CiKEAS Re: TEKNOLOGI INFORMASI: Tabulasi Kacau, Caleg Demokrat Raih 111 Juta Suara

2009-04-16 Terurut Topik IrwanK
Dear All,

- Ada yang mendapat 111 juta suara padahal baru 7 juta-an data masuk.
- ICR yang digunakan KPU rawan kesalahan  manipulasi(?)..
  Kabar yang saya terima, sistem tersebut belum divalidasi oleh lembaga
  Independen(?), namun dipaksakan KPU (atau ada tekanan/permintaan
  pihak lain?) untuk digunakan dalam pemilu 09.
- Kawat berduri dipasang sebagai perlindungan dari demo/unjuk rasa
   ketidakpuasan terhadap kerja KPU..
- Perlu/harus ada pemungutan suara ulang di ratusan (lebih?) TPS akibat
  kertas suara tertukar (bisa ya tertukar :-p)..

CMIIW..

-- 
Wassalam,

Irwan.K
Better team works could lead us to better results

-- Pesan terusan --
Dari:
Tanggal: 16 April 2009 12:56
Subjek: TEKNOLOGI INFORMASI: Tabulasi Kacau, Caleg Demokrat Raih 111 Juta
Suara

Refleksi : Kacau bukan aneh bin ajaib menlainkan kebiasaan yang berlaku.

http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009041606242612

Kamis, 16 April 2009

TEKNOLOGI INFORMASI: Tabulasi Kacau, Caleg Demokrat Raih 111 Juta Suara

PERKETAT PENGAMANAN. Petugas bersiaga di depan Gedung KPU yang telah
dipagari kawat berduri di Jakarta, Rabu (15-4). Pemasangan kawat berduri
tersebut mengantisipasi gangguan dan ancaman setelah pelaksanaan Pemilu
Legislatif 9 April lalu.
(LAMPUNG POST/SUSANTO)

JAKARTA (Lampost): Tabulasi Nasional Pemilu (TNP) secara elekronik makin
kacau menampilkan hasil pemungutan suara 9 April. Calon legislator dari
Partai Demokrat (PD) nomor urut satu daerah pemilihan Sulawesi Selatan II
Mohammad Jafar Hafsah memperoleh suara 111.226.214. Padahal, saat itu suara
yang masuk baru mencapai 7,88 juta suara.

Saya tak percaya tabulasi ini. Apa iya ada caleg mendapat suara 111 juta,
jumlah pemilih yang memberikan suara saja mungkin tak sampai segitu, kata
Ketua Komisi II DPR membidangi pemerintahan E.E. Mangindaan yang datang
bersama sejumlah anggota Komisi Pemerintahan DPR untuk memantau pelaksanaan
tabulasi nasional, kemarin.

Mangindaan menilai terjadi kesalahan dalam tabulasi nasional. Ia meminta
Komisi Pemilihan segera memperbaiki kesalahan tersebut untuk menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap tabulasi nasional.

Pakar teknologi informasi dari Institut Teknologi Bandung Dedi Syafwan
menilai sistem intelligent character recognition (ICR) yang digunakan KPU
rawan manipulasi. Menurut Syafwan, desain sistem pengolahan data suara yang
berbasis kabupaten/kota juga menyebabkan kelambanan. Formulir C1 IT yang
diadakan KPU harus disampaikan dari kelompok penyelenggara pemungutan suara
(KPPS) atau tingkat tempat pemungutan suara ke panitia pemilihan kecamatan
(PPK) kemudian ke KPU kabupaten/kota. Akibatnya, terjadi penumpukan
pemindaian formulir C1 IT. Kelambanan ini juga diakui KPU akibat pemindai
(scanner) yang tidak terintegrasi dengan peranti lunak ICR. Sejatinya,
peranti lunak ICR memang berfungsi mengonversi tulisan tangan yang tertera
pada formulir C1-IT menjadi data digital. Namun, ternyata tidak semua
pemindai yang digunakan terintegrasi dengan peranti lunak ICR. Akibatnya,
waktu yang dibutuhkan ICR untuk membaca data menjadi lebih lama. Ditambah
lagi proses validasi yang dilakukan operator untuk membetulkan data yang
salah terbaca.

Selain peranti lunak yang tidak standar, KPU juga mendapati penggunaan
kertas formulir C1-IT dengan massa kurang dari 70 gram. Akibatnya, pembacaan
data yang tertera pada formulir dengan ICR menjadi terganggu. Padahal,
spesifikasi kertas formulir C1-IT telah ditetapkan bermassa 70 gram.

Pemungutan Suara Ulang

Di tempat terpisah, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) merekomendasikan
pemungutan suara ulang di 254 daerah pemilihan. Itu terkait masalah surat
suara tertukar yang sempat digunakan kelompok penyelenggara pemungutan suara
(KPPS) pada pemungutan suara pada 9 April lalu. Ada 254 daerah yang surat
suaranya tertukar, kata anggota Bawaslu Agustiani Tio Friedelina Sitorus di
Jakarta, kemarin.

Di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, surat suara tertukar di sejumlah tempat
pemungutan suara (TPS) di tiga kecamatan. Jika pemilu ulang tidak
dilakukan, banyak warga yang kehilangan hak politik, ujar Ketua Panwaslu
Kabupaten Bandung Enjang Surachman. Panwaslu setempat telah melayangkan
surat kepada KPU setempat untuk menggelar pemungutan suara ulang.

Demikian pula di Jawa Tengah, caleg dapil I Sumatera Utara (Sumut) dari
PDI-P Panda Nababan, bisa unggul telak di sebuah TPS di Banyumas, Jawa
Tengah. Hal ini terjadi akibat tertukarnya surat suara saat hari
pencontengan.n MI/U-2


CiKEAS Kunci Masa Depan -Menanam Keikhlasan -Rakyat..

2009-04-16 Terurut Topik rkintoko


=  
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
   nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia.  
= 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration  Pruralism Indonesia 
Quotient] 
Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009.   
Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. 
DISKUSI PANEL 
Kependudukan, Kunci Masa Depan 
Kamis, 16 April 2009 | 02:46 WIB 
Oleh : MARIA HARTININGSIH 
Demokrasi politik melalui pemilihan langsung menghasilkan pelaku-pelaku baru di 
bidang pengambilan keputusan yang berorientasi jangka pendek. Kebanyakan dari 
mereka tak paham arti ”kebijakan publik”, terutama masalah kesejahteraan yang 
terkait dengan human capital investment melalui Program Kesehatan dan Keluarga 
Berencana (KB) yang berperspektif jangka panjang. 
Karena orientasinya lima tahunan, para pemimpin berlomba-lomba mengklaim ”hasil 
karya”-nya agar dapat terpilih lagi. Kerja yang lebih banyak didasari 
kepentingan politik itu tak mampu (dan tak mau) melihat jauh ke depan, 
khususnya yang terkait dengan kualitas penduduk, sandaran masa depan bangsa. 
Tidak jauh berbeda dari masa lalu, saat ini pun pertumbuhan ekonomi dianggap 
sebagai mantra yang dapat mengatasi semua persoalan. Segala cara dilakukan 
untuk menggenjot ”pertumbuhan”, termasuk di antaranya pengaplingan dan 
eksploitasi sumber daya alam dengan pemberian izin kepada perusahaan- 
perusahaan transnasional maupun korporasi nasional, ekspor manusia (sebagian 
besar dengan tingkat pendidikan rendah) sebagai buruh di luar negeri, dan 
utang. 
Banyak kebijakan lebih didasari kepentingan pihak yang kuat meski kerap 
mengatasnamakan ”kesejahteraan rakyat”. Adapun rakyat yang semakin kehilangan 
akses pada sumber daya lokal dengan mudah dijadikan obyek yang mudah dipecah 
belah. 
Seluruh kerja dan upaya dengan perspektif panjang bukanlah wilayah yang 
”menggiurkan” dalam politik kekuasaan karena hasilnya tak dapat ditengarai 
dalam waktu singkat. Hanya negarawan yang akan mengambil risiko itu. 
Pembelajaran 
Jejak sejarah memberikan gambaran yang seharusnya memberikan pembelajaran. 
Jared Diamond dalam Collapse: How Societies Choose to Fail or Survive (2005) 
menyebutkan, penyebab kehancuran suatu bangsa pada masa lalu adalah musnahnya 
manusia karena degradasi lingkungan dan sumber daya alam yang parah, penyakit, 
perang antarnegara, maupun konflik karena elite politik terus-menerus berebut 
kekuasaan. 
Proses itu terus berlanjut. Afrika adalah ”the lost continent” karena konflik 
dan perebutan kekuasaan yang terus-menerus, kehancuran lingkungan, dan 
meruyaknya infeksi menular, khususnya tuberkulosis (TB), malaria, dan HIV/AIDS. 
Kolaps pada zaman ini juga disebabkan ledakan pertumbuhan penduduk yang 
dibarengi rendahnya kualitas dan akses terhadap pelayanan sosial dasar, seperti 
pendidikan dan kesehatan, khususnya kesehatan reproduksi, pengangguran dengan 
segala dampaknya, serta kehancuran lingkungan dan sumber daya alam dalam arti 
luas. 
Faktor lain terkait dengan bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, 
penyakit akibat gaya hidup maupun kerusakan lingkungan, apalagi kalau ditambah 
ketegangan terus-menerus antarelite politik yang memicu konflik horizontal 
maupun vertikal. Ujung dari semuanya sama: kehancuran. 
Semua persoalan itu terkait dengan masalah kependudukan sekaligus tercakup 
dalam Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Sejarah menunjukkan, gagal atau 
berhasilnya suatu bangsa melewati masa-masa kritisnya dan terus maju tergantung 
dari bagaimana bangsa itu menghadapi masalah-masalah kependudukan, yang 
semuanya bermuara pada human capital investment. 
Berjalan mundur 
Kependudukan adalah persoalan rumit yang tak bisa lagi direduksi sebagai 
Program KB pada masa lalu, yang bersifat sentralistik dan koersif karena 
mereduksi seluruh pengalaman manusia sebagai angka. Namun, aspek kuantitas pun 
mengalami kemunduran pada Orde ”Reformasi” ini. 
Indikatornya banyak. Selain penurunan tingkat fertilitas (TFR) yang mandek, 
penurunan angka kematian bayi dan balita (IMR) serta angka kematian ibu 
melahirkan (MMR) juga lambat, angka kurang gizi balita tetap tinggi, kinerja 
akademik anak tidak optimal, meningkatnya penyakit-penyakit yang menggerogoti 
produktivitas, seperti TB, malaria, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), 
penyakit-penyakit oportunistik akibat virus HIV/AIDS, diare, anemia, dan 
lain-lain. 
Kemunduran juga dipicu perubahan sosial, terkait dengan ideologi. Pandangan 
ekstrem telah memasuki kelompok intelektual dan menengah dan dalam sistem 
politik. Bahkan, ada partai politik anti-KB. Pandangan pronatalis menguat pada 
era otonomi daerah, seiring dengan menguatnya identitas karena besarnya dana 
alokasi umum tergantung besarnya jumlah penduduk. 
Jawaban terhadap semua tantangan itu menentukan apakah ”jendela peluang” dalam 

CiKEAS Pengaruh Sikap

2009-04-16 Terurut Topik muhamad agus syafii
Pengaruh Sikap

By: Prof. Dr Achmad Mubarok MA

Karena sikap relatif menetap di dalam diri seseorang maka ia sangat besar 
pengaruhnya terhadap tingkah laku yang bersangkutan, apa lagi jika sikap itu 
telah lama bersemayam dalam diri seseorang atau itu pada terbentuknya sikap 
menentang yang dilakukan oleh kaum ‘Ad terhadad Nabi-nabi utusan Allah SWT:

Dan itulah kaum 'Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan 
mendurhakai Rasul-rasul Allah, dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang 
sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran) (Q., s. Hud / 11:59).

Ayat itu mengandung isyarat bahwa kaum 'Ad memiliki sikap mengingkari 
tanda-tanda kekuasaan Allah SWT karena mereka telah hidup dalam waktu yang lama 
di bawah pengaruh raja-raja yang memiliki sikap menentang kepada kebenaran, 
sehingga sikap itu sudah menjadi sikap sosial. Mereka bersikukuh dengan sikap 
lama dan segera menolak terhadap sikap baru yang diperkenalkan oleh para Rasul. 
Sikap yang telah menetap menyebabkan mereka bergantung kepada akidah lama, 
sekaligus menolak dan memusuhi akidah baru. Hal-hal yang menyebabkan mereka 
bersikukuh dalam sikap lama itu diterangkan oleh surat al-Kahfi / 18:57:

Siapakah yang lebih zalim dibanding orang yang telah diperingatkan dengan 
ayat-ayat dari Tuhannya, lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang 
telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan 
tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan Kami 
(letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka 
kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya 
(Q., s. al-Kahf / 18:57).

Ayat tersebut menerangkan dengan jelas bahwa  orang yang telah lama mengambil 
sikap kepada sesuatu menyebabkan ia tidak mampu melihat secara cermat kelemahan 
dari sikapnya itu. Mereka membela mati-matian sikapnya yang lama meskipun tidak 
logis, sementara karena hati (akal)-nya buta dan telinganya tuli maka mereka 
tidak bisa menganalisisi hujjah-hujjah dan argumen yang mendukung sikap baru, 
meskipun sikap baru itu jelas logis. Sikap yang telah mengenal seperti yang 
dimiliki oleh kaum 'Ad itu dapat mendorong orang ada pada sikap fanatik buta 
terhadap hal-hal yang telah lama dibela dan apriori terhadap hal-hal baru yang 
berbeda dengan hal-hal yang telah lama dianutnya. Orang yang telah memiliki 
sikap yang kuat terhadap suatu hal, maka ia tidak mampu bersikap kritis 
terhadap apa yang diyakininya itu sehingga orang tersebut seakan pemikirannya 
telah beku.
    
Pengaruh sikap terhadap tingkah laku juga dicontohkan al-Qur'an pada sikap 
orang Quraysy terhadap anak perempuan. Sebagaimana disebutkan dalam tarikh 
bahwa orang-orang Arab suku Quraysy memiliki sikap negatif terhadap anak 
perempuan sehingga jika istri mereka melahirkan bayi perempuan, mereka seakan 
terkena aib yang memalukan hingga ada yang menguburkan bayi perempuan itu 
hidup-hidup sebelum orang lain mengetahui. Bayi yang dikubur hidup-hidup itu 
dalam surat al-Takwir / 81:8 disebut al-ma'udah. Surat al-Nahl / 16:58-59 juga 
mengisyaratkan tingkah laku mereka yang dipengaruhi oleh sikapnya terhadap anak 
perempuan;

Dan apabila seseorang dari mereka diberi khabar tentang (kelahiran) anak 
perempuan, hitamlah (merah padam) mukanya, dan ia sangat marah. Ia 
menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang 
disampaikan kepadanya, apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung 
kehinaan, ataukah akan menguburkannya di dalam tanah (hidup-hidup). Ketahuilah, 
alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu (Q., s. al-Nahl / 16:58-59).  

Al-Qur'an juga mencontohkan karena pengaruh sikap negatif terhadap para Nabi 
menyebabkan orang ingkar sama sekali tidak mampu menerima gagasan adanya hidup 
diakhirat seperti yang diajarkan oleh para Nabi, karena akal dan hati mereka 
tidak berkerja secara optimal atau bahkan tertutup sama sekali. Surat 
al-Mu'minun / 23:36-37 dan surat al-Jatsiyah / 45:24, menyebutkan kuatnya 
pengaruh sikap terhadap tingkah laku.

Jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan, Kehidupan itu tidak 
lain adalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup, dan 
sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi (Q., s. al-Mu'minun / 23:36-37).  

Mereka berkata: kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita 
mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa. Dan 
mereka sekali-kali tidak memiliki pengaruh tentang itu, mereka tidak lain hanya 
menduga-duga saja (Q., s. al-Jatsiyah / 45:24).
    
Dari munasabah dengan ayat sebelumnya dapat diketahui bahwa surat al-mu'minun / 
23:36-37 di atas berkaiatan dengan kaum 'Ad yang telah lama mempunyai sikap 
menolak kepada Nabi yang diutus kepada mereka. Sikap menolak kepada Nabi 
menyebabkan mereka tidak mampu memahami secara jernih terhadap pesan yang 
disampaikan. Sedangkan dari munasabah-nya dengan surat al-Jatsiyah / 45:23, 
al-Jatsiyah 24 tersebut 

CiKEAS Quo Vadis Kualitas Demokrasi?

2009-04-16 Terurut Topik Sunny
Refleksi :  Kalau kualitas demokrasi menang  bisa dipertanyakan, tetapi kalau 
demon crazy  memang  sangat cocok di tanah antah-berantak. 

http://www.suarapembaruan.com:80/index.php?detail=Newsid=7033

2009-04-15 
Quo Vadis Kualitas Demokrasi?


Oleh: Toto Sugiarto



Pemilu 2009 memperlihatkan adanya pergeseran demokrasi kita. Republik ini 
terseret pada praksis demokrasi prosedural. Indikatornya amat kuat, banyak 
warga negara yang kehilangan hak pilihnya hanya karena namanya tidak tertera 
dalam daftar pemilih tetap (DPT). 

Dalam demokrasi prosedural ini, prosedur ditempatkan pada posisi yang lebih 
tinggi dibanding hal yang paling asasi sekalipun, yaitu terjaminnya hak warga 
negara. Dengan kata lain, esensi demokrasi dalam arti terjaminnya hak pilih 
warga negara tidak terwujud. DPT tampak lebih berdaulat dibanding rakyat itu 
sendiri. Apakah demokrasi seperti itu yang ingin dicapai bangsa ini? Kualitas 
demokrasi seperti apa yang ingin kita bangun? 

Demokrasi tidak pernah berhenti pada satu kondisi, melainkan selalu berproses. 
Ia bisa bergerak ke arah demokrasi yang terkonsolidasi, namun bisa juga 
bergerak ke arah kemunduran demokrasi. Bandul demokrasi terus mengayun 
mengikuti dinamika pertentangan dan konsensus berbagai faktor penentu.

Salah satu faktor terpenting dan menentukan bagi kualitas demokrasi adalah 
partai politik. Setiap mekanisme yang berlangsung di internal parpol 
berpengaruh langsung terhadap demokrasi. Jika dalam pencalegan didominasi 
politik uang dan feodalisme, misalnya kualitas demokrasi yang terbangun akan 
rendah. DPR akan dihuni oleh sosok-sosok yang secara politik dan moral 
berkualitas buruk.

Kualitas demokrasi juga ditentukan oleh jujur dan adilnya pelaksanaan pemilu. 
Jika pemilunya cacat dalam arti tidak berlangsung secara jujur dan adil, 
kualitas demokrasi akan rendah.

Pemilu 2009 yang diwarnai hilangnya hak warga negara hanya karena administrasi 
negara yang buruk merupakan pemilu dengan kualitas demokrasi yang rendah. 
Terdapat ketidakadilan dalam pemilu yang cacat tersebut. 

Di satu pihak, terdapat masyarakat yang dapat menyalurkan hak pilihnya, di 
pihak lain terdapat yang tidak dapat memilih. Dari ketidakadilan tersebut, amat 
wajar jika kemudian muncul berbagai dugaan kecurangan. Bagi sebagian kalangan 
ketidakadilan tersebut merupakan buah kesengajaan untuk menguntungkan parpol 
tertentu. Faktor penting lain bagi terciptanya kesuksesan pemilu adalah 
kompetensi penyelenggara, yaitu KPU. Jika anggota KPU incompetent, pemilu tidak 
akan sempurna. KPU yang tidak kompeten tidak akan mampu menjamin tersalurkannya 
hak seluruh pemilih, tetap sportif dan jujurnya perilaku politikus, alokasi 
dana yang baik, pengadaan alat-alat pemilu yang baik seperti tinta yang dapat 
bertahan lama atau kualitas kertas suara yang baik. 


Merosot

Jika dicermati secara lebih menyeluruh, terlihat bahwa kualitas demokrasi kita 
semakin merosot dari waktu ke waktu. Fenomena ini tercermin baik dari 
tanda-tanda fisik ataupun nonfisik. Secara fisik, gedung DPR sekarang ini 
dikelilingi pagar tinggi. Hal ini dapat dibaca sebagai penanda bahwa wakil 
rakyat sekarang memagari diri dari jangkauan rakyatnya. 

Dari sisi fungsinya sebagai saluran aspirasi rakyat, DPR semakin tidak 
aspiratif. DPR semakin dominan diwarnai bisnis pribadi, bisnis kewenangan, dan 
kekuasaan yang bermodal besar. Karena telah mengeluarkan modal besar, para 
pebisnis politik ini semakin fokus mengembalikan modal dan kemudian memperbesar 
keuntungan. 

Pada akhirnya, mekanisme representatif menjadi hanya sebatas aksi seolah-olah. 
Seolah-olah menyalurkan aspirasi dan kepentingan rakyat, padahal hanya mengejar 
kepentingan pribadi. 

Proses terbuatnya berbagai undang-undang pemekaran daerah, misalnya, merupakan 
contoh nyata aksi seolah-olah tersebut. Motif pemekaran tersebut seolah-olah 
merupakan aspirasi dari bawah. Padahal, banyak di antaranya merupakan keinginan 
segelintir elite yang menginginkan kekuasaan baru. Transaksi bisnis pun 
kemudian diduga terjadi di Senayan.

Pemilu 2009 yang di dalamnya terdapat reduksi makna pemilu dari momen 
kedaulatan rakyat menjadi hanya masalah teknis prosedural memperjelas demokrasi 
di Indonesia yang semakin merosot. Berbagai aktor bertanggung jawab atas 
merosotnya demokrasi, yaitu pemerintah, parpol, dan KPU. Karena buruknya 
kinerja aktor-aktor tersebut, demokrasi kita menjadi demokrasi yang seolah- 
olah berkualitas. Apakah kualitas demokrasi seperti itu yang ingin kita bangun?

Demokrasi seolah-olah akan menyeret bangsa ini pada kepalsuan. Platform parpol 
yang hanya sebatas bahan kampanye verbal dan tertulis, proses pemilu yang 
lancar, namun menyimpan cacat fatal, dan pada akhirnya menghasilkan wakil 
rakyat yang perkataannya berbeda dengan perbuatan.

Berbagai langkah dan kebijakan politik tak lebih dari kepura-puraan. Maka tak 
heran jika usai pemilu ada caleg yang meminta kembali berbagai barang yang 
telah mereka sumbangkan. Bagi mereka, politik tak lebih 

CiKEAS Tekanan Hidup

2009-04-16 Terurut Topik Erwin Arianto
Masalah atau tekanan hidup adalah bagian dan kehidupan di dunia dan tidak
seorangpun yang dapat mengelakkannya. Hidup di dunia penuh dengan Tekanan.
Siapapun kita, apapun, Profesi anda, usia anda,jabatan anda tidak akan bisa
menolong. Usaha yang kita lakukan dengan sekuat tenaga terkadang hanya
membuahkan Sebuah himpitan yang berat. Bagaimana supaya kita tetap kuat di
dalam tekanan hidup yang kian hari kian berat terasa dalam menjalani.
Tekanan hidup atau dalam bahasa Inggrisnya ‘stress’ berasal daripada
perkataan yunani “stringere” yang berarti “ketat” atau “tegang”.

Hidup memang kadang tidak memberi kita banyak pilihan. Ada saatnya kita
harus menerima tekanan kehidupan. Persoalannya adalah bagaimana menyikapi
tekanan itu. Ibarat sebuah ban, jika dipompa sesuai ukuran akan bagus untuk
dugunakan, tapi jika diberi tekanan angin berlebihan akan meledak. Satu hal
yang kita tidak boleh lupa, jika ban itu tidak diberi tekanan berupa angin,
maka ban tersebut tidak berguna. Demikian juga hidup, tekanan bisa kita
jadikan momentum untuk maju, walau selangkah demi selangkah. Umumnya orang
yang mampu memanage tekanan hidup akan bersikap lebih dewasa dan akan lebih
arif dalam menjalani hidup. Tapi orang yang tidak mampu keluar dari tekanan,
hidupnya biasanya akan jalan stagnan, mundur atau bahkan hancur
berkeping-keping seperti ban yang kelebihan tekanan.

Tekanan yang dihadapi manusia dalam hidup dikelompokkan dalam tiga sumber.
Pertama, tekanan oleh kejadian katastrofik yang terjadi tiba-tiba dan tidak
terduga. Kedua, tekanan masa transisi terkait dengan tahapan perkembangan
jiwa.Ketiga, tekanan berlanjut dalam hidup keseharian. Dalam satu waktu
manusia akan sekaligus menghadapi ketiga kelompok sumber tekanan hidup dan
kompleksitas interrelasi ketiganya. Yang harus digarisbawahi adalah tidak
ada masalah kehidupan tunggal karena setiap masalah biasanya merupakan
akumulasi dari berbagai masalah terdahulu yang berlanjut dan diawali
keberadaan salah satu sumber yang berkembang dan mengimbas pada kedua
kelompok sumber masalah yang lain.

Hal-hal yang bisa menyebabkan tekanan: pengalaman dan perubahan dalam
kehidupan, orang, kehilangan kontrol, tidak punya harapan, rasa bersalah.
Pandangan atau sikap mental yang baik dikembangkan: mengetahui siapa diri
sendiri, menerima diri sendiri sebagaimana adanya, mengembangkan suatu sikap
mengucap syukur, belajar menjadi puas dalam keadaan yang dialami.
Berikut beberapa tips  menangani tekanan:

* mengembangkan sikap mental yang positif
* Selalu Bersyukur atas apa yang kita miliki
* komitmen pada nilai-milai dasar dan tetap berpegang padanya
* membuat tujuan yang jelas dan tepat
* menentukan rencana untuk mencapai tujuan
* meminta nasihat pada orang yang kompeten
* menghitung beban hidup dengan seksama dan memenuhinya
* Belajar mencatat selalu
* menetapkan prioritas
* meluangkan waktu untuk mengasihi dan berbagi
* refresing atau berhenti sejenak dari kepenatan Hidup sehari-hari
* selalu memiliki Harapan
* Mendekatkan diri pada Tuhan YME

Seseorang dihadapkan pada dua kelompok dalam menghadapi tekanan, yaitu

(1) mencari untuk kemudian berusaha memenuhi syarat tertentu sehingga
tekanan hidup dapat diatasi, Seseorang yang merasa cukup kompeten mengatasi
situasi tertekan akan berkembang pula caranya memberi respons khusus. Orang
itu akan mencoba menilai situasi secara obyektif dan memilih solusi paling
tepat di antara berbagai alternatif solusi yang terpikir.Setelah menentukan
strategi, dia akan melakukan aksi tertentu dan selanjutnya menilai umpan
balik. Apakah strategi/teknik solusi itu efektif atau gagal dalam
penyelesaian masalah, perubahan sikap akan tetap terjadi.

(2) melindungi diri dari kemungkinan mengalami gangguan fungsi dan
disorganisasi fungsi psikologis.
setiap orang memiliki cara individual mempertahankan keutuhan integritas
fungsi kepribadiannya, terutama apabila menghadapi ancaman serius dari
tekanan hidupnya.Cara mengatasi tekanan jenis itu disebut orientasi
pertahanan diri. Responsnya lebih tertuju untuk mempertahankan diri dari
kemungkinan luka hati atau gangguan keseimbangan mentalnya daripada
menyelesaikan permasalahan.

Terkadang Tekanan hidup kita, yang secara psikologis, sebenarnya dapat pula
berguna untuk merangsang munculnya potensi-potensi yang terpendam dalam diri
seseorang, serta merangsang terjadinya proses kreativitas yang intensif.
Hidup dalam situasi yang normal biasanya malah membuat orang jadi malas,
kurang kreatif dan kurang produktif. Bukan situasi normal itu yang jadi
masalah. Tapi manusia memang pada dasarnya membutuhkan stimulan yang kuat
untuk bergerak. Dan tekanan hidup merupakan salah satu stimulan itu. apabila
dalam konteks kecenderungan manusiawi kita tidak menyukai tekanan hidup,
maka dalam konteks pengembangan jiwa, kita terkadang justru membutuhkan
rangsangan tekanan hidup untuk meledakkan potensi-potensi kita yang
terpendam. Walaupun kenyataannya tidak semua orang bisa sukses 

CiKEAS Kunjungan Murid Sekolah dan Media Melihat Pengisian Biodiesel di Bis Trans Pakuan Bogor

2009-04-16 Terurut Topik Promotor
Bapak dan Ibu.

Kunjungan Murid Sekolah dan Media Melihat Pengisian Biodiesel di Bis Trans 
Pakuan Bogor

Bagi yang berminat melihat Bis ramah lingkungan Kota Bogor bisa
menghubungi Penerima tamu atau security Pemkot Bogor atau Kantor dan
Pool Trans Pakuan Kota Bogor. Trans Pakuan adalah Bis kota bogor yang
menggunakan bahan bakar biodiesel yang terbuat dari bahan baku limbah
minyak goreng atau yang disebut jelantah.   Bis Transpakuan sudah
kurang lebih 1 tahun menikmati bahan bakar biodiesel yang ramah
lingkungan dan berasap bersih.

Para murid sekolah atau media masa bisa mengunjungi pool Trans pakuan
dan melihat serta membuktikan sendiri bagaimana asap Transpakuan yang
jauh lebih bersih dan harum dibandingkan dengan asap kendaraan dari
solar minyak bumi. 


Promotor


  

CiKEAS Pengaruh Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa

2009-04-16 Terurut Topik muhamad agus syafii
Pengaruh Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa

By: agussyafii

Surat al-Ra'd / 13:28, menyebutkan bahwa dengan mengikat (dzkir) kepada Allah 
maka hati menjadi tenteram. Dzikir sebagai metode mencapai ketenagan hati 
dilakukan dengan tata-cara tertentu. Dzikir dipahami dan di ajarkan dengan 
mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah secara keras (dzikr jahr), dan dengan 
kalimat-kalimat thayyibah yang memfokus, dari kalimat syahadat La ilaha illa 
Allah ke lafazh Allah dan sampai ke lafazh hu. 
    
Sebenarnya hubungan dzikir dengan ketentraman jiwa dapat dianalisis secara 
ilmiah. Dzikir secara lughawi artinya ingat atau menyebut. Jika diartikan 
menyebut maka peranan lisan lebih dominan, tetapi jika diartikan ingat, maka 
kegiatan berpikir dan merasa (kegiatan psikologis) yang lebih dominan. Dari 
segi ini maka ada dua alur pikir yang dapat diikuti: 

a)  Manusia memiliki potensi intelektual. Potensi itu cenderung aktif bekerja  
mencari jawab atas semua hal yang belum diketahuinya. Salah satu hal yang 
merangsang berpikir adalah adanya hukum kausalitas di muka bumi ini. Jika 
seseorang melahirkan suatu penemuan baru, bahwa A disebabkan B, maka berikutnya 
manusia tertantang untuk mencari apa yang menyebabkan B. Begitulah seterusnya 
sehingga setiap kebenaran yang di temukan oleh potensi intelektual manusia akan 
diikuti oleh penyelidikan berikutnya sampai menemukan kebenaran baru yang 
mengoreksi kebenaran yang lama, dan selanjutnya kebenaran yang lebih baru akan 
ditemukan mengoreksi kebenaran yang lebih lama. 

Sebagai makhluk berfikir manusia tidak pernah merasa puas terhadap 'kebenaran 
ilmiah' sampai ia menemukan kebenaran perenial  melalui jalan supra 
rasionalnya. Jika orang telah sampai kepada kebenaran ilahiah atau terpandunya 
pikir dan dzikir, maka ia tidak lagi tergoda untuk mencari kebenaran yang lain, 
dan ketika jiwa itu menjadi tenang, tidak gelisah dan tidak ada konflik batin. 
Selama manusia masih memikirkan ciptaan Allah SWT dengan segala hukum-hukumnya, 
maka hati tidak mungkin tenteram dalam arti tenteram yang sebenarnya,  tetapi 
jika ia telah sampai kepada memikirkan Sang Pencipta dengan segala 
keagungannya, maka manusia tidak sempat lagi memikirkan yang lain, dan ketika 
itulah puncak ketenangan dan puncak kebahagiaan tercapai, dan ketika itulah 
tingkatan jiwa orang tersebut telah mencapai al- nafs al-muthma'innah.  

b) Manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang tidak terbatas, tidak ada 
habis-habisnya, padahal apa yang dibutuhkan itu tidak pernah benar-benar dapat 
memuaskan (terbatas). Oleh karena itu selama manusia masih memburu yang 
terbatas, maka tidak mungkin ia memperoleh ketentraman, karena yang terbatas 
(duniawi) tidak dapat memuaskan yang tidak terbatas (nafsu dan keinginan). Akan 
tetapi, jika yang dikejar manusia itu Allah SWT yang tidak terbatas 
kesempurnaan-Nya, maka dahaganya dapat terpuaskan. Jadi jika orang telah dapat 
selalu ingat (dzikir) kepada Allah maka jiwanya akan tenteram, karena 'dunia' 
manusia yang terbatas telah terpuaskan oleh rahmat Allah yang tidak terbatas. 

Hanya manusia pada tingkat inilah yang layak menerima panggilan-Nya untuk 
kembali kepada-Nya dan untuk mencapai tingkat tersebut menurut al-Rozi hanya 
dimungkinkan bagi orang yang kuat potensinya dalam berpikir ketuhanan atau kuat 
dalam 'uzlah dan kontemplasi (tafakkur)-nya. 

Jadi al-nafs al-muthma'innah adalah nafs  yang takut kepada Allah, yakin akan 
berjumpa dengan-Nya, ridlo terhadap qodlo-Nya, puas terhadap pemberian-Nya, 
perasaannya tenteram, tidak takut dan sedih karena percaya kepada-Nya, dan 
emosinya stabil serta kokoh.

Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU) Minggu, 
tanggal 17 Mei 2009, di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek 
Peruri, RT 001 RW 09, Sudimara Timur, Ciledug. TNG. Program 'Amalia Cinta Bumi 
(ACIBU)' mengajak. 'Mari, hindari penggunaan kantong plastik berlebihan, 
bawalah kantong belanja sendiri. Sebab Kantong plastik jenis polimer sintetik 
sulit terurai- Bila dibakar, menimbulkan senyawa dioksin yang membahayakan- 
Proses produksinya menimbulkan efek berbahaya bagi lingkungan.' Mari kirimkan 
dukungan anda pada program 'Amalia Cinta Bumi' (ACIBU) melalui 
http://agussyafii.blogspot.com atau sms 087 8777 12431