Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Polisi Oh Polisi

2009-11-24 Terurut Topik Haniwar Syarif
saya juga yakin sekali bhw kalau di teruskan ke pengadilan  , maka 
akan jadi pentas menarik  ..  lalu ada mimbar spt mimbar di 
Diponegoro jaman peristiwa 27 Juli

saya pikir penghentian  ini..  memang baik  kok buat SBY  :)


dan  saya cuma takut kalau diteruskan perkaranya, dan situasinya 
tepat spt itu,  ekonomi ikut mandeg..  jadi pelan pelan aja 
dee  bikin  perubahannya

lha biang revolusioner  nya aja, Mas Suhaimi.., sudah  gak pernah 
menyerukan revolusi  kok ( ingat jaman duklu.. jaman yg aku suka dgn 
pendapat mas Suhaimi...itu duluuu   )


HS

At 02:44 PM 11/24/2009, you wrote:
>Nyela sedikit ah.. ^_^
>Kalo saya sih sejak awal juga lebih berpendapat kasus Bibit-Chandra 
>vs Mafia Hukum ini dibawa ke pengadilan. Berbeda dengan Pak Suhaimi, 
>pertimbangan saya adalah:
>1. Karena tuduhannya pelanggaran UU korupsi, maka sesuai dengan 
>keputusan MK dan UU Pengadilan Tipikor yang baru, kasus ini mesti 
>masuk dalam Pengadilan Tipikor. Lepas soal pro-kontra komposisi 
>hakim, rekam jejak Pengadilan Tipikor selama ini cukup baik dalam 
>menegakkan keadilan. Jadi tetap terbuka peluang bagi Bibit-Chandra 
>untuk mendapat keadilan secara hukum.
>2. Pengadilan ini bisa dimanfaatkan sebagai arena untuk menelanjangi 
>sepak-terjang dan 'kebodohan' para aparat yang terlibat mafia hukum. 
>Mulai dari memberi bukti tandingan yang bisa melepeh 'bukti kuat' 
>yang disodorkan jaksa penuntut, sampai membeberkan rekaman 
>percakapan para mafia, baik yang sudah diputar di MK atau yang masih 
>tersimpan di KPK.
>3. Pengadilan juga bisa dimanfaatkan sebagai mimbar publik, 
>kira-kira seperti ketika aktivis diadili jaman Orde Baru. Yakin deh, 
>pasti ruangan akan selalu penuh tiap minggu (dari awal sampe akhir 
>sesuai jadwal pengadilan).  Lumayan, di luar juga bisa dibuat mimbar 
>gratis yang bisa dipakai untuk kampanye soal kebusukan mafia hukum. 
>Kesaksian atau bukti yang tidak diijinkan di ruang pengadilan, bisa 
>diungkap di sini. Konsolidasi juga bisa lebih mudah dan lebih kuat.
>4. Mengingat no 1 dan 2, saya berkeyakinan Bibit-Chandra akan bebas 
>dari hukuman. Dengan begini, rehabilitasi atas diri mereka full 
>berdasarkan hukum, bukan atas dasar keputusan atau desakan politis 
>seperti saat ini. Sehingga, tidak ada keraguan sedikit pun untuk 
>mengembalikan status mereka berdua ke posisi semula.
>5. Jika Bibit-Chandra ternyata kalah di pengadilan, ya kembali ke no 
>3: mimbar publik lagi di PT Tipikor. Masih kalah juga, mimbar publik 
>lagi ke MA. Itu pun jika belum keburu meletup reformasi II 
>(revolusi?) karena konsolidasi sudah kadung membesar ^_^
>
>Salam,


Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Style of leadership

2009-11-24 Terurut Topik Arif Budimanta
Dalam persoalan pengambilan keputusan yg menyangkut kepentingan bangsa, maka 
kepentingan rakyat yang lebih banyak dan atau kepentingan masyarakat yg lebih 
luaslah diutamakan.

Realitas sosial rakyat kita memahami persoalan pengambilan keputusan yang win2 
solution seperti itu.

Gaya kepemimpinan seperti itu yang kita butuhkan saat ini.

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Suryopratomo" 
Date: Tue, 24 Nov 2009 13:48:02 
To: 
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Style of leadership

   Gaya Kepemimpinan
Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkenaan dengan sikapnya terhadap 
kasus hukum terhadap dua pimpinan nonaktif Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit 
Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah ditanggapi secara negatif oleh kelompok 
masyarakat. Sikap yang disampaikan Presiden dalam pidato selama 30 menit 
kemarin malam dinilai tidak tegas.
 Kita bisa memahami perasaan masyarakat sebab sejak semalam sebelumnya 
Presiden menyatakan bahwa dirinya akan menentukan sikap terhadap dua kasus 
yakni kasus Bibit-Chandra dan kasus Bank Century pada hari Senin malam. Tidak 
usah heran apabila masyarakat lalu menunggu pidato itu karena terutama kasus 
Bibit dan Chandra sudah lebih dua pekan menyita perhatian seluruh masyarakat.
 Ternyata isi pidatonya tidak memuaskan harapan masyarakat. Masyarakat 
mengharapkan ada pernyataan yang tegas dari Presiden, sehingga bisa dipahami 
oleh aparatnya di bawah. Masyarakat juga ingin tahu apakah setelah kasus Bibit 
dan Chandra diminta untuk tidak dilanjutkan, status hukumnya juga dicabut dan 
keduanya kembali bertugas sebagai pimpinan KPK?
 Jawaban seperti itu memang tidak keluar dari mulut Presiden. Memang ada 
pernyataan bahwa demi kemaslahatan bangsa opsi terbaik adalah kasus ini tidak 
dilanjutkan ke pengadilan. Tetapi tanpa ada perintah yang jelas, maka bukan 
jaminan baik Kepolisian maupun Kejaksaan tidak akan melanjutkan perkara 
tersebut.
  Kita lihat kemudian bagaimana polisi meneruskan hasil pemeriksaan 
terhadap Bibit ke Kejaksaan Agung. Kejaksaan Agung juga meneruskan kasus 
Chandra ke Kejaksaan Negeri untuk diperiksa apakah cukup memadai untuk 
diteruskan ke pengadilan atau tidak.
  Ketidaktegasan pernyataan Presiden niscaya membuat kasus Bibit-Chandra 
akan menyita energi dan perhatian kita untuk beberapa minggu ke depan. Padahal 
berulangkali kita menyampaikan bahwa begitu banyak persoalan yang juga menuntut 
perhatian seperti masalah pemadaman listrik bergilir dan  kesehatan masyarakat.
  Memang kita tidak bisa berbuat apa-apa, karena apa yang dilakukan 
Presiden sudah merupakan gaya kepemimpinannya. Presiden kita merupakan orang 
yang penuh kehati-hatian dan pertimbangan. Seperti diucapkan ketika bertemu 
para pemimpin redaksi, Presiden menginginkan win-win solution dalam 
penyelesaian kasus Bibit dan Chandra. Presiden tidak mau ada satu pun pihak 
yang harus kehilangan muka.
  Hanya saja kita ingin mengingatkan bahwa sikap yang tidak jelas itu 
bukanlah tidak memiliki risiko. Ketidakjelasan itu membuat ketidakpastian 
terhadap kasus ini akan terus berlanjut dan akhirnya bisa berpengaruh terhadap 
makin hilangnya kepercayaan masyarakat kepada aparat hukum. Bahkan yang 
dikhawatirkan yang akan juga terimbas adalah legitimasi dari Presiden sendiri.
  Langkah yang dilakukan Kepolisian untuk terus melanjutkan pemeriksaan 
kasus Bibit ke Kejaksaan Agung menunjukkan ketidakpatuhan institusi tersebut 
terhadap pimpinan nasional. Demikian dengan langkah Kejaksaan yang tetap 
meneruskan pemeriksaan, meski Presiden sudah menyatakan opsi terbaik adalah 
tidak melanjutkan kasus tersebut ke pengadilan.
  Kita sungguh memprihatinkan rusaknya tatanan sosial khususnya kepatuhan 
terhadap aturan, baik aturan ketatanegaraan maupun aturan hukum. Tidak bisa 
dibayangkan apabila ketidakpercayaan masyarakat kepada aparat kepolisian terus 
berlangsung, karena polisi tidak lagi dianggap sebagai institusi yang kredibel. 
Bukan hanya orang akan bisa seenaknya di jalan raya, tetapi ketika ada masalah, 
orang akan menggunakan hukumnya sendiri, bukan hukum yang formal.
 Sikap tidak peduli masyarakat terhadap polisi, apa jadinya jika direspons 
juga dengan ketidakpedulian polisi kepada masyarakat. Ketika polisi tidak ada 
di jalanan, tidak bisa terbayangkan kemacetan yang akan terjadi.
  Ketidakpatuhan sosial itulah yang kita sangat takutkan. Kalau itu sampai 
terjadi, maka rusaklah segala usaha keras yang kita lakukan untuk mengembalikan 
keamanan dan ketertiban selama ini.
  Ketika lebih satu dekade lalu kita memulai reformasi, banyak negara yang 
tidak percaya bahwa kita akan bisa melakukannya. Namun dengan kepedulian kita 
bersama, kita mampu melewati masa-masa sulit tersebut. Kita berhasil mencegah 
terjadinya balkanisasi dan bahkan bisa menghindarkan diri menjadi "negara 
gagal" (fail state).
 Sungguh ironis ketika kita sudah melewati itu, kini kita membiarkan semua 
itu rusak.

RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Rekonsiliasi Megawati - SBY (siapa bilang SBY tidak jelas?)

2009-11-24 Terurut Topik andy
BTW setahu saya dia bukan dokter tetapi Doktor ... ada beda "e" dan "o"
tetapi konotasinya beda banget... 


Salam
Din

-Original Message-
From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
[mailto:forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com] On Behalf Of Mamang
Sent: 24 Nopember 2009 8:56
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Rekonsiliasi Megawati - SBY (siapa
bilang SBY tidak jelas?)

Ass.Wr.Wb.
Sebaiknya beri tahu padanya kalau mau main sinetron terus dan bernyanyi
sebaiknya latihan di Hollywood minta rekomendasi sama Obama agar dapat
diterima, gitu aja deh dari pada Rakyat terus menderita hanya karena dia mau
main Sinetron dgn Gelar Dokter yg sebenarnya dia tidak perlu dipakai hanya
embel2 saja utk main Sinetron tidak perlu... gitu...
Siapa yg bisa menyampaikannya, apakah pada Rizal atau Andi yah yg perlu
disampaikan.

Obama aja gerah benar, mau ke Indonesia utk melihat temennya, krn ulah si
pemain Sinetron yg ada di Istana makanya dia tunda dulu kehadiran agar calon
Sinetron berangkat dulu ke Hollywood deh, sial benar rasanya mempunyai
Pemimpin yg tdk tegas ikut2 Eyang jadi orang MUNAFIK.

Wassalam
Mamang




RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Penumpang di Atap KA Akan Didenda Rp 15 Juta->peraturan BEGO

2009-11-24 Terurut Topik edy prayitno
bikin peraturan ngawur gini .seperti aturan di tingkat RT , aturan di RT 
saja tidak semena2 kayak gini 
coba bayangkan jika nanti ada yg tertangkap ...terus disuruh bayar 15 juta 
.uang dari mana ? mereka itu rata2 kelas warga miskin , bondo nekat , 
uyel-uyelan ( kelas murah maklum seperti ini ) ...coba negara siapkan angkutan 
murah tetapi dengan fasilitas gak usah terlalu baik.asal ada kursi saja . 
soalnya kereta jenis murah tanpa kursi sudah hal wajar di jawa timur kususnya 
jalur surabaya - Tuban ..mereka duduk lesehan dibawah persis seperti 
mengangkut tahanan perang .

disamping itu aturan2 jenis ini yg ngawur asal tentukan denda besar .tetapi 
kenyataannya Nol banyak kita jumpai.
di beberapa kota mererapkan denda sekian juta ...juta ...kepada pembuang sampah 
di sungai .nyatanya ...?  Nolgak laku
sungai2 tetap kotor penuh sampah.contoh lain denda kepada perokok 
...sebentar lagi denda org yg buang air sembarangan...!

pusing jadinya mikir petinggi2 negara ini ?



-Original Message-
From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
[mailto:forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com] On Behalf Of lanogan ginting
Sent: 24 Nopember 2009 9:11
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Penumpang di Atap KA Akan 
Didenda Rp 15 Juta->peraturan BEGO




woii..orang tolol, kalau ga bisa mikir ga usah bikin peraturan! dasar 
otakmu sejengkal dibawah puser! keliatan sekali tololmu bikin peraturan. mau 
cari tambahan ya...dasar otak kumpeni! bajingan! seolah olah kau peduli nasib 
rakyat menjaga keselamatannya, padahal isi kepalamu cuma mau cari tambahan! 
dasar manusia setan!!!
Kalau kau memang peduli sama nasib rakyat, tambahi armada keretamu 
tolol! Memangnya matamu tidak bisa lihat, orang naik ke atap kereta karena 
didalam sudah PENUH TOLOL!!! Dasar manusia jadi2an! Bajingan!
   Apa nanti kau buat peraturan : kalau gerbong masih muat, naik di 
atap kereta denda 15 juta!? Kalau gerbong tidak maut lagi silahkan naik ke atas 
atap. Peraturan macam apa ini!
Kalau kau memang jenis manusia yg bertanggung jawab jgn cuma bikin 
peraturan denda, buat juga peraturan : pemerintah wajib mengantarkan setiap 
penumpang, kalau pemerintah tidak sanggup mengantarkan penumpang sesuai 
peraturan maka rakayt bole menerima kompeensasi 10jt/penumpang!
Asal kamu tau saja manusia tolol, kalau cuma sekali2 saja penuh 
sesak (lebaran misalnya) rakyat bisa maklum, ini setiap hari, pagi2 dan sore 
selalu penuh sesak. SETIAP HARI TOLOL!! Dasar manusia bego. Mending Belanda yg 
ngurus negara ini daripada manusia setengah seperti kau!
Emosi jiwa juga melihat manusia tolol begini di suruh ngurus rakyat!



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: PD mendukung hak angket century ? WHY ?

2009-11-24 Terurut Topik Satria D
Hahaha...! Sungguh sulit jadi anggota DPR Demokrat ini. Kalau tidak ikut 
dicurigai punya niat untuk menyembunyikan kebohongan kasus Century tapi kalau 
ikut dan sepakat 100% juga dicurigai akan megganjal proses angket tersebut. 
Sulit... sulit...! :-) 
Untungnya kita semua ini bukan anggota DPR dari Demokrat ya! Aaaahh...! Sungguh 
enak jadi penonton kayak kita ini. :-) Lanjut...!
Salam
Satria

--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, P Giri Hatmoko  wrote:
Tadi malam ada info melalui running text seuah TV Stations, Salah seorang 
fungsionaris PD  menyatakan PD 100% mendukung hak angket century. Mingkinkah ? 
Hendaknya masyarakat jangan senang dulu.
Saya menilai justru keikutsertaan PD dalam pengusung hak angket ini perlu 
diwaspadai. Ingat, hak angket masalah kenaikan BBM, konco2 PD ikut 
"seolah-olah" mendukung hak angkat BBM, padahal targetnya justru mengebiri hak 
angket tersebut. Dengan cara penjadikan salah satu kader PAN (yang sekarang 
jadi menteri) menjadi ketua panitia angket, habis sudah kelanjutan hak angket 
BBM.
Lha sekarang, dengan mendukung hak angket, maka kader PD berhak menjadi ketua 
panitia angket. Terus, apa yang akan terjadi kalau demikian . 
Sepertinya cerita hak angket BBM akan terulang kembali .. ooaaalllaah 
..

Salam




Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] (Century) Tidak ada dampak Sistemik?

2009-11-24 Terurut Topik Mamang
Ass.Wr.Wb.

Itu pun sudah saya alami, kita dituduh tidak jujur, tapi kalau kita
membohong seperti para koruptor kok pada percaya. Apakah kita ini di
didik untuk berbohong atau tidak jujur, seperti pernah calon Mertua
mengatakan bahwa ikut P4 di didik untuk berbohong pada diri
sendiri/hati Nurani.

Wassalam
Mamang


On 11/24/09, Samali Djono  wrote:
> Pa' Kukuh
> tergerak untuk berkomentar dengan cerita anda soal usaha yang sedang menurun
> pada saat ini.   keadaan seperti ini hampir disemua bidang usaha yang saya
> dengar
> dari kawan2 dan sekedar saling berbagi info dan mudah2an ada manfaat.
> menurut kawan2 saya yang usahanya lagi pada susah juga, bahwasanya pajak
> akan
> jadi masalah juga.
> sebagai contoh: penjualan yang menurun drastis, tapi pajak tidak mau
> mengerti
> tentang adanya penurunan2 penjualan itu. kawan2 malah dianggap
> menyembunyikan
> penjualan yang sebenarnya, alias mau bayar pajak lebih ringan.
> karena berusaha sudah lama dan kenal lama dengan para pemasok diluar negeri,
> maka para pemasok barang2 (bahan baku) impornya membantu dengan pengurangan
> harga, eh ... malah dituduh under invoice
>
> kalu pada dasarnya sudah saling curiga dan merasa saling membohongi dan
> dibohongi
> maka urusan2 perpajakan, sampai kapanpun tidak akan ada penyeleseian yang
> baik.
>
> salam,
> djs


Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Demo Bakar Photo

2009-11-24 Terurut Topik Fajrian difa vedder
y santun aja...wong RI 1 dan 2 kae begitu, tdk pantas menjadi pemimpin 
negara...Tidak tegas, plintat plintut...itu bentuk aspirasi, bahkan kalau perlu 
diturunkan saja sepeti suharto





From: Saskia U 
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Sent: Wed, November 25, 2009 7:34:48 AM
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Demo Bakar Photo

  
Kemarin sempat melihat tayangan TV, Demo mahasiswa di Makasar membakar photo RI 
1 - 2, lepas dari persoalan akar masalah demo tersebut, apakah santun membakar 
photo RI 1 ? mengingat status RI 1 / 2 adalah Kepala Negara ? 

Salam
Saskia Ubaidi


 


  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] SBY BIJAK

2009-11-24 Terurut Topik Teuku Moeda
Sangat bijak SBY Melontarkan kebijakan demikian,siapa bilang setengah 
hati,apakah kita harus menggosok intan dengan batu,SBY telah menggosok Intan 
dengan Kapas.
teukumoedaab...@ymail.com


  Lebih aman saat online.. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih 
cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. 
Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/



Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kemenangan Akal Sehat

2009-11-24 Terurut Topik Weka Gunawan
Betul-betul! Yang mendiamkan saja angkot-angkot yg berhenti sembarangan,
bahkan jelas-jelas di bawah tanda Dilarang Stop, yg diam-diam menjebak
pengemudi yang tidak tahu jam berapa saja tidak boleh masuk jalan
terttentu,.. tapi pak Godlip mereka itu banyak yg memang kasihan lho, banyak
juga yg jujur tapi malah ditindas sistem yg ada, berusaha jujur dan makan
gaji yg minim.. sayangnya mereka2 itulah yg tak pernah bisa mencapai
pangkat-pangkat tinggi .. entah mengapa..

2009/11/24 Godlip Pasaribu 

> Yang paling duluan harus diberantas adalah yang terjadi sehari-hari di
> depan mata seperti Polantas yang menangkap orang yang diduga melanggar lalu
> lintas tetapi melepasnya setelah diselipkan lembaran uang kertas, Polantas
> yang menerima lemparan korek api dari truk2 yang kewat, yang menangkapi
> mobil2 bak terbuka pengangkut sayuran, dll.
>
> Di Kejaksaan yang kasat mata adalah orang yang mau masuk ke gedung bundar
> harus menitipkan Kartu Identas dan lembaran uang. Selama praktek2 ini masih
> terjadi setiap hari dengan kasat mata, maka kepercayaan masyarakat terhadap
> Kejaksaan da Kepolisian akan sulit dipulihkan.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Berantas Korupsi : Perlu Perubahan Struktur Politik-Ekonomi

2009-11-24 Terurut Topik andre andreas


Penegakkan Hukum Saja Tak Memadai

...jika terus mengandalkan aspek
penegakan hukum seperti yang selama dilakukan, sangat tidak memadai. Gerakan 
anti korupsi lantas menjadi gerakan mengejar
koruptor dan menjeblosan ke penjara. Kelemahan utama dari strategi ini terletak 
pada lingkungan hukum itu
sendiri. Lembaga, aparatur, perangkat perundangan dan prosedur beracara masih
sangat rapuh dan jelas tidak kebal intervensi baik politik, finansial maupun
tekanan secara fisik. Untuk itu perlu ada gerakan yang secara sistematis
berupaya untuk menggantikan elite pemangsa ini dan kemudian merombak struktur
yg mendiskriminasi dan mendominasi. Memang di banyak tempat, bermunculan upaya
gerakan alternatif baik yang bertumpu pada politik elektoral maupun
non-elektoral. Pengorganisasian kelompok korban, marginal, maupun kepentingan
(publik) perlu dijadikan fokus, agar kelompok terorganisir ini dapat
mengimbangi elite pemangsa yngg selama ini mengakuisisi ruang politik. Tanpa
ada perubahan struktur politik (dan ekonomi), level lapangan permainan antar
kelompok kepentingan, agenda pemberantasasn korupsi selalu tergantung kepada
belas kasih elite. Lebih tepatnya, kita hanya bertumpu pada keinginan politik
penguasa.



Petikan pernyataan Luky Djani saat diwawancarai Coen dari Indoprogress

Selengkapnya

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/pemberantasan-korupsi-perlu-perubahan.html

 

 

Mr.
President, either you’re with us or against us!  Apa Penilaian Anda Atas   
Pidato
Presiden Sikapi Kasus Century dan Bibit-Chandra? 

(baca juga Pidato SBY selengkapnya)

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/mr-president-either-youre-with-us-or.html

Cicak
Lawan Buaya : Kejamnya Hukum Bagi Minah, Lembeknya Hukum Bagi Koruptor

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/cicak-lawan-buaya-kejamnya-hukum-bagi.html

Cicak
Lawan Buaya : Buaya Kalap, Serang Nyamuk Pers

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/cicak-lawan-buaya-buaya-kalap-serang.html

Masyarakat Tidak Butuh Basa-Basi Presiden 

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/pernyataan-koalisi-masyarakat-darurat.html




  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Horor di Lawang Sewu

2009-11-24 Terurut Topik Wal Suparmo




Salam,
Bahwa ada HOROR di gedung LAWANG SEWU atau gedung NIS yaitu gedung Perusahaan 
Kerta Api Hindia Belanda di Semarang, sudah perlu DITERTIBKAN. Sama dengan 
pemelintiran sejarah tentang persinggahan laksama CHENG HO di Semarang. Padahal 
waktu  Cheng Ho pada waktu itu melakukan perjalanan , yang ada adalah Kerajaan 
Majapahit. Karena kota Semarang BELUM  ada.Yang di DARATKAN adalah salah 
seorang jurumudi( Dampo Awang) salah satu jurumudi dari 300 buah kapalnya, yang 
menderita sakit untuk dirawat di salah satu gowa di Simongan.Jadi bukan Chen Ho 
sendiri dan ia  tidak pernah mendarat di Semarang.Kalaupun dia mendarat adalah 
di salah satu pelabuhan Kerajaan Majapahit, atau untuk mengambil perbekalan, 
bukan di Semarang yang waktu itu masih  pantai dan hutan tanpa penghuni.
Kembali kepada  gedung Lawang Sewu, pembantaian yang dilakukan KENPEITAI Jepang 
adalah dilapangan depan kantor Kenpeitai yang sekarang terletak monumen.
Dalam PERTEMPURAN LIMA HARI,  15 orang pemuda yang ditangkap Jepang, diikat 
(digapit/dijepit) dengan bambu di dada dan punggung  , masing2 satu baris 
terdiri dari 5 orang sehingga terdapat 3 baris.
Menurut TRADISI PERANG para samurai Jepang,  musuh yang tertangkap harus 
DIPENGGAL kepalanya . Maka 3 orang algojo dengan samurainya ditugaskan untuk 
SEKALI PENGGAL harus dapat menebas 5 batang leher. Dan itu dilakukan, tetapi 
setelah kepada para pemuda dipenggal maka barisan tersebut lalu AMBRUK dan 
pemuda yang TERAKHIR  tidak tertebas lehernya  dan JATUH/RUNTUH berlumuran 
darah.Tiga pemuda itu dengan berlumuran darah pura-pura mati dan berdiam 
diri.Pada awaktu itu bisa dimengerti bahwa situasinya sangat tegang, bahkan bag 
orang Jepang sendiri melihat banyak darah melimpah dan kepala bergelimpangan. 
Para Kenpeitai yang terkenal kejam itu, lalu meninggalkan tempat dan 3 orang 
pemuda setelah dapat melepasklan diri kemudian lari ke bawah jembatan dan masuk 
sungai Kalisari untuk selanjutnya  menyelamatkan diri. Salah satu dari pemuda 
itu bernama WARKAM MURTIHARSOJO salah seorang pemuda yang  menumpang(in dekost) 
dirumah orang tua saya ,dan beberapa 
 waktu yang lalu masih hidup sehingga bisa diminta konfirmasinya.
Sedangkan kejadian di HALAMAN gedung Lawang Swewu yang dijaga oleh BARISAN 
PEMUDA KERETA API . Mereka diserang oleh tentara Jepang yang ingin merebut 
gedung itu, dan semua pemudanya di tembak mati, kecuali yang bersembunyi di 
salah satu menaranya.Ia bertahan sekama 5 hari , tidak makan maupun minum. Para 
pemuda yang mati terembak,  yang berasal dari daerah dan tidak mempunyai sanak 
famili di Semarang oleh rakyat dikuur di halam,an gedung.Sedangkan seorang 
anggota Barisan Pemuda K.A.  yaitu adik ayah saya yang bernama  SOEJOTO ( 
telegrafis setasiun Tawang), diambil oleh keluarganya yang berumah di kampung 
BULU dan dikebumikan di  Taman Pahlawan Semarang. Adapaun kuburan dari beberap 
orang pemuda, yang dikubur di halaman gedung,baru beberapa tahun yang lalu 
diketemukan.


Wasalam,
Wal Suparmo

--- Pada Sel, 24/11/09, Dhani Iqbal  menulis:







Horor di Lawang Sewu
Oleh Dede Murdy

Lawang Sewu berarti “pintu seribu”. Demikianlah masyarakat setempat menjuluki 
gedung berpintu banyak yang terletak di salah satu sisi Bunderan Tugu Muda 
Semarang, Jawa Tengah, ini.

Berdiri sejak 1907, bangunan ini tampak megah dan indah menjelang malam. Namun 
dibalik kemegahannya, tersimpan cerita seram dari sejarah yang kelam. Menurut 
penuturan sang penjaga, sekaligus pemandu lepas yang rela dibayar ala kadarnya, 
ruangan besar di lantai tiga, yang dihiasi besi baja sebagai penyangga, pernah 
dipakai sebagai tempat pembantaian orang-orang Indonesia semasa pendudukan 
Jepang.

Lihat foto-fotonya di http://wisataloka. com/potret/ horor-di- lawang-sewu/


Salam,
TM. Dhani Iqbal



[Forum-Pembaca-KOMPAS] MS HUTAGALUNG MENINGGAL DUNIA

2009-11-24 Terurut Topik RATNA SARUMPAET


Kawan-kawan Wartawan yang saya hormati. 

Berikut ini berita (release) tentang berpulangnya 
Bapak MS Hutagalung yang saya terima dari Riris K.Toha-Sarumpaet, Fakultas Ilmu 
Pengetahuan Budaya UI). Mohon bantuannya untuk memberitakan. 

Atas perhatiannya, terimakasih banyak, 
Salam, Ratna Sarumpaet. 


M. S. Hutagalung, tokoh utama “Aliran Rawamangun” dalam dunia sastra Indonesia 
meninggal 23 November 2009 di RS Cikini Jakarta, setelah kurang lebih 3 (tiga) 
tahun menderita ginjal. Jenazah disemayamkan di rumahnya di Jl. Pemuda Asli II, 
Jalan Pemuda Rawamangun Jakarta Timur. Hari Rabu 25 November 2009 akan 
dikebumikan.
M. S. Hutagalung yang dilahirkan di Tarutung pada 8 Desember 1937 itu adalah 
guru dari para ahli sastra bahkan sastrawan Indonesia di Universitas Indonesia. 
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra 
UI (1964) dan memperdalam pengetahuannya di Leiden, Belanda (1971-1973) ia 
menjadi pengajar penuh di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (kini Fakultas 
Ilmu Pengetahuan Budaya UI) hingga pensiun pada 2002. Ia sempat mengajar 
kesusastraan Indonesia di School of Humanities, University Sains, Penang, 
Malaysia (1977-1983),  Institut Kesenian Jakarta (IKJ), sastra dan bahasa 
Indonesia di Universitas Kristen Indonesia (UKI), Fakultas Sastra Universitas 
Nasional, Sekolah Tinggi Teologia (STT) Jakarta, STT Cipanas, serta duduk dalam 
Komisi Bahasa Indonesia penyusunan “Alkitab Terjemahan Baru”, dll. 

Tak kurang dari 10 bukunya yang menjadi acuan penting: Jalan Tak Ada Ujung 
Mochtar Lubis (Gunung Agung, cet. 2, 1963), Tanggapan Dunia Asrul Sani (Gunung 
Agung, 1967), Hari Penentuan (BPK Gunung Mulia, 1967), Memahami dan Menikmati 
Puisi (BPK Gunung Mulia 1971; mendapat penghargaan dari Departemen Pemuda), 
Telaah Puisi (BPK Gunung Mulia, 1973), Kritik atas Kritik atas Kritik (Tulila, 
1975), Membina Kesusasteraan Indonesia Modern (Corpatarin Utama, 1988), dan 
Telaah Puisi Penyair Angkatan Baru (Tulila, 1989).  

Setelah pensiun --sambil tetap menulis tentang sastra dan bahasa Indonesia 
bahkan masalah kebudayaan lainnya di berbagai koran dan majalah--, dia aktif 
menggembala di gereja, dan masih menerbitkan Perjalanan 40 Tahun GKPI Jemaat 
Rawamangun Bersaksi: PENATUA, Tugas dan Syarat, Menumbuh Kembangkan Jemaat 
(Kolportase GKPI Rawamangun, 2006). Bahkan dua  bulan lalu, bersama Astar 
Siregar teman seasramanya di Daksinapati, Rawamangun, MS Hutagalung sempat 
menerbitkan sebuah antologi puisi: Permata Kehidupan: Sajak-sajak Lansia. Pada 
31 sajak yang ditulisnya selama tahun 2007, dapat dibaca perasaan, kepedulian, 
serta dedikasinya pada kehidupan.  
Setelah tamat dari Universitas Indonesia, ia menjadi pembahas dan pembangun 
sastra dan bahasa Indonesia melalui kritik dan esei dan pengajaran sastranya. 
Ia sangat percaya pada pentingnya sastra dalam kehidupan, dan bagaimana sastra 
dapat menambah kepekaan dan empati pada manusia untuk menghargai kehidupan, 
manusia, kerja, dan semua karunia Tuhan. 

Pengajar bahasa dan sastra Indonesia yang dengan halus mendengungkan pentingnya 
rasa kemanusiaan itu telah pergi. Ia meninggalkan murid-murid dan karyanya 
untuk melanjutkan kehidupan yang penuh tantangan dan menjadikan bahasa dan 
sastra Indonesia sebagai identitas dan sarana yang memanusiakan bangsa 
Indonesia yang dicintainya. (Jakarta, 24/11/09: Riris K. Toha-Sarumpaet, 
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI).

  
_
New Windows 7: Simplify what you do everyday. Find the right PC for you.
http://windows.microsoft.com/shop

[Non-text portions of this message have been removed]





=
Pojok Milis Komunitas Forum Pembaca KOMPAS [FPK] :

1.Milis Komunitas FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS

2.Topik bahasan disarankan bersumber dari http://cetak.kompas.com/ , 
http://kompas.com/ dan http://kompasiana.com/

3.Moderator berhak memuat,menolak dan mengedit E-mail sebelum diteruskan ke 
anggota

4.Moderator E-mail: agus.hamonan...@gmail.com agushamonan...@yahoo.co.id

5.Untuk bergabung: forum-pembaca-kompas-subscr...@yahoogroups.com

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
forum-pembaca-kompas-dig...@yahoogroups.com 
forum-pembaca-kompas-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
forum-pembaca-kompas-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Horor di Lawang Sewu

2009-11-24 Terurut Topik Tengku Muhammad Dhani Iqbal
*Horor di Lawang Sewu*
Oleh Dede Murdy

Lawang Sewu berarti “pintu seribu”. Demikianlah masyarakat setempat
menjuluki gedung berpintu banyak yang terletak di salah satu sisi Bunderan
Tugu Muda Semarang, Jawa Tengah, ini.

Berdiri sejak 1907, bangunan ini tampak megah dan indah menjelang malam.
Namun dibalik kemegahannya, tersimpan cerita seram dari sejarah yang kelam.
Menurut penuturan sang penjaga, sekaligus pemandu lepas yang rela dibayar
ala kadarnya, ruangan besar di lantai tiga, yang dihiasi besi baja sebagai
penyangga, pernah dipakai sebagai tempat pembantaian orang-orang Indonesia
semasa pendudukan Jepang.

Lihat foto-fotonya *di sini*
.


Salam,
TM. Dhani Iqbal


[Non-text portions of this message have been removed]





=
Pojok Milis Komunitas Forum Pembaca KOMPAS [FPK] :

1.Milis Komunitas FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS

2.Topik bahasan disarankan bersumber dari http://cetak.kompas.com/ , 
http://kompas.com/ dan http://kompasiana.com/

3.Moderator berhak memuat,menolak dan mengedit E-mail sebelum diteruskan ke 
anggota

4.Moderator E-mail: agus.hamonan...@gmail.com agushamonan...@yahoo.co.id

5.Untuk bergabung: forum-pembaca-kompas-subscr...@yahoogroups.com

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
forum-pembaca-kompas-dig...@yahoogroups.com 
forum-pembaca-kompas-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
forum-pembaca-kompas-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Demo Bakar Photo

2009-11-24 Terurut Topik Saskia U
Kemarin sempat melihat tayangan TV, Demo mahasiswa di Makasar membakar photo RI 
1 - 2, lepas dari persoalan akar masalah demo tersebut, apakah santun membakar 
photo RI 1 ? mengingat status RI 1 / 2 adalah Kepala Negara ? 



Salam
Saskia Ubaidi






Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] (Century) Tidak ada dampak Sistemik?

2009-11-24 Terurut Topik Samali Djono
Pa' Kukuh
tergerak untuk berkomentar dengan cerita anda soal usaha yang sedang menurun
pada saat ini.   keadaan seperti ini hampir disemua bidang usaha yang saya 
dengar
dari kawan2 dan sekedar saling berbagi info dan mudah2an ada manfaat.
menurut kawan2 saya yang usahanya lagi pada susah juga, bahwasanya pajak akan
jadi masalah juga.
sebagai contoh: penjualan yang menurun drastis, tapi pajak tidak mau mengerti
tentang adanya penurunan2 penjualan itu. kawan2 malah dianggap menyembunyikan
penjualan yang sebenarnya, alias mau bayar pajak lebih ringan.
karena berusaha sudah lama dan kenal lama dengan para pemasok diluar negeri,
maka para pemasok barang2 (bahan baku) impornya membantu dengan pengurangan
harga, eh ... malah dituduh under invoice

kalu pada dasarnya sudah saling curiga dan merasa saling membohongi dan 
dibohongi
maka urusan2 perpajakan, sampai kapanpun tidak akan ada penyeleseian yang baik.

salam,
djs





From: Kukuh Kumara 
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com; angk...@yahoogroups.com; 
koral-aup-...@yahoogroups.com
Sent: Tue, 24 November, 2009 7:14:08
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] (Century) Tidak ada dampak Sistemik?

Bung Liman anda menyegarkan ingatan saya saat menjelang akhir thn 2008 yg bikin 
mabuk dan demam panas dingin yg ydk jelas juntrungannya.

Pemahaman saya soal ekonomi tdk ada seujung kuku jari manis kaki para pakar yg 
disebut Bung Liman, tapi saat itu saya betul2 pusing setengah modar berkaitan 
dg kondisi ekonomi dunia dan juga Indonesia.

Kegiatan sehari-hari yg sdh pas2anpun masih harus ditekan/dihemat habis2an, 
berbagai saran usulan penghematan muncul, bahkan karyawanpun urun saran agar 
air minumpun dihemat demi menjaga kelangsungan perusahaan.

Pesanan2 pemasok sebisa mungkin dibatalkan atau dijadwal ulang.

Bahan baku numpuk digudang, karena pesanan dari pelanggan turun drastis,  
sementara bahan baku yg sdh dipesan 2-3 bulan yl tdk bisa dibatalkan dan masih 
terus berdatangan dan semua biayanya harus dibayar.

Pada saat yg sama nilai tukar rupiah merosot dg cepat, duit sdh habis, biaya 
operasional sdh smkn sulit, demikian jg cari utangan susahnya minta ampun.

Rundingan penyesuaian harga dg pelangganpun tdk banyak membawa hasil karena 
merekapun menghadapi masalah yg sama.

Bayang2 pengurangan karyawan semakin nyata, yg memang akhirnya tdk terhindarkan 
dan terjadi diawal tahun 2009.  Masa2 sulit itu hingga separuh tahun 2009, skrg 
kondisi sdh mulai membaik, namun sisa2 mabuknya masih ada.

Itulah kilas balik yg sempat saya alami di akhir thn 2008.
Jadi saya ingat waktu itu pada kemana para pakar? Apakah mereka cuma pandai 
berkelakar setelah masa sulit itu terlewatkan dan berandai2.

Salam
Kukuh
Powered by Telkomsel BlackBerry®


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Mbah Minah dan Anggodo

2009-11-24 Terurut Topik anantö/ アナント
Mbah Minah dan Anggodo



Hukum di Indonesia belum berkeadilan. Mbah Minah, asal Purwokerto, Jawa
Tengah, dihukum gara-gara mencuri tiga buah kakao untuk benih. Parahnya,
selama penyelidikan, penyidikan, sampai penuntutan, dia tidak didampingi
pengacara.


Sedangkan Anggodo Widjojo, yang sudah jelas-jelas mengaku berusaha menyuap
pimpinan KPK melalui orang lain, sampai detik ini masih berkutat pada
penyelidikan. Bahkan, justru dua pimpinan media cetak yang langsung
diperiksa Mabes Polri karena Anggodo balik melaporkan mereka dengan tuduhan
pencemaran nama baik.


Jika konsisten, penegakan hukum di negeri ini seharusnya dilaksanakan dengan
tidak memihak. Jangan lantas karena orang kecil dan miskin, dia dengan
mudahnya dipenjara. Tapi, orang kaya seolah tidak mempan hukum.


Mukani, Jl Seblak Kwaron, Jombang, Jatim


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Prita Dituntut Enam Bulan Penjara (Anggodo tetap bebas)

2009-11-24 Terurut Topik M. Irwan Hrp
Pak Satrio,

Kalau orang batak bilangnya "hepeng do na mangatur nagaraon" :)

Berita terakhir malah ada seorang nenek-nenek yang "mencuri" tiga buah cacao
mau di penjara.



2009/11/19 Satrio Arismunandar 

>
>
> Anggodo, yang mau menyuap milyaran rupiah dan "mencatut" nama Presiden,
> tetap bebas dari tuntutan, karena polisi beralasan "tidak cukup bukti" buat
> menangkap.
>
> Prita, yang cuma kirim surat keluhan ke teman, dituntut 6 bulan penjara.
>
> Ini prestasi spektakuler pemerintahan SBY-Berboedi
>
> From: awind >
> Subject: [nasional-list] Prita Dituntut Enam Bulan Penjara
> To: nasional-l...@yahoogroups.com 
> Date: Thursday, November 19, 2009, 6:02 AM
>
>
>
>
> Beginilah apa yang dimaksudkan negara hukum di RI ini (baca berita di
> bawa). Wong cilik tetap salah dan dihukum sedangkan penguasa/pemilik uang
> tetap akan bebas dari kejahatan yang mereka lakukan. Kalau wong cilik bicara
> bagaimanapun benarnya akan tetap tidak dapat perhatian orang karena
> diutarakan oleh orang kere, tapi kalau yang mengutarakan ialah mereka yang
> "terkenal/berduit" maka ucapan orang tersebut pasti didengar dan jadi
> perhatian.
>
> http://berita. liputan6. com/hukrim/ 200911/251501/ Prita.Dituntut.
> Enam.Bulan. Penjara
>
>
>
>
> Prita Dituntut Enam Bulan Penjara
> Abdul Rosyid
>
> Prita Mulyasari saat menghadiri sidang di PN Tangerang, Banten.
>
> Artikel Terkait
>
> Prita Tetap Bilang Suratnya Bersifat Pribadi
> Saksi Ahli dari YLKI Untungkan Prita
> Klausul Pencemaran Nama Baik Harus Dihapus
> 18/11/2009 18:32
> Liputan6.com, Tangerang: Prita Mulyasari, terdakwa kasus pencemaran nama
> baik Rumah Sakti Omni Internasional, dituntut enam bulan penjara. Pada
> sidang lanjutan di Pengadilan Negeri Tangerang, Banten, Rabu (18/11) siang,
> jaksa menilai Prita bersalah karena menulis surat elektronik atau e-mail
> dengan sengaja yang memiliki muatan penghinaan atau pencemaraan nama baik.
>
> Atas tuntutan itu, Pria mengaku kecewa. Ibu dua anak ini tidak menyangka
> jaksa akan menuntutnya sedemikian rupa. Pada sidang sebelumnya, Prita
> menyatakan e-mail yang ia tulis bersifat curahan hati kepada teman, tanpa
> ada maksud merugikan pihak lain. Ia juga menolak mengakui e-mail yang
> dijadikan barang bukti adalah tulisannya, sebab sudah banyak diubah [baca:
> Prita Tetap Bilang Suratnya Bersifat Pribadi] Selengkapnya simak video
> berita ini.(BOG/YUS)
>
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>  
>



-- 
- Irwan -


[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pengen Tahu Pendapat DIE HARD

2009-11-24 Terurut Topik Achmad Jauzi
Melihat perkembangan kasus Century yang "bergulir" menjadi Chandra - 
Bibit...Lalu Cicak vs Buaya...Markus lalu diganti  jadi Cakus/Cakil...Terus 
semalem ada "pidato" dari SBY tentang penyelesaian kasus ini bla bla bla...

Cuma pengen tahu aja...Gimana pendapat para Die Hard pendukung SBY di milis ini 
seperti Om Godlip Pasaribu dan Om R Zain...






 



  






  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Rekonsiliasi Megawati - SBY (siapa bilang SBY tidak jelas?) (Henry's Hand Ball)

2009-11-24 Terurut Topik Alex Simanjuntak
Pak Satrio memberikan resume sbg pencerahan yang jelas untuk kita semua.
Ada rasa khawatir apa Yang Mulia terutama jajaran segudang penasehatnya 
mendapat ilham untuk solusi yang aneh itu setelah menonton World Cup 2010 
qualifier antara Irlandia dan Prancis dimana kapten Les Blues Thierry Henry 
bermain tangan 2x hingga Prancis lenggang kangkung ke Afrika Selatan? Wasit dan 
para asistennya tidak melihat, dan FIFA menganggapnya sbg "human error", 
permainan tidak bisa diulang! Solusi yang menyakitkan Ireland dan banyak fans 
di dunia yang cinta keadilan. Presedens yang buruk dan tidak masuk diakal. Apa 
Yang Mulia dan para advisornya harus dipuji karena pecandu bola? Jelas bahwa 
nasib 250 jt rakyat NKRI jauh lebih penting daripada Ireland atau Prancis yang 
akan main di Negeri Nelson Mandela tahun depan kan?
Terimakasih, AS

--- On Mon, 11/23/09, Satrio Arismunandar  wrote:


From: Satrio Arismunandar 
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Rekonsiliasi Megawati - SBY (siapa bilang SBY 
tidak jelas?)





Saya sudah merangkum pengumuman oleh SBY, yang kata sejumlah orang tidak jelas 
dan tidak tegas. Menurut saya, justru SBY cukup jelas dalam hal-hal sbb :
 
1. Jabatan Kapolri diselamatkan.
2. Jabatkan Hendarman Supanji, Jaksa Agung, juga diselamatkan.
3. Anggodo dkk para komplotannya tidak disebut-sebut, artinya selamat.
4. Tidak ada kejelasan status hukum tentang Bibit dan Chandra, artinya mereka 
juga tidak bisa balik ke KPK (baca: sesuai dan konsisten dengan rencana operasi 
semula untuk melemahkan KPK).
5. Bola panas dilempar lagi oleh SBY ke Polri, Kejakgung, bahkan KPK, yang 
diimbau untuk berbenah tanpa mekanisme pembenahan yang tegas, sehingga terbuka 
untuk berbagai macam penafsiran.
6. Permainan cicak vs buaya bergulir lagi dengan semangat baru, karena Wasit 
yang seharusnya bisa meniup peluit tanda berakhirnya permainan dan menjatuhkan 
sanksi, ternyata mengaku "tidak mau intervensi" dan menyerahkan kepada para 
pemain dan penonton tentang kelanjutan permainan.
7. Oleh karena itu, wasit tak perlu marah jika massa para penonton yang 
geregetan pun akan ikut turun ke lapangan permainan karena aturan 
permainan sudah tidak jelas.


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Style of leadership

2009-11-24 Terurut Topik Suryopratomo
   Gaya Kepemimpinan
Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkenaan dengan sikapnya terhadap 
kasus hukum terhadap dua pimpinan nonaktif Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit 
Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah ditanggapi secara negatif oleh kelompok 
masyarakat. Sikap yang disampaikan Presiden dalam pidato selama 30 menit 
kemarin malam dinilai tidak tegas.
 Kita bisa memahami perasaan masyarakat sebab sejak semalam sebelumnya 
Presiden menyatakan bahwa dirinya akan menentukan sikap terhadap dua kasus 
yakni kasus Bibit-Chandra dan kasus Bank Century pada hari Senin malam. Tidak 
usah heran apabila masyarakat lalu menunggu pidato itu karena terutama kasus 
Bibit dan Chandra sudah lebih dua pekan menyita perhatian seluruh masyarakat.
 Ternyata isi pidatonya tidak memuaskan harapan masyarakat. Masyarakat 
mengharapkan ada pernyataan yang tegas dari Presiden, sehingga bisa dipahami 
oleh aparatnya di bawah. Masyarakat juga ingin tahu apakah setelah kasus Bibit 
dan Chandra diminta untuk tidak dilanjutkan, status hukumnya juga dicabut dan 
keduanya kembali bertugas sebagai pimpinan KPK?
 Jawaban seperti itu memang tidak keluar dari mulut Presiden. Memang ada 
pernyataan bahwa demi kemaslahatan bangsa opsi terbaik adalah kasus ini tidak 
dilanjutkan ke pengadilan. Tetapi tanpa ada perintah yang jelas, maka bukan 
jaminan baik Kepolisian maupun Kejaksaan tidak akan melanjutkan perkara 
tersebut.
  Kita lihat kemudian bagaimana polisi meneruskan hasil pemeriksaan 
terhadap Bibit ke Kejaksaan Agung. Kejaksaan Agung juga meneruskan kasus 
Chandra ke Kejaksaan Negeri untuk diperiksa apakah cukup memadai untuk 
diteruskan ke pengadilan atau tidak.
  Ketidaktegasan pernyataan Presiden niscaya membuat kasus Bibit-Chandra 
akan menyita energi dan perhatian kita untuk beberapa minggu ke depan. Padahal 
berulangkali kita menyampaikan bahwa begitu banyak persoalan yang juga menuntut 
perhatian seperti masalah pemadaman listrik bergilir dan  kesehatan masyarakat.
  Memang kita tidak bisa berbuat apa-apa, karena apa yang dilakukan 
Presiden sudah merupakan gaya kepemimpinannya. Presiden kita merupakan orang 
yang penuh kehati-hatian dan pertimbangan. Seperti diucapkan ketika bertemu 
para pemimpin redaksi, Presiden menginginkan win-win solution dalam 
penyelesaian kasus Bibit dan Chandra. Presiden tidak mau ada satu pun pihak 
yang harus kehilangan muka.
  Hanya saja kita ingin mengingatkan bahwa sikap yang tidak jelas itu 
bukanlah tidak memiliki risiko. Ketidakjelasan itu membuat ketidakpastian 
terhadap kasus ini akan terus berlanjut dan akhirnya bisa berpengaruh terhadap 
makin hilangnya kepercayaan masyarakat kepada aparat hukum. Bahkan yang 
dikhawatirkan yang akan juga terimbas adalah legitimasi dari Presiden sendiri.
  Langkah yang dilakukan Kepolisian untuk terus melanjutkan pemeriksaan 
kasus Bibit ke Kejaksaan Agung menunjukkan ketidakpatuhan institusi tersebut 
terhadap pimpinan nasional. Demikian dengan langkah Kejaksaan yang tetap 
meneruskan pemeriksaan, meski Presiden sudah menyatakan opsi terbaik adalah 
tidak melanjutkan kasus tersebut ke pengadilan.
  Kita sungguh memprihatinkan rusaknya tatanan sosial khususnya kepatuhan 
terhadap aturan, baik aturan ketatanegaraan maupun aturan hukum. Tidak bisa 
dibayangkan apabila ketidakpercayaan masyarakat kepada aparat kepolisian terus 
berlangsung, karena polisi tidak lagi dianggap sebagai institusi yang kredibel. 
Bukan hanya orang akan bisa seenaknya di jalan raya, tetapi ketika ada masalah, 
orang akan menggunakan hukumnya sendiri, bukan hukum yang formal.
 Sikap tidak peduli masyarakat terhadap polisi, apa jadinya jika direspons 
juga dengan ketidakpedulian polisi kepada masyarakat. Ketika polisi tidak ada 
di jalanan, tidak bisa terbayangkan kemacetan yang akan terjadi.
  Ketidakpatuhan sosial itulah yang kita sangat takutkan. Kalau itu sampai 
terjadi, maka rusaklah segala usaha keras yang kita lakukan untuk mengembalikan 
keamanan dan ketertiban selama ini.
  Ketika lebih satu dekade lalu kita memulai reformasi, banyak negara yang 
tidak percaya bahwa kita akan bisa melakukannya. Namun dengan kepedulian kita 
bersama, kita mampu melewati masa-masa sulit tersebut. Kita berhasil mencegah 
terjadinya balkanisasi dan bahkan bisa menghindarkan diri menjadi "negara 
gagal" (fail state).
 Sungguh ironis ketika kita sudah melewati itu, kini kita membiarkan semua 
itu rusak. Bahkan kerusakan itu dibuat oleh kita sendiri dengan menabrak 
tatanan sosial yang sudah baik, menghancurkan nilai-nilai kebaikan dengan 
menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan.
   Kita tidak boleh membiarkan situasi seperti ini terus berlanjut. Kita 
harus mengembalikan semuanya ke dalam tatanan yang seharusnya dan itu 
membutuhkan kepemimpinan yang tegas. Kepemimpinan yang tidak membiarkan semua 
berjalan atas kemauannya sendiri, tetapi harus di dalam tata aturan dan nilai 
yang berlaku dan dikenal oleh kita semua sel

[Forum-Pembaca-KOMPAS] UNDANGAN: Konferensi Pers Perkembangan Terbaru Kasus Ayat Tembakau

2009-11-24 Terurut Topik Waldhani, Fannie
Rekan media yang terhormat,

 

Perkembangan kasus dugaan penghilangan ayat tentang zat adiktif tembakau
dalam pasal 113 ayat 2 UU Kesehatan memasuki tahap baru. Sebagaimana
diketahui bahwa Koalisi Anti Korupsi Ayat Tembakau (KAKAR) sudah
melaporkan kasus ini ke Badan Kehormatan DPR dan saat ini BK sudah
memasuki tahap verifikasi dan permintaan keterangan sejumlah pihak.

 

Terkait hal tersebut KAKAR mengundang rekan-rekan media untuk hadir
dalam Konferensi Pers mengenai perkembangan terbaru kasus tersebut, yang
akan dilangsungkan pada:

 

Hari/tanggal   : Kamis, 26 November 2009

Jam : 14.30 WIB

Tempat : Press Room DPR RI Lantai 1

Pembicara   :  - dr Hakim Sorimuda Pohan (Mantan Anggota DPR
Komisi IX)

   - Dr Kartono Mohamad (Koordinator KAKAR)

   - Tulus Abadi (YLKI) - Moderator   

 

Kami berharap dapat bertemu dengan rekan media pada acara ini. Untuk
informasi lebih lanjut, silakan menghubungi Setyo Budiantoro (TCSC) di
nomor 0818 08657877.

 

Atas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih.

 

Salam,

a.n

 

Koordinator KAKAR

dr. Kartono Mohamad



[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Yth pak Hadiatmoko, anda kok gendut ? - Bertha

2009-11-24 Terurut Topik Achmad Jauzi
Beda dong Tante...

Ada juga orang yang gemuk karena hormon dan (mungkin) tante termasuk salah 
satunya...

Beda dong dengan Anggota Polri...Waktu masuk tidak ada yang gendut, karena 
untuk masuk Akademi TNI/Polri, salah satu yang dinilai adalah fisik...Postur 
fisik harus proporsional tinggi/berat serta harus Samapta...

Kalau dalam perjalanan "karir" ternyata ada yang gendut dan ada yang 
tidak...Nah, ini yang dipertanyakan...Ada teori, ini ada kaitannya dengan 
"rejeki" yang mereka nikmati selama bekerja...NGgak tahu deh, teori ini bener 
apa enggak...

--- On Fri, 11/20/09, Bertha Suranto  wrote:

From: Bertha Suranto 
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Yth pak Hadiatmoko, anda kok gendut ?
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Friday, November 20, 2009, 3:35 PM







 



  



  
  
  Aduh  ini  pelecehan  kaum  gemuk.



Saya  termasuk  orang  yang  gemuk  lho.

Saya  sendiri  gak  tau  kenapa  bisa  gemuk  dan  sekeluarga  gemuk   

semua.



Terbiasa  makan  enak,  nggak  jugabelum  tentu 1 bulan  sekali   

makan di restorant,

Di  rumah  pun  masak  daging  hanya  1 minggu  sekali,  makan  nasi   

hanya 2 xsehari.



Kurang  gerak ??  kayaknya  nggak  juga,   saya  berenang  2 x  sehari  

=  800  meter

Kebanyakan  pembantu  ??  nggak  juga,  saya  cuci  piring  sendiri,   

cuci  baju  sendiri,  padahal  pembantu saya ada 2.



Dan  saya  tidak  pernah  korupsi (bahkan  denda  terlambat  bayar   

pajak  saja  saya  lunasi).



Jadi  jangan  menghakimi  kaum  gemuk  ya,  apalagi  dibilang  gak   

jujuroh  sedih  sekali.



Walau  gemuk  saya  tetap  percaya  diri.  karena  bukan tubuh  yang   

saya  jual,  tapi  kejujuran  dan  hati  nurani  yang  saya  kedepankan.



yang  jelas  orang  gemuk  biasanya  humoris,  mudah  tertawa.




 





 



  






  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Polisi Oh Polisi

2009-11-24 Terurut Topik manneke budiman
Jadi pengadilan macem itu yang disuruh menangani kasus KPK, yang nyata-nyata 
melibatkan apara pulisi dan jaksa bobrok juga?
 
Anda lagi ndagel ya, Suhaimi?
 
Saya banyak duduk karena bermanfaat sekali buat saya untuk melihat dengan 
terang benderang siapa saja di milis ini yang palsu dan gadungan tapi pura-pura 
reformis. Anda mungkin kelamaan berdiri hingga kaki jadi kesemutan, berdiri tak 
bisa tegak lagi, dan logika turut terpengaruh, jadi sedikit lumpuh.
 
Saya akan pulang, itu pasti. Tapi jelas bukan untuk ikut gabung dengan 
revolusioner palsu yang modal slogan doang.
 
manneke

--- On Mon, 11/23/09, Suhaimi  wrote:


From: Suhaimi 
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Polisi Oh Polisi
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Received: Monday, November 23, 2009, 8:30 PM


 



Loh emang kita punya pengadilan lain selain yang dimaksud Pak'e Manneke ? 
makane ojo kelamaan duduk, ee...salah, ojo kelamaan diluar negeri jadi lupa 
dengan pengadilan dinegeri nya sendiri.

Revolusi nurani saat ini sedang berkobar dinegeri ini Pak'e so, makane Pak'e 
kudu buru-buru mulih agar bisa ambil bagian !

Salam hangat,
Suhaimi


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Dampak pidato SBY

2009-11-24 Terurut Topik Arya Gunawan
Akibat tidak jelas dan tidak tegasnya pidato SBY (sebagaimana yang dikritik
banyak pihak), maka tidak jelas pula dampak yang ditimbulkannya, sbb:

a)   Kasus Bibit-Chandra masih mengambang juga. Hari ini kepolisian
menyerahkan lagi berkas kasus tersebut ke kejaksaan. Dari sini masih
beberapa tahap lagi yang harus dilalui: ke kejaksaan tinggi, lalu ditentukan
apakah sudah lengkap, lalu ditentukan oleh jaksa penuntut umum apakah akan
dimasukkan ke pengadilan, ataukah dikesampingkan oleh kejaksaan demi
kepentingan umum yang lebih luas.

b)   Nasib beberapa orang masih juga tak jelas: Anggodo (apakah akan
berubah status sebagai tersangka, atau tetap mengambang seperti sekarang?),
Kapolri dan Jaksa Agung (apakah akan direposisi oleh SBY?), Susno Duadji dan
AH Ritonga (apakah memang sudah resmi dan permanen balik lagi ke posisi
semula), Boediono, Sri Mulyani, Raden Pardede, Firdaus Jaelani (apakah akan
diminta bertanggungjawab terhadap keputusan pengucuran dana talangan?).

c)   Setelah selama dua pekan lebih kita menyaksikan perseteruan
lembaga-lembaga negara (kepolisian, kejaksaan, Komisi III DPR di satu pihak
versus KPK di pihak lain), hari ini kita menyaksikan bibit perseteruan baru,
yakni antara BPK di satu pihak versus Menkeu serta Bank Indonesia di pihak
lain. Hasil audit BPK dibantah oleh Menkeu dan BI dalam jumpa pers yang
panjang siang/sore ini. Mungkin besok kita akan menyaksikan BPK memberikan
bantahan balik. Saling berbantah pun mungkin saja akan terus berlanjut,
mungkin pula dengan melibatkan para pemain baru yang akan masuk ke tengah
gelanggang.



Saya merasa bahwa situasi tak menentu yang muncul akibat kasus
berkepanjangan ini, adalah salah satu wujud dari azab yang dikirimkan Allah
ke tengah negeri kita...Energi dan waktu kita habis untuk mengurusi hal-hal
yang sebetulnya bisa dilesaikan segera, andaikan tidak dibiarkan mengambang
seperti ini.



Satu-satunya langkah yang masih tersisa untuk menuntaskan ONCE AND FOR ALL
situasi mengambang, perseteruan dan saling bantah antarlembaga ini adalah
dengan membuka tuntas aliran dana dari Bank Century pasca dana bail-out
dikucurkan. Kalau memang tak ada masalah dalam aliran dana itu, saya yakin
semua pihak akan berhenti mempersoalkan kebijakan bail-out. Namun jika
ternyata ada masalah, maka gugurlah semua dalih dan bantahan dari
pihak-pihak yang memutuskan kebijakan bail out tersebut, serta para
pendukung kebijakan itu. SBY juga sudah menyebutkan dalam pidatonya tadi
malam itu bahwa kabar burung mengenai dana bail out Century yang
disebut-sebut masuk ke partainya dan/atau dirinya adalah fitnah. Mengapa
tidak keluarkan saja instruksi (lewat langkah hukum yang dimungkinkan,
misalnya Perppu), agar aliran dana Century itu dibuka oleh PPATK? Ini juga
satu-satunya cara yang masih tersisa untuk menuntaskan apa yang disebut SBY
sebagai fitnah itu...



Trims dan salam,

Arya Gunawan


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] KOMPAK: Umur Pemerintahan SBY Tak Lebih dari Setahun

2009-11-24 Terurut Topik ingan apul sitepu
sangat tepat pendapatnya,segera buat agenda agar kami yang didaerah juga
bisa ambil bagian untuk menumpas tirani yang membelenggu bangsa ini bertahun
tahun.
tentu jangan lupa persiapkan kabinet yang akan datang yang bersih dan
membela Rakyat diatas kepentingan pribadi dan kelompok.
mari kita bersatu menumpas ketidak adilan dinegri ini.

Pada 23 November 2009 22:50, Agus Hamonangan
menulis:

>
>
>
>
> http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/11/23/22090831/kompak.umur.pemerintahan.sby.tak.lebih.dari.setahun
>
> JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi
> (KOMPAK) Fadjroel Rahman memperkirakan umur pemerintahan Susilo Bambang
> Yudhoyono tidak lebih dari satu tahun. Dan semua program 100 hari
> pemerintahan SBY tidak akan terlaksana. "Setelah mendengarkan pernyataan
> Presiden mengenai kasus Bibit-Chandra dan Century, kami kecewa terhadap apa
> yang disampaikan SBY," ujarnya di kantor Imparsial, Senin (23/11) malam.
>
> Kecewa karena SBY yang seharusnya diharapkan sebagai penerang masyarakat
> dengan mengembalikan legitimasi moral dan politik, melalui pengambilan
> keputusan dan mengembalikan Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto, tapi
> nyatanya tidak. "Jadi buat kami, situasi pergantian Presiden sangat serius,
> karena kami tidak mau dipimpin Presiden yang tidak ada komitmen hukum,"
> katanya.
>
> Fadjroel mengatakan, pihaknya berjanji akan menggelar demo secara terus
> menerus untuk menggulingkan pemerintahan SBY. Hal itu, kata dia merupakan
> bentuk kekecewaan terhadap Presiden, karena saat awal KOMPAK berpikir bahwa
> Pemerintahan SBY akan serius dalam memberantas mafia hukum, namun pidato
> Presiden tidak mencerminkan hal tersebut.
>
> Ini terbukti dengan upaya pengungkapan kasus Bank Century dan dibentuknya
> satuan tugas. "Tapi ternyata melihat pidato malam ini, saya mengucapkan
> selamat tinggal SBY. Karena buat kami, SBY menjadi mafia hukum itu sendiri,"
> ujarnya.
>
> Fadjroel mengatakan saat ini menjadi agenda yang tepat menyelesaikan agenda
> refromasi 98. Fazrul percaya tokoh-tokoh orde baru seperti SBY yang dulu
> adalah seorang jenderal, Boediono dan pejabat lainnya semuanya memang
> terbukti tidak bisa melawan korupsi. "Buat kami selamat jalan SBY, selamat
> jalan orbais dan Suhartois. Kami dari aktivis 80-90an, anti Soehartois dan
> Orde Baruis akan melawan sebaik-baiknya dengan jalan baik dan tanpa
> kekerasan," katanya.
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Makin terluput dari perhatian : Yulianto vs Anggodo

2009-11-24 Terurut Topik Budi Dharma

Iseng2 coba cari di fesbuk, berapa orang yang pakai nama Yulianto ? Persempit 
lagi dengan keterangan fisik yang diberikan Ary Muladi ? Masa sich Yulianto 
yang katanya pemimpin perusahaan, nggak bisa ditelusuri dari KTP-nya ? 
Sementara Anggodo, justru dia tidak perlu sembunyi. Bahkan kalau perlu mungkin 
nantangin supaya segera dijadikan tersangka. 
Nama kedua tokoh yang tergolong “untouchable” ini agak menyurur popularitasnya 
belakangan ini, maksudnya tidak menjadi sorotan public secara frontal. Pentas 
polemiknya beralih ke gedung DPR, tarik ulur soal hak angket. Nah, setelah BPK 
mengeluarkan laporannya, apa yang ditunggu lagi ?
Be te we, menyimak acara nonton bareng malam kemarin, dimana babak penalty 
seharusnya sudah membuahkan gol, eh yang ada malah perpanjangan waktu. Bola 
masih digocek lagi kesana-sini, sementara masa 100 hari akan segera berakhir. 
Kira2 suasana di pasar uang dan bursa saham gimana yach untuk pekan ini ?
 
NB : sepertinya jadi banyak yang rindu JK, nich !


  Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kebijaksanaan Lebih Penting Daripada Kepintaran!!

2009-11-24 Terurut Topik Irwan Kurniawan
Namanya cerita fiktif, suka" pengarangnya donk..
Kalau mau fair, mustinya disebutkan di sana ada/tidak ada ranting..
Masa sih kalau ada ranting, orang tadi cuma pake tangan?
Lantas, dengan menyarankan 'gunakan ranting' sudah menjadikan
yang menyarankan sebagai 'orang bijak'..

Mbok ya, bikin sinetron yang lebih realistis.. jangan sok filosofis
tapi norse gitu jadinya.. :-)
CMIIW..

--
Wassalam,

Irwan.K
"Better team works could lead us to better results"
http://irwank.blogspot.com

Pada 23 November 2009 17:45, ingan apul sitepu  menulis:

> bagaimana jika kepiting yang terjepit tersebut adalah anak yang dikasihi
> dan
> harapan keluarga yang jika tidak segera diselamatkan dengan resiko luka
> harus mati muda dan sia sia ? alangkah dungunya penasehat tua,apalagi tak
> ada ranting hanya pasir batu disekelilingnya.


Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Dr Akhmaloka Terpilih Menjadi Rektor ITB

2009-11-24 Terurut Topik nur suhascaryo
selamat buat pak akhmaloka semoga ITB semakin mengglobal dan terarah sesuai 
dengan Visi dan misi, dan para pendirinya, dan terima kasih untuk Prof. Djoko 
Santoso rektor lama yang sudah mengembangkan sarana dan prasarana kampus dan 
laboratorium.

Dari Alumni 
DR. Nur Suhascaryo, MT.

--- On Mon, 11/23/09, Agus Hamonangan  wrote:

From: Agus Hamonangan 
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Dr Akhmaloka Terpilih Menjadi Rektor ITB
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Monday, November 23, 2009, 7:53 AM







 



  



  
  
  http://edukasi. kompas.com/ read/xml/ 2009/11/23/ 21511852/ Dr.Akhmaloka. 
Terpilih. Menjadi.Rektor. ITB



BANDUNG, KOMPAS.com - Dr Akhmaloka akhirnya terpilih menjadi rektor Institut 
Teknologi Bandung (ITB) untuk periode 2010-1014. Ia berhasil mengungguli dua 
calon lainnya yakni Adang Surachman dan Indra Djati Sidi.



Dalam pemungutan suara Senin (23/11), Akhmaloka mendapatkan 19 suara, sementara 
Adang Suwandi mendapat 5 suara dan Indra Djati Sidi 3 suara. Pemilihan tersebut 
dilakukan Mejelis Wali Amanat (MWA) ITB.



Akhmaloka saat ini masih menjabat Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu 
Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB. Yang menarik rektor terpilih belum bergelar 
profesor karena dari tiga calon hanya Adang Suwandi yang sudah memiliki gelar 
tersebut. Lulusan Kimia ITB angkatan 1985 ini menyelesaikan pendidikan doktor 
di University of Kent Canterbury Inggris.



WAH



Editor: wah 






 





 



  






  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Polisi Oh Polisi

2009-11-24 Terurut Topik Asep Kurniawan
Nyela sedikit ah.. ^_^
Kalo saya sih sejak awal juga lebih berpendapat kasus Bibit-Chandra vs Mafia 
Hukum ini dibawa ke pengadilan. Berbeda dengan Pak Suhaimi, pertimbangan saya 
adalah:
1. Karena tuduhannya pelanggaran UU korupsi, maka sesuai dengan keputusan MK 
dan UU Pengadilan Tipikor yang baru, kasus ini mesti masuk dalam Pengadilan 
Tipikor. Lepas soal pro-kontra komposisi hakim, rekam jejak Pengadilan Tipikor 
selama ini cukup baik dalam menegakkan keadilan. Jadi tetap terbuka peluang 
bagi Bibit-Chandra untuk mendapat keadilan secara hukum.
2. Pengadilan ini bisa dimanfaatkan sebagai arena untuk menelanjangi 
sepak-terjang dan 'kebodohan' para aparat yang terlibat mafia hukum. Mulai dari 
memberi bukti tandingan yang bisa melepeh 'bukti kuat' yang disodorkan jaksa 
penuntut, sampai membeberkan rekaman percakapan para mafia, baik yang sudah 
diputar di MK atau yang masih tersimpan di KPK.
3. Pengadilan juga bisa dimanfaatkan sebagai mimbar publik, kira-kira seperti 
ketika aktivis diadili jaman Orde Baru. Yakin deh, pasti ruangan akan selalu 
penuh tiap minggu (dari awal sampe akhir sesuai jadwal pengadilan).  Lumayan, 
di luar juga bisa dibuat mimbar gratis yang bisa dipakai untuk kampanye soal 
kebusukan mafia hukum. Kesaksian atau bukti yang tidak diijinkan di ruang 
pengadilan, bisa diungkap di sini. Konsolidasi juga bisa lebih mudah dan lebih 
kuat.
4. Mengingat no 1 dan 2, saya berkeyakinan Bibit-Chandra akan bebas dari 
hukuman. Dengan begini, rehabilitasi atas diri mereka full berdasarkan hukum, 
bukan atas dasar keputusan atau desakan politis seperti saat ini. Sehingga, 
tidak ada keraguan sedikit pun untuk mengembalikan status mereka berdua ke 
posisi semula.
5. Jika Bibit-Chandra ternyata kalah di pengadilan, ya kembali ke no 3: mimbar 
publik lagi di PT Tipikor. Masih kalah juga, mimbar publik lagi ke MA. Itu pun 
jika belum keburu meletup reformasi II (revolusi?) karena konsolidasi sudah 
kadung membesar ^_^

Salam,





Dari: Suhaimi 
Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Terkirim: Sel, 24 November, 2009 07:21:16
Judul: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Polisi Oh Polisi


Bung Andryansyah & Pak'e Manneke,

1. Hukum yang berlaku dinegeri ini memberikan peluang bagi setiap warga 
negaranya yang merasa dirugikan ato mendapat perlakuan tidak adil dari negara 
ini dapat mengajukan tuntutan ganti rugi kepada negara ini koq.
2. Coba tunjukkan pada saya contoh kasus tersangka/terdakwa tindak pidana 
(selain Bu Minah lah yau...) yang terutama sangkaan tindak pidananya adalah 
pidana korupsi yang berangkat ke ruang sidang pengadilan dari rumah ?

Salam hangat,
Suhaimi


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Peryataan Sikap PRP Menolak Konsensus Politik SB Kuning

2009-11-24 Terurut Topik Perhimpunan Rakyat Pekerja


PERNYATAAN
SIKAP

PERHIMPUNAN
RAKYAT PEKERJA

Nomor:
154/PS/KP-PRP/e/XI/09







Menolak
Konsensus Politik Serikat Buruh Kuning!
Lawan
Konfederasi Serikat Buruh Gadungan!
Bangun
Konfederasi Serikat Buruh Progresiff di Indonesia!




Salam
rakyat pekerja,
Pada
tanggal 23-25 Nopember 2009, konfederasi-konfederasi serikat buruh
kuning akan mengadakan pertemuan untuk menyusun konsensus gerakan
politik buruh. Rapat bertajuk “Trade Unions Meeting for
Political Consensus (Tumpoc)” ini digagas oleh Konfederasi
Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) dan diselenggarakan bersama
dengan Kongres Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) serta Konfederasi
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI). Acara ini sendiri didanai
oleh The American Center for International Labor Solidarity (ACILS).
Yang
menjadi kegundahan dari para buruh di Indonesia adalah selama ini
suara buruh diwakili oleh ketiga konfederasi tersebut di tingkat
pemerintahan. Ketiga konfederasi inilah —KSBSI,  KSPI,  dan  KSPI—
yang sering menyatakan akan memperjuangkan kepentingan-kepentingan
buruh di Indonesia sehingga kehidupan buruh dapat mencapai
kesejahteraan. Namun kenyataannya yang hampir selalu kita lihat
adalah ketiga konfederasi ini sering kali mendukung
kebijakan-kebijakan pemerintah yang ternyata merugikan kepentingan
buruh. Para elit konfederasi-konfederasi serikat buruh kuning itu
jelas-jelas telah mempermainkan nasib seluruh buruh di Indonesia demi
kepentingan mereka pribadi. Sampai saat ini kehidupan buruh di
Indonesia masih saja di bawah tingkat kemiskinan dan masih jauh dari
kesejahteraan. Baru-baru ini bahkan ketiga konfederasi serikat
buruh kuning tersebut mendukung hasil National Summit yang
akan melancarkan agenda Neoliberalisme di Indonesia. 

Sudah
sangat sulit buruh-buruh di Indonesia percaya dengan omongan para
elit ketiga konfederasi serikat buruh kuning itu. Sudah sangat lama
pula kita mengetahui bahwa konfederasi serikat buruh kuning yang
diakui oleh pemerintah tersebut hanya akan menjadi boneka untuk
meredam gejolak gerakan buruh di Indonesia sehingga agenda
Neoliberalisme di Indonesia dapat berjalan lancar. Hal ini kemudian
terbukti dengan kegiatan penyusunan konsensus gerakan politik buruh
yang didanai oleh ACILS, yang sejak lama diketahui merupakan
antek-antek kapitalisme global. 

Jelaslah
bahwa buruh-buruh di Indonesia perlu untuk menggalang dan membangun
serikat-serikat buruh progresif. Serikat-serikat buruh yang tidak
tunduk kepada kapitalisme dan benar-benar memperjuangkan
kesejahteraan buruh di Indonesia. Selama ini memang dibutuhkan
kesadaran politik dari para buruh dan mulai berperan dalam kancah
perpolitikan di Indonesia dengan membangun dan terlibat dalam partai
politik yang memiliki karakter kelas pekerja. Selama ini,
partai-partai politik yang ditawarkan oleh ketiga konfederasi serikat
buruh kuning tersebut jelas tidak memiliki karakter kelas pekerja.
Mereka hanya memanfaatkan suara-suara buruh untuk kepentingan Pemilu,
agar partai politik yang mereka usung dapat menang dalam ajang
Pemilu, untuk selanjutnya bersama-sama dengan kapitalis dan rezim
neoliberal menindas kaum buruh di Indonesia.
Maka
dari itu, kami dari Perhimpunan Rakyat Pekerja menyatakan sikap:

Menolak
konsensus gerakan politik buruh yang digagas oleh ketiga konfederasi
serikat buruh kuning (KSBSI, KSPI, dan KSPSI) untuk memanfaatkan
suara-suara buruh demi kepentingan kapitalis.
Tolak
dan lawan konfederasi serikat buruh gadungan, karena selama ini
hanya berpihak kepada pemerintahan kapitalis dan mendukung
kebijakan-kebijakan Neoliberalisme di Indonesia
Bangun
konfederasi serikat buruh progresif di Indonesia yang mempersatukan
seluruh kekuatan serikat-serikat buruh yang menolak penindasan yang
dilakukan oleh Neoliberalisme-Kapitalisme.
Kapitalisme
telah terbukti gagal dalam mensejahterakan rakyat pekerja, dan hanya
dengan SOSIALISME lah maka rakyat pekerja di Indonesia akan
sejahtera.













Jakarta,
24 Nopember 2009
Komite
Pusat
Perhimpunan
Rakyat Pekerja
(KP-PRP)




Ketua
Nasional


Sekretaris
Jenderal







ttd.
  

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Lambatnya SBY dan keadaan yang mendesak (darurat)

2009-11-24 Terurut Topik Lasma siregar
Lambatnya SBY dan keadaan yang mendesak (darurat)

Bayangkanlah hutan Indonesia terbakar dan api mengamuk tak tahu
dari mana, mau kemana dan bagaimana inferno (tsunami api) terjadi!
Api memanggang dengan ganas, meradang dan menerjang segalanya!

Bayangkanlah SBY masih sibuk mempelajari cuaca, mengumpulkan
data, info, laporan dan sebagainya sebelum mengadakan pertemuan
antara berbagai instansi, organisasi, army, polisi, dan seribu
kelompok NGO lain-lainnya...

Bayangkanlah api telah mengepung, inferno lebih buas dari Bandung
lautan api tempo doeloe.
SBY dkk lagi merampungkan makan siangnya, ngopi dan sibuk diskusi!

Api sudah dimana-mana, siang jadi malam karena asap kental dan semua
sudah tak jelas ada dimana.
Hello SBY, anybody out there?

Bayangkanlah...

Salam
Las


  
__
Win 1 of 4 Sony home entertainment packs thanks to Yahoo!7.
Enter now: http://au.docs.yahoo.com/homepageset/


Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Faisal Basri: Lebih Baik Ajukan Angket FTA Dibandingkan Century

2009-11-24 Terurut Topik Harya Setyaka
iya.. emang nya penggunaan hak angket itu bersifat 'habis-pakai' ? memang
ada limit untuk menggunakan hak angket?
ya hak angket utk FTA, Century, Lapindo.. dst..

DPR jangan cuma pakai hak 'plesir doong..

-K-




2009/11/20 Roni 

>
>
> Ass Wr Wb,
> Makin terbuka dimata rakyat DPR adalah wakil partai politik dan senang
> dengan sirkus Politik seperti Bank Century dan bukan lagi wakil rakyat yang
> berfikir tentang nasib buruh yang akan terancam PHK karena dampak FTA Asean
> -China .BTW harusnya dampak buruk FTA Asean -China bukan hanya dibahas
> diseminar tapi di sebarkan ke selrh kalangan rakyat khususnya kaum buruh
> akan bahaya hilangnya pekerjaan ( Jobless ) niscaya bila ada kesadaran di
> rakyat akan timbul penolakan yang massiv.Terima kasih
> Wassalam


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re : Tangan Tuhan atau Tangan Setan?

2009-11-24 Terurut Topik Harya Setyaka
lho lho lho...
laah.. kalao dari dulu gitu ngapain reformasi..

analogi nya gak pas;
Italia kalah main bola kan perut rakyat gak terganggu..

laah kalao 6,7 Tril disedot ??


-K-




2009/11/23 liman PAP 

>
> Salam,
>
> Membaca tulisan Katedra Rajawen di bawah ini, hampir mirip dengan tulisan
> Sindhunata kemaren di Kompas, lebih banyak menyorot sisi manusiawi dari
> sebuah masalah. Akhirnya bukan adil atau tidak adilnya sebuah kasus, tetapi
> kebenaran dan fakta yang lebih penting.
>
> Wartawan senior BaS menulis 'Piala Dunia', dari sisi teknis mengapa
> pertandingan di sini tidak kelar-kelar. Padahal pertandingan mau kelar sich
> gampang. Tergantung ketegasan kepemimpinan suatu organisasi, dalam hal
> sepakbola berarti FIFA.
>
> Tidak ada pertandingan batal atau ulang. Kecuali listrik stadion padam,
> hujan banjir di lapangan. Bagaimana jika penonton rusuh dan menyerbu ke
> lapangan? Yang pasti pendukung klub yang menyerbu di beri sanksi duluan.
> Jika klub dan pengamanan kurang, maka di beri WO / skor 5-0 untuk lawan.
> Apapun masalah dan penyebab penonton menyerbu tidak penting.
>
> Moral dan adab diutamakan. Australia yang kalah oleh penalti kontroversial
> Italia di Piala Dunia 2006, Inggris oleh tangan Maradona, Chelsea oleh Barca
> 2008, Irlandia oleh tangan Henry, menuntut pertandingan ulang. Begitu ada
> putusan dari FIFA, dan tidak ada penganuliran hasil, maka semua tunduk.
> Bandingkan dengan Aljazaer vs Mesir. Siapa menang juga rusuh, walau tanpa
> kontroversi. Mana yang mau kita contoh?
>
> Mungkin maksud bung Arya G bukan tangan Tuhan yang membantu, tetapi ada
> tangan jahil yang ingin memperkeruh suasana. Mudah-mudahan Sabtu ini di
> kolom BaS menulis akhirnya pertandingan kelar. Tidak akan ada negara yang
> mau berperang lagi hanya disebabkan hasil suatu pertandingan, seperti zaman
> dulu di Amerika Selatan. Sudikah kita menerima apapun hasilnya dengan dada
> lapang dan tangan terbuka (bukan tangan setan)?
>
> Atau memang kita tidak pernah puas? Bad news is good news?
>
> Coba renungkan tulisan di bawah ini yang dikutip dari blog Kompasiana :
>
> Hand Of God II= Atau Tangan Setan?
> Katedra Rajawen |  24 November 2009  |  08:20
>
> Karena adanya kecurangan dan ketidakjujuran Maradonna dan Thierry Henry,
>  lalu mengapa tangan Tuhan yang disalahkan???
>
> Tragedi atau sebuah drama sepakbola terjadi saat babak play off Irlandia
> versus Prancis pada Rabu (18/11) di Stade de France, Paris. Disebut sebagai
> Hand of God II, menyebabkan seluruh rakyat Irlandia menangis karena gagal ke
> Piala Dunia di Afrika Selatan 2010. Pelakunya kali ini adalah Thierry Henry
> yang mengontrol bola dengan tangannya _ yang tidak terlihat oleh wasit
> _sebelum memberikan umpan ke rekannya, William Gallas untuk mencetak gol
> kemenangan pada menit ke 104, dengan kedudukan 2-1 untuk Prancis.
>
> Memang kejam peristiwa ini bagi tim Irlandia yang berduka karena mereka
> dikalahkan oleh tangan dalam permainan yang seharusnya menggunakan kaki.
> Bagi rakyat Prancis, tidak peduli itu melalui tangan atau kaki, yang penting
> tim mereka sudah bisa menuju ke Afrika Selatan tahun depan. Setelah
> pertandingan dengan jujur _ kejujuran yang terlambat _Henry mengatakan itu
> adalah handball. Masalahnya adalah, apakah Henry melakukan itu dengan
> kesengajaan dengan harapan wasit tidak melihat kejadiannya , dengan kata
> lain untuk menipu wasit atau hanya sekedar gerakan reflek? Sayang ia tidak
> mengungkapkan, hanya saya merasa itu ada kesengajaan, tapi memang seperti
> yang ia katakan itu adalah urusan wasit untuk memutuskan.
>
> Dalam sebuah kejadian yang begitu jelas terlihat oleh sebagian besar
> penonton dan semua yang menonton melalui televisi, justru kenapa wasit
> Martin asal Swedia Hansson yang begitu dekat dengan permainan tidak
> melihatnya? Tak heran ia menuai begitu banyak kecaman, bahkan dari negerinya
> sendiri. Banyak pihak menghendaki tanding ulang sebagai pilihan yang adil,
> tapi pelatih Irlandia sendiri, Giovani Trapattoni yang asal Italia
> menganggap itu adalah hal yang mustahil karena itu sudah merupakan keputusan
> wasit. Sedangkan wasit Hansson sendiri berharap untuk segera melupakan
> kejadian itu karena hidup harus terus berlanjut, karena kalau didebatkan
> pasti tiada akhirnya. Hanya perlu sebuah kebesaran jiwa untuk menerimanya.
>
> Saya hanya bisa mencatat beberapa pembelajaran dari peristiwa ini.
> Menurut saya kejujuran Henry sudah terlambat, karena dilakukan setelah
> kejadian. Kalau ia memang mau jujur, mengapa tidak pas kejadian itu,_ kalau
> memang ia memegang bola itu secara reflek_ia bisa langsung memberitahukan
> kepada wasit bahwa ia telah handball. Seperti pernah kejadian yang dilakukan
> pemain Ingris, Chris Wadlle, yang mencetak gol dengan tangan _tidak sengaja
> _ lalu ia memberitahukan pada wasit bahwa ia telah handball, sehingga wasit
> menganulir golnya.
>
> Jadi sebuah kejujuran yang tidak pada waktunya, tak akan banyak memberikan
> manfaat. Jujurlah pada waktunya itu yang tepa

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tokoh Muda Insipratif Versi Kasus Bibit/Chandra dan Century

2009-11-24 Terurut Topik Wahyu Langkawi
Tokoh Muda Insipratif Versi Kasus Bibit/Chandra dan Century

Mau
tahu tokoh-tokoh inspiratif yang meramaikan kasus Bibit/Chandra ataupun
kasus Century? Berikut beberapa nama dari kalangan masyarakat sipil dan
anggota dewan yang pantas disebut (Yang tak disebut, maaf!): 


1. Danang Widoyoko, aktivis dari ICW. Dikenal lugas bicara soal 
pemberantasan korupsi. 
2. Ray Rangkuti, pengamat pemilu. Ia dikenal dengan LIMA-nya. Dalam 
pilpres, Ray menjadi penyokongnya Megawati - Prabowo.
3. Fadjroer Rachman, Ketua Pedoman Indonesia. Waktu pilpres, mau jadi 
capres jalur independen. Setelah itu, aktif mengajak golput.
4. Rusdi Marpaung, aktivis Imparsial. Rajin berbicara soal penegakkan 
hak asasi manusia.
5. Effendi Ghazali, pakar komunikasi politik dari UI. Waktu pilpres, 
menjadi pendukungnya JK - Wiranto.
6. S. Tavip, aktivis buruh. Waktu pilpres menjadi tim-nya HB X. 
7. Franky Sahilatua, musisi. Pembela warga korban Lapindo. Waktu 
pilpres, menjadi punggawanya Tim pemenangan HB X bersama Garin Nugroho. 
8.  Drajat Wibowo, ekonom Indef (PAN). Waktu pilpres, menjadi tim 
pemenangannya JK.
9. Masinton Pasaribu, kader Repdem, sebuah underbouw  dari PDIP.  
10. Boni Hargen, dosen dan aktivis politik. Punya lembaga kajian 
bersama Sigit Haryo Wibisono. Lembaganya mendukung PDIP (waktu pileg, disewa 
oleh Denny JA) dan kemudian mendukung Megawati waktu Pilpres.
11. Johan, tidak terlalu dikenal di kalangan aktivis politik. Waktu 
pilpres, menjadi timnya JK. 
12. Indra Piliang. politisi Golkar dan pendukung utama JK. 
13. Eep Saefullah Fatah, pengamat politik. Waktu pilpres tidak 
diketahui posisinya.
14. Haris Motti, aktivis politik,diduga kuat waktu pilpres menjadi tim 
silumannya JK. 
15. Adhie Massardi, eks jubir Gus Dur, belakangan jadi jubirnya 
Indonesia Bangkit. Waktu pilpres, lebih dekat ke Prabowo, tapi juga mendukung 
Megawati. 
16. Chalid Muhammad,  bekas Kordinator Walhi. Waktu pilpres, masuk 
timnya Prabowo. 
17.  Yudi Latief, aktivis yang akademisi. Waktu pilpres menjadi tim 
pemenangan tertutup dari Megawati
Dari kalangan DPR,  ada beberapa nama yang jadi langganan narasumber yang 
dikutip media massa:


1. Bambang Soesatyo,
politisi Golkar. Sebelum jadi anggota dewan, merupakan direktur Kodeco
Timer, perusahaan HPH  dan batubara di Kalimantan Selatan. Kodeco
Timber merupakan perusahaan yang terafiliasi dengan Kodeco Energy dari
Korea.
2. Maruarar Surait, politisi PDIP. Menjadi ketua Taruna Merah Putih, 
menjadi salah satu kader muda tercemerlang di partainya selain Budiman 
Sudjatmiko.
3. M. Misbakhun, PKS. sebelumnya dikenal sebagai pengusaha rumput laut.
4. Aziz Syamsuddin (Golkar), penyandang 4 gelar akademis.  Dulu 
berkiprah dari DPD Golkar Lampung. Waktu pilpres, tim pemenangannya JK.
5. A. Kurdi Mukrie (PPP). Pernah tersangkut kasus kavlinggate sewaktu 
jadi pimpinan DPRD Jawa Barat.
6. Akbar Faisal (Hanura). Mantan wartawan dan anggota HMI. 
Ada yang mau menambahkan?(*)


  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] INTEGRITAS SEORANG MAHFUD MD

2009-11-24 Terurut Topik dasman djamaluddin




IMinggu
lalu Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi muncul di dalam acara Golden Ways
Mario Teguh. Banyak hal yang dapat kita contoh dari seorang Mahfud MD. Semua
itu berkaitan dengan integritas, nilai-nilai kejujuran dan pengalamannya
sewaktu menjadi anggota DPR dan Hakim Mahkamah Konstitusi. 

 

“Seorang
teman saya bilang kalau menjadi anggota DPR harus mengeluarkan dana. Saya
bilang, tidak satu sen pun saya keluarkan untuk menjadi anggota DPR.” Tentang
hakim Mahkamah Konstitusi, ada seseorang yang menawarkan jasa agar lolos
menjadi hakim konstitusi dengan membayar sejumlah uang. “Saya bilang, jika
harus demikian, jangan pilih saya menjadi hakim konstitusi, cari yang lain
saja. Saya jika harus membayar, merasa berdosa kalau ingin masuk ke Gedung
Mahkamah Konstitusi. Nyatanya saya tanpa mengeluarkan uang satu sen pun bisa
menjadi hakim Mahkamah Konstitusi,” ujar Mahfud MD.

 

Pernyataan
Mahfud MD dalam acara tersebut sungguh menyejukkan. Generasi muda patut
mencontoh integritas Mahfud MD ini. Semoga akan muncul Mahfud-Mahfud yang lain,
sehingga negara ini diberkahi oleh Allah SWT (http://dasmandj.blogspot.com)




  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Presiden Kembali Kumpulkan Pimpinan Media Massa

2009-11-24 Terurut Topik Evi Douren
Gila, nih orang bisanya cuma ngumpulin orang en rapat mulu kali, yE!  
Paling banter marahin para hadirin yg terkantuk2 dengerin dia ngomong.  
AmpYuuun deh gue!


ED

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: "Agus Hamonangan" 
Date: Mon, 23 Nov 2009 15:49:42 
To: 
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Presiden Kembali Kumpulkan Pimpinan Media Massa

JAKARTA, KOMPAS.com- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali mengumpulkan 
pemimpin media massa nasional dalam acara silaturahmi di Istana Negara, 
Jakarta, Minggu (22/11) malam.

Acara silaturahmi rencananya akan dimulai pukul 19.30 WIB, tetapi sampai saat 
ini belum dimulai. Pertemuan ini terbilang mendadak, karena sebelumnya tidak 
dijadwalkan dalam agenda kegiatan Presiden pada Minggu 22 November 2009.  Media 
massa baru mendapatkan pemberitahuan pada Minggu siang.

Sebelum acara silaturahmi dimulai, Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha 
menegaskan, Presiden pada Senin 23 November 2009 sesuai janjinya akan 
mengumumkan sikap pemerintah atas rekomendasi tim independen verifikasi fakta 
dan proses hukum kasus Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto atau yang dikenal 
dengan tim delapan.

Julian juga menjelaskan pada Minggu Presiden Yudhoyono telah memanggil Kapolri 
Bambang Hendarso Danuri dan Jaksa Agung Hendarman Supanji terkait laporan dua 
institusi tersebut atas rekomendasi tim delapan yang menyarankan penghentian 
penyidikan kasus Chandra dan Bibit karena dinilai tidak cukup bukti.

Tidak hanya memanggil Kapolri dan Jaksa Agung, Presiden pada Minggu juga 
memanggil menteri-menteru terkait, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, 
dan Ketua Mahkamah Agung (MA) Harifin A Tumpa untuk meminta saran dan masukan.

"Tadi Presiden telah memanggil menteri-menteri terkait bidang Polhukam, 
kemudian Ketua MK, juga Ketua MA, untuk membahas mengenai bagaimana 
pertimbangan atau saran-saran dari pimpinan lembaga tersebut. Di samping itu 
Presiden telah menerima Jaksa Agung dan Kapolri di Istana hari ini yang mana 
intinya cari solusi terbaik," tuturnya.

Namun, Julian tidak mau membeberkan kesimpulan yang didapat oleh pemerintah 
untuk menyikapi polemik kasus Chandra dan Bibit yang belum juga usai.  

"Adapun mengenai hal lebih lanjut proses dari kesimpulan pertemuan hari ini 
akan disampaikan oleh Presiden secara langsung besok. Jadi untuk solusi terbaik 
atas kasus Chandra dan Bibit, saya kira tidak akan saya berikan hari ini karena 
melampaui kewenangan saya sebagai juru bicara," jelasnya.

Di tengah kisruh kasus Chandra dan Bibit, sebelumnya pemerintah sudah 
mengumpulkan pemimpin media massa di Departemen Komunikasi dan Informatika pada 
akhir Oktober 2009.

http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/11/22/19502783/presiden.kembali.kumpulkan.pimpinan.media.massa




[Non-text portions of this message have been removed]





=
Pojok Milis Komunitas Forum Pembaca KOMPAS [FPK] :

1.Milis Komunitas FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS

2.Topik bahasan disarankan bersumber dari http://cetak.kompas.com/ , 
http://kompas.com/ dan http://kompasiana.com/

3.Moderator berhak memuat,menolak dan mengedit E-mail sebelum diteruskan ke 
anggota

4.Moderator E-mail: agus.hamonan...@gmail.com agushamonan...@yahoo.co.id

5.Untuk bergabung: forum-pembaca-kompas-subscr...@yahoogroups.com

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
forum-pembaca-kompas-dig...@yahoogroups.com 
forum-pembaca-kompas-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
forum-pembaca-kompas-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Hari Ini, Muhammadiyah Genap Satu Abad

2009-11-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
JAKARTA, KOMPAS.com - Hari ini, usia organisasi persyarikatan Muhammadiyah 
genap satu abad. Acara syukuran sederhana pun semalam digelar di Jakarta.

"Pimpinan Pusat Muhammadiyah mensyukuri usia satu abad," kata Din Syamsudin 
dalam acara syukuran satu abad Muhammadiyah di Jakarta, Selasa malam.

Din menjelaskan, tanggal kelahiran Muhammadiyah adalah 8 Dzulhijjah 1330 
Hijriah atau bertepatan dengan 8 November 1912. "Pada tanggal 8 Dzulhijjah 1430 
hijriah yang bertepatan dengan 25 November 2009 Muhammadiyah genap berusia satu 
abad," katanya.
 
Dengan usia satu abad tersebut pimpinan pusat Muhammadiyah menggunakannya 
sebagai momentum penguatan gerakan untuk memperbaiki, menyempurnakan dan 
mengembangkan seluruh potensi infrastruktur gerakan. Tujuannya agar mampu 
berkiprah optimal dan tampil menjadi gerakan Islam yang terbesar dan unggul 
secara kualitatif.

Muhammadiyah juga mengharapkan agar segenap anak bangsa, khususnya para pejabat 
tinggi negara dan elit bangsa untuk memanfaatkan amanat rakyat dengan sepenuh 
jiwa raga.

Selain itu  Muhammadiyah juga memandang penting adanya rekonstruksi visi dan 
karakter bangsa di tubuh bangsa salah satunya dengan pemberantasan korupsi yang 
dilakukan secara tegas dan berani. Din menambahkan, pihaknya mengajak seluruh 
warga negara untuk tumbuh menjadi bangsa yang unggul dan berperadaban luhur 
agar mampu hidup sejajar dengan bangsa lain.

"Karena itu dibutuhkan pilar-pilar kemasyarakatan yang solid didukung oleh 
kepemimpinan nasional yang maju dan berkarakter kuat," katanya.


http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/11/25/00090288/hari.ini.muhammadiyah.genap.satu.abad



Re: Bls: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Rezim ini makin menunjukkan watak aslinya (Kompas dan Sindo dipanggil Kabareskrim soal rekaman Anggodo)

2009-11-24 Terurut Topik pudimartini
Saya suda dua kali mendengar ibu-ibu menyatakan
penyesalannya karena dulu memilih SBY di editorial MI.
Bahkan seorang ibu menyadarkan para ibu yang lain atas
kesalahannya





Adyanto Aditomo wrote:
>
> Bung Satrio Arismunandar,
>
> Ya kasihan sekali para pendukung SBY yang selama ini telah ditipu
> mentah - mentah.
> SBY terkesan telah berkomplot dengan Anggodo untuk mencelakakan bangsa
> ini.
> Untung saya bukan pendukung SBY, sehingga tidak perlu sakit hati
> melihat keperkasaan Anggodo yang telah didukung oleh Presiden SBY
> dalam mencelakakan bangsa ini.
>
> Tapi, mari kita lihat, apa reaksi Presiden SBY terhadap rekomendasi
> Tim 8 Senin, 23 November besok.
> Reaksi Presiden SBY terhadap Rekomendasi Tim 8 akan menunjukkan
> seberapa jauh kesungguhan Presiden SBY dalam melindungi Anggodo.
>
> Salam,
>
> Adyanto Aditomo


Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Akhmaloka, Dipl. Biotech. PhD. Prof. terpilih sebagai Rektor ITB 2010-2014

2009-11-24 Terurut Topik Arya Gunawan
Saya mohon izin untuk menyampaikan ungkapan pribadi saya terhadap berita
ini:
Alhamdulillah. Turut berbahagia atas kabar bahagia ini. Semoga istiqomah
dalam menunaikan amanah. Semoga berhasil dalam memajukan ITB sebagai salah
satu mercu suar bangsa dalam berbagai hal: pendidikan, moral, penelitian,
pemikiran, dan sumbangsih nyata bagi perkembangan bangsa.

Kebahagiaan saya berlipat ganda, karena Pak Ahmaloka adalah senior saya di
jurusan yang sama di ITB. Beliau dua tahun di atas saya, dan beliau pula
salah seorang senior yang memplonco saya di tahun 1983 silam, setelah
setahun saya jadi mahasiswa (plonco di ITB dilakukan setelah mahasiswa
melewatkan tahun pertama).

Salam,
Arya Gunawan




2009/11/24 Betti Alisjahbana 

>
>
> Rekan-rekan,
>
> Majelis Wali Amanat (MWA) ITB melalui sidang pleno yang diadakan pada
> tanggal 23 November 2009 Jam 19.00-21.05 telah memilih Akhmaloka,
> Dipl. Biotech. PhD. Prof. sebagai Rektor ITB 2010-2014 dari Tiga
> Calon Rektor yang di ajukan oleh Senat Akademik ITB . Ketiga Calon
> Rektor tersebut adalah :
>
> 1. Adang Surahman, Prof.Dr.Ir . M.Sc
> 2. Akhmaloka, Prof. Ph.D.
> 3. Indra Djati Sidi, Ph.D .
>
> Sidang pleno dipimpin oleh Ketua MWA Yani Panigoro dan dihadiri oleh
> Menteri Pendidikan Nasional Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA dan anggota MWA
> yang terdiri dari wakil masyarakat, wakil mahasiswa, wakil pegawai,
> wakil Senat Akademik, wakil dari Gubernur Jawa Barat, dan Rektor ITB.
> Hadir juga sebagai saksi dalam sidang pleno Pemilihan Rektor ini
> Presiden KM ITB, Ketua Senat Akademik ITB, Ketua Majelis Guru Besar
> ITB dan Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas.
>
> Sidang pleno diawali dengan pembukaan oleh Ketua MWA, dilanjutkan
> dengan doa yang dipimpin oleh Mendiknas, dan paparan dan tanya jawab
> dengan masing-masing Calon Rektor. Selanjutnya pemilihan Rektor
> dilakukan melalui voting. Sidang berlangsung dengan lancar dimana para
> Calon Rektor dan para anggota MWA berdialog dengan terbuka dan
> proaktif.
>
> Sebelum masuk ke Sidang Pleno MWA, 10 Bakal Calon Rektor yang telah
> dipilih dari 22 Nomine telah mengikuti proses seleksi di Senat
> Akademik ITB dari tanggal 10-30 Oktober 2009. Rektor ITB dipilih
> dengan kriteria integritas, komitmen, kepemimpinan yang arif (termasuk
> keberpihakan)‏, jiwa kewirausahaan (termasuk kreativitas dan
> inovasi)‏, wawasan, kemampuan managerial, dan pengalaman memimpin
> lembaga pendidikan dan penelitian.
>
> Semoga ITB akan semakin maju dan dapat menjadi pusat pengembangan
> ilmu pengetahuan yang unggul. Pusat pengembangan budaya bangsa, dengan
> masyarakat akademik penghasil karya-karya original yang kuat, yang
> mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
>
> Salam hangat penuh semangat
> Betti Alisjahbana
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> 
>


[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] apa nggak bingung?

2009-11-24 Terurut Topik pudimartini
"polisi dan kejaksaan tidak perlu membawa
kasus ini ke pengadilan, namun tetap
memperhatikan azas keadilan ."

siapa nggak bingung ?


saya wong Jowo pol, dan tidak memahami
apa yang tersirat dan terucap...
 
Saya bertanya kepada beberapa orang Jawa
yang lain dan jawabannya sama, mbingungké ...,
karepé piyé, ora dhong , mbulet (dalam
bahasa jawa berarti berputar-putar liat)

perhatikan pula dengan  istilah off court settlement,
Usman Hamid di TV One dan OC Kaligis JLC sudah
bersuara sama, yaitu bahwa OCS tida dikenal di
pidana.  Nah inner circle presiden di bidang
hukum harus bertanggung jawa. Istilah yang tidak
presisi bisa berakibat pada kemerosotan lembaga
negara   siapa yang mau bertanggungjawab
yah...

mesti bertanya nih pada para PhD disekitar Presiden

 




Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Rekonsiliasi Megawati - SBY (siapa bilang SBY tidak jelas?)

2009-11-24 Terurut Topik halim hd
numpang nanya, bung, caranya gimana? demo, turun ke jalan?
cuma puluhan? gak ada soldad yng ikut? presiden di indonesia
bisa turun kalau ada soldad ikut campur, kalou ada massa yang
lumayan kuat. sudah siap jadi comandante?





From: "imam...@gmail.com" 
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com; jurnalperemp...@yahoogroups.com
Sent: Tue, November 24, 2009 7:28:26 AM
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Rekonsiliasi Megawati - SBY (siapa bilang 
SBY tidak jelas?)


Ada yang masih minat lihat SBY ada di istana? Kalo saya mah pingin cepet2 lihat 
dia get out from the palace. Sudah muak sampai ke ubun-ubun ama presiden kayak 
gini.

Regards,
Imam

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Minah dan Anggodo

2009-11-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Saifur Rohman

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/25/03394067/minah.dan.anggodo



Setelah 64 tahun memproklamasikan diri sebagai negara merdeka, maka untuk 
menjelaskan perkembangan terakhir praktik berbangsa dan bernegara, kita cukup 
tahu kisah Minah dan Anggodo.

Mereka tidak saling mengenal. Anggodo hidup di metropolitan Jakarta, Minah 
hidup di dusun perbukitan Banyumas, jauh dari hiruk-pikuk perkotaan.

Persamaannya, masing-masing sama-sama berlindung di bawah payung hukum negara 
Indonesia. Meski berlindung di bawah payung hukum yang sama, nasib mereka amat 
bertolak belakang. Status hukum Minah adalah terpidana kasus pencurian, 
sedangkan Anggodo adalah pelapor kasus penyadapan. Minah dijatuhi vonis 1 bulan 
15 hari oleh Pengadilan Negeri Purwokerto, Kamis (19/11). Kesalahannya, 
terbukti mencuri tiga biji kakao dari perkebunan PT Rumpun Sari Antan 4.

Anggodo dan Minah adalah permodelan untuk sebuah penjelasan tentang perlakuan 
pemerintah Indonesia terhadap warga negara. Sebab, urutan kejadian tidak hanya 
memberi makna dari istilah "persamaan di depan hukum". Selain nilai keadilan, 
ada nilai lain yang tak bisa diabaikan dalam praktik berbangsa.

Falsafah negara ini berbunyi "kemanusiaan yang adil dan beradab". Karena itu, 
patut dipertanyakan kembali, bila putusan hukum itu adil (karena mencuri adalah 
tindak pidana), di manakah tanggung jawab pemerintah mengangkat harkat dan 
martabat tiap warga negara? Beradabkah menjatuhkan hukuman kepada mereka yang 
harus dibimbing dan dilindungi?

Adil dan beradab

Dalam kajian pengantar etika didapat pelajaran, bila keadilan menyangkut bukti 
empiris dan pertimbangan rasio, keberadaban adalah menyangkut rasa dan intuisi. 
Penjelasan keadilan hukum bertumpu pada bukti-bukti dan logika; penjelasan 
keberadaban diperoleh melalui rasa sebagai sama-sama manusia. Bila ditanyakan, 
bukankah rasa itu bisa keliru, maka logika pun tidak bebas dari kekeliruan.

Intuisi melewati perjalanan wilayah empiris menuju rasio hingga sampai pada 
tujuan asasi manusia. Pierre Theilhard de Chardin (1985) menyatakan, perjalanan 
evolusi manusia dilakukan dari tahap Alfa (sederhana) hingga Omega (sempurna). 
Dengan intuisinya, manusia akan dibimbing menuju kesempurnaan. Kierkegaard 
(1813-1855), filsuf dari Kopenhagen, menyatakan, intuisi menggunakan metode 
subyektif agar mampu melampaui tahapan obyektif. Sebagai model, keadaan 
obyektif dua warga negara ini memberi pemandangan intuitif berbeda.

Minah

Minah adalah petani di Dusun Sidoharjo, Dewa Darmakradenan, Kecamatan 
Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sehari-hari Minah merawat kebun 
yang ditanami 200 kakao. Awal Oktober, Minah mengambil tiga kakao senilai Rp 
2.100 di perkebunan. Aksi itu dilaporkan oleh mandor kepada polisi.

Minah pun resmi menjadi tahanan rumah, 13 Oktober-1 November, sejak kasusnya 
dilimpahkan dari kepolisian ke kejaksaan. Padahal, untuk menghadiri persidangan 
di Kota Purwokerto, Minah harus menempuh perjalanan 35 kilometer, naik ojek, 
angkot, jalan kaki, dan menghabiskan Rp 50.000. Setelah mengikuti lima kali 
persidangan, Minah dijatuhi hukuman 45 hari.

Anggodo

Lain halnya dengan Anggodo Widjojo, pengusaha dari Jawa Timur. Koran Jawa Pos, 
terbit di Surabaya, membuat laporan berseri mengenai kiprah bisnisnya di 
Surabaya hingga Jakarta bersama saudaranya, Anggoro. Anggodo memiliki jaringan 
luas, mulai dari aparat hingga pengusaha papan atas, sehingga orang yang 
mengenalnya "merasa segan".

Hingga suatu hari pada bulan Oktober, namanya disebut-sebut dalam kasus dugaan 
penyuapan terhadap KPK. Berbeda dengan kasus-kasus lain, kasus itu membuat 
pimpinan KPK diseret ke tahanan karena dugaan penyuapan, pemerasan, dan 
penyalahgunaan wewenang.

Saat percakapan pribadinya disadap KPK, dia melaporkannya ke polisi atas kasus 
penyadapan. Dalam rentetan kasus sebelumnya, saat pimpinan KPK menjadi 
tersangka, Anggodo masih berstatus sebagai pelapor.

Di mata hukum, Anggodo tidak bersalah karena ketiadaan putusan dari kehakiman, 
Minah adalah pesakitan. Nuansa hidup Minah adalah kepahitan hidup karena 
kemiskinan dan kekurangtahuan. Anggodo hidup dalam prosedur formal yang 
dipenuhi tertib pikir dan tindakan. Minah buta huruf; Anggodo memahami arti 
titik koma undang-undang. Hidup bagi Minah adalah bagaimana mencukupi kebutuhan 
sehari-hari. Terasa benar, mereka hidup di belahan bumi yang amat berbeda.

Di atas segala kerumitan hidup keduanya, hal itu merupakan potret atas 
perlakuan pemerintah terhadap warganya. Ada makna penting dari perbedaan orang 
kaya dan miskin dalam praktik hidup berbangsa dan bernegara. Perbedaan itu 
bukan tidak pernah ada pada masa lalu. Pada masa kerajaan Hindu dan Buddha, 
perbedaan hukum dan status sosial ditentukan oleh pengabdian kepada Sang 
Pencipta.

Pada masa feodal, perbedaan perlakuan terhadap seseorang ditentukan oleh garis 
keturunan. Ketika kasta dan darah biru dihapus, masa Hindia Belanda segregasi 
sosial dipraktikkan melalui warna kulit.

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Hari ini MK putuskan pengajuan uji materi Bibit-Chandra

2009-11-24 Terurut Topik Arya Gunawan
Jika tiada halangan, hari ini Mahkamah Konstitusi akan mengumumkan keputusan
mengenai juji materi yang diajukan Bibit-Chandra. Jika MK mengabulkan
permohonan kedua orang ini, maka terbuka lebarlah gerbang bagi mereka berdua
untuk kembali menduduki jabatan mereka sebagai pemimpin KPK. Berikutnya,
terbuka lebar pulalah gerbang bagi mereka untuk menguliti kasus Bank
Century, termasuk hingga ke aliran dananya yang kini kian ramai
dipersoalkan. Jika ini terjadi, lagi-lagi Allah telah mengulurkan tangan
pertolongan-Nya dengan nyata untuk mengungkap segenap misteri yang selama
ini masih menyelubungi kasus ini.

Jika keputusan MK bukan seperti yang jadi harapan saya di atas, maka saya
juga tetap akan menerimanya dan memahami itu sebagai "tangan pertolongan
Allah" yang masih tersembunyi, dengan hikmah yang akan saya renungkan lebih
jauh.

Untuk bung Liman: yang saya maksudkan sebagai tangan pertolongan Allah yang
datang menjulur itu, adalah seperti yang saya sebutkan di aline pertama dari
email saya ini. Harafiah, Bung, bukan kiasan, sehingga tak perlu penafsiran
lebih jauh. Jadi, tidak seperti yang Anda maksudkan di email Anda yang
memuat kalimat "Mungkin maksud bung Arya G bukan tangan Tuhan yang membantu,
tetapi ada tangan jahil yang ingin memperkeruh suasana". Anda keliru total
memahami maksud saya, yang sebetulnya sudah amat terang-benderang itu
(keponakan saya kelas 2 SD saja tahu maknanya, ketika tadi malam saya kasih
lihat kepadanya email saya yang Anda coba tafsirkan aneh-aneh itu).

Arya Gunawan


[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] KOLOM Yudhis: Umar

2009-11-24 Terurut Topik yudhistira massardi
UMAR

Meskipun harta rampasan perangnya berlimpah, Umar tak ingin melanggar ketentuan 
yang diberlakukan sebelumnya untuk Khalifah Abu Bakar. “Yang dianggap boleh 
dari harta itu buat saya: dua pasang pakaian – sepasang untuk musim dingin, dan 
sepasang untuk musim panas. Itu yang saya pakai untuk menunaikan haji, lalu 
dibalikkan untuk umrah. Yang saya makan dan dimakan keluarga pun, seperti yang 
biasa dimakan keluarga Quraisy -- bukan dari yang terkaya, juga bukan dari yang 
termiskin,” katanya, sebagaimana ditulis MH Haekal. 

Umar, sejak awal dikenal sebagai pribadi yang keras, tegas, lugas, disiplin, 
dan bersahaja. Dalam pidato pertamanya sebagai khalifah, ia mengakui: “Saya 
mendapat kesan, orang merasa takut karena sikap saya yang keras… Ketahuilah 
saudara-saudara, sikap itu hanya terhadap orang yang berlaku zalim dan memusuhi 
kaum muslimin…”

Maka, ketika Abdur Rahman, anaknya, mabuk-mabukan di Mesir, Umar menulis surat 
kepada penguasa Mesir, Amr bin As, yang sudah menghukumnya dengan pukulan: 
“Begitu Anda menerima surat saya ini, kirimkanlah dia dalam pakaian lurik 
dengan menunggang unta, supaya perbuatannya yang buruk itu diketahui orang.”

Lalu, setibanya sang putra di Madinah, Umar menghukumnya lagi dengan pukulan, 
dan memenjarakannya, sampai kemudian Abdur Rahman meninggal.

*
Umar memang tak pandang bulu. Juga kepada Khalid bin Walid. Segera setelah ia 
berkuasa, Khalid diberhentikannya sebagai panglima besar di Syam. Secara resmi, 
Umar menyatakan, langkah kontroversial itu harus dilakukannya karena sukses 
Khalid dalam beberapa penaklukan, mulai melahirkan kultus individu. Itu 
dinilainya bisa membahayakan akidah umat yang baru memeluk Islam.

Namun, luas diketahui, sejak lama Umar tidak suka kepada Khalid. Insiden dalam 
Perang Riddah – di masa Khalifah Abu Bakar – melukai hati Umar. Ketika itu, 
Khalid melakukan pelanggaran disiplin: ia membunuh Malik bin Nuwairah yang 
murtad, semata-mata karena Malik mengejeknya, bukan dalam perang terbuka. 
Malah, Khalid pun menikahi  istri Malik yang cantik, Laila. 

Selain itu, Khalid pun dianggap tidak berdisiplin ketika melakukan ibadah haji 
secara diam-diam seusai Perang Firaz, tanpa sepengetahuan dan izin Khalifah Abu 
Bakar.

Panglima perang Thariq bin Ziyad juga terkena tindakan indisipliner. Meskipun 
misi penaklukannya di Spanyol sukses dan spektakuler, ia telah mengabaikan 
perintah Panglima Tinggi Musa bin Nushair. Musa memerintahkannya untuk 
menghentikan ekspansinya di tempat surat perintah itu diterimanya. Tetapi, 
Thariq terus merangsek ke Toledo. Maka, Musa pun memecat Thariq, dan 
memenjarakannya.

*
Disiplin adalah sikap patuh terhadap perintah, aturan, kesepakatan, dan waktu. 
Di dalamnya, melekat nilai-nilai etika dan profesionalisme. Abai terhadapnya 
adalah pelanggaran. Tanpa kedisiplinan, tak ada yang bisa ditegakkan. Sistem 
dan perencanaan, ambruk.

Perang Uhud adalah “tonggak” yang tragis. Para pemanah di bukit tidak 
mengindahkan perintah Nabi. Mereka meninggalkan tempat pertahanan itu untuk 
mengejar rampasan perang. Akibatnya, pasukan muslim hancur. Nabi pun luka 
parah.   

Di dalam perintah Tuhan agar umat Islam (berwudu dan) solat (dengan urutan dan 
waktu yang telah ditentukan), melekat disiplin. Di dalam perputaran planet di 
tatasurya, terpancarkan disiplin tingkat tinggi. Penyimpangan sedikit saja dari 
garis orbit, akan menimbulkan malapetaka.

Untuk menegakkan disiplin, kita memang merindukan kepribadian dan kepemimpinan 
sang Umar yang, kepada anggota keluarganya pun, bisa memberi peringatan keras: 
”Kalau ada salah seorang yang melakukan sesuatu yang saya larang, niscaya 
hukumannya saya lipatgandakan.”

ymassa...@yahoo.com



  


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Baut RI Melenceng dari Mur Globalisasi

2009-11-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Simon Saragih

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/22/03292239/baut.ri.melenceng.dari.mur.globalisasi



Mudah-mudahan semua keterangan di bawah ini tidak benar adanya. Akan tetapi, 
tanpa penelitian mendalam pun rakyat sudah merasakan ada banyak hal yang tidak 
benar dalam perjalanan bangsa ini. Banyak sekali faktor yang menunjukkan 
Indonesia tidak menyesuaikan diri dengan tekstur mur-mur globalisasi sehingga 
membuat Indonesia tak berputar sesuai dengan irama globalisasi itu.

Salah satu contoh untuk memudahkan pemahaman adalah konteks pembangunan China, 
yang tidak kunjung menggugah teknokrat dalam menyusun strategi pembangunan. 
Setelah sukses mereformasi sektor pertanian, di mana para petani bebas menanam 
dan menabung sendiri hasil sektor pertaniannya, para petani China menjadi 
sumber daya beli.

Tak puas dengan reformasi pertanian, di mana teknologi pertanian mencapai 
terobosan besar, mulai dari pembibitan dan pengembangan sarana di pedesaan, 
China mencanangkan diri menjadi negara dengan ekonomi yang didorong ekspor.

Saat mencanangkan diri menjadi eksportir, tentu dengan segala masalah yang juga 
muncul, China benar-benar menjadikan investor asing raja-raja yang harus 
dilayani. Sejumlah wilayah atau provinsi berlomba menjadikan dirinya sebagai 
lokasi yang layak sebagai tempat berusaha.

Perizinan pun dirampingkan demikian pula sarana jalan dan listrik disiapkan 
sesuai dengan kebutuhan investor. Maka tidak heran jika China mengalahkan 
negara mana pun soal arus masuk investasi asing.

Jika disandingkan dengan konteks Indonesia, jelas Indonesia baru sekadar bisa 
berbicara soal globalisasi. Kenyataan di lapangan menunjukkan Indonesia tidak 
melayani investor asing.

Masih mau membantah juga? Ambil contoh listrik, hal vital bagi investasi 
misalnya, tak bisa kita sediakan di tengah keberadaan sumber daya energi yang 
memajukan industri di Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan kini China. Jika kita 
bicara soal sarana jalan, kemacetan besar terjadi di sentra-sentra industri 
karena pembangunan sarana jalan tak sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

Hal ini, misalnya, telah disampaikan Menteri Perdagangan Inggris Lord Davies of 
Abersoch, yang juga mantan Ketua Standard Chartered Bank (SCB), bank Inggris 
yang fokus ke Asia. Ketidaknyamanan soal perizinan dan minimnya insentif 
investasi juga sudah disampaikan Dubes Inggris untuk RI Martin Hatfull.

Hal ini membuat Indonesia tidak lebih menarik sebagai lokasi investasi asing 
dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Vietnam, apalagi Singapura. Buktinya, 
banyak warga Indonesia yang harus mencari nafkah di luar negeri karena minimnya 
kesempatan kerja.

Faktor lain yang memperlihatkan Indonesia melenceng dari mur-mur globalisasi 
adalah pemanfaatan rakyat sebagai aset, yang lambat atau cepat akan menjadi 
pendorong ekonomi. Jika kita masih ingat, AS memiliki ekonomi yang besar karena 
generasi baby boomers, yang kini sudah memasuki masa pensiunan.

AS memiliki kebijakan yang berpihak pada bisnis kecil dan rakyat kecil. AS 
memiliki apa yang dinamakan sebagai Sherman Act, salah satu undang-undang yang 
menjamin eksistensi usaha kecil sehingga tidak tergilas usaha besar. Hal ini 
setidaknya mampu membuat kemajuan usaha kecil menjadi besar, seperti pernah 
dialami Xerox dan US Airways.

Demikian pula siswa dan mahasiswa, yang di AS pernah tertolong dengan paket 
social benefit. Hal ini, misalnya, pernah dilakukan dengan memberi keringanan 
kepada mahasiswa kurang mampu. Bahkan perbankan pun didorong memberi pinjaman 
kepada mahasiswa yang kemudian membayar pinjaman itu setelah bekerja. Fasilitas 
pinjaman seperti inilah yang membuat Presiden AS Barack Obama bisa kuliah, 
termasuk berkat food stamp (kupon makanan).

Kita harus bertanya, apakah Indonesia sudah melakukan itu. Bukankah Indonesia 
mirip dengan negara yang antisosial dengan kenaikan biaya-biaya sekolah, 
termasuk biaya-biaya kuliah, dengan program otonomi pendidikan?

Benar bahwa banyak beban bagi Pemerintah Indonesia. Dengan sekian banyak 
penduduk dan luasnya wilayah, tentu menangani pembangunan di Indonesia jauh 
lebih kompleks ketimbang menangani Malaysia, Thailand atau Vietnam.

Tentunya Pemerintah Indonesia tidak bisa diharapkan menyelesaikan masalah 
sedemikian besar dengan wilayah sedemikian luas. Namun, kita tidak usah terlalu 
rumit memikirkan itu. Di dalam perekonomian, sudah diketahui bahwa pelaku 
ekonomi bukan hanya pemerintah, melainkan juga investor dan konsumen.

Masalahnya hanyalah agar Pemerintah Indonesia menjadikan dirinya sebagai 
katalisator, fasilitator pembangunan. Dengan demikian, pembangunan di wilayah 
seluas Indonesia bisa dilakukan secara bahu-membahu antara pemerintah, 
investor, dan konsumen.

Pertanyaannya adalah apakah birokrat sudah menjadi katalisator? Jika demikian, 
mengapa ada kisruh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berseberangan dengan 
Kepolisian RI?

Efek jera

Mengapa pula ada kasus Bank Century, yang rasanya begitu penting untuk 
dise

Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Inilah Pola-pola dalam Praktik Mafia Peradilan

2009-11-24 Terurut Topik Harya Setyaka
gilee... masuk penjara saja bisa pakai Joki..

-K-



2009/11/23 Agus Hamonangan 

>
>
> JAKARTA, KOMPAS.com - Tak bisa dibantah, kalau dikatakan bahwa praktik
> mafia peradilan di Tanah Air sudah merasuk hingga ke semua lini dalam
> struktur aparat peradilan itu sendiri. Mulai dari tingkat penyelidikan
> hingga terdakwa dijebloskan ke penjara, semua tahapan biasa digunakan
> sebagai alat untuk memperkaya diri. Inilah pola-pola dalam praktik mafia
> peradilan:
>
> KEPOLISIAN
> A. Tahap Penyelidikan
> 1. Permintaan uang jasa
>
> * Laporan ditindaklanjuti setelah menyerahkan uang jasa.
>
> 2. Penggelapan perkara
>
> * Penanganan perkara dihentikan setelah ada kesepakatan membayar sejumlah
> uang kepada polisi.
>
> B. Tahap Penyidikan
> 1.Negosiasi Perkara
>
> * Tawar menawar pasal yang dikenakan terhadap tersangka dengan imbalan uang
> yang berbeda-beda.
> * Menunda surat pemberitahuan dimulainya penyidikan kepada kejaksaan.
>
> 2. Pemerasan oleh Polisi
>
> * Tersangka dianiaya lebih dulu agar mau kooperatif dan menyerahkan uang.
> * Mengarahkan kasus lalu menawarkan jalan damai.
>
> C. Pengaturan Ruang Tahanan
>
> * Penempatan di ruang tahanan menjadi alat tawar-menawar.
>
> KEJAKSAAN
> 1. Pemerasan
>
> * Penyidikan diperpanjang untuk merundingkan uang damai.
> * Surat panggilan sengaja tanpa status "saksi" atau "tersangka", pada
> ujungnya saat pemeriksaan dimintai uang agar statusnya tidak menjadi
> "tersangka".
>
> 2. Negosiasi Status
>
> * Perubahan status tahanan seorang tersangka juga jadi alat tawar-menawar.
>
> 3. Pelepasan Tersangka
>
> * Melalui surat perintah penghentian penyidikan (SP3) atau sengaja membuat
> dakwaan yang kabur (obscuur libel) sehingga terdakwa divonis bebas.
>
> 4. Penggelapan Perkara
>
> * Berkas perkara dapat dihentikan jika memberikan sejumlah uang.
> * Saat dilimpahkan ke kejaksaan, polisi menyebutkan "sudah ada yang
> mengurus" sehingga tidak tercatat dalam register.
>
> 5. Negosiasi perkara
>
> * Proses penyidikan yang diulur-ulur merupakan isyarat agar keluarga
> tersangka menghubungi jaksa.
> * Dapat melibatkan calo, antara lain dari kejaksaan, anak pejabat,
> pengacara rekanan jaksa.
> * Berat atau kecilnya dakwaan menjadi alat tawar-menawar.
>
> 6. Pengurangan tuntutan
>
> * Tuntutan dapat dikurangi apabila tersangka memberikan uang.
> * Berita acara pemeriksaan dibocorkan saat penyidikan.
> * Pasal yang disangkakan juga dapat diperdagangkan.
>
> PERSIDANGAN
> 1. Permintaan uang jasa
>
> * Pengacara harus menyiapkan uang ekstra untuk bagian registrasi
> pengadilan.
>
> 2. Penentuan Majelis Hakim
>
> * Dapat dilakukan sendiri, atau menggunakan jasa penitera pengadilan.
>
> 3. Negosiasi putusan
>
> * Sudah ada koordinasi sebelumnya mengenai tuntutan jaksa yang berujung
> pada vonis hakim.
> * Tawar menawar antara hakim, jaksa dan pengacara mengenai besarnya hukuman
> serta uang yang harus dibayarkan.
>
> TAHAP BANDING PERKARA
> 1. Negosiasi putusan
>
> * Pengacara menghubungi hakim yang mengadili, lalu tawar-menawar hukuman.
>
> 2. Penundaan eksekusi
>
> * Pelaksanaan putusan dapat ditunda dengan membayar sejumlah uang kepada
> jaksa melalui calo perkara atau pelaksana eksekusi.
>
> LEMBAGA PEMASYARAKATAN
>
> 1. Pungutan bagi pengunjung
> 2. Uang cuti
> 3. Menggunakan orang lain yang identitasnya disesuaikan dengan identitas
> terpidana
> 4. Perlakuan istimewa.
>
>
> http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/11/23/08060966%20/inilah.pola-pola.dalam.praktik.mafia.peradilan
>
> Editor: Glo
> Sumber : Kompas Cetak
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Hasil Audit BPK atas Bank Century (skandal yg mengerikan!)

2009-11-24 Terurut Topik Satrio Arismunandar

Inilah Hasil Audit BPK Atas Bank Century
Selasa, 24-11-2009 14:57:51 oleh: Wendie Razif Soetikno, S.si., 
Kanal: Peristiwa (dikutip dari wikimu.com)
 

Audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang diserahkan kepada DPR RI, 
Senin (23/11), mencengangkan. Secara gamblang, audit memaparkan "dosa-dosa" 
Bank Indonesia, Menteri Keuangan, dan Komite Stabilitas Sistem Kuangan atau 
KSSK dalam penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik dan 
penyelamatannya. Audit disampaikan kepada publik oleh Ketua BPK Hadi Poernomo 
di Gedung DPR RI. 

Dosa pertama dimulai dengan lemahnya pengawasan BI dalam proses akuisisi dan 
merger Bank Danpac, Bank Pikko, dan Bank CIC menjadi Bank Century. BI dinilai 
tidak tegas dalam menerapkan aturan. 

Selain itu, BI juga tidak tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan 
Century dalam kurun waktu 2005-2008. BI diduga juga melakukan perubahan 
persyaratan Capital Adequacy Ratio (CAR) dalam Peraturan BI (PBI) agar Century 
dapat memperoleh fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP). BI memberi FPJP, 
padahal CAR Century pada saat itu telah negatif 3,53 persen dan nilai jaminan 
FPJP yang diperjanjikan hanya sebesar 83 persen. 

"BI juga dinilai tidak memberikan informasi sesungguhnya lengkap dan mutakhir 
saat menyampaikan Century sebagai bank gagal yang ditengarai berdampak sistemik 
kepada KSSK," ungkap Hadi. 

Informasi yang tidak diberi seutuhnya itu menyangkut pengakuan kerugian (PPAP) 
atas surat-surat berharga (SSB) valas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang 
menurunkan CAR dan meningkatkan biaya penanganan dari yang semula diperkirakan 
Rp 632 miliar menjadi Rp 6,7 triliun. 

BI dan KSSK juga tidak memiliki kriteria terukur dalam menetapkan dampak 
sistemik Bank Century. Penetapan dinilai hanya berdasarkan judgement. Lebih 
mengagetkan lagi, Hadi mengatakan bahwa kelembagaan Komite Koordinasi yang 
beranggotakan Menkeu, Gubernur BI, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin 
Simpanan (LPS) belum pernah dibentuk berdasarkan UU sehingga status hukumnya 
dipertanyakan. 

Selain penetapan awal Bank Century sebagai gagal berdampak sistemik dan 
pertanyaan tentang status hukum Komite Koordinasi yang menjadi "dosa" BI, 
Menkeu, dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan atau KSSK, audit investigasi 
Badan Pemeriksa Keuangan juga memuat "dosa" Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS. 

Menurut audit yang disampaikan Ketua BPK Hadi Poernomo kepada DPR RI, Senin 
(23/11), LPS belum secara resmi menetapkan perhitungan perkiraan biaya 
penanganan Bank Century secara keseluruhan. 

Hal ini dipengaruhi oleh keputusan KSSK tentang penetapan Bank Century sebagai 
bank gagal berdampak sistemik yang tidak menyebutkan biaya penanganan yang 
harus dikeluarkan LPS.LPS juga melanggar ketentuan Peraturan LPS No. 
3/PLPS/2008 ketika menyalurkan penyertaan modal sementara (PMS) tahap kedua 
sebesar Rp 2,2 triliun. 

Penyalurannya tidak dibahas dalam Komite Koordinasi KK, yang di dalamnya  ada 
Ketua Dewan Komisioner LPS. Untuk menyalurkannya, LPS malah mengubah ketentuan 
dalam PLPS No. 5/PLPS/2006 dengan PLPS No. 3/PLPS/2006 sehingga KPS dapat 
menenuhi kebutuhan likuiditas bank gagal sistemik. 

"Dengan demikian, patut diduga bahwa perubahan PLPS merupakan rekayasa yang 
dilakukan agar Bank Century dapat memperoleh tambahan PMS, tidak hanya untuk 
memenuhi CAR, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan likuiditas," lanjutnya. 

Berdasar pada penolakan DPR terhadap Perpu Nomor 4 Tahun 2008 tentang JPSK, BPK 
menyimpulkan bahwa empat tahap penyaluran PMS kepada Bank Century tidak 
memiliki dasar hukum. Sebanyak empat tahap penyaluran dana adalah pertama 
sebesar Rp 2.886,22 miliar, tahap kedua Rp 1.101,00 miliar, tahap ketiga 
sebesar Rp 1.155,00 miliar dan keempat sebesar Rp 630,22 miliar. 

Hal lain yang menjadi sorotan BPK adalah penarikan dana oleh pihak terkait 
dalam periode Bank Century yang ditempatkan dalam pengawasan khusus sebesar Rp 
938,65 miliar melanggar ketentuan BI soal tindak lanjut pengawasan dan 
penetapan status bank. 

Seharusnya, bank yang berstatus "dalam pengawasan khusus" dilarang melakukan 
transaksi. Bank Century akhirnya mengalami kerugian karena mengganti deposito 
milik salah satu nasabah Bank Century yang dipinjamkan atau digelapkan sebesar 
18 juta dollar AS dengan dana yang berasal dari PMS. 

"Selain itu, pemecahan deposito nasabah tersebut, menjadi 247 NCD dengan nilai 
nominal masing-masing Rp 2 miliar, dilakukan untuk mengantisipasi, jika Bank 
Century ditutup, maka deposito nasabah tersebut termasuk deposito yang dijamin 
oleh LPS," ungkapnya. 

Di bagian akhir, Hadi menyebutkan bahwa, dari biaya penanganan untuk PMS 
sebesar Rp 6,7 triliun, sebesar Rp 5,68 triliun merupakan kerugian Bank Century 
akibat adanya praktik-praktik tidak sehat dan pelanggaran ketentuan, baik oleh 
pengurus bank, pemegang saham, maupun pihak terkait. 

"Permasalahan-permasalahan yang timbul adalah permasalahan surat-surat berharga 
dan transaksi-transaksi pada 

Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Rekonsiliasi Megawati - SBY (siapa bilang SBY tidak jelas?)

2009-11-24 Terurut Topik cahPamulang
Kalau saya yang rakyat buta begini sih, pidato semalam sangat elegan dan
cerdas sebagai seorang kepala negara.

Sarat makna dan tepat sasaran.
:)


[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re : (Century) Tidak ada dampak Sistemik?

2009-11-24 Terurut Topik Harya Setyaka
enak aja Pemerintah sebagai orang tua.. '
orang tua itu cari nafkah untuk anak-2 nya..

pemerintah ini sedot pajak rakyat buat beli mobil dinas Bung!

ini sih malah nakut-nakuti yg enggak-enggak ..  'dampak sistemik' ..
nasabah bank Century itu sangat segmented..
 lagipula, masa udah sekolah sampai ke langit gak bisa mendeteksi niat jahat
bankir-2 bobrok penyedot duit rakyat?

kalao udah tau lebih enak jadi dosen, siapa suruh jadi mentri? kalo gak siap
jadi mentri ya mendingan mundur aja.. balik jadi dosen..


nih baca nih:

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/24/09501616/ada.rekayasa.hak.angket.menguat



salam,
-K-








2009/11/22 liman PAP 

>
> Terima kasih bung Arya atas tanggapan positifnya,
>
> tetapi jika mau tukar nama mesti potong kambing he3. Tugas pemerintah,
> seperti orang tua, adalah menenangkan anak-anaknya. Tidak mungkin ada
> masalah atau hal-hal penting semua disampaikan kepada anak-anak. Apalagi
> anak tersebut masih dalam masa puber.
>
> Seorang doktor, kebetulan merupakan dosen saya beberapa bulan lalu ikut
> pertemuan yang dihadiri Sri Mulyani. Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani
> sempat melontarkan pernyataan bahwa di kampus lebih enak dan bebas bicara.
> Coba bayangkan jika sebagai Menkeu asal bicara, apa ekonomi kita gak goyah.
> Pemerintah mirip baby-sitter.
>
> Dampak sistemik yang disepakati. Soal ada penyelewengan, dana 6.7 t dikorup
> dan yang sejenisnya, biarkan pihak yang berkompeten yang mengungkap. BLBI
> 1998 bermaksud baik. Ada penyelewengan, salah kelola bank, mestinya itu yang
> dihukum, bukan BLBI nya ya Pak Arya.
>
> Wass,
>
> Liman


[Forum-Pembaca-KOMPAS] (Century) Tidak ada dampak Sistemik?

2009-11-24 Terurut Topik Martin Widjaja
Mas Kukuh saya sependapat dengan anda.
Keadaan yang menakutkan berkembang dari Amrik,
terasa sangat susah meng andai2 apa yang akan
terjadi di Indonesia.
Apalagi membayangkan kondisi krismon 1998 lalu.
DPR kita sama saja dengan pakar2 ekonomi kita
mggak jelas maksudnya 'menolak' perppu terus
mau gimana ...
Cuma kalau semua menjadi lebih jelas, menyalahkan
orang lain agar bisa kelihatan pintar memang lebih
mudah..
Kalau sekarang Bu Ani mengatakan kalkulasi saat itu
akan ada dampak sistemik, yah perdebatkan aja , kalau
memang salah kalkulasinya Bu Ani , salahkan aja.
Yang penting perjelas nggak ada kasus korupsi .
Kalau soal BI dalam pengawasannya lemah karena
indikasi KKN wah itu tuntaskan.
Kalau benar Bu Ani ngarang ada dampak yang sistemik
buat nggelontor duit ke Pilpres , yah sekalian dah batalkan
hasil Pemilu...[ kalau benar ]

Salam , martin - jkt





From: Kukuh Kumara 
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com; angk...@yahoogroups.com; 
koral-aup-...@yahoogroups.com
Sent: Tue, November 24, 2009 7:14:08 AM
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] (Century) Tidak ada dampak Sistemik?

Bung Liman anda menyegarkan ingatan saya saat menjelang akhir thn 2008 yg bikin 
mabuk dan demam panas dingin yg ydk jelas juntrungannya.

Pemahaman saya soal ekonomi tdk ada seujung kuku jari manis kaki para pakar yg 
disebut Bung Liman, tapi saat itu saya betul2 pusing setengah modar berkaitan 
dg kondisi ekonomi dunia dan juga Indonesia.

Kegiatan sehari-hari yg sdh pas2anpun masih harus ditekan/dihemat habis2an, 
berbagai saran usulan penghematan muncul, bahkan karyawanpun urun saran agar 
air minumpun dihemat demi menjaga kelangsungan perusahaan.

Pesanan2 pemasok sebisa mungkin dibatalkan atau dijadwal ulang.

Bahan baku numpuk digudang, karena pesanan dari pelanggan turun drastis,  
sementara bahan baku yg sdh dipesan 2-3 bulan yl tdk bisa dibatalkan dan masih 
terus berdatangan dan semua biayanya harus dibayar.

Pada saat yg sama nilai tukar rupiah merosot dg cepat, duit sdh habis, biaya 
operasional sdh smkn sulit, demikian jg cari utangan susahnya minta ampun.

Rundingan penyesuaian harga dg pelangganpun tdk banyak membawa hasil karena 
merekapun menghadapi masalah yg sama.

Bayang2 pengurangan karyawan semakin nyata, yg memang akhirnya tdk terhindarkan 
dan terjadi diawal tahun 2009.  Masa2 sulit itu hingga separuh tahun 2009, skrg 
kondisi sdh mulai membaik, namun sisa2 mabuknya masih ada.

Itulah kilas balik yg sempat saya alami di akhir thn 2008.
Jadi saya ingat waktu itu pada kemana para pakar? Apakah mereka cuma pandai 
berkelakar setelah masa sulit itu terlewatkan dan berandai2.

Salam
Kukuh
Powered by Telkomsel BlackBerry®


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re:Wah .... Penonton Kecewa Pernyataan Presiden

2009-11-24 Terurut Topik oki
Andai saja saya berada disitu, tentu saja saya juga akan berteriak yang sama. 
Bagaimana mungkin seorang Presiden yang terpelajar membuat orang-orang menunggu 
hanya untuk pidato berbelit-belit yang tidak mengenai pada substansinya ? malah 
curhat mengenai rumor dan desas-desus yang dia alami, Pathethic !!!

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] "Transaksi" Pendidikan

2009-11-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Maria FK Namang

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/24/03202942/transaksi.pendidikan



Berita pelaksanaan ujian nasional bulan Maret 2010 seharusnya tidak mengagetkan 
(Kompas, 12/11).

Tiap tahun, menjelang ujian nasional, cepat atau lambat, ada "pemadatan 
pengajaran". Konsentrasi anak hanya dipusatkan pada kiat menjawab pertanyaan 
secara tepat.

Apakah para pengambil keputusan sadar bahwa yang "menggembirakan" dari ujian 
nasional hanya pemadatan pengajaran, bukan pemadatan pembelajaran?

Sistem mekanis

Dalam Introducción a la Filosofía de la Educación (TW Moore, 1987), pendidikan 
sering dipahami secara keliru, sekadar transaksi. Ibarat jual-beli, guru yang 
(diandaikan) memiliki keunggulan pengetahuan dan pengalaman ditawarkan kepada 
siswa. Guru menjadi sumber informasi, instruktur, ahli, dan animator.

Agar proses belajar-mengajar tidak terkesan vertikal, otoriter, atau sekadar 
mendikte, yang notabene sudah bukan zamannya lagi, guru mencari aneka "strategi 
pengajaran". Berbagai cara dikembangkan, bukan untuk menguatkan jelajah 
intelektual, tetapi sekadar menguatkan daya hafal dan ketelatenan melaksanakan 
instruksi. Sekolah pun gembira saat apa yang diajarkan dikuasai sangat baik 
oleh siswa dan hal itu terbukti dalam ujian.

Keinginan belajar juga ditimbulkan lewat ujian. Mekanisme ujian memaksa siswa 
memberi prioritas pada persiapan sambil menyampingkan (untuk sementara) 
dorongan negatif yang mengarah pada kenakalan remaja. Guru, orangtua, terutama 
pemerintah, gembira karena semangat belajar anak meningkat.

Sekilas, hal-hal seperti ini membanggakan. Namun, bila dikritisi, semangat 
belajar yang tercipta, baik melalui menghafal maupun pemaksaan lewat ujian, 
hanya bersifat mekanistis. Jika seseorang belajar bukan karena kesadaran tetapi 
paksaan, materi yang dikuasai tak akan bertahan. Ia ada selagi ada rangsangan 
eksternal dan akan minggat seirama perginya sokongan.

Sialnya, kepincangan model pendidikan transaksional seperti ini tidak mudah 
dibasmi karena pelaksanaannya membutuhkan biaya transaksional yang amat 
remuneratif. Pemerintah, misalnya, memberi anggaran besar guna menyukseskan 
ujian nasional. Sekolah dalam kerja sama dengan bimbingan belajar menggelar uji 
coba massal (berbiaya mahal). Semua dilaksanakan dengan asumsi "meningkatkan 
mutu pendidikan".

Pembelajaran organis

Jebakan pendidikan (ujian nasional) yang mekanis-transaksional hendaknya 
disadari sebagai sebuah kepincangan. Para pengambil keputusan mestinya insaf, 
yang diperoleh dari ujian nasional hanya pembelajaran mekanis yang sama sekali 
tidak mendidik. Anak belajar karena didesak keadaan dan berhenti seirama 
hilangnya rangsangan.

Pribadi yang dihasilkan dari model pendidikan seperti ini pun bisa ditebak. 
Yang dikejar adalah ijazah, bukan kompetensi. Lebih parah lagi, orang seperti 
itu, saat menjadi pejabat, yang dikejar bukan kreativitas, keikhlasan memberi, 
dan mengabdi, tetapi kelicikan mengambil barang atau hak orang lain, menipu, 
bahkan memeras. Kongkalikong dihalalkan demi memperkaya diri. Dengan "lincah" 
mereka lepas dari jerat hukum. Dengan "cerdik", menjebak orang lain. Rasanya 
ada kepuasan tersendiri saat melihat orang susah dan susah melihat orang senang.

Untuk itu, tak ada pilihan selain peralihan kepada pembelajaran organis. Dalam 
sistem ini, jelajah nalar dioptimalkan, hati digerakkan, minat dan semangat 
didorong, serta motivasi dan kesadaran diri diberi ruang gerak luas. Melalui 
pendekatan ini, seseorang akan menjadi pribadi kian mandiri. Ia akan bebas 
berkreasi dan berinovasi. Ia punya intuisi sosial dan kontributif terhadap 
pembentukan masyarakat yang lebih baik.

Cara organis seperti ini sudah terbukti di beberapa negara maju. Mereka memberi 
kesaksian, belajar yang dipaksakan tidak punya manfaat untuk pengembangan diri 
anak. Yang harus dibuat adalah menjadikan sekolah sebagai komunitas 
pembelajaran. Dari sana diharapkan terlahir pribadi kreatif dan konstruktif. 
Pribadi ini selain mandiri juga kontributif terhadap penciptaan masyarakat yang 
lebih baik. Yang dilakukan bukan menjadi benalu masyarakat dan bangsa, tetapi 
penuh kreatif mempersembahkan sesuatu yang bermakna untuk bangsa dan negaranya.

Muara dari semua ini adalah terbentuknya bangsa yang lebih berkarakter. 
Jelasnya, bangsa ini akan kian baik saat model pembelajaran organis kian diberi 
tempat dan impian kosong di balik ujian nasional yang menggunakan pembelajaran 
mekanis ditinggalkan.

Kalau kita berani melakukannya, sebuah tatanan baru akan lebih tercapai dan 
masalah yang meresahkan akibat tingkah pejabat yang merisaukan (seperti terjadi 
antara polisi dan KPK) akan lenyap atau minimal berkurang. Semua itu mungkin 
saat kita mulai dari pendidikan. Sudikah kita memulai?

Maria FK Namang Alumna Universita Facoltà di Scienze dell'Educazione 
dell'Università Pontificia Salesiana, Roma; Guru Sebuah Sekolah di Bekasi



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pidato Mengambang, Presiden Tak Mengerti Bahasa Rakyat

2009-11-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Laporan wartawan KOMPAS.com Rosdianah Dewi

http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/11/24/07300871%20/pidato.mengambang.presiden.tak.mengerti.bahasa.rakyat


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik dari Reform Institute, Yudhi Latief, 
menyerukan agar semua rakyat Indonesia bersatu untuk ikut melawan Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono. Pasalnya, Presiden dianggap tidak mengerti bahasa 
rakyat.

"Susah mengharapkan Presiden karena Presiden sendiri menjadi bagian dari 
persoalan itu sendiri," kata Yudhi Latief di Kantor Imparsial, Senin (23/11) 
malam.

Yudhi mengatakan, pidato mengenai sikapnya terkait rekomendasi Tim Delapan 
betul-betul mengecewakan. Momen yang seharusnya digunakan Presiden untuk 
menjawab kebingungan rakyat, hal tersebut disia-siakan.

"Ini artinya SBY tidak mengerti bahasa masayarakat, tidak tahu rasa keadilan. 
SBY hanya mempertimbangkan kekuasaan sendiri bukan menyelamatkan masayarakat," 
katanya.

Untuk itu, kata Yudhi, atas nama masyarakat, mereka akan berjuang menggoyang 
posisi SBY. Pasalnya, Presiden yang tidak mengerti bahasa rakyat dianggap tidak 
bisa memimpin negara ini lebih lama lagi.

"SBY kehilangan logika umum, bagaimana bisa seluruh pidatonya hanya retorika 
kosong," ujar dia.

Dia mengatakan, pidato Presiden menjadi mengambang karena tidak ada keputusan 
apa pun yang diambil. "Tidak ada ketegasan langkah apa yang akan diambil," ucap 
Yudhi Latief.
Sent from Indosat BlackBerry powered by  


Editor: hertanto 



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Akuntabilitas dan Perubahan

2009-11-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Haryatmoko

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/24/03222490/akuntabilitas.dan..perubahan



Pemerintahan bersih adalah syarat kemajuan suatu bangsa. Pemerintahan korup 
menyebabkan kemiskinan, diskriminasi, dan konflik.

Indonesia masih terpuruk dalam sistem yang memudahkan penyalahgunaan kekuasaan 
dan korupsi. Upaya perbaikan sistem dan pemberantasan korupsi menghadapi 
kendala karena sering kuat di gagasan, tetapi lemah dalam merancang modalitas. 
Pilihan modalitas menentukan perubahan ke arah akuntabilitas. Padahal, upaya 
melembagakan akuntabilitas diperlukan.

Akuntabilitas harus mendapat prioritas karena mampu memperbaiki layanan publik. 
Upaya perbaikan sering mengalami kegagalan karena rancangan dan implementasi. 
Jika rancangan teruji, implementasi memerlukan momentum. Pilihan momentum ini 
cenderung diabaikan.

Kasus "cicak lawan buaya" seharusnya menjadi momentum pembaruan sistem 
penegakan keadilan. Karena tidak cepat bertindak, Presiden membiarkan lewat 
momentum pembaruan. Menolak campur tangan langsung karena menghormati proses 
hukum justru memberi kesan kentalnya muatan politik atas kasus itu. Padahal, 
pertaruhannya ialah akuntabilitas pelayanan publik dan penegakan keadilan.

Akuntabilitas

Akuntabilitas mendorong transparansi sehingga tindakan melawan hukum dan moral 
atau cara-cara tidak adil diketahui dan dikenai sanksi. "Akuntabilitas adalah 
nilai dasar sistem politik. Warga negara berhak mengetahui tindakan pemerintah 
karena kekuasaan itu mandat rakyat. Warga negara mempunyai sarana untuk 
mengoreksi saat pemerintah melakukan sesuatu yang melawan hukum dan moral atau 
cara-cara tidak adil. Tiap warga negara berhak menuntut ganti rugi jika hak-hak 
mereka dilanggar pemerintah atau tidak mendapat layanan memadai yang seharusnya 
diterima" (B Guy Peters, 2007: 15).

Ada dua bentuk akuntabilitas menurut Guy Peters. Pertama, akuntabilitas sebagai 
tuntutan terhadap organisasi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan apa yang 
telah dilakukan. Harus ada laporan terbuka terhadap pihak luar atau organisasi 
mandiri (legislator, auditor, publik) yang dipublikasikan. Peran Mahkamah 
Konstitusi menyingkap dugaan rekayasa kasus "Bibid-Chandra" amat bermakna. 
Bentuk akuntabilitas ini tidak lain adalah transparansi. Pengertian 
akuntabilitas yang pertama menekankan pentingnya institusi yang adil guna 
mendorong perilaku pejabat agar sesuai etika dengan memungkinkan pihak luar 
organisasi pemerintah mengidentifikasi, mempertanyakan, dan mengoreksi yang 
terjadi. Jadi kontrol dari luar memungkinkan mengorganisasi tanggung jawab 
melalui sanksi dan imbalan.

Kedua, akuntabilitas dalam kerangka tanggung jawab, yaitu menjamin perilaku 
pejabat agar sesuai deontologi yang mengatur pelayanan publik. Akuntabilitas 
jenis ini lebih menekankan nilai-nilai yang telah dibatinkan sebagai pelayan 
publik sesuai tuntutan etis. Akuntabilitas ini menolong mempertajam makna 
tanggung jawab. Bentuk ini mengandaikan adanya sistem layanan publik yang telah 
terlembagakan secara baik. Kurangnya komitmen terhadap standar perilaku dan 
kelemahan dalam mengontrol kepentingan diri atau kelompok akan membahayakan 
sistem pelayanan publik yang sudah berjalan baik.

Dilema moral dan politik

Tampaknya pemerintah belum memiliki sistem pelayanan publik yang terlembagakan 
secara baik. Maka argumen menolak campur tangan langsung dalam proses hukum 
kasus "cicak lawan buaya" sebetulnya bentuk pengandaian keliru, seolah ada 
sistem yang sudah terlembaga secara baik. Pengandaian ini menjadi titik lemah 
karena, pertama, meski di tingkat wacana ada semangat melawan mafia peradilan, 
de facto perbaikan sistem penegakan keadilan dikurbankan dengan mempertahankan 
pejabat bermasalah.

Kedua, mengandaikan komitmen standar perilaku pejabat, padahal kasus "cicak 
lawan buaya" sarat kepentingan. Ketiga, makelar kasus bukan kasus terpisah. Ia 
bagian reproduksi tindakan dan penguatan struktur busuk.

Dengan mereproduksi unsur-unsur struktural yang korup, pelaku memperkuat 
situasi yang memudahkan korupsi dan mengatur perkara. Struktur korup tidak 
lepas dari andil pelaku, dalam kesadaran refleksif dan praktis.

Dalam menyeleksi informasi, pelaku sedang mengatur syarat-syarat sistem 
reproduksi. Artinya, apakah akan membiarkan berjalan seperti biasa atau 
mengubahnya (A Giddens, 1984:27-28). Pilihan bertindak Presiden atas kasus 
"cicak lawan buaya" bisa dilihat sebagai dilema moral dan politik: atau 
"membiarkan reproduksi struktur yang korup" dengan tidak campur tangan, atau 
"mengubah" guna penegakan keadilan meski kasus bisa berubah menjadi bumerang.

Pilihan pertama mengesankan pemerintah tidak serius. Upaya membangun sistem 
untuk menciptakan politik etis di kalangan penegak hukum dan pelayanan publik 
akan dianggap pemanis bibir. Dampaknya akan melemahkan komitmen reformasi 
manajemen publik dan memperkuat ketidakpercayaan publik terhadap penegak hukum. 
Ketidakpuasan pun meluas, dan situasi kian buruk bila rekomendasi T

[Forum-Pembaca-KOMPAS] ABG — Asli Indonesia

2009-11-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Kusmayanto Kadiman

http://umum.kompasiana.com/2009/11/12/abg-asli-indonesia/



Sudah sejak awal terjadinya revolusi industri yang ditandai dengan invensi dan 
penggunaan mesin uap sebagai penggerak mula (prime mover) telah dirasakan 
pentingnya kerjasama harmonis antara kaum akademik (A = Academics), para 
pebisnis (B = Business) dan penentu kebijakan alias pemerintah (G = 
Government).  Sejak itu mulailah The Triple Helix dengan trio ABG menjadi tema 
sentral mulai dari ranah konsep sampai pada realisasi dalam keseharian. Kata 
helix diambil dari kata dalam bahasa Inggris yang menjelaskan bentuk geometri 
berupa rantai spiral berbentuk dua maupun tiga dimensi.  Pemilihan kata helix 
dalam trio ABG adalah inspirasi dari keharmonisan dalam The Double Helix 
Deoxyribo Nucleic Acid (DNA). Kita paham bahwa DNA adalah komponen dasar dan 
utama hampir setiap makhluk hidup. Wujud fisik dari DNA ini geometri tiga 
dimensi berupa helix kembar yang secara harmonis terhubung satu dengan yang 
lain dan membawa informasi genetika orisinil makhluk hidup. Trio ABG dipercaya 
akan memberi dampak positif jika dapat diarahkan membentuk sebuah trio helix 
yang menggambarkan keserasian masing-masing helix A, B dengan G, yaitu terajut 
(inter-twined) membentuk sebuah jejaring kuat. 

 

Belajar Dari Anak Baru Gede

Sehari-hari kita lebih mengenal istilah ABG sebagai akronim dari Anak Baru Gede 
yaitu anak-anak dalam masa akil-balik (adolescent) yaitu yang berada pada masa 
transisi dari status anak-anak ke orang dewasa. Dalam perspektif psikologi 
individu dan organisasi, masa transisi ini selalu menjadi fokus pengamatan yang 
membutuhkan pengawalan ketat. Bahkan dalam strategi dan kiat mengelola masa 
perubahan (change management) diingatkan bahwa ini adalah perioda yang kritis 
karena berifat labil. Kondisi yang lama (the old comfort zone) belum lagi 
sepenuhnya ditinggalkan. Disisi lain, kondisi yang baru (the promised new 
comfort zone) belum dipahami apalagi dirasakan lebih nyaman ketimbang kondisi 
yang akan dan sedang ditinggalkan. 

Banyak ciri khas bahkan sikap ABG yang menarik perhatian, diantaranya adalah  

a. Lebih suka disebut orang dewasa muda ketimbang anak besar.

b. Tidak mudah diberitahu atau menerima usulan, kritik dan perintah dari 
generasi yang lebih tua termasuk dari or-tu. 

c. Tampil beda bahkan tak jarang jadi trend-setter, eg pamer puser, celana 
mlorot 

d. Berkelompok dan kompak

e. Senantiasa berbagi dan bertukar harta benda dengan sesama  

 

Jangan cepat loncat pada kesimpulan bahwa keunikan kaum ABG itu lebih 
berpotensi bikin pusing ketimbang memberi manfaat. Apalagi jika kita memasukkan 
faktor generasi penerus dalam penilaian. 

Dalam konteks The Triple Helix (THC), perilaku esa dari kaum ABG banyak memberi 
pelajaran. Tengok misalnya sifat berbagi dengan seksama. Ini yang dalam konsep 
manajemen organisasi modern dikenal dengan istilah resource sharing. Tanpa ada 
sikap ini, tidak akan terjadi pertukaran informasi diantara masing-masing 
helix. Lebih lanjut, cita rajut THC bagaikan jauh panggang dari api. Tanpa 
sifat ini akan tetap berdiri kokoh tembok-tembok tinggi yang ujung-ujungnya 
bukan membentuk THC melainkan tiga komponen A, B dan G yang saling eksklusif. 
Begitu juga dengan sikap berkelompok dan kompak. Bukankah kedua hal ini yang 
menjadi ruh dari kerja-tim (team work)? Idem ditto dengan keutamaan ABG tampil 
beda. Ini yang menjadi kernel atau inti dari ekonomi kreatif  (the creative 
economy) yang juga menjadi buzz-word dalam THC.

Untuk bagian selanjutnya isitilah ABG tidak akan lagi dipakai sebagai sigkatan 
Anak Baru Gede melainkan hanya untuk ABG, The Triple Helix.

 

Pengganjal Dan Sandungan Rajutan ABG

Selintas, bagian diatas sudah secara tidak langsung memberi gambaran 
faktor-faktor yang berpotensi mengganjal dan menjadi sandungan dalam upaya 
menggapai cita keterajutan (inter-twined) A, B dan G membentuk sebuah THC yang 
serasi, yaitu tidak kompak, idividualis, tak mau berbagi dan biasa-bisa saja 
alias sekedar ikut arus.

Mari kita fokus pada menengok relasi komponen A dengan B. Sudah menjadi rahasia 
umum, khususnya di Indonesia bahwa jurang pemisah antara habitat A sangatlah 
lebar dengan kaum B. Tak jarang kita mendengar kaum B mengatakan bahwa mereka 
tak bisa berharap banyak dari kaum A karena hasil karya mereka baik lulusan 
maupun hasil riset masih belum siap pakai. Menara Gading adalah isitilah sinis 
yang diberika pada habitat A. Menara gading ini berkonotasi mahal, tak tepat 
guna dan hanya bagus untuk pajangan.  Disisi lain, kaum A berdalih, mana 
mungkin mereka bisa menghasilkan lulusan dan karya yang siap guna jika dunia 
bisnis tak bisa mereka pahami, terlalu matre  (short term profit oriented) dan 
tidak menilai habitat A sebagai prospek investasi yang lukratif. Jika kondisi 
ini didiamkan saja dan hanya mengandalkan waktu untuk memperbaikinya niscaya 
jurang ini akan semakin lebar dan dalam mengingat tak adanya upaya 
menghilangkan pengganjal

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Susno Resmi Dicopot

2009-11-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
JAKARTA, KOMPAS.com — Komjen Susno Duadji resmi dicopot dari jabatan Kepala 
Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri. Hal tersebut disampaikan 
dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (24/11) malam.

"Susno sekarang Pati Mabes Polri," ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Nanan 
Sukarna.

Sebelum menyatakan hal tersebut, Nanan mengatakan bahwa pergantian pejabat 
tersebut merupakan bagian dari program mutasi di tubuh Mabes Polri. Mutasi 
tersebut menyangkut 25 personel Polri, masing-masing 16 perwira tinggi dan 9 
perwira menengah.

Ihwal pencopotan Susno sebenarnya telah disampaikan Kepala Polri Jenderal Pol 
Bambang Hendarso Danuri ketika berdiskusi dengan jajaran Redaksi Harian Kompas 
di kantor Palmerah Selatan, Jakarta Pusat pada Selasa siang. Akan tetapi, 
ketika itu Kapolri minta agar tidak dipublikasikan dulu sampai pengumumannya.

"Sepulang dari sini (kantor Kompas), kami langsung wanjak (menghadiri sidang 
Wanjakti). Setelah itu kami umumkan (pencopotan Susno)," katanya.


http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/11/24/21103447/susno.resmi.dicopot



[Forum-Pembaca-KOMPAS] 80.000 Orang Terancam Meninggal

2009-11-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/25/03145818/80.000.orang.terancam.meninggal


Jakarta, Kompas - Tuberkulosis masih terus menjadi ancaman. Sekitar 80.000 
orang terancam meninggal setiap tahun karena penyakit tersebut.

Kepala Seksi Standarisasi dan Kemitraan Subdit Tuberkulosis Direktorat Jenderal 
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Nadia 
mengatakan, Selasa (24/11), jumlah pengidap baru tuberkulosis dalam satu tahun, 
berdasarkan survei tahun 2004, sekitar 538.000 orang.

"Angkanya diperkirakan tidak jauh berbeda dari tahun ke tahun karena 
tuberkulosis (Tb) sangat mudah menular dan jumlah penduduk terus meningkat," 
ujarnya di sela-sela Workshop Nasional tentang Hak dan Kewajiban Pasien Tb.

Terlebih lagi dengan terus bertambahnya jumlah kasus HIV/AIDS. Dalam kondisi 
tubuh rentan, tuberkulosis menjadi ancaman utama bagi orang dengan HIV/AIDS. 
Sebagian besar dari mereka kemudian juga mengidap tuberkulosis.

Ketua Umum Perkumpulan Pasien dan Masyarakat Peduli Tuberkulosis Indonesia 
(PAMALI) Retnowati WD Tuti mengatakan, stigma merupakan kendala dalam advokasi 
pemberantasan tuberkulosis. Penderita tuberkulosis takut dan malu sehingga 
enggan berobat. Apalagi orang dengan HIV/AIDS yang kemudian menderita 
tuberkulosis. Beban penyakit dan stigma yang mereka tanggung lebih berat.

Tidak sebatas obat

Departemen Kesehatan telah menyediakan obat gratis di fasilitas pelayanan 
kesehatan yang menggunakan standar directly observed therapy (DOT), umumnya di 
puskesmas. Namun, pemberian obat gratis tidak lantas menyelesaikan masalah 
karena kerap terjadi kasus putus obat.

Putus obat umumnya dikarenakan penderita bosan dan lelah meminum obat tanpa 
terputus selama enam bulan. Apalagi, ada efek samping seperti rasa mual. 
Padahal, putus obat membuat penderita resisten dan harus menggunakan jenis obat 
lain dengan efek samping lebih berat. Pengobatannya juga berbeda, yakni dengan 
suntikan selama enam bulan dan meminum obat selama dua tahun.

Persoalan lain yang menyebabkan pasien enggan berobat, terutama mereka yang 
tidak mampu, menurut Nadia adalah adanya administrasi lain di pelayanan 
kesehatan. Di sejumlah daerah masih dipungut biaya retribusi dan pemeriksaan 
laboratorium. Untuk itu, Nadia berharap pemerintah daerah berperan dengan 
membebaskan biaya lain bagi para penderita tuberkulosis.

Pendiri Paguyuban Tuberkulosis Jember dr Hendro Soelistijono mengatakan, tidak 
ada korelasi antara obat gratis dan persoalan putus obat. Persoalan 
tuberkulosis sangat kompleks karena terkait dengan kondisi psikologis, sosial, 
dan ekonomi penderita. (INE)





[Forum-Pembaca-KOMPAS] Gelar Akademik — Neo Feodalisme

2009-11-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Kusmayanto Kadiman

http://sosbud.kompasiana.com/2009/10/16/gelar-akademik-%E2%80%93-neo-feodalisme/



Budayawan besar kita, Umar Kayam dalam tulisannya mengangkat serta mengupas isu 
muncul dan maraknya neo feodalisme di tanah air dalam sebuah seminar dan 
diskusi Seri Dialog Kebudayaan II yang diselenggarakan oleh LSAF di tahun 1997 
di Gedung YTKI, Jakarta. Lebih lanjut dikatakannya bahwa walau semangat 
egaliterisme dan sistem kekuasaan demokratis sudah disepakati sejak Proklamasi 
Kemerdekaan dan juga menjadi spirit UUD-1945 namun fenomena feodalisme masih 
juga tidak kunjung luntur dari keseharian masyarakat kita. Dalam tulisan 
tersebut ditepisnya tudingan bahwa feodalisme itu warisan dari penjajahan 
ratusan tahun. Sejak Indonesia masih berupa kerajaan-kerajaan, feodalisme sudah 
mengakar dalam kehidupan masyarakat kita. Feodalisme yang kita anut itu serupa 
dengan tatanan sosial masyarakat Eropah yang menggunakan istilah feudalism 
(bahasa Inggris) atau féodalisme (bahasa Perancis) yang sama-sama meminjam 
kata bahasa Latin, feodum. Feodalisme di Eropah menimbulkan penderitaan rakyat 
melalui penindasan, upeti dan kutipan seperti pajak yang memberatkan, dan hanya 
menguntungkan segelintir penguasa, kaum berstatus sosial ningrat atau berdarah 
biru dan elit politik. Kalr Marx dalam analisis politiknya sampai juga pada 
tesa bahwa feodalisme adalah bagian dari sistem ekonomi yang memancing 
terbitnya kapitalisme. Feodalisme ini yang kemudian menjadi pemicu utama dari 
perjuangan kelahiran kembali Eropah yang kemudian dalam sejarah dicatat sebagai 
renaissance.  Sekolah Sebagai Neo Feodalisme Kekarutan sistem pendidikan 
nasional telah menjadi perhatian, menuai kritik sampai dijadikan peluru politik 
dalam tatanan sosiopolitik ditanah air. Ketetapan Mahkamah Konsitusi (MK) pada 
17 Juli 2007 untuk memenangkan gugatan atas pemenuhan amanah UUD-45 yaitu 
alokasi 20% belanja negara untuk pendidikan masih jauh panggang dari api dalam 
upaya penuntasan masalah dan tantangan pendidikan. Diskusi yang digelar Kompas 
pada pertengahan tahun 2009 seputar sistem pendidikan nasional nyaris 
mengerucut pada kesimpulan bahwa telah terjadi pengerdilan dari makna 
pendidikan menuju sistem sekolah yang mengutamakan pembangunan keterampilan 
ketimbang pembentukan nilai-nilai luhur pendidikan seperti yang diperjuangkan 
tokoh pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu melalui pendirian perguruan 
Tamansiwa. Scholarship lebih dipandang sebagai tersedianya subsidi pendidikan 
atau beasiswa ketimbang upaya menjadi orang terdidik dengan nilai luhur penuh 
rasa ingin tahu dan santun, being a scholar. Kritik pada tatanan dunia 
pendidikan tidak hanya terjadi sekarang dan terjadi di tanah air saja, artikel 
Gramsci on Schooling and Education yang mengulas pemikiran Antonio Gramsci, 
1891 â€" 1937 dan Education in Dialogue oleh John Schostak, 2005 juga 
menyampaikan kritik pedas pada sistem pendidikan yang mengarah pada perangkap 
sistem sekolah. Singkat kata, dikumandangkan perjuangan — Kembalikan ke 
Pendidikan, jangan terperangkap pada Sekolah ! Fenomena yang kita alami ditanah 
air banyak keserupaannya dengan yang terjadi di mancanegara. Menjadi penguasa, 
masuk sebagai elit politik dan memiliki status sosial ningrat menjadi mitos 
sebagai jalan pintas mencapai tujuan semu. Hanya segelintir saja yang mampu 
mencapai dan masuk ke habitat elitis tersebut. Berdarah merah dan kaum 
kebanyakan adalah realitas. Namun segelintir masa pantang menyerah, mencari 
macam-macam cara dan percaya bahwa masuk ke sekolah dan lulus dengan gelar 
akademik dipandang setara dengan status sosial bergensi yang dicita-citakan. 
Banyak kita dengar, baca dan lihat gejala ini baik dalam dunia legal-formal 
sampai gurau kedai kopi dan warung jamu. Begitu banyak kasus memalukan dari 
tudingan dan pembuktian ijazah dan gelar asli tapi palsu (aspal) kita tengarai, 
baik dalam proses pemilihan pimpinan pemerintahan maupun wakil rakyat. Bukan 
hanya birokrat dan wakil rakyat saja yang berburu gelar. Penyakit ini menular 
pula pada pengusaha. Kekuatan uang dijadikan sebagai daya tawar memperoleh 
gelar akademik langsung memberli ijazah dan gelar atau melalui gelar kehormatan 
seperti honoris causa. Terhormatlah mereka yang dengan tulus membantu 
pertumbuhan dan penyempurnaan dunia pendidikan tanpa tergiur dengan iming-iming 
gelar akademik. Idem ditto dengan tokoh masyarakat, tetua sampai ninik mamak, 
tentara dan polisi, bahkan ada juga kasus segelintir tokoh agama membanggakan 
gelar akademik yang disandangnya, khilaf bahwa ketokohannya dalam penguasaan 
ilmu agama tidak kalah derajatnya dengan gelar akademik.

Nafsu menyandang gelar akademik ini bak madu yang yang menjadi atraksi bagi 
semut-semut yaitu bermuculannya sekolah-sekolah yang pengobral gelar. Menambah 
panjang penulisan nama dengan berbagai gelar akademik diawal maupun bagian 
akhir menjadi fenomena neo feodalisme. Sejatinya, nama adalah anugerah yang 
mengandung doa dari orang tua pada bua

Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] KOMPAK: Umur Pemerintahan SBY Tak Lebih dari Setahun

2009-11-24 Terurut Topik Lasma siregar
Setahun ada 365 hari, kalau 100 hari nanti tak nampak ada apa-apa yang bisa 
disebut
sebagai kemajuan (sukses), ya KOMPAK mungkin benar!
 
Harapan adalah milik terakhir yang terbaik yang bisa kita punyai kalau sudah 
tak bisa
punya apa-apa lagi.
Kalau hilang begitu saja, apakah masih ada arti Pemerintah yang tak bisa atau 
tak mau
berbuat apa-apa ini?
 
Salam
Las

--- On Tue, 24/11/09, Agus Hamonangan  wrote:


From: Agus Hamonangan 
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] KOMPAK: Umur Pemerintahan SBY Tak Lebih dari 
Setahun
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Received: Tuesday, 24 November, 2009, 2:50 AM


  




http://nasional. kompas.com/ read/xml/ 2009/11/23/ 22090831/ kompak.umur. 
pemerintahan. sby.tak.lebih. dari.setahun

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi 
(KOMPAK) Fadjroel Rahman memperkirakan umur pemerintahan Susilo Bambang 
Yudhoyono tidak lebih dari satu tahun. Dan semua program 100 hari pemerintahan 
SBY tidak akan terlaksana. "Setelah mendengarkan pernyataan Presiden mengenai 
kasus Bibit-Chandra dan Century, kami kecewa terhadap apa yang disampaikan 
SBY," ujarnya di kantor Imparsial, Senin (23/11) malam.

Kecewa karena SBY yang seharusnya diharapkan sebagai penerang masyarakat dengan 
mengembalikan legitimasi moral dan politik, melalui pengambilan keputusan dan 
mengembalikan Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto, tapi nyatanya tidak. 
"Jadi buat kami, situasi pergantian Presiden sangat serius, karena kami tidak 
mau dipimpin Presiden yang tidak ada komitmen hukum," katanya.

Fadjroel mengatakan, pihaknya berjanji akan menggelar demo secara terus menerus 
untuk menggulingkan pemerintahan SBY. Hal itu, kata dia merupakan bentuk 
kekecewaan terhadap Presiden, karena saat awal KOMPAK berpikir bahwa 
Pemerintahan SBY akan serius dalam memberantas mafia hukum, namun pidato 
Presiden tidak mencerminkan hal tersebut.

Ini terbukti dengan upaya pengungkapan kasus Bank Century dan dibentuknya 
satuan tugas. "Tapi ternyata melihat pidato malam ini, saya mengucapkan selamat 
tinggal SBY. Karena buat kami, SBY menjadi mafia hukum itu sendiri," ujarnya.

Fadjroel mengatakan saat ini menjadi agenda yang tepat menyelesaikan agenda 
refromasi 98. Fazrul percaya tokoh-tokoh orde baru seperti SBY yang dulu adalah 
seorang jenderal, Boediono dan pejabat lainnya semuanya memang terbukti tidak 
bisa melawan korupsi. "Buat kami selamat jalan SBY, selamat jalan orbais dan 
Suhartois. Kami dari aktivis 80-90an, anti Soehartois dan Orde Baruis akan 
melawan sebaik-baiknya dengan jalan baik dan tanpa kekerasan," katanya.









  
__
Win 1 of 4 Sony home entertainment packs thanks to Yahoo!7.
Enter now: http://au.docs.yahoo.com/homepageset/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Segitiga Inovasi

2009-11-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh ARY MOCHTAR PEDJU

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/24/03214075/segitiga.inovasi.



Dalam masyarakat berbasis pengetahuan, interaksi di antara segitiga 
universitas-industri-pemerintah adalah sumber inovasi dan pembangunan" 
(Etzkowitz-Dzisah, 2008).

Dalam diskusi Inovasi Nasional di Cikeas (12/9), Presiden Yudhoyono 
mengingatkan, Indonesia pernah terjebak debat Habibienomics vs Widjojonomics. 
Muncul dalam acara itu pembahasan tentang sinergi tiga pihak: universitas, 
industri, dan pemerintah. Sesudah itu, dalam Rembuk Nasional 2009, Presiden 
Yudhoyono mengatakan "diperlukan reformasi pendidikan nasional agar bisa 
mengembangkan kewirausahaan dan inovasi".

Watt dan Smith

James Watt telah mendemonstrasikan bagaimana inovasi teknologi sanggup mengubah 
peradaban Eropa. Revolusi industri lahir karena mesin uap ciptaannya. Adam 
Smith yang berteori tentang peran pemerintah dalam ekonomi menghasilkan buku 
yang menjadi salah satu kitab suci ekonom sejagat: (An Inquiry Into The Nature 
and Causes of) The Wealth of Nations (1776). Kedua produk raksasa itu lahir 
dalam atmosfer keilmuan Universitas Glasgow pada abad ke-18. Bila dikaji, benih 
konsep tiga unsur yang dikutip pada awal tulisan ini telah disemai di Glasgow, 
Skotlandia, Inggris Raya, 250 tahun silam.

Inovasi adalah proses penyempurnaan kreatif. Watt memperbaiki langkah demi 
langkah sebuah mesin uap ciptaan Newcomen yang gagal. Ada masalah temperatur 
yang hanya dapat diperbaiki dengan Hukum Newton. Ada persoalan perekayasaan 
pada komponen katup, silinder, piston, dan lain-lain. Universitas membantu 
secara khusus, mendatangkan alat-alat pabrik dari luar hingga akhirnya rekayasa 
sukses. Kemudian ia membangun bisnis mesin uap yang juga berhasil, lalu terjun 
ke dalam kancah revolusi industri yang diawalinya. Watt menjalani tahapan 
inovasi teknologi kreatif: riset, (re)desain konstruksi, dan pasar (Science: A 
History, 2003).

Adam Smith juga dikenal karena penguasaannya akan sains. Berbagai karya tulis 
awalnya justru tentang fisika, logika, metafisika, dan astronomi. Temali gaya 
gravitasi menjamin keseimbangan dan keteraturan peredaran benda alam.

Smith ingin sistem ekonomi beroperasi sebagai sistem yang utuh seperti sistem 
alam raya. Ia berteori bahwa pasar bebas adalah kekuatan invisible hand yang 
seharusnya bekerja agar tercipta masyarakat adil dan produktif. Tugas 
pemerintah hanya mewujudkan kebijakan dan sistem hukum yang adil yang mendukung 
berkembangnya industri.

Glasgow mendemonstrasikan bagaimana universitas bisa berjalan di depan dalam 
pengetahuan tentang industri dan kaitannya dengan kebijakan pemerintah.

Ketika Timur Tengah dalam dasawarsa 1980-an berlimpah petrodollar akibat 
embargo minyak tahun 1973, Amerika sangat berkepentingan. Timur Tengah yang 
kaya minyak ingin membangun pabrik lengkap dengan mesin dan alatnya, sistem 
pertahanan, kota-kota baru, perumahan, kampus, pusat perdagangan, pelabuhan, 
lapangan terbang, instalasi desalinasi. Mereka mengundang pebisnis dan 
pemerintah dari seluruh dunia, termasuk Indonesia, bersaing memperebutkan 
petrodollar. Sadar akan kepentingan negaranya, universitas Amerika mengambil 
prakarsa membantu industri dan pemerintahnya.

Contoh, pusat kajian Timur Tengah di sebuah universitas Amerika menawarkan 
program studi dan penelitian antardisiplin tingkat pascasarjana tentang 
teknologi, pembangunan, dan kebijakan publik mencakup perubahan sosio-ekonomi, 
perkembangan teknologi, perubahan politik, pengelolaan lingkungan, pengembangan 
institusi, bisnis internasional dan pola investasi di wilayah Timur Tengah.

Manajemen program melibatkan jurusan dan dosen dari jurusan ilmu politik, 
teknik sipil, teknik lingkungan, perencanaan kota, sejarah, humaniora, fakultas 
manajemen, dan arsitektur Islam. Program ini didukung berbagai pusat lain yang 
mengkaji hubungan sains, teknologi, dan masyarakat. Program ini jelas tak 
konvensional dan tak terkotak-kotak ("Kriteria 2000", Kompas, 22/6). Kita dapat 
menyaksikan bagaimana akhirnya Timur Tengah jadi laboratorium lapangan dengan 
benda-uji berskala satu banding satu oleh Amerika.

Portugal, Singapura, kita

Pendekatan segitiga inovasi itu maju terus. Portugal memilih universitas 
teknologi terbaik di dunia yang dianggapnya memiliki konsep segitiga inovasi 
yang mantap.

Pada 2008 menteri sains, teknologi, dan perguruan tinggi Portugal dengan 
menggandeng universitas/industri/pemerintah menciptakan kolaborasi dengan 
Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Amerika. Portugal membawa serta 14 
pusat riset dengan sasaran pengetahuan: sistem bioteknologi, sistem energi 
terbarukan, desain perekayasaan, manufaktur lanjut, serta tekanan khusus pada 
sistem transportasi sebagai "kunci pembangunan ekonomi dan dampak sosial". 
Singapura dengan misi yang lebih luas juga memilih MIT. Mereka menitikberatkan 
pada aspek kreativitas dan semangat kewirausahaan.

Debat Habibienomics vs Widjojonomics sudah selesai di Glasgow 250 tahun silam. 

Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] SBY= So Slow Ngambang You dont Know

2009-11-24 Terurut Topik Lasma siregar
100 harinya SBY = 1 harinya Obama, belum berbuat apa-apa dia sudah memenangkan
Hadiah Nobel dan Guantanamo dibubarkan
Yes, Obama can, we don't know about SBY!
 
Salam
Las

--- On Tue, 24/11/09, Habe Arifin  wrote:







Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memang sama seperti namanya So Slow 
Ngambang You Dont Know

habe

[Non-text portions of this message have been removed]






Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kemenangan Akal Sehat

2009-11-24 Terurut Topik Kukuh Kumara
Setuju Pak Godlip yg sehari-hari didepan mata harus diberantas, pertanyaannya 
mungkinkah yg sehari-hari bisa dikikis kalau "BONGGOL"nya dibiarkan saja?

Sebagian besar dari kita2 yg dijalanan pasti pernah berurusan dg mereka dan 
saya yakin sebagian besar pula urusannya sangat tdk menyenangkan, bertolak 
belakang dg semboyan "melindungi dan melayani"

Keadaan sdh demikian akutterjadi bertahun2, bahkan di jaman Alm. Pak 
Hoegeng, lalu ditengah minimnya teladan dari atasan mungkinkah kejadian 
"sehari-hari" di jalanan bisa habisrakyat yg jadi korban ini nggak punya 
waktu lagi untuk mengeluh.apa boleh buat, hidupnya yg sdh pas-pasan...nggak 
mau dipersulit lebih jauh lagi ya udah lempar kotak korek jalan 
teruspadahal gaji, baju dlsb dari yg dilempari korek itu sdh dibiayai dari 
pajak yg dibayar oleh para pelempar korek ini.

Ironisnya lagi si pelempar ini nggak pakai sepatu paling banter pakai sandal 
jepit.tetapi yg dilempari pakai sepatu kinclong semirnyayg dibeli pakai 
uang pajak pemakai sandal jepit.

Salam
Kukuh
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Godlip Pasaribu" 
Date: Tue, 24 Nov 2009 01:51:52 
To: 
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kemenangan Akal Sehat

Yang paling duluan harus diberantas adalah yang terjadi sehari-hari di depan 
mata seperti Polantas yang menangkap orang yang diduga melanggar lalu lintas 
tetapi melepasnya setelah diselipkan lembaran uang kertas, Polantas yang 
menerima lemparan korek api dari truk2 yang kewat, yang menangkapi mobil2 bak 
terbuka pengangkut sayuran, dll. 

Di Kejaksaan yang kasat mata adalah orang yang mau masuk ke gedung bundar harus 
menitipkan Kartu Identas dan lembaran uang. Selama praktek2 ini masih terjadi 
setiap hari dengan kasat mata, maka kepercayaan masyarakat terhadap Kejaksaan 
da Kepolisian akan sulit dipulihkan. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®




=
Pojok Milis Komunitas Forum Pembaca KOMPAS [FPK] :

1.Milis Komunitas FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS

2.Topik bahasan disarankan bersumber dari http://cetak.kompas.com/ , 
http://kompas.com/ dan http://kompasiana.com/

3.Moderator berhak memuat,menolak dan mengedit E-mail sebelum diteruskan ke 
anggota

4.Moderator E-mail: agus.hamonan...@gmail.com agushamonan...@yahoo.co.id

5.Untuk bergabung: forum-pembaca-kompas-subscr...@yahoogroups.com

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
forum-pembaca-kompas-dig...@yahoogroups.com 
forum-pembaca-kompas-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
forum-pembaca-kompas-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Antara Kasus Century dan Lapindo

2009-11-24 Terurut Topik firdaus cahyadi
Antara Kasus Century dan Lapindo

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan dugaan rekayasa dan
pelanggaran undang- undang atau peraturan terkait aliran dana kepada
Bank Century. Berdasarkan laporan BPK itu, anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) semakin kuat untuk menggunakan hak angket guna menyelidiki
skandal Bank Century.


Apresiasi tentu saja harus kita tujukan kepada BPK dan juga anggota
DPR yang gigih membongkar skandal yang merugikan rakyat termasuk kasus
Bank Century. Namun, sayangnya kegigihan yang sama tidak ditunjukan
anggota DPR dalam upaya membongkar kasus Lapindo. Padahal menurut
laporan pemeriksaan BPK mengungkapkan semburan lumpur di Sidoarjo
terkait dengan aktivitas pengeboran.

Tidak seperti hasil pemeriksaan BPK terkait kasus Bank Century, 
pemeriksaan BPK terkait kasus lumpur Lapindo justru ditanggapi dingin
oleh para wakil rakyat di DPR. Bahkan para politisi itu diam saja saat
Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur menghentikan kasus pidana Lapindo
secara sepihak dengan alasan tidak ada bukti.
Kenapa ada perbedaan sikap anggota DPR terhadap hasil pemeriksaan
BPK terkait kasus lumpur Lapindo dibandingkan kasus Bank Century?

Pertama, tidak seperti dalam kasus Bank Century, pihak-pihak yang
terkait dengan kasus lumpur di Sidoarjo kemungkinan memiliki posisi
tawar politik yang tinggi, baik di parlemen maupun di eksekutif. Hal
itu mengakibatkan para wakil rakyat itu menanggapi dengan dingin hasil
pemeriksaan BPK terkait dengan kasus Lapindo.

Bahkan anggota DPR juga tetap dingin ketika dokumen rahasia Medco
terkait kasus Lapindo tersebar di publik. Dan anggota DPR tetap diam
seribu bahasa ketika Polda Jawa Timur mengeluarkan Surat Perintah
Penghentian Penyidikan (SP3) kasus Lapindo.

Kedua, anggota DPR yang terhormat merasa tidak ikut berkepentingan
dengan tenggelamnya ribuan rumah dan sawah warga Porong akibat semburan
lumpur.Toh, itu bukan asset miliknya. Anggota DPR juga merasa tidak
berkepentingan dengan udara dan air tanah yang tercemar di Porong
akibat dari semburan lumpur itu. Toh, itu jauh dari rumahnya.

Tak dapat dipungkiri kasus Bank Century yang menyangkut kepentingan
masyarakat menengah ke atas, minimal secara ekonomi lebih di atas
korban lumpur, yang dekat dengan kelas sosial anggota DPR. Sementara
kasus lumpur Lapindo sebaliknya. Nasib sial kembali menimpa warga kelas
menengah ke bawah di negeri ini. Tidak ada satupun yang berani membela
kepentingannya bahkan para wakil rakyat pun enggan membelanya.
Lantas apa yang sebaiknya dilakukan oleh anggota DPR? Apakah
sebaiknya anggota DPR menghentikan saja angket soal skandal Bank
Century?

Tidak! DPR tetap harus menggunakan hak angketnya untuk membongkar
skandal Bank Century, namun DPR juga harus menggunakan pula hak
politiknya untuk membongkar kasus lumpur Lapindo. Mungkinkah DPR berani
membongkar kasus lumpur Lapindo? Entahlah….

Sumber:http://politik.kompasiana.com/2009/11/24/antara-kasus-century-dan-lapindo/



  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Rekonsiliasi Megawati - SBY (siapa bilang SBY tidak jelas?)

2009-11-24 Terurut Topik oki
masalahnya dia masih menganggap 60% rakyat mendukung wajah rupawan dan sikap 
lemah gemulainya. Dan dengan partai yang besar serta dana yang besar pula, apa 
yang bisa mencegah kalo pendukungnya membayar orang untuk demo mendukungnya ?

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Hukum Tanpa Detak Keadilan

2009-11-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Donny Gahral Adian

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/23/03204715/hukum.tanpa.detak.keadilan



Tidak ada yang lebih jahat ketimbang penegakan hukum tanpa keadilan. Hukum 
tanpa keadilan ibarat tubuh tak bernyawa. Pasal-pasal pada secarik kertas tidak 
bermakna apa-apa. Pasal-pasal mati.

Patut dicatat, keadilan lebih dari sekadar nyawa bagi dokumen hukum. Institusi 
penegak hukum pun sepatutnya bernyawakan keadilan. Semua proses yang terjadi 
pada institusi itu harus bernapaskan keadilan. Proses yang terjadi bukan 
sekadar memenuhi proseduralitas dan formalitas legal. Kita harus berani 
mengatakan ini. Formalitas dan proseduralitas legal sekadar sarana bagi 
keadilan. Apabila sarana itu dipakai untuk melukai rasa keadilan, tidak ada 
pilihan lain: keputusan politik harus dijatuhkan berdasar doktrin kedaruratan.

Luka keadilan

Di negeri ini keadilan dilukai berkali-kali. Kriminalisasi KPK baru pemanasan 
saja. Belum lagi kasus itu terselesaikan, pers mendapat perlakuan sama. Dua 
unsur pimpinan redaksi dipanggil berdasar laporan pencemaran nama baik oleh 
Anggodo. Sosok satu ini sepertinya berkeliaran di ruang hampa hukum, ikut 
mengendalikan hukum tanpa dia terjerat hukum.

Dari dua peristiwa itu, kita saksikan luka keadilan lain. Minah, seorang ibu 
tua, dikenai hukuman percobaan akibat mengambil tiga buah kakao untuk dijadikan 
bibit. Rasa keadilan kembali terkoyak. Sang hakim tahu, dia memutus berdasar 
hukum tertulis, bukan rasa keadilan. Dia menjadi hamba secarik kertas, bukan 
dewi keadilan yang mulia dan sublim.

Compang-camping praktik penegakan hukum berujung pada ketidakpercayaan publik. 
Ini fatal. Ketidakpercayaan publik terhadap penegakan hukum dipicu absennya 
keadilan sebagai prinsip dasar sebuah tertib sosial. Keadilan adalah prinsip 
hidup bersama dalam sebuah tertib sosial bernama negara. Keadilan adalah maksud 
suci kelahiran negara itu sendiri. Jika maksud suci itu dikhianati aparat 
negara, alasan keberadaan negara bisa jadi tak ada lagi. Maka, perilaku 
institusional yang melukai keadilan dapat berakibat hilangnya tertib sosial, 
bernama negara.

Mungkin hal itu terdengar radikal. Namun, imajinasi kita harus dapat menerobos 
rezim aktualitas guna menemukan alasan politik. Apalagi kita sudah diingatkan 
filsuf Perancis, Louis Althusser. Rezim boleh berganti, tetapi aparat ideologis 
dan represif negara bergeming. Reformasi boleh berjalan lama, tetapi 
pengkhianatan terhadap keadilan berulang kali dilakukan tanpa punitas. 
Institusi penegak hukum tetap sama. Itu adalah alat kekuasaan untuk mengamankan 
diri secara ideologis dan represif dengan memutarbalikkan rasa keadilan 
masyarakat.

Lalu apa?

Luka keadilan amat sulit disembuhkan. Politik pencitraan pasti tumpul saat 
berhadapan dengan rakyat yang terluka rasa keadilannya. Tim 8 sudah selesai 
bekerja. Rekomendasinya amat komprehensif dan untuk sementara meredam amuk 
politik rakyat. Namun, kita semua masih berharap, Presiden akan bertindak. Jika 
tidak (bertindak) dan pasif, dapat membuat kredibilitas Tim 8 rusak. Tim 8 akan 
dipersepsi rakyat sebagai bagian politik pencitraan.

Luka keadilan sudah cukup dalam. Kita ada di pengujung gerakan sosial yang 
masif. Rakyat bukan anak kecil yang terdiam setelah diberi baju baru. Hampir di 
semua media, rakyat yang anonim menjadi subyek lugas dan beridentitas. Rakyat 
bukan lagi ruang kosong dalam demokrasi. Dia muncul nyata di berbagai forum 
publik. Rakyat yang nyata memiliki kekuatan yang tidak kalah nyatanya.

Kita sudah menyaksikan bagaimana kriminalisasi tidak hanya menyentuh pejabat 
negara atau pimpinan media. Ketidakadilan sudah dirasakan rakyat jelata bernama 
Minah. Minah lebih mudah dijadikan ikon guna mengidentifikasikan diri. 
Kejelataan Minah mampu memompa solidaritas dalam skala besar yang (dapat saja) 
memiliki konsekuensi politik serius.

Dalam kondisi abnormal seperti ini bukan saatnya berdebat tentang hukum tata 
negara. Konstitusi adalah dokumen yang dihidupkan keadilan. Konstitusi adalah 
sarana, bukan keadilan itu sendiri. Kehendak politik yang menciptakan 
konstitusi harus diperhatikan. Apa kehendak politik itu? Kehendak politik 
adalah penciptaan sebuah tertib sosial berkeadilan. Kekuasaan terikat pada 
kehendak politik itu, bukan pasal-pasal mati konstitusi.

Saat keadilan terluka, kekuasaan dapat mengambil bentuk mistisnya. Kekuasaan 
eksekutif dapat melepas ikatan konstitusionalnya saat keadilan dalam bahaya. 
Presiden dapat melepaskan diri dari batas-batas konstitusional dan melakukan 
intervensi yang diperlukan atas yudikatif. Dengan demikian, Presiden melakukan 
dua hal sekaligus. Pertama, mengembalikan kepercayaan rakyat. Kedua, meletakkan 
batu pertama reformasi institusi penegak hukum. Intervensi yudikatif adalah 
langkah konkret pertama dalam upaya pemberantasan mafia peradilan.

Presiden Soekarno keras menerabas prinsip trias politika saat membubarkan 
konstituante. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 memang menjadi perdebatan hukum tata 
negara ta

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tangan Tuhan atau Tangan Setan?

2009-11-24 Terurut Topik liman PAP
Salam,

Membaca tulisan Katedra Rajawen di bawah ini, hampir mirip dengan tulisan 
Sindhunata kemaren di Kompas, lebih banyak menyorot sisi manusiawi dari sebuah 
masalah. Akhirnya bukan adil atau tidak adilnya sebuah kasus, tetapi kebenaran 
dan fakta yang lebih penting.

Wartawan senior BaS menulis 'Piala Dunia', dari sisi teknis mengapa 
pertandingan di sini tidak kelar-kelar. Padahal pertandingan mau kelar sich 
gampang. Tergantung ketegasan kepemimpinan suatu organisasi, dalam hal 
sepakbola berarti FIFA.

Tidak ada pertandingan batal atau ulang. Kecuali listrik stadion padam, hujan 
banjir di lapangan. Bagaimana jika penonton rusuh dan menyerbu ke lapangan? 
Yang pasti pendukung klub yang menyerbu di beri sanksi duluan. Jika klub dan 
pengamanan kurang, maka di beri WO / skor 5-0 untuk lawan. Apapun masalah dan 
penyebab penonton menyerbu tidak penting.

Moral dan adab diutamakan. Australia yang kalah oleh penalti kontroversial 
Italia di Piala Dunia 2006, Inggris oleh tangan Maradona, Chelsea oleh Barca 
2008, Irlandia oleh tangan Henry, menuntut pertandingan ulang. Begitu ada 
putusan dari FIFA, dan tidak ada penganuliran hasil, maka semua tunduk. 
Bandingkan dengan Aljazaer vs Mesir. Siapa menang juga rusuh, walau tanpa 
kontroversi. Mana yang mau kita contoh? 

Mungkin maksud bung Arya G bukan tangan Tuhan yang membantu, tetapi ada tangan 
jahil yang ingin memperkeruh suasana. Mudah-mudahan Sabtu ini di kolom BaS 
menulis akhirnya pertandingan kelar. Tidak akan ada negara yang mau berperang 
lagi hanya disebabkan hasil suatu pertandingan, seperti zaman dulu di Amerika 
Selatan. Sudikah kita menerima apapun hasilnya dengan dada lapang dan tangan 
terbuka (bukan tangan setan)?

Atau memang kita tidak pernah puas? Bad news is good news?

Coba renungkan tulisan di bawah ini yang dikutip dari blog Kompasiana :

Hand Of God II= Atau Tangan Setan?
Katedra Rajawen |  24 November 2009  |  08:20

Karena adanya kecurangan dan ketidakjujuran Maradonna dan Thierry Henry,  lalu 
mengapa tangan Tuhan yang disalahkan???

Tragedi atau sebuah drama sepakbola terjadi saat babak play off Irlandia versus 
Prancis pada Rabu (18/11) di Stade de France, Paris. Disebut sebagai Hand of 
God II, menyebabkan seluruh rakyat Irlandia menangis karena gagal ke Piala 
Dunia di Afrika Selatan 2010. Pelakunya kali ini adalah Thierry Henry yang 
mengontrol bola dengan tangannya _ yang tidak terlihat oleh wasit _sebelum 
memberikan umpan ke rekannya, William Gallas untuk mencetak gol kemenangan pada 
menit ke 104, dengan kedudukan 2-1 untuk Prancis.

Memang kejam peristiwa ini bagi tim Irlandia yang berduka karena mereka 
dikalahkan oleh tangan dalam permainan yang seharusnya menggunakan kaki. Bagi 
rakyat Prancis, tidak peduli itu melalui tangan atau kaki, yang penting tim 
mereka sudah bisa menuju ke Afrika Selatan tahun depan. Setelah pertandingan 
dengan jujur _ kejujuran yang terlambat _Henry mengatakan itu adalah handball. 
Masalahnya adalah, apakah Henry melakukan itu dengan kesengajaan dengan harapan 
wasit tidak melihat kejadiannya , dengan kata lain untuk menipu wasit atau 
hanya sekedar gerakan reflek? Sayang ia tidak mengungkapkan, hanya saya merasa 
itu ada kesengajaan, tapi memang seperti yang ia katakan itu adalah urusan 
wasit untuk memutuskan.

Dalam sebuah kejadian yang begitu jelas terlihat oleh sebagian besar penonton 
dan semua yang menonton melalui televisi, justru kenapa wasit Martin asal 
Swedia Hansson yang begitu dekat dengan permainan tidak melihatnya? Tak heran 
ia menuai begitu banyak kecaman, bahkan dari negerinya sendiri. Banyak pihak 
menghendaki tanding ulang sebagai pilihan yang adil, tapi pelatih Irlandia 
sendiri, Giovani Trapattoni yang asal Italia menganggap itu adalah hal yang 
mustahil karena itu sudah merupakan keputusan wasit. Sedangkan wasit Hansson 
sendiri berharap untuk segera melupakan kejadian itu karena hidup harus terus 
berlanjut, karena kalau didebatkan pasti tiada akhirnya. Hanya perlu sebuah 
kebesaran jiwa untuk menerimanya.

Saya hanya bisa mencatat beberapa pembelajaran dari peristiwa ini.
Menurut saya kejujuran Henry sudah terlambat, karena dilakukan setelah 
kejadian. Kalau ia memang mau jujur, mengapa tidak pas kejadian itu,_ kalau 
memang ia memegang bola itu secara reflek_ia bisa langsung memberitahukan 
kepada wasit bahwa ia telah handball. Seperti pernah kejadian yang dilakukan 
pemain Ingris, Chris Wadlle, yang mencetak gol dengan tangan _tidak sengaja _ 
lalu ia memberitahukan pada wasit bahwa ia telah handball, sehingga wasit 
menganulir golnya.

Jadi sebuah kejujuran yang tidak pada waktunya, tak akan banyak memberikan 
manfaat. Jujurlah pada waktunya itu yang tepat.

Selanjutnya adalah wasit Hansson, dia mengakui memang tidak melihat kejadian 
itu, banyak yang bingung, tapi saya percaya memang ia tidak melihat, karena 
kejadiannya begitu cepat dan posisinya pada tempat yang tidak tepat. Tapi kita 
bisa melihat jelas karena itu direkam kamera. 

Itulah yang dikataka

Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: PLTN Tetap Dibangun (Status terakhir)...untuk pak KK

2009-11-24 Terurut Topik Mohamad Ilmi Hussein
Mas Andry...

Semua Instansi karyanya NOL BESAR dimata anda hebat sekali.  Are you
inspector for that or you're just a dreamer for unknown.

M.I. Hussein
Maju Terus PLTN

2009/11/23 andryansyah 

>
>
> Pak Iwan ini Doktor di bidang nuklir dan sangat realistis melihat masalah
> PLTN, tentu demi kemandirian dan kejayaan bangsanya (ini logika saya).
>
> Batan setahu saya tidak di bawah BPPT. Karya BPPT dalam mendukung PLTN,
> saya juga tidak tahu, sehingga akan sangat bagus kalau mantan menristek
> kita, pak KK, mau bersuara
>
> Saya sampai saat ini, berdasar beberapa kali mengikuti seminar yang
> pesertanya ada BPPT dan LIPI, juga bingung, apa sebenarnya tugas BPPT
> itu
>
> Intinya, penelitian dan pegembangan di Indonesia, yang saya tahu khusunya
> yang berkaitan dengan logam, sangat tidak terencana dan asal jalan saja.
> Jadi akan sangat aneh ketika dihadapkan pada realitas, katanya dana minim,
> nyatanya perencanaan penggunaan dana untuk penelitian supaya hasilnya
> mengerucut TIDAK PERNAH SAYA LIHAT!!!
>
> Jadi memang saya tidak setuju ada PLTN di negeri ini dalam waktu dekat,
> setidaknya dalam 20 tahun ini, takut kalau negeri ini semakin tidak mandiri
> dan hancur lebur dipermainkan negara besar. Sementara perencanaan untuk
> mandiri, bisa dilihat kenyataannya, NOL BESAR
>
> Bagus juga kalau ada yang bisa mengundang Menristek yang baru untuk gabung
> di forum ini, kita bisa berikan kritikan pedas kalau tidak jelas arah
> kerjanya, dan kalau sudah baik jangan dipuja-puja takut kepalanya besar dan
> lupa daratan.
>
> andry


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Polisi Oh Polisi

2009-11-24 Terurut Topik manneke budiman
Hehehe, aturannya KPK itu jelas Mase: kalo pejabat KPK status tersangkanya 
sudah tetap dan kasusnya sudah bergulir ke pengadilan, maka dia harus 
diberhentikan sebagai pimpinan KPK, tanpa tunggu hasil proses pengadilan 
seperti apa.
 
Dan bukankah memang ini targetnya para bajul ingusan itu? yang penting Chandra 
dan Bibit tersingkir dari KPK. Soaal nanti terbukti tidak bersalah, yang jelas 
sudah akan diganti dulu dengan orang lain lewat perpu presiden. Gamblang amat 
kok skenarionya.
 
Sayang banget untuk situasi kritis dan luar biasa seperti ini, Anda masih saja 
mau terus memandang persoalan seolah-olah ini adalah urusan rutin 
pengadilan seperti biasanya. Makanya gagal nangkep di mana letak 
ketidakberesannya.
 
Tapi saya kasih satu petunjuk ya, dan ini sekaligus menjawab pertanyaan Anda, 
apa ada tersangka korupsi yang masuk pengadilan dengan berangkat dari rumahnya:
 
Anggoro: Jangankan masuk pengadilan, sudah dicekal oleh KPK aja masih bisa 
kongkow-kongkow ama Boss-nya unit anti-kriminal tertinggi di kepolisian.
 
Anggodo: Jangankan masuk pengadilan, sudah ngaku memfitnah RI-1, terindikasi 
suap, terlibat rencana pembunuhan, dan terbukti kasih sogokan Mercy ke oknum 
jaksa, lha masih bebas berkeliaran di luar tuh?
 
Kalo masih kurang puas, saya bisa tambah nih nama-namanya: Ary Muladi, 
Yulianto, Ong Yuliana, Eddy Soemarsono. mereka sih tiap hari berangkat dari 
rumah masing-masing, tapi tujuannya bukan ke pengadilan, meski keterlibatan 
mereka dalam konspirasi sudah gamblang. Diproses? Kaga tuh. Ditangkep? Apalagi! 
Diadili? Ngimpi kali hehehe.
 
Jadi bukti apa lagi yang Anda cari tentang bobroknya aparat hukum dan sistem 
pengadilan kita?
 
manneke

 Mon, 11/23/09, Suhaimi  wrote:


From: Suhaimi 
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Polisi Oh Polisi
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Received: Monday, November 23, 2009, 7:21 PM


 



Bung Andryansyah & Pak'e Manneke,

1. Hukum yang berlaku dinegeri ini memberikan peluang bagi setiap warga 
negaranya yang merasa dirugikan ato mendapat perlakuan tidak adil dari negara 
ini dapat mengajukan tuntutan ganti rugi kepada negara ini koq.
2. Coba tunjukkan pada saya contoh kasus tersangka/terdakwa tindak pidana 
(selain Bu Minah lah yau...) yang terutama sangkaan tindak pidananya adalah 
pidana korupsi yang berangkat ke ruang sidang pengadilan dari rumah ?

Salam hangat,
Suhaimi


Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Penumpang di Atap KA Akan Didenda Rp 15 Juta->peraturan BEGO

2009-11-24 Terurut Topik lanogan ginting
woii..orang tolol, kalau ga bisa mikir ga usah bikin peraturan! dasar otakmu 
sejengkal dibawah puser! keliatan sekali tololmu bikin peraturan. mau cari 
tambahan ya...dasar otak kumpeni! bajingan! seolah olah kau peduli nasib rakyat 
menjaga keselamatannya, padahal isi kepalamu cuma mau cari tambahan! dasar 
manusia setan!!!
Kalau kau memang peduli sama nasib rakyat, tambahi armada keretamu tolol! 
Memangnya matamu tidak bisa lihat, orang naik ke atap kereta karena didalam 
sudah PENUH TOLOL!!! Dasar manusia jadi2an! Bajingan!
   Apa nanti kau buat peraturan : kalau gerbong masih muat, naik di atap kereta 
denda 15 juta!? Kalau gerbong tidak maut lagi silahkan naik ke atas atap. 
Peraturan macam apa ini!
Kalau kau memang jenis manusia yg bertanggung jawab jgn cuma bikin peraturan 
denda, buat juga peraturan : pemerintah wajib mengantarkan setiap penumpang, 
kalau pemerintah tidak sanggup mengantarkan penumpang sesuai peraturan maka 
rakayt bole menerima kompeensasi 10jt/penumpang!
    Asal kamu tau saja manusia tolol, kalau cuma sekali2 saja penuh sesak 
(lebaran misalnya) rakyat bisa maklum, ini setiap hari, pagi2 dan sore selalu 
penuh sesak. SETIAP HARI TOLOL!! Dasar manusia bego. Mending Belanda yg ngurus 
negara ini daripada manusia setengah seperti kau!
    Emosi jiwa juga melihat manusia tolol begini di suruh ngurus rakyat!

--- On Mon, 11/23/09, Godlip Pasaribu  wrote:

From: Godlip Pasaribu 
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Penumpang di Atap KA Akan Didenda Rp 15 
Juta->peraturan BEGO
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Monday, November 23, 2009, 9:02 AM

Kalau bikin peraturan yang masuk akallah, yang implementable gitu loh istilah 
kerennya. Peraturan di atas jelas tidak implementable. Kalau dia punya uang 
sebegitu besar tidak mungkin dia mau naik KA ekonomi di atas gerbong. Ada ada 
saja!
Powered by Telkomsel BlackBerry®


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Suarakan Aksimu!

2009-11-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Dear all,

   Kemarin sempat terjadi pemblokiran akses ke  situs blogspot oleh salah satu 
ISP atas perintah Pemerintah (Depkominfo). Kalau ini terus terjadi, maka bukan 
tidak mungkin suatu saat akses ke YahooGroups pun akan diblokir, sebagai 
ungkapan rasa kepedulian dengan milis, mari suarakan aksimu. Semoga ada sesama 
penghuni milis yang peduli dengan nasib milis. Saya coba teruskan ke Menkominfo 
(twitter/email)


Salam 

AH




[Forum-Pembaca-KOMPAS] PD mendukung hak angket century ? WHY ?

2009-11-24 Terurut Topik P Giri Hatmoko
Tadi malam ada info melalui running text seuah TV Stations, Salah seorang 
fungsionaris PD  menyatakan PD 100% mendukung hak angket century. Mingkinkah ? 
Hendaknya masyarakat jangan senang dulu.
Saya menilai justru keikutsertaan PD dalam pengusung hak angket ini perlu 
diwaspadai. Ingat, hak angket masalah kenaikan BBM, konco2 PD ikut 
"seolah-olah" mendukung hak angkat BBM, padahal targetnya justru mengebiri hak 
angket tersebut. Dengan cara penjadikan salah satu kader PAN (yang sekarang 
jadi menteri) menjadi ketua panitia angket, habis sudah kelanjutan hak angket 
BBM.
Lha sekarang, dengan mendukung hak angket, maka kader PD berhak menjadi ketua 
panitia angket. Terus, apa yang akan terjadi kalau demikian. 
Sepertinya cerita hak angket BBM akan terulang kembali .. ooaaalllaah 
..

Salam 



  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Polisi Oh Polisi

2009-11-24 Terurut Topik Suhaimi
Finally Yang memiliki kewenangan untuk menentukan alat bukti tsb kuat ato lemah 
adalah majelis hakim pengadilan Pak'e...bukan seorang presiden republik impian, 
apalage hanya sekedar seorang mantan kepala bin republik impian ! para pihak 
yang sedang berperkara, masing-masing boleh-boleh saja berteriak-teriak 
mengatakan bahwa dirinyalah yang paling bener.

Kini SBY sudah mengambil sikap dan memutuskan bahwa kasus Bibit-Chandra 
dihentikan.

Salam hangat,
Suhaimi

  - Original Message -
  From: manneke budiman
  To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
  Sent: Monday, November 23, 2009 4:28 PM
  Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Polisi Oh Polisi



  Wacana "alat bukti kuat" ini selama ini selalu digembor-gemborkan oleh polisi 
dan jaksa, serta para pendukungnya. Namun, selama ini pula, yang dikasih nama 
keren "alat bukti kuat" itu dengan mudah digugurkan satu persatu, dan terbukti 
cuma isapan jempol doang.

  Mau contoh, Mase Suhaimi?

  1) Bukti kuat 1: kesaksian Ary Muladi --> ternyata BAP itu sudah dicabut.
  2) Bukti kuat 2: kendaraan KPK di Bellagio --> ternyata tak bisa dijadikan 
bukti pemerasan
  3) Bukti kuat 3: Bibit terima uang suap --> ternyata saat itu ybs ada di Peru
  4) Bukti kuat 4: Chandra teriam suap di mobil --> ternyata tak dapat 
dikonfirmasikan itu Chandra atau bukan
  5) Bukti kuat 5: ada hubungan antara Chandra dan keluarga Nurcholosh Madjid 
dan MS Kaban --> ternyata mereka tak saling kenal
  6) Bukti kuat 6: Yulianto serahkan uang suap kepada Chandra dan Bibit --> 
ternyata sampai detik ini orang yang namanya Yulianto tak kunjung ditemukan

  Nh, bukti kuat bahwa Anggodo memfitnah SBY dan merencanakan menghabisi 
Chandra, yang sudah snagat kuat terbukti leat rekaman dan diakui sendiri oleh 
Anggodo, malah tak digubris untuk dijadikan bahan tuntutan terhadap Anggodo.

  Jadi, "alat bukti kuat" apa lagi yang Anda maksud, Mase Suhaimi? Ada bukti 
rahasiakah? Kami udah bolak-balik kecewa nih. Selalu dibilang ada bukti kuat, 
nyatanya cuma dagelan doang. Halah.

  manneke


Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: PLTN Tetap Dibangun (Status terakhir)

2009-11-24 Terurut Topik Mohamad Ilmi Hussein
Terima kasih atas undangannya, insya alloh saya pasti akan datang.

Alat itu apapun bentuknya pasti akan menua, maka dalam istilah akuntansi ada
depresiasi untuk menggantikan alat yang sudah uzur. Saya sudah ke batan
bandung dan yogya lho, itu kan lam sekali tapi masih
bagus dan beroperasi dengan prima. Berarti istilah pak Andry hanya berlaku
untuk lingkungan  Pak Andry sendiri, jangan-jangan sengaja di obsolote kan
biar diganti oleh pemerintah.

Masalah salah memilih itu kan wajar, analog dengan istri kitalah, saat itu
mungkin istri kita lah yang terbaik, tercantik dan ter... ter  Tapi saat
ini ..setelah tengok kiri dan kanan ...hmm hhmm, bisa selingkuh lho.

M.I. Hussein
Maju Terus PLTN

2009/11/23 andryansyah 

>
>
> Pak Hussein,
>
> Kita ini bukan tidak bisa merawat saja, bahkan untuk memilih barang yang
> akan dibeli juga tidak bisa alias ngawur atau nekad. Mungkin karena bukan
> uangnya pribadi dan ada persennya atau setidaknya pikniknya. Tapi untuk
> keperluan pribadipun, saya melihat orang-orang yang beli barang kantor itu
> juga tidak bisa milihnya, ha..ha...ha...pertanda mau kiamat kali :((
>
> Mau lihat buktinya, mainlah di lingkungan Puspiptek, dan banyak ngobrol
> dengan orang dalam. Banyak instalasi yang sebelum tahun 1993 saat saya masuk
> Puspiptek harganya milyaran rupiah, hingga saat ini hanya jadi monumen (besi
> tua) yang tidak menghasilkan apapun selama hidupnya.
>
> Apa pingin juga lihat PLTN di Indonesia jadi besi tua yang teronggok di
> tepian pantai yang sepi dan penuh belukar? Atau bisa juga minta bantuan pak
> KK untuk main ke reaktor riset yang ada di negeri ini, supaya terbuka
> melihat kenyataan yang ada.
>
> Kalau jadi main dan saya bisa, akan saya bantu menemani. Ini kontak saya,
> 021-99787267.
>
>
> andry


Bls: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Pengamat: Pernyataan Presiden Politis

2009-11-24 Terurut Topik P Giri Hatmoko
Hampir semua kalimat yang disampaikan sby tadi malam, adalah "kalimat 
bersayap". Bisa multi tafsir, tergantung siapa yang menafsirkan. Lagian, siapa 
yang bisa menjanim bahwa kasus bibit dan candra akan dihentikan, sby hanya 
meminta kepada kapolri dan kejaksaan untuk tidak membawa kasus ini ke 
pengadilan. Lha, kalau kapolri dan jaksa agung membangkang bagaimana ? Piye pak 
beye ...

--- Pada Sen, 23/11/09, Agus Hamonangan  menulis:

Dari: Agus Hamonangan 
Judul: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Pengamat: Pernyataan Presiden Politis
Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Tanggal: Senin, 23 November, 2009, 11:08 PM







 



  



  
  
  SURABAYA, KOMPAS.com — Pengamat hukum dari Universitas Airlangga (Unair) 
Surabaya, Hadi Subhan SH, MHum, menilai pernyataan Presiden tentang kasus 
Bibit-Chandra dan Bank Century ada kemajuan, tetapi secara legalitas hukum 
belum cukup.



"Pernyataan tentang kasus Bibit-Chandra yang tidak akan dibawa ke pengadilan 
itu merupakan kemajuan, tetapi pernyataan itu masih politis dan bukan norma 
hukum, karena masih tergantung Kapolri dan Jaksa Agung," katanya di Surabaya, 
Senin (23/11) malam.



Ia mengemukakan hal itu menanggapi sikap Presiden tentang kasus Bibit-Chandra 
yang tidak akan dibawa ke pengadilan dan kasus Bank Century yang masih 
berkaitan dengan krisis keuangan. Dalam pernyataan itu, Presiden mendukung hak 
angket Bank Century di DPR RI dan memerintahkan Kapolri dan Jaksa Agung untuk 
mempercepat proses hukum bagi pengelola Bank Century.



Menurut Sekretaris Rektorat Unair itu, pernyataan Presiden itu masih harus 
menunggu langkah Kapolri dan Jaksa Agung serta DPR RI dalam beberapa hari 
mendatang.



"Jadi, semuanya masih tergantung pada tindak lanjut dari Kapolri dan Kejagung, 
dan DPR RI. Kalau tindak lanjut itu tidak ada, maka sikap Presiden itu hanya 
politis," katanya.



Oleh karena itu, katanya, tindakan Kapolri dan Jaksa Agung serta dukungan 
terhadap bergulirnya hak angket Bank Century di DPR RI akan menjadi pertaruhan 
yang menentukan bagi Presiden.



"Kalau semuanya tidak menggembirakan, maka kekecewaan masyarakat akan semakin 
memuncak, apalagi BPK juga sudah melaporkan hasil auditnya," katanya.



http://nasional. kompas.com/ read/xml/ 2009/11/23/ 2206426/pengamat 
.pernyataan. presiden. politis






 





 



  






  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Waduh..., di Pamekasan Pak JK Masih Wapres!

2009-11-24 Terurut Topik imam . ws
Nah kalo Pak JK saya ingin lihat beliau cepet2 ada di palace. Sikapnya cepat, 
tegas, lugas, ga mencla-mencle, ga pernah retorika omong kosong.

Regards,
Imam

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: berth...@yahoo.com
Date: Tue, 24 Nov 2009 00:15:36 
To: 
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Waduh..., di Pamekasan Pak JK Masih Wapres!

Ya memang sebaiknya gambarnya gak usah diganti.  Siapa tahu Pak JK mau kembali 
lagi ke dunia politik.

Dan sebentar lagi Pak Boediono akan dilengserkan krn kasus Bank Century, drpd 
buang duit utk ganti2 terus, biarkan saja tetap JK wakilnya.



Powered by Telkomsel BlackBerry®




=
Pojok Milis Komunitas Forum Pembaca KOMPAS [FPK] :

1.Milis Komunitas FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS

2.Topik bahasan disarankan bersumber dari http://cetak.kompas.com/ , 
http://kompas.com/ dan http://kompasiana.com/

3.Moderator berhak memuat,menolak dan mengedit E-mail sebelum diteruskan ke 
anggota

4.Moderator E-mail: agus.hamonan...@gmail.com agushamonan...@yahoo.co.id

5.Untuk bergabung: forum-pembaca-kompas-subscr...@yahoogroups.com

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
forum-pembaca-kompas-dig...@yahoogroups.com 
forum-pembaca-kompas-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
forum-pembaca-kompas-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[Forum-Pembaca-KOMPAS] LAUNCHING - Majalah Bhinneka di Salihara

2009-11-24 Terurut Topik Soe Tjen Marching


    LAUNCHING MAJALAH BHINNEKA di SALIHARA


Pembicara : Dede Oetomo & Soe Tjen Marching
 
Tempat : Komunitas Salihara -  Jl.Salihara No.16 
    Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520
 
Waktu : KAMIS 15 Desember, jam 19.00 – 21.00
 
MAJALAH BHINNEKA: Majalah kritis tentang politik, sosial & agama. 


 


  

[Non-text portions of this message have been removed]