[budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?
saya newbie BTer yang baru saja mengikuti forum ini, sambil melihat2 file2/tulisan2 di masa lalu yang tersimpan di BT... setelah melihat apa yg dipaparkan dlm seminar LIPI oleh Sdr Erik, saya merasa ada pandangan ke depan (future) mengenai etnis tionghua DNGN/BERSAMAAN budayanya di masa yang mendatang Dengan mengalirderasnya agama TERTENTU yang dianut oleh etnis tionghua dimana menurut pandangan saya bahwa 'agama melakukan penyebaran dengan membawa budaya sang penyebar vv' menurut apa yang saya 'tangkap' ada pereduksian terhadap ETNIS dan tentunya juga akan terjadi pereduksian BUDAYA Tionghua juga di generasi penerus kita.. mengenai 4 faktor etnisitas tsb -faktor biologis ideologi yang ditebarkan agama Tertentu tsb. menebarkan pandangan bahwa boleh melakukan perkawinan dengan ras manapun asalkan se iman.. (maaf,mungkin rasialis, tapi ini mslh tionghua sebenarnya) -faktor warisan budaya ideologi yang ditebarkan banyak melarang/mengkerdilkan kegiatan2/ ritus2 agama etnis tionghua LAIN dimana agama tsb telah menyatu dengan apa yang kita anggap sbg budaya tionghua yang menjadi pengikat etnis tionghua pada umumnya -faktor self identifications terjadi pengaburan identitas menjadi se 'iman' seakan2 'we are the world' pdhl berusaha unt the 'world belong to us'(dng teknik2 marketing modern guna memasarkan 'barang' intangible tsb) pengaburan juga terjadi dengan digunakannya nama 'orang suci'atau nama2 dari 'budaya penyebar' yang tentunya lebih keren krn sang penyebar mempunyai power yang kuat (money, influence, etc) -faktor acceptabilitas dengan ketiga hal diatas tentunya faktor ini menjadi un-acceptable... untuk masa mendatang... (contoh: chinesse filipina) (maaf, kalau ini tidak mengarah ke pembauran yang dicanangkan pemerintah orba dahulu ) akankah di masa mendatang etnis tionghua menjadi ONG HOK HAM semua? mohon para pakar BT dapat menerangkan kebingungan saya --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote: Karena nama saya disebut, maka saya ikut nimbrung sekalian dah! Agar tema Etnisitas yan dulu pernah saya lempar ke milis ini tidak terpotong dari konteksnya, dan menimbulkan kesalah-mengertian, saya ulang lagi pemahaman saya tersebut. Pertama, harus ditegaskan dulu bahwa Etnisitas yang saya maksud waktu itu adalah idiom antropologi yang tidak ada sangkut-pautnya dengan idiom Kewarganegaran. Kewarganegaraan melulu adalah persoalan status hukum seseorang tanpa memandang atau membeda-bedakan etnisitasnya. Jadi, ceritanya waktu itu saya ikutan di seminar yang diadakan oleh LIPI, beberapa sosiolog (DN dan LN) membawakan makalah mereka yang membahas masalah Etnisitas. Salah seorang mengemukan teorinya tentang Etnisitas yang diuraikan sbb: Etnisitas seorang anak manusia ditentukan oleh 4 faktor, yakni: 1. biologis;2. warisan budaya;3. self identification;4. akseptabilitas dari masyarakat dimana seseorang mengidentifikasikan dirinya. Ambil contoh misalnya, seorang anak yang dilahirkan di pulau Jawa dari orang-tua Tionghua. Secara biologis dia berdarah Tionghoa, tetapi karena dididik dan hidup dalam lingkungan budaya Jawa, maka warisan budayanya lebih dominan Jawa ketimbang Tionghoa. Namun karena sadar dilahirkan dari orang-tua Tionghoa, dia merasa diri tetap adalah Tionghoa, maka self identification dirinya adalah Tionghoa pula, dan masyarakat Tionghoa di Jawa pun menerimanya sebagai bagian dari mereka. Kesimpulannya, dari 4 faktor tersebut di atas, si anak turunan Tionghoa ini masih dapat dikategorikan beretnis Tionghoa. Contoh lain adalah anak yang dilahirkan di Malaysia dari orang-tua Tionghoa. Secara biologis si anak berdarah Tionghoa, dan sejak kecil ia dididik di sekolah dengan Mandarin sebagai bahasa pengantar, dan hidup di lingkungan budaya serba Tionghoa. Secara sadar ia pun mengidentifikasikan diri sebagai seorang Tionghoa, serta diterima secara penuh pula oleh masyarakat Tionghoa sebagai bagian mereka. Kesimpulannya, dari 4 faktor di atas, si anak ini murni 100% beretnis Tionghoa. Contoh yang agak ekstrim adalah seorang Ong Hok Ham yang lahir di Jawa dari orang-tua Tionghoa. Tapi sejak kecil ia tidak pernah dididik secara Tionghoa, dan juga hidup dalam lingkungan budaya Belanda dan Jawa (ketimbang Tionghoa). Juga secara sadar ia tidak pernah mengidentifikasikan diri sebagai orang Tionghoa, serta juga tidak pernah diterima secara penuh oleh masyarakat Tionghoa sebagai bagian merka. Kesimpulannya, dari 4 faktor di atas, Ong Hok Ham tidak dapat dikategorikan sebagai beretnis Tionghoa walaupun dia berdarah Tionghoa. Ekstrim di kutub lain adalah seorang Ted Xiong (Xiong Delong) yang dilahirkan dari orang-tua India (atau ada yang bilang Arab?). Tetapi sejak bayi diadopsi oleh keluarga Tionghoa, maka sejak kecil ia pun hidup di lingkungan budaya Tionghoa serta mendapat pendidikan ala Tionghoa. Kini dengan sadar Ted Xiong pun mengidentifikasikan diri sebagai Tionghoa (walau mengakui
Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?
Akankah etnis tionghoa menjadi onghokham semua? Sebagian ya, kalau semua yakin tidak. Buktinya setelah 35tahun dibelenggu dan dilecehkan, budaya tionghoa bisa bangkit kembali. Apalagi di zaman demokratis yg menghargai pluraritas, jualan agama yg ekslusif takan laku. Percayalah, budaya tionghoa cukup ulet, tak mudah dikalahkan! Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: iie_siang iie_si...@yahoo.com Date: Sat, 26 Dec 2009 16:31:52 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa? saya newbie BTer yang baru saja mengikuti forum ini, sambil melihat2 file2/tulisan2 di masa lalu yang tersimpan di BT... setelah melihat apa yg dipaparkan dlm seminar LIPI oleh Sdr Erik, saya merasa ada pandangan ke depan (future) mengenai etnis tionghua DNGN/BERSAMAAN budayanya di masa yang mendatang Dengan mengalirderasnya agama TERTENTU yang dianut oleh etnis tionghua dimana menurut pandangan saya bahwa 'agama melakukan penyebaran dengan membawa budaya sang penyebar vv' menurut apa yang saya 'tangkap' ada pereduksian terhadap ETNIS dan tentunya juga akan terjadi pereduksian BUDAYA Tionghua juga di generasi penerus kita.. mengenai 4 faktor etnisitas tsb -faktor biologis ideologi yang ditebarkan agama Tertentu tsb. menebarkan pandangan bahwa boleh melakukan perkawinan dengan ras manapun asalkan se iman.. (maaf,mungkin rasialis, tapi ini mslh tionghua sebenarnya) -faktor warisan budaya ideologi yang ditebarkan banyak melarang/mengkerdilkan kegiatan2/ ritus2 agama etnis tionghua LAIN dimana agama tsb telah menyatu dengan apa yang kita anggap sbg budaya tionghua yang menjadi pengikat etnis tionghua pada umumnya -faktor self identifications terjadi pengaburan identitas menjadi se 'iman' seakan2 'we are the world' pdhl berusaha unt the 'world belong to us'(dng teknik2 marketing modern guna memasarkan 'barang' intangible tsb) pengaburan juga terjadi dengan digunakannya nama 'orang suci'atau nama2 dari 'budaya penyebar' yang tentunya lebih keren krn sang penyebar mempunyai power yang kuat (money, influence, etc) -faktor acceptabilitas dengan ketiga hal diatas tentunya faktor ini menjadi un-acceptable... untuk masa mendatang... (contoh: chinesse filipina) (maaf, kalau ini tidak mengarah ke pembauran yang dicanangkan pemerintah orba dahulu ) akankah di masa mendatang etnis tionghua menjadi ONG HOK HAM semua? mohon para pakar BT dapat menerangkan kebingungan saya --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote: Karena nama saya disebut, maka saya ikut nimbrung sekalian dah! Agar tema Etnisitas yan dulu pernah saya lempar ke milis ini tidak terpotong dari konteksnya, dan menimbulkan kesalah-mengertian, saya ulang lagi pemahaman saya tersebut. Pertama, harus ditegaskan dulu bahwa Etnisitas yang saya maksud waktu itu adalah idiom antropologi yang tidak ada sangkut-pautnya dengan idiom Kewarganegaran. Kewarganegaraan melulu adalah persoalan status hukum seseorang tanpa memandang atau membeda-bedakan etnisitasnya. Jadi, ceritanya waktu itu saya ikutan di seminar yang diadakan oleh LIPI, beberapa sosiolog (DN dan LN) membawakan makalah mereka yang membahas masalah Etnisitas. Salah seorang mengemukan teorinya tentang Etnisitas yang diuraikan sbb: Etnisitas seorang anak manusia ditentukan oleh 4 faktor, yakni: 1. biologis;2. warisan budaya;3. self identification;4. akseptabilitas dari masyarakat dimana seseorang mengidentifikasikan dirinya. Ambil contoh misalnya, seorang anak yang dilahirkan di pulau Jawa dari orang-tua Tionghua. Secara biologis dia berdarah Tionghoa, tetapi karena dididik dan hidup dalam lingkungan budaya Jawa, maka warisan budayanya lebih dominan Jawa ketimbang Tionghoa. Namun karena sadar dilahirkan dari orang-tua Tionghoa, dia merasa diri tetap adalah Tionghoa, maka self identification dirinya adalah Tionghoa pula, dan masyarakat Tionghoa di Jawa pun menerimanya sebagai bagian dari mereka. Kesimpulannya, dari 4 faktor tersebut di atas, si anak turunan Tionghoa ini masih dapat dikategorikan beretnis Tionghoa. Contoh lain adalah anak yang dilahirkan di Malaysia dari orang-tua Tionghoa. Secara biologis si anak berdarah Tionghoa, dan sejak kecil ia dididik di sekolah dengan Mandarin sebagai bahasa pengantar, dan hidup di lingkungan budaya serba Tionghoa. Secara sadar ia pun mengidentifikasikan diri sebagai seorang Tionghoa, serta diterima secara penuh pula oleh masyarakat Tionghoa sebagai bagian mereka. Kesimpulannya, dari 4 faktor di atas, si anak ini murni 100% beretnis Tionghoa. Contoh yang agak ekstrim adalah seorang Ong Hok Ham yang lahir di Jawa dari orang-tua Tionghoa. Tapi sejak kecil ia tidak pernah dididik secara Tionghoa, dan juga hidup dalam lingkungan budaya Belanda dan Jawa (ketimbang Tionghoa). Juga secara sadar ia tidak pernah mengidentifikasikan diri sebagai orang Tionghoa
Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?
Peq, ada banyak teman saya yg bekerja atau belajar di Zhongguo. Awalnya kena culture shock. Marah besar sama zhongguoren. Tapi setelah bbrp tahun, kok mereka malah ngerasa tidak ada beda ga pernah lagi mendapat perlakuan berbeda dari zhongguoren. Ada bbrp orang yg bahkan menceritakan kalo dia ditahan-tahan jangan balik Indonesia. Huiguo-nya tuh ke ZHongguo bukan ke negara lain. Tetap tuh diaku sebagai ras Tionghoa. Huangdi Bless U (HBU) --- Pada Sel, 22/12/09, liang u lian...@yahoo.com menulis: Dari: liang u lian...@yahoo.com Judul: Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa? Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 22 Desember, 2009, 9:54 PM Sdr. Dedy, Saya memang tidak berniat berdebat masalah siapa orang Tionghoa, apalagi pakai kalau kalau. Kalau Tiongkok perang dengan Indonesia, kalau saya ., kalau kalian.. . Berdebat kalau tak bermanfaat, justru yang harus kita lihat realitas sekarang. Yang jelas orang Tionghoa Indonesia sedang mencari jati dirinya. Ini yang penting. Apa haknya dan apa kewajibannya. Apa kita ingin Asia Tenggara yang damai atau ingin yang perang. Tanggapan anda tidak kena, terima kasih pada Sdr. Zhou yang telah memperjelas apa yang saya maksud. Saya hanya menjelaskan secara hukum kita itu orang Indonesia, secara ras kita itu orang Tionghoa. Saya sama sekali tak mengaitkan dengan budaya, beda yang dimaksud dengan sdr. Ardian. Kita tahu, meskipun ras Tionghoa, karena budaya, karena politik, karena harta dan jabatan, orang bisa tidak mengaku dirinya Tionghoa, apakah anda masih ingat pada zaman orba adalah istilah Kirno (mungkir Cino) dan sekarang ada istilah Likno (balik lagi jadi Cino)? Itu jelas menunjukkan bahwa rasnya tetap Tionghoa, hanya mungkir, dan sekarang balik lagi. Orang macam Ted Hsiong (saya tak tahu ia sekarang warga negara apa), tapi kalau tak salah tinggal di Hongkong, kalau ia paspor Hongkong dari kewarganegaraan ia adalah orang Tiongkok, tapi dari ras ia India. Mengapa tak boleh? Di Tiongkok ada orang bule yang menjadi warga negara Tiongkok, ia orang Tiongkok kalau ke luar negeri ia dianggap orang Tiongkok, kalau pulang ke Tiongkok ia tak perlu visa, karena negara bukan berdasarkan ras tapi hukum. Sulit orang luar menjadi negara Tiongkok, itu bukan masalah ras, penduduk Tiongkok sudah terlalu padat, jadi sangat selektif. Kalau kita datang ke Tiongkok dianggap orang asing memang benar, kita WNI koq. Kalau orang sekampung yang bicara dialek Hokkian mengatakan kita Huan'a memang benar, itu pilihan kita. Tapi kalau ditanya ras saya bilang saya Huaren, yang berarti Tionghoa dalam Mandarin. Apa salahnya? Saya kadang-kadang bingung mengertikan istilah yang sudah ratusan tahun kita gunakan, koq ricuh melulu. Saya tak tahu tepatnya definisi ras dan etnis, hanya saja lazimnya ras digunakan untuk arti yang lebih luas, tolong bantuan teman-teman yang lain. Orang sering menyebut ras kuning, ras putih, tapi etnis sering untuk yang lebih kecil. Anda mengatakan ras kita Chinese, etnis Tionghoa, untuk saya OK saja, saya tak menentang, Hanya dulu di milis ini saya pernah menerangkan dari mana kata itu berasal. Di dunia ini adalah dua wilayah yang namanya Tionghoa. Yang satu adalah daratan Tiongkok negaranya bernama Zhonghua Renmin Gongheguo , dibaca dengan dialek Hokkian menjadi Tionghua Jinbin Kionghokok, singkatannnya Tiongkok, ada lagi pulau Taiwan yang pemerintahnya menamakan dirinya Zhonghua Minguo dalam dialek Hokkiannya Tionghua Binkok, singkatannya Tiongkok juga. Dari sana jelas bahwa nama Tionghua itu bukan milik orang Tionghoa Indonesia saja. Tapi kalau mau dipakai sebagai nama Tionghoa Indonesia, yah boleh saja sebab yang berdialek Hokkian di Tiongkok itu adalah minioritas, jadi tak akan ada kerancuan. Ted Hsiung yang rasnya India tak salah kalau ia mengatakan dirinya saya orang Tionghoa. Kalau tak salah ia asal Indonesia, yang warga negara dari sebuah negara yang bernama Tionghoa Jinmin Kionghokok (RRT), jelas koq artinya Republik Rakyat Tiongkok. Semoga anda dapat menangkap maksud saya. Salam Liang U From: dedy hartantodedy@ yahoo.com To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Tue, December 22, 2009 10:23:48 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa? Mpek Liang U yang saya hormati, Saya sudah menduga kata mengadu domba akan ada bahkan segera setelah saya posting. Saya sebenarnya hanya meminjam kata ras dan etnis yang memyebabkan seseorang bisa disebut orang Tionghoa, dan kebetulan ada dalam satu thread. ( walau beda cabangnya) tapi menurut ras anda adalah orang Chinese, dilihat dari etnis kita adalah orang Tionghoa. untuk menjawab pernyataan sdr. Adrian simpel aje, org yg ngerasa dirinya tionghoa dan jg itu gak ada kaitan ame GEN or SUKU or ASAL USUL. Bukankah Ras dari Gen dan Etnis dari Suku. Sesederhana itu
Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?
Perkenankanlah saya ikut menyampaikan pemikiran dan kenyataan yang saya ketahui. Segala sesuatu tidak lepas dari waktu dan ruang/tempat tertentu, sulit untuk digeneralisasi begitu saja dengan satu kata, bagaimana perlakuan atau penerimaan negeri leluhur pada Huakiao yang pulang kampung, Hui Guo. Dimasa awal kemerdekaan RRT sampai RBKP tahun 66-72, saya bisa mengatakan Huakiao yang pulang kampung mendapatkan perlakuan ISTIMEWA dari Pemerintah. Dimanjakan. Dimasa kesulitan ekonomi, dimana semua harus gunakan kupon, kupon bahan makanan (liang Piao), kupon minyak (you piao) dan kupon kain (bu piao) itu yang dikategorikan Huakiao bisa dapatkan jatah lebih sedikit. Mereka yang berduit, juga tetap bisa berbelanja di pertokoan Huakiao dikota-kota besar. Yang pernah saya dengar, bagi mereka yang bertugas ditempatkan di Perkebunan Huakiao (Hua Qiao Nong CHang) juga mendapatkan tunjangan Pemerintah, untuk meringankan penderitaan yang dirasakan Huakiao disana dengan adanya perubahan kebiasaan hidup dari tempat asal. Dimasa RBKP, khususnya tahun-tahun 66-72, dimana terjadi pikiran ekstrim kiri Garda Merah yang mencurigai Huakiao sebagai mata-mata dan musuh dalam selimut, hanya karena mereka ada hubungan dengan luar negeri itulah, membuat banyak Huakiao gerah, tidak bisa terima dengan perlakuan yang dideritanya. Banyak yang tidak tahan dan oleh karena yang ada syarat bisa keluar, umumnya sudah keluar dari TIongkok daratan. Banyak Nong Chang akhirnya harus ditutup, karena yang tertinggal orang yang sudah tua dan berpenyakit, tidak ada syarat untuk keluar. Di HK, saya bertemu dengan seorang Huakiao tua asal Singapore, yang kembali ke TIongkok akhir tahun 49, sebagai pemuda militan ditahun 50-51 ikut menjadi sukarelawan Perang Korea melawan AS, termasuk seorang kader tua PKT akhirnya keluar ke HK dengan terpaksa melepaskan keanggotaan PKTnya. Mengapa? Terjadi pukulan berat yang sangat menyaakiti hati-nya, putra tunggalnya yang ingin masuk Angkatan Udara ditolak hanya karena status Huakiao! Melihat kebijaksaan pejabat-pejabat Pemerintah yang masih saja menaruh kecurigaan berlebih pada Huakiao, dan itu sudah diawal tahun 70-an, dia merasa putus asa. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan kecuali mengadu nasib diluar untuk haridepan yang lebih baik bagi anak tunggalnya itu. Sungguh kasihan sobat satu ini harus meninggal relatif muda dengan perasaan kecewa berat, ternyata setelah di HK, putranya yang pandai sketting malah terjerumus dalam pergaulan anak-muda yang rusak, main perempuan dan ganja, ... Bagaimana sekarang? Seiring dengan perkembangan maju ekonomi yang begitu mengagumkan di TIongkok, perlakuan terhadap Huakiao, di Tiongkok disebut Gui Qiao (Huakiao yang pulang kampung) kembali normal. Tentu tidak ada masalah harus diperlakukan ISTIMEWA dibanding dengan penduduk lokal lagi, pada pokoknya diperlakukan kebijaksanaan yang sepenuhnya sama, tapi dalam kenyataan mereka, Gui Qiao itu punya masalah tersendiri yang masih perlu diperhatikan khusus, itulah sebab masih dipertahankan adanya Qiao Ban. Disaat ke Xia Men ( Di Indonesia biasa dikenal kota A Moy) bulan Oktober yl. saya berkesempatan menemui beberapa Huakiao tua asal Indonesia yang masih menetap di Xia Men. Keadaan mereka sungguh lebih nyaman, lebih tentram ketimbang kebanyakan Huakiao yang keluar dan tersangkut di HK. Mengapa? Karena mereka setelah pensiun mendapatkan jaminan yang jauh lebih baik dari yang di HK. Mereka di Xia Men masih dapatkan uang pensiun yang cukup untuk hidup dan setiap ada kenaikan gaji juga ikut naik uang pensiunnya, untuk berobat ke RS juga masih bisa dapatkan kembali 80%. Lalu, seminggu 1-2 kali kumpul-kumpul untuk menari diperkumpulan Gui Qiao dan, ... yang menarik mereka biasa menarikan tari-tarian asal Indonesia. Itulah sedikit gambaran kasar, bagaimana sikap Pemerintah terhadap warganya, sangat menentukan seseorang dalam menentukan memilih tempat untuk hidupnya yang lebih baik. Jadi benar-benar dibutuhkan satu kebijaksanaan yang adil terhadap setiap warga dan pemerintah bisa menjamin keamanan dan ketentraman hidup dalam masyarakat bagi setiap warga, bisa mempertahankan satu kehidupan harmonis yang aman dan tentram. Selamat Hari NATALpada kawan yang merayakan, Merry Christmas Happy New Year! Salam, ChanCT - Original Message - From: Azura-Mazda To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 23, 2009 8:38 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa? Peq, ada banyak teman saya yg bekerja atau belajar di Zhongguo. Awalnya kena culture shock. Marah besar sama zhongguoren. Tapi setelah bbrp tahun, kok mereka malah ngerasa tidak ada beda ga pernah lagi mendapat perlakuan berbeda dari zhongguoren. Ada bbrp orang yg bahkan menceritakan kalo dia ditahan-tahan jangan balik Indonesia. Huiguo-nya tuh ke ZHongguo bukan ke negara lain. Tetap tuh diaku
Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?
. Mereka adalah orang tua mahasiswa PhD! Yang apeq sesalkan, mahasiswa Indonesia termasuk yang Tionghoa kelihatannya sangat memandang rendah mereka, lalu menjadi eksklusif, merasa lebih pintar, dan lebih kaya, apalagi melihat mereka jualan ikan dan sayur seadanya di pinggir jalan kompleks. Sedang apeq karena sekelilingnya kebanyakan mahasiswa Tiongkok bahkan menggabungkan diri. Anak mantu apeq ikut menanam sayur, sampai tangannya melepuh. Mungkin pengalaman ini yang membuat apeq mudah bergaul dengan mereka, juga memperbaiki bahasa Mandarin apeq. Yang lebih penting memberi akses ke penduduk Tiongkok. Kalau tahun baru Imlek, universitas menyediakan dana untuk perayaan, meriah tidaknya tentu tergantung dari mahasiswa Tiongkok sendiri, waktu apeq di situ tak ada barongsai, katanya mahasiswa yang pandai main barongsai sudah lulus, apeq dan anak mantu apeq diundang, demikian juga mahasiswa Taiwan. Semua orang boleh menonton pertunjukan tari-tariannya, hanya yang merayakan sambil makan kue dan minium teh secara sederhana yang pakai undangan karena jatah terbatas. Tak ada diskriminasi, padahal anak dan mantu apeq tak bisa Mandarin, mereka bisa berbahasa Inggeris, kecuali orang tuanya. Apeq belum dapat memastikan, budaya yang sudah berbeda, ekonomi yang berbeda atau pengaruh berita yang selalu mensetankan Tiongkok yang menyebabkan orang Tionghoa Indonesia memandang rendah orang Tiongkok. From: Azura-Mazda extrim_blue...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wed, December 23, 2009 8:38:56 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa? Peq, ada banyak teman saya yg bekerja atau belajar di Zhongguo. Awalnya kena culture shock. Marah besar sama zhongguoren. Tapi setelah bbrp tahun, kok mereka malah ngerasa tidak ada beda ga pernah lagi mendapat perlakuan berbeda dari zhongguoren. Ada bbrp orang yg bahkan menceritakan kalo dia ditahan-tahan jangan balik Indonesia. Huiguo-nya tuh ke ZHongguo bukan ke negara lain. Tetap tuh diaku sebagai ras Tionghoa. Huangdi Bless U (HBU) --- Pada Sel, 22/12/09, liang u lian...@yahoo. com menulis: Dari: liang u lian...@yahoo. com Judul: Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa? Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Tanggal: Selasa, 22 Desember, 2009, 9:54 PM Sdr. Dedy, Saya memang tidak berniat berdebat masalah siapa orang Tionghoa, apalagi pakai kalau kalau. Kalau Tiongkok perang dengan Indonesia, kalau saya ., kalau kalian.. . Berdebat kalau tak bermanfaat, justru yang harus kita lihat realitas sekarang. Yang jelas orang Tionghoa Indonesia sedang mencari jati dirinya. Ini yang penting. Apa haknya dan apa kewajibannya. Apa kita ingin Asia Tenggara yang damai atau ingin yang perang. Tanggapan anda tidak kena, terima kasih pada Sdr. Zhou yang telah memperjelas apa yang saya maksud. Saya hanya menjelaskan secara hukum kita itu orang Indonesia, secara ras kita itu orang Tionghoa. Saya sama sekali tak mengaitkan dengan budaya, beda yang dimaksud dengan sdr. Ardian. Kita tahu, meskipun ras Tionghoa, karena budaya, karena politik, karena harta dan jabatan, orang bisa tidak mengaku dirinya Tionghoa, apakah anda masih ingat pada zaman orba adalah istilah Kirno (mungkir Cino) dan sekarang ada istilah Likno (balik lagi jadi Cino)? Itu jelas menunjukkan bahwa rasnya tetap Tionghoa, hanya mungkir, dan sekarang balik lagi. Orang macam Ted Hsiong (saya tak tahu ia sekarang warga negara apa), tapi kalau tak salah tinggal di Hongkong, kalau ia paspor Hongkong dari kewarganegaraan ia adalah orang Tiongkok, tapi dari ras ia India. Mengapa tak boleh? Di Tiongkok ada orang bule yang menjadi warga negara Tiongkok, ia orang Tiongkok kalau ke luar negeri ia dianggap orang Tiongkok, kalau pulang ke Tiongkok ia tak perlu visa, karena negara bukan berdasarkan ras tapi hukum. Sulit orang luar menjadi negara Tiongkok, itu bukan masalah ras, penduduk Tiongkok sudah terlalu padat, jadi sangat selektif. Kalau kita datang ke Tiongkok dianggap orang asing memang benar, kita WNI koq.. Kalau orang sekampung yang bicara dialek Hokkian mengatakan kita Huan'a memang benar, itu pilihan kita. Tapi kalau ditanya ras saya bilang saya Huaren, yang berarti Tionghoa dalam Mandarin. Apa salahnya? Saya kadang-kadang bingung mengertikan istilah yang sudah ratusan tahun kita gunakan, koq ricuh melulu. Saya tak tahu tepatnya definisi ras dan etnis, hanya saja lazimnya ras digunakan untuk arti yang lebih luas, tolong bantuan teman-teman yang lain. Orang sering menyebut ras kuning, ras putih, tapi etnis sering untuk yang lebih kecil. Anda mengatakan ras kita Chinese, etnis Tionghoa, untuk saya OK saja, saya tak menentang, Hanya dulu di milis ini saya pernah menerangkan dari mana kata itu berasal. Di dunia ini adalah dua wilayah yang namanya Tionghoa.. Yang satu adalah daratan Tiongkok
[budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?
Mpek Liang U yang saya hormati, Saya sudah menduga kata mengadu domba akan ada bahkan segera setelah saya posting. Saya sebenarnya hanya meminjam kata ras dan etnis yang memyebabkan seseorang bisa disebut orang Tionghoa, dan kebetulan ada dalam satu thread. ( walau beda cabangnya) tapi menurut ras anda adalah orang Chinese, dilihat dari etnis kita adalah orang Tionghoa. untuk menjawab pernyataan sdr. Adrian simpel aje, org yg ngerasa dirinya tionghoa dan jg itu gak ada kaitan ame GEN or SUKU or ASAL USUL. Bukankah Ras dari Gen dan Etnis dari Suku. Sesederhana itu, tidak ada maksud lain. Herannya tidak ada yang membantah ataupun membenarkan pernyataan sdr. Adrian tsb. Berbeda dengan mpek yang merasa saya, mengadu domba, sdr. Erik yang saya sebut juga namanya, justru memberikan penjelasan sangat lengkap, dan menjadi solusi, faktor-faktor apa saja yang membuat seseorang bisa disebut orang Tionghoa. Bagaimanapun, saya tidak tahu perasaan masing-masing orang, saya sungguh mohon maaf telah menyebabkan ketidak nyamanan mpek Liang U. Hormat saya, Dedy --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, liang u lian...@... wrote: Sdr. Dedy, Pertanyaan anda provokatif, dalam kehidupan kita selalu berdasarkan yang baik. Misalnya seorang anak disuruh mengantarkan 6 buah mangga kepada dua tetangga, berapa buah mangga akan diterima oleh tiap tetangga? Ini soal SD. Tentu jawabannya akan tiga. Kalau menurut anda, bagaimana kalau buah mangganya dimakan habis si anak di jalan? Cara bertanya demikian menunjukkan anda itu belum siap untuk diskusi, tentu itu hak anda, tapi dalam forum seperti Budaya Tionghoa, kita diskusi, tidak baik kalau sengaja membuat pernyataan provokasi untuk mengadu domba. Saya tidak akan terjebak hal demikian, karena hanya akan menyebabkan debat kusir. Mudah-mudahan kawan-kawan lainpun tidak terjebak. Salam Liang U From: zho...@... zho...@... To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Fri, December 18, 2009 11:01:42 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa? Saya kira anda salah menafsirkan pendapat Pak Liang U. Yg dibahas Apek Liang adalah hubungan antara etnisitas dan kewarganegaraan, tak menganalisa siapa yg bisa disebut etnis tionghoa. Sedangkan yg dibicarakan sdr Ardian adalah masalah etnisitas itu sendiri, tak ada hubungannya dng masalah warga negara. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: dedy hartantodedy@ yahoo.com Date: Fri, 18 Dec 2009 12:55:53 - To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: [budaya_tionghua] Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa? Dear all BTers, Sdr Ardian berpendapat, simpel aje, org yg ngerasa dirinya tionghoa dan jg itu gak ada kaitan ame GEN or SUKU or ASAL USUL. Dengan mencounter pendapat saya soal Gen (DNA), untung ada Mpek Liang U, yang pendapatnya sedikit banyak sejalan dengan saya Menurut hukum anda adalah orang Singapore , tapi menurutras anda adalah orang Chinese. hukum kewarganegaraan kita adalah orang Indonesia , dilihat dari etnis kita adalah orang Tionghoa. Kedua beliau ini menurut saya cukup mumpuni dalam hal BT. Maksud saya seandainya kita bisa membuat kesepakatan, paling tidak di milis BT ini siapa Orang Tionghoa ? Maka subyek yang sama tidak berulang-ulang lagi dipertanyakan. contoh, sdr. Erilk th 2006 pernah membahas Ong Hok Ham, orang Tionghoa apa bukan? Mpek Liang U dalam tanggapannya memberi contoh, ras Tionghoa membela nama baik Indonesia di dunia International dalam bidang olah raga. Bagaimana seandainya Indonesia berperang dengan Tiongkok mpek? Salam hormat, Dedy
Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?
Sdr. Dedy, Saya memang tidak berniat berdebat masalah siapa orang Tionghoa, apalagi pakai kalau kalau. Kalau Tiongkok perang dengan Indonesia, kalau saya ., kalau kalian... Berdebat kalau tak bermanfaat, justru yang harus kita lihat realitas sekarang. Yang jelas orang Tionghoa Indonesia sedang mencari jati dirinya. Ini yang penting. Apa haknya dan apa kewajibannya. Apa kita ingin Asia Tenggara yang damai atau ingin yang perang. Tanggapan anda tidak kena, terima kasih pada Sdr. Zhou yang telah memperjelas apa yang saya maksud. Saya hanya menjelaskan secara hukum kita itu orang Indonesia, secara ras kita itu orang Tionghoa. Saya sama sekali tak mengaitkan dengan budaya, beda yang dimaksud dengan sdr. Ardian. Kita tahu, meskipun ras Tionghoa, karena budaya, karena politik, karena harta dan jabatan, orang bisa tidak mengaku dirinya Tionghoa, apakah anda masih ingat pada zaman orba adalah istilah Kirno (mungkir Cino) dan sekarang ada istilah Likno (balik lagi jadi Cino)? Itu jelas menunjukkan bahwa rasnya tetap Tionghoa, hanya mungkir, dan sekarang balik lagi. Orang macam Ted Hsiong (saya tak tahu ia sekarang warga negara apa), tapi kalau tak salah tinggal di Hongkong, kalau ia paspor Hongkong dari kewarganegaraan ia adalah orang Tiongkok, tapi dari ras ia India. Mengapa tak boleh? Di Tiongkok ada orang bule yang menjadi warga negara Tiongkok, ia orang Tiongkok kalau ke luar negeri ia dianggap orang Tiongkok, kalau pulang ke Tiongkok ia tak perlu visa, karena negara bukan berdasarkan ras tapi hukum. Sulit orang luar menjadi negara Tiongkok, itu bukan masalah ras, penduduk Tiongkok sudah terlalu padat, jadi sangat selektif. Kalau kita datang ke Tiongkok dianggap orang asing memang benar, kita WNI koq. Kalau orang sekampung yang bicara dialek Hokkian mengatakan kita Huan'a memang benar, itu pilihan kita. Tapi kalau ditanya ras saya bilang saya Huaren, yang berarti Tionghoa dalam Mandarin. Apa salahnya? Saya kadang-kadang bingung mengertikan istilah yang sudah ratusan tahun kita gunakan, koq ricuh melulu. Saya tak tahu tepatnya definisi ras dan etnis, hanya saja lazimnya ras digunakan untuk arti yang lebih luas, tolong bantuan teman-teman yang lain. Orang sering menyebut ras kuning, ras putih, tapi etnis sering untuk yang lebih kecil. Anda mengatakan ras kita Chinese, etnis Tionghoa, untuk saya OK saja, saya tak menentang, Hanya dulu di milis ini saya pernah menerangkan dari mana kata itu berasal. Di dunia ini adalah dua wilayah yang namanya Tionghoa. Yang satu adalah daratan Tiongkok negaranya bernama Zhonghua Renmin Gongheguo , dibaca dengan dialek Hokkian menjadi Tionghua Jinbin Kionghokok, singkatannnya Tiongkok, ada lagi pulau Taiwan yang pemerintahnya menamakan dirinya Zhonghua Minguo dalam dialek Hokkiannya Tionghua Binkok, singkatannya Tiongkok juga. Dari sana jelas bahwa nama Tionghua itu bukan milik orang Tionghoa Indonesia saja. Tapi kalau mau dipakai sebagai nama Tionghoa Indonesia, yah boleh saja sebab yang berdialek Hokkian di Tiongkok itu adalah minioritas, jadi tak akan ada kerancuan. Ted Hsiung yang rasnya India tak salah kalau ia mengatakan dirinya saya orang Tionghoa. Kalau tak salah ia asal Indonesia, yang warga negara dari sebuah negara yang bernama Tionghoa Jinmin Kionghokok (RRT), jelas koq artinya Republik Rakyat Tiongkok. Semoga anda dapat menangkap maksud saya. Salam Liang U From: dedy hartantod...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tue, December 22, 2009 10:23:48 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa? Mpek Liang U yang saya hormati, Saya sudah menduga kata mengadu domba akan ada bahkan segera setelah saya posting. Saya sebenarnya hanya meminjam kata ras dan etnis yang memyebabkan seseorang bisa disebut orang Tionghoa, dan kebetulan ada dalam satu thread. ( walau beda cabangnya) tapi menurut ras anda adalah orang Chinese, dilihat dari etnis kita adalah orang Tionghoa. untuk menjawab pernyataan sdr. Adrian simpel aje, org yg ngerasa dirinya tionghoa dan jg itugak ada kaitan ame GEN or SUKU or ASAL USUL. Bukankah Ras dari Gen dan Etnis dari Suku. Sesederhana itu, tidak ada maksud lain. Herannya tidak ada yang membantah ataupun membenarkan pernyataan sdr. Adrian tsb. Berbeda dengan mpek yang merasa saya, mengadu domba, sdr. Erik yang saya sebut juga namanya, justru memberikan penjelasan sangat lengkap, dan menjadi solusi, faktor-faktor apa saja yang membuat seseorang bisa disebut orang Tionghoa. Bagaimanapun, saya tidak tahu perasaan masing-masing orang, saya sungguh mohon maaf telah menyebabkan ketidak nyamanan mpek Liang U. Hormat saya, Dedy --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, liang u lian...@... wrote: Sdr. Dedy, Pertanyaan anda provokatif, dalam kehidupan kita selalu berdasarkan yang baik. Misalnya seorang anak disuruh mengantarkan 6 buah
[budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?
Karena nama saya disebut, maka saya ikut nimbrung sekalian dah! Agar tema Etnisitas yan dulu pernah saya lempar ke milis ini tidak terpotong dari konteksnya, dan menimbulkan kesalah-mengertian, saya ulang lagi pemahaman saya tersebut. Pertama, harus ditegaskan dulu bahwa Etnisitas yang saya maksud waktu itu adalah idiom antropologi yang tidak ada sangkut-pautnya dengan idiom Kewarganegaran. Kewarganegaraan melulu adalah persoalan status hukum seseorang tanpa memandang atau membeda-bedakan etnisitasnya. Jadi, ceritanya waktu itu saya ikutan di seminar yang diadakan oleh LIPI, beberapa sosiolog (DN dan LN) membawakan makalah mereka yang membahas masalah Etnisitas. Salah seorang mengemukan teorinya tentang Etnisitas yang diuraikan sbb: Etnisitas seorang anak manusia ditentukan oleh 4 faktor, yakni: 1. biologis;2. warisan budaya;3. self identification;4. akseptabilitas dari masyarakat dimana seseorang mengidentifikasikan dirinya. Ambil contoh misalnya, seorang anak yang dilahirkan di pulau Jawa dari orang-tua Tionghua. Secara biologis dia berdarah Tionghoa, tetapi karena dididik dan hidup dalam lingkungan budaya Jawa, maka warisan budayanya lebih dominan Jawa ketimbang Tionghoa. Namun karena sadar dilahirkan dari orang-tua Tionghoa, dia merasa diri tetap adalah Tionghoa, maka self identification dirinya adalah Tionghoa pula, dan masyarakat Tionghoa di Jawa pun menerimanya sebagai bagian dari mereka. Kesimpulannya, dari 4 faktor tersebut di atas, si anak turunan Tionghoa ini masih dapat dikategorikan beretnis Tionghoa. Contoh lain adalah anak yang dilahirkan di Malaysia dari orang-tua Tionghoa. Secara biologis si anak berdarah Tionghoa, dan sejak kecil ia dididik di sekolah dengan Mandarin sebagai bahasa pengantar, dan hidup di lingkungan budaya serba Tionghoa. Secara sadar ia pun mengidentifikasikan diri sebagai seorang Tionghoa, serta diterima secara penuh pula oleh masyarakat Tionghoa sebagai bagian mereka. Kesimpulannya, dari 4 faktor di atas, si anak ini murni 100% beretnis Tionghoa. Contoh yang agak ekstrim adalah seorang Ong Hok Ham yang lahir di Jawa dari orang-tua Tionghoa. Tapi sejak kecil ia tidak pernah dididik secara Tionghoa, dan juga hidup dalam lingkungan budaya Belanda dan Jawa (ketimbang Tionghoa). Juga secara sadar ia tidak pernah mengidentifikasikan diri sebagai orang Tionghoa, serta juga tidak pernah diterima secara penuh oleh masyarakat Tionghoa sebagai bagian merka. Kesimpulannya, dari 4 faktor di atas, Ong Hok Ham tidak dapat dikategorikan sebagai beretnis Tionghoa walaupun dia berdarah Tionghoa. Ekstrim di kutub lain adalah seorang Ted Xiong (Xiong Delong) yang dilahirkan dari orang-tua India (atau ada yang bilang Arab?). Tetapi sejak bayi diadopsi oleh keluarga Tionghoa, maka sejak kecil ia pun hidup di lingkungan budaya Tionghoa serta mendapat pendidikan ala Tionghoa. Kini dengan sadar Ted Xiong pun mengidentifikasikan diri sebagai Tionghoa (walau mengakui tidak berdarah Tionghoa) serta juga mendapat pengakuan dan penerimaan yang utuh dari masyarakat Tionghoa. Kesimpulannya, Ted Siong adalah seorang yang beretnis Tionghoa. Demikian, papar si pembawa makalah, bahwa biologis bukan segala-galanya untuk menentukan etnisitas seseorang. Masih ada faktor dominan lain yang harus diperhatikan, di antarnya warisan budaya. Catatan: Contoh kasus Ong Hok Ham dan Ted Xiong adalah dari saya. (Si pembawa makalah memberikan contoh kasus dari negaranya), tapi karena ada kesamaan dengan Ong Hok Ham dan Ted Xiong saya ganti saja dengan kasus lokal agar lebih familiar! Salam, Erik =---\ -- --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dedy hartantod...@... wrote: Dear all BTers, Sdr Ardian berpendapat, simpel aje, org yg ngerasa dirinya tionghoa dan jg itu gak ada kaitan ame GEN or SUKU or ASAL USUL. Dengan mencounter pendapat saya soal Gen (DNA), untung ada Mpek Liang U, yang pendapatnya sedikit banyak sejalan dengan saya Menurut hukum anda adalah orang Singapore, tapi menurut ras anda adalah orang Chinese. hukum kewarganegaraan kita adalah orang Indonesia, dilihat dari etnis kita adalah orang Tionghoa. Kedua beliau ini menurut saya cukup mumpuni dalam hal BT. Maksud saya seandainya kita bisa membuat kesepakatan, paling tidak di milis BT ini siapa Orang Tionghoa ? Maka subyek yang sama tidak berulang-ulang lagi dipertanyakan. contoh, sdr. Erilk th 2006 pernah membahas Ong Hok Ham, orang Tionghoa apa bukan? Mpek Liang U dalam tanggapannya memberi contoh, ras Tionghoa membela nama baik Indonesia di dunia International dalam bidang olah raga. Bagaimana seandainya Indonesia berperang dengan Tiongkok mpek? Salam hormat, Dedy
[budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?
Singaporean itu nama negara yg ada batas wilayah dsbnya, chinese/tionghoa adalah salah satu etnis yg mendiami negara yg bernama Singapore itu. Coba anda sekali2 ke Sima Lu sono, liat ada pura Hindu, bisa diliat brp banyak ncim2 pake sari segala macem dan berbudaya Hindu krn diadopsi sejak kecil oleh keluarga India. Hal yg sama itu jg terjadi ame koh Ted Xiong yg India secara gen tapi escara budaya org Khe. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dedy hartantod...@... wrote: Dear all BTers, Sdr Ardian berpendapat, simpel aje, org yg ngerasa dirinya tionghoa dan jg itu gak ada kaitan ame GEN or SUKU or ASAL USUL. Dengan mencounter pendapat saya soal Gen (DNA), untung ada Mpek Liang U, yang pendapatnya sedikit banyak sejalan dengan saya Menurut hukum anda adalah orang Singapore, tapi menurut ras anda adalah orang Chinese. hukum kewarganegaraan kita adalah orang Indonesia, dilihat dari etnis kita adalah orang Tionghoa. Kedua beliau ini menurut saya cukup mumpuni dalam hal BT. Maksud saya seandainya kita bisa membuat kesepakatan, paling tidak di milis BT ini siapa Orang Tionghoa ? Maka subyek yang sama tidak berulang-ulang lagi dipertanyakan. contoh, sdr. Erilk th 2006 pernah membahas Ong Hok Ham, orang Tionghoa apa bukan? Mpek Liang U dalam tanggapannya memberi contoh, ras Tionghoa membela nama baik Indonesia di dunia International dalam bidang olah raga. Bagaimana seandainya Indonesia berperang dengan Tiongkok mpek? Salam hormat, Dedy
[budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?
keluarga adalah lingkup masyarakat terkecil , kalu keluarga menerima, itu sudah jadi modal. ngomong2 soal perang rrt vs indonesia,pertanyaan yg emang menggelitik, seolah2 kita harus membela tanah kelahiran atau leluhur. jadi inget kejadian satu tentara jepang waktu masuk tiongkok dijaman agresi jepang. tentara jepang itu sempet terluka dan masuk shaolin temple, dilatih oleh para bhiksu disana, keluar dari shaolin, si tentara itu bersumpah gak mau berperang tanpa alesan yg jelas apalage jelas2 itu suatu bentuk agresi. dia malah jadi penentang perang jepang, kemudian dia malah jadi guru besar shorinji kempo. namanya zong dao chen. ini versi dari catatan pesilat tiongkok. intinya gampang, agresi demi kebrutalan or penjajahan itu yg dicegah, entah yg ngelakuin siapa jg or negara apa jg, kalu nyerbu indonesia ya harus dicegah. begitu jg sebaliknya. ya kayak amrik nyerbu irak dah, ya kita mesti ngutuk si amriklar. rakyatnya jg mesti kok. tapi ya kenape tentaranya tetep aje ngalir kesana ? demi negara ? or nasionalisme buta ? bisa jelasin kenapa ? or kasus laenlar, palestina vs israel, kok kalu aye mah doekoeng palestina ya. mbuh kalu org laen seh. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dedy hartantod...@... wrote: Dear, bpk. Erik Maaf kan saya kalau anda terpaksa terseret ke diskusi ini, tapi penjelasan anda sungguh sangat mencerahkan , berbobot dan netral, sesuai harapan. Saya menemukan nama anda secara kebetulan di www.mail-archive.com/budaya...com/msg13670.html http://www.mail-archive.com/budaya...com/msg13670.html ketika Googling Xiong Delong 1.biologis; 2.warisan budaya; 3.self identification; 4.Aksepbilitas dari masyarakat dimana seseorang mengidentifikasikan dirinya Kesimpulan saya : Orang Tionghoa paling sedikit harus memiliki dua faktor Pendapat saya: contoh anda, kasus Ong Hok Ham, sangat menarik karena ini menyangkut pribadi saya, dan mungkin banyak orang yang selama ini dianggap tokoh Tionghoa, seperti (dugaan saya) Yohanes Surya, William Suryadjaya, Kwik K G, Pak Cip, Rudy H, Ninik Towok Menurut saya, faktor no.3 sepertinya tidak harus di declare cukup merasa ( istilah Ardian), karena tekanan situasi dsb. Sementara faktor no. 4, juga tergantung situasi, kalau berprestasi tidak sulit menerima pengakuan, malah gubernur Sumut bisa merima marga Tan (CMIIW) Lalu bagaimana dengan mayat tanpa identifikasi, atau orang lupa ingatan, apakah DNA tidak bisa sebagai bukti etnis? Benarkah pendapat saya, bahwa Babah adalah etnisitas baru yang terbentuk karena tertolak oleh 2 etnisitas di sekitarnya? Ini juga menjawab keheranan saya, kenapa belasan orang yang saya ajak masuk ke milis ini tidak ada yang berminat. @Bapak Erik bagaimana perkembangan makalah ini apakah diterima banyak pihak, apa istilahnya bila makalah naik statusnya (apakah bisa jadi produk hukum misalnya)? @ sdr, Zhoufy, terima kasih untuk koreksinya, memang saya kurang cermat, tetapi mudah2an anda dapat menangkap maksud posting saya. @ sdr. Ardian_c, pendapat anda merasa 3.self identification memang lebih berbobot dari DNA (biologis) menurut posting sdr. Erik, tetapi menurut saya tidak bisa faktor tunggal, Harus ada 4.Aksepbilitas masyarakat, dan ini rasanya yang terpenting. Orang mengeong-ngeong, merasa dirinya kucing, tidak membuat dirinya menjadi kucing, malah masuk RSJ Ini pengalaman tak terlupakan : Waktu daftar STM dengan lugunya menulis dipendaftaran suku Sunda, orang di samping saya melirik, maneh teh CINA Membuat saya terbodoh (istilah Medan). Terima kasih saya sekarang merasa lebih nyaman berdiskusi dengan anda Salam, Dedy --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn_cc@ wrote: Karena nama saya disebut, maka saya ikut nimbrung sekalian dah! Agar tema Etnisitas yan dulu pernah saya lempar ke milis ini tidak terpotong dari konteksnya, dan menimbulkan kesalah-mengertian, saya ulang lagi pemahaman saya tersebut. Pertama, harus ditegaskan dulu bahwa Etnisitas yang saya maksud waktu itu adalah idiom antropologi yang tidak ada sangkut-pautnya dengan idiom Kewarganegaran. Kewarganegaraan melulu adalah persoalan status hukum seseorang tanpa memandang atau membeda-bedakan etnisitasnya. Jadi, ceritanya waktu itu saya ikutan di seminar yang diadakan oleh LIPI, beberapa sosiolog (DN dan LN) membawakan makalah mereka yang membahas masalah Etnisitas. Salah seorang mengemukan teorinya tentang Etnisitas yang diuraikan sbb: Etnisitas seorang anak manusia ditentukan oleh 4 faktor, yakni: 1. biologis;2. warisan budaya;3. self identification; 4. akseptabilitas dari masyarakat dimana seseorang mengidentifikasikan dirinya. Ambil contoh misalnya, seorang anak yang dilahirkan di pulau Jawa dari orang-tua Tionghua. Secara biologis dia berdarah Tionghoa, tetapi karena dididik dan hidup dalam lingkungan
Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?
Maju tak gentar membela yg benar Yg dibela adalah kemanusiaan Kita justru mengutuk yg mengobarkan perang, entah negeri kelahiran entah negeri leluhur Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: ardian_c ardia...@yahoo.co.id Date: Sat, 19 Dec 2009 17:33:15 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa? keluarga adalah lingkup masyarakat terkecil , kalu keluarga menerima, itu sudah jadi modal. ngomong2 soal perang rrt vs indonesia,pertanyaan yg emang menggelitik, seolah2 kita harus membela tanah kelahiran atau leluhur. jadi inget kejadian satu tentara jepang waktu masuk tiongkok dijaman agresi jepang. tentara jepang itu sempet terluka dan masuk shaolin temple, dilatih oleh para bhiksu disana, keluar dari shaolin, si tentara itu bersumpah gak mau berperang tanpa alesan yg jelas apalage jelas2 itu suatu bentuk agresi. dia malah jadi penentang perang jepang, kemudian dia malah jadi guru besar shorinji kempo. namanya zong dao chen. ini versi dari catatan pesilat tiongkok. intinya gampang, agresi demi kebrutalan or penjajahan itu yg dicegah, entah yg ngelakuin siapa jg or negara apa jg, kalu nyerbu indonesia ya harus dicegah. begitu jg sebaliknya. ya kayak amrik nyerbu irak dah, ya kita mesti ngutuk si amriklar. rakyatnya jg mesti kok. tapi ya kenape tentaranya tetep aje ngalir kesana ? demi negara ? or nasionalisme buta ? bisa jelasin kenapa ? or kasus laenlar, palestina vs israel, kok kalu aye mah doekoeng palestina ya. mbuh kalu org laen seh. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dedy hartantod...@... wrote: Dear, bpk. Erik Maaf kan saya kalau anda terpaksa terseret ke diskusi ini, tapi penjelasan anda sungguh sangat mencerahkan , berbobot dan netral, sesuai harapan. Saya menemukan nama anda secara kebetulan di www.mail-archive.com/budaya...com/msg13670.html http://www.mail-archive.com/budaya...com/msg13670.html ketika Googling Xiong Delong 1.biologis; 2.warisan budaya; 3.self identification; 4.Aksepbilitas dari masyarakat dimana seseorang mengidentifikasikan dirinya Kesimpulan saya : Orang Tionghoa paling sedikit harus memiliki dua faktor Pendapat saya: contoh anda, kasus Ong Hok Ham, sangat menarik karena ini menyangkut pribadi saya, dan mungkin banyak orang yang selama ini dianggap tokoh Tionghoa, seperti (dugaan saya) Yohanes Surya, William Suryadjaya, Kwik K G, Pak Cip, Rudy H, Ninik Towok Menurut saya, faktor no.3 sepertinya tidak harus di declare cukup merasa ( istilah Ardian), karena tekanan situasi dsb. Sementara faktor no. 4, juga tergantung situasi, kalau berprestasi tidak sulit menerima pengakuan, malah gubernur Sumut bisa merima marga Tan (CMIIW) Lalu bagaimana dengan mayat tanpa identifikasi, atau orang lupa ingatan, apakah DNA tidak bisa sebagai bukti etnis? Benarkah pendapat saya, bahwa Babah adalah etnisitas baru yang terbentuk karena tertolak oleh 2 etnisitas di sekitarnya? Ini juga menjawab keheranan saya, kenapa belasan orang yang saya ajak masuk ke milis ini tidak ada yang berminat. @Bapak Erik bagaimana perkembangan makalah ini apakah diterima banyak pihak, apa istilahnya bila makalah naik statusnya (apakah bisa jadi produk hukum misalnya)? @ sdr, Zhoufy, terima kasih untuk koreksinya, memang saya kurang cermat, tetapi mudah2an anda dapat menangkap maksud posting saya. @ sdr. Ardian_c, pendapat anda merasa 3.self identification memang lebih berbobot dari DNA (biologis) menurut posting sdr. Erik, tetapi menurut saya tidak bisa faktor tunggal, Harus ada 4.Aksepbilitas masyarakat, dan ini rasanya yang terpenting. Orang mengeong-ngeong, merasa dirinya kucing, tidak membuat dirinya menjadi kucing, malah masuk RSJ Ini pengalaman tak terlupakan : Waktu daftar STM dengan lugunya menulis dipendaftaran suku Sunda, orang di samping saya melirik, maneh teh CINA…… Membuat saya terbodoh (istilah Medan). Terima kasih saya sekarang merasa lebih nyaman berdiskusi dengan anda Salam, Dedy --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn_cc@ wrote: Karena nama saya disebut, maka saya ikut nimbrung sekalian dah! Agar tema Etnisitas yan dulu pernah saya lempar ke milis ini tidak terpotong dari konteksnya, dan menimbulkan kesalah-mengertian, saya ulang lagi pemahaman saya tersebut. Pertama, harus ditegaskan dulu bahwa Etnisitas yang saya maksud waktu itu adalah idiom antropologi yang tidak ada sangkut-pautnya dengan idiom Kewarganegaran. Kewarganegaraan melulu adalah persoalan status hukum seseorang tanpa memandang atau membeda-bedakan etnisitasnya. Jadi, ceritanya waktu itu saya ikutan di seminar yang diadakan oleh LIPI, beberapa sosiolog (DN dan LN) membawakan makalah mereka yang membahas masalah Etnisitas. Salah seorang mengemukan teorinya tentang Etnisitas yang
Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?
Sepenuhnya setuju dengan bung Ardian dibawah. Tidak seharusnya berlebihan mencurigai KESETIAAN seseorang hanya karena darah keturunan atau berasal dari negara lain, ... setiap orang dalam hidup didunia ini punya naluri yang tumbuh berkembang sesuai dengan lingkungan dimana dia hidup. Seandainya Pemerintah bisa benar-benar perlakukan sama hak dan kewajiban pada setiap warga tanpa membeda-bedakan ras, etnis dan Agama seseorang, dan kehidupan bermasyarakat yang harmonis, bersahabat dan aman tentram, tentu setiap orang yang hidup disana akan berusaha pertahankan lingkungan hidup yang nyaman itu. Sebaliknya, juga wajar saja kalau ada orang yang tampil lakukan perlawanan dan perjuangan atas ketidak adilan yang terjadi atau dbahkan ada sementara meloncat keluar meninggalkan lingkungan hidup yang dirasakan gerah, tidak tentram bagi dirinya. Dalam hidup manusia yang mempunyai otak berpikir dan melihat kenyataan-kenyataan yang dirasa tidak adil, kekejaman perang yang sangat tidak manusiawi, tentu akan tegak berdiri melawan, tanpa pandang itu negara leluhur sendiri atau siapa. Janganlah jauh-jauh melihat bangsa lain, coba saja perhatikan disaat koloni Belanda yang menjajah Indonesia selama 350 tahun itu, kan juga ada, bahkan tidak sedikit orang Belanda yang bersimpati dan bahkan ikut perjuangkan Kemerdekaan RI melawan koloni Belanda, negara leluhurnya. Sebaliknya juga tidak sedikit yang dinamakan pribumi, menjadi penghianat bangsa membela koloni Belanda. Benar juga siapa tergolong orang Tionghoa tidak perlu dipertegang, bagaimana orang bersangkutan merasakan dirinya sendiri, yang dikategorikan self identification dan bagaimana penerimaan dalam masyarkat diamana dia hidup. Penekanan saya yang lebih penting, semua kita, umat manusia yang hidup didunia ini bisa menerima setiap umat manusia sebagai manusia yang patut disayangi, dihargai dan dihormati dengan segala perbedaan yang ada. Terimalah kenyataan yang ada bahwa umat manusia didunia ini sangat majemuk yang beraneka ragam, ya beda ras, beda etnis, beda Agama, beda budaya, adat-istiadat bahkan beda pandangan ideologi-politik. Tidak dan jangan lakukan usaha untuk hilangkan sekelompok manusia yang berbeda dengan tindak kekerasan, memaksa mereka mengilangkan perbedaan agar sama dengan kelompok manusia yang lain. Salam, ChanCT - Original Message - From: ardian_c To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, December 20, 2009 1:33 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa? keluarga adalah lingkup masyarakat terkecil , kalu keluarga menerima, itu sudah jadi modal. ngomong2 soal perang rrt vs indonesia,pertanyaan yg emang menggelitik, seolah2 kita harus membela tanah kelahiran atau leluhur. jadi inget kejadian satu tentara jepang waktu masuk tiongkok dijaman agresi jepang. tentara jepang itu sempet terluka dan masuk shaolin temple, dilatih oleh para bhiksu disana, keluar dari shaolin, si tentara itu bersumpah gak mau berperang tanpa alesan yg jelas apalage jelas2 itu suatu bentuk agresi. dia malah jadi penentang perang jepang, kemudian dia malah jadi guru besar shorinji kempo. namanya zong dao chen. ini versi dari catatan pesilat tiongkok. intinya gampang, agresi demi kebrutalan or penjajahan itu yg dicegah, entah yg ngelakuin siapa jg or negara apa jg, kalu nyerbu indonesia ya harus dicegah. begitu jg sebaliknya. ya kayak amrik nyerbu irak dah, ya kita mesti ngutuk si amriklar. rakyatnya jg mesti kok. tapi ya kenape tentaranya tetep aje ngalir kesana ? demi negara ? or nasionalisme buta ? bisa jelasin kenapa ? or kasus laenlar, palestina vs israel, kok kalu aye mah doekoeng palestina ya. mbuh kalu org laen seh. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dedy hartantod...@... wrote: Dear, bpk. Erik Maaf kan saya kalau anda terpaksa terseret ke diskusi ini, tapi penjelasan anda sungguh sangat mencerahkan , berbobot dan netral, sesuai harapan. Saya menemukan nama anda secara kebetulan di www.mail-archive.com/budaya...com/msg13670.html http://www.mail-archive.com/budaya...com/msg13670.html ketika Googling Xiong Delong 1.biologis; 2.warisan budaya; 3.self identification; 4.Aksepbilitas dari masyarakat dimana seseorang mengidentifikasikan dirinya Kesimpulan saya : Orang Tionghoa paling sedikit harus memiliki dua faktor Pendapat saya: contoh anda, kasus Ong Hok Ham, sangat menarik karena ini menyangkut pribadi saya, dan mungkin banyak orang yang selama ini dianggap tokoh Tionghoa, seperti (dugaan saya) Yohanes Surya, William Suryadjaya, Kwik K G, Pak Cip, Rudy H, Ninik Towok Menurut saya, faktor no.3 sepertinya tidak harus di declare cukup merasa ( istilah Ardian), karena tekanan situasi dsb. Sementara faktor no. 4, juga tergantung situasi, kalau berprestasi tidak sulit