[budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang

2008-07-17 Terurut Topik Stevan Rahardjo
Maaf saya ulang lagi..
 Bapak Liang U, saya sedang mencari nama generasi (字輩) untuk Liang
 shi, untuk memberi nama anak saya. Kongco saya dari AnXi Fujian (安
溪福建), kemarin sempat ke sana cuma belum ketemu karena keterbatasan
waktu.
 Ini info kongco, dan kong saya.
 Kongco : 梁談論
 Kong : 梁基錫
 CekKong : 梁宗地,梁開é`«
 Tolong bisa ada yang bantu?? Thanks
 
 Stevan Rahardjo
 
  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, liang u liang_u@ wrote:
  
  Pada zaman dinasti Zhou (Ciu), dinasti ketiga dalam sejarah 
  Tiongkok, pendiri dinasti kaisar Zhou Wuwang (Ciu Bu Ong) 
  menggunakan sistem seperti negara federal zaman sekarang. Dinasti 
  dibagi dalam banyak negara bagian yang disebut negara zhuhou. Orang-
  orangnya yang berjasa diangkat sebagai kepala negara yaitu hou atau 
  zhuhou. Para penerjemah cerita kuno dan cerita silat di Indonesia 
  menterjemahkannya sebagai raja muda. 
  
  Dinasti Zhou berdiri abad 11 sebelum Masehi, tapi kemudian sedikit-
  sedikit melorot, sampailah suatu ketika pemerintah pusat menjadi 
  sangat lemah dan diganggu terus oleh kaum minoritas di utara.dan 
  barat. Kaisar Xuanwang (Ciu Suan Ong) hanya berhasil mengatasi 
  kesulitan negara untuk sementara atas jasanya pejabat yang bernama 
  Qin Zhong (Cin Tiong). Tapi waktu kaisar berikutnya, negara melemah 
  lagi, sampai akhirnya kaisar Zhou Pingwang (Ciu Ping Ong) terpaksa 
  memindahkan ibukota ke sebelah timur untuk mencegah gangguan dari 
  sebelah barat. 
  
  Kaisar Zhou Pingwang mengangkat cucu Qin Zhong yang bernama Kang 
  (Khang) menjadi rajamuda di suatu tempat di propinsi Shaanxi yang 
  bernama Liangshan (di kota Hancheng sekarang). Di sanalah didirikan 
  negara Liang. Pada akhir zaman dinasti Zhou negara zhuhou ini sudah 
  tidak tunduk pada pemerintah pusat yang lemah dan saling serbu 
  memperluas wilayah masing-masing, zaman ini disebut zaman Chunqiu. 
  Pada saat itulah negara Liang dihancurkan negara Qin (Tjin). Negara 
  Qin ini akhirnya berhasil mengalahkan seluruh lawannya termasuk 
  menghancurkan dinasti Zhou yang sudah lemah, dan mendirikan 
  kekaisaran baru yaitu dinasti Qin (Tjin) dengan Qin Shihuang (Tjin 
  Se Ong) sebagai kaisarnya.
  
  Sebagaimana kebiasaan waktu itu, anak cucu keturunan raja Liang 
  menggunakan Liang sebagai xing (sne, marga) nya. Jadi orang xing 
  Liang, adalah keturunan Qin Zhong, sedang Qin Zhong adalah keturunan 
  Bo Yi, Bo Yi adalah keturunan Huangdi (*Ui Te atau Kaisar Kuning) 
  yang dianggap salah seorang leluhur orang Han. Orang Han selalu 
  menganggap dirinya adalah keturuan Yan-Huang yaitu Yandi (Yam Te) 
  dan Huangdi. (*Ui Te).
  
  Sne Liang mempunyai tambahan dari suku non Han yang terasimilasi 
  dengan orang Han dan mengganti xingnya dari Balielan menjadi Liang 
  juga. Karena Liang adalah xing yang besar (yang jumlah penduduknya 
  banyak) maka pusat leluhurnya juga ada beberapa tempat. Pusat 
  leluhur atau junwang adalah tempat di mana xing itu berkembang 
  menjadi xing yang besar dan didirikan sebuah kelenteng leluhur yang 
  biasanya digunakan untuk penghormatan leluhur dan menyimpan semua 
  silsilah orang xing tsb di tempat tsb beserta keturunannya. Karena 
  orang xing Liang ini akhirnya menyebar ke seluruh Tiongkok, tentu 
  tak praktis kalau semua harus datang bersembahyang ke junwang asli 
  yang ribuan km jauhnya, padahal lalu lintas zaman dulu sulit, karena 
  itu bila di tempat yang baru mereka berkembang, maka didirikan 
  junwang cabang. 
  
  Hampir semua orang Tionghoa di Indonesia berasal dari Tiongkok 
  selatan, terbanyak dari propinsi Fujian (orang Hokkian, Hokchnia, 
  Hinhua, Hakka), propinsi Guangdong (orang Konghu, orang Tiociu, 
  orang Hakka), Hainan (orang Hainan yang keturunan orang Hokkian 
  juga) dan sedikit Hakka, Guangxi (orang Konghu, orang Hakka) dll. 
  
  Pencarian leluhur pertama biasanya mencari junwang cabang di daerah 
  yang disebut di atas, zaman sekarang orang tak cukup mencari di 
  sana, setelah ketemu dicari lagi leluhurnya dari mana, orang Han di 
  Tiongkok selatan semua berasal dari Tiongkok utara, dicarilah 
  junwang yang asli. Misalnya orang xing Wang (Ong) berhasil menemukan 
  junwang pusatnya di Taiyuan, ibu kota propinsi Shanxi di Tiongkok 
  utara sekarang.
  
  Junwang cabang biasanya dapat dicari di kota kabupaten atau kota 
  prefektorat di propinsi ybs. Zaman dulu orang selalu melapor kepada 
  junwang pusat untuk dicatat silsilahnya, kebudayaan, buku dll yang 
  bersangkutan dengan xing yang bersangkutan.
  
  Xing Liang adalah dalam Mandarin, dalam dialek Hokkian menjadi Nio, 
  Tiociu tetap Liang, dalam dialek Hakka menjadi Liong, sedang dalam 
  dialek Konghu adalah Leung.
  Junwang atau pusat leluhur xing Liang yang terutama ada tiga tempat:
  
  1. Anding, terletak di perbatasan propinsi Gansu daerah 
  Pingliang dan Daerah Otonomi Hui Ningxia kota Guyuan.
  2. Tianshui, propinsi Gansu
  3. Henan, dekat kota Luoyang.
  
  Mencari kelenteng leluhur untuk 

Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang

2008-07-16 Terurut Topik liang u
Sdr. Stevan, 
 
Maaf huruf Tionghoa dalam email anda tak bisa dibuka, bisa dikirim ke japri: 
[EMAIL PROTECTED]langsung sebagai attachment, sebab Budaya Tionghoa tidak 
mengizinkan adanya attachment. Pada attachment umumnya huruf Tionghoanya tidak 
rusak. Saya sendiri tak tahu mengapa, sebab kalau surat dari Tiongkok, Hongkong 
tak pernah rusak, encoding apa yang anda pakai?
 
Satu hal saya minta maaf, sudah banyak orang menganggap saya sne Liang, bukan! 
Liang U adalah nama, kebiasaan saja kalau menulis nama hanya ditulis begitu 
tanpa sne. Saya sne Ting, di surat-surat (surat lahir dll) ditulis Teng. Memang 
dalam dialek Hokkian Ting dan Teng sama saja, di daerah Ciangciu sampai ke 
Tiociu bunyinya Teng, di Xiamen dan Cuanciu bunyinya Ting.
Jadi belum tentu saya bisa memberi bantuan kepada anda tentang nama generasi 
anda. Tapi saya akan coba tanya-tanya teman.
Salam
Liang U
 
 


--- On Wed, 7/16/08, Stevan Raharjo [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Stevan Raharjo [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, July 16, 2008, 11:36 AM






Bapak Liang U, saya sedang mencari nama generasi (#23383;#36649; ) untuk Liang
shi, untuk memberi nama anak saya. Kongco saya dari AnXi Fujian 
(#23433;#28330;
#31119;#24314; ), kemarin sempat ke sana cuma belum ketemu karena 
keterbatasan waktu.
Ini info kongco, dan kong saya.
Kongco : #26753;#35527; #35542;
Kong : #26753;#22522; #37675;
CekKong : #26753;#23447; #22320;, #26753;#38283; #37995;
Tolong bisa ada yang bantu?? Thanks

Stevan Rahardjo

 --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, liang u liang_u@ wrote:
 
 Pada zaman dinasti Zhou (Ciu), dinasti ketiga dalam sejarah 
 Tiongkok, pendiri dinasti kaisar Zhou Wuwang (Ciu Bu Ong) 
 menggunakan sistem seperti negara federal zaman sekarang. Dinasti 
 dibagi dalam banyak negara bagian yang disebut negara zhuhou. Orang-
 orangnya yang berjasa diangkat sebagai kepala negara yaitu hou atau 
 zhuhou. Para penerjemah cerita kuno dan cerita silat di Indonesia 
 menterjemahkannya sebagai raja muda. 
 
 Dinasti Zhou berdiri abad 11 sebelum Masehi, tapi kemudian sedikit-
 sedikit melorot, sampailah suatu ketika pemerintah pusat menjadi 
 sangat lemah dan diganggu terus oleh kaum minoritas di utara.dan 
 barat. Kaisar Xuanwang (Ciu Suan Ong) hanya berhasil mengatasi 
 kesulitan negara untuk sementara atas jasanya pejabat yang bernama 
 Qin Zhong (Cin Tiong). Tapi waktu kaisar berikutnya, negara melemah 
 lagi, sampai akhirnya kaisar Zhou Pingwang (Ciu Ping Ong) terpaksa 
 memindahkan ibukota ke sebelah timur untuk mencegah gangguan dari 
 sebelah barat. 
 
 Kaisar Zhou Pingwang mengangkat cucu Qin Zhong yang bernama Kang 
 (Khang) menjadi rajamuda di suatu tempat di propinsi Shaanxi yang 
 bernama Liangshan (di kota Hancheng sekarang). Di sanalah didirikan 
 negara Liang. Pada akhir zaman dinasti Zhou negara zhuhou ini sudah 
 tidak tunduk pada pemerintah pusat yang lemah dan saling serbu 
 memperluas wilayah masing-masing, zaman ini disebut zaman Chunqiu. 
 Pada saat itulah negara Liang dihancurkan negara Qin (Tjin). Negara 
 Qin ini akhirnya berhasil mengalahkan seluruh lawannya termasuk 
 menghancurkan dinasti Zhou yang sudah lemah, dan mendirikan 
 kekaisaran baru yaitu dinasti Qin (Tjin) dengan Qin Shihuang (Tjin 
 Se Ong) sebagai kaisarnya.
 
 Sebagaimana kebiasaan waktu itu, anak cucu keturunan raja Liang 
 menggunakan Liang sebagai xing (sne, marga) nya. Jadi orang xing 
 Liang, adalah keturunan Qin Zhong, sedang Qin Zhong adalah keturunan 
 Bo Yi, Bo Yi adalah keturunan Huangdi (*Ui Te atau Kaisar Kuning) 
 yang dianggap salah seorang leluhur orang Han. Orang Han selalu 
 menganggap dirinya adalah keturuan Yan-Huang yaitu Yandi (Yam Te) 
 dan Huangdi. (*Ui Te).
 
 Sne Liang mempunyai tambahan dari suku non Han yang terasimilasi 
 dengan orang Han dan mengganti xingnya dari Balielan menjadi Liang 
 juga. Karena Liang adalah xing yang besar (yang jumlah penduduknya 
 banyak) maka pusat leluhurnya juga ada beberapa tempat. Pusat 
 leluhur atau junwang adalah tempat di mana xing itu berkembang 
 menjadi xing yang besar dan didirikan sebuah kelenteng leluhur yang 
 biasanya digunakan untuk penghormatan leluhur dan menyimpan semua 
 silsilah orang xing tsb di tempat tsb beserta keturunannya. Karena 
 orang xing Liang ini akhirnya menyebar ke seluruh Tiongkok, tentu 
 tak praktis kalau semua harus datang bersembahyang ke junwang asli 
 yang ribuan km jauhnya, padahal lalu lintas zaman dulu sulit, karena 
 itu bila di tempat yang baru mereka berkembang, maka didirikan 
 junwang cabang. 
 
 Hampir semua orang Tionghoa di Indonesia berasal dari Tiongkok 
 selatan, terbanyak dari propinsi Fujian (orang Hokkian, Hokchnia, 
 Hinhua, Hakka), propinsi Guangdong (orang Konghu, orang Tiociu, 
 orang Hakka), Hainan (orang Hainan yang keturunan orang Hokkian 
 juga) dan sedikit Hakka, Guangxi (orang Konghu, orang Hakka) dll. 
 
 Pencarian leluhur pertama biasanya

Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang

2008-07-07 Terurut Topik Fy Zhou
System Wade meski di masa depan akan pelan2 hilang, di masa sekarang masih 
perlu untuk mendeteksi nama2 Tionghoa yang terlanjur populer di dunia barat, 
seperti nama2 para artis mandarin . juga nama2 orang Taiwan zaman 
sekarang masih lazim dieja pakai Wade system, seperti Jay Chou (Zhou dalam 
hanyu Pinyin) misalnya.
 
Salam,
ZFy

--- On Sun, 7/6/08, liang u [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: liang u [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Sunday, July 6, 2008, 8:52 AM











Zhou Xiong, 
 
Terima kasih atas usulnya.  Hanyu Pinyin memang sudah dicantumkan, ejaan 
Indonesia lama (Hokkian ala cerita silat) sudah dicantumkan, lalu empat dialek 
utama di Asia Tenggara, yaitu Hokkian, Tiociu, Konghu dan Hakka juga 
dicantumkan, hanya ejaannya ejaan Indonesia dengan ditambah sedikit sana sini 
yang tak ada dalam bahasa Indonesianya, agar dapat dibaca tepat. Maksudnya agar 
semua orang Indonesia dapat membaca tepat nama maupun marganya. Mengenai ejaan 
Malaysia-Singapore yang kacau balau juga, saya tak punya data lengkap karena 
variasinya banyak, demikian juga ejaan Konghu di Hongkong saya tak mempunyai 
data lengkap. Misalnya saja di Singapore untuk marga Gouw Indonesia jadi Goh, 
Gor, Ngor dll, terlalu rumit untuk saya juga. Wade system sudah tak saya 
ikutkan karena saya anggap sudah obsolute, Hanyu Pinyin sudah 
diundang-undangkan dan diakui PBB, pendidikan Mandarin sudah intensif di 
seluruh dunia, penggunaan ejaan Wade hanya akan memperumit orang yang
 tak mengerti. Tapi biar bagaimana, akan saya rundingkan dulu dengan 
teman-teman.
 
Terima kasih atas masukkannya.
 
Salam
 Liang U

--- On Sun, 7/6/08, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] com wrote:

From: Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Sunday, July 6, 2008, 5:04 AM






Liang Xiong,
 
sekedar usul, dalam buku, selain dicantumkan nama marga dalam aksara Tionghoa, 
mungkin bisa dicantumkan romanisasinya dalam hanyupinyin, sekalian 
romanisasinya dalam ejaan wadegill. juga padanannya di Singapore( Hokian dng 
ejaan Inggris), sekalian padanannya dalam cantonis yang populer di Hongkong.
 
ZFy



- Original Message 
From: liang u [EMAIL PROTECTED] com
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, July 6, 2008 9:55:03 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang








Xuan Tong xiong, nin hao, 
 
Rikuh saya disebut qianbei oleh anda, meskipun tampaknya anda memang lebih muda 
dalam usia dari saya, tapi dalam pengetahuan ke-Tionghoaan anda adalah lebih 
dari saya, oleh karena itu sebaiknya lain kali panggil saya xiong saya dah.
 
Mengenai buku, karena saya sudah tak menetap di Indonesia, juga tak tahu 
perkembangan di Indonesia (memang tahu dari berita, tapi mendengar tidak sebaik 
merasakan), maka semuanya sudah saya serahkan kepada sdr. King Hian. Di 
dalamnya kalau dilihat sekarang masih ada yang perlu diralat, misalnya junwang, 
saya tulis qunwang. Lalu cara baca sne secara umum, ada yang kurang tepat, 
artinya ternyata di Indonesia orang Hokkian banyak menggunakan Snui (Ciangciu 
peq), sedang di Singapore menggunakan Sng (Cuanciu peg). Dalam tulisan itu saya 
masih menonjolkan Sng. Sudah saya beritahu sdr. King Hian. 
 
Memang buku itu tujuan saya hanya untuk menambah pengetahuan orang Tionghoa 
Indonesia, terutama yang sudah tak dapat membaca huruf Tionghoa, agar tahu 
minimal mengenai sne-nya, bukan untuk mencari uang, sehingga untuk saya asal 
ada yang mau menerbitkan sudah puas. Itu semua sudah saya serahkan kepada sdr. 
King Hian. Jadi saya harap Xuan Tong bicara dengan King Hian, tidak perlu 
meminta persetujuan saya, kecuali kalau penerbit mau memotong isinya. Sebagian 
perubahan berdasarkan permintaan Gramedia juga sudah dikerjakan oleh sdr. King 
Hian. 
 
Terima kasih atas perhatian anda, memang menyesal sekali kita tak dapat 
bercakap-cakap ketika bertemu di Singapore. Saya sebetulnya sudah menunggu 
kedatangan anda, hanya mendadak Adrian mengatakan hanya bisa bertemu di 
station. 
 
Konsep buku ada dua, satu tentang sne yang cukup tebal meskipun ringkas, kedua 
tentang nama, yang cukup singkat, jadi tak tebal. Dalam nama saya tak mengerti 
peq-ji, jadi kalau perlu saya minta King Hian menambahkannya. Mengenai nama 
huruf yang saya pilih sudah meliputi kebanyakan yang dipergunakan orang di 
Indonesia, dan dalam cerita-cerita modern. Setelah akhir-akhir ini saya sering 
berkeliling ke pelosok-pelosok di Tiongkok , saya menemukan banyak huruf yang 
di Indonesia tak pernah dipakai nama, sedang di sana lazim. Din Tiongkok 
selatan, misalnya propinsi asal Huaqiao memang namanya (huruf yang 
dipergunakan) lebih mirip dengan yang dipergunakan di Indonesia, baik orang 
Han, maupun minoritas lain. Sedang di utara banyak menggunakan huruf yang 
jarang kita pergunakan untuk nama di Indonesia.
 
Mengenai ejaan waktu itu sepakat dengan sdr. King Hian untuk memperbaiki ejaan

[budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang

2008-07-07 Terurut Topik David Kwa
Liang Laobo,

Xiaozhi setuju sekali dengan apa yang Zhou-xiong katakan. Sistem 
Wade-Giles (yang dibentuk dari gabungan nama dua sinolog Inggris Sir 
Francis Wade dan Sir Herbert Giles) sampai taraf tertentu masih 
dipakai secara internasional dalam terbitan berbahasa Inggris. Di 
kita sendiri ejaan ini bukannya tidak dikenal. Contoh yang paling 
akrab dengan kita adalah Chêng Hô. Rasanya hampir tak ada di antara 
kita yang tak kenal dengan nama sang laksamana Ming yang pernah 
tujuh kali mengarungi samudra itu. Sebaliknya, mungkin tidak banyak 
di antara kita yang tahu bahwa Chêng Hô #37165;#21644; sebenarnya adalah 
ejaan 
Wade-Giles dari nama yang dalam Hanyu Pinyin dieja sebagai Zheng He. 
Chêng Hô adalah nama yang dipakai dalam buku-buku berbahasa Inggris, 
yang di masa yang lalu banyak mengadopsi sistem Wade-Giles ini, 
termasuk Encyclopædia Britannica dan Encyclopædia Americana.

Chêng Hô (Wade-Giles) seharusnya dilafalkan sebagai cêng hê (dua-
duanya dilafalkan dengan e pepet), bukan cèng ho seperti sering 
saya dengar dilafalkan orang. Nama ini adalah nama dalam lafal 
Mandarin dan sama sekali bukannya dalam lafal Hokkian, sebagaimana 
selama ini keliru diperkirakan orang. Lafal Hokkiannya#8213;dalam sistem 
Van Ophuijsen#8213;adalah The (The = Te dengan bunyi sengau) dan Ho. Di 
Surabaya kita tahu ada Masjid Chêng Hô (sistem Wade-Giles) yang pada 
hakekatnya sama saja dengan Masjid Zheng He (sistem Hanyu Pinyin). 
Cuma sayangnya orang tetap melafalkannya Masjid Cèng Ho, karena 
ketidaktahuan akan persamaan antara kedua ejaan ini dan anggapan 
keliru bahwa Chêng Hô adalah lafal Hokkian.

Jadi, bagaimana pun ejaan Wade-Giles masih tetap perlu dicantumkan. 
Kalau Laobo ada kesulitan tentang sistem ini, xiaozhi mungkin bisa 
membantu.

Gongshou,
DK


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED]:

System Wade meski di masa depan akan pelan2 hilang, di masa sekarang 
masih perlu untuk mendeteksi nama2 Tionghoa yang terlanjur populer 
di dunia barat, seperti nama2 para artis mandarin . juga nama2 orang 
Taiwan zaman sekarang masih lazim dieja pakai Wade system, seperti 
Jay Chou (Zhou dalam hanyu Pinyin) misalnya.

Salam,
Zfy

--- On Sun, 7/6/08, liang u [EMAIL PROTECTED]:

From: liang u [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Sunday, July 6, 2008, 8:52 AM

Zhou Xiong, 

Terima kasih atas usulnya. Hanyu Pinyin memang sudah dicantumkan, 
ejaan Indonesia lama (Hokkian ala cerita silat) sudah dicantumkan, 
lalu empat dialek utama di Asia Tenggara, yaitu Hokkian, Tiociu, 
Konghu dan Hakka juga dicantumkan, hanya ejaannya ejaan Indonesia 
dengan ditambah sedikit sana sini yang tak ada dalam bahasa 
Indonesianya, agar dapat dibaca tepat. Maksudnya agar semua orang 
Indonesia dapat membaca tepat nama maupun marganya. Mengenai ejaan 
Malaysia-Singapore yang kacau balau juga, saya tak punya data 
lengkap karena variasinya banyak, demikian juga ejaan Konghu di 
Hongkong saya tak mempunyai data lengkap. Misalnya saja di Singapore 
untuk marga Gouw Indonesia jadi Goh, Gor, Ngor dll, terlalu rumit 
untuk saya juga. Wade system sudah tak saya ikutkan karena saya 
anggap sudah obsolute, Hanyu Pinyin sudah diundang-undangkan dan 
diakui PBB, pendidikan Mandarin sudah intensif di seluruh dunia, 
penggunaan ejaan Wade hanya akan memperumit orang yang
 tak mengerti. Tapi biar bagaimana, akan saya rundingkan dulu dengan 
teman-teman.

Terima kasih atas masukkannya.

Salam
Liang U

--- On Sun, 7/6/08, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] comwrote:

From: Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Sunday, July 6, 2008, 5:04 AM

Liang Xiong,

sekedar usul, dalam buku, selain dicantumkan nama marga dalam aksara 
Tionghoa, mungkin bisa dicantumkan romanisasinya dalam hanyupinyin, 
sekalian romanisasinya dalam ejaan wadegill. juga padanannya di 
Singapore (Hokian dng ejaan Inggris), sekalian padanannya dalam 
cantonis yang populer di Hongkong.

ZFy

- Original Message 
From: liang u [EMAIL PROTECTED] com
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, July 6, 2008 9:55:03 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang

Xuan Tong xiong, nin hao, 

Rikuh saya disebut qianbei oleh anda, meskipun tampaknya anda memang 
lebih muda dalam usia dari saya, tapi dalam pengetahuan ke-
Tionghoaan anda adalah lebih dari saya, oleh karena itu sebaiknya 
lain kali panggil saya xiong saya dah.

Mengenai buku, karena saya sudah tak menetap di Indonesia, juga tak 
tahu perkembangan di Indonesia (memang tahu dari berita, tapi 
mendengar tidak sebaik merasakan), maka semuanya sudah saya serahkan 
kepada sdr. King Hian. Di dalamnya kalau dilihat sekarang masih ada 
yang perlu diralat, misalnya junwang, saya tulis qunwang. Lalu cara 
baca sne secara umum, ada yang kurang tepat, artinya ternyata di 
Indonesia orang Hokkian banyak menggunakan Snui (Ciangciu peq

Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang

2008-07-07 Terurut Topik liang u
Terima kasih, atas usulannya, akan saya perhatikan.
Salam
Liang U

--- On Mon, 7/7/08, David Kwa [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: David Kwa [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, July 7, 2008, 3:17 PM






Liang Laobo,

Xiaozhi setuju sekali dengan apa yang Zhou-xiong katakan. Sistem 
Wade-Giles (yang dibentuk dari gabungan nama dua sinolog Inggris Sir 
Francis Wade dan Sir Herbert Giles) sampai taraf tertentu masih 
dipakai secara internasional dalam terbitan berbahasa Inggris. Di 
kita sendiri ejaan ini bukannya tidak dikenal. Contoh yang paling 
akrab dengan kita adalah Chêng Hô. Rasanya hampir tak ada di antara 
kita yang tak kenal dengan nama sang laksamana Ming yang pernah 
tujuh kali mengarungi samudra itu. Sebaliknya, mungkin tidak banyak 
di antara kita yang tahu bahwa Chêng Hô #37165;#21644; sebenarnya adalah 
ejaan 
Wade-Giles dari nama yang dalam Hanyu Pinyin dieja sebagai Zheng He. 
Chêng Hô adalah nama yang dipakai dalam buku-buku berbahasa Inggris, 
yang di masa yang lalu banyak mengadopsi sistem Wade-Giles ini, 
termasuk Encyclopædia Britannica dan Encyclopædia Americana.

Chêng Hô (Wade-Giles) seharusnya dilafalkan sebagai cêng hê (dua-
duanya dilafalkan dengan e pepet), bukan cèng ho seperti sering 
saya dengar dilafalkan orang. Nama ini adalah nama dalam lafal 
Mandarin dan sama sekali bukannya dalam lafal Hokkian, sebagaimana 
selama ini keliru diperkirakan orang. Lafal Hokkiannya# 8213;dalam sistem 
Van Ophuijsen#8213; adalah The (The = Te dengan bunyi sengau) dan Ho. Di 
Surabaya kita tahu ada Masjid Chêng Hô (sistem Wade-Giles) yang pada 
hakekatnya sama saja dengan Masjid Zheng He (sistem Hanyu Pinyin). 
Cuma sayangnya orang tetap melafalkannya Masjid Cèng Ho, karena 
ketidaktahuan akan persamaan antara kedua ejaan ini dan anggapan 
keliru bahwa Chêng Hô adalah lafal Hokkian.

Jadi, bagaimana pun ejaan Wade-Giles masih tetap perlu dicantumkan. 
Kalau Laobo ada kesulitan tentang sistem ini, xiaozhi mungkin bisa 
membantu.

Gongshou,
DK

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED]:

System Wade meski di masa depan akan pelan2 hilang, di masa sekarang 
masih perlu untuk mendeteksi nama2 Tionghoa yang terlanjur populer 
di dunia barat, seperti nama2 para artis mandarin . juga nama2 orang 
Taiwan zaman sekarang masih lazim dieja pakai Wade system, seperti 
Jay Chou (Zhou dalam hanyu Pinyin) misalnya.

Salam,
Zfy

--- On Sun, 7/6/08, liang u [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: liang u [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Sunday, July 6, 2008, 8:52 AM

Zhou Xiong, 

Terima kasih atas usulnya. Hanyu Pinyin memang sudah dicantumkan, 
ejaan Indonesia lama (Hokkian ala cerita silat) sudah dicantumkan, 
lalu empat dialek utama di Asia Tenggara, yaitu Hokkian, Tiociu, 
Konghu dan Hakka juga dicantumkan, hanya ejaannya ejaan Indonesia 
dengan ditambah sedikit sana sini yang tak ada dalam bahasa 
Indonesianya, agar dapat dibaca tepat. Maksudnya agar semua orang 
Indonesia dapat membaca tepat nama maupun marganya. Mengenai ejaan 
Malaysia-Singapore yang kacau balau juga, saya tak punya data 
lengkap karena variasinya banyak, demikian juga ejaan Konghu di 
Hongkong saya tak mempunyai data lengkap. Misalnya saja di Singapore 
untuk marga Gouw Indonesia jadi Goh, Gor, Ngor dll, terlalu rumit 
untuk saya juga. Wade system sudah tak saya ikutkan karena saya 
anggap sudah obsolute, Hanyu Pinyin sudah diundang-undangkan dan 
diakui PBB, pendidikan Mandarin sudah intensif di seluruh dunia, 
penggunaan ejaan Wade hanya akan memperumit orang yang
tak mengerti. Tapi biar bagaimana, akan saya rundingkan dulu dengan 
teman-teman.

Terima kasih atas masukkannya.

Salam
Liang U

--- On Sun, 7/6/08, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] comwrote:

From: Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Sunday, July 6, 2008, 5:04 AM

Liang Xiong,

sekedar usul, dalam buku, selain dicantumkan nama marga dalam aksara 
Tionghoa, mungkin bisa dicantumkan romanisasinya dalam hanyupinyin, 
sekalian romanisasinya dalam ejaan wadegill. juga padanannya di 
Singapore (Hokian dng ejaan Inggris), sekalian padanannya dalam 
cantonis yang populer di Hongkong.

ZFy

- Original Message 
From: liang u [EMAIL PROTECTED] com
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, July 6, 2008 9:55:03 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang

Xuan Tong xiong, nin hao, 

Rikuh saya disebut qianbei oleh anda, meskipun tampaknya anda memang 
lebih muda dalam usia dari saya, tapi dalam pengetahuan ke-
Tionghoaan anda adalah lebih dari saya, oleh karena itu sebaiknya 
lain kali panggil saya xiong saya dah.

Mengenai buku, karena saya sudah tak menetap di Indonesia, juga tak 
tahu perkembangan di Indonesia (memang tahu dari berita, tapi 
mendengar tidak sebaik merasakan), maka semuanya

Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang

2008-07-06 Terurut Topik liang u
Zhou Xiong, 
 
Terima kasih atas usulnya.  Hanyu Pinyin memang sudah dicantumkan, ejaan 
Indonesia lama (Hokkian ala cerita silat) sudah dicantumkan, lalu empat dialek 
utama di Asia Tenggara, yaitu Hokkian, Tiociu, Konghu dan Hakka juga 
dicantumkan, hanya ejaannya ejaan Indonesia dengan ditambah sedikit sana sini 
yang tak ada dalam bahasa Indonesianya, agar dapat dibaca tepat. Maksudnya agar 
semua orang Indonesia dapat membaca tepat nama maupun marganya. Mengenai ejaan 
Malaysia-Singapore yang kacau balau juga, saya tak punya data lengkap karena 
variasinya banyak, demikian juga ejaan Konghu di Hongkong saya tak mempunyai 
data lengkap. Misalnya saja di Singapore untuk marga Gouw Indonesia jadi Goh, 
Gor, Ngor dll, terlalu rumit untuk saya juga. Wade system sudah tak saya 
ikutkan karena saya anggap sudah obsolute, Hanyu Pinyin sudah 
diundang-undangkan dan diakui PBB, pendidikan Mandarin sudah intensif di 
seluruh dunia, penggunaan ejaan Wade hanya akan memperumit orang yang
 tak mengerti. Tapi biar bagaimana, akan saya rundingkan dulu dengan 
teman-teman.
 
Terima kasih atas masukkannya.
 
Salam
 Liang U

--- On Sun, 7/6/08, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Fy Zhou [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Sunday, July 6, 2008, 5:04 AM








Liang Xiong,
 
sekedar usul, dalam buku, selain dicantumkan nama marga dalam aksara Tionghoa, 
mungkin bisa dicantumkan romanisasinya dalam hanyupinyin, sekalian 
romanisasinya dalam ejaan wadegill. juga padanannya di Singapore( Hokian dng 
ejaan Inggris), sekalian padanannya dalam cantonis yang populer di Hongkong.
 
ZFy



- Original Message 
From: liang u [EMAIL PROTECTED] com
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, July 6, 2008 9:55:03 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang








Xuan Tong xiong, nin hao, 
 
Rikuh saya disebut qianbei oleh anda, meskipun tampaknya anda memang lebih muda 
dalam usia dari saya, tapi dalam pengetahuan ke-Tionghoaan anda adalah lebih 
dari saya, oleh karena itu sebaiknya lain kali panggil saya xiong saya dah.
 
Mengenai buku, karena saya sudah tak menetap di Indonesia, juga tak tahu 
perkembangan di Indonesia (memang tahu dari berita, tapi mendengar tidak sebaik 
merasakan), maka semuanya sudah saya serahkan kepada sdr. King Hian. Di 
dalamnya kalau dilihat sekarang masih ada yang perlu diralat, misalnya junwang, 
saya tulis qunwang. Lalu cara baca sne secara umum, ada yang kurang tepat, 
artinya ternyata di Indonesia orang Hokkian banyak menggunakan Snui (Ciangciu 
peq), sedang di Singapore menggunakan Sng (Cuanciu peg). Dalam tulisan itu saya 
masih menonjolkan Sng. Sudah saya beritahu sdr. King Hian. 
 
Memang buku itu tujuan saya hanya untuk menambah pengetahuan orang Tionghoa 
Indonesia, terutama yang sudah tak dapat membaca huruf Tionghoa, agar tahu 
minimal mengenai sne-nya, bukan untuk mencari uang, sehingga untuk saya asal 
ada yang mau menerbitkan sudah puas. Itu semua sudah saya serahkan kepada sdr. 
King Hian. Jadi saya harap Xuan Tong bicara dengan King Hian, tidak perlu 
meminta persetujuan saya, kecuali kalau penerbit mau memotong isinya. Sebagian 
perubahan berdasarkan permintaan Gramedia juga sudah dikerjakan oleh sdr. King 
Hian. 
 
Terima kasih atas perhatian anda, memang menyesal sekali kita tak dapat 
bercakap-cakap ketika bertemu di Singapore. Saya sebetulnya sudah menunggu 
kedatangan anda, hanya mendadak Adrian mengatakan hanya bisa bertemu di 
station. 
 
Konsep buku ada dua, satu tentang sne yang cukup tebal meskipun ringkas, kedua 
tentang nama, yang cukup singkat, jadi tak tebal. Dalam nama saya tak mengerti 
peq-ji, jadi kalau perlu saya minta King Hian menambahkannya. Mengenai nama 
huruf yang saya pilih sudah meliputi kebanyakan yang dipergunakan orang di 
Indonesia, dan dalam cerita-cerita modern. Setelah akhir-akhir ini saya sering 
berkeliling ke pelosok-pelosok di Tiongkok , saya menemukan banyak huruf yang 
di Indonesia tak pernah dipakai nama, sedang di sana lazim. Din Tiongkok 
selatan, misalnya propinsi asal Huaqiao memang namanya (huruf yang 
dipergunakan) lebih mirip dengan yang dipergunakan di Indonesia, baik orang 
Han, maupun minoritas lain. Sedang di utara banyak menggunakan huruf yang 
jarang kita pergunakan untuk nama di Indonesia.
 
Mengenai ejaan waktu itu sepakat dengan sdr. King Hian untuk memperbaiki ejaan 
Belanda yang tak dapat mencerminkan bunyi Hokkian sesungguhnya. Tapi ejaan 
Hokkian yang dibuat Xiamen University terlalu sulit untuk orang Indonesia, 
demikian juga ejaan di Taiwan. Jadi kita memperbaiki ejaan lama saja diganti 
ejaan baru dan menambahkan bunyi hidung yang tak ada dalam ejaan Belanda. 
 
Ternyata banyak memang salah sangka, orang Tionghoa sekarang menganggap snenya 
itu adalah tulisan baku, jadi berlaku secara internasional termasuk di 
Tiongkok. Muncullah orang yang sne Tjan mencari leluhurnya, dan semua orang 
menggelengkan kepala termasuk

[budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang

2008-07-05 Terurut Topik perfect_harmony2000
Liang laoqianbei,


sebelumnya saya minta maaf, pada saat pertemuan pertama kita itu tidak
pada saat yang tepat dan waktu yang luang. Mohon Liang qianbei
memaafkan kesibukan wanbei.

Liang qianbei, buku marga yang anda susun itu begitu berharga dan saya
pribadi mengatakan buku marga yang anda susun sebenarnya jauh lebih
lengkap daripada buku marga Tionghoa yang diterbitkan dalam bahasa
Indonesia.

Saya pernah menanyakan kepada sdr.King Hian kendala apa yang
menghambat penerbit tidak mau menerbitkan ?
Apakah hanya masalah editing ? 
Jika masalah editing, saya minta ijin untuk membantu qianbei.

Terimakasih atas perhatiannya.



Hormat saya,


Xuan Tong
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, liang u [EMAIL PROTECTED] wrote:

 梁
  
 Pada zaman dinasti Zhou (Ciu), dinasti ketiga dalam sejarah
Tiongkok, pendiri dinasti kaisar Zhou Wuwang (Ciu Bu Ong) menggunakan
sistem seperti negara federal zaman sekarang. Dinasti dibagi dalam
banyak negara bagian yang disebut negara zhuhou Orang-orangnya yang
berjasa diangkat sebagai kepala negara yaitu hou atau zhuhou. Para
penerjemah cerita kuno dan cerita silat di Indonesia menterjemahkannya
sebagai raja muda. 
  
 Dinasti Zhou berdiri abad 11 sebelum Masehi, tapi kemudian
sedikit-sedikit melorot, sampailah suatu ketika pemerintah pusat
menjadi sangat lemah dan diganggu terus oleh kaum minoritas di
utara.dan barat. Kaisar Xuanwang (Ciu Suan Ong) hanya berhasil
mengatasi kesulitan negara untuk sementara atas jasanya pejabat yang
bernama Qin Zhong (Cin Tiong). Tapi waktu kaisar berikutnya, negara
melemah lagi, sampai akhirnya kaisar Zhou Pingwang (Ciu Ping Ong)
terpaksa memindahkan ibukota ke sebelah timur untuk mencegah gangguan
dari sebelah barat. 
  
 Kaisai Zhou Pingwang mengangkat cucu Qin Zhong yang bernama Kang
(Khang) menjadi rajamuda di suatu tempat di propinsi Shaanxi yang
bernama Liangshan (di kota Hancheng sekarang). Di sanalah didirikan
negara Liang. Pada akhir zaman dinasti Zhou negara zhuhou ini sudah
tidak tunduk pada pemerintah pusat yang lemah dan saling serbu
memperluas wilayah masing-masing, zaman ini disebut zaman Chunqiu.
Pada saat itulah negara Liang dihancurkan negara Qin (Tjin). Negara
Qin ini akhirnya berhasil mengalahkan seluruh lawannya termasuk
menghancurkan dinasti Zhou yang sudah lemah, dan mendirikan kekaisaran
baru yaitu dinasti Qin (Tjin) dengan Qin Shihuang (Tjin Se Ong)
sebagai kaisarnya.
  
 Sebagaimana kebiasaan waktu itu, anak cucu keturunan raja Liang
menggunakan Liang sebagai xing (sne, marga) nya. Jadi orang xing
Liang, adalah keturunan Qin Zhong, sedang Qin Zhong adalah keturunan
Bo Yi, Bo Yi adalah keturunan Huangdi (*Ui Te atau Kaisar Kuning) yang
dianggap salah seorang leluhur orang Han. Orang Han selalu menganggap
dirinya adalah keturuan Yan-Huang yaitu Yandi (Yan Te) dan Huangdi.
(*Ui Te).
  
 Sne Liang mempunyai tambahan dari suku non Han yang terasimilasi
dengan orang Han dan mengganti xingnya dari Balielan menjadi Liang juga.
  
 Karena Liang adalah xing yang besar (yang jumlah penduduknya banyak)
maka pusat leluhurnya juga ada beberapa tempat. Pusat leluhur atau
junwang adalah tempat di mana xing itu berkembang menjadi xing yang
besar dan didirikan sebuah kelenteng leluhur yang biasanya digunakan
untuk penghormatan leluhur dan menyimpan semua silsilah orang xing tsb
di tempat tsb beserta keturunannya. Karena orang xing Liang ini
akhirnya menyebar ke seluruh Tiongkok, tentu tak praktis kalau semua
harus datang bersembahyang ke junwang asli yang ribuan km jauhnya,
padahal lalu lintas zaman dulu sulit, karena itu bila di tempat  yang
baru mereka berkembang, maka didirikan junwang cabang. 
  
 Hampir semua orang Tionghoa di Indonesia berasal dari Tiongkok
selatan, terbanyak dari propinsi Fujian (orang Hokkian, Hokchnia,
Hinhua, Hakka), propinsi Guangdong (orang Konghu, orang Tiociu, orang
Hakka), Hainan (orang Hainan yang keturunan orang Hokkian juga) dan
sedikit Hakka, Guangxi (orang Konghu, orang Hakka) dll. 
  
 Pencarian leluhur pertama biasanya mencari junwang cabang di daerah
yang disebut di atas, zaman sekarang orang tak cukup mencari di sana,
setelah ketemu dicari lagi leluhurnya dari mana, orang Han di Tiongkok
selatan semua berasal dari Tiongkok utara, dicarilah junwang yang
asli. Misalnya orang xing Wang (Ong) berhasil menemukan junwang
pusatnya di Taiyuan, ibu kota propinsi Shanxi di Tiongkok utara sekarang.
  
 Junwang cabang biasanya dapat dicari di kota kabupaten atau kota
prefektorat di propinsi ybs. Zaman dulu orang selalu melapor kepada
junwang pusat untuk dicatat silsilahnya, kebudayaan, buku dll yang
bersangkutan dengan xing yang bersangkutan.
  
 Xing Liang adalah dalam Mandarin, dalam dialek Hokkian menjadi Nio,
Tiociu tetap Liang, dalam dialek Hakka menjadi Liong, sedang dalam
dialek Konghu adalah Leung.
  
 Junwang atau pusat leluhur xing Liang yang terutama ada tiga tempat:
  
 1.  Anding,  terletak di perbatasan propinsi Gansu daerah
Pingliang dan Daerah Otonomi Hui Ningxia kota Guyuan.
 2. 

[budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang

2008-07-05 Terurut Topik perfect_harmony2000
Mohon maaf kepada para member disini.

Sebenarnya saya ingin mengirimkan melalui jalur pribadi.

Sekali lagi mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.



Hormat saya,



Xuan Tong
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, perfect_harmony2000
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Liang laoqianbei,
 
 
 sebelumnya saya minta maaf, pada saat pertemuan pertama kita itu tidak
 pada saat yang tepat dan waktu yang luang. Mohon Liang qianbei
 memaafkan kesibukan wanbei.
 
 Liang qianbei, buku marga yang anda susun itu begitu berharga dan saya
 pribadi mengatakan buku marga yang anda susun sebenarnya jauh lebih
 lengkap daripada buku marga Tionghoa yang diterbitkan dalam bahasa
 Indonesia.
 
 Saya pernah menanyakan kepada sdr.King Hian kendala apa yang
 menghambat penerbit tidak mau menerbitkan ?
 Apakah hanya masalah editing ? 
 Jika masalah editing, saya minta ijin untuk membantu qianbei.
 
 Terimakasih atas perhatiannya.
 
 
 
 Hormat saya,
 
 
 Xuan Tong
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, liang u liang_u@ wrote:
 
  梁
   
  Pada zaman dinasti Zhou (Ciu), dinasti ketiga dalam sejarah
 Tiongkok, pendiri dinasti kaisar Zhou Wuwang (Ciu Bu Ong) menggunakan
 sistem seperti negara federal zaman sekarang. Dinasti dibagi dalam
 banyak negara bagian yang disebut negara zhuhou Orang-orangnya yang
 berjasa diangkat sebagai kepala negara yaitu hou atau zhuhou. Para
 penerjemah cerita kuno dan cerita silat di Indonesia menterjemahkannya
 sebagai raja muda. 
   
  Dinasti Zhou berdiri abad 11 sebelum Masehi, tapi kemudian
 sedikit-sedikit melorot, sampailah suatu ketika pemerintah pusat
 menjadi sangat lemah dan diganggu terus oleh kaum minoritas di
 utara.dan barat. Kaisar Xuanwang (Ciu Suan Ong) hanya berhasil
 mengatasi kesulitan negara untuk sementara atas jasanya pejabat yang
 bernama Qin Zhong (Cin Tiong). Tapi waktu kaisar berikutnya, negara
 melemah lagi, sampai akhirnya kaisar Zhou Pingwang (Ciu Ping Ong)
 terpaksa memindahkan ibukota ke sebelah timur untuk mencegah gangguan
 dari sebelah barat. 
   
  Kaisai Zhou Pingwang mengangkat cucu Qin Zhong yang bernama Kang
 (Khang) menjadi rajamuda di suatu tempat di propinsi Shaanxi yang
 bernama Liangshan (di kota Hancheng sekarang). Di sanalah didirikan
 negara Liang. Pada akhir zaman dinasti Zhou negara zhuhou ini sudah
 tidak tunduk pada pemerintah pusat yang lemah dan saling serbu
 memperluas wilayah masing-masing, zaman ini disebut zaman Chunqiu.
 Pada saat itulah negara Liang dihancurkan negara Qin (Tjin). Negara
 Qin ini akhirnya berhasil mengalahkan seluruh lawannya termasuk
 menghancurkan dinasti Zhou yang sudah lemah, dan mendirikan kekaisaran
 baru yaitu dinasti Qin (Tjin) dengan Qin Shihuang (Tjin Se Ong)
 sebagai kaisarnya.
   
  Sebagaimana kebiasaan waktu itu, anak cucu keturunan raja Liang
 menggunakan Liang sebagai xing (sne, marga) nya. Jadi orang xing
 Liang, adalah keturunan Qin Zhong, sedang Qin Zhong adalah keturunan
 Bo Yi, Bo Yi adalah keturunan Huangdi (*Ui Te atau Kaisar Kuning) yang
 dianggap salah seorang leluhur orang Han. Orang Han selalu menganggap
 dirinya adalah keturuan Yan-Huang yaitu Yandi (Yan Te) dan Huangdi.
 (*Ui Te).
   
  Sne Liang mempunyai tambahan dari suku non Han yang terasimilasi
 dengan orang Han dan mengganti xingnya dari Balielan menjadi Liang juga.
   
  Karena Liang adalah xing yang besar (yang jumlah penduduknya banyak)
 maka pusat leluhurnya juga ada beberapa tempat. Pusat leluhur atau
 junwang adalah tempat di mana xing itu berkembang menjadi xing yang
 besar dan didirikan sebuah kelenteng leluhur yang biasanya digunakan
 untuk penghormatan leluhur dan menyimpan semua silsilah orang xing tsb
 di tempat tsb beserta keturunannya. Karena orang xing Liang ini
 akhirnya menyebar ke seluruh Tiongkok, tentu tak praktis kalau semua
 harus datang bersembahyang ke junwang asli yang ribuan km jauhnya,
 padahal lalu lintas zaman dulu sulit, karena itu bila di tempat  yang
 baru mereka berkembang, maka didirikan junwang cabang. 
   
  Hampir semua orang Tionghoa di Indonesia berasal dari Tiongkok
 selatan, terbanyak dari propinsi Fujian (orang Hokkian, Hokchnia,
 Hinhua, Hakka), propinsi Guangdong (orang Konghu, orang Tiociu, orang
 Hakka), Hainan (orang Hainan yang keturunan orang Hokkian juga) dan
 sedikit Hakka, Guangxi (orang Konghu, orang Hakka) dll. 
   
  Pencarian leluhur pertama biasanya mencari junwang cabang di daerah
 yang disebut di atas, zaman sekarang orang tak cukup mencari di sana,
 setelah ketemu dicari lagi leluhurnya dari mana, orang Han di Tiongkok
 selatan semua berasal dari Tiongkok utara, dicarilah junwang yang
 asli. Misalnya orang xing Wang (Ong) berhasil menemukan junwang
 pusatnya di Taiyuan, ibu kota propinsi Shanxi di Tiongkok utara
sekarang.
   
  Junwang cabang biasanya dapat dicari di kota kabupaten atau kota
 prefektorat di propinsi ybs. Zaman dulu orang selalu melapor kepada
 junwang pusat untuk dicatat silsilahnya, kebudayaan, buku dll yang
 bersangkutan dengan xing yang bersangkutan.
   
  Xing Liang 

Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang

2008-07-05 Terurut Topik liang u
Xuan Tong xiong, nin hao, 
 
Rikuh saya disebut qianbei oleh anda, meskipun tampaknya anda memang lebih muda 
dalam usia dari saya, tapi dalam pengetahuan ke-Tionghoaan anda adalah lebih 
dari saya, oleh karena itu sebaiknya lain kali panggil saya xiong saya dah.
 
Mengenai buku, karena saya sudah tak menetap di Indonesia, juga tak tahu 
perkembangan di Indonesia (memang tahu dari berita, tapi mendengar tidak sebaik 
merasakan), maka semuanya sudah saya serahkan kepada sdr. King Hian. Di 
dalamnya kalau dilihat sekarang masih ada yang perlu diralat, misalnya junwang, 
saya tulis qunwang. Lalu cara baca sne secara umum, ada yang kurang tepat, 
artinya ternyata di Indonesia orang Hokkian banyak menggunakan Snui (Ciangciu 
peq), sedang di Singapore menggunakan Sng (Cuanciu peg). Dalam tulisan itu saya 
masih menonjolkan Sng. Sudah saya beritahu sdr. King Hian. 
 
Memang buku itu tujuan saya hanya untuk menambah pengetahuan orang Tionghoa 
Indonesia, terutama yang sudah tak dapat membaca huruf Tionghoa, agar tahu 
minimal mengenai sne-nya, bukan untuk mencari uang, sehingga untuk saya asal 
ada yang mau menerbitkan sudah puas. Itu semua sudah saya serahkan kepada sdr. 
King Hian. Jadi saya harap Xuan Tong bicara dengan King Hian, tidak perlu 
meminta persetujuan saya, kecuali kalau penerbit mau memotong isinya. Sebagian 
perubahan berdasarkan permintaan Gramedia juga sudah dikerjakan oleh sdr. King 
Hian. 
 
Terima kasih atas perhatian anda, memang menyesal sekali kita tak dapat 
bercakap-cakap ketika bertemu di Singapore. Saya sebetulnya sudah menunggu 
kedatangan anda, hanya mendadak Adrian mengatakan hanya bisa bertemu di 
station. 
 
Konsep buku ada dua, satu tentang sne yang cukup tebal meskipun ringkas, kedua 
tentang nama, yang cukup singkat, jadi tak tebal. Dalam nama saya tak mengerti 
peq-ji, jadi kalau perlu saya minta King Hian menambahkannya. Mengenai nama 
huruf yang saya pilih sudah meliputi kebanyakan yang dipergunakan orang di 
Indonesia, dan dalam cerita-cerita modern. Setelah akhir-akhir ini saya sering 
berkeliling ke pelosok-pelosok di Tiongkok , saya menemukan banyak huruf yang 
di Indonesia tak pernah dipakai nama, sedang di sana lazim. Din Tiongkok 
selatan, misalnya propinsi asal Huaqiao memang namanya (huruf yang 
dipergunakan) lebih mirip dengan yang dipergunakan di Indonesia, baik orang 
Han, maupun minoritas lain. Sedang di utara banyak menggunakan huruf yang 
jarang kita pergunakan untuk nama di Indonesia.
 
Mengenai ejaan waktu itu sepakat dengan sdr. King Hian untuk memperbaiki ejaan 
Belanda yang tak dapat mencerminkan bunyi Hokkian sesungguhnya. Tapi ejaan 
Hokkian yang dibuat Xiamen University terlalu sulit untuk orang Indonesia, 
demikian juga ejaan di Taiwan. Jadi kita memperbaiki ejaan lama saja diganti 
ejaan baru dan menambahkan bunyi hidung yang tak ada dalam ejaan Belanda. 
 
Ternyata banyak memang salah sangka, orang Tionghoa sekarang menganggap snenya 
itu adalah tulisan baku, jadi berlaku secara internasional termasuk di 
Tiongkok. Muncullah orang yang sne Tjan mencari leluhurnya, dan semua orang 
menggelengkan kepala termasuk orang dari Tiongkok, Hongkong dan Singapore, Tak 
ada sne itu jawab mereka.
Akubatnya si penanya jadi timbul tanda tanya, apakah betul saya ini orang 
Tionghoa? Koq di Tiongkok sendiri tak ada sne Tjan?
 
Di milis juga kelihatan banyak yang ragu, hanya karena ejaan dengan basis 
bahasa Belanda beda dengan ejaan dengan basis bahasa Inggeris yang berlaku di 
Singapore, Malaysia dan Hongkong. Sne Lee di Singapore ternyata Lie di 
Indonesia, Teo di Singapore ternyata Thio di Indonesia, Gouw di Indonesia 
ternyata Goh atau Gor di Singapore.
 
Oleh karena itu selain menyeragamkan ejaan yang cocok untuk Indonesia, kita 
ingin membekali orang Tionghoa Indonesia yang sudah tidak mengerti huruf 
Tionghoa dengan huruf Tionghoa bagi snenya, kalau mungkin dengan namanya.  
Sehingga kemanapun ia bertanya orang mengerti. Misalnya agar tahu sne Tjan tadi 
adalah 曾 Zeng. Dengan bertanya asal usul snenya dengan membawa huruf Mandarin 
itu, maka ia akan mendapat jawaban yang benar dan pasti. 
 
Salam dan terima kasih perhatian anda bagi tulisan kami.
 
Liang U

--- On Sat, 7/5/08, perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Saturday, July 5, 2008, 8:11 PM






Liang laoqianbei,

sebelumnya saya minta maaf, pada saat pertemuan pertama kita itu tidak
pada saat yang tepat dan waktu yang luang. Mohon Liang qianbei
memaafkan kesibukan wanbei.

Liang qianbei, buku marga yang anda susun itu begitu berharga dan saya
pribadi mengatakan buku marga yang anda susun sebenarnya jauh lebih
lengkap daripada buku marga Tionghoa yang diterbitkan dalam bahasa
Indonesia.

Saya pernah menanyakan kepada sdr.King Hian kendala apa yang
menghambat penerbit tidak mau menerbitkan ?
Apakah hanya masalah editing ? 
Jika masalah editing, saya minta ijin

Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang

2008-07-05 Terurut Topik Fy Zhou
Liang Xiong,
sekedar usul, dalam buku, selain dicantumkan nama marga dalam aksara Tionghoa, 
mungkin bisa dicantumkan romanisasinya dalam hanyupinyin, sekalian 
romanisasinya dalam ejaan wadegill. juga padanannya di Singapore( Hokian dng 
ejaan Inggris), sekalian padanannya dalam cantonis yang populer di Hongkong.
ZFy



- Original Message 
From: liang u [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Sunday, July 6, 2008 9:55:03 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang


Xuan Tong xiong, nin hao, 
 
Rikuh saya disebut qianbei oleh anda, meskipun tampaknya anda memang lebih muda 
dalam usia dari saya, tapi dalam pengetahuan ke-Tionghoaan anda adalah lebih 
dari saya, oleh karena itu sebaiknya lain kali panggil saya xiong saya dah.
 
Mengenai buku, karena saya sudah tak menetap di Indonesia, juga tak tahu 
perkembangan di Indonesia (memang tahu dari berita, tapi mendengar tidak sebaik 
merasakan), maka semuanya sudah saya serahkan kepada sdr. King Hian. Di 
dalamnya kalau dilihat sekarang masih ada yang perlu diralat, misalnya junwang, 
saya tulis qunwang. Lalu cara baca sne secara umum, ada yang kurang tepat, 
artinya ternyata di Indonesia orang Hokkian banyak menggunakan Snui (Ciangciu 
peq), sedang di Singapore menggunakan Sng (Cuanciu peg). Dalam tulisan itu saya 
masih menonjolkan Sng. Sudah saya beritahu sdr. King Hian. 
 
Memang buku itu tujuan saya hanya untuk menambah pengetahuan orang Tionghoa 
Indonesia, terutama yang sudah tak dapat membaca huruf Tionghoa, agar tahu 
minimal mengenai sne-nya, bukan untuk mencari uang, sehingga untuk saya asal 
ada yang mau menerbitkan sudah puas. Itu semua sudah saya serahkan kepada sdr. 
King Hian. Jadi saya harap Xuan Tong bicara dengan King Hian, tidak perlu 
meminta persetujuan saya, kecuali kalau penerbit mau memotong isinya. Sebagian 
perubahan berdasarkan permintaan Gramedia juga sudah dikerjakan oleh sdr. King 
Hian. 
 
Terima kasih atas perhatian anda, memang menyesal sekali kita tak dapat 
bercakap-cakap ketika bertemu di Singapore. Saya sebetulnya sudah menunggu 
kedatangan anda, hanya mendadak Adrian mengatakan hanya bisa bertemu di 
station. 
 
Konsep buku ada dua, satu tentang sne yang cukup tebal meskipun ringkas, kedua 
tentang nama, yang cukup singkat, jadi tak tebal. Dalam nama saya tak mengerti 
peq-ji, jadi kalau perlu saya minta King Hian menambahkannya. Mengenai nama 
huruf yang saya pilih sudah meliputi kebanyakan yang dipergunakan orang di 
Indonesia, dan dalam cerita-cerita modern. Setelah akhir-akhir ini saya sering 
berkeliling ke pelosok-pelosok di Tiongkok , saya menemukan banyak huruf yang 
di Indonesia tak pernah dipakai nama, sedang di sana lazim. Din Tiongkok 
selatan, misalnya propinsi asal Huaqiao memang namanya (huruf yang 
dipergunakan) lebih mirip dengan yang dipergunakan di Indonesia, baik orang 
Han, maupun minoritas lain. Sedang di utara banyak menggunakan huruf yang 
jarang kita pergunakan untuk nama di Indonesia.
 
Mengenai ejaan waktu itu sepakat dengan sdr. King Hian untuk memperbaiki ejaan 
Belanda yang tak dapat mencerminkan bunyi Hokkian sesungguhnya. Tapi ejaan 
Hokkian yang dibuat Xiamen University terlalu sulit untuk orang Indonesia, 
demikian juga ejaan di Taiwan. Jadi kita memperbaiki ejaan lama saja diganti 
ejaan baru dan menambahkan bunyi hidung yang tak ada dalam ejaan Belanda. 
 
Ternyata banyak memang salah sangka, orang Tionghoa sekarang menganggap snenya 
itu adalah tulisan baku, jadi berlaku secara internasional termasuk di 
Tiongkok. Muncullah orang yang sne Tjan mencari leluhurnya, dan semua orang 
menggelengkan kepala termasuk orang dari Tiongkok, Hongkong dan Singapore, Tak 
ada sne itu jawab mereka.
Akubatnya si penanya jadi timbul tanda tanya, apakah betul saya ini orang 
Tionghoa? Koq di Tiongkok sendiri tak ada sne Tjan?
 
Di milis juga kelihatan banyak yang ragu, hanya karena ejaan dengan basis 
bahasa Belanda beda dengan ejaan dengan basis bahasa Inggeris yang berlaku di 
Singapore, Malaysia dan Hongkong. Sne Lee di Singapore ternyata Lie di 
Indonesia, Teo di Singapore ternyata Thio di Indonesia, Gouw di Indonesia 
ternyata Goh atau Gor di Singapore.
 
Oleh karena itu selain menyeragamkan ejaan yang cocok untuk Indonesia, kita 
ingin membekali orang Tionghoa Indonesia yang sudah tidak mengerti huruf 
Tionghoa dengan huruf Tionghoa bagi snenya, kalau mungkin dengan namanya.  
Sehingga kemanapun ia bertanya orang mengerti. Misalnya agar tahu sne Tjan tadi 
adalah 曾 Zeng. Dengan bertanya asal usul snenya dengan membawa huruf Mandarin 
itu, maka ia akan mendapat jawaban yang benar dan pasti. 
 
Salam dan terima kasih perhatian anda bagi tulisan kami.
 
Liang U

--- On Sat, 7/5/08, perfect_harmony2000 perfect_harmony2000 @yahoo.com wrote:

From: perfect_harmony2000 perfect_harmony2000 @yahoo.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Saturday, July 5, 2008, 8:11 PM


Liang laoqianbei,

sebelumnya saya minta

[budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang - Mang Ucup

2008-07-03 Terurut Topik Teddy
Konon salah satu sifat Liong itu adalah dapat dipegang omongannya,
punya liangsim, cengli yg kuat sekali.
Apa benar gitu Mang? 
Konon misalnya orang dng shio Liong, atau mungkin dng she Liong
(Liang) kalau berhutang pasti akan bayar.
Dan memperlakukan orang lain dng hormat (respect) antara lain. 
Cengli artinya dia fair dan ga mau ngerugiin orang lain.
Bagaimana pendapat Mang Ucup?
th

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Mang Ucup [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pantes sdr Linag U itu memiliki banyak pendapat yang hampir serupa
dengan mang Ucup
 tidak tahunya kita ini satu marga he-he-he
 
 --- liang u [EMAIL PROTECTED] schrieb am So, 29.6.2008:
 
 Von: liang u [EMAIL PROTECTED]
 Betreff: Re: [budaya_tionghua] Nama Marga Liang
 An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Datum: Sonntag, 29. Juni 2008, 8:49
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Dik Ria, 
  
 Mandarinnya Liang kan? Liang dalam Mandarin dalam dialek Hokkian
adalan Nio, sedang dalam dialek Hakka adalah Liong. 
 Pertanyaan akan saya jawab dalam dua tiga hari ini yah, hari ini tak
sempat.
 Salam
 Liang U
 
 --- On Sat, 6/28/08, angelulari_tan angelulari_tan@ yahoo.com wrote:
 
 From: angelulari_tan angelulari_tan@ yahoo.com
 Subject: [budaya_tionghua] Nama Marga Liang
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Date: Saturday, June 28, 2008, 10:17 AM
 
 
 
 
 Bpk Liang U yang terhormat, saya ingin menanyakan asal-usul marga 
 Liang, dan kata lain dari marga liang tersebut, saya membutuhkan itu 
 untuk memberi nama anak2 saya kelak, karena suami saya memiliki marga 
 Liang, sedangkan saya tidak terlalu familiar dengan marga Liang.
 Atas perhatian dan bantuan Bapak saya ucapkan terimakasih
 
 Best regards
 -Ria_Tan-
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   __
 Gesendet von Yahoo! Mail.
 Dem pfiffigeren Posteingang.
 http://de.overview.mail.yahoo.com