Re: [ccTLD-ID] Peta internet (non) governance di Indonesia
Ya dimilis yang lalu, aku minta keterbukaan, tolong diberikan informasi terbuka, dimana keberadaan bayi-yang-jadi-juragan-registry itu, mana akta-nya tampilkan ke publik, kita lihat bersama jeroan-nya, bagaimana kok bisa dapat previledge ditunjuk jadi Registry. Itu yang pertama. 2: Presentasi CAMEL untuk Non-for- profit Organization PPDI tersebut. [Capital, Asset, Management, Equity, Liquidity] cc-TLD Kelembagaan vs cc-TLD Perorangan. Peninggalan IANA sebelum ICANN memang melahirkan Admin2 Teknik yang disebut dengan cc-TLD Manager. 3: Arsip dokumentasi komunikasi IANA dan ICANN? Di era ICANN, policy, banyak proses penyegaran cc-TLD establishment melalui re-delagation, krn berkaitan dengan CAMEL tadi. 4: cc-TLD Infrastructure saat ini, coba kita audit? Daftar para sponsor/Anggota APJII yang bisa menjadikan cc-TLD in operation sampai APJII di coret, masih adakah peninggalan hasil APJII/IDNIC dalam operasional New Registry. Istilahnya dari sini keluar unit cost vs capital per unit. Itu saja dulu, maaf bila ada kata2 yang tdk berkenan Maafaku mau off-line dulu. -teddy tetap yang dulu, mohon diterima segala kekurangannya. At 02:02 PM 4/15/2005, jimmy wrote: Sanjaya wrote: Kalau memang bentuk organisasi persekutuan perdata CCTLD-ID ini dirasa sangat tidak cocok, silakan dikritik dan diperbaiki. Milis ini adalah grass-root nya cctld-id, jadi memang disinilah tempatnya untuk dibahas. Silakan. setuju. ayo bung teddy. IMHO, ini saat dan tempat yg tepat untuk melemparkan ide/opini. salam, jimmy
Hirarki Tradisional (was Re: [ccTLD-ID] Move ...)
Wah, gimana dong ya Om jadinya kalau improvement Internet Indonesia memasukan hirarki kepemimpinan tradisional :-). Sedangkan istilah tekniknya aja masih sulit dipahami (oleh anak anak) karena masih memakai bahasa Inggris. Saya hawatir, pas ada tamu dari APNIC atau ICANN atau dari Insitutsi Internet asing ke Indonesia, akan kebingungan pasalnya contact person yg mudah dimengerti mereka kok sulit yah, karena disini memakai hirarki kepemimpinan tradisional...apakah hal ini perlu diusulkan menjadi sebuah RFC seperti ramenya bahasa nasional cina, jepang, arab yg didiskusikan supaya bisa masuk kedalam url. Sebut saja konvensi hirarki tradisinoal Indonesia sudah diterima menjadi RFC setelah melalui diskusi dan rapat yg lama di luar negeri, akan tetapi itu tentunya hanya akan diketahui oleh para pelaku IT saja, sedangkan pelaku dibidang lain seperti imigrasi mungkin belum kenal. Sehingga pada suatu hari bisa saja ada seorang petugas imigrasi di bandara, kebingungan karena seorang tamu asing yg datang ke Indonesia akan mengunjungi seorang prabu atau seorang bapak raja atau seorang Yang Dipertuan Agong Internet Indonesia dari lembaga Galura. Kata Galura sudah masuk RFC, padahal Galura yg dikenal umum adalah nama koran di berbahasa Sunda di Bandung. Untungnya petugas bandara itu bisa berbahasa Sunda, ketika ditanya Bade kamana (mau kemana) tamu asing itu hanya diam seribu bahasa, lagian kartu namanya atau print out dari web sitenya lupa tidak dia bawa. Maka petugas imigrasi itu akan melakukan tindakan..dalam hatinya daripada gue pusing lebih baik ni orang dimasukin daftar teroris internasional aja, lumayan dapat sekian miliar dolar dari US :-). Salam, Marno On Fri, 15 Apr 2005, ACCESS wrote: At 01:53 PM 4/15/2005, Euis Luhuanam wrote: Siapa yang oknum, kalo boleh pinjam istilah tsb. Hm... bagaimana kalau yang satu oknum dan yang satu lagi prabu? Ah sok kitu akang mah; Janten Akang jadi naon atuh? Ah suka begitu Mas/Abang sih; Jadi Mas/Abang jadi apa dong? -teddy