Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Komik wayang
Pak BK yang budiman Ya, saya setuju. Numpang tanya ke Mas Dimas, yang Anda tuliskan nama Teguh Samodra itu benar seorang komikus? Setahuku, yang ada komikus bernama Teguh Santosa (sudah almarhum, mukim di Yogya). Beliau dulu yang bikin komik Mahabarata. Dan kabarnya akan diluncur ulang. Salam, Radityo blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com --- On Sun, 5/3/09, B K Partohardono wrote: From: B K Partohardono Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Komik wayang To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Sunday, May 3, 2009, 11:23 AM Secara Hukum Bisnis, tidak bisa disalahkan bahwa Penerbit hanya minat menerbitkan yang memiliki Nilai Komersial Tinggi. Namun kiranya Penerbit berkenan sedikit menyisihkan sedikit Profitnya untuk membawa Misi Sosial, menerbitkan (baru atau ulang) Komik bermutu yang memiliki/mengandung Pesan-pesan Luhur Pendidikan Budi Pekerti untuk Bangsa ini. Kita semua menyaksikan, betapa memprihatinkannya *BUDI PEKERTI* anggota masyarakat Indonesia saat ini, sementara Pendidikan Formal (di Sekolah), tidak ada lagi Mata *Pelajaran Budi Pekerti (PBP)* seperti saat kita SR (Sekolah Rakyat) dulu. *PMP* ternyata tidak dapat menggantikan dan berperan sebagai "supplement" *PBP*. Karena memang seharusnya, menurut saya, PBP-lah yang harus jadi "supplement" PMP. [B K Partohardono]
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Megabuwono atau Megabowo?
Saya duga SBY tak mau lagi bersanding sama JK. Disamping JK pernah memproklamirkan diri ingin jadi RI-1, juga kini adalah periode terakhir SBY menjadi Presiden selama dua periode. Ada kemungkinan dia akan memilih wakil dari dalam PD sendiri. Kalau tokoh internal tersebut tak dimunculkan sekarang, PD bisa lemah. SBY adalah sosok utama PD. Tanpa SBY, saat ini PD tak ada artinya. Mengingat sebagian bangsa ini masih cintrong figur militer, pasangan Megabowo rasanya akan meraih banyak dukungan masyarakat. blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com --- On Sun, 4/12/09, Juswan wrote: From: Juswan Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Megabuwono atau Megabowo? To: "FPK Kompas" Date: Sunday, April 12, 2009, 10:28 AM Saya swing voter tulen. Kalau Mega-Bowo maka saya pilih Mega jadi RI-1. Apalagi kalau sampai terjadi koalisi SBY-HNW. Kalau SBY-JK tetap mau konsisten, maka lanjuuutt... saya pilih SBY. Koalisi PD-PG-PKS-PAN gak masalah Gitu aja gak repot amat kok. Mang Iyus
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Megabuwono atau Megabowo?
Baca postingan Oom Mula, ada satu poin yang kurang. Megawati akan bersaing ketat dengan SBY kalau ia berpasangan dengan Sri Sultan Hamengkubuwono. Pasangan itu kita sebut saja Megabuwono. Andai SBY duluan menggandeng Sultan, Megawati bisa menggandeng Prabowo. Kita sebut saja pasangan itu Megabowo. salam, radityo --- On Sat, 4/11/09, rahmad ijhut wrote: From: rahmad ijhut Subject: Bls: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Berandai-andai dengan Hasil Quick Count To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Saturday, April 11, 2009, 3:13 PM Madu bagi demokrat, racun untuk Golkar Diposting oleh abang on Saturday, April 11, 2009 Dan akhirnya Indonesia memilih! Pemilihan umum legislative baru saja usai, televisi sibuk mengumumkan hasil survey cepat Quic Count yang menempatkan Demokrat sebagai pemenang pemilu. Komisi pemilihan umum sebagai pemegang otoritas sah juga mulai melansir data hasil pemilu yang sepertinya tak jauh berbeda dengan hasil penghitungan cepat lembaga-lembaga survey. Fenomenal mungkin itulah kalimat yang dapat mewakili hasil perolehan suara yang dimiliki demokrat dalam pemilu legislative baru-baru ini. Walau sudah diperediksikan sejak tiga bulan terakhir bahwa demokrat akan meraih kemenangan dalam pemilu legislative, tapi capaian yang dilakukan oleh demokrat adalah sebuah hal yang masih sulit dipercaya, apalagi mengalahkan dua partai besar yang memiliki pengalaman tandang dan pengetahuan geopolitik seperti Golkar dan PDIP. Madu bagi demokrat Racun Bagi Golkar Tahun 2004 mungkin merupakan masa-masa indah sekaligus romantis bagi Susilo Bambang- Yudhoyono dan Yusuf Kalla. Ketika itu Susilo Bambang Yudhoyono yang didepak dari pemerintahan era megawati nekat mengajukan diri sebagai calon presiden dan meminang Jusuf Kalla yang baru saja hengkang dari bursa Calon Presiden Versi Konfensi Golkar yang memutuskan wiranto sebagai calon presiden. Dengan mengunakan kenderaan partai demokrat SBY-JK, mengalang dukungan dari berbagai koalisi dalam pemilu dan akhirnya membuat peta politik tanah air berubah. Kemenangan SBY-JK pada pemilu yang lalu telah melahirkan sebuah tesis politik baru, mengugat kemapanan mesin partai yang selama ini menjadi indikasi kemenangan tokoh yang diusung oleh partai pemenang pemilu. Bukan hanya mengubah arah potik, dengan kecerdikannya Jusuf Kalla juga mampu mengubah angin politik partai Golkar yang sebelumnya menjadi oposisi pemerintah akhirnya kembali menjadi partai pemerintah. Tipologi Golkar yang terbiasa menjadi partai pemerintah akhirnya dikembalikan oleh Yusuf Kalla setelah menduduki posisi sebagai wapres. Konsekuensi tersebut juga berpengaruh pada kebijakan internal partai Golkar yang mayoritas menguasai parlemen. Mengamankan segala kebijkan pemerintahan selama lima tahun bukan merupakan hal yang mudah, apalagi menghadapi Gempuran dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang konsisten menjadi oposisi pemerintah. Jusuf Kalla sebagai ketua umum partai besar sekaligus sebagai wakil presiden yang telah berjanji setia bersama JK mesti menangung konsekuensi politik yang mengharu biru. Setiap kebijakan Kabinet Indonesia bersatu yang merupakan koalisi Golkar-Demokrat mengalami berbagai gesekan,apalagi dengan sikap Partai Keadilan Sejahtera yang cenderung senang memainkan bola panas koalisi pemerintahan. Kondisi ini menjadi titik delematis bagi seorang Jusuf Kalla dalam memainkan peran antara seorang ketua umum partai dan mitra koalisi. Setiap kebijakan yang cenderung tidak populis yang merupakan hasil dari kebijakan pemerintahan, lihatlah ketika kenaikan BBM JK mesti menjadi bulan-bulanan para ekonom,media dan berbagai lawan-lawan politik pemerintahan. Dalam komunikasi politik Jusuf Kalla cenderung selalu menjadi penjelas bagi kebijakan-kebijakan pemerintahan yang rumit bahkan terkadang menjadi bamper politik dari kebijakan SBY dan partai demokrat. Sementara Jusuf Kalla dan Golkar berjibaku dalam mempertahankan kestabilan pemerintahan, SBY dan Demokrat cenderung menjaga citra baik dan lebih memilih isu-isu populis pemerintahan. Seperti terus meminum madu, Demokrat bersama SBY terus merasakan masa-masa manis pemerintahan. Sedangkan Golkar larut dalam kondisi politik yang cenderung tidak stabil dan mengalami perpecahan internal. Dalam kondisi yang tidak menguntungkan masa kampanye telah tiba, belum lagi menyelesaikan persoalan internalnya Golkar kembali mesti menelan pil pahit. Segala kebijakan pemerintahan yang populis ditengah rakyat kemudian diklaim sebagai keberhasilan partai demokrat. Pilihan isu yang diusung dalam kampanye demokrat adalah politik klaim dengan menekankan sisi keberhasilan pemerintahan. Segala ornamen keberhasilan pemerintahan diklaim sebagai kebijakan politik dari sosok SBY dan demokrat. Dalam kondisi pelik yang dihadapi Golkar, pencitraan politik yang dibangun demokrat teryata sukses meraih simpati publik secara luas. SBY kembali muncul dengan citra simpatik,sedangkan Ju
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kompas.com yang semakin vulgar
Dari segi kecepatan tayang, kompas.com bolehlah diandalkan. Seluruh awak reporter telah dibekali blackberry. Tanpa perlu cari-cari sebuah berita di situsnya, kita bisa melacaknya di mesin pencari macam google, cukup dengan memasukkan kata kunci tertentu. Abakadabra, sudah ada beritanya. Namun dari segi akurasi, kompas.com memang masih lemah. Cukup banyak kesalahan kutip, salah ketik dan lain sebagainya. Hal semacam ini juga dikeluhkan oleh para pembaca detik.com. Beberapa waktu lalu saya pernah menggelar sebuah konperensi pers untuk keperluan klien. Kebetulan seorang� reporter kompas.com juga hadir. Saat saya cek berita yang tayang, ada kesalahan yang cukup fatal, seorang direktur disebutnya manager. Padahal sudah dibagikan media kit. Itu pertanda reporter tersebut karena buru-buru tidak mengecek ulang ke siaran pers sebagai panduan. Untunglah kompas.com itu media online. Begitu dikirim ralat melalui kolom komentar, akhirnya kesalahan tersebut diperbaiki Terus maju ya kompas.com! � --- On Mon, 8/18/08, lilianto apriadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: lilianto apriadi <[EMAIL PROTECTED]> Subject: RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kompas.com yang semakin vulgar To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Monday, August 18, 2008, 12:08 AM Saya kira sangat wajar kalau koran Kompas dengan Kompas.com berbeda. Yang sederhana adalah jenis medianya. Koran Kompas harian sedangkan Kompas.com online. Implikasinya adalah kepada "kejar tayangnya". Harian masih ada waktu untuk meningkatkan kualitas sementara online lebih kepada on the spot. Akibatnya bermacam-macam, mungkin saja muncul kesan vulgar buat online dan tajam untuk harian. � Saya tidak ingin menyebut soal kualitas pembuat beritanya. Setinggi apapun kualitas sdm, kalau harus online banyak keplesetnya. Tergantung kepada kita menerimanya, mestinya sudah mulai terbiasa dengan yang vulgar dan sejenisnya di online. Apalagi kalau sudah menyangkut berita/artikel komuniti, karena siapapun bisa mengirim berita. Kemajemukan penulis maupun penerima akan terjadi di sini. � Saya lebih percaya alam lingkungan dan�pergaulan yang mendewasakan mereka ketimbang didikan profesional. Sementara buat wartawan online, kita berharap saja jangan terlalu sering terpeleset melahirkan berita-berita vulgar dan sejenisnya. Masih untung Kompas.com, masih bisa memilih rubrik lain ketimbang yang vulgar-vulgar itu.
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ekspedisi Daendels, Belajar dari Sejarah Sebuah Jalan
Jalan kan banyak macemnya, Mas Anton. Ada jalan tikus, ada jalan setapak, ada jalan pintas, ada jalan kampung, ada jalan berundak, ada jalan beraspal dan ada pula jalan raya. Bisa jadi Daendels melebarkan jalan setapak menjadi jalan yang bisa memenuhi syarat sebagai urat nadi perekonomian, alias bisa dilalui kendaraan dengan lebih mudah. Atau menyambungkan jalanan kampung menjadi jalan raya dari Anyer sampai Panarukan. � � --- On Thu, 8/14/08, anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ekspedisi Daendels, Belajar dari Sejarah Sebuah Jalan To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, August 14, 2008, 1:33 PM Perlu diselidiki lebih lanjut, apakah Jalur Anjer-Panaroekan merupakan buah karja Daendels, karena banjak yang berpendapat bahwa Djalan Besar atau Postweg Anjer-Panaroekan sebelumnja sudah ada sebelum Daendels datang ke Djawa. Pasukan Mataram menyerbu Batavia 1622 ditengarai melewati jalur utara Djawa yang sudah ada jalannya. Yang jelas kalo untuk jalur Batavia ke Bandung serta lingkaran jalan yang dibangun untuk sistem pertahanan yang mengarah pada Kota Sumedang dimana Daendels berencana menempatkan pos terakhirnya dalam rencana perang dengan Inggris di Bandung (yang saat itu masih hutan) dan Kota Sumedang, itu memang infrastruktur buatan Daendels asli. Anton Dukung Budiman Sudjatmiko = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: 60 Tahun SMA Kolese De Britto
Semasa SMP saya juga punya ingin melanjutkan sekolah di De Britto. Kebetulan kolese itu tak begitu jauh dari SMP-ku. Namun karena telanjur diterima di SMA Negeri 6 (Namche) Yogyakarta yang lebih dekat dari rumah, akhirnya keinginan ikut test masuk di De Britto batal, walau sudah mendaftar. Saya hitung, teman-teman SMP-ku yang melanjutkan sekolah di De Britto hanya 5 orang, kebanyakan pilih SMA Negeri, yang biayanya lebih miring. Mengenang masa lalu, dulu usai pertandingan olahraga antar-SMA se-Yogya, anak-anak Namce kerap berantem sama De Britto. Pernah terjadi, "pasukan" Namche mengepung ketat "benteng pertahanan" De Britto. Sekolah itu ditutup rapat. Begitu polisi datang, "pasukan" Namche pun bubar, pulang kandang. salam, rd --- On Sat, 8/9/08, Majalah Inside <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Majalah Inside <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] 60 Tahun SMA Kolese De Britto To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Saturday, August 9, 2008, 4:41 PM Jangankan Pak Bambang, saya berasal dari ujung selatan Indonesia sudah mendengar nama de britto sejak kecil dan pernah bermimpi untuk sekolah di tempat ini. Saya mendapat info waktu itu bahwa para siswa di sekolah ini sangat enjoy dalam belajar karena sistem belajar yang tidak menciptakan manusia penakut. Anak tidak takut berbuat salah dan tidak tetap tinggal dalam kesalahan. Mereka juga waktu itu sangat "santai" dalam berpakaian dan penampilan. Ada saat-saat tidak berpakaian seragam dan boleh berambut panjang. "Tapi jangan tanya dalam hal otak dan kecakapan," begitu yang saya dengar dulu. Semoga kesan itu tetap tumbuh subur hingga hari ini. Selamat Pesta Intan" E. Dapa Loka
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Yahoo! Serius Bidik Pasar Indonesia
Kompas: Selain itu, Yahoo juga akan membuat domain email baru, yaitu rocketmail.com, sehingga dapat memberikan pilihan kepada pengguna internet. (C9-08) Informasi tersebut di atas tidak akurat. Domain rocketmail itu sudah lama ada, sejak awal 1990-an, saat internet belum booming di Indonesia. Karena dulu saya pernah memakainya, bersamaan dengan lycos dan dnet (kala itu email yahoo belum ngetop). Kalau yang dimaksud Yahoo baru saja mencaplok domain rocketmail.com, itu baru benar. Yang dimaksud oleh Kompas bahwa Yahoo membuat domain email baru mungkin www.ymail.com, bukan rocketmail. Salam, Radit FIND YOUR PERFECT EMAIL ADDRESS. Think up a new address thats totally you and get it on @ymail.com or @rocketmail.com. NEW EMAIL ADDRESS, SAME GREAT YAHOO!. Your @ymail.com or @rocketmail.com address still delivers all the great features you love about Yahoo!. TRANSFER YOUR INFO. Easily transition contacts and emails from other mail accounts with our handy wizard. --- On Fri, 8/1/08, Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Yahoo! Serius Bidik Pasar Indonesia To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Friday, August 1, 2008, 2:33 PM JAKARTA, JUMAT Yahoo akan lebih serius menggarap pasar Indonesia. Petinggi perusahaan tersebut juga bertekad untuk menjadikan Yahoo sebagai starting point internet yang penting bagi pengguna internet dan must buy bagi pengiklan. Hal ini diungkapkan oleh Senior Director Business Development Yahoo Southeast Asia, Pontus Sonnerstedt, dalam konferensi pers, Jumat (1/8) di Jakarta. Menurutnya, Indonesia merupakan pangsa pasar yang potensial. Lebih dari 30 persen pengguna mobile phone di Asia Tenggara berasal dari Indonesia, kata Pontus. Namun demikian, ditambahkan, saat ini Yahoo! tidak berencana untuk membuka kantor di Indonesia Untuk pengguna internet, Yahoo berjanji akan membuat lebih banyak fitur yang berhubungan dengan Indonesia. Setelah membuat e-mail Yahoo versi bahasa Indonesia, halaman depan Yahoo Indonesia, Yahoo Answer Indonesia, Yahoo Messenger dan Web Messenger bahasa Indonesia, Mobile Phone Indonesia, tahun ini Yahoo akan fokus pada aplikasi Yahoo Messenger dan Yahoo Mail terbaru, yang sangat popular di Indonesia. Untuk pengiklan, Yahoo berjanji akan lebih mempermudah pihak-pihak yang ingin beriklan secara online di Yahoo. Senior Communication Manager Yahoo Southeast Asia, Jason Coates, mengatakan, walaupun pada saat ini pertumbuhan internet di Indonesia masih tergolong rendah, namun hal ini dapat menjadi peluang. "Kami yakin pertumbuhan pengguna internet di Indonesia akan terus berkembang. Indonesia merupakan pasar yang menjanjikan. Ini adalah tantangan untuk kami," katanya seraya menambahkan bahwa saat ini Yahoo tidak menargetkan penghasilan dari pasar Indonesia dalam waktu dekat. Selain itu, Yahoo juga akan membuat domain email baru, yaitu rocketmail.com, sehingga dapat memberikan pilihan kepada pengguna internet. (C9-08) http://tekno. kompas.com/ read/xml/ 2008/08/01/ 13100744/ yahoo.serius. bidik.pasar. indonesia [Non-text portions of this message have been removed] = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Margiono Terpilih Menjadi Ketua PWI
Wah sayang nih, wakil FPK yaitu Mas Abror dari harian Surya gagal menuju puncak.. Jangan patah arang yo Mas...tetap semangat! blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com� � --- On Wed, 7/30/08, charles siahaan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: charles siahaan <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Margiono Terpilih Menjadi Ketua PWI To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Wednesday, July 30, 2008, 2:03 PM Selamat ya Pak Margiono... Ini eranya Jawa Pos Grup kali ya.. setelah sang Bos Dahlan Iskan pegang kendali Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), sekarang organisasi wartawan tertua pula. Tapi siapapun itu, yang terpenting PWI bisa memperbaiki terus menerus citranya. Terutama peningkatan kualitas anggotanya. Maju terus Pak Margiono. Salam dari Samarinda Charles Siahaan
[Forum Pembaca KOMPAS] E-mail Bung Burhan Abe (Pemred Majalah Appetite Journey) dijebol - Re: SILAHKAN saya memerlukan PERTOLONGAN MENDESAK ANDA.
Miliser yang budiman, Pagi ini, saya baca beberapa e-mail yang masuk, salah satunya dari Bung Burhanudin Abe (pemimpin redaksi Majalah Appetite Journey dan kontributor The Jakarta Post). Isinya tak lagi mengagetkan saya karena ini pasti penipuan, dengan dalih macam-macam. Dan korbannya sudah begitu banyak. Konon kabarnya, para pelakunya adalah sebuah sindikat asal Afrika. Modus operandinya, sindikat penipu ini mengirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] yang mengaku dari adminstrator yahoo.com. Si korban diminta mengirimkan data-data berupa Yahoo ID dan password. Nah, begitu si korban yang saking polosnya, lalu membalas email tersebut. Bum! Leluasalah sang penipu mengirimkan "surat tipuan" ke seluruh e-mail yang ada di mailboxnya Bung Burhan. Yang berbeda, kini sang penipu sudah lebih "canggih" dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Kalau dulu hanya berbahasa Inggris saja. Yang masih sama: mereka selalu minta transfer uang ke bank tertentu. Waspadalah! Waspadalah! Salam, Radityo Djadjoeri --- On Tue, 7/29/08, Burhan Abe <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Burhan Abe <[EMAIL PROTECTED]> Subject: SILAHKAN saya memerlukan PERTOLONGAN MENDESAK ANDA. To: Date: Tuesday, July 29, 2008, 1:03 AM Halo, Silahkan saya dengan tergesa-gesa menulis pos ini kepada anda, saya di situasi kritis sekarang juga dan saya akan memerlukan jawaban mendesak anda. Saya tahu ini agak aneh tetapi saya baru-baru ini mengadakan perjalanan di luar negeri ke Kerajaan Inggris (London) karena Simposium tak mengumumkan, tetapi sayangnya bagi saya seluruh uang dan karcis pulang-pergi saya dicuri di hotel di mana saya menginap karena insiden perampokan yang terjadi di hotel. Hidup tidak adil untuk sementara dengan saya, sekarang ini sama sekali servis sudah tidak bisa menghentikan, memanggil atau mendapat menilpon, malah makanan tidak dihidangkan. Saya begitu bingung sekarang juga, saya tidak mengetahui apa yang melakukan atau di mana tempat untuk pergi. Saya tidak membawa telepon saya ke sini dan saluran telepon hotel dilepaskan selama perampokan incident,so saya mempunyai akses ke hanya email. Silahkan apakah anda mengirimi saya 650 pon hari ini Lewat uang serikat sekerja barat transfer oleh sebab itu saya bisa pulang, begitu saya pergi ke rumah saya akan mengembalikan itu dengan segera. Coba tolong saya menyuruhnya ke alamat hotel di bawah dengan nama saya, NAME: Mr Burhan Abe ADDRESS: Leinster Square, Bayswater STATE: London POSTCODE: W2 4PR COUNTRY: United Kingdom. Makasih banyak untuk anda kindness, Saya benar-benar akan menghargai jawaban cepat anda. Hormat saya, burhan abe. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Bos Gudang Garam, Rahman Halim, Meninggal
Mas Anton katanya pegang portfolio saham Gudang Garam, lha kok malah minta pabrik GG dibubarkan ki piye? Lalu apa Mas Anton mau nampung ribuan karyawan pabrik dan petani tembakau serta cengkeh? salam, rd --- On Mon, 7/28/08, anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Bos Gudang Garam, Rahman Halim, Meninggal To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Monday, July 28, 2008, 1:23 PM Bos nya udah meninggal... Pabriknya nggak ditutup sekalian? bikin nyandu dan bengek banyak orang aja! ANTON ANTI ROKOK!
[Forum Pembaca KOMPAS] Bahasa Indonesia "Jowo" - Re: Putri Obama Mau Sekolah Negeri atau Swasta?
Ini contoh Bahasa Indonesia "Jowo" Kalau ayahnya mereka, (Yen bapake bocah-bocah, ..) Kenapa tidak "Kalau ayah mereka...?" salam, rd --- On Tue, 7/8/08, Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Putri Obama Mau Sekolah Negeri atau Swasta? To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Tuesday, July 8, 2008, 12:12 PM TAD Lincoln muda menyeret kambing ke ruang duduk Gedung Putih. Quentin Roosevelt menabrakkan mobil mainannya ke sebuah lukisan bersejarah. John Kennedy Jr mempunyai tempat persembunyian di meja ayahnya. Amy Carter dikenal selalu membawa buku saat makan malam resmi. Sebagai remaja Susan Ford pernah mengecoh pengawal presiden untuk menikmati sedikit kebebasan di jalanan Washington. Pekan lalu Malia Obama berusia 10 tahun dan saudaranya, Sasha, 7 tahun. Kalau ayahnya mereka, Barack, menang pemilu, mereka akan menjadi anak termuda di Gedung Putih, setelah Amy Carter yang berusia 9 tahun waktu Jimmy menjadi presiden. Mereka juga akan menjadi anekdot yang menghiasi buku-buku sejarah. Mereka akan menghadapi hal-hal yang hanya dihadapi sedikit remaja seusia mereka. Cara mereka berdandan akan menjadi perhatian, begitu juga dengan kawat gigi pertama yang mereka pasang. Sementara itu, pacar pertama mereka akan terdokumentasi selamanya. Pilihan orangtua mereka soal sekolah, negeri atau swasta, akan digunjingkan. Bahkan, mereka bisa saja menjadi bahan liputan seperti Chelsea Clinton saat berusia 13 karena tingkah laku kekanak-kanakannya. Namun, apakah itu anak-anak Obama atau John McCain (anaknya, Bridget berusia 16 tahun), keturunan presiden selanjutnya juga akan mendapat pengalaman duniawi yang hanya menjadi impian bagi anak-anak lain. "Benar, mungkin beberapa kali saya berharap ayah saya hanya menjadi anggota kongres," kata Susan Ford Bales, putri mantan Presiden Gerard R Ford yang juga chairman Betty Ford Center. "Tapi kenyataannya, saya tidak akan menukar itu dengan lainnya. Perjalanan dan orang-orang yang kita temui itu lho. Dari bintang film hingga kepala negara. Seperti, 'Wah, lihat siapa yang saya jumpai ini'," kata Susan. Dia punya nasihat kepada presiden dan istrinya yang akan menghuni Gedung Putih. "Tetaplah menjadi orangtua. Tetap lah mencintai anak-anak kalian dan selalu ada untuk mereka," katanya. Itu artinya, kata Susan, tiap kali membutuhkan, ia bisa memotong aktivitas orangtua mereka. Ia mengenang sebuah pertemuan antara ayahnya dan Henry Kissinger yang kemudian menjadi menteri luar negeri. "Saya masuk ke ruang itu dan mengatakan, 'Halo Pak Menteri. Yah, saya dan ibu nggak punya uang tunai'," tuturnya. Sang presiden pun menurut. Isu paling menegangkan soal bocah-bocah Gedung Putih terkait keamanan. "Kita bisa melihat ke belakang, anak-anak presiden menjadi sasaran," kata Doug Wead, mantan pembantu Presiden George HW Bush dan penulis buku All the President's Children. Jackie Kennedy, katanya, sangat khawatir tentang keselamatan anaknya, Caroline, sehingga ia membuat sendiri taman kanak-kanak di dalam Gedung Putih. Ketika Presiden Kennedy mengizinkan Caroline dan John diambil di Ruang Oval, kata Wead, itu sudah di luar perintah Jackie. Nyatanya waktu itu Jackie sedang keluar kota. Anak-anak presiden selama ini mendapat perlindungan secret service (pengawal presiden). Susan Ford mendapatkan perlindungan itu, bahkan sebagai seorang putri wakil presiden, setelah ditemukan bahwa Symbionese Liberation Army, kelompok yang menculik pengusaha koran Patty Hearst, telah memasukkan namanya dalam daftar sasaran. Suatu hari ia meloloskan diri dari pengawalan. Ketika gerbang Gedung Putih dibuka agar ibunya bisa masuk, Susan menyelinap keluar dengan mobilnya tanpa pengawalan. "Setiap orang mencobanya. Menjadi tantangan tersendiri dan Anda pasti ingin berhasil," katanya. Dalam "pelarian" itu ia menjemput seorang temannya untuk pergi ke supermarket. Ia memarkir mobilnya di tempat parkir umum lalu menelepon "rumah" untuk mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Soal pesta perpisahan, Susan mendapatkan hak istimewa untuk menggelarnya di Ruang Timur, salah satu ruang di Gedung Putih. Bagaimana dengan Malia dan Sasha? Tampaknya sebelum mereka diizinkan pergi ke pesta, Barack dan Michelle (ibu mereka) lebih dulu harus menentukan sekolah swasta atau negeri. Jimmy Carter secara mengejutkan mengirim Amy ke sekolah negeri. Pilihan semacam itu kembali diperdebatkan ketika Chelsea Clinton menginjak usia 13 tahun. Mana yang baik bagi presiden baru, sekolah negeri atau swasta? Akhirnya Bill dan Hillary Clinton mengirim Chelsea ke sekolah swasta elite, Sidwell Friend, yang biaya sekarang mencapai 27.000 dollar. Malia dan Sasha Obama sekarang belajar di sekolah swasta, University of Chicago Laboratory Schools, tempat ibunya, Michelle, menjadi anggota komite
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Bandung Heboh Limpahan Minyak di Selokan
Amat ditunggu kelanjutan beritanya. Menarik kalau bisa diulas dengan lebih panjang, sekait keberadaan Pertamina yang menguasai bumi dan segala isinya untuk kesejahteraan dan kemaslahatan rakyat dan bangsa Indonesia yang sebesar-besarnya. Tapi mana buktinya? Pertamina hanya bikin kaya raya pejabat dan keluarganya saja. Sudah saatnya tambang minyak bisa dikelola oleh rakyat. blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com --- On Fri, 7/4/08, Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Bandung Heboh Limpahan Minyak di Selokan To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Friday, July 4, 2008, 4:16 PM BANDUNG, JUMAT - Warga di kampung Parakansaat RT 03 RW 06 Kelurahan Cisaranten Endah, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, dihebohkan dengan penemuan limpahan minyak bakar di selokan di kawasan itu, Jumat (4/7). Ketua RW 06 Omar Maryani (69) mengatakan, kemarin sore seorang warga RW 23 datang melapor kepadanya. Warga tersebut sedang mengambil rumput dan kakinya tercebur ke selokan yang lebarnya sekitar 15 cm. Ternyata kakinya dipenuhi minyak. Warga tersebut kemudian mengambil cairan yang ada di selokan itu dan mencoba membakarnya dengan korek api dan minyak tersebut menyala. Warga itu kemudian melapor kepada Oman. Hingga siang tadi ratusan warga menyesaki kawasan itu. Selain ketua RW setempat, Lurah Cisaranten Endah Mochammad Robby Irianto dan Camat Arcamanik Hendar Suhendar hadir di antara kerumunan warga. Saat pejabat pemerintahan setempat itu mencoba membakar sesuatu dengan minyak itu, cairan itu terbakar seperti minyak tanah. Mereka kemudian melaporkan temuan itu kepada aparat keamanan setempat agar warga tidak berebut mengambilnya. Oman khawatir cairan itu hanya minyak tanah yang dibuang ke selokan (lubang). Warga berharap lubang tersebut benar-benar sumber minyak sehingga bisa mengurangi pengeluaran warga membeli minyak tanah di saat harga-harga melonjak. (Siti Fatimah) Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network http://www.kompas. com/read/ xml/2008/ 07/04/15454999/ bandung.heboh. limpahan. minyak.di. selokan [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Esia Llncurkan paket ponsel baru berwarna termurah di Indonesia
Esia Luncurkan Paket Ponsel Baru Berwarna Termurah di Indonesia Jakarta, 17 Desember 2007 Mengikuti kesuksesan paket ponsel murah Dobel Untung, Bakrie Telecom (BTEL) bersama Huawei hari ini kembali meluncurkan paket ponsel termurah di Indonesia. Paket berisi ponsel CDMA berwarna plus kartu perdana Esia yang dipasarkan dengan harga Rp. 299 ribu (belum termasuk pajak). Peluncuran paket ponsel murah ini menegaskan komitmen BTEL untuk memperluas akses masyarakat guna mendapatkan layanan telekomunikasi yang layak dan hemat. Hal ini juga menjadi wujud semangat disruptive innovations yang dianut BTEL. Sebelumnya, BTEL menjadi pelopor tarif murah dengan menerapkan TalkTime, termasuk menjadi operator pertama yang menyediakan isi ulang dengan nominal termurah di Indonesia, hanya Rp. 1.000,-. Kami selalu berupaya agar produk dan layanan telekomunikasi hemat Bakrie Telecom dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Bukan hanya berfokus pada tarif percakapan telepon, kami juga selalu berusaha agar berbagai hambatan dapat teratasi, termasuk ketersediaan ponsel dengan harga terjangkau, papar Erik Meijer, Wakil Presiden Direktur Bakrie Telecom di Jakarta hari ini. Selain harga yang sangat terjangkau, Hape Esia berwarna memiliki berbagai fitur unggulan. Selain display dengan 65 ribu warna, sudah dilengkapi dengan speakerphone, menu Bahasa Indonesia, termasuk aplikasi-aplikasi kalkulator, alarm, kalender, dan berbagai games. Hape Esia berwarna ini juga dilengkapi dengan content yang khas Indonesia, termasuk wallpaper dan pilihan ringtones khusus Esia. Erik menambahkan, Kerjasama kami sebelumnya melalui paket Dobel Untung telah menunjukkan bahwa kami cukup solid untuk mewujudkan misi memperluas akses telekomunikasi dengan kualitas ponsel yang terjaga. Kita sudah tahu bagaimana reputasi Huawei dalam menjaga kualitas hasil produknya. Karena itu kami sangat yakin bahwa kerjasama ini kembali akan mendapatkan sambutan hangat masyarakat. Banyak sekali keuntungan yang akan diperoleh. Tarif percakapan murah, kualitas ponsel prima dan dukungan jaringan yang sangat memadai. Program bundling ponsel plus kartu perdana ini memang bukan yang pertama diperkenalkan BTEL. Sebelum meluncurkan ponsel termurah Dobel Untung, Esia menggandeng berbagai vendor ponsel untuk menyediakan ponsel dengan harga terjangkau. Beberapa waktu lalu misalnya, Esia bersama LG juga meluncurkan ponsel baru berlayar warna pertama di Indonesia dengan harga hanya Rp 499 ribu. Program kerjasama bundling dengan berbagai tipe dan merek ponsel menunjukkan bahwa kartu Esia bisa digunakan untuk semua jenis ponsel. Keberhasilan penjualan paket ponsel sebelum ini memberikan keyakinan bahwa masyarakat telah lama menantikan layanan telepon yang berkualitas namun dengan biaya terjangkau. Respons positif masyarakat sekaligus menunjukkan bahwa produk-produk inovatif Esia dapat diterima dengan baik dan memenuhi kebutuhan mereka dalam berkomunikasi. Hingga hari ini, selain di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten, Bakrie Telecom telah hadir di beberapa wilayah lain. Di antaranya Jawa Timur (Surabaya, Malang), Jawa Tengah (Semarang, Solo), DI Yogya, Medan, Padang, Lampung, Palembang, dan Pekanbaru. --- Informasi lebih lanjut: A. Noorman Iljas Corporate Communications PT Bakrie Telecom Tbk Telp : 021 - 926 44 654 Email : [EMAIL PROTECTED] - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Butet Kartaredjasa kena cekal
JawaPos, Senin, 17 Des 2007, Kapolwil Tak Akan Lagi Beri Izin Sarimin Pentas si raja monolog Butet Kartaredjasa di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Sabtu malam (15/12) berakhir dengan "pencekalan". Tak tanggung-tanggung, pernyataan itu meluncur spontan dari Kapolwiltabes Surabaya Kombespol Anang Iskandar setelah menyaksikan lakon Sarimin yang dibawakan Butet. "Pertunjukan ini (Sarimin) tidak layak dipertontonkan kepada masyarakat. Jelas-jelas tidak mendidik. Saya akan evaluasi perizinannya," tegas Anang kepada wartawan. Saat memberikan penjelasan, Anang tampak emosional. Dia berkali-kali menyatakan bahwa pertunjukan yang mengkritik habis-habisan aparat penegak hukum -terutama kepolisian-itu tidak pada tempatnya disajikan di hadapan publik umum. "Kami bukannya alergi kritik. Tapi yang proporsional dong. Masak, polisi tidak ada sisi baiknya. Yang ditampilkan hanya sisi jeleknya saja. Ini tidak fair," ujarnya. Seperti diketahui, lakon Sarimin karya Agus Noor ditampilkan Butet di Gedung Cak Durasim, 14-15 Desember lalu. Sebelum di Surabaya, lakon yang sama dipentaskan Butet dkk di Jakarta , 14-18 November dan di Jogjakarta, 26-27 November. Ribuan penonton menyaksikan lakon satire ini. Di antaranya mantan Gubernur DKI Sutiyoso, Adnan Buyung Nasution, Todung Mulya Lubis, dan Arifin Panigoro. Di Jogja, tampak Wali Kota Jogja Heri Yulianto, Bupati Sleman Ibnu Subianto, pejabat di Polda DIJ, dan sejumlah aktivis LSM. Sedangkan di Surabaya, terlihat ada Dekan Fisip Unair Prof Dr Hotman Siahaan, Gubes Emiritus Unesa Prof Dr Budi Darma, Chairman Jawa Pos Group Dahlan Iskan, Wawali Arif Afandi, penyair Zawawi Imron, Wakajati Jatim M. Hudi, dan Kapolwiltabes Surabaya Kombes Pol Anang Iskandar. "Di Jakarta dan Jogja, pentas kami tak ada masalah. Lha kok pas di Surabaya , Pak Kapolwil marah-marah. Tapi, itu hak dia untuk marah-marah. Mungkin dia tidak siap untuk dikritik," kata Butet menanggapi kekecewaan Anang Iskandar itu. Anang mengaku, dirinya senang dengan kesenian. Dia juga merasa terhibur dengan pementasan monolog Butet itu. Namun yang disesalkan, semestinya pementasan yang "menelanjangi" kinerja aparat kepolisian dan penegak hukum lainnya itu tidak layak disuguhkan ke publik. "Pentas itu layaknya ditampilkan di depan para polisi. Kalau dia mau, ayo saya fasilitasi," tuturnya. Kepada panitia Anang sempat mempertanyakan izin keramaian pertunjukan itu. Dia tampak merasa kecolongan. "Kalau sekali lagi lakon itu ditampilkan, pasti saya evaluasi perizinannya." Anang khawatir ada kesalahtafsiran terhadap kinerja polisi. Seolah-olah kerja polisi sehari-hari seperti yang digambarkan dalam lakon Sarimin itu: membalik fakta, bisnis perkara, dan hanya melayani tersangka berduit. "Saya akui, masih ada hal-hal seperti itu di kepolisian. Tapi, tidak bisa digeneralisasi. Apalagi kami sedang memperbaiki citra kepolisian," papar Anang. Karena itu, Kapolwil akan mempertimbangkan secara khusus bila lakon Sarimin akan ditampilkan lagi di Surabaya. Begitu pula penampilan Butet di kota ini. "Kalau saya tahu yang ditampilkan seperti itu, pasti tidak akan saya beri izin," tandasnya. Butet Kartaredjasa tenang-tenang saja menanggapi reaksi Kapolwiltabes Surabaya terhadap penampilan monolognya. Seniman asal Jogjakarta itu menyesalkan sikap berlebihan Anang. "Reaksi berlebihan Pak Kapolwil itu menunjukkan bila aparat kepolisian belum siap bercermin. Melihat wajahnya sendiri lewat kesenian. Ini kesenian Bung, bukan demonstrasi," ujar dramawan yang kini sering dipanggil Presiden "SBY" (Si Butet Yogya) dalam acara Republik Mimpi di Metro TV itu. Terhadap tawaran Kapolwil untuk tampil di depan jajaran kepolisian, Butet menyambut baik. "Tidak ada masalah. Setelah pentas, adakan diskusi dengan mengandang para praktisi hukum dan akademisi," tandas anak seniman serbabisa Bagong Kussudiardjo ini. (ari/ano/zul) blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com - Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Ilmuwan jangan pakai kaca mata kuda
Ken has left a new comment on your post "[namche] Seminar Publik: Menguak Misteri Di Balik ...": Ilmuwan Jangan Menggunakan Kaca Mata Kuda Dalam waktu dekat ini, melalui sebuah seminar publik, para ilmuwan dari Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Gajahmada (UGM) dan Pusat Pengkajian dan Penelitian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) akan mengumumkan hasil kajian ilmiah atas pemberitaan-pemberitaan yang dibuat jurnalis Tempo. Kajian ilmiah itu dilakukan atas pesanan Asian Agri - anak perusahaan Raja Garuda Mas (RGM) milik Sukanto Tanoto, pengusaha asal Medan. Dalam berbagai iklan berukuran besar yang dipublikasikan oleh Veloxxe Consulting yang juga disewa oleh Asian Agri untuk menjadi penyelenggara seminar publik, Asian Agri merasa bahwa pemberitaan Tempo tendensius, tidak berimbang, tidak cover both sides dan memuat unfairness news dan oleh karenanya Asian Agri mengadukan permasalahan itu kepada Dewan Pers. Memang seharusnya demikianlah yang dilakukan oleh perusahaan yang dirugikan oleh media. Kami ingin bertanya kepada para ilmuwan : Apakah hasil kajian tersebut merupakan sikap resmi perguruan tinggi, ataukah sikap oknum di perguruan tinggi tersebut yang telah memperoleh manfaat ekonomi dari kegiatan ini ? Pertanyaan ini penting soalnya kami sungguh prihatin akan nasib lembaga perguruan tinggi yang terhormat itu, jika hanya digunakan sebagai pemberi statemen bahwa jurnalis Tempo bersalah karena melanggar Kode Etik Jurnalistik. Jika ini terjadi, sulit sekali public memahami bahwa sikap tersebut dependen atau independent. Soalnya, ini masalahnya sesungguhnya bukan di situ. Persoalan besarnya seperti yang diberitakan berbagai media masa adalah adanya dugaan penggelapan pajak oleh Asian Agri. Jika dugaan ini benar, pertanyaannya adalah bagaimana upaya kita menyelamatkan keuangan negara ? Jika tidak benar, bagaimana Again Agri menangkis tudingan yang kini sedang diperiksa Dirjen Pajak dan dimonitor oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Inilah persoalan bangsa yang harus didiskusikan oleh kita semua, termasuk oleh para ilmuwan dari Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Gajahmada (UGM) dan Pusat Pengkajian dan Penelitian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI). Baik dibayar secara professional, maupun tidak. Saya kira tidak ada manfaatnya sama sekali para ilmuwan hebat yang mendedikasikan pengetahuan dan kebijaksanaannya itu dipinjam tangannya untuk mengeroyok seorang jurnalis yang memiliki idealisme, hati nurani, dan keprihatinan atas potensial kerugian keuangan Negara yang disebabkan oleh penggelapan pajak. Kita bias mengharapkan agar ilmuwan tidak menggunakan kaca mata kuda, namun demikian pilihannya tetap ada di hati nurani masing-masing ilmuwan itu sendiri. Mau memilih kaca mata professional atau komersial ? Posted by Ken to komunitas muda wijaya at December 16, 2007 8:49 PM - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] ACC Fellowship and Grant Information 2008
The Asian Cultural Council (ACC) membuka kesempatan bagi seniman dan pekerja seni Asia untuk melakukan penelitian, belajar, dan menciptakan karya seni, khususnya seni pertunjukan dan seni rupa (visual arts) di Amerika. Kegiatan tersebut berlangsung pada tahun 2008. Bagi yang berminat dapat mengirimkan aplikasi ke ACC paling lambat 15 Januari 2008. Informasi lebih lengkap silahkan membaca berita di bawah ini. Information for Applicants 2008 Fellowships and Grants The Asian Cultural Council (ACC) is a foundation supporting cultural exchange in the visual and performing arts between the countries of Asia and the United States. Applications are now being accepted for 2008. The primary emphasis of the ACCs grant program is to provide individual fellowships to artists, scholars, and specialists from Asia seeking to undertake research, study, and creative work in the United States. Individual fellowships are also made to Americans pursing similar activities in Asia. A smaller number of fellowship awards are made to Asian artists, scholars, and specialist for regional exchange activities in other Asian countries. The ACC also makes grants to arts organizations and educational institutions for projects that involve the participation of arts and cultural specialists from the United States or Asia. Further information about the ACCs grant programs is available at www.asianculturalcouncil.org. Individuals or cultural institutions wishing to apply to the ACC for grant support in 2008 should send a brief, one-page description of proposed plans or projects, written in English, by January 15, 2008 to: Asian Cultural Council 6 West 48th Street, 12th Floor New York, NY 10036 Telephone: 212-843-0403 Fax: 212-843-0343 Email: [EMAIL PROTECTED] If the proposed activity falls within the Councils guidelines, application materials requesting more detailed information will be provided by the ACC. Most 2008 grants will be awarded by the Councils Board of Trustees at their meeting in June. blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Laksmi Pamuntjak: Tolak RUU Pornografi!
RUU Pornografi: Lima Argumen Mengapa Harus Ditolak Saya baru saja membaca bocoran RUU Pornografi yang akan diserahkan DPR kepada pemerintah untuk dibahas. Dokumen itu mengerikan. Simak bagian-bagian yang mencakup definisi peran serta masyarakat yang pada praktiknya memberikan izin untuk main hakim sendiri (pasal 23); definisi upaya pencegahan sebagai kartu hijau untuk premanisasi (pasal 20), dan, ini yang paling mencengangkan, bagian yang mencakup hukuman pengasingan ke tempat terpencil selama 1 sampai 15 tahun (ingat Digoel, Buru ?) bagi para pelaku pornografi! Juga, seperti rancangan terdahulu, tak ada kriteria yang jelas tentang pornografi dan pornoaksi. Dan apabila kriteria itupun ada, ia akan sudah pasti mewakili seperangkat nilai tunggal yang tak mencerminkan kemajemukan Indonesia . Apalagi membangkitkan hasrat seksual: siapa yang sanggup, lepas dari apakah ia berwenang atau tidak, mengetahui hal itu kecuali para individu yang bersangkutan? Dan apabila kita hendak jujur, takkah mesti kita akui, bahwa berapa jam, berapa hari dalam hidup kita, apakah sekadar numpang lewat atau singgah sesaat, kita lalui, seperti kata Susan Sontag, dalam imajinasi pornografi? Meskipun ia sesuatu yang kita lakukan buat kenikmatan kita sendiri, takkah ia tetap sesuatu yang berharga untuk diketahui karena ia merupakan bagian dari manusia? Tahun lalu, ketika perlawanan terhadap RUU ini sedang marak dan 6.000 orang turun ke jalan dalam sebuah pawai yang damai dan bhineka, saya menerbitkan sebuah esai panjang berjudul Kisah si O: Perempuan dan Pornografi yang dimuat dalam dua bagian di Koran Tempo. Saya hanya ingin menyatakan ulang sejumlah argumen saya dalam tulisan itu: Yang belum tentu berguna, dan malah jauh lebih berbahaya (ketimbang pornografi), adalah sensor. Pertama, sensor adalah kejam. Ia kejam terhadap kompleksitas, terhadap warna dan nuansa, dan terhadap kemajemukan. Ia memang efektif dalam melindungi anak-anak, tapi, seperti kita tahu, susah sekali membedakan mana yang porno mana yang bukan, mana yang seni mana yang bukan. Ia kejam karena ia bisa kemana-mana: ia bisa melarang majalah Playboy atau menghentikan tabloid tentang poligami, tapi ia juga bisa memberangus seorang Agus Suwage, membungkam sejumlah karya sastra Indonesia . Pada saat yang sama, bagaimana ia bisa menjamin bahwa nilai-nilai yang digunakannya mengakui keragaman penilaian seperti yang terkandung dalam kebhinekaan sebuah bangsa seperti halnya Indonesia? Tak heran apabila masyarakat Afrika Selatan takut terhadap sensor atas pornografi, karena mereka mengaitkan sensor dengan nilai-nilai Kristen yang dulu diusung rezim kulit putih yang tak membiarkan nilai-nilai lain berlaku. Juga terkait adalah fakta bahwa nilai-nilai itu sendiri kapan saja bisa berubah. Pada suatu masa, Belenggu-nya Armijn Pane, Tropic of Cancer-nya Henry Miller dan Lady Chatterleys Lover-nya D.H. Lawrence pernah dianggap tak bermoral dan oleh karenanya harus dilarang, tapi tidak lagi sekarang. Kedua, seperti yang terjadi dalam banyak hal, apa yang dilarang akan dicari orang. Kiranya tak perlu banyak contoh di sini. Yang ironis, tentu, adalah apabila yang dicari justru karena dilarang adalah yang betul-betul merupakan pelecehan terhadap perempuan, seperti kasus majalah Playboy. Ketiga, bagaimana aparat negara bisa berasumsi bahwa ia bisa menghentikan arus pornografi, dengan adanya teknologi komunikasi modern seperti internet atau video bajakan? Bahkan dari dulupun, pornografi tak bisa dibendungia hadir, misalnya, dalam bentuk stensil yang disebarluaskankarena kekuasaan selalu membuahkan perlawanan. Keempat, sensor terhadap pornografi ternyata tak juga menghapus penindasan dan ketakadilan terhadap perempuan di dalam hidup yang nyata. Kekerasan ada sebelum pornografi. Justru di negara-negara dengan undang-undang anti pornografi yang paling ketat ketakadilan dan kekerasan terhadap perempuan paling marak. Di Timur Tengah tak ada pornografi, tapi kita tahu perempuan tetap saja menderita. Kelima, seberapa jauhkah kerusakan yang dihasilkan oleh pornografi? Pernah adakah sejarah sebuah masyarakat, baik di Timur atau Barat, yang ambruk oleh pornografi? Bukankah kampanye hate-speechmenyebar-luaskan kebencian kepada suku lain dan agama lain, seperti yang dialami Yugoslavia lebih destruktif, baik dari segi psike maupun jumlah jiwa yang hilang? Pada akhirnya, bukankah tak sebaiknya kita memusatkan energi terhadap pemberantasan korupsi, misalnya, atau pengadaan lapangan pekerjaan bagi saudara-saudara kita? Saya jadi ingat kata-kata teman saya Siti Musdah Mulia dalam pertemuan setelah Deklarasi Masyarakat Bhineka Tunggal Ika 13 Mei yang lalu, yang menyebut kekuasaan yang ada sekarang rezim kesusilaan. Peraturan-peraturan daerah yang keluar akhir-akhir ini hanya mengurusi kesusilaan, seakan kita tak punya masalah-masalah lain yang lebih penting. Laksmi Pamuntjak e-mail: [EMAIL PROTECTED] Draft RUU
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Angka
Wah menarik sekali paparan Mas Hilmar, jadi menambah informasi. Apakah ada buku yang membahas soal angka dari tiap-tiap suku? Kalau ada saya mau beli.. Terima kasih. Hilmar Farid <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Dan ada juga kesamaan dengan bahasa Tetun (bahasa nasional Timor Leste, yang juga dipakai di sebagian Timor Barat): 1 - IDA 2 - RUA 3 - TOLU 4 - HAAT 5 - LIMA 6 - NEEN 7 - HITU 8 - UALU 9 - SIA 10 - SANULU Lalu sama dengan aturan yang berlaku dalam bahasa Batak: 11 - SANULU RESIN IDA 12 - SANULU RESIN RUA resin = lebih 21 - RUANULU RESIN IDA Saya kira ini akarnya bisa dicari ke bahasa Austronesia, tepatnya Melayu-Polynesia, yang juga jadi induk dari bahasa Jawa. Saudara kandungnya adalah Sunda, Bali dan Madura. Sepupunya di utara adalah Tagalog, Cebuano, dst. Sementara di Timur termasuk bahasa Tetun. Orang Majapahit setahu saya pakai bahasa Sanskrit untuk menyatakan angka, begitu juga orang Jawa Kuno. Bahasa Jawa yang kita kenal sekarang sudah mengalami de-Sanskritisasi, boleh jadi seiring dengan runtuhnya Majapahit sebagai pusat kekuasaan Jawa-Hindu. HF
[Forum Pembaca KOMPAS] Menkes berang kepada Discovery Channel dan Fox
26 November, 2007Menteri Kesehatan berang kepada Discovery Channel dan Fox dede, manusia akar temuan discovery channel Dede, si Manusia Pohon: Ibu Menteri Pun Marah Banjarmasin Post - Senin, 26-11-2007 | 02:24:13 Marah-marah. Tuding sana tuding sini. Inilah yang dilakukan Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari seusai menjenguk si `manusia pohon' Dede di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, Jabar. Mengapa dia marah? Ibu menteri yang diperintah langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk segera menangani penyakit Dede, berang kepada stasiun televisi Discovery Channel dan Fox serta dr Anthoni Gaspari (ahli penyakit kulit dan ilmu kekebalan tubuh Universitas Marryland AS). Ketiga pihak ini yang membuat penderitaan Dede diketahui masyarakat seluruh dunia. Siti Fadilah menilai mereka telah mengeksploitasi Dede. Mereka dituding telah `menjual' pria berusia 35 tahun itu demi keuntungan ekonominya. "Ini merupakan eksploitasi, ini tidak bisa dibiarkan. Saya minta pihak rumah sakit harus mencari pengacara terbaik buat Dede. Ini persoalan hak, tidak bisa dibiarkan," tegasnya, Minggu (25/11). Emosi pun diperlihatkan Siti Fadilah kepada wartawan freelance Dicovery Channel yang ikut meliput kunjungan itu. Dia meminta wartawan itu memperlihatkan surat kontrak antara medianya dengan Dede. Namun, wartawan itu mengatakan hal itu wewenang kantornya. Sebelumnya, saat menemui Dede, Siti mengaku telah diperintah Yudhoyono untuk menanganinya. "Saya datang ke sini atas perintah Pak Presiden," katanya. Namun, Dede tak berkomentar. Siti pun mengulang perkataannya. "Saya datang ke sini diperintah Pak Yudhoyono. Gimana perasaannya?" tanyanya. Dede pun menjawab dengan singkat, "Senang." "Ada pesan buat Pak Presiden?" tanya Siti Lagi "Saya cuma ingin sembuh," tegas Dede. Dede pernah mendapat perawatan di rumah sakit yang sama pada sepuluh tahun lalu. Namun, karena keterbatasan peralatan, RSHS membiarkan Dede pulang ke rumah dengan pengobatan seadanya. Kini, laki-laki yang mendapat julukan manusia pohon ini akan segera menjalani operasi. Tim yang menangani Dede terdiri dari sepuluh dokter spesialis. "Sepuluh dokter tersebut terdiri dari beberapa bagian. Di antaranya, bagian penyakit kulit dan kelamin, penyakit dalam, bedah plastik, bedah ortopedi, psikiatri, rehabilitasi medik, klinik patologi, patologi anatomi, radiologi, dan anestesi," ujar Dirut RSHS Cissy Prawira. Operasi ini akan diketuai dokter kulit dan kelamin Rahmat Dinata. Menurut Rahmat, penyakit yang dialami Dede sejenis kutil yang terus tumbuh hingga parah. "Kami optimis dapat memberikan yang terbaik untuk kesehatan Dede. Kami juga akan melibatkan dokter dan ahli virus." tegasnya. Dia menjelaskan, Dede mengalami penyakit Human Papilloma Virus (HPV). Penyakit tersebut terbilang langka terjadi dan harus melibatkan banyak pihak dalam penyembuhannya. blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] "Atraksi wisata" baru di Sulawesi?
Akankah hukuman potong tangan di Bulukumba ini bakal menjadi "atraksi wisata" baru Indonesia? Apabila jadi dilaksanakan, paling tidak ratusan wartawan dan fotografer bakal berduyun-duyun datang ke Bulukumba. Hotel-hotel dipastikan akan overbooked. Mulai sekarang, saya berharap pihak Menbudpar segera mempromosikan "atraksi wisata" baru ini ke negeri manca...demi menggaet devisa negara yang lebih besar. Seperti halnya dulu terjadi di NAD saat berlangsung acara "peluncuran perdana" hukuman cambuk, atraksi potong tangan ini pasti jauh lebih menarik khususnya dari segi visual . Bayangkan, jutaan pasang mata akan memelototi tayangan CNN, Al-Jazeerah dan stasiun tv lain-lain saat sang algojo mengayunkan pedang. Dalam hitungan detik darah merah memuncrat, lalu potongan tangan korban jatuh ke tanah. Wajah korban ditutup dengan kain hitam, jadi tak ternampak ekspresi wajahnya saat mengaduh kesakitan. Atau mungkin langsung pingsan? Sementara Jusuf Kalla sebagai ketua Dewan Syariah Sulawesi Selatan akan bertepuk tangan. Sebagian misinya telah tercapai Tak lama lagi, bakal digelar hukuman pancung, entah di wilayah mana lagi. Mungkin di Tangerang, Padang, Aceh, atau Tasikmalaya. Pelaku bom Bali Amrozi dan kawan-kawan juga ingin mati dengan dipancung kepalanya, daripada digantung atau ditembak mati, karena itu sesuai Syariat Islam yang ia percayai. -- HARIAN FAJAR Hukuman Potong Tangan di Bulukumba (21 Nov 2007, 114 x , Komentar) Berlaku di 20 Desa BULUKUMBA -- Resah dengan maraknya pencurian di wilayahnya, 20 perwakilan desa di Kecamatan Gantarang, sepakat memberlakukan potong tangan bagi pelaku yang tertangkap tangan.Kesepakatan itu terungkap setelah dilakukan pertemuan seluruh kepala desa, Minggu, 18 November lalu. Para kepala desa juga sepakat untuk membentuk Forum Peduli Kamtibma Pallawa Lipu. Ditunjuk sebagai Koordinator Kecamatan adalah Kepala Desa Gantarang, Andi Rukman. Selain pencuri, pelaku judi dan penikmati muniman keras (miras) juga dikenakan hukuman cambuk sebanyak 80 kali. Beberapa bulan belakangan ini, pencurian memang marak di wilayah Polsek Gantarang. Selain kendaraan roda dua, hewan peliharaan masyarakat seperti sapi dan kuda, juga menjadi sasaran pencuri. Nyaris setiap malam, ada saja desa yang disatroni maling. Anehnya, hingga saat ini tak satu pun pencuri yang berhasil dibekuk polisi. Jaringan pencuri yang sering beroperasi di daerah ini memang dikenal sangat rapi dan terorganisir. Desa Padang Kecamatan Gantarang yang dikenal sebagai desa percontohan pelaksanaan perda syariat Islam, sudah memberlakukan hukuman cambuk sejak beberapa tahun lalu. Tercatat, sudah beberapa kali warga setempat dihukum cambuk. "Masyarakat resah dengan maraknya pencurian di desa. Hukum ini kita sepakati untuk meminimalisir tindakan kriminal," kata Andi Rukman, Selasa, 20 November. Andi Rukman menegaskan, mereka kurang percaya lagi dengan kinerja aparat kepolisian. Pelaku yang tertangkap tangan, proses hukumnya sangat lama. Sanksinya juga ringan sehingga membuat pelaku tidak jera. "Polisi mengaku selalu kesulitan mendapatkan barang bukti," ujarnya. Kendati demikian, lanjut Rukman, pihaknya tetap berhati-hati menerapkan hukuman ini agar tidak bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku. Kepala Polsek Gantarang, AKP Muhammad Jufri, mengaku menyambut positif terhadap kesepakatan seperti itu. Hanya saja, kata Kapolsek, terlebih dahulu harus disetujui oleh bupati atau muspida setempat. Sebab, aksi itu cukup rawan karena masyarakat bisa berbuat anarkis dan main hakim sendiri. ( blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com - Get easy, one-click access to your favorites. Make Yahoo! your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Jangan Binhad Nurrohmat mulu
Menurutku, tak ada yang salah dengan Binhad Nurrohmat Dia adalah penyair Indonesia yang kini sedang naik daun, dan banyak dibicarakan orang. Sedangkan WS Rendra adalah penyair Indonesia masa lalu yang sudah jarang mencuatkan karya-karya baru. Rendra kini lebih cocok sebagai maha guru. Lagi pula, majalah Tempo sudah mewawancarainya kan? Yang aneh di dunia susastra Indonesia, para pelakunya saling menjatuhkan. Sebagai contoh adalah Binhad Nurrohmat sendiri. Karyanya, Bau Betina, masuk nominasi dalam Khatulistiwa Award yang berhadiah puluhan juta rupiah. Namun, "kawan-kawan seperjuangan"nya, yang notabene para penyair muda, menabalkan karyanya sebagai karya sastra terburuk sepanjang tahun ini, dengan menggelar "Kakus-litiwa Award". Selengkapnya: http://artculture-indonesia.blogspot.com Rara Gendis <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Iya, SETUJU BUANGE!!! Masih banyak yang bermutu kokummm...ADA APA YAA??? (Bin, sorry friend...makin terpandang makin bijak dong!) anmton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kompas tolong dong buat berita wawancara komprehensif WS Rendra yang mencerahkan dan muat karya-karyanya dalam kolom puisi minggu pagi, jangan Binhad Nurrohmat mulu, bosen ah ANTON
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Definisi "Pahlawan Nasional"
Apa itu "Pahlawan Nasional"? Untuk mendapat gelar itu tentu saja seseorang tak dapat menabalkan dirinya sendiri: "Ini aku pahlawan. Cepat angkat diriku!" Penentunya adalah Pemerintah Pusat yang berkedudukan di Jakarta. Sepertinya ada keterlibatan Departemen Sosial di sini. Seorang yang menyandang gelar Pahlawan Nasional (PN) kalau tak salah berhak mendapatkan santunan tiap tahunnya, entah berapa jumlahnya. Adalah keliru anggapan bahwa seorang PN adalah mereka yang berperang, mereka yang militer. Tak heran, di masa Orba, kebanyakan yang diangkat sebagai PN adalah dari kalangan militer, hanya sedikit dari kalangan sipil. Begitu juga pengisi Taman Makam Pahlawan (TMP) seperti Kalibata mayoritas dari kalangan militer. Mereka juga memonopoli nama-nama jalan di Indonesia. Tunjung Utomo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Jadi apa itu "Pahlawan Nasional"?,mohon masukan tentang definisinya.
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Diponegoro - Re: Imam Bonjol
Terima kasih Mas Anton untuk masukannya. Sekilas saya baca, sepertinya Mas Anton punya mesin waktu sehingga bisa ketemu duta-duta Inggris utusan Raffles yang mondar-mandir di Yogyakarta:)) Memang, buku sejarah kita terasa amat ringkas dan memberi kesimpulan yang keliru, karena tak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Sudah saatnya para sejarawan kita mengulik-ulik kembali buku yang sudah ada, khususnya yang diajarkan kepada murid-murid di sekolah. Pengaruh Ottoman di Turki dan Dinasti Saud di Tanah Arab sebenarnya amat kental dalam proses Islamisasi di Indonesia. Dari ujung Aceh, Minangkabau, Sriwijaya, Jawa, Sulawesi, Kalimantan hingga Ambon, ada jejaknya. Kehadiran pasukan Ottoman di Aceh pernah diakui oleh Dubes Turki saat berkunjung ke Aceh, dimana keturunannya juga masih hidup. Mungkin istilah "penjajahan" perlu juga dimaknai secara lebih meluas. Selain penjajahan fisik seperti Belanda dan negara Eropa lainnya, serta Jepang, ada juga penjajahan pikir. Itulah yang banyak dilakukan oleh Ottoman dan Saud melalui indoktrinasi agama.Sampai kini kita masih merasakannya. anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Diponegoro itu sebenarnya mau jadi raja Yogya tapi nggak enak sama ibu tirinya orang tua Raden Mas menol dan yang nurunkan Pangeran Jarot. Perang Diponegoro dan Perang Paderi tak lepas dari perluasan pengaruh Wahabi di Arab Saudi sana yang berhasil menaikkan Dinasti Saud, namun Dinasti Saud baru mapan setelah Inggris masuk, Perang Diponegoro secara diam-diam tak lepas dari adanya konspirasi Inggris yang mau masuk lagi ke Jawa, ini yang belum banyak dikaji para Sejarawan. Karena sebelum terjadinya perang banyak duta Inggris utusan Raffles berkeliaran di Yogyakarta. ANTON blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Trans TV telah berbohong: Jamu di Sleman
Betul Bang Sonar, saya juga pernah mendapatkan informasi serupa. Oh, namanya quasi media ya? Oke, cuma waktu itu tidak disebutkan tarifnya berapa. Kalau nggak salah bisa jutaan. Rasanya kalau cuma Rp 250 ribu terlalu murah. Soalnya kan melibatkan talent juga. Sekalian tanya, maaf, ini Bang Sonar yang mantan wartawan Warta Ekonomi kah? Salam, Radityo sonar sihombing <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya pernah dapat email yang isinya menceritakan profesi baru di dunia quasi media. Profesi itu adalah mereka yang menjual modus-modus operandi yang cocok untuk cerita investigasi. Katanya mereka cukup dibayar Rp250.000 per topik dan mereka sudah siap untuk merekayasa ceritanya lengkap dengan pelakunya. Jadi kasus seperti ayam mati yang pernah ditayangkan, atau bakso tikus. Itu semua katanya hasil rekayasa. Tapi saya ngak tahu kepastiannya. Salam, Sonar S
[Forum Pembaca KOMPAS] Pengarang dan keberbahagiaan
Oleh Gus Tf Sakai Dalam sebuah puisi panjang berisi kekaguman akan Alexander Agung, penyair Horace (65 SM) menulis satu bagian khusus berisi kekaguman Alexander Agung akan Diogenes, seorang filsuf sezaman yang hidup sangat sederhana. Begitu sederhananya, sang filsuf tinggal dalam sebuah tong dan tak punya apa pun selain sepotong mantel, tongkat, dan kantong roti. Melalui Alexander sebagai aku-lirik, bait terakhir bagian itu menggambarkan kematian Diogenes yang indah (sejenak kita ragu: Alexander mati muda, tidakkah Diogenes meninggal lebih kemudian dari Alexander?) sekaligus menyingkap sebuah rahasia: selain mantel, tongkat, dan kantong roti, di dalam saku di balik mantel itu ada sebuah kitab/larik-larik puisi. Puisi kekaguman (Alexander) di atas kekaguman (Horace) itu tak menginformasikan banyak fakta (dan memang, puisi tak perlu berurusan dengan informasi dan fakta). Akan tetapi, dari banyak literatur kita tahu, Diogenes adalah filsuf paling terkenal di kalangan Kaum Sinis. Ia adalah murid Antisthenes (400 SM) yang pernah menjadi murid Socrates karena sangat tertarik pada kesederhanaan filsuf besar itu. Diceritakan, suatu hari Socrates berdiri termangu di depan sebuah toko yang menjual bermacam barang. Saat seseorang bertanya kenapa ia termangu, filsuf yang tak pernah menulis satu kalimat pun itu berkata, "Betapa banyak benda yang tak kuperlukan." Konon, peristiwa inilah yang kemudian mendasari pemikiran aliran filsafat Kaum Sinis. Apa yang menarik di sini, bukanlah pentingnya puisi, melainkan kenyataan bahwa puisibagi Diogeneskiranya mampu menampung "hal-hal di luar" mantel, tongkat, dan kantong roti. Dan apa sesungguhnya "hal-hal di luar" itu tentu saja adalah dunia dengan keberbagaian. Pertanyaan melenceng yang tiba-tiba nongol: mampukah puisi menampung keberbagaian jika ia ditulis dalam ketentuan, pola baku, yang seragam? Pertanyaan tolol Pertanyaan melenceng di atas, boleh dikatakan, adalah pertanyaan tolol. Bukan hanya karena puisi (apa pun karya seni) merupakan dunia kreasi yang meniscayakan kebedaan, tetapi terutama karena pertanyaan itu sebenarnya adalah wacana teks lain yang berkenaan dengan etnis, kultur, agama, ideologi, dan lain-lain teks yang berkecenderungan untuk mengeras pada dirinya. Atau, apakah kita memang ingin mereduksi teks puisi (karya seni) sedemikian rupa, lalu menggunakan atau mengalihkannya pada teks yang di masa Orde Baru kita kenal sebagai SARA? Tentu ini dugaan buruk dan mudah-mudahan keliru. Semoga asumsi ini timbul hanya karena keberbagaian itu hari-hari ini menunjukkan wajah yang hegemonik, sarat kecurigaan, prasangka, bahkan kebencian, sehingga tak hanya jadi urusan (perhatian dan keprihatinan) kaum pluralis. Begitu pula segala hujatan, pernyataan (deklarasi, memo, atau apa pun namanya), tentulah tak berkaitan dengan keyakinan akan adanya semacam kebenaran; karena urusan puisi (karya seni) memang bukan merumuskan kebenaran. Kembali, saya ingin mengatakan apa yang dalam ruangan ini ("Humaniora-Teroka" Kompas, 9 Desember 2006) pernah saya utarakan: teks sastra sangat berbeda dari teks lain. Bila segenap perangkat pada teks lain bekerja dalam kerangka acuan menjadi ada, segenap perangkat pada teks sastra justru bekerja dalam kerangka acuan "menjadi tak ada". Bila teks lain ujung- ujungnya selalu merumuskan kebenaran, sebaliknya teks sastra ujung-ujungnya selalu menghancurkan kebenaran. Sungguh, bagi seorang pengarang, tak ada pertanyaan paling relevan kecuali: masih perlukah dirinya mencipta bila semua telah ada dan kebenaran sudah dirumuskan? Kelenyapanlah yang membuat puisi bisa bertahan karena hanya dengan lenyap ia jadi tak temporal; lahir dan lahir terus dalam diri pembaca. Satu-satunya keunikan teks sastra memang adalah makna yang bukan ditentukan oleh dirinya, melainkan oleh pembaca, yang pada ruang-waktu tertentu berhadapan dengannya. Dengan cara inilah teks sastra menemukan kesejatian; untuk tak menyebut keabadian. Dalam teks sastra, jika sesuatu menjadi ada, jika semacam kebenaran mulai menjelma, maka saat itu pula ia harus hancur-hilang bila tak ingin "membunuh" pembacanya. Pembaca yang terbunuh tentu saja adalah kesia-siaan bagi sastra. Karena kematian pembaca pada gilirannya tentu pula adalah kematian bagi teks sastra. Segera tampak betapa pentingnya pembaca; dan sebab itu berposisi sebagai subyek. Dan nyata pula, pendapat Agus S Malma ("Bukan Pembaca, Tekslah yang Penting", Kompas, 6 Januari 2007) yang menanggapi tulisan saya. Dan si subyek, sang pembaca ini, adalah manusia dengan keberlainan. Sifat personal yang selama ini kita kenakan pada karya seni, kiranya, tak terutama berkaitan dengan teks seni ataupun sang pencipta karya seni, melainkan pada kenyataan si pembaca atau si penikmat yang tak hanya berlainan dan beragam, tetapi juga hidup pada ruang (tempat, kultur) dan waktu (masa, zaman) berbeda. Kembali ke "hal-hal di luar" mantel, tongkat, dan kantong rotinya Diogenes, menjadi tampak pula "kesederhanaan" hidup filsuf Kaum Sinis tak tep
[Forum Pembaca KOMPAS] Yahoo Answer kini tampil dalam Bahasa Indonesia
Yahoo kian mempermudah masyarakat Indonesia untuk bersosialisasi di internet dengan menampilkan Yahoo Answer dalam Bahasa Indonesia. Sebelumnya Yahoo Answer hanya tampil dalam Bahasa Inggris dan beberapa bahasa asing lainnya. Kini Anda mau bertanya apa saja, bisa. Ada beberapa kategori yang dapat Anda pilih untuk kemudahan tampilan dan pencarian. Apabila Anda menuliskan suatu pertanyaan yang menarik, dalam waktu singkat akan muncul beragam jawaban dari orang-orang yang sebelumnya tidak Anda kenal. Tentu saja jawaban dari mereka ada yang sekadar iseng-iseng belaka, namun banyak juga yang serius. Ingin menelusuri Yahoo Answer? Silakan klik: http://id.answers.yahoo.com Bukankah ini salah satu pertanda bahwa aktivitas berinternet ria kian menyenangkan?
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Menkominfo: Jadikan Blog Sarana Edukasi dan Pemberdayaan
Waduh Lae Agus. Inisial aegi nulisnya kok banyak yang salah tho... Berikut contohnya: 1. Unsur inovasi yang menarik yaitu uniqueness dan uniqueness tidak akan muncul tanpa ada pluralitas," katanya. 2. Para blogger datang dari berbagai daerah dan latar belakang, ada yang datang dari Palu (Sulawesi Tengah), Makassar (Sulawesi Selatan), Padang (Sumatera Utara), .. 3, Meski umunya anak muda, Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: http://www.kompas.co.id/ver1/Iptek/0710/27/224301.htm Blog telah menjadi salah satu media untuk berekspresi yang diminati orang. Saat ini di Indonesia ada 130.000 pengguna blog. Sadar akan kekuatan pengaruh blog, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Muhammad Nuh, mengimbau para blogger untuk menjadikan blog sebagai sarana edukasi, pemberdayaan dan pencerahan bagi masyarakat. Mohammad Nuh mengemukan hal itu di hadapan 500 peserta Pesta Blogger 2007 yang diselenggarakan di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Jakarta, Sabtu (27/10). Ia menyatakan, pihaknya memberikan apresiasi yang sangat positif kepada komunitas blogger dan menjamin tidak akan ada pembreidelan terdahap blog. "Sudah tidak zaman lagi untuk membatasi ekspresi. Yang ada sekarang adalah semangat untuk memberikan kontribusi yang terbaik," katanya. Ia melanjutkan, kontribusi mengandaikan kebebasan. "Kekebebasan memungkin munculnya inovasi dan kreasi. Unsur inovasi yang menarik yaitu uniqueness dan uniqueness tidak akan muncul tanpa ada pluralitas," katanya. Dalam ruang kebebasan untuk berekspresi itu, ia mengimbau para blogger untuk mengedepankan semangat edukasi, pencerahan dan pemberdayaan. Pada kesempatan itu, ia juga menyatakan tanggal 27 Oktober sebagai hari blogger nasional. "Hari ini saya nyatakan secara resmi sebagai hari blogger nasional," kata Muhammad Nuh. Pesta Blogger 2007 merupakan ajang pertemuan para blogger berskala nasional. Acara yang diprakarsai Maverick, perusahaan kehumasan, bersama sejumlah blogger ini baru pertama kali diadakan dan langsung mendapat sambutan antusias dari para blogger. Peserta yang hadir kali ini tercatat 500 orang padahal semula panitia hanya bermaksud menyelenggarakan acara untuk 200 orang. Para blogger datang dari berbagai daerah dan latar belakang, ada yang datang dari Palu (Sulawesi Tengah), Makassar (Sulawesi Selatan), Padang (Sumatera Utara), Yogyakarta, bahkan dari Kuala Lumpur (Malaysia). Meski umunya anak muda, ada juga peserta yang sudah uzur. Iwan Darmansjah seorang professor farmakologi misalnya, sudah berusia 76 tahun. Koordinator Panitia, Enda Nasution, mengatakan, tanggapan yang luar biasa dari para blogger itu sangat menggembirakan dan hal itu menunjukkan betapa aktif dan solidnya komunitas blogger di Indonesia. Penulis: aegi Copyright 2006 Kompas Group
[Forum Pembaca KOMPAS] Ayu Utami: Kanon Sastra, siapa takut?
Kanon Sastra: Siapa Takut? Oleh Ayu Utami Mengapa takut, wahai, pada kanon sastra? Toh kita belum pernah punya. Dan sesungguhnya kita perlu punya, ya, sebuah kanon yang cocok untuk kepentingan kita. Dan kepentingan itu adalah proyek kebangsaan Indonesia, yang belakangan ini terbengkalai. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah tonggak awal kebangsaan kita. Sayangnya, pemerintahan Soeharto menjalankan proyek ini dengan cara yang menghilangkan keharuannya. Reformasi 1998, yang mewarisi kegusaran pada slogan Orde Baru, menyingkirkan butir-butir sumpah itu bersama sampah lain ke sudut berdebu. Pelbagai riset menunjukkan, sepuluh tahun ini orang memilih ikatan-ikatan lain, semisal kesukuan, kedaerahan, dan agama, di atas satu bangsa satu tanah air. Dari tiga untai Sumpah Pemuda, hanya yang terakhir yang masih lumayan mengilap, berkat para peminat bahasa Indonesia yang masih setia mengelap-ngelap butir ketiga itu tiap tahun. Sebagian di antaranya sastrawanmereka suka menyelenggarakan seminar di sekitar tanggal ini; misalnya Kongres Cerpen, yang 25 sampai dengan 28 Oktober ini diadakan di Banjarmasin. Sebagian lebih besar adalah para linguis dan birokrat bahasa. Mereka bekerja di Pusat Bahasa, balai bahasa tingkat daerah, yang tanpa bosan mengadakan hajatan di bulan bahasa saban tahun. Tema yang diangkat kerap sloganistis"dengan sastra kita tingkatkan minat baca insan Indonesia". Apa pun, gosokan merekalah yang membuat sumpah nomor tiga masih tersemir. Sumpah ketiga itu istimewa adanya. Sumpah yang pertama dan kedua lebih mengenai ikatan darah dan tanah. Sumpah nomor tiga perihal ikatan bahasa, unsur yang lekat pada makhluk berbudaya. Rumusannya pun tersendiri. Para pemuda bukan mengaku berbahasa satu, melainkan menjunjung bahasa persatuan. Kata itu "menjunjung" , bukan "mengaku". Lagi pula "bahasa persatuan", bukan "bahasa yang satu". Ini adalah pengakuan matang atas persatuan dalam perbedaan. Bahasa Indonesia dijunjung, sementara bahasa-bahasa nusantara didukung. Tentu saja dalam praktik ada persoalan kesetaraan pengembangan bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa-bahasa daerah. Akan tetapi, rumusan ideal ini tetaplah bentuk lain pernyataan Bhineka Tunggal Ika, yakni falsafah kebangsaan kita. Tidakkah menakjubkan, kita bisa bersandar kepada kebahasaan kita untuk merumuskan kembali kebangsaan Indonesia yang kini agak terlupakan. Bahasa merupakan epitom kebangsaan kita. Dengan caranya, para birokrat bahasa, linguis, maupun sastrawan telah berjasa memelihara ide kebangsaan ketika orang banyak alpa. "Kanon sastra" Apa hubungannya dengan "kanon sastra"? Kanon bisa bermakna kitab hukum. Kanon sastra kerap berarti kitab hukum sastra, yaitu daftar kitab-kitab sastra yang wajib hukumnya dibaca. Wajib, karena kesahihannya telah diukur. Kanon sastra ini tentu bukan kitab hukum positif seperti KUHP, melainkan lebih berdasarkan kesepakatan. Marilah di sini kita sepakati arti kanon sastra sebagai daftar bacaan standar wajib bagi orang terpelajar. Pegangan demikian diperlukan dalam proses belajar-mengajar sastra. Namun, berkat kritik postmodernisme, para peminat sastra kerap memandang sinis pada daftar bacaan wajib ini karena penyusunannya tidak bebas politik kepentingan. Contoh paling kasar, di masa Orba karya-karya Pramoedya Ananta Toer tak boleh masuk dalam daftar bacaan. Sejalan dengan reformasi, belakangan ini ada kecenderungan untuk anti pada segala usaha membangun patokan sastra. Usaha untuk menemukan standar sastra dicurigai motif dan kepentingannya. Kanonisasi sastra, jika pun ada, dianggap sebuah proyek yang semata-mata bernafsu kekuasaan. Contoh prasangka buruk ini adalah ajuan di dalam Kongres Cerpen lalu. Penyusunan sejenis kanon sastra Indonesia di masa lalu memang sangat ditentukan oleh, bukan cuma politik kepentingan, tetapi kepentingan politik yang kasatmata. Akibatnya, bacaan wajib di sekolah yang bisa disepakati hanya berkisar di antara Pujangga Baru, Balai Pustaka, dan Angkatan 45. Setelah itu, perkembangan kesusastraan kerap berbenturan dengan kepentingan politik Orba sehingga tubuh utamanya tak bisa diajarkan di sekolah. Setelah angkatan 45, sastra Indonesia dihadirkan tak berpeta. Para guru mencomot beberapa judul untuk diperkenalkan kepada murid tanpa kerangka acuan. Sebagian guru mengaku bahwa keputusan mereka telah mengambil media massa sebagai bahan pertimbangan. Ketika kritik postmodernis menghancurkan batas antara sastra tinggi dan sastra ngepop, media massa membangun tolok ukur baru yang lebih encerberdasarkan segala kriteria, termasuk sensasionalitas. Inilah keadaan tak berpeta itu. Harap dicatat. Kenyataan sastra memang tak membutuhkan peta, seperti segala kenyataan yang lain. Namun, pedagogi membutuhkan peta untuk kerangka acuan melihat kenyataan yang niscaya sengkarut. Semata demi membuat mata pelajaran sastra masuk akal bagi murid atau siapa pun yang hendak belajar. Kanon sastra ada dalam keb
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Moderator - HOAX - Re: EMERGE NCY!!! (I NEED YOUR URGENT HELP) �
Kalau begitu aku juga bodoh Mas Agus, karena dulu meloloskan postingan Papuan Diary ke beberapa milis. Tadinya memang ragu, tapi setelah saya timbang-timbang kok seperti beneran. Yah, nasi sudah menjadi bubur. :(( Tentang Paypal, setahun lalu aku juga pernah ngisi form-nya. Tapi begitu diklik, selalu error. Tak lama kemudian, emailku di yahoo sempat ngadat, dan "dipelihara" sama admin selama dua bulan lamanya. Ngomong-ngomong, apakah ada di milis ini yang pernah terima email dariku untuk minta transfer uang karena aku terdampar di Afrika? [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Agus kamu tidak bodoh cuma lagi ga konsen aja . ajpw "Agus Hamonangan" <[EMAIL PROTECTED]> Sent by: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 10/26/2007 01:48 PM Please respond to Forum-Pembaca-Kompas To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com cc: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Moderator - HOAX - Re: EMERGE NCY!!! (I NEED YOUR URGENT HELP)þ Saya jadi nostalgia, kejadian sekitar 2 Tahun lalu. Saya menerima email dari saya sendiri (account dan domainnya sama persis), isinya :-) lalu saya lihat asalnya, ternyata nomor IP kantor teman, yg mengerjai saya. Papuan Dairy juga terposting ke FPK, hanya saja saya reject, namun posting pak KM saya loloskan. Terbukti betapa BODOHNYA saya sebagai moderator, kedepan saya akan lebih waspada. Salam, AH -- Salam, Agus Hamonangan http://www.agushamonangan.blogspot.com http://groups.google.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Dari Goenawan Mohamad (tanggapan Budiman Sudjatmiko)
Mas Iwan, Mungkin bukan karena banyak member FPK yang tidak belajar filsafat. Tapi kalau disampaikan dengan lebih "membumi" dan tidak terlalu teoritis, saya rasa akan nyaman dan nikmat juga diskusi dengan topik ini diikuti oleh kita. salam, rd Iwan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Barbanas, Terima kasih mengirimkan pendapat Pak Yong. Pak Yong tidak mengikuti diskusi sebelumnya, sehingga salah kutip mana yang sebenarnya disampaikan oleh GM, Saya, dan BS. Tanggapan saya ada di bawah. Saya akan senang kalau Pak Yong bersedia membahas secara langsung, namun pembahasan lebih jauh mengenai hal ini mungkin tidak tepat dilakukan di FPK (sudah lepas dari konteks tulisan GM, serta akan membosankan banyak member yang tidak belajar filsafat).
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kenapa mesti kaligrafi Arab?
Memang di Indonesia istilah kaligrafi selalu berkonotasi dengan Arab atau lebih sempit lagi Islam. Sebaiknya, kalau media mau menuliskan kaligrafi yang ada tulisan Arab, sebutlah itu sebagai kaligrafi Islam, bukan kaligrafi saja. Karena seni kaligrafi sudah tua usianya, yang mana dalam Bahasa Gerika bemakna "keindahan menulis" sebagai hiasan. Jadi tak ada salah salahnya tiap daerah di Indonesia mengembangkan seni kaligrafi khas daerahnya masing-masing, dengan media yang beragam. Selain sebagai pengembangan SDM di bidang seni budaya, apabila bisa menorehkan karya-karya yang bagus dan bermutu, dapat menjadi sumber devisa. Alangkah bangganya kita semua bila suatu saat nanti muncul seni kaligrafi Batak, kaligrafi Jawa, Papua, Dayak, Bali dan lain sebagainya. Bukankah keragaman itu indah? Saya coba googling, pendiri Apple Steve Jobs pernah kursus kaligrafi, tapi bukan ala Arab. Dengan belajar kaligrafi, ia lalu dapat mengembangkan bisnisnya berlandaskan pada seni. Ditulis oleh Budi Raharjo: Sejak kecil Steve Jobs menyukai dunia seni, tapi jalur kehidupannya yang membuat dia menjadi demikian. Dalam "commencement speech" di Stanford University tahun 2005 ( transkripada di sini, audio file ada di sini ), Steve Jobs menceritakan pengalaman hidupnya. Salah satunya adalah pengalaman dia drop out dari sekolah. Reed College, tempat dia sekolah dulu, merupakan salah satu sekolah yang terbaik dalam bidang kaligrafi di Amerika. Karena tidak ada kerjaan, maka Steve Jobs mengikuti kuliah kaligrafi ini. (Tidak tahu apakah dia mendaftarkan atau hanya sekedar ikutan saja). Dia belajar mengenai serif dan sans-serif typeface, jarak antara karakter, dan hal-hal yang membuat tipografi indah. Hal ini yang mempengaruhi dia ketika dia membuat komputer Macintosh, komputer pertama yang memiliki tipografi yang indah. Kalau saja dia tidak mengikuti kelas kaligrafi tersebut (dan mungkin kalau saja dia tidak drop out) maka mungkin kita tidak akan punya komputer yang memiliki tampilan yang indah. Poin saya, Steve Jobs memang menyukai keindahan. Menurut Wikipedia: Kaligrafi, dari bahasa Yunani; êáëëé "keindahan" + ãñáöïò "menulis" adalah seni menulis dengan indah dengan penasebagai hiasan. Tulisan kaligrafi adalah seni belaka dan biasanya tidak dimaksudkan untuk hiasan. Di Indonesia, seringkali dibuat seni kaligrafi yang bernafaskan Islam. Biasanya diambil ayat-ayat suci dari Al-Qur'an. Bentuknya bermacam-macam, tidak selalu pena diatas kertas, tetapi seringkali juga ditatahkan di atas logam atau kulit. kartika pemilia <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Salam, Ini bukan masalah Arab atau bukan Arab. Kalau memang ingin menggali khazanah kaligrafi non Arab ya silakan saja. Tidak ada salahnya. Tapi mohon jangan mendiskreditkan kaligrafi Arab dong sebab kaligrafi ARab kan hanya sebentuk apresiasi seni dan budaya (terlepas dari substansi nilai serta visi misi sang pembuat kaligrafi).
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Fenomena Internet
Lae AH, Tumben nih Kompas tidak mencantumkan nama dan inisial penulis artikelnya. Atau terlewat? Kemudian pada artikel bertajuk "Jangan abaikan blogger" ada sedikit kekeliruan. Tanggal pelaksanaan Pesta Blog 2007 ditulis 27 September, padahal harusnya 27 Oktober kan? Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0710/22/tekno/3934910.htm == Selama beberapa tahun terakhir sejak reformasi berlaku di Indonesia dan menghadirkan sistem demokrasi yang berbeda dibandingkan dengan Orde Baru, muncul pertanyaan apakah percepatan kemajuan teknologi komunikasi informasi menghadirkan beragam bisnis dotcom dan blog akan menekan daya tahan media massa dalam berbisnis dan sebagai sumber informasi? Kenyataannya, diseminasi informasi sekarang tidak lagi didominasi media massa tradisional yang memiliki kredibilitas dibangun selama beberapa dekade. Gelombang kemajuan teknologi komunikasi informasi telah menggeser kredibilitas yang dianggap sebagai sisa kejayaan sejarah penerbitan media massa. Untuk Indonesia, kenyataan ini ditambah dengan tidak adanya kebiasaan membaca sehingga kemampuan untuk meningkatkan tiras pun menjadi lebih terhambat dan menjadi beban biaya yang besar ketika harus berhadapan dengan media modern, seperti dotcom dan blog. Fenomena blog menjadi luar biasa dan menjadi alternatif menarik sumber informasi bagi mereka yang tidak lagi mengandalkan surat kabar atau majalah sebagai sumber primer kebutuhan masyarakat, terutama generasi muda belia dari remaja sampai usia 30 tahunan. Bahkan, majalah BusinessWeek memasukkan Jakarta, Beijing, Singapura, dan Mumbai sebagai empat kota Asia dalam "Blog Belt", dengan lalu lintas posting dan komentar terbesar di antara 30 kota dunia. Celakanya, pengusaha media massa hanya melihat kemajuan teknologi komunikasi informasi dengan sistem jaringan yang semakin canggih, sekadar perpanjangan usaha informasi, bukan berupaya untuk mentransformasikan kemampuannya dalam berbisnis informasi menjadi peluang baru menyongsong kehadiran Web 2.0. Sebagian melihat jaringan internet adalah tempat mendigitalkan keseluruhan isi media massa dalam bentuk konvensionalnya, tanpa mampu mengembangkannya sebagai unit usaha baru dengan cara baru, semangat baru, visi baru, serta manajemen baru. Ini antara lain yang menjelaskan kenapa bisnis dotcom di Indonesia berkembang pesat menyamai kekuatan bisnis media massa tradisional. Di Norwegia, sebuah surat kabar memanfaatkan jaringan internet mengembangkan bisnis baru sebagai penjual keanggotaan spa di samping menyajikan isi korannya. Di Amerika Serikat, pembaca sebuah situs blog mengumpulkan uang agar penulis blog berangkat ke Irak untuk melaporkan situasinya secara langsung ketika Saddam Hussein "dikudeta" tentara AS. Di Indonesia, dikabarkan ada dana segar mencapai sekitar 400 juta dollar AS dari berbagai penjuru dunia yang siap untuk ditanamkan pada perusahaan-perusahaan dotcom lokal. Media tradisional memang tidak akan mati seperti banyak diperkirakan orang melihat mengguritanya jaringan internet. Persoalannya, sebagai bisnis, sumber pemasukkannya akan digerogoti oleh kehadiran portal, blog, dan lain sebagainya. Pilihannya, mentransformasikan keseluruhan visi dan bisnis media tradisional atau ditinggalkan pembaca yang memiliki alternatif pemberitaan di jaringan internet dan media gratisan yang tersebar di mana-mana. Waktu melakukannya pun sangat singkat. e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Koreksi untuk Saut Situmorang
Interupsi dari Pak Sulaeman benar. Polemik yang dicuatkan Saut Situmorang untuk menyerang Komunitas Utan Kayu memang sudah tidak sehat. Caranya tidak elegan, karena berbaur fitnah dan penuh tebaran gosip. Itu yang amat saya sayangkan. Mengaku sastrawan, kok begitu? Kapan polemik akan berakhir? Tentu saja itu tergantung Saut. Kalau yang tertayang di milis FPK masih mendingan. Tapi di milis-milis lain, waduh mana tahan. Penuh makian dan kata-kata kasar. Sungguh susah untuk memilah yang mana sastrawan yang benar-benar sastrawan dan yang mana sastrawan jadi-jadian. Tapi saya yakin, cepat atau lambat, masyarakat pecinta karya sastra akan bisa menilai mana emas mana loyang. Boleh-boleh saja mengkritisi, namun ada caranya, tidak dengan menghujat, menyerang ke pribadi-pribadi tertentu dengan maki-makian. Entah ada agenda terselubung apa di balik itu semua. Tidak dilayani salah, dilayani malah makin menjadi-jadi. Jadi serba salah. Kalau menyimak postingan Bung Guntur dari KUK, sebenarnya mereka sudah berbaik hati untuk mengundang Saut Situmorang dan lainnya untuk berkunjung ke Utan Kayu, agar bisa lebih memahami apa itu KUK. Toh, sebenarnya tanpa adanya undangan tersebut juga saya kira KUK itu terbuka untuk umum. Apalagi mereka rutin menggelar acara gratisan, yang bisa dihadiri oleh siapa saja. Saya yang belum pernah sekalipun menginjakkan kaki ke Utan Kayu saja bisa "menikmati" kiprah mereka dari jauh, apalagi buat mereka yang kerap bertandang ke sana. "Sulaeman_H." <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Interupsi. Saya heran apa tidak sebaiknya SS dan TUK bertemu dan menyelesaikan perbedaan pandangan antara keduanya baik melalui mediator ataupun ketemu langsung. Saling serang kepribadian antar sesama aktifis sasra di depan publik dengan aneka ragam kata yang sudah tak terkontrol bak semburan lumpur Lapindo hanya akan menunjukkan belang kepribadia diri anda sendiri dan semakin mengurangi respek khalayak terhadap anda Apa selama ini anda semua sudah menganggap diri bak sosok selebriti sastra Indonesia masa kini yang oleh sebab itu perlu terus digosipkan dan dilanda gosip supaya makin dikenal namanya? Saya kok tidak yakin anda se-arogan itu. Saya membayangkan para saterawan itu kalau marahpun bisa menggunakan bahasa marah yang kena tapi tetap bermutu sastra. Suguhi kami dengan masakan dapur sastra anda dan jangan suguhi kami dengan limbah sastra dari toilet anda. Salam damai SH
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: dukacita: lazuardi adi sage
Mas Veven, Aku cuplikkan dari blog ACI: http://artculture-indonesia.blogspot.com/2007/10/ac-i-berita-duka-cita-laz-meninggal.html 19 Oktober 2007Berita Duka Cita: Laz meninggal Innalillahi wa Innalillahi Rojiun. Telah meninggal dunia, wartawan senior, dan penulis kawakan, LAZUARDI ADI SAGE, akibat sakit jantung, Jumat petang (19/10). Jenazah penulis buku "Beribu Alasan Rakyat Mencintai Pak Harto" ini disemayamkan di rumah duka, di Jl. Cendrawasih Raya Blok A, No. 36, Komplek Perumahan Pondok Safari Jaya, Jurangmangu Timur, dekat STAN, Telp. 7330729 - telp. 0811875334 Laz - panggilan almarhum, lulusan Sekolah Tinggi Publistik (STP) angkatan 1977-78 (kemudian dikenal sebagai IISIP Jakarta). Pernah bekerja di majalah ANDA, POPULAR, ANITA CEMERLANG, POP, dll. Terakhir banyak menulis masalah-masalah kepolisian selain menulis keluarga Pak Harto. Menurut rencana, jenazah akan dimakamkan Sabtu siang (20/10) di TPU Tanah Kusir. Pengirim berita, Dimas Supriyanto E-mail: [EMAIL PROTECTED]
[Forum Pembaca KOMPAS] Untuk SS: Tentang "Paus Sastra"
From: Farida Wardhani E-mail: [EMAIL PROTECTED] Menjelang Kongres Cerpen ke-5 di Banjarmasin nanti, Saut Situmorang (SS) mengedarkan paparannya tentang politik kanonisasi sastra. Saya hargai paparan itu, sebab tidak maki-maki melulu seperti biasanya. Dasar pandangannya bagus, meskipun masih banyak fakta yang dia sebut harus diklarifikasi. Akan tetapi lumayanlah untuk bahan diskusi, dan semoga tidak dengan gaya panas-panasan lagi. Saya hanya mau menyinggung soal penamaan "Paus Sastra" terhadap almarhum H.B. Jassin. Ini mungkin dapat membantu kita semua mempelajari sejarah sastra sendiri. Seorang rekan pernah mengatakan kepada saya bahwa sebutan itu dimulai oleh sastrawan Gayus Siagian, mungkin di tahun 1956. Akan tetapi nadanya untuk mengejek, bukan untuk memuja-muja. Saya berharap ada teman yang punya bahan untuk membantah atau membenarkan fakta sejarah itu. Saya teringat akan satu bagian dari surat Goenawan Mohamad (GM) kepada perupa Tita Rubi yang dipostingkan dalam milis ACI belum lama berselang. Mengenai kedudukan Jassin dan Teeuw sebagai kritikus. Di sini saya tampilkan kembali, kata GM: "Di awal 1970 saya pernah berpolemik sebentar dengan Wiratmo Sukito, yang mengeluhkan tidak adanya "kewibawaan kritik". Menurut saya, justru itu yang tidak kita perlukan Sayangnya, dalam sastra kita sudah terbiasa dengan memusatkan perhatian kepada H.B. Jassin dan A. Teeuw. Mereka berdua tampak seperti guru sekolah tempat kita mengirimkan karangan untuk dinilai atau bahkan seperti jawatan tera. Dengan anggapan begitu, bila Jassin atau Teeuw tidak membahas tentang si A atau si B, kita pun protes, seakan-akan ketidak-adilan sedang terjadi: "Wahai, kenapa saya tidak dapat cap sebagai 'sastrawan'"? Sungguh "pathetic". Padahal jika kita memandang Jassin dan Teeuw hanya sebagai peserta (atau elemen) dalam percakapan sastra, kita bisa lebih enteng melihat mereka: jangan-jangan Teeuw hanya membicarakan Pramoedya dan tidak membicarakan Agam Wispi, misalnya, karena ia merasa lebih cocok atau lebih paham tentang Pram. Itu saja. Teeuw toh tak pernah mengklaim piluhannya "obyektif" atau "paling sah". Maka kita salah bila kita menganggap Jassin atau Teuw sebagai "biang" ketidak-adilan, ketimpangan, atau distorsi dalam sastra. Itu sama halnya dengan meletakkan mereka sebagai Paus yang dulu mentahbiskan raja-raja, atau Raja yang dulu mengangkat seseorang jadi ksatria. Pada akhirnya, kita akan tahu, "dominasi" mereka itu cuma takhayul kita. Bagaimanapun, dalam kehidupan seni, selalu ada gerak ke arah apa yang pernah disebut di tahun 1960-an sebagai "demokratisasi jenius" -- pemakzulan kanon dan pusat penilaian, seperti yang sebelumnya dilakukan Duchamp -- juga berjangkitnya pluralitas "titik" penilaian ke pelbagai penjuru. Tapi dalam pada itu juga tak tercegah terjadinya gerak "seleksi ke atas", yang akhirnya membuat karya Duchamp (dan bukan sembarang tempat pipis) jadi kanon dan masuk Tate Modern di London. Itu semua menunjukkan percakapan tak kunjung berhenti dan represi, dominasi atau arogansi apapun tak akan menghentikannya.." Mudah-mudahan posting saya ini menambah cerahnya tukar menukar pendapat. Farida Wardhani. e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Urgen
Oleh Alfons Taryadi Dari tumpukan surat di meja saya, biasanya surat yang bagian depan sampulnya bertanda kata urgen saya buka paling dahulu. Sebab, bukankah urgen berarti mendesak dan penting? Dalam Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, Jus Badudu (2003) mengartikan urgen - "sangat penting dan sangat mendesak sehingga diperlukan tindakan segera atau pelaksanaannya". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III urgen - "mendesak sekali pelaksanaannya, sangat penting". Dalam Tesaurus Bahasa Indonesia, Eko Endarmoko (2007) menyinonimkan urgen dengan genting, kritis, krusial, penting. Farida Soemargono dan Winarsih Arifin (1991) pada Dictionnaire Francais Indonesien, Kamus Perancis Indonesia juga menyebut urgent berarti "penting (harus lekas dikerjakan)". Dalam Kamus Inggris Indonesia (1995), John M Echols dan Hassan Shadily pun menerjemahkan urgent need menjadi "kebutuhan penting". Namun, Wayne B Kraus bersama Johanes Manhitu dan Isanuddin Siregar (2005), dalam Kamus Ringkas Inggris-Indonesia TruAlfa, mengartikan urgent - "hangat, urgen, darurat, sangat mendesak, memerlukan tindakan segera". Dalam Kamus Belanda-Indonesia susunan Susi Moeimam dan Hein Steinhauer (2005), arti urgent adalah yang mendesak. Menurut The New Oxford Dictionary of English (1998), urgent berarti "menuntut tindakan atau perhatian segera", atau "dilakukan sebagai tanggapan terhadap situasi yang menuntut tindakan segera". Dalam The New International Webster's Comprehensive Dictionary of the English Language (2003), urgent berarti "memerlukan perhatian tepat waktu". Sementara itu, Ram Charan bersama Geri Willigan dalam buku Know How yang terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (2007) antara lain menulis: "Bila memilih prioritas, Anda harus memilih di antara empat prioritas: apa yang penting, apa yang mendesak (urgent), apa yang jangka panjang versus jangka pendek, dan apa yang realistis dan versus visioner". Di sini jelas pengertian penting dan urgen tidak sama. Menurut Stephen R Covey (1990) dalam The 7 Habits of Highly Effective People, dua faktor yang mendefinisikan suatu aktivitas ialah urgen dan penting. Urgen berarti berada dalam situasi yang menuntut perhatian segera, misalnya telepon kita berdering. Biasanya hal-hal urgen mendesak kita berbuat, sering menyenangkan, tetapi kerap tidak penting. Di sisi lain, hal penting terkait dengan hasil-hasil. Sesuatu yang penting menyumbang ke arah misi kita, nilai-nilai kita, tujuan-tujuan yang kita prioritaskan. Kita bereaksi terhadap hal-hal urgen. Namun, hal-hal penting yang tak urgen lebih menuntut proaktivitas. Di sini Covey menyodorkan matriks manajemen waktu dengan empat kuadrannya. Isi kuadran I adalah hal-hal urgen dan penting, kuadran II hal-hal tidak urgen, tetapi penting, kuadran III hal-hal urgen dan tidak penting, dan kuadran IV hal-hal tidak urgen dan tidak penting. Dengan mengurusi hal-hal tidak urgen, tetapi penting, kuadran II adalah jantung manajemen personal yang efektif. Dalam First Things First, Covey (1995) menegaskan bahwa mengetahui dan melakukan apa yang penting, dan bukannya sekadar bereaksi atas apa yang urgen, merupakan hal mendasar untuk mendahulukan yang utama. Dengan pembedaan antara urgen dan penting, kita bisa belajar memprioritaskan hal-hal penting yang tidak urgen agar bebas dari tirani urgensi. Alfons Taryadi Pengamat Bahasa Indonesia http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0710/19/utama/3921065.htm e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: iklan Mc Donald jelek
Dear Mbak Titi, Untuk iklan, mengadunya ke PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia). Kalau tak salah. Bisa juga dilemparkan ke forum Creative Circle Indonesia, banyak pakar periklanan di sana. Salah seorang petingginya adalah Pak Daniel Rembeth dari The Jakarta Post. salam, radityo Titiana Adinda <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Jadi tergelitik untuk bertanya...Kalo konsumen keberatan sama iklan suatu produk bisanya ngadu kemana ya?Apa itu wewenang Komisi Penyiaran Indonesia dan Dewan Pers? Aku kira byk sekali iklan yg melanggar norma atau etika sosial. Tolong pencerahannya ya.Mksh. Salam hangat, Dinda == Kunjungi blogku di: http://titiana-adinda.blogspot.com
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Indonesia Harus Buktikan Karya Seniman Indonesia
Kalau sudah begini, kita patut curiga pada departemen terkait. Jangan-jangan mereka terima "uang royalti" dari pemerintah Malaysia, tetapi masuk ke kantong para pejabatnya. Sehingga pernyataan mereka muter-muter tak karuan. Rekan-rekan wartawan bisa melakukan penelisikan lebih mendalam, jangan cuma pernyataan dari pejabat saja. Setahuku, istri Menteri Pariwisata Malaysia adalah mantan artis panas Indonesia...namanya lupa (Enni Beatrice?). Paling tidak, dia menyuntikkan ide-ide kepada sang suami, dan pasti dia tahu soal lagu itu. Untuk Menbudpar Jero Watjik, kenapa musti meminta para seniman Maluku untuk melacak asal-usul lagu Rasa Sayange tersebut? Semisal ada kaset rekaman atau pelat hitam yang ada lagu itu, walau mungkin pengarang lagunya anonim, rasanya itu sudah bisa dijadikan bukti valid. Paling tidak lagu tersebut sudah diputar di Indonesia sejak dulu dengan penyanyi dan iringan musisi Indonesia. Juga istilah "Sayange" adalah khas Maluku, bukan Bahasa Indonesia, apalagi Bahasa Malaysia. http://www.kompas.co.id/ver1/Nasional/0710/03/202003.htm JAKARTA, KOMPAS - Seniman dan budayawan Indonesia tidak bisa begitu saja memprotes lagu Rasa Sayange yang dijadikan jingle kampanye pariwisata Malaysia jika belum benar-benar memliki bukti yang kuat bahwa lagu tersebut benar-benar karya bangsa Indonesia. Sebab, lagu yang tidak diketahui siapa penciptanya atau no name itu, juga sudah diklaim Malaysia sebagai lagu rakyat mereka yang sudah ada sejak lama. Jika Indonesia ingin membuktikan lagu tersebut sepenuhnya karya seniman dan budayawan Indonesia, maka Indonesia harus memiliki bukti yang kuat terkait karya cipta lagu tersebut. Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Watjik saat ditanya sebelum mengikuti sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Rabu (3/10), salah satu direktorat jenderal di Departemen Kebudayaan dan Pariwisata sudah menugaskan para seniman dan budayawan Maluku untuk mencari dan mengumpulkan seluruh bukti terkait karya lagu rakyat tersebut. "Kita harus membuktikan bahwa itu karya kita. Karena lagu Rasa Sayange itu no-name. Kita harus cari bukti dulu, karena mereka juga menganggap lagu itu lagu rakyat mereka sejak lama. Jadi, protes kita tidak akan kuat. Apa alasannya jika kita belum punya data. Kalau kita sudah punya data, barulah kita protes," ujar Jero. Jero menegaskan akan memimpin paling depan untuk menggugat Malaysia jika benar-benar lagu tersebut terbukti karya seniman dan budayawan Indonesia. "Saat ini Ditjen saya masih berkomunikasi dengan seniman di Maluku untuk mengumpulkan bukti jika memang ada yang bisa membuktikan lagu itu memang ciptaan kita. Kalau ada, mari kita lakukan gugatan," tambahnya. Menurut Jero, Indonesia sebenarnya kaya dengan karya budaya. "Bukan hanya ribuan, akan tetapi ratusan ribu karya budaya kita yang hingga kini belum terdaftar dan bahkan ada yang tidak mau didaftarkan oleh pemiliknya. Nanti, jika sudah dipakai oleh orang lain atau negara lain, barulah kita ribut kita. Saya sudah berkali-kali meminta, dan, kini, sekali lagi saya minta kepada seniman untuk mendaftarkan hak cipta mereka," jelas Jero Sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Antara, Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan lagu Rasa Sayange yang dijadikan jingle kampanye pariwisata Malaysia akan terus digunakan negaranya. Adapun Menteri Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Malaysia, Rais Yatim meminta Indonesia membuktikan lagu itu sebagai miliknya. (HAR) Copyright 2006 Kompas Group
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Cuti Bersama Lebaran 12-19 Oktober 2007
Sungguh masa liburan yang amat panjang. Di tahun lalu, cuti panjang ini berdampak buruk bagi kalangan pengusaha, karena transaksi keuangan mereka mandeg. Pasalnya, Bank Indonesia ikut-ikutan tutup sepanjang liburan. Tutupnya BI diikuti dengan tutupnya semua bank-bank. Sementara mitra usaha mereka di luar negeri tak libur. Padahal mustinya BI mengatur SDM nya agar tidak tutup sepanjang liburan itu. Semoga di tahun ini BI mempertimbangkan dengan bijak soal "cuti bersama" ini. Bagaimana dengan bursa saham? Apakah akan libur panjang juga? Mohon Uda Deddy bisa memfwd ke teman-temannya di BI...siapa tahu didengar? Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0710/02/humaniora/3887445.htm == Jakarta, Kompas - Pemerintah akhirnya memperpanjang cuti bersama pada 12-19 Oktober 2007, sebelum dan sesudah hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1428 Hijriah, 13-14 Oktober 2007. "Lamanya cuti bersama hari raya Idul Fitri ini tidak mengganggu hari efektif kerja karena penambahan cuti bersama diambil dari jatah 12 hari cuti bersama," kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie di Jakarta, Senin (1/10). Perubahan Keputusan Bersama itu ditandatangani oleh Menteri Agama Maftuh Basyuni, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno, serta Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Taufiq Effendi di Jakarta, Senin kemarin. Keputusan perpanjangan cuti bersama ini merupakan revisi atau perubahan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 481 Tahun 2006 Nomor Kep. 281/Men/VII/200 dan Nomor SKB/03/M.PAN/7/2006 tentang Hari-hari Libur Nasional dan Cuti Bersama tahun 2007. Semula cuti bersama berkaitan dengan Lebaran 2007 dimulai 12 Oktober hingga 16 Oktober 2007. Lalu, cuti bersama diperpanjang menjadi 12-19 Oktober 2007. Masuk kerja kembali hari Senin, 22 Oktober 2007. Adapun cuti bersama menyambut libur hari raya Idul Adha 20 Desember 2007 dan Natal 25 Desember 2007 dimulai tanggal 21, 24, dan 26 Desember 2007. Masuk kerja kembali 27 Desember 2007. Sementara pada 31 Desember 2007 nanti akan ada cuti bersama menyambut Tahun Baru 1 Januari 2008 dan masuk kembali 2 Januari 2008. Untuk instansi pelayanan publik, seperti pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, perbankan, perusahaan air minum, telekomunikasi, keamanan, kebakaran dan unit pelayanan umum lainnya, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat meminta agar penugasan karyawannya diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Ketetapan ini juga berlaku bagi karyawan perusahaan swasta nasional lainnya. (LOK) e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Don't let your dream ride pass you by.Make it a reality with Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ditolak Ikut Tes Pegawai BI (Kemana Harus Mengadu)
hari satiman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ini ada kisah seorang teman, barangkali ada yang bisa membantu. makasih : hari = Pada minggu ketiga bulan Agustus 2007, Bank Indonesia (BI) membuka seleksi penerimaan Calon Pegawai Golongan III melalui program MLE (Doktoral dan S1/S2) dan PCPM XXVIII Tahun 2007 dengan proses e-Recruitment. Saya mengisi data-data yang diminta. Setelah itu saya mendapatkan e-mail balasan dari [EMAIL PROTECTED], bahwa data saya telah masuk dan akan diproses. Pada tanggal 5 September 2007, diumumkan hasil Seleksi Tahap I (Seleksi Administrasi) Rekrutmen Calon Pegawai Bank Indonesia (BI). Peserta yang lolos berhak mengikuti seleksi tahap II, yaitu Test GAT (General Aptitude Test), pada tanggal 8 s/d 23 September 2007. Selain itu akan ada panggilan melalui e-mail. Nama saya tercantum dalam daftar hasil Seleksi Tahap I (seleksi Administrasi), dengan nomor urut 01513. Saya juga mendapatkan e-mail yang menyatakan saya lolos Seleksi Tahap I itu (terlampir). Hari Sabtu dan Minggu (22 dan 23 September 2007), daftar nama peserta yang lolos Seleksi Tahap I masih ada, tetapi ketika Senin (24 September 2007), sudah tidak ada. Sangat mungkin dihapus oleh panitia. Untunglah saya sempat mencetaknya. (Bukti print-out, saya pegang). Dengan membawa nomor peserta dari pemberitahuan lewat e-mail, saya tentunya berhak ikut mengikuti tes Tahap II yaitu Test GAT, pada tanggal 22 September 2007, di Balai Riung Lantai Bawah Sektor B4 UI, Depok, jam 13.00 WIB. Apalagi saya juga diminta membawa dokumen-dokumen pendukung seperti fotocopy ijazah yang telah dilegalisasi, fotocopy transkrip nilai yang telah dilegalisasi, KTP (asli dan fotocopy), pas Foto berwarna ukuran 4x6 (2 lembar), biodata yang harus didownload dari website, Pensil 2B, rautan pensil, penghapus dan alas untuk menulis. Dokumen tersebut dimasukkan ke dalam map sesuai dengan posisi yang diinginkan. Pada tanggal 22 September 2007, saya datang ke lokasi untuk mengikuti tes. Saya duduk di kursi yang sudah ditentukan oleh panitia. Saya duduk di Sektor B4. Sebelum tes GAT, ternyata dilakukan verifikasi dokumen-dokumen. Satu demi satu peserta tes dipanggil oleh panitia yang bertanggungjawab di Sektor B4. Giliran peserta yang duduk persis di depan saya, sepertinya dia ada masalah dengan dokumen-dokumennya. Setelah verifikasi selesai, dia malah keluar ruangan. Giliran saya dipanggil. Saya kemudian menyerahkan dokumen-dokumen saya. Panitia mulai memeriksa kecocokan dari KTP. Kemudian berlanjut ke ijazah. Di ijazah saya tercantum bahwa saya adalah jurusan Sosial Ekonomi Peternakan. Panitia bertanya, Peternakan dengan Pertanian sama tidak?. Saya mencoba untuk berargumentasi, bahwa Sosial Ekonomi Peternakan masuk ke dalam Sosial Ekonomi, dan masuk dalam ketentuan seleksi. Kemudian panitia menegaskan kembali bahwa ketentuan BI adalah jurusan Sosial Ekonomi/Ekonomi Pertanian, bukan Sosial Ekonomi yang lain, Sosial Ekonomi yang lebih spesifik yaitu Sosial Ekonomi Pertanian. Akhirnya, panitia di Sektor B4 tidak mengizinkan saya mengikuti tes Tahap II ini, dengan alasan jurusannya tidak sesuai dengan ketentuan seleksi. Dokumen-dokumen saya diminta panitia untuk database BI. Saya disuruh mencoba lain waktu. Saya berpikir, kenapa bisa terjadi seperti ini. Saya diminta meninggalkan ruang tes dan tidak berhak mengikuti tes Tahap II. Padahal, jelas-jelas dalam e-mail yang dikirimkan ke saya, bahwa saya berhak ikut tes Tahap II. Karena, saya lolos tes Tahap I, yaitu Tes Administrasi. Jika memang ketentuan seleksi tidak sesuai dengan jurusan saya, seharusnya saya tentunya tidak akan lolos Tes Tahap I (Seleksi Administrasi). Tapi ini, saya lolos dan berhak ikut tes Tahap II. Kenyataannya, saya ditolak ikut tes tahap II dikarenakan jurusan saya tidak sesuai dengan ketentuan. Saya tidak tahu harus mengadu kemana. Apakah saya juga bisa menuntut panitia rekrutmen calon pegawai Bank Indonesia? Yang saya butuhkan sekarang adalah, saya mohon klarifikasinya. Minimal hal ini tidak menimpa orang lain. Dosen di universitas saya menegaskan, bahwa Sosial Ekonomi Peternakan, termasuk di dalam Sosial Ekonomi Pertanian. Saya juga meminta kembali berkas-berkas dan dokumen saya oleh panitia Sektor B4, katanya akan menjadi database BI. Cerita ini adalah kebenaran, mohon bantuannya untuk dapat dimuat. Terima kasih. Oleh : Devi Dwi Anitasari Alamat: Jl. Kusuma Timur C Blok A6 No. 28, Wisma Jaya, Aren Jaya, Bekasi Timur Nomor Tes : JKT-SIP-11-P1-01519 Nomor Registrasi : BI.2007.0021221 Catatan : Bukti print out nama saya didaftar lolos seleksi, saya simpan, bisa dilihat, karena didaftar internet panitia sudah dihapus. From: Panitia Seleksi To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 6, 2007 3:25:20 AM Subject: Pengumuman Seleksi Calon Pegawai BANK Indonesia Hasil Seleksi Penerimaan Pegawai Bank Indonesia 2007 S E L A M A T! DEVI DWI ANITASARI Anda dengan nomor registrasi : BI.2007.0021221 telah lolos SELEKSI ADMINISTRASI (SELEKSI TAHAP I) CALON PE
[Forum Pembaca KOMPAS] Goenawan Mohamad luncurkan buku terbarunya?
From: I Gede Purwaka <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] CC: [EMAIL PROTECTED] Subject: Buku Goenawan Mohamad yang baru? Date: Sat, 29 Sep 2007 01:04:05 -0700 Di Ubud, Bali, sekarang ini sedang diselenggarakan Ubud Writers & Readers Festival. Saya tidak mengikutinya dari dekat, karena kesibukan saya yang jauh dari Ubud dan dari bidang sastra. Akan tetapi seorang teman melihat buku Goenawan Mohamad yang baru, TUHAN DAN HAL-HAL YANG TAK SELESAI, bersama edisi bahasa Inggrisnya, ON GOD AND OTHER UNFINISHED THINGS di toko buku Ganesha di Ubud tadi sore. Dari peserta mailing list ini apa ada yang dapat memberi informasi, apakah Goenawan Mohamad ikut serta dalam pertemuan di Ubud itu? Ada yang mengatakan beliau ikut, ada yang mengatakan beliau tidak diundang tetapi hanya datang untuk meluncurkan bukunya itu. Apakah ada juga yang dapat memberi informasi lebih lanjut mengenai buku tersebut? Saya mengucapkan diperbanyak terima kasih. I Gede Purwaka [EMAIL PROTECTED] e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! FareChase. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Selamat Ulang Tahun untuk Pak Jakob Oetama
FPK ngado apa nih Lae Agus? Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Selamat ulang tahun ke-76 untuk Bapak Jakob Oetama, semoga kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan senantiasa bersama beliau, Amin. Tuhan Memberkati KKG! Salam, Agus Hamonangan [Owner & Moderator FPK Groups] http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ http://groups.google.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Pertama di Indonesia, Media IPTV
Mas Helmi Jo di AS, Mungkin yang dimaksud Kompas adalah kanal-kanal TV kampus yang pertama di Indonesia. Jadi bukan TV komersial macam Metro TV, SCTV, dan Indosiar. Namun live streaming dari tv-tv swasta tersebut apakah upaya dari manajemen masing-masing stasiun TV ataukah pihak luar yang berbaik hati mengupayakan itu? helmi_jo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya bingung juga membaca Campus channel adalah yang pertama di Indonesia yang bersiaran melalui media IPTV. Jadi yang sudah dilakukan oleh MetroTV, SCTV dan Indosiar yang bersiaran ke seluruh dunia secara live streaming melalui internet apa bukan juga disebut IPTV? Helmi --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Agus Hamonangan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > http://www.kompas.co.id/ver1/Dikbud/0709/23/180148.htm
[Forum Pembaca KOMPAS] Goenawan Mohamad: "Liberalisme adalah suatu skandal......."
Pengantar "Liberalisme adalah suatu skandal," tulis Goenawan Mohamad dalam mengenang G30S. Ini saya kutip dari Catatan Pinggir bertajuk 'Gestapu' dalam Majalah TEMPO yang terbit pekan ini. Silakan Anda nikmati tulisannya: _ Tiap 30 September dan 1 Oktober kita teringat pembunuhan. Di tahun 1965-1966 itu, mula-mula sejumlah jenderal, kemudian berpuluh ribu orang Indonesia yang bukan jenderal dan tak bersalah bergelimpangan dibantai. Atau disiksa. Sejak itu, di tanah tumpah darah ini, kita begitu takut, pedih, dan malu mengaku bersalah oleh keganasan itu. Semuanya kita masukkan ke dalam sebuah kata, Gestapu, seperti kita menyembunyikan sesuatu di dalam kotak. Kita gagap bila kita harus mengenangnya. Maka tiap 30 September dan 1 Oktober ada keinginan yang saya kira terpendam di hati orang banyak: keinginan untuk mampu mengenang horor itu, tapi juga berharap ia tak akan berulang. Indonesia tak boleh lagi mengelola konflik lewat darah dan besi. Keinginan itu tampak mudah dipenuhi setelah Orde Baru runtuh, setelah sebuah pemerintahan yang stabil -- tapi bersandar pada kapasitasnya membangun rasa takut ambruk. Tapi segera terbukti kita gampang terbuai ilusi. Prasangka rasial, rasa curiga antar kelompok, kebencian, paranoia dan waswas yang diperkuat oleh agama, seakan-akan malah bergelombang datang. Indonesia nyaris habis harapan. Semuanya seakakan-akan mesti berakhir dengan membunuh. Tapi mungkinkah ada sebuah lingkungan hidup bersama bisa disebut masyarakat, komunitas, atau bangsa -- yang akan memilih khaos dan kekerasan sebagai satu-satunya cara bersaing dan bersengketa? Para optimis mengatakan, tak mungkin. Sengketa dan kekerasan bukanlah pola dalam sejarah. Tiap kehidupan bersama selalu mengandung keinginan bersama untuk masyarakat yang baik dan kapasitas untuk mencapai mufakat. Bahkan binatang buas berdamai dalam puaknya. Tapi benarkah selalu? Benarkah kita senantiasa begerak untuk mufakat? Katakanlah tiap orang, tiap kelompok, memang menghendaki masyarakat yang baik, tapi apa gerangan yang baik? Selalukah yang baik bagi kami juga baik bagi mereka? Zaman ini yang berbeda dan ganjil berduyun-duyun masuk ke dalam pengalaman dan kita ragu adakah nilai yang universal. Kondisi pasca-modernis datang. Seorang pemikir seperti Richard Rorty bahkan menunjukkan, nilai-nilai selamanya contigent, tergantung, kepada waktu dan tempat. Apa yang baik selamanya dipengaruhi konteks. Sebab itu jangan dipaksakan. Bahkan keyakinan kita sendiri tentang baik dan buruk perlu dicampur dengan satu dosis besar ironi. Pandangan seperti ini memang membuka ruang luas toleransi. Kita tak bisa jadi fanatik memeluk ide-ide besar. Tapi ada yang boyak; ia tak cukup memberi dasar bagi langkah politik untuk membangun kebaikan bagi sesama. Tentu, Rorty tak menganggap kita bisa selamanya berdiri di tepi dengan senyum ironis. Baginya, tak ada alasan untuk berpangku tangan ketika kekejaman terjadi. Rorty memang tak menampik tumbuhnya rasa solidaritas antar manusia. Tapi bagaimana rasa solidaritas itu mungkin? Bagamana ia bisa memadai untuk membentuk sebuah kekuatan pembebas, jika keyakinan tentang nilai-nilai yang universal, yang menggerakkan siapa saja, cair oleh ironi? Memang, liberalisme Rorty bukan formula untuk bunuh membunuh. Tapi ia tak bisa memberi jawab bagi keadaan yang mungkin tak dialaminya. Rorty begitu betah dengan hidup nyaman Amerika-nya. Tapi ada kondisi lain, di mana politik bergerak bukan karena keinginan, melainkan oleh kemestian, di mana gagasan tentang masyarakat yang baik bukan imajinasi waktu senggang, melainkan karena rasa lapar yang akut akan keadilan. Di sini liberalisme ala Rorty bisa semacam skandal. Tak mengherankan dalam latar umum Afrika, Asia, dan merika Latin, orang pernah dengan bahagia mendapatkan analisa dan inspirasi dari yang lain: Marxisme. Marxisme punya satu imbauan universal: cita-cita tentang masyarakat tanpa kelas. Tapi juga Marxisme bisa ampuh karena melihat nilai-nilai sebagai sesuatu yang tak datang dari luar sejarah. Marxisme merayakan dinamika dan perubahan. Tak mengherankan bila beribu-ribu orang pun bergerak, dengan sakit dan miskin, dengan jiwa dan raga. Yang tragis ialah bahwa Marxisme sebuah alat diagnostik yang cemerlang -- ternyata sebuah terapi yang gagal. Bahkan Cina murtad. Apa yang tersisa dari Marxisme di sana sekarang, dengan kemajuan ekonomi yang membuat orang terkesima? Hanya sebuah partai komunis yang tak percaya kepada imannya sendiri. Maka pada suatu saat orang pun membaca Habermas. Ia meyakinkan kita bahwa ada rasionalitas yang bisa membawa apa yang baik melintasi batas ruang-dan-waktu. Komunikasi adalah laku yang tak asing. Dalam situasinya yang ideal, komunikasi dapat menghasilkan mufakat tentang masyarakat yang baik. Tapi tiap
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Saut Situmorang sebagai Juru Bicara Depdagri
Lae Agus, Wow! Tadinya aku jingkrak-jingkrak denger judul berita ini. Aku pikir Lae Saut yang nyeniman itu beralih profesi jadi pejabat tinggi. Aku bayangkan dia bakal sibuk pindahan dari Yogya ke rumah dinas di Jakarta. Kubayangkan dia akan lemparkan "Onde-Onde" ke musuh-musuh Depdagri. Ternyata cuma namanya yang sama, tapi lain orang ya? Rejekinya pasti juga beda ya Lae? Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0709/22/Politikhukum/3861398.htm === Menteri Dalam Negeri Mardiyanto menunjuk Kepala Pusat Penerangan Depdagri Saut Situmorang sebagai Juru Bicara Depdagri. Penunjukan itu dituangkan dalam Surat Keputusan Mendagri tertanggal 19 September. Dalam SK itu, Mendagri menyatakan, penunjukan juru bicara itu untuk menjaga ketertiban dan efektivitas dalam penyampaian pemberitaan Depdagri kepada publik, wartawan, atau lembaga lainnya melalui satu pintu. (SIE) e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today! [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rumah Dunia
Kang Gola Gong, Nampak aneh. Kalau membuat pernyataan, walau tak mengarah ke sesuatu negara, tapi tidak menyebut nama, lalu apa artinya? Bukankah itu pepesan kosong namanya? Apa itu bukan pernyataan banci namanya? Percuma saja kan berkumpul, lalu bikin pernyataan, lalu ditandatangani bersama, kok setelah ada reaksi berkata begitu? Kalau begitu demonstran di jalanan lebih gagah perkasa dong, karena kalau yang mau diprotes DPR ya ke DPR, ke polisi ya ke Mabes POLRI, ke menteri ya ke departemen terkait. Lha Ode Kampung kok malah aneh, konon katanya mengumpulkan para seniman dari Sabang Merauke, lalu bikin pernyataan, kemudian masing-masing penandatangan bikin action yang berbeda-beda, alias kesana kemari? Anda sebagai tuan rumah, tentunya tidak bisa cuci tangan begitu saja. gongmedia cakrawala <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Begini. Ketika surat pernyataan hendak dibuat, semua berdisuksi dan berdebat. Saya, Wowok (KOmunitas Sastra Indonesia), Wan Anwar, Saut, Toto ST Radik, Firman Venayaksa (Presiden Rumah Dunia), Ruby Baedhawy (forum Kesenian Banten). Kami semuanya dengan hati bersih, menyetuji 3 pernyataan: hegemoni, xploitasi seks, dan kapitalisme (baca lagi deh). Tidak menyebut satu nama pun. Bahkan saat hendak dibacakan, semua komnitas bahkan individu, saling mengingatkan, surat pernyataan ini tidak untuk sebuah komunitas (orang2 menghubungkannya dengan KUK). tapi juga untuk Rumah dunia, untuk KSI, untuk FLP, untuk semua komunitas. tapi, setelah bubar Ode Kampung, masing2 membawa pikirannya masing2. menurut saya, ini juga patut kita dengar. kenapa Saut gencar mengkritik KUK, ini juga harus disikapi bijak. mungkin KUK harus mau mejelaskan. Janganlah Sut dipojokan. Dia termasuk dewqa mabok yang ksatria. Siap dikonfrontir. Dan jika benar KUk termasuk di 3 point surat pernyataan itu, tenttu secara pribadi saya termasuk yang akan ikut memprotes. Saut, asoy geboy sajalah kau. tetap semangat berkarya dan berteman gg
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Polemik Saut dan TUK
Adalah hak TUK untuk tidak melayani serangan Pak Saut Situmorang dan kawan-kawan. Dulu pernah diserang secara fisik oleh FPI, TUK juga tak mau melawan dengan balas menyerang. Jadi Pak Halim Hade tidak perlu "nggerundel" di beberapa milis kalau TUK tak mau diajak bermain "sepak bola" di lapangan, karena memang lagi sibuk bukan kepalang. Bukankah Pak Halim bisa ajak Pak Saut bermain "gundu" saja, karena memang bakatnya di situ? Saya sendiri yang mengamati perdebatan seputar TUK jadi heran. Kenapa sampai dicemburui, lalu pakai gugat-gugat segala? TUK bukanlah badan kesenian milik negara yang pantas digugat-gugat. TUK saya kira tidak mengharamkan persaingan dalam berkesenian. Siapa saja bebas merdeka melakukannya. Untuk itu saya sarankan kepada Pak Halim untuk membuka pesaing TUK di Solo (tinggal di kota itu kan?). TUK pasti tak akan melarang, toh bukan haknya untuk melarang. Misalnya diberi nama Teater Utan Sriwedari (TUS) atau apalah namanya. Coba kembangkan itu TUS, syukur-syukur popularitasnya bisa melebihi TUK. Syukur-syukur pula bisa menelurkan orang-orang dengan karya yang berbobot. Indonesia itu luas pak. TUK yang cuma di Utan Kayu mah kecil. Memang, tadinya kawasan Utan Kayu itu terpencil. Namun dengan dibukanya TUK, menjadi kawasan yang cukup bergengsi (bukan elit). Kecuali kalau TUK lalu tiba-tiba buka TTA (Teater Tanah Abang), TKB (Teater Kebayoran Baru), TKL (Teater Kebayoran Lama), TPS (Teater Pasar Minggu), TKM (Teater Kampung Melayu) dan lain sebagainya, barulah bisa kita telisik barangkali TUK mau memonopoli dunia seni di Jakarta (bukan Indonesia, karena sekali lagi Indonesia itu amat luas). Saya juga pernah kirim email ke Pak Gola Gong. Kalau Rumah Dunia bikin Rumah Tangerang, Rumah Pamulang, Rumah Cikokol dan lainnya, bukankah para seniman mustinya ikut seneng? Semakin banyak pemain bermain dalam pengembangan dunia seni budaya, manusia Indonesia akan semakin maju Kini saya buka di forum ini asal muasal "kemarahan" Saut dan kawan-kawan. Menurut sebuah sumber, penyebab utamanya karena ternyata "bintang" mereka tak terpilih dalam jajaran kepengurusan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Karena sudah ada kesepakatan awal, para juri tidak boleh mencalonkan diri sebagai pengurus, termasuk Sitok Srengenge, Nirwan Dewanto dan lainnya. Namun ada satu juri yang memaksa jadi pengurus, dan keinginannya itu ditolak oleh para juri lainnya. Calon yang "dikudang-kudang" Saut itu kecewa berat. Sepele bukan? Hanya masalah jabatan, lalu cari celah untuk menyerang kiri-kanan? halim hd <[EMAIL PROTECTED]> wrote: saya setuju dengan dasar pemikiran sonraity: kembali kepada gugatan saut situmorang kepada TUK. sebab selama ini begitu banyak orang tidak melihat dasar pemikiran saut situmorang. yang diserang adalah cara saut dan dengan cara yang sama pula oleh gerombolan pengeroyok! cuma sayangnya kalangan TUK sendiri berdalih sibuk dengan berbagai 'proyeknya'. halim hd.
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] RE: Peresmian Rumah Sakit Gratis
Terima kasih Oom KM untuk informasinya. Sungguh amat berharga buat menambah wawasan, khususnya dalam berbahasa. salam dari dekat (kalibata - jatipadang kan dekat) rd Kartono Mohamad <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Hospital berawal kata hospice, tempat istirahat musafir yang melakukan perjalanan jauh di abad pertengahan, dikelola secara non-profit oleh biara (Katolik). Maka hospice banyak berdiri berdampingan dengan biara. Musafir yang jatuh sakit biasanya dibawa ke sana untuk dirawat, diberi makan, dsb. Dari sanalah berkembang menjadi hospital. Tetapi derivat kata hospice jadi banyak: seperti hostel, hotel. Sedangkan kata hotel iti sendiri dalam bahasa perancis juga berarti balai kota, tempat walikota berkantor. Indonesia memakai istilah rumah sakit yang merupakan terjemahan langsung dari bahasa belanda, zieken huis. Juga rumah makan dari eet huis. Saya secara pribadi lebih memilih menggunakan kata hospital daripada rumah sakit, supaya menghemat huruf dan ucapan. Malaysia karena bekas jajahan Inggeris menggunakan hospital. Rumah sakit umum pusat jadi hospital besar. KM
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Dicari : Filosof Indonesia Masa Kini
Terima kasih untuk petromaksnya Mas Anton.. Ooh jadi Filsuf itu berasal dari Arab, sedangkan Filosof dari Londo ya... Saya dari kecil tahunya filsuf, ngikutin berita di koran-koran yang selalu menyebut: ..menurut filsuf kenamaan...bla bla bla bla anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Numpang jawab Mas Rd Bagi saya yang awam ndak ada beda ya...saya cuman ikut lidah londo aja Filosof bukan lidah arab Filsuf... Maknanya sama : orang yang suka merenung dan berspekulasi namun kemajuan teknologi skg membuat spekulasi ala filsafat jadi semangkin rumit Bener nggak Mas Rd, mohon koreksi
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] RE: Peresmian Rumah Sakit Gratis
Pak Dharma, rasanya Hospital sama sekali tak mengacu pada makna rumah sakit. Sebenarnya apa sih makna hospital? Memang, kita menerjemahkannya begitu. Saya kurang tahu di Malaysia, apakah disebut juga rumah sakit untuk hospital? Rasanya tidak. Sepertinya mereka pakai hospital, tanpa diterjemahkan. Ada joke, rumah bersalin = rumah sakit korban lelaki. Lalu bagaimana dengan "hospitality industry"? Kan industrinya termasuk hotel dsb. Dharma Hutauruk <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kalau Rumah Sakit diganti Rumah Sehat, perlukah diusulkan kepada pengguna bahasa Inggris agar Hospital juga diganti Mungkin para ahli akan banyak mendaftarkan istilah yang oke punya
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Dicari : Filosof Indonesia Masa Kini
Numpang tanya Mas Anton, Yang bener sebenarnya "filosof" atau "filsuf"? Ataukah keduanya punya makna berbeda? Mohon petromaksnya.. salam, rd anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Dicari : Filosof Indonesia Masa Kini Oleh : Anton Saat saya selesai membaca buku tebal Driyarkara, yang hanya saya ucapkan adalah kekaguman bahwa Driyarkara walaupun menurut saya agak terpengaruh Immanuel Kant dalam format filsafat moral, namun bagi saya Driyarkara sangat mendalam orisinalitas pikirannya, dia tidak membeo pikiran-pikiran lain dan dengan gagah menerjemahkannya tanpa berkemampuan sebagai interpretator imitasi dan berpikir orisinil. Begitu juga dengan apa yang diproduksi oleh Sindhunata, kajian filsafatnya sangat membumi dan menjadi ruang dialektik yang cantik antara Budaya Jawa dengan kemampuan berkontemplasi gaya Eropa. Romo Sindhu sangat witty dalam menjelaskan tentang relasi-relasi dan makna relasi. Dia gambarkan dengan cerdik dan membumi adegan-adegan kehidupan penuh pemaknaan dalam bahasa yang mudah di mengerti. `Anak Bajang Menggiring Angin' adalah sebuah karya luar biasa yang mampu menyentak kesadaran kita. Dan tentang filsafat sepakbola Romo Sindhu yang apik (Kompas sering memuat serial filsafatnya bila ada pertandingan Piala Dunia). Di tangan Romo Sindhu pertandingan sepak bola menjadi sebuah kajian filsafat yang sungguh menarik dan membuka alam pencerahan kita tentang bagaimana kita memahami kehidupan. Selain Romo Sindhu, ada Romo Magnis yang begitu menyentak pemikirannya tentang kajian Marxisme. Romo Magnis dengan sangat manis dan bahasa mudah dimengerti membuat kita semakin mudah memahami Karl Marx, menurut saya untuk memahami buku-buku Karl Marx bacalah dulu pemikiran Romo Magnis, walaupun kita tidak sepenuhnya harus sepaham dengan Romo Magnis dalam menyikapi Marx terutama dari jalur Lenin-nya yang dikomentari adalah jalan keras Komunisme tapi bahasa-bahasa yang disingkap Romo Magnis, membuat kita semakin mudah mengerti jalan pikiran Marx, Hegel, Lenin dan Jalur Lenin. Terus terang saya tidak begitu paham dengan tutur bahasa Filosof- filosof kita yang bermunculan belakangan seperti : Yudi Latif, Gahral Ardian, Eka Kurniawan (walaupun Eka sastrawan, saya memasukkan Eka sebagai bagian filosof muda), Rieke Dyah Pitaloka atau Dian Sastro. Bagi saya mereka terasing dengan budaya asli Indonesia dan masih berusaha mengeja pikiran-pikiran barat seraya bekerja keras menterjemahkannya ke dalam keseharian. Memang mereka adalah bagian dari masyarakat urban yang harus dihadapkan pada realita bahwa masyarakat kita tidak masyarakat generasi terdahulu, masyarakat yang paham Sartre, Camus, Wittgenstein, Husserl, Heiddeger, Habermas, Derrida atau Karl Popper. Masyarakat sekarang adalah masyarakat yang berguru pada : Mc Gyver, Anwar Fuadi atau Tukul Arwana sehingga menjadi sulit bagi mereka menjelaskan pemikiran mereka mulai dari kesimpulan dan harus bekerja lagi mulai dari `titik awal' itu juga kalau ada yang mau membaca. Kebudayaan kita yang sudah dizinahi Kapitalisme saat ini adalah kebudayaan tampilan yang dangkal bukan kebudayaan berpikir dalam- dalam. Maka tak heran salah satu tokoh besar yang pernah jadi `ikon demokrasi Indonesia' membela temannya yang buat novel biasa-biasa saja menjadi `novel yang luar biasa' dan bertempik sorai bahwa `Populer adalah Benar' atau mengikuti bahasa Fasis `Mussolini selalu benar' maka rating popularitas dan nilai pasar menjadi `uang selalu benar' disinilah kemudian kemampuan berpikir dalam-dalam dihadapkan pada jurang kematiannya dan tinggal menunggu waktu. Kelompok-kelompok filosof muda saat ini lebih menjadi cermin kehidupan selebriti ketimbang bagian dari kelompok masyarakat kelas bawah seperti yang dilakukan Romo Mangun Van Kali Code. Pemikiran- pemikiran kaum filosof baru ini lebih banyak membeo dari pemikiran- pemikiran besar dan berbahasa rumit-rumit, semangkin rumit semangkin hebatlah tali pikirannya dan lama kelamaan menjadi terasing dalam gerak pikir bangsa ini. Saya hanya ingin duduk dan membaca sebuah buku filsafat yang menarik tanpa harus membaca bahasa-bahasa rumit yang kemudian setelah berpikir dan didalami ternyata maknanya sangat sederhana, kecuali memang makna rumit itu memiliki nilai kebenaran yang tinggi dan pencerahan yang dalam seperti kritik atas kapital murni Karl Marx atau renungan Immanuel Kant yang njelimet sampai ada komentar "Kant Verstehen heisst uber ihn herausgehen" (Mengerti Kant adalah melampaui dia). Bukan membaca bahasa rumit berbahasa ke Hegel- Hegelan tapi hasilnya hanya `Dont judge the book by the cover' ala Tukul. ANTON
[Forum Pembaca KOMPAS] RE: Peresmian Rumah Sakit Gratis
Mungkin bisa menambahkan. Yang diresmikan SBY seperti saya baca di koran ternyata adalah Rumah Sehat, bukan Rumah Sakit - walau kalau disingkat sama-sama RS. Jadi SBY tidak melanggar apa pun. Mungkin pengelolanya tahu, kalau ngurus perizinan Rumah Sakit bakal bertele-tele dan musti suap kiri kanan, makanya terus diberi nama Rumah Sehat saja. Aku pikir bagus juga ya istilah Rumah Sakit diganti saja menjadi Rumah Sehat..:)) Kartono Mohamad <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mas Haniwar, saya heran mengapa SBY mau meresmikan rumah sakit (atau rumah sehat) yang diakui belum mendapat ijin dari pemerintah (Menkes)? Padahal Menkes kan representasi pemerintah, jadi juga representasi SBY sebagai Presiden. Ini preseden yang tidak baik. Ini kan pelanggaran terhadap peraturan pemerintah sendiri. Lain kali SBY (atau pejabat negara yang lain) juga harus bersikap sama jika ada kelompok lain yang mendirikan rumah sakit tanpa ijin. Saya tidak tahu bagaimana reaksi Kadinkes DKI ataupun Gubernur melihat peristiwa ini. Yang kedua, gagasan memberikan layanan medis secara gratis kita hargai. Ini satu terobosan yang oleh pemerintah sendiri belum sepenuhnya berhasil dilakukan. Adanya askes gakin memang menoloong tetapi untuk mendapatkan surat gakinnya banyak orang miskin yang tidak mampu. Bahkan ada yang tidak miskin dapat memperoleh kartu gakin (ini cerita dari seorang dokter di sebuah kecamatan di Jawa Timur). Demi untuk menang dalam pilkades, kades yang ingin maju lagi itu membagi-bagikan kartu (askes) gakin kepada warganya dengan janji akan memilih dia. Tetapi gagasan terobosan ini toh dapat dilakukan tanpa harus melanggar peraturan pemerintah? Lalu buat apa gembar-gembor lebih dulu? Yang ketiga, masalah kesehatan di ibu kota bukan hanya diatasi dengan menyediakan pengobatan gratis bagi yang miskin. Yang utama adalah bagaimana agar mereka yang miskin itu dibantu supaya dapat tetap sehat sehingga tidak memerlukan rumah sakit atau dokter. Dengan demikian maka mereka juga akan dapat hidup lebih produktif. Yang keempat, meletakkan rumah sakit (eh, sehat) di tengah-tengah Menteng untuk orang miskin bukan menjadi jembatan antara miskin dan kaya, karena untuk ke sana mereka yang miskin harus mempunyai uang untuk transportasinya Yang kelima, yang saya dengar klinik ini bukan rumah sakit (sehat) karena tidak mempunyai ruang perawatan. Yang ada hanyalah ruang periksa, termasuk pemeriksaan spesialistik. Jadi lebih mirip klinik spesialis. Untuk bagian kelima ini saya belum tahu pasti karena belum melihat sendiri. Begitu loh mas Haniwar, KM
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Mega menjawab gempa mengguncang
Menurut "bisikan" yang saya terima semalam, segala rentetan bencana di negeri ini akan sirna - paling tidak akan istirahat beberapa masa - kalau minggu depan SBY - JK menyatakan tidak akan mencalonkan diri sebagai Presiden-Wapres RI pada 2009 mendatang. Paling tidak, pernyataan tersebut akan melegakan sebagian besar rakyat Indonesia. Mau percaya atau tidak, silakan .. anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Di Bengkulu lagi... Ngemeng-ngemeng, SBY itu dulu pernah mau diruwat toh sama Kasunanan Surakarta, tapi nolak dan ndak mau dateng, yang saya tahu kata kaum cerdik pandai Kasunanan (nggak menutup kemungkinan Dukun-Dukunnya Pak Harto juga disitu) Angka kelahiran SBY kalo menurut primbon sial.Tapi dia kepala batu, mungkin malu di ruwat. Trus kata kaum dukun-dukun Solo kalau SBY ndak di ruwat bencana akan terus datang, puncaknya justru di awal 2009, ndak tahu bencana apa? ih ngeri...tapi ini gossip lho ya, jangan diambil atisaya juga nggak percaya, tapi dilihat dari angka Statistik korban bencana alam jaman SBY jauh lebih besar daripada gabungan korban bencana alam Presiden- Presiden pendahulunya. Coba iseng dibuat statistiknya. ANTON
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Gerhana dan Gempa (1) : Situbondo 10 September 2007
Mas RDP, Niteni = menandai Peniten = peniti kalau nggak salah lho. Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mas Marufin, dkk Gempa Bengkulu malah pas banget dengan bulan mati. kan pas banget dengan awal puasa, seperti aku ulas di dongengan itu. Kalau ingin menambahkan "faktor" kewaspadaan sakjane gempa, tsunami, serta gunung meletus itu bisa dihubungkan juga dengan peredaran benda-benda langit. Untuk bumi sangat terpengaruh oleh satelitnya yaitu bulan. Sedemikian pentingya peredaran benda langit ini sampai-sampai dalam ilmu geologi peredarannya juga dipakai dalam memprediksi (manganalisa) endapat batuan yg disebut Orbital Force Stratigraphy, atau ada yang meyebutkan Cyclostratigraphy, karena perulangannya (siklus). jaman dahulu orang hanya mengingat-ingat serta "niteni" (bhasa Indonesia niteni apa ya), bahwa setiap ada gerhana, ada awal bulan, selalu dilakukan upacara adat. Mereka hanya ndak mudeng gejala apa ... wong plajaran fisikanya belum nyampek. Lah teori grafitasi aja belum lama kita kenal, kan ? Namun sebenernya upacara-upacara lokal dan berbau klenik itu kurang dimengerti secara ilmiah seperti saat ini. Tentunya tidak hanya melulu dengan mengamati siklus bulan dan planet2, ada juga cara dengan pengamatan langsung yang bersifat lebih kearah genetis fisis. Misalnya dengan pengamatan GPS - Global Positioning Sytem. Alat ini mampu mendeteksi gerakan-gerakan kerak yang hanya sekian mili setahun. Sehingga diketahui mana tempat-tempat yang menjadikan tempat penumpukan (stress). Metode lain adalah pengukuran gejala-gejala lain yang muncul beberapa saat sebelum terlepaskannya stress ini. Salah satunya pengamatan gejala-gejala elektromagnetis. Termasuk awan gempa yang kontroversial itu. Lah kalau digabungkan metode-metode itu barangkali suatu saat nanti kita bakalan tahu dimana dan kapan gempa itu akan terjadi dengan lebih detil dan dengan lebih bermakna sebagai "early warning". Karena kita ini di Indonesia memiliki jalur gempa yang sensitip thd bulan, barangkali kita pun bisa mulai mencoba melihat "pattern" atau pola gempa untuk menajamkan prakiraan daerah berpotensi/rawan gempa. Banyak yang meneliti gempa-gempa ini dari sisi siklus atau perulangannya, baik menggunakan statistik ataupun dengan metode fraktal. Saatinya orang Indonesia menggali sendiri fenomena tempat duduk dan tempat berdirinya. Ngga usah nunggu Kerri Sieh, kita juga ada punya Danny Hilman, Wahyu Triyoso, Hery Herjono dan doktor2 lain yg berkecimpung di kegempaan. Mungkin saatnya pemerintah mulai melihat dan mengkaji daerah-daerah potensi rawan gempa ini sebagai proyek nasional yang terprogram secara komphrehensif, mandiri dan kontinyu, ya ? Kali nunggu kalau Pacitan tergetar oleh ulah sesar Grindulu, kali Pak SBY baru nyadar ya ? Ah masak mesti nunggu itu sih ? Salam RDP
[Forum Pembaca KOMPAS] Tanggapan Manneke Budiman terhadap wawancara Goenawan Mohamad
TANGGAPAN From: Manneke Budiman, Canada E-mail: [EMAIL PROTECTED] Lepas dari "dosa-dosa" TUK yang telah diinvetarisasi secara dramatis oleh Rumah Dunia dan disebarkan di jurnalnya, Bumiputra, saya respek pada sikap yang diambil GM dalam wawancara ini. Ada dua hal yang penting digaris bawahi: Pertama, bahwa GM memperlihatkan sikap yang bertolak belakang dari yang dipertunjukkan lawan-lawannya yang konon anti-sastra kelamin itu. Ia bahkan sempat secara objektif memuji karya cipta Saut. Ia bahkan tidak menyetujui reaksi berlebihan yang diperlihatkan sebagian pembaca atas isu agama dalam puisi Saut. Siapapun yang terbebas dari kubu-kubuan justru akan mendapat kesan bahwa GM malah bersimpati kepada Saut alih-alih mendukung pengganyangan terhadap penyair yang mukim di Yogya itu. Kedua, wawancara ini memberikan perkenalan singkat tapi cukup baik dengan TUK: bahwa ternyata TUK bukanlah sebuah kubu monolitik tempat para "anggotanya" makan, tidur, dan ngelantur, melainkan cuma sebuah ruang longgar tempat orang bertukar gagasan. Buat yang tahu TUK, akan juga tahu bahwa yang namanya Nirwan Dewanto, Sitok Srengenge, Hasif Amini, dll itu kumpul bukan cuma buat saling amin-aminan, tetapi kerap mereka juga berantem sendiri karena memang masing-masing punya ideologi sendiri. TUK bukan sekte, tetapi arena. Siapapun boleh nongkrong di situ, tak peduli apa latar belakangnya. Saya ke TUK sangat jarang, mungkin sekali atau dua kali setahun, kalau ada acara-acara besar. Tapi saya tak merasa dikucilkan, atau mendapat kesan bahwa mereka yang di TUK itu adalah gerombolan seperti yang hendak diisyaratkan oleh Saut dkk lewat Jurnal Bumiputranya. Kritik buat TUK harus selalu dilontarkan, dan TUK mustahil bisa mencegah kritik dari pihak manapun. Namun, jika kritiknya dilontarkan dengan cara kasar seperti yang dipertunjukkan oleh Rumah Dunia Banten, saya khawatir simpati masyarakat justru berbalik kepada TUK, dan para pengkritiknya malah yang akan dapat label sebagai kelompok norak yang tak punya kesantunan. Mungkin, dalam kesempatan ini, ada baiknya mendengar dari banyak orang, bila perlu dari Saut Situmorang sendiri, sajaknya yang di Republika itu bisa digolongkan sebagai sastra Syahwat Merdeka atau tidak? Apa kriteria untuk memutuskan bahwa novel Saman adalah sastra lendir, sementara puisi Saut bukan? Ayo kita sama-sama belajar. Saya tunggu pencerahannya. manneke e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today! [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Goenawan Mohamad: �Boleh tersinggung, tetapi jangan memobilisasi kemarahan�
Wawancara dengan Goenawan Mohamad: ÂBoleh tersinggung, tetapi jangan memobilisasi kemarahan Pengantar: Di tahun ini, panggung susastra Indonesia agak panas dengan munculnya gerakan-gerakan yang "menghujat" TUK (Teater Utan Kayu). Mereka menuding TUK , baik secara terang-terangan maupun diam-diam, sebagai sarang "Gerakan Syahwat Merdeka" (GSM). Istilah tersebut pertama kali dicuatkan oleh Taufik Ismail. Ada yang bilang, GSM yang dimaksud adalah inisial dari nama lengkap sastrawan kondang Goenawan Soesatyo Mohamad yang akrab dipanggil GM - salah seorang pendiri Majalah TEMPO. Lalu muncul ikrar "Ode Kampung" di Rumah Dunia Banten yang juga "menghajar" TUK. Kelompok yang dimotori oleh Saut Situmorang dan kawan-kawan ini tak kenal lelah terus 'mengonceki' para tokoh KUK, seperti Nirwan Dewanto, Ayu Utami, Hasif Amini, Sitok Srengenge dan lainnya. Di mata Saut yang nyalang, mereka tidaklah layak digelari sebagai sastrawan. Tak heran, di berbagai forum termasuk di milis-milis, Saut dan kawan-kawan terus berkampanye untuk menghajar mereka dari berbagai sudut. Namun, tonjokan-tonjokan yang mereka lakukan selalu berbalas pantun dengan orang-orang yang tak setuju perseteruan itu, apalagi kalau dilakukan dengan bahasa yang kurang santun. Puncaknya adalah kala harian Media Indonesia memuat sebuah artikel tentang acara berkelas internasional yang digelar oleh TUK dan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) beberapa waktu lalu. Karena isinya amat memojokkan TUK, tak heran kalau TUK bereaksi keras dengan mencap artikel tersebut penuh dengan lumuran dusta. Menurut kabar terakhir dari Saut Situmorang melalui email, penulis artikel tersebut telah digeser jabatannya. Namun kini, Rumah Dunia yang konon anti pornografi belum bereaksi ketika puisi Saut Situmorang yang "panas" termuat di Harian Republika. Selain "berbau ranjang bergoyang", puisi tersebut juga menyinggung perasaan sebagian umat Hindu Bali, karena jelas-jelas menyebut "pura" dan "Dewa". Reaksi dan komentar pun mengalir, baik di milis maupun blog. Sayangnya, untuk kasus yang amat serius ini redaksi Republika masih diam seribu bahasa. Padahal Republika baik sengaja atau tidak telah melukai hati umat Hindu Bali. Beberapa umat Hindu pun melayangkan tanggapan ke redaksi Republika, namun tak ada balasan. Mereka cuma berharap agar tanggapan tersebut minimal dapat dimuat di Surat Pembaca. Mereka juga tak menginginkan harian Republika untuk meminta maaf kepada mereka. Berikut wawancara khusus Rizka Maulana dengan GM yang berlangsung di Teater Utan Kayu (TUK) pada Jumat, 14 September 2007 lalu: RM: Apakah mas Goen mengikuti keramaian di internet karena satu sajak Saut Situmorang dianggap menyinggung perasaan umat Hindu Bali? GM: Tidak langsung. Saya selalu dapat kiriman email dari teman-teman. Tetapi tidak semuanya sempat saya baca. Tetapi seorang teman mengirimkan khusus soal yang Anda sebut tadi. RM: Menurut mas GM, apakah sajak Saut itu menghina agama Hindu Bali? GM: Saya bukan orang Hindu Bali, tetapi saya tidak mau berlebihan. Teman saya Ging Ginanjar yang kini mukim di Jerman mengatakan, (saya kutip menurut ingatan saya) bahwa agama dan umat Hindu tidak akan rusak karena sajak itu. Saya setuju dengan pendapatnya. Tetapi dapat saja terjadi bahwa ada umat Hindu Bali yang tersinggung perasaannya. Kan tidak bisa kita melarang orang untuk tersinggung. Yang penting ialah bahwa ketersinggungan itu dinyatakan tetapi tidak memakai kekerasan dan memobilisasi kemarahan. Saya membaca tulisan I Gde Purwaka di blog Mediacare. Dia tersinggung tetapi tidak akan men-somasi atau mendemonstrasi Republika. Saya kira itu sikap yang dewasa dan terhormat. Berbeda dengan sikap sejumlah organisasi yang mengatas-namakan Islam yang sedikit-sedikit Âterhina dan berdemo. RM: Tetapi kenyataan bahwa sajak itu dimuat di ÂRepublika yang dianggap suara Islam bagaimana? GM: Seharusnya tidak jadi soal di mana saja itu dimuat. Sebuah sajak kan bukan sebuah editorial. Lagipula harus dibuktikan dulu, apakah ÂRepublika adalah Âsuara IslamÂ. Islam itu tidak satu ekspresinya dan ÂRepublika juga tidak selamanya dianggap satu suara utuh, apalagi ini bukan dalam halaman editorial. Kalau tidak, kita akan terjatuh ke dalam teori komplotan: gara-gara sajak itu dimuat Ahmaddun, maka itu berarti itu cerminan sikap anti Hindu ÂRepublika apalagi ÂIslamÂ. Saya kira Ahmaddun memuatnya tidak dengan maksud menghina. RM: Menurut mas GM, apakah sajak Saut itu bermutu? GM: Menurut saya, sajak itu bukan sajak yang mengejutkan dalam hal kekayaan imajinya, dan di sana-sini belum orisinal, tetapi agaknya bukan sajak yang buruk. Ada beberapa sajak Saut yang saya suka, karena tidak melingkar-lingkar. RM: Wah, kan Mas GM orang TUK. Kan TUK tidak suka karya-karya sastrawan yang tidak dekat dengan TUK. Apalagi Saut.
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Bella Saphira Menangkan Gugatan
Sebagai perusahaan besar, untuk berbagai kegiatan periklanan dan promosi Unilever menggunakan jasa pihak lain. Semisal untuk urusan creative menggunakan jasa creative house atau advertising agency, untuk pemasangan iklan di media massa menggunakan jasa media buyer (dulu satu atap, kini lebih terspesialisasi). Saya kurang mengikuti tentang kasus Bella Saphira ini. Namun seingat saya, talent agencynya kalau tak salah milik Citra (mantan model/mantan istri fotografer Darwis Riadi). Semua model untuk sabun mandi Lux dulu dari mereka, entah sekarang. Untuk media buyer dulu pakai agency papan atas, kini Unilever pakai jasa dari Mindshare. Sedangkan untuk billboard biasanya ada rekanan tersendiri. Umumnya mereka ada kaitan dengan Pemda setempat, termasuk yang menentukan titik-titik billboard di berbagai kota. Jadi ada semacam monopoli. Hanya orang tertentu yang bisa memasuki bisnis ini, karena urusannya dengan pejabat Pemda. Jadi sebenarnya soal billboard kadaluarsa bukan sepenuhnya kesalahan produsen atau pemegang brand, yaitu Unilever, tapi mustinya Bella menuntutnya ke agency billboard tersebut. Saya kurang paham tentang kontraknya. Mungkin Mbak Elvera Makki dari Unilever bisa menjelaskan lebih rinci? Salam, RD [EMAIL PROTECTED] wrote: Bisa salah atau sengaja tidak patuh hukum dengan anggapan: gampang aja kok mitesin bangsa indon itu? === > Unilever khan juga bisa salah Pak > > Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Dalam kasus seperti ini apakah perusahaan sekaliber Unilever > tidak tahu hukum? > > Agus Hamonangan > > http://www.kompas.co.id/ver1/Hiburan/0709/14/061155.htm
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Bus Mulai Kehilangan Pamor
Sebetulnya bukan busnya yang kehilangan pamor, tapi terminal busnya. Saya amati sejak dulu, terminal bus di kota mana saja kondisinya sama: penuh calo, kotor, harga tiket yang dibikin tak jelas dan lain sebagainya. Walau Departemen Perhubungan gonta-ganti menteri, kondisinya nyaris tak berubah. Sudah saatnya terminal bus di seluruh Indonesia dikelola oleh swasta, bukan Dephub. Segala yang dikelola oleh pemerintah maupun BUMN selalu brengsek. Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0709/15/Fokus/3836559.htm Tak seperti biasanya, Terminal Bus Kampung Rambutan hari itu tampak sepi. Tak tampak hiruk pikuk ataupun lalu lalang penumpang sehari sebelum puasa di mulai. "Sekarang di sini sepi. Pertama karena pemberangkatan penumpang tidak lagi terpusat di sini, demi efektivitas pelayanan, selain itu juga banyak pemudik yang memilih menggunakan sepeda motor," kata Maryanto, Ketua Regu yang petang itu berjaga di Terminal Kampung Rambutan. Maryanto yang waktu itu didampingi anggotanya, Jami'at, menjelaskan, animo penumpang belakangan ini terus menurun. Ia memperkirakan, penurunan penumpang di Terminal Kampung Rambutan mencapai 50 persen. "Jika sebelumnya bisa sekitar 10 sampai 15 bus yang ke Bandung, sekarang mungkin hanya antara delapan sampai 10 bus," ujarnya. Karena itu, ia optimistis ledakan penumpang yang akan terjadi di saat Lebaran nanti cukup dilayani dengan bus reguler. Mengenai kecenderungan banyaknya pemudik yang menggunakan sepeda motor, Ir Tejokusumo J MSc, Kepala Penelitian dan Pengembangan Organda, mengemukakan, sepeda motor bukanlah jenis kendaraan yang layak untuk digunakan sebagai sarana transportasi jarak jauh. Akan tetapi, dalam hal ini pemerintah memang tidak bisa begitu saja mengeluarkan larangan. "Ada banyak faktor," ujar Tejokusumo. Salah satu faktor yang cukup signifikan adalah kondisi ekonomi secara keseluruhan di Indonesia. Untuk menghadapi kemungkinan itu, Tejokusumo menekankan pentingnya sistem jaringan jalan yang baik. Dalam arti, jaringan jalan yang diatur sedemikian rupa sehingga bisa berlaku bagi semua moda kendaraan, mulai dari sepeda motor hingga truk kontainer. Dalam pandangannya, buruknya sistem transportasi di Indonesia lebih disebabkan oleh sistem jaringan jalan. "Masalah utama bukan di masalah layak tidaknya kendaraan, tetapi pada soal kelancaran di jalan. "Misalnya, jika jalanan lancar, Jakarta-Surabaya mungkin hanya perlu 10-15 jam. Namun, karena tidak lancar, bisa menjadi 20-25 jam," katanya. Hal itu akhirnya membawa implikasi cukup besar pada sistem transportasi secara keseluruhan. Misalnya, waktu tempuh yang panjang membuat para sopir terlalu capai. Akibatnya, bus pun tidak bisa dijalankan karena jumlah kendaraan dengan sopir tidak sesuai. "Ini kan masalah yang terus berulang setiap tahun. Jadi, seharusnya sudah bisa kita antisipasi sebelumnya," kata Tejokusumo. Bagi dia, tidak ada cara lain mengatasi buruknya transportasi di Indonesia, selain memperbaiki sistem dan melaksanakannya secara terus-menerus. (RIE/IRN) e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Don't let your dream ride pass you by.Make it a reality with Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] "Kompas" Kecolongan Artikel "Daur Ulang"
Sudah saatnya Kompas Group memiliki piranti lunak pendeteksi artikel ganda yang bisa diakses oleh seluruh editor. Tapi saya kurang tahu, apakah software tersebut sudah dirilis? Kalau belum, Kompas bisa minta bantuan Google untuk bekerjasama. permadi simbolon <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Sumber: http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0709/14/opini/3834078.htm "Kompas" Kecolongan Artikel "Daur Ulang" Saya terkejut ketika membaca artikel saudara Abd Rohim Ghazali, anggota Dewan Penasihat The Indonesia Institute, dan Direktur Eksekutif The Indonesian Research Institute (TIRI), yang berjudul "Puasa untuk Semua" pada rubrik Opini, halaman 6, Kompas edisi Rabu, 12 September 2007. Setelah saya cermati, ternyata artikel tersebut pernah dimuat dalam buku Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman yang dieditori Nur Achmad. Pada buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas, edisi I, Agustus 2001, Abd Rohim Ghazali yang kala itu menyebutkan diri sebagai aktivis muda Muhammadiyah, memakai judul "Hikmah Puasa: Perspektif Kerukunan Antarumat Beragama". Artikel "Puasa untuk Semua" yang berjumlah 16 paragraf ini merupakan hasil comotan dari tulisan di buku itu. Pada artikel "Puasa untuk Semua" awalnya saya terkecoh dengan kutipan ayat Al Quran yang diurai sepanjang empat paragraf. Saya pikir, ini tulisan terbaru Saudara Abd Rohim Ghazali tentang puasa. Namun, saat memasuki paragraf kelima, saya teringat dengan tulisan di buku Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman yang baru saya baca beberapa menit sebelumnya. Maklum, itu buku kesayangan yang sudah berulang kali saya baca. Ternyata, mulai paragraf lima sampai dengan akhir tulisan (paragraf ke-16), 99 persen disalin dari tulisan pada buku tersebut. Coba Anda lihat halaman 215 baris ke-21 sampai terakhir di halaman 218 artikel dalam buku tersebut. Semua kata dan susunan kalimatnya sama. Yang sedikit membedakan (1 persen) adalah dalam hal penggunaan kata penghubung dan tanda baca. Meski menyalin tulisan sendiri, tindakan seperti ini sangatlah tidak pantas. Apalagi dilakukan oleh seorang yang memiliki posisi terhormat dan sudah dianggap sebagai seorang intelektual. Awalnya saya menaruh hormat dan sangat simpatik dengan tulisan Abd Rohim Ghazali di buku itu. Namun, setelah membaca artikel "Puasa untuk Semua" kekaguman saya luntur. Ternyata, Abd Rohim Ghazali bukan intelektual yang mencerahkan dan kreatif. Saya sangat menyayangkan hal ini. Buku Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman merupakan kumpulan tulisan-tulisan pilihan yang pernah dimuat Kompas terbitan 1996-2000, termasuk artikel "Hikmah Puasa: Perspektif Kerukunan Antarumat Beragama". Berarti artikel "Puasa untuk Semua" merupakan salinan ketiga setelah terbitnya buku tersebut. Apakah pantas jika tulisan yang pernah dimuat boleh dimuat lagi asal diubah judulnya? Menyumbangkan gagasan bagi masyarakat harus didasari niat tulus. Apalagi tulisan bernuansa keagamaan. Kita tidak bisa mengajak orang lain untuk berlaku jujur kalau pribadi kita masih melakukan kecurangan. Kaum intelektual adalah panutan karena bangsa ini miskin figur pemimpin. Mudah-mudahan ini menjadi perhatian kita semua, Kompas, dan media lainnya. FRANSISKUS UBA AMA Jalan Waringin Mlaten No 9, Surabaya Catatan Redaksi: Terima kasih untuk infonya. Setelah kami cek, ternyata memang artikel Abd Rohim Ghazali "Puasa untuk Semua" hanya cut and paste artikel "Hikmah Puasa: Perspektif Kerukunan Antarumat Beragama" oleh penulis yang sama yang termuat di Kompas, 17/12/1999.
RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Peresmian Rumah Sakit Gratis
Lalu apakah pasien non-muslim bisa berobat kesini? Atau khusus pasien muslim saja, mungkin dengan kewajiban musti menunjukkan KTP? Kartono Mohamad <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Adi, sudah menjadi budaya bangsa ini kalau berbuat sesuatu itu yang dapat segera dilihat dan dipamerkan. Maka yang dibangun adalah sarana fisik. BAZIS atau apapun yang mensponsori pembangunan "RS GRatis" ini lebih senang kalau sumbangannya nampak dilihat orang dan dapat dipamerkan. Suatu perbuatan yang menurut agama dianggap ria. Maka dibuatnya pun di daerah menteng. Entah untuk siapa, tidak jelas karena seperti kata Pak Adi, yang miskin segan ke Menteng dan kalau pun mau tidak punya cukup biaya untuk pergi ke sana. Tapi kan "egepe" dengan semua itu. yang penting ada bangunan yang dapat dipamerkan. Soal berfungsi atau tidak, itu soal nanti. Dan apakah ada sumbangannya yang berarti bagi meningkatkan kesehatan rakyat, juga itu tidak penting. SBY juga senang dengan hal-hal yang populer (tebar pesona) seperti ini. Jadi ya klop. KM
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kekerasan pada WNI di Malaysia (hati-hati Promosi Wisata Malaysia!)
Lae Agus yang horas bah, Budiman Harsa member milis Pantau. Dia mantan wartawan (sepertinya The Jakarta Post), lalu bekerja di sebuah BUMN. Kemarin agencynya Malaysia Tourism Board kirim email, mau mempertemukan Harsa dengan Dubes Malaysia. Yth Bapak/Ibu dari Mediacare, Saya Andi dari Titik Communication, salah satu klien kami adalah Malaysia Tourism Board dan membaca berita tersebut kami langsung segera konfirmasikan kepada pihak MTB dan Kedubes. Berkaitan dengan hal tersebut kami ingin bertemu dengan Bpk. Budiman Bachtiar, apabila tidak keberatan bisa kami minta alamat beliau?. Karena sesuai dengan pembicaraan dengan pihak MTB dan Dubes Malaysia untuk Indonesia beliau berkeinginan untuk mengundang dan bertemu dengan Bpk. Budiman Bachtiar secara pribadi. Mudah-mudahan kami bisa mendapatkan informasi tersebut dari Bapak/Ibu, untuk memudahkan selain e-mail saya bisa dihubungi di HP: 0818 934799 atau telepon kantor di 391 0055. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. Salam, -Andi- Titik Communication Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mod: Ada yang tahu kontak Budiman Bachtiar Harsa? Apa harus di cek di hrd BUMN se Indonesia :-) AH
[Forum Pembaca KOMPAS] Perempuan-perempuan Soekarno
Saya yakin, almarhum Soekarno memiliki selera yang tinggi terhadap perempuan. Di masa kini, membincangkan perempuan sebaiknya tak hanya dari sisi kecantikan lahiriah saja, tapi juga dari segi kepribadiannya. Istilahnya, cantik luar dalam. Untuk itu, almarhumah Ibu Fatmawati adalah istri Soekarno yang saya idolakan. Sewaktu kecil, saya pernah baca buku tentang Ibu Inggit. Beliau adalah ibu kost yang dinikahi oleh anak kostnya bernama Soekarno, mahasiswa ITB. Hebat benar, itu jarang terjadi pada kisah-kisah mahasiswa zaman sekarang. Kalau toh ada, paling banter hanya kisah perselingkuhan, tak sampai ke jenang pernikahan. Tentang Ibu Heldi Djafar, Oom Sato Sakaki (hei, kemana aja loe?) benar. Namun mereka yang muncul belakangan boleh dibilang istri tak resmi - apa ya istilahnya? Nikah siri? Boleh saya tambahkan, Bu Heldi adalah ibu kandung dari Mbak Maya - mantan istri Ari Sigit Soeharto. Dulu saya pernah mengenal Mbak Maya sekeluarga. Orangnya kurus dan gemar dugem seperti halnya Ari. ssakaki2002 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Namum menurut pribadi saya, istri2 Bung > Karno yang paling cantik hanya HARTINI dan DEWI. Tahun 1989 saya > masih bertemu dengan beliau bersama puteranya dari Bung Karno yang > bernama TAUFAN dan kelihatannya masih tetap cantik. > Wasalam, > Wal Suparmo Hanya Hartini dan Dewi? Apakah Kartini Manoppo, mantan pramugari Garuda dan stewardess khusus pesawat kepresidenan Dolok Martimbang itu kurang cantik? Yang membuat BK jatuh cinta hanya dari melihat lukisan Basuki Abdullah? Yang membuat dia bertanya pada si pelukis apakah orangnya benar-benar ada atau hanya khayalan? Dan pramugari pada masa BK itu bukan seperti pramugari masa kini lho. Kalau ndak cantik dan sexy betul ndak bisa jadi pramugari. Lalu Hariyati, mantan Penari Istana yang ditempatkan di Istana Tampak Siring. Lalu Yurike Sanger, anggota pagar ayu Barisan Bhinneka Tunggal Ika yang dikawini pada usia 17 tahun. Yang terakhir yang dikawini adalah Heldi Djafar, juga pada usia 17 tahun. Walau tak pernah melihat fotonyapun saya yakin pertempuan ini juga cantik sekali. BK kan jaminan mutu kalau dalam hal menilai kecantikan perempuan. Hehehe ... mana dia mau kalau tidak cantik sekali.
[Forum Pembaca KOMPAS] Horas bah! - Re: Sajak di Kompas Minggu
Bagus, bagus sekali Mas Anton. Saya suka alurnya, dan enak dibaca pula. Tak perlu dahi berkernyit. Yang jelas, lebih bagus daripada puisinya Saut Situmorang yang lagi bermasalah dengan umat Hindu karena mengejek Dewa dan pura mereka :)) Anda layak dapat bintang! Horas bah! Tak ada se(h)onggok beras, makanlah itu gabah! anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kok sastrawan pada berantem yambok baca puisi sama-sama saja, sambil tertawa, toh dunia ini terlalu singkat untuk berjalan dalam api kemarahan Puisi Amatiran Ketika kubuka pintumu hanya api yang kau punya ketika kubuka isi kepalamu hanya dendam kau sisa mana lagi kau simpan buat dunia untuk sekedar kau guratkan satu garis lurus warna biru Agar tenang lautmu agar tak bergelombang baramu (ANTON)...keren nggak ya...hehehehe
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Mesir ?
Bang Ali (mantan gubernur?) Setahu saya istilah Mesir berasal dari Bahasa Arab: Misr. Nama lengkap negeri itu: Jumhūriyat Misr al-Arabiyah (Republik Arab Mesir). Sedangkan Egypt adalah sebutan Inggris, mengingat negeri ini pernah diduduki oleh bangsa-bangsa Eropa. Sebelumnya negeri di wilayah benua Afrika tersebut selama ratusan tahun dijajah Arab. Namun menurut beberapa sumber, sebagian penduduk negeri itu tak mau disebut orang Arab, karena tak semua tercampur darah Arab. Menurut Wikipedia: Republik Arab Mesir, lebih dikenal sebagai Mesir, (bahasa Arab: مصر) adalah sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut. Dengan luas wilayah sekitar 997.739 km² Mesir mencakup Semenanjung Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara. Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan di selatan, jalur Gaza dan Israel di utara-timur. Perbatasannya dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di utara dan Laut Merah di timur. Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir Sungai Nil (sekitar 40.000 km²). Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni. Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Di Luxor, sebuah kota di wilayah selatan, terdapat kira-kira artefak kuno yang mencakup sekitar 65% artefak kuno di seluruh dunia. Kini, Mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan politikal utama di wilayah Arab dan Timur Tengah. Ali Andre <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mas Radit dan rekan FPK, Bagaimana dengan Mesir yang diluar lebih dikenal dengan Egypt? ada informasinya? Terima kasih, Ali Andre Marine Department PT. Asuransi Raksa Pratikara Tel. : 021-3859008 Ext. 1917 Fax : 021-3859004/5/6 Mobile : 0818-844632
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Bagaimana Astro "menjajah" angkasa Indonesia ?
Kalau disimak jumlah pemirsa SCTV yang tersebar hampir di seluruh Indonesia (dan juga di negeri manca), jumlah pelanggan Kabelvision dan Astro masih terlalu kecil. Nah, kalau sekarang Astro "memonopoli" siaran sepakbola bergengsi, tentu saja lebih banyak yang kelabakan dibandingkan kasus Piala Dunia dulu. Aku yang berlangganan Indovision yang bisa menangkap seluruh siaran stasiun TV juga sering diblok saat ada siaran sepakbola. Siaran tersebut hanya bisa ditonton tanpa parabola. rifkyprdn <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mungkin belum hilang dari memori kita (yang kata orang rata-rata bermemori pendek) bagaimana SCTV memonopoli Siaran Pertanding Sepakbola Piala Dunia yang lalu, dimana pelanggan Kabelvision & Astro kelabakan memasang antene karena tak mendapatkan 'jatah' siaran piala dunia-nya SCTV. Kalau sekarang gantian 'dibalas' ya impas-impas saja barangkali. Namanya juga 'bisnis' khan ?. Semoga saja balas-membalas ini tak berkait dengan trand naiknya semangat 'Ganyang Malaysia' yang 3 tahun terakhir ini meningkat tensinya. BTW, kalau semangat kita begitu menggelora untuk 'Ganyang Malysia' apakah berlaku juga untuk 'Ganyang Singapura' atau 'Ganyang Australia' ya ?. Tabik.
[Forum Pembaca KOMPAS] Yunani, Greece, Greek, Gorik, atau Gerika?
Mas Anton di Jakarta, Dulu juga saya melemparkan pertanyaan serupa. Setelah saya uarkan di milis, masuk berbagai tanggapan. Menarik juga. Berikut saya kirimkan postingan lama saya. Untuk tanggapan dari para miliser, berhubung masih tersebar dimana-mana, belum dapat saya posting, mungkin lain waktu. Mohon bantuannya. Adakah yang tahu kenapa negeri Greece di Eropa kita sebut sebagai Yunani? Sejak kapan julukan itu dipakai disini? Siapa penggagas awalnya? Menurut informasi dari seorang teman yang berprofesi sebagai penulis, istilah Yunani berasal dari bahasa Arab (bersumber dari "Ioania", sekarang menjadi Turki). Sedangkan pada Alkitab keluaran 1970an menyebutkan bahwa naskah asli Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa "Gerika". Orang Batak malah punya istilah lain: "Gorik". Betulkah? Bagaimana dengan KBBI? Adakah yang bisa membukakannya karena saya tak mempunyainya? Terus terang, saya pribadi lebih menyukai negeri yang penuh peninggalan sejarah kuno itu disebut dengan istilah "Gris" atau "Geris". "Gerika" juga tidak masalah karena tak jauh beda dengan nama aslinya. Soal sumber awalnya dari mana, buat saya tak masalah. Kalau disebut "Yunani" kok terkesan mirip nama orang saja. Perlu Anda ketahui, orang Jawa memanggil kakak perempuannya yang bernama Nani dengan sebutan "Yu Nani", atau lengkapnya "Mbakyu Nani". Kalau sudah berumah tangga, oleh para tetangga si Nani akan dipanggil "Bu Nani". Jadi, saya usulkan kepada Lembaga Bahasa Indonesia dan media massa agar istilah "Yunani" diganti saja menjadi "Gris" atau "Geris" atau "Gerika". "Gorik"? Hmm, boleh juga. Siapa takut? Apalagi istilah Yunani itu agak mirip-mirip dengan kata "onani" (dibahasaindonesiakan menjadi "merancap", sayang kalah populer). Berikut beberapa alasan dari teman saya kenapa istilah Yunani layak diganti: 1. Sebal, kenapa bangsa Indonesia tidak mencari padanannya dengan menggunakan sistematika sendiri? Tak selamanya kita harus membebek terus pada bangsa Arab. 2. Temuan istilah "Gerika" adalah adopsi fonologis yang gemilang dengan menggunakan kata asal "Greek". Vokal "a" pada suku kata terakhir Gerika menyiratkan gramatical gender feminin pada bahasa Greek, sebagaimana semua bahasa di dunia menyebut ibu bagi bumi, tanah kelahiran, dan negerinya. 3. Orang Batak menyerapnya juga dengan pilihan kata yang sangat gemilang: Gorik. Hemat saya, bukankah dalam konteks keindonesiaan kita seharusnya lebih akrab dengan bahasa Batak ketimbang Arab? Jadi jika sungkan menyebutnya sebagai Gerika, karena itu merupakan temuan Lembaga Alkitab Indonesia, kenapa tak menyebutnya sebagai Gorik? Akhir kata, warga negara Greece tentu akan sangat berterima kasih kalau bangsa Indonesia menyebut negeri mereka dengan "Gris", "Geris" atau "Gerika", daripada "Yunani". Jauh banget gitu lho Salam, RD == Posted by: "anton_djakarta" [EMAIL PROTECTED] anton_djakarta Sun Sep 9, 2007 4:27 am (PST) Saya mau nanya asal-usul kata "Yunani" itu darimana ya? kok Indonesia membahasakan Negara Greek dengan Yunani, apa dari bahasa Arab...ada yang bisa menjelaskan nggak, saya udah ubek-ubek ensiklopedi sama google nggak dapet-dapet... Terima Kasih ANTON e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today! [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Ralat - Re: Sajak di Kompas Minggu
Lae Saut yang suka membuka postingan dengan berhahahahhaa :)) Sekadar ralat, saya bukanlah berprofesi sebagai wartawan, tapi mantan wartawan Majalah SWA. Jadi Lae keliru menulis profesi saya, entah darimana sumbernya. Beda lho antara wartawan dan mantan wartawan. Walau Lae "Cicak Sakti" sanggah itu pendapat Andar Manik, tapi saya berpendapat Lae tetaplah keliru. Lae menuliskan seperti ini: "* posisi Hasif Amini sebagai redaktur Sajak-sajak Kompas Minggu cuma menguntungkan kawan-kawannya belaka, terutama Nirwan Dewanto yang sajak-sajaknya selalu muncul satu halaman penuh sementara para penyair lain dimuat beramai-ramai." Apa yang Lae tulis penuh kerancuan hanya karena - menurut berbagai sumber - Lae sejak dulu iri sama kiprah Nirwan Dewanto. Saya yakin, Andar Manik tak akan menulis seperti apabila mengungkapkan keirihatiannya seperti ini: "* posisi Hasif Amini sebagai redaktur Sajak-sajak Kompas Minggu cuma menguntungkan kawan-kawannya belaka, terutama Nirwan Dewanto yang sajak-sajaknya selalu muncul satu halaman penuh." Titik! Tanpa ada tambahan rangkaian kata: ..sementara para penyair lain dimuat beramai-ramai." Jadi dalih "kata penting: "terutama", dan frase sebelumnya" itu amat lemah. Sekarang saya ingin bertanya ke Lae: 1. Sudah berapa kali sajak-sajak Lae termuat di Kompas Minggu? 2. Berapa sajak yang ditolak oleh pengasuh rubrik? 3. Selain Kompas Minggu, ke media mana saja Lae kirim karya sajaknya? Sekian dulu email saya Lae. Selamat berhahahhahahahah salam, rd Saut Situmorang <[EMAIL PROTECTED]> wrote: hahaha... ramee... asyik, euy! tapi kalok gak salah si Saut "cicak sakti" Situmorang menulis begini lho: "* posisi Hasif Amini sebagai redaktur Sajak-sajak Kompas Minggu cuma menguntungkan kawan-kawannya belaka, terutama Nirwan Dewanto yang sajak-sajaknya selalu muncul satu halaman penuh sementara para penyair lain dimuat beramai-ramai." yang dilupakan si singa tua (mungkin kerna dah tua jadi sedikit pikun, ya lae, hehehe...) adalah kata penting: "terutama", dan frase sebelumnya. nampaknya sederhana aza satu kata, tapi bagi penyair wah gawat meck, hehehe... buat wartawan semacam kadar radityo mungkin gak pa-pa ya, hahaha... jadi kesimpulan Saut Situmorang masih benar lah! wah radityo zadi gak gitu seneng lagi tuh!!! hahaha... --- Andar Manik wrote: > Sajak di Kompas Minggu. > > > > > > Saut Situmorang, dalam tulisannya di mailing-list > ini mengatakan, bahwa di > dalam rubrik puisi Kompas Minggu yang diasuh Hasif > Amini, sajak-sajak Nirwan > Dewanto "selalu muncul satu halaman penuh sementara > para penyair lain dimuat > beramai-ramai." > > > > Menurut Joko Pinurbo, sajak-sajak dia juga dimuat > satu halaman penuh. Saya > juga sudah beberapa kali melihat ada penyair lain > yang sajaknya dimuat > seperti sajak Nirwan dan Joko Pinurbo. Antara lain > sajak-sajak Acep Zamzam > Nur, Afrizal Malna, Mardiluhung, dan lain-lain. > > > > Artinya, kesimpulan Saut tidak benar, dong. > > > > Selamat membaca, > > > > Andarmanik. e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Luggage? GPS? Comic books? Check out fitting gifts for grads at Yahoo! Search. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Saran untuk Ibu Nursyahbani Katjasungkana dan para anggota DPR
Sekadar saran buat Bu Nur dan nama-nama berikut: Annisah Mahfudz (FKB), Anna Muawanah (FKB), Badriyah Fayumi (FKB), Ida Fauziah (FKB), Maria Ulfah Anshor (FKB), Nursyahbani Katjasungkana (FKB), Syaidah Syakwan (FKB), Eva K Sundari (FPDIP), Ribka Tjiptaning (FPDIP), Tumbu Saraswati (FPDIP), Chairunnisa (FPG), Aisyah Hamid Baidlowi (FPG), Mariani Akib B (FPG), Marliah Amin (FPG), Nari Hardiyanti (FPG), Watti Amir (FPG), Sri Harini (FPG), Tyas Iskandar (FPG), Sudarmani Wiryatmo (FPG), Tisnawati Karna (FPG), Maryamah N B (FPG), Hayani Isman Sutoyo (FPG), Asiah Salekan (FPG), Latifah Iskandar (PAN), Kasmawati Tahir (FPBR) Saya bisa merasakan denyut rakyat yang resah atas perlakuan kejam terhadap para TKI yang mencari sesuap nasi di negeri manca. Sebagai anggota DPR dari PKB yang bergaul dengan para kyai tentunya Ibu tahu bahwa tradisi di Arab sana, pembantu rumah tangga itu masih dianggap budak. Bahkan, para tuannya bisa mencicipi tubuh sang budak. Kalau si pembantu rumah tangga lapor ke pihak berwajib, bisa dianggap menghasut karena tidak adanya saksi. Adalah langkah tepat bila Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak ikut demo di Kedutaan Arab Saudi seperti telah dilakukan oleh Migrant Care. Jadi tak terkesan kerjaan para anggota DPR cuma bisa adu mulut dan ongkang-ongkang kaki saja. Saya juga tak setuju apabila anggota DPR menerima pensiun. Buat apa? Dari gaji bulanan saja sudah cukup. Apalagi masa jabatan anggota DPR kan cuma 5 tahun (kalau tak terpilih lagi). e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Park yourself in front of a world of choices in alternative vehicles. Visit the Yahoo! Auto Green Center. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: PERS RELEASE
Sekadar saran. Kebencian kita terhadap para anggota DPR yang lamban, NATO (No Action Talk Only), menghambur-hamburkan duit rakyat dan cacat-cacat lainnya hendaknya tidak melebar pada kebencian terhadap Siaran Pers (Press Release). Bagi sebuah lembaga, penyebaran Siaran Pers itu perlu dan penting. Penulisan Siaran Pers juga ada strateginya yang semuanya bermuara pada Inti Pesan (Key Messages). Kalau ada ungkapan melecehkan Siaran Pers, saya rasa itu kekanak-kanakan. Penyebar Siaran Pers tentunya berharap agar maklumatnya dapat menjadi perhatian pengelola media massa. Namun menjadi hak redaksi media bersangkutan untuk memuat atau menindaklanjutinya. Untuk kasus Bu Nursyahbani yang anggota DPR, memang sebaiknya Siaran Pers tersebut tak mengatas namakan Kaukus atau lembaga-lembaga tak resmi di kalangan anggota DPR, tapi melalui partai dimana Ibu bernaung. Pada Siaran Pers tersebut tentunya juga disajikan secara kronologis apa yang sudah dilakukan oleh partai bersangkutan dalam isu-isu tertentu. Ibu dari PKB kan? salam, radityo djadjoeri stephanusmulyadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pres releasenya masih kurang. Saya tambahkan sedikit: 12. bahwa DPR jangan cuma ngomong doang, buat sesuatu dong. 13. bahwa DPR jangan terlalu banyak studi banding ke luar negeri. 14. bahwa DPR jangan selalu nuntut kenaikan gaji, tunjangan, dll. 15. Bahwa DPR jangan nuntut pensiun 15. Bahwa uang negara yang dihambur-hamburkan oleh DPR selama ini dikembalikan pada negara dan dipergunakan untuk meningkatkan pendidikan dan pemberdayaan TKW/TKI di dalam negeri. 16. Bahwadst. --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Nursyahbani Katjasungjkana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > PERS RELEASE > KAUKUS PARLEMEN UNTUK HAK AZASI MANUSIA > > "STOP KEKERASAN TERHADAP TKW/TKI > DAN TEGAKKAN HARGA DIRI BANGSA" > Jum'at, 24 Agustus 2007 > > Berdasarkan laporan dari barbagai sumber, baik dari mediamassa maupun kalangan LSM, kami mendapatkan data bahwa kasus kekerasan yang menimpa TKW Indonesia di berbagai Negara tujuan mencapai angka yang sangat mengkhawatirkan. Karena itu perlu perhatian serius dari pemerintah untuk menangani masalah ini agar tidak terus bertambah. Kami mengetahui bahwa pemerintah telah berupaya melakukan respon cepat dalam penanganan kasus-kasus yang menonjol yang telah diangkat oleh media massa, namun hal itu tidak cukup. > > Data Perlakuan Kekerasan yang berujung kematian atas TKW/TKI Indonesia di Luar negeri yang kami terima menunjukkan angka-angka yang sangat mengejutkan dan harus menjadi perhatian serius untuk segera membangun system perlindungan TKW/TKI di luar negeri yang komprehensif. Dalam semester pertama tahun 2007 ini saja terjadi 45 kasus kekerasan (fisik) yang dilaporkan. Arab Saudi dan Malaysia menunjukkan angka jumlah kasus yang sangat mencolok. Di Arab Saudi telah dilaporkan 21 kasus, sedangkan di Malaysia telah dilaporkan 14 kasus. Angka ini jauh di atas Negara-negara tujuan lain (AS, Bahrain, Taiwan, Kuwait, Hong Kong dan Singapura) yang rata-rata hanya di bawah 3 kasus. Sedangkan angka kematian dalam setahun terakhir mencapai 102 kasus yang dilaporkan, dengan rician sebagai berikut: Malaysia (36 kasus), Arab Saudi (18), Singapore (12), Yordania (7), Hongkong ((5), Taiwan (9), Kuwait (3), Jepang (1), tak diketahui negara tujuannya (4). > > Menanggapi laporan di atas, kami Kaukus Parlemen untuk HAM menyatakan hal-hal sebagai berikut: > > 1. Bahwa tingginya angka kasus kekerasan TKI di Arab Saudi dalam menurut Kaukus Parlemen untuk HAM adalah suatu masalah yang serius. Di luar laporan data kekerasan dan kematian TKI, sesungguhnya kami juga banyak mendapat laporan lisan di setiap kesempatan bertemu masyarakat tentang keluarga TKI yang kehilangan kontak dengan keluarga mereka yang bekerja di Arab Saudi dalam waktu yang sudah lebih dari setahun sejak keberangkatan. Hal ini tentu menjadikan anggota keluarga TKI cemas akan keselamatan anggota keluarganya yang bekerja di Arab Saudi tersebut. Kami memandang ini adalah suatu bentuk kekerasan terhadap TKI dan hal ini menduga ini salah satu penyebab rentannya TKI kita terhadap kekerasan bentuk lain. Oleh karena itu kami menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan surat protes kepada pemerintah Arab Saudi dan meminta penjelasan atas masalah ini serta menuntut keadilan bagi korban dengan hukuman seberat-beratnya bagi masing-masing pelaku penganiayaan > terhadap TKI. Selain itu pemerintah Indonesia, perlu secepat mungkin melakukan upaya-upaya pemulangan korban yang meninggal kepada keluarganya dan memenuhi hak-hak ahli waris korban. > > 2. Bahwa meskipun di negara-negara tujuan lain jumlah kasus kekerasan dan kematian TKI tidak setinggi di Arab Saudi dan Malaysia, Kaukus Parlemen untuk Hak Azasi Manusia memandang bahwa setiap kasus kematian TKI walaupun 1 kasus saja- adalah masalah y
[Forum Pembaca KOMPAS] Jakarta, provinsi yang belum demokratis walau ada Pilkada
Masyarakat Ibu Kota kini hiruk pikuk membincangkan pilkada - pemilihan gubernur DKI Jaya. Coblosan secara langsung yang pertama kalinya. Maklum, dulu gubernur DKI "wajib" dari kalangan militer dan ditunjuk langsung - alias tak dipilih oleh rakyat. Media massa sibuk berburu berita soal pilkada dan gegap-gempita kampanye jalanan yang menyertai. Pilihan cuma ada dua: Adang atau Foke. Adang jelas digemari para pendukung PKS. Sedangkan Foke disukai orang-orang yang cinta kemajemukan yang warna-warni. Tanggal 8 Agustus buat sebagian orang membingungkan: libur, tidak libur, libur, tidak libur. Kemarin ada beberapa teman yang minta dikirimi arsip surat soal libur resmi dari pemerintah lewat email. Nah, apakah dengan pilkada ini berarti sistem demokrasi sudah diterapkan secara menyeluruh di wilayah Jakarta? Tidak! Pasalnya 5 penguasa wilayah kotamadya belum dipilih langsung oleh rakyat. Mereka adalah Walikota Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara. Selama ini jabatan Walikota selalu ditunjuk langsung. Di masing-masing kotamadya tersebut juga tak memiliki DPRD Tingkat II. Semuanya menumpuk di DPRD Tingkat I. Bagaimana Jakarta akan berubah menuju yang lebih baik, kalau begitu? Mari kita lihat ke provinsi lain: semua walikota dan bupati sudah dipilih langsung oleh rakyat, bukan cuma gubernurnya saja. e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Pinpoint customers who are looking for what you sell. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Wawancara dengan Goenawan Mohamad: Salihara, Ragunan, Balai Rakyat, TUK .............................
Wawancara dengan Goenawan Mohamad: Salihara, Ragunan, Balai Rakyat, TUK . Berikut ini hasil wawancara saya dengan Goenawan Mohamad, di Teater Utan Kayu, Kamis sore, 26 Juli 2007 Oleh Rizka Maulana RM: Tim Komunitas Utan Kayu diberitakan akan buka satu tempat kegiatan baru di Jalan Salihara, dekat Ragunan dan Universitas Nasional, Jakarta Selatan. Apakah alasannya? Untuk mengembangkan sayap? GM: Itu sebagian kebetulan. Ada sepetak tanah yang cukup luas dan tidak mahal untuk ukuran Jakarta. Ada bantuan dana dari harian Jawa Pos, yang selama beberapa tahun terakhir ini membiayai program dan pengeluaran rutin Teater Utan Kayu. Kami putuskan untuk memanfaatkan semua itu buat membuat satu tempat kegiatan baru. Diketahui bahwa banyak penonton kegiatan kesenian di Gedung Kesenian Jakarta dan Taman Ismail Marzuki datang dari Jakarta Selatan. Satu tempat altenatif yang memudahkan mereka, akan membantu banyak hal. Lagipula tempat kegiatan itu dekat sekali dengan Balai Rakyat. Kami berencana menjalin hubungan simbiotis dengan kegiatan anak-anak di sana. RM: Jadi Teater Utan Kayu (TUK) akan terus berjalan? GM: Ya. Kami sedang menyusun pembagian kerja antara kedua tempat itu. Belum selesai. RM: Ada pihak-pihak yang menuduh TUK sebagai arogan dan eksklusif. Bagaimana komentar Anda? GM: Apakah dalam tuduhan itu ada contoh yang menggambarkan arogansi dan sikap eksklusif TUK? RM: Kayaknya tidak. GM: Kalau ditunjukkan kasusnya dan terbukti, kami akan memperbaiki diri. Kalau tidak ada, bagaimana akan saya tanggapi? RM: Anda sudah baca Pernyataan sikap Sastrawan Ode Kampung baru-baru ini? GM: Belum. RM: Di dalamnya ada penolakan terhadap arogansi dan dominasi sebuah komunitas atas komunitas lainnya. Tampaknya ini serangan kepada TUK. GM: Apakah TUK disebut-sebut? RM: Tidak. GM: Kalau begitu sulit dikatakan itu serangan kepada TUK. RM: Anda sudah baca buletin yang disebut Bumi Putra? GM: Belum. RM: Kok nggak peduli? GM: Saya sedang tak punya banyak waktu. Di samping menulis Catatan Pinggir tiap minggu untuk Majalah Tempo, saya sedang menuliskan kembali ceramah saya tentang estetika jeda dan satu telaah tentang Pramoedya. Saya juga sedang menyelesaikan serangkaian sajak dengan mengambil dasar novel Cervantes, Don Quixote. Sebentar lagi saya harus menuliskan satu libretto, Tan Malaka. RM: Kok sibuk sekali? Nggak ada waktu buat polemik? GM: Karena waktu saya terbatas, saya mendahulukan menulis dan menelaah. Lagipula, dalam pengalaman, di Indonesia ini sejak Polemik Kebudayaan sangat sedikit polemik yang bermutu. RM: Dalam buletin Bumi Putera ada kata-kata yang mengasosiasikan Anda dengan gigolo dan pelacur budaya. Juga ada disebut nama Ayu Tapi Mambu. Dengan kata lain, kata-kata yang umumnya akan dianggap kasar dan kotor. GM: Hmm. RM: Maksud Anda? GM: Mungkin penulisnya anak-anak remaja. Gejala itu seperti corat-coret di tembok kakus. Bagi saya, tak perlu dianggap serius. Saya kira kalau nanti mereka lebih dewasa, akan berubah cara menulisnya. RM: Taufiq Ismail menyebut adanya GSM, Gerakan Syahwat Merdeka. Ada yang mengatakan akronim itu mirip dengan akronim anda, Goenawan Susatyo Mohamad. GM: Ha,ha,ha. RM: Bagaimana tanggapan Anda tentang apa yang oleh Taufiq Ismail disebut FAK, Fiksi Alat Kelamin? GM: Produksi akronim lagi naik, rupanya. RM: Menurut Taufiq Ismail, Fiksi Alat Kelamin itu dipelopori Ayu Utami dan Jenar Mahesa Ayu. Menurut Anda, apakah itu tepat? GM: Apakah Mas Taufiq menunjukkan secara persis karya mana dari kedua sastrawan itu yang menunjang statemennya? RM: Tidak. GM: Hmm. Aneh... e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, photos & more. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] RCTI Tebar Ancaman
Bung Steven, Saya sudah baca dari atas sampai bawah, tapi tidak menemukan rincian staf RCTI meneror Anda. Caranya seperti apa? steven lenakoly <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mulai tanggal 12 Juli 2007 lalu saya menulis soal pembangunan tower milik RCTI yang ada jl Sambisari 3 A Surabaya. Tampaknya dengan tulisan tersebut RCTI kebakaran jenggot. Saya dari detiksurabaya.com tidak mempunyai maksud apapun menulis soal itu, tanpa tendensi. Murni karena ada permasalahan penolakan warga sekitar. Tapi sikap tidak sopan ditunjukkan oleh RCTI. Mereka, sangat tidak profesional, secara tidak sopan mereka meneror kami. Nomor yang digunakan adalah no kantor RCTI Surabaya. Saya sesalkan adalah: 1. Kalau memang RCTI dalam posisi tidak bersalah mengapa kok harus marah-marah dan meneror kami. 2. Tindakan ini (teror) menunjukkan bahwa RCTI memang bersalah dengan tower tersebut. 3. RCTI tidak profesional karena masih menggunakan cara kuno yaitu dengan meneror kami secara kampungan. Gimana mau maju? Tv sekelas RCTI aja harus kampungan. __ Bored stiff? Loosen up... Download and play hundreds of games for free on Yahoo! Games. http://games.yahoo.com/games/front - It's here! Your new message! Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Apakah Alien = Makhluk Luar Angkasa itu ada ?
Dear FPKers dimana saja berada, Sebenarnya kalau kontak dengan aliens kelak terjadi, dunia akan guncang, khususnya bagi para agamawan. Apalagi kalau para alien itu menenteng kitab suci yang versinya berbeda dengan yang saat ini beredar dan dipercayai sebagian umat manusia di Bumi. Saya yakin, aliens itu ada dan di masa lalu pernah melakukan kunjungan ke Bumi. Bahkan sebagian dari kita kemungkinan besar adalah hasil asimilasi dengan alien. Macam Hawking yang telinganya agak lebar sepertinya nenek moyangnya adalah alien..;)) Oh ya, perlu saya tambahkan. Menurutku (lagi-lagi menurutku), virus bakteri kuman = jin setan = aliens. Saya yakin itu. Orang -orang di masa lampau percaya, usai terjadinya "cleret gombel" (meteor jatuh), tak lama kemudian akan terjadi "pageblug" - merajalelanya penyakit aneh dan kesialan lain yang menimpa masyarakat. Artinya apa? Batu meteor itu menyebarkan virus asing dari luar angkasa. Virus tersebut menyebar dan membiak di Bumi. salam, radit catatan buat penggemar isu UFO, ada milisnya, silakan japri.. Mod: Pak Radityo, apakah ini milisnya? http://tech.groups.yahoo.com/group/beta-ufo/ si_andi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kalau diskusi terus direferensikan ke kitab suci apalah yang mau didiskusikan? Paling buntutnya lakum dinukum waliyadin, tidak menambahi apa-apa. Andi
RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] minta tolong -> kontak CIDA di Indonesia
Selamat ya Mbak Binny...saya baca profilnya di The Jakarta Post. Kalau diperbolehkan moderator, bisa posting ke milis? Biar member lain lebih memahami profesi yang digeluti Mbak Binny. salam rd Binny Buchori <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Bung Patrick, CIDA ada di Kedutaan Canada di Jakarta. Wisma Metropolitan, Jl. Jemdral Sudirman. Alamt lengkapnya bisa dicari di google, salam, binny _ From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Patrick Sent: Tuesday, July 10, 2007 5:34 PM To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] minta tolong -> kontak CIDA di Indonesia Ada yang bisa memberikan kontak Canadian International Aid Agency (CIDA)di Indonesia? Terima kasih sebelumnya, Patrick Hutapea
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Mencari Legium Veteran
Mas Ari, Sekadar masukan, istilah yang lazim digunakan adalah "Legiun", bukan "Legium". ari aristides <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Rekan-Rekan yang Baik, Mungkin ada diantara rekan-rekan yang kenal dengan seorang legium veteran perang kemerdekaan atau pasca kemerdekaan RI. Saya mencari legium veteran yang saat ini tinggal di Jakarta atau sekitarnya. Saya sedang membuat cerita tentang prajurit yang dulu bertempur dimedan perang, tapi kini harus berjuang dalam pertempuran yang lain yaitu pertempuran kehidupan. Bila ada, mohon informasinya diberikan melalui japri. Terima kasih atas bantuan rekan-rekan. Salam Terus Berjuang Ari Aristides
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Keunikan Jurnalisme Kuliner - Mengapa "Selalu Enak?"
Di balik berbagai tayangan wisata kuliner yang berseliweran di layar kaca sebenarnya ada misi penting yaitu ikut mempromosikan masakan-masakan warisan nenek moyang kita. Selain itu, tayangan tersebut penting untuk mengangkat usaha kecil menengah (UKM) yang dijalani para penjaja makanan yang tersebar di pelosok Nusantara. Sebagai contoh tayangan Bango Cita Rasa Nusantara (BCRN) yang ditayangkan di Indosiar tiap Sabtu pagi. Sudah berapa ratus penjaja makanan papan bawah yang tertolong oleh program semacam itu. Bahkan, ada beberapa penjaja yang ikut Festival Jajanan Bango, namanya langsung terangkat. Buntutnya, gerainya jadi laris manis bak gula jawa dijilati semut. Makanya saya kurang "sreg" kalau yang ditayangkan di layar kaca adalah resto-resto dan cafe-cafe papan atas. Apalagi kalau itu pewaralaba asing. Terakhir, saya usulkan kepada para pengelola stasiun TV agar punya "tarif iklan khusus" untuk bisnis UKM, apa pun itu. Bukan hanya produk milik konglomerat yang pantas berseliweran di layar kaca. e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com Satrio Arismunandar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: KEUNIKAN JURNALISME KULINER - MENGAPA SELALU ENAK? Bondan Winarno, ahli kuliner yang ngetop dengan ungkapan maknyus itu tampak mengunyah hidangan yang tersaji di depannya. Tetapi mendadak, ia langsung memuntahkannya! Tidak enak! Betul-betul tidak ada nikmatnya! ujarnya, menyumpah-nyumpah. Pernahkah Anda menyaksikan tayangan semacam itu di layar televisi? Ya, pasti tidak pernah. Semua yang dimakan Bondan di layar televisi selalu enak, gurih, nikmat, sedap, dan pokoknya maknyuss! Sejumlah rekan pernah bertanya kepada saya, mengapa liputan tentang masakan semacam program Wisata Kuliner-- di media televisi hanya menayangkan makanan yang enak-enak saja? Kenapa tidak pernah ada yang meliput restoran yang menyajikan masakan yang tidak maknyus? Jawaban saya, liputan semacam Wisata Kuliner itu memang bukan jurnalisme yang bisa kita bandingkan dengan liputan peristiwa kebakaran, kecelakaan, bencana alam, konflik politik, kriminalitas, dan sebagainya. Wisata Kuliner sepatutnya kita masukkan dalam rubrik pelayanan masyarakat. Sifatnya informatif, seperti info tentang acara bioskop besok sore, atau info-info ringan lain yang dibutuhkan masyarakat. Wisata Kuliner memberi informasi pada pemirsa yang doyan makan enak atau ingin mencoba berbagai jenis masakan di berbagai tempat. Tentu saja, secara logika, tidak ada pemirsa atau konsumen yang sengaja mencari restoran yang hidangannya tidak enak. Mereka hanya mau makan santapan yang lezat, khususnya yang direkomendasikan oleh Bondan Winarno, wartawan atau media massa. Maka Jurnalisme Kuliner, kalau saya boleh mengatakannya demikian, adalah selalu berpihak dan satu arah. Bahkan (meskipun tidak dimaksudkan demikian), sulit untuk menghindarkan kesan promosi terhadap makanan dan restoran bersangkutan. Dalam tayangan televisi, jelas disebutkan nama restoran dan alamatnya, sehingga pemirsa yang penasaran bisa langsung pergi sendiri ke restoran bersangkuran untuk mencicipi hidangannya. Kalau pun nama restoran dan alamatnya tidak disebutkan, penonton yang penasaran akan menelepon stasiun TV bersangkutan. Dan, sebagai bagian dari upaya melayani audience, tentu saja wartawan akan memberitahukan nama restoran dan alamatnya. Tentu saja, liputan kuliner juga bisa sekaligus dijadikan lahan iklan bagi stasiun TV bersangkutan. Misalnya, bekerjasama dengan produsen produk-produk tertentu (bumbu masak, kecap, bakmi, dan sebagainya). Ini sering dilakukan secara terang-terangan. Semua akhirnya berpulang ke pemirsa sebagai konsumen. Mau percaya penuh, atau skeptis terhadap rekomendasi media. Tapi yang jelas, pasti Bondan Winarno, wartawan dan media juga tidak berani gambling, dengan merekomendasikan masakan yang tidak enak, karena ini terkait dengan kredibilitasnya. Mohon maaf, jika tulisan saya ini tidak maknyuss! *** Satrio Arismunandar Producer - News Division, Trans TV, Floor 3 Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4026, Fax: 79184558, 79184627 http://satrioarismunandar6.blogspot.com http://satrioarismunandar.multiply.com
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: PDI-P dan Golkar Berkoalisi akibat Sektarianisme
Saya amat setuju andai PDIP dan Golkar melebur jadi satu, lalu berganti bendera menjadi Partai Republik. Sedangkan Partai Demokrat bisa menarik partai-partai gurem dengan bendera Partai Demokrat (tidak berubah). Dengan harapan, di masa depan kedua partai tersebut akan bertambah kuat. Sistem multipartai sudah selayaknya dihapuskan, karena bikin tidak nyaman saja, termasuk digulungnya parpol yang mengusung agama. Konsekuensinya tentu saja berat: 1. Jusuf Kalla harus rela mundur menjadi RI 2 2. Mulai berlakunya sistem sekuler, artinya pemerintah tak lagi mengurusi soal agama. Kembalikan otoritas agama kepada para pemeluknya. Departemen Agama dilebur (bukan dibubarkan) menjadi Dewan Agama dengan biaya dari umat masing-masing, bukan dari kantong pemerintah (pos buat KKN berkurang). Macam MUI, Dewan Gereja dan sebagainya masuk ke dalam Dewan Agama (juga tak lagi diduiti oleh Pemerintah). 3. Pemilu dan Pilkada dijadikan satu paket, sehingga tidak merugikan masyarakat luas. Ada tambahan? Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Gus Dur: Itu Skenario Menghadapi Pilpres 2009 http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0706/25/utama/3628529.htm = Jakarta, Kompas - Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate Sukardi Rinakit menilai koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar mempunyai empat dimensi. Dimensi pertama adalah bersatunya kelompok nasionalis karena khawatir dengan menguatnya sektarianisme. Sementara itu, sosiolog dari Universitas Airlangga, Daniel Sparringa, Minggu (24/6), menuturkan, pesan yang ingin disampaikan Partai Golkar dan PDI-P lewat pertemuan Medan itu, antara lain, untuk memberikan pesan kepada masyarakat bahwa di antara mereka tidak ada perbedaan mendasar. Dalam perbincangan dengan Kompas, kemarin, Sukardi Rinakit mengemukakan, dari empat dimensi itu, yang kedua, ada keinginan untuk melakukan penggantian kepemimpinan secara reguler dan menjadikan partai politik sebagai pilar demokrasi. Hal ini seiring dengan munculnya ke atas permukaan gerakan cabut mandat maupun calon independen. Ketiga, membangun komitmen di antara dua partai besar untuk menguasai parlemen dan saling menunjang dalam pemilu presiden (pilpres) maupun pemilihan kepala daerah. Keempat, PDI-P sendiri sebagai inisiator dari koalisi itu ingin menjajaki orang nomor dua, yaitu Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar Surya Paloh, setelah menjajaki Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin. "Koalisi ini positif," ucap Sukardi. Koalisi ini oleh Sukardi pun diperkirakan akan lebih solid ketimbang koalisi jilid I yang pernah digagas Akbar Tandjung, yaitu menggabungkan Partai Golkar, PDI-P, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ketua Dewan Syuro PKB Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menilai koalisi itu akan sulit diwujudkan pada tataran praksis, dan hanya sebatas pada tataran ideologis. Menurut dia, koalisi ini juga merupakan skenario dalam menghadapi pemilihan presiden tahun 2009 serta bertujuan untuk mempersempit pintu masuk bagi calon presiden dari partai lainnya. Aria Bima, anggota Fraksi PDI-P di DPR, mengungkapkan, "Koalisi Kebangsaan" di Medan itu lebih didasari motivasi kebangsaan yang akhir-akhir ini didera persoalan. Dalam konteks ini, di Medan, kebetulan yang menjadi "mitra" PDI-P adalah Golkar karena memiliki visi yang sama dalam persoalan kebangsaan dan Pancasila. Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gerakan Pemuda Ansor Malik Haramain, semalam, mengatakan, yakin pertemuan di Medan itu, bagaimanapun, memiliki kaitan dengan pertemuan antara Taufik Kiemas dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Pusat GP Ansor, Jalan Kramat Raya 65, pada 20 Mei lalu. "Pertemuan politik selalu saling terkait," ujarnya. (SUT/NWO/JON/OSD/ONI) e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, photos & more. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Reporter hanya dibayar Rp.15.000,-/berita
Anjuran Lasma mungkin bagus buat kantong...tapi tak lazim. Di media yang aturannya ketat dan sudah benar, kerja "nyambi" yang kerap disebut "moonlighting" itu diharamkan. Bayangkan saja kalau wartawan nyambi jadi humas sebuah perusahaan besar dan MNC lagi...wow itu berbahaya! Kalau si wartawan ditugaskan oleh bosnya untuk menuliskan artikel tentang perusahaan dimana ia nyambi, sudah pasti akan bias..dan hasilnya sudah pasti mirip pariwara atau rubrik citra atau pay article atau advertorial. Dan untungnya, saya amati tak ada MNC di Indonesia yang mempekerjakan wartawan untuk jadi PR-nya. Kalau mereka mau kerja di perusahaan itu ya musti cabut statusnya sebagai wartawan. Bagaimana, ada masukan dari Mas August Hamonangan? steven lenakoly <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Dear all, Kalau sudah begini jangan menyalahkan repoter kalau mempunyai pekerjaan sambilan. Kecuali ndobel jadi wartawan, akibat dari ada kerja sambilan maka perkerjaan wartawannya sering tidak profesional. Wartawan tidak lagi memihak pada kepentingan publik, wartawan tidak obyektif. Padahal jika wartawan adalah ikon perubahan masyarakat. Nah kalau sudah begini, jangan salahkan masyarakatnya tidak cerdas. Hehe. In my Humble opinion Salam steven 031 71504115 --- Lasma siregar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Kecil sekali ya, kalau cuma dihargai Rp > 15.000/berita! > Nampaknya para reporter(wartawan) perlu juga punya > kerjaan yang lain. > Jadi penerjemah, public relation buat perusahaan > asing, > pengarang novel pop, penulis lagu dangdut... > > Apa sajalah, asal tak jadi "wartawan amplop"! > Bagaimana rekan-rekan yang jadi reporter > pengalamannya > di media cetak, radio atau tv? > Semoga kalian tabah hati and all the best! > > Salam > Las.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Jawaban M. Mahendradatta dari TPM tentang "teroris berkedok Islam"
Apakah anda yakin mereka teroris? Kami yang siang malam mempelajari kasus dengan berbagai bukti yang ada di persidangan kok tidak menemukan itu ya? Mohon maaf atas ketololan kami, semoga nanti segera kami diganti oleh yang pintar-pintar. Kami semua memang Pengacara (sekarang advokat) dan beragama Islam (Muslim) apa tidak boleh kelompok kami mengatakan kami ini Pengacara Muslim? Nadhatul Ulama juga boleh walaupun tidak semua Ulama ikut, Majelis Ulama Indonesia juga boleh walau tidak semua Ulama menjadi anggotanya. Kalau kasus yang kami tangani tidak saja terorisme banyak yang lain termasuk membela Pemilik Pabrik Tekstil yang keturunan tionghoa beragama Budha dari serangan Ormas-Ormas Islam di Pekalongan Jawa Tengah akibat rekayasa seorang buruh pabrik yang mengada-ada menyebar isyu pemilik pabrik tersebut melarang buruhnya sholat Jumat padahal tidak ada faktanya. Tapi kasus-kasus kami yang lain tidak diekspose media jadi tidak banyak yang tahu. Pernah dengar gak kami terus menerus memperjuangkan penuntutan hukum bagi pelaku-pelaku Pembantaian RIBUAN Ummat Islam di Poso dan Ambon, dimana menyangkut juga ratusan Wanita & Anak-anak dengan cara dibelah perutnya, dicacah,diperkosa, diinjak dadanya beramai2 sampai pecah, dan maaf bagian vital wanita setelah diperkosa dirobek dengan ditusuk tombak. Kemudian antara lain seorang Pria yang menarik uang dari BRI kemudian terbaca KTP nya beragama Islam sesampai diluar dipukuli sampai kepalanya mengelupas dan akhirnya pecah didepan serombongan patroli Polisi yang diam saja. kalau mau lihat videonya silahkan saja hubungi kami.Sampai hari ini tidak ada satupun dari 17 nama Pimpinan Pelaku Pembantaian tersebut (padahal saksi yang kami bawa ke Polda Sulteng sudah lebih dari 10 orang) yang diperiksa Polisi. Pro dan Kontra tentang kami itu biasa... Insya Alloh sampai hari ini tidak sepeserpun uang kami nikmati dari klien-klien TPM. Suka dan tidak suka, Mohon doanya, semoga Alloh SWT menghentikan kami segera bila kami tersesat dan melancarkan jalan kami bila itu benar. Oh iya Amrozy dihujat sebagai Teroris karena ngebom sekali dalam satu hari, kalau Israel yang ngebom setiap hari selama 60 hari apa namanya ya? Salam, M. Mahendradatta Mahendra Law Firm - Choose the right car based on your needs. Check out Yahoo! Autos new Car Finder tool. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Undangan Diskusi Publik: "Saatnya Pemimpin Muda Berkuasa", Selasa, 19 Juni 2007
Dear Mbak Cahyaning, Bukan maksud hati untuk memperdebatkan tema. Saya sekadar bertanya, syukur-syukur pertanyaan saya dibaca oleh salah seorang panitia yang mengikuti milis ini. Selanjutnya? Terserah mereka. Soal tema acara yang kurang mengena, menurutku justru lebih pas diomongin sebelum Hari-H. Apalagi sebagian pembicaranya juga ikut milis ini, semisal Mas Budiman Sudjatmiko. Kebetulan, tadi siang saya sempat beremail-emailan dengan mas Ulin Yusron yang juga panitia acara ini, tetapi ngomongin soal lain (Ok, saya c/c ke beliau). Kalau acaranya berlangsung besok, sudah pasti panitia sudah memesan backdrop dan lainnya dengan tema yang dipajang segede gajah. Dan kalau kita besok nonton TV, pasti di berita akan disorot tema itu terus-menerus. Umumnya, perusahaan atau panitia saat membuat sebuah tema/topik/brand dan lainnya selalu didiskusikan dengan panjang, jauh hari sebelumnya. Berbagai usulan ditampung, kemudian disaring, lalu terpilihlah satu tema yang mantap dan tidak malah menciptakan citra miring atau negatif. Buatku, istilah "berkuasa" dikaitkan dengan pemimpin muda adalah sesuatu yang memiliki makna negatif. Saya hanya menggunakan feeling saja sih, maklum bukan pakar bahasa, juga bukan politisi. Tema dengan tone yang "lebih pas" menurutku adalah: "Saatnya kaum muda memimpin bangsa"... Bagaimana Mas BS dan Mas Ulin? cahyaning buana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Bapak Ibu yang baik... Gini deh... gimana kalo kita datang aja sekalian dalam acara diskusi publik itu, daripada hanya temanya aja yang diperdebatkan di sini. So, kita bisa sekalian perdebatkan dan kritisi materi dari diskusi publik itu. Bukankah ketidaksepakatan-ketidaksepakatan hanya akan menjadi bisul nurani dan hanya sekedar jadi bisik2 lorong kalau gak di utarakan secara jantan kepada yang bersangkutan??? So, yuuukkk... Rame2 kita liat acaranya... Warm Regards, Asri
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Undangan Diskusi Publik: "Saatnya Pemimpin Muda Berkuasa", Selasa, 19 Juni 2007
Buat saya, tua muda sama saja. Yang penting jujur, cakap, pintar, berwibawa, tidak oportunis, sopan, demokrat sejati, tidak sektarian, tidak puritan, anti poligami, berjiwa seni, paham budaya Nusantara warisan nenek moyang kita dll.. Saya juga ngeri dengan istilah "berkuasa"... Menguasai siapa? Menguasai negeri ini? Sungguh istilah yang menyeramkan... Akan lebih tepat diskusi publik bertajuk: "Saatnya kaum muda menjadi pemimpin" Makna pemimpin kan luas, bisa saja dia jadi tokoh di LSM, menjadi ketua RT/RW dan seterusnya Tak musti jadi Presiden bukan? Winuranto Adhi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: [EMAIL PROTECTED] .com; a public discussion: "SAATNYA PEMIMPIN MUDA BERKUASA" "Angkatan muda harus punya keberanian. Kalau tidak punya, sama saja dengan ternak yang hanya sibuk mengurus dirinya sendiri." Pramoedya Ananta Toer Dalam sejarah pergerakan dunia, perubahan selalu lahir dari tangan kaum muda. Pasca reformasi 1998 dan e ra liberalisasi politik dan ekonomi telah membuka ruang bagi kaum muda untuk aktif dalam kancah politik nasional. Para mantan aktivis mahasiswa dan gerakan massa pun kini beralih kandang mendominasi ruang-ruang politik dengan menduduki jabatan-jabatan strategis di partai, lembaga eksekutif maupun legislatif. Di tengah kondisi ekonomi yang menghimpit rakyat, mampukah para pemimpin muda ini memberikan perubahan bagi terciptanya demokrasi yang mengabdi pada kepentingan rakyat? Kami mengundang Anda untuk hadir, menyumbangkan gagasan, serta menjadi saksi sejarah bertemunya para pemimpin muda dari berbagai latar belakang politik, dalam diskusi publik terbuka "Saatnya Pemimpin Muda Berkuasa" pada : Hari/Tanggal: Selasa, 19 Juni 2007 Waktu : 13.00 16.30 WIB Tempat: Candi Dieng Room, Hotel Sahid Jaya, Jl. Jendral Sudirman, Jakarta Pembicara: 1. Budiman Sudjatmiko (Sekjen REPDEM/PDIP/mantan Ketua PRD) 2. Andi Arief (Sekjen Jaringan Nusantara/mantan Ketua SMID) 3. Yenny Wahid (Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa) * ) 4. Sukardi Rinakit ( Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate) 5. Agus 'Jabo' Priyono (Ketua Papernas) 6. Budiono (DPP Partai Bintang Reformasi) 7. Eko Sancoyo (DPP Partai Pelopor) Moderator: Hilmar Farid * ) dalam konfirmasi Penanggap Aktif : 1. Max Lane (Indonesianis) 2. Zoemrotin K.S. (Komnas HAM) 3. Hario Ketjik (Pelaku Sejarah) 4. Bonnie Setyawan (Institute Global Justice) 5. Harsono (pengusaha muda nasionalis) organized by: aktivis_bicara, confirmation: Lilik HS 08561232131; Petrus H. Hariyanto 0817190037 [EMAIL PROTECTED]
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kembali, SPEEDY TELKOM Mengecewaan Pelanggan Setia
Mbak Nadia, Kalau pengalaman saya justru sebaliknya. Kalau ada problem semisal sambungan ke internet lagi down, saya langsung menghubungi 147. Begitu saya jelaskan problemnya, tak lama kemudian mereka sangat peduli kok, seperti menuntun saya untuk set-up agar sambungan internet bisa kembali normal. Saran saya, saat mengontak customer care, walau kita lagi marah, tolong ditahan amarahnya karena tak akan menyelesaikan masalah. Nadia <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Beberapa bulan yang lalu saya sempat komplain terhadap kinerja customer care Telkom, khususnya SPEEDY. Memang pada waktu itu, setelah komplain saya ditayangkan di beberapa surat pembaca, secara khusus pihak Telkom kandatel Jakarta Pusat menghubungi saya, dan memberikan solusi. Apa harus lewat surat pembaca baru keluhan pelanggan didengarkan? Lalu apa kabar dengan Customer Care 147 yang katanya layanan gangguan dan pengaduan pelanggan? What do they "CARE" about? Terhitung hari ini (3/6/07), sudah 3 hari koneksi internet saya mati. Awal pengaduan saya, dibilang koneksi saya terblokir. Memang terjadi keterlambatan pembayaran, hal ini berhubungan dengan kejadian komplain saya sebelumnya, dimana solusi yang diberikan salahsatu-nya, jaringan saya dirubah menjadi "yang katanya" lebih baik, dari Alcatel menjadi HuaWei. Sayangnya setelah perubahan jaringan, surat perubahan berlangganan pun ditinggal begitu saja dirumah saya selama hampir 3 bulan. Ditambah lagi, perubahan tarif speedy yang menjadi lebih murah, tidak diimbangi dengan konsep kepuasan pelanggan yang baik. Kebetulan memang saya sedang tugas Luar Negeri pada saat pembayaran speedy, sehingga saya menitipkan kepada orang rumah agar dilakukan pembayaran speedy sesuai dengan billing statement. Tapi sampai detik ini, billing statement tidak ada dikirim ke rumah saya. Lalu bagaimana caranya orang rumah saya yang notabene tidak mengerti penggunaan komputer bisa tahu jumlah yang harus dibayar. Akhirnya pada tgl 1/6/07 speedy saya resmi terblokir, justru pada saat saya kembali dari luar negri dan memerlukan koneksi internet untuk report email ke luar. Hal pertama yang saya lakukan adalah menghubungi 147. Memang saya diberikan telpon pribadi seorang customer care Jakarta Pusat, tapi pada saat tersebut tanggal merah bukan? Lalu apa reaksi dari saudara "ARI" call center 147. Dia mengatakan agar saya melakukan pembayaran melalui ATM bila ingin dibukakan hari itu juga, dia juga tidak menyarankan untuk melakukan pembayaran di plasa telkom, dikarenakan keadaan mendesak saya yang membutuhkan koneksi internet. Sebelumnya sudah saya tanyakan, bukankah prosedurnya 1 x 24 jam, tetapi dia mengatakan bahwa dia BISA bantu bukakan isolir langsung sesaat setelah saya melakukan pembayaran via atm, hal ini dia yakinkan dengan memberi contoh salah satu komplain yang masuk sebelum saya ke dia. Rumah saya cukup jauh dengan ATM, dan setelah saya di ATM dan memberikan laporan, kali ini yang terima telp saudara "WAWAN", dia bilang akan dibuka 1x24 jam. Loh saya dipermainkan ini, dibohongi, sudah jauh2 ke ATM malah dibilang internet tidak bisa langsung menyala. Tahu seperti itu lebih baik saya ke plasa telkom keesokan harinya. Sampai dirumah mendapati internet belum hidup, saya kembali menghubungi 147, diterima oleh saudara "Ronald", hal yang sama juga dijanjikan oleh dia. Lagi, saya komplain setelah LEBIH DARI 1X24 JAM tetap tidak menyala, kali ini diterima oleh saudara "DONNY". Yang ini saya SANGAT TIDAK TERIMA, saya dijadikan permainan, maaf saja, saya juga pernah bekerja membawahi suatu call center, saya tahu persis perangkat alat dan ciri khas bunyi telp bila sedang di Mute atau di Relay atau di Loud Speaker. Dengan kurang ajar, saudara "JAJA" mendiamkan saya yang saat itu sedang emosi, dan berkali² menaruh telpon dalam posisi "LOUD SPEAKER" agar teman²nya dapat mendengarkan dan bisa mentertawakan saya. Setelah saya minta dia mematikan loud speaker, reaksinya sungguh kurang ajar,sambil berbisik dia bilang "LOH KOK DIA BISA TAHU YA!"(MOHON PERHATIAN MANAGEMENT TELKOM UNTUK KELAKUAN PARA CUSTOMER CARE 147). Apa semua orang yang telepon ke 147 itu bodoh dan bisa mereka permainkan? saya benar² tidak terima dengan perlakuan dari semua customer care 147 (ARI, WAWAN, JAJA, RONALD, DONNY, DEWI) Sekarang setelah 1x24 jam, alasan mereka gangguan masal untuk mereka yang terkena blokir. Mau sampai kapan? saya harus mengkhususkan ke warnet untuk kirim report email saya dan SAYANGNYA surat pembaca ini, karena sudah 3 hari, komplain saya tidak didengarkan, dan hanya dijadikan bahan olok-olok oleh para pegawai call center. Kalau begini kinerja telkom melayani kepuasan pelanggan, apakabar dengan misi telkom "memberikan layanan " One Stop InfoCom " dengan jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif". Apa itu hanya sekedar tulisan pemanis company profile sehingga ramai orang membeli saham public-nya?
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanya - Re: Lomba Penulisan Iptek 2007
Mas Adi, Numpang tanya boleh? Kenapa juaranya loncat dari juara I, II, langsung IV? Kemana juara III? Atau salah ketik? salam, radit Adi Nugroho <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Dari browsing di situs RISTEK, dpt info ttg lomba penulisan IPTEK 2007. Barangkali ada yg berminat. Salam hangat, Adi Nugroho http://axireaxi.wordpress.com/ ~menghimpun dan menyajikan pengetahuan~ ** *** ** Lomba Penulisan Iptek 2007 Pengembangan maupun pemanfaatan sumber energi terbarukan dan Open Source Software (OSS) perlu lebih dimasyarakatkan maupun dipromosikan, yang di antaranya melalui peran wartawan serta penulis. Hal inilah yang mendasari penyelenggaraan Lomba Penulisan Iptek 2007 oleh Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mapiptek) bekerjasama dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT). Lomba Penulisan Iptek 2007 bagi wartawan dan penulis merupakan salah satu rangkaian kegiatan tahunan Hari Kebangkitan Teknologi Indonesia (Hakteknas) ke-XII. Tema Hakteknas ke-XII kali ini, yaitu IGOS! - Meningkatkan Citra Kemandirian Bangsa. Momentum itu diperingati setiap tanggal 10 Agustus. Tujuan diselenggarakan lomba penulisan Iptek 2007, adalah untuk * meningkatkan penyebaran informasi iptek kepada masyarakat di Indonesia; * mensosialisasikan iptek dalam berbagai bidang kehidupan manusia; * menggugah dan mengembangkan minat menulis karya ilmiah populer. Adapun topik pilihan dalam lomba Penulisan Iptek 2007 terdiri dari: 1. Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan; dan 2. Pengembangan dan Pemanfaatan Open Source Software. Sedangkan kriteria lomba yaitu: 1. Terbuka untuk 1. Seluruh wartawan media cetak Indonesia, yang dibuktikan dengan fotokopi identitas wartawan; 2. Masyarakat umum di seluruh Indonesia (nasional dan daerah); 2. Naskah sudah harus diterbitkan di media cetak, mulai dari 11 Agustus 2006 sampai dengan 11 Juli 2007; 3. Penerimaan naskah paling akhir 16 Juli 2007 (cap pos); 4. Peserta bisa mengirimkan lebih dari satu materi publikasi; 5. Masing-masing dibuat rangkap tiga, meliputi fotokopi kliping tulisan dan daftar tulisan; dan 6. Naskah dikirim ke: Panitia Lomba Penulisan Iptek d/a Sekretariat Mapiptek Press Room, Gedung II BPPT Lt 1, Jl MH Thamrin No 8, Jakarta 10340 Telp/faks 316.9077; 7098.0582 e-mail [EMAIL PROTECTED], www.ristek.go.id Jadwal: * Batas akhir penerimaan tulisan 16 Juli 2007 * Seleksi awal 16-24 Juli 2007 * Penjurian 25-31 Juli 2007 * Menghubungi pemenang 06 Agustus 2007 * Penyerahan Hadiah 10 Agustus 2007 Hadiah: 1. Wartawan media cetak a. Juara I : Uang Rp 5 juta + Plakat + Piagam + Piala Bergilir Menristek b. Juara II : Uang Rp 3 juta + Plakat + Piagam c. Juara IV : Uang Rp 2 juta + Plakat + Piagam 2. Penulis (nonwartawan) a. Juara I : Uang Rp 5 juta + Plakat + Piagam + Piala Bergilir Menristek b. Juara II : Uang Rp 3 juta + Plakat + Piagam c. Juara IV : Uang Rp 2 juta + Plakat + Piagam
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] "Penyakit-penyakit" masyarakat di era peralihan
Mas Ulil, Jawabannya adalah: "Kemandirian Ormas". Masing-masing ormas kan punya anggota dari berbagai kalangan. Ada yang tajir dan adapula yang kantongnya pas-pasan. Untuk menghindari perselingkuhan politik dan bisnis, mustinya ormas, apalagi ormas bernuansa agama, tidak "mengemis-ngemis " ke departemen dan perusahaan-perusahaan milik konglomerat. Ini adalah bagian dari perwujudan dari semangat mewujudkan clean governance, clean government, clean society, clean country. Saya banyak mendengar para pengusaha besar mengeluh dimintai sumbangan ini itu. Kalau Mas Ulil setuju dengan urusan pemisahan agama dan pemerintah, nantinya kelak kalau panjenengan jadi pejabat tinggi (amin saya doakan..minimal Menteri), saya sarankan untuk bersikap seperti itu. Kalau ormas Islam tidak bisa mandiri, ya lebih baik bubar saja Ulil Abshar-Abdalla <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mbak Yuli, Saya setuju dengan anda. Tapi, perkenankan saya menceritakan sedikit soal kerumitan dalam pembiayaan ormas dan orpol, terutama ormas Islam yang saya tahu dengan baik. Kita semua tahu, terlalu banyak ormas Islam saat ini. Ormas-ormas itu, bagaimanapun kan diperlukan juga, sebagai bagian dari organisasi masyarakat sipil. Nah, setiap ormas kan pasti punya acara rutin, yaitu konferensi atau rapat besar atau apalah untuk melakukan penggantian pengurus. Kalau di NU dan Muhammadiyah disebut muktamar. Makin besar suatu ormas, makin mahal biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai acara-acara seperti itu. Kita semua tahu, sumber keuangan di masyarakat kita kan terbatas sekali. Satu muktamar bisa menghabiskan biaya satu hingga dua milyar, itu minimal. Hampir semua ormas Islam pasti mengajukan proposal ke departemen pemerintah. Soal dikasih, itu urusan lain. Tentu mereka juga minta dari para pengusaha. Saya bisa memaklumi jika sejumlah departemen membuat pos non-bujeter untuk menanggulangi kalau-kalau ada "proposal religius" seperti ini. Memang mestinya hal ini tak boleh; tapi menteri-menteri di sejumlah departemen tentu tak tega kalau Hasyim Muzadi atau Din Syamsuddin mengajukan proposal untuk membiayai muktamar. Masak ditolak. Saya tentu setuju bahwa membangun gedung sekolah penting sekali, dan alangkah baiknya kalau dana-dana "non-bujeter" dialokasikan ke sana. Saya kira sebagian pasti juga sudah dilakukan. Tetapi kebutuhan sosial kan banyak sekali. Sebagaimana saya katakan, ormas juga penting, sebab mereka juga mengurus sekolah juga. Jangan lupa, Muhammadiyah mengurus ribuan sekolah di Indonesia ini. Poin saya: saya memandang bahwa Rakhimin Dahuri, mantan menteri DKP, misalnya, secara "akuntansi" salah; tetapi secara "sosial" sebetulnya dia hanya melakukan sesuatu untuk merespon kebutuhan tertentu yang buat saya sah dan masuk akal. Saya tak hendak membenarkan korupsi, lho. Korupsi tetap korupsi. Tetapi kita juga harus memahami konteks sosial juga. Kalau kita paham konteks seperti ini, maka tindakan yang harus diambil adalah bukan saja mengadili menteri ini atau itu, tetapi membuat suatu peraturan yang "melegalkan" dana-dana non-bujeter, dalam pengertian dana-dana itu harus masuk dalam pengawasan auditor. Jadi tidak menjadi praktek bawah tangan yang bisa diselewengkan oleh siapa saja. Mungkin pendapat saya ini terlalu "lembek" dan tidak "legally consistent". Ulil Ulil Abshar-Abdalla Department of Religion Boston University
Personel - Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kangen PSP?
Berikut masukan dari Mas Denny Sakrie tentang PSP From: denny sakrie Cc: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Date: Tue May 22, 2007 9:33 am Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks personilnya Rizali "Rojali" Indrakesumah (ngerangkap Chaseiro,vokal,bas,peniru LouisArmstrong kini jadi diplomat),Ade Anwar (ngerangkap The Crabs itu lho bandnya Bambang Trihatmojo di tahun 70-an,politikus,pengusaha,pernah jadi anggota DPR),Norman "Omen" Sonisontani (juga ngerangkap Chaseiro), Monos (gua dari dulu gak tahu nama asli nih orang),Andra Ramadhan (sekarang jadi astrolog), Dindin (masih di Depok ya bos ?), James R Lapian (sekarang di BBC London), Aditya (kemana yang satu ini ?) plus additional Edwin "Eddy"Hudioro (personil Chaseiro pada flute & suling,jadi pengusaha) DS 0818417357 Heri Hidayat <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Satu lagi personil yg paling sukses malah kelupaan yaitu; Mas Pepeng !!! :) Salam dangdut aja deh...
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kangen PSP?
Mas Totot, Mungkin Sys NS, salah seorang pendiri Partai Demokrat? Lupa, dia ikutan PSP gak ya? Totot <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Bang Ludi, personil PSP yg saya ingat: Ade, Monos, Dindin, Andra...satu lg lupa! Masih ingat saya sama sepak terjang mereka pas main film gaya2 slapstik macam Warkop DKI. Ceritanya seputar anak mahasiswa yg kos di satu tempat dgn berbagai masalahnya spt bayar kos ngutang, kiriman uang telat, makan sepiring rame2, adu nyali macarin gadis kaya, brantem sama dosen, dll. Tapi intinya tetep hepi ending :-) Beberapa lagunya saya masih hapal, krn dulu cukup sering kita mainin sewaktu kongkow di prapatan gitaran Ada satu lagu yg bagus ttg pusat perbelanjaan Jakarta masa lalu, yakni Duta Merlin... di lagu itu jika bisa belanja disana, dianggap sudah menjadi warga Jakarta yg modern dan berkecukupan. Tapi yg paling saya ingat adalah lagu Kidung yg didangdutkan! hehehe! Sekarang kok gak ada ya jenis musik orkes2an macam begini? Oh Fatime... lima tahun jadi jande.. Banyaklah orang yg jadi tergile-gile.. Fatime jande Singapur punya anak namanye Gopur.. Fatime jande mude Fatime jande kaye Bikin suse anak tetangge... Cukilan teks lagu Fatime by PSP Hore-hore si bapak dapat lotre uangnye banyak berjute-jute karena lotre Hore-hore si bapak jadi gile Pulang dari nagri cuma bisa bawe satu celane... Cukilan teks lagu Dapat Lotre by PSP salam PSP, totot
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Jutawan RI Kuasai Apartemen Mewah Singapura
Saya rasa istilah "jutawan" sudah mengalami peluruhan makna, tak lazim lagi dipakai sebagai penanda orang-orang Indonesia berduit yang mampu memborong apartemen mewah di Singapura. Kalau di era '70an, istilah "jutawan" itu wah sekali. Tetapi dengan terkikisnya nilai Rupiah oleh inflasi dan devaluasi akibat krismon dan lain-lain, harga mobil Kijang saja bisa ratusan juta. Jadi mulai detik ini, saya sarankan kepada rekan-rekan untuk tidak lagi pakai istilah "jutawan", tetapi "milyuner" (bisa diganti dengan "milyunwan"?), atau cukup "hartawan kaya raya" saja. Istilah jutawan itu cocoknya kini untuk menyebut pedagang soto atau bakso yang laris warungnya. Toh omset mereka tiap hari bisa jutaan. Akhmad Lazuardi Saragih Lazuardi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kalau sudah begini kita jadi bingung dimana letak solidaritas terhadap rakyat kecil yang semakin hari semakin terpuruk kondisinya... Jutawan RI Kuasai Apartemen Mewah Singapura Dalam Setahun 1.000 Unit Ludes Dari total apartemen mewah di Singapura, sebanyak 21 persen dikuasai orang-orang kaya Indonesia atau tertinggi dibandingkan pembeli dari negara lain. Andil besar dalam melejitnya perekonomian Negeri Singa. Berdasarkan hasil survei properti terbaru yang dilakukan perusahaan broker dan riset properti global, Jones Lang LaSalle, orang-orang kaya asal Indonesia membeli sedikitnya 1.000 unit apartemen mewah di Singapura selama 2006. "Jumlah pembelian tahun 2006 sebanyak 21 persen merupakan yang tertinggi dibandingkan pembeli dari negara lain," kata Chairwoman Jones Lang LaSalle, Lucy Rumantir, dalam paparan hasil risetnya di Hotel Darmawangsa, Jakarta, Senin (14/5). Lucy menyebutkan, berbondong-bondongnya warga Indonesia menyerbu pasar properti Singapura membuat banyak pengembang apartemen dan kondominium mewah di negeri itu menjadikan Indonesia target pasar utama. Orang-orang kaya Indonesia pun punya karakteristik unik dalam memburu apartemen dan kondominium. Mereka enggan jika ditawari kondo dari kelas bawah atau menengah. "Mereka lebih memburu apartemen sangat mewah yang harga per satu meter perseginya mencapai Rp 70 juta. Mereka hanya mencari apartemen mewah di lokasi strategis atau prime locations," katanya. Berdasarkan data statistik 10 tahun terakhir, pembeli asal Indonesia mendominasi 30 persen pembelian kondominium mewah di sana, disusul pembeli asal Malaysia, India, China, dan beberapa negara Eropa. Meski di Indonesia, apartemen mewah bukan sesuatu yang langka, namun harganya masih jauh dibandingkan dengan yang dipatok pengusaha Singapura. Sebagai perbandingan, harga jual apartemen paling mewah di Jakarta saat ini-- seperti Ritz Carlton di kawasan Mega Kuningan, harga unit per meter perseginya tak lebih dari Rp 20-21 juta. Menurut Lucy, ada tiga distrik di Singapura yang paling diburu orang kaya Indonesia. Yakni, Distrik 9, Distrik 10 dan Distrik 11. Pasalnya, ketiga distrik ini berdekatan lokasinya dengan kawasan bisnis dan perkantoran elite (CBD/Central Business District) Orchard Road. Anton Sitorus, Kepala Riset Jones Lang LaSalle, menyatakan, selain dilakukan oleh pembeli individu, aksi borong apartemen mewah juga dilakukan kalangan perusahaan. Pada pembeli individual, umumnya untuk tujuan investasi. Lucy menilai return (keuntungan) yang didapat dari membeli apartemen di Singapura mencapai 50 sampai 80 persen per tahun! Sedangkan kawasan elit di Jakarta keuntungannya hanya sekitar lima sampai 10 persen. Motif lainnya adalah karena kebanyakan anak mereka bersekolah atau kuliah di Singapura. "Dari hitung-hitungan mereka, membeli kondominium lebih menguntungkan daripada mereka menyewa dari orang lain," kata Lucy lagi. Singapura memang negara kaya. Pendapatan penduduk per kapita saja mencapai 32,87 ribu dolar AS atau urutan 17 tertinggi di dunia. Sedangkan Indonesia pendapatan per kapitanya hanya 4.458 dolar AS dan berada di urutan 110 dari 179 negara di dunia. Namun, rupanya Singapura kaya, sebagian besar juga karena andil orang-orang kaya Indonesia.JBP/fin
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Indonesia Bangsa yang Santun dalam Tradisi Berbahasa?
Pak Afif, Mungkin maksudnya "globalisasi bahasa"? Soalnya yang tercantum di judul "glokalisasi bahasa".. dan itu diulang sebanyak 2 kali.. Saya lalu cek di keyboard, ternyata antara B dan K jaraknya agak berjauhan. afifuddin afifuddin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: waduhh masihkah kita dapat meng-klaim santun berbahasa,,, lha wong untuk mengumpat saja kita sok kosmopolit...simbol-simbol yang kita gunakan juga mengacu pada yang kosmopolit, kita nih kayak nggak kenal dengan glokalisasi. ok deh...untuk membuktikan itu, berikut saya pernah iseng nulis sesuatu yang berhubungan dengan bahasa.. TV Lokal dan Glokalisasi Bahasa Oleh : MOHAMMAD AFIFUDDIN* Mulai awal bulan April kemarin, JTV menayangkan secara live program âPantun Suroboyoanâ (parikan). Dalam acara itu pemirsa dilibatkan dengan mengirim parikan yang tidak bernuansa diskriminasi SARA dan menyakitkan hati pendengar. Selanjutnya parikan pemirsa itu akan dibahas oleh para nara sumber yang dihadirkan di studio. Kelihatannya cukup sederhana. Namun langkah itu seolah menjadi oase bagi kebudayaan Jawa yang kini tidak lagi mendapat tempat (justru) di rumah sendiri. Tereduksi Hampir tidak dapat disangkal, eksistensi bahasa Jawa di tengah dinamika sosial-budaya masyarakat Surabaya dan sekitarnya (pada khususnya), maupun Jatim pada umumnya telah sampai pada titik nadir. Sebab jangankan di kehidupan sehari-hari, dalam sebuah domain tertentu yang mensyaratkan keterlibatan spesifik bahasa Jawa, keberadaanya juga mulai pudar. Sebut saja dunia sastra. Posisi sastra Jawa hingga saat ini telah mengalami degradasi kualitas secara signifikan. Akibatnya produk sastra Jawa tidak lagi bisa dibanggakan sebagai trade mark budaya Jawa, atau bahkan diharapkan mampu bersaing dalam konstelasi jagad kesusastraan yang berbasis rumpun Melayu. Menyitir ungkapan penyair asal Gresik, H.U Mardi Luhung, âsastra Jawa telah mati.â Kegelisahan akan kian memudarnya bahasa Jawa, terutama dalam penggunaan keseharian sangat kental terasa sekalipun di daerah yang mayoritas warganya berkebangsaan Jawa. Kalangan muda, termasuk dari keluarga Jawa, sudah cenderung kurang tertarik mempelajari dan bergulat dengan bahasa Jawa. Padahal jika bahasa Jawa tersisih, -di sisi lain bahasa adalah bagian dari kebudayaan- maka otomatis budaya Jawa pun akan termarginalkan. Konteks itulah yang mendasari Kongres Bahasa Jawa (KBJ) IV di semarang, 15 September 2006 lalu, membuat rekomendasi agar pemerintah Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur segera membuat Peraturan Daerah (Perda) tentang pengajaran bahasa Jawa di sekolah dan kewajiban penggunaan bahasa Jawa. Walaupun pada akhirnya gagasan itu tidak disikapi senada. Dari ketiga daerah yang ketiban rekomendasi, masing-masing tidak menerima begitu saja usulan itu. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jatim, Rasiyo, menganggap jika langkah tersebut jadi dilaksanakan akan menimbulkan bias dan efek disriminatif. Sebab Jatim tidak hanya memiliki masyarakat berbasis kebudayaan Jawa saja. Paling tidak di Jatim ada tiga arus besar kebudayaan, yakni Osing, Madura, dan Jawa. Pewajiban pengajaran salah satu bahasa dari tiga arus besar itu dikhawatirkan menimbulkan kecemburuan masyarakat dari basis kebudayaan lain (Kompas Jatim, 21/9/06). Surabaya, sebagai kota metropolitan; ruang bertemunya beragam kultur, etnis, dan tentu saja bahasa, juga akan merasakan dampak yang sama. Berlebihan terhadap satu budaya tertentu jelas berimlikasi pada integrasi sosial yang telah terbangun cukup kondusif. Walau dengan argumen demi melestarikan bahasa Jawa, tapi bila pilihan itu dianggap bisa menggoyahkan konstruksi pluralisme dalam kultur masyarakat Jatim, maka langkah tersebut patut kita amini. Artinya perspektif yang dilandasi semangat menghargai âliyanâ harus tetap diusahakan menjadi tawaran penyelesaian. Memang tertangkap kesan kekhawatiran mendalam, sehingga reaksi tersebut dapat âdimaklumiâ sebagai upaya preventif untuk menyelamatkan bahasa Jawa. Namun apakah juga dapat dimaklumi bila biang dari keresahan para âpandegaâ bahasa dan sastrawan bahasa Jawa itu hanya dibebankan pada acuhnya dunia pendidikan formal? Rasanya tidak. Asumsi dasarnya mengacu pada medium (baca: sarana) sosialisasi nilai, berikut norma-norma dan segala produk kultur di masyarakat yang tidak dilakukan semata lewat instrumen lembaga pendidikan resmi. Melainkan juga lewat pranata-pranata di luar institusi pendidikan. Seperti komunitas (masyarakat/lingkungan), dan juga keluarga, yang telah melembagakan dengan sendirinya sebuah struktur pengatur nilai, norma dan budaya. Faktor Keluarga Lazim dipahami secara sosiologis, keluarga merupakan unit sosial terkecil yang mempunyai peran dan fungsi sosialisasi dan interaksi yang tak kalah hebatnya dengan institusi-intitusi lain. Semisal lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, atau bahkan negara. Hal itu disebabkan kuota waktu yang diberikan institus
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Pelecehan di Mabes Polri
Mas Totot, Yang ini mungkin lebih rinci... Reporter Tempo Alami Pelecehan Seksual oleh Polisi Selasa, 15 Mei 2007, 13:52:02 WIB Laporan: Febrianto Jakarta, Rakyat Merdeka. Seorang reporter perempuan dari Koran Tempo berinisial MH, Selasa siang ini (15/5) mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum polisi di Mabes Polri. Dengan terisak, MH yang datang untuk meliput di lingkungan Mabes Polri pada pukul 11.30 WIB tersebut kemudian melaporkan ke Kepala Divisi Propam Mabes Polri Irjen Gordon Mogot. Cerita berawal ketika MH melewati area parkir gedung Bareskrim sisi kiri dekat Puslabfor sendirian dari pressroom. Di tengah parkiran, ia berpapasan dengan seorang polisi berseragam PDLT (seragam lapangan Brimob). Tiba-tiba, polisi berparas putih itu menyapa MH. âApaan tuh mbak yang menggantung- gantung,â celotehnya menggoda sambil cengengesan. Si polisi ini sudah kurang ajar. Dia mengatakan itu sambil menunjuk-nunjuk dada MH. âWah, besar!â sambung polisi satu ini. Dengan spontan, reporter yang biasa meliput di lingkungan Mabes Polri. âMaksudnya apa? Saya laporin nanti!,â hardik MH dengan jengkel. Keduanya pun berpisah begitu saja. Namun, MH yang merasa sudah dilecehkan oknum polisi itu tak terima. Ia sempat sesenggukan ketika menceritakan kepada teman-teman di JUMP (Jurnalis Mabes Polri). Dengan diantar wartawan lainnya, MH pun melaporkan pelecehan seksual oleh oknum polisi tersebut awalnya ke Bareskrim. Seorang perwira bernama Margono yang menerimanya. MH sendiri sempat mengingat, oknum polisi kurang ajar itu di label nama seragamnya ada tulisan âCH.â Karena saking gundahnya, MH tidak mencermati nama di belakang CH tersebut. Wartawan lainnya ada juga yang membantu menguber si oknum. Tapi tidak ketemu. Saat ini, MH tengah diterima oleh Gordon Mogot di ruang Kadiv Propam. Kepada korban, Propam berjanji akan mencari oknum yang sudah berbuat tidak sepantasnya itu kepada kaum perempuan. iga Totot <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Seperti apakah bentuk pelecehannya? Apakah sudah tersentuh secara fisik? Atau ada kata2 jorok? Ataukah memandangi dgn penuh nafsu? Kronologinya kok gak ada ya?
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] WWF & TB AKSARA PUTAR "FILM PANAS" ???
Iya sebaiknya begitu Mbak Rani. Namun sebenarnya WWF punya tujuan mulia, yaitu ingin memberdayakan para volunteer. Jadi pada setiap kegiatan mereka selalu melibatkan para volunteer. Nah, rupanya WWF lupa melatih secara intens para volunteer tersebut. RANI BADRIE KALIANDA <[EMAIL PROTECTED]> wrote: untuk WWF & Toko buku Aksara jika belum berpengalaman bikin acara, gunakanlah Jasa EO. Gak semua EO komersial kok. Serahkanlah segala sesuatu sama ahlinya maksud hati mau mengirit malah jadi ngorot. Oya...Adegan XXX nya diperankan oleh manusia.. bukan hewan kan... maklum WWF.. ari aristides <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Sangat memprihatinkan! Pelajaran yang sangat berharga buat kita semua Semoga tak ada lagi kejadian seperti ini Salam...
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan dari Ibu Karlinah Umar Wirahadikusumah: "Mendidik Dengan Hati"
Undangan: "10 Tahun Yayasan Pantara: Mendidik Dengan Hati" Rekan-rekan wartawan yang terhormat, Ibu Karlinah Umar Wirahadikusumah, Ibu Atie W. Soekandar dan M. Farhan (presenter), mengundang Anda untuk meliput acara "10 Tahun Yayasan Pantara", sebuah organisasi sosial yang kegiatan utamanya adalah penanganan anak-anak dengan kesulitan belajar khusus. Yayasan yang berdiri sejak 13 September 1996 ini berupaya mencari jalan keluar agar anak-anak tersebut memperoleh kesempatan pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Menurut Ibu Karlinah, kesulitan belajar khusus merupakan suatu kondisi dimana anak memiliki permasalahan dalam belajar membaca (disleksia), menulis (disgrafia), menghitung (dyscalculia), berbicara (dysphasia) dan berkonsentrasi (ADD & ADHD), dengan kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata. Saat ini diperkirakan 8% hingga 10% dari jumlah siswa di sekolah dasar mengalami kondisi berkesulitan belajar khusus. Mereka memiliki potensi intelektual yang baik namun tidak muncul dalam prestasi belajar di sekolah. Bahkan mereka seringkali memperoleh label sebagai anak nakal, bodoh, trouble maker dan lainnya. Akibatnya tidak sedikit pula yang harus dikeluarkan dari sekolahnya. Saat ini ada 3 sampai 4 juta anak-anak dengan kesulitan belajar spesifik di Indonesia. Selama kurun waktu 10 tahun ini, Yayasan Pantara telah mencoba memberikan program-program penanganan, mulai dari peningkatan keterampilan dasar ; membaca, menulis, dan berhitung, sampai program penunjang lainnya. Kami di Pantara berharap, bahwa apa yang kami lakukan dapat memberikan kesempatan kepada anak-anak Indonesia untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. Mencintai, menyayangi, memberikan perhatian, mendidik, dan berbagi antara satu dengan yang lain, adalah moto bagaimana kami mendidik dan mendampingi anak-anak ini. Acara tersebut akan berlangsung pada: Hari/Tanggal: Minggu, 6 Mei 2007 Pukul: 8.00 - 11.00 WIB Tempat: SD Pantara/ex SD Selong, Jl. Senopati Raya 72, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (seberang Apotik Senopati) Atas kehadiran rekan-rekan wartawan, kami ucapkan terima kasih. Untuk konfirmasi kehadiran dan informasi lebih lanjut tentang acara tersebut di atas, silakan hubungi Ibu Henny 0818-225944 atau (021) 723-4581, 723-4582. Atas nama Yayasan Pantara & M. Farhan Radityo Djadjoeri Yayasan Pantara Jl. Senopati Raya 72, Kebba, Jakarta 12110 t: (021) 723-4581, f: (021) 723-4582 e-mail: [EMAIL PROTECTED] website: http://www.pantara.or.id
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: MNC News=Global TV?
Dear Mbak Indri, Global TV itu punya MNC Group, jadi tidak salah kalau di saluran kabel untuk channel MNC ya isinya melulu dari kelompok media tersebut. Selain Global TV, MNC Group juga memiliki RCTI, TPI, dan koran Seputar Indonesia (Sindo), tabloid Gaul, tabloid JELITA, beberapa stasiun radio (diantaranya jaringan Trijaya Network), dan beberapa media lagi yang saya lupa namanya. indri maydriana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Sebetulnya telah lama saya ingin menanyakan hal ini. Saya pelanggan indovision dan sempat menonton beberapa kali tayangan berita di channel MNC News. Awalnya saya tidak begitu memperhatikan, namun saat saya perhatikan beberapa kali tayangan baik berita biasa, kriminal dan acara-acara lain kok ada jadi mau bertanya. Beberapa kali saya perhatikan yang jadi pembaca beritanya ternyata juga membawakan berita di Global tv. Begitu juga berita yang ditayangkan: sama persis dengan berita-berita yang ditayangkan di Global tv bahkan hingga ke narasinya. Hal-serupa juga saya temukan pada berita-berita yang ditayangkan seputar Indonesia di RCTI ternyata juga di tayangkan di MNC News. yang jadi pertanyaan saya: apakah MNC News itu memang mengambil berita dari global tv & RCTI? pembaca beritanya juga orang Global TV, apakah memang dia pegawainya global tv atau disewa? Mohon pencerahan ya
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Maaf, ralat MNC
Maaf, ralat untuk MNC Group yang saya posting ke milis. Baru saja, seorang teman di MNC kasih "bisikan" bahwa tabloid Jelita dan Gaul bukan punya MNC, tapi punya Indosiar. Yang dimiliki MNC - tapi belum saya sebut - adalah majalah Trust. Media cetak lain punya MNC adalah ada tabloid Genie, Realita, Mom and Kids dan beberapa yang lain. Untuk koran adalah tetap Seputar Indonesia (edisi subuh dan edisi ashar), serta portal Okezone. Menurut teman yang nongkrong di MNC, untuk saluran kabel mereka ada tiga kanal, yaitu MNC News, MNC Entertainment dan MNC Music. Sekian dulu penjelasan dari saya salam, radit
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kompas: Clinton
Dalam pemberitaan tentang pemilihan presiden di AS, beberapa kali Kompas memasang judul "Clinton..bla bla bla bla". Memang, sumber beritanya dari kantor berita asing, dan Kompas cuma menyadurnya. Di media terbitan AS, adalah wajar memajang judul "family name" milik suami Hillary Rodham, yaitu mantan presiden AS Bill Clinton. Tatanan dalam Bahasa Inggris mungkin memang begitu adanya. Misal Condoleza Rice disebut Rice, bukan Condoleza. Kecuali Madonna yang melawan arus dengan menggunakan 'single name' tanpa embel-embel nama keluarga bawaannya atau milik suaminya. Maka media selalu menyebutnya Madonna, bukan nama keluarganya. Tentang sebutan Clinton untuk Hillary, saya sarankan Kompas yang terbit dalam Bahasa Indonesia mustinya berpikir ulang untuk menggunakannya. Bukankah lebih baik bila menyebut langsung nama Hillary (atau nick name = parabannya), daripada Clinton? Pasalnya, alur penggunaan Bahasa Indonesia beda dengan Bahasa Inggris. e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Kontak Humas Garuda
Pak Wal, Kalau tak salah namanya Pujobroto bukan Pujowidodo... Atau barangkali beda orang? walsuparmo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Salam, Email address Humas GIA: [EMAIL PROTECTED] Wasalam, Wal Suparmo
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Dubes Israel di Indonesia ??
Ya, ya, Pak Wal, saya setuju sekali, para pemimpin kita memang cerdas-cerdas :)) Sedangkan para pemimpin di Negeri Singa alangkah bodohnya membiarkan uang-uang milik Yahudi dan siapa saja bertebaran disana. Bahkan di Negeri Singa juga dibangun sinagog-sinagog... Makanya Singapura bisa gemerlap 24 jam dalam sehari, itu karena para pemimpinnya kurang cerdas, bahkan amat tidak cerdas. Ngomong-ngomong, orang Singapura pasti seneng kalau Indonesia dan Israel tetap tidak rujuk-rujuk, karena uangnya Yahudi tak lari ke Indonesia yang pemimpinnya terkenal cerdas-cerdas... Bukan begitu Pak Wal? walsuparmo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Salam, Republik Indonesia sepantasnya menjadi pemimpin dunia karena ketegasannya. Dalam hubungan dengan Israel, kecerdasan para pemimpin agama Islam di Indonesia, melebihi pemimpin negara2 Mesir, Magribi,Yordania dsb karena mereka mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel dan Indonesia tidak.Demikian juga atlit mereka mau bertanding dengan atlit Israel dan Indonesia lebih baik mengaku kalah dari pada bertanding. Juga dalam bidang ekonomi dan tehnik lebih baik terbelakang dibandingkan dengan India dan Cina. Wsalam, Wal Suparmo
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Berita Duka Cita....
Tidak ada yang meninggal, kenapa harus disebut berita duka cita? Tentang Teluk Buyat, sepertinya harus direkonstruksi ulang, apakah pelansiran berita-berita yang dulu muncul itu sekadar rekayasa? firdaus cahyadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kompas/Rabu, 25 April 2007 Presdir PT Newmont Bebas dari Tuduhan Pencemaran Buyat Manado, Kompas - Pengadilan Negeri Manado, Selasa (24/4), membebaskan Presiden Direktur PT Newmont Minahasa Raya (NMR) Richard Ness dari dakwaan pencemaran lingkungan di Teluk Buyat, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Putusan pengadilan mengundang reaksi keras dari ratusan warga Buyat dan aktivis lingkungan yang menghadiri persidangan. Ketua majelis hakim Ridwan Damanik yang membacakan putusan selama dua jam menyebut beberapa alasan pembebasan Ness. Alasan itu antara lain sejumlah penelitian oleh Universitas Sam Ratulangi, Manado, dan keterangan pengamat lingkungan yang diajukan sebagai saksi. "Masalah pembuangan tailing (limbah) di laut juga mendapat rekomendasi dari Menteri Negara Lingkungan Hidup Sonny Keraf tahun 2000. Jadi tidak ada yang dilanggar oleh Newmont," kata Damanik. Jaksa Purwanta mengatakan, hakim mengabaikan penelitian laboratorium forensik Mabes Polri yang menyatakan adanya pencemaran merkuri dan arsen pada limbah yang dibuang ke laut. "Kami kecewa terhadap putusan hakim," kata Purwanta dan langsung menyatakan kasasi. Jaksa pada persidangan Oktober 2006 menuntut hukuman tiga tahun penjara terhadap Richard Ness ditambah denda Rp 500 juta. Sebagai perusahaan, PT NMR juga diwajibkan membayar denda Rp 1 miliar. Ketua DPRD Sulut Syachrial Damopolii menyatakan, keputusan hakim itu perlu ditinjau kembali karena tidak mencerminkan keadilan masyarakat. "Pengadilan semestinya mendengar suara rakyat Buyat," katanya. Sidang kasus pencemaran lingkungan itu berlangsung dua tahun dan mengajukan 40 saksi. Richard Ness sendiri mengatakan gembira atas putusan itu. "Akhirnya saya dan rekan-rekan lain dinyatakan tidak bersalah dan nama baik kami dipulihkan," katanya kepada wartawan. Kecewa Terkait putusan hakim itu, Sonny Keraf, Wakil Ketua Komisi VII DPR (yang membidangi lingkungan hidup), mengaku tidak terkejut. "Saya kecewa, tetapi kekecewaan besar saya sudah ada sejak ada kesepakatan niat baik antara Newmont dan pemerintah tahun lalu," katanya di Jakarta, Selasa malam. Ketika itu, PT NMR sepakat mengucurkan dana 30 juta dollar AS untuk program pengembangan masyarakat dan pemantauan lingkungan di Sulut. Perjanjian itikad baik (goodwill agreement) itu ditandatangani 16 Februari 2006. "Saya saat itu menentang karena seperti penyuapan. Maka, saya tidak heran bila hasil keputusan pengadilan seperti itu (bebas)," kata Sonny yang juga mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Sementara itu, Chairman dan Chief Executive Officer Newmont Wayne Murdy menyatakan senang karena kasus ini diputuskan berdasar fakta dan bukti hukum di pengadilan. "Siapa pun yang memerhatikan bukti-bukti ini tidak akan heran dengan putusan ini," kata Murdy melalui keterangan pers yang dikirim ke Kompas, Selasa. Wakil Presiden Newmont untuk Operasi Asia Robert Gallagher mengharapkan putusan pengadilan itu mengakhiri kontroversi Teluk Buyat selama ini. "Jika ada yang masih memiliki sisa-sisa kekhawatiran atas kondisi Teluk Buyat, kiranya hal tersebut dapat diatasi melalui kajian ilmiah," ujarnya. (zal/gsa)
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Dubes Israel di Indonesia ??
Sepertinya antara subyek dan data dari wikipedia kok nggak nyambung ya? Perihal "dual citizenship", siapa saja yang lahir di AS, walau orang tuanya bukan WN AS, otomatis dia jadi WN AS. Contohnya seperti Bu Wita (putrinya Pak Soedarpo Sastrosatomo), Nela (putri pak Taufik Abdullah/istrinya Cholid mantan wartawan Tempo) dan ribuan orang Indonesia lainnya. Kalau tak salah ada batasan umur hingga 17 tahun untuk memilih salah satu kewarga negaraan. Kebetulan Paul Wolfowitz memilih jadi WN AS, bukan Israel. Saya sendiri kurang yakin kalau orang tua Paul - walau Yahudi - adalah asal Israel. Siapa tahu imigran dari negara lain (misal Eropa Timur) yang langsung ke AS? Kalau dinalar, ada yang janggal/ Itu kalau melihat dia kelahiran tahun 1943 di Ithaca. Israel berdiri tahun berapa coba? Atau barangkali Mas Satrio yang memasukkan data-data Paul tersebut ke wikipedia? Seperti halnya data "prestasi" Anda yang juga dimasukkan ke situs itu? Kalau bukan Anda, pasti orang iseng. Satrio Arismunandar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Dari milis ismes (mungkin penting juga buat para jurnalis): Rekans, Selama ini selalu muncul pro dan kontra ttg masalah hubungan Indonesia - Israel. Ternyata... pada tahun 80an seorang warga Israel menjadi Dubes di Indonesia. Dan ... menarik juga disimak komentar Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar ... Perhatikan data-data di bawah ini: Paul Dundes Wolfowitz (b. December 22, 1943) is an American academic and political figure. He is currently the President of the World Bank. A former aide to Democratic Senator Henry M. Jackson in the 1970s, Wolfowitz also served in the U.S. Defense Department, as Director of Policy Planning and Assistant Secretary of State for East Asian and Pacific Affairs at the U.S. State Department, as U.S. Ambassador to Indonesia, and as Deputy Secretary of Defense in the Administration of George W. Bush. Wolfowitz has dual citizenship in both the US and Israel. Born: December 22, 1943 Ithaca, New York, USA Residence: Chevy Chase, Maryland Office: 10th President of the World Bank Term: 1 June 2005 Predecessor James Wolfensohn Religion: Judaism Salary: $302,470 USD Children: Sara, David, Rachel Spouse: Clare Selgin Wolfowitz (1968-2002) Website: http://www.worldban k.org/ >From 1986-89 Wolfowitz was the U.S. Ambassador to the Republic of Indonesia >while General Suharto was president. Former foreign policy adviser Dewi Fortuna Anwar told ABC News that Ambassador Wolfowitz "was extremely able and very much admired and well-liked on a personal level, but he never intervened to push human rights or stand up to corruption." SUMBER: http://en.wikipedia .org/wiki/ Paul_Wolfowitz Send instant messages to your online friends http://uk.messenger .yahoo.com
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Masukan: Yahoogroups kembali mengalami gangguan
Masukan untuk para moderator dan rekan-rekan anggota milis apa saja di yahoogroups Terhitung sejak dua minggu lalu, yahoogroups kembali mengalami gangguan. Kalau sebulan lalu sempat dipanaskan dengan akun email gmail yang mental, kemudian disusul banyak postingan yang terduplikasi, kini muncul gangguan baru. Entah apakah sudah ada yang melapor ke admin yahoogroups atau belum, karena hingga hari ini belum ada pengumuman resmi dari pengelola yahoogroups. Bentuk gangguan itu adalah nyangkutnya jutaan postingan di folder "possible spam". Walau milis yang Anda kelola tidak dimoderasi (unmoderated), namun hal itu terjadi juga. Apabila Anda pernah berkali-kali posting ke milis namun tidak muncul-muncul, itu pertanda postingan Anda nyangkut di folder tersebut. Saya juga mengalami hal itu. Apabila moderator milis tidak pernah mengecek folder tersebut, tentu saja postingan Anda otomatis akan terhapus dalam waktu 14 hari sejak dikirimkan. Saran saya kepada para moderator yang cuma melakukan approval melalui email atau tidak pernah mengecek ke akun yahoogroups.com, cobalah dicek, siapa tahu banyak tumpukan email disana. salam, rd
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Pria Bersenjata Tewaskan 32 Orang di Universitas Virginia
Iya Mbak Fauziah, saya agak bingung. Memang kalau orang China dan Korea nama keluarga ditaruh di depan. Karena dia punya nama marga Cho, saya pikir masih ada kaitannya dengan Choow Yun Fat yang pemain film ...:)) Ternyata Cho itu Korea yasoalnya yang saya baru tahu, dan sering nongol di koran-koran kebanyakan marga Park, Kim dan entah apa lagi.. fauziah swasono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mas radityo mencampur-adukkan nama depan dan nama keluarga (surname). Kalau orang Korea, Jepang, dan China biasanya menuliskan nama keluarga duluan, diikuti nama depan (first name). Berbeda dg kita (kalau ada family name) dan orang barat. Jadi nama keluarganya adalah Cho which is a Korean name. Kim juga Korean family name, seperti halnya Park, Lee, Chung, Jung, Choi, dst. Jangan dibandingkan dg nama depan Hui yang mirip dg Chinese name (given name juga biasanya, bukan marga, CMIIW). Kalau saya baca beberapa berita, anak tsb digambarkan sebagai "a loner". Tidak bergaul, mengalami depresi, dirujuk ke konselor di kampusnya. Karena dia PR di US dan blum pernah terlibat felony, jadi dia berhak membeli handgun.. yang kemudian berakhir sangat tragis dan menyedihkan. -fau