Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Komik wayang

2009-05-10 Terurut Topik radityo djadjoeri
Pak BK yang budiman

Ya, saya setuju.

Numpang tanya ke Mas Dimas, yang Anda tuliskan nama Teguh Samodra itu benar 
seorang komikus?

Setahuku, yang ada komikus bernama Teguh Santosa (sudah almarhum, mukim di 
Yogya). Beliau dulu yang bikin komik Mahabarata. Dan kabarnya akan diluncur 
ulang.


Salam,

Radityo




blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com    

--- On Sun, 5/3/09, B K Partohardono  wrote:

From: B K Partohardono 
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Komik wayang
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Sunday, May 3, 2009, 11:23 AM

















  Secara Hukum Bisnis, tidak bisa disalahkan bahwa Penerbit hanya minat

menerbitkan yang memiliki Nilai Komersial Tinggi.



Namun kiranya Penerbit berkenan sedikit menyisihkan sedikit Profitnya

untuk membawa Misi Sosial, menerbitkan (baru atau ulang) Komik bermutu

yang memiliki/mengandung Pesan-pesan Luhur Pendidikan Budi Pekerti untuk

Bangsa ini.



Kita semua menyaksikan, betapa memprihatinkannya *BUDI PEKERTI* anggota

masyarakat Indonesia saat ini, sementara Pendidikan Formal (di Sekolah),

tidak ada lagi Mata *Pelajaran Budi Pekerti (PBP)* seperti saat kita SR

(Sekolah Rakyat) dulu.



*PMP* ternyata tidak dapat menggantikan dan berperan sebagai

"supplement" *PBP*. Karena memang seharusnya, menurut saya, PBP-lah yang

harus jadi "supplement" PMP.



[B K Partohardono]


Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Megabuwono atau Megabowo?

2009-04-12 Terurut Topik radityo djadjoeri
Saya duga SBY tak mau lagi bersanding sama JK. Disamping JK pernah 
memproklamirkan diri ingin jadi RI-1, juga kini adalah periode terakhir SBY 
menjadi Presiden selama dua periode. Ada kemungkinan dia akan memilih wakil 
dari dalam PD sendiri. Kalau tokoh internal tersebut tak dimunculkan sekarang, 
PD bisa lemah. SBY adalah sosok utama PD. Tanpa SBY, saat ini PD tak ada 
artinya.

Mengingat sebagian bangsa ini masih cintrong figur militer, pasangan Megabowo 
rasanya akan meraih banyak dukungan masyarakat.





blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com    

--- On Sun, 4/12/09, Juswan  wrote:

From: Juswan 
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Megabuwono atau Megabowo?
To: "FPK Kompas" 
Date: Sunday, April 12, 2009, 10:28 AM

















  Saya swing voter tulen.  Kalau Mega-Bowo maka saya pilih Mega jadi RI-1.

Apalagi kalau sampai terjadi koalisi SBY-HNW.  Kalau SBY-JK tetap mau

konsisten, maka lanjuuutt... saya pilih SBY.  Koalisi PD-PG-PKS-PAN  gak

masalah



Gitu aja gak repot amat kok.



Mang Iyus



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Megabuwono atau Megabowo?

2009-04-11 Terurut Topik radityo djadjoeri
Baca postingan Oom Mula, ada satu poin yang kurang. Megawati akan bersaing 
ketat dengan SBY kalau ia berpasangan dengan Sri Sultan Hamengkubuwono. 
Pasangan itu kita sebut saja Megabuwono. Andai SBY duluan menggandeng Sultan, 
Megawati bisa menggandeng Prabowo. Kita sebut saja pasangan itu Megabowo.

salam,

radityo


--- On Sat, 4/11/09, rahmad ijhut  wrote:

From: rahmad ijhut 
Subject: Bls: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Berandai-andai dengan Hasil Quick Count
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Saturday, April 11, 2009, 3:13 PM





















Madu bagi demokrat, racun untuk Golkar Diposting oleh abang on Saturday, April 
11, 2009



Dan akhirnya Indonesia memilih! Pemilihan umum legislative baru saja usai, 
televisi sibuk mengumumkan hasil survey cepat Quic Count yang menempatkan 
Demokrat sebagai pemenang pemilu. Komisi pemilihan umum sebagai pemegang 
otoritas sah juga mulai melansir data hasil pemilu yang sepertinya tak jauh 
berbeda dengan hasil penghitungan cepat lembaga-lembaga survey.

Fenomenal mungkin itulah kalimat yang dapat mewakili hasil perolehan suara yang 
dimiliki demokrat dalam pemilu legislative baru-baru ini. Walau sudah 
diperediksikan sejak tiga bulan terakhir bahwa demokrat akan meraih kemenangan 
dalam pemilu legislative, tapi capaian yang dilakukan oleh demokrat adalah 
sebuah hal yang masih sulit dipercaya, apalagi mengalahkan dua partai besar 
yang memiliki pengalaman tandang dan pengetahuan geopolitik seperti Golkar dan 
PDIP.

Madu bagi demokrat Racun Bagi Golkar

Tahun 2004 mungkin merupakan masa-masa indah sekaligus romantis bagi Susilo 
Bambang- Yudhoyono dan Yusuf Kalla. Ketika itu Susilo Bambang Yudhoyono yang 
didepak dari pemerintahan era megawati nekat mengajukan diri sebagai calon 
presiden dan meminang Jusuf Kalla yang baru saja hengkang dari bursa Calon 
Presiden Versi Konfensi Golkar yang memutuskan wiranto sebagai calon presiden.

Dengan mengunakan kenderaan partai demokrat SBY-JK, mengalang dukungan dari 
berbagai koalisi dalam pemilu dan akhirnya membuat peta politik tanah air 
berubah. Kemenangan SBY-JK pada pemilu yang lalu telah melahirkan sebuah tesis 
politik baru, mengugat kemapanan mesin partai yang selama ini menjadi indikasi 
kemenangan tokoh yang diusung oleh partai pemenang pemilu.

Bukan hanya mengubah arah potik, dengan kecerdikannya Jusuf Kalla juga mampu 
mengubah angin politik partai Golkar yang sebelumnya menjadi oposisi pemerintah 
akhirnya kembali menjadi partai pemerintah. Tipologi Golkar yang terbiasa 
menjadi partai pemerintah akhirnya dikembalikan oleh Yusuf Kalla setelah 
menduduki posisi sebagai wapres. Konsekuensi tersebut juga berpengaruh pada 
kebijakan internal partai Golkar yang mayoritas menguasai parlemen. Mengamankan 
segala kebijkan pemerintahan selama lima tahun bukan merupakan hal yang mudah, 
apalagi menghadapi Gempuran dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 
yang konsisten menjadi oposisi pemerintah.

Jusuf Kalla sebagai ketua umum partai besar sekaligus sebagai wakil presiden 
yang telah berjanji setia bersama JK mesti menangung konsekuensi politik yang 
mengharu biru. Setiap kebijakan Kabinet Indonesia bersatu yang merupakan 
koalisi Golkar-Demokrat mengalami berbagai gesekan,apalagi dengan sikap Partai 
Keadilan Sejahtera yang cenderung senang memainkan bola panas koalisi 
pemerintahan.

Kondisi ini menjadi titik delematis bagi seorang Jusuf Kalla dalam memainkan 
peran antara seorang ketua umum partai dan mitra koalisi. Setiap kebijakan yang 
cenderung tidak populis yang merupakan hasil dari kebijakan pemerintahan, 
lihatlah ketika kenaikan BBM JK mesti menjadi bulan-bulanan para ekonom,media 
dan berbagai lawan-lawan politik pemerintahan. Dalam komunikasi politik Jusuf 
Kalla cenderung selalu menjadi penjelas bagi kebijakan-kebijakan pemerintahan 
yang rumit bahkan terkadang menjadi bamper politik dari kebijakan SBY dan 
partai demokrat. Sementara Jusuf Kalla dan Golkar berjibaku dalam 
mempertahankan kestabilan pemerintahan, SBY dan Demokrat cenderung menjaga 
citra baik dan lebih memilih isu-isu populis pemerintahan. Seperti terus 
meminum madu, Demokrat bersama SBY terus merasakan masa-masa manis 
pemerintahan. Sedangkan Golkar larut dalam kondisi politik yang cenderung tidak 
stabil dan mengalami perpecahan internal. Dalam kondisi yang tidak

 menguntungkan masa kampanye telah tiba, belum lagi menyelesaikan persoalan 
internalnya Golkar kembali mesti menelan pil pahit. Segala kebijakan 
pemerintahan yang populis ditengah rakyat kemudian diklaim sebagai keberhasilan 
partai demokrat. Pilihan isu yang diusung dalam kampanye demokrat adalah 
politik klaim dengan menekankan sisi keberhasilan pemerintahan. Segala ornamen 
keberhasilan pemerintahan diklaim sebagai kebijakan politik dari sosok SBY dan 
demokrat.

Dalam kondisi pelik yang dihadapi Golkar, pencitraan politik yang dibangun 
demokrat teryata sukses meraih simpati publik secara luas. SBY kembali muncul 
dengan citra simpatik,sedangkan Ju

[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kompas.com yang semakin vulgar

2008-08-18 Terurut Topik radityo djadjoeri
Dari segi kecepatan tayang, kompas.com bolehlah diandalkan. Seluruh awak 
reporter telah dibekali blackberry. Tanpa perlu cari-cari sebuah berita di 
situsnya, kita bisa melacaknya di mesin pencari macam google, cukup dengan 
memasukkan kata kunci tertentu. Abakadabra, sudah ada beritanya.

Namun dari segi akurasi, kompas.com memang masih lemah. Cukup banyak kesalahan 
kutip, salah ketik dan lain sebagainya. Hal semacam ini juga dikeluhkan oleh 
para pembaca detik.com.

Beberapa waktu lalu saya pernah menggelar sebuah konperensi pers untuk 
keperluan klien.
Kebetulan seorang� reporter kompas.com juga hadir. Saat saya cek berita yang 
tayang, ada kesalahan yang cukup fatal, seorang direktur disebutnya manager. 
Padahal sudah dibagikan media kit. Itu pertanda reporter tersebut karena 
buru-buru tidak mengecek ulang ke siaran pers sebagai panduan.

Untunglah kompas.com itu media online. Begitu dikirim ralat melalui kolom 
komentar, akhirnya kesalahan tersebut diperbaiki

Terus maju ya kompas.com!



�

  --- On Mon, 8/18/08, lilianto apriadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: lilianto apriadi <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kompas.com yang semakin vulgar
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Monday, August 18, 2008, 12:08 AM











Saya kira sangat wajar kalau koran Kompas dengan Kompas.com 
berbeda. Yang sederhana adalah jenis medianya. Koran Kompas harian sedangkan 
Kompas.com online. Implikasinya adalah kepada "kejar tayangnya". Harian masih 
ada waktu untuk meningkatkan kualitas sementara online lebih kepada on the 
spot. Akibatnya bermacam-macam, mungkin saja muncul kesan vulgar buat online 
dan tajam untuk harian.

�

Saya tidak ingin menyebut soal kualitas pembuat beritanya. Setinggi apapun 
kualitas sdm, kalau harus online banyak keplesetnya. Tergantung kepada kita 
menerimanya, mestinya sudah mulai terbiasa dengan yang vulgar dan sejenisnya di 
online. Apalagi kalau sudah menyangkut berita/artikel komuniti, karena siapapun 
bisa mengirim berita. Kemajemukan penulis maupun penerima akan terjadi di sini.

�

Saya lebih percaya alam lingkungan dan�pergaulan yang mendewasakan mereka 
ketimbang didikan profesional. Sementara buat wartawan online, kita berharap 
saja jangan terlalu sering terpeleset melahirkan berita-berita vulgar dan 
sejenisnya. Masih untung Kompas.com, masih bisa memilih rubrik lain ketimbang 
yang vulgar-vulgar itu.



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ekspedisi Daendels, Belajar dari Sejarah Sebuah Jalan

2008-08-14 Terurut Topik radityo djadjoeri

Jalan kan banyak macemnya, Mas Anton. Ada jalan tikus, ada jalan setapak, ada 
jalan pintas, ada jalan kampung, ada jalan berundak, ada jalan beraspal dan ada 
pula jalan raya. Bisa jadi Daendels melebarkan jalan setapak menjadi jalan yang 
bisa memenuhi syarat sebagai urat nadi perekonomian, alias bisa dilalui 
kendaraan dengan lebih mudah. Atau menyambungkan jalanan kampung menjadi jalan 
raya dari Anyer sampai Panarukan.

�  �

--- On Thu, 8/14/08, anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ekspedisi Daendels, Belajar dari Sejarah 
Sebuah Jalan
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Thursday, August 14, 2008, 1:33 PM











Perlu diselidiki lebih lanjut, apakah Jalur Anjer-Panaroekan 

merupakan buah karja Daendels, karena banjak yang berpendapat bahwa 

Djalan Besar atau Postweg Anjer-Panaroekan sebelumnja sudah ada 

sebelum Daendels datang ke Djawa. Pasukan Mataram menyerbu Batavia 

1622 ditengarai melewati jalur utara Djawa yang sudah ada jalannya. 

Yang jelas kalo untuk jalur Batavia ke Bandung serta lingkaran jalan 

yang dibangun untuk sistem pertahanan yang mengarah pada Kota 

Sumedang dimana Daendels berencana menempatkan pos terakhirnya dalam 

rencana perang dengan Inggris di Bandung (yang saat itu masih hutan) 

dan Kota Sumedang, itu memang infrastruktur buatan Daendels asli.



Anton 



Dukung Budiman Sudjatmiko



=
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: 60 Tahun SMA Kolese De Britto

2008-08-10 Terurut Topik radityo djadjoeri
Semasa SMP saya juga punya ingin melanjutkan sekolah di De Britto. Kebetulan 
kolese itu tak begitu jauh dari SMP-ku. Namun karena telanjur diterima di SMA 
Negeri 6 (Namche) Yogyakarta yang lebih dekat dari rumah, akhirnya keinginan 
ikut test masuk di De Britto batal, walau sudah mendaftar. Saya hitung, 
teman-teman SMP-ku yang melanjutkan sekolah di De Britto hanya 5 orang, 
kebanyakan pilih SMA Negeri, yang biayanya lebih miring.

Mengenang masa lalu, dulu usai pertandingan olahraga antar-SMA se-Yogya, 
anak-anak Namce kerap berantem sama De Britto. Pernah terjadi, "pasukan" Namche 
mengepung ketat "benteng pertahanan" De Britto. Sekolah itu ditutup rapat. 
Begitu polisi datang, "pasukan" Namche pun bubar, pulang kandang.

salam,

rd






--- On Sat, 8/9/08, Majalah Inside <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Majalah Inside <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] 60 Tahun SMA Kolese De Britto
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Saturday, August 9, 2008, 4:41 PM











Jangankan Pak Bambang, saya berasal dari ujung selatan Indonesia 
sudah mendengar nama de britto sejak kecil dan pernah bermimpi untuk sekolah di 
tempat ini. Saya mendapat info waktu itu bahwa para siswa di sekolah ini sangat 
enjoy dalam belajar karena sistem belajar yang tidak menciptakan manusia 
penakut. Anak tidak takut berbuat salah dan tidak tetap tinggal dalam kesalahan.



Mereka juga waktu itu sangat "santai" dalam berpakaian dan penampilan. Ada 
saat-saat tidak berpakaian seragam dan boleh berambut panjang. "Tapi jangan 
tanya dalam hal otak dan kecakapan," begitu yang saya dengar dulu.



Semoga kesan itu tetap tumbuh subur hingga hari ini. Selamat Pesta Intan"







E. Dapa Loka



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Yahoo! Serius Bidik Pasar Indonesia

2008-08-01 Terurut Topik radityo djadjoeri


Kompas:
Selain itu, Yahoo juga akan membuat domain email baru, yaitu

rocketmail.com, sehingga dapat memberikan pilihan kepada pengguna

internet. (C9-08)  


Informasi tersebut di atas tidak akurat. Domain rocketmail itu sudah lama ada, 
sejak awal 1990-an, saat internet belum booming di Indonesia. Karena dulu saya 
pernah memakainya, bersamaan dengan lycos dan dnet (kala itu email yahoo belum 
ngetop). Kalau yang dimaksud Yahoo baru saja mencaplok domain rocketmail.com,  
itu baru benar.

Yang dimaksud oleh Kompas bahwa Yahoo membuat domain email baru mungkin 
www.ymail.com, bukan rocketmail.

Salam,

Radit



FIND YOUR PERFECT EMAIL ADDRESS.
Think up a new 
address that’s totally “you” and get it on
@ymail.com or @rocketmail.com. 
NEW EMAIL ADDRESS, SAME GREAT YAHOO!. 
Your 
@ymail.com or @rocketmail.com address still delivers
all the great features 
you love about Yahoo!. 
TRANSFER YOUR INFO.
Easily transition contacts and 
emails from other 
mail accounts with our handy wizard. 

 

--- On Fri, 8/1/08, Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Yahoo! Serius Bidik Pasar Indonesia
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Friday, August 1, 2008, 2:33 PM











JAKARTA, JUMAT  Yahoo akan lebih serius menggarap pasar Indonesia.

Petinggi perusahaan tersebut juga bertekad untuk menjadikan Yahoo

sebagai starting point internet yang penting bagi pengguna internet

dan  must buy bagi pengiklan.  



Hal ini diungkapkan oleh Senior Director Business Development Yahoo

Southeast Asia, Pontus Sonnerstedt, dalam konferensi pers, Jumat (1/8)

di Jakarta. Menurutnya, Indonesia merupakan pangsa pasar yang

potensial. Lebih dari 30 persen pengguna mobile phone di Asia Tenggara

berasal dari Indonesia, kata Pontus. Namun demikian, ditambahkan, saat

ini Yahoo! tidak berencana untuk membuka kantor di Indonesia  



Untuk pengguna internet, Yahoo berjanji akan membuat lebih banyak

fitur yang berhubungan dengan Indonesia. Setelah membuat e-mail Yahoo

versi bahasa Indonesia, halaman depan Yahoo Indonesia, Yahoo Answer

Indonesia, Yahoo Messenger dan Web Messenger bahasa Indonesia, Mobile

Phone Indonesia, tahun ini Yahoo akan fokus pada aplikasi Yahoo

Messenger dan Yahoo Mail terbaru, yang sangat popular di Indonesia.

Untuk pengiklan, Yahoo berjanji akan lebih mempermudah pihak-pihak

yang ingin beriklan secara online di Yahoo.



Senior Communication Manager Yahoo Southeast Asia, Jason Coates,

mengatakan, walaupun pada saat ini pertumbuhan internet di Indonesia

masih tergolong rendah, namun hal ini dapat menjadi peluang. "Kami

yakin pertumbuhan pengguna internet di Indonesia akan terus

berkembang. Indonesia merupakan pasar yang menjanjikan. Ini adalah

tantangan untuk kami," katanya seraya menambahkan bahwa saat ini Yahoo

tidak menargetkan penghasilan dari pasar Indonesia dalam waktu dekat.  



Selain itu, Yahoo juga akan membuat domain email baru, yaitu

rocketmail.com, sehingga dapat memberikan pilihan kepada pengguna

internet. (C9-08)  



http://tekno. kompas.com/ read/xml/ 2008/08/01/ 13100744/ yahoo.serius. 
bidik.pasar. indonesia




  




 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]




=
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Margiono Terpilih Menjadi Ketua PWI

2008-07-30 Terurut Topik radityo djadjoeri
Wah sayang nih, wakil FPK yaitu Mas Abror dari harian Surya gagal menuju 
puncak..

Jangan patah arang yo Mas...tetap semangat!





blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com�  �

--- On Wed, 7/30/08, charles siahaan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: charles siahaan <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Margiono Terpilih Menjadi Ketua PWI
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Wednesday, July 30, 2008, 2:03 PM











Selamat ya Pak Margiono... Ini eranya Jawa Pos Grup kali ya.. 
setelah sang Bos Dahlan Iskan pegang kendali Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), 
sekarang organisasi wartawan tertua pula.

Tapi siapapun itu, yang terpenting PWI bisa memperbaiki terus menerus citranya. 
Terutama peningkatan kualitas anggotanya. Maju terus Pak Margiono.



Salam dari Samarinda



Charles Siahaan



[Forum Pembaca KOMPAS] E-mail Bung Burhan Abe (Pemred Majalah Appetite Journey) dijebol - Re: SILAHKAN saya memerlukan PERTOLONGAN MENDESAK ANDA.

2008-07-29 Terurut Topik radityo djadjoeri
Miliser yang budiman,

Pagi ini, saya baca beberapa e-mail yang masuk, salah satunya dari Bung 
Burhanudin Abe (pemimpin redaksi Majalah Appetite Journey dan kontributor The 
Jakarta Post). Isinya tak lagi mengagetkan saya karena ini pasti penipuan, 
dengan dalih macam-macam. Dan korbannya sudah begitu banyak. Konon kabarnya, 
para pelakunya adalah sebuah sindikat  asal Afrika. 

Modus operandinya, sindikat penipu ini mengirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] 
yang mengaku dari adminstrator yahoo.com. Si korban diminta mengirimkan 
data-data berupa Yahoo ID dan password. Nah, begitu si korban yang saking 
polosnya, lalu membalas email tersebut. 

Bum! Leluasalah sang penipu mengirimkan "surat tipuan" ke seluruh e-mail yang 
ada di mailboxnya Bung Burhan. Yang berbeda, kini sang penipu sudah lebih 
"canggih" dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Kalau dulu hanya berbahasa 
Inggris saja. Yang masih sama: mereka selalu minta transfer uang ke bank 
tertentu.

Waspadalah! Waspadalah!


Salam,

Radityo Djadjoeri

  

--- On Tue, 7/29/08, Burhan Abe <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Burhan Abe <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: SILAHKAN saya memerlukan PERTOLONGAN MENDESAK ANDA.
To: 
Date: Tuesday, July 29, 2008, 1:03 AM

Halo, 
 Silahkan saya dengan tergesa-gesa menulis pos ini kepada anda, saya di situasi
kritis sekarang juga dan saya akan memerlukan jawaban mendesak anda. Saya tahu
ini agak aneh tetapi saya baru-baru ini mengadakan perjalanan di luar negeri ke
Kerajaan Inggris (London) karena Simposium tak mengumumkan, tetapi sayangnya
bagi saya seluruh uang dan karcis pulang-pergi saya dicuri di hotel di mana
saya menginap karena insiden perampokan yang terjadi di hotel.

   Hidup tidak adil untuk sementara dengan saya, sekarang ini sama sekali
servis sudah tidak bisa menghentikan, memanggil atau mendapat menilpon, malah
makanan tidak dihidangkan.
 
  Saya begitu bingung sekarang juga, saya tidak mengetahui apa yang melakukan
atau di mana tempat untuk pergi. Saya tidak membawa telepon saya ke sini dan
saluran telepon hotel dilepaskan selama perampokan incident,so saya mempunyai
akses ke hanya email. Silahkan apakah anda mengirimi saya 650 pon hari ini
Lewat uang serikat sekerja barat transfer oleh sebab itu saya bisa pulang,
begitu saya pergi ke rumah saya akan mengembalikan itu dengan segera.
Coba tolong saya menyuruhnya ke alamat hotel di bawah dengan nama saya,



NAME:   Mr Burhan Abe
ADDRESS: Leinster Square, Bayswater
STATE:  London
POSTCODE:   W2 4PR
COUNTRY: United Kingdom.

 

Makasih banyak untuk anda kindness,
Saya benar-benar akan menghargai jawaban cepat anda.

Hormat saya,
burhan abe.


  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Bos Gudang Garam, Rahman Halim, Meninggal

2008-07-29 Terurut Topik radityo djadjoeri
Mas Anton katanya pegang portfolio saham Gudang Garam, lha kok malah minta 
pabrik GG dibubarkan ki piye?

Lalu apa Mas Anton mau nampung ribuan karyawan pabrik dan petani tembakau serta 
cengkeh?


salam,

rd


--- On Mon, 7/28/08, anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Bos Gudang Garam, Rahman Halim, Meninggal
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Monday, July 28, 2008, 1:23 PM











Bos nya udah meninggal...

Pabriknya nggak ditutup sekalian? bikin nyandu dan bengek banyak

orang aja!



ANTON



ANTI ROKOK!



[Forum Pembaca KOMPAS] Bahasa Indonesia "Jowo" - Re: Putri Obama Mau Sekolah Negeri atau Swasta?

2008-07-10 Terurut Topik radityo djadjoeri
Ini contoh Bahasa Indonesia "Jowo"

Kalau ayahnya mereka, 

(Yen bapake bocah-bocah, ..)


Kenapa tidak "Kalau ayah mereka...?"


salam,


rd


   

--- On Tue, 7/8/08, Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Putri Obama Mau Sekolah Negeri atau Swasta?
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Tuesday, July 8, 2008, 12:12 PM











TAD Lincoln muda menyeret kambing ke ruang duduk Gedung Putih. 
Quentin

Roosevelt menabrakkan mobil mainannya ke sebuah lukisan bersejarah.

John Kennedy Jr mempunyai tempat persembunyian di meja ayahnya.



Amy Carter dikenal selalu membawa buku saat makan malam resmi. Sebagai

remaja Susan Ford pernah mengecoh pengawal presiden untuk menikmati

sedikit kebebasan di jalanan Washington.



Pekan lalu Malia Obama berusia 10 tahun dan saudaranya, Sasha, 7

tahun. Kalau ayahnya mereka, Barack, menang pemilu, mereka akan

menjadi anak termuda di Gedung Putih, setelah Amy Carter yang berusia

9 tahun waktu Jimmy menjadi presiden. Mereka juga akan menjadi anekdot

yang menghiasi buku-buku sejarah.



Mereka akan menghadapi hal-hal yang hanya dihadapi sedikit remaja

seusia mereka. Cara mereka berdandan akan menjadi perhatian, begitu

juga dengan kawat gigi pertama yang mereka pasang. Sementara itu,

pacar pertama mereka akan terdokumentasi selamanya. Pilihan orangtua

mereka soal sekolah, negeri atau swasta, akan digunjingkan. Bahkan,

mereka bisa saja menjadi bahan liputan seperti Chelsea Clinton saat

berusia 13 karena tingkah laku kekanak-kanakannya.



Namun, apakah itu anak-anak Obama atau John McCain (anaknya, Bridget

berusia 16 tahun), keturunan presiden selanjutnya juga akan mendapat

pengalaman duniawi yang hanya menjadi impian bagi anak-anak lain.



"Benar, mungkin beberapa kali saya berharap ayah saya hanya menjadi

anggota kongres," kata Susan Ford Bales, putri mantan Presiden Gerard

R Ford yang juga chairman Betty Ford Center.



"Tapi kenyataannya, saya tidak akan menukar itu dengan lainnya.

Perjalanan dan orang-orang yang kita temui itu lho. Dari bintang film

hingga kepala negara. Seperti, 'Wah, lihat siapa yang saya jumpai

ini'," kata Susan.



Dia punya nasihat kepada presiden dan istrinya yang akan menghuni

Gedung Putih. "Tetaplah menjadi orangtua. Tetap lah mencintai

anak-anak kalian dan selalu ada untuk mereka," katanya. Itu artinya,

kata Susan, tiap kali membutuhkan, ia bisa memotong aktivitas orangtua

mereka.



Ia mengenang sebuah pertemuan antara ayahnya dan Henry Kissinger yang

kemudian menjadi menteri luar negeri. "Saya masuk ke ruang itu dan

mengatakan, 'Halo Pak Menteri. Yah, saya dan ibu nggak punya uang

tunai'," tuturnya. Sang presiden pun menurut.



Isu paling menegangkan soal bocah-bocah Gedung Putih terkait keamanan.

"Kita bisa melihat ke belakang, anak-anak presiden menjadi sasaran,"

kata Doug Wead, mantan pembantu Presiden George HW Bush dan penulis

buku All the President's Children.



Jackie Kennedy, katanya, sangat khawatir tentang keselamatan anaknya,

Caroline, sehingga ia membuat sendiri taman kanak-kanak di dalam

Gedung Putih. Ketika Presiden Kennedy mengizinkan Caroline dan John

diambil di Ruang Oval, kata Wead, itu sudah di luar perintah Jackie.

Nyatanya waktu itu Jackie sedang keluar kota.



Anak-anak presiden selama ini mendapat perlindungan secret service

(pengawal presiden). Susan Ford mendapatkan perlindungan itu, bahkan

sebagai seorang putri wakil presiden, setelah ditemukan bahwa

Symbionese Liberation Army, kelompok yang menculik pengusaha koran

Patty Hearst, telah memasukkan namanya dalam daftar sasaran.



Suatu hari ia meloloskan diri dari pengawalan. Ketika gerbang Gedung

Putih dibuka agar ibunya bisa masuk, Susan menyelinap keluar dengan

mobilnya tanpa pengawalan. "Setiap orang mencobanya. Menjadi tantangan

tersendiri dan Anda pasti ingin berhasil," katanya. Dalam "pelarian"

itu ia menjemput seorang temannya untuk pergi ke supermarket. Ia

memarkir mobilnya di tempat parkir umum lalu menelepon "rumah" untuk

mengatakan bahwa ia baik-baik saja.



Soal pesta perpisahan, Susan mendapatkan hak istimewa untuk

menggelarnya di Ruang Timur, salah satu ruang di Gedung Putih.

Bagaimana dengan Malia dan Sasha? Tampaknya sebelum mereka diizinkan

pergi ke pesta, Barack dan Michelle (ibu mereka) lebih dulu harus

menentukan sekolah swasta atau negeri.



Jimmy Carter secara mengejutkan mengirim Amy ke sekolah negeri.

Pilihan semacam itu kembali diperdebatkan ketika Chelsea Clinton

menginjak usia 13 tahun. Mana yang baik bagi presiden baru, sekolah

negeri atau swasta? Akhirnya Bill dan Hillary Clinton mengirim Chelsea

ke sekolah swasta elite, Sidwell Friend, yang biaya sekarang mencapai

27.000 dollar.



Malia dan Sasha Obama sekarang belajar di sekolah swasta, University

of Chicago Laboratory Schools, tempat ibunya, Michelle, menjadi

anggota komite

[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Bandung Heboh Limpahan Minyak di Selokan

2008-07-04 Terurut Topik radityo djadjoeri

Amat ditunggu kelanjutan beritanya. Menarik kalau bisa diulas dengan lebih 
panjang, sekait keberadaan Pertamina yang menguasai bumi dan segala isinya 
untuk kesejahteraan dan kemaslahatan rakyat dan bangsa Indonesia yang 
sebesar-besarnya.
 
Tapi mana buktinya? Pertamina hanya bikin kaya raya pejabat dan keluarganya 
saja.
 
Sudah saatnya tambang minyak bisa dikelola oleh rakyat. 
 

 
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com 
 

--- On Fri, 7/4/08, Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Bandung Heboh Limpahan Minyak di Selokan
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Friday, July 4, 2008, 4:16 PM






BANDUNG, JUMAT - Warga di kampung Parakansaat RT 03 RW 06 Kelurahan
Cisaranten Endah, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, dihebohkan dengan
penemuan limpahan minyak bakar di selokan di kawasan itu, Jumat (4/7).

Ketua RW 06 Omar Maryani (69) mengatakan, kemarin sore seorang warga
RW 23 datang melapor kepadanya. Warga tersebut sedang mengambil rumput
dan kakinya tercebur ke selokan yang lebarnya sekitar 15 cm. Ternyata
kakinya dipenuhi minyak. Warga tersebut kemudian mengambil cairan yang
ada di selokan itu dan mencoba membakarnya dengan korek api dan minyak
tersebut menyala. Warga itu kemudian melapor kepada Oman.

Hingga siang tadi ratusan warga menyesaki kawasan itu. Selain ketua RW
setempat, Lurah Cisaranten Endah Mochammad Robby Irianto dan Camat
Arcamanik Hendar Suhendar hadir di antara kerumunan warga. Saat
pejabat pemerintahan setempat itu mencoba membakar sesuatu dengan
minyak itu, cairan itu terbakar seperti minyak tanah. Mereka kemudian
melaporkan temuan itu kepada aparat keamanan setempat agar warga tidak
berebut mengambilnya.

Oman khawatir cairan itu hanya minyak tanah yang dibuang ke selokan
(lubang). Warga berharap lubang tersebut benar-benar sumber minyak
sehingga bisa mengurangi pengeluaran warga membeli minyak tanah di
saat harga-harga melonjak. (Siti Fatimah)

Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network

http://www.kompas. com/read/ xml/2008/ 07/04/15454999/ bandung.heboh. limpahan. 
minyak.di. selokan

 














  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Esia Llncurkan paket ponsel baru berwarna termurah di Indonesia

2007-12-18 Terurut Topik radityo djadjoeri
Esia Luncurkan Paket Ponsel Baru Berwarna
   Termurah di Indonesia
 
   Jakarta, 17 Desember 2007 
   Mengikuti kesuksesan paket ponsel murah Dobel Untung, Bakrie Telecom (BTEL) 
bersama Huawei hari ini kembali meluncurkan paket ponsel termurah di  
Indonesia. Paket berisi ponsel CDMA berwarna plus kartu perdana Esia yang 
dipasarkan dengan harga Rp. 299 ribu (belum termasuk pajak).
 
   Peluncuran paket ponsel murah ini menegaskan komitmen BTEL untuk memperluas 
akses masyarakat guna mendapatkan layanan telekomunikasi yang layak dan hemat. 
Hal ini juga menjadi wujud semangat disruptive innovations yang dianut BTEL. 
Sebelumnya, BTEL menjadi pelopor tarif murah dengan menerapkan TalkTime, 
termasuk menjadi operator pertama yang menyediakan isi ulang dengan nominal 
termurah di Indonesia, hanya Rp. 1.000,-.
 
   ”Kami selalu berupaya agar produk dan layanan telekomunikasi hemat Bakrie 
Telecom dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Bukan hanya berfokus pada 
tarif percakapan telepon, kami juga selalu berusaha agar berbagai hambatan 
dapat teratasi, termasuk ketersediaan ponsel dengan harga terjangkau,” papar  
Erik Meijer, Wakil Presiden Direktur Bakrie Telecom di Jakarta hari ini.
 
   Selain harga yang sangat terjangkau, Hape Esia berwarna memiliki berbagai 
fitur unggulan. Selain display dengan 65 ribu warna, sudah dilengkapi dengan 
speakerphone, menu Bahasa Indonesia, termasuk aplikasi-aplikasi kalkulator, 
alarm, kalender, dan berbagai games. Hape Esia berwarna ini juga dilengkapi 
dengan content yang khas Indonesia, termasuk wallpaper dan pilihan ringtones 
khusus Esia.
 
   Erik menambahkan, ”Kerjasama kami sebelumnya melalui paket ”Dobel Untung” 
telah menunjukkan bahwa kami cukup solid untuk mewujudkan misi memperluas akses 
telekomunikasi dengan kualitas ponsel yang terjaga. Kita sudah tahu bagaimana 
reputasi Huawei dalam menjaga kualitas hasil produknya. Karena itu kami sangat 
yakin bahwa kerjasama ini kembali akan mendapatkan sambutan hangat masyarakat. 
Banyak sekali keuntungan yang akan diperoleh. Tarif percakapan murah, kualitas 
ponsel prima dan dukungan jaringan yang sangat memadai.”
 
   Program bundling ponsel plus kartu perdana ini memang bukan yang pertama 
diperkenalkan BTEL. Sebelum meluncurkan ponsel termurah Dobel Untung, Esia 
menggandeng berbagai vendor ponsel untuk menyediakan ponsel dengan harga 
terjangkau. Beberapa waktu lalu misalnya, Esia bersama LG juga meluncurkan 
ponsel baru berlayar warna pertama di Indonesia dengan harga hanya Rp 499 ribu. 
 
   Program kerjasama bundling dengan berbagai tipe dan merek ponsel menunjukkan 
bahwa kartu Esia bisa digunakan untuk semua jenis ponsel. Keberhasilan 
penjualan paket ponsel sebelum ini memberikan keyakinan bahwa masyarakat telah 
lama menantikan layanan telepon yang berkualitas namun dengan biaya terjangkau. 
Respons positif masyarakat sekaligus menunjukkan bahwa produk-produk inovatif 
Esia dapat diterima dengan baik dan memenuhi kebutuhan mereka dalam 
berkomunikasi.
 
   Hingga hari ini, selain di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten, Bakrie 
Telecom telah hadir di beberapa wilayah lain. Di antaranya Jawa Timur 
(Surabaya, Malang), Jawa Tengah (Semarang, Solo), DI Yogya, Medan, Padang, 
Lampung, Palembang, dan Pekanbaru.
 
   --- 
 
   Informasi lebih lanjut:
   A. Noorman Iljas
   Corporate Communications PT Bakrie Telecom Tbk
   Telp :  021 - 926 44 654
   Email  :  [EMAIL PROTECTED]
 


   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Butet Kartaredjasa kena cekal

2007-12-17 Terurut Topik radityo djadjoeri
JawaPos, Senin, 17 Des 2007,
 Kapolwil Tak Akan Lagi Beri Izin Sarimin
  Pentas si raja monolog Butet Kartaredjasa di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya 
Jawa Timur, Sabtu malam (15/12) berakhir dengan "pencekalan". Tak 
tanggung-tanggung, pernyataan itu meluncur spontan dari Kapolwiltabes Surabaya 
Kombespol Anang Iskandar setelah menyaksikan lakon Sarimin yang dibawakan 
Butet. 
 
 "Pertunjukan ini (Sarimin) tidak layak dipertontonkan kepada masyarakat. 
Jelas-jelas tidak mendidik. Saya akan evaluasi perizinannya," tegas Anang 
kepada wartawan.
 
 Saat memberikan penjelasan, Anang tampak emosional. Dia berkali-kali 
menyatakan bahwa pertunjukan yang mengkritik habis-habisan aparat penegak hukum 
-terutama kepolisian-itu tidak pada tempatnya disajikan di hadapan publik umum.
 
 "Kami bukannya alergi kritik. Tapi yang proporsional dong. Masak, polisi tidak 
ada sisi baiknya. Yang ditampilkan hanya sisi jeleknya saja. Ini tidak fair," 
ujarnya.
 
 Seperti diketahui, lakon Sarimin karya Agus Noor ditampilkan Butet di Gedung 
Cak Durasim, 14-15 Desember lalu. Sebelum di Surabaya, lakon yang sama 
dipentaskan Butet dkk di Jakarta , 14-18 November dan di Jogjakarta, 26-27 
November. Ribuan penonton menyaksikan lakon satire ini. Di antaranya mantan 
Gubernur DKI Sutiyoso, Adnan Buyung Nasution, Todung Mulya Lubis, dan Arifin 
Panigoro. Di Jogja, tampak Wali Kota Jogja Heri Yulianto, Bupati Sleman Ibnu 
Subianto, pejabat di Polda DIJ, dan sejumlah aktivis LSM. Sedangkan di 
Surabaya, terlihat ada Dekan Fisip Unair Prof Dr Hotman Siahaan, Gubes Emiritus 
Unesa Prof Dr Budi Darma, Chairman Jawa Pos Group Dahlan Iskan, Wawali Arif 
Afandi, penyair Zawawi Imron, Wakajati Jatim M. Hudi, dan Kapolwiltabes 
Surabaya Kombes Pol Anang Iskandar.
 
 "Di Jakarta dan Jogja, pentas kami tak ada masalah. Lha kok pas di Surabaya , 
Pak Kapolwil marah-marah. Tapi, itu hak dia untuk marah-marah. Mungkin dia 
tidak siap untuk dikritik," kata Butet menanggapi kekecewaan Anang Iskandar itu.
 
 Anang mengaku, dirinya senang dengan kesenian. Dia juga merasa terhibur dengan 
pementasan monolog Butet itu. Namun yang disesalkan, semestinya pementasan yang 
"menelanjangi" kinerja aparat kepolisian dan penegak hukum lainnya itu tidak 
layak disuguhkan ke publik. 
 
 "Pentas itu layaknya ditampilkan di depan para polisi. Kalau dia mau, ayo saya 
fasilitasi," tuturnya.
 
 Kepada panitia Anang sempat mempertanyakan izin keramaian  pertunjukan itu. 
Dia tampak merasa kecolongan. "Kalau sekali lagi lakon itu ditampilkan, pasti 
saya evaluasi perizinannya."
 
 Anang khawatir ada kesalahtafsiran terhadap kinerja polisi. Seolah-olah kerja 
polisi sehari-hari seperti yang digambarkan dalam lakon Sarimin itu: membalik 
fakta, bisnis perkara, dan hanya melayani tersangka berduit.
 
 "Saya akui, masih ada hal-hal seperti itu di kepolisian. Tapi, tidak bisa 
digeneralisasi. Apalagi kami sedang memperbaiki citra kepolisian," papar Anang. 
 
 Karena itu, Kapolwil akan mempertimbangkan secara khusus bila lakon Sarimin 
akan ditampilkan lagi di Surabaya. Begitu pula penampilan Butet di kota ini. 
"Kalau saya tahu yang ditampilkan seperti itu, pasti tidak akan saya beri 
izin," tandasnya.
 
 Butet Kartaredjasa tenang-tenang saja menanggapi reaksi Kapolwiltabes Surabaya 
terhadap penampilan monolognya. Seniman asal Jogjakarta itu menyesalkan sikap 
berlebihan Anang. "Reaksi berlebihan Pak Kapolwil itu menunjukkan bila aparat 
kepolisian belum siap bercermin. Melihat wajahnya sendiri lewat kesenian. Ini 
kesenian Bung, bukan demonstrasi," ujar dramawan yang kini sering dipanggil 
Presiden "SBY" (Si Butet Yogya) dalam acara Republik Mimpi di Metro TV itu. 
 
 Terhadap tawaran Kapolwil untuk tampil di depan jajaran kepolisian, Butet 
menyambut baik. "Tidak ada masalah. Setelah pentas, adakan diskusi dengan 
mengandang para praktisi hukum dan akademisi," tandas anak seniman serbabisa 
Bagong Kussudiardjo ini. (ari/ano/zul)


blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com 
   

   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Ilmuwan jangan pakai kaca mata kuda

2007-12-17 Terurut Topik radityo djadjoeri
Ken  has left a new comment on your post "[namche] Seminar Publik: Menguak 
Misteri Di Balik ...": 

 Ilmuwan Jangan Menggunakan Kaca Mata Kuda
 
Dalam waktu dekat ini, melalui sebuah seminar publik, para ilmuwan dari Jurusan 
Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Gajahmada (UGM) dan Pusat Pengkajian dan 
Penelitian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) akan 
mengumumkan hasil kajian ilmiah atas pemberitaan-pemberitaan yang dibuat 
jurnalis Tempo. Kajian ilmiah itu dilakukan atas pesanan Asian Agri - anak 
perusahaan Raja Garuda Mas (RGM) milik Sukanto Tanoto, pengusaha asal Medan.
 
Dalam berbagai iklan berukuran besar yang dipublikasikan oleh Veloxxe 
Consulting yang juga disewa oleh Asian Agri untuk menjadi penyelenggara seminar 
publik, Asian Agri merasa bahwa pemberitaan Tempo tendensius, tidak berimbang, 
tidak cover both sides dan memuat unfairness news dan oleh karenanya Asian Agri 
mengadukan permasalahan itu kepada Dewan Pers. Memang seharusnya demikianlah 
yang dilakukan oleh perusahaan yang dirugikan oleh media.
 
Kami ingin bertanya kepada para ilmuwan : Apakah hasil kajian tersebut 
merupakan sikap resmi perguruan tinggi, ataukah sikap oknum di perguruan tinggi 
tersebut yang telah memperoleh manfaat ekonomi dari kegiatan ini ?
 
Pertanyaan ini penting soalnya kami sungguh prihatin akan nasib lembaga 
perguruan tinggi yang terhormat itu, jika hanya digunakan sebagai pemberi 
statemen bahwa jurnalis Tempo bersalah karena melanggar Kode Etik Jurnalistik. 
Jika ini terjadi, sulit sekali public memahami bahwa sikap tersebut dependen 
atau independent.
 
Soalnya, ini masalahnya sesungguhnya bukan di situ. Persoalan besarnya seperti 
yang diberitakan berbagai media masa adalah adanya dugaan penggelapan pajak 
oleh Asian Agri. Jika dugaan ini benar, pertanyaannya adalah bagaimana upaya 
kita menyelamatkan keuangan negara ? Jika tidak benar, bagaimana Again Agri 
menangkis tudingan yang kini sedang diperiksa Dirjen Pajak dan dimonitor oleh 
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Inilah persoalan bangsa yang harus 
didiskusikan oleh kita semua, termasuk oleh para ilmuwan dari Jurusan Ilmu 
Komunikasi FISIP Universitas Gajahmada (UGM) dan Pusat Pengkajian dan 
Penelitian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI). Baik 
dibayar secara professional, maupun tidak.

Saya kira tidak ada manfaatnya sama sekali para ilmuwan hebat yang 
mendedikasikan pengetahuan dan kebijaksanaannya itu dipinjam tangannya untuk 
mengeroyok seorang jurnalis yang memiliki idealisme, hati nurani, dan 
keprihatinan atas potensial kerugian keuangan Negara yang disebabkan oleh 
penggelapan pajak. Kita bias mengharapkan agar ilmuwan tidak menggunakan kaca 
mata kuda, namun demikian pilihannya tetap ada di hati nurani masing-masing 
ilmuwan itu sendiri. Mau memilih kaca mata professional atau komersial ? 

  
 
 Posted by  Ken  to  komunitas muda wijaya at  December 16, 2007 8:49 PM
   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] ACC Fellowship and Grant Information 2008

2007-12-13 Terurut Topik radityo djadjoeri
The Asian Cultural Council (ACC)  membuka kesempatan bagi seniman dan pekerja 
seni Asia untuk melakukan  penelitian, belajar, dan menciptakan karya seni, 
khususnya seni pertunjukan dan  seni rupa (visual arts) di Amerika. Kegiatan 
tersebut berlangsung pada tahun  2008. Bagi yang berminat dapat mengirimkan 
aplikasi ke ACC paling lambat 15  Januari 2008. Informasi lebih lengkap 
silahkan membaca berita di bawah  ini.
 

 Information for  Applicants
 2008 Fellowships and  Grants
  
  
 The Asian Cultural Council (ACC) is  a foundation supporting cultural exchange 
in the visual and performing arts  between the countries of Asia and the United 
States.   Applications are now being accepted for 2008.
 The primary emphasis of the ACC’s  grant program is to provide individual 
fellowships to artists, scholars, and  specialists from Asia seeking to 
undertake research, study, and creative work in  the United States.  Individual 
fellowships are also made  to Americans pursing similar activities in Asia.  A 
smaller number of  fellowship awards are made to Asian artists, scholars, and 
specialist for  regional exchange activities in other Asian countries.
 The ACC also makes grants to arts  organizations and educational institutions 
for projects that involve the  participation of arts and cultural specialists 
from the United States  or Asia.  
 Further information about the ACC’s  grant programs is available at 
www.asianculturalcouncil.org.
 Individuals or cultural  institutions wishing to apply to the ACC for grant 
support in 2008 should send a  brief, one-page  description of proposed plans 
or projects, written in English,  by January 15, 2008  to:
  
 Asian Cultural  Council
 6 West 48th  Street, 12th  Floor
 New York,  NY 10036
 Telephone:  212-843-0403
 Fax:  212-843-0343
 Email: [EMAIL PROTECTED]
  
 If the proposed activity falls  within the Council’s guidelines, application 
materials requesting more detailed  information will be provided by the ACC.  
Most 2008 grants will be awarded by  the Council’s Board of Trustees at their 
meeting in  June.


blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com 
   

   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Laksmi Pamuntjak: Tolak RUU Pornografi!

2007-12-09 Terurut Topik radityo djadjoeri

RUU Pornografi: Lima Argumen Mengapa Harus Ditolak

Saya baru saja membaca bocoran RUU Pornografi yang akan diserahkan DPR kepada 
pemerintah untuk dibahas. Dokumen itu mengerikan. Simak bagian-bagian yang 
mencakup definisi “peran serta masyarakat” yang pada praktiknya memberikan izin 
untuk main hakim sendiri (pasal 23); definisi “upaya pencegahan” sebagai kartu 
hijau untuk premanisasi (pasal 20), dan, ini yang paling mencengangkan, bagian 
yang mencakup hukuman pengasingan ke tempat terpencil selama 1 sampai 15 tahun 
(ingat Digoel, Buru ?) bagi para pelaku pornografi!
 
Juga, seperti rancangan terdahulu, tak ada kriteria yang jelas tentang 
“pornografi” dan “pornoaksi.” Dan apabila kriteria itupun ada, ia akan sudah 
pasti mewakili seperangkat nilai tunggal yang tak mencerminkan kemajemukan 
Indonesia .

Apalagi “membangkitkan hasrat seksual”: siapa yang sanggup, lepas dari apakah 
ia berwenang atau tidak, mengetahui hal itu kecuali para individu yang 
bersangkutan? Dan apabila kita hendak jujur, takkah mesti kita akui, bahwa 
berapa jam, berapa hari dalam hidup kita, apakah sekadar numpang lewat atau 
singgah sesaat, kita lalui, seperti kata Susan Sontag, dalam “imajinasi 
pornografi?” Meskipun ia sesuatu yang kita lakukan buat kenikmatan kita 
sendiri, takkah ia tetap sesuatu yang berharga untuk diketahui karena ia 
merupakan bagian dari manusia?

Tahun lalu, ketika perlawanan terhadap RUU  ini sedang marak dan 6.000 orang 
turun ke jalan dalam sebuah pawai yang damai dan bhineka, saya menerbitkan 
sebuah esai panjang berjudul “Kisah si O: Perempuan dan Pornografi” yang dimuat 
dalam dua bagian di Koran Tempo. Saya hanya ingin menyatakan ulang sejumlah 
argumen saya dalam tulisan itu:

Yang belum tentu berguna, dan malah jauh lebih berbahaya (ketimbang 
pornografi), adalah sensor. Pertama, sensor adalah kejam. Ia kejam terhadap 
kompleksitas, terhadap warna dan nuansa, dan terhadap kemajemukan. Ia memang 
efektif dalam melindungi anak-anak, tapi, seperti kita tahu, susah sekali 
membedakan mana yang porno mana yang bukan, mana yang seni mana yang bukan. Ia 
kejam karena ia bisa kemana-mana: ia bisa melarang majalah Playboy atau 
menghentikan tabloid tentang poligami, tapi ia juga bisa memberangus seorang 
Agus Suwage, membungkam sejumlah karya sastra Indonesia .

Pada saat yang sama, bagaimana ia bisa menjamin bahwa nilai-nilai yang 
digunakannya mengakui keragaman penilaian seperti yang terkandung dalam 
kebhinekaan sebuah bangsa seperti halnya Indonesia? Tak heran apabila 
masyarakat Afrika Selatan takut terhadap sensor atas pornografi, karena mereka 
mengaitkan sensor dengan nilai-nilai Kristen yang dulu diusung rezim kulit 
putih yang tak membiarkan nilai-nilai lain berlaku.

Juga terkait adalah fakta bahwa nilai-nilai itu sendiri kapan saja bisa 
berubah. Pada suatu masa, Belenggu-nya Armijn Pane, Tropic of Cancer-nya Henry 
Miller dan Lady Chatterley’s Lover-nya D.H. Lawrence pernah dianggap tak 
bermoral dan oleh karenanya harus dilarang, tapi tidak lagi sekarang.

Kedua, seperti yang terjadi dalam banyak hal, apa yang dilarang akan dicari 
orang. Kiranya tak perlu banyak contoh di sini. Yang ironis, tentu, adalah 
apabila yang dicari justru karena dilarang adalah yang betul-betul merupakan 
pelecehan terhadap perempuan, seperti kasus majalah Playboy.

Ketiga, bagaimana aparat negara bisa berasumsi bahwa ia bisa menghentikan arus 
pornografi, dengan adanya teknologi komunikasi modern seperti internet atau 
video bajakan? Bahkan dari dulupun, pornografi tak bisa dibendung—ia hadir, 
misalnya, dalam bentuk stensil yang disebarluaskan—karena kekuasaan selalu 
membuahkan perlawanan.
 
Keempat, sensor terhadap pornografi ternyata tak juga  menghapus penindasan dan 
ketakadilan terhadap perempuan di dalam hidup yang nyata. Kekerasan ada sebelum 
pornografi. Justru di negara-negara dengan undang-undang anti pornografi yang 
paling ketat ketakadilan dan kekerasan terhadap perempuan paling marak. Di 
Timur Tengah tak ada pornografi, tapi kita tahu perempuan tetap saja menderita.

Kelima, seberapa jauhkah kerusakan yang dihasilkan oleh pornografi? Pernah 
adakah sejarah sebuah masyarakat, baik di Timur atau Barat, yang ambruk oleh 
pornografi? Bukankah kampanye “hate-speech”—menyebar-luaskan kebencian kepada 
suku lain dan agama lain, seperti  yang dialami Yugoslavia —lebih destruktif, 
baik dari segi psike maupun jumlah jiwa yang hilang?
 
Pada akhirnya, bukankah tak sebaiknya kita memusatkan energi terhadap 
pemberantasan korupsi, misalnya, atau pengadaan lapangan pekerjaan bagi 
saudara-saudara kita? Saya jadi ingat kata-kata teman saya Siti Musdah Mulia 
dalam pertemuan setelah Deklarasi Masyarakat Bhineka Tunggal Ika 13 Mei yang 
lalu, yang menyebut kekuasaan yang ada sekarang “rezim kesusilaan”. 
Peraturan-peraturan daerah yang keluar akhir-akhir ini hanya mengurusi 
kesusilaan, seakan kita tak punya masalah-masalah lain yang lebih penting.

Laksmi Pamuntjak
e-mail: [EMAIL PROTECTED]


Draft RUU

Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Angka

2007-11-27 Terurut Topik radityo djadjoeri
Wah menarik sekali paparan Mas Hilmar,  jadi menambah informasi. Apakah ada 
buku yang membahas soal angka dari tiap-tiap suku? 

  Kalau ada saya mau beli..
   
   
  Terima kasih.
   
   
  
Hilmar Farid <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Dan ada juga kesamaan dengan bahasa Tetun (bahasa nasional Timor 
Leste, yang juga dipakai di sebagian Timor Barat):

1 - IDA
2 - RUA
3 - TOLU
4 - HAAT
5 - LIMA
6 - NEEN
7 - HITU
8 - UALU
9 - SIA
10 - SANULU

Lalu sama dengan aturan yang berlaku dalam bahasa Batak:

11 - SANULU RESIN IDA
12 - SANULU RESIN RUA 

resin = lebih

21 - RUANULU RESIN IDA

Saya kira ini akarnya bisa dicari ke bahasa Austronesia, tepatnya 
Melayu-Polynesia, yang juga jadi induk dari bahasa Jawa. Saudara kandungnya 
adalah Sunda, Bali dan Madura. Sepupunya di utara adalah Tagalog, Cebuano, dst. 
Sementara di Timur termasuk bahasa Tetun. 

Orang Majapahit setahu saya pakai bahasa Sanskrit untuk menyatakan angka, 
begitu juga orang Jawa Kuno. Bahasa Jawa yang kita kenal sekarang sudah 
mengalami de-Sanskritisasi, boleh jadi seiring dengan runtuhnya Majapahit 
sebagai pusat kekuasaan Jawa-Hindu. 

HF


[Forum Pembaca KOMPAS] Menkes berang kepada Discovery Channel dan Fox

2007-11-25 Terurut Topik radityo djadjoeri
26 November, 2007Menteri Kesehatan berang kepada Discovery Channel dan Fox  
  




dede, manusia akar temuan discovery channel


Dede, si Manusia Pohon: Ibu Menteri Pun Marah 


Banjarmasin Post - Senin, 26-11-2007 | 02:24:13

Marah-marah. Tuding sana tuding sini. Inilah yang dilakukan Menteri Kesehatan 
(Menkes) Siti Fadilah Supari seusai menjenguk si `manusia pohon' Dede di Rumah 
Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, Jabar. Mengapa dia marah?

Ibu menteri yang diperintah langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 
untuk segera menangani penyakit Dede, berang kepada stasiun televisi Discovery 
Channel dan Fox serta dr Anthoni Gaspari (ahli penyakit kulit dan ilmu 
kekebalan tubuh Universitas Marryland AS). Ketiga pihak ini yang membuat 
penderitaan Dede diketahui masyarakat seluruh dunia.

Siti Fadilah menilai mereka telah mengeksploitasi Dede. Mereka dituding telah 
`menjual' pria berusia 35 tahun itu demi keuntungan ekonominya. "Ini merupakan 
eksploitasi, ini tidak bisa dibiarkan. Saya minta pihak rumah sakit harus 
mencari pengacara terbaik buat Dede. Ini persoalan hak, tidak bisa dibiarkan," 
tegasnya, Minggu (25/11).

Emosi pun diperlihatkan Siti Fadilah kepada wartawan freelance Dicovery Channel 
yang ikut meliput kunjungan itu. Dia meminta wartawan itu memperlihatkan surat 
kontrak antara medianya dengan Dede. Namun, wartawan itu mengatakan hal itu 
wewenang kantornya.

Sebelumnya, saat menemui Dede, Siti mengaku telah diperintah Yudhoyono untuk 
menanganinya. "Saya datang ke sini atas perintah Pak Presiden," katanya. Namun, 
Dede tak berkomentar.

Siti pun mengulang perkataannya. "Saya datang ke sini diperintah Pak Yudhoyono. 
Gimana perasaannya?" tanyanya. Dede pun menjawab dengan singkat, "Senang."

"Ada pesan buat Pak Presiden?" tanya Siti Lagi

"Saya cuma ingin sembuh," tegas Dede.

Dede pernah mendapat perawatan di rumah sakit yang sama pada sepuluh tahun 
lalu. Namun, karena keterbatasan peralatan, RSHS membiarkan Dede pulang ke 
rumah dengan pengobatan seadanya.

Kini, laki-laki yang mendapat julukan manusia pohon ini akan segera menjalani 
operasi. Tim yang menangani Dede terdiri dari sepuluh dokter spesialis.

"Sepuluh dokter tersebut terdiri dari beberapa bagian. Di antaranya, bagian 
penyakit kulit dan kelamin, penyakit dalam, bedah plastik, bedah ortopedi, 
psikiatri, rehabilitasi medik, klinik patologi, patologi anatomi, radiologi, 
dan anestesi," ujar Dirut RSHS Cissy Prawira.

Operasi ini akan diketuai dokter kulit dan kelamin Rahmat Dinata. Menurut 
Rahmat, penyakit yang dialami Dede sejenis kutil yang terus tumbuh hingga 
parah. "Kami optimis dapat memberikan yang terbaik untuk kesehatan Dede. Kami 
juga akan melibatkan dokter dan ahli virus." tegasnya.

Dia menjelaskan, Dede mengalami penyakit Human Papilloma Virus (HPV). Penyakit 
tersebut terbilang langka terjadi dan harus melibatkan banyak pihak dalam 
penyembuhannya.




blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com 
   

   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] "Atraksi wisata" baru di Sulawesi?

2007-11-25 Terurut Topik radityo djadjoeri
Akankah hukuman potong tangan di  Bulukumba ini bakal menjadi "atraksi wisata" 
baru Indonesia?   
  Apabila jadi dilaksanakan, paling tidak ratusan wartawan dan fotografer bakal 
berduyun-duyun datang ke Bulukumba. Hotel-hotel dipastikan akan overbooked.
   
  Mulai sekarang, saya berharap pihak Menbudpar segera mempromosikan "atraksi 
wisata" baru ini ke negeri manca...demi menggaet devisa negara yang lebih 
besar.  Seperti halnya dulu terjadi di NAD saat berlangsung acara "peluncuran 
perdana" hukuman cambuk, atraksi potong tangan ini pasti jauh lebih menarik 
khususnya dari segi visual . 
   
  Bayangkan, jutaan pasang mata akan memelototi tayangan CNN, Al-Jazeerah dan 
stasiun tv lain-lain saat sang algojo mengayunkan pedang. Dalam hitungan detik 
darah merah memuncrat, lalu potongan tangan korban jatuh ke tanah. Wajah korban 
ditutup dengan kain hitam, jadi tak ternampak ekspresi wajahnya saat mengaduh 
kesakitan. Atau mungkin langsung pingsan?
   
  Sementara Jusuf Kalla sebagai ketua Dewan Syariah Sulawesi Selatan akan 
bertepuk tangan. Sebagian misinya telah tercapai
   
  Tak lama lagi, bakal digelar hukuman pancung, entah di wilayah mana lagi. 
Mungkin di Tangerang, Padang, Aceh, atau Tasikmalaya. Pelaku bom Bali Amrozi 
dan kawan-kawan juga ingin mati dengan dipancung kepalanya, daripada digantung 
atau ditembak mati, karena itu sesuai Syariat Islam yang ia percayai.
   
   
   
  --
   
  HARIAN FAJAR
   
  Hukuman Potong Tangan di Bulukumba
(21 Nov 2007, 114 x , Komentar)   Berlaku di 20 Desa


  BULUKUMBA -- Resah dengan maraknya pencurian di wilayahnya, 20 perwakilan 
desa di Kecamatan Gantarang, sepakat memberlakukan potong tangan bagi pelaku 
yang tertangkap tangan.Kesepakatan itu terungkap setelah dilakukan pertemuan 
seluruh kepala desa, Minggu, 18 November lalu. 

Para kepala desa juga sepakat untuk membentuk Forum Peduli Kamtibma Pallawa 
Lipu. Ditunjuk sebagai Koordinator Kecamatan adalah Kepala Desa Gantarang, Andi 
Rukman.

Selain pencuri, pelaku judi dan penikmati muniman keras (miras) juga dikenakan 
hukuman cambuk sebanyak 80 kali. 

Beberapa bulan belakangan ini, pencurian memang marak di wilayah Polsek 
Gantarang. Selain kendaraan roda dua, hewan peliharaan masyarakat seperti sapi 
dan kuda, juga menjadi sasaran pencuri. Nyaris setiap malam, ada saja desa yang 
disatroni maling. 

Anehnya, hingga saat ini tak satu pun pencuri yang berhasil dibekuk polisi. 
Jaringan pencuri yang sering beroperasi di daerah ini memang dikenal sangat 
rapi dan terorganisir. 

Desa Padang Kecamatan Gantarang yang dikenal sebagai desa percontohan 
pelaksanaan perda syariat Islam, sudah memberlakukan hukuman cambuk sejak 
beberapa tahun lalu. Tercatat, sudah beberapa kali warga setempat dihukum 
cambuk. 

"Masyarakat resah dengan maraknya pencurian di desa. Hukum ini kita sepakati 
untuk meminimalisir tindakan kriminal," kata Andi Rukman, Selasa, 20 November. 

Andi Rukman menegaskan, mereka kurang percaya lagi dengan kinerja aparat 
kepolisian. Pelaku yang tertangkap tangan, proses hukumnya sangat lama. 
Sanksinya juga ringan sehingga membuat pelaku tidak jera. "Polisi mengaku 
selalu kesulitan mendapatkan barang bukti," ujarnya. 

Kendati demikian, lanjut Rukman, pihaknya tetap berhati-hati menerapkan hukuman 
ini agar tidak bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku. 

Kepala Polsek Gantarang, AKP Muhammad Jufri, mengaku menyambut positif terhadap 
kesepakatan seperti itu. Hanya saja, kata Kapolsek, terlebih dahulu harus 
disetujui oleh bupati atau muspida setempat. Sebab, aksi itu cukup rawan karena 
masyarakat bisa berbuat anarkis dan main hakim sendiri. (



blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com 
   

   
-
Get easy, one-click access to your favorites.  Make Yahoo! your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Jangan Binhad Nurrohmat mulu

2007-11-17 Terurut Topik radityo djadjoeri
Menurutku, tak ada yang salah dengan Binhad Nurrohmat 
  Dia adalah penyair Indonesia yang kini sedang naik daun, dan banyak 
dibicarakan orang.
  Sedangkan WS Rendra adalah penyair Indonesia masa lalu yang sudah jarang 
mencuatkan karya-karya baru. Rendra kini lebih cocok sebagai maha guru. Lagi 
pula, majalah Tempo sudah mewawancarainya kan? 
   
  Yang aneh di dunia susastra Indonesia, para pelakunya saling menjatuhkan. 
Sebagai contoh adalah Binhad Nurrohmat sendiri. Karyanya, Bau Betina, masuk 
nominasi dalam Khatulistiwa Award yang berhadiah puluhan juta rupiah. Namun, 
"kawan-kawan seperjuangan"nya, yang notabene para penyair muda, menabalkan 
karyanya sebagai karya sastra terburuk sepanjang tahun ini, dengan menggelar 
"Kakus-litiwa Award". 
   
  Selengkapnya:
   
  http://artculture-indonesia.blogspot.com
   
   
   
   
  

Rara Gendis <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Iya, SETUJU BUANGE!!!
Masih banyak yang bermutu kokummm...ADA APA YAA???
(Bin, sorry friend...makin terpandang makin bijak dong!) 

anmton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kompas tolong dong buat berita 
wawancara komprehensif WS Rendra yang 
mencerahkan dan muat karya-karyanya dalam kolom puisi minggu pagi, 
jangan Binhad Nurrohmat mulu, bosen ah

ANTON 




[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Definisi "Pahlawan Nasional"

2007-11-14 Terurut Topik radityo djadjoeri
Apa itu "Pahlawan Nasional"? Untuk mendapat gelar itu tentu saja seseorang tak 
dapat menabalkan dirinya sendiri: "Ini aku pahlawan. Cepat angkat diriku!" 
Penentunya adalah Pemerintah Pusat yang berkedudukan di Jakarta. Sepertinya ada 
keterlibatan Departemen Sosial di sini. Seorang yang menyandang gelar Pahlawan 
Nasional (PN) kalau tak salah berhak mendapatkan santunan tiap tahunnya, entah 
berapa jumlahnya. 
   
  Adalah keliru anggapan bahwa seorang PN adalah mereka yang berperang, mereka 
yang militer. Tak heran, di masa Orba, kebanyakan yang diangkat sebagai PN 
adalah dari kalangan militer, hanya sedikit dari kalangan sipil. Begitu juga 
pengisi Taman Makam Pahlawan (TMP) seperti Kalibata mayoritas dari kalangan 
militer. Mereka juga memonopoli nama-nama jalan di Indonesia. 
   
  

Tunjung Utomo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Jadi apa itu "Pahlawan Nasional"?,mohon masukan tentang definisinya.



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Diponegoro - Re: Imam Bonjol

2007-11-13 Terurut Topik radityo djadjoeri
Terima kasih Mas Anton untuk masukannya. Sekilas saya baca, sepertinya Mas 
Anton punya mesin waktu sehingga bisa ketemu duta-duta Inggris utusan Raffles 
yang mondar-mandir di Yogyakarta:))
   
  Memang, buku sejarah kita terasa amat ringkas dan memberi kesimpulan yang 
keliru, karena tak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Sudah saatnya para 
sejarawan kita mengulik-ulik kembali buku yang sudah ada, khususnya yang 
diajarkan kepada murid-murid di sekolah.
   
  Pengaruh Ottoman di Turki dan Dinasti Saud di Tanah Arab sebenarnya amat 
kental dalam proses Islamisasi di Indonesia. Dari ujung Aceh, Minangkabau, 
Sriwijaya, Jawa, Sulawesi, Kalimantan hingga Ambon, ada jejaknya. Kehadiran 
pasukan Ottoman di Aceh pernah diakui oleh Dubes Turki saat berkunjung ke Aceh, 
dimana keturunannya juga masih hidup.
   
  Mungkin istilah "penjajahan" perlu juga dimaknai secara lebih meluas. Selain 
penjajahan fisik seperti Belanda dan negara Eropa lainnya, serta Jepang, ada 
juga penjajahan pikir. Itulah yang banyak dilakukan oleh Ottoman dan Saud 
melalui indoktrinasi agama.Sampai kini kita masih merasakannya.
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
  

anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Diponegoro itu sebenarnya mau jadi raja Yogya tapi nggak enak sama 
ibu tirinya orang tua Raden Mas menol dan yang nurunkan Pangeran 
Jarot.

Perang Diponegoro dan Perang Paderi tak lepas dari perluasan 
pengaruh Wahabi di Arab Saudi sana yang berhasil menaikkan Dinasti 
Saud, namun Dinasti Saud baru mapan setelah Inggris masuk, Perang 
Diponegoro secara diam-diam tak lepas dari adanya konspirasi Inggris 
yang mau masuk lagi ke Jawa, ini yang belum banyak dikaji para 
Sejarawan. Karena sebelum terjadinya perang banyak duta Inggris 
utusan Raffles berkeliaran di Yogyakarta.

ANTON



 


blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com 
   

   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Trans TV telah berbohong: Jamu di Sleman

2007-11-13 Terurut Topik radityo djadjoeri
Betul Bang Sonar, saya juga pernah mendapatkan informasi serupa. Oh, namanya 
quasi media ya? Oke, cuma waktu itu tidak disebutkan tarifnya berapa. Kalau 
nggak salah bisa jutaan. Rasanya kalau cuma Rp 250 ribu terlalu murah. Soalnya 
kan melibatkan talent juga.
   
  Sekalian tanya, maaf, ini Bang Sonar yang mantan wartawan Warta Ekonomi kah?
   
  Salam,
   
  Radityo
   
  

sonar sihombing <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Saya pernah dapat email yang isinya menceritakan profesi baru di 
dunia quasi media. Profesi itu adalah mereka yang menjual modus-modus operandi 
yang cocok untuk cerita investigasi. Katanya mereka cukup dibayar Rp250.000 per 
topik dan mereka sudah siap untuk merekayasa ceritanya lengkap dengan 
pelakunya. Jadi kasus seperti ayam mati yang pernah ditayangkan, atau bakso 
tikus. Itu semua katanya hasil rekayasa. Tapi saya ngak tahu kepastiannya.
Salam,
Sonar S 



[Forum Pembaca KOMPAS] Pengarang dan keberbahagiaan

2007-11-05 Terurut Topik radityo djadjoeri
Oleh Gus Tf Sakai

Dalam sebuah puisi panjang berisi kekaguman akan Alexander Agung,
penyair Horace (65 SM) menulis satu bagian khusus berisi kekaguman
Alexander Agung akan Diogenes, seorang filsuf sezaman yang hidup
sangat sederhana. Begitu sederhananya, sang filsuf tinggal dalam
sebuah tong dan tak punya apa pun selain sepotong mantel, tongkat, dan
kantong roti.

Melalui Alexander sebagai aku-lirik, bait terakhir bagian itu
menggambarkan kematian Diogenes yang indah (sejenak kita ragu:
Alexander mati muda, tidakkah Diogenes meninggal lebih kemudian dari
Alexander?) sekaligus menyingkap sebuah rahasia: selain mantel,
tongkat, dan kantong roti, di dalam saku di balik mantel itu ada
sebuah kitab/larik-larik puisi.

Puisi kekaguman (Alexander) di atas kekaguman (Horace) itu tak
menginformasikan banyak fakta (dan memang, puisi tak perlu berurusan
dengan informasi dan fakta).

Akan tetapi, dari banyak literatur kita tahu, Diogenes adalah filsuf
paling terkenal di kalangan Kaum Sinis. Ia adalah murid Antisthenes
(400 SM) yang pernah menjadi murid Socrates karena sangat tertarik
pada kesederhanaan filsuf besar itu.

Diceritakan, suatu hari Socrates berdiri termangu di depan sebuah toko
yang menjual bermacam barang. Saat seseorang bertanya kenapa ia
termangu, filsuf yang tak pernah menulis satu kalimat pun itu berkata,
"Betapa banyak benda yang tak kuperlukan." Konon, peristiwa inilah
yang kemudian mendasari pemikiran aliran filsafat Kaum Sinis.

Apa yang menarik di sini, bukanlah pentingnya puisi, melainkan
kenyataan bahwa puisi—bagi Diogenes—kiranya mampu menampung "hal-hal
di luar" mantel, tongkat, dan kantong roti. Dan apa sesungguhnya
"hal-hal di luar" itu tentu saja adalah dunia dengan keberbagaian.
Pertanyaan melenceng yang tiba-tiba nongol: mampukah puisi menampung
keberbagaian jika ia ditulis dalam ketentuan, pola baku, yang seragam?

Pertanyaan tolol

Pertanyaan melenceng di atas, boleh dikatakan, adalah pertanyaan
tolol. Bukan hanya karena puisi (apa pun karya seni) merupakan dunia
kreasi yang meniscayakan kebedaan, tetapi terutama karena pertanyaan
itu sebenarnya adalah wacana teks lain yang berkenaan dengan etnis,
kultur, agama, ideologi, dan lain-lain teks yang berkecenderungan
untuk mengeras pada dirinya. Atau, apakah kita memang ingin mereduksi
teks puisi (karya seni) sedemikian rupa, lalu menggunakan atau
mengalihkannya pada teks yang di masa Orde Baru kita kenal sebagai SARA?

Tentu ini dugaan buruk dan mudah-mudahan keliru. Semoga asumsi ini
timbul hanya karena keberbagaian itu hari-hari ini menunjukkan wajah
yang hegemonik, sarat kecurigaan, prasangka, bahkan kebencian,
sehingga tak hanya jadi urusan (perhatian dan keprihatinan) kaum
pluralis. Begitu pula segala hujatan, pernyataan (deklarasi, memo,
atau apa pun namanya), tentulah tak berkaitan dengan keyakinan akan
adanya semacam kebenaran; karena urusan puisi (karya seni) memang
bukan merumuskan kebenaran.

Kembali, saya ingin mengatakan apa yang dalam ruangan ini
("Humaniora-Teroka" Kompas, 9 Desember 2006) pernah saya utarakan:
teks sastra sangat berbeda dari teks lain. Bila segenap perangkat pada
teks lain bekerja dalam kerangka acuan menjadi ada, segenap perangkat
pada teks sastra justru bekerja dalam kerangka acuan "menjadi tak
ada". Bila teks lain ujung- ujungnya selalu merumuskan kebenaran,
sebaliknya teks sastra ujung-ujungnya selalu menghancurkan kebenaran.

Sungguh, bagi seorang pengarang, tak ada pertanyaan paling relevan
kecuali: masih perlukah dirinya mencipta bila semua telah ada dan
kebenaran sudah dirumuskan?

Kelenyapanlah yang membuat puisi bisa bertahan karena hanya dengan
lenyap ia jadi tak temporal; lahir dan lahir terus dalam diri pembaca.
Satu-satunya keunikan teks sastra memang adalah makna yang bukan
ditentukan oleh dirinya, melainkan oleh pembaca, yang pada ruang-waktu
tertentu berhadapan dengannya.

Dengan cara inilah teks sastra menemukan kesejatian; untuk tak
menyebut keabadian. Dalam teks sastra, jika sesuatu menjadi ada, jika
semacam kebenaran mulai menjelma, maka saat itu pula ia harus
hancur-hilang bila tak ingin "membunuh" pembacanya. Pembaca yang
terbunuh tentu saja adalah kesia-siaan bagi sastra. Karena kematian
pembaca pada gilirannya tentu pula adalah kematian bagi teks sastra.

Segera tampak betapa pentingnya pembaca; dan sebab itu berposisi
sebagai subyek. Dan nyata pula, pendapat Agus S Malma ("Bukan Pembaca,
Tekslah yang Penting", Kompas, 6 Januari 2007) yang menanggapi tulisan
saya. Dan si subyek, sang pembaca ini, adalah manusia dengan
keberlainan. Sifat personal yang selama ini kita kenakan pada karya
seni, kiranya, tak terutama berkaitan dengan teks seni ataupun sang
pencipta karya seni, melainkan pada kenyataan si pembaca atau si
penikmat yang tak hanya berlainan dan beragam, tetapi juga hidup pada
ruang (tempat, kultur) dan waktu (masa, zaman) berbeda.

Kembali ke "hal-hal di luar" mantel, tongkat, dan kantong rotinya
Diogenes, menjadi tampak pula "kesederhanaan" hidup filsuf Kaum Sinis
tak tep

[Forum Pembaca KOMPAS] Yahoo Answer kini tampil dalam Bahasa Indonesia

2007-10-28 Terurut Topik radityo djadjoeri
  Yahoo kian mempermudah masyarakat Indonesia untuk bersosialisasi di internet 
dengan menampilkan Yahoo Answer dalam Bahasa Indonesia. Sebelumnya Yahoo Answer 
hanya tampil dalam Bahasa Inggris dan beberapa bahasa asing lainnya. Kini Anda 
mau bertanya apa saja, bisa. Ada beberapa kategori yang dapat Anda pilih untuk 
kemudahan tampilan dan pencarian.
   
  Apabila Anda menuliskan suatu pertanyaan yang  menarik, dalam waktu singkat 
akan muncul  beragam jawaban dari orang-orang yang sebelumnya tidak Anda kenal. 
Tentu saja jawaban dari mereka ada yang sekadar iseng-iseng belaka, namun 
banyak juga yang serius. 
   
  Ingin menelusuri Yahoo Answer? Silakan klik: 
   
  http://id.answers.yahoo.com
   

  Bukankah ini salah satu pertanda bahwa aktivitas berinternet ria kian 
menyenangkan?
   
  


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Menkominfo: Jadikan Blog Sarana Edukasi dan Pemberdayaan

2007-10-28 Terurut Topik radityo djadjoeri
Waduh Lae Agus. Inisial aegi nulisnya kok banyak yang salah tho...
   
  Berikut contohnya:
   
  1. Unsur inovasi yang menarik yaitu uniqueness dan uniqueness tidak akan 
muncul tanpa ada pluralitas," katanya. 
   
  2. Para blogger datang dari berbagai daerah dan latar belakang, ada yang 
datang dari Palu (Sulawesi Tengah), Makassar (Sulawesi Selatan),  Padang 
(Sumatera Utara), ..
   
  3, Meski umunya anak muda, 
   
  

Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  http://www.kompas.co.id/ver1/Iptek/0710/27/224301.htm


Blog telah menjadi salah satu media untuk berekspresi yang diminati
orang. Saat ini di Indonesia ada 130.000 pengguna blog. Sadar akan
kekuatan pengaruh blog, Menteri Komunikasi dan Informatika
(Menkominfo), Muhammad Nuh, mengimbau para blogger untuk menjadikan
blog sebagai sarana edukasi, pemberdayaan dan pencerahan bagi masyarakat.

Mohammad Nuh mengemukan hal itu di hadapan 500 peserta Pesta Blogger
2007 yang diselenggarakan di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Jakarta,
Sabtu (27/10). Ia menyatakan, pihaknya memberikan apresiasi yang
sangat positif kepada komunitas blogger dan menjamin tidak akan ada
pembreidelan terdahap blog. 

"Sudah tidak zaman lagi untuk membatasi ekspresi. Yang ada sekarang
adalah semangat untuk memberikan kontribusi yang terbaik," katanya. 

Ia melanjutkan, kontribusi mengandaikan kebebasan. "Kekebebasan
memungkin munculnya inovasi dan kreasi. Unsur inovasi yang menarik
yaitu uniqueness dan uniqueness tidak akan muncul tanpa ada
pluralitas," katanya. 

Dalam ruang kebebasan untuk berekspresi itu, ia mengimbau para blogger
untuk mengedepankan semangat edukasi, pencerahan dan pemberdayaan.

Pada kesempatan itu, ia juga menyatakan tanggal 27 Oktober sebagai
hari blogger nasional. "Hari ini saya nyatakan secara resmi sebagai
hari blogger nasional," kata Muhammad Nuh. 

Pesta Blogger 2007 merupakan ajang pertemuan para blogger berskala
nasional. Acara yang diprakarsai Maverick, perusahaan kehumasan,
bersama sejumlah blogger ini baru pertama kali diadakan dan langsung
mendapat sambutan antusias dari para blogger. Peserta yang hadir kali
ini tercatat 500 orang padahal semula panitia hanya bermaksud
menyelenggarakan acara untuk 200 orang. 

Para blogger datang dari berbagai daerah dan latar belakang, ada yang
datang dari Palu (Sulawesi Tengah), Makassar (Sulawesi Selatan), 
Padang (Sumatera Utara), Yogyakarta, bahkan dari Kuala Lumpur
(Malaysia). Meski umunya anak muda, ada juga peserta yang sudah uzur.
Iwan Darmansjah seorang professor farmakologi misalnya, sudah berusia
76 tahun.

Koordinator Panitia, Enda Nasution, mengatakan, tanggapan yang luar
biasa dari para blogger itu sangat menggembirakan dan hal itu
menunjukkan betapa aktif dan solidnya komunitas blogger di Indonesia.

Penulis: aegi

Copyright 2006 Kompas Group 



[Forum Pembaca KOMPAS] Ayu Utami: Kanon Sastra, siapa takut?

2007-10-28 Terurut Topik radityo djadjoeri
Kanon Sastra: Siapa Takut?
  
Oleh Ayu Utami
  
Mengapa takut, wahai, pada kanon sastra? Toh kita belum pernah punya. Dan 
sesungguhnya kita perlu punya, ya, sebuah kanon yang cocok untuk kepentingan 
kita. Dan kepentingan itu adalah proyek kebangsaan Indonesia, yang belakangan 
ini terbengkalai.
  
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah tonggak awal kebangsaan kita. Sayangnya, 
pemerintahan Soeharto menjalankan proyek ini dengan cara yang menghilangkan 
keharuannya. Reformasi 1998, yang mewarisi kegusaran pada slogan Orde Baru, 
menyingkirkan butir-butir sumpah itu bersama sampah lain ke sudut berdebu. 
Pelbagai riset menunjukkan, sepuluh tahun ini orang memilih ikatan-ikatan lain, 
semisal kesukuan, kedaerahan, dan agama, di atas satu bangsa satu tanah air.
  
Dari tiga untai Sumpah Pemuda, hanya yang terakhir yang masih lumayan mengilap, 
berkat para peminat bahasa Indonesia yang masih setia mengelap-ngelap butir 
ketiga itu tiap tahun. Sebagian di antaranya sastrawan—mereka suka 
menyelenggarakan seminar di sekitar tanggal ini; misalnya Kongres Cerpen, yang 
25 sampai dengan 28 Oktober ini diadakan di Banjarmasin. Sebagian lebih besar 
adalah para linguis dan birokrat bahasa. Mereka bekerja di Pusat Bahasa, balai 
bahasa tingkat daerah, yang tanpa bosan mengadakan hajatan di bulan bahasa 
saban tahun. Tema yang diangkat kerap sloganistis—"dengan sastra kita 
tingkatkan minat baca insan Indonesia". Apa pun, gosokan merekalah yang membuat 
sumpah nomor tiga masih tersemir.
  
Sumpah ketiga itu istimewa adanya. Sumpah yang pertama dan kedua lebih mengenai 
ikatan darah dan tanah. Sumpah nomor tiga perihal ikatan bahasa, unsur yang 
lekat pada makhluk berbudaya. Rumusannya pun tersendiri. Para pemuda bukan 
mengaku berbahasa satu, melainkan menjunjung bahasa persatuan. Kata itu 
"menjunjung" , bukan "mengaku". Lagi pula "bahasa persatuan", bukan "bahasa 
yang satu". Ini adalah pengakuan matang atas persatuan dalam perbedaan. Bahasa 
Indonesia dijunjung, sementara bahasa-bahasa nusantara didukung. Tentu saja 
dalam praktik ada persoalan kesetaraan pengembangan bahasa Indonesia 
dibandingkan dengan bahasa-bahasa daerah. Akan tetapi, rumusan ideal ini 
tetaplah bentuk lain pernyataan Bhineka Tunggal Ika, yakni falsafah kebangsaan 
kita. Tidakkah menakjubkan, kita bisa bersandar kepada kebahasaan kita untuk 
merumuskan kembali kebangsaan Indonesia yang kini agak terlupakan. Bahasa 
merupakan epitom kebangsaan kita.
  
Dengan caranya, para birokrat bahasa, linguis, maupun sastrawan telah berjasa 
memelihara ide kebangsaan ketika orang banyak alpa.
  
"Kanon sastra"
  
Apa hubungannya dengan "kanon sastra"? Kanon bisa bermakna kitab hukum. Kanon 
sastra kerap berarti kitab hukum sastra, yaitu daftar kitab-kitab sastra yang 
wajib hukumnya dibaca. Wajib, karena kesahihannya telah diukur. Kanon sastra 
ini tentu bukan kitab hukum positif seperti KUHP, melainkan lebih berdasarkan 
kesepakatan. Marilah di sini kita sepakati arti kanon sastra sebagai daftar 
bacaan standar wajib bagi orang terpelajar.
  
Pegangan demikian diperlukan dalam proses belajar-mengajar sastra. Namun, 
berkat kritik postmodernisme, para peminat sastra kerap memandang sinis pada 
daftar bacaan wajib ini karena penyusunannya tidak bebas politik kepentingan. 
Contoh paling kasar, di masa Orba karya-karya Pramoedya Ananta Toer tak boleh 
masuk dalam daftar bacaan.
  
Sejalan dengan reformasi, belakangan ini ada kecenderungan untuk anti pada 
segala usaha membangun patokan sastra. Usaha untuk menemukan standar sastra 
dicurigai motif dan kepentingannya. Kanonisasi sastra, jika pun ada, dianggap 
sebuah proyek yang semata-mata bernafsu kekuasaan. Contoh prasangka buruk ini 
adalah ajuan di dalam Kongres Cerpen lalu.
  
Penyusunan sejenis kanon sastra Indonesia di masa lalu memang sangat ditentukan 
oleh, bukan cuma politik kepentingan, tetapi kepentingan politik yang 
kasatmata. Akibatnya, bacaan wajib di sekolah yang bisa disepakati hanya 
berkisar di antara Pujangga Baru, Balai Pustaka, dan Angkatan 45. Setelah itu, 
perkembangan kesusastraan kerap berbenturan dengan kepentingan politik Orba 
sehingga tubuh utamanya tak bisa diajarkan di sekolah.
  
Setelah angkatan 45, sastra Indonesia dihadirkan tak berpeta. Para guru 
mencomot beberapa judul untuk diperkenalkan kepada murid tanpa kerangka acuan. 
Sebagian guru mengaku bahwa keputusan mereka telah mengambil media massa 
sebagai bahan pertimbangan. Ketika kritik postmodernis menghancurkan batas 
antara sastra tinggi dan sastra ngepop, media massa membangun tolok ukur baru 
yang lebih encer—berdasarkan segala kriteria, termasuk sensasionalitas. Inilah 
keadaan tak berpeta itu.
  
Harap dicatat. Kenyataan sastra memang tak membutuhkan peta, seperti segala 
kenyataan yang lain. Namun, pedagogi membutuhkan peta untuk kerangka acuan 
melihat kenyataan yang niscaya sengkarut. Semata demi membuat mata pelajaran 
sastra masuk akal bagi murid atau siapa pun yang hendak belajar. Kanon sastra 
ada dalam keb

Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Moderator - HOAX - Re: EMERGE NCY!!! (I NEED YOUR URGENT HELP) �

2007-10-26 Terurut Topik radityo djadjoeri
Kalau begitu aku juga bodoh Mas Agus, karena dulu meloloskan postingan Papuan 
Diary ke beberapa milis. Tadinya memang ragu, tapi setelah saya timbang-timbang 
kok seperti beneran. Yah, nasi sudah menjadi bubur. :((
   
  Tentang Paypal, setahun lalu aku juga pernah ngisi form-nya. Tapi begitu 
diklik, selalu error. Tak lama kemudian, emailku di yahoo sempat ngadat, dan 
"dipelihara" sama admin selama dua bulan lamanya. 
   
  Ngomong-ngomong, apakah ada di milis ini yang pernah terima email dariku 
untuk 
  minta transfer uang karena aku terdampar di Afrika?
   
   
   
   

[EMAIL PROTECTED] wrote:
  Mas Agus kamu tidak bodoh cuma lagi ga konsen aja .

ajpw

"Agus Hamonangan" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent by: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
10/26/2007 01:48 PM
Please respond to Forum-Pembaca-Kompas

To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
cc: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Moderator - HOAX - Re: EMERGE NCY!!! (I 
NEED 
YOUR URGENT HELP)þ

Saya jadi nostalgia, kejadian sekitar 2 Tahun lalu. Saya menerima email
dari saya sendiri (account dan domainnya sama persis), isinya :-) lalu
saya lihat asalnya, ternyata nomor IP kantor teman, yg mengerjai saya.
Papuan Dairy juga terposting ke FPK, hanya saja saya reject, namun posting
pak KM saya loloskan. Terbukti betapa BODOHNYA saya sebagai moderator,
kedepan saya akan lebih waspada.

Salam,
AH
-- 
Salam,

Agus Hamonangan
http://www.agushamonangan.blogspot.com
http://groups.google.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/


 


blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com 
   

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Dari Goenawan Mohamad (tanggapan Budiman Sudjatmiko)

2007-10-23 Terurut Topik radityo djadjoeri
Mas Iwan,
   
  Mungkin bukan karena banyak member FPK yang tidak belajar filsafat. Tapi 
kalau disampaikan dengan lebih "membumi" dan tidak terlalu teoritis, saya rasa 
akan nyaman dan nikmat juga diskusi dengan topik ini diikuti oleh kita. 
   
   
  salam,
   
  rd
  

Iwan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Pak Barbanas,

Terima kasih mengirimkan pendapat Pak Yong.
Pak Yong tidak mengikuti diskusi sebelumnya, sehingga salah kutip mana
yang sebenarnya disampaikan oleh GM, Saya, dan BS. Tanggapan saya ada
di bawah. Saya akan senang kalau Pak Yong bersedia membahas secara
langsung, namun pembahasan lebih jauh mengenai hal ini mungkin tidak
tepat dilakukan di FPK (sudah lepas dari konteks tulisan GM, serta
akan membosankan banyak member yang tidak belajar filsafat).



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kenapa mesti kaligrafi Arab?

2007-10-22 Terurut Topik radityo djadjoeri
Memang di Indonesia istilah kaligrafi selalu berkonotasi dengan Arab atau lebih 
sempit lagi Islam. Sebaiknya, kalau media mau menuliskan kaligrafi yang ada 
tulisan Arab, sebutlah itu sebagai kaligrafi Islam, bukan kaligrafi saja. 
Karena seni kaligrafi sudah tua usianya, yang mana dalam Bahasa Gerika bemakna 
"keindahan menulis" sebagai hiasan.

  Jadi tak ada salah salahnya tiap daerah di Indonesia mengembangkan seni 
kaligrafi khas daerahnya masing-masing, dengan media yang beragam. Selain 
sebagai pengembangan SDM di bidang seni budaya, apabila bisa menorehkan 
karya-karya yang bagus dan bermutu, dapat menjadi sumber devisa. Alangkah 
bangganya kita semua bila suatu saat nanti muncul seni kaligrafi Batak, 
kaligrafi Jawa, Papua, Dayak, Bali dan lain sebagainya. Bukankah keragaman itu 
indah?

  Saya coba googling, pendiri Apple Steve Jobs pernah kursus kaligrafi, tapi 
bukan ala Arab. Dengan belajar kaligrafi, ia lalu dapat mengembangkan bisnisnya 
berlandaskan pada seni. Ditulis oleh Budi Raharjo:

  Sejak kecil Steve Jobs menyukai dunia seni, tapi jalur kehidupannya yang 
membuat dia menjadi demikian. Dalam "commencement speech" di Stanford 
University tahun 2005 ( transkripada di sini, audio file ada di sini ), Steve 
Jobs menceritakan pengalaman hidupnya. Salah satunya adalah pengalaman dia drop 
out dari sekolah. Reed College, tempat dia sekolah dulu, merupakan salah satu 
sekolah yang terbaik dalam bidang kaligrafi di Amerika. Karena tidak ada 
kerjaan, maka Steve Jobs mengikuti kuliah kaligrafi ini. (Tidak tahu apakah dia 
mendaftarkan atau hanya sekedar ikutan saja).

  Dia belajar mengenai serif dan sans-serif typeface, jarak antara karakter, 
dan hal-hal yang membuat tipografi indah. Hal ini yang mempengaruhi dia ketika 
dia membuat komputer Macintosh, komputer pertama yang memiliki tipografi yang 
indah. Kalau saja dia tidak mengikuti kelas kaligrafi tersebut (dan mungkin 
kalau saja dia tidak drop out) maka mungkin kita tidak akan punya komputer yang 
memiliki tampilan yang indah. Poin saya, Steve Jobs memang menyukai keindahan.

  Menurut Wikipedia:
  Kaligrafi, dari bahasa Yunani; êáëëé "keindahan" + ãñáöïò "menulis" adalah 
seni menulis dengan indah dengan penasebagai hiasan. Tulisan kaligrafi adalah 
seni belaka dan biasanya tidak dimaksudkan untuk hiasan.

  Di Indonesia, seringkali dibuat seni kaligrafi yang bernafaskan Islam. 
Biasanya diambil ayat-ayat suci dari Al-Qur'an. Bentuknya bermacam-macam, tidak 
selalu pena diatas kertas, tetapi seringkali juga ditatahkan di atas logam atau 
kulit.


kartika pemilia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Salam,
Ini bukan masalah Arab atau bukan Arab. Kalau memang ingin menggali khazanah
kaligrafi non Arab ya silakan saja. Tidak ada salahnya. Tapi mohon jangan
mendiskreditkan kaligrafi Arab dong sebab kaligrafi ARab kan hanya sebentuk
apresiasi seni dan budaya (terlepas dari substansi nilai serta visi misi
sang pembuat kaligrafi).



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Fenomena Internet

2007-10-21 Terurut Topik radityo djadjoeri
Lae AH,
   
  Tumben nih Kompas tidak mencantumkan nama dan inisial penulis artikelnya.
  Atau terlewat?
   
  Kemudian pada artikel bertajuk "Jangan abaikan blogger" ada sedikit 
kekeliruan. Tanggal pelaksanaan Pesta Blog 2007 ditulis 27 September, padahal 
harusnya 27 Oktober kan?
   
  

Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0710/22/tekno/3934910.htm
==

Selama beberapa tahun terakhir sejak reformasi berlaku di Indonesia
dan menghadirkan sistem demokrasi yang berbeda dibandingkan dengan
Orde Baru, muncul pertanyaan apakah percepatan kemajuan teknologi
komunikasi informasi menghadirkan beragam bisnis dotcom dan blog akan
menekan daya tahan media massa dalam berbisnis dan sebagai sumber
informasi?

Kenyataannya, diseminasi informasi sekarang tidak lagi didominasi
media massa tradisional yang memiliki kredibilitas dibangun selama
beberapa dekade. Gelombang kemajuan teknologi komunikasi informasi
telah menggeser kredibilitas yang dianggap sebagai sisa kejayaan
sejarah penerbitan media massa.

Untuk Indonesia, kenyataan ini ditambah dengan tidak adanya kebiasaan
membaca sehingga kemampuan untuk meningkatkan tiras pun menjadi lebih
terhambat dan menjadi beban biaya yang besar ketika harus berhadapan
dengan media modern, seperti dotcom dan blog.

Fenomena blog menjadi luar biasa dan menjadi alternatif menarik sumber
informasi bagi mereka yang tidak lagi mengandalkan surat kabar atau
majalah sebagai sumber primer kebutuhan masyarakat, terutama generasi
muda belia dari remaja sampai usia 30 tahunan.

Bahkan, majalah BusinessWeek memasukkan Jakarta, Beijing, Singapura,
dan Mumbai sebagai empat kota Asia dalam "Blog Belt", dengan lalu
lintas posting dan komentar terbesar di antara 30 kota dunia.

Celakanya, pengusaha media massa hanya melihat kemajuan teknologi
komunikasi informasi dengan sistem jaringan yang semakin canggih,
sekadar perpanjangan usaha informasi, bukan berupaya untuk
mentransformasikan kemampuannya dalam berbisnis informasi menjadi
peluang baru menyongsong kehadiran Web 2.0.

Sebagian melihat jaringan internet adalah tempat mendigitalkan
keseluruhan isi media massa dalam bentuk konvensionalnya, tanpa mampu
mengembangkannya sebagai unit usaha baru dengan cara baru, semangat
baru, visi baru, serta manajemen baru. Ini antara lain yang
menjelaskan kenapa bisnis dotcom di Indonesia berkembang pesat
menyamai kekuatan bisnis media massa tradisional.

Di Norwegia, sebuah surat kabar memanfaatkan jaringan internet
mengembangkan bisnis baru sebagai penjual keanggotaan spa di samping
menyajikan isi korannya. Di Amerika Serikat, pembaca sebuah situs blog
mengumpulkan uang agar penulis blog berangkat ke Irak untuk melaporkan
situasinya secara langsung ketika Saddam Hussein "dikudeta" tentara AS.

Di Indonesia, dikabarkan ada dana segar mencapai sekitar 400 juta
dollar AS dari berbagai penjuru dunia yang siap untuk ditanamkan pada
perusahaan-perusahaan dotcom lokal.

Media tradisional memang tidak akan mati seperti banyak diperkirakan
orang melihat mengguritanya jaringan internet. Persoalannya, sebagai
bisnis, sumber pemasukkannya akan digerogoti oleh kehadiran portal,
blog, dan lain sebagainya.

Pilihannya, mentransformasikan keseluruhan visi dan bisnis media
tradisional atau ditinggalkan pembaca yang memiliki alternatif
pemberitaan di jaringan internet dan media gratisan yang tersebar di
mana-mana. Waktu melakukannya pun sangat singkat. 



 


e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Koreksi untuk Saut Situmorang

2007-10-21 Terurut Topik radityo djadjoeri
Interupsi dari Pak Sulaeman benar. Polemik yang dicuatkan Saut Situmorang untuk 
menyerang Komunitas Utan Kayu memang sudah tidak sehat. Caranya tidak elegan, 
karena berbaur fitnah dan penuh tebaran gosip. Itu yang amat saya sayangkan. 
Mengaku sastrawan, kok begitu? Kapan polemik akan berakhir? Tentu saja itu 
tergantung Saut.

  Kalau yang tertayang di milis FPK masih mendingan. Tapi di milis-milis lain, 
waduh mana tahan. Penuh makian dan kata-kata kasar. Sungguh susah untuk memilah 
yang mana sastrawan yang benar-benar sastrawan dan yang mana sastrawan 
jadi-jadian. Tapi saya yakin, cepat atau lambat, masyarakat pecinta karya 
sastra akan bisa menilai mana emas mana loyang.

  Boleh-boleh saja mengkritisi, namun ada caranya, tidak dengan menghujat, 
menyerang ke pribadi-pribadi tertentu dengan maki-makian. Entah ada agenda 
terselubung apa di balik itu semua. Tidak dilayani salah, dilayani malah makin 
menjadi-jadi. Jadi serba salah.

  Kalau menyimak postingan Bung Guntur dari KUK, sebenarnya mereka sudah 
berbaik hati untuk mengundang Saut Situmorang dan lainnya untuk berkunjung ke 
Utan Kayu, agar bisa lebih memahami apa itu KUK. Toh, sebenarnya tanpa adanya 
undangan tersebut juga saya kira KUK itu terbuka untuk umum. Apalagi mereka 
rutin menggelar acara gratisan, yang bisa dihadiri oleh siapa saja. Saya yang 
belum pernah sekalipun menginjakkan kaki ke Utan Kayu saja bisa "menikmati" 
kiprah mereka dari jauh, apalagi buat mereka yang kerap bertandang ke sana.



"Sulaeman_H." <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Interupsi.
Saya heran apa tidak sebaiknya SS dan TUK bertemu dan menyelesaikan
perbedaan pandangan antara keduanya baik melalui mediator ataupun ketemu
langsung. Saling serang kepribadian antar sesama aktifis sasra di depan
publik dengan aneka ragam kata yang sudah tak terkontrol bak semburan
lumpur Lapindo hanya akan menunjukkan belang kepribadia diri anda sendiri
dan semakin mengurangi respek khalayak terhadap anda

Apa selama ini anda semua sudah menganggap diri bak sosok selebriti sastra
Indonesia masa kini yang oleh sebab itu perlu terus digosipkan dan dilanda
gosip supaya makin dikenal namanya? Saya kok tidak yakin anda se-arogan itu.
Saya membayangkan para saterawan itu kalau marahpun bisa menggunakan bahasa
marah yang kena tapi tetap bermutu sastra. Suguhi kami dengan masakan dapur
sastra anda dan jangan suguhi kami dengan limbah sastra dari toilet anda.
Salam damai
SH



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: dukacita: lazuardi adi sage

2007-10-21 Terurut Topik radityo djadjoeri
Mas Veven,
   
   
  Aku cuplikkan dari blog ACI:
   
  
http://artculture-indonesia.blogspot.com/2007/10/ac-i-berita-duka-cita-laz-meninggal.html
  19 Oktober 2007Berita Duka Cita: Laz meninggal   

  Innalillahi wa Innalillahi Rojiun. 
  
Telah meninggal dunia, wartawan senior, dan penulis kawakan, LAZUARDI ADI SAGE, 
akibat sakit jantung, Jumat petang (19/10). Jenazah penulis buku "Beribu Alasan 
Rakyat Mencintai Pak Harto" ini disemayamkan di rumah duka, di Jl. Cendrawasih 
Raya Blok A, No. 36, Komplek Perumahan Pondok Safari Jaya, Jurangmangu Timur, 
dekat STAN, Telp. 7330729 - telp. 0811875334
  
Laz - panggilan almarhum, lulusan Sekolah Tinggi Publistik (STP) angkatan 
1977-78 (kemudian dikenal sebagai IISIP Jakarta). Pernah bekerja di majalah 
ANDA, POPULAR, ANITA CEMERLANG, POP, dll. Terakhir banyak menulis 
masalah-masalah kepolisian selain menulis keluarga Pak Harto. 
  
Menurut rencana, jenazah akan dimakamkan Sabtu siang (20/10) di TPU Tanah Kusir.



  
  Pengirim berita,



  
  Dimas Supriyanto 
  E-mail: [EMAIL PROTECTED]

  


[Forum Pembaca KOMPAS] Untuk SS: Tentang "Paus Sastra"

2007-10-19 Terurut Topik radityo djadjoeri
From: Farida Wardhani
  E-mail: [EMAIL PROTECTED]


Menjelang Kongres Cerpen ke-5 di Banjarmasin nanti, Saut Situmorang (SS) 
mengedarkan paparannya tentang politik kanonisasi sastra.  Saya hargai paparan 
itu, sebab tidak maki-maki melulu seperti biasanya.  Dasar pandangannya bagus, 
meskipun masih banyak fakta yang dia sebut harus diklarifikasi. Akan tetapi 
lumayanlah untuk bahan diskusi, dan semoga
tidak dengan gaya panas-panasan lagi.
   
  Saya hanya mau menyinggung soal penamaan "Paus Sastra" terhadap almarhum H.B. 
Jassin.  Ini mungkin dapat membantu kita semua mempelajari sejarah sastra 
sendiri.  Seorang rekan pernah mengatakan kepada saya bahwa sebutan itu dimulai 
oleh sastrawan Gayus Siagian, mungkin di tahun 1956. Akan tetapi nadanya untuk 
mengejek, bukan untuk
memuja-muja.
   
  Saya berharap ada teman yang punya bahan untuk membantah atau membenarkan 
fakta sejarah itu.
   
  Saya teringat akan satu bagian dari surat Goenawan Mohamad (GM) kepada perupa 
Tita Rubi yang dipostingkan dalam milis ACI belum lama berselang. Mengenai 
kedudukan Jassin dan Teeuw sebagai kritikus.
   
  Di sini saya tampilkan kembali, kata GM:
   
  "Di awal 1970 saya pernah berpolemik sebentar dengan Wiratmo Sukito, yang 
mengeluhkan tidak adanya "kewibawaan kritik".  Menurut saya, justru itu yang 
tidak kita perlukan
  
Sayangnya, dalam sastra kita sudah terbiasa dengan memusatkan perhatian kepada 
H.B. Jassin dan A. Teeuw.  Mereka berdua tampak seperti guru sekolah tempat 
kita mengirimkan karangan untuk dinilai – atau bahkan seperti jawatan tera. 
Dengan anggapan begitu, bila Jassin atau Teeuw tidak membahas tentang si A atau 
si B, kita pun protes, seakan-akan ketidak-adilan sedang terjadi: "Wahai, 
kenapa saya tidak dapat cap sebagai 'sastrawan'"?
   
  Sungguh "pathetic". Padahal jika kita memandang Jassin dan Teeuw hanya
sebagai peserta (atau elemen) dalam percakapan sastra, kita bisa lebih
enteng melihat mereka: jangan-jangan Teeuw hanya membicarakan
Pramoedya dan tidak membicarakan Agam Wispi, misalnya, karena ia
merasa lebih cocok atau lebih paham tentang Pram. Itu saja. Teeuw toh
tak pernah mengklaim piluhannya "obyektif" atau "paling sah".
   
  Maka kita salah bila kita menganggap Jassin atau Teuw sebagai "biang"
ketidak-adilan, ketimpangan, atau distorsi dalam sastra. Itu sama
halnya dengan meletakkan mereka sebagai Paus yang dulu mentahbiskan
raja-raja, atau Raja yang dulu mengangkat seseorang jadi ksatria. Pada
akhirnya, kita akan tahu, "dominasi" mereka itu cuma takhayul kita.
   
  Bagaimanapun, dalam kehidupan seni, selalu ada gerak ke  arah apa yang
pernah disebut di tahun 1960-an sebagai "demokratisasi jenius" -- pemakzulan 
kanon dan pusat penilaian, seperti yang sebelumnya dilakukan Duchamp --  juga 
berjangkitnya pluralitas "titik" penilaian ke pelbagai penjuru. Tapi dalam pada 
itu juga tak tercegah terjadinya gerak "seleksi ke atas", yang akhirnya membuat 
karya Duchamp (dan bukan sembarang tempat pipis) jadi kanon dan masuk Tate 
Modern di London. Itu semua menunjukkan percakapan tak kunjung berhenti –dan
represi, dominasi atau arogansi apapun tak akan menghentikannya.."
   
  Mudah-mudahan posting saya ini menambah cerahnya tukar menukar pendapat.
   
  Farida Wardhani.


e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Urgen

2007-10-18 Terurut Topik radityo djadjoeri
Oleh Alfons Taryadi
  
 
  Dari tumpukan surat di meja saya, biasanya surat yang bagian depan
sampulnya bertanda kata urgen saya buka paling dahulu. Sebab, bukankah
urgen berarti mendesak dan penting? Dalam Kamus Kata-kata Serapan
Asing dalam Bahasa Indonesia, Jus Badudu (2003) mengartikan urgen
- "sangat penting dan sangat mendesak sehingga diperlukan tindakan
segera atau pelaksanaannya".
   
  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III urgen - "mendesak sekali
pelaksanaannya, sangat penting". Dalam Tesaurus Bahasa Indonesia, Eko
Endarmoko (2007) menyinonimkan urgen dengan genting, kritis, krusial,
penting. Farida Soemargono dan Winarsih Arifin (1991) pada
Dictionnaire Francais Indonesien, Kamus Perancis Indonesia juga
menyebut urgent berarti "penting (harus lekas dikerjakan)". Dalam
Kamus Inggris Indonesia (1995), John M Echols dan Hassan Shadily pun
menerjemahkan urgent need menjadi "kebutuhan penting".
   
  Namun, Wayne B Kraus bersama Johanes Manhitu dan Isanuddin Siregar
(2005), dalam Kamus Ringkas Inggris-Indonesia TruAlfa, mengartikan
urgent - "hangat, urgen, darurat, sangat mendesak, memerlukan tindakan
segera". Dalam Kamus Belanda-Indonesia susunan Susi Moeimam dan Hein
Steinhauer (2005), arti urgent adalah yang mendesak. Menurut The New
Oxford Dictionary of English (1998), urgent berarti "menuntut tindakan
atau perhatian segera", atau "dilakukan sebagai tanggapan terhadap
situasi yang menuntut tindakan segera". Dalam The New International
Webster's Comprehensive Dictionary of the English Language (2003),
urgent berarti "memerlukan perhatian tepat waktu".
   
  Sementara itu, Ram Charan bersama Geri Willigan dalam buku Know How
yang terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia diterbitkan oleh Gramedia
Pustaka Utama (2007) antara lain menulis: "Bila memilih prioritas,
Anda harus memilih di antara empat prioritas: apa yang penting, apa
yang mendesak (urgent), apa yang jangka panjang versus jangka pendek,
dan apa yang realistis dan versus visioner". Di sini jelas pengertian
penting dan urgen tidak sama.
   
  Menurut Stephen R Covey (1990) dalam The 7 Habits of Highly Effective
People, dua faktor yang mendefinisikan suatu aktivitas ialah urgen dan
penting. Urgen berarti berada dalam situasi yang menuntut perhatian
segera, misalnya telepon kita berdering. Biasanya hal-hal urgen
mendesak kita berbuat, sering menyenangkan, tetapi kerap tidak
penting. Di sisi lain, hal penting terkait dengan hasil-hasil. Sesuatu
yang penting menyumbang ke arah misi kita, nilai-nilai kita,
tujuan-tujuan yang kita prioritaskan. Kita bereaksi terhadap hal-hal
urgen. Namun, hal-hal penting yang tak urgen lebih menuntut proaktivitas.
  Di sini Covey menyodorkan matriks manajemen waktu dengan empat
kuadrannya. Isi kuadran I adalah hal-hal urgen dan penting, kuadran II
hal-hal tidak urgen, tetapi penting, kuadran III hal-hal urgen dan
tidak penting, dan kuadran IV hal-hal tidak urgen dan tidak penting.
  Dengan mengurusi hal-hal tidak urgen, tetapi penting, kuadran II
adalah jantung manajemen personal yang efektif. Dalam First Things
First, Covey (1995) menegaskan bahwa mengetahui dan melakukan apa yang
penting, dan bukannya sekadar bereaksi atas apa yang urgen, merupakan
hal mendasar untuk mendahulukan yang utama.
   
  Dengan pembedaan antara urgen dan penting, kita bisa belajar memprioritaskan 
hal-hal penting yang tidak urgen agar bebas dari tirani urgensi.
   
  Alfons Taryadi 
  Pengamat Bahasa Indonesia 
   
  http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0710/19/utama/3921065.htm



e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: iklan Mc Donald jelek

2007-10-16 Terurut Topik radityo djadjoeri
Dear Mbak Titi,
   
  Untuk iklan, mengadunya ke PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia). 
Kalau tak salah. Bisa juga dilemparkan ke forum Creative Circle Indonesia, 
banyak pakar periklanan di sana. Salah seorang petingginya adalah Pak Daniel 
Rembeth dari The Jakarta Post.
   
   
  salam,
   
  radityo

Titiana Adinda <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Jadi tergelitik untuk bertanya...Kalo konsumen keberatan sama iklan
suatu produk bisanya ngadu kemana ya?Apa itu wewenang Komisi Penyiaran
Indonesia dan Dewan Pers?

Aku kira byk sekali iklan yg melanggar norma atau etika sosial.

Tolong pencerahannya ya.Mksh.

Salam hangat,
Dinda

==
Kunjungi blogku di:
http://titiana-adinda.blogspot.com



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Indonesia Harus Buktikan Karya Seniman Indonesia

2007-10-03 Terurut Topik radityo djadjoeri
Kalau sudah begini, kita patut curiga pada departemen terkait. Jangan-jangan 
mereka terima "uang royalti" dari pemerintah Malaysia, tetapi masuk ke kantong 
para pejabatnya.
  Sehingga pernyataan mereka muter-muter tak karuan. Rekan-rekan wartawan bisa 
melakukan penelisikan lebih mendalam, jangan cuma pernyataan dari pejabat saja.
   
  Setahuku, istri Menteri Pariwisata Malaysia adalah mantan artis panas 
Indonesia...namanya lupa (Enni Beatrice?). Paling tidak, dia menyuntikkan 
ide-ide kepada sang suami, dan pasti dia tahu soal lagu itu.
   
  Untuk Menbudpar Jero Watjik, kenapa musti meminta para seniman Maluku untuk 
melacak asal-usul lagu Rasa Sayange tersebut? Semisal ada kaset rekaman atau 
pelat hitam yang ada lagu itu, walau mungkin pengarang lagunya anonim, rasanya 
itu sudah bisa dijadikan bukti valid. Paling tidak lagu tersebut sudah diputar 
di Indonesia sejak dulu dengan penyanyi dan iringan musisi Indonesia.   
   
  Juga istilah "Sayange" adalah khas Maluku, bukan Bahasa Indonesia, apalagi 
Bahasa Malaysia.


 http://www.kompas.co.id/ver1/Nasional/0710/03/202003.htm


JAKARTA, KOMPAS - Seniman dan budayawan Indonesia tidak bisa begitu
saja memprotes lagu Rasa Sayange yang dijadikan jingle kampanye
pariwisata Malaysia jika belum benar-benar memliki bukti yang kuat
bahwa lagu tersebut benar-benar karya bangsa Indonesia. Sebab, lagu
yang tidak diketahui siapa penciptanya atau no name itu, juga sudah
diklaim Malaysia sebagai lagu rakyat mereka yang sudah ada sejak lama.

Jika Indonesia ingin membuktikan lagu tersebut sepenuhnya karya
seniman dan budayawan Indonesia, maka Indonesia harus memiliki bukti
yang kuat terkait karya cipta lagu tersebut.

Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Watjik saat ditanya
sebelum mengikuti sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden,
Kompleks Istana, Jakarta, Rabu (3/10), salah satu direktorat jenderal
di Departemen Kebudayaan dan Pariwisata sudah menugaskan para seniman
dan budayawan Maluku untuk mencari dan mengumpulkan seluruh bukti
terkait karya lagu rakyat tersebut. 

"Kita harus membuktikan bahwa itu karya kita. Karena lagu Rasa Sayange
itu no-name. Kita harus cari bukti dulu, karena mereka juga
menganggap lagu itu lagu rakyat mereka sejak lama. Jadi, protes kita
tidak akan kuat. Apa alasannya jika kita belum punya data. Kalau kita
sudah punya data, barulah kita protes," ujar Jero.

Jero menegaskan akan memimpin paling depan untuk menggugat Malaysia
jika benar-benar lagu tersebut terbukti karya seniman dan budayawan
Indonesia. "Saat ini Ditjen saya masih berkomunikasi dengan seniman
di Maluku untuk mengumpulkan bukti jika memang ada yang bisa
membuktikan lagu itu memang ciptaan kita. Kalau ada, mari kita lakukan
gugatan," tambahnya. 

Menurut Jero, Indonesia sebenarnya kaya dengan karya budaya. "Bukan
hanya ribuan, akan tetapi ratusan ribu karya budaya kita yang hingga
kini belum terdaftar dan bahkan ada yang tidak mau didaftarkan oleh
pemiliknya. Nanti, jika sudah dipakai oleh orang lain atau negara
lain, barulah kita ribut kita. Saya sudah berkali-kali meminta, dan,
kini, sekali lagi saya minta kepada seniman untuk mendaftarkan hak
cipta mereka," jelas Jero

Sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Antara, Menteri Pariwisata
Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan lagu Rasa Sayange yang
dijadikan jingle kampanye pariwisata Malaysia akan terus digunakan
negaranya. Adapun Menteri Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Malaysia,
Rais Yatim meminta Indonesia membuktikan lagu itu sebagai miliknya. (HAR)

Copyright 2006 Kompas Group 




Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Cuti Bersama Lebaran 12-19 Oktober 2007

2007-10-02 Terurut Topik radityo djadjoeri
Sungguh masa liburan yang amat panjang. Di tahun lalu, cuti panjang ini 
berdampak buruk bagi kalangan pengusaha, karena transaksi keuangan mereka 
mandeg. Pasalnya, Bank Indonesia ikut-ikutan tutup sepanjang liburan. Tutupnya 
BI diikuti dengan tutupnya semua bank-bank. Sementara mitra usaha mereka di 
luar negeri tak libur. 
   
  Padahal mustinya BI mengatur SDM nya agar tidak tutup sepanjang liburan itu. 
Semoga di tahun ini BI mempertimbangkan dengan bijak soal "cuti bersama" ini.
   
  Bagaimana dengan bursa saham? Apakah akan libur panjang juga?
   
  Mohon Uda Deddy bisa memfwd ke teman-temannya di BI...siapa tahu didengar?
   
   
  

Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0710/02/humaniora/3887445.htm
==

Jakarta, Kompas - Pemerintah akhirnya memperpanjang cuti bersama pada
12-19 Oktober 2007, sebelum dan sesudah hari raya Idul Fitri 1 Syawal
1428 Hijriah, 13-14 Oktober 2007.

"Lamanya cuti bersama hari raya Idul Fitri ini tidak mengganggu hari
efektif kerja karena penambahan cuti bersama diambil dari jatah 12
hari cuti bersama," kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat
Aburizal Bakrie di Jakarta, Senin (1/10).

Perubahan Keputusan Bersama itu ditandatangani oleh Menteri Agama
Maftuh Basyuni, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno,
serta Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Taufiq Effendi di
Jakarta, Senin kemarin.

Keputusan perpanjangan cuti bersama ini merupakan revisi atau
perubahan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 481 Tahun 2006 Nomor Kep. 281/Men/VII/200 dan Nomor
SKB/03/M.PAN/7/2006 tentang Hari-hari Libur Nasional dan Cuti Bersama
tahun 2007.

Semula cuti bersama berkaitan dengan Lebaran 2007 dimulai 12 Oktober
hingga 16 Oktober 2007. Lalu, cuti bersama diperpanjang menjadi 12-19
Oktober 2007. Masuk kerja kembali hari Senin, 22 Oktober 2007.

Adapun cuti bersama menyambut libur hari raya Idul Adha 20 Desember
2007 dan Natal 25 Desember 2007 dimulai tanggal 21, 24, dan 26
Desember 2007. Masuk kerja kembali 27 Desember 2007. Sementara pada 31
Desember 2007 nanti akan ada cuti bersama menyambut Tahun Baru 1
Januari 2008 dan masuk kembali 2 Januari 2008.

Untuk instansi pelayanan publik, seperti pusat kesehatan masyarakat,
rumah sakit, perbankan, perusahaan air minum, telekomunikasi,
keamanan, kebakaran dan unit pelayanan umum lainnya, Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat meminta agar penugasan karyawannya
diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Ketetapan ini juga berlaku bagi karyawan perusahaan swasta nasional
lainnya. (LOK) 



 


e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

   
-
Don't let your dream ride pass you by.Make it a reality with Yahoo! Autos. 

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ditolak Ikut Tes Pegawai BI (Kemana Harus Mengadu)

2007-09-30 Terurut Topik radityo djadjoeri


hari satiman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  Ini ada kisah seorang teman, 
barangkali ada yang bisa
membantu.

makasih : hari

=
Pada minggu ketiga bulan Agustus 2007, Bank Indonesia
(BI) membuka seleksi penerimaan Calon Pegawai Golongan
III melalui program MLE (Doktoral dan S1/S2) dan PCPM
XXVIII Tahun 2007 dengan proses e-Recruitment. Saya
mengisi data-data yang diminta. Setelah itu saya
mendapatkan e-mail balasan dari
[EMAIL PROTECTED], bahwa data saya telah masuk
dan akan diproses. 

Pada tanggal 5 September 2007, diumumkan hasil
Seleksi Tahap I (Seleksi Administrasi) Rekrutmen Calon
Pegawai Bank Indonesia (BI). Peserta yang lolos berhak
mengikuti seleksi tahap II, yaitu Test GAT (General
Aptitude Test), pada tanggal 8 s/d 23 September 2007.
Selain itu akan ada panggilan melalui e-mail. 

Nama saya tercantum dalam daftar hasil Seleksi Tahap I
(seleksi Administrasi), dengan nomor urut 01513. Saya
juga mendapatkan e-mail yang menyatakan saya lolos
Seleksi Tahap I itu (terlampir). Hari Sabtu dan Minggu
(22 dan 23 September 2007), daftar nama peserta yang
lolos Seleksi Tahap I masih ada, tetapi ketika Senin
(24 September 2007), sudah tidak ada. Sangat mungkin
dihapus oleh panitia. Untunglah saya sempat
mencetaknya. (Bukti print-out, saya pegang).

Dengan membawa nomor peserta dari pemberitahuan lewat
e-mail, saya tentunya berhak ikut mengikuti tes Tahap
II yaitu Test GAT, pada tanggal 22 September 2007, di
Balai Riung Lantai Bawah Sektor B4 UI, Depok, jam
13.00 WIB. 

Apalagi saya juga diminta membawa dokumen-dokumen
pendukung seperti fotocopy ijazah yang telah
dilegalisasi, fotocopy transkrip nilai yang telah
dilegalisasi, KTP (asli dan fotocopy), pas Foto
berwarna ukuran 4x6 (2 lembar), biodata yang harus
didownload dari website, Pensil 2B, rautan pensil,
penghapus dan alas untuk menulis. Dokumen tersebut
dimasukkan ke dalam map sesuai dengan posisi yang
diinginkan. 
Pada tanggal 22 September 2007, saya datang ke lokasi
untuk mengikuti tes. Saya duduk di kursi yang sudah
ditentukan oleh panitia. Saya duduk di Sektor B4.
Sebelum tes GAT, ternyata dilakukan verifikasi
dokumen-dokumen. Satu demi satu peserta tes dipanggil
oleh panitia yang bertanggungjawab di Sektor B4.
Giliran peserta yang duduk persis di depan saya,
sepertinya dia ada masalah dengan dokumen-dokumennya.
Setelah verifikasi selesai, dia malah keluar ruangan. 
Giliran saya dipanggil. Saya kemudian menyerahkan
dokumen-dokumen saya. Panitia mulai memeriksa
kecocokan dari KTP. Kemudian berlanjut ke ijazah. Di
ijazah saya tercantum bahwa saya adalah jurusan Sosial
Ekonomi Peternakan. Panitia bertanya, “Peternakan
dengan Pertanian sama tidak?”. 
Saya mencoba untuk berargumentasi, bahwa Sosial
Ekonomi Peternakan masuk ke dalam Sosial Ekonomi, dan
masuk dalam ketentuan seleksi. Kemudian panitia
menegaskan kembali bahwa ketentuan BI adalah jurusan
Sosial Ekonomi/Ekonomi Pertanian, bukan Sosial Ekonomi
yang lain, Sosial Ekonomi yang lebih spesifik yaitu
Sosial Ekonomi Pertanian. 
Akhirnya, panitia di Sektor B4 tidak mengizinkan saya
mengikuti tes Tahap II ini, dengan alasan jurusannya
tidak sesuai dengan ketentuan seleksi. Dokumen-dokumen
saya diminta panitia untuk database BI. Saya disuruh
mencoba lain waktu.
Saya berpikir, kenapa bisa terjadi seperti ini. Saya
diminta meninggalkan ruang tes dan tidak berhak
mengikuti tes Tahap II. Padahal, jelas-jelas dalam
e-mail yang dikirimkan ke saya, bahwa saya berhak ikut
tes Tahap II. Karena, saya lolos tes Tahap I, yaitu
Tes Administrasi. 
Jika memang ketentuan seleksi tidak sesuai dengan
jurusan saya, seharusnya saya tentunya tidak akan
lolos Tes Tahap I (Seleksi Administrasi). Tapi ini,
saya lolos dan berhak ikut tes Tahap II. Kenyataannya,
saya ditolak ikut tes tahap II dikarenakan jurusan
saya tidak sesuai dengan ketentuan. 
Saya tidak tahu harus mengadu kemana. Apakah saya juga
bisa menuntut panitia rekrutmen calon pegawai Bank
Indonesia? Yang saya butuhkan sekarang adalah, saya
mohon klarifikasinya. Minimal hal ini tidak menimpa
orang lain. Dosen di universitas saya menegaskan,
bahwa Sosial Ekonomi Peternakan, termasuk di dalam
Sosial Ekonomi Pertanian.
Saya juga meminta kembali berkas-berkas dan dokumen
saya oleh panitia Sektor B4, katanya akan menjadi
database BI. 
Cerita ini adalah kebenaran, mohon bantuannya untuk
dapat dimuat. Terima kasih.
Oleh : Devi Dwi Anitasari 
Alamat: Jl. Kusuma Timur C Blok A6 No. 28, Wisma Jaya,
Aren Jaya, Bekasi Timur
Nomor Tes : JKT-SIP-11-P1-01519
Nomor Registrasi : BI.2007.0021221

Catatan : 
Bukti print out nama saya didaftar lolos seleksi, saya
simpan, bisa dilihat, karena didaftar internet panitia
sudah dihapus.




From: Panitia Seleksi 
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, September 6, 2007 3:25:20 AM
Subject: Pengumuman Seleksi Calon Pegawai BANK
Indonesia
Hasil Seleksi Penerimaan Pegawai Bank Indonesia 2007
S E L A M A T! DEVI DWI ANITASARI Anda dengan nomor
registrasi : BI.2007.0021221 telah lolos 
SELEKSI ADMINISTRASI (SELEKSI TAHAP I) CALON PE

[Forum Pembaca KOMPAS] Goenawan Mohamad luncurkan buku terbarunya?

2007-09-30 Terurut Topik radityo djadjoeri
From: I Gede Purwaka <[EMAIL PROTECTED]>  
  To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] 
CC:  [EMAIL PROTECTED] 
Subject: Buku Goenawan Mohamad yang baru? 
Date: Sat, 29 Sep 2007 01:04:05 -0700 

  Di Ubud, Bali, sekarang ini sedang diselenggarakan Ubud Writers & Readers 
Festival.  Saya tidak mengikutinya dari dekat, karena kesibukan saya yang jauh 
dari Ubud dan dari bidang sastra. Akan tetapi seorang teman melihat  buku 
Goenawan Mohamad yang baru,
TUHAN DAN HAL-HAL YANG TAK SELESAI, bersama  edisi bahasa Inggrisnya, ON GOD 
AND OTHER UNFINISHED THINGS di toko buku Ganesha di Ubud tadi sore. 
   
  Dari peserta mailing list ini apa ada yang dapat memberi informasi, apakah 
Goenawan Mohamad ikut serta dalam pertemuan di Ubud itu?  Ada yang mengatakan 
beliau ikut, ada yang mengatakan beliau tidak diundang tetapi hanya datang 
untuk meluncurkan bukunya itu.
   
  Apakah ada juga yang dapat memberi informasi lebih lanjut mengenai buku 
tersebut?
   
  Saya mengucapkan diperbanyak terima kasih.
   
  
I Gede Purwaka
[EMAIL PROTECTED]



e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

   
-
Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! 
FareChase.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Selamat Ulang Tahun untuk Pak Jakob Oetama

2007-09-27 Terurut Topik radityo djadjoeri
FPK ngado apa nih Lae Agus?
   
  

Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Selamat ulang tahun ke-76 untuk Bapak Jakob Oetama, semoga
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan senantiasa bersama beliau, Amin.

Tuhan Memberkati KKG!

Salam,

Agus Hamonangan [Owner & Moderator FPK Groups]
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/
http://groups.google.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/




[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Pertama di Indonesia, Media IPTV

2007-09-25 Terurut Topik radityo djadjoeri
Mas Helmi Jo di AS,
   
  Mungkin yang dimaksud Kompas adalah kanal-kanal TV kampus yang pertama di 
Indonesia. Jadi bukan TV komersial macam Metro TV, SCTV, dan Indosiar. Namun 
live streaming dari tv-tv swasta tersebut apakah upaya dari manajemen 
masing-masing stasiun TV ataukah pihak luar yang berbaik hati mengupayakan itu?
   
   
   
  

helmi_jo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Saya bingung juga membaca Campus channel adalah yang pertama di
Indonesia yang bersiaran melalui media IPTV. Jadi yang sudah dilakukan
oleh MetroTV, SCTV dan Indosiar yang bersiaran ke seluruh dunia secara
live streaming melalui internet apa bukan juga disebut IPTV?

Helmi

--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Agus Hamonangan"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> http://www.kompas.co.id/ver1/Dikbud/0709/23/180148.htm


[Forum Pembaca KOMPAS] Goenawan Mohamad: "Liberalisme adalah suatu skandal......."

2007-09-24 Terurut Topik radityo djadjoeri
Pengantar
   
  "Liberalisme adalah suatu skandal," tulis Goenawan Mohamad dalam mengenang 
G30S. Ini saya kutip dari Catatan Pinggir bertajuk 'Gestapu' dalam Majalah 
TEMPO yang terbit pekan ini.  Silakan Anda nikmati tulisannya:
  
_
   
   
  Tiap 30 September dan 1 Oktober kita teringat pembunuhan. Di tahun 1965-1966 
itu, mula-mula sejumlah jenderal, kemudian berpuluh ribu orang Indonesia yang 
bukan jenderal dan tak bersalah bergelimpangan dibantai. Atau disiksa.
   
  Sejak itu, di tanah tumpah darah ini, kita begitu takut, pedih, dan malu 
mengaku bersalah oleh keganasan itu. Semuanya kita masukkan ke dalam sebuah 
kata, “Gestapu”, seperti kita menyembunyikan sesuatu di dalam kotak. Kita gagap 
bila kita harus mengenangnya.
   
  Maka tiap 30 September dan 1 Oktober ada keinginan yang saya kira terpendam 
di hati orang banyak:  keinginan untuk mampu mengenang horor itu, tapi juga 
berharap ia tak akan berulang. Indonesia tak boleh lagi mengelola konflik lewat 
darah dan besi.
   
  Keinginan itu tampak mudah dipenuhi setelah “Orde Baru” runtuh, setelah 
sebuah pemerintahan yang stabil -- tapi bersandar pada kapasitasnya membangun 
rasa takut – ambruk.  Tapi segera terbukti kita gampang terbuai ilusi. 
Prasangka rasial, rasa curiga antar kelompok, kebencian, paranoia dan waswas 
yang diperkuat oleh agama, seakan-akan malah bergelombang datang. Indonesia 
nyaris habis harapan. Semuanya seakakan-akan mesti berakhir dengan membunuh.
   
  Tapi mungkinkah ada sebuah lingkungan hidup bersama – bisa disebut 
“masyarakat”, “komunitas”, atau “bangsa” --  yang akan memilih khaos dan 
kekerasan sebagai satu-satunya cara bersaing dan bersengketa? Para optimis 
mengatakan, tak mungkin.  Sengketa dan kekerasan bukanlah pola dalam sejarah.  
Tiap kehidupan bersama selalu mengandung keinginan bersama untuk “masyarakat 
yang baik” dan kapasitas untuk mencapai mufakat. Bahkan binatang buas berdamai 
dalam puaknya.
   
  Tapi benarkah “selalu”? Benarkah kita senantiasa begerak untuk mufakat? 
Katakanlah tiap orang, tiap kelompok, memang menghendaki “masyarakat yang 
baik”, tapi apa gerangan yang “baik”?  Selalukah yang “baik” bagi kami juga 
“baik” bagi mereka?
   
  Zaman ini yang berbeda dan ganjil berduyun-duyun masuk ke dalam pengalaman – 
dan kita ragu adakah nilai yang universal. Kondisi “pasca-modernis” datang.  
Seorang pemikir seperti Richard Rorty bahkan menunjukkan, nilai-nilai selamanya 
contigent, tergantung, kepada waktu dan tempat. Apa yang “baik” selamanya 
dipengaruhi konteks.  Sebab itu jangan dipaksakan. Bahkan keyakinan kita 
sendiri tentang “baik” dan “buruk” perlu dicampur dengan satu dosis besar ironi.
   
  Pandangan seperti ini memang membuka ruang luas toleransi. Kita tak bisa jadi 
fanatik memeluk ide-ide besar.  Tapi ada yang boyak; ia tak cukup memberi dasar 
bagi langkah politik untuk membangun kebaikan bagi sesama. Tentu, Rorty tak 
menganggap kita bisa selamanya  berdiri di tepi dengan senyum ironis. Baginya,  
tak ada alasan untuk berpangku tangan ketika kekejaman terjadi. 
   
  Rorty memang tak menampik tumbuhnya rasa solidaritas antar manusia. Tapi 
bagaimana rasa solidaritas itu mungkin? Bagamana ia bisa memadai untuk 
membentuk sebuah kekuatan pembebas,  jika keyakinan tentang nilai-nilai yang 
universal, yang menggerakkan siapa saja, cair oleh ironi?
   
  Memang, liberalisme Rorty bukan formula untuk bunuh membunuh. Tapi ia tak 
bisa memberi jawab bagi keadaan yang mungkin tak dialaminya. Rorty begitu betah 
dengan hidup nyaman Amerika-nya. Tapi ada kondisi lain, di mana politik 
bergerak bukan karena keinginan, melainkan oleh kemestian, di mana gagasan 
tentang “masyarakat yang baik” bukan imajinasi waktu senggang, melainkan karena 
rasa lapar yang akut akan keadilan.
   
  Di sini liberalisme ala Rorty bisa semacam skandal.  Tak mengherankan dalam 
latar umum Afrika, Asia, dan merika Latin,  orang pernah dengan bahagia 
mendapatkan analisa dan inspirasi dari yang lain: Marxisme. Marxisme punya satu 
imbauan universal: cita-cita tentang masyarakat tanpa kelas. Tapi juga Marxisme 
 bisa ampuh karena melihat nilai-nilai sebagai sesuatu yang tak datang dari 
luar sejarah.  Marxisme merayakan dinamika dan perubahan. 
   
  Tak mengherankan bila beribu-ribu orang pun bergerak, dengan sakit dan 
miskin, dengan jiwa dan raga. Yang tragis ialah bahwa Marxisme – sebuah alat 
diagnostik yang cemerlang  -- ternyata sebuah terapi yang gagal. Bahkan Cina 
murtad. Apa yang tersisa dari Marxisme di sana sekarang, dengan kemajuan 
ekonomi yang membuat orang terkesima?  Hanya sebuah partai komunis yang tak 
percaya kepada imannya sendiri.
   
  Maka pada suatu saat orang pun membaca Habermas. Ia meyakinkan kita bahwa ada 
rasionalitas yang bisa membawa apa yang “baik” melintasi batas ruang-dan-waktu. 
Komunikasi adalah laku yang tak asing. Dalam situasinya  yang ideal, komunikasi 
dapat menghasilkan mufakat tentang “masyarakat yang baik”.
   
  Tapi tiap

[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Saut Situmorang sebagai Juru Bicara Depdagri

2007-09-22 Terurut Topik radityo djadjoeri
Lae Agus,
   
  Wow!  Tadinya aku jingkrak-jingkrak denger judul berita ini. Aku pikir Lae 
Saut yang nyeniman itu beralih profesi jadi pejabat tinggi. Aku bayangkan dia 
bakal sibuk pindahan dari Yogya ke rumah dinas di Jakarta. Kubayangkan dia akan 
lemparkan "Onde-Onde" ke musuh-musuh Depdagri. 
   
  Ternyata cuma namanya yang sama, tapi lain orang ya? Rejekinya pasti juga 
beda ya Lae?
   
   


Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0709/22/Politikhukum/3861398.htm
===

Menteri Dalam Negeri Mardiyanto menunjuk Kepala Pusat Penerangan
Depdagri Saut Situmorang sebagai Juru Bicara Depdagri. Penunjukan itu
dituangkan dalam Surat Keputusan Mendagri tertanggal 19 September.
Dalam SK itu, Mendagri menyatakan, penunjukan juru bicara itu untuk
menjaga ketertiban dan efektivitas dalam penyampaian pemberitaan
Depdagri kepada publik, wartawan, atau lembaga lainnya melalui satu
pintu. (SIE)



 


e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

   
-
Shape Yahoo! in your own image.  Join our Network Research Panel today!

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rumah Dunia

2007-09-20 Terurut Topik radityo djadjoeri
Kang Gola Gong,
   
  Nampak aneh. Kalau membuat pernyataan, walau tak mengarah ke sesuatu negara, 
tapi tidak menyebut nama, lalu apa artinya? Bukankah itu pepesan kosong 
namanya? Apa itu bukan pernyataan banci namanya?
   
  Percuma saja kan berkumpul, lalu bikin pernyataan, lalu ditandatangani 
bersama, kok setelah ada reaksi berkata begitu?
   
  Kalau begitu demonstran di jalanan lebih gagah perkasa dong, karena kalau 
yang mau diprotes DPR ya ke DPR, ke polisi ya ke Mabes POLRI, ke menteri ya ke 
departemen terkait. Lha Ode Kampung kok malah aneh, konon katanya mengumpulkan 
para seniman dari Sabang Merauke, lalu bikin pernyataan, kemudian masing-masing 
penandatangan bikin action yang berbeda-beda, alias kesana kemari? Anda sebagai 
tuan rumah, tentunya tidak bisa cuci tangan begitu saja.
   
  

gongmedia cakrawala <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Begini. Ketika surat pernyataan hendak dibuat, semua berdisuksi dan 
berdebat. Saya, Wowok (KOmunitas Sastra Indonesia), Wan Anwar, Saut, Toto ST 
Radik, Firman Venayaksa (Presiden Rumah Dunia), Ruby Baedhawy (forum Kesenian 
Banten).
Kami semuanya dengan hati bersih, menyetuji 3 pernyataan: hegemoni, xploitasi 
seks, dan kapitalisme (baca lagi deh). Tidak menyebut satu nama pun.

Bahkan saat hendak dibacakan, semua komnitas bahkan individu, 
saling mengingatkan, surat pernyataan ini tidak untuk sebuah komunitas (orang2 
menghubungkannya dengan KUK). tapi juga untuk Rumah dunia, untuk KSI, untuk 
FLP, 
untuk semua komunitas. 

tapi, setelah bubar Ode Kampung, masing2 membawa pikirannya masing2.
menurut saya, ini juga patut kita dengar.
kenapa Saut gencar mengkritik KUK, ini juga harus disikapi bijak.
mungkin KUK harus mau mejelaskan.
Janganlah Sut dipojokan. Dia termasuk dewqa mabok yang ksatria.
Siap dikonfrontir. Dan jika benar KUk termasuk di 3 point surat pernyataan itu,
tenttu secara pribadi saya termasuk yang akan ikut memprotes.

Saut, asoy geboy sajalah kau.
tetap semangat berkarya dan berteman
gg



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Polemik Saut dan TUK

2007-09-20 Terurut Topik radityo djadjoeri
Adalah hak TUK untuk tidak melayani serangan Pak Saut Situmorang dan 
kawan-kawan. Dulu pernah diserang secara fisik oleh FPI, TUK juga tak mau 
melawan dengan balas menyerang. Jadi Pak Halim Hade tidak perlu "nggerundel" di 
beberapa milis kalau TUK tak mau diajak bermain "sepak bola" di lapangan, 
karena memang lagi sibuk bukan kepalang. Bukankah Pak Halim bisa ajak Pak Saut 
bermain "gundu" saja, karena memang bakatnya di situ?  
   
  Saya sendiri yang mengamati perdebatan seputar TUK jadi heran. Kenapa sampai 
dicemburui, lalu pakai gugat-gugat segala? TUK bukanlah badan kesenian milik 
negara yang pantas digugat-gugat. TUK saya kira tidak mengharamkan persaingan 
dalam berkesenian. Siapa saja bebas merdeka melakukannya.  
   
  Untuk itu saya sarankan kepada Pak Halim untuk membuka pesaing TUK di Solo 
(tinggal di kota itu kan?). TUK pasti tak akan melarang, toh bukan haknya untuk 
melarang. Misalnya diberi nama Teater Utan Sriwedari (TUS)  atau apalah 
namanya. Coba kembangkan itu TUS, syukur-syukur popularitasnya bisa melebihi 
TUK. Syukur-syukur pula bisa menelurkan orang-orang dengan karya yang berbobot. 
   
  Indonesia itu luas pak. TUK yang cuma di Utan Kayu mah kecil. Memang, tadinya 
kawasan Utan Kayu itu terpencil. Namun dengan dibukanya TUK, menjadi kawasan 
yang cukup bergengsi (bukan elit). Kecuali kalau TUK lalu tiba-tiba buka TTA 
(Teater Tanah Abang), TKB (Teater Kebayoran Baru), TKL (Teater Kebayoran Lama), 
TPS (Teater Pasar Minggu), TKM (Teater Kampung Melayu) dan lain sebagainya, 
barulah bisa kita telisik barangkali TUK mau memonopoli dunia seni di Jakarta 
(bukan Indonesia, karena sekali lagi Indonesia itu amat luas). 
   
  Saya juga pernah kirim email ke Pak Gola Gong. Kalau Rumah Dunia bikin Rumah 
Tangerang, Rumah Pamulang, Rumah Cikokol dan lainnya, bukankah para seniman 
mustinya ikut seneng? Semakin banyak pemain bermain dalam pengembangan dunia 
seni budaya, manusia Indonesia akan semakin maju
   
  Kini saya buka di forum ini asal muasal "kemarahan" Saut dan kawan-kawan. 
Menurut sebuah sumber, penyebab utamanya karena ternyata "bintang" mereka tak 
terpilih dalam jajaran kepengurusan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Karena sudah 
ada kesepakatan awal, para juri tidak boleh mencalonkan diri sebagai pengurus, 
termasuk Sitok Srengenge, Nirwan Dewanto dan lainnya. Namun ada satu juri yang 
memaksa jadi pengurus, dan keinginannya itu ditolak oleh para juri lainnya. 
Calon yang "dikudang-kudang" Saut itu kecewa berat. 
   
  Sepele bukan?  Hanya masalah jabatan, lalu cari celah untuk menyerang 
kiri-kanan?
   
   
  
halim hd <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  saya setuju dengan dasar pemikiran sonraity: kembali
kepada gugatan saut situmorang kepada TUK. sebab
selama ini begitu banyak orang tidak melihat dasar
pemikiran saut situmorang. yang diserang adalah cara
saut dan dengan cara yang sama pula oleh gerombolan
pengeroyok! cuma sayangnya kalangan TUK sendiri
berdalih sibuk dengan berbagai 'proyeknya'.
halim hd. 



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] RE: Peresmian Rumah Sakit Gratis

2007-09-19 Terurut Topik radityo djadjoeri
Terima kasih Oom KM untuk informasinya. Sungguh amat berharga buat menambah 
wawasan, khususnya dalam berbahasa.
   
  salam dari dekat
  (kalibata - jatipadang kan dekat)
   
  rd
  

Kartono Mohamad <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Hospital berawal kata hospice, tempat istirahat musafir yang melakukan
perjalanan jauh di abad pertengahan, dikelola secara non-profit oleh biara
(Katolik). Maka hospice banyak berdiri berdampingan dengan biara. Musafir
yang jatuh sakit biasanya dibawa ke sana untuk dirawat, diberi makan, dsb.
Dari sanalah berkembang menjadi hospital. Tetapi derivat kata hospice jadi
banyak: seperti hostel, hotel. Sedangkan kata hotel iti sendiri dalam bahasa
perancis juga berarti balai kota, tempat walikota berkantor.
Indonesia memakai istilah rumah sakit yang merupakan terjemahan langsung
dari bahasa belanda, zieken huis. Juga rumah makan dari eet huis. Saya
secara pribadi lebih memilih menggunakan kata hospital daripada rumah sakit,
supaya menghemat huruf dan ucapan.
Malaysia karena bekas jajahan Inggeris menggunakan hospital. Rumah sakit
umum pusat jadi hospital besar.
KM


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Dicari : Filosof Indonesia Masa Kini

2007-09-18 Terurut Topik radityo djadjoeri
Terima kasih untuk petromaksnya Mas Anton..
   
  Ooh jadi Filsuf itu berasal dari Arab, sedangkan Filosof dari Londo ya...
   
  Saya dari kecil tahunya filsuf, ngikutin berita di koran-koran yang selalu 
menyebut:
   
  ..menurut filsuf kenamaan...bla bla bla bla 
   
  

anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Numpang jawab Mas Rd

Bagi saya yang awam ndak ada beda ya...saya cuman ikut lidah londo 
aja Filosof bukan lidah arab Filsuf...
Maknanya sama : orang yang suka merenung dan berspekulasi namun 
kemajuan teknologi skg membuat spekulasi ala filsafat jadi semangkin 
rumit

Bener nggak Mas Rd, mohon koreksi


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] RE: Peresmian Rumah Sakit Gratis

2007-09-18 Terurut Topik radityo djadjoeri
Pak Dharma, rasanya Hospital sama sekali tak mengacu pada makna rumah sakit. 
Sebenarnya apa sih makna hospital?
   
  Memang, kita menerjemahkannya begitu. Saya kurang tahu di Malaysia, apakah 
disebut juga rumah sakit untuk hospital? Rasanya tidak. Sepertinya mereka pakai 
hospital, tanpa diterjemahkan.
   
  Ada joke, rumah bersalin = rumah sakit korban lelaki.
   
  Lalu bagaimana dengan "hospitality industry"? Kan industrinya termasuk hotel 
dsb.
   
  

Dharma Hutauruk <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Kalau Rumah Sakit diganti Rumah Sehat, perlukah diusulkan kepada 
pengguna bahasa Inggris agar Hospital juga diganti
Mungkin para ahli akan banyak mendaftarkan istilah yang oke punya


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Dicari : Filosof Indonesia Masa Kini

2007-09-17 Terurut Topik radityo djadjoeri
Numpang tanya Mas Anton,

  Yang bener sebenarnya "filosof" atau "filsuf"? Ataukah keduanya punya makna 
berbeda?

  Mohon petromaksnya..

  salam,

  rd


anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Dicari : Filosof Indonesia Masa Kini

Oleh : Anton

Saat saya selesai membaca buku tebal Driyarkara, yang hanya saya
ucapkan adalah kekaguman bahwa Driyarkara walaupun menurut saya agak
terpengaruh Immanuel Kant dalam format filsafat moral, namun bagi
saya Driyarkara sangat mendalam orisinalitas pikirannya, dia tidak
membeo pikiran-pikiran lain dan dengan gagah menerjemahkannya tanpa
berkemampuan sebagai interpretator imitasi dan berpikir orisinil.

Begitu juga dengan apa yang diproduksi oleh Sindhunata, kajian
filsafatnya sangat membumi dan menjadi ruang dialektik yang cantik
antara Budaya Jawa dengan kemampuan berkontemplasi gaya Eropa. Romo
Sindhu sangat witty dalam menjelaskan tentang relasi-relasi dan
makna relasi. Dia gambarkan dengan cerdik dan membumi adegan-adegan
kehidupan penuh pemaknaan dalam bahasa yang mudah di mengerti. `Anak
Bajang Menggiring Angin' adalah sebuah karya luar biasa yang mampu
menyentak kesadaran kita. Dan tentang filsafat sepakbola Romo Sindhu
yang apik (Kompas sering memuat serial filsafatnya bila ada
pertandingan Piala Dunia). Di tangan Romo Sindhu pertandingan sepak
bola menjadi sebuah kajian filsafat yang sungguh menarik dan membuka
alam pencerahan kita tentang bagaimana kita memahami kehidupan.
Selain Romo Sindhu, ada Romo Magnis yang begitu menyentak
pemikirannya tentang kajian Marxisme. Romo Magnis dengan sangat
manis dan bahasa mudah dimengerti membuat kita semakin mudah
memahami Karl Marx, menurut saya untuk memahami buku-buku Karl Marx
bacalah dulu pemikiran Romo Magnis, walaupun kita tidak sepenuhnya
harus sepaham dengan Romo Magnis dalam menyikapi Marx terutama dari
jalur Lenin-nya yang dikomentari adalah jalan keras Komunisme tapi
bahasa-bahasa yang disingkap Romo Magnis, membuat kita semakin mudah
mengerti jalan pikiran Marx, Hegel, Lenin dan Jalur Lenin.

Terus terang saya tidak begitu paham dengan tutur bahasa Filosof-
filosof kita yang bermunculan belakangan seperti : Yudi Latif,
Gahral Ardian, Eka Kurniawan (walaupun Eka sastrawan, saya
memasukkan Eka sebagai bagian filosof muda), Rieke Dyah Pitaloka
atau Dian Sastro. Bagi saya mereka terasing dengan budaya asli
Indonesia dan masih berusaha mengeja pikiran-pikiran barat seraya
bekerja keras menterjemahkannya ke dalam keseharian. Memang mereka
adalah bagian dari masyarakat urban yang harus dihadapkan pada
realita bahwa masyarakat kita tidak masyarakat generasi terdahulu,
masyarakat yang paham Sartre, Camus, Wittgenstein, Husserl,
Heiddeger, Habermas, Derrida atau Karl Popper. Masyarakat sekarang
adalah masyarakat yang berguru pada : Mc Gyver, Anwar Fuadi atau
Tukul Arwana –sehingga menjadi sulit bagi mereka menjelaskan
pemikiran mereka mulai dari kesimpulan dan harus bekerja lagi mulai
dari `titik awal' itu juga kalau ada yang mau membaca.

Kebudayaan kita yang sudah dizinahi Kapitalisme saat ini adalah
kebudayaan tampilan yang dangkal bukan kebudayaan berpikir dalam-
dalam. Maka tak heran salah satu tokoh besar yang pernah jadi `ikon
demokrasi Indonesia' membela temannya yang buat novel biasa-biasa
saja menjadi `novel yang luar biasa' dan bertempik sorai
bahwa `Populer adalah Benar' atau mengikuti bahasa Fasis `Mussolini
selalu benar' maka rating popularitas dan nilai pasar menjadi `uang
selalu benar' disinilah kemudian kemampuan berpikir dalam-dalam
dihadapkan pada jurang kematiannya dan tinggal menunggu waktu.
Kelompok-kelompok filosof muda saat ini lebih menjadi cermin
kehidupan selebriti ketimbang bagian dari kelompok masyarakat kelas
bawah seperti yang dilakukan Romo Mangun Van Kali Code. Pemikiran-
pemikiran kaum filosof baru ini lebih banyak membeo dari pemikiran-
pemikiran besar dan berbahasa rumit-rumit, semangkin rumit semangkin
hebatlah tali pikirannya dan lama kelamaan menjadi terasing dalam
gerak pikir bangsa ini.

Saya hanya ingin duduk dan membaca sebuah buku filsafat yang
menarik tanpa harus membaca bahasa-bahasa rumit yang kemudian
setelah berpikir dan didalami ternyata maknanya sangat sederhana,
kecuali memang makna rumit itu memiliki nilai kebenaran yang tinggi
dan pencerahan yang dalam seperti kritik atas kapital murni Karl
Marx atau renungan Immanuel Kant yang njelimet sampai ada
komentar "Kant Verstehen heisst uber ihn herausgehen" (Mengerti Kant
adalah melampaui dia). Bukan membaca bahasa rumit berbahasa ke Hegel-
Hegelan tapi hasilnya hanya `Dont judge the book by the cover' ala
Tukul.

ANTON



[Forum Pembaca KOMPAS] RE: Peresmian Rumah Sakit Gratis

2007-09-17 Terurut Topik radityo djadjoeri
Mungkin bisa menambahkan. Yang diresmikan SBY seperti saya baca di koran 
ternyata adalah Rumah Sehat, bukan Rumah Sakit - walau kalau disingkat 
sama-sama RS. Jadi SBY tidak melanggar apa pun.
   
  Mungkin pengelolanya tahu, kalau ngurus perizinan Rumah Sakit bakal 
bertele-tele dan musti suap kiri kanan, makanya terus diberi nama Rumah Sehat 
saja. Aku pikir bagus juga ya istilah Rumah Sakit diganti saja menjadi Rumah 
Sehat..:))
   
  

Kartono Mohamad <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Mas Haniwar, saya heran mengapa SBY mau meresmikan rumah sakit (atau 
rumah
sehat) yang diakui belum mendapat ijin dari pemerintah (Menkes)? Padahal
Menkes kan representasi pemerintah, jadi juga representasi SBY sebagai
Presiden. Ini preseden yang tidak baik. Ini kan pelanggaran terhadap
peraturan pemerintah sendiri. Lain kali SBY (atau pejabat negara yang lain)
juga harus bersikap sama jika ada kelompok lain yang mendirikan rumah sakit
tanpa ijin.
Saya tidak tahu bagaimana reaksi Kadinkes DKI ataupun Gubernur melihat
peristiwa ini.
Yang kedua, gagasan memberikan layanan medis secara gratis kita hargai. Ini
satu terobosan yang oleh pemerintah sendiri belum sepenuhnya berhasil
dilakukan. Adanya askes gakin memang menoloong tetapi untuk mendapatkan
surat gakinnya banyak orang miskin yang tidak mampu. Bahkan ada yang tidak
miskin dapat memperoleh kartu gakin (ini cerita dari seorang dokter di
sebuah kecamatan di Jawa Timur). Demi untuk menang dalam pilkades, kades
yang ingin maju lagi itu membagi-bagikan kartu (askes) gakin kepada warganya
dengan janji akan memilih dia.
Tetapi gagasan terobosan ini toh dapat dilakukan tanpa harus melanggar
peraturan pemerintah? Lalu buat apa gembar-gembor lebih dulu?
Yang ketiga, masalah kesehatan di ibu kota bukan hanya diatasi dengan
menyediakan pengobatan gratis bagi yang miskin. Yang utama adalah bagaimana
agar mereka yang miskin itu dibantu supaya dapat tetap sehat sehingga tidak
memerlukan rumah sakit atau dokter. Dengan demikian maka mereka juga akan
dapat hidup lebih produktif.
Yang keempat, meletakkan rumah sakit (eh, sehat) di tengah-tengah Menteng
untuk orang miskin bukan menjadi jembatan antara miskin dan kaya, karena
untuk ke sana mereka yang miskin harus mempunyai uang untuk transportasinya
Yang kelima, yang saya dengar klinik ini bukan rumah sakit (sehat) karena
tidak mempunyai ruang perawatan. Yang ada hanyalah ruang periksa, termasuk
pemeriksaan spesialistik. Jadi lebih mirip klinik spesialis. Untuk bagian
kelima ini saya belum tahu pasti karena belum melihat sendiri.
Begitu loh mas Haniwar,
KM



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Mega menjawab gempa mengguncang

2007-09-16 Terurut Topik radityo djadjoeri
Menurut "bisikan" yang saya terima semalam, segala rentetan bencana di negeri 
ini akan sirna - paling tidak akan istirahat beberapa masa - kalau minggu depan 
SBY - JK menyatakan tidak akan mencalonkan diri sebagai Presiden-Wapres RI pada 
2009 mendatang.
   
  Paling tidak, pernyataan tersebut akan melegakan sebagian besar rakyat 
Indonesia.
   
  Mau percaya atau tidak, silakan ..
   
  

anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Di Bengkulu lagi...

Ngemeng-ngemeng, SBY itu dulu pernah mau diruwat toh sama Kasunanan 
Surakarta, tapi nolak dan ndak mau dateng, yang saya tahu kata kaum 
cerdik pandai Kasunanan (nggak menutup kemungkinan Dukun-Dukunnya Pak 
Harto juga disitu) Angka kelahiran SBY kalo menurut primbon sial.Tapi 
dia kepala batu, mungkin malu di ruwat.

Trus kata kaum dukun-dukun Solo kalau SBY ndak di ruwat bencana akan 
terus datang, puncaknya justru di awal 2009, ndak tahu bencana apa? ih 
ngeri...tapi ini gossip lho ya, jangan diambil atisaya juga nggak 
percaya, tapi dilihat dari angka Statistik korban bencana alam jaman 
SBY jauh lebih besar daripada gabungan korban bencana alam Presiden-
Presiden pendahulunya. Coba iseng dibuat statistiknya.

ANTON



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Gerhana dan Gempa (1) : Situbondo 10 September 2007

2007-09-16 Terurut Topik radityo djadjoeri
Mas RDP,
   
  Niteni = menandai
   
  Peniten = peniti
   
   
  kalau nggak salah lho.
   
  

Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Mas Marufin, dkk

Gempa Bengkulu malah pas banget dengan bulan mati. kan pas banget dengan
awal puasa, seperti aku ulas di dongengan itu. Kalau ingin menambahkan
"faktor" kewaspadaan sakjane gempa, tsunami, serta gunung meletus itu bisa
dihubungkan juga dengan peredaran benda-benda langit. Untuk bumi sangat
terpengaruh oleh satelitnya yaitu bulan. Sedemikian pentingya peredaran
benda langit ini sampai-sampai dalam ilmu geologi peredarannya juga dipakai
dalam memprediksi (manganalisa) endapat batuan yg disebut Orbital Force
Stratigraphy, atau ada yang meyebutkan Cyclostratigraphy, karena
perulangannya (siklus).
jaman dahulu orang hanya mengingat-ingat serta "niteni" (bhasa Indonesia
niteni apa ya), bahwa setiap ada gerhana, ada awal bulan, selalu dilakukan
upacara adat. Mereka hanya ndak mudeng gejala apa ... wong plajaran
fisikanya belum nyampek. Lah teori grafitasi aja belum lama kita kenal, kan
?
Namun sebenernya upacara-upacara lokal dan berbau klenik itu kurang
dimengerti secara ilmiah seperti saat ini.

Tentunya tidak hanya melulu dengan mengamati siklus bulan dan planet2, ada
juga cara dengan pengamatan langsung yang bersifat lebih kearah genetis
fisis. Misalnya dengan pengamatan GPS - Global Positioning Sytem. Alat ini
mampu mendeteksi gerakan-gerakan kerak yang hanya sekian mili setahun.
Sehingga diketahui mana tempat-tempat yang menjadikan tempat penumpukan
(stress).

Metode lain adalah pengukuran gejala-gejala lain yang muncul beberapa saat
sebelum terlepaskannya stress ini. Salah satunya pengamatan gejala-gejala
elektromagnetis. Termasuk awan gempa yang kontroversial itu.

Lah kalau digabungkan metode-metode itu barangkali suatu saat nanti kita
bakalan tahu dimana dan kapan gempa itu akan terjadi dengan lebih detil dan
dengan lebih bermakna sebagai "early warning".

Karena kita ini di Indonesia memiliki jalur gempa yang sensitip thd bulan,
barangkali kita pun bisa mulai mencoba melihat "pattern" atau pola gempa
untuk menajamkan prakiraan daerah berpotensi/rawan gempa. Banyak yang
meneliti gempa-gempa ini dari sisi siklus atau perulangannya, baik
menggunakan statistik ataupun dengan metode fraktal. Saatinya orang
Indonesia menggali sendiri fenomena tempat duduk dan tempat berdirinya. Ngga
usah nunggu Kerri Sieh, kita juga ada punya Danny Hilman, Wahyu Triyoso,
Hery Herjono dan doktor2 lain yg berkecimpung di kegempaan.

Mungkin saatnya pemerintah mulai melihat dan mengkaji daerah-daerah potensi
rawan gempa ini sebagai proyek nasional yang terprogram secara
komphrehensif, mandiri dan kontinyu, ya ?
Kali nunggu kalau Pacitan tergetar oleh ulah sesar Grindulu, kali Pak SBY
baru nyadar ya ?
Ah masak mesti nunggu itu sih ?

Salam

RDP



[Forum Pembaca KOMPAS] Tanggapan Manneke Budiman terhadap wawancara Goenawan Mohamad

2007-09-16 Terurut Topik radityo djadjoeri
TANGGAPAN

From: Manneke Budiman, Canada
E-mail: [EMAIL PROTECTED]


Lepas dari "dosa-dosa" TUK yang telah diinvetarisasi secara dramatis oleh Rumah 
Dunia dan disebarkan di jurnalnya, Bumiputra, saya respek pada sikap yang 
diambil GM dalam wawancara ini. Ada dua hal yang penting digaris bawahi: 

Pertama, bahwa GM memperlihatkan sikap yang bertolak belakang dari yang 
dipertunjukkan lawan-lawannya yang konon anti-sastra kelamin itu. Ia bahkan 
sempat secara objektif memuji karya cipta Saut. Ia bahkan tidak menyetujui 
reaksi berlebihan yang diperlihatkan sebagian pembaca atas isu agama dalam 
puisi Saut. Siapapun yang terbebas dari kubu-kubuan justru akan mendapat kesan 
bahwa GM malah bersimpati kepada Saut alih-alih mendukung pengganyangan 
terhadap penyair yang mukim di Yogya itu. 

Kedua, wawancara ini memberikan perkenalan singkat tapi cukup baik dengan TUK: 
bahwa ternyata TUK bukanlah sebuah kubu monolitik tempat para "anggotanya" 
makan, tidur, dan ngelantur, melainkan cuma sebuah ruang longgar tempat orang 
bertukar gagasan. Buat yang tahu TUK, akan juga tahu bahwa yang namanya Nirwan 
Dewanto, Sitok Srengenge, Hasif Amini, dll itu kumpul bukan cuma buat saling 
amin-aminan, tetapi kerap mereka juga berantem sendiri karena memang 
masing-masing punya ideologi sendiri. TUK bukan sekte, tetapi arena. Siapapun 
boleh nongkrong di situ, tak peduli apa latar belakangnya. 

Saya ke TUK sangat jarang, mungkin sekali atau dua kali setahun, kalau ada 
acara-acara besar. Tapi saya tak merasa dikucilkan, atau mendapat kesan bahwa 
mereka yang di TUK itu adalah gerombolan seperti yang hendak diisyaratkan oleh 
Saut dkk lewat Jurnal Bumiputranya. Kritik buat TUK harus selalu dilontarkan, 
dan TUK mustahil bisa mencegah kritik dari pihak manapun. Namun, jika kritiknya 
dilontarkan dengan cara kasar seperti yang dipertunjukkan oleh Rumah Dunia 
Banten, saya khawatir simpati masyarakat justru berbalik kepada TUK, dan para 
pengkritiknya malah yang akan dapat label sebagai kelompok norak yang tak punya 
kesantunan.

Mungkin, dalam kesempatan ini, ada baiknya mendengar dari banyak orang, bila 
perlu dari Saut Situmorang sendiri, sajaknya yang di Republika itu bisa 
digolongkan sebagai sastra Syahwat Merdeka atau tidak? Apa kriteria untuk 
memutuskan bahwa novel Saman adalah sastra lendir, sementara puisi Saut bukan? 
Ayo kita sama-sama belajar. Saya tunggu pencerahannya.

manneke

e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

   
-
Shape Yahoo! in your own image.  Join our Network Research Panel today!

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Goenawan Mohamad: �Boleh tersinggung, tetapi jangan memobilisasi kemarahan�

2007-09-16 Terurut Topik radityo djadjoeri
Wawancara dengan Goenawan Mohamad:
“Boleh tersinggung, tetapi jangan memobilisasi kemarahan”
   
   
  Pengantar:
  Di tahun ini, panggung susastra Indonesia agak panas dengan munculnya 
gerakan-gerakan yang "menghujat" TUK (Teater Utan Kayu). Mereka menuding TUK , 
baik secara terang-terangan  maupun diam-diam, sebagai sarang "Gerakan Syahwat 
Merdeka" (GSM). Istilah tersebut pertama kali dicuatkan oleh  Taufik Ismail. 
Ada yang bilang, GSM yang dimaksud adalah inisial dari nama lengkap sastrawan 
kondang Goenawan Soesatyo Mohamad yang 
  akrab dipanggil GM - salah seorang pendiri Majalah TEMPO.
   
  Lalu muncul ikrar "Ode Kampung" di Rumah Dunia Banten yang juga "menghajar" 
TUK. Kelompok yang dimotori oleh Saut Situmorang dan kawan-kawan ini tak kenal 
lelah terus 'mengonceki' para tokoh KUK, seperti Nirwan Dewanto, Ayu Utami, 
Hasif Amini, Sitok Srengenge dan lainnya. Di mata Saut yang nyalang, mereka 
tidaklah layak digelari sebagai sastrawan. 
   
  Tak heran, di berbagai forum termasuk di milis-milis, Saut dan kawan-kawan 
terus berkampanye untuk menghajar mereka dari berbagai sudut. Namun, 
tonjokan-tonjokan yang mereka lakukan selalu berbalas pantun dengan orang-orang 
yang tak setuju perseteruan itu, apalagi kalau dilakukan dengan bahasa yang 
kurang santun.
   
  Puncaknya adalah kala harian Media Indonesia memuat sebuah artikel tentang 
acara berkelas internasional yang digelar oleh TUK dan Dewan Kesenian Jakarta 
(DKJ) beberapa waktu lalu. Karena isinya amat memojokkan  TUK, tak heran kalau 
TUK bereaksi keras dengan mencap artikel tersebut penuh dengan lumuran dusta. 
Menurut kabar 
  terakhir dari Saut  Situmorang melalui email, penulis artikel tersebut telah 
digeser jabatannya. 
   
  Namun kini, Rumah Dunia yang konon anti pornografi belum bereaksi ketika 
puisi Saut Situmorang yang "panas" termuat di Harian Republika.  Selain "berbau 
ranjang bergoyang", puisi tersebut juga menyinggung perasaan sebagian umat 
Hindu Bali, karena jelas-jelas menyebut  "pura" dan "Dewa". Reaksi dan komentar 
pun mengalir, baik di milis  maupun blog. 
   
  Sayangnya,  untuk kasus yang amat serius ini redaksi  Republika masih diam 
seribu bahasa. Padahal Republika baik sengaja atau tidak telah melukai hati 
umat Hindu Bali. Beberapa umat Hindu pun melayangkan tanggapan ke redaksi 
Republika, namun tak ada balasan. Mereka cuma berharap agar tanggapan tersebut 
minimal dapat dimuat di Surat 
  Pembaca. Mereka juga tak menginginkan harian Republika untuk meminta maaf 
kepada mereka.
   
  Berikut wawancara khusus Rizka Maulana dengan GM yang berlangsung di Teater 
Utan Kayu (TUK) pada Jumat, 14 September 2007 lalu:
  
RM:  Apakah mas Goen mengikuti keramaian di internet karena satu sajak Saut 
Situmorang dianggap menyinggung perasaan umat Hindu Bali?
   
  GM:  Tidak langsung. Saya selalu dapat kiriman email dari teman-teman.  
Tetapi tidak semuanya sempat saya baca.  Tetapi seorang teman mengirimkan 
khusus soal yang Anda sebut tadi.
   
  RM:  Menurut mas GM, apakah sajak Saut itu menghina agama Hindu  Bali?
   
  GM:  Saya bukan orang Hindu Bali, tetapi saya tidak mau berlebihan.  Teman 
saya Ging Ginanjar yang kini mukim di Jerman mengatakan, (saya kutip  menurut 
ingatan saya) bahwa agama dan umat Hindu tidak akan rusak karena sajak itu. 
Saya setuju dengan pendapatnya. Tetapi dapat saja terjadi bahwa ada  umat Hindu 
Bali yang tersinggung perasaannya.  Kan tidak bisa kita  melarang orang untuk 
tersinggung.
   
  Yang penting ialah bahwa ketersinggungan itu dinyatakan tetapi tidak memakai 
kekerasan dan memobilisasi kemarahan. Saya membaca tulisan I Gde Purwaka di 
blog Mediacare. Dia tersinggung tetapi tidak akan men-somasi atau 
mendemonstrasi Republika.  Saya kira itu 
  sikap  yang dewasa dan terhormat. Berbeda dengan sikap sejumlah organisasi 
yang mengatas-namakan Islam yang sedikit-sedikit “terhina” dan berdemo.
   
  RM: Tetapi kenyataan bahwa sajak itu dimuat di “Republika” yang dianggap 
suara Islam bagaimana?
   
  GM: Seharusnya tidak jadi soal di mana saja itu dimuat. Sebuah sajak kan 
bukan sebuah editorial.  Lagipula harus dibuktikan dulu, apakah “Republika” 
adalah “suara Islam”.  Islam itu tidak satu ekspresinya dan “Republika” juga 
tidak selamanya dianggap satu suara utuh, apalagi ini bukan dalam halaman 
editorial. 
   
  Kalau tidak, kita akan terjatuh ke dalam teori komplotan:  gara-gara sajak 
itu dimuat Ahmaddun, maka itu berarti itu cerminan sikap anti Hindu “Republika” 
apalagi “Islam”.  Saya kira Ahmaddun memuatnya tidak dengan maksud menghina.
   
  RM: Menurut mas GM, apakah sajak Saut itu bermutu?
   
  GM: Menurut saya, sajak itu bukan sajak yang mengejutkan dalam hal kekayaan 
imajinya, dan di sana-sini belum orisinal, tetapi agaknya bukan sajak yang 
buruk. Ada beberapa sajak Saut yang saya suka, karena tidak melingkar-lingkar.
   
  RM: Wah, kan Mas GM orang TUK.  Kan TUK tidak suka karya-karya sastrawan yang 
tidak dekat dengan TUK.  Apalagi Saut.
   
  

[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Bella Saphira Menangkan Gugatan

2007-09-15 Terurut Topik radityo djadjoeri
Sebagai perusahaan besar, untuk berbagai kegiatan periklanan dan promosi 
Unilever menggunakan jasa pihak lain. Semisal untuk urusan creative menggunakan 
jasa creative house atau advertising agency, untuk pemasangan iklan di media 
massa menggunakan jasa media buyer (dulu satu atap, kini lebih 
terspesialisasi). 
   
  Saya kurang mengikuti tentang kasus Bella Saphira ini. Namun seingat saya, 
talent agencynya  kalau tak salah milik Citra (mantan model/mantan istri 
fotografer Darwis Riadi). Semua model untuk sabun mandi Lux dulu dari mereka, 
entah sekarang. Untuk media buyer dulu pakai agency papan atas, kini Unilever 
pakai jasa dari Mindshare.
   
  Sedangkan untuk billboard biasanya ada rekanan tersendiri. Umumnya mereka ada 
kaitan dengan Pemda setempat, termasuk yang menentukan titik-titik billboard di 
berbagai kota. Jadi ada semacam monopoli. Hanya orang tertentu yang bisa 
memasuki bisnis ini, karena urusannya dengan pejabat Pemda. 
   
  Jadi sebenarnya soal billboard kadaluarsa bukan sepenuhnya kesalahan produsen 
atau pemegang brand, yaitu Unilever, tapi mustinya Bella menuntutnya ke agency 
billboard tersebut. Saya kurang paham tentang kontraknya. Mungkin Mbak Elvera 
Makki dari Unilever bisa menjelaskan lebih rinci?
   
  Salam,
   
  RD
   
   
   
   
   

[EMAIL PROTECTED] wrote:
  Bisa salah atau sengaja tidak patuh hukum dengan anggapan: gampang 
aja kok
mitesin bangsa indon itu?

===
> Unilever khan juga bisa salah Pak
>
> Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Dalam kasus seperti ini apakah perusahaan sekaliber Unilever
> tidak tahu hukum?
>
> Agus Hamonangan
>
> http://www.kompas.co.id/ver1/Hiburan/0709/14/061155.htm


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Bus Mulai Kehilangan Pamor

2007-09-14 Terurut Topik radityo djadjoeri
Sebetulnya bukan busnya yang kehilangan pamor, tapi terminal busnya. Saya amati 
sejak dulu, terminal bus di kota mana saja kondisinya sama: penuh calo, kotor,  
harga tiket yang dibikin tak jelas dan lain sebagainya. Walau Departemen 
Perhubungan gonta-ganti menteri, kondisinya nyaris tak berubah. 
   
  Sudah saatnya terminal bus di seluruh Indonesia dikelola oleh swasta, bukan 
Dephub. Segala yang dikelola oleh pemerintah maupun BUMN selalu brengsek.
   
   
  

Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0709/15/Fokus/3836559.htm


Tak seperti biasanya, Terminal Bus Kampung Rambutan hari itu tampak
sepi. Tak tampak hiruk pikuk ataupun lalu lalang penumpang sehari
sebelum puasa di mulai.

"Sekarang di sini sepi. Pertama karena pemberangkatan penumpang tidak
lagi terpusat di sini, demi efektivitas pelayanan, selain itu juga
banyak pemudik yang memilih menggunakan sepeda motor," kata Maryanto,
Ketua Regu yang petang itu berjaga di Terminal Kampung Rambutan.

Maryanto yang waktu itu didampingi anggotanya, Jami'at, menjelaskan,
animo penumpang belakangan ini terus menurun. Ia memperkirakan,
penurunan penumpang di Terminal Kampung Rambutan mencapai 50 persen.

"Jika sebelumnya bisa sekitar 10 sampai 15 bus yang ke Bandung,
sekarang mungkin hanya antara delapan sampai 10 bus," ujarnya. Karena
itu, ia optimistis ledakan penumpang yang akan terjadi di saat Lebaran
nanti cukup dilayani dengan bus reguler.

Mengenai kecenderungan banyaknya pemudik yang menggunakan sepeda
motor, Ir Tejokusumo J MSc, Kepala Penelitian dan Pengembangan
Organda, mengemukakan, sepeda motor bukanlah jenis kendaraan yang
layak untuk digunakan sebagai sarana transportasi jarak jauh.

Akan tetapi, dalam hal ini pemerintah memang tidak bisa begitu saja
mengeluarkan larangan. "Ada banyak faktor," ujar Tejokusumo. Salah
satu faktor yang cukup signifikan adalah kondisi ekonomi secara
keseluruhan di Indonesia.

Untuk menghadapi kemungkinan itu, Tejokusumo menekankan pentingnya
sistem jaringan jalan yang baik. Dalam arti, jaringan jalan yang
diatur sedemikian rupa sehingga bisa berlaku bagi semua moda
kendaraan, mulai dari sepeda motor hingga truk kontainer.

Dalam pandangannya, buruknya sistem transportasi di Indonesia lebih
disebabkan oleh sistem jaringan jalan. "Masalah utama bukan di masalah
layak tidaknya kendaraan, tetapi pada soal kelancaran di jalan.
"Misalnya, jika jalanan lancar, Jakarta-Surabaya mungkin hanya perlu
10-15 jam. Namun, karena tidak lancar, bisa menjadi 20-25 jam," katanya.

Hal itu akhirnya membawa implikasi cukup besar pada sistem
transportasi secara keseluruhan. Misalnya, waktu tempuh yang panjang
membuat para sopir terlalu capai. Akibatnya, bus pun tidak bisa
dijalankan karena jumlah kendaraan dengan sopir tidak sesuai.

"Ini kan masalah yang terus berulang setiap tahun. Jadi, seharusnya
sudah bisa kita antisipasi sebelumnya," kata Tejokusumo. Bagi dia,
tidak ada cara lain mengatasi buruknya transportasi di Indonesia,
selain memperbaiki sistem dan melaksanakannya secara terus-menerus.
(RIE/IRN) 



 


e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

   
-
Don't let your dream ride pass you by.Make it a reality with Yahoo! Autos. 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] "Kompas" Kecolongan Artikel "Daur Ulang"

2007-09-14 Terurut Topik radityo djadjoeri
Sudah saatnya Kompas Group memiliki piranti lunak pendeteksi artikel ganda yang 
bisa diakses oleh seluruh editor. 
   
  Tapi saya kurang tahu, apakah software tersebut sudah dirilis?
   
  Kalau belum, Kompas bisa minta bantuan Google untuk bekerjasama.
   
  

permadi simbolon <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Sumber: 
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0709/14/opini/3834078.htm 

"Kompas" Kecolongan Artikel "Daur Ulang" Saya terkejut ketika membaca artikel 
saudara Abd Rohim Ghazali, anggota Dewan Penasihat The Indonesia Institute, dan 
Direktur Eksekutif The Indonesian Research Institute (TIRI), yang berjudul 
"Puasa untuk Semua" pada rubrik Opini, halaman 6, Kompas edisi Rabu, 12 
September 2007. Setelah saya cermati, ternyata artikel tersebut pernah dimuat 
dalam buku Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman yang dieditori Nur 
Achmad. Pada buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas, edisi I, Agustus 2001, 
Abd Rohim Ghazali yang kala itu menyebutkan diri sebagai aktivis muda 
Muhammadiyah, memakai judul "Hikmah Puasa: Perspektif Kerukunan Antarumat 
Beragama". Artikel "Puasa untuk Semua" yang berjumlah 16 paragraf ini merupakan 
hasil comotan dari tulisan di buku itu. Pada artikel "Puasa untuk Semua" 
awalnya saya terkecoh dengan kutipan ayat Al Quran yang diurai
sepanjang empat paragraf. Saya pikir, ini tulisan terbaru Saudara Abd Rohim 
Ghazali tentang puasa. Namun, saat memasuki paragraf kelima, saya teringat 
dengan tulisan di buku Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman yang baru 
saya baca beberapa menit sebelumnya. Maklum, itu buku kesayangan yang sudah 
berulang kali saya baca. Ternyata, mulai paragraf lima sampai dengan akhir 
tulisan (paragraf ke-16), 99 persen disalin dari tulisan pada buku tersebut. 
Coba Anda lihat halaman 215 baris ke-21 sampai terakhir di halaman 218 artikel 
dalam buku tersebut. Semua kata dan susunan kalimatnya sama. Yang sedikit 
membedakan (1 persen) adalah dalam hal penggunaan kata penghubung dan tanda 
baca. Meski menyalin tulisan sendiri, tindakan seperti ini sangatlah tidak 
pantas. Apalagi dilakukan oleh seorang yang memiliki posisi terhormat dan sudah 
dianggap sebagai seorang intelektual. Awalnya saya menaruh hormat dan sangat 
simpatik dengan tulisan Abd Rohim Ghazali di buku itu.
Namun, setelah membaca artikel "Puasa untuk Semua" kekaguman saya luntur. 
Ternyata, Abd Rohim Ghazali bukan intelektual yang mencerahkan dan kreatif. 
Saya sangat menyayangkan hal ini. Buku Pluralitas Agama: Kerukunan dalam 
Keragaman merupakan kumpulan tulisan-tulisan pilihan yang pernah dimuat Kompas 
terbitan 1996-2000, termasuk artikel "Hikmah Puasa: Perspektif Kerukunan 
Antarumat Beragama". Berarti artikel "Puasa untuk Semua" merupakan salinan 
ketiga setelah terbitnya buku tersebut. Apakah pantas jika tulisan yang pernah 
dimuat boleh dimuat lagi asal diubah judulnya? Menyumbangkan gagasan bagi 
masyarakat harus didasari niat tulus. Apalagi tulisan bernuansa keagamaan. Kita 
tidak bisa mengajak orang lain untuk berlaku jujur kalau pribadi kita masih 
melakukan kecurangan. Kaum intelektual adalah panutan karena bangsa ini miskin 
figur pemimpin. Mudah-mudahan ini menjadi perhatian kita semua, Kompas, dan 
media lainnya. FRANSISKUS UBA AMA Jalan Waringin Mlaten No
9, Surabaya Catatan Redaksi: Terima kasih untuk infonya. Setelah kami cek, 
ternyata memang artikel Abd Rohim Ghazali "Puasa untuk Semua" hanya cut and 
paste artikel "Hikmah Puasa: Perspektif Kerukunan Antarumat Beragama" oleh 
penulis yang sama yang termuat di Kompas, 17/12/1999. 



RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Peresmian Rumah Sakit Gratis

2007-09-13 Terurut Topik radityo djadjoeri
Lalu apakah pasien non-muslim bisa berobat kesini?
  Atau khusus pasien muslim saja, mungkin dengan kewajiban musti menunjukkan 
KTP?
   
  

Kartono Mohamad <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Pak Adi, sudah menjadi budaya bangsa ini kalau berbuat sesuatu itu 
yang
dapat segera dilihat dan dipamerkan. Maka yang dibangun adalah sarana fisik.
BAZIS atau apapun yang mensponsori pembangunan "RS GRatis" ini lebih senang
kalau sumbangannya nampak dilihat orang dan dapat dipamerkan. Suatu
perbuatan yang menurut agama dianggap ria.
Maka dibuatnya pun di daerah menteng. Entah untuk siapa, tidak jelas karena
seperti kata Pak Adi, yang miskin segan ke Menteng dan kalau pun mau tidak
punya cukup biaya untuk pergi ke sana. Tapi kan "egepe" dengan semua itu.
yang penting ada bangunan yang dapat dipamerkan. Soal berfungsi atau tidak,
itu soal nanti. Dan apakah ada sumbangannya yang berarti bagi meningkatkan
kesehatan rakyat, juga itu tidak penting. SBY juga senang dengan hal-hal
yang populer (tebar pesona) seperti ini. Jadi ya klop.
KM 



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kekerasan pada WNI di Malaysia (hati-hati Promosi Wisata Malaysia!)

2007-09-13 Terurut Topik radityo djadjoeri
Lae Agus yang horas bah,
   
  Budiman Harsa member milis Pantau. Dia mantan wartawan (sepertinya The 
Jakarta Post), lalu bekerja di sebuah BUMN.
   
  Kemarin agencynya Malaysia Tourism Board kirim email, mau mempertemukan Harsa 
dengan Dubes Malaysia.
   
  Yth Bapak/Ibu dari Mediacare,

Saya Andi dari Titik Communication,  salah satu klien kami adalah Malaysia 
Tourism Board dan membaca berita tersebut kami langsung segera konfirmasikan 
kepada pihak MTB dan Kedubes. Berkaitan dengan hal tersebut kami ingin bertemu 
dengan Bpk. Budiman Bachtiar, apabila tidak keberatan bisa kami minta alamat 
beliau?. Karena sesuai dengan pembicaraan dengan pihak MTB dan Dubes Malaysia 
untuk Indonesia beliau berkeinginan untuk mengundang dan bertemu dengan Bpk. 
Budiman Bachtiar secara pribadi.

Mudah-mudahan kami bisa mendapatkan informasi tersebut dari Bapak/Ibu, untuk 
memudahkan selain e-mail saya bisa dihubungi di HP: 0818 934799 atau telepon 
kantor di 391 0055.

Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

Salam,
-Andi-
Titik Communication


   
  

Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Mod: Ada yang tahu kontak Budiman Bachtiar Harsa? Apa harus di cek di 
hrd BUMN se Indonesia :-)

AH


[Forum Pembaca KOMPAS] Perempuan-perempuan Soekarno

2007-09-11 Terurut Topik radityo djadjoeri
Saya yakin, almarhum Soekarno memiliki selera yang tinggi terhadap perempuan. 
Di masa kini, membincangkan perempuan sebaiknya tak hanya dari sisi kecantikan 
lahiriah saja, tapi juga dari segi kepribadiannya. Istilahnya, cantik luar 
dalam. Untuk itu, almarhumah Ibu Fatmawati adalah istri Soekarno yang saya 
idolakan. 
   
  Sewaktu kecil, saya pernah baca buku tentang Ibu Inggit. Beliau adalah ibu 
kost yang dinikahi oleh anak kostnya bernama Soekarno, mahasiswa ITB. Hebat 
benar, itu jarang terjadi pada kisah-kisah mahasiswa zaman sekarang. Kalau toh 
ada, paling banter hanya kisah perselingkuhan, tak sampai ke jenang pernikahan.
   
  Tentang Ibu Heldi Djafar, Oom Sato Sakaki (hei, kemana aja loe?) benar. Namun 
mereka yang muncul belakangan boleh dibilang istri tak resmi - apa ya 
istilahnya? Nikah siri?
  Boleh saya tambahkan, Bu Heldi adalah ibu kandung dari Mbak Maya - mantan 
istri Ari Sigit Soeharto.
  Dulu saya pernah mengenal Mbak Maya sekeluarga. Orangnya kurus dan gemar 
dugem seperti halnya Ari. 

ssakaki2002 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  > Namum menurut pribadi saya, istri2 Bung 
> Karno yang paling cantik hanya HARTINI dan DEWI. Tahun 1989 saya 
> masih bertemu dengan beliau bersama puteranya dari Bung Karno yang 
> bernama TAUFAN dan kelihatannya masih tetap cantik.
> Wasalam, 
> Wal Suparmo

Hanya Hartini dan Dewi? Apakah Kartini Manoppo, mantan pramugari
Garuda dan stewardess khusus pesawat kepresidenan Dolok Martimbang itu
kurang cantik? Yang membuat BK jatuh cinta hanya dari melihat lukisan
Basuki Abdullah? Yang membuat dia bertanya pada si pelukis apakah
orangnya benar-benar ada atau hanya khayalan? Dan pramugari pada masa
BK itu bukan seperti pramugari masa kini lho. Kalau ndak cantik dan
sexy betul ndak bisa jadi pramugari. 

Lalu Hariyati, mantan Penari Istana yang ditempatkan di Istana Tampak
Siring. Lalu Yurike Sanger, anggota pagar ayu Barisan Bhinneka Tunggal
Ika yang dikawini pada usia 17 tahun. Yang terakhir yang dikawini
adalah Heldi Djafar, juga pada usia 17 tahun. Walau tak pernah melihat
fotonyapun saya yakin pertempuan ini juga cantik sekali. BK kan
jaminan mutu kalau dalam hal menilai kecantikan perempuan. Hehehe ...
mana dia mau kalau tidak cantik sekali. 


[Forum Pembaca KOMPAS] Horas bah! - Re: Sajak di Kompas Minggu

2007-09-11 Terurut Topik radityo djadjoeri
Bagus, bagus sekali Mas Anton. Saya suka alurnya, dan enak dibaca pula. Tak 
perlu dahi berkernyit. Yang jelas, lebih bagus daripada puisinya Saut 
Situmorang yang lagi bermasalah dengan umat Hindu karena mengejek Dewa dan pura 
mereka  :))
   
   
  Anda layak dapat bintang!
   
  Horas bah! Tak ada se(h)onggok beras, makanlah itu gabah!
   
  

anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Kok sastrawan pada berantem yambok baca puisi sama-sama saja, 
sambil tertawa, toh dunia ini terlalu singkat untuk berjalan dalam 
api kemarahan

Puisi Amatiran

Ketika kubuka pintumu
hanya api yang kau punya
ketika kubuka isi kepalamu
hanya dendam kau sisa
mana lagi kau simpan buat dunia
untuk sekedar kau guratkan satu garis lurus warna biru
Agar tenang lautmu
agar tak bergelombang baramu

(ANTON)...keren nggak ya...hehehehe



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Mesir ?

2007-09-11 Terurut Topik radityo djadjoeri
Bang Ali (mantan gubernur?)

  Setahu saya istilah Mesir berasal dari Bahasa Arab: Misr. Nama lengkap negeri 
itu:

  Jumhūriyat Misr al-Arabiyah (Republik Arab Mesir).

  Sedangkan Egypt adalah sebutan Inggris, mengingat negeri ini pernah diduduki 
oleh bangsa-bangsa Eropa. Sebelumnya negeri di wilayah benua Afrika tersebut 
selama ratusan tahun dijajah Arab. Namun menurut beberapa sumber, sebagian 
penduduk negeri itu tak mau disebut orang Arab, karena tak semua tercampur 
darah Arab.

  Menurut Wikipedia:

  Republik Arab Mesir, lebih dikenal sebagai Mesir, (bahasa Arab: 
مصر) adalah sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya 
terletak di Afrika bagian timur laut.

  Dengan luas wilayah sekitar 997.739 km² Mesir mencakup Semenanjung Sinai 
(dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar 
wilayahnya terletak di Afrika Utara. Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah 
barat, Sudan di selatan, jalur Gaza dan Israel di utara-timur. Perbatasannya 
dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di utara dan Laut Merah di timur.

  Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir Sungai Nil (sekitar 40.000 km²). 
Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni.

  Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di 
dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Di 
Luxor, sebuah kota di wilayah selatan, terdapat kira-kira artefak kuno yang 
mencakup sekitar 65% artefak kuno di seluruh dunia. Kini, Mesir diakui secara 
luas sebagai pusat budaya dan politikal utama di wilayah Arab dan Timur Tengah.


Ali Andre <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Mas Radit dan rekan FPK,
Bagaimana dengan Mesir yang diluar lebih dikenal dengan Egypt? ada
informasinya?

Terima kasih,
Ali Andre
Marine Department
PT. Asuransi Raksa Pratikara
Tel. : 021-3859008 Ext. 1917
Fax : 021-3859004/5/6
Mobile : 0818-844632



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Bagaimana Astro "menjajah" angkasa Indonesia ?

2007-09-11 Terurut Topik radityo djadjoeri
Kalau disimak jumlah pemirsa SCTV yang tersebar hampir di seluruh Indonesia 
(dan juga di negeri manca), jumlah pelanggan Kabelvision dan Astro masih 
terlalu kecil. Nah, kalau sekarang Astro "memonopoli" siaran sepakbola 
bergengsi, tentu saja lebih banyak yang kelabakan dibandingkan kasus Piala 
Dunia dulu.

  Aku yang berlangganan Indovision yang bisa menangkap seluruh siaran stasiun 
TV juga sering diblok saat ada siaran sepakbola. Siaran tersebut hanya bisa 
ditonton tanpa parabola.


rifkyprdn <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Mungkin belum hilang dari memori kita (yang kata orang rata-rata
bermemori pendek) bagaimana SCTV memonopoli Siaran Pertanding
Sepakbola Piala Dunia yang lalu, dimana pelanggan Kabelvision &
Astro kelabakan memasang antene karena tak mendapatkan 'jatah'
siaran piala dunia-nya SCTV.

Kalau sekarang gantian 'dibalas' ya impas-impas saja barangkali.
Namanya juga 'bisnis' khan ?.

Semoga saja balas-membalas ini tak berkait dengan trand naiknya
semangat 'Ganyang Malaysia' yang 3 tahun terakhir ini meningkat
tensinya.

BTW, kalau semangat kita begitu menggelora untuk 'Ganyang Malysia'
apakah berlaku juga untuk 'Ganyang Singapura' atau 'Ganyang
Australia' ya ?.

Tabik.



[Forum Pembaca KOMPAS] Yunani, Greece, Greek, Gorik, atau Gerika?

2007-09-09 Terurut Topik radityo djadjoeri
Mas Anton di Jakarta,   Dulu juga saya melemparkan pertanyaan serupa. Setelah 
saya uarkan di milis, masuk berbagai tanggapan. Menarik juga. Berikut saya 
kirimkan postingan lama saya. Untuk tanggapan dari para miliser, berhubung 
masih tersebar dimana-mana, belum dapat saya posting, mungkin lain waktu.   
  Mohon bantuannya. Adakah yang tahu kenapa negeri Greece di Eropa kita 
sebut sebagai Yunani? Sejak kapan julukan itu dipakai disini? Siapa
penggagas awalnya?
   
  Menurut informasi dari seorang teman yang berprofesi sebagai penulis,  
istilah Yunani berasal dari bahasa Arab (bersumber dari "Ioania", sekarang 
menjadi Turki). Sedangkan pada Alkitab keluaran 1970an menyebutkan bahwa naskah 
asli Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa "Gerika". Orang Batak malah punya 
istilah lain: "Gorik". Betulkah? 
   
  Bagaimana dengan KBBI? Adakah yang bisa membukakannya karena saya tak
mempunyainya? Terus terang, saya pribadi lebih menyukai negeri yang penuh 
peninggalan sejarah kuno itu disebut 
dengan istilah "Gris" atau "Geris". "Gerika" juga tidak masalah karena 
tak jauh beda dengan nama aslinya. Soal sumber awalnya dari mana, buat saya 
tak masalah. 
  Kalau disebut "Yunani" kok terkesan mirip nama orang saja. Perlu Anda 
ketahui, 
orang Jawa memanggil kakak perempuannya yang bernama Nani dengan 
sebutan "Yu Nani", atau lengkapnya "Mbakyu Nani". Kalau sudah berumah tangga,
oleh para tetangga si Nani akan dipanggil "Bu Nani". Jadi, saya usulkan kepada 
Lembaga Bahasa Indonesia dan media massa agar istilah "Yunani" diganti 
saja menjadi "Gris" atau "Geris" atau "Gerika". "Gorik"? Hmm, boleh 
juga. Siapa takut? Apalagi istilah Yunani itu agak mirip-mirip dengan 
kata "onani" (dibahasaindonesiakan menjadi "merancap", sayang kalah
populer).   
   
  Berikut beberapa alasan dari teman saya kenapa istilah Yunani layak 
diganti:
   
  1. Sebal, kenapa bangsa Indonesia tidak mencari padanannya dengan 
   menggunakan sistematika sendiri? Tak selamanya kita harus membebek
   terus pada bangsa Arab.  
   
  2. Temuan istilah "Gerika" adalah adopsi fonologis yang gemilang dengan 
   menggunakan kata asal "Greek". Vokal "a" pada suku kata terakhir 
   Gerika menyiratkan gramatical gender feminin pada bahasa Greek, 
   sebagaimana semua bahasa di dunia menyebut ibu bagi bumi, tanah 
   kelahiran, dan negerinya.
   
  3. Orang Batak menyerapnya juga dengan pilihan kata yang sangat
   gemilang: Gorik. Hemat saya, bukankah dalam konteks keindonesiaan
   kita seharusnya lebih akrab dengan bahasa Batak ketimbang Arab? 
   Jadi jika sungkan menyebutnya sebagai Gerika, karena itu merupakan 
   temuan Lembaga Alkitab Indonesia, kenapa tak menyebutnya sebagai 
   Gorik?
   
  Akhir kata, warga negara Greece tentu akan sangat berterima kasih kalau 
bangsa Indonesia menyebut negeri mereka dengan "Gris", "Geris" atau 
"Gerika", daripada "Yunani". Jauh banget gitu lho
   
  Salam,
  
RD
   
  ==  Posted by: "anton_djakarta" [EMAIL 
PROTECTED]   anton_djakarta   Sun Sep 9, 2007 4:27 am (PST)   Saya mau nanya 
asal-usul kata "Yunani" itu darimana ya? kok Indonesia 
membahasakan Negara Greek dengan Yunani, apa dari bahasa Arab...ada 
yang bisa menjelaskan nggak, saya udah ubek-ubek ensiklopedi sama 
google nggak dapet-dapet...

Terima Kasih

ANTON



e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

   
-
Shape Yahoo! in your own image.  Join our Network Research Panel today!

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Ralat - Re: Sajak di Kompas Minggu

2007-09-08 Terurut Topik radityo djadjoeri
Lae Saut yang suka membuka postingan dengan berhahahahhaa  :))
   
  Sekadar ralat, saya bukanlah berprofesi sebagai wartawan, tapi mantan 
wartawan Majalah SWA. Jadi Lae keliru menulis profesi saya, entah darimana 
sumbernya. Beda lho antara wartawan dan mantan wartawan. 
   
  Walau Lae "Cicak Sakti" sanggah itu pendapat Andar Manik, tapi saya 
berpendapat Lae tetaplah keliru. 
   
  Lae menuliskan seperti ini:
  "* posisi Hasif Amini sebagai redaktur Sajak-sajak
Kompas Minggu cuma menguntungkan kawan-kawannya
belaka, terutama Nirwan Dewanto yang sajak-sajaknya
selalu muncul satu halaman penuh sementara para 
penyair lain dimuat beramai-ramai."

  Apa yang Lae tulis penuh kerancuan hanya karena - menurut berbagai sumber - 
Lae sejak dulu iri sama kiprah Nirwan Dewanto. Saya yakin, Andar Manik tak akan 
menulis seperti apabila mengungkapkan keirihatiannya seperti ini:
   
   "* posisi Hasif Amini sebagai redaktur Sajak-sajak
Kompas Minggu cuma menguntungkan kawan-kawannya
belaka, terutama Nirwan Dewanto yang sajak-sajaknya
selalu muncul satu halaman penuh."
   
  Titik! Tanpa ada tambahan rangkaian kata:
   
  ..sementara para penyair lain dimuat beramai-ramai."

  Jadi dalih "kata penting: "terutama", dan frase sebelumnya" itu amat lemah. 
   
  Sekarang saya ingin bertanya ke Lae:
   
  1. Sudah berapa kali sajak-sajak Lae termuat di Kompas Minggu?
   
  2. Berapa sajak yang ditolak oleh pengasuh rubrik?
   
  3. Selain Kompas Minggu, ke media mana saja Lae kirim karya sajaknya?
   
   
  Sekian dulu email saya Lae. Selamat berhahahhahahahah
   
   
  salam,
   
  rd
   
   
   
  
Saut Situmorang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  hahaha...

ramee...
asyik, euy!

tapi kalok gak salah si Saut "cicak sakti" Situmorang
menulis begini lho:

"* posisi Hasif Amini sebagai redaktur Sajak-sajak
Kompas Minggu cuma menguntungkan kawan-kawannya
belaka, terutama Nirwan Dewanto yang sajak-sajaknya
selalu muncul satu halaman penuh sementara para 
penyair lain dimuat beramai-ramai."

yang dilupakan si singa tua (mungkin kerna dah tua
jadi sedikit pikun, ya lae, hehehe...) adalah kata
penting: "terutama", dan frase sebelumnya.

nampaknya sederhana aza satu kata, tapi bagi penyair
wah gawat meck, hehehe... buat wartawan semacam kadar
radityo mungkin gak pa-pa ya, hahaha...

jadi kesimpulan Saut Situmorang masih benar lah!

wah radityo zadi gak gitu seneng lagi tuh!!!

hahaha...




--- Andar Manik wrote:

> Sajak di Kompas Minggu.
> 
> 
> 
> 
> 
> Saut Situmorang, dalam tulisannya di mailing-list
> ini mengatakan, bahwa di
> dalam rubrik puisi Kompas Minggu yang diasuh Hasif
> Amini, sajak-sajak Nirwan
> Dewanto "selalu muncul satu halaman penuh sementara
> para penyair lain dimuat
> beramai-ramai."
> 
> 
> 
> Menurut Joko Pinurbo, sajak-sajak dia juga dimuat
> satu halaman penuh. Saya
> juga sudah beberapa kali melihat ada penyair lain
> yang sajaknya dimuat
> seperti sajak Nirwan dan Joko Pinurbo. Antara lain
> sajak-sajak Acep Zamzam
> Nur, Afrizal Malna, Mardiluhung, dan lain-lain.
> 
> 
> 
> Artinya, kesimpulan Saut tidak benar, dong.
> 
> 
> 
> Selamat membaca,
> 
> 
> 
> Andarmanik.




e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

   
-
Luggage? GPS? Comic books? 
Check out fitting  gifts for grads at Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Saran untuk Ibu Nursyahbani Katjasungkana dan para anggota DPR

2007-08-27 Terurut Topik radityo djadjoeri
Sekadar saran buat Bu Nur dan nama-nama berikut:
  Annisah Mahfudz (FKB), Anna Muawanah (FKB), Badriyah Fayumi (FKB),
Ida Fauziah (FKB), Maria Ulfah Anshor (FKB), Nursyahbani
Katjasungkana (FKB), Syaidah Syakwan (FKB), Eva K Sundari (FPDIP),
Ribka Tjiptaning (FPDIP), Tumbu Saraswati (FPDIP), Chairunnisa (FPG),
Aisyah Hamid Baidlowi (FPG), Mariani Akib B (FPG), Marliah Amin (FPG),
Nari Hardiyanti (FPG), Watti Amir (FPG), Sri Harini (FPG), Tyas
Iskandar (FPG), Sudarmani Wiryatmo (FPG), Tisnawati Karna (FPG),
Maryamah N B (FPG), Hayani Isman Sutoyo (FPG), Asiah Salekan (FPG),
Latifah Iskandar (PAN), Kasmawati Tahir (FPBR)

  Saya bisa merasakan denyut rakyat yang resah atas perlakuan kejam terhadap 
para TKI yang mencari sesuap nasi di negeri manca. Sebagai anggota DPR dari PKB 
yang bergaul dengan para kyai tentunya Ibu tahu bahwa tradisi di Arab sana, 
pembantu rumah tangga itu masih dianggap budak. Bahkan, para tuannya bisa 
mencicipi tubuh sang budak. Kalau si pembantu rumah tangga lapor ke pihak 
berwajib, bisa dianggap menghasut karena tidak adanya saksi.
   
  Adalah langkah tepat bila Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak ikut demo di Kedutaan Arab 
Saudi seperti telah dilakukan oleh Migrant Care. Jadi tak terkesan kerjaan para 
anggota DPR cuma bisa adu mulut dan ongkang-ongkang kaki saja. Saya juga tak 
setuju apabila anggota DPR menerima pensiun. Buat apa? Dari gaji bulanan saja 
sudah cukup. Apalagi masa jabatan anggota DPR kan cuma 5 tahun (kalau tak 
terpilih lagi).
   
   
   
   
   


e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

   
-
Park yourself in front of a world of choices in alternative vehicles.
Visit the Yahoo! Auto Green Center.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: PERS RELEASE

2007-08-26 Terurut Topik radityo djadjoeri
Sekadar saran. Kebencian kita terhadap para anggota DPR yang lamban, NATO (No 
Action Talk Only), menghambur-hamburkan duit rakyat dan cacat-cacat lainnya 
hendaknya tidak melebar pada kebencian terhadap Siaran Pers (Press Release). 
   
  Bagi sebuah lembaga, penyebaran Siaran Pers itu perlu dan penting. Penulisan 
Siaran Pers juga ada strateginya yang semuanya bermuara pada Inti Pesan (Key 
Messages). Kalau ada ungkapan melecehkan Siaran Pers, saya rasa itu 
kekanak-kanakan. Penyebar Siaran Pers tentunya berharap agar maklumatnya dapat 
menjadi perhatian pengelola media massa. Namun menjadi hak redaksi media 
bersangkutan untuk memuat atau menindaklanjutinya.
   
  Untuk kasus Bu Nursyahbani yang anggota DPR, memang sebaiknya Siaran Pers 
tersebut 
  tak mengatas namakan Kaukus atau lembaga-lembaga tak resmi di kalangan 
anggota DPR, tapi melalui partai dimana Ibu bernaung. Pada Siaran Pers tersebut 
tentunya juga disajikan secara kronologis apa yang sudah dilakukan oleh partai 
bersangkutan dalam isu-isu tertentu. Ibu dari PKB kan?
   
  salam,
   
  radityo djadjoeri
   
   
   
   
   
   
   
  

stephanusmulyadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  
Pres releasenya masih kurang. Saya tambahkan sedikit:
12. bahwa DPR jangan cuma ngomong doang, buat sesuatu dong.
13. bahwa DPR jangan terlalu banyak studi banding ke luar negeri.
14. bahwa DPR jangan selalu nuntut kenaikan gaji, tunjangan, dll.
15. Bahwa DPR jangan nuntut pensiun
15. Bahwa uang negara yang dihambur-hamburkan oleh DPR selama ini
dikembalikan pada negara dan dipergunakan untuk meningkatkan
pendidikan dan pemberdayaan TKW/TKI di dalam negeri.
16. Bahwadst.

--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Nursyahbani
Katjasungjkana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> PERS RELEASE
> KAUKUS PARLEMEN UNTUK HAK AZASI MANUSIA
> 
> "STOP KEKERASAN TERHADAP TKW/TKI 
> DAN TEGAKKAN HARGA DIRI BANGSA"
> Jum'at, 24 Agustus 2007
> 
> Berdasarkan laporan dari barbagai sumber, baik dari mediamassa
maupun kalangan LSM, kami mendapatkan data bahwa kasus kekerasan yang
menimpa TKW Indonesia di berbagai Negara tujuan mencapai angka yang
sangat mengkhawatirkan. Karena itu perlu perhatian serius dari
pemerintah untuk menangani masalah ini agar tidak terus bertambah. 
Kami mengetahui bahwa pemerintah telah berupaya melakukan respon cepat
dalam penanganan kasus-kasus yang menonjol yang telah diangkat oleh
media massa, namun hal itu tidak cukup.
> 
> Data Perlakuan Kekerasan yang berujung kematian atas TKW/TKI
Indonesia di Luar negeri yang kami terima menunjukkan angka-angka yang
sangat mengejutkan dan harus menjadi perhatian serius untuk segera
membangun system perlindungan TKW/TKI di luar negeri yang
komprehensif. Dalam semester pertama tahun 2007 ini saja terjadi 45
kasus kekerasan (fisik) yang dilaporkan. Arab Saudi dan Malaysia
menunjukkan angka jumlah kasus yang sangat mencolok. Di Arab Saudi
telah dilaporkan 21 kasus, sedangkan di Malaysia telah dilaporkan 14
kasus. Angka ini jauh di atas Negara-negara tujuan lain (AS, Bahrain,
Taiwan, Kuwait, Hong Kong dan Singapura) yang rata-rata hanya di bawah
3 kasus. Sedangkan angka kematian dalam setahun terakhir mencapai 102
kasus yang dilaporkan, dengan rician sebagai berikut: Malaysia (36
kasus), Arab Saudi (18), Singapore (12), Yordania (7), Hongkong ((5),
Taiwan (9), Kuwait (3), Jepang (1), tak diketahui negara tujuannya (4).
> 
> Menanggapi laporan di atas, kami Kaukus Parlemen untuk HAM
menyatakan hal-hal sebagai berikut:
> 
> 1. Bahwa tingginya angka kasus kekerasan TKI di Arab Saudi
dalam menurut Kaukus Parlemen untuk HAM adalah suatu masalah yang
serius. Di luar laporan data kekerasan dan kematian TKI, sesungguhnya
kami juga banyak mendapat laporan lisan di setiap kesempatan bertemu
masyarakat tentang keluarga TKI yang kehilangan kontak dengan keluarga
mereka yang bekerja di Arab Saudi dalam waktu yang sudah lebih dari
setahun sejak keberangkatan. Hal ini tentu menjadikan anggota keluarga
TKI cemas akan keselamatan anggota keluarganya yang bekerja di Arab
Saudi tersebut. Kami memandang ini adalah suatu bentuk kekerasan
terhadap TKI dan hal ini menduga ini salah satu penyebab rentannya TKI
kita terhadap kekerasan bentuk lain. Oleh karena itu kami menuntut
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan surat protes kepada
pemerintah Arab Saudi dan meminta penjelasan atas masalah ini serta
menuntut keadilan bagi korban dengan hukuman seberat-beratnya bagi
masing-masing pelaku penganiayaan
> terhadap TKI. Selain itu pemerintah Indonesia, perlu secepat
mungkin melakukan upaya-upaya pemulangan korban yang meninggal kepada
keluarganya dan memenuhi hak-hak ahli waris korban.
> 
> 2. Bahwa meskipun di negara-negara tujuan lain jumlah kasus
kekerasan dan kematian TKI tidak setinggi di Arab Saudi dan Malaysia,
Kaukus Parlemen untuk Hak Azasi Manusia memandang bahwa setiap kasus
kematian TKI –walaupun 1 kasus saja- adalah masalah y

[Forum Pembaca KOMPAS] Jakarta, provinsi yang belum demokratis walau ada Pilkada

2007-08-06 Terurut Topik radityo djadjoeri
Masyarakat Ibu Kota kini hiruk pikuk membincangkan pilkada - pemilihan gubernur 
DKI Jaya. Coblosan secara langsung yang pertama kalinya. Maklum, dulu gubernur 
DKI "wajib" dari kalangan militer dan ditunjuk langsung - alias tak dipilih 
oleh rakyat. 
   
  Media massa sibuk berburu berita soal pilkada dan gegap-gempita kampanye 
jalanan yang menyertai. Pilihan cuma ada dua: Adang atau Foke. Adang jelas 
digemari para pendukung PKS. Sedangkan Foke disukai orang-orang yang cinta 
kemajemukan yang warna-warni.
   
  Tanggal 8 Agustus buat sebagian orang membingungkan: libur, tidak libur, 
libur, tidak libur. Kemarin ada beberapa teman yang minta dikirimi arsip surat 
soal libur resmi dari pemerintah lewat email.
   
  Nah, apakah dengan pilkada ini berarti sistem demokrasi sudah diterapkan 
secara menyeluruh di wilayah Jakarta? Tidak! Pasalnya 5 penguasa wilayah 
kotamadya belum dipilih langsung oleh rakyat. Mereka adalah Walikota Jakarta 
Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara. Selama 
ini jabatan Walikota selalu ditunjuk langsung. Di masing-masing kotamadya 
tersebut juga tak memiliki DPRD Tingkat II. Semuanya menumpuk di DPRD Tingkat 
I. Bagaimana Jakarta akan berubah menuju yang lebih baik, kalau begitu? 
   
  Mari kita lihat ke provinsi lain: semua walikota dan bupati sudah dipilih 
langsung oleh rakyat, bukan cuma gubernurnya saja.
   
   
   
 


e-mail: [EMAIL PROTECTED]
  blog: http://mediacare.blogspot.com

   
-
Pinpoint customers who are looking for what you sell. 

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Wawancara dengan Goenawan Mohamad: Salihara, Ragunan, Balai Rakyat, TUK .............................

2007-07-27 Terurut Topik radityo djadjoeri
Wawancara dengan Goenawan Mohamad: Salihara, Ragunan, Balai Rakyat, TUK 
.
   
  Berikut ini hasil wawancara saya dengan Goenawan Mohamad, di Teater Utan 
Kayu, Kamis sore, 26 Juli 2007
   
  Oleh Rizka Maulana
  
RM:  Tim Komunitas Utan Kayu diberitakan akan buka satu tempat kegiatan baru di 
Jalan Salihara, dekat Ragunan dan Universitas Nasional, Jakarta Selatan. Apakah 
alasannya? Untuk mengembangkan sayap?
   
  GM: Itu sebagian kebetulan. Ada sepetak tanah yang cukup luas dan tidak mahal 
untuk ukuran Jakarta. Ada bantuan dana dari harian Jawa Pos, yang selama 
beberapa tahun terakhir ini membiayai program dan pengeluaran rutin Teater Utan 
Kayu.  Kami putuskan untuk memanfaatkan semua itu buat membuat satu tempat 
kegiatan baru. Diketahui bahwa banyak penonton kegiatan kesenian di Gedung 
Kesenian Jakarta dan Taman Ismail Marzuki datang dari Jakarta Selatan. Satu 
tempat altenatif yang memudahkan mereka, akan membantu banyak hal.  Lagipula 
tempat kegiatan itu dekat sekali dengan Balai Rakyat. Kami berencana menjalin 
hubungan simbiotis dengan kegiatan anak-anak di sana.
   
  RM:  Jadi Teater Utan Kayu (TUK) akan terus berjalan?
   
  GM: Ya. Kami sedang menyusun pembagian kerja antara kedua tempat itu.  Belum 
selesai.
   
  RM:  Ada pihak-pihak yang menuduh TUK sebagai “arogan” dan “eksklusif”. 
Bagaimana komentar Anda?
   
  GM:  Apakah dalam tuduhan itu ada contoh yang menggambarkan “arogansi” dan 
sikap “eksklusif” TUK? 
   
  RM:  Kayaknya tidak.
   
  GM:  Kalau ditunjukkan kasusnya dan terbukti, kami akan memperbaiki diri. 
Kalau tidak ada, bagaimana akan saya tanggapi? 
   
  RM:  Anda sudah baca “Pernyataan sikap Sastrawan Ode Kampung” baru-baru ini?
   
  GM: Belum. 
   
  RM:  Di dalamnya ada penolakan terhadap “arogansi dan dominasi sebuah 
komunitas atas komunitas lainnya”.  Tampaknya ini serangan kepada TUK.
   
  GM: Apakah TUK disebut-sebut?
   
  RM:  Tidak.
   
  GM:  Kalau begitu sulit dikatakan itu serangan kepada TUK.
   
  RM:  Anda sudah baca buletin yang disebut “Bumi Putra”? 
   
  GM: Belum. 
   
  RM: Kok nggak peduli? 
   
  GM: Saya sedang tak punya banyak waktu. Di samping menulis Catatan Pinggir 
tiap minggu untuk Majalah Tempo, saya sedang menuliskan kembali ceramah saya 
tentang “estetika jeda” dan satu telaah tentang Pramoedya. Saya juga sedang 
menyelesaikan serangkaian sajak dengan mengambil dasar novel Cervantes, Don 
Quixote.  Sebentar lagi saya harus menuliskan satu libretto, Tan Malaka.
   
  RM: Kok sibuk sekali? Nggak ada waktu buat polemik?
   
  GM: Karena waktu saya terbatas, saya mendahulukan menulis dan menelaah. 
Lagipula, dalam pengalaman, di Indonesia ini sejak Polemik Kebudayaan sangat 
sedikit polemik yang bermutu. 
   
  RM: Dalam buletin Bumi Putera ada kata-kata yang mengasosiasikan Anda dengan 
“gigolo” dan “pelacur budaya”.  Juga ada disebut nama “Ayu Tapi Mambu”.  Dengan 
kata lain, kata-kata yang umumnya akan dianggap kasar dan kotor.
   
  GM: Hmm.
   
  RM: Maksud Anda?
   
  GM: Mungkin penulisnya anak-anak remaja. Gejala itu seperti corat-coret di 
tembok kakus. Bagi saya, tak perlu dianggap serius. Saya kira kalau nanti 
mereka lebih dewasa, akan berubah cara menulisnya. 
   
  RM:  Taufiq Ismail menyebut adanya GSM, “Gerakan Syahwat Merdeka”.  Ada yang 
mengatakan akronim itu mirip dengan akronim anda, “Goenawan Susatyo Mohamad”. 
   
  GM:  Ha,ha,ha.
   
  RM: Bagaimana tanggapan Anda tentang apa yang oleh Taufiq Ismail disebut 
“FAK”, “Fiksi Alat Kelamin”?
  
GM:  Produksi akronim lagi naik, rupanya.
   
  RM:  Menurut Taufiq Ismail, “Fiksi Alat Kelamin” itu dipelopori Ayu Utami dan 
Jenar Mahesa Ayu. Menurut Anda, apakah itu tepat?
   
  GM: Apakah  Mas Taufiq menunjukkan secara persis karya mana dari kedua 
sastrawan itu yang menunjang statemennya?
   
  RM:  Tidak.
   
  GM:  Hmm.  Aneh...
   
   
   
   


e-mail: [EMAIL PROTECTED]
  blog: http://mediacare.blogspot.com

   
-
Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, 
photos & more. 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] RCTI Tebar Ancaman

2007-07-16 Terurut Topik radityo djadjoeri
Bung Steven,
   
  Saya sudah baca dari atas sampai bawah, tapi tidak menemukan rincian staf 
RCTI meneror
  Anda. Caranya seperti apa?
   
  

steven lenakoly <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Mulai tanggal 12 Juli 2007 lalu saya menulis soal
pembangunan tower milik RCTI yang ada jl Sambisari 3 A
Surabaya. Tampaknya dengan tulisan tersebut RCTI
kebakaran jenggot. 

Saya dari detiksurabaya.com tidak mempunyai maksud
apapun menulis soal itu, tanpa tendensi. Murni karena
ada permasalahan penolakan warga sekitar.

Tapi sikap tidak sopan ditunjukkan oleh RCTI. Mereka,
sangat tidak profesional, secara tidak sopan mereka
meneror kami. Nomor yang digunakan adalah no kantor
RCTI Surabaya.

Saya sesalkan adalah:
1. Kalau memang RCTI dalam posisi tidak bersalah
mengapa kok harus marah-marah dan meneror kami.
2. Tindakan ini (teror) menunjukkan bahwa RCTI memang
bersalah dengan tower tersebut.
3. RCTI tidak profesional karena masih menggunakan
cara kuno yaitu dengan meneror kami secara kampungan.

Gimana mau maju? Tv sekelas RCTI aja harus kampungan.

__
Bored stiff? Loosen up... 
Download and play hundreds of games for free on Yahoo! Games.
http://games.yahoo.com/games/front


 

 
-
It's here! Your new message!
Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Apakah Alien = Makhluk Luar Angkasa itu ada ?

2007-07-13 Terurut Topik radityo djadjoeri
Dear FPKers dimana saja berada,
   
  Sebenarnya kalau kontak dengan aliens kelak terjadi, dunia akan guncang, 
khususnya bagi para agamawan. Apalagi kalau para alien itu menenteng kitab suci 
yang versinya berbeda dengan yang saat ini beredar dan dipercayai sebagian umat 
manusia di Bumi. 
   
  Saya yakin, aliens itu ada dan di masa lalu pernah melakukan kunjungan ke 
Bumi. Bahkan sebagian dari kita kemungkinan besar adalah hasil asimilasi dengan 
alien. Macam Hawking yang telinganya agak lebar sepertinya nenek moyangnya 
adalah alien..;))
   
  Oh ya, perlu saya tambahkan. Menurutku (lagi-lagi menurutku), virus bakteri 
kuman = jin setan  = aliens. Saya yakin itu. Orang -orang di masa lampau 
percaya, usai terjadinya
"cleret gombel" (meteor jatuh), tak lama kemudian akan terjadi "pageblug" - 
merajalelanya penyakit aneh dan kesialan lain yang menimpa masyarakat. Artinya 
apa? Batu meteor itu menyebarkan virus asing dari luar angkasa. Virus tersebut 
menyebar dan membiak di Bumi.

   
  salam,
   
  radit
   
  catatan buat penggemar isu UFO, ada milisnya, silakan japri..

  Mod: Pak Radityo, apakah ini milisnya?
 http://tech.groups.yahoo.com/group/beta-ufo/
  

si_andi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Kalau diskusi terus direferensikan ke kitab suci apalah yang mau 
didiskusikan? Paling buntutnya lakum dinukum waliyadin, tidak 
menambahi apa-apa.

Andi



RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] minta tolong -> kontak CIDA di Indonesia

2007-07-10 Terurut Topik radityo djadjoeri
Selamat ya Mbak Binny...saya baca profilnya di The Jakarta Post. Kalau 
diperbolehkan moderator, bisa posting ke milis? Biar member lain lebih memahami 
profesi yang digeluti Mbak Binny.
   
  salam
   
  rd
   

Binny Buchori <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Bung Patrick, CIDA ada di Kedutaan Canada di Jakarta. Wisma 
Metropolitan,
Jl. Jemdral Sudirman. Alamt lengkapnya bisa dicari di google, salam, binny

_ 

From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Patrick
Sent: Tuesday, July 10, 2007 5:34 PM
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] minta tolong -> kontak CIDA di Indonesia

Ada yang bisa memberikan kontak Canadian International Aid Agency
(CIDA)di Indonesia? 

Terima kasih sebelumnya,

Patrick Hutapea 


Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Mencari Legium Veteran

2007-07-09 Terurut Topik radityo djadjoeri
Mas Ari,

  Sekadar masukan, istilah yang lazim digunakan adalah "Legiun", bukan "Legium".



ari aristides <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Rekan-Rekan yang Baik, Mungkin ada diantara rekan-rekan yang kenal 
dengan seorang legium veteran perang kemerdekaan atau pasca kemerdekaan RI. 
Saya mencari legium veteran yang saat ini tinggal di Jakarta atau sekitarnya. 
Saya sedang membuat cerita tentang prajurit yang dulu bertempur dimedan perang, 
tapi kini harus berjuang dalam “pertempuran” yang lain yaitu pertempuran 
kehidupan.
Bila ada, mohon informasinya diberikan melalui japri.
Terima kasih atas bantuan rekan-rekan.

Salam…
Terus Berjuang…
Ari Aristides



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Keunikan Jurnalisme Kuliner - Mengapa "Selalu Enak?"

2007-07-08 Terurut Topik radityo djadjoeri
Di balik berbagai tayangan wisata kuliner yang berseliweran di layar kaca 
sebenarnya ada misi penting yaitu ikut mempromosikan masakan-masakan warisan 
nenek moyang kita. Selain itu, tayangan tersebut penting untuk mengangkat usaha 
kecil menengah (UKM) yang dijalani para penjaja makanan yang tersebar di 
pelosok Nusantara.  Sebagai contoh tayangan Bango Cita Rasa Nusantara (BCRN) 
yang ditayangkan di Indosiar tiap Sabtu pagi.
  Sudah berapa ratus penjaja makanan papan bawah yang tertolong oleh program 
semacam itu. Bahkan, ada beberapa penjaja yang ikut Festival Jajanan Bango, 
namanya langsung terangkat. Buntutnya, gerainya jadi laris manis bak gula jawa 
dijilati semut.

  Makanya saya kurang "sreg" kalau yang ditayangkan di layar kaca adalah 
resto-resto dan cafe-cafe papan atas. Apalagi kalau itu pewaralaba asing.

  Terakhir, saya usulkan kepada para pengelola stasiun TV agar punya "tarif 
iklan khusus" untuk bisnis UKM, apa pun itu. Bukan hanya produk milik 
konglomerat yang pantas berseliweran di layar kaca.


e-mail: [EMAIL PROTECTED]
  blog: http://mediacare.blogspot.com


Satrio Arismunandar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  KEUNIKAN JURNALISME KULINER - MENGAPA “SELALU ENAK?”

Bondan Winarno, ahli kuliner yang ngetop dengan ungkapan “maknyus” itu tampak 
mengunyah hidangan yang tersaji di depannya. Tetapi mendadak, ia langsung 
memuntahkannya! “Tidak enak! Betul-betul tidak ada nikmatnya!” ujarnya, 
menyumpah-nyumpah.

Pernahkah Anda menyaksikan tayangan semacam itu di layar televisi? Ya, pasti 
tidak pernah. Semua yang dimakan Bondan di layar televisi selalu enak, gurih, 
nikmat, sedap, dan pokoknya… “maknyuss!”

Sejumlah rekan pernah bertanya kepada saya, mengapa liputan tentang masakan 
–semacam program Wisata Kuliner-- di media televisi hanya menayangkan makanan 
yang enak-enak saja? Kenapa tidak pernah ada yang meliput restoran yang 
menyajikan masakan yang tidak “maknyus?”

Jawaban saya, liputan semacam Wisata Kuliner itu memang bukan jurnalisme yang 
bisa kita bandingkan dengan liputan peristiwa kebakaran, kecelakaan, bencana 
alam, konflik politik, kriminalitas, dan sebagainya. Wisata Kuliner sepatutnya 
kita masukkan dalam rubrik “pelayanan masyarakat”. Sifatnya informatif, seperti 
info tentang acara bioskop besok sore, atau info-info ringan lain yang 
dibutuhkan masyarakat.

Wisata Kuliner memberi informasi pada pemirsa yang doyan makan enak atau ingin 
mencoba berbagai jenis masakan di berbagai tempat. Tentu saja, secara logika, 
tidak ada pemirsa atau konsumen yang sengaja mencari restoran yang hidangannya 
tidak enak. Mereka hanya mau makan santapan yang lezat, khususnya yang 
direkomendasikan oleh Bondan Winarno, wartawan atau media massa.

Maka “Jurnalisme Kuliner”, kalau saya boleh mengatakannya demikian, adalah 
selalu “berpihak” dan “satu arah.” Bahkan (meskipun tidak dimaksudkan 
demikian), sulit untuk menghindarkan kesan promosi terhadap makanan dan 
restoran bersangkutan.

Dalam tayangan televisi, jelas disebutkan nama restoran dan alamatnya, sehingga 
pemirsa yang penasaran bisa langsung pergi sendiri ke restoran bersangkuran 
untuk mencicipi hidangannya. Kalau pun nama restoran dan alamatnya tidak 
disebutkan, penonton yang penasaran akan menelepon stasiun TV bersangkutan. 
Dan, sebagai bagian dari upaya melayani audience, tentu saja wartawan akan 
memberitahukan nama restoran dan alamatnya.

Tentu saja, liputan kuliner juga bisa sekaligus dijadikan lahan iklan bagi 
stasiun TV bersangkutan. Misalnya, bekerjasama dengan produsen produk-produk 
tertentu (bumbu masak, kecap, bakmi, dan sebagainya). Ini sering dilakukan 
secara terang-terangan.

Semua akhirnya berpulang ke pemirsa sebagai konsumen. Mau percaya penuh, atau 
skeptis terhadap rekomendasi media. Tapi yang jelas, pasti Bondan Winarno, 
wartawan dan media juga tidak berani “gambling,” dengan merekomendasikan 
masakan yang tidak enak, karena ini terkait dengan kredibilitasnya. Mohon maaf, 
jika tulisan saya ini tidak “maknyuss!” ***


Satrio Arismunandar
Producer - News Division, Trans TV, Floor 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790
Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4026, Fax: 79184558, 79184627

http://satrioarismunandar6.blogspot.com
http://satrioarismunandar.multiply.com





[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: PDI-P dan Golkar Berkoalisi akibat Sektarianisme

2007-06-25 Terurut Topik radityo djadjoeri
Saya amat setuju andai PDIP dan Golkar melebur jadi satu, lalu berganti bendera 
menjadi Partai Republik. Sedangkan Partai Demokrat bisa menarik partai-partai 
gurem dengan bendera Partai Demokrat (tidak berubah). Dengan harapan, di masa 
depan kedua partai tersebut akan bertambah kuat. Sistem multipartai sudah 
selayaknya dihapuskan, karena bikin tidak nyaman saja, termasuk digulungnya 
parpol yang mengusung agama.
   
  Konsekuensinya tentu saja berat:
  1. Jusuf Kalla harus rela mundur menjadi RI 2
   
  2. Mulai berlakunya sistem sekuler,  artinya pemerintah tak lagi mengurusi 
soal agama. Kembalikan otoritas agama kepada para pemeluknya. Departemen Agama 
dilebur (bukan dibubarkan) menjadi Dewan Agama dengan biaya  dari umat 
masing-masing, bukan dari kantong pemerintah (pos buat KKN berkurang). Macam 
MUI, Dewan Gereja dan sebagainya masuk ke dalam Dewan Agama (juga tak lagi 
diduiti oleh Pemerintah).
   
  3. Pemilu dan Pilkada dijadikan satu paket, sehingga tidak merugikan 
masyarakat luas.
   
  Ada tambahan?
   
   
   
   
  

Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Gus Dur: Itu Skenario Menghadapi Pilpres 2009
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0706/25/utama/3628529.htm
=

Jakarta, Kompas - Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate Sukardi
Rinakit menilai koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan
Partai Golkar mempunyai empat dimensi. Dimensi pertama adalah
bersatunya kelompok nasionalis karena khawatir dengan menguatnya
sektarianisme.

Sementara itu, sosiolog dari Universitas Airlangga, Daniel Sparringa,
Minggu (24/6), menuturkan, pesan yang ingin disampaikan Partai Golkar
dan PDI-P lewat pertemuan Medan itu, antara lain, untuk memberikan
pesan kepada masyarakat bahwa di antara mereka tidak ada perbedaan
mendasar.

Dalam perbincangan dengan Kompas, kemarin, Sukardi Rinakit
mengemukakan, dari empat dimensi itu, yang kedua, ada keinginan untuk
melakukan penggantian kepemimpinan secara reguler dan menjadikan
partai politik sebagai pilar demokrasi. Hal ini seiring dengan
munculnya ke atas permukaan gerakan cabut mandat maupun calon independen.

Ketiga, membangun komitmen di antara dua partai besar untuk menguasai
parlemen dan saling menunjang dalam pemilu presiden (pilpres) maupun
pemilihan kepala daerah.

Keempat, PDI-P sendiri sebagai inisiator dari koalisi itu ingin
menjajaki orang nomor dua, yaitu Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar
Surya Paloh, setelah menjajaki Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Din Syamsuddin. "Koalisi ini positif," ucap Sukardi.

Koalisi ini oleh Sukardi pun diperkirakan akan lebih solid ketimbang
koalisi jilid I yang pernah digagas Akbar Tandjung, yaitu
menggabungkan Partai Golkar, PDI-P, Partai Persatuan Pembangunan, dan
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Ketua Dewan Syuro PKB Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menilai koalisi
itu akan sulit diwujudkan pada tataran praksis, dan hanya sebatas pada
tataran ideologis.

Menurut dia, koalisi ini juga merupakan skenario dalam menghadapi
pemilihan presiden tahun 2009 serta bertujuan untuk mempersempit pintu
masuk bagi calon presiden dari partai lainnya.

Aria Bima, anggota Fraksi PDI-P di DPR, mengungkapkan, "Koalisi
Kebangsaan" di Medan itu lebih didasari motivasi kebangsaan yang
akhir-akhir ini didera persoalan. Dalam konteks ini, di Medan,
kebetulan yang menjadi "mitra" PDI-P adalah Golkar karena memiliki
visi yang sama dalam persoalan kebangsaan dan Pancasila.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gerakan Pemuda Ansor Malik
Haramain, semalam, mengatakan, yakin pertemuan di Medan itu,
bagaimanapun, memiliki kaitan dengan pertemuan antara Taufik Kiemas
dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Pusat GP Ansor, Jalan Kramat
Raya 65, pada 20 Mei lalu. "Pertemuan politik selalu saling terkait,"
ujarnya. (SUT/NWO/JON/OSD/ONI) 



 


e-mail: [EMAIL PROTECTED]
  blog: http://mediacare.blogspot.com

   
-
Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, 
photos & more. 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Reporter hanya dibayar Rp.15.000,-/berita

2007-06-21 Terurut Topik radityo djadjoeri
Anjuran Lasma mungkin bagus buat kantong...tapi tak lazim. Di media yang 
aturannya ketat dan sudah benar, kerja "nyambi" yang kerap disebut 
"moonlighting" itu diharamkan.
  Bayangkan saja kalau wartawan nyambi jadi humas sebuah perusahaan besar dan 
MNC lagi...wow itu berbahaya! Kalau si wartawan ditugaskan oleh bosnya untuk 
menuliskan artikel tentang perusahaan dimana ia nyambi, sudah pasti akan 
bias..dan hasilnya sudah pasti mirip pariwara atau rubrik citra atau pay 
article atau advertorial.
   
  Dan untungnya, saya amati tak ada MNC di Indonesia yang mempekerjakan 
wartawan untuk jadi PR-nya. Kalau mereka mau kerja di perusahaan itu ya musti 
cabut statusnya sebagai wartawan. 
   
  Bagaimana, ada masukan dari Mas August Hamonangan?
   
  

steven lenakoly <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Dear all,

Kalau sudah begini jangan menyalahkan repoter kalau
mempunyai pekerjaan sambilan. Kecuali ndobel jadi
wartawan, akibat dari ada kerja sambilan maka
perkerjaan wartawannya sering tidak profesional.

Wartawan tidak lagi memihak pada kepentingan publik,
wartawan tidak obyektif. Padahal jika wartawan adalah
ikon perubahan masyarakat.

Nah kalau sudah begini, jangan salahkan masyarakatnya
tidak cerdas. Hehe. 

In my Humble opinion

Salam
steven
031 71504115 
--- Lasma siregar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Kecil sekali ya, kalau cuma dihargai Rp
> 15.000/berita!
> Nampaknya para reporter(wartawan) perlu juga punya
> kerjaan yang lain.
> Jadi penerjemah, public relation buat perusahaan
> asing,
> pengarang novel pop, penulis lagu dangdut...
> 
> Apa sajalah, asal tak jadi "wartawan amplop"!
> Bagaimana rekan-rekan yang jadi reporter
> pengalamannya
> di media cetak, radio atau tv?
> Semoga kalian tabah hati and all the best!
> 
> Salam
> Las.



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Jawaban M. Mahendradatta dari TPM tentang "teroris berkedok Islam"

2007-06-21 Terurut Topik radityo djadjoeri
Apakah anda yakin mereka teroris? Kami yang siang
malam mempelajari kasus dengan berbagai bukti yang ada
di persidangan kok tidak menemukan itu ya? Mohon maaf
atas ketololan kami, semoga nanti segera kami diganti
oleh yang pintar-pintar.

Kami semua memang Pengacara (sekarang advokat) dan
beragama Islam (Muslim) apa tidak boleh kelompok kami
mengatakan kami ini Pengacara Muslim? Nadhatul Ulama
juga boleh walaupun tidak semua Ulama ikut, Majelis
Ulama Indonesia juga boleh walau tidak semua Ulama
menjadi anggotanya.

Kalau kasus yang kami tangani tidak saja terorisme
banyak yang lain termasuk membela Pemilik Pabrik
Tekstil yang keturunan tionghoa beragama Budha dari
serangan Ormas-Ormas Islam di Pekalongan Jawa Tengah
akibat rekayasa seorang buruh pabrik yang mengada-ada
menyebar isyu pemilik pabrik tersebut melarang
buruhnya sholat Jumat padahal tidak ada faktanya. Tapi
kasus-kasus kami yang lain tidak diekspose media jadi
tidak banyak yang tahu.

Pernah dengar gak kami terus menerus memperjuangkan
penuntutan hukum bagi pelaku-pelaku Pembantaian RIBUAN
Ummat Islam di Poso dan Ambon, dimana menyangkut juga
ratusan Wanita & Anak-anak dengan cara dibelah
perutnya, dicacah,diperkosa, diinjak dadanya beramai2
sampai pecah, dan maaf bagian vital wanita setelah
diperkosa dirobek dengan ditusuk tombak. Kemudian
antara lain seorang Pria yang menarik uang dari BRI
kemudian terbaca KTP nya beragama Islam sesampai
diluar dipukuli sampai kepalanya mengelupas dan
akhirnya pecah didepan serombongan patroli Polisi yang
diam saja. kalau mau lihat videonya silahkan saja
hubungi kami.Sampai hari ini tidak ada satupun dari 17
nama Pimpinan Pelaku Pembantaian tersebut (padahal
saksi yang kami bawa ke Polda Sulteng sudah lebih dari
10 orang) yang diperiksa Polisi.

Pro dan Kontra tentang kami itu biasa... Insya Alloh
sampai hari ini tidak sepeserpun uang kami nikmati
dari klien-klien TPM. Suka dan tidak suka, Mohon
doanya, semoga Alloh SWT menghentikan kami segera bila
kami tersesat dan melancarkan jalan kami bila itu
benar.

Oh iya Amrozy dihujat sebagai Teroris karena ngebom
sekali dalam satu hari, kalau Israel yang ngebom
setiap hari selama 60 hari apa namanya ya?

Salam,
   
   
  M. Mahendradatta
  Mahendra Law Firm
   
   

   
-
Choose the right car based on your needs.  Check out Yahoo! Autos new Car 
Finder tool.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Undangan Diskusi Publik: "Saatnya Pemimpin Muda Berkuasa", Selasa, 19 Juni 2007

2007-06-18 Terurut Topik radityo djadjoeri
Dear Mbak Cahyaning,
   
  Bukan maksud hati untuk memperdebatkan tema. Saya sekadar bertanya, 
syukur-syukur pertanyaan saya dibaca oleh salah seorang panitia yang mengikuti 
milis ini. Selanjutnya? Terserah mereka. Soal tema acara yang kurang mengena, 
menurutku justru lebih pas diomongin sebelum Hari-H. Apalagi sebagian 
pembicaranya juga ikut milis ini, semisal Mas Budiman Sudjatmiko. Kebetulan, 
tadi siang saya sempat beremail-emailan dengan mas Ulin Yusron yang juga 
panitia acara ini, tetapi ngomongin soal lain (Ok, saya c/c ke beliau). Kalau 
acaranya berlangsung besok, sudah pasti panitia sudah memesan backdrop dan 
lainnya dengan tema yang dipajang segede gajah. Dan kalau kita besok nonton TV, 
pasti di berita akan disorot tema itu terus-menerus.
   
  Umumnya, perusahaan atau panitia saat membuat sebuah tema/topik/brand dan 
lainnya selalu didiskusikan dengan panjang, jauh hari sebelumnya. Berbagai 
usulan ditampung, kemudian disaring, lalu terpilihlah satu tema yang mantap dan 
tidak malah menciptakan citra miring atau negatif. 
   
  Buatku, istilah "berkuasa" dikaitkan dengan pemimpin muda adalah sesuatu yang 
memiliki makna negatif. Saya hanya menggunakan feeling saja sih, maklum bukan 
pakar bahasa, juga bukan politisi. Tema dengan tone yang "lebih pas" menurutku 
adalah: "Saatnya kaum muda memimpin bangsa"...
   
  Bagaimana Mas BS dan Mas Ulin? 
   
   
   
   
   
   
  

cahyaning buana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Bapak Ibu yang baik...

Gini deh... gimana kalo kita datang aja sekalian dalam acara diskusi publik 
itu, daripada hanya temanya aja yang diperdebatkan di sini. So, kita bisa 
sekalian perdebatkan dan kritisi materi dari diskusi publik itu. Bukankah 
ketidaksepakatan-ketidaksepakatan hanya akan menjadi bisul nurani dan hanya 
sekedar jadi bisik2 lorong kalau gak di utarakan secara jantan kepada yang 
bersangkutan???

So, yuuukkk... Rame2 kita liat acaranya...

Warm Regards,
Asri



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Undangan Diskusi Publik: "Saatnya Pemimpin Muda Berkuasa", Selasa, 19 Juni 2007

2007-06-17 Terurut Topik radityo djadjoeri
Buat saya, tua muda sama saja. Yang penting jujur, cakap, pintar, berwibawa, 
tidak oportunis, sopan, demokrat sejati, tidak sektarian, tidak puritan, anti 
poligami, berjiwa seni, paham budaya Nusantara warisan nenek moyang kita dll..

  Saya juga ngeri dengan istilah "berkuasa"...
  Menguasai siapa? Menguasai negeri ini?
  Sungguh istilah yang menyeramkan...


  Akan lebih tepat diskusi publik bertajuk:
  "Saatnya kaum muda menjadi pemimpin"

  Makna pemimpin kan luas, bisa saja dia jadi tokoh di LSM, menjadi ketua RT/RW 
dan seterusnya

  Tak musti jadi Presiden bukan?

Winuranto Adhi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


  [EMAIL PROTECTED] .com; a public discussion:
  "SAATNYA PEMIMPIN MUDA BERKUASA"
  "Angkatan muda harus punya keberanian. Kalau tidak punya,
  sama saja dengan ternak yang hanya sibuk mengurus dirinya sendiri."
— Pramoedya Ananta Toer
  Dalam sejarah pergerakan dunia, perubahan selalu lahir dari tangan kaum muda. 
Pasca reformasi 1998 dan e ra liberalisasi politik dan ekonomi telah membuka 
ruang bagi kaum muda untuk aktif dalam kancah politik nasional. Para mantan 
aktivis mahasiswa dan gerakan massa pun kini beralih kandang mendominasi 
ruang-ruang politik dengan menduduki jabatan-jabatan strategis di partai, 
lembaga eksekutif maupun legislatif. Di tengah kondisi ekonomi yang menghimpit 
rakyat, mampukah para pemimpin muda ini memberikan perubahan bagi terciptanya 
demokrasi yang mengabdi pada kepentingan rakyat?
  Kami mengundang Anda untuk hadir, menyumbangkan gagasan, serta menjadi saksi 
sejarah bertemunya para pemimpin muda dari berbagai latar belakang politik, 
dalam diskusi publik  terbuka   "Saatnya Pemimpin Muda Berkuasa" pada :

  Hari/Tanggal:   Selasa, 19 Juni 2007
  Waktu  :   13.00 – 16.30 WIB
  Tempat:   Candi Dieng Room, Hotel Sahid Jaya, Jl. Jendral Sudirman, 
Jakarta
  Pembicara:   1. Budiman Sudjatmiko (Sekjen REPDEM/PDIP/mantan Ketua PRD)
2. Andi Arief (Sekjen Jaringan Nusantara/mantan Ketua 
SMID)
3. Yenny Wahid (Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa) * )
4. Sukardi Rinakit ( Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi 
Syndicate)
5. Agus 'Jabo' Priyono (Ketua Papernas)
6. Budiono (DPP Partai Bintang Reformasi)
7. Eko Sancoyo (DPP Partai Pelopor)
  Moderator:   Hilmar Farid
   * ) dalam konfirmasi
  Penanggap Aktif :

1. Max Lane (Indonesianis)
  2. Zoemrotin K.S. (Komnas HAM)

  3. Hario Ketjik (Pelaku Sejarah)

  4. Bonnie Setyawan (Institute Global Justice)
  5. Harsono (pengusaha muda nasionalis)



  organized by:
  aktivis_bicara,
  confirmation: Lilik HS 08561232131; Petrus H. Hariyanto 0817190037
  [EMAIL PROTECTED]





Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kembali, SPEEDY TELKOM Mengecewaan Pelanggan Setia

2007-06-03 Terurut Topik radityo djadjoeri
Mbak Nadia,

  Kalau pengalaman saya justru sebaliknya. Kalau ada problem semisal sambungan 
ke internet lagi down, saya langsung menghubungi 147. Begitu saya jelaskan 
problemnya, tak lama kemudian mereka sangat peduli kok, seperti menuntun saya 
untuk set-up agar sambungan internet bisa kembali normal.

  Saran saya, saat mengontak customer care, walau kita lagi marah, tolong 
ditahan amarahnya karena tak akan menyelesaikan masalah.



Nadia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Beberapa bulan yang lalu saya sempat komplain terhadap kinerja
customer care Telkom, khususnya SPEEDY. Memang pada waktu itu,
setelah komplain saya ditayangkan di beberapa surat pembaca, secara
khusus pihak Telkom kandatel Jakarta Pusat menghubungi saya, dan
memberikan solusi.

Apa harus lewat surat pembaca baru keluhan pelanggan didengarkan?
Lalu apa kabar dengan Customer Care 147 yang katanya layanan
gangguan dan pengaduan pelanggan? What do they "CARE" about?

Terhitung hari ini (3/6/07), sudah 3 hari koneksi internet saya
mati. Awal pengaduan saya, dibilang koneksi saya terblokir.
Memang terjadi keterlambatan pembayaran, hal ini berhubungan dengan
kejadian komplain saya sebelumnya, dimana solusi yang diberikan
salahsatu-nya, jaringan saya dirubah menjadi "yang katanya" lebih
baik, dari Alcatel menjadi HuaWei. Sayangnya setelah perubahan
jaringan, surat perubahan berlangganan pun ditinggal begitu saja
dirumah saya selama hampir 3 bulan. Ditambah lagi, perubahan tarif
speedy yang menjadi lebih murah, tidak diimbangi dengan konsep
kepuasan pelanggan yang baik. Kebetulan memang saya sedang tugas
Luar Negeri pada saat pembayaran speedy, sehingga saya menitipkan
kepada orang rumah agar dilakukan pembayaran speedy sesuai dengan
billing statement. Tapi sampai detik ini, billing statement tidak
ada dikirim ke rumah saya. Lalu bagaimana caranya orang rumah saya
yang notabene tidak mengerti penggunaan komputer bisa tahu jumlah
yang harus dibayar.

Akhirnya pada tgl 1/6/07 speedy saya resmi terblokir, justru pada
saat saya kembali dari luar negri dan memerlukan koneksi internet
untuk report email ke luar. Hal pertama yang saya lakukan adalah
menghubungi 147. Memang saya diberikan telpon pribadi seorang
customer care Jakarta Pusat, tapi pada saat tersebut tanggal merah
bukan? Lalu apa reaksi dari saudara "ARI" call center 147. Dia
mengatakan agar saya melakukan pembayaran melalui ATM bila ingin
dibukakan hari itu juga, dia juga tidak menyarankan untuk melakukan
pembayaran di plasa telkom, dikarenakan keadaan mendesak saya yang
membutuhkan koneksi internet. Sebelumnya sudah saya tanyakan,
bukankah prosedurnya 1 x 24 jam, tetapi dia mengatakan bahwa dia
BISA bantu bukakan isolir langsung sesaat setelah saya melakukan
pembayaran via atm, hal ini dia yakinkan dengan memberi contoh salah
satu komplain yang masuk sebelum saya ke dia.

Rumah saya cukup jauh dengan ATM, dan setelah saya di ATM dan
memberikan laporan, kali ini yang terima telp saudara "WAWAN", dia
bilang akan dibuka 1x24 jam. Loh saya dipermainkan ini, dibohongi,
sudah jauh2 ke ATM malah dibilang internet tidak bisa langsung
menyala. Tahu seperti itu lebih baik saya ke plasa telkom keesokan
harinya. Sampai dirumah mendapati internet belum hidup, saya kembali
menghubungi 147, diterima oleh saudara "Ronald", hal yang sama juga
dijanjikan oleh dia. Lagi, saya komplain setelah LEBIH DARI 1X24 JAM
tetap tidak menyala, kali ini diterima oleh saudara "DONNY". Yang
ini saya SANGAT TIDAK TERIMA, saya dijadikan permainan, maaf saja,
saya juga pernah bekerja membawahi suatu call center, saya tahu
persis perangkat alat dan ciri khas bunyi telp bila sedang di Mute
atau di Relay atau di Loud Speaker. Dengan kurang ajar,
saudara "JAJA" mendiamkan saya yang saat itu sedang emosi, dan
berkali² menaruh telpon dalam posisi "LOUD SPEAKER" agar teman²nya
dapat mendengarkan dan bisa mentertawakan saya. Setelah saya minta
dia mematikan loud speaker, reaksinya sungguh kurang ajar,sambil
berbisik dia bilang "LOH KOK DIA BISA TAHU YA!"(MOHON PERHATIAN
MANAGEMENT TELKOM UNTUK KELAKUAN PARA CUSTOMER CARE 147).

Apa semua orang yang telepon ke 147 itu bodoh dan bisa mereka
permainkan? saya benar² tidak terima dengan perlakuan dari semua
customer care 147 (ARI, WAWAN, JAJA, RONALD, DONNY, DEWI)

Sekarang setelah 1x24 jam, alasan mereka gangguan masal untuk mereka
yang terkena blokir. Mau sampai kapan? saya harus mengkhususkan ke
warnet untuk kirim report email saya dan SAYANGNYA surat pembaca
ini, karena sudah 3 hari, komplain saya tidak didengarkan, dan hanya
dijadikan bahan olok-olok oleh para pegawai call center. Kalau
begini kinerja telkom melayani kepuasan pelanggan, apakabar dengan
misi telkom "memberikan layanan " One Stop InfoCom " dengan jaminan
bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan,
produk dan jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif". Apa itu
hanya sekedar tulisan pemanis company profile sehingga ramai orang
membeli saham public-nya?



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanya - Re: Lomba Penulisan Iptek 2007

2007-06-02 Terurut Topik radityo djadjoeri
Mas Adi,
   
  Numpang tanya boleh? Kenapa juaranya loncat dari juara I, II, langsung IV?
  Kemana juara III? Atau salah ketik?
   
   
  salam,
   
  radit
  

Adi Nugroho <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Dari browsing di situs RISTEK, dpt info ttg lomba penulisan IPTEK
2007. Barangkali ada yg berminat.

Salam hangat,
Adi Nugroho
http://axireaxi.wordpress.com/
~menghimpun dan menyajikan pengetahuan~

**
***
**

Lomba Penulisan Iptek 2007

Pengembangan maupun pemanfaatan sumber energi terbarukan dan Open
Source Software (OSS) perlu lebih dimasyarakatkan maupun dipromosikan,
yang di antaranya melalui peran wartawan serta penulis. Hal inilah
yang mendasari penyelenggaraan Lomba Penulisan Iptek 2007 oleh
Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mapiptek)
bekerjasama dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT).

Lomba Penulisan Iptek 2007 bagi wartawan dan penulis merupakan salah
satu rangkaian kegiatan tahunan Hari Kebangkitan Teknologi Indonesia
(Hakteknas) ke-XII.

Tema Hakteknas ke-XII kali ini, yaitu IGOS! - Meningkatkan Citra
Kemandirian Bangsa. Momentum itu diperingati setiap tanggal 10 Agustus.

Tujuan diselenggarakan lomba penulisan Iptek 2007, adalah untuk

* meningkatkan penyebaran informasi iptek kepada masyarakat di
Indonesia;
* mensosialisasikan iptek dalam berbagai bidang kehidupan manusia;
* menggugah dan mengembangkan minat menulis karya ilmiah populer.

Adapun topik pilihan dalam lomba Penulisan Iptek 2007 terdiri dari:

1. Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan; dan
2. Pengembangan dan Pemanfaatan Open Source Software.

Sedangkan kriteria lomba yaitu:

1. Terbuka untuk
1. Seluruh wartawan media cetak Indonesia, yang dibuktikan
dengan fotokopi identitas wartawan;
2. Masyarakat umum di seluruh Indonesia (nasional dan daerah);
2. Naskah sudah harus diterbitkan di media cetak, mulai dari 11
Agustus 2006 sampai dengan 11 Juli 2007;
3. Penerimaan naskah paling akhir 16 Juli 2007 (cap pos);
4. Peserta bisa mengirimkan lebih dari satu materi publikasi;
5. Masing-masing dibuat rangkap tiga, meliputi fotokopi kliping
tulisan dan daftar tulisan; dan
6. Naskah dikirim ke:
Panitia Lomba Penulisan Iptek
d/a Sekretariat Mapiptek Press Room, Gedung II BPPT Lt 1,
Jl MH Thamrin No 8, Jakarta 10340
Telp/faks 316.9077; 7098.0582
e-mail [EMAIL PROTECTED],
www.ristek.go.id

Jadwal:

* Batas akhir penerimaan tulisan 16 Juli 2007
* Seleksi awal 16-24 Juli 2007
* Penjurian 25-31 Juli 2007
* Menghubungi pemenang 06 Agustus 2007
* Penyerahan Hadiah 10 Agustus 2007

Hadiah:

1. Wartawan media cetak
a. Juara I : Uang Rp 5 juta + Plakat + Piagam + Piala Bergilir
Menristek
b. Juara II : Uang Rp 3 juta + Plakat + Piagam
c. Juara IV : Uang Rp 2 juta + Plakat + Piagam
2. Penulis (nonwartawan)
a. Juara I : Uang Rp 5 juta + Plakat + Piagam + Piala Bergilir
Menristek
b. Juara II : Uang Rp 3 juta + Plakat + Piagam
c. Juara IV : Uang Rp 2 juta + Plakat + Piagam




Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] "Penyakit-penyakit" masyarakat di era peralihan

2007-05-23 Terurut Topik radityo djadjoeri
Mas Ulil,
   
  Jawabannya adalah: "Kemandirian Ormas". Masing-masing ormas kan punya anggota 
dari berbagai kalangan.
  Ada yang tajir dan adapula yang kantongnya pas-pasan. Untuk menghindari 
perselingkuhan politik dan bisnis, mustinya ormas, apalagi ormas bernuansa 
agama, tidak "mengemis-ngemis " ke departemen dan perusahaan-perusahaan milik 
konglomerat. Ini adalah bagian dari perwujudan dari semangat mewujudkan clean 
governance, clean government, clean society, clean country. Saya banyak 
mendengar para pengusaha besar mengeluh dimintai sumbangan ini itu. 
   
  Kalau Mas Ulil setuju dengan urusan pemisahan agama dan pemerintah, nantinya 
kelak kalau panjenengan jadi pejabat tinggi (amin saya doakan..minimal 
Menteri), saya sarankan untuk bersikap seperti itu. 
   
  Kalau ormas Islam tidak bisa mandiri, ya lebih baik bubar saja
  

Ulil Abshar-Abdalla <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Mbak Yuli,
Saya setuju dengan anda. Tapi, perkenankan saya
menceritakan sedikit soal kerumitan dalam pembiayaan
ormas dan orpol, terutama ormas Islam yang saya tahu
dengan baik.

Kita semua tahu, terlalu banyak ormas Islam saat ini.
Ormas-ormas itu, bagaimanapun kan diperlukan juga,
sebagai bagian dari organisasi masyarakat sipil. Nah,
setiap ormas kan pasti punya acara rutin, yaitu
konferensi atau rapat besar atau apalah untuk
melakukan penggantian pengurus. Kalau di NU dan
Muhammadiyah disebut muktamar. Makin besar suatu
ormas, makin mahal biaya yang harus dikeluarkan untuk
membiayai acara-acara seperti itu. Kita semua tahu,
sumber keuangan di masyarakat kita kan terbatas
sekali. Satu muktamar bisa menghabiskan biaya satu
hingga dua milyar, itu minimal. Hampir semua ormas
Islam pasti mengajukan proposal ke departemen
pemerintah. Soal dikasih, itu urusan lain. Tentu
mereka juga minta dari para pengusaha. 

Saya bisa memaklumi jika sejumlah departemen membuat
pos non-bujeter untuk menanggulangi kalau-kalau ada
"proposal religius" seperti ini. Memang mestinya hal
ini tak boleh; tapi menteri-menteri di sejumlah
departemen tentu tak tega kalau Hasyim Muzadi atau Din
Syamsuddin mengajukan proposal untuk membiayai
muktamar. Masak ditolak. 

Saya tentu setuju bahwa membangun gedung sekolah
penting sekali, dan alangkah baiknya kalau dana-dana
"non-bujeter" dialokasikan ke sana. Saya kira sebagian
pasti juga sudah dilakukan. Tetapi kebutuhan sosial
kan banyak sekali. Sebagaimana saya katakan, ormas
juga penting, sebab mereka juga mengurus sekolah juga.
Jangan lupa, Muhammadiyah mengurus ribuan sekolah di
Indonesia ini. 

Poin saya: saya memandang bahwa Rakhimin Dahuri,
mantan menteri DKP, misalnya, secara "akuntansi"
salah; tetapi secara "sosial" sebetulnya dia hanya
melakukan sesuatu untuk merespon kebutuhan tertentu
yang buat saya sah dan masuk akal. Saya tak hendak
membenarkan korupsi, lho. Korupsi tetap korupsi.
Tetapi kita juga harus memahami konteks sosial juga.
Kalau kita paham konteks seperti ini, maka tindakan
yang harus diambil adalah bukan saja mengadili menteri
ini atau itu, tetapi membuat suatu peraturan yang
"melegalkan" dana-dana non-bujeter, dalam pengertian
dana-dana itu harus masuk dalam pengawasan auditor.
Jadi tidak menjadi praktek bawah tangan yang bisa
diselewengkan oleh siapa saja.

Mungkin pendapat saya ini terlalu "lembek" dan tidak
"legally consistent".

Ulil

Ulil Abshar-Abdalla
Department of Religion
Boston University



Personel - Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kangen PSP?

2007-05-21 Terurut Topik radityo djadjoeri
Berikut masukan dari Mas Denny Sakrie tentang PSP
   
   
  From: denny sakrie
Cc: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] 
Date: Tue May 22, 2007 9:33 am 

Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks personilnya Rizali 
"Rojali" Indrakesumah (ngerangkap Chaseiro,vokal,bas,peniru LouisArmstrong kini 
jadi diplomat),Ade Anwar (ngerangkap The Crabs itu lho bandnya Bambang 
Trihatmojo di tahun 70-an,politikus,pengusaha,pernah jadi anggota DPR),Norman 
"Omen" Sonisontani (juga ngerangkap Chaseiro), Monos (gua dari dulu gak tahu 
nama asli nih orang),Andra Ramadhan (sekarang jadi astrolog), Dindin (masih di 
Depok ya bos ?), James R Lapian (sekarang di BBC London), Aditya (kemana yang 
satu ini ?) plus additional Edwin "Eddy"Hudioro (personil Chaseiro pada flute & 
suling,jadi pengusaha) 
   
  DS
  0818417357


   
   
   
   
  

Heri Hidayat <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  Satu lagi personil yg paling sukses malah kelupaan yaitu; Mas Pepeng 
!!!
:)

Salam dangdut aja deh...




Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kangen PSP?

2007-05-21 Terurut Topik radityo djadjoeri
Mas Totot,
   
  Mungkin Sys NS, salah seorang pendiri Partai Demokrat? Lupa, dia ikutan PSP 
gak ya? 
   
  

Totot <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Bang Ludi,
personil PSP yg saya ingat: Ade, Monos, Dindin, Andra...satu lg lupa!

Masih ingat saya sama sepak terjang mereka pas main film
gaya2 slapstik macam Warkop DKI. Ceritanya seputar anak mahasiswa
yg kos di satu tempat dgn berbagai masalahnya spt bayar kos ngutang,
kiriman uang telat, makan sepiring rame2, adu nyali macarin gadis kaya,
brantem sama dosen, dll. Tapi intinya tetep hepi ending :-)

Beberapa lagunya saya masih hapal, krn dulu cukup sering kita
mainin sewaktu kongkow di prapatan gitaran

Ada satu lagu yg bagus ttg pusat perbelanjaan Jakarta masa lalu,
yakni Duta Merlin... di lagu itu jika bisa belanja disana, dianggap sudah
menjadi warga Jakarta yg modern dan berkecukupan.

Tapi yg paling saya ingat adalah lagu Kidung yg didangdutkan! hehehe!
Sekarang kok gak ada ya jenis musik orkes2an macam begini?


Oh Fatime... lima tahun jadi jande..
Banyaklah orang yg jadi tergile-gile..

Fatime jande Singapur punya anak namanye Gopur..

Fatime jande mude
Fatime jande kaye
Bikin suse anak tetangge...

Cukilan teks lagu Fatime by PSP

Hore-hore si bapak dapat lotre
uangnye banyak berjute-jute karena lotre
Hore-hore si bapak jadi gile
Pulang dari nagri cuma bisa bawe satu celane...

Cukilan teks lagu Dapat Lotre by PSP


salam PSP,
totot


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Jutawan RI Kuasai Apartemen Mewah Singapura

2007-05-17 Terurut Topik radityo djadjoeri
Saya rasa istilah "jutawan" sudah mengalami peluruhan makna, tak lazim lagi 
dipakai sebagai penanda orang-orang Indonesia berduit yang mampu memborong 
apartemen mewah di Singapura. Kalau di era '70an, istilah "jutawan" itu wah 
sekali. Tetapi dengan terkikisnya nilai Rupiah oleh inflasi dan devaluasi 
akibat krismon dan lain-lain, harga mobil Kijang saja bisa ratusan juta.  
   
  Jadi mulai detik ini, saya sarankan kepada rekan-rekan untuk tidak lagi pakai 
istilah "jutawan", tetapi "milyuner" (bisa diganti dengan "milyunwan"?), atau 
cukup "hartawan kaya raya" saja. Istilah jutawan itu cocoknya kini untuk 
menyebut 
  pedagang soto atau bakso yang laris warungnya. Toh omset mereka tiap hari 
bisa jutaan. 
   
   
  

Akhmad Lazuardi Saragih Lazuardi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Kalau sudah begini kita jadi bingung dimana letak solidaritas 
terhadap rakyat kecil yang semakin hari semakin terpuruk kondisinya...




Jutawan RI Kuasai Apartemen Mewah Singapura
Dalam Setahun 1.000 Unit Ludes 
Dari total apartemen mewah di Singapura, sebanyak 21 persen dikuasai 
orang-orang kaya Indonesia atau tertinggi dibandingkan pembeli dari negara 
lain. Andil besar dalam melejitnya perekonomian Negeri Singa.
Berdasarkan hasil survei properti terbaru yang dilakukan perusahaan broker dan 
riset properti global, Jones Lang LaSalle, orang-orang kaya asal Indonesia 
membeli sedikitnya 1.000 unit apartemen mewah di Singapura selama 2006.
"Jumlah pembelian tahun 2006 sebanyak 21 persen merupakan yang tertinggi 
dibandingkan pembeli dari negara lain," kata Chairwoman Jones Lang LaSalle, 
Lucy Rumantir, dalam paparan hasil risetnya di Hotel Darmawangsa, Jakarta, 
Senin (14/5). 
Lucy menyebutkan, berbondong-bondongnya warga Indonesia menyerbu pasar properti 
Singapura membuat banyak pengembang apartemen dan kondominium mewah di negeri 
itu menjadikan Indonesia target pasar utama. 
Orang-orang kaya Indonesia pun punya karakteristik unik dalam memburu apartemen 
dan kondominium. Mereka enggan jika ditawari kondo dari kelas bawah atau 
menengah.
"Mereka lebih memburu apartemen sangat mewah yang harga per satu meter 
perseginya mencapai Rp 70 juta. Mereka hanya mencari apartemen mewah di lokasi 
strategis atau prime locations," katanya.
Berdasarkan data statistik 10 tahun terakhir, pembeli asal Indonesia 
mendominasi 30 persen pembelian kondominium mewah di sana, disusul pembeli asal 
Malaysia, India, China, dan beberapa negara Eropa. 
Meski di Indonesia, apartemen mewah bukan sesuatu yang langka, namun harganya 
masih jauh dibandingkan dengan yang dipatok pengusaha Singapura. Sebagai 
perbandingan, harga jual apartemen paling mewah di Jakarta saat ini-- seperti 
Ritz Carlton di kawasan Mega Kuningan, harga unit per meter perseginya tak 
lebih dari Rp 20-21 juta. 
Menurut Lucy, ada tiga distrik di Singapura yang paling diburu orang kaya 
Indonesia. Yakni, Distrik 9, Distrik 10 dan Distrik 11. Pasalnya, ketiga 
distrik ini berdekatan lokasinya dengan kawasan bisnis dan perkantoran elite 
(CBD/Central Business District) Orchard Road. 
Anton Sitorus, Kepala Riset Jones Lang LaSalle, menyatakan, selain dilakukan 
oleh pembeli individu, aksi borong apartemen mewah juga dilakukan kalangan 
perusahaan.
Pada pembeli individual, umumnya untuk tujuan investasi. Lucy menilai return 
(keuntungan) yang didapat dari membeli apartemen di Singapura mencapai 50 
sampai 80 persen per tahun! Sedangkan kawasan elit di Jakarta keuntungannya 
hanya sekitar lima sampai 10 persen.
Motif lainnya adalah karena kebanyakan anak mereka bersekolah atau kuliah di 
Singapura. "Dari hitung-hitungan mereka, membeli kondominium lebih 
menguntungkan daripada mereka menyewa dari orang lain," kata Lucy lagi.
Singapura memang negara kaya. Pendapatan penduduk per kapita saja mencapai 
32,87 ribu dolar AS atau urutan 17 tertinggi di dunia. Sedangkan Indonesia 
pendapatan per kapitanya hanya 4.458 dolar AS dan berada di urutan 110 dari 179 
negara di dunia. Namun, rupanya Singapura kaya, sebagian besar juga karena 
andil orang-orang kaya Indonesia.JBP/fin



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Indonesia Bangsa yang Santun dalam Tradisi Berbahasa?

2007-05-16 Terurut Topik radityo djadjoeri
Pak Afif,

  Mungkin maksudnya "globalisasi bahasa"? Soalnya yang tercantum di judul 
"glokalisasi bahasa"..
  dan itu diulang sebanyak 2 kali..

  Saya lalu cek di keyboard, ternyata antara B dan K jaraknya agak berjauhan.



afifuddin afifuddin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  waduhh

masihkah kita dapat meng-klaim santun berbahasa,,, lha wong untuk mengumpat 
saja kita sok kosmopolit...simbol-simbol yang kita gunakan juga mengacu pada 
yang kosmopolit,

kita nih kayak nggak kenal dengan glokalisasi.

ok deh...untuk membuktikan itu, berikut saya pernah iseng nulis sesuatu yang 
berhubungan dengan bahasa..

TV Lokal dan Glokalisasi Bahasa
Oleh : MOHAMMAD AFIFUDDIN*

Mulai awal bulan April kemarin, JTV menayangkan secara live program ”Pantun 
Suroboyoan” (parikan). Dalam acara itu pemirsa dilibatkan dengan mengirim 
parikan yang tidak bernuansa diskriminasi SARA dan menyakitkan hati pendengar. 
Selanjutnya parikan pemirsa itu akan dibahas oleh para nara sumber yang 
dihadirkan di studio.
Kelihatannya cukup sederhana. Namun langkah itu seolah menjadi oase bagi 
kebudayaan Jawa yang kini tidak lagi mendapat tempat (justru) di rumah sendiri.

Tereduksi
Hampir tidak dapat disangkal, eksistensi bahasa Jawa di tengah dinamika 
sosial-budaya masyarakat Surabaya dan sekitarnya (pada khususnya), maupun Jatim 
pada umumnya telah sampai pada titik nadir. Sebab jangankan di kehidupan 
sehari-hari, dalam sebuah domain tertentu yang mensyaratkan keterlibatan 
spesifik bahasa Jawa, keberadaanya juga mulai pudar. Sebut saja dunia sastra. 
Posisi sastra Jawa hingga saat ini telah mengalami degradasi kualitas secara 
signifikan. Akibatnya produk sastra Jawa tidak lagi bisa dibanggakan sebagai 
trade mark budaya Jawa, atau bahkan diharapkan mampu bersaing dalam konstelasi 
jagad kesusastraan yang berbasis rumpun Melayu. Menyitir ungkapan penyair asal 
Gresik, H.U Mardi Luhung, ”sastra Jawa telah mati.”
Kegelisahan akan kian memudarnya bahasa Jawa, terutama dalam penggunaan 
keseharian sangat kental terasa sekalipun di daerah yang mayoritas warganya 
berkebangsaan Jawa. Kalangan muda, termasuk dari keluarga Jawa, sudah cenderung 
kurang tertarik mempelajari dan bergulat dengan bahasa Jawa. Padahal jika 
bahasa Jawa tersisih, -di sisi lain bahasa adalah bagian dari kebudayaan- maka 
otomatis budaya Jawa pun akan termarginalkan.
Konteks itulah yang mendasari Kongres Bahasa Jawa (KBJ) IV di semarang, 15 
September 2006 lalu, membuat rekomendasi agar pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 
DI Yogyakarta, dan Jawa Timur segera membuat Peraturan Daerah (Perda) tentang 
pengajaran bahasa Jawa di sekolah dan kewajiban penggunaan bahasa Jawa. 
Walaupun pada akhirnya gagasan itu tidak disikapi senada.
Dari ketiga daerah yang ketiban rekomendasi, masing-masing tidak menerima 
begitu saja usulan itu. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jatim, Rasiyo, 
menganggap jika langkah tersebut jadi dilaksanakan akan menimbulkan bias dan 
efek disriminatif. Sebab Jatim tidak hanya memiliki masyarakat berbasis 
kebudayaan Jawa saja. Paling tidak di Jatim ada tiga arus besar kebudayaan, 
yakni Osing, Madura, dan Jawa. Pewajiban pengajaran salah satu bahasa dari tiga 
arus besar itu dikhawatirkan menimbulkan kecemburuan masyarakat dari basis 
kebudayaan lain (Kompas Jatim, 21/9/06).
Surabaya, sebagai kota metropolitan; ruang bertemunya beragam kultur, etnis, 
dan tentu saja bahasa, juga akan merasakan dampak yang sama. Berlebihan 
terhadap satu budaya tertentu jelas berimlikasi pada integrasi sosial yang 
telah terbangun cukup kondusif.
Walau dengan argumen demi melestarikan bahasa Jawa, tapi bila pilihan itu 
dianggap bisa menggoyahkan konstruksi pluralisme dalam kultur masyarakat Jatim, 
maka langkah tersebut patut kita amini. Artinya perspektif yang dilandasi 
semangat menghargai ”liyan” harus tetap diusahakan menjadi tawaran 
penyelesaian. Memang tertangkap kesan kekhawatiran mendalam, sehingga reaksi 
tersebut dapat ”dimaklumi” sebagai upaya preventif untuk menyelamatkan 
bahasa Jawa.
Namun apakah juga dapat dimaklumi bila biang dari keresahan para ”pandega” 
bahasa dan sastrawan bahasa Jawa itu hanya dibebankan pada acuhnya dunia 
pendidikan formal?
Rasanya tidak. Asumsi dasarnya mengacu pada medium (baca: sarana) sosialisasi 
nilai, berikut norma-norma dan segala produk kultur di masyarakat yang tidak 
dilakukan semata lewat instrumen lembaga pendidikan resmi. Melainkan juga lewat 
pranata-pranata di luar institusi pendidikan. Seperti komunitas 
(masyarakat/lingkungan), dan juga keluarga, yang telah melembagakan dengan 
sendirinya sebuah struktur pengatur nilai, norma dan budaya.

Faktor Keluarga Lazim dipahami secara sosiologis, keluarga merupakan unit 
sosial terkecil yang mempunyai peran dan fungsi sosialisasi dan interaksi yang 
tak kalah hebatnya dengan institusi-intitusi lain. Semisal lembaga pendidikan, 
lembaga keagamaan, atau bahkan negara. Hal itu disebabkan kuota waktu yang 
diberikan institus

Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Pelecehan di Mabes Polri

2007-05-16 Terurut Topik radityo djadjoeri
Mas Totot,

  Yang ini mungkin lebih rinci...


  Reporter Tempo Alami Pelecehan Seksual oleh Polisi
Selasa, 15 Mei 2007, 13:52:02 WIB
  Laporan: Febrianto
  Jakarta, Rakyat Merdeka. Seorang reporter perempuan dari Koran Tempo
  berinisial MH, Selasa siang ini (15/5) mengalami pelecehan seksual yang
  dilakukan oleh oknum polisi di Mabes Polri.
  Dengan terisak, MH yang datang untuk meliput di lingkungan Mabes Polri
  pada pukul 11.30 WIB tersebut kemudian melaporkan ke Kepala Divisi
  Propam Mabes Polri Irjen Gordon Mogot.
  Cerita berawal ketika MH melewati area parkir gedung Bareskrim sisi
  kiri dekat Puslabfor sendirian dari pressroom. Di tengah parkiran, ia
  berpapasan dengan seorang polisi berseragam PDLT (seragam lapangan
  Brimob).
  Tiba-tiba, polisi berparas putih itu menyapa MH. “Apaan tuh mbak yang
  menggantung- gantung,” celotehnya menggoda sambil cengengesan. Si
  polisi ini sudah kurang ajar. Dia mengatakan itu sambil menunjuk-nunjuk
  dada MH. “Wah, besar!” sambung polisi satu ini.
  Dengan spontan, reporter yang biasa meliput di lingkungan Mabes Polri.
  “Maksudnya apa? Saya laporin nanti!,” hardik MH dengan jengkel.
  Keduanya pun berpisah begitu saja.
  Namun, MH yang merasa sudah dilecehkan oknum polisi itu tak terima. Ia
  sempat sesenggukan ketika menceritakan kepada teman-teman di JUMP
  (Jurnalis Mabes Polri). Dengan diantar wartawan lainnya, MH pun
  melaporkan pelecehan seksual oleh oknum polisi tersebut awalnya ke
  Bareskrim. Seorang perwira bernama Margono yang menerimanya.
  MH sendiri sempat mengingat, oknum polisi kurang ajar itu di label nama
  seragamnya ada tulisan “CH.” Karena saking gundahnya, MH tidak
  mencermati nama di belakang CH tersebut. Wartawan lainnya ada juga yang
  membantu menguber si oknum. Tapi tidak ketemu.
  Saat ini, MH tengah diterima oleh Gordon Mogot di ruang Kadiv Propam.
  Kepada korban, Propam berjanji akan mencari oknum yang sudah berbuat
  tidak sepantasnya itu kepada kaum perempuan. iga


Totot <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Seperti apakah bentuk pelecehannya?
Apakah sudah tersentuh secara fisik?
Atau ada kata2 jorok?
Ataukah memandangi dgn penuh nafsu?

Kronologinya kok gak ada ya?



Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] WWF & TB AKSARA PUTAR "FILM PANAS" ???

2007-05-07 Terurut Topik radityo djadjoeri
Iya sebaiknya begitu Mbak Rani. Namun sebenarnya WWF punya tujuan mulia, yaitu 
ingin memberdayakan para volunteer. Jadi pada setiap kegiatan mereka selalu 
melibatkan para volunteer. Nah, rupanya WWF lupa melatih secara intens para 
volunteer tersebut.

RANI BADRIE KALIANDA <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  untuk WWF & Toko buku 
Aksara 
jika belum berpengalaman bikin acara, gunakanlah Jasa EO.
Gak semua EO komersial kok.
Serahkanlah segala sesuatu sama ahlinya
maksud hati mau mengirit malah jadi ngorot.

Oya...Adegan XXX nya diperankan oleh manusia..
bukan hewan kan... maklum WWF..


ari aristides <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Sangat memprihatinkan!
Pelajaran yang sangat berharga buat kita semua
Semoga tak ada lagi kejadian seperti ini

Salam...



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan dari Ibu Karlinah Umar Wirahadikusumah: "Mendidik Dengan Hati"

2007-05-04 Terurut Topik radityo djadjoeri
Undangan: "10 Tahun Yayasan Pantara: Mendidik Dengan Hati"
   
   
  Rekan-rekan wartawan yang terhormat,
   
  Ibu Karlinah Umar Wirahadikusumah, Ibu Atie W. Soekandar dan M. Farhan 
(presenter),  mengundang Anda untuk meliput acara  "10 Tahun Yayasan Pantara", 
sebuah organisasi sosial yang kegiatan utamanya adalah penanganan anak-anak 
dengan kesulitan belajar khusus. Yayasan yang berdiri sejak 13 September 1996 
ini  berupaya mencari  jalan keluar agar anak-anak tersebut memperoleh 
kesempatan pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
   
  Menurut Ibu Karlinah, kesulitan belajar khusus merupakan suatu kondisi dimana 
anak memiliki permasalahan dalam belajar membaca (disleksia), menulis 
(disgrafia), menghitung (dyscalculia), berbicara (dysphasia) dan berkonsentrasi 
(ADD & ADHD), dengan kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata.
   
  Saat ini diperkirakan 8% hingga 10% dari jumlah siswa di sekolah dasar 
mengalami kondisi berkesulitan belajar khusus. Mereka memiliki potensi 
intelektual yang baik namun tidak muncul dalam prestasi belajar di sekolah. 
Bahkan mereka seringkali memperoleh label sebagai anak nakal, bodoh, trouble 
maker dan lainnya. Akibatnya tidak sedikit pula yang harus dikeluarkan dari 
sekolahnya.
   
  Saat ini ada 3 sampai 4 juta anak-anak dengan kesulitan belajar spesifik di 
Indonesia. Selama kurun waktu 10 tahun  ini, Yayasan Pantara telah mencoba 
memberikan  program-program penanganan, mulai dari peningkatan keterampilan 
dasar ; membaca, menulis, dan berhitung, sampai program penunjang lainnya.
  Kami di Pantara berharap, bahwa apa yang kami lakukan dapat  memberikan 
kesempatan kepada anak-anak Indonesia untuk  mendapatkan masa depan yang lebih 
baik. Mencintai, menyayangi, memberikan perhatian, mendidik, dan  berbagi 
antara satu dengan yang lain, adalah moto bagaimana  kami mendidik dan 
mendampingi anak-anak ini.
   
  Acara tersebut akan berlangsung pada:
   
  Hari/Tanggal: 
  Minggu, 6 Mei 2007
   
  Pukul: 
  8.00 - 11.00 WIB
   
   
  Tempat: 
  SD Pantara/ex SD Selong, Jl. Senopati Raya 72, Kebayoran Baru, Jakarta 
Selatan 
  (seberang Apotik Senopati)
   
   
  Atas kehadiran rekan-rekan wartawan, kami ucapkan terima kasih. Untuk 
konfirmasi kehadiran dan informasi lebih lanjut tentang acara tersebut di atas, 
silakan hubungi Ibu Henny 0818-225944 atau (021) 723-4581, 723-4582.
   
   
  Atas nama 
  Yayasan Pantara & M. Farhan
   
   
  Radityo Djadjoeri
   
   
  Yayasan Pantara
Jl. Senopati Raya 72, Kebba, Jakarta 12110
t: (021) 723-4581, 
f: (021) 723-4582
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
website: http://www.pantara.or.id
   
   


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: MNC News=Global TV?

2007-05-01 Terurut Topik radityo djadjoeri
Dear Mbak Indri,
   
  Global TV itu punya MNC Group, jadi tidak salah kalau di saluran kabel untuk 
channel MNC ya isinya melulu dari kelompok media tersebut. Selain Global TV, 
MNC Group juga memiliki RCTI, TPI, dan koran Seputar Indonesia (Sindo), tabloid 
Gaul, tabloid JELITA, beberapa stasiun radio (diantaranya jaringan Trijaya 
Network), dan beberapa media lagi yang saya lupa namanya.
   
  

indri maydriana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Sebetulnya telah lama saya ingin menanyakan hal ini. Saya pelanggan 
indovision dan sempat menonton beberapa kali tayangan berita di channel MNC 
News. Awalnya saya tidak begitu memperhatikan, namun saat saya perhatikan 
beberapa kali tayangan baik berita biasa, kriminal dan acara-acara lain kok ada 
jadi mau bertanya.

Beberapa kali saya perhatikan yang jadi pembaca beritanya ternyata juga 
membawakan berita di Global tv. Begitu juga berita yang ditayangkan: sama 
persis dengan berita-berita yang ditayangkan di Global tv bahkan hingga ke 
narasinya. Hal-serupa juga saya temukan pada berita-berita yang ditayangkan 
seputar Indonesia di RCTI ternyata juga di tayangkan di MNC News.

yang jadi pertanyaan saya: apakah MNC News itu memang mengambil berita dari 
global tv & RCTI? pembaca beritanya juga orang Global TV, apakah memang dia 
pegawainya global tv atau disewa?

Mohon pencerahan ya 


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Maaf, ralat MNC

2007-05-01 Terurut Topik radityo djadjoeri
Maaf, ralat untuk MNC Group yang saya posting ke milis. Baru saja, seorang 
teman di MNC kasih "bisikan" bahwa
  tabloid Jelita dan Gaul bukan punya MNC, tapi punya Indosiar. Yang dimiliki 
MNC - tapi belum saya sebut - adalah majalah Trust. Media cetak lain punya MNC 
adalah ada tabloid Genie, Realita, Mom and Kids dan beberapa yang lain. Untuk 
koran adalah tetap Seputar Indonesia (edisi subuh dan edisi ashar), serta 
portal Okezone.
   
  Menurut teman yang nongkrong di MNC, untuk saluran kabel mereka ada tiga 
kanal, yaitu MNC News, MNC Entertainment dan MNC Music.

   
  Sekian dulu penjelasan dari saya
   
  salam,
   
  radit
   



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kompas: Clinton

2007-04-30 Terurut Topik radityo djadjoeri
Dalam pemberitaan tentang pemilihan presiden di AS, beberapa kali Kompas 
memasang judul "Clinton..bla bla bla bla". Memang, sumber beritanya dari kantor 
berita asing, dan Kompas cuma menyadurnya. Di media terbitan AS, adalah wajar 
memajang judul "family name" milik suami Hillary Rodham, yaitu mantan presiden 
AS Bill Clinton. Tatanan dalam Bahasa Inggris mungkin memang begitu adanya. 
Misal Condoleza Rice disebut Rice, bukan Condoleza. Kecuali Madonna yang 
melawan arus dengan menggunakan 'single name' tanpa embel-embel nama keluarga 
bawaannya atau milik suaminya. Maka media selalu menyebutnya Madonna, bukan 
nama keluarganya.
   
  Tentang sebutan Clinton untuk Hillary, saya sarankan Kompas yang terbit dalam 
Bahasa Indonesia mustinya berpikir ulang untuk menggunakannya. Bukankah lebih 
baik bila menyebut langsung nama Hillary (atau nick name = parabannya), 
daripada Clinton?  Pasalnya, alur penggunaan Bahasa Indonesia beda dengan 
Bahasa Inggris.
   
   


e-mail: [EMAIL PROTECTED]
  blog: http://mediacare.blogspot.com

   
-
Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Kontak Humas Garuda

2007-04-26 Terurut Topik radityo djadjoeri
Pak Wal,
   
  Kalau tak salah namanya Pujobroto bukan Pujowidodo...
  Atau barangkali beda orang? 
   
  

walsuparmo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Salam,
Email address Humas GIA:

[EMAIL PROTECTED]

Wasalam,
Wal Suparmo


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Dubes Israel di Indonesia ??

2007-04-25 Terurut Topik radityo djadjoeri
Ya, ya, Pak Wal, saya setuju sekali, para pemimpin kita memang 
cerdas-cerdas :))
   
  Sedangkan para pemimpin di Negeri Singa alangkah bodohnya membiarkan 
uang-uang milik
  Yahudi dan siapa saja bertebaran disana. Bahkan di Negeri Singa juga dibangun 
sinagog-sinagog...
  Makanya Singapura bisa gemerlap 24 jam dalam sehari, itu karena para 
pemimpinnya kurang cerdas, bahkan amat tidak cerdas.
   
  Ngomong-ngomong, orang Singapura pasti seneng kalau Indonesia dan Israel 
tetap tidak rujuk-rujuk, karena
  uangnya Yahudi tak lari ke Indonesia yang pemimpinnya terkenal 
cerdas-cerdas...
   
  Bukan begitu Pak Wal?
   
   
  
walsuparmo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Salam,
Republik Indonesia sepantasnya menjadi pemimpin dunia karena 
ketegasannya. Dalam hubungan dengan Israel, kecerdasan para 
pemimpin agama Islam di Indonesia, melebihi pemimpin negara2 Mesir, 
Magribi,Yordania dsb karena mereka mempunyai hubungan diplomatik 
dengan Israel dan Indonesia tidak.Demikian juga atlit mereka mau 
bertanding dengan atlit Israel dan Indonesia lebih baik mengaku 
kalah dari pada bertanding.
Juga dalam bidang ekonomi dan tehnik lebih baik terbelakang 
dibandingkan dengan India dan Cina. 
Wsalam,
Wal Suparmo


Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Berita Duka Cita....

2007-04-24 Terurut Topik radityo djadjoeri
Tidak ada yang meninggal, kenapa harus disebut berita duka cita?
  Tentang Teluk Buyat,  sepertinya harus direkonstruksi ulang, apakah 
pelansiran berita-berita yang dulu muncul itu sekadar rekayasa?
   
   
  

firdaus cahyadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Kompas/Rabu, 25 April 2007 
Presdir PT Newmont Bebas dari Tuduhan Pencemaran Buyat 

Manado, Kompas - Pengadilan Negeri Manado, Selasa (24/4), membebaskan Presiden 
Direktur PT Newmont Minahasa Raya (NMR) Richard Ness dari dakwaan pencemaran 
lingkungan di Teluk Buyat, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Putusan pengadilan 
mengundang reaksi keras dari ratusan warga Buyat dan aktivis lingkungan yang 
menghadiri persidangan. 
Ketua majelis hakim Ridwan Damanik yang membacakan putusan selama dua jam 
menyebut beberapa alasan pembebasan Ness. Alasan itu antara lain sejumlah 
penelitian oleh Universitas Sam Ratulangi, Manado, dan keterangan pengamat 
lingkungan yang diajukan sebagai saksi. 
"Masalah pembuangan tailing (limbah) di laut juga mendapat rekomendasi dari 
Menteri Negara Lingkungan Hidup Sonny Keraf tahun 2000. Jadi tidak ada yang 
dilanggar oleh Newmont," kata Damanik. 
Jaksa Purwanta mengatakan, hakim mengabaikan penelitian laboratorium forensik 
Mabes Polri yang menyatakan adanya pencemaran merkuri dan arsen pada limbah 
yang dibuang ke laut. "Kami kecewa terhadap putusan hakim," kata Purwanta dan 
langsung menyatakan kasasi. 
Jaksa pada persidangan Oktober 2006 menuntut hukuman tiga tahun penjara 
terhadap Richard Ness ditambah denda Rp 500 juta. Sebagai perusahaan, PT NMR 
juga diwajibkan membayar denda Rp 1 miliar. 
Ketua DPRD Sulut Syachrial Damopolii menyatakan, keputusan hakim itu perlu 
ditinjau kembali karena tidak mencerminkan keadilan masyarakat. "Pengadilan 
semestinya mendengar suara rakyat Buyat," katanya. Sidang kasus pencemaran 
lingkungan itu berlangsung dua tahun dan mengajukan 40 saksi. 
Richard Ness sendiri mengatakan gembira atas putusan itu. "Akhirnya saya dan 
rekan-rekan lain dinyatakan tidak bersalah dan nama baik kami dipulihkan," 
katanya kepada wartawan. 
Kecewa 
Terkait putusan hakim itu, Sonny Keraf, Wakil Ketua Komisi VII DPR (yang 
membidangi lingkungan hidup), mengaku tidak terkejut. "Saya kecewa, tetapi 
kekecewaan besar saya sudah ada sejak ada kesepakatan niat baik antara Newmont 
dan pemerintah tahun lalu," katanya di Jakarta, Selasa malam. 
Ketika itu, PT NMR sepakat mengucurkan dana 30 juta dollar AS untuk program 
pengembangan masyarakat dan pemantauan lingkungan di Sulut. Perjanjian itikad 
baik (goodwill agreement) itu ditandatangani 16 Februari 2006. "Saya saat itu 
menentang karena seperti penyuapan. Maka, saya tidak heran bila hasil keputusan 
pengadilan seperti itu (bebas)," kata Sonny yang juga mantan Menteri Negara 
Lingkungan Hidup. 
Sementara itu, Chairman dan Chief Executive Officer Newmont Wayne Murdy 
menyatakan senang karena kasus ini diputuskan berdasar fakta dan bukti hukum di 
pengadilan. "Siapa pun yang memerhatikan bukti-bukti ini tidak akan heran 
dengan putusan ini," kata Murdy melalui keterangan pers yang dikirim ke Kompas, 
Selasa. 
Wakil Presiden Newmont untuk Operasi Asia Robert Gallagher mengharapkan putusan 
pengadilan itu mengakhiri kontroversi Teluk Buyat selama ini. "Jika ada yang 
masih memiliki sisa-sisa kekhawatiran atas kondisi Teluk Buyat, kiranya hal 
tersebut dapat diatasi melalui kajian ilmiah," ujarnya. (zal/gsa) 



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Dubes Israel di Indonesia ??

2007-04-23 Terurut Topik radityo djadjoeri
Sepertinya antara subyek dan data dari wikipedia kok nggak nyambung ya?
  Perihal "dual citizenship", siapa saja yang lahir di AS, walau orang tuanya 
bukan WN AS, otomatis dia jadi WN AS.
  Contohnya seperti Bu Wita (putrinya Pak Soedarpo Sastrosatomo), Nela (putri 
pak Taufik Abdullah/istrinya Cholid mantan wartawan Tempo) dan ribuan orang 
Indonesia lainnya.

  Kalau tak salah ada batasan umur hingga 17 tahun untuk memilih salah satu 
kewarga negaraan. Kebetulan Paul Wolfowitz memilih jadi WN AS, bukan Israel. 
Saya sendiri kurang yakin kalau orang tua Paul - walau Yahudi - adalah asal 
Israel. Siapa tahu imigran dari negara lain (misal Eropa Timur) yang langsung 
ke AS? Kalau dinalar, ada yang janggal/ Itu kalau melihat dia kelahiran tahun 
1943 di Ithaca. Israel berdiri tahun berapa coba?

  Atau barangkali Mas  Satrio yang memasukkan data-data Paul tersebut ke 
wikipedia? Seperti halnya data "prestasi" Anda yang juga dimasukkan ke situs 
itu? Kalau bukan Anda, pasti orang iseng.



Satrio Arismunandar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  Dari milis ismes (mungkin penting juga buat para jurnalis):

Rekans,

Selama ini selalu muncul pro dan kontra ttg masalah hubungan Indonesia - Israel.
Ternyata... pada tahun 80an seorang warga Israel menjadi Dubes di Indonesia.
Dan ... menarik juga disimak komentar Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar ...

Perhatikan data-data di bawah ini:

  Paul Dundes Wolfowitz (b. December 22, 1943) is an American academic and 
political figure. He is currently the President of the World Bank. A former 
aide to Democratic Senator Henry M. Jackson in the 1970s, Wolfowitz also served 
in the U.S. Defense Department, as Director of Policy Planning and Assistant 
Secretary of State for East Asian and Pacific Affairs at the U.S. State 
Department, as U.S. Ambassador to Indonesia, and as Deputy Secretary of Defense 
in the Administration of George W. Bush. Wolfowitz has dual citizenship in both 
the US and Israel.

  Born: December 22, 1943 Ithaca, New York, USA
  Residence: Chevy Chase, Maryland
  Office: 10th President of the World Bank
  Term: 1 June 2005 – Predecessor James Wolfensohn
  Religion: Judaism
  Salary: $302,470 USD
  Children: Sara, David, Rachel
  Spouse: Clare Selgin Wolfowitz (1968-2002)
Website: http://www.worldban k.org/

>From 1986-89 Wolfowitz was the U.S. Ambassador to the Republic of Indonesia 
>while General Suharto was president.

Former foreign policy adviser Dewi Fortuna Anwar told ABC News that Ambassador 
Wolfowitz "was extremely able and very much admired and well-liked on a 
personal level, but he never intervened to push human rights or stand up to 
corruption."

SUMBER: http://en.wikipedia .org/wiki/ Paul_Wolfowitz
  Send instant messages to your online friends http://uk.messenger .yahoo.com




[Forum-Pembaca-KOMPAS] Masukan: Yahoogroups kembali mengalami gangguan

2007-04-22 Terurut Topik radityo djadjoeri
Masukan untuk para moderator dan  rekan-rekan anggota milis apa saja di 
yahoogroups
   
   
  Terhitung sejak dua minggu lalu, yahoogroups kembali mengalami gangguan. 
Kalau sebulan lalu sempat dipanaskan dengan akun email gmail yang mental, 
kemudian disusul banyak postingan yang terduplikasi, kini  muncul gangguan 
baru. Entah apakah sudah ada yang melapor ke admin yahoogroups atau belum, 
karena hingga hari ini belum ada pengumuman resmi dari pengelola yahoogroups.
   
  Bentuk gangguan itu adalah nyangkutnya jutaan postingan di folder "possible 
spam".  Walau milis yang Anda kelola tidak dimoderasi (unmoderated), namun  hal 
itu terjadi juga. Apabila Anda pernah berkali-kali posting ke milis namun tidak 
muncul-muncul, itu pertanda postingan Anda nyangkut di folder tersebut. Saya 
juga mengalami hal itu. Apabila moderator milis tidak pernah  mengecek folder 
tersebut, tentu saja postingan Anda otomatis akan terhapus dalam waktu 14 hari 
sejak dikirimkan.
   
  Saran saya kepada para moderator yang cuma melakukan approval melalui email 
atau tidak pernah mengecek ke akun yahoogroups.com, cobalah dicek, siapa tahu 
banyak tumpukan email disana. 
   
   
  salam,
   
  rd
   
   


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Pria Bersenjata Tewaskan 32 Orang di Universitas Virginia

2007-04-17 Terurut Topik radityo djadjoeri
Iya Mbak Fauziah, saya agak bingung. Memang kalau orang China dan Korea nama 
keluarga
  ditaruh di depan. Karena dia punya nama marga Cho, saya pikir masih ada 
kaitannya dengan
  Choow Yun Fat yang pemain film ...:))
   
  Ternyata Cho itu Korea yasoalnya yang saya baru tahu, dan sering nongol 
di koran-koran kebanyakan marga
  Park, Kim dan entah apa lagi..
   
  

fauziah swasono <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Mas radityo mencampur-adukkan nama depan dan nama keluarga (surname).
Kalau orang Korea, Jepang, dan China biasanya menuliskan nama keluarga
duluan, diikuti nama depan (first name). Berbeda dg kita (kalau ada
family name) dan orang barat. 

Jadi nama keluarganya adalah Cho which is a Korean name. Kim juga
Korean family name, seperti halnya Park, Lee, Chung, Jung, Choi, dst.
Jangan dibandingkan dg nama depan Hui yang mirip dg Chinese name
(given name juga biasanya, bukan marga, CMIIW). 

Kalau saya baca beberapa berita, anak tsb digambarkan sebagai "a
loner". Tidak bergaul, mengalami depresi, dirujuk ke konselor di
kampusnya. Karena dia PR di US dan blum pernah terlibat felony, jadi
dia berhak membeli handgun.. yang kemudian berakhir sangat tragis dan
menyedihkan. 

-fau




  1   2   >