[budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

2009-12-26 Terurut Topik iie_siang
saya newbie BTer yang baru saja mengikuti forum ini, sambil melihat2 
file2/tulisan2 di masa lalu yang tersimpan di BT...

setelah melihat apa yg dipaparkan dlm seminar LIPI oleh Sdr Erik, saya merasa 
ada pandangan ke depan (future) mengenai etnis 
tionghua DNGN/BERSAMAAN budayanya di masa yang mendatang

Dengan mengalirderasnya agama TERTENTU yang dianut oleh etnis tionghua dimana 
menurut pandangan saya bahwa 'agama melakukan 
penyebaran dengan membawa budaya sang penyebar  vv'

menurut apa yang saya 'tangkap' 
ada pereduksian terhadap ETNIS dan tentunya juga akan terjadi pereduksian 
BUDAYA Tionghua juga di generasi penerus kita.. 

mengenai 4 faktor etnisitas tsb


-faktor biologis
ideologi yang ditebarkan agama Tertentu tsb. menebarkan pandangan bahwa boleh 
melakukan perkawinan dengan ras manapun asalkan 
se iman.. 
(maaf,mungkin rasialis, tapi ini mslh tionghua sebenarnya)

-faktor warisan budaya
ideologi yang ditebarkan banyak melarang/mengkerdilkan kegiatan2/ ritus2 agama 
etnis tionghua LAIN dimana agama tsb telah 
menyatu dengan apa yang kita anggap sbg budaya tionghua yang menjadi pengikat 
etnis tionghua pada umumnya

-faktor self identifications
terjadi pengaburan identitas menjadi se 'iman' seakan2 'we are the world' pdhl 
berusaha unt the 'world belong to us'(dng 
teknik2 marketing modern guna memasarkan 'barang' intangible tsb)

pengaburan juga terjadi dengan digunakannya nama 'orang suci'atau nama2 dari 
'budaya penyebar' yang tentunya lebih keren krn 
sang penyebar mempunyai power yang kuat (money, influence, etc)

-faktor acceptabilitas
dengan ketiga hal diatas tentunya faktor ini menjadi un-acceptable... untuk 
masa mendatang... (contoh: chinesse filipina)
(maaf, kalau ini tidak mengarah ke pembauran yang dicanangkan pemerintah orba 
dahulu )

akankah di masa mendatang etnis tionghua menjadi ONG HOK HAM semua?

mohon para pakar BT dapat menerangkan kebingungan saya

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote:

 
 Karena nama saya disebut, maka saya ikut nimbrung sekalian dah!
 
 Agar tema Etnisitas yan dulu pernah saya lempar ke milis ini tidak
 terpotong dari konteksnya, dan menimbulkan kesalah-mengertian, saya
 ulang lagi pemahaman saya tersebut.
 
 Pertama, harus ditegaskan dulu bahwa Etnisitas yang saya maksud waktu
 itu adalah idiom antropologi yang tidak ada sangkut-pautnya dengan idiom
 Kewarganegaran. Kewarganegaraan melulu adalah persoalan status hukum
 seseorang tanpa memandang atau membeda-bedakan etnisitasnya.
 
 Jadi, ceritanya waktu itu saya ikutan di seminar yang diadakan oleh
 LIPI, beberapa sosiolog (DN dan LN) membawakan makalah mereka yang
 membahas masalah Etnisitas. Salah seorang mengemukan teorinya tentang
 Etnisitas yang diuraikan sbb:
 
 Etnisitas seorang anak manusia ditentukan oleh 4 faktor, yakni:
 
 1. biologis;2. warisan budaya;3. self identification;4.
 akseptabilitas dari masyarakat dimana seseorang mengidentifikasikan
 dirinya.
 
 Ambil contoh misalnya, seorang anak yang dilahirkan di pulau Jawa dari
 orang-tua Tionghua. Secara biologis dia berdarah Tionghoa, tetapi karena
 dididik dan hidup dalam lingkungan budaya Jawa, maka warisan budayanya
 lebih dominan Jawa ketimbang Tionghoa. Namun karena sadar dilahirkan
 dari orang-tua Tionghoa, dia merasa diri tetap adalah Tionghoa, maka
 self identification dirinya adalah Tionghoa pula, dan masyarakat
 Tionghoa di Jawa pun menerimanya sebagai bagian dari mereka.
 Kesimpulannya, dari 4 faktor tersebut di atas, si anak turunan Tionghoa
 ini masih dapat dikategorikan beretnis Tionghoa.
 
 Contoh lain adalah anak yang dilahirkan di Malaysia dari orang-tua
 Tionghoa. Secara biologis si anak berdarah Tionghoa, dan sejak kecil ia
 dididik di sekolah dengan Mandarin sebagai bahasa pengantar, dan hidup
 di lingkungan budaya serba Tionghoa. Secara sadar ia pun
 mengidentifikasikan diri sebagai seorang Tionghoa, serta diterima secara
 penuh pula oleh masyarakat Tionghoa sebagai bagian mereka.
 Kesimpulannya, dari 4 faktor di atas, si anak ini murni 100% beretnis
 Tionghoa.
 
 Contoh yang agak ekstrim adalah seorang Ong Hok Ham yang lahir di Jawa
 dari orang-tua Tionghoa. Tapi sejak kecil ia tidak pernah dididik secara
 Tionghoa, dan juga hidup dalam lingkungan budaya Belanda dan Jawa
 (ketimbang Tionghoa). Juga secara sadar ia tidak pernah
 mengidentifikasikan diri sebagai orang Tionghoa, serta juga tidak pernah
 diterima secara penuh oleh masyarakat Tionghoa sebagai bagian merka.
 Kesimpulannya, dari 4 faktor di atas, Ong Hok Ham tidak dapat
 dikategorikan sebagai beretnis Tionghoa walaupun dia berdarah Tionghoa.
 
 Ekstrim di kutub lain adalah seorang Ted Xiong (Xiong Delong) yang
 dilahirkan dari orang-tua India (atau ada yang bilang Arab?). Tetapi
 sejak bayi diadopsi oleh keluarga Tionghoa, maka sejak kecil ia pun
 hidup di lingkungan budaya Tionghoa serta mendapat pendidikan ala
 Tionghoa. Kini dengan sadar Ted Xiong pun mengidentifikasikan diri
 sebagai Tionghoa (walau mengakui 

Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

2009-12-26 Terurut Topik zhoufy
Akankah etnis tionghoa menjadi onghokham semua?

Sebagian ya, kalau semua yakin tidak.
Buktinya setelah 35tahun dibelenggu dan dilecehkan, budaya tionghoa bisa 
bangkit kembali. Apalagi di zaman demokratis yg menghargai pluraritas, jualan 
agama yg ekslusif takan laku. 
Percayalah, budaya tionghoa cukup ulet, tak mudah dikalahkan!

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: iie_siang iie_si...@yahoo.com
Date: Sat, 26 Dec 2009 16:31:52 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

saya newbie BTer yang baru saja mengikuti forum ini, sambil melihat2 
file2/tulisan2 di masa lalu yang tersimpan di BT...

setelah melihat apa yg dipaparkan dlm seminar LIPI oleh Sdr Erik, saya merasa 
ada pandangan ke depan (future) mengenai etnis 
tionghua DNGN/BERSAMAAN budayanya di masa yang mendatang

Dengan mengalirderasnya agama TERTENTU yang dianut oleh etnis tionghua dimana 
menurut pandangan saya bahwa 'agama melakukan 
penyebaran dengan membawa budaya sang penyebar  vv'

menurut apa yang saya 'tangkap' 
ada pereduksian terhadap ETNIS dan tentunya juga akan terjadi pereduksian 
BUDAYA Tionghua juga di generasi penerus kita.. 

mengenai 4 faktor etnisitas tsb


-faktor biologis
ideologi yang ditebarkan agama Tertentu tsb. menebarkan pandangan bahwa boleh 
melakukan perkawinan dengan ras manapun asalkan 
se iman.. 
(maaf,mungkin rasialis, tapi ini mslh tionghua sebenarnya)

-faktor warisan budaya
ideologi yang ditebarkan banyak melarang/mengkerdilkan kegiatan2/ ritus2 agama 
etnis tionghua LAIN dimana agama tsb telah 
menyatu dengan apa yang kita anggap sbg budaya tionghua yang menjadi pengikat 
etnis tionghua pada umumnya

-faktor self identifications
terjadi pengaburan identitas menjadi se 'iman' seakan2 'we are the world' pdhl 
berusaha unt the 'world belong to us'(dng 
teknik2 marketing modern guna memasarkan 'barang' intangible tsb)

pengaburan juga terjadi dengan digunakannya nama 'orang suci'atau nama2 dari 
'budaya penyebar' yang tentunya lebih keren krn 
sang penyebar mempunyai power yang kuat (money, influence, etc)

-faktor acceptabilitas
dengan ketiga hal diatas tentunya faktor ini menjadi un-acceptable... untuk 
masa mendatang... (contoh: chinesse filipina)
(maaf, kalau ini tidak mengarah ke pembauran yang dicanangkan pemerintah orba 
dahulu )

akankah di masa mendatang etnis tionghua menjadi ONG HOK HAM semua?

mohon para pakar BT dapat menerangkan kebingungan saya

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote:

 
 Karena nama saya disebut, maka saya ikut nimbrung sekalian dah!
 
 Agar tema Etnisitas yan dulu pernah saya lempar ke milis ini tidak
 terpotong dari konteksnya, dan menimbulkan kesalah-mengertian, saya
 ulang lagi pemahaman saya tersebut.
 
 Pertama, harus ditegaskan dulu bahwa Etnisitas yang saya maksud waktu
 itu adalah idiom antropologi yang tidak ada sangkut-pautnya dengan idiom
 Kewarganegaran. Kewarganegaraan melulu adalah persoalan status hukum
 seseorang tanpa memandang atau membeda-bedakan etnisitasnya.
 
 Jadi, ceritanya waktu itu saya ikutan di seminar yang diadakan oleh
 LIPI, beberapa sosiolog (DN dan LN) membawakan makalah mereka yang
 membahas masalah Etnisitas. Salah seorang mengemukan teorinya tentang
 Etnisitas yang diuraikan sbb:
 
 Etnisitas seorang anak manusia ditentukan oleh 4 faktor, yakni:
 
 1. biologis;2. warisan budaya;3. self identification;4.
 akseptabilitas dari masyarakat dimana seseorang mengidentifikasikan
 dirinya.
 
 Ambil contoh misalnya, seorang anak yang dilahirkan di pulau Jawa dari
 orang-tua Tionghua. Secara biologis dia berdarah Tionghoa, tetapi karena
 dididik dan hidup dalam lingkungan budaya Jawa, maka warisan budayanya
 lebih dominan Jawa ketimbang Tionghoa. Namun karena sadar dilahirkan
 dari orang-tua Tionghoa, dia merasa diri tetap adalah Tionghoa, maka
 self identification dirinya adalah Tionghoa pula, dan masyarakat
 Tionghoa di Jawa pun menerimanya sebagai bagian dari mereka.
 Kesimpulannya, dari 4 faktor tersebut di atas, si anak turunan Tionghoa
 ini masih dapat dikategorikan beretnis Tionghoa.
 
 Contoh lain adalah anak yang dilahirkan di Malaysia dari orang-tua
 Tionghoa. Secara biologis si anak berdarah Tionghoa, dan sejak kecil ia
 dididik di sekolah dengan Mandarin sebagai bahasa pengantar, dan hidup
 di lingkungan budaya serba Tionghoa. Secara sadar ia pun
 mengidentifikasikan diri sebagai seorang Tionghoa, serta diterima secara
 penuh pula oleh masyarakat Tionghoa sebagai bagian mereka.
 Kesimpulannya, dari 4 faktor di atas, si anak ini murni 100% beretnis
 Tionghoa.
 
 Contoh yang agak ekstrim adalah seorang Ong Hok Ham yang lahir di Jawa
 dari orang-tua Tionghoa. Tapi sejak kecil ia tidak pernah dididik secara
 Tionghoa, dan juga hidup dalam lingkungan budaya Belanda dan Jawa
 (ketimbang Tionghoa). Juga secara sadar ia tidak pernah
 mengidentifikasikan diri sebagai orang Tionghoa

Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

2009-12-23 Terurut Topik Azura-Mazda
Peq, ada banyak teman saya yg bekerja atau belajar di Zhongguo.
Awalnya kena culture shock. Marah besar sama zhongguoren. Tapi
setelah bbrp tahun, kok mereka malah ngerasa tidak ada beda  ga
pernah lagi mendapat perlakuan berbeda dari zhongguoren. Ada bbrp
orang yg bahkan menceritakan kalo dia ditahan-tahan jangan balik
Indonesia. Huiguo-nya tuh ke ZHongguo bukan ke negara lain. Tetap
tuh diaku sebagai ras Tionghoa. 


Huangdi Bless U
(HBU)

--- Pada Sel, 22/12/09, liang u lian...@yahoo.com menulis:

Dari: liang u lian...@yahoo.com
Judul: Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang 
Toionghoa?
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 22 Desember, 2009, 9:54 PM







 



  



  
  
  Sdr. Dedy, 
   Saya memang tidak berniat berdebat masalah siapa orang Tionghoa,  apalagi 
pakai kalau kalau. Kalau Tiongkok perang dengan Indonesia, kalau saya ., 
kalau kalian.. . Berdebat kalau  tak bermanfaat, justru yang harus kita 
lihat realitas sekarang. Yang jelas orang Tionghoa Indonesia sedang mencari 
jati dirinya. Ini yang penting. Apa haknya dan apa kewajibannya. Apa kita ingin 
Asia Tenggara yang damai atau ingin yang perang.
   Tanggapan anda tidak kena, terima kasih pada Sdr. Zhou yang telah 
memperjelas apa yang saya maksud. Saya hanya menjelaskan secara hukum kita itu 
orang Indonesia, secara ras kita itu orang Tionghoa. Saya sama sekali tak 
mengaitkan dengan budaya, beda yang dimaksud dengan sdr. Ardian. 
   Kita tahu, meskipun ras Tionghoa, karena budaya, karena politik, karena 
harta dan jabatan,  orang bisa tidak mengaku dirinya Tionghoa, apakah anda 
masih ingat pada zaman orba adalah istilah Kirno (mungkir Cino) dan sekarang 
ada istilah Likno (balik lagi jadi Cino)?  Itu jelas menunjukkan bahwa rasnya 
tetap Tionghoa, hanya mungkir, dan sekarang balik lagi. 
   Orang macam Ted Hsiong (saya tak tahu ia sekarang warga negara apa), tapi 
kalau tak salah tinggal di Hongkong, kalau ia paspor Hongkong dari 
kewarganegaraan ia adalah orang Tiongkok, tapi dari ras ia India. Mengapa tak 
boleh? Di Tiongkok ada orang bule yang menjadi warga negara Tiongkok, ia orang 
Tiongkok kalau ke luar negeri ia dianggap orang Tiongkok, kalau pulang ke 
Tiongkok ia tak perlu visa, karena negara bukan berdasarkan ras tapi hukum. 
Sulit orang luar menjadi negara Tiongkok,  itu bukan masalah ras, penduduk 
Tiongkok sudah terlalu padat, jadi sangat selektif.  
    Kalau kita datang ke Tiongkok dianggap orang asing memang benar, kita WNI 
koq. Kalau orang sekampung yang bicara dialek Hokkian mengatakan kita Huan'a 
memang benar, itu pilihan kita. Tapi kalau ditanya ras saya bilang saya Huaren, 
yang berarti Tionghoa dalam Mandarin. 
Apa salahnya? Saya kadang-kadang bingung mengertikan istilah yang sudah ratusan 
tahun kita gunakan, koq ricuh melulu. 
   Saya tak tahu tepatnya definisi ras dan etnis, hanya saja lazimnya ras 
digunakan untuk arti yang lebih luas, tolong bantuan teman-teman yang lain. 
Orang sering menyebut ras kuning, ras putih, tapi etnis sering untuk yang lebih 
kecil. 
   Anda mengatakan ras kita Chinese, etnis Tionghoa, untuk saya OK saja, saya 
tak menentang, Hanya dulu  di milis ini saya pernah menerangkan dari mana kata 
itu berasal.  Di dunia  ini adalah dua wilayah yang namanya Tionghoa. Yang satu 
adalah daratan Tiongkok negaranya bernama Zhonghua Renmin Gongheguo , dibaca 
dengan dialek Hokkian menjadi Tionghua Jinbin Kionghokok, singkatannnya 
Tiongkok, ada lagi pulau Taiwan yang pemerintahnya menamakan dirinya Zhonghua 
Minguo dalam dialek Hokkiannya Tionghua Binkok, singkatannya Tiongkok juga. 
Dari sana jelas bahwa nama Tionghua itu bukan milik orang Tionghoa Indonesia 
saja. Tapi kalau mau dipakai sebagai nama Tionghoa Indonesia, yah boleh saja 
sebab yang berdialek Hokkian di Tiongkok itu adalah minioritas, jadi tak akan 
ada kerancuan. 
   Ted Hsiung yang rasnya India tak salah kalau ia mengatakan dirinya saya 
orang Tionghoa. Kalau tak salah ia asal Indonesia, yang warga negara dari 
sebuah negara yang bernama Tionghoa Jinmin Kionghokok (RRT),  jelas koq artinya 
Republik Rakyat Tiongkok.
   Semoga anda dapat menangkap maksud saya. 
   Salam 
   Liang U





From: dedy hartantodedy@ yahoo.com
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Tue, December 22, 2009 10:23:48 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

  

Mpek Liang U yang saya hormati,

Saya sudah menduga kata  mengadu domba akan ada bahkan segera setelah saya 
posting.

Saya sebenarnya hanya meminjam kata ras dan etnis yang memyebabkan 
seseorang bisa disebut orang Tionghoa, dan kebetulan ada dalam satu thread. ( 
walau beda cabangnya)

tapi menurut ras anda adalah orang Chinese,  dilihat dari etnis kita adalah 
orang Tionghoa.

untuk menjawab pernyataan sdr. Adrian

simpel aje, org yg ngerasa dirinya tionghoa dan jg itu gak  ada kaitan ame GEN 
or  SUKU or ASAL USUL.

Bukankah Ras dari Gen dan Etnis dari Suku.

Sesederhana itu

Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

2009-12-23 Terurut Topik ChanCT
Perkenankanlah saya ikut menyampaikan pemikiran dan kenyataan yang saya 
ketahui. Segala sesuatu tidak lepas dari waktu dan ruang/tempat tertentu, sulit 
untuk digeneralisasi begitu saja dengan satu kata, bagaimana perlakuan atau 
penerimaan negeri leluhur pada Huakiao yang pulang kampung, Hui Guo.

Dimasa awal kemerdekaan RRT sampai RBKP tahun 66-72, saya bisa mengatakan 
Huakiao yang pulang kampung mendapatkan perlakuan ISTIMEWA dari Pemerintah. 
Dimanjakan. Dimasa kesulitan ekonomi, dimana semua harus gunakan kupon, kupon 
bahan makanan (liang Piao), kupon minyak (you piao) dan kupon kain (bu piao) 
itu yang dikategorikan Huakiao bisa dapatkan jatah lebih sedikit. Mereka yang 
berduit, juga tetap bisa berbelanja di pertokoan Huakiao dikota-kota besar. 
Yang pernah saya dengar, bagi mereka yang bertugas ditempatkan di Perkebunan 
Huakiao (Hua Qiao Nong CHang) juga mendapatkan tunjangan Pemerintah, untuk 
meringankan penderitaan yang dirasakan Huakiao disana dengan adanya perubahan 
kebiasaan hidup dari tempat asal.

Dimasa RBKP, khususnya tahun-tahun 66-72, dimana terjadi pikiran ekstrim kiri 
Garda Merah yang mencurigai Huakiao sebagai mata-mata dan musuh dalam selimut, 
hanya karena mereka ada hubungan dengan luar negeri itulah, membuat banyak 
Huakiao gerah, tidak bisa terima dengan perlakuan yang dideritanya. Banyak yang 
tidak tahan dan oleh karena yang ada syarat bisa keluar, umumnya sudah keluar 
dari TIongkok daratan. Banyak Nong Chang akhirnya harus ditutup, karena yang 
tertinggal orang yang sudah tua dan berpenyakit, tidak ada syarat untuk keluar. 

Di HK, saya bertemu dengan seorang Huakiao tua asal Singapore, yang kembali ke 
TIongkok akhir tahun 49, sebagai pemuda militan ditahun 50-51 ikut menjadi 
sukarelawan Perang Korea melawan AS, termasuk seorang kader tua PKT akhirnya 
keluar ke HK dengan terpaksa melepaskan keanggotaan PKTnya. Mengapa? Terjadi 
pukulan berat yang sangat menyaakiti hati-nya, putra tunggalnya yang ingin 
masuk Angkatan Udara ditolak hanya karena status Huakiao! Melihat kebijaksaan 
pejabat-pejabat Pemerintah yang masih saja menaruh kecurigaan berlebih pada 
Huakiao, dan itu sudah diawal tahun 70-an, dia merasa putus asa. Tidak ada lagi 
yang bisa diharapkan kecuali mengadu nasib diluar untuk haridepan yang lebih 
baik bagi anak tunggalnya itu. Sungguh kasihan sobat satu ini harus meninggal 
relatif muda dengan perasaan kecewa berat, ternyata setelah di HK, putranya 
yang pandai sketting malah terjerumus dalam pergaulan anak-muda yang rusak, 
main perempuan dan ganja, ...

Bagaimana sekarang? Seiring dengan perkembangan maju ekonomi yang begitu 
mengagumkan di TIongkok, perlakuan terhadap Huakiao, di Tiongkok disebut Gui 
Qiao (Huakiao yang pulang kampung) kembali normal. Tentu tidak ada masalah 
harus diperlakukan ISTIMEWA dibanding dengan penduduk lokal lagi, pada 
pokoknya diperlakukan kebijaksanaan yang sepenuhnya sama, tapi dalam kenyataan 
mereka, Gui Qiao itu punya masalah tersendiri yang masih perlu diperhatikan 
khusus, itulah sebab masih dipertahankan adanya Qiao Ban. 

Disaat ke Xia Men ( Di Indonesia biasa dikenal kota A Moy) bulan Oktober yl. 
saya berkesempatan menemui beberapa Huakiao tua asal Indonesia yang masih 
menetap di Xia Men. Keadaan mereka sungguh lebih nyaman, lebih tentram 
ketimbang kebanyakan Huakiao yang keluar dan tersangkut di HK. Mengapa? Karena 
mereka setelah pensiun mendapatkan jaminan yang jauh lebih baik dari yang di 
HK. Mereka di Xia Men masih dapatkan uang pensiun yang cukup untuk hidup dan 
setiap ada kenaikan gaji juga ikut naik uang pensiunnya, untuk berobat ke RS 
juga masih bisa dapatkan kembali 80%. Lalu, seminggu 1-2 kali kumpul-kumpul 
untuk menari diperkumpulan Gui Qiao dan, ... yang menarik mereka biasa 
menarikan tari-tarian asal Indonesia.

Itulah sedikit gambaran kasar, bagaimana sikap Pemerintah terhadap warganya, 
sangat menentukan seseorang dalam menentukan memilih tempat untuk hidupnya yang 
lebih baik. Jadi benar-benar dibutuhkan satu kebijaksanaan yang adil terhadap 
setiap warga dan pemerintah bisa menjamin keamanan dan ketentraman hidup dalam 
masyarakat bagi setiap warga, bisa mempertahankan satu kehidupan harmonis yang 
aman dan tentram.

Selamat Hari NATALpada kawan yang merayakan, Merry Christmas  Happy New Year!

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: Azura-Mazda 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, December 23, 2009 8:38 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang 
Toionghoa?




Peq, ada banyak teman saya yg bekerja atau belajar di Zhongguo.
Awalnya kena culture shock. Marah besar sama zhongguoren. Tapi
setelah bbrp tahun, kok mereka malah ngerasa tidak ada beda  ga
pernah lagi mendapat perlakuan berbeda dari zhongguoren. Ada bbrp
orang yg bahkan menceritakan kalo dia ditahan-tahan jangan balik
Indonesia. Huiguo-nya tuh ke ZHongguo bukan ke negara lain. Tetap
tuh diaku

Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

2009-12-23 Terurut Topik liang u
. Mereka adalah orang tua mahasiswa PhD!
    Yang apeq sesalkan, mahasiswa Indonesia termasuk yang Tionghoa kelihatannya 
sangat memandang rendah mereka, lalu menjadi eksklusif, merasa lebih pintar, 
dan lebih kaya, apalagi melihat mereka jualan ikan dan sayur seadanya di 
pinggir jalan kompleks. Sedang apeq  karena sekelilingnya kebanyakan mahasiswa 
Tiongkok bahkan menggabungkan diri. Anak mantu apeq ikut menanam sayur, sampai  
tangannya melepuh. Mungkin pengalaman ini yang membuat apeq mudah bergaul 
dengan mereka, juga memperbaiki bahasa Mandarin apeq. Yang lebih penting 
memberi akses ke penduduk Tiongkok. 
    Kalau tahun baru Imlek, universitas menyediakan dana untuk perayaan, meriah 
tidaknya tentu tergantung dari mahasiswa Tiongkok sendiri, waktu apeq  di situ 
tak ada barongsai, katanya mahasiswa yang pandai main barongsai sudah lulus,  
apeq dan anak mantu apeq diundang, demikian juga mahasiswa Taiwan. Semua orang 
boleh menonton pertunjukan tari-tariannya, hanya yang merayakan sambil makan 
kue dan minium teh secara sederhana yang pakai undangan karena jatah terbatas. 
   Tak ada diskriminasi, padahal anak dan mantu apeq tak bisa Mandarin, mereka 
bisa berbahasa Inggeris, kecuali orang tuanya. 
    Apeq belum dapat memastikan, budaya yang sudah berbeda, ekonomi yang 
berbeda atau pengaruh berita yang selalu mensetankan Tiongkok yang menyebabkan 
orang Tionghoa Indonesia memandang rendah orang Tiongkok. 




From: Azura-Mazda extrim_blue...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wed, December 23, 2009 8:38:56 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang 
Toionghoa?

  
Peq, ada banyak teman saya yg bekerja atau belajar di Zhongguo.
Awalnya kena culture shock. Marah besar sama zhongguoren. Tapi
setelah bbrp tahun, kok mereka malah ngerasa tidak ada beda  ga
pernah lagi mendapat perlakuan berbeda dari zhongguoren. Ada bbrp
orang yg bahkan menceritakan kalo dia ditahan-tahan jangan balik
Indonesia. Huiguo-nya tuh ke ZHongguo bukan ke negara lain. Tetap
tuh diaku sebagai ras Tionghoa. 


Huangdi Bless U
(HBU)

--- Pada Sel, 22/12/09, liang u lian...@yahoo. com menulis:


Dari: liang u lian...@yahoo. com
Judul: Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang 
Toionghoa?
Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Tanggal: Selasa, 22 Desember, 2009, 9:54 PM


  
Sdr. Dedy, 
   Saya memang tidak berniat berdebat masalah siapa orang Tionghoa,  apalagi 
pakai kalau kalau. Kalau Tiongkok perang dengan Indonesia, kalau saya ., 
kalau kalian.. . Berdebat kalau  tak bermanfaat, justru yang harus kita 
lihat realitas sekarang. Yang jelas orang Tionghoa Indonesia sedang mencari 
jati dirinya. Ini yang penting. Apa haknya dan apa kewajibannya. Apa kita 
ingin Asia Tenggara yang damai atau ingin yang perang.
   Tanggapan anda tidak kena, terima kasih pada Sdr. Zhou yang telah 
memperjelas apa yang saya maksud. Saya hanya menjelaskan secara hukum kita itu 
orang Indonesia, secara ras kita itu orang Tionghoa. Saya sama sekali tak 
mengaitkan dengan budaya, beda yang dimaksud dengan sdr. Ardian. 
   Kita tahu, meskipun ras Tionghoa, karena budaya, karena politik, karena 
harta dan jabatan,  orang bisa tidak mengaku dirinya Tionghoa, apakah anda 
masih ingat pada zaman orba adalah istilah Kirno (mungkir Cino) dan sekarang 
ada istilah Likno (balik lagi jadi Cino)?  Itu jelas menunjukkan bahwa rasnya 
tetap Tionghoa, hanya mungkir, dan sekarang balik lagi. 
   Orang macam Ted Hsiong (saya tak tahu ia sekarang warga negara apa), tapi 
kalau tak salah tinggal di Hongkong, kalau ia paspor Hongkong dari 
kewarganegaraan ia adalah orang Tiongkok, tapi dari ras ia India. Mengapa tak 
boleh? Di Tiongkok ada orang bule yang menjadi warga negara Tiongkok, ia orang 
Tiongkok kalau ke luar negeri ia dianggap orang Tiongkok, kalau pulang ke 
Tiongkok ia tak perlu visa, karena negara bukan berdasarkan ras tapi hukum. 
Sulit orang luar menjadi negara Tiongkok,  itu bukan masalah ras, penduduk 
Tiongkok sudah terlalu padat, jadi sangat selektif.  
    Kalau kita datang ke Tiongkok dianggap orang asing memang benar, kita WNI 
koq.. Kalau orang sekampung yang bicara dialek Hokkian mengatakan kita Huan'a 
memang benar, itu pilihan kita. Tapi kalau ditanya ras saya bilang saya 
Huaren, yang berarti Tionghoa dalam Mandarin. 
Apa salahnya? Saya kadang-kadang bingung mengertikan istilah yang sudah 
ratusan tahun kita gunakan, koq ricuh melulu. 
   Saya tak tahu tepatnya definisi ras dan etnis, hanya saja lazimnya ras 
digunakan untuk arti yang lebih luas, tolong bantuan teman-teman yang lain. 
Orang sering menyebut ras kuning, ras putih, tapi etnis sering untuk yang 
lebih kecil. 
   Anda mengatakan ras kita Chinese, etnis Tionghoa, untuk saya OK saja, saya 
tak menentang, Hanya dulu  di milis ini saya pernah menerangkan dari mana kata 
itu berasal.  Di dunia  ini adalah dua wilayah yang namanya Tionghoa.. Yang 
satu adalah daratan Tiongkok

[budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

2009-12-22 Terurut Topik dedy
Mpek Liang U yang saya hormati,

Saya sudah menduga kata  mengadu domba akan ada bahkan segera setelah
saya posting.

Saya sebenarnya hanya meminjam kata ras dan etnis yang memyebabkan
seseorang bisa disebut orang Tionghoa, dan kebetulan ada dalam satu
thread. ( walau beda cabangnya)

tapi menurut ras anda adalah orang Chinese,  dilihat dari etnis kita
adalah orang Tionghoa.

untuk menjawab pernyataan sdr. Adrian

simpel aje, org yg ngerasa dirinya tionghoa dan jg itu gak  ada kaitan
ame GEN or  SUKU or ASAL USUL.

Bukankah Ras dari Gen dan Etnis dari Suku.

Sesederhana itu, tidak ada maksud lain. Herannya tidak ada yang
membantah ataupun membenarkan pernyataan sdr. Adrian tsb.

Berbeda dengan mpek yang merasa saya, mengadu domba, sdr. Erik yang saya
sebut juga namanya, justru memberikan penjelasan sangat lengkap, dan
menjadi solusi,  faktor-faktor apa saja yang membuat seseorang bisa
disebut  orang Tionghoa.

Bagaimanapun, saya tidak tahu perasaan masing-masing orang, saya sungguh
mohon maaf telah menyebabkan ketidak nyamanan mpek Liang U.

Hormat saya,

Dedy




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, liang u lian...@... wrote:

 Sdr. Dedy,

 Pertanyaan anda provokatif,  dalam kehidupan  kita selalu berdasarkan
yang baik.  Misalnya seorang anak disuruh mengantarkan 6 buah mangga
kepada dua tetangga,  berapa buah mangga akan diterima oleh tiap
tetangga?  Ini soal SD.  Tentu jawabannya akan tiga. Kalau menurut anda,
bagaimana kalau buah mangganya dimakan habis si anak di jalan?
 Cara bertanya demikian menunjukkan anda itu belum siap untuk diskusi,
tentu itu hak anda, tapi dalam forum seperti Budaya Tionghoa, kita
diskusi, tidak baik kalau sengaja membuat pernyataan provokasi untuk
mengadu domba.
 Saya tidak akan terjebak hal demikian, karena hanya akan menyebabkan
debat kusir. Mudah-mudahan kawan-kawan lainpun tidak terjebak.
 Salam
 Liang U




 
 From: zho...@... zho...@...
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Fri, December 18, 2009 11:01:42 PM
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Mohon penilaian yg netral Siapa orang
Toionghoa?


 Saya kira anda salah menafsirkan pendapat Pak Liang U.

 Yg dibahas Apek Liang adalah hubungan antara etnisitas dan
kewarganegaraan, tak menganalisa siapa yg bisa disebut etnis tionghoa. 
Sedangkan yg dibicarakan sdr Ardian adalah masalah etnisitas itu
sendiri, tak ada hubungannya dng masalah warga negara.


 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 

 From:  dedy hartantodedy@ yahoo.com
 Date: Fri, 18 Dec 2009 12:55:53 -
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Subject: [budaya_tionghua] Mohon penilaian yg netral Siapa orang
Toionghoa?

 Dear all BTers,


 Sdr Ardian berpendapat,

 simpel aje, org yg ngerasa dirinya tionghoa dan jg itu gak
 ada kaitan ame GEN or
 SUKU or ASAL USUL.

 Dengan mencounter pendapat saya soal Gen (DNA),  untung ada Mpek Liang
U, yang pendapatnya sedikit banyak sejalan dengan saya


 Menurut hukum anda adalah orang Singapore , tapi menurutras anda
 adalah orang Chinese.
 hukum kewarganegaraan kita adalah orang Indonesia , dilihat dari etnis
kita
 adalah orang Tionghoa.

 Kedua beliau ini menurut saya cukup mumpuni dalam hal BT.


 Maksud saya seandainya kita bisa membuat kesepakatan, paling tidak di
milis BT ini siapa Orang Tionghoa ?

 Maka subyek yang sama tidak berulang-ulang lagi dipertanyakan.
 contoh, sdr. Erilk th 2006 pernah membahas Ong Hok Ham, orang Tionghoa
apa bukan?


 Mpek Liang U dalam tanggapannya memberi contoh, ras Tionghoa membela
nama baik Indonesia di dunia International dalam bidang olah raga.
Bagaimana seandainya Indonesia berperang dengan Tiongkok mpek?

 Salam hormat,
 Dedy




Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

2009-12-22 Terurut Topik liang u
Sdr. Dedy, 
   Saya memang tidak berniat berdebat masalah siapa orang Tionghoa,  apalagi 
pakai kalau kalau. Kalau Tiongkok perang dengan Indonesia, kalau saya ., 
kalau kalian... Berdebat kalau  tak bermanfaat, justru yang harus kita 
lihat realitas sekarang. Yang jelas orang Tionghoa Indonesia sedang mencari 
jati dirinya. Ini yang penting. Apa haknya dan apa kewajibannya. Apa kita ingin 
Asia Tenggara yang damai atau ingin yang perang.
   Tanggapan anda tidak kena, terima kasih pada Sdr. Zhou yang telah 
memperjelas apa yang saya maksud. Saya hanya menjelaskan secara hukum kita itu 
orang Indonesia, secara ras kita itu orang Tionghoa. Saya sama sekali tak 
mengaitkan dengan budaya, beda yang dimaksud dengan sdr. Ardian. 
   Kita tahu, meskipun ras Tionghoa, karena budaya, karena politik, karena 
harta dan jabatan,  orang bisa tidak mengaku dirinya Tionghoa, apakah anda 
masih ingat pada zaman orba adalah istilah Kirno (mungkir Cino) dan sekarang 
ada istilah Likno (balik lagi jadi Cino)?  Itu jelas menunjukkan bahwa rasnya 
tetap Tionghoa, hanya mungkir, dan sekarang balik lagi. 
   Orang macam Ted Hsiong (saya tak tahu ia sekarang warga negara apa), tapi 
kalau tak salah tinggal di Hongkong, kalau ia paspor Hongkong dari 
kewarganegaraan ia adalah orang Tiongkok, tapi dari ras ia India. Mengapa tak 
boleh? Di Tiongkok ada orang bule yang menjadi warga negara Tiongkok, ia orang 
Tiongkok kalau ke luar negeri ia dianggap orang Tiongkok, kalau pulang ke 
Tiongkok ia tak perlu visa, karena negara bukan berdasarkan ras tapi hukum. 
Sulit orang luar menjadi negara Tiongkok,  itu bukan masalah ras, penduduk 
Tiongkok sudah terlalu padat, jadi sangat selektif.  
    Kalau kita datang ke Tiongkok dianggap orang asing memang benar, kita WNI 
koq. Kalau orang sekampung yang bicara dialek Hokkian mengatakan kita Huan'a 
memang benar, itu pilihan kita. Tapi kalau ditanya ras saya bilang saya Huaren, 
yang berarti Tionghoa dalam Mandarin. 
Apa salahnya? Saya kadang-kadang bingung mengertikan istilah yang sudah ratusan 
tahun kita gunakan, koq ricuh melulu. 
   Saya tak tahu tepatnya definisi ras dan etnis, hanya saja lazimnya ras 
digunakan untuk arti yang lebih luas, tolong bantuan teman-teman yang lain. 
Orang sering menyebut ras kuning, ras putih, tapi etnis sering untuk yang lebih 
kecil. 
   Anda mengatakan ras kita Chinese, etnis Tionghoa, untuk saya OK saja, saya 
tak menentang, Hanya dulu  di milis ini saya pernah menerangkan dari mana kata 
itu berasal.  Di dunia  ini adalah dua wilayah yang namanya Tionghoa. Yang satu 
adalah daratan Tiongkok negaranya bernama Zhonghua Renmin Gongheguo , dibaca 
dengan dialek Hokkian menjadi Tionghua Jinbin Kionghokok, singkatannnya 
Tiongkok, ada lagi pulau Taiwan yang pemerintahnya menamakan dirinya Zhonghua 
Minguo dalam dialek Hokkiannya Tionghua Binkok, singkatannya Tiongkok juga. 
Dari sana jelas bahwa nama Tionghua itu bukan milik orang Tionghoa Indonesia 
saja. Tapi kalau mau dipakai sebagai nama Tionghoa Indonesia, yah boleh saja 
sebab yang berdialek Hokkian di Tiongkok itu adalah minioritas, jadi tak akan 
ada kerancuan. 
   Ted Hsiung yang rasnya India tak salah kalau ia mengatakan dirinya saya 
orang Tionghoa. Kalau tak salah ia asal Indonesia, yang warga negara dari 
sebuah negara yang bernama Tionghoa Jinmin Kionghokok (RRT),  jelas koq artinya 
Republik Rakyat Tiongkok.
   Semoga anda dapat menangkap maksud saya. 
   Salam 
   Liang U





From: dedy hartantod...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tue, December 22, 2009 10:23:48 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

  
Mpek Liang U yang saya hormati,

Saya sudah menduga kata  mengadu domba akan ada bahkan segera setelah saya 
posting.

Saya sebenarnya hanya meminjam kata ras dan etnis yang memyebabkan 
seseorang bisa disebut orang Tionghoa, dan kebetulan ada dalam satu thread. ( 
walau beda cabangnya)

tapi menurut ras anda adalah orang Chinese,  dilihat dari etnis kita adalah 
orang Tionghoa.

untuk menjawab pernyataan sdr. Adrian

simpel aje, org yg ngerasa dirinya tionghoa dan jg itugak  ada kaitan ame GEN 
or  SUKU or ASAL USUL.

Bukankah Ras dari Gen dan Etnis dari Suku.

Sesederhana itu, tidak ada maksud lain. Herannya tidak ada yang membantah 
ataupun membenarkan pernyataan sdr. Adrian tsb.

Berbeda dengan mpek yang merasa saya, mengadu domba, sdr. Erik yang saya sebut 
juga namanya, justru memberikan penjelasan sangat lengkap, dan menjadi solusi,  
faktor-faktor apa saja yang membuat seseorang bisa disebut  orang Tionghoa.

Bagaimanapun, saya tidak tahu perasaan masing-masing orang, saya sungguh mohon 
maaf telah menyebabkan ketidak nyamanan mpek Liang U.

Hormat saya,

Dedy




--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, liang u lian...@... wrote:

 Sdr. Dedy, 
 
 Pertanyaan anda provokatif, dalam kehidupan kita selalu berdasarkan yang 
 baik. Misalnya seorang anak disuruh mengantarkan 6 buah

[budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

2009-12-19 Terurut Topik Erik

Karena nama saya disebut, maka saya ikut nimbrung sekalian dah!

Agar tema Etnisitas yan dulu pernah saya lempar ke milis ini tidak
terpotong dari konteksnya, dan menimbulkan kesalah-mengertian, saya
ulang lagi pemahaman saya tersebut.

Pertama, harus ditegaskan dulu bahwa Etnisitas yang saya maksud waktu
itu adalah idiom antropologi yang tidak ada sangkut-pautnya dengan idiom
Kewarganegaran. Kewarganegaraan melulu adalah persoalan status hukum
seseorang tanpa memandang atau membeda-bedakan etnisitasnya.

Jadi, ceritanya waktu itu saya ikutan di seminar yang diadakan oleh
LIPI, beberapa sosiolog (DN dan LN) membawakan makalah mereka yang
membahas masalah Etnisitas. Salah seorang mengemukan teorinya tentang
Etnisitas yang diuraikan sbb:

Etnisitas seorang anak manusia ditentukan oleh 4 faktor, yakni:

1. biologis;2. warisan budaya;3. self identification;4.
akseptabilitas dari masyarakat dimana seseorang mengidentifikasikan
dirinya.

Ambil contoh misalnya, seorang anak yang dilahirkan di pulau Jawa dari
orang-tua Tionghua. Secara biologis dia berdarah Tionghoa, tetapi karena
dididik dan hidup dalam lingkungan budaya Jawa, maka warisan budayanya
lebih dominan Jawa ketimbang Tionghoa. Namun karena sadar dilahirkan
dari orang-tua Tionghoa, dia merasa diri tetap adalah Tionghoa, maka
self identification dirinya adalah Tionghoa pula, dan masyarakat
Tionghoa di Jawa pun menerimanya sebagai bagian dari mereka.
Kesimpulannya, dari 4 faktor tersebut di atas, si anak turunan Tionghoa
ini masih dapat dikategorikan beretnis Tionghoa.

Contoh lain adalah anak yang dilahirkan di Malaysia dari orang-tua
Tionghoa. Secara biologis si anak berdarah Tionghoa, dan sejak kecil ia
dididik di sekolah dengan Mandarin sebagai bahasa pengantar, dan hidup
di lingkungan budaya serba Tionghoa. Secara sadar ia pun
mengidentifikasikan diri sebagai seorang Tionghoa, serta diterima secara
penuh pula oleh masyarakat Tionghoa sebagai bagian mereka.
Kesimpulannya, dari 4 faktor di atas, si anak ini murni 100% beretnis
Tionghoa.

Contoh yang agak ekstrim adalah seorang Ong Hok Ham yang lahir di Jawa
dari orang-tua Tionghoa. Tapi sejak kecil ia tidak pernah dididik secara
Tionghoa, dan juga hidup dalam lingkungan budaya Belanda dan Jawa
(ketimbang Tionghoa). Juga secara sadar ia tidak pernah
mengidentifikasikan diri sebagai orang Tionghoa, serta juga tidak pernah
diterima secara penuh oleh masyarakat Tionghoa sebagai bagian merka.
Kesimpulannya, dari 4 faktor di atas, Ong Hok Ham tidak dapat
dikategorikan sebagai beretnis Tionghoa walaupun dia berdarah Tionghoa.

Ekstrim di kutub lain adalah seorang Ted Xiong (Xiong Delong) yang
dilahirkan dari orang-tua India (atau ada yang bilang Arab?). Tetapi
sejak bayi diadopsi oleh keluarga Tionghoa, maka sejak kecil ia pun
hidup di lingkungan budaya Tionghoa serta mendapat pendidikan ala
Tionghoa. Kini dengan sadar Ted Xiong pun mengidentifikasikan diri
sebagai Tionghoa (walau mengakui tidak berdarah Tionghoa) serta juga
mendapat pengakuan dan penerimaan yang utuh dari masyarakat Tionghoa.
Kesimpulannya, Ted Siong adalah seorang yang beretnis Tionghoa.

Demikian, papar si pembawa makalah, bahwa biologis bukan segala-galanya
untuk menentukan etnisitas seseorang.  Masih ada faktor dominan lain
yang harus diperhatikan, di antarnya warisan budaya.

Catatan: Contoh kasus Ong Hok Ham dan Ted Xiong adalah dari saya. (Si
pembawa makalah memberikan contoh kasus dari negaranya), tapi karena ada
kesamaan dengan Ong Hok Ham dan Ted Xiong saya ganti saja dengan kasus
lokal agar lebih familiar!

Salam,



Erik

=---\
--
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dedy hartantod...@... wrote:

Dear all BTers,
  Sdr Ardian berpendapat,
simpel aje, org yg ngerasa dirinya tionghoa dan jg itu gak ada kaitan
ame GEN or  SUKU or ASAL USUL.
Dengan mencounter pendapat saya soal Gen (DNA), untung ada Mpek Liang U,
yang pendapatnya sedikit banyak sejalan dengan saya
Menurut hukum anda adalah orang Singapore, tapi menurut ras anda adalah
orang Chinese.
hukum kewarganegaraan kita adalah orang Indonesia, dilihat dari etnis
kita adalah orang Tionghoa.
Kedua beliau ini menurut saya cukup mumpuni dalam hal BT.
Maksud saya seandainya kita bisa membuat kesepakatan, paling tidak di
milis BT ini siapa Orang Tionghoa ? Maka subyek yang sama tidak
berulang-ulang lagi dipertanyakan.
contoh, sdr. Erilk th 2006 pernah membahas Ong Hok Ham, orang Tionghoa
apa bukan?
Mpek Liang U dalam tanggapannya memberi contoh, ras Tionghoa membela
nama baik Indonesia di dunia International dalam bidang olah raga.
Bagaimana seandainya Indonesia berperang dengan Tiongkok mpek?



Salam hormat,

Dedy



[budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

2009-12-19 Terurut Topik ardian_c

Singaporean itu nama negara yg ada batas wilayah dsbnya, chinese/tionghoa 
adalah salah satu etnis yg mendiami negara yg bernama Singapore itu.

Coba anda sekali2 ke Sima Lu sono, liat ada pura Hindu, bisa diliat brp banyak 
ncim2 pake sari segala macem dan berbudaya Hindu krn diadopsi sejak kecil oleh 
keluarga India.
Hal yg sama itu jg terjadi ame koh Ted Xiong yg India secara gen tapi escara 
budaya org Khe.



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dedy hartantod...@... wrote:

 
 Dear all BTers,
 
 
 
 
 
 Sdr Ardian berpendapat,
 
 
 
 
 simpel aje, org yg ngerasa dirinya tionghoa dan jg itu gak ada kaitan
 ame GEN or
 SUKU or ASAL USUL.
 
 
 
 Dengan mencounter pendapat saya soal Gen (DNA),  untung ada Mpek Liang
 U, yang pendapatnya sedikit banyak sejalan dengan saya
 
 
 
 
 
 Menurut hukum anda adalah orang Singapore, tapi menurut ras anda adalah
 orang Chinese.
 
 hukum kewarganegaraan kita adalah orang Indonesia, dilihat dari etnis
 kita adalah orang Tionghoa.
 
 
 
 
 Kedua beliau ini menurut saya cukup mumpuni dalam hal BT.
 
 
 
 
 
 Maksud saya seandainya kita bisa membuat kesepakatan, paling tidak di
 milis BT ini siapa Orang Tionghoa ?
 
 
 Maka subyek yang sama tidak berulang-ulang lagi dipertanyakan.
 
 contoh, sdr. Erilk th 2006 pernah membahas Ong Hok Ham, orang Tionghoa
 apa bukan?
 
 
 
 
 
 Mpek Liang U dalam tanggapannya memberi contoh, ras Tionghoa membela
 nama baik Indonesia di dunia International dalam bidang olah raga.
 Bagaimana seandainya Indonesia berperang dengan Tiongkok mpek?
 
 
 
 
 Salam hormat,
 
 Dedy





[budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

2009-12-19 Terurut Topik ardian_c
keluarga adalah lingkup masyarakat terkecil , kalu keluarga menerima, itu sudah 
jadi modal.

ngomong2 soal perang rrt vs indonesia,pertanyaan yg emang menggelitik, seolah2 
kita harus membela tanah kelahiran atau leluhur.

jadi inget kejadian satu tentara jepang waktu masuk tiongkok dijaman agresi 
jepang. tentara jepang itu sempet terluka dan masuk shaolin temple, dilatih 
oleh para bhiksu disana, keluar dari shaolin, si tentara itu bersumpah gak mau 
berperang tanpa alesan yg jelas apalage jelas2 itu suatu bentuk agresi. dia 
malah jadi penentang perang jepang, kemudian dia malah jadi guru besar shorinji 
kempo. namanya zong dao chen.
ini versi dari catatan pesilat tiongkok.

intinya gampang, agresi demi kebrutalan or penjajahan itu yg dicegah, entah yg 
ngelakuin siapa jg or negara apa jg, kalu nyerbu indonesia ya harus dicegah.
begitu jg sebaliknya.

ya kayak amrik nyerbu irak dah, ya kita mesti ngutuk si amriklar.
rakyatnya jg mesti kok. tapi ya kenape tentaranya tetep aje ngalir kesana ? 
demi negara ? or nasionalisme buta ?
bisa jelasin kenapa ?
or kasus laenlar, palestina vs israel, kok kalu aye mah doekoeng palestina ya.
mbuh kalu org laen seh.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dedy hartantod...@... wrote:

 
 Dear, bpk. Erik
 
 
 
 Maaf kan saya kalau anda terpaksa terseret ke diskusi ini,
 tapi penjelasan anda sungguh sangat mencerahkan , berbobot dan netral,
 sesuai harapan.
 
 Saya menemukan nama anda secara kebetulan di
 www.mail-archive.com/budaya...com/msg13670.html
 http://www.mail-archive.com/budaya...com/msg13670.html  ketika
 Googling Xiong Delong
 
 
 
 1.biologis;
 
 2.warisan budaya;
 
 3.self identification;
 
 4.Aksepbilitas dari masyarakat dimana seseorang mengidentifikasikan
 dirinya
 
 
 
 Kesimpulan saya :  Orang Tionghoa paling sedikit harus memiliki dua
 faktor
 
 
 
 
 Pendapat saya: contoh anda, kasus Ong Hok Ham, sangat menarik karena ini
 menyangkut pribadi saya, dan mungkin banyak orang yang selama ini
 dianggap tokoh Tionghoa, seperti  (dugaan saya) Yohanes Surya, William
 Suryadjaya, Kwik K G, Pak Cip, Rudy H, Ninik Towok 
 
 
 
 Menurut saya, faktor no.3 sepertinya tidak harus di declare cukup merasa
 ( istilah Ardian), karena tekanan situasi dsb.
 
 Sementara faktor no. 4, juga tergantung situasi, kalau berprestasi tidak
 sulit menerima pengakuan, malah gubernur Sumut bisa merima marga Tan
 (CMIIW)
 
 
 
 
 Lalu bagaimana dengan mayat tanpa identifikasi, atau orang lupa ingatan,
 apakah DNA tidak bisa sebagai bukti etnis?
 
 
 
 Benarkah pendapat saya, bahwa Babah adalah etnisitas baru yang terbentuk
 karena tertolak oleh 2 etnisitas di sekitarnya?
 
 
 
 Ini juga menjawab keheranan saya, kenapa belasan orang yang saya ajak
 masuk ke milis ini tidak ada yang berminat.
 
 
 
 @Bapak Erik bagaimana perkembangan makalah ini apakah diterima banyak
 pihak, apa istilahnya bila makalah naik statusnya (apakah bisa jadi
 produk hukum misalnya)?
 
 
 
 
 @ sdr, Zhoufy, terima kasih untuk koreksinya, memang saya kurang cermat,
 tetapi mudah2an anda dapat menangkap maksud posting saya.
 
 
 
 @ sdr. Ardian_c, pendapat anda merasa 3.self identification
 memang lebih berbobot dari DNA (biologis) menurut posting sdr.
 Erik, tetapi menurut saya tidak bisa faktor tunggal,
 
 Harus ada 4.Aksepbilitas masyarakat, dan ini rasanya yang terpenting.
 
 Orang mengeong-ngeong, merasa dirinya kucing, tidak membuat dirinya
 menjadi kucing, malah masuk RSJ
 
 
 
 Ini pengalaman tak terlupakan : Waktu daftar STM dengan lugunya menulis
 dipendaftaran suku Sunda, orang di samping saya melirik, maneh teh
 CINA……
 
 Membuat saya terbodoh (istilah Medan).
 
 
 
 Terima kasih saya sekarang merasa lebih nyaman berdiskusi dengan anda
 
 
 
 Salam,
 
 Dedy
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn_cc@ wrote:
 
 
  Karena nama saya disebut, maka saya ikut nimbrung sekalian dah!
 
  Agar tema Etnisitas yan dulu pernah saya lempar ke milis ini tidak
  terpotong dari konteksnya, dan menimbulkan kesalah-mengertian, saya
  ulang lagi pemahaman saya tersebut.
 
  Pertama, harus ditegaskan dulu bahwa Etnisitas yang saya maksud
 waktu
  itu adalah idiom antropologi yang tidak ada sangkut-pautnya dengan
 idiom
  Kewarganegaran. Kewarganegaraan melulu adalah persoalan status hukum
  seseorang tanpa memandang atau membeda-bedakan etnisitasnya.
 
  Jadi, ceritanya waktu itu saya ikutan di seminar yang diadakan oleh
  LIPI, beberapa sosiolog (DN dan LN) membawakan makalah mereka yang
  membahas masalah Etnisitas. Salah seorang mengemukan teorinya
 tentang
  Etnisitas yang diuraikan sbb:
 
  Etnisitas seorang anak manusia ditentukan oleh 4 faktor, yakni:
 
  1. biologis;2. warisan budaya;3. self identification;   
 4.
  akseptabilitas dari masyarakat dimana seseorang mengidentifikasikan
  dirinya.
 
  Ambil contoh misalnya, seorang anak yang dilahirkan di pulau Jawa dari
  orang-tua Tionghua. Secara biologis dia berdarah Tionghoa, tetapi
 karena
  dididik dan hidup dalam lingkungan 

Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

2009-12-19 Terurut Topik zhoufy
Maju tak gentar membela yg benar

Yg dibela adalah kemanusiaan
Kita justru mengutuk yg mengobarkan perang, entah negeri kelahiran entah negeri 
leluhur 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: ardian_c ardia...@yahoo.co.id
Date: Sat, 19 Dec 2009 17:33:15 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

keluarga adalah lingkup masyarakat terkecil , kalu keluarga menerima, itu sudah 
jadi modal.

ngomong2 soal perang rrt vs indonesia,pertanyaan yg emang menggelitik, seolah2 
kita harus membela tanah kelahiran atau leluhur.

jadi inget kejadian satu tentara jepang waktu masuk tiongkok dijaman agresi 
jepang. tentara jepang itu sempet terluka dan masuk shaolin temple, dilatih 
oleh para bhiksu disana, keluar dari shaolin, si tentara itu bersumpah gak mau 
berperang tanpa alesan yg jelas apalage jelas2 itu suatu bentuk agresi. dia 
malah jadi penentang perang jepang, kemudian dia malah jadi guru besar shorinji 
kempo. namanya zong dao chen.
ini versi dari catatan pesilat tiongkok.

intinya gampang, agresi demi kebrutalan or penjajahan itu yg dicegah, entah yg 
ngelakuin siapa jg or negara apa jg, kalu nyerbu indonesia ya harus dicegah.
begitu jg sebaliknya.

ya kayak amrik nyerbu irak dah, ya kita mesti ngutuk si amriklar.
rakyatnya jg mesti kok. tapi ya kenape tentaranya tetep aje ngalir kesana ? 
demi negara ? or nasionalisme buta ?
bisa jelasin kenapa ?
or kasus laenlar, palestina vs israel, kok kalu aye mah doekoeng palestina ya.
mbuh kalu org laen seh.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dedy hartantod...@... wrote:

 
 Dear, bpk. Erik
 
 
 
 Maaf kan saya kalau anda terpaksa terseret ke diskusi ini,
 tapi penjelasan anda sungguh sangat mencerahkan , berbobot dan netral,
 sesuai harapan.
 
 Saya menemukan nama anda secara kebetulan di
 www.mail-archive.com/budaya...com/msg13670.html
 http://www.mail-archive.com/budaya...com/msg13670.html  ketika
 Googling Xiong Delong
 
 
 
 1.biologis;
 
 2.warisan budaya;
 
 3.self identification;
 
 4.Aksepbilitas dari masyarakat dimana seseorang mengidentifikasikan
 dirinya
 
 
 
 Kesimpulan saya :  Orang Tionghoa paling sedikit harus memiliki dua
 faktor
 
 
 
 
 Pendapat saya: contoh anda, kasus Ong Hok Ham, sangat menarik karena ini
 menyangkut pribadi saya, dan mungkin banyak orang yang selama ini
 dianggap tokoh Tionghoa, seperti  (dugaan saya) Yohanes Surya, William
 Suryadjaya, Kwik K G, Pak Cip, Rudy H, Ninik Towok 
 
 
 
 Menurut saya, faktor no.3 sepertinya tidak harus di declare cukup merasa
 ( istilah Ardian), karena tekanan situasi dsb.
 
 Sementara faktor no. 4, juga tergantung situasi, kalau berprestasi tidak
 sulit menerima pengakuan, malah gubernur Sumut bisa merima marga Tan
 (CMIIW)
 
 
 
 
 Lalu bagaimana dengan mayat tanpa identifikasi, atau orang lupa ingatan,
 apakah DNA tidak bisa sebagai bukti etnis?
 
 
 
 Benarkah pendapat saya, bahwa Babah adalah etnisitas baru yang terbentuk
 karena tertolak oleh 2 etnisitas di sekitarnya?
 
 
 
 Ini juga menjawab keheranan saya, kenapa belasan orang yang saya ajak
 masuk ke milis ini tidak ada yang berminat.
 
 
 
 @Bapak Erik bagaimana perkembangan makalah ini apakah diterima banyak
 pihak, apa istilahnya bila makalah naik statusnya (apakah bisa jadi
 produk hukum misalnya)?
 
 
 
 
 @ sdr, Zhoufy, terima kasih untuk koreksinya, memang saya kurang cermat,
 tetapi mudah2an anda dapat menangkap maksud posting saya.
 
 
 
 @ sdr. Ardian_c, pendapat anda merasa 3.self identification
 memang lebih berbobot dari DNA (biologis) menurut posting sdr.
 Erik, tetapi menurut saya tidak bisa faktor tunggal,
 
 Harus ada 4.Aksepbilitas masyarakat, dan ini rasanya yang terpenting.
 
 Orang mengeong-ngeong, merasa dirinya kucing, tidak membuat dirinya
 menjadi kucing, malah masuk RSJ
 
 
 
 Ini pengalaman tak terlupakan : Waktu daftar STM dengan lugunya menulis
 dipendaftaran suku Sunda, orang di samping saya melirik, maneh teh
 CINA……
 
 Membuat saya terbodoh (istilah Medan).
 
 
 
 Terima kasih saya sekarang merasa lebih nyaman berdiskusi dengan anda
 
 
 
 Salam,
 
 Dedy
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn_cc@ wrote:
 
 
  Karena nama saya disebut, maka saya ikut nimbrung sekalian dah!
 
  Agar tema Etnisitas yan dulu pernah saya lempar ke milis ini tidak
  terpotong dari konteksnya, dan menimbulkan kesalah-mengertian, saya
  ulang lagi pemahaman saya tersebut.
 
  Pertama, harus ditegaskan dulu bahwa Etnisitas yang saya maksud
 waktu
  itu adalah idiom antropologi yang tidak ada sangkut-pautnya dengan
 idiom
  Kewarganegaran. Kewarganegaraan melulu adalah persoalan status hukum
  seseorang tanpa memandang atau membeda-bedakan etnisitasnya.
 
  Jadi, ceritanya waktu itu saya ikutan di seminar yang diadakan oleh
  LIPI, beberapa sosiolog (DN dan LN) membawakan makalah mereka yang
  membahas masalah Etnisitas. Salah seorang mengemukan teorinya
 tentang
  Etnisitas yang

Re: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang Toionghoa?

2009-12-19 Terurut Topik ChanCT
Sepenuhnya setuju dengan bung Ardian dibawah. Tidak seharusnya berlebihan 
mencurigai KESETIAAN seseorang hanya karena darah keturunan atau berasal dari 
negara lain, ... setiap orang dalam hidup didunia ini punya naluri yang tumbuh 
berkembang sesuai dengan lingkungan dimana dia hidup. 

Seandainya Pemerintah bisa benar-benar perlakukan sama hak dan kewajiban pada 
setiap warga tanpa membeda-bedakan ras, etnis dan Agama seseorang, dan 
kehidupan bermasyarakat yang harmonis, bersahabat dan aman tentram, tentu 
setiap orang yang hidup disana akan berusaha pertahankan lingkungan hidup yang 
nyaman itu. Sebaliknya, juga wajar saja kalau ada orang yang tampil lakukan 
perlawanan dan perjuangan atas ketidak adilan yang terjadi atau dbahkan ada 
sementara meloncat keluar meninggalkan lingkungan hidup yang dirasakan gerah, 
tidak tentram bagi dirinya. 

Dalam hidup manusia yang mempunyai otak berpikir dan melihat 
kenyataan-kenyataan yang dirasa tidak adil, kekejaman perang yang sangat tidak 
manusiawi, tentu akan tegak berdiri melawan, tanpa pandang itu negara leluhur 
sendiri atau siapa. Janganlah jauh-jauh melihat bangsa lain, coba saja 
perhatikan disaat koloni Belanda yang menjajah Indonesia selama 350 tahun itu, 
kan juga ada, bahkan tidak sedikit orang Belanda yang bersimpati dan bahkan 
ikut perjuangkan Kemerdekaan RI melawan koloni Belanda, negara leluhurnya. 
Sebaliknya juga tidak sedikit yang dinamakan pribumi, menjadi penghianat bangsa 
membela koloni Belanda. 

Benar juga siapa tergolong orang Tionghoa tidak perlu dipertegang, bagaimana 
orang bersangkutan merasakan dirinya sendiri, yang dikategorikan self 
identification dan bagaimana penerimaan dalam masyarkat diamana dia hidup. 
Penekanan saya yang lebih penting, semua kita, umat manusia yang hidup didunia 
ini bisa menerima setiap umat manusia sebagai manusia yang patut disayangi, 
dihargai dan dihormati dengan segala perbedaan yang ada. Terimalah kenyataan 
yang ada bahwa umat manusia didunia ini sangat majemuk yang beraneka ragam, ya 
beda ras, beda etnis, beda Agama, beda budaya, adat-istiadat bahkan beda 
pandangan ideologi-politik. Tidak dan jangan lakukan usaha untuk hilangkan 
sekelompok manusia yang berbeda dengan tindak kekerasan, memaksa mereka 
mengilangkan perbedaan agar sama dengan kelompok manusia yang lain.

Salam,
ChanCT
  - Original Message - 
  From: ardian_c 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, December 20, 2009 1:33 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Mohon penilaian yg netral Siapa orang 
Toionghoa?


  keluarga adalah lingkup masyarakat terkecil , kalu keluarga menerima, itu 
sudah jadi modal.

  ngomong2 soal perang rrt vs indonesia,pertanyaan yg emang menggelitik, 
seolah2 kita harus membela tanah kelahiran atau leluhur.

  jadi inget kejadian satu tentara jepang waktu masuk tiongkok dijaman agresi 
jepang. tentara jepang itu sempet terluka dan masuk shaolin temple, dilatih 
oleh para bhiksu disana, keluar dari shaolin, si tentara itu bersumpah gak mau 
berperang tanpa alesan yg jelas apalage jelas2 itu suatu bentuk agresi. dia 
malah jadi penentang perang jepang, kemudian dia malah jadi guru besar shorinji 
kempo. namanya zong dao chen.
  ini versi dari catatan pesilat tiongkok.

  intinya gampang, agresi demi kebrutalan or penjajahan itu yg dicegah, entah 
yg ngelakuin siapa jg or negara apa jg, kalu nyerbu indonesia ya harus dicegah.
  begitu jg sebaliknya.

  ya kayak amrik nyerbu irak dah, ya kita mesti ngutuk si amriklar.
  rakyatnya jg mesti kok. tapi ya kenape tentaranya tetep aje ngalir kesana ? 
demi negara ? or nasionalisme buta ?
  bisa jelasin kenapa ?
  or kasus laenlar, palestina vs israel, kok kalu aye mah doekoeng palestina ya.
  mbuh kalu org laen seh.


  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dedy hartantod...@... wrote:
  
   
   Dear, bpk. Erik
   
   
   
   Maaf kan saya kalau anda terpaksa terseret ke diskusi ini,
   tapi penjelasan anda sungguh sangat mencerahkan , berbobot dan netral,
   sesuai harapan.
   
   Saya menemukan nama anda secara kebetulan di
   www.mail-archive.com/budaya...com/msg13670.html
   http://www.mail-archive.com/budaya...com/msg13670.html  ketika
   Googling Xiong Delong
   
   
   
   1.biologis;
   
   2.warisan budaya;
   
   3.self identification;
   
   4.Aksepbilitas dari masyarakat dimana seseorang mengidentifikasikan
   dirinya
   
   
   
   Kesimpulan saya :  Orang Tionghoa paling sedikit harus memiliki dua
   faktor
   
   
   
   
   Pendapat saya: contoh anda, kasus Ong Hok Ham, sangat menarik karena ini
   menyangkut pribadi saya, dan mungkin banyak orang yang selama ini
   dianggap tokoh Tionghoa, seperti  (dugaan saya) Yohanes Surya, William
   Suryadjaya, Kwik K G, Pak Cip, Rudy H, Ninik Towok 
   
   
   
   Menurut saya, faktor no.3 sepertinya tidak harus di declare cukup merasa
   ( istilah Ardian), karena tekanan situasi dsb.
   
   Sementara faktor no. 4, juga tergantung situasi, kalau berprestasi tidak
   sulit