[iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR
Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km. Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung. Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas. Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin. Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke mantel yang dingin percuma saja. Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak sepadan. Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah mengeluarkan pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya masih sangat kurang, dan status evaluasinya masih teramat dini. Kalau sudah terlanjur terlempar ke publik, lalu bagaimana ? Mimpi boleh, tetapi tak perlu ribut-ribut dulu ke mana2. Salam, awang -Original Message- From: Muhammad Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 12, 2008 2:50 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh > lanjut berita Koran Lokal Berikut petikan koran lokal di aceh tentang berita dari BPPT ini. Ada baiknya IAGI, BPPT, maupun BP Migas bisa duduk bersama sebelum mengeluarkan berita gembira spt ini, setidaknya berita tsb tidak sampai dipolitisir oleh sekelompok massa, apalagi daerah ini yang baru saja mengakhiri konflik. Migas Raksasa Ditemukan di Aceh JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama lembaga riset geologi dan kelautan Jerman (BGR) menemukan sumber daya minyak dan gas (migas) berskala raksasa di timur laut Pulau Simeulue, Aceh. Potensi hidrokarbon itu ditaksir mencapai 50 miliar barel. Lebih besar dari yang terdapat di Banyu Urip
Re: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh > lanjut berita Koran Lokal
Kalau berta yang ini agak lumayan , kok Kompas kalah canggih dibanding koran daerah ya. Sepanjang sejarah mgas , kita tahu bahwa sampai saat ini "fore arc basin" belum tterbukti sebagai penghasil migas. Daerah yang sangat dekat dengan lokasi ii , Nias , pernh dieksplorasi oleh Caltex , dan kurang berhasil, Walaupun demikian , tentunya ada dasar dasar ilmiah statemen dari BPPT sperti itu , jadi perlu pengkajian yang objektif dan menghilangkan apriori sebelum jelas jelas hal ini adalah "mimpi" seperti dikatakan Vicky. Si Abah > Berikut petikan koran lokal di aceh tentang berita dari BPPT ini. > Ada baiknya IAGI, BPPT, maupun BP Migas bisa duduk bersama sebelum > mengeluarkan berita gembira spt ini, setidaknya berita tsb tidak sampai > dipolitisir oleh sekelompok massa, apalagi daerah ini yang baru saja > mengakhiri konflik. > > Migas Raksasa Ditemukan di Aceh > JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama lembaga > riset geologi dan > kelautan Jerman (BGR) menemukan sumber daya minyak dan gas (migas) > berskala raksasa di timur > laut Pulau Simeulue, Aceh. Potensi hidrokarbon itu ditaksir mencapai 50 > miliar barel. Lebih besar > dari yang terdapat di Banyu Urip, Jawa Timur, yang hanya 450 juta barel. > Direktur Pusat Teknologi > Inventarisasi BPPT Yusuf Surahman menjelaskan, potensi itu berdasarkan > perhitungan dengan > porositas 15 persen. Porositas merupakan kemungkinan batuan menyimpan > cairan (termasuk > minyak) di dalam gugusannya. > Karena rata rata saat ini porositas yang digunakan sekitar 20 persen. > Jadi, 15 persen itu realistis, > katanya dalam jumpa pers di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (11/2). > Sementara, jika menggunakan porositas 30 persen, maka diperkirakan volume > minimum cekungan > mencapai 107,5 miliar barel dan volume maksimumnya 320,79 miliar. > Jika dibandingkan dengan negara negara lain, penemuan ini termasuk > kategori kakap. Arab Saudi, > misalnya, cadangan terbuktinya 264,21 miliar barel, sehingga bisa > dieksplorasi selama 250 tahun. > Sedangkan potensi migas di Banyu Urip, Jawa Timur, sebesar 450 juta barel. > Adapun lapangan > migas yang dapat dikategorikan sebagai giant field adalah apabila volume > cadangan terhitung > mencapai 500 juta barel. > Pascagempa > Penemuan potensi migas di perairan Simeulue itu bermula dari penelitian > yang dilakukan BPPT > terkait gempa dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004. Saat itu BPPT > bersama lembaga riset > geologi dan kelautan Jerman (BGR) meneliti struktur geologi di sekitar > Aceh-Nias dan akhirnya > menemukan potensi hidrokarbon di sekitar Pulau Simeulue. > Yusuf Surahman menambahkan, terdeteksinya potensi migas itu karena dipicu > oleh gempa yang > terjadi di Aceh akhir Desember 2004 yang membuat geseran lokasi source > rock. Source rock > merupakan batu yang mengeluarkan panas untuk mematangkan kandungan minyak. > Potensi > hidrokarbon ini ditemukan di kedalaman sekitar 1.900 meter di bawah air > laut. > Ia tak lupa mengingatkan bahwa volume tersebut hanya merepresentasikan > ruang dalam bentuk > tangki yang belum tentu seluruhnya diisi oleh hidrokarbon, berhubung ruang > dalam batuan > dipengaruhi faktor lain, seperti indeks saturasi air, kemampuan daya > tampung minyak, dan gas. > Menurut Yusuf, hidrokarbon tersebut belum bisa dipastikan sebagai > kandungan minyak dan gas > (migas). Namun, pihaknya menemukan carbonat build up yang mencirikan > minyak dan bright spot > yang mencirikan gas. > Begitupun, masih dibutuhkan kajian yang lebih teliti untuk mengetahui > kandungan yang > sebenarnya. > Kepala BPPT Prof Dr Said D Jenie menyatakan sudah melaporkan penemuan ini > ke Departemen > Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tapi lama tak dapat respons. Sampai > akhirnya Pertamina > menyatakan ketertarikan untuk bekerja sama dengan BPPT melakukan kajian > lebih dalam. > http://serambinews.com/old/cetak.php?aksi=cetak&beritaid=42390 > 2 of 2 12/02/2008 14:29 > Pertamina sudah kirim letter of intent, katanya. > Pakar perminyakan dari Exploration Think Tank Indonesia (ETTI), Dr Andang > Bachtiar, berpendapat > potensi minyak dan gas (hidrokarbon) yang baru ditemukan di perairan timur > laut Pulau Simeulue > itu perlu segera ditindaklanjuti. > Kalau potensinya mencapai 107,5 miliar sampai 320,79 miliar barel itu > suatu jumlah yang sangat > besar. Jika dari potensi itu hanya terbukti 25 persen saja, masih juga > merupakan angka yang > sangat menarik, ujarnya di Jakarta kemarin. > Ia perkirakan butuh tiga tahun untuk membuktikan cadangan dengan melakukan > pengeboran 14 > sumur dan studi seismik senilai US$ 3 juta. > Sementara itu, Kepala BPPT Prof Said Jenie berharap, Pemerintah Indonesia > segera mengamankan > potensi tersebut agar dapat dikuasai oleh negara. > BPPT menyarankan untuk segera dilakukan penelitian lanjutan semaksimal > mu
[iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km. Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung. Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas. Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin. Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke mantel yang dingin percuma saja. Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak sepadan. Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah mengeluarkan pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya masih sangat kurang, dan status evaluasinya masih teramat dini. Kalau sudah terlanjur terlempar ke publik, lalu bagaimana ? Mimpi boleh, tetapi tak perlu ribut-ribut dulu ke mana2. Salam, awang Guruh Didi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Selasa, 12 Feb 2008, Ditemukan, Lapangan Migas Raksasa di Aceh BPPT: Lebih Besar dari Milik Arab Saudi JAKARTA - Bencana dahsyat tsunami di Aceh 26 Desember 2004 memunculkan berkah tak terduga empat tahun kemudian. Berawal dari studi pascagempa tsunami di perairan barat Sumatera, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kemarin (11/2) memublikasikan temuan blok dengan potensi kandungan migas raksasa. Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Yusuf Surahman mengatakan, Survei BPPT bersama Bundesanspalp fur Geowissnschaften und Rohftoffe (BGR Jerman) itu menemukan kawasan perairan yang di dalam buminya diperkirakan terkandung migas 107,5 hingga 320,79 miliar barel. Lapangan migas tersebut terletak di daerah cekungan busur muka atau fore
[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
Jaman baheula, pada daerah2 open area ada yang melakukan speculative survey, biasanya juga tidak memunculkan besaran sumberdaya yang ada. Kini survey riset yang dilakukan oleh BPPT/BGR dengan interval yang sangat lebar menghasilkan gambar tentang kandungan migas yang sangat spektakuler. Alhamdulillah. Dan, adalah tugas pak Yusuf yang dipercaya untuk menginventarisir sumberdaya alam di BPPT mengungkapkan potensi yang ada di negeri ini. Sekalian menegakkan kepala sebagai bangsa, alangkah baiknya jika putra-putri Indonesia sendiri berani bahu membahu melakukan usaha-usaha pembuktian. Sebelum eksplorasi, lakukan spec survey, masak orang luar terus yang melakukannya, padahal BPPT/LIPI punya kapal, mungkin PPGL punya peralatan, pemerintah dapat bonus2 tandatangan kontrak PSC, semua sumberdaya yang ada tersebut kan bisa didayagunakan. Masak sih Migas mengandalkan partner luar terus. mbok yao potensi nasional dikoordinir yang rapih. lam-salam, ar- - Original Message From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [Forum-HAGI] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km. Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung. Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas. Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin. Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke mantel yang dingin percuma saja. Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak sepadan. Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-
Re: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR
Berita ini sudah menyebar luas. Repotnya jika hal itu sudah menjadi opini publik dan masuk wilayah politik. Saya sudah me-reply berita ini yang diposting di milis2 yang bersifat umum, bahwa hal itu kemungkinan tidak benar, barangkali wartawannya yang keliru dalam menyimpulkan sehingga menjadi berita yang bombastis memberi angin surga. Mungkin kita masih BBM (baru bisa mimpi). Kalau mimpi ya janganlah diceritakan kemana-mana. Semoga saja tidak terjadi seperti kasus Busang. Salam, ndh - Original Message - From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Tuesday, February 12, 2008 3:58 PM Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km. Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung. Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas. Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin. Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke mantel yang dingin percuma saja. Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak sepadan. Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah mengeluarkan pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya masih sangat kurang, dan status evaluasinya masih teramat dini. Kalau sudah terlanjur terlempar ke publik, lalu bagaimana ? Mimpi boleh, tetapi tak perlu ribut-ribut dulu ke mana2. Salam, awang -Original Message- From: Muhammad Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 12, 2008 2:50 C++ To: iagi-net@iagi.or.
RE: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh
BPPT harus belajar pakai kata prospect (prospect reserve?) kali ya, supaya lebih jelas. Kalau benar tentu saja akan sangat membahagiakan. BS Berita yang sangat menarik, terima kasih Ferry untuk posting-nya. Barangkali Pak Ridwan Djamaluddin (BPPT) dapat memberikan klarifikasi ? Sungguh besar sumberdaya sebesar 107-320 BBO (bilyun barel oil) itu. Berikut bandingannya. Seluruh cadangan lapangan minyak Indonesia punya cadangan terbukti dan potensial sekitar 9 BBO (terbuktinya sekitar 4,5 BBO). Seluruh prospek dan lead Indonesia (hampir 650 struktur) punya sumberdaya total sekitar 60 BBO. Kalau di West Aceh offshore Indonesia ada sumberdaya hidrokarbon sampai sebesar 107-320 BBO sungguh menakjubkan. Mungkin lokasi riset BPPT dan BGR Jerman ini ada di Cekungan Sibolga, cekungan depan busur (forearc) di Sumatera. Eksplorasi selama ini di sana hanya di bagian selatannya yang menemukan cadangan gas biogenik tidak ekonomis dari terumbu Miosen melalui pemboran2 di struktur Suma, Singkel, dan Ibu Suma oleh Union Oil dan Caltex. Literatur saat ini mengatakan cekungan ini punya kualitas reservoir buruk (karena terlalu jauh dari sumbernya untuk Paleogen, untuk Neogen disuplai dari tinggian volcanic arc dan melange risge) dan source yang kurang bagus (karena open marine, oxygenated), sejarah termal yang dingin (low geothermal gradient, ciri kebanyakan forearc basin). Tetapi kalau benar ada liquid HCs sampai ratusan bilyunan begitu, sungguh menarik dan harus banyak yang dipelajari. Kelihatannya ini masih sangat prematur, tetapi perlu diklarifikasi. Salam, awang -Original Message- From: Ferry Bastaman Hakim [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 11, 2008 1:06 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh Dari Jakarta Post hari ini Adakah rekan2 yang punya info lebih jauh tentang berita ini Salam Ferry -- Agencies discover hydrocarbon in Aceh Indonesian and German research agencies have claimed a massive finding of underwater hydrocarbon, which may contain oil and gas reserves, off the western shore of Aceh Nangroe Darussalam. In its press statement on Saturday, the Agency for the Assessment and Application of Technology (BPPT) and its counterpart Bundesanstalt fur Geowissenschaften und Rohstoffe (BGR) said the unproven reserve might reach 107 billion barrels of oil or gas as a minimum. The statement said the maximum of the reserve could reach 320 billion barrels. As a comparison, the proven reserve of Saudi Arabia is around 264 billion barrels, the largest in the world, while the Banyu Urip block in Cepu, Central Java, contains around 450 million barrels. The BPPT said the discovery was apparently unintended and the primary aim of the research was to map the geological construction of the surrounding sea in Aceh after the 2004 Indian Ocean tsunami. However, through a research vessel, Sonne, the agencies managed to locate an underwater basin which may contain hydrocarbon. The research and preliminary finding remains subject to further tests to determine the actual reserve of the basin. Further information is required before energy companies would be able to feasibly explore an oil or gas block.-- JP To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - This email was Anti Virus checked by Administrator. http://www.bpmigas.com To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-arch
Re: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
Menurut aku sih gak ada salahnya BPPT mengumumkan hal itu, ambil sisi positifnya. Sekarang yang terpenting mungkin bisa diadakan diskusi bersama antara BPPT dengan personal atau organisasi yang tertarik seperti BP Migas, IAGI dan laen sebagainya. Saya kurang sreg dengan pertanyaan Iwan bahwa BPPT sebaiknya diskusi dengan IAGI atau IPA karena IAGI dan IPA bukan badan struktural. Kalo dengan BP Migas memang bisa lebih pas. On 2/13/08, Iwan B <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Satu lagi pak, utk menambahkan saja, sebaiknya sebelumnya > dipublikasikan, sebaiknya BPPT lebih terbuka utk mengajak IAGI atau > organisasi lain (IPA?) utk berdiskusi interpretasinya... > > > 2008/2/13 Brahmantyo Krisnahadi Gunawan <[EMAIL PROTECTED]>: > > Mungkin lebih karena euphoria dari rekan2 BPPT karena berhasil > mengidentifikasi objek geologi di bawah dasarlaut dengan lebih baik. Gairah > BPPT ini sebaiknya kita maklumi saja, dan kedepan didukung beneran. Lengkapi > dengan perlengkapan lebih baik lagi sehingga kapabilitasnya bisa memenuhi > high requirements, trus libatkan secara nyata di eksplorasi frontier (spec > survey). Tdk hanya di laut, juga di darat, karena masih banyak cekungan > dibawah volcanic cover yang belum dieksplore. > > Salam, > > BKG > > > > -Original Message- > > From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] > > Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 AM > > To: iagi-net@iagi.or.id > > Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 > Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) > > > > wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa > yang agak "keras":-) > > > > Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal > untuk bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan banyak > orang (atau bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi nantinya). > > Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja > masih susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti kasus di > Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat pemda jadi ya > kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari lembaga yang > bergengsi seperti BPPT, wah kok jadi ngeri ya. > > > > > > salam, > > > > > > - Original Message > > From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> > > To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi > BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>; IAGI > > Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM > > Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 > Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) > > > > Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. > > > > BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari > blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. > > > > Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. > > > > Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, > katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada > terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat > wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan > Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, > Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. > > > > Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak > lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space > seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak > lintasan seismik <5 km. > > > > Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan > terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot > pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot > sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan > tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor > mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi > akibat lapisan tuf di tengah lempung. > > > > Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan > BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk > sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), > dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc > (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau > menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery > factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan > porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. > > > > Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di > Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 > feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja > kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar > Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terum
Re: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
Satu lagi pak, utk menambahkan saja, sebaiknya sebelumnya dipublikasikan, sebaiknya BPPT lebih terbuka utk mengajak IAGI atau organisasi lain (IPA?) utk berdiskusi interpretasinya... 2008/2/13 Brahmantyo Krisnahadi Gunawan <[EMAIL PROTECTED]>: > Mungkin lebih karena euphoria dari rekan2 BPPT karena berhasil > mengidentifikasi objek geologi di bawah dasarlaut dengan lebih baik. Gairah > BPPT ini sebaiknya kita maklumi saja, dan kedepan didukung beneran. Lengkapi > dengan perlengkapan lebih baik lagi sehingga kapabilitasnya bisa memenuhi > high requirements, trus libatkan secara nyata di eksplorasi frontier (spec > survey). Tdk hanya di laut, juga di darat, karena masih banyak cekungan > dibawah volcanic cover yang belum dieksplore. > Salam, > BKG > > -Original Message- > From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 AM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" > di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) > > wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa yang > agak "keras":-) > > Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal untuk > bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan banyak orang > (atau bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi nantinya). > Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja masih > susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti kasus di > Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat pemda jadi ya > kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari lembaga yang bergengsi > seperti BPPT, wah kok jadi ngeri ya. > > > salam, > > > - Original Message > From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> > To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi BPMIGAS > <[EMAIL PROTECTED]>; IAGI > Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM > Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" > di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) > > Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. > > BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok > perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. > > Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. > > Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, > katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada > terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat > wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan > Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, > Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. > > Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan > 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? > Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 > km. > > Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan > terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot > pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot > sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan > tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor > mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi > akibat lapisan tuf di tengah lempung. > > Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV > (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke > angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi > oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), > lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung > terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). > Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, > maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. > > Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di > Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 > feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau > Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, > Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak > butuh termal yang lumayan panas. > > Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di > Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc > basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk > Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada > terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin. > > Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas
Re: [iagi-net-l] Resistivity model batuan carbonate
Mas Hilfan, Bisa diperjelas dikit pertanyaannya, agak blur nih. Analisa resistivity? maksudnya apa? Archie Model? atau maksudnya aplikasi Archie di karbonat? Inhomogenitas = heterogenitas? Local porosity? distribusi dan macam porosity? Local Saturation? baru denger, apa maksudnya? Gagal Saturasi? Invalid saturation calculation? Saya coba share nanti kalo pertanyaannya dah jelas. On 2/12/08, Hilfan Khairy <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bapak/Ibu semua, > > Mohon pencerahan model apakah dari sisi teknis yang bisanya dipakai untuk > analisa resistivity pada batuan carbonate? sependek pengetahuan dari jurnal > yang dibaca, model Archie yang menghubungkan resistivitas dan saturasi > "gagal" alias tidak valid digunakan. Adanya inhomogenitas, local porosity > dan local saturation katanya adalah penyebabnya. Tolong dibantu. > > Hilfan > > >
[iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa yang agak "keras":-) Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal untuk bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan banyak orang (atau bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi nantinya). Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja masih susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti kasus di Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat pemda jadi ya kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari lembaga yang bergengsi seperti BPPT, wah kok jadi ngeri ya. salam, - Original Message From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>; IAGI Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km. Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung. Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas. Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin. Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke mantel yang dingin percuma saja. Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak sepadan. Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah mengeluarkan pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya masih sangat kurang, dan status evaluasinya m
Re: [iagi-net-l] TEMUAN INTAN PUTRI MALU DI BANJAR
Pak Amir, Setahu mang Okim , PT Aneka Tambang punya KP intan di Kalsel ( kalau belum direlinquished ). Sejak beberapa tahun terakhir ini bahkan ada sebuah PT ( kerjasama asing ) yang mengekspor resmi beberapa ribu karat intan per bulan. Mang Okim tidak tahu apakah PT ini punya KP intan ( kiranya rekan-rekan di Departemen ESDM atau Dinas Pertambangan Kalsel bisa bantu jawab ). Mengenai intan Putri Malu yang ditemukan oleh sekelompok pendulang, demikian juga temuan intan-intan besar lainnya yang tidak terekspose, mang Okim tidak tahu tentang aturan / kebijakan pemerintah setempat, apakah langsung dipajak atau gimana. Hanya, kalau temuan intan sebesar 200 karat dibiarkan lewat begitu saja, rasanya teramat sayang ya. Pemkab sebetulnya bisa memfasilitasi para pendulang untuk mendapatkan harga optimal sehingga mereka bisa benar-benar jadi OKB sampai ke cucu-cucu dan cicit-cicit mereka. Uang Rp 3 milyar memang banyak, tetapi dibandingkan dengan Rp 30 milyar tentu jumlah tersebut teramat sedikit, apalagi keuntungan sebesar itu dinikmati oleh seorang atau sekelompok kecil orang yang - -- -sampun sugih ! Mang Okim harap,rekan-rekan yang lebih kompeten bisa bantu menjawab pertanyaan Pak Amir. Salam batumulia, Mang Okim - Original Message - From: "Amir Al Amin" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Saturday, February 09, 2008 7:20 AM Subject: Re: [iagi-net-l] TEMUAN INTAN PUTRI MALU DI BANJAR > Pak Miko, > > Apakah ada kuasa pertambangan Intan di Indonesia.? Bagaimana status > hukumnya. > Kalau milyaran harganya masuk pribadi-pribadi, negara dapat apa ya? > Kalau pejabatnya sih sudah hampir pasti dapat bagian :-). > > Salam, > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR
Pak Awang, Saya usul, Kalau begitu ada baiknya diklarifikasi ke media tersebut dan beberapa media lain, supaya tidak simpang siur. Terima kasih. Salam, Firman Fauzi -Original Message- From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 12, 2008 3:59 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km. Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung. Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas. Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin. Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke mantel yang dingin percuma saja. Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak sepadan. Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah mengeluarkan pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya masih sangat kurang, dan status evaluasinya masih teramat dini. Kalau sudah terlanjur terlempar ke publik, lalu bagaimana ? Mimpi boleh, tetapi tak perlu ribut-ribut dulu ke mana2. Salam, awang -Original Message- From: Muhammad Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 12, 2008 2:50 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh > lanjut berita Koran Lokal Berikut petikan koran lokal di aceh tentang berita dari BPPT ini. Ada baiknya IAGI, BPPT, maupun BP Migas bisa duduk bersama sebelum mengeluarkan berita gembira spt ini, setidaknya berita tsb tidak sampai dipolitisir oleh sekelompok massa, apalagi daerah ini yang b
Re: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR
yang justru manrik untuk saya adalah mengapa BPPT mengumumkan potensi cadangan HC tsb secara "agresif"? padahal BPPT tentu juga tahu perlunya check dan re check.atau jangan2 memang BPPT telah berkonsultansi dgn ahli perminyakan dan mendapat input yg kurang benar? atau hanya sekedar kesalahan publikasi oleh surat kabar walaupun oleh KOMPAS? 2008/2/12 Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>: > Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. > > BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok > perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. > > Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. > > Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, > katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada > terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat > wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan > Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, > Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. > > Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 > km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? > Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 > km. > > Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu > tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak > otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat > kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal > ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot > semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di > tengah lempung. > > Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk > rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka > sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh > porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu > dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya > berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya > menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang > dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. > > Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di > Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 > feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau > Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, > Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak > butuh termal yang lumayan panas. > > Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di > Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc > basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk > Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada > terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin. > > Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas > dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu > pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source > rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari > mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat > sesar yang menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat > bahwa heat flow di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel > konveksi mantle downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi > terhubung ke mantel yang dingin percuma saja. > > Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, > membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab > memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam > perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak > sepadan. > > Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, > pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah > mengeluarkan pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya masih > sangat kurang, dan status evaluasinya masih teramat dini. Kalau sudah > terlanjur terlempar ke publik, lalu bagaimana ? > > Mimpi boleh, tetapi tak perlu ribut-ribut dulu ke mana2. > > Salam, > awang > > -Original Message- > From: Muhammad Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Tuesday, February 12, 2008 2:50 C++ > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh > > lanjut berita Koran Lokal > > Berikut petikan koran lokal di aceh tentang berita dari BPPT ini. > Ada baiknya IAGI, BPPT,
Re: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
Bagaimana kalau IAGI ngadain LUNCHEON TALK untuk masalah ini sekedar saran benz Pada tanggal 13/02/08, Shofiyuddin <[EMAIL PROTECTED]> menulis: > > Menurut aku sih gak ada salahnya BPPT mengumumkan hal itu, ambil sisi > positifnya. Sekarang yang terpenting mungkin bisa diadakan diskusi bersama > antara BPPT dengan personal atau organisasi yang tertarik seperti BP > Migas, > IAGI dan laen sebagainya. > > Saya kurang sreg dengan pertanyaan Iwan bahwa BPPT sebaiknya diskusi > dengan > IAGI atau IPA karena IAGI dan IPA bukan badan struktural. Kalo dengan BP > Migas memang bisa lebih pas. > > > On 2/13/08, Iwan B <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Satu lagi pak, utk menambahkan saja, sebaiknya sebelumnya > > dipublikasikan, sebaiknya BPPT lebih terbuka utk mengajak IAGI atau > > organisasi lain (IPA?) utk berdiskusi interpretasinya... > > > > > > 2008/2/13 Brahmantyo Krisnahadi Gunawan <[EMAIL PROTECTED]>: > > > Mungkin lebih karena euphoria dari rekan2 BPPT karena berhasil > > mengidentifikasi objek geologi di bawah dasarlaut dengan lebih baik. > Gairah > > BPPT ini sebaiknya kita maklumi saja, dan kedepan didukung beneran. > Lengkapi > > dengan perlengkapan lebih baik lagi sehingga kapabilitasnya bisa > memenuhi > > high requirements, trus libatkan secara nyata di eksplorasi frontier > (spec > > survey). Tdk hanya di laut, juga di darat, karena masih banyak cekungan > > dibawah volcanic cover yang belum dieksplore. > > > Salam, > > > BKG > > > > > > -Original Message- > > > From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] > > > Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 AM > > > To: iagi-net@iagi.or.id > > > Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 > > Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) > > > > > > wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa > > yang agak "keras":-) > > > > > > Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal > > untuk bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan > banyak > > orang (atau bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi nantinya). > > > Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect > aja > > masih susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti > kasus di > > Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat pemda jadi > ya > > kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari lembaga yang > > bergengsi seperti BPPT, wah kok jadi ngeri ya. > > > > > > > > > salam, > > > > > > > > > - Original Message > > > From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> > > > To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; > Eksplorasi > > BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>; IAGI > > > Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM > > > Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 > > Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) > > > > > > Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. > > > > > > BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari > > blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. > > > > > > Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. > > > > > > Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui > umurnya, > > katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada > > terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di > dekat > > wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil > dan > > Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor > (Suma, > > Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. > > > > > > Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak > > lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space > > seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak > > lintasan seismik <5 km. > > > > > > Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan > > terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright > spot > > pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot > > sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak > perusahaan > > tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait > dibor > > mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi > litologi > > akibat lapisan tuf di tengah lempung. > > > > > > Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan > > BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk > > sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to > gross), > > dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau > Shc > > (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau > > menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF > (recovery > > factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan > > porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang p
RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
Teman2 Please calm down... Kalau anda sendiri menghadiri pemaparannya pasti reaksinya tidak sekeras ini. Pengertian tentang reserves dan resources sudah disampaikan oleh para panelis tapi mungkin ditangkap lain oleh wartawan. Menurut saya ini kan masih play concept jadi memang masih bisa diperdebatkan dengan kepala dingin. Mungkin di Indonesia fore-arc basin belum terbukti ada hidrokarbonnya, tapi setahu saya di Talara Basin (Peru) dan Progresso Basin (Ecuador) ada lapangan minyak dan gas. Nah ini ada beberapa kalimat bijak yg saya kutip dari website aapg: "Everything in geology is more complicated than what you see in a luncheon talk" (Jim Letourneau, CSPG, EPRD Presentatiion, May 11 2004) "Prospecting for oil is a dynamic art... The greatest single element in all prospecting, past, present and future, is the man willing to take a chance" Everett DeGolyer -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa yang agak "keras":-) Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal untuk bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan banyak orang (atau bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi nantinya). Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja masih susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti kasus di Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat pemda jadi ya kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari lembaga yang bergengsi seperti BPPT, wah kok jadi ngeri ya. salam, - Original Message From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>; IAGI Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km. Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung. Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas. Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin. Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Ap
Re: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
Sedikit perihatin buat BPPT yang sedang mendapat reaksi 'keras' dari iagi-netters. Kalau saja BPPT adalah badan yang berwenang menandatangani 'AFE Approval', mungkin saja reaksi-nya tidak akan seperti/se'keras' ini..seenggak-nya lebih calm down lah.. Salam, NM On 2/13/08, Hasan Sidi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Yep, kesan dari diskusi ini kebanyakan koq BPPT atau malah IAGI yang salah. > Apa ada yang tahu bahwa PWI punya kode etik? Kalo bener bahwa ini pelintiran, > mungkin ada baiknya di bawa ke meja hijau sehingga di kemudian hari semua > pihak akan lebih berhati-hati. > > > -Original Message- > > From: Witan Ardjakusumah [mailto:[EMAIL PROTECTED] > > Sent: Wednesday, February 13, 2008 10:48 AM > > To: iagi-net@iagi.or.id > > Subject: RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super- > > Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) > > > > Teman2 > > Please calm down... > > Kalau anda sendiri menghadiri pemaparannya pasti reaksinya tidak sekeras > > ini. Pengertian tentang reserves dan resources sudah disampaikan oleh > > para panelis tapi mungkin ditangkap lain oleh wartawan. > > > > Menurut saya ini kan masih play concept jadi memang masih bisa > > diperdebatkan dengan kepala dingin. > > > > Mungkin di Indonesia fore-arc basin belum terbukti ada hidrokarbonnya, > > tapi setahu saya di Talara Basin (Peru) dan Progresso Basin (Ecuador) > > ada lapangan minyak dan gas. > > > > Nah ini ada beberapa kalimat bijak yg saya kutip dari website aapg: > > "Everything in geology is more complicated than what you see in a > > luncheon talk" (Jim Letourneau, CSPG, EPRD Presentatiion, May 11 2004) > > "Prospecting for oil is a dynamic art... The greatest single element in > > all prospecting, past, present and future, is the man willing to take a > > chance" Everett DeGolyer > > > > > > > > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > - > > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted > on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall > IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct > or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss > of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any > information posted on IAGI mailing list. > > - > > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
[iagi-net-l] Mercon Gong Xi Fa Chai dari BPPT !
Duerr !!! Dengan meletusnya mercon peringatan Imlek - Gong Xi Fa Chai dari Pak Jusuf (BPPT) dengan pernyataan adanya potensi migas di Aceh sebesar milyaradan barrel, cukup mengesankan saya. Benar, gema mercon itu sudah terdengar dimana-mana ... bahkan sudah menyulut mercon rentengan yang berbunyi dalam koridor-koridor ilmiah maupun dalam diskusi cangkrukan di Pos Ronda. Bahkan beberapa orang sudah membunyikan mercon bantingannya ya, mercon bantingan bisa saja sebagai tanda kesal, maupun tanda mau membanting untung-untungan untuk berjudi ... looh siapa tahu itu potensinya beneran ... whallah !! Quote, Jakarta Post " The statement said the maximum of the reserve could reach 320 billion barrels. As a comparison, the proven reserve of Saudi Arabia is around 264 billion barrels, the largest in the world, while the Banyu Urip block in Cepu, Central Java, contains around 450 million barrels. " Mengundang harapan, cacian juga pencerahan ! Seperti biasanya mercon akan terdengan bunyi yang berbeda-beda, tergantung yang menyulut dan juga tergantung di ruangan mana bunyi itu bergema. Di Masjid barangkali bunyi gema menjadi sebuah doa dan harapan, di ruangan lembaga penelitian akan menjadi sebuah wacana diskusi. Dalam ruang maya menjadi perang email dan forward pendapat ahli yang terplintir oleh wartawan koran !! Ya terpelintir, karena konon menurut yang hadir dalam acara tersebut sudah diwanti-wanti istilah "resources" (sumberdaya) dan "reserves" (cadangan), namun agaknya banyak wartawan yang terpeleset dan tangannya terkilir sewaktu menuliskan ulang dalam medianya :) . Walaupun ada kemungkinan terkilir sewaktu menuliskannya, baik sumberdaya ataupun cadangan yang tertulis dengan angka billion barrel memang semestinya masih dalam koridor keilmuan, apalagi BPPT ! Memang sangat mungkin bahwa gegeran mercon Gong Xi Fa Chai ini bergulir merembet liar, namun hal ini justru menunjukkan potensi sebenarnya dari otak para ahli tentang potensi hidrokarbon di Indonesia yang selama ini "tidur". Ya benar selama ini lebih banyak orang-orang yang berpikir realis ketimbang para pemimpi yang mungkin akan membawa kemajuan. Mimpi memang seharusnya tidak dikontrol oleh realitas. Tetapi mimpi memang mesti ditindak lanjuti kalau ingin dijadikan tujuan. Realisasi mesti dengan membangun dari bahan-bahan real juga. Tapi itu tahap selanjutnya. Ketika sedang tahap mimpi memang harus liar ! Klarifikasi Di dalam ruang ilmiah gema kebutuhan klarifikasi lebih terdengar. Siapa yang harus memberikan klarifikasi. Looh yang buat lah ! Bukan yang membuat tapi yang berwenang, ah mestinya si institusi ilmiah termasuk organisasi ilmiah ... Hadduh semua jadi bergairah dan banyak yang ingin numpang gema supaya terdengar. Itu wajar ... dalam setiap kondisi chaos selalu saja harus pinter-pinteran mengambil manfaat. Ntah itu yang namanya menjadi mercon politis, ataupun mercon ekonomis ! Tetapi muatan-muatan ini menjadi penting ketika harus mampu mengambil keuntungan dalam setiap kejadian ! Namun yang sering terlupakan justru sebenernya siapa sih yang mestinya memiliki wewenang, hak serta tanggung jawab dalam soal potensi migas di negeri ini ? Jangan hanya tidur tanpa mimpi !!! Salam mimpi RDP "selalu ada muatan positip-negatip dalam sebuah ikatan atom. tetapi jelas akan menjadi positip ketika 'memberikan' elektron. Berikanlah elektronmu (ilmu) ke orang lain !" -- http://tempe.wordpress.com/ No one can monopolize the truth ! To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
[iagi-net-l] PEMILU KETUM IAGI 2008-2011
Kepada Yth. Anggota IAGI Di tempat Salam IAGI, Berikut ini kami sampaikan hasil rapat PP-IAGI dalam rangka Pemilihan Ketua Umum IAGI. Kami sampaikan bahwa bursa pencalonan Ketua Umum IAGI telah dibuka mulai *13 Februari s/d 6 Juni 2008. *Kemudian Penghitungan suara akan dilaksanakan saat PIT IAGI ke 37 di Bandung yang diperkirakan akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2008. Proses kampanye melalui debat terbuka akan diumumkan kemudian setelah terjaring Calon Ketum. Kami mohon bantuan dan partisipasi dari para anggota untuk menyebarluaskan berita ini, atas bantuannya kami ucapkan terimakasih. Terlampir adalah ketentuan, formulir pencalonan dan tata waktu secara detail, bisa di download juga www.iagi.or.id Salam, Panitia Pelaksana (Yudi S Purnama & Prasiddha Hestu Narendra) Tatacara Pemilihan Ketua Umum IAGI Kepengurusan IAGI 2008-2011 A) Kriteria Calon Ketua 1. Merupakan anggota IAGI sekurang-kurangnya selama 2 [dua] tahun, aktif atau pernah berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan IAGI, lunas pembayaran iuran anggota IAGI 2. Pernah membuat atau mempresentasikan makalah ilmiah yang berkaitan dengan disiplin ilmu kebumian 3. Diakui sebagai profesional di salah satu bidang yang berhubungan dengan ilmu kebumian dan memiliki kepedulian di luar lingkup profesionalisme yang ditekuni 4. Memiliki kematangan dan integritas pribadi dan jaringan (network) yang kuat untuk membawa IAGI ke tempat terhormat diantara organisasi-organisasi profesi sejenis. 5. Mempunyai komitmen, visi dan misi untuk memimpin IAGI dan bersedia menjabarkannya dalam kampanye pemilihan baik secara lisan maupun tertulis, antara lain dalam Berita IAGI. 6. Didukung oleh sedikitnya 25 orang anggota biasa IAGI yang dibuktikan dengan nomor anggota. 7. Bersedia mengisi formulir kesediaan untuk dicalonkan secara lengkap dan benar. *B)**Proses Pemilihan Ketua Umum* *1. **Persiapan* a. Pembentukan Panitia Pemilihan (Panpel) yang dikukuhkan dengan Surat Keputusan Ketua Umum* *IAGI. b. Panitia pemilihan akan menyiapkan prosedur pemilihan, jadwal kerja dan mensosialisasikan kepada para anggota melalui media yang tersedia: Berita IAGI, IAGI-net, dll. *2. **Proses Pencalonan* a. Panitia akan mengirimkan formulir pencalonan kepada seluruh anggota bersamaan dengan proses sosialisasi prosedur pemilihan melalui Berita IAGI dan IAGI-net dimulai tanggal *13 Feb 2008.* b. Panitia menerima kembali formulir pencalonan dari para calon atau anggota yang mencalonkan* *terakhir tanggal *6 Juni 2008.* c. Panitia meneliti kelengkapan, melakukan verifikasi serta konfirmasi kepada para calon kemudian mengumumkan calon yang diterima pada tanggal *13 Juni 2008.* d. Panitia meminta calon yang terseleksi untuk membuat program kerja organisasi. Program kerja tersebut harus sudah diterima oleh panitia pada tanggal *20 Juni 2008.* *3. **Proses Kampanye* a. Masa kampanye adalah tgl. *13 Juni 2008* sampai dengan waktu pemilihan [yang akan dilaksanakan bersamaan dengan PIT IAGI ke-37 di Bandung] b. Panitia melakukan sosialisasi program kerja yang diajukan calon kepada seluruh anggota IAGI melalui media Berita PEMILU IAGI *(edisi khusus) * serta IAGI-net pada tgl *27 Juni 2008*. c. Para calon juga diperbolehkan untuk berdiskusi langsung dengan para anggota melalui media IAGI-net, surat atau telepon. d. Para calon diperbolehkan melakukan "road-show" ke daerah-daerah atas inisiatif dan biaya sendiri selama masa kampanye. *4. **Proses Pemilihan* a. Pemilihan akan dilakukan secara langsung, yaitu melalui 'kartu suara' yang akan diberikan/dikirimkan kepada seluruh anggota baik dalam bentuk cetakan mau pun file elektronik. b. 'Kartu suara' dapat dimasukkan ke dalam kotak suara pada saat pemilihan, atau dikirimkan melalui pos atau faksimili ke Panitia Pemilihan, atau melalui surat elektronik. Teknis pelaksanaan secara terinci akan dijelaskan pada 'kartu suara'. c. Yang berhak memilih adalah anggota biasa IAGI yang terdaftar di sekretariat per tanggal *30 Juni 2008.* d. Kartu suara sudah harus diterima oleh Panitia Pemilihan selambat-lambatnya pada saat pembukaan Kotak Suara. e. Penghitungan suara akan dilakukan berdasarkan surat suara yang masuk dan dinyatakan sah untuk dihitung. f. Penghitungan suara akan dilakukan pada Rapat Anggota yang akan dilakukan pada *PIT ke 37 di Bandung*. g. Ketua terpilih adalah calon yang memperoleh suara terbanyak. Apabila suara yang diperoleh dari beberapa calon sama jumlahnya, maka akan diberlakukan ketentuan ART Bab VIII pasal 30. > *FORMULIR PENCALONAN* *KETUA FORMATUR IAGI TAHUN 2008 – 2011* * * Nama : .. NPA: ..
RE: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh
Sepanjang offshore Myanmar, gas field yang ada antara lain Shwe field (Rakhna basin), Yadana (Moaltama basin) dan kearah tenggaranya Yetagun (di Mergui terrace). Lapangan-lapangan itu mempunyai temperature gradient rata-rata 2.5 - 2.9 F/100ft. Makin keselatan dari Yetagun umumnya dry wells dengan temp gradient rata-rata 1.65 - 1.9 degF/100ft. Di Andaman sea basin ini problem utamanya adalah source dan charging. Bila melihat letak dari daerah yang ditemukan BPPT, analogi field yang lebih mendekati adalah Yadana field (Oligocene-Early Miocene Carbonate). EGS -Original Message- From: Minarwan (Min) [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, 13 February, 2008 6:23 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh Di Andaman-Nikobar yang saya tahu baru ada 1 sumur bor menghasilkan "discovery" gas dari terumbu Miosen Tengah. Kalau tidak salah dibor oleh ONGC, nama sumurnya AN-1-1. Sampai sejauh ini pengeboran di tempat lain belum berhasil membuat "discovery", hanya indikasi gas (gas shows) di terumbu berumur Miosen Awal. Menurut informasi yang saya baca, ada sekitar 15 yang telah dibor di sebelah timur pulau Andaman, sampai dengan saat ini belum bisa membuktikan komersialitas cekungan Andaman-Nikobar. Sebagai eksplorasionis, tentu saja pikiran positif diperlukan. Kalau di Andaman ada 1 sumur discovery dari terumbu Miosen Tengah, walaupun belum komersial, "siapa tahu" di sebelah barat Aceh juga ada barang yang sama. Salam Minarwan 2008/2/12 Doddy Suryanto <[EMAIL PROTECTED]>: > Kalo tidak salah, petroleum system yang ada di Andaman basin (utara dari > Aceh) cukup berbeda dengan yang ada di onshore atau offshore Gulf of > Thailand (GoT). > > Kalo di onshore dan offshore GoT, source rock umumnya Oligocene dan > Middle Miocene lacustrine shales. > > Sedangkan di offshore Andaman, source rock banyak didominasi oleh > Oligocene sampai Early Miocene marine shales. > > Demikian pula untuk reservoirnya. Di onshore dan offshore GoT > reservoirnya banyak didominasi oleh fluvial dan fluvio lacustrine. > > Sedangkan di offshore Andaman, reservoirnya lebih beragam, mulai dari > Oligocene basin floor fan, Early Miocene carbonate reef, sampai Miocene > turbidite dan deltaic sandstones. > > Critical timenya mungkin sekitar penghujung Middle Miocene sampai awal > Late Miocene dimana hydrocarbon mulai bermigrasi. > > Di onshore dan offshore GoT, critical timenya juga hampir sama waktunya > sekitaran Middle Miocene sampe Late Miocene. > > Selain faktor teknis, faktor non teknis juga tidak mudah dalam > mengexplorasi daerah offshore Andaman terutama yang dekat daerah wisata > seperti Phuket. > > Beberapa sumur explorasi yang dibor untuk mengetes basin di offshore > Andaman berjarak lebih dari 100 km ke arah barat dari Phuket. > > Beberapa di antara sumur explorasi yang dibor tahun 1976 memperlihatkan > adanya gas shows. > > Gas prone lebih terlihat di offshore Myanmar seperti dibuktikan dengan > produksi gas dari dua field yang ada di offshore Myanmar, Yadana dan > Yetagun. > > > > -doddy- > -- Minarwan -When one teaches, two learn- GeoTUTOR: http://www.geotutor.tk Blog: http://desaguadero.blogspot.com To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - DISCLAIMER : This e-mail and any files transmitted with it ("Message") is intended only for the use of the recipient(s) named above and may contain confidential information. You are hereby notified that the taking of any action in reliance upon, or any review, retransmission, dissemination, distribution, printing or copying of this Message or any part thereof by anyone other than the intended recipient(s) is strictly prohibited. If you have received this Message in error, you should delete this Message immediately and advise the sender by return e-mail. Opinions, conclusions and other information in this Message that do n
[iagi-net-l] RE: Spam:RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR
Mustinya untuk meng klarifikasi 'berita temuan spektakuler ini'! IAGI dan atau HAGI bisa mengambil inisiatif untuk "membentuk Team Task Force". Dalam wadah IAGI kita semua kan bisa buka bajubukan BPPT-LIPI atau DESDM, ITB, UGM..UPN, dll. Yang pasti kan geologist dan atau geophycisist... Salam: TPS -Original Message- From: Firman Gea [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:19 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Spam:RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR Pak Awang, Saya usul, Kalau begitu ada baiknya diklarifikasi ke media tersebut dan beberapa media lain, supaya tidak simpang siur. Terima kasih. Salam, Firman Fauzi -Original Message- From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 12, 2008 3:59 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km. Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung. Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas. Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin. Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke mantel yang dingin percuma saja. Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak sepadan. Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah mengeluarkan pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya masih sangat kurang, dan status evaluasinya masih teramat dini. Kalau sudah terlanjur terlempar ke publik, lalu bagaimana ? Mimpi boleh, teta
RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
Mungkin lebih karena euphoria dari rekan2 BPPT karena berhasil mengidentifikasi objek geologi di bawah dasarlaut dengan lebih baik. Gairah BPPT ini sebaiknya kita maklumi saja, dan kedepan didukung beneran. Lengkapi dengan perlengkapan lebih baik lagi sehingga kapabilitasnya bisa memenuhi high requirements, trus libatkan secara nyata di eksplorasi frontier (spec survey). Tdk hanya di laut, juga di darat, karena masih banyak cekungan dibawah volcanic cover yang belum dieksplore. Salam, BKG -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa yang agak "keras":-) Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal untuk bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan banyak orang (atau bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi nantinya). Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja masih susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti kasus di Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat pemda jadi ya kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari lembaga yang bergengsi seperti BPPT, wah kok jadi ngeri ya. salam, - Original Message From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>; IAGI Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km. Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung. Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas. Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin. Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow di sini minimal kare
RE: RE: [iagi-net-l] Buku Baru - Geologi Indonesia : Dinamika dan Produknya (PSG, 2007)
Pak Yoga, Menurut informasi dari seorang teman di PSG yang mengurusi publikasi buku ini, versi digital buku ini hanya ada untuk proses pencetakan, dan data digital tersebut tidak akan dipublikasikan ke dalam bentuk CD atau ditaruh di website PSG. Kalau banyak peminat versi digitalnya, barangkali bisa diusulkan ke Perpustakann PSG, bisa menghubungi Perpustakaan PSG, Jl. Diponegoro 57, Bandung, telp. 022-7279673. Makalah saya di dalam buku itu (Sumbangsih eksplorasi minyak dan gas bumi terhadap pengetahuan geologi Indonesia : data dan pandangan baru geodinamika Indonesia) bisa saya kirimkan versi digitalnya bila diperlukan. Ini versi asli sebelum disunting (editing). Salam, awang -Original Message- From: Suryanegara, Yoga [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 12, 2008 7:05 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Buku Baru - Geologi Indonesia : Dinamila dan Produknya (PSG, 2007) Yth P. Awang, Pak kalo Buku Geology ini ada dalam versi pdf-nya nggk yah? Kebetulan kita yang jauh dari Bandung juga berkeinginan memiliki buku ini. Kalo sekiranya P3G juga menerbitkan buku ini dalam bentuk pdf-nya yang bisa kita down load ke komputer kita, kayaknya akan lebih baik lagi. Biar geologist Indonesia yang lagi jauh dari P. Jawa and Bandung khusus-nya bisa ikut membaca buku ini. Thanks atas info balik-nya. Salam Yoga To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh
Di Andaman-Nikobar yang saya tahu baru ada 1 sumur bor menghasilkan "discovery" gas dari terumbu Miosen Tengah. Kalau tidak salah dibor oleh ONGC, nama sumurnya AN-1-1. Sampai sejauh ini pengeboran di tempat lain belum berhasil membuat "discovery", hanya indikasi gas (gas shows) di terumbu berumur Miosen Awal. Menurut informasi yang saya baca, ada sekitar 15 yang telah dibor di sebelah timur pulau Andaman, sampai dengan saat ini belum bisa membuktikan komersialitas cekungan Andaman-Nikobar. Sebagai eksplorasionis, tentu saja pikiran positif diperlukan. Kalau di Andaman ada 1 sumur discovery dari terumbu Miosen Tengah, walaupun belum komersial, "siapa tahu" di sebelah barat Aceh juga ada barang yang sama. Salam Minarwan 2008/2/12 Doddy Suryanto <[EMAIL PROTECTED]>: > Kalo tidak salah, petroleum system yang ada di Andaman basin (utara dari > Aceh) cukup berbeda dengan yang ada di onshore atau offshore Gulf of > Thailand (GoT). > > Kalo di onshore dan offshore GoT, source rock umumnya Oligocene dan > Middle Miocene lacustrine shales. > > Sedangkan di offshore Andaman, source rock banyak didominasi oleh > Oligocene sampai Early Miocene marine shales. > > Demikian pula untuk reservoirnya. Di onshore dan offshore GoT > reservoirnya banyak didominasi oleh fluvial dan fluvio lacustrine. > > Sedangkan di offshore Andaman, reservoirnya lebih beragam, mulai dari > Oligocene basin floor fan, Early Miocene carbonate reef, sampai Miocene > turbidite dan deltaic sandstones. > > Critical timenya mungkin sekitar penghujung Middle Miocene sampai awal > Late Miocene dimana hydrocarbon mulai bermigrasi. > > Di onshore dan offshore GoT, critical timenya juga hampir sama waktunya > sekitaran Middle Miocene sampe Late Miocene. > > Selain faktor teknis, faktor non teknis juga tidak mudah dalam > mengexplorasi daerah offshore Andaman terutama yang dekat daerah wisata > seperti Phuket. > > Beberapa sumur explorasi yang dibor untuk mengetes basin di offshore > Andaman berjarak lebih dari 100 km ke arah barat dari Phuket. > > Beberapa di antara sumur explorasi yang dibor tahun 1976 memperlihatkan > adanya gas shows. > > Gas prone lebih terlihat di offshore Myanmar seperti dibuktikan dengan > produksi gas dari dua field yang ada di offshore Myanmar, Yadana dan > Yetagun. > > > > -doddy- > -- Minarwan -When one teaches, two learn- GeoTUTOR: http://www.geotutor.tk Blog: http://desaguadero.blogspot.com To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
Yep, kesan dari diskusi ini kebanyakan koq BPPT atau malah IAGI yang salah. Apa ada yang tahu bahwa PWI punya kode etik? Kalo bener bahwa ini pelintiran, mungkin ada baiknya di bawa ke meja hijau sehingga di kemudian hari semua pihak akan lebih berhati-hati. > -Original Message- > From: Witan Ardjakusumah [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Wednesday, February 13, 2008 10:48 AM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super- > Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) > > Teman2 > Please calm down... > Kalau anda sendiri menghadiri pemaparannya pasti reaksinya tidak sekeras > ini. Pengertian tentang reserves dan resources sudah disampaikan oleh > para panelis tapi mungkin ditangkap lain oleh wartawan. > > Menurut saya ini kan masih play concept jadi memang masih bisa > diperdebatkan dengan kepala dingin. > > Mungkin di Indonesia fore-arc basin belum terbukti ada hidrokarbonnya, > tapi setahu saya di Talara Basin (Peru) dan Progresso Basin (Ecuador) > ada lapangan minyak dan gas. > > Nah ini ada beberapa kalimat bijak yg saya kutip dari website aapg: > "Everything in geology is more complicated than what you see in a > luncheon talk" (Jim Letourneau, CSPG, EPRD Presentatiion, May 11 2004) > "Prospecting for oil is a dynamic art... The greatest single element in > all prospecting, past, present and future, is the man willing to take a > chance" Everett DeGolyer > > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
Bukan keras sih Pak Noor, hanya mencoba menampilkan sisi negatif/ kritis atas press release ini, agar kita semua (walaupun kita praktisi perminyakan pasti tahu tingkat kebenaran berita ini) hati2 menanggapinya. Sedikit koreksi atas ulasan saya kemarin yang tertulis : >Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya >>termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet)... Seharusnya : Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 F/100 feet)... (jadi bukan C/100 ft tetapi F/100 ft) Tentu saya berharap bahwa di west offshore Aceh itu benar2 ada giant-supergiant fields, juga di bagian lain di Indonesia; tetapi tetap kan kita harus kritis menggunakan nalar kita. Bahkan "all prospects look good until drilled", apalagi yang di west offshore Aceh ini untuk menamakannya sebagai lead pun bukan, play pun bukan, petroleum system pun bukan (mengacu kepada hirarki basin to prospect menurut Otis dan Schneidermann, 1997); maka mengumumkannya sebagai lapangan dengan cadangan (lapangan dan cadangan itu juga terminologi kalau sudah dibor dan ada penemuan) ratusan bilyun barrel jelas sangat mengganggu (!), dan jelas harus diluruskan. Salam, awang -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa yang agak "keras":-) Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal untuk bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan banyak orang (atau bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi nantinya). Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja masih susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti kasus di Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat pemda jadi ya kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari lembaga yang bergengsi seperti BPPT, wah kok jadi ngeri ya. salam, To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [hagicommittee] Re: Thinking Out of The Box- BPPT
Pak Mutalib, Bila acara ini jadi dilaksanakan, sebaiknya diundang juga beberapa media, terutama yang telah "melemparkan bola liar dan panas" (?) ini. Atau bila tidak diundang, sehabis diskusi sebaiknya dilakukan press release resmi oleh HAGI/IAGI tentang hal ini. salam, awang Abdul Mutalib Masdar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} st1\:*{behavior:url(#default#ieooui) }Well done pak pesannya. Komwil HAGI Jkt (Pak Mailendra Cs), sedang mempersiapkan acara dimaksud. Insya Allah minggu depan kalo tidak ada aral melintang, acara luncheon talk tsb akan kita laksanakan. Rgds AMM - From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Muharram Jaya Panguriseng Sent: Wednesday, February 13, 2008 12:10 PM To: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia; 'Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia'; iagi-net@iagi.or.id; 'migas indonesia'; [EMAIL PROTECTED]; 'serba-kl'; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Subject: [hagicommittee] Re: [Forum-HAGI] Thinking Out of The Box- BPPT Pemerhati Forum HAGI Yth. : Diskusi tentang berita "Ditemukan, Lapangan Migas Raksasa di Aceh" semakin menarik saja :-) . Kami menyebutnya "berita" karena lapangan migas-nya sendiri belum terbukti ditemukan, makanya ada pendapat yang masih meragukannya, kelihatannya memang masih terlalu dini untuk menyebut "Ditemukan Lapangan MIGAS", karena harus dibuktikan dulu dengan kaidah-kaidah ekplorasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara metodologi maupun keilmuan. Tetapi seandainya berita itu nantinya menjadi kenyataan maka anugrah besar bagi bangsa dan negara Republik Indonesia yang sedang terpuruk ini. Sekarang berita ini telah menjadi bola liar yang bisa menggelinding kesana-kemari tidak karuan, jangan sampai menjadi "Busang part-2" he he he ... Kedua pendapat yang seakan-akan berseberangan antara yang yakin bahwa "Telah Ditemukan Lapangan Migas Raksasa" dengan pendapat yang memilih lebih hati-hati mengingat "Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin" harus dipertemukan dalam suatu forum diskusi. Menurut hemat kami, HAGI harus menangkap bola liar ini untuk kemudian diletakkan pada proporsinya, komunitas HAGI & IAGI mendiskusikannya dalam suatu forum ilmiah atau sekurang-kurangnya lewat Luncheon Talk HAGI. Kami dari Special Event - HAGI meminta dukungan President HAGI dan komunitas Forum-HAGI untuk mengadakan Luncheon Talk dengan tema "Ditemukan Lapangan Migas Raksasa di Aceh ?", dengan pembicara utama Bpk. Dr. Yusuf Surachman (Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT) dan Bpk. Awang Satyana (BPMIGAS). Target peserta adalah anggota HAGI dan IAGI sehingga sama-sama bisa memberikan sumbangan pemikiran atas data yang telah dikumpulkan oleh BPPT bersama Bundesanspalp fur Geowissnschaften und Rohftoffe (BGR Jerman). Semoga diskusi ini nantinya dapat memberikan sumbangan berarti bagi kemaslahatan bangsa & negara Republik Indonesia. Amin Salam, Muharram J. Panguriseng Special Event - HAGI At 11:18 AM 2/13/2008, Abdul Mutalib Masdar wrote: Dear All, Ternyata " Thinking Out of The Box" nya Pak Yusuf Surachman dan kawan-kawan di BPPT banyak direspon oleh kawan-kawan baik di dunia perminyakan maupun nonperminyakan. Kalo menurut saya wajar-wajar saja berbagai pendapat tsb muncul. Kita nggak perlu terlalu reaktif atau serta merta menolak statement tersebut. Kawan-kawan di perminyakanpun menurut saya nggak perlu "alergi" terhadap pernyataan ini. Isu ini sebetulnya sudah mau dimunculkan oleh kawan-kawan di BPPT sekitar 6 bulan lalu. Ketika TIM HAGI akan menandatangani MOU dengan SEG di San Antonio pada bulan September 2007, Pak Yusuf Surachman sempat melontar isu ini kepada Tim HAGI. Dan malah kami sempat tawarkan pemikiran atau temuan ini untuk menjadi agenda "Luncheon Talk" nya HAGI. Dan kamipun sempat lihat data tersebut dan diskusi bareng bagaimana menyikapi dan mempublikasi temuan tersebut. Kawan-kawan di BPPT bercerita juga bahwa temuan tsb sudah diinformasikan kepada pihak-pihak terkait terutama yang terkait dengan dunia perminyakan/energi, namun tidak ada respon. Saya secara pribadi melihat temuan tersebut sebagai sebuah opportunity yang harus kita dorong sama-sama agar betul-betul reliable untuk digarap. Memang paramater-parameter yang digunakan untuk perhitungan cadangan/sumber daya tersebut masing sangat kasar, namun saya berpendapat pemikiran-pemikiran yang "liar dan progresif" spt ini harus terus kita dorong agar tidak hanya sekedar menjadi wacana publik tapi menjadi concern semua orang, baik ilmuan maupun praktisi termasuk pihak-pihak yang berwenang terhadap masalah tsb di negeri tercinta ini. Kita nggak perlu "marah, gelisah dan panik" dengan statemen atau wacana ini, s
Re: [iagi-net-l] Kritisi Atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
Setiap Institusi mempunyai fungsi dan tugas masing - masing . Kadang kadang ada yang terlalu berani menggelar pernyataan / konprensi pers namun juga ada yang sebaliknaya. Kalau pernytaan tsb menyangkut hal yg strategis dan mengundang perhatian publik apalagi dg disertakan data yg kuantitif biasanya publik tidak melihat institusinya namun melihatnya Ini suatu yg baru. Rasanya hal ini sering terjadi. Mungkin untuk pernyataan pernyataan yg sifatnya strategis dan akan mendapat perhatian publik yg besar , mbok yao dilakukan konsultasi publik dulu ... emaksudnya konsultasi institusi dulu terutama yg menyangkut masalah lintas sektoral. Kita ini kan sudah punya Badan Geologi , saya dulu berpikir setelah adanya suatu Badan tersendiri maka semua aspek pergeologian ini akan dikomando oleh yang empunya Badan , ternyata masih jalan sendiri sendiri juga . Kalau diperhatikan mungkin kita itu punya lebih 5 institusi yang semuanya melakukan penelitian penelitian G & G.yg kadang kadang antara yg satu dg yg lain batasnya abu abu . Mungkin nggak ya Badan tsb sifatnya Nasional dibawah Presiden langsung tidak seperti sekrang ada dibawah ESDM shg sulit untuk bergerak lintas sektoral. yah seperti Bakosurtanal itu atau Bulog dll. ISM "Eksplorasi BPMIGAS" <[EMAIL PROTECTED]>; "IAGI" Sent: Tuesday, February 12, 2008 1:27 AM Subject: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) Jaman baheula, pada daerah2 open area ada yang melakukan speculative survey, biasanya juga tidak memunculkan besaran sumberdaya yang ada. Kini survey riset yang dilakukan oleh BPPT/BGR dengan interval yang sangat lebar menghasilkan gambar tentang kandungan migas yang sangat spektakuler. Alhamdulillah. Dan, adalah tugas pak Yusuf yang dipercaya untuk menginventarisir sumberdaya alam di BPPT mengungkapkan potensi yang ada di negeri ini. Sekalian menegakkan kepala sebagai bangsa, alangkah baiknya jika putra-putri Indonesia sendiri berani bahu membahu melakukan usaha-usaha pembuktian. Sebelum eksplorasi, lakukan spec survey, masak orang luar terus yang melakukannya, padahal BPPT/LIPI punya kapal, mungkin PPGL punya peralatan, pemerintah dapat bonus2 tandatangan kontrak PSC, semua sumberdaya yang ada tersebut kan bisa didayagunakan. Masak sih Migas mengandalkan partner luar terus. mbok yao potensi nasional dikoordinir yang rapih. lam-salam, ar- - Original Message From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [Forum-HAGI] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km. Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung. Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh termal
RE: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
spec survey, masak orang luar terus yang melakukannya mengandalkan partner luar terus. mbok yao potensi nasional dikoordinir yang rapih. Setuju Cak. Kalo pada niat dan komit, semestinya tidak sulit memberdayakan potensi nasional. Lim-salim BKG -Original Message- From: Ariadi Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:28 PM To: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia; [EMAIL PROTECTED]; Eksplorasi BPMIGAS; IAGI Subject: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) Jaman baheula, pada daerah2 open area ada yang melakukan speculative survey, biasanya juga tidak memunculkan besaran sumberdaya yang ada. Kini survey riset yang dilakukan oleh BPPT/BGR dengan interval yang sangat lebar menghasilkan gambar tentang kandungan migas yang sangat spektakuler. Alhamdulillah. Dan, adalah tugas pak Yusuf yang dipercaya untuk menginventarisir sumberdaya alam di BPPT mengungkapkan potensi yang ada di negeri ini. Sekalian menegakkan kepala sebagai bangsa, alangkah baiknya jika putra-putri Indonesia sendiri berani bahu membahu melakukan usaha-usaha pembuktian. Sebelum eksplorasi, lakukan spec survey, masak orang luar terus yang melakukannya, padahal BPPT/LIPI punya kapal, mungkin PPGL punya peralatan, pemerintah dapat bonus2 tandatangan kontrak PSC, semua sumberdaya yang ada tersebut kan bisa didayagunakan. Masak sih Migas mengandalkan partner luar terus. mbok yao potensi nasional dikoordinir yang rapih. lam-salam, ar- - Original Message From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [Forum-HAGI] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km. Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung. Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas. Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin. Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow di sini minimal karena di wilayah barat Su
RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
Pak Noor, ikut berkomentar ya, Bukan BPPT dalam hal ini yang membuat bias. Yang membuat bias adalah tulisan di media. Yang menulis di media kemungkinan besar bukan geoscientist, jadi walaupun dia sudah menuliskan tentang bahwa ini masih "resource", tapi tetap saja dia membangun dan menampilkan pesan ke masyarakat umum yang membaca bahwa itu adlah sebuah penemuan dengan cadangan besar, khas media lah. Jadi menurut saya sebaiknya diklarifikasi ke medianya. BPPT menurut saya pernyataannya sudah sangat baik dan sangat dimengerti bila yang membaca adalah geoscientist. Salam, Firman Fauzi -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa yang agak "keras":-) Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal untuk bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan banyak orang (atau bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi nantinya). Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja masih susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti kasus di Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat pemda jadi ya kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari lembaga yang bergengsi seperti BPPT, wah kok jadi ngeri ya. salam, - Original Message From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>; IAGI Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil. Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km. Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung. Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon. Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas. Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin. Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan sour