RE: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia

2008-02-14 Terurut Topik Lambok Parulian

Pa Awang,

Selama ini umumnya kita mengenal hydrocarbon gas dan non-hydrocarbon gas
dalam komposisi gas, apakah metana, etana, C02 dll. Tapi memang jarang
disampaikan adanya Helium dalam non-hydrocarbon gas, apa memang tidak
terdeteksi atau memang tidak ada? 

Contoh sederhana kalau memang Gas Helium berasosiasi dengan jalur volkanik
dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar, ini bisa di trace dari
keberadaan CO2, kalau kita dapatkan source CO2 dari mantle degassing (bukan
dari karbonat atau material organik) kemungkinan terdapat Helium (?),
masalahnya kita jarang melakukan isotop 3He dan 4He jd tdk pernah tahu ada
helium atau tidak dalam komposisi gas tersebut. 

Lpm
 
-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, February 14, 2008 11:48 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia

Dalam gas geochemistry, helium yang kadang2 ditemukan bercampur dengan
natural gas (hydrocarbon gas), disebut sebagai non-hydrocarbon gas
bersama-sama dengan polutant gas yang lain seperti CO2, H2S, atau N2.
Tetapi karena helium ini jumlahnya sangat kecil dan efeknya tidak negatif
seperti CO2 dan H2S, maka jarang sekali dilaporkan keberadaannya sebagai
pencampur di dalam HC gas. Analisis komposisi gas hampir tidak pernah
melaporkan keberadaan helium ini. Padahal, di lapangan2 gas yang dekat
dengan jalur volkanik dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar,
keberadaan helium cukup signifikan (meskipun jumlahnya tetap sangat kecil).
Beberapa lapangan gas di sebelah selatan Cekungan Jawa Barat (Pertamina Jawa
Barat) seperti Haurgeulis, Sukatani, dan Cikarang punya kandungan helium
yang lumayan sebagai petunjuk asal CO2 di lapangan2 gas ini.

Majalah AAPG Explorer edisi Februari 2008 menurunkan artikel tentang
eksplorasi dan produksi gas helium yang menjadi target baru di New Mexico,
USA (ditulis oleh koresponden Explorer David Brown). Saya cantumkan hal-hal
yang pentingnya di bawah ini.

Harga crude helium saat ini adalah US $ 60/Mcf (bukan main, harganya sangat
jauh melebihi harga HC gas yang saat ini sekitar 3 atau 4 US $/MMBTU). Harga
mahal ini karena ia gas mulia dan langka. Helium ditemukan di planet Bumi
pada tahun 1905. Keberadaan helium di dalam natural gas baru diketahui pada
tahun 1905, kemudian dalam tiga puluh tahun berikutnya banyak ditemukan
dalam lapangan2 kecil - raksasa di wilayah Kansas, Oklahoma, dan Texas
dengan kandungan helium dalam natural gas antara 0,5 - 2 %, beberapa sampai
mengandung 7 % helium. Kemudian, gas helium banyak ditemukan sampai sebanyak
10 % dari natural gas pada lapangan-lapangan gas di Colorado, New Mexico,
Arizona, dan Wyoming. New Mexico diperkirakan akan menjadi pemasok helium
terbesar di dunia karena sedimen2 reservoir natural gas di sini mengandung
uranium yang begitu tingginya sebab helium merupakan produk peluruhan
radioaktif uranium.

Bila helium ditemukan dalam jumlah yang besar dan dapat diproduksikan
secara ekonomis, maka separation plant-nya akan dibangun di dekat produksi
lapangan gas itu. Helium dapat dipisahkan melalui pemisahan cryogenic atau
teknologi bernama pressure-swing adsorption. Amerika adalah pemasok
terbesar kebutuhan helium dunia. Pada tahun 2006 negara ini menghasilkan 134
juta meter kubik helium, diikuti Aljazair (22 juta m3), Qatar dan Rusia
(masing-masing 7 juta m3) dan Polandia (3 juta m3).

Untuk apa helium ? Untuk bahan bakar roket, sebagai bahan supercooling dalam
kedokteran untuk mendinginkan elektromagnet dalam MRI (magnetic resonance
imaging), digunakan dalam produksi material computer chips, digunakan dalam
pembuatan serat optik, sebagai shielding gas dalam arc welding, sebagai gas
pengisi/gas tracer/pendingin dalam aplikasi2 riset, gas pengisi float
balloon, gas yang bisa mengubah suara bila dihisap, dll. Helium di Amerika
disebut sebagai gas strategik, sebagai gas mulia ia bisa dipakai untuk
pendinginan sampai temperatur sangat rendah. Ia akan membeku pada temperatur
-459.67 F.

Demikian ringkasan dari Brown (2008, AAPG Explorer).

Bagaimana peluang akumulasi helium di lapangan2 gas di Indonesia ? Ini bisa
dikaji dengan mengacu kepada sifat kimianya. Helium memiliki dua isotop :
3He dan 4He, kelimpahan relatifnya menunjukkan sumber helium. 4He merupakan
produk peluruhan radioaktif dari batuan sedimen (lihat ulasan saya di milis
ini tentang deposit uranium dua minggu yang lalu). 3He punya mantle origin.
Maka, perbandingan 3He/4He yang rendah menunjukkan sedimentary origin, dan
rasio 3He/4He yang tinggi menunjukkan mantle origin. Ini bisa didekati juga
dengan menggunakan isotop argon radiogenic (40Ar). Rasio 4He/40Ar yang
tinggi menunjukkan sedimentary origin, sedangakan kalau rasio itu rendah
menunjukkan mantle origin. Kata Krouse (1979 : Stable isotope geochemistry
for non-hydrocarbon constituents of natural gas, 10th World Petroleum
Congress, Bucharest), rasio associated helium pada natural gases umumnya
12-170, menunjukkan sedimentary 

Re: [iagi-net-l] Gempa di Sumatra Tengah - Mud Volkano Sumatra

2007-03-07 Terurut Topik Lambok Parulian

Pa Awang,
bagaimana dengan ngarai Sihanok, katanya merupakan wujud dari present day 
great Sumatra Fault. Apa buktinya? Berarti Gunung di sekitarnya seperti 
Gunung Marapi dan Gunung Singgalang berhubungan dengan Sesar Sumatra ini. 
Kalau hasil dari Sesar Mentawai berhubungan dengan gunung-gunung sebelah 
mana, Pak?


Mohon penjelasannya.

lambok

- Original Message - 
From: Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, March 08, 2007 8:44 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Gempa di Sumatra Tengah - Mud Volkano Sumatra


Andri,

Hampir semua gunungapi di Sumatra, termasuk gunungapi purba yang
menghasilkan kawah volkanik Maninjau, secara spatial sangat berhubungan
erat dengan Sesar Sumatra. Ada sebuah makalah dari Rock et al (1982)-
Permian to Recent volcanism in northern Sumatra, Indonesia : a
preliminary study of its distribution, chemistry, and peculiarities -
Bull. Of Volcanology, 45, p. 127-152, menunjukkan bahwa gunungapi2 yang
duduk di sepanjang jalur sesar ini punya karakter high-K calk-alkaline
series. (sementara yang dekat palung adalah tholeeitic, dan yang di
wilayah back-arc calk-alkaline; tapi bilangannya sedikit). Sehingga,
mereka berkesimpulan bahwa gunungapi2 di Sumatra di sepanjang jalur
Sesar Sumatra tak berhubungan dengan zone Benioff. Apalagi, kedalaman
zone Benioff di Sumatra sulit dilihat lagi bila lebih dalam dari 100 km.

Neogen-Recent Sumatra Fault banyak mengubah geometri danau2 volkanik
yang berkembang di sepanjang sesar ini. Misalnya Singkarak, danau ini
saat sebagai Ombilin Basin di masa Paleogen dimensinya jauh lebih luas,
tetapi kemudian menciut menjadi model wrench-driven-pull-apart basin
(sempit, panjang, dalam) pada Neogen-Recent.

Berdasarkan karakteristik volkanisme yang juga berhubungan dengan Sesar
Sumatra dan pengaktifan Sesar Sumatra pada Neogen, maka saya pikir Danau
Maninjau merupakan wrench driven-pull-apart basin lake.

Space of accommodation ala Jawa yang membentuk Bogor-North
Serayu-Kendeng-Madura Strait trough kemana sedimen Neogen yang
volkanoklastik diendapkan dalam waktu yang sangat cepat tak terbentuk di
Sumatra. Arah kompresi di Sumatra oblique, bukan frontal seperti di Jawa
yang menyebabkan semua sedimen di Bogor-Madura Strait tertekan kuat dan
menjadi antiklinorium. Deformasi Neogen di cekungan2 Sumatra kebanyakan
berhubungan dengan pergeseran mendatar dextral Sesar Sumatra. Memang ada
beberapa sedimen Neogen yang diendapkan mengkompensasi pengangkatan
Barisan, seperti Ketapang, Petani, dan Muara Enim, tetapi coba cek
burial history untuk mengetahui rate of sedimentation-nya, masih jauh di
bawah rate of sedimentation volkanoklastik yang mengisi Bogor-Madura
Strait trough. Artinya, secara sedimentasi dan tektonik, masih kurang
syarat 'elisional' basins yang akan memicu pertumbuhan mudvolcano di
cekungan2 Sumatra.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Andri Syafriya [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, March 07, 2007 3:03 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Gempa di Sumatra Tengah - Mud Volkano Sumatra


Pak Awang, saya ada pertanyaan dari penjelasan bapak

Pertama kalau Danau Maninjau merupakan wrench driven-pull-apart basin
lake, berarti danau tersebut bukan danau vulkanik. Karena dari yang
pernah saya baca sebelumnya Danau Maninjau merupakan sebuah caldera
raksasa yang terbentuk akibat letusan gunungapi yang dahsyat. Bahkan
beberapa kali sering muncul solfatar dari dasar danau yang mengakibatkan
kadar asam airnya menjadi tinggi.

Yang kedua dengan intensitas tektonik yang tinggi di Sumatra, bukankah
sangat mungkin untuk terjadinya sedimentasi yang cepat dan terbentuk mud
volcano

Terima kasih atas penjelasannya

Andri

-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 06 Maret 2007 14:13
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Gempa di Sumatra Tengah - Mud Volkano Sumatra

Pusat gempa berimpit dengan jalur Sesar Sumatra, jadi kemungkinan besar
gempa ini dipicu pergerakan Sesar Sumatra yang merupakan sesar mendatar
menganan (dextral). Sayang, kali ini USGS tak mengeluarkan data momen
tensor solution-nya, tetapi berdasarkan data histori momen tensor,
mekanisme gempa di wilayah ini didominasi oleh pegerakan sesar mendatar,
ada yang naik atau turun bila terjadi pada daerah2 bengkokan jalur sesar
yang restraining (transpression) atau bengkokan releasing
(transtension). Kedalaman gempa yang 33 km di wilayah ini menunjukkan
juga bahwa ini berhubungan dengan master fault Sesar Sumatra yang pasti
basement-involved.

Tetapi, karena lokasi episentrum di antara dua wrench driven-pull-apart
basin lakes di wilayah ini (Maninjau dan Singkarak Lakes) menunjukkan
bahwa mekanisme penyesaran bisa bersifat releasing, membuka, normal
faulting.

Pengaktifan erupsi mud volkano oleh gempa biasa terjadi, tetapi secara
sedimentasi wilayah itu juga harus instabil dan punya sejarah rapid
sedimentation serta overpressuring. Di sekitar wilayah ini, Central dan
South 

Re: [iagi-net-l] Endapan turbidit tebal lebih 20 m di shelf

2006-07-27 Terurut Topik Lambok Parulian

Boleh tau ngga bedanya turbidit di fluvial, shelf ataupun di deep marin?
Karakter apa yang jelas2 beda dengan quick look analysis sebelum bantuan 
data biostratigrafi.


salam,
LPM

- Original Message - 
From: johnson achmad paju [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, July 28, 2006 11:15 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Endapan turbidit tebal lebih 20 m di shelf



sumbang pikiran

setau saya proses turbidit bisa terjadi dimana saja mulai dari fluvial
system (crevasse splay) sampai ke deep marine (deep marine fan), syaratnya
antara lain adalah adanya slope dan aliran confined ke unconfined
kalau misalnya paket tersebut ada di shelf, anggaplah di sand bar shelf
(long shore bar), mungkin saja ada sand bar yang di potong oleh semacam
distributary channel (?) dimana bisa terjadi aliran confined ke unconfined
sehingga di depan sand bar akan kita dapatkan semacam paket limpahan
turbidit structure

jadi menurut saya paket turbidit seperti itu bisa saja terdapat di shelf

mohon masukan bila ada pendapat lain

salam
JAP


- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, July 27, 2006 9:57 AM
Subject: [iagi-net-l] Endapan turbidit tebal lebih 20 m di shelf



Mau nanya geologi lagi ah

Saya ada kasus, kalau melihat pattern logsnya menunjukkan endapan 
turbidit

tapi dari biostratnya (dengan uncertainity tertentu juga ) menunjukan

bahwa

endapan tersebut merupakan endapan shelf (apa kemungkinan reworks..?)
Mungkin ada rekan yang pernah menemukan adanya endapan turbidit di shelf 
(

bukan laut dalam ) yang tebalnya lebih dari 20 m...?
Setahu saya untuk dapat mengendapan turbidit yang cukup tebal dibutuhkan
kedalaman yang cukup dalam juga, nah apa mungkin ada endapan sand
dalam sistem turbidit di shelf yang bisa cukup tebal...?

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852


-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-





-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia

2006-05-19 Terurut Topik Lambok Parulian Marpaung
Sehubungan dengan tripartid yang dikatakan Pa Awang. Di daerah Jabung pernah 
dilakukan studi geokimia secara detail, dan sangat membantu dalam pemahaman 
sistem petroleum. Sehingga benar yang dikatakan Pa Awang, tidak mereka-reka, 
tapi ada guidance untuk mencari prospek sampai drillable prospect.


Salam,
Lambok

- Original Message - 
From: Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, May 19, 2006 3:48 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia


Pak Slamet,

Data sulfur, API, n-parafin, isoprenoid dari minyak2 di suatu kawasan kalau 
dihubungkan dan dipahami secara regional akan menggambarkan oil grouping 
serta karakteristiknya. Lalu, source facies-nya bisa kita duga-duga. Kalau 
lalu kita masukkan pemahaman geologic setting dan stratigrafinya akan 
membimbing kita ke pemahaman apa source-nya (formasi apa) dan di mana 
kitchen-nya. Akibatnya, kita akan tahu bagaimana gambaran migrasinya. Juga 
bisa untuk menaksir kawasan terbiodegradasi atau bebas biodegradasi bila 
kita libatkan struktur geologi di dalamnya.


Kalau kita hubungkan data VR dan heatflow tiap sumur, atau dengan heatflow 
regional, kita bisa merekonstruksi sejarah pematangannya, di mana 
oil/gas/overmature window saat ini, dan di mana dulu.


Geokimia akan nyaring berbunyi bila kita tiupkan nafas geologi ke dalamnya. 
Dan tanpa geokimia, semua hanya reka-reka. Kematangan atau oil grouping 
hanya ditunjukkan oleh geokimia, dan kembali ke tadi, geokimia akan sangat 
berguna kalau geologi jadi sokogurunya.


Maka, tripartit geologi-geofisika-geokimia tak boleh diceraiberaikan.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Riyadi, Slamet S [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, May 19, 2006 8:08 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia


Terima kasih atas penjelasanya.

Andaikata, kita punya 'trace elements' berupa data sulphur, vitrinite
refelectance, API, n-parafin atau isoprenoid dan juga data heat-flow di
setiap well yang ada di Kepulauan Sumatera.
Lalu kita bermain-main dengan mem-plots dan menghubungkan masing-masing
data tersebut dengan interpretasi isoline dan opposite-nya . . . dan
cerita geology apa saja yang bisa menghubungkan semuanya itu secara
specifik?
Apakah bisa bercerita tentang trend of sediment environment, source
facies/rocks, partial pressure (CO2), etc.?

Menarik ya mengungkapkan trend secara regional?!


Salaam,
SLAMET RIYADI


-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Thursday, May 18, 2006 4:26 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia

Pak Slamet dan Pak Hendro,

Blockage lebih dikuatirkan terjadi semakin mendekati seabed karena
pressure dan temperatur yang turun di bawah dew point. Kalau di
reservoir jauh di bawah seabed, temperatur yang tinggi bisa mencegah
blokage minyak parafinik. Dalam flow assurance study, kondisi ini akan
disimulasi, apakah minyak parafiniknya cenderung membeku dan menyumbat
pipa (blaockage). Sepanjang jalur pipa di atas sea bed pun kondisi
menjadi rawan karena laut dalam tentu punya temperatur yang minimal (tak
heran gas hydrate - biogenic gas yang terperangkap dalam kisi2 kristal
es sering ditemukan tak jauh dari seabed).

Seperti yang Pak Hendro sebutkan, saat ini caranya adalah dengan
pemanasan di titik2 tertentu di sepanjang tubing dan di beberapa
stasiun termal di sepanjang jalur pipa ke tempat pengumpul. Kalau ada
booster pompa untuk mendorong minyak tetap punya tekanan agar mengalir
di pipa yang menanjak pun, maka ini ada thermal booster agar minyak tak
jadi membeku di pipa meskipun di luar temperatur drop.

Cara lain adalah dengan membuat bio-enhanced buatan, yaitu
menginjeksikan mikroba pemakan lilin. Atau, dengan injeksi uap/mikroba
seperti pernah dicoba di lapangan2 di Sumatra Tengah.


Bila ada minyaknya, kelihatannya minyak Antarktika tak akan parafinik,
mungkin tipe yang diproduksi dari marine algae yang miskin lilin.
Penyumbatan karena pembekuan lebih gampang diatasi daripada penyumbatan
kimiawi karena kandungan lilin/parafin.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Riyadi, Slamet S [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Thursday, May 18, 2006 2:37 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia

Delete--

This message and any attached files may contain information that is 
confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the 
intended recipient. If you are not the intended recipient or the person 
responsible for delivering the message to the intended recipient, be advised 
that you have received this message in error and that any dissemination, 
copying or use of this message or attachment is strictly forbidden, as is 
the disclosure of the information therein. If you have received this message 
in error please notify the sender immediately and delete the message.



Re: [iagi-net-l] Power point mengenai XPT tool

2006-05-04 Terurut Topik Lambok Parulian Marpaung

mau dong pak

- Original Message - 
From: Fariman Wirahadikusumah [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, May 05, 2006 8:58 AM
Subject: [iagi-net-l] Power point mengenai XPT tool




Bagi rekan rekan yang mau lihat tentang Pressure Express tool.
Saya ada power pointnya, presentasi Schlumberger.
Berhububg filenya gede ( 7 MB)
Yang mau bisa hubungi saya via japri.

Thanks

Fariman Whk

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Rafting di Cimandiri Belajar Sedimentologi

2006-04-10 Terurut Topik Lambok Parulian Marpaung
Kemarin 20 Maret saya ikut kursusnya mas Andang, tentang fluvial-deltaic 
sedimentology for explorasionist, kebetulan ke lokasi sepanjang Sungai 
Cimandiri, singkapan2nya bagus2, bisa seharian di sungai jadinya kulit jadi 
merah, alias moletek kalao kata orang Sunda bilang. Yang ngga bisa 
berenang jgn khawatir pasti aman, ada tim rescuenya hehehe.. betul ngga mas


lambok

- Original Message - 
From: Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, April 11, 2006 11:20 AM
Subject: [iagi-net-l] Rafting di Cimandiri Belajar Sedimentologi


Kawan-kawan peminat kebumian dan alam bebas yang kebetulan ada di sekitar 
Jakarta dan Bandung kelak hari Sabtu 29 April 2006, anda saya undang untuk 
ikutan refreshing rafting di Sungai Cimandiri, Sukabumi, sepanjang lintasan 
16 KM dari Padang Benghar ke Luewilalay, Warung Kiara. Grade: 3 s/d 4. 
Berbeda dengan rafting biasa, dalam acara ini saya akan berhenti-berhenti di 
beberapa stop outcrop Formasi Cimandiri dan Nyalindung untuk melakukan 
pengamatan dan pendataan. Jadi, jalur yang biasanya ditempuh dalam 1,5 jam 
kali ini memerlukan sekitar 5,5 jam untuk menjalaninya (termasuk pengamatan 
geologi-sedimentologi dan makan siang). Anda cukup membayar ke pelaksana 
arung-jeramnya yaitu PT Riam Jeram sejumlah Rp.290.000,- (sudah termasuk 
asuransi  makan siang). Charge mereka lebih mahal dari program biasanya 
(Rp.210-230rb-an) karena saya minta berhenti-berhenti di beberapa tempat dan 
waktu tempuh jadi 3xlipat waktu tempuh biasanya. Meeting point: 08:30 AM di 
Markas PT Riam Jeram di Warung Kiara (Jalan dr Cibadak ke Pelabuhan Ratu). 
Untuk mencapai lokasi tsb langsung hari yg sama dari Jakarta, anda harus 
berangkat pagi2 jam 5:00. Kita akan masuk sungai jam 9:30-an dan selesai jam 
15:00-an. Kalau ingin langsung pulang ke Jakarta, maka sebelum jam 19:00 
harusnya anda sudah sampai di rumah. Apabila anda berminat lebih lanjut 
hubungi ANDI KRIS di flexi 02193002108 atau kirim email ke 
[EMAIL PROTECTED] .



andang bachtiar
sedimentologist 



-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from Source Rocks

2006-04-07 Terurut Topik Lambok Parulian Marpaung
Apa ada hubungannya dengan permeabilitas horizontal, karena kalau kita ingat 
shale atau clay kan disusun oleh mineral2 pipih, sehingga tidak mempunyai 
permebilitas sekunder (kv).


lambok

- Original Message - 
From: Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED]
To: Prawoto Ikhwan Syuhada [EMAIL PROTECTED]; 
[EMAIL PROTECTED]

Cc: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, April 07, 2006 10:20 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from 
Source Rocks



Prawoto,

Info yang menarik, terima kasih. Saya cc-kan ke iagi-net ya. PBS yang di 
fasies delta (delta lakustrin) bisa punya karakter gas-prone yang makin 
minimal menuju deep lakustrin. Walaupun PBS masuk gas window, tetapi ia 
didominasi labile kerogen yang oil-prone, maka hasilnya tetap akan dominan 
oil, hanya light oil. Perlu reafractory kerogen agar gas-prone.


Shale sangat porous sebelum kompaksi, setelah kompaksi ia jelas berkurang, 
tetapi permeabilitas sangat minimal. Jadi, tak cukup hanya dari indikasi 
porous, ia juga harus permeable agar flowing dan shale tak punya itu tanpa 
fracturing. Mungkin metode test harus di-frac juga (metode frac juga harus 
dicoba multiple seperti dengan nitrogen foam atau sclicked water).


Soal Telisa dan Petani shales, CSB punya GG average 4.3 deg F/100 ft (salah 
satu cekungan dengan GG yang paling tinggi di dunia), di beberapa graben 
mereka sudah matang, dan justru tipe generating SR dan potential SR ini yang 
jadi kandidat bagus, lagipula ia lebih gas-prone dibandingkan PSB karena 
mereka diendapkan dalam lingkungan yang lebih oxidized. Kalaupun belum 
matang di beberapa tempat, Petani telah terbukti menghasilkan biogenic gas 
di beberapa blok di CSB (Seng, Segat, Bentu, Korinci dll.).


Salam,
awang

-Original Message-
From: Prawoto Ikhwan Syuhada [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, April 07, 2006 9:56 AM
To: Awang Harun Satyana; [EMAIL PROTECTED]
Subject: FW: [iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from 
Source Rocks


Maaf karena ngimelnya ke pak awang n Mas bamb.. ajah.. karena imil tidak
bisa nimbus IAGI [mungkin belum ter-recognize oleh IAGI net]

Saya kurang sependapat dengan pak awang mengenai Pematang Brown Shale
(PBS), Sumur yang lumayan terakhir dari Kondur cukup menembus PBS malah
sampai ke Basal Clastic (lower Red Bed)thicknes nya hampir 1800 ft.  Di
dalam section PBS tersebut content-nya diinterpretasikan berbagai facies
dari lacustrine, mulai dari delta sampai deep lacustrine.  Potensi untuk
Shale gas Play terlihat di bagian bawah [kurang lebih tebalnya 120 ft],
dari data gas reading shalenya menunjukan pembacaaan yang cukup besar
[sekali] muncul sampai C5, Total Gas juga besar serta resistivitya nggak
tanggung-tanggung di atas 100 ohm m, sedangkan soniknya responsya high
DT (mungkin karena over pressure efek juga)...
Bule dari Kanada yang melihat log ini pun langsung mengklaim bahwa
typical yang semacam ini di Kanada di kembangkan untuk Fractured Shale
Gas.  Dari segi windownya jugah PBS, di CSB basin, khususnya Bengkalis
sudah masuk gas window.

Kita juga melakukan DST di shale ini (agak Nekat) karena sejak pertama
terpesona oleh Resistivity dan gas reading yang besar serta adanya oil
show di shale, tetapi sayang hasilnya no flow, padahal kita sudah coba
menempatkan interval pada shale yang agak porous [dngn melihat
response NPHI  RHOB serta DT]

Kalau kasus untuk Petani atau Telisa shale dari segi potensi, memang
keduannya berpotensi sebagai source rock, tetapi dari segi maturity
apakah bisa???

Kalau melihat papernya Curtis, 2002 mengenai Fractured Shale-Gas
System [AAPG Buletin November 2002], disitu log type untuk Shale gas
Play memang dibutuhkan shale yang tebal, dan resistivitynya pun tidak
heboh-heboh amat (tidak sampai 50 ohm m).. di Lewis Shale of San Juan
Basin

praw





--
No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.3.5/303 - Release Date: 4/6/2006


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi 

Re: [iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from Source Rocks

2006-04-07 Terurut Topik Lambok Parulian Marpaung

maksudnya permeabilitas vertikal (kv)

- Original Message - 
From: Lambok Parulian Marpaung [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, April 07, 2006 2:01 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from 
Source Rocks



Apa ada hubungannya dengan permeabilitas horizontal, karena kalau kita 
ingat shale atau clay kan disusun oleh mineral2 pipih, sehingga tidak 
mempunyai permebilitas sekunder (kv).


lambok

- Original Message - 
From: Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED]
To: Prawoto Ikhwan Syuhada [EMAIL PROTECTED]; 
[EMAIL PROTECTED]

Cc: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, April 07, 2006 10:20 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas 
from Source Rocks



Prawoto,

Info yang menarik, terima kasih. Saya cc-kan ke iagi-net ya. PBS yang di 
fasies delta (delta lakustrin) bisa punya karakter gas-prone yang makin 
minimal menuju deep lakustrin. Walaupun PBS masuk gas window, tetapi ia 
didominasi labile kerogen yang oil-prone, maka hasilnya tetap akan dominan 
oil, hanya light oil. Perlu reafractory kerogen agar gas-prone.


Shale sangat porous sebelum kompaksi, setelah kompaksi ia jelas berkurang, 
tetapi permeabilitas sangat minimal. Jadi, tak cukup hanya dari indikasi 
porous, ia juga harus permeable agar flowing dan shale tak punya itu tanpa 
fracturing. Mungkin metode test harus di-frac juga (metode frac juga harus 
dicoba multiple seperti dengan nitrogen foam atau sclicked water).


Soal Telisa dan Petani shales, CSB punya GG average 4.3 deg F/100 ft 
(salah satu cekungan dengan GG yang paling tinggi di dunia), di beberapa 
graben mereka sudah matang, dan justru tipe generating SR dan potential SR 
ini yang jadi kandidat bagus, lagipula ia lebih gas-prone dibandingkan PSB 
karena mereka diendapkan dalam lingkungan yang lebih oxidized. Kalaupun 
belum matang di beberapa tempat, Petani telah terbukti menghasilkan 
biogenic gas di beberapa blok di CSB (Seng, Segat, Bentu, Korinci dll.).


Salam,
awang

-Original Message-
From: Prawoto Ikhwan Syuhada [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, April 07, 2006 9:56 AM
To: Awang Harun Satyana; [EMAIL PROTECTED]
Subject: FW: [iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas 
from Source Rocks


Maaf karena ngimelnya ke pak awang n Mas bamb.. ajah.. karena imil tidak
bisa nimbus IAGI [mungkin belum ter-recognize oleh IAGI net]

Saya kurang sependapat dengan pak awang mengenai Pematang Brown Shale
(PBS), Sumur yang lumayan terakhir dari Kondur cukup menembus PBS malah
sampai ke Basal Clastic (lower Red Bed)thicknes nya hampir 1800 ft.  Di
dalam section PBS tersebut content-nya diinterpretasikan berbagai facies
dari lacustrine, mulai dari delta sampai deep lacustrine.  Potensi untuk
Shale gas Play terlihat di bagian bawah [kurang lebih tebalnya 120 ft],
dari data gas reading shalenya menunjukan pembacaaan yang cukup besar
[sekali] muncul sampai C5, Total Gas juga besar serta resistivitya nggak
tanggung-tanggung di atas 100 ohm m, sedangkan soniknya responsya high
DT (mungkin karena over pressure efek juga)...
Bule dari Kanada yang melihat log ini pun langsung mengklaim bahwa
typical yang semacam ini di Kanada di kembangkan untuk Fractured Shale
Gas.  Dari segi windownya jugah PBS, di CSB basin, khususnya Bengkalis
sudah masuk gas window.

Kita juga melakukan DST di shale ini (agak Nekat) karena sejak pertama
terpesona oleh Resistivity dan gas reading yang besar serta adanya oil
show di shale, tetapi sayang hasilnya no flow, padahal kita sudah coba
menempatkan interval pada shale yang agak porous [dngn melihat
response NPHI  RHOB serta DT]

Kalau kasus untuk Petani atau Telisa shale dari segi potensi, memang
keduannya berpotensi sebagai source rock, tetapi dari segi maturity
apakah bisa???

Kalau melihat papernya Curtis, 2002 mengenai Fractured Shale-Gas
System [AAPG Buletin November 2002], disitu log type untuk Shale gas
Play memang dibutuhkan shale yang tebal, dan resistivitynya pun tidak
heboh-heboh amat (tidak sampai 50 ohm m).. di Lewis Shale of San Juan
Basin

praw





--
No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.3.5/303 - Release Date: 4/6/2006


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-


-
To unsubscribe, send

Re: [iagi-net-l] bangsa indonesia sudah hilang kepribadian

2006-03-14 Terurut Topik lambok parulian
Saya kira tidak usah dibahas terlalu panjang, alihkan
ke masalah geologi lain, thx

lpm

--- Wayan Ismara Heru Young [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 ass.wr.wb.

   Minarwan [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Laki-laki enggak bisa menahan syahwat kok orang
 lain yang dipaksa
 nurutin kemauannya :))
 
   betul sekali Pak !
   justru laki2 yg ngga bisa menahan syahwat yang
 perlu di benarkan.. 
   wong dia yang bermasalah kok...
   atau kalau memang tidak mampu menahan, mbo ya di
 ganti channel TVnya.. kan masih banyak siaran
 lain...
   menurut saya menutup-tutupi masalah itu tidak
 baik, justru akan menumpuk dan akhirnya membludak,
 malah repot kan?
   pervert tidak akan berubah hanya dengan
 menyembunyikan apa yang dia inginkan, justru jika di
 sembunyikan dia akan mencari jalan lain (yang
 mungkin jauh lebih bahaya...)

   saya setuju bahwa setiap orang akan dengan mudah
 dapat di nilai dari penampilannya, walaupun banyak
 yang bilang don;t judge a book by it's cover tapi
 memang kenyataannya demikian..  (mungkin pepatah ini
 paling baik tertanam di negeri swiss, dimana
 berbusana punk pun bisa mencari kerja kantoran)
   dan saya juga sangat setuju bahwa indonesia perlu
 bangga terhadap budayanya sendiri dan tidak
 membanggakan budaya orang lain.. tapi memaksakan
 kebudayaan melalui hukum sih sudah keliwatan atuh...

   saya juga sudah liat sepintas isi RUUAPP itu,
 disana banyak sekali ada kerancuan dan makna2 ambigu
 yang, jika di sahkan, bisa membuat banyak kekacauan
 dalam mengaplikasikan pasal2 yang ada didalamnya...

   tapi ini hanya pendapat saya, yang mungkin kurang
 berkenan buat sebagian..
   jadi saya juga mohon maaf lahir batin,

   .heru.
   -Anti RUU Anti PP-
   :)

   p.s. mohon maaf pada moderator, sekiranya bahasan
 ini terlalu melenceng dari tujuan MILIS IAGI..
 mungkin diskusinya bisa dilanjutkan di forum lain,
 barangkali...
   
 
 Minarwan [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Udah punya RUU APP-nya belum nih?
 Jangan sampe udah saling melempar ide tapi belum
 baca RUU-nya sama sekali.
 Kalo belum baca sini saya kirimkan... :))
 
 Kalo secara buta mengatakan RUU Porno itu kudu harus
 diterapkan tanpa
 memikirkan interpretasi-interpretasi pasal per pasal
 yah jelas
 keterlaluan. Inilah yang namanya maksain kehendak.
 Pantaslah orang
 enggak bangga jadi orang Indonesia.
 
 Masalah pornografi memang perlu diberantas, pengedar
 video porno
 ditangkap dan diberantas sih enggak masalah.
 Orang-orang yang menjebak
 anak-anak jadi pelacur juga harus diberantas tapi
 kalo pake celana
 pendek udah enggak boleh kan keliwatan.
 
 Laki-laki enggak bisa menahan syahwat kok orang lain
 yang dipaksa
 nurutin kemauannya :))
 
 Salam eh maaf lahir batin juga :))
 Minarwan
 
 On 3/15/06, Suhirmanto, Agus (asmanto) wrote:
  Wah kudu ikutan nanggapin nih unek-uneknya si
 Ferdi.
 
  Saya tertarik dengan pernyataannya Ferdi..yang
 satu ini:
  kalau ngomong masalah moral kita bilang budaya
 arab lebih bagus, lebih
  sopan , lebih berbudaya dari kita , jadi budaya
 arab harus diterapkan
  di sini (ruuapp).
 
  Mendingan sih blak-blakan aja dan lebih specifik.
 Siapa bilang budaya
  arab lebih bagus !!! Karena kebetulan pencetus UU
 APP ini mayoritas
  Islam...lantas Anda mengaitkannya dengan budaya
 arab. Sekali lagi Islam
  tidak hanya di arab, dan tidak semua arab adalah
 Islam. Fakta, Indonesia
  adalah mayoritas umat Islam terbesar di dunia.
 Yang saya tahu tentang
  moralitas dalam Islam (bukan arab lhooo)sangat
 jelas dan tegas
  diatur dalam hukum Islam.
 
  Masalah moralitas adalah masalah semua bangsa.
 Kalau kita bicara
  specific soal agamatiap agama juga punya
 bahasan khusus tentang
  moralitas. Dan hampir semua agama didunia ini,
 menurut saya, sangat
  menjunjung tinggi masalah moralitas. Tinggal titik
 beratnya aja gimana
  masing-masing agama mengimplementasikan moralitas
 dalam kehidupan
  sehari-hari.
  Jadi bukan karena Indonesia mau menerapkan hukum
 Islam Fer, lantas UU
  APP diterapkan. Tapi karena hampir semua orang
 sudah sangat prihatin
  dengan dekadensi moral di negeri ini, yang paling
 mencolok adalah
  masalah Pornografi ini. Makin lama kok makin
 ngawur nih per-porno-an.
 
  Soal UU APP, kalau mau jujur...sebenarnya
 batasannya cukup jelas
  kok...saya tanya pada Anda...Anda nafsu nggak
 nonton seorang penyanyi
  wanita cantik dengan pakaian sangat seksi
 bergoyang, meliuk-liuk di atas
  panggung dengan gerakan sangat erotis dan ditempat
 umum atau bisa
  dilihat oleh masyarakat umum??? Atau Anda nafsu
 nggak melihat gambar
  wanita dengan busana sangat seksi atau bahkan
 totally naked, meskipun
  katanya difoto dengan teknik photografi yang super
 nyeni ??? Padahal
  wanita-wanita itu bukan Istri Anda. Nha, kalau
 Anda nafsu atau
  tiba-tiba syahwat Anda sedikit bergolak...itulah
 pornografi dan
  pornoaksi.
  Atau kalau misal Anda potografer...tanya deh Istri
 Anda atau Adik wanita
  anda mau nggak mereka dipoto, maaf Bugil??? Jadi
 sudah SENI bukan alasan
  lagi 

Re: [iagi-net-l] Age-Diagnostic Biomarkers

2006-02-27 Terurut Topik lambok parulian
Wah pas sekali daerahnya nih, kebetulan sampelnya ada
yang bagus. Masalah oleanana kan asalnya dari tumbuhan
angiospermae, sy dapat klasifikasi BP Research (1991)
untuk kelas E (gymnosperm dominated, yang kriterianya
sangat sulit dibedakan dengan kelas D, karena sangat
mirip sekali. Bagaimana cara membedakannya? Saya
pernah denger kalau kelimpahan ol di marin coba dicek
di aromatnya. Kira2 pakai fragmentogram apa? dan apa
mesti dicek. Bagaimana penjelasannya ol yang muncul di
laut dalam?

salam,
lambok

--- Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Lambok,

   Beberapa penelitian di Indonesia (yang bagus untuk
 jadi model adalah South Sumatra Basin) memang
 menunjukkan bahwa oleanane lebih melimpah di
 sedimen2 yang dipengaruhi marin di banding yang full
 non-marin. Mengapa, padahal oleanane adalah asal
 higher land plants yang angiospermae khususnya di
 delta top environment, kok malah banyak ke
 lingkungan marin ? Penyebabnya adalah bahwa
 kelimpahannya sangat sensitif terhadap kondisi2
 paleo-oseanografi selama early diagenesis, terutama
 sangat dipengaruhi oleh degree of marine influence.
 Lingkungan oksidaksi dan reduksi juga akan
 mempengaruhi pengawetannya (kita tahu bahwa
 lingkungan daratan lebih teroksidasi, pengawetannya
 lebih buruk). Coba cek : Murray et al. (1997) :
 Oleananes in oils and sediments : evidence of marine
 influence during early diagenesis ? - Geochim
 Cosmochim Acta. Dengan demikian, menggunakan
 sequence stratigraphy-sea level fluctuations, kita
 bisa memprediksi apakah delta top itu akan kaya
 oleanane atau tidak; subm
  erged
  delta top akan lebih kaya oleanane dibandingkan
 yang tidak pernah tenggelam.

   Hanya, hati2 menggunakan oleanane, ada jenis
 oleanane yang justru kebalikannya, yaitu kaya ke
 arah daratan, yaitu A-ring contracted oleananes
 (oleanoid triterpanes), yang dihasilkan sebagai
 produk diagenesis plant matter di bawah kondisi peat
 swamp. Biomarker ini semakin berkurang semakin
 tingginya marine influence. Analisis geokimia yang
 baik akan bisa menunjukkan kedua jenis olenane itu.

   Age-diagnostic biomarkers memang ada beberapa, di
 samping rasio mortane/hopane dan oleanane/hopane.
 Precursor-nya mesti juga sensitif terhadap umur,
 misalnya angiospermae untuk asal oleanane, kan jenis
 tumbuhan ini muncul post-Late Cretaceous. Maka,
 kalau memeriksa minyak Oseil di Seram yang asal
 Jurassic marine shales/carbonates, tak akan ada
 oleanane ditemukan walaupun ia di lingkungan marin
 (yang bisa kaya akan oleanane seperti diskusi di
 atas).

   Rasio 24-nordiacholestane yang lebih besar dari
 0.25 adalah diagnosa oil yang digenerasikan dari
 source Cretaceous atau Tersier (Holba et al., 1998 :
 Application of 24-cholestanes for constraining
 source age petroleum, Organic Geochemistry, v. 29,
 p. 1269-1283). Chung et al. (1992) pun pernah
 menggunakan isotop C13 untuk menaksir umur source
 oil. Source berumur Oligo-Miocene katanya mengalami
 pengayaan di 13 C sampel minyaknya baik untuk fraksi
 saturat maupun aromat (Chung et al., 1992, carbon
 isotope composition of marine crude oils, AAPG Bull
 v. 76, p. 1000-1007).

   Jadi, kalau menemukan minyak yang punya high
 ratios of oleanane, high 24-nordiacholestane, dan
 13C-rich isotope ratios; yakinkanlah bahwa itu
 berasal dari source Tersier (bukan Mesozoik), di
 bagian mana Tersier-nya, nah ini akan lebih sulit,
 tetapi tak mustahil dilakukan. Beberapa biomarker
 sangat spesifik muncul di satu kala Tersier saja,
 misalnya bisnorlupane - ia hanya kaya di Eocene
 source rocks. Cross-plot antara oleanane ratio,
 bicadinane ratio dan lupanoid ratio akan menunjukkan
 itu (Joseph Curiale, 2005 -unpublished).

   salam,
   awang
 
 lambok parulian [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Ikutan nimbrung. Pa Awang selain penggunaan
 oleanana
 untuk penentuan umur relatif saya juga pernah
 menggunakan rasio moretana/hopana bisa di cek dgn
 m/z
 191. Grantham (1986), menyatakan bahwa minyak dari
 batuan induk tersier menunjukkan rasiomor/hop
 (0,1-0,3
 dgn nilai umum 0,15-0,20) daripada batuan yang lebih
 tua (umumnya 0,1 atau kurang). Untuk GC, biasanya
 analisis awal Seb C20 dominasi alga (marin) dan
 setelah C20 dominasi terrestrial. Kalau terjadi 2
 peak, biasanya khas untuk endapan fluvio-deltaik.
 Untuk cluster analysis tentunya prioritas parameter
 jadi kunci untuk pengelompokkan dan tidak
 dipengaruhi
 kematangan. Untuk oleanana kan lebih dominan di
 daerah
 darat, tapi sy dapat melimpah ke arah marin. Kira2
 selain dari mekanika transportnya faktor apa lagi
 yang
 mempengaruhinya. 
 
 salam,
 lambok
 
 --- Awang Satyana wrote:
 
  Pak Andang,
  
  Preferensi nomor atom ganjil terhadap nomor atom
  genap cukup dapat dilihat di GC scan untuk
  lingkungan manapun, dan jelas fingerprint
  merefleksikan sesuatu tentang deret ini, kalau
 tidak
  tak mungkin ada formulasi preferensi ini.
  
  Minyak Kangean, seperti posting2 saya sebelumnya,
  memang menunjukkan anomali, tetapi sekali lagi
 bukan