Re: H-Net* Politik Dakwah Dan Dakwah Politik (1)

2000-02-15 Terurut Topik arjuna armada
itik tanpa beraqidah, atau berdakwah tanpa akhlak, 
atau berakhlak tanpa jihad. Semuanya umpama satu badan. Demikianlah terjadi 
apabila Islam yang syumul itu diamalkan dalam masyarakat, maka masyarakat 
Islam itu pula menjadi satu badan, hingga ikatan yang amat kukuh itu 
menggerunkan musuh sekalipun tanpa senjata. Demikianlah kuasa Allah SWT.
Bila mendapat kekuasaan daulah (Mekah), sistem hidup yang terbina di dalam 
masyarakat Islam Madinah itu diperluaskan di peringkat negara. Barulah 
berjalan hukum-hukum Allah dengan sempurna, hasil masyarakat yang telah 
sedia terdidik untuk menerima dan mengamalkan hukum Allah. Inilah politik 
Rasulullah.

Sekadar buat renungan kita bersama, untuk praktik bersama.

Ampun maaf, kebenaran itu dari Allah SWT.

Wassalam,

Arjuna Armada


From: nukman naufal [EMAIL PROTECTED]
To: Alias Mohd Yusof [EMAIL PROTECTED], Sani Norku 
[EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: H-Net* Politik Dakwah Dan Dakwah Politik (1)
Date: Tue, 15 Feb 2000 06:19:10 -0800 (PST)

Assalamu'alaikum Saudara Sani Norku dan Saudara Alias,

Artikel yang dikemukakan oleh Sani Norku mengelirukan.
Dari artikel itu dapat difahamkan, si penulis cuba
menyampaikan message bahawa ugama dan politik tidak
boleh dibawa bersama dan hendaklah dipisahkan. Beliau
memahami bahawa Islam itu cuma berdakwah sahaja dan
tidak ada kaitan dengan politik atau kekuasaan.
Dalam contoh yang dibawa olehnya iaitu mengapa
Rasulullah s.a.w tidak menerima tawaran yang
ditawarkan oleh pembesar Quraisy iaitu wanita,harta
dan jabatan/kuasa adalah kerana Rasulullah s.a.w bukan
seorang yang cenderung kepada politik tetapi beliau
adalah seorang da'ie.Hendaklah difahami peristiwa ini
berlaku di Mekah iaitu diawal Islam dan dimana ummat
Islam ketika itu tidak ramai dan juga hendaklah
difahami tawaran pembesar Quraisy bukan terhenti
setakat itu tetapi dengan syarat Rasulullah s.a.w
hendaklah meninggalkan dakwah jika beliau menerima
tawaran tersebut maka sudah tentu Rasulullah s.a.w
dengan otomatis beliau menolak tawaran itu dan bukan
kerana beliau bukan seorang politikus sebagaimana yang
di tulis didalam artikel itu. Perkara ini haruslah
difahami baik-baik dan halus-halus.

Kalau seandainya Rasulullah s.a.w tidak berminat untuk
mendapatkan kuasa mengapakah tatkala di Madinah beliau
menubuhkan sebuah Negara Islam yang pertama dan beliau
adalah ketua negara ? Mengapa ? Dan juga haruslah
difahami setelah mendapat kuasa baharulah Islam
tersebar luas. Bukankah begitu ? Dan juga haruslah
difahami tatkala di Mekah pengikut Rasulullah s.a.w
hanyalah sekadar 82 orang sahaja. Bukankah kuasa
memudahkan untuk menjalankan amar makruf nahi mungkar
dan berdakwah ? Haruslah juga difahami tentang
perkataan dakwah, rata-rata orang memahami dakwah ini
hanyalah mengajak orang membuat kebaikan sahaja. Jika
seandainya sekadar itu bagaimana pula dengan nahi
mungkar? Saya ingin bertanya didlm. negara kita ini
siapakah atau jemaah manakah yang melaksanakan nahi
mungkar iaitu menegah/menegor akan kemungkaran yang
berlaku disekeliling kita. Memadaikah dakwah itu cuma
mengajak kpd. kebaikan sahaja dan membisu terhadap
kemungkaran ?

Seperkara lagi didalam artikel itu si penulis
menggambarkan bahawa politik itu adalah kotor kerana
tujuan politik itu cuma untuk merebut kuasa walau apa
cara sekali pun. Ini adalah pandangan/kefahaman yang
cukup sempit dan tandus. Bukankah Islam telah megajar
kita semua tentang siasah kenegaraan dan cara-cara
untuk berpolitik ?

Oleh itu saya syorkan agar artikel ini dikemas kini
agar para netters tidak mendapat kefahaman yang salah
tentang Islam.

* Jika seandainya Islam itu hanya berdakwah saja dan
tiada mengajar cara berpolitik (dari sudut ilmu
Tauhid)
maka lemahlah Islam itu dan juga lemahlah Allah itu
dan
juga lemahlah sifat Qudrat Allah itu dan ini adalah
MUSTAHIL bagi Allah s.w.t.( sila rujuk bab Tauhid).

--- Alias Mohd Yusof [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Terima kasih, satu artikel yang baik untuk
  disebarkan, semuga kefahaman
  masyarakat kita tentang Islam dan politik akan
  bertambah matang.
 
  Sani Norku wrote:
 ~~~
   Assalamualaikum wbt,
  
   Di sini saya sampaikan satu artikel dari sebuah
  laman
   web yg saya rasakan amat baik utk
   ditimbang-timbangkan. Silakan membaca tapi dlm
  bahasa
   Indonesia.
   Tak apa kan ...
  
   Politik Dakwah dan Dakwah Politik
  
   Antara dakwah dan politik terdapat daerah yang
  saling
   bersinggungan, di samping banyak perbedaan.
  Aktivitas
   dakwah sering berbau politik, demikian pula
   sebaliknya. Jika kurang jeli, sulit membedakannya.
  
   Politik oleh sebagian kalangan diartikan sebagai
   kemahiran untuk menghimpun kekuatan, meningkatkan
   kualitas dan kuantitasnya, mengawasi dan
   mengendalikan, dan menggunakannya untuk mencapai
   tujuan kekuasaan dalam negara dan lembaga-lembaga
   lainnya. Dari pengertian di atas telah nampak
  jelas
   bahwa orientasi politik adalah kekuasaan.
  
   Adapun dakwah adalah seruan kepada sege

H-Net* Politik Dakwah Dan Dakwah Politik (1)

2000-01-31 Terurut Topik Sani Norku


 *~*
 {  Sila lawat Laman Hizbi-Net -  http://www.hizbi.net }
 {Hantarkan mesej anda ke:  [EMAIL PROTECTED] }
 {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] }
 *~*
  PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL
 ~~~
Assalamualaikum wbt,

Di sini saya sampaikan satu artikel dari sebuah laman
web yg saya rasakan amat baik utk
ditimbang-timbangkan. Silakan membaca tapi dlm bahasa
Indonesia.
Tak apa kan ...


Politik Dakwah dan Dakwah Politik

Antara dakwah dan politik terdapat daerah yang saling
bersinggungan, di samping banyak perbedaan. Aktivitas
dakwah sering berbau politik, demikian pula
sebaliknya. Jika kurang jeli, sulit membedakannya.

Politik oleh sebagian kalangan diartikan sebagai
kemahiran untuk menghimpun kekuatan, meningkatkan
kualitas dan kuantitasnya, mengawasi dan
mengendalikan, dan menggunakannya untuk mencapai
tujuan kekuasaan dalam negara dan lembaga-lembaga
lainnya. Dari pengertian di atas telah nampak jelas
bahwa orientasi politik adalah kekuasaan. 

Adapun dakwah adalah seruan kepada segenap manusia
untuk mengikuti jalan Allah lewat amar ma'ruf nahi
munkar. Operasionalnya bisa menggunakan berbagai
media, termasuk kekuasaan. Orientasi dakwah sangat
nyata, yaitu sampainya pesan-pesan agama kepada semua
manusia. Kekuasaan bisa saja menjadi alatnya, tapi
sekali-kali, kekuasaan bukan merupakan tujuan dakwah. 

Suatu kali datang kepada Rasulullah para pembesar
Quraisy. Mereka menyampaikan tawaran kepada Nabi tiga
hal, yaitu wanita, harta, dan jabatan. Jika bersedia,
Nabi bisa mendapatkan salah satu atau ketiga-tiganya.
Rasulullah menolak tawaran mereka. Beliau ingin tetap
menjadi da'i yang siap menyiarkan agama. 

Peristiwa ini menegaskan kepada kita bahwa Nabi bukan
seorang politikus an-sich. Andai saja Nabi itu seorang
politikus, maka tawaran itu diterimanya. Atau dengan
menerima tawaran jabatan atau kekuasaan,
setidak-tidaknya Nabi bisa mendapatkan wanita, juga
harta. Dengan kekuasaan itu pula beliau masih tetap
bisa berdakwah. Tapi sekali lagi, Muhammad adalah
Rasulullah. Beliau bukan sedang bermain politik
praktis. 

Sebagai penyampai risalah Tuhan, beliau tidak pernah
berhitung soal jabatan atau kekuasaan. Ada atau tidak
adanya jabatan, dakwah akan jalan terus. Dalam
berdakwah, beliau tetap menyampaikan apa saja yang
datang dari Allah, baik yang mendukung kekuasaan atau
yang menentang. Beliau sampaikan apa adanya, tanpa
ditutup-tutupi, biarpun hal itu menyinggung perasaan
sang penguasa. 

Itulah bedanya politikus dengan da'i. Seorang da'i
yang benar tidak akan pernah berhenti memberikan
peringatan kepada siapa saja yang melanggar ketentuan
Tuhan. Biarpun silih berganti kekuasaan berpindah
tangan, mereka tetap konsisten. Bahkan seandainya
kekuasaan itu telah beralih pada diri mereka sendiri
atau orang-orang yang didukung, tetap saja mereka tak
pernah berkompromi dalam hal-hal yang bertentangan
dengan syari'at Allah. Itulah karakter da'i sejati. 

Berbeda halnya dengan politikus. Semua hal yang akan
disampaikannya selalu dikalkulasi untung ruginya. Bagi
mereka ukuran untung rugi itu jelas, yaitu seberapa
besar dukungan yang bisa diperoleh untuk menggapai
kursi. Tak segan-segan mereka memakai ayat Al-Qur'an,
jika perlu. Pada kesempatan yang lain mereka relakan
diri mereka berjoget ria di atas panggung, jika
berhadapan dengan pendukungnya yang punya hoby seperti
itu. Semua bisa dilakukan asal tercapai tujuan. Dalam
batas-batas tertentu, mereka bisa sampai pada taraf
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. 

Jika mengeritik sesuatu, tujuannya tidak beranjak dari
keiinginannya untuk memperbesar pengaruh.
Dicari-carinya celah yang memungkinkan bagi mereka
untuk melontarkan kritikan yang bisa menjatuhkan
lawan-lawannya. Sulit diharapkan dari mereka suatu
perjuangan yang tulus. 

Ketika Islam masih belum bercampur dengan
interes-unteres jabatan dan kekuasaan sebagaimana pada
jaman Rasulullah, agama itu nampak indah sekali.
Masyarakat yang bersuku-suku dan berfirqah-firqah,
yang satu dengan yang lain saling bermusuhan, bisa
disatukan dengan Islam. Mereka hidup dalam suasana
ukhuwah yang penuh barakah dan rahmah. Akan tetapi,
setelah interes-interes kekuasaan itu mulai menonjol,
ukhuwwah Islamiyah sekadar menjadi slogan. Antara yang
satu dengan yang lain saling adu mulut, bahkan adu
kekuatan.

...bersambung.

__
Do You Yahoo!?
Talk to your friends online with Yahoo! Messenger.
http://im.yahoo.com

 
 ( Melanggan ? To : [EMAIL PROTECTED]   pada body : SUBSCRIBE HIZB)
 ( Berhenti ? To : [EMAIL PROTECTED]  pada body:  UNSUBSCRIBE HIZB)
 ( Segala pendapat yang dikemukakan tidak menggambarkan )
 ( pandangan rasmi  bukan tanggungjawab HIZBI-Net  

Re: H-Net* Politik Dakwah Dan Dakwah Politik (1)

2000-01-31 Terurut Topik Alias Mohd Yusof


 *~*
 {  Sila lawat Laman Hizbi-Net -  http://www.hizbi.net }
 {Hantarkan mesej anda ke:  [EMAIL PROTECTED] }
 {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] }
 *~*
  PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL
 ~~~
Terima kasih, satu artikel yang baik untuk disebarkan, semuga kefahaman
masyarakat kita tentang Islam dan politik akan bertambah matang.

Sani Norku wrote:

  *~*
  {  Sila lawat Laman Hizbi-Net -  http://www.hizbi.net }
  {Hantarkan mesej anda ke:  [EMAIL PROTECTED] }
  {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] }
  *~*
   PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL
  ~~~
 Assalamualaikum wbt,

 Di sini saya sampaikan satu artikel dari sebuah laman
 web yg saya rasakan amat baik utk
 ditimbang-timbangkan. Silakan membaca tapi dlm bahasa
 Indonesia.
 Tak apa kan ...

 Politik Dakwah dan Dakwah Politik

 Antara dakwah dan politik terdapat daerah yang saling
 bersinggungan, di samping banyak perbedaan. Aktivitas
 dakwah sering berbau politik, demikian pula
 sebaliknya. Jika kurang jeli, sulit membedakannya.

 Politik oleh sebagian kalangan diartikan sebagai
 kemahiran untuk menghimpun kekuatan, meningkatkan
 kualitas dan kuantitasnya, mengawasi dan
 mengendalikan, dan menggunakannya untuk mencapai
 tujuan kekuasaan dalam negara dan lembaga-lembaga
 lainnya. Dari pengertian di atas telah nampak jelas
 bahwa orientasi politik adalah kekuasaan.

 Adapun dakwah adalah seruan kepada segenap manusia
 untuk mengikuti jalan Allah lewat amar ma'ruf nahi
 munkar. Operasionalnya bisa menggunakan berbagai
 media, termasuk kekuasaan. Orientasi dakwah sangat
 nyata, yaitu sampainya pesan-pesan agama kepada semua
 manusia. Kekuasaan bisa saja menjadi alatnya, tapi
 sekali-kali, kekuasaan bukan merupakan tujuan dakwah.

 Suatu kali datang kepada Rasulullah para pembesar
 Quraisy. Mereka menyampaikan tawaran kepada Nabi tiga
 hal, yaitu wanita, harta, dan jabatan. Jika bersedia,
 Nabi bisa mendapatkan salah satu atau ketiga-tiganya.
 Rasulullah menolak tawaran mereka. Beliau ingin tetap
 menjadi da'i yang siap menyiarkan agama.

 Peristiwa ini menegaskan kepada kita bahwa Nabi bukan
 seorang politikus an-sich. Andai saja Nabi itu seorang
 politikus, maka tawaran itu diterimanya. Atau dengan
 menerima tawaran jabatan atau kekuasaan,
 setidak-tidaknya Nabi bisa mendapatkan wanita, juga
 harta. Dengan kekuasaan itu pula beliau masih tetap
 bisa berdakwah. Tapi sekali lagi, Muhammad adalah
 Rasulullah. Beliau bukan sedang bermain politik
 praktis.

 Sebagai penyampai risalah Tuhan, beliau tidak pernah
 berhitung soal jabatan atau kekuasaan. Ada atau tidak
 adanya jabatan, dakwah akan jalan terus. Dalam
 berdakwah, beliau tetap menyampaikan apa saja yang
 datang dari Allah, baik yang mendukung kekuasaan atau
 yang menentang. Beliau sampaikan apa adanya, tanpa
 ditutup-tutupi, biarpun hal itu menyinggung perasaan
 sang penguasa.

 Itulah bedanya politikus dengan da'i. Seorang da'i
 yang benar tidak akan pernah berhenti memberikan
 peringatan kepada siapa saja yang melanggar ketentuan
 Tuhan. Biarpun silih berganti kekuasaan berpindah
 tangan, mereka tetap konsisten. Bahkan seandainya
 kekuasaan itu telah beralih pada diri mereka sendiri
 atau orang-orang yang didukung, tetap saja mereka tak
 pernah berkompromi dalam hal-hal yang bertentangan
 dengan syari'at Allah. Itulah karakter da'i sejati.

 Berbeda halnya dengan politikus. Semua hal yang akan
 disampaikannya selalu dikalkulasi untung ruginya. Bagi
 mereka ukuran untung rugi itu jelas, yaitu seberapa
 besar dukungan yang bisa diperoleh untuk menggapai
 kursi. Tak segan-segan mereka memakai ayat Al-Qur'an,
 jika perlu. Pada kesempatan yang lain mereka relakan
 diri mereka berjoget ria di atas panggung, jika
 berhadapan dengan pendukungnya yang punya hoby seperti
 itu. Semua bisa dilakukan asal tercapai tujuan. Dalam
 batas-batas tertentu, mereka bisa sampai pada taraf
 menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.

 Jika mengeritik sesuatu, tujuannya tidak beranjak dari
 keiinginannya untuk memperbesar pengaruh.
 Dicari-carinya celah yang memungkinkan bagi mereka
 untuk melontarkan kritikan yang bisa menjatuhkan
 lawan-lawannya. Sulit diharapkan dari mereka suatu
 perjuangan yang tulus.

 Ketika Islam masih belum bercampur dengan
 interes-unteres jabatan dan kekuasaan sebagaimana pada
 jaman Rasulullah, agama itu nampak indah sekali.
 Masyarakat yang bersuku-suku dan berfirqah-firqah,
 yang satu dengan yang lain saling bermusuhan, bisa
 disatukan dengan Islam. Mereka hidup dalam suasana
 ukhuwah yang penuh barakah dan rahmah. Akan tetapi,