Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Ikutan ya mumpung weekend saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit) kalau dilihat dari biaya operasi nya. gaji pegawai itu kecil sekali pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya. justru itu ada perusahaan yang berani pakai expat beneran dan expat nasional yang penting operation jalan lancar. (catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan). tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya, mungkin lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran atau nasional). dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat. jadi study cost/benefit harus ada. tentu saja selalu benefit nya sangat relatif. kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja yang bukan core business (VICO pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan BPR study nya mereka. Waktu opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas, Kepala SatGas BPR waktu itu bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak, dan berarti termasuk posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2. jadi waktu itu satgas nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam membahas yang mana yang bisa di outsource yang mana tidak). catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah suatu unit di perusahaan perlu expat(beneran atau nasional) atau tidak. nah sekarang saya mau tambahin pendapat pribadi lagi yang mungkin tidak begitu populer: kalau WNI yang ada diluar negeri diundang untuk balik ke Indonesia dan dibayar seperti expat, dimana efisiensi nya di biaya? ini dengan catatan akan mengerjakan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama dalam kurun waktu yang sama. salam, frank sekarang harus bersihkan lantai halaman samping rumah dulu karena pembantu ngak kerja pada weekend, dan kemarin habis hujan deras, dan lantai kotor sekali. dan anak2 mau bermain dihalaman. jadi expat juga ada kenyamanan yang di sacrafice. apalagi kawan2 yang kerja ditempat yang local helper nya susah didapatkan. ini hanya salah satu contoh. From: nugraha...@yahoo.com nugraha...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, April 7, 2013 5:21 AM Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat gajinya segitu. CMMIW. Yg membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu tugasnya Pemerintah). SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan Pemerintah. Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja. Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak pernah kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja nasional. Pd beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan level gaji pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi jumlah ekspat dan juga gajinya, meski kadang kala tidak berhasil, dgn berbagai alasan. Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya menurun dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa gelintir KKKS. Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi tertentu, di negara tsb (sbg Expat). Salam, Nuning
Re: [iagi-net] GEM-LOVERS : CINCIN MILIK TOKOH TERKENAL
Mang Okim, pertanyaan Gus Luthfi yang satu belum dijawab. Alamat mang Okim tentunya di markas GemAfia di Jalan Pajajaran Bandung, ta' iya! Lam-salam, Syaiful Sent from my deep heart On Apr 6, 2013, at 6:58 AM, Sujatmiko m...@cbn.net.id wrote: Yth Pak Luthfi, Alhamdulilah mang Okim punya rekan Gem-Lovers di lingkungan IAGI-MGEI yang sangat open minded, yang menerima kenyataan dengan hati yang tulus, yang tidak berontak walaupun Barjatnya identik dengan Pantol --- he-hee. Bravo Pak Lutfi, mang Okim senang benar bahwa Bapak punya koleksi batu mulia yang sedemikian beragam. Mang Okim berharap semoga suatu hari nanti dapat melihat langsung dan mengagumi koleksi Bapak. Mang Okim sangat surprise bahwa di antara koleksi Pak Lutfi ada yang ruby/ pigeon red / atau pigeon blood ruby yang merupakan top markotopnya ruby, yang perkarat ( 0,2 gram ) harganya termurah sekitar USD 1.000 ( tergantung besarnya, ada yang nyampe lebih USD 100.000 / karat ). Rekan-rekan Gem-Lovers pasti senang sekali kalau Pak Lutfi bisa motret pigeon blood nya, kemudian disharing ke Gem-Lovers lewat milis kita ( copykan ke MGEI karena milis IAGI tampaknya tidak bisa menerima gambar ). Jelaskan juga keterangan yang tertera di sertifikatnya, dengan demikian kita semua bisa tambah wawasan --- ta' iya !!! Demikian dulu Pak Lutfi, tanggapan mang Okim. Selamat berweek-end, semoga koleksinya nambah terus. Salam Gem-Lovers, Mang Okim -Original Message- From: aluthfi...@gmail.com [mailto:aluthfi...@gmail.com] Sent: 05 April 2013 11:43 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] GEM-LOVERS : CINCIN MILIK TOKOH TERKENAL Terima kasih banyak info Mang Okim, saya memang Gem-Lovers, ya punya lumayan baik dari dalam negeri (terutama kalimantan dan banten/opal dan mata kucing) dan beberapa dari luar negeri al. Australia (opal, ada juga kalimaya banten), Kamboja (amethys/kecubung), Myanmar (ruby/pigeon red), Thailand (blue shaphire), dan Iran (lupa namanya yg biru muda bintik coklat-putih). Kapan2 kalau ke Bandung saya mau mampir ke Galery mang Okim. Dimana alamatnya ? Terima kasih. Salam, AL Sent from my BlackBerryR powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Sujatmiko m...@cbn.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Fri, 5 Apr 2013 11:14:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] GEM-LOVERS : CINCIN MILIK TOKOH TERKENAL Weleh-weleh, Pak Lutfi rupanya seneng batu mulia juga. Mengenai 2 butir batu mulia yang dibeli di Pasar Kebun Sayur , kalau sudah disebut BARJAT, dapat dipastikan bahwa batu tersebut sama jenisnya dengan PANTOL. Pak Lutfi bisa lihat dengan loupe 10 X, akan kelihatan gas bubblenya berjibun ( bundar atau lonjong ). Kebetulan 2 mingguan lalu mang Okim diundang TOTAL ke Bppn dalam rangka 40 tahun produksi Bekapai dan sempat singgah ke pasar ini, nostalgia ikan bakar --- bukan batu mulia . Dagangan batu mulianya sebagian besar memang sintetis , sedangkan yang asli harganya aduhai --- ada yang sampai lebih 100 jutaan ). Salam Gem-Lovers, Mang Okim -Original Message- From: aluthfi...@gmail.com [mailto:aluthfi...@gmail.com] Sent: 05 April 2013 10:39 To: iagi-net@iagi.or.id; MGEI Subject: Re: [iagi-net] GEM-LOVERS : CINCIN MILIK TOKOH TERKENAL Mang Okim, saya pernah beli batu berwarna hijau di pasar kebon sayur, balik papan. Harganya tidak mahal, 2 butir masing harganya 40 ribu rupiah dan 65 ribu rupiah. Waktu saya tanya penjualnya sudah seusia mang Okim, batu apa ini Pak? Jawabnya yang ini batu barjat asap dan yang satunya batu barjat garis. Kalau dilihat kearah sinar memang didalamnya ada seperti kapas/awan putih, yang satunya berserabut tak beraturan seperti benang. Kalau lihat deskripsi pantol dari mang Okim, kayaknya batu barjat = batu pantol. Batunya unik warna dan motif di dalamnya. Sent from my BlackBerryR powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Frank Bicaranya kok melawan ARUS kan lagi anti outsourcing hahahaha ,apa perus minyak siap di demo ? si Abah From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, April 7, 2013 2:47 PM Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Ikutan ya mumpung weekend saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit) kalau dilihat dari biaya operasi nya. gaji pegawai itu kecil sekali pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya. justru itu ada perusahaan yang berani pakai expat beneran dan expat nasional yang penting operation jalan lancar. (catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan). tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya, mungkin lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran atau nasional). dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat. jadi study cost/benefit harus ada. tentu saja selalu benefit nya sangat relatif. kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja yang bukan core business (VICO pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan BPR study nya mereka. Waktu opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas, Kepala SatGas BPR waktu itu bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak, dan berarti termasuk posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2. jadi waktu itu satgas nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam membahas yang mana yang bisa di outsource yang mana tidak). catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah suatu unit di perusahaan perlu expat(beneran atau nasional) atau tidak. nah sekarang saya mau tambahin pendapat pribadi lagi yang mungkin tidak begitu populer: kalau WNI yang ada diluar negeri diundang untuk balik ke Indonesia dan dibayar seperti expat, dimana efisiensi nya di biaya? ini dengan catatan akan mengerjakan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama dalam kurun waktu yang sama. salam, frank sekarang harus bersihkan lantai halaman samping rumah dulu karena pembantu ngak kerja pada weekend, dan kemarin habis hujan deras, dan lantai kotor sekali. dan anak2 mau bermain dihalaman. jadi expat juga ada kenyamanan yang di sacrafice. apalagi kawan2 yang kerja ditempat yang local helper nya susah didapatkan. ini hanya salah satu contoh. From: nugraha...@yahoo.com nugraha...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, April 7, 2013 5:21 AM Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat gajinya segitu. CMMIW. Yg membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu tugasnya Pemerintah). SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan Pemerintah. Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja. Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak pernah kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja nasional. Pd beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan level gaji pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi jumlah ekspat dan juga gajinya, meski kadang kala tidak berhasil, dgn berbagai alasan. Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya menurun dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa gelintir KKKS. Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi tertentu, di negara tsb (sbg Expat). Salam, Nuning
Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Abah, kalau mau lebih murah ya itu salah satu solusi nya Bah, jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar kalau diperlukan. dan goalnya jelas dan time frame nya juga jelas saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka tidak akan terpakai. demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien. ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource lagi. dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka dikirim keluar kerjaannya. Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin benar2 akan lebih murah dan efisien. dan ada ukurannya yaitu jumlah area yang dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated dalam kurun waktu tertetntu dengan biaya sekian. ukurannya bukan discovery atau ngak discovery pada contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di outsource). Terserah service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau 10 orang dari luar. jadi komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah service provider nya yang penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang ditentukan dan tentu saja tidak melebihi perkiraan biaya awalnya. jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan dengan bagus akan memberikan hasil yang bagus. selamat berakhir pekan Abah. salam, frank From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, April 7, 2013 12:41 PM Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Frank Bicaranya kok melawan ARUS kan lagi anti outsourcing hahahaha ,apa perus minyak siap di demo ? si Abah From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, April 7, 2013 2:47 PM Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Ikutan ya mumpung weekend saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit) kalau dilihat dari biaya operasi nya. gaji pegawai itu kecil sekali pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya. justru itu ada perusahaan yang berani pakai expat beneran dan expat nasional yang penting operation jalan lancar. (catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan). tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya, mungkin lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran atau nasional). dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat. jadi study cost/benefit harus ada. tentu saja selalu benefit nya sangat relatif. kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja yang bukan core business (VICO pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan BPR study nya mereka. Waktu opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas, Kepala SatGas BPR waktu itu bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak, dan berarti termasuk posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2. jadi waktu itu satgas nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam membahas yang mana yang bisa di outsource yang mana tidak). catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah suatu unit di perusahaan perlu expat(beneran atau nasional) atau tidak. nah sekarang saya mau tambahin pendapat pribadi lagi yang mungkin tidak begitu populer: kalau WNI yang ada diluar negeri diundang untuk balik ke Indonesia dan dibayar seperti expat, dimana efisiensi nya di biaya? ini dengan catatan akan mengerjakan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama dalam kurun waktu yang sama. salam, frank sekarang harus bersihkan lantai halaman samping rumah dulu karena pembantu ngak kerja pada weekend, dan kemarin habis hujan deras, dan lantai kotor sekali. dan anak2 mau bermain dihalaman. jadi expat juga ada kenyamanan yang di sacrafice. apalagi kawan2 yang kerja ditempat yang local helper nya susah didapatkan. ini hanya salah satu contoh. From: nugraha...@yahoo.com nugraha...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, April 7, 2013 5:21 AM Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat gajinya segitu. CMMIW. Yg membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu tugasnya Pemerintah). SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan Pemerintah. Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil
Re: [iagi-net] Siap-siap Net Import --: [iagi-net] New Discovery - Malaysia
Hallo Pak Rovicky, Saya rasa fokus ke shale business di Amerika lebih di dorong oleh kepentingan bisnis dibanding dengan sekadar nasionalisme. Keberhasilan shale gas memang membuat harga gas di sana (Henry Hub) menjadi sangat rendah, ini yang membuat industri di sana berpindah ke shale wet gas dan shale oil. Produksi liquid yang membuat shale industry di Amerika masih menarik walaupun harga gasnya sangat rendah. Iseng2 saya lihat draft corporate meeting HESS May ini di internet. http://www.transforminghess.com/ HESS mempunyai asset Shale Oil yang bagus di Bakken (17% prod, 23% reserves Hess group ada di sana) dan di emerging Utica Shale. Di Indonesia sendiri asset mereka relatif kurang baik dibanding asset2 HESS yang lain dan hasil ekplorasi mereka di tahun2 belakangan ini juga negative. Saya tidak punyak akses ke www.ogj.com. Apakah Pak Rovicky bisa kirim artikelnya. Export gas dari Amerika memang patut dicermati karena akan mempengaruhi harga jual gas di Asia ... Well, seperti bapak bilang, bila harga gas sangat murah, tidak ada salahnya kita beli gas kan ?? :) Salam hangat, Henky 2013/4/5 Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com On Fri, Apr 5, 2013 at 2:24 AM, H Herwin henricus.her...@gmail.comwrote: Abah, Kebetulan Newfield sedang berencana menjual portfolio mereka di Asia (Di Cina dan di Malaysia), walaupun mereka mungkin berubah pikiran setelah discovery ini :) Atau malah mengambil keuntungan karena nilainya jadi lebih tinggi .. Strategi mereka ingin focul dgn shale asset mereka di USA. Wah kok strateginya mirip HESS juga ya. Shale gas/oil di Amerika ini banyak menyedot perhatian investor lokal untuk menanamkan di negerinya sendiri. Walau harga gas disananya jatuh tetep saja mereka ingin mengembangkan negaranya sendiri dengan dana sendiri dan dipakai sendiri (setahu saya debat ijin ekspor masih berlangsung seru). Intinya Amerika sedang berusaha untuk mencari pasokan energi untuk negerinya sendiri. http://www.ogj.com/articles/print/volume-111/issue-4/special-report-lng-update/us-debate-on-lng-exports-centered.html Sementara saya sedang berpikir realis (walau sebagai explorer tetap harus optimis), sedang concern kemungkinan Indonesia menjadi net importir LNG (2016) dan menjadi net import energi (setelah 2025). Padahal kita memiliki insentive demografi atau Demography Bonus tahun 2020-2030 dimana akan ada 180 juta tenaga kerja siap menjadi mesin yang perlu bahan bakar dan bahan baku. Kalau pembangunan FSRU, Electric Plant, pipelines, jaringan kabel distribusi dan infrastruktur lainnya tidak disiapkan maka akan terjadi braindrain tenaga kerja Indonesia ke negara-negara yang mampu memberikan kerja. Doh piye iki ? RDP
Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Hallo, Mungkin nggak terlalu berhubungan dengan diskusi ini. Saya mewakili TOTAL dalam salah satu Joint Venture yang melibatkan Petronas, dalam setiap workshop yang diadakan, Petronas selalu diwakili oleh delegasi yang terdiri dari Expat dan Malaysian National. Saya lihat para expat Petronas banyak memberi kontribusi dalam workshop dan juga membantu pihak management Pertronas untuk mengambil keputusan. Rekan2 kita juga banyak yang bekerja di Petronas dan pasti mereka memberi kontribusi utk perusahaan. Pak Frank, saya lihat juga bekerja untuk perusahaan nasional Angola, Sonangol. PS: Berdasarkan riset di dunia HR, perbedaan (diversity) bisa memberi added-value terhadap perusahaan, makanya banyak perusahaan berusaha mempunyai target level keragaman karyawan (mis: perempuan vs laki2, negara asal dll). Kalau di Pertamina dan perusahaan2 nasional di tanah air bagaimana ? Siapa tahu tenaga expat juga bisa mampu mendongkrak performa perusahaan, dan akhirnya meningkatkan penerimaan perusahaan perusahaan/negara. PS: Lionel Messi aja di import ke Spanyol sama Barcelona, PSG impor Ibrahimovic, Beckham dll hehehe ... Salam hangat, Henky 2013/4/7 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Abah, kalau mau lebih murah ya itu salah satu solusi nya Bah, jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar kalau diperlukan. dan goalnya jelas dan time frame nya juga jelas saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka tidak akan terpakai. demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien. ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource lagi. dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka dikirim keluar kerjaannya. Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin benar2 akan lebih murah dan efisien. dan ada ukurannya yaitu jumlah area yang dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated dalam kurun waktu tertetntu dengan biaya sekian. ukurannya bukan discovery atau ngak discovery pada contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di outsource). Terserah service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau 10 orang dari luar. jadi komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah service provider nya yang penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang ditentukan dan tentu saja tidak melebihi perkiraan biaya awalnya. jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan dengan bagus akan memberikan hasil yang bagus. selamat berakhir pekan Abah. salam, frank -- *From:* Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com *To:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Sunday, April 7, 2013 12:41 PM *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Frank Bicaranya kok melawan ARUS kan lagi anti outsourcing hahahaha ,apa perus minyak siap di demo ? si Abah -- *From:* Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com *To:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Sunday, April 7, 2013 2:47 PM *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Ikutan ya mumpung weekend saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit) kalau dilihat dari biaya operasi nya. gaji pegawai itu kecil sekali pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya. justru itu ada perusahaan yang berani pakai expat beneran dan expat nasional yang penting operation jalan lancar. (catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan). tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya, mungkin lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran atau nasional). dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat. jadi study cost/benefit harus ada. tentu saja selalu benefit nya sangat relatif. kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja yang bukan core business (VICO pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan BPR study nya mereka. Waktu opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas, Kepala SatGas BPR waktu itu bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak, dan berarti termasuk posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2. jadi waktu itu satgas nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam membahas yang mana yang bisa di outsource yang mana tidak). catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah suatu unit di perusahaan perlu expat(beneran atau nasional) atau tidak. nah sekarang saya mau tambahin pendapat pribadi lagi yang mungkin tidak begitu populer: kalau WNI yang ada diluar negeri diundang untuk balik ke Indonesia dan dibayar seperti expat, dimana efisiensi nya di biaya? ini dengan catatan akan mengerjakan hal yang
Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Hallo juga, Petronas dan Sonangol memakai expat karena tidak punya tenaga yang cukup untuk melakukan operasi nya. Kalau Pertamina, Medco dan EMP ngak ada yang pake expat setahu saya, entah perusahaan nasional yang lainnya. fbs From: H Herwin henricus.her...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, April 7, 2013 6:52 PM Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Hallo, Mungkin nggak terlalu berhubungan dengan diskusi ini. Saya mewakili TOTAL dalam salah satu Joint Venture yang melibatkan Petronas, dalam setiap workshop yang diadakan, Petronas selalu diwakili oleh delegasi yang terdiri dari Expat dan Malaysian National. Saya lihat para expat Petronas banyak memberi kontribusi dalam workshop dan juga membantu pihak management Pertronas untuk mengambil keputusan. Rekan2 kita juga banyak yang bekerja di Petronas dan pasti mereka memberi kontribusi utk perusahaan. Pak Frank, saya lihat juga bekerja untuk perusahaan nasional Angola, Sonangol. PS: Berdasarkan riset di dunia HR, perbedaan (diversity) bisa memberi added-value terhadap perusahaan, makanya banyak perusahaan berusaha mempunyai target level keragaman karyawan (mis: perempuan vs laki2, negara asal dll). Kalau di Pertamina dan perusahaan2 nasional di tanah air bagaimana ? Siapa tahu tenaga expat juga bisa mampu mendongkrak performa perusahaan, dan akhirnya meningkatkan penerimaan perusahaan perusahaan/negara. PS: Lionel Messi aja di import ke Spanyol sama Barcelona, PSG impor Ibrahimovic, Beckham dll hehehe ... Salam hangat, Henky 2013/4/7 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Abah, kalau mau lebih murah ya itu salah satu solusi nya Bah, jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar kalau diperlukan. dan goalnya jelas dan time frame nya juga jelas saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka tidak akan terpakai. demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien. ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource lagi. dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka dikirim keluar kerjaannya. Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin benar2 akan lebih murah dan efisien. dan ada ukurannya yaitu jumlah area yang dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated dalam kurun waktu tertetntu dengan biaya sekian. ukurannya bukan discovery atau ngak discovery pada contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di outsource). Terserah service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau 10 orang dari luar. jadi komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah service provider nya yang penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang ditentukan dan tentu saja tidak melebihi perkiraan biaya awalnya. jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan dengan bagus akan memberikan hasil yang bagus. selamat berakhir pekan Abah. salam, frank From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, April 7, 2013 12:41 PM Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Frank Bicaranya kok melawan ARUS kan lagi anti outsourcing hahahaha ,apa perus minyak siap di demo ? si Abah From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, April 7, 2013 2:47 PM Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Ikutan ya mumpung weekend saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit) kalau dilihat dari biaya operasi nya. gaji pegawai itu kecil sekali pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya. justru itu ada perusahaan yang berani pakai expat beneran dan expat nasional yang penting operation jalan lancar. (catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan). tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya, mungkin lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran atau nasional). dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat. jadi study cost/benefit harus ada. tentu saja selalu benefit nya sangat relatif. kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja yang bukan core business (VICO pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan BPR study nya mereka. Waktu opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas, Kepala SatGas BPR waktu itu bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak, dan berarti termasuk posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2. jadi waktu itu satgas nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam membahas yang mana yang bisa di outsource yang
Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Good pagi selamat morning semuanya Saya setuju dg adanya Expat akan menambah diversity dalam medan kerja, dalam artian hanya SKILL yg di kedepankan, tentunya CB ikut dg skill set yg di butuhkan, dg demikian terjadi persaingan sehat, dalam artian yg non-expat akan mengkondisikan untuk mempunyai skill yg setara atau malah lebih dg expat, kalau sudah begitu dan masih tidak di kompensasi dg benar maka ya jalan yg ada ya cuman pindah kerja. tapi hal ini sebetulnya tidak mudah, krn ada bbrp orang lebih senang menjadi pejabat dari pada sekedar jadi pekerja, nah posisi ini mungkin yg membuat si A si B dan si C sangat loyal di mana dia bekerja Untuk selanjutnya saya cuman bisa berserah diri kepada Tuhan YME. Lam salam Avi On Mon, Apr 8, 2013 at 12:52 AM, H Herwin henricus.her...@gmail.com wrote: [image: Boxbe] https://www.boxbe.com/overview This message is eligible for Automatic Cleanup! (henricus.her...@gmail.com) Add cleanup rulehttps://www.boxbe.com/popup?url=https%3A%2F%2Fwww.boxbe.com%2Fcleanup%3Ftoken%3DQCOzK7090m2uGRN4aKYOODGZPa6lzMHMASZ9bopuq%252BLEYR%252FuY3UysQGxm3e1%252BN6QQkZOuVow40%252FVfda8tx%252BVe2yXxtPYNZvlLz0iQn0eC4sPNAC6cb%252BwmM1l627mUrBykOoC9vRfpbbNH2EdVRZdPw%253D%253D%26key%3DE3MiVjDpvpW%252BaWy5fWVvjGB%252Fmg5b740w7u1EFf5QLRI%253Dtc_serial=13909361566tc_rand=1747944345utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001| More infohttp://blog.boxbe.com/general/boxbe-automatic-cleanup?tc_serial=13909361566tc_rand=1747944345utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001 Hallo, Mungkin nggak terlalu berhubungan dengan diskusi ini. Saya mewakili TOTAL dalam salah satu Joint Venture yang melibatkan Petronas, dalam setiap workshop yang diadakan, Petronas selalu diwakili oleh delegasi yang terdiri dari Expat dan Malaysian National. Saya lihat para expat Petronas banyak memberi kontribusi dalam workshop dan juga membantu pihak management Pertronas untuk mengambil keputusan. Rekan2 kita juga banyak yang bekerja di Petronas dan pasti mereka memberi kontribusi utk perusahaan. Pak Frank, saya lihat juga bekerja untuk perusahaan nasional Angola, Sonangol. PS: Berdasarkan riset di dunia HR, perbedaan (diversity) bisa memberi added-value terhadap perusahaan, makanya banyak perusahaan berusaha mempunyai target level keragaman karyawan (mis: perempuan vs laki2, negara asal dll). Kalau di Pertamina dan perusahaan2 nasional di tanah air bagaimana ? Siapa tahu tenaga expat juga bisa mampu mendongkrak performa perusahaan, dan akhirnya meningkatkan penerimaan perusahaan perusahaan/negara. PS: Lionel Messi aja di import ke Spanyol sama Barcelona, PSG impor Ibrahimovic, Beckham dll hehehe ... Salam hangat, Henky 2013/4/7 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Abah, kalau mau lebih murah ya itu salah satu solusi nya Bah, jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar kalau diperlukan. dan goalnya jelas dan time frame nya juga jelas saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka tidak akan terpakai. demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien. ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource lagi. dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka dikirim keluar kerjaannya. Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin benar2 akan lebih murah dan efisien. dan ada ukurannya yaitu jumlah area yang dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated dalam kurun waktu tertetntu dengan biaya sekian. ukurannya bukan discovery atau ngak discovery pada contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di outsource). Terserah service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau 10 orang dari luar. jadi komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah service provider nya yang penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang ditentukan dan tentu saja tidak melebihi perkiraan biaya awalnya. jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan dengan bagus akan memberikan hasil yang bagus. selamat berakhir pekan Abah. salam, frank -- *From:* Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com *To:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Sunday, April 7, 2013 12:41 PM *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Frank Bicaranya kok melawan ARUS kan lagi anti outsourcing hahahaha ,apa perus minyak siap di demo ? si Abah -- *From:* Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com *To:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Sunday, April 7, 2013 2:47 PM *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Ikutan ya mumpung weekend saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit) kalau dilihat dari biaya operasi nya. gaji pegawai itu kecil sekali pengaruhnya(persentase nya) dari total
Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
2013/4/8 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Hallo juga, Petronas dan Sonangol memakai expat karena tidak punya tenaga yang cukup untuk melakukan operasi nya. Kalau Pertamina, Medco dan EMP ngak ada yang pake expat setahu saya, entah perusahaan nasional yang lainnya. Dalam han tenaga kerja, Indonesia tidak tepat dibandingkan dengan Petronas maupun Senagol. Barangkali Indonesia lebih tepat dibandingkan dengan China. China memiliki tenaga manusia yang suangat banyak sehingga China memiliki beberapa perusahaan migas nasional Multi National Companies (State owned companies). Perushaan China milik pemerintah di China itu tidak hanya migas, tetapi juga pertambangan dan perindustrian. Lihat disini http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Metal_companies_of_China (banyak perush metal yg juga beroperasi di Indonesia (misal CITIC). Multi BUMN ini lebih tepat untuk Indonesia yang juga memiliki tenaga kerja banyak. Overflow dari pekerja Indonesia itu yang akhirnya banyak expat Indonesia di LN (braindrain), Mengubah Brain Drain menjadi Brain Gain, bukanlah perkara mudah. Malesa juga sudah beberapa tahun lalu mencobanya juga gagal. Akhirnya lebih mudah mendapatkan TKI (Intelek) dari Indonesia yang relatif lebih murah ketimbang dari Eropa dan Amrik, dng kapasitas yang sepadan tentunya. Untuk Indonesia. menurut saya, lebih baik mencegah 'overflow' ketimbang mengharapkan 'back flow' (brain gain). Perbaikan struktur remunerasi di dalam negeri akan lebih bermanfaat dan berdampak lebih positip. Jadi jangan harap yang di LN mendapatkan apa yang diinginkan, karena sudah tidak sebanding. Usaha-usaha recuitment ke ME ataupun Malesa cukup dibakai sebagai pembanding saja untuk memperbaiki strutur remunerasi di dalam negeri. BPR (Bussiness Proccess Reingineering yang berbuntut pada outsourcing adalah cara kapitalis dalam meningkatkan efisiensi modalnya. Namun jelas cara ini pasti berbenturan dengan Indonesia yang socio-democrate. Jumlah tenaga kerja yang terlalu melimpah dengan lapangan kerja masih terbatas tentunya cara outsourcing bukanlah yang ideal, karena dalam outsourcing terdapat pemerasan tenaga dimana pencari kerja diadu supaya mendapat harga terendah. Sepertinya ini penjajahan tenaga manusia bentuk baru yang seolah mengikuti pasar. Oleh sebab itu salah satu cara paling baik untuk Indonesia adalah meningkatkan lapangan kerja. Menyediakan sumberdaya alam dan sumber bahan baku (bahan dasar), juga bahan bakar atau energi sebagai tenaga untuk terus berkarya. Tentusaja saya akan selalu mengkapanyekan Demografi Bonus 2020-2030 sebagai sebuah momentum yang tidak boleh diabaikan dalam setiap program jangka panjang, dan juga future outlook of Indonesia. Baik kebutuhan energi, bahan baku, mitigasi kebencanaan dan lingkungan serta pengembangan wilayah dll. Salam senin ! RDP -- ***Good idea is important key to success, working on it will make it real.*
Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Selamat Pagi Salam buat semua sahabat seprofesi yang peduli masalah ini. Saya termasuk yang setuju perlunya tenaga ekspat untuk menunjang peningkatan eksplorasi dan produksi. Namun tenaga mereka perlu dibatasi (jumlah dan lamanya di Indonesia), lalu performa kerja mereka harus dievaluasi secara berkala sesuai KPI dan bila kurang baik / tidak ada kontribusi positif serta tidak menunjang kegiatan eksplorasi produksi, harus dengan tegas untuk dipulangkan ke negaranya. Ini dapat menghemat pengeluaran negara dari gaji mereka yang besar namun tidak ada added value-nya. Sebaiknya, mereka tidak lama di posisi strategis pada setiap perusahaan dan pada sisi lain, kita lebih mengutamakan profesional Indonesia sendiri untuk memimpin bisnis strategis negaranya sendiri. Saya pikir, China sudah lebih maju dan bahkan mampu menyaingi (bahkan melebihi) Amerika dan Eropa, termasuk di Industri MIGAS. Perusahaan mereka (IOC maupun Service Company) sudah terkenal dan berprestasi baik dengan harga yang kompetitif untuk bersaing dengan semua IOC (International Oil Company), NOC (National Oil Company) dan Oil Services di semua region dunia. Termasuk juga profesional mereka yang terbukti kompeten di bidangnya masing-masing. Namun masih ada harapan bagi Indonesia untuk maju dan bersaing di era globalisasinya tanpa memikirkan brain drain lagi, seperti analisis yang disampaikan Bung RDP sebelumnya. Menurut saya, Indonesia masih bisa maju bila mengambil semua pelajaran yang sudah ada (dulu sempat menjadi guru atau contoh semua perencanaan dan pengelolaan bidang migas, seperti model PSC yang kini banyak ditiru negara lain) dengan lebih menghargai para profesionalnya (tidak melulu masalah gaji), namun dengan memberikan lebih kesempatan pada mereka untuk memimpin pengelolaan industri migas dalam negri. Dukungan dan sikap tegas pemerintah sangat dibutuhkan untuk menjamin suksesnya kemajuan Indonesia dan sejahteranya seluruh rakyat Indonesia. Tambahan catatan menurut saya, bisnis migas di Indonesia sebaiknya dijauhkan dengan intrik politik atau kepentingan suatu kelompok, diluar etika bisnis yang ada. Semoga bangkit dan majulah Indonesia yang lebih baik serta selamat beraktifitas semuanya di awal pekan. Sekedar urun rembug pribadi dan mohon maaf bila ada yang khilaf. Salam GG Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 8 Apr 2013 08:11:07 To: IAGIiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL 2013/4/8 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Hallo juga, Petronas dan Sonangol memakai expat karena tidak punya tenaga yang cukup untuk melakukan operasi nya. Kalau Pertamina, Medco dan EMP ngak ada yang pake expat setahu saya, entah perusahaan nasional yang lainnya. Dalam han tenaga kerja, Indonesia tidak tepat dibandingkan dengan Petronas maupun Senagol. Barangkali Indonesia lebih tepat dibandingkan dengan China. China memiliki tenaga manusia yang suangat banyak sehingga China memiliki beberapa perusahaan migas nasional Multi National Companies (State owned companies). Perushaan China milik pemerintah di China itu tidak hanya migas, tetapi juga pertambangan dan perindustrian. Lihat disini http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Metal_companies_of_China (banyak perush metal yg juga beroperasi di Indonesia (misal CITIC). Multi BUMN ini lebih tepat untuk Indonesia yang juga memiliki tenaga kerja banyak. Overflow dari pekerja Indonesia itu yang akhirnya banyak expat Indonesia di LN (braindrain), Mengubah Brain Drain menjadi Brain Gain, bukanlah perkara mudah. Malesa juga sudah beberapa tahun lalu mencobanya juga gagal. Akhirnya lebih mudah mendapatkan TKI (Intelek) dari Indonesia yang relatif lebih murah ketimbang dari Eropa dan Amrik, dng kapasitas yang sepadan tentunya. Untuk Indonesia. menurut saya, lebih baik mencegah 'overflow' ketimbang mengharapkan 'back flow' (brain gain). Perbaikan struktur remunerasi di dalam negeri akan lebih bermanfaat dan berdampak lebih positip. Jadi jangan harap yang di LN mendapatkan apa yang diinginkan, karena sudah tidak sebanding. Usaha-usaha recuitment ke ME ataupun Malesa cukup dibakai sebagai pembanding saja untuk memperbaiki strutur remunerasi di dalam negeri. BPR (Bussiness Proccess Reingineering yang berbuntut pada outsourcing adalah cara kapitalis dalam meningkatkan efisiensi modalnya. Namun jelas cara ini pasti berbenturan dengan Indonesia yang socio-democrate. Jumlah tenaga kerja yang terlalu melimpah dengan lapangan kerja masih terbatas tentunya cara outsourcing bukanlah yang ideal, karena dalam outsourcing terdapat pemerasan tenaga dimana pencari kerja diadu supaya mendapat harga terendah. Sepertinya ini penjajahan tenaga manusia bentuk baru yang seolah mengikuti pasar. Oleh sebab itu salah satu cara paling baik untuk Indonesia adalah meningkatkan lapangan kerja. Menyediakan sumberdaya
[iagi-net] Undangan Silaturahmi dan ulang tahun IAGI ke 53
Kepada Yth. : Bapak / Ibu / Sdr/I Anggota IAGI di tempat. Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Silaturahmi antara Pengurus dan anggota IAGI sekaligus memperingati hari ulang tahun IAGI ke 53, yang akan diselenggarakan pada : Hari/ Tanggal : Sabtut / 13 April 2013 Tempat : Hotel Bumikarsa Bidakara, Room Subadra Lt 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav.71 - 73 , Jakarta Waktu: 18.00 WIB - selesai Agenda : - Pemaparan kegiatan-kegiatan dan program IAGI - Pemaparan kegiatan anak organisasi IAGI ( FGMI, FOSI, MGEI, Publikasi, Majalah IAGI, dll ) - Pandangan dan pendapat Para Tamu Undangan tentang IAGI Mohon kehadirannya Bapak /Ibu dalam acara tersebut diatas. Atas kehadirannya kami PP-IAGI mengucapkan banyak terima kasih. Hormat kami Pengurus Pusat Ikatan Ahli Geologi Indonesia Sekretaris Jendreral TTD Ir . H. Seno Aji M.Si Anggota IAGI yang berminat hadir dalam acara ini diharapkan menghubungi sekretariat (sekretar...@iagi.or.id atau telepon ke Sutar ( 021- 83702848 / 83702577 )
Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Benar sekali mas Herwin Ada dua hal yang diharapkan dari setiap tenaga expart yaitu Transfer Ilmu pengetahuan / Pengalaman/ Best Practice dan kedua untuk Memberikan Dinamika tersediri pada perusahaan tersebut agar (salah satunya menjadi International Kompani dan satu saat bisa masuk ke negara tersebut). Pertamina akan susah masuk ke luar Indonesia karena tenaga expartnya (mungkin tidak ada), Ujungnya ya susah untuk Go International. Memang jadi Expart tidak selamanya enak .. seperti yang di tulis mas Rovicky , ada ongkos deg-deg-an karena kerja atas dasar kontrak (jarang ada yang permanent) . Satu lagi masalah Social Rejection (penolakan social secara halus) seperti expart itu bisanya apa , atau kalau orang di Malaysia sering bilang Orang Indon ... dan selalu saya tambahkan esia, kemudian si malaysia ngeles .. Nama negara mu Panjang sangat heheheh Kalau kerja di negara yang santun masih enak , kalau kerja di Timur tengah siap - siap aja makan hati .. banyak supervisor expart kadang ngerangkap kerja untuk bahwannya karena mereka santai (untuk tidak menyebut malas) , atau kalau Orang mesir suka Arogan .. maklum masih keturuan Firaun . Teman dari Schlumberger pernah berkelahi sampai di pulangkan tapi tidak di pecat , karena orang tahu dia kerja benar , sementara anak buahnya santai jam lima selesai nggak selesai pulang . nggak peduli . Rasisme dalam dunia kerja masih sering terjadi , dan ini pengalaman pribadi saya di Oman , Supervisor orang India bawahan orang Oman .. apa kata Supervisor anak buah enggan melaksanakan , mereke menununggu perintah assistant supervisor yang adalah orang Oman . Saya termasuk beruntung karena datang sebagai Company Man kalau nggak nggak tahu dech. Nah kembali dalam hukum dasar .. semua ada kurang dan lebihnya . Mau duit gede .. silahkan jadi expart .. mau hidup tenang silahkan jadi national.. No Pain No Gain .. Gitu aja kok Report Salam Dandy .. 2013/4/8 H Herwin henricus.her...@gmail.com Hallo, Mungkin nggak terlalu berhubungan dengan diskusi ini. Saya mewakili TOTAL dalam salah satu Joint Venture yang melibatkan Petronas, dalam setiap workshop yang diadakan, Petronas selalu diwakili oleh delegasi yang terdiri dari Expat dan Malaysian National. Saya lihat para expat Petronas banyak memberi kontribusi dalam workshop dan juga membantu pihak management Pertronas untuk mengambil keputusan. Rekan2 kita juga banyak yang bekerja di Petronas dan pasti mereka memberi kontribusi utk perusahaan. Pak Frank, saya lihat juga bekerja untuk perusahaan nasional Angola, Sonangol. PS: Berdasarkan riset di dunia HR, perbedaan (diversity) bisa memberi added-value terhadap perusahaan, makanya banyak perusahaan berusaha mempunyai target level keragaman karyawan (mis: perempuan vs laki2, negara asal dll). Kalau di Pertamina dan perusahaan2 nasional di tanah air bagaimana ? Siapa tahu tenaga expat juga bisa mampu mendongkrak performa perusahaan, dan akhirnya meningkatkan penerimaan perusahaan perusahaan/negara. PS: Lionel Messi aja di import ke Spanyol sama Barcelona, PSG impor Ibrahimovic, Beckham dll hehehe ... Salam hangat, Henky 2013/4/7 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Abah, kalau mau lebih murah ya itu salah satu solusi nya Bah, jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar kalau diperlukan. dan goalnya jelas dan time frame nya juga jelas saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka tidak akan terpakai. demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien. ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource lagi. dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka dikirim keluar kerjaannya. Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin benar2 akan lebih murah dan efisien. dan ada ukurannya yaitu jumlah area yang dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated dalam kurun waktu tertetntu dengan biaya sekian. ukurannya bukan discovery atau ngak discovery pada contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di outsource). Terserah service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau 10 orang dari luar. jadi komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah service provider nya yang penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang ditentukan dan tentu saja tidak melebihi perkiraan biaya awalnya. jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan dengan bagus akan memberikan hasil yang bagus. selamat berakhir pekan Abah. salam, frank -- *From:* Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com *To:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Sunday, April 7, 2013 12:41 PM *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Frank Bicaranya kok melawan ARUS kan lagi anti outsourcing hahahaha ,apa perus minyak siap di demo ? si Abah -- *From:* Franciscus B
Fw: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Nugrahani nugrah...@skspmigas-esdm.go.id Date: Mon, 8 Apr 2013 04:45:06 To: nugraha...@yahoo.comnugraha...@yahoo.com Subject: FW: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL From: Nugrahani Sent: Monday, April 08, 2013 11:44 AM To: 'iagi-net@iagi.or.id' Subject: RE: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Maksudku, SKK Migas enggak membuat standard gaji utk Expat harus segini segitu. Soal cost rec tentu harus dihitung. Kayaknya temen2 SDM membuat semacam pembanding, antara KKKS-KKKS (jumlah dan biayanya dan skalanya, dan dari tahun ke tahun). Mungkin memang (berdasarkan pembanding tersebut) yang di WTC-II itu dianggap ketinggian (dan disuruh diturunin… hehehehehe… - aku gak tau soal ini. Tapi percaya deh, ini cuman kasus khusus aja !) sementara beberapa KKKS lain yang pelit pisan ama beberapa level yang di bawah – yang nasional tentunya -, kami minta untuk dinaikkan. Aku gak ngerti banyak soal SDM ini. Ada baiknya diundang saja temen2 SDM di SKK Migas dan di beberapa oil company untuk mendiskusikan ini, misalnya di Forum JSC atau di acara luncheon talk IAGI/HAGI. Salam, Nuning From: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id]mailto:[mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Yudie Iskandar Sent: Monday, April 08, 2013 9:21 AM To: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Mbak Nuning, coba cek lagi ke lantai HR, apa betul SKK tidak ngatur soal isi dompet ini, karena bagaimanapun itu masuk ke cost rec. Yang pasti, HR BPMIGAS (skr SKK) sudah hampir 4 tahun ini ngutak ngatik benefit yang diterima oleh kuli-kuli minyak di WTC-II. Mereka minta benefit yg diterima karyawan diTURUNkan, karena ketinggian. Salam, Yudie “_^ From: nugraha...@yahoo.commailto:nugraha...@yahoo.com Sender: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 7 Apr 2013 04:21:28 + To: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat gajinya segitu. CMMIW. Yg membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu tugasnya Pemerintah). SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan Pemerintah. Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja. Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak pernah kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja nasional. Pd beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan level gaji pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi jumlah ekspat dan juga gajinya, meski kadang kala tidak berhasil, dgn berbagai alasan. Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya menurun dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa gelintir KKKS. Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi tertentu, di negara tsb (sbg Expat). Salam, Nuning Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Dyah Tribuanawati dyahtribuanaw...@gmail.commailto:dyahtribuanaw...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 7 Apr 2013 11:46:34 +0800 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id%3ciagi-...@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Yang saya tau sudah ada beberapa pers minyak di Jakarta yg bisa memberikan renumerasi yg setara dg expat di KL sesuai dengan skill nya, yang berarti tidak harus merujuk pada aturan SKK Migas dll ... So masalah klasik Expat vs National bisa diatasi di Indonesia .. Tergantung niat baik oil company nya saja :-) Dyah 2013/4/3 Taufik Manan taufik.ma...@gmail.commailto:taufik.ma...@gmail.com Benar ini, masalah klasik yang never ending. Namun perlu ada solusi alternatif untuk mengatasinya. Saya setuju dengan pertimbangan globalisasi saat ini, seharusnya profesionalisme kita dihargai dengan paket renumerasi yang menarik. Bahkan bila dibandingkan dengan para ekspat, tenaga kerja Indonesia sudah dapat bersaing bahkan melampauinya. Ini dibuktikan dengan kesuksesan rekan-rekan kita yang berkarya di luar negri dan diakui prestasinya (Brain Drain). Sudah banyak success story dan dibuktikan dengan banyak rekruitmen di Timur Tengah dan negri jiran untuk memulangkan kembali para profesional