Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Iya, sebaiknya begitu. Kalau misalnya Anda mempunyai masalah di perkawinan/pernikahan Anda, mungkin jangan di diskusikan secara ramai ramai. Sebaiknya mencari seorang konsultan atau seseorang yang dapat dipercaya. (Atau pertanyaan Anda adalah iseng, sekedar ikut ber partisipasi ? :p Ok, gpp ) Di setiap perkawinan/pernikahan, pasti selalu terdapat masalah (biasanya dianggap sebagai 'bumbu' pernikahan :p ). Bukan berarti apabila kita melakukan pernikahan/perkawinan yang mungkin dari suku yang sama, atau agama yang sama, atau mungkin pandangan yang sama atau "jenis yang sama" ??? (hahahah... becanda).. maka kita tidak akan menghadapi masalah apapun. Dulu Yana Julio pernah menulis di lagunya : "Bukankah cinta datang untuk menyatukan dua hati (dunia) yang berbeda"... Ada juga yang pernah menyatakan bahwa " Berbeda itu Indah"., dst.. PS : Pisss utk rekan2 yg sudah memberikan tanggapan. Salam Kenal :) Yoi ... ^_^ --- On Mon, 10/26/09, cristine_mandasari wrote: From: cristine_mandasari Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Monday, October 26, 2009, 5:08 PM selamat sore semua mohon maap jika ada kata menyinggung atau berkesan sara, intinya sy berterima kasih atas semua apresiasi yg diberikan terhadap pertanyaan sy... dengan pertimbangan agar tidak terjadi perselisihan yg lebih lanjut, sy memutuskan untuk menutup topik ini... semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda semua --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "younginheart5000" wrote: > > Nanya ama yang menanyakan soal ini.. > > emang sama aja, tapi tetap ada yang menghadapi masalah, buktinya ada yang > nanya.. > > bahas Sara? si Yuni Sara? > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tarto Waseto twasey@ wrote: > > > > Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ?? > > Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu masi > > manusia ya ?? > > > > Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? > > wkwkwkwk > > > > Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan > > bersama sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka bersama > > sama, Seorang suami bersikap sebagai suami dan seorang istri bersikap > > sebagai istri, anak sebagai anak, semuanya tidak akan jadi masalah, apakah > > mau kawin ama orang tionghoa, atau jawa atau batak, atau bule, atau negro, > > atau orang eskimo ??? > > > > Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan > > langsung. > > > > Setuju rekan rekan ??? > > Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah ke > > topik SARA. > > > > > > > > --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 crv118@ wrote: > > > > > From: younginheart5000 crv118@ > > > Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > > Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM > > > masalah yang timbul dalam persilangan > > > antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) > > > agama. sekali pukul dua ha ha ha. > > > > > > jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama > > > sama Islam, sudah berkurang halangan. > > > > > > halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga > > > antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. > > > > > > lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: > > > diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK > > > saja? > > > > > > supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), > > > dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot > > > dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. > > > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, > > > Nasir Tan wrote: > > > > > > > > > > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! > > > > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan > > > melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami > > > persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah > > > pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( > > > etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya > > > pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( > > > terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 > > > palagi yang merasa sering dipersulit di > > > kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). > > > > Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, > > > General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui > > > secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan > > > mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi > > > juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan > > > pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan > > > dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal > > > ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce > > > Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru > > > SD. Gak usah saya jelaskan
RE: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Ada beberapa kasus tragedy yang terjadi pada beberapa petempuan Tionghoa yang dinikahi oleh pria beragama tertentu. Setelah "digituin" dan diporotin hartanya, barulah sang istri malang dipaksa memeluk agama terakhir dan terbenar menurut sebagian pemeluknya dan yang keterlaluan lagi adalah harta porotan itu dipakai untuk menikahi istri kedua. Betapa sengsaranya sang istri yang telah terlanjur "ternoda" dan terbenam dalam lumpur kehinaan keluarga besarnya sendiri. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi ada juga sih kasus sukses berumah tangga antara perempuan Tionghoa dan etnis Jawa Islam. Sang suami tetap membiarkan istrinya beragama semula dan hidup tenteram damai bersama beberapa anak yang beberapa di antaranya telah berhasil menjadi sarjana (hasil beasiswa), meskipun mereka hidup secara sederhana. :-) _ From: zho...@yahoo.com [mailto:zho...@yahoo.com] Sent: Wednesday, October 28, 2009 10:33 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung Sebelum menikah, sebenarnya ada satu ujian penting bagi pasangan lintas golongan, untuk menguji apakah mereka bisa saling toleransi atas perbedaan yg ada, yakni: masalah perbedaan agama! Jika untuk menikah, salah satu pihak mensyaratkan calon pasangannya pindah agama, ini sudah merupakan indikasi kuat tidak adanya toleransi! Tak usah bicara toleransi untuk hal2 lain2 yg lebih kecil. Mungkin alasan pindah agama adalah untuk memenuhi persyaratan orang tua, tapi bagi orang yg menghargai pasangannya, untuk mempertahankan prinsip toleransi, dia hrs berani melawan kehendak orang tuanya sendiri. Ini ujian bagi dia, apakah tulus atau tidak? Sent from my BlackBerryR powered by Sinyal Kuat INDOSAT _ From: "Bagus" Date: Wed, 28 Oct 2009 02:34:08 - To: Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung soal kawin campur menurut gue itu sangat manusiawi ketertarikan antar lawan jenis itu wajar apalagi dengan beda bangsa dan agama.menurut saya yang terpenting dari kawin campur atau kawin sama sesama adalah jangan terlalu ego alias mau menang sendiri.suatu perkawian yang terpenting adalah saling memahami baik kelebihan da kekurangan serta saling mencintai. Tuhan menciptakan manusia berbeda beda tapi sama.
Pengalaman perkawinan campur Tionghua - Jawa Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Sebetulnya perkawinan campur tidak selalu berjalan seperti yang diceritakan berdasar pengalaman Tan Lookay. Kebetulan saja yang dialami oleh Tan Lookay seperti yang diuraikan, atau lebih tepatnya tidak ada data statistik yang menunjang claim claim tertentu. Perkawinan campur harus di kategorikan ke beberapa macam. Misalnya apakah ini perkawinan antara dua orang yang belum kawin? ataukah antara duda dengan anak gadis atau antara janda dengan jejaka. Dan apakah sang duda atau sang janda sudah mempunyai anak dengan isteri/suami sebelumnya? Apakah mereka menjadi duda atau janda karena bercerai hidup atau karena pasangannya meninggal? Kemudian juga harus dilihat bagaimanakah status sosial masing2 pihak? Apakah status sosial mereka sama? Apakah status materi mereka sama? Ataukah status yang satu lebih tinggi dari yang lain? Dan kapan perkawinan campur ini terjadi? Sebelum tahun 1920'an atau antara 1920 1945? Atau 45 sd 70? Atau 70 sd 98? Atau sesudah tahun 1998? Dan dimana? Di Jawa atau di luar Jawa? Antara suku apa? Dan apakah ada perbedaan agama? Walaupun tidak ada data statistik yang mendukung, agaknya berdasar cerita cerita dari jaman dahulu dan melihat ke sekeliling, di jaman dahulu (seb 45), perkawinan campur lebih tidak menjadi masalah, jika semakin sedikit faktor yang bisa menjadi penghalang. Misalnya antara perjaka dan gadis lebih sedikit masalahnya dibanding duda atau janda sdh beranak dengan gadis/jejaka. Dalam hal yang terakhir, baik yang cerai hidup maupun yang karena pasangan meninggal, maka biasanya faktor keluarga (ayah, ibu, saudara) dari yang bercerai atau yang meninggal ikut bersuara karena sudah ada anak tadi. Juga walaupun tidak ada statistik yang mendukung, tetapi dari beberapa perkawinan campur yang penulis ketahui dari masa sebelum tahun 45, biasanya status sosial menjadi faktor penentu apakah seseorang akan ikut menjadi golongan yang mana. Ada banyak kasus terutama di Jawa (yang diketahui oleh penulis) yang orang Jawa menjadi orang Tionghoa, tapi juga ada kasus dimana orang Tionghoa menjadi orang Jawa. Di jaman dulu katanya status sosial dan status materi yang menentukan, biasanya yang kalah statusnya 'di dudut' oleh pihak yang status nya lebih tinggi. Dan ini bisa berlaku baik bagi pria maupun wanita. Antara tahun 1900'an sampai dengan 1945 datang sejumlah pemuda imigran dari daratan Tiongkok, banyak diantara mereka yang kemudian mengambil gadis lokal menjadi isterinya, walaupun tidak ada data statistik yang mendukung, perkawinan campur mereka melahirkan generasi yang kemudian dan tidak ada masalah. Dan sebetulnya perkawinan campur seperti ini juga sudah terjadi beberapa abad sebelumnya terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kenapa Jawa Tengah dan Jawa Timur? Ya karena waktu itu lebih banyak yang berorientasi ke pusat ekonomi Jawa, yang tentu saja masih bukan Jakarta tetapi berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lagi lagi tanpa data statistik yang mendukung, ada yang merasakan terutama setelah tahun 1970'an faktor yang menentukan terhadap perkawinan campur bergeser ke agama. Tentu saja semua ini akan menjadi subyek yang menarik untuk menjadi bahan kajian yaitu membandingkan pergeseran yang terjadi dalam hal faktor2 yang menentukan di perkawinan campur sebelum tahun 45 dan sesudah tahun 45. Atau mungkin dengan periodisasi yang lebih rinci lagi Tentu saja itu semua bisa dijadikan tugas akhir untuk meraih gelar sarjana. Salam, Harry Alim --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tantono Subagyo wrote: > > Lookay sudah tua (58) dan menjalani sendiri, jadi bisa share > pengalaman. Ayah Lookay almarhum pertama kali menikah dengan sesama suku, > setelah punya anak 5 orang lalu mama tua (Lookay blom pernah ketemu) > meninggal. Ketika papa Lookay mau menikah dengan mama Lookay, jaman itu > masih kuno , jadi ayah Lookay agak dikucilkan dari rumah besar. Lha, mama > Lookay gimana ?. Ya payah juga malah dikatakan jadi gundik, padahal dinikah > resmi secara agama dan ada surat nikahnya.
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung...emang iya
Makin menarik aja ni diskusi. EMANG IYA , pertama-tama toleransi memang harus baik. Tapi saya ada pengalaman unik dengan sodara sepupu saya di Jawa Tengah. Dia Katolik, kebetulan ada Orang Jawa asli teman gereja dia naksir ama dia. Orang Jawa itu baik bangat, tapi tante saya gak mau...ini jeleknya ortu. Mmmkira2 beberapa tahun berselang sepupu saya itu ketemu dengan Orang Sumatra ( Islam). Entah siapa yang lebih dulu jatuh cinta yang jelas lamaran sampai ke rumah. Eh...malah diterima dan sepupu saya menikah ama Orang Sumatra itu. Walau beda agama tapi sangat harmonis rumah tangganya. Selain harmonis, dengar2 usahanya juga makin maju. Ato jangan2 tante saya bisa meramal juga sehingga dia tau sepupu saya bakal happy ama yang Sumatera itu yak? hehehe...sebab kalo dilihat hubungan sosial , logikanya tante saya harus menerima yang Jawa karena selain sudah menetap di Jawa dari generasi ke generasi, mereka kan masih saling kenal satu sama lain. Nah kalo yang Sumatra kan jauh di mato...tapi mungkin faktor lain yang sangat menentukan, seperti yang saya pernah katakan... mungkin karena faktor pendekatan yang kurang meyakinkan...makanya langsung direject..heheheampe segitunya. --- On Tue, 10/27/09, zho...@yahoo.com wrote: From: zho...@yahoo.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Tuesday, October 27, 2009, 11:33 PM Sebelum menikah, sebenarnya ada satu ujian penting bagi pasangan lintas golongan, untuk menguji apakah mereka bisa saling toleransi atas perbedaan yg ada, yakni: masalah perbedaan agama! Jika untuk menikah, salah satu pihak mensyaratkan calon pasangannya pindah agama, ini sudah merupakan indikasi kuat tidak adanya toleransi! Tak usah bicara toleransi untuk hal2 lain2 yg lebih kecil. Mungkin alasan pindah agama adalah untuk memenuhi persyaratan orang tua, tapi bagi orang yg menghargai pasangannya, untuk mempertahankan prinsip toleransi, dia hrs berani melawan kehendak orang tuanya sendiri. Ini ujian bagi dia, apakah tulus atau tidak? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: "Bagus" Date: Wed, 28 Oct 2009 02:34:08 - To: Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung soal kawin campur menurut gue itu sangat manusiawi ketertarikan antar lawan jenis itu wajar apalagi dengan beda bangsa dan agama.menurut saya yang terpenting dari kawin campur atau kawin sama sesama adalah jangan terlalu ego alias mau menang sendiri.suatu perkawian yang terpenting adalah saling memahami baik kelebihan da kekurangan serta saling mencintai. Tuhan menciptakan manusia berbeda beda tapi sama. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "cristine_mandasari " wrote: > > hehehehe... sy jadi bingung mw ngomong apa [:p] > mungkin frasa "dikembalikan ke pribadi masing2" dapat dijadikan argumen > yg tepat? terutama untuk diri sy [:)] > makasih atas semua sarannya [:x] > > > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "younginheart5000" > wrote: > > > > Tenang, tenang, zis. > > > > Tak ada masalah sara disini. Pertanyaan anda sangat wajar. tokoh Nabil > juga bicara mengenai "penerbukan silang". > > > > Tak ada pertemuan etnis di Indonesia tanpa ada yang berani > persilangan. unsur sara selalu ada, dimanapun, juga di Eropa dan USA. > > > > Hadapi, jangan kita sembunyi.. > > > > > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "cristine_mandasari " > cristine_mandasari@ wrote: > > > > > > selamat sore semua [:)] > > > mohon maap jika ada kata menyinggung atau berkesan sara, > > > intinya sy berterima kasih atas semua apresiasi yg diberikan > terhadap > > > pertanyaan sy... > > > dengan pertimbangan agar tidak terjadi perselisihan yg lebih lanjut, > > > sy memutuskan untuk menutup topik ini... > > > semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda semua [:)] > > > > > > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "younginheart5000" > > > wrote: > > > > > > > > Nanya ama yang menanyakan soal ini.. > > > > > > > > emang sama aja, tapi tetap ada yang menghadapi masalah, buktinya > ada > > > yang nanya.. > > > > > > > > bahas Sara? si Yuni Sara? > > > > > > > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tarto Waseto twasey@ > wrote: > > > > > > > > > > Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ?? > > > > > Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin > itu > > > masi manusia ya ?? > > > > > > > > &g
Pengalaman perkawinan campur Tionghua - Jawa Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Lookay sudah tua (58) dan menjalani sendiri, jadi bisa share pengalaman. Ayah Lookay almarhum pertama kali menikah dengan sesama suku, setelah punya anak 5 orang lalu mama tua (Lookay blom pernah ketemu) meninggal. Ketika papa Lookay mau menikah dengan mama Lookay, jaman itu masih kuno , jadi ayah Lookay agak dikucilkan dari rumah besar. Lha, mama Lookay gimana ?. Ya payah juga malah dikatakan jadi gundik, padahal dinikah resmi secara agama dan ada surat nikahnya. Dan kakak tiri Lookay bersikap macam-macam, ada yang nganggap Lookay adik sendiri, ada yang tidak mengakui Lookay. Karena papa Lookay meninggal Lookay masih kecil, ya Jawanya jadi tambah kentel karena semakin jauh dari rumah besar dan merangkul budaya mama. Lha setelah dewasa terulang lagi, lookay jatuh cinta sama seseorang yang rumahnya dekat Keraton, istri Lookay cucu pangeran Hadiwinata dari HB VI, pertentangan juga terjadi, tapi ya sama-sama nekat, setelah lima tahun dengan usaha maksimal akhirnya Lookay toh jadi mantu favorit. Trus anak-anak gimana, anak pertama (laki-laki) menikah dengan puteri Sumatera Utara, bubar dalam waktu dua tahun karena perbedaan cara pandang, sebentar lagi anak kedua (perempuan) akan keluar pintu dan menikah dengan anak keluarga Tung (Khek dan dibesarkan di Makassar), toh aman-aman saja. Jadi perkawinan adalah antara dua orang yang menjalani, pihak lain jangan campur, boleh menasehati tetapi semuanya terserah kepada yang menjalankan. Kawin beda suku ya lebih berat dalam hal penyesuaian , kalau keduanya kuat ya berhasil, nggak ya bubar. Salam, Tan Lookay
Anak Oom Liem (Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung)
- Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, October 25, 2009 8:38 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > anaknya Om Lim kan > merid ama anak Pak Harto - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Apa iya ada anak Liem Sioe Liong yang married dengan anak Soeharto? Yang mana (siapa) ya? Rasanya koq tidak ada! Soal perkawinan campur antar anak bigshots, ada ihwal yang menarik. Dari antara daftar 10 orang Indonesia terkaya versi majalah Forbes, semuanya suku tionghoa, kecuali hanya 2 orang yang non-tionghoa. Yaitu Aburizal Bakrie dan Arifin Panigoro. Tetapi kedua-duanya itu, yang kebetulan karena teman sekolah jadi saya kenal dekat, anak-anaknya menikah campuran dengan pemuda-pemudi tionghoa. Kami-kami jadi suka mempercandai mereka: "Karena itulah maka sekarang kalian layak masuk daftar Forbes itu...". Wasalam. = - Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, October 25, 2009 8:38 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung Kalo ada ce Tionghoa trus dilamar ama putra Presiden yah pasti respeknya bagus. Dah ada contohnya koq, anaknya Om Lim kan merid ama anak Pak Harto ( mantan presiden ) Sayang waktu anaknya Om Lim dilamar ama anak Pak Harto, blom ada milist Tionghoa... kalo ada, gak bisa ngebayangin diskusi di miling list ini kayak apa yak..??? hehehe. No virus found in this outgoing message. Checked by AVG - www.avg.com Version: 8.5.423 / Virus Database: 270.14.32/2459 - Release Date: 10/25/09 19:57:00
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Ga setuju, kenapa dikit2 harus dianggap SARA, hubungan antar manusia itu termasuk antar etnis kan? Jd apa salahnya dibahas, asal sama2 terbuka dan jgn pake prinsip "g mau begini lo mau apa" pasti ga masalah kok. -Original Message- From: Tarto Waseto Date: Sun, 25 Oct 2009 21:48:50 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ?? Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu masi manusia ya ?? Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? wkwkwkwk Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan bersama sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka bersama sama, Seorang suami bersikap sebagai suami dan seorang istri bersikap sebagai istri, anak sebagai anak, semuanya tidak akan jadi masalah, apakah mau kawin ama orang tionghoa, atau jawa atau batak, atau bule, atau negro, atau orang eskimo ??? Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan langsung. Setuju rekan rekan ??? Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah ke topik SARA. --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 wrote: > From: younginheart5000 > Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM > masalah yang timbul dalam persilangan > antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) > agama. sekali pukul dua ha ha ha. > > jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama > sama Islam, sudah berkurang halangan. > > halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga > antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. > > lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: > diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK > saja? > > supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), > dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot > dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, > Nasir Tan wrote: > > > > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! > > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan > melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami > persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah > pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( > etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya > pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( > terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 > palagi yang merasa sering dipersulit di > kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). > > Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, > General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui > secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan > mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi > juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan > pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan > dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal > ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce > Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru > SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD > kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru > balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi > waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya > sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah > ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya > ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang > luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan > macam-macam, > > tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo > ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial > teman cici saya. > > Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama > ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya, > sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato > ortu...hehehe. > > Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, > SELANJUTNYA TERSERAH ANDA. Ada juga kesan ( menurut > pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang > suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. > Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk > Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini > sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa > Indonesia "baru tahap belajar alias menilai > negatif: Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis > di dalam buku pelajaran sekolah tetapi kenyataannya > terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih > aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah > kalau etnis non Tionghoa aja berpendapat seperti ini, > apalag
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ?? Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu masi manusia ya ?? Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? wkwkwkwk Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan bersama sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka bersama sama, Seorang suami bersikap sebagai suami dan seorang istri bersikap sebagai istri, anak sebagai anak, semuanya tidak akan jadi masalah, apakah mau kawin ama orang tionghoa, atau jawa atau batak, atau bule, atau negro, atau orang eskimo ??? Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan langsung. Setuju rekan rekan ??? Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah ke topik SARA. --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 wrote: > From: younginheart5000 > Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM > masalah yang timbul dalam persilangan > antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) > agama. sekali pukul dua ha ha ha. > > jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama > sama Islam, sudah berkurang halangan. > > halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga > antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. > > lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: > diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK > saja? > > supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), > dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot > dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, > Nasir Tan wrote: > > > > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! > > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan > melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami > persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah > pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( > etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya > pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( > terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 > palagi yang merasa sering dipersulit di > kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). > > Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, > General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui > secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan > mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi > juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan > pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan > dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal > ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce > Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru > SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD > kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru > balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi > waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya > sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah > ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya > ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang > luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan > macam-macam, > > tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo > ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial > teman cici saya. > > Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama > ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya, > sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato > ortu...hehehe. > > Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, > SELANJUTNYA TERSERAH ANDA. Ada juga kesan ( menurut > pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang > suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. > Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk > Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini > sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa > Indonesia "baru tahap belajar alias menilai > negatif: Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis > di dalam buku pelajaran sekolah tetapi kenyataannya > terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih > aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah > kalau etnis non Tionghoa aja berpendapat seperti ini, > apalagi yang etnis Tionghoa...hehehe.Jadi masalahnya, bukan > soal mitos atau non mitos tetapi banyak faktor yang > mempengaruhi sebagaimana yang dikemukakan sama Bro > Zhoufy, bahwa ada korelasi antara pernikahan dengan > kesetaraan pendidikan, > > harta, budaya, agama dll bahwa > kesemuanya ini memang betul adanya. Tetapi semua itu juga > tergantung nasib dan garis tangan seseorang. > > > > > > > > Nasir Tan > > > > > > > > > > > > --- On Sun, 10/25/09, cristine_mandasari > wrote: > > > > > > > > > > > > > > terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy. > > (maap jika sy salah sebut) > > sy jadi lapar membaca "nasi campur &
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Bukan Natsir, tapi Nasir..:). Kalo saya pribadi gak ada masalah, saya fleksibel aja, walau di kalangan keluarga ( sepupu, ii, dll terdapat banyak paham ). Di rumah juga terdapat perbedaan mashab walo sama2 Isalm ( N.U dan Muhammadiah ), tetapi tidak pernah diperdebatkan, padahal kalau mau mencari sumber perdebatannya,byk lho. Mayoritas masyarakat Indonesia etnis Tionghoa yang beragama Islam, adalah Muhammadiah, tapi yah ada aja Tionghoa Muslim yang ikut paham N.U. Saya gak pernah komentari yang seperti itu. Mmmm.Ce Tionghoa "biasanya" kurang respek sama Co Muslim, sekalipun dia seorang yang berdarah Tionghoa...kecuali kalo emang ganteng bangat yah..mungkin lain soal...hehehe. Tetapi semuanya itu juga tentunya tergantung pendekatan satu sama lain antara co dan ce. Karena banhyak kejadian percintaan berawal dari cuek..lama-lama bisa jadi benaran, kalo ada pihak yang agresif. Ada kasus spt : Sepupu saya Katolik, ditaksir sama etnis non Tionghoa Kristen yang udah punya anak dua...akhirnya jadi merid juga anaknya dah 3 malah. Padahal, si suami ini..yah cuma karena modal Kristen aja, waktu dia naksir sepupu, rumah juga gak punya, apa-apa gak punya. Gak tau gimana cara pendekatannya..sehingga sepupu saya yang punya posisi di tempat kerjanya bisa mau gitu lho. Sebelum mereka merid, saya ditanya ama family juga, dan saya tegas tidak setuju, tapi kalo kedua belah pihak sudah setuju atau papa/mama/ setuju..yah silakan saja. Kalo adik kandung saya pasti menentang habis2an...tapi sepupu sih...nanti dikiranya saya mempersulit...hehehe. --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 wrote: From: younginheart5000 Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Sunday, October 25, 2009, 9:05 AM masalah yang timbul dalam persilangan antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) agama. sekali pukul dua ha ha ha. jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama sama Islam, sudah berkurang halangan. halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK saja? supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Nasir Tan wrote: > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung .!!! > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan melaksanakan, tentunya > terlebih dahulu harus memahami persyaratan- persyaratan yang diinginkan oleh > kedua belah pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( etnis > Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya pegawai kelurahan yah > pasti akan mengalami hambatan ( terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa > mama/papa dah mencak2 palagi yang merasa sering dipersulit di kelurahan... > hehehe... hehehe ( 2x ketawa ). > Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, General Electric, ato yang > punya hak paten dan diakui secara internasional, Orang Tionghoa besar > kemungkinan akan mempertimbangkan. .hehehe. Ini bukan karena faktor materi > juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan pergaulan yang luas. > Saya gak tau kalau di daerah perbatasan dengan negara-negara tetangga, atau > di luar Pulau Jawa hal ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce > Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru SD. Gak usah saya > jelaskan gimana keadaan guru SD kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate > atau guru balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi waktu dia > merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya sukses...hehehe. Contoh lain; > teman cici sepupu saya nikah ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan > pernikahannya ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang luas, > jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan macam-macam, > tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo ukuran finansial masih jauhlah > dari kemampuan financial teman cici saya. > Saya menduga jangan- jangan yang naksir ama ce Tionghoa cara pendekatannya > tidak meyakinkan ya, sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato > ortu...hehehe. > Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH > ANDA. Ada juga kesan ( menurut pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa > itu terkadang suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. > Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk Ambon, Aceh, > Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini sama saja dengan yang lain yakni > kita semua Bangsa Indonesia "baru tahap belajar alias menilai negatif: > Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis di dalam buku pelajaran > sekolah tetapi kenyataannya terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya > masih aktif di kepemudaan di Jakarta beber
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Kalo ada ce Tionghoa trus dilamar ama putra Presiden yah pasti respeknya bagus. Dah ada contohnya koq, anaknya Om Lim kan merid ama anak Pak Harto ( mantan presiden ) Sayang waktu anaknya Om Lim dilamar ama anak Pak Harto, blom ada milist Tionghoa...kalo ada gak bisa ngebayangin diskusi di miling list ini kayak apa yak..??? .hehehe. --- On Sun, 10/25/09, zho...@yahoo.com wrote: From: zho...@yahoo.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Sunday, October 25, 2009, 9:02 AM Coba kalau yg melamar itu anak presiden! Pertimbangannya pasti lain. Kedudukan bung Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: Nasir Tan Date: Sun, 25 Oct 2009 04:26:11 -0700 (PDT) To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung Mohon maaf, saya ikut nimbrung .!!! Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami persyaratan- persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 palagi yang merasa sering dipersulit di kelurahan... hehehe... hehehe ( 2x ketawa ). Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan mempertimbangkan. .hehehe. Ini bukan karena faktor materi juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya sukses...hehehe. Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan macam-macam, tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial teman cici saya. Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya, sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato ortu...hehehe. Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH ANDA. Ada juga kesan ( menurut pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa Indonesia "baru tahap belajar alias menilai negatif: Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis di dalam buku pelajaran sekolah tetapi kenyataannya terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah kalau etnis non Tionghoa aja berpendapat seperti ini, apalagi yang etnis Tionghoa...hehehe. Jadi masalahnya, bukan soal mitos atau non mitos tetapi banyak faktor yang mempengaruhi sebagaimana yang dikemukakan sama Bro Zhoufy, bahwa ada korelasi antara pernikahan dengan kesetaraan pendidikan, harta, budaya, agama dll bahwa kesemuanya ini memang betul adanya. Tetapi semua itu juga tergantung nasib dan garis tangan seseorang. Nasir Tan --- On Sun, 10/25/09, cristine_mandasari wrote: terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy. (maap jika sy salah sebut) sy jadi lapar membaca "nasi campur & es campur" memang yg anda katakan benar 100% jika persamaan & kesamaan latar belakang akan membuat hubungan lebih langgeng, namun adakah solusi yg tepat untuk meruntuhkan dinding prasangka antar kedua etnis ini terima kasih. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote: > > Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan minuman saja! Ada nasi campur dan > es campur. > > Janganlah memandang keberatan orang tua dng kacamata negatif. Orang tua > manapun akan lebih senang anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan > golongan etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau golongan > pendapatan. > > Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah persekutuan seumur hidup, > membutuhkan penyesuaian total dari dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng > latar belakang sama saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng > latar budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. > > Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasan
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Coba kalau yg melamar itu anak presiden! Pertimbangannya pasti lain. Kedudukan bung Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Nasir Tan Date: Sun, 25 Oct 2009 04:26:11 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 palagi yang merasa sering dipersulit di kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan macam-macam, tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial teman cici saya. Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya, sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato ortu...hehehe. Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH ANDA. Ada juga kesan ( menurut pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa Indonesia "baru tahap belajar alias menilai negatif: Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis di dalam buku pelajaran sekolah tetapi kenyataannya terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah kalau etnis non Tionghoa aja berpendapat seperti ini, apalagi yang etnis Tionghoa...hehehe.Jadi masalahnya, bukan soal mitos atau non mitos tetapi banyak faktor yang mempengaruhi sebagaimana yang dikemukakan sama Bro Zhoufy, bahwa ada korelasi antara pernikahan dengan kesetaraan pendidikan, harta, budaya, agama dll bahwa kesemuanya ini memang betul adanya. Tetapi semua itu juga tergantung nasib dan garis tangan seseorang. Nasir Tan --- On Sun, 10/25/09, cristine_mandasari wrote: terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy. (maap jika sy salah sebut) sy jadi lapar membaca "nasi campur & es campur" memang yg anda katakan benar 100% jika persamaan & kesamaan latar belakang akan membuat hubungan lebih langgeng, namun adakah solusi yg tepat untuk meruntuhkan dinding prasangka antar kedua etnis ini terima kasih. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote: > > Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan minuman saja! Ada nasi campur dan > es campur. > > Janganlah memandang keberatan orang tua dng kacamata negatif. Orang tua > manapun akan lebih senang anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan > golongan etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau golongan > pendapatan. > > Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah persekutuan seumur hidup, > membutuhkan penyesuaian total dari dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng > latar belakang sama saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng > latar budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. > > Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasanya tertutupi oleh hal2 yg > jasmaniah, tapi setelah berjalan sekian lama akan menjadi masalah. Dibutuhkan > usaha yg lebih keras utk saling menerima. > > Tapi memang semua tdk mutlak, tergantung pribadi masing2. Yg penting hrs > dipikir matang2 dulu, dlm perkawinan antar golongan anda menghadapi tantangan > yg lebih besar. > > Satu hal yg penting: bagi para orangtua, perkawinan bukan hanya antar dua > orang saja, tapi juga merupakan perkawinan antar dua keluarga. Jika dua > keluarga tradisinya sangat berlainan, sulit untu
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 palagi yang merasa sering dipersulit di kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan macam-macam, tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial teman cici saya. Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya, sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato ortu...hehehe. Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH ANDA. Ada juga kesan ( menurut pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa Indonesia "baru tahap belajar alias menilai negatif: Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis di dalam buku pelajaran sekolah tetapi kenyataannya terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah kalau etnis non Tionghoa aja berpendapat seperti ini, apalagi yang etnis Tionghoa...hehehe.Jadi masalahnya, bukan soal mitos atau non mitos tetapi banyak faktor yang mempengaruhi sebagaimana yang dikemukakan sama Bro Zhoufy, bahwa ada korelasi antara pernikahan dengan kesetaraan pendidikan, harta, budaya, agama dll bahwa kesemuanya ini memang betul adanya. Tetapi semua itu juga tergantung nasib dan garis tangan seseorang. Nasir Tan --- On Sun, 10/25/09, cristine_mandasari wrote: terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy. (maap jika sy salah sebut) sy jadi lapar membaca "nasi campur & es campur" memang yg anda katakan benar 100% jika persamaan & kesamaan latar belakang akan membuat hubungan lebih langgeng, namun adakah solusi yg tepat untuk meruntuhkan dinding prasangka antar kedua etnis ini terima kasih. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote: > > Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan minuman saja! Ada nasi campur dan > es campur. > > Janganlah memandang keberatan orang tua dng kacamata negatif. Orang tua > manapun akan lebih senang anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan > golongan etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau golongan > pendapatan. > > Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah persekutuan seumur hidup, > membutuhkan penyesuaian total dari dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng > latar belakang sama saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng > latar budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. > > Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasanya tertutupi oleh hal2 yg > jasmaniah, tapi setelah berjalan sekian lama akan menjadi masalah. Dibutuhkan > usaha yg lebih keras utk saling menerima. > > Tapi memang semua tdk mutlak, tergantung pribadi masing2. Yg penting hrs > dipikir matang2 dulu, dlm perkawinan antar golongan anda menghadapi tantangan > yg lebih besar. > > Satu hal yg penting: bagi para orangtua, perkawinan bukan hanya antar dua > orang saja, tapi juga merupakan perkawinan antar dua keluarga. Jika dua > keluarga tradisinya sangat berlainan, sulit untuk bisa benar2 menyatu. > Misalnya saat merayakan sincia yg satu sedang puasa, kan repot. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: "cristine_mandasari " cristine_mandasari@ ... > Date: Sat, 24 Oct 2009 21:32:09 > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com > Subject: [budaya_tionghua] perkawinan campur > > selamat pagi, > semoga hari ini me