Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Ikutan ya  mumpung weekend

saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit)

kalau dilihat dari biaya operasi nya.  gaji pegawai itu kecil sekali 
pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya.
justru itu ada perusahaan yang berani pakai expat beneran dan expat nasional
yang penting operation jalan lancar.
(catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan).

tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya,  mungkin 
lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran 
atau nasional).
dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat.  
jadi study cost/benefit harus ada.  tentu saja selalu benefit nya sangat 
relatif.

kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja  yang bukan core business (VICO 
pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia 
mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan 
tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan  BPR study nya mereka.  Waktu 
opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas,  Kepala SatGas  BPR waktu itu 
bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak,  dan berarti termasuk 
posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2.  jadi waktu itu satgas 
nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam membahas yang mana yang bisa di 
outsource yang mana tidak).

catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah suatu 
unit di perusahaan perlu expat(beneran atau nasional) atau tidak.

nah sekarang saya mau tambahin pendapat pribadi lagi yang mungkin tidak begitu 
populer:
kalau WNI yang ada diluar negeri diundang untuk balik ke Indonesia dan dibayar 
seperti expat, dimana efisiensi nya di biaya?  ini dengan catatan akan 
mengerjakan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama dalam kurun waktu 
yang sama.


salam,
frank
sekarang harus bersihkan lantai halaman samping rumah dulu karena pembantu ngak 
kerja pada weekend, dan kemarin habis hujan deras, dan lantai kotor sekali. dan 
anak2 mau bermain dihalaman.  jadi expat juga ada kenyamanan yang di sacrafice. 
 apalagi kawan2 yang kerja  ditempat  yang local helper nya susah didapatkan. 
ini hanya  salah satu contoh.





 From: nugraha...@yahoo.com nugraha...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, April 7, 2013 5:21 AM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 



Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya 
aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat  gajinya segitu. CMMIW. Yg 
membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). 
Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan 
Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau 
sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu 
tugasnya Pemerintah). 
SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan 
Pemerintah. 

Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja. 
Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak pernah 
kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja nasional. Pd 
beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan level gaji 
pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi jumlah ekspat 
dan juga gajinya, meski kadang kala tidak berhasil, dgn berbagai alasan. 

Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya menurun 
dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa gelintir KKKS. 

Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun 
berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi tertentu, 
di negara tsb (sbg Expat). 



Salam,
Nuning

Re: [iagi-net] GEM-LOVERS : CINCIN MILIK TOKOH TERKENAL

2013-04-07 Terurut Topik mohammadsyaiful
Mang Okim, pertanyaan Gus Luthfi yang satu belum dijawab. Alamat mang Okim 
tentunya di markas GemAfia di Jalan Pajajaran Bandung, ta' iya!

Lam-salam,
Syaiful

Sent from my deep heart

On Apr 6, 2013, at 6:58 AM, Sujatmiko m...@cbn.net.id wrote:

 Yth Pak Luthfi,
 
 Alhamdulilah mang Okim punya rekan Gem-Lovers di lingkungan IAGI-MGEI yang
 sangat open minded, yang menerima kenyataan dengan hati yang tulus, yang
 tidak berontak walaupun Barjatnya identik dengan Pantol --- he-hee. Bravo
 Pak Lutfi, mang Okim senang benar bahwa Bapak punya koleksi batu mulia yang
 sedemikian beragam. Mang Okim berharap semoga suatu hari nanti dapat melihat
 langsung dan mengagumi koleksi Bapak.
 
 Mang Okim sangat surprise bahwa di antara koleksi Pak Lutfi ada yang ruby/
 pigeon red / atau pigeon blood ruby yang merupakan top markotopnya ruby,
 yang perkarat ( 0,2 gram ) harganya termurah sekitar USD 1.000 ( tergantung
 besarnya, ada yang nyampe lebih USD 100.000 / karat ). Rekan-rekan
 Gem-Lovers pasti senang sekali kalau Pak Lutfi bisa motret pigeon blood nya,
 kemudian disharing ke Gem-Lovers lewat milis kita ( copykan ke MGEI karena
 milis IAGI tampaknya tidak bisa menerima gambar ). Jelaskan juga keterangan
 yang tertera di sertifikatnya, dengan demikian kita semua bisa tambah
 wawasan --- ta' iya !!!
 
 Demikian dulu Pak Lutfi, tanggapan mang Okim. Selamat berweek-end, semoga
 koleksinya nambah terus.
 
 Salam Gem-Lovers,
 
 Mang Okim
 
 -Original Message-
 From: aluthfi...@gmail.com [mailto:aluthfi...@gmail.com] 
 Sent: 05 April 2013 11:43
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] GEM-LOVERS : CINCIN MILIK TOKOH TERKENAL
 
 
 Terima kasih banyak info Mang Okim, saya memang Gem-Lovers, ya punya lumayan
 baik dari dalam negeri (terutama kalimantan dan banten/opal dan mata kucing)
 dan beberapa dari luar negeri al. Australia (opal, ada juga kalimaya
 banten), Kamboja (amethys/kecubung), Myanmar (ruby/pigeon red), Thailand
 (blue shaphire), dan Iran (lupa namanya yg biru muda bintik coklat-putih). 
 Kapan2 kalau ke Bandung saya mau mampir ke Galery mang Okim. Dimana
 alamatnya ?
 Terima kasih. 
 
 
 Salam,
 AL
 Sent from my BlackBerryR
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: Sujatmiko m...@cbn.net.id
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Fri, 5 Apr 2013 11:14:29 
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net] GEM-LOVERS : CINCIN MILIK TOKOH TERKENAL
 
 Weleh-weleh, Pak Lutfi rupanya seneng batu mulia juga. Mengenai 2 butir batu
 mulia yang dibeli di Pasar Kebun Sayur , kalau sudah disebut BARJAT, dapat
 dipastikan bahwa batu tersebut sama jenisnya dengan  PANTOL. Pak Lutfi bisa
 lihat dengan loupe 10 X, akan kelihatan gas bubblenya berjibun ( bundar atau
 lonjong ).  Kebetulan 2 mingguan lalu mang Okim diundang TOTAL ke Bppn dalam
 rangka 40 tahun produksi Bekapai dan sempat singgah ke pasar ini,  nostalgia
 ikan bakar --- bukan batu mulia . Dagangan batu mulianya sebagian besar
 memang sintetis , sedangkan yang asli harganya aduhai --- ada yang sampai
 lebih 100 jutaan ).
 
 Salam Gem-Lovers,
 Mang Okim
 
 -Original Message-
 From: aluthfi...@gmail.com [mailto:aluthfi...@gmail.com] 
 Sent: 05 April 2013 10:39
 To: iagi-net@iagi.or.id; MGEI
 Subject: Re: [iagi-net] GEM-LOVERS : CINCIN MILIK TOKOH TERKENAL
 
 
 Mang Okim, saya pernah beli batu berwarna hijau di pasar kebon sayur, balik
 papan. Harganya tidak mahal, 2 butir masing harganya 40 ribu rupiah dan 65
 ribu rupiah. Waktu saya tanya penjualnya sudah seusia mang Okim, batu apa
 ini Pak? Jawabnya yang ini batu barjat asap dan yang satunya batu barjat
 garis. Kalau dilihat kearah sinar memang didalamnya ada seperti kapas/awan
 putih, yang satunya berserabut tak beraturan seperti benang. 
 Kalau lihat deskripsi pantol dari mang Okim, kayaknya batu barjat = batu
 pantol. Batunya unik warna dan motif di dalamnya. 
 Sent from my BlackBerryR
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 


Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Frank

Bicaranya kok melawan ARUS kan lagi anti outsourcing hahahaha 
,apa perus minyak siap di demo ?

si Abah



 From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, April 7, 2013 2:47 PM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

Ikutan ya  mumpung weekend

saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit)

kalau dilihat dari biaya operasi nya.  gaji pegawai itu kecil sekali 
pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya.
justru itu ada perusahaan yang berani pakai expat beneran dan expat nasional
yang penting operation jalan lancar.
(catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan).

tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya,  mungkin 
lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran 
atau nasional).
dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat.  
jadi study cost/benefit harus ada.  tentu saja selalu benefit nya sangat 
relatif.

kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja  yang bukan core business (VICO 
pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia 
mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan 
tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan  BPR study nya mereka.  Waktu 
opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas,  Kepala SatGas  BPR waktu itu 
bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak,  dan berarti termasuk 
posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2.  jadi waktu itu satgas 
nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam membahas yang mana yang bisa di 
outsource yang mana tidak).

catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah suatu 
unit di perusahaan perlu expat(beneran atau nasional) atau tidak.

nah sekarang saya mau tambahin pendapat pribadi lagi yang mungkin tidak begitu 
populer:
kalau WNI yang ada diluar negeri diundang untuk balik ke Indonesia dan dibayar 
seperti expat, dimana efisiensi nya di biaya?  ini dengan catatan akan 
mengerjakan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama dalam kurun waktu 
yang sama.


salam,
frank
sekarang harus bersihkan lantai halaman samping rumah dulu karena pembantu ngak 
kerja pada weekend, dan kemarin habis hujan deras, dan lantai kotor sekali. dan 
anak2 mau bermain dihalaman.  jadi expat juga ada kenyamanan yang di sacrafice. 
 apalagi kawan2 yang kerja  ditempat  yang local helper nya susah didapatkan. 
ini hanya  salah satu contoh.





 From: nugraha...@yahoo.com nugraha...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, April 7, 2013 5:21 AM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 



Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya 
aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat  gajinya segitu. CMMIW. Yg 
membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). 
Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan 
Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau 
sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu 
tugasnya Pemerintah). 
SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan 
Pemerintah. 

Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja. 
Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak pernah 
kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja nasional. Pd 
beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan level gaji 
pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi jumlah ekspat 
dan juga gajinya,
 meski kadang kala tidak berhasil, dgn berbagai alasan. 

Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya menurun 
dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa gelintir KKKS. 

Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun 
berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi tertentu, 
di negara tsb (sbg Expat). 



Salam,
Nuning

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik Franciscus B Sinartio


Abah,
kalau mau lebih murah ya  itu salah satu solusi nya Bah,
jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar kalau 
diperlukan.
dan goalnya jelas  dan time frame nya juga jelas

saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka tidak 
akan terpakai.
demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien.

ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource lagi.  
dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka dikirim keluar 
kerjaannya.

Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin benar2 
akan lebih murah dan efisien.  dan ada ukurannya yaitu jumlah area yang 
dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated  dalam kurun waktu tertetntu 
dengan biaya sekian.  ukurannya bukan discovery atau ngak discovery pada contoh 
ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di outsource).   Terserah service 
provider nya mau pake 1 orang dari sini atau 10 orang dari luar.  jadi 
komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah service provider nya yang 
penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang ditentukan dan tentu saja 
tidak melebihi perkiraan biaya  awalnya.

jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan dengan 
bagus akan memberikan hasil yang bagus.



selamat berakhir pekan Abah.

salam,

frank





 From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, April 7, 2013 12:41 PM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

Frank

Bicaranya kok melawan ARUS kan lagi anti outsourcing hahahaha 
,apa perus minyak siap di demo ?

si Abah



 From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, April 7, 2013 2:47 PM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

Ikutan ya  mumpung weekend

saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit)

kalau dilihat dari biaya operasi nya.  gaji pegawai itu kecil sekali 
pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya.
justru itu ada perusahaan yang berani pakai expat beneran dan expat nasional
yang penting operation jalan lancar.
(catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan).

tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya,  mungkin 
lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran 
atau nasional).
dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat.  
jadi study cost/benefit harus ada.  tentu saja selalu benefit nya sangat 
relatif.

kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja  yang bukan core business (VICO 
pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia 
mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan 
tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan  BPR study nya mereka.  Waktu 
opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas,  Kepala SatGas  BPR waktu itu 
bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak,  dan berarti termasuk 
posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2.  jadi waktu itu satgas 
nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam membahas yang mana yang bisa di 
outsource yang mana tidak).

catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah suatu 
unit di perusahaan perlu expat(beneran atau nasional) atau tidak.

nah sekarang saya mau tambahin pendapat pribadi lagi yang mungkin tidak begitu 
populer:
kalau WNI yang ada diluar negeri diundang untuk balik ke Indonesia dan dibayar 
seperti expat, dimana efisiensi nya di biaya?  ini dengan catatan akan 
mengerjakan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama dalam kurun waktu 
yang sama.


salam,
frank
sekarang harus bersihkan lantai halaman samping rumah dulu karena pembantu ngak 
kerja pada weekend, dan kemarin habis hujan deras, dan lantai kotor sekali. dan 
anak2 mau bermain dihalaman.  jadi expat juga ada kenyamanan yang di sacrafice. 
 apalagi kawan2 yang kerja  ditempat  yang local helper nya susah didapatkan. 
ini hanya  salah satu contoh.





 From: nugraha...@yahoo.com nugraha...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, April 7, 2013 5:21 AM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 



Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya 
aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat  gajinya segitu. CMMIW. Yg 
membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). 
Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan 
Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau 
sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu 
tugasnya Pemerintah). 
SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan 
Pemerintah. 

Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil 

Re: [iagi-net] Siap-siap Net Import --: [iagi-net] New Discovery - Malaysia

2013-04-07 Terurut Topik H Herwin
Hallo Pak Rovicky,
Saya rasa fokus ke shale business di Amerika lebih di dorong oleh
kepentingan bisnis dibanding dengan sekadar nasionalisme. Keberhasilan
shale gas memang membuat harga gas di sana (Henry Hub) menjadi sangat
rendah, ini yang membuat industri di sana berpindah ke shale wet gas dan
shale oil. Produksi liquid yang membuat shale industry di Amerika masih
menarik walaupun harga gasnya sangat rendah.

Iseng2 saya lihat draft corporate meeting HESS May ini di internet.
http://www.transforminghess.com/

HESS mempunyai asset Shale Oil yang bagus di Bakken (17% prod, 23% reserves
Hess group ada di sana) dan di emerging Utica Shale. Di Indonesia sendiri
asset mereka relatif kurang baik dibanding asset2 HESS yang lain dan hasil
ekplorasi mereka di tahun2 belakangan ini juga negative.
Saya tidak punyak akses ke www.ogj.com. Apakah Pak Rovicky bisa kirim
artikelnya. Export gas dari Amerika memang patut dicermati karena akan
mempengaruhi harga jual gas di Asia ... Well, seperti bapak
bilang, bila harga gas sangat murah, tidak ada salahnya kita beli gas kan
?? :)

Salam hangat,
Henky
2013/4/5 Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com

  On Fri, Apr 5, 2013 at 2:24 AM, H Herwin henricus.her...@gmail.comwrote:

 Abah,
 Kebetulan Newfield sedang berencana menjual portfolio mereka di Asia (Di
 Cina dan di Malaysia), walaupun mereka mungkin berubah pikiran setelah
 discovery ini :) Atau malah mengambil keuntungan karena nilainya jadi lebih
 tinggi .. Strategi mereka ingin focul dgn shale asset mereka di USA.


 Wah kok strateginya mirip HESS juga ya.
 Shale gas/oil di Amerika ini banyak menyedot perhatian investor lokal
 untuk menanamkan di negerinya sendiri. Walau harga gas disananya jatuh
 tetep saja mereka ingin mengembangkan negaranya sendiri dengan dana sendiri
 dan dipakai sendiri (setahu saya debat ijin ekspor masih berlangsung seru).
 Intinya Amerika sedang berusaha untuk mencari pasokan energi untuk
 negerinya sendiri.
 http://www.ogj.com/articles/print/volume-111/issue-4/special-report-lng-update/us-debate-on-lng-exports-centered.html

 Sementara saya sedang berpikir realis (walau sebagai explorer tetap harus
 optimis), sedang concern kemungkinan Indonesia menjadi net importir LNG
 (2016) dan menjadi net import energi (setelah 2025). Padahal kita memiliki
 insentive demografi atau Demography Bonus tahun 2020-2030 dimana akan ada
 180 juta tenaga kerja siap menjadi mesin yang perlu bahan bakar dan bahan
 baku.

 Kalau pembangunan FSRU, Electric Plant, pipelines, jaringan kabel
 distribusi dan infrastruktur lainnya tidak disiapkan maka akan terjadi
 braindrain tenaga kerja Indonesia ke negara-negara yang mampu memberikan
 kerja.

 Doh piye iki ?

 RDP




Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik H Herwin
Hallo,
Mungkin nggak terlalu berhubungan dengan diskusi ini.

Saya mewakili TOTAL dalam salah satu Joint Venture yang melibatkan
Petronas, dalam setiap workshop yang diadakan, Petronas selalu diwakili
oleh delegasi yang terdiri dari Expat dan Malaysian National. Saya lihat
para expat Petronas banyak memberi kontribusi dalam workshop dan juga
membantu pihak management Pertronas untuk mengambil keputusan.

Rekan2 kita juga banyak yang bekerja di Petronas dan pasti mereka memberi
kontribusi utk perusahaan. Pak Frank, saya lihat juga bekerja untuk
perusahaan nasional Angola, Sonangol.

PS: Berdasarkan riset di dunia HR, perbedaan (diversity) bisa memberi
added-value terhadap perusahaan, makanya banyak perusahaan berusaha
mempunyai target level keragaman karyawan (mis: perempuan vs laki2, negara
asal dll).

Kalau di Pertamina dan perusahaan2 nasional di tanah air bagaimana ? Siapa
tahu tenaga expat juga bisa mampu mendongkrak performa perusahaan, dan
akhirnya meningkatkan penerimaan perusahaan perusahaan/negara. PS: Lionel
Messi aja di import ke Spanyol sama Barcelona, PSG impor Ibrahimovic,
Beckham dll hehehe ...

Salam hangat,
Henky

2013/4/7 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com


  Abah,
 kalau mau lebih murah ya  itu salah satu solusi nya Bah,
 jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar
 kalau diperlukan.
 dan goalnya jelas  dan time frame nya juga jelas

 saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka
 tidak akan terpakai.
 demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien.

 ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource lagi.
  dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka dikirim
 keluar kerjaannya.

 Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin
 benar2 akan lebih murah dan efisien.  dan ada ukurannya yaitu jumlah area
 yang dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated  dalam kurun waktu
 tertetntu dengan biaya sekian.  ukurannya bukan discovery atau ngak
 discovery pada contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di
 outsource).   Terserah service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau
 10 orang dari luar.  jadi komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah
 service provider nya yang penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang
 ditentukan dan tentu saja tidak melebihi perkiraan biaya  awalnya.

 jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan
 dengan bagus akan memberikan hasil yang bagus.



 selamat berakhir pekan Abah.

 salam,

 frank



   --
 *From:* Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
 *To:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Sunday, April 7, 2013 12:41 PM

 *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

   Frank

 Bicaranya kok melawan ARUS kan lagi anti outsourcing
 hahahaha ,apa perus minyak siap di demo ?

 si Abah

   --
 *From:* Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
 *To:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Sunday, April 7, 2013 2:47 PM
 *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

   Ikutan ya  mumpung weekend

 saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit)

 kalau dilihat dari biaya operasi nya.  gaji pegawai itu kecil sekali
 pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya.
 justru itu ada perusahaan yang berani pakai expat beneran dan expat
 nasional
 yang penting operation jalan lancar.
 (catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan).

 tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya,
  mungkin lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali.
 (beneran atau nasional).
 dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat.
  jadi study cost/benefit harus ada.  tentu saja selalu benefit nya sangat
 relatif.

 kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja  yang bukan core business
 (VICO pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia
 mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian
 dan tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan  BPR study nya mereka.
  Waktu opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas,  Kepala SatGas
  BPR waktu itu bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak,  dan
 berarti termasuk posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2.
  jadi waktu itu satgas nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam
 membahas yang mana yang bisa di outsource yang mana tidak).

 catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah
 suatu unit di perusahaan perlu expat(beneran atau nasional) atau tidak.

 nah sekarang saya mau tambahin pendapat pribadi lagi yang mungkin tidak
 begitu populer:
 kalau WNI yang ada diluar negeri diundang untuk balik ke Indonesia dan
 dibayar seperti expat, dimana efisiensi nya di biaya?  ini dengan catatan
 akan mengerjakan hal yang 

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Hallo juga,
Petronas dan Sonangol memakai expat karena tidak punya tenaga  yang cukup untuk 
melakukan operasi nya.
Kalau Pertamina, Medco dan EMP ngak ada yang pake expat setahu saya, entah 
perusahaan nasional yang lainnya.

fbs




 From: H Herwin henricus.her...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, April 7, 2013 6:52 PM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

Hallo,
Mungkin nggak terlalu berhubungan dengan diskusi ini.
 
Saya mewakili TOTAL dalam salah satu Joint Venture yang melibatkan Petronas, 
dalam setiap workshop yang diadakan, Petronas selalu diwakili oleh delegasi 
yang terdiri dari Expat dan Malaysian National. Saya lihat para expat Petronas 
banyak memberi kontribusi dalam workshop dan juga membantu pihak management 
Pertronas untuk mengambil keputusan.
 
Rekan2 kita juga banyak yang bekerja di Petronas dan pasti mereka memberi 
kontribusi utk perusahaan. Pak Frank, saya lihat juga bekerja untuk perusahaan 
nasional Angola, Sonangol.
 
PS: Berdasarkan riset di dunia HR, perbedaan (diversity) bisa memberi 
added-value terhadap perusahaan, makanya banyak perusahaan berusaha mempunyai 
target level keragaman karyawan (mis: perempuan vs laki2, negara asal dll).
 
Kalau di Pertamina dan perusahaan2 nasional di tanah air bagaimana ? Siapa tahu 
tenaga expat juga bisa mampu mendongkrak performa perusahaan, dan akhirnya 
meningkatkan penerimaan perusahaan perusahaan/negara. PS: Lionel Messi aja di 
import ke Spanyol sama Barcelona, PSG impor Ibrahimovic, Beckham dll hehehe 
...
 
Salam hangat,
Henky


2013/4/7 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com



Abah,
kalau mau lebih murah ya  itu salah satu solusi nya Bah,
jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar kalau 
diperlukan.
dan goalnya jelas  dan time frame nya juga jelas


saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka tidak 
akan terpakai.
demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien.


ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource lagi.  
dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka dikirim keluar 
kerjaannya.


Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin benar2 
akan lebih murah dan efisien.  dan ada ukurannya yaitu jumlah area yang 
dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated  dalam kurun waktu tertetntu 
dengan biaya sekian.  ukurannya bukan discovery atau ngak discovery pada 
contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di outsource).   Terserah 
service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau 10 orang dari luar.  jadi 
komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah service provider nya yang 
penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang ditentukan dan tentu saja 
tidak melebihi perkiraan biaya  awalnya.


jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan dengan 
bagus akan memberikan hasil yang bagus.






selamat berakhir pekan Abah.


salam,


frank








 
From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, April 7, 2013 12:41 PM 

Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL



Frank


Bicaranya kok melawan ARUS kan lagi anti outsourcing hahahaha 
,apa perus minyak siap di demo ?


si Abah




 From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, April 7, 2013 2:47 PM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL


Ikutan ya  mumpung weekend


saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit)


kalau dilihat dari biaya operasi nya.  gaji pegawai itu kecil sekali 
pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya.
justru itu ada perusahaan yang berani pakai expat beneran dan expat 
nasional
yang penting operation jalan lancar.
(catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan).


tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya,  mungkin 
lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran 
atau nasional).
dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat.  
jadi study cost/benefit harus ada.  tentu saja selalu benefit nya sangat 
relatif.


kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja  yang bukan core business (VICO 
pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia 
mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan 
tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan  BPR study nya mereka.  Waktu 
opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas,  Kepala SatGas  BPR waktu 
itu bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak,  dan berarti 
termasuk posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2.  jadi waktu itu 
satgas nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam membahas yang mana yang 
bisa di outsource yang 

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik rakhmadi avianto
Good pagi selamat morning semuanya

Saya setuju dg adanya Expat akan menambah diversity dalam medan kerja,
dalam artian hanya SKILL yg di kedepankan, tentunya CB ikut dg skill set
yg di butuhkan, dg demikian terjadi persaingan sehat, dalam artian yg
non-expat akan mengkondisikan untuk mempunyai skill yg setara atau malah
lebih dg expat, kalau sudah begitu dan masih tidak di kompensasi dg benar
maka ya jalan yg ada ya cuman pindah kerja. tapi hal ini sebetulnya
tidak mudah, krn ada bbrp orang lebih senang menjadi pejabat dari pada
sekedar jadi pekerja, nah posisi ini mungkin yg membuat si A si B dan si C
sangat loyal di mana dia bekerja

Untuk selanjutnya saya cuman bisa berserah diri kepada Tuhan YME.

Lam salam
Avi


On Mon, Apr 8, 2013 at 12:52 AM, H Herwin henricus.her...@gmail.com wrote:

  [image: Boxbe] https://www.boxbe.com/overview This message is eligible
 for Automatic Cleanup! (henricus.her...@gmail.com) Add cleanup 
 rulehttps://www.boxbe.com/popup?url=https%3A%2F%2Fwww.boxbe.com%2Fcleanup%3Ftoken%3DQCOzK7090m2uGRN4aKYOODGZPa6lzMHMASZ9bopuq%252BLEYR%252FuY3UysQGxm3e1%252BN6QQkZOuVow40%252FVfda8tx%252BVe2yXxtPYNZvlLz0iQn0eC4sPNAC6cb%252BwmM1l627mUrBykOoC9vRfpbbNH2EdVRZdPw%253D%253D%26key%3DE3MiVjDpvpW%252BaWy5fWVvjGB%252Fmg5b740w7u1EFf5QLRI%253Dtc_serial=13909361566tc_rand=1747944345utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001|
  More
 infohttp://blog.boxbe.com/general/boxbe-automatic-cleanup?tc_serial=13909361566tc_rand=1747944345utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001

 Hallo,
 Mungkin nggak terlalu berhubungan dengan diskusi ini.

 Saya mewakili TOTAL dalam salah satu Joint Venture yang melibatkan
 Petronas, dalam setiap workshop yang diadakan, Petronas selalu diwakili
 oleh delegasi yang terdiri dari Expat dan Malaysian National. Saya lihat
 para expat Petronas banyak memberi kontribusi dalam workshop dan juga
 membantu pihak management Pertronas untuk mengambil keputusan.

 Rekan2 kita juga banyak yang bekerja di Petronas dan pasti mereka memberi
 kontribusi utk perusahaan. Pak Frank, saya lihat juga bekerja untuk
 perusahaan nasional Angola, Sonangol.

 PS: Berdasarkan riset di dunia HR, perbedaan (diversity) bisa memberi
 added-value terhadap perusahaan, makanya banyak perusahaan berusaha
 mempunyai target level keragaman karyawan (mis: perempuan vs laki2, negara
 asal dll).

 Kalau di Pertamina dan perusahaan2 nasional di tanah air bagaimana ? Siapa
 tahu tenaga expat juga bisa mampu mendongkrak performa perusahaan, dan
 akhirnya meningkatkan penerimaan perusahaan perusahaan/negara. PS: Lionel
 Messi aja di import ke Spanyol sama Barcelona, PSG impor Ibrahimovic,
 Beckham dll hehehe ...

 Salam hangat,
 Henky

 2013/4/7 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com


  Abah,
 kalau mau lebih murah ya  itu salah satu solusi nya Bah,
 jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar
 kalau diperlukan.
 dan goalnya jelas  dan time frame nya juga jelas

 saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka
 tidak akan terpakai.
 demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien.

 ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource
 lagi.  dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka
 dikirim keluar kerjaannya.

 Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin
 benar2 akan lebih murah dan efisien.  dan ada ukurannya yaitu jumlah area
 yang dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated  dalam kurun waktu
 tertetntu dengan biaya sekian.  ukurannya bukan discovery atau ngak
 discovery pada contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di
 outsource).   Terserah service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau
 10 orang dari luar.  jadi komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah
 service provider nya yang penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang
 ditentukan dan tentu saja tidak melebihi perkiraan biaya  awalnya.

 jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan
 dengan bagus akan memberikan hasil yang bagus.



 selamat berakhir pekan Abah.

 salam,

 frank



   --
 *From:* Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
 *To:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Sunday, April 7, 2013 12:41 PM

 *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

   Frank

 Bicaranya kok melawan ARUS kan lagi anti outsourcing
 hahahaha ,apa perus minyak siap di demo ?

 si Abah

   --
 *From:* Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
 *To:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Sunday, April 7, 2013 2:47 PM
 *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

   Ikutan ya  mumpung weekend

 saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit)

 kalau dilihat dari biaya operasi nya.  gaji pegawai itu kecil sekali
 pengaruhnya(persentase nya) dari total 

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
2013/4/8 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com

 Hallo juga,
 Petronas dan Sonangol memakai expat karena tidak punya tenaga  yang cukup
 untuk melakukan operasi nya.
 Kalau Pertamina, Medco dan EMP ngak ada yang pake expat setahu saya, entah
 perusahaan nasional yang lainnya.


Dalam han tenaga kerja, Indonesia tidak tepat dibandingkan dengan Petronas
maupun Senagol. Barangkali Indonesia lebih tepat dibandingkan dengan China.
China memiliki tenaga manusia yang suangat banyak sehingga China memiliki
beberapa perusahaan migas nasional Multi National Companies (State owned
companies). Perushaan China milik pemerintah di China itu tidak hanya
migas, tetapi juga pertambangan dan perindustrian. Lihat disini
http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Metal_companies_of_China (banyak
perush metal yg juga beroperasi di Indonesia (misal CITIC).

Multi BUMN ini lebih tepat untuk Indonesia yang juga memiliki tenaga kerja
banyak.
Overflow dari pekerja Indonesia itu yang akhirnya banyak expat Indonesia
di LN (braindrain), Mengubah Brain Drain menjadi Brain Gain, bukanlah
perkara mudah. Malesa juga sudah beberapa tahun lalu mencobanya juga gagal.
Akhirnya lebih mudah mendapatkan TKI (Intelek) dari Indonesia yang relatif
lebih murah ketimbang dari Eropa dan Amrik, dng kapasitas yang sepadan
tentunya.
Untuk Indonesia. menurut saya, lebih baik mencegah 'overflow' ketimbang
mengharapkan 'back flow' (brain gain). Perbaikan struktur remunerasi di
dalam negeri akan lebih bermanfaat dan berdampak lebih positip. Jadi jangan
harap yang di LN mendapatkan apa yang diinginkan, karena sudah tidak
sebanding. Usaha-usaha recuitment ke ME ataupun Malesa cukup dibakai
sebagai pembanding saja untuk memperbaiki strutur remunerasi di dalam
negeri.

BPR (Bussiness Proccess Reingineering yang berbuntut pada outsourcing
adalah cara kapitalis dalam meningkatkan efisiensi modalnya. Namun jelas
cara ini pasti berbenturan dengan Indonesia yang socio-democrate. Jumlah
tenaga kerja yang terlalu melimpah dengan lapangan kerja masih terbatas
tentunya cara outsourcing bukanlah yang ideal, karena dalam outsourcing
terdapat pemerasan tenaga dimana pencari kerja diadu supaya mendapat
harga terendah. Sepertinya ini penjajahan tenaga manusia bentuk baru yang
seolah mengikuti pasar. Oleh sebab itu salah satu cara paling baik untuk
Indonesia adalah meningkatkan lapangan kerja. Menyediakan sumberdaya alam
dan sumber bahan baku (bahan dasar), juga bahan bakar atau energi sebagai
tenaga untuk terus berkarya.

Tentusaja saya akan selalu mengkapanyekan Demografi Bonus 2020-2030 sebagai
sebuah momentum yang tidak boleh diabaikan dalam setiap program jangka
panjang, dan juga future outlook of Indonesia. Baik kebutuhan energi, bahan
baku, mitigasi kebencanaan dan lingkungan serta pengembangan wilayah dll.

Salam senin !

RDP



-- 
***Good idea is important key to success, working on it will make it
real.*


Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik taufik . manan
Selamat Pagi


Salam buat semua sahabat seprofesi yang peduli masalah ini.


Saya termasuk yang setuju perlunya tenaga ekspat untuk menunjang peningkatan 
eksplorasi dan produksi. Namun tenaga mereka perlu dibatasi (jumlah dan lamanya 
di Indonesia), lalu performa kerja mereka harus dievaluasi secara berkala 
sesuai KPI dan bila kurang baik / tidak ada kontribusi positif serta tidak 
menunjang kegiatan eksplorasi produksi, harus dengan tegas untuk dipulangkan ke 
negaranya. Ini dapat menghemat pengeluaran negara dari gaji mereka yang besar 
namun tidak ada added value-nya. Sebaiknya, mereka tidak lama di posisi 
strategis pada setiap perusahaan dan pada sisi lain, kita lebih mengutamakan 
profesional Indonesia sendiri untuk memimpin bisnis strategis negaranya 
sendiri. 


Saya pikir, China sudah lebih maju dan bahkan mampu menyaingi (bahkan melebihi) 
Amerika dan Eropa, termasuk di Industri MIGAS. Perusahaan mereka (IOC maupun 
Service Company) sudah terkenal dan berprestasi baik dengan harga yang 
kompetitif untuk bersaing dengan semua IOC (International Oil Company), NOC 
(National Oil Company) dan Oil Services di semua region dunia. Termasuk juga 
profesional mereka yang terbukti kompeten di bidangnya masing-masing. Namun 
masih ada harapan bagi Indonesia untuk maju dan bersaing di era globalisasinya 
tanpa memikirkan brain drain lagi, seperti analisis yang disampaikan Bung RDP 
sebelumnya.


Menurut saya, Indonesia masih bisa maju bila mengambil semua pelajaran yang 
sudah ada (dulu sempat menjadi guru atau contoh semua perencanaan dan 
pengelolaan bidang migas, seperti model PSC yang kini banyak ditiru negara 
lain) dengan lebih menghargai para profesionalnya (tidak melulu masalah gaji), 
namun dengan memberikan lebih kesempatan pada mereka untuk memimpin pengelolaan 
industri migas dalam negri. Dukungan dan sikap tegas pemerintah sangat 
dibutuhkan untuk menjamin suksesnya kemajuan Indonesia dan sejahteranya seluruh 
rakyat Indonesia. Tambahan catatan menurut saya, bisnis migas di Indonesia 
sebaiknya dijauhkan dengan intrik politik atau kepentingan suatu kelompok, 
diluar etika bisnis yang ada.


Semoga bangkit dan majulah Indonesia yang lebih baik serta selamat beraktifitas 
semuanya di awal pekan.


Sekedar urun rembug pribadi dan mohon maaf bila ada yang khilaf.


Salam GG



Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Mon, 8 Apr 2013 08:11:07 
To: IAGIiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
2013/4/8 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com

 Hallo juga,
 Petronas dan Sonangol memakai expat karena tidak punya tenaga  yang cukup
 untuk melakukan operasi nya.
 Kalau Pertamina, Medco dan EMP ngak ada yang pake expat setahu saya, entah
 perusahaan nasional yang lainnya.


Dalam han tenaga kerja, Indonesia tidak tepat dibandingkan dengan Petronas
maupun Senagol. Barangkali Indonesia lebih tepat dibandingkan dengan China.
China memiliki tenaga manusia yang suangat banyak sehingga China memiliki
beberapa perusahaan migas nasional Multi National Companies (State owned
companies). Perushaan China milik pemerintah di China itu tidak hanya
migas, tetapi juga pertambangan dan perindustrian. Lihat disini
http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Metal_companies_of_China (banyak
perush metal yg juga beroperasi di Indonesia (misal CITIC).

Multi BUMN ini lebih tepat untuk Indonesia yang juga memiliki tenaga kerja
banyak.
Overflow dari pekerja Indonesia itu yang akhirnya banyak expat Indonesia
di LN (braindrain), Mengubah Brain Drain menjadi Brain Gain, bukanlah
perkara mudah. Malesa juga sudah beberapa tahun lalu mencobanya juga gagal.
Akhirnya lebih mudah mendapatkan TKI (Intelek) dari Indonesia yang relatif
lebih murah ketimbang dari Eropa dan Amrik, dng kapasitas yang sepadan
tentunya.
Untuk Indonesia. menurut saya, lebih baik mencegah 'overflow' ketimbang
mengharapkan 'back flow' (brain gain). Perbaikan struktur remunerasi di
dalam negeri akan lebih bermanfaat dan berdampak lebih positip. Jadi jangan
harap yang di LN mendapatkan apa yang diinginkan, karena sudah tidak
sebanding. Usaha-usaha recuitment ke ME ataupun Malesa cukup dibakai
sebagai pembanding saja untuk memperbaiki strutur remunerasi di dalam
negeri.

BPR (Bussiness Proccess Reingineering yang berbuntut pada outsourcing
adalah cara kapitalis dalam meningkatkan efisiensi modalnya. Namun jelas
cara ini pasti berbenturan dengan Indonesia yang socio-democrate. Jumlah
tenaga kerja yang terlalu melimpah dengan lapangan kerja masih terbatas
tentunya cara outsourcing bukanlah yang ideal, karena dalam outsourcing
terdapat pemerasan tenaga dimana pencari kerja diadu supaya mendapat
harga terendah. Sepertinya ini penjajahan tenaga manusia bentuk baru yang
seolah mengikuti pasar. Oleh sebab itu salah satu cara paling baik untuk
Indonesia adalah meningkatkan lapangan kerja. Menyediakan sumberdaya 

[iagi-net] Undangan Silaturahmi dan ulang tahun IAGI ke 53

2013-04-07 Terurut Topik iagi
Kepada Yth. :

Bapak / Ibu / Sdr/I Anggota IAGI

di tempat.

 

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Silaturahmi antara
Pengurus dan anggota IAGI sekaligus memperingati hari ulang tahun IAGI ke
53, yang akan diselenggarakan pada :

 

Hari/ Tanggal  : Sabtut / 13 April 2013

Tempat  : Hotel Bumikarsa Bidakara, Room Subadra Lt 2

  Jl. Jend. Gatot Subroto Kav.71 - 73 , Jakarta

Waktu: 18.00 WIB - selesai

Agenda  :

- Pemaparan kegiatan-kegiatan dan program IAGI

- Pemaparan kegiatan anak organisasi IAGI ( FGMI, FOSI,

MGEI, Publikasi, Majalah IAGI, dll )

- Pandangan dan pendapat Para Tamu Undangan tentang IAGI

 

Mohon kehadirannya Bapak /Ibu dalam acara tersebut diatas.

 

Atas kehadirannya kami PP-IAGI mengucapkan banyak terima kasih.

 

 Hormat kami Pengurus Pusat  

Ikatan Ahli Geologi Indonesia
Sekretaris Jendreral
TTD

Ir . H. Seno Aji M.Si

 

Anggota IAGI yang berminat hadir dalam acara ini diharapkan menghubungi
sekretariat (sekretar...@iagi.or.id atau telepon ke Sutar ( 021- 83702848 /
83702577 )

 

 



Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik Dandy Hidayat
Benar sekali mas Herwin

Ada dua hal yang diharapkan dari setiap tenaga expart yaitu Transfer Ilmu
pengetahuan / Pengalaman/ Best Practice dan kedua untuk Memberikan Dinamika
tersediri pada perusahaan tersebut agar (salah satunya menjadi
International Kompani dan satu saat bisa masuk ke negara tersebut).
Pertamina akan susah masuk ke luar Indonesia karena tenaga expartnya
(mungkin tidak ada), Ujungnya ya susah untuk Go International.

Memang jadi Expart tidak selamanya enak .. seperti yang di tulis mas
Rovicky , ada ongkos deg-deg-an karena kerja atas dasar kontrak (jarang ada
yang permanent) . Satu lagi masalah Social Rejection (penolakan social
secara halus) seperti expart itu bisanya apa , atau kalau orang di
Malaysia sering bilang Orang Indon ... dan selalu saya tambahkan esia,
kemudian si malaysia ngeles .. Nama negara mu Panjang sangat heheheh

Kalau kerja di negara yang santun masih enak , kalau kerja di Timur tengah
siap - siap aja makan hati .. banyak supervisor expart kadang ngerangkap
kerja untuk bahwannya karena mereka santai (untuk tidak menyebut malas) ,
atau kalau Orang mesir suka Arogan .. maklum masih keturuan Firaun . Teman
dari Schlumberger pernah berkelahi sampai di pulangkan tapi tidak di pecat
, karena orang tahu dia kerja benar , sementara anak buahnya santai jam
lima selesai nggak selesai pulang . nggak peduli .

Rasisme dalam dunia kerja masih sering terjadi , dan ini pengalaman pribadi
saya di Oman , Supervisor orang India bawahan orang Oman .. apa kata
Supervisor anak buah enggan melaksanakan , mereke menununggu perintah
assistant supervisor yang adalah orang Oman . Saya termasuk beruntung
karena datang sebagai Company Man  kalau nggak nggak tahu dech.

Nah kembali dalam hukum dasar .. semua ada kurang dan lebihnya . Mau duit
gede .. silahkan jadi expart .. mau hidup tenang silahkan jadi national..
No Pain No Gain .. Gitu aja kok Report

Salam

Dandy ..

2013/4/8 H Herwin henricus.her...@gmail.com

 Hallo,
 Mungkin nggak terlalu berhubungan dengan diskusi ini.

 Saya mewakili TOTAL dalam salah satu Joint Venture yang melibatkan
 Petronas, dalam setiap workshop yang diadakan, Petronas selalu diwakili
 oleh delegasi yang terdiri dari Expat dan Malaysian National. Saya lihat
 para expat Petronas banyak memberi kontribusi dalam workshop dan juga
 membantu pihak management Pertronas untuk mengambil keputusan.

 Rekan2 kita juga banyak yang bekerja di Petronas dan pasti mereka memberi
 kontribusi utk perusahaan. Pak Frank, saya lihat juga bekerja untuk
 perusahaan nasional Angola, Sonangol.

 PS: Berdasarkan riset di dunia HR, perbedaan (diversity) bisa memberi
 added-value terhadap perusahaan, makanya banyak perusahaan berusaha
 mempunyai target level keragaman karyawan (mis: perempuan vs laki2, negara
 asal dll).

 Kalau di Pertamina dan perusahaan2 nasional di tanah air bagaimana ? Siapa
 tahu tenaga expat juga bisa mampu mendongkrak performa perusahaan, dan
 akhirnya meningkatkan penerimaan perusahaan perusahaan/negara. PS: Lionel
 Messi aja di import ke Spanyol sama Barcelona, PSG impor Ibrahimovic,
 Beckham dll hehehe ...

 Salam hangat,
 Henky

 2013/4/7 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com


  Abah,
 kalau mau lebih murah ya  itu salah satu solusi nya Bah,
 jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar
 kalau diperlukan.
 dan goalnya jelas  dan time frame nya juga jelas

 saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka
 tidak akan terpakai.
 demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien.

 ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource
 lagi.  dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka
 dikirim keluar kerjaannya.

 Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin
 benar2 akan lebih murah dan efisien.  dan ada ukurannya yaitu jumlah area
 yang dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated  dalam kurun waktu
 tertetntu dengan biaya sekian.  ukurannya bukan discovery atau ngak
 discovery pada contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di
 outsource).   Terserah service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau
 10 orang dari luar.  jadi komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah
 service provider nya yang penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang
 ditentukan dan tentu saja tidak melebihi perkiraan biaya  awalnya.

 jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan
 dengan bagus akan memberikan hasil yang bagus.



 selamat berakhir pekan Abah.

 salam,

 frank



   --
 *From:* Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
 *To:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Sunday, April 7, 2013 12:41 PM

 *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

   Frank

 Bicaranya kok melawan ARUS kan lagi anti outsourcing
 hahahaha ,apa perus minyak siap di demo ?

 si Abah

   --
 *From:* Franciscus B 

Fw: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik nugrahanip

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Nugrahani nugrah...@skspmigas-esdm.go.id
Date: Mon, 8 Apr 2013 04:45:06 
To: nugraha...@yahoo.comnugraha...@yahoo.com
Subject: FW: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL



From: Nugrahani
Sent: Monday, April 08, 2013 11:44 AM
To: 'iagi-net@iagi.or.id'
Subject: RE: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL


Maksudku, SKK Migas enggak membuat standard gaji utk Expat harus segini segitu. 
Soal cost rec tentu harus dihitung.
Kayaknya temen2 SDM membuat semacam pembanding, antara KKKS-KKKS  (jumlah dan 
biayanya dan skalanya,  dan dari tahun ke tahun).
Mungkin memang (berdasarkan pembanding tersebut)  yang di WTC-II itu dianggap 
ketinggian (dan disuruh diturunin… hehehehehe… - aku gak tau soal ini. Tapi 
percaya deh, ini cuman kasus khusus aja !)  sementara beberapa KKKS lain yang 
pelit pisan ama beberapa level yang di bawah – yang nasional tentunya -, kami 
minta untuk dinaikkan.
Aku gak ngerti banyak soal SDM ini.
Ada baiknya diundang saja temen2 SDM di SKK Migas dan di beberapa oil company 
untuk mendiskusikan ini, misalnya di Forum JSC atau di acara luncheon talk 
IAGI/HAGI.


Salam,
Nuning



From: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id 
[mailto:iagi-net@iagi.or.id]mailto:[mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of 
Yudie Iskandar
Sent: Monday, April 08, 2013 9:21 AM
To: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

Mbak Nuning, coba cek lagi ke lantai HR, apa betul SKK tidak ngatur soal isi 
dompet ini, karena bagaimanapun itu masuk ke cost rec.
Yang pasti, HR BPMIGAS (skr SKK) sudah hampir 4 tahun ini ngutak ngatik benefit 
yang diterima oleh kuli-kuli minyak di WTC-II. Mereka minta benefit yg diterima 
karyawan diTURUNkan, karena ketinggian.

Salam,

Yudie
“_^

From: nugraha...@yahoo.commailto:nugraha...@yahoo.com
Sender: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 7 Apr 2013 04:21:28 +
To: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL



Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya 
aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat gajinya segitu. CMMIW. Yg 
membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). 
Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan 
Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau 
sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu 
tugasnya Pemerintah).
SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan 
Pemerintah.

Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja.
Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak pernah 
kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja nasional. Pd 
beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan level gaji 
pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi jumlah ekspat 
dan juga gajinya, meski kadang kala tidak berhasil, dgn berbagai alasan.

Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya menurun 
dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa gelintir KKKS.

Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun 
berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi tertentu, 
di negara tsb (sbg Expat).



Salam,
Nuning

Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: Dyah Tribuanawati 
dyahtribuanaw...@gmail.commailto:dyahtribuanaw...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 7 Apr 2013 11:46:34 +0800
To: 
iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id%3ciagi-...@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

Yang saya tau sudah ada beberapa pers minyak di Jakarta yg bisa memberikan  
renumerasi yg setara dg expat di KL sesuai dengan skill nya, yang berarti tidak 
harus merujuk pada aturan SKK Migas dll ...
So masalah klasik Expat vs National bisa diatasi di Indonesia .. Tergantung 
niat baik oil company nya saja  :-)

Dyah
2013/4/3 Taufik Manan taufik.ma...@gmail.commailto:taufik.ma...@gmail.com
Benar ini, masalah klasik yang never ending. Namun perlu ada solusi 
alternatif untuk mengatasinya.

Saya setuju dengan pertimbangan globalisasi saat ini, seharusnya 
profesionalisme kita dihargai dengan paket renumerasi yang menarik. Bahkan bila 
dibandingkan dengan para ekspat, tenaga kerja Indonesia sudah dapat bersaing 
bahkan melampauinya. Ini dibuktikan dengan kesuksesan rekan-rekan kita yang 
berkarya di luar negri dan diakui prestasinya (Brain Drain). Sudah banyak 
success story dan dibuktikan dengan banyak rekruitmen di Timur Tengah dan 
negri jiran untuk memulangkan kembali para profesional