CiKEAS Re: TEKNOLOGI INFORMASI: Tabulasi Kacau, Caleg Demokrat Raih 111 Juta Suara
Dear All, - Ada yang mendapat 111 juta suara padahal baru 7 juta-an data masuk. - ICR yang digunakan KPU rawan kesalahan manipulasi(?).. Kabar yang saya terima, sistem tersebut belum divalidasi oleh lembaga Independen(?), namun dipaksakan KPU (atau ada tekanan/permintaan pihak lain?) untuk digunakan dalam pemilu 09. - Kawat berduri dipasang sebagai perlindungan dari demo/unjuk rasa ketidakpuasan terhadap kerja KPU.. - Perlu/harus ada pemungutan suara ulang di ratusan (lebih?) TPS akibat kertas suara tertukar (bisa ya tertukar :-p).. CMIIW.. -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results -- Pesan terusan -- Dari: Tanggal: 16 April 2009 12:56 Subjek: TEKNOLOGI INFORMASI: Tabulasi Kacau, Caleg Demokrat Raih 111 Juta Suara Refleksi : Kacau bukan aneh bin ajaib menlainkan kebiasaan yang berlaku. http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009041606242612 Kamis, 16 April 2009 TEKNOLOGI INFORMASI: Tabulasi Kacau, Caleg Demokrat Raih 111 Juta Suara PERKETAT PENGAMANAN. Petugas bersiaga di depan Gedung KPU yang telah dipagari kawat berduri di Jakarta, Rabu (15-4). Pemasangan kawat berduri tersebut mengantisipasi gangguan dan ancaman setelah pelaksanaan Pemilu Legislatif 9 April lalu. (LAMPUNG POST/SUSANTO) JAKARTA (Lampost): Tabulasi Nasional Pemilu (TNP) secara elekronik makin kacau menampilkan hasil pemungutan suara 9 April. Calon legislator dari Partai Demokrat (PD) nomor urut satu daerah pemilihan Sulawesi Selatan II Mohammad Jafar Hafsah memperoleh suara 111.226.214. Padahal, saat itu suara yang masuk baru mencapai 7,88 juta suara. Saya tak percaya tabulasi ini. Apa iya ada caleg mendapat suara 111 juta, jumlah pemilih yang memberikan suara saja mungkin tak sampai segitu, kata Ketua Komisi II DPR membidangi pemerintahan E.E. Mangindaan yang datang bersama sejumlah anggota Komisi Pemerintahan DPR untuk memantau pelaksanaan tabulasi nasional, kemarin. Mangindaan menilai terjadi kesalahan dalam tabulasi nasional. Ia meminta Komisi Pemilihan segera memperbaiki kesalahan tersebut untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap tabulasi nasional. Pakar teknologi informasi dari Institut Teknologi Bandung Dedi Syafwan menilai sistem intelligent character recognition (ICR) yang digunakan KPU rawan manipulasi. Menurut Syafwan, desain sistem pengolahan data suara yang berbasis kabupaten/kota juga menyebabkan kelambanan. Formulir C1 IT yang diadakan KPU harus disampaikan dari kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) atau tingkat tempat pemungutan suara ke panitia pemilihan kecamatan (PPK) kemudian ke KPU kabupaten/kota. Akibatnya, terjadi penumpukan pemindaian formulir C1 IT. Kelambanan ini juga diakui KPU akibat pemindai (scanner) yang tidak terintegrasi dengan peranti lunak ICR. Sejatinya, peranti lunak ICR memang berfungsi mengonversi tulisan tangan yang tertera pada formulir C1-IT menjadi data digital. Namun, ternyata tidak semua pemindai yang digunakan terintegrasi dengan peranti lunak ICR. Akibatnya, waktu yang dibutuhkan ICR untuk membaca data menjadi lebih lama. Ditambah lagi proses validasi yang dilakukan operator untuk membetulkan data yang salah terbaca. Selain peranti lunak yang tidak standar, KPU juga mendapati penggunaan kertas formulir C1-IT dengan massa kurang dari 70 gram. Akibatnya, pembacaan data yang tertera pada formulir dengan ICR menjadi terganggu. Padahal, spesifikasi kertas formulir C1-IT telah ditetapkan bermassa 70 gram. Pemungutan Suara Ulang Di tempat terpisah, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) merekomendasikan pemungutan suara ulang di 254 daerah pemilihan. Itu terkait masalah surat suara tertukar yang sempat digunakan kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) pada pemungutan suara pada 9 April lalu. Ada 254 daerah yang surat suaranya tertukar, kata anggota Bawaslu Agustiani Tio Friedelina Sitorus di Jakarta, kemarin. Di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, surat suara tertukar di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di tiga kecamatan. Jika pemilu ulang tidak dilakukan, banyak warga yang kehilangan hak politik, ujar Ketua Panwaslu Kabupaten Bandung Enjang Surachman. Panwaslu setempat telah melayangkan surat kepada KPU setempat untuk menggelar pemungutan suara ulang. Demikian pula di Jawa Tengah, caleg dapil I Sumatera Utara (Sumut) dari PDI-P Panda Nababan, bisa unggul telak di sebuah TPS di Banyumas, Jawa Tengah. Hal ini terjadi akibat tertukarnya surat suara saat hari pencontengan.n MI/U-2
CiKEAS Kunci Masa Depan -Menanam Keikhlasan -Rakyat..
= THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia. = [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pruralism Indonesia Quotient] Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009. Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. DISKUSI PANEL Kependudukan, Kunci Masa Depan Kamis, 16 April 2009 | 02:46 WIB Oleh : MARIA HARTININGSIH Demokrasi politik melalui pemilihan langsung menghasilkan pelaku-pelaku baru di bidang pengambilan keputusan yang berorientasi jangka pendek. Kebanyakan dari mereka tak paham arti ”kebijakan publik”, terutama masalah kesejahteraan yang terkait dengan human capital investment melalui Program Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) yang berperspektif jangka panjang. Karena orientasinya lima tahunan, para pemimpin berlomba-lomba mengklaim ”hasil karya”-nya agar dapat terpilih lagi. Kerja yang lebih banyak didasari kepentingan politik itu tak mampu (dan tak mau) melihat jauh ke depan, khususnya yang terkait dengan kualitas penduduk, sandaran masa depan bangsa. Tidak jauh berbeda dari masa lalu, saat ini pun pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai mantra yang dapat mengatasi semua persoalan. Segala cara dilakukan untuk menggenjot ”pertumbuhan”, termasuk di antaranya pengaplingan dan eksploitasi sumber daya alam dengan pemberian izin kepada perusahaan- perusahaan transnasional maupun korporasi nasional, ekspor manusia (sebagian besar dengan tingkat pendidikan rendah) sebagai buruh di luar negeri, dan utang. Banyak kebijakan lebih didasari kepentingan pihak yang kuat meski kerap mengatasnamakan ”kesejahteraan rakyat”. Adapun rakyat yang semakin kehilangan akses pada sumber daya lokal dengan mudah dijadikan obyek yang mudah dipecah belah. Seluruh kerja dan upaya dengan perspektif panjang bukanlah wilayah yang ”menggiurkan” dalam politik kekuasaan karena hasilnya tak dapat ditengarai dalam waktu singkat. Hanya negarawan yang akan mengambil risiko itu. Pembelajaran Jejak sejarah memberikan gambaran yang seharusnya memberikan pembelajaran. Jared Diamond dalam Collapse: How Societies Choose to Fail or Survive (2005) menyebutkan, penyebab kehancuran suatu bangsa pada masa lalu adalah musnahnya manusia karena degradasi lingkungan dan sumber daya alam yang parah, penyakit, perang antarnegara, maupun konflik karena elite politik terus-menerus berebut kekuasaan. Proses itu terus berlanjut. Afrika adalah ”the lost continent” karena konflik dan perebutan kekuasaan yang terus-menerus, kehancuran lingkungan, dan meruyaknya infeksi menular, khususnya tuberkulosis (TB), malaria, dan HIV/AIDS. Kolaps pada zaman ini juga disebabkan ledakan pertumbuhan penduduk yang dibarengi rendahnya kualitas dan akses terhadap pelayanan sosial dasar, seperti pendidikan dan kesehatan, khususnya kesehatan reproduksi, pengangguran dengan segala dampaknya, serta kehancuran lingkungan dan sumber daya alam dalam arti luas. Faktor lain terkait dengan bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, penyakit akibat gaya hidup maupun kerusakan lingkungan, apalagi kalau ditambah ketegangan terus-menerus antarelite politik yang memicu konflik horizontal maupun vertikal. Ujung dari semuanya sama: kehancuran. Semua persoalan itu terkait dengan masalah kependudukan sekaligus tercakup dalam Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Sejarah menunjukkan, gagal atau berhasilnya suatu bangsa melewati masa-masa kritisnya dan terus maju tergantung dari bagaimana bangsa itu menghadapi masalah-masalah kependudukan, yang semuanya bermuara pada human capital investment. Berjalan mundur Kependudukan adalah persoalan rumit yang tak bisa lagi direduksi sebagai Program KB pada masa lalu, yang bersifat sentralistik dan koersif karena mereduksi seluruh pengalaman manusia sebagai angka. Namun, aspek kuantitas pun mengalami kemunduran pada Orde ”Reformasi” ini. Indikatornya banyak. Selain penurunan tingkat fertilitas (TFR) yang mandek, penurunan angka kematian bayi dan balita (IMR) serta angka kematian ibu melahirkan (MMR) juga lambat, angka kurang gizi balita tetap tinggi, kinerja akademik anak tidak optimal, meningkatnya penyakit-penyakit yang menggerogoti produktivitas, seperti TB, malaria, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), penyakit-penyakit oportunistik akibat virus HIV/AIDS, diare, anemia, dan lain-lain. Kemunduran juga dipicu perubahan sosial, terkait dengan ideologi. Pandangan ekstrem telah memasuki kelompok intelektual dan menengah dan dalam sistem politik. Bahkan, ada partai politik anti-KB. Pandangan pronatalis menguat pada era otonomi daerah, seiring dengan menguatnya identitas karena besarnya dana alokasi umum tergantung besarnya jumlah penduduk. Jawaban terhadap semua tantangan itu menentukan apakah ”jendela peluang” dalam
CiKEAS Pengaruh Sikap
Pengaruh Sikap By: Prof. Dr Achmad Mubarok MA Karena sikap relatif menetap di dalam diri seseorang maka ia sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku yang bersangkutan, apa lagi jika sikap itu telah lama bersemayam dalam diri seseorang atau itu pada terbentuknya sikap menentang yang dilakukan oleh kaum ‘Ad terhadad Nabi-nabi utusan Allah SWT: Dan itulah kaum 'Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai Rasul-rasul Allah, dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran) (Q., s. Hud / 11:59). Ayat itu mengandung isyarat bahwa kaum 'Ad memiliki sikap mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT karena mereka telah hidup dalam waktu yang lama di bawah pengaruh raja-raja yang memiliki sikap menentang kepada kebenaran, sehingga sikap itu sudah menjadi sikap sosial. Mereka bersikukuh dengan sikap lama dan segera menolak terhadap sikap baru yang diperkenalkan oleh para Rasul. Sikap yang telah menetap menyebabkan mereka bergantung kepada akidah lama, sekaligus menolak dan memusuhi akidah baru. Hal-hal yang menyebabkan mereka bersikukuh dalam sikap lama itu diterangkan oleh surat al-Kahfi / 18:57: Siapakah yang lebih zalim dibanding orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya, lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan Kami (letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya (Q., s. al-Kahf / 18:57). Ayat tersebut menerangkan dengan jelas bahwa orang yang telah lama mengambil sikap kepada sesuatu menyebabkan ia tidak mampu melihat secara cermat kelemahan dari sikapnya itu. Mereka membela mati-matian sikapnya yang lama meskipun tidak logis, sementara karena hati (akal)-nya buta dan telinganya tuli maka mereka tidak bisa menganalisisi hujjah-hujjah dan argumen yang mendukung sikap baru, meskipun sikap baru itu jelas logis. Sikap yang telah mengenal seperti yang dimiliki oleh kaum 'Ad itu dapat mendorong orang ada pada sikap fanatik buta terhadap hal-hal yang telah lama dibela dan apriori terhadap hal-hal baru yang berbeda dengan hal-hal yang telah lama dianutnya. Orang yang telah memiliki sikap yang kuat terhadap suatu hal, maka ia tidak mampu bersikap kritis terhadap apa yang diyakininya itu sehingga orang tersebut seakan pemikirannya telah beku. Pengaruh sikap terhadap tingkah laku juga dicontohkan al-Qur'an pada sikap orang Quraysy terhadap anak perempuan. Sebagaimana disebutkan dalam tarikh bahwa orang-orang Arab suku Quraysy memiliki sikap negatif terhadap anak perempuan sehingga jika istri mereka melahirkan bayi perempuan, mereka seakan terkena aib yang memalukan hingga ada yang menguburkan bayi perempuan itu hidup-hidup sebelum orang lain mengetahui. Bayi yang dikubur hidup-hidup itu dalam surat al-Takwir / 81:8 disebut al-ma'udah. Surat al-Nahl / 16:58-59 juga mengisyaratkan tingkah laku mereka yang dipengaruhi oleh sikapnya terhadap anak perempuan; Dan apabila seseorang dari mereka diberi khabar tentang (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padam) mukanya, dan ia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya, apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan, ataukah akan menguburkannya di dalam tanah (hidup-hidup). Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu (Q., s. al-Nahl / 16:58-59). Al-Qur'an juga mencontohkan karena pengaruh sikap negatif terhadap para Nabi menyebabkan orang ingkar sama sekali tidak mampu menerima gagasan adanya hidup diakhirat seperti yang diajarkan oleh para Nabi, karena akal dan hati mereka tidak berkerja secara optimal atau bahkan tertutup sama sekali. Surat al-Mu'minun / 23:36-37 dan surat al-Jatsiyah / 45:24, menyebutkan kuatnya pengaruh sikap terhadap tingkah laku. Jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan, Kehidupan itu tidak lain adalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup, dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi (Q., s. al-Mu'minun / 23:36-37). Mereka berkata: kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa. Dan mereka sekali-kali tidak memiliki pengaruh tentang itu, mereka tidak lain hanya menduga-duga saja (Q., s. al-Jatsiyah / 45:24). Dari munasabah dengan ayat sebelumnya dapat diketahui bahwa surat al-mu'minun / 23:36-37 di atas berkaiatan dengan kaum 'Ad yang telah lama mempunyai sikap menolak kepada Nabi yang diutus kepada mereka. Sikap menolak kepada Nabi menyebabkan mereka tidak mampu memahami secara jernih terhadap pesan yang disampaikan. Sedangkan dari munasabah-nya dengan surat al-Jatsiyah / 45:23, al-Jatsiyah 24 tersebut
CiKEAS Quo Vadis Kualitas Demokrasi?
Refleksi : Kalau kualitas demokrasi menang bisa dipertanyakan, tetapi kalau demon crazy memang sangat cocok di tanah antah-berantak. http://www.suarapembaruan.com:80/index.php?detail=Newsid=7033 2009-04-15 Quo Vadis Kualitas Demokrasi? Oleh: Toto Sugiarto Pemilu 2009 memperlihatkan adanya pergeseran demokrasi kita. Republik ini terseret pada praksis demokrasi prosedural. Indikatornya amat kuat, banyak warga negara yang kehilangan hak pilihnya hanya karena namanya tidak tertera dalam daftar pemilih tetap (DPT). Dalam demokrasi prosedural ini, prosedur ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi dibanding hal yang paling asasi sekalipun, yaitu terjaminnya hak warga negara. Dengan kata lain, esensi demokrasi dalam arti terjaminnya hak pilih warga negara tidak terwujud. DPT tampak lebih berdaulat dibanding rakyat itu sendiri. Apakah demokrasi seperti itu yang ingin dicapai bangsa ini? Kualitas demokrasi seperti apa yang ingin kita bangun? Demokrasi tidak pernah berhenti pada satu kondisi, melainkan selalu berproses. Ia bisa bergerak ke arah demokrasi yang terkonsolidasi, namun bisa juga bergerak ke arah kemunduran demokrasi. Bandul demokrasi terus mengayun mengikuti dinamika pertentangan dan konsensus berbagai faktor penentu. Salah satu faktor terpenting dan menentukan bagi kualitas demokrasi adalah partai politik. Setiap mekanisme yang berlangsung di internal parpol berpengaruh langsung terhadap demokrasi. Jika dalam pencalegan didominasi politik uang dan feodalisme, misalnya kualitas demokrasi yang terbangun akan rendah. DPR akan dihuni oleh sosok-sosok yang secara politik dan moral berkualitas buruk. Kualitas demokrasi juga ditentukan oleh jujur dan adilnya pelaksanaan pemilu. Jika pemilunya cacat dalam arti tidak berlangsung secara jujur dan adil, kualitas demokrasi akan rendah. Pemilu 2009 yang diwarnai hilangnya hak warga negara hanya karena administrasi negara yang buruk merupakan pemilu dengan kualitas demokrasi yang rendah. Terdapat ketidakadilan dalam pemilu yang cacat tersebut. Di satu pihak, terdapat masyarakat yang dapat menyalurkan hak pilihnya, di pihak lain terdapat yang tidak dapat memilih. Dari ketidakadilan tersebut, amat wajar jika kemudian muncul berbagai dugaan kecurangan. Bagi sebagian kalangan ketidakadilan tersebut merupakan buah kesengajaan untuk menguntungkan parpol tertentu. Faktor penting lain bagi terciptanya kesuksesan pemilu adalah kompetensi penyelenggara, yaitu KPU. Jika anggota KPU incompetent, pemilu tidak akan sempurna. KPU yang tidak kompeten tidak akan mampu menjamin tersalurkannya hak seluruh pemilih, tetap sportif dan jujurnya perilaku politikus, alokasi dana yang baik, pengadaan alat-alat pemilu yang baik seperti tinta yang dapat bertahan lama atau kualitas kertas suara yang baik. Merosot Jika dicermati secara lebih menyeluruh, terlihat bahwa kualitas demokrasi kita semakin merosot dari waktu ke waktu. Fenomena ini tercermin baik dari tanda-tanda fisik ataupun nonfisik. Secara fisik, gedung DPR sekarang ini dikelilingi pagar tinggi. Hal ini dapat dibaca sebagai penanda bahwa wakil rakyat sekarang memagari diri dari jangkauan rakyatnya. Dari sisi fungsinya sebagai saluran aspirasi rakyat, DPR semakin tidak aspiratif. DPR semakin dominan diwarnai bisnis pribadi, bisnis kewenangan, dan kekuasaan yang bermodal besar. Karena telah mengeluarkan modal besar, para pebisnis politik ini semakin fokus mengembalikan modal dan kemudian memperbesar keuntungan. Pada akhirnya, mekanisme representatif menjadi hanya sebatas aksi seolah-olah. Seolah-olah menyalurkan aspirasi dan kepentingan rakyat, padahal hanya mengejar kepentingan pribadi. Proses terbuatnya berbagai undang-undang pemekaran daerah, misalnya, merupakan contoh nyata aksi seolah-olah tersebut. Motif pemekaran tersebut seolah-olah merupakan aspirasi dari bawah. Padahal, banyak di antaranya merupakan keinginan segelintir elite yang menginginkan kekuasaan baru. Transaksi bisnis pun kemudian diduga terjadi di Senayan. Pemilu 2009 yang di dalamnya terdapat reduksi makna pemilu dari momen kedaulatan rakyat menjadi hanya masalah teknis prosedural memperjelas demokrasi di Indonesia yang semakin merosot. Berbagai aktor bertanggung jawab atas merosotnya demokrasi, yaitu pemerintah, parpol, dan KPU. Karena buruknya kinerja aktor-aktor tersebut, demokrasi kita menjadi demokrasi yang seolah- olah berkualitas. Apakah kualitas demokrasi seperti itu yang ingin kita bangun? Demokrasi seolah-olah akan menyeret bangsa ini pada kepalsuan. Platform parpol yang hanya sebatas bahan kampanye verbal dan tertulis, proses pemilu yang lancar, namun menyimpan cacat fatal, dan pada akhirnya menghasilkan wakil rakyat yang perkataannya berbeda dengan perbuatan. Berbagai langkah dan kebijakan politik tak lebih dari kepura-puraan. Maka tak heran jika usai pemilu ada caleg yang meminta kembali berbagai barang yang telah mereka sumbangkan. Bagi mereka, politik tak lebih
CiKEAS Tekanan Hidup
Masalah atau tekanan hidup adalah bagian dan kehidupan di dunia dan tidak seorangpun yang dapat mengelakkannya. Hidup di dunia penuh dengan Tekanan. Siapapun kita, apapun, Profesi anda, usia anda,jabatan anda tidak akan bisa menolong. Usaha yang kita lakukan dengan sekuat tenaga terkadang hanya membuahkan Sebuah himpitan yang berat. Bagaimana supaya kita tetap kuat di dalam tekanan hidup yang kian hari kian berat terasa dalam menjalani. Tekanan hidup atau dalam bahasa Inggrisnya ‘stress’ berasal daripada perkataan yunani “stringere” yang berarti “ketat” atau “tegang”. Hidup memang kadang tidak memberi kita banyak pilihan. Ada saatnya kita harus menerima tekanan kehidupan. Persoalannya adalah bagaimana menyikapi tekanan itu. Ibarat sebuah ban, jika dipompa sesuai ukuran akan bagus untuk dugunakan, tapi jika diberi tekanan angin berlebihan akan meledak. Satu hal yang kita tidak boleh lupa, jika ban itu tidak diberi tekanan berupa angin, maka ban tersebut tidak berguna. Demikian juga hidup, tekanan bisa kita jadikan momentum untuk maju, walau selangkah demi selangkah. Umumnya orang yang mampu memanage tekanan hidup akan bersikap lebih dewasa dan akan lebih arif dalam menjalani hidup. Tapi orang yang tidak mampu keluar dari tekanan, hidupnya biasanya akan jalan stagnan, mundur atau bahkan hancur berkeping-keping seperti ban yang kelebihan tekanan. Tekanan yang dihadapi manusia dalam hidup dikelompokkan dalam tiga sumber. Pertama, tekanan oleh kejadian katastrofik yang terjadi tiba-tiba dan tidak terduga. Kedua, tekanan masa transisi terkait dengan tahapan perkembangan jiwa.Ketiga, tekanan berlanjut dalam hidup keseharian. Dalam satu waktu manusia akan sekaligus menghadapi ketiga kelompok sumber tekanan hidup dan kompleksitas interrelasi ketiganya. Yang harus digarisbawahi adalah tidak ada masalah kehidupan tunggal karena setiap masalah biasanya merupakan akumulasi dari berbagai masalah terdahulu yang berlanjut dan diawali keberadaan salah satu sumber yang berkembang dan mengimbas pada kedua kelompok sumber masalah yang lain. Hal-hal yang bisa menyebabkan tekanan: pengalaman dan perubahan dalam kehidupan, orang, kehilangan kontrol, tidak punya harapan, rasa bersalah. Pandangan atau sikap mental yang baik dikembangkan: mengetahui siapa diri sendiri, menerima diri sendiri sebagaimana adanya, mengembangkan suatu sikap mengucap syukur, belajar menjadi puas dalam keadaan yang dialami. Berikut beberapa tips menangani tekanan: * mengembangkan sikap mental yang positif * Selalu Bersyukur atas apa yang kita miliki * komitmen pada nilai-milai dasar dan tetap berpegang padanya * membuat tujuan yang jelas dan tepat * menentukan rencana untuk mencapai tujuan * meminta nasihat pada orang yang kompeten * menghitung beban hidup dengan seksama dan memenuhinya * Belajar mencatat selalu * menetapkan prioritas * meluangkan waktu untuk mengasihi dan berbagi * refresing atau berhenti sejenak dari kepenatan Hidup sehari-hari * selalu memiliki Harapan * Mendekatkan diri pada Tuhan YME Seseorang dihadapkan pada dua kelompok dalam menghadapi tekanan, yaitu (1) mencari untuk kemudian berusaha memenuhi syarat tertentu sehingga tekanan hidup dapat diatasi, Seseorang yang merasa cukup kompeten mengatasi situasi tertekan akan berkembang pula caranya memberi respons khusus. Orang itu akan mencoba menilai situasi secara obyektif dan memilih solusi paling tepat di antara berbagai alternatif solusi yang terpikir.Setelah menentukan strategi, dia akan melakukan aksi tertentu dan selanjutnya menilai umpan balik. Apakah strategi/teknik solusi itu efektif atau gagal dalam penyelesaian masalah, perubahan sikap akan tetap terjadi. (2) melindungi diri dari kemungkinan mengalami gangguan fungsi dan disorganisasi fungsi psikologis. setiap orang memiliki cara individual mempertahankan keutuhan integritas fungsi kepribadiannya, terutama apabila menghadapi ancaman serius dari tekanan hidupnya.Cara mengatasi tekanan jenis itu disebut orientasi pertahanan diri. Responsnya lebih tertuju untuk mempertahankan diri dari kemungkinan luka hati atau gangguan keseimbangan mentalnya daripada menyelesaikan permasalahan. Terkadang Tekanan hidup kita, yang secara psikologis, sebenarnya dapat pula berguna untuk merangsang munculnya potensi-potensi yang terpendam dalam diri seseorang, serta merangsang terjadinya proses kreativitas yang intensif. Hidup dalam situasi yang normal biasanya malah membuat orang jadi malas, kurang kreatif dan kurang produktif. Bukan situasi normal itu yang jadi masalah. Tapi manusia memang pada dasarnya membutuhkan stimulan yang kuat untuk bergerak. Dan tekanan hidup merupakan salah satu stimulan itu. apabila dalam konteks kecenderungan manusiawi kita tidak menyukai tekanan hidup, maka dalam konteks pengembangan jiwa, kita terkadang justru membutuhkan rangsangan tekanan hidup untuk meledakkan potensi-potensi kita yang terpendam. Walaupun kenyataannya tidak semua orang bisa sukses
CiKEAS Kunjungan Murid Sekolah dan Media Melihat Pengisian Biodiesel di Bis Trans Pakuan Bogor
Bapak dan Ibu. Kunjungan Murid Sekolah dan Media Melihat Pengisian Biodiesel di Bis Trans Pakuan Bogor Bagi yang berminat melihat Bis ramah lingkungan Kota Bogor bisa menghubungi Penerima tamu atau security Pemkot Bogor atau Kantor dan Pool Trans Pakuan Kota Bogor. Trans Pakuan adalah Bis kota bogor yang menggunakan bahan bakar biodiesel yang terbuat dari bahan baku limbah minyak goreng atau yang disebut jelantah. Bis Transpakuan sudah kurang lebih 1 tahun menikmati bahan bakar biodiesel yang ramah lingkungan dan berasap bersih. Para murid sekolah atau media masa bisa mengunjungi pool Trans pakuan dan melihat serta membuktikan sendiri bagaimana asap Transpakuan yang jauh lebih bersih dan harum dibandingkan dengan asap kendaraan dari solar minyak bumi. Promotor
CiKEAS Pengaruh Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa
Pengaruh Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa By: agussyafii Surat al-Ra'd / 13:28, menyebutkan bahwa dengan mengikat (dzkir) kepada Allah maka hati menjadi tenteram. Dzikir sebagai metode mencapai ketenagan hati dilakukan dengan tata-cara tertentu. Dzikir dipahami dan di ajarkan dengan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah secara keras (dzikr jahr), dan dengan kalimat-kalimat thayyibah yang memfokus, dari kalimat syahadat La ilaha illa Allah ke lafazh Allah dan sampai ke lafazh hu. Sebenarnya hubungan dzikir dengan ketentraman jiwa dapat dianalisis secara ilmiah. Dzikir secara lughawi artinya ingat atau menyebut. Jika diartikan menyebut maka peranan lisan lebih dominan, tetapi jika diartikan ingat, maka kegiatan berpikir dan merasa (kegiatan psikologis) yang lebih dominan. Dari segi ini maka ada dua alur pikir yang dapat diikuti: a) Manusia memiliki potensi intelektual. Potensi itu cenderung aktif bekerja mencari jawab atas semua hal yang belum diketahuinya. Salah satu hal yang merangsang berpikir adalah adanya hukum kausalitas di muka bumi ini. Jika seseorang melahirkan suatu penemuan baru, bahwa A disebabkan B, maka berikutnya manusia tertantang untuk mencari apa yang menyebabkan B. Begitulah seterusnya sehingga setiap kebenaran yang di temukan oleh potensi intelektual manusia akan diikuti oleh penyelidikan berikutnya sampai menemukan kebenaran baru yang mengoreksi kebenaran yang lama, dan selanjutnya kebenaran yang lebih baru akan ditemukan mengoreksi kebenaran yang lebih lama. Sebagai makhluk berfikir manusia tidak pernah merasa puas terhadap 'kebenaran ilmiah' sampai ia menemukan kebenaran perenial melalui jalan supra rasionalnya. Jika orang telah sampai kepada kebenaran ilahiah atau terpandunya pikir dan dzikir, maka ia tidak lagi tergoda untuk mencari kebenaran yang lain, dan ketika jiwa itu menjadi tenang, tidak gelisah dan tidak ada konflik batin. Selama manusia masih memikirkan ciptaan Allah SWT dengan segala hukum-hukumnya, maka hati tidak mungkin tenteram dalam arti tenteram yang sebenarnya, tetapi jika ia telah sampai kepada memikirkan Sang Pencipta dengan segala keagungannya, maka manusia tidak sempat lagi memikirkan yang lain, dan ketika itulah puncak ketenangan dan puncak kebahagiaan tercapai, dan ketika itulah tingkatan jiwa orang tersebut telah mencapai al- nafs al-muthma'innah. b) Manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang tidak terbatas, tidak ada habis-habisnya, padahal apa yang dibutuhkan itu tidak pernah benar-benar dapat memuaskan (terbatas). Oleh karena itu selama manusia masih memburu yang terbatas, maka tidak mungkin ia memperoleh ketentraman, karena yang terbatas (duniawi) tidak dapat memuaskan yang tidak terbatas (nafsu dan keinginan). Akan tetapi, jika yang dikejar manusia itu Allah SWT yang tidak terbatas kesempurnaan-Nya, maka dahaganya dapat terpuaskan. Jadi jika orang telah dapat selalu ingat (dzikir) kepada Allah maka jiwanya akan tenteram, karena 'dunia' manusia yang terbatas telah terpuaskan oleh rahmat Allah yang tidak terbatas. Hanya manusia pada tingkat inilah yang layak menerima panggilan-Nya untuk kembali kepada-Nya dan untuk mencapai tingkat tersebut menurut al-Rozi hanya dimungkinkan bagi orang yang kuat potensinya dalam berpikir ketuhanan atau kuat dalam 'uzlah dan kontemplasi (tafakkur)-nya. Jadi al-nafs al-muthma'innah adalah nafs yang takut kepada Allah, yakin akan berjumpa dengan-Nya, ridlo terhadap qodlo-Nya, puas terhadap pemberian-Nya, perasaannya tenteram, tidak takut dan sedih karena percaya kepada-Nya, dan emosinya stabil serta kokoh. Wassalam, agussyafii -- Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU) Minggu, tanggal 17 Mei 2009, di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sudimara Timur, Ciledug. TNG. Program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU)' mengajak. 'Mari, hindari penggunaan kantong plastik berlebihan, bawalah kantong belanja sendiri. Sebab Kantong plastik jenis polimer sintetik sulit terurai- Bila dibakar, menimbulkan senyawa dioksin yang membahayakan- Proses produksinya menimbulkan efek berbahaya bagi lingkungan.' Mari kirimkan dukungan anda pada program 'Amalia Cinta Bumi' (ACIBU) melalui http://agussyafii.blogspot.com atau sms 087 8777 12431