[iagi-net-l] Re: OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia
Pak Awang, Trimakasih. Penjelasannya sungguh lengkap, sampai ke asal-muasal bahasa Indonesia, yang ternyata berkembang dari daratan Riau (bukan dari Semenanjung Malaya). Ini membuat saya lebih bahagia. Saya terus ingat pelajaran Kesusasteraan ketika di SMP dulu; kami diajar Gurindam Duabelas karya Raja Ali Haji, Hikayat Hang Tuah (di mana yha kita dapat membaca buku-2 ini?), bahkan kami dikenalkan nama Tun Seri Lanang. Di Singapura ada sekolah swasta bernama Tun Seri Lanang. Mungkin dapat dijelasan tentang ini? Penjelasan Pak Awang ini tentu saja akan saya kirimkan kepada saudara dan teman Guru bahasa Indonesia. Ketika mengikuti diskusi bahasa Indonesia ini, saya sedang di Madura, dan terkejut dengan berita dua koran Surabaya. Judulnya: Sekandal soal porno UTS (ujian tengah semester) SD Sidoarjo. Rupanya dalam soal bahasa Indonesia, panitya membuat soal yang kurang baik. Sampai-2 pak Wagub dan pak Polisi turun tangan. Mau tahu judulanya? ...Saat UTS mata pelajaran bahasa Indonesia, mereka membaca soal cerita berjudul Pengusaha Bandel di Krangkeng Bareng Mak Erot. Bukan hanya judulnya yang tak layak (penulisannya pun salah), isi soal cerita itu jauh lebih nggilani...begitu ditulis dalam berita. Rasanya kalimat dalam soal ujian tidaklah pantas untuk ditulis dalam milis kita ini. Tadinya saya pikir mak Erot itu wanita pegiat lingkungan atau apa, rupanya, setelah bertanya teman-2 mudlogger, dia itu dukun spesialis. Semoga tidak ada lagi kasus semacam ini, dan para pendidik harus arif dan bijaksana. Salam hangat, sugeng - Original Message - From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Cc: Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id Sent: Monday, November 02, 2009 11:19 PM Subject: OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia Dongeng untuk Pak Sugeng. Bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang memang berkembang dari bahasa Melayu. Tetapi, jangan pernah menganggap bahwa bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia sekarang. Bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu yang digunakan sejak lama di hampir seluruh wilayah Indonesia sendiri. Justru bahasa Melayu di Malaysia sekarang berakar dari bahasa Melayu di wilayah Indonesia. Pada masa itu sudah terkenal di sebagian besar wilayah Nusantara suatu bahasa perhubungan, suatu lingua franca, yang disebut bahasa Melayu Pasar. Di berbagai daerah itu, Melayu Pasar diucapkan dalam dialek-dialek tertentu. Suatu dialek Melayu yang terkenal saat itu adalah dialek Melayu Riau. Banyak ahli bahasa Indonesia mengatakan bahwa bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu dialek Riau. Menggali lebih dalam lagi, bukti tertua bahwa bahasa Melayu telah menjadi bahasa perhubungan di Indonesia adalah bukti-bukti berupa prasasti dari Kerajaan Sriwijaya pada abad VII. Prasasti-prasasti terkenal masa Kerajaan Sriwijaya itu menggunakan bahasa Melayu : prasasti Kedukan Bukit (683 M), Talang Tuwo (684 M), Kota Kapur (686 M) dan Karang Brahi (688 M). Sriwijaya adalah sebuah kerajaan maritim yang memiliki armada perkapalan untuk keperluan berdagang. Orang-orangnya menjelajah seluruh negeri di Nusantara dan sekitarnya, mereka ketika singgah di suatu wilayah juga mengajarkan bahasa Melayu yang digunakan di Sriwijaya agar memudahkan urusan berdagang (maka disebut Melayu Pasar). Di daerah Kedu, Jawa Tengah pernah ditemukan suatu prasasti berangka tahun 832 M dan disebut Inskripsi Gandasuli. Menurut de Casparis, ahli arkeologi Prancis, prasasti ini menggunakan bahasa Melayu kuno. Catatan para pelawat dari luar negeri ke Nusantara pada zaman Sriwijaya, misalnya I Tsing, juga menyebutkan bahwa bahasa perhubungan masa itu adalah bahasa Melayu. Semakin menuju abad-abad modern bahasa Melayu semakin berkembang digunakan di Nusantara, tidak lagi terbatas untuk keperluan berdagang tetapi juga untuk menuliskan karya-karya sastra. Telah banyak ditemukan karya-karya sastra dari abad XIV-XVII berupa cerita pelipur lara, hikayat, dongeng-dongeng, dan sebagainya. Bahasa dan isi karya-karya sastra ini mendapatkan pengaruh baik dari bahasa Sanskerta dengan unsur-unsur Hindunya dan dari bahasa Arab-Persia dengan unsur-unsur Islamnya. Ketika orang-orang Barat sampai di Indonesia pada abad XVI, mereka menghadapi suatu kenyataan bahwa bahasa Melayu merupakan suatu bahasa resmi dalam pergaulan dan bahasa perdagangan. Mereka juga menemukan bahwa bahasa Melayu telah digunakan dari Sumatra sampai Maluku. Di samping itu, di setiap daerah digunakan juga bahasa-bahasa daerah seperti Sunda, Jawa, Madura, dan lain-lain. Bahasa Melayu, atau bahasa daerah setempat, juga telah diwajibkan digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah (surat keputusan Pemerintah Kolonial Belanda no. 104 tahun 1871). Ini dilakukan karena kegagalam menggunakan bahasa Belanda atau bahasa
Fwd: [iagi-net-l] OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia
Sebagai perbandingan, Beberapa pakar pada masa lalu sebenarnya pernah mengajukan pertimbangan komparatif tentang dunia melayu. Pada tahun 1954, Charles Robequain, professor geografi tropikal di Universitas Sorbone, menerbitkan Malaya, Indonesian, Borneo and the Philipines : A Gepgraphical, Economic and Political Discription of malaya. The East Indies and Philipines. Dia jelas tak hanya membahas dunia melayu dari sisi ilmu bumi, tapi juga soal budaya dan demografi. dunia melayu yg terentang dari malaya sampai filipina. Kesatuan bahasa melayu juga tercermin dalam penyebaran bahasa melayu di bagian terbesar kepulauan Indonesia dan perkembangannya sebagai bahasa perdagangan di tempat yg jauh dari Semenanjung Melayu sekalipun. Bahasa tersebut terbawa sampai ke maluku melalui perdagangan. Membicarakan Indonesia, Melayu lingua franca merupakan fenomena tunggal di asia tenggara. karena di pergunakan dan dikembangkan oleh orang-orang asing sewaktu memasuki nusantara dari malaka sebagai pangkalan. Mula-mula dipergunakan oleh para Mubalig islam, juga dari pangkalan Malaka Untuk menyebarkan Islam. Maka tidak mengherankan bila naskah-naskah tua tafsir Al-Quran yg di dapatkan di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa berbahasa Melayu. Bahkan raja Islam Pertama di demak diperkirakan tidak berbahahasa Jawa, tetapi Melayu (Pramoedya Ananta Toer, tempo Doeloe, jakarta : hasta Mitra. 1982.). Kemungkinan bahasa melayu kuno asalnya dari malaya (sesuai migrasi manusia di Asia) menyebar pertama ke nusantara, berkembang lagi di malaya menyebar ke dua kalinya lebih luas ke Nusantara pada zaman Islam Nusantara. (panggung sejarah: persembahan kepada prof.Dr, Denys Lombard; Yayasan Obor zindonesia 1999) 2009/11/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Dongeng untuk Pak Sugeng. Bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang memang berkembang dari bahasa Melayu. Tetapi, jangan pernah menganggap bahwa bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia sekarang. Bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu yang digunakan sejak lama di hampir seluruh wilayah Indonesia sendiri. Justru bahasa Melayu di Malaysia sekarang berakar dari bahasa Melayu di wilayah Indonesia. Pada masa itu sudah terkenal di sebagian besar wilayah Nusantara suatu bahasa perhubungan, suatu lingua franca, yang disebut bahasa Melayu Pasar. Di berbagai daerah itu, Melayu Pasar diucapkan dalam dialek-dialek tertentu. Suatu dialek Melayu yang terkenal saat itu adalah dialek Melayu Riau. Banyak ahli bahasa Indonesia mengatakan bahwa bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu dialek Riau. Menggali lebih dalam lagi, bukti tertua bahwa bahasa Melayu telah menjadi bahasa perhubungan di Indonesia adalah bukti-bukti berupa prasasti dari Kerajaan Sriwijaya pada abad VII. Prasasti-prasasti terkenal masa Kerajaan Sriwijaya itu menggunakan bahasa Melayu : prasasti Kedukan Bukit (683 M), Talang Tuwo (684 M), Kota Kapur (686 M) dan Karang Brahi (688 M). Sriwijaya adalah sebuah kerajaan maritim yang memiliki armada perkapalan untuk keperluan berdagang. Orang-orangnya menjelajah seluruh negeri di Nusantara dan sekitarnya, mereka ketika singgah di suatu wilayah juga mengajarkan bahasa Melayu yang digunakan di Sriwijaya agar memudahkan urusan berdagang (maka disebut Melayu Pasar). Di daerah Kedu, Jawa Tengah pernah ditemukan suatu prasasti berangka tahun 832 M dan disebut Inskripsi Gandasuli. Menurut de Casparis, ahli arkeologi Prancis, prasasti ini menggunakan bahasa Melayu kuno. Catatan para pelawat dari luar negeri ke Nusantara pada zaman Sriwijaya, misalnya I Tsing, juga menyebutkan bahwa bahasa perhubungan masa itu adalah bahasa Melayu. Semakin menuju abad-abad modern bahasa Melayu semakin berkembang digunakan di Nusantara, tidak lagi terbatas untuk keperluan berdagang tetapi juga untuk menuliskan karya-karya sastra. Telah banyak ditemukan karya-karya sastra dari abad XIV-XVII berupa cerita pelipur lara, hikayat, dongeng-dongeng, dan sebagainya. Bahasa dan isi karya-karya sastra ini mendapatkan pengaruh baik dari bahasa Sanskerta dengan unsur-unsur Hindunya dan dari bahasa Arab-Persia dengan unsur-unsur Islamnya. Ketika orang-orang Barat sampai di Indonesia pada abad XVI, mereka menghadapi suatu kenyataan bahwa bahasa Melayu merupakan suatu bahasa resmi dalam pergaulan dan bahasa perdagangan. Mereka juga menemukan bahwa bahasa Melayu telah digunakan dari Sumatra sampai Maluku. Di samping itu, di setiap daerah digunakan juga bahasa-bahasa daerah seperti Sunda, Jawa, Madura, dan lain-lain. Bahasa Melayu, atau bahasa daerah setempat, juga telah diwajibkan digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah (surat keputusan Pemerintah Kolonial Belanda no. 104 tahun 1871). Ini dilakukan karena kegagalam menggunakan bahasa Belanda atau bahasa Portugis sebagai bahasa pengantar. Pada awal masa pergerakan kebangsaan, saat banyak perkumpulan pemuda bersifat kedaerahan (Jong Java, Jong Sumatra, Jong Ambon, dan
Bls: Fwd: [iagi-net-l] OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia
Teori bahwa bahasa Melayu berasal dari Semenanjung Malaya (Malaysia sekarang) berasal dari Kern (1888). Teori ini bertahan cukup lama, sebagian karena merasa mendapat dukungan dari teori migrasi manusia dari Asia Tenggara. Tetapi pada akhir abad ke-20 teori tersebut tak dianut lagi, juga teori migrasi manusia pun mendapatkan tantangan yang hebat dari proyek pemetaan genome manusia (National Geographic) yang mempertanyakan kembali arus migrasi yang melalui Semenanjung Malaya ke Indonesia. Perunutan arus migrasi menggunakan teknik rekombinan DNA bahkan mengatakan bahwa pulau2 di sebelah Sumatra dihuni lebih dahulu dari bagian Indonesia Barat yang lain termasuk Semenanjung Malaya. Teori bahasa Melayu asal Semenanjung Malaya gugur oleh peneltian2 pada akhir 1980-an dan sepanjang 1990-an (silakan dilihat a.l. publikasi dari Adelaar, 1988 dan Belwood, 1993 - Adelaar, K.A. 1988, More on Proto-Malayic dalam Mohd. Thani Ahmad dan Zaini Mohammed Zain (ed.) Rekonstruksi dan cabang-cabang Bahasa Melayu induk, pp.59-77. Seri monograf sejarah bahasa Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka; Bellwood, P. 1993. Cultural and biological differentiation in peninsular Malaysia: the last 10,000 years. Asian Perspectives 32:37-60. Bukti-bukti linguistik dan prehistori menggugurkan teori Kern (1888). Adelaar (1988) dan Belwood (1993) mengatakan bahwa asal bahasa Melayu dari Sumatera. Tak ada di Semenanjung Malaya ditemukan artefak berbahasa Melayu (kuna) setua seperti yang ditemukan di Sumatra. Ini adalah hard data. Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini berbahasa Melayu kuna meskipun menggunakan aksara Pallawa. Catatan para musafir Cina yang mengunjungi Nusantara pada zaman Sriwijaya juga mengemukakan hal2 yang mendukung bahwa asal bahasa Melayu dari Sumatra, bukan Semenanjung Malaya. Catatan orang Cina menyatakan bahawa sebuah kerajaan Mo-lo-yeu mempersembahkan hasil bumi kepada raja Cina sekitar 644-645 Masehi. Kerajaan Mo-lo-yeu berpusat di daerah Jambi, Sumatera, daripada sebatang sungai yang deras alirannya, yaitu Sungai Melayu. Satu lagi catatan orang Cina ialah catatan rahib Buddha bernama I-Tsing yang menggunakan kata ma-lo-yu tentang dua buah kerajaan yang dilawatinya sekitar 675 Masehi, yang kemudian dikenal sebagai Sriwijaya dan kerajaan kecil di sekitarnya. Beberapa publikasi bahkan menyebutkan bahwa kata Melayu berasal dari bahasa Jawa Kuno Mlayu yang artinya berlari atau mengembara. Bahasa Jawa modern pun artinya masih begitu. Hal ini ditujukan untuk orang2 Jawa yang mengembara ke Sumatra dari Jawa, termasuk cucu Samarottungga, raja Wangsa Syailendra, yaitu Balaputradewa, pendiri dan raja terkenal Sriwijaya. Berdasarkan hal2 di atas lemahlah argumen yang menyatakan bahwa bahasa Melayu asal Semenanjung Malaya. Denys Lombard dalam bukunya Le Carrefour Javanais Essai d H’Histoire Globale yang diterjemahkan menjadi tiga buku berjudul Nusa Jawa : Silang Budaya (Gramedia, 1996) tak pernah mengatakan bahwa bahasa Melayu asal dari Malaya. Sebagian orang memang berpikir begitu, tetapi argumen tersebut sudah banyak kelemahannya. Berbicara asal suatu bahasa tentu kita akan mencari ke akar pertamanya, bukan ke zaman2 Islam masuk ke Indonesia (Jawa), tetapi jauh lebih tua dari itu. salam, Awang --- Pada Rab, 11/11/09, OK Taufik ok.tau...@gmail.com menulis: Dari: OK Taufik ok.tau...@gmail.com Judul: Fwd: [iagi-net-l] OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 11 November, 2009, 11:32 AM Sebagai perbandingan, Beberapa pakar pada masa lalu sebenarnya pernah mengajukan pertimbangan komparatif tentang dunia melayu. Pada tahun 1954, Charles Robequain, professor geografi tropikal di Universitas Sorbone, menerbitkan Malaya, Indonesian, Borneo and the Philipines : A Gepgraphical, Economic and Political Discription of malaya. The East Indies and Philipines. Dia jelas tak hanya membahas dunia melayu dari sisi ilmu bumi, tapi juga soal budaya dan demografi. dunia melayu yg terentang dari malaya sampai filipina. Kesatuan bahasa melayu juga tercermin dalam penyebaran bahasa melayu di bagian terbesar kepulauan Indonesia dan perkembangannya sebagai bahasa perdagangan di tempat yg jauh dari Semenanjung Melayu sekalipun. Bahasa tersebut terbawa sampai ke maluku melalui perdagangan. Membicarakan Indonesia, Melayu lingua franca merupakan fenomena tunggal di asia tenggara. karena di pergunakan dan dikembangkan oleh orang-orang asing sewaktu memasuki nusantara dari malaka sebagai pangkalan. Mula-mula dipergunakan oleh para Mubalig islam, juga dari pangkalan Malaka Untuk menyebarkan Islam. Maka tidak mengherankan bila naskah-naskah tua tafsir Al-Quran yg di dapatkan di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa