[budaya_tionghua] Re: Ulysee dan Mao Zedong--protes moderator

2006-03-14 Terurut Topik odeon_cafe
saya agak bingung mau menanggapi orang yang
bernama Beni Tanoto ini. tetapi pertanyaan
saya kepada moderator yang meloloskan
posting yang sama sekali tidak membahas
tema diskusi. 

berulang kali saya baca tulisan orang yang
bernama bh_tanoto ini. tidak menyentuh substansi
posting saya. cuma menuding-nuding dan menebar
gosip-gosip murahan. 

ini terakhir kali saya merespon posting sdr.
Bh_tanoto. untuk selanjutnya, saya tidak bersedia
menanggapi isi dan tudingan tanpa bukti dan
tanpa argument yang jelas. saya tidak akan
menuntut balik atas tudingan terhadap ex-baperki,
siapa pun yang dimaksud oleh bh-tanoto. karena
omongan murahan seperti ini memang tidak perlu
dikomentari. 

kepada moderator, saya kira mesti bijak dalam
menggapprove posting seperti posting bh-tanoto ini. 

Sub-Rosa II



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, bh_tanoto [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Ngomong putar puter buntutnya ya itu lagi, itu lagi. Shindunata, 
Hary 
 Tjan Silalahi, Junus Jahja, Siauw Giok Tjhan, CSIS, LPKB, Baperki, 
 dsb. Sofjan Wanadi dan Jusuf Wanadinya kemana, lupa? Sekarang 
 musuhnya tambah lagi, T-net yang ngeban dia karena bikin kacau. 
Anak 
 Siauw Giok Tjhan sendiri yang tokoh Baperki juga aktif nulis di 
tnet, 
 tidak ada masalah, malah banyak yang hormat dia. 
 
 Tnet anggotanya banyak orang pinter, ada propesor, doktor, master, 
 yang sarjana tak terhitung lagi. Kamu sendiri pernah sekolah apa 
sih? 
 SMA tamat tidak? Diskusi disitu tinggi bobotnya tidak bolak balik 
 soal Baperki dan LPKB melulu. Beberapa kali dia bikin tnet palsu 
dan 
 bikin milis sendiri buat saingin tnet, tapi semua bangkrut tak 
laku. 
 Muak aku liat setan kuburan yang tak tahu diri ini. Sadar bung, 
 dimilis ini juga kamu sudah tidak disukai. Ini milis budaya bukan 
 milis politik, jangan bawa2 urusan politik basi ke milis ini.
 
 Buat yang belum tahu, yang ngaku odeon cafe ini sebenarnya setan 
 kuburan dengan alias segudang. Sub Rosa II, alias mayat perempuan, 
 alias Kenken, alias Ken Kertapati, alias Gending Suralaya, alias 
 vibriiyanti (yang kirim tulisan cabul ke member bt), alias 
 abbadon_mason, alias Ignatius Loyola, alias sangraal_77, alias 
 Michael, alias kuburan_tua, dan masih banyak lagi alias2 lain yang 
 bau kuburan dan bau mayat. 
 
 Yang aneh ini orang pengangguran tidak punya kerja, tapi bisa aksi 
 terus ngerokok Dji Sam Su (234) yang mahal, maen internet 
terus2an, 
 dari mana duitnya? Tulisan dia dibeberapa milis selalu seputar 
 kejahatan LPKB dan kehebatan Baperki. Gua jadi curiga jangan2 
orang 
 ini digaji sama ex Baperki buat bikin provokasi anti LPKB di milis 
 dan rencana menghidupkan kembali Baperki. Member milis budaya 
 tionghoa harap ati2 jangan sampe kepengaruh provokator ini. maap 
 moderator, gua tahu nulis begini sebenarnya tidak boleh, tapi 
musti 
 pigimana buat kasi tahu kalian semua.
 
 
 Beny Husen Tanoto
 (Tan Beng Hoat)
 
 
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, odeon_cafe odeon_cafe@ 
 wrote:
 
  Dear Ulysee yang baik, 
  
  Kamu adalah seorang pendukung SBKRI atas saran orang-orang Tnet. 
  Saya mau sharing dengan kamu masalah ini. Saya tidak tau mana 
yang 
  benar, tetapi tentunya sebagai seorang yang waras seperti kamu 
 tentu 
  kamu memiliki landasan berpikir mengapa mengatakan SBKRI itu 
tidak 
  diskriminatif. 
  
  Saya memandang SBKRI itu tidak etis. Nah, mungkin saya salah. 
untuk 
  itu, saya minta kamu juga menerangkan mengapa kamu bilang SBKRI 
itu 
  diskriminatif. 
  
  Ini argumentasi saya…
  
  Salah satu pembelaan terhadap praktek SBKRI adalah argumentasi 
Pak 
  Yusril Izra Mahendra tentang klaim Mao Zedong atas warganegara 
 etnis 
  Tionghoa. 
  
  Apakah warisan sejarah itu menjadi dasar dibenarkannya praktek 
  SBKRI? Saya katakan jelas TIDAK. 
  
  Tetapi argumentasi pembenaran ini ternyata dimakan oleh begitu 
  banyak Tionghoa sehingga banyak yang menjadi kabur atas 
perjuangan 
  sebagian besar sodara-sodara Tionghoa untuk menghapuskan praktek 
  SBKRI. 
  
  Patut diakui memang terdapat dilema seputar aturan 
kewarganegaraan. 
  Bukan hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia. Disebabkan 
oleh 
  ketidak-samaan asas yang diberlakukan di setiap negara. Tetapi 
  persoalan itu di negara lain tidak serumit apa yang terjadi atas 
  Tionghoa di Indonesia.
  
  Tionghoa pun memiliki masalah kewarganegaraan terkait dengan 
policy 
  RRT dan RI. Tetapi seharusnya, apabila terdapat good political 
will 
  untuk menyelesaikannya, tentu masalah kewarganegaraan ini tidak 
  berlarut-larut sampai sekarang. 
  
  Masalah bertambah rumit pada saat kita tidak memiliki BAPERKI 
lagi. 
  
  Akibat dari asas ius sanguinis yang diberlakukan Tiongkok sejak 
  zaman Qing, Sun Yat Sen, Kuomintang sampai RRT. RI ternyata 
  menerapkan ius soli lewat UU No. 3/1946. 
  
  Hal ini menjadikan etnis Tionghoa mendapat dwi-kewarganegaraan 
 tanpa 
  disadari oleh mereka-mereka yang sudah bergenerasi tinggal 
menetap 
  di Indonesia. Etnis tionghoa tidak pernah meminta 
  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ulysee dan Mao Zedong bh_tanoto minta dikampak !

2006-03-14 Terurut Topik Ma Yun Cen
  Bung Tanoto. kok begitu ngomongnya? ngerendahin orang banget lu. ati-ati bisa 
dikampak orang lu. owe gak ada urusan ama si odeon. cuman mo nasehatin lu aja. 
  ojo dumeh, kode.
   
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, bh_tanoto [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Ngomong putar puter buntutnya ya itu lagi, itu lagi. Shindunata, 
Hary 
 Tjan Silalahi, Junus Jahja, Siauw Giok Tjhan, CSIS, LPKB, Baperki, 
 dsb. Sofjan Wanadi dan Jusuf Wanadinya kemana, lupa? Sekarang 
 musuhnya tambah lagi, T-net yang ngeban dia karena bikin kacau. 
Anak 
 Siauw Giok Tjhan sendiri yang tokoh Baperki juga aktif nulis di 
tnet, 
 tidak ada masalah, malah banyak yang hormat dia. 
 
 Tnet anggotanya banyak orang pinter, ada propesor, doktor, master, 
 yang sarjana tak terhitung lagi. Kamu sendiri pernah sekolah apa 
sih? 
 SMA tamat tidak? Diskusi disitu tinggi bobotnya tidak bolak balik 
 soal Baperki dan LPKB melulu. Beberapa kali dia bikin tnet palsu 
dan 
 bikin milis sendiri buat saingin tnet, tapi semua bangkrut tak 
laku. 
 Muak aku liat setan kuburan yang tak tahu diri ini. Sadar bung, 
 dimilis ini juga kamu sudah tidak disukai. Ini milis budaya bukan 
 milis politik, jangan bawa2 urusan politik basi ke milis ini.
 
 Buat yang belum tahu, yang ngaku odeon cafe ini sebenarnya setan 
 kuburan dengan alias segudang. Sub Rosa II, alias mayat perempuan, 
 alias Kenken, alias Ken Kertapati, alias Gending Suralaya, alias 
 vibriiyanti (yang kirim tulisan cabul ke member bt), alias 
 abbadon_mason, alias Ignatius Loyola, alias sangraal_77, alias 
 Michael, alias kuburan_tua, dan masih banyak lagi alias2 lain yang 
 bau kuburan dan bau mayat. 
 
 Yang aneh ini orang pengangguran tidak punya kerja, tapi bisa aksi 
 terus ngerokok Dji Sam Su (234) yang mahal, maen internet 
terus2an, 
 dari mana duitnya? Tulisan dia dibeberapa milis selalu seputar 
 kejahatan LPKB dan kehebatan Baperki. Gua jadi curiga jangan2 
orang 
 ini digaji sama ex Baperki buat bikin provokasi anti LPKB di milis 
 dan rencana menghidupkan kembali Baperki. Member milis budaya 
 tionghoa harap ati2 jangan sampe kepengaruh provokator ini. maap 
 moderator, gua tahu nulis begini sebenarnya tidak boleh, tapi 
musti 
 pigimana buat kasi tahu kalian semua.
 
 
 Beny Husen Tanoto
 (Tan Beng Hoat)
 
 
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, odeon_cafe odeon_cafe@ 
 wrote:
 
  Dear Ulysee yang baik, 
  
  Kamu adalah seorang pendukung SBKRI atas saran orang-orang Tnet. 
  Saya mau sharing dengan kamu masalah ini. Saya tidak tau mana 
yang 
  benar, tetapi tentunya sebagai seorang yang waras seperti kamu 
 tentu 
  kamu memiliki landasan berpikir mengapa mengatakan SBKRI itu 
tidak 
  diskriminatif. 
  
  Saya memandang SBKRI itu tidak etis. Nah, mungkin saya salah. 
untuk 
  itu, saya minta kamu juga menerangkan mengapa kamu bilang SBKRI 
itu 
  diskriminatif. 
  
  Ini argumentasi saya…
  
  Salah satu pembelaan terhadap praktek SBKRI adalah argumentasi 
Pak 
  Yusril Izra Mahendra tentang klaim Mao Zedong atas warganegara 
 etnis 
  Tionghoa. 
  
  Apakah warisan sejarah itu menjadi dasar dibenarkannya praktek 
  SBKRI? Saya katakan jelas TIDAK. 
  
  Tetapi argumentasi pembenaran ini ternyata dimakan oleh begitu 
  banyak Tionghoa sehingga banyak yang menjadi kabur atas 
perjuangan 
  sebagian besar sodara-sodara Tionghoa untuk menghapuskan praktek 
  SBKRI. 
  
  Patut diakui memang terdapat dilema seputar aturan 
kewarganegaraan. 
  Bukan hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia. Disebabkan 
oleh 
  ketidak-samaan asas yang diberlakukan di setiap negara. Tetapi 
  persoalan itu di negara lain tidak serumit apa yang terjadi atas 
  Tionghoa di Indonesia.
  
  Tionghoa pun memiliki masalah kewarganegaraan terkait dengan 
policy 
  RRT dan RI. Tetapi seharusnya, apabila terdapat good political 
will 
  untuk menyelesaikannya, tentu masalah kewarganegaraan ini tidak 
  berlarut-larut sampai sekarang. 
  
  Masalah bertambah rumit pada saat kita tidak memiliki BAPERKI 
lagi. 
  
  Akibat dari asas ius sanguinis yang diberlakukan Tiongkok sejak 
  zaman Qing, Sun Yat Sen, Kuomintang sampai RRT. RI ternyata 
  menerapkan ius soli lewat UU No. 3/1946. 
  
  Hal ini menjadikan etnis Tionghoa mendapat dwi-kewarganegaraan 
 tanpa 
  disadari oleh mereka-mereka yang sudah bergenerasi tinggal 
menetap 
  di Indonesia. Etnis tionghoa tidak pernah meminta 
  dwikewarganegaraan. Banyak juga yang tidak sadar bahwa dirinya 
ber-
  dwikewarganegaraan.
  
  Penyelesaian tentang dwi kewarganegaraan yang dimiliki oleh 
etnis 
  Tionghoa di Indonesia dilakukan di tahun 1955 oleh PM Chou En 
Lai 
  dan PM Ali Sastroamidjojo dan menlu Sunario. Dalam proses 
 perjanjian 
  tersebut, pemerintah RRT menyerahkan sepenuhnya mekanisme 
  penyelesaian kepada pemerintah RI. Hal ini merupakan pertanda 
good 
  will dari RRT untuk menyelesaikan masalah dwi-kewarganegaraan. 
  
  Siauw Giok Tjhan memberi masukan kepada PM Chou. Lantas 
perjanjian 
  penyelesaian dwi kewarganegaraan itu 

Re: [budaya_tionghua] Re: Ulysee dan Mao Zedong

2006-03-14 Terurut Topik Suryana
Bukan aku membela si mayat perempuan, ketika di T-net dia di ban tanpa
alasan yang jelas, dimana tema diskusi di potong oleh moderator T-net, dan
mengakibatkan diskusi tidak berjalan seimbang, dalam hal ini aku suryana
yang pernah menjadi salah satu moderator pun menjadi usnsubscribe dari t-net
( akan kembali di saat PDI-P akan bergerak lagi, maklum aku mah asli mau
orat-oret di bidang politiknya, dan hal ini sudah aku sampaikan ke moderator
T-net ).
Dengan kata lain di Tnet mayat perempuan TIDAK DIBERIKAN kesempatan membalas
tulisan/diskusi mengenai LPKB yang ada malah memaki-maki mayat perempuan
sedang disaat yang bersamaan si mayat perempuan di ban oleh moderator
T-net...jelas T-net 'kurang memiliki etika melakukan penghinaan
kepada seseorang yang orang tersebut tidak dapat membela diri.

Yang menjadi permasalahan apakah isi oretan si mayat perempuan mengenai LPKB
dan pergerakan Tionghoa sejak Gestok masih bisa di debat dengan jelas dan
apa tidak nya, jadi dengan menulis dibawah yang oretan nya tidak menjawab
pertanyaan mayat perempuan mengenai LPKB sudah seharusnya tahu diri dan bisa
juga membantah dengan alasan yang masuk akal, selama alasan tidak masuk akal
maka diskusi bisa dikatakan belum tuntas.

Anda membawa-bawa pribadi yang tidak anda kenal dengan baik malah lebih
menyedihkan dibandingkan dengan si mayat perempuan, karena anda tidak
menulis sedikitpun bantahan, di millis budaya Tionghoa ini tulisan mayat
perempuan sangatlah relevan, karena salah satu budaya Tionghoa yang menjadi
akar asal usul etnis Tionghoa Indonesia DIHILANGKAN dengan paksa oleh
kekuatan LPKB, dan sekarang sejak reformasi DIBOLEHKAN lagi tentunya harus
dikaji ulang agar dimasa yang akan datang TIDAK TERJADI lagi
penghianat-penghianat budaya Tionghoa yang memang menjadi salah satu asal
usul eksistensinya etnis Tionghoa di Indonesia.

Pengertian Budaya disini mohon di renungkan dengan sangat mendalam, karena
Budaya bukan semata soja dan tetek bengeknya, Bahasa, Nama.

sur ( paling sebel dengan penulis yang demennya ngomel tanpa isi, yang
dicari kentutnya mayat doangan kapan bisa kenyang ? )
ps.
mengenai T-net banyak orang pinter, apakah di millis Budaya Tionghoa jadi
banyak orang bodoh ?..dari mana anda menjusfikasi banyak pintar dan
tidak nya member di sebuah millis ?..asal anda tahu masih banyak
millis lain yang lebih pintar, dan membernya tidak pernah mengagulkan bahwa
millisnya di isi oleh orang pinter doangansilahkan anda perhatikan
berapa banyak penulis aktif di sebuah millis dan berapa jumlah members nya
?anda yakin bisa menentukan kwalitas membersnya ?...pakai
analisa jenis apa pula ?
+
- Original Message -
From: bh_tanoto [EMAIL PROTECTED]


Ngomong putar puter buntutnya ya itu lagi, itu lagi. Shindunata, Hary
Tjan Silalahi, Junus Jahja, Siauw Giok Tjhan, CSIS, LPKB, Baperki,
dsb. Sofjan Wanadi dan Jusuf Wanadinya kemana, lupa? Sekarang
musuhnya tambah lagi, T-net yang ngeban dia karena bikin kacau. Anak
Siauw Giok Tjhan sendiri yang tokoh Baperki juga aktif nulis di tnet,
tidak ada masalah, malah banyak yang hormat dia.

Tnet anggotanya banyak orang pinter, ada propesor, doktor, master,
yang sarjana tak terhitung lagi. Kamu sendiri pernah sekolah apa sih?
SMA tamat tidak? Diskusi disitu tinggi bobotnya tidak bolak balik
soal Baperki dan LPKB melulu. Beberapa kali dia bikin tnet palsu dan
bikin milis sendiri buat saingin tnet, tapi semua bangkrut tak laku.
Muak aku liat setan kuburan yang tak tahu diri ini. Sadar bung,
dimilis ini juga kamu sudah tidak disukai. Ini milis budaya bukan
milis politik, jangan bawa2 urusan politik basi ke milis ini.

Buat yang belum tahu, yang ngaku odeon cafe ini sebenarnya setan
kuburan dengan alias segudang. Sub Rosa II, alias mayat perempuan,
alias Kenken, alias Ken Kertapati, alias Gending Suralaya, alias
vibriiyanti (yang kirim tulisan cabul ke member bt), alias
abbadon_mason, alias Ignatius Loyola, alias sangraal_77, alias
Michael, alias kuburan_tua, dan masih banyak lagi alias2 lain yang
bau kuburan dan bau mayat.

Yang aneh ini orang pengangguran tidak punya kerja, tapi bisa aksi
terus ngerokok Dji Sam Su (234) yang mahal, maen internet terus2an,
dari mana duitnya? Tulisan dia dibeberapa milis selalu seputar
kejahatan LPKB dan kehebatan Baperki. Gua jadi curiga jangan2 orang
ini digaji sama ex Baperki buat bikin provokasi anti LPKB di milis
dan rencana menghidupkan kembali Baperki. Member milis budaya
tionghoa harap ati2 jangan sampe kepengaruh provokator ini. maap
moderator, gua tahu nulis begini sebenarnya tidak boleh, tapi musti
pigimana buat kasi tahu kalian semua.


Beny Husen Tanoto
(Tan Beng Hoat)




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:

[budaya_tionghua] Re: Ulysee dan Mao Zedong

2006-03-13 Terurut Topik bh_tanoto
Ngomong putar puter buntutnya ya itu lagi, itu lagi. Shindunata, Hary 
Tjan Silalahi, Junus Jahja, Siauw Giok Tjhan, CSIS, LPKB, Baperki, 
dsb. Sofjan Wanadi dan Jusuf Wanadinya kemana, lupa? Sekarang 
musuhnya tambah lagi, T-net yang ngeban dia karena bikin kacau. Anak 
Siauw Giok Tjhan sendiri yang tokoh Baperki juga aktif nulis di tnet, 
tidak ada masalah, malah banyak yang hormat dia. 

Tnet anggotanya banyak orang pinter, ada propesor, doktor, master, 
yang sarjana tak terhitung lagi. Kamu sendiri pernah sekolah apa sih? 
SMA tamat tidak? Diskusi disitu tinggi bobotnya tidak bolak balik 
soal Baperki dan LPKB melulu. Beberapa kali dia bikin tnet palsu dan 
bikin milis sendiri buat saingin tnet, tapi semua bangkrut tak laku. 
Muak aku liat setan kuburan yang tak tahu diri ini. Sadar bung, 
dimilis ini juga kamu sudah tidak disukai. Ini milis budaya bukan 
milis politik, jangan bawa2 urusan politik basi ke milis ini.

Buat yang belum tahu, yang ngaku odeon cafe ini sebenarnya setan 
kuburan dengan alias segudang. Sub Rosa II, alias mayat perempuan, 
alias Kenken, alias Ken Kertapati, alias Gending Suralaya, alias 
vibriiyanti (yang kirim tulisan cabul ke member bt), alias 
abbadon_mason, alias Ignatius Loyola, alias sangraal_77, alias 
Michael, alias kuburan_tua, dan masih banyak lagi alias2 lain yang 
bau kuburan dan bau mayat. 

Yang aneh ini orang pengangguran tidak punya kerja, tapi bisa aksi 
terus ngerokok Dji Sam Su (234) yang mahal, maen internet terus2an, 
dari mana duitnya? Tulisan dia dibeberapa milis selalu seputar 
kejahatan LPKB dan kehebatan Baperki. Gua jadi curiga jangan2 orang 
ini digaji sama ex Baperki buat bikin provokasi anti LPKB di milis 
dan rencana menghidupkan kembali Baperki. Member milis budaya 
tionghoa harap ati2 jangan sampe kepengaruh provokator ini. maap 
moderator, gua tahu nulis begini sebenarnya tidak boleh, tapi musti 
pigimana buat kasi tahu kalian semua.


Beny Husen Tanoto
(Tan Beng Hoat)




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, odeon_cafe [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Dear Ulysee yang baik, 
 
 Kamu adalah seorang pendukung SBKRI atas saran orang-orang Tnet. 
 Saya mau sharing dengan kamu masalah ini. Saya tidak tau mana yang 
 benar, tetapi tentunya sebagai seorang yang waras seperti kamu 
tentu 
 kamu memiliki landasan berpikir mengapa mengatakan SBKRI itu tidak 
 diskriminatif. 
 
 Saya memandang SBKRI itu tidak etis. Nah, mungkin saya salah. untuk 
 itu, saya minta kamu juga menerangkan mengapa kamu bilang SBKRI itu 
 diskriminatif. 
 
 Ini argumentasi saya…
 
 Salah satu pembelaan terhadap praktek SBKRI adalah argumentasi Pak 
 Yusril Izra Mahendra tentang klaim Mao Zedong atas warganegara 
etnis 
 Tionghoa. 
 
 Apakah warisan sejarah itu menjadi dasar dibenarkannya praktek 
 SBKRI? Saya katakan jelas TIDAK. 
 
 Tetapi argumentasi pembenaran ini ternyata dimakan oleh begitu 
 banyak Tionghoa sehingga banyak yang menjadi kabur atas perjuangan 
 sebagian besar sodara-sodara Tionghoa untuk menghapuskan praktek 
 SBKRI. 
 
 Patut diakui memang terdapat dilema seputar aturan kewarganegaraan. 
 Bukan hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia. Disebabkan oleh 
 ketidak-samaan asas yang diberlakukan di setiap negara. Tetapi 
 persoalan itu di negara lain tidak serumit apa yang terjadi atas 
 Tionghoa di Indonesia.
 
 Tionghoa pun memiliki masalah kewarganegaraan terkait dengan policy 
 RRT dan RI. Tetapi seharusnya, apabila terdapat good political will 
 untuk menyelesaikannya, tentu masalah kewarganegaraan ini tidak 
 berlarut-larut sampai sekarang. 
 
 Masalah bertambah rumit pada saat kita tidak memiliki BAPERKI lagi. 
 
 Akibat dari asas ius sanguinis yang diberlakukan Tiongkok sejak 
 zaman Qing, Sun Yat Sen, Kuomintang sampai RRT. RI ternyata 
 menerapkan ius soli lewat UU No. 3/1946. 
 
 Hal ini menjadikan etnis Tionghoa mendapat dwi-kewarganegaraan 
tanpa 
 disadari oleh mereka-mereka yang sudah bergenerasi tinggal menetap 
 di Indonesia. Etnis tionghoa tidak pernah meminta 
 dwikewarganegaraan. Banyak juga yang tidak sadar bahwa dirinya ber-
 dwikewarganegaraan.
 
 Penyelesaian tentang dwi kewarganegaraan yang dimiliki oleh etnis 
 Tionghoa di Indonesia dilakukan di tahun 1955 oleh PM Chou En Lai 
 dan PM Ali Sastroamidjojo dan menlu Sunario. Dalam proses 
perjanjian 
 tersebut, pemerintah RRT menyerahkan sepenuhnya mekanisme 
 penyelesaian kepada pemerintah RI. Hal ini merupakan pertanda good 
 will dari RRT untuk menyelesaikan masalah dwi-kewarganegaraan. 
 
 Siauw Giok Tjhan memberi masukan kepada PM Chou. Lantas perjanjian 
 penyelesaian dwi kewarganegaraan itu disempurnakan dengan exchange 
 of notes. Siauw Giok Tjhan berpendapat bahwa mereka yang pernah 
ikut 
 pemilu, pernah disumpah setia kepada RI spt militer, PNS dan mereka-
 mereka yang berjasa untuk RI, orang Tionghoa yang berprofesi tani 
 dan nelayan otomatis WNI. Siauw juga menolak stelsel aktif yang 
 disepakati oleh perjanjian tersebut. Tapi kemudian tetap saja 
 stelsel aktif itu