[iagi-net-l] Re: OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia

2009-11-10 Terurut Topik Sugeng Hartono

Pak Awang,
Trimakasih. Penjelasannya sungguh lengkap, sampai ke asal-muasal bahasa 
Indonesia, yang ternyata berkembang dari daratan Riau (bukan dari 
Semenanjung Malaya). Ini membuat saya lebih bahagia. Saya terus ingat 
pelajaran Kesusasteraan ketika di SMP dulu; kami diajar Gurindam Duabelas 
karya Raja Ali Haji, Hikayat Hang Tuah (di mana yha kita dapat membaca 
buku-2 ini?), bahkan kami dikenalkan nama Tun Seri Lanang. Di Singapura ada 
sekolah swasta bernama Tun Seri Lanang. Mungkin dapat dijelasan tentang ini?
Penjelasan Pak Awang ini tentu saja akan saya kirimkan kepada saudara dan 
teman Guru bahasa Indonesia.
Ketika mengikuti diskusi bahasa Indonesia ini, saya sedang di Madura, dan 
terkejut dengan berita dua koran Surabaya. Judulnya: Sekandal soal porno UTS 
(ujian tengah semester) SD Sidoarjo. Rupanya dalam soal bahasa Indonesia, 
panitya membuat soal yang kurang baik. Sampai-2 pak Wagub dan pak Polisi 
turun tangan. Mau tahu judulanya? ...Saat UTS mata pelajaran bahasa 
Indonesia, mereka membaca soal cerita berjudul  Pengusaha Bandel di 
Krangkeng Bareng Mak Erot. Bukan hanya judulnya yang tak layak 
(penulisannya pun salah), isi soal cerita itu jauh lebih nggilani...begitu 
ditulis dalam berita. Rasanya kalimat dalam soal ujian tidaklah pantas untuk 
ditulis dalam milis kita ini. Tadinya saya pikir mak Erot itu wanita pegiat 
lingkungan atau apa, rupanya, setelah bertanya teman-2 mudlogger, dia itu 
dukun spesialis. Semoga tidak ada lagi kasus semacam ini, dan para 
pendidik harus arif dan bijaksana.


Salam hangat,
sugeng

- Original Message - 
From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum 
HAGI fo...@hagi.or.id; Eksplorasi BPMIGAS 
eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com

Cc: Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id
Sent: Monday, November 02, 2009 11:19 PM
Subject: OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia


Dongeng untuk Pak Sugeng.

Bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang memang berkembang dari bahasa 
Melayu. Tetapi, jangan pernah menganggap bahwa bahasa Indonesia berkembang 
dari bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia sekarang. Bahasa Indonesia 
berkembang dari bahasa Melayu yang digunakan sejak lama di hampir seluruh 
wilayah Indonesia sendiri. Justru bahasa Melayu di Malaysia sekarang berakar 
dari bahasa Melayu di wilayah Indonesia.


Pada masa itu sudah terkenal di sebagian besar wilayah Nusantara suatu 
bahasa perhubungan, suatu lingua franca, yang disebut bahasa Melayu Pasar. 
Di berbagai daerah itu, Melayu Pasar diucapkan dalam dialek-dialek tertentu. 
Suatu dialek Melayu yang terkenal saat itu adalah dialek Melayu Riau. Banyak 
ahli bahasa Indonesia mengatakan bahwa bahasa Indonesia berkembang dari 
bahasa Melayu dialek Riau.


Menggali lebih dalam lagi, bukti tertua bahwa bahasa Melayu telah menjadi 
bahasa perhubungan di Indonesia adalah bukti-bukti berupa prasasti dari 
Kerajaan Sriwijaya pada abad VII. Prasasti-prasasti terkenal masa Kerajaan 
Sriwijaya itu menggunakan bahasa Melayu : prasasti Kedukan Bukit (683 M), 
Talang Tuwo (684 M), Kota Kapur (686 M) dan Karang Brahi (688 M).


Sriwijaya adalah sebuah kerajaan maritim yang memiliki armada perkapalan 
untuk keperluan berdagang. Orang-orangnya menjelajah seluruh negeri di 
Nusantara dan sekitarnya, mereka ketika singgah di suatu wilayah juga 
mengajarkan bahasa Melayu yang digunakan di Sriwijaya agar memudahkan urusan 
berdagang (maka disebut Melayu Pasar). Di daerah Kedu, Jawa Tengah pernah 
ditemukan suatu prasasti berangka tahun 832 M dan disebut Inskripsi 
Gandasuli. Menurut de Casparis, ahli arkeologi Prancis, prasasti ini 
menggunakan bahasa Melayu kuno. Catatan para pelawat dari luar negeri ke 
Nusantara pada zaman Sriwijaya, misalnya I Tsing,  juga menyebutkan bahwa 
bahasa perhubungan masa itu adalah bahasa Melayu. Semakin menuju abad-abad 
modern bahasa Melayu semakin berkembang digunakan di Nusantara, tidak lagi 
terbatas untuk keperluan berdagang  tetapi juga untuk menuliskan karya-karya 
sastra. Telah banyak ditemukan karya-karya sastra dari abad XIV-XVII berupa 
cerita pelipur
lara, hikayat, dongeng-dongeng, dan sebagainya. Bahasa dan isi karya-karya 
sastra ini mendapatkan pengaruh baik dari bahasa Sanskerta dengan 
unsur-unsur Hindunya dan dari bahasa Arab-Persia dengan unsur-unsur 
Islamnya.


Ketika orang-orang Barat sampai di Indonesia pada abad XVI, mereka 
menghadapi suatu kenyataan bahwa bahasa Melayu merupakan suatu bahasa resmi 
dalam pergaulan dan bahasa perdagangan. Mereka juga menemukan bahwa bahasa 
Melayu telah digunakan dari Sumatra sampai Maluku. Di samping itu, di setiap 
daerah digunakan juga bahasa-bahasa daerah seperti Sunda, Jawa, Madura, dan 
lain-lain. Bahasa Melayu, atau bahasa daerah setempat, juga telah diwajibkan 
digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah (surat keputusan 
Pemerintah Kolonial Belanda no. 104 tahun 1871). Ini dilakukan karena 
kegagalam menggunakan bahasa Belanda atau bahasa 

Fwd: [iagi-net-l] OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia

2009-11-10 Terurut Topik OK Taufik
Sebagai perbandingan,

Beberapa pakar pada masa lalu sebenarnya pernah mengajukan pertimbangan
komparatif tentang dunia melayu. Pada tahun 1954, Charles Robequain,
professor geografi tropikal di Universitas Sorbone, menerbitkan Malaya,
Indonesian, Borneo and the Philipines : A Gepgraphical, Economic and
Political Discription of malaya. The East Indies and Philipines. Dia jelas
tak hanya membahas dunia melayu dari sisi ilmu bumi, tapi juga soal budaya
dan demografi. dunia melayu yg terentang dari malaya sampai filipina.
Kesatuan bahasa melayu juga tercermin dalam penyebaran bahasa melayu di
bagian terbesar kepulauan Indonesia dan perkembangannya sebagai bahasa
perdagangan di tempat yg jauh dari Semenanjung Melayu sekalipun. Bahasa
tersebut terbawa sampai ke maluku melalui perdagangan. Membicarakan
Indonesia, Melayu lingua franca merupakan fenomena tunggal di asia
tenggara. karena di pergunakan dan dikembangkan oleh orang-orang asing
sewaktu memasuki nusantara dari malaka sebagai pangkalan. Mula-mula
dipergunakan oleh para Mubalig islam, juga dari pangkalan Malaka Untuk
menyebarkan Islam. Maka tidak mengherankan bila naskah-naskah tua tafsir
Al-Quran yg di dapatkan di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa berbahasa
Melayu. Bahkan raja Islam Pertama di demak diperkirakan tidak berbahahasa
Jawa, tetapi Melayu (Pramoedya Ananta Toer, tempo  Doeloe, jakarta : hasta
Mitra. 1982.).

Kemungkinan bahasa melayu kuno asalnya dari malaya (sesuai migrasi manusia
di Asia) menyebar pertama ke nusantara, berkembang lagi di malaya  menyebar
ke dua kalinya lebih luas ke Nusantara pada zaman Islam Nusantara.

(panggung sejarah: persembahan kepada  prof.Dr, Denys Lombard; Yayasan Obor
zindonesia 1999)
2009/11/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

Dongeng untuk Pak Sugeng.

 Bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang memang berkembang dari bahasa
 Melayu. Tetapi, jangan pernah menganggap bahwa bahasa Indonesia berkembang
 dari bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia sekarang. Bahasa Indonesia
 berkembang dari bahasa Melayu yang digunakan sejak lama di hampir seluruh
 wilayah Indonesia sendiri. Justru bahasa Melayu di Malaysia sekarang berakar
 dari bahasa Melayu di wilayah Indonesia.

 Pada masa itu sudah terkenal di sebagian besar wilayah Nusantara suatu
 bahasa perhubungan, suatu lingua franca, yang disebut bahasa Melayu Pasar.
 Di berbagai daerah itu, Melayu Pasar diucapkan dalam dialek-dialek tertentu.
 Suatu dialek Melayu yang terkenal saat itu adalah dialek Melayu Riau. Banyak
 ahli bahasa Indonesia mengatakan bahwa bahasa Indonesia berkembang dari
 bahasa Melayu dialek Riau.

 Menggali lebih dalam lagi, bukti tertua bahwa bahasa Melayu telah menjadi
 bahasa perhubungan di Indonesia adalah bukti-bukti berupa prasasti dari
 Kerajaan Sriwijaya pada abad VII. Prasasti-prasasti terkenal masa Kerajaan
 Sriwijaya itu menggunakan bahasa Melayu : prasasti Kedukan Bukit (683 M),
 Talang Tuwo (684 M), Kota Kapur (686 M) dan Karang Brahi (688 M).

 Sriwijaya adalah sebuah kerajaan maritim yang memiliki armada perkapalan
 untuk keperluan berdagang. Orang-orangnya menjelajah seluruh negeri di
 Nusantara dan sekitarnya, mereka ketika singgah di suatu wilayah juga
 mengajarkan bahasa Melayu yang digunakan di Sriwijaya agar memudahkan urusan
 berdagang (maka disebut Melayu Pasar). Di daerah Kedu, Jawa Tengah pernah
 ditemukan suatu prasasti berangka tahun 832 M dan disebut Inskripsi
 Gandasuli. Menurut de Casparis, ahli arkeologi Prancis, prasasti ini
 menggunakan bahasa Melayu kuno. Catatan para pelawat dari luar negeri ke
 Nusantara pada zaman Sriwijaya, misalnya I Tsing,  juga menyebutkan bahwa
 bahasa perhubungan masa itu adalah bahasa Melayu. Semakin menuju abad-abad
 modern bahasa Melayu semakin berkembang digunakan di Nusantara, tidak lagi
 terbatas untuk keperluan berdagang  tetapi juga untuk menuliskan karya-karya
 sastra. Telah banyak ditemukan karya-karya sastra dari abad XIV-XVII berupa
 cerita pelipur
  lara, hikayat, dongeng-dongeng, dan sebagainya. Bahasa dan isi karya-karya
 sastra ini mendapatkan pengaruh baik dari bahasa Sanskerta dengan
 unsur-unsur Hindunya dan dari bahasa Arab-Persia dengan unsur-unsur
 Islamnya.

 Ketika orang-orang Barat sampai di Indonesia pada abad XVI, mereka
 menghadapi suatu kenyataan bahwa bahasa Melayu merupakan suatu bahasa resmi
 dalam pergaulan dan bahasa perdagangan. Mereka juga menemukan bahwa bahasa
 Melayu telah digunakan dari Sumatra sampai Maluku. Di samping itu, di setiap
 daerah digunakan juga bahasa-bahasa daerah seperti Sunda, Jawa, Madura, dan
 lain-lain. Bahasa Melayu, atau bahasa daerah setempat, juga telah diwajibkan
 digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah (surat keputusan
 Pemerintah Kolonial Belanda no. 104 tahun 1871). Ini dilakukan karena
 kegagalam menggunakan bahasa Belanda atau bahasa Portugis sebagai bahasa
 pengantar.

 Pada awal masa pergerakan kebangsaan, saat banyak perkumpulan pemuda
 bersifat kedaerahan (Jong Java, Jong Sumatra, Jong Ambon, dan 

Bls: Fwd: [iagi-net-l] OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia

2009-11-10 Terurut Topik Awang Satyana
Teori bahwa bahasa Melayu berasal dari Semenanjung Malaya (Malaysia  sekarang) 
berasal dari Kern (1888). Teori ini bertahan cukup lama, sebagian karena merasa 
mendapat dukungan dari teori migrasi manusia dari Asia Tenggara.

Tetapi pada akhir abad ke-20 teori tersebut tak dianut lagi, juga teori migrasi 
manusia pun mendapatkan tantangan yang hebat dari proyek pemetaan genome 
manusia (National Geographic) yang mempertanyakan kembali arus migrasi yang 
melalui Semenanjung Malaya ke Indonesia. Perunutan arus migrasi menggunakan 
teknik rekombinan DNA bahkan mengatakan bahwa pulau2 di sebelah Sumatra dihuni 
lebih dahulu dari bagian Indonesia Barat yang lain termasuk Semenanjung Malaya.

Teori bahasa Melayu asal Semenanjung Malaya gugur oleh peneltian2 pada akhir 
1980-an dan sepanjang 1990-an (silakan dilihat a.l. publikasi dari Adelaar, 
1988 dan Belwood, 1993 - Adelaar, K.A. 1988, More on Proto-Malayic dalam  Mohd. 
Thani Ahmad dan Zaini Mohammed Zain (ed.) Rekonstruksi dan cabang-cabang Bahasa 
Melayu induk, pp.59-77. Seri monograf sejarah bahasa Melayu. Kuala Lumpur: 
Dewan Bahasa dan Pustaka;  
Bellwood, P. 1993. Cultural and biological differentiation in peninsular 
Malaysia: the last 10,000 years. Asian Perspectives 32:37-60. 

Bukti-bukti linguistik dan prehistori menggugurkan teori Kern (1888). Adelaar 
(1988) dan Belwood (1993) mengatakan bahwa asal bahasa Melayu dari Sumatera.

Tak ada di Semenanjung Malaya ditemukan artefak berbahasa Melayu (kuna) setua 
seperti yang ditemukan di Sumatra. Ini adalah hard data. Catatan tertulis 
pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum 
pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan 
Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini 
berbahasa Melayu kuna meskipun menggunakan aksara Pallawa.

Catatan para musafir Cina yang mengunjungi Nusantara pada zaman Sriwijaya juga 
mengemukakan hal2 yang mendukung bahwa asal bahasa Melayu dari Sumatra, bukan 
Semenanjung Malaya.

Catatan orang Cina menyatakan bahawa sebuah kerajaan Mo-lo-yeu mempersembahkan 
hasil bumi kepada raja Cina sekitar 644-645 Masehi. Kerajaan Mo-lo-yeu berpusat 
di daerah Jambi, Sumatera, daripada sebatang sungai yang deras alirannya, yaitu 
Sungai Melayu. Satu lagi catatan orang Cina ialah catatan rahib Buddha bernama 
I-Tsing yang menggunakan kata ma-lo-yu tentang dua buah kerajaan yang 
dilawatinya sekitar 675 Masehi, yang kemudian dikenal sebagai Sriwijaya dan 
kerajaan kecil di sekitarnya.

Beberapa publikasi bahkan menyebutkan bahwa kata Melayu  berasal dari bahasa 
Jawa Kuno Mlayu yang artinya berlari atau mengembara. Bahasa Jawa modern pun 
artinya masih begitu. Hal ini ditujukan untuk orang2 Jawa yang mengembara ke 
Sumatra dari Jawa, termasuk cucu Samarottungga, raja Wangsa Syailendra, yaitu 
Balaputradewa, pendiri dan raja terkenal Sriwijaya.  

Berdasarkan hal2 di atas lemahlah argumen yang menyatakan bahwa bahasa Melayu 
asal Semenanjung Malaya.

Denys Lombard dalam bukunya Le Carrefour Javanais Essai d H’Histoire Globale 
yang diterjemahkan menjadi tiga buku berjudul Nusa Jawa : Silang Budaya 
(Gramedia, 1996) tak pernah mengatakan bahwa bahasa Melayu asal dari Malaya. 
Sebagian orang memang berpikir begitu, tetapi argumen tersebut sudah banyak 
kelemahannya. 

Berbicara asal suatu bahasa tentu kita akan mencari ke akar pertamanya, bukan 
ke zaman2 Islam masuk ke Indonesia (Jawa), tetapi jauh lebih tua dari itu.

salam,
Awang

--- Pada Rab, 11/11/09, OK Taufik ok.tau...@gmail.com menulis:

 Dari: OK Taufik ok.tau...@gmail.com
 Judul: Fwd: [iagi-net-l] OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id
 Tanggal: Rabu, 11 November, 2009, 11:32 AM
 Sebagai perbandingan,
 
 Beberapa pakar pada masa lalu sebenarnya pernah mengajukan
 pertimbangan
 komparatif tentang dunia melayu. Pada tahun 1954, Charles
 Robequain,
 professor geografi tropikal di Universitas Sorbone,
 menerbitkan Malaya,
 Indonesian, Borneo and the Philipines : A Gepgraphical,
 Economic and
 Political Discription of malaya. The East Indies and
 Philipines. Dia jelas
 tak hanya membahas dunia melayu dari sisi ilmu bumi, tapi
 juga soal budaya
 dan demografi. dunia melayu yg terentang dari malaya sampai
 filipina.
 Kesatuan bahasa melayu juga tercermin dalam penyebaran
 bahasa melayu di
 bagian terbesar kepulauan Indonesia dan perkembangannya
 sebagai bahasa
 perdagangan di tempat yg jauh dari Semenanjung Melayu
 sekalipun. Bahasa
 tersebut terbawa sampai ke maluku melalui perdagangan.
 Membicarakan
 Indonesia, Melayu lingua franca merupakan fenomena tunggal
 di asia
 tenggara. karena di pergunakan dan dikembangkan oleh
 orang-orang asing
 sewaktu memasuki nusantara dari malaka sebagai pangkalan.
 Mula-mula
 dipergunakan oleh para Mubalig islam, juga dari pangkalan
 Malaka Untuk
 menyebarkan Islam. Maka tidak mengherankan bila
 naskah-naskah tua tafsir
 Al-Quran yg di dapatkan di sepanjang pesisir utara Pulau
 Jawa