Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL
Untuk hal-hal yang sifatnya mistis, ada ketertutupan diantara kita thdp itu. Sebagai bagian dr pengembangan wacana akademik ttg hal ini, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan. 1. apa alasan substantif bung Sirjon menolak hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan perdukunan. 2. Apakah ini berkaitan dengan agama yang dianut? Atau berdasarkan rasio pribadi? 3. Kalau sehari-hari, biasanya untuk masalah anak, rumah dll, apa tidak pernah menggunakan jasa dukun juga? Biasa kalo anak tumbuh gigi, dll alternatifnya ke dukun. Ini hanya contoh. Terima kasih respon sebelumnya.. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Sirjon Busalo Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Mon, 30 Aug 2010 10:12:38 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL karena dipaksa komen ya komen lah.. secara pribadi, sekali lagi secara pribadi... go to hell yg namanya paranormal.. i don't care and i'm not scare.. so i don't give a shit about them.. personally... tidak ada itu namanya paranormal, kita saja yg meng"ada²"kan mereka.. pengalaman pribadi, bahkan orang yg dianggap mommediya, mommuyahe kalumba, hanya tersenyum² ketika saya membeli sepetak tanah untuk saya bangun sebuah rumah (sekarang saya tinggali) yg rimbun dengan rerumputan, bambu, pohon saguer (wekeke), dan alumbango + seonggok gubuk tua.. diya otawa ma lali wololo bibiyahiyo aatii.. yg ana tako Funco bo orang mo pangge bakalae.. krn ana tidak tau ba pulungku.. wakakaka ti om Iqbal tau itu.. :p PS : kase maso kasana nt hasil survey waa.. bahwa ada juga sebagian orang yg tidak percaya, tidak peduli dan tidak mau peduli.. hihihi
Re: [GM2020] Gorontalo provinsi termiskin ke-9 se-Indonesia, Fw: [Berita BaKTI] Sensus Nasional BPS 2010: 7 dari 10 propinsi yang angka kemiskinannya tertinggi ada di KTI
trus yg selama ini di publis pemerintah kita apa dang? --- Pada Kam, 26/8/10, funcotan...@gmail.com menulis: Dari: funcotan...@gmail.com Judul: Re: [GM2020] Gorontalo provinsi termiskin ke-9 se-Indonesia, Fw: [Berita BaKTI] Sensus Nasional BPS 2010: 7 dari 10 propinsi yang angka kemiskinannya tertinggi ada di KTI Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Kamis, 26 Agustus, 2010, 6:36 AM Berarti Negara mesti kerja keras. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Rahman Dako Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Thu, 26 Aug 2010 02:04:56 -0700 (PDT) To: Gorontalo Maju ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: [GM2020] Gorontalo provinsi termiskin ke-9 se-Indonesia, Fw: [Berita BaKTI] Sensus Nasional BPS 2010: 7 dari 10 propinsi yang angka kemiskinannya tertinggi ada di KTI From: Berita BaKTI Subject: [Berita BaKTI] Sensus Nasional BPS 2010: 7 dari 10 propinsi yang angka kemiskinannya tertinggi ada di KTI To: rahman_d...@yahoo.com Date: Wednesday, August 25, 2010, 8:03 PM Newsletter Berita BaKTI Sensus Nasional BPS 2010: 7 dari 10 propinsi yang angka kemiskinannya tertinggi ada di KTI 7 dari 10 propinsi yang angka kemiskinannya tertinggi di Indonesia ternyata ada di KTI. Sangat ironis, justru terjadi di wilayah dengan sumber alam melimpah. No Propinsi Angka Kemiskinan 1. Papua Barat 36,80 % 2. Papua 34,88 % 3. Maluku 27,74% 4. Sulawesi Barat 23,19 % 5. Nusa Tenggara Timur 23,03% 6. Nusa Tenggara Barat 21,55 % 7. Aceh 20,98 % 8. Bangka Belitung 18,94 % 9. Gorontalo 18,70 % 10. Sumatera Selatan 18,30% Infomasi lengkap di: http://batukar.info/news/10-propinsi-paling-miskin-di-indonesia Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) Jl. Dr. Sutomo No. 26 Makassar Sulawesi Selatan Ph/Fax: +624113650320-22 / +624113650323 Email: i...@bakti.org Website: http://www.bakti.org Anda menerima email ini sebagai salah satu pendaftar di mailing list Berita BaKTI. Mailing list yang berisi informasi-informasi dari Yayasan BaKTI. Unsubscribe from this newsletter
Bls: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
isss...kalo banyak THR bagi2 waa --- Pada Ming, 29/8/10, N. Syamsu Panna menulis: Dari: N. Syamsu Panna Judul: Bls: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 2:53 PM Ana olo mo curhat ah... Selain sebagai wartawan, ana juga bekerja (entah ini sampingan atau utama) di bidang grafis, baik cetak maupun audio visual. Juga di bidang IT. Job yg paling banyak adalah di grafis ini. Dan job yang jarang datang tapi sekali datang depe doi besar adalah pembuatan profile cetak atau video, baik pribadi maupun lembaga. Di Gorontalo order yg begini biasanya bo datang dari pejabat atau lembaga pemerintah. Hampir tidak pernah dari non pejabat. (Tanya jo pa wartawan2 yg juga penulis buku biografi). Kecuali video profile untuk pre-wedding.. Kembali ke soal independensi jurnalis... Yg ana dengar dari bbrapa anggota AJI, organisasi ini membolehkan anggotanya menulis biografi seseorang dan menerima pembayaran dari kerja2 profesionalnya itu. (dalam hal ini klo ana mem-video-kan biografi). Lantas, bgmana kalo orang/lembaga yang ditulis biografinya (isi biografi tentunya baik-baik semua) kemudian tersangkut sebuah kasus, korupsi misalnya... Kira2 bagemana sikap si penulis kemudian... di satu sisi, sebagai jurnalis dia harus memberitakan kasus tersebut, di sisi lain, berita itu selain akan menjatuhkan orang yang pernah memberi duit kepada dia, juga akan bertentangan dengan apa yang pernah dia tulis. Ini berarti, pembayaran atas kerja profesional sebagai penulis biografi, (yang dibolehkan oleh AJI) ternyata juga berpengaruh terhadap independensi penulis sebagai seorang jurnalis. Kode Etik Jurnalistik pasal 6; Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap (penafsiran; Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.) Kode Etik Jurnalistik AJI nomor 14. Jurnalis tidak dibenarkan menerima sogokan. (Catatan: yang dimaksud dengan sogokan adalah semua bentuk pemberian berupa uang, barang dan atau fasilitas lain, yang secara langsung atau tidak langsung, dapat mempengaruhi jurnalis dalam membuat kerja jurnalistik.) Maka, secara tidak langsung, bagi saya, menerima pembayaran atas pekerjaan profesional menulis biografi seorang pejabat, akan terlihat berdampak sama dengan menerima angpao lebaran dari pejabat tersebut. Dua-duanya diterima tidak dalam kondisi sedang meliput berita... Jika pekerjaan sambilan seperti di atas tadi kemudian akhirnya dilarang oleh organisasi kewartawanan, lantas hanya membolehkan jurnalis mencari sambilan dengan membuka usaha dagang, apakah anda yakin bahwa usaha dagang juga tidak akan mempengaruhi independensi seorang jurnalis.. Bagaimana jika klien terbesar kita -- yang selama ini telah membuat usaha dagang kita maju pesat sehingga kita punya hutang budi kepada klien tersebut -- di belakang hari tersangkut sebuah kasus seperti korupsi? Mungkin hal-hal tersebut akan sulit kita hadapi karena membawa kita ke posisi dilematis, kecuali bagi salah seorang senior saya di Gorontalo yg saya salut karena beliau berani melawan kondisi dilematisnya saat memberitakan istrinya sendiri ketika membagi-bagikan beras saat kampanye... Karena itulah akhirnya saya mencoba kembali ke hukum yang lebih tinggi dari kode etik, undang-undang, maupun undang-undang Dasar... Syamsu Panna GORONTALO Dari: Syam Sdp Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Terkirim: Sen, 30 Agustus, 2010 02:06:50 Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Bung FT, sekedar curhat, saya pribadi pernah mengalami pengalaman "traumatik" jadi wartawan, terkait soal kesejahteraan, kapasitas serta profesionalisme seperti yang bung rentetkan tadi. 2005, saya pernah mendaftar pada sebuah tabloid di Gorontalo, hari pertama mendaftar , langsung diterima, dibuatkan id card, trus langsung disuruh cari berita, mulus benar karir perdana saya ini. tapi ironis, di samping nyari berita , saya juga sekalian bertugas menawarkan iklan, hasil sekian persen dari iklan itulah, yang dianggap sebagai gaji saya. saya juga pernah beberapa kali menerima amplop dari narasumber, dengan pesan lisan dari orang -orang dalam, "asal dikase, ente tak usah tolak). alhasil, saya pun keluar hanya dalam hitungan 3 bulan, kapok jadi wartawan, banting stir kerja serabutan, ngajar teater di SMA sana sini, jadi tukang jaga buku di perpustakaan, nulis puisi dan artikel meski kadang dibayar kadang tidak, sebelum akhirnya memutuskan kembali jadi wartawan pada awal 2008. saya kira banyak juga rekan2 wartawan yang juga mengalami hal serupa meski tak sama kasusnya. bahkan wartawan yang bekerja di media yang tergolong bonafid sekalipun, masih mengeluhkan soal "kok jadinya begini" terkait harapan mereka soal profesionalisme, ada yang merasa terkungkung karena tidak bisa bebas
RE: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL
Wkwkwkk Bulum tabang itu pohon saguer? Bole mo manumpang ba panen? Hehehe.. Kea Due bulan puasa bagini jang kuat ba maki . :-) Kalo bo tukang sihir ana masih parcaya ... karna ti Nabi Musa pernah baku Fight deng dorang tapi kalo peternak Kalumbers .ana blum pernah lia itu hewan endemic Gorontalo. Tida tau ba plungku bo kempo jago ee? Wkwkwkwkkw ampun suhu richie PS : kangen deng tutorial shopadmin.asp dari pa ti suhu :p :p :p _ From: gorontalomaju2020@yahoogroups.com [mailto:gorontalomaju2...@yahoogroups.com] On Behalf Of Sirjon Busalo Sent: Monday, August 30, 2010 9:13 AM To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL karena dipaksa komen ya komen lah.. secara pribadi, sekali lagi secara pribadi... go to hell yg namanya paranormal.. i don't care and i'm not scare.. so i don't give a shit about them.. personally... tidak ada itu namanya paranormal, kita saja yg meng"ada²"kan mereka.. pengalaman pribadi, bahkan orang yg dianggap mommediya, mommuyahe kalumba, hanya tersenyum² ketika saya membeli sepetak tanah untuk saya bangun sebuah rumah (sekarang saya tinggali) yg rimbun dengan rerumputan, bambu, pohon saguer (wekeke), dan alumbango + seonggok gubuk tua.. diya otawa ma lali wololo bibiyahiyo aatii.. yg ana tako Funco bo orang mo pangge bakalae.. krn ana tidak tau ba pulungku.. wakakaka ti om Iqbal tau itu.. :p PS : kase maso kasana nt hasil survey waa.. bahwa ada juga sebagian orang yg tidak percaya, tidak peduli dan tidak mau peduli.. hihihi
Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL
Saya juga,,, sama :) *kase maso juga aku Funco :) Sent from Elephant City -Original Message- From: Sirjon Busalo Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Mon, 30 Aug 2010 10:12:38 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL karena dipaksa komen ya komen lah.. secara pribadi, sekali lagi secara pribadi... go to hell yg namanya paranormal.. i don't care and i'm not scare.. so i don't give a shit about them.. personally... tidak ada itu namanya paranormal, kita saja yg meng"ada²"kan mereka.. pengalaman pribadi, bahkan orang yg dianggap mommediya, mommuyahe kalumba, hanya tersenyum² ketika saya membeli sepetak tanah untuk saya bangun sebuah rumah (sekarang saya tinggali) yg rimbun dengan rerumputan, bambu, pohon saguer (wekeke), dan alumbango + seonggok gubuk tua.. diya otawa ma lali wololo bibiyahiyo aatii.. yg ana tako Funco bo orang mo pangge bakalae.. krn ana tidak tau ba pulungku.. wakakaka ti om Iqbal tau itu.. :p PS : kase maso kasana nt hasil survey waa.. bahwa ada juga sebagian orang yg tidak percaya, tidak peduli dan tidak mau peduli.. hihihi
Re: [GM2020] [sekedar share] sapi dan teori ekonomi
hahahahah saya suka teori terakhir!!! Pada 29 Agustus 2010 17.05, akbar arsyad menulis: > > > > > > > SOCIALISME > kau punya 2 sapi 1 sapi kau berikan untuk tetanggamu > > COMMUNISME > kau punya 2 sapi negara mengambil alih keduanya dan memberimu 2 kaleng > susu.. > > FASCISME > kau punya 2 sapi negara mengambil alih keduanya dan menjual susu padamu. > > NAZISM > kau punya 2 sapi negara mengambil keduanya dan menembakmu. > > > TRADITIONAL CAPITALISM > kau punya 2 sapi betina kau jual satu dan beli satu sapi jantan. Ternakmu > bertambah, dan ekonomi tumbuh. > > THE ANDERSEN MODEL > kau punya 2 sapi. kau cincang-cincang dua-duanya. > > AN AMERICAN CORPORATION > kau punya 2 sapi. > kau jual satu, dan satunya kau paksa untuk memproduksi susu sebanyak 4 > sapi. kemudian, kau menyewa konsultan untuk menganalisa mengapa sapinya > mati. > > > A FRENCH CORPORATION > kau punya 2 sapi > kau turun ke jalan, menyusun massa , memblokade jalanan, karena kau ingin > punya 3 sapi. > > A JAPANESE CORPORATION > kau punya 2 sapi. > kau medesignnya ulang hingga bisa menghasilkan 20 kali lipat susu.. > Kemudian kau buat profil kartun sapi pintar "Cowakemon" dan menjualnya ke > seluruh dunia. > > > A GERMAN CORPORATION > kau punya 2 sapi > kau merekayasanya supaya bisa hidup lebih dari 100 tahun, makan cukup > sekali sebulan, dan mereka bisa saling memerah susu sendiri. > > AN ITALIAN CORPORATION > kau punya 2 sapi, tapi kau tak tahu dimana mereka. > kau putuskan untuk makan siang saja. > > A RUSSIAN CORPORATION > kau punya 2 sapi > kau menghitungnya dan berandai bagaimana bilamana punya 5 sapi kau > menghitungnya lagi dan berandai bagaimana bilamana punya 42 sapi kau > menghitungnya lagi dan menemukan bahwa sapimu cuma dua. kau berhenti > mengitung, lalu buka sebotol vodka. > > A SWISS CORPORATION > kau ada 5000 sapi. tak satupun adalah milikmu. > kau mengenakan biaya adaministratif kepada pemiliknya untuk menyimpannya. > > A CHINESE CORPORATION > kau punya 2 sapi. > kau punya 300 orang untuk memerah susunya kau nyatakan bahwa tak ada > pengangguran, dan nilai produksi susu tinggi. Kau menangkap wartawan yang > melaporkan kenyataanya. > > BRITISH CORPORATION > kau punya 2 sapi > dua-duanya sapi gila. > > IRAQ CORPORATION > semua orang berpikir kau punya banyak sapi > kau bilang ke meraka kau cuma punya satu. Tak ada yang percaya, maka mereka > mengebom daerahmu dan menginvasi negaramu. Kau masih tak punya sapi satupun, > tapi setidaknya sekarang kau bagian dari demokrasi. > > NEW ZEALAND CORPORATION > kau punya 2 sapi > sapi yang di kiri kelihatan sangat atraktif. > > AUSTRALIAN CORPORATION > kau punya 2 sapi. > bisnis kelihatanya sedang bagus. Kau tutup kantor dan pergi mencari beer > untuk merayakannya. > > > INDONESIAN CORPORATION > kau punya 2 sapi > dua-duanya curian. > lalu kau jual dua-duanya. > kemudian kau simpan uangnya di acount non budgeter yang tak jelas. kemudian > kau gunakan beberapa untuk mendanai kampanye partaimu tapi sebagaian besar > kau simpan untuk anak cucumu. > > MALAYSIAN CORPORATION > kau punya 2 sapi > dua-duanya kau curi dari indonesia. > > > > -- Salam, Sirjon Busalo
Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL
karena dipaksa komen ya komen lah.. secara pribadi, sekali lagi secara pribadi... go to hell yg namanya paranormal.. i don't care and i'm not scare.. so i don't give a shit about them.. personally... tidak ada itu namanya paranormal, kita saja yg meng"ada²"kan mereka.. pengalaman pribadi, bahkan orang yg dianggap mommediya, mommuyahe kalumba, hanya tersenyum² ketika saya membeli sepetak tanah untuk saya bangun sebuah rumah (sekarang saya tinggali) yg rimbun dengan rerumputan, bambu, pohon saguer (wekeke), dan alumbango + seonggok gubuk tua.. diya otawa ma lali wololo bibiyahiyo aatii.. yg ana tako Funco bo orang mo pangge bakalae.. krn ana tidak tau ba pulungku.. wakakaka ti om Iqbal tau itu.. :p PS : kase maso kasana nt hasil survey waa.. bahwa ada juga sebagian orang yg tidak percaya, tidak peduli dan tidak mau peduli.. hihihi
Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
sepakat bang... sesekali perubahan harus dilakukan dari dalam, kalo teriak² di jalanan, lempar²an di pusat kota, apalagi cuma koar² di milis sudah tidak mempan... ada baiknya masuk kedalam, turut serta berganti kulit, lalu lakukan perubahan, orang kampung bilang "Durchbruch" alias percée alias 画期的な hahaha.. anyway, i'm good.. so teng kiyu [?] Pada 30 Agustus 2010 00.01, elninogorontalo menulis: > > > Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetnya adalah "kursi" dan > "penghasilan". Tapi bagi orang cerdas, baik, berani dan punya kesempatan, > tujuannya adalah proses, yaitu bahwa pencalonan di wilayah politik adalah > sebagian dari pengabdian ; memberi contoh bagaimana seharusnya berpolitik. > Bangsa ini sangat membutuhkan contoh, terutama dalam politik (sebagai > lokomotif perubahan). Ketika orang baik, cerdas dan berani tidak menggunakan > kesempatannya masuk ke wilayah politik, kita sudah lihat kan bagaimana > hasilnya :) > > Apa kabar pak? :) > > Odu'olo, > > Elnino > > <<360.gif>>
[GM2020] Diskusi yang bermamfaat...
Alhamdulillah diskusi di milis ini sudah lebih baik dari kemarin. Tidak ada lagi one liner yang memenuhi inbox :) Semoga bisa berlanjut Selamat menunaikan ibadah puasa. Sent from my BlackBerry® Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: gorontalomaju2020-dig...@yahoogroups.com gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: gorontalomaju2020-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Bls: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Ana olo mo curhat ah... Selain sebagai wartawan, ana juga bekerja (entah ini sampingan atau utama) di bidang grafis, baik cetak maupun audio visual. Juga di bidang IT. Job yg paling banyak adalah di grafis ini. Dan job yang jarang datang tapi sekali datang depe doi besar adalah pembuatan profile cetak atau video, baik pribadi maupun lembaga. Di Gorontalo order yg begini biasanya bo datang dari pejabat atau lembaga pemerintah. Hampir tidak pernah dari non pejabat. (Tanya jo pa wartawan2 yg juga penulis buku biografi).Kecuali video profile untuk pre-wedding.. Kembali ke soal independensi jurnalis... Yg ana dengar dari bbrapa anggota AJI, organisasi ini membolehkan anggotanya menulis biografi seseorang dan menerima pembayaran dari kerja2 profesionalnya itu. (dalam hal ini klo ana mem-video-kan biografi). Lantas, bgmana kalo orang/lembaga yang ditulis biografinya (isi biografi tentunya baik-baik semua) kemudian tersangkut sebuah kasus, korupsi misalnya... Kira2 bagemana sikap si penulis kemudian... di satu sisi, sebagai jurnalis dia harus memberitakan kasus tersebut, di sisi lain, berita itu selain akan menjatuhkan orang yang pernah memberi duit kepada dia, juga akan bertentangan dengan apa yang pernah dia tulis. Ini berarti, pembayaran atas kerja profesional sebagai penulis biografi, (yang dibolehkan oleh AJI) ternyata juga berpengaruh terhadap independensi penulis sebagai seorang jurnalis. Kode Etik Jurnalistik pasal 6; Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesidan tidak menerima suap (penafsiran; Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.) Kode Etik Jurnalistik AJI nomor 14. Jurnalis tidak dibenarkan menerima sogokan. (Catatan: yang dimaksud dengan sogokan adalah semua bentuk pemberian berupa uang, barang dan atau fasilitas lain, yang secara langsung atau tidak langsung, dapat mempengaruhi jurnalis dalam membuat kerja jurnalistik.) Maka, secara tidak langsung, bagi saya, menerima pembayaran atas pekerjaan profesional menulis biografi seorang pejabat, akan terlihat berdampak sama dengan menerima angpao lebaran dari pejabat tersebut. Dua-duanya diterima tidak dalam kondisi sedang meliput berita... Jika pekerjaan sambilan seperti di atas tadi kemudian akhirnya dilarang oleh organisasi kewartawanan, lantas hanya membolehkan jurnalis mencari sambilan dengan membuka usaha dagang, apakah anda yakin bahwa usaha dagang juga tidak akan mempengaruhi independensi seorang jurnalis.. Bagaimana jika klien terbesar kita -- yang selama ini telah membuat usaha dagang kita maju pesat sehingga kita punya hutang budi kepada klien tersebut -- di belakang hari tersangkut sebuah kasus seperti korupsi? Mungkin hal-hal tersebut akan sulit kita hadapi karena membawa kita ke posisi dilematis, kecuali bagi salah seorang senior saya di Gorontalo yg saya salut karena beliau berani melawan kondisi dilematisnya saat memberitakan istrinya sendiri ketika membagi-bagikan beras saat kampanye... Karena itulah akhirnya saya mencoba kembali ke hukum yang lebih tinggi dari kode etik, undang-undang, maupun undang-undang Dasar... Syamsu Panna GORONTALO Dari: Syam Sdp Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Terkirim: Sen, 30 Agustus, 2010 02:06:50 Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Bung FT, sekedar curhat, saya pribadi pernah mengalami pengalaman "traumatik" jadi wartawan, terkait soal kesejahteraan, kapasitas serta profesionalisme seperti yang bung rentetkan tadi. 2005, saya pernah mendaftarpada sebuah tabloid di Gorontalo, hari pertama mendaftar , langsung diterima, dibuatkan id card, trus langsung disuruh cari berita, mulus benar karir perdana saya ini. tapi ironis, di samping nyari berita , saya juga sekalian bertugas menawarkan iklan, hasil sekian persen dari iklan itulah, yang dianggap sebagai gaji saya. saya juga pernah beberapa kali menerima amplop dari narasumber, dengan pesan lisan dari orang -orang dalam, "asal dikase, ente tak usah tolak). alhasil, saya pun keluar hanya dalam hitungan 3 bulan, kapok jadi wartawan, banting stir kerja serabutan, ngajar teater di SMA sana sini, jadi tukang jaga buku di perpustakaan, nulis puisi dan artikel meski kadang dibayar kadang tidak,sebelum akhirnya memutuskan kembali jadi wartawan pada awal 2008. saya kira banyak juga rekan2 wartawan yang juga mengalami hal serupa meski tak sama kasusnya. bahkan wartawan yang bekerja di media yang tergolong bonafid sekalipun, masih mengeluhkan soal "kok jadinya begini" terkait harapan mereka soal profesionalisme, ada yang merasa terkungkung karena tidak bisa bebas menulis, hanya perusahaannya karena terikat dengan MoU dengan pemerintah, ini harus diakui bersama. merujuk pada istilah pers sebagai "anjing penjaga", saya sempat meluncurkan istilah "anjing rumahan" dan "anjing jalanan", bagi wartawan yan
[GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)
Hihihi... (Mohon maaf bagi teman2 yang tidak nyaman dengan informasi seperti di bawah ini, tapi karena ditanyakan di ruang publik, jawabnya juga harus di ruang publik, hehe). Biaya taksi per bulan (dengan aktifitas yang tidak seperti dulu) sekarang ini mencapai Rp. 250 ribu per hari, pak Ikbal. Kredit mobil innova Rp. 7,8 juta per bulan. Boleh olo sebetulnya mo beli motor, tapi Tim-9 yang memaksa saya kredit mobil. Alasan pertamanya, supaya mobil dapat dipakai oleh teman2 dari Gorontalo yang ingin jalan2 di Jakarta. Kedua, kalau pakai motor, so mo "pohumato" te Elnino krn sangat jarang orang percaya politisi, dan Elnino akan dikatai "sok suci" atau "sok idealis". Hihihi Serba salah Di pundak saya ada beban berat, saya sadari, yaitu bahwa di masa kampanye, te Elnino menang karena banyak yang basumbang pa dia, dan TERCITRAKAN sebagai bukan orang kaya, melawan money politics, idealis, dlsb. Artinya, kalau kemudian TERNYATA TE ELNINO TIDAK BEGITU, maka yang akan ikut merasakan akibatnya adalah teman2/adik2 yang idealis dan bersiap menjadi calon dalam politik. Lebih jauh lagi, yang merasakan akibatnya adalah saya pe anak2 yang akan dilabeli sebagai "anak orang munafik". Mudah2an tidak terjadi, Amiin... Sebetulnya, menurut pribadi saya, idealisme tidak diukur dari berapa duit yang kita punya. Nanti so mo tersinggung orang2 kaya karena dianggap tidak idealis, hehe... Tapi tidak apa juga kalau orang membaca idealisme Elnino dari hal-hal yang KASAT MATA (mobil, dll). Kalau mo dilanjutkan keterangan ini, so mo jadi RIYA, bro...hehe... Khusus wacana itu, keterangannya kita cukupkan sampai di situ. Sebagai info awal, insyaallah 1 Oktober 2010 (setahun Elnino di DPD), kami akan bikin laporan lengkap via koran dan berbagai media cetak. Di situ akan diuraikan juga kegagalan2 yang terjadi. Nanti kalau laporannya sudah ada, saya atau seorang kawan akan meng-attach ke milis ini. Mohon dikritisi waa... Andai ada dana untuk survey, bisa kita bikin juga untuk mengukur berapa orang yang berpendapat bahwa Elnino harus mundur/bertahan di DPD. Prinsipnya, kalau sudah tidak bisa jadi contoh anggota DPD, yahtahu malu lah :) Idealisme memang harus dipertahankan oleh siapa pun yang dikenal idealis; politisi, dosen, wartawan, anggota KPU, pengusaha, dll. Kalau untuk publik, jangan mengambil untung materi (bila materi menjadi ukuran idealisme, tentu saja). Jadi, kalau torang mencerahkan publik Gorontalo melalui media maupun pertemuan2, tidak usah minta honor. Kalaupun ada, torang pakai saja untuk publik. :) Pak Ikbal, untung ada kritikannya. Kalau tidak, mungkin saya terlena dan tidak memberi pertanggungjawaban di milis dalam beberapa hari belakangan. Arigato wagaimatsu, waa... (benar begitu ejaannya?). Wei, di saya no hard feeling, bro...hehe. Mengkritik pejabat juga sampai sekarang masih saya lakoni, dan bila pejabat dikritik lalu diam saja, itu berbahaya buat dia dan buat publik. Jadi, mohon dianggap wajar bila saya langsung menjawab kritikannya waa... Never stop to criticize me waa... Kalau kritik yang personal, mohon di SMS saja. Kalau yang urusan publik, lebih baik via ruang publik juga. Iya, te Elnino Jr mencret2 sampai dehidrasi, jadi harus diinfus. Alhamdulillah Kamis lalu sudah keluar dari RSI. Thanks doanya waa... Tentang urusan yang kemarin itu, diusahakan bisa ketemu Selasa 1 September. Tolong diingatkan via SMS, dan kalau boleh, kita sama2 ke beliau itu. Odu'olo, Elnino PS: Punco, jangankan kau, sedangkan ana yang tercatat sebagai wartawan tidak terima gaji sejak 2005. Tapi torang kan seniman... hehe... kepuasan bukan diukur dari uang, dan tidak pernah menilai orang dengan berapa duit yang dia punya. Dengan adanya "legitimasi" bahwa "profesi saya wartawan", itu sudah sangat menguntungkan secara sosial. Karena kalau ana bukan wartawan, lalu akan mengaku sebagai apa? Thanks to Haji Lala dan Radar Gorontalo. --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, iqbal makmur wrote: > > Mungkin ada sedikit missunderstanding atau kalimat saya yang kurang tajam. > Maksudnya adalah teman2 yang dulunya wartawan seperti El Nino, Very Madjowa > dan > Femy Udoki ini dikenal idealis dan profesional dalam menjalankan tugas2nya. > Kita > semua berharap bahwa idealisme mereka ini terus bisa dipertahankan meskipun > sudah beralih profesi, dan ini diperlukan fungsi kontrol dan provokasi :) > > Iqbal > > > > > From: Syam Sdp > To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com > Sent: Mon, August 30, 2010 12:10:29 AM > Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino > Mohi) > > > bung iqbal > > ada logika yang menggelitik dan perlu saya garis bawahi dari paragraf pertama > tulisan anda: berarti wartawan yang beralih jadi politikus, sudah tidak > istiqomah dan idealis? > > salam malam penuh butu petasan > > terrajana > > orang kabila ke (kiri2)an > > > --- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur menulis: >
Bls: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL
ada lagi tiba2 bung mengingatkan saya jaman kuliah dulu. kebetulan, terkait dengan aspek kelima yang bung urutkan, di jurusan tempat saya pernah belajar (ushuluddin- perbandingan agama-psikoterapi islam, FAI-UMS) hal ini pernah menjadi wacana dan bahkan dimasukkan dalam kurikulum. perpaduan antara pola medis dalam kesehatan dengan pola terapi ruqhiyah, kemudian disebut sebagai pendekatan terapi holistik,atau terapi profetik. karena itu mata kuliah khusus yang diajarkan jadi jadi aneh2, saya pernah diajarkan cara dan teori mengirim energi pada seseorang, yang katanya juga menjadi pola dukun santet, juga belajar lapis aura manusia, banyak mahasiswa yang bahkan mengaku konsultasi dengan dosen lewat dunia "maya" , jurusan ushuludin yang dulunya notok belajar soal perbandingan agama, filsafat, dll, tiba-tiba belok bicara hal2 yang terkesan berbau "klenik" ketika itu, jurusan ushuluddin juga sempat bikin program twining (kuliah di dua fakultas yang saling terkait , yakni ushuluddin- psikologi, ushuluddin- ilmu kesehatan. sayang, saya tidak terlalu berminat dengan wacana itu, saat kuliah, saya malah asyik main teater dan belajar nulis (lagian saya sempat jengkel sama dosennya, karena saya pernah dibilangin tengah beraura anjing, hanya gara2 saya masuk ruang kuliah hanya bersandal jepit, rambut gondring awut2an, dan pakai celana rombeng, padahal dulu di jurusan ushuluddin, ini hal lumrah) . karena banyak konflik internal di jurusan itu, akhirnya konsentrasi psikoterapi islam tumbang, ushuluddin kembali lagi fokus pada perbandingan agama, tapi program twining khusus ushuluddin-psikologi masih ada. o ya, kalau ndak salah, cristopel paino (wartawan tempo gorontalo, juga anggota milis ini) , pernah ditugaskan meliput jenis terapi kesehatan seperti ini di sebuah rumah sakit di manado. nde ente coba tanya pa dia, depe hp:085256617494. semoga sharing ini bermanfaat --- Pada Ming, 29/8/10, Syam Sdp menulis: Dari: Syam Sdp Judul: Bls: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 6:29 PM sekedar info, pas saya meliput ziarah jelang ramadan di makam raja ilato (jo panggola),dembe II, konon menurut kuncen di sana, banyak pejabat yang datang ka sana menjelang pilkada, bukan hanya itu, bahkan non muslim pun, semisal warga etnis tionghoa datang untuk pada sang raja agar usahanya di lancarkan. plural sekali ternyata --- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com menulis: > Dari: funcotan...@gmail.com > Judul: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL > Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com > Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:49 PM > > Saya beberapa hari ini memikirkan tentang kesehatan dan > hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. > > Hampir setiap hari ada informasi, berita, kisah, dongeng > tentang Dukun dan Paranormal. Mulai kisah yang menakjubkan > hingga yang menyeramkan. > > Saya mulai tertarik dengan hal ini. Bagi saya yang sedang > mengutak-atik sosiologi, fenomena perdukunan di Gorontalo > menjadi pilar penting kehidupan. Siapapun pasti pernah > berhubungan dengan dukun/paranormal. Baik langsung maupun > tidak langsung. > > Sebagai bagian dari riset "kecil-kecilan" saya, saya ingin > teman-teman di milis bisa memberikan pengalaman tentang > dukun dan perdukunan di Gorontalo? > > Ada beberapa point yang mungkin bisa dieksplorasi bersama. > > 1. Sejauhmana dukun/paranormal menjadi bagian dalam > kehidupan kita sehari-hari. > > 2. Siapa saja menurut kita dukun terhebat yang selama ini > ada di Gorontalo. Apa kehebatannya. Siapa saja "pasiennya" > (biasa semakin hebat, pejabat langsung mengontraknya). > > 3. Bagaimana agama (Islam) mentolerir ini? Dan meramu ini > menjadi satu kesatuan (biasanya ada lapalan yang ada bahasa > Arab/Islam dan Gorontalo yang menyatu). > > 4. Dalam politik biasa, dukun/paranormal mendapat tempat > terhormat, ada pengalaman? > > 5. Dalam aspek kesehatan, mana yang biasa menjadi > prioritas, dukun atau dokter? > > 6. Dalam karir dan kehidupan, seringkah mengikuti saran, > petuah dukun? > > Point-point ini yang ingin saya eksplorasi lebih dalam, > semoga teman-teman bisa membantu. > > > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > > > Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links > > > gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com > > >
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
enak fun, nde ente ka pasar, cari penjual kopi biji, request untuk dimix campur goraka, wuih, apalagi masih ujan2 bagini, tengak pelan2 sambil baca khopingho --- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com menulis: Dari: funcotan...@gmail.com Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:25 PM Ini goraka biasanya untuk ba obat deng masak. Kalo mo campur kopi enak gak ya? Kalo kita biasa kopi arang. Atau kopingho.. Powered by Telkomsel BlackBerry®From: Syam Sdp Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Mon, 30 Aug 2010 01:13:48 +0800 (SGT)To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) so ada dorang.. kikikikik, tunggu ba siram kopi goraka dulu ana fun --- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com menulis: Dari: funcotan...@gmail.com Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:09 PM Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dari diskusi ini. 1. Kesejahteraan, saya kira kita sudah membicarakan walau belum detail. Saya sudah memposting pada postingan sebelumnya. 2. Kapasitas personal, ini point kritis yang mesti diupgrade secepatnya. Kapasitas SDM Wartawan/pekerja media (tidak semua) saya lihat berada di level yang memprihatinkan. Wartawan punya tugas mencerahkan, sama fungsinya dengan ulama, dosen, guru dll. Substansi "tupoksi" berada di frame itu. Persoalannya, apakah ada semacam usaha kreatif lembaga/perkumpulan wartawan baik di AJI atau PWI atau yang lain untuk mengaktifkan capacity building ini. Kapasitas profesional tidak sekedar meliput, menulis, memberitakan, tetapi bagaimana "mengarahkan" opini publik ke arah yang "cerah". 3. Regulasi, hal-hal yang diatur secara serius dalam regulasi yang ada baik UU Pers dll, mesti diterjemahkan dalam bentuk operasionalisasi yang cukup detail, jelas, mengikat dan efektif. Regulasi kadang hanya menjadi instrumen jika mulai masuk ke ranah "yang haram" dan "yang halal". 4. Struktur, kita mesti mengakui banyak wartawan bodrex baik yang halus maupun terang-terangan. Ada 2 struktur yang saya kira berbeda, tetapi menjadi instrumen organisasi. Perusahaan tempat dia bekerja secara administratif, dan perkumpulan wartawan yang mengikat dia secara ideologis/etis. Saya kurang paham bagaimana mensinkronkan kedua lembaga ini. 5. Sistem sosial, sistem sosial lokal Gorontalo yang terlalu ramah dengan sesama dll, cukup membuat wartawan kadang tidak enak, kasian dll. Fasilitas "diberangkatkan" ke luar daerah mengikuti pejabat utk meliput, THR, dan macam fasilitas cukup membuat rasa ketidakenakan ini seringkali terjadi. Bukan cuma wartawan, tetapi juga yang lain. Ada prinsip "mobilohe" dll, yang terus terang disalahkaprahkan. Yang mestinya diletakkan dalam hubungan masyarakat/kekeluargaan, malah diletakkan ke hubungan profesional. Dan banyak sistem sosial lokal kita yang cukup mengkonstruksi "budaya" wartawan menjadi permisif dengan hal-hal yang mesti dia jauhi. 6.Ideologi, point ini cukup krusial. Saya melihat bahwa mentalitas wartawan seperti Tempo agak jarang di Gorontalo. Saya terus terang masih menjadikan Tempo sebagai "standar" kewartawanan dan pemberitaan utk konteks Indonesia. Misalnya seperti Metta Dharmasapputra yang mesti merogoh koceknya pribadi hanya untuk membayar dinner bersama Liem Sio Liong. Ideologi "pembebasan" saya kira kurang dieksplorasi cukup dalam di antara wartawan Gorontalo, dan Indonesia. Ideologi adalah benteng terakhir dari profesi itu. Tanpa itu, segala sesuatunya akan longgar adanya. Untuk beberapa person wartawan di Gorontalo saya melihat ada beberapa yang teguh memegang hal tsb. Hanya saja tidak disebarluaskan. Mohon maaf jika menyinggung perasaan. Sebab, sekarang ini lagi eranya cepat tersinggung. Seperti Indonesia yang sering tersinggung dengan Malaysia... Sekali lagi, ini adalah kehendak untuk saling memperbaiki. Powered by Telkomsel BlackBerry®From: "v_madjowa" Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 16:45:27 -To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan menolak kembali pada masing-masing individu. Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjala
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
ibu femmy saya sotuju dengan te funco, satu kali batulis di persepsi, pen bo badapa honor terimakasih sadiki, hehehehehehehehe, ana yakin mo tamba kaluar samua orang-orang yang suka batulis am, hihihihihi --- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com menulis: Dari: funcotan...@gmail.com Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:35 PM Hahaha.. Boleh boleh.. Amien.. Powered by Telkomsel BlackBerry®From: femmy...@yahoo.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:34:46 +To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Kalo yg itu trg blm bisa jangkau ati olo. Hitung2 itu amalan bpkPowered by Telkomsel BlackBerry®From: funcotan...@gmail.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:33:34 +To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Ini menarik dan bagus.. Kalo yang menulis opini sesekali mo dapa olo? Penu bo THR.. Hehe.. Powered by Telkomsel BlackBerry®From: femmy...@yahoo.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:31:12 +To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Alhamdulillah semua karyawan di Gorontalo Post termasuk wartawan jd anggota jamsostek. Kemarin wkt sy melahirkan terbantu dgn adanya jamsostek. Semoga sj perusahaan media lainnya juga memberikan fasilitas asuransi kpd wartawanPowered by Telkomsel BlackBerry®From: funcotan...@gmail.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:18:40 +To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan asuransi. Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank. Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan lemparan batu mahasiswa. Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak. Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib koresponden atau wartawan tidak tetap? Mohon pencerahan.. Powered by Telkomsel BlackBerry®From: Tuturuga Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 -0700 (PDT)To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, bahaya setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup layak, apalagi berlebih. Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik Maluku Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal. Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha mandiri produktif From: v_madjowa To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan menolak kembali pada masing-masing individu. Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop d
Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL
hahahahahahahaha, mo bale jo ah dorang so ada... --- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur menulis: Dari: iqbal makmur Judul: Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:53 PM Ana suka ba koment bo ente mobilang kamari : so ada dorang.. Iqbal From: "funcotan...@gmail.com" To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:49:49 AM Subject: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL Saya beberapa hari ini memikirkan tentang kesehatan dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hampir setiap hari ada informasi, berita, kisah, dongeng tentang Dukun dan Paranormal. Mulai kisah yang menakjubkan hingga yang menyeramkan. Saya mulai tertarik dengan hal ini. Bagi saya yang sedang mengutak-atik sosiologi, fenomena perdukunan di Gorontalo menjadi pilar penting kehidupan. Siapapun pasti pernah berhubungan dengan dukun/paranormal. Baik langsung maupun tidak langsung. Sebagai bagian dari riset "kecil-kecilan" saya, saya ingin teman-teman di milis bisa memberikan pengalaman tentang dukun dan perdukunan di Gorontalo? Ada beberapa point yang mungkin bisa dieksplorasi bersama. 1. Sejauhmana dukun/paranormal menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari. 2. Siapa saja menurut kita dukun terhebat yang selama ini ada di Gorontalo. Apa kehebatannya. Siapa saja "pasiennya" (biasa semakin hebat, pejabat langsung mengontraknya). 3. Bagaimana agama (Islam) mentolerir ini? Dan meramu ini menjadi satu kesatuan (biasanya ada lapalan yang ada bahasa Arab/Islam dan Gorontalo yang menyatu). 4. Dalam politik biasa, dukun/paranormal mendapat tempat terhormat, ada pengalaman? 5. Dalam aspek kesehatan, mana yang biasa menjadi prioritas, dukun atau dokter? 6. Dalam karir dan kehidupan, seringkah mengikuti saran, petuah dukun? Point-point ini yang ingin saya eksplorasi lebih dalam, semoga teman-teman bisa membantu. Powered by Telkomsel BlackBerry® Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links
Bls: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL
sekedar info, pas saya meliput ziarah jelang ramadan di makam raja ilato (jo panggola),dembe II, konon menurut kuncen di sana, banyak pejabat yang datang ka sana menjelang pilkada, bukan hanya itu, bahkan non muslim pun, semisal warga etnis tionghoa datang untuk pada sang raja agar usahanya di lancarkan. plural sekali ternyata --- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com menulis: > Dari: funcotan...@gmail.com > Judul: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL > Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com > Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:49 PM > > Saya beberapa hari ini memikirkan tentang kesehatan dan > hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. > > Hampir setiap hari ada informasi, berita, kisah, dongeng > tentang Dukun dan Paranormal. Mulai kisah yang menakjubkan > hingga yang menyeramkan. > > Saya mulai tertarik dengan hal ini. Bagi saya yang sedang > mengutak-atik sosiologi, fenomena perdukunan di Gorontalo > menjadi pilar penting kehidupan. Siapapun pasti pernah > berhubungan dengan dukun/paranormal. Baik langsung maupun > tidak langsung. > > Sebagai bagian dari riset "kecil-kecilan" saya, saya ingin > teman-teman di milis bisa memberikan pengalaman tentang > dukun dan perdukunan di Gorontalo? > > Ada beberapa point yang mungkin bisa dieksplorasi bersama. > > 1. Sejauhmana dukun/paranormal menjadi bagian dalam > kehidupan kita sehari-hari. > > 2. Siapa saja menurut kita dukun terhebat yang selama ini > ada di Gorontalo. Apa kehebatannya. Siapa saja "pasiennya" > (biasa semakin hebat, pejabat langsung mengontraknya). > > 3. Bagaimana agama (Islam) mentolerir ini? Dan meramu ini > menjadi satu kesatuan (biasanya ada lapalan yang ada bahasa > Arab/Islam dan Gorontalo yang menyatu). > > 4. Dalam politik biasa, dukun/paranormal mendapat tempat > terhormat, ada pengalaman? > > 5. Dalam aspek kesehatan, mana yang biasa menjadi > prioritas, dukun atau dokter? > > 6. Dalam karir dan kehidupan, seringkah mengikuti saran, > petuah dukun? > > Point-point ini yang ingin saya eksplorasi lebih dalam, > semoga teman-teman bisa membantu. > > > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > > > Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links > > > gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com > > >
Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)
hahahahahahahahahaha, di tenga-tenga jo (lepin), zona "pacaran agropolitan" (karna di tengah sawah), dan benteng masyarakat oluhuta penolak kanal --- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur menulis: Dari: iqbal makmur Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 6:13 PM Blum bos, posisi di yogya skarang, menemani maitua yang lagi skola..Insya allah bisa ketemuan di kabila nanti, terserah di kanan atau di kiri :) Iqbal From: Syam Sdp To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 1:09:57 AM Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi) o, so dikabila ti bung boti? --- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur menulis: Dari: iqbal makmur Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:29 PM Mungkin ada sedikit missunderstanding atau kalimat saya yang kurang tajam. Maksudnya adalah teman2 yang dulunya wartawan seperti El Nino, Very Madjowa dan Femy Udoki ini dikenal idealis dan profesional dalam menjalankan tugas2nya. Kita semua berharap bahwa idealisme mereka ini terus bisa dipertahankan meskipun sudah beralih profesi, dan ini diperlukan fungsi kontrol dan provokasi :) Iqbal From: Syam Sdp To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:10:29 AM Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi) bung iqbal ada logika yang menggelitik dan perlu saya garis bawahi dari paragraf pertama tulisan anda: berarti wartawan yang beralih jadi politikus, sudah tidak istiqomah dan idealis? salam malam penuh butu petasan terrajana orang kabila ke (kiri2)an --- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur menulis: Dari: iqbal makmur Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:04 PM Yth saudaraku El NinoSaya sampaikan terimakasih karena celetukan saya di milis ini mendapat respon yang semestinya meskipun sudah agak merembet ke hal2 yang agak sensitif. Maksud saya sebenarnya menggiring diskusi ini ke wacana 'kesejahteraan' dan kenaikan 'level' beberapa saudara kita dari wartawan ke lahan politik sebenarnya untuk mengingatkan kembali kepada teman2 yang masih berprofesi sebagai wartawan (atau dosen dll)bahwa diantara sebagian besar yang beralih profesi menjadi politikus masih ada beberapa orang yang masih istiqomah mempertahankan idealismenya.Kalau dalam email saya sebelumnya saya tulis bahwa anda2 beralih profesi untuk mengejar kesejahteraan saya pikir tidak ada masalah. Apakah mengejar kesejahteraan itu adalah sebuah dosa? Yang jadi masalah adalah apabila hal ini menjadi SATU2NYA tujuan anda dan melupakan kewajiban sebagai wakil rakyat. Selanjutnya saya sampaikan bahwa secara KASAT MATA terjadi perubahan gaya hidup (kesejahteraan) teman2 semua ini juga benar kan? Kalau dulunya bung El Nino sering kita temukan di bentor sekarang sudah di mobil mewah ber AC dan banyak lagi fasilitas yang tidak didapatkan selagi masih wartawan. Sekali lagi saya tegaskan ini hanya penilaian secara KASAT MATA, setelah diklarifikasi oleh anda dan ditambahkan oleh bung Very dan Femy kita semua akhirnya bisa tahu betapa besar beban dan tanggungjawab yang anda semua pikul. Singkatnya adalah : Komentar saya justru telah memancing jawaban dari anda semua sehingga pada akhirnya kita semua bisa tahu eksistensi anda2 yang sebenarnya. Bung Nino, Beberapa waktu yang lalu kita sempat diskusi panjang lebar sambil makan supermi di jalan salemba, saya sangat terkesan dengan kisah2 anda sebagai senator dan perjuangan anda mempertahankan idealisme meskipun sering berbenturan dengan sistem bobrok yang sudah terbangun selama puluhan tahun. Dalam hati saya berdoa kedepannya nanti akan lebih banyak orang2 seperti anda yang akan terus membawa nilai2 luhur, pengabdian dan amanah rakyat yang terus termarjinalkan selama ini. Kalau toh nanti ada orang2 yang seperti saya yang sepertinya hanya bisa berkomentar sinis anggaplah itu sebuah kritik dan kontrol sebagai rasa cinta kami sebagai rakyat yang anda wakili dengan harapan kinerja yang sudah bagus yang anda perlihatkan selama ini akan terus dipertahankan atau kalau bisa ditingkatkan. Kecuali kalau anda semua para wakil rakyat yang terhormat lebih bisa bekerja dengan baik kalau dipuji dan disanjung, maka mulai saat ini saya dan teman2 semua akan terus memuji2 anda setiap hari.. *Saya dengar Junior sempat masuk rumah sakit, semoga sudah baikan ya...*Mohon doa dan dukungannya juga untuk urusan yang kemaren.. Salam lailatul qadarMoha
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
FT efek dari kopi goraka, selain bisa menghangatkan badan, juga bekeng ta kincing2. biar le tampang madelo te vijay, ana selalu berusaha syahdu madelo te obbie mesakh. kalo motanya soal kantong, ternyata debo masih jaga bocor am, untuk hidup, ana sandiri punya usaha sampingan dengan maitua. warung batik; harga sosialis, namun selera dan kualitas bisa dibilang kelas kapitalis, (aha ana dapa "prospek" pa ente ), kalo tertarik silahkan main ka rumah, weka weka weka terrajana --- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com menulis: Dari: funcotan...@gmail.com Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 6:12 PM Uraianmu cukup syahdu Bung Syam... Semoga bukan karena efek goraka dalam kopi.. Semoga itu karena penjagaanmu pada ketebalan dadamu dan kantongmu dalam melawan sebuah yang syahdu pula. Powered by Telkomsel BlackBerry®From: Syam Sdp Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Mon, 30 Aug 2010 02:06:50 +0800 (SGT)To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Bung FT, sekedar curhat, saya pribadi pernah mengalami pengalaman "traumatik" jadi wartawan, terkait soal kesejahteraan, kapasitas serta profesionalisme seperti yang bung rentetkan tadi. 2005, saya pernah mendaftar pada sebuah tabloid di Gorontalo, hari pertama mendaftar , langsung diterima, dibuatkan id card, trus langsung disuruh cari berita, mulus benar karir perdana saya ini. tapi ironis, di samping nyari berita , saya juga sekalian bertugas menawarkan iklan, hasil sekian persen dari iklan itulah, yang dianggap sebagai gaji saya. saya juga pernah beberapa kali menerima amplop dari narasumber, dengan pesan lisan dari orang -orang dalam, "asal dikase, ente tak usah tolak). alhasil, saya pun keluar hanya dalam hitungan 3 bulan, kapok jadi wartawan, banting stir kerja serabutan, ngajar teater di SMA sana sini, jadi tukang jaga buku di perpustakaan, nulis puisi dan artikel meski kadang dibayar kadang tidak, sebelum akhirnya memutuskan kembali jadi wartawan pada awal 2008. saya kira banyak juga rekan2 wartawan yang juga mengalami hal serupa meski tak sama kasusnya. bahkan wartawan yang bekerja di media yang tergolong bonafid sekalipun, masih mengeluhkan soal "kok jadinya begini" terkait harapan mereka soal profesionalisme, ada yang merasa terkungkung karena tidak bisa bebas menulis, hanya perusahaannya karena terikat dengan MoU dengan pemerintah, ini harus diakui bersama. merujuk pada istilah pers sebagai "anjing penjaga", saya sempat meluncurkan istilah "anjing rumahan" dan "anjing jalanan", bagi wartawan yang ngepos dan yang tidak. yang "rumahan" tentu harus menjaga majikannya, jangan sampai ada orang yang masuk berbuat semena2 di halaman rumah yang menjaga, yang "jalanan" tentu lebih bebas mengonggong di sana-sini, namun inipun paradoksal. di satu sisi, sadar atau tidak sadar muncul kelas-kelas bagi wartawan di gorontalo, identifikasi seorang wartawan di bagi-bagi menjadi lokal dan nasional, bahkan wartawan yang berlabel nasional terkesan bersikap lebih elit, merasa diri sebagai anjing yang bebas mengonggong (dan konon setahu saya, jika menghadiri konferesi pers pejabat, amplop wartawan nasional diisi lebih tebal dari yang berlabel lokal) . wartawan berlabel lokal, setahu saya juga punya sinisme tersendiri terhadap wartawan nasional. aneh, lucu. dan saya sedih dengan situasi ini. padahal kalau tidak salah, yang dimaksud dengan pers sebagai anjing penjaga, adalah bagaimana pers mampu menggonggong menjalankan fungsi kontrolnya terhadap tatanan masyarakat. berbicara tentang seluk beluk wal tindak tanduk pers indonesia memang hingga kini belum tuntas, meski baru-baru ini dewan pers telah memformulasikan "kompotensi wartawan" agar hal-hal seputar profesionalisme yang pengertiannya cukup kompleks itu mampu terjawab wartawan secara bertahap dibagi-bagi tingkat profesionalismenya, berdasarkan lama waktu bekerja, kualitas dan karya yang dihasilkan, dan untuk naik jenjang, diberlakukan sejumlah prosedur, seperti pihak yang berhak menguji (dewan pers, organisasi wartawan resmi, universitas yang memiliki fakultas komunikasi.jurnalistik). jenjang wartawan berikut kompotensinya itu dibagi tiga. muda, madya, dan utama. namun terlepas dari hal-hal yang belum selesai, yang juga bung funco tangkap itu, kalau saya pribadi yakin, menolak amplop beserta isinya adalah ikhtiar kecil dari apa yang namanya independensi seorang wartawan. hanya sebuah ikhtiar kecil, yang terus-menerus saya doakan; semoga mendatangkan hikmah yang jauh lebih besar .amien. terrajana --- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com menulis: Dari: funcotan...@gmail.com Judul: Re: Bls: [GM2
Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)
Blum bos, posisi di yogya skarang, menemani maitua yang lagi skola.. Insya allah bisa ketemuan di kabila nanti, terserah di kanan atau di kiri :) Iqbal From: Syam Sdp To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 1:09:57 AM Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi) o, so dikabila ti bung boti? --- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur menulis: >Dari: iqbal makmur >Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino >Mohi) >Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com >Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:29 PM > > > >Mungkin ada sedikit missunderstanding atau kalimat saya yang kurang tajam. >Maksudnya adalah teman2 yang dulunya wartawan seperti El Nino, Very Madjowa >dan >Femy Udoki ini dikenal idealis dan profesional dalam menjalankan tugas2nya. >Kita >semua berharap bahwa idealisme mereka ini terus bisa dipertahankan meskipun >sudah beralih profesi, dan ini diperlukan fungsi kontrol dan provokasi :) > > >Iqbal > > > From: Syam Sdp >To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com >Sent: Mon, August 30, 2010 12:10:29 AM >Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino >Mohi) > > >bung iqbal > >ada logika yang menggelitik dan perlu saya garis bawahi dari paragraf pertama >tulisan anda: berarti wartawan yang beralih jadi politikus, sudah tidak >istiqomah dan idealis? > >salam malam penuh butu petasan > >terrajana > >orang kabila ke (kiri2)an > > >--- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur menulis: > > >>Dari: iqbal makmur >>Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino >>Mohi) >>Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com >>Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:04 PM >> >> >> >>Yth saudaraku El Nino >>Saya sampaikan terimakasih karena celetukan saya di milis ini mendapat respon >>yang semestinya meskipun sudah agak merembet ke hal2 yang agak sensitif. >>Maksud >>saya sebenarnya menggiring diskusi ini ke wacana 'kesejahteraan' dan kenaikan >>'level' beberapa saudara kita dari wartawan ke lahan politik sebenarnya untuk >>mengingatkan kembali kepada teman2 yang masih berprofesi sebagai wartawan >>(atau >>dosen dll)bahwa diantara sebagian besar yang beralih profesi menjadi >>politikus >>masih ada beberapa orang yang masih istiqomah mempertahankan idealismenya. >>Kalau dalam email saya sebelumnya saya tulis bahwa anda2 beralih profesi >>untuk >>mengejar kesejahteraan saya pikir tidak ada masalah. Apakah mengejar >>kesejahteraan itu adalah sebuah dosa? Yang jadi masalah adalah apabila hal >>ini >>menjadi SATU2NYA tujuan anda dan melupakan kewajiban sebagai wakil rakyat. >>Selanjutnya saya sampaikan bahwa secara KASAT MATA terjadi perubahan gaya >>hidup >>(kesejahteraan) teman2 semua ini juga benar kan? Kalau dulunya bung El Nino >>sering kita temukan di bentor sekarang sudah di mobil mewah ber AC dan banyak >>lagi fasilitas yang tidak didapatkan selagi masih wartawan. Sekali lagi saya >>tegaskan ini hanya penilaian secara KASAT MATA, setelah diklarifikasi oleh >>anda >>dan ditambahkan oleh bung Very dan Femy kita semua akhirnya bisa tahu betapa >>besar beban dan tanggungjawab yang anda semua pikul. Singkatnya adalah : >>Komentar saya justru telah memancing jawaban dari anda semua sehingga pada >>akhirnya kita semua bisa tahu eksistensi anda2 yang sebenarnya. >>Bung Nino, Beberapa waktu yang lalu kita sempat diskusi panjang lebar sambil >>makan supermi di jalan salemba, saya sangat terkesan dengan kisah2 anda >>sebagai >>senator dan perjuangan anda mempertahankan idealisme meskipun sering >>berbenturan dengan sistem bobrok yang sudah terbangun selama puluhan tahun. >>Dalam hati saya berdoa kedepannya nanti akan lebih banyak orang2 seperti anda >>yang akan terus membawa nilai2 luhur, pengabdian dan amanah rakyat yang terus >>termarjinalkan selama ini. Kalau toh nanti ada orang2 yang seperti saya yang >>sepertinya hanya bisa berkomentar sinis anggaplah itu sebuah kritik dan >>kontrol >>sebagai rasa cinta kami sebagai rakyat yang anda wakili dengan harapan >>kinerja >>yang sudah bagus yang anda perlihatkan selama ini akan terus dipertahankan >>atau >>kalau bisa ditingkatkan. Kecuali kalau anda semua para wakil rakyat yang >>terhormat lebih bisa bekerja dengan baik kalau dipuji dan disanjung, maka >>mulai >>saat ini saya dan teman2 semua akan terus memuji2 anda setiap hari.. >> >> >>*Saya dengar Junior sempat masuk rumah sakit, semoga sudah baikan ya... >>*Mohon doa dan dukungannya juga untuk urusan yang kemaren.. >> >> >>Salam lailatul qadar >>Mohamad Iqbal Makmur >>Warga Kabila, Bonebolango >> >> >> From: elninogorontalo >>To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com >>Sent: Sun, August 29, 2010 11:01:31 PM >>Subject: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan >> >> >>Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetny
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Uraianmu cukup syahdu Bung Syam... Semoga bukan karena efek goraka dalam kopi.. Semoga itu karena penjagaanmu pada ketebalan dadamu dan kantongmu dalam melawan sebuah yang syahdu pula. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Syam Sdp Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Mon, 30 Aug 2010 02:06:50 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Bung FT, sekedar curhat, saya pribadi pernah mengalami pengalaman "traumatik" jadi wartawan, terkait soal kesejahteraan, kapasitas serta profesionalisme seperti yang bung rentetkan tadi. 2005, saya pernah mendaftar pada sebuah tabloid di Gorontalo, hari pertama mendaftar , langsung diterima, dibuatkan id card, trus langsung disuruh cari berita, mulus benar karir perdana saya ini. tapi ironis, di samping nyari berita , saya juga sekalian bertugas menawarkan iklan, hasil sekian persen dari iklan itulah, yang dianggap sebagai gaji saya. saya juga pernah beberapa kali menerima amplop dari narasumber, dengan pesan lisan dari orang -orang dalam, "asal dikase, ente tak usah tolak). alhasil, saya pun keluar hanya dalam hitungan 3 bulan, kapok jadi wartawan, banting stir kerja serabutan, ngajar teater di SMA sana sini, jadi tukang jaga buku di perpustakaan, nulis puisi dan artikel meski kadang dibayar kadang tidak, sebelum akhirnya memutuskan kembali jadi wartawan pada awal 2008. saya kira banyak juga rekan2 wartawan yang juga mengalami hal serupa meski tak sama kasusnya. bahkan wartawan yang bekerja di media yang tergolong bonafid sekalipun, masih mengeluhkan soal "kok jadinya begini" terkait harapan mereka soal profesionalisme, ada yang merasa terkungkung karena tidak bisa bebas menulis, hanya perusahaannya karena terikat dengan MoU dengan pemerintah, ini harus diakui bersama. merujuk pada istilah pers sebagai "anjing penjaga", saya sempat meluncurkan istilah "anjing rumahan" dan "anjing jalanan", bagi wartawan yang ngepos dan yang tidak. yang "rumahan" tentu harus menjaga majikannya, jangan sampai ada orang yang masuk berbuat semena2 di halaman rumah yang menjaga, yang "jalanan" tentu lebih bebas mengonggong di sana-sini, namun inipun paradoksal. di satu sisi, sadar atau tidak sadar muncul kelas-kelas bagi wartawan di gorontalo, identifikasi seorang wartawan di bagi-bagi menjadi lokal dan nasional, bahkan wartawan yang berlabel nasional terkesan bersikap lebih elit, merasa diri sebagai anjing yang bebas mengonggong (dan konon setahu saya, jika menghadiri konferesi pers pejabat, amplop wartawan nasional diisi lebih tebal dari yang berlabel lokal) . wartawan berlabel lokal, setahu saya juga punya sinisme tersendiri terhadap wartawan nasional. aneh, lucu. dan saya sedih dengan situasi ini. padahal kalau tidak salah, yang dimaksud dengan pers sebagai anjing penjaga, adalah bagaimana pers mampu menggonggong menjalankan fungsi kontrolnya terhadap tatanan masyarakat. berbicara tentang seluk beluk wal tindak tanduk pers indonesia memang hingga kini belum tuntas, meski baru-baru ini dewan pers telah memformulasikan "kompotensi wartawan" agar hal-hal seputar profesionalisme yang pengertiannya cukup kompleks itu mampu terjawab wartawan secara bertahap dibagi-bagi tingkat profesionalismenya, berdasarkan lama waktu bekerja, kualitas dan karya yang dihasilkan, dan untuk naik jenjang, diberlakukan sejumlah prosedur, seperti pihak yang berhak menguji (dewan pers, organisasi wartawan resmi, universitas yang memiliki fakultas komunikasi.jurnalistik). jenjang wartawan berikut kompotensinya itu dibagi tiga. muda, madya, dan utama. namun terlepas dari hal-hal yang belum selesai, yang juga bung funco tangkap itu, kalau saya pribadi yakin, menolak amplop beserta isinya adalah ikhtiar kecil dari apa yang namanya independensi seorang wartawan. hanya sebuah ikhtiar kecil, yang terus-menerus saya doakan; semoga mendatangkan hikmah yang jauh lebih besar .amien. terrajana --- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com menulis: Dari: funcotan...@gmail.com Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:09 PM Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dari diskusi ini. 1. Kesejahteraan, saya kira kita sudah membicarakan walau belum detail. Saya sudah memposting pada postingan sebelumnya. 2. Kapasitas personal, ini point kritis yang mesti diupgrade secepatnya. Kapasitas SDM Wartawan/pekerja media (tidak semua) saya lihat berada di level yang memprihatinkan. Wartawan punya tugas mencerahkan, sama fungsinya dengan ulama, dosen, guru dll. Substansi "tupoksi" berada di frame itu. Persoalannya, apakah ada semacam usaha kreatif lembaga/perkumpulan wartawan baik di AJI atau PWI atau yang lain untuk mengaktifkan capacit
Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)
o, so dikabila ti bung boti? --- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur menulis: Dari: iqbal makmur Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:29 PM Mungkin ada sedikit missunderstanding atau kalimat saya yang kurang tajam. Maksudnya adalah teman2 yang dulunya wartawan seperti El Nino, Very Madjowa dan Femy Udoki ini dikenal idealis dan profesional dalam menjalankan tugas2nya. Kita semua berharap bahwa idealisme mereka ini terus bisa dipertahankan meskipun sudah beralih profesi, dan ini diperlukan fungsi kontrol dan provokasi :) Iqbal From: Syam Sdp To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:10:29 AM Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi) bung iqbal ada logika yang menggelitik dan perlu saya garis bawahi dari paragraf pertama tulisan anda: berarti wartawan yang beralih jadi politikus, sudah tidak istiqomah dan idealis? salam malam penuh butu petasan terrajana orang kabila ke (kiri2)an --- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur menulis: Dari: iqbal makmur Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:04 PM Yth saudaraku El NinoSaya sampaikan terimakasih karena celetukan saya di milis ini mendapat respon yang semestinya meskipun sudah agak merembet ke hal2 yang agak sensitif. Maksud saya sebenarnya menggiring diskusi ini ke wacana 'kesejahteraan' dan kenaikan 'level' beberapa saudara kita dari wartawan ke lahan politik sebenarnya untuk mengingatkan kembali kepada teman2 yang masih berprofesi sebagai wartawan (atau dosen dll)bahwa diantara sebagian besar yang beralih profesi menjadi politikus masih ada beberapa orang yang masih istiqomah mempertahankan idealismenya.Kalau dalam email saya sebelumnya saya tulis bahwa anda2 beralih profesi untuk mengejar kesejahteraan saya pikir tidak ada masalah. Apakah mengejar kesejahteraan itu adalah sebuah dosa? Yang jadi masalah adalah apabila hal ini menjadi SATU2NYA tujuan anda dan melupakan kewajiban sebagai wakil rakyat. Selanjutnya saya sampaikan bahwa secara KASAT MATA terjadi perubahan gaya hidup (kesejahteraan) teman2 semua ini juga benar kan? Kalau dulunya bung El Nino sering kita temukan di bentor sekarang sudah di mobil mewah ber AC dan banyak lagi fasilitas yang tidak didapatkan selagi masih wartawan. Sekali lagi saya tegaskan ini hanya penilaian secara KASAT MATA, setelah diklarifikasi oleh anda dan ditambahkan oleh bung Very dan Femy kita semua akhirnya bisa tahu betapa besar beban dan tanggungjawab yang anda semua pikul. Singkatnya adalah : Komentar saya justru telah memancing jawaban dari anda semua sehingga pada akhirnya kita semua bisa tahu eksistensi anda2 yang sebenarnya. Bung Nino, Beberapa waktu yang lalu kita sempat diskusi panjang lebar sambil makan supermi di jalan salemba, saya sangat terkesan dengan kisah2 anda sebagai senator dan perjuangan anda mempertahankan idealisme meskipun sering berbenturan dengan sistem bobrok yang sudah terbangun selama puluhan tahun. Dalam hati saya berdoa kedepannya nanti akan lebih banyak orang2 seperti anda yang akan terus membawa nilai2 luhur, pengabdian dan amanah rakyat yang terus termarjinalkan selama ini. Kalau toh nanti ada orang2 yang seperti saya yang sepertinya hanya bisa berkomentar sinis anggaplah itu sebuah kritik dan kontrol sebagai rasa cinta kami sebagai rakyat yang anda wakili dengan harapan kinerja yang sudah bagus yang anda perlihatkan selama ini akan terus dipertahankan atau kalau bisa ditingkatkan. Kecuali kalau anda semua para wakil rakyat yang terhormat lebih bisa bekerja dengan baik kalau dipuji dan disanjung, maka mulai saat ini saya dan teman2 semua akan terus memuji2 anda setiap hari.. *Saya dengar Junior sempat masuk rumah sakit, semoga sudah baikan ya...*Mohon doa dan dukungannya juga untuk urusan yang kemaren.. Salam lailatul qadarMohamad Iqbal MakmurWarga Kabila, Bonebolango From: elninogorontalo To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Sun, August 29, 2010 11:01:31 PM Subject: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetnya adalah "kursi" dan "penghasilan". Tapi bagi orang cerdas, baik, berani dan punya kesempatan, tujuannya adalah proses, yaitu bahwa pencalonan di wilayah politik adalah sebagian dari pengabdian ; memberi contoh bagaimana seharusnya berpolitik. Bangsa ini sangat membutuhkan contoh, terutama dalam politik (sebagai lokomotif perubahan). Ketika orang baik, cerdas dan berani tidak menggunakan kesempatannya masuk ke wilayah politik, kita sudah lihat kan bagaimana hasilnya :) Apa kabar pak
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Bung FT, sekedar curhat, saya pribadi pernah mengalami pengalaman "traumatik" jadi wartawan, terkait soal kesejahteraan, kapasitas serta profesionalisme seperti yang bung rentetkan tadi. 2005, saya pernah mendaftar pada sebuah tabloid di Gorontalo, hari pertama mendaftar , langsung diterima, dibuatkan id card, trus langsung disuruh cari berita, mulus benar karir perdana saya ini. tapi ironis, di samping nyari berita , saya juga sekalian bertugas menawarkan iklan, hasil sekian persen dari iklan itulah, yang dianggap sebagai gaji saya. saya juga pernah beberapa kali menerima amplop dari narasumber, dengan pesan lisan dari orang -orang dalam, "asal dikase, ente tak usah tolak). alhasil, saya pun keluar hanya dalam hitungan 3 bulan, kapok jadi wartawan, banting stir kerja serabutan, ngajar teater di SMA sana sini, jadi tukang jaga buku di perpustakaan, nulis puisi dan artikel meski kadang dibayar kadang tidak, sebelum akhirnya memutuskan kembali jadi wartawan pada awal 2008. saya kira banyak juga rekan2 wartawan yang juga mengalami hal serupa meski tak sama kasusnya. bahkan wartawan yang bekerja di media yang tergolong bonafid sekalipun, masih mengeluhkan soal "kok jadinya begini" terkait harapan mereka soal profesionalisme, ada yang merasa terkungkung karena tidak bisa bebas menulis, hanya perusahaannya karena terikat dengan MoU dengan pemerintah, ini harus diakui bersama. merujuk pada istilah pers sebagai "anjing penjaga", saya sempat meluncurkan istilah "anjing rumahan" dan "anjing jalanan", bagi wartawan yang ngepos dan yang tidak. yang "rumahan" tentu harus menjaga majikannya, jangan sampai ada orang yang masuk berbuat semena2 di halaman rumah yang menjaga, yang "jalanan" tentu lebih bebas mengonggong di sana-sini, namun inipun paradoksal. di satu sisi, sadar atau tidak sadar muncul kelas-kelas bagi wartawan di gorontalo, identifikasi seorang wartawan di bagi-bagi menjadi lokal dan nasional, bahkan wartawan yang berlabel nasional terkesan bersikap lebih elit, merasa diri sebagai anjing yang bebas mengonggong (dan konon setahu saya, jika menghadiri konferesi pers pejabat, amplop wartawan nasional diisi lebih tebal dari yang berlabel lokal) . wartawan berlabel lokal, setahu saya juga punya sinisme tersendiri terhadap wartawan nasional. aneh, lucu. dan saya sedih dengan situasi ini. padahal kalau tidak salah, yang dimaksud dengan pers sebagai anjing penjaga, adalah bagaimana pers mampu menggonggong menjalankan fungsi kontrolnya terhadap tatanan masyarakat. berbicara tentang seluk beluk wal tindak tanduk pers indonesia memang hingga kini belum tuntas, meski baru-baru ini dewan pers telah memformulasikan "kompotensi wartawan" agar hal-hal seputar profesionalisme yang pengertiannya cukup kompleks itu mampu terjawab wartawan secara bertahap dibagi-bagi tingkat profesionalismenya, berdasarkan lama waktu bekerja, kualitas dan karya yang dihasilkan, dan untuk naik jenjang, diberlakukan sejumlah prosedur, seperti pihak yang berhak menguji (dewan pers, organisasi wartawan resmi, universitas yang memiliki fakultas komunikasi.jurnalistik). jenjang wartawan berikut kompotensinya itu dibagi tiga. muda, madya, dan utama. namun terlepas dari hal-hal yang belum selesai, yang juga bung funco tangkap itu, kalau saya pribadi yakin, menolak amplop beserta isinya adalah ikhtiar kecil dari apa yang namanya independensi seorang wartawan. hanya sebuah ikhtiar kecil, yang terus-menerus saya doakan; semoga mendatangkan hikmah yang jauh lebih besar .amien. terrajana --- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com menulis: Dari: funcotan...@gmail.com Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:09 PM Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dari diskusi ini. 1. Kesejahteraan, saya kira kita sudah membicarakan walau belum detail. Saya sudah memposting pada postingan sebelumnya. 2. Kapasitas personal, ini point kritis yang mesti diupgrade secepatnya. Kapasitas SDM Wartawan/pekerja media (tidak semua) saya lihat berada di level yang memprihatinkan. Wartawan punya tugas mencerahkan, sama fungsinya dengan ulama, dosen, guru dll. Substansi "tupoksi" berada di frame itu. Persoalannya, apakah ada semacam usaha kreatif lembaga/perkumpulan wartawan baik di AJI atau PWI atau yang lain untuk mengaktifkan capacity building ini. Kapasitas profesional tidak sekedar meliput, menulis, memberitakan, tetapi bagaimana "mengarahkan" opini publik ke arah yang "cerah". 3. Regulasi, hal-hal yang diatur secara serius dalam regulasi yang ada baik UU Pers dll, mesti diterjemahkan dalam bentuk operasionalisasi yang cukup detail, jelas, mengikat dan efektif. Regulasi kadang hanya menjadi instrumen jika mulai masuk ke ranah "yang haram" dan "yang halal". 4. Struktur, kita mesti mengakui ba
Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL
Comment kamari jo.. :) :) :) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: iqbal makmur Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 10:53:15 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL Ana suka ba koment bo ente mobilang kamari : so ada dorang.. Iqbal From: "funcotan...@gmail.com" To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:49:49 AM Subject: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL Saya beberapa hari ini memikirkan tentang kesehatan dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hampir setiap hari ada informasi, berita, kisah, dongeng tentang Dukun dan Paranormal. Mulai kisah yang menakjubkan hingga yang menyeramkan. Saya mulai tertarik dengan hal ini. Bagi saya yang sedang mengutak-atik sosiologi, fenomena perdukunan di Gorontalo menjadi pilar penting kehidupan. Siapapun pasti pernah berhubungan dengan dukun/paranormal. Baik langsung maupun tidak langsung. Sebagai bagian dari riset "kecil-kecilan" saya, saya ingin teman-teman di milis bisa memberikan pengalaman tentang dukun dan perdukunan di Gorontalo? Ada beberapa point yang mungkin bisa dieksplorasi bersama. 1. Sejauhmana dukun/paranormal menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari. 2. Siapa saja menurut kita dukun terhebat yang selama ini ada di Gorontalo. Apa kehebatannya. Siapa saja "pasiennya" (biasa semakin hebat, pejabat langsung mengontraknya). 3. Bagaimana agama (Islam) mentolerir ini? Dan meramu ini menjadi satu kesatuan (biasanya ada lapalan yang ada bahasa Arab/Islam dan Gorontalo yang menyatu). 4. Dalam politik biasa, dukun/paranormal mendapat tempat terhormat, ada pengalaman? 5. Dalam aspek kesehatan, mana yang biasa menjadi prioritas, dukun atau dokter? 6. Dalam karir dan kehidupan, seringkah mengikuti saran, petuah dukun? Point-point ini yang ingin saya eksplorasi lebih dalam, semoga teman-teman bisa membantu. Powered by Telkomsel BlackBerry® Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)SKTM and GAKIN
Dear teman teman d gtlo Kebetulan saya bersma teman teman Bina Bangun Bangsa kntr pusat Jakarta tengah fokus memperjuangkan pelayanan gratis rmh sakit bagi warga miskin jika ingin di bebaskan pembebasan bs menghubungi saya asalkan syarat memenuhi kebetulan sudah 2 warga miskin di bebaskan pembayaran sebesar 75 juta,saat ini kami tengah memperjuangkan warga miskin penyakit kaki gajah kali aja ada warga gtlo yg ingin berobat ke jkt scra gratis bs menghungi nanti akan di jelaskan mekanisme mendapat pelayanan gratis. Semoga informasi ini bermanfaat Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Tuturuga Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 10:46:01 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Funco, ini hasil sharing dengan petugas leasing di lapangan, kalau mau kredit motor atau yang sebangsanya, wartawan itu salah satu profesi yang harus diteliti lagi. Selain wartawan ada juga profesi lainnya, militer... Mungkin yang dimaksudkan itu wartawan yang tidak punya penghasilan tetap, kalau ditagih banyak alasan dan suka menggunakan kekuatan lain... Tentang kesejahteraan, wartawan juga seperti profesi lainnya harus ikut Jamsostek, gajinya layak (minimal tidak menyalahi UMP, inipun bila dibandingkan kebutuhannya masih sangat kurang). Betul apa yang dikatakan Femmy, Jamsostek itu sangat membantu. aku kalau sakit tidak pernah mengeluarkan duit untuk bayar dokter dan obat. padahal wartawan itu sering sakit, sering liputan dan sering begadang, meskipun entah dengan siapayang kemudian mengakibatkan sakit (kalau Rully Lamusu itu mojoknya yang enak2, sakitnya juga lain. hahhaa). Kita orang Indonesia ini kan kalau sakit langsung jatuh miskin, karena gak banyak tabungan, gak ada asuransi kesehatan From: "femmy...@yahoo.com" To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 1:31:12 AM Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Alhamdulillah semua karyawan di Gorontalo Post termasuk wartawan jd anggota jamsostek. Kemarin wkt sy melahirkan terbantu dgn adanya jamsostek. Semoga sj perusahaan media lainnya juga memberikan fasilitas asuransi kpd wartawan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: funcotan...@gmail.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:18:40 + To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan asuransi. Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank. Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan lemparan batu mahasiswa. Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak. Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib koresponden atau wartawan tidak tetap? Mohon pencerahan.. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Tuturuga Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 -0700 (PDT) To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, bahaya setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup layak, apalagi berlebih. Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik Maluku Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal. Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu d
Re: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL
Ana suka ba koment bo ente mobilang kamari : so ada dorang.. Iqbal From: "funcotan...@gmail.com" To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:49:49 AM Subject: [GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL Saya beberapa hari ini memikirkan tentang kesehatan dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hampir setiap hari ada informasi, berita, kisah, dongeng tentang Dukun dan Paranormal. Mulai kisah yang menakjubkan hingga yang menyeramkan. Saya mulai tertarik dengan hal ini. Bagi saya yang sedang mengutak-atik sosiologi, fenomena perdukunan di Gorontalo menjadi pilar penting kehidupan. Siapapun pasti pernah berhubungan dengan dukun/paranormal. Baik langsung maupun tidak langsung. Sebagai bagian dari riset "kecil-kecilan" saya, saya ingin teman-teman di milis bisa memberikan pengalaman tentang dukun dan perdukunan di Gorontalo? Ada beberapa point yang mungkin bisa dieksplorasi bersama. 1. Sejauhmana dukun/paranormal menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari. 2. Siapa saja menurut kita dukun terhebat yang selama ini ada di Gorontalo. Apa kehebatannya. Siapa saja "pasiennya" (biasa semakin hebat, pejabat langsung mengontraknya). 3. Bagaimana agama (Islam) mentolerir ini? Dan meramu ini menjadi satu kesatuan (biasanya ada lapalan yang ada bahasa Arab/Islam dan Gorontalo yang menyatu). 4. Dalam politik biasa, dukun/paranormal mendapat tempat terhormat, ada pengalaman? 5. Dalam aspek kesehatan, mana yang biasa menjadi prioritas, dukun atau dokter? 6. Dalam karir dan kehidupan, seringkah mengikuti saran, petuah dukun? Point-point ini yang ingin saya eksplorasi lebih dalam, semoga teman-teman bisa membantu. Powered by Telkomsel BlackBerry® Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links
[GM2020] Informasi DUKUN dan PARANORMAL
Saya beberapa hari ini memikirkan tentang kesehatan dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hampir setiap hari ada informasi, berita, kisah, dongeng tentang Dukun dan Paranormal. Mulai kisah yang menakjubkan hingga yang menyeramkan. Saya mulai tertarik dengan hal ini. Bagi saya yang sedang mengutak-atik sosiologi, fenomena perdukunan di Gorontalo menjadi pilar penting kehidupan. Siapapun pasti pernah berhubungan dengan dukun/paranormal. Baik langsung maupun tidak langsung. Sebagai bagian dari riset "kecil-kecilan" saya, saya ingin teman-teman di milis bisa memberikan pengalaman tentang dukun dan perdukunan di Gorontalo? Ada beberapa point yang mungkin bisa dieksplorasi bersama. 1. Sejauhmana dukun/paranormal menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari. 2. Siapa saja menurut kita dukun terhebat yang selama ini ada di Gorontalo. Apa kehebatannya. Siapa saja "pasiennya" (biasa semakin hebat, pejabat langsung mengontraknya). 3. Bagaimana agama (Islam) mentolerir ini? Dan meramu ini menjadi satu kesatuan (biasanya ada lapalan yang ada bahasa Arab/Islam dan Gorontalo yang menyatu). 4. Dalam politik biasa, dukun/paranormal mendapat tempat terhormat, ada pengalaman? 5. Dalam aspek kesehatan, mana yang biasa menjadi prioritas, dukun atau dokter? 6. Dalam karir dan kehidupan, seringkah mengikuti saran, petuah dukun? Point-point ini yang ingin saya eksplorasi lebih dalam, semoga teman-teman bisa membantu. Powered by Telkomsel BlackBerry® Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: gorontalomaju2020-dig...@yahoogroups.com gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: gorontalomaju2020-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)
Provokasi? apayang diprovokasi? dorang tiga mo jadi provokator dang? From: iqbal makmur To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 1:29:27 AM Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi) Mungkin ada sedikit missunderstanding atau kalimat saya yang kurang tajam. Maksudnya adalah teman2 yang dulunya wartawan seperti El Nino, Very Madjowa dan Femy Udoki ini dikenal idealis dan profesional dalam menjalankan tugas2nya. Kita semua berharap bahwa idealisme mereka ini terus bisa dipertahankan meskipun sudah beralih profesi, dan ini diperlukan fungsi kontrol dan provokasi :) Iqbal From: Syam Sdp To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:10:29 AM Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi) bung iqbal ada logika yang menggelitik dan perlu saya garis bawahi dari paragraf pertama tulisan anda: berarti wartawan yang beralih jadi politikus, sudah tidak istiqomah dan idealis? salam malam penuh butu petasan terrajana orang kabila ke (kiri2)an --- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur menulis: >Dari: iqbal makmur >Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino >Mohi) >Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com >Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:04 PM > > > >Yth saudaraku El Nino >Saya sampaikan terimakasih karena celetukan saya di milis ini mendapat respon >yang semestinya meskipun sudah agak merembet ke hal2 yang agak sensitif. >Maksud >saya sebenarnya menggiring diskusi ini ke wacana 'kesejahteraan' dan kenaikan >'level' beberapa saudara kita dari wartawan ke lahan politik sebenarnya untuk >mengingatkan kembali kepada teman2 yang masih berprofesi sebagai wartawan >(atau >dosen dll)bahwa diantara sebagian besar yang beralih profesi menjadi politikus >masih ada beberapa orang yang masih istiqomah mempertahankan idealismenya. >Kalau dalam email saya sebelumnya saya tulis bahwa anda2 beralih profesi untuk >mengejar kesejahteraan saya pikir tidak ada masalah. Apakah mengejar >kesejahteraan itu adalah sebuah dosa? Yang jadi masalah adalah apabila hal >ini >menjadi SATU2NYA tujuan anda dan melupakan kewajiban sebagai wakil rakyat. >Selanjutnya saya sampaikan bahwa secara KASAT MATA terjadi perubahan gaya >hidup >(kesejahteraan) teman2 semua ini juga benar kan? Kalau dulunya bung El Nino >sering kita temukan di bentor sekarang sudah di mobil mewah ber AC dan banyak >lagi fasilitas yang tidak didapatkan selagi masih wartawan. Sekali lagi saya >tegaskan ini hanya penilaian secara KASAT MATA, setelah diklarifikasi oleh >anda >dan ditambahkan oleh bung Very dan Femy kita semua akhirnya bisa tahu betapa >besar beban dan tanggungjawab yang anda semua pikul. Singkatnya adalah : >Komentar saya justru telah memancing jawaban dari anda semua sehingga pada >akhirnya kita semua bisa tahu eksistensi anda2 yang sebenarnya. >Bung Nino, Beberapa waktu yang lalu kita sempat diskusi panjang lebar sambil >makan supermi di jalan salemba, saya sangat terkesan dengan kisah2 anda >sebagai >senator dan perjuangan anda mempertahankan idealisme meskipun sering >berbenturan dengan sistem bobrok yang sudah terbangun selama puluhan tahun. >Dalam hati saya berdoa kedepannya nanti akan lebih banyak orang2 seperti anda >yang akan terus membawa nilai2 luhur, pengabdian dan amanah rakyat yang terus >termarjinalkan selama ini. Kalau toh nanti ada orang2 yang seperti saya yang >sepertinya hanya bisa berkomentar sinis anggaplah itu sebuah kritik dan >kontrol >sebagai rasa cinta kami sebagai rakyat yang anda wakili dengan harapan kinerja >yang sudah bagus yang anda perlihatkan selama ini akan terus dipertahankan >atau >kalau bisa ditingkatkan. Kecuali kalau anda semua para wakil rakyat yang >terhormat lebih bisa bekerja dengan baik kalau dipuji dan disanjung, maka >mulai >saat ini saya dan teman2 semua akan terus memuji2 anda setiap hari.. > > >*Saya dengar Junior sempat masuk rumah sakit, semoga sudah baikan ya... >*Mohon doa dan dukungannya juga untuk urusan yang kemaren.. > > >Salam lailatul qadar >Mohamad Iqbal Makmur >Warga Kabila, Bonebolango > > > From: elninogorontalo >To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com >Sent: Sun, August 29, 2010 11:01:31 PM >Subject: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan > > >Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetnya adalah "kursi" dan >"penghasilan". Tapi bagi orang cerdas, baik, berani dan punya kesempatan, >tujuannya adalah proses, yaitu bahwa pencalonan di wilayah politik adalah >sebagian dari pengabdian ; memberi contoh bagaimana seharusnya berpolitik. >Bangsa ini sangat membutuhkan contoh, terutama dalam politik (sebagai >lokomotif >perubahan). Ketika orang baik, cerdas dan berani tidak menggunakan >kesempatannya >masuk ke wilayah politik, kita sudah lihat kan bagaima
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Funco, ini hasil sharing dengan petugas leasing di lapangan, kalau mau kredit motor atau yang sebangsanya, wartawan itu salah satu profesi yang harus diteliti lagi. Selain wartawan ada juga profesi lainnya, militer... Mungkin yang dimaksudkan itu wartawan yang tidak punya penghasilan tetap, kalau ditagih banyak alasan dan suka menggunakan kekuatan lain... Tentang kesejahteraan, wartawan juga seperti profesi lainnya harus ikut Jamsostek, gajinya layak (minimal tidak menyalahi UMP, inipun bila dibandingkan kebutuhannya masih sangat kurang). Betul apa yang dikatakan Femmy, Jamsostek itu sangat membantu. aku kalau sakit tidak pernah mengeluarkan duit untuk bayar dokter dan obat. padahal wartawan itu sering sakit, sering liputan dan sering begadang, meskipun entah dengan siapayang kemudian mengakibatkan sakit (kalau Rully Lamusu itu mojoknya yang enak2, sakitnya juga lain. hahhaa). Kita orang Indonesia ini kan kalau sakit langsung jatuh miskin, karena gak banyak tabungan, gak ada asuransi kesehatan From: "femmy...@yahoo.com" To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 1:31:12 AM Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Alhamdulillah semua karyawan di Gorontalo Post termasuk wartawan jd anggota jamsostek. Kemarin wkt sy melahirkan terbantu dgn adanya jamsostek. Semoga sj perusahaan media lainnya juga memberikan fasilitas asuransi kpd wartawan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: funcotan...@gmail.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:18:40 + To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan asuransi. Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank. Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan lemparan batu mahasiswa. Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak. Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib koresponden atau wartawan tidak tetap? Mohon pencerahan.. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Tuturuga Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 -0700 (PDT) To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, bahaya setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup layak, apalagi berlebih. Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik Maluku Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal. Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha mandiri produktif From: v_madjowa To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan menolak kembali pada masing-masing individu. Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." (beritanya terlampir) salam, verri http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pe
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Hahaha.. Boleh boleh.. Amien.. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: femmy...@yahoo.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:34:46 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Kalo yg itu trg blm bisa jangkau ati olo. Hitung2 itu amalan bpk Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: funcotan...@gmail.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:33:34 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Ini menarik dan bagus.. Kalo yang menulis opini sesekali mo dapa olo? Penu bo THR.. Hehe.. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: femmy...@yahoo.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:31:12 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Alhamdulillah semua karyawan di Gorontalo Post termasuk wartawan jd anggota jamsostek. Kemarin wkt sy melahirkan terbantu dgn adanya jamsostek. Semoga sj perusahaan media lainnya juga memberikan fasilitas asuransi kpd wartawan Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: funcotan...@gmail.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:18:40 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan asuransi. Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank. Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan lemparan batu mahasiswa. Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak. Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib koresponden atau wartawan tidak tetap? Mohon pencerahan.. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Tuturuga Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, bahaya setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup layak, apalagi berlebih. Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik Maluku Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal. Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha mandiri produktif From: v_madjowa To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan menolak kembali pada masing-masing individu. Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." (beritanya terlampir) salam, verri http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa penerapan Undang-
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Kalo yg itu trg blm bisa jangkau ati olo. Hitung2 itu amalan bpk Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: funcotan...@gmail.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:33:34 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Ini menarik dan bagus.. Kalo yang menulis opini sesekali mo dapa olo? Penu bo THR.. Hehe.. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: femmy...@yahoo.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:31:12 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Alhamdulillah semua karyawan di Gorontalo Post termasuk wartawan jd anggota jamsostek. Kemarin wkt sy melahirkan terbantu dgn adanya jamsostek. Semoga sj perusahaan media lainnya juga memberikan fasilitas asuransi kpd wartawan Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: funcotan...@gmail.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:18:40 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan asuransi. Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank. Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan lemparan batu mahasiswa. Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak. Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib koresponden atau wartawan tidak tetap? Mohon pencerahan.. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Tuturuga Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, bahaya setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup layak, apalagi berlebih. Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik Maluku Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal. Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha mandiri produktif From: v_madjowa To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan menolak kembali pada masing-masing individu. Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." (beritanya terlampir) salam, verri http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). "Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas Jurnalis" di Padang, Minggu. Saat ini, kata dia, ma
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Ini menarik dan bagus.. Kalo yang menulis opini sesekali mo dapa olo? Penu bo THR.. Hehe.. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: femmy...@yahoo.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:31:12 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Alhamdulillah semua karyawan di Gorontalo Post termasuk wartawan jd anggota jamsostek. Kemarin wkt sy melahirkan terbantu dgn adanya jamsostek. Semoga sj perusahaan media lainnya juga memberikan fasilitas asuransi kpd wartawan Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: funcotan...@gmail.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:18:40 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan asuransi. Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank. Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan lemparan batu mahasiswa. Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak. Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib koresponden atau wartawan tidak tetap? Mohon pencerahan.. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Tuturuga Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, bahaya setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup layak, apalagi berlebih. Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik Maluku Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal. Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha mandiri produktif From: v_madjowa To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan menolak kembali pada masing-masing individu. Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." (beritanya terlampir) salam, verri http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). "Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas Jurnalis" di Padang, Minggu. Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang terang-terangan melanggar ketentuan kode etik tersebut. "Hal itu jelas tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, UU Pers tidak perlu diterapkan kepada mereka," katanya menegaskan. Ia menyebutkan Pasal 2 UU No.40/1999 bahwa
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Alhamdulillah semua karyawan di Gorontalo Post termasuk wartawan jd anggota jamsostek. Kemarin wkt sy melahirkan terbantu dgn adanya jamsostek. Semoga sj perusahaan media lainnya juga memberikan fasilitas asuransi kpd wartawan Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: funcotan...@gmail.com Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 17:18:40 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan asuransi. Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank. Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan lemparan batu mahasiswa. Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak. Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib koresponden atau wartawan tidak tetap? Mohon pencerahan.. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Tuturuga Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, bahaya setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup layak, apalagi berlebih. Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik Maluku Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal. Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha mandiri produktif From: v_madjowa To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan menolak kembali pada masing-masing individu. Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." (beritanya terlampir) salam, verri http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). "Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas Jurnalis" di Padang, Minggu. Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang terang-terangan melanggar ketentuan kode etik tersebut. "Hal itu jelas tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, UU Pers tidak perlu diterapkan kepada mereka," katanya menegaskan. Ia menyebutkan Pasal 2 UU No.40/1999 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Maknanya, kata dia, penegakan hukum yang merawat kemerdekaan pers. "Jadi, bukan berarti memberikan hak-hak istimewa kepada pers, melainkan ikut menjaga dan menegakkan demokrasi," paparnya. Diakuinya, pers memang sudah teruji dan memiliki peran sang
Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)
Mungkin ada sedikit missunderstanding atau kalimat saya yang kurang tajam. Maksudnya adalah teman2 yang dulunya wartawan seperti El Nino, Very Madjowa dan Femy Udoki ini dikenal idealis dan profesional dalam menjalankan tugas2nya. Kita semua berharap bahwa idealisme mereka ini terus bisa dipertahankan meskipun sudah beralih profesi, dan ini diperlukan fungsi kontrol dan provokasi :) Iqbal From: Syam Sdp To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:10:29 AM Subject: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi) bung iqbal ada logika yang menggelitik dan perlu saya garis bawahi dari paragraf pertama tulisan anda: berarti wartawan yang beralih jadi politikus, sudah tidak istiqomah dan idealis? salam malam penuh butu petasan terrajana orang kabila ke (kiri2)an --- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur menulis: >Dari: iqbal makmur >Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino >Mohi) >Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com >Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:04 PM > > > >Yth saudaraku El Nino >Saya sampaikan terimakasih karena celetukan saya di milis ini mendapat respon >yang semestinya meskipun sudah agak merembet ke hal2 yang agak sensitif. >Maksud >saya sebenarnya menggiring diskusi ini ke wacana 'kesejahteraan' dan kenaikan >'level' beberapa saudara kita dari wartawan ke lahan politik sebenarnya untuk >mengingatkan kembali kepada teman2 yang masih berprofesi sebagai wartawan >(atau >dosen dll)bahwa diantara sebagian besar yang beralih profesi menjadi politikus >masih ada beberapa orang yang masih istiqomah mempertahankan idealismenya. >Kalau dalam email saya sebelumnya saya tulis bahwa anda2 beralih profesi untuk >mengejar kesejahteraan saya pikir tidak ada masalah. Apakah mengejar >kesejahteraan itu adalah sebuah dosa? Yang jadi masalah adalah apabila hal >ini >menjadi SATU2NYA tujuan anda dan melupakan kewajiban sebagai wakil rakyat. >Selanjutnya saya sampaikan bahwa secara KASAT MATA terjadi perubahan gaya >hidup >(kesejahteraan) teman2 semua ini juga benar kan? Kalau dulunya bung El Nino >sering kita temukan di bentor sekarang sudah di mobil mewah ber AC dan banyak >lagi fasilitas yang tidak didapatkan selagi masih wartawan. Sekali lagi saya >tegaskan ini hanya penilaian secara KASAT MATA, setelah diklarifikasi oleh >anda >dan ditambahkan oleh bung Very dan Femy kita semua akhirnya bisa tahu betapa >besar beban dan tanggungjawab yang anda semua pikul. Singkatnya adalah : >Komentar saya justru telah memancing jawaban dari anda semua sehingga pada >akhirnya kita semua bisa tahu eksistensi anda2 yang sebenarnya. >Bung Nino, Beberapa waktu yang lalu kita sempat diskusi panjang lebar sambil >makan supermi di jalan salemba, saya sangat terkesan dengan kisah2 anda >sebagai >senator dan perjuangan anda mempertahankan idealisme meskipun sering >berbenturan dengan sistem bobrok yang sudah terbangun selama puluhan tahun. >Dalam hati saya berdoa kedepannya nanti akan lebih banyak orang2 seperti anda >yang akan terus membawa nilai2 luhur, pengabdian dan amanah rakyat yang terus >termarjinalkan selama ini. Kalau toh nanti ada orang2 yang seperti saya yang >sepertinya hanya bisa berkomentar sinis anggaplah itu sebuah kritik dan >kontrol >sebagai rasa cinta kami sebagai rakyat yang anda wakili dengan harapan kinerja >yang sudah bagus yang anda perlihatkan selama ini akan terus dipertahankan >atau >kalau bisa ditingkatkan. Kecuali kalau anda semua para wakil rakyat yang >terhormat lebih bisa bekerja dengan baik kalau dipuji dan disanjung, maka >mulai >saat ini saya dan teman2 semua akan terus memuji2 anda setiap hari.. > > >*Saya dengar Junior sempat masuk rumah sakit, semoga sudah baikan ya... >*Mohon doa dan dukungannya juga untuk urusan yang kemaren.. > > >Salam lailatul qadar >Mohamad Iqbal Makmur >Warga Kabila, Bonebolango > > > From: elninogorontalo >To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com >Sent: Sun, August 29, 2010 11:01:31 PM >Subject: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan > > >Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetnya adalah "kursi" dan >"penghasilan". Tapi bagi orang cerdas, baik, berani dan punya kesempatan, >tujuannya adalah proses, yaitu bahwa pencalonan di wilayah politik adalah >sebagian dari pengabdian ; memberi contoh bagaimana seharusnya berpolitik. >Bangsa ini sangat membutuhkan contoh, terutama dalam politik (sebagai >lokomotif >perubahan). Ketika orang baik, cerdas dan berani tidak menggunakan >kesempatannya >masuk ke wilayah politik, kita sudah lihat kan bagaimana hasilnya :) > >Apa kabar pak? :) > >Odu'olo, > >Elnino > >--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Sirjon Busalo >wrote: >> >> ana agak tergelitik dengan kalimatnya bang Elnino, apa iya yah? sukses = >> cerdas+baik+berani >> >> hmm.. perlu dicoba kayaknya bang... asal jangan nekat
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Ini goraka biasanya untuk ba obat deng masak. Kalo mo campur kopi enak gak ya? Kalo kita biasa kopi arang. Atau kopingho.. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Syam Sdp Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Mon, 30 Aug 2010 01:13:48 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) so ada dorang.. kikikikik, tunggu ba siram kopi goraka dulu ana fun --- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com menulis: Dari: funcotan...@gmail.com Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:09 PM Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dari diskusi ini. 1. Kesejahteraan, saya kira kita sudah membicarakan walau belum detail. Saya sudah memposting pada postingan sebelumnya. 2. Kapasitas personal, ini point kritis yang mesti diupgrade secepatnya. Kapasitas SDM Wartawan/pekerja media (tidak semua) saya lihat berada di level yang memprihatinkan. Wartawan punya tugas mencerahkan, sama fungsinya dengan ulama, dosen, guru dll. Substansi "tupoksi" berada di frame itu. Persoalannya, apakah ada semacam usaha kreatif lembaga/perkumpulan wartawan baik di AJI atau PWI atau yang lain untuk mengaktifkan capacity building ini. Kapasitas profesional tidak sekedar meliput, menulis, memberitakan, tetapi bagaimana "mengarahkan" opini publik ke arah yang "cerah". 3. Regulasi, hal-hal yang diatur secara serius dalam regulasi yang ada baik UU Pers dll, mesti diterjemahkan dalam bentuk operasionalisasi yang cukup detail, jelas, mengikat dan efektif. Regulasi kadang hanya menjadi instrumen jika mulai masuk ke ranah "yang haram" dan "yang halal". 4. Struktur, kita mesti mengakui banyak wartawan bodrex baik yang halus maupun terang-terangan. Ada 2 struktur yang saya kira berbeda, tetapi menjadi instrumen organisasi. Perusahaan tempat dia bekerja secara administratif, dan perkumpulan wartawan yang mengikat dia secara ideologis/etis. Saya kurang paham bagaimana mensinkronkan kedua lembaga ini. 5. Sistem sosial, sistem sosial lokal Gorontalo yang terlalu ramah dengan sesama dll, cukup membuat wartawan kadang tidak enak, kasian dll. Fasilitas "diberangkatkan" ke luar daerah mengikuti pejabat utk meliput, THR, dan macam fasilitas cukup membuat rasa ketidakenakan ini seringkali terjadi. Bukan cuma wartawan, tetapi juga yang lain. Ada prinsip "mobilohe" dll, yang terus terang disalahkaprahkan. Yang mestinya diletakkan dalam hubungan masyarakat/kekeluargaan, malah diletakkan ke hubungan profesional. Dan banyak sistem sosial lokal kita yang cukup mengkonstruksi "budaya" wartawan menjadi permisif dengan hal-hal yang mesti dia jauhi. 6.Ideologi, point ini cukup krusial. Saya melihat bahwa mentalitas wartawan seperti Tempo agak jarang di Gorontalo. Saya terus terang masih menjadikan Tempo sebagai "standar" kewartawanan dan pemberitaan utk konteks Indonesia. Misalnya seperti Metta Dharmasapputra yang mesti merogoh koceknya pribadi hanya untuk membayar dinner bersama Liem Sio Liong. Ideologi "pembebasan" saya kira kurang dieksplorasi cukup dalam di antara wartawan Gorontalo, dan Indonesia. Ideologi adalah benteng terakhir dari profesi itu. Tanpa itu, segala sesuatunya akan longgar adanya. Untuk beberapa person wartawan di Gorontalo saya melihat ada beberapa yang teguh memegang hal tsb. Hanya saja tidak disebarluaskan. Mohon maaf jika menyinggung perasaan. Sebab, sekarang ini lagi eranya cepat tersinggung. Seperti Indonesia yang sering tersinggung dengan Malaysia... Sekali lagi, ini adalah kehendak untuk saling memperbaiki. Powered by Telkomsel BlackBerry®From: "v_madjowa" Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 16:45:27 -To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan menolak kembali pada masing-masing individu. Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." (beritanya terlampir) salam, verri http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers profesion
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Yang saya garis bawahi di postingan mas Ocid adalah fasilitas kredit dan asuransi. Kok Bank sampai mempersulit (untuk tidak mengatakan tidak bisa) memberikan kredit ke wartawan? Bukannya wartawan punya daftar gaji, SK dan tetek bengek administratif lain untuk menjadi syarat kredit di Bank. Lalu apakah wartawan tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari perusahaan? Sebab, wartawan biasa bekerja diantara kubur dan kehidupan. Apalagi mas Ocid yang dulunya jd wartawan kampus, yang sering berada dilintasan lemparan batu mahasiswa. Begitu juga dengan asuransi pendidikan anak. Itu untuk wartawan yang memang menempel pada perusahaan. Tetapi bagaimana nasib koresponden atau wartawan tidak tetap? Mohon pencerahan.. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Tuturuga Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 10:12:29 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, bahaya setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup layak, apalagi berlebih. Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik Maluku Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal. Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha mandiri produktif From: v_madjowa To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan menolak kembali pada masing-masing individu. Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." (beritanya terlampir) salam, verri http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). "Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas Jurnalis" di Padang, Minggu. Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang terang-terangan melanggar ketentuan kode etik tersebut. "Hal itu jelas tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, UU Pers tidak perlu diterapkan kepada mereka," katanya menegaskan. Ia menyebutkan Pasal 2 UU No.40/1999 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Maknanya, kata dia, penegakan hukum yang merawat kemerdekaan pers. "Jadi, bukan berarti memberikan hak-hak istimewa kepada pers, melainkan ikut menjaga dan menegakkan demokrasi," paparnya. Diakuinya, pers memang sudah teruji dan memiliki peran sangat strategis dalam pengawasan semua tahapan dan fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Namun, lanjut dia, kemerdekaan pers dan perlindungan hukum hanya diberikan kepada pers yang profesional. "Di luar itu, seperti pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional," ujarnya. Menurut dia, mereka tak ubahnya "penumpang gelap" yang menjadikan kemerdekaan pers sebagai "topeng". Pasalnya, dalam menjalankan pekerjaannya sudah melanggar
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
so ada dorang.. kikikikik, tunggu ba siram kopi goraka dulu ana fun --- Pada Ming, 29/8/10, funcotan...@gmail.com menulis: Dari: funcotan...@gmail.com Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:09 PM Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dari diskusi ini. 1. Kesejahteraan, saya kira kita sudah membicarakan walau belum detail. Saya sudah memposting pada postingan sebelumnya. 2. Kapasitas personal, ini point kritis yang mesti diupgrade secepatnya. Kapasitas SDM Wartawan/pekerja media (tidak semua) saya lihat berada di level yang memprihatinkan. Wartawan punya tugas mencerahkan, sama fungsinya dengan ulama, dosen, guru dll. Substansi "tupoksi" berada di frame itu. Persoalannya, apakah ada semacam usaha kreatif lembaga/perkumpulan wartawan baik di AJI atau PWI atau yang lain untuk mengaktifkan capacity building ini. Kapasitas profesional tidak sekedar meliput, menulis, memberitakan, tetapi bagaimana "mengarahkan" opini publik ke arah yang "cerah". 3. Regulasi, hal-hal yang diatur secara serius dalam regulasi yang ada baik UU Pers dll, mesti diterjemahkan dalam bentuk operasionalisasi yang cukup detail, jelas, mengikat dan efektif. Regulasi kadang hanya menjadi instrumen jika mulai masuk ke ranah "yang haram" dan "yang halal". 4. Struktur, kita mesti mengakui banyak wartawan bodrex baik yang halus maupun terang-terangan. Ada 2 struktur yang saya kira berbeda, tetapi menjadi instrumen organisasi. Perusahaan tempat dia bekerja secara administratif, dan perkumpulan wartawan yang mengikat dia secara ideologis/etis. Saya kurang paham bagaimana mensinkronkan kedua lembaga ini. 5. Sistem sosial, sistem sosial lokal Gorontalo yang terlalu ramah dengan sesama dll, cukup membuat wartawan kadang tidak enak, kasian dll. Fasilitas "diberangkatkan" ke luar daerah mengikuti pejabat utk meliput, THR, dan macam fasilitas cukup membuat rasa ketidakenakan ini seringkali terjadi. Bukan cuma wartawan, tetapi juga yang lain. Ada prinsip "mobilohe" dll, yang terus terang disalahkaprahkan. Yang mestinya diletakkan dalam hubungan masyarakat/kekeluargaan, malah diletakkan ke hubungan profesional. Dan banyak sistem sosial lokal kita yang cukup mengkonstruksi "budaya" wartawan menjadi permisif dengan hal-hal yang mesti dia jauhi. 6.Ideologi, point ini cukup krusial. Saya melihat bahwa mentalitas wartawan seperti Tempo agak jarang di Gorontalo. Saya terus terang masih menjadikan Tempo sebagai "standar" kewartawanan dan pemberitaan utk konteks Indonesia. Misalnya seperti Metta Dharmasapputra yang mesti merogoh koceknya pribadi hanya untuk membayar dinner bersama Liem Sio Liong. Ideologi "pembebasan" saya kira kurang dieksplorasi cukup dalam di antara wartawan Gorontalo, dan Indonesia. Ideologi adalah benteng terakhir dari profesi itu. Tanpa itu, segala sesuatunya akan longgar adanya. Untuk beberapa person wartawan di Gorontalo saya melihat ada beberapa yang teguh memegang hal tsb. Hanya saja tidak disebarluaskan. Mohon maaf jika menyinggung perasaan. Sebab, sekarang ini lagi eranya cepat tersinggung. Seperti Indonesia yang sering tersinggung dengan Malaysia... Sekali lagi, ini adalah kehendak untuk saling memperbaiki. Powered by Telkomsel BlackBerry®From: "v_madjowa" Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 16:45:27 -To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan menolak kembali pada masing-masing individu. Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." (beritanya terlampir) salam, verri http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). "Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas Jurnalis" di Padang, Minggu. Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang terang-teranga
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Jujur saja, hidup menjadi wartawan itu sulit, dituntut kerja profesional, bahaya setiap saat mengancam (tawuran, preman, bahan berbahaya, lokasi tidak aman).Selain itu pengaturan jam kerja juga tidak ada, yg namanya wartawan harus siap 24 jam. Di sini lain gaji yang diterima juga jauh dari memadai untuk hidup layak, apalagi berlebih. Ada fakta lain, lembaga pembiayaan di Indonesia itu ogah melayani kredit untuk wartawan, mungkin karena banyak pengalaman wartawan ngemplang. Sekedar berbagi saja, untuk menutupi kekurangan keuangan banyak wartawan yang nyambi, mulai dari usaha Laundry (jadi teringat teman kantor yang punya perusahaan pencucian), agen/loper koran (aku lakukan saat di Manado, jualan koran mulai dari Politeknik Manado hingga desa-desa sekitar Talawaan yang rawan karena banyak org tambang yang mabuk/pura2 mabuk, tiap pagi disambut anjing galak pemilik rumah. Bisa diricek dengan anggota Polres Limboto yang bernama Briptu Jubersius Tongo-Tongo, dia salah satu loper koranku korban konflik Maluku Utara, berhasil jadi polisi), hingga usaha lain yang halal. Terpulang kembali ke diri, apakah mau berusaha mandiri Ini perlu dilakukan untuk menopang ekonomi, usaha ini halal dan bukan minta-minta ketergantungan ekonomi harus diselesaikan dulu dengan usaha mandiri produktif From: v_madjowa To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Mon, August 30, 2010 12:45:27 AM Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan menolak kembali pada masing-masing individu. Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." (beritanya terlampir) salam, verri http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). "Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas Jurnalis" di Padang, Minggu. Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang terang-terangan melanggar ketentuan kode etik tersebut. "Hal itu jelas tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, UU Pers tidak perlu diterapkan kepada mereka," katanya menegaskan. Ia menyebutkan Pasal 2 UU No.40/1999 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Maknanya, kata dia, penegakan hukum yang merawat kemerdekaan pers. "Jadi, bukan berarti memberikan hak-hak istimewa kepada pers, melainkan ikut menjaga dan menegakkan demokrasi," paparnya. Diakuinya, pers memang sudah teruji dan memiliki peran sangat strategis dalam pengawasan semua tahapan dan fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Namun, lanjut dia, kemerdekaan pers dan perlindungan hukum hanya diberikan kepada pers yang profesional. "Di luar itu, seperti pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional," ujarnya. Menurut dia, mereka tak ubahnya "penumpang gelap" yang menjadikan kemerdekaan pers sebagai "topeng". Pasalnya, dalam menjalankan pekerjaannya sudah melanggar kode etik wartawan dan melawan hukum. (T.KR-TSP/D007/P003) COPYRIGHT © 2010
Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)
bung iqbal ada logika yang menggelitik dan perlu saya garis bawahi dari paragraf pertama tulisan anda: berarti wartawan yang beralih jadi politikus, sudah tidak istiqomah dan idealis? salam malam penuh butu petasan terrajana orang kabila ke (kiri2)an --- Pada Ming, 29/8/10, iqbal makmur menulis: Dari: iqbal makmur Judul: Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 5:04 PM Yth saudaraku El NinoSaya sampaikan terimakasih karena celetukan saya di milis ini mendapat respon yang semestinya meskipun sudah agak merembet ke hal2 yang agak sensitif. Maksud saya sebenarnya menggiring diskusi ini ke wacana 'kesejahteraan' dan kenaikan 'level' beberapa saudara kita dari wartawan ke lahan politik sebenarnya untuk mengingatkan kembali kepada teman2 yang masih berprofesi sebagai wartawan (atau dosen dll)bahwa diantara sebagian besar yang beralih profesi menjadi politikus masih ada beberapa orang yang masih istiqomah mempertahankan idealismenya.Kalau dalam email saya sebelumnya saya tulis bahwa anda2 beralih profesi untuk mengejar kesejahteraan saya pikir tidak ada masalah. Apakah mengejar kesejahteraan itu adalah sebuah dosa? Yang jadi masalah adalah apabila hal ini menjadi SATU2NYA tujuan anda dan melupakan kewajiban sebagai wakil rakyat. Selanjutnya saya sampaikan bahwa secara KASAT MATA terjadi perubahan gaya hidup (kesejahteraan) teman2 semua ini juga benar kan? Kalau dulunya bung El Nino sering kita temukan di bentor sekarang sudah di mobil mewah ber AC dan banyak lagi fasilitas yang tidak didapatkan selagi masih wartawan. Sekali lagi saya tegaskan ini hanya penilaian secara KASAT MATA, setelah diklarifikasi oleh anda dan ditambahkan oleh bung Very dan Femy kita semua akhirnya bisa tahu betapa besar beban dan tanggungjawab yang anda semua pikul. Singkatnya adalah : Komentar saya justru telah memancing jawaban dari anda semua sehingga pada akhirnya kita semua bisa tahu eksistensi anda2 yang sebenarnya. Bung Nino, Beberapa waktu yang lalu kita sempat diskusi panjang lebar sambil makan supermi di jalan salemba, saya sangat terkesan dengan kisah2 anda sebagai senator dan perjuangan anda mempertahankan idealisme meskipun sering berbenturan dengan sistem bobrok yang sudah terbangun selama puluhan tahun. Dalam hati saya berdoa kedepannya nanti akan lebih banyak orang2 seperti anda yang akan terus membawa nilai2 luhur, pengabdian dan amanah rakyat yang terus termarjinalkan selama ini. Kalau toh nanti ada orang2 yang seperti saya yang sepertinya hanya bisa berkomentar sinis anggaplah itu sebuah kritik dan kontrol sebagai rasa cinta kami sebagai rakyat yang anda wakili dengan harapan kinerja yang sudah bagus yang anda perlihatkan selama ini akan terus dipertahankan atau kalau bisa ditingkatkan. Kecuali kalau anda semua para wakil rakyat yang terhormat lebih bisa bekerja dengan baik kalau dipuji dan disanjung, maka mulai saat ini saya dan teman2 semua akan terus memuji2 anda setiap hari.. *Saya dengar Junior sempat masuk rumah sakit, semoga sudah baikan ya...*Mohon doa dan dukungannya juga untuk urusan yang kemaren.. Salam lailatul qadarMohamad Iqbal MakmurWarga Kabila, Bonebolango From: elninogorontalo To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Sun, August 29, 2010 11:01:31 PM Subject: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetnya adalah "kursi" dan "penghasilan". Tapi bagi orang cerdas, baik, berani dan punya kesempatan, tujuannya adalah proses, yaitu bahwa pencalonan di wilayah politik adalah sebagian dari pengabdian ; memberi contoh bagaimana seharusnya berpolitik. Bangsa ini sangat membutuhkan contoh, terutama dalam politik (sebagai lokomotif perubahan). Ketika orang baik, cerdas dan berani tidak menggunakan kesempatannya masuk ke wilayah politik, kita sudah lihat kan bagaimana hasilnya :) Apa kabar pak? :) Odu'olo, Elnino --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Sirjon Busalo wrote: > > ana agak tergelitik dengan kalimatnya bang Elnino, apa iya yah? sukses = > cerdas+baik+berani > > hmm.. perlu dicoba kayaknya bang... asal jangan nekat aja, karena > persamaannya menjadi; sukses - cerdas - baik = nekat > > Pada 29 Agustus 2010 03.22, elninogorontalo menulis: > > > > > > > Bung Ikbal, karena orang2 cerdas dan baik seperti antum ini tidak mau (atau > > takut) atau belum ada kesempatan terjun ke politik, maka saya dan kawan2 > > PD-PD saja (merasa cerdas dan baik) dan menjadi anggota KPU, DPD, DPRD, dll. > > Sebagian menang, sebagian belum berhasil. > > > > Kalau semua orang (tak terkecuali) melakukan sesuatu karena "cari doyi", > > maka hancur sudah masyarakat itu. Saya yakin, tidak semua orang seperti itu. > > Seorang dosen, misalnya, mendaftar beasiswa dan berusaha untuk sekola
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dari diskusi ini. 1. Kesejahteraan, saya kira kita sudah membicarakan walau belum detail. Saya sudah memposting pada postingan sebelumnya. 2. Kapasitas personal, ini point kritis yang mesti diupgrade secepatnya. Kapasitas SDM Wartawan/pekerja media (tidak semua) saya lihat berada di level yang memprihatinkan. Wartawan punya tugas mencerahkan, sama fungsinya dengan ulama, dosen, guru dll. Substansi "tupoksi" berada di frame itu. Persoalannya, apakah ada semacam usaha kreatif lembaga/perkumpulan wartawan baik di AJI atau PWI atau yang lain untuk mengaktifkan capacity building ini. Kapasitas profesional tidak sekedar meliput, menulis, memberitakan, tetapi bagaimana "mengarahkan" opini publik ke arah yang "cerah". 3. Regulasi, hal-hal yang diatur secara serius dalam regulasi yang ada baik UU Pers dll, mesti diterjemahkan dalam bentuk operasionalisasi yang cukup detail, jelas, mengikat dan efektif. Regulasi kadang hanya menjadi instrumen jika mulai masuk ke ranah "yang haram" dan "yang halal". 4. Struktur, kita mesti mengakui banyak wartawan bodrex baik yang halus maupun terang-terangan. Ada 2 struktur yang saya kira berbeda, tetapi menjadi instrumen organisasi. Perusahaan tempat dia bekerja secara administratif, dan perkumpulan wartawan yang mengikat dia secara ideologis/etis. Saya kurang paham bagaimana mensinkronkan kedua lembaga ini. 5. Sistem sosial, sistem sosial lokal Gorontalo yang terlalu ramah dengan sesama dll, cukup membuat wartawan kadang tidak enak, kasian dll. Fasilitas "diberangkatkan" ke luar daerah mengikuti pejabat utk meliput, THR, dan macam fasilitas cukup membuat rasa ketidakenakan ini seringkali terjadi. Bukan cuma wartawan, tetapi juga yang lain. Ada prinsip "mobilohe" dll, yang terus terang disalahkaprahkan. Yang mestinya diletakkan dalam hubungan masyarakat/kekeluargaan, malah diletakkan ke hubungan profesional. Dan banyak sistem sosial lokal kita yang cukup mengkonstruksi "budaya" wartawan menjadi permisif dengan hal-hal yang mesti dia jauhi. 6.Ideologi, point ini cukup krusial. Saya melihat bahwa mentalitas wartawan seperti Tempo agak jarang di Gorontalo. Saya terus terang masih menjadikan Tempo sebagai "standar" kewartawanan dan pemberitaan utk konteks Indonesia. Misalnya seperti Metta Dharmasapputra yang mesti merogoh koceknya pribadi hanya untuk membayar dinner bersama Liem Sio Liong. Ideologi "pembebasan" saya kira kurang dieksplorasi cukup dalam di antara wartawan Gorontalo, dan Indonesia. Ideologi adalah benteng terakhir dari profesi itu. Tanpa itu, segala sesuatunya akan longgar adanya. Untuk beberapa person wartawan di Gorontalo saya melihat ada beberapa yang teguh memegang hal tsb. Hanya saja tidak disebarluaskan. Mohon maaf jika menyinggung perasaan. Sebab, sekarang ini lagi eranya cepat tersinggung. Seperti Indonesia yang sering tersinggung dengan Malaysia... Sekali lagi, ini adalah kehendak untuk saling memperbaiki. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "v_madjowa" Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 16:45:27 To: Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan menolak kembali pada masing-masing individu. Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." (beritanya terlampir) salam, verri http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). "Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas Jurnalis" di Padang, Minggu. Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang terang-terangan melanggar ketentuan kode etik tersebut. "Hal itu jelas tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, UU Pers tidak perlu diterapkan kepada mereka," katanya menegaskan. Ia menyebutkan Pasal 2 UU No.40/1999 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Maknanya, kata dia, penegakan hukum yang merawat kemerd
Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
setuju bung vm independensi tidak selamanya berkaitan dengan masalah kesejahteraan, yang pada akhirnya membuat kita berapologi "mumpung masih kere, wartawan boleh terima amplop". goenawan mohamad pernah menegaskan bahwa profesi wartawan adalah sebuah laku moral. ini yang perlu dikedepankan. so, jurnalis gorontalo, manjo rame2 torang berusaha profesional, tidak dengan menggunakan pemahaman sendiri-sendiri. --- Pada Ming, 29/8/10, v_madjowa menulis: Dari: v_madjowa Judul: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 4:45 PM kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan menolak kembali pada masing-masing individu. Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." (beritanya terlampir) salam, verri http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). "Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas Jurnalis" di Padang, Minggu. Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang terang-terangan melanggar ketentuan kode etik tersebut. "Hal itu jelas tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, UU Pers tidak perlu diterapkan kepada mereka," katanya menegaskan. Ia menyebutkan Pasal 2 UU No.40/1999 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Maknanya, kata dia, penegakan hukum yang merawat kemerdekaan pers. "Jadi, bukan berarti memberikan hak-hak istimewa kepada pers, melainkan ikut menjaga dan menegakkan demokrasi," paparnya. Diakuinya, pers memang sudah teruji dan memiliki peran sangat strategis dalam pengawasan semua tahapan dan fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Namun, lanjut dia, kemerdekaan pers dan perlindungan hukum hanya diberikan kepada pers yang profesional. "Di luar itu, seperti pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional," ujarnya. Menurut dia, mereka tak ubahnya "penumpang gelap" yang menjadikan kemerdekaan pers sebagai "topeng". Pasalnya, dalam menjalankan pekerjaannya sudah melanggar kode etik wartawan dan melawan hukum. (T.KR-TSP/D007/P003) COPYRIGHT © 2010
Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Buat Ysh : El Nino Mohi)
Yth saudaraku El Nino Saya sampaikan terimakasih karena celetukan saya di milis ini mendapat respon yang semestinya meskipun sudah agak merembet ke hal2 yang agak sensitif. Maksud saya sebenarnya menggiring diskusi ini ke wacana 'kesejahteraan' dan kenaikan 'level' beberapa saudara kita dari wartawan ke lahan politik sebenarnya untuk mengingatkan kembali kepada teman2 yang masih berprofesi sebagai wartawan (atau dosen dll)bahwa diantara sebagian besar yang beralih profesi menjadi politikus masih ada beberapa orang yang masih istiqomah mempertahankan idealismenya. Kalau dalam email saya sebelumnya saya tulis bahwa anda2 beralih profesi untuk mengejar kesejahteraan saya pikir tidak ada masalah. Apakah mengejar kesejahteraan itu adalah sebuah dosa? Yang jadi masalah adalah apabila hal ini menjadi SATU2NYA tujuan anda dan melupakan kewajiban sebagai wakil rakyat. Selanjutnya saya sampaikan bahwa secara KASAT MATA terjadi perubahan gaya hidup (kesejahteraan) teman2 semua ini juga benar kan? Kalau dulunya bung El Nino sering kita temukan di bentor sekarang sudah di mobil mewah ber AC dan banyak lagi fasilitas yang tidak didapatkan selagi masih wartawan. Sekali lagi saya tegaskan ini hanya penilaian secara KASAT MATA, setelah diklarifikasi oleh anda dan ditambahkan oleh bung Very dan Femy kita semua akhirnya bisa tahu betapa besar beban dan tanggungjawab yang anda semua pikul. Singkatnya adalah : Komentar saya justru telah memancing jawaban dari anda semua sehingga pada akhirnya kita semua bisa tahu eksistensi anda2 yang sebenarnya. Bung Nino, Beberapa waktu yang lalu kita sempat diskusi panjang lebar sambil makan supermi di jalan salemba, saya sangat terkesan dengan kisah2 anda sebagai senator dan perjuangan anda mempertahankan idealisme meskipun sering berbenturan dengan sistem bobrok yang sudah terbangun selama puluhan tahun. Dalam hati saya berdoa kedepannya nanti akan lebih banyak orang2 seperti anda yang akan terus membawa nilai2 luhur, pengabdian dan amanah rakyat yang terus termarjinalkan selama ini. Kalau toh nanti ada orang2 yang seperti saya yang sepertinya hanya bisa berkomentar sinis anggaplah itu sebuah kritik dan kontrol sebagai rasa cinta kami sebagai rakyat yang anda wakili dengan harapan kinerja yang sudah bagus yang anda perlihatkan selama ini akan terus dipertahankan atau kalau bisa ditingkatkan. Kecuali kalau anda semua para wakil rakyat yang terhormat lebih bisa bekerja dengan baik kalau dipuji dan disanjung, maka mulai saat ini saya dan teman2 semua akan terus memuji2 anda setiap hari.. *Saya dengar Junior sempat masuk rumah sakit, semoga sudah baikan ya... *Mohon doa dan dukungannya juga untuk urusan yang kemaren.. Salam lailatul qadar Mohamad Iqbal Makmur Warga Kabila, Bonebolango From: elninogorontalo To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Sun, August 29, 2010 11:01:31 PM Subject: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetnya adalah "kursi" dan "penghasilan". Tapi bagi orang cerdas, baik, berani dan punya kesempatan, tujuannya adalah proses, yaitu bahwa pencalonan di wilayah politik adalah sebagian dari pengabdian ; memberi contoh bagaimana seharusnya berpolitik. Bangsa ini sangat membutuhkan contoh, terutama dalam politik (sebagai lokomotif perubahan). Ketika orang baik, cerdas dan berani tidak menggunakan kesempatannya masuk ke wilayah politik, kita sudah lihat kan bagaimana hasilnya :) Apa kabar pak? :) Odu'olo, Elnino --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Sirjon Busalo wrote: > > ana agak tergelitik dengan kalimatnya bang Elnino, apa iya yah? sukses = > cerdas+baik+berani > > hmm.. perlu dicoba kayaknya bang... asal jangan nekat aja, karena > persamaannya menjadi; sukses - cerdas - baik = nekat > > Pada 29 Agustus 2010 03.22, elninogorontalo menulis: > > > > > > > Bung Ikbal, karena orang2 cerdas dan baik seperti antum ini tidak mau (atau > > takut) atau belum ada kesempatan terjun ke politik, maka saya dan kawan2 > > PD-PD saja (merasa cerdas dan baik) dan menjadi anggota KPU, DPD, DPRD, dll. > > Sebagian menang, sebagian belum berhasil. > > > > Kalau semua orang (tak terkecuali) melakukan sesuatu karena "cari doyi", > > maka hancur sudah masyarakat itu. Saya yakin, tidak semua orang seperti itu. > > Seorang dosen, misalnya, mendaftar beasiswa dan berusaha untuk sekolah > > dengan beasiswa itu semata-mata untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari uang > > beasiswa. Lalu ilmu itu akan dia bagikan secara gratis kepada seluruh > > masyarakat yang membutuhkan, tidak dengan "menjual ilmu"nya sehingga > > menghasilkan "uang". Saya yakin masih banyak dosen yang setelah dapat gelar > > master dan doktor melalui beasiswa akan mentransfer ilmunya ke banyak orang > > tanpa dibayar sekali pun... Begitu juga dengan mayoritas wartawan dan > > orang-orang cerdas lainnya, hanya mau mengabdi, bukan untuk cari duit. > > > > > > --- In >gorontal
Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (Profesinalisme)
kembali ke soal THR (yang diskusinya jadi bercabang-cabang dan merupakan dinamika di milis ini) semuanya berujung pada profesionalisme. menerima dan menolak kembali pada masing-masing individu. Menjustifikasi bahwa bingkisan, amplop dan lain-lain bisa diterima bertentangan dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo,"Pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional." (beritanya terlampir) salam, verri http://www.antaranews.com/berita/1269789782/uu-pers-hanya-untuk-pers-profesional UU Pers Hanya Untuk Pers Profesional Minggu, 28 Maret 2010 22:23 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 400 kali Padang (ANTARA News) - Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menegaskan bahwa penerapan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers hanya untuk pers profesional dan berkerja sesuai aturan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). "Di luar itu, sepertinya tidak perlu diterapkan," ujarnya dalam seminar kebebasan pers bertema "Membuka Akses Keadilan Melalui Peningkatan Kapasitas Jurnalis" di Padang, Minggu. Saat ini, kata dia, makna kebebasan pers banyak disalahartikan oleh segelintir pers. Mereka beranggapan bahwa kebebasan itu mutlak, dan malah ada yang terang-terangan melanggar ketentuan kode etik tersebut. "Hal itu jelas tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, UU Pers tidak perlu diterapkan kepada mereka," katanya menegaskan. Ia menyebutkan Pasal 2 UU No.40/1999 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Maknanya, kata dia, penegakan hukum yang merawat kemerdekaan pers. "Jadi, bukan berarti memberikan hak-hak istimewa kepada pers, melainkan ikut menjaga dan menegakkan demokrasi," paparnya. Diakuinya, pers memang sudah teruji dan memiliki peran sangat strategis dalam pengawasan semua tahapan dan fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Namun, lanjut dia, kemerdekaan pers dan perlindungan hukum hanya diberikan kepada pers yang profesional. "Di luar itu, seperti pers yang suka memeras atau sengaja beritikad tidak baik dalam menjalankan profesinya, masuk kategori pers tidak profesional," ujarnya. Menurut dia, mereka tak ubahnya "penumpang gelap" yang menjadikan kemerdekaan pers sebagai "topeng". Pasalnya, dalam menjalankan pekerjaannya sudah melanggar kode etik wartawan dan melawan hukum. (T.KR-TSP/D007/P003) COPYRIGHT © 2010
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan(buat TP:Jika ingin mengritik, mari kumpulkan data dan fakta yang komprehensif dulu, biar tidak terkesan ngawur dan melukai perasaan orang lain )
sepertinya memang sudah menjadi rumus, jika kita berpikiran negatif tentang seseorang, maka bisa jadi orang lain akan berpikiran buruk pula pada kita. itulah kompleksnya manusia. syam sdp yang terrajana juga meminta maaf atas lahir, batin, juga batil. dear, bagi milister yang sudah terlanjur nimbrung pada diskusi awal ini, kembali yuk, ke pembahasan semula salam terrajana --- Pada Ming, 29/8/10, Taufik Polapa menulis: Dari: Taufik Polapa Judul: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan(Mari Kita Dukung wakil Rakyat Kita Elnino) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 29 Agustus, 2010, 12:18 PM Dear All, Setelah Buka puasa tadi dan Shalat Magrib, ternyata ada satu kejadian yang saya alami yang tentunya mengingatkan saya akan satu hal, kembali lagi, bukankan di Milist ini salah satu visi dan misi menghilangkan budaya TUTUHIYA ? dan sudah sepanatasnya Elnino Mohi kita hormati dan Hargai karena walau bagaimanapun Beliau merupakan Wakil Rakyat Gorontalo yang ada di Parlement yang harus di berikan Support. Mungkin pada kesempatan ini di Bulan Suci Ramadhan Maafkan Kelancangan Saya Bang Elnino atas Tulisan saya yang kurang enak, karena itu adalah kekurangan saya dalam menilai Sepak terjang dan perjuangan Elnino selama ini. Terakhir Buat teman2 Wartawan yang ada d gtlo maafkan jika ada yang kurang berkenan, Bu Femy pak Fery Rosyid.dll. Saya Tahu Elnino Elnino Atiolo dp orang sederhana dan Mari kita dukung Elnino utk menuju ke Puncak yang lebih baik utk mengharumkan Nama Gorontalo yang kita cintai. Selamat berjuang dan Berpuasa buat teman2 SAlam Merdeka.,... Wassalam ' TP From: "agung_hp...@rocketmail.com" To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Sun, August 29, 2010 3:35:15 PM Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan Wey ka iki sudah jo uti sambarang 2 nhgoni ini bulan puasa kurang sama jo manusia ada kekurangannya ka iki co ba dulu puasa batulisPowered by Telkomsel BlackBerry®From: "Icky Polapa" Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 07:36:25 +To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan Dear saudaraku Elnino dan Syam Sebelumnya selamat menjalankan ibadah d bulan suci ramadhan semoga amal kita semua di terima oleh allah swt amin,bukankah di bulan penuh berkah dan rahmat ini kita harus perbanyak bebrbuat kebaikan? Sebelumnya mhn maaf kepada senator kita yg briliant elnino mohi atas tulisan saya yg telah membuat elnino memberikan klarifikasi, saya berharap kritikan dr saya merupakan bagian dr rakyat gtlo, ada hal yg pelu di cermati bahwa roda kehidupan terus berputar hari ini kita berada di atas belum tentu kita ttp terus d atas, kehidupan kadang naik turun tinggal gmn cr menyikapinya penuh dgn rasa syukur,ingatlah kepada keluarga saudara teman kita atau tetangga kita yg saat ini tengah membutuhkan uluran bantuan kepada kita di saat kita memiliki kelebihan dan kedudukan apalagi kita telah memberikan janji tentu saja itu janji itu akan di tagih di hari kemudian nanti, dan jika ada meminta pertolongan kepada diri kita jika kita memiliki kelebihan hendaklah membantunya ibaratnya pemimpin yg membantu kepada rakyatnya, mungkin itu yg pelu saya tuliskan pada kesempatan ini dan tdk ada maksud menjatuhkan atau melecehakan orang tertentu semata-mata ingin melihat org lain tetap tersenyum dalam penderitaannya. Kepada saudraku elnino semoga nt tetap amanah dlam mengemban tugas sebagai wakil rakyat gtlo dan tetap rendah hati sperti yg saya kenal selama ini. Saya sadar bahwa saya pun banyak kekurangan tp hati saya tdk bs jika ada yg mengganjal dalam hati saya sepanjang demi org banyak. Dan tidak ada tujuan saya utk mengambil keuntungan sepeserpun. Insya allah Elnino bersamna keluarga besarnya tetap dalam lindungan allah swt dan di berikan kekuatan dlm menjalankan tuhgas negara amin. Maafkan saya saudaraku jika saya pe kata kata kurang berkenan. Wassalam TP Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSATFrom: Syam Sdp Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 14:31:37 +0800 (SGT)To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan bukan te elnino yang lebay, tapi te Icky yg Alay, ana cuma curiga, ada stow yang pernah dia minta/harap pa wartawan yang jadi anggota DPD/KPU, kong tidak bisa dikabulkan. so ba abab mulu karna babadiam trus, ngoceh dulu ah terrajana --- Pada Sab, 28/8/10, elninogorontalo menulis: Dari: elninogorontalo Judul: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Sabtu, 28 Agustus, 2010, 7:04 PM Icky, audit akang ana pe kekayaan
[GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
Betul juga pak, bisa jadi nekat...hehe...kalau targetnya adalah "kursi" dan "penghasilan". Tapi bagi orang cerdas, baik, berani dan punya kesempatan, tujuannya adalah proses, yaitu bahwa pencalonan di wilayah politik adalah sebagian dari pengabdian ; memberi contoh bagaimana seharusnya berpolitik. Bangsa ini sangat membutuhkan contoh, terutama dalam politik (sebagai lokomotif perubahan). Ketika orang baik, cerdas dan berani tidak menggunakan kesempatannya masuk ke wilayah politik, kita sudah lihat kan bagaimana hasilnya :) Apa kabar pak? :) Odu'olo, Elnino --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Sirjon Busalo wrote: > > ana agak tergelitik dengan kalimatnya bang Elnino, apa iya yah? sukses = > cerdas+baik+berani > > hmm.. perlu dicoba kayaknya bang... asal jangan nekat aja, karena > persamaannya menjadi; sukses - cerdas - baik = nekat > > Pada 29 Agustus 2010 03.22, elninogorontalo menulis: > > > > > > > Bung Ikbal, karena orang2 cerdas dan baik seperti antum ini tidak mau (atau > > takut) atau belum ada kesempatan terjun ke politik, maka saya dan kawan2 > > PD-PD saja (merasa cerdas dan baik) dan menjadi anggota KPU, DPD, DPRD, dll. > > Sebagian menang, sebagian belum berhasil. > > > > Kalau semua orang (tak terkecuali) melakukan sesuatu karena "cari doyi", > > maka hancur sudah masyarakat itu. Saya yakin, tidak semua orang seperti itu. > > Seorang dosen, misalnya, mendaftar beasiswa dan berusaha untuk sekolah > > dengan beasiswa itu semata-mata untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari uang > > beasiswa. Lalu ilmu itu akan dia bagikan secara gratis kepada seluruh > > masyarakat yang membutuhkan, tidak dengan "menjual ilmu"nya sehingga > > menghasilkan "uang". Saya yakin masih banyak dosen yang setelah dapat gelar > > master dan doktor melalui beasiswa akan mentransfer ilmunya ke banyak orang > > tanpa dibayar sekali pun... Begitu juga dengan mayoritas wartawan dan > > orang-orang cerdas lainnya, hanya mau mengabdi, bukan untuk cari duit. > > > > > > --- In > > gorontalomaju2020@yahoogroups.com, > > iqbal makmur wrote: > > > > > > Kalau wartawan bisa sejahtera pasti tidak ada yang 'loncat' jadi anggota > > DPD, > > > KPU, legislatif dll..:) > > > > > > Iqbal > > > Bulum ngantuk olo.. > > > > > > > > > > -- > Salam, > > Sirjon Busalo >
Re: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
ana agak tergelitik dengan kalimatnya bang Elnino, apa iya yah? sukses = cerdas+baik+berani hmm.. perlu dicoba kayaknya bang... asal jangan nekat aja, karena persamaannya menjadi; sukses - cerdas - baik = nekat Pada 29 Agustus 2010 03.22, elninogorontalo menulis: > > > Bung Ikbal, karena orang2 cerdas dan baik seperti antum ini tidak mau (atau > takut) atau belum ada kesempatan terjun ke politik, maka saya dan kawan2 > PD-PD saja (merasa cerdas dan baik) dan menjadi anggota KPU, DPD, DPRD, dll. > Sebagian menang, sebagian belum berhasil. > > Kalau semua orang (tak terkecuali) melakukan sesuatu karena "cari doyi", > maka hancur sudah masyarakat itu. Saya yakin, tidak semua orang seperti itu. > Seorang dosen, misalnya, mendaftar beasiswa dan berusaha untuk sekolah > dengan beasiswa itu semata-mata untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari uang > beasiswa. Lalu ilmu itu akan dia bagikan secara gratis kepada seluruh > masyarakat yang membutuhkan, tidak dengan "menjual ilmu"nya sehingga > menghasilkan "uang". Saya yakin masih banyak dosen yang setelah dapat gelar > master dan doktor melalui beasiswa akan mentransfer ilmunya ke banyak orang > tanpa dibayar sekali pun... Begitu juga dengan mayoritas wartawan dan > orang-orang cerdas lainnya, hanya mau mengabdi, bukan untuk cari duit. > > > --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, > iqbal makmur wrote: > > > > Kalau wartawan bisa sejahtera pasti tidak ada yang 'loncat' jadi anggota > DPD, > > KPU, legislatif dll..:) > > > > Iqbal > > Bulum ngantuk olo.. > > > -- Salam, Sirjon Busalo
Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan(Mari Kita Dukung wakil Rakyat Kita Elnino)
hihihi Icky Nyantai saja. Napa ada banyak kritikan yang baik dan proporsional ke Elnino sebagai anggota DPD, tapi tidak menyerang pribadinya. Di hape saya ada beberapa kritik yang bikin saya stress juga sebagai anggota DPD, misalnya : 1. Satu dari empat janji Elnino sampai sekarang belum terwujud, yaitu UU Otda Berdasarkan Nilai Lokal. Kalau janji itu sudah terwujud (atau mungkin juga dipastikan gagal) tahun depan, Elnino sudah harus mundur dari DPD. (Ini tuntutan dari beberapa anggota Tim-9 Sahabat Elnino). 2. Sekitar 46.464 orang yang memilih Elnino, dan sekitar 30 ribuan di antaranya belum pernah melihat Elnino secara langsung. (SMS dari banyak orang). 3. Konsentrasi/fokus pengabdian Tim-9 yang mengelola semua dana dari DPD hanya berada di Kota Gorontalo dan Bone Bolango, sehingga masyarakat Gorut (25 persen memilih Elnino) dan Pohuwato (10 persen memilih Elnino) menuntut untuk juga kebagian. 4. Masalah alih fungsi hutan TNBNW yang belum ditindaklanjuti oleh DPD-RI. (tuntutan dari teman2 pro lingkungan). 5. Dan masih banyak lagi Icky dkk yang ingin kritik pribadi, mohon tidak di ranah publik seperti milis ini. Misalnya dengan meng-SMS langsung ke nomor saya : 081314616415. Kalau di hape, boleh lah kasar-kasar dikit ke saya, hehehe Btw, status di FB itu tak ada hubungannya dengan milis ini. Itu adalah bentuk keprihatinan melihat orang yang memaki-maki DPR ketika menelpon ke stasiun TV. Lihat pula comments rakyat terhadap pernyataan2 wakilnya di detik.com. Kasar bin ajaib. hehehe
Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan(Mari Kita Dukung wakil Rakyat Kita Elnino)
Dear All, Setelah Buka puasa tadi dan Shalat Magrib, ternyata ada satu kejadian yang saya alami yang tentunya mengingatkan saya akan satu hal, kembali lagi, bukankan di Milist ini salah satu visi dan misi menghilangkan budaya TUTUHIYA ? dan sudah sepanatasnya Elnino Mohi kita hormati dan Hargai karena walau bagaimanapun Beliau merupakan Wakil Rakyat Gorontalo yang ada di Parlement yang harus di berikan Support. Mungkin pada kesempatan ini di Bulan Suci Ramadhan Maafkan Kelancangan Saya Bang Elnino atas Tulisan saya yang kurang enak, karena itu adalah kekurangan saya dalam menilai Sepak terjang dan perjuangan Elnino selama ini. Terakhir Buat teman2 Wartawan yang ada d gtlo maafkan jika ada yang kurang berkenan, Bu Femy pak Fery Rosyid.dll. Saya Tahu Elnino Elnino Atiolo dp orang sederhana dan Mari kita dukung Elnino utk menuju ke Puncak yang lebih baik utk mengharumkan Nama Gorontalo yang kita cintai. Selamat berjuang dan Berpuasa buat teman2 SAlam Merdeka.,... Wassalam ' TP From: "agung_hp...@rocketmail.com" To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Sun, August 29, 2010 3:35:15 PM Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan Wey ka iki sudah jo uti sambarang 2 nhgoni ini bulan puasa kurang sama jo manusia ada kekurangannya ka iki co ba dulu puasa batulis Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Icky Polapa" Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 07:36:25 + To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan Dear saudaraku Elnino dan Syam Sebelumnya selamat menjalankan ibadah d bulan suci ramadhan semoga amal kita semua di terima oleh allah swt amin,bukankah di bulan penuh berkah dan rahmat ini kita harus perbanyak bebrbuat kebaikan? Sebelumnya mhn maaf kepada senator kita yg briliant elnino mohi atas tulisan saya yg telah membuat elnino memberikan klarifikasi, saya berharap kritikan dr saya merupakan bagian dr rakyat gtlo, ada hal yg pelu di cermati bahwa roda kehidupan terus berputar hari ini kita berada di atas belum tentu kita ttp terus d atas, kehidupan kadang naik turun tinggal gmn cr menyikapinya penuh dgn rasa syukur,ingatlah kepada keluarga saudara teman kita atau tetangga kita yg saat ini tengah membutuhkan uluran bantuan kepada kita di saat kita memiliki kelebihan dan kedudukan apalagi kita telah memberikan janji tentu saja itu janji itu akan di tagih di hari kemudian nanti, dan jika ada meminta pertolongan kepada diri kita jika kita memiliki kelebihan hendaklah membantunya ibaratnya pemimpin yg membantu kepada rakyatnya, mungkin itu yg pelu saya tuliskan pada kesempatan ini dan tdk ada maksud menjatuhkan atau melecehakan orang tertentu semata-mata ingin melihat org lain tetap tersenyum dalam penderitaannya. Kepada saudraku elnino semoga nt tetap amanah dlam mengemban tugas sebagai wakil rakyat gtlo dan tetap rendah hati sperti yg saya kenal selama ini. Saya sadar bahwa saya pun banyak kekurangan tp hati saya tdk bs jika ada yg mengganjal dalam hati saya sepanjang demi org banyak. Dan tidak ada tujuan saya utk mengambil keuntungan sepeserpun. Insya allah Elnino bersamna keluarga besarnya tetap dalam lindungan allah swt dan di berikan kekuatan dlm menjalankan tuhgas negara amin. Maafkan saya saudaraku jika saya pe kata kata kurang berkenan. Wassalam TP Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: Syam Sdp Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sun, 29 Aug 2010 14:31:37 +0800 (SGT) To: ReplyTo: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan bukan te elnino yang lebay, tapi te Icky yg Alay, ana cuma curiga, ada stow yang pernah dia minta/harap pa wartawan yang jadi anggota DPD/KPU, kong tidak bisa dikabulkan. so ba abab mulu karna babadiam trus, ngoceh dulu ah terrajana --- Pada Sab, 28/8/10, elninogorontalo menulis: >Dari: elninogorontalo >Judul: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan >Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com >Tanggal: Sabtu, 28 Agustus, 2010, 7:04 PM > > > >Icky, audit akang ana pe kekayaan utibaru boleh bicara. Ini soal harga >diri, >Icky Sengaja ana kase nama ana pe anak "Elnino Jr" supaya suatu saat dia >bangga deng depe papa yang "tidak jadi kaya deng gaji DPD". Ana sangat kuatir, >Icky, kalau pikiran macam ente ini berkembang, itu akan menjadikan ana pe >anak-anak dihina pada zamannya dan itu akan menutup pintu2 rejeki mereka. > >Saya bukan nabi, Icky uti Tapi alhamdulillah sejauh ini tidak gila deng >kesejahteraan. Thanks atas singgungannya yang berlebihan Icky waa Ente so >bikin ana jadi lebay > >Bagimana kabar maituwa, Icky? Sesehati? Hehehe... > >Odu'olo, > >Elnino > >--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, "Icky Polapa" wrote: >> >> Artinya skg so jd ang
[GM2020] [sekedar share] sapi dan teori ekonomi
SOCIALISME > >kau punya 2 sapi 1 sapi kau berikan untuk tetanggamu > > >COMMUNISME > >kau punya 2 sapi negara mengambil alih keduanya dan memberimu 2 kaleng susu.. > > >FASCISME > >kau punya 2 sapi negara mengambil alih keduanya dan menjual susu padamu. > > >NAZISM > >kau punya 2 sapi negara mengambil keduanya dan menembakmu. > > > >TRADITIONAL CAPITALISM > >kau punya 2 sapi betina kau jual satu dan beli satu sapi jantan. Ternakmu >bertambah, dan ekonomi tumbuh. > > >THE ANDERSEN MODEL > >kau punya 2 sapi. kau cincang-cincang dua-duanya. > > >AN AMERICAN CORPORATION > >kau punya 2 sapi. > >kau jual satu, dan satunya kau paksa untuk memproduksi susu sebanyak 4 sapi. >kemudian, kau menyewa konsultan untuk menganalisa mengapa sapinya mati. > > > >A FRENCH CORPORATION > >kau punya 2 sapi > >kau turun ke jalan, menyusun massa , memblokade jalanan, karena kau ingin >punya >3 sapi. > > >A JAPANESE CORPORATION > >kau punya 2 sapi. > >kau medesignnya ulang hingga bisa menghasilkan 20 kali lipat susu.. Kemudian >kau >buat profil kartun sapi pintar "Cowakemon" dan menjualnya ke seluruh dunia. > > > >A GERMAN CORPORATION > >kau punya 2 sapi > >kau merekayasanya supaya bisa hidup lebih dari 100 tahun, makan cukup sekali >sebulan, dan mereka bisa saling memerah susu sendiri. > > >AN ITALIAN CORPORATION > >kau punya 2 sapi, tapi kau tak tahu dimana mereka. > >kau putuskan untuk makan siang saja. > > >A RUSSIAN CORPORATION > >kau punya 2 sapi > >kau menghitungnya dan berandai bagaimana bilamana punya 5 sapi kau >menghitungnya >lagi dan berandai bagaimana bilamana punya 42 sapi kau menghitungnya lagi dan >menemukan bahwa sapimu cuma dua. kau berhenti mengitung, lalu buka sebotol >vodka. > > >A SWISS CORPORATION > >kau ada 5000 sapi. tak satupun adalah milikmu. > >kau mengenakan biaya adaministratif kepada pemiliknya untuk menyimpannya. > > >A CHINESE CORPORATION > >kau punya 2 sapi. > >kau punya 300 orang untuk memerah susunya kau nyatakan bahwa tak ada >pengangguran, dan nilai produksi susu tinggi. Kau menangkap wartawan yang >melaporkan kenyataanya. > > >BRITISH CORPORATION > >kau punya 2 sapi > >dua-duanya sapi gila. > > >IRAQ CORPORATION > >semua orang berpikir kau punya banyak sapi > >kau bilang ke meraka kau cuma punya satu. Tak ada yang percaya, maka mereka >mengebom daerahmu dan menginvasi negaramu. Kau masih tak punya sapi satupun, >tapi setidaknya sekarang kau bagian dari demokrasi. > > >NEW ZEALAND CORPORATION > >kau punya 2 sapi > >sapi yang di kiri kelihatan sangat atraktif. > > >AUSTRALIAN CORPORATION > >kau punya 2 sapi. > >bisnis kelihatanya sedang bagus. Kau tutup kantor dan pergi mencari beer untuk >merayakannya. > > > >INDONESIAN CORPORATION > >kau punya 2 sapi > >dua-duanya curian. > >lalu kau jual dua-duanya. > >kemudian kau simpan uangnya di acount non budgeter yang tak jelas. kemudian >kau >gunakan beberapa untuk mendanai kampanye partaimu tapi sebagaian besar kau >simpan untuk anak cucumu. > > >MALAYSIAN CORPORATION > >kau punya 2 sapi > >dua-duanya kau curi dari indonesia.