Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa

2005-09-07 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Rovicky,
 
Pak Ade Kadarusman beberapa hari yang lalu, masih dalam kaitan subyek ini juga, 
 sudah posting urutan metode radiometri absolute dating dari yang sederhana - 
K-Ar (kualitas rendah ?) sampai yang tercanggih - SHRIMP (kualitas tinggi ?). 
Tetapi, saya lebih percaya ke keharmonisan sejarah geologi walaupun tidak 
berarti menafikan metode radiometri absolut. Juga tak akan menunggu-nunggu 
sampai SHRIMP melakukan pengukuran, kalau dengan K-Ar saja bisa. Hasil2-nya 
kita kontrol dengan keharmonisan geologi dalam ruang-waktu tadi.
 
Spotty dalam hal ini adalah kejadian2 yang dilaporkan masih di satu tempat 
(satu titik di peta), maka saya cukup tempatkan itu sementara di background. 
Kalau nanti2 makin banyak dilaporkan kejadian yang sekarang rasanya menyimpang, 
artinya sudah peak, maka tentu kita perlu memikirkan implikasi geodinamika.
 
Dalam satu periode memang hasil akhirlah yang terekam, tetapi dalam hal 
time-slice seismik 3 D, kalau kita lakukan time slice per 2 million years 
katakanlah, tentu kita akan banyak dapatkan evolusi paleogeografi, walaupun di 
setiap slice adalah hasil akhirnya.
 
Akan halnya dengan VR, tentu saja juga hasil akhir saat kita menancapkan sumur 
di wilayah itu dan mengukur VR cutting sample-nya. Tetapi, kita bisa 
merekonstruksi kematangannya dengan analisis burial depth, kan ini juga butuh 
profil depth vs. VR.
 
Geologi butuh interpretasi dinamik, bukan statik. Maka semua parameter harus 
bisa direkonstruksi sebab semua proses geologi adalah proses historis. 
 
Beberapa studi terakhir dari kawan2 yang menekuni Jawa (stratigrafi, tektonik, 
volkanisme) akan siap mengguncang pikiran kita. Saya tidak akan pernah menolak 
satu pun dari itu. Untuk kemudian mengatakannya ini benar itu salah, itu butuh 
proses lama, tetapi mari kita uji saja. Saya menganggap itu semua suatu 
peningkatan adrenalin dalam gairah kegeologian...
 
Btw, sayang Stephen Jay Gould telah tiada, guncangan evolusi kurang semarak 
tanpa dia. Belum ada yang seprolifik dia dalam berpikir dan mengkomunikasikan 
evolusi. 

salam,
awang

Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
Pak Awang,

Adakah metode dating yg lebih baik dari K-Ar utk batuan volcanic ?.
K-Ar yg cenderung mengukur proses yg terakhir tentusaja akan sulit
menunjukkan atau memiliki hasil pengukuran umur yg lebih tua lagi.
Artinya walaupun hasil pengukuran dari sample location yg spotty
apakah kita masih juga belum dapat menggunakan setara/setingkat dengan
pengukuran2 lain, sehingga anda meletakkannya hanya sebagai
background ?

Sebenernya banyak sekali hasil-hasil dalam pengamatan geologi ini yg
hanya menunjukkan fase terakhir saja dari sebuah proses. Misalnya
penampakan sungai berkelok-kelok dalam timeslice seismic-pun adalah
hasil preservasi terakhir dari morfologi yang ada. Dengan demikian
seringkali kita melihat sungai berkelok2 dan menginterpretasikan
sebagai lingkungan coastal plain (misalnya). Namun kalau yg terjadi
adalah periode lowstand dari sebuah shelf, maka antara sungai dengai
dengan sedimen yg dipotongnya memiliki katidak samaan depositional
environment.

Hal mirip adalah VR (Vitrinite Reflectance). VR menunjukkan tingkat
kematangan (pressure-temperature) yang tertinggi. Dalam hal ini,
bukan yg terakhir, sdikit berbeda dengan yg dua metode identifikasi
diatas. Namun perlu diketahui bagaimana metode pengukuran yg kita
lakukan.

Btw, saya juga tidak akan terburu-buru merubah pemahaman saya tentang
volkanisme di jawa. Saya masih menggunakan pendekatan historical /
harmonical perspective atau keharmonisan sejarah geologi dari daerah
tersebut. Walopun tidak menutup kemungkinan adanya perubahan yg
kadangkala terasa radikal.
Pemahaman geologi juga akan evolutif, kadangkala pelaaan sekali
lam, bergeming sdkit walopun ada data-data baru. Namun juga kadang
sangat cepet seperti punctuation equilibirium-nya S.J Gould.

Salam
RDP

On 9/7/05, Awang Satyana wrote:
 55.8 +/- 0.2 Ma adalah batas terbaru (Gradstein et al., 2004, International 
 Commision on Stratigraphy, Geologic Time Scale, 2004, Cambridge University 
 Press) antara Paleosen dan Eosen. Enam tahun lalu, batas itu adalah 54.8 Ma 
 (Geologic Time Scale, 1999). Angka absolut ini membatasi stage Ypresian di 
 lowermost Eosen dan Thanetian di Upper Paleocene.
 
 Dengan menggunakan dua skala waktu itu, maka penemuan beberapa dating baru 
 seperti yang di-posting Pak Zaim, jelas menunjukkan umur volkanik/magmatik 
 Paleosen untuk Jatibarang, Subang Selatan, dan Watuadeg; dan Late Cretaceous 
 : Campanian untuk 75 Ma di Kulon Progo.
 
 Apakah kita perlu segera merevisi implikasi geodinamika volcanic arcs di Jawa 
 di periode Late Cretaceous-Paleogene ? Pada hemat saya, tidak segera. 
 Katakanlah semua umur itu benar secara analisis laboratorium. Maka, saya 
 hanya melihat itu hanya sebaran umur yang sparse/spotted - tak lebih dari 
 background volcanism Jawa di umur2 Paleosen-Eosen. Coba kita taruh umur2 tua 
 itu di histogram K-Ar dan fission track absolute dating Jawa 

RE: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa

2005-09-07 Terurut Topik Maryanto (Maryant)
 

Wah menarik diskusi global tektonik ini. Banyak sekali pakar
bermunculan. Saya mau ikut komentar. 

Watuadeg, sepertinya berlokasi di sekitar 10 km tenggara pusat kota
Yogyakarta.  OAF Old Andesit Formation menjadi nama-nama di suatu
lokasi sbb: Jampang (Jabar), Gabon (Banyumas), OAF (Kulon Progo),
Nglanggran (Wonosari), Mandaliko (Wonogiri), Besole (Pacitan) (Djuhaeni,
2003). 

Wah bagus sekali standar deviasi pengukurannya, yang hanya sekitar 3
juta untuk umur 58-59 Ma. OAF Old Andesit Formation sepertinya mengacu
umur antara 75-52 Ma. Ini bersesuaian dengan compresi mulai seperempat
akhir Cretaceus (83 Ma), hingga seperempat awal Cenocoic (52 Ma). 

Juga pertanyaan untuk Pak Awang: Kapan, umur-umur berapa saja dalam Ma,
batuan volkanik pada volcanic arc terjadi? Sewaktu kompresi atau
ekstensi? Apakah ada pada setiap siklus 7 Ma? Berikut ini analisa saya. 

Abstract: Tentu akan dengan Kalender SALAM, di mana ada siklus
sinusoidal kompresi ekstensi pereode 700 Ma, 70 Ma, 7 Ma, dll, dengan
standar deviasi misal ICS 2004 adalah berturut-turut kurang dari 10 %.
Amat bagus derajad errornya. Condie, 1997 sebut adanya siklus
supercontinent. SALAM kalendar melihat bahwa siklus itu bersesuaian
dengan siklus order1 (700 Ma). Haraldur Sigurdsson, 2000, sebutkan bahwa
masih banyak problem menghubungkan vulkanisme dengan global tektonik.
Selanjutnya Kalendar SALAM banyak membantu dalam prediksikan
korelasinya. 

1. Condie, Kent C, 1997 : Origin and evolution of earth, sebutkan sbb: 
Prediksi ada siklus, yang menjadikan adanya Supercontinent. Umur-umur
yang telah di prediksi adalah: 200 Ma, 900 Ma, 1600 Ma. Untuk umur
sebelumnya, maka sulit rekordnya, walauoun di duga ada sejak 4.500 Ma.
Tak disebutkan berapa standar deviasinya. Dugaan saya, ini bisa 30-200
Ma, untuk umue-umur itu, dimana semakin tua, makin besar errornya.  

Umur-umur terprediksi itu bersesuaian dengan prediksi supercontinent
pada Kalender SALAM (pereode 700 Ma), yakni sekuen order 2 sewaktu Low
stand position pada umur-umur: 240 Ma, 940 Ma, 1640 Ma. Selain itu,
kalender ini sudah prediksi supercontinent yang lain sebelumnya yakni
pada umur-umur: 2340  Ma, 3040 Ma, 3740 Ma, 4440 Ma.

Selanjutnya, Condie menulis: breakup Pangea 200 Ma, terdapat pada
upwelling. Selain Afrika, maka sejak  200 Ma itu, semua kontinental
menjauh dari Afrtika. Ini bersesuai dengan kalender itu, yang
menyebutkan bahwa sejak Kambrium hingga PermianTriassik, maka seluruh
kontinent convergent, untuk menjadikan supercontinent pada
PermianTriassik 277-207 Ma. Lalu sejak umur ini, maka semua continental
divergent, menjauh dari Afrika, tepatnya menjauh dari AAN Anticlinal of
Arabian Nubian. Yang juga ini di interpretasi dari data Collins, 2003. 

Condie sebut pergerakan kontinen sekitar 4 cm/a annum sewaktu
break-up, dan 1-2 cm/a sewaktu pembentukan kontinen. Muka laut naik
sewaktu aggregate, dan muka laut menurun sewaktu break up. Kalender
SALAM melihat Atlantic, Pacific MOR  Mid Ocean Ridge 70 Ma-present,
melihat kecepatan itu juga, yakni 4 cm/a (pada 67 Ma, KT boundary), 2
cm/a (52 Ma, Mid Miocen), 4 cm/a ( Oligocene), 6 cm/a (13 Ma, Mid
Eocene), 4 cm/a (present).

Selanjutnya:
Condie, 2000SALAM Calendar, 2003:
Earth form  4.600-4.400 Ma  4.617,373522 Ma.
Early rock  4.000-3.800 Ma  4.452,373522 Ma
small rock  3.750 Ma3.752,373522 Ma
Major orogeny   2.700 Ma3.052,373522 Ma
2.000 Ma2.352,373522 Ma
1.000 Ma0.952,373522 Ma

Ini menunjukkan adanya korelasi yang bagus dalam sekala 700 Ma itu. 

2. Haraldur Sigurdsson, 2000 in book titled Encyclopedi of Volcano,
1500's pages.

Volcanic Episodes, Rate of volcanism, sebut Pacific MOR Mid Ocean
Ridge paling besar pada masa 120-80 Ma. Ini bersesuain dengan kecepatan
spreading maximum order 700 Ma sejak PermianTriassik itu. Kalender ini
sebut kecepatan spreding mulai 0 (PermianTriassic, 245 Ma), Maximum pada
115-83 Ma Mid Cretaceous, mengecil hingga kini. Bahwa basal umumnya
hanya dalam pereode pendek, kurang dari 4 Ma durasi kemunculannya untuk
hasi MOR. Lihat LIP di bawah. 

Tephra layer (ash layer), banyak pada pereode 42-37 Ma Eocene, jarang
pada Oligocene 32-28 Ma, intensive pada 17-13 Ma Miocene, amat banyak
pada 5-0 Ma Plio-quartenary. (Cambray and Cadet, 1996).  Prediksi
Kalender SALAM, ada sequence boundary siklus order 3 (7 Ma) pada : 46
Ma, 39 ma, 32 Ma, 25 Ma, 18 Ma, 11 Ma, 4 Ma. Ini berarti dengan lapisan
debu volkanik tadi untuk umur-umur: 46, -, 32, 25, 18, 11, dan 4 Ma.

Berikut sari dari buku tsb: Haraldur Sigurdsson, 2000 buku judul
Encyclopedi of Volcano, 1500's pages.
Oceanic riges, Hot spot, volcanic arcs.
2.a Ocean Ridges: 
- Oceanic crust is 70 % covering earth's surface, 30 % continental
crust. 
- oceanic crust and lithosphere (ca. 80 km thick) may has been formed
since earth history 4.5 Ga.
- rate 

RE: [iagi-net-l] 3D Modeling untuk thin reservoir

2005-09-07 Terurut Topik Ferdinandus . KARTIKO-SAMODRO

apa definisi thin reservoir di 3d model...?
lebih kecil dari resolusi seismic atau lebih kecil dari resolusi logs...?

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852



|-+
| |   Yudi Yanto |
| |   [EMAIL PROTECTED]|
| |   energi.com  |
| ||
| |   31/08/2005 11:32 |
| |   AM   |
| |   Please respond to|
| |   iagi-net |
| ||
|-+
  
--|
  | 
 |
  |   To:   iagi-net@iagi.or.id   
 |
  |   cc:   
 |
  |   Subject:  RE: [iagi-net-l] 3D Modeling untuk thin reservoir 
 |
  
--|





Maaf nih ikut sharing pengalaman (baru kemarin gabung lagi dgn milist
iagi),

Saya pernah melakukan proses inversi dan mencoba membandingkan antara
data seismic yg sdh diresampling 0.5ms dengan data seismik yg asli-nya,
kalo di compare terlihat adanya peningkatan resolusi hasil inversi untuk
data yg telah di-resampling. Ini cukup membantu untuk analisa thin
layer.

Metode lain yg perlu dicoba untuk meningkatkan resolusi hasil inversi
adalah dengan menggunakan multi-attribute analysis, caranya: hasil
inversi (trace AI) dijadikan input parameter untuk mendekati target (log
AI)yg high frequency dgn multi-attribute dari AI, kemudian di-applay-kan
ke AI section.

Metode ini juga sangat membantu u/ melihat lapisan tipis dari target2
reservoir yg ingin dicari.
Hal yang sama bisa digunakan untuk parameter target yg lainnya, misal
porosity, dll.

-yy-

-Original Message-
From: Paulus Tangke Allo [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Wednesday, August 31, 2005 9:49 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] 3D Modeling untuk thin reservoir

seismic resampling?
maksudnya pakai non-linear curve fitting yah?
jadi salah satu parameter fisis (misalkan porosity), dicarikan
persamaan non-linearnya dari gabungan beberapa seismik atribut.

kalau iya, nanti sama pak franc bakal ditanya ttg spurious
correlation-nya tuh :)


--pta


On 30/08/05, Adi Trianto [EMAIL PROTECTED] wrote:
.
 Ada usulan dari salah satu rekan untuk melakukan seismic resampling
dari
 bbrp jenis cube attribute antara lain : AI, Iso Freq dsb. Dan kemudian
dari
 single atau gabungan cube tsb dicoba dicari koefisien korelasinya (
misal
 dengan Porosity ). Workflow ini banyak menggunakan pendekatan neural
 network. Usulan yang menurut saya perlu dicoba ( sambil menunggu study
 geophycist lanjut ). Moga2 saja untuk thin reservoir pendekatan ini
bisa
 dipakai.



-
This message has been certified virus free by Medcoenergi Antivirus

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)
-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-






This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above.  It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.



-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : 

[iagi-net-l] FOSI status

2005-09-07 Terurut Topik Darman, Herman H BSP-TSX/4
Rekan-rekan,

Posisi SekJen FOSI sekarang sedang kosong. Rina Azarina yang menggantikan Deddy 
Sebayang sempat aktif beberapa bulan tapi kemudian pindah ke Australia. Kami 
sedang mencari penggantinya dan mengharapkan kawan-kawan bisa membantu. 

Kegiatan utama FOSI adalah penerbitan majalah Berita Sedimentologi. Dari segi 
keuangan sebenarnya FOSI masih punya cukup banyak uang (Syaiful bisa 
menambahkan), sebagian masih di pinjam IAGI kalau tidak salah (Andang Bachtiar 
to comment). 

Beberapa AAPG Student Chapter sudah menawarkan bantuan, tapi kita perlu 
pemimpin on the ground. 

Berdasarkan sejarah setiap orang yang jadi SekJen FOSI mendapat posting di luar 
negeri. Jadi kalau mau kerja ke luar negeri mungkin anda harus duduk sebagai 
SekJen FOSI dulu.

Salam,

Herman Darman
Mantan SekJen FOSI pertama , sekarang AAPG President for Asia Pacific Region


[iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Memaksimalkan hasil pemboran eksplorasi

2005-09-07 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Sigit,

Tentang statistik jumlah basin yg dieksplorasi tersebut, menurut Pak
Andang Bachtiar ketika mempresentasikan ttg kegiatan explorasi migas
di Indonesia beberapa waktu lalu, isinya menyatakan bahwa angka
tersebut tidak (sangat sedikit) berubah selama beberapa dekade.
Artinya tidak ada penambahan yang signifikan dalam usaha eksplorasi
terhadap cekungan2 baru. Masalahnya memang tidak sederhana akrena
menyangkut banyak hal termasuk insentif new basin exploration,
katertutupan data, serta knowledge kita ttg basin2 yg belum
dieksplorasi, dll.

Usulan anda tentang Peer Review itu sangat bagus. Setiap perusahaan
yg berdekatan tentunya sangat mungkin untuk saling membantu. Namun
perlu kita ketahui juga bahwa setiap perusahaan memiliki hak untuk
menutup diri karena menilai hal tersebut confidential (rahasia).
Apalagi di jaman informasi seperti skrg ini, hampir setiap info dapat
menjadi bahan menmbun kekuatan bagi pemiliknya  -- information
is a power. Dengan demikian sangat tidak mudah menjadikan segalanya
transparan, itu perlu disadari !

Azas ketertutupan data (closed file policy) masih berlaku di
Indonesia. Sehingga masing2 perusahaan masih diperbolehkan mengunci
data-data penting tersebut di kotak wasiatnya. Itulah sebabnya
pemain-pemain baru sangat sulit untuk mendapat data-data kunci
tersebut. Pemain-pemain sukses di Indonesia sejak dulu tidak banyak
berubah. Menurut saya hal ini jelas karena kesulitan memperoleh data
bagi pemain-pemain baru.

Namun jangan kecil hati dulu. Banyak cara bagi kita utk
sharing/berbagi informasi.
Saya sebutkan dibawah paling tidak ada tiga cara.

1. Data trade.
Salah satu cara dengan data trade tukar-menukar data, dan cara ini
sangat diperbolehkan oleh migas. Cara ini sering dilakukan oleh pemain
yg besebelahan. Namun bagi pemain baru tentunya tidak mudah.

2. Exploration forum
Forum ini sudah lama dibentuk dimana explorationist di Indonesia
saling bertukar informasi tentang kesuksesannya. Saya belum tahu
apakah adayg sharing kegagalan, karena ini juga sama pentingnya supaya
tidak masuk lubang dua kali. Biasanya forum ini berupa forum diskusi
antar perusahaan yg beroperasi di Indonesia. Kalau tdk salah forum ini
dulu difasilitasi oleh Petamina (cq. BPPKA).

3. Profesional Seminar
Konvensi, seminar dan forum presentasi oleh organisasi profesi sering
dipakai sebagai ajang untuk berbagi informasi. Seperi yg dilakukan
IPA, IATMI, IAGI, HAGI dll. Namun tentunya masing-masing perusahaan
akan mempermainkan kartunya, dengan strategi masing2. Tidak mungkin
semua data dibuka, byak !
Mana mungkin anda membuka isi dompet anda kan ?
Pastilah ada hal-hal sifatnya personal dalam diri kita, demikian juga
ada hal-hal konfidensial dalam perusahaan.

Cara lain perusahaan mengumpulkan data serta informasi masih banyak
misalnya scout check, membeli saham/share, hingga membeli data di
black market (ini yg disayangkan).

secara pilosopis ... kita ini masih hidup di dunia materialis dengan
cara interaksi berupa trading economy bukan sharing economy.
trading = tukar menukar
sharing = berbagi

Salam
RDP

On 9/8/05, sigit ari [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Saya pernah membaca tentang Indonesia's basins and their exploration status 
 (after Sujanto,1997 and Sumantri and Sjahbuddin, 1994; dalam Overview of 
 Indonesia's oil and gas industry-Celebrating its 70th year of continuous 
 activity in Indonesia -Sclumberger).
 
 Dari tulisan tersebut diketahui bahwa :
 Western Indonesia, terdapat 22 basins; Undrilled (13.6%), Producing (50.0%), 
 Discoveries (non-producing, 13.6%), Drilled (no discoveries, 22.7%)
 
 Eastern Indonesia, terdapat 38 basins, Undrilled (50.0%), Producing (7.9%), 
 Discoveries (non-producing, 15.8%), Drilled (no discoveries, 26.3%).
 
 Mungkin ada data terbaru yang saya belum ketahui, mohon saya dikoreksi.
 Namun sebenarnya yang ingin saya ketengahkan adalah, adanya kenyataan bahwa 
 masih terdapat basin yang belum dieksplorasi, dan kemungkinan ditemukannya 
 basin-basin baru yang prospektif, walau dengan kondisi yang lebih kecil atau 
 lebih kompleks secara struktur, stratigrafi, dsb.
 
 Untuk teknologi dan teknikal, saya pikir sudah dalam arus besar yang tepat, 
 namun secara detail dan mungkin non-teknikal, ada beberapa yang ingin saya 
 tanyakan.
 
 Sebagai contoh, apabila ada suatu KPS yang akan melakukan pemboran eksplorasi 
 pada target tertentu dengan petroleum system, play concept tertentu, dsb.; 
 alangkah baiknya apabila, ada semacam misalkan peer review oleh KPS lain 
 yang daerahnya berbatasan dan apabila mungkin juga difasilitasi oleh instansi 
 yang terkait dan berwenang, yang diharapkan mempunyai kemiripan play system, 
 petroleum concept, dsb; yang ditujukan untuk lebih memaksimalkan dan 
 mempertinggi keyakinan dari hasil pemboran eksplorasi tersebut.
 
 Karena kalau saya melihat misal dari Scout Check yang diadakan secara berkala 
 (walaupun saya sendiri belum pernah ikut, saya mendapatkan hasil dari 
 reken-rekan yang pernah mengikutinya); kayaknya kok belum 

[Fwd: Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa]

2005-09-07 Terurut Topik yrsnki
 Original Message 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa
From:Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
Date:Wed, September 7, 2005 12:05 pm
To:  iagi-net@iagi.or.id
 [EMAIL PROTECTED]
 [EMAIL PROTECTED]
--

55.8 +/- 0.2 Ma adalah batas terbaru (Gradstein et al., 2004,
International Commision on Stratigraphy, Geologic Time Scale, 2004,
Cambridge University Press) antara Paleosen dan Eosen. Enam tahun lalu,
batas itu  adalah 54.8 Ma (Geologic Time Scale, 1999). Angka absolut ini
membatasi stage Ypresian di lowermost Eosen dan Thanetian di Upper
Paleocene.

Dengan menggunakan dua skala waktu itu, maka penemuan beberapa dating baru
seperti yang di-posting Pak Zaim, jelas menunjukkan umur volkanik/magmatik
Paleosen untuk Jatibarang, Subang Selatan, dan Watuadeg; dan Late
Cretaceous : Campanian untuk 75 Ma di Kulon Progo.

Apakah kita perlu segera merevisi implikasi geodinamika volcanic arcs di
Jawa di periode Late Cretaceous-Paleogene ? Pada hemat saya, tidak segera.
Katakanlah semua umur itu benar secara analisis laboratorium. Maka, saya
hanya melihat itu hanya sebaran umur yang sparse/spotted - tak lebih dari
background volcanism Jawa di umur2 Paleosen-Eosen. Coba kita taruh umur2
tua itu di histogram K-Ar dan fission track absolute dating Jawa yang
sudah dipublikasi, seperti dari Soeria-Atmadja et al. (1994) : Tertiary
magmatic belts in Java - Journal of SE Asian Earth Sciences, v.9, n. 1/2,
p. 13-27 (Pak Bambang Priadi salah satu co-author-nya).

Nah, kalau umur Paleosen atau lower Eocene membuat peak volcanism yang
lebar di histogram tersebut (seperti di Oligo-Miosen), maka kita benar2
dalam status kritis untuk memikirkan ulang geodinamika, tektonik, volkanik
Jawa saat Late Cretaceous-Paleogene. Namun, selama angka2 baru yang
berumur tua itu hanya spotted, saya hanya memandangnya tak lebih dari
background volcanism yang umum terjadi di Jawa sejak Eosen (hanya ini
menambah data baru bahwa dari Paleosen pun sudah ada background
volcanism).

Sebuah catatan dari plate tectonic theory : tak semua periode punya
volcanic arc-nya sendiri. Di Jawa, pemahaman sampai saat ini hanya melihat
bahwa volcanic arcs pernah terjadi di : (1) Oligo-Miosen, (2) Late
Miocene-Early Pliocene, dan (3) Kuarter. Butuh mekanisme subduction
tertentu untuk membuat volkanisme bangkit di island arc atau tepi benua.
Perlambatan subduction karena oceanic plateaux yang terkunci di penunjaman
akan meniadakan volcanism di depannya, itu antara lain.

Bagaimana dengan 75 Ma di Kulon Progo ? Pada hemat saya, ini yang mesti
lebih diwaspadai sepanjang dominan sebarannya. Saya kok merasa di suatu
tempat di Jawa Selatan antara Bayat dan Karang Sambung ada sesuatu yang
lain yang selama ini lepas dari pemikiran tektonik kita tetapi yang
mungkin dalam lima tahun terakhir ini indikasinya semakin kuat tentang
keberadaannya. Volkanisme umur 75 Ma Kulon Progo adalah salah satu
kontributornya. tepatnya, saya sedang mengkhayalkan sebuah sliver kontinen
skala kecil terdapat di bawah Bayat dan Nanggulan...

   Betul , memang adanya lapisan berumur eosen di Nanggulan sangat
   aneh ?
   Pemetaan saya awal thn 1974 didaerah itu say cukup bingun menerangkan
   sejarah sedimentasinya (apalagi saat itu kan saya masih yunior sekali
   dan belum terlalu mengenal plate tectonic.

   Kalau khayalan mengenai adanya silver kontinen itu dteruskan , jadi
   kira kira bagaimana sejarah tektonik Jawa Selatan?

   Si Abah

Saya pernah melihat Citirem di Ciletuh Pak Zaim, kebetulan itu wilayah
skripsi saya dulu (1988). Saya melihatnya sebagai bagian dari kompleks
melange Ciletuh, di-emplacement sebagai endapan pond deposits di inner
wall suatu palung, dengan beberapa intrusi magmatik (seperti leuco-granite
di Karang Sambung ?) ; kelihatannya bukan mengindikasi volcanic arc
Mesozoik Jawa.

Umur volkanik Paleosen di Subang Selatan, hampir saja mungkin bisa membuat
kita segera (dengan terburu-buru ?) menyambungkan volkanisme
Bayah-Subang-Jatibarang sebagai arc. Lebih baik kita cermati dulu hal
semacam itu, sebelum para volkanisme tua ini menunjukkan peak di
histogram.

OAF tak perlu dibingungkan, kalau merujuk ke buku sumbernya (Verbeek en
Fennema, 1896; van Bemmelen, 1949, 1970). Itu hanya istilah relatif yang
bisa setua Paleosen dan semuda Miosen Awal, tetapi dominasi di
Oligo-Miosen.

salam,
awang

Yahdi Zaim [EMAIL PROTECTED] wrote:
Pak Koesoemadinata Yth.,
Bapak menanyakan tentang referensi sebagaimana dalam email Bapak:
 Apakah age-dating ini bisa dikutip dan apakah referensinya yang dapat
dipakai untuk digunakan studi?
 Atau e-mail Anda bisa saya gunakan sebagai referensi?
 RPK

Berikut ini beberapa publikasi berkenaan dengan hasil pentarikhan dan
study paleomagnetisme batuan volkanik yang bisa dirujuk sebagai berikut:
1. La Ode Ngkoimani, Satria Bijaksana and The How Liong, 2004: The
Suitability of 

[Fwd: Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa]

2005-09-07 Terurut Topik yrsnki
 Original Message 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa
From:Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
Date:Wed, September 7, 2005 12:05 pm
To:  iagi-net@iagi.or.id
 [EMAIL PROTECTED]
 [EMAIL PROTECTED]
--

55.8 +/- 0.2 Ma adalah batas terbaru (Gradstein et al., 2004,
International Commision on Stratigraphy, Geologic Time Scale, 2004,
Cambridge University Press) antara Paleosen dan Eosen. Enam tahun lalu,
batas itu  adalah 54.8 Ma (Geologic Time Scale, 1999). Angka absolut ini
membatasi stage Ypresian di lowermost Eosen dan Thanetian di Upper
Paleocene.

Dengan menggunakan dua skala waktu itu, maka penemuan beberapa dating baru
seperti yang di-posting Pak Zaim, jelas menunjukkan umur volkanik/magmatik
Paleosen untuk Jatibarang, Subang Selatan, dan Watuadeg; dan Late
Cretaceous : Campanian untuk 75 Ma di Kulon Progo.

Apakah kita perlu segera merevisi implikasi geodinamika volcanic arcs di
Jawa di periode Late Cretaceous-Paleogene ? Pada hemat saya, tidak segera.
Katakanlah semua umur itu benar secara analisis laboratorium. Maka, saya
hanya melihat itu hanya sebaran umur yang sparse/spotted - tak lebih dari
background volcanism Jawa di umur2 Paleosen-Eosen. Coba kita taruh umur2
tua itu di histogram K-Ar dan fission track absolute dating Jawa yang
sudah dipublikasi, seperti dari Soeria-Atmadja et al. (1994) : Tertiary
magmatic belts in Java - Journal of SE Asian Earth Sciences, v.9, n. 1/2,
p. 13-27 (Pak Bambang Priadi salah satu co-author-nya).

Nah, kalau umur Paleosen atau lower Eocene membuat peak volcanism yang
lebar di histogram tersebut (seperti di Oligo-Miosen), maka kita benar2
dalam status kritis untuk memikirkan ulang geodinamika, tektonik, volkanik
Jawa saat Late Cretaceous-Paleogene. Namun, selama angka2 baru yang
berumur tua itu hanya spotted, saya hanya memandangnya tak lebih dari
background volcanism yang umum terjadi di Jawa sejak Eosen (hanya ini
menambah data baru bahwa dari Paleosen pun sudah ada background
volcanism).

Sebuah catatan dari plate tectonic theory : tak semua periode punya
volcanic arc-nya sendiri. Di Jawa, pemahaman sampai saat ini hanya melihat
bahwa volcanic arcs pernah terjadi di : (1) Oligo-Miosen, (2) Late
Miocene-Early Pliocene, dan (3) Kuarter. Butuh mekanisme subduction
tertentu untuk membuat volkanisme bangkit di island arc atau tepi benua.
Perlambatan subduction karena oceanic plateaux yang terkunci di penunjaman
akan meniadakan volcanism di depannya, itu antara lain.

Bagaimana dengan 75 Ma di Kulon Progo ? Pada hemat saya, ini yang mesti
lebih diwaspadai sepanjang dominan sebarannya. Saya kok merasa di suatu
tempat di Jawa Selatan antara Bayat dan Karang Sambung ada sesuatu yang
lain yang selama ini lepas dari pemikiran tektonik kita tetapi yang
mungkin dalam lima tahun terakhir ini indikasinya semakin kuat tentang
keberadaannya. Volkanisme umur 75 Ma Kulon Progo adalah salah satu
kontributornya. tepatnya, saya sedang mengkhayalkan sebuah sliver kontinen
skala kecil terdapat di bawah Bayat dan Nanggulan...

   Betul , memang adanya lapisan berumur eosen di Nanggulan sangat
   aneh ?
   Pemetaan saya awal thn 1974 didaerah itu say cukup bingun menerangkan
   sejarah sedimentasinya (apalagi saat itu kan saya masih yunior sekali
   dan belum terlalu mengenal plate tectonic.

   Kalau khayalan mengenai adanya silver kontinen itu dteruskan , jadi
   kira kira bagaimana sejarah tektonik Jawa Selatan?

   Si Abah

Saya pernah melihat Citirem di Ciletuh Pak Zaim, kebetulan itu wilayah
skripsi saya dulu (1988). Saya melihatnya sebagai bagian dari kompleks
melange Ciletuh, di-emplacement sebagai endapan pond deposits di inner
wall suatu palung, dengan beberapa intrusi magmatik (seperti leuco-granite
di Karang Sambung ?) ; kelihatannya bukan mengindikasi volcanic arc
Mesozoik Jawa.

Umur volkanik Paleosen di Subang Selatan, hampir saja mungkin bisa membuat
kita segera (dengan terburu-buru ?) menyambungkan volkanisme
Bayah-Subang-Jatibarang sebagai arc. Lebih baik kita cermati dulu hal
semacam itu, sebelum para volkanisme tua ini menunjukkan peak di
histogram.

OAF tak perlu dibingungkan, kalau merujuk ke buku sumbernya (Verbeek en
Fennema, 1896; van Bemmelen, 1949, 1970). Itu hanya istilah relatif yang
bisa setua Paleosen dan semuda Miosen Awal, tetapi dominasi di
Oligo-Miosen.

salam,
awang

Yahdi Zaim [EMAIL PROTECTED] wrote:
Pak Koesoemadinata Yth.,
Bapak menanyakan tentang referensi sebagaimana dalam email Bapak:
 Apakah age-dating ini bisa dikutip dan apakah referensinya yang dapat
dipakai untuk digunakan studi?
 Atau e-mail Anda bisa saya gunakan sebagai referensi?
 RPK

Berikut ini beberapa publikasi berkenaan dengan hasil pentarikhan dan
study paleomagnetisme batuan volkanik yang bisa dirujuk sebagai berikut:
1. La Ode Ngkoimani, Satria Bijaksana and The How Liong, 2004: The
Suitability of