Re: H-Net* Politik Dakwah Dan Dakwah Politik (1)
itik tanpa beraqidah, atau berdakwah tanpa akhlak, atau berakhlak tanpa jihad. Semuanya umpama satu badan. Demikianlah terjadi apabila Islam yang syumul itu diamalkan dalam masyarakat, maka masyarakat Islam itu pula menjadi satu badan, hingga ikatan yang amat kukuh itu menggerunkan musuh sekalipun tanpa senjata. Demikianlah kuasa Allah SWT. Bila mendapat kekuasaan daulah (Mekah), sistem hidup yang terbina di dalam masyarakat Islam Madinah itu diperluaskan di peringkat negara. Barulah berjalan hukum-hukum Allah dengan sempurna, hasil masyarakat yang telah sedia terdidik untuk menerima dan mengamalkan hukum Allah. Inilah politik Rasulullah. Sekadar buat renungan kita bersama, untuk praktik bersama. Ampun maaf, kebenaran itu dari Allah SWT. Wassalam, Arjuna Armada From: nukman naufal [EMAIL PROTECTED] To: Alias Mohd Yusof [EMAIL PROTECTED], Sani Norku [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: H-Net* Politik Dakwah Dan Dakwah Politik (1) Date: Tue, 15 Feb 2000 06:19:10 -0800 (PST) Assalamu'alaikum Saudara Sani Norku dan Saudara Alias, Artikel yang dikemukakan oleh Sani Norku mengelirukan. Dari artikel itu dapat difahamkan, si penulis cuba menyampaikan message bahawa ugama dan politik tidak boleh dibawa bersama dan hendaklah dipisahkan. Beliau memahami bahawa Islam itu cuma berdakwah sahaja dan tidak ada kaitan dengan politik atau kekuasaan. Dalam contoh yang dibawa olehnya iaitu mengapa Rasulullah s.a.w tidak menerima tawaran yang ditawarkan oleh pembesar Quraisy iaitu wanita,harta dan jabatan/kuasa adalah kerana Rasulullah s.a.w bukan seorang yang cenderung kepada politik tetapi beliau adalah seorang da'ie.Hendaklah difahami peristiwa ini berlaku di Mekah iaitu diawal Islam dan dimana ummat Islam ketika itu tidak ramai dan juga hendaklah difahami tawaran pembesar Quraisy bukan terhenti setakat itu tetapi dengan syarat Rasulullah s.a.w hendaklah meninggalkan dakwah jika beliau menerima tawaran tersebut maka sudah tentu Rasulullah s.a.w dengan otomatis beliau menolak tawaran itu dan bukan kerana beliau bukan seorang politikus sebagaimana yang di tulis didalam artikel itu. Perkara ini haruslah difahami baik-baik dan halus-halus. Kalau seandainya Rasulullah s.a.w tidak berminat untuk mendapatkan kuasa mengapakah tatkala di Madinah beliau menubuhkan sebuah Negara Islam yang pertama dan beliau adalah ketua negara ? Mengapa ? Dan juga haruslah difahami setelah mendapat kuasa baharulah Islam tersebar luas. Bukankah begitu ? Dan juga haruslah difahami tatkala di Mekah pengikut Rasulullah s.a.w hanyalah sekadar 82 orang sahaja. Bukankah kuasa memudahkan untuk menjalankan amar makruf nahi mungkar dan berdakwah ? Haruslah juga difahami tentang perkataan dakwah, rata-rata orang memahami dakwah ini hanyalah mengajak orang membuat kebaikan sahaja. Jika seandainya sekadar itu bagaimana pula dengan nahi mungkar? Saya ingin bertanya didlm. negara kita ini siapakah atau jemaah manakah yang melaksanakan nahi mungkar iaitu menegah/menegor akan kemungkaran yang berlaku disekeliling kita. Memadaikah dakwah itu cuma mengajak kpd. kebaikan sahaja dan membisu terhadap kemungkaran ? Seperkara lagi didalam artikel itu si penulis menggambarkan bahawa politik itu adalah kotor kerana tujuan politik itu cuma untuk merebut kuasa walau apa cara sekali pun. Ini adalah pandangan/kefahaman yang cukup sempit dan tandus. Bukankah Islam telah megajar kita semua tentang siasah kenegaraan dan cara-cara untuk berpolitik ? Oleh itu saya syorkan agar artikel ini dikemas kini agar para netters tidak mendapat kefahaman yang salah tentang Islam. * Jika seandainya Islam itu hanya berdakwah saja dan tiada mengajar cara berpolitik (dari sudut ilmu Tauhid) maka lemahlah Islam itu dan juga lemahlah Allah itu dan juga lemahlah sifat Qudrat Allah itu dan ini adalah MUSTAHIL bagi Allah s.w.t.( sila rujuk bab Tauhid). --- Alias Mohd Yusof [EMAIL PROTECTED] wrote: Terima kasih, satu artikel yang baik untuk disebarkan, semuga kefahaman masyarakat kita tentang Islam dan politik akan bertambah matang. Sani Norku wrote: ~~~ Assalamualaikum wbt, Di sini saya sampaikan satu artikel dari sebuah laman web yg saya rasakan amat baik utk ditimbang-timbangkan. Silakan membaca tapi dlm bahasa Indonesia. Tak apa kan ... Politik Dakwah dan Dakwah Politik Antara dakwah dan politik terdapat daerah yang saling bersinggungan, di samping banyak perbedaan. Aktivitas dakwah sering berbau politik, demikian pula sebaliknya. Jika kurang jeli, sulit membedakannya. Politik oleh sebagian kalangan diartikan sebagai kemahiran untuk menghimpun kekuatan, meningkatkan kualitas dan kuantitasnya, mengawasi dan mengendalikan, dan menggunakannya untuk mencapai tujuan kekuasaan dalam negara dan lembaga-lembaga lainnya. Dari pengertian di atas telah nampak jelas bahwa orientasi politik adalah kekuasaan. Adapun dakwah adalah seruan kepada sege
H-Net* Politik Dakwah Dan Dakwah Politik (1)
*~* { Sila lawat Laman Hizbi-Net - http://www.hizbi.net } {Hantarkan mesej anda ke: [EMAIL PROTECTED] } {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] } *~* PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL ~~~ Assalamualaikum wbt, Di sini saya sampaikan satu artikel dari sebuah laman web yg saya rasakan amat baik utk ditimbang-timbangkan. Silakan membaca tapi dlm bahasa Indonesia. Tak apa kan ... Politik Dakwah dan Dakwah Politik Antara dakwah dan politik terdapat daerah yang saling bersinggungan, di samping banyak perbedaan. Aktivitas dakwah sering berbau politik, demikian pula sebaliknya. Jika kurang jeli, sulit membedakannya. Politik oleh sebagian kalangan diartikan sebagai kemahiran untuk menghimpun kekuatan, meningkatkan kualitas dan kuantitasnya, mengawasi dan mengendalikan, dan menggunakannya untuk mencapai tujuan kekuasaan dalam negara dan lembaga-lembaga lainnya. Dari pengertian di atas telah nampak jelas bahwa orientasi politik adalah kekuasaan. Adapun dakwah adalah seruan kepada segenap manusia untuk mengikuti jalan Allah lewat amar ma'ruf nahi munkar. Operasionalnya bisa menggunakan berbagai media, termasuk kekuasaan. Orientasi dakwah sangat nyata, yaitu sampainya pesan-pesan agama kepada semua manusia. Kekuasaan bisa saja menjadi alatnya, tapi sekali-kali, kekuasaan bukan merupakan tujuan dakwah. Suatu kali datang kepada Rasulullah para pembesar Quraisy. Mereka menyampaikan tawaran kepada Nabi tiga hal, yaitu wanita, harta, dan jabatan. Jika bersedia, Nabi bisa mendapatkan salah satu atau ketiga-tiganya. Rasulullah menolak tawaran mereka. Beliau ingin tetap menjadi da'i yang siap menyiarkan agama. Peristiwa ini menegaskan kepada kita bahwa Nabi bukan seorang politikus an-sich. Andai saja Nabi itu seorang politikus, maka tawaran itu diterimanya. Atau dengan menerima tawaran jabatan atau kekuasaan, setidak-tidaknya Nabi bisa mendapatkan wanita, juga harta. Dengan kekuasaan itu pula beliau masih tetap bisa berdakwah. Tapi sekali lagi, Muhammad adalah Rasulullah. Beliau bukan sedang bermain politik praktis. Sebagai penyampai risalah Tuhan, beliau tidak pernah berhitung soal jabatan atau kekuasaan. Ada atau tidak adanya jabatan, dakwah akan jalan terus. Dalam berdakwah, beliau tetap menyampaikan apa saja yang datang dari Allah, baik yang mendukung kekuasaan atau yang menentang. Beliau sampaikan apa adanya, tanpa ditutup-tutupi, biarpun hal itu menyinggung perasaan sang penguasa. Itulah bedanya politikus dengan da'i. Seorang da'i yang benar tidak akan pernah berhenti memberikan peringatan kepada siapa saja yang melanggar ketentuan Tuhan. Biarpun silih berganti kekuasaan berpindah tangan, mereka tetap konsisten. Bahkan seandainya kekuasaan itu telah beralih pada diri mereka sendiri atau orang-orang yang didukung, tetap saja mereka tak pernah berkompromi dalam hal-hal yang bertentangan dengan syari'at Allah. Itulah karakter da'i sejati. Berbeda halnya dengan politikus. Semua hal yang akan disampaikannya selalu dikalkulasi untung ruginya. Bagi mereka ukuran untung rugi itu jelas, yaitu seberapa besar dukungan yang bisa diperoleh untuk menggapai kursi. Tak segan-segan mereka memakai ayat Al-Qur'an, jika perlu. Pada kesempatan yang lain mereka relakan diri mereka berjoget ria di atas panggung, jika berhadapan dengan pendukungnya yang punya hoby seperti itu. Semua bisa dilakukan asal tercapai tujuan. Dalam batas-batas tertentu, mereka bisa sampai pada taraf menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Jika mengeritik sesuatu, tujuannya tidak beranjak dari keiinginannya untuk memperbesar pengaruh. Dicari-carinya celah yang memungkinkan bagi mereka untuk melontarkan kritikan yang bisa menjatuhkan lawan-lawannya. Sulit diharapkan dari mereka suatu perjuangan yang tulus. Ketika Islam masih belum bercampur dengan interes-unteres jabatan dan kekuasaan sebagaimana pada jaman Rasulullah, agama itu nampak indah sekali. Masyarakat yang bersuku-suku dan berfirqah-firqah, yang satu dengan yang lain saling bermusuhan, bisa disatukan dengan Islam. Mereka hidup dalam suasana ukhuwah yang penuh barakah dan rahmah. Akan tetapi, setelah interes-interes kekuasaan itu mulai menonjol, ukhuwwah Islamiyah sekadar menjadi slogan. Antara yang satu dengan yang lain saling adu mulut, bahkan adu kekuatan. ...bersambung. __ Do You Yahoo!? Talk to your friends online with Yahoo! Messenger. http://im.yahoo.com ( Melanggan ? To : [EMAIL PROTECTED] pada body : SUBSCRIBE HIZB) ( Berhenti ? To : [EMAIL PROTECTED] pada body: UNSUBSCRIBE HIZB) ( Segala pendapat yang dikemukakan tidak menggambarkan ) ( pandangan rasmi bukan tanggungjawab HIZBI-Net
Re: H-Net* Politik Dakwah Dan Dakwah Politik (1)
*~* { Sila lawat Laman Hizbi-Net - http://www.hizbi.net } {Hantarkan mesej anda ke: [EMAIL PROTECTED] } {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] } *~* PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL ~~~ Terima kasih, satu artikel yang baik untuk disebarkan, semuga kefahaman masyarakat kita tentang Islam dan politik akan bertambah matang. Sani Norku wrote: *~* { Sila lawat Laman Hizbi-Net - http://www.hizbi.net } {Hantarkan mesej anda ke: [EMAIL PROTECTED] } {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] } *~* PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL ~~~ Assalamualaikum wbt, Di sini saya sampaikan satu artikel dari sebuah laman web yg saya rasakan amat baik utk ditimbang-timbangkan. Silakan membaca tapi dlm bahasa Indonesia. Tak apa kan ... Politik Dakwah dan Dakwah Politik Antara dakwah dan politik terdapat daerah yang saling bersinggungan, di samping banyak perbedaan. Aktivitas dakwah sering berbau politik, demikian pula sebaliknya. Jika kurang jeli, sulit membedakannya. Politik oleh sebagian kalangan diartikan sebagai kemahiran untuk menghimpun kekuatan, meningkatkan kualitas dan kuantitasnya, mengawasi dan mengendalikan, dan menggunakannya untuk mencapai tujuan kekuasaan dalam negara dan lembaga-lembaga lainnya. Dari pengertian di atas telah nampak jelas bahwa orientasi politik adalah kekuasaan. Adapun dakwah adalah seruan kepada segenap manusia untuk mengikuti jalan Allah lewat amar ma'ruf nahi munkar. Operasionalnya bisa menggunakan berbagai media, termasuk kekuasaan. Orientasi dakwah sangat nyata, yaitu sampainya pesan-pesan agama kepada semua manusia. Kekuasaan bisa saja menjadi alatnya, tapi sekali-kali, kekuasaan bukan merupakan tujuan dakwah. Suatu kali datang kepada Rasulullah para pembesar Quraisy. Mereka menyampaikan tawaran kepada Nabi tiga hal, yaitu wanita, harta, dan jabatan. Jika bersedia, Nabi bisa mendapatkan salah satu atau ketiga-tiganya. Rasulullah menolak tawaran mereka. Beliau ingin tetap menjadi da'i yang siap menyiarkan agama. Peristiwa ini menegaskan kepada kita bahwa Nabi bukan seorang politikus an-sich. Andai saja Nabi itu seorang politikus, maka tawaran itu diterimanya. Atau dengan menerima tawaran jabatan atau kekuasaan, setidak-tidaknya Nabi bisa mendapatkan wanita, juga harta. Dengan kekuasaan itu pula beliau masih tetap bisa berdakwah. Tapi sekali lagi, Muhammad adalah Rasulullah. Beliau bukan sedang bermain politik praktis. Sebagai penyampai risalah Tuhan, beliau tidak pernah berhitung soal jabatan atau kekuasaan. Ada atau tidak adanya jabatan, dakwah akan jalan terus. Dalam berdakwah, beliau tetap menyampaikan apa saja yang datang dari Allah, baik yang mendukung kekuasaan atau yang menentang. Beliau sampaikan apa adanya, tanpa ditutup-tutupi, biarpun hal itu menyinggung perasaan sang penguasa. Itulah bedanya politikus dengan da'i. Seorang da'i yang benar tidak akan pernah berhenti memberikan peringatan kepada siapa saja yang melanggar ketentuan Tuhan. Biarpun silih berganti kekuasaan berpindah tangan, mereka tetap konsisten. Bahkan seandainya kekuasaan itu telah beralih pada diri mereka sendiri atau orang-orang yang didukung, tetap saja mereka tak pernah berkompromi dalam hal-hal yang bertentangan dengan syari'at Allah. Itulah karakter da'i sejati. Berbeda halnya dengan politikus. Semua hal yang akan disampaikannya selalu dikalkulasi untung ruginya. Bagi mereka ukuran untung rugi itu jelas, yaitu seberapa besar dukungan yang bisa diperoleh untuk menggapai kursi. Tak segan-segan mereka memakai ayat Al-Qur'an, jika perlu. Pada kesempatan yang lain mereka relakan diri mereka berjoget ria di atas panggung, jika berhadapan dengan pendukungnya yang punya hoby seperti itu. Semua bisa dilakukan asal tercapai tujuan. Dalam batas-batas tertentu, mereka bisa sampai pada taraf menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Jika mengeritik sesuatu, tujuannya tidak beranjak dari keiinginannya untuk memperbesar pengaruh. Dicari-carinya celah yang memungkinkan bagi mereka untuk melontarkan kritikan yang bisa menjatuhkan lawan-lawannya. Sulit diharapkan dari mereka suatu perjuangan yang tulus. Ketika Islam masih belum bercampur dengan interes-unteres jabatan dan kekuasaan sebagaimana pada jaman Rasulullah, agama itu nampak indah sekali. Masyarakat yang bersuku-suku dan berfirqah-firqah, yang satu dengan yang lain saling bermusuhan, bisa disatukan dengan Islam. Mereka hidup dalam suasana ukhuwah yang penuh barakah dan rahmah. Akan tetapi,