudera, cuma sebagai sebutan untuk menyebut daerah di sebelah selatan
Tiongkok. Universitas Teknologi Nanyang di Singapura mengambil nama
dari sebutan ini.

Longman itu nama penerbit, mungkin kamu itu sering beli kamus
Inggris-Chinese-nya terbitan Longman. Longman tak ada hubungannya
dengan ke-Tionghoa-an. Indira bila menerbitkan Tintin, tentu saja hanya
sebatas penerbit - terbitan, bukan ada korelasi dengan ke-Tintin-an.

Hokchia itu nama sebuah tempat di daerah Hokkian, tepatnya Kotamadya
Fuqing. Boleh digolongkan ke dalam orang Hokkian. Orang Hokchia yah
asal leluhurnya dari Hokchia, seperti halnya orang Tiochiu berasal dari
Kotamadya Tiochiu di Provinsi Guangdong. Ini sebenarnya macam kita
bertanya bila bertemu sesama orang Indonesia di LN, orang mana kamu?
Orang Medan, orang Ambon. Pengecualian bagi orang Hakka, karena orang
Hakka tidak punya tempat asal melainkan tersebar di provinsi Guangdong,
Guangxi dan Fujian.


Rinto Jiang






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  










Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik BISAI
Bung  ChanCT Yang sangat baik,
Kalau bung bertanya bagaimana caranya menghilangkan noda dan kotoran pada
kata pribumi, maka  saya jawab: dengan memberikan pengertian yang benar
dan bebas dari tujuan-tujuan politik tertentu dan mengembalikan arti kata
itu pada asal mula artinya. Dalam kamus umum dan juga dalam banyak kamus
bahasa Indonesia maupun bahasa Melayu (baca: Malaysia) kata pribumi berarti
penduduk asli, bumiputra.Bukankah itu kata Indonesia? arti netralnya, bumi
berarti tanah.
Sedangkan pri berarti sebelum atau mulal-mula, yang pertama. Jadi pribumi
mengandung arti penduduk yang mula-mula atau yang pertama yang mendiami
suatu bagian bumi atau daerah atau wilayah atau kawasan tetentu. Di mana
letak rasialisnya yang dikandung kata itu. Tapi kalau kita mau main
difinisi-difinisian atau main criterium yang ketat maka akan rusaklah sebuah
semantik atau arti kata mula sebuah kata. Sebuah kata lahir bukan dari hasil
perundingan dari para cerdik pandai dan juga bukan hasil berpandir-pandir
orang-orang dungu atau setengah waras.Kata itu lahir dari kesepakatan
masyarakat suatu bahasa yang telah mereka terima atau setidaknya sebagian
besar telah menerimananya dan dipastikan sebagai sebuah kata dengan arti
tertentu. Demikian pula halnya dengan kata pribumi. Tapi kalau kita main
mutlak-mutlakan dan lantas menuntut difinisi muluk-muluk,super eksak , semua
kata akan menjadi rusak, mengalami revisi yang gila-gilaan. Mengapa
umpamanya orang harus kelabakan atau trauma akan kata asli dalam penduduk
asli . Apakah setiap insan pribumi akan menjadi rasialis bila dia merasa
penduduk asli suatu daerah tertentu dimana ia dilahirkan, dimana orang
tuanya yang telah berketurunan berlahiran dan berdiam di sana. Ada sebuah
anekdot yang sangat populer di Perancis: Bila ingin mencari orang Perancis
asli, datanglah ke kuburan. Jangan buru-buru
membenarkan teori anti pribumi. Orang Perancis tidak banyak ambil pusing
siapa yang suka merasa asli maupun yang tidak, kecuali Le Pen.Tapi orang
Perancis pasti akan menolak kalau dikatakan di Perancis tidak ada orang
Perancis atau penduduk asli. Persetan pada itu definisi apa itu asli apa
yang tidak asli, hak merasa asli, siapa yang punya siapa yang tidak. Semua
itu omong kosong, direkayasa dan dibikin bikin.Tapi politik, kongkretnya
politik Orba-nya Suharto dimasa ia sedang berkuasa, ia mempertajam bentrokan
ras terutama dengan ras Cina untuk mengentalkan politik diskriminasinya
sampai ke bidang bahasa. Asli atau pribumi dia beri arti mutu dan perbedaan
hak antara dua macam manusia yang berlainan ras. Inilah yang telah berkali
kali saya uraikan sebagai mengotori dan mencemarkan arti sebuah kata yang
netral seperti kata pribumi menjadi kata yang lalu ditabukan oleh
penerusnya Habibi dengan intsruksinya yang melarang penggunaan kata
pribumidan non pribumi dengan maksud untuk menutupi wajah diskriminasi
rasialnya. Tapi orang menilai dan melihat perbuatannya dan bukan cuma
kata-katanya yang lalu menjadi istruksinya sebagai Presiden. Apa yang telah
dibuat Habibi kongkretnya dalam mencari, menangkap para pelaku kerusuhan dan
teror rasial di bulan Mei 1998?. Apakah dia telah menangkap para
biangkeladi, para penyulut, para pelaku kerusuhan itu. Siapa orang-orangnya?
apakah sudah diadili  dan dipenjara? siapa nama-namanya? di mana atau
dipenjara mana mereka-mereka itu sekarang, dari oknum-oknum yang mana saja?.
Cobalah jawab pertanyaan dasar ini.
Lalu apakah dia (Habibi) telah menjamin secara hukum dan dilakukan dalam
praktek bahwa etnis Cina yang telah melarikan diri ke luar negeri bisa
kembali ke Indonesia dengan aman?.
Lalu apakah sesudah pengharaman dan pelarangan kata pribumidan non
pribumi: semua etnis Cina tidak lagi didiskriminasi, sudah merasa aman
tentram? Mengapa dia gagal jadi Presiden pilihan rakyat padahal telah
dianggap pahlawan anti diskriminasi rasial maupun segala bentuk diskriminasi
sosial, ekomomi, politik dsb-nya? Masih bergunung pertanyaan, apa yang telah
dia buat kongkret atas perlawanannya terhadap diskriminasi rasial di
Indonesia, dalam perbuatan dan bukan cuma dalam kata-kata dan instruksi
melulu. Berdiri di belakang Habibi (bukan cuma dia juga produk mega Orba)
dan menganggapnya sebagai pahlawan anti diskriminasi rasial adalah
kekeliruan yang dalam, salah kaprah dalam pandangan politik maupun ideologi.
Kardinal fout .
Kembali ke soal kata pribumi. Mengharamkan kata itu lalu timbul kebutuhan
mengharamakan kata
pendatang untuk menegasi kata asli yang  dijadikan trauma itu.
Betul-betul ini sebuah lingkraran setan yang dibuat-buat untuk menyiksa diri
dan juga pada giliranya menyiksa orang lain. Kalau umpamanya ke Belitung
berdatangan orang-orang dari suku lain seperti Jawa, Madura, Sunda ke pulau
Belitung (yang sekarang bukan main banyaknya) lalu saya atau kami orang
Belitung menyebutnya sebagai warga-warga pendatang, lalu saya atau kami
dituduh rasialis karena itu berarti mendiskriminasi mereka sebagai non
pribumi. La ila Haillalla, mak, alangkah telah pengapnya dunia ini 

[budaya_tionghua] Marga Asal

2005-09-16 Terurut Topik raharjo irawan
Semarang, 17 September 2005


Salam,

Jika ditilik dari kedekatan kekerabatan, seharusnya
orang yang memiliki marga sama seharusnya lebih
familiar dengan orang lain yang bermarga sama ( Lin
dengan Lin atau Chen dengan Chen ), namun dalam
kenyataannya orang akan lebih familiar jika bertemu
dengan orang lain yang sedaerah ( Fu Jian dengan Fu
Jian atau Guang Fu dengan Guang Fu ).

Di Semarang sendiri ada 3 klenteng / rumah abu yang
mulanya didirikan oleh masing-masing marga ( Kwee,
Tan, Liem )
sedangkan yang didirikan oleh kesamaan daerah hanya 1
yaitu Klenteng / rumah abu Hwie An ( untuk perantuau
yang berasal dari Hwuie An, Fu Jian )

Mengapa demikian ? Mohon informasi.
Terima kasih.

Hormat saya,
Irawan R



___ 
How much free photo storage do you get? Store your holiday 
snaps for FREE with Yahoo! Photos http://uk.photos.yahoo.com


 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] Chinese Emperors, makan Huang Di dan Yan Di

2005-09-16 Terurut Topik liang u
Peninggalan kuno yang sudah ribuan tahun, kebanyakan
ditemukan di sepanjang sungai Kuning. Oleh karena itu 
makan Huang Di dan Yan Di yang dianggap paling bisa
dipercaya adalah di daerah propinsi Shaanxi. Di
Shaanxi
utara ada makan Huang Di dan tiap tahun diadakan
upacara pada hari kelahirannya. Upacara ini makin lama
makin besar, karena selalu dikunjungi ribuan
pengunjung dari Tiongkok sendiri maupun dari luar
negeri. Sedang makam Yan Di ada di Baoji, bagian
selatan dari propinsi Shaanxi juga. Meskipun demikian
dibeberapa tempat lain ada makan yang bertulisan makam
Huang Di ataupun Yan Di. Mana yang benar? Masih perlu
dibuktikan, kepercayaan bahwa yang benar yang di
Shaanxi adalah karena daerah itu pusat dari kebudayaan
Tionghoa kuno.
Baru beberapa hari yang lalu di Hunan diadakan upacara
besar penghormatan hari lahir Shun, salah seorang
kaisar dari 5 Di, lima kaisar sebelum dinasti Xia.
Orang Tionghoa selalu mengakui bahwa mereka adalah
keturunan Yan dan Huang (Yan Huang Zisun). Oleh karena
itu ketika James Soong ketua partai People First Party
dari Taiwan berkunjung ke Tiongkok, ia berkunjung ke
makam Huang Di, sebagai simbol, bahwa Tiongkok daratan
maupun Taiwan adalah satu bangsa yaitu Anak Cucunya
Yan Huang.
Saya memang belum dengar ada biro travel yang
menawarkan ziarah ke makan Yan Di dan Huang Di, karena
upacara makin lama makin semarak, saya kira sebentar
lagi akan ada yang menawarkannya, kesempatan bisnis
tuh, dari Xi'an sudah tak terlalu jauh. Sedang Xi'an
sedang berkembang sebagai salah satu pusat industri
teknologi tingginya Tiongkok.
Salam



--- ANDREAS MIHARDJA [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Huang Di, The Yellow Emperor 
 The Chinese people often refer to themselves as the
 descendants of Huang Di, the Yellow Emperor, a
 part-real, part-legendary personage who is credited
 with founding the Chinese nation around 4,000 BC. He
 is known as the Yellow Emperor for his imperial
 colour, chosen for the tones ofen the yellow earth.
 Many extravagant tales have grown up around him. A
 collection of legends written down in the Warring
 States period (475-221 BC) gives the following
 account. 
 
 Huang Di lived in a magnificent palace in the Kunlun
 Mountains in the west, with a heavenly door keeper
 who had the face of a man, the body of a tiger and
 nine tails. The Kunlun Mountains were full of rare
 birds and animals and exotic flowers and plants, and
 Huang Di had a pet bird that helped take care of his
 clothes and personal effects.
 
 To Huang Di was attributed the invention of the
 cart, the boat and the south-pointing chariot- a
 chariot with a gear mechanism that enabled a pointer
 to always indicate south no matter which way the
 cart turned. Huang Di is said to have taken one with
 him in battle. He is credited with the laws of
 astronomy and drawing up the first calendar used by
 the Chinese people. His supposed conversations on
 diagnosis and treatment with the physician Qi Bo are
 contained in China's first medical book, Nei Jing
 (The Yellow Emperor's Canon of Medicine).
 
 Lei Zu, Huang Di's wife, is said to have taught the
 people to raise silkworms and weave beautiful silk
 fabrics. Apparently, encouragement of the initiative
 of talented persons was a thing as much desired then
 as it is now, for the Warring States account
 mentions that this was one of Huang Di's strong
 points. As a result, a whole list of men are
 credited with inventions. Cang Jie of pictographs;
 Ling Lun, the twelve tone musical scale; Li Shou,
 various measuring instruments; and the craftsman
 Fang Bo who actually built the south-pointing
 chariot. These things all did come into existence
 four or five thousand years ago, so in this way the
 Yellow Emperor has become the symbol of the culture
 of the Chinese nation and representative of its
 talents. A pavilion on cypress-covered Mount
 Qiaoshan in Huangling county on the road north from
 Xi'an is Shananxi province marks the place said to
 be his grave. There ceremonies have been performed
 honouring him as the founder of the Chinese nation.
 A
  theory has been advanced that Huang Di may
 represent a real leader of a tribal confederation of
 the Yangshao Neolithic culture.
 
 A story which may originate in a memory of tribal
 wars between Huang Di and Chi You is related in the
 Taiping Yulan compiled by Li Feng and others between
 977 and 981. (Chi You is described therein as a god,
 and in other sources as leader of tribe). He had 72
 brothers (81 by some accounts), all of them with
 ferocious visages such as a head of bronze and
 forehead of iron, a human face and the body of an
 animal. He was skilled at making weapons and casting
 bronze, and his arrows, axes and spears were
 unparalleled. He took his men to Shangdong and
 attacked the tribe of Yan Di, driving him into Huang
 Di's territory around Zhuolu in northwestern Hebei
 province. The latter was angered and went battle
 with Chi You.
 
 He was no rival for Chi You and at first suffered
 several 

RE: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik ulysee
Pertanyaan Bung Chan CT untuk menghilangkan noda kotor pada istilah
pribumi itu membuat saya kepingin nimbrung nih. 

Saya setuju sama Bung Asahan. Bahwa istilah itu sendiri yang arti
harfiahnya tidak berkonotasi jelek, tidak perlu dihilangkan. Terlalu
banyak buang tenaga untuk menghilangkan suatu istilah. Lebih gampang
mengubah 'kesan' yang tersampaikan. 

Bahwa sebelumnya istilah itu digunakan untuk kepentingan politik /
dipolitisir untuk memisahkan atau membedakan kita/kami dari mereka
sepertinya bisa dilawan lagi dengan cara politisir KONTRADIKTIF (heheheh
ini istilah beken dari perguruan sebelah) 

Usul 'gila' saya adalah : tionghua lawan dengan cara politisir lagi,
jangan mau kalau dibilang non-pri, kalau ada yang bilang kamu non-pri
yah? langsung aja jawab, saya pribumi koq dengan demikian label jelek
pri- dan non-pri akan luntur sendiri. Dengan demikian tionghua sendiri
yang mendobrak pengkotak-kotakkan itu. Jangan mau dikotak-kotakin lagi.

(maap, saya bilang usul gila, abisnya waktu saya cetuskan diantara teman
dan kerabat, mereka komentarnya gila luh sambil ketawa-ketiwi dan
diskusi berhenti)

catatan: 
pengertian pribumi menurut KBBI = penghuni asli, berasal dari tempat
yang bersangkutan. 
{Dan tio-in berasal dari Indonesia, jadi berhak untuk menyandang sebutan
pribumi juga toh?} 

Tapi kalau buka KBBI mencari pengertian asli.. kya! Hehehehe.

-Original Message-
From: ChanCT [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, September 16, 2005 3:22 PM
To: HKSIS-Group; budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah
Pribumi dan Non Pribumi?

Bung Asahan yang budiman,

Penegasan bung untuk mempertahankan penggunaan istilah Pribumi
cukup menarik, kita harus membuang segala pengertian kotor yang telah
menodai istilah Pribumi itu. Kata bung: Kita bersihkan kata pribumi
dari  semua noda dan kotoran yang diberikan oleh penguasa dan diktator
bangsa di masa lalu. Semua kita adalah pribumi-pribumi dari segala macam
ras dan suku, sama derajat dan semua kita adalah bangsa Indonesia yang
mencintai keadilan dan melawan semua bentuk diskriminasi politik,
ekonomi, kebudayaan maupun ras.

Setuju! Saya juga sangat setuju dengan pengertian bung itu. Tapi,
pernahkah bung pikirkan bagaimana cara menghilangkan noda dan begitu
kotornya, jahatnya pengertian yang selama ini melekat keras pada istilah
Pribumi itu? Bukankah salah satu cara yang dekat, adalah menghentikan
penggunaan istilah Pribumi dan Non-Pribumi itu, yang jelas selama
ini digunakan untuk mengkotak-kotak warga negara Indonesia ini menjadi,
Pribumi dan Non-Pribumi untuk sekelompok yang etnis Tionghoa. 



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik andri halim
Salam hangatku utk Bung Asahan,

Apa yang salah dengan kata Pribumi dan Non
pribumi, jawabanku adalah tidak ada yang salah dengan
kata-kata tersebut, tetapi kata-kata tersebut dilihat
oleh sebagian orang seolah-olah sangat bersalah hanya
karena digunakan sebagai senjata oleh ORBA.

Andaikata benar kalau kata pribumi dan non-pribumi
sangat begitu bersalah terhadap terjadinya
diskriminasi, dan kata-kata tersebut harus
dihapuskan(tidak boleh disebut2 lagi) maka yang
terjadi hanyalah mengurangi perbendaharaan kata saja,
dan dilain pihak hanya membiarkan
diskriminasi(permasalahan utama) terus berjalan.

Inti, Apa yang Anda pikirkan menurutku benar adanya,
buat apa  mengharamkan istilah Pribumi dan
Non-pribumi, karena itu hanya sebagai alat ORBA,
yang seharusnya dipikirkan dan didiskusikan adalah
bagaimana cara menghilangkan diskriminasi yang
terjadi bukan mempermasalahkan kata Pribumi dan
Non-pribumi, mungkin yang dipikirkan oleh sebagian
orang adalah kalo kata tersebut diharamkan maka etnis
China bisa diterima oleh masyarakat asli
Indonesia(pribumi), heheheheheheee, kalo segampang itu
seharusnya Indonesia tidak lagi terjadi diskriminasi
donk, karena Habibie sendiri telah melarang penggunaan
kata tersebut pada saat dilantik menjadi presiden
tetapi hasilnya = nihil.

Salam persahabatan,


Andri

--- BISAI [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saudara Andri Halim yang saya hormati,
 Komentar anda saya baca kata perkata, kalimat
 perkalimat. Saya merasakan
 kejernihan pikiran anda, langsung menangkap masaalah
 yang sedang dibicarakan
 dan menangkap hakekat atau inti masaalah tanpa
 berpanjang panjang atau
 berprasangka buruk. Tepat sungguh seperti yang anda
 bilang: ...bagaimana
 cara menghilangkanDISKRIMINASI dengan tidak adanya
 diskriminasi lagi maka
 secara langsung efek dari Pribumi dan non Pribumi
 akan pupus dengan
 sendirinya, menurutku inilah inti jawaban dari
 Pribumi dan non pribumi.
 Menurut saya inilah kesimpulan terbaik  dari seluruh
 diskusi yang anda
 temukan dengan kepala dingin dan pikiran yang
 terang. Memang kita tidak
 melawan kata tapi melawan setiap pikiran, tindakan
 maupun naluri
 diskriminasi. Hanya dengan pikiran demikian kita
 bisa mendekati atau
 manangkap hakekat melawan diskriminasi secara benar
 dan terfokus.
 Mem-phoby-kan kata pribumi yang hanya karena
 adanya instruksi  seorang
 Presiden yang kelanjutan dari seorang Presiden 
 diktator yang terguling
 sebelumnya, cumalah perbuatan sia-sia dan juga
 terlalu sentris untuk semata
 disangkutkan kepada satu etnis, sedangkan sebagian
 terbesar etnis lainnya
 harus manut begitu saja, seolah mereka tidak
 setetespun menderita racun
 diskriminasi. Pandangan sentris yang begini patut
 kita tentang justru karena
 kita menghendaki bangunan masyarakat yang pluralis
 seperti yang juga anda 
 dan saya
 menghendakinya.
 Melawan diskriminasi ataupum diskriminasi rasial
 bukan berarti semua etnis
 harus dihilangkan identitas etnis-nya, tidak ada
 lagi Jawa, tidak ada lagi
 Sunda, tidak ada lagi Melayu, Batak dsb, dan yang
 ada hanya Indonesia,
 Indonesia dan Indonesia. Itu tentu sangat indah
 kedengarannya. Dan ketika
 dua orang Indonesia yang baru berkenalan di Jakarta
 umpamanya, yang satu
 tanya : Saudara berasal dari mana?.Lalu yang
 ditanya menjawab: Saya
 berasal dari Indonesia. Dan lalu terjadilah dialog
 dan tanya jawab sbb:
 
 Di mana kampung halaman saudara?
 
 Kampung halaman saya  di Indonesia
 Dan saudara tinggal di mana?
 Saya tinggal di Indonesia.
 Saudara berasal dari suku mana
 Saya berasal dari suku Indonesia
 Bisakah saya mengetahui alamat Saudara?
 Alamat saya di Indonesia
 Di manakah saudara bekerja?
 Saya bekerja di Indonesia
 Apakah pekerjaan Saudara?
 Pekerjaan saya Indonesia.
 Apakah saudara Bangsa Indonesia?
 Bukan, saya peranakan Cina.
 Jadi saudara bukan pribumi???
 Ah, jangan sebut kata itu, najis! , haramejadah!
 Nah beginilah kalau kita ingin menghilangkan
 identitas etnis orang lain
 tapi cuma menjaga identitas etnis sendiri dengan
 maksud berjuang melawan
 diskriminasi hanya melalui kata-kata, perang kata
 dan pemalsuan kata. Dalam
 kehidupan, tidak semua benda bisa dijadikan benda
 politik, demikian pula
 bahasa. Tidak semua kata bisa bisa dimanipulasi
 untuk kepentingan politik.
 Dan bila sudah begini, orang(bila dia adalah
 penguasa) mulai dengan
 memperbudak kata dan lalu menjadi budak kata (yang
 dikuasai). Saya sendiri
 tidak gandrung apalagi fanatik dengan kata
 pribumi, tapi saya
 mempertanyakan, mengapa kata itu harus diharamkan
 dan hingga ini hanya anda
 yang bisa menjawab dan meyakinkan saya bahwa
 pengharaman kata pribumi sama
 sekali bukan hakekat terjadinya diskriminasi tapi
 justru politik
 diskriminasi Orba-lah yang telah mendiskriminasi
 semua etnis, termasuk
 etnis Cina dan bukan kata pribumi yang dijadikan
 kambing hitam.Tapi
 pertanyaan saya dalam bentuk tulisan yang juga
 menjadi pemikiran saya telah
 dipertajam dan dijerumuskan ke jurang fitnah besar,
 bahwa saya seorang
 rasialist, anti Cina, 

Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik andri halim
Salam kenal Bung Dana,

Menurutku yang menjadi akar permasalahan bukan di kata
Pribumi dan Non-Pribumi, tetapi diskriminasi yang
terjadi begitu hebatlah sehingga membuat seolah-olah
kata-kata tersebut sebagai senjata yang mematikan,
andaikata benar kata-kata tersebut dihilangkan dari
kamus Indonesia, maka pasti juga akan timbul kata-kata
atau masalah baru karena yang hanya
dipikirkan/dipermasalahkan kata-kata tersebut saja,
tetapi akar dari permasalahan tersebut hanya dibiarkan
saja.

Satu negara yang menurutku kejadiaannya hampir sama
dengan dengan kejadiaan di Indonesia, yaitu negara
Afrika selatan, yang ada orang kulit hitam sebagai
Pribumi dan orang kulit putih sebagai Non-pribumi,
tahun 1960'an dibuatlah Hukum Apartheid yang digunakan
untuk mengatur sistem ekonomi dan sistem sosial
masyarakat, seperti yang diketahui pahlawan Afika
Nelson mandela yang akhirnya menang dalam
memperjuangkan hak-hak mereka agar mereka tidak
didiskriminasikan sebagai warga no.2. Apa yang
mereka(pribumi) minta pada saat 1980an adalah agar
mereka tidak dianggap sebagai manusia-manusia no.
akhir dan hak-hak mereka dihormati, bukan meminta agar
menghapuskan kata negro.
Nah..., setelah diskriminasi kepada kulit hitam
berhasil diredam, maka mereka baru
mempersoalkan/memikirkan bagaimana dengan nasib
orang-orang kulit hitam yang telah tinggal di USA,
yang akhirnya disepakatilah agar digunakan nama :
afro-american(non pribumi) kepada mereka, walaupun
pada kenyataannya kata-kata negro masih kadang
digunakan utk menghina orang-orang kulit hitam, tetapi
setidaknya diskriminasi terhadap mereka telah dapat
lebih diredam, cth : orang-orang kulit hitam telah
dapat kerja dipemerintahan dengan jabatan tinggi.
NB : Sampai sekarang kata Negro pun masih ada krn
apa?, krn kata tersebut menunjukan bahwa orang
tersebut adalah orang niger(non pribumi).

Disetiap negara pasti terjadi yang saya namakan :
permasalahan sosial, hanya bagaimana cara suatu negara
menyelesaikannya itulah yang sangat berharga, bukan
melihat bahwa negara ini nga rasialis, nga
membeda-bedakan etnis, karena pasti dahulunya negara
tersebut menghadapi permasalahan yang sama, Cth : di
Singapura, banyak orang bilang bahwa negara itu aman
sekali , tidak ada namanya rasial walaupun dinegara
tersebut ada beberapa etnis, memang benar, tatapi
tahukah kita bagaimana cara Lee Kuan Yeuw
menyelesaikan masalah tersebut(krn itulah yang
seharusnya bangsa ini pelajari, dari sejarah cara
penyelesaian masalah sosial oleh suatu negara), krn
nga mungkin Mr. Lee menyelesaikannya dengan hanya
membuat undang2 agar diharamkannya kata melayu
kepada orang2 melayu, dan juga mengharamkan kata
Cina kepada orang2 pendatang tiong hua, karena kalo
Mr. Lee hanya begitu gampangnya menyelesaikan masalah
sosial/etnis pada tahun 1960an, nga mungkin singapura
semaju ini, iya kan.

Salam hangat kepada teman-teman yang nimbrung di
diskusi ini, Andri

--- RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 Sebuah masyarakat yang madani (Civil Society) dan
 maju tak akan 
 menggunakan istilah pri dan bukan pri, walau
 disetiap bahasa, ada 
 istilah ini. Indigeneous dalam bahasa Inggris,
 Einheimische(r) dalam 
 bahasa Jerman.
 
 Namun, di Jerman, Austria, kita tak pernah mendengar
 pemakaian bahasa 
 ini dalam kehidupan se-hari hari. Tidak dikantor,
 tidak dijalan, atau 
 dimanapun. Puluhan tahun saya hidup di Austria ini,
 dimana banyak 
 kaum pendatang, namun tak dipakai istilah ini.
 
 Andaipun ada istilah yang setengah resmi seperti
 Zugereiste(r), 
 yang berarti yang baru datang, ini hanya merujuk
 pada kelompok 
 penduduk yang belum benar benar terintegrasikan,
 terutama dari sisi 
 bahasa.
 
 Tetapi pemakaian resmi, seperti dinegeri kita. Ini
 harus ditolak 
 tegas. Orang Jawa bagi saya, adalah orang Jawa yang
 turun temurun, 
 maupun mereka keturunan Arab, India, Tionghoa, Indo
 atau manapun, 
 yang telah membudaya di Jawa.
 
 Hal yang sama terlihat di Minahasa. Mereka hanya
 membedakan Kawanua 
 yakni warga Minahasa, ataupun bukan. Yang bukan
 adalah yang belum 
 membudaya. Pengunjung. Otherwise mereka tak bedakan
 agama, ataupun 
 etnis. Kawanua ya Kawanua.
 
 Kalau kita belum juga mampu menyingkirkan hal ini,
 maka kita tak akan 
 mampu menyongsong haridepan kita.
 
 Pembedaan ini selain tak ada faedahnya dari sisi
 apapun, malah hanya 
 memperrsulit nation building yang benar yang kita
 butuhkan.
 
 Atau, kalau kita memang mau mendirikan negara kecil
 kecil berdasarkan 
 ethnis. Maka jangan heran, kalau kelak di Bagan Si
 Api Api atau 
 Pontianak ada negara kecil yang warganya adalah
 Tionghoa. Mirip 
 Singapura. Tetapi, jangan bicara Bhineka Tunggal
 Ika, lalu memakai 
 istilah pri dan non pri.
 
 
 
 Salam
 
 RM Danardono HADINOTO
 
 
 
 




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery.
http://us.click.yahoo.com/X3SVTD/izNLAA/E2hLAA/BRUplB/TM

RE: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik andri halim

jangan mau kalau dibilang non-pri, kalau ada yang
bilang kamu non-pri yah? langsung aja jawab, saya
pribumi koq   --- mana aku percaya, mata lo sipit
begitu - heheheheheheee (kiding)

salam kenal, ngejawabnya pake otak yang dingin bgt, jd
nga ada panas2nya lagi


--- ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pertanyaan Bung Chan CT untuk menghilangkan noda
 kotor pada istilah
 pribumi itu membuat saya kepingin nimbrung nih. 
 
 Saya setuju sama Bung Asahan. Bahwa istilah itu
 sendiri yang arti
 harfiahnya tidak berkonotasi jelek, tidak perlu
 dihilangkan. Terlalu
 banyak buang tenaga untuk menghilangkan suatu
 istilah. Lebih gampang
 mengubah 'kesan' yang tersampaikan. 
 
 Bahwa sebelumnya istilah itu digunakan untuk
 kepentingan politik /
 dipolitisir untuk memisahkan atau membedakan
 kita/kami dari mereka
 sepertinya bisa dilawan lagi dengan cara politisir
 KONTRADIKTIF (heheheh
 ini istilah beken dari perguruan sebelah) 
 
 Usul 'gila' saya adalah : tionghua lawan dengan cara
 politisir lagi,
 jangan mau kalau dibilang non-pri, kalau ada yang
 bilang kamu non-pri
 yah? langsung aja jawab, saya pribumi koq dengan
 demikian label jelek
 pri- dan non-pri akan luntur sendiri. Dengan
 demikian tionghua sendiri
 yang mendobrak pengkotak-kotakkan itu. Jangan mau
 dikotak-kotakin lagi.
 
 (maap, saya bilang usul gila, abisnya waktu saya
 cetuskan diantara teman
 dan kerabat, mereka komentarnya gila luh sambil
 ketawa-ketiwi dan
 diskusi berhenti)
 
 catatan: 
 pengertian pribumi menurut KBBI = penghuni asli,
 berasal dari tempat
 yang bersangkutan. 
 {Dan tio-in berasal dari Indonesia, jadi berhak
 untuk menyandang sebutan
 pribumi juga toh?} 
 
 Tapi kalau buka KBBI mencari pengertian asli..
 kya! Hehehehe.
 
 -Original Message-
 From: ChanCT [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Friday, September 16, 2005 3:22 PM
 To: HKSIS-Group; budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus
 mengharamkah istilah
 Pribumi dan Non Pribumi?
 
 Bung Asahan yang budiman,
 
 Penegasan bung untuk mempertahankan penggunaan
 istilah Pribumi
 cukup menarik, kita harus membuang segala pengertian
 kotor yang telah
 menodai istilah Pribumi itu. Kata bung: Kita
 bersihkan kata pribumi
 dari  semua noda dan kotoran yang diberikan oleh
 penguasa dan diktator
 bangsa di masa lalu. Semua kita adalah
 pribumi-pribumi dari segala macam
 ras dan suku, sama derajat dan semua kita adalah
 bangsa Indonesia yang
 mencintai keadilan dan melawan semua bentuk
 diskriminasi politik,
 ekonomi, kebudayaan maupun ras.
 
 Setuju! Saya juga sangat setuju dengan
 pengertian bung itu. Tapi,
 pernahkah bung pikirkan bagaimana cara menghilangkan
 noda dan begitu
 kotornya, jahatnya pengertian yang selama ini
 melekat keras pada istilah
 Pribumi itu? Bukankah salah satu cara yang dekat,
 adalah menghentikan
 penggunaan istilah Pribumi dan Non-Pribumi itu,
 yang jelas selama
 ini digunakan untuk mengkotak-kotak warga negara
 Indonesia ini menjadi,
 Pribumi dan Non-Pribumi untuk sekelompok yang
 etnis Tionghoa. 
 
 


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Help Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving.
http://us.click.yahoo.com/V8WM1C/EbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/