[iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR

2008-02-12 Thread Awang Harun Satyana
Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.

BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok 
perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.

Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.

Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, 
katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu 
yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah 
survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada 
tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu 
Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil.

Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 
km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang 
namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km.

Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu 
tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak 
otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat 
kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal 
ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot 
semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di 
tengah lempung.

Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk 
rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka 
sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh 
porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu 
dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya 
berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya 
menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang 
dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon.

Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di 
Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), 
kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union 
Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu 
Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh 
termal yang lumayan panas.

Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di 
Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc 
basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala 
dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti 
lapangan minyak/gas komersil di forearc basin.

Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan 
mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu pasti 
lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks tak 
mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel dan 
panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang 
menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow 
di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle 
downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke 
mantel yang dingin percuma saja.

Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, 
membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab memang 
sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam 
perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak sepadan.

Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, 
pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah mengeluarkan 
pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya masih sangat kurang, dan 
status evaluasinya masih teramat dini. Kalau sudah terlanjur terlempar ke 
publik, lalu bagaimana ?

Mimpi boleh, tetapi tak perlu ribut-ribut dulu ke mana2.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Muhammad Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, February 12, 2008 2:50 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh > 
lanjut berita Koran Lokal

Berikut petikan koran lokal di aceh tentang berita dari BPPT ini.
Ada baiknya IAGI, BPPT, maupun BP Migas bisa duduk bersama sebelum mengeluarkan 
berita gembira spt ini, setidaknya berita tsb tidak sampai dipolitisir oleh 
sekelompok massa, apalagi daerah ini yang baru saja mengakhiri konflik.

Migas Raksasa Ditemukan di Aceh
JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama lembaga riset 
geologi dan
kelautan Jerman (BGR) menemukan sumber daya minyak dan gas (migas) berskala 
raksasa di timur
laut Pulau Simeulue, Aceh. Potensi hidrokarbon itu ditaksir mencapai 50 miliar 
barel. Lebih besar
dari yang terdapat di Banyu Urip

Re: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh > lanjut berita Koran Lokal

2008-02-12 Thread yrsnki



 

Kalau  berta yang ini agak lumayan , kok Kompas kalah canggih
dibanding koran daerah ya.
Sepanjang sejarah mgas , kita tahu bahwa
sampai saat ini "fore arc basin" belum  tterbukti sebagai
penghasil migas.
Daerah  yang sangat dekat dengan  lokasi
ii , Nias , pernh dieksplorasi oleh Caltex , dan kurang berhasil,
Walaupun demikian , tentunya ada dasar dasar ilmiah statemen dari BPPT
sperti itu , jadi perlu pengkajian yang objektif dan menghilangkan apriori
sebelum jelas jelas hal ini adalah "mimpi" seperti
dikatakan Vicky.

Si Abah








> Berikut petikan koran lokal di aceh
tentang berita dari BPPT ini. 
> Ada baiknya IAGI, BPPT, maupun BP
Migas bisa duduk bersama sebelum 
> mengeluarkan berita gembira
spt ini, setidaknya berita tsb tidak sampai 
> dipolitisir oleh
sekelompok massa, apalagi daerah ini yang baru saja 
> mengakhiri
konflik. 
> 
> Migas Raksasa Ditemukan di Aceh 
>
JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama lembaga

> riset geologi dan 
> kelautan Jerman (BGR) menemukan
sumber daya minyak dan gas (migas) 
> berskala raksasa di timur

> laut Pulau Simeulue, Aceh. Potensi hidrokarbon itu ditaksir
mencapai 50 
> miliar barel. Lebih besar 
> dari yang
terdapat di Banyu Urip, Jawa Timur, yang hanya 450 juta barel. 
>
Direktur Pusat Teknologi 
> Inventarisasi BPPT Yusuf Surahman
menjelaskan, potensi itu berdasarkan 
> perhitungan dengan 
> porositas 15 persen. Porositas merupakan kemungkinan batuan
menyimpan 
> cairan (termasuk 
> minyak) di dalam
gugusannya. 
> Karena rata rata saat ini porositas yang digunakan
sekitar 20 persen. 
> Jadi, 15 persen itu realistis, 
>
katanya dalam jumpa pers di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (11/2). 
>
Sementara, jika menggunakan porositas 30 persen, maka diperkirakan volume

> minimum cekungan 
> mencapai 107,5 miliar barel dan
volume maksimumnya 320,79 miliar. 
> Jika dibandingkan dengan
negara negara lain, penemuan ini termasuk 
> kategori kakap. Arab
Saudi, 
> misalnya, cadangan terbuktinya 264,21 miliar barel,
sehingga bisa 
> dieksplorasi selama 250 tahun. 
>
Sedangkan potensi migas di Banyu Urip, Jawa Timur, sebesar 450 juta barel.

> Adapun lapangan 
> migas yang dapat dikategorikan
sebagai giant field adalah apabila volume 
> cadangan terhitung

> mencapai 500 juta barel. 
> Pascagempa 
>
Penemuan potensi migas di perairan Simeulue itu bermula dari penelitian

> yang dilakukan BPPT 
> terkait gempa dan tsunami di
Aceh pada 26 Desember 2004. Saat itu BPPT 
> bersama lembaga riset

> geologi dan kelautan Jerman (BGR) meneliti struktur geologi di
sekitar 
> Aceh-Nias dan akhirnya 
> menemukan potensi
hidrokarbon di sekitar Pulau Simeulue. 
> Yusuf Surahman
menambahkan, terdeteksinya potensi migas itu karena dipicu 
> oleh
gempa yang 
> terjadi di Aceh akhir Desember 2004 yang membuat
geseran lokasi source 
> rock. Source rock 
> merupakan
batu yang mengeluarkan panas untuk mematangkan kandungan minyak. 
> Potensi 
> hidrokarbon ini ditemukan di kedalaman sekitar
1.900 meter di bawah air 
> laut. 
> Ia tak lupa
mengingatkan bahwa volume tersebut hanya merepresentasikan 
>
ruang dalam bentuk 
> tangki yang belum tentu seluruhnya diisi
oleh hidrokarbon, berhubung ruang 
> dalam batuan 
>
dipengaruhi faktor lain, seperti indeks saturasi air, kemampuan daya 
> tampung minyak, dan gas. 
> Menurut Yusuf, hidrokarbon
tersebut belum bisa dipastikan sebagai 
> kandungan minyak dan gas

> (migas). Namun, pihaknya menemukan carbonat build up yang
mencirikan 
> minyak dan bright spot 
> yang mencirikan
gas. 
> Begitupun, masih dibutuhkan kajian yang lebih teliti untuk
mengetahui 
> kandungan yang 
> sebenarnya. 
>
Kepala BPPT Prof Dr Said D Jenie menyatakan sudah melaporkan penemuan ini

> ke Departemen 
> Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),
tapi lama tak dapat respons. Sampai 
> akhirnya Pertamina 
> menyatakan ketertarikan untuk bekerja sama dengan BPPT melakukan
kajian 
> lebih dalam. 
>
http://serambinews.com/old/cetak.php?aksi=cetak&beritaid=42390 
> 2 of 2 12/02/2008 14:29 
> Pertamina sudah kirim letter of
intent, katanya. 
> Pakar perminyakan dari Exploration Think Tank
Indonesia (ETTI), Dr Andang 
> Bachtiar, berpendapat 
>
potensi minyak dan gas (hidrokarbon) yang baru ditemukan di perairan timur

> laut Pulau Simeulue 
> itu perlu segera
ditindaklanjuti. 
> Kalau potensinya mencapai 107,5 miliar sampai
320,79 miliar barel itu 
> suatu jumlah yang sangat 
>
besar. Jika dari potensi itu hanya terbukti 25 persen saja, masih juga 
> merupakan angka yang 
> sangat menarik, ujarnya di Jakarta
kemarin. 
> Ia perkirakan butuh tiga tahun untuk membuktikan
cadangan dengan melakukan 
> pengeboran 14 
> sumur dan
studi seismik senilai US$ 3 juta. 
> Sementara itu, Kepala BPPT
Prof Said Jenie berharap, Pemerintah Indonesia 
> segera
mengamankan 
> potensi tersebut agar dapat dikuasai oleh negara.

> BPPT menyarankan untuk segera dilakukan penelitian lanjutan
semaksimal 
> mu

[iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

2008-02-12 Thread Awang Satyana
  Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.
   
  BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok 
perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.
   
  Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.
   
  Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, 
katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu 
yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah 
survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada 
tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu 
Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. 
   
  Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 
km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang 
namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km.
   
  Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu 
tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak 
otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat 
kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal 
ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot 
semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di 
tengah lempung.
   
  Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk 
rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka 
sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh 
porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu 
dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya 
berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya 
menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang 
dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon.
   
  Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di 
Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), 
kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union 
Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu 
Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh 
termal yang lumayan panas.
   
  Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di 
Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc 
basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala 
dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti 
lapangan minyak/gas komersil di forearc basin.
   
  Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas 
dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu 
pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks 
tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel 
dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang 
menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow 
di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle 
downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke 
mantel yang dingin percuma saja.
   
  Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, 
membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab memang 
sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam 
perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak sepadan.
   
  Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, 
pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah mengeluarkan 
pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya masih sangat kurang, dan 
status evaluasinya masih teramat dini. Kalau sudah terlanjur terlempar ke 
publik, lalu bagaimana ?
   
  Mimpi boleh, tetapi tak perlu ribut-ribut dulu ke mana2.
   
  Salam,
  awang

Guruh Didi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  Selasa, 12 Feb 2008,
Ditemukan, Lapangan Migas Raksasa di Aceh 

BPPT: Lebih Besar dari Milik Arab Saudi 
JAKARTA - Bencana dahsyat tsunami di Aceh 26 Desember 2004 memunculkan
berkah tak terduga empat tahun kemudian. Berawal dari studi pascagempa
tsunami di perairan barat Sumatera, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) kemarin (11/2) memublikasikan temuan blok dengan potensi kandungan
migas raksasa.

Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Yusuf Surahman
mengatakan, Survei BPPT bersama Bundesanspalp fur Geowissnschaften und
Rohftoffe (BGR Jerman) itu menemukan kawasan perairan yang di dalam buminya
diperkirakan terkandung migas 107,5 hingga 320,79 miliar barel. Lapangan
migas tersebut terletak di daerah cekungan busur muka atau fore 

[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

2008-02-12 Thread Ariadi Subandrio
Jaman baheula, pada daerah2 open area ada yang melakukan speculative survey, 
biasanya juga tidak memunculkan besaran sumberdaya yang ada. Kini survey riset 
yang dilakukan oleh BPPT/BGR dengan interval yang sangat lebar menghasilkan 
gambar tentang kandungan migas yang sangat spektakuler. Alhamdulillah. Dan, 
adalah tugas pak Yusuf yang dipercaya untuk menginventarisir sumberdaya alam di 
BPPT mengungkapkan potensi yang ada di negeri ini. 

Sekalian menegakkan kepala sebagai bangsa, alangkah baiknya jika putra-putri 
Indonesia sendiri berani bahu membahu melakukan usaha-usaha pembuktian. Sebelum 
eksplorasi, lakukan spec survey, masak orang luar terus yang melakukannya, 
padahal BPPT/LIPI punya kapal, mungkin PPGL punya peralatan, pemerintah dapat 
bonus2 tandatangan kontrak PSC, semua sumberdaya yang ada tersebut kan bisa 
didayagunakan. Masak sih Migas mengandalkan partner luar terus. mbok yao 
potensi nasional dikoordinir yang rapih. 

lam-salam,
ar-


- Original Message 
From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [Forum-HAGI] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di 
Aceh West Offshore (BPPT-BGR)


Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.
 
BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok 
perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.
 
Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.
 
Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, 
katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu 
yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah 
survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada 
tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu 
Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. 
 
Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 
km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang 
namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km.
 
Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu 
tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak 
otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat 
kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal 
ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot 
semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di 
tengah lempung.
 
Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk 
rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka 
sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh 
porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu 
dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya 
berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya 
menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang 
dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon.
 
Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di 
Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), 
kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union 
Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu 
Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh 
termal yang lumayan panas.
 
Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di 
Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc 
basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala 
dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti 
lapangan minyak/gas komersil di forearc basin.
 
Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan 
mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu pasti 
lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks tak 
mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel dan 
panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang 
menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow 
di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle 
downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke 
mantel yang dingin percuma saja.
 
Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, 
membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab memang 
sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam 
perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak sepadan.
 
Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, 
pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-

Re: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR

2008-02-12 Thread Nana Djumhana
Berita ini sudah menyebar luas. Repotnya jika hal itu sudah menjadi opini 
publik dan masuk wilayah politik. Saya sudah me-reply berita ini yang 
diposting di milis2 yang bersifat umum, bahwa hal itu kemungkinan tidak 
benar, barangkali wartawannya yang keliru dalam menyimpulkan sehingga 
menjadi berita yang bombastis memberi angin surga.


Mungkin kita masih BBM (baru bisa mimpi). Kalau mimpi  ya janganlah 
diceritakan kemana-mana. Semoga saja tidak terjadi seperti kasus Busang.


Salam,
ndh
- Original Message - 
From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>

To: 
Sent: Tuesday, February 12, 2008 3:58 PM
Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" 
di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR



Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.

BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok 
perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.


Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.

Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, 
katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada 
terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat 
wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan 
Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, 
Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil.


Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 
km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? 
Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 
km.


Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu 
tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak 
otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai 
akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu 
oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar 
brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat 
lapisan tuf di tengah lempung.


Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV 
(bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke 
angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong 
lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi 
HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung 
terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). 
Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, 
maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon.


Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di 
Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 
feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja 
kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar 
Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen 
Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas.


Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di 
Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi 
forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di 
teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum 
ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin.


Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas 
dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu 
pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source 
rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari 
mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat 
sesar yang menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat 
bahwa heat flow di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel 
konveksi mantle downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, 
jadi terhubung ke mantel yang dingin percuma saja.


Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, 
membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab 
memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam 
perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak 
sepadan.


Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, 
pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah 
mengeluarkan pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya masih 
sangat kurang, dan status evaluasinya masih teramat dini. Kalau sudah 
terlanjur terlempar ke publik, lalu bagaimana ?


Mimpi boleh, tetapi tak perlu ribut-ribut dulu ke mana2.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Muhammad Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, February 12, 2008 2:50 C++
To: iagi-net@iagi.or.

RE: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh

2008-02-12 Thread Benyamin Sapiie
BPPT harus belajar pakai kata prospect (prospect reserve?) kali ya, supaya
lebih jelas.

Kalau benar tentu saja akan sangat membahagiakan.

BS


Berita yang sangat menarik, terima kasih Ferry untuk posting-nya.
Barangkali Pak Ridwan Djamaluddin (BPPT) dapat memberikan klarifikasi ?

Sungguh besar sumberdaya sebesar 107-320 BBO (bilyun barel oil) itu.
Berikut bandingannya. Seluruh cadangan lapangan minyak Indonesia punya
cadangan terbukti dan potensial sekitar 9 BBO (terbuktinya sekitar 4,5
BBO). Seluruh prospek dan lead Indonesia (hampir 650 struktur) punya
sumberdaya total sekitar 60 BBO. Kalau di West Aceh offshore Indonesia ada
sumberdaya hidrokarbon sampai sebesar 107-320 BBO sungguh menakjubkan.

Mungkin lokasi riset BPPT dan BGR Jerman ini ada di Cekungan Sibolga,
cekungan depan busur (forearc) di Sumatera. Eksplorasi selama ini di sana
hanya di bagian selatannya yang menemukan cadangan gas biogenik tidak
ekonomis dari terumbu Miosen melalui pemboran2 di struktur Suma, Singkel,
dan Ibu Suma oleh Union Oil dan Caltex. Literatur saat ini mengatakan
cekungan ini punya kualitas reservoir buruk (karena terlalu jauh dari
sumbernya untuk Paleogen, untuk Neogen disuplai dari tinggian volcanic arc
dan melange risge) dan source yang kurang bagus (karena open marine,
oxygenated), sejarah termal yang dingin (low geothermal gradient, ciri
kebanyakan forearc basin). Tetapi kalau benar ada liquid HCs sampai
ratusan bilyunan begitu, sungguh menarik dan harus banyak yang dipelajari.

Kelihatannya ini masih sangat prematur, tetapi perlu diklarifikasi.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Ferry Bastaman Hakim [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, February 11, 2008 1:06 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh

Dari Jakarta Post hari ini
Adakah rekan2 yang punya info lebih jauh tentang berita ini

Salam
Ferry

--
Agencies discover hydrocarbon in Aceh

Indonesian and German research agencies have claimed a massive finding
of underwater hydrocarbon, which may contain oil and gas reserves, off
the western shore of Aceh Nangroe Darussalam.

In its press statement on Saturday, the Agency for the Assessment and
Application of Technology (BPPT) and its counterpart Bundesanstalt fur
Geowissenschaften und Rohstoffe (BGR) said the unproven reserve might
reach 107 billion barrels of oil or gas as a minimum.

The statement said the maximum of the reserve could reach 320 billion
barrels.

As a comparison, the proven reserve of Saudi Arabia is around 264
billion barrels, the largest in the world, while the Banyu Urip block in
Cepu, Central Java, contains around 450 million barrels.

The BPPT said the discovery was apparently unintended and the primary
aim of the research was to map the geological construction of the
surrounding sea in Aceh after the 2004 Indian Ocean tsunami.

However, through a research vessel, Sonne, the agencies managed to
locate an underwater basin which may contain hydrocarbon.

The research and preliminary finding remains subject to further tests to
determine the actual reserve of the basin.

Further information is required before energy companies would be able to
feasibly explore an oil or gas block.-- JP



To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to
direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with
the use of any information posted on IAGI mailing list.

-


This email was Anti Virus checked by Administrator.
http://www.bpmigas.com




To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-arch

Re: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

2008-02-12 Thread Shofiyuddin
Menurut aku sih gak ada salahnya BPPT mengumumkan hal itu, ambil sisi
positifnya. Sekarang yang terpenting mungkin bisa diadakan diskusi bersama
antara BPPT dengan personal atau organisasi yang tertarik seperti BP Migas,
IAGI dan laen sebagainya.

Saya kurang sreg dengan pertanyaan Iwan bahwa BPPT sebaiknya diskusi dengan
IAGI atau IPA karena IAGI dan IPA bukan badan struktural. Kalo dengan BP
Migas memang bisa lebih pas.


On 2/13/08, Iwan B <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Satu lagi pak, utk menambahkan saja, sebaiknya sebelumnya
> dipublikasikan, sebaiknya BPPT lebih terbuka utk mengajak IAGI atau
> organisasi lain (IPA?) utk berdiskusi interpretasinya...
>
>
> 2008/2/13 Brahmantyo Krisnahadi Gunawan <[EMAIL PROTECTED]>:
> > Mungkin lebih karena euphoria dari rekan2 BPPT karena berhasil
> mengidentifikasi objek geologi di bawah dasarlaut dengan lebih baik. Gairah
> BPPT ini sebaiknya kita maklumi saja, dan kedepan didukung beneran. Lengkapi
> dengan perlengkapan lebih baik lagi sehingga kapabilitasnya bisa memenuhi
> high requirements, trus libatkan secara nyata di eksplorasi frontier (spec
> survey). Tdk hanya di laut, juga di darat, karena masih banyak cekungan
> dibawah volcanic cover yang belum dieksplore.
> > Salam,
> > BKG
> >
> > -Original Message-
> > From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 AM
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2
> Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
> >
> > wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa
> yang agak "keras":-)
> >
> > Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal
> untuk bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan banyak
> orang (atau bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi nantinya).
> > Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja
> masih susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti kasus di
> Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat pemda jadi ya
> kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari lembaga yang
> bergengsi seperti BPPT, wah kok jadi ngeri ya.
> >
> >
> > salam,
> >
> >
> > - Original Message 
> > From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi
> BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>; IAGI 
> > Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM
> > Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2
> Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
> >
> >   Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.
> >
> >   BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari
> blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.
> >
> >   Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.
> >
> >   Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya,
> katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada
> terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat
> wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan
> Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma,
> Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil.
> >
> >   Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak
> lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space
> seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak
> lintasan seismik <5 km.
> >
> >   Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan
> terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot
> pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot
> sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan
> tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor
> mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi
> akibat lapisan tuf di tengah lempung.
> >
> >   Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan
> BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk
> sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross),
> dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc
> (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau
> menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery
> factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan
> porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon.
> >
> >   Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di
> Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100
> feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja
> kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar
> Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terum

Re: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

2008-02-12 Thread Iwan B
Satu lagi pak, utk menambahkan saja, sebaiknya sebelumnya
dipublikasikan, sebaiknya BPPT lebih terbuka utk mengajak IAGI atau
organisasi lain (IPA?) utk berdiskusi interpretasinya...


2008/2/13 Brahmantyo Krisnahadi Gunawan <[EMAIL PROTECTED]>:
> Mungkin lebih karena euphoria dari rekan2 BPPT karena berhasil 
> mengidentifikasi objek geologi di bawah dasarlaut dengan lebih baik. Gairah 
> BPPT ini sebaiknya kita maklumi saja, dan kedepan didukung beneran. Lengkapi 
> dengan perlengkapan lebih baik lagi sehingga kapabilitasnya bisa memenuhi 
> high requirements, trus libatkan secara nyata di eksplorasi frontier (spec 
> survey). Tdk hanya di laut, juga di darat, karena masih banyak cekungan 
> dibawah volcanic cover yang belum dieksplore.
> Salam,
> BKG
>
> -Original Message-
> From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" 
> di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
>
> wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa yang 
> agak "keras":-)
>
> Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal untuk 
> bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan banyak orang 
> (atau bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi nantinya).
> Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja masih 
> susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti kasus di 
> Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat pemda jadi ya 
> kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari lembaga yang bergengsi 
> seperti BPPT, wah kok jadi ngeri ya.
>
>
> salam,
>
>
> - Original Message 
> From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
> To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi BPMIGAS 
> <[EMAIL PROTECTED]>; IAGI 
> Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM
> Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" 
> di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
>
>   Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.
>
>   BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok 
> perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.
>
>   Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.
>
>   Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, 
> katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada 
> terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat 
> wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan 
> Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, 
> Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil.
>
>   Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 
> 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? 
> Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 
> km.
>
>   Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan 
> terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot 
> pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot 
> sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan 
> tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor 
> mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi 
> akibat lapisan tuf di tengah lempung.
>
>   Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV 
> (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke 
> angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi 
> oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), 
> lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung 
> terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). 
> Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, 
> maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon.
>
>   Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di 
> Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 
> feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau 
> Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, 
> Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak 
> butuh termal yang lumayan panas.
>
>   Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di 
> Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc 
> basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk 
> Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada 
> terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin.
>
>   Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas

Re: [iagi-net-l] Resistivity model batuan carbonate

2008-02-12 Thread Shofiyuddin
Mas Hilfan,
Bisa diperjelas dikit pertanyaannya, agak blur nih.
Analisa resistivity? maksudnya apa?
Archie Model? atau maksudnya aplikasi Archie di karbonat?
Inhomogenitas = heterogenitas?
Local porosity? distribusi dan macam porosity?
Local Saturation? baru denger, apa maksudnya?
Gagal Saturasi? Invalid saturation calculation?

Saya coba share nanti kalo pertanyaannya dah jelas.



On 2/12/08, Hilfan Khairy <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bapak/Ibu semua,
>
> Mohon pencerahan model apakah dari sisi teknis yang bisanya dipakai untuk
> analisa resistivity pada batuan carbonate? sependek pengetahuan dari jurnal
> yang dibaca, model Archie yang menghubungkan resistivitas dan saturasi
> "gagal" alias tidak valid digunakan. Adanya inhomogenitas, local porosity
> dan local saturation katanya adalah penyebabnya. Tolong dibantu.
>
> Hilfan
>
>
>


[iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

2008-02-12 Thread noor syarifuddin
wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa yang agak 
"keras":-)

Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal untuk bisa 
dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan banyak orang (atau 
bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi nantinya). 
Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja masih 
susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti kasus di Cibinong 
atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat pemda jadi ya kita maklum 
adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari lembaga yang bergengsi seperti BPPT, 
wah kok jadi ngeri ya.


salam,


- Original Message 
From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi BPMIGAS 
<[EMAIL PROTECTED]>; IAGI 
Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM
Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di 
Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

  Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.
  
  BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok 
perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.
  
  Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.
  
  Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, 
katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu 
yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah 
survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada 
tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu 
Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. 
  
  Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 
km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang 
namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km.
  
  Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu 
tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak 
otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat 
kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal 
ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot 
semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di 
tengah lempung.
  
  Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk 
rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka 
sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh 
porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu 
dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya 
berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya 
menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang 
dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon.
  
  Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di 
Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), 
kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union 
Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu 
Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh 
termal yang lumayan panas.
  
  Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di 
Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc 
basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala 
dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti 
lapangan minyak/gas komersil di forearc basin.
  
  Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas 
dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu 
pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks 
tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel 
dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang 
menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow 
di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle 
downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke 
mantel yang dingin percuma saja.
  
  Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, 
membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab memang 
sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam 
perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak sepadan.
  
  Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, 
pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah mengeluarkan 
pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya masih sangat kurang, dan 
status evaluasinya m

Re: [iagi-net-l] TEMUAN INTAN PUTRI MALU DI BANJAR

2008-02-12 Thread miko
Pak Amir,

Setahu mang Okim , PT Aneka Tambang punya KP intan di Kalsel ( kalau belum
direlinquished ). Sejak beberapa tahun terakhir ini bahkan ada sebuah PT (
kerjasama asing ) yang mengekspor resmi beberapa ribu karat intan per bulan.
Mang Okim tidak tahu apakah PT ini punya KP intan ( kiranya rekan-rekan di
Departemen ESDM atau Dinas Pertambangan Kalsel bisa bantu jawab ).

Mengenai intan Putri Malu yang ditemukan oleh sekelompok pendulang, demikian
juga temuan intan-intan besar lainnya yang tidak terekspose, mang Okim tidak
tahu tentang aturan / kebijakan pemerintah setempat, apakah langsung dipajak
atau gimana. Hanya, kalau temuan intan sebesar 200 karat dibiarkan lewat
begitu saja, rasanya teramat sayang ya. Pemkab sebetulnya bisa memfasilitasi
para pendulang untuk  mendapatkan harga optimal sehingga mereka  bisa
benar-benar jadi OKB sampai ke cucu-cucu  dan cicit-cicit mereka. Uang Rp 3
milyar memang banyak, tetapi dibandingkan dengan Rp 30 milyar tentu jumlah
tersebut teramat sedikit, apalagi keuntungan sebesar itu  dinikmati oleh
seorang atau sekelompok kecil orang yang - -- -sampun sugih !

Mang Okim harap,rekan-rekan yang lebih kompeten bisa bantu menjawab
pertanyaan Pak Amir.

Salam batumulia,
Mang Okim




- Original Message -
From: "Amir Al Amin" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Saturday, February 09, 2008 7:20 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] TEMUAN INTAN PUTRI MALU DI BANJAR


> Pak Miko,
>
> Apakah ada kuasa pertambangan Intan di Indonesia.? Bagaimana status
> hukumnya.
> Kalau milyaran harganya masuk pribadi-pribadi, negara dapat apa ya?
> Kalau pejabatnya sih sudah hampir pasti dapat bagian :-).
>
> Salam,
>



To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.

-



RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR

2008-02-12 Thread Firman Gea
Pak Awang,

Saya usul, Kalau begitu ada baiknya diklarifikasi ke media tersebut dan
beberapa media lain, supaya tidak simpang siur. Terima kasih. 

Salam,
Firman Fauzi



-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, February 12, 2008 3:59 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2
Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR

Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.

BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok
perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.

Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.

Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya,
katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada
terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di
dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi
Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan
telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik
non-komersil.

Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak
lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space
seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak
lintasan seismik <5 km.

Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan
terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright
spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak
brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah
banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di
Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya
kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung.

Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV
(bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk
sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to
gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi
air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume
factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong
lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan
mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori,
bukan hidrokarbon.

Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di
Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100
feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja
kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar
Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya
Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas.

Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas
di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi
forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di
teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading.
Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin.

Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan
panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah
kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser
gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas
adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen.
Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan source
rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow di sini minimal karena di
wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle downwelling yang
membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke mantel yang
dingin percuma saja.

Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak
sepadan, membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa
di Arab memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan
sumberdaya/cadangan dalam perminyakan, bahkan membandingkannya dengan
lapangan Bayu Urip pun tak sepadan.

Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi,
pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah
mengeluarkan pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya
masih sangat kurang, dan status evaluasinya masih teramat dini. Kalau
sudah terlanjur terlempar ke publik, lalu bagaimana ?

Mimpi boleh, tetapi tak perlu ribut-ribut dulu ke mana2.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Muhammad Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, February 12, 2008 2:50 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in
Aceh > lanjut berita Koran Lokal

Berikut petikan koran lokal di aceh tentang berita dari BPPT ini.
Ada baiknya IAGI, BPPT, maupun BP Migas bisa duduk bersama sebelum
mengeluarkan berita gembira spt ini, setidaknya berita tsb tidak sampai
dipolitisir oleh sekelompok massa, apalagi daerah ini yang b

Re: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR

2008-02-12 Thread Iwan B
yang justru manrik untuk saya adalah mengapa BPPT mengumumkan potensi
cadangan HC tsb secara "agresif"? padahal BPPT tentu juga tahu
perlunya check dan re check.atau jangan2 memang BPPT telah
berkonsultansi dgn ahli perminyakan dan mendapat input yg kurang
benar? atau hanya sekedar kesalahan publikasi oleh surat kabar
walaupun oleh KOMPAS?



2008/2/12 Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>:
> Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.
>
> BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok 
> perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.
>
> Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.
>
> Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, 
> katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada 
> terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat 
> wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan 
> Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, 
> Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil.
>
> Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 
> km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? 
> Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 
> km.
>
> Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu 
> tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak 
> otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat 
> kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal 
> ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot 
> semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di 
> tengah lempung.
>
> Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk 
> rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka 
> sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh 
> porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu 
> dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya 
> berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya 
> menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang 
> dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon.
>
> Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di 
> Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 
> feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau 
> Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, 
> Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak 
> butuh termal yang lumayan panas.
>
> Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di 
> Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc 
> basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk 
> Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada 
> terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin.
>
> Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas 
> dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu 
> pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source 
> rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari 
> mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat 
> sesar yang menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat 
> bahwa heat flow di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel 
> konveksi mantle downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi 
> terhubung ke mantel yang dingin percuma saja.
>
> Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, 
> membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab 
> memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam 
> perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak 
> sepadan.
>
> Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, 
> pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah 
> mengeluarkan pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya masih 
> sangat kurang, dan status evaluasinya masih teramat dini. Kalau sudah 
> terlanjur terlempar ke publik, lalu bagaimana ?
>
> Mimpi boleh, tetapi tak perlu ribut-ribut dulu ke mana2.
>
> Salam,
> awang
>
> -Original Message-
> From: Muhammad Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Tuesday, February 12, 2008 2:50 C++
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh > 
> lanjut berita Koran Lokal
>
> Berikut petikan koran lokal di aceh tentang berita dari BPPT ini.
> Ada baiknya IAGI, BPPT, 

Re: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

2008-02-12 Thread benyamin sembiring
Bagaimana kalau IAGI ngadain LUNCHEON TALK untuk masalah ini

sekedar saran

benz



Pada tanggal 13/02/08, Shofiyuddin <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
>
> Menurut aku sih gak ada salahnya BPPT mengumumkan hal itu, ambil sisi
> positifnya. Sekarang yang terpenting mungkin bisa diadakan diskusi bersama
> antara BPPT dengan personal atau organisasi yang tertarik seperti BP
> Migas,
> IAGI dan laen sebagainya.
>
> Saya kurang sreg dengan pertanyaan Iwan bahwa BPPT sebaiknya diskusi
> dengan
> IAGI atau IPA karena IAGI dan IPA bukan badan struktural. Kalo dengan BP
> Migas memang bisa lebih pas.
>
>
> On 2/13/08, Iwan B <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Satu lagi pak, utk menambahkan saja, sebaiknya sebelumnya
> > dipublikasikan, sebaiknya BPPT lebih terbuka utk mengajak IAGI atau
> > organisasi lain (IPA?) utk berdiskusi interpretasinya...
> >
> >
> > 2008/2/13 Brahmantyo Krisnahadi Gunawan <[EMAIL PROTECTED]>:
> > > Mungkin lebih karena euphoria dari rekan2 BPPT karena berhasil
> > mengidentifikasi objek geologi di bawah dasarlaut dengan lebih baik.
> Gairah
> > BPPT ini sebaiknya kita maklumi saja, dan kedepan didukung beneran.
> Lengkapi
> > dengan perlengkapan lebih baik lagi sehingga kapabilitasnya bisa
> memenuhi
> > high requirements, trus libatkan secara nyata di eksplorasi frontier
> (spec
> > survey). Tdk hanya di laut, juga di darat, karena masih banyak cekungan
> > dibawah volcanic cover yang belum dieksplore.
> > > Salam,
> > > BKG
> > >
> > > -Original Message-
> > > From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > > Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 AM
> > > To: iagi-net@iagi.or.id
> > > Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2
> > Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
> > >
> > > wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa
> > yang agak "keras":-)
> > >
> > > Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal
> > untuk bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan
> banyak
> > orang (atau bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi nantinya).
> > > Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect
> aja
> > masih susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti
> kasus di
> > Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat pemda jadi
> ya
> > kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari lembaga yang
> > bergengsi seperti BPPT, wah kok jadi ngeri ya.
> > >
> > >
> > > salam,
> > >
> > >
> > > - Original Message 
> > > From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
> > > To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>;
> Eksplorasi
> > BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>; IAGI 
> > > Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM
> > > Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2
> > Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
> > >
> > >   Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.
> > >
> > >   BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari
> > blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.
> > >
> > >   Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.
> > >
> > >   Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui
> umurnya,
> > katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada
> > terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di
> dekat
> > wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil
> dan
> > Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor
> (Suma,
> > Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil.
> > >
> > >   Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak
> > lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space
> > seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak
> > lintasan seismik <5 km.
> > >
> > >   Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan
> > terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright
> spot
> > pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot
> > sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak
> perusahaan
> > tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait
> dibor
> > mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi
> litologi
> > akibat lapisan tuf di tengah lempung.
> > >
> > >   Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan
> > BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk
> > sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to
> gross),
> > dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau
> Shc
> > (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau
> > menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF
> (recovery
> > factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan
> > porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang p

RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

2008-02-12 Thread Witan Ardjakusumah
Teman2
Please calm down...
Kalau anda sendiri menghadiri pemaparannya pasti reaksinya tidak sekeras
ini. Pengertian tentang reserves dan resources sudah disampaikan oleh
para panelis tapi mungkin ditangkap lain oleh wartawan.

Menurut saya ini kan masih play concept jadi memang masih bisa
diperdebatkan dengan kepala dingin.

Mungkin di Indonesia fore-arc basin belum terbukti ada hidrokarbonnya,
tapi setahu saya di Talara Basin (Peru) dan Progresso Basin (Ecuador)
ada lapangan minyak dan gas.

Nah ini ada beberapa kalimat bijak yg saya kutip dari website aapg:
"Everything in geology is more complicated than what you see in a
luncheon talk" (Jim Letourneau, CSPG, EPRD Presentatiion, May 11 2004)
"Prospecting for oil is a dynamic art... The greatest single element in
all prospecting, past, present and future, is the man willing to take a
chance" Everett DeGolyer


-Original Message-
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2
Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa
yang agak "keras":-)

Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal
untuk bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan
banyak orang (atau bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi
nantinya). 
Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja
masih susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti
kasus di Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat
pemda jadi ya kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari
lembaga yang bergengsi seperti BPPT, wah kok jadi ngeri ya.


salam,


- Original Message 
From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi
BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>; IAGI 
Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM
Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2
Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

  Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.
  
  BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari
blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.
  
  Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.
  
  Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya,
katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada
terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di
dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi
Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan
telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik
non-komersil. 
  
  Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak
lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space
seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak
lintasan seismik <5 km.
  
  Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan
terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright
spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak
brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah
banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di
Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya
kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung.
  
  Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan
BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk
sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to
gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi
air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume
factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong
lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan
mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori,
bukan hidrokarbon.
  
  Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di
Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100
feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja
kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar
Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya
Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas.
  
  Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2
migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada
posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta
Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor
Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc
basin.
  
  Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan
panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Ap

Re: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

2008-02-12 Thread Nataniel Mangiwa
Sedikit perihatin buat BPPT yang sedang mendapat reaksi 'keras' dari
iagi-netters. Kalau saja BPPT adalah badan yang berwenang
menandatangani 'AFE Approval', mungkin saja reaksi-nya tidak akan
seperti/se'keras' ini..seenggak-nya lebih calm down lah..

Salam,
NM

On 2/13/08, Hasan Sidi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Yep, kesan dari diskusi ini kebanyakan koq BPPT atau malah IAGI yang salah.
> Apa ada yang tahu bahwa PWI punya kode etik? Kalo bener bahwa ini pelintiran,
> mungkin ada baiknya di bawa ke meja hijau sehingga di kemudian hari semua
> pihak akan lebih berhati-hati.
>
> > -Original Message-
> > From: Witan Ardjakusumah [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > Sent: Wednesday, February 13, 2008 10:48 AM
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Subject: RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-
> > Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
> >
> > Teman2
> > Please calm down...
> > Kalau anda sendiri menghadiri pemaparannya pasti reaksinya tidak sekeras
> > ini. Pengertian tentang reserves dan resources sudah disampaikan oleh
> > para panelis tapi mungkin ditangkap lain oleh wartawan.
> >
> > Menurut saya ini kan masih play concept jadi memang masih bisa
> > diperdebatkan dengan kepala dingin.
> >
> > Mungkin di Indonesia fore-arc basin belum terbukti ada hidrokarbonnya,
> > tapi setahu saya di Talara Basin (Peru) dan Progresso Basin (Ecuador)
> > ada lapangan minyak dan gas.
> >
> > Nah ini ada beberapa kalimat bijak yg saya kutip dari website aapg:
> > "Everything in geology is more complicated than what you see in a
> > luncheon talk" (Jim Letourneau, CSPG, EPRD Presentatiion, May 11 2004)
> > "Prospecting for oil is a dynamic art... The greatest single element in
> > all prospecting, past, present and future, is the man willing to take a
> > chance" Everett DeGolyer
> >
> >
>
>
> 
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> -
>
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted 
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall 
> IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct 
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss 
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any 
> information posted on IAGI mailing list.
>
> -
>
>



To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.

-



[iagi-net-l] Mercon Gong Xi Fa Chai dari BPPT !

2008-02-12 Thread Rovicky Dwi Putrohari
Duerr !!!

Dengan meletusnya mercon peringatan Imlek - Gong Xi Fa Chai dari Pak
Jusuf (BPPT) dengan pernyataan adanya potensi migas di Aceh sebesar
milyaradan barrel, cukup mengesankan saya. Benar, gema mercon itu
sudah terdengar dimana-mana ... bahkan sudah menyulut mercon rentengan
yang berbunyi dalam koridor-koridor ilmiah maupun dalam diskusi
cangkrukan di Pos Ronda. Bahkan beberapa orang sudah membunyikan
mercon bantingannya  ya, mercon bantingan bisa saja sebagai tanda
kesal, maupun tanda mau membanting untung-untungan untuk berjudi ...
looh siapa tahu itu potensinya beneran ... whallah !!

Quote, Jakarta Post  " The statement said the maximum of the reserve
could reach 320 billion barrels. As a comparison, the proven reserve
of Saudi Arabia is around 264 billion barrels, the largest in the
world, while the Banyu Urip block in Cepu, Central Java, contains
around 450 million barrels. "

Mengundang harapan, cacian juga pencerahan !
Seperti biasanya mercon akan terdengan bunyi yang berbeda-beda,
tergantung yang menyulut dan juga tergantung di ruangan mana bunyi itu
bergema. Di Masjid barangkali bunyi gema menjadi sebuah doa dan
harapan, di ruangan lembaga penelitian akan menjadi sebuah wacana
diskusi. Dalam ruang maya menjadi perang email dan forward pendapat
ahli yang terplintir oleh wartawan koran !! Ya terpelintir, karena
konon menurut yang hadir dalam acara tersebut sudah diwanti-wanti
istilah "resources" (sumberdaya) dan "reserves" (cadangan), namun
agaknya banyak wartawan yang terpeleset dan tangannya terkilir sewaktu
menuliskan ulang dalam medianya :) . Walaupun ada kemungkinan terkilir
sewaktu menuliskannya, baik sumberdaya ataupun cadangan yang tertulis
dengan angka billion barrel memang semestinya masih dalam koridor
keilmuan, apalagi BPPT !

Memang sangat mungkin bahwa gegeran mercon Gong Xi Fa Chai ini
bergulir merembet liar, namun hal ini justru  menunjukkan potensi
sebenarnya dari otak para ahli tentang potensi hidrokarbon di
Indonesia yang selama ini "tidur". Ya benar selama ini lebih banyak
orang-orang yang berpikir realis ketimbang para pemimpi yang mungkin
akan membawa kemajuan. Mimpi memang seharusnya tidak dikontrol oleh
realitas. Tetapi mimpi memang mesti ditindak lanjuti kalau ingin
dijadikan tujuan. Realisasi mesti dengan membangun dari bahan-bahan
real juga. Tapi itu tahap selanjutnya. Ketika sedang tahap mimpi
memang harus liar !

Klarifikasi
Di dalam ruang ilmiah gema kebutuhan klarifikasi lebih terdengar.
Siapa yang harus memberikan klarifikasi. Looh yang buat lah ! Bukan
yang membuat tapi yang berwenang, ah mestinya si institusi ilmiah
termasuk organisasi ilmiah ... Hadduh semua jadi bergairah dan banyak
yang ingin numpang gema supaya terdengar. Itu wajar ... dalam setiap
kondisi chaos selalu saja harus pinter-pinteran mengambil manfaat.
Ntah itu yang namanya menjadi mercon politis, ataupun mercon ekonomis
! Tetapi muatan-muatan ini menjadi penting ketika harus mampu
mengambil keuntungan dalam setiap kejadian !

Namun yang sering terlupakan justru sebenernya siapa sih yang mestinya
memiliki wewenang, hak serta tanggung jawab dalam soal potensi migas
di negeri ini ?
Jangan hanya tidur tanpa mimpi !!!

Salam mimpi

RDP
"selalu ada muatan positip-negatip dalam sebuah ikatan atom. tetapi
jelas akan menjadi positip ketika 'memberikan' elektron. Berikanlah
elektronmu (ilmu) ke orang lain !"
-- 
http://tempe.wordpress.com/
No one can monopolize the truth !



To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.

-



[iagi-net-l] PEMILU KETUM IAGI 2008-2011

2008-02-12 Thread prasiddha Hestu Narendra
Kepada Yth. Anggota IAGI

Di tempat





Salam IAGI,



Berikut ini kami sampaikan hasil rapat PP-IAGI dalam rangka Pemilihan Ketua
Umum IAGI.

Kami sampaikan bahwa bursa pencalonan Ketua Umum IAGI telah dibuka mulai *13
Februari s/d 6 Juni 2008. *Kemudian Penghitungan suara akan dilaksanakan
saat PIT IAGI ke 37 di Bandung yang diperkirakan akan dilaksanakan pada
bulan Agustus 2008.

Proses kampanye melalui debat terbuka akan diumumkan kemudian setelah
terjaring Calon Ketum.

Kami mohon bantuan dan partisipasi dari para anggota untuk menyebarluaskan
berita ini, atas bantuannya kami ucapkan terimakasih.



Terlampir adalah ketentuan, formulir pencalonan dan tata waktu secara
detail, bisa di download juga www.iagi.or.id





Salam,





Panitia Pelaksana
(Yudi S Purnama & Prasiddha Hestu Narendra)



 Tatacara Pemilihan Ketua Umum IAGI Kepengurusan IAGI 2008-2011


A)  Kriteria Calon Ketua



1.  Merupakan anggota IAGI sekurang-kurangnya selama 2 [dua] tahun,
aktif atau pernah berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan IAGI, lunas
pembayaran iuran anggota IAGI

2.  Pernah membuat atau mempresentasikan makalah ilmiah yang berkaitan
dengan disiplin ilmu kebumian

3.  Diakui sebagai profesional di salah satu bidang yang berhubungan
dengan ilmu kebumian dan memiliki kepedulian di luar lingkup profesionalisme
yang ditekuni

4.  Memiliki kematangan dan integritas pribadi dan jaringan (network)
yang kuat untuk membawa IAGI ke tempat terhormat diantara
organisasi-organisasi profesi sejenis.

5.  Mempunyai komitmen, visi dan misi untuk memimpin IAGI dan bersedia
menjabarkannya dalam kampanye pemilihan baik secara lisan maupun tertulis,
antara lain dalam Berita IAGI.

6.  Didukung oleh sedikitnya 25 orang anggota biasa IAGI yang dibuktikan
dengan nomor anggota.

7.  Bersedia mengisi formulir kesediaan untuk dicalonkan secara lengkap
dan benar.



 *B)**Proses Pemilihan Ketua Umum*



*1.  **Persiapan*



a.   Pembentukan Panitia Pemilihan (Panpel) yang dikukuhkan dengan Surat
Keputusan Ketua  Umum* *IAGI.

b.  Panitia pemilihan akan menyiapkan prosedur pemilihan, jadwal kerja
dan mensosialisasikan kepada para anggota melalui media yang tersedia:
Berita IAGI, IAGI-net, dll.



*2.  **Proses Pencalonan*



a.   Panitia akan mengirimkan formulir pencalonan kepada seluruh anggota
bersamaan dengan proses sosialisasi prosedur pemilihan melalui Berita IAGI
dan IAGI-net dimulai tanggal *13 Feb 2008.*

b.  Panitia menerima kembali formulir pencalonan dari para calon atau
anggota yang mencalonkan* *terakhir tanggal *6 Juni 2008.*

c.   Panitia meneliti kelengkapan, melakukan verifikasi serta konfirmasi
kepada para calon kemudian mengumumkan calon yang diterima pada tanggal *13
Juni 2008.*

d.  Panitia meminta calon yang terseleksi untuk membuat program kerja
organisasi. Program kerja tersebut harus sudah diterima oleh panitia pada
tanggal *20 Juni 2008.*



*3.  **Proses Kampanye*



a.   Masa kampanye adalah tgl. *13 Juni 2008* sampai dengan waktu
pemilihan [yang akan dilaksanakan bersamaan dengan PIT IAGI ke-37 di
Bandung]

b.  Panitia melakukan sosialisasi program kerja yang diajukan calon
kepada seluruh anggota IAGI melalui media Berita PEMILU IAGI *(edisi khusus)
* serta IAGI-net pada tgl *27 Juni 2008*.

c.   Para calon juga diperbolehkan untuk berdiskusi langsung dengan para
anggota melalui media IAGI-net, surat atau telepon.

d.  Para calon diperbolehkan melakukan "road-show" ke daerah-daerah atas
inisiatif dan biaya sendiri selama masa kampanye.





*4.  **Proses Pemilihan*



a.   Pemilihan akan dilakukan secara langsung, yaitu melalui 'kartu
suara' yang akan diberikan/dikirimkan kepada seluruh anggota baik dalam
bentuk cetakan mau pun file elektronik.

b.  'Kartu suara' dapat dimasukkan ke dalam kotak suara pada saat
pemilihan, atau dikirimkan melalui pos atau faksimili ke Panitia Pemilihan,
atau melalui surat elektronik. Teknis pelaksanaan secara terinci akan
dijelaskan pada 'kartu suara'.

c.   Yang berhak memilih adalah anggota biasa IAGI yang terdaftar di
sekretariat per tanggal *30 Juni 2008.*

d.  Kartu suara sudah harus diterima oleh Panitia Pemilihan
selambat-lambatnya pada saat pembukaan Kotak Suara.

e.   Penghitungan suara akan dilakukan berdasarkan surat suara yang
masuk dan dinyatakan sah untuk dihitung.

f.   Penghitungan suara akan dilakukan pada Rapat Anggota yang akan
dilakukan pada *PIT ke 37 di Bandung*.

g.  Ketua terpilih adalah calon yang memperoleh suara terbanyak. Apabila
suara yang diperoleh dari beberapa calon sama jumlahnya, maka akan
diberlakukan ketentuan ART  Bab VIII pasal 30.



>



*FORMULIR PENCALONAN*

*KETUA FORMATUR IAGI TAHUN 2008 – 2011*

* *

Nama   :
..

NPA:
..

RE: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh

2008-02-12 Thread H. Edison Sirodj (XD/PCSB)
Sepanjang offshore Myanmar, gas field yang ada antara lain Shwe field
(Rakhna basin), Yadana (Moaltama basin) dan kearah tenggaranya Yetagun
(di Mergui terrace). Lapangan-lapangan itu mempunyai temperature
gradient rata-rata 2.5 - 2.9 F/100ft. Makin keselatan dari Yetagun
umumnya dry wells dengan temp gradient rata-rata 1.65 - 1.9 degF/100ft.
Di Andaman sea basin ini problem utamanya adalah source dan charging.

Bila melihat letak dari daerah yang ditemukan BPPT, analogi field yang
lebih mendekati adalah Yadana field (Oligocene-Early Miocene Carbonate).

EGS

-Original Message-
From: Minarwan (Min) [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, 13 February, 2008 6:23 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in
Aceh

Di Andaman-Nikobar yang saya tahu baru ada 1 sumur bor menghasilkan
"discovery" gas dari terumbu Miosen Tengah. Kalau tidak salah dibor
oleh ONGC, nama sumurnya AN-1-1. Sampai sejauh ini pengeboran di
tempat lain belum berhasil membuat "discovery", hanya indikasi gas
(gas shows) di terumbu berumur Miosen Awal. Menurut informasi yang
saya baca, ada sekitar 15 yang telah dibor di sebelah timur pulau
Andaman, sampai dengan saat ini belum bisa membuktikan komersialitas
cekungan Andaman-Nikobar.

Sebagai eksplorasionis, tentu saja pikiran positif diperlukan. Kalau
di Andaman ada 1 sumur discovery dari terumbu Miosen Tengah, walaupun
belum komersial, "siapa tahu" di sebelah barat Aceh juga ada barang
yang sama.

Salam
Minarwan

2008/2/12 Doddy Suryanto <[EMAIL PROTECTED]>:
> Kalo tidak salah, petroleum system yang ada di Andaman basin (utara
dari
> Aceh) cukup berbeda dengan yang ada di onshore atau offshore Gulf of
> Thailand (GoT).
>
> Kalo di onshore dan offshore GoT, source rock umumnya Oligocene dan
> Middle Miocene lacustrine shales.
>
> Sedangkan di offshore Andaman, source rock banyak didominasi oleh
> Oligocene sampai Early Miocene marine shales.
>
> Demikian pula untuk reservoirnya. Di onshore dan offshore GoT
> reservoirnya banyak didominasi oleh fluvial dan fluvio lacustrine.
>
> Sedangkan di offshore Andaman, reservoirnya lebih beragam, mulai dari
> Oligocene basin floor fan, Early Miocene carbonate reef, sampai
Miocene
> turbidite dan deltaic sandstones.
>
> Critical timenya mungkin sekitar penghujung Middle Miocene sampai awal
> Late Miocene dimana hydrocarbon mulai bermigrasi.
>
> Di onshore dan offshore GoT, critical timenya juga hampir sama
waktunya
> sekitaran Middle Miocene sampe Late Miocene.
>
> Selain faktor teknis, faktor non teknis juga tidak mudah dalam
> mengexplorasi daerah offshore Andaman terutama yang dekat daerah
wisata
> seperti Phuket.
>
> Beberapa sumur explorasi yang dibor untuk mengetes basin di offshore
> Andaman berjarak lebih dari 100 km ke arah barat dari Phuket.
>
> Beberapa di antara sumur explorasi yang dibor tahun 1976
memperlihatkan
> adanya gas shows.
>
> Gas prone lebih terlihat di offshore Myanmar seperti dibuktikan dengan
> produksi gas dari dua field yang ada di offshore Myanmar, Yadana dan
> Yetagun.
>
>
>
> -doddy-
> --
Minarwan
-When one teaches, two learn-
GeoTUTOR: http://www.geotutor.tk
Blog: http://desaguadero.blogspot.com




To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no
event shall IAGI and its members be liable for any, including but not
limited to direct or indirect damages, or damages of any kind
whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of
or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing
list.

-



DISCLAIMER : This e-mail and any files transmitted with it ("Message") is 
intended only for the use of the recipient(s) named above and may contain 
confidential information.  You are hereby notified that the taking of any 
action in reliance upon, or any review, retransmission, dissemination, 
distribution, printing or copying of this Message or any part thereof by anyone 
other than the intended recipient(s) is strictly prohibited.  If you have 
received this Message in error, you should delete this Message immediately and 
advise the sender by return e-mail. Opinions, conclusions and other information 
in this Message that do n

[iagi-net-l] RE: Spam:RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR

2008-02-12 Thread Tonny P. Sastramihardja
Mustinya untuk meng klarifikasi 'berita temuan spektakuler ini'! IAGI
dan atau HAGI bisa mengambil inisiatif untuk "membentuk Team Task
Force". Dalam wadah IAGI kita semua kan bisa buka bajubukan
BPPT-LIPI atau DESDM, ITB, UGM..UPN, dll. Yang pasti kan geologist dan
atau geophycisist...

Salam:
TPS

-Original Message-
From: Firman Gea [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:19 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Spam:RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2
Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR

Pak Awang,

Saya usul, Kalau begitu ada baiknya diklarifikasi ke media tersebut dan
beberapa media lain, supaya tidak simpang siur. Terima kasih. 

Salam,
Firman Fauzi



-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, February 12, 2008 3:59 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2
Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR

Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.

BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok
perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.

Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.

Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya,
katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada
terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di
dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi
Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan
telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik
non-komersil.

Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak
lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space
seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak
lintasan seismik <5 km.

Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan
terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright
spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak
brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah
banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di
Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya
kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung.

Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV
(bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk
sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to
gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi
air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume
factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong
lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan
mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori,
bukan hidrokarbon.

Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di
Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100
feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja
kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar
Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya
Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas.

Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas
di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi
forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di
teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading.
Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin.

Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan
panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah
kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser
gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas
adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen.
Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan source
rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow di sini minimal karena di
wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle downwelling yang
membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke mantel yang
dingin percuma saja.

Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak
sepadan, membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa
di Arab memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan
sumberdaya/cadangan dalam perminyakan, bahkan membandingkannya dengan
lapangan Bayu Urip pun tak sepadan.

Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi,
pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah
mengeluarkan pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya
masih sangat kurang, dan status evaluasinya masih teramat dini. Kalau
sudah terlanjur terlempar ke publik, lalu bagaimana ?

Mimpi boleh, teta

RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

2008-02-12 Thread Brahmantyo Krisnahadi Gunawan
Mungkin lebih karena euphoria dari rekan2 BPPT karena berhasil mengidentifikasi 
objek geologi di bawah dasarlaut dengan lebih baik. Gairah BPPT ini sebaiknya 
kita maklumi saja, dan kedepan didukung beneran. Lengkapi dengan perlengkapan 
lebih baik lagi sehingga kapabilitasnya bisa memenuhi high requirements, trus 
libatkan secara nyata di eksplorasi frontier (spec survey). Tdk hanya di laut, 
juga di darat, karena masih banyak cekungan dibawah volcanic cover yang belum 
dieksplore.
Salam,
BKG

-Original Message-
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di 
Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa yang agak 
"keras":-)

Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal untuk bisa 
dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan banyak orang (atau 
bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi nantinya).
Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja masih 
susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti kasus di Cibinong 
atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat pemda jadi ya kita maklum 
adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari lembaga yang bergengsi seperti BPPT, 
wah kok jadi ngeri ya.


salam,


- Original Message 
From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi BPMIGAS 
<[EMAIL PROTECTED]>; IAGI 
Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM
Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di 
Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

  Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.

  BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok 
perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.

  Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.

  Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, 
katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu 
yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah 
survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada 
tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu 
Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil.

  Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 
km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang 
namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km.

  Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu 
tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak 
otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat 
kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal 
ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot 
semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di 
tengah lempung.

  Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk 
rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka 
sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh 
porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu 
dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya 
berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya 
menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang 
dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon.

  Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di 
Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), 
kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union 
Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu 
Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh 
termal yang lumayan panas.

  Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di 
Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc 
basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala 
dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti 
lapangan minyak/gas komersil di forearc basin.

  Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas 
dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu 
pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks 
tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel 
dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang 
menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow 
di sini minimal kare

RE: RE: [iagi-net-l] Buku Baru - Geologi Indonesia : Dinamika dan Produknya (PSG, 2007)

2008-02-12 Thread Awang Harun Satyana
Pak Yoga,

Menurut informasi dari seorang teman di PSG yang mengurusi publikasi buku ini, 
versi digital buku ini hanya ada untuk proses pencetakan, dan data digital 
tersebut tidak akan dipublikasikan ke dalam bentuk CD atau ditaruh di website 
PSG.

Kalau banyak peminat versi digitalnya, barangkali bisa diusulkan ke 
Perpustakann PSG, bisa menghubungi Perpustakaan PSG, Jl. Diponegoro 57, 
Bandung, telp. 022-7279673.

Makalah saya di dalam buku itu (Sumbangsih eksplorasi minyak dan gas bumi 
terhadap pengetahuan geologi Indonesia : data dan pandangan baru geodinamika 
Indonesia) bisa saya kirimkan versi digitalnya bila diperlukan. Ini versi asli 
sebelum disunting (editing).

Salam,
awang

-Original Message-
From: Suryanegara, Yoga [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, February 12, 2008 7:05 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Buku Baru - Geologi Indonesia : Dinamila dan 
Produknya (PSG, 2007)

Yth P. Awang,

Pak kalo Buku Geology ini ada dalam versi pdf-nya nggk yah?
Kebetulan kita yang jauh dari Bandung juga berkeinginan memiliki buku
ini.
Kalo sekiranya P3G juga menerbitkan buku ini dalam bentuk pdf-nya yang
bisa kita down load ke komputer kita, kayaknya akan lebih baik lagi.
Biar geologist Indonesia yang lagi jauh dari P. Jawa and Bandung
khusus-nya bisa ikut membaca buku ini.

Thanks atas info balik-nya.

Salam
Yoga





To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.

-



Re: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh

2008-02-12 Thread Minarwan (Min)
Di Andaman-Nikobar yang saya tahu baru ada 1 sumur bor menghasilkan
"discovery" gas dari terumbu Miosen Tengah. Kalau tidak salah dibor
oleh ONGC, nama sumurnya AN-1-1. Sampai sejauh ini pengeboran di
tempat lain belum berhasil membuat "discovery", hanya indikasi gas
(gas shows) di terumbu berumur Miosen Awal. Menurut informasi yang
saya baca, ada sekitar 15 yang telah dibor di sebelah timur pulau
Andaman, sampai dengan saat ini belum bisa membuktikan komersialitas
cekungan Andaman-Nikobar.

Sebagai eksplorasionis, tentu saja pikiran positif diperlukan. Kalau
di Andaman ada 1 sumur discovery dari terumbu Miosen Tengah, walaupun
belum komersial, "siapa tahu" di sebelah barat Aceh juga ada barang
yang sama.

Salam
Minarwan

2008/2/12 Doddy Suryanto <[EMAIL PROTECTED]>:
> Kalo tidak salah, petroleum system yang ada di Andaman basin (utara dari
> Aceh) cukup berbeda dengan yang ada di onshore atau offshore Gulf of
> Thailand (GoT).
>
> Kalo di onshore dan offshore GoT, source rock umumnya Oligocene dan
> Middle Miocene lacustrine shales.
>
> Sedangkan di offshore Andaman, source rock banyak didominasi oleh
> Oligocene sampai Early Miocene marine shales.
>
> Demikian pula untuk reservoirnya. Di onshore dan offshore GoT
> reservoirnya banyak didominasi oleh fluvial dan fluvio lacustrine.
>
> Sedangkan di offshore Andaman, reservoirnya lebih beragam, mulai dari
> Oligocene basin floor fan, Early Miocene carbonate reef, sampai Miocene
> turbidite dan deltaic sandstones.
>
> Critical timenya mungkin sekitar penghujung Middle Miocene sampai awal
> Late Miocene dimana hydrocarbon mulai bermigrasi.
>
> Di onshore dan offshore GoT, critical timenya juga hampir sama waktunya
> sekitaran Middle Miocene sampe Late Miocene.
>
> Selain faktor teknis, faktor non teknis juga tidak mudah dalam
> mengexplorasi daerah offshore Andaman terutama yang dekat daerah wisata
> seperti Phuket.
>
> Beberapa sumur explorasi yang dibor untuk mengetes basin di offshore
> Andaman berjarak lebih dari 100 km ke arah barat dari Phuket.
>
> Beberapa di antara sumur explorasi yang dibor tahun 1976 memperlihatkan
> adanya gas shows.
>
> Gas prone lebih terlihat di offshore Myanmar seperti dibuktikan dengan
> produksi gas dari dua field yang ada di offshore Myanmar, Yadana dan
> Yetagun.
>
>
>
> -doddy-
> --
Minarwan
-When one teaches, two learn-
GeoTUTOR: http://www.geotutor.tk
Blog: http://desaguadero.blogspot.com



To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.

-



RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

2008-02-12 Thread Hasan Sidi
Yep, kesan dari diskusi ini kebanyakan koq BPPT atau malah IAGI yang salah.
Apa ada yang tahu bahwa PWI punya kode etik? Kalo bener bahwa ini pelintiran,
mungkin ada baiknya di bawa ke meja hijau sehingga di kemudian hari semua
pihak akan lebih berhati-hati. 

> -Original Message-
> From: Witan Ardjakusumah [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Wednesday, February 13, 2008 10:48 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-
> Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
> 
> Teman2
> Please calm down...
> Kalau anda sendiri menghadiri pemaparannya pasti reaksinya tidak sekeras
> ini. Pengertian tentang reserves dan resources sudah disampaikan oleh
> para panelis tapi mungkin ditangkap lain oleh wartawan.
> 
> Menurut saya ini kan masih play concept jadi memang masih bisa
> diperdebatkan dengan kepala dingin.
> 
> Mungkin di Indonesia fore-arc basin belum terbukti ada hidrokarbonnya,
> tapi setahu saya di Talara Basin (Peru) dan Progresso Basin (Ecuador)
> ada lapangan minyak dan gas.
> 
> Nah ini ada beberapa kalimat bijak yg saya kutip dari website aapg:
> "Everything in geology is more complicated than what you see in a
> luncheon talk" (Jim Letourneau, CSPG, EPRD Presentatiion, May 11 2004)
> "Prospecting for oil is a dynamic art... The greatest single element in
> all prospecting, past, present and future, is the man willing to take a
> chance" Everett DeGolyer
> 
> 



To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.

-



RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

2008-02-12 Thread Awang Harun Satyana
Bukan keras sih Pak Noor, hanya mencoba menampilkan sisi negatif/ kritis atas 
press release ini, agar kita semua (walaupun kita praktisi perminyakan pasti 
tahu tingkat kebenaran berita ini) hati2 menanggapinya.

Sedikit koreksi atas ulasan saya kemarin yang tertulis :

>Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya 
>>termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet)...

Seharusnya :

Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya 
termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 F/100 feet)... (jadi bukan C/100 ft tetapi 
F/100 ft)

Tentu saya berharap bahwa di west offshore Aceh itu benar2 ada giant-supergiant 
fields, juga di bagian lain di Indonesia; tetapi tetap kan kita harus kritis 
menggunakan nalar kita.

Bahkan "all prospects look good until drilled", apalagi yang di west offshore 
Aceh ini untuk menamakannya sebagai lead pun bukan, play pun bukan, petroleum 
system pun bukan (mengacu kepada hirarki basin to prospect menurut Otis dan 
Schneidermann, 1997); maka mengumumkannya sebagai lapangan dengan cadangan 
(lapangan dan cadangan itu juga terminologi kalau sudah dibor dan ada penemuan) 
ratusan bilyun barrel jelas sangat mengganggu (!), dan jelas harus diluruskan.

Salam,
awang

-Original Message-
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di 
Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa yang agak 
"keras":-)

Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal untuk bisa 
dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan banyak orang (atau 
bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi nantinya).
Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja masih 
susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti kasus di Cibinong 
atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat pemda jadi ya kita maklum 
adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari lembaga yang bergengsi seperti BPPT, 
wah kok jadi ngeri ya.


salam,





To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.

-



[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [hagicommittee] Re: Thinking Out of The Box- BPPT

2008-02-12 Thread Awang Satyana
Pak Mutalib,
   
  Bila acara ini jadi dilaksanakan, sebaiknya diundang juga beberapa media, 
terutama yang telah "melemparkan bola liar dan panas" (?) ini. Atau bila tidak 
diundang, sehabis diskusi sebaiknya dilakukan press release resmi oleh 
HAGI/IAGI tentang hal ini.
   
  salam,
  awang

Abdul Mutalib Masdar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
v\:* {behavior:url(#default#VML);}  o\:* {behavior:url(#default#VML);}  
w\:* {behavior:url(#default#VML);}  .shape {behavior:url(#default#VML);}
st1\:*{behavior:url(#default#ieooui) }Well done pak pesannya. 
Komwil HAGI Jkt (Pak Mailendra Cs), sedang mempersiapkan acara dimaksud. Insya 
Allah minggu depan kalo tidak ada aral melintang, acara luncheon talk tsb akan 
kita laksanakan.
   
  Rgds
  AMM
   
  
-
  
  From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Muharram Jaya 
Panguriseng
Sent: Wednesday, February 13, 2008 12:10 PM
To: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia; 'Forum Himpunan Ahli Geofisika 
Indonesia'; iagi-net@iagi.or.id; 'migas indonesia'; [EMAIL PROTECTED]; 
'serba-kl'; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL 
PROTECTED]
Subject: [hagicommittee] Re: [Forum-HAGI] Thinking Out of The Box- BPPT

   
Pemerhati Forum HAGI Yth. :

Diskusi tentang berita "Ditemukan, Lapangan Migas Raksasa di Aceh" semakin 
menarik saja :-) . Kami menyebutnya "berita" karena lapangan migas-nya sendiri 
belum terbukti ditemukan, makanya ada pendapat yang masih meragukannya, 
kelihatannya memang masih terlalu dini untuk menyebut "Ditemukan Lapangan 
MIGAS", karena harus dibuktikan dulu dengan kaidah-kaidah ekplorasi yang dapat 
dipertanggungjawabkan secara metodologi maupun keilmuan. Tetapi seandainya 
berita itu nantinya menjadi kenyataan maka anugrah besar bagi bangsa dan negara 
Republik Indonesia yang sedang terpuruk ini. Sekarang berita ini telah menjadi 
bola liar yang bisa menggelinding kesana-kemari tidak karuan, jangan sampai 
menjadi "Busang part-2" he he he ...

Kedua pendapat yang seakan-akan berseberangan antara yang yakin bahwa "Telah 
Ditemukan Lapangan Migas Raksasa" dengan pendapat yang memilih lebih hati-hati 
mengingat "Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin" 
harus dipertemukan dalam suatu forum diskusi.

Menurut hemat kami, HAGI harus menangkap bola liar ini untuk kemudian 
diletakkan pada proporsinya, komunitas HAGI & IAGI mendiskusikannya dalam suatu 
forum ilmiah atau sekurang-kurangnya lewat Luncheon Talk HAGI. Kami dari 
Special Event - HAGI meminta dukungan President HAGI dan komunitas Forum-HAGI 
untuk mengadakan Luncheon Talk dengan tema "Ditemukan Lapangan Migas Raksasa di 
Aceh ?", dengan pembicara utama Bpk. Dr. Yusuf Surachman (Direktur Pusat 
Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT) dan Bpk. Awang Satyana 
(BPMIGAS). Target peserta adalah anggota HAGI dan IAGI sehingga sama-sama bisa 
memberikan sumbangan pemikiran atas data yang telah dikumpulkan oleh BPPT 
bersama Bundesanspalp fur Geowissnschaften und Rohftoffe (BGR Jerman).

Semoga diskusi ini nantinya dapat memberikan sumbangan berarti bagi 
kemaslahatan bangsa & negara Republik Indonesia. Amin

Salam,
Muharram J. Panguriseng
Special Event - HAGI


At 11:18 AM 2/13/2008, Abdul Mutalib Masdar wrote:
Dear All,

Ternyata " Thinking Out of The Box" nya Pak Yusuf Surachman dan kawan-kawan
di BPPT banyak direspon oleh kawan-kawan baik di dunia perminyakan maupun
nonperminyakan. Kalo menurut saya wajar-wajar saja berbagai pendapat tsb
muncul. Kita nggak perlu terlalu reaktif atau serta merta menolak statement
tersebut. Kawan-kawan di perminyakanpun menurut saya nggak perlu "alergi"
terhadap pernyataan ini.

Isu ini sebetulnya sudah mau dimunculkan oleh kawan-kawan di BPPT sekitar 6
bulan lalu. Ketika TIM HAGI akan menandatangani MOU dengan SEG di San
Antonio pada bulan September 2007, Pak Yusuf Surachman sempat melontar isu
ini kepada Tim HAGI. Dan malah kami sempat tawarkan pemikiran atau temuan
ini untuk menjadi agenda "Luncheon Talk" nya HAGI. Dan kamipun sempat lihat
data tersebut dan diskusi bareng bagaimana menyikapi dan mempublikasi temuan
tersebut. Kawan-kawan di BPPT bercerita juga bahwa temuan tsb sudah
diinformasikan kepada pihak-pihak terkait terutama yang terkait dengan dunia
perminyakan/energi, namun tidak ada respon. 

Saya secara pribadi melihat temuan tersebut sebagai sebuah opportunity yang
harus kita dorong sama-sama agar betul-betul reliable untuk digarap. Memang
paramater-parameter yang digunakan untuk perhitungan cadangan/sumber daya
tersebut masing sangat kasar, namun saya berpendapat pemikiran-pemikiran
yang "liar dan progresif" spt ini harus terus kita dorong agar tidak hanya
sekedar menjadi wacana publik tapi menjadi concern semua orang, baik ilmuan
maupun praktisi termasuk pihak-pihak yang berwenang terhadap masalah tsb di
negeri tercinta ini. 

Kita nggak perlu "marah, gelisah dan panik" dengan statemen atau wacana ini,
s

Re: [iagi-net-l] Kritisi Atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

2008-02-12 Thread Ismail Zaini
Setiap Institusi mempunyai fungsi dan tugas masing - masing . Kadang kadang 
ada yang terlalu berani menggelar pernyataan / konprensi pers namun juga ada 
yang sebaliknaya. Kalau pernytaan tsb menyangkut hal yg strategis dan 
mengundang perhatian publik apalagi dg disertakan data yg kuantitif biasanya 
publik tidak melihat institusinya  namun melihatnya Ini suatu yg baru. 
Rasanya hal ini sering terjadi.
Mungkin untuk pernyataan pernyataan yg sifatnya strategis dan akan mendapat 
perhatian publik yg besar , mbok yao dilakukan konsultasi publik dulu ... 
emaksudnya konsultasi institusi dulu terutama yg menyangkut  masalah 
lintas sektoral.
Kita ini kan sudah punya Badan Geologi , saya dulu berpikir setelah adanya 
suatu Badan tersendiri maka semua aspek pergeologian ini akan dikomando oleh 
yang empunya Badan , ternyata masih jalan sendiri sendiri juga . Kalau 
diperhatikan mungkin kita itu punya lebih 5 institusi yang semuanya 
melakukan penelitian penelitian G & G.yg kadang kadang antara yg satu dg yg 
lain batasnya abu abu . Mungkin nggak ya Badan tsb sifatnya Nasional dibawah 
Presiden langsung tidak seperti sekrang ada dibawah ESDM shg sulit untuk 
bergerak lintas sektoral. yah seperti Bakosurtanal itu atau Bulog dll.


ISM


"Eksplorasi BPMIGAS" <[EMAIL PROTECTED]>; "IAGI" 


Sent: Tuesday, February 12, 2008 1:27 AM
Subject: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Kritisi atas Berita Penemuan 
"Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)



Jaman baheula, pada daerah2 open area ada yang melakukan speculative 
survey, biasanya juga tidak memunculkan besaran sumberdaya yang ada. Kini 
survey riset yang dilakukan oleh BPPT/BGR dengan interval yang sangat 
lebar menghasilkan gambar tentang kandungan migas yang sangat spektakuler. 
Alhamdulillah. Dan, adalah tugas pak Yusuf yang dipercaya untuk 
menginventarisir sumberdaya alam di BPPT mengungkapkan potensi yang ada di 
negeri ini.


Sekalian menegakkan kepala sebagai bangsa, alangkah baiknya jika 
putra-putri Indonesia sendiri berani bahu membahu melakukan usaha-usaha 
pembuktian. Sebelum eksplorasi, lakukan spec survey, masak orang luar 
terus yang melakukannya, padahal BPPT/LIPI punya kapal, mungkin PPGL punya 
peralatan, pemerintah dapat bonus2 tandatangan kontrak PSC, semua 
sumberdaya yang ada tersebut kan bisa didayagunakan. Masak sih Migas 
mengandalkan partner luar terus. mbok yao potensi nasional dikoordinir 
yang rapih.


lam-salam,
ar-


- Original Message 
From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [Forum-HAGI] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 
Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)



Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.

BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok 
perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.


Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.

Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, 
katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada 
terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di 
dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union 
Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor 
(Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil.


Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 
60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 
km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan 
seismik <5 km.


Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan 
terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright 
spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak 
brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah 
banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di 
Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya 
kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung.


Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV 
(bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai 
ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), 
dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau 
Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau 
mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF 
(recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV 
dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan 
hidrokarbon.


Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di 
Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 
feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja 
kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar 
Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen 
Awal. Minyak butuh termal 

RE: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

2008-02-12 Thread Brahmantyo Krisnahadi Gunawan
spec survey, masak orang luar terus yang melakukannya mengandalkan 
partner luar terus. mbok yao potensi nasional dikoordinir yang rapih.

Setuju Cak. Kalo pada niat dan komit, semestinya tidak sulit memberdayakan 
potensi nasional.
Lim-salim
BKG


-Original Message-
From: Ariadi Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:28 PM
To: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia; [EMAIL PROTECTED]; Eksplorasi 
BPMIGAS; IAGI
Subject: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 
Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

Jaman baheula, pada daerah2 open area ada yang melakukan speculative survey, 
biasanya juga tidak memunculkan besaran sumberdaya yang ada. Kini survey riset 
yang dilakukan oleh BPPT/BGR dengan interval yang sangat lebar menghasilkan 
gambar tentang kandungan migas yang sangat spektakuler. Alhamdulillah. Dan, 
adalah tugas pak Yusuf yang dipercaya untuk menginventarisir sumberdaya alam di 
BPPT mengungkapkan potensi yang ada di negeri ini.

Sekalian menegakkan kepala sebagai bangsa, alangkah baiknya jika putra-putri 
Indonesia sendiri berani bahu membahu melakukan usaha-usaha pembuktian. Sebelum 
eksplorasi, lakukan spec survey, masak orang luar terus yang melakukannya, 
padahal BPPT/LIPI punya kapal, mungkin PPGL punya peralatan, pemerintah dapat 
bonus2 tandatangan kontrak PSC, semua sumberdaya yang ada tersebut kan bisa 
didayagunakan. Masak sih Migas mengandalkan partner luar terus. mbok yao 
potensi nasional dikoordinir yang rapih.

lam-salam,
ar-


- Original Message 
From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [Forum-HAGI] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di 
Aceh West Offshore (BPPT-BGR)


Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.

BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok 
perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.

Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.

Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, 
katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu 
yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah 
survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada 
tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu 
Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil.

Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 
km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang 
namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km.

Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu 
tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak 
otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat 
kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal 
ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot 
semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di 
tengah lempung.

Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk 
rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka 
sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh 
porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu 
dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya 
berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya 
menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang 
dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon.

Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di 
Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), 
kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union 
Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu 
Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh 
termal yang lumayan panas.

Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di 
Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc 
basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala 
dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti 
lapangan minyak/gas komersil di forearc basin.

Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan 
mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu pasti 
lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks tak 
mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel dan 
panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang 
menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow 
di sini minimal karena di wilayah barat Su

RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

2008-02-12 Thread Firman Gea
Pak Noor, ikut berkomentar ya,

Bukan BPPT dalam hal ini yang membuat bias. Yang membuat bias adalah
tulisan di media. Yang menulis di media kemungkinan besar bukan
geoscientist, jadi walaupun dia sudah menuliskan tentang bahwa ini masih
"resource", tapi tetap saja dia membangun dan menampilkan pesan ke
masyarakat umum yang membaca bahwa itu adlah sebuah penemuan dengan
cadangan besar, khas media lah. Jadi menurut saya sebaiknya
diklarifikasi ke medianya. BPPT menurut saya pernyataannya sudah sangat
baik dan sangat dimengerti bila yang membaca adalah geoscientist.

Salam,
Firman Fauzi

-Original Message-
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2
Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa
yang agak "keras":-)

Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal
untuk bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan
banyak orang (atau bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi
nantinya). 
Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja
masih susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti
kasus di Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat
pemda jadi ya kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari
lembaga yang bergengsi seperti BPPT, wah kok jadi ngeri ya.


salam,


- Original Message 
From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi
BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>; IAGI 
Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM
Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2
Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)

  Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.
  
  BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari
blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.
  
  Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.
  
  Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya,
katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada
terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di
dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi
Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan
telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik
non-komersil. 
  
  Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak
lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space
seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak
lintasan seismik <5 km.
  
  Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan
terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright
spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak
brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah
banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di
Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya
kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung.
  
  Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan
BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk
sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to
gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi
air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume
factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong
lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan
mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori,
bukan hidrokarbon.
  
  Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di
Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100
feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja
kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar
Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya
Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas.
  
  Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2
migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada
posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta
Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor
Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc
basin.
  
  Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan
panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah
kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser
gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas
adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen.
Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan sour