Re: [GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan"

2009-02-12 Terurut Topik Sirjon Busalo
saya kira ini bisa dijadikan bahan koreksi untuk kedua

lebah  belah pihak.

UNG adalah lembaga yang "mungkin" sudah dewasa, yang namanya dewasa tidak
mudah tersinggung dan cengeng layaknya anak-anak, jadi jangan sampai seperti
jenggot terbakar di mulut kambing [?]*bingung saya*, santai aja lagi kalo
emang merasa gak pernah membebani pemerintah daerah dengan menambah jumlah
pengangguran, kalo emang purna mahasiswanya gak keterima kerja di mana2
ya... mahasiswanya yg gak qualified dan bukan UNG yg salah mendidik..
*apa iya??* atau memang jalan pikir mereka terpola untuk mencari kerja dan
bukan menciptakan lapangan kerja **biasanya sih mereka yg gak punya add-on
skill**. tapi biasanya sih, sekali lagi biasanya, quantitas itu menunjukkan
qualitas *mohon dikoreksi*, //berapa persen dari lulusan UNG yg berhasil
dibandingkan mereka yg tidak sukses?// kalo setiap tahun gitu-gitu aja,
barangkali bukan mahasiswanya yg salah tapi sistem edukasi UNG yg perlu
perubahan. dst..dst..


buat GP, ini bukan yg pertama kali mereka memancing polemik di mana-mana,
hampir setiap hari..

saya jadi pengen tahu tahapan2 seleksi untuk menjadi wartawan GP, karena
biasanya, ini lho biasanya, yg melamar di GP itu orang yg mulai putus asa
tidak keterima kerja di mana2, lantas banting setir jadi wartawan supaya
nulis yg tajam dan pedas, **mungkin** kemuadian bisa diperhatikan PEMDA
untuk diangkat jadi PNS, hahahaha...

yg kurang dari GP adalah etika jurnalistik, perlu pendalaman dan peningkatan
pengetahuan jurnalisme, bukan sekedar mencari keuntungan dan amplop.

bolo maapu ju


Pada 11 Februari 2009 18:30, Herwin Mopangga menulis:

>   Kegiatan wisuda di UNG hari ini diberitakan oleh Gorontalo Post, media
> cetak lokal terbesar dengan judul yang tidak tepat bahkan melecehkan.
>
> Pengangguran bisa kita definisikan sebagai orang dalam kategori dewasa (15
> sampai 55 tahun) dan produktif yang tidak bekerja tetapi aktif mencari
> pekerjaan. Sedangkan mereka yang secara sukarela tidak bekerja untuk motif
> memperoleh penghasilan jelas tidak di kategorikan pengangguran.
>
> Kita tidak bisa memastikan, apakah dari 1139 wisudawan itu semuanya belum
> bekerja dan akan aktif mencari pekerjaan. Saya yakin di antara mereka pasti
> ada yang sudah bekerja dalam status pegawai negeri, karyawan, honorer,
> berwirausaha (entrepreneur) dsb. Ini jelas tidak bisa disebut
> pengangguran. Ada juga yang secara sukarela belum mencari kerja karena
> alasan ingin melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi atau alasan pribadi
> seperti menikah, alasan kesehatan dll. Mereka ini tidak bisa dimasukkan pada
> kategori pengangguran baru.
>
> Apalagi kita tahu bahwa perjuangan untuk menyelesaikan pendidikan di
> lembaga perguruan tinggi saat ini butuh pengorbanan yang luar biasa. Biaya,
> tenaga, waktu, pikiran serta mengorbankan keluarga.
>
> Sangat disesalkan, Gorontalo Post menyampaikan berita dengan judul seperti
> ini, yang tidak menunjukkan apresiasi kepada wisudawan maupun institusi
> tempat mereka menimba ilmu. Seandainya anda lebih berempati dan merasakan
> apa yang dirasakan oleh wisudawan, orang tua, suami/isteri dan segenap
> keluarganya.
>
> Harap menjadi perhatian dan perbaikan redaksi.
>
>
> 1139 Alumni UNG Resmi Dilantik Jadi 'Pengangguran'  Rabu, 11 Februari 2009
>   *Ciptakan Lapangan Kerja Mandiri dan Profesional
>
> GORONTALO* - Pelaksanaan rapat senat terbuka Universitas Negeri Gorontalo
> (UNG) dengan agenda wisuda sarjana Diploma, S1 dan S2 berlangsung meriah,
> kemarin. Dalam agenda tersebut, turut dihadiri Menteri Tenaga Kerja,
> Transmigrasi dan Koperasi yang diwakili Staf Ahli bidang pembangunan wilayah
> Dr. Ir Rukman Sardjadidjaja, M.Ma. Sedikitnya 1139 wisudawan resmi memasuki
> dunia 'pengangguran' setelah dilantik dengan menyandang gelar Sarjana.
> Mereka diharapkan, dapat diterima dalam bursa kerja bahkan dapat menciptakan
> lapangan kerja secara mandiri.
>
> Dalam sambutannya, Menteri Tenaga Kerja Trasmigrasi dan Koperasi
> (Depnakertraskop) Republik Indonesia (RI) Dr. Ir. Erman Suparno MBA, M.Si
> yang dibacakan Staf Ahli Bidang pembangunan wilayah Depnakertraskop Republik
> Indonesia (RI) Dr. Ir Rukman Sardjadidjaja, M.Ma, mengatakan, pentingnya
> profesionalitas para alumni dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya sejak
> dibangku kuliah. Persaingan para pencari kerja dewasa ini adalah bagian
> bentuk akselerasi dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.
>
> Untuk itu, pengembangan potensi sangat penting. Para alumni yang baru
> diwisuda untuk tidak pesimis dengan lapangan kerja. Karena pemerintah tengah
> mempersiapkan lapangan kerja yang seluas-luasnya khusus bagi para sarjana
> untuk dikelola secara professional. Sementara itu, Gubernur Gorontalo Ir.
> Fadel Muhammad didepan ribuan undangan yang hadir mengungkapkan,
> pengembangan SDM di Gorontalo terus dilakukan untuk mendukung program
> pemerintah kedepan. Harapannya, para alumni kali ini bisa mengaplikasikan
> ilmu yang dimilikinya untuk kemaslahatan masyarakat.
>

Re: [GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan"

2009-02-12 Terurut Topik Arbyn Dungga
Hal2 seperti ini seharunya tidak bisa lepas dari tanggung jawab EDITOR
di Gorontalo Post. Bukankah setiap berita dari wartawan tetap harus
melalui meja editor yang akan "menggubah" setiap berita yang masuk
disesuaikan dengan visi koran, kepatutan sosial, nilai budaya
masyarakat setempat tanpa harus mengubah makna berita. Atau jangan2
Gorontalo Post tidak punya editor?

Rgrds,
Arbyn Dungga


--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, iing iing
 wrote:
>
> kata "pengangguran" adalah opini dari si wartawan atau redakturnya.
bila kata itu yang kemudian dijadikan judul berita, maka judul itu tak
lebih dari opini dari penulis beritanya. bukan fakta yang sebenarnya.
> 
> Rakyat Merdeka mulai santun dalam judul2 beritanya. karena
masyarakat Jakarta makin sadar selama ini telah "tertipu" oleh
judul-judul beritanya. karena itu Rakyat Merdeka mulai ditinggalkan.
Saya tidak tahu apakah masyarakat Gorontalo  masih percaya dan
tertarik dengan judul2 berita seperti itu. 
> 
> Menurut saya, selain hasil opini si wartawan, judul tadi juga
sebagai bukti bahwa wartawan, redaktur dan pemrednya belum dewasa.
Cobalah bertanya, apa yang dicari dengan memberikan judul seperti itu?
Sensasi, agar menarik? Tidak juga. Buktinya tak sedikit malah yang
mencibir. Anggota milis di sini juga boleh bertanya kepada GP, kenapa
memberikan judul seperti itu? Mungkin saja ada alasan lain yang
berbeda dengan tebakan saya.
> 
> Saya pikir, kasihanlah sama rektor UNG, yang sudah berpidato
menggebu2 telah berbuat banyak hal untuk meningkatkan SDM lulusannya,
tapi kemudian dimentahkan oleh dua kata "mencetak pengangguran". 
> 
> salam
> iing
> 
> 
> 
> --- On Wed, 2/11/09, titien mohammad  wrote:
> From: titien mohammad 
> Subject: Re: [GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan"
> To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, February 11, 2009, 2:39 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> take it easy pak herwin
>  
> mungkin itu cuma  bahasa koran..and si wartawannya pun  mungkin gak
tau persis siapa2 yg di wisuda..  di pikirannya dia mungkin yg kuliah
itu semuanya anak2 abg yang lum dapat kerjaan.. he.he.. So..maybe si
wartawan harus lebih hati2 lagi... cos masyarakat gorontalo masih
banyak yg  sangat2 percaya bahasa koran.. saran saya buat si
wartawan..lebih hati-hati lagi dalam memilih kata.. jangan cuma karna
mau headingnya lebih heboh and mungkin isinya sangat jauh dari
kenyataan...
>  
>  
> peace...
>  
> Titien FM    
> 
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> From: Herwin Mopangga 
> To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Sent: Wednesday, February 11, 2009 9:30:17 PM
> Subject: [GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan"
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Kegiatan wisuda di UNG hari ini diberitakan oleh Gorontalo Post,
media cetak lokal terbesar dengan judul yang tidak tepat bahkan
melecehkan.
> 
> Pengangguran bisa kita definisikan sebagai orang dalam kategori
dewasa (15 sampai 55 tahun) dan produktif yang tidak bekerja tetapi
aktif mencari pekerjaan. Sedangkan mereka yang secara sukarela tidak
bekerja untuk motif memperoleh penghasilan jelas tidak di kategorikan
pengangguran.
> 
> Kita tidak bisa memastikan, apakah dari 1139 wisudawan itu semuanya
belum bekerja dan akan aktif mencari pekerjaan. Saya yakin di antara
mereka pasti ada yang sudah bekerja dalam status pegawai negeri,
karyawan, honorer, berwirausaha (entrepreneur) dsb. Ini jelas tidak
bisa disebut pengangguran. Ada juga yang secara sukarela belum mencari
kerja karena alasan ingin melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi
atau alasan pribadi seperti menikah, alasan kesehatan dll. Mereka ini
tidak bisa dimasukkan pada kategori pengangguran baru.
> 
> Apalagi kita tahu bahwa perjuangan untuk menyelesaikan pendidikan di
lembaga perguruan tinggi saat ini butuh pengorbanan yang luar biasa.
Biaya, tenaga, waktu, pikiran serta mengorbankan keluarga. 
> 
> Sangat disesalkan, Gorontalo Post menyampaikan berita dengan judul
seperti ini, yang tidak menunjukkan apresiasi kepada wisudawan maupun
institusi tempat mereka menimba ilmu. Seandainya anda lebih berempati
dan merasakan apa yang dirasakan oleh wisudawan, orang tua,
suami/isteri dan segenap keluarganya.
> 
> Harap menjadi perhatian dan perbaikan redaksi.
> 
> 
> 1139 Alumni UNG Resmi Dilantik Jadi 'Pengangguran' 
> 
> 
> 
> Rabu, 11 Februari 2009 
> 
> Ciptakan Lapangan Kerja Mandiri dan Profesional   
> 
> GORONTALO - Pelaksanaan rapat senat terbuka Universitas Negeri
Gorontalo (UNG) dengan agenda wisuda sarjana Diploma, S1 dan S2
berlangsung meriah, kemarin. Dalam agenda tersebut, turut dihadiri
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi yang diwakili Staf
Ahli bidang pembangunan wilayah Dr.

Re: [GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan" (Dimn letak Lecehkan ? to P'Herwin)

2009-02-11 Terurut Topik Taufik Polapa

Dear Pak Herwin.titin, dkk

saya coba petik tulisan Gpost di bawah ini :

UNG terus berpacu membangun mitra internasional untuk pengembangan kampus. 
“Kita akan terus berupaya untuk menjadi yang terbaik, dan selamat kepada 
wisudawan dan semoga dapat diterima dalam bursa kerja bahkan dapat menciptakan 
lapangan kerja sendiri,” harap Nelson. Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan 
penyerahan sedikitnya 200 buah buku karya pakar kebumian Prof. Dr John Aryo, 
oleh Amanda Katili kepada Rektor UNG. gpinfo


Menyikapi Judul dari Koran Gorontalo Post bahwa "1139 Alumni UNG Resmi Dilantik 
Jadi 'Pengangguran'" Haruslah kita sikap secara posisitif, di satu sisi fungsi 
sebagai Media adalah Kontrol Sosial kemasyaraktan sebagai penyeimbang dalam 
kebijakan pemerintah, tentu saja hal ini bisa di kategorikan wajar dan sah2 
saja.  Karena berkaitan dengan Menelurkan para Intelektual Muda dalam Jumlah 
yang tdk sedikit telah menyangkut Hajat hidup orang banyak tentu saja 
memerlukan Campur tangan dari Media, Entah Apakah itu dalam Berita yang positif 
maupun Negatif. Jika Media menyikapi Hal tersebut dengan positif, maka Hal ini 
mengartikan Indikator yang Baik dan selaras antara kebijakan Pemerintah 
setempat dan para Akademis, sebaliknya Jika berita yang di hasilkan oleh Media 
bagi sebagian orang merasa tersudutkan, Maka tidak sepatutnya kita menyalahkan 
Media, tentu saja menjadi Koreksi buat kita, mulai dari Pemda Setempat serta 
kaum Akademisi.  Judul Berita Gpost
 tersebut bagi saya sah-sah saja, mengingat Angka Pengangguran Semakin tahun 
semakin bertambah, di satu sisi hampir Semua Universitas di Seluruh Indonesia 
setiap tahun menelurkan Sarjana2 yang briliant2 menurut para dosennya. Coba 
Perhatikan secara Nyata Kita mengambil Contoh Saja di Kota Makassar yang sudah 
menjadi salah satu kota Industri yang lagi membangun, saking banyaknya Kampus2 
di Kota Makassar, Mulai dari PTN Hingga PTS yang Jumlahnya bs mencapai Ratusan 
tentu saja dalam Hitungan tiap tahunnya bisa menelurkan Sarjana yang Handal 
dalam jumlah yang Puluhan Ribu, di satu Sisi Lapangan kerja yang tersedia PNS, 
dan Swasta yang terbuka Tdk Sebanding dengan Jumlah Sarajana yang di Wisuda 
setiap tahunnnya, Ibaratnya 20 Sarjana berbanding 1, dimana 1 yang akan 
terserap oleh tenaga kerja.

Kembali lagi ke prop. Gorontalo yang kita cintai, melihat Jumlah Sarjana yang 
di Wisuda 1139 Orang dari berbagai di Siplin Ilmu, belum lagi Jumlah Sarjana 
yang di Wisudah tahun lalu yang hingga saat ini belum terserap oleh dunia kerja 
yang ada di Gorontalo. Di Samping itu Kebijakan Pemerintah Gorontalo Setempat 
yang saat ini terkesan belum maksimal dalam membantu sektor Swasta, terkesan 
hanya fokus kepada Proyek dan Penerimaan PNS serta Menyalurkan Bantuan2 
Pemerintah pusat kepada Nelayan dan petani, sehingga Kesan untuk bisa bersaing 
menciptakan Lapangan kerja bagi tenaga2 handal yang berasal dari Gtlo tdk 
memiliki lahan dan pada akhirnya jika mereka akan berusaha utk berwiraswasta 
hanya bs bertahan 2 thn pada akhirnya mengharapkan Lulus menjadi PNS.
Di Gorontalo para Orang tua sangat Bermimpi dan selalu meng IDolakan Anaknya 
menjadi PNS, sehingga terkesan propinsi Gorontalo terkenal dengan Almamater 
PNS, hal ini saya pernah tanyakan dan Email Langsung kepada Bupati Gorontalo 
Pak David Bobihu, tapi balasan Email ke saya bahwa Pak david tengah Sibuk 
melayani rakyat dan saya di sarankan membaca Visi Misi Pemerintah Daerah Kab 
gorontalo di WebSite pemda Kab Gorontalo. padahal yang saya inginkan adalah 
tanggapan langsung dari Pak Bupati bukan Membaca Visi dan Misi di Situs yang di 
maksud.

Semoga Pak fadel selaku Pimpinan tertinggi di Gorontalo terus memikirkan 
Penciptaan Lapangan Kerja di Gorontalo NON pemerintahan. Sehingga SDM2 yang 
terlahir baik dari Dalam Gorontalo Mauapun dari Luar Gorontalo dapat terserap 
dan bs menyalurkan Bakatnya sesuai disiplin Ilmu yang di miliki.

Kembali lagi kepada HeadLine G-Post mengenai Wisuda UNG tersebut yang 
menghasilkan "penggangguran" jangan kita bersikap Skeptis dengan judul 
tersebut, tapi bisa menjadi tamparan halus buat para Pembuat Undang2 di 
Gorontalo mulai dari anggota dewan hingga Bupati,Walikota serta Gubernur 
Gorontalo. Dan mengingatkan kepada Wakil Rakyat serta Pemimpin di gorontalo 
jangan menghambur2kan Duit2 dengan melakukan perjalanan Dinas ke Luar Gorontalo 
yang tdk ada Manfaatnya buat Pembangunan Gorontalo Ke depan. Saya dan 
masyarakat Gorontalo yang di Luar Gorontalo tahu Apa yang di lakukan Pejabat 
Gorontalo Jika berkunjung ke Makassar, bandung,Jakarta, Bali serta daerah2 
Lainnya. jadi bekerjalah utk melayani rakyat, bukan Bekerja utk minta di layani 
oleh Rakyat.


Mohon Maaf Jika ada Kata2 saya yang Kurang berkenan.

wassalam


taufik polapa
orang Biasa2




--- On Wed, 2/11/09, Herwin Mopangga  wrote:
From: Herwin Mopangga 
Subject: [GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan"
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Dat

Re: [GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan"

2009-02-11 Terurut Topik Sabrun Jusuf
Iya, saya setuju with Kak Titien...
Don't worry Kak Ewin...I do understand with your concern.
Sometimes, in a newspaper, the reporter uses some amount of "over 
generalization" to intellectualize an issue or subject. 
Nevertheless, in academic writing, we are strongly suggested to avoid "over 
generalization" by using "tentative" language.
In my view, what the reporter says about 1139 alumni of UNG is not completely 
true in all cases

Peace.

sabrun.




From: titien mohammad 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, February 11, 2009 9:39:45 PM
Subject: Re: [GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan"


take it easy pak herwin

mungkin itu cuma  bahasa koran..and si wartawannya pun  mungkin gak tau persis 
siapa2 yg di wisuda..  di pikirannya dia mungkin yg kuliah itu semuanya anak2 
abg yang lum dapat kerjaan.. he.he.. So..maybe si wartawan harus lebih hati2 
lagi... cos masyarakat gorontalo masih banyak yg  sangat2 percaya bahasa 
koran.. saran saya buat si wartawan..lebih hati-hati lagi dalam memilih 
kata.. jangan cuma karna mau headingnya lebih heboh and mungkin isinya sangat 
jauh dari kenyataan...


peace...
 
Titien FM






From: Herwin Mopangga 
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Sent: Wednesday, February 11, 2009 9:30:17 PM
Subject: [GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan"


Kegiatan wisuda di UNG hari ini diberitakan oleh Gorontalo Post, media cetak 
lokal terbesar dengan judul yang tidak tepat bahkan melecehkan.

Pengangguran bisa kita definisikan sebagai orang dalam kategori dewasa (15 
sampai 55 tahun) dan produktif yang tidak bekerja tetapi aktif mencari 
pekerjaan. Sedangkan mereka yang secara sukarela tidak bekerja untuk motif 
memperoleh penghasilan jelas tidak di kategorikan pengangguran.

Kita tidak bisa memastikan, apakah dari 1139 wisudawan itu semuanya belum 
bekerja dan akan aktif mencari pekerjaan. Saya yakin di antara mereka pasti ada 
yang sudah bekerja dalam status pegawai negeri, karyawan, honorer, berwirausaha 
(entrepreneur) dsb. Ini jelas tidak bisa disebut pengangguran. Ada juga yang 
secara sukarela belum mencari kerja karena alasan ingin melanjutkan studi ke 
jenjang lebih tinggi atau alasan pribadi seperti menikah, alasan kesehatan dll. 
Mereka ini tidak bisa dimasukkan pada kategori pengangguran baru.

Apalagi kita tahu bahwa perjuangan untuk menyelesaikan pendidikan di lembaga 
perguruan tinggi saat ini butuh pengorbanan yang luar biasa. Biaya, tenaga, 
waktu, pikiran serta mengorbankan keluarga. 

Sangat disesalkan, Gorontalo Post menyampaikan berita dengan judul seperti ini, 
yang tidak menunjukkan apresiasi kepada wisudawan maupun institusi tempat 
mereka menimba ilmu. Seandainya anda lebih berempati dan merasakan apa yang 
dirasakan oleh wisudawan, orang tua, suami/isteri dan segenap keluarganya.

Harap menjadi perhatian dan perbaikan redaksi.


1139 Alumni UNG Resmi Dilantik Jadi 'Pengangguran' 
Rabu, 11 Februari 2009  
Ciptakan Lapangan Kerja Mandiri dan Profesional   

GORONTALO - Pelaksanaan rapat senat terbuka Universitas Negeri Gorontalo (UNG) 
dengan agenda wisuda sarjana Diploma, S1 dan S2 berlangsung meriah, kemarin. 
Dalam agenda tersebut, turut dihadiri Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan 
Koperasi yang diwakili Staf Ahli bidang pembangunan wilayah Dr. Ir Rukman 
Sardjadidjaja, M.Ma. Sedikitnya 1139 wisudawan resmi memasuki dunia 
‘pengangguran’ setelah dilantik dengan menyandang gelar Sarjana. Mereka 
diharapkan, dapat diterima dalam bursa kerja bahkan dapat menciptakan lapangan 
kerja secara mandiri. 

Dalam sambutannya, Menteri Tenaga Kerja Trasmigrasi dan Koperasi 
(Depnakertraskop) Republik Indonesia (RI) Dr. Ir. Erman Suparno MBA, M.Si yang 
dibacakan Staf Ahli Bidang pembangunan wilayah Depnakertraskop Republik 
Indonesia (RI) Dr. Ir Rukman Sardjadidjaja, M.Ma, mengatakan, pentingnya 
profesionalitas para alumni dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya sejak 
dibangku kuliah. Persaingan para pencari kerja dewasa ini adalah bagian bentuk 
akselerasi dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

Untuk itu, pengembangan potensi sangat penting. Para alumni yang baru diwisuda 
untuk tidak pesimis dengan lapangan kerja. Karena pemerintah tengah 
mempersiapkan lapangan kerja yang seluas-luasnya khusus bagi para sarjana untuk 
dikelola secara professional. Sementara itu, Gubernur Gorontalo Ir. Fadel 
Muhammad didepan ribuan undangan yang hadir mengungkapkan, pengembangan SDM di 
Gorontalo terus dilakukan untuk mendukung program pemerintah kedepan. 
Harapannya, para alumni kali ini bisa mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya 
untuk kemaslahatan masyarakat.

Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Prof. Dr. H. Nelson Pomalingo, M.Pd, 
dalam pidatonya menjelaskan, eksistensi UNG di Gorontalo yang mempunyai visi 
menjadi Universitas pelopor peradaban yang mengh

Re: [GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan"

2009-02-11 Terurut Topik iing iing
kata "pengangguran" adalah opini dari si wartawan atau redakturnya. bila kata 
itu yang kemudian dijadikan judul berita, maka judul itu tak lebih dari opini 
dari penulis beritanya. bukan fakta yang sebenarnya.

Rakyat Merdeka mulai santun dalam judul2 beritanya. karena masyarakat Jakarta 
makin sadar selama ini telah "tertipu" oleh judul-judul beritanya. karena itu 
Rakyat Merdeka mulai ditinggalkan. Saya tidak tahu apakah masyarakat Gorontalo  
masih percaya dan tertarik dengan judul2 berita seperti itu. 

Menurut saya, selain hasil opini si wartawan, judul tadi juga sebagai bukti 
bahwa wartawan, redaktur dan pemrednya belum dewasa. Cobalah bertanya, apa yang 
dicari dengan memberikan judul seperti itu? Sensasi, agar menarik? Tidak juga. 
Buktinya tak sedikit malah yang mencibir. Anggota milis di sini juga boleh 
bertanya kepada GP, kenapa memberikan judul seperti itu? Mungkin saja ada 
alasan lain yang berbeda dengan tebakan saya.

Saya pikir, kasihanlah sama rektor UNG, yang sudah berpidato menggebu2 telah 
berbuat banyak hal untuk meningkatkan SDM lulusannya, tapi kemudian dimentahkan 
oleh dua kata "mencetak pengangguran". 

salam
iing



--- On Wed, 2/11/09, titien mohammad  wrote:
From: titien mohammad 
Subject: Re: [GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan"
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Wednesday, February 11, 2009, 2:39 AM













take it easy pak herwin
 
mungkin itu cuma  bahasa koran..and si wartawannya pun  mungkin gak tau persis 
siapa2 yg di wisuda..  di pikirannya dia mungkin yg kuliah itu semuanya anak2 
abg yang lum dapat kerjaan.. he.he.. So..maybe si wartawan harus lebih hati2 
lagi... cos masyarakat gorontalo masih banyak yg  sangat2 percaya bahasa 
koran.. saran saya buat si wartawan..lebih hati-hati lagi dalam memilih 
kata.. jangan cuma karna mau headingnya lebih heboh and mungkin isinya sangat 
jauh dari kenyataan...
 
 
peace...
 
Titien FM

 






From: Herwin Mopangga 
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Sent: Wednesday, February 11, 2009 9:30:17 PM
Subject: [GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan"







Kegiatan wisuda di UNG hari ini diberitakan oleh Gorontalo Post, media cetak 
lokal terbesar dengan judul yang tidak tepat bahkan melecehkan.

Pengangguran bisa kita definisikan sebagai orang dalam kategori dewasa (15 
sampai 55 tahun) dan produktif yang tidak bekerja tetapi aktif mencari 
pekerjaan. Sedangkan mereka yang secara sukarela tidak bekerja untuk motif 
memperoleh penghasilan jelas tidak di kategorikan pengangguran.

Kita tidak bisa memastikan, apakah dari 1139 wisudawan itu semuanya belum 
bekerja dan akan aktif mencari pekerjaan. Saya yakin di antara mereka pasti ada 
yang sudah bekerja dalam status pegawai negeri, karyawan, honorer, berwirausaha 
(entrepreneur) dsb. Ini jelas tidak bisa disebut pengangguran. Ada juga yang 
secara sukarela belum mencari kerja karena alasan ingin melanjutkan studi ke 
jenjang lebih tinggi atau alasan pribadi seperti menikah, alasan kesehatan dll. 
Mereka ini tidak bisa dimasukkan pada kategori pengangguran baru.

Apalagi kita tahu bahwa perjuangan untuk menyelesaikan pendidikan di lembaga 
perguruan tinggi saat ini butuh pengorbanan yang luar biasa. Biaya, tenaga, 
waktu, pikiran serta mengorbankan keluarga. 

Sangat disesalkan, Gorontalo Post menyampaikan berita dengan judul seperti ini, 
yang tidak menunjukkan apresiasi kepada wisudawan maupun institusi tempat 
mereka menimba ilmu. Seandainya anda lebih berempati dan merasakan apa yang 
dirasakan oleh wisudawan, orang tua, suami/isteri dan segenap keluarganya.

Harap menjadi perhatian dan perbaikan redaksi.


1139 Alumni UNG Resmi Dilantik Jadi 'Pengangguran' 



Rabu, 11 Februari 2009 

Ciptakan Lapangan Kerja Mandiri dan Profesional   

GORONTALO - Pelaksanaan rapat senat terbuka Universitas Negeri Gorontalo (UNG) 
dengan agenda wisuda sarjana Diploma, S1 dan S2 berlangsung meriah, kemarin. 
Dalam agenda tersebut, turut dihadiri Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan 
Koperasi yang diwakili Staf Ahli bidang pembangunan wilayah Dr. Ir Rukman 
Sardjadidjaja, M.Ma. Sedikitnya 1139 wisudawan resmi memasuki dunia 
‘pengangguran’ setelah dilantik dengan menyandang gelar Sarjana. Mereka 
diharapkan, dapat diterima dalam bursa kerja bahkan dapat menciptakan lapangan 
kerja secara mandiri. 

Dalam sambutannya, Menteri Tenaga Kerja Trasmigrasi dan Koperasi 
(Depnakertraskop) Republik Indonesia (RI) Dr. Ir. Erman Suparno MBA, M.Si yang 
dibacakan Staf Ahli Bidang pembangunan wilayah Depnakertraskop Republik 
Indonesia (RI) Dr. Ir Rukman Sardjadidjaja, M.Ma, mengatakan, pentingnya
 profesionalitas para alumni dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya sejak 
dibangku kuliah. Persaingan para pencari kerja dewasa ini adalah bagian bentuk 
akselerasi dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

Untuk itu, pengembangan potensi sangat penting. Para alumni yang baru

Re: [GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan"

2009-02-11 Terurut Topik titien mohammad
take it easy pak herwin

mungkin itu cuma  bahasa koran..and si wartawannya pun  mungkin gak tau persis 
siapa2 yg di wisuda..  di pikirannya dia mungkin yg kuliah itu semuanya anak2 
abg yang lum dapat kerjaan.. he.he.. So..maybe si wartawan harus lebih hati2 
lagi... cos masyarakat gorontalo masih banyak yg  sangat2 percaya bahasa 
koran.. saran saya buat si wartawan..lebih hati-hati lagi dalam memilih 
kata.. jangan cuma karna mau headingnya lebih heboh and mungkin isinya sangat 
jauh dari kenyataan...


peace...
 
Titien FM






From: Herwin Mopangga 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, February 11, 2009 9:30:17 PM
Subject: [GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan"


Kegiatan wisuda di UNG hari ini diberitakan oleh Gorontalo Post, media cetak 
lokal terbesar dengan judul yang tidak tepat bahkan melecehkan.

Pengangguran bisa kita definisikan sebagai orang dalam kategori dewasa (15 
sampai 55 tahun) dan produktif yang tidak bekerja tetapi aktif mencari 
pekerjaan. Sedangkan mereka yang secara sukarela tidak bekerja untuk motif 
memperoleh penghasilan jelas tidak di kategorikan pengangguran.

Kita tidak bisa memastikan, apakah dari 1139 wisudawan itu semuanya belum 
bekerja dan akan aktif mencari pekerjaan. Saya yakin di antara mereka pasti ada 
yang sudah bekerja dalam status pegawai negeri, karyawan, honorer, berwirausaha 
(entrepreneur) dsb. Ini jelas tidak bisa disebut pengangguran. Ada juga yang 
secara sukarela belum mencari kerja karena alasan ingin melanjutkan studi ke 
jenjang lebih tinggi atau alasan pribadi seperti menikah, alasan kesehatan dll. 
Mereka ini tidak bisa dimasukkan pada kategori pengangguran baru.

Apalagi kita tahu bahwa perjuangan untuk menyelesaikan pendidikan di lembaga 
perguruan tinggi saat ini butuh pengorbanan yang luar biasa. Biaya, tenaga, 
waktu, pikiran serta mengorbankan keluarga. 

Sangat disesalkan, Gorontalo Post menyampaikan berita dengan judul seperti ini, 
yang tidak menunjukkan apresiasi kepada wisudawan maupun institusi tempat 
mereka menimba ilmu. Seandainya anda lebih berempati dan merasakan apa yang 
dirasakan oleh wisudawan, orang tua, suami/isteri dan segenap keluarganya.

Harap menjadi perhatian dan perbaikan redaksi.


1139 Alumni UNG Resmi Dilantik Jadi 'Pengangguran' 
Rabu, 11 Februari 2009  
Ciptakan Lapangan Kerja Mandiri dan Profesional   

GORONTALO - Pelaksanaan rapat senat terbuka Universitas Negeri Gorontalo (UNG) 
dengan agenda wisuda sarjana Diploma, S1 dan S2 berlangsung meriah, kemarin. 
Dalam agenda tersebut, turut dihadiri Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan 
Koperasi yang diwakili Staf Ahli bidang pembangunan wilayah Dr. Ir Rukman 
Sardjadidjaja, M.Ma. Sedikitnya 1139 wisudawan resmi memasuki dunia 
‘pengangguran’ setelah dilantik dengan menyandang gelar Sarjana. Mereka 
diharapkan, dapat diterima dalam bursa kerja bahkan dapat menciptakan lapangan 
kerja secara mandiri. 

Dalam sambutannya, Menteri Tenaga Kerja Trasmigrasi dan Koperasi 
(Depnakertraskop) Republik Indonesia (RI) Dr. Ir. Erman Suparno MBA, M.Si yang 
dibacakan Staf Ahli Bidang pembangunan wilayah Depnakertraskop Republik 
Indonesia (RI) Dr. Ir Rukman Sardjadidjaja, M.Ma, mengatakan, pentingnya 
profesionalitas para alumni dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya sejak 
dibangku kuliah. Persaingan para pencari kerja dewasa ini adalah bagian bentuk 
akselerasi dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

Untuk itu, pengembangan potensi sangat penting. Para alumni yang baru diwisuda 
untuk tidak pesimis dengan lapangan kerja. Karena pemerintah tengah 
mempersiapkan lapangan kerja yang seluas-luasnya khusus bagi para sarjana untuk 
dikelola secara professional. Sementara itu, Gubernur Gorontalo Ir. Fadel 
Muhammad didepan ribuan undangan yang hadir mengungkapkan, pengembangan SDM di 
Gorontalo terus dilakukan untuk mendukung program pemerintah kedepan. 
Harapannya, para alumni kali ini bisa mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya 
untuk kemaslahatan masyarakat.

Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Prof. Dr. H. Nelson Pomalingo, M.Pd, 
dalam pidatonya menjelaskan, eksistensi UNG di Gorontalo yang mempunyai visi 
menjadi Universitas pelopor peradaban yang menghasilkan lulusan yang 
berkualitas dan berorientasi kawasan dengan memperkuat relevansi. Untuk 
menunjang hal itu UNG melakukan penguatan kapasitas dan modernisasi pelayanan 
tekhnologi informasi. Sehingganya, dalam setiap tahunnya, kepercayaan 
masyarakat terus meningkat dengan melambungnya mahasiswa yang masuk dari tahun 
ketahun.

Ini menunjukkan UNG telah memiliki kemapanan system managemen yang adaptif 
terhadap perubahan. “Kedepan system ini hendaklah dikembangkan sehingga lebih 
efektif dan efisien,” ujar Nelson. Lanjut Nelson, rata-rata Indeks Prestasi 
Kumulatif (IPK) mencapai 3,25 meningkat dari wisuda bulan Agustus 2008 lalu. 
Sementara preedikat kelulusan terpuji dan lulus tepat waktu dengan IPK 3,50 
keatas

[GM2020] Wisuda UNG dan Judul GP yang "melecehkan"

2009-02-11 Terurut Topik Herwin Mopangga
Kegiatan wisuda di UNG hari ini diberitakan oleh Gorontalo Post, media cetak 
lokal terbesar dengan judul yang tidak tepat bahkan melecehkan.

Pengangguran bisa kita definisikan sebagai orang dalam kategori dewasa (15 
sampai 55 tahun) dan produktif yang tidak bekerja tetapi aktif mencari 
pekerjaan. Sedangkan mereka yang secara sukarela tidak bekerja untuk motif 
memperoleh penghasilan jelas tidak di kategorikan pengangguran.

Kita tidak bisa memastikan, apakah dari 1139 wisudawan itu semuanya belum 
bekerja dan akan aktif mencari pekerjaan. Saya yakin di antara mereka pasti ada 
yang sudah bekerja dalam status pegawai negeri, karyawan, honorer, berwirausaha 
(entrepreneur) dsb. Ini jelas tidak bisa disebut pengangguran. Ada juga yang 
secara sukarela belum mencari kerja karena alasan ingin melanjutkan studi ke 
jenjang lebih tinggi atau alasan pribadi seperti menikah, alasan kesehatan dll. 
Mereka ini tidak bisa dimasukkan pada kategori pengangguran baru.

Apalagi kita tahu bahwa perjuangan untuk menyelesaikan pendidikan di lembaga 
perguruan tinggi saat ini butuh pengorbanan yang luar biasa. Biaya, tenaga, 
waktu, pikiran serta mengorbankan keluarga. 

Sangat disesalkan, Gorontalo Post menyampaikan berita dengan judul seperti ini, 
yang tidak menunjukkan apresiasi kepada wisudawan maupun institusi tempat 
mereka menimba ilmu. Seandainya anda lebih berempati dan merasakan apa yang 
dirasakan oleh wisudawan, orang tua, suami/isteri dan segenap keluarganya.

Harap menjadi perhatian dan perbaikan redaksi.


1139 Alumni UNG Resmi Dilantik Jadi 'Pengangguran'  







Rabu, 11 Februari 2009  




Ciptakan Lapangan Kerja Mandiri dan 
Profesional   

GORONTALO
- Pelaksanaan rapat senat terbuka Universitas Negeri Gorontalo (UNG)
dengan agenda wisuda sarjana Diploma, S1 dan S2 berlangsung meriah,
kemarin. Dalam agenda tersebut, turut dihadiri Menteri Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi yang diwakili Staf Ahli bidang pembangunan
wilayah Dr. Ir Rukman Sardjadidjaja, M.Ma. Sedikitnya 1139 wisudawan
resmi memasuki dunia ‘pengangguran’ setelah dilantik dengan menyandang
gelar Sarjana. Mereka diharapkan, dapat diterima dalam bursa kerja
bahkan dapat menciptakan lapangan kerja secara mandiri. 



 Dalam sambutannya, Menteri Tenaga Kerja Trasmigrasi dan Koperasi
(Depnakertraskop) Republik Indonesia (RI) Dr. Ir. Erman Suparno MBA,
M.Si yang dibacakan Staf Ahli Bidang pembangunan wilayah
Depnakertraskop Republik Indonesia (RI) Dr. Ir Rukman Sardjadidjaja,
M.Ma, mengatakan, pentingnya profesionalitas para alumni dalam
menerapkan ilmu yang dimilikinya sejak dibangku kuliah. Persaingan para
pencari kerja dewasa ini adalah bagian bentuk akselerasi dalam bidang
Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.
 
 Untuk itu, pengembangan
potensi sangat penting. Para alumni yang baru diwisuda untuk tidak
pesimis dengan lapangan kerja. Karena pemerintah tengah mempersiapkan
lapangan kerja yang seluas-luasnya khusus bagi para sarjana untuk
dikelola secara professional. Sementara itu, Gubernur Gorontalo Ir.
Fadel Muhammad didepan ribuan undangan yang hadir mengungkapkan,
pengembangan SDM di Gorontalo terus dilakukan untuk mendukung program
pemerintah kedepan. Harapannya, para alumni kali ini bisa
mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya untuk kemaslahatan masyarakat.
 

Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Prof. Dr. H. Nelson
Pomalingo, M.Pd, dalam pidatonya menjelaskan, eksistensi UNG di
Gorontalo yang mempunyai visi menjadi Universitas pelopor peradaban
yang menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berorientasi kawasan
dengan memperkuat relevansi. Untuk menunjang hal itu UNG melakukan
penguatan kapasitas dan modernisasi pelayanan tekhnologi informasi.
Sehingganya, dalam setiap tahunnya, kepercayaan masyarakat terus
meningkat dengan melambungnya mahasiswa yang masuk dari tahun ketahun.
 

Ini menunjukkan UNG telah memiliki kemapanan system managemen yang
adaptif terhadap perubahan. “Kedepan system ini hendaklah dikembangkan
sehingga lebih efektif dan efisien,” ujar Nelson. Lanjut Nelson,
rata-rata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mencapai 3,25 meningkat dari
wisuda bulan Agustus 2008 lalu. Sementara preedikat kelulusan terpuji
dan lulus tepat waktu dengan IPK 3,50 keatas berjumlah 141 orang atau
12,37% dari seluruh wisudawan.
 
 Jumlah tertinggi diraih oleh
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dengan jumlah mahasiswa lulus terpuji
sebanyak 124 orang disusul Fakultas Ilmu Sosial (FIS) 11 orang,
Fakultas Matematika dan Ilmu   Pengetrahuan Alam (FMIPA) 4 orang,
Fakultas Tekhnik (FATEK) 1 orang Fakultas Sastra