OOT: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

2009-12-17 Terurut Topik ikkyosensei_ym
Nunut komentar dikit, trus mundur lagi ikut mencermati saja.
Kalau sudah masuk ke tafsir budaya Arab harus berhati2 bgt, mempertimbangkan 
konteks jaman itu dimana peradaban pikir (logika) mrk sangat mengejutkan 
jangkauannya. Ditulis jaman dulu, oleh orang-orang yang filsafat & sainsnya 
bertahan sampai sekarang. Oleh orang-orang yang sudah bisa melakukan operasi 
katarak, dg teknologi yang ada saat itu.
Apalagi sastra Arab, khususnya Bahasa Alquran, yang sangat puitis.
Seharusnya tidak diterjemahkan lugas.

Salam,

Chen Gui Xin


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh"  
wrote:
>
> - Original Message - 
> From: younginheart5000 
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
> 
> > Rasulullah Muhammad saja menghimbau
> > pengikutnya untuk belajar sampai ke Tiongkok
> 
> ---
> 
> Kalimat "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" bukanlah himbauan 
> atau ucapan Muhammad, melainkan sebenarnya suatu proverb budaya Arab.
> 
> Ucapan-ucapan Muhammad, bahkan tindak-tanduk non-verbal-nya pun, mempunyai 
> arti penting dalam agama Islam, karena dapat ("dapat", tidak "selalu") 
> menjadi penjelasan untuk pelaksanaan praktek dari ayat-ayat Al Quran.
> 
> Karena itu di lingkungan Islam ada ilmu hadits, ilmu yang secara komprehensif 
> membahas ucapan dan tindakan Muhammad.
> Yaitu untuk mengklasifikasikan mana ucapannya yang merupakan penjelasan atas 
> Al Quran, mana yang bersangkutan dengan Islam secara umum sebagai perintah, 
> himbauan maupun larangan, mana yang cuma ucapan sehari-hari biasa saja, mana 
> yang cuma lelucon dia atau ucapan waktu dia lagi marah saja, dsb.
> 
> Dan ada uraian yang panjang lebar dalam ilmu hadits yang secara kategoris 
> membantah bahwa "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" merupakan 
> ucapan Muhammad sendiri.
> Argumen yang mengatakan ini ucapan Muhammad klasifikasinya "dhaif" (lemah), 
> atau "dhaif jiddan" (lemah sekali), atau bahkan "batil" (tidak berdasar).
> 
> Tentu membuang-buang bandwith budaya tionghoa kalau uraian itu saya cantumkan 
> di sini, namun secara singkat dapat disebutkan bahwa argumen yang kuat untuk 
> membantah bahwa itu ucapan Muhammad adalah keterbatasan pengetahuan umum 
> seorang Muhammad pada waktu itu, sehingga dia tahu pun tidak bahwa ada sebuah 
> negeri jauh yang bernama Cina. Karenanya tidak mungkin dia mengucapkan 
> kalimat itu.
> 
> Tetapi Muhammad memang banyak bicara tentang kewajiban untuk belajar secara 
> sungguh-sungguh serta dengan pengorbanan pribadi yang maksimal demi mendapat 
> ilmu.
> Bahkan dia mengatakan keharusan untuk belajar secara all-out itu merupakan 
> perintah Tuhan dalam Al Quran.
> 
> Ucapan-ucapannya untuk belajar secara all-out inilah yang lalu berkembang 
> menjadi proverb budaya Arab "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" 
> tersebut.
> 
> Di jaman itu, ketika Amerika belum 'diketemukan' dan Eropa dalam jaman Dark 
> Ages, bagi budaya Arab hanya terdapat komparasi dengan budaya-budaya tinggi 
> di Mesir, di India yang jaraknya lebih jauh, dan di Cina yang paling jauh 
> jaraknya dari negeri Arab.
> Maka itu ukuran untuk "all-out" bagi budaya Arab jaman itu, dalam konteks 
> menuntut ilmu, adalah "walaupun sampai ke negeri Cina".
> 
> Baru kemudian, sementara tokoh ilmuwan Arab, untuk menambah wibawa dan 
> otoritas proverb tersebut, mengatakan bahwa itu adalah ucapan Muhammad.
> Tetapi ada analisis yang komprehensif yang membuktikan bahwa klaim tersebut 
> (bahwa itu adalah ucapan Muhammad) merupakan klaim yang dhaief, dhaief 
> jiddan, atau batil.
> 
> Uraian saya ini mungkin terlalu panjang bagi suatu milis budaya tionghoa.
> Tetapi kalau mau lebih 'nyangkut' lagi dengan milis ini, tanpa mau ikut ribut 
> soal kata "cina", bisa saya sampaikan bahwa kelihatannya dalam pembahasan 
> ilmu hadits tentang apakah kalimat itu ucapan Muhammad atau bukan, selalu 
> dipakai kata "Cina", bukan "Tiongkok".
> 
> Mungkin karena waktu itu kata "Tiongkok" belum dikenal di budaya Arab.
> Atau mungkin juga karena memang dengan memakai kata "Cina"-lah orang Arab 
> menyebut Negeri Tengah (Tionggoan).
> 
> Wasalam.
> 
> ==
> 
> - Original Message - 
> From: younginheart5000 
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
>  
> Mungkin bagus, kalau anda lebih memperbanayak membaca Asian litera

Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

2009-12-17 Terurut Topik ikkyosensei_ym
Very funny, bro... analogi pertabokan anda (",)
Btw, saya tambah inpo BT ala mamah saya ttg tabok mentabok nech. "Gw kagak 
tabok loe, loe tabok2 gw diem... satu kali.. tabok lagi gw diem...dua kali... 
tabok lagi..yiah berarti udah tiga kali dah... neh slinger buat buka drum ke 
kepala loe"

Salam,

Chen Gui Xin

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_...@... wrote:
>
> Emang budaya tionghoa itu kayak gimana seh? Kayaknya ente pakar banget n tau 
> banyak tentang BT, coba ilmu dibagi2 ke kita. Trus yg ente maksud "semakin 
> tau budaya tionghua harusnya semakin cinta BT dan semakin dapat membangun 
> hidup bersama di Indonesia dengan BT"
> Itu budaya tionghoa yg mana n yg kayak apa? Coba diperjelas jgn pake puter 
> kata2 tp ga jelas apa yg dimaksud. Mirip ama khotbah tentang pernak pernik 
> tionghoa macam pake hio sembah iblisn pake lilin panas kayak di neraka tp 
> engga ngerti guna n makna hio n lilin yg sebenernya itu apa. 
> 
> tp yg pasti seh klo ada pepatah " klo ditabok pipi kanan kasih pipi kiri" tp 
> klo BT yg g pelajari seh  "kalo ditabok pipi kanan, tabok balik" biar yg 
> nabok itu tau sakitnya ditabok dan ga sembarangan nabok org lagi klo ga mau 
> kena tabok juga. Krn klo ditabok trus diem aja yg ada malah babak belur 
> ditabokin trus yg nabok malah bangga berhasil nabok n akan melakukan hal yg 
> sama ke org laen karena ga ada yg kasih tau klo yg dilakukan salah n ga enak 
> kena tabok. 
> -Original Message-
> From: adiperdanasam...@...
> Date: Thu, 17 Dec 2009 11:34:04 
> To: 
> Subject: Re: Bukan Muhammad   (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)
> 
> 
> Sy dipanggil "chino edan" "encek" "acong" macem2 lah.. Oke aja. Harkat dan 
> martabat sy sama sekali tak sy rasakan menurun dan saya tak merasa "ter- 
> hina". 
> 
> Aneh orang-2 di milis ini.. Selalu membicarakan harga dirinya.. Semakin tau 
> budaya tionghua harusnya semakin cinta BT dan semakin dapat membangun hidup 
> bersama di Indonesia dengan BT. Bukan semakin individualistik dan arogan.
> 
> Gmn BT semakin dicintai dan dirasakan menjadi bagian dari yg universal 
> (indonesia)? 
> 
> Salam 
> sam
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> 
> -Original Message-
> From: "Akhmad Bukhari Saleh" 
> Date: Thu, 17 Dec 2009 09:59:01 
> To: 
> Subject: Re: Bukan Muhammad   (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)
> 
> - Original Message - 
> From: ardian_c 
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> Sent: Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
> Subject: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)
> 
> > yg owe tau itu bukan cina
> > tapi shin-i asal dari kata syna
> 
> 
> 
> Betul.
> Sehingga ketika ulama Indonesia, terutama yang berpegang pada kitab kuning di 
> pesantren grass-root, menerjemahkannya ke bahasa Indonesia, jadinya "cina"...
> 
> Wasalam.
> 
> ==
> 
>   - Original Message - 
>   From: ardian_c 
>   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
>   Sent: Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
>   Subject: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)
> 
> 
> 
>   yg owe tau itu bukan cina tapi shin-i asal dari kata syna.
> 
>   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh"  
> wrote:
>   >
>   > - Original Message - 
>   > From: younginheart5000 
>   > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
>   > Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
>   > Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
>   > 
>   > > Rasulullah Muhammad saja menghimbau
>   > > pengikutnya untuk belajar sampai ke Tiongkok
>   > 
>   > ---
>   > 
>   > Kalimat "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" bukanlah 
> himbauan atau ucapan Muhammad, melainkan sebenarnya suatu proverb budaya Arab.
>   > 
>   > Ucapan-ucapan Muhammad, bahkan tindak-tanduk non-verbal-nya pun, 
> mempunyai arti penting dalam agama Islam, karena dapat ("dapat", tidak 
> "selalu") menjadi penjelasan untuk pelaksanaan praktek dari ayat-ayat Al 
> Quran.
>   > 
>   > Karena itu di lingkungan Islam ada ilmu hadits, ilmu yang secara 
> komprehensif membahas ucapan dan tindakan Muhammad.
>   > Yaitu untuk mengklasifikasikan mana ucapannya yang merupakan penjelasan 
> atas Al Quran, mana yang bersangkutan dengan Islam secara umum sebagai 
> perintah, himbauan maupun larangan, mana yang cuma ucapan sehari-hari biasa 
> saja, mana yang 

Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

2009-12-17 Terurut Topik shinmen takezo
*Masalah pengalaman pribadi tentu bagus bung samuel , seperti kalimat anda
di bawah ini .
*samuel menulis :
*"Sy dipanggil "chino edan" "encek" "acong" macem2 lah.. Oke aja. Harkat dan
martabat sy sama sekali tak sy rasakan menurun dan saya tak merasa "ter-
hina".**

tapi menjadi masalah klo ukuran anda dijadikan standar moral tertinggi
sehingga menjudge seisi milis , hanya karena anda rela di panggil encek
acong .hehehe

**samuel menulis (Aneh orang-2 di milis ini.. Selalu membicarakan harga
dirinya.. Semakin tau budaya tionghua harusnya semakin cinta BT dan semakin
dapat membangun hidup bersama di Indonesia dengan BT. Bukan semakin
individualistik dan arogan.) *


anjing , itu cuman perbandingan permisalan , masak kalau saya rela di
panggil anjing , terus orang lain yang terhina karena di panggil anjing ,
menjadi aneh , dan membicarakan harga diri . yakinkah bung samuel cuman di
panggil chino edan ? mang lum pernah di panggil akew ? akew = anjing ..

dan tidak perlu juga menjudge saya baru belajar baca , lebih baik anda
membuktikan diri anda bisa menulis ..

klo anda ngerti budaya yah bahaslah budaya , ngerti sejarah yah bahaslah
sejarah ... .dengan senang hati saya akan menanggapi kalau saya tahu ,
tapi kalau cuman utak atik kata , yah cari temen bermain yang lain bung
samuel 


2009/12/17 

>
>
> Ehm shinmen... Bener jg ya pendapat anda kalo itu pengalaman sy berarti
> urusan sy...tdk bs digeneralisasi.. Itu tergantung pribadi sy. Tq ya.. Tp
> mudah-2 dngan adanya tanggapan anda ini, pengalaman sy tidak mengganggu
> anda.. Ya anggap angin lewat aja ok. Ehm.. Masalah "anjing"? Kayaknya sy gak
> sebut2 "anjing" cm sebutan "chino edan" dan chino lainnya ya... Ehm, kalo
> gitu sy br ngerti kalo anda tidak menemukan poin-nya. Apa..anda slh baca ato
> gak teliti baca? Tapi gak apa.. Yg sy kuatirkan anda (baru belajar baca..)tp
> itu pasti tdk mungkin. Krn para miliser disini hebat2 ada yg lulusan
> driyakarya (sy cm pny karya-2 Driyakarya aja).. Kalo misal ada yg panggil
> anda "anjing" (kalo: spt yg anda tulis) sy ikut saran anda deh...
> Ehm..maksud sy biar itu jd pengalaman pribadi anda...dan itu... Maaf ni..
> Dan itu... Urusan Anda..
>
> Mudah2han sy tidak menyinggung anda ya...
>
> Samuel (bukan nama samaran)
>
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> ------------------
> *From: * shinmen takezo 
> *Date: *Thu, 17 Dec 2009 12:48:34 +0700
> *To: *
> *Subject: *Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a
> name?)
>
>
>
> masalah pengalaman pribadi anda , tidak usah di buat seolah2 jadi standar
> moral tertinggi , jadi kalau anda di panggil chino edan dan anda merasa
> tidak terhina ...APA POINTNYA ..dan itu urusan anda , kalau saya
> bilang saya di panggil "anjing" saya merasa tidak terhina , berarti anda
> juga tidak terhina?
>
> argumentasi macam apa ini ,
>
>
>
> 2009/12/17 
>
>>
>>
>>
>> Sy dipanggil "chino edan" "encek" "acong" macem2 lah.. Oke aja. Harkat dan
>> martabat sy sama sekali tak sy rasakan menurun dan saya tak merasa "ter-
>> hina".
>>
>> Aneh orang-2 di milis ini.. Selalu membicarakan harga dirinya.. Semakin
>> tau budaya tionghua harusnya semakin cinta BT dan semakin dapat membangun
>> hidup bersama di Indonesia dengan BT. Bukan semakin individualistik dan
>> arogan.
>>
>> Gmn BT semakin dicintai dan dirasakan menjadi bagian dari yg universal
>> (indonesia)?
>>
>> Salam
>> sam
>>
>> Sent from my BlackBerry®
>> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>> --------------
>> *From: * "Akhmad Bukhari Saleh" 
>> *Date: *Thu, 17 Dec 2009 09:59:01 +0700
>> *To: *
>> *Subject: *Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a
>> name?)
>>
>>
>>
>>  - Original Message -
>>  *From:* ardian_c 
>> *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
>> *Sent:* Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
>> *Subject:* Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)
>>
>> > yg owe tau itu bukan cina
>> > tapi shin-i asal dari kata syna
>> 
>>
>> Betul.
>> Sehingga ketika ulama Indonesia, terutama yang berpegang pada kitab kuning
>> di pesantren grass-root, menerjemahkannya ke bahasa Indonesia, jadinya
>> "cina"...
>>
>> Wasalam.
>>
>> ==============
>>
>>
>> - Original Message -
>>  *From:* ardian_c 
>> *To:* 

Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

2009-12-16 Terurut Topik adiperdanasamuel
Ehm shinmen... Bener jg ya pendapat anda kalo itu pengalaman sy berarti urusan 
sy...tdk bs digeneralisasi.. Itu tergantung pribadi sy. Tq ya.. Tp mudah-2 
dngan adanya tanggapan anda ini, pengalaman sy tidak mengganggu anda.. Ya 
anggap angin lewat aja ok. Ehm.. Masalah "anjing"? Kayaknya sy gak sebut2 
"anjing" cm sebutan "chino edan" dan chino lainnya ya... Ehm, kalo gitu sy br 
ngerti kalo anda tidak menemukan poin-nya. Apa..anda slh baca ato gak teliti 
baca? Tapi gak apa.. Yg sy kuatirkan anda (baru belajar baca..)tp itu pasti tdk 
mungkin. Krn para miliser disini hebat2 ada yg lulusan driyakarya (sy cm pny 
karya-2 Driyakarya aja).. Kalo misal ada yg panggil anda "anjing" (kalo: spt yg 
anda tulis) sy ikut saran anda deh... Ehm..maksud sy biar itu jd pengalaman 
pribadi anda...dan itu... Maaf ni.. Dan itu... Urusan Anda.. 

Mudah2han sy tidak menyinggung anda ya...

Samuel (bukan nama samaran)

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: shinmen takezo 
Date: Thu, 17 Dec 2009 12:48:34 
To: 
Subject: Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

masalah pengalaman pribadi anda , tidak usah di buat seolah2 jadi standar
moral tertinggi , jadi kalau anda di panggil chino edan dan anda merasa
tidak terhina ...APA POINTNYA ..dan itu urusan anda , kalau saya
bilang saya di panggil "anjing" saya merasa tidak terhina , berarti anda
juga tidak terhina?

argumentasi macam apa ini ,



2009/12/17 

>
>
>
> Sy dipanggil "chino edan" "encek" "acong" macem2 lah.. Oke aja. Harkat dan
> martabat sy sama sekali tak sy rasakan menurun dan saya tak merasa "ter-
> hina".
>
> Aneh orang-2 di milis ini.. Selalu membicarakan harga dirinya.. Semakin tau
> budaya tionghua harusnya semakin cinta BT dan semakin dapat membangun hidup
> bersama di Indonesia dengan BT. Bukan semakin individualistik dan arogan.
>
> Gmn BT semakin dicintai dan dirasakan menjadi bagian dari yg universal
> (indonesia)?
>
> Salam
> sam
>
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> --------------
> *From: * "Akhmad Bukhari Saleh" 
> *Date: *Thu, 17 Dec 2009 09:59:01 +0700
> *To: *
> *Subject: *Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a
> name?)
>
>
>
>  ----- Original Message -
> *From:* ardian_c 
> *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
> *Sent:* Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
> *Subject:* Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)
>
> > yg owe tau itu bukan cina
> > tapi shin-i asal dari kata syna
> 
>
> Betul.
> Sehingga ketika ulama Indonesia, terutama yang berpegang pada kitab kuning
> di pesantren grass-root, menerjemahkannya ke bahasa Indonesia, jadinya
> "cina"...
>
> Wasalam.
>
> ==
>
>
> - Original Message -
> *From:* ardian_c 
> *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
> *Sent:* Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
> *Subject:* Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)
>
>
>
> yg owe tau itu bukan cina tapi shin-i asal dari kata syna.
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh" 
> wrote:
> >
> > - Original Message -
> > From: younginheart5000
> > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> > Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
> > Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
> >
> > > Rasulullah Muhammad saja menghimbau
> > > pengikutnya untuk belajar sampai ke Tiongkok
> >
> > ---
> >
> > Kalimat "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" bukanlah
> himbauan atau ucapan Muhammad, melainkan sebenarnya suatu proverb budaya
> Arab.
> >
> > Ucapan-ucapan Muhammad, bahkan tindak-tanduk non-verbal-nya pun,
> mempunyai arti penting dalam agama Islam, karena dapat ("dapat", tidak
> "selalu") menjadi penjelasan untuk pelaksanaan praktek dari ayat-ayat Al
> Quran.
> >
> > Karena itu di lingkungan Islam ada ilmu hadits, ilmu yang secara
> komprehensif membahas ucapan dan tindakan Muhammad.
> > Yaitu untuk mengklasifikasikan mana ucapannya yang merupakan penjelasan
> atas Al Quran, mana yang bersangkutan dengan Islam secara umum sebagai
> perintah, himbauan maupun larangan, mana yang cuma ucapan sehari-hari biasa
> saja, mana yang cuma lelucon dia atau ucapan waktu dia lagi marah saja, dsb.
> >
> > Dan ada uraian yang panjang lebar dalam ilmu hadits yang secara kategoris
> membantah bahwa "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina&qu

Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

2009-12-16 Terurut Topik shinmen takezo
masalah pengalaman pribadi anda , tidak usah di buat seolah2 jadi standar
moral tertinggi , jadi kalau anda di panggil chino edan dan anda merasa
tidak terhina ...APA POINTNYA ..dan itu urusan anda , kalau saya
bilang saya di panggil "anjing" saya merasa tidak terhina , berarti anda
juga tidak terhina?

argumentasi macam apa ini ,



2009/12/17 

>
>
>
> Sy dipanggil "chino edan" "encek" "acong" macem2 lah.. Oke aja. Harkat dan
> martabat sy sama sekali tak sy rasakan menurun dan saya tak merasa "ter-
> hina".
>
> Aneh orang-2 di milis ini.. Selalu membicarakan harga dirinya.. Semakin tau
> budaya tionghua harusnya semakin cinta BT dan semakin dapat membangun hidup
> bersama di Indonesia dengan BT. Bukan semakin individualistik dan arogan.
>
> Gmn BT semakin dicintai dan dirasakan menjadi bagian dari yg universal
> (indonesia)?
>
> Salam
> sam
>
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> --
> *From: * "Akhmad Bukhari Saleh" 
> *Date: *Thu, 17 Dec 2009 09:59:01 +0700
> *To: *
> *Subject: *Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a
> name?)
>
>
>
>  - Original Message -
> *From:* ardian_c 
> *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
> *Sent:* Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
> *Subject:* Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)
>
> > yg owe tau itu bukan cina
> > tapi shin-i asal dari kata syna
> 
>
> Betul.
> Sehingga ketika ulama Indonesia, terutama yang berpegang pada kitab kuning
> di pesantren grass-root, menerjemahkannya ke bahasa Indonesia, jadinya
> "cina"...
>
> Wasalam.
>
> ==========
>
>
> - Original Message -
> *From:* ardian_c 
> *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
> *Sent:* Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
> *Subject:* Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)
>
>
>
> yg owe tau itu bukan cina tapi shin-i asal dari kata syna.
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh" 
> wrote:
> >
> > - Original Message -
> > From: younginheart5000
> > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> > Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
> > Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
> >
> > > Rasulullah Muhammad saja menghimbau
> > > pengikutnya untuk belajar sampai ke Tiongkok
> >
> > ---
> >
> > Kalimat "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" bukanlah
> himbauan atau ucapan Muhammad, melainkan sebenarnya suatu proverb budaya
> Arab.
> >
> > Ucapan-ucapan Muhammad, bahkan tindak-tanduk non-verbal-nya pun,
> mempunyai arti penting dalam agama Islam, karena dapat ("dapat", tidak
> "selalu") menjadi penjelasan untuk pelaksanaan praktek dari ayat-ayat Al
> Quran.
> >
> > Karena itu di lingkungan Islam ada ilmu hadits, ilmu yang secara
> komprehensif membahas ucapan dan tindakan Muhammad.
> > Yaitu untuk mengklasifikasikan mana ucapannya yang merupakan penjelasan
> atas Al Quran, mana yang bersangkutan dengan Islam secara umum sebagai
> perintah, himbauan maupun larangan, mana yang cuma ucapan sehari-hari biasa
> saja, mana yang cuma lelucon dia atau ucapan waktu dia lagi marah saja, dsb.
> >
> > Dan ada uraian yang panjang lebar dalam ilmu hadits yang secara kategoris
> membantah bahwa "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" merupakan
> ucapan Muhammad sendiri.
> > Argumen yang mengatakan ini ucapan Muhammad klasifikasinya "dhaif"
> (lemah), atau "dhaif jiddan" (lemah sekali), atau bahkan "batil" (tidak
> berdasar).
> >
> > Tentu membuang-buang bandwith budaya tionghoa kalau uraian itu saya
> cantumkan di sini, namun secara singkat dapat disebutkan bahwa argumen yang
> kuat untuk membantah bahwa itu ucapan Muhammad adalah keterbatasan
> pengetahuan umum seorang Muhammad pada waktu itu, sehingga dia tahu pun
> tidak bahwa ada sebuah negeri jauh yang bernama Cina. Karenanya tidak
> mungkin dia mengucapkan kalimat itu.
> >
> > Tetapi Muhammad memang banyak bicara tentang kewajiban untuk belajar
> secara sungguh-sungguh serta dengan pengorbanan pribadi yang maksimal demi
> mendapat ilmu.
> > Bahkan dia mengatakan keharusan untuk belajar secara all-out itu
> merupakan perintah Tuhan dalam Al Quran.
> >
> > Ucapan-ucapannya untuk belajar secara all-out inilah yang lalu berkembang
> menjadi proverb budaya Arab "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina"
>

Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

2009-12-16 Terurut Topik agoeng_set
Emang budaya tionghoa itu kayak gimana seh? Kayaknya ente pakar banget n tau 
banyak tentang BT, coba ilmu dibagi2 ke kita. Trus yg ente maksud "semakin tau 
budaya tionghua harusnya semakin cinta BT dan semakin dapat membangun hidup 
bersama di Indonesia dengan BT"
Itu budaya tionghoa yg mana n yg kayak apa? Coba diperjelas jgn pake puter 
kata2 tp ga jelas apa yg dimaksud. Mirip ama khotbah tentang pernak pernik 
tionghoa macam pake hio sembah iblisn pake lilin panas kayak di neraka tp engga 
ngerti guna n makna hio n lilin yg sebenernya itu apa. 

tp yg pasti seh klo ada pepatah " klo ditabok pipi kanan kasih pipi kiri" tp 
klo BT yg g pelajari seh  "kalo ditabok pipi kanan, tabok balik" biar yg nabok 
itu tau sakitnya ditabok dan ga sembarangan nabok org lagi klo ga mau kena 
tabok juga. Krn klo ditabok trus diem aja yg ada malah babak belur ditabokin 
trus yg nabok malah bangga berhasil nabok n akan melakukan hal yg sama ke org 
laen karena ga ada yg kasih tau klo yg dilakukan salah n ga enak kena tabok. 
-Original Message-
From: adiperdanasam...@yahoo.com
Date: Thu, 17 Dec 2009 11:34:04 
To: 
Subject: Re: Bukan Muhammad   (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)


Sy dipanggil "chino edan" "encek" "acong" macem2 lah.. Oke aja. Harkat dan 
martabat sy sama sekali tak sy rasakan menurun dan saya tak merasa "ter- hina". 

Aneh orang-2 di milis ini.. Selalu membicarakan harga dirinya.. Semakin tau 
budaya tionghua harusnya semakin cinta BT dan semakin dapat membangun hidup 
bersama di Indonesia dengan BT. Bukan semakin individualistik dan arogan.

Gmn BT semakin dicintai dan dirasakan menjadi bagian dari yg universal 
(indonesia)? 

Salam 
sam
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Akhmad Bukhari Saleh" 
Date: Thu, 17 Dec 2009 09:59:01 
To: 
Subject: Re: Bukan Muhammad   (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

- Original Message - 
From: ardian_c 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
Subject: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

> yg owe tau itu bukan cina
> tapi shin-i asal dari kata syna



Betul.
Sehingga ketika ulama Indonesia, terutama yang berpegang pada kitab kuning di 
pesantren grass-root, menerjemahkannya ke bahasa Indonesia, jadinya "cina"...

Wasalam.

==

  - Original Message - 
  From: ardian_c 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
  Subject: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)



  yg owe tau itu bukan cina tapi shin-i asal dari kata syna.

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh"  
wrote:
  >
  > - Original Message - 
  > From: younginheart5000 
  > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  > Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
  > Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
  > 
  > > Rasulullah Muhammad saja menghimbau
  > > pengikutnya untuk belajar sampai ke Tiongkok
  > 
  > ---
  > 
  > Kalimat "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" bukanlah himbauan 
atau ucapan Muhammad, melainkan sebenarnya suatu proverb budaya Arab.
  > 
  > Ucapan-ucapan Muhammad, bahkan tindak-tanduk non-verbal-nya pun, mempunyai 
arti penting dalam agama Islam, karena dapat ("dapat", tidak "selalu") menjadi 
penjelasan untuk pelaksanaan praktek dari ayat-ayat Al Quran.
  > 
  > Karena itu di lingkungan Islam ada ilmu hadits, ilmu yang secara 
komprehensif membahas ucapan dan tindakan Muhammad.
  > Yaitu untuk mengklasifikasikan mana ucapannya yang merupakan penjelasan 
atas Al Quran, mana yang bersangkutan dengan Islam secara umum sebagai 
perintah, himbauan maupun larangan, mana yang cuma ucapan sehari-hari biasa 
saja, mana yang cuma lelucon dia atau ucapan waktu dia lagi marah saja, dsb.
  > 
  > Dan ada uraian yang panjang lebar dalam ilmu hadits yang secara kategoris 
membantah bahwa "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" merupakan 
ucapan Muhammad sendiri.
  > Argumen yang mengatakan ini ucapan Muhammad klasifikasinya "dhaif" (lemah), 
atau "dhaif jiddan" (lemah sekali), atau bahkan "batil" (tidak berdasar).
  > 
  > Tentu membuang-buang bandwith budaya tionghoa kalau uraian itu saya 
cantumkan di sini, namun secara singkat dapat disebutkan bahwa argumen yang 
kuat untuk membantah bahwa itu ucapan Muhammad adalah keterbatasan pengetahuan 
umum seorang Muhammad pada waktu itu, sehingga dia tahu pun tidak bahwa ada 
sebuah negeri jauh yang bernama Cina. Karenanya tidak mungkin dia mengucapkan 
kalimat itu.
  > 
  > Tetapi Muhammad memang banyak bicara

Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

2009-12-16 Terurut Topik adiperdanasamuel

Sy dipanggil "chino edan" "encek" "acong" macem2 lah.. Oke aja. Harkat dan 
martabat sy sama sekali tak sy rasakan menurun dan saya tak merasa "ter- hina". 

Aneh orang-2 di milis ini.. Selalu membicarakan harga dirinya.. Semakin tau 
budaya tionghua harusnya semakin cinta BT dan semakin dapat membangun hidup 
bersama di Indonesia dengan BT. Bukan semakin individualistik dan arogan.

Gmn BT semakin dicintai dan dirasakan menjadi bagian dari yg universal 
(indonesia)? 

Salam 
sam
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Akhmad Bukhari Saleh" 
Date: Thu, 17 Dec 2009 09:59:01 
To: 
Subject: Re: Bukan Muhammad   (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

- Original Message - 
From: ardian_c 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
Subject: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

> yg owe tau itu bukan cina
> tapi shin-i asal dari kata syna



Betul.
Sehingga ketika ulama Indonesia, terutama yang berpegang pada kitab kuning di 
pesantren grass-root, menerjemahkannya ke bahasa Indonesia, jadinya "cina"...

Wasalam.

==

  - Original Message - 
  From: ardian_c 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
  Subject: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)



  yg owe tau itu bukan cina tapi shin-i asal dari kata syna.

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh"  
wrote:
  >
  > - Original Message - 
  > From: younginheart5000 
  > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  > Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
  > Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
  > 
  > > Rasulullah Muhammad saja menghimbau
  > > pengikutnya untuk belajar sampai ke Tiongkok
  > 
  > ---
  > 
  > Kalimat "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" bukanlah himbauan 
atau ucapan Muhammad, melainkan sebenarnya suatu proverb budaya Arab.
  > 
  > Ucapan-ucapan Muhammad, bahkan tindak-tanduk non-verbal-nya pun, mempunyai 
arti penting dalam agama Islam, karena dapat ("dapat", tidak "selalu") menjadi 
penjelasan untuk pelaksanaan praktek dari ayat-ayat Al Quran.
  > 
  > Karena itu di lingkungan Islam ada ilmu hadits, ilmu yang secara 
komprehensif membahas ucapan dan tindakan Muhammad.
  > Yaitu untuk mengklasifikasikan mana ucapannya yang merupakan penjelasan 
atas Al Quran, mana yang bersangkutan dengan Islam secara umum sebagai 
perintah, himbauan maupun larangan, mana yang cuma ucapan sehari-hari biasa 
saja, mana yang cuma lelucon dia atau ucapan waktu dia lagi marah saja, dsb.
  > 
  > Dan ada uraian yang panjang lebar dalam ilmu hadits yang secara kategoris 
membantah bahwa "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" merupakan 
ucapan Muhammad sendiri.
  > Argumen yang mengatakan ini ucapan Muhammad klasifikasinya "dhaif" (lemah), 
atau "dhaif jiddan" (lemah sekali), atau bahkan "batil" (tidak berdasar).
  > 
  > Tentu membuang-buang bandwith budaya tionghoa kalau uraian itu saya 
cantumkan di sini, namun secara singkat dapat disebutkan bahwa argumen yang 
kuat untuk membantah bahwa itu ucapan Muhammad adalah keterbatasan pengetahuan 
umum seorang Muhammad pada waktu itu, sehingga dia tahu pun tidak bahwa ada 
sebuah negeri jauh yang bernama Cina. Karenanya tidak mungkin dia mengucapkan 
kalimat itu.
  > 
  > Tetapi Muhammad memang banyak bicara tentang kewajiban untuk belajar secara 
sungguh-sungguh serta dengan pengorbanan pribadi yang maksimal demi mendapat 
ilmu.
  > Bahkan dia mengatakan keharusan untuk belajar secara all-out itu merupakan 
perintah Tuhan dalam Al Quran.
  > 
  > Ucapan-ucapannya untuk belajar secara all-out inilah yang lalu berkembang 
menjadi proverb budaya Arab "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" 
tersebut.
  > 
  > Di jaman itu, ketika Amerika belum 'diketemukan' dan Eropa dalam jaman Dark 
Ages, bagi budaya Arab hanya terdapat komparasi dengan budaya-budaya tinggi di 
Mesir, di India yang jaraknya lebih jauh, dan di Cina yang paling jauh jaraknya 
dari negeri Arab.
  > Maka itu ukuran untuk "all-out" bagi budaya Arab jaman itu, dalam konteks 
menuntut ilmu, adalah "walaupun sampai ke negeri Cina".
  > 
  > Baru kemudian, sementara tokoh ilmuwan Arab, untuk menambah wibawa dan 
otoritas proverb tersebut, mengatakan bahwa itu adalah ucapan Muhammad.
  > Tetapi ada analisis yang komprehensif yang membuktikan bahwa klaim tersebut 
(bahwa itu adalah ucapan Muhammad) merupakan klaim yang dhaief, dhaief jiddan, 
atau batil.
  > 
  > Uraian saya i

Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

2009-12-16 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message - 
From: ardian_c 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
Subject: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

> yg owe tau itu bukan cina
> tapi shin-i asal dari kata syna



Betul.
Sehingga ketika ulama Indonesia, terutama yang berpegang pada kitab kuning di 
pesantren grass-root, menerjemahkannya ke bahasa Indonesia, jadinya "cina"...

Wasalam.

==

  - Original Message - 
  From: ardian_c 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
  Subject: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)



  yg owe tau itu bukan cina tapi shin-i asal dari kata syna.

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh"  
wrote:
  >
  > - Original Message - 
  > From: younginheart5000 
  > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  > Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
  > Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
  > 
  > > Rasulullah Muhammad saja menghimbau
  > > pengikutnya untuk belajar sampai ke Tiongkok
  > 
  > ---
  > 
  > Kalimat "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" bukanlah himbauan 
atau ucapan Muhammad, melainkan sebenarnya suatu proverb budaya Arab.
  > 
  > Ucapan-ucapan Muhammad, bahkan tindak-tanduk non-verbal-nya pun, mempunyai 
arti penting dalam agama Islam, karena dapat ("dapat", tidak "selalu") menjadi 
penjelasan untuk pelaksanaan praktek dari ayat-ayat Al Quran.
  > 
  > Karena itu di lingkungan Islam ada ilmu hadits, ilmu yang secara 
komprehensif membahas ucapan dan tindakan Muhammad.
  > Yaitu untuk mengklasifikasikan mana ucapannya yang merupakan penjelasan 
atas Al Quran, mana yang bersangkutan dengan Islam secara umum sebagai 
perintah, himbauan maupun larangan, mana yang cuma ucapan sehari-hari biasa 
saja, mana yang cuma lelucon dia atau ucapan waktu dia lagi marah saja, dsb.
  > 
  > Dan ada uraian yang panjang lebar dalam ilmu hadits yang secara kategoris 
membantah bahwa "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" merupakan 
ucapan Muhammad sendiri.
  > Argumen yang mengatakan ini ucapan Muhammad klasifikasinya "dhaif" (lemah), 
atau "dhaif jiddan" (lemah sekali), atau bahkan "batil" (tidak berdasar).
  > 
  > Tentu membuang-buang bandwith budaya tionghoa kalau uraian itu saya 
cantumkan di sini, namun secara singkat dapat disebutkan bahwa argumen yang 
kuat untuk membantah bahwa itu ucapan Muhammad adalah keterbatasan pengetahuan 
umum seorang Muhammad pada waktu itu, sehingga dia tahu pun tidak bahwa ada 
sebuah negeri jauh yang bernama Cina. Karenanya tidak mungkin dia mengucapkan 
kalimat itu.
  > 
  > Tetapi Muhammad memang banyak bicara tentang kewajiban untuk belajar secara 
sungguh-sungguh serta dengan pengorbanan pribadi yang maksimal demi mendapat 
ilmu.
  > Bahkan dia mengatakan keharusan untuk belajar secara all-out itu merupakan 
perintah Tuhan dalam Al Quran.
  > 
  > Ucapan-ucapannya untuk belajar secara all-out inilah yang lalu berkembang 
menjadi proverb budaya Arab "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" 
tersebut.
  > 
  > Di jaman itu, ketika Amerika belum 'diketemukan' dan Eropa dalam jaman Dark 
Ages, bagi budaya Arab hanya terdapat komparasi dengan budaya-budaya tinggi di 
Mesir, di India yang jaraknya lebih jauh, dan di Cina yang paling jauh jaraknya 
dari negeri Arab.
  > Maka itu ukuran untuk "all-out" bagi budaya Arab jaman itu, dalam konteks 
menuntut ilmu, adalah "walaupun sampai ke negeri Cina".
  > 
  > Baru kemudian, sementara tokoh ilmuwan Arab, untuk menambah wibawa dan 
otoritas proverb tersebut, mengatakan bahwa itu adalah ucapan Muhammad.
  > Tetapi ada analisis yang komprehensif yang membuktikan bahwa klaim tersebut 
(bahwa itu adalah ucapan Muhammad) merupakan klaim yang dhaief, dhaief jiddan, 
atau batil.
  > 
  > Uraian saya ini mungkin terlalu panjang bagi suatu milis budaya tionghoa.
  > Tetapi kalau mau lebih 'nyangkut' lagi dengan milis ini, tanpa mau ikut 
ribut soal kata "cina", bisa saya sampaikan bahwa kelihatannya dalam pembahasan 
ilmu hadits tentang apakah kalimat itu ucapan Muhammad atau bukan, selalu 
dipakai kata "Cina", bukan "Tiongkok".
  > 
  > Mungkin karena waktu itu kata "Tiongkok" belum dikenal di budaya Arab.
  > Atau mungkin juga karena memang dengan memakai kata "Cina"-lah orang Arab 
menyebut Negeri Tengah (Tionggoan).
  > 
  > Wasalam.
  > 
  > ==
  > 
  > - Original Message - 
  > From: younginheart5000 
  > To: budaya_tionghua@yahoo

Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

2009-12-16 Terurut Topik ChanCT
Saleh Heng yb,

Saya jadi tertarik dengan uraian panjang - "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke 
negeri Cina" yang ada dalam Al Quran. Tentu saya tidak bermaksud perdebatkan 
itu betul ucapan Nabi Muhammad atau bukan, karena memang sulit untuk buktikan 
dan tidak banyak gunanya. Mungkin yang dimaksudkan hanya mendorong setiap umat 
Islam untuk menguasai ilmu lebih baik, bersedia belajar pada siapa saja didunia 
ini, sampai ke negeri Cina yang jauh entah dimana itu.

Yang menarik perhatian saya, dimasa Nabi Muhammad hidup, apa perkembangan 
ilmu-pengetahuan di Cina sudah jauh lebih tinggi dari Arab, tahun berapa itu 
kira-kira? Sedang yang dikenal ketika itu sebutan Cina yang dikenal dunia, 
karena sebetuan Tiongkok memang belum ada, dan belum terbentuk? Entahlah, soal 
sejarah sudah dikembalikan pada bu-guru disekolah dahulu. Hehehee, ...

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: Akhmad Bukhari Saleh 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, December 17, 2009 3:59 AM
  Subject: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)





  - Original Message - 
  From: younginheart5000 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?

  > Rasulullah Muhammad saja menghimbau
  > pengikutnya untuk belajar sampai ke Tiongkok

  ---

  Kalimat "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" bukanlah himbauan 
atau ucapan Muhammad, melainkan sebenarnya suatu proverb budaya Arab.

  Ucapan-ucapan Muhammad, bahkan tindak-tanduk non-verbal-nya pun, mempunyai 
arti penting dalam agama Islam, karena dapat ("dapat", tidak "selalu") menjadi 
penjelasan untuk pelaksanaan praktek dari ayat-ayat Al Quran.

  Karena itu di lingkungan Islam ada ilmu hadits, ilmu yang secara komprehensif 
membahas ucapan dan tindakan Muhammad.
  Yaitu untuk mengklasifikasikan mana ucapannya yang merupakan penjelasan atas 
Al Quran, mana yang bersangkutan dengan Islam secara umum sebagai perintah, 
himbauan maupun larangan, mana yang cuma ucapan sehari-hari biasa saja, mana 
yang cuma lelucon dia atau ucapan waktu dia lagi marah saja, dsb.

  Dan ada uraian yang panjang lebar dalam ilmu hadits yang secara kategoris 
membantah bahwa "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" merupakan 
ucapan Muhammad sendiri.
  Argumen yang mengatakan ini ucapan Muhammad klasifikasinya "dhaif" (lemah), 
atau "dhaif jiddan" (lemah sekali), atau bahkan "batil" (tidak berdasar).

  Tentu membuang-buang bandwith budaya tionghoa kalau uraian itu saya cantumkan 
di sini, namun secara singkat dapat disebutkan bahwa argumen yang kuat untuk 
membantah bahwa itu ucapan Muhammad adalah keterbatasan pengetahuan umum 
seorang Muhammad pada waktu itu, sehingga dia tahu pun tidak bahwa ada sebuah 
negeri jauh yang bernama Cina. Karenanya tidak mungkin dia mengucapkan kalimat 
itu.

  Tetapi Muhammad memang banyak bicara tentang kewajiban untuk belajar secara 
sungguh-sungguh serta dengan pengorbanan pribadi yang maksimal demi mendapat 
ilmu.
  Bahkan dia mengatakan keharusan untuk belajar secara all-out itu merupakan 
perintah Tuhan dalam Al Quran.

  Ucapan-ucapannya untuk belajar secara all-out inilah yang lalu berkembang 
menjadi proverb budaya Arab "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" 
tersebut.

  Di jaman itu, ketika Amerika belum 'diketemukan' dan Eropa dalam jaman Dark 
Ages, bagi budaya Arab hanya terdapat komparasi dengan budaya-budaya tinggi di 
Mesir, di India yang jaraknya lebih jauh, dan di Cina yang paling jauh jaraknya 
dari negeri Arab.
  Maka itu ukuran untuk "all-out" bagi budaya Arab jaman itu, dalam konteks 
menuntut ilmu, adalah "walaupun sampai ke negeri Cina".

  Baru kemudian, sementara tokoh ilmuwan Arab, untuk menambah wibawa dan 
otoritas proverb tersebut, mengatakan bahwa itu adalah ucapan Muhammad.
  Tetapi ada analisis yang komprehensif yang membuktikan bahwa klaim tersebut 
(bahwa itu adalah ucapan Muhammad) merupakan klaim yang dhaief, dhaief jiddan, 
atau batil.

  Uraian saya ini mungkin terlalu panjang bagi suatu milis budaya tionghoa.
  Tetapi kalau mau lebih 'nyangkut' lagi dengan milis ini, tanpa mau ikut ribut 
soal kata "cina", bisa saya sampaikan bahwa kelihatannya dalam pembahasan ilmu 
hadits tentang apakah kalimat itu ucapan Muhammad atau bukan, selalu dipakai 
kata "Cina", bukan "Tiongkok".

  Mungkin karena waktu itu kata "Tiongkok" belum dikenal di budaya Arab.
  Atau mungkin juga karena memang dengan memakai kata "Cina"-lah orang Arab 
menyebut Negeri Tengah (Tionggoan).

  Wasalam.

  ==================

  - Original Message - 
  From: younginheart5000 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 

Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

2009-12-16 Terurut Topik zhoufy
Kalau begitu mangapa tdk: tuntutlah ilmu sampai negeri Shin-i ?

Bgmn pak Abs? Mau terus cari pembenaran kata Cina? dan saya kasih saran, 
janganlah cari pembenaran dari ilmu bahasa murni, karena jika mau tuntas, dari 
segi bahasa, yg paling benar ujung2nya ya istilah Zhongguo! Inilah yg paling 
benar dari segi bahasa sumber.

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "ardian_c" 
Date: Thu, 17 Dec 2009 01:42:15 
To: 
Subject: Bukan Muhammad   (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

yg owe tau itu bukan cina tapi shin-i asal dari kata syna.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh"  
wrote:
>
> - Original Message - 
> From: younginheart5000 
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
> 
> > Rasulullah Muhammad saja menghimbau
> > pengikutnya untuk belajar sampai ke Tiongkok
> 
> ---
> 
> Kalimat "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" bukanlah himbauan 
> atau ucapan Muhammad, melainkan sebenarnya suatu proverb budaya Arab.
> 
> Ucapan-ucapan Muhammad, bahkan tindak-tanduk non-verbal-nya pun, mempunyai 
> arti penting dalam agama Islam, karena dapat ("dapat", tidak "selalu") 
> menjadi penjelasan untuk pelaksanaan praktek dari ayat-ayat Al Quran.
> 
> Karena itu di lingkungan Islam ada ilmu hadits, ilmu yang secara komprehensif 
> membahas ucapan dan tindakan Muhammad.
> Yaitu untuk mengklasifikasikan mana ucapannya yang merupakan penjelasan atas 
> Al Quran, mana yang bersangkutan dengan Islam secara umum sebagai perintah, 
> himbauan maupun larangan, mana yang cuma ucapan sehari-hari biasa saja, mana 
> yang cuma lelucon dia atau ucapan waktu dia lagi marah saja, dsb.
> 
> Dan ada uraian yang panjang lebar dalam ilmu hadits yang secara kategoris 
> membantah bahwa "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" merupakan 
> ucapan Muhammad sendiri.
> Argumen yang mengatakan ini ucapan Muhammad klasifikasinya "dhaif" (lemah), 
> atau "dhaif jiddan" (lemah sekali), atau bahkan "batil" (tidak berdasar).
> 
> Tentu membuang-buang bandwith budaya tionghoa kalau uraian itu saya cantumkan 
> di sini, namun secara singkat dapat disebutkan bahwa argumen yang kuat untuk 
> membantah bahwa itu ucapan Muhammad adalah keterbatasan pengetahuan umum 
> seorang Muhammad pada waktu itu, sehingga dia tahu pun tidak bahwa ada sebuah 
> negeri jauh yang bernama Cina. Karenanya tidak mungkin dia mengucapkan 
> kalimat itu.
> 
> Tetapi Muhammad memang banyak bicara tentang kewajiban untuk belajar secara 
> sungguh-sungguh serta dengan pengorbanan pribadi yang maksimal demi mendapat 
> ilmu.
> Bahkan dia mengatakan keharusan untuk belajar secara all-out itu merupakan 
> perintah Tuhan dalam Al Quran.
> 
> Ucapan-ucapannya untuk belajar secara all-out inilah yang lalu berkembang 
> menjadi proverb budaya Arab "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" 
> tersebut.
> 
> Di jaman itu, ketika Amerika belum 'diketemukan' dan Eropa dalam jaman Dark 
> Ages, bagi budaya Arab hanya terdapat komparasi dengan budaya-budaya tinggi 
> di Mesir, di India yang jaraknya lebih jauh, dan di Cina yang paling jauh 
> jaraknya dari negeri Arab.
> Maka itu ukuran untuk "all-out" bagi budaya Arab jaman itu, dalam konteks 
> menuntut ilmu, adalah "walaupun sampai ke negeri Cina".
> 
> Baru kemudian, sementara tokoh ilmuwan Arab, untuk menambah wibawa dan 
> otoritas proverb tersebut, mengatakan bahwa itu adalah ucapan Muhammad.
> Tetapi ada analisis yang komprehensif yang membuktikan bahwa klaim tersebut 
> (bahwa itu adalah ucapan Muhammad) merupakan klaim yang dhaief, dhaief 
> jiddan, atau batil.
> 
> Uraian saya ini mungkin terlalu panjang bagi suatu milis budaya tionghoa.
> Tetapi kalau mau lebih 'nyangkut' lagi dengan milis ini, tanpa mau ikut ribut 
> soal kata "cina", bisa saya sampaikan bahwa kelihatannya dalam pembahasan 
> ilmu hadits tentang apakah kalimat itu ucapan Muhammad atau bukan, selalu 
> dipakai kata "Cina", bukan "Tiongkok".
> 
> Mungkin karena waktu itu kata "Tiongkok" belum dikenal di budaya Arab.
> Atau mungkin juga karena memang dengan memakai kata "Cina"-lah orang Arab 
> menyebut Negeri Tengah (Tionggoan).
> 
> Wasalam.
> 
> ==
> 
> - Original Message - 
> From: younginheart5000 
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
> 

Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

2009-12-16 Terurut Topik ardian_c
yg owe tau itu bukan cina tapi shin-i asal dari kata syna.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh"  
wrote:
>
> - Original Message - 
> From: younginheart5000 
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
> 
> > Rasulullah Muhammad saja menghimbau
> > pengikutnya untuk belajar sampai ke Tiongkok
> 
> ---
> 
> Kalimat "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" bukanlah himbauan 
> atau ucapan Muhammad, melainkan sebenarnya suatu proverb budaya Arab.
> 
> Ucapan-ucapan Muhammad, bahkan tindak-tanduk non-verbal-nya pun, mempunyai 
> arti penting dalam agama Islam, karena dapat ("dapat", tidak "selalu") 
> menjadi penjelasan untuk pelaksanaan praktek dari ayat-ayat Al Quran.
> 
> Karena itu di lingkungan Islam ada ilmu hadits, ilmu yang secara komprehensif 
> membahas ucapan dan tindakan Muhammad.
> Yaitu untuk mengklasifikasikan mana ucapannya yang merupakan penjelasan atas 
> Al Quran, mana yang bersangkutan dengan Islam secara umum sebagai perintah, 
> himbauan maupun larangan, mana yang cuma ucapan sehari-hari biasa saja, mana 
> yang cuma lelucon dia atau ucapan waktu dia lagi marah saja, dsb.
> 
> Dan ada uraian yang panjang lebar dalam ilmu hadits yang secara kategoris 
> membantah bahwa "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" merupakan 
> ucapan Muhammad sendiri.
> Argumen yang mengatakan ini ucapan Muhammad klasifikasinya "dhaif" (lemah), 
> atau "dhaif jiddan" (lemah sekali), atau bahkan "batil" (tidak berdasar).
> 
> Tentu membuang-buang bandwith budaya tionghoa kalau uraian itu saya cantumkan 
> di sini, namun secara singkat dapat disebutkan bahwa argumen yang kuat untuk 
> membantah bahwa itu ucapan Muhammad adalah keterbatasan pengetahuan umum 
> seorang Muhammad pada waktu itu, sehingga dia tahu pun tidak bahwa ada sebuah 
> negeri jauh yang bernama Cina. Karenanya tidak mungkin dia mengucapkan 
> kalimat itu.
> 
> Tetapi Muhammad memang banyak bicara tentang kewajiban untuk belajar secara 
> sungguh-sungguh serta dengan pengorbanan pribadi yang maksimal demi mendapat 
> ilmu.
> Bahkan dia mengatakan keharusan untuk belajar secara all-out itu merupakan 
> perintah Tuhan dalam Al Quran.
> 
> Ucapan-ucapannya untuk belajar secara all-out inilah yang lalu berkembang 
> menjadi proverb budaya Arab "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" 
> tersebut.
> 
> Di jaman itu, ketika Amerika belum 'diketemukan' dan Eropa dalam jaman Dark 
> Ages, bagi budaya Arab hanya terdapat komparasi dengan budaya-budaya tinggi 
> di Mesir, di India yang jaraknya lebih jauh, dan di Cina yang paling jauh 
> jaraknya dari negeri Arab.
> Maka itu ukuran untuk "all-out" bagi budaya Arab jaman itu, dalam konteks 
> menuntut ilmu, adalah "walaupun sampai ke negeri Cina".
> 
> Baru kemudian, sementara tokoh ilmuwan Arab, untuk menambah wibawa dan 
> otoritas proverb tersebut, mengatakan bahwa itu adalah ucapan Muhammad.
> Tetapi ada analisis yang komprehensif yang membuktikan bahwa klaim tersebut 
> (bahwa itu adalah ucapan Muhammad) merupakan klaim yang dhaief, dhaief 
> jiddan, atau batil.
> 
> Uraian saya ini mungkin terlalu panjang bagi suatu milis budaya tionghoa.
> Tetapi kalau mau lebih 'nyangkut' lagi dengan milis ini, tanpa mau ikut ribut 
> soal kata "cina", bisa saya sampaikan bahwa kelihatannya dalam pembahasan 
> ilmu hadits tentang apakah kalimat itu ucapan Muhammad atau bukan, selalu 
> dipakai kata "Cina", bukan "Tiongkok".
> 
> Mungkin karena waktu itu kata "Tiongkok" belum dikenal di budaya Arab.
> Atau mungkin juga karena memang dengan memakai kata "Cina"-lah orang Arab 
> menyebut Negeri Tengah (Tionggoan).
> 
> Wasalam.
> 
> ==
> 
> - Original Message - 
> From: younginheart5000 
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
>  
> Mungkin bagus, kalau anda lebih memperbanayak membaca Asian literature & 
> philosphy..
> 
> Rasulullah Muhammad saja menghimbau pengikutnya untuk belajar sampai ke 
> Tiongkok.
> 
> By the way ada kata bijaksana dalam bahasa Latin: "Ex Oriente Lux", 
> Penerangan (pencerahan) datang dari Timur..
> 
> So sis... go east!
> 
> ---
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, alda agustine  wrote:
> >
> > Fy Zhou, makasih tanggapannya. Saya baru kali ini denger kalimat dari 
> > Confusius itu. Dapet dari mana sih? Mau dong referensinya. Thanks.
>




Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

2009-12-16 Terurut Topik zhoufy
Mau apa lagi Pak ABS?
Belum cukup pembelaan anda untuk pemakaian istilah Cina yg dipaksakan rejim 
Orba?

Silahkan buka koran2 zaman Orla, tolong teliti, mana yg lebih banyak dipakai:  
tuntutlah ilmu sampai negeri cina atau tuntutlah ilmu sampai negeri Tiongkok?

Dan ini sama sekali tak ada hubungannya dng bhs arab! Ini bhs indonesia bung!


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Akhmad Bukhari Saleh" 
Date: Thu, 17 Dec 2009 02:59:46 
To: 
Subject: Bukan Muhammad   (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

- Original Message - 
From: younginheart5000 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?

> Rasulullah Muhammad saja menghimbau
> pengikutnya untuk belajar sampai ke Tiongkok

---

Kalimat "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" bukanlah himbauan atau 
ucapan Muhammad, melainkan sebenarnya suatu proverb budaya Arab.

Ucapan-ucapan Muhammad, bahkan tindak-tanduk non-verbal-nya pun, mempunyai arti 
penting dalam agama Islam, karena dapat ("dapat", tidak "selalu") menjadi 
penjelasan untuk pelaksanaan praktek dari ayat-ayat Al Quran.

Karena itu di lingkungan Islam ada ilmu hadits, ilmu yang secara komprehensif 
membahas ucapan dan tindakan Muhammad.
Yaitu untuk mengklasifikasikan mana ucapannya yang merupakan penjelasan atas Al 
Quran, mana yang bersangkutan dengan Islam secara umum sebagai perintah, 
himbauan maupun larangan, mana yang cuma ucapan sehari-hari biasa saja, mana 
yang cuma lelucon dia atau ucapan waktu dia lagi marah saja, dsb.

Dan ada uraian yang panjang lebar dalam ilmu hadits yang secara kategoris 
membantah bahwa "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" merupakan 
ucapan Muhammad sendiri.
Argumen yang mengatakan ini ucapan Muhammad klasifikasinya "dhaif" (lemah), 
atau "dhaif jiddan" (lemah sekali), atau bahkan "batil" (tidak berdasar).

Tentu membuang-buang bandwith budaya tionghoa kalau uraian itu saya cantumkan 
di sini, namun secara singkat dapat disebutkan bahwa argumen yang kuat untuk 
membantah bahwa itu ucapan Muhammad adalah keterbatasan pengetahuan umum 
seorang Muhammad pada waktu itu, sehingga dia tahu pun tidak bahwa ada sebuah 
negeri jauh yang bernama Cina. Karenanya tidak mungkin dia mengucapkan kalimat 
itu.

Tetapi Muhammad memang banyak bicara tentang kewajiban untuk belajar secara 
sungguh-sungguh serta dengan pengorbanan pribadi yang maksimal demi mendapat 
ilmu.
Bahkan dia mengatakan keharusan untuk belajar secara all-out itu merupakan 
perintah Tuhan dalam Al Quran.

Ucapan-ucapannya untuk belajar secara all-out inilah yang lalu berkembang 
menjadi proverb budaya Arab "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" 
tersebut.

Di jaman itu, ketika Amerika belum 'diketemukan' dan Eropa dalam jaman Dark 
Ages, bagi budaya Arab hanya terdapat komparasi dengan budaya-budaya tinggi di 
Mesir, di India yang jaraknya lebih jauh, dan di Cina yang paling jauh jaraknya 
dari negeri Arab.
Maka itu ukuran untuk "all-out" bagi budaya Arab jaman itu, dalam konteks 
menuntut ilmu, adalah "walaupun sampai ke negeri Cina".

Baru kemudian, sementara tokoh ilmuwan Arab, untuk menambah wibawa dan otoritas 
proverb tersebut, mengatakan bahwa itu adalah ucapan Muhammad.
Tetapi ada analisis yang komprehensif yang membuktikan bahwa klaim tersebut 
(bahwa itu adalah ucapan Muhammad) merupakan klaim yang dhaief, dhaief jiddan, 
atau batil.

Uraian saya ini mungkin terlalu panjang bagi suatu milis budaya tionghoa.
Tetapi kalau mau lebih 'nyangkut' lagi dengan milis ini, tanpa mau ikut ribut 
soal kata "cina", bisa saya sampaikan bahwa kelihatannya dalam pembahasan ilmu 
hadits tentang apakah kalimat itu ucapan Muhammad atau bukan, selalu dipakai 
kata "Cina", bukan "Tiongkok".

Mungkin karena waktu itu kata "Tiongkok" belum dikenal di budaya Arab.
Atau mungkin juga karena memang dengan memakai kata "Cina"-lah orang Arab 
menyebut Negeri Tengah (Tionggoan).

Wasalam.

==========

- Original Message - 
From: younginheart5000 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
 
Mungkin bagus, kalau anda lebih memperbanayak membaca Asian literature & 
philosphy..

Rasulullah Muhammad saja menghimbau pengikutnya untuk belajar sampai ke 
Tiongkok.

By the way ada kata bijaksana dalam bahasa Latin: "Ex Oriente Lux", Penerangan 
(pencerahan) datang dari Timur..

So sis... go east!

---

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, alda agustine  wrote:
>
> Fy Zhou, makasih tanggapannya. Saya baru kali ini denger kalimat dari 
> Confusius itu. Dapet dari mana sih? Mau dong referensinya. Thanks.



Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)

2009-12-16 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message - 
From: younginheart5000 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?

> Rasulullah Muhammad saja menghimbau
> pengikutnya untuk belajar sampai ke Tiongkok

---

Kalimat "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" bukanlah himbauan atau 
ucapan Muhammad, melainkan sebenarnya suatu proverb budaya Arab.

Ucapan-ucapan Muhammad, bahkan tindak-tanduk non-verbal-nya pun, mempunyai arti 
penting dalam agama Islam, karena dapat ("dapat", tidak "selalu") menjadi 
penjelasan untuk pelaksanaan praktek dari ayat-ayat Al Quran.

Karena itu di lingkungan Islam ada ilmu hadits, ilmu yang secara komprehensif 
membahas ucapan dan tindakan Muhammad.
Yaitu untuk mengklasifikasikan mana ucapannya yang merupakan penjelasan atas Al 
Quran, mana yang bersangkutan dengan Islam secara umum sebagai perintah, 
himbauan maupun larangan, mana yang cuma ucapan sehari-hari biasa saja, mana 
yang cuma lelucon dia atau ucapan waktu dia lagi marah saja, dsb.

Dan ada uraian yang panjang lebar dalam ilmu hadits yang secara kategoris 
membantah bahwa "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" merupakan 
ucapan Muhammad sendiri.
Argumen yang mengatakan ini ucapan Muhammad klasifikasinya "dhaif" (lemah), 
atau "dhaif jiddan" (lemah sekali), atau bahkan "batil" (tidak berdasar).

Tentu membuang-buang bandwith budaya tionghoa kalau uraian itu saya cantumkan 
di sini, namun secara singkat dapat disebutkan bahwa argumen yang kuat untuk 
membantah bahwa itu ucapan Muhammad adalah keterbatasan pengetahuan umum 
seorang Muhammad pada waktu itu, sehingga dia tahu pun tidak bahwa ada sebuah 
negeri jauh yang bernama Cina. Karenanya tidak mungkin dia mengucapkan kalimat 
itu.

Tetapi Muhammad memang banyak bicara tentang kewajiban untuk belajar secara 
sungguh-sungguh serta dengan pengorbanan pribadi yang maksimal demi mendapat 
ilmu.
Bahkan dia mengatakan keharusan untuk belajar secara all-out itu merupakan 
perintah Tuhan dalam Al Quran.

Ucapan-ucapannya untuk belajar secara all-out inilah yang lalu berkembang 
menjadi proverb budaya Arab "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" 
tersebut.

Di jaman itu, ketika Amerika belum 'diketemukan' dan Eropa dalam jaman Dark 
Ages, bagi budaya Arab hanya terdapat komparasi dengan budaya-budaya tinggi di 
Mesir, di India yang jaraknya lebih jauh, dan di Cina yang paling jauh jaraknya 
dari negeri Arab.
Maka itu ukuran untuk "all-out" bagi budaya Arab jaman itu, dalam konteks 
menuntut ilmu, adalah "walaupun sampai ke negeri Cina".

Baru kemudian, sementara tokoh ilmuwan Arab, untuk menambah wibawa dan otoritas 
proverb tersebut, mengatakan bahwa itu adalah ucapan Muhammad.
Tetapi ada analisis yang komprehensif yang membuktikan bahwa klaim tersebut 
(bahwa itu adalah ucapan Muhammad) merupakan klaim yang dhaief, dhaief jiddan, 
atau batil.

Uraian saya ini mungkin terlalu panjang bagi suatu milis budaya tionghoa.
Tetapi kalau mau lebih 'nyangkut' lagi dengan milis ini, tanpa mau ikut ribut 
soal kata "cina", bisa saya sampaikan bahwa kelihatannya dalam pembahasan ilmu 
hadits tentang apakah kalimat itu ucapan Muhammad atau bukan, selalu dipakai 
kata "Cina", bukan "Tiongkok".

Mungkin karena waktu itu kata "Tiongkok" belum dikenal di budaya Arab.
Atau mungkin juga karena memang dengan memakai kata "Cina"-lah orang Arab 
menyebut Negeri Tengah (Tionggoan).

Wasalam.

==================

- Original Message - 
From: younginheart5000 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
 
Mungkin bagus, kalau anda lebih memperbanayak membaca Asian literature & 
philosphy..

Rasulullah Muhammad saja menghimbau pengikutnya untuk belajar sampai ke 
Tiongkok.

By the way ada kata bijaksana dalam bahasa Latin: "Ex Oriente Lux", Penerangan 
(pencerahan) datang dari Timur..

So sis... go east!

---

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, alda agustine  wrote:
>
> Fy Zhou, makasih tanggapannya. Saya baru kali ini denger kalimat dari 
> Confusius itu. Dapet dari mana sih? Mau dong referensinya. Thanks.


[budaya_tionghua] Re: What's in a name?

2009-12-16 Terurut Topik younginheart5000
Mungkin bagus, kalau anda lebih memperbanayak membaca Asian literature & 
philosphy..

Rasulullah Muhammad saja menghimbau pengikutnya untuk belajar sampai ke 
Tiongkok.

By the way ada kata bijaksana dalam bahasa Latin: "Ex Oriente Lux", Penerangan 
(pencerahan) datang dari Timur..

So sis... go east!



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, alda agustine  wrote:
>
> Fy Zhou, makasih tanggapannya. Saya baru kali ini denger kalimat dari 
> Confusius itu. Dapet dari mana sih? Mau dong referensinya. Thanks.
>