Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

2010-08-29 Terurut Topik funcotanipu

Untuk hal-hal yang sifatnya mistis, ada ketertutupan diantara kita thdp itu.

Sebagai bagian dr pengembangan wacana akademik ttg hal ini, ada beberapa 
pertanyaan yang ingin saya ajukan.

1. apa alasan substantif bung Sirjon menolak hal-hal yang berkaitan dengan 
kegiatan perdukunan.

2. Apakah ini berkaitan dengan agama yang dianut? Atau berdasarkan rasio 
pribadi?

3. Kalau sehari-hari, biasanya untuk masalah anak, rumah dll, apa tidak pernah 
menggunakan jasa dukun juga? Biasa kalo anak tumbuh gigi, dll alternatifnya ke 
dukun. Ini hanya contoh. 

Terima kasih respon sebelumnya..



 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Sirjon Busalo 
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Mon, 30 Aug 2010 10:12:38 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

karena dipaksa komen ya komen lah..

secara pribadi, sekali lagi secara pribadi... go to hell yg namanya
paranormal.. i don't care and i'm not scare.. so i don't give a shit about
them..

personally... tidak ada itu namanya paranormal, kita saja yg meng"ada²"kan
mereka.. pengalaman pribadi, bahkan orang yg dianggap mommediya, mommuyahe
kalumba, hanya tersenyum² ketika saya membeli sepetak tanah untuk saya
bangun sebuah rumah (sekarang saya tinggali) yg rimbun dengan rerumputan,
bambu, pohon saguer (wekeke), dan alumbango + seonggok gubuk tua..
diya otawa ma lali wololo bibiyahiyo aatii..

yg ana tako Funco bo orang mo pangge bakalae.. krn ana tidak tau ba
pulungku.. wakakaka
ti om Iqbal tau itu.. :p

PS :
kase maso kasana nt hasil survey waa.. bahwa ada juga sebagian orang yg
tidak percaya, tidak peduli dan tidak mau peduli.. hihihi



Re: [GM2020] Gorontalo provinsi termiskin ke-9 se-Indonesia, Fw: [Berita BaKTI] Sensus Nasional BPS 2010: 7 dari 10 propinsi yang angka kemiskinannya tertinggi ada di KTI

2010-08-29 Terurut Topik jemi
trus yg selama ini di publis pemerintah kita apa dang?

--- Pada Kam, 26/8/10, funcotan...@gmail.com  menulis:


Dari: funcotan...@gmail.com 
Judul: Re: [GM2020] Gorontalo provinsi termiskin ke-9 se-Indonesia, Fw: [Berita 
BaKTI] Sensus Nasional BPS 2010: 7 dari 10 propinsi yang angka kemiskinannya 
tertinggi ada di KTI
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Kamis, 26 Agustus, 2010, 6:36 AM


  




Berarti Negara mesti kerja keras. 



Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: Rahman Dako  
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
Date: Thu, 26 Aug 2010 02:04:56 -0700 (PDT)
To: Gorontalo Maju
ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
Subject: [GM2020] Gorontalo provinsi termiskin ke-9 se-Indonesia, Fw: [Berita 
BaKTI] Sensus Nasional BPS 2010: 7 dari 10 propinsi yang angka kemiskinannya 
tertinggi ada di KTI

  





From: Berita BaKTI 
Subject: [Berita BaKTI] Sensus Nasional BPS 2010: 7 dari 10 propinsi yang angka 
kemiskinannya tertinggi ada di KTI
To: rahman_d...@yahoo.com
Date: Wednesday, August 25, 2010, 8:03 PM






Newsletter Berita BaKTI

Sensus Nasional BPS 2010: 7 dari 10 propinsi yang angka kemiskinannya tertinggi 
ada di KTI
 7 dari 10 propinsi yang angka kemiskinannya tertinggi di Indonesia ternyata 
ada di KTI. Sangat ironis, justru terjadi di wilayah dengan sumber alam 
melimpah.  

   No Propinsi Angka Kemiskinan 


1.  Papua Barat 36,80 %
2.  Papua 34,88 %
3.  Maluku 27,74% 
4.  Sulawesi Barat 23,19 %
5.  Nusa Tenggara Timur 23,03% 
6.  Nusa Tenggara Barat 21,55 %
7.  Aceh 20,98 %
8.  Bangka Belitung 18,94 %
9.  Gorontalo 18,70 %
10. Sumatera Selatan 18,30% 


Infomasi lengkap di: 
http://batukar.info/news/10-propinsi-paling-miskin-di-indonesia

Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia)
Jl. Dr. Sutomo No. 26 Makassar Sulawesi Selatan
Ph/Fax: +624113650320-22 / +624113650323
Email: i...@bakti.org
Website: http://www.bakti.org
Anda menerima email ini sebagai salah satu pendaftar di mailing list Berita 
BaKTI. Mailing list yang berisi informasi-informasi dari Yayasan BaKTI.
Unsubscribe from this newsletter











Bls: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik jemi
isss...kalo banyak THR bagi2 waa

--- Pada Ming, 29/8/10, N. Syamsu Panna  menulis:


Dari: N. Syamsu Panna 
Judul: Bls: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 2:53 PM


  




Ana olo mo curhat ah...

Selain sebagai wartawan, ana juga bekerja (entah ini sampingan atau utama) di 
bidang grafis, baik cetak maupun audio visual. Juga di bidang IT.
Job yg paling banyak adalah di grafis ini. Dan job yang jarang datang tapi 
sekali datang depe doi besar adalah pembuatan profile cetak atau video, baik 
pribadi maupun lembaga.
Di Gorontalo order yg begini biasanya bo datang dari pejabat atau lembaga 
pemerintah. Hampir tidak pernah dari non pejabat. (Tanya jo pa wartawan2 yg 
juga penulis buku biografi). Kecuali video profile untuk pre-wedding..

Kembali ke soal independensi jurnalis... 
Yg ana dengar dari bbrapa anggota AJI, organisasi ini membolehkan anggotanya 
menulis biografi seseorang dan menerima pembayaran dari kerja2 profesionalnya 
itu. (dalam hal ini klo ana mem-video-kan biografi). 
Lantas, bgmana kalo orang/lembaga yang ditulis biografinya (isi biografi 
tentunya baik-baik semua) kemudian tersangkut sebuah kasus, korupsi misalnya... 
Kira2 bagemana sikap si penulis kemudian... di satu sisi, sebagai jurnalis dia 
harus memberitakan kasus tersebut, di sisi lain, berita itu selain akan 
menjatuhkan orang yang pernah memberi duit kepada dia, juga akan bertentangan 
dengan apa yang pernah dia tulis. Ini berarti, pembayaran atas kerja 
profesional sebagai penulis biografi, (yang dibolehkan oleh AJI) ternyata juga 
berpengaruh terhadap independensi penulis sebagai seorang jurnalis.

Kode Etik Jurnalistik pasal 6; Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi 
dan tidak menerima suap (penafsiran; Suap adalah segala pemberian dalam bentuk 
uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.)
Kode Etik Jurnalistik AJI nomor 14. Jurnalis tidak dibenarkan menerima sogokan. 
(Catatan: yang dimaksud dengan sogokan adalah semua bentuk pemberian berupa 
uang, barang dan atau fasilitas lain, yang secara langsung atau tidak langsung, 
dapat mempengaruhi jurnalis dalam membuat kerja jurnalistik.)

Maka, secara tidak langsung, bagi saya, menerima pembayaran atas pekerjaan 
profesional menulis biografi seorang pejabat, akan terlihat berdampak sama 
dengan menerima angpao lebaran dari pejabat tersebut. Dua-duanya diterima tidak 
dalam kondisi sedang meliput berita...

Jika pekerjaan sambilan seperti di atas tadi kemudian akhirnya dilarang oleh 
organisasi kewartawanan, lantas hanya membolehkan jurnalis mencari sambilan 
dengan membuka usaha dagang, apakah anda yakin bahwa usaha dagang juga tidak 
akan mempengaruhi independensi seorang jurnalis.. Bagaimana jika klien terbesar 
kita -- yang selama ini telah membuat usaha dagang kita maju pesat sehingga 
kita punya hutang budi kepada klien tersebut -- di belakang hari tersangkut 
sebuah kasus seperti korupsi?

Mungkin hal-hal tersebut akan sulit kita hadapi karena membawa kita ke posisi 
dilematis, kecuali bagi salah seorang senior saya di Gorontalo yg saya salut 
karena beliau berani melawan kondisi dilematisnya saat memberitakan istrinya 
sendiri ketika membagi-bagikan beras saat kampanye... 

Karena itulah akhirnya saya mencoba kembali ke hukum yang lebih tinggi dari 
kode etik, undang-undang, maupun undang-undang Dasar...




Syamsu Panna
GORONTALO









Dari: Syam Sdp 
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Terkirim: Sen, 30 Agustus, 2010 02:06:50
Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

  






Bung FT, 

sekedar curhat, saya pribadi  pernah mengalami pengalaman "traumatik" jadi 
wartawan, terkait soal kesejahteraan, kapasitas serta profesionalisme seperti 
yang bung rentetkan tadi.

2005, saya pernah mendaftar    pada sebuah tabloid di Gorontalo, hari pertama 
mendaftar , langsung diterima, dibuatkan id card, trus langsung disuruh cari 
berita, mulus benar  karir perdana saya ini.
 tapi ironis, di samping nyari berita , saya  juga sekalian bertugas menawarkan 
iklan, hasil sekian persen dari iklan itulah, yang dianggap sebagai gaji saya. 
saya juga pernah beberapa kali menerima amplop dari narasumber,  dengan pesan 
lisan dari orang -orang dalam, "asal dikase, ente tak usah tolak).  

alhasil, saya pun keluar hanya dalam hitungan 3 bulan, kapok jadi wartawan, 
banting stir kerja serabutan, ngajar teater di SMA sana sini, jadi tukang jaga 
buku di perpustakaan, nulis puisi dan artikel meski kadang dibayar kadang 
tidak,    sebelum akhirnya memutuskan kembali jadi wartawan pada awal 2008.

saya kira banyak juga rekan2 wartawan yang juga mengalami hal serupa meski tak 
sama kasusnya.  bahkan wartawan yang bekerja di media yang tergolong bonafid 
sekalipun, masih mengeluhkan soal "kok jadinya begini" terkait harapan mereka 
soal profesionalisme, ada yang merasa terkungkung karena tidak bisa bebas

RE: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

2010-08-29 Terurut Topik Richie Octavian
Wkwkwkk Bulum tabang itu pohon saguer? Bole mo manumpang ba panen? Hehehe..

Ke’a Du’e bulan puasa bagini jang kuat ba maki …. :-) 

Kalo bo tukang sihir ana masih parcaya ... karna ti Nabi Musa pernah baku
Fight deng ”dorang”  tapi kalo peternak Kalumbers .ana blum pernah lia
itu “hewan endemic”  Gorontalo.

 

Tida tau ba plungku bo kempo jago ee?  Wkwkwkwkkw ampun suhu 

 

richie

PS : kangen deng tutorial shopadmin.asp dari pa ti suhu :p :p :p

 

 

  _  

From: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
[mailto:gorontalomaju2...@yahoogroups.com] On Behalf Of Sirjon Busalo
Sent: Monday, August 30, 2010 9:13 AM
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

 

  

karena dipaksa komen ya komen lah..

secara pribadi, sekali lagi secara pribadi... go to hell yg namanya
paranormal.. i don't care and i'm not scare.. so i don't give a shit about
them..

personally... tidak ada itu namanya paranormal, kita saja yg meng"ada²"kan
mereka.. pengalaman pribadi, bahkan orang yg dianggap mommediya, mommuyahe
kalumba, hanya tersenyum² ketika saya membeli sepetak tanah untuk saya
bangun sebuah rumah (sekarang saya tinggali) yg rimbun dengan rerumputan,
bambu, pohon saguer (wekeke), dan alumbango + seonggok gubuk tua..
diya otawa ma lali wololo bibiyahiyo aatii.. 

yg ana tako Funco bo orang mo pangge bakalae.. krn ana tidak tau ba
pulungku.. wakakaka
ti om Iqbal tau itu.. :p

PS :
kase maso kasana nt hasil survey waa.. bahwa ada juga sebagian orang yg
tidak percaya, tidak peduli dan tidak mau peduli.. hihihi





Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

2010-08-29 Terurut Topik Neeva Nodra

Saya juga,,, sama :)

*kase maso juga aku Funco :)

Sent from Elephant City

-Original Message-
From: Sirjon Busalo 
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Mon, 30 Aug 2010 10:12:38 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

karena dipaksa komen ya komen lah..

secara pribadi, sekali lagi secara pribadi... go to hell yg namanya
paranormal.. i don't care and i'm not scare.. so i don't give a shit about
them..

personally... tidak ada itu namanya paranormal, kita saja yg meng"ada²"kan
mereka.. pengalaman pribadi, bahkan orang yg dianggap mommediya, mommuyahe
kalumba, hanya tersenyum² ketika saya membeli sepetak tanah untuk saya
bangun sebuah rumah (sekarang saya tinggali) yg rimbun dengan rerumputan,
bambu, pohon saguer (wekeke), dan alumbango + seonggok gubuk tua..
diya otawa ma lali wololo bibiyahiyo aatii..

yg ana tako Funco bo orang mo pangge bakalae.. krn ana tidak tau ba
pulungku.. wakakaka
ti om Iqbal tau itu.. :p

PS :
kase maso kasana nt hasil survey waa.. bahwa ada juga sebagian orang yg
tidak percaya, tidak peduli dan tidak mau peduli.. hihihi



Re: [GM2020] [sekedar share] sapi dan teori ekonomi

2010-08-29 Terurut Topik Sirjon Busalo
hahahahah saya suka teori terakhir!!!

Pada 29 Agustus 2010 17.05, akbar arsyad  menulis:

>
>
>
>
>
>
> SOCIALISME
> kau punya 2 sapi 1 sapi kau berikan untuk tetanggamu
>
> COMMUNISME
> kau punya 2 sapi negara mengambil alih keduanya dan memberimu 2 kaleng
> susu..
>
> FASCISME
> kau punya 2 sapi negara mengambil alih keduanya dan menjual susu padamu.
>
> NAZISM
> kau punya 2 sapi negara mengambil keduanya dan menembakmu.
>
>
> TRADITIONAL CAPITALISM
> kau punya 2 sapi betina kau jual satu dan beli satu sapi jantan. Ternakmu
> bertambah, dan ekonomi tumbuh.
>
> THE ANDERSEN MODEL
> kau punya 2 sapi. kau cincang-cincang dua-duanya.
>
> AN AMERICAN CORPORATION
> kau punya 2 sapi.
> kau jual satu, dan satunya kau paksa untuk memproduksi susu sebanyak 4
> sapi. kemudian, kau menyewa konsultan untuk menganalisa mengapa sapinya
> mati.
>
>
> A FRENCH CORPORATION
> kau punya 2 sapi
> kau turun ke jalan, menyusun massa , memblokade jalanan, karena kau ingin
> punya 3 sapi.
>
> A JAPANESE CORPORATION
> kau punya 2 sapi.
> kau medesignnya ulang hingga bisa menghasilkan 20 kali lipat susu..
> Kemudian kau buat profil kartun sapi pintar "Cowakemon" dan menjualnya ke
> seluruh dunia.
>
>
> A GERMAN CORPORATION
> kau punya 2 sapi
> kau merekayasanya supaya bisa hidup lebih dari 100 tahun, makan cukup
> sekali sebulan, dan mereka bisa saling memerah susu sendiri.
>
> AN ITALIAN CORPORATION
> kau punya 2 sapi, tapi kau tak tahu dimana mereka.
> kau putuskan untuk makan siang saja.
>
> A RUSSIAN CORPORATION
> kau punya 2 sapi
> kau menghitungnya dan berandai bagaimana bilamana punya 5 sapi kau
> menghitungnya lagi dan berandai bagaimana bilamana punya 42 sapi kau
> menghitungnya lagi dan menemukan bahwa sapimu cuma dua. kau berhenti
> mengitung, lalu buka sebotol vodka.
>
> A SWISS CORPORATION
> kau ada 5000 sapi. tak satupun adalah milikmu.
> kau mengenakan biaya adaministratif kepada pemiliknya untuk menyimpannya.
>
> A CHINESE CORPORATION
> kau punya 2 sapi.
> kau punya 300 orang untuk memerah susunya kau nyatakan bahwa tak ada
> pengangguran, dan nilai produksi susu tinggi. Kau menangkap wartawan yang
> melaporkan kenyataanya.
>
> BRITISH CORPORATION
> kau punya 2 sapi
> dua-duanya sapi gila.
>
> IRAQ CORPORATION
> semua orang berpikir kau punya banyak sapi
> kau bilang ke meraka kau cuma punya satu. Tak ada yang percaya, maka mereka
> mengebom daerahmu dan menginvasi negaramu. Kau masih tak punya sapi satupun,
> tapi setidaknya sekarang kau bagian dari demokrasi.
>
> NEW ZEALAND CORPORATION
> kau punya 2 sapi
> sapi yang di kiri kelihatan sangat atraktif.
>
> AUSTRALIAN CORPORATION
> kau punya 2 sapi.
> bisnis kelihatanya sedang bagus. Kau tutup kantor dan pergi mencari beer
> untuk merayakannya.
>
>
> INDONESIAN CORPORATION
> kau punya 2 sapi
> dua-duanya curian.
> lalu kau jual dua-duanya.
> kemudian kau simpan uangnya di acount non budgeter yang tak jelas. kemudian
> kau gunakan beberapa untuk mendanai kampanye partaimu tapi sebagaian besar
> kau simpan untuk anak cucumu.
>
> MALAYSIAN CORPORATION
> kau punya 2 sapi
> dua-duanya kau curi dari indonesia.
>
>
>  
>



-- 
Salam,

Sirjon Busalo


Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

2010-08-29 Terurut Topik Sirjon Busalo
karena dipaksa komen ya komen lah..

secara pribadi, sekali lagi secara pribadi... go to hell yg namanya
paranormal.. i don't care and i'm not scare.. so i don't give a shit about
them..

personally... tidak ada itu namanya paranormal, kita saja yg meng"ada²"kan
mereka.. pengalaman pribadi, bahkan orang yg dianggap mommediya, mommuyahe
kalumba, hanya tersenyum² ketika saya membeli sepetak tanah untuk saya
bangun sebuah rumah (sekarang saya tinggali) yg rimbun dengan rerumputan,
bambu, pohon saguer (wekeke), dan alumbango + seonggok gubuk tua..
diya otawa ma lali wololo bibiyahiyo aatii..

yg ana tako Funco bo orang mo pangge bakalae.. krn ana tidak tau ba
pulungku.. wakakaka
ti om Iqbal tau itu.. :p

PS :
kase maso kasana nt hasil survey waa.. bahwa ada juga sebagian orang yg
tidak percaya, tidak peduli dan tidak mau peduli.. hihihi


Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan

2010-08-29 Terurut Topik Sirjon Busalo
sepakat bang... sesekali perubahan harus dilakukan dari dalam, kalo teriak²
di jalanan, lempar²an di pusat kota, apalagi cuma koar² di milis sudah tidak
mempan...
ada baiknya masuk kedalam, turut serta berganti kulit, lalu lakukan
perubahan, orang kampung bilang "Durchbruch" alias percée alias 画期的な
hahaha..

anyway, i'm good.. so teng kiyu [?]

Pada 30 Agustus 2010 00.01, elninogorontalo menulis:

>
>
> Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetnya adalah "kursi" dan
> "penghasilan". Tapi bagi orang cerdas, baik, berani dan punya kesempatan,
> tujuannya adalah proses, yaitu bahwa pencalonan di wilayah politik adalah
> sebagian dari pengabdian ; memberi contoh bagaimana seharusnya berpolitik.
> Bangsa ini sangat membutuhkan contoh, terutama dalam politik (sebagai
> lokomotif perubahan). Ketika orang baik, cerdas dan berani tidak menggunakan
> kesempatannya masuk ke wilayah politik, kita sudah lihat kan bagaimana
> hasilnya :)
>
> Apa kabar pak? :)
>
> Odu'olo,
>
> Elnino
>
>
<<360.gif>>

[GM2020] Diskusi yang bermamfaat...

2010-08-29 Terurut Topik Sofyan Uli
Alhamdulillah diskusi di milis ini sudah lebih baik dari kemarin. Tidak ada 
lagi one liner yang memenuhi inbox :)
Semoga bisa berlanjut 
Selamat menunaikan ibadah puasa.

Sent from my BlackBerry®



Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
gorontalomaju2020-dig...@yahoogroups.com 
gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
gorontalomaju2020-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Bls: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik N. Syamsu Panna
Ana olo mo curhat ah...

Selain sebagai wartawan, ana juga bekerja (entah ini sampingan atau utama) di 
bidang grafis, baik cetak maupun audio visual. Juga di bidang IT.
Job yg paling banyak adalah di grafis ini. Dan job yang jarang datang tapi 
sekali datang depe doi besar adalah pembuatan profile cetak atau video, baik 
pribadi maupun lembaga.
Di Gorontalo order yg begini biasanya bo datang dari pejabat atau lembaga 
pemerintah. Hampir tidak pernah dari non pejabat. (Tanya jo pa wartawan2 yg 
juga 
penulis buku biografi).Kecuali video profile untuk pre-wedding..

Kembali ke soal independensi jurnalis... 
Yg ana dengar dari bbrapa anggota AJI, organisasi ini membolehkan anggotanya 
menulis biografi seseorang dan menerima pembayaran dari kerja2 profesionalnya 
itu. (dalam hal ini klo ana mem-video-kan biografi). 

Lantas, bgmana kalo orang/lembaga yang ditulis biografinya (isi biografi 
tentunya baik-baik semua) kemudian tersangkut sebuah kasus, korupsi misalnya... 
Kira2 bagemana sikap si penulis kemudian... di satu sisi, sebagai jurnalis dia 
harus memberitakan kasus tersebut, di sisi lain, berita itu selain akan 
menjatuhkan orang yang pernah memberi duit kepada dia, juga akan bertentangan 
dengan apa yang pernah dia tulis. Ini berarti, pembayaran atas kerja 
profesional 
sebagai penulis biografi, (yang dibolehkan oleh AJI) ternyata juga berpengaruh 
terhadap independensi penulis sebagai seorang jurnalis.

Kode Etik Jurnalistik pasal 6; Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan 
profesidan tidak menerima suap (penafsiran;  Suap adalah segala pemberian dalam 
bentuk uang, benda atau fasilitas  dari pihak lain yang mempengaruhi 
independensi.)
Kode Etik Jurnalistik AJI nomor 14. Jurnalis tidak dibenarkan menerima sogokan. 
(Catatan: yang dimaksud  dengan sogokan adalah semua bentuk pemberian berupa 
uang, barang dan  atau fasilitas lain, yang secara langsung atau tidak 
langsung, 
dapat  mempengaruhi jurnalis dalam membuat kerja jurnalistik.)

Maka, secara tidak langsung, bagi saya, menerima pembayaran atas pekerjaan 
profesional menulis biografi seorang pejabat, akan terlihat berdampak sama 
dengan menerima angpao lebaran dari pejabat tersebut. Dua-duanya diterima tidak 
dalam kondisi sedang meliput berita...

Jika pekerjaan sambilan seperti di atas tadi kemudian akhirnya dilarang oleh 
organisasi kewartawanan, lantas hanya membolehkan jurnalis mencari sambilan 
dengan membuka usaha dagang, apakah anda yakin bahwa usaha dagang juga tidak 
akan mempengaruhi independensi seorang jurnalis.. Bagaimana jika klien terbesar 
kita -- yang selama ini telah membuat usaha dagang kita maju pesat sehingga 
kita 
punya hutang budi kepada klien tersebut -- di belakang hari tersangkut sebuah 
kasus seperti korupsi?

Mungkin hal-hal tersebut akan sulit kita hadapi karena membawa kita ke posisi 
dilematis, kecuali bagi salah seorang senior saya di Gorontalo yg saya salut 
karena beliau berani melawan kondisi dilematisnya saat memberitakan istrinya 
sendiri ketika membagi-bagikan beras saat kampanye... 


Karena itulah akhirnya saya mencoba kembali ke hukum yang lebih tinggi dari 
kode 
etik, undang-undang, maupun undang-undang Dasar...




Syamsu Panna
GORONTALO


 





Dari: Syam Sdp 
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Terkirim: Sen, 30 Agustus, 2010 02:06:50
Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

  

Bung FT, 

sekedar curhat, saya pribadi  pernah mengalami pengalaman "traumatik" jadi 
wartawan, terkait soal kesejahteraan, kapasitas serta profesionalisme seperti 
yang bung rentetkan tadi.

2005, saya pernah mendaftarpada sebuah tabloid di Gorontalo, hari pertama 
mendaftar , langsung diterima, dibuatkan id card, trus langsung disuruh cari 
berita, mulus benar  karir perdana saya ini.
 tapi ironis, di samping nyari berita , saya  juga sekalian bertugas menawarkan 
iklan, hasil sekian persen dari iklan itulah, yang dianggap sebagai gaji saya. 
saya juga pernah beberapa kali menerima amplop dari narasumber,  dengan pesan 
lisan dari orang -orang dalam, "asal dikase, ente tak usah tolak).  


alhasil, saya pun keluar hanya dalam hitungan 3 bulan, kapok jadi wartawan, 
banting stir kerja serabutan,  ngajar teater di SMA sana sini, jadi tukang jaga 
buku di perpustakaan, nulis puisi dan artikel meski kadang dibayar kadang 
tidak,sebelum akhirnya memutuskan kembali jadi wartawan pada awal 2008.

saya kira banyak juga rekan2 wartawan yang juga mengalami hal serupa meski tak 
sama kasusnya.  bahkan wartawan yang bekerja di media yang tergolong bonafid 
sekalipun, masih mengeluhkan soal "kok jadinya begini" terkait harapan mereka 
soal profesionalisme, ada yang merasa terkungkung karena tidak bisa bebas 
menulis, hanya perusahaannya karena terikat dengan MoU dengan pemerintah, ini 
harus diakui bersama.

merujuk pada istilah pers sebagai "anjing penjaga", saya sempat meluncurkan  
istilah "anjing rumahan" dan "anjing jalanan", bagi wartawan yan

[GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)

2010-08-29 Terurut Topik elninogorontalo
Hihihi... 

(Mohon maaf bagi teman2 yang tidak nyaman dengan informasi seperti di bawah 
ini, tapi karena ditanyakan di ruang publik, jawabnya juga harus di ruang 
publik, hehe).

Biaya taksi per bulan (dengan aktifitas yang tidak seperti dulu) sekarang ini 
mencapai Rp. 250 ribu per hari, pak Ikbal. Kredit mobil innova Rp. 7,8 juta per 
bulan. Boleh olo sebetulnya mo beli motor, tapi Tim-9 yang memaksa saya kredit 
mobil. Alasan pertamanya, supaya mobil dapat dipakai oleh teman2 dari Gorontalo 
yang ingin jalan2 di Jakarta. Kedua, kalau pakai motor, so mo "pohumato" te 
Elnino krn sangat jarang orang percaya politisi, dan Elnino akan dikatai "sok 
suci" atau "sok idealis". Hihihi Serba salah

Di pundak saya ada beban berat, saya sadari, yaitu bahwa di masa kampanye, te 
Elnino menang karena banyak yang basumbang pa dia, dan TERCITRAKAN sebagai 
bukan orang kaya, melawan money politics, idealis, dlsb. Artinya, kalau 
kemudian TERNYATA TE ELNINO TIDAK BEGITU, maka yang akan ikut merasakan 
akibatnya adalah teman2/adik2 yang idealis dan bersiap menjadi calon dalam 
politik. Lebih jauh lagi, yang merasakan akibatnya adalah saya pe anak2 yang 
akan dilabeli sebagai "anak orang munafik". Mudah2an tidak terjadi, Amiin...

Sebetulnya, menurut pribadi saya, idealisme tidak diukur dari berapa duit yang 
kita punya. Nanti so mo tersinggung orang2 kaya karena dianggap tidak idealis, 
hehe... Tapi tidak apa juga kalau orang membaca idealisme Elnino dari hal-hal 
yang KASAT MATA (mobil, dll). Kalau mo dilanjutkan keterangan ini, so mo jadi 
RIYA, bro...hehe... Khusus wacana itu, keterangannya kita cukupkan sampai di 
situ.

Sebagai info awal, insyaallah 1 Oktober 2010 (setahun Elnino di DPD), kami akan 
bikin laporan lengkap via koran dan berbagai media cetak. Di situ akan 
diuraikan juga kegagalan2 yang terjadi. Nanti kalau laporannya sudah ada, saya 
atau seorang kawan akan meng-attach ke milis ini. Mohon dikritisi waa... Andai 
ada dana untuk survey, bisa kita bikin juga untuk mengukur berapa orang yang 
berpendapat bahwa Elnino harus mundur/bertahan di DPD. Prinsipnya, kalau sudah 
tidak bisa jadi contoh anggota DPD, yahtahu malu lah :)

Idealisme memang harus dipertahankan oleh siapa pun yang dikenal idealis; 
politisi, dosen, wartawan, anggota KPU, pengusaha, dll. Kalau untuk publik, 
jangan mengambil untung materi (bila materi menjadi ukuran idealisme, tentu 
saja). Jadi, kalau torang mencerahkan publik Gorontalo melalui media maupun 
pertemuan2, tidak usah minta honor. Kalaupun ada, torang pakai saja untuk 
publik. :)

Pak Ikbal, untung ada kritikannya. Kalau tidak, mungkin saya terlena dan tidak 
memberi pertanggungjawaban di milis dalam beberapa hari belakangan. Arigato 
wagaimatsu, waa... (benar begitu ejaannya?). Wei, di saya no hard feeling, 
bro...hehe. Mengkritik pejabat juga sampai sekarang masih saya lakoni, dan bila 
pejabat dikritik lalu diam saja, itu berbahaya buat dia dan buat publik. Jadi, 
mohon dianggap wajar bila saya langsung menjawab kritikannya waa... Never stop 
to criticize me waa... Kalau kritik yang personal, mohon di SMS saja. Kalau 
yang urusan publik, lebih baik via ruang publik juga.

Iya, te Elnino Jr mencret2 sampai dehidrasi, jadi harus diinfus. Alhamdulillah 
Kamis lalu sudah keluar dari RSI. Thanks doanya waa... Tentang urusan yang 
kemarin itu, diusahakan bisa ketemu Selasa 1 September. Tolong diingatkan via 
SMS, dan kalau boleh, kita sama2 ke beliau itu.

Odu'olo,

Elnino



PS:
Punco, jangankan kau, sedangkan ana yang tercatat sebagai wartawan tidak terima 
gaji sejak 2005. Tapi torang kan seniman... hehe... kepuasan bukan diukur dari 
uang, dan tidak pernah menilai orang dengan berapa duit yang dia punya. Dengan 
adanya "legitimasi" bahwa "profesi saya wartawan", itu sudah sangat 
menguntungkan secara sosial. Karena kalau ana bukan wartawan, lalu akan mengaku 
sebagai apa? Thanks to Haji Lala dan Radar Gorontalo.






--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, iqbal makmur  wrote:
>
> Mungkin ada sedikit missunderstanding atau kalimat saya yang kurang tajam. 
> Maksudnya adalah teman2 yang dulunya wartawan seperti El Nino, Very Madjowa 
> dan 
> Femy Udoki ini dikenal idealis dan profesional dalam menjalankan tugas2nya. 
> Kita 
> semua berharap bahwa idealisme mereka ini terus bisa dipertahankan meskipun 
> sudah beralih profesi, dan ini diperlukan fungsi kontrol dan provokasi :)
> 
> Iqbal
> 
> 
> 
> 
> From: Syam Sdp 
> To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
> Sent: Mon, August 30, 2010 12:10:29 AM
> Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
> Mohi)
> 
>   
> bung iqbal
> 
> ada logika yang menggelitik dan perlu saya garis bawahi dari paragraf pertama 
> tulisan anda: berarti wartawan yang beralih jadi politikus, sudah tidak 
> istiqomah dan idealis?
> 
> salam malam penuh butu petasan
> 
> terrajana
> 
> orang kabila ke (kiri2)an 
> 
> 
> --- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur  menulis:
>

Bls: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

2010-08-29 Terurut Topik Syam Sdp
ada lagi

tiba2 bung mengingatkan saya jaman kuliah  dulu.  kebetulan, terkait dengan 
aspek kelima yang bung urutkan,  di jurusan tempat saya pernah belajar 
(ushuluddin- perbandingan agama-psikoterapi islam, FAI-UMS)   hal ini pernah 
menjadi wacana dan bahkan dimasukkan dalam kurikulum. 

perpaduan antara pola medis dalam kesehatan dengan pola terapi ruqhiyah, 
kemudian disebut sebagai pendekatan terapi holistik,atau terapi profetik. 
karena itu mata kuliah khusus yang diajarkan jadi   jadi aneh2, saya pernah 
diajarkan cara dan teori mengirim energi pada seseorang, yang katanya juga 
menjadi pola   dukun santet, juga belajar lapis aura manusia,  banyak mahasiswa 
yang  bahkan mengaku konsultasi dengan dosen lewat dunia "maya"  , jurusan 
ushuludin yang dulunya notok belajar soal perbandingan agama, filsafat, dll, 
tiba-tiba belok bicara hal2 yang terkesan berbau "klenik"

ketika itu, jurusan ushuluddin juga sempat bikin program twining (kuliah di dua 
fakultas yang saling terkait , yakni ushuluddin- psikologi, ushuluddin- ilmu 
kesehatan.

sayang, saya tidak terlalu berminat dengan wacana itu, saat kuliah, saya malah 
asyik main teater dan  belajar nulis (lagian saya sempat jengkel sama dosennya, 
karena saya pernah dibilangin tengah beraura anjing, hanya gara2 saya masuk 
ruang kuliah hanya bersandal jepit, rambut gondring awut2an, dan pakai celana 
rombeng, padahal dulu di jurusan ushuluddin, ini hal lumrah) .





karena
banyak konflik internal  di jurusan itu,
akhirnya konsentrasi psikoterapi  islam  tumbang, ushuluddin kembali lagi fokus 
pada
perbandingan agama, tapi program twining khusus ushuluddin-psikologi masih ada.


 

o ya, kalau ndak salah, cristopel paino (wartawan tempo gorontalo, juga anggota 
milis ini) , pernah ditugaskan meliput jenis terapi kesehatan  seperti ini di 
sebuah rumah sakit di manado. nde ente coba tanya pa dia, depe hp:085256617494.

semoga sharing ini bermanfaat

--- Pada Ming, 29/8/10, Syam Sdp  menulis:

Dari: Syam Sdp 
Judul: Bls: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 6:29 PM







 



  



  
  
  sekedar info, pas saya meliput ziarah jelang ramadan di makam raja ilato 
(jo panggola),dembe II,  konon menurut kuncen di sana, banyak pejabat yang 
datang ka sana menjelang pilkada, bukan hanya itu, bahkan non muslim pun, 
semisal warga etnis tionghoa datang untuk  pada sang raja agar usahanya di 
lancarkan. plural sekali ternyata  



--- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com  menulis:



> Dari: funcotan...@gmail.com 

> Judul: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

> Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com

> Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:49 PM

> 

> Saya beberapa hari ini memikirkan tentang kesehatan dan

> hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

> 

> Hampir setiap hari ada informasi, berita, kisah, dongeng

> tentang Dukun dan Paranormal. Mulai kisah yang menakjubkan

> hingga yang menyeramkan.

> 

> Saya mulai tertarik dengan hal ini. Bagi saya yang sedang

> mengutak-atik sosiologi, fenomena perdukunan di Gorontalo

> menjadi pilar penting kehidupan. Siapapun pasti pernah

> berhubungan dengan dukun/paranormal. Baik langsung maupun

> tidak langsung.

> 

> Sebagai bagian dari riset "kecil-kecilan" saya, saya ingin

> teman-teman di milis bisa memberikan pengalaman tentang

> dukun dan perdukunan di Gorontalo?

> 

> Ada beberapa point yang mungkin bisa dieksplorasi bersama.

> 

> 1. Sejauhmana dukun/paranormal menjadi bagian dalam

> kehidupan kita sehari-hari.

> 

> 2. Siapa saja menurut kita dukun terhebat yang selama ini

> ada di Gorontalo. Apa kehebatannya. Siapa saja "pasiennya"

> (biasa semakin hebat, pejabat langsung mengontraknya).

> 

> 3. Bagaimana agama (Islam) mentolerir ini? Dan meramu ini

> menjadi satu kesatuan (biasanya ada lapalan yang ada bahasa

> Arab/Islam dan Gorontalo yang menyatu).

> 

> 4. Dalam politik biasa, dukun/paranormal mendapat tempat

> terhormat, ada pengalaman?

> 

> 5. Dalam aspek kesehatan, mana yang biasa menjadi

> prioritas, dukun atau dokter?

> 

> 6. Dalam karir dan kehidupan, seringkah mengikuti saran,

> petuah dukun?

> 

> Point-point ini yang ingin saya eksplorasi lebih dalam,

> semoga teman-teman bisa membantu.

> 

> 

> 

> Powered by Telkomsel BlackBerry®

> 

> 

> 

> Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links

> 

> 

>     gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com

> 

> 

> 






 





 



  







Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik Syam Sdp
enak fun, nde ente ka pasar, cari penjual kopi biji, request untuk dimix campur 
goraka, wuih, apalagi masih ujan2 bagini, tengak pelan2 sambil baca khopingho 

--- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com  menulis:

Dari: funcotan...@gmail.com 
Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:25 PM







 



  



  
  
  














Ini goraka biasanya untuk ba obat deng masak.

Kalo mo campur kopi enak gak ya? 

Kalo kita biasa kopi arang. Atau kopingho..


Powered by Telkomsel BlackBerry®From:  Syam Sdp 
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Mon, 30 Aug 2010 01:13:48 +0800 (SGT)To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

 




  
  
  so ada dorang..



kikikikik, tunggu  ba siram kopi goraka dulu ana fun

--- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com  menulis:

Dari: funcotan...@gmail.com 
Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:09 PM







 




  
  
  













Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dari diskusi ini.

1. Kesejahteraan, saya kira kita sudah membicarakan walau belum detail. Saya 
sudah memposting pada postingan sebelumnya.

2. Kapasitas personal, ini point kritis yang mesti diupgrade secepatnya. 
Kapasitas SDM Wartawan/pekerja media (tidak semua) saya lihat berada di level 
yang memprihatinkan. Wartawan punya tugas mencerahkan, sama fungsinya dengan 
ulama, dosen, guru dll. Substansi "tupoksi" berada di frame itu. Persoalannya, 
apakah ada semacam usaha kreatif lembaga/perkumpulan wartawan baik di AJI atau 
PWI atau yang lain untuk mengaktifkan capacity building ini. Kapasitas 
profesional tidak sekedar meliput, menulis, memberitakan, tetapi bagaimana 
"mengarahkan" opini publik ke arah yang "cerah".

3. Regulasi, hal-hal yang diatur secara serius dalam regulasi yang ada baik UU 
Pers dll, mesti diterjemahkan dalam bentuk operasionalisasi yang cukup detail, 
jelas, mengikat dan
 efektif. Regulasi kadang hanya menjadi instrumen jika mulai masuk ke ranah 
"yang haram" dan "yang halal".

4. Struktur, kita mesti mengakui banyak wartawan bodrex baik yang halus maupun 
terang-terangan. Ada 2 struktur yang saya kira berbeda, tetapi menjadi 
instrumen organisasi. Perusahaan tempat dia bekerja secara administratif, dan 
perkumpulan wartawan yang mengikat dia secara ideologis/etis. Saya kurang paham 
bagaimana mensinkronkan kedua lembaga ini.

5. Sistem sosial, sistem sosial lokal Gorontalo yang terlalu ramah dengan 
sesama dll, cukup membuat wartawan kadang tidak enak, kasian dll. Fasilitas 
"diberangkatkan" ke luar daerah mengikuti pejabat utk meliput, THR, dan macam 
fasilitas cukup membuat rasa ketidakenakan ini seringkali terjadi. Bukan cuma 
wartawan, tetapi juga yang lain. Ada prinsip "mobilohe" dll, yang terus terang 
disalahkaprahkan. Yang mestinya diletakkan dalam hubungan 
masyarakat/kekeluargaan, malah diletakkan ke hubungan
 profesional. Dan banyak sistem sosial lokal kita yang cukup mengkonstruksi 
"budaya" wartawan menjadi permisif dengan hal-hal yang mesti dia jauhi.

6.Ideologi, point ini cukup krusial. Saya melihat bahwa mentalitas wartawan 
seperti Tempo agak jarang di Gorontalo. Saya terus terang masih menjadikan 
Tempo sebagai "standar" kewartawanan dan pemberitaan utk konteks Indonesia. 
Misalnya seperti Metta Dharmasapputra yang mesti merogoh koceknya pribadi hanya 
untuk membayar dinner bersama Liem Sio Liong. Ideologi "pembebasan" saya kira 
kurang dieksplorasi cukup dalam di antara wartawan Gorontalo, dan Indonesia. 
Ideologi adalah benteng terakhir dari profesi itu. Tanpa itu, segala sesuatunya 
akan longgar adanya. Untuk beberapa person wartawan di Gorontalo saya melihat 
ada beberapa yang teguh memegang hal tsb. Hanya saja tidak disebarluaskan.

Mohon maaf jika menyinggung perasaan. Sebab, sekarang ini lagi eranya cepat 
tersinggung. Seperti Indonesia yang
 sering tersinggung dengan Malaysia...

Sekali lagi, ini adalah kehendak untuk saling memperbaiki.





Powered by Telkomsel BlackBerry®From:  "v_madjowa" 
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 16:45:27 -To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

 




  
  
  kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan 
dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan 
menolak kembali pada masing-masing individu. 



Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan 
dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota 
Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak 
baik dalam menjala

Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik Syam Sdp
ibu femmy

saya sotuju dengan te funco, satu kali batulis di persepsi, pen bo badapa   
honor terimakasih sadiki, hehehehehehehehe, ana yakin mo tamba kaluar samua 
orang-orang yang suka batulis am, hihihihihi

--- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com  menulis:

Dari: funcotan...@gmail.com 
Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:35 PM







 



  



  
  
  














Hahaha.. Boleh boleh.. 
Amien..





Powered by Telkomsel BlackBerry®From:  femmy...@yahoo.com
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:34:46 +To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

 




  
  
  












Kalo yg itu trg blm bisa jangkau ati olo. Hitung2 itu amalan bpkPowered by 
Telkomsel BlackBerry®From:  funcotan...@gmail.com
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:33:34 +To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

 




  
  
  














Ini menarik dan bagus..
Kalo yang menulis opini sesekali mo dapa olo? Penu bo THR.. Hehe..




Powered by Telkomsel BlackBerry®From:  femmy...@yahoo.com
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:31:12 +To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

 




  
  
  












Alhamdulillah semua karyawan di Gorontalo Post termasuk wartawan jd anggota 
jamsostek. Kemarin wkt sy melahirkan terbantu dgn adanya jamsostek. Semoga sj 
perusahaan media lainnya juga memberikan fasilitas asuransi kpd wartawanPowered 
by Telkomsel BlackBerry®From:  funcotan...@gmail.com
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:18:40 +To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

 




  
  
  














Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan 
asuransi. 

Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan 
kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek 
administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank.

Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari 
perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi 
mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan 
lemparan batu mahasiswa.
Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak.

Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib 
koresponden atau wartawan tidak tetap?

Mohon pencerahan..



Powered by Telkomsel BlackBerry®From:  Tuturuga 
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 -0700 (PDT)To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

 




  
  
  Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, 
bahaya setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak 
aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus 
siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup 
layak, apalagi berlebih. 
Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk 
wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. 
Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang 
nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya 
perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan 
koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang
 rawan karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut 
anjing galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang 
bernama Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban 
konflik Maluku Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal.
Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri
Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan 
minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha 
mandiri produktif

From: v_madjowa 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)









 




  
  
  kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan 
dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan 
menolak kembali pada masing-masing individu. 



Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop d

Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

2010-08-29 Terurut Topik Syam Sdp
hahahahahahahaha, mo bale jo ah

dorang so ada...

--- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur  menulis:

Dari: iqbal makmur 
Judul: Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:53 PM







 



  



  
  
  Ana suka ba koment  bo ente mobilang kamari : so ada dorang..
Iqbal

From: "funcotan...@gmail.com" 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:49:49 AM
Subject: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL



Saya beberapa hari ini memikirkan tentang kesehatan dan hal-hal yang berkaitan 
dengan kehidupan sehari-hari.

Hampir setiap hari ada informasi, berita, kisah, dongeng tentang Dukun dan 
Paranormal. Mulai kisah yang menakjubkan hingga yang menyeramkan.

Saya mulai tertarik dengan hal ini. Bagi saya yang sedang mengutak-atik 
sosiologi, fenomena perdukunan di Gorontalo menjadi pilar penting kehidupan. 
Siapapun pasti pernah berhubungan dengan dukun/paranormal. Baik langsung maupun 
tidak langsung.

Sebagai bagian dari riset "kecil-kecilan" saya, saya ingin teman-teman di milis 
bisa memberikan pengalaman tentang dukun dan perdukunan di Gorontalo?

Ada beberapa point yang mungkin bisa dieksplorasi bersama.

1. Sejauhmana dukun/paranormal menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari.

2. Siapa saja menurut kita dukun terhebat yang selama ini ada di Gorontalo. Apa 
kehebatannya. Siapa saja "pasiennya" (biasa semakin hebat,
 pejabat langsung mengontraknya).

3. Bagaimana agama (Islam) mentolerir ini? Dan meramu ini menjadi satu kesatuan 
(biasanya ada lapalan yang ada bahasa Arab/Islam dan Gorontalo yang menyatu).

4. Dalam politik biasa, dukun/paranormal mendapat tempat terhormat, ada 
pengalaman?

5. Dalam aspek kesehatan, mana yang biasa menjadi prioritas, dukun atau dokter?

6. Dalam karir dan kehidupan, seringkah mengikuti saran, petuah dukun?

Point-point ini yang ingin saya eksplorasi lebih dalam, semoga teman-teman bisa 
membantu.



Powered by Telkomsel BlackBerry®



Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links










  


 





 



  







Bls: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

2010-08-29 Terurut Topik Syam Sdp
sekedar info, pas saya meliput ziarah jelang ramadan di makam raja ilato (jo 
panggola),dembe II,  konon menurut kuncen di sana, banyak pejabat yang datang 
ka sana menjelang pilkada, bukan hanya itu, bahkan non muslim pun, semisal 
warga etnis tionghoa datang untuk  pada sang raja agar usahanya di lancarkan. 
plural sekali ternyata  

--- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com  menulis:

> Dari: funcotan...@gmail.com 
> Judul: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL
> Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
> Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:49 PM
> 
> Saya beberapa hari ini memikirkan tentang kesehatan dan
> hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
> 
> Hampir setiap hari ada informasi, berita, kisah, dongeng
> tentang Dukun dan Paranormal. Mulai kisah yang menakjubkan
> hingga yang menyeramkan.
> 
> Saya mulai tertarik dengan hal ini. Bagi saya yang sedang
> mengutak-atik sosiologi, fenomena perdukunan di Gorontalo
> menjadi pilar penting kehidupan. Siapapun pasti pernah
> berhubungan dengan dukun/paranormal. Baik langsung maupun
> tidak langsung.
> 
> Sebagai bagian dari riset "kecil-kecilan" saya, saya ingin
> teman-teman di milis bisa memberikan pengalaman tentang
> dukun dan perdukunan di Gorontalo?
> 
> Ada beberapa point yang mungkin bisa dieksplorasi bersama.
> 
> 1. Sejauhmana dukun/paranormal menjadi bagian dalam
> kehidupan kita sehari-hari.
> 
> 2. Siapa saja menurut kita dukun terhebat yang selama ini
> ada di Gorontalo. Apa kehebatannya. Siapa saja "pasiennya"
> (biasa semakin hebat, pejabat langsung mengontraknya).
> 
> 3. Bagaimana agama (Islam) mentolerir ini? Dan meramu ini
> menjadi satu kesatuan (biasanya ada lapalan yang ada bahasa
> Arab/Islam dan Gorontalo yang menyatu).
> 
> 4. Dalam politik biasa, dukun/paranormal mendapat tempat
> terhormat, ada pengalaman?
> 
> 5. Dalam aspek kesehatan, mana yang biasa menjadi
> prioritas, dukun atau dokter?
> 
> 6. Dalam karir dan kehidupan, seringkah mengikuti saran,
> petuah dukun?
> 
> Point-point ini yang ingin saya eksplorasi lebih dalam,
> semoga teman-teman bisa membantu.
> 
> 
> 
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> 
> 
> 
> Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links
> 
> 
>     gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com
> 
> 
> 




Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)

2010-08-29 Terurut Topik Syam Sdp
hahahahahahahahahaha, di tenga-tenga jo (lepin), zona "pacaran agropolitan" 
(karna di tengah sawah), dan benteng masyarakat oluhuta penolak kanal

--- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur  menulis:

Dari: iqbal makmur 
Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
Mohi)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 6:13 PM







 



  



  
  
  Blum bos, posisi di yogya skarang, menemani maitua yang lagi skola..Insya 
allah bisa ketemuan di kabila nanti, terserah di kanan atau di kiri :)
Iqbal

From: Syam Sdp 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 1:09:57 AM
Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
Mohi)

















 




  
  
  o, so dikabila ti bung boti?

--- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur  menulis:

Dari: iqbal makmur 
Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
Mohi)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:29 PM







 




  
  
  Mungkin ada sedikit missunderstanding atau kalimat saya yang kurang 
tajam. Maksudnya adalah teman2 yang dulunya wartawan seperti El Nino, Very 
Madjowa dan Femy Udoki ini dikenal idealis dan profesional dalam menjalankan 
tugas2nya. Kita semua berharap bahwa idealisme mereka ini terus bisa 
dipertahankan meskipun sudah beralih profesi, dan ini diperlukan fungsi kontrol 
dan provokasi :)
Iqbal
From: Syam Sdp
 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:10:29 AM
Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
Mohi)

















 




  
  
  bung iqbal

ada logika yang menggelitik dan perlu saya garis bawahi dari paragraf pertama 
tulisan anda: berarti wartawan yang beralih jadi politikus, sudah tidak 
istiqomah dan idealis?

salam malam penuh butu petasan

terrajana

orang kabila ke (kiri2)an 


--- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur  menulis:

Dari: iqbal makmur 
Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
Mohi)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:04
 PM







 




  
  
  Yth saudaraku El NinoSaya sampaikan terimakasih karena celetukan saya di 
milis ini mendapat respon yang semestinya meskipun sudah agak merembet ke hal2 
yang agak sensitif. Maksud saya sebenarnya menggiring diskusi ini ke wacana 
'kesejahteraan' dan kenaikan 'level' beberapa saudara kita dari wartawan ke 
lahan politik sebenarnya untuk mengingatkan kembali kepada teman2 yang masih 
berprofesi sebagai wartawan (atau dosen dll)bahwa diantara sebagian besar yang 
beralih profesi menjadi politikus masih ada beberapa orang yang masih istiqomah 
mempertahankan idealismenya.Kalau dalam email saya sebelumnya saya tulis bahwa 
anda2 beralih profesi untuk mengejar kesejahteraan saya pikir tidak ada 
masalah. Apakah mengejar kesejahteraan itu adalah sebuah dosa? Yang jadi masalah
 adalah apabila hal ini menjadi SATU2NYA tujuan anda dan melupakan kewajiban 
sebagai wakil rakyat. Selanjutnya saya sampaikan bahwa secara KASAT MATA 
terjadi perubahan gaya hidup (kesejahteraan) teman2 semua ini juga benar kan? 
Kalau dulunya bung El Nino sering kita temukan di bentor sekarang sudah di 
mobil mewah ber AC dan banyak lagi fasilitas yang tidak didapatkan selagi masih 
wartawan. Sekali lagi saya tegaskan ini hanya penilaian secara KASAT MATA, 
setelah diklarifikasi oleh anda dan ditambahkan oleh bung Very dan Femy kita 
semua akhirnya bisa tahu betapa besar beban dan tanggungjawab yang anda semua 
pikul. Singkatnya adalah : Komentar saya justru telah memancing jawaban dari 
anda semua sehingga pada akhirnya kita semua bisa tahu eksistensi anda2 yang 
sebenarnya. Bung Nino, Beberapa waktu yang lalu kita sempat diskusi panjang 
lebar sambil makan supermi di jalan salemba, saya sangat terkesan dengan kisah2 
anda sebagai senator dan
 perjuangan anda mempertahankan idealisme meskipun sering berbenturan dengan 
sistem bobrok yang sudah terbangun selama puluhan tahun. Dalam hati saya berdoa 
kedepannya nanti akan lebih banyak orang2 seperti anda yang akan terus membawa 
nilai2 luhur, pengabdian dan amanah rakyat yang terus termarjinalkan selama 
ini. Kalau toh nanti ada orang2 yang seperti saya yang sepertinya hanya bisa 
berkomentar sinis anggaplah itu sebuah kritik dan kontrol sebagai rasa cinta 
kami sebagai rakyat yang anda wakili dengan harapan kinerja yang sudah bagus 
yang anda perlihatkan selama ini akan terus dipertahankan atau kalau bisa 
ditingkatkan. Kecuali kalau anda semua para wakil rakyat yang terhormat lebih 
bisa bekerja dengan baik kalau dipuji dan disanjung, maka mulai saat ini saya 
dan teman2 semua akan terus memuji2 anda setiap hari..
*Saya dengar Junior sempat masuk rumah sakit, semoga sudah baikan ya...*Mohon 
doa dan dukungannya juga
 untuk urusan yang kemaren..
Salam lailatul qadarMoha

Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik Syam Sdp
FT

efek dari kopi goraka, selain bisa menghangatkan badan, juga bekeng ta 
kincing2. biar le tampang  madelo te vijay, ana selalu berusaha  syahdu madelo 
te obbie mesakh.

kalo motanya soal kantong, ternyata debo masih jaga bocor am, untuk hidup,  ana 
sandiri punya usaha sampingan dengan maitua. warung batik; harga  sosialis, 
namun selera dan kualitas  bisa dibilang kelas kapitalis,  (aha ana dapa 
"prospek" pa ente ),   kalo tertarik silahkan main ka rumah, weka weka weka


terrajana



--- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com  menulis:

Dari: funcotan...@gmail.com 
Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 6:12 PM







 



  



  
  
  














Uraianmu cukup syahdu Bung Syam... Semoga bukan karena efek goraka dalam kopi..

Semoga itu karena penjagaanmu pada ketebalan dadamu dan kantongmu dalam melawan 
sebuah yang syahdu pula.





Powered by Telkomsel BlackBerry®From:  Syam Sdp 
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Mon, 30 Aug 2010 02:06:50 +0800 (SGT)To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

 




  
  
  
Bung FT, 

sekedar curhat, saya pribadi  pernah mengalami pengalaman "traumatik" jadi 
wartawan, terkait soal kesejahteraan, kapasitas serta profesionalisme seperti 
yang bung rentetkan tadi.

2005, saya pernah mendaftar    pada sebuah tabloid di Gorontalo, hari pertama 
mendaftar , langsung diterima, dibuatkan id card, trus langsung disuruh cari 
berita, mulus benar  karir perdana saya ini.
 tapi ironis, di samping nyari berita , saya  juga sekalian bertugas menawarkan 
iklan, hasil sekian persen dari iklan itulah, yang dianggap sebagai gaji saya. 
saya juga pernah beberapa kali menerima amplop dari narasumber,  dengan pesan 
lisan dari orang -orang dalam, "asal dikase, ente tak usah tolak).  

alhasil, saya pun keluar hanya dalam hitungan 3 bulan, kapok jadi wartawan, 
banting stir kerja serabutan,
 ngajar teater di SMA sana sini, jadi tukang jaga buku di perpustakaan, nulis 
puisi dan artikel meski kadang dibayar kadang tidak,    sebelum akhirnya 
memutuskan kembali jadi wartawan pada awal 2008.

saya kira banyak juga rekan2 wartawan yang juga mengalami hal serupa meski tak 
sama kasusnya.  bahkan wartawan yang bekerja di media yang tergolong bonafid 
sekalipun, masih mengeluhkan soal "kok jadinya begini" terkait harapan mereka 
soal profesionalisme, ada yang merasa terkungkung karena tidak bisa bebas 
menulis, hanya perusahaannya karena terikat dengan MoU dengan pemerintah, ini 
harus diakui bersama.

merujuk pada istilah pers sebagai "anjing penjaga", saya sempat meluncurkan  
istilah "anjing rumahan" dan "anjing jalanan", bagi wartawan yang ngepos dan 
yang tidak. yang "rumahan" tentu harus menjaga majikannya, jangan sampai ada   
orang yang masuk berbuat semena2 di halaman rumah yang menjaga, yang
 "jalanan"  tentu lebih bebas mengonggong di sana-sini, namun inipun paradoksal.

 di satu  sisi, sadar atau tidak sadar muncul kelas-kelas bagi wartawan di 
gorontalo, identifikasi seorang wartawan di bagi-bagi menjadi lokal dan 
nasional, bahkan  wartawan yang berlabel nasional terkesan bersikap lebih elit, 
merasa diri sebagai anjing yang bebas mengonggong (dan konon setahu saya, jika 
menghadiri konferesi pers pejabat, amplop wartawan nasional diisi  lebih tebal 
dari yang berlabel lokal) . wartawan berlabel lokal, setahu saya juga punya  
sinisme tersendiri terhadap wartawan nasional. aneh, lucu. 

dan saya sedih dengan situasi ini. padahal kalau tidak salah, yang dimaksud 
dengan pers sebagai anjing penjaga, adalah bagaimana pers mampu menggonggong 
menjalankan fungsi kontrolnya terhadap tatanan masyarakat. 

berbicara tentang seluk beluk wal  tindak tanduk  pers indonesia memang hingga 
kini belum
 tuntas, meski baru-baru ini dewan pers telah memformulasikan "kompotensi 
wartawan" agar hal-hal seputar profesionalisme yang pengertiannya cukup 
kompleks itu mampu terjawab 

wartawan secara bertahap dibagi-bagi tingkat profesionalismenya, berdasarkan 
lama waktu bekerja, kualitas dan karya yang dihasilkan, dan untuk naik jenjang, 
diberlakukan sejumlah prosedur, seperti pihak  yang berhak menguji (dewan pers, 
organisasi wartawan resmi, universitas yang memiliki fakultas 
komunikasi.jurnalistik). jenjang wartawan berikut kompotensinya itu dibagi 
tiga. muda, madya, dan utama.

namun terlepas dari hal-hal yang belum selesai, yang juga bung funco tangkap  
itu,  kalau saya pribadi yakin, menolak amplop beserta isinya adalah ikhtiar 
kecil dari apa yang namanya independensi seorang wartawan.

hanya sebuah ikhtiar kecil, yang terus-menerus saya doakan; semoga mendatangkan 
hikmah yang jauh lebih besar .amien.   

 
     
terrajana 




--- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com  menulis:

Dari: funcotan...@gmail.com 
Judul: Re: Bls: [GM2

Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)

2010-08-29 Terurut Topik iqbal makmur
Blum bos, posisi di yogya skarang, menemani maitua yang lagi skola..
Insya allah bisa ketemuan di kabila nanti, terserah di kanan atau di kiri :)

Iqbal





From: Syam Sdp 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 1:09:57 AM
Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
Mohi)

  
o, so dikabila ti bung boti?

--- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur  menulis:


>Dari: iqbal makmur 
>Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
>Mohi)
>Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
>Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:29 PM
>
>
>  
>Mungkin ada sedikit missunderstanding atau kalimat saya yang kurang tajam. 
>Maksudnya adalah teman2 yang dulunya wartawan seperti El Nino, Very Madjowa 
>dan 
>Femy Udoki ini dikenal idealis dan profesional dalam menjalankan tugas2nya. 
>Kita 
>semua berharap bahwa idealisme mereka ini terus bisa dipertahankan meskipun 
>sudah beralih profesi, dan ini diperlukan fungsi kontrol dan provokasi :)
>
>
>Iqbal
>
>
>

From: Syam Sdp  
>To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
>Sent: Mon, August 30, 2010 12:10:29 AM
>Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
>Mohi)
>
>  
>bung iqbal
>
>ada logika yang menggelitik dan perlu saya garis bawahi dari paragraf pertama 
>tulisan anda: berarti wartawan yang beralih jadi politikus, sudah tidak 
>istiqomah dan idealis?
>
>salam malam penuh butu petasan
>
>terrajana
>
>orang kabila ke (kiri2)an 
>
>
>--- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur  menulis:
>
>
>>Dari: iqbal makmur 
>>Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
>>Mohi)
>>Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
>>Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:04  PM
>>
>>
>>  
>>Yth saudaraku El Nino
>>Saya sampaikan terimakasih karena celetukan saya di milis ini mendapat respon 
>>yang semestinya meskipun sudah agak merembet ke hal2 yang agak sensitif. 
>>Maksud 
>>saya sebenarnya menggiring diskusi ini ke wacana 'kesejahteraan' dan kenaikan 
>>'level' beberapa saudara kita dari wartawan ke lahan politik sebenarnya untuk 
>>mengingatkan kembali kepada teman2 yang masih berprofesi sebagai wartawan 
>>(atau 
>>dosen dll)bahwa diantara sebagian besar yang beralih profesi menjadi 
>>politikus 
>>masih ada beberapa orang yang masih istiqomah mempertahankan idealismenya.
>>Kalau dalam email saya sebelumnya saya tulis bahwa anda2 beralih profesi 
>>untuk 
>>mengejar kesejahteraan saya pikir tidak ada masalah. Apakah mengejar 
>>kesejahteraan itu adalah sebuah dosa? Yang jadi masalah  adalah apabila hal 
>>ini 
>>menjadi SATU2NYA tujuan anda dan melupakan kewajiban sebagai wakil rakyat. 
>>Selanjutnya saya sampaikan bahwa secara KASAT MATA terjadi perubahan gaya 
>>hidup 
>>(kesejahteraan) teman2 semua ini juga benar kan? Kalau dulunya bung El Nino 
>>sering kita temukan di bentor sekarang sudah di mobil mewah ber AC dan banyak 
>>lagi fasilitas yang tidak didapatkan selagi masih wartawan. Sekali lagi saya 
>>tegaskan ini hanya penilaian secara KASAT MATA, setelah diklarifikasi oleh 
>>anda 
>>dan ditambahkan oleh bung Very dan Femy kita semua akhirnya bisa tahu betapa 
>>besar beban dan tanggungjawab yang anda semua pikul. Singkatnya adalah : 
>>Komentar saya justru telah memancing jawaban dari anda semua sehingga pada 
>>akhirnya kita semua bisa tahu eksistensi anda2 yang sebenarnya. 
>>Bung Nino, Beberapa waktu yang lalu kita sempat diskusi panjang lebar sambil 
>>makan supermi di jalan salemba, saya sangat terkesan dengan kisah2 anda 
>>sebagai 
>>senator dan  perjuangan anda mempertahankan idealisme meskipun sering 
>>berbenturan dengan sistem bobrok yang sudah terbangun selama puluhan tahun. 
>>Dalam hati saya berdoa kedepannya nanti akan lebih banyak orang2 seperti anda 
>>yang akan terus membawa nilai2 luhur, pengabdian dan amanah rakyat yang terus 
>>termarjinalkan selama ini. Kalau toh nanti ada orang2 yang seperti saya yang 
>>sepertinya hanya bisa berkomentar sinis anggaplah itu sebuah kritik dan 
>>kontrol 
>>sebagai rasa cinta kami sebagai rakyat yang anda wakili dengan harapan 
>>kinerja 
>>yang sudah bagus yang anda perlihatkan selama ini akan terus dipertahankan 
>>atau 
>>kalau bisa ditingkatkan. Kecuali kalau anda semua para wakil rakyat yang 
>>terhormat lebih bisa bekerja dengan baik kalau dipuji dan disanjung, maka 
>>mulai 
>>saat ini saya dan teman2 semua akan terus memuji2 anda setiap hari..
>>
>>
>>*Saya dengar Junior sempat masuk rumah sakit, semoga sudah baikan ya...
>>*Mohon doa dan dukungannya juga  untuk urusan yang kemaren..
>>
>>
>>Salam lailatul qadar
>>Mohamad Iqbal Makmur
>>Warga Kabila, Bonebolango
>>
>>
>>

From: elninogorontalo 
>>To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
>>Sent: Sun, August 29, 2010 11:01:31 PM
>>Subject: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
>>
>>  
>>Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetny

Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik funcotanipu

Uraianmu cukup syahdu Bung Syam... Semoga bukan karena efek goraka dalam kopi..

Semoga itu karena penjagaanmu pada ketebalan dadamu dan kantongmu dalam melawan 
sebuah yang syahdu pula.






Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Syam Sdp 
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Mon, 30 Aug 2010 02:06:50 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)


Bung FT, 

sekedar curhat, saya pribadi  pernah mengalami pengalaman "traumatik" jadi 
wartawan, terkait soal kesejahteraan, kapasitas serta profesionalisme seperti 
yang bung rentetkan tadi.

2005, saya pernah mendaftar    pada sebuah tabloid di Gorontalo, hari pertama 
mendaftar , langsung diterima, dibuatkan id card, trus langsung disuruh cari 
berita, mulus benar  karir perdana saya ini.
 tapi ironis, di samping nyari berita , saya  juga sekalian bertugas menawarkan 
iklan, hasil sekian persen dari iklan itulah, yang dianggap sebagai gaji saya. 
saya juga pernah beberapa kali menerima amplop dari narasumber,  dengan pesan 
lisan dari orang -orang dalam, "asal dikase, ente tak usah tolak).  

alhasil, saya pun keluar hanya dalam hitungan 3 bulan, kapok jadi wartawan, 
banting stir kerja serabutan, ngajar teater di SMA sana sini, jadi tukang jaga 
buku di perpustakaan, nulis puisi dan artikel meski kadang dibayar kadang 
tidak,    sebelum akhirnya memutuskan kembali jadi wartawan pada awal 2008.

saya kira banyak juga rekan2 wartawan yang juga mengalami hal serupa meski tak 
sama kasusnya.  bahkan wartawan yang bekerja di media yang tergolong bonafid 
sekalipun, masih mengeluhkan soal "kok jadinya begini" terkait harapan mereka 
soal profesionalisme, ada yang merasa terkungkung karena tidak bisa bebas 
menulis, hanya perusahaannya karena terikat dengan MoU dengan pemerintah, ini 
harus diakui bersama.

merujuk pada istilah pers sebagai "anjing penjaga", saya sempat meluncurkan  
istilah "anjing rumahan" dan "anjing jalanan", bagi wartawan yang ngepos dan 
yang tidak. yang "rumahan" tentu harus menjaga majikannya, jangan sampai ada   
orang yang masuk berbuat semena2 di halaman rumah yang menjaga, yang "jalanan"  
tentu lebih bebas mengonggong di sana-sini, namun inipun paradoksal.

 di satu  sisi, sadar atau tidak sadar muncul kelas-kelas bagi wartawan di 
gorontalo, identifikasi seorang wartawan di bagi-bagi menjadi lokal dan 
nasional, bahkan  wartawan yang berlabel nasional terkesan bersikap lebih elit, 
merasa diri sebagai anjing yang bebas mengonggong (dan konon setahu saya, jika 
menghadiri konferesi pers pejabat, amplop wartawan nasional diisi  lebih tebal 
dari yang berlabel lokal) . wartawan berlabel lokal, setahu saya juga punya  
sinisme tersendiri terhadap wartawan nasional. aneh, lucu. 

dan saya sedih dengan situasi ini. padahal kalau tidak salah, yang dimaksud 
dengan pers sebagai anjing penjaga, adalah bagaimana pers mampu menggonggong 
menjalankan fungsi kontrolnya terhadap tatanan masyarakat. 

berbicara tentang seluk beluk wal  tindak tanduk  pers indonesia memang hingga 
kini belum tuntas, meski baru-baru ini dewan pers telah memformulasikan 
"kompotensi wartawan" agar hal-hal seputar profesionalisme yang pengertiannya 
cukup kompleks itu mampu terjawab 

wartawan secara bertahap dibagi-bagi tingkat profesionalismenya, berdasarkan 
lama waktu bekerja, kualitas dan karya yang dihasilkan, dan untuk naik jenjang, 
diberlakukan sejumlah prosedur, seperti pihak  yang berhak menguji (dewan pers, 
organisasi wartawan resmi, universitas yang memiliki fakultas 
komunikasi.jurnalistik). jenjang wartawan berikut kompotensinya itu dibagi 
tiga. muda, madya, dan utama.

namun terlepas dari hal-hal yang belum selesai, yang juga bung funco tangkap  
itu,  kalau saya pribadi yakin, menolak amplop beserta isinya adalah ikhtiar 
kecil dari apa yang namanya independensi seorang wartawan.

hanya sebuah ikhtiar kecil, yang terus-menerus saya doakan; semoga mendatangkan 
hikmah yang jauh lebih besar .amien.   

      
terrajana 




--- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com  menulis:

Dari: funcotan...@gmail.com 
Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:09 PM







 



  



  
  
  













Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dari diskusi ini.

1. Kesejahteraan, saya kira kita sudah membicarakan walau belum detail. Saya 
sudah memposting pada postingan sebelumnya.

2. Kapasitas personal, ini point kritis yang mesti diupgrade secepatnya. 
Kapasitas SDM Wartawan/pekerja media (tidak semua) saya lihat berada di level 
yang memprihatinkan. Wartawan punya tugas mencerahkan, sama fungsinya dengan 
ulama, dosen, guru dll. Substansi "tupoksi" berada di frame itu. Persoalannya, 
apakah ada semacam usaha kreatif lembaga/perkumpulan wartawan baik di AJI atau 
PWI atau yang lain untuk mengaktifkan capacit

Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)

2010-08-29 Terurut Topik Syam Sdp
o, so dikabila ti bung boti?

--- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur  menulis:

Dari: iqbal makmur 
Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
Mohi)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:29 PM







 



  



  
  
  Mungkin ada sedikit missunderstanding atau kalimat saya yang kurang 
tajam. Maksudnya adalah teman2 yang dulunya wartawan seperti El Nino, Very 
Madjowa dan Femy Udoki ini dikenal idealis dan profesional dalam menjalankan 
tugas2nya. Kita semua berharap bahwa idealisme mereka ini terus bisa 
dipertahankan meskipun sudah beralih profesi, dan ini diperlukan fungsi kontrol 
dan provokasi :)
Iqbal
From: Syam Sdp
 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:10:29 AM
Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
Mohi)

















 




  
  
  bung iqbal

ada logika yang menggelitik dan perlu saya garis bawahi dari paragraf pertama 
tulisan anda: berarti wartawan yang beralih jadi politikus, sudah tidak 
istiqomah dan idealis?

salam malam penuh butu petasan

terrajana

orang kabila ke (kiri2)an 


--- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur  menulis:

Dari: iqbal makmur 
Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
Mohi)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:04 PM







 




  
  
  Yth saudaraku El NinoSaya sampaikan terimakasih karena celetukan saya di 
milis ini mendapat respon yang semestinya meskipun sudah agak merembet ke hal2 
yang agak sensitif. Maksud saya sebenarnya menggiring diskusi ini ke wacana 
'kesejahteraan' dan kenaikan 'level' beberapa saudara kita dari wartawan ke 
lahan politik sebenarnya untuk mengingatkan kembali kepada teman2 yang masih 
berprofesi sebagai wartawan (atau dosen dll)bahwa diantara sebagian besar yang 
beralih profesi menjadi politikus masih ada beberapa orang yang masih istiqomah 
mempertahankan idealismenya.Kalau dalam email saya sebelumnya saya tulis bahwa 
anda2 beralih profesi untuk mengejar kesejahteraan saya pikir tidak ada 
masalah. Apakah mengejar kesejahteraan itu adalah sebuah dosa? Yang jadi masalah
 adalah apabila hal ini menjadi SATU2NYA tujuan anda dan melupakan kewajiban 
sebagai wakil rakyat. Selanjutnya saya sampaikan bahwa secara KASAT MATA 
terjadi perubahan gaya hidup (kesejahteraan) teman2 semua ini juga benar kan? 
Kalau dulunya bung El Nino sering kita temukan di bentor sekarang sudah di 
mobil mewah ber AC dan banyak lagi fasilitas yang tidak didapatkan selagi masih 
wartawan. Sekali lagi saya tegaskan ini hanya penilaian secara KASAT MATA, 
setelah diklarifikasi oleh anda dan ditambahkan oleh bung Very dan Femy kita 
semua akhirnya bisa tahu betapa besar beban dan tanggungjawab yang anda semua 
pikul. Singkatnya adalah : Komentar saya justru telah memancing jawaban dari 
anda semua sehingga pada akhirnya kita semua bisa tahu eksistensi anda2 yang 
sebenarnya. Bung Nino, Beberapa waktu yang lalu kita sempat diskusi panjang 
lebar sambil makan supermi di jalan salemba, saya sangat terkesan dengan kisah2 
anda sebagai senator dan
 perjuangan anda mempertahankan idealisme meskipun sering berbenturan dengan 
sistem bobrok yang sudah terbangun selama puluhan tahun. Dalam hati saya berdoa 
kedepannya nanti akan lebih banyak orang2 seperti anda yang akan terus membawa 
nilai2 luhur, pengabdian dan amanah rakyat yang terus termarjinalkan selama 
ini. Kalau toh nanti ada orang2 yang seperti saya yang sepertinya hanya bisa 
berkomentar sinis anggaplah itu sebuah kritik dan kontrol sebagai rasa cinta 
kami sebagai rakyat yang anda wakili dengan harapan kinerja yang sudah bagus 
yang anda perlihatkan selama ini akan terus dipertahankan atau kalau bisa 
ditingkatkan. Kecuali kalau anda semua para wakil rakyat yang terhormat lebih 
bisa bekerja dengan baik kalau dipuji dan disanjung, maka mulai saat ini saya 
dan teman2 semua akan terus memuji2 anda setiap hari..
*Saya dengar Junior sempat masuk rumah sakit, semoga sudah baikan ya...*Mohon 
doa dan dukungannya juga
 untuk urusan yang kemaren..
Salam lailatul qadarMohamad Iqbal MakmurWarga Kabila, Bonebolango
From: elninogorontalo 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Sun, August 29, 2010 11:01:31 PM
Subject: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan

















 




  
  
  Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetnya adalah "kursi" 
dan "penghasilan". Tapi bagi orang cerdas, baik, berani dan punya kesempatan, 
tujuannya adalah proses, yaitu bahwa pencalonan di wilayah politik adalah 
sebagian dari pengabdian ; memberi contoh bagaimana seharusnya berpolitik. 
Bangsa ini sangat membutuhkan contoh, terutama dalam politik (sebagai lokomotif 
perubahan). Ketika orang baik, cerdas dan berani tidak menggunakan 
kesempatannya masuk ke wilayah politik, kita sudah lihat kan bagaimana 
hasilnya :)



Apa kabar pak

Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik Syam Sdp

Bung FT, 

sekedar curhat, saya pribadi  pernah mengalami pengalaman "traumatik" jadi 
wartawan, terkait soal kesejahteraan, kapasitas serta profesionalisme seperti 
yang bung rentetkan tadi.

2005, saya pernah mendaftar    pada sebuah tabloid di Gorontalo, hari pertama 
mendaftar , langsung diterima, dibuatkan id card, trus langsung disuruh cari 
berita, mulus benar  karir perdana saya ini.
 tapi ironis, di samping nyari berita , saya  juga sekalian bertugas menawarkan 
iklan, hasil sekian persen dari iklan itulah, yang dianggap sebagai gaji saya. 
saya juga pernah beberapa kali menerima amplop dari narasumber,  dengan pesan 
lisan dari orang -orang dalam, "asal dikase, ente tak usah tolak).  

alhasil, saya pun keluar hanya dalam hitungan 3 bulan, kapok jadi wartawan, 
banting stir kerja serabutan, ngajar teater di SMA sana sini, jadi tukang jaga 
buku di perpustakaan, nulis puisi dan artikel meski kadang dibayar kadang 
tidak,    sebelum akhirnya memutuskan kembali jadi wartawan pada awal 2008.

saya kira banyak juga rekan2 wartawan yang juga mengalami hal serupa meski tak 
sama kasusnya.  bahkan wartawan yang bekerja di media yang tergolong bonafid 
sekalipun, masih mengeluhkan soal "kok jadinya begini" terkait harapan mereka 
soal profesionalisme, ada yang merasa terkungkung karena tidak bisa bebas 
menulis, hanya perusahaannya karena terikat dengan MoU dengan pemerintah, ini 
harus diakui bersama.

merujuk pada istilah pers sebagai "anjing penjaga", saya sempat meluncurkan  
istilah "anjing rumahan" dan "anjing jalanan", bagi wartawan yang ngepos dan 
yang tidak. yang "rumahan" tentu harus menjaga majikannya, jangan sampai ada   
orang yang masuk berbuat semena2 di halaman rumah yang menjaga, yang "jalanan"  
tentu lebih bebas mengonggong di sana-sini, namun inipun paradoksal.

 di satu  sisi, sadar atau tidak sadar muncul kelas-kelas bagi wartawan di 
gorontalo, identifikasi seorang wartawan di bagi-bagi menjadi lokal dan 
nasional, bahkan  wartawan yang berlabel nasional terkesan bersikap lebih elit, 
merasa diri sebagai anjing yang bebas mengonggong (dan konon setahu saya, jika 
menghadiri konferesi pers pejabat, amplop wartawan nasional diisi  lebih tebal 
dari yang berlabel lokal) . wartawan berlabel lokal, setahu saya juga punya  
sinisme tersendiri terhadap wartawan nasional. aneh, lucu. 

dan saya sedih dengan situasi ini. padahal kalau tidak salah, yang dimaksud 
dengan pers sebagai anjing penjaga, adalah bagaimana pers mampu menggonggong 
menjalankan fungsi kontrolnya terhadap tatanan masyarakat. 

berbicara tentang seluk beluk wal  tindak tanduk  pers indonesia memang hingga 
kini belum tuntas, meski baru-baru ini dewan pers telah memformulasikan 
"kompotensi wartawan" agar hal-hal seputar profesionalisme yang pengertiannya 
cukup kompleks itu mampu terjawab 

wartawan secara bertahap dibagi-bagi tingkat profesionalismenya, berdasarkan 
lama waktu bekerja, kualitas dan karya yang dihasilkan, dan untuk naik jenjang, 
diberlakukan sejumlah prosedur, seperti pihak  yang berhak menguji (dewan pers, 
organisasi wartawan resmi, universitas yang memiliki fakultas 
komunikasi.jurnalistik). jenjang wartawan berikut kompotensinya itu dibagi 
tiga. muda, madya, dan utama.

namun terlepas dari hal-hal yang belum selesai, yang juga bung funco tangkap  
itu,  kalau saya pribadi yakin, menolak amplop beserta isinya adalah ikhtiar 
kecil dari apa yang namanya independensi seorang wartawan.

hanya sebuah ikhtiar kecil, yang terus-menerus saya doakan; semoga mendatangkan 
hikmah yang jauh lebih besar .amien.   

      
terrajana 




--- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com  menulis:

Dari: funcotan...@gmail.com 
Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:09 PM







 



  



  
  
  













Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dari diskusi ini.

1. Kesejahteraan, saya kira kita sudah membicarakan walau belum detail. Saya 
sudah memposting pada postingan sebelumnya.

2. Kapasitas personal, ini point kritis yang mesti diupgrade secepatnya. 
Kapasitas SDM Wartawan/pekerja media (tidak semua) saya lihat berada di level 
yang memprihatinkan. Wartawan punya tugas mencerahkan, sama fungsinya dengan 
ulama, dosen, guru dll. Substansi "tupoksi" berada di frame itu. Persoalannya, 
apakah ada semacam usaha kreatif lembaga/perkumpulan wartawan baik di AJI atau 
PWI atau yang lain untuk mengaktifkan capacity building ini. Kapasitas 
profesional tidak sekedar meliput, menulis, memberitakan, tetapi bagaimana 
"mengarahkan" opini publik ke arah yang "cerah".

3. Regulasi, hal-hal yang diatur secara serius dalam regulasi yang ada baik UU 
Pers dll, mesti diterjemahkan dalam bentuk operasionalisasi yang cukup detail, 
jelas, mengikat dan efektif. Regulasi kadang hanya menjadi instrumen jika mulai 
masuk ke ranah "yang haram" dan "yang halal".

4. Struktur, kita mesti mengakui ba

Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

2010-08-29 Terurut Topik funcotanipu

Comment kamari jo.. :) :) :)



Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: iqbal makmur 
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 10:53:15 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

Ana suka ba koment  bo ente mobilang kamari : so ada dorang..

Iqbal





From: "funcotan...@gmail.com" 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:49:49 AM
Subject: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL


Saya beberapa hari ini memikirkan tentang kesehatan dan hal-hal yang berkaitan 
dengan kehidupan sehari-hari.

Hampir setiap hari ada informasi, berita, kisah, dongeng tentang Dukun dan 
Paranormal. Mulai kisah yang menakjubkan hingga yang menyeramkan.

Saya mulai tertarik dengan hal ini. Bagi saya yang sedang mengutak-atik 
sosiologi, fenomena perdukunan di Gorontalo menjadi pilar penting kehidupan. 
Siapapun pasti pernah berhubungan dengan dukun/paranormal. Baik langsung maupun 
tidak langsung.

Sebagai bagian dari riset "kecil-kecilan" saya, saya ingin teman-teman di milis 
bisa memberikan pengalaman tentang dukun dan perdukunan di Gorontalo?

Ada beberapa point yang mungkin bisa dieksplorasi bersama.

1. Sejauhmana dukun/paranormal menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari.

2. Siapa saja menurut kita dukun terhebat yang selama ini ada di Gorontalo. Apa 
kehebatannya. Siapa saja "pasiennya" (biasa semakin hebat, pejabat langsung 
mengontraknya).

3. Bagaimana agama (Islam) mentolerir ini? Dan meramu ini menjadi satu kesatuan 
(biasanya ada lapalan yang ada bahasa Arab/Islam dan Gorontalo yang menyatu).

4. Dalam politik biasa, dukun/paranormal mendapat tempat terhormat, ada 
pengalaman?

5. Dalam aspek kesehatan, mana yang biasa menjadi prioritas, dukun atau dokter?

6. Dalam karir dan kehidupan, seringkah mengikuti saran, petuah dukun?

Point-point ini yang ingin saya eksplorasi lebih dalam, semoga teman-teman bisa 
membantu.



Powered by Telkomsel BlackBerry®



Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links




  


Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)SKTM and GAKIN

2010-08-29 Terurut Topik Icky Polapa
Dear teman teman d gtlo

Kebetulan saya bersma teman teman Bina Bangun Bangsa kntr pusat Jakarta tengah 
fokus memperjuangkan pelayanan gratis rmh sakit bagi warga miskin jika ingin di 
bebaskan pembebasan bs menghubungi saya asalkan syarat memenuhi kebetulan sudah 
2 warga miskin di bebaskan pembayaran sebesar 75 juta,saat ini kami tengah 
memperjuangkan warga miskin penyakit kaki gajah kali aja ada warga gtlo yg 
ingin berobat ke jkt scra gratis bs menghungi nanti akan di jelaskan mekanisme 
mendapat pelayanan gratis. Semoga informasi ini bermanfaat
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Tuturuga 
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 10:46:01 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

Funco, ini hasil sharing dengan petugas leasing di lapangan, kalau mau kredit 
motor atau yang sebangsanya, wartawan itu salah satu profesi yang harus 
diteliti 
lagi. Selain wartawan ada juga profesi lainnya, militer...
Mungkin yang dimaksudkan itu wartawan yang tidak punya penghasilan tetap, kalau 
ditagih banyak alasan dan suka menggunakan kekuatan lain...
Tentang kesejahteraan, wartawan juga seperti profesi lainnya harus ikut 
Jamsostek, gajinya layak (minimal tidak menyalahi UMP, inipun bila dibandingkan 
kebutuhannya masih sangat kurang).
Betul apa yang dikatakan Femmy, Jamsostek itu sangat membantu. aku kalau sakit 
tidak pernah mengeluarkan duit untuk bayar dokter dan obat. padahal wartawan 
itu 
sering sakit, sering liputan dan sering begadang, meskipun entah dengan 
siapayang kemudian mengakibatkan sakit (kalau Rully Lamusu itu mojoknya 
yang 
enak2, sakitnya juga lain. hahhaa). Kita orang Indonesia ini kan kalau sakit 
langsung jatuh miskin, karena gak banyak tabungan, gak ada asuransi 
kesehatan






From: "femmy...@yahoo.com" 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 1:31:12 AM
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

  
Alhamdulillah semua karyawan di Gorontalo Post termasuk wartawan jd anggota 
jamsostek. Kemarin wkt sy melahirkan terbantu dgn adanya jamsostek. Semoga sj 
perusahaan media lainnya juga memberikan fasilitas asuransi kpd wartawan
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  funcotan...@gmail.com 
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:18:40 +
To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
  

Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan 
asuransi. 


Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan 
kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek 
administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank.

Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari 
perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi 
mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan 
lemparan 
batu mahasiswa.
Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak.

Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib 
koresponden atau wartawan tidak tetap?

Mohon pencerahan..




Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  Tuturuga  
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 -0700 (PDT)
To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
  
Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, 
bahaya 
setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak 
aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus 
siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup 
layak, apalagi berlebih. 

Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk 
wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. 

Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang 
nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya 
perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan 
koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang  
rawan 
karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing 
galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama 
Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik 
Maluku 
Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal.
Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri
Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan 
minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu d

Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

2010-08-29 Terurut Topik iqbal makmur
Ana suka ba koment  bo ente mobilang kamari : so ada dorang..

Iqbal





From: "funcotan...@gmail.com" 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:49:49 AM
Subject: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL


Saya beberapa hari ini memikirkan tentang kesehatan dan hal-hal yang berkaitan 
dengan kehidupan sehari-hari.

Hampir setiap hari ada informasi, berita, kisah, dongeng tentang Dukun dan 
Paranormal. Mulai kisah yang menakjubkan hingga yang menyeramkan.

Saya mulai tertarik dengan hal ini. Bagi saya yang sedang mengutak-atik 
sosiologi, fenomena perdukunan di Gorontalo menjadi pilar penting kehidupan. 
Siapapun pasti pernah berhubungan dengan dukun/paranormal. Baik langsung maupun 
tidak langsung.

Sebagai bagian dari riset "kecil-kecilan" saya, saya ingin teman-teman di milis 
bisa memberikan pengalaman tentang dukun dan perdukunan di Gorontalo?

Ada beberapa point yang mungkin bisa dieksplorasi bersama.

1. Sejauhmana dukun/paranormal menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari.

2. Siapa saja menurut kita dukun terhebat yang selama ini ada di Gorontalo. Apa 
kehebatannya. Siapa saja "pasiennya" (biasa semakin hebat, pejabat langsung 
mengontraknya).

3. Bagaimana agama (Islam) mentolerir ini? Dan meramu ini menjadi satu kesatuan 
(biasanya ada lapalan yang ada bahasa Arab/Islam dan Gorontalo yang menyatu).

4. Dalam politik biasa, dukun/paranormal mendapat tempat terhormat, ada 
pengalaman?

5. Dalam aspek kesehatan, mana yang biasa menjadi prioritas, dukun atau dokter?

6. Dalam karir dan kehidupan, seringkah mengikuti saran, petuah dukun?

Point-point ini yang ingin saya eksplorasi lebih dalam, semoga teman-teman bisa 
membantu.



Powered by Telkomsel BlackBerry®



Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links




  

[GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL

2010-08-29 Terurut Topik funcotanipu

Saya beberapa hari ini memikirkan tentang kesehatan dan hal-hal yang berkaitan 
dengan kehidupan sehari-hari.

Hampir setiap hari ada informasi, berita, kisah, dongeng tentang Dukun dan 
Paranormal. Mulai kisah yang menakjubkan hingga yang menyeramkan.

Saya mulai tertarik dengan hal ini. Bagi saya yang sedang mengutak-atik 
sosiologi, fenomena perdukunan di Gorontalo menjadi pilar penting kehidupan. 
Siapapun pasti pernah berhubungan dengan dukun/paranormal. Baik langsung maupun 
tidak langsung.

Sebagai bagian dari riset "kecil-kecilan" saya, saya ingin teman-teman di milis 
bisa memberikan pengalaman tentang dukun dan perdukunan di Gorontalo?

Ada beberapa point yang mungkin bisa dieksplorasi bersama.

1. Sejauhmana dukun/paranormal menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari.

2. Siapa saja menurut kita dukun terhebat yang selama ini ada di Gorontalo. Apa 
kehebatannya. Siapa saja "pasiennya" (biasa semakin hebat, pejabat langsung 
mengontraknya).

3. Bagaimana agama (Islam) mentolerir ini? Dan meramu ini menjadi satu kesatuan 
(biasanya ada lapalan yang ada bahasa Arab/Islam dan Gorontalo yang menyatu).

4. Dalam politik biasa, dukun/paranormal mendapat tempat terhormat, ada 
pengalaman?

5. Dalam aspek kesehatan, mana yang biasa menjadi prioritas, dukun atau dokter?

6. Dalam karir dan kehidupan, seringkah mengikuti saran, petuah dukun?

Point-point ini yang ingin saya eksplorasi lebih dalam, semoga teman-teman bisa 
membantu.



Powered by Telkomsel BlackBerry®



Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
gorontalomaju2020-dig...@yahoogroups.com 
gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
gorontalomaju2020-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)

2010-08-29 Terurut Topik Tuturuga
Provokasi? apayang diprovokasi? dorang tiga mo jadi provokator dang?






From: iqbal makmur 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 1:29:27 AM
Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
Mohi)

  
Mungkin ada sedikit missunderstanding atau kalimat saya yang kurang tajam. 
Maksudnya adalah teman2 yang dulunya wartawan seperti El Nino, Very Madjowa dan 
Femy Udoki ini dikenal idealis dan profesional dalam menjalankan tugas2nya. 
Kita 
semua berharap bahwa idealisme mereka ini terus bisa dipertahankan meskipun 
sudah beralih profesi, dan ini diperlukan fungsi kontrol dan provokasi :)

Iqbal




From: Syam Sdp  
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:10:29 AM
Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
Mohi)

  
bung iqbal

ada logika yang menggelitik dan perlu saya garis bawahi dari paragraf pertama 
tulisan anda: berarti wartawan yang beralih jadi politikus, sudah tidak 
istiqomah dan idealis?

salam malam penuh butu petasan

terrajana

orang kabila ke (kiri2)an 


--- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur  menulis:


>Dari: iqbal makmur 
>Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
>Mohi)
>Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
>Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:04 PM
>
>
>  
>Yth saudaraku El Nino
>Saya sampaikan terimakasih karena celetukan saya di milis ini mendapat respon 
>yang semestinya meskipun sudah agak merembet ke hal2 yang agak sensitif. 
>Maksud 
>saya sebenarnya menggiring diskusi ini ke wacana 'kesejahteraan' dan kenaikan 
>'level' beberapa saudara kita dari wartawan ke lahan politik sebenarnya untuk 
>mengingatkan kembali kepada teman2 yang masih berprofesi sebagai wartawan 
>(atau 
>dosen dll)bahwa diantara sebagian besar yang beralih profesi menjadi politikus 
>masih ada beberapa orang yang masih istiqomah mempertahankan idealismenya.
>Kalau dalam email saya sebelumnya saya tulis bahwa anda2 beralih profesi untuk 
>mengejar kesejahteraan saya pikir tidak ada masalah. Apakah mengejar 
>kesejahteraan itu adalah sebuah dosa? Yang jadi masalah  adalah apabila hal 
>ini 
>menjadi SATU2NYA tujuan anda dan melupakan kewajiban sebagai wakil rakyat. 
>Selanjutnya saya sampaikan bahwa secara KASAT MATA terjadi perubahan gaya 
>hidup 
>(kesejahteraan) teman2 semua ini juga benar kan? Kalau dulunya bung El Nino 
>sering kita temukan di bentor sekarang sudah di mobil mewah ber AC dan banyak 
>lagi fasilitas yang tidak didapatkan selagi masih wartawan. Sekali lagi saya 
>tegaskan ini hanya penilaian secara KASAT MATA, setelah diklarifikasi oleh 
>anda 
>dan ditambahkan oleh bung Very dan Femy kita semua akhirnya bisa tahu betapa 
>besar beban dan tanggungjawab yang anda semua pikul. Singkatnya adalah : 
>Komentar saya justru telah memancing jawaban dari anda semua sehingga pada 
>akhirnya kita semua bisa tahu eksistensi anda2 yang sebenarnya. 
>Bung Nino, Beberapa waktu yang lalu kita sempat diskusi panjang lebar sambil 
>makan supermi di jalan salemba, saya sangat terkesan dengan kisah2 anda 
>sebagai 
>senator dan  perjuangan anda mempertahankan idealisme meskipun sering 
>berbenturan dengan sistem bobrok yang sudah terbangun selama puluhan tahun. 
>Dalam hati saya berdoa kedepannya nanti akan lebih banyak orang2 seperti anda 
>yang akan terus membawa nilai2 luhur, pengabdian dan amanah rakyat yang terus 
>termarjinalkan selama ini. Kalau toh nanti ada orang2 yang seperti saya yang 
>sepertinya hanya bisa berkomentar sinis anggaplah itu sebuah kritik dan 
>kontrol 
>sebagai rasa cinta kami sebagai rakyat yang anda wakili dengan harapan kinerja 
>yang sudah bagus yang anda perlihatkan selama ini akan terus dipertahankan 
>atau 
>kalau bisa ditingkatkan. Kecuali kalau anda semua para wakil rakyat yang 
>terhormat lebih bisa bekerja dengan baik kalau dipuji dan disanjung, maka 
>mulai 
>saat ini saya dan teman2 semua akan terus memuji2 anda setiap hari..
>
>
>*Saya dengar Junior sempat masuk rumah sakit, semoga sudah baikan ya...
>*Mohon doa dan dukungannya juga  untuk urusan yang kemaren..
>
>
>Salam lailatul qadar
>Mohamad Iqbal Makmur
>Warga Kabila, Bonebolango
>
>
>

From: elninogorontalo 
>To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
>Sent: Sun, August 29, 2010 11:01:31 PM
>Subject: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
>
>  
>Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetnya adalah "kursi" dan 
>"penghasilan". Tapi bagi orang cerdas, baik, berani dan punya kesempatan, 
>tujuannya adalah proses, yaitu bahwa pencalonan di wilayah politik adalah 
>sebagian dari pengabdian ; memberi contoh bagaimana seharusnya berpolitik. 
>Bangsa ini sangat membutuhkan contoh, terutama dalam politik (sebagai 
>lokomotif 
>perubahan). Ketika orang baik, cerdas dan berani tidak menggunakan 
>kesempatannya 
>masuk ke wilayah politik, kita sudah lihat kan bagaima

Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik Tuturuga
Funco, ini hasil sharing dengan petugas leasing di lapangan, kalau mau kredit 
motor atau yang sebangsanya, wartawan itu salah satu profesi yang harus 
diteliti 
lagi. Selain wartawan ada juga profesi lainnya, militer...
Mungkin yang dimaksudkan itu wartawan yang tidak punya penghasilan tetap, kalau 
ditagih banyak alasan dan suka menggunakan kekuatan lain...
Tentang kesejahteraan, wartawan juga seperti profesi lainnya harus ikut 
Jamsostek, gajinya layak (minimal tidak menyalahi UMP, inipun bila dibandingkan 
kebutuhannya masih sangat kurang).
Betul apa yang dikatakan Femmy, Jamsostek itu sangat membantu. aku kalau sakit 
tidak pernah mengeluarkan duit untuk bayar dokter dan obat. padahal wartawan 
itu 
sering sakit, sering liputan dan sering begadang, meskipun entah dengan 
siapayang kemudian mengakibatkan sakit (kalau Rully Lamusu itu mojoknya 
yang 
enak2, sakitnya juga lain. hahhaa). Kita orang Indonesia ini kan kalau sakit 
langsung jatuh miskin, karena gak banyak tabungan, gak ada asuransi 
kesehatan






From: "femmy...@yahoo.com" 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 1:31:12 AM
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

  
Alhamdulillah semua karyawan di Gorontalo Post termasuk wartawan jd anggota 
jamsostek. Kemarin wkt sy melahirkan terbantu dgn adanya jamsostek. Semoga sj 
perusahaan media lainnya juga memberikan fasilitas asuransi kpd wartawan
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  funcotan...@gmail.com 
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:18:40 +
To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
  

Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan 
asuransi. 


Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan 
kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek 
administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank.

Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari 
perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi 
mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan 
lemparan 
batu mahasiswa.
Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak.

Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib 
koresponden atau wartawan tidak tetap?

Mohon pencerahan..




Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  Tuturuga  
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 -0700 (PDT)
To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
  
Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, 
bahaya 
setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak 
aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus 
siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup 
layak, apalagi berlebih. 

Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk 
wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. 

Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang 
nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya 
perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan 
koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang  
rawan 
karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing 
galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama 
Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik 
Maluku 
Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal.
Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri
Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan 
minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha 
mandiri produktif





From: v_madjowa 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

  
kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan 
dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan 
menolak kembali pada masing-masing individu. 


Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan 
dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota 
Dewan 
Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik 
dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." 
(beritanya 
terlampir)

salam,

verri

http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pe

Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik funcotanipu

Hahaha.. Boleh boleh.. 
Amien..






Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: femmy...@yahoo.com
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:34:46 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

Kalo yg itu trg blm bisa jangkau ati olo. Hitung2 itu amalan bpk
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: funcotan...@gmail.com
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:33:34 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)


Ini menarik dan bagus..
Kalo yang menulis opini sesekali mo dapa olo? Penu bo THR.. Hehe..





Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: femmy...@yahoo.com
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:31:12 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

Alhamdulillah semua karyawan di Gorontalo Post termasuk wartawan jd anggota 
jamsostek. Kemarin wkt sy melahirkan terbantu dgn adanya jamsostek. Semoga sj 
perusahaan media lainnya juga memberikan fasilitas asuransi kpd wartawan
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: funcotan...@gmail.com
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:18:40 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)


Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan 
asuransi. 

Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan 
kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek 
administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank.

Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari 
perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi 
mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan 
lemparan batu mahasiswa.
Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak.

Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib 
koresponden atau wartawan tidak tetap?

Mohon pencerahan..




Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Tuturuga 
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, 
bahaya 
setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak 
aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus 
siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup 
layak, apalagi berlebih. 

Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk 
wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. 

Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang 
nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya 
perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan 
koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan 
karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing 
galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama 
Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik 
Maluku 
Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal.
Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri
Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan 
minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha 
mandiri produktif





From: v_madjowa 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

  
kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan 
dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan 
menolak kembali pada masing-masing individu. 


Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan 
dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota 
Dewan 
Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik 
dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." 
(beritanya 
terlampir)

salam,

verri

http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional

UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional

Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali

Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa 
penerapan Undang-

Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik femmy_gp
Kalo yg itu trg blm bisa jangkau ati olo. Hitung2 itu amalan bpk
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: funcotan...@gmail.com
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:33:34 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)


Ini menarik dan bagus..
Kalo yang menulis opini sesekali mo dapa olo? Penu bo THR.. Hehe..





Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: femmy...@yahoo.com
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:31:12 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

Alhamdulillah semua karyawan di Gorontalo Post termasuk wartawan jd anggota 
jamsostek. Kemarin wkt sy melahirkan terbantu dgn adanya jamsostek. Semoga sj 
perusahaan media lainnya juga memberikan fasilitas asuransi kpd wartawan
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: funcotan...@gmail.com
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:18:40 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)


Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan 
asuransi. 

Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan 
kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek 
administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank.

Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari 
perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi 
mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan 
lemparan batu mahasiswa.
Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak.

Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib 
koresponden atau wartawan tidak tetap?

Mohon pencerahan..




Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Tuturuga 
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, 
bahaya 
setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak 
aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus 
siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup 
layak, apalagi berlebih. 

Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk 
wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. 

Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang 
nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya 
perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan 
koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan 
karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing 
galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama 
Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik 
Maluku 
Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal.
Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri
Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan 
minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha 
mandiri produktif





From: v_madjowa 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

  
kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan 
dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan 
menolak kembali pada masing-masing individu. 


Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan 
dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota 
Dewan 
Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik 
dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." 
(beritanya 
terlampir)

salam,

verri

http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional

UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional

Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali

Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa 
penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers 
profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

"Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar 
kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas 
Jurnalis" di Padang, Minggu.

Saat ini, kata dia, ma

Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik funcotanipu

Ini menarik dan bagus..
Kalo yang menulis opini sesekali mo dapa olo? Penu bo THR.. Hehe..





Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: femmy...@yahoo.com
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:31:12 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

Alhamdulillah semua karyawan di Gorontalo Post termasuk wartawan jd anggota 
jamsostek. Kemarin wkt sy melahirkan terbantu dgn adanya jamsostek. Semoga sj 
perusahaan media lainnya juga memberikan fasilitas asuransi kpd wartawan
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: funcotan...@gmail.com
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:18:40 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)


Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan 
asuransi. 

Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan 
kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek 
administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank.

Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari 
perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi 
mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan 
lemparan batu mahasiswa.
Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak.

Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib 
koresponden atau wartawan tidak tetap?

Mohon pencerahan..




Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Tuturuga 
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, 
bahaya 
setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak 
aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus 
siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup 
layak, apalagi berlebih. 

Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk 
wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. 

Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang 
nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya 
perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan 
koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan 
karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing 
galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama 
Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik 
Maluku 
Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal.
Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri
Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan 
minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha 
mandiri produktif





From: v_madjowa 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

  
kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan 
dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan 
menolak kembali pada masing-masing individu. 


Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan 
dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota 
Dewan 
Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik 
dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." 
(beritanya 
terlampir)

salam,

verri

http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional

UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional

Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali

Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa 
penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers 
profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

"Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar 
kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas 
Jurnalis" di Padang, Minggu.

Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir 
pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang 
terang-terangan melanggar ketentuan kode etik tersebut. 


"Hal itu jelas tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, UU Pers tidak perlu 
diterapkan kepada mereka," katanya menegaskan.

Ia menyebutkan Pasal 2 UU No.40/1999 bahwa 

Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik femmy_gp
Alhamdulillah semua karyawan di Gorontalo Post termasuk wartawan jd anggota 
jamsostek. Kemarin wkt sy melahirkan terbantu dgn adanya jamsostek. Semoga sj 
perusahaan media lainnya juga memberikan fasilitas asuransi kpd wartawan
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: funcotan...@gmail.com
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 17:18:40 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)


Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan 
asuransi. 

Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan 
kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek 
administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank.

Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari 
perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi 
mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan 
lemparan batu mahasiswa.
Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak.

Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib 
koresponden atau wartawan tidak tetap?

Mohon pencerahan..




Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Tuturuga 
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, 
bahaya 
setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak 
aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus 
siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup 
layak, apalagi berlebih. 

Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk 
wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. 

Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang 
nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya 
perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan 
koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan 
karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing 
galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama 
Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik 
Maluku 
Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal.
Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri
Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan 
minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha 
mandiri produktif





From: v_madjowa 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

  
kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan 
dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan 
menolak kembali pada masing-masing individu. 


Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan 
dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota 
Dewan 
Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik 
dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." 
(beritanya 
terlampir)

salam,

verri

http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional

UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional

Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali

Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa 
penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers 
profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

"Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar 
kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas 
Jurnalis" di Padang, Minggu.

Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir 
pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang 
terang-terangan melanggar ketentuan kode etik tersebut. 


"Hal itu jelas tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, UU Pers tidak perlu 
diterapkan kepada mereka," katanya menegaskan.

Ia menyebutkan Pasal 2 UU No.40/1999 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu 
wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, 
dan 
supremasi hukum.

Maknanya, kata dia, penegakan hukum yang merawat kemerdekaan pers. "Jadi, bukan 
berarti memberikan hak-hak istimewa kepada pers, melainkan ikut menjaga dan 
menegakkan demokrasi," paparnya.

Diakuinya, pers memang sudah teruji dan memiliki peran sang

Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)

2010-08-29 Terurut Topik iqbal makmur
Mungkin ada sedikit missunderstanding atau kalimat saya yang kurang tajam. 
Maksudnya adalah teman2 yang dulunya wartawan seperti El Nino, Very Madjowa dan 
Femy Udoki ini dikenal idealis dan profesional dalam menjalankan tugas2nya. 
Kita 
semua berharap bahwa idealisme mereka ini terus bisa dipertahankan meskipun 
sudah beralih profesi, dan ini diperlukan fungsi kontrol dan provokasi :)

Iqbal




From: Syam Sdp 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:10:29 AM
Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
Mohi)

  
bung iqbal

ada logika yang menggelitik dan perlu saya garis bawahi dari paragraf pertama 
tulisan anda: berarti wartawan yang beralih jadi politikus, sudah tidak 
istiqomah dan idealis?

salam malam penuh butu petasan

terrajana

orang kabila ke (kiri2)an 


--- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur  menulis:


>Dari: iqbal makmur 
>Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
>Mohi)
>Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
>Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:04 PM
>
>
>  
>Yth saudaraku El Nino
>Saya sampaikan terimakasih karena celetukan saya di milis ini mendapat respon 
>yang semestinya meskipun sudah agak merembet ke hal2 yang agak sensitif. 
>Maksud 
>saya sebenarnya menggiring diskusi ini ke wacana 'kesejahteraan' dan kenaikan 
>'level' beberapa saudara kita dari wartawan ke lahan politik sebenarnya untuk 
>mengingatkan kembali kepada teman2 yang masih berprofesi sebagai wartawan 
>(atau 
>dosen dll)bahwa diantara sebagian besar yang beralih profesi menjadi politikus 
>masih ada beberapa orang yang masih istiqomah mempertahankan idealismenya.
>Kalau dalam email saya sebelumnya saya tulis bahwa anda2 beralih profesi untuk 
>mengejar kesejahteraan saya pikir tidak ada masalah. Apakah mengejar 
>kesejahteraan itu adalah sebuah dosa? Yang jadi masalah  adalah apabila hal 
>ini 
>menjadi SATU2NYA tujuan anda dan melupakan kewajiban sebagai wakil rakyat. 
>Selanjutnya saya sampaikan bahwa secara KASAT MATA terjadi perubahan gaya 
>hidup 
>(kesejahteraan) teman2 semua ini juga benar kan? Kalau dulunya bung El Nino 
>sering kita temukan di bentor sekarang sudah di mobil mewah ber AC dan banyak 
>lagi fasilitas yang tidak didapatkan selagi masih wartawan. Sekali lagi saya 
>tegaskan ini hanya penilaian secara KASAT MATA, setelah diklarifikasi oleh 
>anda 
>dan ditambahkan oleh bung Very dan Femy kita semua akhirnya bisa tahu betapa 
>besar beban dan tanggungjawab yang anda semua pikul. Singkatnya adalah : 
>Komentar saya justru telah memancing jawaban dari anda semua sehingga pada 
>akhirnya kita semua bisa tahu eksistensi anda2 yang sebenarnya. 
>Bung Nino, Beberapa waktu yang lalu kita sempat diskusi panjang lebar sambil 
>makan supermi di jalan salemba, saya sangat terkesan dengan kisah2 anda 
>sebagai 
>senator dan  perjuangan anda mempertahankan idealisme meskipun sering 
>berbenturan dengan sistem bobrok yang sudah terbangun selama puluhan tahun. 
>Dalam hati saya berdoa kedepannya nanti akan lebih banyak orang2 seperti anda 
>yang akan terus membawa nilai2 luhur, pengabdian dan amanah rakyat yang terus 
>termarjinalkan selama ini. Kalau toh nanti ada orang2 yang seperti saya yang 
>sepertinya hanya bisa berkomentar sinis anggaplah itu sebuah kritik dan 
>kontrol 
>sebagai rasa cinta kami sebagai rakyat yang anda wakili dengan harapan kinerja 
>yang sudah bagus yang anda perlihatkan selama ini akan terus dipertahankan 
>atau 
>kalau bisa ditingkatkan. Kecuali kalau anda semua para wakil rakyat yang 
>terhormat lebih bisa bekerja dengan baik kalau dipuji dan disanjung, maka 
>mulai 
>saat ini saya dan teman2 semua akan terus memuji2 anda setiap hari..
>
>
>*Saya dengar Junior sempat masuk rumah sakit, semoga sudah baikan ya...
>*Mohon doa dan dukungannya juga  untuk urusan yang kemaren..
>
>
>Salam lailatul qadar
>Mohamad Iqbal Makmur
>Warga Kabila, Bonebolango
>
>
>

From: elninogorontalo 
>To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
>Sent: Sun, August 29, 2010 11:01:31 PM
>Subject: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
>
>  
>Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetnya adalah "kursi" dan 
>"penghasilan". Tapi bagi orang cerdas, baik, berani dan punya kesempatan, 
>tujuannya adalah proses, yaitu bahwa pencalonan di wilayah politik adalah 
>sebagian dari pengabdian ; memberi contoh bagaimana seharusnya berpolitik. 
>Bangsa ini sangat membutuhkan contoh, terutama dalam politik (sebagai 
>lokomotif 
>perubahan). Ketika orang baik, cerdas dan berani tidak menggunakan 
>kesempatannya 
>masuk ke wilayah politik, kita sudah lihat kan bagaimana hasilnya :)
>
>Apa kabar pak? :)
>
>Odu'olo,
>
>Elnino
>
>--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Sirjon Busalo  
>wrote:
>>
>> ana agak tergelitik dengan kalimatnya bang Elnino, apa iya yah? sukses =
>> cerdas+baik+berani
>> 
>> hmm.. perlu dicoba kayaknya bang... asal jangan nekat 

Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik funcotanipu

Ini goraka biasanya untuk ba obat deng masak.

Kalo mo campur kopi enak gak ya? 

Kalo kita biasa kopi arang. Atau kopingho..



Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Syam Sdp 
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Mon, 30 Aug 2010 01:13:48 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

so ada dorang..



kikikikik, tunggu  ba siram kopi goraka dulu ana fun

--- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com  menulis:

Dari: funcotan...@gmail.com 
Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:09 PM







 



  



  
  
  













Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dari diskusi ini.

1. Kesejahteraan, saya kira kita sudah membicarakan walau belum detail. Saya 
sudah memposting pada postingan sebelumnya.

2. Kapasitas personal, ini point kritis yang mesti diupgrade secepatnya. 
Kapasitas SDM Wartawan/pekerja media (tidak semua) saya lihat berada di level 
yang memprihatinkan. Wartawan punya tugas mencerahkan, sama fungsinya dengan 
ulama, dosen, guru dll. Substansi "tupoksi" berada di frame itu. Persoalannya, 
apakah ada semacam usaha kreatif lembaga/perkumpulan wartawan baik di AJI atau 
PWI atau yang lain untuk mengaktifkan capacity building ini. Kapasitas 
profesional tidak sekedar meliput, menulis, memberitakan, tetapi bagaimana 
"mengarahkan" opini publik ke arah yang "cerah".

3. Regulasi, hal-hal yang diatur secara serius dalam regulasi yang ada baik UU 
Pers dll, mesti diterjemahkan dalam bentuk operasionalisasi yang cukup detail, 
jelas, mengikat dan efektif. Regulasi kadang hanya menjadi instrumen jika mulai 
masuk ke ranah "yang haram" dan "yang halal".

4. Struktur, kita mesti mengakui banyak wartawan bodrex baik yang halus maupun 
terang-terangan. Ada 2 struktur yang saya kira berbeda, tetapi menjadi 
instrumen organisasi. Perusahaan tempat dia bekerja secara administratif, dan 
perkumpulan wartawan yang mengikat dia secara ideologis/etis. Saya kurang paham 
bagaimana mensinkronkan kedua lembaga ini.

5. Sistem sosial, sistem sosial lokal Gorontalo yang terlalu ramah dengan 
sesama dll, cukup membuat wartawan kadang tidak enak, kasian dll. Fasilitas 
"diberangkatkan" ke luar daerah mengikuti pejabat utk meliput, THR, dan macam 
fasilitas cukup membuat rasa ketidakenakan ini seringkali terjadi. Bukan cuma 
wartawan, tetapi juga yang lain. Ada prinsip "mobilohe" dll, yang terus terang 
disalahkaprahkan. Yang mestinya diletakkan dalam hubungan 
masyarakat/kekeluargaan, malah diletakkan ke hubungan profesional. Dan banyak 
sistem sosial lokal kita yang cukup mengkonstruksi "budaya" wartawan menjadi 
permisif dengan hal-hal yang mesti dia jauhi.

6.Ideologi, point ini cukup krusial. Saya melihat bahwa mentalitas wartawan 
seperti Tempo agak jarang di Gorontalo. Saya terus terang masih menjadikan 
Tempo sebagai "standar" kewartawanan dan pemberitaan utk konteks Indonesia. 
Misalnya seperti Metta Dharmasapputra yang mesti merogoh koceknya pribadi hanya 
untuk membayar dinner bersama Liem Sio Liong. Ideologi "pembebasan" saya kira 
kurang dieksplorasi cukup dalam di antara wartawan Gorontalo, dan Indonesia. 
Ideologi adalah benteng terakhir dari profesi itu. Tanpa itu, segala sesuatunya 
akan longgar adanya. Untuk beberapa person wartawan di Gorontalo saya melihat 
ada beberapa yang teguh memegang hal tsb. Hanya saja tidak disebarluaskan.

Mohon maaf jika menyinggung perasaan. Sebab, sekarang ini lagi eranya cepat 
tersinggung. Seperti Indonesia yang sering tersinggung dengan Malaysia...

Sekali lagi, ini adalah kehendak untuk saling memperbaiki.





Powered by Telkomsel BlackBerry®From:  "v_madjowa" 
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 16:45:27 -To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

 




  
  
  kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan 
dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan 
menolak kembali pada masing-masing individu. 



Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan 
dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota 
Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak 
baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." 
(beritanya terlampir)



salam,



verri



http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional



UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional



Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali



Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa 
penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers 
profesion

Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik funcotanipu

Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan 
asuransi. 

Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan 
kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek 
administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank.

Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari 
perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi 
mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan 
lemparan batu mahasiswa.
Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak.

Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib 
koresponden atau wartawan tidak tetap?

Mohon pencerahan..




Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Tuturuga 
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, 
bahaya 
setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak 
aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus 
siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup 
layak, apalagi berlebih. 

Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk 
wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. 

Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang 
nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya 
perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan 
koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan 
karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing 
galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama 
Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik 
Maluku 
Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal.
Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri
Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan 
minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha 
mandiri produktif





From: v_madjowa 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

  
kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan 
dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan 
menolak kembali pada masing-masing individu. 


Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan 
dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota 
Dewan 
Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik 
dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." 
(beritanya 
terlampir)

salam,

verri

http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional

UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional

Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali

Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa 
penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers 
profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

"Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar 
kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas 
Jurnalis" di Padang, Minggu.

Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir 
pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang 
terang-terangan melanggar ketentuan kode etik tersebut. 


"Hal itu jelas tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, UU Pers tidak perlu 
diterapkan kepada mereka," katanya menegaskan.

Ia menyebutkan Pasal 2 UU No.40/1999 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu 
wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, 
dan 
supremasi hukum.

Maknanya, kata dia, penegakan hukum yang merawat kemerdekaan pers. "Jadi, bukan 
berarti memberikan hak-hak istimewa kepada pers, melainkan ikut menjaga dan 
menegakkan demokrasi," paparnya.

Diakuinya, pers memang sudah teruji dan memiliki peran sangat strategis dalam 
pengawasan semua tahapan dan fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. 


Namun, lanjut dia, kemerdekaan pers dan perlindungan hukum hanya diberikan 
kepada pers yang profesional.

"Di luar itu, seperti pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik 
dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional," ujarnya. 


Menurut dia, mereka tak ubahnya "penumpang gelap" yang menjadikan kemerdekaan 
pers sebagai "topeng". Pasalnya, dalam menjalankan pekerjaannya sudah melanggar

Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik Syam Sdp
so ada dorang..



kikikikik, tunggu  ba siram kopi goraka dulu ana fun

--- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com  menulis:

Dari: funcotan...@gmail.com 
Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:09 PM







 



  



  
  
  













Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dari diskusi ini.

1. Kesejahteraan, saya kira kita sudah membicarakan walau belum detail. Saya 
sudah memposting pada postingan sebelumnya.

2. Kapasitas personal, ini point kritis yang mesti diupgrade secepatnya. 
Kapasitas SDM Wartawan/pekerja media (tidak semua) saya lihat berada di level 
yang memprihatinkan. Wartawan punya tugas mencerahkan, sama fungsinya dengan 
ulama, dosen, guru dll. Substansi "tupoksi" berada di frame itu. Persoalannya, 
apakah ada semacam usaha kreatif lembaga/perkumpulan wartawan baik di AJI atau 
PWI atau yang lain untuk mengaktifkan capacity building ini. Kapasitas 
profesional tidak sekedar meliput, menulis, memberitakan, tetapi bagaimana 
"mengarahkan" opini publik ke arah yang "cerah".

3. Regulasi, hal-hal yang diatur secara serius dalam regulasi yang ada baik UU 
Pers dll, mesti diterjemahkan dalam bentuk operasionalisasi yang cukup detail, 
jelas, mengikat dan efektif. Regulasi kadang hanya menjadi instrumen jika mulai 
masuk ke ranah "yang haram" dan "yang halal".

4. Struktur, kita mesti mengakui banyak wartawan bodrex baik yang halus maupun 
terang-terangan. Ada 2 struktur yang saya kira berbeda, tetapi menjadi 
instrumen organisasi. Perusahaan tempat dia bekerja secara administratif, dan 
perkumpulan wartawan yang mengikat dia secara ideologis/etis. Saya kurang paham 
bagaimana mensinkronkan kedua lembaga ini.

5. Sistem sosial, sistem sosial lokal Gorontalo yang terlalu ramah dengan 
sesama dll, cukup membuat wartawan kadang tidak enak, kasian dll. Fasilitas 
"diberangkatkan" ke luar daerah mengikuti pejabat utk meliput, THR, dan macam 
fasilitas cukup membuat rasa ketidakenakan ini seringkali terjadi. Bukan cuma 
wartawan, tetapi juga yang lain. Ada prinsip "mobilohe" dll, yang terus terang 
disalahkaprahkan. Yang mestinya diletakkan dalam hubungan 
masyarakat/kekeluargaan, malah diletakkan ke hubungan profesional. Dan banyak 
sistem sosial lokal kita yang cukup mengkonstruksi "budaya" wartawan menjadi 
permisif dengan hal-hal yang mesti dia jauhi.

6.Ideologi, point ini cukup krusial. Saya melihat bahwa mentalitas wartawan 
seperti Tempo agak jarang di Gorontalo. Saya terus terang masih menjadikan 
Tempo sebagai "standar" kewartawanan dan pemberitaan utk konteks Indonesia. 
Misalnya seperti Metta Dharmasapputra yang mesti merogoh koceknya pribadi hanya 
untuk membayar dinner bersama Liem Sio Liong. Ideologi "pembebasan" saya kira 
kurang dieksplorasi cukup dalam di antara wartawan Gorontalo, dan Indonesia. 
Ideologi adalah benteng terakhir dari profesi itu. Tanpa itu, segala sesuatunya 
akan longgar adanya. Untuk beberapa person wartawan di Gorontalo saya melihat 
ada beberapa yang teguh memegang hal tsb. Hanya saja tidak disebarluaskan.

Mohon maaf jika menyinggung perasaan. Sebab, sekarang ini lagi eranya cepat 
tersinggung. Seperti Indonesia yang sering tersinggung dengan Malaysia...

Sekali lagi, ini adalah kehendak untuk saling memperbaiki.





Powered by Telkomsel BlackBerry®From:  "v_madjowa" 
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 16:45:27 -To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

 




  
  
  kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan 
dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan 
menolak kembali pada masing-masing individu. 



Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan 
dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota 
Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak 
baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." 
(beritanya terlampir)



salam,



verri



http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional



UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional



Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali



Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa 
penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers 
profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).



"Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar 
kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas 
Jurnalis" di Padang, Minggu.



Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir 
pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang 
terang-teranga

Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik Tuturuga
Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, 
bahaya 
setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak 
aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus 
siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup 
layak, apalagi berlebih. 

Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk 
wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. 

Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang 
nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya 
perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan 
koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan 
karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing 
galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama 
Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik 
Maluku 
Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal.
Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri
Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan 
minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha 
mandiri produktif





From: v_madjowa 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

  
kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan 
dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan 
menolak kembali pada masing-masing individu. 


Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan 
dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota 
Dewan 
Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik 
dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." 
(beritanya 
terlampir)

salam,

verri

http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional

UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional

Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali

Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa 
penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers 
profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

"Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar 
kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas 
Jurnalis" di Padang, Minggu.

Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir 
pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang 
terang-terangan melanggar ketentuan kode etik tersebut. 


"Hal itu jelas tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, UU Pers tidak perlu 
diterapkan kepada mereka," katanya menegaskan.

Ia menyebutkan Pasal 2 UU No.40/1999 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu 
wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, 
dan 
supremasi hukum.

Maknanya, kata dia, penegakan hukum yang merawat kemerdekaan pers. "Jadi, bukan 
berarti memberikan hak-hak istimewa kepada pers, melainkan ikut menjaga dan 
menegakkan demokrasi," paparnya.

Diakuinya, pers memang sudah teruji dan memiliki peran sangat strategis dalam 
pengawasan semua tahapan dan fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. 


Namun, lanjut dia, kemerdekaan pers dan perlindungan hukum hanya diberikan 
kepada pers yang profesional.

"Di luar itu, seperti pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik 
dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional," ujarnya. 


Menurut dia, mereka tak ubahnya "penumpang gelap" yang menjadikan kemerdekaan 
pers sebagai "topeng". Pasalnya, dalam menjalankan pekerjaannya sudah melanggar 
kode etik wartawan dan melawan hukum.
(T.KR-TSP/D007/P003)
COPYRIGHT © 2010


 


  

Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)

2010-08-29 Terurut Topik Syam Sdp
bung iqbal

ada logika yang menggelitik dan perlu saya garis bawahi dari paragraf pertama 
tulisan anda: berarti wartawan yang beralih jadi politikus, sudah tidak 
istiqomah dan idealis?

salam malam penuh butu petasan

terrajana

orang kabila ke (kiri2)an 


--- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur  menulis:

Dari: iqbal makmur 
Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino 
Mohi)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:04 PM







 



  



  
  
  Yth saudaraku El NinoSaya sampaikan terimakasih karena celetukan saya di 
milis ini mendapat respon yang semestinya meskipun sudah agak merembet ke hal2 
yang agak sensitif. Maksud saya sebenarnya menggiring diskusi ini ke wacana 
'kesejahteraan' dan kenaikan 'level' beberapa saudara kita dari wartawan ke 
lahan politik sebenarnya untuk mengingatkan kembali kepada teman2 yang masih 
berprofesi sebagai wartawan (atau dosen dll)bahwa diantara sebagian besar yang 
beralih profesi menjadi politikus masih ada beberapa orang yang masih istiqomah 
mempertahankan idealismenya.Kalau dalam email saya sebelumnya saya tulis bahwa 
anda2 beralih profesi untuk mengejar kesejahteraan saya pikir tidak ada 
masalah. Apakah mengejar kesejahteraan itu adalah sebuah dosa? Yang jadi masalah
 adalah apabila hal ini menjadi SATU2NYA tujuan anda dan melupakan kewajiban 
sebagai wakil rakyat. Selanjutnya saya sampaikan bahwa secara KASAT MATA 
terjadi perubahan gaya hidup (kesejahteraan) teman2 semua ini juga benar kan? 
Kalau dulunya bung El Nino sering kita temukan di bentor sekarang sudah di 
mobil mewah ber AC dan banyak lagi fasilitas yang tidak didapatkan selagi masih 
wartawan. Sekali lagi saya tegaskan ini hanya penilaian secara KASAT MATA, 
setelah diklarifikasi oleh anda dan ditambahkan oleh bung Very dan Femy kita 
semua akhirnya bisa tahu betapa besar beban dan tanggungjawab yang anda semua 
pikul. Singkatnya adalah : Komentar saya justru telah memancing jawaban dari 
anda semua sehingga pada akhirnya kita semua bisa tahu eksistensi anda2 yang 
sebenarnya. Bung Nino, Beberapa waktu yang lalu kita sempat diskusi panjang 
lebar sambil makan supermi di jalan salemba, saya sangat terkesan dengan kisah2 
anda sebagai senator dan
 perjuangan anda mempertahankan idealisme meskipun sering berbenturan dengan 
sistem bobrok yang sudah terbangun selama puluhan tahun. Dalam hati saya berdoa 
kedepannya nanti akan lebih banyak orang2 seperti anda yang akan terus membawa 
nilai2 luhur, pengabdian dan amanah rakyat yang terus termarjinalkan selama 
ini. Kalau toh nanti ada orang2 yang seperti saya yang sepertinya hanya bisa 
berkomentar sinis anggaplah itu sebuah kritik dan kontrol sebagai rasa cinta 
kami sebagai rakyat yang anda wakili dengan harapan kinerja yang sudah bagus 
yang anda perlihatkan selama ini akan terus dipertahankan atau kalau bisa 
ditingkatkan. Kecuali kalau anda semua para wakil rakyat yang terhormat lebih 
bisa bekerja dengan baik kalau dipuji dan disanjung, maka mulai saat ini saya 
dan teman2 semua akan terus memuji2 anda setiap hari..
*Saya dengar Junior sempat masuk rumah sakit, semoga sudah baikan ya...*Mohon 
doa dan dukungannya juga
 untuk urusan yang kemaren..
Salam lailatul qadarMohamad Iqbal MakmurWarga Kabila, Bonebolango
From: elninogorontalo 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Sun, August 29, 2010 11:01:31 PM
Subject: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan

















 




  
  
  Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetnya adalah "kursi" 
dan "penghasilan". Tapi bagi orang cerdas, baik, berani dan punya kesempatan, 
tujuannya adalah proses, yaitu bahwa pencalonan di wilayah politik adalah 
sebagian dari pengabdian ; memberi contoh bagaimana seharusnya berpolitik. 
Bangsa ini sangat membutuhkan contoh, terutama dalam politik (sebagai lokomotif 
perubahan). Ketika orang baik, cerdas dan berani tidak menggunakan 
kesempatannya masuk ke wilayah politik, kita sudah lihat kan bagaimana 
hasilnya :)



Apa kabar pak? :)



Odu'olo,



Elnino



--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Sirjon Busalo  
wrote:

>

> ana agak tergelitik dengan kalimatnya bang Elnino, apa iya yah? sukses =

> cerdas+baik+berani

> 

> hmm.. perlu dicoba kayaknya bang... asal jangan nekat aja, karena

> persamaannya menjadi; sukses - cerdas - baik = nekat

> 

> Pada 29 Agustus 2010 03.22, elninogorontalo menulis:

> 

> >

> >

> > Bung Ikbal, karena orang2 cerdas dan baik seperti antum ini tidak mau (atau

> > takut) atau belum ada kesempatan terjun ke politik, maka saya dan kawan2

> > PD-PD saja (merasa cerdas dan baik) dan menjadi anggota KPU, DPD, DPRD, dll.

> > Sebagian menang, sebagian belum berhasil.

> >

> > Kalau semua orang (tak terkecuali) melakukan sesuatu karena "cari doyi",

> > maka hancur sudah masyarakat itu. Saya yakin, tidak semua orang seperti itu.

> > Seorang dosen, misalnya, mendaftar beasiswa dan berusaha untuk sekola

Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik funcotanipu

Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dari diskusi ini.

1. Kesejahteraan, saya kira kita sudah membicarakan walau belum detail. Saya 
sudah memposting pada postingan sebelumnya.

2. Kapasitas personal, ini point kritis yang mesti diupgrade secepatnya. 
Kapasitas SDM Wartawan/pekerja media (tidak semua) saya lihat berada di level 
yang memprihatinkan. Wartawan punya tugas mencerahkan, sama fungsinya dengan 
ulama, dosen, guru dll. Substansi "tupoksi" berada di frame itu. Persoalannya, 
apakah ada semacam usaha kreatif lembaga/perkumpulan wartawan baik di AJI atau 
PWI atau yang lain untuk mengaktifkan capacity building ini. Kapasitas 
profesional tidak sekedar meliput, menulis, memberitakan, tetapi bagaimana 
"mengarahkan" opini publik ke arah yang "cerah".

3. Regulasi, hal-hal yang diatur secara serius dalam regulasi yang ada baik UU 
Pers dll, mesti diterjemahkan dalam bentuk operasionalisasi yang cukup detail, 
jelas, mengikat dan efektif. Regulasi kadang hanya menjadi instrumen jika mulai 
masuk ke ranah "yang haram" dan "yang halal".

4. Struktur, kita mesti mengakui banyak wartawan bodrex baik yang halus maupun 
terang-terangan. Ada 2 struktur yang saya kira berbeda, tetapi menjadi 
instrumen organisasi. Perusahaan tempat dia bekerja secara administratif, dan 
perkumpulan wartawan yang mengikat dia secara ideologis/etis. Saya kurang paham 
bagaimana mensinkronkan kedua lembaga ini.

5. Sistem sosial, sistem sosial lokal Gorontalo yang terlalu ramah dengan 
sesama dll, cukup membuat wartawan kadang tidak enak, kasian dll. Fasilitas 
"diberangkatkan" ke luar daerah mengikuti pejabat utk meliput, THR, dan macam 
fasilitas cukup membuat rasa ketidakenakan ini seringkali terjadi. Bukan cuma 
wartawan, tetapi juga yang lain. Ada prinsip "mobilohe" dll, yang terus terang 
disalahkaprahkan. Yang mestinya diletakkan dalam hubungan 
masyarakat/kekeluargaan, malah diletakkan ke hubungan profesional. Dan banyak 
sistem sosial lokal kita yang cukup mengkonstruksi "budaya" wartawan menjadi 
permisif dengan hal-hal yang mesti dia jauhi.

6.Ideologi, point ini cukup krusial. Saya melihat bahwa mentalitas wartawan 
seperti Tempo agak jarang di Gorontalo. Saya terus terang masih menjadikan 
Tempo sebagai "standar" kewartawanan dan pemberitaan utk konteks Indonesia. 
Misalnya seperti Metta Dharmasapputra yang mesti merogoh koceknya pribadi hanya 
untuk membayar dinner bersama Liem Sio Liong. Ideologi "pembebasan" saya kira 
kurang dieksplorasi cukup dalam di antara wartawan Gorontalo, dan Indonesia. 
Ideologi adalah benteng terakhir dari profesi itu. Tanpa itu, segala sesuatunya 
akan longgar adanya. Untuk beberapa person wartawan di Gorontalo saya melihat 
ada beberapa yang teguh memegang hal tsb. Hanya saja tidak disebarluaskan.

Mohon maaf jika menyinggung perasaan. Sebab, sekarang ini lagi eranya cepat 
tersinggung. Seperti Indonesia yang sering tersinggung dengan Malaysia...

Sekali lagi, ini adalah kehendak untuk saling memperbaiki.






Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "v_madjowa" 
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 16:45:27 
To: 
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan 
dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan 
menolak kembali pada masing-masing individu. 

Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan 
dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota 
Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak 
baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." 
(beritanya terlampir)

salam,

verri


http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional

UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional

Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali

Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa 
penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers 
profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

"Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar 
kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas 
Jurnalis" di Padang, Minggu.

Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir 
pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang 
terang-terangan melanggar ketentuan kode etik tersebut. 

"Hal itu jelas tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, UU Pers tidak perlu 
diterapkan kepada mereka," katanya menegaskan.

Ia menyebutkan Pasal 2 UU No.40/1999 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu 
wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, 
dan supremasi hukum.

Maknanya, kata dia, penegakan hukum yang merawat kemerd

Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik Syam Sdp
setuju bung vm

independensi tidak selamanya berkaitan dengan masalah kesejahteraan, yang pada 
akhirnya membuat kita berapologi "mumpung masih kere, wartawan boleh terima 
amplop". goenawan mohamad pernah menegaskan bahwa profesi wartawan adalah 
sebuah laku moral. ini yang perlu  dikedepankan.

so, 
jurnalis gorontalo, manjo rame2 torang berusaha profesional, tidak dengan 
menggunakan pemahaman sendiri-sendiri. 







--- Pada Ming, 29/8/10, v_madjowa  menulis:

Dari: v_madjowa 
Judul: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 4:45 PM







 



  



  
  
  kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan 
dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan 
menolak kembali pada masing-masing individu. 



Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan 
dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota 
Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak 
baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." 
(beritanya terlampir)



salam,



verri



http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional



UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional



Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali



Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa 
penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers 
profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).



"Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar 
kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas 
Jurnalis" di Padang, Minggu.



Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir 
pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang 
terang-terangan melanggar ketentuan kode etik tersebut. 



"Hal itu jelas tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, UU Pers tidak perlu 
diterapkan kepada mereka," katanya menegaskan.



Ia menyebutkan Pasal 2 UU No.40/1999 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu 
wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, 
dan supremasi hukum.



Maknanya, kata dia, penegakan hukum yang merawat kemerdekaan pers. "Jadi, bukan 
berarti memberikan hak-hak istimewa kepada pers, melainkan ikut menjaga dan 
menegakkan demokrasi," paparnya.



Diakuinya, pers memang sudah teruji dan memiliki peran sangat strategis dalam 
pengawasan semua tahapan dan fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. 



Namun, lanjut dia, kemerdekaan pers dan perlindungan hukum hanya diberikan 
kepada pers yang profesional.



"Di luar itu, seperti pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik 
dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional," ujarnya. 



Menurut dia, mereka tak ubahnya "penumpang gelap" yang menjadikan kemerdekaan 
pers sebagai "topeng". Pasalnya, dalam menjalankan pekerjaannya sudah melanggar 
kode etik wartawan dan melawan hukum.

(T.KR-TSP/D007/P003)

COPYRIGHT © 2010






 





 



  







Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)

2010-08-29 Terurut Topik iqbal makmur
Yth saudaraku El Nino
Saya sampaikan terimakasih karena celetukan saya di milis ini mendapat respon 
yang semestinya meskipun sudah agak merembet ke hal2 yang agak sensitif. Maksud 
saya sebenarnya menggiring diskusi ini ke wacana 'kesejahteraan' dan kenaikan 
'level' beberapa saudara kita dari wartawan ke lahan politik sebenarnya untuk 
mengingatkan kembali kepada teman2 yang masih berprofesi sebagai wartawan (atau 
dosen dll)bahwa diantara sebagian besar yang beralih profesi menjadi politikus 
masih ada beberapa orang yang masih istiqomah mempertahankan idealismenya.
Kalau dalam email saya sebelumnya saya tulis bahwa anda2 beralih profesi untuk 
mengejar kesejahteraan saya pikir tidak ada masalah. Apakah mengejar 
kesejahteraan itu adalah sebuah dosa? Yang jadi masalah adalah apabila hal ini 
menjadi SATU2NYA tujuan anda dan melupakan kewajiban sebagai wakil rakyat. 
Selanjutnya saya sampaikan bahwa secara KASAT MATA terjadi perubahan gaya hidup 
(kesejahteraan) teman2 semua ini juga benar kan? Kalau dulunya bung El Nino 
sering kita temukan di bentor sekarang sudah di mobil mewah ber AC dan banyak 
lagi fasilitas yang tidak didapatkan selagi masih wartawan. Sekali lagi saya 
tegaskan ini hanya penilaian secara KASAT MATA, setelah diklarifikasi oleh anda 
dan ditambahkan oleh bung Very dan Femy kita semua akhirnya bisa tahu betapa 
besar beban dan tanggungjawab yang anda semua pikul. Singkatnya adalah : 
Komentar saya justru telah memancing jawaban dari anda semua sehingga pada 
akhirnya kita semua bisa tahu eksistensi anda2 yang sebenarnya. 
Bung Nino, Beberapa waktu yang lalu kita sempat diskusi panjang lebar sambil 
makan supermi di jalan salemba, saya sangat terkesan dengan kisah2 anda sebagai 
senator dan perjuangan anda mempertahankan idealisme meskipun sering 
berbenturan 
dengan sistem bobrok yang sudah terbangun selama puluhan tahun. Dalam hati saya 
berdoa kedepannya nanti akan lebih banyak orang2 seperti anda yang akan terus 
membawa nilai2 luhur, pengabdian dan amanah rakyat yang terus termarjinalkan 
selama ini. Kalau toh nanti ada orang2 yang seperti saya yang sepertinya hanya 
bisa berkomentar sinis anggaplah itu sebuah kritik dan kontrol sebagai rasa 
cinta kami sebagai rakyat yang anda wakili dengan harapan kinerja yang sudah 
bagus yang anda perlihatkan selama ini akan terus dipertahankan atau kalau bisa 
ditingkatkan. Kecuali kalau anda semua para wakil rakyat yang terhormat lebih 
bisa bekerja dengan baik kalau dipuji dan disanjung, maka mulai saat ini saya 
dan teman2 semua akan terus memuji2 anda setiap hari..

*Saya dengar Junior sempat masuk rumah sakit, semoga sudah baikan ya...
*Mohon doa dan dukungannya juga untuk urusan yang kemaren..

Salam lailatul qadar
Mohamad Iqbal Makmur
Warga Kabila, Bonebolango




From: elninogorontalo 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Sun, August 29, 2010 11:01:31 PM
Subject: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan

  
Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetnya adalah "kursi" dan 
"penghasilan". Tapi bagi orang cerdas, baik, berani dan punya kesempatan, 
tujuannya adalah proses, yaitu bahwa pencalonan di wilayah politik adalah 
sebagian dari pengabdian ; memberi contoh bagaimana seharusnya berpolitik. 
Bangsa ini sangat membutuhkan contoh, terutama dalam politik (sebagai lokomotif 
perubahan). Ketika orang baik, cerdas dan berani tidak menggunakan 
kesempatannya 
masuk ke wilayah politik, kita sudah lihat kan bagaimana hasilnya :)

Apa kabar pak? :)

Odu'olo,

Elnino

--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Sirjon Busalo  
wrote:
>
> ana agak tergelitik dengan kalimatnya bang Elnino, apa iya yah? sukses =
> cerdas+baik+berani
> 
> hmm.. perlu dicoba kayaknya bang... asal jangan nekat aja, karena
> persamaannya menjadi; sukses - cerdas - baik = nekat
> 
> Pada 29 Agustus 2010 03.22, elninogorontalo menulis:
> 
> >
> >
> > Bung Ikbal, karena orang2 cerdas dan baik seperti antum ini tidak mau (atau
> > takut) atau belum ada kesempatan terjun ke politik, maka saya dan kawan2
> > PD-PD saja (merasa cerdas dan baik) dan menjadi anggota KPU, DPD, DPRD, dll.
> > Sebagian menang, sebagian belum berhasil.
> >
> > Kalau semua orang (tak terkecuali) melakukan sesuatu karena "cari doyi",
> > maka hancur sudah masyarakat itu. Saya yakin, tidak semua orang seperti itu.
> > Seorang dosen, misalnya, mendaftar beasiswa dan berusaha untuk sekolah
> > dengan beasiswa itu semata-mata untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari uang
> > beasiswa. Lalu ilmu itu akan dia bagikan secara gratis kepada seluruh
> > masyarakat yang membutuhkan, tidak dengan "menjual ilmu"nya sehingga
> > menghasilkan "uang". Saya yakin masih banyak dosen yang setelah dapat gelar
> > master dan doktor melalui beasiswa akan mentransfer ilmunya ke banyak orang
> > tanpa dibayar sekali pun... Begitu juga dengan mayoritas wartawan dan
> > orang-orang cerdas lainnya, hanya mau mengabdi, bukan untuk cari duit.
> >
> >
> > --- In 
>gorontal

Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)

2010-08-29 Terurut Topik v_madjowa
kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan 
dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan 
menolak kembali pada masing-masing individu. 

Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan 
dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota 
Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak 
baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." 
(beritanya terlampir)

salam,

verri


http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional

UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional

Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali

Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa 
penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers 
profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

"Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar 
kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas 
Jurnalis" di Padang, Minggu.

Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir 
pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang 
terang-terangan melanggar ketentuan kode etik tersebut. 

"Hal itu jelas tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, UU Pers tidak perlu 
diterapkan kepada mereka," katanya menegaskan.

Ia menyebutkan Pasal 2 UU No.40/1999 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu 
wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, 
dan supremasi hukum.

Maknanya, kata dia, penegakan hukum yang merawat kemerdekaan pers. "Jadi, bukan 
berarti memberikan hak-hak istimewa kepada pers, melainkan ikut menjaga dan 
menegakkan demokrasi," paparnya.

Diakuinya, pers memang sudah teruji dan memiliki peran sangat strategis dalam 
pengawasan semua tahapan dan fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. 

Namun, lanjut dia, kemerdekaan pers dan perlindungan hukum hanya diberikan 
kepada pers yang profesional.

"Di luar itu, seperti pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik 
dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional," ujarnya. 

Menurut dia, mereka tak ubahnya "penumpang gelap" yang menjadikan kemerdekaan 
pers sebagai "topeng". Pasalnya, dalam menjalankan pekerjaannya sudah melanggar 
kode etik wartawan dan melawan hukum.
(T.KR-TSP/D007/P003)
COPYRIGHT © 2010




Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan(buat TP:Jika ingin mengritik, mari kumpulkan data dan fakta yang komprehensif dulu, biar tidak terkesan ngawur dan melukai perasaan orang lain )

2010-08-29 Terurut Topik Syam Sdp


 sepertinya memang sudah menjadi rumus, jika kita berpikiran negatif tentang 
seseorang, maka bisa jadi orang lain akan berpikiran buruk pula pada kita. 
itulah kompleksnya manusia. syam sdp yang terrajana juga meminta maaf atas  
lahir, batin, juga batil.

dear, bagi milister yang sudah terlanjur nimbrung pada diskusi awal ini, 
kembali yuk, ke pembahasan semula    


salam 

terrajana

--- Pada Ming, 29/8/10, Taufik Polapa  menulis:

Dari: Taufik Polapa 
Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan(Mari Kita Dukung 
wakil Rakyat Kita Elnino)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 12:18 PM







 



  



  
  
  Dear All,

Setelah Buka puasa tadi dan Shalat Magrib, ternyata ada satu kejadian yang saya 
alami yang tentunya mengingatkan saya akan satu hal, kembali lagi, bukankan di 
Milist ini salah satu visi dan misi menghilangkan budaya TUTUHIYA ? dan sudah 
sepanatasnya Elnino Mohi kita hormati dan Hargai karena walau bagaimanapun 
Beliau merupakan Wakil Rakyat Gorontalo yang ada di Parlement yang harus di 
berikan Support.
Mungkin pada kesempatan ini di Bulan Suci Ramadhan Maafkan Kelancangan Saya 
Bang Elnino atas Tulisan saya yang kurang enak, karena itu adalah kekurangan 
saya dalam menilai Sepak terjang dan perjuangan Elnino selama ini.
Terakhir Buat teman2 Wartawan yang ada d gtlo maafkan jika ada yang kurang 
berkenan, Bu Femy pak Fery Rosyid.dll.

Saya Tahu Elnino Elnino
 Atiolo dp orang sederhana dan Mari kita dukung Elnino utk menuju ke Puncak 
yang lebih baik utk mengharumkan Nama Gorontalo yang kita cintai.

Selamat berjuang dan Berpuasa buat teman2

SAlam Merdeka.,...


Wassalam
'

TP


From: "agung_hp...@rocketmail.com" 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Sun, August 29, 2010 3:35:15 PM
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR
 kepada Wartawan









 




  
  
  












Wey ka iki sudah jo uti sambarang 2 nhgoni ini bulan puasa kurang sama jo 
manusia ada kekurangannya ka iki co ba dulu puasa batulisPowered by Telkomsel 
BlackBerry®From:  "Icky Polapa" 
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 07:36:25 +To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan

 




  
  
  












Dear saudaraku
Elnino dan Syam

Sebelumnya selamat menjalankan ibadah d bulan suci ramadhan semoga amal kita 
semua di terima oleh allah swt amin,bukankah di bulan penuh berkah dan rahmat 
ini kita harus perbanyak bebrbuat kebaikan? Sebelumnya mhn maaf kepada senator 
kita yg briliant elnino mohi atas tulisan saya yg telah membuat elnino 
memberikan klarifikasi, saya berharap kritikan dr saya merupakan bagian dr 
rakyat gtlo, ada hal yg pelu di cermati bahwa roda kehidupan terus berputar 
hari ini kita berada di atas belum tentu kita ttp terus d atas, kehidupan 
kadang naik turun tinggal gmn cr menyikapinya penuh dgn rasa syukur,ingatlah 
kepada keluarga saudara teman kita atau tetangga kita yg saat ini tengah 
membutuhkan uluran bantuan kepada kita di saat kita memiliki kelebihan dan 
kedudukan apalagi kita telah memberikan janji tentu saja itu janji itu akan di 
tagih di hari kemudian nanti, dan jika ada meminta pertolongan kepada diri kita 
jika kita
 memiliki kelebihan hendaklah membantunya ibaratnya pemimpin yg membantu kepada 
rakyatnya, mungkin itu yg pelu saya tuliskan pada kesempatan ini dan tdk ada 
maksud menjatuhkan atau melecehakan orang tertentu semata-mata ingin melihat 
org lain tetap tersenyum dalam penderitaannya.
Kepada saudraku elnino semoga nt tetap amanah dlam mengemban tugas sebagai 
wakil rakyat gtlo dan tetap rendah hati sperti yg saya kenal selama ini. Saya 
sadar bahwa saya pun banyak kekurangan tp hati saya tdk bs jika ada yg 
mengganjal dalam hati saya sepanjang demi org banyak. Dan tidak ada tujuan saya 
utk mengambil keuntungan sepeserpun. Insya allah Elnino bersamna keluarga 
besarnya tetap dalam lindungan allah swt dan di berikan kekuatan dlm 
menjalankan tuhgas negara amin.
Maafkan saya saudaraku jika saya pe kata kata kurang berkenan.

Wassalam 


TP

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSATFrom:  Syam Sdp
 
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Aug 2010 14:31:37 +0800 (SGT)To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan

 




  
  
      bukan te elnino  yang lebay, tapi te Icky yg Alay, ana cuma curiga, 
ada stow yang pernah dia minta/harap pa wartawan yang jadi anggota DPD/KPU, 
kong tidak bisa dikabulkan.

so ba abab mulu karna babadiam trus, ngoceh dulu ah


terrajana

--- Pada Sab, 28/8/10, elninogorontalo  menulis:

Dari: elninogorontalo 
Judul: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Sabtu, 28 Agustus, 2010, 7:04 PM







 




  
  
  Icky, audit akang ana pe kekayaan 

[GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan

2010-08-29 Terurut Topik elninogorontalo
Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetnya adalah "kursi" dan 
"penghasilan". Tapi bagi orang cerdas, baik, berani dan punya kesempatan, 
tujuannya adalah proses, yaitu bahwa pencalonan di wilayah politik adalah 
sebagian dari pengabdian ; memberi contoh bagaimana seharusnya berpolitik. 
Bangsa ini sangat membutuhkan contoh, terutama dalam politik (sebagai lokomotif 
perubahan). Ketika orang baik, cerdas dan berani tidak menggunakan 
kesempatannya masuk ke wilayah politik, kita sudah lihat kan bagaimana 
hasilnya :)

Apa kabar pak? :)

Odu'olo,

Elnino

--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Sirjon Busalo  
wrote:
>
> ana agak tergelitik dengan kalimatnya bang Elnino, apa iya yah? sukses =
> cerdas+baik+berani
> 
> hmm.. perlu dicoba kayaknya bang... asal jangan nekat aja, karena
> persamaannya menjadi; sukses - cerdas - baik = nekat
> 
> Pada 29 Agustus 2010 03.22, elninogorontalo menulis:
> 
> >
> >
> > Bung Ikbal, karena orang2 cerdas dan baik seperti antum ini tidak mau (atau
> > takut) atau belum ada kesempatan terjun ke politik, maka saya dan kawan2
> > PD-PD saja (merasa cerdas dan baik) dan menjadi anggota KPU, DPD, DPRD, dll.
> > Sebagian menang, sebagian belum berhasil.
> >
> > Kalau semua orang (tak terkecuali) melakukan sesuatu karena "cari doyi",
> > maka hancur sudah masyarakat itu. Saya yakin, tidak semua orang seperti itu.
> > Seorang dosen, misalnya, mendaftar beasiswa dan berusaha untuk sekolah
> > dengan beasiswa itu semata-mata untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari uang
> > beasiswa. Lalu ilmu itu akan dia bagikan secara gratis kepada seluruh
> > masyarakat yang membutuhkan, tidak dengan "menjual ilmu"nya sehingga
> > menghasilkan "uang". Saya yakin masih banyak dosen yang setelah dapat gelar
> > master dan doktor melalui beasiswa akan mentransfer ilmunya ke banyak orang
> > tanpa dibayar sekali pun... Begitu juga dengan mayoritas wartawan dan
> > orang-orang cerdas lainnya, hanya mau mengabdi, bukan untuk cari duit.
> >
> >
> > --- In 
> > gorontalomaju2020@yahoogroups.com,
> > iqbal makmur  wrote:
> > >
> > > Kalau wartawan bisa sejahtera pasti tidak ada yang 'loncat' jadi anggota
> > DPD,
> > > KPU, legislatif dll..:)
> > >
> > > Iqbal
> > > Bulum ngantuk olo..
> >
> >  
> >
> 
> 
> 
> -- 
> Salam,
> 
> Sirjon Busalo
>




Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan

2010-08-29 Terurut Topik Sirjon Busalo
ana agak tergelitik dengan kalimatnya bang Elnino, apa iya yah? sukses =
cerdas+baik+berani

hmm.. perlu dicoba kayaknya bang... asal jangan nekat aja, karena
persamaannya menjadi; sukses - cerdas - baik = nekat

Pada 29 Agustus 2010 03.22, elninogorontalo menulis:

>
>
> Bung Ikbal, karena orang2 cerdas dan baik seperti antum ini tidak mau (atau
> takut) atau belum ada kesempatan terjun ke politik, maka saya dan kawan2
> PD-PD saja (merasa cerdas dan baik) dan menjadi anggota KPU, DPD, DPRD, dll.
> Sebagian menang, sebagian belum berhasil.
>
> Kalau semua orang (tak terkecuali) melakukan sesuatu karena "cari doyi",
> maka hancur sudah masyarakat itu. Saya yakin, tidak semua orang seperti itu.
> Seorang dosen, misalnya, mendaftar beasiswa dan berusaha untuk sekolah
> dengan beasiswa itu semata-mata untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari uang
> beasiswa. Lalu ilmu itu akan dia bagikan secara gratis kepada seluruh
> masyarakat yang membutuhkan, tidak dengan "menjual ilmu"nya sehingga
> menghasilkan "uang". Saya yakin masih banyak dosen yang setelah dapat gelar
> master dan doktor melalui beasiswa akan mentransfer ilmunya ke banyak orang
> tanpa dibayar sekali pun... Begitu juga dengan mayoritas wartawan dan
> orang-orang cerdas lainnya, hanya mau mengabdi, bukan untuk cari duit.
>
>
> --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com,
> iqbal makmur  wrote:
> >
> > Kalau wartawan bisa sejahtera pasti tidak ada yang 'loncat' jadi anggota
> DPD,
> > KPU, legislatif dll..:)
> >
> > Iqbal
> > Bulum ngantuk olo..
>
>  
>



-- 
Salam,

Sirjon Busalo


Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan(Mari Kita Dukung wakil Rakyat Kita Elnino)

2010-08-29 Terurut Topik elninogorontalo
hihihi Icky Nyantai saja. Napa ada banyak kritikan yang baik dan 
proporsional ke Elnino sebagai anggota DPD, tapi tidak menyerang pribadinya. Di 
hape saya ada beberapa kritik yang bikin saya stress juga sebagai anggota DPD, 
misalnya :

1. Satu dari empat janji Elnino sampai sekarang belum terwujud, yaitu UU Otda 
Berdasarkan Nilai Lokal. Kalau janji itu sudah terwujud (atau mungkin juga 
dipastikan gagal) tahun depan, Elnino sudah harus mundur dari DPD. (Ini 
tuntutan dari beberapa anggota Tim-9 Sahabat Elnino).

2. Sekitar 46.464 orang yang memilih Elnino, dan sekitar 30 ribuan di antaranya 
belum pernah melihat Elnino secara langsung. (SMS dari banyak orang).

3. Konsentrasi/fokus pengabdian Tim-9 yang mengelola semua dana dari DPD hanya 
berada di Kota Gorontalo dan Bone Bolango, sehingga masyarakat Gorut (25 persen 
memilih Elnino) dan Pohuwato (10 persen memilih Elnino) menuntut untuk juga 
kebagian.

4. Masalah alih fungsi hutan TNBNW yang belum ditindaklanjuti oleh DPD-RI. 
(tuntutan dari teman2 pro lingkungan).

5. Dan masih banyak lagi

Icky dkk yang ingin kritik pribadi, mohon tidak di ranah publik seperti milis 
ini. Misalnya dengan meng-SMS langsung ke nomor saya : 081314616415. Kalau di 
hape, boleh lah kasar-kasar dikit ke saya, hehehe

Btw, status di FB itu tak ada hubungannya dengan milis ini. Itu adalah bentuk 
keprihatinan melihat orang yang memaki-maki DPR ketika menelpon ke stasiun TV. 
Lihat pula comments rakyat terhadap pernyataan2 wakilnya di detik.com. Kasar 
bin ajaib. hehehe



Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan(Mari Kita Dukung wakil Rakyat Kita Elnino)

2010-08-29 Terurut Topik Taufik Polapa
Dear All,

Setelah Buka puasa tadi dan Shalat Magrib, ternyata ada satu kejadian yang saya 
alami yang tentunya mengingatkan saya akan satu hal, kembali lagi, bukankan di 
Milist ini salah satu visi dan misi menghilangkan budaya TUTUHIYA ? dan sudah 
sepanatasnya Elnino Mohi kita hormati dan Hargai karena walau bagaimanapun 
Beliau merupakan Wakil Rakyat Gorontalo yang ada di Parlement yang harus di 
berikan Support.
Mungkin pada kesempatan ini di Bulan Suci Ramadhan Maafkan Kelancangan Saya 
Bang 
Elnino atas Tulisan saya yang kurang enak, karena itu adalah kekurangan saya 
dalam menilai Sepak terjang dan perjuangan Elnino selama ini.
Terakhir Buat teman2 Wartawan yang ada d gtlo maafkan jika ada yang kurang 
berkenan, Bu Femy pak Fery Rosyid.dll.

Saya Tahu Elnino Elnino Atiolo dp orang sederhana dan Mari kita dukung Elnino 
utk menuju ke Puncak yang lebih baik utk mengharumkan Nama Gorontalo yang kita 
cintai.

Selamat berjuang dan Berpuasa buat teman2

SAlam Merdeka.,...


Wassalam
'

TP






From: "agung_hp...@rocketmail.com" 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Sun, August 29, 2010 3:35:15 PM
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan

  
Wey ka iki sudah jo uti sambarang 2 nhgoni ini bulan puasa kurang sama jo 
manusia ada kekurangannya ka iki co ba dulu puasa batulis
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  "Icky Polapa"  
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
Date: Sun, 29 Aug 2010 07:36:25 +
To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
  
Dear saudaraku
Elnino dan Syam

Sebelumnya selamat menjalankan ibadah d bulan suci ramadhan semoga amal kita 
semua di terima oleh allah swt amin,bukankah di bulan penuh berkah dan rahmat 
ini kita harus perbanyak bebrbuat kebaikan? Sebelumnya mhn maaf kepada senator 
kita yg briliant elnino mohi atas tulisan saya yg telah membuat elnino 
memberikan klarifikasi, saya berharap kritikan dr saya merupakan bagian dr 
rakyat gtlo, ada hal yg pelu di cermati bahwa roda kehidupan terus berputar 
hari 
ini kita berada di atas belum tentu kita ttp terus d atas, kehidupan kadang 
naik 
turun tinggal gmn cr menyikapinya penuh dgn rasa syukur,ingatlah kepada 
keluarga 
saudara teman kita atau tetangga kita yg saat ini tengah membutuhkan uluran 
bantuan kepada kita di saat kita memiliki kelebihan dan kedudukan apalagi kita 
telah memberikan janji tentu saja itu janji itu akan di tagih di hari kemudian 
nanti, dan jika ada meminta pertolongan kepada diri kita jika kita memiliki 
kelebihan hendaklah membantunya ibaratnya pemimpin yg membantu kepada 
rakyatnya, 
mungkin itu yg pelu saya tuliskan pada kesempatan ini dan tdk ada maksud 
menjatuhkan atau melecehakan orang tertentu semata-mata ingin melihat org lain 
tetap tersenyum dalam penderitaannya.
Kepada saudraku elnino semoga nt tetap amanah dlam mengemban tugas sebagai 
wakil 
rakyat gtlo dan tetap rendah hati sperti yg saya kenal selama ini. Saya sadar 
bahwa saya pun banyak kekurangan tp hati saya tdk bs jika ada yg mengganjal 
dalam hati saya sepanjang demi org banyak. Dan tidak ada tujuan saya utk 
mengambil keuntungan sepeserpun. Insya allah Elnino bersamna keluarga besarnya 
tetap dalam lindungan allah swt dan di berikan kekuatan dlm menjalankan tuhgas 
negara amin.
Maafkan saya saudaraku jika saya pe kata kata kurang berkenan.

Wassalam 


TP


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


From:  Syam Sdp  
Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
Date: Sun, 29 Aug 2010 14:31:37 +0800 (SGT)
To: 
ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
  
bukan te elnino  yang lebay, tapi te Icky yg Alay, ana cuma curiga, ada 
stow 
yang pernah dia minta/harap pa wartawan yang jadi anggota DPD/KPU, kong tidak 
bisa dikabulkan.

so ba abab mulu karna babadiam trus, ngoceh dulu ah


terrajana

--- Pada Sab, 28/8/10, elninogorontalo  menulis:


>Dari: elninogorontalo 
>Judul: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
>Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
>Tanggal: Sabtu, 28 Agustus, 2010, 7:04 PM
>
>
>  
>Icky, audit akang ana pe kekayaan utibaru boleh bicara. Ini soal harga 
>diri, 
>Icky Sengaja ana kase nama ana pe anak "Elnino Jr" supaya suatu saat dia 
>bangga deng depe papa yang "tidak jadi kaya deng gaji DPD". Ana sangat kuatir, 
>Icky, kalau pikiran macam ente ini berkembang, itu akan menjadikan ana pe 
>anak-anak dihina pada zamannya dan itu akan menutup pintu2 rejeki mereka.
>
>Saya bukan nabi, Icky uti Tapi alhamdulillah sejauh ini tidak gila deng 
>kesejahteraan. Thanks atas singgungannya yang berlebihan Icky waa Ente so 
>bikin ana jadi lebay
>
>Bagimana kabar maituwa, Icky? Sesehati? Hehehe... 
>
>Odu'olo,
>
>Elnino
>
>--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, "Icky Polapa"  wrote:
>>
>> Artinya skg so jd ang

[GM2020] [sekedar share] sapi dan teori ekonomi

2010-08-29 Terurut Topik akbar arsyad






SOCIALISME
>
>kau punya 2 sapi 1 sapi kau berikan untuk tetanggamu
>
>
>COMMUNISME
>
>kau punya 2 sapi negara mengambil alih keduanya dan memberimu 2 kaleng susu..
>
>
>FASCISME
>
>kau punya 2 sapi negara mengambil alih keduanya dan menjual susu padamu.
>
>
>NAZISM
>
>kau punya 2 sapi negara mengambil keduanya dan menembakmu.
>
>
>
>TRADITIONAL CAPITALISM
>
>kau punya 2 sapi betina kau jual satu dan beli satu sapi jantan. Ternakmu 
>bertambah, dan ekonomi tumbuh.
>
>
>THE ANDERSEN MODEL
>
>kau punya 2 sapi. kau cincang-cincang dua-duanya.
>
>
>AN AMERICAN CORPORATION
>
>kau punya 2 sapi.
>
>kau jual satu, dan satunya kau paksa untuk memproduksi susu sebanyak 4 sapi. 
>kemudian, kau menyewa konsultan untuk menganalisa mengapa sapinya mati.
>
>
>
>A FRENCH CORPORATION
>
>kau punya 2 sapi
>
>kau turun ke jalan, menyusun massa , memblokade jalanan, karena kau ingin 
>punya 
>3 sapi.
>
>
>A JAPANESE CORPORATION
>
>kau punya 2 sapi.
>
>kau medesignnya ulang hingga bisa menghasilkan 20 kali lipat susu.. Kemudian 
>kau 
>buat profil kartun sapi pintar "Cowakemon" dan menjualnya ke seluruh dunia.
>
>
>
>A GERMAN CORPORATION
>
>kau punya 2 sapi
>
>kau merekayasanya supaya bisa hidup lebih dari 100 tahun, makan cukup sekali 
>sebulan, dan mereka bisa saling memerah susu sendiri.
>
>
>AN ITALIAN CORPORATION
>
>kau punya 2 sapi, tapi kau tak tahu dimana mereka.
>
>kau putuskan untuk makan siang saja.
>
>
>A RUSSIAN CORPORATION
>
>kau punya 2 sapi
>
>kau menghitungnya dan berandai bagaimana bilamana punya 5 sapi kau 
>menghitungnya 
>lagi dan berandai bagaimana bilamana punya 42 sapi kau menghitungnya lagi dan 
>menemukan bahwa sapimu cuma dua. kau berhenti mengitung, lalu buka sebotol 
>vodka.
>
>
>A SWISS CORPORATION
>
>kau ada 5000 sapi. tak satupun adalah milikmu.
>
>kau mengenakan biaya adaministratif kepada pemiliknya untuk menyimpannya.
>
>
>A CHINESE CORPORATION
>
>kau punya 2 sapi.
>
>kau punya 300 orang untuk memerah susunya kau nyatakan bahwa tak ada 
>pengangguran, dan nilai produksi susu tinggi. Kau menangkap wartawan yang 
>melaporkan kenyataanya.
>
>
>BRITISH CORPORATION
>
>kau punya 2 sapi
>
>dua-duanya sapi gila.
>
>
>IRAQ CORPORATION
>
>semua orang berpikir kau punya banyak sapi
>
>kau bilang ke meraka kau cuma punya satu. Tak ada yang percaya, maka mereka 
>mengebom daerahmu dan menginvasi negaramu. Kau masih tak punya sapi satupun, 
>tapi setidaknya sekarang kau bagian dari demokrasi.
>
>
>NEW ZEALAND CORPORATION
>
>kau punya 2 sapi
>
>sapi yang di kiri kelihatan sangat atraktif.
>
>
>AUSTRALIAN CORPORATION
>
>kau punya 2 sapi.
>
>bisnis kelihatanya sedang bagus. Kau tutup kantor dan pergi mencari beer untuk 
>merayakannya.
>
>
>
>INDONESIAN CORPORATION
>
>kau punya 2 sapi
>
>dua-duanya curian.
>
>lalu kau jual dua-duanya.
>
>kemudian kau simpan uangnya di acount non budgeter yang tak jelas. kemudian 
>kau 
>gunakan beberapa untuk mendanai kampanye partaimu tapi sebagaian besar kau 
>simpan untuk anak cucumu.
>
>
>MALAYSIAN CORPORATION
>
>kau punya 2 sapi
>
>dua-duanya kau curi dari indonesia.