[budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA

2010-02-06 Terurut Topik sumamihardja
Komentar saya yang dianggap tidak pantas yang mana? Apa jangan-jangan anda 
sendiri yang membuat inti pernyataan anda menjadi bias. Coba kita baca lagi deh:

 
  Ada sesuatu yg salah di millis ini:
  
  Millis ini dibentuk adalah untuk ajang Diskusi masalah2 yg berkaitan dng 
  budaya dan sejarah Tionghoa, bukan ajang menggalang aksi pergerakan/class 
  action!

Anda sendiri bilang bahwa ada sesuatu yang salah ketika ada yang menggalang 
aksi pergerakan/class action. Tapi coba anda baca sendiri apa pengantar yang 
dibuat untuk milis BT ini:

Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan 
serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan 
lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu 
masyarakat, demikian Andreas Eppink berkomentar.

Sejarah bisa lain menurut sudut pandang yang berbeda-beda pula, namun kita 
yakin keluhuran sejarah hanya satu dan adalah tugas kita untuk belajar dari 
sejarah untuk menyempurnakan kehidupan kita supaya kesalahan yang lalu-lalu 
tidak terulang kembali.

Milis ini dibuat untuk memperkenalkan kembali budaya Tionghua dan sejarah 
Tiongkok serta mendiskusikan segala macam permasalahan-nya. Semoga dengan 
diadakannya milis ini, siapa saja dari bangsa dan etnis manapun yang tertarik 
akan kebudayaan Tionghoa dan sejarah Tiongkok dapat lebih mengenal dan 
mendalaminya demi terciptanya reformasi dan integrasi wajar dari kebudayaan 
Tionghoa sebagai bagian dari kebudayaan nasional Indonesia.


Kalau begitu, apa maksud menyempurnakan kehidupan kitamemperkenalkan 
kembali budaya Tionghoadapat lebih mengenal dan mendalaminya demi 
terciptanya reformasi dan integrasi wajar dari kebudayaan Tionghgoa sebagai 
bagian dari kebudayaan nasional Indonesia?

Bukankah terkandung makna pergerakan di dalamnya dan bukan hanya sekedar 
berdiskusi? Apa pemahaman anda tentang pergerakan itu hanya sekedar demonstrasi 
mengganti rezim? Dalam definisi budayawan, aksi pegerakan adalah justru untuk 
mengawal tindakan budaya di lapangan, dan bentuknya bisa berbeda-beda. Jadi apa 
yang salah kalau ada yang mencoba menggalang aksi pergerakan/class action 
selama tujuannya masih berada dalam koridor-koridor milis BT?

Ambil contoh, kalau dengan baca BT dia berpengetahuan bahwa Jangan pake 
pakaian merah/menyala ketika mengunjungi kalangan Tionghoa yang sedang 
berkabung, apa itu cukup sekedar hanya dalam diskusi dan wawasan pengetahuan 
dan tidak untuk diterapkan dalam praktek? Hanya sekdar syukur-sykur dia pake, 
syukur-syukur dia terapkan. Kalau saya sih, kalau anda tahu bahwa kalangan 
Tionghoa tidak menyenangi orang datang berkabung pake baju menyala, yaaa, 
jangan dilakukan (artinya kita mempraktekkan budaya itu, bukan lagi sekedar 
pengetahuan), apalagi kalau justru ngasihnya Angpao!!!

Seperti saya sudah tulis, kalau misalnya anda mau chengbengan, di jalan dan di 
sekitar makam sudah dicegat ama tukang minta-minta yang maksa minta retribusi, 
dsb, dan tidak diterapkan untuk TPU lain (jelas ini diskriminasi), bolehkah ada 
seseorang yang menginisiasi untuk mengirim surat dengan membawakan nama 
anggota-anggota BT yang kabarnya menggemari budaya dan sejarah agar 
diskriminasi itu diperhatikan oleh negara? Apa itu melanggar tujuan dari milis 
ini? Jadi, sekali lagi, komentar saya yang salah itu apa??? Saya kan menanggapi 
tulisan anda sendiri.

Lalu   
  Jika dari hasil diskusi bisa melahirkan gerakan2 konkrit untuk 
  memperjuangkan pengembangan budaya Tionghoa, syukurlah. Tapi saya kira itu 
  bukan tujuan utama dari millis ini. Maka jangan setiap berdiskusi harus 
  digiring ke pertanyaan anda bisa berbuat apa? Anda sudah berbuat apa? 
  Atau pernyataan  kalau memang begini, lantas anda mau apa? jangan hanya 
  bisa ngomong doang, kalau berani bertindak! 

Apakah setiap diskusi digiring ke pertanyaan itu? Kan tidak!!! Lihat konteksnya 
dong, ada yang cukup didiskusikan, tapi ada juga yang perlu diterapkan 
(contohnya banyak lah). Kalau memang harus bergerak sesuatu, tapi pihak yang 
malas bergerak cuma bilang enggak usah, kita kan cuma berdiskusi padahal dia 
kalau diskusi selalu menggebu-gebu mengkritisi, apa itu namanya bukan 
menyia-nyiakan ucapan? Milis ini kan isinya bukan cuma para pendiskusi 
omong-omong doang, baik itu menambah pengetahuan dan wawasan ataukah tidak. 
Jadi jangan digeneralisasi seperti tulisan anda sendiri. 

Kemudian   
  Saya kira semua yg berdiskusi di sini punya pekerjaan, urusan dan intresan 
  masing2 yg berlainan. Tidak semua orang terjun sbg aktivis di lapangan! Apa 
  dng demikian mereka2 ini hrs bungkam, berhenti berbicara karena tak punya 
  track record? Saya kira itu salah besar! Tujuan millis ini adalah untuk 
  beradu pendapat, bukan untuk beradu track record! Di millis ini, bisa saja 
  seorang yg hebat dalam aksi2 sosial disanggah oleh seorang yg bukan siapa2, 
  selama pendapatnya masuk akal, kita pantas dukung dia!

Lha, yang menyuruh orang bungkam itu siapa? 

[budaya_tionghua] 2010 UNESCO Asia-Pacific Heritage . SOWN BENG KONG, KLENTENG TALANG ??? PENGGANTI NYA ?????

2010-02-06 Terurut Topik ibcindon
Yth Pak Sumamihardja y.b.,

 

Terima kasih untuk infonya yang padat dan singkat, perjuangan bertahun –tahun 
diceritakan dalam satu pesan email saja.

 

Agaknya Anda seorang arsitek pemerhati bangunan bersejarah juga .

 

Sekiranya Bapak kurang setuju untuk  mencoba memasukan 2 objek tsb, apa usul 
konkrit Pak Sumamihardja ?

 

Bangunan  mana yang rasanya menurut Bapak  memenuhi criteria untuk  diajukan ?? 
 mengingat waktu  persiapan yang sangat SINGKATharus masuk 31 Maret 
2010.

 

Sebaiknya yang data pendukungnya sudah ada saja.  Tidak ada biaya dan waktu  
untuk survey lagi …. J)

 

Ditunggu Pak ideanya  yang cocok…

 

Terima kasih untuk  perhatiannya.

 

Salam erat,

 

Sugiri.

 

From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] 
On Behalf Of sumamihardja
Sent: Saturday, February 06, 2010 3:08 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: W: 2010 UNESCO Asia-Pacific Heritage . SOWN BENG 
KONG, KLENTENG TALANG ???

 

  

Pak Tjiong (Wastu Pragantha Zhong) tidak terlibat dalam pekerjaan pelestarian 
kelenteng Talang. Dia sendiri memang asal Cirebon dan punya kepedulian tinggi 
mengenai kelenteng Talang. Dalam hal ini, yang dilakukannya lebih kepada 
mendorong murid-murid arsitektur Untar untuk mendatangi dan mempresentasikan 
studi lapangan itu.

Meski demikian, jasa pak Tjiong yang cukup besar adalah membuka kontak dengan 
pengurus lama kelenteng Talang (OKH; namanya saya simpan dulu) dan mengajak 
yang bersangkutan untuk memperkenankan kelenteng Talang digunakan bagi 
kebaktian MAKIN Cirebon di tahun 1990-an.

Mengenai yang anda tanyakan mengenai kelenteng Talang, ini beberapa data 
lapangannya (saya belum detailkan terlalu dalam karena saya sedang diburu waktu 
karena sedang ada pekerjaan penulisan desain riset lapangan, sehingga tidak 
bisa menulis panjang dulu):

1. Kelenteng Talang semula adalah rumah dari seorang Tionghoa yang menjadi 
Tumenggung dari Kesultanan Cirebon (Tan Sam Tjaij ...-1739; Tumenggung Aria 
Wiratjoela; tanggal lahirnya tidak ketemu karena sincinya hilang). Lokasinya 
tentu di dekat Keraton (dekat dengan kelenteng Tiao Kak Sie yang didedikasikan 
kepada Ngma Kuan Im, dekat pelabuhan), yang sekarang dikenal sebagai jalan 
Talang. Salah satu keturunannya adalah Tan Tjin Kie yang dikuburkan secara 
mewah-mewahan.
2. TST ini semula masuk Islam (sesuai syarat Tumenggung saat itu; kemudian 
mengambil nama Muhammad Syafi'i), namun kemudian ia di masa tuanya kembali ke 
keyakinan Tionghoanya, meskipun tidak melepaskan jabatannya sebagai Tumenggung 
karena diperlukan Sultan. 
3. Rumahnya kemudian dijadikan semacam kelenteng leluhur, di mana kemudian 
dipasangnya sinci-sinci dari keluarga besarnya. Pada titik itu, fungsi rumah 
diubah total, meskipun kabarnya TST kemudian menghuni rumah sayap dari 
kelenteng tersebut.
4. Semula arsitektur kelentengnya adalah bangunan utama dengan dua sayap. 
Begitulah seterusnya hingga jaman abad ke-20 di mana oleh keturunannya 
diserahkan pengurusannya kepada Kong Djoe Kwan. Gara-gara orba, KJK ini 
ditutup dan sebagai gantinya, kepemilikan seakan diserahkan kepada Yayasan 
Buddha Metta sehingga menimbulkan sejumlah konflik kepengurusan.
5. Sekitar tahun 1970-1990, kelenteng ini ditelantarkan (dicuekin), suatu hal 
yang menunjukkan ketakutan luar biasa kalangan Tionghoa di Cirebon (salah 
satunya adalah pemasangan motif Bali pada gapura besar di depan Tiao Kak Sie 
untuk menutup Ketionghoaan kelenteng itu). Terjadi juga sejumlah keributan 
mengenai pemakaman Tionghoa (Ku Tiong dan Sin Tiong yang pernah saya ceritakan 
dalam thread yang lain), yang berakibat telantarnya tanah pemakaman tersebut 
dan penyerobotan besar-besaran dengan modus penggal, tidak usah gali, langsung 
jadi bangunan; sim salabim, taaaddda. Kondisi-kondisi ini menyebabkan 
pemikiran sejumlah orang yang saya belum sebutkan nama-namanya untuk menjual 
sayap kiri kelenteng itu (kiri-kanannya sesuai dengan budaya Tionghoa, dilihat 
dari tuan rumah) dan kemudian dijadikan rumah duka tiga tingkat.
6. Mendahului pembongkaran sayap kiri tersebut, mungkin untuk kamuflase, 
sengaja dibikin pagar terusan yang mengesankan seolah-olah sayap kiri dan sayap 
kanannya memang terpisah dari bangunan utama. Bagaimanapun, sayap itu 
dihancurkan total sekitar tahun 1995 dan selesai dibangun rumah duka modern 
sekitar tahun 1997.
7. Saya sendiri terlibat semenjak tahun 2002, dimulai dengan kasus tanah makam, 
yaitu di saat konflik antar Tionghoa Cirebon juga memanas, khususnya karena 
keterlibatan konglomerat yang hendak membangun ruko. Maklum, karena saya 
dianggap bukan orang Cirebon, suara saya tidak dianggap, padahal saya sengaja 
membagi-bagikan tulisan saya mengenai hak atas perlindungan budaya dalam sebuah 
seminar besar yang diadakan tahun itu. Untungnya, karena tulisan itu, saya 
diterima baik oleh OKH tadi dengan perantaraan pak Tjiong.
8. Saya sempat mengurusi soal kelenteng Talang ke depbudpar, dinas purbakala, 
dan 

[budaya_tionghua] Toko Kompak

2010-02-06 Terurut Topik ini rico!
Halo rekan-rekan,

Mohon bantuan informasi, jika ada yang mengetahui pemilik Toko Kompak, yang di 
Pasar Baru..
Siapa tahu ada yang dapat membantu cerita tentang toko tersebut?
terima kasih sebelumnya.

salam


Re: [budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA

2010-02-06 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Kalau saya ikuti, Sumamihardja tidak memaksa orang harus ikut 'pergerakan' dan 
harus punya track-record. Dia melainkan hanya menceritakan tentang track-record 
'pergerakan'-nya sendiri (walaudengan rada 'lebay') sebagai sikap korektif 
terhadap kalimat Tjandra Ghozali yang menuding: ... kagak ngapa2in selain 
meratap!? 

Dan Tjandra Ghozali sendiri, yang patut dihargai juga untuk ajakannya agar 
kita-kita ikut dalam 'pergerakan' menyumbang TBT, toh juga sudah mengerti 
koreksi Sumamihardja tsb.

Jadi menurut saya sih tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi.
Diskusi boleh, mengajak 'bergerak' boleh, menagih track-record untuk 
'membungkam' jangan...

Wasalam.

==

  - Original Message - 
  From: zho...@yahoo.com 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, February 07, 2010 12:43 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA



  Ah Bung Suma! Ada dua hal yg perlu anda perhatikan: 
  1. Dari pengantar sudah terbaca jelas missi milis ini adalah membuka ajang 
diskusi utk sarana pembelajaran, itu sudah pasti! 
  untuk menyempurnakan kehidupan kita Semua tujuan pembelajaran sdh pasti 
utk menyempurnakan kehidupan, tak ada yg membantah!
   dapat lebih mengenal dan mendalaminya demi terciptanya reformasi dan 
integrasi wajar dari kebudayaan Tionghoa . Ini juga ucapan yg wajar2 saja, 
karena dng lebih mengenal pasti tdk merasa asing, sehingga dng sendirinya ada 
integrasi wajar.
  Dari uraian pengantar diatas jelas sudah, penyempurnaan kehidupan dan 
integrasi wajar adalah akibat yg diinginkan(pahami kata semoga), yg hendak 
dicapai oleh Milis lewat memperkenalkan kembali budaya Tionghua dan sejarah 
Tiongkok serta mendiskusikan segala macam permasalahan- nya, bukan lewat cara2 
yg lain! Apa disitu ada terkandung kata2 aksi atau yg mirip dngnya?

  2. Memang dalam mencapai missi ini bisa macam2 caranya, itu saya sepakat. Dan 
selama caranya halal, itu akan saya dukung, itu sudah saya tulis dng kata 
syukuri! Tdk ada secuil katapun dari saya yg menentang class action semacam 
ini! 

  Namun, semua cara punya tempatnya masing2, jangan memakai tolak ukur class 
action untuk semua medan! Masing2 medan punya batasan2 sendiri. di sungai 
telaga ada bun(wen) dan bu(wu), tak lucu menilai kiprah seorang bunsu(kaum 
cendekia) dari aksinya di medan perang, demikian juga tak pantas menguji 
kapasitas seorang panglima dari kepintarannya bersyair.

  Yg saya tentang adalah: setiap diskusi mulai panas, pasti ada yg 
mempertanyakan apa tindakan nyata kita? Apa track record kita? Jika semua hal 
dinilai dr tindakan nyata, bila semua diskusi diukur dari track record seorang, 
saya yakin, akan bubrah medan diskusi kita! 

  Contohnya: ada yg membuka topik diskusi cara promosi musik klasik Tiongkok, 
jika ditanyai tindakan nyata dan track recordnya. Mungkin yg pantas ngomong di 
millis ini hanyalah sdr Andre Harmoni, krn dia yg aktif dibidang itu, yg lain 
lebih baik bungkam saja.
  Demikian juga, banyak yg tertarik masalah pelestarian bangunan sejarah, jika 
ditanyai kedua hal diatas, mungkin hanya bung summa yg pantas berkicau sendiri, 
yg lain hanya boleh menjadi pendengar yg baik.

  Apakah hal ini yg kita inginkan?


  Sent from my BlackBerry®
  powered by Sinyal Kuat INDOSAT


--

  From: sumamihardja sumamihar...@yahoo.com 
  Date: Sat, 06 Feb 2010 16:06:44 -
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Subject: [budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA



  Komentar saya yang dianggap tidak pantas yang mana? Apa jangan-jangan anda 
sendiri yang membuat inti pernyataan anda menjadi bias. Coba kita baca lagi deh:

   
Ada sesuatu yg salah di millis ini:

Millis ini dibentuk adalah untuk ajang Diskusi masalah2 yg berkaitan dng 
budaya dan sejarah Tionghoa, bukan ajang menggalang aksi pergerakan/class 
action!

  Anda sendiri bilang bahwa ada sesuatu yang salah ketika ada yang menggalang 
aksi pergerakan/class action. Tapi coba anda baca sendiri apa pengantar yang 
dibuat untuk milis BT ini:

  Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan 
serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan 
lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu 
masyarakat, demikian Andreas Eppink berkomentar.

  Sejarah bisa lain menurut sudut pandang yang berbeda-beda pula, namun kita 
yakin keluhuran sejarah hanya satu dan adalah tugas kita untuk belajar dari 
sejarah untuk menyempurnakan kehidupan kita supaya kesalahan yang lalu-lalu 
tidak terulang kembali.

  Milis ini dibuat untuk memperkenalkan kembali budaya Tionghua dan sejarah 
Tiongkok serta mendiskusikan segala macam permasalahan-nya. Semoga dengan 
diadakannya milis ini, siapa saja dari bangsa dan etnis manapun yang tertarik 
akan kebudayaan Tionghoa dan sejarah Tiongkok dapat lebih mengenal dan 

[budaya_tionghua] UNDANGAN diskusi # 7. tanggal 19-2-2010. Festival MUSIM SEMI. (SIN CUEN) [1 Attachment]

2010-02-06 Terurut Topik ibcindon


++

Undangan  Forum Budaya,  diskusi  bulanan ke 7.


Thema :   Festival Musim Semi ( Tahun baru Imlek ).  Makna dan harapan.

Nara sumber : Sdr. Ardian  C.


Waktu :  Jumat  19 Februari  2009.  Jam 16.00- 19.00.

Terbuka untuk umum.   

Tempat : Ruang  FSRD, UK Maranatha , 

Jl. Suria Sumantri 65 , Bandung.

Pengunjung masuk dari gerbang  no 1.  

Semua peminat ditunggu   kehadirannya.

Biaya gratis .

Salam erat,

CCDACS

Arsip  presentasi pertemuan yang lalu dapat dilihat pada blog:

http://chinese-diaspora-art-culture.blogspot.com/ 
http://chinesediasporastudy.wordpress.com/  


oo

Invitation from  the Culture Forum, 7th monthly discussion.


Subject :  Spring festive ( Chinese new year). Meaning and wishing.

Speaker  :  Ardian C. 

Time :   Friday  19th February  2009,  At 4.00 - 7.00  PM.


Premise : Fine Art and Design  dept.  Maranatha Christian University, 

Jl. Suryasumantri 65. Bandung.  

Entrance through the   gate # 1.


Free of charge.

All parties are welcome.


Regards,

CCDACS

Archives of past presentations  available on the blog :

http://chinese-diaspora-art-culture.blogspot.com/

http://chinesediasporastudy.wordpress.com/