[budaya_tionghua] Fw:EXPO Shanghai 2010 == 上海世博��全�^自由 行

2010-05-24 Terurut Topik ChanCT
- 原始�]件- 
寄件者: kunmingswie 
收件者: 
�魉腿掌�: 2010年5月24日 12:14
主旨:  上海世博��全�^自由行

EXPO Shanghai 2010

http://en.expo.cn/index.html#lang=tc=home


回覆: [budaya_tionghua] Re: PELAJ ARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PE NTING

2010-05-24 Terurut Topik ChanCT
Mbak Maria yb,

Maksud kalimat terakhir, Harus ada yang memulai untuk merubahnya. Itu apa 
maksudnya, ya? Kan, kalau orang tidak ber-Agama atau Agama yang dianut tidak 
termasuk Agama yang diakui sah oleh Pemerintah, misalnya Agama Kong Hu Chu 
dimasa Soeharto berkuasa yang tidak diakui sebagai Agama yang sah, itu 
akibatkan mereka jalankan kawin kebo. Tidak tercatat di catatan sipil, karena 
mereka tidak hendak menghianati Agama yang menjadi keyakinannya, atau disuruh 
ganti Agama untuk tercatat perkawinan mereka.

Saya SETUJU, jangan libatkan Agama dengan NEGARA. Orang kawin apapun Agama-nya 
tidak ada hubungan denegan catatan sipil, CATAT-lah mereka sebagai warga yang 
melangsungkan perkawinan secara sah. Negara tidak usah ikut mencampuri Agama 
orang yang dianut, berilah kebebasan pada masing-masing. Karena kepercayaan dan 
keyakinan Agama itu sepenuhnya adalah masalah pribadi orang, yang tidak 
seharusnya direcoki oleh Pemerintah.

Jadi, untuk merubahnya bukan harus ada orang yang memulai. Itu sudah banyak 
orang yang memulai tidak mencatatkan diri dicatatan sipil, ... tapi, Pemerintah 
yang berkuasa harus ambil tindakan untuk merubah. Bahkan bubarkan saja itu 
Dept. Agama, yang katanya hanya jadi sarang korup. Biarlah setiap Agama yang 
ada diurus sendiri oleh Agama masing-masing.

Salam,
ChanCT

  - 原始郵件- 
  寄件者: Maria Claudia 
  收件者: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  傳送日期: 2010年5月23日 15:21
  主旨: Re: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING







  Surya Paloh itu bener banget. Coba lihat UU Perkawinan. Masa sebelum menikah 
di catatan sipil harus nikah di lembaga keagamaan dulu. Apa urusannya agama dan 
negara? Nenek moyang juga kita juga bisa nikah di catatan sipil tanpa harus 
nikah di gereja. Memangnya kalau nikah di lembaga keagamaan dijamin bakal jadi 
orang beragama? Yang bener adalah waktu mau kawin sibuk cari tempat yang bisa 
mengawinkan, tapi setelah upacara selesai, mungkin lewat tempat ibadat pun 
tidak. Ga bener tuh! Harus ada yang memulai untuk merubahnya.

  Salam
  Maria


--
  From: ChanCT sa...@netvigator.com
  To: tionghoa-...@yahoogroups.com
  Sent: Sat, May 22, 2010 5:43:53 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING


  Setuju! Pengalaman sejarah jangan dilewatkan begitu saja, bahkan banyak 
  pengalaman sudah dibayar sangat mahal dengan korban jiwa manusia yang begitu 
  banyaknya, ... Jadi, benar-benar harus dijadikan cambuk untuk menuntut 
  generasi berikut lebih keras dan berani melihat kenyataan sejarh. Dengan 
  berani akui dan betulkan yang salah, untuk maju lebih lebih baik dan jangan 
  sampai terulang jatuh korban-korban yang tak diperlukan!

  Seandainya kita perhatikan, saat-saat Tong Sien Fu yang meninggalkan 
  Indonesia ditahun 1960, sebagaimana saya ketahui, Pemerintah Indonesia saat 
  itu menetapkan bagi mereka yang pulang kampung (Hui Guo) lebih dahulu harus 
  menandatangani pernyataan TIDAK AKAN KEMBALI KE INDONESIA LAGI, maka 
  ketidak berhasilan Tong Sien Fu mendapatkan WNI ada benarnya juga. Tentu 
  saya tidak menyangkal kemungkinan hanya karena sang pejabat yang nakal dan 
  serakah, setelah gaet 50 juta, merasa KURANG, ingin dapatkan lebih banyak, 
  akhirnya Tong balik pikiran setelah kesal-mendongkol melihat busuknya 
  birokrasi dinegeri ini. Karena sayapun melihat kenyataan, tidak sedikit 
  Tionghoa bisa kembali hidup di Indonesia, sekalipun juga yang pulang 
  kekampung tahun 60, bahkan jelas tergolong korban PP-10.

  Jadi, Pemerintah yang berkuasa sekarang ini, kudu lebih dahulu dengan TEGAS 
  benahi ketentuan-ketentuan yang dirasakan SALAH pemerintah terdahulu dan, 
  ... benahi birokrasi Pemerintahan, agar setiap pejabat Pemerintah secara 
  jujur menjadi pengabdi rakyat yang baik-baik, menjadi KACUNG rakyat yang 
  membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat sebaik-baiknya.

  Salam,
  ChanCT

  - Original Message - 
  From: Flowing Water syahr...@cbn.net.id
  To: tionghoa-...@yahoogroups.com
  Sent: Sunday, May 23, 2010 8:13 AM
  Subject: RE: [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING

  Kutipan: Om Tong memang cerita tentang kesulitan dia memperoleh izin
  naturalisasi. Dia telah mengajukan selama lebih dari sepuluh tahun dengan
  biaya sendiri hingga habis lebih dari Rp 50 juta-an, kata Alan. Awalnya
  dia telah mendapatkan KIMS (kartu izin menetap sementara) yang diperpanjang
  dengan menerima KIM (kartu izin menetap), tetapi ketika saatnya mendapatkan
  surat bukti WNI, dia malah diminta mengurus ulang proses mendapatkan KIMS,
  katanya.

  Membaca ini saya tidak bisa mengelak untuk marah. Apakah ulat2 yang
  menjijikkan yang mengatur urusan beginian di kantor2 masih bercokol. Pantes
  saja negeri ini terpuruk. Soalnya kebanyakan orang2 bermental b***k yang
  bercokol dimana-mana. Alan benar negeri ini bukan hanya kurang bisa
  menghargai nilai2 tetapi bahkan TIDAK 

Re: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING

2010-05-24 Terurut Topik Maria Claudia
Itulah masalahnya. Karena ga ada yang berani angkat bicara. Para pemuka agama 
kan ga akan protes karena mereka diposisikan untuk menjadi 'teladan', coba 
kalau kita, umatnya yang ramai-ramai protes, didengar kal ... Kalau aku 
protes sendirian .. siapa juga yang mau peduli 

Maria






From: zho...@yahoo.com zho...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Sun, May 23, 2010 7:57:24 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re:  PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING

  
Saya kok belum dengar para tokoh agama yg keberatan dng pemaksaan nikah secara 
agama ini? Rupanya para agamawan senang2 saja dpt bantuan negara untuk 
mengumpulkan umat. Dimana nilai2 kejujuran dan ketulusan yg seharusnya 
dijunjung tinggi dlm ajaran  agama???

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


From:  Maria Claudia claudia_maria_ a...@yahoo. com 
Sender:  budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Date: Sun, 23 May 2010 00:21:49 -0700 (PDT)
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
ReplyTo:  budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re:  PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING
  


Surya Paloh itu bener banget. Coba lihat UU Perkawinan. Masa sebelum menikah di 
catatan sipil harus nikah di lembaga keagamaan dulu. Apa urusannya agama dan 
negara? Nenek moyang juga kita juga bisa nikah di catatan sipil tanpa harus 
nikah di gereja. Memangnya kalau nikah di lembaga keagamaan dijamin bakal jadi 
orang beragama? Yang bener adalah waktu mau kawin sibuk cari tempat yang bisa 
mengawinkan, tapi setelah upacara selesai, mungkin lewat tempat ibadat pun 
tidak. Ga bener tuh! Harus ada yang memulai untuk merubahnya.

Salam
Maria



From: ChanCT sa...@netvigator. com
To: tionghoa-net@ yahoogroups. com
Sent: Sat, May 22, 2010 5:43:53 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re:  PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING

  
Setuju! Pengalaman sejarah jangan dilewatkan begitu saja, bahkan banyak 
pengalaman sudah dibayar sangat mahal dengan korban jiwa manusia yang begitu 
banyaknya, ... Jadi, benar-benar harus dijadikan cambuk untuk menuntut 
generasi berikut lebih keras dan berani melihat kenyataan sejarh. Dengan 
berani akui dan betulkan yang salah, untuk maju lebih lebih baik dan jangan 
sampai terulang jatuh korban-korban yang tak diperlukan!

Seandainya kita perhatikan, saat-saat Tong Sien Fu yang meninggalkan 
Indonesia ditahun 1960, sebagaimana saya ketahui, Pemerintah Indonesia saat 
itu menetapkan bagi mereka yang pulang kampung (Hui Guo) lebih dahulu harus 
menandatangani pernyataan TIDAK AKAN KEMBALI KE INDONESIA LAGI, maka 
ketidak berhasilan Tong Sien Fu mendapatkan WNI ada benarnya juga. Tentu 
saya tidak menyangkal kemungkinan hanya karena sang pejabat yang nakal dan 
serakah, setelah gaet 50 juta, merasa KURANG, ingin dapatkan lebih banyak, 
akhirnya Tong balik pikiran setelah kesal-mendongkol melihat busuknya 
birokrasi dinegeri ini. Karena sayapun melihat kenyataan, tidak sedikit 
Tionghoa bisa kembali hidup di Indonesia, sekalipun juga yang pulang 
kekampung tahun 60, bahkan jelas tergolong korban PP-10.

Jadi, Pemerintah yang berkuasa sekarang ini, kudu lebih dahulu dengan TEGAS 
benahi ketentuan-ketentuan yang dirasakan SALAH pemerintah terdahulu dan, 
... benahi birokrasi Pemerintahan, agar setiap pejabat Pemerintah secara 
jujur menjadi pengabdi rakyat yang baik-baik, menjadi KACUNG rakyat yang 
membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat sebaik-baiknya.

Salam,
ChanCT

- Original Message - 
From: Flowing Water syahr...@cbn. net.id
To: tionghoa-net@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, May 23, 2010 8:13 AM
Subject: RE: [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING

Kutipan: Om Tong memang cerita tentang kesulitan dia memperoleh izin
naturalisasi. Dia telah mengajukan selama lebih dari sepuluh tahun dengan
biaya sendiri hingga habis lebih dari Rp 50 juta-an, kata Alan. Awalnya
dia telah mendapatkan KIMS (kartu izin menetap sementara) yang diperpanjang
dengan menerima KIM (kartu izin menetap), tetapi ketika saatnya mendapatkan
surat bukti WNI, dia malah diminta mengurus ulang proses mendapatkan KIMS,
katanya.

Membaca ini saya tidak bisa mengelak untuk marah. Apakah ulat2 yang
menjijikkan yang mengatur urusan beginian di kantor2 masih bercokol. Pantes
saja negeri ini terpuruk. Soalnya kebanyakan orang2 bermental b***k yang
bercokol dimana-mana. Alan benar negeri ini bukan hanya kurang bisa
menghargai nilai2 tetapi bahkan TIDAK menghargai nilai2, seperti para
pelatih nasional. Sangat memalukan...

-Original Message-
From: den suta [mailto:sutawiy...@yahoo. com]
Sent: Sunday, May 23, 2010 6:44 AM
To: tionghoa-net@ yahoogroups. com
Subject: [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING

Dear T-neters,

Untuk dapat cepat membangun suatu bagsa dan negara,
harus ada keinginan keras dan mau cepat berubah

Tak cepat berubah takkan sampai ke-mana2. Kayaknya
sudah 

[budaya_tionghua] Re: istilah cokin dan batek

2010-05-24 Terurut Topik David
Istilah COKin (Cina) berasal dari bahasa “prOKem” (preman alias penjahat) 
di Jakarta yang popular sejak jamannya novel remaja tahun 70-an “Ali Topan 
Anak Jalanan” karya siapa yah (lupa), seperti juga istilah bOKin” (bini 
alias istri at pacar), “bOKap” (bapak), “nyOKap” (nyak alias ibu), 
“sendOKur” (saudara), “JOKaw” (Jawa), “BetOKaw” (Betawi) 
“plOKis” (polisi), “sendOKir” (sendiri), mOKat (mati),“bo’il” 
(mobil), “ba’on (Ambon), “ogut” (gua alias saya) dst.

Kalu “batek” mah tidak tahu dan baru denger ini hari.

DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Roy Thaniago jagoanpa...@...wrote:

Salam,

Jaman remaja, saya pertama kali dengar istilah cokin untuk cina, dan 
istilah batek untuk pribumi. Mungkin teman2 ada yg bisa berbagi pengetahuan 
tentang asal mula kedua kata ini?

Terima kasih.

Salam,
Rothan



Re: [budaya_tionghua] Re: istilah cokin dan batek

2010-05-24 Terurut Topik Dr. Irawan
Saya pernah dengar Bateking, tapi nggak tahu dari mana asalnya, artinya
motret. (ambil foto) apakah Batek asalnya dari Bateking ?
salam,
Dr.Irawan.

2010/5/24 David dkh...@yahoo.com



 Istilah COKin (Cina) berasal dari bahasa “prOKem†(preman alias
 penjahat) di Jakarta yang popular sejak jamannya novel remaja tahun 70-an
 “Ali Topan Anak Jalanan†karya siapa yah (lupa), seperti juga istilah
 bOKin†(bini alias istri at pacar), “bOKap†(bapak), “nyOKap†(nyak
 alias ibu), “sendOKur†(saudara), “JOKaw†(Jawa), “BetOKawâ€
 (Betawi) “plOKis†(polisi), “sendOKir†(sendiri), mOKat
 (mati),“bo’il†(mobil), “ba’on (Ambon), “ogut†(gua alias saya)
 dst.

 Kalu “batek†mah tidak tahu dan baru denger ini hari.

 DK

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Roy Thaniago jagoanpa...@...wrote:


 Salam,

 Jaman remaja, saya pertama kali dengar istilah cokin untuk cina, dan
 istilah batek untuk pribumi. Mungkin teman2 ada yg bisa berbagi
 pengetahuan tentang asal mula kedua kata ini?

 Terima kasih.

 Salam,
 Rothan

  



Re: 回覆: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING

2010-05-24 Terurut Topik Maria Claudia
Adik Chan sayang, he he he . so akrab 

Maksud saya juga begitu. Ada banyak orang Tionghoa yang sebenarnya ga punya 
agama, ngakunya Budha tapi doanya apa juga ga tau, mereka cuma percaya Thian, 
tapi Liam Keng juga ga pernah, mereka cuma pegang hio kalau ada anggota 
keluarganya yang meninggal atau pas melayat. Nah, giliran mau kawin, ada 
peraturan harus nikah di lembaga agama, kelabakan deh. Ujung2nya lari ke Budha, 
yang paling dekat dan mungkin paling gampang persyaratannya, atau yang lebih 
modern ke Katolik, supaya masih bisa 'pegang hio' dan nanti ananknya gampang 
cari sekolah. Nah, setelah dapat surat dari vihara atau gereja, apa mereka mau 
ke sana lagi? Mungkin iya kalau mau cerai ., kalau ga sih boro-boro 
.. lewat juga ga .

Selain itu ada masalah yang lebih penting. Masalah kdrt. Tau ga kalau gereja 
Katolik itu ketat banget aturannya. Kalau udah kawin, 
suliit banget untuk cerai apa pun alasannya. Tanpa UU 
Perkawinan itu aja udah susah, ditambah lagi ada aturan itu. Bayangin lho, itu 
korban kdrt, udah tiap hari disiksa suami, mau cerai ke catatan sipil, ga bisa, 
karena diancam terus, lari ke gereja eh  malah disuruh ke 
catatan sipil dulu  Akhirnya menderita seumur hidup ... 
Kasian ga dengernya? Mendingan kita ikutan deh mikiran nasib orang2 yang 
seperti itu. Kasihan kan mereka ga bisa apa2.

Kalau kawin kebo mah bodo aja ceweknya. Yang rugi siapa? Jangan mau dong 
diajakin kawin kebo. Ntar cowoknya kabur, minta pertanggung jawabannya gimana?

Maria






From: ChanCT sa...@netvigator.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Mon, May 24, 2010 12:54:18 AM
Subject: 回覆: [budaya_tionghua] Re:  PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING

  
 
Mbak Maria yb,
 
Maksud kalimat terakhir, Harus ada yang memulai 
untuk merubahnya. Itu apa maksudnya, ya? Kan, kalau orang tidak ber-Agama atau 
Agama yang dianut tidak termasuk Agama yang diakui sah oleh Pemerintah, 
misalnya 
Agama Kong Hu Chu dimasa Soeharto berkuasa yang tidak diakui sebagai Agama yang 
sah, itu akibatkan mereka jalankan kawin kebo. Tidak tercatat di catatan sipil, 
karena mereka tidak hendak menghianati Agama yang menjadi 
keyakinannya, atau disuruh ganti Agama untuk tercatat perkawinan 
mereka.
 
Saya SETUJU, jangan libatkan Agama dengan 
NEGARA. Orang kawin apapun Agama-nya tidak ada hubungan denegan catatan sipil, 
CATAT-lah mereka sebagai warga yang melangsungkan perkawinan secara sah. Negara 
tidak usah ikut mencampuri Agama orang yang dianut, berilah kebebasan pada 
masing-masing. Karena kepercayaan dan keyakinan Agama itu sepenuhnya adalah 
masalah pribadi orang, yang tidak seharusnya direcoki oleh 
Pemerintah.
 
Jadi, untuk merubahnya bukan harus ada orang 
yang memulai. Itu sudah banyak orang yang memulai tidak mencatatkan diri 
dicatatan sipil, ... tapi, Pemerintah yang berkuasa harus ambil tindakan untuk 
merubah. Bahkan bubarkan saja itu Dept. Agama, yang katanya hanya jadi sarang 
korup. Biarlah setiap Agama yang ada diurus sendiri oleh Agama 
masing-masing.
 
Salam,
ChanCT
 
- 原始郵件- 
寄件者: Maria Claudia 
收件者: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
傳送日期: 2010年5月23日 15:21
主旨: Re: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN 
  SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING




Surya 
  Paloh itu bener banget. Coba lihat UU Perkawinan. Masa sebelum menikah di 
  catatan sipil harus nikah di lembaga keagamaan dulu. Apa urusannya agama dan 
  negara? Nenek moyang juga kita juga bisa nikah di catatan sipil tanpa harus 
  nikah di gereja. Memangnya kalau nikah di lembaga keagamaan dijamin bakal 
 jadi 
  orang beragama? Yang bener adalah waktu mau kawin sibuk cari tempat yang 
 bisa 
  mengawinkan, tapi setelah upacara selesai, mungkin lewat tempat ibadat pun 
  tidak. Ga bener tuh! Harus ada yang memulai untuk 
  merubahnya.

Salam
Maria



 From: ChanCT 
  sa...@netvigator. com
To:   tionghoa-net@ yahoogroups. com
Sent: Sat, May 22, 2010 5:43:53 
  PM
Subject: [budaya_tionghua] 
  Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING

  
Setuju! Pengalaman sejarah jangan dilewatkan begitu saja, bahkan banyak 
 
pengalaman sudah dibayar sangat mahal dengan korban jiwa manusia yang 
  begitu 
banyaknya, ... Jadi, benar-benar harus dijadikan cambuk untuk 
  menuntut 
generasi berikut lebih keras dan berani melihat kenyataan sejarh. 
  Dengan 
berani akui dan betulkan yang salah, untuk maju lebih lebih baik 
  dan jangan 
sampai terulang jatuh korban-korban yang tak 
  diperlukan!

Seandainya kita perhatikan, saat-saat Tong Sien Fu yang 
  meninggalkan 
Indonesia ditahun 1960, sebagaimana saya ketahui, Pemerintah 
  Indonesia saat 
itu menetapkan bagi mereka yang pulang kampung (Hui Guo) 
  lebih dahulu harus 
menandatangani pernyataan TIDAK AKAN KEMBALI KE 
  INDONESIA LAGI, maka 
ketidak berhasilan Tong Sien Fu mendapatkan WNI ada 
  benarnya juga. Tentu 
saya tidak menyangkal 

[budaya_tionghua] FW: [WCILCOS] Inter-Asian temple and trust networks within and out of Southeast Asia [1 Attachment]

2010-05-24 Terurut Topik ibcindon
 

 

From: wcilcos-boun...@listserv.ohio.edu
[mailto:wcilcos-boun...@listserv.ohio.edu] On Behalf Of Geoffrey Wade
Sent: Monday, May 24, 2010 11:22 PM
To: Keng We Koh
Cc: wcil...@listserv.ohio.edu
Subject: [WCILCOS] Inter-Asian temple and trust networks within and out of
Southeast Asia

 

International Conference on Inter-Asian Connections II: Singapore Singapore:
December 8-10, 2010 

CALL FOR WORKSHOP PAPER ABSTRACTS:  DEADLINE - MAY 31, 2010

Workshop Title: Inter-Asian temple and trust networks within and out of
Southeast Asia

Workshop Director: Kenneth Dean East Asian Studies, McGill University
kenneth.d...@mcgill.ca


Dear Colleague,

Enclosed below please find a Call for Papers for  Inter-Asian temple
and trust networks within and out of Southeast Asia. This workshop will be
part of the International Conference on Inter-Asian Connections II, to be
held in Singapore from Dec, 8-10, 2010.  I would like to invite you to
submit a CV and brief abstract (see page 2 below) to the organizers of the
conference at the following email address: intera...@ssrc.org   
  
The deadline for submissions is fast approaching, so if you are interested
in taking part in the workshop, kindly send in your abstract this week.
More information on the conference is available on the website given below. 

Inter-Asian temple and trust networks within and out of Southeast Asia

 Although considerable empirical research has been done on Southeast
Asian trading networks, so far less attention has focused on the role of
Chinese and Indian temples and Islamic institutions in fostering,
facilitating, and shaping the flow of people, capital, and cultural
resources within these trust networks. With some notable exceptions, so far
there has been little examination of the historical role of these temples
and community networks in the spread of the Chinese, Indian, and Islamic
communities into Southeast Asia. Nor has their current role in reviving
connections between Overseas Chinese, Indian, and Islamic communities, and
their ancestral temples, communities, and holy sites in China, India, and
the Middle East been explored.

 The study of these intricate, overlapping networks is one way to
prevent local history from falling into the trap of endless recuperation by
national history. In that model, local history can be nothing more than an
endless series of minor variations on a theme, with the underlying issue
being the process of cultural unification of the locale with the state. A
focus on trans-national, and even global networks, works against the
prevalent model of hierarchical encompassment and state control of local
society by introducing multiple planes of reference, alternative and
transversal sources of cultural invention and investment, and the
possibility of local cultural self-definition drawing creatively from
multiple sources.

 Study of the historical development and recent renewal of these
networks -whether through ritual or other socio-cultural processes--should
reveal essential aspects of the process of globalization and its impact on
specific locales. This workshop will raise important questions about the
ability of local cultures to negotiate the forces of capitalism, ethnic
identity and cultural nationalism sweeping through Asia today. For instance,
ritual practices among Chinese networks show extraordinary versatility and
flexibility in creatively engaging with these forces without losing
relevance to their participants. This in turn raises broader questions about
the impact of modernity on contemporary Asia and the value of theories of
alternative modernity for the study of these developments.
This workshop will examine and compare a number of specific temple networks
or parallel trust networks that operate within and out of Southeast Asia.
Papers will trace the spread of specific cults of regional deities and
particular ritual practices (local Daoist traditions, collective spirit
medium training and group trance dance) out of China, across Southeast Asia
into Malaysia, Singapore, Indonesia, and into a wider inter-Asian region,
where they often evolved new ritual forms. We will also explore the return
flow of ritual knowledge and economic support within these networks during
the massive revival of popular religion in Southeast China over the past 30
years. Papers will be presented on Islamic trust networks and networks of
Indian temples and their links to trade and other cultural networks. The
workshop can also showcase new technologies for the mapping and analysis of
religious networks (GIS and spatial network analysis). Case studies of
specific sites (Malacca, Penang, Singapore, Semarang, Kuching, etc.) will
examine the complex interactions between different temple communities, and
their interactions with other ethnic and religious communities.

For additional details and application guidelines, please visit the
Conference website:
 

[budaya_tionghua] Re: Hao, hauw, 孝。 Lv Da gadis yang membawa ibu tuna netra kuliah I.

2010-05-24 Terurut Topik ardian_c
apeq , kok gak ada attachmentnya ya ?
apa dikirim ke modie ajenti ditaro difile?


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, liang u lian...@... wrote:

 Salah satu dari tulisan tentang Lv Da. Diterjemahkan bebas. Tulisan dan foto 
 pada lampiran.
 Kiongchiu,