Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

2009-10-28 Terurut Topik Tarto Waseto
Iya, sebaiknya begitu.

Kalau misalnya Anda mempunyai masalah di perkawinan/pernikahan Anda, mungkin 
jangan di diskusikan secara ramai ramai. Sebaiknya mencari seorang konsultan 
atau seseorang yang dapat dipercaya.
(Atau pertanyaan Anda adalah iseng, sekedar ikut ber partisipasi ? :p   Ok, gpp 
)

Di setiap perkawinan/pernikahan, pasti selalu terdapat masalah (biasanya 
dianggap sebagai 'bumbu' pernikahan :p  ). 
Bukan berarti apabila kita melakukan pernikahan/perkawinan yang mungkin dari 
suku yang sama, atau agama yang sama, atau mungkin pandangan yang sama atau 
"jenis yang sama" ??? (hahahah... becanda).. maka kita tidak akan menghadapi 
masalah apapun.

Dulu Yana Julio pernah menulis di lagunya : "Bukankah cinta datang untuk 
menyatukan dua hati (dunia) yang berbeda"... 
Ada juga yang pernah menyatakan bahwa " Berbeda itu Indah"., dst..

PS : Pisss utk rekan2 yg sudah memberikan tanggapan. Salam Kenal  :)  Yoi ... 
^_^



--- On Mon, 10/26/09, cristine_mandasari  wrote:

From: cristine_mandasari 
Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, October 26, 2009, 5:08 PM






















selamat sore semua 
mohon maap jika ada kata menyinggung atau berkesan sara,
intinya sy berterima kasih atas semua apresiasi yg diberikan terhadap 
pertanyaan sy...
dengan pertimbangan agar tidak terjadi perselisihan yg lebih lanjut,
sy memutuskan untuk menutup topik ini...
semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda semua 




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "younginheart5000"  wrote:
>
> Nanya ama yang menanyakan soal ini..
> 
> emang sama aja, tapi tetap ada yang menghadapi masalah, buktinya ada yang 
> nanya..
> 
> bahas Sara? si Yuni Sara?
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tarto Waseto twasey@ wrote:
> >
> > Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ??
> > Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu masi 
> > manusia ya ?? 
> > 
> > Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? 
> > wkwkwkwk
> > 
> > Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan 
> > bersama sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka bersama 
> > sama, Seorang suami bersikap sebagai suami dan seorang istri bersikap 
> > sebagai istri, anak sebagai anak, semuanya tidak akan jadi masalah, apakah 
> > mau kawin ama orang tionghoa, atau jawa atau batak, atau bule, atau negro, 
> > atau orang eskimo ???
> > 
> > Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan 
> > langsung.
> > 
> > Setuju rekan rekan ???
> > Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah ke 
> > topik SARA. 
> > 
> > 
> > 
> > --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 crv118@ wrote:
> > 
> > > From: younginheart5000 crv118@
> > > Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
> > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> > > Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM
> > > masalah yang timbul dalam persilangan
> > > antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b)
> > > agama. sekali pukul dua ha ha ha.
> > > 
> > > jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama
> > > sama Islam, sudah berkurang halangan.
> > > 
> > > halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga
> > > antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa.
> > > 
> > > lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda:
> > > diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK
> > > saja?
> > > 
> > > supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa),
> > > dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot
> > > dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu.
> > > 
> > > 
> > > 
> > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com,
> > > Nasir Tan  wrote:
> > > >
> > > >  
> > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!!
> > > > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan
> > > melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami
> > > persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah
> > > pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki (
> > > etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya
> > > pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan (
> > > terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2
> > > palagi yang merasa sering dipersulit di
> > > kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ).  
> > > > Tetapi coba, kalo  Orang Jawa yang kerja di NASA,
> > > General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui
> > > secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan
> > > mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi
> > > juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan
> > > pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan
> > > dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal
> > > ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce
> > > Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru
> > > SD. Gak usah saya jelaskan

RE: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

2009-10-27 Terurut Topik als
Ada beberapa kasus tragedy yang terjadi pada beberapa petempuan Tionghoa
yang dinikahi oleh pria beragama tertentu. Setelah "digituin" dan diporotin
hartanya, barulah sang istri malang dipaksa memeluk agama terakhir dan
terbenar menurut sebagian pemeluknya dan yang keterlaluan lagi adalah harta
porotan itu dipakai untuk menikahi istri kedua. Betapa sengsaranya sang
istri yang telah terlanjur "ternoda" dan terbenam dalam lumpur kehinaan
keluarga besarnya sendiri. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi ada juga
sih kasus sukses berumah tangga antara perempuan Tionghoa dan etnis Jawa
Islam. Sang suami tetap membiarkan istrinya beragama semula dan hidup
tenteram damai bersama beberapa anak yang beberapa di antaranya telah
berhasil menjadi sarjana (hasil beasiswa), meskipun mereka hidup secara
sederhana. :-)

 

  _  

From: zho...@yahoo.com [mailto:zho...@yahoo.com] 
Sent: Wednesday, October 28, 2009 10:33 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

 

  

Sebelum menikah, sebenarnya ada satu ujian penting bagi pasangan lintas
golongan, untuk menguji apakah mereka bisa saling toleransi atas perbedaan
yg ada, yakni: masalah perbedaan agama!

Jika untuk menikah, salah satu pihak mensyaratkan calon pasangannya pindah
agama, ini sudah merupakan indikasi kuat tidak adanya toleransi! Tak usah
bicara toleransi untuk hal2 lain2 yg lebih kecil. 

Mungkin alasan pindah agama adalah untuk memenuhi persyaratan orang tua,
tapi bagi orang yg menghargai pasangannya, untuk mempertahankan prinsip
toleransi, dia hrs berani melawan kehendak orang tuanya sendiri. Ini ujian
bagi dia, apakah tulus atau tidak? 

Sent from my BlackBerryR
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

  _  

From: "Bagus"  

Date: Wed, 28 Oct 2009 02:34:08 -

To: 

Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

 

  

soal kawin campur menurut gue itu sangat manusiawi ketertarikan antar lawan
jenis itu wajar apalagi dengan beda bangsa dan agama.menurut saya yang
terpenting dari kawin campur atau kawin sama sesama adalah jangan terlalu
ego alias mau menang sendiri.suatu perkawian yang terpenting adalah saling
memahami baik kelebihan da kekurangan serta saling mencintai. Tuhan
menciptakan manusia berbeda beda tapi sama. 







Pengalaman perkawinan campur Tionghua - Jawa Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

2009-10-27 Terurut Topik hari.alim
Sebetulnya perkawinan campur tidak selalu berjalan seperti yang diceritakan 
berdasar pengalaman Tan Lookay. Kebetulan saja yang dialami oleh Tan Lookay 
seperti yang diuraikan, atau lebih tepatnya tidak ada data statistik yang 
menunjang claim claim tertentu.

Perkawinan campur harus di kategorikan ke beberapa macam. Misalnya apakah ini 
perkawinan antara dua orang yang belum kawin? ataukah antara duda dengan anak 
gadis atau antara janda dengan jejaka. Dan apakah sang duda atau sang janda 
sudah mempunyai anak dengan isteri/suami sebelumnya? Apakah mereka menjadi duda 
atau janda karena bercerai hidup atau karena pasangannya meninggal?

Kemudian juga harus dilihat bagaimanakah status sosial masing2 pihak? Apakah 
status sosial mereka sama? Apakah status materi mereka sama? Ataukah status 
yang satu lebih tinggi dari yang lain?

Dan kapan perkawinan campur ini terjadi? Sebelum tahun 1920'an atau antara 1920 
1945? Atau 45 sd 70? Atau 70 sd 98? Atau sesudah tahun 1998?

Dan dimana? Di Jawa atau di luar Jawa? Antara suku apa? Dan apakah ada 
perbedaan agama?

Walaupun tidak ada data statistik yang mendukung, agaknya berdasar cerita 
cerita dari jaman dahulu dan melihat ke sekeliling, di jaman dahulu (seb 45), 
perkawinan campur lebih tidak menjadi masalah, jika semakin sedikit faktor yang 
bisa menjadi penghalang. Misalnya antara perjaka dan gadis lebih sedikit 
masalahnya dibanding duda atau janda sdh beranak dengan gadis/jejaka. Dalam hal 
yang terakhir, baik yang cerai hidup maupun yang karena pasangan meninggal, 
maka biasanya faktor keluarga (ayah, ibu, saudara) dari yang bercerai atau yang 
meninggal ikut bersuara karena sudah ada anak tadi.

Juga walaupun tidak ada statistik yang mendukung, tetapi dari beberapa 
perkawinan campur yang penulis ketahui dari masa sebelum tahun 45, biasanya 
status sosial menjadi faktor penentu apakah seseorang akan ikut menjadi 
golongan yang mana. Ada banyak kasus terutama di Jawa (yang diketahui oleh 
penulis) yang orang Jawa menjadi orang Tionghoa, tapi juga ada kasus dimana 
orang Tionghoa menjadi orang Jawa. Di jaman dulu katanya status sosial dan 
status materi yang menentukan, biasanya yang kalah statusnya 'di dudut' oleh 
pihak yang status nya lebih tinggi.  Dan ini bisa berlaku baik bagi pria maupun 
wanita.

Antara tahun 1900'an sampai dengan 1945 datang sejumlah pemuda imigran dari 
daratan Tiongkok, banyak diantara mereka yang kemudian mengambil gadis lokal 
menjadi isterinya, walaupun tidak ada data statistik yang mendukung, perkawinan 
campur mereka melahirkan generasi yang kemudian dan tidak ada masalah.

Dan sebetulnya perkawinan campur seperti ini juga sudah terjadi beberapa abad 
sebelumnya terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kenapa Jawa Tengah 
dan Jawa Timur? Ya karena waktu itu lebih banyak yang berorientasi ke pusat 
ekonomi Jawa, yang tentu saja masih bukan Jakarta tetapi berada di Jawa Tengah 
dan Jawa Timur.

Lagi lagi tanpa data statistik yang mendukung, ada yang merasakan terutama 
setelah tahun 1970'an faktor yang menentukan terhadap perkawinan campur 
bergeser ke agama.

Tentu saja semua ini akan menjadi subyek yang menarik untuk menjadi bahan 
kajian yaitu membandingkan pergeseran yang terjadi dalam hal faktor2 yang 
menentukan di perkawinan campur sebelum tahun 45 dan sesudah tahun 45. Atau 
mungkin dengan periodisasi yang lebih rinci lagi

Tentu saja itu semua bisa dijadikan tugas akhir untuk meraih gelar sarjana.

Salam, Harry Alim



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tantono Subagyo  wrote:
>
> Lookay sudah tua (58) dan menjalani sendiri, jadi bisa share
> pengalaman. Ayah Lookay almarhum pertama kali menikah dengan sesama suku,
> setelah punya anak 5 orang lalu mama tua (Lookay blom pernah ketemu)
> meninggal.  Ketika papa Lookay mau menikah dengan mama Lookay, jaman itu
> masih kuno , jadi ayah Lookay agak dikucilkan dari rumah besar.  Lha, mama
> Lookay gimana ?. Ya payah juga malah dikatakan jadi gundik, padahal dinikah
> resmi secara agama dan ada surat nikahnya.  



Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung...emang iya

2009-10-27 Terurut Topik Nasir Tan

Makin menarik aja ni diskusi. EMANG IYA , pertama-tama toleransi  memang harus 
baik.
Tapi saya ada pengalaman unik dengan sodara sepupu saya di Jawa Tengah. Dia 
Katolik, kebetulan ada Orang Jawa asli teman gereja dia naksir ama dia. Orang 
Jawa itu baik bangat, tapi tante saya gak mau...ini jeleknya ortu. Mmmkira2 
beberapa tahun berselang sepupu saya itu ketemu dengan Orang Sumatra ( Islam). 
Entah siapa yang lebih dulu  jatuh cinta yang jelas lamaran sampai ke rumah. 
Eh...malah diterima dan sepupu saya menikah ama Orang Sumatra itu. Walau beda 
agama tapi sangat harmonis rumah tangganya. Selain harmonis, dengar2 usahanya 
juga makin maju. Ato jangan2 tante saya bisa meramal juga sehingga dia tau 
sepupu saya bakal happy ama yang Sumatera itu yak? hehehe...sebab kalo dilihat 
hubungan sosial , logikanya tante saya harus menerima yang Jawa karena selain 
sudah menetap di Jawa dari generasi ke generasi, mereka kan masih saling kenal 
satu sama lain. Nah kalo yang Sumatra kan jauh di mato...tapi mungkin faktor  
lain yang sangat menentukan,
 seperti yang saya pernah katakan... mungkin karena faktor pendekatan yang 
kurang meyakinkan...makanya langsung direject..heheheampe segitunya.

--- On Tue, 10/27/09, zho...@yahoo.com  wrote:


From: zho...@yahoo.com 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Tuesday, October 27, 2009, 11:33 PM


  



Sebelum menikah, sebenarnya ada satu ujian penting bagi pasangan lintas 
golongan, untuk menguji apakah mereka bisa saling toleransi atas perbedaan yg 
ada, yakni: masalah perbedaan agama!

Jika untuk menikah, salah satu pihak mensyaratkan calon pasangannya pindah 
agama, ini sudah merupakan indikasi kuat tidak adanya toleransi! Tak usah 
bicara toleransi untuk hal2 lain2 yg lebih kecil. 

Mungkin alasan pindah agama adalah untuk memenuhi persyaratan orang tua, tapi 
bagi orang yg menghargai pasangannya, untuk mempertahankan prinsip toleransi, 
dia hrs berani melawan kehendak orang tuanya sendiri. Ini ujian bagi dia, 
apakah tulus atau tidak? 

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


From: "Bagus"  
Date: Wed, 28 Oct 2009 02:34:08 -
To: 
Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

  

soal kawin campur menurut gue itu sangat manusiawi ketertarikan antar lawan 
jenis itu wajar apalagi dengan beda bangsa dan agama.menurut saya yang 
terpenting dari kawin campur atau kawin sama sesama adalah jangan terlalu ego 
alias mau menang sendiri.suatu perkawian yang terpenting adalah saling memahami 
baik kelebihan da kekurangan serta saling mencintai. Tuhan menciptakan manusia 
berbeda beda tapi sama. 

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "cristine_mandasari " 
 wrote:
>
> hehehehe... sy jadi bingung mw ngomong apa [:p]
> mungkin frasa "dikembalikan ke pribadi masing2" dapat dijadikan argumen
> yg tepat? terutama untuk diri sy [:)]
> makasih atas semua sarannya [:x]
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "younginheart5000" 
> wrote:
> >
> > Tenang, tenang, zis.
> >
> > Tak ada masalah sara disini. Pertanyaan anda sangat wajar. tokoh Nabil
> juga bicara mengenai "penerbukan silang".
> >
> > Tak ada pertemuan etnis di Indonesia tanpa ada yang berani
> persilangan. unsur sara selalu ada, dimanapun, juga di Eropa dan USA.
> >
> > Hadapi, jangan kita sembunyi..
> >
> >
> > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "cristine_mandasari "
> cristine_mandasari@ wrote:
> > >
> > > selamat sore semua [:)]
> > > mohon maap jika ada kata menyinggung atau berkesan sara,
> > > intinya sy berterima kasih atas semua apresiasi yg diberikan
> terhadap
> > > pertanyaan sy...
> > > dengan pertimbangan agar tidak terjadi perselisihan yg lebih lanjut,
> > > sy memutuskan untuk menutup topik ini...
> > > semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda semua [:)]
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "younginheart5000" 
> > > wrote:
> > > >
> > > > Nanya ama yang menanyakan soal ini..
> > > >
> > > > emang sama aja, tapi tetap ada yang menghadapi masalah, buktinya
> ada
> > > yang nanya..
> > > >
> > > > bahas Sara? si Yuni Sara?
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tarto Waseto twasey@
> wrote:
> > > > >
> > > > > Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ??
> > > > > Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin
> itu
> > > masi manusia ya ??
> > > > >
> > > &g

Pengalaman perkawinan campur Tionghua - Jawa Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

2009-10-27 Terurut Topik Tantono Subagyo
Lookay sudah tua (58) dan menjalani sendiri, jadi bisa share
pengalaman. Ayah Lookay almarhum pertama kali menikah dengan sesama suku,
setelah punya anak 5 orang lalu mama tua (Lookay blom pernah ketemu)
meninggal.  Ketika papa Lookay mau menikah dengan mama Lookay, jaman itu
masih kuno , jadi ayah Lookay agak dikucilkan dari rumah besar.  Lha, mama
Lookay gimana ?. Ya payah juga malah dikatakan jadi gundik, padahal dinikah
resmi secara agama dan ada surat nikahnya.  Dan kakak tiri Lookay bersikap
macam-macam, ada yang nganggap Lookay adik sendiri, ada yang tidak mengakui
Lookay.  Karena papa Lookay meninggal Lookay masih kecil, ya Jawanya jadi
tambah kentel karena semakin jauh dari rumah besar dan merangkul budaya
mama.  Lha setelah dewasa terulang lagi, lookay jatuh cinta sama seseorang
yang rumahnya dekat Keraton, istri Lookay cucu pangeran Hadiwinata dari HB
VI, pertentangan juga terjadi, tapi ya sama-sama nekat, setelah lima tahun
dengan usaha maksimal akhirnya Lookay toh jadi mantu favorit.  Trus
anak-anak gimana, anak pertama (laki-laki) menikah dengan puteri Sumatera
Utara, bubar dalam waktu dua tahun karena perbedaan cara pandang, sebentar
lagi anak kedua (perempuan) akan keluar pintu dan menikah dengan anak
keluarga Tung (Khek dan dibesarkan di Makassar), toh aman-aman saja. Jadi
perkawinan adalah antara dua orang yang menjalani, pihak lain jangan campur,
boleh menasehati tetapi semuanya terserah kepada yang menjalankan.  Kawin
beda suku ya lebih berat dalam hal penyesuaian , kalau keduanya kuat ya
berhasil, nggak ya bubar.  Salam, Tan Lookay


Anak Oom Liem (Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung)

2009-10-26 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message - 
From: Nasir Tan 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Sunday, October 25, 2009 8:38 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung


> anaknya Om Lim kan
> merid ama anak Pak Harto

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Apa iya ada anak Liem Sioe Liong yang married dengan anak Soeharto?
Yang mana (siapa) ya? Rasanya koq tidak ada!

Soal perkawinan campur antar anak bigshots, ada ihwal yang menarik.
Dari antara daftar 10 orang Indonesia terkaya versi majalah Forbes, semuanya 
suku tionghoa, kecuali hanya 2 orang yang non-tionghoa. Yaitu Aburizal Bakrie 
dan Arifin Panigoro.

Tetapi kedua-duanya itu, yang kebetulan karena teman sekolah jadi saya kenal 
dekat, anak-anaknya menikah campuran dengan pemuda-pemudi tionghoa.

Kami-kami jadi suka mempercandai mereka: "Karena itulah maka sekarang kalian 
layak masuk daftar Forbes itu...".

Wasalam.

=

- Original Message - 
From: Nasir Tan 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Sunday, October 25, 2009 8:38 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

Kalo ada ce  Tionghoa trus dilamar ama putra Presiden yah pasti respeknya bagus.

Dah ada contohnya koq, anaknya Om Lim kan merid ama anak Pak Harto ( mantan 
presiden )

Sayang waktu anaknya Om Lim dilamar ama anak Pak Harto, blom ada milist 
Tionghoa... kalo ada, gak bisa ngebayangin diskusi di miling list ini kayak apa 
yak..??? hehehe.

No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG - www.avg.com 
Version: 8.5.423 / Virus Database: 270.14.32/2459 - Release Date: 10/25/09 
19:57:00


Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

2009-10-25 Terurut Topik agoeng_set
Ga setuju, kenapa dikit2 harus dianggap SARA, hubungan antar manusia itu 
termasuk antar etnis kan? Jd apa salahnya dibahas, asal sama2 terbuka dan jgn 
pake prinsip "g mau begini lo mau apa" pasti ga masalah kok. 
-Original Message-
From: Tarto Waseto 
Date: Sun, 25 Oct 2009 21:48:50 
To: 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ??
Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu masi 
manusia ya ?? 

Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? wkwkwkwk

Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan bersama 
sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka bersama sama, Seorang 
suami bersikap sebagai suami dan seorang istri bersikap sebagai istri, anak 
sebagai anak, semuanya tidak akan jadi masalah, apakah mau kawin ama orang 
tionghoa, atau jawa atau batak, atau bule, atau negro, atau orang eskimo ???

Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan langsung.

Setuju rekan rekan ???
Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah ke topik 
SARA. 



--- On Sun, 10/25/09, younginheart5000  wrote:

> From: younginheart5000 
> Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM
> masalah yang timbul dalam persilangan
> antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b)
> agama. sekali pukul dua ha ha ha.
> 
> jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama
> sama Islam, sudah berkurang halangan.
> 
> halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga
> antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa.
> 
> lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda:
> diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK
> saja?
> 
> supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa),
> dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot
> dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu.
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com,
> Nasir Tan  wrote:
> >
> >  
> > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!!
> > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan
> melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami
> persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah
> pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki (
> etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya
> pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan (
> terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2
> palagi yang merasa sering dipersulit di
> kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ).  
> > Tetapi coba, kalo  Orang Jawa yang kerja di NASA,
> General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui
> secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan
> mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi
> juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan
> pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan
> dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal
> ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce
> Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru
> SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD
> kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru
> balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi
> waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya
> sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah
> ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya
> ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang
> luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan
> macam-macam,
> >  tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo
> ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial
> teman cici saya. 
> > Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama
> ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya,
> sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato
> ortu...hehehe.
> > Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA,
> SELANJUTNYA TERSERAH ANDA.  Ada juga kesan ( menurut
> pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang
> suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya.
> Sebaliknya, etnis luar  Jawa yang non Tionghoa ( termasuk
> Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini
> sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa
> Indonesia "baru tahap belajar    alias  menilai
> negatif:  Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis
> di dalam buku pelajaran sekolah tetapi kenyataannya
> terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih
> aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah
> kalau etnis non Tionghoa aja berpendapat seperti ini,
> apalag

Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

2009-10-25 Terurut Topik Tarto Waseto
Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ??
Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu masi 
manusia ya ?? 

Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? wkwkwkwk

Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan bersama 
sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka bersama sama, Seorang 
suami bersikap sebagai suami dan seorang istri bersikap sebagai istri, anak 
sebagai anak, semuanya tidak akan jadi masalah, apakah mau kawin ama orang 
tionghoa, atau jawa atau batak, atau bule, atau negro, atau orang eskimo ???

Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan langsung.

Setuju rekan rekan ???
Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah ke topik 
SARA. 



--- On Sun, 10/25/09, younginheart5000  wrote:

> From: younginheart5000 
> Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM
> masalah yang timbul dalam persilangan
> antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b)
> agama. sekali pukul dua ha ha ha.
> 
> jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama
> sama Islam, sudah berkurang halangan.
> 
> halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga
> antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa.
> 
> lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda:
> diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK
> saja?
> 
> supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa),
> dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot
> dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu.
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com,
> Nasir Tan  wrote:
> >
> >  
> > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!!
> > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan
> melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami
> persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah
> pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki (
> etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya
> pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan (
> terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2
> palagi yang merasa sering dipersulit di
> kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ).  
> > Tetapi coba, kalo  Orang Jawa yang kerja di NASA,
> General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui
> secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan
> mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi
> juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan
> pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan
> dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal
> ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce
> Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru
> SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD
> kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru
> balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi
> waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya
> sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah
> ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya
> ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang
> luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan
> macam-macam,
> >  tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo
> ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial
> teman cici saya. 
> > Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama
> ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya,
> sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato
> ortu...hehehe.
> > Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA,
> SELANJUTNYA TERSERAH ANDA.  Ada juga kesan ( menurut
> pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang
> suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya.
> Sebaliknya, etnis luar  Jawa yang non Tionghoa ( termasuk
> Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini
> sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa
> Indonesia "baru tahap belajar    alias  menilai
> negatif:  Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis
> di dalam buku pelajaran sekolah tetapi kenyataannya
> terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih
> aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah
> kalau etnis non Tionghoa aja berpendapat seperti ini,
> apalagi yang etnis Tionghoa...hehehe.Jadi masalahnya, bukan
> soal mitos atau non mitos tetapi banyak faktor yang
> mempengaruhi sebagaimana yang dikemukakan sama  Bro
> Zhoufy, bahwa ada korelasi antara pernikahan dengan
> kesetaraan pendidikan,
> >  harta, budaya, agama dll bahwa
> kesemuanya ini memang betul adanya. Tetapi semua itu juga
> tergantung nasib dan garis tangan seseorang.
> >  
> >  
> >  
> > Nasir Tan
> >  
> >  
> >  
> > 
> > 
> > --- On Sun, 10/25/09, cristine_mandasari
>  wrote:
> > 
> > 
> >   
> > 
> > 
> > 
> > terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy.
> > (maap jika sy salah sebut)
> > sy jadi lapar membaca "nasi campur &

Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

2009-10-25 Terurut Topik Nasir Tan

Bukan Natsir, tapi Nasir..:). Kalo saya pribadi gak ada masalah, saya fleksibel 
aja, walau di kalangan keluarga ( sepupu, ii, dll  terdapat banyak paham ). Di 
rumah juga terdapat perbedaan mashab walo sama2 Isalm ( N.U dan Muhammadiah ), 
tetapi tidak pernah diperdebatkan, padahal kalau mau mencari sumber 
perdebatannya,byk lho. Mayoritas masyarakat Indonesia  etnis Tionghoa yang 
beragama Islam, adalah Muhammadiah, tapi yah ada aja Tionghoa Muslim yang ikut 
paham N.U. Saya gak pernah komentari yang seperti itu. Mmmm.Ce Tionghoa 
"biasanya" kurang respek sama Co Muslim, sekalipun dia seorang yang berdarah 
Tionghoa...kecuali kalo emang ganteng bangat yah..mungkin lain 
soal...hehehe. Tetapi semuanya itu juga tentunya tergantung pendekatan satu 
sama lain antara co dan ce. Karena banhyak kejadian percintaan berawal dari 
cuek..lama-lama bisa jadi benaran, kalo ada pihak yang agresif.
Ada kasus spt : Sepupu saya Katolik, ditaksir sama etnis non Tionghoa Kristen 
yang udah punya anak dua...akhirnya jadi merid juga anaknya dah 3 malah. 
Padahal, si suami ini..yah cuma karena modal Kristen aja, waktu dia naksir 
sepupu, rumah juga gak punya, apa-apa gak punya. Gak tau gimana cara 
pendekatannya..sehingga sepupu saya yang punya posisi di tempat kerjanya bisa 
mau gitu lho. Sebelum mereka merid, saya ditanya ama family juga, dan saya 
tegas tidak setuju, tapi kalo kedua belah pihak sudah setuju atau papa/mama/ 
setuju..yah silakan saja. Kalo adik kandung saya pasti menentang 
habis2an...tapi sepupu sih...nanti dikiranya saya mempersulit...hehehe. 
 

--- On Sun, 10/25/09, younginheart5000  wrote:


From: younginheart5000 
Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Sunday, October 25, 2009, 9:05 AM


  



masalah yang timbul dalam persilangan antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah 
a) etnisitas dan b) agama. sekali pukul dua ha ha ha.

jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama sama Islam, sudah 
berkurang halangan.

halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga antar non Tionghoa, 
atau antar Tionghoa.

lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: diantara Muslim non 
Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK saja?

supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), dia tak ada masalah 
dengan penduduk setempat, tetapi repot dengan saudara saudara pihak Tionghoa 
yang Konghucu.

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Nasir Tan  wrote:
>
>  
> Mohon maaf, saya ikut nimbrung .!!!
> Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan melaksanakan, tentunya 
> terlebih dahulu harus memahami persyaratan- persyaratan yang diinginkan oleh 
> kedua belah pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( etnis 
> Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya pegawai kelurahan yah 
> pasti akan mengalami hambatan ( terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa 
> mama/papa dah mencak2 palagi yang merasa sering dipersulit di kelurahan... 
> hehehe... hehehe ( 2x ketawa ).  
> Tetapi coba, kalo  Orang Jawa yang kerja di NASA, General Electric, ato yang 
> punya hak paten dan diakui secara internasional, Orang Tionghoa besar 
> kemungkinan akan mempertimbangkan. .hehehe. Ini bukan karena faktor materi 
> juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan pergaulan yang luas. 
> Saya gak tau kalau di daerah perbatasan dengan negara-negara tetangga, atau 
> di luar Pulau Jawa hal ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce 
> Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru SD. Gak usah saya 
> jelaskan gimana keadaan guru SD kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate 
> atau guru balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi waktu dia 
> merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya sukses...hehehe. Contoh lain; 
> teman cici sepupu saya nikah ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan 
> pernikahannya ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang luas, 
> jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan macam-macam,
> tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo ukuran finansial masih jauhlah 
> dari kemampuan financial teman cici saya. 
> Saya menduga jangan- jangan yang naksir ama ce Tionghoa cara pendekatannya 
> tidak meyakinkan ya, sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato 
> ortu...hehehe.
> Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH 
> ANDA.  Ada juga kesan ( menurut pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa 
> itu terkadang suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. 
> Sebaliknya, etnis luar  Jawa yang non Tionghoa ( termasuk Ambon, Aceh, 
> Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini sama saja dengan yang lain yakni 
> kita semua Bangsa Indonesia "baru tahap belajar    alias  menilai negatif:  
> Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis di dalam buku pelajaran 
> sekolah tetapi kenyataannya terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya 
> masih aktif di kepemudaan di Jakarta beber

Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

2009-10-25 Terurut Topik Nasir Tan
Kalo ada ce  Tionghoa trus dilamar ama putra Presiden yah pasti respeknya 
bagus. Dah ada contohnya koq, anaknya Om Lim kan merid ama anak Pak Harto ( 
mantan presiden )
Sayang waktu anaknya Om Lim dilamar ama anak Pak Harto, blom ada milist 
Tionghoa...kalo ada gak bisa ngebayangin diskusi di miling list ini kayak apa 
yak..??? .hehehe.

--- On Sun, 10/25/09, zho...@yahoo.com  wrote:


From: zho...@yahoo.com 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Sunday, October 25, 2009, 9:02 AM


  



Coba kalau yg melamar itu anak presiden! Pertimbangannya pasti lain.
Kedudukan bung 


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


From: Nasir Tan  
Date: Sun, 25 Oct 2009 04:26:11 -0700 (PDT)
To: 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

  






 
Mohon maaf, saya ikut nimbrung .!!!
Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan melaksanakan, tentunya 
terlebih dahulu harus memahami persyaratan- persyaratan yang diinginkan oleh 
kedua belah pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( etnis 
Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya pegawai kelurahan yah 
pasti akan mengalami hambatan ( terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa 
mama/papa dah mencak2 palagi yang merasa sering dipersulit di kelurahan... 
hehehe... hehehe ( 2x ketawa ).  
Tetapi coba, kalo  Orang Jawa yang kerja di NASA, General Electric, ato yang 
punya hak paten dan diakui secara internasional, Orang Tionghoa besar 
kemungkinan akan mempertimbangkan. .hehehe. Ini bukan karena faktor materi 
juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan pergaulan yang luas. Saya 
gak tau kalau di daerah perbatasan dengan negara-negara tetangga, atau di luar 
Pulau Jawa hal ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce Tionghoa 
) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru SD. Gak usah saya jelaskan 
gimana keadaan guru SD kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru 
balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi waktu dia merid, 
karena tidak diundang, tapi nyatanya sukses...hehehe. Contoh lain; teman cici 
sepupu saya nikah ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya 
ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang luas, jadi udah diolah 
ama istrinya bisnis agro dan macam-macam,
 tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo ukuran finansial masih jauhlah 
dari kemampuan financial teman cici saya. 
Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama ce Tionghoa cara pendekatannya tidak 
meyakinkan ya, sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato ortu...hehehe.
Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH 
ANDA.  Ada juga kesan ( menurut pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu 
terkadang suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. 
Sebaliknya, etnis luar  Jawa yang non Tionghoa ( termasuk Ambon, Aceh, Manado, 
Minang dll ) pada dasarnya kita ini sama saja dengan yang lain yakni kita semua 
Bangsa Indonesia "baru tahap belajar    alias  menilai negatif:  Saya kemukakan 
karena saya yakin tidak tertulis di dalam buku pelajaran sekolah tetapi 
kenyataannya terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih aktif di 
kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah kalau etnis non Tionghoa aja 
berpendapat seperti ini, apalagi yang etnis Tionghoa...hehehe. Jadi masalahnya, 
bukan soal mitos atau non mitos tetapi banyak faktor yang mempengaruhi 
sebagaimana yang dikemukakan sama  Bro Zhoufy, bahwa ada korelasi antara 
pernikahan dengan kesetaraan pendidikan,
 harta, budaya, agama dll bahwa kesemuanya ini memang betul adanya. Tetapi 
semua itu juga tergantung nasib dan garis tangan seseorang.
 
 
 
Nasir Tan
 
 
 


--- On Sun, 10/25/09, cristine_mandasari  wrote:


  

terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy.
(maap jika sy salah sebut)
sy jadi lapar membaca "nasi campur & es campur" 
memang yg anda katakan benar 100% jika persamaan & kesamaan latar belakang akan 
membuat hubungan lebih langgeng,
namun adakah solusi yg tepat untuk meruntuhkan dinding prasangka antar kedua 
etnis ini 
terima kasih.

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote:
>
> Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan minuman saja! Ada nasi campur dan 
> es campur. 
> 
> Janganlah memandang keberatan orang tua dng kacamata negatif. Orang tua 
> manapun akan lebih senang anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan 
> golongan etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau golongan 
> pendapatan. 
> 
> Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah persekutuan seumur hidup, 
> membutuhkan penyesuaian total dari dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng 
> latar belakang sama saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng 
> latar budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. 
> 
> Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasan

Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

2009-10-25 Terurut Topik zhoufy
Coba kalau yg melamar itu anak presiden! Pertimbangannya pasti lain.
Kedudukan bung 


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Nasir Tan 
Date: Sun, 25 Oct 2009 04:26:11 
To: 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

 
Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!!
Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan melaksanakan, tentunya 
terlebih dahulu harus memahami persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh 
kedua belah pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( etnis 
Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya pegawai kelurahan yah 
pasti akan mengalami hambatan ( terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa 
mama/papa dah mencak2 palagi yang merasa sering dipersulit di 
kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ).  
Tetapi coba, kalo  Orang Jawa yang kerja di NASA, General Electric, ato yang 
punya hak paten dan diakui secara internasional, Orang Tionghoa besar 
kemungkinan akan mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi juga, 
tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan pergaulan yang luas. Saya gak 
tau kalau di daerah perbatasan dengan negara-negara tetangga, atau di luar 
Pulau Jawa hal ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce Tionghoa 
) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru SD. Gak usah saya jelaskan 
gimana keadaan guru SD kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru 
balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi waktu dia merid, 
karena tidak diundang, tapi nyatanya sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici 
sepupu saya nikah ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya 
ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang luas, jadi udah diolah 
ama istrinya bisnis agro dan macam-macam,
 tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo ukuran finansial masih jauhlah 
dari kemampuan financial teman cici saya. 
Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama ce Tionghoa cara pendekatannya tidak 
meyakinkan ya, sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato ortu...hehehe.
Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH 
ANDA.  Ada juga kesan ( menurut pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu 
terkadang suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. 
Sebaliknya, etnis luar  Jawa yang non Tionghoa ( termasuk Ambon, Aceh, Manado, 
Minang dll ) pada dasarnya kita ini sama saja dengan yang lain yakni kita semua 
Bangsa Indonesia "baru tahap belajar    alias  menilai negatif:  Saya kemukakan 
karena saya yakin tidak tertulis di dalam buku pelajaran sekolah tetapi 
kenyataannya terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih aktif di 
kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah kalau etnis non Tionghoa aja 
berpendapat seperti ini, apalagi yang etnis Tionghoa...hehehe.Jadi masalahnya, 
bukan soal mitos atau non mitos tetapi banyak faktor yang mempengaruhi 
sebagaimana yang dikemukakan sama  Bro Zhoufy, bahwa ada korelasi antara 
pernikahan dengan kesetaraan pendidikan,
 harta, budaya, agama dll bahwa kesemuanya ini memang betul adanya. Tetapi 
semua itu juga tergantung nasib dan garis tangan seseorang.
 
 
 
Nasir Tan
 
 
 


--- On Sun, 10/25/09, cristine_mandasari  wrote:


  



terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy.
(maap jika sy salah sebut)
sy jadi lapar membaca "nasi campur & es campur" 
memang yg anda katakan benar 100% jika persamaan & kesamaan latar belakang akan 
membuat hubungan lebih langgeng,
namun adakah solusi yg tepat untuk meruntuhkan dinding prasangka antar kedua 
etnis ini 
terima kasih.

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote:
>
> Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan minuman saja! Ada nasi campur dan 
> es campur. 
> 
> Janganlah memandang keberatan orang tua dng kacamata negatif. Orang tua 
> manapun akan lebih senang anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan 
> golongan etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau golongan 
> pendapatan. 
> 
> Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah persekutuan seumur hidup, 
> membutuhkan penyesuaian total dari dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng 
> latar belakang sama saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng 
> latar budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. 
> 
> Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasanya tertutupi oleh hal2 yg 
> jasmaniah, tapi setelah berjalan sekian lama akan menjadi masalah. Dibutuhkan 
> usaha yg lebih keras utk saling menerima. 
> 
> Tapi memang semua tdk mutlak, tergantung pribadi masing2. Yg penting hrs 
> dipikir matang2 dulu, dlm perkawinan antar golongan anda menghadapi tantangan 
> yg lebih besar. 
> 
> Satu hal yg penting: bagi para orangtua, perkawinan bukan hanya antar dua 
> orang saja, tapi juga merupakan perkawinan antar dua keluarga. Jika dua 
> keluarga tradisinya sangat berlainan, sulit untu

Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung

2009-10-25 Terurut Topik Nasir Tan
 
Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!!
Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan melaksanakan, tentunya 
terlebih dahulu harus memahami persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh 
kedua belah pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( etnis 
Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya pegawai kelurahan yah 
pasti akan mengalami hambatan ( terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa 
mama/papa dah mencak2 palagi yang merasa sering dipersulit di 
kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ).  
Tetapi coba, kalo  Orang Jawa yang kerja di NASA, General Electric, ato yang 
punya hak paten dan diakui secara internasional, Orang Tionghoa besar 
kemungkinan akan mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi juga, 
tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan pergaulan yang luas. Saya gak 
tau kalau di daerah perbatasan dengan negara-negara tetangga, atau di luar 
Pulau Jawa hal ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce Tionghoa 
) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru SD. Gak usah saya jelaskan 
gimana keadaan guru SD kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru 
balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi waktu dia merid, 
karena tidak diundang, tapi nyatanya sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici 
sepupu saya nikah ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya 
ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang luas, jadi udah diolah 
ama istrinya bisnis agro dan macam-macam,
 tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo ukuran finansial masih jauhlah 
dari kemampuan financial teman cici saya. 
Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama ce Tionghoa cara pendekatannya tidak 
meyakinkan ya, sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato ortu...hehehe.
Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH 
ANDA.  Ada juga kesan ( menurut pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu 
terkadang suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. 
Sebaliknya, etnis luar  Jawa yang non Tionghoa ( termasuk Ambon, Aceh, Manado, 
Minang dll ) pada dasarnya kita ini sama saja dengan yang lain yakni kita semua 
Bangsa Indonesia "baru tahap belajar    alias  menilai negatif:  Saya kemukakan 
karena saya yakin tidak tertulis di dalam buku pelajaran sekolah tetapi 
kenyataannya terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih aktif di 
kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah kalau etnis non Tionghoa aja 
berpendapat seperti ini, apalagi yang etnis Tionghoa...hehehe.Jadi masalahnya, 
bukan soal mitos atau non mitos tetapi banyak faktor yang mempengaruhi 
sebagaimana yang dikemukakan sama  Bro Zhoufy, bahwa ada korelasi antara 
pernikahan dengan kesetaraan pendidikan,
 harta, budaya, agama dll bahwa kesemuanya ini memang betul adanya. Tetapi 
semua itu juga tergantung nasib dan garis tangan seseorang.
 
 
 
Nasir Tan
 
 
 


--- On Sun, 10/25/09, cristine_mandasari  wrote:


  



terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy.
(maap jika sy salah sebut)
sy jadi lapar membaca "nasi campur & es campur" 
memang yg anda katakan benar 100% jika persamaan & kesamaan latar belakang akan 
membuat hubungan lebih langgeng,
namun adakah solusi yg tepat untuk meruntuhkan dinding prasangka antar kedua 
etnis ini 
terima kasih.

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote:
>
> Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan minuman saja! Ada nasi campur dan 
> es campur. 
> 
> Janganlah memandang keberatan orang tua dng kacamata negatif. Orang tua 
> manapun akan lebih senang anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan 
> golongan etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau golongan 
> pendapatan. 
> 
> Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah persekutuan seumur hidup, 
> membutuhkan penyesuaian total dari dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng 
> latar belakang sama saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng 
> latar budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. 
> 
> Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasanya tertutupi oleh hal2 yg 
> jasmaniah, tapi setelah berjalan sekian lama akan menjadi masalah. Dibutuhkan 
> usaha yg lebih keras utk saling menerima. 
> 
> Tapi memang semua tdk mutlak, tergantung pribadi masing2. Yg penting hrs 
> dipikir matang2 dulu, dlm perkawinan antar golongan anda menghadapi tantangan 
> yg lebih besar. 
> 
> Satu hal yg penting: bagi para orangtua, perkawinan bukan hanya antar dua 
> orang saja, tapi juga merupakan perkawinan antar dua keluarga. Jika dua 
> keluarga tradisinya sangat berlainan, sulit untuk bisa benar2 menyatu. 
> Misalnya saat merayakan sincia yg satu sedang puasa, kan repot. 
> 
> Sent from my BlackBerry® 
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT 
> 
> -Original Message- 
> From: "cristine_mandasari " cristine_mandasari@ ... 
> Date: Sat, 24 Oct 2009 21:32:09 
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
> Subject: [budaya_tionghua] perkawinan campur 
> 
> selamat pagi, 
> semoga hari ini me