[iagi-net-l] Krakatau Eruption, August 27 1883
Krakatau Eruption, August 27 1883 (Indonesian Version) (Special Article) Krakatau Eruption, August 27 1883 (Indonesian Version) (5835 total words in this text) (6477 reads) Printer friendly version of Krakatau Eruption, August 27 1883 (Indonesian Version). LETUSAN GUNUNG KRAKATAU Riva's Preface I have been grown up in a city named Bandar Lampung. This city is much more like San Fransisco, the hilly city. Bandar Lampung is used to be a twin city, Tanjung Karang and Teluk Betung. My parent's house is located in the midle part of Bandar Lampung city. It is the border between the lower city (Teluk Betung) and the upper city (Tanjung Karang). So, from my second floor's porch of our house we can view a beautiful full scene of the whole Lampung Bay. For months, together with my brother I dug for data and information or artifacs having been a silence witnes of the catasthrope or old people or their descendants that can tell us something. We found some, but didn't tell us much. I think I have to continue this expedition in the future. THE PICTURES Lebih Hebat dari Bom Atom Taken from August 1982 edition of Intisari Magazine http://www.intisari-online.com Tanggal 27 Agustus nanti akan genap seratus sembilan belas tahun letusan dahsyat Krakatau yang sempat menggoncangkan seluruh dunia. Pada tanggal 27 Agustus 1883, bertepatan dengan hari Minggu, dentuman pada pukul 10.02 terdengar di seluruh wilayah Nusantara, bahkan sampai ke Singapura, Australia, Filipina, dan Jepang. Bencana yang merupakan salah satu letusan terhebat di dunia itu sempat merenggut sekitar 36.500 jiwa manusia. Kegiatan dimulai dengan letusan pada tanggal 20 Mei 1883, waktu kawah Perbuatan memuntahkan abu gunung api dan uap air sampai ketinggian 11 km ke udara. Letusan ini walaupun terdengar sampai lebih dari 350 km (sampai Palembang), tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Pada letusan tanggal 27 Agustus itu bebatuan disemburkan setinggi 55.000 m dan gelombang pasang (Tsunami) yang ditimbulkan menyapu bersih 163 desa. Abunya mencapai jarak 5.330 km sepuluh hari kemudian. Kekuatan ledakan Krakatau ini diperkirakan 26 kali lebih besar dari ledakan bom hidrogen terkuat dalam percobaan. Dikira Meriam Apel Seorang pengamat di rumahnya di Bogor, pada tanggal 26 Agustus pukul satu siang mendengar suara gemuruh yang tadinya dikira suara guntur di tempat jauh. Lewat pukul setengah tiga siang mulai terdengar letupan pendek, sehingga ia mulai yakin bahwa kegaduhan itu berasal dari kegiatan Krakatau, lebih-lebih sebab suara berasal dari arah barat laut-barat. Di Batavia gemuruh itu juga dapat didengar, demikian pula di Anyer. Di serang dan Bandung suara-suara itu mulai terdengar pukul tiga. Seorang bintara Belanda yang ditempatkan di Batavia mengisahkan pengalaman pribadinya. Seperti banyak orang lainnya ia mengira bahwa dunia akan kiamat saat itu. Tanggal 26 Agustus itu bertepatan dengan hari Minggu. Sebagai sersan pada batalyon ke-IX di Weltevreden (Jakarta Pusat) hari itu saya diperintahkan bertugas di penjagaan utama di Lapangan Singa. Cuaca terasa sangat menekan. Langit pekat berawan mendung. Waktu hujan mulai menghambur, saya terheran-heran bahwa di samping air juga jatuh butiran-butiran es. Sekitar pukul dua siang terdengar suara gemuruh dari arah barat. Tampaknya seperti ada badai hujan, tetapi diselingi dengan letupan-letupan, sehingga orangpun tahu bahwa itu bukan badai halilintar biasa. Di meja redaksi koran Java Bode orang segera ingat pada gunung Krakatau yang sudah sejak beberapa bulan menunjukkan kegiatan setelah beristirahat selama dua abad. Mereka mengirim kawat kepada koresponden di Anyer, sebuah pelabuhan kecil di tepi Selat Sunda, tempat orang bisa menatap sosok Krakatau dengan jelas pada cuaca cerah. Jawabnya tiba dengan cepat: 'Di sini begitu gelap, sampai tak bisa melihat tangan sendiri.' Inilah berita terakhir yang dikirimkan dari Anyer... Pukul lima sore gemuruh itu makin menghebat, tapi tidak terlihat kilat. Letusan susul-menyusul lebih kerap, seperti tembakan meriam berat. Dari Lapangan Raja (Merdeka, Red.) dan Lapangan Singa (Banteng) terlihat kilatan-kilatan seperti halilintar di ufuk barat, bukan dari atas ke bawah, tetapi dari bawah ke atas. Waktu hari berangsur gelap, di kaki langit sebelah barat masih terlihat pijaran cahaya. Sudah menjadi kebiasaan bahwa tiap hari pukul delapan tepat di benteng (Frederik Hendrik, sekarang Mesjid Istiqlal) ditembakkan meriam sebagai isyarat upacara, disusul dengan bunyi terompet yang mewajibkan semua prajurit masuk tangsi. Para penabuh genderang dan peniup terompet batalyon itu sudah siap pada pukul delapan kurang seperempat. Mereka masih merokok santai sebelum mereka berbaris untuk memberikan isyarat itu. Tiba-tiba terdengar tembakan meriam menggelegar, jauh lebih dini daripada biasanya. Mereka segera berkumpul membentuk barisan dan setelah terompet dibunyikan, mereka berbaris sambil membunyikan
RE: [iagi-net-l] LINDU
Wah Mas Budiman ini, memang embah-embah itu sudah pinter banget sejak lama. Banyak istilah jawa yang di serap menjadi kosa-kata bhs Inggris. Misalnya, bhs Inggris yang langsung memakai istilah Jawa itu (he..he..he..) : duren, the gun ( suaranya mirip suara kelapa-muda (degan) jatuh), the camp (suara bedil akibatkan banyak orang tiarap ndekem takut, the box (kotak yang dulu banyak di lapisi pohon pisang debog), ... hemm... Setelah redi, lindu, nanti juga 'hama', 'pageblug', barangkali Di Simposium geologi jogja itu, memang semakin jelas peranan geologist untuk menjadi soko-guru benar-benar 'semua ilmu yang di bumi': ya tektnonik, stratigrafi, paleontologi, bioevolution, lalu ke ekonomi, lindu, sejarah, bahasa, dari big-bang hingga masa depan, dll (setidaknya itu temaku). Pokoknya semua ilmu yang di bumi. Saya ke Prangtritis lagi kemarin, dapatkan CD sa'at-sa'at gempa Jogja 27 Mei 2006. Durasi 17 menit, 777 Mb file itu, cakup 4 menit keramain sebelum gempa, lalu gempa di lihatkan dua bola api di tengah laut, lalu keributan di jalan sepanjang 25 km Parangtritis-kota Jogja. Itu termasuk tayangan file ini ke Lativi Sorotan Utama. Jarak bola api dari pantai sekitar (kasar nih) 10 km, tinggi 20 m, lebar 14 m, warna, ya warna api itu. Bagaimana crita atawa analisa kemarin ? Nadanya sudah di bahas luas sekali. Rumah yang kerangkanya besi cor, tak retak, lainnya umumnya tanpa kerangka besi, dan ya hancur di kakek-ku di Kretek, dekat Parangtritis itu. Salam, Maryanto. -Original Message- From: Agus Hendratno [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 02, 2006 4:19 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] LINDU : Lir in Donya LINDU mungkin : lir in donya, lir in sambikolo. lir in donya, geek ya artine : leno ning donya. Ora sadar nek ada di dunia yang buminya aktif dan dinamis. Yak e.., lho.. mungkin itu mas iful.. aku balik ke Cilacap maning kiye.. salam, agus hendratno --- mohammad syaiful [EMAIL PROTECTED] wrote: mas budiman pasti senang guyon. lha, memang sampai sekarang, 'lindu' adalah bahasa jawa. di yogya, kemarin2 ini juga teriaknya yo 'lindu', bukan 'gempa', he..he.. kalau pak maryanto, pasti dulu sempat dapat pelajaran 'kerotho boso', seperti halnya saya waktu masih sekolah dasar, ilmu utk gothak-gathuk bahasa sampai pa. salam, syaiful On 8/2/06, Budiarto, Budiman [EMAIL PROTECTED] wrote: Waktu kecil, orang-orang tua di kampung saya yang terletak di sekitar Gunung Tidar menyebut istilah gempa bumi dengan LINDU. Setiap ada gempa orang selalu berteriak-teriak Ono LINDU ( ada gempa). Dari mana ya kira-kira istilah LINDU tsb? Mungkinkah nenek saya sudah tahu (Large Intensity Natural Disaster Underground)sejak dari jaman penjajahan belanda?? Just curious. Budiman Budiarto CONOCOPHILLIPS Gedung Menara Mulia JL. Jend Gatot Subroto KV 9-11 JAKARTA 12930 Phone 524-1631 Mobile 0811-8--1 -Original Message- From: Maryanto (Maryant) [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 02, 2006 6:57 AM To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Subject: [iagi-net-l] LINDU LINDU (Large Intensity Natural Disaster Underground). Pingin selamat sejahtera 7 turunan? Se-wise dan seterkenal Newton, Einstein? Lihat 7 keajaiban dunia ? Jagadraya yang 7 lapis di bentuk atom berkulit maximum 7 ? 7 megaplates di bumi, 7 planetary cyclones, global basin, subbasin, gunung, stratigrafi universal, resources, gempa, tanpa pusing 7 keliling ? Ku se-7 untuk sampeyan ndalem fokuskan men-7 arah lihat: Poster no 7 yg perlihatkan singkatan seratusan nama pakar membentuk akronim termasuk kata kampung kelahiranku: A'AN Maryanto, SEMPOL, HARJO BINANGUN, PAKEM, SLEMAN, ARIF, SYUKUR, BERKAH, REDI, LINDU, dll. Boleh masing-masing 7 pertanyaan pada any science discipline, di dua hari, 3-4 Agustus 2006, mulai besuk di : The 8th Field Wise Seminar on Geological Engineering Field and The 3rd International Symposium on Earth Resources and Geological Engineering Education, Yogyakarta, 3-4 August 2006, By: Gadjah Mada University. SALAM Theory and LINDU (Large Intensity Natural Disaster Underground). Abstract: LINDU (Large Intensity Natural Disaster Underground) is global earthquake trough the time. SALAM acronyms of Seven to the n-th power of ten Annum Long of Age and Minor cycle (Maryanto, 2003). SALAM theory indicates high possibility (~90 %) that the earth (beside a day rotation and a year revolution), travels trough a path of a sum of sinusoidal functions with period (annum) : 7, 70, 700, ..., 7 G, with its amplitude is greater for the longer period, and with minor cycles: a year, a month, a week, a day. The global earthquake number during the last century has high correlation (~90%) to that cycle. Casualty during the last 5 years by
Re: [iagi-net-l] Re: Bertanya
Kalau terlalu banyak materi yang harus diajarkan Jangan jangan nanti justru anak anak lebih memperhatikan pelajaran geologi daripada pelajaran pokok lainnya,spt matematik , fisika , dll atau malah geologi bisa bisa masuk UAN atau geologi malah jadi momok , biasanya kan matematik yang podo ditakuti... ISM Subject: RE: [iagi-net-l] Re: Bertanya Pelajaran plate tectonics sudah masuk ke buku IPA dari kelas 4 SD. Memang hanya gambar2 sederhana dan mungkin sulit diterangkan atau dipahami. Buku2 pengetahuan anak-anak (terutama yang terjemahan) tentang Bumi selalu memuat juga plate tectonics dan ini lebih mudah dipahami serta diterangkan. Tetapi kalau ada audio visual plate tectonics dengan animasi kartun yang sederhana itu sangat membantu. Beberapa ensiklopedi dalam CD ROM seperti Encarta memuat gambar2 kartun geologi yang baik seperti plate tectonics, earthquake, volcanic eruption, dll. bahkan gambar2 itu sebagian bersifat interaktif alias anak2 bisa melakukan simulasinya sendiri. Dalam beberapa kali kesempatan mengajarkan geologi untuk anak2 SD, saya biasanya memberikan CD2 berisi animasi geologi (buat yang bisa di-copy dari aslinya), gambar2 colorful tentang geologi, dan batuan2 beku-metamorf-sedimen kepada sekolahnya. Akibatnya, kalau kebetulan lagi ke lapangan, saya sekarang cenderung mengambil sampel batuan agak banyak (kalau dulu satu kepal, sekarang dua kepal) untuk dipecah dan dibagi ke sekolah2. Seperti kata Pak Rovicky, memang benar bahwa rekan2 geologist harus turun langsung ke masyarakat kalau mau ilmunya sepopuler fisika, kimia, dan biologi. Kelak, mungkin kita bisa adakan olimpiade geologi untuk anak SMP/SMA. Bukan latah dengan olimpiade matematika/fisika, tetapi pemahaman geologi yang baik adalah sudah sewajarnya untuk masyarakat Indonesia yang wilayahnya duduk di suatu arena geologi yang kompleks, memukau, memakmurkan, tetapi sekaligus membahayakan ! Salam, awang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, August 10, 2006 8:29 AM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Minarwan; HAGI-Net Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Bertanya Sewaktu mengikuti simposium di Jogja kemarin ada salah satu pembicara kunci yg bercerita tentang pendidikan kebumian. Panel diskusi berjudul Challenge and strategy on geological engineering education enhancement di moderasi: Dwikorita Karnawati. Yang saya catat : dalam pendidikan kebumian secara umum (tidak hanya university) tetapi juga sekolah menengah bahkan pendidikan dasar sangat disarankan mengajarkan ilmu Plate Tectonic. Teori plate tectonic ini sudah merambah hanpir semua ilmu pengetahuan, termasuk biologi (evolusi, harus mengerti tentang apungan 'berkelana'-nya benua-benua lintas lintang iklim dan interaksi dengan benua lain), ilmu engineering konstruksi (bangunan tahan gempa, termasuk di laut), ilmu arkeologi, bahkan hukum dan teritorian sebuah negara. Jadi sangat diperlukan sebuah metode mengajar teori plate tektonik secara dini. Bagaimana menjelaskan dasar-dasar plate tektonik kepada anak SD. Secara pedagogik (ilmu mengajar) tentunya diperlukan ide-ide rekan-rekan kebumian utk membuat metode mengajar yg dengan mudah akan dimengerti dengan 'benar. Salam rdp - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam
Siang tadi Wapres ngadain sidang kabinet dadakan setelah lumpur porong njebol tanggul tadi pagi yang mengakibatkan kepanikan warga , yang tiba tiba kebanjiran , bahkan SAR surabaya telah menyiapakan beberapa pesawat Helinya ( SCTV sore ini ), Melihat akibatnya kalau dari segi kerusakan infra struktur dan kerugian secara ekonomi ( banyaknya pabrik yang tidak bisa beroperasi,Jalan sbg uratnadi perekonomian ditutup dll ) Maka kalau dibandingkan dg Bencana Gempa Jogya , Pangandaran bahkan mungkin sunami Aceh pun Kasus Porong ini jauh lebih besar. Skenario skenario penaggulangannya kilihantannya juga belum menunjukan hasil yang significan, bahkan dalam wawancara kemarin di MetroTV dg Pejabat BP Migas dan CEO nya EMP, kelihatannya ada kekawatiran semakin meluasnya lumpur ini shg tdk keberatan kalau dibuang saja itu lumpur kelaut melalui sumgai ( kalau ini sampai terjadi banyak yang menghawatirkan akan terjadi gangguan ekosistem di pantai pantai disekitarnya ) Melihat kondisi kondisi tersebut , bisa nggak ya kalau kasus ini dideklarasikan Sebagai Bancana Nasional, sehingga penangnnya bisa cepat dan melibatkan semua sektor , Semacam Tanggap Darurat gitu, seperti halnya Bencana Alam 2 Kemarin , Kasihan masyarakat sudah tiga bulan tidak ada kejelasan bahkan semakin menghawatirkan ISM dari KORAN TEMPO Senin, 07 Agustus 2006 Headline Lumpur Porong Bisa Jadi Gunung Tinggi pusat semburan sudah 10 meter. SURABAYA -- Kecil kemungkinan semburan lumpur di Porong, Sidoarjo, bisa disetop. Lumpur yang terus menyembur itu malah berpotensi menjadi gunung. Belum pernah kasus serupa bisa dihentikan, kata Edy Sunardi, Ketua Departemen Pengembangan Ilmu Ikatan Ahli Geologi Indonesia, di Surabaya kemarin. Saat ini, lumpur yang menyembur dari sumur milik Lapindo Brantas itu telah menggenangi lahan 168 hektare atau seluas lebih dari 220 lapangan sepak bola. Sedangkan tinggi genangan lumpur di pusat semburan sudah 10 meter. Di sekitarnya telah dibangun tanggul setinggi 7 meter. Edy menjelaskan kasus terbentuknya gunung lumpur di Indonesia ini bukan yang pertama. Gunung Anyar di perbatasan Surabaya-Sidoarjo juga terbentuk akibat semburan lumpur. Di Kuwu, Purwodadi, dan di Sangiran, Jawa Tengah, semburan lumpur bahkan terus keluar hingga sekarang. Fenomena itu, kata Edy, terjadi karena struktur lumpur Porong sama dengan Gunung Anyar. Lumpur Gunung Anyar keluar karena proses alam. Di Porong, faktanya, lumpur tidak keluar dari sumur eksplorasi, katanya. Dia mengatakan kesamaan struktur lumpur juga diperkuat adanya kesamaan geologis. Di bawah Porong hingga Gunung Anyar ada semacam tangki besar seperti gorong-gorong yang luasnya 200 kilometer persegi dengan ketebalan 4-5 kilometer. Lumpur keluar dari tangki tersebut, ujar Edy. Meski semburan lumpur itu secara geologis sulit disetop, Manajer Eksplorasi PT Lapindo Brantas Inc. Bambang Istadi optimistis bisa mengatasi semburan yang bersumber di sumur Banjar Panji-1 di Desa Renokenongo itu. Kami masih yakin ini bisa diatasi Oktober nanti, katanya. Hanya, kata dia, langkah ini bisa dilakukan jika pusat semburan berada di sumur Banjar Panji-1. Sebaliknya, Bambang pesimistis kalau titik semburan lumpur berada di luar Banjar Panji-1. Untuk memastikannya, Lapindo baru bisa mengetahuinya September mendatang. Mekky S. Jaya, ahli geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, mengungkapkan titik semburan tidak berasal dari zona tua, yang dulunya sudah ada, tapi dari zona rekahan baru akibat tekanan. Dia berharap Lapindo memperhitungkan proses penghentian semburan lumpur agar tidak menimbulkan semburan baru. ROHMAN TAUFIK - Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs.Try it free. ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL
[iagi-net-l] Re: Bertanya - Sosialisasi Ilmu Kebumian
Rekan-rekan geologiawan, Sebagai berita pembanding, di A.S., American Geological Institute juga mempunyai panduan (guidelines?) untuk sosialisasi ilmu geologi kepada murid-murid di Sekolah Dasar dan Menengah, bahkan di Taman Kanak-kanak. Sewaktu anak-anak saya masi kecil, berkala saya datang ke sekolah mereka untuk memberi kuliah tentang gunung, batuan, fosil, dsb., dsb. Kegiatan seperti ini, di Indonesia, saya pikir tidak akan mengenyampingkan perhatian mereka pada ilmu-ilmu dasar (matematika, fisika dan kimia). Apalagi olimpiade fisika yang saat ini sedang populer di Indonesia. salam, Yo Sumartojo Marietta, Georgia, USA - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Fwd: [iagi-net-l] Re: Bertanya - Sosialisasi Ilmu Kebumian
Sedikit menanggapi. Setuju dengan Mas Yo, agak sulit memang mensosialisasikan ilmu ini. Karena geologi sendiri belajar proses masa lalu dan dalam geological time scale yang panjang. Booklet, leaflet, dan pamflet dapat dijadikan media untuk mempermudah sosialisasi, tentunya dengan bahasa sederhana yang sesuai dengan audience atau sasarannya. Terima kasih. Budi. S Mahasiswa Geologi'03 Yo Sumartojo [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Yo Sumartojo [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id, [EMAIL PROTECTED] Date: Thu, 10 Aug 2006 11:58:25 -0400 Subject: [iagi-net-l] Re: Bertanya - Sosialisasi Ilmu Kebumian Rekan-rekan geologiawan, Sebagai berita pembanding, di A.S., American Geological Institute juga mempunyai panduan (guidelines?) untuk sosialisasi ilmu geologi kepada murid-murid di Sekolah Dasar dan Menengah, bahkan di Taman Kanak-kanak. Sewaktu anak-anak saya masi kecil, berkala saya datang ke sekolah mereka untuk memberi kuliah tentang gunung, batuan, fosil, dsb., dsb. Kegiatan seperti ini, di Indonesia, saya pikir tidak akan mengenyampingkan perhatian mereka pada ilmu-ilmu dasar (matematika, fisika dan kimia). Apalagi olimpiade fisika yang saat ini sedang populer di Indonesia. salam, Yo Sumartojo Marietta, Georgia, USA - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - How low will we go? Check out Yahoo! Messengers low PC-to-Phone call rates.
RE: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam
Mungkin ini sekedar prioritas saja pak Is. Kalau dibuang kelaut: 1. Bukannya itu merupakan unlimited dilution ? 2. Kali Porong-nya sendiri emang sudah buthek kan dari sononya kan? 3. Pernah iseng-iseng, melihat posisi delta kali Porong tahun 1990 (dari SLAR), bandingkan dengan posisi delta tersebut dari peta topo, data tahun 1943 (?), ternyata dalam kurun waktu 50 tahun, delta tersebut maju sekitar 3 km, alias sekitar 60 meter per tahun. Lha kalau itu dikonversikan kedalam luas daerah vs ketebalan delta, angkanya menjadi menarik. 4. Kesampingkan dulu masalah toksisitas karena ini sudah beyond our skill. 5. Sementara iya, ini masih musim kemarau, bentar lagi juga musim hujan. Lha kalau blethok ini, let's say 70% air dan 30% padatan, dan salinitas mirip air laut, dengan debit 50,000 m3 per hari, maka akan didapat 15,000 m3 padatan perhari, kalau ditebarkan ke area seluas 30 km2 (estimasi minimum delta Porong), ini akan menimbulkan ketebalan 0.5 mm per hari, setara 18-20 cm per tahun (mudah-mudahan ndak berkepanjangan). It is nothing dibanding dengan sedimentasi alami di Porong. Disisi lain, bukannya daerah delta Porong sudah menjadi areal per-tambak-an? Blessing in disguessing? Sebagai pihak yang awam dalam lingkungan, secara pribadi saya koq kurang bisa menerima alasan discharging blethok ini kelaut ya? Apakah ini bukan merupakan pertarungan ego antar pihak-pihak terkait? Pilih 3000 orang klelep dan potensi kerugian tak terhingga atau nambahi luas delta lagi? Hmm, mungkin harus mengesampingkan ego dan mulai berpikir logis dan taktis. Apapun penyebabnya, selamatkan manusianya dulu donk. BSM -Original Message- From: liamsi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, August 10, 2006 6:47 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam Siang tadi Wapres ngadain sidang kabinet dadakan setelah lumpur porong njebol tanggul tadi pagi yang mengakibatkan kepanikan warga , yang tiba tiba kebanjiran , bahkan SAR surabaya telah menyiapakan beberapa pesawat Helinya ( SCTV sore ini ), Melihat akibatnya kalau dari segi kerusakan infra struktur dan kerugian secara ekonomi ( banyaknya pabrik yang tidak bisa beroperasi,Jalan sbg uratnadi perekonomian ditutup dll ) Maka kalau dibandingkan dg Bencana Gempa Jogya , Pangandaran bahkan mungkin sunami Aceh pun Kasus Porong ini jauh lebih besar. Skenario skenario penaggulangannya kilihantannya juga belum menunjukan hasil yang significan, bahkan dalam wawancara kemarin di MetroTV dg Pejabat BP Migas dan CEO nya EMP, kelihatannya ada kekawatiran semakin meluasnya lumpur ini shg tdk keberatan kalau dibuang saja itu lumpur kelaut melalui sumgai ( kalau ini sampai terjadi banyak yang menghawatirkan akan terjadi gangguan ekosistem di pantai pantai disekitarnya ) Melihat kondisi kondisi tersebut , bisa nggak ya kalau kasus ini dideklarasikan Sebagai Bancana Nasional, sehingga penangnnya bisa cepat dan melibatkan semua sektor , Semacam Tanggap Darurat gitu, seperti halnya Bencana Alam 2 Kemarin , Kasihan masyarakat sudah tiga bulan tidak ada kejelasan bahkan semakin menghawatirkan ISM dari KORAN TEMPO Senin, 07 Agustus 2006 Headline Lumpur Porong Bisa Jadi Gunung Tinggi pusat semburan sudah 10 meter. SURABAYA -- Kecil kemungkinan semburan lumpur di Porong, Sidoarjo, bisa disetop. Lumpur yang terus menyembur itu malah berpotensi menjadi gunung. Belum pernah kasus serupa bisa dihentikan, kata Edy Sunardi, Ketua Departemen Pengembangan Ilmu Ikatan Ahli Geologi Indonesia, di Surabaya kemarin. Saat ini, lumpur yang menyembur dari sumur milik Lapindo Brantas itu telah menggenangi lahan 168 hektare atau seluas lebih dari 220 lapangan sepak bola. Sedangkan tinggi genangan lumpur di pusat semburan sudah 10 meter. Di sekitarnya telah dibangun tanggul setinggi 7 meter. Edy menjelaskan kasus terbentuknya gunung lumpur di Indonesia ini bukan yang pertama. Gunung Anyar di perbatasan Surabaya-Sidoarjo juga terbentuk akibat semburan lumpur. Di Kuwu, Purwodadi, dan di Sangiran, Jawa Tengah, semburan lumpur bahkan terus keluar hingga sekarang. Fenomena itu, kata Edy, terjadi karena struktur lumpur Porong sama dengan Gunung Anyar. Lumpur Gunung Anyar keluar karena proses alam. Di Porong, faktanya, lumpur tidak keluar dari sumur eksplorasi, katanya. Dia mengatakan kesamaan struktur lumpur juga diperkuat adanya kesamaan geologis. Di bawah Porong hingga Gunung Anyar ada semacam tangki besar seperti gorong-gorong yang luasnya 200 kilometer persegi dengan ketebalan 4-5 kilometer. Lumpur keluar dari tangki tersebut, ujar Edy. Meski semburan lumpur itu secara geologis sulit disetop, Manajer Eksplorasi PT Lapindo Brantas Inc. Bambang Istadi optimistis bisa mengatasi semburan yang bersumber di sumur Banjar Panji-1 di Desa Renokenongo itu. Kami masih yakin ini bisa diatasi Oktober nanti, katanya. Hanya, kata dia, langkah ini bisa dilakukan jika pusat semburan
RE: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam
Siapa yang mau menjadi di antara 3000 orang yang kelelep ? -Original Message- From: Bambang Murti [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, August 11, 2006 8:06 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam Mungkin ini sekedar prioritas saja pak Is. Kalau dibuang kelaut: 1. Bukannya itu merupakan unlimited dilution ? 2. Kali Porong-nya sendiri emang sudah buthek kan dari sononya kan? 3. Pernah iseng-iseng, melihat posisi delta kali Porong tahun 1990 (dari SLAR), bandingkan dengan posisi delta tersebut dari peta topo, data tahun 1943 (?), ternyata dalam kurun waktu 50 tahun, delta tersebut maju sekitar 3 km, alias sekitar 60 meter per tahun. Lha kalau itu dikonversikan kedalam luas daerah vs ketebalan delta, angkanya menjadi menarik. 4. Kesampingkan dulu masalah toksisitas karena ini sudah beyond our skill. 5. Sementara iya, ini masih musim kemarau, bentar lagi juga musim hujan. Lha kalau blethok ini, let's say 70% air dan 30% padatan, dan salinitas mirip air laut, dengan debit 50,000 m3 per hari, maka akan didapat 15,000 m3 padatan perhari, kalau ditebarkan ke area seluas 30 km2 (estimasi minimum delta Porong), ini akan menimbulkan ketebalan 0.5 mm per hari, setara 18-20 cm per tahun (mudah-mudahan ndak berkepanjangan). It is nothing dibanding dengan sedimentasi alami di Porong. Disisi lain, bukannya daerah delta Porong sudah menjadi areal per-tambak-an? Blessing in disguessing? Sebagai pihak yang awam dalam lingkungan, secara pribadi saya koq kurang bisa menerima alasan discharging blethok ini kelaut ya? Apakah ini bukan merupakan pertarungan ego antar pihak-pihak terkait? Pilih 3000 orang klelep dan potensi kerugian tak terhingga atau nambahi luas delta lagi? Hmm, mungkin harus mengesampingkan ego dan mulai berpikir logis dan taktis. Apapun penyebabnya, selamatkan manusianya dulu donk. BSM -Original Message- From: liamsi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, August 10, 2006 6:47 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam Siang tadi Wapres ngadain sidang kabinet dadakan setelah lumpur porong njebol tanggul tadi pagi yang mengakibatkan kepanikan warga , yang tiba tiba kebanjiran , bahkan SAR surabaya telah menyiapakan beberapa pesawat Helinya ( SCTV sore ini ), Melihat akibatnya kalau dari segi kerusakan infra struktur dan kerugian secara ekonomi ( banyaknya pabrik yang tidak bisa beroperasi,Jalan sbg uratnadi perekonomian ditutup dll ) Maka kalau dibandingkan dg Bencana Gempa Jogya , Pangandaran bahkan mungkin sunami Aceh pun Kasus Porong ini jauh lebih besar. Skenario skenario penaggulangannya kilihantannya juga belum menunjukan hasil yang significan, bahkan dalam wawancara kemarin di MetroTV dg Pejabat BP Migas dan CEO nya EMP, kelihatannya ada kekawatiran semakin meluasnya lumpur ini shg tdk keberatan kalau dibuang saja itu lumpur kelaut melalui sumgai ( kalau ini sampai terjadi banyak yang menghawatirkan akan terjadi gangguan ekosistem di pantai pantai disekitarnya ) Melihat kondisi kondisi tersebut , bisa nggak ya kalau kasus ini dideklarasikan Sebagai Bancana Nasional, sehingga penangnnya bisa cepat dan melibatkan semua sektor , Semacam Tanggap Darurat gitu, seperti halnya Bencana Alam 2 Kemarin , Kasihan masyarakat sudah tiga bulan tidak ada kejelasan bahkan semakin menghawatirkan ISM dari KORAN TEMPO Senin, 07 Agustus 2006 Headline Lumpur Porong Bisa Jadi Gunung Tinggi pusat semburan sudah 10 meter. SURABAYA -- Kecil kemungkinan semburan lumpur di Porong, Sidoarjo, bisa disetop. Lumpur yang terus menyembur itu malah berpotensi menjadi gunung. Belum pernah kasus serupa bisa dihentikan, kata Edy Sunardi, Ketua Departemen Pengembangan Ilmu Ikatan Ahli Geologi Indonesia, di Surabaya kemarin. Saat ini, lumpur yang menyembur dari sumur milik Lapindo Brantas itu telah menggenangi lahan 168 hektare atau seluas lebih dari 220 lapangan sepak bola. Sedangkan tinggi genangan lumpur di pusat semburan sudah 10 meter. Di sekitarnya telah dibangun tanggul setinggi 7 meter. Edy menjelaskan kasus terbentuknya gunung lumpur di Indonesia ini bukan yang pertama. Gunung Anyar di perbatasan Surabaya-Sidoarjo juga terbentuk akibat semburan lumpur. Di Kuwu, Purwodadi, dan di Sangiran, Jawa Tengah, semburan lumpur bahkan terus keluar hingga sekarang. Fenomena itu, kata Edy, terjadi karena struktur lumpur Porong sama dengan Gunung Anyar. Lumpur Gunung Anyar keluar karena proses alam. Di Porong, faktanya, lumpur tidak keluar dari sumur eksplorasi, katanya. Dia mengatakan kesamaan struktur lumpur juga diperkuat adanya kesamaan geologis. Di bawah Porong hingga Gunung Anyar ada semacam tangki besar seperti gorong-gorong yang luasnya 200 kilometer persegi dengan ketebalan 4-5 kilometer. Lumpur keluar dari tangki tersebut, ujar Edy. Meski semburan lumpur itu secara geologis sulit disetop, Manajer Eksplorasi PT
RE: [iagi-net-l] LINDU
Lindu Jogja dan Pangandaran telah di bahas di buku yang murah, tak sampai separo harga T-bone steak, ku dapatkan di airport Halim kemarin: Gempa Jogja, Indonesia Dunia, Gramedia, 2006. Colourfull, 140'an gambar/foto, bahas lempeng tektonik, statistik gempa dunia, Merapi, Pangandaran, inversi seismik tunjukkan 3D lempeng Indonesia, candi-candi Jogja, skala 'lindu' pada hampir di state of the art, foto dan komentar pakar tektonik, Bpk-Ibu para doktor itu: Sri Widiyantoro, Prih Harjadi, Sari Bahagiarti, Heru Sigit, Ahmad Rodi, Eko Teguh, Fauzi, Wahyu Triyoso, Maridjan, Maryanto (eh terakhir ini ga), dll. Wah kagag karena iklanin buku itu lho, tapi dengan uang receh itu akan sosialisasi 'lindu', nylametin banyak orang olehnya, gimana sikap kalau ada gempa, tsunami. Ini juga bahan bagus pembelajaran SD hingga yang sudah profesor. Bisa saja doktorpun masih perlu kernyitkan kening tuk selami semua ilmu di gambar-gambar itu, terutama tantangan bagaimana atasi jeopardy gempa. Ada foto awan panjang dugaan akan ada gempa, walau belum termasuk bola api Parangtritis itu. Ada model rumah tahan gempa RISHA: Rumah Instan Sederhana Sehat. Harga 39 juta saja, tahan gempa. Wass, MYT. -Original Message- From: Maryanto (Maryant) [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, August 10, 2006 4:56 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] LINDU Wah Mas Budiman ini, memang embah-embah itu sudah pinter banget sejak lama. Banyak istilah jawa yang di serap menjadi kosa-kata bhs Inggris. Misalnya, bhs Inggris yang langsung memakai istilah Jawa itu (he..he..he..) : duren, the gun ( suaranya mirip suara kelapa-muda (degan) jatuh), the camp (suara bedil akibatkan banyak orang tiarap ndekem takut, the box (kotak yang dulu banyak di lapisi pohon pisang debog), ... hemm... Setelah redi, lindu, nanti juga 'hama', 'pageblug', barangkali Di Simposium geologi jogja itu, memang semakin jelas peranan geologist untuk menjadi soko-guru benar-benar 'semua ilmu yang di bumi': ya tektnonik, stratigrafi, paleontologi, bioevolution, lalu ke ekonomi, lindu, sejarah, bahasa, dari big-bang hingga masa depan, dll (setidaknya itu temaku). Pokoknya semua ilmu yang di bumi. Saya ke Prangtritis lagi kemarin, dapatkan CD sa'at-sa'at gempa Jogja 27 Mei 2006. Durasi 17 menit, 777 Mb file itu, cakup 4 menit keramain sebelum gempa, lalu gempa di lihatkan dua bola api di tengah laut, lalu keributan di jalan sepanjang 25 km Parangtritis-kota Jogja. Itu termasuk tayangan file ini ke Lativi Sorotan Utama. Jarak bola api dari pantai sekitar (kasar nih) 10 km, tinggi 20 m, lebar 14 m, warna, ya warna api itu. Bagaimana crita atawa analisa kemarin ? Nadanya sudah di bahas luas sekali. Rumah yang kerangkanya besi cor, tak retak, lainnya umumnya tanpa kerangka besi, dan ya hancur di kakek-ku di Kretek, dekat Parangtritis itu. Salam, Maryanto. -Original Message- From: Agus Hendratno [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 02, 2006 4:19 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] LINDU : Lir in Donya LINDU mungkin : lir in donya, lir in sambikolo. lir in donya, geek ya artine : leno ning donya. Ora sadar nek ada di dunia yang buminya aktif dan dinamis. Yak e.., lho.. mungkin itu mas iful.. aku balik ke Cilacap maning kiye.. salam, agus hendratno --- mohammad syaiful [EMAIL PROTECTED] wrote: mas budiman pasti senang guyon. lha, memang sampai sekarang, 'lindu' adalah bahasa jawa. di yogya, kemarin2 ini juga teriaknya yo 'lindu', bukan 'gempa', he..he.. kalau pak maryanto, pasti dulu sempat dapat pelajaran 'kerotho boso', seperti halnya saya waktu masih sekolah dasar, ilmu utk gothak-gathuk bahasa sampai pa. salam, syaiful On 8/2/06, Budiarto, Budiman [EMAIL PROTECTED] wrote: Waktu kecil, orang-orang tua di kampung saya yang terletak di sekitar Gunung Tidar menyebut istilah gempa bumi dengan LINDU. Setiap ada gempa orang selalu berteriak-teriak Ono LINDU ( ada gempa). Dari mana ya kira-kira istilah LINDU tsb? Mungkinkah nenek saya sudah tahu (Large Intensity Natural Disaster Underground)sejak dari jaman penjajahan belanda?? Just curious. Budiman Budiarto CONOCOPHILLIPS Gedung Menara Mulia JL. Jend Gatot Subroto KV 9-11 JAKARTA 12930 Phone 524-1631 Mobile 0811-8--1 -Original Message- From: Maryanto (Maryant) [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 02, 2006 6:57 AM To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Subject: [iagi-net-l] LINDU LINDU (Large Intensity Natural Disaster Underground). Pingin selamat sejahtera 7 turunan? Se-wise dan seterkenal Newton, Einstein? Lihat 7 keajaiban dunia ? Jagadraya yang 7 lapis di bentuk atom berkulit maximum 7 ? 7 megaplates di bumi, 7 planetary cyclones, global basin, subbasin, gunung, stratigrafi universal, resources, gempa, tanpa pusing 7 keliling ? Ku se-7 untuk sampeyan ndalem
Re: [iagi-net-l] Re: Bertanya
Yth. Pengurus IAGI dan Bapak Rovicky, Atas nama panitia Int. Symposium on Georesources and Geological Engineering, kami sampaikan ucapan banyak terima kasih atas perhatian, partisipasi dan dukungannya selama symposium berlangsung. Tanpa dukungan dari Bapak dan Wakil dari IAGI, symposium ini tidak akan sukses seperti yang diharapkan. Alahamdulillah, symposium telah berjalan dengan lancar dengan dihadiri lebih dari 120 peserta dari 15 negara (USA, UK, Australia, Austria, India, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya). Dan saat simposium telah berhasil disusun action plan untuk program riset dan edukasi kebencanaan geologi yang akan didukung oleh Chevron, Newmont, Int Geoscience Education Organization (IGEO), California Earthquake Safety Comission, JICA, Kyushu University, Kyoto University, Hokkaido University, Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan ITB, BPPTK dan BMG. Program riset sudah mulai jalan begitu symposium selesai, dan sekarang kami masih terus melanjutkan diskusi-diskusi dan analisis untuk lebih mendetailkan secara teknik kegiatan-kegiatan ke depan. Diskusi (koordinasi) program riset dan edukasi secara lebih detail dengan British Council akan dilakukan akhir Agustus nanti, kemudian berikutnya dengan JICA dan group Jepang akan dilaksanakan di Fukuoka pertengahan September nanti, juga dengan Int. Geoscience Education Organization (dengan EU group) akan dilaksanakan di Di Bayreuth Jerman 18 - 21 Sept. nanti. Sementara itu Group dari USA merencanakan akan menyelenggarakan meeting di California bulan Desember nanti dan program yang saat ini sedang kami siapkan akan dijadikan sebagai salah satu isu. Jadi memang khusus untuk program ini kami akan memulai secara agak mendetail untuk menyelesaikan pilot case di Yogyakarta dulu (target khusus tahun ini), dan nantinya dikembangkan untuk wilayah Jawa Tengah/ Jawa, kemudian baru Indonesia secara nasional. Dalam program ini kami sengaja melibatkan banyak group untuk saling menunjang dan melengkapi (tidak untuk saling berkompetisi). Disiplin ilmu yang terlibat dalam aktivitas ini tidak hanya Geologi saja, namun juga Geofisika, Teknik Sipil, Teknik Arsitektur, dan Psikologi Sosial. Target awal dari riset ini adalah studi Yogyakarta Basin dan development of multi hazard micro zonation in Bantul-Yogya-Sleman-Klaten. Hasil studi awal ini akan dijadikan sumbangan untuk mendukung Disaster Management Program dan Penyempurnaan Rencana Tata Ruang di Wilayah Yogyakarta dan Klaten. Selain itu juga akan dihasilkan design program and material for public education, yang diharapkan implementasikan dapat dilakukan di th 2007 nanti. Demikian laporan kami secara singkat, untuk mohon diketahui dan mendapat dukungan. Mohon doa restu. Salam, Assoc. Prof. Dr. Dwikorita Karnawati Head of Geological Engineering Department Gadjah Mada University Host Institution of Asean University Network/SEED Net Jl. Grafika no. 2 Bulaksumur, Yogyakarta 55281 INDONESIA Phone : 62 274 513 668 Fax : 62 274 513 668/ 62 274 883 919 email : [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] www.geologi.ugm.ac.id - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Minarwan [EMAIL PROTECTED]; HAGI-Net [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, August 10, 2006 8:28 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Bertanya Sewaktu mengikuti simposium di Jogja kemarin ada salah satu pembicara kunci yg bercerita tentang pendidikan kebumian. Panel diskusi berjudul Challenge and strategy on geological engineering education enhancement di moderasi: Dwikorita Karnawati. Yang saya catat : dalam pendidikan kebumian secara umum (tidak hanya university) tetapi juga sekolah menengah bahkan pendidikan dasar sangat disarankan mengajarkan ilmu Plate Tectonic. Teori plate tectonic ini sudah merambah hanpir semua ilmu pengetahuan, termasuk biologi (evolusi, harus mengerti tentang apungan 'berkelana'-nya benua-benua lintas lintang iklim dan interaksi dengan benua lain), ilmu engineering konstruksi (bangunan tahan gempa, termasuk di laut), ilmu arkeologi, bahkan hukum dan teritorian sebuah negara. Jadi sangat diperlukan sebuah metode mengajar teori plate tektonik secara dini. Bagaimana menjelaskan dasar-dasar plate tektonik kepada anak SD. Secara pedagogik (ilmu mengajar) tentunya diperlukan ide-ide rekan-rekan kebumian utk membuat metode mengajar yg dengan mudah akan dimengerti dengan 'benar. Salam rdp On 8/10/06, Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Tetapi, pertanyaan seperti ini sangat wajar diajukan oleh kalangan non-geologist yang mendapatkan pengetahuan geologi tidak utuh dan tidak berkesinambungan. Katakanlah mereka mendapatkan pemahamannya dari media2, di situ diulas tentang plate tectonics untuk menjelaskan fenomena kejadian gempa. Tetapi, hanya segmen di sekitar pusat gempa yang diperlihatkan (misal sekitar Sumatra dan Jawa), maka bisa saja opini publik - oh di Kalimantan tak ada plate tectonics-nya. Menurut sebuah buku,
RE: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam
Dahulu ada yg berpendapat bahwa sebaiknya dialirkan ke S.Porong kemudian ke laut, dan saya sangat setuju itu. Tapi ada yg berpendapat lain karena menkhawatirkan pencemaran laut. Tapi kalau saya lebih khawatir terhadap keselamatan manusia. Toh lumpur ini bukan tailing atau mengandung bahan berbahaya. Coba dari dulu dialirkan ke laut tentu tidak perlu sampai membuat pond/danau buatan, merepotkan jalan toll kereta api, pemukiman penduduk. mudah2an kita semua segera mendapatkan solusinya Salam IN Iman Argakoesoemah [EMAIL PROTECTED] wrote: Siapa yang mau menjadi di antara 3000 orang yang kelelep ? -Original Message- From: Bambang Murti [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, August 11, 2006 8:06 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam Mungkin ini sekedar prioritas saja pak Is. Kalau dibuang kelaut: 1. Bukannya itu merupakan unlimited dilution ? 2. Kali Porong-nya sendiri emang sudah buthek kan dari sononya kan? 3. Pernah iseng-iseng, melihat posisi delta kali Porong tahun 1990 (dari SLAR), bandingkan dengan posisi delta tersebut dari peta topo, data tahun 1943 (?), ternyata dalam kurun waktu 50 tahun, delta tersebut maju sekitar 3 km, alias sekitar 60 meter per tahun. Lha kalau itu dikonversikan kedalam luas daerah vs ketebalan delta, angkanya menjadi menarik. 4. Kesampingkan dulu masalah toksisitas karena ini sudah beyond our skill. 5. Sementara iya, ini masih musim kemarau, bentar lagi juga musim hujan. Lha kalau blethok ini, let's say 70% air dan 30% padatan, dan salinitas mirip air laut, dengan debit 50,000 m3 per hari, maka akan didapat 15,000 m3 padatan perhari, kalau ditebarkan ke area seluas 30 km2 (estimasi minimum delta Porong), ini akan menimbulkan ketebalan 0.5 mm per hari, setara 18-20 cm per tahun (mudah-mudahan ndak berkepanjangan). It is nothing dibanding dengan sedimentasi alami di Porong. Disisi lain, bukannya daerah delta Porong sudah menjadi areal per-tambak-an? Blessing in disguessing? Sebagai pihak yang awam dalam lingkungan, secara pribadi saya koq kurang bisa menerima alasan discharging blethok ini kelaut ya? Apakah ini bukan merupakan pertarungan ego antar pihak-pihak terkait? Pilih 3000 orang klelep dan potensi kerugian tak terhingga atau nambahi luas delta lagi? Hmm, mungkin harus mengesampingkan ego dan mulai berpikir logis dan taktis. Apapun penyebabnya, selamatkan manusianya dulu donk. BSM -Original Message- From: liamsi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, August 10, 2006 6:47 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Pendapat IAGI u/ Lumpur Porong/Bencana Alam Siang tadi Wapres ngadain sidang kabinet dadakan setelah lumpur porong njebol tanggul tadi pagi yang mengakibatkan kepanikan warga , yang tiba tiba kebanjiran , bahkan SAR surabaya telah menyiapakan beberapa pesawat Helinya ( SCTV sore ini ), Melihat akibatnya kalau dari segi kerusakan infra struktur dan kerugian secara ekonomi ( banyaknya pabrik yang tidak bisa beroperasi,Jalan sbg uratnadi perekonomian ditutup dll ) Maka kalau dibandingkan dg Bencana Gempa Jogya , Pangandaran bahkan mungkin sunami Aceh pun Kasus Porong ini jauh lebih besar. Skenario skenario penaggulangannya kilihantannya juga belum menunjukan hasil yang significan, bahkan dalam wawancara kemarin di MetroTV dg Pejabat BP Migas dan CEO nya EMP, kelihatannya ada kekawatiran semakin meluasnya lumpur ini shg tdk keberatan kalau dibuang saja itu lumpur kelaut melalui sumgai ( kalau ini sampai terjadi banyak yang menghawatirkan akan terjadi gangguan ekosistem di pantai pantai disekitarnya ) Melihat kondisi kondisi tersebut , bisa nggak ya kalau kasus ini dideklarasikan Sebagai Bancana Nasional, sehingga penangnnya bisa cepat dan melibatkan semua sektor , Semacam Tanggap Darurat gitu, seperti halnya Bencana Alam 2 Kemarin , Kasihan masyarakat sudah tiga bulan tidak ada kejelasan bahkan semakin menghawatirkan ISM dari KORAN TEMPO Senin, 07 Agustus 2006 Headline Lumpur Porong Bisa Jadi Gunung Tinggi pusat semburan sudah 10 meter. SURABAYA -- Kecil kemungkinan semburan lumpur di Porong, Sidoarjo, bisa disetop. Lumpur yang terus menyembur itu malah berpotensi menjadi gunung. Belum pernah kasus serupa bisa dihentikan, kata Edy Sunardi, Ketua Departemen Pengembangan Ilmu Ikatan Ahli Geologi Indonesia, di Surabaya kemarin. Saat ini, lumpur yang menyembur dari sumur milik Lapindo Brantas itu telah menggenangi lahan 168 hektare atau seluas lebih dari 220 lapangan sepak bola. Sedangkan tinggi genangan lumpur di pusat semburan sudah 10 meter. Di sekitarnya telah dibangun tanggul setinggi 7 meter. Edy menjelaskan kasus terbentuknya gunung lumpur di Indonesia ini bukan yang pertama. Gunung Anyar di perbatasan Surabaya-Sidoarjo juga terbentuk akibat semburan lumpur. Di Kuwu, Purwodadi, dan di Sangiran, Jawa Tengah, semburan lumpur bahkan terus keluar hingga sekarang. Fenomena itu, kata Edy,
Re: Fwd: [iagi-net-l] Re: Bertanya - Sosialisasi Ilmu Kebumian, Pompa terus..
Memang tidak mudah. Tapi proses sosialisasi / edukasi masyarakat tentang kebumian sudah berjalan dan dilakukan oleh kawan-kawan geologist dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, IAGI, PP-IAGI, Pengda-pengda IAGI; lembaga pemerintah (seperti : LIPI, semua unit di bawah ESDM); juga asosiasi ilmu kebumian lainnya; sejak tahun 1999. Maraknya bencana tanah longsor pada tahun 1999-2001, kami mencatat adalah awal yang SANGAT RAMAI proses sosialisasi geologi ke publik. Paling tidak yang saya tahu dan juga saya lakukan sendiri bersama Geologi UGM, juga IAGI, juga LIPI telah banyak melakukan sosialisasi geologi (potensi geologi dan bahaya geologi) kepada : guru-guru SD-SMU; camat dan lurah-lurah; pejabat daerah; anggota DPRD, pers, sebagian jaringan LSM; bahkan kepada polisi juga pernah. Pasca bencana gempa jogja dan tsunami Pangandaran kemarin, saya mencatat ada lebih dari 200 x, teman-teman geologist melakukan sosialisasi di Aceh, Jogja, Bantul, Sleman, Klaten, Kebumen, Cilacap, Porong, Purworejo; berhadapan mulai dari LSM, pers, radio, pak polisi, anggota DPRD, guru-guru, lurah-lurah, bahkan sampai simbah-simbah di tepian K.Opak (Bantul, yang jauh dari Koran, TV, juga jauh dari Internet). Namun demikian, kita geologist perlu mendorong proses edukasi kebumian kepada publik lebih semakin meluas dan membumi. Mari kita bawa, pengetahuan geologi di sekitar kita kepada masyarakat awam dan masyarakat akar rumput. Ada masukan bagi industri-industri bidang ekstraksi sumberdaya bumi : 1. Bagaimana kalau alokasi kegiatan Comdev atau ComRell di perusahaan tersebut juga mengarah pada sosialisasi ilmu kebumian. Perlu di ingat bahwa adanya konflik-konflik antara LSM, masyarakat di sekitar kegiatan industri (bidang geologi) banyak dipengaruhi oleh kekurang-pahaman mengenai ilmu kebumian dan resiko kegiatan eksplorasi bumi, disamping masalah sosial dan budaya di sekitarnya. 2. Saya pernah berdiskusi dengan salah satu pejabat MIGAS (Juni 2005) untuk menggulirkan program SOSIALISASI GEOLOGI (juga Pengetahuan Geologi Migas dan Resiko-resikonya) di sekitar Industri MIGAS kepada Stake-holder (semua elemen masyarakat, hingga pejabat daerah) di mana industri tersebut beroperasi. Ide tersebut disambut disambut positip, malahan saya diminta menyusun proposal tersebut. Tapi sampai sekarang, proposal tersebut masih kerangka saja. Saya kurang fokus terhadap itu, karena langsung turun lapangan untuk sosialisasi geologi selama tahun 2005 hingga pasca tsunami pangandaran kemarin dan hari ini. Selama itu, saya bergaul dan berdiskusi dengan beberapa manager bidang humas. comdev dan comrel dari industri pertambangan yang ada konflik dengan isu-isu sosial dan lingkungan, ternyata : Sosialisasi itu PENTING dan MENDESAK. Dari sisi pemerintah, saya tidak tahu. Tapi bulan Agustus 2005, di Jogja (Geologi UGM) menyelenggarakan Simposium Strategi Edukasi Publik untuk Antisipasi Bencana Geologi, dan Mendiknas hadir, Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah juga hadir, salah satu hasilnya adalah : Bersama menggerakan proses Edukasi Kebencanaan Alam dari berbagai lini institusi dan lembaga, dengan funding masing-masing lembaga atau di-support beberapa industri pertambangan dan lembaga donor, dengan networking masing-masing. Saya sendiri yang jadi Pelaksana acara tersebut. Tapi apakah ini harus menekan adanya suatu Regulasi yang mudah disisipkan pada regulasi yang telah ada? itulah yang belum jelas jawabnya. Sehingga sosialisasi ilmu kebumian ini sekalipun berjalan dimana-mana dengan audensi berbagai elemen masyarakat, tapi kayaknya perlu adanya ENERGI BARU untuk MEMOMPA aktiviti tersebut supaya LEBIH MEMBUMI Muga-muga... Tabik... Salam dari Gudeg Gempa Agus Hendratno (Geologi UGM / Pengda IAGI DIY-Jateng) Budi Santoso [EMAIL PROTECTED] wrote: Sedikit menanggapi. Setuju dengan Mas Yo, agak sulit memang mensosialisasikan ilmu ini. Karena geologi sendiri belajar proses masa lalu dan dalam geological time scale yang panjang. Booklet, leaflet, dan pamflet dapat dijadikan media untuk mempermudah sosialisasi, tentunya dengan bahasa sederhana yang sesuai dengan audience atau sasarannya. Terima kasih. Budi. S Mahasiswa Geologi'03 Yo Sumartojo wrote: From: Yo Sumartojo To: , Date: Thu, 10 Aug 2006 11:58:25 -0400 Subject: [iagi-net-l] Re: Bertanya - Sosialisasi Ilmu Kebumian Rekan-rekan geologiawan, Sebagai berita pembanding, di A.S., American Geological Institute juga mempunyai panduan (guidelines?) untuk sosialisasi ilmu geologi kepada murid-murid di Sekolah Dasar dan Menengah, bahkan di Taman Kanak-kanak. Sewaktu anak-anak saya masi kecil, berkala saya datang ke sekolah mereka untuk memberi kuliah tentang gunung, batuan, fosil, dsb., dsb. Kegiatan seperti ini, di Indonesia, saya pikir tidak akan mengenyampingkan perhatian mereka pada ilmu-ilmu dasar (matematika, fisika dan kimia). Apalagi olimpiade fisika yang saat ini sedang populer di Indonesia. salam, Yo Sumartojo
[iagi-net-l] Konversi salinity ke fluid density
Barangkali ada yang mau share bagaimana caranya kita mengkoversi nilai salinitas (misal ppm NaCl) kedalam berat jenis fluida (gr/cc), kalo ada excelnya atau tiny software, boleh saya dibagi. terima kasih sebelumnya. Salam Shofi
Re: [iagi-net-l] Konversi salinity ke fluid density
download aja dari link dibawah ini: http://www.slb.com/content/services/resources/software/ihandbook.asp? dibagian general info ada unit conversion calculator, satuannya tinggal dipilih. On 8/11/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Barangkali ada yang mau share bagaimana caranya kita mengkoversi nilai salinitas (misal ppm NaCl) kedalam berat jenis fluida (gr/cc), kalo ada excelnya atau tiny software, boleh saya dibagi. terima kasih sebelumnya. Salam Shofi
Re: [iagi-net-l] Konversi salinity ke fluid density
Terima kasih mas. Salam Shofi' On 8/11/06, M Fakhrur Razi [EMAIL PROTECTED] wrote: download aja dari link dibawah ini: http://www.slb.com/content/services/resources/software/ihandbook.asp? dibagian general info ada unit conversion calculator, satuannya tinggal dipilih. On 8/11/06, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Barangkali ada yang mau share bagaimana caranya kita mengkoversi nilai salinitas (misal ppm NaCl) kedalam berat jenis fluida (gr/cc), kalo ada excelnya atau tiny software, boleh saya dibagi. terima kasih sebelumnya. Salam Shofi