[budaya_tionghua] Re: BERPA BANYAK SIH GELOMBANG KETURUNANAN TIONGHOA YANG DATANG DI NANYANG. 2.//
Loheng, Ralat juga: 1. Zheng He (Mandarin Pinyin) (baca: cÄng hÄ) = Chêng Hô (Mandarin Wade-Giles) (baca: cÄng hÄ) = Tne Ho éå' (Hokkian), bukan ZHONG HE atau CENG HO. 2. Yang dimaksud dengan Kelenteng Sam Po Kong Bui Su, Jakarta, Ancol, apa bukannya sama saja dengan Kelenteng ANXU DABOGONG MIAO (atau DA BO GONG AN XU MIAO), Jakarta, Ancol? Setahu owe di Ancol cuma ada satu kelenteng itu, dan kelenteng Toapeqkong Ancol å®æ¤å¤§ä¼¯å ¬å» (Anxu Dabogong Miao) ini dibangun di ATAS situs makam Sam Po Sui Su ä¸å¯¶æ°´å¸« (pelaut Sam Po, salah seorang anak buah Sam Po Kong yang kelentengnya ada di Semarang) berdampingan dengan istrinya yang seorang doger (penari profesional) Nyai Sitiwati dan seorang tokoh lain yang disebut-sebut sebagai mertuanya, Said Areli Dato Kembang. 3. Nama kelenteng Kim Tek Yni (baca: I dengan sengau) é`å¾·é¢ (bukan Kim Tek JI), Jakarta, Petak Sembilan, adalah lafal Hokkian dari Jin De Yuan. Lalu mengapa tahun dibangunnya berbeda, Kim Tek I ca 1580, sementara Jin De Yuan ca 1650. Menurut hasil penelitian Claudine Salmon, Kim Tek I aka Jin De Yuan dibangun ca 1650 (dinasti Mancu/Cheng), bukan 1580 (dinasti Beng). Kiongchiu, David Kwa --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibcindon ibcin...@... wrote: Periode Bangunan klenteng Dibangun Zhong he, Ceng ho 1405-1433 Sam Po Kong Bui Su, Jakarta, Ancol circa 1480 dinasti Ming abad 16 Talang, Cirebon 1577 Kim Tek Ji, Jakarta, Kota circa 1580 Tay Kak Sie, Cirebon circa 1595 Batavia, JP Z Coen 1619 dinasti Manzu, Qing 1644-1911 Jin De Yuan, Jakarta, Petak 9 circa 1650 Da Bo Gong An Xu Miao, Jakarta, Ancol circa 1650 Bun San Tong , Cirebon circa 1680 huru-hara Batavia 1740 Feng Shan Miao, Da Shi Miao, Jakarta, Kemenangan circa 1751 Chen Shi Zu Miao, Jakarta, Blandongan circa 1757 Wan Jie Si, Jakarta, Lautze circa 1761 Boen Tek Bio, Tangerang circa 1780 Lu Ban Gong, Jakarta, Bandengan selatan circa 1794 Singapore dikuasai Inggris 1819 Da Bo Gong You Mi Hang Hui Miao, Jakarta, Pejagalan circa 1823 Xin De Miao, Jakarta, Pasar baru circa 1825 Hong Kong dikuasai Inggris 1842 San Yuan Gong, Jakarta, Jembatan batu circa 1847 pemberontakan Tai Ping Dian Guo 1850 - 1864 Lu Guo Dai Fu, Jakarta, Angke circa 1860 Hong Xi Miao, Jakarta, Angke circa 1869 Hok Tek Bio, Cianjur 1880 Hiap Thian Kiong, Bandung 1885 Hiap Thian Kiong, Krawang 1892 Tju Tji Kiong, Krawang 1908 Tiongkok Nasionalis, GMT 1911- 1950 Kun An Tong , Cirebon, Kuningan 1917 Tian Bao Tang, Jakarta, Jatinegara circa 1920 Hok Man Tong, Tasikmalaya circa 1920 Tong Shan Tang, Jakarta, Mangga besar circa 1925 Pasar Tanah Abang, Jakarta. circa 1928 Ban Sian Tong, Bandung 1935 Tabel 1. Periode migrasi dan pembangunan klenteng tua di Jawa barat, dan Jakarta.[1] [2] Terlihat adanya kecenderungan setelah setiap periode eksodus gelombang imigrasi Tionghoa akan diikuti dengan pendirian klenteng baru di tempat mereka bertempat tinggal di pulau Jawa. Bangunan klenteng ini dikerjakan oleh para tukang yang didatangkan langsung dari tempat asalnya di Tiongkok Selatan (Fujian dan Gwangdong), dengan sendirinya seluruh detail bangunan akan dikerjakan sama benar dengan bangunan serupa di tempat asalnya; sehingga terlihat sarat dengan nuansa langgam arsitektur vernakular Tiongkok Selatan. From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of ALIANTONY ALI Sent: Monday, April 12, 2010 3:10 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] BERPA BANYAK SIH GELOMBANG KETURUNANAN TIONGHOA YANG DATANG DI NANYANG maaf ya mengganggu sebelumnya; ada yang tahu berapa banyak sih gelombang orang tionghoa yang datang di NANYANG Ini . terimakasih _ Get http://sg.rd.yahoo.com/aa/mail/domainchoice/mail/signature/*http:/mail.prom otions.yahoo.com/newdomains/aa/ your new Email address! Grab the Email name you've always wanted before someone else does! _ [1] Moerthiko. Riwayat Klenteng, Vihara, Lithang.(1980). Sekretariat empeh Wong Kam Fu. Semarang. [2] Cl. Salmond, D. Lombard. Klenteng-klenteng dan Masyarakat Tionghoa di
[budaya_tionghua] Re: POST BUTIONG BAKAL TERBIT
E nama gue dicatut! Y. kaga kapok ya!! minta diomeli lagi ya! Mau gathering gue sih setuju, disuruh bantu bantu sih gak apa apa, tapi kalau dibilang sudah mengkoordinasikan, ntar dulu. Siapa mengkoordinasikan apa? Udah tahu kapan ? tanggal? tempat? waktu ? tema? kalau semua belum tahu, gue mau tanya, apa yang sudah di koordinasikan? Seinget gue kemaren east road ketemu gue untuk ber-koordinasi soal penjualan buku Memoar Dr. Han. Itu pun karena ada yang ngomeli karena East Road suka bertindak sendiri tanpa koordinasi. na ini, yang namanya kaga koordinasi, east road, lu mau minta gue yang mendaftar, mbok ya minimal lu ngomong dulu kek sama gue, ujug ujug suruh buka meja pendaftaran, lu pikir gue posko? Gue protes! SBY aja berkeluh kesah gara gara namanya pernah dicatut yuliana dalam kasus Anggoro, sekarang gue protes, kenapa gue yang bukan presiden, kok nama gue dicatut catut! minimal ayar royalti dulu kalau mau nyatut nama gue! huehuehuehue. Gue mengajukan East Road aja jadi koordinator gathering berikut, kasih kesempatan supaya doi belajar yang namanya koordinasi itu sebenernya kayak apa. ttd, *ulysee (nah, biar tau rasa kalau nyebut nama gue tanpa ijin!) --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, east_road east_r...@... wrote: Mau ikutan nambahin Dari ardian C. memang sih kita semua ada rencana atau mau buat gath kembali, saya sudah koordinasikan dengan bro ardian dan saudari ullysee, dari saudari ullysee dia menyatakan tidak keberatan menjadi seketariat pendaftaran dan mau juga jadi seksi sibuk asal ada yang mau bantu dia sedikit . Dan kesediaanya bro Ardian mau jadi kontributor kembali. Formatnya sama seperti imlek kemarin, atau gath kemarin. Mungkin kita selingi dengan seksi komsumsi, karena tidak enak juga meminjam galangan VOC secara cuma - cuma. Kemarin waktu gath t-net kalo ngak salah juga ada seksi komsumsi, dengan sumbangan cuma cuma dari member pas ada DR. Han datang ke Jakarta. mungkin saya akan koordinasikan dengan Pak Jt dan Saudari ullyse, kalo ini bisa gathnya, kemungkinan besar kita akan membantu menjual buku Dr. Han. Dan hasil penjualan buku akan disumbangkan ke DPD Inti Jawa Timur, jadi kami sama sekali tidak ambil pungutan atau keuntungan dari penjualan buku, Selain Bro ardian, kemungkinan besar diisi dari kontributor lain, seperti pertemuan sebelumnya diisi dengan Ibu hartati. Kemungkinan kalau ada member Budaya tionghoa mau menjadi kontributor pertemuan kami dekat Peh cun, Agar Kontributor bisa menyampaikan apa yang dimiliki pengetahuannya, Mungkin kita usahakan koordinasikan. Kalau pak Tjandra Ghozalli ingin menyampaikan sesuatu kepada kami persilakan, dan kami usahakan mengaturnya. untuk konsumsi kemungkinan besar diusahakan tidak memberatkan member. Kalau ada yang mau jadi sponsor bisa menghubungi via Post Budaya Tionghoa-owner group. Terima kasih. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote: sebenernya doeloe kita pernah bikin E Bulletin yg TERBITNYA tjoema 1 kali kemudian mate tiada berkelanjutan. nanti aja kali kalu mau pas pek cun sambil makan bacang di voc --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ wrote: Dear member, Owe kepikiran untuk menerbitkan majalah bulanan dengan nama POST Butiong. Setiap komunitas termasuk milis perlu media cetak, sebaliknya setiap majalah perlu komunitas.?Sehubungan dengan hal tersebut, owe dengan rendah hati mengajak para sianseng untuk turut urun rembug baik dalam hal kepemilikan saham, kepengurusan perusahaan maupun kepengurusan redaksi POST Butiong.?Artikel yang bakal dimuat antara lain: 1. Kisah Nyata (Misteri / Keluarga / Percintaan), 2. Seputar Budaya Tionghoa, 3. Profil Tokoh Tionghoa, 4. Cerita Klasik Tionghoa, 5. Opini Warga Tionghoa, 6. Wisata (kunjungan ke Tiongkok, seperti ke Shanghai Expo atau mancanegara), 7. Mangkal Asyik (kongkow soal makanan di restoran Tionghoa), 8. Cerita Silat, 9. Politik Warga Tionghoa, 10. Lifestyle keluarga Tionghoa, 11. Liputan Perusahaan Tionghoa, 12. Cergam Si Tik Wan (gantinya Put On), 13. Fauna Flora trend warga Tionghoa, 14. Aneka Peristiwa (cuplikan beragam kegiatan perkumpulan Tionghoa) 15. Cerpen Warga Tionghoa, 16. Artikel Motivasi pemacu semangat, 17. Fengshui dan Hoki, 18. Jagad Unik (foto foto kejadian unik), 19. Tempo Doeloe (cerita tentang kapiten atau mayor Chinese atau peristiwa menarik tempo dulu), 20. Cergam Oey Tambahsia. Nah kira kira begitulah isi majalah POST Butiong.?Sehubungan dengan itu owe kepingin mengundang para sesepuh Butiong seperti bung David Kwa, bung Ophoeng, bung?Budiman, bung Didi, Bung Agus, bung Erik, bung Suma Mihardja, bung HS.Han, bung Zhoufy, dan bung bung lainnya yang owe tida sebut untuk bertemu darat.?Lokasi pertemuan di resto/cafe VOC Galangan sehubungan dengan itu owe pingin dapat
[budaya_tionghua] XieXie untuk koreksinya..... Re: BERPA BANYAK SIH GELOMBANG KETURUNANAN TIONGHOA YANG DATANG DI NANYANG. 2.//
Pak David y.b., Terima kasih banyak untuk masukannya. Nanti saya cek ulang ya………. Seperti biasanya Anda mendetail sekali heheheheh Salam, From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of David Sent: Friday, April 16, 2010 1:14 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: BERPA BANYAK SIH GELOMBANG KETURUNANAN TIONGHOA YANG DATANG DI NANYANG. 2.// Loheng, Ralat juga: 1. Zheng He (Mandarin Pinyin) (baca: cÄ•ng hÄ•) = Chêng Hô (Mandarin Wade-Giles) (baca: cÄ•ng hÄ•) = Tne Ho é„å'Œ (Hokkian), bukan ZHONG HE atau CENG HO. 2. Yang dimaksud dengan Kelenteng Sam Po Kong Bui Su, Jakarta, Ancol, apa bukannya sama saja dengan Kelenteng ANXU DABOGONG MIAO (atau DA BO GONG AN XU MIAO), Jakarta, Ancol? Setahu owe di Ancol cuma ada satu kelenteng itu, dan kelenteng Toapeqkong Ancol 安æ¤å¤§ä¼¯å…¬å»Ÿ (Anxu Dabogong Miao) ini dibangun di ATAS situs makam Sam Po Sui Su 三寶水師 (pelaut Sam Po, salah seorang anak buah Sam Po Kong yang kelentengnya ada di Semarang) berdampingan dengan istrinya yang seorang doger (penari profesional) Nyai Sitiwati dan seorang tokoh lain yang disebut-sebut sebagai mertuanya, Said Areli Dato Kembang. 3. Nama kelenteng Kim Tek Yni (baca: I dengan sengau) é‡`德院 (bukan Kim Tek JI), Jakarta, Petak Sembilan, adalah lafal Hokkian dari Jin De Yuan. Lalu mengapa tahun dibangunnya berbeda, Kim Tek I ca 1580, sementara Jin De Yuan ca 1650. Menurut hasil penelitian Claudine Salmon, Kim Tek I aka Jin De Yuan dibangun ca 1650 (dinasti Mancu/Cheng), bukan 1580 (dinasti Beng). Kiongchiu, David Kwa --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com , ibcindon ibcin...@... wrote: Periode Bangunan klenteng Dibangun
[budaya_tionghua] KARIR di BIDANG SALES
Bila Anda memenuhi persyaratan berikut : * Wanita/Pria * Pendidikan minimal D3 * Umur di bawah 35 tahun * Mempunyai kemauan untuk belajar tidak mudah menyerah * Mampu bekerja dengan komputer * Berpenampilan rapih * Mempunyai kendaraan Sampaikan lamaran Anda melalui via email : john_12...@yahoo.com INFIGY GROUP PT.INTI FINANCE SYNERGY Johnson Sutjiadi
[budaya_tionghua] Fwd: Google has No Chance Against China...
Subject: Fwd: Google has No Chance Against China... Date: Friday, April 16, 2010, 7:40 AM Newsweek No Chance Against China Google's defeat foretells the day when Beijing rules the world. By Martin Jacques | NEWSWEEK Published Jan 16, 2010 The blunt truth is that most Western forecasters have been wrong about China for the past 30 years. They have claimed that Chinese economic growth was exaggerated, that a big crisis was imminent, that state controls would fade away, and that exposure to global media, notably the Internet, would steadily undermine the Communist Party's authority. The reason why China forecasting has such a poor track record is that Westerners constantly invoke the model and experience of the West to explain China, and it is a false prophet. Until we start trying to understand China on its own terms, rather than as a Western-style nation in the making, we will continue to get it wrong. The Google affair tells us much about what China is and what it will be like. The Internet has been seen in the West as the quintessential expression of the free exchange of ideas and information, untrammeled by government interference and increasingly global in reach. But the Chinese government has shown that the Internet can be successfully filtered and controlled. Google's mission, to organize the world's information and make it universally accessible and useful, has clashed with the age-old presumption of Chinese rulers of the need and responsibility to control. In this battle, there will be only one winner: China. Google will be obliged either to accept Chinese regulations or exit the world's largest Internet market, with serious consequences for its long-term global ambitions. This is a metaphor for our times: America's most dynamic company cannot take on the Chinese government—even on an issue like free and open information—and win. Moreover, as China becomes increasingly important as a market and player, what happens to the Internet in China will have profound consequences for the Internet globally. It is already clear that the Google model of a free and open Internet, an exemplar of the American idea of the future, cannot and will not prevail. China's Internet will continue to be policed and controlled, information filtered, sites prohibited, noncompliant search engines excluded, and sensitive search words disallowed. And where China goes, others, also informed by different values, are already and will follow. The Internet, far from being a great big unified global space, will be fragmented and segmented. Another Western shibboleth about the future will thereby fall. It will not signal the end of the free flow of information—notwithstanding all the controls, the Internet has transformed the volume and quality of information available to Chinese citizens—but it will take place more on Chinese than Western terms. If we want to understand the future, we need to go back to the drawing board. China—as we can see with increasing clarity—is destined to become the world's largest economy and is likely in time to far outdistance the U.S. This process will remorselessly shift the balance of power in China's favor. Just as once a large share of the American market was a precondition for a firm being a major global player, this mantle will increasingly be assumed instead by the Chinese market, except to a far greater extent because its population is four times the size. Furthermore, China's expanding economic clout means that its government is enjoying rapidly growing global authority. It can even take on Google and be sure of victory. Facing up to the fact that China is very different from the West, that it simply does not work or think like us, is proving far more difficult. A classic illustration is the West's failure to understand the strength and durability of the Chinese state, which defies all predictions of its demise, remains omnipresent in Chinese lives, still owns most major firms, and proves remarkably adept at finding new ways to counter the influence of the U.S. global media. Western observers typically explain the intrusiveness of the Chinese government in terms of paranoia—and in a huge and diverse country the rulers have always seen instability as an ever-present danger—but there is a deeper reason why the state enjoys such a high-profile role in Chinese society. It is seen by the Chinese not as an alien presence to be constantly pruned back, as in the West, especially the U.S., but as the embodiment and guardian of society. Rather than alien, it is seen as an intimate, in the manner of the head of the household. It might seem an extraordinary proposition, but the Chinese state enjoys a remarkable legitimacy among its people, greater than in Western societies. And the reason lies deep in China's history. China may call itself a nation-state (although only for the past century), but in essence it is
Re: [budaya_tionghua] Shanghai Expo
Indonesia di Expo Dunia Shanghai 2010 Mempamerkan Kepelbagaian Indonesia Keluasan lantai Dewan Pameran Indonesia dalam pameran ini, luasnya mencecah 4,000 meter persegi. Dewan pameran ini bertema Bandar ekologi dan kepelbagaian di Indonesia, dan akan mempamerkan budaya, gaya hidup, pembangunan ekonomi dan inovasi Indonesia, serta keharmonian manusia dengan alam sekitar di negara ini. Terdapat lebih 200 suku kaum yang tinggal di Indonesia. Bandar-bandar di Indonesia pula memainkan peranan penting untuk mendorong perkembangan ekonomi, kebudayaan, sains dan teknologi, kesenian, inovasi dan kualiti hidup di Indonesia. Dewan Pameran Indonesia bagi Ekspo Dunia di Shanghai akan menggambarkan kepelbagaian dan perpaduan suku kaum yang ada di Indonesia. Ketua wakil Indonesia ke Ekspo Dunia ini, Mari Elka Pangestu menyatakan bahawa, Indonesia merupakan negara yang terbuka. Dewan Pameran Indonesia akan membuka satu tingkap kepada dunia dan mempamerkan potensi perkembangan Indonesia kepada dunia dalam bidang sumber alam, kebudayaan, pelaburan, perdagangan dan pelancongan. Beliau menyatakan bahawa pembinaan dewan pameran ini dijangka akan memakan belanja 10 hingga 12 juta dolar Amerika. Terdapat buluh digunakan di dalam dewan pameran ini. Ini juga merupakan salah satu simbol penggabungan gaya hidup tradisional dengan gaya hidup moden di Indonesia. Alat Muzik Indonesia Disediakan kepada Pengunjung Ketua Jurubina Dewan Pameran Indonesia, Budi Lim berkata, dewan pameran ini dibahagikan kepada 4 tingkat. Para pengunjung boleh melawat pelbagai balai ini dengan menggunakan tangga yang sepanjang 600 meter yang disediakan. Panggung wayang dan teater, bilik mesyuarat, dan kantin diletakkan di tingkat pertama dewan pameran ini. Penonton boleh menikmati persembahan yang menggambarkan adat resam di Indonesia di panggung. Di kantin pula, pelawat boleh menikmati makanan tradisional Indonesia, seperti nasi kunyit Indonesia yang terkenal itu. Di kawasan rehat separuh terbuka tingkat pertama, ada sejenis hiasan yang istimewa, iaitu payung China yang besar. Payung-payung tersebut dibuat daripada kertas, dan dapat memberikan teduhan daripada cahaya matahari. Banyak kerusi diletakkan di bawah payung putih ini untuk menjadikannya tempat rehat yang selesa kepada pelawat. Di tingkat kedua dewan pameran ini ada satu ruang pandang dengar. 7 jenis alat muzik dipamerkan di ruang ini, termasuk gitar, erhu, dan genderang tradisional Indonesia. Pelawat boleh menikmati persembahan pancaragam yang profesional, dan mendengar pelbagai jenis muzik menggunakan kelengkapan elektronik. Pelawat boleh bermain sendiri dengan alat-alat muzik tersebut untuk lagu Ekspo Dunia yang istimewa itu. Sehelai kertas yang besar ada diletakkan di tingkat dua ini untuk para pelawat menuliskan perasaan mereka tentang lawatan ke pameran ini. Berbeza dengan buku tetamu yang biasa, kertas ini direka bentuk sedemikian rupa, hingga ia boleh bergolek-golek. Selepas satu ruangan habis digunakan, kertas ini akan bergolek untuk menyediakan ruangan yang baru kepada pelawat yang baru supaya mereka dapat terus menulis. Arca Cheng Ho Dewan Pameran Indonesia bukan sahaja mempamerkan pemandangan alam yang berwarna-warni, tetapi juga mempamerkan budaya hidup di Indonesia. Budi Lim menyatakan bahawa, barang-barang yang boleh menggambarkan keistimewaan kehidupan di Indonesia akan dipamerkan di tingkat empat. Di samping itu, pakaian dan adat resam pelbagai kaum di Indonesia juga akan dipamerkan dalam dewan pameran ini. Tahun depan merupakan ulang tahun ke-60 terjalinnya hubungan diplomatik antara China dengan Indonesia. Pameran tentang kerjasama dan hubungan persahabatan antara kedua-dua negara juga merupakan salah satu ciri istimewa Dewan Pameran Indonesia ini. Lebih 600 tahun yang lalu, Laksamana Cheng Ho telah belayar ke Asia dan Afrika sebanyak 7 kali, dan telah memulakan hubungan antara China dengan Indonesia. Menurut Budi Lim lagi, pada zaman itu, Laksamana Cheng Ho membawa banyak bahan seni dan budaya China ke Indonesia, hingga memberikan kesan yang besar kepada kehidupan orang Indonesia. Dewan Pameran Indonesia ini akan menggambarkan sejarah pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Asia dan Afrika itu sekali lagi. Arca Laksamana Cheng Ho yang tingginya 3 meter dan kapal tradisional Indonesia akan diletakkan di tingkat dua untuk memperingati peristiwa dalam sejarah itu. (kaskus.us) bagi yang mau liat gambar2 expo : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3717117 (sorry bukan mo promosi sitenya ) From: Fy Zhou zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thu, April 15, 2010 8:03:50 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Shanghai Expo Rupanya memang ada generation gap, dulu setiap kita bicara world Expo, semua orang sudah tahu itu seperti apa. bahkan teman kuliah ada yang pergi nonton saat Expo diselenggarakan di Jepang. Sekarang saat kita omong Expo, sebagian pikir itu sekedar pameran dagang,
[budaya_tionghua] PENGUMUMAN
Rekan-rekan semua, kami dari team mailing list Budaya Tionghoa tidak pernah mengadakan suatu kegiatan yang mengikat dengan salah satu organisasi apapun, semua dilakukan dengan berdikari, dengan sumbangan uang teman-teman dari team mailing list ini. Kami selalu mengadakan diskusi kecil terlebih dahulu sebelum mengirimkan pengumuman dan koordinasi diantara team baru setelah itu mengirimkan pengumuman yang bersifat mengajak rekan-rekan dalam suatu kegiatan kami ini. Terimakasih atas perhatiannya. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, east_road east_r...@... wrote: Mau ikutan nambahin Dari ardian C. memang sih kita semua ada rencana atau mau buat gath kembali, saya sudah koordinasikan dengan bro ardian dan saudari ullysee, dari saudari ullysee dia menyatakan tidak keberatan menjadi seketariat pendaftaran dan mau juga jadi seksi sibuk asal ada yang mau bantu dia sedikit . Dan kesediaanya bro Ardian mau jadi kontributor kembali. Formatnya sama seperti imlek kemarin, atau gath kemarin. Mungkin kita selingi dengan seksi komsumsi, karena tidak enak juga meminjam galangan VOC secara cuma - cuma. Kemarin waktu gath t-net kalo ngak salah juga ada seksi komsumsi, dengan sumbangan cuma cuma dari member pas ada DR. Han datang ke Jakarta. mungkin saya akan koordinasikan dengan Pak Jt dan Saudari ullyse, kalo ini bisa gathnya, kemungkinan besar kita akan membantu menjual buku Dr. Han. Dan hasil penjualan buku akan disumbangkan ke DPD Inti Jawa Timur, jadi kami sama sekali tidak ambil pungutan atau keuntungan dari penjualan buku, Selain Bro ardian, kemungkinan besar diisi dari kontributor lain, seperti pertemuan sebelumnya diisi dengan Ibu hartati. Kemungkinan kalau ada member Budaya tionghoa mau menjadi kontributor pertemuan kami dekat Peh cun, Agar Kontributor bisa menyampaikan apa yang dimiliki pengetahuannya, Mungkin kita usahakan koordinasikan. Kalau pak Tjandra Ghozalli ingin menyampaikan sesuatu kepada kami persilakan, dan kami usahakan mengaturnya. untuk konsumsi kemungkinan besar diusahakan tidak memberatkan member. Kalau ada yang mau jadi sponsor bisa menghubungi via Post Budaya Tionghoa-owner group. Terima kasih. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote: sebenernya doeloe kita pernah bikin E Bulletin yg TERBITNYA tjoema 1 kali kemudian mate tiada berkelanjutan. nanti aja kali kalu mau pas pek cun sambil makan bacang di voc --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ wrote: Dear member, Owe kepikiran untuk menerbitkan majalah bulanan dengan nama POST Butiong. Setiap komunitas termasuk milis perlu media cetak, sebaliknya setiap majalah perlu komunitas. Sehubungan dengan hal tersebut, owe dengan rendah hati mengajak para sianseng untuk turut urun rembug baik dalam hal kepemilikan saham, kepengurusan perusahaan maupun kepengurusan redaksi POST Butiong. Artikel yang bakal dimuat antara lain: 1. Kisah Nyata (Misteri / Keluarga / Percintaan), 2. Seputar Budaya Tionghoa, 3. Profil Tokoh Tionghoa, 4. Cerita Klasik Tionghoa, 5. Opini Warga Tionghoa, 6. Wisata (kunjungan ke Tiongkok, seperti ke Shanghai Expo atau mancanegara), 7. Mangkal Asyik (kongkow soal makanan di restoran Tionghoa), 8. Cerita Silat, 9. Politik Warga Tionghoa, 10. Lifestyle keluarga Tionghoa, 11. Liputan Perusahaan Tionghoa, 12. Cergam Si Tik Wan (gantinya Put On), 13. Fauna Flora trend warga Tionghoa, 14. Aneka Peristiwa (cuplikan beragam kegiatan perkumpulan Tionghoa) 15. Cerpen Warga Tionghoa, 16. Artikel Motivasi pemacu semangat, 17. Fengshui dan Hoki, 18. Jagad Unik (foto foto kejadian unik), 19. Tempo Doeloe (cerita tentang kapiten atau mayor Chinese atau peristiwa menarik tempo dulu), 20. Cergam Oey Tambahsia. Nah kira kira begitulah isi majalah POST Butiong. Sehubungan dengan itu owe kepingin mengundang para sesepuh Butiong seperti bung David Kwa, bung Ophoeng, bung Budiman, bung Didi, Bung Agus, bung Erik, bung Suma Mihardja, bung HS.Han, bung Zhoufy, dan bung bung lainnya yang owe tida sebut untuk bertemu darat. Lokasi pertemuan di resto/cafe VOC Galangan sehubungan dengan itu owe pingin dapat masukan: 1. Kapan diadakan (tgl dan jam) pertemuan yang cocok utk para sianseng?, 2. Lokasi VOC Galangan ok? Kalau tidak di mana? 3. Nama para sianseng yang bersedia datang. Boleh jawab melalui milis Butiong atawa ke owe punya e-mail. Terima kasih atas perhatian para sianseng, mohon maaf jika ada salah kata. Soja dari owe, Tjandra Ghozalli
[budaya_tionghua] Re: POST BUTIONG BAKAL TERBIT
ya yg dulu seh khan rencananya dibagiin gratis buat member2 disini lho, trus waktu gathering khan sebagian di print dibagiin. cita2 seh minimal 3 bulan sekali bikin e-bulletin gratis buat temen2 disini semua, ya itu namanya cita2 hehehehehehehe tapiii ya itulah kalu semuanya pake kata gratis en kesadaran, banyak yg tipis lage. belon lage ada zombie yg melompat2 yg bikin kesel bbrp temen huahahahahahaha --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: Mau nerbitin majalah, yg penting dipatok sasaran pembacanya, mau kelas pendidikan spt apa? Kalau saya lihat majalah2 dipasar yg ada artikel2 ketionghoaan, kesannya sangat dangkal. Apa mau spt itu? Atau mau sekelas tempo? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: ardian_c ardia...@... Date: Thu, 15 Apr 2010 07:15:25 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: POST BUTIONG BAKAL TERBIT sebenernya doeloe kita pernah bikin E Bulletin yg TERBITNYA tjoema 1 kali kemudian mate tiada berkelanjutan. nanti aja kali kalu mau pas pek cun sambil makan bacang di voc --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ wrote: Dear member, Owe kepikiran untuk menerbitkan majalah bulanan dengan nama POST Butiong. Setiap komunitas termasuk milis perlu media cetak, sebaliknya setiap majalah perlu komunitas. Sehubungan dengan hal tersebut, owe dengan rendah hati mengajak para sianseng untuk turut urun rembug baik dalam hal kepemilikan saham, kepengurusan perusahaan maupun kepengurusan redaksi POST Butiong. Artikel yang bakal dimuat antara lain: 1. Kisah Nyata (Misteri / Keluarga / Percintaan), 2. Seputar Budaya Tionghoa, 3. Profil Tokoh Tionghoa, 4. Cerita Klasik Tionghoa, 5. Opini Warga Tionghoa, 6. Wisata (kunjungan ke Tiongkok, seperti ke Shanghai Expo atau mancanegara), 7. Mangkal Asyik (kongkow soal makanan di restoran Tionghoa), 8. Cerita Silat, 9. Politik Warga Tionghoa, 10. Lifestyle keluarga Tionghoa, 11. Liputan Perusahaan Tionghoa, 12. Cergam Si Tik Wan (gantinya Put On), 13. Fauna Flora trend warga Tionghoa, 14. Aneka Peristiwa (cuplikan beragam kegiatan perkumpulan Tionghoa) 15. Cerpen Warga Tionghoa, 16. Artikel Motivasi pemacu semangat, 17. Fengshui dan Hoki, 18. Jagad Unik (foto foto kejadian unik), 19. Tempo Doeloe (cerita tentang kapiten atau mayor Chinese atau peristiwa menarik tempo dulu), 20. Cergam Oey Tambahsia. Nah kira kira begitulah isi majalah POST Butiong. Sehubungan dengan itu owe kepingin mengundang para sesepuh Butiong seperti bung David Kwa, bung Ophoeng, bung Budiman, bung Didi, Bung Agus, bung Erik, bung Suma Mihardja, bung HS.Han, bung Zhoufy, dan bung bung lainnya yang owe tida sebut untuk bertemu darat. Lokasi pertemuan di resto/cafe VOC Galangan sehubungan dengan itu owe pingin dapat masukan: 1. Kapan diadakan (tgl dan jam) pertemuan yang cocok utk para sianseng?, 2. Lokasi VOC Galangan ok? Kalau tidak di mana? 3. Nama para sianseng yang bersedia datang. Boleh jawab melalui milis Butiong atawa ke owe punya e-mail. Terima kasih atas perhatian para sianseng, mohon maaf jika ada salah kata. Soja dari owe, Tjandra Ghozalli
[budaya_tionghua] Re: POST BUTIONG BAKAL TERBIT
Sorry maaf. Uly. salah kalimat bukan koordinasi tapi baru obrolin kemarin. memang Ada niat baik uly mau bantu kalau gath budaya tionghoa sudah pasti bertemu. Saya obrolin dulu sama kawan - kawan lain dulu, memang ada rencana menuju situ, baru rencana, semoga kalau pasti baru diumumkan kesemua member, baru bicara formatnya dulu, Tema baru direncanakan tentang Peh cun, tapi perlunya kontributor lain sebagai tambahan belum ada kepastian, baru diobrolin, mengenai buku itu niat saya sendiri membantu menjual buku DR. Hans, yang kebetulan buku tersebut hasil penjualannya ke DPD INTI JATIM, DR. Han sendiri bukan anggota INTI tapi dia juga salah satu member kehormatan Budaya Tionghoa. BT sendiri tidak ada terkaitannya dengan Ormas Tionghoa mana pun dan bersifat netral. Mohon maaf Sebesar besarnya jika ada kesalahan dari dari saya. Saya akan bicarakan dulu sama kawan kawan moderator lain. Kalau semua setuju, pasti bisa terjadi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ulysee_me2 ulysee_...@... wrote: E nama gue dicatut! Y. kaga kapok ya!! minta diomeli lagi ya! Mau gathering gue sih setuju, disuruh bantu bantu sih gak apa apa, tapi kalau dibilang sudah mengkoordinasikan, ntar dulu. Siapa mengkoordinasikan apa? Udah tahu kapan ? tanggal? tempat? waktu ? tema? kalau semua belum tahu, gue mau tanya, apa yang sudah di koordinasikan? Seinget gue kemaren east road ketemu gue untuk ber-koordinasi soal penjualan buku Memoar Dr. Han. Itu pun karena ada yang ngomeli karena East Road suka bertindak sendiri tanpa koordinasi. na ini, yang namanya kaga koordinasi, east road, lu mau minta gue yang mendaftar, mbok ya minimal lu ngomong dulu kek sama gue, ujug ujug suruh buka meja pendaftaran, lu pikir gue posko? Gue protes! SBY aja berkeluh kesah gara gara namanya pernah dicatut yuliana dalam kasus Anggoro, sekarang gue protes, kenapa gue yang bukan presiden, kok nama gue dicatut catut! minimal ayar royalti dulu kalau mau nyatut nama gue! huehuehuehue. Gue mengajukan East Road aja jadi koordinator gathering berikut, kasih kesempatan supaya doi belajar yang namanya koordinasi itu sebenernya kayak apa. ttd, *ulysee (nah, biar tau rasa kalau nyebut nama gue tanpa ijin!) --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, east_road east_road@ wrote: Mau ikutan nambahin Dari ardian C. memang sih kita semua ada rencana atau mau buat gath kembali, saya sudah koordinasikan dengan bro ardian dan saudari ullysee, dari saudari ullysee dia menyatakan tidak keberatan menjadi seketariat pendaftaran dan mau juga jadi seksi sibuk asal ada yang mau bantu dia sedikit . Dan kesediaanya bro Ardian mau jadi kontributor kembali. Formatnya sama seperti imlek kemarin, atau gath kemarin. Mungkin kita selingi dengan seksi komsumsi, karena tidak enak juga meminjam galangan VOC secara cuma - cuma. Kemarin waktu gath t-net kalo ngak salah juga ada seksi komsumsi, dengan sumbangan cuma cuma dari member pas ada DR. Han datang ke Jakarta. mungkin saya akan koordinasikan dengan Pak Jt dan Saudari ullyse, kalo ini bisa gathnya, kemungkinan besar kita akan membantu menjual buku Dr. Han. Dan hasil penjualan buku akan disumbangkan ke DPD Inti Jawa Timur, jadi kami sama sekali tidak ambil pungutan atau keuntungan dari penjualan buku, Selain Bro ardian, kemungkinan besar diisi dari kontributor lain, seperti pertemuan sebelumnya diisi dengan Ibu hartati. Kemungkinan kalau ada member Budaya tionghoa mau menjadi kontributor pertemuan kami dekat Peh cun, Agar Kontributor bisa menyampaikan apa yang dimiliki pengetahuannya, Mungkin kita usahakan koordinasikan. Kalau pak Tjandra Ghozalli ingin menyampaikan sesuatu kepada kami persilakan, dan kami usahakan mengaturnya. untuk konsumsi kemungkinan besar diusahakan tidak memberatkan member. Kalau ada yang mau jadi sponsor bisa menghubungi via Post Budaya Tionghoa-owner group. Terima kasih. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote: sebenernya doeloe kita pernah bikin E Bulletin yg TERBITNYA tjoema 1 kali kemudian mate tiada berkelanjutan. nanti aja kali kalu mau pas pek cun sambil makan bacang di voc --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ wrote: Dear member, Owe kepikiran untuk menerbitkan majalah bulanan dengan nama POST Butiong. Setiap komunitas termasuk milis perlu media cetak, sebaliknya setiap majalah perlu komunitas.?Sehubungan dengan hal tersebut, owe dengan rendah hati mengajak para sianseng untuk turut urun rembug baik dalam hal kepemilikan saham, kepengurusan perusahaan maupun kepengurusan redaksi POST Butiong.?Artikel yang bakal dimuat antara lain: 1. Kisah Nyata (Misteri / Keluarga / Percintaan), 2. Seputar Budaya Tionghoa, 3. Profil Tokoh Tionghoa, 4. Cerita Klasik Tionghoa, 5. Opini Warga Tionghoa,
[budaya_tionghua] Re: Ganti topic - pro BUD's
PALINGAN SI PERA INI SATU LAGI ORANG SOTOY DI MILIS BUTIONG INI. LHA, DISODORIN FAKTA SAMA STEVE LAOXIONG AJA DIA MASIH AOBAN NGEYEL SANA NGEYEL SINI KOK. EMANG BENER TUCH, EPISODE BARU CICIT KAISAR. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, jackson_ya...@... wrote: Kalau bener orang stabat ayo dah test ama gw Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: BUD'S 1 bsugih2...@... Date: Mon, 12 Apr 2010 18:05:36 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ganti topic - pro BUD's Lah anda orang Stabat atau bukan ??, bukanya dari awal anda bilang dari Stabat ?? ( CMIIW ), pernah sekolah di RRC dan hijrah ke Jakarta sekitar 2005 pasca kerusuhan ?? Salam, Budiman 2010/4/12 suange...@... Terjawab deh kebingungan saya.saya mengira langkat dan stabat tuh daerahnya lain2.rupanya stabat masi dlm kabupaten langkat.. Apakah di group ini ada org medan?? Org yg mungkin masi tahu ttg sejarah keberadaan kapitan langkat?? Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: *BUD'S 1 bsugih2...@... *Date: *Mon, 12 Apr 2010 17:47:28 +0700 *To: *budaya_tionghua@yahoogroups.com *Subject: *Re: [budaya_tionghua] Re: Ganti topic - pro BUD's Ko. Steve, Mau bilang dekat ya jauh mau bilang jauh ya dekat tergantung sudut pandangnya. Kota Stabat itu adalah kota setelah Binjai dari arah Medan dan Stabat itu masih termasuk Kabupaten Langkat. Kalau diurut dari Medan ya Binjai, Stabat, Langkat trus Pangkalan Brandan. Salam, Bud's 2010/4/12 Steve Haryono hay...@... Ko Budiman, Numpang nanya, karena saya bukan orang sumatra utara. Stabat itu yang di deket Binjai bukan ? Salam, Steve
[budaya_tionghua] Re: Thx utntuk koreksi.
Sama-sama Looheng. Soalnya owe orang asal Cerbon, suka bolak-balik Semarang juga. Kiongchiu. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibcindon ibcin...@... wrote: Terima kasih banyak untuk koreksinya Anda cermat ya... From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of Kawaii_no_Shogetsu Sent: Friday, April 16, 2010 2:47 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: BERPA BANYAK SIH GELOMBANG KETURUNANAN TIONGHOA YANG DATANG DI NANYANG. 2.// Ralat Laoxiong, yang di Cerbon itu bukan TAY Kak Sie, tapi TIAO Kak Sie. TAY Kak Sie itu di Semarang. Kiongchiu. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com , ibcindon ibcindon@ wrote: Periode Bangunan klenteng Dibangun
[budaya_tionghua] Dari Cina Benteng ke Mbah Priuk
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/04/16/04472395/dari.cina.benteng.ke.mbah.priuk Dari Cina Benteng ke Mbah Priuk Jumat, 16 April 2010 | 04:47 WIB Sarlito Wirawan Sarwono Saat tulisan ini dibuat (pukul 07.00, 15 April 2010), kerusuhan di Tanjung Priok masih berlangsung. Sudah 24 jam sejak dimulai pada Rabu (14/4) selepas subuh. Korban di pihak Satpol PP bertambah terus. Dari satu kemarin pagi kemudian menjadi tiga siang harinya dan tadi, saya monitor di TV, katanya sudah bertambah dua lagi. Plus puluhan yang terluka. Plus tujuh (atau lebih) kendaraan petugas dibakar massa. Korban lebih banyak di pihak petugas. Semua itu demi memperebutkan sebuah makam keramat Mbah Priuk yang di mata masyarakat adalah makam Habib Hasan bin Muhamad al Hadad, seorang suci, penyiar Islam pertama di Betawi, yang sudah dimakamkan di sana sejak tahun 1756. Jadi, sudah sejak 244 tahun yang lalu. Namun, di mata pemerintah, kawasan kuburan itu hanyalah sebidang tanah yang masuk hak milik PT Pelindo dan berdasarkan undang-undang serta perda tertentu sah-sah saja untuk sewaktu-waktu digusur demi pembangunan. Maka, terjadilah tawuran yang tragis itu. Namun, tak kalah tragisnya, sehari sebelumnya, di Tangerang, permukiman Cina Benteng juga digusur paksa oleh Satpol PP. Alasan pemerintah daerah (pemda) memang masuk akal. Permukiman mereka liar dan menghalangi program pelebaran Sungai Cisadane yang penting guna mengurangi banjir. Sebetulnya para penghuni juga memahami alasan pemda dan mengakui bahwa mereka menghuni secara liar karena itu mereka mau saja pindah asalkan diatur pindahnya ke mana atau diberi ganti rugi yang layak. Akan tetapi, wali kota bersikukuh bahwa berdasarkan perda nomor sekian-sekian dan instruksi gubernur nomor sekian-sekian permukiman harus digusur. Tidak ada ganti rugi karena tidak tersedia dana dalam APBD. Maka, demi hukum, Cina Benteng harus pergi; kalau perlu, dengan paksa. Museum hidup Tentu saja dengan mudah komunitas Cina Benteng bisa diusir begitu saja oleh pemda dan tidak akan jatuh korban di pihak Satpol PP karena mereka minoritas baik dalam pengertian jumlah maupun dalam pengertian ras, agama, dan kepercayaan. Namun, dengan terusirnya mereka, akan punahlah satu cagar budaya yang sudah ada di tepi Sungai Cisadane sejak tahun 1700-an. Mereka adalah cikal bakal kota Tangerang yang membangun permukimannya di sepanjang Benteng VOC yang ketika itu berada di sepanjang Sungai Cisadane (karena itulah mereka dinamakan Cina Benteng). Karena imigran-imigran Tionghoa ketika itu semuanya laki-laki, maka mereka kawin dengan perempuan-perempuan lokal sehingga menghasilkan keturunan Tionghoa yang berkulit gelap, tidak berbahasa Tionghoa, tetapi masih sangat memuja kepercayaan tradisional mereka (hio, tepekong, capgomeh) walaupun busana dan seni musik mereka bukan Tionghoa, tetapi juga bukan pribumi. Karena mereka bernenek moyang buruh-buruh kasar, sampai hari ini pun profesi mereka tidak jauh-jauh dari buruh lepas, tukang ojek, atau tukang cuci. Dengan demikian, dari kacamata budaya, komunitas Cina Benteng ini adalah museum hidup, yang melestarikan dirinya sendiri tanpa dana serupiah pun dari pemerintah. Bahkan, sering kali mereka justru jadi korban penindasan penguasa, termasuk dalam peristiwa pembantaian etnis Tionghoa oleh VOC pada tahun 1740. Maka, kalau dikehendaki, dengan sedikit investasi saja, dinas pariwisata daerah bisa memanfaatkan museum hidup Cina Benteng ini menjadi daerah tujuan wisata yang hasilnya pasti akan meningkatkan pendapatan asli daerah Tengerang. Inilah yang dalam ilmu resolusi konflik disebut win-win solution. Ketakpekaan sosial pemda Namun, ada satu hal yang sangat memprihatinkan saya setelah menyimak kasus Cina Benteng dan Mbah Priuk serta kasus-kasus sebelumnya tentang bagaimana caranya pemda-pemda menggusur penghuni dan lapak liar. Hal itu adalah ketidakpekaan sosial para pejabat pemda (wali kota/bupati dan DPRD). Mereka pikir, karena Indonesia adalah negara hukum, kalau sudah ada hukumnya, semuanya bisa dibereskan dengan hukum itu. Pandangan seperti ini sangat keliru. Hukum tidak datang dari langit, melainkan bersumber dan bermuara pada masyarakat. Ketika hukum dipraktikkan di masyarakat dia akan langsung berhadapan dengan nilai-nilai, adat, kebiasaan, agama, kepercayaan, keyakinan, dan etika masyarakat setempat. Ini tidak bisa dipandang enteng dan harus dipertimbangkan baik-baik kalau kita ingin semuanya berlangsung dengan baik. Untuk melaksanakan gusur-menggusur dengan baik tanpa kekerasan, terlebih lagi tanpa korban, bukannya tidak mungkin. Kota Solo adalah salah satu yang telah mempraktikkannya. Sejak Jokowi-Rudy menjadi wali kota dan wakil, di Solo tidak pernah ada lagi kekerasan dalam rangka penggusuran, tetapi pembangunan jalan terus. Pedagang liar kaki lima dan pasar dipindahkan dengan kirab pasukan pengawal keraton lengkap dengan pusaka-pusakanya. Pak Wali dan Pak Wakil, dengan berpakaian adat, berkuda di barisan
Re: [budaya_tionghua] Re: Aku Seorang Kapiten? (Was: Ganti topic - pro BUD's)
Salam Oephoeng, Saya Riza, kakeknya dari kakek saya dari ibu adalah Tan Oe Ko, Kapiten Bogor yang pertama, ada tahu makamnya Tan Oe Ko? Menurut ibu saya, istrinya bernama Djuak Aisyah, ada tahu makamnya juga? From: Kawaii_no_Shogetsu fenghuan...@hotmail.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Fri, April 16, 2010 2:10:51 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: Aku Seorang Kapiten? (Was: Ganti topic - pro BUD's) MAKANYA OWE NGOMONG KERAS SAMA DIA ORANG! PAKE BAWA-BAWA MENCOLOK-MENCOLOK SEGALA, MATA ELU GW COLOK. PAKE BAWA-BAWA KASUS MEI PULA. DASAR SI KHA TJOA! SEKARANG KAYAKNYA LAGI KENA WAHAM DELUSI JUGA. STABAT SEUPRIT KOK ADA KAPITAN? KLO EMANG BENER BAWA BUKTINYA DI MARI! JANGAN CUMAN NGOMONG DOANK. GINI AJA DAH TU MOYANG LU NYANG KAPITAN NAMANYA SIAPA? TAHUN BERAPA JADI KAPITAN? ATO MALAH TERNYATA TUKANG JUALAN TELOR PITAN YA? KAGAK NGEBANTU JUGA, MALAH NGACAK-NGACAK KAPLING GW. LU KLO KAGAK SETUJU, BIKIN THREAD BARU SONO! BERKOAR-KOAR LAH LU DISANA SOAL PEMBAURAN-PEMBAURAN , DLL, DSB. BAH! DASAR PRODUK ORBA! KIONGCHIU! --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Steve Haryono hay...@... wrote: Ophoeng, Saya nulis khan karena memang hobby saya soal opsir:) Sama saja anda selalu mereply apa saja yang berbau makanan toh ? hehehe. Dilain itu juga saya ingin meredakan euphoria kalau memang tidak betul. Daerah Langkat seperti yang saya tulis itu dikepalai oleh seorang Letnan. Cuman kalau sudah berjasa banyak dan menjabat lama beliau diangakt menjadi kapten Tituler, bahkan kalau lebih lama lagi jadi Majoor Tituler. Tapi tetap saja daerahnya terlalu kecil untuk dikepalai oleh seorang kapten. Tapi terus terang juga saya jadi gerah, karena asal-usul thread nya khan mencari nama generasi. Koq malah melebar ke soal peristiwa Mei dll. BTW Ophoeng nulis sekarang tidak lagi di BSD tapi di KL, ini artinya apa tho ? KL = Kuala Lumpur ? KL = Kali Lama (sebrangnya KaliBaru jeh) ? KL = KaLifornia ? KL= mbuh apa lagi ? Salam, Steve _ _ __ From: Ophoeng opho...@... To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Tue, April 13, 2010 1:52:30 AM Subject: [budaya_tionghua] Aku Seorang Kapiten? (Was: Ganti topic - pro BUD's) Bung Steve dan TTM semuah, Hai, apakabar? Sudah makan? Haiiyaaa, lha wong mulanya Bung The She Giam lagi bahas soal Bei-zhi keluarganya, koq ya bisa ngamprak jauh ke soal nama, basa Indonesia asli atau palsu, eh, serapan, lalu masuk pula ke soal letnan, kapten dan mayor Tionghua jaman baheula pisan ya? Inilah uniknya milis kita, topik bergeser jauh tapi thread-nya masih nyambung terus, bagai syair dalam lagu: ...sambung-menyambu ng menjadi satu itulah milis kita, jeh! Sowrie, ikutan nimbrung dikit ya. Kayaknya Bung Steve ini ibarat pendekar yang menggunakan jurus 'mencincang lalat menggunakan golok babi' - padahal lalat mah ditepuk pake penepuk lalat ajah juga beres. Sayang-sayang golok babi dan talenan kayu pohon besar-nya atuh, euy! Kapitan yang dimaksud, mungkin saja bukanlah Kapitein der Chinezen yang anda buka primbon-nya Regerings Almanak Hindia Belanda dari perpustakaan negeri Holland itu. Sudah jelas di kota kecil itu gak perlu seorang kapiten, soalnya Belanda pikir, ngapain pakai golok babi buat menepuk lalat toh - pasti tu meneer opiser pernah belajar kunntaw dan filosofi dari seorang suhu Tionghua. Jadi, kayaknya sih, ini cuma perkiraan ajah, bisa salah bisa bener, tentu, jadi kalau salah ya sila dipersorikeun wae atuh, itu kapitan yang dimaksud ya gak lain adalah 'kapiten' seperti yang dulu kita diajarkan di sekolah jaman TK: aku seorang kapiten, mempunyai pedang panjang, kalau berjalan tuk-tuk-tuk. ... suara sepatu kuda (eh, salah kayaknya ya?) - kapiten-nya yang dimaksud bisa saja satu dari beberapa kemungkinan ini: (1) Kapiten drumband - bawa tongkat dan pedang-pedangan panjang. (2) Kapiten satuan pengamanan aka pertahanan sipil (hansip meureun?) (3) Kapiten kapal, entah tug boat atau kapal nelayan penangkap ikan. (4) Kapiten beneran di tentara - di Sumut orang Tionghua termasuk mayoritas, bisa saja menjabat profesi: ketua RT, tukang becak motor, nelayan, peani, kuli, samseng (preman), termasuk tentara dan pulisi toh. (5) Kapiten bola - dulu orang Tionghua banyak yang ikut tim sepakbola toh, ada Sian Liong, dan lain-lain. Atau kemungkinan lain yang dimaksud bukan 'kapitan', tapi 'kopi tiam' - juragan kedai kopi meureun mah tah? Soalnya, beti (beda tipis) ajah bunyi antara 'kapitan' dengan 'kopi tiam' ya - bisa disebut homonym? Bisa terjadi salah denger atau salah ucap. Banyak nama pakai 'A' di Medan dan Sumut umumnya, Afie, Ayin, Ahong, Akai (dagang mie babi di Pasmo BSD tuh), Anyuk, Ahai, jadi memang sulit deh mencari siapakah gerangan si 'kapitan', eh 'kopi tiam' Mister Rius ini ya? Jadi, kayaknya sih mending disimpen lagi ajah tu golok babinya, dan mari kita semua
[budaya_tionghua] Re: The Jakarta Post:Soeharto’s role in ’ 49 offensive questioned [1 Attachment]
Best regards, BRH