Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-28 Terurut Topik ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
Bagaimana mungkin ada sponsor membiayai nenek dalam tempurung melakukan 
studi banding kalau belum juga bisa mencopot kaca-mata kudanya yg 
melekat kuat itu??? Orang yang hidup dalam mimpi dan sudah tidak lagi 
bisa melihat kenyataan objektif sebagaimana adanya! Hehehee, ...



b...@yahoo.com [GELORA45] 於 29/3/2019 5:45 寫道:
KItutipan:...membutuhkan penelitian serius dan waktuBukan asal 
jeplak...


Saya yakin pasti ada yang mau mensponsori kalau Anda memenuhi syarat 
untuk membuat studi banding antara berbagai sistim sosial dan politik. 
Namun, akan tergantung dari siapa/institusi/organisasi apa yg mau 
mensponsori, yang tentuya mau mengetahui:


1) Kedudukan and pekerjaan Anda sekarang diinstitusi mana?
2) Kualifikasi dariuniversitas mana (misal, bukan dari 
universitas/institusi gadungan)?
3) Kualifikasi di bidang apa dan bagaimana Curriculum Vitae Anda 
(termasuk punya Master atau PhD degree dari mana, pernah publikasi di 
jurnal terkemuka mana)?

4) Berapa budget nya dan lama nya studi akan memakan waktu?

Harap saja Anda memenuhi syarat dari institusi yang membutuhkan studi 
seperti ini. Betul bukan asal jeplak



---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :

Ha...ha...ha , apa ada yang mau mensponsori saya untuk bikin studi 
perbandingan antara berbagai sistim sosial dan politik... Itu 
membutuhkan penelitian serius dan waktuBukan asal jeplak...


On Thursday, March 28, 2019, 4:47:40 PM GMT+1, Jonathan Goeij
 wrote: 




Kalau begitu, coba kita analisa dengan menggunakan beberapa sistem, 
katakanlah Republik Borneo atau lebih kecil lagi Republik Lan Fang 
kemakmuran rakyat bila menggunakan sistem kapitalis bagaimana sosialis 
bagaimana sistem monarchy bagaimana. Kemudian bandingkan dgn sekarang. 
Bisa juga ambil contoh daerah2 lain yg mana saja.


Singapura yg menggunakan sistem kapitalis rakyatnya puluhan kali lipat 
lebih makmur dari Indonesia sekarang, Demikian juga Brunei yg monarchy 
rakyatnya puluhan kali lipat lebih makmur dari Indonesia sekarang.


On Thursday, March 28, 2019, 1:39:11 AM PDT, Tatiana Lukman 
 wrote:



Kemakmuran dan keadilan sosial tidak tergantung pada besar kecilnya 
negeri atau keseragaman suku bangsa atau ras yang membentuknya. Pada 
pokoknya ia bergantung kepada sistim ekonomi, politik dan sosial yang 
berdominasi dalam masyarakat negeri itu. Apakah rakyat 
republik-republik kecil-kecil itu akan makmur,  itu tergantung kepada 
kelas mana yang berkuasa, kepentingan kelas mana yang diwakili oleh 
para penguasa. Yang jelas negeri kecil lebih mudah dikuasai kaum 
imperialis. Dari situ saya berpendapat perjuangan untuk kemakmuran, 
keadilan sosial dan kesamaan hak seluruh rakyat Indonesia, tak perduli 
di pulau mana mereka tinggal, harus diprioritaskan dari pada usaha 
untuk memisahkan diri dari Indonesia. Karena masalah pokok yang 
dihadapi seluruh rakyat jelata Indonesia adalah masalah tanah, masalah 
monopoli tanah dan penghancuran alam Indonesia oleh Negara, para 
pemodal asing dan swasta yang, kalau tidak dilawan, akan mendatangkan 
"kiamat" bikinan manusia dengan segala macam bencana alamnya.
Sudah terbukti dalam sejarah hanya sistim sosialis lah yang dapat 
menjamin keadilan sosial, kemakmuran dan kesamaan hak bagi mayoritas 
rakyat pekerja. Propaganda kaum imperialis dan kaum revisionis selalu 
memutar balik kenyataan sejarah pembangunan sosialis, seperti 
anteknya, si Chan,  yang bilang sosialisme di Tiongkok hanya meratakan 
kemiskinan, buruh dan tani yang bekerja membanting tulang tanpa kenal 
jam dianggap sebagai "penghisapan", etc. Orang-orang revisionis pro 
kap italis tidak akan pernah mengerti rakyat akan bekerja dan 
mengorbankan segalanya ketika dia sadar bahwa yang ia kerjakan adalah 
untuk kemakmurannya sendiri dan hari depan anak cucunya. Sama sekali 
tidak sama dengan buruh dan tani yang bekerja untuk tuan tanah dan 
majikan kapitalis yang merampas hasil kerjanya. Tanpa pengertian akan 
faktor kesadaran kelas itu, orang tidak akan pernah mengerti mengapa 
jutaan kaum komunis di dunia ini bekerja dan rela menanggung siksaan 
dan  mati tanpa mengkhianati kawan-kawan, keyakinan dan cita-citanya.


On Thursday, March 28, 2019, 6:23:00 AM GMT+1, jonathangoeij@... 
[GELORA45]  wrote:




Seandainya ada "Republik Jawa, Republik Sunda, Republik Baduy, 
Republik Dayak" dll itu rakyat kecil lebih makmur mana dgn Indonesia 
sekarang ini?



---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :

Pertama, harus diakui bahwa wilayah teritorial Indonesia adalah 
warisan kolonial Belanda. Siapa yang menolak kenyataan itu, silahkan 
bikin perbatasan geografis Indonesia sendiri (atau mungkin mau memecah 
belah Indonesia berdasarkan pada grup etnis, monggo! Jadi ada Republik 
Jawa, Republik Sunda, Republik Baduy, Republik Dayak, ratusan republik 
kecil-kecil yang tersebar dan berkelahi sendiri.. ) Di bawah kekuasaan 
kolonial namanya Hindia Belanda, bukan Indonesia. Kedua, setiap orang 
punya hak untuk tidak mengakui perjuangan para perintis kemerdekaan 
Indonesia yang

Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-28 Terurut Topik b...@yahoo.com [GELORA45]
KItutipan:...membutuhkan penelitian serius dan waktuBukan asal jeplak...
 

Saya yakin pasti ada yang mau mensponsori kalau Anda memenuhi syarat untuk 
membuat studi banding antara berbagai sistim sosial dan politik. Namun, akan 
tergantung dari siapa/institusi/organisasi apa yg mau mensponsori, yang tentuya 
mau mengetahui: 
 1) Kedudukan and pekerjaan Anda sekarang di institusi mana?
 2) Kualifikasi dari universitas mana (misal, bukan dari universitas/institusi 
gadungan)?
 3) Kualifikasi di bidang apa dan bagaimana Curriculum Vitae Anda (termasuk 
punya Master atau PhD degree dari mana, pernah publikasi di jurnal terkemuka 
mana)?
 4) Berapa budget nya dan lama nya studi akan memakan waktu?
 

 Harap saja Anda memenuhi syarat dari institusi yang membutuhkan studi seperti 
ini. Betul bukan asal jeplak
 

---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :

 
 Ha...ha...ha , apa ada yang mau mensponsori saya untuk bikin studi 
perbandingan antara berbagai sistim sosial dan politik... Itu membutuhkan 
penelitian serius dan waktuBukan asal jeplak...
 


 On Thursday, March 28, 2019, 4:47:40 PM GMT+1, Jonathan Goeij 
 wrote: 
 

 

 
 Kalau begitu, coba kita analisa dengan menggunakan beberapa sistem, katakanlah 
Republik Borneo atau lebih kecil lagi Republik Lan Fang kemakmuran rakyat bila 
menggunakan sistem kapitalis bagaimana sosialis bagaimana sistem monarchy 
bagaimana. Kemudian bandingkan dgn sekarang. Bisa juga ambil contoh daerah2 
lain yg mana saja.
 

 Singapura yg menggunakan sistem kapitalis rakyatnya puluhan kali lipat lebih 
makmur dari Indonesia sekarang, Demikian juga Brunei yg monarchy rakyatnya 
puluhan kali lipat lebih makmur dari Indonesia sekarang.
  
 


 On Thursday, March 28, 2019, 1:39:11 AM PDT, Tatiana Lukman 
 wrote:
 

 

 
 Kemakmuran dan keadilan sosial tidak tergantung pada besar kecilnya negeri 
atau keseragaman suku bangsa atau ras yang membentuknya. Pada pokoknya ia 
bergantung kepada sistim ekonomi, politik dan sosial yang berdominasi dalam 
masyarakat negeri itu. Apakah rakyat republik-republik kecil-kecil itu akan 
makmur,  itu tergantung kepada kelas mana yang berkuasa, kepentingan kelas mana 
yang diwakili oleh para penguasa. Yang jelas negeri kecil lebih mudah dikuasai 
kaum imperialis. Dari situ saya berpendapat perjuangan untuk kemakmuran, 
keadilan sosial dan kesamaan hak seluruh rakyat Indonesia, tak perduli di pulau 
mana mereka tinggal, harus diprioritaskan dari pada usaha untuk memisahkan diri 
dari Indonesia. Karena masalah pokok yang dihadapi seluruh rakyat jelata 
Indonesia adalah masalah tanah, masalah monopoli tanah dan penghancuran alam 
Indonesia oleh Negara, para pemodal asing dan swasta yang, kalau tidak dilawan, 
akan mendatangkan "kiamat" bikinan manusia dengan segala macam bencana alamnya.
 Sudah terbukti dalam sejarah hanya sistim sosialis lah yang dapat menjamin 
keadilan sosial, kemakmuran dan kesamaan hak bagi mayoritas rakyat pekerja. 
Propaganda kaum imperialis dan kaum revisionis selalu memutar balik kenyataan 
sejarah pembangunan sosialis, seperti anteknya, si Chan,  yang bilang 
sosialisme di Tiongkok hanya meratakan kemiskinan, buruh dan tani yang bekerja 
membanting tulang tanpa kenal jam dianggap sebagai "penghisapan", etc. 
Orang-orang revisionis pro kapitalis tidak akan pernah mengerti rakyat akan 
bekerja dan mengorbankan segalanya ketika dia sadar bahwa yang ia kerjakan 
adalah untuk kemakmurannya sendiri dan hari depan anak cucunya. Sama sekali 
tidak sama dengan buruh dan tani yang bekerja untuk tuan tanah dan majikan 
kapitalis yang merampas hasil kerjanya. Tanpa pengertian akan faktor kesadaran 
kelas itu, orang tidak akan pernah mengerti mengapa jutaan kaum komunis di 
dunia ini bekerja dan rela menanggung siksaan dan  mati tanpa mengkhianati 
kawan-kawan, keyakinan dan cita-citanya.
 


 On Thursday, March 28, 2019, 6:23:00 AM GMT+1, jonathangoeij@... [GELORA45] 
 wrote:
 

 

   

 Seandainya ada "Republik Jawa, Republik Sunda, Republik Baduy, Republik Dayak" 
dll itu rakyat kecil lebih makmur mana dgn Indonesia sekarang ini?
 

 
---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :

 
 Pertama, harus diakui bahwa wilayah teritorial Indonesia adalah warisan 
kolonial Belanda. Siapa yang menolak kenyataan itu, silahkan bikin perbatasan 
geografis Indonesia sendiri (atau mungkin mau memecah belah Indonesia 
berdasarkan pada grup etnis, monggo! Jadi ada Republik Jawa, Republik Sunda, 
Republik Baduy, Republik Dayak, ratusan republik kecil-kecil yang tersebar dan 
berkelahi sendiri.. ) Di bawah kekuasaan kolonial namanya Hindia Belanda, bukan 
Indonesia. Kedua, setiap orang punya hak untuk  tidak mengakui perjuangan para 
perintis kemerdekaan Indonesia yang dimulai dengan pemberontakan 12 November 
1926. Dalam pemberontakan itu terlibat orang dari berbagai grup etnis 
(misalnya, Jawa, Sunda, Menado, Padang) yang punya cita-cita membangun 
Indonesia merdeka dari penjajahan. Mereka yang tidak mengakui Indonesia tentu 
juga punya hak untuk men

Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-28 Terurut Topik Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
 Ha...ha...ha , apa ada yang mau mensponsori saya untuk bikin studi 
perbandingan antara berbagai sistim sosial dan politik... Itu membutuhkan 
penelitian serius dan waktuBukan asal jeplak...
On Thursday, March 28, 2019, 4:47:40 PM GMT+1, Jonathan Goeij 
 wrote:  
 
  Kalau begitu, coba kita analisa dengan menggunakan beberapa sistem, 
katakanlah Republik Borneo atau lebih kecil lagi Republik Lan Fang kemakmuran 
rakyat bila menggunakan sistem kapitalis bagaimana sosialis bagaimana sistem 
monarchy bagaimana. Kemudian bandingkan dgn sekarang. Bisa juga ambil contoh 
daerah2 lain yg mana saja.
Singapura yg menggunakan sistem kapitalis rakyatnya puluhan kali lipat lebih 
makmur dari Indonesia sekarang, Demikian juga Brunei yg monarchy rakyatnya 
puluhan kali lipat lebih makmur dari Indonesia sekarang. 
On Thursday, March 28, 2019, 1:39:11 AM PDT, Tatiana Lukman 
 wrote:  
 
  Kemakmuran dan keadilan sosial tidak tergantung pada besar kecilnya negeri 
atau keseragaman suku bangsa atau ras yang membentuknya. Pada pokoknya ia 
bergantung kepada sistim ekonomi, politik dan sosial yang berdominasi dalam 
masyarakat negeri itu. Apakah rakyat republik-republik kecil-kecil itu akan 
makmur,  itu tergantung kepada kelas mana yang berkuasa, kepentingan kelas mana 
yang diwakili oleh para penguasa. Yang jelas negeri kecil lebih mudah dikuasai 
kaum imperialis. Dari situ saya berpendapat perjuangan untuk kemakmuran, 
keadilan sosial dan kesamaan hak seluruh rakyat Indonesia, tak perduli di pulau 
mana mereka tinggal, harus diprioritaskan dari pada usaha untuk memisahkan diri 
dari Indonesia. Karena masalah pokok yang dihadapi seluruh rakyat jelata 
Indonesia adalah masalah tanah, masalah monopoli tanah dan penghancuran alam 
Indonesia oleh Negara, para pemodal asing dan swasta yang, kalau tidak dilawan, 
akan mendatangkan "kiamat" bikinan manusia dengan segala macam bencana 
alamnya.Sudah terbukti dalam sejarah hanya sistim sosialis lah yang dapat 
menjamin keadilan sosial, kemakmuran dan kesamaan hak bagi mayoritas rakyat 
pekerja. Propaganda kaum imperialis dan kaum revisionis selalu memutar balik 
kenyataan sejarah pembangunan sosialis, seperti anteknya, si Chan,  yang bilang 
sosialisme di Tiongkok hanya meratakan kemiskinan, buruh dan tani yang bekerja 
membanting tulang tanpa kenal jam dianggap sebagai "penghisapan", etc. 
Orang-orang revisionis pro kapitalis tidak akan pernah mengerti rakyat akan 
bekerja dan mengorbankan segalanya ketika dia sadar bahwa yang ia kerjakan 
adalah untuk kemakmurannya sendiri dan hari depan anak cucunya. Sama sekali 
tidak sama dengan buruh dan tani yang bekerja untuk tuan tanah dan majikan 
kapitalis yang merampas hasil kerjanya. Tanpa pengertian akan faktor kesadaran 
kelas itu, orang tidak akan pernah mengerti mengapa jutaan kaum komunis di 
dunia ini bekerja dan rela menanggung siksaan dan  mati tanpa mengkhianati 
kawan-kawan, keyakinan dan cita-citanya.
On Thursday, March 28, 2019, 6:23:00 AM GMT+1, jonathango...@yahoo.com 
[GELORA45]  wrote:  
 
     


Seandainya ada "Republik Jawa, Republik Sunda, Republik Baduy, Republik Dayak" 
dll itu rakyat kecil lebih makmur mana dgn Indonesia sekarang ini?

---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :

Pertama, harus diakui bahwa wilayah teritorial Indonesia adalah warisan 
kolonial Belanda. Siapa yang menolak kenyataan itu, silahkan bikin perbatasan 
geografis Indonesia sendiri (atau mungkin mau memecah belah Indonesia 
berdasarkan pada grup etnis, monggo! Jadi ada Republik Jawa, Republik Sunda, 
Republik Baduy, Republik Dayak, ratusan republik kecil-kecil yang tersebar dan 
berkelahi sendiri.. ) Di bawah kekuasaan kolonial namanya Hindia Belanda, bukan 
Indonesia. Kedua, setiap orang punya hak untuk  tidak mengakui perjuangan para 
perintis kemerdekaan Indonesia yang dimulai dengan pemberontakan 12 November 
1926. Dalam pemberontakan itu terlibat orang dari berbagai grup etnis 
(misalnya, Jawa, Sunda, Menado, Padang) yang punya cita-cita membangun 
Indonesia merdeka dari penjajahan. Mereka yang tidak mengakui Indonesia tentu 
juga punya hak untuk mencampakkan usaha rakyat yang mempertahankan kemerdekaan 
Indonesia 1945 dengan nyawa dan pengorbanannya. Ketiga, mereka yang berasal 
dari grup etnis pendatang seperti Tionghoa, Arab, India/Pakistan dll, harus 
meninggalkan setiap jengkal tanah yang sekarang ini disebut wilayah Indonesia, 
karena mereka bukan grup etnis "asli" (terpaksa saya gunakan kata "asli" karena 
mereka yang tidak mengakui Indonesia dan berasal dari grup etnis pendatang 
sendirilah yang meletakkan dirinya sendiri diluar kesatuan grup-grup etnis  
pribumi). Atau mohon ijin tinggal kepada berbagai macam Republik yang akan 
terbentuk di atas dasar grup etnis.
Begitulah kalau mau ditinjau secara sederhana dan mudah.

 On Wednesday, March 27, 2019, 12:29:38 PM GMT+1, 'Lusi D.' lusi_d@... 
[GELORA45]  wrote:


 
Dalam ilmu sejarah orang membedakan proses perkembangan perkelompokan
manusia pada periode sebelum 

Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-28 Terurut Topik Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
 Kalau begitu, coba kita analisa dengan menggunakan beberapa sistem, katakanlah 
Republik Borneo atau lebih kecil lagi Republik Lan Fang kemakmuran rakyat bila 
menggunakan sistem kapitalis bagaimana sosialis bagaimana sistem monarchy 
bagaimana. Kemudian bandingkan dgn sekarang. Bisa juga ambil contoh daerah2 
lain yg mana saja.
Singapura yg menggunakan sistem kapitalis rakyatnya puluhan kali lipat lebih 
makmur dari Indonesia sekarang, Demikian juga Brunei yg monarchy rakyatnya 
puluhan kali lipat lebih makmur dari Indonesia sekarang. 
On Thursday, March 28, 2019, 1:39:11 AM PDT, Tatiana Lukman 
 wrote:  
 
  Kemakmuran dan keadilan sosial tidak tergantung pada besar kecilnya negeri 
atau keseragaman suku bangsa atau ras yang membentuknya. Pada pokoknya ia 
bergantung kepada sistim ekonomi, politik dan sosial yang berdominasi dalam 
masyarakat negeri itu. Apakah rakyat republik-republik kecil-kecil itu akan 
makmur,  itu tergantung kepada kelas mana yang berkuasa, kepentingan kelas mana 
yang diwakili oleh para penguasa. Yang jelas negeri kecil lebih mudah dikuasai 
kaum imperialis. Dari situ saya berpendapat perjuangan untuk kemakmuran, 
keadilan sosial dan kesamaan hak seluruh rakyat Indonesia, tak perduli di pulau 
mana mereka tinggal, harus diprioritaskan dari pada usaha untuk memisahkan diri 
dari Indonesia. Karena masalah pokok yang dihadapi seluruh rakyat jelata 
Indonesia adalah masalah tanah, masalah monopoli tanah dan penghancuran alam 
Indonesia oleh Negara, para pemodal asing dan swasta yang, kalau tidak dilawan, 
akan mendatangkan "kiamat" bikinan manusia dengan segala macam bencana 
alamnya.Sudah terbukti dalam sejarah hanya sistim sosialis lah yang dapat 
menjamin keadilan sosial, kemakmuran dan kesamaan hak bagi mayoritas rakyat 
pekerja. Propaganda kaum imperialis dan kaum revisionis selalu memutar balik 
kenyataan sejarah pembangunan sosialis, seperti anteknya, si Chan,  yang bilang 
sosialisme di Tiongkok hanya meratakan kemiskinan, buruh dan tani yang bekerja 
membanting tulang tanpa kenal jam dianggap sebagai "penghisapan", etc. 
Orang-orang revisionis pro kapitalis tidak akan pernah mengerti rakyat akan 
bekerja dan mengorbankan segalanya ketika dia sadar bahwa yang ia kerjakan 
adalah untuk kemakmurannya sendiri dan hari depan anak cucunya. Sama sekali 
tidak sama dengan buruh dan tani yang bekerja untuk tuan tanah dan majikan 
kapitalis yang merampas hasil kerjanya. Tanpa pengertian akan faktor kesadaran 
kelas itu, orang tidak akan pernah mengerti mengapa jutaan kaum komunis di 
dunia ini bekerja dan rela menanggung siksaan dan  mati tanpa mengkhianati 
kawan-kawan, keyakinan dan cita-citanya.
On Thursday, March 28, 2019, 6:23:00 AM GMT+1, jonathango...@yahoo.com 
[GELORA45]  wrote:  
 
     


Seandainya ada "Republik Jawa, Republik Sunda, Republik Baduy, Republik Dayak" 
dll itu rakyat kecil lebih makmur mana dgn Indonesia sekarang ini?

---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :

Pertama, harus diakui bahwa wilayah teritorial Indonesia adalah warisan 
kolonial Belanda. Siapa yang menolak kenyataan itu, silahkan bikin perbatasan 
geografis Indonesia sendiri (atau mungkin mau memecah belah Indonesia 
berdasarkan pada grup etnis, monggo! Jadi ada Republik Jawa, Republik Sunda, 
Republik Baduy, Republik Dayak, ratusan republik kecil-kecil yang tersebar dan 
berkelahi sendiri.. ) Di bawah kekuasaan kolonial namanya Hindia Belanda, bukan 
Indonesia. Kedua, setiap orang punya hak untuk  tidak mengakui perjuangan para 
perintis kemerdekaan Indonesia yang dimulai dengan pemberontakan 12 November 
1926. Dalam pemberontakan itu terlibat orang dari berbagai grup etnis 
(misalnya, Jawa, Sunda, Menado, Padang) yang punya cita-cita membangun 
Indonesia merdeka dari penjajahan. Mereka yang tidak mengakui Indonesia tentu 
juga punya hak untuk mencampakkan usaha rakyat yang mempertahankan kemerdekaan 
Indonesia 1945 dengan nyawa dan pengorbanannya. Ketiga, mereka yang berasal 
dari grup etnis pendatang seperti Tionghoa, Arab, India/Pakistan dll, harus 
meninggalkan setiap jengkal tanah yang sekarang ini disebut wilayah Indonesia, 
karena mereka bukan grup etnis "asli" (terpaksa saya gunakan kata "asli" karena 
mereka yang tidak mengakui Indonesia dan berasal dari grup etnis pendatang 
sendirilah yang meletakkan dirinya sendiri diluar kesatuan grup-grup etnis  
pribumi). Atau mohon ijin tinggal kepada berbagai macam Republik yang akan 
terbentuk di atas dasar grup etnis.
Begitulah kalau mau ditinjau secara sederhana dan mudah.

 On Wednesday, March 27, 2019, 12:29:38 PM GMT+1, 'Lusi D.' lusi_d@... 
[GELORA45]  wrote:


 
Dalam ilmu sejarah orang membedakan proses perkembangan perkelompokan
manusia pada periode sebelum dan sesudah jaman feodalisme ke
kapitalisme dan juga membedakan kwalitas periode masyarakat kapitalisme
sebelum dan sesudah berkembang ke tingkat imperialisme. Melihat peta
perbatasan geografi suatu negara dari gambar globus dengan sekadar
menyebutkan para etnis yang menghuni

Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-28 Terurut Topik kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
Kans bisa masuk universitas untuk suku minoritas lebih tinggi.
Dulu waktu di Tiongkok hanya boleh punya anak 1, suku minoritas
boleh punya anak banyak, supaya tidak musnah.
Guide saya cerita kalau bapaknya suku Han, ibunya suku minoritas.
Dia boleh pilih didaftar masuk suku mana. Saya tanya pilih mana.
Dia bilang, pilih masuk suku minoritas, boleh punya anak lebih banyak,
dan kans anak dapat tempat di universitas lebih tinggi.
Dia bilang masih kuliah turisme. Tiap tahun dia kerja 2-3 bulan, waktu
vakantie. Dia bilang dia hidup dari gajinya dan sebagian disumbang kakak
perempuannya. Dia juga dapat beberapa % kalau bawa turist malam hari
lihat pertunjukan.

Pada tanggal Kam, 28 Mar 2019 pukul 09.30 ChanCT 
menulis:

> Di Tiongkok ada 56 suku bangsa, sekalipun suku Han merupakan mayoritas
> mutlak lebih 90% seluruh penduduk yg berjumlah hampir 1,4 Milyar itu. Oleh
> karena itu, setelah terbentuk Republik Rakyat Tiongkok, pemerintah membuat
> UU melindungi suku-minoritas, ... meneruskan bahkan mengembangkan budaya
> suku-minoritas, dan secara biologis diusahakan jangan sampai musnah/hilang
> tertelan suku Han. Banyak kemudahan bagi suku minoritas utk masuk Univ.
> misalnya, perkecualian bagi suku-minoritas dengan KB hanya boleh
> anak-tunggal! Dan karena umumnya suku-minoritas itu berlakukan patriakat,
> garis keturunan bapak, maka ada UU yg melarang suku-Han pria kawin dengan
> suku-minoritas, sebaliknya boleh. Tapi, katanya UU diskriminasi ras
> demikian sudah dihapus. Artinya diperbolehkan kawin silang dengan TETAP
> pertahankan status anak-anak mereka sebagai suku minoritas ibu nya!
>
>
> kh djie dji...@gmail.com [GELORA45] 於 28/3/2019 15:16 寫道:
>
>
> Lha ya, yang pernah menjajah Tiongkok seperti Mongol dan Manchu juga
> jadi bagian rakyat Tiongkok.
> Waktu di tahun 1986 kami ke Tiongkok untuk pertama kali, guide nya orang
> Manchu yang pernah belajar bahasa Inggris 2 tahun di Amerika.
> Waktu itu guidenya masih tidak mau terima tip.
>
> Pada tanggal Kam, 28 Mar 2019 pukul 07.35 Sunny ambon
> ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]  menulis:
>
>>
>>
>> Untuk  disebut *negara* harus ada wilayah, *rakyat* dan pemerintah.
>> Jadi yang disebut* rakyat*  bisa terdiri dari berbagai bangsa atau satu
>> bangsa seperti Jerman, Jepang, Korea, etc Di NKRI sering dicampur aduk
>> pengertian rakyat dan bangsa.
>>
>> Negara Tiongkok (RRT) bukan terdiri dari satu etnik [bangsa], hal ini
>> bisa dilihat  pada mata uang Tiongkok ada tulisan dalam beberapa bahasa...
>>
> 
>
>
>
> 
> 不含病毒。www.avg.com
> 
> <#m_3928692283992127722_DAB4FAD8-2DD7-40BB-A1B8-4E2AA1F9FDF2>
>


Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-28 Terurut Topik Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
 Kemakmuran dan keadilan sosial tidak tergantung pada besar kecilnya negeri 
atau keseragaman suku bangsa atau ras yang membentuknya. Pada pokoknya ia 
bergantung kepada sistim ekonomi, politik dan sosial yang berdominasi dalam 
masyarakat negeri itu. Apakah rakyat republik-republik kecil-kecil itu akan 
makmur,  itu tergantung kepada kelas mana yang berkuasa, kepentingan kelas mana 
yang diwakili oleh para penguasa. Yang jelas negeri kecil lebih mudah dikuasai 
kaum imperialis. Dari situ saya berpendapat perjuangan untuk kemakmuran, 
keadilan sosial dan kesamaan hak seluruh rakyat Indonesia, tak perduli di pulau 
mana mereka tinggal, harus diprioritaskan dari pada usaha untuk memisahkan diri 
dari Indonesia. Karena masalah pokok yang dihadapi seluruh rakyat jelata 
Indonesia adalah masalah tanah, masalah monopoli tanah dan penghancuran alam 
Indonesia oleh Negara, para pemodal asing dan swasta yang, kalau tidak dilawan, 
akan mendatangkan "kiamat" bikinan manusia dengan segala macam bencana 
alamnya.Sudah terbukti dalam sejarah hanya sistim sosialis lah yang dapat 
menjamin keadilan sosial, kemakmuran dan kesamaan hak bagi mayoritas rakyat 
pekerja. Propaganda kaum imperialis dan kaum revisionis selalu memutar balik 
kenyataan sejarah pembangunan sosialis, seperti anteknya, si Chan,  yang bilang 
sosialisme di Tiongkok hanya meratakan kemiskinan, buruh dan tani yang bekerja 
membanting tulang tanpa kenal jam dianggap sebagai "penghisapan", etc. 
Orang-orang revisionis pro kapitalis tidak akan pernah mengerti rakyat akan 
bekerja dan mengorbankan segalanya ketika dia sadar bahwa yang ia kerjakan 
adalah untuk kemakmurannya sendiri dan hari depan anak cucunya. Sama sekali 
tidak sama dengan buruh dan tani yang bekerja untuk tuan tanah dan majikan 
kapitalis yang merampas hasil kerjanya. Tanpa pengertian akan faktor kesadaran 
kelas itu, orang tidak akan pernah mengerti mengapa jutaan kaum komunis di 
dunia ini bekerja dan rela menanggung siksaan dan  mati tanpa mengkhianati 
kawan-kawan, keyakinan dan cita-citanya.
On Thursday, March 28, 2019, 6:23:00 AM GMT+1, jonathango...@yahoo.com 
[GELORA45]  wrote:  
 
     


Seandainya ada "Republik Jawa, Republik Sunda, Republik Baduy, Republik Dayak" 
dll itu rakyat kecil lebih makmur mana dgn Indonesia sekarang ini?

---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :

Pertama, harus diakui bahwa wilayah teritorial Indonesia adalah warisan 
kolonial Belanda. Siapa yang menolak kenyataan itu, silahkan bikin perbatasan 
geografis Indonesia sendiri (atau mungkin mau memecah belah Indonesia 
berdasarkan pada grup etnis, monggo! Jadi ada Republik Jawa, Republik Sunda, 
Republik Baduy, Republik Dayak, ratusan republik kecil-kecil yang tersebar dan 
berkelahi sendiri.. ) Di bawah kekuasaan kolonial namanya Hindia Belanda, bukan 
Indonesia. Kedua, setiap orang punya hak untuk  tidak mengakui perjuangan para 
perintis kemerdekaan Indonesia yang dimulai dengan pemberontakan 12 November 
1926. Dalam pemberontakan itu terlibat orang dari berbagai grup etnis 
(misalnya, Jawa, Sunda, Menado, Padang) yang punya cita-cita membangun 
Indonesia merdeka dari penjajahan. Mereka yang tidak mengakui Indonesia tentu 
juga punya hak untuk mencampakkan usaha rakyat yang mempertahankan kemerdekaan 
Indonesia 1945 dengan nyawa dan pengorbanannya. Ketiga, mereka yang berasal 
dari grup etnis pendatang seperti Tionghoa, Arab, India/Pakistan dll, harus 
meninggalkan setiap jengkal tanah yang sekarang ini disebut wilayah Indonesia, 
karena mereka bukan grup etnis "asli" (terpaksa saya gunakan kata "asli" karena 
mereka yang tidak mengakui Indonesia dan berasal dari grup etnis pendatang 
sendirilah yang meletakkan dirinya sendiri diluar kesatuan grup-grup etnis  
pribumi). Atau mohon ijin tinggal kepada berbagai macam Republik yang akan 
terbentuk di atas dasar grup etnis.
Begitulah kalau mau ditinjau secara sederhana dan mudah.

 On Wednesday, March 27, 2019, 12:29:38 PM GMT+1, 'Lusi D.' lusi_d@... 
[GELORA45]  wrote:


 
Dalam ilmu sejarah orang membedakan proses perkembangan perkelompokan
manusia pada periode sebelum dan sesudah jaman feodalisme ke
kapitalisme dan juga membedakan kwalitas periode masyarakat kapitalisme
sebelum dan sesudah berkembang ke tingkat imperialisme. Melihat peta
perbatasan geografi suatu negara dari gambar globus dengan sekadar
menyebutkan para etnis yang menghuni wilayahnya tanpa menilai peranan
mereka dalam perkembangan sejarah perkembangan sistim masyarakatnya,
misalnya mengapa dan bagaimana kolonialisme Belanda itu berakhir, saya
pikir terlalu sangat sederhana sekali.

Am Wed, 27 Mar 2019 08:50:56 + (UTC)
schrieb "ajeg ajegilelu@... [GELORA45]"
:

> Menurut saya sih etnis dan budaya di Amerika heterogen. 
> Begitu juga Rusia, Cina, India dll.
> 
> --- jonathangoeij@... wrote:
> digombalin BK
> --- ilmesengero@... wrote :
> 
> Bangsa Indonesia tidak pernah ada, karena apa yang disebut Indonesia
> adalah kesatuan geografi-politik yang diciptakan kolonial Belanda,
> ke

Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-28 Terurut Topik ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
Di Tiongkok ada 56 suku bangsa, sekalipun suku Han merupakan mayoritas 
mutlak lebih 90% seluruh penduduk yg berjumlah hampir 1,4 Milyar itu. 
Oleh karena itu, setelah terbentuk Republik Rakyat Tiongkok, pemerintah 
membuat UU melindungi suku-minoritas, ... meneruskan bahkan 
mengembangkan budaya suku-minoritas, dan secara biologis diusahakan 
jangan sampai musnah/hilang tertelan suku Han. Banyak kemudahan bagi 
suku minoritas utk masuk Univ. misalnya, perkecualian bagi 
suku-minoritas dengan KB hanya boleh anak-tunggal! Dan karena umumnya 
suku-minoritas itu berlakukan patriakat, garis keturunan bapak, maka ada 
UU yg melarang suku-Han pria kawin dengan suku-minoritas, sebaliknya 
boleh. Tapi, katanya UU diskriminasi ras demikian sudah dihapus. Artinya 
diperbolehkan kawin silang dengan TETAP pertahankan status anak-anak 
mereka sebagai suku minoritas ibu nya!



kh djie dji...@gmail.com [GELORA45] 於 28/3/2019 15:16 寫道:

Lha ya, yang pernah menjajah Tiongkok seperti Mongol dan Manchu juga
jadi bagian rakyat Tiongkok.
Waktu di tahun 1986 kami ke Tiongkok untuk pertama kali, guide nya orang
Manchu yang pernah belajar bahasa Inggris 2 tahun di Amerika.
Waktu itu guidenya masih tidak mau terima tip.

Pada tanggal Kam, 28 Mar 2019 pukul 07.35 Sunny ambon 
ilmeseng...@gmail.com  [GELORA45] 
mailto:GELORA45@yahoogroups.com>> menulis:



Untuk  disebut *negara* harus ada wilayah, *rakyat* dan
pemerintah.  Jadi yang disebut*rakyat* bisa terdiri dari berbagai
bangsa atau satu bangsa seperti Jerman, Jepang, Korea, etc Di NKRI
sering dicampur aduk pengertian rakyat dan bangsa.

Negara Tiongkok (RRT) bukan terdiri dari satu etnik [bangsa], hal
ini bisa dilihat  pada mata uang Tiongkok ada tulisan dalam
beberapa bahasa..





---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com


Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-28 Terurut Topik kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
Lha ya, yang pernah menjajah Tiongkok seperti Mongol dan Manchu juga
jadi bagian rakyat Tiongkok.
Waktu di tahun 1986 kami ke Tiongkok untuk pertama kali, guide nya orang
Manchu yang pernah belajar bahasa Inggris 2 tahun di Amerika.
Waktu itu guidenya masih tidak mau terima tip.

Pada tanggal Kam, 28 Mar 2019 pukul 07.35 Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com
[GELORA45]  menulis:

>
>
>
> Untuk  disebut *negara* harus ada wilayah, *rakyat* dan pemerintah.  Jadi
> yang disebut* rakyat*  bisa terdiri dari berbagai bangsa atau satu bangsa
> seperti Jerman, Jepang, Korea, etc Di NKRI sering dicampur aduk pengertian
> rakyat dan bangsa.
>
> Negara Tiongkok (RRT) bukan terdiri dari satu etnik [bangsa], hal ini bisa
> dilihat  pada mata uang Tiongkok ada tulisan dalam beberapa bahasa..
>
> 
>


Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-27 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
Untuk  disebut *negara* harus ada wilayah, *rakyat* dan pemerintah.  Jadi
yang disebut* rakyat*  bisa terdiri dari berbagai bangsa atau satu bangsa
seperti Jerman, Jepang, Korea, etc Di NKRI sering dicampur aduk pengertian
rakyat dan bangsa.

Negara Tiongkok (RRT) bukan terdiri dari satu etnik [bangsa], hal ini bisa
dilihat  pada mata uang Tiongkok ada tulisan dalam beberapa bahasa.


Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-27 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
..."bagaimana kolonialisme Belanda itu berakhir, saya
pikir terlalu sangat sederhana sekali."

Kolonialisme Belanda atau Inggris berakhir, tetapi kesatuan teritorial yang
mereka ciptakan berdasarkan kepenting geografis mereka tidak berubah,
terkecuali India,sebahagian menjadi Pakistan dan Bangladesh.  Belanda
pergi, Hindia Belanda mereka diganti nama dengan  Indonesia.


Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-27 Terurut Topik jonathango...@yahoo.com [GELORA45]

 Seandainya ada "Republik Jawa, Republik Sunda, Republik Baduy, Republik Dayak" 
dll itu rakyat kecil lebih makmur mana dgn Indonesia sekarang ini?
 

 
---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :

 
 Pertama, harus diakui bahwa wilayah teritorial Indonesia adalah warisan 
kolonial Belanda. Siapa yang menolak kenyataan itu, silahkan bikin perbatasan 
geografis Indonesia sendiri (atau mungkin mau memecah belah Indonesia 
berdasarkan pada grup etnis, monggo! Jadi ada Republik Jawa, Republik Sunda, 
Republik Baduy, Republik Dayak, ratusan republik kecil-kecil yang tersebar dan 
berkelahi sendiri.. ) Di bawah kekuasaan kolonial namanya Hindia Belanda, bukan 
Indonesia. Kedua, setiap orang punya hak untuk  tidak mengakui perjuangan para 
perintis kemerdekaan Indonesia yang dimulai dengan pemberontakan 12 November 
1926. Dalam pemberontakan itu terlibat orang dari berbagai grup etnis 
(misalnya, Jawa, Sunda, Menado, Padang) yang punya cita-cita membangun 
Indonesia merdeka dari penjajahan. Mereka yang tidak mengakui Indonesia tentu 
juga punya hak untuk mencampakkan usaha rakyat yang mempertahankan kemerdekaan 
Indonesia 1945 dengan nyawa dan pengorbanannya. Ketiga, mereka yang berasal 
dari grup etnis pendatang seperti Tionghoa, Arab, India/Pakistan dll, harus 
meninggalkan setiap jengkal tanah yang sekarang ini disebut wilayah Indonesia, 
karena mereka bukan grup etnis "asli" (terpaksa saya gunakan kata "asli" karena 
mereka yang tidak mengakui Indonesia dan berasal dari grup etnis pendatang 
sendirilah yang meletakkan dirinya sendiri diluar kesatuan grup-grup etnis  
pribumi). Atau mohon ijin tinggal kepada berbagai macam Republik yang akan 
terbentuk di atas dasar grup etnis.
 

 Begitulah kalau mau ditinjau secara sederhana dan mudah.
 


 On Wednesday, March 27, 2019, 12:29:38 PM GMT+1, 'Lusi D.' lusi_d@... 
[GELORA45]  wrote: 
 

 

   Dalam ilmu sejarah orang membedakan proses perkembangan perkelompokan
 manusia pada periode sebelum dan sesudah jaman feodalisme ke
 kapitalisme dan juga membedakan kwalitas periode masyarakat kapitalisme
 sebelum dan sesudah berkembang ke tingkat imperialisme. Melihat peta
 perbatasan geografi suatu negara dari gambar globus dengan sekadar
 menyebutkan para etnis yang menghuni wilayahnya tanpa menilai peranan
 mereka dalam perkembangan sejarah perkembangan sistim masyarakatnya,
 misalnya mengapa dan bagaimana kolonialisme Belanda itu berakhir, saya
 pikir terlalu sangat sederhana sekali.
 
 Am Wed, 27 Mar 2019 08:50:56 + (UTC)
 schrieb "ajeg ajegilelu@... [GELORA45]"
 :
 
 > Menurut saya sih etnis dan budaya di Amerika heterogen. 
 > Begitu juga Rusia, Cina, India dll.
 > 
 > --- jonathangoeij@... wrote:
 > digombalin BK
 > --- ilmesengero@... wrote :
 > 
 > Bangsa Indonesia tidak pernah ada, karena apa yang disebut Indonesia
 > adalah kesatuan geografi-politik yang diciptakan kolonial Belanda,
 > kedua kalau disebut satu bangsa harus ada kesamaan etnik dan
 > kebudayaan. 
 > 
 


 


 








Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-27 Terurut Topik ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
Memecah-belah adalah jurus andalan kolonial. Kalau berhasil maka si kolonialis 
langsung pasang tabiat imperialisnya untuk menyatukan lagi seluruh kepingan di 
bawah sepatu larsnya. Begitulah kelakuan kaum kolonialis-imperialis ketika 
kehilangan wilayah jajahannya di seantero Nusantara, sampai detik ini. 
Kemerdekaan bangsa-bangsa yang menjelma menjadi Indonesia mereka recoki terus. 
Mulai dengan agresi militer, perundingan meja bundar, bikin republik boneka, 
gerakan separatis, prahara '65, krismon, amandemen UUD'45 dst hingga kebohongan 
Esemka dst. 

Para penganut logika struktural fanatik tentu memandang semua ini dari sudut 
statistik, sistemik, batas geografis, etnis, golongan, ras, data, hingga 
identitas warna baju yang harus dipakai saat nyoblos pilpres nanti. Serba 
kalkulatif. Sementara para penikmat antropologis cuma berpikir bagaimana 
memajukan dan meningkatkan kualitas kehidupan seisi Bumi yang iklimnya telah 
dirusak oleh kebodohan struktural para kapitalis rakus. 
   --- jetaimemucho1@... wrote:
Pertama, harus diakui bahwa wilayah teritorial Indonesia adalah warisan 
kolonial Belanda. Siapa yang menolak kenyataan itu, silahkan bikin perbatasan 
geografis Indonesia sendiri (atau mungkin mau memecah belah Indonesia 
berdasarkan pada grup etnis, monggo! Jadi ada Republik Jawa, Republik Sunda, 
Republik Baduy, Republik Dayak, ratusan republik kecil-kecil yang tersebar dan 
berkelahi sendiri.. ) Di bawah kekuasaan kolonial namanya Hindia Belanda, bukan 
Indonesia. Kedua, setiap orang punya hak untuk  tidak mengakui perjuangan para 
perintis kemerdekaan Indonesia yang dimulai dengan pemberontakan 12 November 
1926. Dalam pemberontakan itu terlibat orang dari berbagai grup etnis 
(misalnya, Jawa, Sunda, Menado, Padang) yang punya cita-cita membangun 
Indonesia merdeka dari penjajahan. Mereka yang tidak mengakui Indonesia tentu 
juga punya hak untuk mencampakkan usaha rakyat yang mempertahankan kemerdekaan 
Indonesia 1945 dengan nyawa dan pengorbanannya. Ketiga, mereka yang berasal 
dari grup etnis pendatang seperti Tionghoa, Arab, India/Pakistan dll, harus 
meninggalkan setiap jengkal tanah yang sekarang ini disebut wilayah Indonesia, 
karena mereka bukan grup etnis "asli" (terpaksa saya gunakan kata "asli" karena 
mereka yang tidak mengakui Indonesia dan berasal dari grup etnis pendatang 
sendirilah yang meletakkan dirinya sendiri diluar kesatuan grup-grup etnis  
pribumi). Atau mohon ijin tinggal kepada berbagai macam Republik yang akan 
terbentuk di atas dasar grup etnis.
Begitulah kalau mau ditinjau secara sederhana dan mudah.
On Wednesday, March 27, 2019, 12:29:38 PM GMT+1, Lusi D. wrote:   
Dalam ilmu sejarah orang membedakan proses perkembangan perkelompokan
manusia pada periode sebelum dan sesudah jaman feodalisme ke
kapitalisme dan juga membedakan kwalitas periode masyarakat kapitalisme
sebelum dan sesudah berkembang ke tingkat imperialisme. Melihat peta
perbatasan geografi suatu negara dari gambar globus dengan sekadar
menyebutkan para etnis yang menghuni wilayahnya tanpa menilai peranan
mereka dalam perkembangan sejarah perkembangan sistim masyarakatnya,
misalnya mengapa dan bagaimana kolonialisme Belanda itu berakhir, saya
pikir terlalu sangat sederhana sekali.

Am Wed, 27 Mar 2019 08:50:56 + (UTC)
schrieb ajeg :

> Menurut saya sih etnis dan budaya di Amerika heterogen. 
> Begitu juga Rusia, Cina, India dll.
> 
> --- jonathangoeij@... wrote:
> digombalin BK
> --- ilmesengero@... wrote :
> 
> Bangsa Indonesia tidak pernah ada, karena apa yang disebut Indonesia
> adalah kesatuan geografi-politik yang diciptakan kolonial Belanda,
> kedua kalau disebut satu bangsa harus ada kesamaan etnik dan
> kebudayaan. 
> 




Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-27 Terurut Topik Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
 Pertama, harus diakui bahwa wilayah teritorial Indonesia adalah warisan 
kolonial Belanda. Siapa yang menolak kenyataan itu, silahkan bikin perbatasan 
geografis Indonesia sendiri (atau mungkin mau memecah belah Indonesia 
berdasarkan pada grup etnis, monggo! Jadi ada Republik Jawa, Republik Sunda, 
Republik Baduy, Republik Dayak, ratusan republik kecil-kecil yang tersebar dan 
berkelahi sendiri.. ) Di bawah kekuasaan kolonial namanya Hindia Belanda, bukan 
Indonesia. Kedua, setiap orang punya hak untuk  tidak mengakui perjuangan para 
perintis kemerdekaan Indonesia yang dimulai dengan pemberontakan 12 November 
1926. Dalam pemberontakan itu terlibat orang dari berbagai grup etnis 
(misalnya, Jawa, Sunda, Menado, Padang) yang punya cita-cita membangun 
Indonesia merdeka dari penjajahan. Mereka yang tidak mengakui Indonesia tentu 
juga punya hak untuk mencampakkan usaha rakyat yang mempertahankan kemerdekaan 
Indonesia 1945 dengan nyawa dan pengorbanannya. Ketiga, mereka yang berasal 
dari grup etnis pendatang seperti Tionghoa, Arab, India/Pakistan dll, harus 
meninggalkan setiap jengkal tanah yang sekarang ini disebut wilayah Indonesia, 
karena mereka bukan grup etnis "asli" (terpaksa saya gunakan kata "asli" karena 
mereka yang tidak mengakui Indonesia dan berasal dari grup etnis pendatang 
sendirilah yang meletakkan dirinya sendiri diluar kesatuan grup-grup etnis  
pribumi). Atau mohon ijin tinggal kepada berbagai macam Republik yang akan 
terbentuk di atas dasar grup etnis.
Begitulah kalau mau ditinjau secara sederhana dan mudah.
On Wednesday, March 27, 2019, 12:29:38 PM GMT+1, 'Lusi D.' lus...@rantar.de 
[GELORA45]  wrote:  
 
     
Dalam ilmu sejarah orang membedakan proses perkembangan perkelompokan
manusia pada periode sebelum dan sesudah jaman feodalisme ke
kapitalisme dan juga membedakan kwalitas periode masyarakat kapitalisme
sebelum dan sesudah berkembang ke tingkat imperialisme. Melihat peta
perbatasan geografi suatu negara dari gambar globus dengan sekadar
menyebutkan para etnis yang menghuni wilayahnya tanpa menilai peranan
mereka dalam perkembangan sejarah perkembangan sistim masyarakatnya,
misalnya mengapa dan bagaimana kolonialisme Belanda itu berakhir, saya
pikir terlalu sangat sederhana sekali.

Am Wed, 27 Mar 2019 08:50:56 + (UTC)
schrieb "ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]"
:

> Menurut saya sih etnis dan budaya di Amerika heterogen. 
> Begitu juga Rusia, Cina, India dll.
> 
> --- jonathangoeij@... wrote:
> digombalin BK
> --- ilmesengero@... wrote :
> 
> Bangsa Indonesia tidak pernah ada, karena apa yang disebut Indonesia
> adalah kesatuan geografi-politik yang diciptakan kolonial Belanda,
> kedua kalau disebut satu bangsa harus ada kesamaan etnik dan
> kebudayaan. 
> 


  #yiv7324714327 #yiv7324714327 -- #yiv7324714327ygrp-mkp {border:1px solid 
#d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv7324714327 
#yiv7324714327ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv7324714327 
#yiv7324714327ygrp-mkp #yiv7324714327hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv7324714327 #yiv7324714327ygrp-mkp #yiv7324714327ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv7324714327 #yiv7324714327ygrp-mkp .yiv7324714327ad 
{padding:0 0;}#yiv7324714327 #yiv7324714327ygrp-mkp .yiv7324714327ad p 
{margin:0;}#yiv7324714327 #yiv7324714327ygrp-mkp .yiv7324714327ad a 
{color:#ff;text-decoration:none;}#yiv7324714327 #yiv7324714327ygrp-sponsor 
#yiv7324714327ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv7324714327 
#yiv7324714327ygrp-sponsor #yiv7324714327ygrp-lc #yiv7324714327hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv7324714327 
#yiv7324714327ygrp-sponsor #yiv7324714327ygrp-lc .yiv7324714327ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv7324714327 #yiv7324714327actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv7324714327 
#yiv7324714327activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv7324714327
 #yiv7324714327activity span {font-weight:700;}#yiv7324714327 
#yiv7324714327activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv7324714327 #yiv7324714327activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv7324714327 #yiv7324714327activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv7324714327 #yiv7324714327activity span 
.yiv7324714327underline {text-decoration:underline;}#yiv7324714327 
.yiv7324714327attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv7324714327 .yiv7324714327attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv7324714327 .yiv7324714327attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv7324714327 .yiv7324714327attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv7324714327 .yiv7324714327attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv7324714327 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv7324714327 .yiv7324714327bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv7324714327 
.yiv7324714327bold a {text-decoration:none;}#yiv7324714327 dd.yiv7324714327last 
p a 

Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-27 Terurut Topik 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
Dalam ilmu sejarah orang membedakan proses perkembangan perkelompokan
manusia pada periode sebelum dan sesudah jaman feodalisme ke
kapitalisme dan juga membedakan kwalitas periode masyarakat kapitalisme
sebelum dan sesudah berkembang ke tingkat imperialisme. Melihat peta
perbatasan geografi suatu negara dari gambar globus dengan sekadar
menyebutkan para etnis yang menghuni wilayahnya tanpa menilai peranan
mereka dalam perkembangan sejarah perkembangan sistim masyarakatnya,
misalnya mengapa dan bagaimana kolonialisme Belanda itu berakhir, saya
pikir terlalu sangat sederhana sekali.




Am Wed, 27 Mar 2019 08:50:56 + (UTC)
schrieb "ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]"
:

> Menurut saya sih etnis dan budaya di Amerika heterogen. 
> Begitu juga Rusia, Cina, India dll.
> 
> --- jonathangoeij@... wrote:
>  digombalin BK
> --- ilmesengero@... wrote :
> 
> Bangsa Indonesia tidak pernah ada, karena apa yang disebut Indonesia
> adalah kesatuan geografi-politik yang diciptakan kolonial Belanda,
> kedua kalau disebut satu bangsa harus ada kesamaan etnik dan
> kebudayaan. 
> 



Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-27 Terurut Topik ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
Menurut saya sih etnis dan budaya di Amerika heterogen. 
Begitu juga Rusia, Cina, India dll.

--- jonathangoeij@... wrote:
 digombalin BK
--- ilmesengero@... wrote :

Bangsa Indonesia tidak pernah ada, karena apa yang disebut Indonesia adalah 
kesatuan geografi-politik yang diciptakan kolonial Belanda, kedua kalau disebut 
satu bangsa harus ada kesamaan etnik dan kebudayaan. 



Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-26 Terurut Topik Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
digombalin BK
---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :


Bangsa Indonesia tidak pernah ada, karena apa yang disebut Indonesia adalah 
kesatuan geografi-politik yang diciptakan kolonial Belanda, kedua kalau disebut 
satu bangsa harus ada kesamaan etnik dan kebudayaan. 


Re: [GELORA45] Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita

2019-03-26 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
*Bangsa Indonesia tidak pernah ada, karena apa yang disebut Indonesia
adalah kesatuan geografi-politik yang diciptakan kolonial Belanda, kedua
kalau disebut satu bangsa harus ada kesamaan etnik dan kebudayaan. *

On Tue, Mar 26, 2019 at 4:56 PM Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com
[GELORA45]  wrote:

>
>
>
>
>
> Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita
> 
>
> Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita
>
> Diskusi kebangsaan diinisiasi oleh Aliansi Anak Bangsa untuk Indonesia,
> membahas Pancasila dalam kehidupan sehar...
>
> 
>
>
> Vitrianda Hilba Siregar
> Senin,
> 25 Maret 2019 - 14:14 WIB
> views: 323
> [image: Diskusi Kebangsaan: Indonesia dan Pancasila Rumah Kita]
> Aliansi Anak Bangsa untuk Indonesia, menginisiasi diskusi kebangsaan yang
> bertajuk Pancasila Rumah Kita. Foto/Ist.
>
>
> *JAKARTA* - Diskusi kebangsaan diinisiasi oleh Aliansi Anak Bangsa untuk
> Indonesia, membahas Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Sejumlah tokoh
> turut hadir di acara ini.
>
> Dalam diskusi yang bertajuk Pancasila Rumah Kita ini, menjadi kegiatan
> awal sebelum digelarnya acara Doa dan Ikrar Anak Bangsa yang akan dilakukan
> oleh berbagai elemen anak bangsa pada 31 Maret 2019 di Tugu Proklamasi.
>
> Dalam diskusi yang dihadiri oleh berbagai tokoh publik di antaranya, Uung
> Sendana, Irvan Hutasoit, Erros Djarot, Romo Benny Susetyo, HS Dilon, Mahfud
> MD, Romo Frans Magnis Suseno, dan Jaya Suprana ditemukan sebuah titik temu,
> bahwa Indonesia adalah rumah kita.
>
> Baca Juga:
>
>- Amien Rais: Rekapitulasi Suara Jangan di Borobudur, Banyak Genderuwo
>
> 
>- Jelekkan Jokowi, Prabowo Tegur Pendukungnya Saat Kampanye di Bali
>
> 
>
>
>
> Pilpres yang terjadi, adalah sebuah event berkala lima tahunan yang
> berfungsi sebagai mekanisme memilih pemimpin bersama. Saat ini situasi
> perpecahan yang terjadi, adalah sebuah hasil dari kegagalan bangsa ini
> untuk pembangunan karakter dan nilai kebangsaan sejak kemerdekaan.
>
> "Indonesia terlihat gagal menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
> Indonesia, hal ini yang kemudian menjadi sumber dari kebencian dan
> perpecahan yang dipercikan melalui cara cara kebohongan dan propaganda"
> ujar HS Dilon, seorang budayawan.
>
> Jaya Suprana mengamini pendapat tersebut. "Bahkan keadlian hadir bukan
> hanya untuk sebagian, melainkan sebagian kecil dari seluruh rakyat
> Indonesia," ujarnya.
>
> Pada kesempatan ini pula, Romo Benny mengajak kita semua sadar dan mawas
> diri, "Kita mengajak dan ingin membangunkan seluruh masyarakat yang
> sekarang masih tidur, yang masih waras, ayo kita kembalikan pilpres ini
> menjadi ajang adu visi dan program. Kita memilih pemimpin karena visi dan
> programnya, bukan tentang apa agama dan siapa keluarganya," tegasnya.
>
> "Indonesia sejatinya sudah sejak dari dulu merupakan negara dengan banyak
> budaya dan agama, bahkan tahun 1928, para pendahulu kita secara sadar,
> mengesampingkan hal itu semua untuk mencapai agenda yang lebih besar, yaitu
> kemerdekaan Indonesia," ungkap Erros Djarot.
>
> "Para pejuang telah berkorban jiwa dan raga mereka untuk merebut
> kemerdekaan ini. Perbedaan yang bagai mutiara, hendaknya kita jaga dalam
> Indonesia ini. Indonesia terlalu besar hanya untuk kita semua, mari kita
> jaga bersama," tutup Ngatawi Al Zastrouw sebagai inisiator acara.
>
> Kegiatan ini akan masuk ke dalam kegiatan puncak pada tanggal 31 Maret
> 2019 di Tugu Proklamasi. Para tokoh bangsa mengundang masyarakat untuk ikut
> dalam Ikrar dan Doa bersama untuk menjaga keutuhan Indonesia.
>
>
>
> (eyt)
>
> 
>