[budaya_tionghua] PENGUMUMAN : WEBSITE BUDAYA TIONGHOA SUDAH BISA DIAKSES

2008-10-27 Terurut Topik ardian_c
RRS,

akhirnya website milist budaya tionghoa bisa diakses di
http://www.budaya-tionghoa.net 

utk bisa membaca arsip2 lama, HARAP REGISTRASI terlebih dahulu.

Website ini bersifat non komersial dan tidak berafiliasi kepada aliran
manapun, baik aliran politik maupun agama, golongan. Siapapun boleh
mengakses dan diijinkan mengutip, tapi mohon dicantumkan SUMBERNYA DAN
NARASUMBERNYA. Jika memiliki keraguan siapa penulisnya, bisa
menghubungi moderator di [EMAIL PROTECTED]

Terimakasih




[budaya_tionghua] Nikahi Bocah 12 Tahun

2008-10-27 Terurut Topik als
Sumber Berita:
http://www.detiknews.com/comment/paging/2008/10/23/150516/1024883/10/8/syekh
-puji-saya-punya-dasar-agama-nggak-ngawur

 

Kamis, 23/10/2008 15:05 WIB
 
http://www.detiknews.com/read/2008/10/23/150516/1024883/10/syekh-puji-saya-
punya-dasar-agama-nggak-ngawur Nikahi Bocah 12 Tahun
Syekh Puji: Saya Punya Dasar Agama, Nggak Ngawur 
Chazizah Gusnita - detikNews

Jakarta - Syekh Puji berencana akan menikahi 3 bocah yang masih di bawah
umur. Namun niat Syekh Puji ini bukan tanpa alasan. Syekh Puji beralasan
punya dasar agama. ( gus / iy )

 

tetangga, Kyai satu ini memang keterlaluan karena penggunaan dasar agama
hanya dipakai untuk pembenaran kelakuannya. Islam tidak pernah memerintahkan
mengawini anak kecil. Kalau toh yang dicontoh adalah pernikahan nabi
Muhammad dengan Aisyah itupun perlu dipertanyakan karena kenapa yang
dicontoh cuma pernikahannya saja sedang amaliyah nabi lainnya tidak
dicontoh. Lagipula hadits yang menerangkan nabi Muhammad menikahi Aisyah
saat Aisyah berumur 7 tahun masih bisa diperdebatkan karena perawinya sudah
uzur dan tinggal di Turki sehingga daya ingatnya diragukan.

 

benkqbox, Ya udah, wong Pak Puji-nya juga udah klaim kalo dia tahu dasar
agamanya, kenapa jadi pada ribut sih??? Khan kita tahunya hanya pikiran
yang jelek saja, mana tahu kalo niat Pak Puji memang ingin mengangkat
derajat si anak tersebut dan keluarganya, lagian dia juga akan menjalankan
sesuai dengan hukum Islam sesuai dengan kepercayaan yang beliau anut jadi
punya disiplin tersendiri, bukan hukum negara, negara aja nggak bisa bantu
thd. kondisi ekonomi anak itu dan keluarganya.

 

Komentar-komentar lainnya dapat Anda intip atau tambahkan dengan mengKLIK
link tersebut di atas.

 

Apakah dalam sejarah budaya Tionghoa juga terdapat kasus-kasus semacam ini?
:-) 

 

als

 



Re: [budaya_tionghua] Re: identitas huaren

2008-10-27 Terurut Topik Mita Melati
Hehehe...kebetulan ini buat penelitian skripsi saya...

Saya cuma pengen tau bagaimana perkembangan Huaren di Indonesia dari dulu 
hingga sekarang dan bagaimana terbentuknya identitas diaspora Huaren di 
indonesia... Huaren yg saya maksud disini itu orang Tiongkok yang migrasi ke 
Indonesia dan menetap di Indonesia sehingga skrg dan sudah menjadi WNI. Bukan 
yang sudah generasi berikutnya, soal'y istilahnya jg sudah beda kan? Jadi 
Huaren yang saya maksud itu Huaren dengan pengertian yang telah saya jelasin di 
atas, jd Huaren secara keseluruhan gt, hehehe
Bs tolong menjelaskan ga? Soal'y saya yakin kalo orang2 di milis ini pasti ada 
yg ngerti bgt soal ini, hehehe...

Trimakasi banyakmohon bantuannya...^_^





From: ulysee_me2 [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Thursday, October 9, 2008 8:28:45 AM
Subject: [budaya_tionghua] Re: identitas huaren



Mita, terus terang pertanyaan lu kurang jelas, euy.
ini buat penelitian kah atau sekedar pengen tahu doank, 
jawaban seperti apa yang lu cari, perbandingan sama apa sih yang lu 
pengen dapet? 

Orang tiongkok yang sudah menetap di Indonesia, maksudnya yang baru 
dateng? Atau yang sudah satu generasi menetap disini?

Yang model engkong - datang dari Zhongguo lalu menetap disini dan 
punya anak disini, punya cucu disini,  tinggal disini sudah lebih 
dari 50 tahun?

Atau model Apek - yang datang dari zhongguo tahun 80 an lalu menetap 
disini dan juga sudah punya anak cucu sekolah disini?

Atau model Didi/Meimei - yang baru datang kemarin tahun 2000 an, 
sekarang dagang di pasar, enggak pake bahasa Indonesia cuman modal 
kalkulator?

Lhoh kok jadi gue yang nanya. Serasa lagi bimbing skripsi, 
wakakakaka.. ...

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Mita Melati 
qhuqwayz_aja@ ... wrote:

 Mo nanya tentang huaren, oarang Tiongkok yang sudah menetap di 
Indonesia (bener kan artinya?), bukan yang sejak lahir udah tinggal 
di Indonesia. Pengen tau aja gimana identitasnya, lebih pengen tau 
yang ke arah identitas budaya dan sosial sii...bisa membantu saya?
 Terimakasiiihh. ..^_^
 
 
 
 - Original Message 
 From: ulysee_me2 ulysee_me2@ ...
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Sent: Wednesday, October 8, 2008 10:50:07 AM
 Subject: [budaya_tionghua] Re: identitas huaren
 
 
 Nanya hua-ren apa hua-yi?
 Mau tau soal identitas politik atau identitas budaya atau identitas 
 sosial? 
 hehehehe
 
 --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, qhuqwayz_aja 
 qhuqwayz_aja@ ... wrote:
 
  Mo nanya lagi, identitas huaren di Indonesia sekarang itu seperti 
apa 
 y?
  
  Makasih...
  
  -Mita-
 





  

[budaya_tionghua] Re: Tatacara Kremasi Jenazah yg pernah dimakamkan

2008-10-27 Terurut Topik ulysee_me2

Ooh mau sekaligus satu tahun ya?
Kalau enggak salah mah pantang deh satu tahun angkat dua jenazah. 
Tapi itu harus tanya lagi sama sepuh yang ngarti. 

Hal nya siapa duluan, hitung hari baik aja, nanti khan ketahuan yang 
mana tanggal hari baiknya, disesuaikan dengan tanggal kematian dan 
tanggal kehidupan, siapa yang hari baiknya duluan. 

Atau...lootang aje, lootang, tanya siapa mau duluan, heheheh


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David Oei 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Terimakasih, sekali saya banyak mendapat informasi dari rekan-rekan 
 semua, untuk persiapan pengangkatan kerangka jenazah leluhur saya.
 Informasi yang belum jelas adalah kerangka siapa yang diangkat dulu 
 enkong atau emak, jika ada yang bisa memberikan informasi, saya 
akan 
 sangat berterimakasih
 
 Rgds
 David OHK
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ 
 wrote:
 
  aduh koko, ngai bilang di TAIWAN itu ada yg begitu.
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Liquid Yahoo liquidha@
  wrote:
  
   Keturunan langsung itu maksudnya anak - cucu - buyut - 
cicit 
 dst
   
   Kalo kena gusur, atau keturunannya langsung tak berdaya, 
hal 
 itu
  cuma 
   cukup sembahyang bahwa bukan kehendak mereka, tapi kalo di 
 sengaja oleh 
   keturunannya sendiri, harus cari hari lah
   
   Wah ga tau tuh marganya apa, nanti ngai tanyain dulu yah, 
 maksudnya 
   penghuni gunung gadung itu bukan berarti dia lahir atau besar
  disana, dia 
   sih orang Jakarta, tapi  karena tuntutan pekerjaan dia dulu 
jadi 
 suka 
   ngurusin pemakaman orang
   
   
   
   - Original Message - 
   From: ardian_c ardian_c@
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   Sent: Thursday, 23 October, 2008 22:53
   Subject: [budaya_tionghua] Re: Tatacara Kremasi Jenazah yg 
pernah
  dimakamkan
   
   
hehehehehe memangnya yg kremasi itu keturunan langsung ? gak 
 selalu
lar, kayak di taiwan banyak kuburan yg gak keurus jg dikremasi
  getu lho.
   
mantan penghuni gunung gadung ? huehehhehehe marganya Huang 
or 
 Gu
  neh ?
   
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Liquid Yahoo 
 liquidha@
wrote:
   
Setau saya, bukan cuma di itung hari yang tepat dari yang
almarhum, tapi
juga dari garis keturunan langsung yang masih hidup
   
Saya ada kenalan yang kenal dengan yang ngurusin 
 begituan, dia
mantan
penghuni Gunung Gadung :-) dia juga ikut millis ini koq, 
tapi 
 pasif
bener,
dan dia terlalu malu buat nulis / ngetik di millis. Nanti 
saya
  tanyain
dia
   
   
   
- Original Message - 
From: ardian_c ardian_c@
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Thursday, 23 October, 2008 22:13
Subject: [budaya_tionghua] Re: Tatacara Kremasi Jenazah yg 
 pernah
dimakamkan
   
   
 melakukan pengecekan hari yg tepat berdasarkan tgl 
kelahiran
  almarhum
 dicompare tgl kematian kemudian tgl yg mau melakukan 
 kremasi.

 biasanya mengangkat kerangka itu sebelumnya menyiapkan 
 guci, terus
 saat diangkat itu tulang belulangnya dibersihkan dgn 
 alkohol/arak.

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David Oei
 david.oeihongkien@ wrote:

 Dh (Mohon bantuan para miliser B Tionghoa),
 Keluarga saya memiliki makam leluhur yang saat ini sdh 
 tidak
  nyaman
 lagi digunakan sebagai pemakaman
 Untuk itu kami berencana untuk mengangkat jenazah leluhur 
 kami tsb
 untuk kemudian di kremasi.
 Yang menjadi pertanyaan saya adalah:
 Bagaimana aturan mengangkat kerangka tsb (sembahyang dll)?
 Apakah boleh setelah diangkat kerangka tsb untuk 
sementara 
 kita
 letakkan dalam peti (di dekat pemakaman) selama 2-3 hr 
 sebelum di
 kremasi (karena masih menunggu salah satu kerabat yang 
 datang dari
 jauh - tgl masih menggali kubur ternyata ada jeda dg tgl
  kedatangan
 kerabat kami)

 Mohon jawaban dari para sespuh di milis ini
 Terimakasih

 Rgds
 David OHK




 

 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua
  http://iccsg.wordpress.com :.

 Yahoo! Groups Links




   
   
   
   

   
.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
   
.: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.
   
.: Pertanyaan? Ajukan di
  http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
   
.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua 
 http://iccsg.wordpress.com :.
   
Yahoo! Groups Links
   
   
   
   
  
 





Re: [budaya_tionghua] PENGUMUMAN : WEBSITE BUDAYA TIONGHOA SUDAH BISA DIAKSES

2008-10-27 Terurut Topik Fy Zhou

Kok isi artikelnya sangat minim?
Lagian, pembagiannya kurang tepat, kaligrafi dan seni kok isinya puisi? yang 
namanya seni itu kan luas, mestinya lebih konkritlah.
juga, yang namanya website budaya Tionghoa, semua artikel mestinya memang 
urusan budaya, kok masih ada judul sejarah dan budaya?  budaya kok menjadi sub 
judul?
 
Saya usulkan diganti seperti ini:
 
Sejarah
Filsafat
Adat istiadat
Legenda
Politik
Bahasa
Sastra
Seni Rupa  Kaligrafi
Musik  Opera
Arsitektur
Alam  Wisata
Martial art
Makanan
Kesehatan
Marga
Diaspora
Serba Serbi
 
 

Ini yang saya kutip dari website: 
 

Adat Istiadat  Tradisi
Bahasa Mandarin
Dewa Dewi  Mitos  Legenda
Chinese Metaphysic
Kitab Klasik  Filsafat
Resep Makanan
Sejarah  Budaya
Marga Tionghoa
Obat  Kesehatan
Martial Arts
Politik
Diaspora
Bangunan Kuno
Tempat Wisata
Serba Serbi
Kaligrafi  Seni
 
salam,
ZFy
 

--- On Mon, 10/27/08, ardian_c [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: ardian_c [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] PENGUMUMAN : WEBSITE BUDAYA TIONGHOA SUDAH BISA 
DIAKSES
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, October 27, 2008, 7:08 AM






RRS,

akhirnya website milist budaya tionghoa bisa diakses di
http://www.budaya- tionghoa. net 

utk bisa membaca arsip2 lama, HARAP REGISTRASI terlebih dahulu.

Website ini bersifat non komersial dan tidak berafiliasi kepada aliran
manapun, baik aliran politik maupun agama, golongan. Siapapun boleh
mengakses dan diijinkan mengutip, tapi mohon dicantumkan SUMBERNYA DAN
NARASUMBERNYA. Jika memiliki keraguan siapa penulisnya, bisa
menghubungi moderator di budaya_tionghua- [EMAIL PROTECTED] s.com

Terimakasih

 














  

Bls: [budaya_tionghua] Kelenteng Nan Shi Zhu Ludes Terbakar

2008-10-27 Terurut Topik Tin Tintai
Salam sejahtera selalu...
Sungguh prihatin atas insiden ini. Apakah ada informasi mengenai :
1. 10 patung Dewa ikut hancur/retak terbakar juga? Atau posisi masih 
duduk/berdiri seperti semula?
2. Tempat Hio (Hiong Lupat) Dewa Langit  Hiong Lupat Utama diruangan dalam. 
Apakah setelah insiden tsb,posisinya duduk seperti semula atau jatuh miring?
Terima kasih atas informasinya. Thank's  GBU...

Salam damai,
Atintai.



Dari: Sunny [EMAIL PROTECTED]
Kepada: budaya tionghua budaya_tionghua@yahoogroups.com
Terkirim: Selasa, 28 Oktober, 2008 05:26:19
Topik: [budaya_tionghua] Kelenteng Nan Shi Zhu Ludes Terbakar


http://www.sapos. co.id/berita/ index.asp? IDKategori= 1id=1916
 
Senin, 27 Oktober 2008

Kelenteng Nan Shi Zhu Ludes Terbakar  
10 Patung Dewa Ludes, Diduga karena Arus Pendek  

SAMARINDA. Belum setahun berdiri, Kelenteng Nan Shi Zhu diamuk si jago merah 
kemarin siang sekitar pukul 13.00 Wita. Bangunan utama kelenteng yang terletak 
di Jl Jl Telkom, Sungai Lais, Samarinda Ilir tersebut, luluh lantak jadi arang. 
Diduga kuat, kebakaran tersebut disebabkan arus pendek listrik. 
Naasnya lagi, ketika kebakaran terjadi, tidak ada satu orang penjaga pun yang 
berada di lokasi kejadian. Waktu kami tiba, kelenteng ini sudah terbakar dan 
tidak ada yang tahu persis penyebab kebakaran ini. Karena saat kejadian, 
kelenteng ini dalam keadaan kosong, ungkap Aliong, pengawas kelenteng saat 
dikonfirmasi Sapos. 
Tidak diketahui apakah warga yang tinggal di sekitarnya mengetahui peristiwa 
kebakaran tersebut. Maklum pemukiman yang terdekat berjarak lebih dari 500 
meter. Sehingga kemungkinan besar, warga yang melihat bumbungan asap tidak 
menyangka kalau itu berasal dari bangunan utama kelenteng yang letaknya 
terpencil ini. 
Aliong menduga kuat, kebakaran terjadi karena arus pendek listrik. Pasalnya, 
saat kebakaran, bangunan kelenteng dalam keadaan terkunci dan tidak ada 
sisa-sisa aktivitas persembahyangan seperti lilin dan dupa yang menyala. 
Kemungkinan besar, ini karena korsleting listrik. Karena tidak ada lilin yang 
menyala dan kelenteng sedang terkunci, tambah Aliong. 
Lantaran lokasinya yang terpencil, membuat petugas pemadam kebakaran 
kebingungan menemukannya. Bahkan dengan jalur akses yang kurang layak, 
dibutuhkan waktu lebih dari setengah jam untuk bisa mencapai lokasi dari Jl 
Sultan Sulaiman. 
Kebakaran ini menyebabkan semua isi bangunan utama kelenteng ludes terbakar. 
Api pun padam dengan sendirinya, tanpa merembet ke bangunan yang lain. Sehingga 
dua buah pagoda, patung naga kembar serta gerbang depan masih utuh. 
Akibat insiden ini, atap kelenteng habis. Tampak pula puing-puing altar, 10 
patung dewa, peralatan sembahyang dan lain sebagainya. Secara umum, tidak ada 
harta benda apapun yang terselamatkan. Jumlah kerugian pun belum bisa 
diprediksi. Mengingat barang-barang yang ada di dalam kelenteng, sifatnya 
khusus dengan harga yang relatif tinggi. 
Akibat kebakaran itu, pengurus memberitahukan kepada masyarakat Samarinda bahwa 
untuk sementara kelenteng tidak dapat difungsikan sebagai tempat ibadah Tri 
Dharma sebagaimana biasanya. Kami selaku pengurus kelenteng memohon maaf 
kepada para umat di seluruh Samarinda. Karena dengan adanya insiden ini, warga 
tidak dapat melakukan sembahyang di kelenteng milik bersama ini. Sekaligus juga 
kami sampaikan warga Samarinda hendaknya tetap waspada terhadap bahaya 
kebakaran yang terus mengancam. Sekali lagi saya mohon maaf, tambah Aliong, 
dengan didampingi sejumlah warga Tionghoa. 
Pihak kepolisian dari Polsekta Samarinda Utara dan Pos Polisi Sambutan yang 
mendapatkan laporan kebakaran itu, juga langsung mendatangi lokasi kejadian. 
Saat api padam, polisi memasang garis polisi atau police line. 
Kapolsekta Samarinda Utara AKP Andrias Susanto Nugroho SIK, melalui Kanit 
Reskrim Ipda Widho Anriano mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan 
untuk memastikan penyebab kebakaran tersebut. Beberapa saksi masih dimintai 
keterangan. 
Sementara ini, penyebab kebakaran diduga kuat karena korseleting listrik. 
Namun masih diselidiki. Beberapa saksi mata juga dimintai keterangan di 
Polsekta Utara, jelas Widho lagi. (lee/rm-1/uya)   


  
___
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[budaya_tionghua] Ahok_100 Tahun Kebangkitan Nasional

2008-10-27 Terurut Topik HKSIS
100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL  (1908-2008)

(Makalah Basuki Purnama di Bersulang Tanah air, 25 Okt. 2008) 

 

Apa yang membedakan kita antara tahun 1908 dan 2008, tentu saja kita bisa 
menjawab dari berbagai aspek, dalam hal ini saya hanya akan memberikan 
pandangan saya dari sudut politik praktis tentang apa yang dicita2kan oleh para 
tokoh / elite politik Indonesia di tahun 1908, dan apa yang akhirnya kita capai 
dan peringati sebagai kebangkitan nasional  pada tahun 2008 ini yang sudah 
tepat berusia 100 tahun.

Hal positif yang kita capai dalam politik setelah 100 tahun kebangkitan 
nasional diantaranya adalah :  adanya pemilihan presiden dan kepala daerah 
secara langsung, disahkannya undang-undang kewarganegaraan yang ?revolusioner?, 
bebasnya rakyat mendirikan partai politik, dan adanya hal otonomi daerah di 
setiap kabupaten dan propinsi.

Realita yang kita hadapi setelah 100 tahun kebangkitan nasional adalah Indeks 
pembangunan manusia (IPM/HDI: Human development index, yang menggambarkan 
kondisi panjang umur , lamanya mengenyam pendidikan dan pendapatan perkapita 
rakyat) ternyata jauh tertinggal dari negara tetangga kita seperti Malaysia, 
apalagi Singapura.

Disamping masalah IPM, juga sulitnya mendapatkan pemimpin yang membela rakyat 
apalagi rela menjadi lebih miskin demi untuk rakyat,  yang terjadi nasib rakyat 
tidak berubah dan justru rakyat semakin susah dan miskin, sementara hampir 
semua pejabat dan mantan pejabat kaya raya.

Bukankah secara umum diketahui, jika semakin kekuasaan ditangan rakyat, 
tentulah nasib rakyat yang dicerminkan dengan IPM (indeks pembangunan manusia) 
juga semakin meningkat ? Kenapa setelah 10 tahun reformasi dan 100 tahun 
kebangkitan nasional, yang terjadi tidak demikian ?

Saya akan membagikan pengalaman saya melihat situasi politik yang saya alami 
mulai dari pemilu 2004, pilkada bupati Belitung Timur 2005 dan Pilkada Gubernur 
Bangka Belitung 2007.

Yang Pertama adalah Burung Garuda Pancasila goyah, disebabkan banyaknya oknum 
elite politik yang membuang pita Bhinneka Tunggal Ika, sehingga burung Garuda 
Pancasila menjadi goyah karena tidak memiliki pegangan lagi.

Yang Kedua adalah banyaknya oknum elite politik dari agama tertentu yang ingin 
bendera merah putih menjadi benderanya negara Singapura (ditambah bulan sabit 
dan bintang), artinya apa ? banyak oknum elite yang ingin negara ini seperti 
negara agama, sehingga rakyat yang tidak beragama sama dengannya tidak berhak 
menjadi pejabat kepala daerah apalagi kepala negara di Negara Kesatuan Republik 
Indonesia (NKRI) yang jelas benderanya hanya merah putih saja.

Kalau ingin memiliki IPM seperti negara Singapura tentu baik, tetapi hanya 
ingin menerapkan bulan sabit dan bintang kedalam NKRI dan menyingkirkan 
putra-putra terbaik bangsa yang tidak seagama, tentulah merupakan tindakan 
pengkhianatan terhadap kebangkitan nasioanl dan UUD 1945 dan Pancasila kita.

Yang Ketiga adalah buruh yang tidak dapat dibayar sesuai dengan kebutuhan 
diatas minimum mereka, sehingga bangsa ini semakin lama semakin miskin dan 
rendah IPMnya, karena tidak memiliki jaminan pendidikan , kesehatan dan jaminan 
hari tua.

Ketiga hal diataslah yang menjadi penyebab kenapa setelah 100 tahun kebangkitan 
nasional , bangsa Indonesia tertinggal dari negara tetangganya. Inilah krisis 
multidimensi bangsa ini, padahal semangat para elite di kebangkitan nasional 
100 tahun yang lalu mendambakan Indonesia sejajar dengan negara Amerika Serikat 
dan Jerman.(tafsiran pribadi penulis?).

Demokrasi jelas harus bebas tetapij uga harus memiliki batasan yang tidak boleh 
dilewati , yakni : Kepentingan rakyat, azas negara dan keutuhan Negara Kesatuan 
Republik Indonesia.

Apa persepsi rakyat tentang demokrasi dengan adanya pemilu yang diikuti oleh 
banyak partai politik, adanya hak memilih kepala daerah dan kepala negara 
secara langsung ?

Secara umum, rakyat memiliki persepsi setelah pemilu atau pemkada/pilpres 
selesai, maka mereka kembali dilupakan lagi, Atau yang lebih putus harapan lagi 
,rakyat memiliki persepsi siapapun yang jadi pejabat sama saja buat nasib 
mereka, tidak pernah berubah , tetap miskin, yang berubah hanyalah pejabat yang 
terpilih dan keluarga maupun teman-temannya saja.

Kalau saudara ditanya apakah saudara puas dengan kinerja para pejabat 
eksekutif, legistlatif, yudikatif dan aparat keamanan dan polisi ? Hampir semua 
hasil survei menunjukan mayoritas rakyat tidak puas dengan kinerja yang ada. 
Lalu salah siapa ? setengahnya adalah kesalahan saya dan saudara yang tidak 
rela keluar dari zona nyaman untuk merebut posisi tersebut.

Solusinya : para nasionalis idealis harus rela keluar dari zona nyaman, masuk 
ke semua bidang pemerintahan, jika ingin ke jenjang kepala daerah, bisa memulai 
dari jenjang anggota DPRD, jika terbukti BTP (Bersih,Transparan dan 
Profesional) , dia bisa lanjutkan ke tingkat kepala daerah baik sebagai Bupati 
/ Walikota, jika terbukti BTP lagi, dia bisa jadi Gubernur / Presiden.

Jika 

[budaya_tionghua] King Hian_BERSULANG TANAH AIR

2008-10-27 Terurut Topik HKSIS
BERSULANG TANAH AIR
 
King Hian

 
dalam rangka peringatan:
100 Tahun Kebangkitan Nasional
10 Windu Sumpah Pemuda
10 Tahun Reformasi 1998
 
Kebangkitan Nasional merupakan suatu momen penting di mana timbul kesadaran 
untuk membebaskan diri dari keterbelakangan dan mengejar ketinggalan yang 
dirintis oleh para pemuda pendiri perkumpulan Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 
1908, yang bertujuan memajukan pengajaran ilmu pengetahuan dan kebudayaan bagi 
anak bangsa. Seratus tahun telah berlalu, semangat kebangkitan nasional tetap 
relevan untuk mengingatkan bahwa kita harus selalu ?bangkit? untuk menghadapi 
segala tantangan yang muncul dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
 
Pada Kongres Pemuda Kedua tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta, para pemuda 
yang berasal dari berbagai organisasi kedaerahan, (seperti Jong Java, Jong 
Sumateranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Jong Islamieten Bond, Jong 
Ambon, Pemoeda Kaoem Betawi, dll) sepakat untuk bersatu dengan merumuskan 
Soempah Pemoeda yang menyatakan bertumpah darah yang satu, berbangsa yang satu, 
dan menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Sebelum pembacaan 
teks Soempah Pemoeda diperdengarkan lagu ?Indonesia Raya? yang dibawakan oleh 
W.R Soepratman. 
 
Perlu dicatat bahwa ada 4 pemuda Tionghoa yang turut hadir dalam kongres ini, 
yaitu: Kwee Thiam Hong, Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok, dan Tjio Djien 
Kwie. Teks Soempah Pemoeda dibacakan di Jl. Kramat Raya 106 Jakarta, saat ini 
menjadi Museum Sumpah Pemuda, yang merupakan milik seorang Tionghoa bernama Sie 
Kong Liong.
 
Sebagai salah satu komponen bangsa, orang Tionghoa juga menjunjung kesepakatan 
kesatuan dan persatuan Indonesia. Hal ini jelas sekali terlihat dalam aksara 
GUO (?) negara, yang memiliki makna batas wilayah tembok atau wilayah (?) dan 
setiap orang (?) memegang tombak (?), yang artinya mempertahankan keutuhan 
persatuan dan kesatuan negara. Wilayah adalah tempat kita tinggal, bukan negara 
lain. Sumpah Pemuda itulah tembok yang harus kita jaga dengan asas kesetaraan 
dan asas menghormati seluruh etnis yang ada di Indonesia ini tanpa pilih bulu. 
Tiap-tiap kompenen bangsa memberikan kontribusinya positif melalui caranya 
masing-masing, baik secara politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan 
keamanan bagi lingkungan sekitar. 
 
Dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa kita harus berpedoman pada 
semboyan ?Bhinneka Tunggal Ika?, berbeda-beda tetapi tetap satu. Persatuan dan 
kesatuan bangsa bukanlah menghilangkan keberagaman dan perbedaan. Setiap 
komponen bangsa bebas untuk menjalankan dan melestarikan nilai-nilai budayanya 
masing-masing, yang semuanya akan memperkaya khasanah budaya bangsa. Bangsa 
yang besar adalah bangsa yang berani menerima dan menghargai keberagaman.
 
Pada periode akhir kekuasaan Orde Baru terjadi hal-hal yang memicu 
ketidak-puasan rakyat terhadap pemerintah. Kondisi perekonomian memburuk 
sementara praktik KKN meraja lela, ditambah lagi pada tahun 1997 terjadi krisis 
moneter yang menimpa beberapa negara di kawasan Asia termasuk Indonesia. 
Kondisi negara yang semakin buruk ini membuat para mahasiswa berunjuk rasa di 
seluruh kota besar di Indonesia untuk menuntut reformasi. 
 
Pada 12 Mei 1998 terjadi penembakan terhadap mahasiswa Trisakti yang sedang 
melakukan unjuk rasa di halaman kampusnya. Empat mahasiswa tewas, yaitu Elang 
Mulya Lesmana, Hery Hartanto, Hafidin Royan, dan Hendrawan Sie. Kejadian ini 
diikuti oleh tragedi 13-15 Mei yang meluluhlantakkan Jakarta. Karena berbagai 
tekanan pada 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya 
sebagai Presiden RI. Pada 24 September 1999 kembali terjadi penembakan terhadap 
mahasiswa yang berunjuk rasa, insiden yang disebut Peristiwa Semangi II ini 
menewaskan Yap Yun Hap seorang mahasiswa UI. 
 
Reformasi 1998 telah membuka lembaran baru dalam sejarah Indonesia, dengan 
mendorong terjadinya pergantian kekuasaan dan reformasi di segala bidang. 
Banyak kemajuan telah dicapai. Dalam kurun waktu 10 tahun telah terjadi empat 
kali pergantian presiden. Kita juga telah menikmati kebebasan informasi dan 
kebebasan mengeluarkan pendapat. Orang Tionghoa bisa bernafas lega setelah 
Inpres No. 14/1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina dicabut 
oleh Presiden Gus Dur. Presiden Megawati menjadikan Tahun Baru Imlek sebagai 
hari libur nasional. Bahasa Tionghoa dan perayaan Festival Tionghoa kini 
bukanlah hal yang terlarang. Dalam bidang hukum orang Tionghoa mulai 
mendapatkan persamaan dengan diberlakukannya UU Kewarganegaraan No. 12/2006 
oleh Presiden SBY.
 
Tentu saja cita-cita reformasi 1998 belum semua tercapai, masih banyak masalah 
yang harus diperbaiki. Rakyat masih terhimpit kondisi ekonomi sementara KKN 
terus terjadi. Masih banyak peraturan yang tumpang tindih, juga implementasi di 
lapangan yang tidak sesuai peraturan di atas kertas, salah satunya adalah 
masalah SBKRI yang sebenarnya sudah dihapuskan oleh Inpres No. 4/1999 dari 
Presiden BJ 

[budaya_tionghua] Phoa Bing Hauw_ Rasa Kebangsaan

2008-10-27 Terurut Topik HKSIS
RASA KEBANGSAAN

 

Phoa Bing Hauw, dalam acara Bersulang Tanah Air

25 Okt. 2008

Acara Bersulang tanah Air harus diakui merupakan ide dengan tema yang sangat 
orisinil dan antik (istilah kalangan muda). Karena biasanya bersulang itu 
dilakukan pada acara gembira untuk mengharapkan sesuatu yang lebih baik di masa 
mendatang, misalnya pada acara Malam Tahun Baru, atau trend pada saat ini 
bersulang di pesta perkawinan. Jadi, semua orang bersulang, sambil tersenyum 
dan tertawa-tawa dengan berharap agar impian, harapan, cita-citanya terwujud. 
Tetapi terlepas dari terminologi yang digunakan, acara ini diadakan untuk 
memperingati (a) satu abad Kebangkitan Nasional, (b) Sepuluh Windu Sumpah 
Pemuda, dan (c) Sepuluh Tahun Reformasi, harus diakui, istilah itu tepat dan 
membangkitkan tanda Tanya ?apa sih dan untuk apa sampai bersulang segala?? dan 
?apa relevansinya?. dalam acara ini khususnya Rasa Kebangsaan kita sebagai 
Bangsa Indonesia saat ini, bila dikaitkan dengan ketiga peristiwa di atas?

Pada umumnya, bila kita menanyakan hal tersebut kepada pihak keluarga, teman, 
kerabat, ataupun orang lain mengenai Rasa Kebangsaan, jawaban mereka pasti 
beragam, atau bahkan jawabannya kadang sukar dimengerti, tergantung tingkat 
pendidikan, latar belakang keluarga, dan juga agama yagn mungkin saja dapat 
memberikan warna kepada bentuk pertanyaan tesebut. Namun, tidak ada yang harus 
dipersalahkan dalam hal ini karena Rasa Kebangsaan memang suatu yang abstrak, 
yang tertanam di dalam hati sanubari setiap orang mengenai apa yang dirasakan, 
apa yang diharapkan, dan apa yang dapat diperbuat untuk bangsa dan negaranya. 
Umumnya secara seragam, mereka dapat menjawab bahwa Rasa Kebangsaan adalah 
identik atau sangat erat kaitannya dengan rasa nasionalisme. Hal ini terutama 
timbul pada saat kita mengikuti upacara bendera dengan khidmat, atau juga pada 
saat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, atau juga pada saat melihat 
salah satu atlet kita memenangkan pertandingan dalam arena olahraga dunia. 

Tetapi dalam situasi saat ini bagaimana Rasa kebangsaan kita sekarang? terutama 
bila dibandingkan pada saat dr. Wahidin Sudiro Husodo dkk dianggap mencanangkan 
Kebangkitan Nasional, atau pada saat para Pemuda berikrar Sumpah Pemuda? Yang 
pasti, dalam jaman, dimensi waktu serta generasi yang jauh berbeda, maka 
konsep, makna serta kejiwaan yang tertanam dan juga efek eporia pada saat itu 
sangat berbeda satu dengan lainnya dan akibatnya susah untuk diperbandingkan. 
Dengan kata lain, tidak adil (unfair), bila suasana jaman sekarang 
dibandingkan, atau harus serupa,  dengan jaman Pra-Kemerdekaan. 

Pertanyaan yang hakiki dan seharusnya dipertanyakan adalah Bagaimana caranya 
yang pada saat itu dalam serba kekurangan, serba ketidaktahuan, serba ketakutan 
dan keterbatasan dalam suasana penjajahan yang kental, para orang-orang/ 
pemuda-pemuda (termasuk yang berjender wanita) tersebut dapat secara brilian 
mencetuskan, melahirkan ide kebersamaan untuk bangkit dan sejajar dengan bangsa 
lain (Kebangkitan Nasional) dan kemudian dapat merasakan satu jiwa kebersamaan 
sebagai satu Bangsa, satu Nusa dan satu Bahasa (Sumpah Pemuda). Kebersamaan 
inilah yang merupakan Kunci penting (?Key Words?) yang melandasi para Pahlawan 
kita dari pertama kita melawan penjajah (Falatehan sampai jaman Bung karno-Bung 
Hatta). Hanya dengan Kebersamaan maka kita dapat Merdeka, dan tetap sampai 
sekarang. Namun, dari sejarahpun kita belajar bahwa Kebersamaan bukan suatu hal 
yang mudah seperti diucapkan, hal ini terbukti bahwa walau pada jaman Falatehan 
bersama-sama ingin mengusir Penjajah Portugis, toh baru di tahun 1945, Penjajah 
akhirnya dapat terusir (de-jure) namun masih perlu empat tahun lagi untuk 
benar-benar secara de-facto Penjajahan berakhir. 

Dengan demikian kebersamaan seperti inilah yang seharusnya melandasi kita semua 
sebagai Bangsa Indonesia kjapanpun, dan dimanapun kita berada, terlepas dari 
strata sosial kita, warna kulit, latar belakang keluarga dan pendidikan dan 
juga keyakinan (agama).  Kebersamaan sangat penting dalam lingkaran terkecil, 
kemudian melebar, melebar dan membesar tanpa terpengaruh oleh inflitrasi tujuan 
pribadi atau tujuan kelompok. Bayangkan bila kebersamaan yang diusung oleh dr. 
Wahidin tidak ditanggapi oleh dr. Cipto Mangoen Koesoemo, atau para Pemuda dari 
Yong Ambon tidak seia- sekata dengan Pemuda dari Yong Celebes, atau dengan 
Pemuda Yong Sumatra dan Pemuda Yong Jawa? Secara na?f kita akan bertanya, 
mungkinkah acara Bersulang ini dilakukan?

Maka dalam konteks sekarang, Kebersamaan kita saat ini (Tahun 2008) sangat 
berbeda dengan Kebersamaan pada Jaman Pra-Kemerdekaan, dan saat sekarang malah 
Kebersamaan kita sebagai bangsa sedang diuji. Mengingat Kebersamaan yang 
diharapkan oleh masyarakat luas (Baca:Warganegara) tidak dilihat sebagai 
kebersamaan dari kacamata Penguasa (Pemerintah). Apa yang diharapkan masyarakat 
agar impian, cita-cita, harapannya  belum terwujud nyata. 

Dari Leluhur 

Re: [budaya_tionghua] King Hian_BERSULANG TANAH AIR

2008-10-27 Terurut Topik King Hian
Pada acara Bersulang Tanah Air yang diadakan oleh Majalah Sinergi Indonesia, 
Solidaritas Nusa Bangsa, dan Komunitas Bambu, pada tanggal 25 Oktober kemarin. 
Saya mewakili milis Budaya Tionghoa mendapat kesempatan untuk berbicara pada 
giliran kedua dari belakang (giliran sebelum pembicara terakhir). Karena 
seluruh pembicara2 sebelumnya sudah membicarakan tema yang sama (tentang 
Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda, dan Reformasi) terutama dari sisi politik, 
supaya tidak membahas cerita yang sudah berkali2 dibahas sebelumnya, saya 
memilih untuk membahas keadaan Tionghoa Indonesia yang terombang-ambing antara 
berkiblat ke budaya leluhur dan mengakar di tanah air Indonesia.
 
Bahan pembahasan dikutip dari tulisan Zhou Fuyuan yang berjudul Where Do We 
Belong,  yang dimuat di Jurnal Asian Ethnicity, Volume 4, Issue 3, October 
2003.
 
salam,
KH
 

:
Tionghoa Indonesia: Antara “Luo Ye Gui Gen[1]” dan “Luo Di Sheng Gen[2]”
 

Secara naluri manusia memerlukan tempat berpijak. Semua orang di hati kecilnya 
selalu terikat dengan tempat dia dilahirkan dan dibesarkan. Kerinduan terhadap 
kampung halaman adalah perasaan yang universal. Lihatlah kenyataan di sekitar 
kita, lihatlah kawan kawan yang telah lama menetap di kota lain, masih fanatik 
dengan semua yang berasal dari kota kelahirannya. Mereka begitu bangganya 
dengan makanan, bahasa, alam pemandangannya. 
 
Kita, etnis Tionghoa, tentu mempunyai ikatan dengan tempat kelahiran kita 
Indonesia. Kita sudah menyerap budaya lokal. Kita tidak kalah dalam berbahasa 
Indonesia, juga berbahasa daerah, dengan teman-teman kita yang disebut 
“Indonesia asli”. Namun, bagi sebagian orang, hal ini tidaklah cukup. Kita 
tidak cukup hanya bisa berbahasa Indonesia, tapi juga harus tidak berbahasa 
Tionghoa lagi; tidak cukup anak-anak kita mati berdemontrasi mendukung 
reformasi, kita juga harus mengganti nama dan agama kita. Kita harus 
menanggalkan semua ciri dan seluruh atribut kita, bila perlu badan pun diganti 
lewat kawin campur. Pemikiran ini memang menjadi arus pemikiran utama saat orde 
baru sedang jaya-jayanya. Inilah inti ideologi pembauran yang direstui rezim, 
banyak tokoh Tionghoa pun tergiring menjadi penjaja paham ini. Hakekat dari 
ideologi pembauran tak lain adalah paham asimilasi sepihak.
 
Ada yang bertanya, memangnya mengapa dengan pembauran, bukankah ini jalan yang 
paling tuntas untuk meleburkan masyarakat pendatang dengan penduduk asli? 
Sepintas, paham ini terlihat luhur, namun, pada dasarnya paham ini berlandaskan 
pola pemikiran yang sakit. 
 
Pertama, paham ini secara gamblang telah melanggar hak asasi manusia, memangkas 
hak manusia untuk mengembangkan kepribadian, kebudayaan dan kepercayaan. 
Ideologi ini mengesahkan tirani mayoritas atas minoritas. Asimilasi lewat 
perkawinan akan indah berdasarkan cinta, tak mungkin kita meniru binatang yang 
disilangkan demi mendapatkan bibit unggul. Anak yang lahir pun pasti campuran 
menarik dari sifat biologis kedua orang tua. Dua orang yang berasimilasi akan 
saling mempengaruhi, lewat perjalanan waktu akan bersintesa menjadi budaya 
baru. Pengaruh yang bersifat sepihak bukankah menyalahi kodrat alam?
 
Kita semua selalu ingin hadir sebagai manusia yang memiliki harga diri. Harga 
diri hanya mungkin jika kita mempunyai identitas. Identitas lahiriah karena 
keturunan, identitas budaya lewat pendidikan keluarga lewat pengaruh 
lingkungan, identitas sosial karena pendidikan dan profesi. Semua ini secara 
utuh membentuk diri kita, tak mungkin kita menerjuni masyarakat tanpa semua 
ini. Jika kita, etnis Tionghoa, dituntut menghapus seluruh sejarah 
identitasnya, kita akan linglung seperti pasien yang kehilangan ingatan. Kita 
akan seperti anak buangan yang tak pernah mengenal orang tuanya, dan pasti tak 
lagi memiliki percaya diri.
 
Kini, sudah saatnya kita menjadi sadar, ideologi pembauran yang dijalankan 
selama orde baru, telah gagal total membangun nilai nilai kebangsaan yang 
kokoh. Paham pembauran ternyata adalah paham yang membaurkan masalah. Sudah 
saatnya kita mencari jawaban yang lain. 
 
Akhir akhir ini, paham integrasi dari Siauw Giok Tjhan mulai dilirik kembali. 
Integrasi yang gigih diperjuangkan paham ini adalah integrasi politik. Etnis 
Tionghoa Indonesia berjuang untuk  diterima secara utuh sebagai bagian yang sah 
dari bangsa Indonesia. Etnis Tionghoa tak harus menanggalkan identitas diri 
untuk menjadi Indonesia. Identitas budaya Tionghoa selayaknya diterima sebagai 
bagian dari identitas nasional. Mulailah maraknya gerakan untuk menghidupkan 
kembali budaya Tionghoa. 
 
Namun, akankah persoalan terselesaikan sampai di sini? Di bawah sadar, 
sebenarnya ada pergolakan batin yang terus berkecamuk dalam hati orang orang 
Tionghoa. 
 
Sejak dulu, di benak orang Tionghoa telah tertanam konsep Luo Ye Gui Gen (落叶归根) 
“Daun yang jatuh kembali ke akar”, yang membimbing orang Tionghoa, untuk selalu 
berorientasi kepada budaya asalnya. Namun, dengan konsep 

[budaya_tionghua] Re: Batara Hutagalung, Eurico Guteres diskusi SUMPAH PEMUDA di TvOne

2008-10-27 Terurut Topik Batara Hutagalung
 
Dear all,
Batara Hutagalung, Eurico Guteres, Sarjono Kartosuwiryo, Svetlana Nyoto (putrid 
alm. Tokoh PKI Nyoto), diskusi mengenai SUMPAH PEMUDA, di TvOne, hari Selasa, 
28 Oktober 2008 pukul 19.30 di acara COVER STORY.
 
Salam,
 
Batara R Hutagalung


  

[budaya_tionghua] Penggagas Kongres Pemuda Pertama

2008-10-27 Terurut Topik wahyudi yudi
 Penyebarluasan Bahasa Indonesia”. Saat itu ia 
memberikan argumen bahwa bahasa Indonesia tidak beroposisi terhadap bahasa 
daerah, tapi merepresentasikan ”Sumpah Kita”. Ia kemudian menyampaikan satu 
rumusan baru: 

Kita bertoempah tanah (sic) satu, jaitoe tanah (sic) Indonesia, 
Kita berbangsa satoe, jaitoe bangsa Indonesia, 
Kita berbahasa satoe, jaitoe bahasa Indonesia
Tabrani lahir di Pamekasan, Madura, 10 Oktober 1904. Setelah menamatkan 
pendidikan di MULO Surabaya, dia masuk AMS di Bandung dan kemudian OSVIA, juga 
di Bandung. Sejak di MULO ia aktif di Jong Java. 
Meski menuntut ilmu di sekolah calon pamong praja, Tabrani lebih berminat pada 
jurnalistik. Pada 1926 ia sudah memimpin harian Hindia Baroe bersama Haji Agus 
Salim. Selepas Kongres Pemuda Pertama, ia berkeliling Eropa, hingga 1931, 
mencari pengalaman jurnalistik. Ia, antara lain, mengunjungi London, Berlin, 
Koln, dan Wina. Sembari membantu koran-koran Belanda, seperti Het Volk dan De 
Teleraaf. Setelah pulang ke Tanah Air, ia mendirikan Partai Rakyat Indonesia 
dan menerbitkan majalah Revue Politiek. Beberapa tahun kemudian, ia memimpin 
harian Pemandangan. 
Dalam Kongres Persatoean Djoernalis Indonesia Kelima di Solo 1939, Tabrani 
terpilih sebagai ketua. Di zaman Jepang, ia memimpin koran Tjahaja di Bandung. 
Pada zaman Jepang ini pula ia pernah dijebloskan ke penjara Sukamiskin. Ia 
disiksa hingga kakinya cacat, pincang.

 
Lepas dari penjara, Tabrani memimpin Indonesia Merdeka yang diterbitkan Jawa 
Hokokai. Saat Indonesia merdeka, ia sempat mengelola koran Suluh Indonesia, 
milik Partai Nasional Indonesia.
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/10/27/LK/mbm.20081027.LK128563.id.html


  salam
[EMAIL PROTECTED]
 
 


  New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[budaya_tionghua] KONSEP WIPO, SKENARIO GLOBAL UNTUK MEMECAH INDONESIA?

2008-10-27 Terurut Topik luc_leroy07
Ada ribuan artefak budaya Indonesia yang diklaim oleh pihak asing, 
seperti Batik Adidas, Sambal Balido, Tempe, Lakon Ilagaligo, Ukiran 
Jepara, Kopi Toraja, Kopi Aceh, Reog Ponorogo, Lagu Rasa Sayang 
Sayange, dan lain sebagainya. Fenomena ini tidak hanya terjadi di 
Indonesia, ia juga terdapat di banyak Negara berkembang lainnya. 
Untuk itu, WIPO (World Intellectual Property Organization), lembaga 
Intellectual Property internasional, mengusulkan sebuah alternatif 
penyelesaian. Usulan ini dimuat dalam Revised Draft Provisions For 
The Protections Of Traditional Cultural Expressions/Expressions Of 
Folklore.

Inti dari usul tersebut adalah menyerahkan kepemilikan atas ekspresi 
budaya tradisional kepada Kustodian atau komunitas. Ini dapat dilihat 
pada pasal 2 dan pasal 4 pada draft tersebut. Ekspresi budaya 
tradisional X yang dipelihara dan dikembangkan oleh komunitas Y 
akan menjadi milik komunitas Y. Misalnya komunitas batik dari 
Surakarta yang memelihara dan mengembangkan desain parang maka motif 
tersebut akan menjadi milik komunitas tersebut.

Namun dari hasil kajian yang dilakukan oleh Indonesian Archipelago 
Culture Initiatives atau IACI (www.budaya-indonesia.org), konsep ini 
membawa ancaman terhadap integritas Negara Kesatuan Republik 
Indonesia. 

Yang pertama adalah masalah horizontal. Ia akan memicu konflik antar 
wilayah maupun antar komunitas dalam satu daerah. Orang Sunda tidak 
dapat berkreasi secara bebas mengembangkan Batik Jawa. Orang Jawa 
harus meminta lisensi ke orang Batak untuk dapat mengembangkan ulos. 
Orang Papua tidak merasa memiliki songket dari Palembang, demikian 
seterusnya. Lalu dimanakah posisi persatuan dan kesatuan Indonesia?

Selain mengikis rasa persatuan, konsep ini juga berpotensi konflik 
antar wilayah. Ada banyak artefak budaya Indonesia yang terdapat di 
lebih dari satu wilayah atau suku tertentu. Misalnya, ada sebuah 
motif ukiran tertentu terdapat di dua wilayah atau suku yang berbeda. 
Lalu komunitas yang mana berhak untuk memilikinya? Akibatnya akan 
terjadi konflik antar wilayah atau antar suku. Pemekaran wilayah, 
yang hanya melibatkan dimensi pembagian administrasi pemeritahan 
saja, terbukti dapat menyebabkan jatuhnya korban. Apalagi jika 
ditambah dengan persoalan pembagian budaya tradisi. Setiap wilayah 
atau suku akan bertempur untuk mempertahankan warisan nenek moyaknya, 
yang merupakan harga diri komunitasnya. 

Konflik yang mungkin muncul tidak hanya terjadi antar komunitas. Ia 
juga bisa terjadi di dalam komunitas itu sendiri. Dari sekian banyak 
komunitas Angklung di Bandung misalnya, siapakah yang berhak memiliki 
angklung? Siapa yang berhak memberikan izin lisensi angklung ke pihak 
lain, pimpinan komunitas tersebut atau rapat anggota? Posisi pimpinan 
komunitas budaya, yang pada awalnya hanya memperhatikan faktor 
kebijaksanaan semata, menjadi terpolitisir (akibat adanya faktor 
kekuasaan dan ekonomi di dalamnya). Konsep ini beresiko melahirkan 
konflik dan perpecahan pada komunitas-komunitas budaya di Indonesia.

Yang kedua adalah masalah vertikal. Konsep yang dibuat oleh WIPO akan 
mempermudah upaya eksploitasi budaya Indonesia oleh pihak asing. 
Sebuah perusahaan desain kaliber internasional hanya perlu datang 
membeli lisensi ke sebuah komunitas budaya lokal tertentu. Negosiasi 
tersebut tentu saja tidak seimbang. Adidas mungkin hanya perlu 
mengeluarkan beberapa juta rupiah untuk membeli sebuah desain batik 
tertentu, lalu mengkomodifikasi sedemikian rupa dan mendapatkan 
miliaran dolar dari desain tersebut.

Jika terjadi sengketa sengketa hukum, kemampuan untuk melakukan 
pembelaan tentu saja tidak akan seimbang. Apakah semua komunitas 
budaya di Indonesia mampu membayar pengacara untuk menuntut sebuah 
perusahaan raksasa asing dalam pengadilan di luar negeri? Selain 
semakin mudah untuk dieksploitasi, kemampuan kita untuk melakukan 
pembelaan juga semakin melemah. 

Dari ulasan di atas, kita dapat melihat bahwa konsep yang diusulkan 
oleh WIPO berpotensi untuk mengancam integritas Negara Kesatuan 
Republik Indonesia. Ia memicu konflik antar warga Negara Indonesia. 
Selain itu, ia akan mempercepat proses eksploitasi budaya Indonesia 
oleh pihak asing. Untuk itu kita perlu waspada. Apakah konsep yang 
dibawa oleh WIPO merupakan bagian dari skenario global untuk memecah 
Indonesia?

Untuk melindungi budaya Indonesia, kita membutuhkan sebuah terobosan 
baru. Hal ini dapat kita teladani dari kisah perjuangan Djuanda 
Kartawidjaja di Zona Ekonomi Esklusif (ZEE). Indonesia harus berani 
melawan dan membuat sebuah terobosan baru. Inspirasi inilah yang 
melatarbelakangi lahirnya konsep Nusantara Cultural Heritage State 
License atau disingkat NCHSL (http://budaya-indonesia.org/iaci/
NCHSL), sebagai sebuah alternatif konsep perlindungan budaya 
Indonesia yang diinisiasi oleh Indonesian Archipelago Culture 
Initiatives.

Kita harus waspada terhadap konsep yang diusulkan oleh pihak asing. 
Bisa jadi, ia merupakan sebuah skenario global untuk 

[budaya_tionghua] OOT: EFFECTS OF COLD WATER

2008-10-27 Terurut Topik Liquid Yahoo
EFFECTS OF COLD WATER

Please be a true friend and send this article to all your friends you care 
about.


Bagi anda yang menyukai air dingin, artikel ini sangat bermanfaat bagi anda. 
Memang menyenangkan bila kita meminum air dingin setelah makan. Namun, air 
dingin akan membekukan makanan berminyak yang baru anda konsumsi. Hal ini akan 
memperlambat pencernaan. Sekali saja  mengendap bereaksi dengan asam, akan 
merusak dan diserap usus lebih cepat dari pada makanan padat. Dan akan 
membatasi usus. Segera setelah itu, akan menimbun menjadi lemak dan menjadi 
penyebab kanker.
Lebih baik untuk meminum air panas atau hangat setelah makan.
Catatan penting tentang serangan jantung - anda harus mengetahui bahwa tidak 
setiap gejala serangan jantung akan melukai lengan sebelah kiri. Waspadalah 
jika anda merasa sakit pada kerongkongan. Anda mungkin tidak akan pernah merasa 
sakit pada bagian dada selama serangan jantung berlangsung. Rasa mual dan 
keringat yang bercucuran juga menjadi gejala umum. 60 persen orang yang 
mengalami serangan jantung pada saat tidak sadarkan diri atau tidur tidak 
pernah terbangun. Rasa sakit pada tenggorokan dapat membangunkan anda dari 
tidur anda yang nyenyak.
Mari berhati-hati dan waspada. Semakin kita tahu semakin baik untuk kita 
bertahan.
Seorang ahli jantung mengatakan jika seseorang membaca pesan ini dan 
mengirimkannya kepada 10 orang, anda dapat menyelamatkan sedikitnya 1 nyawa 
seseorang.


Re: [budaya_tionghua] PENGUMUMAN : WEBSITE BUDAYA TIONGHOA SUDAH BISA DIAKSES

2008-10-27 Terurut Topik King Hian
Zhou Xiong,
Terus terang kita kekurangan tenaga yang bisa 'mengurus' website BT.
waktu mengerjakan website yang lama ada beberapa orang yang bisa 
membantu membuat struktur web dan mengupload tulisan2 ke website, ada Xuan 
Tong, Red Phoenix, Karang Terjal, Ardian, Rinto Jiang, Herry, dll.
Sekarang yang lain sedang sibuk, tidak ada waktu untuk membantu, tinggallah 
sdr. Herry yang keteteran menyusun website yang baru.
 
salam,
KH


Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

--- On Mon, 10/27/08, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Fy Zhou [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [budaya_tionghua] PENGUMUMAN : WEBSITE BUDAYA TIONGHOA SUDAH BISA 
DIAKSES
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, October 27, 2008, 7:31 PM












Kok isi artikelnya sangat minim?
Lagian, pembagiannya kurang tepat, kaligrafi dan seni kok isinya puisi? yang 
namanya seni itu kan luas, mestinya lebih konkritlah.
juga, yang namanya website budaya Tionghoa, semua artikel mestinya memang 
urusan budaya, kok masih ada judul sejarah dan budaya?  budaya kok menjadi sub 
judul?
 
Saya usulkan diganti seperti ini:
 
Sejarah
Filsafat
Adat istiadat
Legenda
Politik
Bahasa
Sastra
Seni Rupa  Kaligrafi
Musik  Opera
Arsitektur
Alam  Wisata
Martial art
Makanan
Kesehatan
Marga
Diaspora
Serba Serbi
 
 

Ini yang saya kutip dari website: 
 

Adat Istiadat  Tradisi
Bahasa Mandarin
Dewa Dewi  Mitos  Legenda
Chinese Metaphysic
Kitab Klasik  Filsafat
Resep Makanan
Sejarah  Budaya
Marga Tionghoa
Obat  Kesehatan
Martial Arts
Politik
Diaspora
Bangunan Kuno
Tempat Wisata
Serba Serbi
Kaligrafi  Seni
 
salam,
ZFy
 

--- On Mon, 10/27/08, ardian_c [EMAIL PROTECTED] co.id wrote:

From: ardian_c [EMAIL PROTECTED] co.id
Subject: [budaya_tionghua] PENGUMUMAN : WEBSITE BUDAYA TIONGHOA SUDAH BISA 
DIAKSES
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, October 27, 2008, 7:08 AM




RRS,

akhirnya website milist budaya tionghoa bisa diakses di
http://www.budaya- tionghoa. net 

utk bisa membaca arsip2 lama, HARAP REGISTRASI terlebih dahulu.

Website ini bersifat non komersial dan tidak berafiliasi kepada aliran
manapun, baik aliran politik maupun agama, golongan. Siapapun boleh
mengakses dan diijinkan mengutip, tapi mohon dicantumkan SUMBERNYA DAN
NARASUMBERNYA. Jika memiliki keraguan siapa penulisnya, bisa
menghubungi moderator di budaya_tionghua- [EMAIL PROTECTED] s.com

Terimakasih


 














  

[budaya_tionghua] OOT - Wartawan Senior Yan Widjaja Sahabat Susanna?

2008-10-27 Terurut Topik Ophoeng
TTM BT semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Sorry, OOT - out of topic nih ya.

Minggu kemarin beberapa kali saya terpapar oleh berita ttg kematian Susanna,
bintang film jaman dulu, yang lagi kontroversi ttg perkawinannya dengan pria
yang 20 tahun lebih muda: Clift Sangra.

Di banyak stasiun TV, digambarkan ada seorang wartawan senior sahabat sang
bintang film yang ikut diwawancarai, namanya Yan Widjaja atau Yan Widjaya.

Saya jadi teringat kisah asal muasal Es Shanghai yang pernah dimuat di milis BT
kita, diposting oleh Bung Yan Widjaja. Apakah kedua nama ini untuk satu orang?
Mengingat saya lihat di milis BT, Bung Yan Widjaja sering menulis ttg dunia per-
fileman juga, khususnya ttg film Indonesia.

Bagaimana kabarnya Bung Yan Widjaja? Lama tidak melihat tulisannya lagi nih.

Salam makan enak  sehat,
Ophoeng
BSD City, Tangerang



[budaya_tionghua] Hoax? (Was: OOT: EFFECTS OF COLD WATER)

2008-10-27 Terurut Topik Ophoeng
Bung Liquid dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah minum air dingin?

Sorry, cuma nimbrung dikit ajah.

Saya sih bukan pakarnya, tapi dari yang saya baca, katanya sih minum air dingin
atau hangat, bagi lambung manusia sih ndak ada masalah. Asam lambung dan 
enzim yang ada dalam sistem pencernaan tubuh manusia dapat mengatasinya.
Enzim dan asam lambung dalam sistem pencernaan yang menguraikan daging
dan lemak yang anda makan, bukan air dingin atau air panas yang berperan.

Kebetulan saja orang-orang Tionghua (juga umumnya orang Asia) lebih suka
minum teh hangat atau air hangat. Sebab dengan cara memasak air mentah be-
gitu, diyakini dapat membunuh kuman dan bakteri yang tidak kasat mata, dan
diperkirakan banyak tumbuh di dalam air mentah. Kalau anda minum air panas,
tidak juga berpengaruh kepada lemak yang anda makan, mungkin pengaruh ke
lidah yang akan terasa terbakar saking panasnya air panas yang anda minum.

Berikut ini beberapa saja referensi ttg hal itu:

http://www.truthorfiction.com/rumors/w/water-cures.htm
http://www.hoax-slayer.com/cold-water-cancer.html
http://urbanlegends.about.com/library/bl_drinking_cold_water.htm
http://www.snopes.com/medical/myths/coldwater.asp

Katanya, ciri-ciri hoax adalah sebagai berikut:

(1) Ada 'himbauan' untuk menyebarkan ke sesiapa saja di milis atau di mana-2
  saja di i-net, terutama kepada orang yang anda sayangi.
(2) Ada 'bumbu' semacam ketukan ke hati nurani anda, kalau anda tidak mengi-
  rim lanjut (forward), berarti anda kejam, tidak berperikemanusiaan.
(3) Ada embel-embel 'ancaman' anda akan mendapat musibah kalau tidak mene-
  ruskan e-mail tsb. dan imbalan 'hadiah' berupa rejeki nomplok kalau anda
  meneruskan e-mail tsb., makin banyak, makin besar hadiahnya.
(4) Referensi sumbernya ndak jelas, nama, kapan, di mana, mengapa, bagaimana
  (4 W - who, when, where, why dan 1 H - how) sebagaimana prinsip suatu be-
  rita tidak jelas diungkapkan. 
(5) Tidak jelas siapa pengirim awal, dan biasanya banyak 'jejak' bahwa e-mail 
tsb.
  sudah dikirimkan ke mana-mana, belerot nama penerimanya.
(6) Masih ada lain-lain, barangkali anda tahu, silakan tambahkan.

Sorry, kalau respon saya tidak berkenan.

Begitu sajah sih ya.
Kalau ada salah, tolong dikoreksi, kalau kurang sila tambahkan.

Salam makan enak dan sehat,
Ophoeng
BSD City, Tangerang



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Liquid Yahoo [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

EFFECTS OF COLD WATER
 
Please be a true friend and send this article to all your friends you care 
about.

-dipotong--



[budaya_tionghua] HAPUS KOLOM AGAMA Di KTP

2008-10-27 Terurut Topik HKSIS

  HAPUS KOLOM AGAMA Di KTP
  Ditulis Oleh Gendhotwukir 
  27-10-2008,  
  Halaman 1 dari 2
  Di kolom agama tersebut hanya dimungkinkan tertulis: Islam, Kristen, 
Hindu, Budha, Katolik dan belakangan ini Konghucu. Padahal kenyataan di 
masyarakat tidak sedikit orang yang menganut kepercayaan lokal, menganut 
kejawen, Sikh, Sinto dan lain sebagainya. Di beberapa negara selain Indonesia, 
identitas diri semacam KTP-nya Indonesia sudah tidak mencantumkan kolom agama.

  Kita tentu tahu tokoh kejawen Permadi yang sering disebut penyambung 
lidah Bung Karno itu. Pada tahun 2002 dia menjadi korban diskriminasi soal KTP. 
Ketika ia hendak menikahkan anak perempuannya ia dilarang ketua KUA. Permadi 
dilarang mengawinkan anaknya karena ia pengikut kejawen. Penulis yakin tidak 
hanya Permadi seorang yang mengalami diskriminasi semacam ini, mengingat 
penganut kepercayaan lokal, kejawen, Sikh, Sinto dan lainnya cukup banyak.

  Tapi ya begitulah, di Indonesia agama sudah menjadi ketentuan atau 
konvensi yang sudah berakar. Dalam banyak ketentuan dan undang-undang, 
teristimewa untuk rekruitmen tenaga kerja pun mesti disebutkan agamanya apa. 
Selain itu pelayanan publik lantas juga tidak maksimal tatkala mentalitas 
pegawainya yang religion oriented. Pelayanan untuk pengurusan surat-surat di 
instansi tertentu lantas menjadi ribet dan molor karena seseorang beragama 
tertentu dan berbeda dengan pegawai yang melayani. Ini memang jaman reformasi, 
tapi yang utama direformasi itu seharusnya juga cara pandang dan mentalitas 
orangnya.

  Selain diskriminasi di atas, suatu fakta yang tak dapat ditutup-tutupi, 
kolom agama dalam KTP berpotensi menimbulkan konflik horisontal. Ini telah 
terjadi tidak hanya di Poso tapi juga di mana-mana. Orang yang dicurigai 
diminta menunjukkan KTP. Kalau orang yang bersangkutan beragama sama kadang 
bisa aman, tetapi kalau berbeda bisa dibayangkan apa yang akan terjadi apalagi 
dalam situasi konflik yang berbau SARA.

  Mentalitas religion oriented ini, entah kenapa telah cukup berakar di 
sebagian masyarakat Indonesia. Pergaulan kadang menjadi berjarak ketika 
seseorang berbeda agama. Penulis melihat kecenderungan ini. Entah ketika di 
dalam negeri maupun di luar negeri, ketika bertemu orang baru yang notabene 
berasal dari Indonesia pertanyaan mengenai agama yang saya anut seperti kok 
menjadi prioritas pertanyaan.

  Bukannya penulis tidak bangga dengan agama yang penulis anut, tetapi 
penulis melihat mentalitas seseorang yang religion oriented itu malah acap kali 
mengesampingkan aspek kemanusiaan. Tidak jarang penulis bertemu seorang yang 
beragama lain dengan penulis yang tiba-tiba menjadi canggung dan menjaga jarak 
ketika tahu agama yang saya anut beda dengan dia, padahal sebelumnya akrab.

  Karena seringnya ketemu seseorang yang lantas ujung-ujungnya tanya agama, 
penulis lebih sering menjawab, ?this is not your business?. Untuk kelancaran 
pelayanan publik menyangkut hak sipil penulis sebagai warga negara, penulis 
lebih sering kompromi untuk memberikan identitas lain seperti Surat Ijin 
Mengemudi (SIM) atau Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Di SIM dan KTM jelas-jelas 
tidak terdapat kolom agama. Lebih gila lagi seorang teman yang lantas mengisi 
kolom agama di KTP dengan agama lain agar bisa masuk dan bekerja di instansi 
tertentu.

  Sekali lagi penulis tidak malu dengan agama yang penulis anut. Penulis 
bangga dengan agama yang penulis anut. Tapi kalau fakta kehadiran KTP yang 
mencantumkan kolom agama itu ternyata menjadi bibit diskriminasi, konflik 
horisontal, pelayanan publik kurang maksimal dan kemanusiaan diabaikan, menurut 
penulis sudah waktunya kolom agama di KTP itu dihapus. Alasan administrasi 
kependudukan juga tak bisa menghalangi desakan penghapusan kolom agama ini. 
Soal administrasi kependudukan, asal orang-orangnya di instansi bersangkutan 
bekerja dengan becus, sebenarnya kolom agama di KTP tidak diperlukan lagi. 
Jadi, sebaiknya kolom agama di KTP itu dihapuskan saja!


  Halaman 2 dari 2
  Di kolom agama tersebut hanya dimungkinkan tertulis: Islam, Kristen, 
Hindu, Budha, Katolik dan belakangan ini Konghucu. Padahal kenyataan di 
masyarakat tidak sedikit orang yang menganut kepercayaan lokal, menganut 
kejawen, Sikh, Sinto dan lain sebagainya. Di beberapa negara selain Indonesia, 
identitas diri semacam KTP-nya Indonesia sudah tidak mencantumkan kolom agama.

  Kita tentu tahu tokoh kejawen Permadi yang sering disebut penyambung 
lidah Bung Karno itu. Pada tahun 2002 dia menjadi korban diskriminasi soal KTP. 
Ketika ia hendak menikahkan anak perempuannya ia dilarang ketua KUA. Permadi 
dilarang mengawinkan anaknya karena ia pengikut kejawen. Penulis yakin tidak 
hanya Permadi seorang yang mengalami diskriminasi semacam ini, mengingat 
penganut kepercayaan lokal, kejawen, Sikh, Sinto dan lainnya cukup banyak.

  Tapi ya begitulah, di Indonesia agama sudah menjadi ketentuan atau 
konvensi yang 

[budaya_tionghua] Re: Tatacara Kremasi Jenazah yg pernah dimakamkan

2008-10-27 Terurut Topik Purnama Sucipto Gunawan
ul, jaman sekarang ul mana mungkin disamakan dengan jaman dulu,
sekarang u kalo mau  angkat satu jenasah tahun ini kemudian thn depan
baru satu jenasah kan berat biayanya, kenapa ngak boleh sekalian aja,
biar hemat biaya, ngak keluar biaya banyak banyak, kalo jaman dulu
mungkin bisa ul, kalo sekarang faktor kondisinya uang dan biaya
mengalinya dan kremasinya ul, bisa bermasalah sama uangnya, 

dan juga biar kgk repot, kalo misal sepasang suami istri yang sudah
meninggal dan dikubur, tyus kemudian mau ditaburkan di laut dengan
alasan sudah ngak ada lagi pihak keluarga yang bisa urus, Why not
Gituu lokh, Setahu g bisa dikremasikan jika lau sudah ngak ada lagi
keturunan dari si Almarhum misal keluarga laki lakinya sudah ngak ada
yang bertanggung jawab atas kuburannya almarhum, Cucu dalam Memang
berhak mengurus tapi kalo cucu dalam merasa keberatan mengurusnya bisa
meminta kakek sama neneknya mau ngak di kremasikan, sambil didoakan
supaya bisa rekarnasi dengan cepat.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ulysee_me2 [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 
 Ooh mau sekaligus satu tahun ya?
 Kalau enggak salah mah pantang deh satu tahun angkat dua jenazah. 
 Tapi itu harus tanya lagi sama sepuh yang ngarti. 
 
 Hal nya siapa duluan, hitung hari baik aja, nanti khan ketahuan yang 
 mana tanggal hari baiknya, disesuaikan dengan tanggal kematian dan 
 tanggal kehidupan, siapa yang hari baiknya duluan. 
 
 Atau...lootang aje, lootang, tanya siapa mau duluan, heheheh
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David Oei 
 david.oeihongkien@ wrote:
 
  Terimakasih, sekali saya banyak mendapat informasi dari rekan-rekan 
  semua, untuk persiapan pengangkatan kerangka jenazah leluhur saya.
  Informasi yang belum jelas adalah kerangka siapa yang diangkat dulu 
  enkong atau emak, jika ada yang bisa memberikan informasi, saya 
 akan 
  sangat berterimakasih
  
  Rgds
  David OHK
  
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ 
  wrote:
  
   aduh koko, ngai bilang di TAIWAN itu ada yg begitu.
   
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Liquid Yahoo liquidha@
   wrote:
   
Keturunan langsung itu maksudnya anak - cucu - buyut - 
 cicit 
  dst

Kalo kena gusur, atau keturunannya langsung tak berdaya, 
 hal 
  itu
   cuma 
cukup sembahyang bahwa bukan kehendak mereka, tapi kalo di 
  sengaja oleh 
keturunannya sendiri, harus cari hari lah

Wah ga tau tuh marganya apa, nanti ngai tanyain dulu yah, 
  maksudnya 
penghuni gunung gadung itu bukan berarti dia lahir atau besar
   disana, dia 
sih orang Jakarta, tapi  karena tuntutan pekerjaan dia dulu 
 jadi 
  suka 
ngurusin pemakaman orang



- Original Message - 
From: ardian_c ardian_c@
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Thursday, 23 October, 2008 22:53
Subject: [budaya_tionghua] Re: Tatacara Kremasi Jenazah yg 
 pernah
   dimakamkan


 hehehehehe memangnya yg kremasi itu keturunan langsung ? gak 
  selalu
 lar, kayak di taiwan banyak kuburan yg gak keurus jg dikremasi
   getu lho.

 mantan penghuni gunung gadung ? huehehhehehe marganya Huang 
 or 
  Gu
   neh ?

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Liquid Yahoo 
  liquidha@
 wrote:

 Setau saya, bukan cuma di itung hari yang tepat dari yang
 almarhum, tapi
 juga dari garis keturunan langsung yang masih hidup

 Saya ada kenalan yang kenal dengan yang ngurusin 
  begituan, dia
 mantan
 penghuni Gunung Gadung :-) dia juga ikut millis ini koq, 
 tapi 
  pasif
 bener,
 dan dia terlalu malu buat nulis / ngetik di millis. Nanti 
 saya
   tanyain
 dia



 - Original Message - 
 From: ardian_c ardian_c@
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Thursday, 23 October, 2008 22:13
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Tatacara Kremasi Jenazah yg 
  pernah
 dimakamkan


  melakukan pengecekan hari yg tepat berdasarkan tgl 
 kelahiran
   almarhum
  dicompare tgl kematian kemudian tgl yg mau melakukan 
  kremasi.
 
  biasanya mengangkat kerangka itu sebelumnya menyiapkan 
  guci, terus
  saat diangkat itu tulang belulangnya dibersihkan dgn 
  alkohol/arak.
 
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David Oei
  david.oeihongkien@ wrote:
 
  Dh (Mohon bantuan para miliser B Tionghoa),
  Keluarga saya memiliki makam leluhur yang saat ini sdh 
  tidak
   nyaman
  lagi digunakan sebagai pemakaman
  Untuk itu kami berencana untuk mengangkat jenazah leluhur 
  kami tsb
  untuk kemudian di kremasi.
  Yang menjadi pertanyaan saya adalah:
  Bagaimana aturan mengangkat kerangka tsb (sembahyang dll)?
  Apakah boleh setelah diangkat kerangka tsb untuk 
 sementara 
  kita
  letakkan dalam peti (di dekat pemakaman) selama 2-3 hr 
  sebelum di
  kremasi (karena masih menunggu salah satu kerabat yang 
  datang dari

[budaya_tionghua] Re: PENGUMUMAN : WEBSITE BUDAYA TIONGHOA SUDAH BISA DIAKSES

2008-10-27 Terurut Topik ardian_c
rasanya seh artikelnya dah 190an tuh, ngkale gak registrasi jadi gak
bisa baca semua.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 Kok isi artikelnya sangat minim?
 Lagian, pembagiannya kurang tepat, kaligrafi dan seni kok isinya
puisi? yang namanya seni itu kan luas, mestinya lebih konkritlah.
 juga, yang namanya website budaya Tionghoa, semua artikel mestinya
memang urusan budaya, kok masih ada judul sejarah dan budaya?  budaya
kok menjadi sub judul?
  
 Saya usulkan diganti seperti ini:
  
 Sejarah
 Filsafat
 Adat istiadat
 Legenda
 Politik
 Bahasa
 Sastra
 Seni Rupa  Kaligrafi
 Musik  Opera
 Arsitektur
 Alam  Wisata
 Martial art
 Makanan
 Kesehatan
 Marga
 Diaspora
 Serba Serbi
  
  
 
 Ini yang saya kutip dari website: 
  
 
 Adat Istiadat  Tradisi
 Bahasa Mandarin
 Dewa Dewi  Mitos  Legenda
 Chinese Metaphysic
 Kitab Klasik  Filsafat
 Resep Makanan
 Sejarah  Budaya
 Marga Tionghoa
 Obat  Kesehatan
 Martial Arts
 Politik
 Diaspora
 Bangunan Kuno
 Tempat Wisata
 Serba Serbi
 Kaligrafi  Seni
  
 salam,
 ZFy