[iagi-net-l] Krakatau Eruption, August 27 1883

2006-08-10 Terurut Topik Prasiddha Hestu Narendra

Krakatau Eruption, August 27 1883 (Indonesian Version) (Special Article)

Krakatau Eruption, August 27 1883 (Indonesian Version)

(5835 total words in this text) (6477 reads)

Printer friendly version of Krakatau Eruption, August 27 1883 (Indonesian 
Version).


LETUSAN GUNUNG KRAKATAU

Riva's Preface

I have been grown up in a city named Bandar Lampung. This city is much more 
like San Fransisco, the hilly city. Bandar Lampung is used to be a twin 
city, Tanjung Karang and Teluk Betung. My parent's house is located in the 
midle part of Bandar Lampung city. It is the border between the lower city 
(Teluk Betung) and the upper city (Tanjung Karang). So, from my second 
floor's porch of our house we can view a beautiful full scene of the whole 
Lampung Bay.



For months, together with my brother I dug for data and information or 
artifacs having been a silence witnes of the catasthrope or old people or 
their descendants that can tell us something. We found some, but didn't 
tell us much. I think I have to continue this expedition in the future.


THE PICTURES

Lebih Hebat dari Bom Atom

Taken from August 1982 edition of Intisari Magazine
http://www.intisari-online.com

Tanggal 27 Agustus nanti akan genap seratus sembilan belas tahun letusan 
dahsyat Krakatau yang sempat menggoncangkan seluruh dunia. Pada tanggal 27 
Agustus 1883, bertepatan dengan hari Minggu, dentuman pada pukul 10.02 
terdengar di seluruh wilayah Nusantara, bahkan sampai ke Singapura, 
Australia, Filipina, dan Jepang. Bencana yang merupakan salah satu letusan 
terhebat di dunia itu sempat merenggut sekitar 36.500 jiwa manusia.


Kegiatan dimulai dengan letusan pada tanggal 20 Mei 1883, waktu kawah 
Perbuatan memuntahkan abu gunung api dan uap air sampai ketinggian 11 km ke 
udara. Letusan ini walaupun terdengar sampai lebih dari 350 km (sampai 
Palembang), tidak sampai menimbulkan korban jiwa.


Pada letusan tanggal 27 Agustus itu bebatuan disemburkan setinggi 55.000 m 
dan gelombang pasang (Tsunami) yang ditimbulkan menyapu bersih 163 desa. 
Abunya mencapai jarak 5.330 km sepuluh hari kemudian. Kekuatan ledakan 
Krakatau ini diperkirakan 26 kali lebih besar dari ledakan bom hidrogen 
terkuat dalam percobaan.


Dikira Meriam Apel
Seorang pengamat di rumahnya di Bogor, pada tanggal 26 Agustus pukul satu 
siang mendengar suara gemuruh yang tadinya dikira suara guntur di tempat 
jauh. Lewat pukul setengah tiga siang mulai terdengar letupan pendek, 
sehingga ia mulai yakin bahwa kegaduhan itu berasal dari kegiatan Krakatau, 
lebih-lebih sebab suara berasal dari arah barat laut-barat. Di Batavia 
gemuruh itu juga dapat didengar, demikian pula di Anyer. Di serang dan 
Bandung suara-suara itu mulai terdengar pukul tiga.


Seorang bintara Belanda yang ditempatkan di Batavia mengisahkan pengalaman 
pribadinya. Seperti banyak orang lainnya ia mengira bahwa dunia akan kiamat 
saat itu.


Tanggal 26 Agustus itu bertepatan dengan hari Minggu. Sebagai sersan pada 
batalyon ke-IX di Weltevreden (Jakarta Pusat) hari itu saya diperintahkan 
bertugas di penjagaan utama di Lapangan Singa. Cuaca terasa sangat menekan. 
Langit pekat berawan mendung. Waktu hujan mulai menghambur, saya 
terheran-heran bahwa di samping air juga jatuh butiran-butiran es.


Sekitar pukul dua siang terdengar suara gemuruh dari arah barat. Tampaknya 
seperti ada badai hujan, tetapi diselingi dengan letupan-letupan, sehingga 
orangpun tahu bahwa itu bukan badai halilintar biasa.


Di meja redaksi koran Java Bode orang segera ingat pada gunung Krakatau 
yang sudah sejak beberapa bulan menunjukkan kegiatan setelah beristirahat 
selama dua abad. Mereka mengirim kawat kepada koresponden di Anyer, sebuah 
pelabuhan kecil di tepi Selat Sunda, tempat orang bisa menatap sosok 
Krakatau dengan jelas pada cuaca cerah. Jawabnya tiba dengan cepat: 'Di 
sini begitu gelap, sampai tak bisa melihat tangan sendiri.' Inilah berita 
terakhir yang dikirimkan dari Anyer...


Pukul lima sore gemuruh itu makin menghebat, tapi tidak terlihat kilat. 
Letusan susul-menyusul lebih kerap, seperti tembakan meriam berat. Dari 
Lapangan Raja (Merdeka, Red.) dan Lapangan Singa (Banteng) terlihat 
kilatan-kilatan seperti halilintar di ufuk barat, bukan dari atas ke bawah, 
tetapi dari bawah ke atas. Waktu hari berangsur gelap, di kaki langit 
sebelah barat masih terlihat pijaran cahaya.


Sudah menjadi kebiasaan bahwa tiap hari pukul delapan tepat di benteng 
(Frederik Hendrik, sekarang Mesjid Istiqlal) ditembakkan meriam sebagai 
isyarat upacara, disusul dengan bunyi terompet yang mewajibkan semua 
prajurit masuk tangsi. Para penabuh genderang dan peniup terompet batalyon 
itu sudah siap pada pukul delapan kurang seperempat. Mereka masih merokok 
santai sebelum mereka berbaris untuk memberikan isyarat itu. Tiba-tiba 
terdengar tembakan meriam menggelegar, jauh lebih dini daripada biasanya. 
Mereka segera berkumpul membentuk barisan dan setelah terompet dibunyikan, 
mereka berbaris sambil membunyikan 

RE: [iagi-net-l] LINDU

2006-08-10 Terurut Topik Maryanto (Maryant)

Wah Mas Budiman ini, memang embah-embah itu sudah pinter banget sejak
lama. Banyak istilah jawa yang di serap menjadi kosa-kata bhs Inggris.
Misalnya, bhs Inggris yang langsung memakai istilah Jawa itu
(he..he..he..) : duren, the gun ( suaranya mirip suara kelapa-muda
(degan) jatuh), the camp (suara bedil akibatkan banyak orang tiarap
ndekem takut, the box (kotak yang dulu banyak di lapisi pohon pisang
debog), ... hemm...

Setelah redi, lindu, nanti juga 'hama', 'pageblug', barangkali

Di Simposium geologi jogja itu, memang semakin jelas peranan geologist
untuk menjadi soko-guru benar-benar 'semua ilmu yang di bumi': ya
tektnonik, stratigrafi, paleontologi, bioevolution, lalu ke ekonomi,
lindu, sejarah, bahasa, dari big-bang hingga masa depan, dll (setidaknya
itu temaku). Pokoknya semua ilmu yang di bumi.

Saya ke Prangtritis lagi kemarin, dapatkan CD sa'at-sa'at gempa Jogja 27
Mei 2006. Durasi 17 menit, 777 Mb file itu, cakup 4 menit keramain
sebelum gempa, lalu gempa di lihatkan dua bola api di tengah laut, lalu
keributan di jalan sepanjang 25 km Parangtritis-kota Jogja. Itu termasuk
tayangan file ini ke Lativi Sorotan Utama. 

Jarak bola api dari pantai sekitar (kasar nih) 10 km, tinggi 20 m, lebar
14 m, warna, ya warna api itu. Bagaimana crita atawa analisa kemarin ?
Nadanya sudah di bahas luas sekali.

Rumah yang kerangkanya besi cor, tak retak, lainnya umumnya tanpa
kerangka besi, dan ya hancur di kakek-ku di Kretek, dekat Parangtritis
itu.

Salam,
Maryanto. 

-Original Message-
From: Agus Hendratno [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, August 02, 2006 4:19 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] LINDU : Lir in Donya

LINDU mungkin : lir in donya, lir in sambikolo. lir in
donya, geek ya artine : leno ning donya. Ora sadar nek
ada di dunia yang buminya aktif dan dinamis. Yak e..,
lho..
mungkin itu mas iful..
aku balik ke Cilacap maning kiye..
salam,
agus hendratno 

--- mohammad syaiful [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 mas budiman pasti senang guyon. lha, memang sampai
 sekarang, 'lindu' adalah
 bahasa jawa. di yogya, kemarin2 ini juga teriaknya
 yo 'lindu', bukan
 'gempa', he..he..
 
 kalau pak maryanto, pasti dulu sempat dapat
 pelajaran 'kerotho boso',
 seperti halnya saya waktu masih sekolah dasar, ilmu
 utk gothak-gathuk bahasa
 sampai pa.
 
 salam,
 syaiful
 
 
 On 8/2/06, Budiarto, Budiman
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Waktu kecil, orang-orang tua di kampung saya yang
 terletak di sekitar
  Gunung Tidar menyebut istilah gempa bumi dengan
 LINDU. Setiap ada
  gempa orang selalu berteriak-teriak Ono LINDU (
 ada gempa).
 
  Dari mana ya kira-kira istilah LINDU tsb?
 Mungkinkah nenek saya sudah
  tahu (Large Intensity Natural Disaster
 Underground)sejak dari jaman
  penjajahan belanda??
 
 
  Just curious.
 
 
  Budiman Budiarto
 
  CONOCOPHILLIPS
  Gedung Menara Mulia
  JL. Jend Gatot Subroto KV 9-11
  JAKARTA 12930
 
  Phone  524-1631
  Mobile  0811-8--1
 
 
  -Original Message-
  From: Maryanto (Maryant)
 [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: Wednesday, August 02, 2006 6:57 AM
  To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika
 Indonesia (HAGI)
  Subject: [iagi-net-l] LINDU
 
 
  LINDU (Large Intensity Natural Disaster
 Underground).
 
 
 
  Pingin selamat sejahtera 7 turunan?
 
  Se-wise dan seterkenal Newton, Einstein?
 
  Lihat 7 keajaiban dunia ?
 
  Jagadraya yang 7 lapis di bentuk atom berkulit
 maximum 7 ?
 
  7 megaplates di bumi,
 
  7 planetary cyclones, global basin, subbasin,
 gunung,  stratigrafi
  universal, resources, gempa,
 
  tanpa pusing 7 keliling ?
 
  Ku se-7 untuk sampeyan ndalem fokuskan men-7
 arah lihat:
 
 
 
  Poster no 7 yg perlihatkan singkatan seratusan
 nama pakar membentuk
  akronim termasuk kata kampung kelahiranku: A'AN
 Maryanto, SEMPOL, HARJO
  BINANGUN, PAKEM, SLEMAN, ARIF, SYUKUR, BERKAH,
 REDI, LINDU, dll. Boleh
  masing-masing 7 pertanyaan pada any science
 discipline, di dua hari,
  3-4 Agustus 2006, mulai besuk di :
 
 
 
  The 8th Field Wise Seminar on Geological
 Engineering Field and The 3rd
  International Symposium on Earth Resources and
 Geological Engineering
  Education, Yogyakarta, 3-4 August 2006,  By:
 Gadjah Mada University.
 
 
 
  SALAM Theory
 
  and
 
  LINDU (Large Intensity Natural Disaster
 Underground).
 
 
 
  Abstract:
 
 
 
  LINDU (Large Intensity Natural Disaster
 Underground) is global
  earthquake trough the time. SALAM acronyms of 
 Seven to the n-th power
  of ten Annum Long of Age and Minor cycle
 (Maryanto, 2003). SALAM theory
  indicates high possibility (~90 %) that the earth
 (beside a day rotation
  and a year revolution), travels trough a path of a
 sum of sinusoidal
  functions with period (annum) : 7, 70, 700, ..., 7
 G, with its amplitude
  is greater for the longer period, and with minor
 cycles: a year, a
  month, a week, a day. The global earthquake number
 during the last
  century has high correlation (~90%) to that cycle.
 Casualty during the
  last 5 years by 

Re: [iagi-net-l] Re: Bertanya

2006-08-10 Terurut Topik liamsi
Kalau terlalu banyak materi yang harus diajarkan Jangan jangan nanti justru
anak anak lebih memperhatikan pelajaran geologi daripada pelajaran pokok
lainnya,spt matematik , fisika , dll  atau malah geologi bisa bisa masuk
UAN atau  geologi malah jadi momok , biasanya kan matematik yang podo
ditakuti...

ISM


Subject: RE: [iagi-net-l] Re: Bertanya


Pelajaran plate tectonics sudah masuk ke buku IPA dari kelas 4 SD.
Memang hanya gambar2 sederhana dan mungkin sulit diterangkan atau
dipahami. Buku2 pengetahuan anak-anak (terutama yang terjemahan) tentang
Bumi selalu memuat juga plate tectonics dan ini lebih mudah dipahami
serta diterangkan. Tetapi kalau ada audio visual plate tectonics dengan
animasi kartun yang sederhana itu sangat membantu. Beberapa ensiklopedi
dalam CD ROM seperti Encarta memuat gambar2 kartun geologi yang baik
seperti plate tectonics, earthquake, volcanic eruption, dll. bahkan
gambar2 itu sebagian bersifat interaktif alias anak2 bisa melakukan
simulasinya sendiri.

Dalam beberapa kali kesempatan mengajarkan geologi untuk anak2 SD, saya
biasanya memberikan CD2 berisi animasi geologi (buat yang bisa di-copy
dari aslinya), gambar2 colorful tentang geologi,  dan batuan2
beku-metamorf-sedimen kepada sekolahnya. Akibatnya, kalau kebetulan lagi
ke lapangan, saya sekarang cenderung mengambil sampel batuan agak banyak
(kalau dulu satu kepal, sekarang dua kepal) untuk dipecah dan dibagi ke
sekolah2.

Seperti kata Pak Rovicky, memang benar bahwa rekan2 geologist harus
turun langsung ke masyarakat kalau mau ilmunya sepopuler fisika, kimia,
dan biologi. Kelak, mungkin kita bisa adakan olimpiade geologi untuk
anak SMP/SMA. Bukan latah dengan olimpiade matematika/fisika, tetapi
pemahaman geologi yang baik adalah sudah sewajarnya untuk masyarakat
Indonesia yang wilayahnya duduk di suatu arena geologi yang kompleks,
memukau, memakmurkan, tetapi sekaligus membahayakan !

Salam,
awang

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, August 10, 2006 8:29 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Minarwan; HAGI-Net
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Bertanya

Sewaktu mengikuti simposium di Jogja kemarin ada salah satu pembicara
kunci
yg bercerita tentang pendidikan kebumian. Panel diskusi berjudul
Challenge
and strategy on geological engineering education enhancement di
moderasi:
Dwikorita Karnawati.

Yang saya catat : dalam pendidikan kebumian secara umum (tidak hanya
university)  tetapi juga sekolah menengah bahkan pendidikan dasar sangat
disarankan mengajarkan ilmu Plate Tectonic.
Teori plate tectonic ini sudah merambah hanpir semua ilmu pengetahuan,
termasuk biologi (evolusi, harus mengerti tentang apungan
'berkelana'-nya
benua-benua lintas lintang iklim dan interaksi dengan benua lain), ilmu
engineering konstruksi (bangunan tahan gempa, termasuk di laut), ilmu
arkeologi, bahkan hukum dan teritorian sebuah negara.
Jadi sangat diperlukan sebuah metode mengajar teori plate tektonik
secara
dini. Bagaimana menjelaskan dasar-dasar plate tektonik kepada anak SD.
Secara pedagogik (ilmu mengajar) tentunya diperlukan ide-ide rekan-rekan
kebumian utk membuat metode mengajar yg dengan mudah akan dimengerti
dengan 'benar.

Salam
rdp




-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam

2006-08-10 Terurut Topik liamsi

Siang tadi Wapres ngadain sidang kabinet dadakan setelah lumpur porong
njebol tanggul tadi pagi yang mengakibatkan kepanikan warga , yang tiba tiba
kebanjiran , bahkan SAR surabaya telah menyiapakan beberapa pesawat Helinya
( SCTV sore ini ),
Melihat akibatnya kalau dari segi kerusakan infra struktur dan kerugian
secara ekonomi ( banyaknya pabrik yang tidak bisa beroperasi,Jalan sbg
uratnadi perekonomian ditutup dll ) Maka kalau dibandingkan dg Bencana Gempa
Jogya , Pangandaran bahkan mungkin sunami Aceh pun Kasus Porong ini jauh
lebih besar. Skenario skenario penaggulangannya kilihantannya juga belum
menunjukan hasil yang significan, bahkan dalam wawancara kemarin di MetroTV
dg Pejabat BP Migas dan CEO nya EMP, kelihatannya ada kekawatiran semakin
meluasnya lumpur ini shg tdk keberatan kalau dibuang saja itu lumpur kelaut
melalui sumgai ( kalau ini sampai terjadi banyak yang menghawatirkan akan
terjadi gangguan ekosistem di pantai pantai disekitarnya )
Melihat kondisi kondisi tersebut , bisa nggak ya kalau kasus ini
dideklarasikan Sebagai Bancana Nasional, sehingga penangnnya bisa cepat dan
melibatkan semua sektor , Semacam Tanggap Darurat gitu, seperti halnya
Bencana Alam 2 Kemarin , Kasihan masyarakat sudah tiga bulan tidak ada
kejelasan bahkan semakin menghawatirkan

ISM

  dari KORAN TEMPO
 
   Senin, 07 Agustus 2006
   Headline  Lumpur Porong Bisa Jadi Gunung  Tinggi pusat
   semburan sudah 10 meter.
  SURABAYA -- Kecil kemungkinan semburan lumpur di Porong,
  Sidoarjo, bisa disetop. Lumpur yang terus menyembur itu
  malah berpotensi menjadi gunung. Belum pernah kasus serupa
  bisa dihentikan, kata Edy Sunardi, Ketua Departemen
  Pengembangan Ilmu Ikatan Ahli Geologi Indonesia, di Surabaya
  kemarin.
 
  Saat ini, lumpur yang menyembur dari sumur milik Lapindo
  Brantas itu telah menggenangi lahan 168 hektare atau seluas
  lebih dari 220 lapangan sepak bola. Sedangkan tinggi
  genangan lumpur di pusat semburan sudah 10 meter. Di
  sekitarnya telah dibangun tanggul setinggi 7 meter.
 
  Edy menjelaskan kasus terbentuknya gunung lumpur di
  Indonesia ini bukan yang pertama. Gunung Anyar di perbatasan
  Surabaya-Sidoarjo juga terbentuk akibat semburan lumpur. Di
  Kuwu, Purwodadi, dan di Sangiran, Jawa Tengah, semburan
  lumpur bahkan terus keluar hingga sekarang.
 
  Fenomena itu, kata Edy, terjadi karena struktur lumpur
  Porong sama dengan Gunung Anyar. Lumpur Gunung Anyar keluar
  karena proses alam. Di Porong, faktanya, lumpur tidak keluar
  dari sumur eksplorasi, katanya.
 
  Dia mengatakan kesamaan struktur lumpur juga diperkuat
  adanya kesamaan geologis. Di bawah Porong hingga Gunung
  Anyar ada semacam tangki besar seperti gorong-gorong yang
  luasnya 200 kilometer persegi dengan ketebalan 4-5
  kilometer. Lumpur keluar dari tangki tersebut, ujar Edy.
 
  Meski semburan lumpur itu secara geologis sulit disetop,
  Manajer Eksplorasi PT Lapindo Brantas Inc. Bambang Istadi
  optimistis bisa mengatasi semburan yang bersumber di sumur
  Banjar Panji-1 di Desa Renokenongo itu. Kami masih yakin
  ini bisa diatasi Oktober nanti, katanya.
 
  Hanya, kata dia, langkah ini bisa dilakukan jika pusat
  semburan berada di sumur Banjar Panji-1. Sebaliknya, Bambang
  pesimistis kalau titik semburan lumpur berada di luar Banjar
  Panji-1. Untuk memastikannya, Lapindo baru bisa
  mengetahuinya September mendatang.
 
  Mekky S. Jaya, ahli geologi Institut Teknologi Sepuluh
  Nopember, Surabaya, mengungkapkan titik semburan tidak
  berasal dari zona tua, yang dulunya sudah ada, tapi dari
  zona rekahan baru akibat tekanan. Dia berharap Lapindo
  memperhitungkan proses penghentian semburan lumpur agar
  tidak menimbulkan semburan baru. ROHMAN TAUFIK
 
  -
  Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs.Try it
  free.



 ___
 indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id



 -
 -  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
 -  Call For Papers until 26 May 2006
 -  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -




-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL 

[iagi-net-l] Re: Bertanya - Sosialisasi Ilmu Kebumian

2006-08-10 Terurut Topik Yo Sumartojo
Rekan-rekan geologiawan,

Sebagai berita pembanding, di A.S., American Geological Institute juga 
mempunyai panduan (guidelines?) untuk sosialisasi ilmu geologi kepada 
murid-murid di Sekolah Dasar dan Menengah, bahkan di Taman Kanak-kanak.

Sewaktu anak-anak saya masi kecil, berkala saya datang ke sekolah mereka untuk 
memberi kuliah tentang gunung, batuan, fosil, dsb., dsb. Kegiatan seperti 
ini, di Indonesia, saya pikir tidak akan mengenyampingkan perhatian mereka pada 
ilmu-ilmu dasar (matematika, fisika dan kimia).
Apalagi olimpiade fisika yang saat ini sedang populer di Indonesia.

salam,

Yo Sumartojo
Marietta, Georgia, USA



-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Fwd: [iagi-net-l] Re: Bertanya - Sosialisasi Ilmu Kebumian

2006-08-10 Terurut Topik Budi Santoso
Sedikit menanggapi. Setuju dengan Mas Yo, agak sulit memang mensosialisasikan 
ilmu ini. Karena geologi sendiri belajar proses masa lalu dan dalam geological 
time scale yang panjang. Booklet, leaflet, dan pamflet dapat dijadikan media 
untuk mempermudah sosialisasi, tentunya dengan bahasa sederhana yang sesuai 
dengan audience atau sasarannya. Terima kasih.
   
  Budi. S
   
  Mahasiswa Geologi'03

Yo Sumartojo [EMAIL PROTECTED] wrote:
  From: Yo Sumartojo [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id, [EMAIL PROTECTED]
Date: Thu, 10 Aug 2006 11:58:25 -0400
Subject: [iagi-net-l] Re: Bertanya - Sosialisasi Ilmu Kebumian

Rekan-rekan geologiawan,

Sebagai berita pembanding, di A.S., American Geological Institute juga 
mempunyai panduan (guidelines?) untuk sosialisasi ilmu geologi kepada 
murid-murid di Sekolah Dasar dan Menengah, bahkan di Taman Kanak-kanak.

Sewaktu anak-anak saya masi kecil, berkala saya datang ke sekolah mereka untuk 
memberi kuliah tentang gunung, batuan, fosil, dsb., dsb. Kegiatan seperti 
ini, di Indonesia, saya pikir tidak akan mengenyampingkan perhatian mereka pada 
ilmu-ilmu dasar (matematika, fisika dan kimia).
Apalagi olimpiade fisika yang saat ini sedang populer di Indonesia.

salam,

Yo Sumartojo
Marietta, Georgia, USA



-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006 
- Submit to: [EMAIL PROTECTED] 
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-






-
How low will we go? Check out Yahoo! Messenger’s low  PC-to-Phone call rates.

RE: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam

2006-08-10 Terurut Topik Bambang Murti
Mungkin ini sekedar prioritas saja pak Is.
Kalau dibuang kelaut: 
1. Bukannya itu merupakan unlimited dilution ? 
2. Kali Porong-nya sendiri emang sudah buthek kan dari sononya kan?
3. Pernah iseng-iseng, melihat posisi delta kali Porong tahun 1990 (dari
SLAR), bandingkan dengan posisi delta tersebut dari peta topo, data
tahun 1943 (?), ternyata dalam kurun waktu 50 tahun, delta tersebut maju
sekitar 3 km, alias sekitar 60 meter per tahun. Lha kalau itu
dikonversikan kedalam luas daerah vs ketebalan delta, angkanya menjadi
menarik.
4. Kesampingkan dulu masalah toksisitas karena ini sudah beyond our
skill.
5. Sementara iya, ini masih musim kemarau, bentar lagi juga musim hujan.

Lha kalau blethok ini, let's say 70% air dan 30% padatan, dan
salinitas mirip air laut, dengan debit 50,000 m3 per hari, maka akan
didapat 15,000 m3 padatan perhari, kalau ditebarkan ke area seluas 30
km2 (estimasi minimum delta Porong), ini akan menimbulkan ketebalan 0.5
mm per hari, setara 18-20 cm per tahun (mudah-mudahan ndak
berkepanjangan). It is nothing dibanding dengan sedimentasi alami di
Porong.
Disisi lain, bukannya daerah delta Porong sudah menjadi areal
per-tambak-an? Blessing in disguessing?

Sebagai pihak yang awam dalam lingkungan, secara pribadi saya koq
kurang bisa menerima alasan discharging blethok ini kelaut ya? Apakah
ini bukan merupakan pertarungan ego antar pihak-pihak terkait?
Pilih 3000 orang klelep dan potensi kerugian tak terhingga atau nambahi
luas delta lagi?

Hmm, mungkin harus mengesampingkan ego dan mulai berpikir logis dan
taktis.
Apapun penyebabnya, selamatkan manusianya dulu donk.
BSM


-Original Message-
From: liamsi [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 10, 2006 6:47 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam


Siang tadi Wapres ngadain sidang kabinet dadakan setelah lumpur porong
njebol tanggul tadi pagi yang mengakibatkan kepanikan warga , yang tiba
tiba
kebanjiran , bahkan SAR surabaya telah menyiapakan beberapa pesawat
Helinya
( SCTV sore ini ),
Melihat akibatnya kalau dari segi kerusakan infra struktur dan kerugian
secara ekonomi ( banyaknya pabrik yang tidak bisa beroperasi,Jalan sbg
uratnadi perekonomian ditutup dll ) Maka kalau dibandingkan dg Bencana
Gempa
Jogya , Pangandaran bahkan mungkin sunami Aceh pun Kasus Porong ini jauh
lebih besar. Skenario skenario penaggulangannya kilihantannya juga belum
menunjukan hasil yang significan, bahkan dalam wawancara kemarin di
MetroTV
dg Pejabat BP Migas dan CEO nya EMP, kelihatannya ada kekawatiran
semakin
meluasnya lumpur ini shg tdk keberatan kalau dibuang saja itu lumpur
kelaut
melalui sumgai ( kalau ini sampai terjadi banyak yang menghawatirkan
akan
terjadi gangguan ekosistem di pantai pantai disekitarnya )
Melihat kondisi kondisi tersebut , bisa nggak ya kalau kasus ini
dideklarasikan Sebagai Bancana Nasional, sehingga penangnnya bisa cepat
dan
melibatkan semua sektor , Semacam Tanggap Darurat gitu, seperti halnya
Bencana Alam 2 Kemarin , Kasihan masyarakat sudah tiga bulan tidak ada
kejelasan bahkan semakin menghawatirkan

ISM

  dari KORAN TEMPO
 
   Senin, 07 Agustus 2006
   Headline  Lumpur Porong Bisa Jadi Gunung  Tinggi pusat
   semburan sudah 10 meter.
  SURABAYA -- Kecil kemungkinan semburan lumpur di Porong,
  Sidoarjo, bisa disetop. Lumpur yang terus menyembur itu
  malah berpotensi menjadi gunung. Belum pernah kasus serupa
  bisa dihentikan, kata Edy Sunardi, Ketua Departemen
  Pengembangan Ilmu Ikatan Ahli Geologi Indonesia, di Surabaya
  kemarin.
 
  Saat ini, lumpur yang menyembur dari sumur milik Lapindo
  Brantas itu telah menggenangi lahan 168 hektare atau seluas
  lebih dari 220 lapangan sepak bola. Sedangkan tinggi
  genangan lumpur di pusat semburan sudah 10 meter. Di
  sekitarnya telah dibangun tanggul setinggi 7 meter.
 
  Edy menjelaskan kasus terbentuknya gunung lumpur di
  Indonesia ini bukan yang pertama. Gunung Anyar di perbatasan
  Surabaya-Sidoarjo juga terbentuk akibat semburan lumpur. Di
  Kuwu, Purwodadi, dan di Sangiran, Jawa Tengah, semburan
  lumpur bahkan terus keluar hingga sekarang.
 
  Fenomena itu, kata Edy, terjadi karena struktur lumpur
  Porong sama dengan Gunung Anyar. Lumpur Gunung Anyar keluar
  karena proses alam. Di Porong, faktanya, lumpur tidak keluar
  dari sumur eksplorasi, katanya.
 
  Dia mengatakan kesamaan struktur lumpur juga diperkuat
  adanya kesamaan geologis. Di bawah Porong hingga Gunung
  Anyar ada semacam tangki besar seperti gorong-gorong yang
  luasnya 200 kilometer persegi dengan ketebalan 4-5
  kilometer. Lumpur keluar dari tangki tersebut, ujar Edy.
 
  Meski semburan lumpur itu secara geologis sulit disetop,
  Manajer Eksplorasi PT Lapindo Brantas Inc. Bambang Istadi
  optimistis bisa mengatasi semburan yang bersumber di sumur
  Banjar Panji-1 di Desa Renokenongo itu. Kami masih yakin
  ini bisa diatasi Oktober nanti, katanya.
 
  Hanya, kata dia, langkah ini bisa dilakukan jika pusat
  semburan 

RE: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam

2006-08-10 Terurut Topik Iman Argakoesoemah
Siapa yang mau menjadi di antara 3000 orang yang kelelep ?

-Original Message-
From: Bambang Murti [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, August 11, 2006 8:06 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam


Mungkin ini sekedar prioritas saja pak Is.
Kalau dibuang kelaut: 
1. Bukannya itu merupakan unlimited dilution ? 
2. Kali Porong-nya sendiri emang sudah buthek kan dari sononya kan?
3. Pernah iseng-iseng, melihat posisi delta kali Porong tahun 1990 (dari
SLAR), bandingkan dengan posisi delta tersebut dari peta topo, data
tahun 1943 (?), ternyata dalam kurun waktu 50 tahun, delta tersebut maju
sekitar 3 km, alias sekitar 60 meter per tahun. Lha kalau itu
dikonversikan kedalam luas daerah vs ketebalan delta, angkanya menjadi
menarik.
4. Kesampingkan dulu masalah toksisitas karena ini sudah beyond our
skill.
5. Sementara iya, ini masih musim kemarau, bentar lagi juga musim hujan.

Lha kalau blethok ini, let's say 70% air dan 30% padatan, dan
salinitas mirip air laut, dengan debit 50,000 m3 per hari, maka akan
didapat 15,000 m3 padatan perhari, kalau ditebarkan ke area seluas 30
km2 (estimasi minimum delta Porong), ini akan menimbulkan ketebalan 0.5
mm per hari, setara 18-20 cm per tahun (mudah-mudahan ndak
berkepanjangan). It is nothing dibanding dengan sedimentasi alami di
Porong.
Disisi lain, bukannya daerah delta Porong sudah menjadi areal
per-tambak-an? Blessing in disguessing?

Sebagai pihak yang awam dalam lingkungan, secara pribadi saya koq
kurang bisa menerima alasan discharging blethok ini kelaut ya? Apakah
ini bukan merupakan pertarungan ego antar pihak-pihak terkait?
Pilih 3000 orang klelep dan potensi kerugian tak terhingga atau nambahi
luas delta lagi?

Hmm, mungkin harus mengesampingkan ego dan mulai berpikir logis dan
taktis.
Apapun penyebabnya, selamatkan manusianya dulu donk.
BSM


-Original Message-
From: liamsi [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 10, 2006 6:47 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam


Siang tadi Wapres ngadain sidang kabinet dadakan setelah lumpur porong
njebol tanggul tadi pagi yang mengakibatkan kepanikan warga , yang tiba
tiba
kebanjiran , bahkan SAR surabaya telah menyiapakan beberapa pesawat
Helinya
( SCTV sore ini ),
Melihat akibatnya kalau dari segi kerusakan infra struktur dan kerugian
secara ekonomi ( banyaknya pabrik yang tidak bisa beroperasi,Jalan sbg
uratnadi perekonomian ditutup dll ) Maka kalau dibandingkan dg Bencana
Gempa
Jogya , Pangandaran bahkan mungkin sunami Aceh pun Kasus Porong ini jauh
lebih besar. Skenario skenario penaggulangannya kilihantannya juga belum
menunjukan hasil yang significan, bahkan dalam wawancara kemarin di
MetroTV
dg Pejabat BP Migas dan CEO nya EMP, kelihatannya ada kekawatiran
semakin
meluasnya lumpur ini shg tdk keberatan kalau dibuang saja itu lumpur
kelaut
melalui sumgai ( kalau ini sampai terjadi banyak yang menghawatirkan
akan
terjadi gangguan ekosistem di pantai pantai disekitarnya )
Melihat kondisi kondisi tersebut , bisa nggak ya kalau kasus ini
dideklarasikan Sebagai Bancana Nasional, sehingga penangnnya bisa cepat
dan
melibatkan semua sektor , Semacam Tanggap Darurat gitu, seperti halnya
Bencana Alam 2 Kemarin , Kasihan masyarakat sudah tiga bulan tidak ada
kejelasan bahkan semakin menghawatirkan

ISM

  dari KORAN TEMPO
 
   Senin, 07 Agustus 2006
   Headline  Lumpur Porong Bisa Jadi Gunung  Tinggi pusat
   semburan sudah 10 meter.
  SURABAYA -- Kecil kemungkinan semburan lumpur di Porong,
  Sidoarjo, bisa disetop. Lumpur yang terus menyembur itu
  malah berpotensi menjadi gunung. Belum pernah kasus serupa
  bisa dihentikan, kata Edy Sunardi, Ketua Departemen
  Pengembangan Ilmu Ikatan Ahli Geologi Indonesia, di Surabaya
  kemarin.
 
  Saat ini, lumpur yang menyembur dari sumur milik Lapindo
  Brantas itu telah menggenangi lahan 168 hektare atau seluas
  lebih dari 220 lapangan sepak bola. Sedangkan tinggi
  genangan lumpur di pusat semburan sudah 10 meter. Di
  sekitarnya telah dibangun tanggul setinggi 7 meter.
 
  Edy menjelaskan kasus terbentuknya gunung lumpur di
  Indonesia ini bukan yang pertama. Gunung Anyar di perbatasan
  Surabaya-Sidoarjo juga terbentuk akibat semburan lumpur. Di
  Kuwu, Purwodadi, dan di Sangiran, Jawa Tengah, semburan
  lumpur bahkan terus keluar hingga sekarang.
 
  Fenomena itu, kata Edy, terjadi karena struktur lumpur
  Porong sama dengan Gunung Anyar. Lumpur Gunung Anyar keluar
  karena proses alam. Di Porong, faktanya, lumpur tidak keluar
  dari sumur eksplorasi, katanya.
 
  Dia mengatakan kesamaan struktur lumpur juga diperkuat
  adanya kesamaan geologis. Di bawah Porong hingga Gunung
  Anyar ada semacam tangki besar seperti gorong-gorong yang
  luasnya 200 kilometer persegi dengan ketebalan 4-5
  kilometer. Lumpur keluar dari tangki tersebut, ujar Edy.
 
  Meski semburan lumpur itu secara geologis sulit disetop,
  Manajer Eksplorasi PT 

RE: [iagi-net-l] LINDU

2006-08-10 Terurut Topik Maryanto (Maryant)
 
Lindu Jogja dan Pangandaran telah di bahas di buku yang murah, tak
sampai separo harga T-bone steak, ku dapatkan di airport Halim kemarin:
Gempa Jogja, Indonesia  Dunia, Gramedia, 2006.  Colourfull, 140'an
gambar/foto, bahas lempeng tektonik, statistik gempa dunia, Merapi,
Pangandaran, inversi seismik tunjukkan 3D lempeng Indonesia, candi-candi
Jogja, skala 'lindu' pada hampir di state of the art, foto dan
komentar pakar tektonik, Bpk-Ibu para doktor itu: Sri Widiyantoro, Prih
Harjadi, Sari Bahagiarti, Heru Sigit, Ahmad Rodi, Eko Teguh, Fauzi,
Wahyu Triyoso, Maridjan, Maryanto (eh terakhir ini ga), dll. 

Wah kagag karena iklanin buku itu lho, tapi dengan uang receh itu akan
sosialisasi 'lindu', nylametin banyak orang olehnya, gimana sikap kalau
ada gempa, tsunami. Ini juga bahan bagus pembelajaran SD hingga yang
sudah profesor. Bisa saja doktorpun masih perlu kernyitkan kening tuk
selami semua ilmu di gambar-gambar itu, terutama tantangan bagaimana
atasi jeopardy gempa. Ada foto awan panjang dugaan akan ada gempa,
walau belum termasuk bola api Parangtritis itu.

Ada model rumah tahan gempa RISHA: Rumah Instan Sederhana Sehat. Harga
39 juta saja, tahan gempa.  

Wass, MYT.

-Original Message-
From: Maryanto (Maryant) [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 10, 2006 4:56 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] LINDU


Wah Mas Budiman ini, memang embah-embah itu sudah pinter banget sejak
lama. Banyak istilah jawa yang di serap menjadi kosa-kata bhs Inggris.
Misalnya, bhs Inggris yang langsung memakai istilah Jawa itu
(he..he..he..) : duren, the gun ( suaranya mirip suara kelapa-muda
(degan) jatuh), the camp (suara bedil akibatkan banyak orang tiarap
ndekem takut, the box (kotak yang dulu banyak di lapisi pohon pisang
debog), ... hemm...

Setelah redi, lindu, nanti juga 'hama', 'pageblug', barangkali

Di Simposium geologi jogja itu, memang semakin jelas peranan geologist
untuk menjadi soko-guru benar-benar 'semua ilmu yang di bumi': ya
tektnonik, stratigrafi, paleontologi, bioevolution, lalu ke ekonomi,
lindu, sejarah, bahasa, dari big-bang hingga masa depan, dll (setidaknya
itu temaku). Pokoknya semua ilmu yang di bumi.

Saya ke Prangtritis lagi kemarin, dapatkan CD sa'at-sa'at gempa Jogja 27
Mei 2006. Durasi 17 menit, 777 Mb file itu, cakup 4 menit keramain
sebelum gempa, lalu gempa di lihatkan dua bola api di tengah laut, lalu
keributan di jalan sepanjang 25 km Parangtritis-kota Jogja. Itu termasuk
tayangan file ini ke Lativi Sorotan Utama. 

Jarak bola api dari pantai sekitar (kasar nih) 10 km, tinggi 20 m, lebar
14 m, warna, ya warna api itu. Bagaimana crita atawa analisa kemarin ?
Nadanya sudah di bahas luas sekali.

Rumah yang kerangkanya besi cor, tak retak, lainnya umumnya tanpa
kerangka besi, dan ya hancur di kakek-ku di Kretek, dekat Parangtritis
itu.

Salam,
Maryanto. 

-Original Message-
From: Agus Hendratno [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, August 02, 2006 4:19 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] LINDU : Lir in Donya

LINDU mungkin : lir in donya, lir in sambikolo. lir in donya, geek ya
artine : leno ning donya. Ora sadar nek ada di dunia yang buminya aktif
dan dinamis. Yak e.., lho..
mungkin itu mas iful..
aku balik ke Cilacap maning kiye..
salam,
agus hendratno 

--- mohammad syaiful [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 mas budiman pasti senang guyon. lha, memang sampai sekarang, 'lindu' 
 adalah bahasa jawa. di yogya, kemarin2 ini juga teriaknya yo 'lindu', 
 bukan 'gempa', he..he..
 
 kalau pak maryanto, pasti dulu sempat dapat pelajaran 'kerotho boso', 
 seperti halnya saya waktu masih sekolah dasar, ilmu utk gothak-gathuk 
 bahasa sampai pa.
 
 salam,
 syaiful
 
 
 On 8/2/06, Budiarto, Budiman
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Waktu kecil, orang-orang tua di kampung saya yang
 terletak di sekitar
  Gunung Tidar menyebut istilah gempa bumi dengan
 LINDU. Setiap ada
  gempa orang selalu berteriak-teriak Ono LINDU (
 ada gempa).
 
  Dari mana ya kira-kira istilah LINDU tsb?
 Mungkinkah nenek saya sudah
  tahu (Large Intensity Natural Disaster
 Underground)sejak dari jaman
  penjajahan belanda??
 
 
  Just curious.
 
 
  Budiman Budiarto
 
  CONOCOPHILLIPS
  Gedung Menara Mulia
  JL. Jend Gatot Subroto KV 9-11
  JAKARTA 12930
 
  Phone  524-1631
  Mobile  0811-8--1
 
 
  -Original Message-
  From: Maryanto (Maryant)
 [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: Wednesday, August 02, 2006 6:57 AM
  To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika
 Indonesia (HAGI)
  Subject: [iagi-net-l] LINDU
 
 
  LINDU (Large Intensity Natural Disaster
 Underground).
 
 
 
  Pingin selamat sejahtera 7 turunan?
 
  Se-wise dan seterkenal Newton, Einstein?
 
  Lihat 7 keajaiban dunia ?
 
  Jagadraya yang 7 lapis di bentuk atom berkulit
 maximum 7 ?
 
  7 megaplates di bumi,
 
  7 planetary cyclones, global basin, subbasin,
 gunung,  stratigrafi
  universal, resources, gempa,
 
  tanpa pusing 7 keliling ?
 
  Ku se-7 untuk sampeyan ndalem 

Re: [iagi-net-l] Re: Bertanya

2006-08-10 Terurut Topik Dwikorita Karnawati

Yth. Pengurus IAGI dan Bapak Rovicky,

Atas nama panitia Int. Symposium on Georesources and Geological Engineering, 
kami sampaikan ucapan banyak terima kasih atas perhatian, partisipasi dan 
dukungannya selama symposium berlangsung. Tanpa dukungan dari Bapak dan 
Wakil dari IAGI, symposium ini tidak akan sukses seperti yang diharapkan.


Alahamdulillah, symposium telah berjalan dengan lancar dengan dihadiri lebih 
dari 120 peserta dari 15 negara (USA, UK, Australia, Austria, India, Jepang, 
dan beberapa negara Asia lainnya). Dan saat simposium telah berhasil disusun 
action plan untuk program riset dan edukasi kebencanaan geologi yang akan 
didukung oleh Chevron, Newmont, Int Geoscience Education Organization 
(IGEO), California Earthquake Safety Comission, JICA, Kyushu University, 
Kyoto University, Hokkaido University, Pusat Volkanologi dan Mitigasi 
Bencana Geologi dan ITB, BPPTK dan BMG.


Program riset sudah mulai jalan begitu symposium selesai, dan sekarang kami 
masih terus melanjutkan diskusi-diskusi dan analisis untuk lebih 
mendetailkan secara teknik kegiatan-kegiatan ke depan. Diskusi (koordinasi) 
program riset dan edukasi secara lebih detail dengan British Council akan 
dilakukan akhir Agustus nanti, kemudian berikutnya dengan JICA dan group 
Jepang akan dilaksanakan di Fukuoka pertengahan September nanti, juga dengan 
Int. Geoscience Education Organization (dengan EU group) akan dilaksanakan 
di Di Bayreuth Jerman 18 - 21 Sept. nanti.
Sementara itu Group dari USA merencanakan akan menyelenggarakan meeting di 
California bulan Desember nanti dan program yang saat ini sedang kami 
siapkan akan dijadikan sebagai salah satu isu. Jadi memang khusus untuk 
program ini kami akan memulai secara agak mendetail untuk menyelesaikan 
pilot case di Yogyakarta dulu (target khusus tahun ini), dan nantinya 
dikembangkan untuk wilayah Jawa Tengah/ Jawa, kemudian baru Indonesia secara 
nasional. Dalam program ini kami sengaja melibatkan banyak group untuk 
saling menunjang dan melengkapi (tidak untuk saling berkompetisi).
Disiplin ilmu yang terlibat dalam aktivitas ini tidak hanya Geologi saja, 
namun juga Geofisika, Teknik Sipil, Teknik Arsitektur, dan Psikologi Sosial. 
Target awal dari riset ini adalah studi Yogyakarta Basin dan development of 
multi hazard micro zonation in Bantul-Yogya-Sleman-Klaten. Hasil studi awal 
ini akan dijadikan sumbangan untuk mendukung Disaster Management Program dan 
Penyempurnaan Rencana Tata Ruang di Wilayah Yogyakarta dan Klaten. Selain 
itu juga akan dihasilkan design  program and material for public education, 
yang diharapkan implementasikan dapat dilakukan di th 2007 nanti.


Demikian laporan kami secara singkat, untuk mohon diketahui dan mendapat 
dukungan.

Mohon doa restu.

Salam,



Assoc. Prof. Dr. Dwikorita Karnawati

Head of Geological Engineering Department
Gadjah Mada University
Host Institution of Asean University Network/SEED Net
Jl. Grafika no. 2 Bulaksumur, Yogyakarta 55281
INDONESIA
Phone : 62 274 513 668
Fax : 62 274 513 668/ 62 274 883 919
email : [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
www.geologi.ugm.ac.id

- Original Message - 
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Minarwan [EMAIL PROTECTED]; HAGI-Net [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, August 10, 2006 8:28 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Bertanya


Sewaktu mengikuti simposium di Jogja kemarin ada salah satu pembicara 
kunci
yg bercerita tentang pendidikan kebumian. Panel diskusi berjudul 
Challenge

and strategy on geological engineering education enhancement di moderasi:
Dwikorita Karnawati.

Yang saya catat : dalam pendidikan kebumian secara umum (tidak hanya
university)  tetapi juga sekolah menengah bahkan pendidikan dasar sangat
disarankan mengajarkan ilmu Plate Tectonic.
Teori plate tectonic ini sudah merambah hanpir semua ilmu pengetahuan,
termasuk biologi (evolusi, harus mengerti tentang apungan 'berkelana'-nya
benua-benua lintas lintang iklim dan interaksi dengan benua lain), ilmu
engineering konstruksi (bangunan tahan gempa, termasuk di laut), ilmu
arkeologi, bahkan hukum dan teritorian sebuah negara.
Jadi sangat diperlukan sebuah metode mengajar teori plate tektonik secara
dini. Bagaimana menjelaskan dasar-dasar plate tektonik kepada anak SD.
Secara pedagogik (ilmu mengajar) tentunya diperlukan ide-ide rekan-rekan
kebumian utk membuat metode mengajar yg dengan mudah akan dimengerti
dengan 'benar.

Salam
rdp

On 8/10/06, Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:


Tetapi, pertanyaan seperti ini sangat wajar diajukan oleh kalangan
non-geologist yang mendapatkan pengetahuan geologi tidak utuh dan tidak
berkesinambungan.

Katakanlah mereka mendapatkan pemahamannya dari media2, di situ diulas
tentang plate tectonics untuk menjelaskan fenomena kejadian gempa.
Tetapi, hanya segmen di sekitar pusat gempa yang diperlihatkan (misal
sekitar Sumatra dan Jawa), maka bisa saja opini publik - oh di
Kalimantan tak ada plate tectonics-nya.

Menurut sebuah buku, 

RE: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam

2006-08-10 Terurut Topik Iwan Nugraha
Dahulu ada yg berpendapat bahwa sebaiknya dialirkan ke S.Porong kemudian ke 
laut, dan saya sangat setuju itu.
  Tapi ada yg berpendapat lain karena menkhawatirkan pencemaran laut. 
  Tapi kalau saya lebih khawatir terhadap keselamatan manusia. Toh lumpur ini 
bukan tailing atau mengandung bahan berbahaya.
  Coba dari dulu dialirkan ke laut tentu tidak perlu sampai membuat pond/danau 
buatan, merepotkan jalan toll  kereta api, pemukiman penduduk.
   
  mudah2an kita semua segera mendapatkan solusinya
   
  Salam
  IN

Iman Argakoesoemah [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Siapa yang mau menjadi di antara 3000 orang yang kelelep ?

-Original Message-
From: Bambang Murti [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, August 11, 2006 8:06 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam


Mungkin ini sekedar prioritas saja pak Is.
Kalau dibuang kelaut: 
1. Bukannya itu merupakan unlimited dilution ? 
2. Kali Porong-nya sendiri emang sudah buthek kan dari sononya kan?
3. Pernah iseng-iseng, melihat posisi delta kali Porong tahun 1990 (dari
SLAR), bandingkan dengan posisi delta tersebut dari peta topo, data
tahun 1943 (?), ternyata dalam kurun waktu 50 tahun, delta tersebut maju
sekitar 3 km, alias sekitar 60 meter per tahun. Lha kalau itu
dikonversikan kedalam luas daerah vs ketebalan delta, angkanya menjadi
menarik.
4. Kesampingkan dulu masalah toksisitas karena ini sudah beyond our
skill.
5. Sementara iya, ini masih musim kemarau, bentar lagi juga musim hujan.

Lha kalau blethok ini, let's say 70% air dan 30% padatan, dan
salinitas mirip air laut, dengan debit 50,000 m3 per hari, maka akan
didapat 15,000 m3 padatan perhari, kalau ditebarkan ke area seluas 30
km2 (estimasi minimum delta Porong), ini akan menimbulkan ketebalan 0.5
mm per hari, setara 18-20 cm per tahun (mudah-mudahan ndak
berkepanjangan). It is nothing dibanding dengan sedimentasi alami di
Porong.
Disisi lain, bukannya daerah delta Porong sudah menjadi areal
per-tambak-an? Blessing in disguessing?

Sebagai pihak yang awam dalam lingkungan, secara pribadi saya koq
kurang bisa menerima alasan discharging blethok ini kelaut ya? Apakah
ini bukan merupakan pertarungan ego antar pihak-pihak terkait?
Pilih 3000 orang klelep dan potensi kerugian tak terhingga atau nambahi
luas delta lagi?

Hmm, mungkin harus mengesampingkan ego dan mulai berpikir logis dan
taktis.
Apapun penyebabnya, selamatkan manusianya dulu donk.
BSM


-Original Message-
From: liamsi [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 10, 2006 6:47 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam


Siang tadi Wapres ngadain sidang kabinet dadakan setelah lumpur porong
njebol tanggul tadi pagi yang mengakibatkan kepanikan warga , yang tiba
tiba
kebanjiran , bahkan SAR surabaya telah menyiapakan beberapa pesawat
Helinya
( SCTV sore ini ),
Melihat akibatnya kalau dari segi kerusakan infra struktur dan kerugian
secara ekonomi ( banyaknya pabrik yang tidak bisa beroperasi,Jalan sbg
uratnadi perekonomian ditutup dll ) Maka kalau dibandingkan dg Bencana
Gempa
Jogya , Pangandaran bahkan mungkin sunami Aceh pun Kasus Porong ini jauh
lebih besar. Skenario skenario penaggulangannya kilihantannya juga belum
menunjukan hasil yang significan, bahkan dalam wawancara kemarin di
MetroTV
dg Pejabat BP Migas dan CEO nya EMP, kelihatannya ada kekawatiran
semakin
meluasnya lumpur ini shg tdk keberatan kalau dibuang saja itu lumpur
kelaut
melalui sumgai ( kalau ini sampai terjadi banyak yang menghawatirkan
akan
terjadi gangguan ekosistem di pantai pantai disekitarnya )
Melihat kondisi kondisi tersebut , bisa nggak ya kalau kasus ini
dideklarasikan Sebagai Bancana Nasional, sehingga penangnnya bisa cepat
dan
melibatkan semua sektor , Semacam Tanggap Darurat gitu, seperti halnya
Bencana Alam 2 Kemarin , Kasihan masyarakat sudah tiga bulan tidak ada
kejelasan bahkan semakin menghawatirkan

ISM

  dari KORAN TEMPO
 
  Senin, 07 Agustus 2006
  Headline Lumpur Porong Bisa Jadi Gunung Tinggi pusat
  semburan sudah 10 meter.
  SURABAYA -- Kecil kemungkinan semburan lumpur di Porong,
  Sidoarjo, bisa disetop. Lumpur yang terus menyembur itu
  malah berpotensi menjadi gunung. Belum pernah kasus serupa
  bisa dihentikan, kata Edy Sunardi, Ketua Departemen
  Pengembangan Ilmu Ikatan Ahli Geologi Indonesia, di Surabaya
  kemarin.
 
  Saat ini, lumpur yang menyembur dari sumur milik Lapindo
  Brantas itu telah menggenangi lahan 168 hektare atau seluas
  lebih dari 220 lapangan sepak bola. Sedangkan tinggi
  genangan lumpur di pusat semburan sudah 10 meter. Di
  sekitarnya telah dibangun tanggul setinggi 7 meter.
 
  Edy menjelaskan kasus terbentuknya gunung lumpur di
  Indonesia ini bukan yang pertama. Gunung Anyar di perbatasan
  Surabaya-Sidoarjo juga terbentuk akibat semburan lumpur. Di
  Kuwu, Purwodadi, dan di Sangiran, Jawa Tengah, semburan
  lumpur bahkan terus keluar hingga sekarang.
 
  Fenomena itu, kata Edy, 

Re: Fwd: [iagi-net-l] Re: Bertanya - Sosialisasi Ilmu Kebumian, Pompa terus..

2006-08-10 Terurut Topik Agus Hendratno
Memang tidak mudah. Tapi proses sosialisasi / edukasi masyarakat tentang 
kebumian sudah berjalan dan dilakukan oleh kawan-kawan geologist dari berbagai 
perguruan tinggi di Indonesia, IAGI, PP-IAGI, Pengda-pengda IAGI; lembaga 
pemerintah (seperti : LIPI, semua unit di bawah ESDM); juga asosiasi ilmu 
kebumian lainnya; sejak tahun 1999. Maraknya bencana tanah longsor pada tahun 
1999-2001, kami mencatat adalah awal yang SANGAT RAMAI proses sosialisasi 
geologi ke publik. Paling tidak yang saya tahu dan juga saya lakukan sendiri 
bersama Geologi UGM, juga IAGI, juga LIPI telah banyak melakukan sosialisasi 
geologi (potensi geologi dan bahaya geologi) kepada : guru-guru SD-SMU; camat 
dan lurah-lurah; pejabat daerah; anggota DPRD, pers, sebagian jaringan LSM; 
bahkan kepada polisi juga pernah. Pasca bencana gempa jogja  dan tsunami 
Pangandaran kemarin, saya mencatat ada lebih dari 200 x, teman-teman geologist 
melakukan sosialisasi di Aceh, Jogja, Bantul, Sleman, Klaten, Kebumen,
 Cilacap, Porong, Purworejo; berhadapan mulai dari LSM, pers, radio, pak 
polisi, anggota DPRD, guru-guru, lurah-lurah, bahkan sampai simbah-simbah di 
tepian K.Opak (Bantul, yang jauh dari Koran, TV, juga jauh dari Internet). 
Namun demikian, kita geologist perlu mendorong proses edukasi kebumian kepada 
publik lebih semakin meluas dan membumi. Mari kita bawa, pengetahuan geologi di 
sekitar kita kepada masyarakat awam dan masyarakat akar rumput. 
  Ada masukan bagi industri-industri bidang ekstraksi sumberdaya bumi :
  1. Bagaimana kalau alokasi kegiatan Comdev atau ComRell di perusahaan 
tersebut juga mengarah pada sosialisasi ilmu kebumian. Perlu di ingat bahwa 
adanya konflik-konflik antara LSM, masyarakat di sekitar kegiatan industri 
(bidang geologi) banyak dipengaruhi oleh kekurang-pahaman mengenai ilmu 
kebumian dan resiko kegiatan eksplorasi bumi, disamping masalah sosial dan 
budaya di sekitarnya.
  2. Saya pernah berdiskusi dengan salah satu pejabat MIGAS (Juni 2005) untuk 
menggulirkan program SOSIALISASI GEOLOGI (juga Pengetahuan Geologi Migas dan 
Resiko-resikonya) di sekitar Industri MIGAS kepada Stake-holder (semua elemen 
masyarakat, hingga pejabat daerah) di mana industri tersebut beroperasi. Ide 
tersebut disambut disambut positip, malahan saya diminta menyusun proposal 
tersebut. Tapi sampai sekarang, proposal tersebut masih kerangka saja. Saya 
kurang fokus terhadap itu, karena langsung turun lapangan untuk sosialisasi 
geologi selama tahun 2005 hingga pasca tsunami pangandaran kemarin dan hari ini.
  Selama itu, saya bergaul dan berdiskusi dengan beberapa manager bidang humas. 
comdev dan comrel dari industri pertambangan yang ada konflik dengan isu-isu 
sosial dan lingkungan, ternyata : Sosialisasi itu PENTING dan MENDESAK. 
  Dari sisi pemerintah, saya tidak tahu. Tapi bulan Agustus 2005, di Jogja 
(Geologi UGM) menyelenggarakan Simposium Strategi Edukasi Publik untuk 
Antisipasi Bencana Geologi, dan Mendiknas hadir, Dirjend Pendidikan Dasar dan 
Menengah juga hadir, salah satu hasilnya adalah : Bersama menggerakan proses 
Edukasi Kebencanaan Alam dari berbagai lini institusi dan lembaga, dengan 
funding masing-masing lembaga atau di-support beberapa industri pertambangan 
dan lembaga donor, dengan networking masing-masing. Saya sendiri yang jadi 
Pelaksana acara tersebut. Tapi apakah ini harus menekan adanya suatu Regulasi 
yang mudah disisipkan pada regulasi yang telah ada? itulah yang belum jelas 
jawabnya. Sehingga sosialisasi ilmu kebumian ini sekalipun berjalan dimana-mana 
dengan audensi berbagai elemen masyarakat, tapi kayaknya perlu adanya ENERGI 
BARU untuk MEMOMPA aktiviti tersebut supaya LEBIH MEMBUMI
  Muga-muga...
  Tabik...
   
  Salam dari Gudeg Gempa
  Agus Hendratno
  (Geologi UGM / Pengda IAGI DIY-Jateng) 

Budi Santoso [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Sedikit menanggapi. Setuju dengan Mas Yo, agak sulit memang mensosialisasikan 
ilmu ini. Karena geologi sendiri belajar proses masa lalu dan dalam geological 
time scale yang panjang. Booklet, leaflet, dan pamflet dapat dijadikan media 
untuk mempermudah sosialisasi, tentunya dengan bahasa sederhana yang sesuai 
dengan audience atau sasarannya. Terima kasih.

Budi. S

Mahasiswa Geologi'03

Yo Sumartojo wrote:
From: Yo Sumartojo 
To: , 
Date: Thu, 10 Aug 2006 11:58:25 -0400
Subject: [iagi-net-l] Re: Bertanya - Sosialisasi Ilmu Kebumian

Rekan-rekan geologiawan,

Sebagai berita pembanding, di A.S., American Geological Institute juga 
mempunyai panduan (guidelines?) untuk sosialisasi ilmu geologi kepada 
murid-murid di Sekolah Dasar dan Menengah, bahkan di Taman Kanak-kanak.

Sewaktu anak-anak saya masi kecil, berkala saya datang ke sekolah mereka untuk 
memberi kuliah tentang gunung, batuan, fosil, dsb., dsb. Kegiatan seperti 
ini, di Indonesia, saya pikir tidak akan mengenyampingkan perhatian mereka pada 
ilmu-ilmu dasar (matematika, fisika dan kimia).
Apalagi olimpiade fisika yang saat ini sedang populer di Indonesia.

salam,

Yo Sumartojo

[iagi-net-l] Konversi salinity ke fluid density

2006-08-10 Terurut Topik Shofiyuddin

Barangkali ada yang mau share bagaimana caranya kita mengkoversi nilai
salinitas (misal ppm NaCl) kedalam berat jenis fluida (gr/cc), kalo ada
excelnya atau tiny software, boleh saya dibagi.

terima kasih sebelumnya.

Salam

Shofi


Re: [iagi-net-l] Konversi salinity ke fluid density

2006-08-10 Terurut Topik M Fakhrur Razi

download aja dari link dibawah ini:
http://www.slb.com/content/services/resources/software/ihandbook.asp?

dibagian general info ada unit conversion calculator, satuannya tinggal
dipilih.

On 8/11/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:


Barangkali ada yang mau share bagaimana caranya kita mengkoversi nilai
salinitas (misal ppm NaCl) kedalam berat jenis fluida (gr/cc), kalo ada
excelnya atau tiny software, boleh saya dibagi.

terima kasih sebelumnya.

Salam

Shofi




Re: [iagi-net-l] Konversi salinity ke fluid density

2006-08-10 Terurut Topik Shofiyuddin

Terima kasih mas.

Salam
Shofi'



On 8/11/06, M Fakhrur Razi [EMAIL PROTECTED] wrote:


download aja dari link dibawah ini:
http://www.slb.com/content/services/resources/software/ihandbook.asp?

dibagian general info ada unit conversion calculator, satuannya tinggal
dipilih.

On 8/11/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Barangkali ada yang mau share bagaimana caranya kita mengkoversi nilai
 salinitas (misal ppm NaCl) kedalam berat jenis fluida (gr/cc), kalo ada
 excelnya atau tiny software, boleh saya dibagi.

 terima kasih sebelumnya.

 Salam

 Shofi