[budaya_tionghua] Re: istilah TIONGHOA => Min Hui

2006-02-13 Terurut Topik ChanCT
Bung Min Hui yb,

Ya, betul. Di grassroot yang anda maksudkan, dalam pergaulan sehari-hari 
yang saya nyatakan, dimana kita hidup bersama, besar bersama, bermain bersama, 
makan bersama, kerja bersama, penggunaan istilah Cina dikalangan anak-anak muda 
memang tidak ada maksud penghinaan atau merendahkan, ya boleh-boleh saja. 
Sebenarnya saja, disaat Pemerintah RI masih secara resmi penggunaan istilah 
Tiongkok/Tionghoa, sebelum G30S tahun 65 itu, didalam pergaulan juga sering 
kita disebut Cina dalam pergaulan, dan tidak tidak menjadi masalah karena 
memang mereka yang menyebut tidak bermaksud menghina atau merendahkan kita. 
Biasa saja. Jadi, tidak sedikitpun maksud saya memaksakan orang untuk segera 
merubah penyebutan Cina yang sudah terbiasa itu menjadi kembali dengan 
Tiongkok/Tionghoa. Tidak. 

Yang menjadi masalah tentunya adalah sikap Pemerintah RI, dimasa kekuasaan 
Orba yang bergajul dan tidak beradab itu, yang sengaja kembali menggunakan 
"Cina" untuk meningkatkan aksi anti-Tiongkok dan sekaligus menghina, 
merendahkan etnis Tionghoa di Indonesia, dan, ... hendaknya sikap demikian ini 
jangan diteruskan berlarut terlalu lama. Hendaknya Pemerintah SBY bisa 
melangkah maju selangkah lagi mencabut itu Keputusan Presidium Kabinet yang 
secara resmi mengganti penggunaan istilah Tiongkok/Tionghoa menjadi Tjina, 
dalam waktu tidak terlalu lama lagi! Mudah-mudahan. Dan sebelum Pemerintah 
secara resmi menggunakan kembali istilah Tiongkok/Tionghoa, kita-kita didalam 
pembicaraan resmi dan Media-pers hendaknya juga sudah bisa kembali menggunakan 
istilah Tiongkok/Tionghoa, sebagaimana dilakukan oleh ke-3 Presiden terakhir 
itu (Gus Dur, Megawati dan SBY).

Dan bagi bung Min Hui yang tentunya etnis Tionghoa, tidak perlu merasakan 
risih akan etnis Tionghoa yang melekat di-dirinya sejak lahir. Ingat, tidak ada 
salahnya kita dilahirkan sebagai etnis Tionghoa, kita tidak bisa memilih hendak 
dilahirkan sebagai etnis atau suku apa. Terimalah apa adanya, tanpa sedikitpun 
menyesali kenapa dilahirkan sebagai etnis Tionghoa yang selalu didiskriminasi 
dan direndahkan orang, dengan berani tetap tegak berdiri untuk memperjuangkan 
hak dan keadilan sebagai salah seorang elemen bangsa Indonesia.

Salam,
ChanCT
  - Original Message - 
  From: Min Hui 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com ; 'Tionghoa-Net' 
  Sent: Tuesday, February 14, 2006 1:03 PM
  Subject: RE: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: istilah TIONGHOA => ChanCT & 
Karang Terjal



  Pak ChanCT dan Pak Karang_Terjal yg baik,

  Maaf, saya gabungkan saja email bapak berdua karena apa yang ingin saya
  sampaikan adalah murni pendapat pribadi; atau mau dianggap pendapat
  pendamping terserah bagaimana penilaian masing-masing.

  Saya yang lahir jauh setelah hiruk-pikuk antara Indonesia - Tiongkok tentang
  masalah penyebutan bangsa atau keturunan tionghoa / cina di Indonesia
  memandang hal ini merupakan masalah masa lalu; jangan / tidak perlu lagi isu
  ini membebani generasi berikutnya sehingga bisa menimbulkan lagi gesekan2
  yang tidak perlu.

  Seperti yg saya utarakan sebelumnya, dalam isu "tionghoa atau cina",
  masyarakat tionghoa/cina Indonesia terbagi atas: yang sangat keberatan kalau
  dipanggil dengan cina dan yang tidak keberatan mau dipanggil cina atau
  tionghoa.

  Pemerintah dan birokrat mulai dari jaman Gusdur hingga sekarang sudah boleh
  dibilang dalam acara dan surat resmi sudah menggunakan istilah Tionghoa.
  Kecuali negara, ada yang masih memakai China, ada yang menggunakan Tiongkok.
  Ini merupakan hal yang menggembirakan, akan tetapi di grass-root masih
  banyak yang belum dapat merubah serta-merta akibat kebiasaan masa lalu yang
  masih melekat.

  Yang saya tekankan disini adalah ketulusan. Buat apa mempertahankan suatu
  nama/panggilan bila tidak dibarengi ketulusan? Pertanyaan Sdr. Karang_Terjal
  agar menghimbau teman2 saya dari suku lain untuk menggunakan tionghoa sudah
  dijalankan mereka walaupun kadang kelepasan karena kebiasaan sejak lama yang
  terpelihara. 

  Buat saya dan teman2 yang sudah bergaul, minum mabuk bersama, teriak rame2
  saat nonton English Premier League, saling bantu saat acara sosial, dll.
  kami tidak lagi mempermasalahkan apakah Joko, Acong, atau Sitorus.
  Barangkali member yang sering kumpul dengan teman2 suku lain dapat
  memberi/menambahkan komentar.

  Saya juga bisa mengerti dan paham sekali banyak saudara tionghoa kita yang
  SANGAT KEBERATAN di panggil dengan sebutan cina, dan saya sangat menghormati
  pendapat/pandangan tersebut yang berdasarkan sejarah masa lalu, makanya kami
  juga menghimbau agar teman2 pelan-pelan meninggalkan sebutan cina terutama
  terhadap tionghoa senior.

  Demikian pendapat saya, saya juga mohon pandangan senior2 apakah pandangan
  saya ini salah dan bagaimana sebaiknya.


  Salam,
  Min Hui







  > -Original Message-
  > From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ChanCT
  > Sent: Monday, Febr

[budaya_tionghua] Re: Jadi Zhong Yi

2006-02-13 Terurut Topik Erik
Yang Rinto Heng jelaskan itu semuanya adalah utk mereka yang ingin 
mendalami Zhong Yi secara formal akademis. 
Tetapi, apakah bung Rockid bermaksud seperti itu?
Kalo cuma ingin sekedar tahu dasar-dasar Zhongyi, setahu saya di 
Jakarta banyak diselenggarakan pendidikan jangka pendek 
bersertifikat (sekitar 3 bulanan) untuk mereka yang berminat dalam 
bidang ini.
IKNI (Ikatan Naturapolis Indonesia) -- Zhongyi Xuehui -- yang 
alamatnya di Kebun Jeruk 17 (atau 16?) Jakarta memang ada program 
seperti ini. Di sana setelah mengikuti pendidikan jangka pendek, 
mereka memberikan fasilitas untuk praktek kerja bagi yang lulus 
dari pendidikan tsb. di klinik yang dikelola oleh IKNI. 
Alamat lengkapa beserta contact person dan nomor telponnya saya 
lupa, nanti saya beritahu setelah saya cari catatan saya. 

Salam, 

Erik
-
-
In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang wrote:
>
Sama saja saya kira, karena setahu saya ada banyak jurusan di dalam 
satu fakultas kedokteran China tadi, seperti juga pembagian 
spesialis 
kedokteran Barat. Biasanya, tidak ada dokter yang mampu menguasai 
atau 
mahir di seluruh bidang spesialis, pengetahuan dasar pasti ada, 
namun 
untuk menjadi spesialis yah tetap saja harus meng-konsentrasi-kan 
diri 
ke pada bidang2 tertentu.
> 
Bila benar2 berminat, jalur pendidikan formal boleh ditanyakan ke 
Kedubes RRC di Jakarta, ada sub-seksi yang mengurusi informasi 
tentang 
pendidikan formal di RRC sana. Bisa dapat penjelasan lebih detil 
daripada mencari sendiri informasi di internet. Terus, ada pula 
kesempatan untuk mendapatkan beasiswa.
> 
> 
> Rinto Jiang






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: Adakah dokumen resminya? (Re: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: istilah TIONGHOA)

2006-02-13 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Mohon maaf di posting saya sebelum ini, saya lupa bahwa milis ini sekarang
di-set menggunakan plain text mode, bukan lagi HTML mode, sehingga tambahan
nomor-nomor ke-1) s/d ke-4) pada quote posting Chan-heng, terlihat
seolah-olah seperti aslinya memang ada pada posting Chan-heng, padahal itu
tambahan yang saya bubuhkan sekedar untuk memperjelas point-point-nya.

Wasalam.

==

- Original Message -
From: Akhmad Bukhari Saleh
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, 14 February, 2006 14:10
Subject: Adakah dokumen resminya? (Re: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re:
istilah TIONGHOA)

- Original Message -
From: ChanCT
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com ; Tionghoa-Net
Sent: Monday, 13 February, 2006 21:40
Subject: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: istilah TIONGHOA

> 1) Pemerintah Tiongkok secara resmi menyatakan protes keras
> atas penggantian istilah Tiongkok/Tionghoa menjadi Tjina
> yang dirasakan penghinaan terhadap rakyat Tiongkok itu.
> (Baca tulisan Prof. Kong Yuan zhi dari Univ. BeiJing itu)
>
> 2) Hubungan diplomatik kedua negara akhirnya dibekukan.
>
> 3) Tapi, pada saat pembicaraan untuk pencairan hubungan diplomatik
> kedua negara diakhir tahun 89, pihak Pemerintah Soeharto tetap saja
> ngotot mempertahankan penggunaan istilah Cina
> dan tidak mau kembali menggunakan Tiongkok/Tionghoa
> sebagaimana permintaan resmi Pemerintah Tiongkok.
>
> 4) Hanya karena pemerintah RI ngotot menggunakan Cina
> dan Pemerintah Tiongkok lebih mengutamakan pencairan
> hubungan diplomatik demi kepentingan kedua Rakyat
> bisa dilangsungkan, dilakukanlah kompromi
> menggunakan istilah China sebagaimana yang digunakan
> dunia dalam ejaan bhs. Inggris dan bukan Cina!






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Cina atau Tionghoa?

2006-02-13 Terurut Topik Rinto Jiang
Sebenarnya, diskusi tentang istilah Cina atau Tionghoa ini sudah sering 
didiskusikan, baik secara terbuka maupun tertutup. Saya jadikan posting 
tersendiri karena ingin menanggapi sekaligus Bung Chan, Bung Min Hui dan KT.

Daripada membahas dan menekankan penggunaan kata "Tionghoa" yang 
dianggap lebih "tinggi" derajatnya daripada kata "Cina", saya sendiri 
lebih suka menggunakan sudut pandang bias untuk meneliti masalah ini. 
Sosialisasi kata "Tionghoa" untuk menggantikan kata "Cina" yang memang 
dipolitisir untuk maksud menghina di masa lalu nampaknya menjadi jalan 
satu2nya untuk mengurangi dan mengimbangi kesalahan sejarah di masa 
lalu. Namun saya rasa, sosialisasi kata "Tionghoa" ini hanyalah akan 
menambah dalam politisasi kata "Cina" tadi. Menjadikan sesuatu menjadi 
dipantangkan itu malah akan menjadikan objek menjadi tidak kebal akan 
pantangan tadi.

Istilah Cina dan Tionghoa menjadi sensitif di Indonesia karena fenomena 
khusus yang terjadi di Indonesia yang membedakan Tionghoa di Indonesia 
lain dan lebih spesifik daripada Tionghoa di negara lainnya. Namun, 
apakah kita akan terus memelihara dan meneruskan tradisi sensitivitas 
ini? Perlukah kata "Cina" dihilangkan dari peredaran dan dimuseumkan 
dalam kosa kata hubungan antar-etnis di Indonesia. Saya pribadi merasa 
tidak perlu, sengaja menekankan penggunaan kata "Tionghoa" hanya akan 
menambah polarisasi antara "Cina" dan "Tionghoa". Di masa depan, "Cina" 
akan tetap menjadi sebuah kata yang dapat menyebabkan orang yang diejek 
menjadi senewen dan bad-mood. Coba bandingkan saja dengan kondisi sosial 
masyarakat di Singapura, Malaysia yang sama2 menggunakan bahasa Melayu. 
Di sana, tidak ada masalah Tionghoa vs Cina.

Jadi, melihat beberapa point penting ini, saya sendiri menyarankan untuk:

1. Tidak usah terus memelihara kontroversi dan polarisasi Tionghoa vs 
Cina. Artinya, tidak usah menekankan bahwa Tionghoa adalah lebih baik 
daripada Cina atau Cina lebih buruk daripada Tionghoa. Bila tak dapat 
dilakukan pada generasi kita, lakukan pada generasi mendatang. Tanamkan 
bahwa Tionghoa dan Cina tak ada bedanya. Bila seseorang mau mengejek, 
mengucapkan "Tionghoa" juga bisa bernada mengejek. Bandingkan saja dua 
kalimat ini, "Aduh, Rinto itu memang Tionghoa jahanam" dan "Mas Lim itu 
Cina dermawan koq".

Nah, ada yang tanya mengapa nama milis tidak menggunakan budaya_cina, 
yah mudah saja jawabannya, karena Tionghoa dan Cina itu sama saja, 
mengapa harus menggunakan Cina? Demikian pula vice versa (sebaliknya).

2. Mulai dari kita sendiri, yang merasa diejek akan terus merasa diejek 
dan yang tidak merasa akan tidak merasa. Sebagai analogi, anggap saja 
Cina sebagai ejekan adalah sebuah penyakit influenza. Flu yang dianggap 
penyakit kecil di zaman sekarang sulit dibayangkan pernah jadi epidemi 
di tahun 1918. Sekarang ini, jarang ada orang yang meninggal karena flu 
(kecuali flu burung). Mengapa? Karena kita sudah punya imun. Melenyapkan 
virus flu dari bumi ini adalah tidak mungkin, mengapa kita tidak 
berusaha untuk hidup damai dengan sang virus dengan punya perisai imun? 
Demikian pula kata Cina, tidak akan mungkin dilenyapkan dari bumi ini, 
dari kosa kata dalam kamus bahasa Indonesia, jadikanlah sendiri 
ber-imun, bertelinga tebal untuk tidak merasa Cina adalah ejekan walau 
digunakan lawan bicara untuk mengejek.

Saya kira, politisasi Tionghoa itu juga sama saja dengan politisasi 
Cina. Cina tidak bermasalah sampai dipolitisir, nah, mengapa kita harus 
memelihara masalah tersebut dengan berusaha menggantikan Tionghoa untuk 
Cina? Sejarah boleh mencatat Cina pernah dikonotasikan merendahkan, 
namun jangan teruskan konotasi rendah tersebut dengan mengangkat sebuah 
konotasi tinggi Tionghoa. Biarkan keduanya bersanding bersama. Saya 
yakin, ini adalah sebuah jalan terbaik untuk pemecahan jangka panjang 
masalah Cina vs Tionghoa di Indonesia.


Rinto Jiang



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] Re: [nasional-list] Fw: Pandu Re: istilah TIONGHOA

2006-02-13 Terurut Topik Hendra Onang Wijaya
Cap Go Meh itu perayaan apaan sih? Sejak kecil udah tahu tapi belum ngerti. 
Tolong dong diceritain...

Salam,

Hendra OW
  - Original Message - 
  From: FBY 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, February 13, 2006 9:47 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: [nasional-list] Fw: Pandu Re: istilah 
TIONGHOA


  Kalau pakai gabungan dgn pinyin apa jadi Qina?
  Sekarang kan dinasti Chin = Qin kalau nggak salah?

  On 2/12/06, D.O.C 107 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  > Kalau mau menghapus kata/istilah china sebaiknya tak hanya Indonesia saja
  > yang ditekan, PBB juga harus ditekan... Bukankah penamaan china kita
  > digunakan tuk sebagai nama internasional. Soo, jika PBB bisa pasti banyak
  > negara akan mengikuti dengan sendirinya...
  >
  > Jika dikancah internasional namanya berubah jadi apa ya?
  >
  > Cathay? Mainland? Midland? Zhung Guo?
  >
  > Sekian saja...
  >
  > DOC
  >
  >
  > On 2/10/06, ChanCT <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  > >
  > >
  > > - Original Message - *From:* Pandu <[EMAIL PROTECTED]>
  > > *To:* tionghoa-net@yahoogroups.com
  > > *Sent:* Thursday, February 09, 2006 6:54 PM
  > > *Subject:* Re: [t-net] Re: Prometheus - istilah TIONGHOA
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  >
  >
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >
  >
  >
  >
  >
  > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
  >
  > .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
  >
  > .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
  >
  > .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
  > Yahoo! Groups Links
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >


  --
  Jual foto digital anda di internet!
  http://submit.shutterstock.com/?ref=6953


  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

  .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 



  SPONSORED LINKS Indonesia  Culture  Chinese  


--
  YAHOO! GROUPS LINKS 

a..  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  
b..  To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
  
c..  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 


--



[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Fw: Han hWie Song: Sebutan Tionghoa dan Cina revisited 2

2006-02-13 Terurut Topik HKSIS
Sebutan Tionghoa dan Cina revisited
- Original Message - 
From: Han Hwie Song 
To: Tionghoa-net ; C.T. Chan ; Jonathan Goeij ; K. Prawira ; Nasional-list 
Sent: Tuesday, February 14, 2006 1:12 PM
Subject: Re: Han hWie Song: Sebutan Tionghoa dan Cina revisited 2


Sebutan Tionghoa dan Cina revisited

  

  Saya pulang dari kunjungan ke Indonesia, saya membaca di HKSIS 
polemik mengenai sebutan Tionghoa dan Cina yang sejak lama sudah 
di-diduskusikan, dan saya pernah menulis dua essai tentang masalah ini. 
Persoalan ini adalah kompleks dan ternyata adalah sala satu persoalan mengenai 
"masalah etnis Tionghoa". Kompleks karena doeloe pengantian nama Tionghoa 
menjadi Cina oleh Orba adalah tindakan politis.

  Zhuang Zi, sala seorang Taoist yang besar mengatakan:"apabila dari 
semula kita menyebut heaven sebagi kuda dan earth sebagi macan, maka heaven dan 
earth masing masing bernama kuda dan macan". Namun kalau sudah diberi nama 
orang harus memanggil nama yang benar untuk menghindari salah pengertian. 

  Confucius adalah filosof yang pertama yang menghubungan nama dengan 
fungsi, karenanya nama sangat penting bagi beliau. Beliau tentu tidak setuju 
apabila bunga mawar diberi nama anggrek, karena ini memberi pada pendengar 
persepsi pada bunga  yang lain. Seorang yang disbut ayah,  harus memenuhi 
fungsinya sebagai ayah: dia harus bekerja untuk dapat memelihara penghidupan 
keluarganya dan pendidikan anak anaknya etc.. Demikian pula orang yang disebut 
sebagai raja, menteri dsb.-nya, harus berfungsi sebgai raja atau menteri, kalau 
tidak orang itu tidak sesuai dengan sebutan yang diberikan padanya. Confucius 
berlawanan pendapat dengan Shakespeare yang mengatakan:"apakah nama itu ? Anda 
dapat menyebutnya bunga mawar dengan nama apa saja, bunga mawar tetap bunga 
mawar."

  Tiongkok diluar negeri dari semula sejak negara-negara Barat mengenal 
negara ini disebut China dan orang Tionghoa disebut Chinese, karenanya tidak 
dipersoalkan lagi tentang sebutan China dan Chinese. Mungkin asal usul nama 
China dari Qin (Chin) dinasti, yg mempersatukan Tiongkok, karenanya oleh 
orang-orang Barat dinamakan China.

  Sebetulnya nama Tionghoa ini dipandang penting oleh rakyat Tiongkok 
serta pemimpinnya, betapa tidak, Sun Yat-Sen, bapak revolusi Tiongkok menamakan 
negara yang didirikan sebagai Zhong Hua Ming-Guo atau Republik Zhonghua ( 
Zhonghua atau Tionghoa). Mao Ze-Dong menamakan negara yang didirikan Zhong Hua 
Renming Gonghe Guo atau Republik Rakyat Zhonghua.  

  Orang Tionghoa di Indonesia sedari dahulu, sebelum masa Orba, baik 
oleh pemerintah maupun media massa disebut Tionghoa. Sebutan ini dihargai oleh 
masyarakat Tionghoa di Indonesia sebelum jaman Orba. Mereka senang dengan 
panggilan Tionghoa, karena kata Cina pada Tempo Doeloe adalah sebutan ejekan 
terhadap mereka. 

  Pemerintah umumnya merobah peraturan/hukum dengan maksud tertentu  
ialah untuk kepentingan rakyat pada umumnya. Karena itu yang penting ialah 
sejarah, asal usul dan tujuan  mengapa penggantian sebutan ini? Kita mengetahui 
bahwa penggantian sebutan ini bersamaan waktunya dengan berbagai aturan-aturan 
yang discriminatif, sekolah sekolah Tionghoa ditutup, koran-koran Tionghoa 
ditutup, kebudayaan Tionghoa  dan bahasa Tionghoa dilarang di tontonkan di 
umum. Dapat dimengerti bahwa bagi orang Tionghoa terutama golongan seniornya 
pengantian nama ini dipaksakan jelas tidak democratis dan apalagi sebutan 
tersebut dahulu adalah suatu ejekan. 

  Kalau WNI keturunan Tionghoa dianggap sebagai penduduk integral dari 
masyarakat Indonesia bukankah perlu saling menghormat dan toleran? Saya rasa 
persoalannya perlu didiskusikan mendalam agar semua golongan yang bersangkutan 
bisa saling menerima dan memberi sehingga masing masing bisa menerima sebutan 
mana yang dapat ditrima oleh golongan yang bersangkutan. Bukankah ini suatu 
tindakan uluran tangan yang baik, simpatik dan dapat ditrima oleh chalayak 
ramai demi persatuan bangsa?! Saya dapat mengerti bahwa generasi muda tidak 
keberatan dengan sebutan ini karena mereka tidak mengenal sejarahnya dan mereka 
sudah biasa dengan sebutan Cina.

Dr. Han Hwie-Song

Breda, 12-2-2006 (Holland)

 



   

 


[Non-text portions of this message have been removed]






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Adakah dokumen resminya? (Re: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: istilah TIONGHOA)

2006-02-13 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh

  - Original Message - 
  From: ChanCT 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com ; Tionghoa-Net 
  Sent: Monday, 13 February, 2006 21:40
  Subject: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: istilah TIONGHOA


  1) Pemerintah Tiongkok secara resmi menyatakan protes keras atas penggantian 
istilah Tiongkok/Tionghoa menjadi Tjina yang dirasakan penghinaan terhadap 
rakyat Tiongkok itu. (Baca tulisan Prof. Kong Yuan zhi dari Univ. BeiJing itu) 
  2) Hubungan diplomatik kedua negara akhirnya dibekukan. 
  3) Tapi, pada saat pembicaraan untuk pencairan hubungan diplomatik kedua 
negara diakhir tahun 89, pihak Pemerintah Soeharto tetap saja ngotot 
mempertahankan penggunaan istilah Cina dan tidak mau kembali menggunakan 
Tiongkok/Tionghoa sebagaimana permintaan resmi Pemerintah Tiongkok. 
  4) Hanya karena pemerintah RI ngotot menggunakan Cina dan Pemerintah Tiongkok 
lebih mengutamakan pencairan hubungan diplomatik demi kepentingan kedua Rakyat 
bisa dilangsungkan, dilakukanlah kompromi menggunakan istilah China sebagaimana 
yang digunakan dunia dalam ejaan bhs. Inggris dan bukan Cina! 



Saya kali ini tidak bermaksud membahas kontroversi istilah Tionghoa vs. Cina, 
biar itu lain kali saja.
Hanya ingin tahu catatan sejarah tentang 'korespondensi diplomatik' yang empat 
ini, apa betul ada?

Apakah ada catatan resmi mengenai nota-nota diplomasi sebagaimana yang tersebut 
di posting Chan-heng ini, yang terkesan seperti telah terjadi balas-membalas 
nota, sekurang-kurangnya 4 kali jawab menjawab? 

Untuk yang ke-1), nota protes keras diplomatiknya itu nomor berapa, tanggal 
berapa, ditandatangani pejabat tingkat apa, dan ditujukan ke lembaga 
pemerintahan Indonesia yang mana?

Kemudian untuk yang ke-2), apakah betul ada pertukaran nota diplomatik yang 
menyatakan bahwa, setelah terjadi balas membalas nota, akhirnya terjadi 
pembekuan hubungan kedua negara terbesar di dunia ini, hanya atas dasar 
persoalan istilah "cina/tjina" vs "tiongkok/tionghoa"?

Kemudian untuk yang ke-3), apakah betul ada pertukaran nota diplomatik yang 
membahas persyaratan pencairan hubungan diplomatik antara kedua negara terbesar 
di dunia ini, yang hanya dapat berlangsung berdasarkan pada tercapainya 
kesepakatan penggunaan istilah "cina" vs "tiongkok/tionghoa" di mana pihak satu 
resmi meminta dirubah, sementara pihak lainnya ngotot mempertahankan?

Kemudian untuk yang ke-4), apakah betul ada pertukaran nota diplomatik yang 
menunjukkan pemerintah Indonesia ngotot menggunakan istilah "cina", lalu 
pemerintah Tiongkok mengalah soal istilah "tiongkok/tionghoa", dan akhirnya 
kedua pemerintah mencapai kompromi pada istilah "china" alih-alih "cina"?

Kalau untuk yang ke-1), ke-2), ke-3) dan ke-4 di atas ini tidak pernah ada nota 
diplomatik yang resmi, lalu apakah ada dokumen tertulis dalam bentuk lainnya 
yang dipertukarkan antara kedua belah pihak, baik secara resmi maupun secara 
'di bawah meja' (misalnya disamarkan sebagai dokumen perjanjian perdagangan)?

- - - - -

Kalau betul ada nota diplomatik yang ke-1), menarik untuk menyimak di 
konsideran nota tersebut, apakah dasar protes itu adalah:
A. Karena Pemerintah RR Tiongkok/Tjina/Cina/China menolak disebut "cina/tjina", 
dan ingin disebut "cungkuo/tiongkok/zungguo", karena kata "cina/china/zhina" 
itu istilah yang menghina?
(Kalau benar yang butir-A ini, maka berarti tentunya ada juga protes keras ke 
pemerintah Jepang yang konon katanya memulai penggunaan kata "china/tjina/cina" 
sebagai penistaan, dan kepada Majelis Umum PBB yang resmi menerima Tiongkok 
masuk PBB dengan nama "china". Protes-protes ini tahun berapa ya? Tentunya juga 
akan ada ke negara-negara lainnya yang sampai sekarang masih memakai istilah 
"china")

B. Atau karena Pemerintah RR Tiongkok/Tjina/Cina/China menolak penyebutan 
"cina", tetapi tidak menolak disebut "tjina" atau "china", karena kata "cina" 
dianggap menista, tetapi kata "tjina/china" tidak dianggap menista?
(Kalau benar yang butir-B ini, berarti pemerintah di 
cina/tjina/china/tiongkok/cungkuo/zhungguo menolak perubahaan ejaan bah. 
Indonesia dari ejaan Suwandi menjadi EYD, suatu intervensi urusan dalam negeri 
negara lain)

C. Ataukah karena Pemerintah RR Tiongkok/Tjina/Cina/China menolak penyebutan 
"cina" atas dasar menolak dituduh terlibat dalam G-30-S, karena mengasumsikan 
perubahan istilah itu merupakan implikasi tuduhan Indonesia tentang 
keterlibatan RRT itu?
(Kalau benar yang butir-C ini, berarti ketika tercapai kompromi penggunaan 
istilah "china" alih-alih "cina", maka pada hakekatnya pemerintah RRT menjadi 
mengakui keterlibatannya dalam G-30-S, walaupun mungkin secara partial)

- - - - -

Sepanjang pengetahuan saya yang terbatas, untuk semua yang tersebut ke-1), 
ke-2), ke-3) maupun ke-4), tidak pernah ada pernyataan sikap resmi dari kedua 
belah pihak, baik yang tertuliskan, terlisankan maupun terkesankan (dalam 
kalangan diplomatik, 'terkesankan' juga dapat berlaku resmi).

Sehingga karenanya, dengan sama sekali tidak

Re: [budaya_tionghua] Jadi Zhong Yi

2006-02-13 Terurut Topik Hendra Onang Wijaya
Mungkin bisa dicoba di buka di Indonesia... spertinya banyak yang minat  
bagaimana apakah ada yang mau merintis?
  - Original Message - 
  From: Rinto Jiang 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, February 13, 2006 10:26 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Jadi Zhong Yi


  Frederik,

  Jadi herbalis itu sekarang harus paling kurang menjalani pendidikan 
  setingkat S1 di universitas khusus pendidikan ini atau di universitas 
  yang mempunyai fakultas kedokteran dengan jurusan kedokteran Tiongkok. 
  Tentunya, tujuan utama untuk ini adalah universitas di RRC sono, di 
  Taiwan sendiri ada fakultas beginian, namun dosen pengajarnya tetap saja 
  didatangkan dari RRC.

  Pendidikan setingkat S1 untuk kedokteran Tiongkok ini biasanya 6-7 
  tahun, ditambah praktek kerja 1-2 tahun. Namun akhir2 ini saya dengar 
  ada program S1 internasional, artinya untuk pelajar LN non-RRC yang lama 
  pendidikannya sekitar 5-6 tahun. Kurang tahu apakah perlu praktek kerja 
  atau tidak, soalnya kan tidak diperbolehkan buka praktek di RRC sana. 
  Program ini lebih ditujukan untuk pelajar yang setelah tamat kemudian 
  pulang ke negaranya masing2 dan buka praktek di sana.

  Jadi, lamanya untuk menjalani pendidikan kedokteran Tiongkok sama saja 
  dengan kedokteran Barat.


  Rinto Jiang




  rockit_launcha wrote:
  > to all member,
  >
  > Saya mau bertanya bagi yang sudah berpengalaman atau tahu tentang ilmu
  > herbal china.Saya ebrcita-cita untuk menjadi herbalist timur,untuk
  > belajar ilmu herbal china kira-kira dibutuhkan berapa tahun?
  >
  > terima kasih.
  >


  [Non-text portions of this message have been removed]



  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

  .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 



  SPONSORED LINKS Indonesia  Culture  Chinese  


--
  YAHOO! GROUPS LINKS 

a..  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  
b..  To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
  
c..  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 


--



[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Eddie Sadli: Tidak Ada Pribumi di Negara Kesatuan Republik (2-3)

2006-02-13 Terurut Topik HKSIS
http://www.munindo.brd.de/artikel/artikel_04/art04_tidak_ada_pribumi_nkri_2.html
[Nasional] Tidak Ada Pribumi di Negara Kesatuan Republik
Wed Feb 19 06:05:01 2003 

  TIDAK ADA PRIBUMI DI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Bagian: 2/3  
  Dengan ditanda tangani teks Proklamasi diatas oleh Soekarno dan Hatta 
maka 
  terbentuklah negara Indonesia. 

  Dengan dibacakan  ditandatangani Teks Proklamasi 17 Agustus 1945 oleh 
  Soekarno dan Hatta maka berdirilah Negara Republik Indonesia. 
  5 orang dari 79 orang anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan 
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 
(PPKI) adalah etnis Tionghoa. 
  Mereka adalah : 

  a.   Liem Koen Hian 
  b.  Oey Tiang Tjoei 
  c.   Oey Tiong Houw 
  d.  Mr. Tan Eng Hoa 
  e.   Drs. Yap Tjwan Bing 

  Anggota Badan Penyelidik usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) 
dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) adalah Bapak Pendiri Negara 
Indonesia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Founding Fathers. 


  Pada waktu negara Republik Indonesia terbentuk pada tanggal 17 Agustus 
1945 maka di dalam Negara Republik Indonesia ini sudah didiami oleh ras 
Negroid, ras Wedoid, Melayu Tua, Melayu Muda, orang-orang Indo Asia dan 
orang-orang Indo Eropa termasuk etnis Tionghoa. 

  c.   Undang-Undang Dasar 1945 : 
  a. Bentuk Negara : Pasal 1 ayat (1) : 
  Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. 
  Pada dewasa ini istilah yang dipakai untuk bentuk negara ini adalah 
Negara Kesatuan Repulbik Indonesia (NKRI). 
  Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)  ini semua daerah dari  
Sabang sampai Merauke adalah milik rakyat indonesia bukan milik Suku A, Suku B 
atau Suku C. Semua Warga Negara Republik Indonesia (WNRI) dapat bertenpat  
tinggal di daerah dalam lingkungan Negara  Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 
  Tidak ada Pribumi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

  b. Kata Asli : 
  Dalam Undang-undang dasar 1945 tidak terdapat kata pribumi dan non 
pribumi. 
  Dalam Undang - Undang  dasar 1945 hanya ada kata Indonesia asli, ada 2 
kata Indonesia  asli dalam Undang-Undang Dasar 1945 yaitu pada pasal-pasal 
berikut : 

  1). Pasal  6 : (1) Presiden ialah orang Indonesia asli, 
  2). Pasal 26 : (1) Yang menjadi warganegara ialah orang-orangbangsa 
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disyahkan dengan Undang – 
Undang sebagai Warga Negara. 

  Penjelasan Undang-Undang  Dasar 1945 : 
  1)  Pasal 6 : Tidak  Jelas 
  2)  Pasal 26 : Ayat 1 : Orang-orang bangsa lain, misalnya orang peranakan 
Belanda, peranakan Tionghoa dan peranakan Arab, yang bertempat tinggal di 
Indonesia mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada 
Negara Republik Indonesia dapat menjadi warga negara. 

  Penjelasan lebih lanjut dari Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 
terdapat pada : Undang-Undang nomor 3 Tahun 1946 tentang Warganegara,  Penduduk 
Negara. 
  Pasal 1 :  Warga Negara Indonesia ialah : 
  a.Orang yang asli dalam daerah Negara Indonesia 
  b.Orang yang tidak dalam golongan tersebut diatas akan tetapi keturunan 
dari seorang dari golongan itu yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman 
di dalam daerah Negara Indonesia, 

  Undang-Undang nomor 3 Tahun 1946 berdasarkan azas Ius Soli, hal ini 
berarti orang yang dilahirkan di Indonesia adalah orang Indonesia. 
  Berdasarkan Undang-Undang nomor 3 Tahun 1946 yang dilahirkan di Indonesia 
 adalah  warganegara Indonesia bukan termasuk orang-orang bangsa lain yang 
disyahkan dengan Undang-Undang sebagai Warganegara. 

  Kalimat orang-orang bangsa Indonesia asli yang terdapat dalam Pasal 26 
ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 kalau dikaitkan dengan Undang Undang nomor 3 
tahun 1946 maka orang-orang bangsa Indonesia asli adalah orang-orang yang 
dilahirkan di  Indonesia sebelum tanggal 17 Agustus 1945. 
  Prinsip ini dianut oleh banyak negara antara lain negara Amerika Serikat, 
Peru, Filipina, dan lain-lain. 

  Seorang Presiden Amerika Serikat harus warganegara Amerika Serikat yang 
dilahirkan di Amerika Serikat maka itu Henry Kissinger atau Medelein Allbright 
walaupun sama-sama warganegara Amerika Serikat tetapi lahir di luar Amerika 
Serikta tidak dapat menjadi Presiden Amerika  Serikat. 
  Alberto Fujimori, seorang keturunan Jepang, Presiden Republik Peru 
diutik-utik tempat  kelahirannya, kalau dia dilahirkan diluar negara Peru maka 
dia harus copot menjadi Presiden Republik Peru. 
  Estrada Joseph, Presiden Filipina, mempunyai darah etnis Tionghoa, tetapi 
lahir di Filipina, sama seperti  Madame Corrison Aquino. 

  c).  Amandemen ke 3 UUD 1945 : 
  Pasal 6 ayat (1) :  Pada pasal 6 ayat (1) kata asli sudah dihapus. 
  Pasal 26 

Re: [budaya_tionghua] Re: Jadi Zhong Yi

2006-02-13 Terurut Topik Rinto Jiang
Sama saja saya kira, karena setahu saya ada banyak jurusan di dalam satu 
fakultas kedokteran China tadi, seperti juga pembagian spesialis 
kedokteran Barat. Biasanya, tidak ada dokter yang mampu menguasai atau 
mahir di seluruh bidang spesialis, pengetahuan dasar pasti ada, namun 
untuk menjadi spesialis yah tetap saja harus meng-konsentrasi-kan diri 
ke pada bidang2 tertentu.

Bila benar2 berminat, jalur pendidikan formal boleh ditanyakan ke 
Kedubes RRC di Jakarta, ada sub-seksi yang mengurusi informasi tentang 
pendidikan formal di RRC sana. Bisa dapat penjelasan lebih detil 
daripada mencari sendiri informasi di internet. Terus, ada pula 
kesempatan untuk mendapatkan beasiswa.


Rinto Jiang




rockit_launcha wrote:
> terima kasih bung Rinto,
>
> Saya dengar kalo ingin jadi zhong yi tidak hanya belajar herbal tetapi
> juga acupunture,juga mineral-mineral untuk pengobatan,juga perana dan
> cara membaca meridian dan kesehatan tanpa stetoskop.itu kira-kira bisa
> habis berapa tahun ya???
>
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Frederik,
> >
> > Jadi herbalis itu sekarang harus paling kurang menjalani pendidikan
> > setingkat S1 di universitas khusus pendidikan ini atau di universitas
> > yang mempunyai fakultas kedokteran dengan jurusan kedokteran Tiongkok.
> > Tentunya, tujuan utama untuk ini adalah universitas di RRC sono, di
> > Taiwan sendiri ada fakultas beginian, namun dosen pengajarnya tetap
> saja
> > didatangkan dari RRC.
> >
> > Pendidikan setingkat S1 untuk kedokteran Tiongkok ini biasanya 6-7
> > tahun, ditambah praktek kerja 1-2 tahun. Namun akhir2 ini saya dengar
> > ada program S1 internasional, artinya untuk pelajar LN non-RRC yang
> lama
> > pendidikannya sekitar 5-6 tahun. Kurang tahu apakah perlu praktek kerja
> > atau tidak, soalnya kan tidak diperbolehkan buka praktek di RRC sana.
> > Program ini lebih ditujukan untuk pelajar yang setelah tamat kemudian
> > pulang ke negaranya masing2 dan buka praktek di sana.
> >
> > Jadi, lamanya untuk menjalani pendidikan kedokteran Tiongkok sama saja
> > dengan kedokteran Barat.
> >
> >
> > Rinto Jiang
>


[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: Jadi Zhong Yi

2006-02-13 Terurut Topik rockit_launcha
terima kasih bung Rinto,

Saya dengar kalo ingin jadi zhong yi tidak hanya belajar herbal tetapi
juga acupunture,juga mineral-mineral untuk pengobatan,juga perana dan
cara membaca meridian dan kesehatan tanpa stetoskop.itu kira-kira bisa
habis berapa tahun ya???


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Frederik,
> 
> Jadi herbalis itu sekarang harus paling kurang menjalani pendidikan 
> setingkat S1 di universitas khusus pendidikan ini atau di universitas 
> yang mempunyai fakultas kedokteran dengan jurusan kedokteran Tiongkok. 
> Tentunya, tujuan utama untuk ini adalah universitas di RRC sono, di 
> Taiwan sendiri ada fakultas beginian, namun dosen pengajarnya tetap
saja 
> didatangkan dari RRC.
> 
> Pendidikan setingkat S1 untuk kedokteran Tiongkok ini biasanya 6-7 
> tahun, ditambah praktek kerja 1-2 tahun. Namun akhir2 ini saya dengar 
> ada program S1 internasional, artinya untuk pelajar LN non-RRC yang
lama 
> pendidikannya sekitar 5-6 tahun. Kurang tahu apakah perlu praktek kerja 
> atau tidak, soalnya kan tidak diperbolehkan buka praktek di RRC sana. 
> Program ini lebih ditujukan untuk pelajar yang setelah tamat kemudian 
> pulang ke negaranya masing2 dan buka praktek di sana.
> 
> Jadi, lamanya untuk menjalani pendidikan kedokteran Tiongkok sama saja 
> dengan kedokteran Barat.
> 
> 
> Rinto Jiang
> 
> 
> 
> 
> rockit_launcha wrote:
> > to all member,
> >
> > Saya mau bertanya bagi yang sudah berpengalaman atau tahu tentang ilmu
> > herbal china.Saya ebrcita-cita untuk menjadi herbalist timur,untuk
> > belajar ilmu herbal china kira-kira dibutuhkan berapa tahun?
> >
> > terima kasih.
> >
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>









.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




RE: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: istilah TIONGHOA => ChanCT & Karang Terjal

2006-02-13 Terurut Topik Min Hui

Pak ChanCT dan Pak Karang_Terjal yg baik,

Maaf, saya gabungkan saja email bapak berdua karena apa yang ingin saya
sampaikan adalah murni pendapat pribadi; atau mau dianggap pendapat
pendamping terserah bagaimana penilaian masing-masing.

Saya yang lahir jauh setelah hiruk-pikuk antara Indonesia - Tiongkok tentang
masalah penyebutan bangsa atau keturunan tionghoa / cina di Indonesia
memandang hal ini merupakan masalah masa lalu; jangan / tidak perlu lagi isu
ini membebani generasi berikutnya sehingga bisa menimbulkan lagi gesekan2
yang tidak perlu.

Seperti yg saya utarakan sebelumnya, dalam isu "tionghoa atau cina",
masyarakat tionghoa/cina Indonesia terbagi atas: yang sangat keberatan kalau
dipanggil dengan cina dan yang tidak keberatan mau dipanggil cina atau
tionghoa.

Pemerintah dan birokrat mulai dari jaman Gusdur hingga sekarang sudah boleh
dibilang dalam acara dan surat resmi sudah menggunakan istilah Tionghoa.
Kecuali negara, ada yang masih memakai China, ada yang menggunakan Tiongkok.
Ini merupakan hal yang menggembirakan, akan tetapi di grass-root masih
banyak yang belum dapat merubah serta-merta akibat kebiasaan masa lalu yang
masih melekat.

Yang saya tekankan disini adalah ketulusan. Buat apa mempertahankan suatu
nama/panggilan bila tidak dibarengi ketulusan? Pertanyaan Sdr. Karang_Terjal
agar menghimbau teman2 saya dari suku lain untuk menggunakan tionghoa sudah
dijalankan mereka walaupun kadang kelepasan karena kebiasaan sejak lama yang
terpelihara. 

Buat saya dan teman2 yang sudah bergaul, minum mabuk bersama, teriak rame2
saat nonton English Premier League, saling bantu saat acara sosial, dll.
kami tidak lagi mempermasalahkan apakah Joko, Acong, atau Sitorus.
Barangkali member yang sering kumpul dengan teman2 suku lain dapat
memberi/menambahkan komentar.

Saya juga bisa mengerti dan paham sekali banyak saudara tionghoa kita yang
SANGAT KEBERATAN di panggil dengan sebutan cina, dan saya sangat menghormati
pendapat/pandangan tersebut yang berdasarkan sejarah masa lalu, makanya kami
juga menghimbau agar teman2 pelan-pelan meninggalkan sebutan cina terutama
terhadap tionghoa senior.

Demikian pendapat saya, saya juga mohon pandangan senior2 apakah pandangan
saya ini salah dan bagaimana sebaiknya.


Salam,
Min Hui







> -Original Message-
> From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ChanCT
> Sent: Monday, February 13, 2006 9:40 PM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com; Tionghoa-Net
> Subject: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: istilah TIONGHOA
> 
> Bung Min Hui yb,
> 
> Mungkin bung kurang mengikuti diskusi istilah Cina-Tionghoa yang telah
> terjadi beberapa hari ini. Tidak apa, saya mencoba menjelaskan sekali
> lagi, begini sederhanya:
> 
> 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] OOT: puisi-puisi kelahiran Bandung

2006-02-13 Terurut Topik Sobron Aidit
Sobron Aidit :

PUISI-PUISI KELAHIRAN  BANDUNG

---

SIULKU SUSAH BERBUNYI

Siulku sudah tak berbunyi
nyanyianku sudah samasekali tak menarik
tapi di jiwa - di hati
masih secercah harapan
awan suka dan awan duka
saling kejar-kejaran dan bergantian
perkara itu aku tidak peduli
lubuk kita - teluk kita - tanjung kita
pinggiran-pinggiran kehidupan kita
memang berlainan
namun ada yang jadi bersama pegangan
kehidupan damai di dunia
betapa sulit dan rumit
harus kita bina!

---

Bandung,- 13 Febr 06,-





B A N D U N G

Kereta jalan merambat mendaki
lewat mencakar-cakar di jembatan tinggi
dengan kakinya yang panjang
kurus bagaikan kaki burung bangau.

Kereta menyusur kebun singkong
melintas hutan kebun pisang
hijau jelita tanah Periangan
terperanjat aku oleh deringan hape
Ndukku sudah menunggu di stasiun Bandung.

Rasanya terlalu singkat perjalanan ini
sedang terasa nikmatnya bersama alam
kereta sudah mau masuk Bandung
kutunggu bersamamu ketika pulang
akan kupandangi hamparan lautan padi sawah
yang hijau muda bergelombang
ditiup angin pegunungan
Bandung dan Padalarang
mengapit Periangan jelita
dan Ndukku ada di tengahnya
yang akan melukis kehidupan
buat bekal pulangku ke kampung nanti,-

---

Bandung,-  14 Febr 06,-





APAKAH..


Apakah anda pernah korupsi?
pernah beberapa kali!
apakah anda pernah melakukan
hal-hal yang munafik?
pernah beberapa kali
walaupun tidak sesering teman lainnya!
cukup - cukup!
itulah tanda bahwa anda
adalah orang Indonesia sejati!

--


Bandung,-  14 Februari 06,-






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Cap Go Meh di Kota Tua Jakarta Meriah - Etnis Tionghoa Siap Tempati Posisi Wagub

2006-02-13 Terurut Topik HKSIS
SUARA PEMBARUAN DAILY 



Cap Go Meh di Kota Tua Jakarta Meriah
 

Pembaruan/Luther Ulag 

Merayakan Cap Gomeh - Menyambut Tahun Baru Imlek 2557 dan perayaan Cap Go Meh, 
Yayasan Dharma Jaya Toasebio mengadakan pawai budaya yang diikuti oleh puluhan 
peserta dari berbagai agama, kesenian dan budaya, Minggu (12/2) sore. 

JAKARTA - Pawai Budaya III Cap Go Meh, yang diselenggarakan oleh Yayasan Dharma 
Jaya Toasebio (Klenteng Hong San Bio) bekerja sama dengan Pemerintah Kota 
(Pemkot) Jakarta Barat (Jakbar) yang di pusatkan di halaman Museum Fatahillah 
berlangsung meriah, Minggu (12/2). 

Di ruas jalan yang dilalui peserta pawai itu, mulai dari Wihara Dharmajaya 
Toasebio Jl Kemenangan III, Jl Glodok Pancoran, Jl Toko Tiga, Jl Taman 
Fatahillah Jakarta Kota, Jl Pinangsia, Jl Hayam Wuruk, Jl Gajah Mada dan Glodok 
Pancoran itu, dipadati warga yang ingin menyaksikan pawai itu sejak pukul 12.00 
WIB. 

Padahal pawai itu sendiri baru bergerak sekitar pukul 14.00 melewati depan 
panggung kehormatan di Taman Fatahillah tempat para pejabat menyaksikan pawai 
itu sejak pukul 15.00. Akibatnya, kemacetan lalu lintas terjadi di sepanjang Jl 
Gajahmada dan Hayam Wuruk meski pada beberapa ruas jalan ke arah pusat kegiatan 
telah ditutup untuk kendaraan umum. 

Gotong Toapehkong yang berisi arca Dewa atau Dewi Kongco Cheng Goan Cheng Kun, 
Thien Khau Ciang Kun, Ma Kwan Im dan Ma Co Po yang diarak bersama peragaan lain 
berupa belasan dewa-dewi seperti Dewi Welas Asih, Dewa Rejeki, Dewi Samodra, 
Barongsai dan Liong menjadi hiburan tersendiri bagi warga. Selain itu juga 
dimeriahkan dengan marching band dari STPDN pada barisan terdepan, Pawai yang 
juga dimeriahkan dengan Reog Ponorogo (Jatim), Sisingaan (Jabar), Tanjidor 
(Betawi), Engrang atau Jejangkungan (Jabar) 

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, yang melepas pawai tersebut mengatakan 
perayaan Cap Go Meh dengan pawai budaya ini sudah menjadi kegiatan budaya 
setelah beberapa waktu lamanya tidak diselenggarakan. "Sekarang sudah legal," 
ujarnya. 

Dia berharap agar tahun depan dan seterusnya kegiatan seperti itu dapat 
diteruskan sehingga merupakan bagian kehidupan dari warga Jakarta dan dapat 
merupakan salah satu agenda kegiatan melestarikan Kota Tua. 

Dia mengatakan, ke depan perlu lebih ditingkatkan karena meskipun dengan acara 
sederhana seperti pada Pawai Budaya III ini cukup banyak mendapat perhatian 
masyarakat. "Bahkan ruas jalan pun menjadi macet karena dipadati warga yang 
ingin menyaksikan," ujarnya. 

Menurut Fauzi, dipusatkannya kegiatan ini di kawasan Kota Tua mengingat kawasan 
ini terdapat berbagai komunitas dari beragam budaya dan agama. 

Sementara itu, Wali Kota Jakbar Fadjar Panjaitan berharap agar kegiatan seperti 
ini dapat berkembang dan dapat menjadi salah satu bagian yang menarik bagi 
wisatawan, baik mancanegara maupun domestik, terutama di kawasan Kota Tua 
sebagai salah satu andalan wilayah Jakbar. (M-16) 





Last modified: 13/2/06 

SUARA PEMBARUAN DAILY 


Etnis Tionghoa Siap Tempati Posisi Wagub 

JAKARTA - Pemilihan kepala daerah (pilkada) di Jakarta tahun 2007 mendatang 
diharapkan tetap memberikan peluang bagi setiap warga untuk mencalonkan diri, 
termasuk dari kalangan etnis Tionghoa. Dan yang terutama, setiap figur yang 
hendak mencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil gubernur benar-benar untuk 
mengabdi dan memajukan DKI. 

Hal tersebut dikemukakan Ketua Suara Kebangsaan Tionghoa Indonesia, Drs Eddie 
Kusuma SH MH, dalam percakapan dengan Pembaruan di Jakarta, Minggu (12/2) sore. 

"Sekaranglah saatnya etnis Tionghoa diberi kesempatan untuk memimpin Jakarta 
untuk posisi wakil gubernur, karena sudah banyak etnis Tionghoa yang 
profesional,'' katanya. 

Dikatakan, kemajuan etnis Tionghoa di bidang politik saat ini sangat luar 
biasa. Sebagai contoh, Pemilu 2004 berhasil menempatkan 13 orang etnis Tionghoa 
di DPR. Dalam pemilihan anggota DPD, memang tidak ada etnis Tionghoa yang 
mewakili DKI Jakarta karena ada empat calon yang maju. ''Jika dibandingkan 
tahun 2004 dengan sekarang kemajuan berpolitik etnis Tionghoa itu sudah sangat 
pesat,'' tambahnya. 

Diakuinya, pemilihan gubernur dan wakil gubernur itu nantinya akan dilaksanakan 
secara langsung. Namun, masyarakat perlu menyadari bahwa jika DKI Jakarta 
dipimpin oleh etnis Tionghoa maka akan mengubah pandangan internasional 
terhadap Indonesia. "Indonesia akan dilihat sebagai negara yang benar-benar 
demokratis, tidak ada lagi diskriminasi di negeri ini. Kita juga yakin DKI 
sebagai barometer akan mengalami kemajuan lebih pesat dipimpin etnis Tionghoa, 
dan kemajuan ini akan tertular ke daerah lainnya,'' katanya. 

Ketika ditanya posisi yang pas untuk etnis Tionghoa tersebut, Eddie mengatakan 
saat ini yang pas adalah wakil guber

[budaya_tionghua] Ong, Sosok Penting Sejarah Tionghoa di Jawa

2006-02-13 Terurut Topik HKSIS
SUARA PEMBARUAN DAILY 


Ong, Sosok Penting Sejarah Tionghoa di Jawa
BERBAHAGIALAH orang yang kreatif dan berani di masa muda. Contoh itulah yang 
ditunjukkan Ong Hok Ham atau lebih populer Onghokham. Hingga kini, 
karya-karyanya kerap menjadi bahan kajian, lengkap dengan pujian dan kritik. 
Sejarawan Onghokham yang kini menggunakan kursi roda, tak mengira konsekuensi 
besar dari pilihan hidupnya. 

Pria tua itu memang kreatif dan berani ketika masa mudanya. Pilihannya untuk 
mengucapkan "selamat tinggal" kuliah dan tumpukan teori hukum di Fakultas Hukum 
di Universitas Indonesia (UI) pada 1955 merupakan kreativitas dan keberanian. 

Perlu diingat, saat itu Fakultas Hukum UI menjadi fakultas favorit dan 
berwibawa. Mungkin karena pada masa itu belum banyak advokat yang 
terang-terangan bicara soal kejujuran advokat dan pada saat yang sama berani 
menyuap polisi, jaksa dan hakim seperti saat ini. 

Kecintaan Ong pada sejarah merupakan pilihan berani. Apalagi saat itu, 
Universitas Indonesia belum membuka Fakultas atau jurusan yang berkaitan dengan 
ilmu sejarah. Itulah sebabnya, Onghokham hanya bertahan 18 bulan kuliah di 
Fakultas Hukum. Pilihan yang menentukan bagi dunia ilmu sejarah di Indonesia 
terutama sejarah mengenai Tionghoa dan Ong secara pribadi. 

Jangan lupa, jauh sebelum politisi setiap menjelang Pemilihan Umum berbicara 
soal arti penting pembauran dan hak-hak Tionghoa, Ong muda sudah menuangkan 
idenya soal asimilasi. 

Hasilnya, Onghokham dikenal sebagai pakar sejarah yang berwibawa di republik 
ini. Karya tulisnya mengenai Tionghoa pada 1958-1960 diterbitkan. Judulnya 
sederhana, Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa. Artikel-artikel Ong jelas 
menunjukkan perhatian Ong pada masalah pembauran Tionghoa yang di masa lalu 
lebih dikenal dengan istilah asimilasi. 


Gambaran Sejarah 

Dari isi buku itu pula, terlihat betapa Pak Ong, demikian sapaan sahabat dan 
murid-muridnya, terlibat secara langsung dalam perdebatan mengenai posisi warga 
Tionghoa di Indonesia. 

Melalui 15 tulisannya yang pernah dimuat di majalah Star Weekly, ia bukan hanya 
mengusulkan asimilasi tapi bahkan mendorong proses asimilasi warga Tionghoa 
dengan warga Indonesia lainnya. Tulisannya mencerminkan minat pada persoalan 
warga Tionghoa sebelum dan sesudah Indonesia berdiri. Di sisi lain, hal itu 
juga memperlihatkan sikap politiknya tentang posisi warga Tionghoa di 
Indonesia. 

Ong yang menulis disertasi berjudul The Residency of Madiun: Priyayi and the 
Peasant in the 19 St Century di Universitas Yale tercatat sebagai penandatangan 
Statement Asimilasi dan Piagam Asimilasi. Pokok-pokok pikiran Ong yang 
terangkum dalam buku tersebut diluncurkan di Museum Bank Mandiri Jakarta, Sabtu 
(11/2), sehari menjelang perayaan Cap Go Meh. 



Hadir sebagai pembicara dalam peluncuran buku itu ialah Mona Lahonda, penulis 
buku The Capitan Cina of Batavia 1837-1942 dan David Reeve, pengajar dari 
Universitas New South Wales, Australia yang banyak melakukan penelitian 
mengenai Cina dan Indonesia. 

Berkaitan dengan peran Ong dalam masalah Tionghoa di Indonesia, JJ Rizal, 
editor buku itu menilai Ong sebagai sejarawan yang mampu memberikan gambaran 
sejarah Tionghoa di Indonesia. 

"Tulisan-tulisan Ong jelas juga merupakan gambaran sikapnya sebagai Tionghoa," 
kata Rizal yang bersama dengan Komunitas Bambu menerbitkan buku itu. 

Dalam kesempatan tersebut, Mona Lahonda memberikan telaah yang memikat. 
Menurutnya, tulisan-tulisan Onghokham tentang penciptaan minoritas Tionghoa 
sangat dipengaruhi teori ahli Tionghoa bernama GW Skinner yang terkenal lewat 
karyanya yang berjudul Change and Persistence in Chinese Culture Overseas:A 
Comparison of Thailand and Java. Peneliti itu menyimpulkan adanya perbedaan 
tajam antara Tionghoa di Thailand yang berhasil melebur dengan penduduk 
mayoritas dan Tionghoa di Jawa yang tetap masih memperlihatkan identitas yang 
berbeda dengan sebagian besar masyarakat Indonesia. 


Terpengaruh Skinner 

Pandangan Skinner dan situasi saat Ong menelaah masalah Tionghoa memicu 
munculnya semangat asimilasi. Menurut Mona, saat ini pendekatan asimilasi 
mungkin sudah tidak menarik lagi. Namun yang pasti, tulisan Ong yang 
terpengaruh gaya Skinner telah menyadarkan para pembaca buku mengenai adanya 
usaha dan gerakan menyatukan Tionghoa ke dalam batang tubuh Indonesia. 

Mona tidak hanya menyoroti kedalaman ide dan data Ong tapi juga memberikan 
nilai sangat positif kepada pengelola majalah Star Weekly yang memuat tulisan 
Ong. 

"Sebagai majalah umum, keputusan Star Weekly memuat penelitian ilmiah karya Ong 
harus mendapat acungan jempol. Dibandingkan dengan majalah zaman sekarang yang 
menjadikan berita sebagai komoditi atau majalah hiburan yang melambungkan 
pesona gaya hidup metropolitan, media di pertengahan abad ke 20 lebih merupakan 
media pembelajaran masyarakat," katanya. 

Sementara itu, David Reeve mencatat, Ong sejak awal 

[budaya_tionghua] Korban Penembakan di Palu Meninggal

2006-02-13 Terurut Topik Ambon
http://www.gatra.com/artikel.php?id=92261


Korban Penembakan di Palu Meninggal



Makassar, 13 Pebruari 2006 15:14
Wiliam (61), korban penembakan misterius di Palu, Sulawesi Tengah, akhirnya 
meninggal di ruang ICU Rumah Sakit Akademis Makassar, Senin sekitar pukul 02.00 
Wita, setelah dirawat sejak Jumat (10/2).

Nyawa William tidak dapat diselamatkan oleh tim dokter yang diketuai Dr. 
Ashadul Islam Tahir yang melakukan operasi di bagian kepala untuk mengeluarkan 
dua butir peluru yang bersarang di kepalanya.

Kendati tim dokter berhasil mengeluarkan butiran-butiran peluru dari kepalanya, 
namun William tetap tidak sadarkan diri hingga menghembuskan nafas yang 
terakhir.

Tim dokter maupun pihak keluarga sangat tertutup dengan wartawan yang ingin 
mengabadikan gambar dan memperoleh keterangan lebih detail mengenai kondisi 
korban.

Pihak keluarga bahkan menunjukkan sikap kurang bersahabat dengan para wartawan, 
dan mengancam akan melaporkan kepada pihak berwajib bila gambar tersebut 
ditayangkan di media televisi.

Rencananya, jenazah William akan diterbangkan kembali ke Palu, Senin petang ini.

Para kerabat tampak melakukan prosesi persemayaman jenazah di kamar jenazah RS 
Akademis dengan tata cara kepercayaan Kong Hu Chu.

William yang juga pemilik toko emas Gunung Agung Palu itu ditembak oleh 
beberapa perampok pada hari Jumat (10/2) sekitar pukul 12.45 wita.

Setelah mendapat perawatan awal di RS Bala Keselamatan Palu, korban kemudian 
dirujuk ke RS Akademis Makassar untuk mendapat pembedahan di kepala. [TMA, Ant] 

[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Pemerintah Tiongkok Kembali Memberikan Bantuan Untuk Aceh

2006-02-13 Terurut Topik xiaolongni73
Pemerintah Tiongkok Kembali Memberikan Bantuan Untuk Aceh.
Atase Umum Kedubes Tiongkok Tan Weiwen menyerahkan bantuan 
perlengkapan sekolah senilai 5.5 juta USD.

(Kantor Berita Xinhua, 9 Februari 2006)
Pemerintah Tiongkok beberapa hari yang lalu melalui UNICEF telah 
menyerahkan bantuan perlengkapan sekolah senilai 5.5 juta USD yang 
akan digunakan oleh anak-anak Aceh korban bencana Tsunami.

Acara serah terima bantuan telah dilaksanakan tanggal 8 Februari 
2006 lalu di Banda Aceh yang dihadiri oleh Atase Umum Kedubes 
Tiongkok Tan Weiwen, kepala kantor perwakilan UNICEF di Aceh serta 
perwakilan Depdikbud provinsi NAD.

Tan Weiwen dalam kata sambutannya menyatakan, Pemerintah dan rakyat 
Tiongkok sangat bersimpati kepada rakyat Indonesia yang mengalami 
musibah gempa bumi dan Tsunami, kali ini bekerja sama dengan pihak 
UNICEF, mengadakan kegiatan membantu perlengkapan sekolah untuk anak-
anak, hal ini sekali lagi menunjukkan perhatian yang dalam dan 
persahabatan dari Pemerintah dan rakyat Tiongkok kepada rakyat 
Indonesia yang mengalami bencana Tsunami. Disaat bencana Tsunami 
melanda, sebagian besar sekolah-sekolah mengalami kehancuran yang 
amat sangat, termasuk komunitas internasional di Tiongkok juga terus 
berupaya sekuat tenaga agar anak-anak Indonesia di Aceh bisa 
sesegera mungkin bersekolah kembali. Diantaranya, Pemerintah 
Tiongkok telah membantu menyediakan sebanyak lebih dari 50 unit 
bangunan papan yang bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar 
oleh murid-murid sekolah.

Kedubes Tiongkok untuk Indonesia menjelaskan, material bantuan 
perlengkapan sekolah ini berjumlah lebih dari 863 ribu paket, setiap 
paket meliputi tas sekolah, alat tulis, buku-buku dll. Pihak UNICEF 
sendiri dalam waktu dekat ini akan membagikan semua bantuan ini 
langsung kepada 860 ribu lebih murid-murid sekolah yang tersebar di 
Aceh dan Nias.

Depdikbud provinsi NAD bersama perwakilan para orang tua murid 
menyatakan terima kasihnya kepada Pemerintah dan rakyat Tiongkok 
yang telah membantu secara tulus kepada rakyat Indonesia yang 
mengalami bencana. Pihak Indonesia bersedia bekerja sama dengan 
komunitas internasional agar anak-anak korban bencana bisa segera 
bersekolah kembali dan bisa memulihkan proses belajar mengajar 
seperti sediakala.

Dikutip dan diterjemahkan dari harian Qian Dao Ri Bao terbitan 
Surabaya edisi 11 Februari 2006.







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: istilah TIONGHOA

2006-02-13 Terurut Topik ChanCT
Bung Min Hui yb,

Mungkin bung kurang mengikuti diskusi istilah Cina-Tionghoa yang telah 
terjadi beberapa hari ini. Tidak apa, saya mencoba menjelaskan sekali lagi, 
begini sederhanya:

Penamaan terhadap Tiongkok sejak dulu-dulunya memang China atau Cina itu, 
tapi pada saat dr. Sun Yat-sen memenggulingkan disnaty Qin, memproklamasikan 
dirinya menjadi Zhong Hua Min Guo, menamakan dirinya Tiong Hua nasionalis, 
tidak mau menggunakan Cina atau China itu lagi yang memang mengandung makna 
menghina dan merendahkan rakyat Tiongkok. Hanya saja, karena Tiongkok 
nasionalis sangat lemah, penamaan dirinya tidak digubris, tidak diterima dan 
dihargai dunia international. Tetap saja memanggilnya Republic of China.

 Sedang pejuang-pejuang kemerdekaan RI, untuk menghargai kemenangan 
perjuangan Rakyat Tiongkok, dan karena dipengaruhi dialek Hokkian yang ada di 
Indonesia, mereka sejak tahun 1911 itu sudah mengganti penyebutan "Cina" 
menjadi "Tiongkok/Tionghoa". Dan tradisi baik ini dikonsekwenkan setelah 
proklamasi Kemerdekaan RI, Pemerintah RI menggunakan istilah Tiongkok/Tionghoa 
secara resmi, termasuk media-pers yang ada di Indonesia. 

Tapi celaka, setelah G30S, dimana pemerintah Orba-Soeharto naik panggung 
kekuasaan, dengan semena-mena tanpa dasar menuduh Tiongkok terlibat dan 
mendukung PKI, maka tak ayal, aksi anti-Tiongkok juga dilancarkan, kedutaan RRT 
juga sempat didemonstrasi dan dirusak. Pemerintah Soeharto mengeluarkan 
keputusan Presidium Kabinet Juli 67, mengganti penggunaan istilah 
Tiongkok/Tionghoa menjadi Tjina (ejaan baru menjadi Cina), untuk meningkatkan 
aksi anti-Tiongkok dan yang katanya sekaligus mematahkan superiority orang 
Tionghoa di Indonesia.

Pemerintah Tiongkok secara resmi menyatakan protes keras atas penggantian 
istilah Tiongkok/Tionghoa menjadi Tjina yang dirasakan penghinaan terhadap 
rakyat Tiongkok itu. (Baca tulisan Prof. Kong Yuan zhi dari Univ. BeiJing itu) 
Hubungan diplomatik kedua negara akhirnya dibekukan. Tapi, pada saat 
pembicaraan untuk pencairan hubungan diplomatik kedua negara diakhir tahun 89, 
pihak Pemerintah Soeharto tetap saja ngotot mempertahankan penggunaan istilah 
Cina dan tidak mau kembali menggunakan Tiongkok/Tionghoa sebagaimana permintaan 
resmi Pemerintah Tiongkok. Hanya karena pemerintah RI ngotot menggunakan Cina 
dan Pemerintah Tiongkok lebih mengutamakan pencairan hbungan diplomatik demi 
kepentingan kedua Rakyat bisa dilangsungkan, dilakukanlah kompromi menggunakan 
istilah China sebagaimana yang digunakan dunia dalam ejaan bhs. Inggris dan 
bukan Cina!

Itulah yang saya katakan, seharusnya penamaan satu negara sepenuhnya adalah 
hak bangsa dan rakyat negara itu, tidak seharusnya Pemerintah RI ngotot 
mempertahankan panggilan "Cina" bagi negara yang merasa dihinakan. Dan, itulah 
sikap yang diambil 2 mantan Presiden terdahulu, Presiden Gus Dur dan Megawati, 
juga Presiden SBY sekarang secara resmi telah menggunakan kembali istilah 
Tiongkok/Tionghoa, tidak lagi menggunakan istilah "Cina"! Satu kemajuan yang 
sangat baik. Menanadakan sikap yang bersahabat terhadap negara tetangganya dan 
menghormati perjuangan rakyat Tiongkok. Mudah-mudahan langkah maju ini, bisa 
ditingkatkan selangkah lebih maju, yaitu mencabut keputusan presidium Kabinet 
yang mengganti istilah Tiongkok/Tionghoa menjadi Tjina itu. Dengan demikian 
Pemerintah RI secara resmi dan sah, menggunakan kembali istilah 
Tiongkok/Tionghoa sebagaimana dikehendaki rakyat dan pemerintah Tiongkok.

Sedang dalam hubungan pergaulan sehari-hari dimasyarakat, karena memang 
sudah terbiasa dengan istilah Cina, dan memang tidak bermaksud menghina atau 
merendahkan, gunakanlah sebagaimana biasa. Tapi secara resmi, dalam pertemuan 
rapat terbuka, dalam seminar atau di media-pers, dimana kenyataan masih banyak 
orang Tionghoa di Indonesia tersinggung dan merasa dihinakan dengan istilah 
Cina, hendaknya kembalilah menggunakan istilah Tiongkok/Tionghoa yang pasti 
tidak bermakna menghina dan merendahkan dan jelas bisa diterima oleh mayoritas 
mutlak Tionghoa di Indonesia. Bagaimanapun juga penggunaan istilah 
Tiongkok/Tionghoa secara resmi masih lebih panjang yang sudah digunakan sejak 
Oktober 1911 sampai 25 Juli 1967, maka istilah Cina baru digunakan Juli 67 
sampai sekarang. 

Mudah-mudahan bisa dimengerti dengan baik.

Salam,
ChanCT
  - Original Message - 
  From: Min Hui 
  To: tionghoa-net@yahoogroups.com 
  Cc: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, February 13, 2006 4:57 PM
  Subject: [budaya_tionghua] RE: [t-net] Re: DOC-FBY: Pandu Re: istilah TIONGHOA


  Pak ChanCT yg baik,

   

  Maaf sebelumnya Pak Chan, apakah negara Tiongkok sudah berubah nama
  internasionalnya? Se-ingat saya masih resmi Republic Of China (cmiiw)?
  Selama ini saya tidak mengalami sensasi sensitivitas bila ada teman2 dari
  jawa, batak, sampai turunan arab menyebut saya cina, karena saya yakin
  mereka itu tulus dan tidak ada maksud untuk menghina. Wong, s

RE: [budaya_tionghua] Re: Bangsa China = Banana ! ==> You_Qing_Long + super_babi Cahyadi

2006-02-13 Terurut Topik Freddy Cahyadi
Lah, wong saya juga tinggal di US koq, dan saya banyak berhubungan dengan para 
china banana ini.
  China banana ini memang sebutan umum, karena lingkungan mereka yang terlalu 
kuat bagi mereka sehingga mereka tidak dapat berbahasa mandarin dan hanya 
sedikt mengenal budaya tionghoa. Inilah para tionghoa di amerika setelah 
generasi2 modern.
  Kalo soal mereka lebih rasis, itu relatif. Kemungkinan mereka juga harus 
survive di antara diskriminasi oleh orang2 bule sendiri! Dan gua juga kena rasa 
diskriminasi itu dan pernah ngalamin. Paham? Saya berhubungan baik dengan 
banyak china banana ini.
  Dan dalam bidang academic memang china2 banana banyak yang unggul, terutama 
dalam bidang matematika dan science. 
  

Michael suswanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  


>From: "indoshepherd" <[EMAIL PROTECTED]>
>Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
>To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
>Subject: [budaya_tionghua] Re: Bangsa China = Banana ! ==> You_Qing_Long + 
>super_babi Cahyadi
>Date: Sun, 29 Jan 2006 18:56:38 -
>
>Sdr. You_Qing_Long dan super_babi Cahyadi ini ini jelas tahunya
>hanya Singapur, tetapi sama sekali tidak tahu menahu tentang Cina2
>Amerika.  Istilah Chinese = BANANA ini benar2 sudah menjadi ucapan
>umum bagi para Chinese Americans dewasa ini, bahkan sudah dimaklumi
>oleh rekan2 Causcasians (bule).  Saya mendengar istilah ini untuk
>pertama kali justru dari rekan2 bule, tetapi belakangan saya memang
>bisa konformasi dengan menginterview rekan2 Chinese Americans
>sendiri.  Latar belakang psikologisnya juga jelas: Chinese Americans
>sering-kali (maaf) justru lebih rasis dari Caucasian Americans dalam
>memandang rendah orang2 kulit berwarna dalam masyarakat Amerika.
>Sedangkan didalam hati (ini suatu faktor yang bagus) para Chinese
>Americans rata2 menganggap dirinya setara (jika bukannya malahan
>lebih unggul, a.l. dalam IQ) dari rekan2 Caucasian.
>
>Salam,
>Indoshepherd
>
>
>


Tapi tak lebih unggul dari Jewsih, setuju?

Salam,
Michael.

_
Win a romantic $10,000 holiday for two! 
http://ninemsn.com.au/share/redir/adTrack.asp?mode=click&clientID=151&referral=hotmailtagline&url=http://shoppingau.ninemsn.com.au/compIntro.aspx?compId=195





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 



  SPONSORED LINKS 
Indonesia   Culture   Chinese 

-
  YAHOO! GROUPS LINKS 


Visit your group "budaya_tionghua" on the web.

To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]

Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 


-
  




-
 Yahoo! Mail
 Use Photomail to share photos without annoying attachments.

[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] [t-net] Re: DOC-FBY: Pandu Re: istilah TIONGHOA

2006-02-13 Terurut Topik karang_terjal
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Min Hui" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak ChanCT yg baik,
> 
>  
> 
> Maaf sebelumnya Pak Chan, apakah negara Tiongkok sudah berubah nama
> internasionalnya? Se-ingat saya masih resmi Republic Of China 
(cmiiw)?
> Selama ini saya tidak mengalami sensasi sensitivitas bila ada 
teman2 dari
> jawa, batak, sampai turunan arab menyebut saya cina, karena saya 
yakin
> mereka itu tulus dan tidak ada maksud untuk menghina. Wong, 
seminggu minimal
> 2-3 kali kami selalu ada pertemuan dan minum & makan bersama.
> 
>  
> 

Ikutan nimbrung:
Bung Ming Hui, Coba anda meminta teman teman anda yg dari berbagai 
suku yg selama ini memanggil anda CINA itu untuk mengubah panggilan 
thp anda menjadi TIONGHOA dan lihat hasilnya?

Reaksi mereka:
Apakah mereka akan mendebat anda dan menyakinkan sampai dengan 
sedikit memaksa anda untuk menerima panggilan Cina yg mereka gunakan 
selama ini serta menolak memanggil TIONGHOA dgn alasan mereka tidak 
menghina anda dgn sebutan itu?

ATAU

Mereka dengan senang hati langsung mengubah panggilan mereka terhadap 
anda dengan sebutan TIONGHOA tanpa perdebatan atau diskusi 
berkepanjangan atau anda harus menjelaskan panjang lebar tentang 
penolakan anda thp sebutan itu?

Nah dari test diatas itu akan ketahuan hasilnya, apakah mereka 
sungguh sungguh tulus memanggil anda selama ini dgn sebutan CINA itu 
krn menghina atau bukan?



> 
> Saya rasa untuk saat ini kita tidak terlalu ngotot untuk memaksa 
orang lain
> menyebut kita tionghoa. Apa bedanya kalau menyapa dengan tionghoa 
tapi tidak
> tulus dan sikap menghina? 


KT:
Betul sekali. Dan kalau mereka betul betul tulus, maka mereka juga 
tdk akan ngotot memanggil CINA terhadap orang yg menolak di panggil 
CINA, sebagai wujud penghormatan kepada saudara sebangsa dan setanah 
air.



Apa sensasi sensitivitas cina ini hanya dirasakan
> oleh saudara2 tionghoa yang kurang/tidak bergaul dengan suku 
lainnya ;-) ?
> 
>  
> 

KT:
Jangan begitu ah bung ming hui, belajar menghargai sesama sodara kita 
yg menolak di panggil CINA krn alasan tertentu, sbg wujud penghargaan 
dan respek kita terhadap sesama saudara kita yg pernah dilukai dengan 
sebutan itu, saling memahami harusnya diwujudkan dengan tindakan dan 
tidak melalui kata kata saja.









> Sekali lagi Pak ChanCT, mohon maaf bila tidak berkenan, ini hanya 
sekedar
> sharing pengalaman saya dan tidak bermaksud untuk melecehkan senior-
senior.
> 
>  
> 
>  
> 
> Salam,
> 
> Min Hui
> 
>  
> 
>  
> 
>   _  
> 
> From: tionghoa-net@yahoogroups.com [mailto:tionghoa-
[EMAIL PROTECTED] On
> Behalf Of ChanCT
> Sent: Monday, February 13, 2006 10:55 AM
> To: HKSIS-Group; budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: [t-net] Re: DOC-FBY: Pandu Re: istilah TIONGHOA
> 
>  
> 
> Prinsip pemikiran saya begini, masalah penamaan satu negara 
sepenuhnya
> adalah hak bangsa dan rakyat negera itu sendiri ingin menggunakan 
nama apa,
> dan sebagai negara yang tahu diri dan bersahabat didunia ini, sudah
> seharusnya bisa menerima dan menghargai permintaan negara tersebut. 
Jadi,
> pemanggilan atau penamaan satu negara bukan hak negara lain yang
> menyebutnya, apalagi secara sepihak ngotot tetap menyebut "Cina" 
yang tidak
> dikehendaki negara itu. 
> 
> Begitulah Indonesia tidak hendak disebut sebagai Indishe dan 
orangnya
> dipanggil Inlander semasa kolonial Belanda, tapi sejak Sumpah 
Pemuda tahun
> 28, hendak disebut INDONESIA. Dan bagi negara-negara yang 
bersahabat dan
> tahu aturan untuk menghargai perjuangan rakyat Indodnesia, tentu
> memanggilnya INDONESIA, sebagaimana kehendak bangsa dan rakyat 
Indonesia.
> 
> Begitu juga kita bisa melihat kemudian, Burma lebih suka disebut 
Myamar dan
> Konggo minta disebut Zaire. Pemerintah Indonesia juga bisa menerima 
dan
> menghargai permintaan negara-negara tersebut. Ini namanya sikap 
negara yang
> bersahabat!
> 
> Samahalnya dengan seseorang yang tidak ingin dipanggil "X" karena 
merasa
> dihinakan, dan ingin dipanggil "A", sebagai seorang yang bersahabat 
dan
> masih waras, tentunya kita juga seharusnya menerima dan menghormati
> permintaannya untuk memanggilnya "A", dan tidak lagi memanggil 
sahabat yang
> satu ini dengan panggilan "X" dimana dia tidak kehendaki dan merasa
> dihinakan.
> 
> Tjina, Cina dalam ejaan baru dan China dalam ejaan bhs Inggris,
> di-pinying-kan menjai Zhi-na.
> 
> Salam,
> ChanCT
> 
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Fw: Han Hwie-Song: Cabe Slaappepers

2006-02-13 Terurut Topik HKSIS
"Slaappepers" atau cabe tidur
- Original Message - 
From: Han Hwie Song 
To: Tionghoa-net ; Nasional-list ; K. Prawira ; Jonathan Goeij ; C.T. Chan 
Sent: Monday, February 13, 2006 8:40 PM
Subject: Re: Han Hwie-Song: Cabe Slaappepers


 

 

"Slaappepers" atau cabe tidur

Kabar baik untuk mereka yang suka makan cabe!! Orang Indonesia sepengatahuan 
saya paling suka makan cabe. Masakan Bu Dharmi, pembantu ibu mertua saya kalau 
masak susah untuk tidak memakai cabe. 

Saya sering mendapatkan chemoterapi, maka kalau terlalu banyak makan cabe saya 
akan berak-berak. Meskipun saya dan istri saya telah mengatakan pada bu Dharmi 
jangan memakai cabe tokh achirnya diberi sedikit banyak cabe. Ini mungkin 
karena istri saya dan tamu-tamu keluarga istri yang datang mengunjungi kami 
doyan makan pedas atau sambel ulekny, apalagi kalau ada gorengan seperti empal 
atau ikan goreng. Lodehnya dan pepesan udang atau ikan lezat rasanya namun 
pedasnya begitu hebat sampai ujung kepala keluar keringat dan gatel. Mengapa 
demikian saya tidak bisa menjelaskannya, ini pernah ditanyakan oleh seorang 
profesor Barat sewaktu berkunjung dirumah kami untuk  makan malam dan oleh 
istri saya dimasakan makanan Indonesia.

Saya membaca majallah masak Belanda "Tip, Het kookblad" Nr. 1  januari 2006, 
pagina lima belas, dimana ditulis dengan judul "Slaappepers." 

Orang yang routin suka makan cabe merah (cabe panjang-panjang, bukan cabe rawit 
merah yang pedas), akan  menolong mereka yang sukar, tidak bisa tidur. Sesudah 
makan cabe merahsaya rasa beberapa hari bisa tidur nyenyak, karenanya cabe 
merah ini dinamakan slaap (tidur) peper (cabe). Pula dikatakan bahwa cabe merah 
dapat menolong heart beat tetap sehat dan kuat. Tetapi menurut saya bagi orang 
yang sudah punya penykit jantung jangan mencobanya, kalau kepedasan 
heartbeatnya terlalu tinggi bisa membahayakan, karena dampaknya seperti orang 
yang sport heartbeatnya meningkat. Juga orang yang punya sakit maag harus 
hati-hati dengan makan yang berbumbu pedas.

Ini adalah hasil pemeriksaan dari universitet Tasmania di Australia.

Para percobaan yang mengikuti pemeriksaan ini kalau bangun berasa badan dan 
jiwanya segar dan mempunyai banyak energi.

Majallah Tip, Het Kookblad mngambil dari The Sydney Morning Herald.

Han Hwie-Song

Breda, 12 februari 2006 Holland


[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [budaya_tionghua] Re: [PP] Perkawinan Khong Hu Cu akan Dicatatkan

2006-02-13 Terurut Topik skala selaras
Menurut saya, pengakuan "Kong Hu Cu sebagai agama resmi" dan diakuinya "
perkawinan secara agamaKong Hu Cu " adalah tetap bagian dari politik
diskriminasi, dan melanggengkan politik kotor orde baru, yang melakukan
kontrol ketat terhadap kegiatan agama warganya.

Jika ada agama yang diakui, dianggap sah, berarti akan tetap ada yang tidak
diakui, tetap ada yang dianggap tidak sah!!! ini jelas pelanggaran hak asasi
yang serius.

ZFy

- Original Message -
From: "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]>


>
> Namun, pengakuan atas Kong Hu Cu sebagai agama resmi dan diakui sah
perkawinan secara Kong Hu Cu, adalah satu kemajuan yang harus disambut
gembira.
>
> Salam,
> ChanCT


.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Ong, Sosok Penting Sejarah Tionghoa di Jawa

2006-02-13 Terurut Topik Danardono HADINOTO
Dalam rangka penulisan sejarah mengenai peran dan interaksi masyarakat Tionghoa 
di Indonesia, khusunya di Jawa, sangat menarik membaca tulisan berikut ini.
   
  Selamat membaca.
   
  Salam
   
  RM Danardono HADINOTO
   
   
   
  SUARA PEMBARUAN DAILY 
  
-
Ong, Sosok Penting Sejarah Tionghoa di Jawa  BERBAHAGIALAH orang yang 
kreatif dan berani di masa muda. Contoh itulah yang ditunjukkan Ong Hok Ham 
atau lebih populer Onghokham. Hingga kini, karya-karyanya kerap menjadi bahan 
kajian, lengkap dengan pujian dan kritik. Sejarawan Onghokham yang kini 
menggunakan kursi roda, tak mengira konsekuensi besar dari pilihan hidupnya. 
   
  Pria tua itu memang kreatif dan berani ketika masa mudanya. Pilihannya untuk 
mengucapkan "selamat tinggal" kuliah dan tumpukan teori hukum di Fakultas Hukum 
di Universitas Indonesia (UI) pada 1955 merupakan kreativitas dan keberanian.   
Perlu diingat, saat itu Fakultas Hukum UI menjadi fakultas favorit dan 
berwibawa. Mungkin karena pada masa itu belum banyak advokat yang 
terang-terangan bicara soal kejujuran advokat dan pada saat yang sama berani 
menyuap polisi, jaksa dan hakim seperti saat ini. 
   
  Kecintaan Ong pada sejarah merupakan pilihan berani. Apalagi saat itu, 
Universitas Indonesia belum membuka Fakultas atau jurusan yang berkaitan dengan 
ilmu sejarah. Itulah sebabnya, Onghokham hanya bertahan 18 bulan kuliah di 
Fakultas Hukum. Pilihan yang menentukan bagi dunia ilmu sejarah di Indonesia 
terutama sejarah mengenai Tionghoa dan Ong secara pribadi.   Jangan lupa, jauh 
sebelum politisi setiap menjelang Pemilihan Umum berbicara soal arti penting 
pembauran dan hak-hak Tionghoa, Ong muda sudah menuangkan idenya soal 
asimilasi. 
   
  Hasilnya, Onghokham dikenal sebagai pakar sejarah yang berwibawa di republik 
ini. Karya tulisnya mengenai Tionghoa pada 1958-1960 diterbitkan. Judulnya 
sederhana, Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa. Artikel-artikel Ong jelas 
menunjukkan perhatian Ong pada masalah pembauran Tionghoa yang di masa lalu 
lebih dikenal dengan istilah asimilasi. 
   
Gambaran Sejarah   Dari isi buku itu pula, terlihat betapa Pak Ong, 
demikian sapaan sahabat dan murid-muridnya, terlibat secara langsung dalam 
perdebatan mengenai posisi warga Tionghoa di Indonesia.   Melalui 15 tulisannya 
yang pernah dimuat di majalah Star Weekly, ia bukan hanya mengusulkan asimilasi 
tapi bahkan mendorong proses asimilasi warga Tionghoa dengan warga Indonesia 
lainnya. Tulisannya mencerminkan minat pada persoalan warga Tionghoa sebelum 
dan sesudah Indonesia berdiri. Di sisi lain, hal itu juga memperlihatkan sikap 
politiknya tentang posisi warga Tionghoa di Indonesia.   Ong yang menulis 
disertasi berjudul The Residency of Madiun: Priyayi and the Peasant in the 19 
St Century di Universitas Yale tercatat sebagai penandatangan Statement 
Asimilasi dan Piagam Asimilasi. Pokok-pokok pikiran Ong yang terangkum dalam 
buku tersebut diluncurkan di Museum Bank Mandiri Jakarta, Sabtu (11/2), sehari 
menjelang perayaan Cap Go Meh. 
   
  Hadir sebagai pembicara dalam peluncuran buku itu ialah Mona Lahonda, 
penulis buku The Capitan Cina of Batavia 1837-1942 dan David Reeve, pengajar 
dari Universitas New South Wales, Australia yang banyak melakukan penelitian 
mengenai Cina dan Indonesia. 
   
  Berkaitan dengan peran Ong dalam masalah Tionghoa di Indonesia, JJ Rizal, 
editor buku itu menilai Ong sebagai sejarawan yang mampu memberikan gambaran 
sejarah Tionghoa di Indonesia.   "Tulisan-tulisan Ong jelas juga merupakan 
gambaran sikapnya sebagai Tionghoa," kata Rizal yang bersama dengan Komunitas 
Bambu menerbitkan buku itu.   Dalam kesempatan tersebut, Mona Lahonda 
memberikan telaah yang memikat. Menurutnya, tulisan-tulisan Onghokham tentang 
penciptaan minoritas Tionghoa sangat dipengaruhi teori ahli Tionghoa bernama GW 
Skinner yang terkenal lewat karyanya yang berjudul Change and Persistence in 
Chinese Culture Overseas:A Comparison of Thailand and Java. Peneliti itu 
menyimpulkan adanya perbedaan tajam antara Tionghoa di Thailand yang berhasil 
melebur dengan penduduk mayoritas dan Tionghoa di Jawa yang tetap masih 
memperlihatkan identitas yang berbeda dengan sebagian besar masyarakat 
Indonesia.
   
Terpengaruh Skinner   Pandangan Skinner dan situasi saat Ong menelaah 
masalah Tionghoa memicu munculnya semangat asimilasi. Menurut Mona, saat ini 
pendekatan asimilasi mungkin sudah tidak menarik lagi. Namun yang pasti, 
tulisan Ong yang terpengaruh gaya Skinner telah menyadarkan para pembaca buku 
mengenai adanya usaha dan gerakan menyatukan Tionghoa ke dalam batang tubuh 
Indonesia. 
   
  Mona tidak hanya menyoroti kedalaman ide dan data Ong tapi juga memberikan 
nilai sangat positif kepada pengelola majalah Star Weekly yang memuat tulisan 
Ong.   "Sebagai majalah umum, keputusan Star Weekly memuat penelitian ilmiah 
karya Ong harus mendapat acungan jempol. Dibandingkan dengan majalah zaman 
sekarang yang menjadik

[budaya_tionghua] RE: [t-net] Re: DOC-FBY: Pandu Re: istilah TIONGHOA

2006-02-13 Terurut Topik Min Hui
Pak ChanCT yg baik,

 

Maaf sebelumnya Pak Chan, apakah negara Tiongkok sudah berubah nama
internasionalnya? Se-ingat saya masih resmi Republic Of China (cmiiw)?
Selama ini saya tidak mengalami sensasi sensitivitas bila ada teman2 dari
jawa, batak, sampai turunan arab menyebut saya cina, karena saya yakin
mereka itu tulus dan tidak ada maksud untuk menghina. Wong, seminggu minimal
2-3 kali kami selalu ada pertemuan dan minum & makan bersama.

 

Mungkin saya dari generasi muda yg tidak mengerti arti harfiah kata 'cina'
namun saya & teman2 ada menghimbau ke teman2 OKP, TNI/Polri agar tolong
diusahakan menggunakan kata tionghoa bila berkomunikasi dengan orang-orang
tionghoa yang telah berumur, karena masih banyak yang sensitive dengan kata
'cina', sedangkan dengan kami, boleh saja mau cina loleng atau tionghoa yang
penting anda itu tidak bermaksud menghina.

 

Saya rasa untuk saat ini kita tidak terlalu ngotot untuk memaksa orang lain
menyebut kita tionghoa. Apa bedanya kalau menyapa dengan tionghoa tapi tidak
tulus dan sikap menghina? Apa sensasi sensitivitas cina ini hanya dirasakan
oleh saudara2 tionghoa yang kurang/tidak bergaul dengan suku lainnya ;-) ?

 

Sekali lagi Pak ChanCT, mohon maaf bila tidak berkenan, ini hanya sekedar
sharing pengalaman saya dan tidak bermaksud untuk melecehkan senior-senior.

 

 

Salam,

Min Hui

 

 

  _  

From: tionghoa-net@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
Behalf Of ChanCT
Sent: Monday, February 13, 2006 10:55 AM
To: HKSIS-Group; budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [t-net] Re: DOC-FBY: Pandu Re: istilah TIONGHOA

 

Prinsip pemikiran saya begini, masalah penamaan satu negara sepenuhnya
adalah hak bangsa dan rakyat negera itu sendiri ingin menggunakan nama apa,
dan sebagai negara yang tahu diri dan bersahabat didunia ini, sudah
seharusnya bisa menerima dan menghargai permintaan negara tersebut. Jadi,
pemanggilan atau penamaan satu negara bukan hak negara lain yang
menyebutnya, apalagi secara sepihak ngotot tetap menyebut "Cina" yang tidak
dikehendaki negara itu. 

Begitulah Indonesia tidak hendak disebut sebagai Indishe dan orangnya
dipanggil Inlander semasa kolonial Belanda, tapi sejak Sumpah Pemuda tahun
28, hendak disebut INDONESIA. Dan bagi negara-negara yang bersahabat dan
tahu aturan untuk menghargai perjuangan rakyat Indodnesia, tentu
memanggilnya INDONESIA, sebagaimana kehendak bangsa dan rakyat Indonesia.

Begitu juga kita bisa melihat kemudian, Burma lebih suka disebut Myamar dan
Konggo minta disebut Zaire. Pemerintah Indonesia juga bisa menerima dan
menghargai permintaan negara-negara tersebut. Ini namanya sikap negara yang
bersahabat!

Samahalnya dengan seseorang yang tidak ingin dipanggil "X" karena merasa
dihinakan, dan ingin dipanggil "A", sebagai seorang yang bersahabat dan
masih waras, tentunya kita juga seharusnya menerima dan menghormati
permintaannya untuk memanggilnya "A", dan tidak lagi memanggil sahabat yang
satu ini dengan panggilan "X" dimana dia tidak kehendaki dan merasa
dihinakan.

Tjina, Cina dalam ejaan baru dan China dalam ejaan bhs Inggris,
di-pinying-kan menjai Zhi-na.

Salam,
ChanCT





[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: Fwd: Minta masukan, wawancara aktivis muda Tionghoa

2006-02-13 Terurut Topik odeon_cafe
Salam Pak Thangoubheng in Wonderland

Maaf, saya tidak terlalu paham maksud anda. Saya Kenken dan hanya 
punya satu email address yaitu Odeon_cafe. Saya belum setahun 
bermain internet. Belum tahu banyak hal dan apa yang selama ini 
terjadi di dunia cyber. Mungkin, anda salah orang. Kalau ada 
seseorang dengan kesamaan nama, maka tidak selalu mesti kalau itu 
saya. 

saya tidak pernah ikut berkecimpung dalam dunia aktivisme gerakan. 
Apalagi terlibat dalam pertarungan ideologi, dalam hal ini antara 
marxisme vs nasionalisme. Kalau anda berhati-hati membaca surat saya 
yang lalu, saya kira akan menjadi lebih jelas bahwa saya hanya 
mengidentifikasi beberapa pemuda Tionghoa yang menjadi aktifis. 
Bukan untuk diri saya. Saya tidak pernah aktif dalam gerakan 
politik. 

Pekerjaan saya hanya pegawai rendahan yang saat mahasiswa dulu 
lumayan sering nongkrong di Taman Ismail Marzuki di mana saya 
berkenalan dengan beberapa gelintir aktivis gerakan seperti budiman 
sujatmiko, dita indah sari, harris rusli moti, hariman siregar, 
sebastian sallang (sekjen formappi), nusron wahid, ester yusuf, 
arnold purba, fajrul rahman, Adian Forkot dan sejumlah artis teater 
dan sinetron yang suka minum bareng di TIM. 

Anda sebagai seseorang yang berasal dari "kehidupan jalanan", pernah 
dikejar-kejar oleh tim mawar bentukan prabowo subianto,  sudah 
selayaknya belajar membaca secara lebih hati-hati. 

Pergaulan saya tidak luas. Saya tidak pernah dibui. Bertemu dengan 
marsilam hanya di beberapa acara bedah buku. Tidak pernah menghadiri 
diskusi forum demokrasi yang dibentuk gus dur untuk menandingi ICMI 
di mana marsilam tercatat sebagai salah satu tokohnya. 

Apalagi pergaulan internasional. Hanya sempat ketemu dan diskusi 
kecil-kecilan dengan waldon belo, chandra musafar, sulak sivaraksa, 
ben anderson, johann galtung. Sempet say hello dengan noam chomsky 
tapi gak sempat tanya banyak. Cuma sempat menghabiskan satu malam 
berdiskusi dengan vandana shiva di chulalongkron university. 
Berminggu-minggu dengan david chappel. Hanya 3 kali bertemu dengan 
ariyaratne, tokoh budhis sri langka sewaktu menghadiri pertemuan di 
habibie senter. 

Karena itulah saya tidak punya pengetahuan makro politik, tepat 
seperti yang anda katakan. Bagaimana saya bisa punya pengetahuan 
makro politik kalau bahkan saya tidak punya waktu luang, seperti 
seorang anak jalanan seperti anda, untuk bertanya banyak kepada para 
warga-gerakan?? 

Jangankan sinhay, arief budiman saja hanya sempat saya temui saat 
makan malam di sebuah restoran di bangkok. Tidak lama sebelum 
bertemu dengan AS Hikam untuk mendengar begitu banyak pengetahuan 
dan canda tawa khas NU. Tentu saya tidak berani mengatakan diri 
sebagai aktivis gerakan kalo Cuma beberapa kali ke rumah Alzastrou 
untuk berdiskusi masalah gerakan islam. Itu pun tidak saya mengerti. 
Atau beberapa kali ke jalan Irian untuk dengerin gurauan gus dur. 

Masalah beberapa puluh kali ketemu pramoedya ananta toer dan 
berkunjung ke rumahnya sambil liat-liat bung Pram bakarin sampah 
tentu tidak bisa mengklaim diri sebagai aktifis muda Tionghoa, 
sekalipun berpaham marxist. Apaan sih itu paham marxist?? 

Paling-paling sesekali saya ke Teater Utan Kayu kalau ada diskusi 
filsafat kecil-kecilan. Kadang ketemu sama Gunawan muhamad lagi 
ngebir bareng ayu utami. Tapi saya gak berani menyapa beliau-beliau 
itu. Syukur-syukur bisa ketemu Ulil Absar abdalah. 

Saya ini paling ngeri sekaligus sayang kepada TNI. Mana brani saya 
caci maki TNI. Ada-ada saja anda itu. Liat tampang Letjen Sayidiman, 
mantan gubernur lemhanas, saja saya sudah ketar-ketir. Tri sutrisno 
dan saeful sulun memang rada-rada simpatik. Beda pd saat jabat 
tangan dengan erico gueteres. Sekalipun tidak berteman baik, tetapi 
beberapa kali saya satu forum dengan Kemal Indris dan barisan 
nasionalnya. Dan saya menghormati mereka tuh. Sama santunya saya 
saat bertemu dengan Olo Panggabean yang sudah pasti tidak akan ingat 
kepada saya. 

Kalau kecewa dengan pemerintah SBY, saya kira wajar. Dulu, sewaktu 
ketemu SBY di Bali saat beliau masih menkopolkam, dia terlihat 
begitu simpatik. Tapi saat jadi presiden juga tidak bisa berbuat 
banyak. Tapi bukan hendak menjadi oposisi tidak-loyal kepada 
pemerintah. Seperti kata Ibu Megawati bahwa beroposisi itu sehat. 

Seingat saya, keluarga saya tidak pernah ada yang terkait dengan 
PKI. Anda jangan asal bicara. Kalau bincang-bincang dengan Pak Heru 
Atmojo, orang nomor 3 di daftar dewan revolusi, memang pernah saat 
peluncuran buku Robert Cribbs. Liat ibu Sulami sebelum meninggal 
dari jauh juga pernah. Tapi saya tidak ada sangkut paut dengan PKI. 
Jamannya saja berbeda. 

Dari segelintir tokoh-tokoh nasional dan internasional itu, karena 
gak bisa terlalu banyak bicara sama mereka, saya paling salut dengan 
Hasyim Wahid—adik bungsu gus dur. 

Thanks atas masukan Sdr. Thangoubheng tentang Lun Yu. Seorang sodara 
Budaya Tionghoa sudah kirimi saya sepatah dua patah kata Lun Yu. 
Saya akan pelajari biar "takt

[budaya_tionghua] Eddy Sadeli, Tidak Ada Pribumi di Negara Kesatuan Republik - (1)

2006-02-13 Terurut Topik HKSIS
http://www.munindo.brd.de/artikel/artikel_04/art04_tidak_ada_pribumi_nkri_1.html
[Nasional] Tidak Ada Pribumi di Negara Kesatuan Republik
Wed Feb 19 06:05:01 2003 

  TIDAK ADA PRIBUMI DI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Bagian: 1/3 
  Oleh : Drs. Eddy Sadeli, SH 
  Alumni FH-IPK UI jurusan Publisistik 1964 
  Alumni FH-UI program Praktisi Hukum 1985 

  Penerbit : Lembaga Penelitan & Pengabdian Masyarakat Tionghoa  
  di Indonesia Jakarta Barat 0 - Indonesia 

  1.  Pendahuluan 

  Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua yang diterbitkan oleh Balai 
Pustaka - Departemen Pendidikan dan   Kebudayaan R.I. tertulis definisi Pribumi 
sebagai berikut : 
  -Pribumi :   n.penghuni asli; berasal dari tempat yang 
bersangkutan. 
  -Non Pribumi :   berarti bukan penghuni asli. 

  Ada kata lain lagi yang mirip dengan kata pribumi dan sering dipergunakan 
oleh kaum politisi Indonesia yaitu kata "bumi-putera". 
  Menurut  Kamus Besar Bahasa Indonesia di atas definisi kata "bumi putera" 
sebagai berikut : Bumiputera : n. anak negeri; penduduk asli. 

  Sedangkan Presiden R.I ke III Prof. Dr. IR. B.J. Habibie dalam pidatonya 
dihadapan pemimpin redaksi nasional maupun internasional di Wisma Negara pada 
hari Sabtu tanggal 06 Juni 1998 memberikan definisi tentang pribumi dan non 
pribumi sebagai berikut : 
  -  Pribumi adalah tiap WNRI yang committed dan memikirkan nasib bangsa 
ini, rakyat ini segala kehidupan kesehariannya. 
  -  Non Pribumi adalah tiap WNRI yang hanya memikirikan diri sendiri dan 
tidak peduli terhadap masalah yang dihadapi bangsanya. 

  Pak Habibie menghimbau tidak lagi membicarakan pri dan non pri karena 
Pancasila yang murni itu tidak mentolerir SARA dalam bentuk apapun juga. 
  Definisi dari Professor Habibie absurd, merupakan suatu cita-cita karena 
setiap WNRI selalu mengaku committed dan memikirkan nasib bangsa ini, rakyat 
ini dan segala kehidupan kesehariannya tetapi dalam prakteknya kadang-kadang 
bertentangan sama sekali. 

  Kita kembali kepada definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu Pribumi 
adalah penghuni asli. 
  Timbul pertanyaan : 
  a.  Siapa penghuni asli di Indonesia ? 
  b.  Apa ciri-ciri penghuni asli di Indonesia ? 


  2. Ditinjau dari sudut Agama : 

  Masyarakat Indonesia mengenal agama dunia antara lain agama Budha, agama 
Hindu, agama Islam, agama Katholik, agama Kristen dan lain-lain.  Tidak ada 
kata-kata dalam Kitab Suci agama-agama diatas yang menulis kata pribumi dan 
kata non pribumi, apalagi membedakan pribumi dan non pribumi. 

  Tidak ada kata-kata dalam Kitab Suci agama-agama diatas yang menulis dan 
menilai mereka berdasarkan amal baktinya di dunia, perbuatan baiknya di dunia 
bukan dia pribumi atau dia non pribumi. 
  Bagi Tuhan Yang Maha Esa semua manusia mempunyai kedudukan sama dan 
menilai mereka berdasarkan amal baktinya di dunia, perbuatan baiknya di dunia 
bukan dia pribumi atau dia non pribumi. 

  3. Ditinjau dari sudut Anthropologi: 

  2.000 tahun sebelum masehi, pulau-pulau di Indonesia kosong melompong, 
terdapat emigrasi bangsa-bangsa dari luar. 
  a.  Ras Negroid : Gelombang perpindahan penduduk yang pertama datang 
ke Indonesia adalah Ras Negroid dengan ciri- ciri sebagai berikut : kulit 
hitam, tinggi, rambut keriting. 
  Ras ini datang dari benua Afrika dan sekarang mendiami Irian Jaya. 
  Kalau orang Irian Jaya berpakaian baju putih dengan jas kemudian berada 
di Wall Street-New York-USA, maka jadilah warga black American. 
  Kalau orang Irian Jaya ditempatkan di Nigeria, maka dia akan menjadi 
warga Nigeria. 

  b.  Ras Wedoid : Gelombang perpindahan penduduk yang kedua yang 
datang ke Indonesia adalah Ras Wedoid dengan ciri-ciri sebagai berikut : kulit 
hitam, tubuhnya sedang, rambut keriting. 
  Ras ini datang dari India bagian  selatan dan sekarang mendiami Kepulauan 
Maluku, Timor-Timur, Nusa Tenggara Timur (Kupang). 
  Kalau orang-orang Maluku, Timor Timur dan Kupang ditempatkan di daerah 
India Selatan, Bangladesh atau di Sri Langka maka mereka akan menjadi warga 
Bangladesh atau warga Sri Langka. 

  c.  Melayu Tua : 
  Gelombang perpindahan penduduk yang ketiga yang datang ke Indonesia 
adalah Melayu  Tua dengan ciri-ciri sebagai berikut : kulit sawo matang, tubuh 
tidak terlalu tinggi, sedang dan rambut lurus.  
  Melayu Tua datang dari daerah Tionghoa bagian Selatan yaitu Yunnani Utara 
tepatnya dari lembah hulu sungai Yang Tze Kiang, Sikiang, Mekong dan sebagainya 
mendiami daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera 
Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Bali, Nusa 
Tenggara Barat, sebagian Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan 
Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi 
Tengah.