Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa
Pak Rovicky, Pak Ade Kadarusman beberapa hari yang lalu, masih dalam kaitan subyek ini juga, sudah posting urutan metode radiometri absolute dating dari yang sederhana - K-Ar (kualitas rendah ?) sampai yang tercanggih - SHRIMP (kualitas tinggi ?). Tetapi, saya lebih percaya ke keharmonisan sejarah geologi walaupun tidak berarti menafikan metode radiometri absolut. Juga tak akan menunggu-nunggu sampai SHRIMP melakukan pengukuran, kalau dengan K-Ar saja bisa. Hasil2-nya kita kontrol dengan keharmonisan geologi dalam ruang-waktu tadi. Spotty dalam hal ini adalah kejadian2 yang dilaporkan masih di satu tempat (satu titik di peta), maka saya cukup tempatkan itu sementara di background. Kalau nanti2 makin banyak dilaporkan kejadian yang sekarang rasanya menyimpang, artinya sudah peak, maka tentu kita perlu memikirkan implikasi geodinamika. Dalam satu periode memang hasil akhirlah yang terekam, tetapi dalam hal time-slice seismik 3 D, kalau kita lakukan time slice per 2 million years katakanlah, tentu kita akan banyak dapatkan evolusi paleogeografi, walaupun di setiap slice adalah hasil akhirnya. Akan halnya dengan VR, tentu saja juga hasil akhir saat kita menancapkan sumur di wilayah itu dan mengukur VR cutting sample-nya. Tetapi, kita bisa merekonstruksi kematangannya dengan analisis burial depth, kan ini juga butuh profil depth vs. VR. Geologi butuh interpretasi dinamik, bukan statik. Maka semua parameter harus bisa direkonstruksi sebab semua proses geologi adalah proses historis. Beberapa studi terakhir dari kawan2 yang menekuni Jawa (stratigrafi, tektonik, volkanisme) akan siap mengguncang pikiran kita. Saya tidak akan pernah menolak satu pun dari itu. Untuk kemudian mengatakannya ini benar itu salah, itu butuh proses lama, tetapi mari kita uji saja. Saya menganggap itu semua suatu peningkatan adrenalin dalam gairah kegeologian... Btw, sayang Stephen Jay Gould telah tiada, guncangan evolusi kurang semarak tanpa dia. Belum ada yang seprolifik dia dalam berpikir dan mengkomunikasikan evolusi. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Adakah metode dating yg lebih baik dari K-Ar utk batuan volcanic ?. K-Ar yg cenderung mengukur proses yg terakhir tentusaja akan sulit menunjukkan atau memiliki hasil pengukuran umur yg lebih tua lagi. Artinya walaupun hasil pengukuran dari sample location yg spotty apakah kita masih juga belum dapat menggunakan setara/setingkat dengan pengukuran2 lain, sehingga anda meletakkannya hanya sebagai background ? Sebenernya banyak sekali hasil-hasil dalam pengamatan geologi ini yg hanya menunjukkan fase terakhir saja dari sebuah proses. Misalnya penampakan sungai berkelok-kelok dalam timeslice seismic-pun adalah hasil preservasi terakhir dari morfologi yang ada. Dengan demikian seringkali kita melihat sungai berkelok2 dan menginterpretasikan sebagai lingkungan coastal plain (misalnya). Namun kalau yg terjadi adalah periode lowstand dari sebuah shelf, maka antara sungai dengai dengan sedimen yg dipotongnya memiliki katidak samaan depositional environment. Hal mirip adalah VR (Vitrinite Reflectance). VR menunjukkan tingkat kematangan (pressure-temperature) yang tertinggi. Dalam hal ini, bukan yg terakhir, sdikit berbeda dengan yg dua metode identifikasi diatas. Namun perlu diketahui bagaimana metode pengukuran yg kita lakukan. Btw, saya juga tidak akan terburu-buru merubah pemahaman saya tentang volkanisme di jawa. Saya masih menggunakan pendekatan historical / harmonical perspective atau keharmonisan sejarah geologi dari daerah tersebut. Walopun tidak menutup kemungkinan adanya perubahan yg kadangkala terasa radikal. Pemahaman geologi juga akan evolutif, kadangkala pelaaan sekali lam, bergeming sdkit walopun ada data-data baru. Namun juga kadang sangat cepet seperti punctuation equilibirium-nya S.J Gould. Salam RDP On 9/7/05, Awang Satyana wrote: 55.8 +/- 0.2 Ma adalah batas terbaru (Gradstein et al., 2004, International Commision on Stratigraphy, Geologic Time Scale, 2004, Cambridge University Press) antara Paleosen dan Eosen. Enam tahun lalu, batas itu adalah 54.8 Ma (Geologic Time Scale, 1999). Angka absolut ini membatasi stage Ypresian di lowermost Eosen dan Thanetian di Upper Paleocene. Dengan menggunakan dua skala waktu itu, maka penemuan beberapa dating baru seperti yang di-posting Pak Zaim, jelas menunjukkan umur volkanik/magmatik Paleosen untuk Jatibarang, Subang Selatan, dan Watuadeg; dan Late Cretaceous : Campanian untuk 75 Ma di Kulon Progo. Apakah kita perlu segera merevisi implikasi geodinamika volcanic arcs di Jawa di periode Late Cretaceous-Paleogene ? Pada hemat saya, tidak segera. Katakanlah semua umur itu benar secara analisis laboratorium. Maka, saya hanya melihat itu hanya sebaran umur yang sparse/spotted - tak lebih dari background volcanism Jawa di umur2 Paleosen-Eosen. Coba kita taruh umur2 tua itu di histogram K-Ar dan fission track absolute dating Jawa
RE: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa
Wah menarik diskusi global tektonik ini. Banyak sekali pakar bermunculan. Saya mau ikut komentar. Watuadeg, sepertinya berlokasi di sekitar 10 km tenggara pusat kota Yogyakarta. OAF Old Andesit Formation menjadi nama-nama di suatu lokasi sbb: Jampang (Jabar), Gabon (Banyumas), OAF (Kulon Progo), Nglanggran (Wonosari), Mandaliko (Wonogiri), Besole (Pacitan) (Djuhaeni, 2003). Wah bagus sekali standar deviasi pengukurannya, yang hanya sekitar 3 juta untuk umur 58-59 Ma. OAF Old Andesit Formation sepertinya mengacu umur antara 75-52 Ma. Ini bersesuaian dengan compresi mulai seperempat akhir Cretaceus (83 Ma), hingga seperempat awal Cenocoic (52 Ma). Juga pertanyaan untuk Pak Awang: Kapan, umur-umur berapa saja dalam Ma, batuan volkanik pada volcanic arc terjadi? Sewaktu kompresi atau ekstensi? Apakah ada pada setiap siklus 7 Ma? Berikut ini analisa saya. Abstract: Tentu akan dengan Kalender SALAM, di mana ada siklus sinusoidal kompresi ekstensi pereode 700 Ma, 70 Ma, 7 Ma, dll, dengan standar deviasi misal ICS 2004 adalah berturut-turut kurang dari 10 %. Amat bagus derajad errornya. Condie, 1997 sebut adanya siklus supercontinent. SALAM kalendar melihat bahwa siklus itu bersesuaian dengan siklus order1 (700 Ma). Haraldur Sigurdsson, 2000, sebutkan bahwa masih banyak problem menghubungkan vulkanisme dengan global tektonik. Selanjutnya Kalendar SALAM banyak membantu dalam prediksikan korelasinya. 1. Condie, Kent C, 1997 : Origin and evolution of earth, sebutkan sbb: Prediksi ada siklus, yang menjadikan adanya Supercontinent. Umur-umur yang telah di prediksi adalah: 200 Ma, 900 Ma, 1600 Ma. Untuk umur sebelumnya, maka sulit rekordnya, walauoun di duga ada sejak 4.500 Ma. Tak disebutkan berapa standar deviasinya. Dugaan saya, ini bisa 30-200 Ma, untuk umue-umur itu, dimana semakin tua, makin besar errornya. Umur-umur terprediksi itu bersesuaian dengan prediksi supercontinent pada Kalender SALAM (pereode 700 Ma), yakni sekuen order 2 sewaktu Low stand position pada umur-umur: 240 Ma, 940 Ma, 1640 Ma. Selain itu, kalender ini sudah prediksi supercontinent yang lain sebelumnya yakni pada umur-umur: 2340 Ma, 3040 Ma, 3740 Ma, 4440 Ma. Selanjutnya, Condie menulis: breakup Pangea 200 Ma, terdapat pada upwelling. Selain Afrika, maka sejak 200 Ma itu, semua kontinental menjauh dari Afrtika. Ini bersesuai dengan kalender itu, yang menyebutkan bahwa sejak Kambrium hingga PermianTriassik, maka seluruh kontinent convergent, untuk menjadikan supercontinent pada PermianTriassik 277-207 Ma. Lalu sejak umur ini, maka semua continental divergent, menjauh dari Afrika, tepatnya menjauh dari AAN Anticlinal of Arabian Nubian. Yang juga ini di interpretasi dari data Collins, 2003. Condie sebut pergerakan kontinen sekitar 4 cm/a annum sewaktu break-up, dan 1-2 cm/a sewaktu pembentukan kontinen. Muka laut naik sewaktu aggregate, dan muka laut menurun sewaktu break up. Kalender SALAM melihat Atlantic, Pacific MOR Mid Ocean Ridge 70 Ma-present, melihat kecepatan itu juga, yakni 4 cm/a (pada 67 Ma, KT boundary), 2 cm/a (52 Ma, Mid Miocen), 4 cm/a ( Oligocene), 6 cm/a (13 Ma, Mid Eocene), 4 cm/a (present). Selanjutnya: Condie, 2000SALAM Calendar, 2003: Earth form 4.600-4.400 Ma 4.617,373522 Ma. Early rock 4.000-3.800 Ma 4.452,373522 Ma small rock 3.750 Ma3.752,373522 Ma Major orogeny 2.700 Ma3.052,373522 Ma 2.000 Ma2.352,373522 Ma 1.000 Ma0.952,373522 Ma Ini menunjukkan adanya korelasi yang bagus dalam sekala 700 Ma itu. 2. Haraldur Sigurdsson, 2000 in book titled Encyclopedi of Volcano, 1500's pages. Volcanic Episodes, Rate of volcanism, sebut Pacific MOR Mid Ocean Ridge paling besar pada masa 120-80 Ma. Ini bersesuain dengan kecepatan spreading maximum order 700 Ma sejak PermianTriassik itu. Kalender ini sebut kecepatan spreding mulai 0 (PermianTriassic, 245 Ma), Maximum pada 115-83 Ma Mid Cretaceous, mengecil hingga kini. Bahwa basal umumnya hanya dalam pereode pendek, kurang dari 4 Ma durasi kemunculannya untuk hasi MOR. Lihat LIP di bawah. Tephra layer (ash layer), banyak pada pereode 42-37 Ma Eocene, jarang pada Oligocene 32-28 Ma, intensive pada 17-13 Ma Miocene, amat banyak pada 5-0 Ma Plio-quartenary. (Cambray and Cadet, 1996). Prediksi Kalender SALAM, ada sequence boundary siklus order 3 (7 Ma) pada : 46 Ma, 39 ma, 32 Ma, 25 Ma, 18 Ma, 11 Ma, 4 Ma. Ini berarti dengan lapisan debu volkanik tadi untuk umur-umur: 46, -, 32, 25, 18, 11, dan 4 Ma. Berikut sari dari buku tsb: Haraldur Sigurdsson, 2000 buku judul Encyclopedi of Volcano, 1500's pages. Oceanic riges, Hot spot, volcanic arcs. 2.a Ocean Ridges: - Oceanic crust is 70 % covering earth's surface, 30 % continental crust. - oceanic crust and lithosphere (ca. 80 km thick) may has been formed since earth history 4.5 Ga. - rate
RE: [iagi-net-l] 3D Modeling untuk thin reservoir
apa definisi thin reservoir di 3d model...? lebih kecil dari resolusi seismic atau lebih kecil dari resolusi logs...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+ | | Yudi Yanto | | | [EMAIL PROTECTED]| | | energi.com | | || | | 31/08/2005 11:32 | | | AM | | | Please respond to| | | iagi-net | | || |-+ --| | | | To: iagi-net@iagi.or.id | | cc: | | Subject: RE: [iagi-net-l] 3D Modeling untuk thin reservoir | --| Maaf nih ikut sharing pengalaman (baru kemarin gabung lagi dgn milist iagi), Saya pernah melakukan proses inversi dan mencoba membandingkan antara data seismic yg sdh diresampling 0.5ms dengan data seismik yg asli-nya, kalo di compare terlihat adanya peningkatan resolusi hasil inversi untuk data yg telah di-resampling. Ini cukup membantu untuk analisa thin layer. Metode lain yg perlu dicoba untuk meningkatkan resolusi hasil inversi adalah dengan menggunakan multi-attribute analysis, caranya: hasil inversi (trace AI) dijadikan input parameter untuk mendekati target (log AI)yg high frequency dgn multi-attribute dari AI, kemudian di-applay-kan ke AI section. Metode ini juga sangat membantu u/ melihat lapisan tipis dari target2 reservoir yg ingin dicari. Hal yang sama bisa digunakan untuk parameter target yg lainnya, misal porosity, dll. -yy- -Original Message- From: Paulus Tangke Allo [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 31, 2005 9:49 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] 3D Modeling untuk thin reservoir seismic resampling? maksudnya pakai non-linear curve fitting yah? jadi salah satu parameter fisis (misalkan porosity), dicarikan persamaan non-linearnya dari gabungan beberapa seismik atribut. kalau iya, nanti sama pak franc bakal ditanya ttg spurious correlation-nya tuh :) --pta On 30/08/05, Adi Trianto [EMAIL PROTECTED] wrote: . Ada usulan dari salah satu rekan untuk melakukan seismic resampling dari bbrp jenis cube attribute antara lain : AI, Iso Freq dsb. Dan kemudian dari single atau gabungan cube tsb dicoba dicari koefisien korelasinya ( misal dengan Porosity ). Workflow ini banyak menggunakan pendekatan neural network. Usulan yang menurut saya perlu dicoba ( sambil menunggu study geophycist lanjut ). Moga2 saja untuk thin reservoir pendekatan ini bisa dipakai. - This message has been certified virus free by Medcoenergi Antivirus - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com) -http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan :
[iagi-net-l] FOSI status
Rekan-rekan, Posisi SekJen FOSI sekarang sedang kosong. Rina Azarina yang menggantikan Deddy Sebayang sempat aktif beberapa bulan tapi kemudian pindah ke Australia. Kami sedang mencari penggantinya dan mengharapkan kawan-kawan bisa membantu. Kegiatan utama FOSI adalah penerbitan majalah Berita Sedimentologi. Dari segi keuangan sebenarnya FOSI masih punya cukup banyak uang (Syaiful bisa menambahkan), sebagian masih di pinjam IAGI kalau tidak salah (Andang Bachtiar to comment). Beberapa AAPG Student Chapter sudah menawarkan bantuan, tapi kita perlu pemimpin on the ground. Berdasarkan sejarah setiap orang yang jadi SekJen FOSI mendapat posting di luar negeri. Jadi kalau mau kerja ke luar negeri mungkin anda harus duduk sebagai SekJen FOSI dulu. Salam, Herman Darman Mantan SekJen FOSI pertama , sekarang AAPG President for Asia Pacific Region
[iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Memaksimalkan hasil pemboran eksplorasi
Sigit, Tentang statistik jumlah basin yg dieksplorasi tersebut, menurut Pak Andang Bachtiar ketika mempresentasikan ttg kegiatan explorasi migas di Indonesia beberapa waktu lalu, isinya menyatakan bahwa angka tersebut tidak (sangat sedikit) berubah selama beberapa dekade. Artinya tidak ada penambahan yang signifikan dalam usaha eksplorasi terhadap cekungan2 baru. Masalahnya memang tidak sederhana akrena menyangkut banyak hal termasuk insentif new basin exploration, katertutupan data, serta knowledge kita ttg basin2 yg belum dieksplorasi, dll. Usulan anda tentang Peer Review itu sangat bagus. Setiap perusahaan yg berdekatan tentunya sangat mungkin untuk saling membantu. Namun perlu kita ketahui juga bahwa setiap perusahaan memiliki hak untuk menutup diri karena menilai hal tersebut confidential (rahasia). Apalagi di jaman informasi seperti skrg ini, hampir setiap info dapat menjadi bahan menmbun kekuatan bagi pemiliknya -- information is a power. Dengan demikian sangat tidak mudah menjadikan segalanya transparan, itu perlu disadari ! Azas ketertutupan data (closed file policy) masih berlaku di Indonesia. Sehingga masing2 perusahaan masih diperbolehkan mengunci data-data penting tersebut di kotak wasiatnya. Itulah sebabnya pemain-pemain baru sangat sulit untuk mendapat data-data kunci tersebut. Pemain-pemain sukses di Indonesia sejak dulu tidak banyak berubah. Menurut saya hal ini jelas karena kesulitan memperoleh data bagi pemain-pemain baru. Namun jangan kecil hati dulu. Banyak cara bagi kita utk sharing/berbagi informasi. Saya sebutkan dibawah paling tidak ada tiga cara. 1. Data trade. Salah satu cara dengan data trade tukar-menukar data, dan cara ini sangat diperbolehkan oleh migas. Cara ini sering dilakukan oleh pemain yg besebelahan. Namun bagi pemain baru tentunya tidak mudah. 2. Exploration forum Forum ini sudah lama dibentuk dimana explorationist di Indonesia saling bertukar informasi tentang kesuksesannya. Saya belum tahu apakah adayg sharing kegagalan, karena ini juga sama pentingnya supaya tidak masuk lubang dua kali. Biasanya forum ini berupa forum diskusi antar perusahaan yg beroperasi di Indonesia. Kalau tdk salah forum ini dulu difasilitasi oleh Petamina (cq. BPPKA). 3. Profesional Seminar Konvensi, seminar dan forum presentasi oleh organisasi profesi sering dipakai sebagai ajang untuk berbagi informasi. Seperi yg dilakukan IPA, IATMI, IAGI, HAGI dll. Namun tentunya masing-masing perusahaan akan mempermainkan kartunya, dengan strategi masing2. Tidak mungkin semua data dibuka, byak ! Mana mungkin anda membuka isi dompet anda kan ? Pastilah ada hal-hal sifatnya personal dalam diri kita, demikian juga ada hal-hal konfidensial dalam perusahaan. Cara lain perusahaan mengumpulkan data serta informasi masih banyak misalnya scout check, membeli saham/share, hingga membeli data di black market (ini yg disayangkan). secara pilosopis ... kita ini masih hidup di dunia materialis dengan cara interaksi berupa trading economy bukan sharing economy. trading = tukar menukar sharing = berbagi Salam RDP On 9/8/05, sigit ari [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya pernah membaca tentang Indonesia's basins and their exploration status (after Sujanto,1997 and Sumantri and Sjahbuddin, 1994; dalam Overview of Indonesia's oil and gas industry-Celebrating its 70th year of continuous activity in Indonesia -Sclumberger). Dari tulisan tersebut diketahui bahwa : Western Indonesia, terdapat 22 basins; Undrilled (13.6%), Producing (50.0%), Discoveries (non-producing, 13.6%), Drilled (no discoveries, 22.7%) Eastern Indonesia, terdapat 38 basins, Undrilled (50.0%), Producing (7.9%), Discoveries (non-producing, 15.8%), Drilled (no discoveries, 26.3%). Mungkin ada data terbaru yang saya belum ketahui, mohon saya dikoreksi. Namun sebenarnya yang ingin saya ketengahkan adalah, adanya kenyataan bahwa masih terdapat basin yang belum dieksplorasi, dan kemungkinan ditemukannya basin-basin baru yang prospektif, walau dengan kondisi yang lebih kecil atau lebih kompleks secara struktur, stratigrafi, dsb. Untuk teknologi dan teknikal, saya pikir sudah dalam arus besar yang tepat, namun secara detail dan mungkin non-teknikal, ada beberapa yang ingin saya tanyakan. Sebagai contoh, apabila ada suatu KPS yang akan melakukan pemboran eksplorasi pada target tertentu dengan petroleum system, play concept tertentu, dsb.; alangkah baiknya apabila, ada semacam misalkan peer review oleh KPS lain yang daerahnya berbatasan dan apabila mungkin juga difasilitasi oleh instansi yang terkait dan berwenang, yang diharapkan mempunyai kemiripan play system, petroleum concept, dsb; yang ditujukan untuk lebih memaksimalkan dan mempertinggi keyakinan dari hasil pemboran eksplorasi tersebut. Karena kalau saya melihat misal dari Scout Check yang diadakan secara berkala (walaupun saya sendiri belum pernah ikut, saya mendapatkan hasil dari reken-rekan yang pernah mengikutinya); kayaknya kok belum
[Fwd: Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa]
Original Message Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa From:Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] Date:Wed, September 7, 2005 12:05 pm To: iagi-net@iagi.or.id [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] -- 55.8 +/- 0.2 Ma adalah batas terbaru (Gradstein et al., 2004, International Commision on Stratigraphy, Geologic Time Scale, 2004, Cambridge University Press) antara Paleosen dan Eosen. Enam tahun lalu, batas itu adalah 54.8 Ma (Geologic Time Scale, 1999). Angka absolut ini membatasi stage Ypresian di lowermost Eosen dan Thanetian di Upper Paleocene. Dengan menggunakan dua skala waktu itu, maka penemuan beberapa dating baru seperti yang di-posting Pak Zaim, jelas menunjukkan umur volkanik/magmatik Paleosen untuk Jatibarang, Subang Selatan, dan Watuadeg; dan Late Cretaceous : Campanian untuk 75 Ma di Kulon Progo. Apakah kita perlu segera merevisi implikasi geodinamika volcanic arcs di Jawa di periode Late Cretaceous-Paleogene ? Pada hemat saya, tidak segera. Katakanlah semua umur itu benar secara analisis laboratorium. Maka, saya hanya melihat itu hanya sebaran umur yang sparse/spotted - tak lebih dari background volcanism Jawa di umur2 Paleosen-Eosen. Coba kita taruh umur2 tua itu di histogram K-Ar dan fission track absolute dating Jawa yang sudah dipublikasi, seperti dari Soeria-Atmadja et al. (1994) : Tertiary magmatic belts in Java - Journal of SE Asian Earth Sciences, v.9, n. 1/2, p. 13-27 (Pak Bambang Priadi salah satu co-author-nya). Nah, kalau umur Paleosen atau lower Eocene membuat peak volcanism yang lebar di histogram tersebut (seperti di Oligo-Miosen), maka kita benar2 dalam status kritis untuk memikirkan ulang geodinamika, tektonik, volkanik Jawa saat Late Cretaceous-Paleogene. Namun, selama angka2 baru yang berumur tua itu hanya spotted, saya hanya memandangnya tak lebih dari background volcanism yang umum terjadi di Jawa sejak Eosen (hanya ini menambah data baru bahwa dari Paleosen pun sudah ada background volcanism). Sebuah catatan dari plate tectonic theory : tak semua periode punya volcanic arc-nya sendiri. Di Jawa, pemahaman sampai saat ini hanya melihat bahwa volcanic arcs pernah terjadi di : (1) Oligo-Miosen, (2) Late Miocene-Early Pliocene, dan (3) Kuarter. Butuh mekanisme subduction tertentu untuk membuat volkanisme bangkit di island arc atau tepi benua. Perlambatan subduction karena oceanic plateaux yang terkunci di penunjaman akan meniadakan volcanism di depannya, itu antara lain. Bagaimana dengan 75 Ma di Kulon Progo ? Pada hemat saya, ini yang mesti lebih diwaspadai sepanjang dominan sebarannya. Saya kok merasa di suatu tempat di Jawa Selatan antara Bayat dan Karang Sambung ada sesuatu yang lain yang selama ini lepas dari pemikiran tektonik kita tetapi yang mungkin dalam lima tahun terakhir ini indikasinya semakin kuat tentang keberadaannya. Volkanisme umur 75 Ma Kulon Progo adalah salah satu kontributornya. tepatnya, saya sedang mengkhayalkan sebuah sliver kontinen skala kecil terdapat di bawah Bayat dan Nanggulan... Betul , memang adanya lapisan berumur eosen di Nanggulan sangat aneh ? Pemetaan saya awal thn 1974 didaerah itu say cukup bingun menerangkan sejarah sedimentasinya (apalagi saat itu kan saya masih yunior sekali dan belum terlalu mengenal plate tectonic. Kalau khayalan mengenai adanya silver kontinen itu dteruskan , jadi kira kira bagaimana sejarah tektonik Jawa Selatan? Si Abah Saya pernah melihat Citirem di Ciletuh Pak Zaim, kebetulan itu wilayah skripsi saya dulu (1988). Saya melihatnya sebagai bagian dari kompleks melange Ciletuh, di-emplacement sebagai endapan pond deposits di inner wall suatu palung, dengan beberapa intrusi magmatik (seperti leuco-granite di Karang Sambung ?) ; kelihatannya bukan mengindikasi volcanic arc Mesozoik Jawa. Umur volkanik Paleosen di Subang Selatan, hampir saja mungkin bisa membuat kita segera (dengan terburu-buru ?) menyambungkan volkanisme Bayah-Subang-Jatibarang sebagai arc. Lebih baik kita cermati dulu hal semacam itu, sebelum para volkanisme tua ini menunjukkan peak di histogram. OAF tak perlu dibingungkan, kalau merujuk ke buku sumbernya (Verbeek en Fennema, 1896; van Bemmelen, 1949, 1970). Itu hanya istilah relatif yang bisa setua Paleosen dan semuda Miosen Awal, tetapi dominasi di Oligo-Miosen. salam, awang Yahdi Zaim [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Koesoemadinata Yth., Bapak menanyakan tentang referensi sebagaimana dalam email Bapak: Apakah age-dating ini bisa dikutip dan apakah referensinya yang dapat dipakai untuk digunakan studi? Atau e-mail Anda bisa saya gunakan sebagai referensi? RPK Berikut ini beberapa publikasi berkenaan dengan hasil pentarikhan dan study paleomagnetisme batuan volkanik yang bisa dirujuk sebagai berikut: 1. La Ode Ngkoimani, Satria Bijaksana and The How Liong, 2004: The Suitability of
[Fwd: Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa]
Original Message Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa From:Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] Date:Wed, September 7, 2005 12:05 pm To: iagi-net@iagi.or.id [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] -- 55.8 +/- 0.2 Ma adalah batas terbaru (Gradstein et al., 2004, International Commision on Stratigraphy, Geologic Time Scale, 2004, Cambridge University Press) antara Paleosen dan Eosen. Enam tahun lalu, batas itu adalah 54.8 Ma (Geologic Time Scale, 1999). Angka absolut ini membatasi stage Ypresian di lowermost Eosen dan Thanetian di Upper Paleocene. Dengan menggunakan dua skala waktu itu, maka penemuan beberapa dating baru seperti yang di-posting Pak Zaim, jelas menunjukkan umur volkanik/magmatik Paleosen untuk Jatibarang, Subang Selatan, dan Watuadeg; dan Late Cretaceous : Campanian untuk 75 Ma di Kulon Progo. Apakah kita perlu segera merevisi implikasi geodinamika volcanic arcs di Jawa di periode Late Cretaceous-Paleogene ? Pada hemat saya, tidak segera. Katakanlah semua umur itu benar secara analisis laboratorium. Maka, saya hanya melihat itu hanya sebaran umur yang sparse/spotted - tak lebih dari background volcanism Jawa di umur2 Paleosen-Eosen. Coba kita taruh umur2 tua itu di histogram K-Ar dan fission track absolute dating Jawa yang sudah dipublikasi, seperti dari Soeria-Atmadja et al. (1994) : Tertiary magmatic belts in Java - Journal of SE Asian Earth Sciences, v.9, n. 1/2, p. 13-27 (Pak Bambang Priadi salah satu co-author-nya). Nah, kalau umur Paleosen atau lower Eocene membuat peak volcanism yang lebar di histogram tersebut (seperti di Oligo-Miosen), maka kita benar2 dalam status kritis untuk memikirkan ulang geodinamika, tektonik, volkanik Jawa saat Late Cretaceous-Paleogene. Namun, selama angka2 baru yang berumur tua itu hanya spotted, saya hanya memandangnya tak lebih dari background volcanism yang umum terjadi di Jawa sejak Eosen (hanya ini menambah data baru bahwa dari Paleosen pun sudah ada background volcanism). Sebuah catatan dari plate tectonic theory : tak semua periode punya volcanic arc-nya sendiri. Di Jawa, pemahaman sampai saat ini hanya melihat bahwa volcanic arcs pernah terjadi di : (1) Oligo-Miosen, (2) Late Miocene-Early Pliocene, dan (3) Kuarter. Butuh mekanisme subduction tertentu untuk membuat volkanisme bangkit di island arc atau tepi benua. Perlambatan subduction karena oceanic plateaux yang terkunci di penunjaman akan meniadakan volcanism di depannya, itu antara lain. Bagaimana dengan 75 Ma di Kulon Progo ? Pada hemat saya, ini yang mesti lebih diwaspadai sepanjang dominan sebarannya. Saya kok merasa di suatu tempat di Jawa Selatan antara Bayat dan Karang Sambung ada sesuatu yang lain yang selama ini lepas dari pemikiran tektonik kita tetapi yang mungkin dalam lima tahun terakhir ini indikasinya semakin kuat tentang keberadaannya. Volkanisme umur 75 Ma Kulon Progo adalah salah satu kontributornya. tepatnya, saya sedang mengkhayalkan sebuah sliver kontinen skala kecil terdapat di bawah Bayat dan Nanggulan... Betul , memang adanya lapisan berumur eosen di Nanggulan sangat aneh ? Pemetaan saya awal thn 1974 didaerah itu say cukup bingun menerangkan sejarah sedimentasinya (apalagi saat itu kan saya masih yunior sekali dan belum terlalu mengenal plate tectonic. Kalau khayalan mengenai adanya silver kontinen itu dteruskan , jadi kira kira bagaimana sejarah tektonik Jawa Selatan? Si Abah Saya pernah melihat Citirem di Ciletuh Pak Zaim, kebetulan itu wilayah skripsi saya dulu (1988). Saya melihatnya sebagai bagian dari kompleks melange Ciletuh, di-emplacement sebagai endapan pond deposits di inner wall suatu palung, dengan beberapa intrusi magmatik (seperti leuco-granite di Karang Sambung ?) ; kelihatannya bukan mengindikasi volcanic arc Mesozoik Jawa. Umur volkanik Paleosen di Subang Selatan, hampir saja mungkin bisa membuat kita segera (dengan terburu-buru ?) menyambungkan volkanisme Bayah-Subang-Jatibarang sebagai arc. Lebih baik kita cermati dulu hal semacam itu, sebelum para volkanisme tua ini menunjukkan peak di histogram. OAF tak perlu dibingungkan, kalau merujuk ke buku sumbernya (Verbeek en Fennema, 1896; van Bemmelen, 1949, 1970). Itu hanya istilah relatif yang bisa setua Paleosen dan semuda Miosen Awal, tetapi dominasi di Oligo-Miosen. salam, awang Yahdi Zaim [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Koesoemadinata Yth., Bapak menanyakan tentang referensi sebagaimana dalam email Bapak: Apakah age-dating ini bisa dikutip dan apakah referensinya yang dapat dipakai untuk digunakan studi? Atau e-mail Anda bisa saya gunakan sebagai referensi? RPK Berikut ini beberapa publikasi berkenaan dengan hasil pentarikhan dan study paleomagnetisme batuan volkanik yang bisa dirujuk sebagai berikut: 1. La Ode Ngkoimani, Satria Bijaksana and The How Liong, 2004: The Suitability of