Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo
Bung Basri dan teman2 ysh.. Bagi saya tulisan ini sangat menarik dan mencerahkan namun ada sedikit pemikiran banding yang ingin saya sampaikan menyangkut istilah hak paten. Dalam uu no 14 thn 2001 disebutkan bahwa yang bisa dipatenkan itu adalah hasil teknologi baik itu berupa barang atau proses yang bersifat baru atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. Undang2 yang senada juga berlaku di hampir semua negara, bahkan dituangkan dalam perjanjian dibawah WTO yang juga diikuti oleh anggotanya. Dari sini jelas bahwa produk budaya seperti tari2an, artefak, peninggalan bersejarah dan sejenisnya tidak masuk dalam kategori ini. Argumen lain yang bisa disampaikan mengenai gugurnya hak paten terhadap budaya adalah materinya yang sudah ada jauh sebelum adanya negara dan batas2 teritorialnya. Demikian sekedar sumbang saran, semoga bisa didiskusikan lebih lanjut.. Salam, Iqbal Makmur Sent from my iPhone On Sep 8, 2009, at 3:08 PM, "basriamin" wrote: Patenkan Budaya dan Bahaya Laten Identitas Basri Amin Penulis Lepas, Warga Hepuhulawa Limboto Tampaknya Dinas Dikpora Gorontalo sedang sibuk-sibuknya menginventarisir produk-produk budaya Gorontalo untuk kemudian dipatenkan oleh Dephum-HAM. Ini dilakukan untuk memberi "legitimasi/kekuatan hukum...menghindari kasus pembajakan/klaim budaya oleh daerah lain maupun negara luar..." (GP, 7/9). Upaya ini pantas kita apresiasi. Ini adalah sebuah langkah positif, meskipun masih terkesan reaktif dan membenarkan kuatnya "sikap khawatir" kita dalam urusan budaya bangsa sendiri. Dalam jangka pendek, legitimasi hukum dan administrasi memang bisa memberi jawaban dan perlindungan (?). Tapi, dalam jangka panjang, yang lebih mendasar kita kerjakan adalah sebuah "strategi kebudayaan" yang lebih utuh, yang tidak lagi reaktif dan was-was, melainkan dalam bentuk strategi yang lebih menyentuh jati diri (identitas) kita yang sesungguhnya. Bagaimanapun, zaman sedang berubah dan generasi baru selalu lahir. Sudah tentu Pihak Dikpora dan banyak kalangan di Gorontalo sangat paham akan pentingnya dan kompleksnya urusan kebudayaan, sejak lapisan luarnya yang "kasar" (benda-benda, ritual-ritual, kesenian, tulisan-tulisan, dst) sampai ke dimensi yang lebih "halus" (bahasa, falsafah, sejarah, pengetahuan, nilai budaya, dan adat istiadat, dst). Dan hal-hal inilah semua yang menentukan wajah dan martabat sebuah bangsa. Setiap bangsa besar selalu topangannya adalah cita-cita besar, sejarah, keteladanan, pengetahuan dan budaya. Budaya menjadi dinamis karena ia berkembang seiring dengan kehidupan manusia. Ia terpaut dengan alam sekitarnya. Ia menjawab berbagai tantangan. Ia melahirkan identitas, mentalitas dan etos, hasil-hasil fisik dan non-fisik. Dalam perjalanannya, setiap budaya bangsa-bangsa mengalami pasang surut. Karena itu, budaya tidak bisa terlepas setidaknya dari tiga elemen kunci: penciptaan, pewarisan dan pengembangan. Setiap bentuk budaya manusia tak bisa menghindar dari aktor manusia penciptanya, serta perjumpaan-perjumpaannya dengan tradisi dan penciptaan lain yang bisa jadi berasal dari tempat-tempat berbeda. Ia juga tak bisa menghindar dari daya dukung lanskap alam dan struktur masyarakat yang melahirkannya. Tak heran kalau kita menjumpai banyak jenis ritual; banyak varian kesenian rakyat, banyak pula kesenian untuk ritual penguasa. Gorontalo tentu tidak ingin memelihara "mentalitas bangsa terlambat", dan membangun etos budayanya dengan tabiat lama yang reaktif dan paternalistik. Budaya tak akan bisa maju kalau dikerjakan dengan cara-cara instruksi, melainkan dengan edukasi. Jika kita hanya bermodalkan mentalitas ini, maka yang selalu kita saksikan adalah kebiasaan marah kepada pihak lain, bangsa atau negeri-negeri lain ketika mereka "memanfaatkan" harta budaya kita. Kini, ketika arus orang, gagasan, komunikasi, distribusi benda-benda dan gaya hidup demikian berjalan cepat, identitas lokal Gorontalo serta semua cita-cita dan ciptaan yang dimiliki masyarakatnya, baik yang pernah ada, yang sedang dikerjakan dan yang akan muncul, demikian mudah bisa diakses oleh siapa saja. Situasi ini membawa dilema dan tantangan besar: antara rasa memiliki di satu sisi, dan sikap kita dalam mengembangkan dan "membuka diri" di sisi lain. Budaya dalam kulit luarnya demikian terbuka untuk dipelajari, ditiru, dimodifikasi, dikembangkan, dan bahkan dikomersilkan (hukum pasar berlaku). Yang kita klaim sebagai milik kita, sebut saja bahasa, tari-tarian, olah raga tradisional, bentuk-bentuk arsitektur, makanan etnis, jenis pakaian, seni pentas, dan kerajinan tradisional misalnya, semuanya itu demikian mudah dipelajari oleh siapa saja. Lalu, di manakah batas-batas fungsional dari sebuah "hak paten?". Memang, yang paling realistis bisa dicapai adalah "pengakuan" dan "pembenaran" bahwa itu warisan kita. Tapi, "KITA" itu sendiri siapa?. Ini tentu saja sangat penting, tapi sekaligus menyuguhkan sebuah pembatasan. Pembenaran dan penga
Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo
setuju bangat bung Iqbal...uu 14 tahun 2001 mengatur tentang hak paten, terutama berupa hasil rekayasa teknologi tapi bukan copy paste, atau penemuan baru dllmunkin tenunan krawang boleh, tapi kalo g salah ada juga yg mirip2 karawang di jawa sinimusik bambu itu sdh jelas...dulu musik ini paling top di suwawa pencetusnya sdh almarhum (guru Kebu), ...kalo tari pendet bs dipatenkan, kalo digorontalo munkin tari motidi? Kalo bela diri langga ada kemiripan dgn kuntaujadi ada campuran dr luartumbilo tohesopasti... cuman kalo dicantolin ke uu 14 kayaknya ga nyambung. ok slmat menjalankan ibadah puasaeh ada nasi goreng enak disinjuku di restoran indonesia, tapi lumayan mahale.dulu wkt puasa disana beli ikan sandiri dan bakar sandiri soalnya dadata boy teto ma'o salam DI From: Iqbal To: "gorontalomaju2020@yahoogroups.com" Sent: Tuesday, September 8, 2009 2:05:06 PM Subject: Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo Bung Basri dan teman2 ysh.. Bagi saya tulisan ini sangat menarik dan mencerahkan namun ada sedikit pemikiran banding yang ingin saya sampaikan menyangkut istilah hak paten. Dalam uu no 14 thn 2001 disebutkan bahwa yang bisa dipatenkan itu adalah hasil teknologi baik itu berupa barang atau proses yang bersifat baru atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. Undang2 yang senada juga berlaku di hampir semua negara, bahkan dituangkan dalam perjanjian dibawah WTO yang juga diikuti oleh anggotanya. Dari sini jelas bahwa produk budaya seperti tari2an, artefak, peninggalan bersejarah dan sejenisnya tidak masuk dalam kategori ini. Argumen lain yang bisa disampaikan mengenai gugurnya hak paten terhadap budaya adalah materinya yang sudah ada jauh sebelum adanya negara dan batas2 teritorialnya. Demikian sekedar sumbang saran, semoga bisa didiskusikan lebih lanjut.. Salam, Iqbal Makmur Sent from my iPhone On Sep 8, 2009, at 3:08 PM, "basriamin" wrote: > >Patenkan Budaya dan Bahaya Laten Identitas > >>Basri Amin >>Penulis Lepas, Warga Hepuhulawa Limboto > >>Tampaknya Dinas Dikpora Gorontalo sedang sibuk-sibuknya menginventarisir >>produk-produk budaya Gorontalo untuk kemudian dipatenkan oleh Dephum-HAM. Ini >>dilakukan untuk memberi "legitimasi/ kekuatan hukum...menghindari kasus >>pembajakan/klaim budaya oleh daerah lain maupun negara luar..." (GP, 7/9). >>Upaya ini pantas kita apresiasi. Ini adalah sebuah langkah positif, meskipun >>masih terkesan reaktif dan membenarkan kuatnya "sikap khawatir" kita dalam >>urusan budaya bangsa sendiri. Dalam jangka pendek, legitimasi hukum dan >>administrasi memang bisa memberi jawaban dan perlindungan (?). Tapi, dalam >>jangka panjang, yang lebih mendasar kita kerjakan adalah sebuah "strategi >>kebudayaan" yang lebih utuh, yang tidak lagi reaktif dan was-was, melainkan >>dalam bentuk strategi yang lebih menyentuh jati diri (identitas) kita yang >>sesungguhnya. Bagaimanapun, zaman sedang berubah dan generasi baru selalu >>lahir. > >>Sudah tentu Pihak Dikpora dan banyak kalangan di Gorontalo sangat paham akan >>pentingnya dan kompleksnya urusan kebudayaan, sejak lapisan luarnya yang >>"kasar" (benda-benda, ritual-ritual, kesenian, tulisan-tulisan, dst) sampai >>ke dimensi yang lebih "halus" (bahasa, falsafah, sejarah, pengetahuan, nilai >>budaya, dan adat istiadat, dst). Dan hal-hal inilah semua yang menentukan >>wajah dan martabat sebuah bangsa. Setiap bangsa besar selalu topangannya >>adalah cita-cita besar, sejarah, keteladanan, pengetahuan dan budaya. > >>Budaya menjadi dinamis karena ia berkembang seiring dengan kehidupan manusia. >>Ia terpaut dengan alam sekitarnya. Ia menjawab berbagai tantangan. Ia >>melahirkan identitas, mentalitas dan etos, hasil-hasil fisik dan non-fisik. >>Dalam perjalanannya, setiap budaya bangsa-bangsa mengalami pasang surut. >>Karena itu, budaya tidak bisa terlepas setidaknya dari tiga elemen kunci: >>penciptaan, pewarisan dan pengembangan. Setiap bentuk budaya manusia tak bisa >>menghindar dari aktor manusia penciptanya, serta perjumpaan-perjumpa annya >>dengan tradisi dan penciptaan lain yang bisa jadi berasal dari tempat-tempat >>berbeda. Ia juga tak bisa menghindar dari daya dukung lanskap alam dan >>struktur masyarakat yang melahirkannya. Tak heran kalau kita menjumpai banyak >>jenis ritual; banyak varian kesenian rakyat, banyak pula kesenian untuk >>ritual penguasa. > >>Gorontalo tentu tidak ingin memelihara "mentalitas bangsa terlambat", dan >>membangun etos budayanya dengan tabiat lama yang reaktif dan paternalistik. >>Budaya tak akan bisa maju kalau dikerjakan dengan cara-cara instruksi, >>melainkan dengan edukasi. Jika kita hanya bermodalkan mentalitas ini, maka >>yang selalu kita saksikan adalah kebiasaan marah kepada pihak lain, bangsa >>atau negeri-negeri lain ketika mereka "memanfaatkan" harta budaya kita. > >>Kini, ketika arus orang, gagasan, komunikasi, distribus
[GM2020] Berapa byk yg bisa bhs gorontalo saat ini?. mgkn 2020 tdk ada lagi bhs gorontalo.
Sebelum bicara ttg budaya gorontalo pertanyaan penting berapa banyak bisa bhs gorontalo saat ini ?. ___ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo
Saya kira persoalan paten-mematenkan adalah persoalan krusial. Jangan sampai usaha mematenkan segala sesuatu bukan karena bagian dari siasat kebudayaan. Tetapi, lebih karena pasar mendikte kita untuk senantiasa melakukan legalisasi "hak milik". Problem tentang HAKI pernah menjadi perdebatan serius, karena HAKI pada intinya adalah siasat untuk melakukan indiviualisasi pengetahuan. Untuk produk kebudayaan seperti kesenian, ritual bahkan pegelaran sekalipun saya kira tidak mesti gegabah dan bahkan paranoid memandangnya. Karena kemudian klaim Malaysia atas beberapa aset kebudayaan lalu serta merta kita menjadi gagap dalam memperlakukan kebudayaan kita, misalnya dengan buru-buru mendaftarkan HAKI dan segala model hukumnya. Siasat kebudayaan yang baik adalah bagaimana meletakkan kebudayaan beserta segala perangkatnya dalam sebuah "dinamika" yang hidup, dalam "ruang" yang senantiasa bisa diakses secara penuh oleh publik, tanpa ada hirarki sosial disitu. Pada intinya kan hanya untuk menjaga dan kemudian mewariskan kebudayaan tersebut, lalu kemudian dijadikan inspirasi peradaban dalam bentuk yang lebih transformatif. Maka, pola "berkebudayaan" yang diperagakan oleh elit-elit di Lembaga Adat dan perangkatnya bagi saya mesti diformat kembali. Jangan sampai, urusan "memelihara" kebudayaan hanya berakhir pada paten-mematenkan itu. Negara dalam hal ini Pemerintah Provinsi telah berusaha dengan baik untuk itu, namun usaha-usaha yang lebih kreatif dan inovatif semestinya juga dimaksimalkan. Thanks.. Salemba Tengah 29, Jakarta Pusat Funco Tanipu _...@yahoo.com> menulis: > > > setuju bangat bung Iqbal...uu 14 tahun 2001 mengatur tentang hak paten, > terutama berupa hasil rekayasa teknologi tapi bukan copy paste, atau > penemuan baru dllmunkin tenunan krawang boleh, tapi kalo g salah ada > juga yg mirip2 karawang di jawa sinimusik bambu itu sdh jelas...dulu > musik ini paling top di suwawa pencetusnya sdh almarhum (guru Kebu), ...kalo > tari pendet bs dipatenkan, kalo digorontalo munkin tari motidi? Kalo bela > diri langga ada kemiripan dgn kuntaujadi ada campuran dr > luartumbilo tohesopasti... cuman kalo dicantolin ke uu 14 > kayaknya ga nyambung. > ok slmat menjalankan ibadah puasaeh ada nasi goreng enak disinjuku di > restoran indonesia, tapi lumayan mahale.dulu wkt puasa disana beli ikan > sandiri dan bakar sandiri soalnya dadata boy teto ma'o > salam DI > > > From: Iqbal > To: "gorontalomaju2020@yahoogroups.com" > Sent: Tuesday, September 8, 2009 2:05:06 PM > Subject: Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo > > > > Bung Basri dan teman2 ysh.. > Bagi saya tulisan ini sangat menarik dan mencerahkan namun ada sedikit > pemikiran banding yang ingin saya sampaikan menyangkut istilah hak paten. > Dalam uu no 14 thn 2001 disebutkan bahwa yang bisa dipatenkan itu adalah > hasil teknologi baik itu berupa barang atau proses yang bersifat baru atau > penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. Undang2 yang senada juga > berlaku di hampir semua negara, bahkan dituangkan dalam perjanjian dibawah > WTO yang juga diikuti oleh anggotanya. Dari sini jelas bahwa produk budaya > seperti tari2an, artefak, peninggalan bersejarah dan sejenisnya tidak masuk > dalam kategori ini. > Argumen lain yang bisa disampaikan mengenai gugurnya hak paten terhadap > budaya adalah materinya yang sudah ada jauh sebelum adanya negara dan batas2 > teritorialnya. > Demikian sekedar sumbang saran, semoga bisa didiskusikan lebih lanjut.. > Salam, > Iqbal Makmur > > Sent from my iPhone > On Sep 8, 2009, at 3:08 PM, "basriamin" wrote: > > > > Patenkan Budaya dan Bahaya Laten Identitas > > Basri Amin > Penulis Lepas, Warga Hepuhulawa Limboto > > Tampaknya Dinas Dikpora Gorontalo sedang sibuk-sibuknya menginventarisir > produk-produk budaya Gorontalo untuk kemudian dipatenkan oleh Dephum-HAM. > Ini dilakukan untuk memberi "legitimasi/ kekuatan hukum...menghindari kasus > pembajakan/klaim budaya oleh daerah lain maupun negara luar..." (GP, 7/9). > Upaya ini pantas kita apresiasi. Ini adalah sebuah langkah positif, meskipun > masih terkesan reaktif dan membenarkan kuatnya "sikap khawatir" kita dalam > urusan budaya bangsa sendiri. Dalam jangka pendek, legitimasi hukum dan > administrasi memang bisa memberi jawaban dan perlindungan (?). Tapi, dalam > jangka panjang, yang lebih mendasar kita kerjakan adalah sebuah "strategi > kebudayaan" yang lebih utuh, yang tidak lagi reaktif dan was-was, melainkan > dalam bentuk strategi yang lebih menyentuh jati diri (identitas) kita yang > sesungguhnya. Bagaimanapun, zaman sedang berubah dan generasi baru selalu > lahir. > > Sudah tentu Pihak Dikpora dan banyak kalangan di Gorontalo sangat paham akan > pentingnya dan kompleksnya urusan kebudayaan, sejak lapisan luarnya yang > "kasar" (benda-benda, ritual-ritual, kesenian, tulisan-tulisan, dst) sampai > ke dimensi yang lebih "halus" (bahasa, falsafah, sejarah, pengetahuan, nilai
Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo
Teman2, Persis dgn apa yg tengah kita diskusikan, soal "hak paten" utk urusan budaya menjadi sangat krusial. Bahkan kata "paten" itu sendiri menjadi persoalan, baik sebagai rujukan hukum maupun cakupannya. Saya membaca GP online (7-Sep-09), dan kata paten itu muncul dari pihak Dikpora provinsi. Dari sanalah saya merasa perlu utk memberi pandangan. Mengapa? karena ada "bahaya laten" yg harus kita cermati dari sekarang. Pencermatan oleh Bung Iqbal, Bung Del dan rekan Funco sdh lebih menjernihkan lagi utk langkah2 berikutnya. Kita harus mengelola kegelisahan kultural seperti ini, karena dengan begitu kita berarti tengah bergerak ke depan. Silahkan dilanjutkan, demi Gorontalo kita... Wass, Basri --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Funco Tanipu wrote: > > Saya kira persoalan paten-mematenkan adalah persoalan krusial. Jangan > sampai usaha mematenkan segala sesuatu bukan karena bagian dari siasat > kebudayaan. Tetapi, lebih karena pasar mendikte kita untuk senantiasa > melakukan legalisasi "hak milik". Problem tentang HAKI pernah menjadi > perdebatan serius, karena HAKI pada intinya adalah siasat untuk > melakukan indiviualisasi pengetahuan. > > Untuk produk kebudayaan seperti kesenian, ritual bahkan pegelaran > sekalipun saya kira tidak mesti gegabah dan bahkan paranoid > memandangnya. Karena kemudian klaim Malaysia atas beberapa aset > kebudayaan lalu serta merta kita menjadi gagap dalam memperlakukan > kebudayaan kita, misalnya dengan buru-buru mendaftarkan HAKI dan > segala model hukumnya. > > Siasat kebudayaan yang baik adalah bagaimana meletakkan kebudayaan > beserta segala perangkatnya dalam sebuah "dinamika" yang hidup, dalam > "ruang" yang senantiasa bisa diakses secara penuh oleh publik, tanpa > ada hirarki sosial disitu. > > Pada intinya kan hanya untuk menjaga dan kemudian mewariskan > kebudayaan tersebut, lalu kemudian dijadikan inspirasi peradaban dalam > bentuk yang lebih transformatif. Maka, pola "berkebudayaan" yang > diperagakan oleh elit-elit di Lembaga Adat dan perangkatnya bagi saya > mesti diformat kembali. > > Jangan sampai, urusan "memelihara" kebudayaan hanya berakhir pada > paten-mematenkan itu. Negara dalam hal ini Pemerintah Provinsi telah > berusaha dengan baik untuk itu, namun usaha-usaha yang lebih kreatif > dan inovatif semestinya juga dimaksimalkan. > > > Thanks.. > > > Salemba Tengah 29, Jakarta Pusat > > > Funco Tanipu > > _...@...> menulis: > > > > > > setuju bangat bung Iqbal...uu 14 tahun 2001 mengatur tentang hak paten, > > terutama berupa hasil rekayasa teknologi tapi bukan copy paste, atau > > penemuan baru dllmunkin tenunan krawang boleh, tapi kalo g salah ada > > juga yg mirip2 karawang di jawa sinimusik bambu itu sdh jelas...dulu > > musik ini paling top di suwawa pencetusnya sdh almarhum (guru Kebu), ...kalo > > tari pendet bs dipatenkan, kalo digorontalo munkin tari motidi? Kalo bela > > diri langga ada kemiripan dgn kuntaujadi ada campuran dr > > luartumbilo tohesopasti... cuman kalo dicantolin ke uu 14 > > kayaknya ga nyambung. > > ok slmat menjalankan ibadah puasaeh ada nasi goreng enak disinjuku di > > restoran indonesia, tapi lumayan mahale.dulu wkt puasa disana beli ikan > > sandiri dan bakar sandiri soalnya dadata boy teto ma'o > > salam DI > > > > > > From: Iqbal > > To: "gorontalomaju2020@yahoogroups.com" > > Sent: Tuesday, September 8, 2009 2:05:06 PM > > Subject: Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo > > > > > > > > Bung Basri dan teman2 ysh.. > > Bagi saya tulisan ini sangat menarik dan mencerahkan namun ada sedikit > > pemikiran banding yang ingin saya sampaikan menyangkut istilah hak paten. > > Dalam uu no 14 thn 2001 disebutkan bahwa yang bisa dipatenkan itu adalah > > hasil teknologi baik itu berupa barang atau proses yang bersifat baru atau > > penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. Undang2 yang senada juga > > berlaku di hampir semua negara, bahkan dituangkan dalam perjanjian dibawah > > WTO yang juga diikuti oleh anggotanya. Dari sini jelas bahwa produk budaya > > seperti tari2an, artefak, peninggalan bersejarah dan sejenisnya tidak masuk > > dalam kategori ini. > > Argumen lain yang bisa disampaikan mengenai gugurnya hak paten terhadap > > budaya adalah materinya yang sudah ada jauh sebelum adanya negara dan batas2 > > teritorialnya. > > Demikian sekedar sumbang saran, semoga bisa didiskusikan lebih lanjut.. > > Salam, > > Iqbal Makmur > > > > Sent from my iPhone > > On Sep 8, 2009, at 3:08 PM, "basriamin" wrote: > > > > > > > > Patenkan Budaya dan Bahaya Laten Identitas > > > > Basri Amin > > Penulis Lepas, Warga Hepuhulawa Limboto > > > > Tampaknya Dinas Dikpora Gorontalo sedang sibuk-sibuknya menginventarisir > > produk-produk budaya Gorontalo untuk kemudian dipatenkan oleh Dephum-HAM. > > Ini dilakukan untuk memberi "legitimasi/ kekuatan hukum...menghindari kasus > > pembajakan/klaim budaya oleh daerah lain mau
Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo
Benar Bang, saya kira persoalan klaim-klaim oleh Malaysia terhadap kebudayaan kita telah melahirkan kekhawatiran baru terhadap kepemilikan dan sebagainya. Ada dua hal berkaitan dengan itu, pertama, dengan adanya problem ini, bangkit pula nasionalisme baru kita, cinta tanah air dan semacamnya. Di diponegoro Jakarta ada spanduk Ganyang Malaysia, di UGM malah mahasiswa lokal minta Rektorat mengusir mahasiswa asal Malaysia sejumlah 80 an orang. Fenomena ini menarik di tengah gersangnya persoalan identitas kebangsaan Indonesia. Artinya, nasionalisme kini baru bisa bangkit jika ada "serangan" dari "luar" terhadap "kita". Memori kolektif tentang "kita" akan tumbuh subur jika ada "yang lain". Kedua, karena itu pula, maka gagasan definitif tentang Indonesia kini semakin keruh. Karena kebangkitan bukan lagi lahir dari kesadaran individu akan pentingnya sebuah bangsa, tetapi karena the others. Karena itu pula sudah semestinya kita mesti segera memeriksa urat nadi identitas kita hari ini. Jangan-jangan tak ada lagi yang dinamakan Indonesia. Parahnya, ethnonasionalism semakin mengakar dan mendapat ruang yang dilegalisasi oleh otonom daerah. Kita kini menjalani kehidupan sebagai warga bangsa Indonesia tak lebih hanya berada di level administratif. Hanya urusan administratif lah yang mengikat kita dalam sebuah kesatuan dan nation. Termasuk bagaimana pula kita memelihara kebudayaan, semua kini berakhir tragis di bawah catatan kaki administrasi belaka. Pada 8 September 2009 19:12, basriamin menulis: > > > Teman2, > > Persis dgn apa yg tengah kita diskusikan, soal "hak paten" utk urusan budaya > menjadi sangat krusial. Bahkan kata "paten" itu sendiri menjadi persoalan, > baik sebagai rujukan hukum maupun cakupannya. > > Saya membaca GP online (7-Sep-09), dan kata paten itu muncul dari pihak > Dikpora provinsi. Dari sanalah saya merasa perlu utk memberi pandangan. > Mengapa? karena ada "bahaya laten" yg harus kita cermati dari sekarang. > Pencermatan oleh Bung Iqbal, Bung Del dan rekan Funco sdh lebih menjernihkan > lagi utk langkah2 berikutnya. > > Kita harus mengelola kegelisahan kultural seperti ini, karena dengan begitu > kita berarti tengah bergerak ke depan. > > Silahkan dilanjutkan, demi Gorontalo kita... > > Wass, > > Basri > > --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Funco Tanipu > wrote: >> >> Saya kira persoalan paten-mematenkan adalah persoalan krusial. Jangan >> sampai usaha mematenkan segala sesuatu bukan karena bagian dari siasat >> kebudayaan. Tetapi, lebih karena pasar mendikte kita untuk senantiasa >> melakukan legalisasi "hak milik". Problem tentang HAKI pernah menjadi >> perdebatan serius, karena HAKI pada intinya adalah siasat untuk >> melakukan indiviualisasi pengetahuan. >> >> Untuk produk kebudayaan seperti kesenian, ritual bahkan pegelaran >> sekalipun saya kira tidak mesti gegabah dan bahkan paranoid >> memandangnya. Karena kemudian klaim Malaysia atas beberapa aset >> kebudayaan lalu serta merta kita menjadi gagap dalam memperlakukan >> kebudayaan kita, misalnya dengan buru-buru mendaftarkan HAKI dan >> segala model hukumnya. >> >> Siasat kebudayaan yang baik adalah bagaimana meletakkan kebudayaan >> beserta segala perangkatnya dalam sebuah "dinamika" yang hidup, dalam >> "ruang" yang senantiasa bisa diakses secara penuh oleh publik, tanpa >> ada hirarki sosial disitu. >> >> Pada intinya kan hanya untuk menjaga dan kemudian mewariskan >> kebudayaan tersebut, lalu kemudian dijadikan inspirasi peradaban dalam >> bentuk yang lebih transformatif. Maka, pola "berkebudayaan" yang >> diperagakan oleh elit-elit di Lembaga Adat dan perangkatnya bagi saya >> mesti diformat kembali. >> >> Jangan sampai, urusan "memelihara" kebudayaan hanya berakhir pada >> paten-mematenkan itu. Negara dalam hal ini Pemerintah Provinsi telah >> berusaha dengan baik untuk itu, namun usaha-usaha yang lebih kreatif >> dan inovatif semestinya juga dimaksimalkan. >> >> >> Thanks.. >> >> >> Salemba Tengah 29, Jakarta Pusat >> >> >> Funco Tanipu >> >> _...@...> menulis: >> > >> > >> > setuju bangat bung Iqbal...uu 14 tahun 2001 mengatur tentang hak paten, >> > terutama berupa hasil rekayasa teknologi tapi bukan copy paste, atau >> > penemuan baru dllmunkin tenunan krawang boleh, tapi kalo g salah >> > ada >> > juga yg mirip2 karawang di jawa sinimusik bambu itu sdh jelas...dulu >> > musik ini paling top di suwawa pencetusnya sdh almarhum (guru Kebu), >> > ...kalo >> > tari pendet bs dipatenkan, kalo digorontalo munkin tari motidi? Kalo >> > bela >> > diri langga ada kemiripan dgn kuntaujadi ada campuran dr >> > luartumbilo tohesopasti... cuman kalo dicantolin ke uu 14 >> > kayaknya ga nyambung. >> > ok slmat menjalankan ibadah puasaeh ada nasi goreng enak disinjuku >> > di >> > restoran indonesia, tapi lumayan mahale.dulu wkt puasa disana beli >> > ikan >> > sandiri dan bakar sandiri soalnya dadata boy teto ma'o >> > salam DI >> > >> > >> > From: Iqbal >>
Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo
Sepertinya harus ada yang meluruskan kesalahpahaman ini ke dinas dikpora, media massa dan masyarakat luas. Sekali lagi budaya tidak bisa dipatenkan.. Iqbal Sent from my iPhone On Sep 8, 2009, at 9:12 PM, "basriamin" wrote: Teman2, Persis dgn apa yg tengah kita diskusikan, soal "hak paten" utk urusan budaya menjadi sangat krusial. Bahkan kata "paten" itu sendiri menjadi persoalan, baik sebagai rujukan hukum maupun cakupannya. Saya membaca GP online (7-Sep-09), dan kata paten itu muncul dari pihak Dikpora provinsi. Dari sanalah saya merasa perlu utk memberi pandangan. Mengapa? karena ada "bahaya laten" yg harus kita cermati dari sekarang. Pencermatan oleh Bung Iqbal, Bung Del dan rekan Funco sdh lebih menjernihkan lagi utk langkah2 berikutnya. Kita harus mengelola kegelisahan kultural seperti ini, karena dengan begitu kita berarti tengah bergerak ke depan. Silahkan dilanjutkan, demi Gorontalo kita... Wass, Basri --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Funco Tanipu wrote: > > Saya kira persoalan paten-mematenkan adalah persoalan krusial. Jangan > sampai usaha mematenkan segala sesuatu bukan karena bagian dari siasat > kebudayaan. Tetapi, lebih karena pasar mendikte kita untuk senantiasa > melakukan legalisasi "hak milik". Problem tentang HAKI pernah menjadi > perdebatan serius, karena HAKI pada intinya adalah siasat untuk > melakukan indiviualisasi pengetahuan. > > Untuk produk kebudayaan seperti kesenian, ritual bahkan pegelaran > sekalipun saya kira tidak mesti gegabah dan bahkan paranoid > memandangnya. Karena kemudian klaim Malaysia atas beberapa aset > kebudayaan lalu serta merta kita menjadi gagap dalam memperlakukan > kebudayaan kita, misalnya dengan buru-buru mendaftarkan HAKI dan > segala model hukumnya. > > Siasat kebudayaan yang baik adalah bagaimana meletakkan kebudayaan > beserta segala perangkatnya dalam sebuah "dinamika" yang hidup, dalam > "ruang" yang senantiasa bisa diakses secara penuh oleh publik, tanpa > ada hirarki sosial disitu. > > Pada intinya kan hanya untuk menjaga dan kemudian mewariskan > kebudayaan tersebut, lalu kemudian dijadikan inspirasi peradaban dalam > bentuk yang lebih transformatif. Maka, pola "berkebudayaan" yang > diperagakan oleh elit-elit di Lembaga Adat dan perangkatnya bagi saya > mesti diformat kembali. > > Jangan sampai, urusan "memelihara" kebudayaan hanya berakhir pada > paten-mematenkan itu. Negara dalam hal ini Pemerintah Provinsi telah > berusaha dengan baik untuk itu, namun usaha-usaha yang lebih kreatif > dan inovatif semestinya juga dimaksimalkan. > > > Thanks.. > > > Salemba Tengah 29, Jakarta Pusat > > > Funco Tanipu > > _...@...> menulis: > > > > > > setuju bangat bung Iqbal...uu 14 tahun 2001 mengatur tentang hak paten, > > terutama berupa hasil rekayasa teknologi tapi bukan copy paste, atau > > penemuan baru dllmunkin tenunan krawang boleh, tapi kalo g salah ada > > juga yg mirip2 karawang di jawa sinimusik bambu itu sdh jelas...dulu > > musik ini paling top di suwawa pencetusnya sdh almarhum (guru Kebu), ...kalo > > tari pendet bs dipatenkan, kalo digorontalo munkin tari motidi? Kalo bela > > diri langga ada kemiripan dgn kuntaujadi ada campuran dr > > luartumbilo tohesopasti... cuman kalo dicantolin ke uu 14 > > kayaknya ga nyambung. > > ok slmat menjalankan ibadah puasaeh ada nasi goreng enak disinjuku di > > restoran indonesia, tapi lumayan mahale.dulu wkt puasa disana beli ikan > > sandiri dan bakar sandiri soalnya dadata boy teto ma'o > > salam DI > > > > > > From: Iqbal > > To: "gorontalomaju2020@yahoogroups.com" > > Sent: Tuesday, September 8, 2009 2:05:06 PM > > Subject: Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo > > > > > > > > Bung Basri dan teman2 ysh.. > > Bagi saya tulisan ini sangat menarik dan mencerahkan namun ada sedikit > > pemikiran banding yang ingin saya sampaikan menyangkut istilah hak paten. > > Dalam uu no 14 thn 2001 disebutkan bahwa yang bisa dipatenkan itu adalah > > hasil teknologi baik itu berupa barang atau proses yang bersifat baru atau > > penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. Undang2 yang senada juga > > berlaku di hampir semua negara, bahkan dituangkan dalam perjanjian dibawah > > WTO yang juga diikuti oleh anggotanya. Dari sini jelas bahwa produk budaya > > seperti tari2an, artefak, peninggalan bersejarah dan sejenisnya tidak masuk > > dalam kategori ini. > > Argumen lain yang bisa disampaikan mengenai gugurnya hak paten terhadap > > budaya adalah materinya yang sudah ada jauh sebelum adanya negara dan batas2 > > teritorialnya. > > Demikian sekedar sumbang saran, semoga bisa didiskusikan lebih lanjut.. > > Salam, > > Iqbal Makmur > > > > Sent from my iPhone > > On Sep 8, 2009, at 3:08 PM, "basriamin" wrote: > > > > > > > > Patenkan Budaya dan Bahaya Laten Identitas > > > > Basri Amin > > Penulis Lepas, Warga Hepuhulawa Limboto > > > > Tampaknya Dinas Dikpora Gorontalo sedang sibuk-sibuk
Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo
Benar pak,.,. Memelihara tidak mesti dengan gagap seperti itu.. Saya kira yang mesti dilakukan adalah memperbaharui siasat kebudayaan. Bagaimana hal ini bisa tembus ke ruang publik, media mungkin bisa meramu diskusi kita ini menjadi berita menarik. Thanks Pada 8 September 2009 20:34, Iqbal menulis: > > > Sepertinya harus ada yang meluruskan kesalahpahaman ini ke dinas dikpora, > media massa dan masyarakat luas. Sekali lagi budaya tidak bisa dipatenkan.. > Iqbal > > Sent from my iPhone > On Sep 8, 2009, at 9:12 PM, "basriamin" wrote: > > > > Teman2, > > Persis dgn apa yg tengah kita diskusikan, soal "hak paten" utk urusan budaya > menjadi sangat krusial. Bahkan kata "paten" itu sendiri menjadi persoalan, > baik sebagai rujukan hukum maupun cakupannya. > > Saya membaca GP online (7-Sep-09), dan kata paten itu muncul dari pihak > Dikpora provinsi. Dari sanalah saya merasa perlu utk memberi pandangan. > Mengapa? karena ada "bahaya laten" yg harus kita cermati dari sekarang. > Pencermatan oleh Bung Iqbal, Bung Del dan rekan Funco sdh lebih menjernihkan > lagi utk langkah2 berikutnya. > > Kita harus mengelola kegelisahan kultural seperti ini, karena dengan begitu > kita berarti tengah bergerak ke depan. > > Silahkan dilanjutkan, demi Gorontalo kita... > > Wass, > > Basri > > --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Funco Tanipu > wrote: >> >> Saya kira persoalan paten-mematenkan adalah persoalan krusial. Jangan >> sampai usaha mematenkan segala sesuatu bukan karena bagian dari siasat >> kebudayaan. Tetapi, lebih karena pasar mendikte kita untuk senantiasa >> melakukan legalisasi "hak milik". Problem tentang HAKI pernah menjadi >> perdebatan serius, karena HAKI pada intinya adalah siasat untuk >> melakukan indiviualisasi pengetahuan. >> >> Untuk produk kebudayaan seperti kesenian, ritual bahkan pegelaran >> sekalipun saya kira tidak mesti gegabah dan bahkan paranoid >> memandangnya. Karena kemudian klaim Malaysia atas beberapa aset >> kebudayaan lalu serta merta kita menjadi gagap dalam memperlakukan >> kebudayaan kita, misalnya dengan buru-buru mendaftarkan HAKI dan >> segala model hukumnya. >> >> Siasat kebudayaan yang baik adalah bagaimana meletakkan kebudayaan >> beserta segala perangkatnya dalam sebuah "dinamika" yang hidup, dalam >> "ruang" yang senantiasa bisa diakses secara penuh oleh publik, tanpa >> ada hirarki sosial disitu. >> >> Pada intinya kan hanya untuk menjaga dan kemudian mewariskan >> kebudayaan tersebut, lalu kemudian dijadikan inspirasi peradaban dalam >> bentuk yang lebih transformatif. Maka, pola "berkebudayaan" yang >> diperagakan oleh elit-elit di Lembaga Adat dan perangkatnya bagi saya >> mesti diformat kembali. >> >> Jangan sampai, urusan "memelihara" kebudayaan hanya berakhir pada >> paten-mematenkan itu. Negara dalam hal ini Pemerintah Provinsi telah >> berusaha dengan baik untuk itu, namun usaha-usaha yang lebih kreatif >> dan inovatif semestinya juga dimaksimalkan. >> >> >> Thanks.. >> >> >> Salemba Tengah 29, Jakarta Pusat >> >> >> Funco Tanipu >> >> _...@...> menulis: >> > >> > >> > setuju bangat bung Iqbal...uu 14 tahun 2001 mengatur tentang hak paten, >> > terutama berupa hasil rekayasa teknologi tapi bukan copy paste, atau >> > penemuan baru dllmunkin tenunan krawang boleh, tapi kalo g salah >> > ada >> > juga yg mirip2 karawang di jawa sinimusik bambu itu sdh jelas...dulu >> > musik ini paling top di suwawa pencetusnya sdh almarhum (guru Kebu), >> > ...kalo >> > tari pendet bs dipatenkan, kalo digorontalo munkin tari motidi? Kalo >> > bela >> > diri langga ada kemiripan dgn kuntaujadi ada campuran dr >> > luartumbilo tohesopasti... cuman kalo dicantolin ke uu 14 >> > kayaknya ga nyambung. >> > ok slmat menjalankan ibadah puasaeh ada nasi goreng enak disinjuku >> > di >> > restoran indonesia, tapi lumayan mahale.dulu wkt puasa disana beli >> > ikan >> > sandiri dan bakar sandiri soalnya dadata boy teto ma'o >> > salam DI >> > >> > >> > From: Iqbal >> > To: "gorontalomaju2020@yahoogroups.com" >> > >> > Sent: Tuesday, September 8, 2009 2:05:06 PM >> > Subject: Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo >> > >> > >> > >> > Bung Basri dan teman2 ysh.. >> > Bagi saya tulisan ini sangat menarik dan mencerahkan namun ada sedikit >> > pemikiran banding yang ingin saya sampaikan menyangkut istilah hak >> > paten. >> > Dalam uu no 14 thn 2001 disebutkan bahwa yang bisa dipatenkan itu adalah >> > hasil teknologi baik itu berupa barang atau proses yang bersifat baru >> > atau >> > penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. Undang2 yang senada >> > juga >> > berlaku di hampir semua negara, bahkan dituangkan dalam perjanjian >> > dibawah >> > WTO yang juga diikuti oleh anggotanya. Dari sini jelas bahwa produk >> > budaya >> > seperti tari2an, artefak, peninggalan bersejarah dan sejenisnya tidak >> > masuk >> > dalam kategori ini. >> > Argumen lain yang bisa disampaikan mengenai gugurnya hak paten
Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo
Teman2, Catatan tsbt sdh saya tembuskan ke GP, semoga bisa ikut memberi pengayaan. Harapan rekan Funco dan bung Iqbal mungkin bisa kita arahkan ke hal-hal yg lebih rinci dan mendalam. Silahkan teman-teman praktisi media terlibat Semua bidang yg kita tekuni semua sdh tentu mempunyai relevansinya masing-masing: bahasa, sains-teknologi, lingkungan, dst. Sejak sekarang, saya kira, tak perlu ada hirarkisme yg berlebihan. Kita kerjakan yg kita bisa...tentu dgn terukur dan yg memadai. Skenario utk Gorontalo dalam berbagai lapisan tetap harus maju. Dari manapun inspirasi/aspirasi, pengetahuan dan contoh-contoh praktis itu kita peroleh. Semuanya berposisi sama, sejauh itu menjawab "kebutuhan"... Lebih akrab dengan kasus akn membuat negeri kita bisa lebih mengeluarkan keringat-nya utk berbuat. Semoga "perjalan panjang" itu makin tidak terasa... wass --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Funco Tanipu wrote: > > Benar pak,.,. Memelihara tidak mesti dengan gagap seperti itu.. > Saya kira yang mesti dilakukan adalah memperbaharui siasat kebudayaan. > Bagaimana hal ini bisa tembus ke ruang publik, media mungkin bisa > meramu diskusi kita ini menjadi berita menarik. > > Thanks > > > Pada 8 September 2009 20:34, Iqbal menulis: > > > > > > Sepertinya harus ada yang meluruskan kesalahpahaman ini ke dinas dikpora, > > media massa dan masyarakat luas. Sekali lagi budaya tidak bisa dipatenkan.. > > Iqbal > > > > Sent from my iPhone > > On Sep 8, 2009, at 9:12 PM, "basriamin" wrote: > > > > > > > > Teman2, > > > > Persis dgn apa yg tengah kita diskusikan, soal "hak paten" utk urusan budaya > > menjadi sangat krusial. Bahkan kata "paten" itu sendiri menjadi persoalan, > > baik sebagai rujukan hukum maupun cakupannya. > > > > Saya membaca GP online (7-Sep-09), dan kata paten itu muncul dari pihak > > Dikpora provinsi. Dari sanalah saya merasa perlu utk memberi pandangan. > > Mengapa? karena ada "bahaya laten" yg harus kita cermati dari sekarang. > > Pencermatan oleh Bung Iqbal, Bung Del dan rekan Funco sdh lebih menjernihkan > > lagi utk langkah2 berikutnya. > > > > Kita harus mengelola kegelisahan kultural seperti ini, karena dengan begitu > > kita berarti tengah bergerak ke depan. > > > > Silahkan dilanjutkan, demi Gorontalo kita... > > > > Wass, > > > > Basri > > > > --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Funco Tanipu > > wrote: > >> > >> Saya kira persoalan paten-mematenkan adalah persoalan krusial. Jangan > >> sampai usaha mematenkan segala sesuatu bukan karena bagian dari siasat > >> kebudayaan. Tetapi, lebih karena pasar mendikte kita untuk senantiasa > >> melakukan legalisasi "hak milik". Problem tentang HAKI pernah menjadi > >> perdebatan serius, karena HAKI pada intinya adalah siasat untuk > >> melakukan indiviualisasi pengetahuan. > >> > >> Untuk produk kebudayaan seperti kesenian, ritual bahkan pegelaran > >> sekalipun saya kira tidak mesti gegabah dan bahkan paranoid > >> memandangnya. Karena kemudian klaim Malaysia atas beberapa aset > >> kebudayaan lalu serta merta kita menjadi gagap dalam memperlakukan > >> kebudayaan kita, misalnya dengan buru-buru mendaftarkan HAKI dan > >> segala model hukumnya. > >> > >> Siasat kebudayaan yang baik adalah bagaimana meletakkan kebudayaan > >> beserta segala perangkatnya dalam sebuah "dinamika" yang hidup, dalam > >> "ruang" yang senantiasa bisa diakses secara penuh oleh publik, tanpa > >> ada hirarki sosial disitu. > >> > >> Pada intinya kan hanya untuk menjaga dan kemudian mewariskan > >> kebudayaan tersebut, lalu kemudian dijadikan inspirasi peradaban dalam > >> bentuk yang lebih transformatif. Maka, pola "berkebudayaan" yang > >> diperagakan oleh elit-elit di Lembaga Adat dan perangkatnya bagi saya > >> mesti diformat kembali. > >> > >> Jangan sampai, urusan "memelihara" kebudayaan hanya berakhir pada > >> paten-mematenkan itu. Negara dalam hal ini Pemerintah Provinsi telah > >> berusaha dengan baik untuk itu, namun usaha-usaha yang lebih kreatif > >> dan inovatif semestinya juga dimaksimalkan. > >> > >> > >> Thanks.. > >> > >> > >> Salemba Tengah 29, Jakarta Pusat > >> > >> > >> Funco Tanipu > >> > >> _mgi@> menulis: > >> > > >> > > >> > setuju bangat bung Iqbal...uu 14 tahun 2001 mengatur tentang hak paten, > >> > terutama berupa hasil rekayasa teknologi tapi bukan copy paste, atau > >> > penemuan baru dllmunkin tenunan krawang boleh, tapi kalo g salah > >> > ada > >> > juga yg mirip2 karawang di jawa sinimusik bambu itu sdh jelas...dulu > >> > musik ini paling top di suwawa pencetusnya sdh almarhum (guru Kebu), > >> > ...kalo > >> > tari pendet bs dipatenkan, kalo digorontalo munkin tari motidi? Kalo > >> > bela > >> > diri langga ada kemiripan dgn kuntaujadi ada campuran dr > >> > luartumbilo tohesopasti... cuman kalo dicantolin ke uu 14 > >> > kayaknya ga nyambung. > >> > ok slmat menjalankan ibadah puasaeh ada nasi goreng enak disinjuku > >> > di > >> > restoran indonesia, tapi lumayan mahale.dulu wk
Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo
(Facebook : mode on) Brother Funco : Mungkin bisa sedikit diurai yang saudara maksud dengan siasat kebudayaan, takutnya ada GP disini dan salah menafsirkan lagi.. Pak MY: Selain bahasa banyak lagi perangkat dan instrumen serta 'asbabunnuzul ' lahirnya satu kebudayaan dimana didalamnya juga ada paradigma lokal yang spesifik sehingga klaim oleh daerah/negara lain hampir mustahil apalagi paten. Salam Iqbal Sent from my iPhone On Sep 8, 2009, at 10:47 PM, "m...@teoritik.fisika.net" wrote: saya pikir sulit di patenkan oleh orang lain karena ada ciri khusus terutama bahasa. jadi benar juga pak iqbal, kalau Dr. Syarwani canon yang patenkan sudah 4 itu wajar karena ada bukti sertifikatnya beliau dosen UNG doktor dari UNPAD. --- funcotan...@gmail.com wrote: From: Funco Tanipu To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo Date: Tue, 8 Sep 2009 20:37:36 +0700 Benar pak,.,. Memelihara tidak mesti dengan gagap seperti itu.. Saya kira yang mesti dilakukan adalah memperbaharui siasat kebudayaan. Bagaimana hal ini bisa tembus ke ruang publik, media mungkin bisa meramu diskusi kita ini menjadi berita menarik. Thanks Pada 8 September 2009 20:34, Iqbal menulis: > > > Sepertinya harus ada yang meluruskan kesalahpahaman ini ke dinas dikpora, > media massa dan masyarakat luas. Sekali lagi budaya tidak bisa dipatenkan.. > Iqbal > > Sent from my iPhone > On Sep 8, 2009, at 9:12 PM, "basriamin" wrote: > > > > Teman2, > > Persis dgn apa yg tengah kita diskusikan, soal "hak paten" utk urusan budaya > menjadi sangat krusial. Bahkan kata "paten" itu sendiri menjadi persoalan, > baik sebagai rujukan hukum maupun cakupannya. > > Saya membaca GP online (7-Sep-09), dan kata paten itu muncul dari pihak > Dikpora provinsi. Dari sanalah saya merasa perlu utk memberi pandangan. > Mengapa? karena ada "bahaya laten" yg harus kita cermati dari sekarang. > Pencermatan oleh Bung Iqbal, Bung Del dan rekan Funco sdh lebih menjernihkan > lagi utk langkah2 berikutnya. > > Kita harus mengelola kegelisahan kultural seperti ini, karena dengan begitu > kita berarti tengah bergerak ke depan. > > Silahkan dilanjutkan, demi Gorontalo kita... > > Wass, > > Basri > > --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Funco Tanipu > wrote: >> >> Saya kira persoalan paten-mematenkan adalah persoalan krusial. Jangan >> sampai usaha mematenkan segala sesuatu bukan karena bagian dari siasat >> kebudayaan. Tetapi, lebih karena pasar mendikte kita untuk senantiasa >> melakukan legalisasi "hak milik". Problem tentang HAKI pernah menjadi >> perdebatan serius, karena HAKI pada intinya adalah siasat untuk >> melakukan indiviualisasi pengetahuan. >> >> Untuk produk kebudayaan seperti kesenian, ritual bahkan pegelaran >> sekalipun saya kira tidak mesti gegabah dan bahkan paranoid >> memandangnya. Karena kemudian klaim Malaysia atas beberapa aset >> kebudayaan lalu serta merta kita menjadi gagap dalam memperlakukan >> kebudayaan kita, misalnya dengan buru-buru mendaftarkan HAKI dan >> segala model hukumnya. >> >> Siasat kebudayaan yang baik adalah bagaimana meletakkan kebudayaan >> beserta segala perangkatnya dalam sebuah "dinamika" yang hidup, dalam >> "ruang" yang senantiasa bisa diakses secara penuh oleh publik, tanpa >> ada hirarki sosial disitu. >> >> Pada intinya kan hanya untuk menjaga dan kemudian mewariskan >> kebudayaan tersebut, lalu kemudian dijadikan inspirasi peradaban dalam >> bentuk yang lebih transformatif. Maka, pola "berkebudayaan" yang >> diperagakan oleh elit-elit di Lembaga Adat dan perangkatnya bagi saya >> mesti diformat kembali. >> >> Jangan sampai, urusan "memelihara" kebudayaan hanya berakhir pada >> paten-mematenkan itu. Negara dalam hal ini Pemerintah Provinsi telah >> berusaha dengan baik untuk itu, namun usaha-usaha yang lebih kreatif >> dan inovatif semestinya juga dimaksimalkan. >> >> >> Thanks.. >> >> >> Salemba Tengah 29, Jakarta Pusat >> >> >> Funco Tanipu >> >> _...@...> menulis: >> > >> > >> > setuju bangat bung Iqbal...uu 14 tahun 2001 mengatur tentang hak paten, >> > terutama berupa hasil rekayasa teknologi tapi bukan copy paste, atau >> > penemuan baru dllmunkin tenunan krawang boleh, tapi kalo g salah >> > ada >> > juga yg mirip2 karawang di jawa sinimusik bambu itu sdh jelas...dulu >> > musik ini paling top di suwawa pencetusnya sdh almarhum (guru Kebu), >> > ...kalo >> > tari pendet bs dipatenkan, kalo digorontalo munkin tari motidi? Kalo >> > bela >> > diri langga ada kemiripan dgn kuntaujadi ada campuran dr >> > luartumbilo tohesopasti... cuman kalo dicantolin ke uu 14 >> > kayaknya ga nyambung. >> > ok slmat menjalankan ibadah puasaeh ada nasi goreng enak disinjuku >> > di >> > restoran indonesia, tapi lumayan mahale.dulu wkt puasa disana beli >> > ikan >> > sandiri dan bakar sandiri soalnya dadata boy teto ma'o >> > salam DI >> > >> > >> > From: Iqbal >> > To: "gorontalomaju2020@yahoogr
Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo
pasti GP lebih menguasai.. :) Pada 8 September 2009 21:01, Iqbal menulis: > > > (Facebook : mode on) > Brother Funco : Mungkin bisa sedikit diurai yang saudara maksud dengan > siasat kebudayaan, takutnya ada GP disini dan salah menafsirkan lagi.. > Pak MY: Selain bahasa banyak lagi perangkat dan instrumen serta > 'asbabunnuzul ' lahirnya satu kebudayaan dimana didalamnya juga ada > paradigma lokal yang spesifik sehingga klaim oleh daerah/negara lain hampir > mustahil apalagi paten. > > Salam > Iqbal > Sent from my iPhone > On Sep 8, 2009, at 10:47 PM, "m...@teoritik.fisika.net" > wrote: > > > > saya pikir sulit di patenkan oleh orang lain karena ada ciri khusus > terutama bahasa. > jadi benar juga pak iqbal, kalau Dr. Syarwani canon yang patenkan sudah 4 > itu wajar karena ada bukti sertifikatnya beliau dosen UNG doktor dari UNPAD. > > > > > --- funcotan...@gmail.com wrote: > > From: Funco Tanipu > To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com > Subject: Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo > Date: Tue, 8 Sep 2009 20:37:36 +0700 > > > > Benar pak,.,. Memelihara tidak mesti dengan gagap seperti itu.. > > Saya kira yang mesti dilakukan adalah memperbaharui siasat kebudayaan. > Bagaimana hal ini bisa tembus ke ruang publik, media mungkin bisa > meramu diskusi kita ini menjadi berita menarik. > > Thanks > > Pada 8 September 2009 20:34, Iqbal menulis: >> >> >> Sepertinya harus ada yang meluruskan kesalahpahaman ini ke dinas dikpora, >> media massa dan masyarakat luas. Sekali lagi budaya tidak bisa >> dipatenkan.. >> Iqbal >> >> Sent from my iPhone >> On Sep 8, 2009, at 9:12 PM, "basriamin" wrote: >> >> >> >> Teman2, >> >> Persis dgn apa yg tengah kita diskusikan, soal "hak paten" utk urusan >> budaya >> menjadi sangat krusial. Bahkan kata "paten" itu sendiri menjadi persoalan, >> baik sebagai rujukan hukum maupun cakupannya. >> >> Saya membaca GP online (7-Sep-09), dan kata paten itu muncul dari pihak >> Dikpora provinsi. Dari sanalah saya merasa perlu utk memberi pandangan. >> Mengapa? karena ada "bahaya laten" yg harus kita cermati dari sekarang. >> Pencermatan oleh Bung Iqbal, Bung Del dan rekan Funco sdh lebih >> menjernihkan >> lagi utk langkah2 berikutnya. >> >> Kita harus mengelola kegelisahan kultural seperti ini, karena dengan >> begitu >> kita berarti tengah bergerak ke depan. >> >> Silahkan dilanjutkan, demi Gorontalo kita... >> >> Wass, >> >> Basri >> >> --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Funco Tanipu >> wrote: >>> >>> Saya kira persoalan paten-mematenkan adalah persoalan krusial. Jangan >>> sampai usaha mematenkan segala sesuatu bukan karena bagian dari siasat >>> kebudayaan. Tetapi, lebih karena pasar mendikte kita untuk senantiasa >>> melakukan legalisasi "hak milik". Problem tentang HAKI pernah menjadi >>> perdebatan serius, karena HAKI pada intinya adalah siasat untuk >>> melakukan indiviualisasi pengetahuan. >>> >>> Untuk produk kebudayaan seperti kesenian, ritual bahkan pegelaran >>> sekalipun saya kira tidak mesti gegabah dan bahkan paranoid >>> memandangnya. Karena kemudian klaim Malaysia atas beberapa aset >>> kebudayaan lalu serta merta kita menjadi gagap dalam memperlakukan >>> kebudayaan kita, misalnya dengan buru-buru mendaftarkan HAKI dan >>> segala model hukumnya. >>> >>> Siasat kebudayaan yang baik adalah bagaimana meletakkan kebudayaan >>> beserta segala perangkatnya dalam sebuah "dinamika" yang hidup, dalam >>> "ruang" yang senantiasa bisa diakses secara penuh oleh publik, tanpa >>> ada hirarki sosial disitu. >>> >>> Pada intinya kan hanya untuk menjaga dan kemudian mewariskan >>> kebudayaan tersebut, lalu kemudian dijadikan inspirasi peradaban dalam >>> bentuk yang lebih transformatif. Maka, pola "berkebudayaan" yang >>> diperagakan oleh elit-elit di Lembaga Adat dan perangkatnya bagi saya >>> mesti diformat kembali. >>> >>> Jangan sampai, urusan "memelihara" kebudayaan hanya berakhir pada >>> paten-mematenkan itu. Negara dalam hal ini Pemerintah Provinsi telah >>> berusaha dengan baik untuk itu, namun usaha-usaha yang lebih kreatif >>> dan inovatif semestinya juga dimaksimalkan. >>> >>> >>> Thanks.. >>> >>> >>> Salemba Tengah 29, Jakarta Pusat >>> >>> >>> Funco Tanipu >>> >>> _...@...> menulis: >>> > >>> > >>> > setuju bangat bung Iqbal...uu 14 tahun 2001 mengatur tentang hak paten, >>> > terutama berupa hasil rekayasa teknologi tapi bukan copy paste, atau >>> > penemuan baru dllmunkin tenunan krawang boleh, tapi kalo g salah >>> > ada >>> > juga yg mirip2 karawang di jawa sinimusik bambu itu sdh >>> > jelas...dulu >>> > musik ini paling top di suwawa pencetusnya sdh almarhum (guru Kebu), >>> > ...kalo >>> > tari pendet bs dipatenkan, kalo digorontalo munkin tari motidi? Kalo >>> > bela >>> > diri langga ada kemiripan dgn kuntaujadi ada campuran dr >>> > luartumbilo tohesopasti... cuman kalo dicantolin ke uu 14 >>> > kayaknya ga nyambung. >>> > ok slmat menjalankan ibadah puasaeh ada nasi goreng enak disinjuku >>> > di >>>
[GM2020] (Hindi Version of Rasa Sayang)
Berikut sebagai selingan diskusi tentang budaya: Lagu rasa sayang e versi India (rasa sayang re) Yang punya semangat nasionalisme silahkan ganyang India, hehe.. Check out this video on YouTube: http://www.youtube.com/watch?v=-3wuNi6qe2k Salam sayang e Iqbal Sent from my iPhone
[GM2020] (Cantonese Version of Rasa Sayang) + Petronas (Aku ingin pulang)
das Lied in Cantonese Version http://www.youtube.com/watch?v=0WrTgrShTUo Petronas Aku ingin pulang http://www.youtube.com/watch?v=rxzULZQ9BRs Berbagi video sambil chatting dengan teman di Messenger. Sekarang bisa dengan Yahoo! Messenger baru. http://id.messenger.yahoo.com
Re: [GM2020] (Hindi Version of Rasa Sayang)
Beberapa waktu yang lalu saya jalan2 ke Osaka, di dekat salah satu stasiun kereta saya sempat menyaksikan seorang penyanyi jalanan dari Bolivia menyanyikan lagu yang mirip kopi dangdut dalam bahasa spanyol dan musik latin. Di rumah makan India disini saya juga sering mendengar lagu2 yang diputar mempunyai nada yang sama dengan lagu2 kita, terutama dangdut. Ini belum yang saya temukan di internet spt Youtube dll. Yang harusnya paling heboh adalah pementasan teater terbuka di candi prambanan yang membawakan cerita Ramayana, juga bukan cerita asli Indonesia. Dan sekarang ada ribuan rakyat kita yang sudah mendaftar jadi relawan ganyang malaysia karena masalah pendet, rasa sayang e, batik, KUDA lumping dll.. Pemahaman nasionalisme kita memang masih gagap (Funco, 2009) Salam, Iqbal Makmur Sent from my iPhone On Sep 9, 2009, at 1:01 AM, Iqbal wrote: Berikut sebagai selingan diskusi tentang budaya: Lagu rasa sayang e versi India (rasa sayang re) Yang punya semangat nasionalisme silahkan ganyang India, hehe.. Check out this video on YouTube: http://www.youtube.com/watch?v=-3wuNi6qe2k Salam sayang e Iqbal Sent from my iPhone
[GM2020] Iklan Hari raya Malaysia (menggugah) luar biasa
Jadi ingat ibu saya : I love you mom. http://www.youtube.com/watch?v=zdCpMAQdRC0&feature=related I miss my father and my daughter. http://www.youtube.com/watch?v=sqI-ot_cpgA&feature=related I miss my son and my wife and family: http://www.youtube.com/watch?v=VUtcYVnDxJw&feature=related Selamat hari raya masih lama M. Jahja Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
Re: [GM2020] (Hindi Version of Rasa Sayang)
Referensi Funco 2009 itu publikasi ilmiah atau berupa private communication ? --- Pada Rab, 9/9/09, Iqbal menulis: Dari: Iqbal Judul: Re: [GM2020] (Hindi Version of Rasa Sayang) Kepada: "gorontalomaju2020@yahoogroups.com" Tanggal: Rabu, 9 September, 2009, 2:41 AM Beberapa waktu yang lalu saya jalan2 ke Osaka, di dekat salah satu stasiun kereta saya sempat menyaksikan seorang penyanyi jalanan dari Bolivia menyanyikan lagu yang mirip kopi dangdut dalam bahasa spanyol dan musik latin. Di rumah makan India disini saya juga sering mendengar lagu2 yang diputar mempunyai nada yang sama dengan lagu2 kita, terutama dangdut. Ini belum yang saya temukan di internet spt Youtube dll. Yang harusnya paling heboh adalah pementasan teater terbuka di candi prambanan yang membawakan cerita Ramayana, juga bukan cerita asli Indonesia. Dan sekarang ada ribuan rakyat kita yang sudah mendaftar jadi relawan ganyang malaysia karena masalah pendet, rasa sayang e, batik, KUDA lumping dll..Pemahaman nasionalisme kita memang masih gagap (Funco, 2009) Salam,Iqbal Makmur Sent from my iPhone On Sep 9, 2009, at 1:01 AM, Iqbal wrote: Berikut sebagai selingan diskusi tentang budaya: Lagu rasa sayang e versi India (rasa sayang re) Yang punya semangat nasionalisme silahkan ganyang India, hehe.. Check out this video on YouTube: http://www.youtube. com/watch? v=-3wuNi6qe2k Salam sayang e Iqbal Sent from my iPhone Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/
[GM2020] British doctors call for ban on all alcohol ads (Europens comes to ISLAM step by step)
British doctors call for ban on all alcohol ads By RAPHAEL G. SATTERRaphael G. Satter – 1 hr 25 mins ago LONDON – British doctors called for a ban on alcohol advertisements Tuesday, saying the move was necessary to challenge Britain's dangerous drinking culture. The British Medical Association argued in a report that a rapid increase in alcohol consumption among young Britons in recent years was being underpinned by "clever alcohol advertising" and that a prohibition on alcohol-related publicity was needed to help turn the situation around. "Our society is awash with pro-alcohol messaging and marketing," Dr. Vivienne Nathanson, the association's head of science and ethics, said in a statement. "We need to look beyond young people and at society as a whole." The association, which represents more than two-thirds of Britain's practicing doctors, has repeatedly warned of the dangers of the country's increasingly deadly drinking habit. In a widely publicized report last year, the association said Britain was among the hardest-drinking countries in Europe and noted its alcohol-related death rate had nearly doubled between 1991 and 2005 — from 6.9 to 12.9 per 100,000 people. Although the group has lobbied for higher taxes and stricter regulation in the past, its new report called for a total ban on all alcohol advertisements. The report said Britain's drinks industry spends 800 million pounds ($1.24 billion) annually promoting alcohol consumption, wielding its "prodigious marketing skills and massive budgets to promote positive images about alcohol, and back these up with incentives, branding and sophisticated public relations." The report called for the drinks industry to be banned from sponsoring sporting events like the FA Cup — currently backed by Danish brewer Carlsberg — or the Grand National race — whose title sponsor is John Smith's Ale. It also said alcohol ads should be wiped from newspapers and billboards and kicked off radio and television. British brewers acknowledged that the country's drinking culture could use changing, but said bans and higher taxes weren't the answer. "We believe culture change is more likely to be achieved through long-term education and tough enforcement," said Jeremy Beadles, the chief executive of the Wine and Spirit Trade Association. Britain's government would not be drawn on the idea of an ad ban. The Department of Health said in a statement that "it's not always right to legislate," while the Advertising Standards Authority said its codes were already "among the strictest in the world." ___ British Medical Association report, in PDF format: http://tinyurl.com/l6w246 Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/
[GM2020] Fw: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Ajakan Berpuasa dari London
--- On Tue, 9/8/09, bakri arbie wrote: From: bakri arbie Subject: Fw: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Ajakan Berpuasa dari London To: "arbie bakri" Date: Tuesday, September 8, 2009, 6:35 PM --- On Tue, 9/8/09, agushamonangan wrote: From: agushamonangan Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Ajakan Berpuasa dari London To: forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 8, 2009, 3:13 PM http://internasiona l.kompas. com/read/ xml/2009/ 09/09/01445583/ Ajakan.Berpuasa. dari.London LONDON, KOMPAS.com - Walikota London, Boris Johnson, mengajak masyarakat kota London untuk ikut berpartisipasi dan meningkatkan pemahaman mereka mengenai Islam dan bahkan ikut berpuasa selama sehari. Ajakan Walikota London yang dikenal dengan rambutan acakan acakan itu disampaikan saat ia berkunjung ke Masjid London Timur dan London Muslim Centre. Seperti ditulis oleh media massa Inggris, Boris Johnson mengatakan kaum Muslim di London ditantang untuk mengubah stereotipe tradisonal dan menunjukkan bahwa mereka ingin menjadi bagian dari mainstream. Kunjungan Walikota London yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan dimana umat Muslim di seluruh dunia menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadhan tidak makan dan minum mulai dari fajar hingga matahari terbenam. Menurut Boris Johnson, umat Islam ingin menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat London, entah mereka pekerja di teater, komedi, olahraga, musik, atau politik. "Umat Islam menantang stereotip tradisional dan menunjukkan bahwa mereka dan ingin menjadi bagian dari masyarakat arus utama. Itu sebabnya saya mengajak masyarakat, khususnya selama bulan Ramadhan, untuk mengetahui lebih lanjut tentang Islam, meningkatkan pemahaman dan pembelajaran, bahkan berpuasa sehari dengan tetangga muslim dan berbuka puasa di mesjid setempat." "Saya akan merasa sangat terkejut jika anda warga London tidak menemukan bahwa Anda berbagi lebih banyak kesamaan daripada yang Anda pikirkan," ujarnya. Menurut Boris, umat Muslim berada di jantung dari setiap aspek masyarakat. Kontribusi mereka sesuatu yang sangat bermanfaat di London mulai dari polisi, dokter, ilmuwan, dan guru merupakan bagian penting dari kehidupan kota London. "Keuangan Islam memberikan kontribusi kepada perekonomian dengan mengubah cara London berinvestasi, menyimpan, meminjam, dan pengeluaran. " Menurut Boris Johnson, dari Ramadhan, ada pelajaran berharga bahwa orang-orang dari semua latar belakang bisa belajar dari Islam seperti pentingnya semangat masyarakat ikatan keluarga, kasih sayang dan membantu mereka yang kurang beruntung.
Bls: [GM2020] Fw: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Ajakan Berpuasa dari London
ini videonya KEn Livingstone saat idul fitri 2006 http://www.youtube.com/watch?v=9rLH4ArG8hc&feature=PlayList&p=50EADA040C51E016&playnext=1&playnext_from=PL&index=34 dan ini Boris (Mayor London skrg) http://www.youtube.com/watch?v=0Qy5FPnZrDY Naik sepeda dan tas ransel man pak walikota. Kapan kita undang orang 2 non muslim ke masjid untuk di dakwahi ?. Kalo di eropa dan amrik udah biasa, KEmarin di MAsjid di Mainz kedatangan Caleg dari partai SPD. Ya jerman kebetulan juga mau pemilu akhir september. Tapi disamping itu banyak juga nonmuslim yg datang karena pingin tahu islam itu apa dan ngapain orang islam dimasjid. Wassalam, M. Jahja --- Pada Rab, 9/9/09, Bakri Arbie menulis: Dari: Bakri Arbie Judul: [GM2020] Fw: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Ajakan Berpuasa dari London Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com, salemb...@yahoogroups.com, "Families Arbie" Tanggal: Rabu, 9 September, 2009, 6:34 AM --- On Tue, 9/8/09, bakri arbie wrote: From: bakri arbie Subject: Fw: [Forum-Pembaca- KOMPAS] Ajakan Berpuasa dari London To: "arbie bakri" Date: Tuesday, September 8, 2009, 6:35 PM --- On Tue, 9/8/09, agushamonangan wrote: From: agushamonangan Subject: [Forum-Pembaca- KOMPAS] Ajakan Berpuasa dari London To: Forum-Pembaca- kom...@yahoogrou ps.com Date: Tuesday, September 8, 2009, 3:13 PM http://internasiona l.kompas. com/read/ xml/2009/ 09/09/01445583/ Ajakan.Berpuasa. dari.London LONDON, KOMPAS.com - Walikota London, Boris Johnson, mengajak masyarakat kota London untuk ikut berpartisipasi dan meningkatkan pemahaman mereka mengenai Islam dan bahkan ikut berpuasa selama sehari. Ajakan Walikota London yang dikenal dengan rambutan acakan acakan itu disampaikan saat ia berkunjung ke Masjid London Timur dan London Muslim Centre. Seperti ditulis oleh media massa Inggris, Boris Johnson mengatakan kaum Muslim di London ditantang untuk mengubah stereotipe tradisonal dan menunjukkan bahwa mereka ingin menjadi bagian dari mainstream. Kunjungan Walikota London yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan dimana umat Muslim di seluruh dunia menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadhan tidak makan dan minum mulai dari fajar hingga matahari terbenam. Menurut Boris Johnson, umat Islam ingin menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat London, entah mereka pekerja di teater, komedi, olahraga, musik, atau politik. "Umat Islam menantang stereotip tradisional dan menunjukkan bahwa mereka dan ingin menjadi bagian dari masyarakat arus utama. Itu sebabnya saya mengajak masyarakat, khususnya selama bulan Ramadhan, untuk mengetahui lebih lanjut tentang Islam, meningkatkan pemahaman dan pembelajaran, bahkan berpuasa sehari dengan tetangga muslim dan berbuka puasa di mesjid setempat." "Saya akan merasa sangat terkejut jika anda warga London tidak menemukan bahwa Anda berbagi lebih banyak kesamaan daripada yang Anda pikirkan," ujarnya. Menurut Boris, umat Muslim berada di jantung dari setiap aspek masyarakat. Kontribusi mereka sesuatu yang sangat bermanfaat di London mulai dari polisi, dokter, ilmuwan, dan guru merupakan bagian penting dari kehidupan kota London. "Keuangan Islam memberikan kontribusi kepada perekonomian dengan mengubah cara London berinvestasi, menyimpan, meminjam, dan pengeluaran. " Menurut Boris Johnson, dari Ramadhan, ada pelajaran berharga bahwa orang-orang dari semua latar belakang bisa belajar dari Islam seperti pentingnya semangat masyarakat ikatan keluarga, kasih sayang dan membantu mereka yang kurang beruntung. Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
[GM2020] Fw: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: SAJAK-SAJAK "PAK TUA YANG MEMBACA KISAH CINTA", Luis Sepulveda
--- On Tue, 9/8/09, bakri arbie wrote: From: bakri arbie Subject: Fw: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: SAJAK-SAJAK "PAK TUA YANG MEMBACA KISAH CINTA", Luis Sepulveda To: "arbie bakri" , "Ani Sekarningsih" Cc: "Razif Halik" Date: Tuesday, September 8, 2009, 8:02 PM --- On Tue, 9/8/09, Budiman Sudjatmiko wrote: From: Budiman Sudjatmiko Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: SAJAK-SAJAK "PAK TUA YANG MEMBACA KISAH CINTA", Luis Sepulveda To: "halim hd" , "WONG BANTEN" , "milisrumahdunia rumah dunia" , "jurnal perempuan" , "antariksa kunci" , peny...@yahoogroups.com, "Jurnalisme Sastra" , "penulis banten" , "penulis lepas" , "POJOK TEATER" , ngobrolin_tea...@yahoogroups.com, "warung gayeng" , "kawula muda" , "sulawesi tengah" , "kampoeng medan" , "pembacakompas fpk" Cc: "kamaruddin aziz" , "saut situmorang" , "M Faizi ~Guluk-Guluk~" , "fahmi faqih" , "fachrudin nasruloh" , "nurel lamongan" , "Tan Lioe Ie" , "acep zamzam" , "matdon ekadon" Date: Tuesday, September 8, 2009, 5:41 AM Dahsyat dan tertimakasih yg meluap2 atas puisinya. Ingin segera terbang ke pegunungan Andes dan berburu cinta dgn Dolores... Salam Budiman S. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: halim hd Subject: SAJAK-SAJAK "PAK TUA YANG MEMBACA KISAH CINTA", Luis Sepulveda Sajak Sajak “Pak Tua Yang Membaca Kisah Cinta” 1/ Di dermaga saat Sucre tertambat :: pada Antonio Joze Bolivar Proano di dermaga saat Sucre menambatkan dirinya dan tetamu yang datang silih berganti para pelancong dari benua lain yang tak bermoral, para pendulang logam mulia yang kurang ajar para cukong pemerintah yang mata duitan yang pajaknya mencekik leher mereka memetakan kebinasaannya sendiri pada jejakjejak di sempadan yang akan pupus sebegitu cepat hingga menyisakan penat dan penantian tak terkira karena tuak tebu tak lagi menyengat menidurkan kepada para penghuni Amazonia yang beternak kakatua buta pada sedih berkepanjangan dan sumpah serapah para Indian dalam mabuknya mereka terkekeh menampakkan gigi setajam batu cadas dan pada yang mengendus kematian saat kakatua buta itu menabrak pohon menghilang di kegelapan malam dalam jerat mendekati putus asa burungburung penyambut pagi berhamburan sejak mereka terbiasa letupkan senapan menanak emas dengan air mata dan kamu menyerap kebencian berkepanjangan hingga sepoi anginpun membuatmu gerah saat para Shuar yang bijak itu menghindar ke perbukitan, ke pedalaman dan para tetamu sialan berkulit pulih itu berpesta whiskey engkau berpeluh berdarah-darah di sisi kucing betina yang kehilangan jantannya 2/ para petualang para tetamu yang kuceritakan sebelumnya adalah orang kilang juga para pendulang yang demam emas mereka datang ke El Idilio bagai sekelompok pembuat gaduh dan juga barbar dengan senapan yang selalu menyalak dan ditemani cukong tengik lokal tambun yang mengais nasib sialan! Mereka menghabisi apapun yang bergerak memburu macan kumbang menguliti yang muda hingga yang tua lantas sebelum bubar mereka berfoto riang selayaknya orang demam malaria, mereka meringis mereka menyeringai mereka juga terlihat gila seraya mengabadikan totol muda yang menyerupai kulit mereka sendiri 3/ bersama para Shuar :: kepada Dolores Encarnacion del Santisimo Sacramento Estupinan Otavalo aku selalu puas menatap senyummu yang mengembang dan rambut lurus belah tengahmu di dinding kamar aku mencintaimu Dolores oleh karena itulah aku akan siap menembak seorang bule yang tanpa ba bi bu mengambilmu dari dinding kenangan kita kepergiaanmu dan pencarianku tertambat di dermaga El Idilio seperti saat aku datang dari gunung pada siang yang syahdu yang menelikungku hingga aku tenggelam dalam angan-angan ditemani air jatuh penuh kejutan seakan tak percaya cerita tentang damai dan persahabatan di kaki bukit di tepi Amazon pada yang dibesarkan oleh tuak tebu dan jampi-jampi Indian Shuar dan pernikahan kita engkau pasti akan tersenyum simpul membayangkan orang-orang di sekitarmu membuka pintu rumah mereka melangkah keluar dengan senyum mengembang tanda persahabatan dan kita menceburkan diri ke kali bersama para Shuar bersahabat dengan piranha, anaconda dan lele raksasa juga macan kumbang seperti yang kualami dahulu, sebelum para perampok berkulit putih itu datang. *)Setelah membaca: “Un viejo que leía novelas de amor, 1989 (The Old Man Who Read Love Stories)” Pak Tua Yang Membaca Kisah Cinta – Luis Sepuelva, Tamarunang, Sungguminasa, 06-09-2009 Rgds, Kamaruddin Azis http://daengnuntung .com [make it simple, make it works] __._,_..___ Messages in this topic (2) Reply (via web post) | Start a new topic Message
Re: [GM2020] tumbilo tohe festival ( lampu yang akrab lingkungan )
From: "m...@teoritik.fisika.net" To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Tuesday, September 8, 2009 8:03:51 PM Subject: Re: [GM2020] tumbilo tohe festival ( lampu yang akrab lingkungan ) Pak del, nanti tolong bantu kami, bapak sekarang posisi di mana? Wassalam my --- ilahude_mgi@ yahoo.com wrote: From: delyuzar ilahude To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: Re: [GM2020] tumbilo tohe festival ( lampu yang akrab lingkungan ) Date: Mon, 7 Sep 2009 19:49:27 -0700 (PDT) Saya setuju bangat ide MY utk mengundang para senior.. semoga Allah swt memberi umur panjang dan kesehatan yg prima kepada om OH, om Ary Pedju dan om Bakri..insya Allah kalo niatnya baik pasti biayanya akan datang...amin salam DI From: "m...@teoritik. fisika.net" To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Sent: Tuesday, September 8, 2009 9:29:11 AM Subject: Re: [GM2020] tumbilo tohe festival ( lampu yang akrab lingkungan ) Alhamdullilah kabar baik mbak debby, OH ini orang tua yang baik di mata saya cuman saya masih banyak utang sama OH, Insya Allah saya akan penuhi harapan beliau. Bila saya umur panjang saya ingin tampilkan Om Pedju, om Bakri dan OH untuk tampil di UNG dalam seminar ini cita2 saya, tahun 2010 sekitar bulan maret. Inti pembicaraan nanti bukan saja bahas saintifik tetapi bagaimana pengalaman ketiga tokoh ini. Cuman saya tidak tahu bagaimana caranya bisa dapatkan biaya untuk datangkan mereka bertiga ke gorontalo. Terus hasil pemikiran mereka ini akan saya buatkan prosiding, dalam prosiding itu juga saya akan minta hasil pikiran para guru besar di UNG. Wassalam my --- debby_1...@yahoo. com wrote: From: debby mano To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: Re: [GM2020] tumbilo tohe festival ( lampu yang akrab lingkungan ) Date: Mon, 7 Sep 2009 17:23:52 -0700 (PDT) apa kabar pak MYSEMOGA slalu sehat dan sukses saya tertawa baca postingannya kali ini pak MY, berarti sudah ada ikatan emosional antara MY dan OH. , btw pak MY tak hanya identik dgn kuda kok, tapi juga dengan fisika dan UNG --- Pada Sen, 7/9/09, m...@teoritik. fisika.net menulis: >Dari: m...@teoritik. fisika.net > >Judul: Re: [GM2020] tumbilo tohe festival ( lampu yang akrab lingkungan ) >Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com >Cc: nel...@ung.ac. id, i...@ung.ac.id, > ted...@ung.ac. id, sar...@ung.ac. id, ha...@ung.ac. id >Tanggal: Senin, 7 September, 2009, 8:55 PM > > > > >setelah >beberapa menit saya baca berulang-ulang maksud orang tua ini alias OH, >sangat dalam kata2, beliau ini selalu mengkritik saya tetapi saya baca >tulisannya sudah lain isi di bawah dan di atas dari kebudaayan sampai >teknologi, saya mengerah ikuti cara berpikir OH, semoga OH umur panjang >dan biar saya saja yang cepat mati, pesan saya tolong di sampaikan >kepada siapapun yang menjadi rektor UNG di masa akan datang, hargailah >staf pengajar dan berikan kebebasan mimbar akademik jangan anggap orang >lain itu tidak tahu apa2 tentang akademik, apa masih ingat beberapa >tahu silam Oh melihat jam yang rusak di ruangan rektorat langsung >menyatakan di ganti begitu juga maksud saya buat akademik ung di masa >akan datang lebih baik lagi. > >Kejadian itu saya pertama lihat oh >bersama bu mien datang ke ruang senat dan kami ada dalam ruangan itu. >Saya juga tidak tahu bahwa OH bisa menjadi orang yang mau dan berbaik >hati terutama sudah membantu saya dan mau makan di pinggiran jalan, >jalan kaki di ibukota jakarta, kejadian ini saya sulit lupakan, >beberapa tulisan saya sudah siapkan manuskripnya siapakah Oh terutama >di mata saya mulai dari awal saya kenal sampai saya sudah >kumpuylkan semua tulisan terutama melalui komentar OH di millis ini, >semoga pak elnino bisa membantu saya untuk menerbitkannya dan semua >anggota millis bisa memberikan sumbangsih pikiran siapaka OH, kalau >saya selalu ingat bahwa saya di sebut oleh identik dengan KUDA itu saya >terima. > >keinginanmu (OH) bahwa saya menjadi sukses, sudah saya >peroleh(sedikit) cuman saya belum lapor ke OH. kritikan Oh selama ini >kalau saya bicara susah dimengerti orang, Oh selalu membayakan >bagaimana si cita2 saya bagaimana UNG bisa maju dan berkembang, >saya sudah selalu minta kepada kakak/teman/ sahabat/rekan Mohamad jahja >dan Zainal a Koemadji kedua orang ini tahu masa-masa sulit saya baik >secara ilmiah maupun secara pribadi, mereka belum pernah memberikan >pernyataan atau semacan kata2 yang membuat saya kecewa selama di ung, >I allah mereka berdua akan menjadi seorang doktor dan akan membawa >perubahan di kampus merah maron. > >Herr Jahja, OH, ein guter Mensch Jahja wird spater, wenn der Vater in >Jakarta angekommen trafen wir ihn, er will immer jemand anderes Erfolg. >Es gibt 3 Leute, die Gorontalo Charakter unserer Modellierung ist OH, >Herr Pedju, und Herr bakri sie stets eine gute Diskussionsgrundlag e für >die Zukunft der Kinder Gorontalo. > >wenn der Vater koemadj
[GM2020] Fw: KABINET HIPOTESIS SBY
--- On Tue, 9/8/09, bakri arbie wrote: From: bakri arbie Subject: KABINET HIPOTESIS SBY To: forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com Cc: alumnipran...@yahoogroups.com, "arbie bakri" Date: Tuesday, September 8, 2009, 10:19 PM Yth Rekan milis, Agak sulit memang untuk melakukan reorganisasi pemerintahan di Indonesia yang sudah berlangsung sejak Orde Baru. Gus Dur pernah mencoba melakukan reorganisasi,namun hasilnya lumayan mendapat tantangan dari mana-mana,meskipun niat beliau baik. Tiga Menko dan departemen,non departemen menghiasi kabinet Indonesia selama puluhan tahun. Agar tidak terlalu heboh ada usulan berupa Kabinet Hipotesis SBY. Menteri Kordinator lebih diperkuat kordinasinya yaitu; -Menko Politik dan Keamanan, -Menko Perekonomian, -Menko Sumber Daya Manusia,Kebudayaan dan Pendidikan. Menko Ekonomi melakukan kordinasi terhadap; -Menteri Keuangan, -Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, -Menteri Perindustrian, -Menteri Perdagangan, -Menteri Pertanian, -Menteri Kejutanan, -Menteri Perhubungan, -Menteri Kelautan dan Perikanan, -Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, -Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah, -Menteri Riset dan Teknologi, -Menteri Koperasi dan UKM, -Menteri Perencanaan Pembangunan/BAPPENAS, -Menteri Percepatan Pembangunan KTI, -Menteri Negara BUMN, -Menteri Komunikasi dan Informasi. Kira-kira semua yang berhubungan dengan ekonomi untuk Menko Ekonomi. Menko Sumber Daya Manusia,Kebudayaan dan Pendidikan,melakukan kordinasi; -Menteri Pendidikan Nasional, -Menteri Agama, -Menteri Sosial, -Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, -Menteri Pemberdayaan Perempuan, -Menteri Pemuda dan OlahRaga. -Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. -Menteri Lingkungan Hidup. -Menteri Kesehatan. Tekanannya Menko SDM ini adalah untuk sumber daya manusia yang cerdas,unggul,sehat dan berbudaya luhur. Menko Politik dan Keamanan, -Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, -Menteri Luar Negeri, -Menteri Kehakiman dan HAM. -Menteri Pertahanan, Tekanannya adalan politik,keamanan,keselamatan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Beberapa policy yang bisa menjadi referensi untuk ekonomi,seperti di Taiwan; -Industrial Development Policy,kebijakan yang berdasarkan knowledge and technology based for economic development. -Trade Policy,kebijakan perdagangan tingkat nasional dan internasional, -Resource Policy,sumber daya manusia dan alam/mineral. -Small and Medium Enterprise Policy, -State Owned Enterprise Policy,bagaimana agar BUMN bisa beroperasi seperti Singapore Airline,BUMNnya Singapore. -Investment Policy,kelihatan investasi yang pro-poor dan UKM serta Koperasi. Organisasi diatas bisa dengan baik menunjang 3 Pilar Presiden SBY yaitu; -Kemandirian, Daya Saing dan Peradaban yang Unggul. Demikian sekedar sumbang saran dan ide untuk masa depan sehingga secara bertahap aktivitas dan organisasi kabinet,bisa lebih fokus sehingga lebih efisien dan efektif. Salam Hormat, Bakri Arbie. --- --- On Sun, 8/30/09, bakri arbie wrote: From: bakri arbie Subject: Fw: Kata Kunci Pembangunan Taiwan; TECHNOLOGY and INNOVATION. To: forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com Cc: alumnipran...@yahoogroups.com, "arbie bakri" Date: Sunday, August 30, 2009, 4:54 PM Yth Rekan milis, Oleh karena Taiwan sangat maju dalam pengembangan ekonomi yang didukung oleh TEKNOLOGI dan INOVASI, maka saya mencoba melihat lagi lebih rinci tentang what,how dan why,Taiwan yang sebesar pulau Jawa dengan penduduk 22,8 juta jiwa bisa mempunyai GDP 383 Miliar $ (ranking 22 didunia,thn 2007); Income per Capita 16,790 $ (ranking 29 dunia,thn 2007); Export 270 Miliar $ (ranking 15,thn 2007). Dari segi paten,sangat menarik karena sejak 1999,maka Paten Taiwan,ranking 4 didunia. Dari segi World Competitiveness Index yang parameternya adalah Technological Infrastructures (ranking 15); Scientific Infrastructures (ranking 6 ), Business Sophistication (ranking 14) , Innovation (ranking 9). Taiwan terdapat 3 Science Park (mirip PUSPIPTEK, yaitu di Utara,Tengah dan Selatan Taiwan ); terdapat pula 3 Software Park; 1- Cybercity dan Taipei adalah wireless city. Biaya untuk Riset dan Development sebesar 2,5% GDP,yang berada dibawah naungan Menteri Ekonomi,Taiwan.(www.moea.gov.tw). Oleh karenanya Taiwan mendapatkan ranking 1 dalam E-Government Performance; Global Information Technology Report ,ranking 6 didunia. Sistem Inovasi di Taiwan sudah mencapai The OPEN INNOVATION SYSTEM, yang lebih maju dari Eropa yang baru mencapai National Innovation System.Jadi kalau di Indonesia orang belum tahu apa itu Sistem Inovasi Nasional,maka di Taiwan sudah sampai Open Innovation,dimana masukan inovasi tidak hanya dari dalam sistem,tapi juga gagasan inovasi dari luar sangat diharapkan.Asumsinya,memanfaatkan iptek dan ide/gagasan yang sudah dipunyai oleh umat manusia,baik dari dalam maupun luar negeri,untuk bisa memajukan industri,manajemen dan sosial budayanya. Dari segi organisasi,saya mencoba untuk mencari dimana sebenarnya Taiwan mulai d
Re: [GM2020] tumbilo tohe festival -Pak MY
Pak MY..saya posisi di kota kembang (bandung)... slamat menjalankan ibadah puasa salam DI From: "m...@teoritik. fisika.net" To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Sent: Tuesday, September 8, 2009 8:03:51 PM Subject: Re: [GM2020] tumbilo tohe festival ( lampu yang akrab lingkungan ) Pak del, nanti tolong bantu kami, bapak sekarang posisi di mana? Wassalam my --- ilahude_mgi@ yahoo.com wrote: From: delyuzar ilahude To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: Re: [GM2020] tumbilo tohe festival ( lampu yang akrab lingkungan ) Date: Mon, 7 Sep 2009 19:49:27 -0700 (PDT) Saya setuju bangat ide MY utk mengundang para senior.. semoga Allah swt memberi umur panjang dan kesehatan yg prima kepada om OH, om Ary Pedju dan om Bakri..insya Allah kalo niatnya baik pasti biayanya akan datang...amin salam DI From: "m...@teoritik. fisika.net" To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Sent: Tuesday, September 8, 2009 9:29:11 AM Subject: Re: [GM2020] tumbilo tohe festival ( lampu yang akrab lingkungan ) Alhamdullilah kabar baik mbak debby, OH ini orang tua yang baik di mata saya cuman saya masih banyak utang sama OH, Insya Allah saya akan penuhi harapan beliau. Bila saya umur panjang saya ingin tampilkan Om Pedju, om Bakri dan OH untuk tampil di UNG dalam seminar ini cita2 saya, tahun 2010 sekitar bulan maret. Inti pembicaraan nanti bukan saja bahas saintifik tetapi bagaimana pengalaman ketiga tokoh ini. Cuman saya tidak tahu bagaimana caranya bisa dapatkan biaya untuk datangkan mereka bertiga ke gorontalo. Terus hasil pemikiran mereka ini akan saya buatkan prosiding, dalam prosiding itu juga saya akan minta hasil pikiran para guru besar di UNG. Wassalam my --- debby_1...@yahoo. com wrote: From: debby mano To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: Re: [GM2020] tumbilo tohe festival ( lampu yang akrab lingkungan ) Date: Mon, 7 Sep 2009 17:23:52 -0700 (PDT) apa kabar pak MYSEMOGA slalu sehat dan sukses saya tertawa baca postingannya kali ini pak MY, berarti sudah ada ikatan emosional antara MY dan OH. , btw pak MY tak hanya identik dgn kuda kok, tapi juga dengan fisika dan UNG --- Pada Sen, 7/9/09, m...@teoritik. fisika.net menulis: >Dari: m...@teoritik. > fisika.net > >Judul: Re: [GM2020] tumbilo tohe festival ( lampu yang akrab lingkungan ) >Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com >Cc: nel...@ung.ac. id, i...@ung.ac.id, > ted...@ung.ac. id, sar...@ung.ac. id, ha...@ung.ac. id >Tanggal: Senin, 7 September, 2009, 8:55 PM > > > > >setelah >beberapa menit saya baca berulang-ulang maksud orang tua ini alias OH, >sangat dalam kata2, beliau ini selalu mengkritik saya tetapi saya baca >tulisannya sudah lain isi di bawah dan di atas dari kebudaayan sampai >teknologi, saya mengerah ikuti cara berpikir OH, semoga OH umur panjang >dan biar saya saja yang cepat mati, pesan saya tolong di sampaikan >kepada siapapun yang menjadi rektor UNG di masa akan datang, hargailah >staf pengajar dan berikan kebebasan mimbar akademik jangan anggap orang >lain itu tidak tahu apa2 tentang akademik, apa masih ingat beberapa >tahu silam Oh melihat jam yang rusak di ruangan rektorat langsung >menyatakan di ganti begitu juga maksud saya buat akademik ung di masa >akan datang lebih baik lagi. > >Kejadian itu saya pertama lihat oh >bersama bu mien datang ke ruang senat dan kami ada dalam ruangan itu. >Saya juga tidak tahu bahwa OH bisa menjadi orang yang mau dan berbaik >hati terutama sudah membantu saya dan mau makan di pinggiran jalan, >jalan kaki di ibukota jakarta, kejadian ini saya sulit lupakan, >beberapa tulisan saya sudah siapkan manuskripnya siapakah Oh terutama >di mata saya mulai dari awal saya kenal sampai saya sudah >kumpuylkan semua tulisan terutama melalui komentar OH di millis ini, >semoga pak elnino bisa membantu saya untuk menerbitkannya dan semua >anggota millis bisa memberikan sumbangsih pikiran siapaka OH, kalau >saya selalu ingat bahwa saya di sebut oleh identik dengan KUDA itu saya >terima. > >keinginanmu (OH) bahwa saya menjadi sukses, sudah saya >peroleh(sedikit) cuman saya belum lapor ke OH. kritikan Oh selama ini >kalau saya bicara susah dimengerti orang, Oh selalu membayakan >bagaimana si cita2 saya bagaimana UNG bisa maju dan berkembang, >saya sudah selalu minta kepada kakak/teman/ sahabat/rekan Mohamad jahja >dan Zainal a Koemadji kedua orang ini tahu masa-masa sulit saya baik >secara ilmiah maupun secara pribadi, mereka belum pernah memberikan >pernyataan atau semacan kata2 yang membuat saya kecewa selama di ung, >I allah mereka berdua akan menjadi seorang doktor dan akan membawa >perubahan di kampus merah maron. > >Herr Jahja, OH, ein guter Mensch Jahja wird spater, wenn der Vater in >Jakarta angekommen trafen wir ihn, er will immer jemand anderes Erfolg. >Es gibt 3 Leute, die Gorontalo Charakter unserer Modellierung ist
Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo
Apalagi bunggo nggak bisa dipantenkan, Namun kalo ada temuan unsur rekayasa genetik yg mebuat bunggo ini sekuat baja dan selentur karet dan tidak cepat lapuk maka boleh di patenkan resepnya. --- Pada Sel, 8/9/09, Funco Tanipu menulis: Dari: Funco Tanipu Judul: Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 8 September, 2009, 8:37 PM Benar pak,.,. Memelihara tidak mesti dengan gagap seperti itu.. Saya kira yang mesti dilakukan adalah memperbaharui siasat kebudayaan. Bagaimana hal ini bisa tembus ke ruang publik, media mungkin bisa meramu diskusi kita ini menjadi berita menarik. Thanks Pada 8 September 2009 20:34, Iqbal menulis: > > > Sepertinya harus ada yang meluruskan kesalahpahaman ini ke dinas dikpora, > media massa dan masyarakat luas. Sekali lagi budaya tidak bisa dipatenkan... > Iqbal > > Sent from my iPhone > On Sep 8, 2009, at 9:12 PM, "basriamin" wrote: > > > > Teman2, > > Persis dgn apa yg tengah kita diskusikan, soal "hak paten" utk urusan budaya > menjadi sangat krusial. Bahkan kata "paten" itu sendiri menjadi persoalan, > baik sebagai rujukan hukum maupun cakupannya. > > Saya membaca GP online (7-Sep-09), dan kata paten itu muncul dari pihak > Dikpora provinsi. Dari sanalah saya merasa perlu utk memberi pandangan. > Mengapa? karena ada "bahaya laten" yg harus kita cermati dari sekarang. > Pencermatan oleh Bung Iqbal, Bung Del dan rekan Funco sdh lebih menjernihkan > lagi utk langkah2 berikutnya. > > Kita harus mengelola kegelisahan kultural seperti ini, karena dengan begitu > kita berarti tengah bergerak ke depan. > > Silahkan dilanjutkan, demi Gorontalo kita... > > Wass, > > Basri > > --- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, Funco Tanipu > wrote: >> >> Saya kira persoalan paten-mematenkan adalah persoalan krusial. Jangan >> sampai usaha mematenkan segala sesuatu bukan karena bagian dari siasat >> kebudayaan. Tetapi, lebih karena pasar mendikte kita untuk senantiasa >> melakukan legalisasi "hak milik". Problem tentang HAKI pernah menjadi >> perdebatan serius, karena HAKI pada intinya adalah siasat untuk >> melakukan indiviualisasi pengetahuan. >> >> Untuk produk kebudayaan seperti kesenian, ritual bahkan pegelaran >> sekalipun saya kira tidak mesti gegabah dan bahkan paranoid >> memandangnya. Karena kemudian klaim Malaysia atas beberapa aset >> kebudayaan lalu serta merta kita menjadi gagap dalam memperlakukan >> kebudayaan kita, misalnya dengan buru-buru mendaftarkan HAKI dan >> segala model hukumnya. >> >> Siasat kebudayaan yang baik adalah bagaimana meletakkan kebudayaan >> beserta segala perangkatnya dalam sebuah "dinamika" yang hidup, dalam >> "ruang" yang senantiasa bisa diakses secara penuh oleh publik, tanpa >> ada hirarki sosial disitu. >> >> Pada intinya kan hanya untuk menjaga dan kemudian mewariskan >> kebudayaan tersebut, lalu kemudian dijadikan inspirasi peradaban dalam >> bentuk yang lebih transformatif. Maka, pola "berkebudayaan" yang >> diperagakan oleh elit-elit di Lembaga Adat dan perangkatnya bagi saya >> mesti diformat kembali. >> >> Jangan sampai, urusan "memelihara" kebudayaan hanya berakhir pada >> paten-mematenkan itu. Negara dalam hal ini Pemerintah Provinsi telah >> berusaha dengan baik untuk itu, namun usaha-usaha yang lebih kreatif >> dan inovatif semestinya juga dimaksimalkan. >> >> >> Thanks.. >> >> >> Salemba Tengah 29, Jakarta Pusat >> >> >> Funco Tanipu >> >> _...@...> menulis: >> > >> > >> > setuju bangat bung Iqbal...uu 14 tahun 2001 mengatur tentang hak paten, >> > terutama berupa hasil rekayasa teknologi tapi bukan copy paste, atau >> > penemuan baru dllmunkin tenunan krawang boleh, tapi kalo g salah >> > ada >> > juga yg mirip2 karawang di jawa sinimusik bambu itu sdh jelas...dulu >> > musik ini paling top di suwawa pencetusnya sdh almarhum (guru Kebu), >> > ...kalo >> > tari pendet bs dipatenkan, kalo digorontalo munkin tari motidi? Kalo >> > bela >> > diri langga ada kemiripan dgn kuntaujadi ada campuran dr >> > luar tumbilo tohesopasti. .. cuman kalo dicantolin ke uu 14 >> > kayaknya ga nyambung . >> > ok slmat menjalankan ibadah puasaeh ada nasi goreng enak disinjuku >> > di >> > restoran indonesia, tapi lumayan mahale.dulu wkt puasa disana beli >> > ikan >> > sandiri dan bakar sandiri soalnya dadata boy teto ma'o >> > salam DI >> > >> > _ _ __ >> > From: Iqbal >> > To: "gorontalomaju2020@ yahoogroups. com" >> > >> > Sent: Tuesday, September 8, 2009 2:05:06 PM >> > Subject: Re: [GM2020] Catatan: Jalan panjang budaya Gorontalo >> > >> > >> > >> > Bung Basri dan teman2 ysh.. >> > Bagi saya tulisan ini sangat menarik dan mencerahkan namun ada sedikit >> > pemikiran banding yang ingin saya sampaikan menyangkut istilah hak >> > paten. >> > Dalam uu no 14 thn 200